KERAGAAN BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer )YANG ...digilib.unila.ac.id/55131/3/SKRIPSI TANPA...
Transcript of KERAGAAN BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer )YANG ...digilib.unila.ac.id/55131/3/SKRIPSI TANPA...
KERAGAAN BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer )YANG
DIPELIHARA PADA WARING APUNG DI TAMBAK DENGAN PADAT
TEBAR BERBEDA PADA FASE PENDEDERAN
(SKRIPSI)
Oleh
Maolya Utami Tri Agustine
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
PERFORMANCE OF SEABASS SEED (Lates calcarifer) WHERE
REARING IN HAPPA WITH DIFFERENT DENSITY ON NURSERY
PHASE
By
Maolya Utami Tri Agustine
The main constraints in seabass fish farming is high mortality in nursery phase is
the high mortality in the seed maintenance phase due to cannibalism The aimed of
this research is to determine the optimal stocking density in nursery of seabass
which is maintained in where rearing in happa. The study used 4 densities (250,
500, 750 and 1000 fish/m3) and 3 replications. Seabass fingerling with length 4 –
5 cm for 30 days in rearing in happa sizzed 1 x 1 x 1,5. The feed used in the study
was commercial feed with ad libitum. The results showed that different stocking
densities affected the survival and growth of absolute length, but did not affect
feed conversion. The highest survival rate is 250 fish / m3 stocking density, the
absolute length is highest for 250 fish/ m3 stocking densities.
Keywords : seabass, cannibalism, stocking density
ABSTRAK
KERAGAAN BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer )YANG
DIPELIHARA PADA WARING APUNG DI TAMBAK DENGAN PADAT
TEBAR BERBEDA PADA FASE PENDEDERAN
Oleh
Maolya Utami Tri Agustine
Kendala utama dalam budidaya kakap putih pada fase pendederan adalah
tingginya mortalitas pada fase pemeliharaan benih karena adanya kanibalisme.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat tebar optimal pada pendederan
benih kakap putih yang dipelihara pada waring apung. Penelitian menggunakan 4
kepadatan (250, 500, 750, dan 1000 ekor/m3) dan 3 ulangan. Panjang rata – rata
benih kakap putih yang digunakan 4 – 5 cm, pemeliharaan selama 30 hari
dipelihara dalam waring berukuran 1 x 1 x 1,5 m3. Pakan yang digunakan dalam
penelitian adalah pakan komersil dengan pemberian secara ad libitum. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa padat tebar berbeda berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dan pertumbuhan panjang mutlak, tetapi tidak berpengaruh
terhadap konversi pakan. Kelangsungan hidup tertinggi pada padat tebar 250
ekor/m3, panjang mutlak tertinggi pada padat tebar 250 ekor/m
3.
Kata kunci : ikan kakap putih, kanibalisme, padat tebar
KERAGAAN BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer )YANG
DIPELIHARA PADA WARING APUNG DI TAMBAK DENGAN PADAT
TEBAR BERBEDA PADA FASE PENDEDERAN
Oleh
MAOLYA UTAMI TRI AGUSTINE
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Agustus 1996
anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak
Hatta Bastari dan Ibu Diana. Penulis menyelesaikan
pendidikan di TK Nurul Hasanah Bogor pada tahun 2002,
SDN Tonjong 2 Bogor pada tahun 2008, SMPN 1 Bojonggede
Bogor pada tahun 2011, dan SMAN 10 Bogor pada
tahun2014. Selanjutnya, pada tahun 2014 penulis diterima
sebagai mahasiswa Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Plankton
dan Tanaman Air 2016/2017. Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Teluk Dalam Ilir Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung
Tengah pada bulan Januari - Febuari 2017, dan pada Juli-Agustus 2017 penulis
melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung dengan judul “Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus) di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung”.
Tahun 2018, penulis menyelesaikan tugas akhir dengan menulis skripsi yang
berjudul “Keragaan Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer )yang dipelihara
pada Waring Apung di Tambak dengan Padat Tebar Berbeda pada Fase
Pendederan”.
Persembahanku
Puji Syukur Kepada Allah SWT, Atas segala limpahan
Nikmat dan Karunia- Nya yang telah memberiku kesabaran,
kekuatan dan Ilmu yang bermanfaat. Tak Lupa ku
hanturkan sholawat serta salam kepada baginda Rasullah
Muhammad SAW.
Dengan mengucapkan Alhamdulillahirobil’alamin
Kupersembahkan sebuah karya sederhana ini sebagai
wujud tanggung jawab dan baktiku kepada :
Ayahanda tercinta Hatta Bastari dan Ibunda Diana yang
tanpa henti mendo’akan dan mendukungku
Teman-teman senasib seperjuangan yang menjadi
tempat keluh kesah semasa studi.
Almamater tercinta, Universitas Lampung.
Terima Kasih
MOTTO
“Rahasia kesuksesan adalah mengetahui yang orang lain
tidak ketahui.”
(Aristotle Onassis)
“Kebahagiaan itu bergantung pada dirimu sendiri”
(Aristoteles)
“Jangan membandingkan dirimu dengan siapa pun di
dunia ini. Kalau kau melakukannya, sama saja dengan
menghina dirimu sendiri.”
(Bill Gates)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
kesanggupannya.”
