KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan...

74
KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM LINGKUNGAN KELUARGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratgunaMenperolehGelarSarjanaProgram StudiPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FakultasKeguruandanIlmuPendidikan UniversitasMuhammadiyah Makassar OLEH MUHAMMAD AFDAL 10533802215 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan...

Page 1: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM

LINGKUNGAN KELUARGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

SyaratgunaMenperolehGelarSarjanaProgram StudiPendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia

FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

UniversitasMuhammadiyah Makassar

OLEH

MUHAMMAD AFDAL

10533802215

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

ii

Page 3: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

iii

Page 4: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

iv

Page 5: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

v

Page 6: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

vi

MOTO

Keputusasaan bukanlah sesuatu yang diberikan dari luar,

Tetapi datang dari diri sendiri..

Selama hati tak menyerah,

Maka keputusasaan akan menjadi lemah..

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya

persembahkan untuk

Ayahanda Nurhady T dan Ibunda

Dahnia Yusuf M yang selalu

kurindukan dengan

curahan kasih sayangnya serta tak henti-hentinya

mendukung dan memotivasi setiap waktu hingga

terselesaikannya skripsi ini.

Kepada kakak-kakak dan adik-adikku, keluarga

serta sahabat-sahabat yang selalu memberikan motivasi dan

dukungan untuk menjadi lebih baik.

Page 7: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

vii

ABSTRAK

Muhammad Afdal. 2019. “Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak

dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas

Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Rosmini Madeamin dan Tarman

A.Arief.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud kesantunan

berbahasa orangtua dan anak dalam lingkungan keluarga. Jenis penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan wujud

kesantunan berbahasa orangtua dan anak dalam lingkungan keluarga. Data

dalam penelitian ini berupa tuturan-tuturan yang menunjukkan wujud

kesantunan orangtua dan anak dalam lingkungan keluarga. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik

simak, dan teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa prinsip kesantunan dalam interaksi orangtua

dan anak dalam lingkungan keluarga menunjukkan jumlah tuturan yang

ditemukan sebanyak 28 tuturan yang menggunakan prinsip kesantunan.

Prinsip kesantunan yang dimaksud meliputi: (1) maksim kebijaksanaan

sebanyak 3 tuturan (2) maksim kedermawanan sebanyak 10 tuturan (3)

maksim penghargaan sebanyak 2 tuturan (4) maksim kesederhanaan

sebanyak 6 tuturan (5) maksim permufakatan sebanyak 5 tuturan dan (6)

maksim kesimpatian sebanyak 2 tuturan. Dengan demikian, adanya wujud

kesantunan berbahasa tersebut merupakan penanda kesantunan yang

menunjukkan bahwa orangtua dan anak cukup memperhatikan kesantunan

dalam berkomunikasi. Saran dari peneliti adalah masyarakat disarankan

memperbanyak penggunaan wujud kesantunan berbahasa yang telah

ditemukan di lingkungan keluarga maupun lingkungan luar agar perilaku

berbahasa santun dapat semakin terinternalisasi dalam diri masyarakat

Kata kunci: Keluarga, Kesantunanberbahasa, Sosiopragmatik

Page 8: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

viii

KATA PENGANTAR

Bismilaahirrahmaanirrahiim

Allah Maha Penyayang dan Maha Pengasih, demikian kata untuk mewakili

atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugrah

pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu,

Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari berkah-Mu

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi

terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan

bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan,

bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.

Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi

kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis

kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam

dunia pendidikan.

Oleh sebab itu, sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada orang tua yang tak henti-henti memberikan dukungan

dan doa serta motivasi yang sangat luar biasa, Dr. Dra. Rosmini Madeamin, M.Pd.

PembimbingI dan Dr. Tarman A. Arief, S.Pd., M.Pd. Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu guna penyelesaian skripsi, Erwin Akib, M.Pd., Ph. D. Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Dr. Munirah, M.Pd. Ketua Prodi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Kakak, dan Adik saya yang terus

memberikan dukungan serta motivasi, Puspitasari yang senantiasa memberikan

waktu dan dukungan serta motivasi, teman-teman kelas D 2015 yang telah

Page 9: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

ix

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi, sahabat serta teman-teman yang

tak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan dan doanya.

Tak ada gading yang tak retak, itulah peribahasa yang tepat untuk

menggambarkan skrpsi ini, yang penulis sadari masih banyak kekurangan. Untuk

itu, tegur sapa, kritik,dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan guna

perbaikan dimasa yang akan datang. Harapannya, agar skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pembaca.

Makassar, Januari 2020

Penulis

Page 10: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIBING .......................................................................iii

SUTAR PERNYATAAN ..................................................................................iv

SURAT PERJANJIAN .....................................................................................v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................vi

ABSTRAK .........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka ....................................................................................... 7

1. Penelitian Relevan ........................................................................... 7

2. Bahasa .............................................................................................. 10

3. Pragmatik ........................................................................................ 16

4. Tindak Tutur ................................................................................... 17

5. Kesantunan Berbahasa .................................................................... 19

Page 11: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

xi

6. Prinsip Kesantunan Berbahasa ........................................................ 20

7. Konsep Keluarga ............................................................................. 26

B. Kerangka Pikir .......................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ................................................. 29

B. Definisi Istilah ...................................................................................... 30

C. Data dan Sumber Data ......................................................................... 31

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 31

E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 33

B. Pembahasan ........................................................................................... 47

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................... 51

B. Saran .......................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang digunakan untuk

menyampaikan pesan kepada mitra tuturnya. Masinambouw (dalam Abdul Chaer,

2010: 6) mengatakan bahwa sistem bahasa mempunyai fungsi sebagai sarana

berlangsungnya suatu interaksi manusia dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan

dalam tindak laku berbahasa haruslah disertai norma-norma yang berlaku dalam

budaya itu.

Agar tercapainya tujuan penutur kepada mitra tutur oleh karena itu

penutur harus memiliki kesantunan dalam berbahasa. Kesantunan bukan hal yang

asing lagi bagi masyarakat, apalagi masyarakat Indonesia yang kental akan

budaya dan adat istiadat. Kesantunan dapat berupa tindak tutur, dan sikap yang

dapat menggambarkan identitas diri seseorang. Oleh karena itu, kesantunan

merupakan hal yang sangat penting saat berinteraksi dengan orang lain agar

hubungan baik selalu terjaga.

Kesantunan merupakan aspek kebahasaan yang amat penting karena dapat

memperlancar interaksi antara individu. Dalam tataran sosiolinguistik kesantunan

merupakan sebuah istilah yang berkaitan dengan „kesopanan‟, „rasa hormat‟,

„sikap yang baik‟, atau „perilaku yang pantas‟. Dalam kehidupan sehari-hari,

keterkaitan kesantunan dengan perilaku yang pantas mengisyaratkan bahwa

kesantunan tidak hanya berkaitan dengan bahasa, tetapi juga dengan perilaku non-

verbal. yang menarik adalah kesantunan merupakan titik pertemuan antara bahasa

Page 13: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

2

dan realitas sosial. Duranti, 1997 (dalam Zalili Sailan, 2014: 5) menyebutkan

bahwa fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, mempunyai hubungan dengan

masyarakat, kebudayaan dan pikiran penuturnya, bahkan dengan dunia secara

umum maka timbul adanya hubungan antara bahasa, masyarakat, budaya, dan

pikiran manusia. Penggunaan kesantunan berbahasa tidak saja ditentukan oleh

pilihan tuturannya, melainkan juga oleh aspek-aspek lain yang turut menentukan

tingkat kesantunan, misalnya usia, jarak sosial antara penutur dengan mitra tutur,

situasi, waktu, tempat, dan tujuan tuturan. Dengan demikian, dalam penggunaan

bahasa perlu diperhatikan konteks pemakaian bahasa.

Agar tercapainya tujuan penutur kepada mitra tutur, penutur harus

memiliki kesantunan dalam berbahasa. Kesantunan bukan hal yang asing lagi bagi

masyarakat, apalagi masyarakat Indonesia yang kental akan budaya dan adat

istiadat. Kesantunan dapat berupa tindak tutur, dan sikap yang dapat

menggambarkan identitas diri seseorang. Oleh karena itu, kesantunan merupakan

hal yang sangat penting saat berinteraksi dengan orang lain agar hubungan baik

selalu terjaga.

Maksim sopan santun mempelajari tentang bagaimana seseorang dapat

mengungkapkan pernyataan dengan menunjukkan sikap sopan santun kepada

pihak lain sesuai aturan-aturan Geoffrey Leech menjelaskan bahwa secara umum

maksim sopan santun berhubungan antara dua orang pemeran yaitu diri sendiri

(penutur) dan orang lain (mitra tutur).

Lingkungan keluarga merupakan sekumpulan orang yang memiliki

hubungan darah, perkawinan, dan adopsi. Keluarga merupakan kebutuhan

Page 14: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

3

manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam

kehidupan individu. Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keluarga

kerabat yang tidak didasarkan pada pertalian suami istri, tetapi pada pertalian

darah atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat. Keluarga kerabat terdiri

atas hubungan darah dari beberapa generasi yang mungkin berdiam dalam satu

rumah atau pada tempat lain yang berjauhan.

Di lingkungan keluarga sekalipun, terkadang kita mendengar pembicaraan

yang diucapkan oleh anak mengucapkan kata-kata yang tidak santun pada saat

berkomunikasi. Interaksi sosial dalam lingkungan keluarga lebih banyak

mengesampingkan kesantunan dalam bertindak tutur. Lokusi, ilokusi, maupun

perlokusi dari tindak tutur orang tua dan anak jauh dari maksim kesantunan .

Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa percakapan dalam lingkungan

keluarga sangat potensial digunakan sebagai objek kajian kesantunan berbahasa

karena masih banyak yang menggunakan bahasa-bahasa yang tidak

memperhatikan kesopanan berbahasa dalam bertutur. Penggunaan bahasa dalam

lingkungan keluarga tentu harus memperhatikan etika komunikasi, pada saat kita

berbicara. Suasana interaksi antara orang tua dan anak sangat rentan dengan

penggunaan bahasa yang tidak santun serta tidak bisa menempatkan penggunaan

bahasa yang sesuai norma yang berlaku, terutama mencerminkan identitas sebagai

makhluk sosial yang sebenarnya. Peran dan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi

yang santun harus mencerminkan identitas diri sebagai masyarakat atau makhluk

sosial. Penggunaan bahasa yang santun dalam berkomunikasi dapat

mencerminkan karakter pengguna bahasa, karena ungkapan bahasa yang

Page 15: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

4

digunakan berkaitan dengan etika dalam komunikasi. Pragmatik mempunyai teori

kesantunan dalam berkomunikasi antar sesama manusia. Kesantunan ini

dibutuhkan karena terdapat status sosial, perbedaan umur, jenjang, ataupun latar

belakang hidup seseorang agar terjadi suatu kesantunan yang baik antar sesama.

Hal tersebut sangat perlu dalam proses komunikasi orang tua dan anak.

Hal seperti inilah terkadang diabaikan oleh orang tua dan anak, sehingga

etika komunikasi tidak diterapkan dalam berbahasa khususnya dalam konteks

interaksi di lingkungan keluarga. Misalnya, bahasa yang digunakan kepada teman

sebaya sama dengan bahasa yang digunakan kepada orang yang lebih tua darinya.

Sehingga dengan alasan inilah peneliti merasa penting untuk meneliti tentang

kesantunan berbahasa yang digunakan oleh orang tua dan anak dalam lingkungan

keluarga.

