KERAGAMAN DAN KELIMPAHAN PREDATOR HAMA ...repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/11012/1...i...
Transcript of KERAGAMAN DAN KELIMPAHAN PREDATOR HAMA ...repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/11012/1...i...
KERAGAMAN DAN KELIMPAHAN PREDATOR HAMA PADI BERAS MERAH (Oryza nivara) FASE VEGETATIF
YANG DI TANAM DI ANTARA TEGAKAN KARET (Hevea brasiliensis)
SKRIPSI
OLEH:
MELYA SHARA 14 821 0015
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN
2019
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
i
ABSTRAK
Melya Shara, Nim : 148210015 “ Keragaman dan Kelimpahan Predator Hama Padi Beras Merah (Oryza nivara) Fase Vegetatif yang di Tanam di Antara Tegakan Karet (Hevea brasiliensis)” dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Retna Astuti Kuswardani, MS selaku Ketua Pembimbing dan Ir. Azwana, MP selaku Anggota Pembimbing. Lahan di antara tanaman karet pada tanaman belum menghasilkan merupakan lahan yang potensial untuk meningkatkan produktivitas pertanian rakyat terpadu melalui tumpang sari pangan dengan komoditas perkebunan. Sistem tumpang sari juga meningkatkan jenis organisme termasuk serangga berguna dan lain-lain. Penelitian Keragaman dan Kelimpahan Predator Hama Padi Beras Merah (Oryza nivara ) Fase Vegetatif yang di Tanam di Antara Tegakan Karet (Hevea brasiliensis) dilaksanakan di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2018 dengan ketinggian tempat 12 m dpL. Metode yang digunakan adalah metode sampling menggunakan perangkap sumur, jaring ayundan pengamatan langsung menggunakan aspirator. Parameter pengamatan terdiri dari keragaman predator, kelimpahan predator, indeks keragaman, kelimpahan relatif dan frekuensi. Didapatkan 4 Ordo 7 Jenis dan 7 spesies serangga predator pada pertanaman padi beras merah dengan jumlah terbanyak yaitu Anaxipha longipennis. Indeks keragaman serangga predator pada pertanaman padi beras merah sebesar 1,34 (sedang) Kata kunci : padi beras merah, karet, predator, perangkap
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
ii
ABSTRACT
MelyaShara, NIM : 148210015 “Diversity and Reliability of Rice Pest Predators of Red Rice (Oryzanivara) Vegetative Phase that Planted Between Rubber Stags (Hevea brasiliensis)” guided by Mrs. Prof. Dr. Ir. Retna Astuti Kuswardani, MS as Head of the Advisor and Mrs. Ir. Azwana, MP as Advisory Member. Land among rubber plants in immature plants is a potential land to increase the productivity of agricultural people integrated through the intercropping of food with plantation commodities. The intercropping system also enhances the type of organism including useful insects and others. The research of diversity and abundance of predators of rice paddy Pest (Oryza nivara) The vegetative phase in the planting between the standing rubber (Hevea brasiliensis) held in the village Sampali, subdistrictPercutSei Tuan, Deli Serdang Regency held in July to September 2018 with a seat height of 12 mdpL. The method used is a sampling method using Pitfall Trap, Sweep Net and direct observation using an aspirator. The observation parameters consist of a diversity of predators, predatory abundance, index diversity, relative abundance and frequency. Obtained 4 order 7 types and 7 species of predator insects were found in red rice, the highest number is Anaxipha longipennis. The diversity index of predator insects in red rice is 1,34 (medium)
Keywords: red rice, rubber, predators, trap
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan
hidayahnya yang diberikan sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Keragaman dan Kelimpahan Predator Hama Padi Beras
Merah (Oryza nivara) Fase Vegetatif yang di Tanam di Antara Tegakan Karet
(Hevea brasiliensis)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
melaksanakan penelitian sebagai tugas akhir di Fakultas Pertanian Universitas
Medan Area
Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang banyak
membantu dalam kesempurnaan penulisan skripsi ini. Secara khusus penulis
mengucapkan terimakasih kepada
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Retno Astuti Kuswardani, MS sebagai ketua komisi
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini
2. Ibu Ir. Azwana, MP sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
3. Kedua orang tua tercinta ayahku Harmin dan ibuku Nurhana Siregar yang
telah memberikan banyak nasihat, dukungan, serta doa yang tiada henti
kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. Syahbudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Medan Area.
5. Bapak Ir. Erwin Pane , MS selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
v
6. Ibu Ir. Ellen L. Panggabean, MP selaku Ketua Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.
7. Kepada Ibu Dr. Ir. Sumihar Hutapea, MS dan Bapak Dr. Ir. Tumpal
Siregar, MS selaku dosen yang senantiasa memberikan arahan serta
bimbingan kepada penulis
8. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Pertanian
Universitas Medan Area
9. Kepada adikku Dwi Anzelina yang telah memberi banyak dukungan serta
doa kepada penulis
10. Kepada sahabat sahabatku tersayang Haris Nasution, Ahmad Rivai, Abdul
Rahman, Ariadi, Dinda Permata Sari Lubis, Ririn Wahidah, yang telah
memberi banyak dukungan dan bantuan kepada penulis dalam segala hal
11. Kepada bocor-bocor ku Jahro Lubis, Ummu Harisah Nasution, Rizal
Hasan Harahap, Kurnia Sandy, Awal Hamdani Harahap, Sairul Hamdani
dan seluruh mahasiswa fakultas pertanian terkhusus agroteknologi ganjil
yang tidak dapat penulis sebutkan.
12. Kepada teman-teman tim Tumpang Sari yaitu Karlo Roberto Munthe,
Fajar Wahono, Hendra Ranto Simanjuntak, Jhonson Hasibuan,
Muhammad Arsyad dan Dermawan Sitohang yang telah memberikan
bantuan serta dukungan kepada penulis
13. Kepada Sahabatku Kiky Kurnianti yang selalu memberi dukungan serta
doa dari jauh.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dalam penyajian maupun tata bahasa untuk itu penulis memohon maaf, penulis
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
vi
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya penulis
mengucapakan terima kasih
Medan
Melya Shara
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
vii
DAFTAR ISI
ABSTRACT ................................................................................................... i ABSRTAK ................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii KATA PENGANTAR ............................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................. vii DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 5 1.3. Tujuan penelitian ............................................................................... 5 1.4. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 5 1.5. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6 2.1. Padi BerasMerah ................................................................................ 6
2.1.1. Syarat Tumbuh PadiBerasMerah.............................................. 7 2.1.2. Klasifikasi PadiBerasMerah ..................................................... 7 2.1.3.Morfologi Padi .......................................................................... 8 2.1.4. Fase Pertumbuhan Tanaman Padi ......................................... 12 2.1.5. Hama TanamanPadi Gogo ..................................................... 18 2.1.6.Peran Pengendalian Hayati ...................................................... 21 2.1.7. Penggolongan Agens Hayati ................................................. 27 2.1.8. Sejarah Pengendalian ............................................................ 31 2.1.9. Predator ................................................................................. 33
2.2.Tumpang Sari Tanaman Karet dengan Tanaman Pangan ................ 40 2.3.KeanekaragamanHayati ................................................................... 43 2.4.Metode Monitoring Predator Hama ................................................ 47
III. METODE PENELITIAN ................................................................... 50 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 50 3.2. Bahan dan Alat .............................................................................. 50 3.3. Metode Penelitian ......................................................................... 50 3.4. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 50
3.4.1. Penentuan Plot ................................................................... 50 3.4.2. Pembuatan Perangkap ........................................................ 51
3.5. Identifikasi Serangga ..................................................................... 56 3.6. Metode Analisis Data .................................................................... 56
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 58 4.1. Identifikasi Jenis Serangga Predator .............................................. 58 4.2. Kelimpahan Populasi Serangga Predator ....................................... 67 4.3. Indeks Keragaman (H) .................................................................. 71
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
viii
4.4. Kelimpahan Relatif (KR) .............................................................. 73 4.5. Frekuensi (F) ................................................................................. 78
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 82 5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 82 5.2. Saran ................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 83
LAMPIRAN ............................................................................................... 87
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jenis Serangga Predator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ......................................................... 58
2. Jumlah Populasi SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ......................................................... 68
3. Indeks Keragaman Serangga Predatoryang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ......................................................... 72
4. Kelimpahan Relatif SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ............................................................................. 74
5. Frekuensi SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan ke- 7 MST ....................................................................... 78
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
x
DAFTAR GAMBAR
JUDUL HALAMAN
1. TanamanPadiBerasMerah .................................................................. 8 2. Akar, Daun dan Batang Tanaman Padi ............................................ 10 3. Bunga Tanaman Padi ...................................................................... 11 4. Struktur Gabah Tanaman Padi ....................................................... 11 5. Fase Pertumnuhan dan Perkembangan Tanaman Padi ................... 12 6. Fase vegetatif Tanaman Padi ........................................................... 13 7. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) ................................... 19 8. Penggerek Batang Padi (sundep) Scirpophaga innotata .................. 20 9. Walang Sangit (L. acuta) ................................................................. 20 10. Kumbang Kubah (Micrapis sp) ....................................................... 36 11. Kumbang Tanah (Ophionea nigrofasciata) .................................... 37 12. Jengkerik (Anaxipha longipennis) ................................................... 38 13. Belalang (Conocephalus longipennis) ............................................ 39 14. Cocopet (Euborellia stali) ................................................................ 40 15. Denah Peletakkan Pitfall Trap ......................................................... 52 16. Pitfall Trap ....................................................................................... 53 17. Sweep Net ......................................................................................... 54 18. Ukuran Sweepnet .............................................................................. 55 19. Tanaman Sampel ............................................................................. 56 20. Penggunaan Aspirator .................................................................... 56 21. Aspirator .......................................................................................... 56 22. Denah Peletakkan Sweep Net ........................................................... 57 23. Anaxipha longgipennis ..................................................................... 61 24. Menochilus sexmaculatusL ............................................................. 62 25. Oxyopes javanus ............................................................................... 63 26. Pheropsophus occipitalis ................................................................. 64 27. Conocephalus longipennis ............................................................... 65 28. Euborellia stali ................................................................................. 65 29. Paederus littoralis ............................................................................ 67 30. Gulma Imperata Cylindrica ............................................................. 75 31. Hama Wereng (Nilaparvata lugens) ................................................ 79
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
xi
DAFTAR LAMPIRAN JUDUL HALAMAN
1. Deskripsi Padi Beras Merah Gogo Varietas Sertani ............................... 87
2. Deskripsi Padi beras Merah Gogo Varietas MSP ................................... 88
3. Jadwal Kegiatan Penelitian ..................................................................... 89
4. Denah Petakan pada Tanaman Padi ........................................................ 90
5. Keberadaan Jenis SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ............................................. 91
6. Keberadaan Jenis SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Sweep Net di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST .............................................. 93
7. Keberadaan Jenis SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet dengan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST .................................................................. 95
8. Kelimpahan SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet dengan Menggunakan Fitfall Trapdi Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST .................................................................. 97
9. Kelimpahan Serangga Predator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Sweep Net di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ................................................................... 99
10. Kelimpahan SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet dengan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ................................................................ 101
11. Indeks Keragaman Serangga Predator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
xii
Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ............................................ 102
12. Kelimpahan Relatif SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ........................................... 103
13. Frekuensi Serangga Predator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ............................................ 104
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, padi beras merah kurang mendapat perhatian dibandingkan
padi beras putih. Beras merupakan makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh
warga di dunia, terutama di benua Asia. Walaupun umumnya beras yang
dikonsumsi berwarna putih, terdapat juga varietas beras yang memiliki pigmen
warna seperti beras merah, beras cokelat dan beras hitam. Beras merah merupakan
salah satu sumber pangan yang mengandung sumber antioksidan. Beras ini
memiliki lapisan luar bekatul yang merupakan sumber yang baik akan protein,
serat, lemak dan vitamin E (Iriyani, 2011).
Antioksidan yang di hasilkan beras merah berasal dari pigmen antosianin.
Komposisi gizi per 100 g padi beras merah terdiri atas protein 7,5 g, lemak 0,9 g,
karbohidrat 77,6 g, kalsium 16 mg, fosfor 163 mg, zat besi 0,3 g, dan vitamin B1
0,21 mg. Kandungan antosianin dalam padi beras merah di yakini dapat mencegah
berbagai penyakit, antara lain kanker, kolesterol dan jantung koroner. Menurut
Santika dkk. (2010) menyatakan bahwa beras merah umumnya di konsumsi tanpa
melalui proses penyosohan, tetapi hanya di giling menjadi beras pecah kulit
sehingga kulit arinya masih melekat pada endosprema. Kulit ari beras merah kaya
akan serat, minyak alami dan lemak esensial.
Penelitian yang dilakukan olehMuhidin et al (2013) tentang pertanaman
beras merah dibawah naungan (Agroforestry) menunjukan bahwa padi beras
merah toleran terhadap kondisi cahaya yang ternaungi. Waktu panen dari padi
beras merah di sistem Agroforestry ini lebih lama, akan tetapi untuk pengelolaan
tanah lebih minim. Dengan demikian berdasarkan pendapat tersebut tanaman padi
beras merah dapat di tanam di antara tanaman perkebunan.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
2
Lahan di antara tanaman karet pada tanaman belum menghasilkan
merupakan lahan yang potensial untuk peningkatan produktivitas pertanian rakyat
terpadu melalui tumpang sari pangan dengan komoditas perkebunan.Apabila
penanaman tanaman pangan secara intercropping dengan memanfaatkan lahan di
bawah tegakan tanaman perkebunan tersebut, khususnya karet, dilakukan maka
diharapkan produktivitas pangan dalam negeri akan meningkat (Sahuri, 2017)
Tanaman padi beras merah merupakan tanaman semusim, pada tanaman
semusim sering terjadi pemutusan masa bertanamyang akan mengakibatkan tidak
berkembangnya musuh alami. Sehingga perkembanganArthropoda hama
meningkat terus tanpa ada faktor pembatas dari alam. Dalam pencapaian target
produksi padi, ekosistem pertanian (agroekosistem) memegang faktor kunci
dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Keanekaragaman hayati (biodiversitas)
merupakan semua jenis tanaman, hewan dan mikroorganisme yang ada dan
berinteraksi dalam suatu ekosistem sangat menentukan kualitas lingkungan suatu
komunitas dalam sistem pertanian. Namun demikian dalam kenyataannya,
pertanian merupakan penyederhanaan dari keanekaragaman hayati secara alami.
Hasil akhir pertanian adalah produksi ekosistem buatan yang memerlukan
perlakuan oleh pelaku pertanian secara konstan. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan berupa masukan agrokimia (terutama pestisida
dan pupuk) telah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang tidak
dikehendaki (Tauruslina, 2015).
Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan
terhadap organisme serangga hama. Salah satu pendorong meningkatnya serangga
pengganggu adalah tersedianya makanan terus menerus sepanjang waktu.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
3
Mekanisme alami seperti predatisme, parasitisme, patogenitas, persaingan
intraspesies dan interspesies, produktivitas, stabilitas dan keanekaragaman hayati
dapat dimanfaatkan untuk mencapai pertanian berkelanjutan (Altieri et al. 2004
dalam Tauruslina, dkk. 2015)
Salah satu kendala utama penyebab menurunnya produksi padi beras merah
adalah serangan hama , pengendalian hama selama ini menggunakan insektisida
semata yang menyebabkan penurunan keanekaragaman spesies dalam ekosistem
tersebut. Keanekaragaman serangga predator mempunyai arti penting dalam
memelihara fungsi ekosistem dalam budidaya pertanian berkelanjutan. Cara ini
memberikan kesempatan kepada serangga berguna, seperti musuh alami untuk
lebih berperan dalam pengendalian hama. Pada saat kondisi lingkungan ekologi
seimbang , serangan wereng batang coklat rendah karena musuh alami berperan
dengan cara optimal (Sidauruk, et al. 2015).
PHT merupakan suatu carapendekatan atau cara berpikir
tentangpengendalian OPT yang didasarkan padadasar pertimbangan ekologi dan
efisiensiekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistemyang berwawasan
lingkunganyang berkelanjutan. Sebagai sasaranteknologi PHT adalah : 1)
produksipertanian mantap tinggi, 2) Penghasilandan kesejahteraan petani
meningkat, 3)Populasi OPT dan kerusakan tanamantetap pada aras secara
ekonomi tidakmerugikan dan 4) Pengurangan resikopencemaran Lingkungan
akibatpenggunaan pestisida yang berlebihan(Anonim, 2004dalamSunarno, 2012).
Akhir-akhir ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida
sintetis ibarat pisau bermata dua. Dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan
produksi pertanian, terselubung bahaya yang mengerikan. Tak bisa dipungkiri,
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
4
bahaya pestisida semakin nyata dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan
pestisida yang tidak bijaksana. Kerugian berupa timbulnya dampak buruk
penggunaan pestisida, dapat dikelompokkan atas 3 bagian: (1). Pestisida
berpengaruh negatip terhadap kesehatan manusia, (2). Pestisida berpengaruh
buruk terhadap kualitas lingkungan, dan (3). Pestisida meningkatkan
perkembangan populasi jasad penganggu tanama(Sunarno, 2012).
Keanekaragaman serangga predator baik dalam hal kelimpahanmaupun
kekayaannya jenis juga sangat terkait dengan tingkat tropik lainnya. Hal ini
disebabkanadanya interaksi yang terjadi, baik diantara kelompok serangga
maupun dengan tumbuhanyang selanjutnya akan membentuk keanekaragaman
serangga itu sendiri. Keanekaragamanjenis serangga predator pada pertanaman
padi juga dipengaruhi oleh makanannya yaitu serangga hama padi. Jikamakanan
dalam jumlah yang banyak maka populasi serangga tinggi.Sedangkan jika
jumlahmakanan sedikit, populasi seranggaakanturun. Dalam hal pengendalian
hama denganmenggunakan musuh alami khususnya serangga predator merupakan
suatu alternatif strategipengendalian hama yang saat ini tengah dikembangkan
untuk meminimalkan penggunaanpestisida. Peranan serangga predator di dalam
upaya pengendalian hama secara hayati telahdilakukan dan berhasil di dalam
aplikasinya (Herlinda dkk., 2014).
Petani dalam aktivitasnya belum mengetahui peran predator alami dalam
mengendalikan hama padi, sehingga masih menggunakan pestisida yang akan
membunuh hama sekaligus predator alami yang semestinya menjadi sahabat
petani (Nasution, 2016)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
5
Mengingat peran predator dalammenekan populasi hama secara alami cukup
penting, makaupaya konservasi musuh alami di lapang perlu lebihdiperhatikan,
berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Keragaman dan Kelimpahan Predator Hama Padi Beras Merah (Oryza nivara)
yang di Tanam di Antara Tegakan Karet (Hevea brasiliensis) di Desa Sampali,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah adanya berbagai jenis predator hama tanaman padi beras merah (Oryza
nivara) yang di tanam pada tegakan karet (Hevea brasiliensis).
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keragaman jenispredator hama yang ada pada
pertanaman padi beras merah yang di tanam di antara tegakan karet.
2. Untuk mengetahui kelimpahan predator hama yang ada pada pertanaman
padi beras merah yang di tanam di antara tegakan karet.
1.4. Hipotesis Penelitian
Adanya berbagai jenis predator hama tanaman padi beras merah yang di
tanam di antara tegakan karet.
1.5.Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan pembuat skripsi untuk
melengkapi syarat menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Medan Area dan sebagai informasi kepada petani Padi untuk mengetahui
keragaman jenis predator pada tanaman padi beras merah.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Padi Beras Merah (Oryza nivara)
Di Indonesia, padi yang berasnya berwarna merah (padi beras merah)
kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan padi yang berasnya berwarna
putih (padi beras putih), padahal beras merah mengandung gizi tinggi.Belum
tersedia varietasunggul padi beras merah,kecuali varietas Bahbutong yangdilepas
tahun 1985 dan itu pun tidak meluas pengembangannya.Oleh karena itu, beras
merahyang diperdagangkan di berbagaidaerah diduga berasal dariimpor atau dari
padi gogo localyang umumnya berdaya hasilrendah dan berumur dalam. Selain
sumber utamakarbohidrat, beras merah juga mengandung protein, beta karoten,
antioksidan, dan zatbesi (Purwaningsih dan Kristamtini, 2009). Artinya beras
merah penting bagikesehatan seperti mencegah sembelit, mencegah berbagai
penyakit saluran pencernaan,dan menurunkan kolesterol darah.
Padi beras merah jarang dibudidayakan petani diIndonesia karena umurnya
panjang (rata-rata 134 hari) danmorfologi tanamannya tinggi (rata-rata 164 cm)
sehingga mudah rebah (Silitonga, 2015). Beras merah juga jarangdikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia, padahal selainsebagai sumber karbohidrat, beras merah
merupakanpakan fungsional karena mengandung antosianin, suatusenyawa
antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas (Afza Higa, 2016).
Di habitat aslinya, padi beras merah lokal saatini makin jarang ditemukan.
Hampir seluruh petanimenanam padi varietas baru termasuk padi hibrida,
hanyasebagian kecil yang membudidayakan padi beras merahlokal. Akibatnya,
keberadaan padi beras merah lokalsemakin langka, bahkan hampir punah
(Kristamtini 2009 dalam Afza Higa, 2016).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
7
2.1.1. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Padi dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, tumbuh di daerah tropis dan
subtropis pada 45o LU dan 45o LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi
dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200
mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi darat merupakan padi lahan kering
yang ditanam dalam kondisi kering. Syarat utama untuk tanaman padi darat
adalah kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Faktor iklim terutama curah hujan
merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan budidaya padi darat. Hal
ini disebabkan kebutuhan air untuk padi darat hanya mengandalkan curah hujan.
Tanaman ini lebih peka terhadap perubahan keadaan hujan dibandingkan padi
sawah (Suriansyah, dkk. 2013)
Padi darat umumnya ditanam sekali setahun pada awal musim hujan. Di
Indonesia, padi darat ditanam pada kondisi lingkungan yang beragam. Tanaman
ini dapat tumbuh pada daerah yang mempunyai ketinggian mencapai 1300 mdpl
dengan curah hujan 600-1200 mm selama fase pertumbuhan. Jumlah dan sebaran
hujan merupakan komponen iklim yang penting dan menentukan kesesuaian suatu
lingkungan untuk pertumbuhan padi darat. Pada lahan kering, curah hujan dan
kemampuan tanah memegang air menentukan keberhasilan pertanam padi darat.
Suhu optimum yang dibutuhkan tanaman ini berkisar 15-30°C (Suriansyah, dkk.
2013)
2.1.2. Klasifikasi Padi Beras Merah
Padi beras merah termasuk dalam genus Oryzae yaitu padi dengan beras
berwarna merah yang biasa ditanam sebagai padi darat. Menurut Purwono dan
Purnamawati (2007), klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut:
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
8
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Famili : Graminaceae Genus Oryza
Spesies : Oryza nivara
2.1.3. Morfologi Padi Beras Merah
Secara morfologi tanaman padi termasuk tanaman semusim. Batang padi
berbentuk bulat dengan daun panjang yang berdiri pada ruas- ruas batang dan terdapat
sebuah malai pada ujung batang. Bagian Vegetatif dari tanaman padi adalah akar,
batang, dan daun, sedangkan bagian generatif berupa malai dari bulir- bulir padi.
1. Akar
Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Akar tanaman padi
terdiri dari dua macam akar yaitu: akar seminal dan akar adventif sekunder. Akar
seminal yaitu akar primer (radikula) yang tumbuh sewaktu berkecambah bersama
akar-akar lain yang muncul dekat bagian buku skutellum, yang jumlahnya 1-7. Akar-
Gambar 1. Tanaman Padi Beras Merah varietas Sertani Sumber : Dokumentasi Pribadi
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
9
akar seminal selanjutnya digantikan oleh akar-akar sekunder yang tumbuh dari buku
terbawah batang (Gambar 2). Akar-akar sekunder disebut adventif atau akar-akar
buku (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Akar berfungsi sebagai penguat atau penunjang tanaman untuk dapat tumbuh
tegak, menyerap hara dan air dari dalam tanah untuk diteruskan ke organ lain di atas
tanah yang memerlukan (Makarim dan Suhartatik, 2009).
2. Daun dan Tajuk
Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang seling
dan terdapat satu daun pada tiap buku. Daun teratas pada tanaman padi disebut daun
bendera yang posisi dan ukurannya tampak berbeda dari daun yang lain. Makarim
dan Suhartatik (2009) menyebutkan, bagian-bagian daun terdiri atas :
a. helaian daun yang menempel pada buku melalui pelepah daun,
b. pelepah daun yang membungkus ruas di atasnya dan kadang-kadang pelepah
daun dan helaian daun ruas berikutnya,
c. telinga daun (auricle) pada dua sisi pangkal helaian daun,
d. lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat di atas telinga daun.
Tajuk merupakan kumpulan daun yang tersusun rapi dengan bentuk, orientasi,
dan besar (dalam jumlah dan bobot) tertentu. Varietas-varietas padi memiliki tajuk
yang sangat beragam (Makarim dan Suhartatik, 2009).
3. Batang
Batang terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku, dan tunas (anakan)
yang tumbuh pada buku (Gambar 2). Jumlah buku sama dengan jumlah daun
ditambah dua yaitu satu buku untuk tumbuhnya koleoptil dan yang satu lagi menjadi
dasar malai. Ruas yang terpanjang adalah ruas yang teratas dan panjangnya berangsur
menurun sampai ke ruas yang terbawah dekat permukaan tanah. Anakan padi tumbuh
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
10
pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan primer tumbuh dari buku
terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan sekunder akan menghasilkan
anakan tersier (Makarim dan Suhartatik, 2009).
4. Bunga
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 8–10 buku
yang menghasilkan cabang–cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang–cabang
sekunder. Buku pangkal malai umumnya hanya menghasilkan satu cabang primer,
tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan 2–3 cabang primer
(Makarim dan Suhartatik, 2010).
Lemma yaitu bagian bunga floret yang berurat lima dan keras yang sebagian
menutupi palea. Lemma memiliki suatu ekor. Palea yaitu bagian floret yang berurat
tiga yang keras dan sangat pas dengan lemma. Bunga terdiri dari enam benang sari
Gambar 2. Akar, Daun dan Batang Tanaman Padi
Sumber : Makarim dan Suhartatik (2009)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
11
dan sebuah putik. Enam benang sari tersusun dari dua kelompok kepala sari yang
tumbuh pada tangkai benang sari (Makarim dan Suhartatik, 2010).
5. Biji
Butir biji adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea, lemma steril,
dan ekor gabah (kalau ada) yang menempel sangat kuat (Gambar 4). Butir biji padi
tanpa sekam (kariopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah kariopsis, yaitu biji
tunggal yang bersatu dengan kulit bakal buah yang matang (kulit ari), yang
membentuk sebuah butir seperti biji. Komponen utama butir biji adalah sekam, kulit
beras, endosperm, dan embrio (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Keterangan : 1. Beras (karyopsis) 2. Palea 3. Lemma 4. Rakhilla 5. Lemma mandul 6. Pedisel ( tangkai gabah)
Gambar 3. Bunga tanaman padi. Sumber : Makarim dan Suhartatik (2009)
Gambar 4. Struktur Gabah tanaman padi. Sumber : Makarim dan Suhartatik (2009)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
12
2.1.4. Fase Pertumbuhan Tanaman Padi
Pertumbuhan adalah proses pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan
pembesaran sel (peningkatan ukuran) secara irreversible yaitu menuju satu titik
dan tidak dapat kembali lagi. Fase pertumbuhan atau fase vegetatif yaitu ditandai
dengan pertumbuhan organ-organ vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan,
tinggi tanaman, jumlah, bobot dan luas daun.
Perkembangan adalah pertumbuhan menuju kedewasaan sutau organisme.
Fase perkembangan atau fase generatif atau reproduktif ditandai dengan
memanjangnya beberapa ruas teratas batang tanaman, berkurangnya jumlah
anakan (matinya anakan tidak produktif), munculnya daun bendera, bunting, dan
pembungaan (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Gambar 5. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi. Sumber : Makarim dan Suhartatik (2009)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
13
1. Fase Pertumbuhan (Vegetatif)
Fase pertumbuhan (vegetatif) adalah awal pertumbuhan tanaman, mulai dari
perkecambahan benih sampai primordia bunga (pembentukan malai). Fase
Vegetatif meliputi tahap perkecambahan (germination), pertunasan (seedling
stage) dan pembentukan anakan (tillering stage) (Makarim dan Suhartatik, 2009).
1. Tahap Perkecambahan benih (Germination)
Benih akan menyerap air dari lingkungan (karena perbedaan kadar air antara
benih dan lingkungan), masa dormansi akan pecah ditandai dengan kemunculan
radicula dan plumule. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah
kelembaban, cahaya dan suhu. Tahap perkecambahan benih berakhir sampai daun
pertama muncul dan ini berlangsung 3-5 hari (Makarim dan Suhartatik, 2009).
2. Tahap Pertunasan (Seedling Stage)
Tahap pertunasan dimulai saat benih berkecambah hingga menjelang
anakan pertama muncul. Tahap pertumbuhan ini terjadi di persemaian. Pada awal
di persemaian, mulai muncul akar seminal hingga kemunculan akar sekunder
(adventitious) membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat
Gambar 6. Fase Vegetatif Tanaman Padi. Sumber : Makarim dan Suhartatik (2009)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
14
menggantikan radikula dan akar seminal sementara. Di sisi lain tunas terus
tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun
setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan sampai terbentuknya 5 daun
sempurna yang menandai akhir fase ini. Dengan demikian pada umur 15–20 hari
setelah sebar, bibit telah mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang
berkembang dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan
(Makarim dan Suhartatik, 2009).
3. Tahap Pembentukan Anakan (Tillering Stage)
Tanaman mulai membentuk anakan bersamaan dengan berkembangnya
tunas baru, setelah kemunculan daun kelima. Anakan muncul dari tunas aksial
(axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan
berkembang. Dua anakan pertama mengapit batang utama dan daunnya, setelah
tumbuh (emerging), anakan pertama memunculkan anakan sekunder, demikian
seterusnya hingga anakan maksimal (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Ada dua tahapan penting pada fase ini yaitu pembentukan anakan aktif
kemudian dilanjutkan dengan perpanjangan batang (stem elongation). Kedua
tahapan ini bisa tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak membentuk anakan
akan mengalami perpanjangan batang, buku kelima dari batang di bawah
kedudukan malai, memanjang hanya 2-4 cm sebelum pembentukan malai.
Sementara tanaman muda (tepi) terkadang masih membentuk anakan baru,
sehingga terlihat perkembangan kanopi sangat cepat. Secara umum, fase
pembentukan anakan berlangsung selama kurang lebih 30 hari. Pada tanaman
yang menggunakan sistem tabela (tanam benih langsung) periode fase ini
mungkin tidak sampai 30 hari karena bibit tidak mengalami stagnasi seperti
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
15
halnya tanaman sistem tapin yang beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya
sesaat setelah pindah tanam (Makarim dan Suhartatik, 2009).
2. Fase Perkembangan (Generatif)
Fase perkembangan (generatif) tanaman padi dapat dibagi menjadi dua fase,
yaitu fase reproduktif dan fase pematangan atau pemasakan.
1. Fase Reproduktif
Fase reproduktif tanaman padi dibagi menjadi 4 tahap, yaitu tahap inisiasi
bunga (panicle initiation), tahap bunting (booting stage), tahap keluar malai
(heading stage), dan tahap pembungaan (flowering stage).
a. Tahap Inisiasi Bunga atau Primordia (Panicle Initiation)
Bakal malai terlihat berupa kerucut berbulu putih (white feathery cone)
panjang 1,0-1,5 mm. Pertama kali muncul pada ruas buku utama (main culm)
kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Ini akan berkembang hingga
bentuk malai terlihat jelas sehingga bulir (spikelets) terlihat dan dapat dibedakan.
Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah
daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung (bulge) (Makarim dan
Suhartatik, 2009).
b. Tahap Bunting (Booting Stage)
Tahap bunting yaitu penggembungan daun bendera. Bunting terlihat
pertama kali pada ruas batang utama. Pada tahap bunting, ujung daun layu
(menjadi tua dan mati) dan anakan non-produktif terlihat pada bagian dasar
tanaman (Makarim dan Suhartatik, 2009).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
16
c. Tahap Keluar Malai (Heading Stage)
Heading ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun
bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun
(Makarim dan Suhartatik, 2009).
d. Tahap Pembungaan (Flowering Stage)
Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul keluar dari
kelopak bunga (flower glumes) karena pemanjangan stamen dan serbuksari
tumpah (shed). Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari atau tepung sari
(pollen) jatuh ke putik, sehingga terjadi pembuahan. Struktur pistil berbulu
dimana tube tepung sari dari serbuk sari yang muncul akan mengembang ke
ovary. Proses pembungaan berlanjut sampai hampir semua spikelet pada malai
mekar. Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Pada umumnya, floret
(kelopak bunga) membuka pada pagi hari. Semua spikelet pada malai membuka
dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5 daun masih aktif. Anakan pada tanaman padi
ini telah dipisahkan pada saat dimulainya pembungaan dan dikelompokkan ke
dalam anakan produktif dan nonproduktif (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Fase reproduktif yang diawali dari inisiasi bunga sampai pembungaan
(setelah putik dibuahi oleh serbuk sari) berlangsung sekitar 35 hari. Ketersediaan
air pada fase ini sangat diperlukan, terutama pada tahap terakhir diharapkan bisa
tergenang 5 – 7 cm (Makarim dan Suhartatik, 2009).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
17
2. Fase Pemasakan atau Pematangan
Fase pemasakan atau pematangan tanaman padi dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu tahap matang susu ( milk grain stage ), tahap gabah ½ matang (dough grain
stage), dan tahap gabah matang penuh (mature grain stage).
a. Tahap Matang Susu ( Milk Grain Stage )
Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan bahan serupa susu. Gabah mulai
terisi dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan atau menjepit
gabah di antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk. Pelayuan (senescense)
pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau.
Tahap ini paling disukai oleh walang sangit. Pada saat pengisian, ketersediaan air
juga sangat diperlukan. Seperti halnya pada fase sebelumnya, pada fase ini
diharapkan kondisi pertanaman tergenang 5 – 7 cm (Makarim dan Suhartatik,
2009).
b. Tahap Gabah Setengah Matang (Dough Grain Stage)
Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan
lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan
(senescense) dari anakan dan daun di bagian dasar tanaman nampak semakin
jelas. Pertanaman terlihat menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua
daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering (Makarim dan Suhartatik,
2009).
c. Tahap Gabah Matang Penuh (Mature Grain Stage)
Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning.