(QS. Al Baqarah ayat, 286)
“Waktu bagaikan pedang. Jika engkau tidak
memanfaatkannya dengan baik (untuk memotong), maka
ia akan memanfaatkanmu (dipotong).”
(HR. Muslim)
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Keragaan
Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer )yang dipelihara pada Waring
Apung di Tambak dengan Padat Tebar Berbeda pada Fase Pendederan.”
Selama proses penyelesaian skripsi, penulis telah memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Universitas Lampung.
3. Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
4. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Hatta Bastari dan Ibu Diana. Terima kasih
atas ke ikhlasan, segala perjuangan dan kerja keras dalam mendidik dan
membesarkanku. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan
limpahan rahmat bagi kedua orang tua yang sangat kusayangi.
5. Ir. Mimid Abdul Hamid, M.Sc., selaku Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya
Laut (BBPBL) Lampung yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian
di balai
6. Bapak Tarsim, S.Pi., M.Si., selaku dosen Pembimbing Utama dan dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dari
awal hingga selesainya skripsi ini dengan baik., serta memberikan nasihat, dan
motivasi selama menjalani studi di Jurusan Perikanan dan Kelautan.
7. Bapak Herno Minjoyo, M.Sc., selaku dosen Pembimbing Kedua yang
membimbing dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dengan baik.
8. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku dosen Penguji yang memberikan
saran dan masukan yang amat membangun.
9. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah memberikan
motivasi dan saran selama menjalani studi di Jurusan Perikanan dan Kelautan.
10. Terimakasih kepada Annisa Husnul, Astri, Dona, Diana, Ratnasari, Bagus
Snatoso, Bang Triando, Bang Andhika Bayu telah menemani dan membantu
selama penelitian.
11. Teman-teman angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
kebersamaan dan kerjasamannya selama ini.
12. Karyawan BBPBL Lampung (Bu Maya Meiyana, Pak Hidayat, Pak Hanung
Santoso, Pak Agus Soedarsono, Pak Sukadi, Pak Ayun, Pak Win, Pak Wahyu,
Pak Silvester, Pak Tohari, Pak Tukiran, Pak Luki, Pak Sugianto, Pak Lian,
Pak Adit, Bagus, Bang Ipoh, Bang Rusli, Bang Yokis) yang telah membantu
selama proses penelitian di Balai.
13. Laboran dan staf administrasi jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah
membantu dalam memfasilitasi selama proses penyelesaian skripsi.
14. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang membaca, Amin.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis
Maolya Utami Tri Agustine
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................... .i
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2
1.3. Manfaat Penelitian ................................................................................... 2
1.4 Kerangka Penelitian ................................................................................ 2
1.5. Hipotesis ..................................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Kakap Putih ........................................................................ 6
2.1.1Taksonomi Ikan Kakap Putih .......................................................... 6
2.1.2 Morfologi Ikan Kakap Putih .......................................................... 6
2.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup ................................................................... 7
2.3 Pakan dan Kebiasaan Pakan Ikan Kakap Putih ........................................ 7
2.4 Pengaruh Padat Penebaran Ikan Terhadap Kelangsungan Hidup ............ 8
2.5 Pengaruh Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan ....................................... 10
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................ 12
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 12
3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................. 12
3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................ 13
3.4.1 Persiapan Penelitian .................................................................... 13
a) Wadah Pemeliharaan ............................................................... 13
b) Ikan Uji.................................................................................... 14
c) Pakan ....................................................................................... 14
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 14
a) Penebaran Benih ............................................................................. 14
b) Pemberian Pakan ........................................................................... 15
c) Pengelolaan Kualitas Air ................................................................ 15
3.4.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................... 15
a) Sampling ......................................................................................... 15
b) Kelangsungan Hidup ..................................................................... 16
c) Pertumbuhan Panjang Mutlak ......................................................... 16
d) Rasio Konversi Pakan .................................................................... 16
e) Analisis Data ................................................................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kelangsungan Hidup .............................................................................. 18
4.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak ................................................................ 21
4.3 Rasio Konversi Pakan ........................................................................... 23
4.4 Kualitas Air ............................................................................................ 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesmpulan ................................................................................................ 26
5.2 Saran ......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27
LAMPIRAN ....................................................................................................... 30
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tata Letak Waring Apung Penelitian ............................................................... 13
2. Kualitas Air Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Tambak
Pemeliharaan dengan Padat Penebaran 250, 500, 750,1000 ekor/m3
selama 30
hari...... ............................................................................................................. 25
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................................. 4
2. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) .................................................................. 6
3. Waring Apung Wadah Pemeliharaan Ikan ....................................................... 14
4. Kelangsungan Hidup (%) Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang
dipelihara dengan Padat Penebaran 250, 500, 750, dan 1000 ekor/m3 selama
30 hari ............................................................................................................. 18
5. Grafik Jumlah Ikan Mati pada Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang
dipelihara dengan Padat Penebaran 250, 500, 750, dan 1000 ekor/m3
selama
30 hari. ............................................................................................................ 19
6. Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
yang dipelihara dengan Padat Penebaran 250, 500, 750 dan 1000 ekor/m3
selama 30 hari ................................................................................................. 22
7. Rasio Konversi Pakan Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang
dipelihara dengan Padat Penebaran 250, 500, 750 dan 1000 ekor/m3 selama 30
hari...... ............................................................................................................. 24
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Analisis Ragam Kelangsungan Hidup ............................................................. 31
2. Analisis Ragam Pertumbuhan Panjang Mutlak................................................ 35
3. Analisis Ragam Rasio Konversi Pakan ............................................................ 39
4. Jumlah Ikan Mati pada Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang
dipelihara dengan Padat Penebaran 250, 500, 750, dan 1000 ekor/m3
selama
30 hari. ............................................................................................................. 43
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch) memiliki nilai ekonomis serta nilai jual
yang tinggi, harga ikan kakap putih di tingkat pembudidaya di Teluk Lampung
berkisar Rp.75.000 – Rp.80.000/Kg (Yaqin et al., 2018). Menurut Hikmayani et
al., 2012). Permintaan pasar maupun ekspor ikan kakap putih cukup tinggi yaitu
98,86 ton/tahun. Ikan kakap putih memiliki pertumbuhan relatif cepat, mudah me-
nyesuaikan diri dengan lingkungan budidaya serta memiliki toleransi yang tinggi
terhadap salinitas yaitu berkisar 0 – 40 ppt (World Wild For Life, 2015).