Oleh sebab itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul

Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga

menggunakan kajian sosiopragmatik. Penelitian ini disebut sebagai penelitian

sosiopragmatik karena yang dikaji adalah penggunaan bahasa di dalam sebuah

masyarakat budaya di dalam situasi sosial tertentu. Sosiopragmatik adalah telaah

mengenai kondisi-kondisi setempat. Kondisi-kondisi lokal yang lebih khusus

mengenai penggunaan bahasa. Dalam masyarakat setempat lebih khusus terlihat

bahwa prinsip kesopansantunan berlangsung secara berubah-ubah dalam

kebudayaan yang berbeda-beda atau aneka masyarakat bahasa dalam situasi sosial

yang berbeda. Sosiopragmatik adalah suatu studi yang mengkaji tentang ujaran

yang disesuaikan dengan situasi dalam suatu lingkungan tertentu. Penelitian ini

Page 16: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

5

menggunakan teori Geoffrey Leech. Prinsip kesantunan yang dikembangkan oleh

Geoffrey Leech terdiri atas maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan,

maksim penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim

kesimpatian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu, Bagaimanakah wujud prinsip kesantunan berbahasa antara

orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud kesantunan

berbahasa dan prinsip kesantunan berbahasa antara orang tua dan anak dalam

lingkungan keluarga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah hasil penelitian tentang

kesantunan berbahasa dalam lingkungan keluarga dan memperkaya khazanah

ilmu pengetahuan serta wawasan dalam ilmu pragmatik.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pemahaman

mengenai pembelajaran kesantunan berbahasa dalam lingkungan

keluarga.

Page 17: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

6

b. Penelitian ini bermanfaat bagi pembaca untuk memberikan

pembelajaran tentang kesantunan berbahasa dalam lingkungan

keluarga.

c. Penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi bagi peneliti lain

yang akan meneliti lebih lanjut khususnya mengenai kesantunan-

kesantunan dalam lingkungan keluarga.

Page 18: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Keberhasilan sebuah penelitian bergantung pada teori yang mendasarinya.

Teori merupakan landasan dari sebuah penelitian. Suatu penelitian yang berkaitan

dengan kajian pustaka yang mempunyai koherensi dengan masalah yang dibahas.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini bersifat elastis, artinya penelitian

ini tidak bertumpu pada satu teori tertentu, tetapi berpegang pada beberapa teori

yang dianggap cocok dan sejalan dengan penelitian ini. Adapun teori-teori yang

dijabarkan dari tinjauan pustaka dan ditinjau oleh peneliti sebagai landasan teori

dalam memecahkan masalah adalah sebagai berikut.

1. Penelitian Relevan

Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Wa Ode Nurjamily pada tahun 2015 yang meneliti “Kesantunan

Berbahasa Indonesia dalam Lingkungan Keluarga (Kajian Sosiopragmatik)‟.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang

menguraikan dan menyajikan data-data yang diperoleh secara faktual dan akurat.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kesantunan berbahasa Indonesia di lingkungan

keluarga terdapat beberapa strategi kesantunan negatif yang dikembangkan oleh

Penelope Brown dan Levinson Stephen C. dengan menggunakan ukuran

solidaritas kesantunan berbahasa, dan prinsip kesantunan yang dikembangkan

oleh Geoffrey Leech yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan,

maksim pujian, maksim kesederhanaan, maksim kesetujuan, maksim kesimpatian,

Page 19: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

8

dan maksim pertimbangan, serta dilengkapi dengan prinsip kerja sama yang

dikembangkan oleh Grice yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim

relevansi, dan maksim cara atau pelaksanaan. Prinsip-prinsip tersebut tidak selalu

diterapkan dalam percakapan.

Penelitian selanjutnya oleh Ali Kusno pada Tahun 2014 dengan judul

“Kesantunan Bertutur Oleh Orang Tua Kepada Anak di Lingkungan Rumah

Tangga”. Dalam penelitiannya mengangkat tentang penerapan kesantunan

berbahasa orang tua kepada anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data

dalam penelitian ini, dengan teknik pengamatan berperan serta.

Penelitian selanjutnya oleh Siti Norhidayah pada tahun 2014 dengan judul

“Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Keluarga Masyarakat Banjar di

Kecamatan Banjar Selatan”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan kualitatif ini, peneliti mengamati

tindak komunikasi penutur berpendidikan formal dan tidak berpendidikan formal

dalam keluarga di masyarakat Banjar.

Penelitian selanjutnya oleh Randi Pratama pada tahun 2018 dengan judul

“Telaah Kesantunan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK Negeri Tapango

Kab. Polewali Mandar”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif

dengan subjek tuturan interaksi verbal siswa kelas XI SMK Negeri Tapango Kab.

Polewali Mandar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik

observasi, teknik catat, dan teknik rekam. Teknik analisis data dengan cara

mentranskrip data hasil observasi, mengidentifikasi dan mengklarifikasi data,

Page 20: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

9

menyalin kedalam kartu data, menganalisis kartu data dan menyimpulkan.

Untuk penelitian relevan yang kelima oleh Anita Rahman pada tahun 2017

dengan judul “Kesantunan Berbahasa Indonesia Masyarakat dan Polisi pada

Pemeriksaan Lalulintas Kepolisian Polres Gowa”. Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif yaitu mendeskripsikan wujud kesantunan berbahasa Indonesia

masyarakat dan polisi dalam pemeriksaan lalulintas Polres Gowa. Data dalam

penelitian ini berupa tuturan-tuturan yang menunjukkan wujud kesantunan

masyarakat dan polisi dalam pemeriksaan lalulintas Polres Gowa. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik rekam, dan

teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan, penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan sebelumnya. Pertama, jika dibandingkan dengan

penelitian Wa Ode Nurjamily berbeda dengan sasaran yang diteliti. Sasaran

penelitian adalah menggali hubungan dan mendeskripsikan prinsip kesantunan

berbahasa antara orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga. Sedangkan,

penelitian Wa Ode Nurjamily meneliti prinsip kesantunan berbahasa Indonesia

yang ada di dalam lingkungan keluarga.

Sementara jika dibandingkan dengan penelitian Ali Kusno yang meneliti

tentang penerapan kesantunan berbahasa orang tua kepada anak. Subjek penelitian

antara kedua peneliti berbeda, yaitu peneliti Siti Norhidayah meneliti tindak

komunikasi penutur berpendidikan formal dan tidak berpendidikan formal dalam

keluarga di masyarakat Banjar.

Page 21: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

10

Selanjutnya jika dibandingkan penelitian Randi Pratama perbedaan pada

penelitian ini terletak pada subjek penelitian. Penelitian ini menempatkan tuturan

langsung siswa SMK Negeri Tapango sebagai subjek penelitian. Sedangkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Anita Rahman adalah kesantunan berbahasa

masyarakat dan polisi pada pemeriksaan lalulintas kepolisian Polres Gowa.

Sedangkan penelitian penulis menggali hubungan dan mendeskripsikan

prinsip kesantunan berbahasa antara orang tua dan anak dalam lingkungan

keluarga.

Berdasarkan penelitian yang relevan diatas, maka peneliti mampu

mengetahui bahwa persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti

tentang kesantunan berbahasa.

2. Bahasa

a. Pengertian Bahasa

Menurut Abdul Chaer (2007: 14) bahasa diartikan sebagai sebuah sistem

lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan manusia sebagai alat

komunikasi atau alat interaksi sosial. Batasan ini menunjukkan bahwa manusia

tidak dapat hidup sendiri. Pada dasarnya manusia membutuhkan bantuan orang

lain dalam rangka bersosialisasi dengan lingkungan. Seseorang akan dikatakan

berhasil bersosialisasi apabila menggunakan bahasa. Oleh karena itu, dengan

bahasa manusia dapat membina relasi, bekerja sama, dan berinteraksi serta

memperkenalkan diri dengan manusia lainya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Gorys Keraf (2004: 1) bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota

masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dalam

Page 22: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

11

hal ini bahasa diartikan sebagai simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap

manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi oleh manusia

dalam kehidupan sehari-hari.

Pendapat lain dikemukakan oleh Kridalaksana ( dalam Abdul Chaer, 2007:

32); yaitu bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

oleh anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan

mengidentifikasikan diri. Yang dimaksud dengan arbitrer adalah tidak adanya

hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang

dilambangkannya (Abdul Chaer, 2007: 38). Selain itu bahasa merupakan suatu

sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat

bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada

budaya yang mereka miliki bersama (Soenjono Dardjowidjojo, 2012: 16).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang artinya tidak

ada hubungan wajib antara bahasa dengan konsep yang dilambangkan dan bahasa

juga digunakan oleh manusia sebagai alat saling berhubungan atau berkomunikasi

dengan satu sama lain. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi oleh manusia

dalam kehidupan sehari-hari karena manusia tidak dapat hidup sendiri, dan

manusia membutuhkan bantuan orang lain dalam rangka bersosialisasi di dalam

masyarakat. Bahasa digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pikiran dan

perasaan agar saling berhubungan dan berinteraksi.

Page 23: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

12

b. Fungsi Bahasa

Secara umum fungsi bahasa menurut Hidayat (2006: 26) adalah sebagai

alat komunikasi, bahkan dapat dipandang sebagai fungsi utama dari bahasa.

Sedangkan jika dilihat dari perspektif kebahasaan istilah komunikasi mencakup

makna mengerti dan berbicara, mendengar dan merespon suatu tindakan. Bahasa

mempunyai fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Tarigan (2009: 3) Bahasa

sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Karena bahasa merupakan milik

manusia dan bahasa merupakan salah satu ciri pembeda kita manusia dengan

mahluk hidup lainya di dunia ini. Wardhaugh, 1972 (dalam Abdul Chaer, 2007:

15) mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi manusia,

baik lisan maupun tulisan.

Menurut Gorys Keraf (2004: 3) bahwa ada empat fungsi bahasa, yaitu

untuk menyatakan ekspresi diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat untuk

mengadakan integrase dan adaptasi sosial, dan sebagai alat untuk mengadakan

kontrol sosial. Pengertian bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pikiran si

penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga

memperhatikan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Di bawah ini

dijelaskan fungsi-fungsi bahasa yang dimaksud yaitu:

a) Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri. Bahasa sebagai alat untuk

menyatakan ekspresi diri maksudnya ialah bahasa menyatakan secara

terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-

kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang

mendorong ekspresi diri antara lain keinginan menarik perhatian orang

Page 24: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

13

lain terhadap kita dan keinginan untuk membebaskan diri dari semua

tekanan emosi. Contohnya pada bayi, ia akan menangis bila lapar atau

haus. Ketika mulai belajar berbahasa, ia menyatakan kata-kata untuk

menyatakan lapar atau haus. Hal itu berlangsung terus hingga seorang

menjadi dewasa.

b) Sebagai alat komunikasi. Komunikasi merupakan akibat yang jauh dari

ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna jika ekspresi diri tidak

diterima atau dipahami oleh orang. Dengan komunikasi kita dapat

menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada

orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua

yang pernah dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita. Tuturan

sehari-hari yang diucapkan oleh ibu terhadap anaknya sudah menunjukkan

komunikasi. Tuturan ibu merupakan proses penyampaian pesan antara ibu

dengan anaknya.

c) Sebagai alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Bahasa, di samping

sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia

memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari, dan

mengambil bagian dalam pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan

orang lain. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap

orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang

dimasukinya serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan

dengan menghindari bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi

yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembaruan) yang

Page 25: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

14

sempurna bagi setiap individu dengan masyarakatnya. Melalui bahasa

seorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenai adat-istiadat,

tingkah laku, dan tata krama masyarakatnya. Ia mencoba menyesuaikan

dirinya (adaptasi) dengan lingkungannya.

d) Sebagai alat mengadakan kontrol sosial. Kontrol sosial adalah usaha untuk

mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang lain. Tingkah laku itu

dapat bersifat terbuka (overt: yaitu tingkah laku yang dapat diamati atau

diobservasi), maupun yang bersifat tertutup (covert: yaitu tingkah laku

yang tidak dapat diamati atau diobservasi). Semua kegiatan sosial akan

berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan mempergunakan bahasa.

