KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

73
SKRIPSI HUBUNGAN SELF CARE AGENCY DENGAN KEPATUHAN MEMODIFIKASI GAYA HIDUP PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS RAO KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2018 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Oleh: HARPENI 1614201131 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS P A D A N G 2018

Transcript of KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Page 1: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

SKRIPSI

HUBUNGAN SELF CARE AGENCY DENGAN KEPATUHAN

MEMODIFIKASI GAYA HIDUP PASIEN HIPERTENSI

DI PUSKESMAS RAO KABUPATEN PASAMAN

TAHUN 2018

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh:

HARPENI

1614201131

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS

P A D A N G

2018

Page 2: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : HARPENI

NIM : 1614201131

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atas pemikiran orang

lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau

keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi atas perbuatan tidak terpuji

tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan sama sekali.

Bukittinggi, Februari 2018

Yang membuat pernyataan

Harpeni

Page 3: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Halaman Pengesahan

HUBUNGAN SELF CARE AGENCY DENGAN KEPATUHAN MEMODIFIKASI

GAYA HIDUP PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS RAO

KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2018

Skripsi ini telah dipertahankan di Hadapan Sidang Tim Penguji

Pada

Hari/ Tanggal : Selasa/ 20 Februari 2018

Pukul : 11.00-12.00 wib

Oleh:

HARPENI

1614201131

Dan yang bersangkutan dinyatakan

LULUS

Tim Penguji :

Penguji I : Ns. Ida Suryati, M.Kep ..........................................

Penguji II : Ns. Lisa Mustika Sari M.Kep ..........................................

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Ns. Ida Suryati, M.Kep

Nik: 1420130047501027

Page 4: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Halaman Persetujuan

HUBUNGAN SELF CARE AGENCY DENGAN KEPATUHAN

MEMODIFIKASI GAYA HIDUP PASIEN HIPERTENSI

DI PUSKESMAS RAO KABUPATEN PASAMAN

TAHUN 2018

Oleh

HARPENI

NIM : 1614201131

Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan

Bukittinggi, 20 Februari 2018

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep Def primal, S. Kep, M. Biomed. PA

NIK : 1420114098511072 NIK : 1420126128409054

Diketahui,

Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Ns. Ida Suryati, M.Kep

NIK : 1420106037395017

Page 5: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang

Skripsi, Februari 2018

HARPENI

Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi

di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018

ABSTRAK

xv+VI bab+49 halaman+2 tabel+3 skema+6 lampiran

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90mmHg, Pada

populasi manula,hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik

90mmHg.Dalam melakukan pencegahan dan perawatan hipertensi perlu dlakukan self care Agency

dan juga dapat melakukan modifikasi gaya hidup pasien hipertensi yang sangat diperlukan oleh pasien

agar hipertensinya jangan kambuh.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada

hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di

Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018. Penelitian ini dilakukan pada bulan February

2018.Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif korelasi.Populasi dan sampel

adalah pasien Hipertensi yang memenuhi kriteria, dengan teknik simple random sampling,dengan

jumlah sampel 45 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan lembaran Kuesioner dengan uji

statistik menggunakan analisa Chi Square.Hasil analisa univariat didapatkan lebih dari separo(53,3%)

responden melakukan self care Agency di Puskesmas Rao Pasaman tahun 2018.Lebih dari separo

(68,9%) responden memiliki kepatuhan memodifikasi gaya hidup di Puskesmas Rao Pasaman tahun

2018.Analisa bivariat ditemukan ada Hubungan Self Care Agency Dengan kepatuhan Memodifikasi

Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018,dengan nilai P

value< α (0,019<0,050). Disarankan kepada institusi pelayanan kesehatan agar terus meningkatkan

upaya-upaya untuk memotivasi pasien hipertensi dengan cara memberikan informasi atau penyuluhan

tentang hipertensi dan faktor resiko hipertensi serta cara pencegahannya.Bagi peneliti selanjutnya agar

melakukan penelitian menggunakan metode lain seperti eksperimen.

Kata Kunci:.Kepatuhan Modifikasi gaya hidup Hipertensi, Self Care Agency

Daftar Bacaan:20 Buku (2008-2014)

Page 6: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Undergraduate Program of Nursing Science, Perintis, School of Health Sciences

Skripsi, Februari 2018

HARPENI

Relationship Self Care Agency With Compliance of Modify the Lifestyle of Hypertension Patients

at Public Health Center Rao Pasaman District 2018

ABSTRACT

xv + VI chapter+49 Pages+ 6 Tables+3 schemes+6 attachments

Hypertension is systolic blood pressure ≥140 mmHg and diastolic blood pressure ≥ 90mmHg, In the

elderly population, hypertension is defined as systolic pressure 160 mmHg and diastolic pressure

90mmHg.In doing prevention and treatment of hypertension need to do self care agency and also can

make the lifestyle modification of patient hypertension that is needed by the patient for hypertension

do not recur. The purpose of this study is to obtain whether there is a relationship Self Care Agency

Compliance Modify the Lifestyle of Hypertension Patients at Public Health Center Rao Pasaman

District 2018. This research was conducted in February 2018. The design used in this study is

descritical correlation. Population and sample are hypertensive patients who meet the criteria, with

simple random sampling technique, with a sample size of 45. Data collection using sheets of

questionnaires with statistical test using Chi Square analysis. Univariate analysis results obtained

more than half (53.3%) of respondents conducted self-care Agency at Rao Pasaman Health Center in

2018. More than half (68.9%) of respondents have compliance modify lifestyle at Rao Pasaman

Public Health Center 2018. Bivariate analysis found there is Relationship of Self Care Agency With

Compliance Modify Lifestyle of Hypertension Patient at Public Health Center Rao Pasaman District

Year 2018, with P value <α (0,019 <0,050). It is suggested to health care institution to continuously

improve efforts to motivate hypertension patient by giving information or counseling about

hypertension and hypertension risk factor and how to prevent it. For further researcher to do

research using other method like experiment.

Keywords: Compliance in Hypertension lifestyle modification, Self Care Agency

Reading List: 20 Books (2008-2014)

Page 7: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Mahasiswa :

Nama : HARPENI

Umur : 38 tahun

Tempat /Tanggal lahir : Langsat Kadap, 14 Maret 1980

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Kampung Tujuh, Nagari Tj Betung, Kec Rao Selatan, Kab

Pasaman

Kewarganegaraan : Indonesia

Jumlah saudara : 4 orang

Anak ke : 3 orang

Identitas orang tua :

Nama ayah : H. Syorofna

Pekerjaan ayah : Tani

Nama ibu : Hj. Lismarni

Pekerjaan ibu : IRT

Alamat : Kampung Tujuh, Nagari Tj Betung, Kec Rao Selatan, Kab

Pasaman

Riwayat pendidikan :

1. SD Inpres Kampung Tujuh : 1986 - 1992

2. MTsN Langsat Kadap : 1992 - 1995

3. SMAN Rao : 1996 - 1999

4. AKPER Garuda Putih Jambi : 2000 - 2003

Page 8: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

KATA PENGANTAR

حِيْمِِ حْمَنِِ لرَّ بِسْــــــــــــــــــمِِ اللِِ الرَّ

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah membeikan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

berjudul “Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup

Pasien Hipertensi Di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018”. Dalam

penyusunan skripsi, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,

maka dari itu pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis Padang

2. Ibu Ns. Ida Suryati, M.Kep, selaku Ka Prodi Studi Sarjana Keperawataan STIKes

Perintis Padang

3. Ibu Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep selaku pembimbing satu yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan oleh

penulis

4. Bapak Def Primal, M.Biomed selaku pembimbing dua yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis

5. Bapak Kepala Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman yang telah memberi izin untuk

pengambilan data awal dan penelitian selanjutnya

6. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program studi Sarjana Keperawatan STIKes Perintis

Padang, yang telah banyak pula memberikan ilmu serta bimbingan yang bermanfaat

bagi penulis

7. Teristimewa kepada Ibu, Ayah, Suami dan Anak-anak yang telah memberikan

bantuan baik moril maupun spritual dan dorongan semangat, doa, kasih sayang serta

pengertian yang tulus dalam menggapai cita- cita

Page 9: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

8. Rekan- Rekan mahasiswa seangkatan STIKes Perintis Padang khususnya sahabatku “

5 sekawan” yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berguna dalam

menyelesaikan Skripsi ini

Sekalipun penulis telah mencurahkan segenap pemikiran, tenaga dan waktu agar penulis

ini menjadi lebih baik, penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari

sempurna, oleh sebab itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritikan yang

bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata, pada – Nya jualah kita berserah diri. Semoga Skripsi ini bermamfaat bagi kita

semua khususnya pada profesi keperawatan. Amin.

Bukittinggi, Februari 2018

Penulis

Page 10: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Halaman Judul ......................................................................................................... i

Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................................................. ii

Halaman Pengesahan .............................................................................................. iii

Halaman Persetujuan .............................................................................................. iv

Abstrak ..................................................................................................................... v

Biodata ...................................................................................................................... vii

Kata Pengantar ........................................................................................................ viii

Daftar Isi ................................................................................................................... x

Daftar Tabel ............................................................................................................. xiii

Daftar Skema ........................................................................................................... xiv

Daftar Lampiran ..................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 7

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

1.4. Mamfaat Penelitian ............................................................................ 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitan ................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perawatan Diri berdasarkan Teori Orem .......................................... 10

2.1.1. Teori Perawatan Diri .............................................................. 10

2.1.2. Teori Devisit Perawatan Diri .................................................. 11

2.1.3. Agen Perawatan Diri .............................................................. 13

2.1.4. Kebutuhan Perawatan diri Teraupetik .................................... 13

Page 11: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

2.1.5. Teori Sistem Perawatan .......................................................... 15

2.2. Kemampuan Keperawatan Diri .......................................................... 16

2.2.1. Definisi Kemampuan Perawatan Diri ..................................... 16

2.2.2. Komponen Kemampuan Perawatan Diri ................................ 17

2.3. Hipertensi ........................................................................................... 18

2.3.1. Pengertian Hipertensi ............................................................ 18

2.3.2. Penyebab Hipertensi ............................................................. 19

2.3.3. Patofisiogi Hipertensi ................................................................. 20

2.3.4. Gejala Hitertensi .................................................................... 21

2.3.5. Klasifikasi Hipertensi ............................................................ 22

2.3.6. Penatalaksanaan Hipertensi ................................................... 23

2.3.7. Komplikasi Hipertensi ........................................................... 25

2.3.8. Pencegahan Hipertensi .......................................................... 25

2.4. Modifikasi Gaya Hidup ................................................................... . 26

2.5. Kerangka Teori .................................................................................... 27

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep .................................................................................. 28