Tanaman padi pada tahap matang 90 – 100 % dari gabah isi berubah menjadi
kuning dan keras. Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun dari sebagian
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
18
varietas ada yang tetap hijau). Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian
dasar tanaman. Berbeda dengan tahap awal pemasakan, pada tahap ini air tidak
diperlukan lagi, tanah dibiarkan pada kondisi kering. Periode pematangan, dari
tahap masak susu hingga gabah matang penuh atau masak fisiologis berlangsung
selama sekitar 35 hari (Makarim dan Suhartatik, 2009).
2.1.5. Hama Tanaman Padi Gogo
Adapun hama utama tanaman padi menurut Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (2017) terdiri dari:
1. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens)
Telur wereng coklat berbentuk lonjong dan terletak secara berkelompok
dalam pangkal pelepah daun tanaman, pupulasi wereng yang tinggi biasanya
terletak di ujung pelepah daun dan pada tulang daun. Jumlah telur yang diletakan
ini beragam, tiap satu kelompok anatar 3-21 telur. Telur akan menetas antara 7-11
hari atau rata-rata 9 harian
Setelah menetas akan menjadi nimfa yang akan mengalami pergantian kulit
atau disebut instar, rata-rata nimfa berkisar 12,8 hari. Sebelum nimfa menjadi
wereng akan mengalami pergantian kulit sebanyak 5 kali, dengan lama pergantian
kulit yang berbeda. Warna nimfa ini adalah coklat krem dan akan berubah warna
menjadi keabuan, dengan panjang nimfa dewasa 2,1 mm dapat berkembang
menjadi dua tipe yaitu Makroptera (bersayap panjang) dan Brakhiptera (bersayap
kerdil).
Ketika sudah menjadi wereng, wereng dewasa memiliki panjang badan 2,6-
2,9 mm dengan warna kehitaman, bergerak dengan berjalan dan terbang. Wereng
coklat mempunyai siklus hidup dengan cepat sekitar 10-20 hari.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
19
Tanaman padi yang terserang hama ini akan menimbulkan gejala seperti
daun berwarna kuning dan, pangkal batang berwarna, kehitaman.Serangan berupa
spot-spot, Bila parah, tanaman, mengering seperti terbakarterjadi pada semua
fasepertumbuhan.
2. Penggerek Batang Padi Sundep – Beluk (Scirpophaga innotata)
Telur penggerek batang padi memiliki Jumlah telur 170-260
butir/kelompok dan diletakkan dipermukaan atas daun atau pelepah ditutupi
rambut halus, berwarna coklat kekuning-kuningan stadium telur 4-9 hari.Memiliki
Larva Mirip larva penggerek batang padi kuning dengan panjang maksimal 21
mm dan warna putih kekuningan stadium larva 19-31 hari (kalau mengalami
diapause dapat berlangsung 3 bulan)Stadium pupa 6-12 har. Imago/Ngengat
berwarna putih serta memiliki panjang betina 13 mm dan jantan 11 mm dan
tertarik pada cahaya.
Serangan hama ini di tandai dengan adanya Stadia vegetatif (Sundep)
ditandai kematian padaanakan muda, stadi generatif (Beluk) ditandai malai
tampakputih dan hampa.
Gambar 7. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (2017)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
20
3. Walang Sangit (Leptocorisa oratorius)
Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat dengan ukuran
panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antena yang
panjang. Perbandingan antara jantan dan betina 1:1, setelah menjadi imago
serangga ini baru dapat kawin. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari sedangkan
walang sangit dapat hidup selama rata-rata 80 hari (Ashikin dan Thamrin, 2008).
Hama ini merupakan perusak bulir pada fase pemasakan dengan cara
menyerang stadia pertumbuhan tanaman setelah keluar malai sampai matang susu.
Kerusakan dapat menyebabkan permukaan kulit biji padi sebagian menghitam,
beras berubah warna dan mengapur serta hampa. Adapun ambang ekonomi hama
ini yaitu lebih dari 1 ekor per 2 rumpun pada masa keluar malai dan seterusnya
Gambar 8. Penggerek Batang Padi Sundep – Beluk (Scirpophaga innotata) Sumber : Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan (2017)
Gambar 9. Walang Sangit (Leptocorisa oratorius) Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (2017)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
21
2.1.6. Peran Pengendalian Hayati dalam PHT
Pengendalian hama terpadu (PHT) adalah pengendalian hama yang
memiliki dasar ekologis dan menyadarkan diri pada faktor-faktor mortalitas alami
seperti musuh alami dan cuaca serta mencari teknik pengendalian yang
mendatangkan gangguan sekecil mungkin terhadap faktor-faktor tesebut. PHT
menggunakan pestisida hanya setelah adanya pemantauan populasi hama yang
sistemis dan pemantauan musuh alami menunjukan diperlukannya penggunaan
pestisida. Secara ideal program pengendalian hama terpadu, mempertimbangkan
semua kegiatan pengendalian hama yang ada. Dalam PHT musuh alami, cara-cara
bercocok tanam, varietas tanaman, agensia mikrobia, memanipulasi genetik,
senyawa kimia tertentu (seperti sex attraktan/penarik serangga kelamin tertentu)
dan pestisida menjadi faktor tergabung dalam proses pengendalian hama
(Sunarno, 2012).
Pengendalian hayati memegang peranan yang sangat penting karena
pengendalian ini sangat menentukan semua usaha teknik pengendalian yang lain
secara bersamaan ditujukan untuk mempertahankan dan memperkuat berfungsi
dari musuh alami sehingga populasi hama tetap berada dibawah ambang ekonomi
(Sunarno, 2012).
Prinsip dasar PHT bukan bertujuan atau cara pengendalian melainkan suatu
metode ilmiah untuk mengendalikan hama (OPT) agar secara ekonomis tidak
merugikan, dan untuk mempertahankan kelestarian lingkungan. Untuk mencapai
Sasaran atau tujuan dari PHT yaitu : Produktivitas pertanian mantap tinggi,
kesejahteraan petani meningkat, populasi hama atau kerusakan yang
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
22
ditimbulkannya secara ekonomis tidak merugikan, kualitas dan keseimbangan
lingkungan terpelihara (Sunarno, 2012).
Selain sasaran dan tujuan, yang tidak kalah penting adalah adanya Strategi
PHT. Strategi Pengendalian Hama Terpadu yaitu dengan cara : Memadukan
semua teknik atau metode pengendalian hama secara optimal baik secara ekologis
maupun secara ekonomis, pengendalian hama ( OPT ) lebih menekankan pada :
cara-cara nonkimiawi ( budidaya tanaman sehat dan pemanfaatan musuh alami)
(Sunarno, 2012).
Penggunaan pesticida selektif pada saat populasi hama mencapai ambang
ekonomi atau abang pengendali hama OPT Selain PHT ekologi ada juga teknologi
PHT dengan cara : Pengelolaan ekosistem dengan cara bercocok tanam,
penggunaan varietas yang tahan hama OPT, pengendalian secara fisik atau
mekanik, Pengendalian secara genetik (jantan mandul), penggunaan pestisida
secara selektif, penggunaan OPT dengan peraturan atau karantina (Sunarno,
2012).
Sunarno (2012), menyatakanbahwa pengendalian hayati adalahpengendalian
serangga hama dengan carabiologi, yaitu dengan memanfaatkanmusuh-musuh
alaminya (agen pengendalibiologi), seperti predator, parasit danpatogen.
Pengendalian hayati adalah suatuteknik pengelolaan hama dengan sengajadengan
memanfaatkan/memanipulasikanmusuh alami untuk kepentinganpengendalian,
biasanya pengendalian hayati akan dilakukan perbanyakan musuhalami yang
dilakukan dilaboratorium.Sedangkan Pengendalian alamimerupakan Proses
pengendalian yangberjalan sendiri tanpa campur tanganmanusia, tidak ada proses
perbanyakanmusuh alami.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
23
Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didifinisikan sebagai
pengaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alam hingga kepadatan
populasi organisme tersebut berada dibawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa
pengendalian Sunarno (2012).
Menurut Untung (2006) dalam Sunarno (2012). Prinsip pengaturan populasi
organisme oleh mekanisme saling berkaitan antar anggota suatu komonitas pada
jenjang tertentu juga terjadi didalam agroekosistem yang dirancang manusia.
Musuh alami sebagai bagian dari agroekosistem memiliki peranan menentukan
dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama. Sebagai faktor yang
bekerjanya tergantung dari kepadatan yang tidak lengkap (imperfectly density
dependent) dalam kisaran tertentu, populasi musuh alami dapat mempertahankan
populasi musuh alami tetap berada disekitar batas keseimbangan dan mekanisme
umpan balik negatif. Kisaran keseimbangan diluar plato homeostatik musuh alami
menjadi kurang efektif dalam mengembalikan populasi kearas keseimbangan.
Populasi hama dapat meningkat menjahui kisaran keseimbangan akibat
bekerjanya faktor yang bebas kepadatan populasi seperti cuaca dan akibat
tindakan manusia dalam mengelola lingkungan pertanian.
Pengendalian hayati memiliki keuntungan yaitu :
1) Aman artinya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan keracunan
pada manusia dan ternak,
2) tidak menyebabkan resistensi hama,
3) Musuh alami bekerja secara selektif terhadap inangnya atau mangsanya, dan
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
24
4) Bersifat permanen untuk jangka waktu panjang lebih murah, apabila
keadaan lingkungan telah setabil atau telah terjadi keseimbangan antara
hama dan musuh alaminya.
Selain keuntungan pengendalian hayati juga terdapat kelemahan atau
kekurangan seperti : (1). Hasilnya sulit diramalkan dalam waktu yang singkat, (2).
Diperlukan biaya yang cukup besar pada tahap awal baik untuk penelitian maupun
untuk pengadaan sarana dan prasarana, (3). Dalam hal pembiakan di laboratorium
kadang-kadang menghadapi kendala karena musuh alami menghendaki kondisi
lingkungan yang kusus dan (4). Teknik aplikasi dilapangan belum banyak
dikuasai.
a. Strategi Pengendalian Hayati
Teknik pengendalian hayati dengan menggunakan parasitoid dan predator
yang dilakukan sampai saat ini dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu,
Konservasi, Introduksi, dan Augmentasi . Meskipun ketiga teknik pengendalian
hayati tersebut berbeda tetapi dalam pelaksanaanya sering digunaka secara
bersama (Sunarno, 2012).
a) Konservasi
Menurut Sunarno (2012) musuh alami mempunyai andilyang sangat besar
dalam pembangunanpertanian berwawasan lingkungan karenadaya kendali
terhadap hama cukup tinggidan tidak menimbulkan dampak negatifterhadap
lingkungan. Agar upaya ini dapatberlangsung dan berkesinambungan secaraterus-
menerus musuh alami perlu dijagakelestariaanya. Melindungi danmempertinggi
populasi musuh alami yangdapat digunakan sebagai pengendali hamayang ada
dialam baik sebagai parasitoid, predator maupun patogen.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
25
Tujuannyaadalah menghindari tindakan-tindakanyang dapat mengganggu
kelestarianpopulasi musuh alami misalnya denganmemakai sistem tanam yang
lebihberaneka ragam, menanam danmelestarikan tanaman berbunga
sebagaimakanan dari musuh alami, menekanpemakaian pestisida yang
berlebihan,melestarikan tanaman liar yang mendukung inang alternatif parasitoid
atau mangsa alternatif predator.
Pelepasan musuh alami sebaiknya dilakukan saat kondisi lingkungan
mendukung aktifitasnya, misalnya pagi atau sore hari, sehingga saat kondisinya
lingkungan kurang mendukung misal cuaca panas, musuh alami telah
mempersiapkan diri untuk mengantisipasi. Selain itu pelepasan dilakukan saat
populasi hama mulai meningkat meninggalkan batas keseimbangan alami.
b) Introduksi
Menambah atau memasukanpopulasi musuh alami yang digunakandalam
jumlah banyak (perbanyakan dilaboratorium) untuk pengendali baiksebagai
parasitoid, predator maupunpatogen. Teknik introduksi atau importasimusuh
alami seringkali disebut sebagai praktek klasik pengendalian hayati. Hal
inidisebabkan karena sejak diketahuisebagian besar usaha pengendalian
hayatimenggunakan teknik introduksi.
Keberhasilan teknik introduksi misalnya pada : introduksi kumbang
Vedalia, Rodolia carnidalis dari benua Australia yang menyerang perkebunan
jeruk dikalifornia untuk mengendalikan hama kutu perisai Icerya purchasi.
Keberhasilan ini kemudian dicobakan pada hama-hama lain dan banyak juga yang
berhasil baik secara lengkap, subtansial maupun parsial.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
26
Menurut Untung (2006) dalam Sunarno (2012) ada beberapa langkah klasik
yang dapat ditempuh untuk melakukan introduksi musuh alami pada suatu tempat.
Langkah-langkah dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
1. Penjelajahan atau Ekplorasi di negeri asal
2. Pengiriman parasitoid dan predator dari negeri asal
3. Karantina parasitoid dan predator yang diimpor di dalam negeri
4. Perbanyakan parasitoid dan predator di laboratorium
5. Pelepasan dan pemapanan parasitoid dan predator yang diimpor
6. Evaluasi efektivitas pengendali hayati
c) Augmentasi
Teknik Augmentasi adalah upayapeningkatan jumlah dan pengaruh
musuhalami yang sebelunya telah berfungsi diekosistem tersebut, baik dengan
carapelepasan sejumlah tambahan barumaupun dengan cara
memodifikasiekosistem sedemikian rupa sehingga jumlah dan kemampuan musuh
alamidapat ditingkatkan. Pelepasan secaraaugmentasi ini akan berhasil
biladilakukan secara periodik. Ada 3 cara pelepasan pereodik adalah sebagai
berikut:
1) Pelepasan Inokulatif
Pelepasan musuh alami dilakukansatu kali dalam satu musim atau dalamsatu
tahun dengan tujuan musuh alamidapat mengadakan kolonisasi danmenyebarluas
secara alami sehingga dapatmenjaga keseimbangan (Sunarno, 2012).
2) Pelepasan Suplemen
Pelepasan dilakukan setelahkegiatan sampling diketahui populasihama
mulai meninggalkan populasi musuhalaminya. Tujuannya adalah untukmembantu
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
27
musuh alami yang sudah adaagar kembali berfungsi dan dapatmengendalikan
populasi hama (Sunarno, 2012).
3) Pelepasan Inundatif atau PelepasanMassal
Pelepasan ini diharapkan agarindividu-individu musuh alami yangdilepas
secara sekaligus dapat menurunkanpopulasi hama secara cepat terutamasetelah
ratusan ribu atau jutaan individuparasitoid atau predator dilepaskan. Ada 2cara
Augmentasi : Pelepasan inundatifparasitoid sering disebut penggunaanInsektisida
biologi karena musuh alamidiharapkan dapat bekerja secepatinsektisida kimia
dalam penurunanpopulasi hama, memanipulasi ataumemodifikasi ekosistem :
Sehinggaekosistem tersebut lebih mendorongpeningkatan populasi dan efektifitas
sertaefisiensi musuh alami (Sunarno, 2012).
2.1.7. Penggolongan Agens Hayati
Agens Hayati adalah setiap organisme yang meliputi spesies, sub spesies,
atau varietas dari semua jenis serangga, nematode, protozoa, cendawan, bakteri,
virus, mikoplasma, serta organisme lain yang dalam semua tahap
perkembangannya dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian OPT dalam
proses produksi, pengolahan hasil pertanian dan berbagai keperluan lainnya
(Permentan no 411 tahun 1995).
Pengertian agens hayati menurut FAO yang dikutip oleh Khairdin (2012)
adalah mikroorganisme, baik yang terjadi secara alami seperti bakteri, cendawan,
virus dan protozoa, maupun hasil rekayasa genetik (genetically modified
microorganisms) yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT). Pengertian ini kemudian dilengkapi dengan definisi menurut
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
28
FAO (1997), yaitu organisme yang dapat berkembang biak sendiri seperti
parasitoid, predator, parasit, artropoda pemakan tumbuhan dan patogen.
Penggolongan agens hayati meliputi :
1. Predator
Predator adalah binatang yang memakan hama/ OPT untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Berikut adalah contoh musuh alami dari golongan predator :
1. Paedorus sp. atau dikenal dengan nama Tom-ket , merupakan predator dari
hama kutu-kutuan, wereng, dan Myzus sp.
2. Laba-laba sebagai pemangsa belalang dan hama tanaman yang lainnya seperti
walang sangit dll.
3. Belalang sembah merupakan predator yang pemangsa belalang dan hama
tanaman yang lainnya seperti walang sangit, ulat, dan imago dari penggerek
dll.
4. Burung hantu Tyto alba adalah musuh alami dari tikus, sangat efektif
mengendalikan populasi tikus.
2. Parasitoid
Serangga Parasitoid adalah serangga yang memarasit atau hidup dan
berkembang dengan menumpang pada serangga lain (inang). Berdasarkan
inangnya, parasitoid dibagi dalam 3 golongan yaitu: Parasitoid Telur, Parasitoid
Larva, dan Parasitoid Imago.
Jenis-jenis parasitoid yaitu Parasitoid idiobion adalah parasit yang
mencegah pertumbuhan inang setelah parasitisasi awal, dan khususnya ini
melibatkan tahapan hidup inang yang tak bergerak (mis, telur atau kepompong),
dan hampir tanpa pengecualian mereka tinggal di luar inang. Parasitoid koinobion
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
29
memugkinkan inang terus berkembang dan sering tak membunuh atau mengambil
makanan dari inang hingga menjadi kepompong ataupun dewasa; yang kemudian
khasnya melibatkan hidup dalam inang bergerak. Tak umum bagi parasitoid
sendiri bertindak sebagai inang untuk anak parasitoid lainnya. Yang terakhir ini
umum disebut sebagai hiperparasit namun istilah ini agak membingungkan,
karena inang dan parasitoid primer dibunuh. Istilah yang lebih baik adalah
parasitoid sekunder, atau hiperparasitoid; yang sebagian besar diketahui termasuk
ordo Hymenoptera.
3. Patogen Serangga
Patogen Serangga adalah jasad renik (mikroorganisme) yang menyebabkan
infeksi dan menimbulkan penyakit pada serangga hama. Patogen serangga ada 3
yaitu jamur entomopatogen, bakteri entomopatogen dan virus. Jamur
entomopatogen adalah jamur yang dapat hidup dan berkembang biak di dalam
tubuh serangga. Cara kerja jamur ini sangat khas, spora yang awalnya menempel
di tubuh serangga akan mengeluarkan semacam kecambah yang akan menembus
dinding sel tubuh serangga, biasanya ini terjadi pada bagian tubuh seragga yang
lunak seperti ruas-ruas tubuh serangga. Kemampuan ini dikarenakan jamur dapat
memproduksi semacam enzim kitinase yang dapat melunakkan jaringan keras
pada tubuh serangga. Kecambah yang sudah masuk akhirnya akan tumbuh dan
berkembang secara pesat di dalam tubuh inangnya.
Serangga yang terserang patogen akan turun aktifitasnya, tidak mau makan,
tidak mau bergerak, lalu akhirnya mati. Searangga yang mati akan mengeluarkan
benda semacam kapas berwarna putih, coklat, ataupun kehijauan tergantung jenis
jamur yang menginfeksinya.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
30
Salah satu contoh jamur entomopatogen adalah Jamur Beauveria Basssiana.
Beauveria bassiana secara alami terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit.
Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti
kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan serangga, adanya
pestisida sintetis, dan waktu aplikasi. Proses ini memakan waktu 3-5 hari sampai
akhirnya serangga mati, bangkai yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai sumber
spora untuk penyebaran sekunder jamur. Serangga juga dapat menyebarkan jamur
melalui perkawinan.
Berdasarkan penelitian, penggunaan jamur Beauveria Bassiana untuk
mengendalikan hama sangat efektif, terbukti dari hasil uji laboratorium mampu
mematikan hama sampai 85%, disamping itu penggunaan agens hayati sudah
dilakukan diberbagai belahan Negara di dunia.
Selain dari golongan jamur seperti diuraikan di atas, ada golongan bakteri
yang juga menginfeksi serangga hama, salah satunya adalah Serratia marcescens
atau dikenal juga dengan naman bakteri merah.Bakteri sangat efektif untuk
mengendalikan hama ulat, belalang, dan serangga penggit pengunyah lainnya.
Namun bakteri ini kurang efektif terhadap serangga dengan tipe mulut pencucuk
penghisap. Cara kerja bakteri ini adalah menyerupai racun lambung, yaitu massa
bakteri harus tertelan oleh serangga, setelah itu infeksi akan dimulai dari daerah
pencernaan serangga.
4. Agens Antagonis
Agen antagonis adalah jasad renik yang mengintervensi aktvitas pathogen
penyebab penyakit tumbuhan baik fase parasitic maupun saprofitiknya.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
31
Beberapa alasan kenapa jamur tersebut bisa menjadi pilihan sebagai
pengendali hayati yaitu: mempunyai kapasitas reproduksi yang tergolong tinggi,
mempunyai siklus hidup yang pendek, dapat membentuk spora yang mampu
bertahan lama di alam bahkan dalam kondisi ekstrim, relatif aman digunakan,
mudah diproduksi, cocok dengan berbagai insektisida, dan kemungkinan
menimbulkan resistensi hama sangat kecil.
Salah satu jamur antagonis adalah Gliocladium sp, Trichoderma sp. yang
digunakan untuk mengendalikan penyakit layu baik Fusarium (jamur) atau
Xanthomonas sp dan Pseudomonas sp. (bakteri) dan bisa mengendalikan penyakit
akar gada pada kubis dan akar putih pada tanaman perkebunan (kakao, karet,
sawit, sengon, kopi, teh dan kina).
2.1.8. Sejarah Pengendalian
Sejarah pengendalian hayati sebenarnya telah dimulai jauh
sebelum pengendalian hayati didefinisikan pengertiannya. Masyarakat Mesir
pada 2.000 SM telah memelihara kucing untuk mengendalikan tikus yang
menyerang hasil panen mereka.Usaha pengendalian hayati pertama yang tercatat
adalah pada tahun 900 dimana petani jenruk china menempatkan semut angkrang
untuk melindungi pohon jeruk mereka dari serangan serangga. Mereka juga
memasang bambu diantara pohon jeruk sehingga semut tersebut dapat berpindah
pindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya.karean semut dapat hidup berkolini
sehingga semut dapat mengendalikan serangga sebagai hama tanamn jeruk di
china(Sulhan, 2015).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
32
Sedangkan di Indonesia dilakukan sejak Pemerintahan Belanda pada dekade
kedua sampai kelima abad XX. Dua orang indonesia yang sering disebut dalam
upaya pengendalian hayati adalah Awibowo dan Tjoa Tjien Mo, karena keduanya
mempunyai perhatian yang sangat besar dalam pemanfaatan musuh alami atau
agens pengendalian hayati (Kalshoven, 1950dalam Sulhan, 2015).
Pengendalian hayati mengalami hambatan akibat penemuan pestisida kimia,
yang dimulai dari penemuan DDT sebagai hasil samping pengolahan minyak
bumi. Bahkan pengendalian hayati hampir dilupakan ketika produksi pestisida
kimia sudah mencapai ribuan merk dagang di seluruh dunia, sampai terjadinya
sindroma pestisida dan malapetaka akibat penggunaan pestisida kimia yang tidak
bijaksana di berbagai negeri(Sulhan, 2015).
Di Indonesia Pengendalian Hayati juga diperhatikan kembali setelah PHT
memasuki bidang pendidikan. Peningkatan penggunaan parasitoid telur
ulat Chelonus sp. Untuk mengendalikan penggerek seludang kelapa sejak tahun
1968 di NTT merupakan awal penerapan kembali upaya peneraapan pengendalian
hayati. Kegiatan itu mendorong didirikannya Laboratorium Pengendalaian Hayati
di Fakultas Pertanian UGM pada tahun 1972. Kemudian di BIOTROP Bogor
sejak tahun 1975; Pengendalian hayati juga dijadikan salah satu materi dalam
kursus dan latihan tentang gulma untuk kawasan Asia Tenggara. Kegiatan itu
bahkan ditindaklanjuti dengan introduksi kumbang moncong Neochetina
eichhorniaiWarner untuk mengendalikan enceng gondok (Sulhan, 2015).
Inpres 3 Th. 1986 membuktikan kebenaran konsep PH, juga meyakinkan
berbagai pihak bahwa konservasi musuh alami, sebagai salah satu teknik
Pengendalian Hayati dalam pengendalian wereng coklat sangat penting. Intruksi
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
33
presiden tersebut bahkan berdampak positip terhadap aspek sosial ekonomi, antara
lain berkurangnya jumlah pestisida kimia yang digunakan secara drastis dari
17.000 ton Tahun 1986 menjadi 3.000 ton Tahun 1989. Pengurangan jumlah
pestisida kimia yang digunakan disusul dengan penghapusan subsidi pestisida,
telah menghemat anggaran belanja negara 200 milyar per tahun (Oka,
1990dalamSulhan, 2015).
2.1.9. Predator
Predator merupakan golongan makhluk hidup yang paling penting sebagai
pengendali kehidupan organisme pada tanaman padi, tiap predator akan memakan
banyak mangsa sepanjang hidupnya. Predator mempunyai bentuk yang sangat
mudah dilihat kendatipun kerap kali/ada beberapa yang masih sulit dibedakan
dengan hama yang banyak terdapat di sekitar tanaman padi (Shepard dkk. 2011).
Ada beberapa ciri-ciri predator menurut Sunarno (2012) :
1. Predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya
(telur, larva, nimfa, pupa dan imago).
2. Predator membunuh dengan cara memakan atau menghisap mangsanya
dengan cepat.
3. Seekor predator memerlukan dan memakan banyak mangsa selama
hidupnya
4. Predator membunuh mangsanya untuk dirinya sendiri
5. Kebanyakan predator bersifat karnifor
6. Predator memiliki ukuran tubuh lebihbesar dari pada mangsanya
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
34
7. Dari segi perilaku makannya, ada yangmengunyak semua bagian
tubuhmangsanya, ada menusuk mangsanyadengan mulutnya yang
berbentukseperti jarum dan menghisap cairanyatubuh mangsanya.
8. Metamorfosis predator ada yangholometabola dan hemimetabola
9. Predator ada yang monofag, oligofagdan polifag.
Menurut Sunarno (2012) , hampir semua ordo serangga memiliki jenis yang
menjadi predator, tetapi selama ini ada beberapa ordo yang anggotanya
merupakan predator yang digunakan dalam pengendalian hayati. Ordo-ordo
tersebut adalah :
1. Coleoptera, misalnya Colpodes rupitarsis dan C. saphyrinus (familiCarabidae)
sebagai predator ulatpenggulung daun Palagium sp. Harmonia octamaculata
(Famili Coccniellidae) sebagai predator kutu Jassidae dan Aphididae.
2. Orthoptera, misalnya Conocephalus longipennis (famili Tetigonidae)sebagai
predator dari telur dan larvapengerek batang padi dan walangsangit.
3. Diptera, misalkan Philodicus javanicus dan Ommatius conopsoides (famili
Asilidae) sebagai predator serangga lain. Syrphus serrarius (famili Syrphidae)
sebagai predator berbagai jenis aphids.
4. Ordonata, misalnya Agriocnemis femina femina dan Agriocnemis pygmaea
(famili Coecnagrionidae) sebagai predator wereng coklat dan ngengat hama
putih palsu. Anax junius (famili Aeshnidae) sebagai predator dari beberapa
jenis ngengat.
5. Hemiptera, misalnya Cyrtorhinus lividipenis (famili Miridae) sebagai predator
telur dan nimfa wereng coklat dan wereng hijau.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
35
6. Neuroptera, misalnya Chrysopa sp. (famili Chrysopidae) sebagai predator
berbagai hama Apids sp.
7. Hyminoptera, misalnya Oecophylla smaragdina (famili Formasidae)
sebagai predator hama tanman jeruk.
Adapun beberapa Predator hama tanaman padi adalah sebagai berikut :
1. Kumbang Kubah (Micrapis sp)
Spesies-spesies dari famili coccinelidae ini adalah predator dari Homoptera
dan telur serangga lain. Famili Coccinelidae ini mempunyai 400 lebih spesies
yang tersebar di seluruh dunia.Coccinelidae merupakan salah satu famili
Coleoptera yang spesiesnya banyak digunakan dalam program pengendalian
hayati.Imago berwarna warni dan mempunyai segmen tarsus yang berbeda.Tarsus
mempunyai 4 segmen, tetapi segmen ke-3 seringkali sulit dilihat dan segmen ke-2
sangat luas.Betina meletakkan telur yang berwarna kuning pada daun tanaman
yang diinfestasi oleh Aphid. Stadia larva dari famili ini tidak mudah dikenali
seperti stadia imago, tetapi juga bersifat pedator pada serangga hama (Habazar
dan Yaherwandi, 2006 dalam Damayanthi Erin, 2016).
Kumbang kubahadalah satu anggota jenis kumbang yang mempunyai
bentuk seperti kubah dan berwarna cerah kemerahan. Kumbang kubah ini aktif
sepanjang hari di setengah bagian atau tajuk daun padi pada habitat kering
maupun padi basah. Baik kumbang dewasa maupun larvanya yang berwarna gelap
memakan wereng batang yang kecil, memangsa baik pada larva kecil maupun
telur yang tersembul. M. Crocea dewasa berwarna kuning dan berbagai bercak di
kepala (Shepard dkk. 2011).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
36
Menochilus sexmaculatus adalah kumbang predator yang mempunyai
bercak hitam. Kumbang predator ini membutuhkan waktu 1-2 minggu untuk
berkembang dari telur menjadi dewasa dan menghasilkan 150-200 turunan dalam
6-10 minggu. Larva kumbang ini lebih rakus daripada yang dewasa dengan
memakan 5-10 mangsa (telur, nimfa, larva, dewasa) tiap hari.
2. Kumbang Tanah (Ophionea nigrofasciata)
Kumbang tanah adalah serangga yang berbadan keras dan aktif. Baik larva
yang berwarna kehitaman dan kumbang dewasa yang berwarna coklat-kemerahan,
aktif mencari larva penggulung daun di tajuk daun padi. Ophionea nigrofasciata
dapat ditemukan didalam rongga lipatan daun yang dibuat oleh larva penggulung
daun. Larva pemangsa menjadi kepompong didalam tanah pematang sawah atau
di lahan yang kering. Tiap predator dengan rakus memakan 3-5 larva perhari,
hanya tudung kepalanya yang di tinggalkan. Yang dewasa juga memangsa wereng
batang (Shepard dkk. 2011).
Gambar 10. Kumbang Kubah (Micrapis sp)
Sumber : Shepard dkk, 2011
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
37
3. Jengkerik(Anaxipha longipennis)
Jengkerik berekor pedang terdapat pada habitat basah maupun kering.
Jengkerik ini, bila di ganggu akan meloncat dari satu tanaman ke tanaman lain.
Nimfa yang lebih tua mempunyai bantalan sayap, Anaxipha longipennis dewasa
dan nimfa berwarna coklat dan pemangsa telur (Shepard dkk. 2011).
Siklus hidup dari telur hingga dewasa memerlukan 60-80 hari dan satu
induk akan menghasilkan 40-80 serangga muda. Jengkerik dewasa dan nimfa
merupakan predator telur tetapi juga memakan larva kecil dan wereng. Mereka
memangsa telur penggerek batang bergaris, penggerek batang berkepala gelap,
penggulung daun, ulat grayak, lalat daun, nimfa wereng batang dan wereng daun
(Shepard dkk. 2011).
Gambar 11. Kumbang Tanah (Ophionea nigrofasciata)
Sumber : Shepard dkk, 2011
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
38
3. Belalang (Conocephalus longipennis)
Belalang ini hidup di rerumputan merupakan serangga berukuran besar
dengan muka posisi miring. Perbedaan nya dengan belalang biasa adalah antena
nya yang panjang, yaitu lebih daru duakali panjang badannya. Belalang dewasa
sangat aktif dan siap terbang apabila terganggu. Belalang ini aktif pada malam
hari, umumnya banyak terdapat di pertanaman padi yang sudah siap panen. Nimfa
belalang ini berwarna hijau dapat dibedakan dengan belalang dewasa yang
berwarna hijau dan kuning yaitu tanpa adanya sayap dan ovipositornya
menyerupai pedang. Belalang dewasa hisup selama 3-4 bulan (Shepard dkk.
2011).
Conocephalus longipennis mempunyai kebiasaan makan ganda. Disatu
pihak belalang tersebut makan daun dan malai padi dilain pihak juga memangsa
telur penggerek batang serta nimfa wereng batang dan wereng daun. Satu predator
dapat mengkonsumsi 3-4 kelompok telur penggerek batang padi kuning dalam
satu harinya (Shepard dkk. 2011).
Gambar 12. Jengkerik (Anaxipha longipennis) Sumber : Shepard dkk, 2011
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
39
4. Cocopet (Euborellia stali)
Tubuh cocopet berwarna hitam kecoklatan, 11-17 cm, antena beruas 12-15
buah. Mempunyai sayap tetapi jarang terbang, Jenis jantan mempunyai forcep
yang lebih kasar dan lebih nampak kuat, forcep membuka atau ujungnya sedikit
bersentuhan, jenis betina mempunyai forcep yang lebih ramping dan umumnya,
keduanya saling bersilang (Borror, 1996 dalam Hasan, E., dkk. 2014)
Habitatnya di perkebunan sayur dan tanaman palawija, terutama di tempat-
tempat yang lembab. Aktif pada malam hari (Nokturnal), siang hari bersembunyi
di antara dedaunan. Umumnya sebagai predator, jarang yang herbivor (menyerang
tanaman). Pada saat menangkap mangsa, bagian kaki abdomen dan forcep yang
telah menjepit mangsa sering dilengkungkan kearah mulut (Borror, 1996 dalam
Hasan, E., dkk. 2014).
Cocopet mempunyai sepasang penjepit yang menyerupai tang yang
fungsinya lebih banyak digunakan untuk pertahanan dari pada untuk menangkap
Gambar 13. Belalang (Conocephalus longipennis)
Sumber : Shepard dkk, 2011
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
40
mangsanya. Euborellia berwarna agak kehitaman dengan pita putih di antara ruas
perut dan satu bercak putih pada ujung masing-masing antena. Mereka biasanya
terdapat pada habitat lahan kering dan bersarang dalam tanah pada pangkal padi
(Shepard dkk. 2011).