Semua tuturan pertama-tama dimaksudkan untuk mendapat tanggapan,

baik tanggapan yang berupa tutur maupun tanggapan yang berbentuk

perbuatan. Dalam mengadakan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi

dengan proses-proses sosialisasi suatu masyarakat.

Menurut Abdul Chaer (2007: 32) fungsi bahasa adalah sebagai alat

komunikasi. Dalam kapasitas sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki fungsi-

fungsi yang lebih khusus dalam masyarakat, seperti untuk menjalin hubungan atau

kerja sama dengan sesama manusia, menyatakan pikiran, perasaan, menyatakan

keinginan, alat untuk mendefinisikan diri dan sebagainya.

P. W. J. Nababan (dalam Hidayat, 2006: 29), seorang linguis Indonesia,

membagi fungsi bahasa sebagai komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat

dan pendidikan menjadi empat fungsi, yaitu 1) fungsi kebudayaan; 2) fungsi

kemasyarakatan; 3) fungsi perorangan dan 4) fungsi pendidikan. Fungsi

Page 26: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

15

kebudayaan dari bahasa, menurut Nababan adalah sebagai sarana perkembangan

kebudayaan, jalur penerus kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan.

Sedangkan fungsi kemasyarakatan bahasa menunjukkan peranan khusus suatu

bahasa dalam kehidupan masyarakat. P. W. J. Nababan mengklasifikasikan fungsi

kemasyarakatan bahasa kedalam dua bagian, yaitu 1) berdasarkan ruang lingkup;

2) berdasarkan bidang pemakaian. Yang pertama mengandung arti “bahasa

nasional” dan “bahasa kelompok”. Bahasa nasional berfungsi sebagai lambang

kebanggan kebangsaan, lambang identitas bangsa, alat penyatuan berbagai suku

bangsa dengan berbagai latar belakang sosial budaya, dan bahasa sebagai alat

perhubungan antara daerah dan antara budaya. Yang kedua, bahasa kelompok

ialah bahasa yang digunakan oleh kelompok yang lebih kecil dari suatu bangsa,

seperti suku bangsa atau subsuku, sebagai lambang identitas kelompok dan alat

pelaksanaan kebudayan kelompok itu.

Fungsi perorangan dari bahasa, dijelaskan P. W. J. Nababan (dalam

Michael Haliday 1976). Michael Halliday membuat klasifikasi kegunaan

pemakaian bahasa atas dasar observasi yang terus-menerus terhadap penggunaan

bahasa oleh anaknya sendiri. Klasifikasi untuk anak-anak kecil terdiri dari enam

fungsi yaitu sebagai 1) instrumental; 2) menyuruh; 3) interaksi; 4) kepribadian; 5)

pemecahan masalah (heuristik); dan 6) khayal. Terakhir fungsi pendidikan dari

bahasa, didasarkan pada banyaknya penggunaan bahasa dalam pendidikan dan

pengajaran, mencakup empat fungsi yaitu 1) fungsi integratif; 2) fungsi

instrumental; 3) fungsi kultural; 4) fungsi penalaran.

Page 27: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

16

Dari fungsi-fungsi yang diungkapkan para ahli tersebut, jelas bahwa

dengan bahasa itulah manusia berkata, bercakap-cakap, melakukan interaksi dan

komunikasi, mengungkap isi pikirannya, mengungkapkan segala gejolak yang ada

dalam perasaannya, dan berargumentasi. Dengan bahasa martabat manusia

menjadi meningkat, baik disisi Tuhan maupun umat manusia. Karena itulah

manusia sampai kapan pun tidak akan bisa melepaskan diri dari adanya bahasa

sebagai suatu yang mesti ada.

3. Pragmatik

Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang

digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Menurut George Yule

(2006: 3) pragmatik merupakan studi tentang makna yang disampaikan oleh

penutur atau peneliti dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca. Dalam hal ini

pragmatik merupakan ilmu yang menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-

situasi khusus. Untuk itu pragmatik memusatkan perhatian pada aneka ragam cara

yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa. Menurut

Stephen C. Levinson (Kunjana Rahardi, 2005: 48) mendefinisikan pragmatik

sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dan konteksnya. Menurut

Geoffrey Leech (2011: 5) pragmatik sebagai pokok bahasan utama dalam buku

yang menyelidiki makna dalam konteks penggunaan bahasa dan bukan makna

sesuatu yang abstrak.

Menurut I Dewa Putu Wijana (1996: 2) pragmatik adalah cabang ilmu

bahasa yang mempelajari stuktur bahasa secara eksternal. Ia mengatakan bahwa

Page 28: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

17

pragmatik adalah bagaimana satuan kebahasaan yang digunakan dalam

komunikasi.

4. Tindak Tutur

Teori tindak tutur secara khusus telah dibahas oleh dua ahli filsafat yaitu

John Austin 1962 dan John Searle 1983 (dalam Zalili Sailan, 2014). Dalam

formulasi keduanya menegaskan, bahasa digunakan tidak hanya menggambarkan

dunia, tetapi untuk melakukan tindakan yang dapat diindikasikan dari tampilan

ujaran atau tuturan itu sendiri. Menurut John Austin (1962) setidaknya terdapat

tiga macam tindak tutur yang harus dipahami bersama oleh peserta tutur, yaitu (1)

tindak lokusioner, (2) tindak ilokusioner, dan (3) tindak perlokusioner.

1) Tindak lokusioner

Tindak lokusioner atau lokusi adalah tindak berbicara dengan

mengucapkan sesuatu dengan makna kata sesuai makna kamus atau makna

kalimat menurut kaidah sintaksisnya. Jadi, berupa ujaran yang dihasilkan

oleh penutur dan maknanya sesuai dengan makna yang dikandung oleh

kata, frasa, dan kalimat itu sendiri. Misalnya seorang penutur mengujarkan

sebuah kalimat yang berbunyi, “saya haus” maka kalimat itu mengandung

arti, saya sebagai orang pertama tunggal dan haus mengandung makna

mengacu ke tenggorokan kering, dan perlu diucapkan tanpa bermaksud

minta minum. Contoh lain dalam ujaran, tanganku gatal, yang diujarkan

oleh seorang penutur, maka tindak tutur lokusionernya semata-mata hanya

bermaksud memberitahukan kepada mitra tutur bahwa tangan penutur

Page 29: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

18

dalam keadaan sakit gatal. Demikian pula ujaran Anda merokok? tindak

lokusionernya adalah kalimat tanya.

2) Tindak Ilokusioner

Tindak ilokusioner atau ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu, yakni

kita berbicara tentang maksud, fungsi, atau daya ujaran yang

bersangkutan, dan bertanya untuk apa ujaran itu dilakukan. Jadi ucapan

saya haus, tanganku gatal, dan Anda merokok? yang diucapkan oleh

penutur, tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan kepada

mitra tutur pada saat kata itu dituturkan, tetapi penutur mengiginkan agar

mitra tutur melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan tuturan

tersebut. Jadi, ucapan saya haus, tanganku gatal, atau Anda merokok?

dapat bermaksud, yang pertama minta minum, kedua minta obat, dan

ketiga berisi permintaan, larangan, tawaran, dan pertanyaan.

3) Tindak Perlokusioner

Tindak perlokusioner atau perlokusi adalah tindak tutur yang mengacu ke

efek yang dihasilkan oleh penutur dengan mengatakan sesuatu. Misalnya

dalam ujaran saya haus, atau tanganku gatal, dimana kedua kata itu

diucapkan oleh penculik anak atau oleh seorang tukang pukul, maka

efeknya akan menimbulkan rasa takut pada anak, apalagi di dalam memori

anak sebelumnya telah tertanam pemahaman bahwa tukang pukul itu

nakal, atau penculik itu selalu haus darah. Hal yang sama terjadi pula pada

tuturan, Anda merokok? ucapan itu pasti berefek pada „pemberian,

penghentian, penerimaan, dan penolakan‟. Contoh-contoh di atas adalah

Page 30: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

19

tindak perlokusi karena ada efek yang ditimbulkan oleh tuturan itu.

Sejalan dengan pendapat John Austin tersebut, John Searle kemudian

menegaskan bahwa dalam satu tindak tutur sekaligus terkandung tiga

macam tindakan, yaitu (1) tindak lokusi atau pengujaran yang berupa kata

atau kalimat, (2) tindak ilokusi yang dapat berupa pernyataan, janji,

perintah, dan (3) tindak perlokusi itulah yang kadang-kadang memiliki

dampak terhadap perilaku masyarakat. Hal-hal yang bersifat perlokusi

inilah yang biasanya muncul dari maksud yang berada di balik tuturan

(implikatur).

5. Kesantunan Berbahasa

Menurut Fraser (dalam Abdul Chaer, 2010: 47) mendefinisikan

kesantunan adalah properti yang diasosiasikan dengan ujaran dan dengan hal ini

menurut pendapat si lawan tutur, bahwa si penutur tidak melampaui hak-haknya

atau tidak mengingkari dalam memenuhi kewajibanya. Mengenai definisi

kesantunan dari Faser, menurut Asim Gunarwan (Abdul Chaer, 2010: 47) ada tiga

hal yang perlu diulas. Pertama, kesantunan itu adalah properti atau bagian dari

tuturan; jadi bukan tuturan itu sendiri. Kedua, pendapat pendengarlah yang

menentukan apakah kesantunan itu terdapat pada sebuah tuturan. Mungkin saja

sebuah tuturan dimaksudkan sebagai tuturan yang santun oleh si penutur, tetapi

ditelinga lawan tutur, tuturan itu ternyata tidak terdengar santun, begitupun

sebaliknya. Ketiga, kesantunan itu dikaitkan dengan hak dan kewajiban peserta

pertuturan. Artinya, apakah sebuah tuturan terdengar santun atau tidak diukur

Page 31: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

20

berdasarkan: (a) apakah si penutur tidak melampaui haknya terhadap lawan

tuturnya; (b) apakah si penutur memenuhi kewajibanya kepada lawan tuturnya itu.

Kesantunan bersifat relatif di dalam masyarakat. Ujaran biasa dikatakan

santun di dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, akan tetapi di kelompok

masyarakat lain bisa dikatakan tidak santun. Tujuan kesantunan termasuk

kesantunan berbahasa adalah membuat suasana berinteraksi menyenangkan, tidak

mengancam muka dan efektif. Menurut Zamzani, dkk. (2010: 2), kesantunan

merupakan perilaku yang diekspresikan dengan cara yang baik atau beretika.

Kesantunan merupakan fenomena kultural, sehingga apa yang dianggap santun

oleh suatu kultur mungkin tidak demikian halnya dengan kultur yang lain.

Kesantunan mencakup intonasi. Menyatakan bahwa intonasi adalah tinggi-

rendah suara, panjang-pendek suara, keras-lemah, jeda, dan irama yang menyertai

tuturan. Intonasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni intonasi yang menandai

berakhirnya suatu kalimat atau intonasi final, dan intonasi yang berada di tengah

kalimat atau intonasi nonfinal. Intonasi berfungsi untuk memperjelas maksud

tuturan. Oleh karena itu, intonasi dapat dibedakan lagi menjadi intonasi berita,

intonasi tanya, dan intonasi seruan. Intonasi seruan itu sendiri masih dapat

diperinci lagi menjadi intonasi perintah, ajakan, permintaan, dan permohonan.