3.2 . Definisi Operasional .............................................................................. 29

3.3. Hipotesis ................................................................................................ 30

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian ...................................................................................... 31

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 31

4.3. Populasi, Sampel dan Tekhnik Sampling ................................................ 32

4.3.1. Populasi ......................................................................................... 32

4.3.2. Sampel ........................................................................................... 32

Page 12: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

4.3.3. Tekhnik Sampling ......................................................................... 33

4.4. Pengumpulan Data ..................................................................................... 33

4.5. Cara Pengolahan dan Analisa Data ........................................................... 34

4.6. Etika Penelitian........................................................................................... 36

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................................... 38

5.1.1. Hasil Penelitian .......................................................................... 38

5.1.2. Analisa Univariat ....................................................................... 38

5.1.3. Analisa Bivariat ......................................................................... 39

5.2. Pembahasan .............................................................................................. 40

5.2.1. Self Care Agency ........................................................................ 40

5.2.2. Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup ....................................... 41

5.2.3. Hubungan Self Care Agency dengan Kepatuhan Memodifikasi

Gaya Hidup Pasien Hipertensi ................................................... 43

5.3. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 46

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ............................................................................................... 47

6.2. Saran ......................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.3. Tabel Data hipertensi ................................................................................ 18

Tabel 3.2. Definisi operasional ................................................................................... 29

Page 14: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Bagan Perawatan Diri Orem .................................................................... 12

Skema 2.5 Kerangka Teori ....................................................................................... 27

Skema 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 28

Page 15: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan menjadi responden

Lampiran 2. Persetujuan menjadi Responden ( Informed conscent)

Lampiran 3. Kisi- kisi kuisioner

Lampiran 4. Lembaran Kuisioner

Lampiran 5. Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 6. Lembaran Konsul

Page 16: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik tua maupun muda,

baik kaya atau pun miskin. Penyakit hipertensi dikenal sebagai the sillent killer atau

pembunuh yang diam–diam dan tidak diketahui datangnya, karena banyak kasus tidak

timbul gejala dan tanda yang khas hingga terjadi komplikasi yang serius dan secara

tiba-tiba membawa kematian. Ketika seseorang terdiagnosa hipertensi maka orang

tersebut dituntut untuk menjalani pengobatan seumur hidup secara rutin dan menjaga

pola hidup sehat agar hipertensi dapat terkontrol dan tidak menimbulkan komplikasi,

(Susilo, 2012). Hipertensi tanpa penanggulangan yang baik cendrung menimbulkan

komplikasi seperti gagal jantung, stroke, gagal ginjal (Darmawan, 2012)

World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya 839 juta

kasus hipertensi, dan diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025. Sekitar 80%

kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara-negara berkembang. Berdasarkan

Rikesdas (2013), prevalensi hipertensi Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 41%.

Menurut Dinkes RI 2013, data 33 propinsi di Indonesia terdapat 5 propinsi dengan

kasus hipertensi tertinggi, yaitu Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%),

Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%), Gorontalo (29,4%), Sumatera Barat (

22,6%). Kasus hipertensi di Kota Padang dilihat dari hasil laporan tahun 2014 Dinas

Kesehatan Kota Padang berada pada posisi teratas, hal ini terjadi seiring dengan

perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan

Kota Padang tahun 2015, hipertensi termasuk kedalam penyakit terbanyak dialami oleh

masyarakat dan data Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman pada tahun 2015 jumlah

Page 17: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

penderita hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas sebanyak 518 orang, sedangkan

pada tahun 2016 jumlah hipertensi sebanyak 611 orang. (data laporan Puskesmas Rao,

2016).

Dalam pengobatan hipertensi diperlukan beberapa langkah yang harus dilakukan oleh

penderita hipertensi dalam upaya mengontrol hipertensinya. Menurut Darmawan

(2012), dalam upaya mengontrol hipertensi penderita, selain teratur meminum obat

harus disertai dengan perubahan gaya hidup yaitu tidak merokok, lakukan olah raga

secara teratur, kurangi berat badan jika overweigh, diit hipertensi yaitu kurangi sodium,

alokohol dan kafein, makan dengan diet sehat termasuk didalamnya perbanyak makan

buah dan kurangi lemak, serta mengendalikan stress dengan baik. Hal serupa juga

diungkapkan oleh Anggraeni & Susilo (2012), dalam melakukan perawatan diri pasien

hipertensi dapat dilakukan dengan mengurangi berat badan, diet gizi seimbang dan

mengurangi garam, mengendalikan stres, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi

alkohol, olah raga teratur dan kepatuhan minum obat. Namun masih banyak ditemukan

pasien hipertensi yang tidak patuh dalam melakukan perawatan diri dengan baik,

(Bayouna et al, (2014).

Novian, (2013) dalam penelitiannya menemukan banyak pasien hipertensi yang tidak

patuh dalam diit hipertensi. Dalam penelitian Barak et al (2014), hipertensi yang tidak

terkontrol banyak ditemukan pada pasien hipertensi dengan obesitas. Sementara data

menurut Herawati (2011), menemukan banyak pasien hipertensi yang tidak terkontrol

karena tidak mematuhi diit hipertensi dan kebiasaan olah raga yang tidak baik.

Hairunisa et al, (2012), dalam penelitiannya menemukan hanya sedikit pasien

hipertensi yang memiliki tekanan darah terkontrol akibat tidak patuh minum obat dan

diet. Warren et al, (2012), dalam penelitiannya menemukan sering terpapar asap rokok

menjadi hambatan dalam melakukan perawatan diri. Demikian juga dengan penelitian

Page 18: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Sinubu, et al (2015), stres akibat beban kerja yang terlalu berat membuat tekanan darah

mereka jadi tidak terkontrol. Demikian juga dengan hasil penelitian warrean et al,

(2012) kebiasaan mengkonsumsi alkohol yang tinggi membuat tekanan darah mereka

tidak terkontrol.

Hipertensi dapat dikontrol dengan managemen diri yang baik serta kepatuhan pola

hidup sehat (Susilo, 2012). Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap

kompleks, pengobatan jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup terkadang

menimbulkan kejenuhan dari pasien (Triyanto, 2014). Diperlukan pengetahuan,

kemampuan dan kepatuhan dari pasien dalam mengelola perilaku di kehidupan sehari –

hari supaya hipertensi terkontrol dengan baik dan mencegah terjadinya komplikasi,

(Harnila, 2013).

Kurangnya pengetahuan, kesadaran pasien serta dukungan sosial kepada pasien

hipertensi akan membuat pasien hipertensi membiarkan pola hidup yang tidak sehat

tersebut berlangsung terus dalam kehidupan sehari - hari tanpa tahu bahaya penyakit

yang mengintai dibalik itu semua (Lingga, 2012). Untuk itu perawatan diri yang baik

dan kemampuan dalam melakukan perawatan diri sangat perlu dilakukan oleh pasien

hipertensi dalam mengontrol hipertensinya.

Didalam teori keperawatan terdapat model konsep keperawatan Orem yang dikenal

dengan model Self Care, yaitu suatu wujud perilaku perawatan diri seseorang dalam

menjaga kehidupan, kesehatan dan perkembangan kehidupan sekitar untuk

meningkatkan kesejahteraan serta mencegah percepatan penyakitnya.

Self care dalam konteks pasien dengan penyakit kronis merupakan hal yang kompleks

dan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien serta kontrol dari

penyakit kronis (Laser & Lubkin, 2009 dalam Nursalam 2013). Dalam penelitian

Findow et al, (2012) didapatkan hasil adanya hubungan antara kepatuhan perawatan

Page 19: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

diri yang baik dengan hipertensi terkontrol. Namun dalam penelitian Warren et al

(2012), ditemukan masih banyak pasien hipertensi yang tidak terkontrol dan mengalami

hambatan dalam melakukan perawatan diri karena faktor kurangnya pengetahuan,

kurangnya dukungan keluarga, tidak adanya keyakinan dari pasien itu sendiri. Orem

dalam Nursalam, (2013) faktor dasar, faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor

pendukung merupakanfaktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan

self care management dalam pengelolaan penyakitnya.

Pengetahuan tentang hipertensi dan bagaimana penatalaksanaanya sangat diperlukan

oleh pasien hipertensi dalam mengontrol tekanan darahnya dengan baik. Pengetahuan

merupakan domain yang sangatpenting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2007). Seseorang yang paham tentang hipertensi, berbagai penyebabnya

dan bagaimana penatalaksanaannya maka akan melakukan tindakan sebaik mungkin

agar penyakitnya tidak berlanjut (Setiawan, 2008). Mulyati, Yetty& Sukmarini (2013)

dalam penelitiannya menemukan responden yangmemiliki pengetahuan yang baik akan

mampu merawat diri dengan baik.Sementara penelitian yang dilakukan oleh Prihanda,

(2012) banyak pasien hipertensi yang tidak mematuhi aturan diet hipertensi karena

kurangnya pengetahuan. Dalam sebuah journal of Public Health (2015) didapatkan

tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pengobatanpasien

hipertensi.Seseorang yang memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan

perawatan diri yang baik, tentunya diharapkan bisa melakukan perubahan gaya hidup

kearah yang lebih baik. Orem dalam Paula & Janet,(2009) keyakinan menjadi sentral

dalam perawatan diri, dimana individu merasa yakin dan mampu dalam

mempertahankan kesehatan dan kesejahteraaan dengan merawat diri mereka sendiri.

Window, et al (2012) dalam penelitiannya menemukan masih banyak pasien hipertensi

Page 20: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

yang tidak mampu menahan dirinya untuk tidak mengkonsumsi alkohol, walaupun

mereka tahu alkohol tidak baik untuk penderita hipertensi.

Demikian juga penelitian Prihanda, (2012) banyak ditemukan pasien hipertensi yang

tidak mampu mengelola hipertensinya dengan baik sehingga berkembang menjadi

hipertensi dengan komplikasi. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Herwati,

(2011) didapatkan masih banyak ditemukan pasien hipertensi yang tidak mampu

mengelola diet dan kebiasaan olah raga dengan baik sehingga banyak ditemukan pasien

hipertensi dengan obesitas dengan tekanan darah tidak terkontrol. Hal ini merupakan

gambaran dari perawatan diri yang tidak baik dari pasien hipertensi.

Pekerjaan seseorang juga ikut berperan dalam usahanya melakukan perawatan diri

supaya hipertensi dapat terkontrol dengan baik. Menurut Notoatmodjo, (2007) orang

yang bekerja cendrung memiliki sedikit waktubahkan tidak ada waktu untuk

mengunjungi fasilitas kesehatan. Sementaradilihat dari hasil Unes journal of publich

health (Novian, 2013) tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan kontrol,

diet hipertensi.Namun Herawati, (2011) dalam penelitian mendapatkan banyak

pasienyang tidak bisa melakukan olah raga dikarenakan aktifitas yang padat oleh

pekerjaan.

