KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK...
Transcript of KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT …...KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK...
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.04.01.22.04.18.2191 TAHUN 2018
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN
DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TAHUN ANGGARAN 2018
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.04.1.21.03.17.0870 Tahun 2017
tentang Petunjuk Pelaksanaan Anggaran di
Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Tahun Anggaran 2018 perlu disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan terkini di bidang
keuangan serta kebutuhan organisasi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan tentang Petunjuk Pelaksanaan Anggaran di
Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Tahun Anggaran 2018;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
-2-
3. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 2013,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5165);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5423);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2017 tentang
Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6116);
6. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 5);
7. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 180);
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam
Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan
Pegawai Tidak Tetap (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 678);
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 3
B. MAKSUD DAN TUJUAN ......................................................................................................... 5
C. RUANG LINGKUP .................................................................................................................... 6
BAB II PROGRAM, KEGIATAN, TARGET DAN INDIKATOR ................................................... 9
A. PROGRAM DAN KEGIATAN ................................................................................................. 9
B. TARGET KINERJA ................................................................................................................. 11
BAB III PENGORGANISASIAN PENGELOLA ANGGARAN .................................................... 13
A. TUGAS DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PUSAT DAN
DAERAH ................................................................................................................................... 14
B. PENATAUSAHAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN DAN BENDAHARA
PENGELUARAN PEMBANTU (BPP) ............................................................................... 19
C. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) BENDAHARA DAN BENDAHARA
PENGELUARAN PEMBANTU ............................................................................................ 21
D. MEKANISME PENCAIRAN DANA DIPA ........................................................................ 22
BAB IV TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ANGGARAN ......................... 32
A. PENERIMAAN ANGGARAN ............................................................................................... 32
B. PENGELUARAN ANGGARAN ........................................................................................... 38
BAB V KETENTUAN UMUM DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN .................................. 47
A. PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN BUKU KAS UMUM (BKU) ....................... 47
B. REVISI ANGGARAN .............................................................................................................. 47
C. PELAPORAN............................................................................................................................ 61
BAB VI KETENTUAN KHUSUS DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN ............................. 71
A. PENGELUARAN ANGGARAN ............................................................................................ 71
B. PERJALANAN DINAS ........................................................................................................... 72
C. PESERTA TUGAS BELAJAR ............................................................................................... 86
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 2
D. HONORARIUM ....................................................................................................................... 89
BAB VII KETENTUAN KHUSUS PENGADAAN BARANG/JASA ........................................... 91
A. PENGADAAN BARANG DAN JASA .................................................................................. 91
B. UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) ............................................................................ 93
C. LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) ....................................... 98
BAB VIII PENUTUP .......................................................................................................................... 101
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 103
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tahun 2018 merupakan tahun ke empat pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan merupakan tahap ketiga dari
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN 2015-2019 mempunyai Visi
Pembangunan Nasional yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong, dengan arah kebijakan pembangunan
kesehatan dan gizi masyarakat pada tahun 2015-2019 salah satunya adalah
meningkatkan pengawasan obat dan makanan yang merupakan salah satu tugas dan
fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
BPOM melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.
Dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah
maka BPOM sesuai kewenangan, tugas dan fungsinya menyusun Rencana Strategis
(Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan
kegiatan BPOM untuk periode 2015 – 2019. Renstra BPOM Tahun 2015 – 2019
disusun mengacu pada Nawacita, arah kebijakan dan strategi pembangunan
nasional yang tertuang dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN. BPOM
sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan
dituntut untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan
Makanan sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk itu sebagai lembaga yang
bertanggungjawab dalam pengawasan Obat dan Makanan, maka sejalan dengan visi
dan misi pembangunan dalam RPJMN 2015 – 2019, maka BPOM menetapkan
visinya yaitu ”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
dan Daya Saing Bangsa”.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai
dengan penguatan peran BPOM. Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai dengan
peran-peran BPOM untuk periode 2015-2019, adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 4
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan;
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.
Sasaran strategis disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai BPOM,
dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta
infrastruktur yang dimiliki BPOM. Secara ringkas, Visi, Misi, Tujuan, Sasaran
Strategis dan Indikator Kinerja BPOM periode 2015 – 2019 dijabarkan dalam
Lampiran 1.
Stuktur Organisasi dan tata kerja BPOM disusun berdasarkan Peraturan BPOM
Nomor 26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPOM. BPOM mempunyai
tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
menjalankan fungsi: 1) penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat
dan Makanan; 2) pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan
Makanan; 3) penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar; 4)
pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar; 5)
koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi
pemerintah pusat dan daerah; 6) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang pengawasan Obat dan Makanan; 7) pelaksanaan penindakan terhadap
pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat
dan Makanan; 8) koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM; 9)
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BPOM;
10) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan 11) pelaksanaan
dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
BPOM.
Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun berdasarkan
Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan BPOM dan mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen,
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 5
keamanan pangan dan bahan berbahaya dan menjalankan fungsi: 1) penyusunan
rencana dan program pengawasan obat dan makanan; 2) pelaksanaan pemeriksaan
secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika,
psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan
bahan berbahaya; 3) pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan
penilaian mutu produk secara mikrobiologi; 4) pelaksanaan pemeriksaan setempat,
pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi; 5) investigasi
dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum; 6) pelaksanaan sertifikasi produk,
sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala BPOM; 7)
pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen; 8) evaluasi dan penyusunan
laporan pengujian obat dan makanan; 9) pelaksanaan urusan tata usaha dan
kerumahtanggaan; 10) pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BPOM,
sesuai dengan bidang tugasnya.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, BPOM di Pusat mempunyai 6
(enam) unit kerja Eselon I dan 28 (dua puluh delapan) unit kerja Eselon II serta
unit kerja Eselon II dan III untuk 33 unit kerja Balai Besar/Balai POM di daerah.
Operasionalisasi kegiatan pengawasan obat dan makanan di daerah dilaksanakan
oleh 33 Balai Besar/Balai POM di 33 provinsi seluruh Indonesia.
Dalam upaya menyelaraskan pelaksanaan program dan kegiatan maka
ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran BPOM TA 2018.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Anggaran Tahun 2018 di lingkungan
BPOM ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan anggaran untuk
membantu para pengelola anggaran dalam melaksanakan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)
Tahun 2018.
2. Tujuan
Juklak ini bertujuan untuk memberikan petunjuk dan arahan dalam
pengelolaan anggaran yang benar agar pengelolaan anggaran dilakukan secara
transparan, akuntabel, tertib administrasi, efisien dan efektif sehingga dapat
mencegah terjadinya kesalahan dan atau penyimpangan serta sebagai dasar
pelaksanaan pengawasan melekat yang dilakukan secara terus menerus.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 6
C. RUANG LINGKUP
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran BPOM ini mengatur tentang
Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Tahun 2018, antara lain :
I. Program, Kegiatan, Target dan Indikator
II. Pengorganisasian Pengelola Anggaran
III. Tata Cara Penerimaan dan Pengeluaran Anggaran, termasuk Pengelolaan
PNBP dan Hibah;
IV. Ketentuan Umum dalam Pengelolaan Anggaran
V. Ketentuan Khusus dalam Pelaksanaan Anggaran
VI. Ketentuan Khusus Pengadaan Barang dan Jasa
Juklak ini juga mengatur pelaksanaan anggaran dalam DIPA dan POK seluruh
Satuan Kerja (Satker) di lingkungan BPOM.
DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna
Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Berlaku untuk 1 (satu) tahun
anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai
dasar pelaksanaan kegiatan bagi satker dan dasar pencairan dana/pengesahan bagi
Bendahara Umum Negara (BUN)/Kuasa BUN. Pagu dalam DIPA merupakan batas
pengeluaran tertinggi yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat
dipertanggungjawabkan.
DIPA yang disusun oleh PA terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a. DIPA Induk adalah akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun oleh PA
menurut unit Eselon I dalam hal ini Kepala BPOM;
b. DIPA Petikan adalah DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis
melalui sistem, yang berisi mengenai informasi kinerja, rincian
pengeluaran, rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan, dan
catatan yang berfungsi sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan satker.
DIPA Petikan terdiri atas DIPA satker-satker yang berada dibawah unit
Eselon I BPOM.
Sedangkan POK adalah dokumen yang dibuat oleh PA atau KPA yang berisi
petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan dalam DIPA sebagai pengendali operasional
kegiatan. POK dipergunakan sebagai pengendali operasional kegiatan untuk
memperlancar pelaksanaan kegiatan sebagaimana tertuang dalam DIPA Tahun
2018. POK 2018 sudah mengakomodir restrukturisasi program dan anggaran,
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 7
dimana Program melekat pada satu unit eselon I, sedangkan Kegiatan dilaksanakan
oleh unit eselon II, masing-masing Kegiatan mempunyai output, setiap output
dicapai melalui beberapa tahapan yang disebut komponen, dan setiap komponen
terdiri dari beberapa akun yang di dalamnya terdapat beberapa detil.
Dokumen DIPA dan POK tersebut sebelumnya telah direview oleh Aparatur
Pengawas Internal Pemerintah (APIP) BPOM sesuai PMK Nomor 94/PMK.02/2017
tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelahaan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.
DIPA Petikan/POK untuk 10 (sepuluh) Satker di BPOM Pusat dan 33 (tiga
puluh tiga) Satker di Balai Besar/Balai POM Daerah pada TA 2018 yaitu :
NO DIPA PETIKAN/POK/
SATKER KEPALA SATKER
1 Sekretariat Utama Sekretaris Utama
2 Deputi Bidang Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif
Deputi I
3 Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik
Deputi II
4 Deputi Bidang Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Deputi III
5 Deputi Bidang Penindakan Deputi IV
6 Inspektorat Utama Inspektur Utama
7 Pusat Data dan Informasi Kepala Pusat Data dan Informasi
8 Pusat Pengembangan SDM
Pengawasan Obat dan Makanan
Kepala Pusat Pengembangan SDM
Pengawasan Obat dan Makanan
9 Pusat Pengembangan Pengujian
Obat dan Makanan Nasional
Kepala Pusat Pengembangan
Pengujian Obat dan Makanan
Nasional
10 Pusat Riset dan Kajian Obat dan
Makanan
Kepala Pusat Riset dan Kajian Obat
dan Makanan
11 Balai Besar POM di Jakarta Kepala Balai Besar POM Jakarta
12 Balai Besar POM di Bandung Kepala Balai Besar POM Bandung
13 Balai Besar POM di Semarang Kepala Balai Besar POM Semarang
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 8
NO DIPA PETIKAN/POK/
SATKER KEPALA SATKER
14 Balai Besar POM di Yogyakarta Kepala Balai Besar POM Yogyakarta
15 Balai Besar POM di Surabaya Kepala Balai Besar POM Surabaya
16 Balai Besar POM di Banda Aceh Kepala Balai Besar POM Banda Aceh
17 Balai Besar POM di Medan Kepala Balai Besar POM Medan
18 Balai Besar POM di Padang Kepala Balai Besar POM Padang
19 Balai Besar POM di Pekanbaru Kepala Balai Besar POM Pekanbaru
20 Balai POM di Jambi Kepala Balai POM Jambi
21 Balai Besar POM di Palembang Kepala Balai Besar POM Palembang
22 Balai Besar POM di Bandar
Lampung
Kepala Balai Besar POM Bandar
Lampung
23 Balai Besar POM di Pontianak Kepala Balai Besar POM Pontianak
24 Balai POM di Palangkaraya Kepala Balai POM Palangkaraya
25 Balai Besar POM di Banjarmasin Kepala Balai Besar POM
Banjarmasin
26 Balai Besar POM di Samarinda Kepala Balai Besar POM Samarinda
27 Balai Besar POM di Manado Kepala Balai Besar POM Manado
28 Balai POM di Palu Kepala Balai POM Palu
29 Balai Besar POM di Makassar Kepala Balai Besar Makassar
30 Balai POM di Kendari Kepala Balai POM Kendari
31 Balai POM di Ambon Kepala Balai POM Ambon
32 Balai Besar POM di Denpasar Kepala Balai Besar POM Denpasar
33 Balai Besar POM di Mataram Kepala Balai Besar POM Mataram
34 Balai POM di Kupang Kepala Balai POM Kupang
35 Balai Besar POM di Jayapura Kepala Balai Besar POM Jayapura
36 Balai POM di Bengkulu Kepala Balai POM Bengkulu
37 Balai POM di Serang Kepala Balai POM Serang
38 Balai POM di Batam Kepala Balai POM Batam
39 Balai POM di Pangkalpinang Kepala Balai POM di Pangkalpinang
40 Balai POM di Gorontalo Kepala Balai POM Gorontalo
41 Balai POM di Manokwari Kepala Balai POM Manokwari
42 Balai POM di Sofifi Kepala Balai POM Sofifi
43 Balai POM di Mamuju Kepala Balai POM Mamuju
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 9
BAB II
PROGRAM, KEGIATAN, TARGET DAN INDIKATOR
A. PROGRAM DAN KEGIATAN
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan
Obat dan Makanan, BPOM menetapkan program-programnya sesuai RPJMN
periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung
(generik), sebagai berikut:
a. Program Teknis
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BPOM
dalam menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat
Obat dan Makanan melalui serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan,
penilaian Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana produksi,
pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan
beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku
kepentingan.
b. Program Generik
1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya
BPOM.
2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM.
Sehingga untuk pelaksanaan Anggaran Tahun 2018, BPOM mempunyai tiga
program yaitu Program Pengawasan Obat dan Makanan, Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM dan Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM.
Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan
prioritas BPOM sesuai SOTK baru yang tersebar dalam beberapa unit Eselon
II/Unit Mandiri sebagai berikut:
a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan
1) Pengawasan Obat dan Makanan di seluruh Indonesia;
2) Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan;
3) Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru;
4) Pengawasan Kosmetik;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 10
5) Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor;
6) Pengawasan Keamanan, Mutu, dan Ekspor Impor Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif;
7) Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang;
8) Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor;
9) Registrasi Pangan Olahan;
10) Registrasi Obat;
11) Registrasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik;
12) Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik;
13) Standardisasi Pangan Olahan;
14) Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif;
15) Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha;
16) Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan;
17) Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Obat dan Makanan;
18) Pencegahan Kejahatan Obat dan Makanan;
19) Intelijen Obat dan Makanan;
20) Riset dan Kajian di Bidang Obat dan Makanan;
b. Kegiatan untuk melaksanakan kedua program generik (pendukung):
1) Koordinasi Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, Advokasi
Hukum, serta Organisasi dan tata laksana;
2) Pengelolaan Hubungan Masyarakat dan Koordinasi Dukungan Strategis
Pimpinan;
3) Peningkatan Penyelenggaraan Hubungan dan Kerja Sama BPOM;
4) Koordinasi Perumusan Renstra dan Rencana Tahunan, Penyusunan
Dokumen Anggaran, Keuangan serta Pengelolaan Kinerja dan Pelaporan;
5) Pengelolaan SDM BPOM;
6) Pengembangan SDM Aparatur BPOM;
7) Pengelolaan Teknologi Informasi Komunikasi, Data dan Informasi Obat
dan Makanan;
8) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur I;
9) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur II;
10) Pengadaan, pemeliharaan dan pembinaan Pengelolaan sarana dan
Prasarana Penunjang Aparatur BPOM.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 11
Untuk melaksanakan program dan kegiatan tersebut dalam TA 2018 BPOM
mendapat alokasi dana sejumlah Rp.2.173.728.393.000,- (dua trilyun seratus tujuh
puluh tiga milyar tujuh ratus dua puluh delapan juta tiga ratus sembilan puluh tiga
ribu rupiah), yang tersebar di 3 (tiga) program.
B. TARGET DAN INDIKATOR
Sebagaimana sasaran strategis BPOM sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator masing-masing sasaran strategis
adalah sebagai berikut :
Sasaran Strategis
Indikator
Menguatnya Sistem
Pengawasan Obat dan
Makanan
Persentase obat yang memenuhi syarat *)
Persentase Obat Tradisional yang
memenuhi syarat
Persentase kosmetik yang memenuhi
syarat
Persentase suplemen kesehatan yang
memenuhi syarat
Persentase makanan yang memenuhi
syarat *)
Meningkatnya kapasitas dan
komitmen pelaku usaha,
kemitraan dengan pemangku
kepentingan dan partisipasi
masyarakat
Jumlah industri farmasi yang meningkat
tingkat kemandiriannya
Jumlah pelaku usaha Industri Obat
Tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat
CPOTB
Jumlah industri kosmetika yang mandiri
dalam pemenuhan ketentuan
Persentase industri pangan olahan yang
menerapkan program manajemen risiko *)
Indeks kesadaran masyarakat
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 12
Sasaran Strategis Indikator
Jumlah kerjasama yang diimplementasikan
Meningkatnya kualitas
kapasitas kelembagaan BPOM
Capaian pelaksanaan RB di BPOM
Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK
Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN
Keterangan : *) Indikator Kinerja Utama
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 13
BAB III
PENGORGANISASIAN PENGELOLA ANGGARAN
Secara umum penerapan anggaran berbasis kinerja di Indonesia didasarkan
atas ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan PP Nomor 90 Tahun
2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga, PMK Nomor 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelahaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran serta PMK Nomor
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pimpinan Lembaga selaku PA menguasai bagian anggaran dan mempunyai
kewenangan atas penggunaan anggaran di lingkungan Lembaga yang dipimpinnya.
Pimpinan Lembaga yaitu Kepala BPOM sebagai PA bertanggung jawab atas
pengelolaan anggaran pada BPOM.
Pada awal tahun anggaran dalam rangka pengelolaan dan/atau pelaksanaan
anggaran, Kepala BPOM sebagai PA menetapkan Kepala Satker sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang (KPA/KPB). Untuk satker yang dipimpin oleh
eselon I/setingkat eselon I, PA dapat menunjuk pejabat lain selain Kepala Satker
untuk menjadi KPA. Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditunjuk
sebagai KPA pada saat pergantian periode tahun anggaran, penunjukan KPA tahun
anggaran yang lalu masih tetap berlaku.
Penetapan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Penandatanganan
Surat Perintah Membayar (PPSPM) dilimpahkan kepada KPA pada satker masing-
masing. KPA menetapkan PPK dan/atau PPSPM dengan Surat Keputusan dan
berlaku sejak serah terima jabatan. Apabila tidak ada perubahan pejabat yang
ditetapkan sebagai PPK dan/atau PPSPM pada saat pergantian periode tahun
anggaran, penetapan PPK dan/atau PPSPM tahun anggaran yang lalu masih tetap
berlaku. Sedangkan bila terjadi perubahan dan dalam hal PPK dan/atau PPSPM
dipindah tugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara,
KPA menetapkan PPK dan/atau PPSPM pengganti dengan Surat Keputusan dan
berlaku sejak serah terima jabatan. Jika terjadi pergantian PPK dan/atau PPSPM, PA
menyampaikan pemberitahuan kepada pejabat yang bersangkutan dan Kepala
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 14
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku kuasa BUN dengan
melampirkan spesimen tanda tangan dan Surat Keputusan (SK) Penetapan.
Bendahara Pengeluaran dan/atau Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
ditetapkan oleh Kepala Satker dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak serah
terima jabatan. Apabila tidak ada perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai
Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP pada saat pergantian periode tahun
anggaran, penetapan Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP tahun anggaran yang
lalu masih tetap berlaku. Sedangkan bila terjadi perubahan dan dalam hal
Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP dipindah tugaskan/pensiun/diberhentikan
dari jabatannya/berhalangan sementara, Kepala Satker menetapkan Bendahara
Pengeluaran dan/atau BPP pengganti dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak
serah terima jabatan. Kepala Satker menyampaikan pemberitahuan kepada PPK,
PPSPM, dan KPPN selaku kuasa BUN dengan melampirkan SK penetapan dan
spesimen tanda tangan.
A. TUGAS DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PUSAT
DAN DAERAH
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
KPA adalah Kepala Satker. PA dapat menunjuk Pejabat lain satu tingkat
dibawah Kepala Satker sebagai KPA dalam hal Satker dipimpin pejabat Eselon
I atau setingkat Eselon I.
Tugas dan tanggung jawab KPA adalah sebagai berikut :
a. menyusun DIPA;
b. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara;
c. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan
menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja Negara;
d. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
dan pengelola anggaran/keuangan;
e. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan
dana, serta menyusun Rencana Umum Pengadaan di awal tahun
anggaran;
f. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan
penarikan dana;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 15
g. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
h. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Berdasarkan pertimbangan beban kerja Satker, PPK dapat ditunjuk lebih
dari satu orang. PPK diwajibkan mempunyai Sertifikat Keahlian Pengadaan
Barang/Jasa. PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM, Kelompok Kerja
Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP), Bendahara Pengeluaran.
PPK memiliki tugas dan wewenang:
a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
berdasarkan DIPA;
b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
c. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak
dengan Penyedia Barang/Jasa;
d. melaksanakan kegiatan swakelola;
e. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang
dilakukannya;
f. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
g. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara;
h. membuat dan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;
j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA
dengan Berita Acara Penyerahan;
k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan; dan
l. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
PPSPM melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan pengujian atas
tagihan dan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM). PPSPM ditetapkan
satu orang untuk satu satker. Penetapan PPSPM tidak terikat periode tahun
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 16
anggaran. Jabatan PPSPM tidak boleh dirangkap oleh PPK dan bendahara.
PPSPM memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung :
kelengkapan dokumen pendukung SPP;
kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;
kebenaran pengisian format SPP;
kesesuaian kode Bagan Akun Standar (BAS) pada SPP dengan
DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker;
ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana
Kerja Anggaran Satker;
kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;
kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan
barang/jasa;
kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP
sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;
kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang
perpajakan dari pihak yang mempunyai hak tagih;
kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara
oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan
kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian/kontrak.
b. menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan;
c. membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;
d. menerbitkan SPM;
e. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;
f. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada
KPA; dan
g. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 17
4. Bendahara
Perbendaharaan dikelola berdasarkan PMK Nomor 230/PMK.05/2016
tentang Perubahan Atas PMK Nomor 162 /PMK.05/2013 Tentang Kedudukan
dan tanggung jawab bendahara pada satker pengelola Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.
1) Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam
rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satker Kementerian
Negara/Lembaga.
Bendahara Pengeluaran wajib menyelenggarakan pembukuan
terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran meliputi seluruh transaksi
dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja satker yang berada dibawah
pengelolaannya.
Dalam rangka menyelenggarakan pembukuan, Bendahara
Pengeluaran wajib menyelenggarakan pembukuan dalam Buku Kas Umum
(BKU), buku-buku pembantu, dan Buku Pengawasan Anggaran.
Pembukuan bendahara dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan
dibangun oleh Kementerian Keuangan cq Direktorat Jenderal
Perbendaharaan. Jika bendahara tidak dapat melakukan pembukuan
menggunakan aplikasi tersebut maka bendahara dapat melakukan
pembukuan secara manual baik dengan tulis tangan atau dengan
komputer. Bendahara Pengeluaran dalam pengelolaan Uang
Persediaandapat dibantu oleh seseorang atau beberapa orang BPP yang
ditunjuk oleh Kepala Satker. Bendahara pengeluaran tidak dapat
dirangkap oleh KPA, PPK, PPSPM dan Pokja ULP.
Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran meliputi:
a. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan
uang/surat berharga dalam pengelolaannya;
b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK
yang tertuang dalam Surat Perintah Bayar (SPBy);
c. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan
untuk dibayarkan;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 18
d. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari
pembayaran yang dilakukannya (pajak);
e. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke
kas negara (pajak);
f. mengelola rekening tempat penyimpanan Uang Persediaan (UP); dan
g. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala
KPPN selaku kuasa BUN.
2) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
BPP pada masing-masing unit kerja bertugas membantu Bendahara
Pengeluaran dan bertanggungjawab kepada Bendahara Pengeluaran
tersebut. BPP bertanggung jawab secara pribadi atas seluruh uang di atas
pembayaran yang dilaksanakan. BPP dapat ditunjuk lebih dari 1 (satu)
orang sesuai kebutuhan.