6. Prinsip Kesantunan Berbahasa

Prinsip kesantunan berbahasa pada dasarnya adalah bagaimana seseorang

berbahasa dan berperilaku santun untuk menjaga kehormatan dan martabat diri

sendiri. Prinsip kesantunan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni

dari diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur dan orang

Page 32: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

21

lain adalah lawan tutur (I Dewa Putu Wijana, 1996: 55). Prinsip kesantunan

berbahasa menyangkut hubungan antara peserta komunikasi yaitu penutur dan

pendengar, dalam suatu tuturan sehingga tuturan tersebut tidak menyinggung

perasaan orang lain. Terkait dengan prinsip kesantunan, ada sejumlah pakar yang

menulis mengenai teori kesantunan berbahasa. Diantaranya adalah Penelope

Brown dan Stephen C. Levinson (1978), dan Geoffrey Leech (1993). Prinsip

kesantunan yang dikemukakan oleh beberapa tokoh tersebut, yang sampai saat ini

dianggap paling lengkap, paling mapan, dan relatif paling komprehensif telah

dirumuskan oleh Geoffrey Leech. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

maksim-maksim prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Geoffrey Leech

sebagai acuan yaitu dari berbagai bentuk maksim. Selain itu maksim juga disebut

sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kesopanan Geoffrey Leech (dalam

Kunjana Rahardi, 2011: 206). Untuk itu maksim dapat dikatakan sebagai kaidah-

kaidah yang mengantur tindakannya.

Geoffrey Leech (dalam Kunjana Rahardi, 2011: 206), membagi prinsip

kesantunan ke dalam enam maksim yaitu, (a) maksim kebijaksanaan (taxt maxim),

(b) maksim kedermawanan (generosity maxim), (c) maksim penghargaan

(approbation maxim), (d) maksim kesederhanaan (modesty maxim),(e) maksim

pemufakatan (agreementmaxim), dan (f) maksim kesimpatian (sympathy maxim).

Keenam maksim yang dirumuskan oleh Geoffrey Leech :

a) Maksim Kebijaksanaan (Taxt maxim)

Maksim ini menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan

kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Berikut ini

Page 33: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

22

contoh penerapan maksim kebijaksanaan antara orang tua kepada anak di

lignkungan keluarga :

Ayah : ”Jihan, ayo makanannya dihabiskan”.

Jihan : “Ayah?”

Ayah : “Jihan habiskan tidak apa-apa. Ayah sudah kenyang.”

Jihan : “Jihan habiskankah?”

Ayah : Iya.

Informasi tuturan:

Dituturkan oleh ayah kepada Jihan yang sedang asyik makan. Ayah

meminta Jihan menghabiskan makanannnya. Meskipun sebenarnya ayah

juga ingin makan.

Pada tuturan tersebut, ayah menerapkan maksim kebijaksanaan dengan

mengatakan Jihan, ayo makanannya dihabiskan dan Jihan habiskan tidak

apa-apa. Ayah sudah kenyang. Penggunaan dua tuturan ayah tersebut

menerapkan maksim kebijaksanaan dengan menambah keuntungan pada

Jihan agar menghabiskan makanannya, meskipun ayah juga ingin makan.

b) Maksim Kedermawanan (generosity maxim)

Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk

memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan meminimalkan keuntungan bagi

diri sendiri. Berikut ini contoh penerapan maksim kedermawanan antara orang tua

kepada anak di lingkungan keluarga.

Jihan : Susu Jihan habis.

Ibu : Habiskah Jihan. Sini ibu bikinkan yang baru ya.

Page 34: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

23

Informasi tuturan:

Dituturkan oleh antara Jihan dan ibu saat susunya habis. ibu

membantu membuatkan susu yang baru.

Pada tuturan tersebut, ibu menerapkan maksim kedermawanan dengan

mengatakan Habiskah Jihan. Sini ibu bikinkan yang baru ya.

Penggunaan tuturan ibu tersebut menerapkan maksim kedermawanan

dengan mau berkorban membuatkan susu untuk Jihan.

c) Maksim Penghargaan (approbation maxim)

Maksim penghargaan diutarakan dengan kalimat asertif dan kalimat

ekspresif. Maksim penghargaan menuntut setiap peserta penutur untuk

memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak

hormat kepada orang lain. Berikut ini penerapan maksim penghargaan antara

orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga.

Jihan : Ayah, Jihan bisa naik sepeda.

Ayah : Wah hebat anak ayah. Tapi hati-hati ya.

Informasi tuturan:

Dituturkan Jihan dan ayah setelah Jihan belajar naik sepeda.

Pada tuturan tersebut, ayah menerapkan maksim penghargaan dengan

mengatakan Wah hebat anak ayah. Tapi hati-hati ya. Penggunaan tuturan

ayah tersebut menerapkan maksim penghargan, yakni dengan

menambahkan pujian kepada Jihan.

d) Maksim Kesederhanaan (modesty maxim)

Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan

Page 35: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

24

ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat pada diri

sendiri. Berikut ini contoh penerapan maksim kesederhanaan antara orang tua

kepada anak di lingkungan keluarga.

Jihan : Jihan cantik.

Ibu : Iya, cantik sekali.

Jihan : Ibu cantik juga.

Ibu : ehm, masih cantikkan anak ibu dong.

Informasi tuturan:

Dituturkan Jihan dan ibu dalam obrolan setelah mandi sore.

Pada tuturan tersebut, ibu menerapkan maksim kedermawanan dengan

mengatakan ehm, masih cantikkan anak ibu dong. Penggunaan tuturan ibu

tersebut menerapkan maksim kesederhanaan dengan mengurangi pujian

pada diri sendiri dan menambahkan cacian pada diri sendiri.

e) Maksim Pemufakatan (agreementmaxim)

Maksim ini menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk

memaksimalkan kecocokan di antara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan

di antara mereka. Berikut ini contoh penerapan maksim kemufakatan antara orang

tua kepada anak di lingkungan keluarga.

Ayah : Jihan lagi gambar apa, ya?

Jihan : Jihan gambar rumah. Bagus kan!

Ayah :Iya bagusnya. Mau dong ayah dibuatkan rumah juga.

Informasi tuturan:

Dituturkan ayah dan Jihan saat sedang belajar menggambar.

Page 36: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

25

Pada tuturan tersebut, ibu menerapkan maksim kedermawanan dengan

mengatakan iya bagusnya. Mau dong ayah dibuatkan rumah juga.

Penggunaan tuturan ibu tersebut menerapkan maksim kemufakatan, yakni

dengan mengurangi ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain

dan meningkatkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain.

f) Maksim Kesimpatian (sympathy maxim)

Maksim ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk

memaksimalkan rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan

tuturnya. Berikut ini contoh penerapan maksim simpati antara orang tua kepada

anak di lingkungan keluarga.

Jihan : Ibu, Jihan gigit semut sini. Gatal.

Ibu : Kasihannya anak ibu. Gatalkah nak?

Jihan : Iya.

Ibu : Sini ibu kasih minyak biar ndak gatal lagi.

Informasi tuturan:

Dituturkan ibu dan Jihan, saat Jihan mengeluh kakinya gatal digigit

semut.

Pada tuturan tersebut, ibu menerapkan maksim kedermawanan dengan

mengatakan kasihannya anak ibu. Gatalkah nak? penggunaan tuturan

ibu tersebut menerapkan maksim simpati, yakni mengurangi antipati

antara diri sendiri dengan orang lain dan memperbesar simpati antara

diri sendiri dengan orang lain.

Page 37: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

26

7. Konsep Keluarga

Narwoko dan Suyanto, 2004 (http:// 4.bp.blogspot.com/2015/04/

pengertian-keluarga-menurut-para-ahli.html) Keluarga adalah lembaga sosial

dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Di

masyarakat mana pun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang

universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu.

Keluarga juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti (conjugal

family) dan keluarga kerabat (consanguine family). Conjugal Family atau

keluarga inti didasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari suami, istri, dan

anak-anak mereka yang belum kawin. Sedangkan Consanguine family atau

keluarga kerabat tidak didasarkan pada pertalian suami istri, melainkan pada

pertalian darah atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat. Keluarga

kerabat terdiri dari hubungan darah dari beberapa generasi yang mungkin berdiam

dalam satu rumah atau pada tempat lain yang berjauhan. Kesatuan keluarga

kerabat ini disebut juga sebagai keluarga luas. (Narwoko dan Suyanto, 2004: 14).

B. Kerangka Pikir

Penelitian Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam

Lingkungan Keluarga ini meneliti wujud kesantunan berbahasa dan

mendeskripsikan prinsip kesantunan berbahasa antara orang tua dan anak dalam

lingkungan keluarga. Data berupa tuturan percakapan yang terjadi antara orang

tua dan anak di lingkungan keluarga dan mematuhi maksim-maksim kesantunan.

Alat pengukur kesantunan yang digunakan untuk menentukan tuturan pada

Page 38: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

27

pelaksanaan percakapan antara orang tua dan anak, yaitu maksim-maksim

kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Geoffrey Leech.

Data yang akan dikaji tentunya kesantunan berbahasa antara orang tua dan

anak dalam lingkungan keluarga. Setelah data terkumpul dan dianalisis, kemudian

dikomparasikan sehingga dapat disimpulkan termasuk dalam kategori tingkat

kesantunan yang mana. Kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan melalui bagan I

berikut.

Page 39: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

28

Bagan I: Kerangka Pikir

Pragmatik

Tindak Tutur

Prinsip Kesantunan

Berbahasa Keluarga

Ayah dan Ibu

Bahasa Indonesia

Ayah dan Anak Ibu dan Anak

Kesantunan Berbahasa

Analisis

Temuan

Sosiolinguistik

Semantik

Psikolinguistik

Maksim

Kebijaksanaan

Maksim

Kedermawanan

Maksim

Penghargaan

Maksim

Kerendahan Hati

Maksim

Kesepakatan

Maksim

Kesimpatian

Page 40: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Kata metode berarti cara yang telah diatur dan disusun secara sistematis

untuk mencapai suatu maksud tertentu baik dalam ilmu pengetahuan ataupun

lainnya. Jadi, untuk memperoleh data yang objektif dalam penelitian kesantunan

berbahasa antara orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga. Penelitian ini

melalui tahapan-tahapan untuk mendapat hasil penelitian yang valid. Adapun

tahap-tahapnya dalam penelitian ini harus mengetahui beberapa hal sebagai

berikut :

A. Jenis dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Metode ini merupakan penggambaran atau penyajian data berdasarkan

kenyataan-kenyataan secara objektif dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta

hubungannya dengan masalah penelitian. Metode ini bertujuan membuat

deskriptif sesuai dengan kenyataan atau keadaan data secara alamiah, sehingga

data yang ada berdasarkan fenomena dan fakta yang memang sesuai dengan

kenyataan pada penuturnya.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan yaitu

peneliti yang terlibat secara langsung dalam melakukan penelitian di lingkungan

keluarga.

Page 41: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

30

B. Definisi Istilah

1. Kesantunan Berbahasa

Kesantunan bersifat relatif di dalam masyarakat. Ujaran tertentu biasa

dikatakan santun di dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, akan tetapi di

kelompok masyarakat lain bisa dikatakan tidak santun. Tujuan kesantunan

termasuk kesantunan berbahasa adalah membuat suasana berinteraksi

menyenangkan, tidak mengancam muka, dan efektif. Kesantunan merupakan

perilaku yang diekspresikan dengan cara yang baik atau beretika. Kesantunan

merupakan fenomena kultural, sehingga apa yang dianggap santun oleh suatu

kultur mungkin tidak demikian halnya dengan kultur yang lain.

Kesantunan mencakup intonasi. Menyatakan bahwa intonasi adalah tinggi-

rendah suara, panjang-pendek suara, keras-lemah, jeda, dan irama yang menyertai

tuturan. Intonasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni intonasi yang menandai

berakhirnya suatu kalimat atau intonasi final, dan intonasi yang berada di tengah

kalimat atau intonasi nonfinal. Intonasi berfungsi untuk memperjelas maksud

tuturan.

2. Konsep Keluarga

Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau

pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia, keluarga

merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari

kegiatan dalam kehidupan individu.