Cara terbaik untuk mendapatkan Cocopet dengan cara menggali tanah.
Induk menunjukkan sifat keibuan yaitu dengan menjaga telur dan dapat
menghasilkan telur 200-350 tiap peletakan. Yang dewasa dapat hidup sampai 3-5
bulan dan sangat aktif pada malam hari. Larva Cecopet menggerek ke dalam
batang membuat saluran untuk mencari larva. Kadang-kadang mereka memanjat
daun untuk memangsa larva penggulung daun. Mereka dapat mengkonsumsi 20-
30 mangsa tiap hari (Shepard dkk. 2011).
2.2. Tumpang Sari Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) dengan Tanaman
Pangan
Tanaman karet (Hevea brasilensis) berasal dari negara Brazil. Tanaman ini
merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman
karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti : Amerika
Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga
menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman
Gambar 14. Cocopet (Euborellia stali) Sumber : Shepard dkk, 2011
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
41
Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaat
lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak
dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan
satusatunyatanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Budiman, 2012).
Tanaman karet pertama kali diperkenalkan di Indonesia tahun 1864
padamasa penjajahan Belanda, yaitu di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman
koleksi. Selanjutnya dilakukan pengembangan karet ke beberapa daerah sebagai
tanamanperkebunan komersil. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai
tempat ujicoba penanaman karet adalah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat.
Jenis yangpertama kali diuji cobakan di kedua daerah tersebut adalah species
Ficus elasticaatau karet rembung. Jenis karet Hevea brasiliensis baru ditanam di
Sumaterabagian Timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906 (Tim
PenebarSwadaya, 2008).
Menurut Deptan (2010) luas areal perkebunan di Indonesia, khususnya
karet, mencapai 3,3 juta ha, di mana 3% - 4% dari luasan tersebut berada pada
masa TBM yang berumur 1-3 tahun yang berpotensi untuk digunakan sebagai
areal perluasan tanaman pangan. Menurut Fikriati et al. (2009) lahan perkebunan
tersebut dapat dimanfaatkan secara intensif untuk usaha tani lainnya. Apabila
penanaman pangan secara intercropping dengan memanfaatkan lahan di bawah
tegakan tanaman perkebunan tersebut, khususnya karet, dilakukan maka
diharapkan produktivitas pangan dalam negeri akan meningkat. Tanaman sela di
antara karet tidak mengganggu pertumbuhan lilit batang karet, bahkan pada
banyak penelitian pertumbuhan lilit batang karet lebih baik pada sistem tanaman
sela dibandingkan dengan penggunaan kacangan penutup tanah (Sahuri, 2017).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
42
Pemeliharaan dan perawatan tanaman karet belum menghasilkan sangat
berpengaruh terhadap produksi lateks tanaman. Pemberian pupuk untuk
mensuplai kebutuhan hara tanaman, pemanfaatan lahan melalui penanaman
tanaman sela juga merupakan hal yang sangat penting (Anwar, 2001). Penanaman
tanaman yang berumur pendek di sela-sela tanaman berumur panjang, bertujuan
menekan pertumbuhan gulma dengan cara menutupi areal yang biasa ditumbuhi
gulma (Sahuri, 2017).
Keuntungan dari penanaman tanaman pangan sebagai tanaman sela karet
menurut Sahuri (2017) yaitu :
1. Tanaman sela dapat berfungsi sebagai tanaman penutup tanah, sehingga
berfungsi untuk konservasi lahan karet.
2. Efisiensi biaya usahatani dan tenaga kerja, karena biaya usahatani
pemeliharaan tanaman karet dapat dilakukan bersama-sama dengan
pemeliharaan tanaman sela.
3. Meningkatkan pendapatan petani.
4. Petani dapat menyediakan kebutuhan pangan keluarganya secara swadaya,
sehingga dapat menghemat kebutuhan pangan di daerah.
Pola tanaman pangan sebagai tanaman sela karet seperti tumpang sari
jagung + padi dan tumpang gilir padi gogo – kedelai dapat diusahakan sebagai
tanaman sela karet yang menggunakan jarak tanam 6 m x 3 m atau 7 m x 3 m
sampai dengan tanaman karet berumur dua atau tiga tahun (Rosyid et al., 2012).
Di negara - negara lain juga seperti di India, Srilangka, Vietnam, Laos, Cina dan
Pilipina menunjukkan bahwa menanam tanaman pangan dan palawija sebagai
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
43
tanaman sela karet hanya dapat ditanam sampai dengan tanaman karet berumur
dua atau tiga tahun (Sahuri, 2017).
2.3. Keanekaragaman Hayati
Pangan manusia tergantung pada keanekaragam hayati. Dalam perjalanan
sejarahnnya, mausia memilah dan memilih keanekaragaman hayati yang
jumlahnya ribuan yang dapat dimakan namun hanya sebagian yang dibudidayakan
(Azhar dan Susilastuti Darwati, 2017). Salah satu tanaman sumber karbohidrat
adalah padi, selain jagung, gandum, sorghum dan lainnya.
Keanekaragaman hayati pertanian adalah meliputi keanekaragaman genetik
tanaman budidaya dan ternak, dan nenek moyangnya, serta semua jenis liar yang
berkerabat dekat, yang tumbuh dan berevolusi bersama dalam keadaan alami.
Jenisjenis tumbuhan dan hewan yang dipanen dari kawasan bukan budidayajuga
termasuk dalam keanekaragaman hayati pertanian (Azhar dan Susilastuti Darwati,
2017). Defini tersebut terus berkembang sesuai dengan berkembangnya konsep
keanekaragaman hayati sampai dengan sekarang yang menunjuk pada keragaman
dimensi pertanian pada tingkat genetik, jenis dan ekosistem (Azhar dan Susilastuti
Darwati, 2017).
Keanekaragaman hayati pertanian, demikian juga keanekaragaman hayati
secara umum dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu (1). Keanekaragaman
genetik atau gen (genetic diversity);adalah keanekaragaman individu dalam satu
jenis makhluk hidup, di tandai dengan perubahan fisik suatu makhluk hidupyang
tidak terlalu dominan. (2). Keanekaragaman spesies (speciesdiversity); Variasi
yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis (antar spesies) genusnya atau
marganya berbeda. Keaneraragaman organisme hidup di bumi diperkirakan
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
44
berjumlah 5 - 50 juta, hanya 1,4 juta yang baru dipelajari. (3). Keanekaragaman
ekosistem (ecosystem diversity); Keanekaragaman habitat, komunitas biotikdan
proses ekologi di biosfer atau dunia laut dan dapat mempengaruhi sistem
kehidupan di dalamnya (Leveque and Mounolou, 2003 dalam Azhar H, M dan
Susilastuti Darwati, 2017).
Keanekaragaman hayati padi, dengan demikian pula dapat dikelompokkan
ke dalam keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman
ekosistem. Tujuan utama dengan diketahuinya keanekaragaman hayati adalah
untuk melestanikan keanekaragaman hayati, memanfaatkan sumber daya genetik
secara berkelanjutan. Sumber daya genetik adalah benda atau barang yang
merupakan unit atau komponen keanekaragaman hayati. Benda atau barang inilah
yang dimanfaatkan secara langsung. Dengan demikian bahwa bahwa makin besar
keanekaragaman hayati, makin banyak pula sumber daya genetik, dan makin
besar pula peluang pemanfaatannya, karena makin banyak pilihan produk
yang dapat dimanfaatkan.
2.3.1. Keanekaragaman Hayati Dan Pengelolaan Serangga Hama Dalam
Agroekosistem
Ekosistem pertanian (agroekosistem) memegang faktor kunci
dalampemenuhan kebutuhan pangan suatu bangsa. Keanekaragaman
hayati(biodiversiy) yang merupakan semua jenis tanaman, hewan,
danmikroorganisme yang ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem sangat
menentukan tingkat produktivitas pertanian. Namun demikian dalamkenyataannya
pertanian merupakan penyederhanaan dari keanekaragamanhayati secara alami
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
45
menjadi tanaman monokultur dalam bentuk yang ekstrim. Hasil akhir pertanian
adalah produksi ekosistem buatan yangmemerlukan perlakuan oleh pelaku
pertanian secara konstan. Berbagai hasilpenelitian menunjukkan bahwa perlakuan
berupa masukan agrokimia(terutama pestisida dan pupuk) telah menimbulkan
dampak lingkungan dansosial yang tidak dikehendaki (Tobing, 2009).
Jasa-jasa ekologis yang diemban oleh keanekaragaman hayati
pertanian,diantaranya jasa penyerbukan, jasa penguraian, dan jasa
pengendalihayati (predator, parasitoid, dan patogen) untuk mengendalikan
hama,sangatlah penting bagi pertanian berkelanjutan. Dengan adanya
kemajuanpertanian modern, prinsip ekologi telah diabaikan
secaraberkesinambungan, akibatnya agroekosistem menjadi tidak
stabil.Perusakan-perusakan tersebut menimbulkan munculnya hama
secaraberulang dalam sistem pertanian, salinisasi, erosi tanah, pencemaran
air,timbulnya penyakit dan sebagainya (Van Emden & Dabrowski, 1997dalam
Tobing, 2009).
Memburuknya masalah hama ini sangat berhubungan dengan
perluasanmonokultur dengan mengorbankan keragaman tanaman, yang
merupakankomponen bentang alam (landscape) yang penting dalam
menyediakansarana ekologi untuk perlindungan tanaman dan serangga-
seranggaberguna. Salah satu masalah penting dari sistem pertanian homogen
adalahmenurunnya ketahanan tanaman terhadap serangga hama,
terutamadisebabkan oleh penggunaan pestisida yang tidak bijaksana (Altieri
&Nicholls, 2004dalam Tobing, 2009).
2.3.2. Keanekaragaman Hayati Alami dalam Agroekosistem
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
46
Keanekaragaman dalam agroekosistem dapat berupa variasi dari
tanaman,gulma, anthropoda, dan mikroorganisme yang terlibat beserta faktor-
faktorlokasi geografi, iklim, edafik, manusia dan sosioekonomi. Menurut
Southwood & Way (1970) dalam Tobing (2009), tingkat keanekaragaman hayati
dalamagroekosistem bergantung pada 4 ciri utama, yaitu:
- Keragaman tanaman di dalam dan sekitar agroekosistem
- Keragaman tanaman yang sifatnya permanen di dalam agroekosistem
- Kekuatan atau keutuhan manajemen
- Perluasan agroekosistem terisolasi dari tanaman alami
Komponen keanekaragaman hayati dalam agroekosistem
dapatdikelompokkan berdasarkan hubungan peranan, fungsi, dan
sistempertanaman (Tobing, 2009) yang terdiri dari:
- Biota produktif: tanaman, pepohonan, hewan atau ternak yang dipilih oleh
petani, memiliki peranan penting dalam keanekaragaman hayatidan
kekompleksan agroekosistem
- Sumber-sumber biota: makhluk hidup yang memiliki kontribusi
terhadappenyerbukan, pengendalian hayati, dekomposisi, dan lain-lain.
- Biota perusak: gulma, serangga hama, mikroba patogen dan lain-lain,yang
dikendalikan oleh petani melalui manajemen budidaya.
2.3.3.Perencanaan Agroekosistem Menuju Pertanian Berkelanjutan
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenali akarpermasalahan
dari ketidakstabilan atau kerusakan agroekosistem yaitupenggunaan pestisida dan
pemupukan yang berlebihan, kadar bahanorganik tanah yang rendah, aktivitas
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
47
biologi tanah yang rendahmonokultur, rendahnya keanekaragaman hayati,
keseragaman genetik, dankelembaban yang tidak seimbang. Langkah kedua
adalah meningkatkanpraktek manajemen untuk mengoptimalkan kesehatan dan
ketahananagroekosistem dengan menyediakan sarana ekologis. Mekanisme
yangdibutuhkan untuk meningkatkan ketahanan agroekosistem dapat
dilakukandengan cara meningkatkan: jenis tanaman dan keragaman genetik,
fungsikeanekaragaman musuh alami dan antagonis, bahan organik tanah
danaktivitas biologi, penutup tanah (cover crop), dan menghilangkan input
beracun. Seluruh perlakuan ini akan menghasilkan peningkatan fungsi
keanekaragaman hayati baik di dalam maupun di atas tanah, yang berperan
penting dalam memulihkan kapasitas sistim produksi (Tobing, 2009).
Strategi penting dalam ketahanan pertanian agar dapat berkelanjutan adalah
mengembalikan keragaman melalui: tumpangsari dan rotasi tanaman untuk
penyediaan nutrisi tanaman dan memutuskan siklus hidup serangga hama;
tanaman penutup untuk memperbaiki kesuburan tanah, memodifikasi iklim mikro
dan meningkatkan peran musuh alami; polikultur untuk saling melengkapi
sehingga akan meningkatkan produksi; gabungan tanaman-ternak untuk
meningkatkan luaran biomas yang tinggi dan mengoptimalkan sistem daur ulang,
agroforestri untuk menghasilkan hubungan yang saling melengkapi diantara
komponen dan meningkatkan penggunaan berganda agroekosistem, dan lain-lain
(Altieri & Nicholls, 2004 dalam Tobing, 2009).
2.4. Metode Monitoring Predator Hama
1. Perangkap Jaring (Sweep net)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
48
Jaring-jaring penyapu umum digunakan untuk mengambil sampel serangga
vegetasi sedang. Ini adalah cara yang sederhana dan cepat untuk pengambilan
sampel. Kekurangannya adalah bahwa hanya serangga-serangga yang tidak
terjatuh akan kabur pada saat si pengumpul mendekati vegetasi, yang dapat di
tangkap. Perubahan dalam penyebaran tegak, keadaan cuaca, siklus diel dari
penyebaran tegak, serta perubahan-perubahan dalam habitat akan mempengaruhi
penagkapan yang dilakukan dengan jaring sapu. Selanjutnya, jaring sapu tidak
dapat digunakan secara tepat guna pada vegetasi yang sangat rendah (rumput),
atau sangat tinggi (pohon muda). Perangkap ini terbuat dari bahan ringan dan kuat
seperti kain kasa, mudah di ayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat
(Pelawi,2009)
2. Perangkap Jatuh (Pitfall trap)
Di lapangan hewan tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara memasang
perangkap lubang. Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan memasang
perangkap lubang juga tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara dinamik.
Perangkap lubang yang digunakan sangat sederhana, yang mana hanya berupa
bejana yang di tanam di tanah. Permukaan bejana dibuat datar dengan tanah. Agar
air hujan tidak masuk kedalam perangkap maka perangkap diberi atap, dan agar
air yang mengalir di permukaan tanah tidak mengalir tidak masuk ke dalam
perangkap maka perangkap dipasang pada tanah yang datar dan sedikit agak
ketinggian. Jarak antar perangkap sebaiknya 5 m (Pelawi, 2009).
Kartikasari Hanna dkk (2015) menyatakan bahwa pitfall trap umumnya
memerangkap serangga tanah seperti dari Ordo Hymenoptera, Collembola dan
Coleoptera.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
49
3. Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung di lakukan guna untuk menangkap atau mengamati
secara visual serangga yang berada di lapangan. Penangkapan serangga-serangga
yang berukuran kecil dapat menggunakan alat Aspirator.
Aspiartor atau alat pengisap merupakan alat untuk mengumpulkan
serangga-serangga kecil dan tidak begitu aktif bergerak dengan cara mengisapnya.
Alat ini dipakai untuk mengumpulkan serangga yang diperlukan dalam keadaan
hidup. Bagian-bagian dari alat ini adalah pipa besi pengisap, gabus penutup botol
dan pipa plastik yang diarahkan untuk pada serangga yang akan ditangkap serta
sebuah botol. Botol yang dipakai sebagai penampung serangga yang akan di hisap
terbuat dari gelas yang transparan, agar dapat dengan mudah melihat serangga
yang tertangkap dari luar (Nurhamidah Dewi, 2015).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
50
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di DesaSampali, Kecamatan Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat 12 mdpL Penelitian
dilaksanakan pada bulan Julisampai dengan bulan September 2018.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah tanaman padi beras merah
varietas Sertani dan MSP, serangga yang tertangkap, air bersih, detergen,serta
alkohol 70%.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples, jaring/net, tali,
aqua cup, pinset, kaca pembesar (lup), aspirator, alat dokumentasi (kamera), alat
tulis, buku/ kunci identifikasi alat pendukung lainnya.
3.3.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampling.
Seperti pada penelitian, serangga di ambil dari area penelitian dengan cara
menentukan tanaman sampel yang akan di gunakan sebagai objek pengamatan
selama penelitian berlangsung serta peletakkan perangkap sebanyak 30 / plot
dengan bentuk Z untuk pitfall trap dan diagonal untuk penentuan tanaman sampel.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Penentuan Petak Tanaman/Plot
Adapun penentuan petakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menentukan tiga petak yang terdiri dari dua petak tanaman padi varietas
Sertani dan satu petak tanaman padi varietas MSP. Setiap petak memiliki ukuran
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
51
55 m x 8 m dan di setiap sela petakan terdapat tanaman karet yang di tanamam
dengan jarak tanam 5,5 m di dalam barisan.
3.4.2. Pemasangan Perangkap
1. Pitfall Trap
Pembuatan pitfall trap menggunakan gelas cup plastik yang kemudian di isi
dengan cairan detergen yang di campur air.Cup tersebut kemudian dipasang
didalam lubang dengan posisi rata permukaan tanah.Kemudian dipasang tiang
bambu setinggi 25 cm menyerupai sumpit dan dikaitkan pada mangkuk plastik
diletakkan di atas permukaan gelas untuk menghindari air hujan masuk kedalam
gelas. Perangkap pitfall trap di letakkan menyerupai huruf Z sebanyak 30
perangkap pada setiap petakan dengan jarak antar perangkap 1,5 meter.
Prinsipnya adalah serangga yang berjalan di atas tanah akan terjebak pada
lubang yang diletakkan secara representatif dengan luas bidang lubang tertentu,
terdapat 30 perangkap pada setiap petak di letakkan selama 24 jam.Pergantian air
pada perangkap dilakukan dengan interval 1 minggu sekali dan dilakukan
pengambilan serangga pada setiap kali pemantauan 3 hari sekalipada masa
vegetatif tanaman yaitu dimulai tanaman padi berumur 1 MST sampai dengan 7
Gambar 15. Denah PeletakkanPitfall Trap
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
52
MST. Serangga yang tertangkap kemudian di bilas menggunakan air mengalir
dan di saring menggunakan saringan kemudian di koleksi didalam botol sampel
yang berisi alkohol selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk di identifikasi.
Metode ini dirujuk dari jurnal online agroekoteknologi Zahara Fatimah, dkk
(2014).
2. Sweep Net (Jaring Ayun)
Jaring ayun merupakan perangkap yang terbuat dari bahan ringan dan kuat
seperti kain kasa, mudah di ayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat
terbuat dari bahan ringan seperti jaring atau kain kasa membentuk kerucut yang di
tempelkan pada kawat kemudian ujung kawat di pertemukan sehingga
membentuk lingkaran. Ujung-ujung kawat dilebih kan sepanjang 5 – 10 cm dan di
bengkokkan ke arah yang sama (keluar lingkaran) dan di ikat kuat-kuat sebagai
tempat tautan dengan tangkaiyang terbuat dari kayu atau pipa. Untuk penggunaan
sweepnetdilakukan dengan metode pengayunan 10 kali pada setiap sepuluh
langkah berjalan.
Gambar 16. Pitfall Trap
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
53
Prinsipnya adalah serangga yang terbang atau beraktivitas di udara akan
ditangkap menggunakan jaring. Perangkap ini digunakan untuk menangkap
serangga yang memiliki vegetasi sedang yang bisa di perangkap menggunkan
jaring/net. Dilakukan 10x pengayunan ke kiri dan ke kanan pada setiap titik
sampling masing-masing plot. Lokasi pengayunan pada petakan berjarak sepuluh
langkah. Pengambilan sampel menggunakan jaring ayun dilakukan 1 minggu
sekali pada masa vegetatif tanaman yaitu dimulai tanaman padi berumur 1 MST
sampai dengan 7 MST. Pengambilan sampel dengan jaring ayun dilakukan pagi
hari (08.00 s/d 09.00 WIB) dan sore hari (16.00 s/d 17.00 WIB). Serangga hasil
tangkapan dipisahkan masing-masing berdasarkan waktu penangkapan pagi dan
sore, serangga yang tertangkap kemudian di masukkan kedalam botol sampel
yang selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk di identifikasi menggunakan
buku panduan identifikasi serangga (Borror de Long, 1992) dan (Lilies Christina
dan Siwi Sri S., 1991
Gambar 17. Penggunaan Sweep Net
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
54
4. Pengamatan Langsung dan Koleksi Menggunakan Aspirator
Aspirator atau alat pengisap merupakan alat untuk mengumpulkan
serangga-serangga kecil dan tidak begitu aktif bergerak (seperti wereng) dengan
cara mengisapnya. Alat ini dipakai untuk mengumpulkan serangga yang
diperlukan dalam keadaan hidup. Bagian-bagian dari alat ini adalah pipa besi
pengisap, gabus penutup botol dan pipa plastik yang diarahkan untuk pada
serangga yang akan ditangkap serta sebuah botol. Botol yang dipakai sebagai
penampung serangga yang akan diisap hendaknya terbuat dari gelas yang
transparan, agar kita dapat dengan mudah melihat serangga yang tertangkap dari
luar, penentuan tanaman sampel di tentukan 30 rumpun tanaman pada setiap
petakan di ambil secara acak membentuk diagonal dan di beri label.
Dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada tanaman padi dan
menghisap serangga-serangga yang berukuran kecil pada tanaman padi
menggunakan Aspirator. Tanaman padi yang di amati di tentukan 30 rumpun pada
Gambar 18. Keterangan ukuran Sweepnet (diameter : 33cm), (panjang kasa :70cm, (panjangtangkai: 1m)
33 cm
70 cm cm
1 m cm
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
55
setiap gawangan untuk dijadikan tanaman sampel. Pengamatan dilakukan dengan
interval 1 minggu sekali pada masa vegetatif tanaman yaitu dimulai tanaman padi
berumur 1 MST hingga 7 MST. Serangga yang tertangkap kemudian di
masukkan kedalam botol sampel yang selanjutnya akan dibawa ke laboratorium
untuk di identifikasi.
Gambar 19. Tanaman Sampel
Gambar 21. Aspirator (Panjang tabung : 9,5cm), (Diameter tabung : 2,5cm),(panjang selang : 40cm)
9,5 cm cm cm
2,5 cm cm
40 cm cm
Gambar 20. Penggunaan Aspirator
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
56
3.5.Identifikasi Serangga
Serangga yang telah terperangkap kemudian di identifikasi di laboratorium
menggunakan lup (kaca pembesar) serta buku panduan identifikasi serangga
(Borror de Long, 1992) dan (Lilies Christina dan Siwi Sri S., 1991)dengan cara
mengamati berdasarkan ciri morfologis serangga.
Dari hasil identifikasi yang telah di lakukan di laboratorium akan
didapatkan dua parameter pengamatan yaitu keragaman dan kelimpahan predator
hama tanaman padi.
3.6.Metode Analisa Data
Adapun serangga yang didapat kemudian di analisis menggunakan rumus-
rumus sebagai berikut :
3.6.1. Indeks Keragaman Jenis Serangga
Untuk membandingkan tinggi rendahnya keragaman jenis musuh alami
digunakan indeks Shanon-Weiner (H’) dengan rumus :
H’ = -∑ pi In pi (Michael, 1995).
Dimana :
Gambar 2. Denah Penentuan Tanaman Sampel
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
57
pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis
pi = ni/N
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah total individu semua jenis
Keragaman jenis rendah bila H = < 1
Keragaman jenis sedang bila H = 1-3
Keragaman jenis tinggi bila H = > 3
(Pelawi, 2010)
3.6.2. Kelimpahan Relatif (KR)
Kelimpahan relatif suatu serangga dihitung dengan menggunakan rumus
kelimpahan relatif (KR) dengan sebagai berikut :
KR =𝑛𝑖
𝑁𝑥 100%
Dimana :
KR : Kelimpahan Relatif
Ni : jumlah individu dan spesies ke-i
N : jumlah total individu
3.6.3. Frekuensi (F)
Frekuensi mutlak menunjukan jumlah individu serangga tertentu yang
ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Pelawi, 2010) :
FM =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
82
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan jenis serangga predator yang berada pada pertanaman padi
yang di tanaman di antara tegakan karet.
1. Pitfall Trap merupakan perangkap yang paling banyak memerangkap
serangga yaitu sebanyak 364 selama masa pengamatan.
2. Ditemukan 7 predator yaitu Anaxipha longgipennis (Orthoptera : Gryllidae),
Menochilus sexmaculatus L. (Coleoptera : Coccinellidae), Oxyopes javanus
(Araneae:Oxyopidae), Pheropsophus occipitalis (Coleoptera : Carabidae),
Euborellia stali (Dermaptera:Anisolabididae), Conocephalus longipennis
(Orthoptera:Tettigoniidae), Paederus littoralis (Coleoptera : Staphylinidae)
pada pertanaman padi beras merah yang di tanam di antara tegakan karet.
3. Jumlah serangga terbanyak yaitu jenis Anaxipha longgipennis yang terdapat
pada perangkap Pitfall Trap dengan jumlah 233 ekor.
4. Indeks keragaman yang diperoleh adalah 1,34 yang di golongkan
keanekaragaman sedang.
5. Kelimpahan relatif tertinggi yaitu pada Anaxipha longgipennis dengan nilai
0,5534.
6. Tingkat frekuensi tertinggi yang bernilai 1 yaitu pada jenis Anaxipha
longgipennis dan Menochilus sexmaculatus L.
6.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui potensi predator
hama pada tanamanberas merah.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
83
DAFTAR PUSTAKA Afza, Higa. 2016. Peran Konservasi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Padi Beras Merah
dalam Pemuliaan Tanaman. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 35 no. 3 September 2016 : 143-153
Azhar, Hanifah Mariah, and Darwati Susilastuti. "Analisis Keragaman Hayati Tanaman Padi
(Oryza sativa, L)."AGRISIA-Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 9.2 (2017). Agusdian, Rian. 2012 . Tanpa Tahun. Sistem Proteksi Tanaman Padi dari Serangan Hama
Wereng Menggunakan Gelombang Ultrasonik dan Penunjuk Arah Angin. Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Anggraini, Septiana, dkk. 2014. Serangan Hama Wereng dan Kepik pada Tanaman Padi di
Sawah Lebak Sumatera Selatan. Ilmu Tanaman, Program Pascasarjana, Faperta Universitas Sriwijaya
Anonymous3. 2012. Panduan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Jawa Tengah. 6-12 pp. Arifianto Renam Putra. 2010. Ciri – CiriMorfologipadiBijiMerah.Universitas Negeri Jember Budiman Haryanto, S.P. 2012, Budi Daya Karet Unggul, Yogyakarta: Pustaka Baru Press Damayanthi Erin. 2016. Keanekaragaman Coccinellidae Predator pada Pertanaman Padi di
Dataran Rendah dan Dataran Tinggi di Sumatera Barat. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.
Debach (ed). 1973. Biological control of insect pests and weeds .: Chapman and Hall Ltd.
London. Pp. 610 – 628
Efendi Siska dan Rezki Dewi. 2018. Kajian Dampak Aplikasi Insektisida Lamda Sihalotrin terhadap Kemampuan Pemangsaan dan Biologi Menochilus Sexmaculatus (Coleoptera: Coccinellidae). Laporan Akhir Riset Pemula Dosen. Universitas Andalas. Padang
Erniwati. 2012. Biologi Jangkrik (Orthoptera: Gryllidae) Budidaya dan Peranannya. Fauna
Indonesia Vol 11 (2) Desember 2012 : 10 -14 Fitri, H. 2009. Uji Adaptasi Bebrapa Padi Ladang ( Oryza sativa L ). Skripsi Universitas
Sumatra Utara. Medan. Hasan, E., dkk. 2014. Kelimpahan dan Dominansi Arthropoda Tanah di Kawasan Hutan
Lindung Jailolo. Vol 2 No (2) Maret. 2014 Herlinda Siti, Septiana Suci, Suwandi, Wijaya Andi, Khodijah, Meidalima Dewi, Thalib
Rosdah. 2014. Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut. Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya, Palembang
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
84
Iriyani, N. 2011. Sereal dengan subtitusi bekatul tinggi antioksidan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
KahonoSihdanErawatiNety Virgo. 2012. Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang dan
Kerabatnya (Orthoptera) pada Dua Ekosistem Pegunungan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 100-115. Institut Pertanian Bogor
Karindah Sri, Purwaningsing Ardiyanti, Agustin Anis dan Astuti L,P. 2011. Ketertarikan
Anaxipha longipennis Serville (Orthoptera: Gryllidae) terhadap Beberapa Jenis Gulma di Sawah sebagai Tempat Bertelur.Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Jalan Veteran, Malang
Kartikasari Hanna dkk. 2015 . Analisis Biodiversitas Serangga di Hutan Kota Malabar
sebagai Urban Ecosystem Services Kota Malang pada Musim Pancaroba. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Kartohardjono, A., D. Kertoseputro., T. Suryana. 2009. Hama Padi Potensial dan
Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Kartohardjono A. 2011. Penggunaan Musuh Alami sebagai Komponen Pengendalian Hama
Padi Berbasis Ekologi. Balai Besar Penelitian Padi. Bogor
Khodijah, Herlinda Siti, Irsan Chandra, Pujiastuti Yulia dan Thalib Rosdah. 2012. Artropoda Predator Penghuni Ekosistem Persawahan Lebak dan Pasang Surut Sumatera Selatan.Jurnal Lahan Suboptimal. ISSN2252-6188 Vol. 1, No.1: 57-63. Palembang.
Latumahina F, S dan Anggraini Illa. 2010. Diversitas Coleoptera dalam Kawasan Hutan
Lindung Sirimau Kota Ambon. Pusat Litbang Hutan Tanaman Bogor.
Ledheng Ludgarids, Eno Theresia dan Atini Blasius, 2016, Inventarisasi Serangga Predator Hama Padi Pada Areal Pertanian Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah .Vol. 1, No. 2 (24-26) 2016 Bio – Edu : Jurnal Pendidikan Biologi International Standard of Serial Number 2527-6999
Makarim dan Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Subang. Moningka Mareyke, Tarore Dantje dan Krisen Jaene. 2012. Keragaman Jenis Musuh Alami
Pada Serangga Hama Padi Sawah Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Unsrat Manado.
M. Syakir. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Bogor Nasution A, P. 2012. Kelimpahan Artropoda Predator Permukaan Tanah pada Tiga
Ekosistem Pertanaman. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
85
Nasution, Nurhasanah. 2016. Keanekaragaman Laba-laba (Araneae) pada Ekosistem Sawah
dengan Beberapa Pola Tanam di Kota Padang. Akademi Perekam Dan Informasi Kesehatan (APIKES) IRIS. Kota Padang. Sumatera Barat
Natalia. 2011. Pengaruh Kombinasi Hormon Auksin Dan Sitokinin Terhadap Induksi Kalus Dan Regenerasi Tunas PadaKalus Biji Padi (Oryza Sativa L.) Cv. Ciherang Secara In Vitro.Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Fakultas Teknobiologi. Yogyakarta
Nuraidan dan Hayim, A, 2009. Isolasi, Identifikasi, dan Karakterisasi JamurEntomopatogen
dari Rizosfir Pertanaman Kubis. Fakultas Pertanian, Universitas Al-Azhar, Medan Nurhamidah Dewi. 2015. Pengembangan Insektarium Disertai Buku Pedoman Pembuatan
Koleksi Serangga sebagai Media Praktikum untuk Siswa Kelas X SMA/MA. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Nurlaela. 2017. Keragaman Jenis Laba-Laba (Artropoda : Araneae) di Kelurahan
SamataKabupaten Gowa. Uin Alauddin Makassar. Pelawi, P.A . 2010 . Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Beberapa Ekosistem di Areal
Perkebunan PT. Umbul Mas Wisesa Kabupaten Labuhan Batu. Universitas Sumatera Utara. Medan
Perdana, Adhi Surya. 2008 . Budidaya Padi Gogo. Mahasiswa Swadaya Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian UGM. Yogyakarta Pradhana R. Ardian Iman, Mudhiono Gatot dan Karindah Sri. 2014. Keanekaragaman
Serangga dan Laba-laba pada Pertanian Organik dan Konvensional. Jurnal HPT Volume 2 No 2 ISSN : 2338 – 4336. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang
Praja Surya. 2014. Beras Merah untuk Diet dan Kesehatan. Beras Raja Organik. Hasil
Pertanian Organik Komunitas Petani Merbabu Merapi Purwaningsih, Heni dan Kristamtini, 2009. Potensi Pengembangan Beras Merah Sebagai
Plasma Nutfah Yogyakarta. Jurnal Litbang Pertanian. 28 (3): 88-95. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2017. Hama dan Penyakit Tanaman
Padi dan Cara Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian Tanaman PadiBalitbangtan - Kementerian Pertanian
Rofidah Erna dan Tjahjaningrum Indah T,D. 2013. Pengaruh Modifikasi Habitat Padi Varietas IR 64 dengan Aplikasi Trap Crop Menggunakan Serai Wangi (Andropogon nardus) TerhadapKomposisi, Kelimpahan, dan Keanekaragaman Arthropoda. Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 2, No.3, (2013) 2337-3520. Surabaya.
Sahuri. 2017. Pengaruh Tanaman Sela Sorgum Manis terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet Belum Menghasilkan. Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet. Palembang
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
86
Santika, A. dan Rozakurniati., 2010. Teknik Evaluasi Mutu Beras dan Beras Merah pada Beberapa Galur Padi Gogo. Buletin Teknik Pertanian. 15(1) : 1-5
Shepard, B.M , A.T. Barrion, dan J.A Litsinger. 2011. Musuh Alami Hama Padi.
International Rice Research Institute. Sidauruk C, D. Bakri, RA Kuswardani ; C hanum (2015) Effect On Intercroping System In
Green Peach Aphid Dynamics On Organic Farming Potato In Karo Highland. J.Int. Sei Teeh Ry 4(10), 272-277. 2015
Siddaiah A,A. dan Devi A,R. 2015. Biology of a predatory bug Eocanthecona furcellata
Wolff (Hemiptera : Pentatomidae) on Vapourer tussock moth larvae: a major pest of tasar silkworm food plants. Central Tasar Research and Training Institute, Ministry of Textile, Central Silk Board, Piska Nagri, Ranchi, Jharkhand, India.