Sementara pada penelitian Tumenggung, (2013), ditemukan ibu yang pekerjaannya

hanya sebagai ibu rumah tangga cendrung memiliki hipertensi tidak terkontrol

dikarenakan banyak berdiam diri dengan rutinitas yang suntuk, menonton, ngemil, tidak

mematuhi aturan diet dan tidur siang lebih lama. Sementara hasil penelitian Rajasati, et

al, (2015) didapatkan responden yang bekerja sebagai buruh memiliki self care yang

kurang baik karena terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak patuh pada

pengobatan, lupa minum obat dan tidak punya waktu khusus untuk berolah raga. Disini

Page 21: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

dapat dilihat bekerja atau pun tidak bekerja sama–sama mempengaruhi dalam self care

hipertensi.

Pendidikan seseorang juga dapat mempengaruhi dalam usaha pemeliharaan kesehatan.

Notoatmodjo, (2010) perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

didasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran. Dilihat dari

Unes journal of public health, (2015) ditemukan tidak ada hubungan antara tingkat

pendidikan dengan kepatuhan pengobatan hipertensi, malah ditemukan responden yang

tidak patuh tersebut berasal dari pendidikan yang tinggi.

Berbeda dengan hasil penelitian Fong, et al (2014) ditemukan responden yang

berpendidikan rendah tidak melakukan pengendalian hipertensi dengan baik.Petugas

kesehatan juga memegang tanggung jawab untuk memantau individu dengan

memberikan pengetahuan mengenai hipertensi untuk meminimalkan komplikasi.

Dalam sebuah journal of reseach fundamentalcare on line, (2013) meneliti di daerah

pedalaman Iran dan ditemukan gambaran perawatan diri pasien hipertensi yang kurang

sebagai akibat dari kurangnya pemahaman mengenai hipertensi sehingga sangat

dibutuhkan peran petugas kesehatan dalam meningkatkan kepatuhan perawatan diri,

kejadian hipertensi yang cukup tinggi ditambah dengan pendidikan pasien yang rendah

serta meningkatnya hipertensi dengan diderita pasien tersebut.

Puskesmas Rao merupakan Puskesmas rawat jalan dan rawat ianp yang berada di

kecamatan. Puskesmas berada dipinggir jalan rayadengan akses yang mudah dijangkau

dari berbagai arah. Puskesmas Rao merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama BPJS

dan juga melayani pasien umum pada setiap hari kerja. Hasil surve awal yang peneliti

lakukan pada tanggal 3 dan 5 oktober 2017 dengan petugas kesehatan di Puskesmas

Rao, terdapat 10 orang yang mengalami hipertensi, mengatakan bahwa serangan

hipertensi kerap kali terjadi. Kejadian ini tidak diketahui penyebabnya, bahkan 6 orang

Page 22: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

dari responden tersebut tidak mampu merawat dirinya sendiri karna kondisinya dan 4

responden lainnya menyatakan karena ketidakpatuhan terhadap pantangan-pantangan

yang bisa meningkatkatkan tekanan darah. Hal ini menggambarkan kurangnya

kesadaran dari pasien dalam melakukan kepatuhan pengobatan, tidak patuh dengan diit

hipertensi, dan tidak menjalankan pola hidup sehat yang dapat dibuktikan dengan hasil

tekanan darahnya.

Dalam hal usaha pengendalian hipertensi ini ada beberapa usahayang dilakukan oleh

petugas puskemas diantaranya senam Prolanis 1 kalidalam seminggu, konselling

terutama untuk kasus hipertensi yang baru dikenal dan kegiatan penyuluhan rutin yang

dilakukan setiap bulan, Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasat ertarik untuk

melakukan penelitian tentang Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan

Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman

Tahun 2017. Fenomena tersebut tentu harus menjadi perhatian bagi kita bersama,

mengingat hipertensi merupakan penyakit kronis yang harus dijalani seumur hidup.

Bagaimana hendaknya kasus hipertensi yang cendrung meningkat dari setiap tahunnya

ini tapi tidak menurunkan kualitas hidup dari pasien itu sendiri. Bagaimana nantinya

pasien hipertensi ini tetap bisa menjalani hidup dengan kualitas yang baik serta

terhindar dari resiko komplikasi. Hal ini dapat terwujud tentunya apabila kepatuhan

pasien terhadap perawatan diri terhadap penyakit hipertensi yang dilaksanakan dengan

baik dan berkelanjutan disepanjang hidupnya, sehingga hipertensi dapat terkontrol

dengan baik.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat peran pasien hipertensi dalam

melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap kenaikan tekanan darahnya,

selanjutnya bagaimana pasien hipertensi dalam menjalankan tugas kesehatan agar

Page 23: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

pasien tersebut patuh dalam menjalankan gaya hidup, dapat terlaksana dan dilakukan

dengan baik, setelah itu bagaimana kejadian hipertensi tidak terjadi kembali dengan

memodifikasi gaya hidup. Penelitian ini menggunakan olahan data univariat dan

bivariat dimana akan dilihat Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan

Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman

Tahun 2018.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan peneliti ini adalah untuk mengetahui Hubungan Self Care Agency

dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas

Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekwensi self care agency dalam memodifikasi gaya

hidup pasien hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018

b. Diketetahui distribusi frekwensi kepatuhan memodifikasi gaya hidup pasien

hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018

c. Dialisis hubungan self care agency dengan kepatuhan memodifikasi gaya

hidup pasien hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, meningkatkan pemahaman dalam

bidang riset keperawatan dan menambah wawasan penelitian dalam menyusun

proposal penelitian.

Page 24: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Sumber masukan dalam bidang ilmu terkait dan dapat memberikan sumbangan

pikiran untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan melihat dari aspek yang

berbeda seperti meneliti tentang perbedaan pelaksanaan dukungan keluarga

dengan

kejadian hipertensi berulang, dan sebagai informasi awal bagi peneliti

selanjutnya.

1.4.3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pada pelayanan

keperawatan medikal bedah, dapat meningkatkan pengetahuan keperawatan

medikal bedah dalamHubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan

Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten

Pasaman Tahun 2018.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Self Care Agency dengan

Kepatuhan Meodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten

Pasaman Tahun 2018. Populasi dalam penelian ini adalah pasien hipertensi yang

berkunjung ke wilayah Puskesmas Rao tahun 2017 yang berjumlah 51 orang pasien

setiap bulannya. Desain penlitian yang digunakan adalah croos sectional dan alat ukur

yang digunakan adalah kuesioner dalam bentuk pertanyaan, teknik pengambilan sampel

adalah simple random sampling. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari di

wilayah kerja Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman tahun 2018.

Page 25: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perawatan Diri (Self Care) Berdasarkan Orem

Pada dasarnya semua manusia mempunyai kebutuhan untuk melakukan perawatan diri

dan mempunyai hak untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, kecuali bila orang

itu tidak mampu. Self care menurut Orem (2001) adalah kegiatan memenuhi kebutuhan

dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan individu baik dalam

keadaan sehat maupun sakit yang dilakukan oleh individu itu sendiri.

Teori defisit perawatan diri (Deficit Self Care) Orem dibentuk menjadi 3 teori yang

saling berhubungan :

1. Teori perawatan diri (self care theory): menggambarkan dan menjelaskan tujuan dan

cara individu melakukan perawatan dirinya.

2. Teori defisit perawatan diri (deficit self care theory): menggambarkan dan

menjelaskan keadaan individu yang membutuhkan bantuan dalam melakukan

perawatan diri, salah satunya adalah dari tenaga keperawatan.

3. Teori sistem keperawatan (nursing system theory): menggambarkan dan

menjelaskan hubungan interpersonal yang harus dilakukan dan dipertahankan oleh

seorang perawat agar dapat melakukan sesuatu secara produktif.

Adapun penjelasan mengenai ketiga teori keperawatan di atas adalah sebagai berikut :

2.1.1. Teori perawatan diri (self care theory) berdasarkan Orem terdiri dari :

a. Perawatan diri adalah tindakan yang diprakarsai oleh individu dan

diselenggarakan berdasarkan adanya kepentingan untuk mempertah ankan

hidup, fungsi tubuh yang sehat, perkembangan dan kesejahteraan.

Page 26: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

b. Agen perawatan diri (self care agency) adalah kemampuan yang kompleks dari

individu atau orang-orang dewasa (matur) untuk mengetahui dan memenuhi

kebutuhannya yang ditujukan untuk melakukan fungsi dan perkembangan

tubuh. Self Care Agency ini dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia,

pengalaman hidup, orientasi sosial kultural tentang kesehatan dan sumber-

sumber lain yang ada pada dirinya.

c. Kebutuhan perawatan diri terapeutik (therapeutic self care demands) adalah

tindakan perawatan diri secara total yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu

untuk memenuhi seluruh kebutuhan perawatan diri individu melalui cara-cara

tertentu seperti, pengaturan nilai-nilai terkait dengan keadekuatan pemenuhan

udara, cairan serta pemenuhan elemen-elemen aktivitas yang dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut (upaya promodi, pencegahan, pemeliharaan dan

penyediaan kebutuhan).

2.1.2. Teori Defisit Perawatan Diri (Deficit Self Care Theory)

Setiap orang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

secara mandiri, tetapi ketika seseorang tersebut mengalami ketidakmampuan

untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, disebut sebagai Self Care

Deficit. Defisit perawatan diri menjelaskan hubungan antara kemampuan

seseorang dalam bertindak/beraktivitas dengan tuntunan kebutuhan tentang

perawatan diri, sehingga ketika tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka

seseorang akan mengalami penurunan/defisit perawatan diri. Orem memiliki

metode untuk proses penyelesaian masalah tersebut, yaitu bertindak atau

berbuat sesuatu untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, sebagai

pendidik, memberikan supportfisik, memberikan supportpsikologis dan

Page 27: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta

mengajarkan atau mendidik orang lain.

Adapun kerangka konseptual Orem sebagai berikut :

H H

H

F

H H

Gambar 2.1 Kerangka konseptual Orem’sself care untuk keperawatan.

H = hubungan, < = hubungan dengan gangguan, saat iniatau yang akan datang.

Penjelasan gambar tersebut sebagai berikut :

Perawatan diri adalah kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri. Perawatan

diri dapat mengalami gangguan atau hambatan apabila seseorang jatuh pada kondisi

sakit, kondisi yang melelahkan (stres fisik dan psikologik) atau mengalami kecacatan.