Keluarga kerabat terdiri dari hubungan darah dari beberapa generasi yang

mungkin berdiam dalam satu rumah atau pada tempat lain yang berjauhan.

Page 42: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

31

C. Data dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang secara

langsung berkaitan atau berkenaan dengan masalah yang diteliti dan secara

langsung dari sumber. Sumber data tersebut dapat berupa percakapan di dalam

satu lingkungan keluarga. Keluarga yang dimaksud yaitu Keluarga Nurhady yang

tinggal di Jl. Zamrud, Kelurahan Darma, Kecamatan Polewali, Kabupaten

Polewali Mandar.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lisan dan tulisan. Data

lisan dan tulisan diperoleh dengan cara mengamati interaksi antara orang tua

sebanyak 2 orang dan anak 2 orang dalam lingkungan keluarga dan mencatat

ujaran-ujaran anggota keluarga pada saat bercerita di dalam rumah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

observasi, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat.

1. Teknik observasi dilakukan peneliti dengan mengamati interaksi antara

orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga. Teknik ini digunakan agar

situasi berkomunikasi berlangsung alamiah tanpa ada campur tangan dari

peneliti.

2. Teknik simak bebas libat cakap yaitu peneliti hanya berperan sebagai

pengamat penggunaan bahasa oleh para informan. Peneliti tidak terlibat

langsung dalam peristiwa penuturan yang bahasanya sedang diteliti. Jadi,

peneliti hanya menyimak dialog yang terjadi antara informan.

Page 43: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

32

3. Teknik catat yaitu teknik yang digunakan dengan jalan mencatat

percakapan yang bersifat spontan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

sosiopragmatik, sebuah pendekatan yang menelaah tuturan yang dikaitkan dengan

kondisi tertentu, kebudayaan-kebudayaan, dan masyarakat yang memakai bahasa

Indonesia yang dikaitkan dengan prinsip kesantunan berbahasa di lingkungan

keluarga.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Setelah data terkumpul melalui teknik observasi, teknik simak bebas libat cakap,

dan teknik catat. Peneliti menganalisis dengan cara :

1. Mentranskip data yang telah diperoleh baik melalui teknik simak

dan teknik catat.

2. Mengidentifikasi tuturan berdasarkan pematuhan dan pelanggaran

maksim kesantunan Geoffrey Leech, yaitu : (1) maksim

kebikjasanaan, (2) maksim kedermawanan, (3) maksim

penghargaan, (4) maksim kesederhanaan, (5) maksim

permufakatan, (6) maksim kesimpatian.

3. Menganalisis tuturan yang telah diidentifikasi berdasarkan prinsip

kesantunan Geoffrey Leech.

4. Mendeskripsikan hasil analisis kesantunan berbahasa yang telah

dianalisis.

Page 44: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian berdasarkan teori kesantunan berbahasa yang dapat

direalisasikan bermacam-macam wujud. Pada bagian ini akan dipaparkan hasil

penelitian yang kemudian akan diuraikan. Berdasarkan rumusan masalah dan

tujuan penelitian, hasil penelitian berupa bentuk penggunaan prinsip kesantunan

dalam interaksi orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga dan jenis tindak

tutur yang terdapat dalam interaksi orang tua dan anak.

Berikut ini akan dibahas secara rinci wujud penggunaan prinsip kesantunan

berbahasa dalam lingkungan keluarga.

a. Maksim Kebijaksanaan

Dalam maksim kebijakasanaan dijelaskan bahwa orang dapat

dikatakan santun apabila memaksimalkan keuntungan orang lain dan

meminimalkan kerugian orang lain. Ketika penutur berusaha

menguntungkan pihak lain, lawan tutur akan merasa dihargai dan dihormati.

Hal ini dilakukan untuk menjaga perasaan agar tidak dianggap kurang

sopan. Agar lebih jelas tuturan di bawah ini dapat dicermati dan

dipertimbangkan.

Page 45: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

34

1) Dahnia (Mama) :“kalau lulus mako nanti, sudahmi

kusiapkan uang untuk ongkos kuliahmu.”

(Kalau kamu lulus nanti, sudah ibu siapkan ongkos

buat kamu kuliah).

Uswatun (Anak) :“iyekah mak, adami uangta?”

(betulkah ibu, sudah ada uangnya ya?)

Dahnia (Mama) :”Setiap bulan mama menabung untuk

keperluanmu dan adekmu untuk melanjutkan

sekolah tahun depan.”

(Setiap bulan ibu menabung uang untuk

keperluan kamu dan adik kamu yang mau

melanjutkan sekolah tahun depan).

(Data tanggal, 2 September 2019/tempat penelitian di rumah)

(01160718)

Konteks : Tuturan ibu dan anak di atas dituturkan pada saat seorang ibu

menyampaikan kepada anaknya bahwa ibu sudah mempersiapkan uang

untuk anaknya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Kutipan [1] di atas antara ibu dan anak terlihat wujud kesantunan

maksim kebijaksanaan tindak tutur komisitif (berjanji) pada tuturan

mama, janji mama kepada anak mengenai kesiapan mama menyediakan

uang kuliah. Dengan tindak tutur “sudahmi kusiapkan uang untuk ongkos

kuliahmu.” terlihat mama berandai-andai. Mama berandai-andai dengan

tindak tutur “kalau lulus mako nanti”akan tetapi, pengandaian mama itu

Page 46: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

35

dalam hal waktu bukan dalam hal uang untuk kuliah. Anak menanyakan

secara langsung kesiapan mama mengenai uang kuliah melalui tindak

tutur “iyekah mak, adami uangta?”. Sebenarnya yang ditanyakan anak

itu adalah tindak tutur mama dalam berjanji, tidak hanya menayakan

kesiapan mama tentang biaya kuliah, tetapi juga meminta konfirmasi

tentang janji mama. Untuk merespon keraguan anaknya, ibu menjawab

secara argumentatif untuk meyakinkan anaknya dengan tindak tutur

“setiap bulan mama menabung untuk keperluanmu dan adekmu untuk

melanjutkan sekolah tahun depan.”. Tindak tutur ibu tersebut di samping

meyakinkan anaknya tergambar kebijaksanaan ibu dengan menyisihkan

sebagian uang yang diberikan suami kepadanya. Ibu memilih menyimpan

uang itu demi kepentingan anak-anaknya melanjutkan pendidikan.

Gambaran tersebut mengarah pada maksim kebijaksanaan. Dengan

demikian, keuntungan yang diperoleh anaknya bertambah. Kedua

anaknya memperoleh keuntungan dari pengorbanan ibu dengan

melanjutkan pendidikan.

b. Maksim Kedermawanan

Maksim kedermawanan seringkali disebut dengan maksim kemurahan

hati. Maksim kedermawanan mewajibkan setiap peserta tutur

memaksimalkan pengorbanan atau kerugian dirinya sendiri dan

meminimalkan keuntungan diri sendiri. Tuturan berikut dapat dicermati dan

dipertimbangkan untuk memperjelas maksim kedermawanan.

Page 47: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

36

2) Sri (Menantu) : ”Apa kita’ beli ma?”

(Mau beli apa Bu?)

Nuraidah (Mertua) : ”Mau ja’ beli ikan.”

(Membeli ikan saja).

Sri (Menantu) : ”Berapa itu Ma?”

(Itu berapa Bu?)

Nuraidah (Mertua) : ”25 ribu ji.”

(25 ribu saja.)

Sri (Menantu) :”Jangan maki ambil uang ma, nanti saya yang

bayar.”

(Tidak usah mengambil uang Bu, Nanti saya yang

membayarnya).

Nuraidah (Mertua) : “Iye Nak, Terimakasih nah Nak.”

(Iya Nak, Terimakasih ya Nak).

Sri (Menantu) : “Jangan maki berterimakasih ma ai, wajar ji

kalau saya yang bayar.”

(Tidak perlu berterimakasih Bu, Sudah sewajarnya

saya membayarnya).

(Data tanggal, 05 September 2019/tempat penelitian di teras rumah)

(28180718)

Page 48: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

37

Konteks: Tuturan antara menantu dan mertua di atas dituturkan pada

saat si menantu melihat Ibu mertuanya sedang membeli ikan.

Kutipan (2) di atas terlihat penggunaan wujud kesantunan maksim

kedermawanan tindak tutur direktif (pertanyaan) pada tuturan (1), yaitu

menanyakan apa yang dibeli mertuanya :”Beli apa ki’ ma?”. Pada tuturan

(2), yaitu ”Mau ja’ beli ikan.” dituturkan mertua untuk menerangkan

kepada menantunya mengenai apa yang ia beli. Kemudian menantu dalam

tuturan (3) menggunakan kalimat direktif (pertanyaan) “berapa itu ma?”

untuk menanyakan harga ikan yang dibeli mertuanya dan direspon si ibu

menggunakan kalimat deklaratif pada tuturan (4) untuk menginformasikan

harga ikan “25 ribu ji.” kemudian menantu menuturkan agar mertuanya

tidak perlu mengambil uang seperti tuturan (5) ”Jangan maki ambil uang

ma, nanti saya yang bayar.” dalam tuturan ini direspon mertua untuk

menyatakan tindak ekspresif (ucapan terimakasih) pada tuturan (6) “Iye

nak, terimakasih nah Nak.” kepada menantunya yang direspon menantu

pada tuturan (7) seperti tuturan “Jangan maki berterimakasih ma ai, wajar

ji kalau saya yang bayar.” bahwa seorang mertua tidak seharusnya

berterima kasih dengan menantunya. Dalam kutipan di atas terlihat

penggunaan wujud kesantunan maksim kedermawanan yang tampak pada

tuturan (5) dengan memaksimalkan kerugian dirinya. Hal ini membuat

maksim kebijaksanaan muncul dalam percakapan yang tampak pada tuturan

(5).

Page 49: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

38

Tuturan di bawah ini termasuk juga ke dalam penggunaan maksim

kedermawanan.

3) Nurhady (Ayah) : ”Kalau sudah maki makan, pergi ki sholat dulu

nak.”

(Kalau kamu selesai makan, pergi shalat dulu nak).

Uswatun (Anak) : ”Iye, sudah ma tadi sholat pak.”

(Iya, saya sudah selesai sholat pak).

Nurhady (Ayah) : ”Oh, iye pale nak.”

(Oh, iya nak).

(Data tanggal, 10 September 2019/tempat penelitian di rumah)

(6170718)

Konteks :

Tuturan terjadi pada siang hari saat makan. Ayah menyuruh

Uswatun untuk mengerjakan sholat setelah makan siang.

Tuturan antara ayah dan Uswatun di atas termasuk santun.

Pada tuturan ayah ”Kalau sudah maki makan, pergi ki sholat dulu

nak.” mematuhi maksim kedermawanan karena penutur

memaksimalkan kerugian dan meminimalkan keuntungan pada diri

sendiri. Pemaksimalan kerugian terjadi karena penutur memberi tahu

mitra tutur dengan bahasa yang halus untuk mengerjakan sholat

selesai makan malam.

Page 50: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

39

c. Maksim Penghargaan

Di dalam maksim penghargaan, peserta tutur dapat dianggap santun

apabila berusaha menghargai orang lain. Peserta tutur harus memaksimalkan

pujian kepada orang lain dan meminimalkan cacian atau kerugian pada

orang lain. Tuturan berikut dapat dicermati dan dipertimbangkan untuk

memperjelas maksim penghargaan.

4) Ummi : ”Beruntung sekali ki’ punya menantu yang baik

sekali sama orang tua.”

(Beruntung sekali kamu punya menantu yang baik

sekali orangnya dengan orangtua).

Nuraidah (Mertua) : ”Iye, baik sekali memang ini menantuku tidak

perhitungan orangnya.”

(Iya, menantunku yang ini memang baik sekali

orangnya tidak perhitungan).

