KERAJAAN BUDHA

28
 KERAJAAN BUDHA 1. KERAJAAN SRIWIJAYA  Pembentukan dan pertumbuhan Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim, namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara,  dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya diperintah oleh datu setempat. Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 ses uai dengan catatan I Tsing, dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata. Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya di abad yang sama.Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa disana. Di abad ini pula, Langkasuka

Transcript of KERAJAAN BUDHA

Page 1: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 1/28

 

KERAJAAN BUDHA

1.  KERAJAAN SRIWIJAYA

  Pembentukan dan pertumbuhan

Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Kerajaan ini

menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim, namun kerajaan ini

tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara, 

dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil

di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat

pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan

pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah

secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya diperintah

oleh datu setempat.

Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari

prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah

kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat

bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian

kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang yang berangka

tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai

bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. 

Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisimiliter untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya,

peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan

Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan

Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan

maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat

Karimata. 

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya

mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan

observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan

Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai

mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut,

Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di

Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di

bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja,

sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan

hubungan dengan Sriwijaya di abad yang sama.Di akhir abad ke-8 beberapa

kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah

kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendrabermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa disana. Di abad ini pula, Langkasuka

Page 2: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 2/28

 

di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikutnya, Pan Pan

dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di

bawah pengaruh Sriwijaya.

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa

pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis,

Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk

memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia

membangun Candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.

  Masa Kejayaan

Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan hegemoni

pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur

perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagaipangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang,

memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan

kekuasaanya.[24]Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9

Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia

Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, 

Kamboja, Vietnam,[2] dan Filipina.[25] Dominasi atas Selat Malaka dan Selat

Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan

perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat.

Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang

perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.

Sriwijaya juga disebut berperan dalam menghancurkan kerajaan Medang di

Jawa, dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu

peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari

Lwaram yang kemungkinan merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun

1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir

Dharmawangsa Teguh.

  Masa Penurunan

Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel, 

India selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijaya, berdasarkan

prasasti Tanjore bertarikh 1030, kerajaan Chola telah menaklukan daerah-

daerah koloni Sriwijaya, sekaligus berhasil menawan raja Sriwijaya yang

berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman. Selama beberapa dekade

berikutnya seluruh imperium Sriwijaya telah berada dalam pengaruh dinasti

Chola. Meskipun demikian Rajendra Chola I tetap memberikan peluang kepada

raja-raja yang ditaklukannya untuk tetap berkuasa selama tetap tunduk

Page 3: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 3/28

 

kepadanya.[26] Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya berita utusan San-fo-ts'i  

ke Cina tahun 1028.[27] 

Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari

dinasti Chola, dari kronik Tiongkok menyebutkan bahwa pada tahun 1079 

Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo ) raja dinasti Chola disebut juga sebagai raja

San-fo-ts'i, yang kemudian mengirimkan utusan untuk membantu perbaikan

candi dekat Kanton. Selanjutnya dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao  

disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 masih mengirimkan

utusan pada masa Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar

tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, yang

merupakan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta

menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian.

Kemudian juga mengirimkan utusan berikutnya di tahun 1088.[2] Pengaruh

invasi Rajendra Chola I, terhadap hegemoni Sriwijaya atas raja-rajabawahannya melemah, beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai

muncul Dharmasraya sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali

wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera,

sampai Jawa bagian barat.

Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-ch i [28] yang ditulis pada

tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara 

terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts'i dan Cho-

po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha

dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts'i memeluk Budha, dan memiliki 15

daerah bawahan yang meliputi; Si-lan (Kamboja), Tan-ma-ling  (Tambralingga, 

Ligor, selatan Thailand), Kia-lo-hi (Grahi, Chaiya sekarang, selatan Thailand),

Ling-ya-si-kia  (Langkasuka), Kilantan  (Kelantan), Pong-fong  (Pahang), Tong- 

ya-nong  (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganu

sekarang), Ji-lo-t'ing  (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Ts'ien- 

mai  (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a  (Sungai Paka, pantai

timur Semenanjung Malaya), Lan-wu-li  (Lamuri di Aceh), Pa-lin-fong  

(Palembang), Kien-pi  (Jambi), dan Sin-t'o  (Sunda).[6][10] 

Namun demikian, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik

dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya, dari daftar 15

negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan

Dharmasraya, walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai

kerajaan yang berada di kawasan laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam

Pararaton telah menyebutkan Malayu, disebutkan Kertanagara raja Singhasari 

mengirim sebuah ekspedisi Pamalayu atau Pamalayu , dan kemudian

menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada raja Melayu, Srimat Tribhuwanaraja

Mauli Warmadewa di Dharmasraya sebagaimana yang tertulis pada prasasti

Padang Roco. Peristiwa ini kemudian dikaitkan dengan manuskrip yang terdapat

pada prasasti Grahi. Begitu juga dalam Nagarakretagama, yang menguraikan

Page 4: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 4/28

 

tentang daerah jajahan Majapahit juga sudah tidak menyebutkan lagi nama

Sriwijaya untuk kawasan yang sebelumnya merupakan kawasan Sriwijaya.