Defisit perawatan diri terjadi bila agen keperawatan atau orang yang memberikan

perawatan diri baik pada diri sendiri atau orang lain tidak dapat memenuhi kebutuhan

perawatan dirinya. Seorang perawat dalam melakukan kegiatan ini harus mempunyai

pengetahuan tentang asuhan keperawatan sehingga dapat mengambil keputusan yang

tepat bagi klien.

Kebutuhan perawatan

diri

Perawatan diri

Gangguan

Agen keperawatan

Agen perawatan diri

Fakt

or

kond

isi

Fakto

r

kondi

si

Page 28: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

2.1.3. Agen perawatan diri

Agen perawatan diri merupakan kekuatan individu yang berhubungan dengan

kemampuan untuk melakukan perawatan diri. keterbatasan dalam melakukan

perawatan diri (self care limitation) dapat terjadi karena adanya gangguan atau

masalah pada sistem tubuh yang sementara atau menetap pada seseorang serta

mempengaruhi kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri.

2.1.4. Kebutuhan perawatan diri terapeutik

Kebutuhan akan perawatan diri adalah keseluruhan upaya-upaya perawatan diri

yang ditampilkan untuk menemukan syarat-syarat perawatan diri dengan cara

menggunakan metode-metode yang tepat dan berhubungan dengan seperangkat

teknologi terkini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan self care (basic conditioning

factor) berdasarkan Orem tahun 2001 yaitu :

1) Usia

Usia merupakan salah satu faktor penting pada self care. Bertambahnya usia

sering dihubungkan dengan berbagai keterbatasan maupun kerusakan fungsi

sensoris. Pemenuhan kebtuhan self care akan bertambah efektif seiring

dengan bertambahnya usia dan kemampuan (Orem, 2001)

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempunyai kontribusi dalam kemampuan perawatan diri. Pada

laki-laki lebih banyak melakukan penyimpangan kesehatan seperti kurangnya

menejemen berat badan dan kebiasaan merokok dibandingkan pada

perempuan.

Page 29: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

3) Status Perkembangan

Status perkembangan menurut Orem meliputi tingkat fisik seseorang,

fungsional, perkembangan kognitif dan tingkat psikososial (Orem,2001).

Tahap perkembangan mempengaruhi kebutuhan dan kemampuan self care

individu. Kognitif dan perilaku seseorang akan berubah sepanjang hindupnya

sehingga perawat harus mempertimbangkantingkat pertumbuhan dan

perkembangan klien dalam memberikan pelayanan kesehatan (Potter &

Perry, 2010).

4) Status kesehatan

Status kesehatan berdasarkan Orem antara lain status kesehatan saat ini,

status kesehatan dahulu (riwayat kesahatan dahulu) serta persepsi tengtang

kesehatan masing masing individu. Status kesehatan meliputi diagnosis

medis, gambaran kondisi pasien, komplikasi, perawatan yang dilakukan dan

gambaran individu yang mempengaruhi kebutuhan self care (self care

requisite). Tinjauan dari self care menurut Orem, status kesehatan pasien

yang mempengaruhi kebutuhan self care dapat dikelompokkan menjadi 3

kategori yaitu : sistem bantuan penuh (wholly compensatory system), sistem

bantuan sebagian (partially compensatory system) dan sistem dukungan

pendidikan (supportif-education system).

5) Sosiokultural

Sistem yang saling terkait denganlingkungan sosial seseorang, keyakinan

spiritual, hubungan sosial dan fungsi unit keluarga.

6) Sistem pelayanan kesehatan

Sumber daya dari pelayanan kesehatan yangdapat diakses dan tersedia untuk

individu dalam melakukan diagnostik dan pengobatan.

Page 30: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

7) Sistem keluarga

Peran atau hubungan anggota keluarga dan orang lain yang signifikan serta

peraturan seseorang di dalam keluarga. Selain itu, sistem keluarga juga

meliputi tipe keluarga, budaya yang mempengaruhi keluarga, sumber-sumber

yang dimiliki individu atau keluarga serta perawatan diri dalam keluarga.

8) Pola hidup

Pola hidup yang dimaksud adalah aktivitas normal seseorang yang biasa

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

9) Lingkungan

Tempat seseorang biasanya melakukan perawatan diri dilingkungan rumah.

10) Ketersediaan sumber

Ketersediaan sumber ini termasuk ekonomi, personal, kemampuandan

waktu. Ketersediaan sumber-sumber yang mendukung perawatan diri atau

proses penyembuhan pasien.

2.1.5. Teori Sistem Keperawatan (Theory of Nusing System)

Menggambarkan kebutuhan klien/individu yang di dasari pada teori Orem

tentang pemenuhan kebutuhan sendiri dan kemampuan pasien dalam melakukan

perawatan mandiri.

Terdapat tiga kategori sistem keperawatan yang dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan perawatan diri klien/individu berdasarkan Orem tahun 2001 sebagai

berikut :

a. Sistem Bantuan penuh (Wholly Compensatory System)

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang dalam keadaan

tidak mampu secara fisik dalam melakukan pengontrolan pergerakan serta

memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi yang termasuk dalam kategori ini

Page 31: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

adalah pasien koma yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri,

tidak mampu melakukan pergerakan dan tidak mampu mengambil keputusan

yang tepat bagi dirinya.

b. Sistem Bantuan Sebagian (Partially Compensatory System)

Tindakankeperawatan yang sebagian dapat dilakukan oleh klien/individu dan

sebagian dilakukan oleh perawat. Perawat membantu dalam memenuhi

kebutuhan self careakibat keterbatasan gerak yang dialami oleh

klien/individu.

c. Sistem Dukungan Pendidikan (Supportif-Education System)

Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada klien/individu yang

membutuhkan edukasi dalam rangka mencapai derajat kesehatan setinggi-

tingginya agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah

dilakukan edukasi.

2.2. Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency) Berdasarkan Orem

2.2.1. Definisi Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)

Self caredefisit adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami

ketidakmampuan dalam melakukan perawatan dirinya sendiri. Orem (2001)

menggunakan istilah agencyuntuk menggambarkan kekuatan atau kemampuan

dalam melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan.

Self Care Agency adalah kemampuan manusia yang dibutuhkan untuk terus

merawat diri sendiri atau orang lain. Kemampuan perawatan diri mengacu

pada kekuatan atau kemampuan untuk terlibat dalam tindakan untuk

memenuhi kebutuhan self care atau disebut dengan self care requsite

(universal,development, dan deviation). Kemampuan seseorang untuk

melakukan tindakan-tindakan yang tujuannya bervariasi sesuai dengan

Page 32: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

pertumbuhan dan perkembangan, status kesehatan, pendidikan, pengalaman

hidup, budaya, dan sumber daya. Kemampuan yang dibutuhkan dalam

merespon tuntutan kebutuhan perawatan diri dalam situasi atau kondisi yang

khusus.

2.2.2. Komponen Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)

Menurut Orem (2001) dalam Baker dan Denyes (2008) terdapat tiga

komponen self care agency yaitu :

a. Kemampuan dasar dan disposisi (Foundational Capabilities And

Disposition)

Kemampuan dasar meliputi sensasi, persepsi, dan memori, sedangkan

disposisi meliputi pemahaman seseorang mengenai dirinya sendiri,

kesadaran diri dan citra diriatau motivasi seseorang dalam mencapai tujuan

untuk perawatan diri sesuai dengan karakteristik dan maknanya bagi

kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Kecerdasan umum juga di

identifikasi sebagai kemampuan dasar yaitu kemampuan individu secara

umum untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir secara rasional dan

berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya.

b. Komponen kekuatan atau tenaga (Power Components)

Kemampuan spesifik untuk mempertahankan kesehatanyang berhubungan

dengan tindakan perawatan diri.

c. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri (Capabilities To Perform Self

Care Operations)

Kemampuan seseorang untuk terus melakukan perawatan diri baik untuk

diri mereka sendiri maupun orang lain sangat bervariasi, dimana hal ini

dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan status kesehatan,

Page 33: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

tingkat pendidikan, pengalaman dan budaya. Self care berhubungan erat

dengan basic conditioning factor yang merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kebutuhan self care seperti usia,

jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, sosiokultural, sistem

pelayanan kesehatan, sistem keluarga, pola keluarga, pola hidup,

lingkungan dan ketersediaan sumber.

2.3. Hipertensi

2.3.1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolic

> 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer, 2000 : 518)

Hipertensi dapat didefinsikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada

populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan

tekanan diastolik 90mmHg (Brunner dan Suddart, 2001 : 896).

Sedangkan menurut The Sixth report of Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation and Treatment (JNC VI), hipertensi adalah jika tekanan

darah sistolik lebih atau sama dengan 141 mmHg dan tekanan diastolic lebih atau

sama dengan 90 mmHg (Idham, 2002:45)

Menurut JNC VI, hipertensi dapat dikalsifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu:

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal < 120 dan < 80

Normal < 130 dan < 85

Normal Tinggi 130-139 dan 85-89

Hipertensi

Tingkat 1 140-159 atau 90-99

Page 34: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Tingkat 2 160-179 atau 100-109

Tingkat 3 ≥ 180 atau ≥ 110

Secara umum seorang lansia dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah

sistolik/diastoliknya ≥ 140/90 mmHg atau salah satu diantaranya (normalnya

120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah

ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan

darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh

nadi mengempis kosong). (Smeltzer, 2001)

2.3.2. Penyebab/Etiologi

Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah : (Karyadi, 2002)

a. Peningkatan tekanan darah arteri. Jantung memompa dengan lebih besar

disebabkan volume cairan yang lebih banyak setiap detiknya atau pembuluh

darah (dindingnya) yang dilalui lebih kaku akibat pengaruh usia.

b. Meningkatnya jumlah cairan dalam tubuh akibat adanya gangguan fungsi

ginjal, sehingga natrium dan air tidak dapat dikeluarkan dalam jumlah yang

cukup.

c. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri

besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak

dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh

yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Namun menurut Susalit (2001) ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi

terjadinya hipertensi :

1) Genetik : Respon neuroligi terhadap stress atau kelainan transport Na.

Page 35: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

2) Obesitas : Belum diketahui mekanisme yang pasti yang dapat menjelaskan

hubungan antara obesitas dan hipertensi primer. Pada penyelidikan dibuktikan

bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan

hipetensi lebih tinggi dibanding dengan penderita yang mempunyai berat

badan normal.

3) Stress : Folkow (1987) dalam Susalit (2001) menunjukkan bahwa stress

dengan peninggian aktivitas saraf simpatis menyebabklan konstriksi

fungsional dan hipertrofi structural

4) Usia : Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua.

5) Kebiasaan hidup. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya

hipertensi adalah:konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan

berlebihan, Merokok (Cahaya.2011)

2.3.3. Patofisiologi Hipertensi

Menurut Brunner & Suddarth (2001) mekanisme yang mengontrol konstriksi

dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak.

Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah

ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk

impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepasnya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai

faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh

darah terhadap rangsangan vasokonsriktor. Individu dengan hipertensi sangat

Page 36: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa

hal tersebut bisa terjadi. (Brunner & Suddarth 2001)

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstiksi. Medulla adrenal mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstrikstor

pembuluh darah. Vasokonstrik yang menyebabkan penurunan aliran darah ke

ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstitor

kuat yang pada gilirannnya merangsang sekresi aldosteron oleh koteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner & Suddarth 2001).

Sebagai pertimbangan gorontologis dimana terjadi perubahan structural dan

fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan

tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis otot polos pembuluh jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi

otot pembuluh darah, yang mana gilirannya menurunkan kemampuan distensi

dan daya renggang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta dan arteri besar

berkurang kemampuan dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa

oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan

peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth 2001)

2.3.4. Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita tidak menimbulkan gejala. Masa laten ini

menyelubungi perkembangan hipertensi sampai terjadi kerusakan organ yang

Page 37: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

spesifik. Kalaupun menunjukkan gejala, gejala tersebut biasanya ringan dan

tidak spesifik, misalnya pusing-pusing. Meskipun jika kebetulan beberapa

muncul bersamaan dan diyakini berhubungan dengan hipertensi, gejala-gejala

tersebut sering tidak dikaitkan dengan hipertensi. Akan tetapi, jika hipertensinya

berat dan menahun, dan tidak diobati, biasa timbul gejala, antara lain

(Puspitorini, 2009) : sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, nafas

pendek (terengah-engah), gelisah, pandangan menjadi kabur, mata berkunang-

kunang, mudah marah, telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat ditengkuk,

nyeri di daerah kepala bagian belakang/tengkuk, nyeri di dada, otot lemah,

pembengkakan di kaki dan pergelangan kaki, keringat berlebihan, kulit tampak

pucat dan kemerahan, denyut jantung yang kuat, cepat atau tidak teratur, kadang

penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan “koma”

karena pembengkakan otak. Keadaan yang disebut ensefalopati hipertensif ini

memerlukan penanganan medis secepat mungkin.

Mut Corwin (2000) sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami

hipertensi bertahun-tahun, dan berupa : nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang

disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.

Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi. Ayunan langkah

yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturai karena

peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi domerus Edema dependen dan

pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. (Cahaya.2011)

2.3.5. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Mansjoer (2000) berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2

golongan yaitu :

Page 38: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

a. Hipertensi Esensial (Primer). Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor

yang mempengaruhi seperti genetik, efek dari skresi Na, obesitas, merokok

dan stress.

b. Hipetensi Sekunder. Pengebab spesifikasi diketahui, karena penggunaan

kontrasepsi oral, penyakit injal, hipertensi vascular renal,

hiperaldosteronisme primer dan lain-lain. Secara klinis derajat hipertensi

dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “the sixth report of the

Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High

Blood Pressure” (JNC-VI, 1997) dalam Brunner & Suddarth (2001) adalah

sebagai berikut :Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke

atas

Kategori Sistolik mmHg Diastolic mmHg

Normal

Normal tinggi

Hipertensi

Stadium I (ringan)

Stadium II (sedang)

Stadium III (berat)

Stadium IV (sangat berat)

< 130

130 - 139

140 - 159

160 - 179

180 - 209

> 210

< 85

85 - 89

90 - 99

100 - 109

110 - 119

> 120

Sumber :Mansyur 2010

2.3.6. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan tiap program penanganan bagi pasien adalah mencegah terjadinya

morbilitas dan mortalitas dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah

dibawah 140/90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2001:900). Menurut Yugiantoro

(2006) penatalaksanaan hipertensi secara Non Farmakologis :

Page 39: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

a. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan

b. Pembatasan Alkohol

c. Olah raga

d. Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipetensi

karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan

dapat meningkatkan kerja jantung.

e. Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan tahanan perifer total

dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis.

f. Mengurangi Asupan Natrium

Menurut Corwin (2000) penatalaksanaan Secara Farmakologis

1) Diuretik Loop. Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi

curah jantung dengan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan

air. Misalnya : Furosemide (lasik) kerja utama adalah menghambat

reabsorbsi natrium dan air dalam ginjal.

2) Inhibitor Adrenergik. Misalnya : Propanol (inderal) kerja utama adalah

menyekat sistem saraf simpatik (B-adrenergik reseptor) khususnya saraf

simpatis ke jantung, menghasilkan kecepatan jantung yang lebih lambat dan

tekanan darah yang lebih rendah.

3) Vasodilator. Misalnya : Natrium nitroprusida, kerja utama adalah

vasodilatasi perifer dengan merelaksasi otot polos.

4) Pengambat enzim pengubah angiotensin II (inhibitor ACE) berfungsi untuk

menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan

untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurunkan

tekanan darah baik dengan secara langsung menunrunkan tahanan perifer dan

karena angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldesteron maupun dengan

Page 40: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

meningkatkan pengeluaran natrium melalui urin sehingga colume plasma dan

curah jantung menurun. (Cahaya.2011)

2.3.7. Komplikasi Hipertensi

Menurut Corwin dalam Cahaya(2011) komplikasi hipertensi adalah

1) Stroke

Dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus

yang terlepas dari pembuluh non-otak yang terpajan tekanan tinggi.

2) Infark Miokardium

Apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup

oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah melalui pembuluh tersebut.

3) Gagal ginjal

Karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler- kapiler

ginjal, glomerulus.

4) Ensefalopati (kerusakan otak)

Dapat terjadi terutama pada hipertesi maligna (hipertensi yang meningkat

cepat).Wanita dengan PIH dapat mengalami kejang. Bayi yang lahir

mungkin memiliki berat lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak

adekuat, dapat mengalami hipoksia dan asidosis, apabila ibu mengalami

kejang selama / sebelum proses persalinan.

2.3.8. Pencegahan Hipertensi

Penderita hipertensi yang tergolong ringan boleh dikatakan tidak memerlukan

obat, tetapi dapat dikontrol melalui sikap sehari-hari. Pengontrolan sikap inilah

yang merupakan langkah pencegahan yang sangat baik bagi penderita hipertensi

(Dalimartha, 2008).

Page 41: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Hal-hal berikut yang merupakan tindakan pencegahan bagi penderita hipertensi

adalah sebagai berikut :

a. Diet rendah lemak dapat mengurangi atau menghindari makanan berminyak,

seperti gorengan, daging yang berlemak, susu full cream, dan kuning telur.

b. Diet rendah garam. Batasi pemakaian garam dan makanan yang diasinkan,

seperti cumi asin, ikan asin, telur asin dan kecap asin.

c. Hindari konsumsi daging kambing, durian, dan minuman beralkohol tinggi.

d. Lakukan olahraga secara teratur dan terkontrol, seperti jalan kaki cepat,

berlari, naik sepeda dan berenang.

e. Berhenti merokok

f. Berhenti minum kopi.

g. Turunkan berat badan bagi penderita obesitas

h. Hindari stres dengan gaya dan sikap hidup yang lebih santai

i. Obati penyakit penyerta, seperti kencing manis, hipertiroid dan kolesterol

tinggi.

2.4. Memodifikasi Gaya Hidup

Memodifikasi gaya hidup adalah cara merubah gaya hidup seseorang dari yang kurang

baik menjadi lebih baik. Untuk itu, langkah terpenting dalam mengontrol tekanan darah

adalah dengan modifikasi gaya hidup. Anjuran terapi tekanan darah tinggi adalah

modifikasi gaya hidup selain terapi dengan obat. Termasuk dalam modifikasi gaya

hidup dalam penurunan berat badan, penerapan diet kombinasi, reduksi asupan garam,

aktivitas fisik yang teratur, dan pembatasan asupan alkohol. Selain itu berhenti

merokok juga dianjurkan untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan.

Masing-masing mempunyai efek penurunan tekanan darah yang berperan pada

Page 42: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

pencegahan komplikasi hipertensi dan bila dijalankan secara bersamaan akan

mempunyai efek penurunan tekanan darah yang lebih nyata.

2.5.Kerangka teori

Hubungan Self Care Agensy Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien

Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018

Skema 2.5 Skema Hubungan Peran Keluarga dengan Kepatuhan memodifikasi gaya hidup

Self care Agency

Perubahan Gaya hidup pd

Klien Hipertensi

Faktor resiko keluarga Hipertensi:

• Faktor-faktor yang

dapat dikontrol (Stres,

Obesitas, Gaya hidup)

• Faktor yang tidak dapat

dikontrol (Jenis kelamin,

Keturunan, Usia)

Modifikasi Gaya hidup:

- Mengenal masalah

kesehatan

- Mengenal Lingkungan

- Memilihara anggota

keluarga

Penatalaksanaan gaya hidup Hipertensi

- Pengontrolan berat badan

- Aktivitas fisik

- Menghindari merokok

- Mengatur diet

- Pemeriksaan kesehatan (TD dan Darah)

Modifikasi Gaya hidup Kepatuhan

Page 43: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Self Care Agency Dengan

Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten

Pasaman Tahun 2018. Ada pun variabel yang dibahas penelitian ini adalah yang tertera

pada kerangka konsep dibawah ini

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1 Kerangka konsep:

Kepatuhan Modifikasi gaya

Hidup

• Dilakukan

• Tidak dilakukan

Self Care Agency

Page 44: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

3.2. Defenisi Operasional

N

o

Variabel Defenisi Operasional Cara

Ukur

Alat Ukur Skala

Ukur

Hasil

Ukur

1 Independen

Self Care

Agency

kegiatan memenuhi

kebutuhan dalam

mempertahankan

kehidupan, kesehatan

dan kesejahteraan

individu baik dalam

keadaan sehat maupun

sakit yang dilakukan

oleh individu itu

sendiri

Angket

Kuesioner

Ordinal

Dilakukan

≥ 5,24

Tidak

dilakukan

< 5,24

2 Dependen

Kepatuhan

Modifikasi

gaya hidup

klien

hipertensi

Segala bentuk tugas

yang dilkukan

individu untuk

memelihara

kesehatannya dengan

cara merubah gaya

hidup yang lebih baik

Angket

Kuesioner

Ordinal

Patuh:

≥25,04

tidak Patuh

< 35,04

Page 45: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

3.3. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup

Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018.

Ho : Tidak Ada Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya

Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018

Page 46: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah studi korelasi. Yaitu

merupakan penelitian atau penelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi

atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2005).Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup

Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2017. Penelitian ini

menggunakan pendekatan cross sectional, dimana pengumpulan data variabel

independen dan variabel dependen dilakukan secara bersamaan atau sekaligus

(Notoatmodjo, 2007).