(Data tanggal, 05 September 2019/tempat penelitian di teras rumah)

(17170718)

Konteks: Tuturan antara Ummi dan mertua ini dituturkan pada saat

Ummi melihat menantu sepupunya itu selalu baik dan perhatian

dengan mertuanya.

Kutipan [3] di atas muncul pada saat Ummi melihat menantu dari

lawan tuturnya begitu baik terhadap mertuanya seperti yang tampak

pada tuturan (1) dituturka Ummi kepada lawan tutur (mertua) dengan

Page 51: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

40

menggunakan kalimat direktif untuk menyatakan pernyataan si

penutur (Ummi), sedangkan dalam tuturan (2) dituturkan si mertua

menggunakan kalimat ekspresif untuk menyatakan pujiannya. Untuk

memaksimalkan pujian terhadap menantu lawan tutur seperti yang

tampak pada tuturan ”Beruntung sekali ki’ punya menantu yang baik

sekali sama orang tua.”. Penggunaan maksim pujian ini tidak hanya

terdapat dalam tuturan (1) tetapi terdapat juga dalam tuturan (2)

bahwa mertua memuji perbuatan menantunya seperti tuturan ”Iye,

baik sekali memang ini menantuku tidak perhitungan orangnya.”

Dalam tuturan ini tampak jelas bahwa penutur (2) memaksimalkan

pujiannya terhadap menantunya sendiri. Dari tuturan (1) dan (2) di

atas tampak jelas bahwa mereka mematuhi maksim pujian karena

memaksimalkan maksim pujian kepada orang lain.

d. Maksim Kesederhanaan

Menurut maksim kesederhanaan, setiap peserta tutur hendaknya

memaksimalkan cacian pada diri sendiri dan meminimalkan pujian pada diri

sendiri. Orang dapat dikatakan santun jika tidak sombong dan

mengunggulkan diri sendiri di hadapan orang lain. Berikut tuturan yang

mengandung maksim kesederhanaan.

5) Nuraidah (Mertua) : ”Apa lagi dibeli itu untuk mama Nak?”

(Apa lagi yang kamu belikan untuk Ibu Nak?)

Sri (Menantu) : “Sayur Ma, masa ikanji dibeli sayurnya tidak

ada.”

Page 52: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

41

(Sayur Bu, tidak mungkin membeli ikannya saja

sayurnya tidak).

Nuraidah (Mertua) : ”Baik sekali ki’ Nak, macam-macam mu

tawarkan ka.”

(Kamu sangat baik Nak, menawarkan Ibu

bermacam-macam).

Ummi : “Seandainya punya ka juga menantu yang baik

kaya kita.”

(Seandainya saja aku juga punya menantu yang baik

seperti kamu).

Sri (Menantu) : “Nda ji juga Tante, kebetulan adaji uang.”

(Tidak juga Tante, kebetulan uangnya ada).

Ummi : “Itu, bicaramu saja selalu ki’ merendah.”

(Itu, kamu bicara saja selalu merendah).

(Data tanggal, 05 September 2019/tempat penelitian di teras rumah)

(07170718)

Konteks : Tuturan antara mertua dan menantu ini dituturkan pada

saat menantunya mengantarkan sayur untuk ibu mertuanya.

Data pada kutipan [4] di atas dituturkan menggunakan

kalimat direktif (bertanya) untuk menanyakan sesuatu ketika seorang

mertua melihat menantunya mengantarkan sesuatu untuknya pada

Page 53: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

42

tuturan mertua ”Apa lagi dibeli itu untuk mama Nak?” seorang

mertua menanyakan apa yang diantarkan menantu untuknya dan

direspon menantu dengan tuturan “Sayur Ma, masa ikanji dibeli

sayurnya tidak ada.” tuturan ini dituturkan untuk menerangkan

mengenai apa yang ia bawakan untuk mertuanya. Tindakan menantu

tersebut di respon mertua dengan tuturan, ”Baik sekali ki’ Nak,

macam-macam mu tawarkan ka.” dalam tuturan ini mertua memuji

kebaikan menantunya dan ditambah lagi pujian dari bibinya (Ummi)

pada tuturan bahwa Ummi menyatakan kalau ia mengharapkan

menantu seperti menantu kakak sepupunya itu yang tampak pada

tuturan “Seandainya ada juga menantuku yang baik kaya kau.”.

Dilihat dari tuturan (5), yaitu “Nda ji juga Tante, kebetulan adaji

uang.” tampak bahwa tuturan tersebut telah meminimalkan pujian

terhadap dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa dirinya tidak

sebaik yang bibinya katakan. Oleh karena itu, tuturan (5) ini telah

mematuhi maksim kesederhanaan dengan merendahkan dirinya

sendiri dan diperkuat dengan pernyataan pada tuturan (6), yaitu “Itu,

bicaramu saja selalu ki’ merendah.” Dalam tuturan (6) ini si Ummi

mengatakan bahwa keponakannya itu selalu bicara dengan

merendahkan dirinya sendiri tanpa menuturkan perkataan yang

tinggi atau menyombongkan diri.

Page 54: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

43

e. Maksim Pemufakatan

Maksim permufakatan atau biasa disebut dengan maksim kecocokan,

mewajibkan setiap peserta tutur memaksimalkan kecocokan antara diri

sendiri dengan orang lain. Orang yang melaksanakan maksim pemufakatan

dianggap santun. Untuk memperjelas hal itu, tuturan berikut ini dapat

dicermati.

6) Dahnia (Mama) : ”Nak, kalau kuliah maki nanti mauki ambil

jurusan apa?”

(Nak, kalau kamu nanti sudah kuliah, jurusan apa

yang akan kamu pilih?)

Uswatun (Anak) : ”Mau ka ambil jurusan akutansi, ka lulusan

SMK akutansi ja.”

(Saya ingin memilih jurusan akutansi, karena saya

lulusan SMK jurusan akutansi juga).

Dahnia (Mama) : “Kalau jurusan akuntasi mu ambil, pasti lebih

cepatko dapat kerja Nak.”

(Kalau kamu mengambil jurusan akutansi, kamu

akan lebih cepat mendapatkan pekerjaan Nak).

(Data tanggal, 07 September 2019/tempat penelitian di rumah)

(11170718)

Page 55: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

44

Konteks : Tuturan antara ibu dan anak ini dituturkan pada saat mereka

sedang membicarakan mengenai rencana anak dalam mengambil

jurusan ke perguruan tinggi.

Data kutipan [5] di atas pada tuturan (1) dituturkan

menggunakan kalimat direktif untuk menanyakan tentang jurusan

yang hendak diambil oleh anak dalam melanjutkan pendidikan ke

Perguruan Tinggi yang tampak pada tuturan ”Nak, kalau kuliah maki

nanti mauki ambil jurusan apa?” pernyataan si mama di respon si

anak dengan menginformasikan bahwa ia mau melanjutkan

pendidikan ke jurusan akutansi terlihat dari tuturan (2) ”Mau ka ambil

jurusan akutansi, kah lulusan SMK akutansi ja.” Dalam tuturan (2)

ini dituturkan si anak untuk menjelaskan alasan kenapa ia memilih

mengambil jurusan akutansi karena menurutnuya agar menyesuaikan

dengan bidang yang ia gelut selama di Sekolah. Rencana si anak telah

disetujui si mama seperti yang terlihat pada tuturan (3) bahwa

pernyataan si mama anaknya akan lebih muda mencari pekerjaan

kalau mengambil jurusan akutansi, “Kalau jurusan akuntasi mu

ambil, pasti lebih cepatko dapat kerja nak.” Pada pernyataan ini

secara tidak langsung telah mematuhi maksim pemufakatan, yaitu

memaksimalkan kesetujuan diantara mereka. Dari pernyataan (3) ini si

ibu tidak langsung menyatakan bahwa ia setuju dengan jurusan yang

hendak dipilih oleh anaknya namun dilihat dari tuturannya yang

tampak jelas bahwa si mama menyetujui jurusan yang akan dipilih

Page 56: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

45

anaknya tersebut dengan mengatakan bahwa kalau anaknya

mengambil jurusan akuntansi akan lebih mudah mendapatkan

pekerjaan.

Tuturan di bawah ini termasuk juga ke dalam penggunaan maksim

pemufakatan.

7) Dahnia (Ibu) : “Bagaimana kalau ini meja sa simpan di dekat

lemari mi saja di?”

(Bagaimana kalau meja ini saya simpan di dekat

lemari saja?”

Nurhady (Ayah) : “Iye, bisa ji juga supaya kelihatan luas i.”

(Iya, bisa juga supaya kelihatan luas).

(Data tanggal, 08 September 2019/tempat penelitian di rumah)

(18170718)

Konteks :

Tuturan tersebut terjadi pada pagi hari saat ibu sedang menyimpan

di ruang tamu. Ibu meminta pendapat ayah untuk memindahkan meja di

dekat lemari agar kelihatan lebih luas.

Tuturan tersebut menandakan adanya kecocokan pendapat antara ibu

dengan ayah. Percakapan tersebut mematuhi maksim pemufakatan karena

penutur meminta pertimbangan/saran dari mitra tutur. Data di atas

menunjukkan tuturan yang dilakukan oleh dua orang peserta tutur dengan

Page 57: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

46

status berbeda, ayah memiliki status yang lebih tinggi sedangkan ibu

sebagai istri memiliki status yang lebih rendah dari segi kekuasaan. Jadi,

dari tuturan tersebut terlihat bahwa penutur mampu memaksimalkan rasa

senang pada mitra tutur.

f. Maksim Kesimpatian

Di dalam maksim kesimpatian, peserta tutur diharapkan

memaksimalkan sikap simpati antara diri sendiri dengan orang lain, dan

meminimalkan rasa simpati antara dirinya dengan orang lain. Berikut ini

adalah maksim kesimpatian yang terdapat di dalam tuturan interaksi orang

tua dan anak.

8) Dahnia (Mama) : “Astaga, kenapa banyak sekali cucianmu Nak?

kasihan sekali anakku sampe-sampe

keringatan begitu.”

(Astaga, kenapa cucian kamu banyak sekali

Nak?Kasian sekali anak saya sampai keringatan).

Uswatun (Anak) : ”Cucian yang kemarin ini ma, itumi nah banyak

sekali.”

(Ini cucian yang kemarin Bu, makanya banyak

sekali).

(Data tanggal, 07 September 2019/tempat penelitian di rumah)

(05170718)

Page 58: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

47

Konteks : Tuturan antara ibu dan anak ini dituturkan pada saat si ibu

terkejut melihat anaknya mencuci pakaian kotor yang sangat banyak

dengan keadaan yang panas dan berkeringat .

Data kutipan [6] pada tuturan (1) di atas dituturkan dengan kalimat

deklaratif untuk menanyakan kenapa cucian si anak sangat banyak

sampai keringatan. Dalam tuturan si mama, yaitu “Astaga, kenapa

banyak sekali cucianmu Nak? kasihan sekali anakku sampe-sampe

keringatan begitu.” Tuturan ini digunakan seorang ibu untuk

menanyakan sebab cuciannya sangat banyak sampai keringatan.

Dilihat dari tuturan (2) bahwa pernyataan si mama telah direspon oleh

si anak dengan memberitahukan sebab cuciannya sangat banyak

seperti tuturan ”Cucian yang kemarin ini ma, itumi nah banyak

sekali.” Dalam tuturan ini si anak berusaha menjelaskan sebab

cuciannya sangat banyak akibat belum mencuci pakaian yang

kemarin. Data pada kutipan di atas menunjukkan adanya maksim

kesimpatian yang tampak pada tuturan (1) terdapat penggunaan kata

„astaga dan kasihannya‟ digunakan untuk memaksimalkan rasa

simpati melihat anaknya mencuci dengan keadaan berkeringat.

Maksim kesimpatian yang terdapat dalam tuturan ini karena ekspresi

si mama yang seolah-olah ikut merasakan gerah melihat anaknya yang

berkeringat.