2.  KERAJAAN MATARAM KUNO

Pada umumnya, istilah Kerajaan Medang hanya lazim dipakai untuk menyebut periode Jawa

Timur saja, padahal berdasarkan prasasti-prasasti yang telah ditemukan, nama Medang sudah

dikenal sejak periode sebelumnya, yaitu periode Jawa Tengah.

Sementara itu, nama yang lazim dipakai untuk menyebut Kerajaan Medang periode Jawa

Tengah adalah Kerajaan Mataram, yaitu merujuk kepada salah daerah ibu kota kerajaan ini.

Kadang untuk membedakannya dengan Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-

16, Kerajaan Medang periode Jawa Tengah biasa pula disebut dengan nama Kerajaan

Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu.

Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk  Yogyakarta dan sekitarnya. Di daerah inilahuntuk pertama kalinya istana Kerajaan Medang diperkirakan berdiri ( Rajya Medang i Bhumi

 Mataram). Nama ini ditemukan dalam beberapa prasasti, misalnya prasasti Minto dan

prasasti Anjuk ladang. Istilah Mataram kemudian lazim dipakai untuk menyebut nama

kerajaan secara keseluruhan, meskipun tidak selamanya kerajaan ini berpusat di sana.

Sesungguhnya, pusat Kerajaan Medang pernah mengalami beberapa kali perpindahan,

bahkan sampai ke daerah Jawa Timur sekarang. Beberapa daerah yang pernah menjadi lokasi

istana Medang berdasarkan prasasti-prasasti yang sudah ditemukan antara lain,

 Medang i Bhumi Mataram (zaman Sanjaya)

  Medang i Mamrati (zaman Rakai Pikatan)

  Medang i Poh Pitu (zaman Dyah Balitung)

  Medang i Bhumi Mataram (zaman Dyah Wawa)

  Medang i Tamwlang (zaman Mpu Sindok)

  Medang i Watugaluh (zaman Mpu Sindok)

  Medang i Wwatan (zaman Dharmawangsa Teguh)

Menurut perkiraan, Mataram terletak di daerah Yogyakarta sekarang. Mamrati dan Poh Pitu

diperkirakan terletak di daerah Kedu. Sementara itu, Tamwlang sekarang disebut dengan

nama Tembelang, sedangkan Watugaluh sekarang disebut Megaluh. Keduanya terletak di

daerah Jombang. Istana terakhir, yaitu Wwatan, sekarang disebut dengan nama Wotan, yangterletak di daerah Madiun. 

Awal berdirinya kerajaan

Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja

pertama Kerajaan Medang ( Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai

Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut dengan

 jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang memerintah pulauJawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi kacau. Sanjaya

Page 5: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 5/28

 

kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha saudara perempuan

Sanna.

Sanna juga dikenal dengan nama sena atau Bratasenawa, yang merupakan raja Kerajaan

Galuh yang ketiga (709 - 716 M).Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari tahta

Galuh oleh Purbasora (saudara satu ibu sanna) dalam tahun 716 M.Sena akhirnya melarikandiri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa. Tarusbawa yang merupakan

raja pertama Kerajaan Sunda (setelah tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dan

Kerajaan Galuh) adalah sahabat baik sanna. Persahabatan ini pula yang mendorong

Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi menantunya. Sanjaya, anak Sannaha saudara

perempuan Sanna, berniat menuntut balas terhadap keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta

bantuan Tarusbawa (mertuanya yangg merupakan sahabat sanna). Hasratnya dilaksanakan

setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama isterinya. Akhirnya Sanjaya menjadi

penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah Ratu Shima

mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan Mataram dari orangtuanya.

Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia mengatur pembagian kekuasaan antara

puteranya, Tamperan, dan Resi Guru Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaanTamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resi Guru

Demunawan, putera bungsu Sempakwaja.

Kisah hidup Sanjaya secara panjang lebar terdapat dalam Carita Parahyangan yang baru

ditulis ratusan tahun setelah kematiannya, yaitu sekitar abad ke-16.

Dinasti yang berkuasa

Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan

Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta

Wangsa Isyana pada  periode Jawa Timur .

Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti ini

menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan

Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang direbut

oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. 

Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai

Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang

keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani putri

mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan

memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan

kembali Wangsa Sanjaya.

Menurut teori Bosch, nama raja-raja Medang dalam Prasasti Mantyasih dianggap sebagai

anggota Wangsa Sanjaya secara keseluruhan. Sementara itu Slamet Muljana berpendapat

bahwa daftar tersebut adalah daftar raja-raja yang pernah berkuasa di Medang, dan bukan

daftar silsilah keturunan Sanjaya.

Page 6: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 6/28

 

Contoh yang diajukan Slamet Muljana adalah Rakai Panangkaran yang diyakininya bukan

putra Sanjaya. Alasannya ialah, prasasti Kalasan tahun 778 memuji Rakai Panangkaran

sebagai “permata wangsa Sailendra” (Sailendrawangsatilaka). Dengan demikian pendapat ini

menolak teori van Naerssen tentang kekalahan Rakai Panangkaran oleh seorang raja

Sailendra.