Pelaksanaan tugas kebendaharaan BPP meliputi:
a. menerima dan menyimpan UP;
b. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya
bersumber dari UP;
c. melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP
berdasarkan perintah PPK;
d. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan
untuk dibayarkan;
e. melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang
dilakukannya atas kewajiban kepada negara (pajak);
f. menyetorkan pengembalian belanja ke kas negara dengan
menggunakan aplikasi SIMPONI;
g. menatausahakan transaksi UP;
h. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP
3) Bendahara Penerimaan
Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka
pelaksanaan APBN pada kantor/satker Kementerian Negara/Lembaga.
Penerimaan PNBP fungsional yang diatur dalam PP Nomor 32 Tahun 2017
dan penerimaan PNBP umum wajib disetorkan langsung ke Kas Negara,
menggunakan aplikasi SIMPONI atau aplikasi layanan publik BPOM yang
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 19
telah terintegrasi dengan SIMPONI. Penyetoran PNBP ke Kas Negara harus
menggunakan kode billing SIMPONI.
Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB)/Surat Setoran Pajak (SSP)
yang dinyatakan sah adalah SSPB/SSP yang telah mendapat Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank
(NTB)/Nomor Transaksi Pos (NTP)/Nomor Penerimaan Potongan (NPP).
Bendahara Penerimaan Satker yang mempunyai PNBP baik pusat dan
daerah berkewajiban menyampaikan laporan realisasi penerimaan PNBP
kepada Bagian Keuangan.
Tugas Bendahara Penerimaan meliputi antara lain :
a. Menerima dan menyimpan uang Pendapatan Negara;
b. Menyetorkan uang Pendapatan Negara ke rekening Kas Negara secara
periodik sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan dengan
menggunakan aplikasi SIMPONI;
c. Menatausahakan transaksi uang Pendapatan Negara di lingkungan
Kementerian/Lembaga/Satker;
d. Menyelenggarakan pembukuan transaksi uang Pendapatan Negara;
e. Mengelola rekening tempat penyimpanan uang Pendapatan Negara;
dan
f. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bendahara kepada
Badan Pemeriksa Keuangan dan Kuasa BUN.
Struktur Pengelolaan Anggaran BPOM TA. 2018 sebagaimana terdapat dalam
Lampiran 2. Struktur Pengelolaan Anggaran.
B. PENATAUSAHAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN DAN BENDAHARA
PENGELUARAN PEMBANTU (BPP)
Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP/TUP yang ada
pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah) jika lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) harus
dibuat Berita Acara Keadaan Kas yang ditandatangani KPA/PPK atas nama KPA dan
Bendahara Pengeluaran/BPP sesuai PMK Nomor 230/PMK.05/2016 tentang
Perubahan Atas PMK Nomor 162 /PMK.05/2013 Tentang Kedudukan dan Tanggung
Jawab Bendahara pada Satker Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 20
Sehubungan dengan fungsi BPP selaku perpanjangan tangan dari Bendahara
Pengeluaran, penyaluran dana kepada BPP (baik yang bersumber dari UP maupun
SPM-LS Bendahara) pada dasarnya belum merupakan belanja/pengeluaran kas bagi
Bendahara Pengeluaran. Dengan demikian, kas pada BPP masih merupakan uang
yang harus dipertanggung jawabkan oleh Bendahara Pengeluaran.
Berikut tata cara pembukuan Bendahara Pengeluaran dan Bendahara
Pengeluaran Pembantu :
1. Pembukuan Bendahara Pengeluaran
a. Setiap transaksi penerimaan dan pengeluaran harus segera dicatat dalam
Buku Kas Umum sebelum dibukukan dalam buku-buku pembantu/register-
register dan buku pengawasan anggaran. Buku Pembantu terdiri dari Buku
Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Kas Bank, Buku
Pembantu BPP, Buku Pembantu UP, Buku Pembantu Uang Muka, Buku
Pembantu Pajak, Buku Pembantu LS-Bendahara, Buku Pembantu Lain-lain.
Pembukuan Bendahara dapat dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan
dibangun oleh Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
b. Dokumen sumber pembukuan bendahara yang harus dicatat dalam Buku
Kas Umum, antara lain:
1. yang dinyatakan sah (sebagai bukti pembukuan penerimaan bendahara);
Kuitansi/dokumen pembayaran terkait tagihan (sebagai bukti
pembukuan pengeluaran bendahara);
2. Faktur pajak, bukti potongan atas pembayaran yang dilakukan oleh
bendahara (sebagai bukti pembukuan penerimaan bendahara);
3. SSP/SSPB yang dinyatakan sah (sebagai bukti pembukuan pengeluaran
bendahara);
c. Dokumen sumber pembukuan bendahara dalam BKU dibukukan sebesar
nilai bruto. Nilai bruto tersebut berfungsi sebagai pengurang kredit
anggaran untuk mata anggaran berkenaan dalam Buku Pengawasan
Anggaran.
d. Dokumen sumber pembukuan bendahara pada BKU, berfungsi sebagai
pengesahan atas kuitansi/dokumen pembayaran sebagaimana dimaksud
pada poin (2) huruf b. dibukukan sebesar nilai bruto. Nilai bruto tersebut
berfungsi sebagai pengurang kredit anggaran untuk mata anggaran
berkenaan dan sekaligus sebagai pengesahan atas belanja.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 21
2. Pembukuan Bendahara Pengeluaran Pembantu
BPP melakukan pembukuan atas transaksi yang dilakukannya dan
mempertanggungjawabkannya kepada Bendahara Pengeluaran dalam bentuk LPJ-
BPP. Selanjutnya dalam kaitannya dengan penyaluran dana kepada BPP, LPJ-BPP
menjadi dokumen sumber pembukuan bagi Bendahara Pengeluaran.
Buku Pembantu pada BPP meliputi : Buku Pembantu BPP, Buku Pembantu UP,
Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Bank (jika BPP
mempunyai rekening bank), Buku Pembantu LS Bendahara, Buku Pembantu Pajak.
Pembukuan Bendahara Pembantu dapat dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan
dibangun oleh Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Tata cara pembukuan Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan dan
BPP dilakukan sesuai dengan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-3/PB/2014
tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan, dan Pertanggungjawaban
Bendahara pada Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta
Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.
C. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) BENDAHARA DAN BENDAHARA
PENGELUARAN PEMBANTU
Laporan pertanggungjawaban Bendahara, yang selanjutnya disingkat LPJ,
adalah laporan yang dibuat oleh bendahara Penerimaan/Pengeluaran atas
uang/surat berharga yang dikelolanya sebagai pertanggungjawaban pengelolaan
uang. LPJ Bendahara tersebut disampaikan kepada KPPN paling lambat tanggal 10
(sepuluh) bulan berikutnya dengan melampirkan :
1. Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi
2. Salinan Rekening Koran
3. Daftar Saldo Rekening
4. Daftar Hasil Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara
5. Neraca Tingkat Satker
Laporan Pertanggungjawaban BPP yang selanjutnya disingkat LPJ-BPP, adalah
laporan yang dibuat oleh BPP atas uang yang dikelolanya sebagai
pertanggungjawaban pengelolaan uang. LPJ-BPP disampaikan kepada Bendahara
Pengeluaran setiap melakukan revolving GUP.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 22
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran wajib menyusun LPJ
secara bulanan atas uang yang dikelolanya yang menyajikan informasi sebagai
berikut:
a) keadaan pembukuan pada bulan pelaporan, meliputi saldo awal,
penambahan, penggunaan, dan saldo akhir dari buku-buku pembantu dari
BKU, buku-buku pembantu dan Buku Pengawasan Anggaran;
b) keadaan kas pada akhir bulan pelaporan, meliputi uang tunai dibrankas
dan saldo di rekening bank/pos;
c) hasil rekonsilisasi internal (antara pembukuan bendahara dengan
UAKPA);
d) penjelasan atas selisih (jika ada), antara saldo buku dan saldo kas.
D. MEKANISME PENCAIRAN DANA DIPA
Pencairan Dana DIPA pada awal tahun anggaran dapat dilakukan jika telah
melakukan hal – hal sebagai berikut :
1. Menyelesaikan pertanggungjawaban Ganti Uang Persediaan (GUP)/TUP NIHIL
tahun anggaran sebelumnya.
2. Menyerahkan dan melakukan rekonsiliasi LPJ Bendahara Pengeluaran Kepada
KPPN.
3. Melakukan rekonsiliasi Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA)
dengan KPPN menggunakan aplikasi e-rekon.
4. Mengajukan spesimen tanda tangan KPA, PPK, PPSPM, Bendahara Pengeluaran
dan pengantar SPM/pengambil SP2D jika ada pergantian pejabat tersebut.
Apabila tahapan-tahapan diatas belum diselesaikan maka pencairan dana
DIPA belum dapat dilakukan kecuali untuk pembayaran belanja pegawai (gaji bulan
Januari). Sedangkan mekanisme pencairan dana dalam DIPA dapat dilakukan
melalui :
pembayaran langsung (LS) Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya¸ untuk
keperluan belanja pegawai non gaji induk, pembayaran honorarium dan
perjalanan dinas;
Pembayaran Langsung ( LS ) pihak ketiga, untuk pembayaran kepada penyedia
barang/jasa;
Pembayaran melalui UP/TUP
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 23
D.1. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran ( SPP )
PPK mengesahkan dokumen tagihan dan menerbitkan SPP atas dasar
tagihan yang diajukan dari penerima hak berdasarkan bukti-bukti yang sah
untuk memperoleh pembayaran terhadap pelaksanaan kegiatan dengan
kelengkapan sebagaimana ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku.
Penerbitan SPP didasarkan atas bukti-bukti yang sah, sebagai berikut :
1) SPP LS kepada penyedia barang/jasa, dilaksanakan berdasarkan
bukti-bukti yang sah, meliputi :
a. Bukti Perjanjian/kontrak;
b. Referensi bank yang menunjukan nama dan nomor rekening
penyedia barang/jasa;
c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
e. Berita Acara Pembayaran;
f. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;
g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia dan PPK, yang
dibuat sesuai format sebagaimana tercantum pada lampiran III
PMK Nomor 190/PMK.05/2012;
h. Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangan wajib pajak/
bendahara pengeluaran;
i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank/lembaga keuangan lainnya,
yang dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan pengadaan
barang/jasa;
j. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk
perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri
bersangkutan.
2) SPP LS untuk pembayaran gaji dilengkapi dengan :
a. Daftar gaji, rekapitulasi daftar gaji, dan halaman luar daftar gaji,
berikut ADK-nya yang ditandatangani oleh Petugas Pengelolaan
Administrasi Belanja Pegawai (PPABP), Bendahara Pengeluaran,
dan KPA/PPK;
b. Daftar perubahan data pegawai berikut ADK nya yang
ditandatangani PPABP;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 24
c. Daftar penerimaan gaji bersih pegawai untuk pembayaran gaji
yang dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing
pegawai;
d. Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah
dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;
e. ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
f. ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan
data pegawai;
g. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) pasal 21.
3) SPP LS untuk pembayaran Uang Lembur, dilengkapi dengan :
a. Daftar pembayaran perhitungan lembur dan rekapitulasi daftar
perhitungan lembur yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b. Surat perintah kerja lembur;
c. Daftar hadir kerja selama 1 (satu) bulan;
d. Daftar hadir lembur; dan
e. SSP PPh pasal 21.
4) SPP LS untuk pembayaran uang makan dilengkapi dengan :
a. Daftar perhitungan uang makan yang ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK; dan
b. SSP PPh pasal 21.
5) SPP LS untuk pembayaran honorarium tetap/vakasi dilengkapi
dengan:
a. Daftar perhitungan honorarium/vakasi yang ditandatangani oleh
PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b. SK dari Pejabat yang berwenang;
c. SSP PPh pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara
Pengeluaran.
6) SPP LS untuk pembayaran perjalanan dinas diatur sebagai berikut :
a Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang
timbul akibat penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan
pada DIPA;
b. Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling
sedikit nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 25
masing-masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh
KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;
c. SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara
Pengeluaran.
7) SPP LS untuk pembayaran perjalanan dinas diatur sebagai berikut :
a. Perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri
dengan:
1. Daftar nominatif perjalanan dinas yang ditandatangani PPK,
memuat paling kurang nama, pangkat/golongan, tujuan,
tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang
diperlukan untuk masing-masing pejabat yang melaksanakan
perjalanan dinas;
2. Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan
(seperti : tiket, Boarding pass, airport tax, bill hotel, SPD, Surat
Tugas, Surat persetujuan pemerintah, fotokopi halaman paspor
yang dibubuhi cap/tanda keberangkatan/kedatangan)
sebagaimana diatur dalam PMK No. 113/PMK.05/2012 tentang
Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri dan PMK
No. 227/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri.
b. Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri
dengan surat tugas dan daftar nominatif perjalanan dinas yang
ditandatangani PPK, memuat paling kurang nama,
pangkat/golongan, tujuan, tanggal keberangkatan, lama
perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing
pejabat yang melaksanakan perjalanan dinas;
8) SPP LS untuk pembayaran pengadaan tanah dilampiri dengan :
a. Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang
memuat paling sedikit nama masing-masing penerima, besaran
uang dan nomor rekening masing-masing penerima.
b. Foto copy bukti kepemilikan tanah;
c. Bukti pembayaran/kuitansi yang sudah ditandatangan oleh pihak
penjual dan PPK;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 26
d. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan
(SPPT PBB) tahun transaksi;
e. Surat Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam
sengketa dan tidak sedang dalam agunan;
f. Surat pernyataan dari pengadilan negeri yang wilayah hukumnya
meliputi lokasi tanah yang disengketakan bahwa pengadilan
negeri tersebut dapat menerima uang penitipan ganti kerugian,
dalam hal tanah sengketa;
g. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang
ditunjuk yang menyatakan bahwa rekening Pengadilan Negeri
yang menampung uang titipan tersebut merupakan Rekening
Pemerintah Lainnya, dalam hal tanah sengketa;
h. Berita Acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;
i. SSP PPh final atas pelepasan hak;
j. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan
k. Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam
peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan tanah.
11) SPP- UP/GUP/GUP Nihil
a. Kebutuhan UP dilengkapi dengan perhitungan besaran UP yang
sudah disusun Bendahara Pengeluaran di sampaikan kepada PPK
untuk diterbitkan SPP-UP dan selanjutnya paling lambat 2 (dua)
hari kerja disampaikan kepada PPSPM untuk diterbitkan SPM-UP;
b. Bendahara pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP
berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPBy) yang disetujui dan
ditandatangani oleh PPK atas nama KPA, dengan dilampiri bukti
pengeluaran berupa : kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti
penerimaan barang/jasa yang disahkan PPK beserta faktur pajak
dan SSP;
c. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran
merupakan uang muka kerja, SPBy harus dilampiri : rencana
pelaksanaan kegiatan/pembayaran, rincian kebutuhan dana dan
batas waktu pertanggungjawaban uang muka kerja (contoh SPBy
tercantum dalam lampiran XII, PMK No. 190/PMK.05/2012);
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 27
d. Untuk pengisian kembali UP (revolving), PPK menerbitkan SPP-
GUP yang dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai
berikut:
Daftar rincian permintaan pembayaran;
kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti penerimaan barang/jasa
yang disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP yang telah
dikonfirmasi KPPN;
e. SPP-GUP yang sudah lengkap dengan bukti-bukti pendukung
harus disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja kepada
PPSPM;
f. Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal :
Sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP
minimal sama dengan besaran UP yang diberikan;
Sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir
tahun anggaran;
UP tidak diperlukan lagi.
g. Penerbitan SPP-GUP Nihil sebagaimana dimaksud huruf “f”
merupakan pengesahan/pertanggungjawaban UP;
12) SPP-TUP/PTUP
a. Masing-masing PPK membuat rincian kebutuhan penggunaan
dana sesuai dengan format yang telah ditentukan yang
selanjutnya dikompilasi oleh Bendahara Pengeluaran untuk
disampaikan kepada KPA dan dibuatkan surat permohonan
permintaan TUP kepada Kepala KPPN;
b. Salah satu PPK dalam Satker menerbitkan SPP-TUP dan
dilengkapi dokumen pendukung yang meliputi :
Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK
dan Bendahara Pengeluaran;
Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menjelaskan bahwa sisa
UP tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan yang sifatnya
mendesak/tidak dapat ditunda;
Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan
TUP dari KPPN.
c. SPP-TUP yang sudah diterbitkan oleh salah satu PPK, paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 28
dari KPPN disampaikan kepada PPSPM untuk diterbitkan SPM dan
disampaikan ke KPPN untuk diterbitkan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D);
d. TUP wajib dipertanggungjawabkan paling lama dalam waktu 1
(satu) bulan dan dapat dilakukan secara bertahap;
e. Untuk mempertanggungjawabkan TUP, salah satu PPK harus
menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran Pertanggungjawaban
Tambahan Uang Persediaan (SPP-PTUP) yang dilengkapi data
dukung, berupa kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti penerimaan
barang/jasa yang disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP yang
telah dikonfirmasi KPPN;
f. SPP-PTUP sebagaimana tersebut pada huruf “e” disampaikan
kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum batas
akhir pertanggungjawaban TUP.
D.2. Pengujian SPP dan Penerbitan SPM
1) PPSPM sebelum menerbitkan SPM, terlebih dahulu harus melakukan
pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukungnya
yang disampaikan oleh PPK.
2) Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen
pendukungnya tidak lengkap dan tidak benar, maka PPSPM harus
menolak dan mengembalikan dokumen tersebut paling lambat 2
(dua) kerja setelah diterimanya SPP dan PPSPM harus menyatakan
secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut.
3) Jangka waktu pengujian SPP sampai dengan penerbitan SPM-
UP/TUP/GUP/PTUP/LS oleh PPSPM diatur sebagai berikut:
a. Untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;
b. Untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;
c. Untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja;
d. Untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.
4) Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi,
memuat Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda
tangan elektronik pada ADK SPM dari penerbit SPM yang sah;
5) Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM bertanggung
jawab atas keamanan data pada aplikasi, kebenaran dan kesesuaian
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 29
antara data pada SPM dengan data pada ADK SPM dan penggunaan
PIN pada ADK SPM;
6) Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitan
SPM harus disimpan dengan baik oleh PPSPM (minimal 10 tahun)
untuk bahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan
eksternal.
7) Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan, SPM
beserta ADK SPM disampaikan kepada KPPN, diatur sebagai berikut :
a. Penyampaian SPM-UP dilampiri dengan surat pernyataan dari
KPA (format : lampiran XIV PMK Nomor 190/PMK.05/2012);
b. Penyampaian SPM-TUP dilampiri dengan surat persetujuan
pemberian TUP dari KPPN;
c. Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan SSP dan/atau bukti setor
lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu)
penerima.
8) Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran uang
muka atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan :
a. Asli surat jaminan uang muka;
b. Asli surat kuasa bermaterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN
untuk mencairkan jaminan uang muka;
c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang
muka sesuai Peraturan Presiden mengenai pengadaan
barang/jasa pemerintah.
9) SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada KPPN
paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran, dan apabila
tanggal 15 merupakan hari libur, penyampaian SPM dapat
disampaikan paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15.
10) Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber dari
penggunaan PNBP, dilakukan sebagai berikut:
a. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis
PNBP dan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
b. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sebagaimana
dimaksud pada huruf a merupakan maksimum pencairan dan
yang dapat dilakukan oleh satker berkenaan.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 30
c. Satker dapat menggunakan PNBP sebagaimana dimaksud pada
huruf a setelah PNBP disetor ke kas negara berdasarkan
konfirmasi dari KPPN
d. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,
pembayaran dilakukan berdasarkan pagu pencairan sesuai Surat
Edaran/ Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
e. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh
melampaui pagu PNBP satker bersangkutan dalam DIPA.
f. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA,
penambahan pagu dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.
11) Khusus SPP untuk PNBP agar diperhatikan hal-hal berikut :
a. Pembayaran UP/TUP/LS untuk PNBP diajukan terpisah dari
UP/TUP/LS yang berasal dari Rupiah Murni.
b. Pencairan dana PNBP diatur secara khusus dengan menunggu SE
Menteri Keuangan tentang batas maksimal pencairan dana yang
berasal dari pungutan PNBP lingkup BPOM TA 2018.
c. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh
melampaui pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA.
d. Pertanggungjawaban penggunaan dana PNBP oleh KPA.
12) Dalam penerbitan SPM ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Untuk SPP-LS KONTRAKTUAL/PIHAK KE-3 dengan nilai diatas
Rp.50.0000.000,- (lima puluh juta rupiah), operator Sistem
Aplikasi Satker (SAS) harus membuat data kontrak (Karwas
Kontrak) yang cara pengisiannya ada didalam menggunakan
aplikasi SAS.
b. Setelah Data kontrak tersebut dibuat, data tersebut kemudian
disampaikan ke KPPN untuk didaftarkan ke dalam aplikasi SPAN.
Data kontrak yang sudah dianggap benar akan mendapat
persetujuan/approval dari KPPN melalui email Satker yang telah
didaftarkan sebelumnya ke KPPN. Jangka waktu dalam proses ini
adalah 2 (dua) hari kerja.
c. Untuk SPP dengan nilai di atas 1 milyar, sebelum SPM
disampaikan ke KPPN, operator SAS terlebih dahulu harus
membuat Rencana Penarikan Dana (RPD). Data RPD disampaikan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 31
ke KPPN untuk mendapat persetujuan yang akan dikirim melalui
email satker. SPM dapat disampaikan ke KPPN terhitung 5 (lima)
hari kerja setelah tanggal penyampaian RPD ke KPPN.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 32
BAB IV
TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ANGGARAN
A. PENERIMAAN ANGGARAN
Sumber penerimaan negara dapat diartikan sebagai penerimaan APBN yang
diperoleh dari berbagai sumber antara lain terdiri dari: Penerimaan Pajak (Tax)
PPn dan PPh; Penerimaan Negara Bukan Pajak (Non Tax); serta Penerimaan Hibah.
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal
dari penerimaan perpajakan. Dalam struktur APBN terdapat 4 jenis PNBP
yaitu : Penerimaan dari pemanfaatan Sumber Daya Alam; Penerimaan dari
Badan Layanan Umum (BLU); Penerimaan dari Laba BUMN; dan Penerimaan
dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah (PNBP lainnya). PNBP
di BPOM terdiri dari 2 (dua) Jenis yaitu :
a. Jenis PNBP yang berlaku umum di semua Kementerian dan Lembaga
Non Kementerian, meliputi PNBP sebagai berikut:
1) Pendapatan dari pemindahtanganan BMN Pendapatan Lain-Lain,
dengan akun sebagai berikut:
423121 Pendapatan dari Penjualan Tanah, Gedung, dan Bangunan
423122 Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin
423125 Pendapatan dari Tukar Menukar Tanah, Gedung dan
Bangunan
423126 Pendapatan dari Tukar Menukar Peralatan dan Mesin
423127 Pendapatan dari Tukar Menukar Jalan, Irigasi dan Jaringan
423129 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya
2) Pendapatan pemanfaatan BMN dengan akun sebagai berikut:
423141 Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan
423142 Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin
423149 Pendapatan dari Pemanfaatan BMN Lainnya
3) Pendapatan lain-lain dengan akun sebagai berikut:
423912 Penerimaan Kembali Belanja Pensiun Tahun Anggaran
Yang Lalu
423921 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi Non
Bendahara
423922 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 33
423951 Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun Anggaran
Yang Lalu
423952 Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang
Lalu
423953 Penerimaan Kembali Belanja Modal Tahun Anggaran Yang
Lalu
423991 Penerimaan Kembali Persekot/Uang Muka Gaji
b. Jenis PNBP yang hanya berlaku pada BPOM.
PNBP yang berlaku di BPOM diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 32 tahun 2017, meliputi penerimaan dari Jasa Registrasi,
Pendaftaran, Notifikasi dan Evaluasi; Jasa Inspeksi Sarana Produksi
Produk Impor; Jasa Sertifikasi; Jasa Pengujian; Jasa Kalibrasi; Jasa
Pelatihan Laboratorium; Jasa Uji Profisiensi; Penjualan Baku
Pembanding dan Hewan Uji; dan Kerjasama Penelitian di Bidang Obat
dan Makanan dengan pihak lain (Akun 425321).
Sesuai dengan SK Kepala BPOM Nomor HK.04.1.21.06.13.3062 tahun 2013
tentang Pedoman Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan
BPOM, Bendahara Penerimaan Satker wajib membuat Laporan PNBP secara
periodik ke Sekretariat Utama BPOM c.q. Biro Perencanaan dan Keuangan,
yang terdiri dari Laporan Bulanan, Semesteran dan Tahunan.