Page 59: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

48

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan prinsip kesantunan yang digunakan,

meliputi: maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan,

maksim kesederhanaan, maksim permufakatan dan maksim kesimpatian. Hasil

penelitian penggunaan prinsip kesantunan berbahasa antara orang tua dan anak ini

didukung oleh data kuantitatif. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian

yang diperoleh yang mengkaji kesantunan berbahasa orang tua dan anak.

Sesuai dengan kajian teori, wacana iklan dipandang sebagai wacana

persuasif dan wacana hortatori. Wacana persuasif dan wacana hortatori adalah

wacana yang bertujuan mempengaruhi pendengar agar tertarik terhadap apa yang

dikemukakan sehingga melakukan tindakan sesuai yang diharapkan.

Menurut Penelope Brown & Stephen C. Levison (1978), bahwasanya

bersikap santun itu adalah bersikap peduli pada “wajah” atau “muka”, baik

penutur maupun petutur. “Wajah” dalam hal ini bukan dalam arti fisik, namun

”wajah” dalam artian public image, atau mungkin harga diri dalam pandangan

masyarakat.

Konsep wajah ini berakar dari konsep tradisional di China, yang

dikembangkan oleh konfusius terkait dengan nilai-nilai kemanusiaan. Pada

wajah, dalam tradisi China, melekat atribut sosial yang merupakan harga diri,

sebuah penghargaan yang diberikan oleh masyarakat, atau dimiliki secara

individu.

Kesantunan itu sendiri memiliki makna yang berbeda dengan

kesopanan, kata sopan memiliki arti menunjukkan rasa hormat pada mitra

Page 60: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

49

tutur, sedangkan kata santun memiliki arti berbahasa atau berperilaku dengan

berdasarkan pada jarak sosial antara penutur dan petutur. Konsep wajah di atas

benar-benar berkaitan dengan persoalan kesantunan bukan kesopanan. Rasa

hormat yang ditunjukkan melalui berbahasa mungkin akan berakibat santun,

artinya sopan berbahasa akan memelihara wajah penutur dan petutur.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa keluarga sangat berperan dalam

membentuk pribadi seorang individu. Pendidikan dan pengetahuan yang kita

peroleh di dalam sebuah keluarga akan mempengaruhi apa yang kita lakukan di

dalam sebuah masyarkat atau kelompok diluar sebuah keluarga. Salah satunya

adalah mengenai kesantunan berbahasa. Keluarga berperan mengajarkan dan

memberikan pengetahuan tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku

dalam masyarakat, kita dapat menyesuaikan diri dan bertindak sesuai dengan

nilai dan norma yang berlaku.

Pada sebuah keluarga, pasti terdapat seorang ayah yang berperan

sebagai kepala keluarga, ibu, dan anak-anaknya. Kepala keluarga di sini adalah

orang yang berhak memimpin dan mengatur kegiatan dalam sebuah keluarga.

Ibu di sini juga berperan dalam membantu posisi seorang kepala keluarga.

Dalam sebuah keluarga pasti tidak akan terlepas dari interaksi yang salah

satunya adalah diwujudkan dalam bentuk komunikasi.

Meskipun dalam lingkup keluarga, sebuah komunikasi juga harus

mementingkan sebuah kesantunan yang akan menimbulkan sebuah kesopanan dan

rasa saling menghargai. Jika dihubungkan dengan teori kesantunan Penelope

Brown & Stephen C. Levison di sini kedudukan ayah dan ibu sebagai pemegang

Page 61: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

50

kekuasaan tertinggi dalam sebuah keluarga, mereka berhak menentukan apa yang

seharusnya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam keluarga tersebut

karena mereka mempunyai keyakinan bahwa apa yang mereka tentukan itu

memang benar dan akan menimbulkan kebaikan. Dalam hal ini, anak-anak

sebagai individu yang harus mematuhi apa yang telah ditentukan umumnya akan

menghargai dan melaksanakan apa yang telah ditentukan. Apabila dilihat dari

kondisi nyata saat ini, sebagian besar sebuah keluarga masih menerapkan

kebiasaan ini. Di sini, antara kepala keluarga dan anggota keluarga yang lain akan

saling menjaga dan melaksanakan apa yang telah ditentukan dan disepakati

sehingga secara tidak langsung mereka saling menunjukkan rasa keakraban dan

saling menghargai.

Dalam sebuah keluarga untuk berbicara dengan orang tua, kita harus

selalu menjaga kesopanan baik melalui tingkah laku dan ucapan kita. Apabila

kita berbicara kepada orang yang lebih tua dari pada kita, bahasa yang kita

gunakan selayaknya lebih sopan apabila dibandingkan dengan cara kita

berbicara dengan temen sebaya kita. Hal ini akan menimbulkan sikap saling

menghargai antara seorang anak dengan orang tua mereka. Apabila dikaji

menggunakan teori Penelope Brown & Stephen C. Levison mengenai prinsip

muka negatif, keadaan tersebut menggambarkan adanya jarak antara mana

yang lebih muda dan mana yang lebih tua. Keadaan demikian tidak perlu

menjadi masalah karena dengan adanya jarak tersebut akan menimbulkan rasa

saling menghargai sehingga tampak kesopanan pada setiap perilaku didalam

sebuah keluarga.

Page 62: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

51

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Wujud kesantunan penutur dibagi menjadi enam, yaitu maksim

kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim

kesederhanaan, maksim pemufakatan, dan maksim kesimpatian.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan kesantunan berbahasa orang

tua dan anak dalam lingkungan keluarga dapat disimpulkan bahwa :

Penggunaan prinsip kesantunan dalam interaksi orang tua dan anak dalam

lingkungan keluarga menunjukkan jumlah tuturan yang ditemukan sebanyak 28

tuturan yang menggunakan prinsip kesantunan. Prinsip kesantunan yang

dimaksud meliputi: (1) maksim kebijaksanaan sebanyak 3 tuturan (2) maksim

kedermawanan sebanyak 10 tuturan (3) maksim penghargaan sebanyak 2 tuturan

(4) maksim kesederhanaan sebanyak 6 tuturan (5) maksim permufakatan

sebanyak 5 tuturan dan (6) maksim kesimpatian sebanyak 2 tuturan.

Data tersebut menunjukan bahwa tuturan orang tua dan anak dalam

lingkungan keluarga telah mematuhi prinsip maksim kesantunan yang ada.

Kesantunan orang tua dan anak dalam bertutur bukan hanya sekadar mematuhi

prinsip maksim kesantunan. Maksim-maksim yang ada tentunya menggambarkan

pola hidup masyarakat yang terimplikasi dalam tutur kata. Kesantunan bertutur

orang tua dan anak dibangun oleh budaya dan norma-norma yang mengikat

mereka dalam budaya Mandar. Maksim-maksim yang ada tentunya

menggambarkan pola hidup masyarakat yang terimplikasi dalam tutur kata.

Page 63: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

52

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesantunan berbahasa

Indonesia di lingkungan keluarga terdapat beberapa strategi kesantunan negatif

yang dikembangkan oleh Penelope Brown dan Levinson Stephen C. dengan

menggunakan ukuran solidaritas kesantunan berbahasa, dan prinsip kesantunan

yang dikembangkan oleh Geoffrey Leech yaitu maksim kebijaksanaan, maksim

kedermawanan, maksim pujian, maksim kesederhanaan, maksim kesetujuan,

maksim kesimpatian, dan maksim pertimbangan, serta dilengkapi dengan prinsip

kerja sama yang dikembangkan oleh Grice yaitu maksim kuantitas, maksim

kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara atau pelaksanaan. Prinsip-prinsip

tersebut tidak selalu diterapkan dalam percakapan. Karena dalam satu keluarga

yang dijadikan penelitian tidak memperhatikan prinsip-prinsip kesantunan pada

saat bercerita antara penutur dan mitra tutur dengan konteks dan situasinya.

Sesuai dengan kajian teori, wacana iklan dipandang sebagai wacana

persuasif dan wacana hortatori. Wacana persuasif dan wacana hortatori adalah

wacana yang bertujuan mempengaruhi pendengar agar tertarik terhadap apa yang

dikemukakan sehingga melakukan tindakan sesuai yang diharapkan.

Prinsip kesantunan Geoffrey Leech (1993) dapat digunakan untuk

mengkaji penggunaan bahasa dalam suatu masyarakat tertentu. Masyarakat yang

dimaksud di sini adalah keluarga Nurhady di Kelurahan Darma, Kecamatan

Polewali, Kabupaten Polewali Mandar. Kesantunan suatu masyarakat dapat dinilai

dengan budaya yang dijunjungnya termasuk dengan meneliti bahasanya, karena

bahasa sebagai alat identitas diri. Bahasa setiap daerah pasti berbeda karena

Page 64: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

53

mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan berbeda, sehingga bahasa menjadi

beragam.

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian penggunaan prinsip kesantunan

berbahasa orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga, maka saran yang

diperoleh sebagai berikut.

1. Peneliti atau penulis khususnya dalam bidang bahasa, agar dalam

melakukan penelitian secara menyeluruh, agar dapat dirasakan oleh

pembaca dan peneliti pada khususnya.

2. Penelitian lebih lanjut terkait kesantunan berbahasa masih perlu

dilakukan dan dikembangkan, karena masih banyak yang belum

terungkap melalui penelitian ini.

3. Penggunaan prinsip kesantunan dalam tuturan orang tua dan anak

merupakan suatu bentuk yang telah dirancang sedemikian rupa dan

mengalami pengeditan agar dapat diterima oleh pembaca. Maka sangat

baik apabila peneliti selanjutnya juga meneliti penyimpangan

kesantunan.

4. Para pembaca, penelitian singkat ini semoga dapat dijadikan bahan

referensi tentang kesantunan dan sekaligus penambah wawasan tentang

fenomena bahasa dalam masyarakat.

Page 65: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

54

DAFTAR PUSTAKA

Asri. 2013. Humor Seksualitas dalam Bahasa SMS (Short Message Service):

Kajian Sosiopragmatik Berdasarkan Kesantunan Berbahasa. Gramatika:

Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan. Sulawesi Tengah: Balai

Bahasa Sulewesi Tengah.

Brown, Penelope & Levinson, Stephen C. 1978. Universals in Language Usage :

Politeness Phenomena. in Goody, Esther N,ed. Questions and Politeness :

Strategies in Social Interaction Cambridge. University Press, 56-310.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chaer, Adul. 2007. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2012. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa

Manusia. Jakarta: Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

George, Yule. 2006. Pragmatik (Edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan

Rombe Mustajab). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Gunarwan, Asim. 1994. Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan

Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik. PELBA 7: Pertemuan

Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya:Ketujuh”. Jakarta: Lembaga

Bahasa Unika Atma Jaya.

Haliday, Michael. 1976. Cohesion in English. London, Newyork: Longman.

Hidayat. 2006. Filsafat Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores:

Nusa Indah.

Kusno, Ali. 2014. Kesantunan Bertutur oleh Orang Tua kepada Anak di

Lingkungan Rumah Tangga. Dinamika Ilmu Volume 14. Kalimantan

Timur: Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Kesantunan. (Terjemahan oleh M.D.D

Oka). Jakarta: Universitas Indonesia.

Leech, Geoffrey. 2011. Prinsip-prinsip Pragmatik. (Terjemahan oleh M.D.D

Oka). Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press).

Page 66: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

55

Mahsum. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan

Tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Miles, Matthew B. dan A. Micheal Huberman. 2007. Analisis Data Kualitataif.

(Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI-Press.

Mulyana, Deddy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Narwoko dan Suyanto, 2004 (http:// 4.bp.blogspot.com/2015/04/ pengertian-

keluarga-menurut-para-ahli.html).