Menurut teori Slamet Muljana, raja-raja Medang versi Prasasti Mantyasih mulai dari Rakai

Panangkaran sampai dengan Rakai Garung adalah anggota Wangsa Sailendra. Sedangkan

kebangkitan Wangsa Sanjaya baru dimulai sejak Rakai Pikatan naik takhta menggantikan

Rakai Garung.

Istilah Rakai pada zaman Medang identik dengan Bhre pada zaman Majapahit, yang

 bermakna “penguasa di”. Jadi, gelar Rakai Panangkaran sama artinya dengan “Penguasa di

Panangkaran”. Nama aslinya ditemukan dalam prasasti Kalasan, yaitu Dyah Pancapana.  

Slamet Muljana kemudian mengidentifikasi Rakai Panunggalan sampai Rakai Garung dengan

nama-nama raja Wangsa Sailendra yang telah diketahui, misalnya Dharanindra ataupunSamaratungga. yang selama ini cenderung dianggap bukan bagian dari daftar para raja versi

Prasasti Mantyasih.

Sementara itu, dinasti ketiga yang berkuasa di Medang adalah Wangsa Isana yang baru

muncul pada „‟periode Jawa Timur‟‟. Dinasti ini didirikan oleh Mpu Sindok  yang

membangun istana baru di Tamwlang sekitar tahun 929. Dalam prasasti-prasastinya, Mpu

Sindok menyebut dengan tegas bahwa kerajaannya adalah kelanjutan dari Kadatwan

 Rahyangta i Medang i Bhumi Mataram.

Daftar raja-raja Medang

Apabila teori Slamet Muljana benar, maka daftar raja-raja Medang sejak masih berpusat di

Bhumi Mataram sampai berakhir di Wwatan dapat disusun secara lengkap sebagai berikut:

1.  Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang

2.  Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Syailendra

3.  Rakai Panunggalan alias Dharanindra 

4.  Rakai Warak  alias Samaragrawira 

5.  Rakai Garung alias Samaratungga 

6.  Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya

7.  Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala 

8.  Rakai Watuhumalang 

9.  Rakai Watukura Dyah Balitung 

10. Mpu Daksa 

11. Rakai Layang Dyah Tulodong 

12. Rakai Sumba Dyah Wawa 

13. Mpu Sindok , awal periode Jawa Timur

14. Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya 

15. Makuthawangsawardhana 

16. Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Medang berakhir

Page 7: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 7/28

 

Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja-raja

sesudahnya semua memakai gelar Sri Maharaja.

Struktur pemerintahan

Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang. Sanjaya sebagai raja pertama

memakai gelar Ratu. Pada zaman itu istilah Ratu belum identik dengan kaum perempuan.

Gelar ini setara dengan Datu yang berarti "pemimpin". Keduanya merupakan gelar asli

Indonesia. 

Ketika Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra berkuasa, gelar Ratu dihapusnya dan

diganti dengan gelar Sri Maharaja. Kasus yang sama terjadi pada Kerajaan Sriwijaya di mana

raja-rajanya semula bergelar Dapunta Hyang, dan setelah dikuasai Wangsa Sailendra juga

berubah menjadi Sri Maharaja.

Pemakaian gelar Sri Maharaja di Kerajaan Medang tetap dilestarikan oleh Rakai Pikatan meskipun Wangsa Sanjaya berkuasa kembali. Hal ini dapat dilihat dalam daftar raja-raja versi

Prasasti Mantyasih yang menyebutkan hanya Sanjaya yang bergelar Sang Ratu.

Jabatan tertinggi sesudah raja ialah Rakryan Mahamantri i Hino atau kadang ditulis Rakryan

 Mapatih Hino. Jabatan ini dipegang oleh putra atau saudara raja yang memiliki peluang untuk 

naik takhta selanjutnya. Misalnya, Mpu Sindok  merupakan Mapatih Hino pada masa

pemerintahan Dyah Wawa. 

Jabatan Rakryan Mapatih Hino pada zaman ini berbeda dengan Rakryan Mapatih pada

zaman Majapahit. Patih zaman Majapahit setara dengan perdana menteri namun tidak berhak 

untuk naik takhta.

Jabatan sesudah Mahamantri i Hino secara berturut-turut adalah Mahamantri i Halu dan

 Mahamantri i Sirikan. Pada zaman Majapahit jabatan-jabatan ini masih ada namun hanya

sekadar gelar kehormatan saja. Pada zaman Wangsa Isana berkuasa masih ditambah lagi

dengan jabatan Mahamantri Wka dan Mahamantri Bawang.

Jabatan tertinggi di Medang selanjutnya ialah Rakryan Kanuruhan sebagai pelaksana perintah

raja. Mungkin semacam perdana menteri pada zaman sekarang atau setara dengan Rakryan

 Mapatih pada zaman Majapahit. Jabatan Rakryan Kanuruhan pada zaman Majapahit

memang masih ada, namun kiranya setara dengan menteri dalam negeri pada zaman

sekarang.

Keadaan penduduk

Penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram sampai periode Wwatan pada umumnya

bekerja sebagai petani. Kerajaan Medang memang terkenal sebagai negara agraris, sedangkan

saingannya, yaitu Kerajaan Sriwijaya merupakan negara maritim.

Agama resmi Kerajaan Medang pada masa pemerintahan Sanjaya adalah Hindu aliran Siwa. 