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Rao Peneliti tertarik

melakukan penelitian disini karena tingginya angka kejadian hipertensi pada

klien yang berkunjung di Puskesmas Rao dan belum ada yang meneliti tentang

hubungan self care agency dengan Kepatuhan memodifikasi gaya hidup pasien

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Rao.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari dan pengumpulan data bulan

Februari tahun 2018.

Page 47: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

4.3. Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang

diteliti (Notoatmodjo, 2005: 79). Populasi dalam penelitian ini adalah klien yang

beresiko mengalami hipertensi akan dilakukan modifikasi gaya hidup oleh

pasien yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Rao yang berjumlah rata rata

51 orang pasien ( data puskesmas rao tahun 2016)

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau yang mewakili populasi yang

diteliti(Notoatmodjo.2005). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 45

orang Pengambilan sampel dilakukan dengan rumus :

n = 1+Ν (d)2 51

= 51

1 + 51 (0.05)2

51

1 + 0,1275

51

11,1275

= 45,23

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

d = Tingkat signifikansi (0,05) (Notoadmojo,2005)

Page 48: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1.Responden yang bersedia diteliti

2.Responden yang bisa baca tulis

3.Responden dengan hipertensi

4. Responden yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Rao

4.3.3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti Simple random sampling

adalah pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang

ada dalam anggota keluarga. Cara ini dilakukan jika populasinya homogen.

4.4. Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpul Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner Lembar

kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang,

dimana responden tinggal memberi jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu

(Notoatmodjo, 2007). untuk mengukur self care agency digunakan lembar kuesioner,

untuk mengukur kepatuhan modifikasi gaya hidup digunakan kuesioner dengan

pengisian sistem cheklist () .

2. Cara Pengumpulan Data

Instrumen penelitian diberikan kepada sampel penelitian, maka terlebih untuk

mengetahui sejauh mana instrumen penelitian di pahami maka uji coba dilakukan

terhadap 5 orang (10%) sampel penelitian dan setelah dinyatakan hasilnya baik maka

pengumpulan data dilakukan dengan cara mengisi lembaran kuesioner yang

pengisiannya dilakukan oleh responden sendiri, didampingi oleh peneliti yang terlebih

Page 49: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

dahulu memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisiannya. Setelah

kuesioner selesai diisi responden, peneliti memeriksa semua item pernyataan yang

diisii oleh responden. Setelah dilakukan penelitian semua kuesioner terisi dengan

lengkap.

4.5. Cara Pengolahan dan Analisis Data

1. Cara Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul pada peneliti ini akan dianalisa melalui tahap–tahap

berikut :

a. Editing

Penyuntingan data dilakukan sebelum proses pemasukan data dan sebaliknya

dilakukan di lapangan agar data yang salah atau meragukan masih dapat

ditelusuri kembali pada responden, sehingga diharapkan akan memperoleh data

yang valid dan setelah dilakukan penelitian semua kuesioner terisi dengan

lengkap.

b. Coding

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemberian tanda, symbol, kode bagi

tiap–tiap data. Kegunaan dari koding adalah untuk mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada saat mengentri data, untuk kategori

self care agency jika dilakukan diberi code “1”, jika tidak diberi kode “0”, untuk

memodifikasi gaya hidup jika reponden patuh di beri code “1” jika tidak “0”..

c. Scoring

Pada tahap ini peneliti memberikan nilai atau skor pada tiap-tiap pernyataan

kuesioner dimana untuk variabel independen jika jawaban ya diberi nilai “1”,

dan jika jawaban tidak diberi nilai“0” untuk variabel dependen selalu = 5,

sering = 4, kadang- kadang = 3, jarang = 2, tidak pernah = 1.

Page 50: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

d. Tabulasi data

Setelah instrumen diisi dengan baik kemudian ditabulasi dan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel distribusi kolerasi.

e. Prosesing

Pada tahap ini dilakukan kegiatan proses data terhadap semua kuesioner dan

format observasi yang lengkap dan benar untuk dianalisis. Pengolahan data

dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan menggunakan rumus Chi

Square.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi

dan statistik deskriptif untuk melihat variabel independen self care agency

hipertensi dan variabel dependen kepatuhan memodifikasi gaya hidup

hipertensi.Tujuannya untuk mendapatkan gambaran tentang sebaran (distribusi

frekuensi) dari masing–masing variabel.. Untuk variabel dependen yaitu

modifikasi gaya hidup yang dibahas adalah semua kegiatan tambahan yang dapat

dilakukan responden dalam mengenali dan membuat kegiatan tambhan sehngga

cara penaggulangan tekanan darah dapat dilakuan agar tekanan darah tidak

meningkat dan selalu dalam keadaan stabil . Dan untuk melihat data distribusi

masing masing variabel digunakan analisa univariat dengan memakai rumus

Mean yaitu

X= mean = ΣX/N

X= rata rata

ΣX= jumlah tatal betul

N= Jumlah sampel

Page 51: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel yang diteliti. Pengujian hipotesis untuk mengambil

keputusan apakah hipotesis yang diujikan cukup meyakinkan ditolak atau

diterima, dengan menggunakan uji statistik Chi Square-Test. Untuk melihat

kemaknaan perhitungan statistik digunakan batasan kemaknaan 0,05 sehingga

jika nilai P value < 0,05 maka secara statistik Ho ditolak dan ada hubungan

antara varabel , dan jika P value > 0,05 maka secara statistik Ho diterima maka

tidak ada hubungan antara variabel .

4.6. Etika Penelitian

Terlebih dahulu peneliti melakukan pengurusan surat izin penelitian dari STIKes

Perintis Padang, kemudian mengajukan surat izin penelitian tersebut ke kepala

Puskesmas Rao untuk minta izin pengambilan data dan peneliti menjelaskan tujuan

penelitian, manfaat penelitian, serta prosedur penelitian yang akan dilakukan dan

selanjutnya peneliti melakukan :

1. Informed Concent( pernyataan persetujuan )

Peneliti mengajukan lembar permohonan kepada calon responden yang memenuhi

kriteria inklusi untuk menjadi responden dengan memberikan penjelasan tentang

tujuan dan manfaat penelitian ini.Tujuan dari informed concent adalah supaya subjek

penelitian mengerti maksud, tujuan dan dampak dari penelitian.

2. Anomity ( tanpa nama )

Menjaga kerahasiaan subjek, identitas responden tidak perlu dicantumkan nama

responden tetapi pada lembar pengumpulan data peneliti hanya mencantumkan atau

menuliskan dengan memberikan kode.

Page 52: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

3. Confidentiality ( kerahasiaan )

Informasi yang telah diberikan oleh responden serta semua data yang telah terkumpul

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Informasi tersebut tidak akan dipublikasikan

atau diberikan ke orang lain tanpa seizin responden.

Page 53: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Lokasi Peneliti

Puskesmas Rao merupakan puskesmas rawat jalan dan rawat inap yang berada di

kecamatan Rao. Puskesmas berada di pinggir jalan raya dengan akses yang mudah di

jangkau dari berbagai arah. Puskesmas Rao merupakan fasilitas kesehatan tingkat

pertama BPJS dan juga melayani pasien umum. Wilayah kerja puskesmas Rao terdiri

dari 2 nagari, dan 18 jorong dengan jumlah penduduk 23.595 jiwa.

5. 1.1 Hasil Penelitian

Penelitian yang berjudul “Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan

Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman

Tahun 2018.” dilakukan pada bulan Februari tahun 2018 dengan jumlah responden

sebanyak 45 orang, dimana responden adalah pasien hipertensi di Puskesmas Rao.

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi, setelah data

dikumpul kemudian diolahsistem komputerisasidan disajikan dalam bentuk tabel

dibawah ini :

5.1.2 Analisis Univariat

a. Self Care Agency

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Self Care Agency Responden Tentang Pengontrolan

Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao Pasaman

Tahun 2018

No Self Care Agency Frekuensi %

1 Dilakukan 24 53,3

2 Tidak Dilakukan 21 46,7

Total 45 100

Page 54: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Berdasarkan tabel 5.1 diatas terlihat lebih dari separo (5.3.3 %) responden melakukan

self care agency di Wilayah kerja Puskesmas Rao dalam pengontrolan hipertensi

b. Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup

Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rao

Tahun 2018

No Kepatuhan Memodifikasi

Gaya Hidup

Frekuensi %

1 Patuh 31 68,9

2 Tidak Patuh 14 31,1

Total 45 100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas terlihat lebih separo (68,9%) patuh dalam memodifikasi

gaya hidup di Puskesmas Rao.

5.1.3. Analisis Bivariat

a. Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup

Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan

Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao

Kabupaten Pasaman Tahun 2018

Self Care

Agency

Kepatuhan memodifikasi

Gaya hidup

Total

n

% P

Value

OR

(CI 95%)

Tidak

patuh

% Patuh %

N n.

Tidak

dilakukan

4 19,0 17 81,0 21 100

0,019

0,329 Dilakukan 10 41,7 14 58,3 24

100

Jumlah 14 31,1 31 68,9 45 100

Page 55: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 24 orang responden yang

melakukani Self Care Agency terdapat sebanyak sebanyak 14 orang (58,3%),

responden yang patuh dalam melakukan memodifikasi gaya hidup, sedangkan dari 21

orang responden yang tidak melakukan Self Care Agency terdapat sebanyak 17 orang

(81,0%) yang patuh dalam memodifikasi gaya hidup .Berdasarkan uji statistik

didapatkan P value = 0,019 didapatkan Ha diterima maka ada Hubungan Self Care

Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di

Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018. OR= 0,329 artinya responden yang

memiliki Self Care Agency dilakukan mempunyai peluang sebesar 0,329 kali untuk

patuh dalam memodifikasi gaya hidup dalam mengontrol hipertensi di Puskesmas Rao

pasaman tahun 2018.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Self Care Agency

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terlihat lebih dari separo (5.3.3 %)

responden melakukan self care agency di Wilayah kerja Puskesmas Rao dalam

pengontrolan hipertensi

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Popi tahun 2011 dengan

judul Hubungan faktor Self Care Agency terhadap pengontrolan diet pasien hipertensi

didapatkan hasil sebanyak 75% responden melakukan sebesar 25% responden dan

memiliki Self Care Agency rendah. Penelitian tersebut diatas dipertegas oleh

penelitian Rince (2008) dengan judulHubungan Lingkungan fisik lansia terhadap

pelaksanaan diet hipertensi didapatkan hasil 85% responden memiliki lingkungan

fisik yang baik dan 15% responden memiliki lingkungan fsik yang kurang baik.