1. Laporan PNBP Bulanan disampaikan 7 (tujuh) hari setelah
berakhirnya bulan periode berjalan.
2. Laporan PNBP Semesteran disampaikan pada tanggal 5 bulan Juli,
sedangkan Laporan PNBP Tahunan disampaikan pada tanggal 20
bulan Januari pada tahun berikutnya.
3. Laporan Bulanan disertai Berita Acara (BA) Pemeriksaan Kas, BA
Rekonsiliasi Layanan Publik, LPJ Bendahara Penerimaan.
4. Laporan Bulanan PNBP didukung Laporan Penerbitan SPB-LP,
Laporan Pembayaran SPB-L, Laporan/Rekapitulasi Pelaksanaan
Layanan Publik dan fotocopy BKU Bendahara Penerimaan.
5. Laporan Bulanan disampaikan dalam bentuk softcopy dan hardcopy.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 34
Laporan PNBP meliputi seluruh transaksi PNBP, untuk Akun 425321
dilengkapi dengan rekapitulasi rincian penerimaan sesuai bukti setoran bank
dan rincian yang digolongkan sesuai klasifikasi pada PP Nomor 32 Tahun
2017, yaitu:
a. Jasa Registrasi, Pendaftaran, Notifikasi dan Evaluasi;
b. Jasa Inspeksi Sarana Produksi Produk Impor;
c. Jasa Sertifikasi;
d. Jasa Pengujian;
e. Jasa Kalibrasi;
f. Jasa Pelatihan Laboratorium;
g. Jasa Uji Profisiensi;
h. Penjualan Baku Pembanding dan Hewan Uji;
i. Kerjasama Penelitian di Bidang Obat dan Makanan dengan pihak lain.
2. Penerimaan Hibah
Hibah merupakan setiap penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa
yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa, dan/atau surat berharga yang
diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang
berasal dari dalam negeri atau luar negeri.
Hibah menurut sumber/asalnya :
Dalam Negeri (mis: dari Pemda, dari Kelompok Masyarakat, dari
Lembaga/Badan Usaha)
Luar Negeri (mis: dari Negara Asing, Lembaga Multilateral, Lembaga
Keuangan dan Non Keuangan Asing).
Hibah menurut bentuknya dibedakan menjadi :
Hibah Uang terdiri dari Uang Tunai dan Uang untuk membiayai
Kegiatan
Hibah Barang/Jasa
Hibah Surat Berharga
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan transparansi penggunaan
anggaran hibah, sejak tahun 2010 BPOM melakukan integrasi hibah ke dalam
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 35
DIPA dan POK masing-masing Satker. Usulan integrasi hibah ke dalam DIPA
POK disampaikan kepada Sestama melalui Biro Perencanaan dan Keuangan.
Selain itu, setiap satker penerima wajib membuka rekening giro pemerintah
untuk menampung masing-masing hibah dengan aturan bahwa 1 (satu)
rekening hibah untuk 1 (satu) register Naskah Perjanjian Hibah (NPH) serta
dilakukan rekonsiliasi dana hibah per triwulan.
Untuk mengelola dana hibah, KPA dapat menunjuk Pengelola Dana
Hibah/Bendahara Penerima Hibah. Penerimaan Hibah di BPOM umumnya
adalah penerimaan Hibah secara langsung baik yang diterima dalam bentuk
kas maupun barang atau jasa. Untuk mendapatkan pengesahan, penerimaan
hibah langsung tersebut harus diregister di Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) cq Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan
Setelmen (EAS) untuk mendapatkan nomor register kegiatan, sesuai dengan
PMK Nomor 99/PMK.05/2017 tentang Administrasi Pengelolaan Hibah, PMK
Nomor 271/PMK.05/2014 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Hibah dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-
81/PB/2011 tentang Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang dan
Penyampaian Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga serta mengacu pada Surat Edaran Sekretaris Utama Nomor
KU.06.2.21.01.18.0336 tanggal 17 Januari 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan
dan Anggaran yang Bersumber Hibah Langsung dalam bentuk
Uang/Barang/Jasa Tahun Anggaran 2018.
Mekanisme pelaksanaan dan pelaporan atas hibah langsung dalam bentuk
uang dan belanja yang bersumber dari hibah langsung dilaksanakan melalui
pengesahan oleh BUN/Kuasa BUN dengan tahapan :
1. Pengajuan permohonan nomor register;
KPA mengajukan permohonan nomor register atas hibah langsung
bentuk uang kepada DJPPR cq. Direktur EAS melalui Sekretaris
Utama dengan tembusan Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan
dengan melampirkan perjanjian hibah atau dokumen lain yang
dipersamakan dan ringkasan hibah (Grant Summary).
2. Pengelolaan Rekening Hibah;
Hibah yang diterima dalam bentuk uang harus ditampung dalam
rekening hibah tersendiri;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 36
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas disebutkan dalam PMK
Nomor 182/PMK.05/2017 tentang Pengelolaan Rekening Milik
Satker Lingkup Kementerian Negara/Lembaga/Satker bahwa
rekening penampungan dana Hibah Langsung termasuk dalam
kategori Rekening Lainnya, sehingga harus dibuka dengan
menggunakan nama “RPL (Kode KPPN mitra kerja) PDHL (nama
Satker) untuk (nomor register hibah)”. Satu rekening penampungan
dana Hibah Langsung hanya dapat menampung satu register
Hibah;
KPA wajib mengajukan permohonan ijin pembukaan dan
penggunaan rekening giro pemerintah kepada Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPBN) dengan tembusan Sekretaris Utama cq.
Biro Perencanaan dan Keuangan dengan melampirkan surat
pernyataan penggunaan rekening dan register hibah.
3. Penyesuaian pagu hibah dalam DIPA;
KPA melakukan penyesuaian pagu belanja yang bersumber dari
hibah langsung dalam bentuk uang dalam DIPA satker yang
bersangkutan dengan mengikuti ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan mengenai tata cara revisi anggaran. Satker dapat
menggunakan uang yang berasal dari hibah langsung tanpa
menunggu terbitnya revisi DIPA. (Tata cara revisi DIPA mengacu
pada PMK Nomor 11/PMK.02/2018 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran TA 2018)
4. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang dan
belanja yang bersumber dari hibah langsung.
KPA melakukan pengesahan pendapatan hibah langsung dengan
mengajukan Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL)
kepada KPPN Khusus Jakarta VI dengan melampirkan copy rekening
atas rekening hibah; Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah
Langsung (SPTMHL); Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
(SPTJM) serta copy surat persetujuan pembukaan rekening.
KPPN Khusus Jakarta VI mengesahkan realisasi hibah dengan
menerbitkan Surat Pengesahan Hibah Langsung (SPHL) sebagai
dasar realisasi hibah (realisasi DIPA).
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 37
Sedangkan mekanisme pelaksanaan dan pelaporan atas hibah langsung
dalam bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga dilaksanakan melalui pengesahan
oleh BUN/Kuasa BUN dengan tahapan :
1. Penandatanganan BAST dan penatausahaan dokumen lainnya;
Dalam hal penerimaah hibah untuk pertama kalinya dan/atau tidak
berulang, dan tidak sama dengan penerimaan hibah sebelumnya,
Kepala Unit Kerja/Satker dapat melakukan perjanjian hibah
langsung dengan donor setelah dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada Menteri Keuangan c.q. DJPPR atau Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan (Kanwil DJPBN) dan berkoordinasi dengan
Biro KSLN untuk dilaporkan ke Sekretaris Utama. Setelah mendapat
persetujuan Sekretaris Utama, perjanjian kerjasama (MoU) hibah
langsung dapat ditandatangani antara Eselon I dan donor dengan
tembusan Sekretaris Utama.
Kepala Satker yang menerima hibah dalam bentuk
barang/jasa/surat berharga membuat dan menandatangani BAST
(Berita Acara Serah Terima) bersama dengan Pemberi Hibah. BAST
paling kurang memuat: tanggal serah terima; pihak pemberi dan
penerima hibah; tujuan penyerahan; nilai nominal; bentuk hibah dan
rincian harga per barang.
2. Pengajuan permohonan nomor register;
KPA yang menerima hibah dalam bentuk barang/jasa/surat
berharga mengajukan surat permohonan nomor register kepada
DJPPR cq. Direktur EAS dengan melampirkan perjanjian hibah atau
dokumen lain yang dipersamakan dan ringkasan hibah;
Dalam hal tidak terdapat dokumen tersebut, maka permohonan
register dilampirkan dengan Berita Acara Penyerahan Hibah (BAPH)
dan SPTMHL.
3. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung bentuk barang/jasa/surat
berharga ke DJPPR;
Kepala Satker/KPA mengajukan SP3HL BJS (Surat Perintah
Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga) dalam rangkap 3 (tiga) kepada DJPPR cq. Direktur EAS
dengan melampirkan BAST/BAPH dan SPTMHL
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 38
4. Pencatatan hibah bentuk barang/jasa/surat berharga ke KPPN.
KPA mengajukan Memo Pencatatan Hibah Langsung
Barang/Jasa/Surat Berharga (MPHL BJS) kepada KPPN Khusus
Jakarta VI dengan melampirkan SPTMHL; SP3HL BJS lembar kedua;
SPTJM.
Atas dasar persetujuan MPHL BJS yang diterima dari KPPN, KPA
membukukan belanja barang untuk pencatatan persediaan dari
hibah/belanja modal untuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya
dari hibah.
B. PENGELUARAN ANGGARAN
Dalam melaksanakan anggaran Tahun 2018 mengacu pada Pedoman
Pengelolaan Anggaran berdasarkan PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata
Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
Pembebanan setiap pengeluaran berpedoman pada DIPA tahun 2018 dan
diuraikan dalam POK yang berisikan Rincian Perhitungan Biaya Per Kegiatan pada
RKA-K/L.
Klasifikasi anggaran menurut jenis belanja dibagi ke dalam 8 (delapan)
kategori yaitu:
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang dan Jasa
3. Belanja Modal
4. Belanja Pembayaran Kewajiban Utang
5. Belanja Subsidi
6. Belanja Hibah
7. Belanja Bantuan Sosial
8. Belanja Lain-lain
Jenis Belanja yang terdapat pada BPOM adalah Belanja Pegawai, Belanja
Barang dan Jasa serta Belanja Modal.
1. Belanja Pegawai
Merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang
maupun bentuk barang yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah
dalam dan luar negeri, baik kepada Pejabat Negara, PNS dan pegawai yang
dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS maupun kepada non
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 39
PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam rangka
mendukung tugas fungsi unit organisasi pemerintah, kecuali pekerjaan yang
berkaitan dengan pembentukan modal dan/atau kegiatan yang mempunyai
keluaran (output) dalam kategori belanja barang.
Belanja Pegawai terdiri atas :
a. Belanja Gaji dan Tunjangan
1) Tunjangan meliputi:
Suami/Istri
Anak
Struktural/Fungsional
Uang makan Pegawai *)
Pajak Penghasilan (PPh)
Beras
Ket. *) : - sesuai tabel
Tabel Uang Makan Pegawai
Uraian Satuan Biaya
Golongan I dan II Orang Rp. 35.000
Golongan III Orang Rp. 37.000
Golongan IV Orang Rp. 41.000
Maksimum 22 hari x Biaya x 12 bulan untuk satu tahun anggaran
2) Honorarium/Vakasi/Lembur/Tunjangan Khusus
3) Belanja Kontribusi Sosial
4) Belanja Pegawai Transito
b. Lembur
Kerja lembur adalah bekerja di luar jam kerja/waktu normal yang telah
ditetapkan dan mendapatkan uang lembur. Uang lembur merupakan
kompensasi bagi pegawai negeri yang melakukan kerja lembur
berdasarkan surat perintah dari pejabat yang berwenang.
Pembayaran uang lembur dibayarkan sesuai dengan PMK Nomor
49/PMK.02/2017 tentang Standar Biaya Masukan (SBM) TA. 2018 dengan
memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Pegawai Negeri Sipil dapat diperintahkan melakukan Kerja Lembur
untuk menyelesaikan tugas-tugas kedinasan yang mendesak.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 40
b. Perintah sebagaimana dimaksud pada nomor (1) dikeluarkan oleh
KPA/PPK/Kepala Kantor/Kepala Satker dalam bentuk surat Perintah
Kerja Lembur.
c. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Kerja Lembur tiap-tiap
kali selama paling sedikit 1 (satu) jam penuh dapat diberikan uang
lembur.
d. Besarnya uang lembur untuk tiap-tiap jam penuh Kerja Lembur bagi
Pegawai Negeri Sipil sesuai Golongan mengacu pada SBM TA. 2018.
Uraian Satuan Biaya
Golongan I Orang/jam Rp. 13.000
Golongan II Orang/jam Rp. 17.000
Golongan III Orang/jam Rp. 20.000
Golongan IV Orang/jam Rp. 25.000
e. Pemberian uang lembur pada hari libur kerja adalah sebesar 200%
(dua ratus persen) dari besarnya uang lembur.
f. Uang lembur dibayarkan sebulan sekali pada awal bulan berikutnya.
g. Khusus untuk uang lembur bulan Desember dapat dibayarkan pada
akhir bulan berkenaan.
h. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan Kerja Lembur paling
kurang 2 (dua) jam berturut-turut diberikan uang makan lembur sesuai
golongan yang besarannya mengacu pada SBM TA. 2018.
Uraian Satuan Biaya
Golongan I dan II Orang Rp. 35.000
Golongan III Orang Rp. 37.000
Golongan IV Orang Rp. 41.000
i. Dalam hal Kerja Lembur dilakukan selama 8 (delapan) jam atau lebih,
uang makan lembur diberikan maksimal 2 (dua) kali dari besaran yang
ditetapkan dalam SBM TA. 2018.
j. Uang lembur dibayarkan dalam batas pagu anggaran yang tersedia
dalam DIPA satker berkenaan.
k. Surat permintaan pembayaran langsung (SPP-LS) uang lembur untuk
penerbitan SPM-LS uang lembur dilampiri dengan:
k.1. Daftar Pembayaran perhitungan uang lembur;
k.2. Surat Perintah Kerja Lembur;
k.3. Daftar Hadir Kerja;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 41
k.4. Daftar Hadir Lembur; dan
k.5. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 21
l. Uang lembur dapat dimintakan bila waktu kerja sesuai dengan
peraturan Kepala BPOM Nomor 4 Tahun 2016 tentang Ketentuan
Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di
Lingkungan BPOM.
c. Tunjangan Khusus/Kinerja
Besar uang tunjangan kinerja sesuai dengan kelas jabatan berdasarkan
Surat Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.04.01.24.01.16.0041 Tahun
2016 tentang Penugasan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BPOM.
Teknis Pembayaran tunjangan kinerja mengacu pada Peraturan Kepala
BPOM Nomor 4 Tahun 2016 tentang Ketentuan Teknis Pelaksanaan
Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan BPOM, dengan
mekanisme sebagai berikut :
a. Pengelola tunjangan kinerja menerima dokumen/data-data permintaan
tunjangan kinerja per bulan secara riil dari masing-masing
Satker/Bidang/Bagian di lingkungannya yang menjadi tanggung
jawabnya;
b. Pengelola tunjangan kinerja melakukan perekapan dari dokumen
permintaan dari seluruh Satker/Bidang/Bagian untuk dibuatkan Surat
Perintah Pembayaran (SPP), Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
(SPTJM) untuk di kirim ke Verifikator Keuangan/Penguji SPM Satker;
c. Penguji SPM menguji kebenaran dan mengeluarkan SPM
ditandatangani oleh PPSPM;
d. PPSPM mengirim dokumen permintaan tunjangan kinerja, SPM dan
SPTJM ke KPPN untuk diproses pencairan dana;
e. KPPN mengeluarkan SP2D dan melakukan transfer sesuai dengan
besaran uang tunjangan kinerja langsung ke rekening masing-masing
pegawai.
2. Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang yaitu pengeluaran atas pembelian barang dan/atau jasa
yang habis pakai untuk memproduksi barang dan/atau jasa yang dipasarkan
maupun tidak dipasarkan dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk
diserahkan atau dijual kepada masyarakat/Pemerintah Daerah (Pemda) dan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 42
belanja perjalanan. Belanja tersebut termasuk honorarium dan vakasi yang
diberikan dalam rangka pelaksanaan kegiatan untuk menghasilkan barang
dan/atau jasa.
Belanja Barang terdiri dari belanja barang operasional, belanja barang non
operasional, belanja jasa (konsultan, sewa, jasa profesi, dll), belanja
pemeliharaan, belanja perjalanan dinas sesuai dengan PMK Nomor
94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan RKA-K/L dan Pengesahan
DIPA.
Khusus Belanja Bahan ATK, cetakan, dan Belanja barang habis pakai
berupa alat gelas (glassware), suku cadang dan reagensia/media mikrobiologi
agar dilakukan pencatatan sendiri atas penerimaan/penambahan dan sisa
persediaan akhir tahun anggaran yang akan digunakan sebagai dasar dalam
penganggaran tahun berikutnya.
a. Honorarium/Vakasi
Besaran honorarium ditetapkan dengan Surat Keputusan dan lampiran
SK harus ditandatangani oleh yang menetapkan SK, mengacu pada PMK
Nomor 49/PMK.02/2017 tentang SBM TA. 2018.
b. Retribusi Listrik, Telepon, Gas dan Air (LTGA)
Retribusi LTGA dibayarkan sesuai dengan tagihan dan apabila ada
kekurangan anggaran, dapat dibayarkan oleh Satker yang bersangkutan
setelah dilakukan revisi dari kegiatan dalam DIPA POK masing-masing
Satker.
c. Penambah Daya Tahan Tubuh
Penambah daya tahan tubuh diberikan kepada tenaga penguji, petugas
gudang Reagensia, petugas server dan petugas gudang arsip, yang tugas
dan fungsinya dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan
pegawai dimaksud.
d. Perjalanan dinas
Sebagaimana diuraikan dalam Bab VI B.
e. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan dengan kasus khusus, disesuaikan dengan
kebutuhan.
Pemeriksaan Medical Check Up
Kepala Balai/Pejabat Eselon II ke atas
Pemeriksaan Medical Check Up Paket Eksekutif atau setara
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 43
Kepala Balai/Pejabat Eselon III dan IV
Pemeriksaan Medical Check Up Paket VIP atau setara
Pegawai yang melaksanakan pengujian
Pemeriksaan Medical Check Up Paket Basic dan pemeriksaan
penunjang lainnya atau setara.
Pegawai selain melaksanakan pengujian
Pemeriksaan Medical Check Up Paket Basic atau setara
Pemeriksaan Kesehatan CPNS
Pemeriksaan Kesehatan program peningkatan status menjadi
PNS.
Harga pemeriksaan kesehatan disesuaikan dengan harga pasar.
f. Operasional Pimpinan
Dana Operasional Pimpinan yaitu Dana Operasional Kepala
Badan/Sestama/Deputi. Pelaksanaan Kegiatan Operasional Pimpinan yang
dimaksud bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada Pimpinan
dalam melaksanakan tugas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
Pimpinan.
g. Belanja Pemeliharaan
Belanja Pemeliharaan adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk
mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke
dalam kondisi normal. Belanja pemeliharaan meliputi antara lain
pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, taman, jalan lingkungan
kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, dan lain-lain sarana yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan.
Dalam rangka efektifitas pelaksanaan kegiatan, bagi kegiatan/sub
kegiatan yang ada dalam DIPA masing-masing Satker tertuang dalam
bentuk ”paket/PKT”, maka jenis belanja/rincian belanja untuk kegiatan
dimaksud disesuaikan dengan yang tercantum dalam Kerangka Acuan
Kegiatan/TOR untuk masing-masing kegiatan.
h. Sewa Rumah Dinas
Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta
menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau Pegawai Negeri.
Berdasarkan PMK Nomor 138/PMK.06/2010 tentang pengelolaan BMN
berupa Rumah Negara, Rumah Negara dibedakan atas :
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 44
1. Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yang dipergunakan
bagi pemegang jabatan tertentu dan karena sifat jabatannya harus
bertempat tinggal di rumah tersebut serta hak penghuniannya
terbatas selama pejabat yang bersangkutan masih memegang
jabatan tertentu tersebut.
2. Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yang mempunyai
hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu instansi dan hanya
disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negeri dan apabila telah
berhenti atau pensiun rumah dikembalikan kepada negara.
3. Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang tidak
termasuk golongan I dan golongan II yang dapat dijual kepada
penghuninya.
Mengacu pada Perka BPOM Nomor 20 Tahun 2015 tentang Standar
dan Prasarana Kantor di Lingkungan BPOM, Standar Rumah Jabatan di
Lingkungan BPOM adalah sebagai berikut :
1. Rumah Dinas untuk Kepala Badan, dengan ukuran kurang lebih :
a. luas bangunan 250 M2
b. luas tanah 600 M2
2. Rumah Dinas untuk pejabat Eselon I, dengan ukuran kurang lebih :
a. luas bangunan 250 M2
b. luas tanah 600 M2
3. Rumah Dinas untuk pejabat Eselon II, dengan ukuran kurang lebih :
a. luas bangunan 120 M2
b. luas tanah 350 M2
Satker dapat mengalokasikan anggaran untuk sewa Rumah Negara
golongan I (yang selanjutnya disebut Rumah Dinas) untuk Kepala BPOM
dan Pejabat Eselon I. Dalam rangka efektifitas dan efisiensi anggaran, sewa
Rumah Dinas untuk Pejabat Eselon II, Kepala UPT dapat dialokasikan
apabila di wilayah tersebut belum tersedia rumah dinas dan tidak
memiliki rumah pribadi. Besaran sewa rumah dinas mengacu pada harga
pasar di wilayah tersebut.
3. Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset
tetap dan/atau aset lainnya atau menambah nilai aset tetap dan/atau aset
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 45
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi
batas minimal kapitalisasi aset tetap/aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.
Dalam pembukuan nilai perolehan aset dihitung semua pendanaan yang
dibutuhkan hingga aset tersebut tersedia dan siap digunakan.
Belanja modal ini termasuk belanja modal tanah, belanja modal peralatan
dan mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi
dan jaringan, belanja modal lainnya seperti buku dsb.
Pembangunan baru dan Rehabilitasi/Renovasi Berat Bangunan
Gedung Kantor/ Laboratorium.
Proses Pembangunan adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung yang
diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi
dan pengawasan konstruksi/manajemen konstruksi (MK), baik merupakan
pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan
bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan
gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi,
restorasi). Berdasarkan definisi tersebut, pembangunan mencakup seluruh
tahapan dari perencanaan sampai dengan berfungsinya suatu gedung. Dalam
pekerjaan pembangunan juga meliputi pekerjaan perawatan gedung bangunan
negara.
Perawatan bangunan adalah usaha memperbaiki kerusakan yang terjadi
agar bangunan dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Perawatan
bangunan dapat digolongkan sesuai dengan tingkat kerusakan pada bangunan
yaitu:
1) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan; adalah kerusakan terutama
pada komponen non struktural, seperti penutup atap, penutup langit-
langit, penutup lantai dan dinding pengisi.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang; adalah kerusakan pada
sebagian komponen non struktural, dan atau komponen struktural seperti
struktur atap, lantai, dll.
3) Perawatan untuk tingkat kerusakan berat; adalah kerusakan pada
sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non
struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan
baik sebagaimana mestinya.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 46
Penentuan tingkat kerusakan adalah setelah berkonsultasi dengan
Instansi Teknis setempat yang bertanggung jawab terhadap pembinaan
bangunan gedung.
Dalam proses pemeliharaan bangunan, terdapat tiga kategori yaitu :
1. Rehabilitasi, yaitu memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian
dengan maksud menggunana sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap,
baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan
seperti semua, sedang utilitas dapat berubah.
2. Renovasi, yaitu memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian
dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau
berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya.
3. Restorasi, yaitu memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian
dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau
berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya
sedangan struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah.
Pemeliharaan menggunakan akun belanja barang (52). Namun
pemeliharaan dapat menggunakan akun belanja modal (53) apabila memenuhi
kriteria. Kriteria untuk masuk akun belanja modal :
1. pemeliharaan tersebut berdampak bertambahnya masa manfaat,
kapasitas, kualitas dan volume aset;
2. pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimum kapitalisasi
Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) berdasarkan PMK Nomor
181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara.