Ketersediaan benih hasil alam yang memiliki ketahanan tinggi tidak tersedia dan
ukurannya tidak seragam (Priyono et al.,2013). Pendederan dan penggelondongan
adalah tahapan dimana benih ikan ukuran 3- 5 cm (benih lepas pembenihan) dipe-
lihara hingga mencapai ukuran 15- 17 cm. Tahapan ini sangat menentukan keber-
hasilan proses budidaya selanjutnya, yaitu pembesaran karena pada ikan ukuran
pendederan masih bersifat kanibal dan tingkat kematiannya tinggi (Prihaningrum
et al., 2015).
Pendederan merupakan suatu kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan
benih yang siap ditebarkan di unit pembesaran atau benih yang siap jual (Effendi,
2004). Pada pendederan kakap putih, pemberian pakan erat sekali hubungannya
dengan kecepatan pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya karena, kakap putih
ukuran pendederan masih sangat bersifat kanibal. Kakap putih adalah jenis ikan
kanibal yang bersifat karnivora, di alam memangsa semua jenis ikan yang ber-
ukuran lebih kecil dari badannya, sifat demikianlah yang menunjukkan kalau
kakap putih termasuk ikan yang bersifat kanibal (Prihaningrum et al., 2015).
2
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan pendederan meliputi sumber
benih, kepadatan, pakan dan pemberian pakan serta penggantian waring pemeli-
haraan (Prihaningrum et al., 2015). Padat tebar merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi benih kakap putih. Padat
tebar yang optimal sangat penting dalam keberhasilan budidaya kakap putih. Jika
padat tebar yang terlalu tinggi akan terjadi penurunan pemanfaatan makanan, per-
tumbuhan dan kelangsungan hidup. Jika padat tebar terlalu rendah pemanfaatan
ruang tidak maksimum dan produksi tidak optimum (Azhari et al, 2017).
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui padat tebar yang
optimal pada pendederan benih kakap putih (Lates calcarifer, Bloch) terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
1.2 Tujuan Penelitian
Mengetahui padat tebar yang optimal pada pendederan benih kakap putih yang
dipelihara pada waring apung.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi praktisi budidaya
padat tebar yang optimal pada pendederan benih kakap putih dengan menggu-
nakan waring apung.
1.4 Kerangka Penelitian
Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch) merupakan salah satu komoditas eks-
por yang mempunyai nilai ekonomis serta nilai jual tinggi, permintaan kakap pu-
tih sangat diminati karena memiliki keunggulan, serta permintaan pasar yang rela-
tif tinggi. Ikan kakap putih memiliki pertumbuhan relatif cepat, mudah menyesu-
aikan diri dengan lingkungan budidaya serta memiliki toleransi yang tinggi terha-
dap salinitas yaitu berkisar 0 – 40 ppt (World Wild For Life, 2015).
3
Dalam kegiatan budidaya ikan kakap putih, untuk mendapatkan benih yang siap
ditebar di produksi pembesaran, dibutuhkan benih yang mempunyai ketahanan
tinggi agar didapatkan ketersediaan benih yang kontinyu. Pendederan merupakan
kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih yang siap ditebarkan di
unit produksi pembesaran atau benih yang siap jual (Effendi, 2004 ), namun penu-
runan pertumbuhan dan kanibalisme masih menjadi masalah terhadap produkti-
vitas ikan kakap putih.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi yaitu padat
tebar. Peningkatan padat tebar akan meningkatkan populasi ikan kakap putih pada
waktu panen sehingga dapat meningkatkan produksi tambak. Padat tebar yang ter-
lalu tinggi akan terjadi penurunan pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan
kelangsungan hidup. Jika padat tebar terlalu rendah pemanfaatan ruang tidak mak-
simum dan produksi juga menurun. Padat tebar yang optimal sangat penting da-
lam keberhasilan budidaya kakap putih. Dalam hal ini dilakukan padat tebar ber-
beda, dengan kepadatan optimal yang diharapkan dapat meningkatkan produksi
benih kakap putih.