Siregar A S., Darma B dan Fatimah Z. 2014. Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai
Tipe Lahan Sawah.Jurnal Agroekoteknologi 2 ( 2):1640-1647 Suciatmih et al. 2015. Jamur Entomopatogen dan Aktivitas Enzim Ekstraselulernya. Pusat
Penelitian Biomaterial – LIPI. Bogor Sulhan Agus Andi. 2015. Sejarah Pengendalian Hayati di Indonesia. Fakultas Pertanian.
Universitas Udayana. Sunarno, 2012. Pengendalian Hayati (Biologi Control) Sebagai Salah Satu Komponen
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). JOURNAL UNIERA 1(2). Suriansyah, Suparman, Bhermana Andi, Anto Astri. 2013. Petunjuk Teknis Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Padi Gogo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Tengah.
Tauruslina E, dkk. 2015. Analisis Keanekaragaman Hayati Musuh Alami pada Eksosistem
PadiSawah di Daerah Endemik dan Non-Endemik Wereng Batang CokelatNilaparvata Lugens di Sumatera Barat. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikoltura (BPTPH) Sumatera Barat.
Tobing Maryani Cyccu. 2009. Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Serangga Hama
dalam Agroekosistem. Fakultas Pertanian.Universitas Sumatera Utara. Medan Wadia A, A , Iswati Rida, Pembengo Wawan. 2012. Musuh Alami Predator Tanaman Padi
(Oryza Sativa L) pada Agroekosistem Berbeda. Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Wawan dkk, 2017. Isolasi dan Identifikasi Entomopatogen Hirsutella citriformis (Speare)
dan Potensi Miselianya sebagai Sumber Inokulum untuk Pengendalian Wereng Cokelat (Nilaparvata lugens Stål.). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian. Bogor
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
87
Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Sertani
-- PPootteennssii HHaassiill ssaammppaaii ddeennggaann 1166 ttoonn//HHaa
-- RRaattaa--rraattaa bbuulliirr ppeerr--mmaallaaiinnyyaa 330000--440000 bbuuaahh,, bbaahhkkaann aaddaa yyaanngg mmeennccaappaaii 770000 bbuuaahh
-- UUmmuurr ppaanneenn ppaaddii aaddaallaahh 110055 hhaarrii sseejjaakk sseemmaaii ((uummuurr sseemmaaii 1155 hhaarrii,, uummuurr sseejjaakk ttaannaamm
9900 hhaarrii))..
-- JJuummllaahh aannaakkaann ppaaddaa uummuurr 4455 HHSSTT >> 4400 aannaakkaann
-- KKeebbuuttuuhhaann aaiirr sseeddiikkii aattaauu ttiiddaakk mmeenngghheennddaakkii ggeennaannggaann ttiinnggggii ((ccuukkuuppss eekkiittaarr 11 ccmm
ssaaaatt ttaannaamm hhiinnggggaa ttaannaammaann mmuullaaii bbuunnttiinngg aattaauu ccuukkuupp mmaaccaakk--mmaaccaakk)) ddaann sseellaannjjuuttnnyyaa
aassaall bbaassaahh ssaajjaa
-- UUmmuurr sseemmaaii ppeennddeekk ,, sseemmaaii ddii ccaabbuutt ddaann ddii ppiinnddaahhkkaann kkeessaawwaahh uummuurr 1155 hhaarrii
-- DDii bbaannddiinngg ttaannaammaann ppaaddii llaaiinn lleebbiihh ttaahhaann tteerrhhaaddaapp sseerraannggaann hhaammaa ddaann ppeennyyaakkiitt
-- DDaappaatt ddii gguunnaakkaann uunnttuukk ppeerrttaannaammaann ssiissttiimm rraannccaahh ((mmuussiihh hhuujjaann)),, ggooggoo--rraannccaahh,,
rraannccaahh--ggooggoo ddaann ssaawwaahh ssuurruutt aaiirr ddaann llaaddiinngg..
SSuummbbeerr :: NNuurrmmaann SS..PP
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
88
Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Padi Beras Merah Varietas MSP 17
Nomor seleksi : B11844-MR-7-17-3
Asal seleksi : Bio 12-MR-1-4-PN-6/ Beras merah
Umur tanaman : ±111 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ±106 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning
Warna beras : Merah
Kerontokan : Sedang
Kerabahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : ±18%
Berat 1000 butir : 26 gram
Rata-rata hasil : 6,7 t/ha GKG
Potensi hasil : 7,7 t/ha GKG
Ketahanan tehadap
-- HHaammaa :: AAggaakk rreennttaann tteerrhhaaddaapp wweerreenngg bbaattaanngg ccookkeellaatt bbiioottiippee
1, 2, dan 3.
-- PPeennyyaakkiitt :: TTaahhaann tteerrhhaaddaapp hhaawwaarr ddaauunn bbaakktteerrii ppaattoottiippee IIIIII..
Agak tahan terhadap patotpe IV.
Agak rentan terhadap petotipe VIII
Pemula : Ir. Surono Danu.
Tahun dilepas : 2012
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
89
Lampiran 3
Jadwal Kegiatan Penelitian
Jenis Kegiatan
Bulan / 2018
Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Alat dan bahan
Pembuatan perangkap jatuh dan perangkap jaring
Pemasangan perangkap pada tanaman padi
Pengamatan
Pengolahan Data
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
90
Lampiran 4
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
91
Lampiran 5.Keberadaan Jenis Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Pitfall Trap di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
1 2 3 4 5 6 7 1 Anaxipha longgipennis Sertani ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Sertani ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ MSP ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ 2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Sertani 0 ✓ 0 ✓ ✓ ✓ 0 MSP ✓ 0 0 ✓ ✓ ✓ ✓ 3 Oxyopes javanus Sertani ✓ 0 0 ✓ 0 0 0 Sertani 0 0 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ MSP 0 0 ✓ 0 ✓ ✓ 0
Keterangan :
✓ = adanya suatu jenis serangga
0 = tidak ada suatu jenis serangga
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
92
4 Pheropsophus occipitalis Sertani 0 ✓ ✓ ✓ 0 ✓ 0 Sertani 0 ✓ ✓ ✓ ✓ 0 0 MSP ✓ ✓ ✓ 0 ✓ ✓ 0 5 Conocephalus longipennis Sertani 0 ✓ 0 0 0 0 0 Sertani 0 0 ✓ 0 0 0 0 MSP 0 0 ✓ 0 0 ✓ 0 6 Euborellia stali Sertani 0 0 0 0 ✓ 0 0 Sertani 0 0 0 0 0 0 ✓ MSP 0 0 ✓ 0 0 0 0
Keterangan :
✓ = adanya suatu jenis serangga
0 = tidak ada suatu jenis serangga
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
93
Lampiran 6.Keberadaan Jenis Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Sweep Net di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
1 2 3 4 Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
1 Oxyopes javanus Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0
Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0
MSP 0 0 ✓ 0 0 0 0 0 2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 0 0 0 0 ✓ 0 0
Sertani 0 0 ✓ 0 0 0 ✓ ✓
MSP 0 0 0 0 ✓ 0 0 0 3 Conocephalus longipennis Sertani 0 0 0 0 ✓ 0 0 0
Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0
MSP 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan :
✓ = adanya suatu jenis serangga
0 = tidak ada suatu jenis serangga
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
94
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
5 6 7
Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore 1 Oxyopes javanus Sertani 0 0 0 0 0 0
Sertani 0 0 0 0 0 0
MSP 0 0 0 0 0 0 2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 ✓ 0 0 0 0
Sertani ✓ 0 ✓ 0 0 0
MSP 0 0 0 0 ✓ 0 4 Conocephalus longipennis Sertani 0 0 0 0 ✓ 0
Sertani 0 0 0 0 0 0
MSP 0 0 0 0 0 0
Keterangan :
✓ = adanya suatu jenis serangga
0 = tidak ada suatu jenis serangga
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
95
Lampiran 7.Keberadaan Jenis Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet denganPengamatan Langsungdi Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
1 2 3 4 5 6 7 1 Oxyopes javanus Sertani 0 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Sertani 0 0 0 ✓ ✓ 0 0 MSP 0 ✓ ✓ 0 0 ✓ 0 2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 0 ✓ ✓ 0 0 0 Sertani 0 ✓ 0 0 ✓ ✓ 0 MSP 0 0 0 0 ✓ 0 0 3 Paederus littoralis Sertani 0 0 0 0 0 0 ✓ Sertani 0 0 0 0 0 0 ✓ MSP 0 0 0 0 0 ✓ ✓ 4 Conocephalus longipennis Sertani 0 ✓ 0 0 0 0 0 Sertani 0 0 0 0 0 0 0 MSP 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan :
✓ = adanya suatu jenis serangga
0 = tidak ada suatu jenis serangga
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
96
Lampiran 8.JumlahSerangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet denganMenggunakan Pitfall Trapdi Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
Jumlah Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7
1 Anaxipha longgipennis Sertani 2 15 11 9 18 13 8 76 10,86 Sertani 2 11 18 11 15 14 8 79 11,29 MSP 9 12 12 15 11 9 10 78 11,14
2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 1 4 5 3 3 1 17 2,43
Sertani 0 1 0 3 2 3 0 9 1,29 MSP 3 0 0 3 4 3 2 15 2,14 3 Oxyopes javanus Sertani 1 0 0 2 0 0 0 3 0,43 Sertani 0 0 4 2 2 3 1 12 1,71 MSP 0 0 1 0 4 2 0 7 1,00
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
97
4 Pheropsophus occipitalis Sertani 0 5 8 6 0 2 0 21 3,00
Sertani 0 8 3 4 2 0 0 17 2,43
MSP 3 2 8 0 4 2 0 19 2,71
5 Conocephalus longipennis Sertani 0 1 0 0 0 0 0 1 0,14
Sertani 0 0 3 0 0 0 0 3 0,43
MSP 0 0 2 0 0 1 0 3 0,43 6 Euborellia stali Sertani 0 0 0 0 1 0 0 1 0,14
Sertani 0 0 0 0 0 0 2 2 0,29
MSP 0 0 1 0 0 0 0 1 0,14 Jumlah 20 56 75 60 66 55 32 364
Rata-Rata 1.11 3.11 4.17 3.33 3.67 3.06 1.78 2.89
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
98
Lampiran 9. JumlahSerangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Sweep Net di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
1 2 3 4 Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
1 Oxyopes javanus Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0 Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0 MSP 0 0 2 0 0 0 0 0 2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 0 0 0 0 1 0 0 Sertani 0 0 1 0 0 0 1 1 MSP 0 0 0 0 2 0 0 0 3 Conocephalus longipennis Sertani 0 0 0 0 1 0 0 0 Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0 MSP 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 3 0 3 1 1 1 Rata-Rata 0,00 0,00 0,33 0,00 0,33 0,11 0,11 0,11
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
99
no Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
5 6 7 Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
1 Oxyopes javanus Sertani 0 0 0 0 0 0 Sertani 0 0 0 0 0 0 MSP 0 0 0 0 0 0 2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 1 0 0 0 0 Sertani 1 0 1 0 0 0 MSP 0 0 0 0 1 0 3 Conocephalus longipennis Sertani 0 0 0 0 1 0 Sertani 0 0 0 0 0 0 MSP 0 0 0 0 0 0
Jumlah 1 1 1 0 2 0 Rata-Rata 0,11 0,11 0,11 0,00 0,22 0,00
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
100
Lampiran 10.JumlahSerangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet denganPengamatan Langsungdi Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
jumlah rata-rata 1 2 3 4 5 6 7
1 Oxyopes javanus Sertani 0 2 2 1 2 2 1 10 1,43
Sertani 0 0 0 1 1 0 0 2 0,29
MSP 0 3 3 0 0 1 0 7 1,00
2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 0 2 2 0 0 0 4 0,57
Sertani 0 1 0 0 3 1 0 5 0,71
MSP 0 0 0 0 3 0 0 3 0,43 3 Paederus littoralis Sertani 0 0 0 0 0 0 4 4 0,57
Sertani 0 0 0 0 0 0 3 3 0,43
MSP 0 0 0 0 0 1 3 4 0,57
4 Conocephalus longipennis Sertani 0 1 0 0 0 0 0 1 0,14
Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
MSP 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 jumlah 0 7 7 4 9 5 11 43
rata-rata 0,00 0,58 0,58 0,33 0,75 0,42 0,92 0,51
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
101
Lampiran 11. Indeks Keragaman Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No jenisserangga jenisperangkap
Pitfall trap aspirator sweepnet jumlah pi In pi pi In pi 1 Anaxiphalonggipennis 233 0 0 233 0.55 -0.59 -0.33 2 Menochilussexmaculatus L. 41 12 10 63 0.15 -1.90 -0.28 3 Oxyopesjavanus 22 19 2 43 0.10 -2.28 -0.23 4 Pheropsophusoccipitalis 57 0 0 57 0.14 -2.00 -0.27 5 Conocephaluslongipennis 7 1 2 10 0.02 -3.74 -0.09 6 Euborelliastali 4 0 0 4 0.01 -4.66 -0.04 7 Paederuslittoralis 0 11 0 11 0.03 -3.64 -0.10
total 364 43 14 421 -1.34 rata-rata 52.00 6.14 2.00 60.14
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
102
Lampiran 12. Kelimpahan Relatif Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No JenisSerangga JenisPerangkap
Pitfall Trap Aspirator Sweepnet Jumlah Kelimpahan 1 Anaxiphalongipennis 233 0 0 233 0.5534 2 MenochilussexmaculatusL. 41 12 10 63 0.1496 3 Oxyopesjavanus 22 19 2 43 0.1021 4 Pheropsophusoccipitalis 57 0 0 57 0.1354 5 Conocephaluslongipennis 7 1 2 10 0.0238 6 Euborelliastali 4 0 0 4 0.0095 7 Paederuslittoralis 0 11 0 11 0.0261
TOTAL 364 43 14 421 1 RATA-RATA 52.00 6.14 2.00 60.14
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
103
Lampiran 13. Frekuensi Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Pitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga dan
Perangkap Keberadaan Selama
Pengamatan Frekuensi Fitfall Trap 1 Anaxipha longipennis 7 1,00 2 Menochilus sexmaculatus L. 7 1,00 3 Oxyopes javanus 6 0,86 4 Pheropsophus occipitalis 6 0,86 5 Conocephalus longipennis 3 0,43 6 Euborellia stali 3 0,43 Pengamatan Langsung 1 Oxyopes javanus 6 0,86 2 Menochilus sexmaculatus L. 5 0,71 3 Paederus littoralis 2 0,29 4 Conocephalus longipennis 1 0,14 Sweep Net 1 Oxyopes javanus 1 0,14 2 Menochilus sexmaculatus L. 6 0,86 3 Conocephalus longipennis 1 0,14
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
104
Lampiran 14 Grafik Keberadaan Serangga Predator Pada Pengamatan 1 Sampai 7 MST Menggunakan Perangkap Pitfall Trap,
Sweep Net dan Pengamatan Langsung
Grafik Keberadaan Serangga Predator Pada Pengamatan 1 Sampai 7 MST Menggunakan Perangkap Pitfall Trap
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Pengamatan ke 1
Pengamatan ke 2
Pengamatan ke 3
Pengamatan ke 4
Pengamatan ke 5
Pengamatan ke 6
Pengamatan ke 7
Anaxipha longipennis
Menochilus sexmaculatus L.
Oxyopes javanus
Pheropsophus occipitalis
Conocephalus longipennis
Euborellia stali
Paederus littoralis
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
105
Grafik Keberadaan Serangga Predator Pada Pengamatan 1 Sampai 7 MST Menggunakan Perangkap Sweep Net
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Pengamatan ke 1
Pengamatan ke 2
Pengamatan ke 3
Pengamatan ke 4
Pengamatan ke 5
Pengamatan ke 6
Pengamatan ke 7
Anaxipha longipennis
Menochilus sexmaculatus L.
Oxyopes javanus
Pheropsophus occipitalis
Conocephalus longipennis
Euborellia stali
Paederus littoralis
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
106
Grafik Keberadaan Serangga Predator Pada Pengamatan 1 Sampai 7 MST dengan Pengamatan Langsung
0
2
4
6
8
10
12
Pengamatan ke 1
Pengamatan ke 2
Pengamatan ke 3
Pengamatan ke 4
Pengamatan ke 5
Pengamatan ke 6
Pengamatan ke 7
Anaxipha longipennis
Menochilus sexmaculatus L.
Oxyopes javanus
Pheropsophus occipitalis
Conocephalus longipennis
Euborellia stali
Paederus littoralis
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
107
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
KERAGAMAN DAN KELIMPAHAN PREDATOR HAMA PADI BERAS MERAH (Oryza nivara) FASE VEGETATIF
YANG DI TANAM DI ANTARA TEGAKAN KARET (Hevea brasiliensis)
SKRIPSI
OLEH:
MELYA SHARA 14 821 0015
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN
2019
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
i
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
ii
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
iii
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
iv
ABSTRAK
Melya Shara, Nim : 148210015 “ Keragaman dan Kelimpahan Predator Hama Padi Beras Merah (Oryza nivara) Fase Vegetatif yang di Tanam di Antara Tegakan Karet (Hevea brasiliensis)” dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Retna Astuti Kuswardani, MS selaku Ketua Pembimbing dan Ir. Azwana, MP selaku Anggota Pembimbing. Lahan di antara tanaman karet pada tanaman belum menghasilkan merupakan lahan yang potensial untuk meningkatkan produktivitas pertanian rakyat terpadu melalui tumpang sari pangan dengan komoditas perkebunan. Sistem tumpang sari juga meningkatkan jenis organisme termasuk serangga berguna dan lain-lain. Penelitian Keragaman dan Kelimpahan Predator Hama Padi Beras Merah (Oryza nivara ) Fase Vegetatif yang di Tanam di Antara Tegakan Karet (Hevea brasiliensis) dilaksanakan di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2018 dengan ketinggian tempat 12 m dpL. Metode yang digunakan adalah metode sampling menggunakan perangkap sumur, jaring ayundan pengamatan langsung menggunakan aspirator. Parameter pengamatan terdiri dari keragaman predator, kelimpahan predator, indeks keragaman, kelimpahan relatif dan frekuensi. Didapatkan 4 Ordo 7 Jenis dan 7 spesies serangga predator pada pertanaman padi beras merah dengan jumlah terbanyak yaitu Anaxipha longipennis. Indeks keragaman serangga predator pada pertanaman padi beras merah sebesar 1,34 (sedang) Kata kunci : padi beras merah, karet, predator, perangkap
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
v
ABSTRACT
MelyaShara, NIM : 148210015 “Diversity and Reliability of Rice Pest Predators of Red Rice (Oryzanivara) Vegetative Phase that Planted Between Rubber Stags (Hevea brasiliensis)” guided by Mrs. Prof. Dr. Ir. Retna Astuti Kuswardani, MS as Head of the Advisor and Mrs. Ir. Azwana, MP as Advisory Member. Land among rubber plants in immature plants is a potential land to increase the productivity of agricultural people integrated through the intercropping of food with plantation commodities. The intercropping system also enhances the type of organism including useful insects and others. The research of diversity and abundance of predators of rice paddy Pest (Oryza nivara) The vegetative phase in the planting between the standing rubber (Hevea brasiliensis) held in the village Sampali, subdistrictPercutSei Tuan, Deli Serdang Regency held in July to September 2018 with a seat height of 12 mdpL. The method used is a sampling method using Pitfall Trap, Sweep Net and direct observation using an aspirator. The observation parameters consist of a diversity of predators, predatory abundance, index diversity, relative abundance and frequency. Obtained 4 order 7 types and 7 species of predator insects were found in red rice, the highest number is Anaxipha longipennis. The diversity index of predator insects in red rice is 1,34 (medium)
Keywords: red rice, rubber, predators, trap
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan
hidayahnya yang diberikan sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Keragaman dan Kelimpahan Predator Hama Padi Beras
Merah (Oryza nivara) Fase Vegetatif yang di Tanam di Antara Tegakan Karet
(Hevea brasiliensis)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
melaksanakan penelitian sebagai tugas akhir di Fakultas Pertanian Universitas
Medan Area
Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang banyak
membantu dalam kesempurnaan penulisan skripsi ini. Secara khusus penulis
mengucapkan terimakasih kepada
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Retno Astuti Kuswardani, MS sebagai ketua komisi
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini
2. Ibu Ir. Azwana, MP sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
3. Kedua orang tua tercinta ayahku Harmin dan ibuku Nurhana Siregar yang
telah memberikan banyak nasihat, dukungan, serta doa yang tiada henti
kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. Syahbudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Medan Area.
5. Bapak Ir. Erwin Pane , MS selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
vii
6. Ibu Ir. Ellen L. Panggabean, MP selaku Ketua Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.
7. Kepada Ibu Dr. Ir. Sumihar Hutapea, MS dan Bapak Dr. Ir. Tumpal
Siregar, MS selaku dosen yang senantiasa memberikan arahan serta
bimbingan kepada penulis
8. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Pertanian
Universitas Medan Area
9. Kepada adikku Dwi Anzelina yang telah memberi banyak dukungan serta
doa kepada penulis
10. Kepada sahabat sahabatku tersayang Haris Nasution, Ahmad Rivai, Abdul
Rahman, Ariadi, Dinda Permata Sari Lubis, Ririn Wahidah, yang telah
memberi banyak dukungan dan bantuan kepada penulis dalam segala hal
11. Kepada bocor-bocor ku Jahro Lubis, Ummu Harisah Nasution, Rizal
Hasan Harahap, Kurnia Sandy, Awal Hamdani Harahap, Sairul Hamdani
dan seluruh mahasiswa fakultas pertanian terkhusus agroteknologi ganjil
yang tidak dapat penulis sebutkan.
12. Kepada teman-teman tim Tumpang Sari yaitu Karlo Roberto Munthe,
Fajar Wahono, Hendra Ranto Simanjuntak, Jhonson Hasibuan,
Muhammad Arsyad dan Dermawan Sitohang yang telah memberikan
bantuan serta dukungan kepada penulis
13. Kepada Sahabatku Kiky Kurnianti yang selalu memberi dukungan serta
doa dari jauh.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dalam penyajian maupun tata bahasa untuk itu penulis memohon maaf, penulis
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
viii
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya penulis
mengucapakan terima kasih
Medan
Melya Shara
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
ix
DAFTAR ISI
ABSTRACT ................................................................................................... i ABSRTAK ................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii KATA PENGANTAR ............................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................. vii DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 5 1.3. Tujuan penelitian ............................................................................... 5 1.4. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 5 1.5. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6 2.1. Padi BerasMerah ................................................................................ 6
2.1.1. Syarat Tumbuh PadiBerasMerah.............................................. 7 2.1.2. Klasifikasi PadiBerasMerah ..................................................... 7 2.1.3.Morfologi Padi .......................................................................... 8 2.1.4. Fase Pertumbuhan Tanaman Padi ......................................... 12 2.1.5. Hama TanamanPadi Gogo ..................................................... 18 2.1.6.Peran Pengendalian Hayati ...................................................... 21 2.1.7. Penggolongan Agens Hayati ................................................. 27 2.1.8. Sejarah Pengendalian ............................................................ 31 2.1.9. Predator ................................................................................. 33
2.2.Tumpang Sari Tanaman Karet dengan Tanaman Pangan ................ 40 2.3.KeanekaragamanHayati ................................................................... 43 2.4.Metode Monitoring Predator Hama ................................................ 47
III. METODE PENELITIAN ................................................................... 50 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 50 3.2. Bahan dan Alat .............................................................................. 50 3.3. Metode Penelitian ......................................................................... 50 3.4. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 50
3.4.1. Penentuan Plot ................................................................... 50 3.4.2. Pembuatan Perangkap ........................................................ 51
3.5. Identifikasi Serangga ..................................................................... 56 3.6. Metode Analisis Data .................................................................... 56
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 58 4.1. Identifikasi Jenis Serangga Predator .............................................. 58
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
x
4.2. Kelimpahan Populasi Serangga Predator ....................................... 67 4.3. Indeks Keragaman (H) .................................................................. 71 4.4. Kelimpahan Relatif (KR) .............................................................. 73 4.5. Frekuensi (F) ................................................................................. 78
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 82 5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 82 5.2. Saran ................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 83
LAMPIRAN ............................................................................................... 87
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jenis Serangga Predator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ......................................................... 58
2. Jumlah Populasi SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ......................................................... 68
3. Indeks Keragaman Serangga Predatoryang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ......................................................... 72
4. Kelimpahan Relatif SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ............................................................................. 74
5. Frekuensi SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan ke- 7 MST ....................................................................... 78
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
xii
DAFTAR GAMBAR
JUDUL HALAMAN
1. TanamanPadiBerasMerah .................................................................. 8 2. Akar, Daun dan Batang Tanaman Padi ............................................ 10 3. Bunga Tanaman Padi ...................................................................... 11 4. Struktur Gabah Tanaman Padi ....................................................... 11 5. Fase Pertumnuhan dan Perkembangan Tanaman Padi ................... 12 6. Fase vegetatif Tanaman Padi ........................................................... 13 7. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) ................................... 19 8. Penggerek Batang Padi (sundep) Scirpophaga innotata .................. 20 9. Walang Sangit (L. acuta) ................................................................. 20 10. Kumbang Kubah (Micrapis sp) ....................................................... 36 11. Kumbang Tanah (Ophionea nigrofasciata) .................................... 37 12. Jengkerik (Anaxipha longipennis) ................................................... 38 13. Belalang (Conocephalus longipennis) ............................................ 39 14. Cocopet (Euborellia stali) ................................................................ 40 15. Denah Peletakkan Pitfall Trap ......................................................... 52 16. Pitfall Trap ....................................................................................... 53 17. Sweep Net ......................................................................................... 54 18. Ukuran Sweepnet .............................................................................. 55 19. Tanaman Sampel ............................................................................. 56 20. Penggunaan Aspirator .................................................................... 56 21. Aspirator .......................................................................................... 56 22. Denah Peletakkan Sweep Net ........................................................... 57 23. Anaxipha longgipennis ..................................................................... 61 24. Menochilus sexmaculatusL ............................................................. 62 25. Oxyopes javanus ............................................................................... 63 26. Pheropsophus occipitalis ................................................................. 64 27. Conocephalus longipennis ............................................................... 65 28. Euborellia stali ................................................................................. 65 29. Paederus littoralis ............................................................................ 67 30. Gulma Imperata Cylindrica ............................................................. 75 31. Hama Wereng (Nilaparvata lugens) ................................................ 79
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
xiii
DAFTAR LAMPIRAN JUDUL HALAMAN
1. Deskripsi Padi Beras Merah Gogo Varietas Sertani ............................... 87
2. Deskripsi Padi beras Merah Gogo Varietas MSP ................................... 88
3. Jadwal Kegiatan Penelitian ..................................................................... 89
4. Denah Petakan pada Tanaman Padi ........................................................ 90
5. Keberadaan Jenis SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ............................................. 91
6. Keberadaan Jenis SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Sweep Net di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST .............................................. 93
7. Keberadaan Jenis SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet dengan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST .................................................................. 95
8. Kelimpahan SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet dengan Menggunakan Fitfall Trapdi Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST .................................................................. 97
9. Kelimpahan Serangga Predator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Sweep Net di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ................................................................... 99
10. Kelimpahan SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet dengan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ................................................................ 101
11. Indeks Keragaman Serangga Predator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
xiv
Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ............................................ 102
12. Kelimpahan Relatif SeranggaPredator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ........................................... 103
13. Frekuensi Serangga Predator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST ............................................ 104
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, padi beras merah kurang mendapat perhatian dibandingkan
padi beras putih. Beras merupakan makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh
warga di dunia, terutama di benua Asia. Walaupun umumnya beras yang
dikonsumsi berwarna putih, terdapat juga varietas beras yang memiliki pigmen
warna seperti beras merah, beras cokelat dan beras hitam. Beras merah merupakan
salah satu sumber pangan yang mengandung sumber antioksidan. Beras ini
memiliki lapisan luar bekatul yang merupakan sumber yang baik akan protein,
serat, lemak dan vitamin E (Iriyani, 2011).
Antioksidan yang di hasilkan beras merah berasal dari pigmen antosianin.
Komposisi gizi per 100 g padi beras merah terdiri atas protein 7,5 g, lemak 0,9 g,
karbohidrat 77,6 g, kalsium 16 mg, fosfor 163 mg, zat besi 0,3 g, dan vitamin B1
0,21 mg. Kandungan antosianin dalam padi beras merah di yakini dapat mencegah
berbagai penyakit, antara lain kanker, kolesterol dan jantung koroner. Menurut
Santika dkk. (2010) menyatakan bahwa beras merah umumnya di konsumsi tanpa
melalui proses penyosohan, tetapi hanya di giling menjadi beras pecah kulit
sehingga kulit arinya masih melekat pada endosprema. Kulit ari beras merah kaya
akan serat, minyak alami dan lemak esensial.
Penelitian yang dilakukan olehMuhidin et al (2013) tentang pertanaman
beras merah dibawah naungan (Agroforestry) menunjukan bahwa padi beras
merah toleran terhadap kondisi cahaya yang ternaungi. Waktu panen dari padi
beras merah di sistem Agroforestry ini lebih lama, akan tetapi untuk pengelolaan
tanah lebih minim. Dengan demikian berdasarkan pendapat tersebut tanaman padi
beras merah dapat di tanam di antara tanaman perkebunan.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
2
Lahan di antara tanaman karet pada tanaman belum menghasilkan
merupakan lahan yang potensial untuk peningkatan produktivitas pertanian rakyat
terpadu melalui tumpang sari pangan dengan komoditas perkebunan.Apabila
penanaman tanaman pangan secara intercropping dengan memanfaatkan lahan di
bawah tegakan tanaman perkebunan tersebut, khususnya karet, dilakukan maka
diharapkan produktivitas pangan dalam negeri akan meningkat (Sahuri, 2017)
Tanaman padi beras merah merupakan tanaman semusim, pada tanaman
semusim sering terjadi pemutusan masa bertanamyang akan mengakibatkan tidak
berkembangnya musuh alami. Sehingga perkembanganArthropoda hama
meningkat terus tanpa ada faktor pembatas dari alam. Dalam pencapaian target
produksi padi, ekosistem pertanian (agroekosistem) memegang faktor kunci
dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Keanekaragaman hayati (biodiversitas)
merupakan semua jenis tanaman, hewan dan mikroorganisme yang ada dan
berinteraksi dalam suatu ekosistem sangat menentukan kualitas lingkungan suatu
komunitas dalam sistem pertanian. Namun demikian dalam kenyataannya,
pertanian merupakan penyederhanaan dari keanekaragaman hayati secara alami.
Hasil akhir pertanian adalah produksi ekosistem buatan yang memerlukan
perlakuan oleh pelaku pertanian secara konstan. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan berupa masukan agrokimia (terutama pestisida
dan pupuk) telah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang tidak
dikehendaki (Tauruslina, 2015).
Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan
terhadap organisme serangga hama. Salah satu pendorong meningkatnya serangga
pengganggu adalah tersedianya makanan terus menerus sepanjang waktu.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
3
Mekanisme alami seperti predatisme, parasitisme, patogenitas, persaingan
intraspesies dan interspesies, produktivitas, stabilitas dan keanekaragaman hayati
dapat dimanfaatkan untuk mencapai pertanian berkelanjutan (Altieri et al. 2004
dalam Tauruslina, dkk. 2015)
Salah satu kendala utama penyebab menurunnya produksi padi beras merah
adalah serangan hama , pengendalian hama selama ini menggunakan insektisida
semata yang menyebabkan penurunan keanekaragaman spesies dalam ekosistem
tersebut. Keanekaragaman serangga predator mempunyai arti penting dalam
memelihara fungsi ekosistem dalam budidaya pertanian berkelanjutan. Cara ini
memberikan kesempatan kepada serangga berguna, seperti musuh alami untuk
lebih berperan dalam pengendalian hama. Pada saat kondisi lingkungan ekologi
seimbang , serangan wereng batang coklat rendah karena musuh alami berperan
dengan cara optimal (Sidauruk, et al. 2015).
PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang
pengendalian OPT yang didasarkan padadasar pertimbangan ekologi dan
efisiensiekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan. Sebagai sasaran teknologi PHT adalah : 1)
produksipertanian mantap tinggi, 2) Penghasilandan kesejahteraan petani
meningkat, 3)Populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras secara
ekonomi tidak merugikan dan 4) Pengurangan resiko pencemaran Lingkungan
akibat penggunaan pestisida yang berlebihan (Anonim, 2004 dalam Sunarno,
2012).
Akhir-akhir ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida
sintetis ibarat pisau bermata dua. Dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
4
produksi pertanian, terselubung bahaya yang mengerikan. Tak bisa dipungkiri,
bahaya pestisida semakin nyata dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan
pestisida yang tidak bijaksana. Kerugian berupa timbulnya dampak buruk
penggunaan pestisida, dapat dikelompokkan atas 3 bagian: (1). Pestisida
berpengaruh negatip terhadap kesehatan manusia, (2). Pestisida berpengaruh
buruk terhadap kualitas lingkungan, dan (3). Pestisida meningkatkan
perkembangan populasi jasad penganggu tanama(Sunarno, 2012).
Keanekaragaman serangga predator baik dalam hal kelimpahan maupun
kekayaannya jenis juga sangat terkait dengan tingkat tropik lainnya. Hal ini
disebabkanadanya interaksi yang terjadi, baik diantara kelompok serangga
maupun dengan tumbuhan yang selanjutnya akan membentuk keanekaragaman
serangga itu sendiri. Keanekaragamanjenis serangga predator pada pertanaman
padi juga dipengaruhi oleh makanannya yaitu serangga hama padi. Jika makanan
dalam jumlah yang banyak maka populasi serangga tinggi. Sedangkan jika
jumlahmakanan sedikit, populasi seranggaakanturun. Dalam hal pengendalian
hama dengan menggunakan musuh alami khususnya serangga predator
merupakan suatu alternatif strategi pengendalian hama yang saat ini tengah
dikembangkan untuk meminimalkan penggunaan pestisida. Peranan serangga
predator di dalam upaya pengendalian hama secara hayati telahdilakukan dan
berhasil di dalam aplikasinya (Herlinda dkk., 2014).