Bangunan gedung negara merupakan salah satu aset negara yang
mempunyai nilai strategis sebagai tempat proses penyelenggaraan negara,
perlu terus menerus ditata secara terpadu sehingga perubahan yang terjadi
tetap menjamin keamanan, kesehatan, keharmonisan, efektif dan efisien.
Sesuai dengan surat Menteri Keuangan Nomor S-841/MK.02/2014
tanggal 16 Desember 2014 tentang Penundaan/Moratorium Pembangunan
Gedung Kantor K/L, maka Balai Besar/Balai POM yang belum mendapatkan
surat persetujuan, proses pengadaan masih ditunda menunggu persetujuan
Presiden RI.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 47
BAB V
KETENTUAN UMUM DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN
A. PENATAUSAHAAN, PEMBUKUAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
BENDAHARA
Bendahara selaku pejabat perbendaharaan yang bertanggung jawab kepada
Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN), wajib menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan seluruh uang dana atau surat berharga yang berada
dalam pengelolaannya. Bendahara wajib membukukan seluruh transaksi dalam
rangka pelaksanaan anggaran Satker, kecuali untuk transaksi yang melalui
SPMLS/SP2DLS kepada pihak ketiga yang hanya dicatat dalam Buku Pengawasan
Anggaran. Penatausahaan, pembukuan dan pertanggungjawaban Bendahara
(penerimaan dan pengeluaran) berpedoman pada Peraturan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER-3/PB/2014 tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan,
Pembukuan dan Pertanggungjawaban Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola
APBN serta Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.
B. REVISI ANGGARAN
Revisi Anggaran adalah perubahan Rincian Anggaran yang telah ditetapkan
berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) TA. 2018 dan
disahkan dalam DIPA TA. 2018. Dalam hal ini, revisi dilakukan terhadap DIPA
Petikan.
Ruang Lingkup dan Batasan Revisi Anggaran secara umum meliputi:
1. Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran berubah;
2. Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran tetap; dan/atau
3. Revisi administrasi, yaitu revisi yang tidak berkaitan dengan alokasi
belanja negara.
Sedangkan kewenangan penyelesaian Revisi Anggaran dibagi dalam 4
kelompok yakni: Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran, Revisi
Anggaran pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Revisi Anggaran pada Kuasa
Pengguna Anggaran serta Revisi Anggaran yang memerlukan Persetujuan DPR RI.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 48
B.1. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran :
Usul Revisi Anggaran BA K/L yang memerlukan penelaahan yang
menjadi kewenangan Direktorat Jenderal Anggaran dikategorikan sebagai
berikut :
1. Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran berubah
Merupakan perubahan anggaran berupa penambahan atau pengurangan
pagu belanja K/L termasuk pergeseran rincian anggarannya yang
berdampak pada perubahan pagu belanja K/L, meliputi:
a. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP, termasuk
pembentukan Satker BLU baru;
b. percepatan penarikan pinjaman/hibah luar negeri dan/atau
pinjaman/hibah dalam negeri, termasuk Pemberian Pinjaman;
c. penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam negeri terencana yang
diterima oleh Pemerintah cq. Kementerian Keuangan setelah UU
mengenai APBN TA 2018 atau UU mengenai perubahan atas UU
mengenai APBN TA 2018 ditetapkan dan kegiatannya dilaksanakan oleh
K/L;
d. pengurangan alokasi pinjaman proyek termasuk pengurangan alokasi
Pemberian Pinjaman, pengurangan alokasi hibah luar negeri dan dalam
negeri terencana termasuk hibah luar negeri atau hibah dalam negeri
yang diterushibahkan, dan/atau pinjaman yang diteruspinjamkan;
e. lanjutan pelaksanaan Kegiatan tahun-tahun sebelumnya yang bersumber
dari pemberian pinjaman/hibah luar negeri;
f. lanjutan pelaksanaan Kegiatan/proyek yang dananya bersumber dari
sisa dana penerbitan SBSN yang tidak terserap pada tahun sebelumnya;
g. perubahan anggaran Kegiatan K/L yang sumber dananya berasal dari
pinjaman atau hibah luar negeri sebagai akibat dari penyesuaian kurs;
h. tambahan alokasi anggaran belanja pegawai sebagai akibat dari selisih
kurs; dan/atau
i. perubahan Program, Kegiatan, Proyek Prioritas, keluaran (output), dan
lokasi.
2. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap, meliputi:
a. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar
Program dalam 1 (satu) bagian anggaran untuk memenuhi kebutuhan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 49
Ineligible Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman
dan/atau hibah luar negeri;
b. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program atau antar Program dalam
1 (satu) Bagian Anggaran yang bersumber dari rupiah murni dalam
rangka memenuhi kebutuhan Belanja Operasional;
c. pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP antar Satker dalam
1 (satu) Program yang sama dan dalam 1 (satu) Bagian Anggaran untuk
K/ L yang menerapkan kebijakan penggunaan PNBP terpusat;
d. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam rangka memenuhi
tunggakan tahun-tahun sebelumnya;
Untuk tiap-tiap tunggakan tahun lalu harus dicantumkan dalam catatan-
catatan terpisah per kode akun dalam halaman IV DIPA pada tiap-tiap
alokasi yang ditetapkan untuk mendanai suatu Kegiatan per DIPA per
Satker. Dalam hal jumlah seluruh tunggakan tahun yang lalu per DIPA
per Satker nilainya:
a. sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), harus
dilampiri surat pernyataan dari KPA;
b. di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), harus dilampiri hasil
verifikasi dari APIP K/L; dan
c. di atas Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), harus dilampiri hasil
verifikasi dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
e. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisa kewajiban
pembayaran Kegiatan/proyek yang dibiayai melalui SBSN yang melewati
tahun anggaran sesuai hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan;
f. pergeseran anggaran antara Program lama dan Program baru dalam
rangka penyelesaian administrasi DIPA sepanjang telah disetujui Dewan
Perwakilan Rakyat.
Hal ini terjadi karena adanya restrukturisasi kelembagaan atau
reorganisasi dalam K/L yang bersangkutan atau antar K/L. Pergeseran
anggaran antara Program lama dan Program baru dalam rangka
penyelesaian administrasi DIPA dapat dilakukan sepanjang pagu
Program lama dan pagu Program baru telah disetujui DPR dan disertai
dengan tabel rekonsiliasi antara Program lama dengan Program baru.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 50
Ketentuan dimaksud dapat berlaku juga pada pergeseran anggaran bagi
K/L yang mengalami perubahan nomenklatur atau struktur organisasi.
g. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam rangka
penyediaan dana untuk penyelesaian restrukturisasi K/ L.
Dapat dilakukan sepanjang likuidasi Satker tersebut telah disetujui DPR.
Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud dapat dilakukan antar jenis
belanja dan/atau antar Kegiatan dalam 1 (satu) Program yang sama
dan/atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran.
h. pergeseran anggaran belanja K/ L dalam 1 (satu) Program dalam wilayah
kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda
dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs;
i. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) atau antar provinsi/
kabupaten/kota dan/atau antar kewenangan untuk Kegiatan dalam
rangka dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan/atau urusan bersama;
j. pergeseran anggaran untuk pembayaran kewajiban penjaminan yang
telah jatuh tempo;
k. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru atau alokasi
untuk Satker baru.
Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam rangka
pembukaan kantor baru dimaksud dapat dilakukan dalam hal ketentuan
mengenai pembentukan kantor baru telah mendapat persetujuan dari
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Pergeseran anggaran dimaksud dilakukan melalui pergeseran anggaran
dari DIPA Petikan Satker Induk ke DIPA Petikan Satker baru.
l. pergeseran anggaran dalam rangka penanggulangan bencana;
m. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht);
n. pergeseran anggaran Kegiatan kontrak tahun jamak dalam rangka
rekomposisi pendanaan antar tahun;
o. pergeseran anggaran dalam rangka penggunaa sisa anggaran kontraktual
atau sisa anggaran swakelola.
Merupakan Sisa Anggaran Kontraktual, termasuk addendum kontrak
sampai dengan 10% (sepuluh persen), atau Sisa Anggaran Swakelola
yang dilakukan dalam 1 (satu) Program yang sama. Pada prinsipnya, sisa
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 51
Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola dapat digunakan
untuk:
1) meningkatkan volume keluaran (output) pada Kegiatan yang sama;
2) meningkatkan volume keluaran (output) pada Kegiatan lain dalam
Program yang sama; dan/ atau
3) memenuhi kekurangan Belanja Operasional.
Usul Revisi Anggaran yang diproses adalah untuk memenuhi kekurangan
Belanja Operasional komponen 001 dan/atau komponen 002. Dalam hal
sisa anggaran akan digunakan untuk membiayai hal hal di luar dari yang
sudah disebutkan di atas, usul Revisi Anggaran terkait dengan
penggunaan sisa anggaran harus mendapat persetujuan Menteri
teknis/pimpinan lembaga/PA.
p. penggunaan dana keluaran (output) cadangan;
q. pergeseran anggaran Program/Kegiatan/Proyek Prioritas Nasional/
keluaran (output) Prioritas Nasional; dan/atau
r. pergeseran anggaran antar keluaran (output) yang tidak dapat
dikategorikan sebagai revisi sebagimana dimaksud pada huruf a sd huruf
q, dalam hal besaran anggaran yang digeser dari keluaran (output)
pertama ke keluaran (output) kedua lebih dari 10% (sepuluh persen),
atau pergeseran anggaran antar keluaran (output) tersebut berdampak
pada penurunan volume keluaran (output), usul revisi diproses dengan
ketentuan :
1) Usul perubahan prioritas penggunaan anggaran dalam rangka
menambah volume keluaran (output), dilakukan sebagai konsekuensi
dari perubahan kebijakan Pemerintah dan/atau perubahan prioritas
K/L;
2) Usul pergeseran anggaran dilakukan antar keluaran (output) teknis
dengan satuan volume keluaran (output) yang sama atau berbeda;
3) disertai dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dari
pejabat eselon I penanggung jawab Program;
4) melampirkan surat pernyataan KPA bahwa volume keluaran (output)
yang diusulkan berkurang bukan merupakan volume keluaran
(output) dari Kegiatan Prioritas Nasional.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 52
3. Revisi administrasi meliputi :
a. perubahan rumusan sasaran kinerja dalam database RKA-K/L DIPA yang
diambil dari aplikasi KRISNA.
Revisi dapat dilakukan dalam rangka menindaklanjuti adanya perubahan
struktur organisasi beserta tugas dan fungsi K/L, dan/atau
penyempurnaan Rumusan Kinerja penganggaran dalam RKA-K/L DIPA.
b. penghapusan/perubahan/pencantuman blokir dalam halaman IV.A DIPA
Direktorat Jenderal Anggaran juga berwenang memproses revisi
administrasi berupa pengesahan meliputi perubahan pejabat penandatangan
DIPA sehingga DIPA induk harus dicetak ulang, penyelesaian sisa pekerjaan
tahun 2017 yang dibebankan pada DIPA TA 2018, pengesahan atas
pelaksanaan Kegiatan/keluaran (output) yang dananya bersumber dari
pinjaman/hibah luar negeri atau Pemberian Pinjaman dan telah dilaksanakan
pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi sampai berakhirnya TA 2017 belum
dapat disahkan pengeluarannya, dan penyelesaian pagu minus .
Mekanisme Revisi:
a. Untuk satker Pusat
i. KPA/Kepala Unit Kerja menyampaikan usulan revisi kepada Kepala
Biro Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri dokumen pendukung
berupa:
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan
(semula – menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
Backup RKA-K/L DIPA usulan revisi dalam bentuk
d01_06301_00_xxxxxx_x.s18; dan
Dokumen pendukung terkait.
ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang direvisi selama proses
pengesahan sehingga tidak mengakibatkan pagu minus;
iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan Revisi Anggaran dan
kelengkapan dokumen yang disampaikan oleh Kepala Unit Kerja/KPA
dan menyampaikan kepada APIP untuk dilakukan reviu;
iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyusun dan menyampaikan surat
permohonan revisi anggaran yang ditandatangani Sekretaris Utama
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 53
BPOM kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan melampirkan
dokumen pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan
(semula – menjadi);
ADK RKA-K/L DIPA revisi;
RKA Satker;
Copy DIPA terakhir; dan
Dokumen pendukung terkait.
v. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan penelaahan revisi bersama
Direktorat Anggaran Bidang PMK dan menandatangani berita acara
penelaahan revisi;
vi. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA melalui Biro
Perencanaan dan Keuangan menerima Surat pengesahan Revisi
Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem;
vii. Direktorat Jenderal Anggaran akan melakukan upload back up RKA-K/L
atau DIPA ke web RKA-K/L online, dan akan mencetakan SP DIPA
Induk/DIPA Petikan hasil revisi;
viii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Biro Perencanaan
dan Keuangan menerbitkan revisi POK dilampiri surat pengesahan
revisi DIPA;
ix. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update revisi DIPA
berdasarkan RKA-K/L online.
b. Untuk satker Balai Besar/Balai POM
i. Usulan revisi diajukan oleh PPK/KPA satker Balai Besar/Balai POM
kepada Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri
dokumen pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan
(semula – menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
RKA Satker
Backup RKAKL-DIPA usulan revisi dalam bentuk
d01_06301_00_xxxxxx_x.s18; dan
Dokumen pendukung terkait.
ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang direvisi selama proses
pengesahan sehingga tidak mengakibatkan pagu minus;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 54
iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan Revisi Anggaran dan
kelengkapan dokumen yang disampaikan oleh PPK/KPA dan
menyampaikan kepada APIP untuk dilakukan reviu;
iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyusun dan menyampaikan surat
permohonan revisi anggaran yang ditandatangani Sekretaris Utama
BPOM kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan melampirkan
dokumen pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan
(semula – menjadi);
ADK RKA-K/L DIPA revisi;
RKA Satker;
Copy DIPA terakhir; dan
Dokumen pendukung terkait.
v. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA melalui Biro
Perencanaan dan Keuangan menerima Surat pengesahan Revisi
Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem;
vi. Direktorat Jenderal Anggaran akan melakukan upload back up RKA-K/L
atau DIPA ke web RKA-K/L online, dan akan mencetakan SP DIPA
Induk/DIPA Petikan hasil revisi;
vii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Satker Balai
Besar/Balai POM menerbitkan revisi POK dilampiri surat pengesahan
revisi DIPA;
viii. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update revisi DIPA
berdasarkan RKA-K/L online.
B.2. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan :
Usul Revisi Anggaran yang menjadi kewenangan Direktorat Jenderal
Pelaksanaan Anggaran-Direktorat Jenderal Perbendaharaan meliputi:
1. pergeseran anggaran antar keluaran (output) antar Satker dalam 1 (satu)
Program antar wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, termasuk Satker perwakilan Pemerintah di luar negeri,
dalam rangka:
a. memenuhi kebutuhan biaya operasional;
b . memenuhi kebutuhan selisih kurs;
c. penyelesaian tunggakan tahun 2017; dan/atau
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 55
d. perubahan prioritas penggunaan anggaran:
sepanjang besaran pagu yang digeser maksimal 10% (sepuluh persen) dari
total pagu keluaran (output) yang diusulkan direvisi dan/atau tidak
berdampak pada penurunan volume keluaran (output). Dalam hal besaran
pagu yang digeser lebih dari 10 % (sepuluh persen) dari pagu total keluaran
(output) tapi tidak berdampak pada penurunan volume keluaran (output),
Direktorat Pelaksanaan Anggaran-Direktorat Jenderal Perbendaharaan
berwenang memproses usul revisi tersebut;
2. pergeseran anggaran untuk Kegiatan dalam rangka tugas pembantuan dan
urusan bersama, dan/atau dekonsentrasi sepanjang tidak mengubah
kewenangan;
3. pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan sisa anggaran kontraktual
atau sisa anggaran swakelola sepanjang untuk menambah volume keluaran
(output) yang sama atau volume keluaran (output) yang lain;
4. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program antar wilayah kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan clalam rangka penyelesaian
pagu minus;
5. Revisi Anggaran dalam hal pagu tetap yang tidak dapat dikategorikan
sebagai Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai
dengan angka 4; dan/atau
6. revisi administrasi yang memerlukan persetujuan pejabat eselon I dan
berada pada wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang berbeda, meliputi:
a. perubahan/penambahan nomor register pinjaman/ hibah luar negeri;
b. perubahan/penambahan nomor register SBSN;
c. perubahan/penambahan cara penarikan pinjaman/hibah luar
negeri/pinjaman/hibah dalam negeri, termasuk Pemberian Pinjamar;
d. perubahan/penambahan cara penarikan SBSN;
e. pencantuman/perubahan/penghapusan catatan halaman IV.B DIPA;
dan/atau;
f. revisi administrasi di luar huruf a sampai dengan huruf e sepanjang tidak
menyebabkan perlunya pencetakan ulang DIPA lama atau pencetakan
DIPA baru.
Selain itu, Direktorat Pelaksanaan Anggaran Direktorat Jenderal
Perbendaharaan juga berwenang memproses usul Revisi Anggaran atas
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 56
kesalahan dalam DIPA yang disampaikan oleh unit eselon I K/L, yang dapat
dilakukan revisi secara otomatis, sepanjang DIPA belum direalisasikan.
Mekanisme Revisi:
a. Untuk satker Pusat
i. KPA/Kepala Unit Kerja menyampaikan usulan revisi kepada Kepala
Biro Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri dokumen pendukung
berupa:
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan
(semula – menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
Dokumen pendukung terkait.
ADK RKA-K/L DIPA revisi;
ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang direvisi selama proses
pengesahan sehingga tidak mengakibatkan pagu minus;
iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan Revisi Anggaran dan
kelengkapan dokumen yang disampaikan oleh PPK/KPA;
iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyampaikan usulan Revisi
Anggaran yang ditandatangani KPA Satker kepada Direktorat Pelaksana
Anggaran/Kanwil Ditjen Perbendaharaan dengan melampirkan
dokumen pendukung berupa:
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan
(semula – menjadi);
ADK RKA-K/L DIPA revisi;
Copy DIPA Petikan terakhir; dan
Dokumen pendukung terkait.
v. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA melalui Biro
Perencanaan dan Keuangan menerima Surat pengesahan Revisi
Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem;
vi. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Biro Perencanaan
dan Keuangan menerbitkan revisi POK dilampiri surat pengesahan
revisi DIPA;
vii. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update revisi DIPA
berdasarkan RKA-K/L online.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 57
b. Untuk satker Balai Besar/Balai POM
i. KPA menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Direktorat
Pelaksana Anggaran (melalui Biro Perencanaan dan Keuangan)/Kepala
kanwil Ditjen Perbendaharaan dilengkapi dokumen pendukung berupa:
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan
(semula – menjadi);
ADK RKA-K/L DIPA Revisi;
Copy DIPA Petikan terakhir; dan
Dokumen pendukung terkait.
ii. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA menerima Surat
pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem;
iii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, KPA Satker Balai
Besar/Balai POM menerbitkan revisi POK;
iv. Satker Balai Besar/Balai POM melakukan update revisi DIPA
berdasarkan RKA-K/L online.
B.3. Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran
KPA dapat melakukan Revisi Anggaran berupa pergeseran anggaran
antar komponen pada 1 (satu) keluaran (output) yang sama sepanjang tidak
mengubah jenis dan satuan keluaran (output), tidak mengubah volume
keluaran(output), dan tidak mengubah jenis belanja. Revisi ini dilakukan
dengan mengubah POK dan ditetapkan oleh KPA, serta mengubah ADK RKA-
K/L berkenaan dengan menggunakan aplikasi RKA-K/L.
Mekanisme Revisi :
a. Untuk Satker Pusat
i. PPK/KPA menyampaikan usulan revisi kepada Kepala Biro
Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri dokumen pendukung
berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan
(semula – menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
Dokumen pendukung terkait.
ii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti dan memeriksa kelengkapan
dokumen pendukung, dan mengubah ADK RKA Satker melalui aplikasi
RKA-K/L-DIPA dan mencetak POK;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 58
iii. KPA menetapkan perubahan POK;
iv. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update revisi POK.
b. Untuk Satker Balai/Balai Besar POM
i. PPK menyampaikan usulan revisi kepada KPA satker Balai Besar/Balai
POM yang dilampiri dokumen pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan
(semula – menjadi) sesuai Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
Dokumen pendukung terkait.
ii. Satker Balai Besar/Balai POM melakukan perubahan pada aplikasi
RKA-K/L-DIPA dan mencetak POK;
iii. KPA menetapkan perubahan POK;
iv. KPA menyampaikan back up RKA-K/L-DIPA revisi kepada Biro
Perencanaan dan Keuangan sebagai bahan up dating data komputer di
Biro Perencanaan dan Keuangan;
B.4. Revisi Anggaran yang Memerlukan Persetujuan DPR-RI, meliputi:
a. tambahan Pinjaman Proyek Luar Negeri/Pinjaman Dalam Negeri
baru setelah Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2018
ditetapkan;
b. pergeseran anggaran antar fungsi/unit organisasi yang dipimpin
oleh Pejabat Eselon I selaku penanggung jawab Program yang
memiliki alokasi anggaran (portofolio), dalam 1 (satu) K/L; dan/atau
c. Pergeseran anggaran antar Program kecuali untuk:
i. memenuhi kebutuhan Biaya Operasional sepanjang dalam
Bagian Anggaran yang sama;
ii. pergeseran anggaran antar Program dalam1 (satu) Bagian
Anggaran untuk memenuhi kebutuhan Ineligible Expenditure
atas Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/ atau hibah luar
negeri;
iii. penyediaan dana untuk penyelesaian likuidasi satker sepanjang
likuidasi Satker sudah disetujui oleh DPR; dan/atau
iv. penyelesaian administrasi DIPA baru dalam1 (satu) satker bagi
K/L yang mengalami perubahan nomenklatur/struktur
organisasi sepanjang total pagu K/L tetap, dan pagu Program
lama dan Program baru sudah disetujui DPR.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 59
Mekanisme Revisi:
a. Untuk satker Pusat dan Balai
i. Usulan revisi diajukan oleh Sekretaris Utama kepada Pimpinan Komisi
IX DPR RI untuk mendapat persetujuan;
ii. Berdasarkan persetujuan Pimpinan Komisi IX DPR RI, Sekretaris Utama
mengajukan usulan revisi anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran
dilengkapi dokumen pendukung berupa :
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri Matriks Perubahan
(semula – menjadi);
ADK RKA-K/L DIPA revisi;
RKA Satker;
Copy DIPA terakhir; dan
Dokumen pendukung terkait.
iii. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, Direktorat Jenderal Anggaran
menetapkan Revisi DHP RKA-K/L dan Surat pengesahan Revisi
Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem;
iv. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Biro Perencanaan
dan Keuangan menerbitkan revisi POK Pusat dilampiri surat
pengesahan revisi DIPA;
v. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut, Satker Balai
Besar/Balai POM menerbitkan revisi POK dilampiri surat pengesahan
revisi DIPA;
vi. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Satker Balai Besar/Balai POM
melakukan update revisi DIPA berdasarkan RKA-K/L online.
B.5. Batasan Revisi
Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan
alokasi anggaran terhadap:
a. Belanja pegawai Satker kecuali untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan
belanja pegawai Satker yang lain;
b. pembayaran berbagai tunggakan;
c. Rupiah Murni Pendamping sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut
(on-going); dan/atau
d. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya
sehingga dananya menjadi minus.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 60
Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah target
kinerja dengan ketentuan sebagai berikut :
a. tidak mengubah sasaran Kegiatan;
b. tidak mengubah jenis dan satuan Keluaran (Output); dan
c. tidak mengubah Keluaran (Output)yang sudah direalisasikan.