4
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Benih ikan kakap putih yang dipelihara pada
waring apung dengan padat tebar berbeda
Kepadatan
optimal
Kepadatan
tidak optimal
Pertumbuhan
baik
Kelangsungan
hidup baik
Produktivitas
tinggi
Kepadatan
sangat tinggi
Kepadatan
sangat rendah
Penurunan
pertumbuhan
Kanibalisme Pemanfaatan
ruang gerak
tidak
maksimum
Produksi
rendah
Produktifitas kurang
baik
5
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini:
H0 = 0
Padat tebar yang berbeda tidak mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan
panjang mutlak, dan rasio konversi pakan.
H1 ≠ 0
Padat tebar yang berbeda mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan pan-
jang mutlak dan rasio konversi pakan.
6
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Kakap Putih
2.1.1 Taksonomi Kakap Putih
Menurut Razi (2013) Ikan Kakap Putih diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Centropomidae
Genus : Lates
Spesies : Lates calcarifer (Bloch, 1790)
Gambar 2. Ikan kakap putih (Yaqin et al., 2018)
2.1.2 Morfologi Ikan kakap putih
Ikan kakap putih memiliki ciri – ciri morfologis sebagai berikut badan meman-
jang, gepeng, kepala lancip dengan bagian atas cekung, cembung di depan sirip
7
punggung dan batang sirip ekor lebar. Memiliki mulut lebar, gigi halus, dan
bagian bagian bawah preoperculum berduri kuat. Operculum memiliki duri kecil,
cuping bergerigi diatas pangkal gurat sisi (linea lateralis). Pada sirip punggung
berjari – jari keras 7 – 9 dan 10 – 11 jari – jari lemah. Sirip dada pendek dan
membulat, serta pada sirip punggung dan sirip dubur terdapat lapisan bersisik.
Sirip dubur berbentuk bulat, berjari keras 3 dan berjari lemah 7 – 8. Sirip ekor
berbentuk bulat, serta bertipe sisir besar. Pada ikan kakap putih dewasa bagian
atas tubuh memiliki warna kehijauan atau keabu – abuan dan pada bagian bawah
berwarna keperakan. Pada tubuh ikan kakap putih memiliki dua tingkatan warna
yaitu kecoklatan dengan bagian sisik dan perut berwarna keperakan untuk ikan
yang habitat nya di laut, dan pada ikan yang habitat nya di lingkungan tawar ber-
warna coklat keemasan (Razi, 2013).
2.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup
Ikan kakap putih mempunyai kemampuan toleransi yang cukup luas terhadap ka-
dar garam (euryhaline) (Tarwiyah, 2001), sehingga dapat dibudidayakan di KJA,
tambak dan kolam air tawar di banyak negara Asia Tenggara (Philipose, 2010).
Ikan kakap putih bersifat katadorm (besar di air tawar dan kawin di air laut) yang
terdistribusi secara luas di wilayah Pasifik Indo Barat dari Teluk Persia, seluruh
negara-negara Asia Tenggara ke Australia. Ikan kakap putih mempunyai habitat di
sungai, danau, muara, dan perairan pesisir. Ikan kakap putih adalah predator opor-
tunistik, di alam ikan kakap putih memakan krustase dan ikan - ikan kecil. Ikan
kakap putih memijah di muara sungai, di hilir muara atau sekitar tanjung pesisir.
Kegiatan pemijahan bergantung dengan musim dan pasang surut air laut yang
membantu penyebaran telur dan larva ke muara (Schipp et al., 2007).
2.3 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Kakap Putih
Dalam kegiatan budidaya pakan sangat diperlukan untuk pertumbuhan, repro-
duksi, aktivitas, dan pemeliharaan kondisi tubuh. Pakan yang digunakan hendak-
nya mempunyai kandungan nutrisi yang sesuai untuk benih, serta dalam kondisi
baik. Salah satu pakan yang digunakan dalam pemeliharaan benih kakap putih
yaitu pakan komersil. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan benih ikan
8
kakap putih harus sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi jumlah, waktu, syarat
fisik (ukuran dan bentuk), dan kandungan nutrisi hal ini sesuai dengan pernyataan
Effendi (1997) dalam Priyadi et al., (2010) menyatakan bahwa faktor- faktor yang
menentukan jenis ikan memakan suatu organisme adalah ukuran, ketersediaan,
warna, rasa, tekstur makanan dan selera ikan terhadap makanan.
Kebutuhan nutrisi untuk benih kakap putih harus memiliki kadar protein yang
tinggi, karena tergolong hewan karnivora. Dosis pemberian pakan buatan pada
fase pendederan/ penggelondongan 7 - 10% dari biomas dan diberikan 3 – 5 kali/
hari (Prihaningrum et al.,, 2015). Kadar protein yang dibutuhkan untuk mendu-
kung pertumbuhan benih pada pakan buatan tidak kurang dari 40%. Pada fase
pendederan, pemberian pakan erat hubungannya dengan pertumbuhan dan kelang-
sungan hidup, karena jika kakap putih kekurangan pakan akan mengakibatkan
kanibalisme pada ikan (Prihaningrum et al., 2015). Faktor yang mempengaruhi
konversi pakan tergantung pada spesies ikan (tingkat tropik, kebiasaan makan,
ukuran/ stadia) yang dikulturkan, kadar oksigen, amonia serta suhu air, dan kuali-
tas maupun kuantitas pakan (Effendi, 2004).