Ketika Sailendrawangsa berkuasa, agama resmi kerajaan berganti menjadi Buddha aliran

Mahayana. Kemudian pada saat Rakai Pikatan dari Sanjayawangsa berkuasa, agama Hindudan Buddha tetap hidup berdampingan dengan penuh toleransi.

Page 8: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 8/28

 

Konflik takhta periode Jawa Tengah 

Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi putra Rakai Pikatan (sekitar 856  –  880 – an),

ditemukan beberapa prasasti atas nama raja-raja lain, yaitu Maharaja Rakai Gurunwangi dan

Maharaja Rakai Limus Dyah Dewendra. Hal ini menunjukkan kalau pada saat itu Rakai

Kayuwangi bukanlah satu-satunya maharaja di Pulau Jawa. Sedangkan menurut prasasti

Mantyasih, raja sesudah Rakai Kayuwangi adalah Rakai Watuhumalang. 

Dyah Balitung yang diduga merupakan menantu Rakai Watuhumalang berhasil

mempersatukan kembali kekuasaan seluruh Jawa, bahkan sampai Bali. Mungkin karena

kepahlawanannya itu, ia dapat mewarisi takhta mertuanya.

Pemerintahan Balitung diperkirakan berakhir karena terjadinya kudeta oleh Mpu Daksa yang

mengaku sebagai keturunan asli Sanjaya. Ia sendiri kemudian digantikan oleh menantunya,

bernama Dyah Tulodhong. Tidak diketahui dengan pasti apakah proses suksesi ini berjalan

damai ataukah melalui kudeta pula.

Tulodhong akhirnya tersingkir oleh pemberontakan Dyah Wawa yang sebelumnya menjabat

sebagai pegawai pengadilan.

Teori van Bammelen

Menurut teori van Bammelen, perpindahan istana Medang dari Jawa Tengah menuju Jawa

Timur disebabkan oleh letusan Gunung Merapi yang sangat dahsyat. Konon sebagian puncak 

Merapi hancur. Kemudian lapisan tanah begeser ke arah barat daya sehingga terjadi lipatan,

yang antara lain, membentuk Gunung Gendol dan lempengan Pegunungan Menoreh. Letusantersebut disertai gempa bumi dan hujan material vulkanik berupa abu dan batu.

Istana Medang yang diperkirakan kembali berada di Bhumi Mataram hancur. Tidak diketahui

dengan pasti apakah Dyah Wawa tewas dalam bencana alam tersebut ataukah sudah

meninggal sebelum peristiwa itu terjadi, karena raja selanjutnya yang bertakhta di Jawa

Timur bernama Mpu Sindok . 

Mpu Sindok yang menjabat sebagai Rakryan Mapatih Hino mendirikan istana baru di daerah

Tamwlang. Prasasti tertuanya berangka tahun 929. Dinasti yang berkuasa di Medang periode

Jawa Timur bukan lagi Sanjayawangsa, melainkan sebuah keluarga baru bernama

Isanawangsa, yang merujuk pada gelar abhiseka Mpu Sindok yaitu Sri IsanaWikramadharmottungga.

Permusuhan dengan Sriwijaya

Selain menguasai Medang, Wangsa Sailendra  juga menguasai Kerajaan Sriwijaya di pulau

Sumatra. Hal ini ditandai dengan ditemukannya Prasasti Ligor tahun 775 yang menyebut

nama Maharaja Wisnu dari Wangsa Sailendra sebagai penguasa Sriwijaya.

Hubungan senasib antara Jawa dan Sumatra berubah menjadi permusuhan ketika Wangsa

Sanjaya bangkit kembali memerintah Medang. Menurut teori de Casparis, sekitar tahun 850 – 

Page 9: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 9/28

 

an, Rakai Pikatan berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra bernama

Balaputradewa putra Samaragrawira. 

Balaputradewa kemudian menjadi raja Sriwijaya di mana ia tetap menyimpan dendam

terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan

turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersainguntuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara. 

Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa

Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok  memulai periode Jawa Timur , pasukan Sriwijaya

datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk , Jawa

Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.

Peristiwa Mahapralaya 

 Mahapralaya adalah peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur berdasarkan beritadalam prasasti Pucangan. Tahun terjadinya peristiwa tersebut tidak dapat dibaca dengan jelas

sehingga muncul dua versi pendapat. Sebagian sejarawan menyebut Kerajaan Medang runtuh

pada tahun 1006, sedangkan yang lainnya menyebut tahun 1016. 

Raja terakhir Medang adalah Dharmawangsa Teguh, cicit Mpu Sindok. Kronik Cina dari

Dinasti Song mencatat telah beberapa kali Dharmawangsa mengirim pasukan untuk 

menggempur ibu kota Sriwijaya sejak ia naik takhta tahun 991. Permusuhan antara Jawa dan

Sumatra semakin memanas saat itu.

Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan

putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yangdiperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa

tewas.

Tiga tahun kemudian, seorang pangeran berdarah campuran Jawa – Bali yang lolos dari

 Mahapralaya tampil membangun kerajaan baru sebagai kelanjutan Kerajaan Medang.

Pangeran itu bernama Airlangga yang mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok . 