B.6. Batas Akhir Penerimaan Usul Revisi Anggaran
Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran untuk TA. 2018 ditetapkan
sebagai berikut:
a. Tanggal 30 Oktober 2018 untuk Revisi Anggaran pada Direktorat
Jenderal Anggaran;
b. Tanggal 30 Nopember 2018 untuk Revisi Anggaran pada Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
c. Tanggal 14 Desember 2018 untuk Revisi Anggaran pada Direktorat
Jenderal Anggaran berkaitan antara lain pergeseran anggaran untuk
belanja pegawai; pergeseran anggaran dari BA 999.08 ke BA K/L;
kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP, PLN, HLN terencana, dan
HDN terencana, Pinjaman Dalam Negeri serta SBSBN; kegiatan K/L yang
merupaka tindak lanjut dari hasil sidang kabinet yang ditetapkan setelah
terbitnya UU mengenai perubahan atas UU mengenai APBN TA 2018;
dan/atau kegiatan yang membutuhkan data/dokumen yang harus
mendapat persetujuan dari unit eksternal K/L seperti persetujuan DPR,
persetujuan Menteri Keuangan, hasil audit eksternal dan sejenisnya.
d. Tanggal 28 Desember 2018 untuk Revisi Anggaran kepada Direktorat
Jenderal Anggaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan lingkup BA BUN,
pergeseran anggaran untuk bencana alam, dan revisi dalam rangka
pengesahan.
e. Tanggal 28 Desember 2018 untuk Revisi Anggaran kepada Direktorat
Jenderal Perbendaharaandalam rangka pengesahan anggaran belanja
yang dibiayai dari hibah langsung.
Dalam hal penyelesaian Revisi Anggaran ditemukan kesalahan berupa:
kesalahan pencantuman kantor bayar (KPPN), kesalahan pencantuman kode
lokasi, kesalahan pencantuman sumber dana, terlanjur memberikan
approval/persetujuan revisi, tidak tercantumnya catatan pada halaman IV
DIPA dan DIPA belum direalisasikan, atas kesalahan tersebut dapat dilakukan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 61
revisi secara otomatis dan merupakan kewenangan Direktorat Pelaksanaan
Anggaran-Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
C. PELAPORAN
Untuk mewujudkan Laporan Keuangan yang andal, akuntabel dan transparan,
BPOM wajib melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan. Salah satu
unsur dalam sistem akuntansi dan pelaporan keuangan tersebut adalah
terbentuknya struktur organisasi Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan yang
terdiri dari :
a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, terdiri dari
a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) Unit Akuntansi pada
tingkat Satker.
b. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA), Unit Akuntansi pada tingkat
BPOM.
b. Penanggung Jawab Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
a. Penanggung jawab UAKPA adalah Kepala Satker dan wajib menyusun
laporan keuangan sehubungan dengan anggaran yang dikelolanya.
b. Penanggung jawab UAPA adalah Kepala Badan Badan dan wajib
menyusun Laporan Keuangan tingkat BPOM.
c. Struktur Organisasi Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Dengan adanya pembentukan dan penunjukan Unit Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan, diperlukan adanya struktur organisasi akuntansi dan
pelaporan keuangan yaitu sebagai berikut :
a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)
Kepala Satuan Kerja
Kepala Subag Tata Usaha/yang ditunjuk
Petugas Akuntansi dan Verifikasi Data Sumber
Petugas Perekaman Dokumen Sumber
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 62
Petugas Perekaman dan Petugas Akuntansi dan Verifikasi (telaah) dapat
dirangkap.
Tugas dan Fungsi :
1) Kepala Satker
Menunjuk dan menetapkan Tim Unit Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan
Menandatangani Laporan Keuangan
Menyampaikan Laporan Keuangan
2) Kasubag Tata Usaha
Menyiapkan usulan organisasi UAKPA
Melakukan pembinaan dan monitoring pelaksanaan Sistem Akuntansi
dan Penyusunan laporan keuangan
Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal dan eksternal.
Melakukan analisa Laporan Keuangan Satker
3) Petugas Akuntansi dan Verifikasi Dokumen Sumber
Melakukan analisa transaksi keuangan
Menerima data dari SIMAK BMN
Melakukan rekonsiliasi internal dengan Petugas SIMAK BMN
Mengunduh data ke E-Rekon melalui web
Melakukan rekonsiliasi eksternal dengan KPPN
Menelaah Laporan Keuangan
Melakukan analisis untuk membuat Catatan atas Laporan Keuangan
Menyusun Laporan Keuangan
Mendistribusikan Laporan keuangan.
4) Petugas Perekaman Dokumen Sumber.
Merekam dokumen sumber (DIPA, Revisi DIPA, Pendapatan dan
Belanja)
Memelihara dan menyimpan dokumen sumber
Memelihara Arsip Data Komputer
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 63
b. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran
POM
Tugas dan fungsi
1) Kepala BPOM
Menetapkan organisasi Unit Akuntansi dan Penyusunan Laporan
Keuangan Tingkat BPOM (UAPA)
Menandatangani Statement Of Responsibility (SOR)
2) Sekretariat Utama/Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan BPOM
Menyiapkan Sumber Daya Manusia
Mengkoordinasikan Sistem Akuntansi Keuangan dan Barang
Menyetujui/menandatangani Laporan Keuangan (LRA, LO, LPE dan
Neraca)
Kepala Badan POM
Sekretariat Utama
Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan
Kepala Biro Perencanaan Kepala Bagian Keuangan
Petugas Monitoring E_Rekon
Petugas Akuntansi dan Telaah (Verifikasi) LK
Satker
Kepala Subag Verifikasi
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 64
3) Kepala Bagian Keuangan/Kepala Subag Verifikasi
Menyiapkan usulan organisasi UAPA.
Melaksanakan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di lingkup
BPOM
Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan akuntansi dan
penyusunan laporan keuangan kepada petugas akuntansi keuangan
dan petugas yang melakukan monitoring E-Rekon.
Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal dan eksternal.
Melakukan konsoliadasi Laporan Keuangan Satker dengan cara
klarifikasi, konfimasi, verifikasi dan validasi data Laporan Keuangan
tingkat Satker
Menyusun Laporan Keuangan tingkat BPOM (semester dan Tahunan
baik unaudited maupun audited)
4) Petugas Akuntansi dan Verifikasi Laporan Keuangan
Melakukan analisa terhadap laporan keuangan Satker di lingkungan
BPOMmelalui unduh data melalu web e-rekon dan pengumpulna
Backup data SAIBA, SIMAK BMN dan persediaan.
Melaksanakan rekonsilasi internal dan eksternal tingkat BPOM
Menyusun draft Laporan Keuangan tingkat BPOM (semester dan
Tahunan baik unaudited maupun audited)
5) Petugas Monitoring E-Rekon
Melakukan monitoring data E-RekonSatker di lingkungan BPOM
Mengumpulkan backup data SAIBA, SIMAK BMN dan Persediaan dari
Satker.
Menyiapkan surat konfirmasi/klarifikasi ke Satker jika terdapat akun
tidak normal pada Laporan Keuangan Satker di lingkungan BPOM.
Jenis dan Periode Pelaporan
1. Penyampaian Laporan Keuangan tingkat UAKPA ke :
a. KPPN
Laporan Keuangan Bulanan yang disampaikan dalam bentuk
unggahan pada aplikasi berbasis web.
Laporan Keuangan semesteran dalam bentuk cetakan dengan
sistematika dan format sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
yang berlaku.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 65
Laporan Keuangan Tahunan unaudited dalam bentuk cetakan dengan
sistematika dan format sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
yang berlaku.
Laporan Keuangan Tahunan audited dalam bentuk cetakan dengan
sistematika dan format sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
yang berlaku.
b. UAPA
Laporan Bulanan yang disampaikan dalam bentuk unggahan pada
aplikasi berbasis web dengan cara memberikan user id dan password
ke petugas akuntansi tingkat UAPA untuk dilakukan monitoring.
Laporan Keuangan semesteran dalam bentuk cetakan dan soft copy
dalam bentuk PDF dengan sistematika dan format sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, serta backup data SAIBA,
SIMAK BMN dan Persediaan.
Laporan Keuangan Tahunan unauditeddalam bentuk cetakan dan soft
copy dalam bentuk PDF dengan sistematika dan format sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, serta backup data SAIBA,
SIMAK BMN dan Persediaan.
Laporan Keuangan Tahunan audited dalam bentuk cetakan dan soft
copy dalam bentuk PDF dengan sistematika dan format sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, serta backup data SAIBA,
SIMAK BMN dan Persediaan.
Waktu penyampaian laporan keuangan akan diinformasikan melalui
Surat Edaran yang akan ditetapkan pada tahun yang bersangkutan.
2. Penyampaian Laporan Keuangan tingkat UAPA ke Kementerian Keuangan
dan Badan Pemeriksa Keuangan.
Laporan Keuangan semesteran dengan sistematika dan format sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, dalam bentuk
cetakan dan soft copy dalam bentuk PDF.
Laporan Keuangan Tahunan unauditeddengan sistematika dan format
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, dalam bentuk
cetakan dan soft copy dalam bentuk PDF.
Waktu penyampaian Laporan Keuangan ke Kementerian Keuangan
disesuaikan dengan Peraturan Kementerian Keuangan dan Badan
Pemeriksa Keuangan yang berlaku.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 66
3. Pelaporan Kinerja/Kegiatan
Pengendalian pelaksanaan anggaran dan kegiatan terdiri dari 2 (dua) sisi,
yaitu pengendalian keuangan dan pengendalian kegiatan. Tata cara
pengendalian keuangan dan kegiatan serta pelaporan kinerja/ kegiatan
mengacu pada pedoman monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
program dan kegiatan di BPOM sesuai Keputusan Sekretaris Utama
No. HK.04.2.21.08.16.3115 Tahun 2016.
4. Laporan Barang Milik Negara
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
menyebutkan bahwa Barang Milik Negara atau BMN adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah disebutkan bahwa Barang Milik Negara adalah
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 tentang
Penatausahaan BMN disebutkan bahwa yang dimaksud dengan BMN adalah
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
Pada lampiran V PMK Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan
BMN, BMN sebagai aset dapat diklasifikasikan kedalam aset lancar, aset
tetap, aset lainnya dan BMN berupa aset bersejarah. BMN dikategorikan
sebagai aset lancar apabila diharapkan segera dipakai atau dimiliki untuk
dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. BMN yang
memenuhi kriteria ini diperlakukan sebagai persediaan. Sedangkan BMN
dikategorikan sebagai aset tetap apabila mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi
normal Kuasa Pengguna Barang dan diperoleh atau dibangun dengan
maksud untuk digunakan, dalam kegiatan Pemerintah.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 67
Adapun jenis BMN adalah sebagai berikut:
A. Aset Tetap
Klasifikasi Aset Tetap, yaitu
1. Tanah
2. Peralatan dan mesin
3. Gedung dan Bangunan
4. Jalan, irigasi dan jaringan
5. Aset tetap lainnya
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)
Penyajian dan pengungkapan aset tetap dinilai dengan biaya perolehan
atau nilai wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh. Biaya perolehan
menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah digunakan untuk
memperoleh aset tetap tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain
meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi serta
biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai
aset tetap tersebut siap digunakan.
Biaya perolehan seperti yang dimaksud adalah mengacu kepada nilai
satuan minimum pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan BMN, yaitu :
a. Nilai satuan minimum kapitalisasi untuk per satuan peralatan dan
mesin adalah sama dengan atau lebih dari Rp1.000.000,- (satu juta
rupiah);
b. Nilai satuan minimum kapitalisasi untuk per satuan gedung dan
bangunan adalah sama dengan atau lebih dari Rp25.000.000,- (dua
puluh lima juta rupiah);
B. Aset Lancar
Aset lancar adalah Aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan,
dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan
sejak tanggal pelaporan. BMN yang menjadi kategori aset lancar adalah
persediaan.
Persediaan dapat terdiri dari :
a. Barang konsumsi
b. Amunisi
c. Bahan untuk pemeliharaan
d. Suku cadang
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 68
e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga
f. Pita cukai dan leges
g. Bahan baku
h. Barang dalam proses/setengah jadi
i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
j. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat.
Persediaan disajikan sebesar :
a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian
b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri
c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan.
Biaya perolehan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan
pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat dan lainnya yang
serupa mengurangi biaya perolehan.
Aset lancar berasal dari belanja persediaan (521811) seperti Alat Tulis
Kantor, bahan cetakan, baku pembanding, sampel dan retain sampel,
persediaan alat gelas (glassware), hewan percobaan, reagensia dan lain-
lain.
C. Aset Lainnya
Aset lainnya adalah aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan
sebagai aset lancar dan aset tetap.
Aset lainnya antara lain terdiri dari :
a. Aset tak berwujud, meliputi :
1) Software komputer
2) Lisensi dan franchise
3) Hak cipta (copyright), paten dan hak lainnya
4) Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang
b. Aset lain-lain
Yang termasuk dalam aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan
dari penggunaan aktif pemerintah.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 69
Pengelolaan Barang Milik Negara
Sesuai PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah, pengelolaan BMN meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
b. Pengadaan
c. Penggunaan
d. Pemanfaatan
e. Pengamanan dan pemeliharaan
f. Penilaian
g. Pemindahtanganan
h. Pemusnahan
i. Penghapusan
j. Penatausahaan
k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian
Sesuai ketentuan Surat Edaran Nomor HK.06.02.2.24.12.13.3228 Tahun
2013 tentang Kriteria Persediaan Reagensia Usang/dalam kondisi usang
atau rusak tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
Dalam rangka menunjang pelaksanaan proses pemindahtanganan terkait
BMN, Satker dapat mengalokasikan biaya yang ditimbulkan akibat proses
pemindahtanganan tersebut, seperti biaya iklan lelang, honor pejabat
lelang/honor narasumber, honor panitia, biaya operasional lainnya.
Laporan Barang Milik Negara
Sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap belanja APBN yang
berpotensi menjadi aset maka pemerintah telah menetapkan kepada
seluruh entitas pelaporan agar menyajikan dan melaporkan seluruh laporan
BMN yang terjadi kepada Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara setiap periode tahun anggaran sebanyak 2 kali dalam satu
tahun (semester).
Apabila Kementerian Negara Lembaga tidak melaporkan dan menyajikan
laporan BMN tersebut maka akan dikenakan sanksi berupa pembekuan
pencairan anggaran untuk tahun berjalan, tahapan sebelum dilakukannya
penyajian laporan BMN adalah:
1. Verifikasi terhadap setiap transaksi yang terjadi.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 70
2. Mencatat semua transaksi yang terjadi ke dalam SIMAK BMN (Sistem
Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara) yang
terintegrasi dengan Aplikasi Persediaan.
3. Melakukan proses validasi dan rekonsiliasi dengan SAKPA di masing-
masing dan disepakati dengan Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang
dilakukan setiap semester.
4. Melakukan validasi dan rekonsiliasi data dengan Biro Umum dan SDM
setiap semester dari masing-masing satker disertai dengan Berita Acara
Pemutahiran;
5. Menyampaikan Laporan BMN yang berasal dari cetakan Aplikasi SIMAK
BMN dan Aplikasi Persediaan beserta Catatan Ringkas Barang Milik
Negara (CRBMN) ke Biro Umum dan SDM setiap semester.
6. Melakukan proses rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL) setempat disertai dengan Berita Acara
Rekonsiliasi (BAR) setiap semester.
7. BAR dari KPKNL tersebut merupakan bagian tidak terpisahkan untuk
dilakukan rekonsiliasi kembali dengan KPPN, apabila terlambat atau
tidak melakukan rekonsiliasi dengan KPKNL maka akan dikenakan
sanksi pembekuan pencairan anggaran untuk tahun berjalan. Prosedur
dan tata cara penyampaian laporan BMN sesuai Buku PEDOMAN
PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA Revisi ke 1 Tahun 2013
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 71
BAB VI
KETENTUAN KHUSUS DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN
A. PENGELUARAN ANGGARAN
1. Pembayaran atas beban anggaran belanja negara dilakukan dengan:
a. Pembayaran langsung kepada yang berhak (LS), atau
b. Pembayaran melalui Uang Persediaan (UP)/ Tambahan Uang Persediaan
(TUP)
2. Uang Persediaan
Uang persediaan dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:
a. Belanja Barang;
b. Belanja Modal ;
c. Belanja Lain-lain.
3. Pembayaran yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran kepada satu
rekanan tidak boleh melebihi Rp50.000.000,-(Lima Puluh Juta Rupiah),
kecuali pembayaran honor dan perjalanan dinas.
4. Untuk keperluan pembayaran tunai sehari-hari setiap Bendahara
Pengeluaran diizinkan menyimpan uang tunai, setinggi-tingginya sebesar
Rp50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah).
5. Sesuai PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran
Dalam Rangka Pelaksanaan APBN disebutkan bahwa :
Uang Persediaan (UP) dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran
Belanja Barang, Belanja Modal dan Belanja Lain-lain;
Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang
telah digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih
tersedia dalam DIPA;
Uang persediaan dapat diusulkan kembali setelah penggunaan uang
persediaan sebelumnya telah dipertanggungjawabkan minimal sebesar
50% tanpa harus menunggu akhir periode.
6. Untuk pembayaran Belanja Barang (reagensia, suku cadang, ATK dan lain-
lain) dan Belanja Modal yang dilakukan dengan mekanisme UP dan TUP
antara Rp10.000.000,- sd Rp50.000.000,- perlu dilengkapi dengan data
dukung berupa proses penyusunan spesifikasi dan HPS / negosiasi harga.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 72
B. PERJALANAN DINAS
Merupakan perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan dalam
wilayah maupun di luar wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan negara.
Perjalanan dinas terdiri atas Perjalanan dinas dalam negeri dan Perjalanan dinas
luar negeri.
Perjalanan dinas dalam negeri diatur dalam PMK Nomor 113/PMK.05/2012
tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan
Pegawai Tidak Tetap dan PMK Nomor 49/PMK.02/2017 tentang SBM TA 2018.
1. Perjalanan Dinas Dalam Negeri
Perjalanan dinas dalam negeri terdiri dari perjalanan dinas jabatan dan
perjalanan dinas pindah.
1.1. Perjalanan dinas jabatan
1.1.1 Perjalanan dinas jabatan terdiri atas komponen-komponen
sebagai berikut:
a. Uang harian terdiri atas uang makan, uang transport lokal dan
uang saku;
b. Biaya transport terdiri atas
Perjalanan dinas dari tempat kedudukan sampai tempat
tujuan keberangkatan dan kepulangan termasuk biaya ke
terminal bus/stasiun/bandara/pelabuhan keberangkatan;
Retribusi yang dipungut di terminal bus/ stasiun/
bandara/ pelabuhan keberangkatan dan kepulangan;
c. Biaya penginapan
Dalam hal perjalanan dinas jabatan dilakukan bersama-
sama untuk melakukan suatu kegiatan rapat, seminar, dan
sejenisnya, seluruh pelaksana/peserta dapat menginap
pada hotel/penginapan yang sama, apabila biaya
hotel/penginapan lebih tinggi dari satuan biaya
hotel/penginapan sebagaimana diatur dalam PMK Nomor
49/PMK.02/2017 tentang SBM TA 2018, maka Pelaksana
SPD menggunakan fasilitas kamar dengan biaya terendah
pada hotel/penginapan dimaksud;
Untuk perjalanan dinas jabatan dalam rangka
mendampingi pimpinan, maka Pelaksana SPD dapat
menginap pada hotel/penginapan yang sama sepanjang
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 73
sesuai dengan PMK Nomor 49/PMK.02/2017 tentang SBM
TA 2018;
Dalam hal Pelaksana SPD tidak menggunakan biaya
penginapan, Pelaksana SPD dapat diberikan biaya
penginapan sebesar 30 % dari tarif hotel di Kota Tempat
Tujuan sesuai dengan SBM 2018 dan sebagaimana diatur
dalam PMK Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan
Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri
dan Pegawai Tidak Tetap. Biaya penginapan sebagaimana
dimaksud dibayarkan secara lumpsum dengan
melampirkan daftar pengeluaraan riil.
d. Uang representasi; dapat diberikan kepada pejabat negara,
pejabat eselon I dan pejabat eselon II selama melakukan
perjalanan dinas sesuai PMK Nomor 49/PMK.02/2017
tentang SBM TA 2018.
e. Sewa kendaraan dalam kota; dan/atau
f. Biaya menjemput/mengantar jenazah.
1.1.2 Perjalanan dinas jabatan digolongkan menjadi :
1. Perjalanan Dinas Melewati Batas Kota
Batas kota khusus untuk Provinsi DKI Jakarta meliputi
kesatuan wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara,
Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.
2. Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota
Terdiri atas perjalanan dinas jabatan yang dilaksanakan
lebih dari 8 jam dan perjalanan dinas jabatan yang
dilaksanakan sampai dengan 8 (delapan) jam;
Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota dapat diberikan uang
transport untuk melakukan kegiatan/pekerjaan yang
terkait dengan pelaksanaan tugas kantor/instansi dengan
ketentuan masih dalam batas wilayah Kabupaten/Kota;
Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota melebihi 8
(delapan) jam pergi pulang termasuk pelaksanaan
kegiatannya, maka dapat diberikan transport dalam kota
dan uang harian sesuai dengan besaran dalam PMK Nomor
49/PMK.02/2017 tentang SBM TA 2018;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 74
Perjalanan Dinas Jabatan di dalam kota yang dilaksanakan
sampai dengan 8 (delapan) jam dapat diberikan uang
transport tanpa penerbitan SPD.Dibuktikan dengan Form
Bukti Kehadiran yang menjadi lampiran Surat Tugas
Lampiran 5 Formulir Bukti Kehadiran (sesuai LAMPIRAN
I.B. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
Per-22/PB/2013 Tentang Ketentuan Lebih Lanjut
Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat
Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap).
Pembebanan biaya Perjalanan Dinas Jabatan dicantumkan
dalam Surat Tugas.
1.1.3 Terkait Peraturan Menpan Nomor 6 Tahun 2015 tentang
Pedoman Pembatasan Pertemuan/Rapat Diluar Kantor dalam
rangka Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Kerja Aparatur,
maka kegiatan bersifat pertemuan/rapat di lingkungan BPOM
diatur sebagai berikut:
1. Diutamakan diselenggarakan di:
a. Gedung milik BPOM atau
b. Gedung milik Instansi Pemerintah lainnya.
2. Dapat diselenggarakan di hotel/villa/cottage/resort dan/atau
fasilitas ruang gedung lainnya yang bukan milik pemerintah
apabila memenuhi salah satu kriteria:
a. Memiliki urgensi tinggi terkait dengan pembahasan materi
bersifat strategis atau memerlukan koordinasi lintas
sektoral, memerlukan penyelesaian secara cepat,
mendesak, terus menerus (simultan). Pertemuan tersebut
antara lain pembahasan rancangan peraturan
perundangan; pembahasan pengujian bersama lintas
sektor serta penjajakan kerja sama luar negeri yang
melibatkan minimal Eselon I lainnya;
b. Tidak tersedia ruang rapat di kantor BPOM/Balai
Besar/Balai POM dan tidak tersedia ruang rapat di Instansi
Pemerintah lainnya di wilayah tersebut. Dibuktikan dengan
surat pernyataan keterbatasan sarana dan prasarana untuk
penyelenggaraan rapat di kantor BPOM/Balai Besar/Balai
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 75
POM maupun milik instansi pemerintah lain dari Kepala
Satker/Unit Kerja Mandiri atau penanggungjawab
kegiatan;
c. Lokasi tempat penyelenggaraan pertemuan sulit dijangkau
oleh peserta baik sarana transportasi maupun waktu
perjalanan.
d. Peserta yang berasal dari eselon I lainnya/masyarakat
berjumlah minimal 40 (empat puluh) peserta.
3. Persyaratan penyelenggaraan rapat diluar kantor:
a. Pelaksanaan rapat membutuhkan koordinasi dengan
unit/instansi lainnya sekurang-kurangnya dihadiri peserta
dari eselon I lainnya atau pemerintah daerah atau
masyarakat;
b. Tidak terdapat perjalanan dinas/meeting konsinering
keluar kantor untuk kegiatan yang seharusnya dapat
dilakukan di kantor;
c. Tidak terdapat pelaksanaan perjalanan dinas/meeting
konsinering yang dipecah-pecah apabila suatu kegiatan
dapat dilaksanakan secara sekaligus dengan sasaran
peserta, tempat tujuan dan kinerja yang dihasilkan sama;
d. Memastikan tidak terdapat pelaksanaan perjalanan
dinas/meeting konsinering yang tumpang tindih atau
rangkap;
e. Perjalanan dinas/meeting konsinering hanya dilaksanakan
oleh pelaksana SPD yang memang benar-benar diharapkan
memberikan kontribusi nyata dalam hasil yang akan
dicapai;
f. Mengutamakan pencapaian kinerja dengan pagu anggaran
yang telah tersedia;
g. Biaya penyelenggaraan maksimal sesuai SBM TA 2018.