Petani dalam aktivitasnya belum mengetahui peran predator alami dalam
mengendalikan hama padi, sehingga masih menggunakan pestisida yang akan
membunuh hama sekaligus predator alami yang semestinya menjadi sahabat
petani (Nasution, 2016)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
5
Mengingat peran predator dalam menekan populasi hama secara alami
cukup penting, maka upaya konservasi musuh alami di lapang perlu lebih
diperhatikan, berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Keragaman dan Kelimpahan Predator Hama Padi Beras Merah (Oryza
nivara) yang di Tanam di Antara Tegakan Karet (Hevea brasiliensis) di Desa
Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah adanya berbagai jenis predator hama tanaman padi beras merah (Oryza
nivara) yang di tanam pada tegakan karet (Hevea brasiliensis).
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keragaman jenispredator hama yang ada pada
pertanaman padi beras merah yang di tanam di antara tegakan karet.
2. Untuk mengetahui kelimpahan predator hama yang ada pada pertanaman
padi beras merah yang di tanam di antara tegakan karet.
1.4. Hipotesis Penelitian
Adanya berbagai jenis predator hama tanaman padi beras merah yang di
tanam di antara tegakan karet.
1.5.Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan pembuat skripsi untuk
melengkapi syarat menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Medan Area dan sebagai informasi kepada petani Padi untuk mengetahui
keragaman jenis predator pada tanaman padi beras merah.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Padi Beras Merah (Oryza nivara)
Di Indonesia, padi yang berasnya berwarna merah (padi beras merah)
kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan padi yang berasnya berwarna
putih (padi beras putih), padahal beras merah mengandung gizi tinggi. Belum
tersedia varietas unggul padi beras merah, kecuali varietas Bahbutong yang
dilepas tahun 1985 dan itu pun tidak meluas pengembangannya. Oleh karena itu,
beras merahyang diperdagangkan di berbagai daerah diduga berasal dari impor
atau dari padi gogo localyang umumnya berdaya hasil rendah dan berumur dalam.
Selain sumber utama karbohidrat, beras merah juga mengandung protein, beta
karoten, antioksidan, dan zat besi (Purwaningsih dan Kristamtini, 2009). Artinya
beras merah penting bagi kesehatan seperti mencegah sembelit, mencegah
berbagai penyakit saluran pencernaan,dan menurunkan kolesterol darah.
Padi beras merah jarang dibudidayakan petani di Indonesia karena umurnya
panjang (rata-rata 134 hari) danmorfologi tanamannya tinggi (rata-rata 164 cm)
sehingga mudah rebah (Silitonga, 2015). Beras merah juga jarang dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia, padahal selain sebagai sumber karbohidrat, beras
merah merupakan pakan fungsional karena mengandung antosianin, suatu
senyawa antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas (Afza Higa, 2016).
Di habitat aslinya, padi beras merah lokal saatini makin jarang ditemukan.
Hampir seluruh petanimenanam padi varietas baru termasuk padi hibrida,
hanyasebagian kecil yang membudidayakan padi beras merah lokal. Akibatnya,
keberadaan padi beras merah lokalsemakin langka, bahkan hampir punah
(Kristamtini 2009 dalam Afza Higa, 2016).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
7
2.1.1. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Padi dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, tumbuh di daerah tropis dan
subtropis pada 45o LU dan 45o LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi
dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200
mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi darat merupakan padi lahan kering
yang ditanam dalam kondisi kering. Syarat utama untuk tanaman padi darat
adalah kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Faktor iklim terutama curah hujan
merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan budidaya padi darat. Hal
ini disebabkan kebutuhan air untuk padi darat hanya mengandalkan curah hujan.
Tanaman ini lebih peka terhadap perubahan keadaan hujan dibandingkan padi
sawah (Suriansyah, dkk. 2013)
Padi darat umumnya ditanam sekali setahun pada awal musim hujan. Di
Indonesia, padi darat ditanam pada kondisi lingkungan yang beragam. Tanaman
ini dapat tumbuh pada daerah yang mempunyai ketinggian mencapai 1300 mdpl
dengan curah hujan 600-1200 mm selama fase pertumbuhan. Jumlah dan sebaran
hujan merupakan komponen iklim yang penting dan menentukan kesesuaian suatu
lingkungan untuk pertumbuhan padi darat. Pada lahan kering, curah hujan dan
kemampuan tanah memegang air menentukan keberhasilan pertanam padi darat.
Suhu optimum yang dibutuhkan tanaman ini berkisar 15-30°C (Suriansyah, dkk.
2013)
2.1.2. Klasifikasi Padi Beras Merah
Padi beras merah termasuk dalam genus Oryzae yaitu padi dengan beras
berwarna merah yang biasa ditanam sebagai padi darat. Menurut Purwono dan
Purnamawati (2007), klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut:
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
8
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Famili : Graminaceae Genus Oryza
Spesies : Oryza nivara
2.1.3. Morfologi Padi Beras Merah
Secara morfologi tanaman padi termasuk tanaman semusim. Batang padi
berbentuk bulat dengan daun panjang yang berdiri pada ruas- ruas batang dan terdapat
sebuah malai pada ujung batang. Bagian Vegetatif dari tanaman padi adalah akar,
batang, dan daun, sedangkan bagian generatif berupa malai dari bulir- bulir padi.
1. Akar
Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Akar tanaman padi
terdiri dari dua macam akar yaitu: akar seminal dan akar adventif sekunder. Akar
seminal yaitu akar primer (radikula) yang tumbuh sewaktu berkecambah bersama
akar-akar lain yang muncul dekat bagian buku skutellum, yang jumlahnya 1-7. Akar-
Gambar 1. Tanaman Padi Beras Merah varietas Sertani Sumber : Dokumentasi Pribadi
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
9
akar seminal selanjutnya digantikan oleh akar-akar sekunder yang tumbuh dari buku
terbawah batang (Gambar 2). Akar-akar sekunder disebut adventif atau akar-akar
buku (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Akar berfungsi sebagai penguat atau penunjang tanaman untuk dapat tumbuh
tegak, menyerap hara dan air dari dalam tanah untuk diteruskan ke organ lain di atas
tanah yang memerlukan (Makarim dan Suhartatik, 2009).
2. Daun dan Tajuk
Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang seling
dan terdapat satu daun pada tiap buku. Daun teratas pada tanaman padi disebut daun
bendera yang posisi dan ukurannya tampak berbeda dari daun yang lain. Makarim
dan Suhartatik (2009) menyebutkan, bagian-bagian daun terdiri atas :
a. helaian daun yang menempel pada buku melalui pelepah daun,
b. pelepah daun yang membungkus ruas di atasnya dan kadang-kadang pelepah
daun dan helaian daun ruas berikutnya,
c. telinga daun (auricle) pada dua sisi pangkal helaian daun,
d. lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat di atas telinga daun.
Tajuk merupakan kumpulan daun yang tersusun rapi dengan bentuk, orientasi,
dan besar (dalam jumlah dan bobot) tertentu. Varietas-varietas padi memiliki tajuk
yang sangat beragam (Makarim dan Suhartatik, 2009).
3. Batang
Batang terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku, dan tunas (anakan)
yang tumbuh pada buku (Gambar 2). Jumlah buku sama dengan jumlah daun
ditambah dua yaitu satu buku untuk tumbuhnya koleoptil dan yang satu lagi menjadi
dasar malai. Ruas yang terpanjang adalah ruas yang teratas dan panjangnya berangsur
menurun sampai ke ruas yang terbawah dekat permukaan tanah. Anakan padi tumbuh
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
10
pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan primer tumbuh dari buku
terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan sekunder akan menghasilkan
anakan tersier (Makarim dan Suhartatik, 2009).
4. Bunga
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 8–10 buku
yang menghasilkan cabang–cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang–cabang
sekunder. Buku pangkal malai umumnya hanya menghasilkan satu cabang primer,
tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan 2–3 cabang primer
(Makarim dan Suhartatik, 2010).
Lemma yaitu bagian bunga floret yang berurat lima dan keras yang sebagian
menutupi palea. Lemma memiliki suatu ekor. Palea yaitu bagian floret yang berurat
tiga yang keras dan sangat pas dengan lemma. Bunga terdiri dari enam benang sari
Gambar 2. Akar, Daun dan Batang Tanaman Padi
Sumber : Makarim dan Suhartatik (2009)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
11
dan sebuah putik. Enam benang sari tersusun dari dua kelompok kepala sari yang
tumbuh pada tangkai benang sari (Makarim dan Suhartatik, 2010).
5. Biji
Butir biji adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea, lemma steril,
dan ekor gabah (kalau ada) yang menempel sangat kuat (Gambar 4). Butir biji padi
tanpa sekam (kariopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah kariopsis, yaitu biji
tunggal yang bersatu dengan kulit bakal buah yang matang (kulit ari), yang
membentuk sebuah butir seperti biji. Komponen utama butir biji adalah sekam, kulit
beras, endosperm, dan embrio (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Keterangan : 1. Beras (karyopsis) 2. Palea 3. Lemma 4. Rakhilla 5. Lemma mandul 6. Pedisel ( tangkai gabah)
Gambar 3. Bunga tanaman padi. Sumber : Makarim dan Suhartatik (2009)
Gambar 4. Struktur Gabah tanaman padi. Sumber : Makarim dan Suhartatik (2009)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
12
2.1.4. Fase Pertumbuhan Tanaman Padi
Pertumbuhan adalah proses pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan
pembesaran sel (peningkatan ukuran) secara irreversible yaitu menuju satu titik
dan tidak dapat kembali lagi. Fase pertumbuhan atau fase vegetatif yaitu ditandai
dengan pertumbuhan organ-organ vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan,
tinggi tanaman, jumlah, bobot dan luas daun.
Perkembangan adalah pertumbuhan menuju kedewasaan sutau organisme.
Fase perkembangan atau fase generatif atau reproduktif ditandai dengan
memanjangnya beberapa ruas teratas batang tanaman, berkurangnya jumlah
anakan (matinya anakan tidak produktif), munculnya daun bendera, bunting, dan
pembungaan (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Gambar 5. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi. Sumber : Makarim dan Suhartatik (2009)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
13
1. Fase Pertumbuhan (Vegetatif)
Fase pertumbuhan (vegetatif) adalah awal pertumbuhan tanaman, mulai dari
perkecambahan benih sampai primordia bunga (pembentukan malai). Fase
Vegetatif meliputi tahap perkecambahan (germination), pertunasan (seedling
stage) dan pembentukan anakan (tillering stage) (Makarim dan Suhartatik, 2009).
1. Tahap Perkecambahan benih (Germination)
Benih akan menyerap air dari lingkungan (karena perbedaan kadar air antara
benih dan lingkungan), masa dormansi akan pecah ditandai dengan kemunculan
radicula dan plumule. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah
kelembaban, cahaya dan suhu. Tahap perkecambahan benih berakhir sampai daun
pertama muncul dan ini berlangsung 3-5 hari (Makarim dan Suhartatik, 2009).
2. Tahap Pertunasan (Seedling Stage)
Tahap pertunasan dimulai saat benih berkecambah hingga menjelang
anakan pertama muncul. Tahap pertumbuhan ini terjadi di persemaian. Pada awal
di persemaian, mulai muncul akar seminal hingga kemunculan akar sekunder
(adventitious) membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat
Gambar 6. Fase Vegetatif Tanaman Padi. Sumber : Makarim dan Suhartatik (2009)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
14
menggantikan radikula dan akar seminal sementara. Di sisi lain tunas terus
tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun
setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan sampai terbentuknya 5 daun
sempurna yang menandai akhir fase ini. Dengan demikian pada umur 15–20 hari
setelah sebar, bibit telah mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang
berkembang dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan
(Makarim dan Suhartatik, 2009).
3. Tahap Pembentukan Anakan (Tillering Stage)
Tanaman mulai membentuk anakan bersamaan dengan berkembangnya
tunas baru, setelah kemunculan daun kelima. Anakan muncul dari tunas aksial
(axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan
berkembang. Dua anakan pertama mengapit batang utama dan daunnya, setelah
tumbuh (emerging), anakan pertama memunculkan anakan sekunder, demikian
seterusnya hingga anakan maksimal (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Ada dua tahapan penting pada fase ini yaitu pembentukan anakan aktif
kemudian dilanjutkan dengan perpanjangan batang (stem elongation). Kedua
tahapan ini bisa tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak membentuk anakan
akan mengalami perpanjangan batang, buku kelima dari batang di bawah
kedudukan malai, memanjang hanya 2-4 cm sebelum pembentukan malai.
Sementara tanaman muda (tepi) terkadang masih membentuk anakan baru,
sehingga terlihat perkembangan kanopi sangat cepat. Secara umum, fase
pembentukan anakan berlangsung selama kurang lebih 30 hari. Pada tanaman
yang menggunakan sistem tabela (tanam benih langsung) periode fase ini
mungkin tidak sampai 30 hari karena bibit tidak mengalami stagnasi seperti
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
15
halnya tanaman sistem tapin yang beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya
sesaat setelah pindah tanam (Makarim dan Suhartatik, 2009).
2. Fase Perkembangan (Generatif)
Fase perkembangan (generatif) tanaman padi dapat dibagi menjadi dua fase,
yaitu fase reproduktif dan fase pematangan atau pemasakan.
1. Fase Reproduktif
Fase reproduktif tanaman padi dibagi menjadi 4 tahap, yaitu tahap inisiasi
bunga (panicle initiation), tahap bunting (booting stage), tahap keluar malai
(heading stage), dan tahap pembungaan (flowering stage).
a. Tahap Inisiasi Bunga atau Primordia (Panicle Initiation)
Bakal malai terlihat berupa kerucut berbulu putih (white feathery cone)
panjang 1,0-1,5 mm. Pertama kali muncul pada ruas buku utama (main culm)
kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Ini akan berkembang hingga
bentuk malai terlihat jelas sehingga bulir (spikelets) terlihat dan dapat dibedakan.
Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah
daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung (bulge) (Makarim dan
Suhartatik, 2009).
b. Tahap Bunting (Booting Stage)
Tahap bunting yaitu penggembungan daun bendera. Bunting terlihat
pertama kali pada ruas batang utama. Pada tahap bunting, ujung daun layu
(menjadi tua dan mati) dan anakan non-produktif terlihat pada bagian dasar
tanaman (Makarim dan Suhartatik, 2009).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
16
c. Tahap Keluar Malai (Heading Stage)
Heading ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun
bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun
(Makarim dan Suhartatik, 2009).
d. Tahap Pembungaan (Flowering Stage)
Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul keluar dari
kelopak bunga (flower glumes) karena pemanjangan stamen dan serbuksari
tumpah (shed). Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari atau tepung sari
(pollen) jatuh ke putik, sehingga terjadi pembuahan. Struktur pistil berbulu
dimana tube tepung sari dari serbuk sari yang muncul akan mengembang ke
ovary. Proses pembungaan berlanjut sampai hampir semua spikelet pada malai
mekar. Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Pada umumnya, floret
(kelopak bunga) membuka pada pagi hari. Semua spikelet pada malai membuka
dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5 daun masih aktif. Anakan pada tanaman padi
ini telah dipisahkan pada saat dimulainya pembungaan dan dikelompokkan ke
dalam anakan produktif dan nonproduktif (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Fase reproduktif yang diawali dari inisiasi bunga sampai pembungaan
(setelah putik dibuahi oleh serbuk sari) berlangsung sekitar 35 hari. Ketersediaan
air pada fase ini sangat diperlukan, terutama pada tahap terakhir diharapkan bisa
tergenang 5 – 7 cm (Makarim dan Suhartatik, 2009).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
17
2. Fase Pemasakan atau Pematangan
Fase pemasakan atau pematangan tanaman padi dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu tahap matang susu ( milk grain stage ), tahap gabah ½ matang (dough grain
stage), dan tahap gabah matang penuh (mature grain stage).
a. Tahap Matang Susu ( Milk Grain Stage )
Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan bahan serupa susu. Gabah mulai
terisi dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan atau menjepit
gabah di antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk. Pelayuan (senescense)
pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau.
Tahap ini paling disukai oleh walang sangit. Pada saat pengisian, ketersediaan air
juga sangat diperlukan. Seperti halnya pada fase sebelumnya, pada fase ini
diharapkan kondisi pertanaman tergenang 5 – 7 cm (Makarim dan Suhartatik,
2009).
b. Tahap Gabah Setengah Matang (Dough Grain Stage)
Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan
lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan
(senescense) dari anakan dan daun di bagian dasar tanaman nampak semakin
jelas. Pertanaman terlihat menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua
daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering (Makarim dan Suhartatik,
2009).
c. Tahap Gabah Matang Penuh (Mature Grain Stage)
Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning.
Tanaman padi pada tahap matang 90 – 100 % dari gabah isi berubah menjadi
kuning dan keras. Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun dari sebagian
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
18
varietas ada yang tetap hijau). Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian
dasar tanaman. Berbeda dengan tahap awal pemasakan, pada tahap ini air tidak
diperlukan lagi, tanah dibiarkan pada kondisi kering. Periode pematangan, dari
tahap masak susu hingga gabah matang penuh atau masak fisiologis berlangsung
selama sekitar 35 hari (Makarim dan Suhartatik, 2009).
2.1.5. Hama Tanaman Padi Gogo
Adapun hama utama tanaman padi menurut Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (2017) terdiri dari:
1. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens)
Telur wereng coklat berbentuk lonjong dan terletak secara berkelompok
dalam pangkal pelepah daun tanaman, pupulasi wereng yang tinggi biasanya
terletak di ujung pelepah daun dan pada tulang daun. Jumlah telur yang diletakan
ini beragam, tiap satu kelompok anatar 3-21 telur. Telur akan menetas antara 7-11
hari atau rata-rata 9 harian
Setelah menetas akan menjadi nimfa yang akan mengalami pergantian kulit
atau disebut instar, rata-rata nimfa berkisar 12,8 hari. Sebelum nimfa menjadi
wereng akan mengalami pergantian kulit sebanyak 5 kali, dengan lama pergantian
kulit yang berbeda. Warna nimfa ini adalah coklat krem dan akan berubah warna
menjadi keabuan, dengan panjang nimfa dewasa 2,1 mm dapat berkembang
menjadi dua tipe yaitu Makroptera (bersayap panjang) dan Brakhiptera (bersayap
kerdil).
Ketika sudah menjadi wereng, wereng dewasa memiliki panjang badan 2,6-
2,9 mm dengan warna kehitaman, bergerak dengan berjalan dan terbang. Wereng
coklat mempunyai siklus hidup dengan cepat sekitar 10-20 hari.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
19
Tanaman padi yang terserang hama ini akan menimbulkan gejala seperti
daun berwarna kuning dan, pangkal batang berwarna, kehitaman.Serangan berupa
spot-spot, Bila parah, tanaman, mengering seperti terbakarterjadi pada semua
fasepertumbuhan.
2. Penggerek Batang Padi Sundep – Beluk (Scirpophaga innotata)
Telur penggerek batang padi memiliki Jumlah telur 170-260
butir/kelompok dan diletakkan dipermukaan atas daun atau pelepah ditutupi
rambut halus, berwarna coklat kekuning-kuningan stadium telur 4-9 hari.Memiliki
Larva Mirip larva penggerek batang padi kuning dengan panjang maksimal 21
mm dan warna putih kekuningan stadium larva 19-31 hari (kalau mengalami
diapause dapat berlangsung 3 bulan)Stadium pupa 6-12 har. Imago/Ngengat
berwarna putih serta memiliki panjang betina 13 mm dan jantan 11 mm dan
tertarik pada cahaya.
Serangan hama ini di tandai dengan adanya Stadia vegetatif (Sundep)
ditandai kematian padaanakan muda, stadi generatif (Beluk) ditandai malai
tampakputih dan hampa.
Gambar 7. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (2017)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
20
3. Walang Sangit (Leptocorisa oratorius)
Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat dengan ukuran
panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antena yang
panjang. Perbandingan antara jantan dan betina 1:1, setelah menjadi imago
serangga ini baru dapat kawin. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari sedangkan
walang sangit dapat hidup selama rata-rata 80 hari (Ashikin dan Thamrin, 2008).
Hama ini merupakan perusak bulir pada fase pemasakan dengan cara
menyerang stadia pertumbuhan tanaman setelah keluar malai sampai matang susu.
Kerusakan dapat menyebabkan permukaan kulit biji padi sebagian menghitam,
beras berubah warna dan mengapur serta hampa. Adapun ambang ekonomi hama
ini yaitu lebih dari 1 ekor per 2 rumpun pada masa keluar malai dan seterusnya
Gambar 8. Penggerek Batang Padi Sundep – Beluk (Scirpophaga innotata) Sumber : Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan (2017)
Gambar 9. Walang Sangit (Leptocorisa oratorius) Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (2017)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
21
2.1.6. Peran Pengendalian Hayati dalam PHT
Pengendalian hama terpadu (PHT) adalah pengendalian hama yang
memiliki dasar ekologis dan menyadarkan diri pada faktor-faktor mortalitas alami
seperti musuh alami dan cuaca serta mencari teknik pengendalian yang
mendatangkan gangguan sekecil mungkin terhadap faktor-faktor tesebut. PHT
menggunakan pestisida hanya setelah adanya pemantauan populasi hama yang
sistemis dan pemantauan musuh alami menunjukan diperlukannya penggunaan
pestisida. Secara ideal program pengendalian hama terpadu, mempertimbangkan
semua kegiatan pengendalian hama yang ada. Dalam PHT musuh alami, cara-cara
bercocok tanam, varietas tanaman, agensia mikrobia, memanipulasi genetik,
senyawa kimia tertentu (seperti sex attraktan/penarik serangga kelamin tertentu)
dan pestisida menjadi faktor tergabung dalam proses pengendalian hama
(Sunarno, 2012).
Pengendalian hayati memegang peranan yang sangat penting karena
pengendalian ini sangat menentukan semua usaha teknik pengendalian yang lain
secara bersamaan ditujukan untuk mempertahankan dan memperkuat berfungsi
dari musuh alami sehingga populasi hama tetap berada dibawah ambang ekonomi
(Sunarno, 2012).
Prinsip dasar PHT bukan bertujuan atau cara pengendalian melainkan suatu
metode ilmiah untuk mengendalikan hama (OPT) agar secara ekonomis tidak
merugikan, dan untuk mempertahankan kelestarian lingkungan. Untuk mencapai
Sasaran atau tujuan dari PHT yaitu : Produktivitas pertanian mantap tinggi,
kesejahteraan petani meningkat, populasi hama atau kerusakan yang
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
22
ditimbulkannya secara ekonomis tidak merugikan, kualitas dan keseimbangan
lingkungan terpelihara (Sunarno, 2012).
Selain sasaran dan tujuan, yang tidak kalah penting adalah adanya Strategi
PHT. Strategi Pengendalian Hama Terpadu yaitu dengan cara : Memadukan
semua teknik atau metode pengendalian hama secara optimal baik secara ekologis
maupun secara ekonomis, pengendalian hama ( OPT ) lebih menekankan pada :
cara-cara nonkimiawi ( budidaya tanaman sehat dan pemanfaatan musuh alami)
(Sunarno, 2012).
Penggunaan pesticida selektif pada saat populasi hama mencapai ambang
ekonomi atau abang pengendali hama OPT Selain PHT ekologi ada juga teknologi
PHT dengan cara : Pengelolaan ekosistem dengan cara bercocok tanam,
penggunaan varietas yang tahan hama OPT, pengendalian secara fisik atau
mekanik, Pengendalian secara genetik (jantan mandul), penggunaan pestisida
secara selektif, penggunaan OPT dengan peraturan atau karantina (Sunarno,
2012).
Sunarno (2012), menyatakanbahwa pengendalian hayati adalahpengendalian
serangga hama dengan carabiologi, yaitu dengan memanfaatkanmusuh-musuh
alaminya (agen pengendalibiologi), seperti predator, parasit danpatogen.
Pengendalian hayati adalah suatuteknik pengelolaan hama dengan sengajadengan
memanfaatkan/memanipulasikanmusuh alami untuk kepentinganpengendalian,
biasanya pengendalian hayati akan dilakukan perbanyakan musuhalami yang
dilakukan dilaboratorium.Sedangkan Pengendalian alamimerupakan Proses
pengendalian yangberjalan sendiri tanpa campur tanganmanusia, tidak ada proses
perbanyakanmusuh alami.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
23
Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didifinisikan sebagai
pengaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alam hingga kepadatan
populasi organisme tersebut berada dibawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa
pengendalian Sunarno (2012).
Menurut Untung (2006) dalam Sunarno (2012). Prinsip pengaturan populasi
organisme oleh mekanisme saling berkaitan antar anggota suatu komonitas pada
jenjang tertentu juga terjadi didalam agroekosistem yang dirancang manusia.
Musuh alami sebagai bagian dari agroekosistem memiliki peranan menentukan
dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama. Sebagai faktor yang
bekerjanya tergantung dari kepadatan yang tidak lengkap (imperfectly density
dependent) dalam kisaran tertentu, populasi musuh alami dapat mempertahankan
populasi musuh alami tetap berada disekitar batas keseimbangan dan mekanisme
umpan balik negatif. Kisaran keseimbangan diluar plato homeostatik musuh alami
menjadi kurang efektif dalam mengembalikan populasi kearas keseimbangan.
Populasi hama dapat meningkat menjahui kisaran keseimbangan akibat
bekerjanya faktor yang bebas kepadatan populasi seperti cuaca dan akibat
tindakan manusia dalam mengelola lingkungan pertanian.
Pengendalian hayati memiliki keuntungan yaitu :
1) Aman artinya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan keracunan
pada manusia dan ternak,
2) tidak menyebabkan resistensi hama,
3) Musuh alami bekerja secara selektif terhadap inangnya atau mangsanya, dan
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
24
4) Bersifat permanen untuk jangka waktu panjang lebih murah, apabila
keadaan lingkungan telah setabil atau telah terjadi keseimbangan antara
hama dan musuh alaminya.
Selain keuntungan pengendalian hayati juga terdapat kelemahan atau
kekurangan seperti : (1). Hasilnya sulit diramalkan dalam waktu yang singkat, (2).
Diperlukan biaya yang cukup besar pada tahap awal baik untuk penelitian maupun
untuk pengadaan sarana dan prasarana, (3). Dalam hal pembiakan di laboratorium
kadang-kadang menghadapi kendala karena musuh alami menghendaki kondisi
lingkungan yang kusus dan (4). Teknik aplikasi dilapangan belum banyak
dikuasai.
a. Strategi Pengendalian Hayati
Teknik pengendalian hayati dengan menggunakan parasitoid dan predator
yang dilakukan sampai saat ini dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu,
Konservasi, Introduksi, dan Augmentasi . Meskipun ketiga teknik pengendalian
hayati tersebut berbeda tetapi dalam pelaksanaanya sering digunaka secara
bersama (Sunarno, 2012).
a) Konservasi
Menurut Sunarno (2012) musuh alami mempunyai andilyang sangat besar
dalam pembangunanpertanian berwawasan lingkungan karenadaya kendali
terhadap hama cukup tinggidan tidak menimbulkan dampak negatifterhadap
lingkungan. Agar upaya ini dapatberlangsung dan berkesinambungan secaraterus-
menerus musuh alami perlu dijagakelestariaanya. Melindungi dan mempertinggi
populasi musuh alami yang dapat digunakan sebagai pengendali hama yang ada
dialam baik sebagai parasitoid, predator maupun patogen.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
25
Tujuannya adalah menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengganggu
kelestarian populasi musuh alami misalnya dengan memakai sistem tanam yang
lebih beraneka ragam, menanam dan melestarikan tanaman berbunga sebagai
makanan dari musuh alami, menekan pemakaian pestisida yang berlebihan,
melestarikan tanaman liar yang mendukung inang alternatif parasitoid atau
mangsa alternatif predator.
Pelepasan musuh alami sebaiknya dilakukan saat kondisi lingkungan
mendukung aktifitasnya, misalnya pagi atau sore hari, sehingga saat kondisinya
lingkungan kurang mendukung misal cuaca panas, musuh alami telah
mempersiapkan diri untuk mengantisipasi. Selain itu pelepasan dilakukan saat
populasi hama mulai meningkat meninggalkan batas keseimbangan alami.
b) Introduksi
Menambah atau memasukan populasi musuh alami yang digunakan dalam
jumlah banyak (perbanyakan dilaboratorium) untuk pengendali baik sebagai
parasitoid, predator maupun patogen. Teknik introduksi atau importasi musuh
alami seringkali disebut sebagai praktek klasik pengendalian hayati. Hal
inidisebabkan karena sejak diketahui sebagian besar usaha pengendalian hayati
menggunakan teknik introduksi.
Keberhasilan teknik introduksi misalnya pada : introduksi kumbang
Vedalia, Rodolia carnidalis dari benua Australia yang menyerang perkebunan
jeruk dikalifornia untuk mengendalikan hama kutu perisai Icerya purchasi.
Keberhasilan ini kemudian dicobakan pada hama-hama lain dan banyak juga yang
berhasil baik secara lengkap, subtansial maupun parsial.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
26
Menurut Untung (2006) dalam Sunarno (2012) ada beberapa langkah klasik
yang dapat ditempuh untuk melakukan introduksi musuh alami pada suatu tempat.
Langkah-langkah dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
1. Penjelajahan atau Ekplorasi di negeri asal
2. Pengiriman parasitoid dan predator dari negeri asal
3. Karantina parasitoid dan predator yang diimpor di dalam negeri
4. Perbanyakan parasitoid dan predator di laboratorium
5. Pelepasan dan pemapanan parasitoid dan predator yang diimpor
6. Evaluasi efektivitas pengendali hayati
c) Augmentasi
Teknik Augmentasi adalah upayapeningkatan jumlah dan pengaruh
musuhalami yang sebelunya telah berfungsi diekosistem tersebut, baik dengan
carapelepasan sejumlah tambahan barumaupun dengan cara
memodifikasiekosistem sedemikian rupa sehingga jumlah dan kemampuan musuh
alamidapat ditingkatkan. Pelepasan secaraaugmentasi ini akan berhasil
biladilakukan secara periodik. Ada 3 cara pelepasan pereodik adalah sebagai
berikut:
1) Pelepasan Inokulatif
Pelepasan musuh alami dilakukansatu kali dalam satu musim atau dalamsatu
tahun dengan tujuan musuh alamidapat mengadakan kolonisasi danmenyebarluas
secara alami sehingga dapatmenjaga keseimbangan (Sunarno, 2012).
2) Pelepasan Suplemen
Pelepasan dilakukan setelahkegiatan sampling diketahui populasihama
mulai meninggalkan populasi musuhalaminya. Tujuannya adalah untukmembantu
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
27
musuh alami yang sudah adaagar kembali berfungsi dan dapatmengendalikan
populasi hama (Sunarno, 2012).
3) Pelepasan Inundatif atau PelepasanMassal
Pelepasan ini diharapkan agarindividu-individu musuh alami yangdilepas
secara sekaligus dapat menurunkanpopulasi hama secara cepat terutamasetelah
ratusan ribu atau jutaan individuparasitoid atau predator dilepaskan. Ada 2cara
Augmentasi : Pelepasan inundatifparasitoid sering disebut penggunaanInsektisida
biologi karena musuh alamidiharapkan dapat bekerja secepatinsektisida kimia
dalam penurunanpopulasi hama, memanipulasi ataumemodifikasi ekosistem :
Sehinggaekosistem tersebut lebih mendorongpeningkatan populasi dan efektifitas
sertaefisiensi musuh alami (Sunarno, 2012).
2.1.7. Penggolongan Agens Hayati
Agens Hayati adalah setiap organisme yang meliputi spesies, sub spesies,
atau varietas dari semua jenis serangga, nematode, protozoa, cendawan, bakteri,
virus, mikoplasma, serta organisme lain yang dalam semua tahap
perkembangannya dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian OPT dalam
proses produksi, pengolahan hasil pertanian dan berbagai keperluan lainnya
(Permentan no 411 tahun 1995).
Pengertian agens hayati menurut FAO yang dikutip oleh Khairdin (2012)
adalah mikroorganisme, baik yang terjadi secara alami seperti bakteri, cendawan,
virus dan protozoa, maupun hasil rekayasa genetik (genetically modified
microorganisms) yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT). Pengertian ini kemudian dilengkapi dengan definisi menurut
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
28
FAO (1997), yaitu organisme yang dapat berkembang biak sendiri seperti
parasitoid, predator, parasit, artropoda pemakan tumbuhan dan patogen.
Penggolongan agens hayati meliputi :
1. Predator
Predator adalah binatang yang memakan hama/ OPT untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Berikut adalah contoh musuh alami dari golongan predator :
1. Paedorus sp. atau dikenal dengan nama Tom-ket , merupakan predator dari
hama kutu-kutuan, wereng, dan Myzus sp.
2. Laba-laba sebagai pemangsa belalang dan hama tanaman yang lainnya seperti
walang sangit dll.
3. Belalang sembah merupakan predator yang pemangsa belalang dan hama
tanaman yang lainnya seperti walang sangit, ulat, dan imago dari penggerek
dll.
4. Burung hantu Tyto alba adalah musuh alami dari tikus, sangat efektif
mengendalikan populasi tikus.
2. Parasitoid
Serangga Parasitoid adalah serangga yang memarasit atau hidup dan
berkembang dengan menumpang pada serangga lain (inang). Berdasarkan
inangnya, parasitoid dibagi dalam 3 golongan yaitu: Parasitoid Telur, Parasitoid
Larva, dan Parasitoid Imago.
Jenis-jenis parasitoid yaitu Parasitoid idiobion adalah parasit yang
mencegah pertumbuhan inang setelah parasitisasi awal, dan khususnya ini
melibatkan tahapan hidup inang yang tak bergerak (mis, telur atau kepompong),
dan hampir tanpa pengecualian mereka tinggal di luar inang. Parasitoid koinobion
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
29
memugkinkan inang terus berkembang dan sering tak membunuh atau mengambil
makanan dari inang hingga menjadi kepompong ataupun dewasa; yang kemudian
khasnya melibatkan hidup dalam inang bergerak. Tak umum bagi parasitoid
sendiri bertindak sebagai inang untuk anak parasitoid lainnya. Yang terakhir ini
umum disebut sebagai hiperparasit namun istilah ini agak membingungkan,
karena inang dan parasitoid primer dibunuh. Istilah yang lebih baik adalah
parasitoid sekunder, atau hiperparasitoid; yang sebagian besar diketahui termasuk
ordo Hymenoptera.