Menurut Effendi (1997) dalam Priyadi et al., (2010), faktor yang mempengaruhi
kebiasaan makan (Food Habit) pada ikan yaitu jenis, kuantitas dan kualitas pakan
yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding habits) ber-
hubungan dengan waktu, tempat dan bagaimana cara ikan memperoleh makanan-
nya. Ikan kakap putih lebih menyukai jenis - jenis ikan yang berukuran lebih kecil
dari pada ukuran tubuh ikan tersebut. Jenis - jenis makanannya antara lain
crustacean, gastropoda, dan berbagai jenis plankton namun lebih utamanya ada-
lah urochordata.
2.4 Pengaruh Padat Penebaran Ikan Terhadap Kelangsungan Hidup
Padat penebaran merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya. Padat
tebar adalah jumlah ikan yang ditebar dalam wadah budidaya persatuan luas atau
volume (Hickling, 1971). Untuk meningkatkan produktivitas lahan dalam penge-
lolaan budidaya dapat dilakukan dengan padat penebaran. Faktor - faktor yang
9
mempengaruhi padat penebaran antara lain adalah kualitas air, pakan, dan ukuran
ikan (Azhari et al., 2017). Tingkat kelangsungan hidup ikan yaitu nilai persentase
jumlah ikan yang hidup selama masa pemeliharaan tertentu. Faktor yang mempe-
ngaruhi kelangsungan hidup benih yaitu kualitas induk, kualitas telur, kualitas air,
serta perbandingan antara jumlah pakan dan kepadatannya (Effendi, 1997).
Apabila padat tebar terlalu tinggi dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup,
kualitas air dan pertumbuhan yang lambat, keragaman ukuran ikan. Padat tebar
yang rendah dapat mengakibatkan produksi rendah dalam kegiatan budidaya
(Slembrouck et al., 2005). Penyakit dan kekurangan oksigen dapat mengurangi
jumlah ikan, terutama ikan yang berukuran kecil (Hepher dan Pruginin, 1981).
Mortalitas dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, Faktor internal dipe-
ngaruhi oleh umur dan penyesuaian ikan terhadap lingkungan. Faktor eksternal
meliputi kondisi abiotik, kompetisi antar spesies, tingginya jumlah populasi dalam
ruang gerak yang sama, dan kurangnya pakan yang tersedia akibat adanya pena-
nganan yang kurang baik (Royce, 1973). Proses fisiologi dan tingkah laku ikan
terhadap ruang gerak akan terganggu, sebagai dampak dari peningkatan padat
penebaran sehingga pemanfaatan makanan, pertumbuhan, dan kelangsungan
hidup mengalami penurunan (Wedemeyer, 1996). Pada keadaan lingkungan yang
baik dan pakan mencukupi, peningkatan padat penebaran akan disertai dengan
peningkatan hasil (produksi) (Azhari et al., 2017).
Stres pada ikan juga dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan. Keti-
ka timbul stres dari luar, ikan mulai mengeluarkan energinya untuk bertahan dari
stres. Ketika proses bertahan dari stres, terjadi penurunan pertumbuhan. Ketika
batas daya tahan ikan telah tercapai atau terlewati, stres meningkat dengan cepat
yang mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun dan selanjutnya terjadi
kematian. Ciri ikan sebelum mati yaitu warna tubuh menghitam, gerakan tidak
berorientasi dan mengeluarkan lender pada permukaan kulitnya.
10
2.5 Pengaruh Padat TebarTerhadap Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran pada periode waktu tertentu atau proses
perubahan biomass atau jumlah individu pada periode waktu tertentu. Terdapat
dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi sifat genetik, umur, sex dan kondisi fisiologis ikan. Faktor
eksternal berhubungan dengan pakan dan lingkungan. Sebagian besar energi dari
makanan digunakan untuk metabolisme basal (pemeliharaan), sisanya untuk akti-
vitas, pertumbuhan, dan reproduksi (Fujaya, 2004). Faktor eksternal diantaranya
adalah komposisi kimia air dan tanah, suhu air, bahan buangan metabolit, keter-
sediaan oksigen dan ketersediaan pakan. Faktor kimia mempunyai pengaruh yang
besar terhadap pertumbuhan, bahkan dapat berakibat fatal diantaranya adalah
oksigen, karbondioksida, hidrogen sulfida, keasaman dan alkalinitas, yang pada
akhirnya mempengaruhi terhadap makanan (Effendi, 1997). Pertumbuhan dipe-
ngaruhi oleh faktor genetik, hormon, dan lingkungan. Salah satu faktor lingku-
ngan yang paling penting adalah zat hara (Fujaya, 2004).
Jika padat penebaran tinggi, maka laju pertumbuhan harian ikan rendah. Jika
disuatu perairan terdapat pakan alami yang tinggi serta padat tebar rendah maka
akan menghasilkan pertumbuhan ikan yang maksimal (Rachmansyah et al., 1993).
Daya dukung perairan setempat dapat mempengaruhi padat penebaran yang opti-
mum pada suatu ikan, sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimum.