4. Harus memiliki output/hasil yang jelas yang dibuktikan
dengan:
a. Term of Reference / Kerangka Acuan Kerja;
b. Untuk poin 2. b. Surat Pernyataan dari Kepala Satker/Unit
Kerja Mandiri atau penanggungjawab kegiatan untuk
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 76
keterbatasan sarana dan prasarana ruang rapat kantor
Badan/Balai Besar/Balai POM maupun milik instansi
pemerintah lain;
c. Transkrip hasil rapat/rekaman;
d. Notulensi rapat dan/atau laporan;
e. Daftar hadir peserta rapat;
5. Perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan harus
disusun dan ditandatangani oleh penanggungjawab kegiatan
dan disampaikan kepada unit pengawas internal.
1.1.4 Merujuk PMK Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan
Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan
Pegawai Tidak Tetap disebutkan bahwa Perjalanan Dinas
Jabatan yang dilakukan melalui perikatan dengan penyedia jasa
meliputi Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan; dan Perjalanan
Dinas Jabatan dalam rangka mengikuti rapat, seminar dan
sejenisnya diatur sebagai berikut :
Tatacara pengadaan penyedia jasa mengikuti Perpres yang
berlaku tentang Pengadaan Barang/Jasa;
Kontrak dengan penyedia jasa:
Untuk 1 paket kegiatan/kebutuhan periode tertentu;
Nilai Satuan Harga tidak melebihi tarif penginapan/hotel
resmi oleh penyedia jasa penginapan/hotel;
Nilai Satuan Harga tidak melebihi tarif tiket resmi yang
dikeluarkan perusahaan jasa transportasi dan SBM TA.
2018;
Pembayaran didasarkan atas prestasi kerja yang telah
diselesaikan sesuai kontrak.
1.1.5 Uang harian paket fullboard di luar kota; uang harian paket
fullboard, fullday/halfday di dalam kota diberikan sesuai SBM
TA 2018.
1.1.6 Uang harian penyelenggaraan paket meeting fullboard,
fullday/halfday tidak dapat diberikan di hari pelaksanaan
Pejabat/Pegawai tersebut ditugaskan sebagai narasumber.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 77
1.1.7 Uang saku rapat untuk penyelenggaraan rapat dalam kantor
diluar jam kerja tidak dapat diberikan kepada Pejabat/Pegawai
yang pada rapat tersebut ditugaskan sebagai
moderator/narasumber dan telah menerima honorarium
sebagai moderator/narasumber.
1.1.8 Khusus untuk kegiatan yang bersifat nasional, uang harian 1
(satu) hari sebelum dan atau sesudah waktu pelaksanaan
pertemuan dan biaya penginapan dapat diberikan kepada
peserta dengan mempertimbangkan:
Efisiensi Biaya
Jadwal pelaksanaan pertemuan, ketersediaan penerbangan/
waktu tempuh dari tempat kedudukan ke tempat pelaksanaan
pertemuan.
1.1.9 Pegawai yang telah mencatatkan kehadirannya pada saat
kedatangannya, kemudian ditugaskan untuk melakukan kegiatan
didalam Kab/Kota kurang dari 8 jam seperti:
pemeriksaan sarana;
rapat koordinasi lintas sektor;
kegiatan sejenisnya.
yang kepadanya diberikan transport lokal karena kedinasan dan
dapat diberikan uang makan PNS jika :
Pegawai ASN yang bersangkutan melakukan pencatatan
kedatangan dan kepulangan kerja dengan menggunakan
mesin pencatat kehadiran elektronik pada hari pelaksanaan
tugas kedinasan dan/atau melakukan perjalanan dinas; atau
Pegawai ASN yang tidak dapat melakukan pencatatan
kedatangan dengan menggunakan mesin pencatat kehadiran
elektronik karena melaksanakan tugas kedinasan pada saat
kedatangan jam kantor, maka Pegawai ASN tersebut harus :
Menyelesaikan tugas kedinasan dan/atau perjalanan dinas
terlebih dahulu kemudian segera kembali ke kantor untuk
mencatatkan kedatangan kerja dengan menggunakan
mesin pencatat kehadiran elektronik; dan
Melakukan pencatatan kepulangan kerja dengan
menggunakan mesin pencatat kehadiran elektronik;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 78
Pegawai ASN yang melaksanakan tugas kedinasan dan/atau
perjalanan dinas menjelang kepulangan jam kerja, maka
Pegawai ASN tersebut harus :
Melakukan pencatatan kedatangan kerja dengan
menggunakan mesin pencatat kehadiran elektronik sesuai
jam kerja; dan
Melakukan pencatatan kepulangan dengan menggunakan
mesin pencatat kehadiran elektronik pada saat akan
melaksanakan tugas kedinasan dan/atau perjalanan dinas.
Pegawai ASN yang melaksanakan tugas kedinasan dan/atau
perjalanan dinas sebagaimana dimaksud diatas, maka
Pegawai ASN tersebut harus menyampaikan :
Surat tugas/surat undangan atau disposisi; dan
Surat keterangan terlambat masuk kerja atau pulang
sebelum waktunya sesuai format dalam Lampiran VI
Peraturan Kepala BPOM Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan
Kinerja Pegawai di Lingkungan BPOM.
1.1.10 Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan
perjalanan dinas, satuan biaya transport perjalanan dinas dari
Jakarta ke Bandung dan Jakarta ke Serang (PP) adalah sebesar
Rp500.000,-
1.1.11 Untuk transport perjalanan dinas dari Soeta/Halim langsung
menuju Bandung dan Serang (PP) Rp500.000,-
1.1.12 Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan
perjalanan dinas, satuan biaya transport perjalanan dinas dari
Jakarta ke Bekasi, Depok, Bogor, Cikarang dan Tangerang (PP)
adalah sebesar Rp300.000,-
1.1.13 Untuk transport perjalanan dinas dari bandara Soeta/Halim
langsung menuju Bandung dan Serang (PP) Rp300.000,-
1.1.14 Transport perjalanan dinas dari Jakarta ke Kepulauan Seribu
bersifat at cost.
1.1.15 Transport perjalanan dinas antar kepulauan/kabupaten/kota
yang tidak diatur di dalam SBM TA 2018 bersifat at cost.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 79
1.1.16 Bagi perjalanan dinas yang menyewa kendaraan dari pihak
ketiga:
Untuk kegiatan yang bersifat rutin/operasional kantor/
lapangan, dapat menggunakan sewa kendaraan per bulan
sesuai SBM TA 2018, apabila tidak terdapat anggaran sewa,
maka petugas dapat memperoleh uang transpor;
Untuk kegiatan yang bersifat insidentil (tidak bersifat terus
menerus), sewa kendaraan dapat dilakukan dengan
memperhatikan :
a) Menggunakan akun belanja sewa dengan dana yang
tersedia dalam POK atau DIPA Satker dengan
memperhatikan PMK Nomor 49/PMK.02/2017 tentang
SBM TA 2018;
b) Sewa kendaraan sudah termasuk bahan bakar dan
pengemudi;
c) Petugas dapat memperoleh biaya uang transport dari
tempat kedudukan ke tempat tujuan PP dan atau transport
lokal dalam kota dengan memperhatikan prinsip efisiensi,
efektifitas dan akuntabel.
1.1.17 Untuk perjalanan dinas dalam kota lebih dari 8 Jam dalam
rangka pemeriksaan sarana, penegakan hukum dan penyelesaian
kasus khusus di dalam kota dapat diberikan:
Uang transport dalam kota sebesar satuan biaya transport
kegiatan dalam kab/kota yaitu Rp150.000,-
Uang Harian dengan nominal sesuai SBM TA. 2018
Formulir bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas
jabatan dalam kota lebih dari 8 (delapan) jam (khusus untuk
kegiatan Pemeriksaan Sarana) (Lampiran6 : Formulir Bukti
Kehadiran )
1.2. Perjalanan Dinas Pindah
1.2.1 Perjalanan dinas pindah merupakan perjalanan dinas dari
tempat kedudukan yang lama ke tempat kedudukan yang baru
berdasarkan surat keputusan pindah, diatur dalam PMK Nomor
113/PMK.05/2012.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 80
1.2.2 Perjalanan Dinas Pindah dilaksanakan oleh Pelaksana SPD
beserta keluarga yang sah dan dilakukan berdasarkan Surat
Keputusan Pindah yang diterbitkan oleh Pejabat yang
berwenang;
1.2.3 Perjalanan Dinas Pindah antara lain dilakukan dalam rangka :
Pindah tugas dari tempat kedudukan yang lama ke tempat
tujuan pindah;
Pemulangan Pejabat Negara/Pegawai negeri yang
diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun atau
mendapat uang tunggu dari tempat kedudukan ke tempat
tujuan menetap;
pemulangan keluarga yang sah dari Pejabat Negara/ Pegawai
Negeri yang meninggal dunia dari tempat tugas terakhir ke
Tempat Tujuan menetap;
pemulangan Pegawai Tidak Tetap yang diberhentikan karena
telah berakhir masa kerjanya dari Tempat Kedudukan ke
tempat tujuan menetap, sepanjang diatur dalam perjanjian
kerja;
pemulangan keluarga yang sah dari Pegawai Tidak Tetap yang
meninggal dunia dari tempat tugas yang terakhir ke tempat
tujuan menetap, sepanjang diatur dalam perjanjian kerja; atau
pengembalian Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang
mendapat uang tunggu dari Tempat Kedudukan ke Tempat
Tujuan yang ditentukan untuk dipekerjakan kembali.
1.2.4 Biaya Perjalanan Dinas Pindah terdiri atas komponen biaya
transpor pegawai; biaya transpor keluarga; biaya pengepakan
dan angkutan barang; dan/atau uang harian;
1.2.5 Penggolongan tingkat Biaya Perjalanan Dinas Pindah
digolongkan dalam 3 (tiga) tingkat yaitu Tingkat A, B dan C.
1.2.6 Uang harian Perjalanan Dinas Pindah diberikan untuk pegawai
bersangkutan dan masing-masing anggota keluarga yang sah
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. selama 3 (tiga) hari setelah tiba di tempat tujuan
pindah/menetap yang baru;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 81
b. paling lama 2 (dua) hari untuk tiap kali menunggu sambungan
(transit) dalam hal perjalanan tidak dapat dilakukan
langsung;
c. sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang
bersangkutan jatuh sakit dalam Perjalanan Dinas Pindah, satu
dan lain hal menurut keputusan KPA; atau
d. sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang sedang
menjalankan Perjalanan Dinas Pindah mendapat perintah dari
pejabat yang menerbitkan Surat Tugas untuk melakukan
tugas lain guna kepentingan negara
1.2.7 Biaya Perjalanan Dinas Pindah dibebankan pada DIPA yang
menerbitkan surat keputusan pindah/ mutasi.
2. Perjalanan Dinas Luar Negeri (PDLN)
Agar perjalanan dinas luar negeri dapat dilaksanakan secara lebih tertib,
efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab, maka Pelaksanaan
Perjalanan Dinas Luar Negeri diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 227/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Perjalanan Dinas Luar Negeri.
Perjalanan Dinas Luar Negeri adalah perjalanan yang dilakukan ke luar
dan/atau masuk ke wilayah Republik Indonesia, termasuk perjalanan di
luar wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan dinas/negara.
Untuk kegiatan perjalanan/kunjungan ke negara yang tidak memiliki
hubungan diplomatik seperti Taiwan, sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan
Hubungan Indonesia dengan Taiwan yaitu: Kecuali dengan seijin Presiden
RI, para Menteri hendaknya tidak melakukan perjalanan ke Taiwan.
Kunjungan tingkat eselon I ke bawah hendaknya dengan seijin Menteri yang
bersangkutan. Pada kunjungan tersebut agar diperhatikan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut: 1) dijaga sifat kunjungan tidak resmi, 2)
menghindari adanya publisitas, 3) tidak mengeluarkan pernyataan yang
dapat ditafsir sebagai menyalahi isi dan jiwa MoU, 4) tidak menandatangani
sesuatu dokumen yang merujuk pada adanya sebutan “Republic of China”,
“Government” ataupun “Minister/Ministry” of the Republic of China”.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 82
Perjalanan Dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan;
2. Ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja
Kementerian Negara/Lembaga;
3. Efisiensi dan Efektivitas penggunaan belanja negara; dan
4. Transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan Perjalanan Dinas khususnya
dalam pemberian perintah dan pembebanan biaya Perjalanan Dinas.
Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan dilakukan sesuai dengan target
kinerja BPOM dan dilakukan untuk keperluan sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;
2. Mengikuti tugas belajar di luar negeri;
3. Mengikuti kegiatan magang di luar negeri;
4. Mengikuti konferensi/sidang internasional, seminar, lokakarya, studi
banding dan kegiatan-kegiatan yang sejenis;
5. Mengikuti dan/atau melaksanakan pameran dan promosi; atau
6. Mengikuti training, pendidikan dan pelatihan, kursus singkat (short
course), penelitian atau kegiatan sejenis.
Berdasarkan Surat Tugas, Surat Persetujuan, paspor, dan Exit Permit atau
Izin Berangkat Ke Luar Negeri, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
menerbitkan Surat Perjalanan Dinas (SPD). Format Surat Tugas dan SPD
sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor
227/PMK.05/2016.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan terdiri atas komponen-komponen sbb:
1. Biaya transportasi termasuk biaya transportasi ke bandara, airport tax,
retribusi yang dipungut di bandar udara keberangkatan/kepulangan,
biaya aplikasi visa, biaya lainnya yangn dipersyaratkan di negara
penerima
2. Uang harian (biaya penginapan, uang makan, uang saku dan transportasi
lokal)
3. Uang representasi (sesuai ketentuan paraturan perundang-undangan)
4. Biaya asuransi perjalanan
Uang harian perjalanan dinas luar negeri diberikan juga untuk waktu dalam
perjalanan, dengan besaran paling tinggi sebesar 40% (empat puluh
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 83
persen) dari tarif uang harian. Waktu perjalanan yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas pergi – pulang (PP) meliputi :
a. waktu yang digunakan oleh Moda Transportasi
b. waktu transit (apabila diperlukan transit); dan/atau
c. waktu tempuh dari bandara/stasiun/pelabuhan/terminal bus ke tempat
tujuan di luar negeri atau tempat tujuan di dalam negeri dan kembali ke
tempat bertolak di dalam negeri atau tempat kedudukan di luar negeri
Waktu perjalanan dimaksud adalah total waktu/jam lama perjalanan yang
diperlukan untuk pelaksanaan tugas pergi – pulang (PP) yang merupakan 1
(satu) rangkaian perjalanan, dengan ketentuan sebagai berikut:
lama perjalanan 1 (satu) sampai dengan 24 (dua puluh empat) jam, maka
akan mendapatkan uang harian sebesar 40% x 1 hari;
lama perjalanan 25 (duapuluh lima) sampai dengan 48 (empat puluh
delapan) jam, maka akan mendapatkan uang harian sebesar 40% x 2
hari;
lama perjalanan 49 (empat puluh Sembilan) sampai dengan 72 (tujuh
puluh dua jam), maka akan mendapatkan uang harian sebesar 40% x 3
hari
Uang Harian 100 % dapat diberikan dalam hal :
a. Diperlukan penginapan pada waktu transit yang tidak ditanggung oleh
penyedia moda transportasi; dan/atau
b. Diperlukan penginapan setibanya di tempat tujuan di luar negeri 1 (satu)
hari sebelum hari penyelenggaraan
Sepanjang anggaran tersedia dalam DIPA Satker dan tidak mempengaruhi
pencapaian target output.
Uang Harian paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari tarif
diberikandalam hal biaya akomodasi Perjalanan Dinas Jabatan dalam
rangka mengikuti konferensi/sidang internasional, seminar, lokakarya,
studi banding, dan kegiatan-kegiatan yang sejenis; mengikuti dan/atau
melaksanakan pameran dan promosi; mengikuti training, diklat, kursus
singkat (short course) atau kegiatan sejenis disediakan oleh pengundang.
Dalam hal pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan melebihi jumlah hari yang
ditetapkan dalam SPD, dapat diberikan tambahan uang harian, apabila
terdapat:
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 84
Hambatan transportasi, uang harian dibayarkan 30% (tiga puluh
persen) apabila biaya penginapan dan/atau makan ditanggung oleh
penyedia Moda Transportasi; atau dibayarkan 100% (seratus persen)
dalam hal biaya penginapan dan makan tidak ditanggung oleh penyedia
Moda Transportasi
Kebijakan pimpinan yang mengakibatkan tertundanya/gagalnya
kepulangan dari tempat tujuan Perjalanan Dinas Jabatan; atau Keadaan
kahar yang terjadi di luar negeri, uang harian dibayarkan 100% (seratus
persen).
Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas dapat dilakukan melalui mekanisme
uang persediaan dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pejabat
Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain yang
melaksanakan perjalanan dinas oleh Bendahara Pengeluaran dari uang
persediaan/tambahan uang persediaan yang dikelolanya. Pemberian uang
muka didasarkan pada permintaan dari Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat
Pembuat Komitmen kepada Bendahara Pengeluaran dengan melampirkan
dokumen sbb:
a. Surat tugas
b. Surat Persetujuan Pemerintah
c. Fotokopi paspor yang masih berlaku dan fotokopi Exit Permit atau izin
berangkat ke Luar Negeri
d. SPD
e. Kwitansi Perjalanan Dinas; dan
f. Rincian biaya Perjalanan Dinas
Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dapat dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung melalui rekening Bendahara Pengeluaran atau
Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain dengan
ketentuan sbb:
a. Biaya Perjalanan Dinas telah dipastikan jumlahnya sebelum Perjalanan
Dinas dilaksanakan dengan ketentuan
Apabila biaya Perjalanan Dinas yang dibayarkan kepada Pejabat
Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain melebihi
biaya Perjalanan Dinas yang dikeluarkan, maka kelebihan tersebut
harus disetor ke Kas Negara; atau
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 85
Apabila biaya Perjalanan Dinas yang dibayarkan kepada Pejabat
Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain kurang dari
biaya Perjalanan Dinas yang dikeluarkan, dapat dimintakan
kekurangannya dan dilakukan melalui mekanisme UP dan LS.
b. Perjalanan Dinas telah dilakukan sebelum biaya Perjalanan Dinas
dibayarkan.
Dokumen pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas Jabatan terdiri dari:
a. Surat tugas dari pejabat yang berwenang
b. Surat persetujuan Pemerintah yang diterbitkan oleh Presiden atau
pejabat yang ditunjuk, sebagai izin prinsip Perjalanan Dinas ke luar
negeri
c. Surat Perjalanan Dinas yang ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang di tempat tujuan di luar negeri atau di dalam negeri; dalam
hal di kota tempat diselenggarakannya kegiatan tidak ada perwakilan
Pemerintah RI, maka SPD ditandatangani oleh Petugas/Panitia
penyelenggara dari instansi/kegiatan yang dikunjungi atau pihak hotel
tempat menginap.
d. Fotokopi halaman paspor yang dibubuhi cap/tanda
keberangkatan/kedatangan oleh:
Pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolak dan
negara tempat tujuan Perjalanan Dinas; atau
Pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolak dan
salah satu negara tempat tujuan Perjalanan Dinas yang
memberlakukan ketentuan tentang exit/permit pada suatu kawasan
tertentu;
e. Bukti penerimaan uang harian sesuai jumlah hari yang digunakan untuk
melaksanakan perjalanan dinas;
f. Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transportasi, terdiri dari: bukti
pembelian tiket transportasi dan/atau bukti pembayaran moda
transportasi lainnya, boarding pass, airport tax, pembuatan visa,
retribusi, asuransi;
g. Daftar pengeluaran riil, dalam hal bukti pengeluaran untuk keperluan
transportasi tidak diperoleh.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 86
PPK berwenang untuk menilai kesesuaian dan kewajaran atas biaya -biaya
yang tercantum dalam bukti-bukti pengeluaran dan Daftar Pengeluaran Riil.
Hal-hal yang belum diatur disini mengacu pada ketentuan yang berlaku.
C. PESERTA TUGAS BELAJAR
Sesuai dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.04.1.243.08.16.3071 Tahun
2016 tentang Pedoman Pemberian Tugas Belajar dan Izin Belajar Pegawai Aparatur
Sipil di Lingkungan BPOM, setiap peserta tugas belajar diberikan bantuan
pembiayaan dalam rangka pelaksanaan pendidikan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Gaji dan tunjangan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan
2. Bantuan biaya pendidikan yang dibayarkan ke Perguruan Tinggi secara at
cost
3. Biaya akomodasi perjalanan dinas pergi pulang ke dan dari tempat tugas
belajar pada saat kedatangan dan kepulangan dengan jumlah hari dibayarkan
maksimal 2 (dua) hari
4. Bantuan biaya hidup dan operasional, bantuan biaya buku dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Tugas belajar program Doktor (S3) :
1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran
Rp1.776.650,- (Satu juta tujuh ratus tujuh puluh enam ribu enam ratus
lima puluh rupiah) tiap bulan.
2) Bantuan biaya buku diberikan sebesar Rp198.300,- (Seratus sembilan
puluh delapan ribu tiga ratus rupiah) tiap bulan.
b. Tugas belajar program Magister (S2) :
1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran
Rp1.724.150,- (Satu juta tujuh ratus dua puluh empat ribu seratus
lima puluh rupiah) tiap bulan.
2) Bantuan biaya buku diberikan dengan besaran Rp176.650,- (Seratus
tujuh puluh enam ribu enam ratus lima puluh rupiah) tiap bulan.
c. Tugas belajar program Sarjana (S1):
1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran
Rp1.417.500,- (Satu juta empat ratus tujuh belas ribu lima ratus
rupiah) tiap bulan.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 87
2) Bantuan biaya buku diberikan sebesar Rp154.150,- (Seratus lima
puluh empat ribu seratus lima puluh rupiah) tiap bulan.
d. Tugas belajar program Diploma III (DIII)
1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran
Rp1.339.150,- (Satu juta tiga ratus tiga puluh sembilan ribu seratus
lima puluh rupiah) tiap bulan.
2) Bantuan biaya hidup diberikan dengan besaran Rp132.500,- (Seratus
tiga puluh dua ribu lima ratus rupiah) tiap bulan.
Bantuan biaya hidup dan operasional, bantuan biaya buku tersebut diberikan
setiap 1 (satu) semester sekali dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta tugas belajar telah menyampaikan laporan perkembangan studi
semester sebelumnya kepada Pimpinan Unit Kerja dan kepala Biro Umum
kecuali bagi peserta tugas belajar semester I (pertama).
b. Menyampaikan kuitansi bantuan biaya tugas belajar, surat persetujuan
bantuan biaya tugas belajar dan daftar pengeluaran riil.
c. Menyampaikan fotokopi rekening peserta tugas (nomor rekening yang
sama yang digunakan untuk pembayaran gaji pegawai)
d. Menyampaikan Fotokopi NPWP peserta tugas belajar
e. Menyampaikan biodata singkat peserta tugas belajar yang berisi nama
lengkap, program studi, universitas, unit kerja, nomor HP dan alamat
email yang masih aktif.
5. Bantuan biaya riset 1 (satu) kali selama melaksanakan tugas belajar yang
diberikan secara at cost dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Batasan maksimal bantuan riset yang dibayarkan sebagai berikut:
1) Bantuan Biaya Riset Diploma III (D3) Rp8.000.000,-
2) Bantuan biaya riset Sarjana (S1) dan Profesi Rp25.000.000,-
3) Bantuan biaya riset untuk Program Magister (S2) Rp50.000.000,-
4) Bantuan biaya riset Program Doktor (S3) Rp75.000.000,-
b. Bantuan biaya riset sudah termasuk tetapi tidak terbatas pada:
1) Pembelian Alat Tulis Kantor (ATK) dalam rangka riset maksimal
Rp.500.000,-/riset
2) Biaya penggandaan dan penjilidan maksimal Rp.4.000.000,-.