Page 56: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan self care agency menurut Orem

tahun 2001 yaitu: usia, jenis kelamin, status perkembangan (kognitif dan psikososial),

status kesehatan, sosiokultural, sistem pelayanan kesehatan, sistem keluarga, pola

hidup, sistem dukungan pendidikan (edukasi).

Menurut asumsi peneliti banyaknya responden yang Self care Agency yang dilakukan

dikarenakan pada umumnya responden yang peneliti teliti memiliki keinginan yang

tinggi untuk hidup sehat, dalam melakukan self care agency dan ini dilakuan pasien

hipertensi untuk meningkatkan kesehatannya dan kesehatan mereka dapat

dipertahankan dalam melakukan pemeliharaan kesehatan sendiri . Dan didukung oleh

sumber daya pelayanan kesehatan yang mudah diakses, sebahagian besar responden

melakukan perawatan sendiri dalam melihat penyakit hipertensinya. Akan tetapi

sebanyak 46,7% masih belum melakukan self care agency , hal ini karena kurangnya

keinginan dan motifasi untuk melakukan perawatan dirinya dalam melakukan self

care agency , sehingga banyaknya yang melakukan self care agency karena dari

beberapa pasien yang ada di puskesmas Rao mereka sudah memiliki kemauannya

dalam melakukan perawatan diri dalam memelihara penyakitnya.

5.2.2 Kepatuhan memodifikasi gaya hidup

Berdasarkan hasil penelitian terlihat lebih separo (68,9%) patuh dalam memodifikasi

gaya hidup di Puskesmas Rao.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sandra (2008) dengan judul Hubungan

dukungan keluarga terhadap motivasi kepatuhan lansia dalam menjalankan diet

hipertensididapatkan hasil 65% responden memiliki dukungan keluarga baik dan 35

% responden memiliki dukungan keluarga yang tidak baik. Penelitian Mely (2010)

dengan judul Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan lansia dalam

Page 57: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

pengontrolan hipertensi juga menyatakan sebanyak 70% responden memiliki

dukungan yang baik.

Menurut penelitian Restu (2011) dengan judul Hubungan pendidikan terhadap

pengontrolan hipertensi pada lansiadi dapatkan hasil 78% responden baik dalam

pengontrolan hipertensidan 22% lagi responden tidak baik dalam pengontrolan

hipertensi.

Memodifikasi gaya hidup adalah cara merubah gaya hidup seseorang dari yang

kurang baik menjadi lebih baik. Untuk itu, langkah terpenting dalam mengontrol

tekanan darah adalah dengan modifikasi gaya hidup. Anjuran terapi tekanan darah

tinggi adalah modifikasi gaya hidup selain terapi dengan obat. Termasuk dalam

modifikasi gaya hidup dalam penurunan berat badan, penerapan diet kombinasi,

reduksi asupan garam, aktivitas fisik yang teratur, dan pembatasan asupan alkohol.

Selain itu berhenti merokok juga dianjurkan untuk mengurangi resiko kardiovaskular

secara keseluruhan. Masing-masing mempunyai efek penurunan tekanan darah yang

berperan pada pencegahan komplikasi hipertensi dan bila dijalankan secara

bersamaan akan mempunyai efek penurunan tekanan darah yang lebih nyata

Menurut The Sixth report of Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation and Treatment (JNC VI), hipertensi adalah jika tekanan darah sistolik

lebih atau sama dengan 141 mmHg dan tekanan diastolic lebih atau sama dengan 90

mmHg (Idham, 2002:45)

Menurut asumsi peneliti banyaknya responden yang memofikasi gaya hidup yang

baik dikarenakan pasien hipertensi dan juga anggota keluarga sudah tau dan paham

tentang cara perawatan hipertensi dirumah, sehingga mereka memberikan dukungan

kepada anggota yang memderita hipertensi baik secara emosional seperti empati dan

Page 58: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

peduli kepada keluarganya, informasi seperti memberikan nasehat dan petunjuk

tentang cara menyelesaikan masalah, dukungan penghargaan seperti memberikan

pujian terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh pasien dan keluarganya dan

kepatuhan dalam mendukungan pasien melakukan perawatan hipertensi untuk

kebutuhan berobat .

5.2.4 Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien

Hipertensi di Puskesmas Rao

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 24 orang responden yang

memiliki Self Care Agency yang dilakukan terdapat sebanyak sebanyak 14 orang

(58,3%), responden yang patuh dalam melakukan memodifikasi gaya hidup, sedangkan

dari 21 orang responden yang Self Care Agency tidak dilakukan terdapat sebanyak 17

orang (81,0%) yang patuh dalam memodifikasi gaya hidup. Berdasarkan uji statistik

didapatkan P value = 0,019 sehingga bila dibandingkan dengan α = 0,05 maka P

value< α(0,01<0,05) sehingga Ha diterima maka ada Hubungan Self Care Agency

Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao

Kabupaten Pasaman Tahun 2018. OR= 0,329 artinya responden yang memiliki Self

Care Agency dilakukan mempunyai peluang sebesar 0,329 kali untuk patuh dalam

memodifikasi gaya hidup dalam mengontrol hipertensi di Puskesmas Rao pasaman

tahun 2018

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Popi (2011) dengan hasil ada hubungan

perawatan diri terhadap pengontrolan diet pasien hipertensi di Puskesmas Nilam Sari

Kota Bukittinggi tahun 2011. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan

Rince (2008) tidak ada hubungan perawatan diri lansia terhadap pelaksanaan diet

hipertensi di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2008, berbedanya hasil

penelitian ini dikarenakan jumlah sampel pada penelitian ini hanya 38 orang dan

Page 59: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

mengkategorikan pengetahuan kedalam 3 kategori yakni tinggi, sedang dan rendah,

tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling dan

pengolahan data dilakukan secara manual.

Memodifikasi gaya hidup adalah cara merubah gaya hidup seseorang dari yang kurang

baik menjadi lebih baik. Untuk itu, langkah terpenting dalam mengontrol tekanan darah

adalah dengan modifikasi gaya hidup. Anjuran terapi tekanan darah tinggi adalah

modifikasi gaya hidup selain terapi dengan obat. Termasuk dalam modifikasi gaya

hidup dalam penurunan berat badan, penerapan diet kombinasi, reduksi asupan garam,

aktivitas fisik yang teratur, dan pembatasan asupan alkohol. Selain itu berhenti

merokok juga dianjurkan untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan.

Masing-masing mempunyai efek penurunan tekanan darah yang berperan pada

pencegahan komplikasi hipertensi dan bila dijalankan secara bersamaan akan

mempunyai efek penurunan tekanan darah yang lebih nyata

Menurut Puspitorini (2009), mengklasifikasikan faktor penyebab terjadinya hipertensi,

yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tak dapat dikontrol. Faktor yang dapat

dikontrol adalah stres, gaya hidup dan obesitas (obesitas); dan faktor yang tidak

dikontrol adalah keturunan, jenis kelamin, dan usia.Untuk menghindari terjadinya

komplikasi pada ansia hipertensi, perlu adanya pengontrolan tekanan darah dan

perubahan perilaku gaya hidup.

Menurut asumsi peneliti, adanya responden yang self care agency nya dilakukan dalam

pengontrolan faktor resiko hipertensi banyak yang melakukannya, hal ini di sebabkan

oleh karena adanya kepatuhan dari dalam diri responden tersebut tinggi yang terlihat

dari hasil jawaban kuesioner responden yang mana mereka jarang memeriksakan

kesehatan ketempat pelayanan kesehatan terdekat untuk melakukan pengontrolan

Page 60: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

tekanan darah dan responden cenderung memilih makanan yang beminyak dan

berlemak atau kebiasaan hidup yang tidak baik.

Hipertensi dapat dikontrol dengan managemen diri yang baik serta kepatuhan pola

hidup sehat (Susilo, 2012). Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap

kompleks, pengobatan jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup terkadang

menimbulkan kejenuhan dari pasien (Triyanto, 2014). Diperlukan pengetahuan,

kemampuan dan kepatuhan dari pasien dalam mengelola perilaku di kehidupan sehari –

hari supaya hipertensi terkontrol dengan baik dan mencegah terjadinya komplikasi,

(Harnila, 2013).

Kurangnya pengetahuan, kesadaran pasien serta dukungan sosial kepada pasien

hipertensi akan membuat pasien hipertensi membiarkan pola hidup yang tidak sehat

tersebut berlangsung terus dalam kehidupan sehari - hari tanpa tahu bahaya penyakit

yang mengintai dibalik itu semua (Lingga, 2012). Untuk itu perawatan diri yang baik

dan kemampuan dalam melakukan perawatan diri sangat perlu dilakukan oleh pasien

hipertensi dalam mengontrol hipertensinya. Didalam teori keperawatan terdapat model

konsep keperawatan Orem yang dikenal dengan model Self Care yang harus dilakukan

oleh psien hipertensi , yaitu suatu wujud perilaku perawatan diri seseorang dalam

menjaga kehidupan, kesehatan dan perkembangan kehidupan sekitar untuk

meningkatkan kesejahteraan serta mencegah percepatan penyakitnya. Begitu juga

dengan adanya Self care ini dalam konteks pasien dengan penyakit kronis merupakan

hal yang kompleks dan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien

serta kontrol dari penyakit kronis,

Penderita hipertensi yang tergolong ringan boleh dikatakan tidak memerlukan obat,

tetapi dapat dikontrol melalui sikap sehari-hari. Pengontrolan sikap inilah yang

merupakan langkah pencegahan yang sangat baik bagi penderita hipertensi Hal-hal

Page 61: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

berikut yang merupakan tindakan pencegahan dalam self care agency dalam

memodifikasi gaya hidup bagi penderita hipertensi seperti diet rendah lemak dapat

mengurangi atau menghindari makanan berminyak, diet rendah garam.

Dan dalam memodifikasi gaya hidup hendaknya batasi pemakaian garam dan makanan

yang diasinkan, seperti cumi asin, ikan asin, telur asin dan kecap asin, hindari konsumsi

daging kambing, durian, dan minuman beralkohol tinggi, lakukan olahraga secara

teratur dan terkontrol, berhenti merokokdan minum kopi, hindari stress. Tentunya untuk

melakukan hal itu pasien hipertensi tidak akan bisa melakukannya sedsiri tanpa adanya

dukungan dari keluarga.Anggota keluarga juga merupakan sumber dukungan dalam

memodifikasi gaya hidup dan bantuan paling bermakna dalam membantu anggota

keluarga yang lain dalam merubah gaya hidupnya, dukungan keluarga merupakan unsur

penting dalam keberhasilan individu, anggota keluarga dalam melakukan dan

mempertahan perilaku kesehatan.