Peningkatan padat penebaran dapat meningkatakan hasil jika dilakukan dengan
pengelolaan pakan dan lingkungan (Hepher dan Pruginin, 1981). Peningkatan
padat tebar dapat mempengaruhi penurunan pertumbuhan ikan, tetapi selama pen-
urunannya tidak terlalu besar dibandingkan peningkatan padat tebar maka, pro-
duksi akan tetap meningkat. Ketika penurunan pertumbuhan yang terjadi semakin
besar maka penurunan produksi akan terjadi hingga mencapai tingkat pertum-
buhan nol. Dapat diartikan bahwa hasil ikan yang ditebar telah mencapai nilai
carrying capacity atau daya dukung maksimum wadah budidaya. Jika padat pene-
baran yang tinggi tidak diimbangi dengan pemberian pakan yang diberikan serta
kualitas air terkontrol, akan menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan dan
jika telah sampai pada batas tertentu maka pertumbuhannya akan berhenti sama
11
sekali (Hepher dan Pruginin, 1981). Jika ketersediaan pakan hanya cukup untuk
pemeliharaan tubuh, namun tidak mencukupi untuk pertumbuhan maka partum-
buhan akan terhenti. Untuk menjaga tingkat potensial pertumbuhan terhadap
jumlah pakan harus ditingkatkan atau dengan penambahan food supplement.
Meningkatnya laju konsumsi oksigen sejalan dengan meningkatnya laju meta-
bolisme (Zonneveld et al., 1991). Konversi pakan dan laju pertumbuhan juga ber-
gantung pada oksigen. Pakan yang memiliki gizi yang cukup dapat menghasilkan
pertumbuhan yang optimal. Oksigen dan amoniak dapat mempengaruhi stres pada
ikan. Kandungan oksigen yang rendah dapat menurunkan tingkat konsumsi pakan
ikan (nafsu makan), karena oksigen sangat dibutuhkan untuk respirasi, proses
metabolisme di dalam tubuh, aktivitas pergerakan dan aktivitas pengelolaan ma-
kanan.
Menurunnya nafsu makan pada ikan dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan.
Jika kadar amonia yang tinggi akibat hasil metabolisme pada media pemeliha-
raan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan karena dapat menurunkan konsum-
si oksigen akibat kerusakan pada insang, penggunaan energi berlebih akibat stres
yang ditimbulkan, dan mengganggu proses peningkatan oksigen dalam darah,
yang dapat menyebabkan kematian (Boyd, 1990). Padat penebaran dapat mempe-
ngaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara dalam padat penebaran yang ren-
dah lebih agresif, dibanding ikan yang dipelihara dalam padat penebaran tinggi
akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi dan banyaknya
sisa - sisa metabolisme yang tertimbun di dalam air (Bardach et al., (1972).
12
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2018, bertempat di Tambak
Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, yang beralamat di
Jalan Yos Sudarso, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten
Pesawaran, Provinsi Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu 3 unit keramba bahan
HDPE masing- masing berukuran (3 x 3 m2), waring pemeliharaan bahan
polyethylene (PE) ukuran (1 x 1 x 1,5 m3), seperangkat aerasi, timbangan digital,
penggaris, ember, wadah sampling, scoop net.
Adapun bahan yang digunakan benih ikan kakap putih, pelet, pakan buatan, bahan
pengkaya (Vitamin C, multivitamin, perekat pakan).
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perla-
kuan dan tiga ulangan.
A= Padat tebar 250 ekor/m3
B= Padat tebar 500 ekor/m3
C= Padat tebar 750 ekor/m3
D= Padat tebar 1000 ekor/m3
Kepadatan yang digunakan mengacu pada SNI : 01 – 6493 - 2000 Produksi Pem-
besaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) Kelas Pembesaran dan SNI :
13
01 – 6147- 1999 Produksi Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) Kelas
Benih Sebar.
Susunan rancangan penelitian
A3 D3 B3 A1 D1 C3
B2 C1 D2 C2 A2 B1
Tabel 1 . Tata Letak Waring Apung Penelitian
Keterangan :
A1, A2, A3 : Perlakuan A ulangan 1, 2, dan 3
B1, B2, B3 : Perlakuan B ulangan 1, 2, dan 3
C1, C2, C3 : Perlakuan C ulangan 1, 2, dan 3
D1, D2, D3 : Perlakuan D ulangan 1, 2, dan 3
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Penelitian
a) Wadah Pemeliharaan
Luas tambak yang digunakan untuk penelitian ini berukuran 4000 m2. Wadah
yang digunakan adalah 24 buah waring berwarna hitam berukuran (1 x 1 x 1,5 m)
yang terbuat dari bahan polyethylene (PE) 12 waring pemeliharaan dan 12 waring
pengganti, dengan ketinggian air pada waring 1 m. Pemasangan waring disusun
secara berurutan dalam satu petak keramba berbahan HDPE berukuran (3 x3 m)
berjumlah 3 keramba. Agar waring dapat tenggelam dalam air dan membentuk se-
suai ukurannya yang persegi, maka diberi pemberat yang diikatkan pada keempat
ujung waring di dasar. Pemberat yang digunakan terbuat dari gelas plastik bekas
yang diisi semen dan diberi tali pada bagian atasnya. Jumlah pemberat yang dipa-
kai sebanyak 4 buah/waring.