3) Biaya publikasi riset dalam jurnal ilmiah
4) Biaya pengolah datariset, maksimal Rp.1.540.000,-/riset
5) Petugas survey, maksimal Rp.8.000,- /orang/responden
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 88
6) Souvenir untuk responden, maksimal Rp.10.000,- / responden
7) Pembantu lapangan maksimal Rp.80.000,-/hari
c. Bantuan biaya riset tidak termasuk transport lokal di dalam kota dalam
rangka pelaksanaan riset
d. Dalam hal pelaksanan riset, peserta tugas belajar membutuhkan biaya
transportasi keluar kota, dapat diberikan dengan ketentuan:
1) Perjalanan dinas dilakukan di dalam negeri dan memenuhi kriteria:
a Sesuai kebutuhan dan mendukung peningkatan kinerja BPOM
b Mendukung efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program/
pengawasan obat dan makanan
c Mendukung inovasi bidang pengawasan obat dan makanan
d Mampu melakukan analisis dampak dari kebijakan pengawasan
obat dan makanan
2) Biaya perjalanan dinas dipertanggungjawabkan secara at cost dengan
komponen yang dapat dipertanggungjawabkan hanya biaya
penginapan dan biaya transportasi (tidak termasuk uang harian
perjalanan dinas).
3) Perjalanan dinas dalam rangka riset diusulkan dalam proposal dan
RAB riset, dan hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan
tertulis dari Kepala Biro Umum dan/atau Tim Pengelola Tugas Belajar
BPOM.
4) Kepala Biro Umumdan/atau Tim Pengelola Tugas Belajar BPOM dapat
menolak usulan biaya perjalanan dinas dalam rangka riset apabila
berdasarkan evaluasi, tidak sesuai dengan criteria dan/atau
persyaratan yang telah ditetapkan.
5) Besaran anggaran biaya penginapan dan biaya transportasi wajib
mempertimbangkan ketentuan yang telah diatur dalam PMK Nomor
113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi
Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap dan SBM
Tahun 2018.
e. Pada saat mengajukan permohonan bantuan biaya riset, peserta tugas
belajar wajib melengkapi kelengkapan administrasi sebagai berikut :
1) Proposal riset yang telah disetujui oleh Pimpinan Unit Kerja dan dosen
pembimbing.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 89
2) Rencana Anggaran Belanja (RAB) riset yang telah disetujui oleh
Pimpinan Unit Kerja dan dosen pembimbing.
3) Surat persetujuan pembayaran bantuan riset.
4) Kuitansi pembayaran bantuan biaya riset.
5) Surat pernyataan tanggung jawab mutlak peserta tugas belajar.
6) Fotokopi rekening bank mandiri dari peserta tugas belajar (nomor
rekening yang sama yang digunakan untuk pembayaran gaji pegawai)
7) Fotokopi NPWP peserta tugas belajar.
f. Pada akhir riset, peserta tugas belajar wajib menyerahkan laporan
pelaksanan riset dan seluruh bukti pengeluaran (kuitansi atau bukti lain)
asli kepada Kepala Biro Umum. Apabila terdapat sisa anggaran bantuan
biaya riset, wajib dikembalikan ke kas negara sesuai ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.
g. Peserta tugas belajar bertanggungjawab penuh terhadap penggunaan
bantuan biaya riset dan bersedia menerima sanksi apabila ditemukan
penggunaan anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.
Peserta tugas belajar dilarang melaksanakan perjalanan dinas, mendapatkan
uang makan dan menerima honor / bantuan lain yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara/ Anggaran Pendapatan Belanja Daerah selain
ketentuan dalam nomor 1 s.d 5 tersebut diatas.
D. HONORARIUM
Dalam rangka penerapan kebijakan single remuneration system, keikutsertaan
pejabat negara/pegawai negeri dalam tim pelaksana kegiatan/tim sekretariat tidak
dibatasi namun pemberian honorariumnya diatur dengan ketentuan:
1. Pejabat negara/eselon I/II setiap bulannya hanya diperkenankan menerima
honorarium tim yang bersumber dari DIPA kementerian negara/lembaga
yang bersangkutan paling banyak untuk 3 (tiga) tim pelaksana kegiatan.
2. Pejabat Eselon III setiap bulannya hanya diperkenankan menerima
honorarium tim yang bersumber dari DIPA kementerian negara/lembaga
yang bersangkutan paling banyak untuk 4 (empat) tim pelaksana kegiatan.
3. Pejabat Eselon IV, pelaksana dan pejabat fungsional setiap bulannya hanya
diperkenankan menerima honorarium tim yang bersumber dari DIPA
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 90
kementerian negara/lembaga yang bersangkutan paling banyak untuk 6
(enam) tim pelaksana kegiatan.
4. Peserta Tugas Belajar yang dibebaskan dari jabatannya tidak berhak
mendapatkan honorarium kegiatan.
Berdasarkan PMK Nomor 49/PMK.02/2017 tentang SBM TA 2018 disebutkan
bahwa Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan dapat diberikan kepada Pegawai Negeri
atau Non Pegawai Negeri yang diberi Tugas untuk Melaksanakan Kegiatan
berdasarkan Surat Keputusan Presiden/Menteri/Pejabat Setingkat Menteri/Pejabat
Eselon I/KPA. Terhadap Tim Pelaksana Kegiatan yang dibentuk berdasarkan
ketetapan Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintah Pusat di
daerah dan sumber pendanaannya berasal dari APBN, maka besaran honorarium
yang diberikan dalam pelaksanaannya disetarakan dengan honorarium Tim
Pelaksana Kegiatan yang ditetapkan oleh Menteri/Pejabat Setingkat Menteri.
Ketentuan pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan adalah sebagai berikut :
a) mempunyai keluaran jelas dan terukur;
b) bersifat koordinatif yang mengharuskan untuk mengikutsertakan eselon I
lainnya;
c) bersifat temporer, pelaksanaannya perlu diprioritaskan;
d) merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu bagi Pejabat
Negara/Pegawai Negeri disamping tugas pokoknya sehari-hari; dan
e) dilakukan secara selektif, efisien dan efektif.t penguga dibatasi?
Terkait ketentuan honor tenaga penguji dan penunjang yang berlaku di
lingkungan BPOM dengan menggunakan anggaran bersumber dari PNBP, maka
diatur sebagai berikut:
1. Honor tenaga penguji diberikan kepada seluruh pegawai di bidang
pengujian.
2. Honor tenaga penunjang diberikan kepada pegawai yang terkait dalam
pengujian (manajer administrasi sampel, deputi manajer administrasi,
penerima sampel, petugas gudang reagensia dan petugas gudang retain
sampel).
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 91
BAB VII
KETENTUAN KHUSUS PENGADAAN BARANG/JASA
A. PENGADAAN BARANG DAN JASA
1. Pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan sesuai Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Petunjuk
Teknis Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah. Khusus Balai Besar POM di Jayapura dan Balai POM di
Manokwari mengikuti Perpres 84 tahun 2012 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dalam rangka Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat.
2. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di tiap Satker Lingkungan
BPOM dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dan ULP.
3. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Satker Balai Besar/Balai POM
dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dan ULP.
4. Penetapan Pejabat Pengadaan di masing-masing Satker ditetapkan oleh
KPA Satker.
5. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki sertifikat keahlian
pengadaan Barang dan Jasa, ditunjuk dan ditetapkan oleh KPA untuk
melaksanakan Pengadaan Barang dan Jasa di masing-masing Satker di
lingkungan BPOM, apabila beban kerja besar dapat ditunjuk lebih dari 1
(satu) orang Pejabat Pengadaan.
6. Pejabat Pengadaan diangkat untuk menetapkan penyedia Barang dan Jasa
untuk:
a) Pengadaan Langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan jasa
konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,- dan
atau;
b) Pengadaan Langsung untuk paket pengadaan jasa konsultansi yang
bernilai paling tinggi Rp50.000.000,- harus dilengkapi dengan data
dukung berupa proses penyusunan KAK dan HPS serta negosiasi harga.
c) Penunjukan Langsung untuk sewa penginapan/hotel/ruang rapat sampai
dengan Rp200.000.000,- yang tarifnya terbuka dan dapat diakses
masyarakat.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 92
d) E-purchasing terhadap barang /jasa yang sudah dimuat dalam sistem
katalog elektronik sesuai dengan kebutuhan
7. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa adalah
Panitia/Pejabat yang ditetapkan oleh KPA di masing-masing unit kerja yang
bertugas melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang dan
jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa menerima hasil
pekerjaan pengadaan Barang/Jasa dengan nilai HPS diatas Rp200.000.000.
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa tidak merangkap sebagai
Pejabat Pengelola Keuangan dan/atau sebagai Pokja ULP.
8. Dalam hal pemeriksaan barang dan jasa memerlukan keahlian khusus,
dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas
panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan.
9. Dalam hal pengadaan jasa konsultansi, pemeriksaan hasil pekerjaan
dilakukan Panitia/Pejabat Penerima setelah berkoordinasi dengan
pengguna jasa konsultansi yang bersangkutan.
10. Berita Acara penerimaan hasil pekerjaan dianggap sah apabila
ditandatangani minimaloleh dua pertiga Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
Barang dan Jasa termasuk Ketua dan/atau Sekretaris serta Penanggung
Jawab Kegiatan.
11. Pada pengadaan barang dan jasa, perhitungan Harga Perkiraan Sendiri
(HPS) harus dilakukan dengan cermat berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2015tentang Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Data-data hasil
survey harga dalam rangka penyusunan HPS harus diarsipkan dengan baik
sebagai dokumen.
12. Tanda bukti pertanggungjawaban pembelian produk obat dan makanan
terkait investigasi awal kasus pelanggaran Obat dan Makanan dan/atau
penyidikan perkara tindak pidana Obat dan Makanan termasuk pembelian
sampel secara online, MLM adalah sebagai berikut :
a) Di BPOM Pusat menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh
Penanggung jawab kegiatan dan disetujui/diketahui oleh Kepala Bidang
di Lingkungan Pusat Penyidikan Obat dan Makanan;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 93
b) Di Balai Besar POM menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh
Penanggung Jawab Kegiatan dan diketahui oleh Kepala Bidang
Pemeriksaan dan Penyidikan
c) Di Balai POM menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh
Penanggung Jawab Kegiatan dan diketahui oleh Kepala Seksi
Pemdik/Kepala Seksi Pemdikserlik.
13. BerdasarkanUndang Undang Hukum Acara Pidana Pasal 56 Ayat (1), Balai
Besar/Balai POM dalam melaksanakan kegiatan penyidikan wajib
mengalokasikan anggaran untuk Jasa Penasehat Hukum untuk tersangka
yang ditetapkan oleh Penyidik BPOM.
14. Pada paket pekerjaan Barang/Jasa pada Belanja Mengikat (002) yang
merupakan kebutuhan sehari-hari perkantoran/bersifat continueseperti
Jasa Pengamanan Kantor, Jasa Cleaning Service, Langganan Jasa Provider
Internet dan sebagainya, pelaksanaan lelang dapat dilakukan pada tahun
sebelumnya untuk penetapan DIPA tahun berjalan. Apabila terdapat gagal
lelang/lelang ulang sampai memasuki tahun berjalan, maka paket pekerjaan
dapat menggunakan pengadaan langsung pada bulan berjalan, dengan
menggunakan harga tahun sebelumnya. Bersamaan hal tersebut,
pelaksanaan lelang tetap dilakukan sampai dengan penunjukan pemenang
lelang.
B. UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP)
Unit Layanan Pengadaan (ULP) BPOM RI adalah unit organisasi yang bertugas
melaksanakan pengadaan barang/jasa di lingkungan BPOM. ULP dibentuk
berdasarkan Peraturan Kepala BPOM No 45 tahun 2013. Pembentukan ULP
mengalami perubahan sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 2015 melalui Peraturan
Kepala BPOM Nomor 3 tahun 2015 tentang Unit Layanan Pengadaan
Barang/Jasa di Lingkungan BPOM, dan pada tahun 2016 melalui Peraturan
Kepala BPOM Nomor 22 tahun 2015 tentang Unit Layanan Pengadaan
Barang/Jasa di Lingkungan BPOM. Perubahan yang dilakukan melalui peraturan
tersebut antara lain mengenai kewenangan pelaksanaan pengadaan oleh
anggota Kelompok kerja ULP (Pokja ULP).
Personil ULP adalah Kepala ULP, Sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris ULP
dan Kelompok Kerja ULP. Pada tahun 2014, tugas dan kewenangan, serta
kedudukan Pokja ULP di setiap Satker, ditetapkan melalui Surat Keputusan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 94
Kepala BPOM Nomor HK 04.1.23.01.14.0147 tahun 2014 tentang Penunjukan
Perangkat Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan BPOM. Pada
tahun 2015 telah dilakukan revisi tentang perangkat ULP melalui Surat
Keputusan Kepala BPOM Nomor HK 04.01.21.04.15.1823 tahun 2015 tentang
Penunjukan Perangkat Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan
BPOM. Dan pada tahun 2016 revisi dilakukan melalui Surat Keputusan Kepala
BPOM Nomor HK.04.01.23.16.0122 tahun 2016 tentang Penunjukan Perangkat
Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan BPOM. Revisi pada Surat
Keputusan tersebut antara lain mengenai pembagian beban kerja dan
kewenangan Pokja ULP.
Pokja ULP terbagi menjadi dua yaitu Pokja Pusat dan Pokja Satker. Sebagai
bagian dari penyelesaian pengadaan di Satker maka terdapat penetapan Pokja
Mandiri, yaitu Pokja Satker yang mengerjakan semua pengadaan di Satkernya
tanpa ada pelaksanaan pengadaan oleh Pokja Pusat. Penugasan/
penempatan/pemindahan Anggota Pokja ULP untuk setiap paket pengadaan
ditetapkan oleh Kepala ULP melalui Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT)
yang ditetapkan berdasarkan usulan dari Pokja ULP di setiap satker, dan
berdasarkan kompetensi atau rekam jejak personil ULP yang terdapat di Pokja
Pusat. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Pokja ULP dan setiap Anggota
Pokja ULP mempunyai kewenangan yang sama dalam pengambilan keputusan
yang ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. Penetapan Penyedia Barang/Jasa
oleh Pokja ULP tidak bisa diganggu-gugat oleh Kepala ULP.
Sesuai Peraturan Kepala BPOM Nomor 22 tahun 2015, ULP melaksanakan
pengadaan barang/ jasa yang meliputi :
a. Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai di atas
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
b. Pengadaan Jasa konsultansi di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Dalam pelaksanaan tugas Perangkat ULP, kriteria pengadaan barang/jasa di
BPOM terbagi menjadi dua yaitu:
a. Kriteria pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh Pokja Pusat adalah:
1) Pekerjaan konstruksi, jasa konsultan pengawas, jasa konsulan perencana,
dan jasa konsultan manajemen kontruksi. Pengadaan tersebut tidak
hanya yang terkait dengan infrastruktur bangunan atau gedung, tetapi
termasuk dengan semua jenis pengadaan konstruksi, jasa konsultan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 95
pengawas, dan jasa konsultan perencana, misalnya konsultan perencana
untuk master plan Quality Manajemen System.
2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
Pekerjaan konstruksi, jasa konsultan pengawas, jasa konsulan perencana,
dan jasa konsultan manajemen kontruksi dapat dilakukan oleh Pokja
Satker Mandiri. Kriteria Pokja Satker Mandiri dinilai berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi PBJ tahun sebelumnya. Pokja Satker Mandiri
untuk tahun 2016 adalah Balai Besar POM di Semarang dan Yogyakarta.
3) PBJ dengan nilai pagu diatas Rp1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus
juta rupiah), kecuali pengadaan alat laboratorium, reagensia, dan media
mikrobiologi.
b. Kriteria pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh Pokja Satker
adalah:
1) PBJ dengan nilai pagu sampai dengan Rp1.500.000.000,- (satu milyar
lima ratus juta rupiah).
2) Pengadaan alat laboratorium, reagensia, dan media mikrobiologi.
Pokja ULP melaksanakan pengadaan melalui SPSE, atau secara non e-
procurement untuk pengadaan jasa lainnya yang bersifat khusus dengan metode
penunjukkan langsung. Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
senilai kurang dari/sama dengan Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan
pengadaan konsultansi kurang dari/sama dengan Rp 50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan.
Berdasarkan Surat Edaran Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah nomor 3 tahun 2015 tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
melelaui e-Purchasing, maka pengadaan yang dilakukan secara e-Purchasing
melalui Katalog Elektronik dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan atau PPK atau
Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi.
Tujuan pembentukan ULP antara lain adalah menjamin pelaksanaan pengadaan
barang/jasa yang lebih terintegrasi atau terpadu. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut maka ULP telah menetapkan mekanisme pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan melalui ULP sebagai berikut:
1. KPA menetapkan Rencana Umum Pengadaan (RUP). Proses persiapan
pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilakukan setelah RUP ditetapkan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA).
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 96
Admin SiRUP (Sistem informasi Rencana Umum Pengadaan) mengunggah
RUP melalui aplikasi SiRUP pada website http://sirup.lkpp.go.id. Jika
dilakukan revisi RUP oleh KPA maka revisi RUP kembali diunggah pada
aplikasi SiRUP oleh Admin SiRUP.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dapat mengundang Pokja ULP untuk
melakukan Kaji Ulang RUP pada Satker terkait melalui Kepala ULP. Hasil
kajian akan disampaikan kepada PA/KPA untuk dilakukan revisi dan
dilakukan penetapan RUP kembali oleh PA/KPA.
2. PPK bekerjasama dengan Tim Teknis PPK untuk membuat Rencana
Pelaksanaan Pengadaan (RPP). Selanjutnya PPK menyampaikan RPP
kepada Kepala ULP melalui surat elektronik [email protected]. RPP
dilengkapi dengan data dukung dan sekurang kurangnya berisi:
a. Surat pengantar RPP
b. Salinan POK
c. Kerangka Acuan Kerja (KAK)
d. Spesifikasi Teknis
e. Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
f. Rancangan Kontrak
g. ID paket SiRUP
3. Pokja Satker memberikan usulan Anggota Pokja untuk setiap paket
pengadaan kepada Kepala ULP. Format dokumen RPP dan surat usulan
Anggota Pokja dapat diambil di Sekretariat ULP, dan disusun sesuai dengan
kebutuhan proses pengadaan.
4. Sekretariat melakukan pencatatan RPP yang diterima dan surat usulan
Anggota Pokja kedalam Tabel Status RPP. Tabel tersebut memberikan
informasi tentang seluruh tahapan pelaksanaan pengadaan, sehingga semua
pihak terkait dapat mengetahui tahapan yang sedang terjadi atas RPP yang
dikirimkan ke ULP.
5. Kepala ULP menetapkan Tim Pengkaji RPP melalui Memo Dinas
berdasarkan usulan dari Pokja Satker, serta dengan mempertimbangkan
beban kerja, kompetensi, serta rekam jejak anggota Pokja.
6. Sekretariat mengirimkan Memo Dinas Tim Pengkaji RPP bersama RPP yang
diterima dari PPK. Memo Dinas juga ditembuskan ke PPK sehingga PPK
dapat mengetahui seluruh anggota tim pengkaji RPP dan dapat memberikan
data atau informasi yang diperlukan dalam proses perkajian.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 97
7. Tim Pengkaji RPP melakukan kajian RPP. Terdapat dua tindak lanjut atas
hasil kajian yang akan diberikan oleh Tim Pengkaji RPP, yaitu sebagai
berikut:
a. Jika RPP tidak lengkap, atau terdapat masukan atau tanggapan atau
pertanyaan atas RPP yang dikaji, maka RPP belum layak untuk
dilanjutkan ke proses pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan
kedalam Formulir Kajian RPP untuk diserahkan kepada PPK.
PPK dapat memperbaiki atau melakukan perubahan RPP berdasarkan
hasil kajian yang diberikan. Perubahan RPP oleh PPK diserahkan kembali
kepada Tim Pengkaji RPP untuk dilakukan kajian.
b. Jika RPP lengkap, atau tidak terdapat masukan atau tanggapan atau
pertanyaan atas RPP yang dikaji, maka RPP layak untuk dilanjutkan ke
proses pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan kedalam Formulir
Kajian RPP untuk diserahkan kepada Kepala ULP.
8. Sekretariat melakukan pencatatan RPP terakhir yang telah layak untuk
dilelangkan, serta hasil kajian dari Tim Pengkaji RPP.
9. Kepala ULP menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT) untuk
penetapan Ketua dan Anggota Pokja ULP kedalam proses pelaksanaan
pelelangan sampai dengan penyelesaian pelelangan yang ditandai dengan
diterbitkannya Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) oleh Pokja ULP.
Sepanjang tahun 2016, terdapat beberapa pengadaan baru dari pelelangan
yang gagal dan membutuhkan perubahan RPP pada bagian Kerangka Acuan
Kerja, Spesifikasi Teknis, atau Harga Perkiraan Sendiri. Hal tersebut merupakan
dasar ditetapkannya mekanisme pengadaan setelah terjadi lelang/seleksi yang
gagal sebagai berikut:
1. Pokja memberikan Berita Acara Hasil Pelelangan (lelang/seleksi) yang
berisikan info kegagalan pelelangan kepada PPK.
2. PPK melakukan evaluasi kegagalan pelelangan dan melakukan perubahan
RPP pada bagian yang diperlukan, misalnya bagian KAK tentang masa
waktu pelaksanaan pekerjaan.
3. Pokja melakukan kajian atas perubahan RPP yang diberikan PPK.
4. Setelah pengkajian perubahan RPP selesai, maka Berita Acara Hasil
Pelelangan, Formulir Kajian RPP dan perubaan RPP yang layak dilelangkan
dikirimkan ke Sekretariat untuk proses pencatatan dan penerbitan SPMT.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 98
Dalam rangka penyesuaian dengan teknik penataan dan digitalisasi data ULP,
serta untuk memudahkan ketelusuran dokumen maka seluruh dokumen dan
surat yang disampaikan oleh Pokja kepada Kepala ULP, atau pun sebaliknya
wajib disampaikan melalui surat elektronik ULP di [email protected].
Kepala ULP membuat laporan pertanggungjawaban atas kegiatan pengadaan
barang/jasa kepada PA melalui Sestama. Ketua Pokja setiap paket pengadaan
membuat dan menyerahkan Berita Acara Hasil Pelelangan (lelang/Seleksi)/
Penunjukan Langsung dan Laporan Pengadaan kepada Kepala ULP. Mekanisme
Pengadaan Tahun 2018 sesuai Lampiran 7. Mekanisme Pengadaan.
C. LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE)
Percepatan pelaksanaan pembangunan yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah perlu didukung oleh percepatan pelaksanaan belanja Negara, yang
dilaksanakan melalui Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Namun, dalam
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah kadang kala ditemukan
kendala yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:perencanaan
Pengadaan Barang/Jasa yang kurang baik, pengesahan anggaran yang
terlambat, tidak segera dilaksanakannya pengumuman pelaksanaan pemilihan
penyedia, hingga belum meratanya kompetensi dari Pengelola Pengadaan.
Kendala dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah salah satunya
dapat diatasi dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam proses
pelaksanaannya. Pemanfaatan teknologi informasi selain bertujuan untuk
memperingan beban Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
jugabertujuan untuk tetap menjaga sisi akuntabilitas dalam pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Melalui penyempurnaan kembali terhadap Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta inovasi dalam
metode pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dimaksud, diharapkan
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dapat mendorong
peningkatan belanja Pemerintah yang berdampak positif pada pembangunan
Negara dan peningkatan peran Usaha Kecil dan Menengah serta Koperasi
Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi menjadi unsur dalam reformasi
birokrasi Indonesia. Salah satu mekanisme yang dilakukan, yaitu melalui
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 99
perbaikan sistem pengadaan barang/ jasa pemerintah yang lebih transparan,
efisien dan akuntabel. Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden No. 70 Tahun
2012 sebagai perubahan atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan Instruksi Presiden No. 17 Tahun 2011
tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012, yang
mewajibkan setiap K/L/D/I untuk melaksanakan seluruh/sebagian kegiatan
pengadaan barang/jasa secara elektronik melalui Layanan Pengadaan Secara
Elektronik (LPSE).
Sebagai bukti nyata atas implementasi peraturan tersebut adalah dengan
diterapkannya e-Procurement melalui LPSE di BPOM dengan memanfaatkan
aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Penerapan e-Procurement
melalui aplikasi SPSE di BPOM mulai pada tahun 2011 sampai dengan
sekarang. Saat ini sudah seluruh di BPOM sudah melaksanakan proses
pengadaan baik secara e-tendering maupun e-purchasing.