Kerajaan yang ia dirikan kemudian lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan. 

KERAJAAN HINDHU

1.  KERAJAAN KUTAI

Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak  Hindu di Nusantara yang memiliki bukti

sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan

Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.[1][2]

 Nama Kutai diberikan oleh para ahli

mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan

tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang

sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.

Page 10: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 10/28

 

 

Informasi yang ada diperoleh dari Yupa  / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal

dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam

menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai

tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui

bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat

dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum

brahmana. 

  Masa Pertumbuhan

Aswawarman adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui

sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya

pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalahMulawarman.

  Masa Kejayaan

Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa

pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah

kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidupsejahtera dan makmur.

Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi

dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

Nama-Nama Raja Kutai

1.  Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman

2.  Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)

3.  Maharaja Mulawarman

4.  Maharaja Marawijaya Warman

5.  Maharaja Gajayana Warman

6.  Maharaja Tungga Warman

7.  Maharaja Jayanaga Warman8.  Maharaja Nalasinga Warman

9.  Maharaja Nala Parana Tungga

10.  Maharaja Gadingga Warman Dewa

11.  Maharaja Indra Warman Dewa

12.  Maharaja Sangga Warman Dewa

13.  Maharaja Candrawarman14.  Maharaja Sri Langka Dewa

15.  Maharaja Guna Parana Dewa

16.  Maharaja Wijaya Warman

17.  Maharaja Sri Aji Dewa

18.  Maharaja Mulia Putera19.  Maharaja Nala Pandita

Page 11: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 11/28

 

20.  Maharaja Indra Paruta Dewa

21.  Maharaja Dharma Setia

  Berakhir

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam

peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. 

Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai

Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai

Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. 

Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai

Kartanegara. 

2.  KERAJAAN TARUMANEGARA

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa diwilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu

kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan

peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma

adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Daftar isi

[sembunyikan] 

  1 Sumber Sejarah o  1.1 Prasasti yang ditemukan 

  1.1.1 Prasasti Pasir Muara 

  1.1.2 Prasasti Ciaruteun 

  1.1.3 Prasasti Telapak Gajah 

  1.1.4 Prasasti Jambu 

o  1.2 Sumber berita dari luar negeri 

o  1.3 Kepurbakalaan Masa Tarumanagara 

o  1.4 Naskah Wangsakerta 

  1.4.1 Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta 

  2 Lihat pula 

  3 Rujukan   4 Bacaan selanjutnya 

  5 Garis waktu kerajaan-kerajaan di Jawa Barat/Banten 

[sunting] Sumber Sejarah

Bila menilik dari catatan sejarah ataupun prasasti yang ada, tidak ada penjelasan atau catatan

yang pasti mengenai siapakah yang pertama kalinya mendirikan kerajaan Tarumanegara.

Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. 

Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) 

Page 12: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 12/28

 

sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan

selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. 

Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang

ditemukan. Empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak  Banten. Dari prasasti-prasasti

ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada

di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari

Kerajaan Salakanagara. 

[sunting] Prasasti yang ditemukan

1.  Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi

milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor 

2.  Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya,

Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya

menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai

Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai

tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering

terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim

kemarau.

3.  Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang

mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian

kepada Raja Purnawarman.

4.  Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor

5.  Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor

6.  Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor

7.  Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor

Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit

tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih

dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea.

Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.

Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan

sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan

Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil

perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut

barang dagangannya ke daerah hilir.

Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan

perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja

dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum

mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah

(lontar) abad ke-16. 

Page 13: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 13/28

 

 [  sunting ] Prasasti Pasir Muara

Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak 

Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam

prasasti itu dituliskan :

ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa

barpulihkan haji su-nda 

Terjemahannya menurut Bosch:

Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi 

(4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda. 

Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato

gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau536 Masehi.

 [  sunting ] Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Ci Aruteun, seratus meter dari pertemuan sungaitersebut dengan Ci Sadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam

cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta. 

Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:

vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva

 padadvayam 

Terjemahannya menurut Vogel:

Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang

gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara. 

Selain itu, ada pula gambar sepasang "pandatala" (jejak kaki), yang menunjukkan tanda

kekuasaan &mdash& fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran

prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan

kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama

"Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.

 [  sunting ] Prasasti Telapak Gajah

Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu

baris berbentuk puisi berbunyi:

 jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam 

Terjemahannya:

Page 14: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 14/28

 

Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata

kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa. 

Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang

dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1,

gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra.Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga

teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran

sepasang lebah.

Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang

telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai makna dan

nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga

sebagai "huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian

pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai

lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan).

Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera Taruma dan ukiran sepasang "bhramara"

(lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya sebagai

sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti

Ciaruteun.

 [  sunting ] Prasasti Jambu

Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan

Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan

Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang

telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:

shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma

 pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane

nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam. 

Terjemahannya menurut Vogel:

Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri 

Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh

 panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada

mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya. 

[sunting] Sumber berita dari luar negeri

Sumber-sumber dari luar negeri semuanya berasal dari berita Tiongkok.