14
Gambar 3. Waring Apung Wadah Pemeliharaan Ikan
b) Ikan Uji
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan kakap putih (Lates
calcarifer) berukuran berkisar 1-3 g dan panjang 4-5 cm. Benih ikan berasal dari
hatchery BBPBL (Balai Besar Perikanan Budidaya Laut) Lampung. Ikan yang
akan digunakan untuk penelitian benih digrading terlebih dahulu agar memiliki
ukuran yang sama.
c) Pakan
Pakan yang digunakan berupa pakan komersil dengan ukuran diameter 700 – 1000
mikron dan protein tidak kurang dari 40 %. Kandungan nutrisi pada pakan protein
46%, Lemak 12 – 14%, Serat kasar 2 %, kadar air 10. Pakan diperkaya dengan vi-
tamin C dengan dosis 1 g/ 4 kg pakan, bahan perekat dengan dosis 5 g/ kg pakan
dan multivitamin dengan dosis 2- 3 g dalam 1 kg pakan.
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian
a) Penebaran Benih
Sebelum ditebar ke waring benih di aklimatisasi pada media pendederan dengan
cara, benih pada kantung benih dimasukan ke dalam waring dan biarkan selama 5
menit, setelah itu kantung benih dibuka dan ikan dimasukan ke dalam media pe-
meliharaan. Jumlah ikan yang ditebar pada wadah pemeliharaan disesuaikan ber-
dasarkan perlakuan yaitu 250; 500; 750; 1000 ekor/m3.
15
b) Pemberian Pakan
Selama masa pemeliharaan, benih diberi pakan berupa pakan komersil berdia-
meter 700 – 1000 mikron, pakan yang diberikan dengan kandungan protein 46%
dengan tingkat pemberian pakan (feeding rate) 7 - 10% dari biomas ikan dengan
frekuensi 3 – 5 kali/ hari (Prihaningrum et al., 2015). Pakan dicampur dengan vi-
tamin C 2 kali dalam seminggu.
c) Pengelolaan Kualitas Air
Waring diganti minimal 2 minggu sekali, atau apabila waring sudah terlihat kotor
(Sudjiharno, 1999). Untuk mengetahui parameter kualitas air dilakukan pengu-
kuran parameter kualitas air yaitu suhu, pH, DO, salinitas, nitrit, nitrat dan amo-
nia. Paramter kualitas air diukur seminggu sekali.
3.4.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi kelangsungan hidup, pertum-
buhan panjang mutlak, rasio konversi pakan.
a) Sampling
Selama pemeliharaan dilakukan sebanyak 5 kali sampling setiap satu minggu
sekali. Jumlah ikan yang disampling sebanyak 72 ekor untuk kepadatan 250
ekor/m3, 83 ekor untuk kepadatan 500 ekor/m
3, 88 ekor untuk kepadatan 750
ekor/m3, 91 ekor untuk kepadatan 1.000/m
3. Jumlah ikan yang disampling ter-
sebut didapat dari rumus penarikan contoh dengan metode sampling acak (Umar,
1999)
S = N / (1 + N. e2)
Keterangan :
S = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan yang diinginkan (10%)
16
b) Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) diperoleh berdasarkan per-
samaan yang dikemukakan oleh Zonneveld et al., (1991) yaitu:
SR =𝑁𝑡 / 𝑁𝑜𝑥 100%
Keterangan :
SR : Kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah ikan akhir (ekor)
No : Jumlah ikan awal (ekor)
c) Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak merupakan selisih dari panjang rata-rata akhir deng-
an panjang rata - rata awal yang dihitung dengan menggunakan rumus berikut
(Effendi, 1997):
L= Lt – Lo
Keterangan:
L : Pertambahan panjang mutlak (cm)
Lt : Rataan panjang ikan pada hari ke - t (cm)
Lo : Rataan panjang ikan pada hari ke - 0 (cm)
d) Rasio Konversi Pakan
Menurut Effendi (1997), rasio konversi pakan atau food convertion ratio (FCR)
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
FCR =
17
Keterangan :
F :Total jumlah pakan yang diberikan (g)
W0 :Biomassa ikan uji saat awal pemeliharaan (g)
Wt :Biomassa ikan uji saat akhir pemeliharaan (g)
D :Bobot ikan mati (g)
e) Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) pada selang
kepercayaan 95%. Apabila didapatkan hasil yang berbeda nyata, maka dilakukan
uji lanjut duncan pada selang kepercayaan 95%.
26
penebaran 250 ekor/m3.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan kelangsungan hidup,
pertumbuhan panjang mutlak, dan konversi pakan yang lebih baik dalam peme-
liharaan benih ikan kakap putih disarankan menggunakan padat tebar dibawah
250 ekor/m3.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Padat tebar yang optimal bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan
kakap putih (Lates calcarifer) pada fase pendederan yaitu didapatkan pada padat
27
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, A., A Muchlisin, Z., & Dewiyanti, I. (2017). Pengaruh Padat Penebaran
terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Seurukan
(Osteochilus vittatus). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan
Unsyiah, 2(1), 12 - 19.
Bardach, J. E., Ryther, J. H., McLarney, W.O. (1972). Aquaculture: The Farming
and Husbandry of Fresh Water and Marine Organism. John Wiley and
Sons, New York. 884 hlm.
Boyd, C. E. (1990). Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University,
Alabama. 482 hlm.
Effendi, I .(2004). Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta. 192 hlm.
Effendi, M. I. (1997). Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara,
Yogyakarta. 162 hlm.