3. Patogen Serangga
Patogen Serangga adalah jasad renik (mikroorganisme) yang menyebabkan
infeksi dan menimbulkan penyakit pada serangga hama. Patogen serangga ada 3
yaitu jamur entomopatogen, bakteri entomopatogen dan virus. Jamur
entomopatogen adalah jamur yang dapat hidup dan berkembang biak di dalam
tubuh serangga. Cara kerja jamur ini sangat khas, spora yang awalnya menempel
di tubuh serangga akan mengeluarkan semacam kecambah yang akan menembus
dinding sel tubuh serangga, biasanya ini terjadi pada bagian tubuh seragga yang
lunak seperti ruas-ruas tubuh serangga. Kemampuan ini dikarenakan jamur dapat
memproduksi semacam enzim kitinase yang dapat melunakkan jaringan keras
pada tubuh serangga. Kecambah yang sudah masuk akhirnya akan tumbuh dan
berkembang secara pesat di dalam tubuh inangnya.
Serangga yang terserang patogen akan turun aktifitasnya, tidak mau makan,
tidak mau bergerak, lalu akhirnya mati. Searangga yang mati akan mengeluarkan
benda semacam kapas berwarna putih, coklat, ataupun kehijauan tergantung jenis
jamur yang menginfeksinya.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
30
Salah satu contoh jamur entomopatogen adalah Jamur Beauveria Basssiana.
Beauveria bassiana secara alami terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit.
Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti
kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan serangga, adanya
pestisida sintetis, dan waktu aplikasi. Proses ini memakan waktu 3-5 hari sampai
akhirnya serangga mati, bangkai yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai sumber
spora untuk penyebaran sekunder jamur. Serangga juga dapat menyebarkan jamur
melalui perkawinan.
Berdasarkan penelitian, penggunaan jamur Beauveria Bassiana untuk
mengendalikan hama sangat efektif, terbukti dari hasil uji laboratorium mampu
mematikan hama sampai 85%, disamping itu penggunaan agens hayati sudah
dilakukan diberbagai belahan Negara di dunia.
Selain dari golongan jamur seperti diuraikan di atas, ada golongan bakteri
yang juga menginfeksi serangga hama, salah satunya adalah Serratia marcescens
atau dikenal juga dengan naman bakteri merah.Bakteri sangat efektif untuk
mengendalikan hama ulat, belalang, dan serangga penggit pengunyah lainnya.
Namun bakteri ini kurang efektif terhadap serangga dengan tipe mulut pencucuk
penghisap. Cara kerja bakteri ini adalah menyerupai racun lambung, yaitu massa
bakteri harus tertelan oleh serangga, setelah itu infeksi akan dimulai dari daerah
pencernaan serangga.
4. Agens Antagonis
Agen antagonis adalah jasad renik yang mengintervensi aktvitas pathogen
penyebab penyakit tumbuhan baik fase parasitic maupun saprofitiknya.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
31
Beberapa alasan kenapa jamur tersebut bisa menjadi pilihan sebagai
pengendali hayati yaitu: mempunyai kapasitas reproduksi yang tergolong tinggi,
mempunyai siklus hidup yang pendek, dapat membentuk spora yang mampu
bertahan lama di alam bahkan dalam kondisi ekstrim, relatif aman digunakan,
mudah diproduksi, cocok dengan berbagai insektisida, dan kemungkinan
menimbulkan resistensi hama sangat kecil.
Salah satu jamur antagonis adalah Gliocladium sp, Trichoderma sp. yang
digunakan untuk mengendalikan penyakit layu baik Fusarium (jamur) atau
Xanthomonas sp dan Pseudomonas sp. (bakteri) dan bisa mengendalikan penyakit
akar gada pada kubis dan akar putih pada tanaman perkebunan (kakao, karet,
sawit, sengon, kopi, teh dan kina).
2.1.8. Sejarah Pengendalian
Sejarah pengendalian hayati sebenarnya telah dimulai jauh
sebelum pengendalian hayati didefinisikan pengertiannya. Masyarakat Mesir
pada 2.000 SM telah memelihara kucing untuk mengendalikan tikus yang
menyerang hasil panen mereka.Usaha pengendalian hayati pertama yang tercatat
adalah pada tahun 900 dimana petani jenruk china menempatkan semut angkrang
untuk melindungi pohon jeruk mereka dari serangan serangga. Mereka juga
memasang bambu diantara pohon jeruk sehingga semut tersebut dapat berpindah
pindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya.karean semut dapat hidup berkolini
sehingga semut dapat mengendalikan serangga sebagai hama tanamn jeruk di
china(Sulhan, 2015).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
32
Sedangkan di Indonesia dilakukan sejak Pemerintahan Belanda pada dekade
kedua sampai kelima abad XX. Dua orang indonesia yang sering disebut dalam
upaya pengendalian hayati adalah Awibowo dan Tjoa Tjien Mo, karena keduanya
mempunyai perhatian yang sangat besar dalam pemanfaatan musuh alami atau
agens pengendalian hayati (Kalshoven, 1950dalam Sulhan, 2015).
Pengendalian hayati mengalami hambatan akibat penemuan pestisida kimia,
yang dimulai dari penemuan DDT sebagai hasil samping pengolahan minyak
bumi. Bahkan pengendalian hayati hampir dilupakan ketika produksi pestisida
kimia sudah mencapai ribuan merk dagang di seluruh dunia, sampai terjadinya
sindroma pestisida dan malapetaka akibat penggunaan pestisida kimia yang tidak
bijaksana di berbagai negeri(Sulhan, 2015).
Di Indonesia Pengendalian Hayati juga diperhatikan kembali setelah PHT
memasuki bidang pendidikan. Peningkatan penggunaan parasitoid telur
ulat Chelonus sp. Untuk mengendalikan penggerek seludang kelapa sejak tahun
1968 di NTT merupakan awal penerapan kembali upaya peneraapan pengendalian
hayati. Kegiatan itu mendorong didirikannya Laboratorium Pengendalaian Hayati
di Fakultas Pertanian UGM pada tahun 1972. Kemudian di BIOTROP Bogor
sejak tahun 1975; Pengendalian hayati juga dijadikan salah satu materi dalam
kursus dan latihan tentang gulma untuk kawasan Asia Tenggara. Kegiatan itu
bahkan ditindaklanjuti dengan introduksi kumbang moncong Neochetina
eichhorniaiWarner untuk mengendalikan enceng gondok (Sulhan, 2015).
Inpres 3 Th. 1986 membuktikan kebenaran konsep PH, juga meyakinkan
berbagai pihak bahwa konservasi musuh alami, sebagai salah satu teknik
Pengendalian Hayati dalam pengendalian wereng coklat sangat penting. Intruksi
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
33
presiden tersebut bahkan berdampak positip terhadap aspek sosial ekonomi, antara
lain berkurangnya jumlah pestisida kimia yang digunakan secara drastis dari
17.000 ton Tahun 1986 menjadi 3.000 ton Tahun 1989. Pengurangan jumlah
pestisida kimia yang digunakan disusul dengan penghapusan subsidi pestisida,
telah menghemat anggaran belanja negara 200 milyar per tahun (Oka,
1990dalamSulhan, 2015).
2.1.9. Predator
Predator merupakan golongan makhluk hidup yang paling penting sebagai
pengendali kehidupan organisme pada tanaman padi, tiap predator akan memakan
banyak mangsa sepanjang hidupnya. Predator mempunyai bentuk yang sangat
mudah dilihat kendatipun kerap kali/ada beberapa yang masih sulit dibedakan
dengan hama yang banyak terdapat di sekitar tanaman padi (Shepard dkk. 2011).
Ada beberapa ciri-ciri predator menurut Sunarno (2012) :
1. Predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya
(telur, larva, nimfa, pupa dan imago).
2. Predator membunuh dengan cara memakan atau menghisap mangsanya
dengan cepat.
3. Seekor predator memerlukan dan memakan banyak mangsa selama
hidupnya
4. Predator membunuh mangsanya untuk dirinya sendiri
5. Kebanyakan predator bersifat karnifor
6. Predator memiliki ukuran tubuh lebihbesar dari pada mangsanya
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
34
7. Dari segi perilaku makannya, ada yangmengunyak semua bagian
tubuhmangsanya, ada menusuk mangsanyadengan mulutnya yang
berbentukseperti jarum dan menghisap cairanyatubuh mangsanya.
8. Metamorfosis predator ada yangholometabola dan hemimetabola
9. Predator ada yang monofag, oligofagdan polifag.
Menurut Sunarno (2012) , hampir semua ordo serangga memiliki jenis yang
menjadi predator, tetapi selama ini ada beberapa ordo yang anggotanya
merupakan predator yang digunakan dalam pengendalian hayati. Ordo-ordo
tersebut adalah :
1. Coleoptera, misalnya Colpodes rupitarsis dan C. saphyrinus (familiCarabidae)
sebagai predator ulatpenggulung daun Palagium sp. Harmonia octamaculata
(Famili Coccniellidae) sebagai predator kutu Jassidae dan Aphididae.
2. Orthoptera, misalnya Conocephalus longipennis (famili Tetigonidae)sebagai
predator dari telur dan larvapengerek batang padi dan walangsangit.
3. Diptera, misalkan Philodicus javanicus dan Ommatius conopsoides (famili
Asilidae) sebagai predator serangga lain. Syrphus serrarius (famili Syrphidae)
sebagai predator berbagai jenis aphids.
4. Ordonata, misalnya Agriocnemis femina femina dan Agriocnemis pygmaea
(famili Coecnagrionidae) sebagai predator wereng coklat dan ngengat hama
putih palsu. Anax junius (famili Aeshnidae) sebagai predator dari beberapa
jenis ngengat.
5. Hemiptera, misalnya Cyrtorhinus lividipenis (famili Miridae) sebagai predator
telur dan nimfa wereng coklat dan wereng hijau.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
35
6. Neuroptera, misalnya Chrysopa sp. (famili Chrysopidae) sebagai predator
berbagai hama Apids sp.
7. Hyminoptera, misalnya Oecophylla smaragdina (famili Formasidae)
sebagai predator hama tanman jeruk.
Adapun beberapa Predator hama tanaman padi adalah sebagai berikut :
1. Kumbang Kubah (Micrapis sp)
Spesies-spesies dari famili coccinelidae ini adalah predator dari Homoptera
dan telur serangga lain. Famili Coccinelidae ini mempunyai 400 lebih spesies
yang tersebar di seluruh dunia.Coccinelidae merupakan salah satu famili
Coleoptera yang spesiesnya banyak digunakan dalam program pengendalian
hayati.Imago berwarna warni dan mempunyai segmen tarsus yang berbeda.Tarsus
mempunyai 4 segmen, tetapi segmen ke-3 seringkali sulit dilihat dan segmen ke-2
sangat luas.Betina meletakkan telur yang berwarna kuning pada daun tanaman
yang diinfestasi oleh Aphid. Stadia larva dari famili ini tidak mudah dikenali
seperti stadia imago, tetapi juga bersifat pedator pada serangga hama (Habazar
dan Yaherwandi, 2006 dalam Damayanthi Erin, 2016).
Kumbang kubahadalah satu anggota jenis kumbang yang mempunyai
bentuk seperti kubah dan berwarna cerah kemerahan. Kumbang kubah ini aktif
sepanjang hari di setengah bagian atau tajuk daun padi pada habitat kering
maupun padi basah. Baik kumbang dewasa maupun larvanya yang berwarna gelap
memakan wereng batang yang kecil, memangsa baik pada larva kecil maupun
telur yang tersembul. M. Crocea dewasa berwarna kuning dan berbagai bercak di
kepala (Shepard dkk. 2011).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
36
Menochilus sexmaculatus adalah kumbang predator yang mempunyai
bercak hitam. Kumbang predator ini membutuhkan waktu 1-2 minggu untuk
berkembang dari telur menjadi dewasa dan menghasilkan 150-200 turunan dalam
6-10 minggu. Larva kumbang ini lebih rakus daripada yang dewasa dengan
memakan 5-10 mangsa (telur, nimfa, larva, dewasa) tiap hari.
2. Kumbang Tanah (Ophionea nigrofasciata)
Kumbang tanah adalah serangga yang berbadan keras dan aktif. Baik larva
yang berwarna kehitaman dan kumbang dewasa yang berwarna coklat-kemerahan,
aktif mencari larva penggulung daun di tajuk daun padi. Ophionea nigrofasciata
dapat ditemukan didalam rongga lipatan daun yang dibuat oleh larva penggulung
daun. Larva pemangsa menjadi kepompong didalam tanah pematang sawah atau
di lahan yang kering. Tiap predator dengan rakus memakan 3-5 larva perhari,
hanya tudung kepalanya yang di tinggalkan. Yang dewasa juga memangsa wereng
batang (Shepard dkk. 2011).
Gambar 10. Kumbang Kubah (Micrapis sp)
Sumber : Shepard dkk, 2011
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
37
3. Jengkerik(Anaxipha longipennis)
Jengkerik berekor pedang terdapat pada habitat basah maupun kering.
Jengkerik ini, bila di ganggu akan meloncat dari satu tanaman ke tanaman lain.
Nimfa yang lebih tua mempunyai bantalan sayap, Anaxipha longipennis dewasa
dan nimfa berwarna coklat dan pemangsa telur (Shepard dkk. 2011).
Siklus hidup dari telur hingga dewasa memerlukan 60-80 hari dan satu
induk akan menghasilkan 40-80 serangga muda. Jengkerik dewasa dan nimfa
merupakan predator telur tetapi juga memakan larva kecil dan wereng. Mereka
memangsa telur penggerek batang bergaris, penggerek batang berkepala gelap,
penggulung daun, ulat grayak, lalat daun, nimfa wereng batang dan wereng daun
(Shepard dkk. 2011).
Gambar 11. Kumbang Tanah (Ophionea nigrofasciata)
Sumber : Shepard dkk, 2011
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
38
3. Belalang (Conocephalus longipennis)
Belalang ini hidup di rerumputan merupakan serangga berukuran besar
dengan muka posisi miring. Perbedaan nya dengan belalang biasa adalah antena
nya yang panjang, yaitu lebih daru duakali panjang badannya. Belalang dewasa
sangat aktif dan siap terbang apabila terganggu. Belalang ini aktif pada malam
hari, umumnya banyak terdapat di pertanaman padi yang sudah siap panen. Nimfa
belalang ini berwarna hijau dapat dibedakan dengan belalang dewasa yang
berwarna hijau dan kuning yaitu tanpa adanya sayap dan ovipositornya
menyerupai pedang. Belalang dewasa hisup selama 3-4 bulan (Shepard dkk.
2011).
Conocephalus longipennis mempunyai kebiasaan makan ganda. Disatu
pihak belalang tersebut makan daun dan malai padi dilain pihak juga memangsa
telur penggerek batang serta nimfa wereng batang dan wereng daun. Satu predator
dapat mengkonsumsi 3-4 kelompok telur penggerek batang padi kuning dalam
satu harinya (Shepard dkk. 2011).
Gambar 12. Jengkerik (Anaxipha longipennis) Sumber : Shepard dkk, 2011
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
39
4. Cocopet (Euborellia stali)
Tubuh cocopet berwarna hitam kecoklatan, 11-17 cm, antena beruas 12-15
buah. Mempunyai sayap tetapi jarang terbang, Jenis jantan mempunyai forcep
yang lebih kasar dan lebih nampak kuat, forcep membuka atau ujungnya sedikit
bersentuhan, jenis betina mempunyai forcep yang lebih ramping dan umumnya,
keduanya saling bersilang (Borror, 1996 dalam Hasan, E., dkk. 2014)
Habitatnya di perkebunan sayur dan tanaman palawija, terutama di tempat-
tempat yang lembab. Aktif pada malam hari (Nokturnal), siang hari bersembunyi
di antara dedaunan. Umumnya sebagai predator, jarang yang herbivor (menyerang
tanaman). Pada saat menangkap mangsa, bagian kaki abdomen dan forcep yang
telah menjepit mangsa sering dilengkungkan kearah mulut (Borror, 1996 dalam
Hasan, E., dkk. 2014).
Cocopet mempunyai sepasang penjepit yang menyerupai tang yang
fungsinya lebih banyak digunakan untuk pertahanan dari pada untuk menangkap
Gambar 13. Belalang (Conocephalus longipennis)
Sumber : Shepard dkk, 2011
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
40
mangsanya. Euborellia berwarna agak kehitaman dengan pita putih di antara ruas
perut dan satu bercak putih pada ujung masing-masing antena. Mereka biasanya
terdapat pada habitat lahan kering dan bersarang dalam tanah pada pangkal padi
(Shepard dkk. 2011).
Cara terbaik untuk mendapatkan Cocopet dengan cara menggali tanah.
Induk menunjukkan sifat keibuan yaitu dengan menjaga telur dan dapat
menghasilkan telur 200-350 tiap peletakan. Yang dewasa dapat hidup sampai 3-5
bulan dan sangat aktif pada malam hari. Larva Cecopet menggerek ke dalam
batang membuat saluran untuk mencari larva. Kadang-kadang mereka memanjat
daun untuk memangsa larva penggulung daun. Mereka dapat mengkonsumsi 20-
30 mangsa tiap hari (Shepard dkk. 2011).
2.2. Tumpang Sari Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) dengan Tanaman
Pangan
Tanaman karet (Hevea brasilensis) berasal dari negara Brazil. Tanaman ini
merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman
karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti : Amerika
Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga
menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman
Gambar 14. Cocopet (Euborellia stali) Sumber : Shepard dkk, 2011
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
41
Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaat
lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak
dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan
satusatunyatanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Budiman, 2012).
Tanaman karet pertama kali diperkenalkan di Indonesia tahun 1864
padamasa penjajahan Belanda, yaitu di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman
koleksi. Selanjutnya dilakukan pengembangan karet ke beberapa daerah sebagai
tanamanperkebunan komersil. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai
tempat ujicoba penanaman karet adalah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat.
Jenis yangpertama kali diuji cobakan di kedua daerah tersebut adalah species
Ficus elasticaatau karet rembung. Jenis karet Hevea brasiliensis baru ditanam di
Sumaterabagian Timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906 (Tim
PenebarSwadaya, 2008).
Menurut Deptan (2010) luas areal perkebunan di Indonesia, khususnya
karet, mencapai 3,3 juta ha, di mana 3% - 4% dari luasan tersebut berada pada
masa TBM yang berumur 1-3 tahun yang berpotensi untuk digunakan sebagai
areal perluasan tanaman pangan. Menurut Fikriati et al. (2009) lahan perkebunan
tersebut dapat dimanfaatkan secara intensif untuk usaha tani lainnya. Apabila
penanaman pangan secara intercropping dengan memanfaatkan lahan di bawah
tegakan tanaman perkebunan tersebut, khususnya karet, dilakukan maka
diharapkan produktivitas pangan dalam negeri akan meningkat. Tanaman sela di
antara karet tidak mengganggu pertumbuhan lilit batang karet, bahkan pada
banyak penelitian pertumbuhan lilit batang karet lebih baik pada sistem tanaman
sela dibandingkan dengan penggunaan kacangan penutup tanah (Sahuri, 2017).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
42
Pemeliharaan dan perawatan tanaman karet belum menghasilkan sangat
berpengaruh terhadap produksi lateks tanaman. Pemberian pupuk untuk
mensuplai kebutuhan hara tanaman, pemanfaatan lahan melalui penanaman
tanaman sela juga merupakan hal yang sangat penting (Anwar, 2001). Penanaman
tanaman yang berumur pendek di sela-sela tanaman berumur panjang, bertujuan
menekan pertumbuhan gulma dengan cara menutupi areal yang biasa ditumbuhi
gulma (Sahuri, 2017).
Keuntungan dari penanaman tanaman pangan sebagai tanaman sela karet
menurut Sahuri (2017) yaitu :
1. Tanaman sela dapat berfungsi sebagai tanaman penutup tanah, sehingga
berfungsi untuk konservasi lahan karet.
2. Efisiensi biaya usahatani dan tenaga kerja, karena biaya usahatani
pemeliharaan tanaman karet dapat dilakukan bersama-sama dengan
pemeliharaan tanaman sela.
3. Meningkatkan pendapatan petani.
4. Petani dapat menyediakan kebutuhan pangan keluarganya secara swadaya,
sehingga dapat menghemat kebutuhan pangan di daerah.
Pola tanaman pangan sebagai tanaman sela karet seperti tumpang sari
jagung + padi dan tumpang gilir padi gogo – kedelai dapat diusahakan sebagai
tanaman sela karet yang menggunakan jarak tanam 6 m x 3 m atau 7 m x 3 m
sampai dengan tanaman karet berumur dua atau tiga tahun (Rosyid et al., 2012).
Di negara - negara lain juga seperti di India, Srilangka, Vietnam, Laos, Cina dan
Pilipina menunjukkan bahwa menanam tanaman pangan dan palawija sebagai
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
43
tanaman sela karet hanya dapat ditanam sampai dengan tanaman karet berumur
dua atau tiga tahun (Sahuri, 2017).
2.3. Keanekaragaman Hayati
Pangan manusia tergantung pada keanekaragam hayati. Dalam perjalanan
sejarahnnya, mausia memilah dan memilih keanekaragaman hayati yang
jumlahnya ribuan yang dapat dimakan namun hanya sebagian yang dibudidayakan
(Azhar dan Susilastuti Darwati, 2017). Salah satu tanaman sumber karbohidrat
adalah padi, selain jagung, gandum, sorghum dan lainnya.
Keanekaragaman hayati pertanian adalah meliputi keanekaragaman genetik
tanaman budidaya dan ternak, dan nenek moyangnya, serta semua jenis liar yang
berkerabat dekat, yang tumbuh dan berevolusi bersama dalam keadaan alami.
Jenisjenis tumbuhan dan hewan yang dipanen dari kawasan bukan budidayajuga
termasuk dalam keanekaragaman hayati pertanian (Azhar dan Susilastuti Darwati,
2017). Defini tersebut terus berkembang sesuai dengan berkembangnya konsep
keanekaragaman hayati sampai dengan sekarang yang menunjuk pada keragaman
dimensi pertanian pada tingkat genetik, jenis dan ekosistem (Azhar dan Susilastuti
Darwati, 2017).
Keanekaragaman hayati pertanian, demikian juga keanekaragaman hayati
secara umum dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu (1). Keanekaragaman
genetik atau gen (genetic diversity);adalah keanekaragaman individu dalam satu
jenis makhluk hidup, di tandai dengan perubahan fisik suatu makhluk hidupyang
tidak terlalu dominan. (2). Keanekaragaman spesies (speciesdiversity); Variasi
yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis (antar spesies) genusnya atau
marganya berbeda. Keaneraragaman organisme hidup di bumi diperkirakan
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
44
berjumlah 5 - 50 juta, hanya 1,4 juta yang baru dipelajari. (3). Keanekaragaman
ekosistem (ecosystem diversity); Keanekaragaman habitat, komunitas biotikdan
proses ekologi di biosfer atau dunia laut dan dapat mempengaruhi sistem
kehidupan di dalamnya (Leveque and Mounolou, 2003 dalam Azhar H, M dan
Susilastuti Darwati, 2017).
Keanekaragaman hayati padi, dengan demikian pula dapat dikelompokkan
ke dalam keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman
ekosistem. Tujuan utama dengan diketahuinya keanekaragaman hayati adalah
untuk melestanikan keanekaragaman hayati, memanfaatkan sumber daya genetik
secara berkelanjutan. Sumber daya genetik adalah benda atau barang yang
merupakan unit atau komponen keanekaragaman hayati. Benda atau barang inilah
yang dimanfaatkan secara langsung. Dengan demikian bahwa bahwa makin besar
keanekaragaman hayati, makin banyak pula sumber daya genetik, dan makin
besar pula peluang pemanfaatannya, karena makin banyak pilihan produk
yang dapat dimanfaatkan.
2.3.1. Keanekaragaman Hayati Dan Pengelolaan Serangga Hama Dalam
Agroekosistem
Ekosistem pertanian (agroekosistem) memegang faktor kunci
dalampemenuhan kebutuhan pangan suatu bangsa. Keanekaragaman
hayati(biodiversiy) yang merupakan semua jenis tanaman, hewan,
danmikroorganisme yang ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem sangat
menentukan tingkat produktivitas pertanian. Namun demikian dalam
kenyataannya pertanian merupakan penyederhanaan dari keanekaragamanhayati
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
45
secara alami menjadi tanaman monokultur dalam bentuk yang ekstrim. Hasil akhir
pertanian adalah produksi ekosistem buatan yangmemerlukan perlakuan oleh
pelaku pertanian secara konstan. Berbagai hasilpenelitian menunjukkan bahwa
perlakuan berupa masukan agrokimia(terutama pestisida dan pupuk) telah
menimbulkan dampak lingkungan dansosial yang tidak dikehendaki (Tobing,
2009).
Jasa-jasa ekologis yang diemban oleh keanekaragaman hayati
pertanian,diantaranya jasa penyerbukan, jasa penguraian, dan jasa
pengendalihayati (predator, parasitoid, dan patogen) untuk mengendalikan
hama,sangatlah penting bagi pertanian berkelanjutan. Dengan adanya
kemajuanpertanian modern, prinsip ekologi telah diabaikan
secaraberkesinambungan, akibatnya agroekosistem menjadi tidak
stabil.Perusakan-perusakan tersebut menimbulkan munculnya hama
secaraberulang dalam sistem pertanian, salinisasi, erosi tanah, pencemaran
air,timbulnya penyakit dan sebagainya (Van Emden & Dabrowski, 1997dalam
Tobing, 2009).
Memburuknya masalah hama ini sangat berhubungan dengan
perluasanmonokultur dengan mengorbankan keragaman tanaman, yang
merupakankomponen bentang alam (landscape) yang penting dalam
menyediakansarana ekologi untuk perlindungan tanaman dan serangga-
seranggaberguna. Salah satu masalah penting dari sistem pertanian homogen
adalahmenurunnya ketahanan tanaman terhadap serangga hama,
terutamadisebabkan oleh penggunaan pestisida yang tidak bijaksana (Altieri
&Nicholls, 2004dalam Tobing, 2009).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
46
2.3.2. Keanekaragaman Hayati Alami dalam Agroekosistem
Keanekaragaman dalam agroekosistem dapat berupa variasi dari
tanaman,gulma, anthropoda, dan mikroorganisme yang terlibat beserta faktor-
faktorlokasi geografi, iklim, edafik, manusia dan sosioekonomi. Menurut
Southwood & Way (1970) dalam Tobing (2009), tingkat keanekaragaman hayati
dalamagroekosistem bergantung pada 4 ciri utama, yaitu:
- Keragaman tanaman di dalam dan sekitar agroekosistem
- Keragaman tanaman yang sifatnya permanen di dalam agroekosistem
- Kekuatan atau keutuhan manajemen
- Perluasan agroekosistem terisolasi dari tanaman alami
Komponen keanekaragaman hayati dalam agroekosistem
dapatdikelompokkan berdasarkan hubungan peranan, fungsi, dan
sistempertanaman (Tobing, 2009) yang terdiri dari:
- Biota produktif: tanaman, pepohonan, hewan atau ternak yang dipilih oleh
petani, memiliki peranan penting dalam keanekaragaman hayatidan
kekompleksan agroekosistem
- Sumber-sumber biota: makhluk hidup yang memiliki kontribusi
terhadappenyerbukan, pengendalian hayati, dekomposisi, dan lain-lain.
- Biota perusak: gulma, serangga hama, mikroba patogen dan lain-lain,yang
dikendalikan oleh petani melalui manajemen budidaya.
2.3.3.Perencanaan Agroekosistem Menuju Pertanian Berkelanjutan
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenali akarpermasalahan
dari ketidakstabilan atau kerusakan agroekosistem yaitupenggunaan pestisida dan
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
47
pemupukan yang berlebihan, kadar bahanorganik tanah yang rendah, aktivitas
biologi tanah yang rendahmonokultur, rendahnya keanekaragaman hayati,
keseragaman genetik, dankelembaban yang tidak seimbang. Langkah kedua
adalah meningkatkanpraktek manajemen untuk mengoptimalkan kesehatan dan
ketahananagroekosistem dengan menyediakan sarana ekologis. Mekanisme
yangdibutuhkan untuk meningkatkan ketahanan agroekosistem dapat
dilakukandengan cara meningkatkan: jenis tanaman dan keragaman genetik,
fungsikeanekaragaman musuh alami dan antagonis, bahan organik tanah
danaktivitas biologi, penutup tanah (cover crop), dan menghilangkan input
beracun. Seluruh perlakuan ini akan menghasilkan peningkatan fungsi
keanekaragaman hayati baik di dalam maupun di atas tanah, yang berperan
penting dalam memulihkan kapasitas sistim produksi (Tobing, 2009).
Strategi penting dalam ketahanan pertanian agar dapat berkelanjutan adalah
mengembalikan keragaman melalui: tumpangsari dan rotasi tanaman untuk
penyediaan nutrisi tanaman dan memutuskan siklus hidup serangga hama;
tanaman penutup untuk memperbaiki kesuburan tanah, memodifikasi iklim mikro
dan meningkatkan peran musuh alami; polikultur untuk saling melengkapi
sehingga akan meningkatkan produksi; gabungan tanaman-ternak untuk
meningkatkan luaran biomas yang tinggi dan mengoptimalkan sistem daur ulang,
agroforestri untuk menghasilkan hubungan yang saling melengkapi diantara
komponen dan meningkatkan penggunaan berganda agroekosistem, dan lain-lain
(Altieri & Nicholls, 2004 dalam Tobing, 2009).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
48
2.4. Metode Monitoring Predator Hama
1. Perangkap Jaring (Sweep net)
Jaring-jaring penyapu umum digunakan untuk mengambil sampel serangga
vegetasi sedang. Ini adalah cara yang sederhana dan cepat untuk pengambilan
sampel. Kekurangannya adalah bahwa hanya serangga-serangga yang tidak
terjatuh akan kabur pada saat si pengumpul mendekati vegetasi, yang dapat di
tangkap. Perubahan dalam penyebaran tegak, keadaan cuaca, siklus diel dari
penyebaran tegak, serta perubahan-perubahan dalam habitat akan mempengaruhi
penagkapan yang dilakukan dengan jaring sapu. Selanjutnya, jaring sapu tidak
dapat digunakan secara tepat guna pada vegetasi yang sangat rendah (rumput),
atau sangat tinggi (pohon muda). Perangkap ini terbuat dari bahan ringan dan kuat
seperti kain kasa, mudah di ayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat
(Pelawi,2009)
2. Perangkap Jatuh (Pitfall trap)
Di lapangan hewan tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara memasang
perangkap lubang. Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan memasang
perangkap lubang juga tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara dinamik.
Perangkap lubang yang digunakan sangat sederhana, yang mana hanya berupa
bejana yang di tanam di tanah. Permukaan bejana dibuat datar dengan tanah. Agar
air hujan tidak masuk kedalam perangkap maka perangkap diberi atap, dan agar
air yang mengalir di permukaan tanah tidak mengalir tidak masuk ke dalam
perangkap maka perangkap dipasang pada tanah yang datar dan sedikit agak
ketinggian. Jarak antar perangkap sebaiknya 5 m (Pelawi, 2009).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
49
Kartikasari Hanna dkk (2015) menyatakan bahwa pitfall trap umumnya
memerangkap serangga tanah seperti dari Ordo Hymenoptera, Collembola dan
Coleoptera.
3. Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung di lakukan guna untuk menangkap atau mengamati
secara visual serangga yang berada di lapangan. Penangkapan serangga-serangga
yang berukuran kecil dapat menggunakan alat Aspirator.
Aspiartor atau alat pengisap merupakan alat untuk mengumpulkan
serangga-serangga kecil dan tidak begitu aktif bergerak dengan cara mengisapnya.
Alat ini dipakai untuk mengumpulkan serangga yang diperlukan dalam keadaan
hidup. Bagian-bagian dari alat ini adalah pipa besi pengisap, gabus penutup botol
dan pipa plastik yang diarahkan untuk pada serangga yang akan ditangkap serta
sebuah botol. Botol yang dipakai sebagai penampung serangga yang akan di hisap
terbuat dari gelas yang transparan, agar dapat dengan mudah melihat serangga
yang tertangkap dari luar (Nurhamidah Dewi, 2015).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
50
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di DesaSampali, Kecamatan Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat 12 mdpL Penelitian
dilaksanakan pada bulan Julisampai dengan bulan September 2018.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah tanaman padi beras merah
varietas Sertani dan MSP, serangga yang tertangkap, air bersih, detergen,serta
alkohol 70%.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples, jaring/net, tali,
aqua cup, pinset, kaca pembesar (lup), aspirator, alat dokumentasi (kamera), alat
tulis, buku/ kunci identifikasi alat pendukung lainnya.
3.3.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampling.
Seperti pada penelitian, serangga di ambil dari area penelitian dengan cara
menentukan tanaman sampel yang akan di gunakan sebagai objek pengamatan
selama penelitian berlangsung serta peletakkan perangkap sebanyak 30 / plot
dengan bentuk Z untuk pitfall trap dan diagonal untuk penentuan tanaman sampel.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Penentuan Petak Tanaman/Plot
Adapun penentuan petakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menentukan tiga petak yang terdiri dari dua petak tanaman padi varietas
Sertani dan satu petak tanaman padi varietas MSP. Setiap petak memiliki ukuran
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
51
55 m x 8 m dan di setiap sela petakan terdapat tanaman karet yang di tanamam
dengan jarak tanam 5,5 m di dalam barisan.
3.4.2. Pemasangan Perangkap
1. Pitfall Trap
Pembuatan pitfall trap menggunakan gelas cup plastik yang kemudian di isi
dengan cairan detergen yang di campur air.Cup tersebut kemudian dipasang
didalam lubang dengan posisi rata permukaan tanah.Kemudian dipasang tiang
bambu setinggi 25 cm menyerupai sumpit dan dikaitkan pada mangkuk plastik
diletakkan di atas permukaan gelas untuk menghindari air hujan masuk kedalam
gelas. Perangkap pitfall trap di letakkan menyerupai huruf Z sebanyak 30
perangkap pada setiap petakan dengan jarak antar perangkap 1,5 meter.
Prinsipnya adalah serangga yang berjalan di atas tanah akan terjebak pada
lubang yang diletakkan secara representatif dengan luas bidang lubang tertentu,
terdapat 30 perangkap pada setiap petak di letakkan selama 24 jam.Pergantian air
pada perangkap dilakukan dengan interval 1 minggu sekali dan dilakukan
pengambilan serangga pada setiap kali pemantauan 3 hari sekalipada masa
vegetatif tanaman yaitu dimulai tanaman padi berumur 1 MST sampai dengan 7
Gambar 15. Denah PeletakkanPitfall Trap
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
52
MST. Serangga yang tertangkap kemudian di bilas menggunakan air mengalir
dan di saring menggunakan saringan kemudian di koleksi didalam botol sampel
yang berisi alkohol selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk di identifikasi.