1.  Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di

Ye-po-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang

banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya

animisme). Ye Po Ti selama ini sering dianggap sebutan Fa Hien untuk Jawadwipa, tetapi adapendapat lain yang mengajukan bahwa Ye-Po-Ti adalah Way Seputih di Lampung, di daerah

Page 15: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 15/28

 

aliran way seputih (sungai seputih) ini ditemukan bukti-bukti peninggalan kerajaan kuno

berupa punden berundak dan lain-lain yang sekarang terletak di taman purbakala Pugung

Raharjo, meskipun saat ini Pugung Raharjo terletak puluhan kilometer dari pantai tetapi

tidak jauh dari situs tersebut ditemukan batu-batu karang yg menunjukan daerah tersebut

dulu adalah daerah pantai persis penuturan Fa hien[rujukan? ] 

2.  Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.

3.  Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari

To-lo-mo.

Dari tiga berita di atas para ahli[siapa?]

menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis

penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara.

Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui

beberapa aspek kehidupan tentang Taruma.

Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkanprasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman.

Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hapir seluruh Jawa Barat

yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.

Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta

 

Raja-raja Tarumanegara 

1  Jayasingawarman 358-382 

2  Dharmayawarman  382-395 

3  Purnawarman  395-434 

4  Wisnuwarman  434-455 

5  Indrawarman  455-515 

6  Candrawarman  515-535 

7  Suryawarman  535-561 

8  Kertawarman  561-628 

9  Sudhawarman  628-639 

10  Hariwangsawarman 639-640 

Page 16: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 16/28

 

11  Nagajayawarman 640-666 

12  Linggawarman 666-669 

Naskah Wangsakerta

Penjelasan tentang Tarumanagara cukup jelas di Naskah Wangsakerta. Sayangnya, naskah ini

mengundang polemik dan banyak pakar sejarah yang meragukan naskah-naskah ini bisa

dijadikan rujukan sejarah.

Pada Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru

Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya,

Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan

putranya di tepi kali Candrabaga. 

Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun

ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota

itu Sundapura--pertama kalinya nama "Sunda" digunakan.

Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja

Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara

adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka Jawadwipa, parwa I,

sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam masa pemerintahan

Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima

kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap

Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai

lanjutan politik ayahnya.

Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali seorang

pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai pimpinan

pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti mengenai

pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana? Apakah daerah itu

merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang termasuk kawasan

Kerajaan Sunda?

Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keteranganbahwa Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di

Pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda.

Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah

kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau

Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang

Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap

batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.

Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam

tahun 536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi

sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser ketempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota

Page 17: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 17/28

 

Perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362

menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).

Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara

berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah

menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yangmengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta

dari Kerajaan Magada.

Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan

kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri,

melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M,

misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah

Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama

kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang

Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit

Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.

Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669,

Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa.

Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi

istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri

Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan

Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.

Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena

Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke

Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang

mewarisi wilayah Tarumanagara.

3.  KERAJAAN KEDIRI

Kerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12.

Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaanya terletak di

tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai.

Kerajaan Kediri lahir dari pembagian Kerajaan Mataram oleh Raja Airlangga (1000-1049).Pemecahan ini dilakukan agar tidak terjadi perselisihan di antara anak-anak selirnya. Tidak 

ada bukti yang jelas bagaimana kerajaan tersebut dipecah dan menjadi beberapa bagian.

Dalam babad disebutkan bahwa kerajaan dibagi empat atau lima bagian. Tetapi dalam

perkembangannya hanya dua kerajaan yang sering disebut, yaitu Kediri (Pangjalu) dan

Jenggala. Samarawijaya sebagai pewaris sah kerajaan mendapat ibukota lama, yaitu

Dahanaputra, dan nama kerajaannya diubah menjadi Pangjalu atau dikenal juga sebagai

Kerajaan Kediri.

Page 18: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 18/28

 

  Perkembangan Kerajaan Kediri

Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi besar,

sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan

oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh tidak 

adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkanKerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-

1222) berselisih dengan golongan Brahmana. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu (setara

camat) Tumapel Tunggul Ametung.

Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri inilah

Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di bawah kekuasaan

Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara (1268-1292),

terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, Raja Kediri yang selama ini tunduk 

kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan

Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292, Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan

membangun kembali kejayaan Kerajaan Kediri.

Berikut adalah nama-nama raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri:

  Sri Samarawijaya, merupakan putra Airlangga yang namanya ditemukan dalam

prasasti Pamwatan (1042).

  Sri Jayawarsa, berdasarkan prasasti Sirah Keting (1104). Tidak diketahui dengan pasti

apakah ia adalah pengganti langsung Sri Samarawijaya atau bukan.

  Sri Bameswara, berdasarkan prasasti Padelegan I (1117), prasasti Panumbangan

(1120), dan prasasti Tangkilan (1130).

  Sri Jayabhaya, merupakan raja terbesar Kerajaan Kediri, berdasarkan prasasti

Ngantang (1135), prasasti Talan (1136), dan Kakawin Bharatayuddha (1157).  Sri Sarweswara, berdasarkan prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan

(1161).

  Sri Aryeswara, berdasarkan prasasti Angin (1171).

  Sri Gandra, berdasarkan prasasti Jaring (1181).

  Sri Kameswara, berdasarkan prasasti Ceker (1182) dan Kakawin Smaradahana.