Adanya hubungan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dikarenakan adanya

keterkaitan self care agency dengan modifikasi gaya hidup terhadap pasien hipertensi

dimana pasien hipertensi dan khususnya keluarga juga merupakan sumber dukungan

dan bantuan paling bermakna dalam membantu anggota keluarga hipertensi dalam

merubah gaya hidupnya, keluarga juga merupakan unsur penting dalam keberhasilan

individu, anggota keluarga dalam melakukan dan mempertahan perilaku kesehatan.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyadari adanya kekurangan. Dalam

pengambilan data, peneliti harus menjumpai responden kerumahnya karna responden

tersebut sedang sibuk berdagang, kesawah karna pada saat ini sedang panen jadi

pasien tersebut tidak datang kontrol/berobat kepuskesmas peneliti tidak hanya

Page 62: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

menunggu dipuskesmas saja tetapi harus melakukan penelitian dan pengambilan data

ke rumah-rumah dan ke posyandu.

Page 63: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan pada bulan februari 2018 terhadap 45 orang responden

tentang Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien

Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018 maka dapat diambil

kesimpulan:

6.1.1 Lebih dari separo (53,3%) responden melakukan self care Agency di Puskesmas Rao

Pasaman tahun 2018.

6.1.2 Lebih dari separo (68,9%) responden memiliki kepatuhan memodifikasi gaya hidup di

Puskesmas Rao Pasaman tahun 2018

6.1.3 Ada Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup

Pasien Hipertensi di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018, dengan nilai P

value< α(0,019<0,05)

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas beberapa saran

yang ingin peneliti sampaikan adalah :

6.2.1 Bagi institusi pelayanan

Kepada Institusi pelayanan diharapkan agar terus meningkatkan upaya-upaya untuk

memotivasi pasien hipertensi dengan cara memberikan informasi atau penyuluhan/

tentang hipertensi dan faktor resiko hipertensi serta cara pencegahannya.

6.2.2 Bagi peneliti selanjutnya

Berdasarkan penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar

untuk penelitian Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi Gaya

Page 64: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Hidup Pasien Hipertensi dan pengontrolan faktor resiko hipertensi pada pasien, dan

kepada peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan skripsi ini dengan menggunakan

metode lain seperti metode penelitian eksperimen..

6.2.3 Bagi institusi pendidikan

Kepada Institusi pendidikan diharapkan agar dapat menambah buku bacaan di

perpustakaan terkait dengan riset kepererawatan sehingga dapat membantu mahasiswa

dalam penyususnan skripsi.

Page 65: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, 2009.Agen proses. Htt://www. Rajawana.com/artikel/kesehatan.diakses tanggal 3

Desember 2012

Cahaya RI. Hipertensi. http://www.blog.spot.com/201106. Diakses tanggal 5Desember tahun

2012

Departemen Kesehatan RI. (2013). Pedoman tekhnis penemuan dan tatalaksana penyakit

hipertensi. Jakarta: Direktorat pengendalian penyakit tidak menular.

http://www.kapukonline.com/2012/02/konsepkeperawatandorotheaeorem.html

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu kepeawatan. Jakarta:

Salemba medika

\Mely Zurta. 2010. Hubungan dukunagn keluarga terhadap kepatuhan lansia dalam

pengontrolan hipertensi di Puskesmas Padang Tarok tahun 2010. Karya tulis ilmiah

STIkes Perintis Bukittinggi.

Mugie. 2009. Hipertensi pada lansia, kontrol ketat dan cegah komplikasi.

http://www.budhidarma.depsos.go.id/modules. diakses tanggal 5 desember 2012

Popi Marianti. 2011. Hubungan faktor pengetahuan terhadap pengontroloan diet pasien

hipertensi di Puskesmas Nilan Sari Kota Bukittinggi Tahun 2011. Karya tulis ilmiah

STIkes Perintis Bukittinggi

Popi monica Sandra. 2008. Hubungan dukungan keluarga terhadap motivikasi lansia dalam

menjalankan diet hipertensi di Puskesmas Gurun Panjang Koto Bukittinggi Tahun

2008. Karya Tulis ilmiah STIKes Perintis Bukittinggi

Puspitorini, Myra.2009. Hipertensi: Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Timggi. Ed

2.Yogyakarta : Images press

Rikerdas, (2013). Laporan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013. Jakarta Badan penelitian

dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI.

Page 66: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Restu.2011.Hubungan Pendidikan Terhadap Pengontrolan Hipertensi Pada Lansia Di

Puskesmas Bunda Medan Tahun 2011. www/libraryusu.co.id. diakses tanggal 30

Januari 2013

Rince Kamelia.2008.Hubungan Pengetahuan Lansian Terhadap Pelaksanaan Diet

Hipertensi Di Rumah Sakit Stoke Nasional Bukittinggi Tahun 2008. Karya Tulis

Ilmiah Stikes Perintis Bukittinggi

Rosiana.2011.Hubungan Motivasi Keluarga .Terhadap Dukungan Keluarga Dalam

Perawatan Lansia Hipertensi Di Puskesmas Sukosari Semarang Tahun 2011

.www.ktid3keperawatan.com diakses tanggal 30 januari 2013

Setiawan, (2008). Care your self hipertensi. Jakarta: Penebar plus.

Sovia.2012.Hipertensi Pada Lansia.http://www.poltekesrawana.blogspot.com/2012/12/11/kti

bab 2. Konsep hipertensi.html. diakses tanggal 5 Desember tahun 2012

Sukmadinata, N. (2012) Metodelogi penelitian pendidikan Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sutrani, L. (2014). Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia pustaka utama.

Wijaya R. 2010. Pada Usia Lanjut Tekanan Darah Harus Dikontrol.Http://Www.Radio

1034fm.or.Id Diakses Tanggal 5 Desember Tahun 2012-12-26 Zulfitri S.2006.

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lanjut Usia Hipertensi Dalam

Mengontrol Kesehatannya Di Wilayah Kerja Puskesmas Kolok Kota Sawahlunto.

Stikes: Prima nusantara.

World Health Organization ( WHO). (2012) Report of hypertension, Geneva.

Page 67: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Bapak/ Ibu Calon Responden

Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Harpeni

NIM : 1614201131

Pendidikan : Mahasiswa Program C STIkes Perintis Sumatera Barat.

Dengan ini saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk menjadi responden pada

penelitian yang saya laksanakan dengan judul “Hubungan Self Care Agency Dengan

Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi Di Puskesmas Rao

Kabupaten Pasaman Tahun 2018”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi

Bapak/ Ibu sebagai responden.

Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan

peneliti. Apabila Bapak/ Ibu menyetujui untuk menjadi responden, Maka saya mohon

kesediaan Bapak/ Ibu untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan

yang disertakan bersama surat ini. Demikian saya sampaikan, atas bantuan dan kerjasama

Bapak/ Ibu saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Harpeni

1614201131

Page 68: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Conscent)

Dengan ini saya sampaikan, bahwa saya:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah membaca sdan mendengarkan penjelasan dari peneliti, maka saya bersedia menjadi

responden penelitian oleh HARPENI Mahasiswa Program C STIkes Perintis Sumatera Barat

yang berjudul “Hubungan Self Care Agency Dengan Kepatuhan Memodifikasi

GayaHidup Pasien Hipertensi Di Puskesmas Rao Kabupaten Pasaman Tahun 2018”.

Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya telah diberikan informasi dan memutuskan

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Rao, ............................2018

Responden

(..........................................)

Page 69: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Lampiran 3

KISI-KISI KUESIONER

No Variabel Yang dinilai Jumlah itm

pernyataaan

1 Variabel independen

Self Care Agency

Variabel dependen

Kepatuhan memodifikasi

gaya hidup

Suatu cara diri sendiri agar dapat

melakukan pengontrolan dan

menjaga kesehatannya sendiri

dalam menanggulangi gejala atau

penyakitnya

Segala cara tambahan dalam

mengurangi gejala tekanan darah

aar hipetensi dapat berkurang

8

10

Page 70: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Lampiran 4

LEMBAR KUESIONER

No. Responden

Hubungan Self Care Agency dengan kepatuhan memodifikasi

hidup pasien hipertensi di Puskesmas Rao Pasaman Tahun 2018

A. Petunjuk Pengisian Pertanyaan

1. Baca dan isilah lembaran kuesioner

dengan lengkap

2. Berilah tanda ceklis (√ ) pada salah

satu yang ditentukan.

3. Jika telah diisi dengan lengkap

diserahkan kembali pada peneliti.

Terima Kasih atas Partissipasi Bapak/ Ibu dan Sekamat Mengisi

Nama : ....................................................

Tgl Lahir : ....................................................

Umur : ...................................................

Alamat : ...................................................

Page 71: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

B. Self Care Agency

No Pernyataan Kategori

Ya

Tidak

1 Saya mampu menjaga diri saya jika tanda-tanda tekanan

darah saya naik

2 Saya harus mengatur makanan saya agar tekanan darah

saya bisa terkontrol

3 Saya mengingatkan diri saya agar selalu menjaga

makanan yang banyak mengandung garam

4 Saya mau mempelajari jenis makanan yang harus

dikonsumsi dan yang harus dihindar olen penderita

hipertensi

5 Saya akan selalu melakukan olah raga untuk menjaga

tekanan darah saya supaya tidak naik

6 Saya bisa menjaga emosi saya agar tekanan darah saya

tidak naik dan hidup saya lebih santai

7 Saya mau melakukan pengontrolan tekanan darah saya

ke puskesmas

8 Saya selalu minum obat apabila tekanan darah saya

meningkat

Page 72: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

C. Kepatuhan Memodifikasi Gaya Hidup Hipertensi

No pernyataan Kategori

Selalu Sering Kadang2 Jarang Tdk

pernah

5 4 3 2 1

1 Saya sekarang makanan

makanan yang rendah kadar

garam untuk dikonsumsi

2 Setiap saya makan pagi saya

selalu diringi dengan makan

buah

3 Saya sekarang sudah mulai

makan sayur di sela-sela

makan pagi dan siang

4 Saya melakukan latihan

fisik ringan di rumah untuk

melatih otot dada dalam

menguragi kenaikan tekanan

darah

5 Untuk menguragi rokok

saya sekarang

menggantikannya dengan

permen

6 Saya sekali seminggu

melakukan penimbangan

berat badan saya agar selalu

ideal

7 Menghindari rasa pusing ,

Page 73: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - STIKes PERINTIS

Saya berusaha untuk

mengalihkan perhatian pada

hal-hal yang menyenangkan

8 Saya mengurangi membawa

atau mengangkat beban

yang berat untuk

mengurangi rasa sakit saya

9 Saya setiap mingu

melakukan pemeriksaan

tekanan darah ke puskesmas

terdekat agar tekanan darah

bisa di kontrol

10 Saya membuat jus

mentimun apabila obat

hiertensi saya sudah mulai

habis

...............Terima Kasih ............