Metode ini dirujuk dari jurnal online agroekoteknologi Zahara Fatimah, dkk
(2014).
2. Sweep Net (Jaring Ayun)
Jaring ayun merupakan perangkap yang terbuat dari bahan ringan dan kuat
seperti kain kasa, mudah di ayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat
terbuat dari bahan ringan seperti jaring atau kain kasa membentuk kerucut yang di
tempelkan pada kawat kemudian ujung kawat di pertemukan sehingga
membentuk lingkaran. Ujung-ujung kawat dilebih kan sepanjang 5 – 10 cm dan di
bengkokkan ke arah yang sama (keluar lingkaran) dan di ikat kuat-kuat sebagai
tempat tautan dengan tangkaiyang terbuat dari kayu atau pipa. Untuk penggunaan
sweepnetdilakukan dengan metode pengayunan 10 kali pada setiap sepuluh
langkah berjalan.
Gambar 16. Pitfall Trap
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
53
Prinsipnya adalah serangga yang terbang atau beraktivitas di udara akan
ditangkap menggunakan jaring. Perangkap ini digunakan untuk menangkap
serangga yang memiliki vegetasi sedang yang bisa di perangkap menggunkan
jaring/net. Dilakukan 10x pengayunan ke kiri dan ke kanan pada setiap titik
sampling masing-masing plot. Lokasi pengayunan pada petakan berjarak sepuluh
langkah. Pengambilan sampel menggunakan jaring ayun dilakukan 1 minggu
sekali pada masa vegetatif tanaman yaitu dimulai tanaman padi berumur 1 MST
sampai dengan 7 MST. Pengambilan sampel dengan jaring ayun dilakukan pagi
hari (08.00 s/d 09.00 WIB) dan sore hari (16.00 s/d 17.00 WIB). Serangga hasil
tangkapan dipisahkan masing-masing berdasarkan waktu penangkapan pagi dan
sore, serangga yang tertangkap kemudian di masukkan kedalam botol sampel
yang selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk di identifikasi menggunakan
buku panduan identifikasi serangga (Borror de Long, 1992) dan (Lilies Christina
dan Siwi Sri S., 1991
Gambar 17. Penggunaan Sweep Net
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
54
4. Pengamatan Langsung dan Koleksi Menggunakan Aspirator
Aspirator atau alat pengisap merupakan alat untuk mengumpulkan
serangga-serangga kecil dan tidak begitu aktif bergerak (seperti wereng) dengan
cara mengisapnya. Alat ini dipakai untuk mengumpulkan serangga yang
diperlukan dalam keadaan hidup. Bagian-bagian dari alat ini adalah pipa besi
pengisap, gabus penutup botol dan pipa plastik yang diarahkan untuk pada
serangga yang akan ditangkap serta sebuah botol. Botol yang dipakai sebagai
penampung serangga yang akan diisap hendaknya terbuat dari gelas yang
transparan, agar kita dapat dengan mudah melihat serangga yang tertangkap dari
luar, penentuan tanaman sampel di tentukan 30 rumpun tanaman pada setiap
petakan di ambil secara acak membentuk diagonal dan di beri label.
Dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada tanaman padi dan
menghisap serangga-serangga yang berukuran kecil pada tanaman padi
menggunakan Aspirator. Tanaman padi yang di amati di tentukan 30 rumpun pada
Gambar 18. Keterangan ukuran Sweepnet (diameter : 33cm), (panjang kasa :70cm, (panjangtangkai: 1m)
33 cm
70 cm cm
1 m cm
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
55
setiap gawangan untuk dijadikan tanaman sampel. Pengamatan dilakukan dengan
interval 1 minggu sekali pada masa vegetatif tanaman yaitu dimulai tanaman padi
berumur 1 MST hingga 7 MST. Serangga yang tertangkap kemudian di
masukkan kedalam botol sampel yang selanjutnya akan dibawa ke laboratorium
untuk di identifikasi.
Gambar 19. Tanaman Sampel
Gambar 21. Aspirator (Panjang tabung : 9,5cm), (Diameter tabung : 2,5cm),(panjang selang : 40cm)
9,5 cm cm cm
2,5 cm cm
40 cm cm
Gambar 20. Penggunaan Aspirator
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
56
3.5. Identifikasi Serangga
Serangga yang telah terperangkap kemudian di identifikasi di laboratorium
menggunakan lup (kaca pembesar) serta buku panduan identifikasi serangga
(Borror de Long, 1992) dan (Lilies Christina dan Siwi Sri S., 1991) dengan cara
mengamati berdasarkan ciri morfologis serangga.
Dari hasil identifikasi yang telah di lakukan di laboratorium akan
didapatkan dua parameter pengamatan yaitu keragaman dan kelimpahan predator
hama tanaman padi.
3.6. Metode Analisa Data
Adapun serangga yang didapat kemudian di analisis menggunakan rumus-
rumus sebagai berikut :
3.6.1. Indeks Keragaman Jenis Serangga
Untuk membandingkan tinggi rendahnya keragaman jenis musuh alami
digunakan indeks Shanon-Weiner (H’) dengan rumus :
H’ = -∑ pi In pi (Michael, 1995).
Dimana :
Gambar 2. Denah Penentuan Tanaman Sampel
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
57
pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis
pi = ni/N
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah total individu semua jenis
Keragaman jenis rendah bila H = < 1
Keragaman jenis sedang bila H = 1-3
Keragaman jenis tinggi bila H = > 3
(Pelawi, 2010)
3.6.2. Kelimpahan Relatif (KR)
Kelimpahan relatif suatu serangga dihitung dengan menggunakan rumus
kelimpahan relatif (KR) dengan sebagai berikut :
KR =𝑛𝑖
𝑁𝑥 100%
Dimana :
KR : Kelimpahan Relatif
Ni : jumlah individu dan spesies ke-i
N : jumlah total individu
3.6.3. Frekuensi (F)
Frekuensi mutlak menunjukan jumlah individu serangga tertentu yang
ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Pelawi, 2010) :
FM =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
58
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifkasi Jenis Serangga
Jenis serangga yang berada pada pertanaman padi beras merah yang di
tanam di antara tegakan karet menggunakan perangkap Pitfall Trap, Sweep Net
dan Pengamatan langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang dari pengamatan ke- 1 sampai dengan 7 MST di letakkan
pada lampiran 6, 7 dan 8. Jenis serangga yang berada pada pertanaman padi beras
merah yang di tanam di antara tegakan karet menggunakan perangkap Pit fall
Trap, Sweep Net dan Pengamatan langsungdari pengamatan ke- 1 sampai dengan
7 MST disajikan pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Jenis Serangga Predator yang di Peroleh berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Pitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang pada Pengamatan 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Perangkap Jenis Serangga 1 Pitfall Trap Anaxipha longipennis (Orthoptera : Gryllidae)
Menochilus sexmaculatus L. (Coleoptera : Coccinellidae)
Oxyopes javanus (Araneae : Oxyopidae)
Pheropsophus occipitalis (Coleoptera : Carabidae)
Euborellia stali (Dermaptera : Carcinophoridae)
Conocephalus longipennis (Orthoptera : Tettigoniidae)
2 Sweepnet Oxyopes javanus (Araneae : Oxyopidae)
Menochilus sexmaculatus L. (Coleoptera : Coccinellidae)
Conocephalus longipennis (Orthoptera : Tettigoniidae)
3 Pengamatan Langsung
Menggunakan Aspirator
Oxyopes javanus (Araneae : Oxyopidae)
Menochilus sexmaculatus L. (Coleoptera : Coccinellidae)
Paederus littoralis (Coleoptera : Staphylinidae)
Conocephalus longipennis(Orthoptera : Tettigoniidae)
Catatan : MST (Minggu Setelah Tanam)
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa ada 7 jenis predator yang berada
pada pertanaman padi yang di tanam di antara tegakan karet dimana penggunaan
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
59
perangkap Pitfall Trap diperoleh 4 ordo yaitu Coleoptera, Hymenoptera,
Orthoptera, Araneae, dan Dermaptera terdiri atas 6 famili dan 6 spesies serangga,
pada perangkap Pitfall Trap ini banyak memerangkap serangga tanah dari
golongan ordo Coleoptera, hal ini sesuai dengan pendapat Patang (2011) dalam
Kartikasari Hanna (2015) yang mengemukakan bahwa Pitfall umumnya
memerangkap serangga tanah seperti dari Ordo Coleoptera, Hymenoptera, dan
Collembola.
Sedangkan penggunakan perangkap Sweep Net di peroleh 3 ordo yaitu
Coleoptera, Orthoptera dan Araneae terdiri atas 3 famili dan 3 spesies serangga
yang diduga serangga tersebut berada pada daerah pengayunan jaring pada saat
dilakukan pengamatan sehingga dapat terperangkap pada jaring hal ini sesuai
dengan pendapat Pelawi (2010) yang mengatakan bahwa jaring-jaring penyapu
umum digunakan untuk mengambil sampel serangga vegetasi. Ini adalah cara
yang sederhana dan cepat untuk pengambilan sampel. Kekurangannya adalah
bahwa hanya serangga-serangga yang tidak terjatuh atau kabur pada saat si
pengumpul mendekati vegetasi, yang dapat di tangkap. Selanjutnya jaring tidak
dapat digunakan secara tepat guna pada vegetasi yang sangat rendah (rumput),
atau sangat tinggi (pohon muda) (Michael, 1995 dalam Pelawi, 2010).
Selanjutnya pada pengamatan langsung pada tanaman sampel diperoleh 3
ordo yaitu Coleoptera, Orthoptera, dan Araneae terdiri atas 4 famili dan 4 jenis
serangga yang diduga serangga-serangga tersebut berada pada tanaman sampel
sehingga lebih mudah untuk di ambil secara langsung maupun menggunakan
Aspirator untuk serangga yang berukuran kecil.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
60
Menurut Shepard (2011) Anaxipha longgipennis memangsa telur penggerek
batang bergaris, penggerek batang berkepala gelap, penggulung daun, ulat grayak,
lalat daun, nimfa wereng batang dan wereng daun. Dan Karindah (2011) juga
mengatakan bahwa Jengkerik Anaxipha longipennis Serville (Orthoptera:
Gryllidae) adalah salah satu predator generalis yang menyukai telur pelipatdaun
padi dan serangga-serangga kecil lain seperti wereng-wereng padi.Jengkerik ini
terdapat pada habitat basah maupun kering. Anaxipha longipennis Serville dewasa
berwarna dan nimfa berwarna coklat,ovipositornya menyerupai pedang yang
berguna untuk menyelipkan telur kedalam kelopak daun padi dan rumput-
rumputan, memiliki antena yang panjang, sayap depan memiliki sedikit pembuluh
sayap melintang serta jantan dengan gambaran cincin disayap depan.
Jengkerik dapat ditemukan di bawah batu-batuan, kayu-kayu lapuk,
dinding-dinding tepi sungai dan di semak-semak belukar serta ada yang hidup
pada lubang-lubang di tanah. Jengkerik dapat ditemui di hampir seluruh Indonesia
dan hidup dengan baik pada daerah yang bersuhu antara 20-32°C dan kelembaban
sekitar 65- 80%, bertanah gembur/berpasir dan memiliki persediaan tumbuhan
semak belukar. Jangkrik hidup bergerombol dan bersembunyi dalam
lipatanlipatan daun kering atau bongkahan tanah (Erniwati, 2012).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
61
Gambar 23. Anaxipha longipennis (Orthoptera : Gryllidae)
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Menochilus sexmaculatus L. merupakan predator yang memangsa wereng
batang padi namun M. Sexmaculatus jugamampu memangsa hama penting
Bemisia tabaci dan Myzus persicae pada pertanaman cabai, sehinggasecara hayati
serangga predator M. Sexmaculatus sangat potensial untuk menekanpenggunaan
insektisida sintetis (Tunggali dkk, 2013). M. sexmaculatus merupakan salah satu
predator yang sangat potensial. M. sexmaculatus memiliki kisaran mangsa yang
luas terutama dari kelompok familiAphididae, Diaspidae, Psillodidae,
Aleyrodidae, dan Coccidae (Omkar et al., 2006 dalam Efendi Siska dan Rezki
Dewi, 2018).
Selain itu M. sexmaculatus juga memangsa serangga dari ordo Diptera,
larvaLepidopetra, Coleoptera, dan nimfa Thysanoptera. Selain memangsa
serangga M. sexmaculatus juga mengkonsumsi tungau. Total Arthopoda yang
dimangsa M. sexmaculatus sebanyak 39 spesies (Gautam, 1989 dalam Efendi
Siska dan Rezki Dewi, 2018). M. sexmaculatus mempunyaiperilaku memangsa
yang unik karena kumbang tersebut menyerang mangsa padasiang dan malam
hari. Dijumpai sepanjang tahun dipertanamandataran rendah sampai tinggi (0 -
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
62
1200 mdpl). Di Indonesiasebaran M. sexmaculatus terdapat di Borneo, Jawa,
Sumatera, dan Pulau Bali,(Jagadish et al., 2010 dalam Efendi Siska dan Rezki
Dewi, 2018).Kumbang kubah ini aktif sepanjang hari di setengah bagian atas
tajuk daun padi pada habitat padi. Menurut Ledheng (2016) Menochilus
sexmaculatus L. memangsa lebih banyak pada stadia telur nimfa dan larva dewasa
di bandingkan yang dewasa.
Gambar 24. Menochilus sexmaculatus L (Coleoptera : Coccinellidae)
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Menurut Kartohardjono (2009) laba-laba Oxyopes javanus memangsa
ngengat, hal ini juga sejalan dengan apa yang di katakan Shepard (2011)
bahwasanya laba-laba ini mempunyai peranan penting karena satu laba-laba dapat
membunuh 2-3 ngengat tiap hari sehingga mereka dapat mencegah meningkatnya
populasi generasi baru serangga. Laba-laba bermata tajam ini hidup didalam tajuk
daun padi, dan lebih menyukai habitat kering. Laba-laba ini menyembunyikan diri
dari mangsanya sampai mangsa tersebut berada dalam jarak sambarannya
(Shepard, 2011).
Laba-laba merupakan kelompok Arthropoda yang mampu beradaptasi
diberbagai habitat namun sangat sensitif terhadap gangguan yang terjadi
dilingkungannya. Laba-laba menyukai habitat yang terlindung dari suhu
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
63
ekstrim,kelembaban tinggi, intensitas cahaya rendah, kecepatan angin rendah,
danmenghindari areal perkebunan yang menggunakan pestisida (Nurlaela, 2017).
MenurutKuntner dkk. (2008) dalam (Nurlaela, 2017) suhu udara dapat
mempengaruhi aktivitas laba-laba, pada suhu> 30°C laba-laba cenderung diam di
jaring atau bersembunyi di bawah daun sekitar jaring. Kelembaban udara optimal
bagi laba-laba berkisar antara 70-80%. hujan berpengaruh pada laba-laba dan
kondisi jaring, curah hujan mempengaruhi secara langsung faktor suhu dan
kelembaban. Semakin tinggi insensitas curah hujan maka suhu udara menjadi
rendah dan kelembaban makin tinggi. (Barrion danLitsinger, 1995)
dalam(Nurlaela, 2017).
Gambar 25. Oxyopes javanus (Araneae : Oxyopidae)
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Kumbang Carabidae memiliki kemampuan jelajah dan kemampuan mencari
yang tinggi mampu memangsa larva penggerek batang padi. Spesies Carabidae
yang dominan ditemukan pada padi adalah Pheropsophus spp. Kumbang
Carabidae umumnya menyerang serangga hama berukuran besar, seperti
penggerek batang, penggulung daun, belalang, orong-orong (Khodijah, 2012)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
64
Hidup di darat, ditemukan di bawah batu-batuan, kayu daun-daun, atau di
liang dalam tanah. Siang hari berlindung dan aktif pada malam hari, sedikit yang
tertarik cahaya (Pelawi, 2010).
Gambar 26. Pheropsophus occipitalis (Coleoptera : Carabidae)
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Rofidah dan Tjahjaningrum (2013) mengatakan bahwa Serangga
Conocephalus longipennisyang merupakan Arthropoda karnivora berupa
belalangberantena panjang yang memakan telur serangga herbivor.Spesies ini
merupakan predator telur kepinding tanah/walang sangit dan telur penggerek
batang serta nimfa wereng batang dan wereng daun. Belalang dewasa sangat aktif
dan akan terbang apabila terganggu. Belalang ini aktif pada malam hari,
umumnya banyak terdapat di pertanaman padi siap panen.Belalang hidup di
berbagai tipe lingkungan atau ekosistem antara lain hutan, semak/ belukar,
lingkungan perumahan, lahan pertanian, dan sebagainya (Kalshoven 1981; Meyer
2001; Erniwati 2003; KahonoSih dan Erawati, 2010).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
65
Gambar 27. Conocephalus longipennis (Orthoptera : Tettigoniidae)
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Predator Euborellia stalimerupakan predator tanaman padi yang memangsa
larva penggulung daun, mereka dapat mengkonsumsi 20-30 mangsa setiap hari.
Mereka biasanya terdapat pada habitat lahan kering. (Shepard, 2011). Euborellia
stalisering disebut juga dengan Cocopet, Cocope tumumnya dapat berkembang
dengan baik pada kisaran suhu 28-30OC pada kelembapan 76.7-92.3% (Nonci ,
2005).
Gambar 28. Euborellia stali (Dermaptera : Carcinophoridae)
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
kumbang Paederus littoralis merupakan key stones species pengatur
dinamikan populasi wereng. Saat ini Paederus littoralis mengalami peledakan
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
66
populasi disebabkan terganggu habitat alaminya. Paederus littoralisyang memiliki
nama umum sebagai tomcat. Di daerah Indonesia yang ekosistem padinya
semakin berkurang dapat menyebabkan Paederus littoralis bermigrasi ke
pemukiman sehingga mengganggu kenyaman pemukiman penduduk (Khodijah,
2012)
Secara morfologinya, Tomcat memiliki bentuk tubuh yang ramping. Pada
saat berjalan bagian belakang tubuhnya melengkung ke atas. Panjang daripada
serangga ini ialah sekitar 7 hingga 10 mm dan memiliki lebar 0,5 hingga 1,0 mm.
Bagian kepala Tomcat ini berwarna hitam, mempunyai sayap berwarna biru
kehitaman dan hanya menutupi bagian depan tubuhnya saja. Bagian toraks dan
abdomen berwarna orange atau merah.Dalam pandangan sekilas Tomcat lebih
menyerupai semut. Biasanya, mereka terlihat merangkak di kawasan sekeliling
dengan menyembunyikan sayapnya. Apabila merasa terganggu atau terancam,
maka serangga ini akan menaikkan bagian abdomen agar ia terlihat seperti
kalajenking untuk menakut-nakuti musuhnya.
Disinyalir pada malam hari serangga ini aktif terbang dan tertarik pada
cahaya lampu. Serangga Tomcat tidak menggigit atau menyengat. Namun apabila
diganggu maka serangga ini akan mengeluarkan racun yang disebut pederin.
Racun ini memang bisa menimbulkan iritasi serius pada kulit, sehingga kulit bisa
terlihat seperti terbakar.
Tomcat biasanya tinggal di tempat yang lembab, tambak liar, hutan bakau,
di bagian tanaman seperti padi dan jagung, dan sebagian ada yang tinggal di
semak semak. Tomcat sering ditemukan di persawahan, hutan, atau taman kota.
Tomcat merupakan predator wereng. Serangga ini adalah sahabat petani, tetapi
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
67
karena habitatnya sudah beralih fungsi menjadi perumahan maka dalam beberapa
tahun terakhir ini ada kasus bahwa tomcat menggangu mausia.
Gambar 29. Paederus littoralis (Coleoptera : Staphylinidae)
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Berdasarkan data pada tabel 4.1 predator yang ditemukan banyak yang
tergolong predator polyfagus karena jenis mangsa atau hama yang dimakan oleh
predator tersebut lebih dari satu hama atau banyak. Keuntungan dari predator
yang bersifat polyfagus adalah bisa bertahan pada kondisi jumlah populasi
mangsa yang sedikit, karena bisa mendapatkan mangsa alternatif (Ledheng, 2016)
Predator dapat pindah dari satu habitat ke habitat yang lainnya, karena
predator mempunyai kemampuan berpindah yang tinggi, Herlinda et al. (2014)
melaporkan bahwa perpindahan predator antar habitat tersebut karena mengikuti
ketersediaan mangsa di suatu habitat.
4.2 Kelimpahan Populasi Predator
Jumlah populasi serangga yang berada pada pertanaman padi beras merah
yang di tanam di antara tegakan karet menggunakan perangkap Pitfall Trap,
Sweep Net dan Pengamatan langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei
Taun, Kabupaten Deli Serdang dari pengamatan ke- 1 sampai dengan 7 MST di
letakkan pada lampiran 9, 10 dan 11. Jumlah populasi serangga yang berada pada
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
68
pertanaman padi beras merah yang di tanam di antara tegakan karet menggunakan
perangkap Pitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan langsungdari pengamatan ke-
1 sampai dengan 7 MST disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Kelimpahan Populasi Serangga Predator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang pada Pengamatan 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Perangkap Jlh Pitfall Trap Aspirator Sweepnet
Pagi Sore 1 Anaxipha longipennis 233 0 0 0 233 2 Menochilus sexmaculatus L. 41 12 7 3 63 3 Oxyopes javanus 22 19 2 0 43 4 Pheropsophus occipitalis 57 0 0 0 57 5 Conocephalus longipennis 7 1 2 0 10 6 Euborellia stali 4 0 0 0 4 7 Paederus littoralis 0 11 0 0 11
Jumlah 364 43 11 3
Catatan : MST (Minggu Setelah Tanam)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa serangga
dengan jumlah populasi tertinggi yaitu dari spesies Anaxipha longgipennis
sebanyak 233, diikuti Menochilus sexmaculatus L. sebanyak 63, dan
Pheropsophus occipitalis sebanyak 57.
Adanya predator Anaxipha longipennis di duga karena ketersediaan
mangsanya yang merupakan hama tanaman padi. Sesuai dengan pendapat
Karindah (2011) bahwasanya Anaxipha longipennis adalah salah satu predator
generalis yang dapat ditemukan pada ekosistem pertanaman padi, pada habitat
tersebut jangkrik ini merupakan predator yang efektif untuk telur lepidoptera dan
nimfa wereng padi.
Berdasarkan mangsanya predator dibagi menjadi dua, yaitu predator spesifik
dan predator generalis (Karindah, 2011). Nilai lebih predator generalis
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
69
dibandingkan dengan predator spesifik antara lain mampu beradaptasi dengan
mudah dan dapat berkembang meskipun mangsa utama tidak tersedia, sehingga
mampu berkembang lebih awal daripada mangsanya. Adaptasi ini dilakukan
dengan memangsa serangga pengurai dan serangga pemakan plankton yang ada di
sekitarnya. Untuk mencegah berkurangnya potensi dan populasi predator
generalis yang ada, perlu dilakukan pelestarian atau konservasi terhadap predator
tersebut (Karindah, 2011).
Predator dengan jumlah populasi terbanyak kedua yaitu Menochilus
sexmaculatus L.Banyaknya populasi kumbang kubah ini diduga karena
tersedianya mangsa pada pertanaman padi seperti wereng dan penggerek batang
padi, hal tersebut seperti yang pendapat Wadia (2012) yang mengatakan bahwa
peningkatan populasi hama mengakibatkan spesis Menochilus sp hadir, spesies
Menochilus sp ini sangat aktif mencari makanannya, sehingga seluruh
agroekosistem spesies ini ada.
Deri Salanti (2008) dalam Wadia (2012) juga mengatakan bahwa kumbang
kubah termasuk salah satu predator yang aktif mencari mangsa dan dapat
berpindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya.Menurut Rahman (2011)dalam
Wadia (2012),tingginya musuh alami predator Coccinelidae dipengaruhi oleh
ketersediaan inang, seperti wereng hijau, wereng batang coklat,wereng punggung
putih, wereng zigzag, aphis, hama putih palsu, penggerekbatang padi.
Adapun serangga predator dengan populasi terbanyak ketiga yaitu spesies
Pheropsophus occipitalis yang merupakan jenis kumbang Carabidae,faktor
ketersediaan mangsa dilapangan dapat memicu keberadaan Pheropsophus
occipitalis, predator ini dapat dengan mudah di temukan di lapangan dikarenakan
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
70
menurut Khodijah dkk (2012) kumbang Carabidae memiliki kemampuan jelajah
dan kemampuan mencari yang tinggi mampu memangsa larva penggerek batang
padi. Kumbang Carabidae ini umumnya menyerang serangga hama berukuran
besar, seperti penggerek batang, penggulung daun, belalang, orong-orong atau
jangkrik. Hal tersebut sesuai dengan adanya hama penggerek batang padi pada
pertanaman padi di lapangan. Selanjutnya Nasution (2012) jugamelaporkan bahwa
jenis artropoda predator permukaan tanah yang sering dijumpai di lahan pertanian
adalah kumbang tanah (Coleoptera: Carabidae), laba-laba serigala
(Araneae:Lycosidae) dan kumbang jelajah (Coleoptera:Staphylinidae).
Pada pengamatan menggunakann sweepnet hanya terdapat 3 jenis serangga
predator yang terdapat pada perangkap tersebut diantaranya adalah Menochilus
sexmaculatus L., Oxyopes javanus, dan Conocephalus longipennis. Pada tabel4.2
dapat terlihat bahwa predator Menochilus sexmaculatus L dapat ditemui di kedua
waktu pengamatan yaitu pada pagi dan sore hari, hal tersebut dikarenakan
predaotr ini merupakan predator yang sangat aktif mecari mangsanya sehingga
dapat di temui kapan saja di lapangan seperti pendapat Wadia (2012) yang
mengatakan bahwaMenochilus sp ini sangat aktif mencari makanannya, sehingga
seluruh agroekosistem spesies ini ada.
Sedangkan predator Oxyopes javanus hanya di temukan pada pengamatan
pagi hari, hal tersebut diduga pada pagi hari kondisi kelembaban masih tinggi
sehingga masih terdapat jenis laba-laba ini di lapangan seperti pendapat Nasution
(2012) bahwa Kelembaban tanah dalam budidaya pertanaman tersebut dapat
mempengaruhi kelimpahan artropoda karenabeberapa artropoda seperti kumbang
tanah dan laba-laba menyukai tempat yang lembab.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
71
Selanjutnya keberadaan predator Conocephalus longipennis pada perangkap
sweepnet yang ditemukan di waktu pengamatan pagi diduga karena suhu pagi hari
(08.00 WIB) masih lebih rendah dibandingkan dengan suhu sore (16.00 WIB), hal
tersebut sesuai pendapat Shepard dkk (2011) bahwa predator Conocephalus
longipennismerupakan belalang yang aktif pada malam hari, umumnya banyak
terdapat di pertanaman padi yang siap panen. Pendapat tersebut mendukung
adanya jumlah Conocephalus longipennis yang relatif sedikit selama pengamatan
dikarenakan pengamatan dilakukan pada masa vegetatif tanaman padi sedangkan
predator ini lebih banyak ditemukan pada padi siap panen.
4.3 Indeks Keragaman (H)
Indeks keragaman serangga predator yang berada pada pertanaman padi
beras merah yang di tanam di antara tegakan karet menggunakan perangkap
Pitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan langsung di Desa Sampali, Kecamatan
Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari pengamatan ke- 1 sampai dengan 7
MST di letakkan pada lampiran 12. Indeks keragaman serangga yang berada pada
pertanaman padi beras merah yang di tanam di antara tegakan karet menggunakan
perangkap Pitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan langsung dari pengamatan ke-
1 sampai dengan 7 MST disajikan pada tabel 4.3
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
72
Tabel 4.3 Pengamatan Indeks Keragaman Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang pada Pengamatan 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Jumlah Pi ln pi pi ln pi 1 Anaxipha longipennis 233 0,55 -0,59 -0,33 2 Menochilus sexmaculatus L. 63 0,15 -1,90 -0,28 3 Oxyopes javanus 43 0,10 -2,28 -0,23 4 Pheropsophus occipitalis 57 0,14 -2,00 -0,27 5 Conocephalus longipennis 10 0,02 -3,74 -0,09 6 Euborellia stali 4 0,01 -4,66 -0,04 7 Paederus littoralis 11 0,03 -3,64 -0,10
Total 421
-1,34
Rata-rata 60,14
Catatan : MST (Minggu Setelah Tanam)
Berdasarkan hasil pengamatan dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa
pengamatan dari indeks keragaman, keragaman jenis predator pada pertanaman
Padi Beras Merah yang ditanaman di antara tegakan Karet menunjukkan tingkat
keragaman sedang. Hal ini di tunjukkan dari teori Indeks Keragamaan Shannon-
Wiener (H) yakni jika nilai H = 1-3 maka keragaman suatu jenis organisme dalam
kategori sedang (Pelawi, 2010).
Keragaman jenis predator yang bersifat sedang di duga karena adanya
masukan bahan kimia berupa insektisida sepertiDecis 25 EC berbahan aktif
deltametrin 25 g/l untuk menanggulangi serangan hama penggerek batang di
lapangan yang menyebabkan berkurangnya pula keberadaan musuh alami di
karenakan proses rantai makanan yang terganggu. Apabila populasi hama di
lapangan berkurang karena adanya tindakan penggunaan pestisida maka populasi
predator dapat berkurang pula karna tidak adanya ketersediaan mangsa. namun
keadaan tersebut tidak menyebabkan keragaman jenis predator menjadi sangat
rendah di karenakan masih adanya sumber makanan lain bagi beberapa
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
73
predatoryang bersifat polifagus.Hal ini sesuai pendapatTauruslina et al., (2015)
yang mengatakan perlakuan berupa masukan agrokimia (terutama pestisida dan
pupuk) telah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang tidak dikehendaki.
Pendapat tersebut sejalan dengan Pradhana et al. (2014) yang mengatakan
bahwa cara pengolahan misalnya dengan penggunaan pestisida turut berpengaruh
dalam menurunkan keanekaragaman spesies. Agroekosistem umumnya memiliki
keanekaragaman biotik dan genetik yang rendah dan cenderung semakin seragam,
merupakan ekosistem yang tidak stabil dan rawan terhadap peningkatan populasi
spesies hama(Pradhana et al, 2014)
Berbeda dengan ekosistem alami agroekosistem memiliki
keanekaragamanbiotik dan genetik yang rendah malahan cenderung semakin
seragam, keadaan agroekosistem tidak stabil danselalu berubah karena tindakan
manusia untuk mengolah dan mengelolaekosistem untuk kepentingannya. Dalam
keadaan demikian di ekosistem sangatmudah terjadi peningkatan populasi hama
(Siregar et al., 2014).
4.4 Kelimpahan Relatif (KR)
Kelimpahan relatif serangga predator yang berada pada pertanaman padi
beras merah yang di tanam di antara tegakan karet menggunakan perangkap
Pitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan langsung di Desa Sampali, Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang dari pengamatan ke- 1 sampai dengan 7
MST di letakkan pada lampiran 13. Kelimpahan relatif serangga yang berada pada
pertanaman padi beras merah yang di tanam di antara tegakan karet
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
74
menggunakan perangkap Pit fall Trap, Sweep Net dan Pengamatan langsung dari
pengamatan ke- 1 sampai dengan 7 MST disajikan pada tabel 4.4
Tabel 4.4Kelimpahan Relatif Serangga Predator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang pada Pengamatan 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Kelimpahan Relatif 1 Anaxipha longipennis 0,5534 2 Menochilus sexmaculatus L. 0,1496 3 Oxyopes javanus 0,1021 4 Pheropsophus occipitalis 0,1354 5 Conocephalus longipennis 0,0238 6 Euborellia stali 0,0095 7 Paederus littoralis 0,0261
Catatan : MST (Minggu Setelah Tanam)
Berdasarkan hasil pengamatan dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa
kelimpahan relatif serangga predator yang terdapat pada pertanaman padi yang di
tanaman di antara tegakan karet menujukkan bahwa serangga predator yang
memiliki kelimpahan tertinggi yaitu Anaxipha longgipennis dengan angka
kelimpahan sebesar 0,5534, diikuti dengan Menochilus sexmaculatus L.0,1496
dan Pheropsophus occipitalis0,1354.
Kelimpahan Predator A. Longipennis tertinggi dapat disebabkan adanya
mangsa serta habitat yang sesuai untuk tempat hidup dan berlindung predator
ini,dimana predator iniberada di daerah pengamatan yang memiliki kisaran suhu
udara sekitar 25,3-26,3°C serta kelembaban 76-79% (Stasiun Klimatologi Deli
Serdang) sangat sesui dengan pendapat (Erniwati, 2012) yang mengatakan
Jengkerik dapat ditemui di hampir seluruh Indonesia dan hidup dengan baik pada
daerah yang bersuhu antara 20-32°C dan kelembaban sekitar 65- 80%.
Selanjutnya Karindah Sri dkk (2011) mengatakan bahwa predator A. longipennis
memiliki potensi yang baik sebagai pemangsa telur penggerek batang padi dan
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
75
nimfa wereng coklat. Keberadaan gulma di areal pertanaman padi diduga dapat
memicu adanya keberadaan predator Anaxipha longgipennis seperti yang
dikatakan Karindah Sri dkk (2011) bahwa beberapa gulma ini digunakan sebagai
inang alternatif yang menyediakan mangsa alternatif dan tempat berlindung
apabila tanaman utama tidak tersedia. Gulma atau rumput-rumputan memiliki
polen yang dapat dimanfaatkan untuk predator sebagai sumber pakan, tempat
berlindung dan berkembang biak sebelum inang atau mangsa utama ada di
pertanaman (Karindah Sri dkk, 2011). Selanjutnya Karindah Sri dkk (2011) juga
mengatakan bahwa selain tanaman padi, Imperata cylindrica merupakan salah
satu jenis gulma yang dipilih sebagai tempat meletakkan telur A. longipennis.
Pernyataan tersebut sesuai dengan adanya beberapa gulma di lapangan seperti
Imperata cylindrica, Mimosa pudica, Stachytarpheta jamaicensis, Cynodon
dactylon danAgeratum conyzoides.