Folnuari, S., El-Rahimi, S. A., & Rusydi, I. (2017). Pengaruh Padat Tebar yang
Berbeda terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Kerapu
Cantang (Epinephelus fuscoguttatus - lanceolatus) pada Teknologi KJA
HDPE. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah, 2(2). 310 –
318.
Fujaya, Y. (2004). Fisiologi Ikan. Rineke Cipta, Yogyakarta. 179 hlm.
Hepher, B., and Pruginin, Y. (1981). Commercial Fish Farming with Special
Reference to Fish Culture in Israel. John Willey and Sons, New York. 261
hlm.
Hickling, C. F. (1971). Fish Culture. Faber and Faber, London. 348 hlm.
Hikmayani, Y., Rismutia, H.D., Zahri N. (2013). Evaluasi Kebijakan Peningkatan
Produksi Perikanan Budidaya. Jurnal Evaluasi dan Strategi Peningkatan
Keberhasilan Program, 3(1), 47 - 65.
Kadarini, T. Sholichah, L. dan Gladiyakti, M. (2010). Pengaruh Padat Penebaran
terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Benih Ikan Hias Silver Dollar
(Metynnis hypsauchen) dalam Sistem Resirkulasi. Prosiding. Balai Riset
Budidaya Ikan Hias, Depok. 8 hlm.
28
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun. (2004) tentang
Baku Mutu Air Laut. Menteri Negara Lingkungan Hidup RI, Jakarta. 10
hlm.
Niazie, E.H.N., M. Imanpoor, V. Taghizade, V. Zadmajid. (2013). Effect of
density stress on growth indicase and survival rate of gold fish (Carasius
auratus). Global Veterinaria, 10(3), 365-371.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun (2001) Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Sekretaris
Negara Republik Indonesia, Jakarta. 32 hlm.
Philipose, K. K., S. R. Krupesha Sharma, N. Sadhu, N. G. Vaidya And G. Syda
Rao. (2010) . Some Aspects Of Nursery Rearing Of The Asian Seabass (Lates
Calcarifer, Bloch) In Indoor Cement Tanks. Indian J. Fish. 57, 61- 64.
Prihaningrum, A., Aditya, T. W., Saputra, Y. (2015) Petunjuk Teknis Budidaya
Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch) Di Karamba Jaring Apung. Balai
Besar Perikanan Budidaya Laut, Lampung. 66 hlm.
Priyadi, A., Ginanjar, R., Permana, A., Slembrouck, J., & Hias, B. R. B. I. (2010).
Tingkat densitas larva botia (Chromobotia macracanthus) dalam satuan
volume air pada akuarium sistem resirkulasi. In Prosiding Forum Inovasi
Teknologi Akuakultur, 439 - 446.
Rachmansyah, D.S., Pongsapan dan E, Danakusumah (1993). Budidaya
Ikan Kerapu Kowak (Epinephelus merra) Dalam Keramba Jaring Apung
Pada Padat Penebaran Berbeda di Perairan Tual, Maluku Tenggara. Jurnal
Penelitian Budidaya Pantai. 9(3), 1993. Balai Penelitian Perikanan Budidaya
Pantai Maros
Razi, F. (2013). Penanganan Hama dan Penyaki pada Ikan Kakap
Putih. Kementrian Perikanan dan Kelautan. Pusat Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan Press, Jakarta. 23 hlm.
Royce, W. F. (1973). Introduction to the Fishery Science. Academic Press, New
York. 362 hlm
Schipp., Glenn., Jerome Bosmans., and John., H. (2007). Northen Territory
Barramundi Farming Handbook. Department of Primary Industri,
Fisheries And Mines, Australia. 80 hlm.
Slembrouck J, Komarudin O, Maskur, Legendre M. (2005). Petunjuk Teknis
Pembenihan Ikan Patin Indonesia, Pangasius djambal. IRD-PRPB, Jakarta.
143 hlm.
SNI. (1999). Produksi Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) Kelas
Benih Sebar. Badan Standarisasi Nasional. SNI 01 – 6147- 1999
29
SNI. (2000). Produksi Pembesaran Ikan Kakap putih (Lates calcalifer) Kelas
Pembesaran. Badan Standarisasi Nasional. SNI 01- 64931 -2000.
Sudjiharno. (1999). Budidaya Ikan Kakap putih di Keramba Jaring Apung.
Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan Balai Budidaya Laut
Lampung. 65 hlm.
Tarwiyah. (2001). Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer) di Keramba
Jaring Apung. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian.
Jakarta. 5 hlm.
Umar. (1999). Riset Strategi Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wedemeyer, G.A. (1996). Physiology of Fish in Intensive Culture System.
Chapman and Hall, USA. 226 hlm.
World Wide For Wild. (2015). Better Management Practices Seri Panduan
Perikanan Skala Kecil Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates carcarifer).
WWF Indonesia, Jakarta.
Yaqin, M. A., Santoso, L., & Saputra, S. (2018). Pengaruh Pemberian Pakan
dengan Kadar Protein Berbeda terhadap Performa Pertumbuhan Ikan Kakap
Putih (Lates calcarifer) di Keramba Jaring Apung. Jurnal Sains Teknologi
Akuakultur, 2(1), 12-19.
Zonneveld, N., E. A. Huisman and J. H. Boon. (1991). Prinsip-Prinsip Budidaya
Ikan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 318 hlm.