  Kertajaya, berdasarkan prasasti Galunggung (1194), Prasasti Kamulan (1194),

prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205), Kitab Nagarakretagama, dan

Kitab Pararaton.

  Runtuhnya Kediri 

Setelah berhasil mengalahkan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit kembali di bawah

pemerintahan Jayakatwang. Salah seorang pemimpin pasukan Singasari, Raden Wijaya,

berhasil meloloskan diri ke Madura. Karena perilakunya yang baik, Jayakatwang

memperbolehkan Raden Wijaya untuk membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat

tinggalnya. Pada tahun 1293, datang tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan

untuk membalas dendam terhadap Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan Raden Wijaya

untuk menyerang Jayakatwang. Ia bekerjasama dengan tentara Mongol dan pasukan Madura

di bawah pimpinan Arya Wiraraja untuk menggempur Kediri. Dalam perang tersebut pasukanJayakatwang mudah dikalahkan. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang Kerajaan Kediri.

Page 19: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 19/28

 

4.  KERAJAAN SINGASARI

Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah

kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok  pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini

sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang. 

Daftar isi

[sembunyikan] 

  1 Nama ibu kota   2 Awal berdiri 

  3 Silsilah Wangsa Rajasa 

  4 Prasasti Mula Malurung 

  5 Pemerintahan bersama 

  6 Kejayaan   7 Keruntuhan 

  8 Hubungan dengan Majapahit 

  9 Kepustakaan 

  10 Catatan 

  11 Lihat pula 

[sunting] Nama ibu kota

Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialahKerajaan Tumapel. Menurut  Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, 

ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.

Pada tahun 1254, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara 

sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang

merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka,

Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari.

Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.

[sunting] Awal berdiri

Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang

menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati

dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok , yang

kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang

bernama Ken Dedes. Ken Arok  kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan

Kadiri. 

Pada tahun 1222 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana. 

Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok  yang mengangkat dirinya menjadi

Page 20: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 20/28

 

raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri 

meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.

 Nagarakretagama  juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel,

namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok . Dalam naskah itu, pendiri kerajaan

Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkanKertajaya raja Kadiri. 

Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri

Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari

Ranggah Rajasa, karena dalam  Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut

dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton  juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang

melawan Kadiri, Ken Arok  lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.

[sunting] Silsilah Wangsa Rajasa

Wangsa Rajasa yang didirikan oleh Ken Arok. Keluarga kerajaan ini menjadi penguasa

Singhasari, dan berlanjut pada kerajaan Majapahit. Terdapat perbedaan antara Pararaton dan

 Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singhasari.

Versi Pararaton adalah:

1.  Ken Arok  alias Rajasa Sang

Amurwabhumi (1222 - 1247) 

2.  Anusapati (1247 - 1249) 

3.  Tohjaya (1249 - 1250) 

4.  Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272) 

5.  Kertanagara (1272 - 1292) 

Versi Nagarakretagama adalah:

1.  Rangga Rajasa Sang Girinathaputra

(1222 - 1227) 

2.  Anusapati (1227 - 1248) 

3.  Wisnuwardhana (1248 - 1254) 

4.  Kertanagara (1254 - 1292) 

Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan darah yang dilatari

balas dendam. Ken Arok  mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh

Tohjaya (anak  Ken Arok  dari selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak 

Anusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai.

Sementara itu versi  Nagarakretagama tidak menyebutkan adanya pembunuhan antara raja

pengganti terhadap raja sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi karena  Nagarakretagama adalah kitab pujian untuk  Hayam Wuruk  raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa

leluhur Hayam Wuruk  tersebut dianggap sebagai aib.

Di antara para raja di atas hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja yang didapati

menerbitkan prasasti sebagai bukti kesejarahan mereka. Dalam Prasasti Mula Malurung 

(yang dikeluarkan Kertanagara atas perintah Wisnuwardhana) ternyata menyebut Tohjaya 

sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam

 Nagarakretagama. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh Kertanagara tahun 1255 selaku raja

bawahan di Kadiri. Dengan demikian, pemberitaan kalau Kertanagara naik takhta tahun 1254 

dapat diperdebatkan. Kemungkinannya adalah bahwa Kertanagara menjadi raja muda di

Kadiri dahulu, baru pada tahun 1268 ia bertakhta di Singhasari. Diagram silsilah di sampingini adalah urutan penguasa dari Wangsa Rajasa, yang bersumber dari Pararaton. 

Page 21: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 21/28

 

[sunting] Prasasti Mula Malurung

Mandala Amoghapāśa dari masa Singhasari (abad ke-13), perunggu, 22.5 x 14 cm. Koleksi

Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

Penemuan prasasti Mula Malurung memberikan pandangan lain yang berbeda dengan versi

Pararaton yang selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel.

Kerajaan Tumapel disebutkan didirikan oleh Rajasa yang dijuluki "Bhatara Siwa", setelah

menaklukkan Kadiri. Sepeninggalnya, kerajaan terpecah menjadi dua, Tumapel dipimpinAnusapati sedangkan Kadiri dipimpin Bhatara Parameswara (alias Mahisa Wonga Teleng).