Pengadaan dilakukan melalui mekanisme Sistem Pengadaan Barang/Jasa Secara
Elektronik (SPSE), untuk paket pengadaan Barang/Jasa yang pemilihan
penyedianya dilakukan dengan lelang/seleksi, wajib diproses melalui LPSE
BPOM. Pelaksanaan lelang/seleksi melalui LPSE mengacu pada Perka LKPP
Nomor 18 Tahun 2012 tentang e-tendering. Pengguna SPSE saat ini adalah PPK,
Pokja ULP BPOM dan Penyedia Jasa/Barang di seluruh Indonesia. Pendaftaran
user id dan password untuk penggunaan SPSE diajukan kepada LPSE BPOM.
LPSE dapat menonaktifkan user id dan password pengguna SPSE (Penyedia
Barang/Jasa) apabila ditemukan pelanggaran terhadap persyaratan dan
ketentuan yang berlaku, dan atas permintaan PA/KPA/PPK berkaitan dengan
blacklist.
Inovasi terhadap metode Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah diperlukandalam
pelaksanaan percepatan belanja Pemerintah, khususnya terhadap Barang/Jasa
yang secara luas dibutuhkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, Pemerintah
merasa perlu untuk mengakselerasi pertumbuhan Katalog Elektronik baik dari
segi kuantitas maupun varian Barang/Jasa.
Sesuai dengan Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 Bab III Pasal 8, ayat (1)
Pengguna Anggaran (PA) memiliki tugas dan kewenangan menetapkan Rencana
Umum Pengadaan. Pengguna Anggaran (PA) memiliki tugas dan kewenangan
mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan. Pengumuman Rencana
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 100
Umum Pengadaan di fasilitasi dengan aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum
Pengadaan (SIRUP) dengan alamat url : http://sirup.lkpp.go.id/sirup.
Aplikasi SPSE dapat di akses melalui web browser dengan alamat url
http://lpse.pom.go.id sedangkan alamat email LPSE
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 101
BAB VIII
PENUTUP
Petunjuk pelaksanaan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan agar semua
pengelola anggaran baik Kepala Kantor/Satker (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen,
Pejabat Penerbit SPM, para Bendahara maupun Pejabat/Staf terkait Pusat dan
Daerah mengetahuinya.
Dengan ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2018 ini diharapkan
agar terdapat kesamaan persepsi dan kesatuan langkah Para Pengelola Anggaran
dalam melaksanakan anggaran Tahun 2018.
KEPALA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Dr. Ir. PENNY K. LUKITO, MCP
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 102
DAFTAR LAMPIRAN
1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA BPOM
PERIODE 2015-2019
2. STRUKTUR PENGELOLAAN ANGGARAN
3. MATRIKS USULAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) TAHUN
2018
4. MATRIKS USULAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)
TAHUN 2018
5. FORMULIR BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN
DALAM KOTA SAMPAI DENGAN 8 (DELAPAN) JAM
6. FORMULIR BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN
DALAM KOTA LEBIH DARI 8 (DELAPAN) JAM
7. MEKANISME PENGADAAN
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 103
DAFTAR PUSTAKA
1 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN
BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA
PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
3 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
4 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN
KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
5 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/PMK.06/2016 TENTANG
PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA
6 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 249/PMK.02/2011 TENTANG
PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA ATAS PELAKSANAAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
7 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 99/PMK.05/2017 TENTANG
ADMINISTRASI PENGELOLAAN HIBAH
8 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 190/PMK.05/2012 TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN APBN
9 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2012 TENTANG
PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI
NEGERI DAN PEGAWAI TIDAK TETAP
10 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 271/PMK.05/2014 TENTANG
SISTEM AKUNTANSI HIBAH
11 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 182/PMK.05/2017 TENTANG
PENGELOLAAN REKENING MILIK SATUAN KERJA LINGKUP KEMENTERIAN
NEGARA/LEMBAGA
12 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 227/PMK.05/2016TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
164/PMK.05/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS
LUAR NEGERI
13 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 49/PMK.02/2017TENTANG
STANDAR BIAYA MASUKAN TA 2018
14 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 94/PMK.02/2017TENTANG
PETUNJUK PENYUSUNAN RENCANA KERJADANANGGARANKEMENTERIAN
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2018 104
NEGARA/LEMBAGA (RKAKL) DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN
PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)
15 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.02/2018TENTANG TATA
CARA REVISI ANGGARAN TA 2018
16 PERATURAN DIRJEN PERBENDAHARAAN NOMOR PER-81/PB/2011 TENTANG
TATA CARA PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG BENTUK UANG DAN
PENYAMPAIAN MEMO PENCATATAN HIBAH LANGSUNG BENTUK
BARANG/JASA/SURAT BERHARGA
17 PERATURAN KEPALA LKPP NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG E-TENDERING .
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR HK.04.1.22.04.18.2191 TAHUN 2018
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TAHUN ANGGARAN 2018
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN
TAHUN ANGGARAN 2018
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
1. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada akhir 2019,
2. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat, dengan target 84% pada
akhir 2019,
3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target 93% pada akhir
2019,
4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, dengan target 83%
pada akhir 2019,
5. Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target 90,1% pada akhir
2019.
1. Jumlah industri farmasi yang meningkat kemandiriannya, dengan target
kumulatif 58 industri farmasi sampai dengan akhir tahun 2019,
2. Jumlah Industri Obat Tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat CPOTB, dengan
target kumulatif 110 IOT pada tahun 2019,
3. Jumlah industri kosmetika yang mandiri dalam pemenuhan ketentuan, dengan
target kumulatif 205 industri kosmetika pada tahun 2019,
4. Persentase industri pangan olahan yang menerapkan program manajemen
risiko, dengan target kumulatif 11% industri pangan olahan pada tahun 2019,
5. Peningkatan indeks kesadaran masyarakat dengan target meningkat pada
akhir 2019 dibandingkan baseline 2016, dan
6. Jumlah kerjasama yang diimplementasikan, dengan target kumulatif pada
akhir 2019 sebanyak 20 kerjasama.
1. Capaian pelaksanaan RB di BPOM, dengan target nilai 81 pada tahun 2019,
2. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK, dengan target WTP pada tahun 2019,
3. Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN, dengan target nilai 81 pada tahun 2019.
LAMPIRAN I
Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan BPOM
Meningkatnya
kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
Obat dan
Makanan Aman
Meningkatkan
Kesehatan
Masyarakat dan
Daya Saing
Bangsa
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA BPOM PERIODE 2015-2019
Meningkatkan sistem
pengawasan Obat dan
Makanan berbasis
risiko untuk
melindungi
masyarakat;
Meningkatnya jaminan
produk Obat dan
Makanan Aman
Menguatnya Sistem
Pengawasan Obat dan
Makanan
Mendorong kapasitas
dan komitmen pelaku
usaha dalam
memberikan jaminan
keamanan Obat dan
Makanan serta
memperkuat
kemitraan dengan
pemangku
kepentingan;
Meningkatnya
kapasitas dan
komitmen pelaku
usaha, kemitraan
dengan pemangku
kepentingan, dan
partisipasi
masyarakat
Meningkatnya daya
saing Obat dan Makanan
di pasar lokal dan global
dengan menjamin mutu
dan mendukung inovasi.
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER
SEKRETARIAT UTAMA
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BIRO HUKUM DAN ORGANISASI
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
BIRO KERJASAMA
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
BIRO UMUM DAN SDM
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN BIRO HUMAS DAN DSP
BENDAHARA PENGELUARAN
(BP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER
INSPEKTORAT UTAMA
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
INSPEKTORAT I
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
INSPEKTORAT II
BENDAHARA PENGELUARAN (BP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
SATKER DEPUTI I
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. STANDARD. OBAT, NARKOTIKA
PSIKOTROPIKA PREKURSOR & ZAT
ADIKTIF
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. REGISTRASI OBAT
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. WAS. PRODUKSI OBAT, NARK, PSIKO, &
PREKURSOR
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. WAS DISTRIBUSI DAN
YAN. OBAT, NARK, PSIKO &
PREKURSOR
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. WAS. KEAMANAN,
MUTU & EKSPOR IMPOR OBAT, NARK, PSIKO,
PREKURSOR & ZAT ADIKTIF
BENDAHARA PENGELUARAN
(BP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER
DEPUTI II
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. STANDARD. OT, SUPLEMEN
KESEHATAN & KSOSMETIK
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. REGISTRASI OT, SUPLEMEN
KESEHATAN & KOSMETIK
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. WAS. OT & SUPLEMEN KESEHATAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. WAS. KOSMETIK
BENDAHARA PENGELUARAN (BP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
SATKER DEPUTI III
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. STANDARD. PANGANOLAHAN
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. REGISTRASI PANGANOLAHAN
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. WAS. PANGAN
OLAHAN RISIKO RENDAH &
SEDANG
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. WAS. PANGAN
OLAHAN RISIKO TINGGI &
TEKNOLOGI BARU
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. PEMBERDAYAA
N MASY DAN PELAKU USAHA
BENDAHARA PENGELUARAN
(BP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER
DEPUTI IV
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. PENGAMANAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. INTELIJEN OBAT & MAKANAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DIT. PENYIDIKAN OBAT & MAKANAN
BENDAHARA PENGELUARAN (BP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER PUSAT DATA & INFORMASI
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN(BP)
PPSPM
BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU
(BPP)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER PUSAT PENGEMBANGAN SDM PENGAWASAN OBAT & MAKANAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN(BP)
PPSPM
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER PUSAT PENGEMBANGAN PENGUUIAN OBAT DAN MAKANAN
NASIONAL
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN(BP)
PPSPM
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER RISET DAN KAJIAN OBAT & MAKANAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN(BP)
PPSPM
BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU (BPP)
KODE SATKER :
NAMA SATKER :
PROGRAM :
KEGIATAN :
1 2 6 7 1 2 6 7 8
31XX.002 Uraian Output xxxxxxxxxx 31XX.002 Uraian Output xxxxxxxxx xxxxxxxxx
011 Komponen 1 xxxxxxxxxx 011 Komponen 1 xxxxxxxxx xxxxxxxxx
A Sub Komponen 1 xxxxxxxxxx A Sub Komponen 1 xxxxxxxxx xxxxxxxxx
521211 Belanja Bahan xxxxxxxxxx 521211 Belanja Bahan xxxxxxxxx xxxxxxxxx
(RM) ATK 1 PKT 1 xxx xxxxxxxxxx ATK 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
Penggandaan 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxxx Penggandaan 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
ATK Komputer 1 PKT 1 xxx xxxxxxxxxx ATK Komputer 1 PKT 1 aaaa aaaaaaaaaa xxxx-aaaaa
Konsumsi 15 OR x 5 KL 75 xxx xxxxxxxxxx Konsumsi 15 OR x 5 KL 75 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
522151 Belanja Jasa Profesi xxxxxxxxxx 522151 Belanja Jasa Profesi xxxxxxxxx xxxxxxxxx
Honor Narasumber Es I 1 OR x 2 2 xxx xxxxxxxxxx Honor Narasumber Es I 1 OR x 2 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
Honor Narasumber 16 OR x 2 32 xxx xxxxxxxxxx Honor Narasumber 16 OR x 2 32 bbb bbbbbbbbb xxx-bbbbb
Honor moderator 8 OR x 2 16 xxx xxxxxxxxxx Honor moderator 8 OR x 2 16 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
……………………………………………………..
NIP…………………………………………….
Lampiran 3
vol Harga Satuan JumlahUraian
MATRIKS USULAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) TA 2018
SEMULA MENJADI
Output/
Komponen/ Sub
komponen/
akun/ Sumber
dana
Kuasa Pengguna Anggaran/Kepala Unit Kerja
Selisih
5 5
JAM JAM
JAM
Jumlah
Output/
Komponen/ Sub
komponen/ akun/
Sumber dana
Rincian Perhitungan
JAM
JAM JAM
UraianRincian Perhitungan vol Harga
Satuan
CONTOH
DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
TAHUN ANGGARAN 2018
NOMOR : SP DIPA-063.01.1.1.432731/2018
Kementerian Negara/lembaga : (063) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Unit Organisasi : (01) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Provinsi : (01) DKI JAKARTA
Kode/Nama Satker : (432731) SEKRETARIAT UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Kewenangan : KP
PEGAWAI BARANG MODAL PEGAWAI BARANG MODAL
1 3 4 5 6 7 8 9 10
Lampiran 4
2
(SEMULA) DIPA REVISI KE-…… (BERUBAH MENJADI) DIPA REVISI KE-
MATRIKS USULAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
KODE
URAIAN SATKER/PROGRAM
KEG/OUTPUT/SUMBER
DANA
BELANJA JUMLAH
SELURUH
BELANJA JUMLAH
SELURUH
CONTOH
LAMPIRAN 5
Nama Jabatan Tanda Tangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
(5) Diisi nama pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.
(6) Diisi jabatan pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.
(7) Diisi tanda tangan pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (5) yang ditunjuk untuk menandatangani bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas.
Keterangan:
(1) Diisi nomor urut.
(2) Diisi nama Pelaksana SPD yang melakukan Perjalanan Dinas.
(3) Diisi hari pelaksanaan Perjalanan Dinas.
(4) Diisi tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas sesuai yang tercantum dalam Surat Tugas.
Untuk angka (3) dan (4), apabila penugasan lebih dari 1 (satu) hari, maka diisi per hari dan per tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas.
FORM BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM KOTA SAMPAI DENGAN 8 (DELAPAN) JAM
Pejabat/Petugas yang MengesahkanNo Pelaksana SPD Hari Tanggal
LAMPIRAN 6
Nama Jabatan Tanda Tangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
FORM BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM KOTA LEBIH DARI 8 (DELAPAN) JAM
No Pelaksana SPD Hari TanggalPejabat/Petugas yang Mengesahkan
(5) Diisi nama pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.
(6) Diisi jabatan pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.
(7) Diisi tanda tangan pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (5) yang ditunjuk untuk menandatangani bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas.
Keterangan:
(1) Diisi nomor urut.
(2) Diisi nama Pelaksana SPD yang melakukan Perjalanan Dinas.
(3) Diisi hari pelaksanaan Perjalanan Dinas.
(4) Diisi tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas sesuai yang tercantum dalam Surat Tugas.
Untuk angka (3) dan (4), apabila penugasan lebih dari 1 (satu) hari, maka diisi per hari dan per tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas.
*)6
RUP dilengkapi Kerangka Acuan Kerja yang ditandatangani oleh KPA
RUP diumumkan melalui Sistem informasi Rencana Umum Pengadaan
dengan bantuan Admin SiRUP *)1
*)4
*)3
*)5
*)2
*)8
*)7
REVISI KEENAM MEKANISME PENGADAAN ULP TAHUN 2018
Perubahan RUP
Setuju BAHP/BAHPL
PPK mengundang ULP dan Tim Teknis untuk melakukan kajian ulang RUP
Kajian RPP oleh Pokja Satker: a. Barang/Jasa Lainnya ≤Rp1,5M b. Alat Laboratorium c. Reagensia d. Media Mikrobiologi
Kajian RPP
oleh Pokja Satker
Pelelangan/ Penunjukan Langsung
Panitia Penerima
Rencana Pelaksanaan Pengadaan, sekurang-kurangnya berisi: 1. Surat pengantar RPP 2. Salinan POK 3. Kerangka Acuan Kerja 4. Spesifikasi Teknis 5. Harga Perkiraan Sendiri 6. Rancangan Kontrak 7. ID paket SiRUP
Pencatatan oleh Sekretariat ULP maksimal 1 hari
PA melalui Sestama
Berhasil
Gagal
Pokja Satker menyampaikan usulan nama Anggota Pokja per Paket Pengadaan yang dilaksanakan oleh Pokja Satker
Kuasa Pengguna Anggaran
Kajian RPP oleh Pokja Pusat: a. Barang/Jasa Lainnya >Rp1,5M b. Jasa konsultansi c. Konstruksi
Kajian RPP
oleh Pokja Pusat
RPP dibatalkan/direvisi
RPP diubah PPK
Pencatatan oleh Sekretariat ULP maksimal 1 hari
Kajian ulang RUP
Pokja Satker
PPK
PPK
PPK
Kepala ULP
Pelelangan Ulang Evaluasi Ulang
PPK
Diumumkan ulang/tidak ada penawaran
RUP sesuai KAK
RPP tidak lengkap
RPP lengkap
Pokja ULP
Kepala ULP
LPSE User Id SPSE
Pelaksanaan Pekerjaan
Kepala ULP
Tidak Setuju
Keterangan tentang Revisi Keenam Mekanisme Pengadaan ULP Tahun 2018: *)1 Kajian Ulang Rencana Umum Pengadaan dilakukan berdasar pada Peraturan Kepala
LKPP nomor 14 Tahun 2012 tentang Jukni Perpres No. 70/2012 - Jika RUP perlu dilakukan perubahan maka KPA melakukan perubahan RUP dan Admin
SiRUP melakukan perubahan pada SiRUP. - Jika RUP telah sesuai dengan KAK maka PPK dapat menetapkan Rencana
Pelaksanaan Pengadaan dan disampaikan kepada Kepala ULP.
*)2 Penetapan Tim Pengkaji RPP dilakukan berdasar pada Surat Keputusan Kepala BPOM nomor HK.04.1.24.01.17.0240 Tahun 2017 tentang Penunjukan Perangkat ULP di Lingkungan BPOM.
- Jika RPP memiliki nilai pagu sampai dengan Rp1.500.000.000,00, atau pengadaan merupakan Alat Laboratorium, atau Reagensia, atau Media Mikrobiologi maka kajian dilakukan oleh Tim Pengkaji dari Pokja Satker.
- Jika RPP memiliki nilai pagu diatas Rp1.500.000.000,00 (tetapi bukan pengadaan alat laboratorium, reagensia, dan media mikrobiologi), atau pengadaan termasuk kategori pengadaan Jasa Konsultansi, atau Pekerjaan Konstruksi, atau Manajemen Konstruksi maka kajian dilakukan oleh Tim Pengkaji dari Pokja Pusat.
*)3 Kajian RPP dilakukan untuk menghasilkan kesesuain komponen RPP dengan seluruh peraturan yang terkait proses pelelangan atau penunjukkan langsung secara khusus.
- Jika RPP tidak lengkap, atau terdapat masukan atau tanggapan atau pertanyaan atas RPP yang dikaji maka RPP belum layak untuk dilanjutkan ke proses pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan kedalam Formulir Kajian RPP untuk diserahkan kepada PPK
- Jika RPP lengkap, atau tidak terdapat masukan atau tanggapan atau pertanyaan atas RPP yang dikaji maka RPP layak untuk dilanjutkan ke proses pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan kedalam Formulir Kajian RPP untuk diserahkan kepada Kepala ULP.
*)4 Setelah Pokja ULP mendapatkan SPMT dan User Id SPSE maka Pokja dapat melanjukan ke proses pengumuman pengadaan atau menerima kembali perubahan RPP yang dilakukan oleh PPK.
- Jika RPP diubah oleh PPK sebelum pengumuman pelelangan di SPSE maka perubahan RPP diserahkan kembali kepada Tim Pengkaji/Pokja ULP/Tim Pengkaji dan dilakukan kajian RPP kembali untuk mendapatkan SPMT. Perubahan SPMT akan dilakukan tetapi tidak perlu melakukan perubahan User Id SPSE.
- Jika RPP tidak diubah oleh PPK maka Pokja mengumumkan pengadaan melalui SPSE dan melanjutkan proses pelelangan.
*)5 Hasil pelelangan dituangkan dalam BAHP atau BAHPL. - Jika terjadi gagal lelang pokja membuat BAHP/BAHPL kemudia diserahkan atau
diberikan kepada PPK. - Jika lelang berhasil maka pokja membuat BAHP/BAHPL ditujukan kepada PPK dan
Kepala ULP.
*)6 BAHP/BAHPL pelelangan yang berhasil dikirimkan kepada PPK kemudian proses akan dilajutkan oleh PPK.
- PPK bisa tidak setuju atas hasil lelang. - Jika PPK setuju dengan hasil lelang maka proses lelang akan berlanjut dengan
pembuatan SPPBJ dan Kontrak oleh PPK.
*)7 PPK dapat menolak atau tidak setuju terhadap hasil pelelangan dengan dua pilihan yaitu evaluasi ulang atau pelelangan ulang
*)8 Paket pelelangan yang berhasil namun tidak diterima PPK maka akan diulang dengan melakukan perubahan RPP oleh PPK atau juga dapat dibatalkan atau direvisi menjadi paket lelang yang lain.
Lampiran VII
Keterangan tentang Revisi Keenam Mekanisme Pengadaan ULP Tahun 2018:
*)1. Kajian Ulang Rencana Umum Pengadaan dilakukan berdasar pada Peraturan
Kepala LKPP nomor 14 Tahun 2012 tentang Juknis Perpres No. 70/2012
- Jika RUP perlu dilakukan perubahan maka KPA melakukan perubahan RUP dan
Admin SiRUP melakukan perubahan pada SiRUP.
- Jika RUP telah sesuai dengan KAK maka PPK dapat menetapkan Rencana
Pelaksanaan Pengadaan dan disampaikan kepada Kepala ULP.
*)2. Penetapan Tim Pengkaji RPP dilakukan berdasar pada Surat Keputusan Kepala
BPOM nomor HK.04.1.24.01.17.0240 Tahun 2017 tentang Penunjukan Perangkat
ULP di Lingkungan BPOM.
- Jika RPP memiliki nilai pagu sampai dengan Rp1.500.000.000,- atau pengadaan
merupakan Alat Laboratorium, atau Reagensia, atau Media Mikrobiologi maka
kajian dilakukan oleh Tim Pengkaji dari Pokja Satker.
- Jika RPP memiliki nilai pagu diatas Rp1.500.000.000,- (tetapi bukan pengadaan
alat laboratorium, reagensia, dan media mikrobiologi), atau pengadaan
termasuk kategori pengadaan Jasa Konsultansi, atau Pekerjaan Konstruksi, atau
Manajemen Konstruksi maka kajian dilakukan oleh Tim Pengkaji dari Pokja
Pusat.
*)3. Kajian RPP dilakukan untuk menghasilkan kesesuaian komponen RPP dengan
seluruh peraturan yang terkait proses pelelangan atau penunjukkan langsung
secara khusus.
- Jika RPP tidak lengkap, atau terdapat masukan atau tanggapan atau pertanyaan
atas RPP yang dikaji maka RPP belum layak untuk dilanjutkan ke proses
pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan kedalam Formulir Kajian RPP
untuk diserahkan kepada PPK
- Jika RPP lengkap, atau tidak terdapat masukan atau tanggapan atau pertanyaan
atas RPP yang dikaji maka RPP layak untuk dilanjutkan ke proses pelelangan
dan hasil kajian RPP dinyatakan kedalam Formulir Kajian RPP untuk
diserahkan kepada Kepala ULP.
*)4. Setelah Pokja ULP mendapatkan SPMT dan User Id SPSE maka Pokja dapat
melanjukan ke proses pengumuman pengadaan atau menerima kembali
perubahan RPP yang dilakukan oleh PPK.
- Jika RPP diubah oleh PPK sebelum pengumuman pelelangan di SPSE maka
perubahan RPP diserahkan kembali kepada Tim Pengkaji/Pokja ULP/Tim
Pengkaji dan dilakukan kajian RPP kembali untuk mendapatkan SPMT.
Perubahan SPMT akan dilakukan tetapi tidak perlu melakukan perubahan User
Id SPSE.
- Jika RPP tidak diubah oleh PPK maka Pokja mengumumkan pengadaan melalui
SPSE dan melanjutkan proses pelelangan.
*)5. Hasil pelelangan dituangkan dalam BAHP atau BAHPL.
- Jika terjadi gagal lelang pokja membuat BAHP/BAHPL kemudian diserahkan
atau diberikan kepada PPK.
- Jika lelang berhasil maka pokja membuat BAHP/BAHPL ditujukan kepada PPK
dan Kepala ULP.
*)6. BAHP/BAHPL pelelangan yang berhasil dikirimkan kepada PPK kemudian proses
akan dilajutkan oleh PPK.
- PPK bisa tidak setuju atas hasil lelang.
- Jika PPK setuju dengan hasil lelang maka proses lelang akan berlanjut dengan
pembuatan SPPBJ dan Kontrak oleh PPK.
*)7. PPK dapat menolak atau tidak setuju terhadap hasil pelelangan dengan dua
pilihan yaitu evaluasi ulang atau pelelangan ulang
*)8. Paket pelelangan yang berhasil namun tidak diterima PPK maka akan diulang
dengan melakukan perubahan RPP oleh PPK atau juga dapat dibatalkan atau
direvisi menjadi paket lelang yang lain.