Selanjutnya Menochilus sexmaculatus L. dimana spesis ini memiliki angka
kelimpahan sebesar 0,1496. Famili Coccinelidae ini merupakan predator yang
memakan banyak mangsa sehingga selalu memiliki mangsa alternatif selama
keberadaan nya di lapangan, seperti pendapat Ledheng dkk (2016) bahwa
Gambar 30. Gulma Imperata cylindrica Dokumetasi Pribadi, 2018
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
76
Menochilus sexmaculatus L. merupakan predaor jenis polifagus yaitu predator
yang memakan banyak mangsa. Lalu Rahman (2011) dalam Wadia, dkk (2012)
mengatakan tingginya musuh alami predator Coccinelidae dipengaruhi oleh serta
ketersediaan inang seperti wereng batang coklat dan penggerek batang padi.
Sedangkan kelimpahan tertinggi ketiga adalah spesies Pheropsophus
occipitalis dengan angka kelimpahan sebesar 0,1354. Kelimpahan artropoda
predator permukaan tanah dapat dipengaruhi oleh keadaan habitat yang sesuai,
salah satunya di duga dikarenakan pengelolaan tanah yang tidak terlalu intensif
yang dilakukan di lapangan, dimana pengolahan lahan dilakukan dengan
menggunakan mesin bajak dengan tujuan membongkar dan membalik tanah tanpa
melakukan pembakaran sehingga masih tersedianya bahan-bahan organikyang
menyebabkan keuntungan bagi kehidupan predator permukaan tanah. Hal tersebut
didukung oleh pendapat Khodijah dkk (2012) yang mengatakan pengolahan tanah
yang tidak terlalu intensif sangat menguntungkan dalam pelestarian kehidupan
artropoda predator penghuni tanah atau permukaan tanah, apabila tanah tidak
diolah atau diolah secara minimum akan mengakibatkan terakumulasinya bahan
organik dan unsur hara di permukaan tanah. Permukaan tanah yang memiliki
kandungan bahan organik yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan hidup
serangga pengurai dan pemakan plankton yang merupakan mangsa utama predator
umum hama padi.
Hal tersebut didukung oleh pendapat Ruslan (2009) yang mengatakan
serangga permukaan tanah merupakan kelompok serangga yang sebagian
hidupnya berada di permukaan tanah, dalam proses kehidupannya tentu memiliki
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
77
syarat. Keberadaan serangga permukaan tanah dalam tanah sangat tergantung
pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya.
Selain hal tersebut Khodijah dkk (2012) juga mengatakan bahwakumbang
Carabidae ini memiliki kemampuan jelajah dan kemampuan mencari yang tinggi
mampu memangsa larva penggerek batang padi.
Tingkat keanekaragaman dan kelimpahan serangga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan ketersediaan makanan. Aktivitas keberadaan serangga di alam
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Serangga beraktivitas pada kondisi
lingkungan yang optimal, sedangkan kondisi yang kurang optimal di alam
menyebabkan aktivitas serangga menjadi rendah (Aditama & Kurniawan, 2013).
Menurut Arofah (2013), kehidupan serangga sangat erat hubungannya
dengan keadaan lingkungan hidupnya. Selanjutnya dikatakan juga bahwa faktor
lingkungan yang juga turut mempengaruhi kehidupan serangga adalah faktor fisis,
biotik dan makanan. Data yang diperoleh juga menunjukkan terjadi perbedaan
jumlah serangga pada saat pengambilan sampel. Hal ini disebabkan faktor
keadaan cuaca yang menyatakan bahwa cuaca sangat berpengaruh terhadap
diversitas serangga, adapun keadaan cuaca yang berfluktuasi menjadi dalah satu
penyebabnya. Dimana keadaan sering terjadi terik dan beberapa kali terjadinya
turun hujan di lapangaan yang di sebab kan keadaan curah hujan pada kategori
menengah sehingga masih sering terjadi perbedaan cuaca pada setiap minggu
pengamatan. Hal ini sesusai dengan data curah hujan dari Stasiun Klimatologi
Deli Serdang yang menyebutkan curah hujan pada pada bulan Juli yaitu 260 mm
(kategori menengah) pada bulan Agustus 115 mm (kategori menengah), dan pada
bulan September 272 mm (kategori menengah), dengan demikian berdasarkan
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
78
data secara umum dapat dilihat curah hujan selama waktu pengamatan memiliki
curah hujan rata-rata kategori menengah.
4.5 Frekuensi (F)
Frekuensi serangga yang berada pada pertanaman padi beras merah yang di
tanam di antara tegakan karet menggunakan perangkap Pitfall Trap, Sweep Net
dan Pengamatan langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun,
Kabupaten Deli Serdang dari pengamatan ke- 1 sampai dengan 7 MST di letakkan
pada lampiran 14. Frekuensi serangga yang berada pada pertanaman padi beras
merah yang di tanam di antara tegakan karet menggunakan perangkap Pit fall
Trap, Sweep Net dan Pengamatan langsung dari pengamatan ke- 1 sampai dengan
7 MST disajikan pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Frekuensi Serangga Predator yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang pada Pengamatan 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Dan Perangkap
Keberadaan Selama Pengamatan Frekuensi
Fitfall Trap 1 Anaxipha longipennis 7 1,00 2 Menochilus sexmaculatus L. 7 1,00 3 Oxyopes javanus 6 0,86 4 Pheropsophus occipitalis 6 0,86 5 Conocephalus longipennis 3 0,43 6 Euborellia stali 3 0,43 Pengamatan Langsung 1 Oxyopes javanus 6 0,86 2 Menochilus sexmaculatus L. 5 0,71 3 Paederus littoralis 2 0,29 4 Conocephalus longipennis 1 0,14 Sweep Net 1 Oxyopes javanus 1 0,14 2 Menochilus sexmaculatus L. 6 0,86 3 Conocephalus longipennis 1 0,14
Catatan : MST (Minggu Setelah Tanam)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
79
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa serangga
predator yang memilik frekuensi nilai 1 adalah spesies Anaxipha longgipennis dan
Menochilus sexmaculatus L, ini artinya kedua spesies tersebut adalah spesies yang
selalu di jumpai di setiap kali pengamatan.
Keberadaan spesies Anaxipha longgipennis dan Menochilus sexmaculatus
L. tersebut di dukung dengan keberadaan beberapa hama sebagai mangsa, adapun
hama yang berada pada pertanaman padi selama pengamatan yang berpotensi
sebagai mangsa kedua predator tersebut adalah wereng.
Anaxipha longgipennis adalah spesies serangga dari famili Gryllidae
golongan ordo Orthoptera yang paling banyak di jumpai di areal pertanaman padi,
Anaxipha longipennis Serville adalah salah satu predator generalis yang dapat
ditemukan pada ekosistem pertanaman padi. Pada habitat tersebut jengkerik ini
merupakan predator yang efektif untuk telur lepidoptera dan nimfa wereng padi
(Heong 2002 dalam Karindah Sri, dkk 2011) hal tersebut sesuai dengan adanya
serangan hama wereng pada pertanaman padi.
Gambar 31. Hama Wereng (Nilaparvata lugens)
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
80
Karindah dkk. (2010) menjelaskan bahwa selama di pertanaman padi, A.
longipennis dan M. vittaticolis aktif memangsa telur hama penggulung daun
Cnaphalocrosis medinalis lebih dari 90%.
Selain itu Karindah Sri, dkk (2011) juga mengatakan nilai lebih predator
generalis dibandingkan dengan predator spesifik antara lain mampu beradaptasi
dengan mudah dan dapat berkembang meskipun mangsa utama tidak tersedia,
sehingga mampu berkembang lebih awal daripada mangsanya. Adaptasi ini
dilakukan dengan memangsa serangga pengurai dan serangga pemakan plankton
yang ada di sekitarnya, hal tersebut mampu mendukung keberadaan Anaxipha
longgipennis untuk terus hidup di area pertanaman padi sehingga selalu di
temukan pada setiap kali pengamatan.
Menurut Ledheng (2016) Menochilus sexmaculatus L. merupakan predator
yang memangsa wereng batang padi. Jumlah mangsa yang dimakan larva dan
imago M. sexmaculatus meningkat seiring dengan meningkatnya
kepadatanpopulasi mangsa dan tidak meningkat meskipunkepadatan populasi
mangsa meningkat setelahpemangsa kenyang (Rudiyanto dkk., 2010 dalam
Moningka Mareyke, dkk 2012).
Keberadaan Menochilus sexmaculatus pada setiap pengamatan diduga
karena ketersediaan mangsa di pertanaman padi, spesies Menochilus sp ini sangat
aktif mencari makanannya,sehingga seluruh agroekosistem spesies ini ada, sesuai
dengan pendapat Deri Salanti(2008) dalam Wadia (2012) yang mengatakan
bahwa kumbang kubah termasuk salah satu predator yangaktif mencari mangsa
dan dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Wadia (2012) juga
mengatakan famili Coccinelidae paling dapat bertahan dalam kondisi
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
81
agroekosistemapa saja yaitu bagaimanapun keadaan agroekosistem famili
Coccinelidae selaluhadir, Menurut Kasumbogo dan Wirjosuharso (1991) dalam
Rahman (2011),tingginya musuh alami predator Coccinelidae dipengaruhi oleh
iklim yangmendukung serta ketersediaan inang.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
82
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan jenis serangga predator yang berada pada pertanaman padi
yang di tanaman di antara tegakan karet.
1. Pitfall Trap merupakan perangkap yang paling banyak memerangkap
serangga yaitu sebanyak 364 selama masa pengamatan.
2. Ditemukan 7 predator yaitu Anaxipha longgipennis (Orthoptera : Gryllidae),
Menochilus sexmaculatus L. (Coleoptera : Coccinellidae), Oxyopes javanus
(Araneae:Oxyopidae), Pheropsophus occipitalis (Coleoptera : Carabidae),
Euborellia stali (Dermaptera:Anisolabididae), Conocephalus longipennis
(Orthoptera:Tettigoniidae), Paederus littoralis (Coleoptera : Staphylinidae)
pada pertanaman padi beras merah yang di tanam di antara tegakan karet.
3. Jumlah serangga terbanyak yaitu jenis Anaxipha longgipennis yang terdapat
pada perangkap Pitfall Trap dengan jumlah 233 ekor.
4. Indeks keragaman yang diperoleh adalah 1,34 yang di golongkan
keanekaragaman sedang.
5. Kelimpahan relatif tertinggi yaitu pada Anaxipha longgipennis dengan nilai
0,5534.
6. Tingkat frekuensi tertinggi yang bernilai 1 yaitu pada jenis Anaxipha
longgipennis dan Menochilus sexmaculatus L.
6.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui potensi predator
hama pada tanamanberas merah.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
83
DAFTAR PUSTAKA Afza, Higa. 2016. Peran Konservasi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Padi Beras
Merah dalam Pemuliaan Tanaman. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 35 no. 3 September 2016 : 143-153
Azhar, Hanifah Mariah, and Darwati Susilastuti. "Analisis Keragaman Hayati
Tanaman Padi (Oryza sativa, L)."AGRISIA-Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 9.2 (2017).
Agusdian, Rian. 2012 . Tanpa Tahun. Sistem Proteksi Tanaman Padi dari
Serangan Hama Wereng Menggunakan Gelombang Ultrasonik dan Penunjuk Arah Angin. Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Anggraini, Septiana, dkk. 2014. Serangan Hama Wereng dan Kepik pada
Tanaman Padi di Sawah Lebak Sumatera Selatan. Ilmu Tanaman, Program Pascasarjana, Faperta Universitas Sriwijaya
Anonymous3. 2012. Panduan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Jawa Tengah. 6-12 pp. Arifianto Renam Putra. 2010. Ciri – CiriMorfologipadiBijiMerah.Universitas
Negeri Jember Budiman Haryanto, S.P. 2012, Budi Daya Karet Unggul, Yogyakarta: Pustaka
Baru Press Damayanthi Erin. 2016. Keanekaragaman Coccinellidae Predator pada
Pertanaman Padi di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi di Sumatera Barat. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.
Debach (ed). 1973. Biological control of insect pests and weeds .: Chapman and
Hall Ltd. London. Pp. 610 – 628
Efendi Siska dan Rezki Dewi. 2018. Kajian Dampak Aplikasi Insektisida Lamda Sihalotrin terhadap Kemampuan Pemangsaan dan Biologi Menochilus Sexmaculatus (Coleoptera: Coccinellidae). Laporan Akhir Riset Pemula Dosen. Universitas Andalas. Padang
Erniwati. 2012. Biologi Jangkrik (Orthoptera: Gryllidae) Budidaya dan
Peranannya. Fauna Indonesia Vol 11 (2) Desember 2012 : 10 -14 Fitri, H. 2009. Uji Adaptasi Bebrapa Padi Ladang ( Oryza sativa L ). Skripsi
Universitas Sumatra Utara. Medan. Hasan, E., dkk. 2014. Kelimpahan dan Dominansi Arthropoda Tanah di Kawasan
Hutan Lindung Jailolo. Vol 2 No (2) Maret. 2014
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
84
Herlinda Siti, Septiana Suci, Suwandi, Wijaya Andi, Khodijah, Meidalima Dewi,
Thalib Rosdah. 2014. Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut. Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya, Palembang
Iriyani, N. 2011. Sereal dengan subtitusi bekatul tinggi antioksidan. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang. KahonoSihdanErawatiNety Virgo. 2012. Keanekaragaman dan Kelimpahan
Belalang dan Kerabatnya (Orthoptera) pada Dua Ekosistem Pegunungan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 100-115. Institut Pertanian Bogor
Karindah Sri, Purwaningsing Ardiyanti, Agustin Anis dan Astuti L,P. 2011.
Ketertarikan Anaxipha longipennis Serville (Orthoptera: Gryllidae) terhadap Beberapa Jenis Gulma di Sawah sebagai Tempat Bertelur.Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Jalan Veteran, Malang
Kartikasari Hanna dkk. 2015 . Analisis Biodiversitas Serangga di Hutan Kota
Malabar sebagai Urban Ecosystem Services Kota Malang pada Musim Pancaroba. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Kartohardjono, A., D. Kertoseputro., T. Suryana. 2009. Hama Padi Potensial dan
Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Kartohardjono A. 2011. Penggunaan Musuh Alami sebagai Komponen
Pengendalian Hama Padi Berbasis Ekologi. Balai Besar Penelitian Padi.
Bogor
Khodijah, Herlinda Siti, Irsan Chandra, Pujiastuti Yulia dan Thalib Rosdah. 2012. Artropoda Predator Penghuni Ekosistem Persawahan Lebak dan Pasang Surut Sumatera Selatan.Jurnal Lahan Suboptimal. ISSN2252-6188 Vol. 1, No.1: 57-63. Palembang.
Latumahina F, S dan Anggraini Illa. 2010. Diversitas Coleoptera dalam Kawasan
Hutan Lindung Sirimau Kota Ambon. Pusat Litbang Hutan Tanaman Bogor.
Ledheng Ludgarids, Eno Theresia dan Atini Blasius, 2016, Inventarisasi Serangga Predator Hama Padi Pada Areal Pertanian Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah .Vol. 1, No. 2 (24-26) 2016 Bio – Edu : Jurnal Pendidikan Biologi International Standard of Serial Number 2527-6999
Makarim dan Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Subang.
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
85
Moningka Mareyke, Tarore Dantje dan Krisen Jaene. 2012. Keragaman Jenis
Musuh Alami Pada Serangga Hama Padi Sawah Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Unsrat Manado.
M. Syakir. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Bogor Nasution A, P. 2012. Kelimpahan Artropoda Predator Permukaan Tanah pada
Tiga Ekosistem Pertanaman. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
Nasution, Nurhasanah. 2016. Keanekaragaman Laba-laba (Araneae) pada
Ekosistem Sawah dengan Beberapa Pola Tanam di Kota Padang. Akademi Perekam Dan Informasi Kesehatan (APIKES) IRIS. Kota Padang. Sumatera Barat
Natalia. 2011. Pengaruh Kombinasi Hormon Auksin Dan Sitokinin Terhadap Induksi Kalus Dan Regenerasi Tunas PadaKalus Biji Padi (Oryza Sativa L.) Cv. Ciherang Secara In Vitro.Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Fakultas Teknobiologi. Yogyakarta
Nuraidan dan Hayim, A, 2009. Isolasi, Identifikasi, dan Karakterisasi
JamurEntomopatogen dari Rizosfir Pertanaman Kubis. Fakultas Pertanian, Universitas Al-Azhar, Medan
Nurhamidah Dewi. 2015. Pengembangan Insektarium Disertai Buku Pedoman
Pembuatan Koleksi Serangga sebagai Media Praktikum untuk Siswa Kelas X SMA/MA. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Nurlaela. 2017. Keragaman Jenis Laba-Laba (Artropoda : Araneae) di Kelurahan
SamataKabupaten Gowa. Uin Alauddin Makassar. Pelawi, P.A . 2010 . Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Beberapa Ekosistem
di Areal Perkebunan PT. Umbul Mas Wisesa Kabupaten Labuhan Batu. Universitas Sumatera Utara. Medan
Perdana, Adhi Surya. 2008 . Budidaya Padi Gogo. Mahasiswa Swadaya
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian UGM. Yogyakarta Pradhana R. Ardian Iman, Mudhiono Gatot dan Karindah Sri. 2014.
Keanekaragaman Serangga dan Laba-laba pada Pertanian Organik dan Konvensional. Jurnal HPT Volume 2 No 2 ISSN : 2338 – 4336. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang
Praja Surya. 2014. Beras Merah untuk Diet dan Kesehatan. Beras Raja Organik.
Hasil Pertanian Organik Komunitas Petani Merbabu Merapi
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
86
Purwaningsih, Heni dan Kristamtini, 2009. Potensi Pengembangan Beras Merah
Sebagai Plasma Nutfah Yogyakarta. Jurnal Litbang Pertanian. 28 (3): 88-95. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2017. Hama dan Penyakit
Tanaman Padi dan Cara Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian Tanaman PadiBalitbangtan - Kementerian Pertanian
Rofidah Erna dan Tjahjaningrum Indah T,D. 2013. Pengaruh Modifikasi Habitat Padi Varietas IR 64 dengan Aplikasi Trap Crop Menggunakan Serai Wangi (Andropogon nardus) TerhadapKomposisi, Kelimpahan, dan Keanekaragaman Arthropoda. Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 2, No.3, (2013) 2337-3520. Surabaya.
Sahuri. 2017. Pengaruh Tanaman Sela Sorgum Manis terhadap Pertumbuhan
Tanaman Karet Belum Menghasilkan. Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet. Palembang
Santika, A. dan Rozakurniati., 2010. Teknik Evaluasi Mutu Beras dan Beras Merah pada Beberapa Galur Padi Gogo. Buletin Teknik Pertanian. 15(1) : 1-5
Shepard, B.M , A.T. Barrion, dan J.A Litsinger. 2011. Musuh Alami Hama Padi.
International Rice Research Institute. Sidauruk C, D. Bakri, RA Kuswardani ; C hanum (2015) Effect On Intercroping
System In Green Peach Aphid Dynamics On Organic Farming Potato In Karo Highland. J.Int. Sei Teeh Ry 4(10), 272-277. 2015
Siddaiah A,A. dan Devi A,R. 2015. Biology of a predatory bug Eocanthecona
furcellata Wolff (Hemiptera : Pentatomidae) on Vapourer tussock moth larvae: a major pest of tasar silkworm food plants. Central Tasar Research and Training Institute, Ministry of Textile, Central Silk Board, Piska Nagri, Ranchi, Jharkhand, India.
Siregar A S., Darma B dan Fatimah Z. 2014. Keanekaragaman Jenis Serangga Di
Berbagai Tipe Lahan Sawah.Jurnal Agroekoteknologi 2 ( 2):1640-1647 Suciatmih et al. 2015. Jamur Entomopatogen dan Aktivitas Enzim
Ekstraselulernya. Pusat Penelitian Biomaterial – LIPI. Bogor Sulhan Agus Andi. 2015. Sejarah Pengendalian Hayati di Indonesia. Fakultas
Pertanian. Universitas Udayana. Sunarno, 2012. Pengendalian Hayati (Biologi Control) Sebagai Salah Satu
Komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT). JOURNAL UNIERA 1(2).
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
87
Suriansyah, Suparman, Bhermana Andi, Anto Astri. 2013. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Gogo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Tengah.
Tauruslina E, dkk. 2015. Analisis Keanekaragaman Hayati Musuh Alami pada
Eksosistem PadiSawah di Daerah Endemik dan Non-Endemik Wereng Batang CokelatNilaparvata Lugens di Sumatera Barat. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikoltura (BPTPH) Sumatera Barat.
Tobing Maryani Cyccu. 2009. Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan
Serangga Hama dalam Agroekosistem. Fakultas Pertanian.Universitas Sumatera Utara. Medan
Wadia A, A , Iswati Rida, Pembengo Wawan. 2012. Musuh Alami Predator
Tanaman Padi (Oryza Sativa L) pada Agroekosistem Berbeda. Forum Seminar Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Wawan dkk, 2017. Isolasi dan Identifikasi Entomopatogen Hirsutella citriformis
(Speare) dan Potensi Miselianya sebagai Sumber Inokulum untuk Pengendalian Wereng Cokelat (Nilaparvata lugens Stål.). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian. Bogor
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
88
Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Sertani
- Potensi Hasil sampai dengan 16 ton/Ha
- Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah
- Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai (umur semai 15 hari, umur sejak
tanam 90 hari).
- Jumlah anakan pada umur 45 HST > 40 anakan
- Kebutuhan air sediki atau tidak menghendaki genangan tinggi (cukups ekitar 1
cm saat tanam hingga tanaman mulai bunting atau cukup macak-macak) dan
selanjutnya asal basah saja
- Umur semai pendek , semai di cabut dan di pindahkan kesawah umur 15 hari
- Di banding tanaman padi lain lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit
- Dapat di gunakan untuk pertanaman sistim rancah (musih hujan), gogo-rancah,
rancah-gogo dan sawah surut air dan lading.
Sumber : Nurman S.P
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
89
Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Padi Beras Merah Varietas MSP 17
Nomor seleksi : B11844-MR-7-17-3
Asal seleksi : Bio 12-MR-1-4-PN-6/ Beras merah
Umur tanaman : ±111 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ±106 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning
Warna beras : Merah
Kerontokan : Sedang
Kerabahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : ±18%
Berat 1000 butir : 26 gram
Rata-rata hasil : 6,7 t/ha GKG
Potensi hasil : 7,7 t/ha GKG
Ketahanan tehadap - Hama : Agak rentan terhadap wereng batang cokelat biotipe
1, 2, dan 3.
- Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III.
Agak tahan terhadap patotpe IV.
Agak rentan terhadap petotipe VIII
Pemula : Ir. Surono Danu.
Tahun dilepas : 2012
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
90
Lampiran 3
Jadwal Kegiatan Penelitian
Jenis Kegiatan
Bulan / 2018
Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Alat dan bahan
Pembuatan perangkap jatuh dan perangkap jaring
Pemasangan perangkap pada tanaman padi
Pengamatan
Pengolahan Data
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
91
Lampiran 4
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
92
Lampiran 5.Keberadaan Jenis Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Pitfall Trap di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
1 2 3 4 5 6 7 1 Anaxipha longgipennis Sertani ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Sertani ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ MSP ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ 2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Sertani 0 ✓ 0 ✓ ✓ ✓ 0 MSP ✓ 0 0 ✓ ✓ ✓ ✓ 3 Oxyopes javanus Sertani ✓ 0 0 ✓ 0 0 0 Sertani 0 0 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ MSP 0 0 ✓ 0 ✓ ✓ 0
Keterangan :
✓ = adanya suatu jenis serangga
0 = tidak ada suatu jenis serangga
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
93
4 Pheropsophus occipitalis Sertani 0 ✓ ✓ ✓ 0 ✓ 0 Sertani 0 ✓ ✓ ✓ ✓ 0 0 MSP ✓ ✓ ✓ 0 ✓ ✓ 0 5 Conocephalus longipennis Sertani 0 ✓ 0 0 0 0 0 Sertani 0 0 ✓ 0 0 0 0 MSP 0 0 ✓ 0 0 ✓ 0 6 Euborellia stali Sertani 0 0 0 0 ✓ 0 0 Sertani 0 0 0 0 0 0 ✓ MSP 0 0 ✓ 0 0 0 0
Keterangan :
✓ = adanya suatu jenis serangga
0 = tidak ada suatu jenis serangga
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
94
Lampiran 6.Keberadaan Jenis Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Sweep Net di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
1 2 3 4 Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
1 Oxyopes javanus Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0
Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0
MSP 0 0 ✓ 0 0 0 0 0 2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 0 0 0 0 ✓ 0 0
Sertani 0 0 ✓ 0 0 0 ✓ ✓
MSP 0 0 0 0 ✓ 0 0 0 3 Conocephalus longipennis Sertani 0 0 0 0 ✓ 0 0 0
Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0
MSP 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan :
✓ = adanya suatu jenis serangga
0 = tidak ada suatu jenis serangga
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
95
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
5 6 7
Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore 1 Oxyopes javanus Sertani 0 0 0 0 0 0
Sertani 0 0 0 0 0 0
MSP 0 0 0 0 0 0 2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 ✓ 0 0 0 0
Sertani ✓ 0 ✓ 0 0 0
MSP 0 0 0 0 ✓ 0 4 Conocephalus longipennis Sertani 0 0 0 0 ✓ 0
Sertani 0 0 0 0 0 0
MSP 0 0 0 0 0 0
Keterangan :
✓ = adanya suatu jenis serangga
0 = tidak ada suatu jenis serangga
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
96
Lampiran 7.Keberadaan Jenis Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet denganPengamatan Langsungdi Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
1 2 3 4 5 6 7 1 Oxyopes javanus Sertani 0 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Sertani 0 0 0 ✓ ✓ 0 0 MSP 0 ✓ ✓ 0 0 ✓ 0 2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 0 ✓ ✓ 0 0 0 Sertani 0 ✓ 0 0 ✓ ✓ 0 MSP 0 0 0 0 ✓ 0 0 3 Paederus littoralis Sertani 0 0 0 0 0 0 ✓ Sertani 0 0 0 0 0 0 ✓ MSP 0 0 0 0 0 ✓ ✓ 4 Conocephalus longipennis Sertani 0 ✓ 0 0 0 0 0 Sertani 0 0 0 0 0 0 0 MSP 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan :
✓ = adanya suatu jenis serangga
0 = tidak ada suatu jenis serangga
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
97
Lampiran 8.JumlahSerangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet denganMenggunakan Pitfall Trapdi Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
Jumlah Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7
1 Anaxipha longgipennis Sertani 2 15 11 9 18 13 8 76 10,86 Sertani 2 11 18 11 15 14 8 79 11,29 MSP 9 12 12 15 11 9 10 78 11,14
2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 1 4 5 3 3 1 17 2,43
Sertani 0 1 0 3 2 3 0 9 1,29 MSP 3 0 0 3 4 3 2 15 2,14 3 Oxyopes javanus Sertani 1 0 0 2 0 0 0 3 0,43 Sertani 0 0 4 2 2 3 1 12 1,71 MSP 0 0 1 0 4 2 0 7 1,00
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
98
4 Pheropsophus occipitalis Sertani 0 5 8 6 0 2 0 21 3,00
Sertani 0 8 3 4 2 0 0 17 2,43
MSP 3 2 8 0 4 2 0 19 2,71
5 Conocephalus longipennis Sertani 0 1 0 0 0 0 0 1 0,14
Sertani 0 0 3 0 0 0 0 3 0,43
MSP 0 0 2 0 0 1 0 3 0,43 6 Euborellia stali Sertani 0 0 0 0 1 0 0 1 0,14
Sertani 0 0 0 0 0 0 2 2 0,29
MSP 0 0 1 0 0 0 0 1 0,14 Jumlah 20 56 75 60 66 55 32 364
Rata-Rata 1.11 3.11 4.17 3.33 3.67 3.06 1.78 2.89
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
99
Lampiran 9. JumlahSerangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Sweep Net di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
1 2 3 4 Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
1 Oxyopes javanus Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0 Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0 MSP 0 0 2 0 0 0 0 0 2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 0 0 0 0 1 0 0 Sertani 0 0 1 0 0 0 1 1 MSP 0 0 0 0 2 0 0 0 3 Conocephalus longipennis Sertani 0 0 0 0 1 0 0 0 Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0 MSP 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 3 0 3 1 1 1 Rata-Rata 0,00 0,00 0,33 0,00 0,33 0,11 0,11 0,11
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
100
no Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
5 6 7 Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
1 Oxyopes javanus Sertani 0 0 0 0 0 0 Sertani 0 0 0 0 0 0 MSP 0 0 0 0 0 0 2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 1 0 0 0 0 Sertani 1 0 1 0 0 0 MSP 0 0 0 0 1 0 3 Conocephalus longipennis Sertani 0 0 0 0 1 0 Sertani 0 0 0 0 0 0 MSP 0 0 0 0 0 0
Jumlah 1 1 1 0 2 0 Rata-Rata 0,11 0,11 0,11 0,00 0,22 0,00
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
101
Lampiran 10.JumlahSerangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet denganPengamatan Langsungdi Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga Varietas Pengamatan Ke-
jumlah rata-rata 1 2 3 4 5 6 7
1 Oxyopes javanus Sertani 0 2 2 1 2 2 1 10 1,43
Sertani 0 0 0 1 1 0 0 2 0,29
MSP 0 3 3 0 0 1 0 7 1,00
2 Menochilus sexmaculatus L. Sertani 0 0 2 2 0 0 0 4 0,57
Sertani 0 1 0 0 3 1 0 5 0,71
MSP 0 0 0 0 3 0 0 3 0,43 3 Paederus littoralis Sertani 0 0 0 0 0 0 4 4 0,57
Sertani 0 0 0 0 0 0 3 3 0,43
MSP 0 0 0 0 0 1 3 4 0,57
4 Conocephalus longipennis Sertani 0 1 0 0 0 0 0 1 0,14
Sertani 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
MSP 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 jumlah 0 7 7 4 9 5 11 43
rata-rata 0,00 0,58 0,58 0,33 0,75 0,42 0,92 0,51
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
102
Lampiran 11. Indeks Keragaman Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No jenisserangga jenisperangkap
Pitfall trap aspirator sweepnet jumlah pi In pi pi In pi 1 Anaxiphalonggipennis 233 0 0 233 0.55 -0.59 -0.33 2 Menochilussexmaculatus L. 41 12 10 63 0.15 -1.90 -0.28 3 Oxyopesjavanus 22 19 2 43 0.10 -2.28 -0.23 4 Pheropsophusoccipitalis 57 0 0 57 0.14 -2.00 -0.27 5 Conocephaluslongipennis 7 1 2 10 0.02 -3.74 -0.09 6 Euborelliastali 4 0 0 4 0.01 -4.66 -0.04 7 Paederuslittoralis 0 11 0 11 0.03 -3.64 -0.10
total 364 43 14 421 -1.34 rata-rata 52.00 6.14 2.00 60.14
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
103
Lampiran 12. Kelimpahan Relatif Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Fitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No JenisSerangga JenisPerangkap
Pitfall Trap Aspirator Sweepnet Jumlah Kelimpahan 1 Anaxiphalongipennis 233 0 0 233 0.5534 2 MenochilussexmaculatusL. 41 12 10 63 0.1496 3 Oxyopesjavanus 22 19 2 43 0.1021 4 Pheropsophusoccipitalis 57 0 0 57 0.1354 5 Conocephaluslongipennis 7 1 2 10 0.0238 6 Euborelliastali 4 0 0 4 0.0095 7 Paederuslittoralis 0 11 0 11 0.0261
TOTAL 364 43 14 421 1 RATA-RATA 52.00 6.14 2.00 60.14
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
104
Lampiran 13. Frekuensi Serangga yang berada pada Pertanaman Padi Beras Merah yang di Tanam di Antara Tegakan Karet Menggunakan Perangkap Pitfall Trap, Sweep Net dan Pengamatan Langsung di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Taun, Kabupaten Deli Serdang dari Pengamatan Ke- 1 sampai dengan 7 MST
No Jenis Serangga dan
Perangkap Keberadaan Selama
Pengamatan Frekuensi Fitfall Trap 1 Anaxipha longipennis 7 1,00 2 Menochilus sexmaculatus L. 7 1,00 3 Oxyopes javanus 6 0,86 4 Pheropsophus occipitalis 6 0,86 5 Conocephalus longipennis 3 0,43 6 Euborellia stali 3 0,43 Pengamatan Langsung 1 Oxyopes javanus 6 0,86 2 Menochilus sexmaculatus L. 5 0,71 3 Paederus littoralis 2 0,29 4 Conocephalus longipennis 1 0,14 Sweep Net 1 Oxyopes javanus 1 0,14 2 Menochilus sexmaculatus L. 6 0,86 3 Conocephalus longipennis 1 0,14
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
105
Lampiran 14 Grafik Keberadaan Serangga Predator Pada Pengamatan 1 Sampai 7 MST Menggunakan Perangkap Pitfall Trap,
Sweep Net dan Pengamatan Langsung
Grafik Keberadaan Serangga Predator Pada Pengamatan 1 Sampai 7 MST Menggunakan Perangkap Pitfall Trap
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Pengamatan ke 1
Pengamatan ke 2
Pengamatan ke 3
Pengamatan ke 4
Pengamatan ke 5
Pengamatan ke 6
Pengamatan ke 7
Anaxipha longipennis
Menochilus sexmaculatus L.
Oxyopes javanus
Pheropsophus occipitalis
Conocephalus longipennis
Euborellia stali
Paederus littoralis
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
106
Grafik Keberadaan Serangga Predator Pada Pengamatan 1 Sampai 7 MST Menggunakan Perangkap Sweep Net
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Pengamatan ke 1
Pengamatan ke 2
Pengamatan ke 3
Pengamatan ke 4
Pengamatan ke 5
Pengamatan ke 6
Pengamatan ke 7
Anaxipha longipennis
Menochilus sexmaculatus L.
Oxyopes javanus
Pheropsophus occipitalis
Conocephalus longipennis
Euborellia stali
Paederus littoralis
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
107
Grafik Keberadaan Serangga Predator Pada Pengamatan 1 Sampai 7 MST dengan Pengamatan Langsung
0
2
4
6
8
10
12
Pengamatan ke 1
Pengamatan ke 2
Pengamatan ke 3
Pengamatan ke 4
Pengamatan ke 5
Pengamatan ke 6
Pengamatan ke 7
Anaxipha longipennis
Menochilus sexmaculatus L.
Oxyopes javanus
Pheropsophus occipitalis
Conocephalus longipennis
Euborellia stali
Paederus littoralis
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA
108
------------------------------------------------------ © Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang ------------------------------------------------------ 1. Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan sumber 2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan Penulisan Karya Ilmiah 3. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin UMA
17/10/19UNIVERSITAS MEDAN AREA