Parameswara digantikan oleh Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati 

digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti Mula Malurung  juga

menyebutkan bahwa sepeninggal Tohjaya, Kerajaan Tumapel dan Kadiri dipersatukan

kembali oleh Seminingrat. Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh

putranya, yaitu Kertanagara. 

[sunting] Pemerintahan bersama

Pararaton dan  Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama antara

Wisnuwardhana dan Narasingamurti. Dalam Pararaton disebutkan nama asli Narasingamurti 

adalah Mahisa Campaka. 

Apabila kisah kudeta berdarah dalam Pararaton benar-benar terjadi, maka dapat dipahami

maksud dari pemerintahan bersama ini adalah suatu upaya rekonsiliasi antara kedua

kelompok yang bersaing. Wisnuwardhana merupakan cucu Tunggul Ametung sedangkan

Narasingamurti adalah cucu Ken Arok . 

[sunting] Kejayaan

Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 - 1292). Iaadalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia

Page 22: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 22/28

 

mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng

pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah

Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap

telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, 

sebagai tanda persahabatan kedua negara.

Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun

1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui

kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara.  Nagarakretagama 

menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara

lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura. 

[sunting] Keruntuhan

Candi Singhasari dibangun sebagai tempat pemuliaan Kertanegara, raja terakhir Singhasari.

Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya

mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang 

bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari

Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh.

Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di

Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.

[sunting] Hubungan dengan Majapahit

Pararaton, Nagarakretagama, dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya cucu

Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanagara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria

Wiraraja (penentang politik  Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan

diberi hak mendirikan desa Majapahit. 

Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. 

Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah

Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari

tanah Jawa.

Page 23: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 23/28

 

Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singhasari, dan

menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken

Arok . 

Berdirinya Majapahit 

Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Kertarajasa. Berlokasi semula

di Candi Simping, Blitar, kini menjadi koleksi Museum Nasional Republik Indonesia. 

Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal inimenjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok . Ia mengirim utusan

yang bernama Meng Chi[10]

 ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa

kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan

utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.[10][11]

 Kublai Khan

marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. 

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria

Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantuKertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik . Ia

membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit , yang namanya

diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba,

Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden

Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang

kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing.[12][13]

 Saat itu

 juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat

pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari

penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang

bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa

Page 24: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 24/28

 

Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang tepercaya Kertarajasa,

termasuk  Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun

pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih

Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja,

agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian

pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[13] Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.

Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, Pararaton menyebutnya Kala Gemet , yang berarti

"penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang

pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun

1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni

seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana

dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana

Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk 

Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah

Palapa yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit danmembangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit

berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa

di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam

Wuruk . 

[sunting] Kejayaan Majapahit 

Page 25: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 25/28

 

Bidadari Majapahit yang anggun, ukiran emas apsara (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit

menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sebagai "zaman keemasan" di

kepulauan nusantara.

Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada.

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan

mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit

menguasai lebih banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi

Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, 

Papua, Tumasik ( Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina[14]

. Sumber ini menunjukkan

batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan

tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi

terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[15]

Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan,

dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok .[15][2]

 

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalandiplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam

Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai

permaisurinya.[16]

 Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada

1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit

mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada 

melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit.

Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat

tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan

Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan

Sunda dapat dibinasakan secara kejam.[17]

 Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang

kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membelakehormatan negaranya.

[18] Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung

Page 26: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 26/28

 

Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali. Kisah ini disinggung dalam Pararaton 

tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang

adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta

sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusatmandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, mencakup Semenanjung Malaya 

dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda

mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan

Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam

pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit

atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas

daerah itu dapat mengundang reaksi keras.[19]

 

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan

serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.[2]

 

Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-

kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah

mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada

saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.

[sunting] Jatuhnya Majapahit 

Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur

melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa

kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkotaKusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam

Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas

takhta.[5]

 Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-

1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi

Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya

perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di

seberang.

Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang

dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa

kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telahmenciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara

Jawa, seperti di Semarang, Demak , Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki

pijakan di pantai utara Jawa.

Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu

Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua

Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita

mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah

hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar

Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda

waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putraKertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh

Page 27: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 27/28

 

Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap

Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.[8]

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai

memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di

seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baruyang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat

Nusantara[20]

. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi

membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai

menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa

 jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai

melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum Negara Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia. 

Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha 

(bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana hingga digantikan oleh

putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan

mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada

kurun waktu 1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian

kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan

kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.

Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun

1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan

berakhirnya suatu pemerintahan

[21]

) hingga tahun 1527.

Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang

kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca

sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna

hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh

candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh

Girindrawardhana[22]

Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan

Kertabhumi [22]

 dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang

antara Daha dengan Kesultanan Demak , karena penguasa Demak adalah keturunanKertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527.

[23] Sejumlah besar abdi

Page 28: KERAJAAN BUDHA

5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 28/28

 

istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. 

Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari

Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.

Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan

Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit[24]. Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai

penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden

Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.

Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan

bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan

Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak , antara tahun 1518 dan 1521 M[22]

Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama

yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang

masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta KerajaanSunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar

seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung

masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan

Bromo dan Semeru