Norhidayah, Siti. 2014. Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Keluarga

Masyarakat Banjar Di Kecamatan Banjar Selatan. Jurnal Bahasa Sastra

dan Pembelajarannya (JBSP) Volume 5. Banjarmasin: Universitas

Lambung Mangkurat.

Nurjamily, Wa ode. 2015. Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam Lingkungan

Keluarga (Kajian Sosio Pragmatik). Jurnal Humanika. No. 15. Volume 3.

Pranowo. 2009. Berbahasa secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pratama, Randi. 2018. Telaah Kesantunan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas XI

SMK Negeri Tapango. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Rahman, Anita. 2017. Kesantunan Berbahasa Indonesia Masyarakat dan Polisi

pada Pemeriksaan Lalulintas Kepolisian Polres Gowa. Tesis. Makassar:

Program Pascasarjana UNM Makassar.

Rahardi, Kunjana. 2011. PRAGMATIK: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: ERLANGGA.

Sailan, Zalili. 2014. Pidato Ilmiah: Solidaritas dan Kesantunan Berbahasa

(Telaah Pragmatik). Kendari.

Suparno. 2008. Kesantunan Berbahasa Indonesia dan Implikasinya dalam

Pendidikan. Jembatan Merah: Jurnal Ilmiah Pengajaran Bahasa dan

Sastra Volume 2 1-7. Surabaya: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan

Nasional.

Tarigan. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: ANGKASA.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.

Zamzani, dkk. 2010. Pengembangan Alat Ukur Kesantunan Berbahasa Indonesia

dalam Interaksi Sosial Bersemuka dan Non Bersemuka. Laporan

Page 67: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

56

Penelitian Hibah Bersaing (Tahun Kedua). Yogyakarta: Universitas

Negeri Yogyakarta.

Page 68: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

57

Lampiran I : Data penggunaan Maksim tuturan orangtua dan anak dalam

lingkungan keluarga

No. Kode

Data Konteks Peristiwa Tutur Maksim Indikator Maksim

1 01160718

Tuturan Ibu dan

Anak di atas dituturkan pada

saat seorang Ibu

menyampaikan

kepada anaknya bahwa Ibu sudah

mempersiapkan

uang untuk

anaknya melanjutkan

pendidikan ke

perguruan tinggi.

Dahnia (mama) : “Kalau lulus

mako nanti,

sudahmi

kusiapkan uang untuk ongkos

kuliahmu”

Uswatun (anak) : “Iye kah mak,

adami uangta’”

Dahnia (mam) : “Setiap bulan

mama menabung

untuk

keperluanmu dan adekmu untuk

melanjutkan

sekolah tahun

depan”

Kebijaksanaan

Penggunaan maksim

kebijaksanaan ditunjukan pada tindak

tutur “setiap bulan

mama menabung untuk

keperluanmu dan adekmu untuk

melanjutkan sekolah

tahun depan”. Tindak

tutur Ibu tersebut di samping meyakinkan

anaknya tergambar

kebijaksanaan Ibu

dengan menyisihkan sebagian uang yang

diberikan suami

kepadanya. Ibu memilih

menyimpan uang itu demi kepentingan

Anak-anaknya

melanjutkan

pendidikan. Gambaran tersebut mengarah pada

maksim kebijaksanaan.

2

28180718

6170718

Tuturan antara

menantu dan

mertua di atas

dituturkan pada

saat si menantu

melihat Ibu

mertuanya sedang

membeli ikan.

Tutran terjadi

pada malam hari

saat makan malam

Sri (menantu)

:“apa kita’ beli

ma?”

Nuraidah

(menantu) :“mau

ja’ beli ikan”

Sri (menantu) :

“Berapa itu ma?”

Nuraidah (menantu) : “25

ribu ji”

Sri (menantu) : “jangan maki

ambil uang ma,

nanti saya yang

bayar”

Nuraidah

(menantu) : “Iye

nak, terimakasih nah nak”

Sri (menantu) :

“jangan maki berterimakasih

ma ai, wajarji

Kedermawanan

Penggunaan maksim

kedermawanan pada

tuturan ini ditunjukan

pada kalimat “Jangan maki ambil uang ma,

nanti saya yang bayar”.

tuturan menantu terlihat

penggunaan wujud kesantunan maksim

kedermawanan yang

tampak dengan

memaksimalkan kerugian dirinya.

Tuturan antara Ayah

dan dan Uswatun di atas

termasuk santun. Pada

tuturan Ayah ”Kalau

sudah maki makan,

Page 69: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

58

di ruang makan.

Ayah menyuruh

Uswatun

kalau saya yang

bayar”

Nurhady (ayah) :

“Kalau sudah

maki makan,

pergi ki sholat dulu nak”

Uswatun (Anak) :

“Iye, sudah ma tadi sholat pak”

Nurhady (Ayah) :

“Oh, Iye pale nak”

pergi ki sholat dulu

nak” mematuhi maksim

kedermawanan karena

penutur memaksimalkan

kerugian dan

lanjutan lampiran I

untuk sholat setelah

makan siang.

meminimalkan

keuntungan pada diri

sendiri. Pemaksimalan

kerugian terjadi karena

penutur memberi tahu

mitra tutur dengan bahasa

yang halus untuk

mengerjakan sholat

selesai makan malam.”

3 17170718

Tuturan antara

Ummi dan Mertua

ini dituturkan pada saat Ummi melihat

menantu sepupunya

itu selalu baik dan

perhatian dengan mertuanya.

Ummi : ”Beruntung

sekaliki’ punya menantu yang baik

sekali sama orang

tua”

Nuraidah (mertua) :

“Iye, baik sekali

memang ini menantuku tidak

perhitungan

orangnya”

Penghargaan

Penggunaan maksim

penghargaan ditunjukan

oleh kalimat

Ummi“Beruntung

sekaliki’ punya menantu

yang baik sekali sama

orang tua”.Tetapi

terdapat juga pada

kalimat Nuraidah

(mertua) “Iye, baik sekali

memang ini menantuku

tidak perhitungan

orangnya” bahwa mertua

memuji perbuatan

menantunya

4 07170718

Tuturan antara

Mertua dan

Menantu ini dituturkan pada saat

menantunya

mengantarkan sayur

untuk Ibu mertuanya.

Nuraidah (mertua)

:”Apalagi dibeli itu

untuk mama nak?”

Sri (menantu) :

”Sayur ma, masa

ikanji dibeli sayurnya tidak ada”

Nuraidah (mertua) :

”Baiksekaliki’ nak, macam-macam mu

Kesederhanaan

Penggunaan maksim

kesederhanaan ditandai

dengan tuturan Sri

(menantu) :”ndaji juga

tante, kebetulan adaji

uang”dan diperkuat

dengan pernyataan pada

tuturan Ummi : ”Itu,

bicaramu saja selalu ki

merendah”. Dalam

Page 70: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

59

tawarkanka”

Ummi :

”Seandainyapunyaka juga menantu

yang baik kaya

kita”

Sri (menantu) :

”ndaji juga tante,

kebetulanadajiuang

Ummi : ”Itu,

bicaramu saja

selaluki merendah”

tuturan Ummi

mengatakan bahwa

keponakannya itu selalu

bicara dengan

merendahkan dirinya

sendiri tanpa menuturkan

perkataan yang tinggi

atau menyombongkan

diri.

lanjutan lampiran I

5

11170718

18170718

Tuturan antara Ibu

dan Anak ini

dituturkan pada saat mereka sedang

membicarakan

mengenai rencana

Anak dalam mengambil jurusan

ke perguruan tinggi.

Tuturan tersebut terjadi pada pagi

hari saat Ibu sedang

menyimpan di

ruang tamu. Ibu meminta pendapat

Ayah untuk

memindahkan meja

di dekat lemari agar kelihatan lebih luas.

Dahnia (Mama)

:”Nak, kalau kuliah

maki nanti mauki ambil jurusan

apa?”

Uswatun (Anak) :”Mau ka ambil

jurusan akutansi,

kah lulusan SMK

akutansi ja”

Dahnia (Mama)

:”kalau jurusan akutansi mu ambil,

pasti lebih cepatki

dapat kerja Nak”

Dahnia (Ibu) :” Bagaimana kalau ini

meja sa simpan di

dekat lemari mi saja

di?”

Nurhady (Ayah) :” Iye, bisa ji juga

supaya kelihatan luas i”

Pemufakatan

Penggunaan maksim

pemufakatan ditunjuukan

oleh tuturan Dahnia (Mama) :”kalau jurusan

akutansi mu ambil, pasti

lebih cepatki dapat kerja

Nak” pada pernyataan ini secara tidak langsung telah

mematuhi maksim

pemufakatan, yaitu

memaksimalkan kesetujuan diantara mereka. Dari

pernyataan ini Ibu tidak

langsung menyatakan bahwa ia setuju dengan

jurusan yang hendak dipilih

oleh anaknya namun dilihat

dari tuturannya yang tampak jelas bahwa si

Mama menyetujui jurusan

yang akan dipilih anaknya

tersebut dengan mengatakan bahwa kalau anaknya

mengambil jurusan akutansi

akan lebih mudah

mendapatkan pekerjaan.

Tuturan tersebut

menandakan adanya kecocokan pendapat antara

Ibu dengan Ayah.

Percakapan tersebut

mematuhi maksim pemufakatan karena penutur

meminta

pertimbangan/saran dari

mitra tutur. Data di atas menunjukkan tuturan yang

dilakukan oleh dua

Page 71: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

60

lanjutan lampiran I

orang peserta tutur

dengan status berbeda,

Ayah memiliki status

yang lebih tinggi sedangkan Ibu sebagai

anak memiliki status

yang lebih rendah dari

segi kekuasaan. Jadi, dari tuturan tersebut

terlihat bahwa penutur

mampu memaksimalkan

rasa senang pada mitra tutur.

6 05170718

Tuturan antara Ibu dan Anak ini

dituturkan pada saat

si Ibu terkejut melihat

anaknya mencuci pakaian kotor yang

sangat banyak dengan

keadaan yang panas

dan berkeringat

Dahnia (mama) : ”Astaga, kepana

banyak sekali

cucianmu Nak?

Kasihan sekali anakku sampe-

sampe keringatan

begitu”

Uswatun (anak)

:”Cucian yang

kemarin ini ma, itumi nah banyak

sekali” Kesimpatian

Penggunaan maksim kesimpatian ditunjukan

oleh tuturan Dahnia

(mama) : ”Astaga,

kepana banyak sekali cucianmu Nak?

Kasihan sekali anakku

sampe-sampe

keringatan begitu” pada tuturan ini terdapat

penggunaan kata

„astaga dan kasihannya‟ digunakan untuk

memaksimalkan rasa

simpati melihat

Anaknya mencuci dengan keadaan

berkeringat. Maksim

kesimpatian yang

terdapat dalam tuturan ini karena ekspresi si

Mama yang seolah-olah

ikut merasakan gerah

melihat anaknya yang berkeringat.

Page 72: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

61

Page 73: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

62

Lampiran II : Dokumentasi

Page 74: KESANTUNAN BERBAHASA ORANGTUA DAN ANAK DALAM … · vii ABSTRAK Muhammad Afdal. 2019.“Kesantunan Berbahasa Orang Tua dan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Skripsi, Prodi Pendidikan

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Afdal. Dilahirkan di AralleKecamatan

Aralle, Kabupaten Mamasa pada tanggal 10 Juni

1996. Anak kelima dari tujuh bersaudara buah hati

dari pasangan Ayahanda Nurhady T dan Ibunda

Dahnia Yusuf M. Sekarang bertempat tinggal di

Kelurahan Darma, Kecamatan Polewali, Kabupaten

Polewali Mandar. Pendidikan yang penulis tempuh di SDN 001 Mamasa (2004-

2009), SMP Negeri 1 Aralle (2009-2012), SMK DDI PolewaliMandar (2012-

2015).Padatahun 2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar.