Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

23
MAKALAH KEPEMIMPINAN EFEKTIF DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN [Diajukan sebagai ujian akhir Mata Kuliah Manajemen dan Kepemimpinan Sekolah Efektif dan EfIsien Semester II] Oleh H. BENNY FITRA, B.Ed [0805 S2 829] PROGRAM PASCA SARJANA UIN SULTAN SYARIF KASIM (SUSKA) PEKANBARU 2009 Dosen Pembimbing 1

Transcript of Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

Page 1: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

MAKALAH

KEPEMIMPINAN EFEKTIF DALAM

MANAJEMEN PENDIDIKAN

[Diajukan sebagai ujian akhir Mata KuliahManajemen dan Kepemimpinan Sekolah Efektif dan EfIsien Semester

II]

Oleh

H. BENNY FITRA, B.Ed

[0805 S2 829]

PROGRAM PASCA SARJANA UIN SULTAN SYARIF KASIM (SUSKA)

PEKANBARU

2009

Dosen Pembimbing

PROF. DR. H. SALFEN HASRI, M.Pd

1

Page 2: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

KEPEMIMPINAN EFEKTIF DALAM MANAJEMEN

PENDIDIKAN

Oleh: H. Benny Fitra, B.Ed

BAB I

PENDAHULUAN

Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan merupakan faktor

kunci keberhasilan suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan inti

dalam manajemen pendidikan. Maju mundurnya suatu organisasi

banyak dipengaruhi oleh faktor kepemimpinannya. Kepemimpinan

akan berjalan secara efektif dan efisien apabila dilaksanakan oleh

seorang pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, transparan, cerdas,

memahami tugas dan kewajibannya, memahami anggotanya, mampu

memotivasi, dan berbagai sifat yang baik yang terdapat dalam diri

seorang pemimpin. Ia sadar bahwa pemimpin memiliki arti sebagai

kemampuan untuk mempengaruhi dirinya sendiri dan orang lain

melalui keteladanan, nilai-nilai serta prinsip yang akan membawa

kebahagiaan dunia dan akhirat. Seorang yang mendapat amanah

sebagai eksekutif akan menunjukkan nilai-nilai moral tersebut,

sehingga mereka akan memimpin berdasarkan prinsip (principle

centered leadership). Toto Tasmara (2002:196) menyatakan bahwa

memimpin bukan hanya mempengaruhi agar orang lain mengikuti apa

yang diinginkannya. Bagi seorang muslim, memimpin berarti

memberikan arah atau visi berdasarkan nilai-nilai ruhaniah. Mereka

menampilkan diri sebagai teladan dan memberikan inspirasi bagi

bawahannya untuk melaksanakan tugas sebagai keterpanggilan Ilahi.

Sehingga mereka memimpin berdasarkan visi atau mampu melihat

dan menjangkau ke masa depan (visionary leadership).

Ariani (2003;95) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan

proses pemberian pengaruh yang tidak memaksa. Pemimpin

mempunyai pengikut yang secara sukarela melaksanakan tugas-

tugasnya dengan keahlian dan intelektualnya sebagai sumber

kekuasaan. Kekuasaan tersebut digunakan untuk memelihara

fleksibelitas dan memperkenalkan perubahan. Mereka cenderung

2

Page 3: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

menyukai perubahan dan mengangkap konflik adalah wajar, bahkan

harus ada. Bagi pemimpin, kegagalan adalah hal yang biasa dan

merupakan konsekuensi dari proses belajar. Apabila ia merasa gagal ia

harus belajar dan berani mengakui kegagalannya. Pemimpin yang baik

tidak hanya mengakui kegagalan yang ia lakukan tetapi ia berusaha

keras untuk memperbaiki kegagalan yang pernah dilakukannya.

Pemimpin yang berhasil ia selalu berfikir, berorientasi dan mengambil

keputusan untuk jangka panjang dan bertanggung jawab. Mereka tidak

memerintah dan mengendalikan pengikut, melainkan mengajak untuk

melakukan yang terbaik, memberikan arahan dan kebebasan berkreasi

pada pengikutnnya untuk mencapai tujuan bersama.

BAB II

PEMBAHASAN

KEPEMIMPINAN EFEKTIF DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN

Wahjosumitdjo (1987;10) menyatakan bahwa apabila seseorang

ingin mempelajari dan memahami segala sesuatu yang berkaitan

dengan kepemimpinan, perlu lebih dahulu mengerti dan paham arti

atau batasan istilah kepemimpinan.

Pengertian kepemimpinan yang dikutip oleh Paul Hersey dan

Blanchart (1977;83-84) dalam bukunya “Management Organizational

Behavior” adalah sebagai berikut :

1. Leadership is the activity of influencing exercised to strive

willingly for group objectives (George P. Terry).

2. Leadership as interpersonal influence exercised in situation an

directed, through the communication procces, toward the

attainment of a specialized goal the goals (Robert T, Irving R.

Wischler, Fred Nassarik)

3. Leadership is influencing people to follow in the achievement of a

common goal (Harold Koonte and Cyril O’Donnell).

Menurut Hemheil and Coons (1957;7) bahwa kepemimpinan

adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktitvas-aktivitas

suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama (shared

goal). Sedangkan menurut Rauch and Behling (1984:46) menyatakan

3

Page 4: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas sebuah

kelompok yang diorganisasikan kearah pencapaian tujuan.

Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan

berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan

untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran

(Jacobs and Jacques, 1990:281). Lebih lanjut ditegaskan Kouzes dan

Posner (1993:11) menyatakan “Leadership is a relationship, one

between constituent and leader that is based in mutual needs and

interest”. Sebagai hubungan antara anggota-anggota organisasi dan

pemimpin, maka kepemimpinan berlangsung atas dasar adanya saling

membutuhkan dan minat yang sama dalam rangka mencapai tujuan.

Wahjosumidjo (1987:11) menjelaskan bahwa bitir-butir

pengertian dari berbagai kepemimpinan pada hakekatnya memberikan

makna:

1. Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang

pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti; kepribadian

(personality), kemampuan (ability), dan kesanggupan (capability).

2. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan (activity) pemimpin

yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta

gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.

3. Kepemimpinan adalah sbagai proses antar hubungan atau

interaksi antara pemimpin, pengikut dan situasi.

Sejalan dengan itu, kepemimpinan sebagai konsep manajemen

oleh Stogdill (1974:57) dapat dirumuskan kedalam berbagai macam

definisi, tergantung dari mana titik tolak pemikitannya. Ia

menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah:

(1) suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham,

(2) suatu bentu persuasi dan inspirasi,

(3) suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh,

(4) tindakan atau perilaku,

(5) titik sentral proses kegiatan kelompok,

(6) hubungan kekuatan/kekuasaan,

(7) sarana pencapaian tujuan,

(8) suatu hasil dari interaksi,

(9) peran yang dipolakan dan,

4

Page 5: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

(10) sebagai inisiasi (permulaan) struktur.

Ada empat bidang studi kepemimpinan, yaitu traits, behavior,

situational dan power influence approach (Yuki, 1976; 26).

Ada tiga pendekatan tentang studi kepemimpinan. Pertama,

studi kepemimpian yang mencoba mengadakan identifikasi berbagai

sifat pemimpin, yakni dalam usaha menjawab pertanyaan “How one

bocomes a leader”. Kedua, studi kepemimpinan yang menekankan

kepada berbagai perilaku pemimpin, yaitu untuk memberikan jawaban

atau pertanyaan “How leader behave”, dan Ketiga, studi

kepemimpinan kontingensi, yaitu studi kepemimpinan yang

hakekatnya berusaha untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan

“What makes the leader effective (Wahjosumidjo, 1987;12).

Lebih lanjut Feisal (1995:284) menyatakan bahwa kepemimpinan

didalam islam adalah suatu hal yang inheren, serta merupakan salah

satu sub system dalam system Islam yang mencakup pangaturan

seluruh aspek kehidupan secara principal. Islam mengatur niat-amal-

tujuan sekaligus sumber kehidupan, otak manusia, kemudian

mengatur proses hidup, perilaku, dan tujuan hidup. Dalam Islam

seorang pemimpin dan yang dipimpin harus mempunyai keberanian

untuk menegakkan kebenaran yang dilakukan melalui prinsip

kepemimpinan, yaitu melaksanakan kewajiban kepemimpinan dengan

penuh tanggung jawab seorang pemimpin dan melaksanakan hak

berpartisipasi bagi yang dipimpin.

Quraish shihab (1996:159) menjelaskan bahwa Islam

menyebutkan kepemimpinan dengan beberapa istilah diantaranya;

imamah, ri’ayah, imarah, dan wilayah, yang semuanya itu pada

hakekatnya adalah amanah (tanggung jawab). Nabi SAW bersabda:

“Apabila amanat disia-siakan, maka nantikanlah kehancurannya”.

Ketika ditanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya? “ Beliau menjawab:

Apabila wewenang pengelolaan (kepemimpinan) diserahkan kepada

orang yang tidak mampu.”

Hendaknya sejak dini pada setiap pribadi selalu ditanamkan

suatu keyakinan bahwa dirinya terlahir sebagai pemimpin, sebagai

5

Page 6: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

mana sabda Rasulullah: “Setiap pribadi adalah pemimpin dan kelak

akan dipertanyakan tentang kepemimpinannya”. (HR. Muslim).

Menurut Quraish Shihab (1996:163) dalam Al-Qur’an ada perintah

menunaikan amanat kepada pemiliknya, disusul dengan perintah

menetapkan tentang putusan yang adil, kemudian dilanjutkan denga

perintah taat (taqwa) kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri.

Memahami pengertian tentang kepemimpinan dari sudut

pandang para pakar akan memberikan gambaran bahwa

kepemimpinan merupakan suatu peran yang sangat penting dalam

manajemen pendidikan. Berbagai pengertian, konsep, teori, dan

praktek kepemimpinan dalam manajemen pendidikan bertujuan agar

pendidikan dapat mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan

efesien.

Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta

tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan menuntut

kepemimpinan yang efektif. Tantangan bagi seorang pemimpin

pendidikan adalah bagaimana ia mampu berperan secara efektif dalam

mendoronng dan pelopor perubahan organisasi menuju organisasi

yang bermutu. Upaya memperbaiki mutu dalam suatu organisasi

sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang

efektif. Dukungan dari anggota hanya akan muncul serta berkelanjutan

ketika pemimpinny benar-benar bermutu atau unggul. Dalam buku

Technology in Educational Change karangan David F. Salisbury

(1996;146) menyatakan “Without quality leadership and skillful

managent, even the ideas are never implemented. Without good

management and on going support for their leaders, those lower in the

organization become disillutioned in time, cease to continue the

change effort”.

Peran kepemimpinan penting sekali dalam mengejar mutu yang

diinginkan pada setiap sekolah. Sekolah akan maju apabila dipimpin

oleh kepala sekolah yang visioner, memiliki keterampilan manajerial,

serta integritas kepribadian dalam melaksanakan perbaikan mutu.

Kepemimpinan kepala sekolah tentu menjalankan manajemen sesuai

iklim organisasinya (Syafarudin, 2002;50).

6

Page 7: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

Kepala sekolah akan dapat memainkan perannya dengan efektif

apabila memahami budaya yang berorientasi kepada mutu harus

dimulai dari kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah harus

memainkan kepemimpinan yang demikratis, transparan, jujur,

bertanggung jawab, menghargai guru dan staff, bersikap adil dan

terpuji yang tertanam dalam diri dan dirasakan oleh warga sekolahnya.

Krpala sekolah terbuka menerima kritik ddan masukan dari guru, staf

TU, para siswa dan orang tua tentang budaya yang berkembang

disekolah.

Budaya sekolah ini berkaitan dengan visi yang dimiliki oleh

kepala sekolah tentang masa depan sekolah. Kepala sekolah yang

memiliki visi untuk menghadapi tantangan sekolah dimasa depan akan

lebih sukses dalam membangun budaya sekolah. Zamroni (2000:152)

menegaskan bahwa untuk membangun visi sekolah ini, diperlukan

kolaburasi antara kepala sekolah, guru, orang tua, staf ADM dan

tenaga professional. Budaya sekolah akan baik apabila:

(a) kepala sekolah dapat berperan sebagai model,

(b) mampu membangun tim kerjasama,

(c) belajar dari guru, staf, dan siswa,

(d) memahami kebiasaan yang baik untuk terus dikembangkan.

Kepala sekolah dan guru harus mampu memahami lingkungan

sekolah yang spesifik tersebut. Karena, akan member perspektif dan

kerangka dasar untuk melihat, memahami dan memecahkan berbagai

problem yang terjadi disekolah. Dengan dapat memahami

permasalahan yang kompleks sebagai suatu kesatuan secara

mendalam, kepala sekolah dan guru akan memiliki nilai-nilai dan sikap

yang amat diperlukan dalam menjaga dan memberikan lingkungan

yang kondusif bagi berlangsungnya budaya mutu di sekolah.

Kepemimpinan mutu pendidikan akan mampu menggerakkan

organisasi agar program dan tujuan yang telah ditetapkan bersama

dapat tercapai. Demikian pula dengan gerakan mutu (quality

movement) pada lembaga pendidikan atau menumbuhkembangkan

7

Page 8: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

budaya mutu (quality culture) harus ditopang oleh peran

kepemimpinan yang bermutu. Sallis (1993:86) menyatakan bahwa

“Leadership is the esensial ingredient in TQM. Leader must have the

vision and be able to translate it into clear policies and aspesific

goals”. Sebagai alat dalam menerapkan manajemen mutu terpadu,

seorang pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya harus

memiliki visi dan dapat memindahkannya kedalam kebijakan-kebijakan

yang jelas dan tujuan khusus organisasi. Kepemimpinan yang berhasil

adalah yang mampu mempengaruhi annggotanya menuju kepada

kemajuan dan sekaligus mendapat dukungan yang kuat dari anggota-

anggotanya. Kouzer dan Posner (1993:94) menjelaskan “There is no

leadership without someone following”. Hal ini berarti bahwa

kepemimpinan organisasi tidak akan berjalan tanpa peran staf

(anggota). Seorang pemimpin tidak terkecuali kepemimpinan

manajerial dalam organisasi, untuk mencapai satu tujuan tidak bekerja

sendirian. Pemimpin yang bermutu mampu membagi tugas-tugas pada

anggotanya sesuai denga keahliannya, menjelaskan tujuan dan

program, mempengaruhi dengan cara terbaik, memberikan keadilan,

kreatif, proaktif dan memberikan keteladanan dalam bersikap dan

berkata-kata.

Kepemimpinan pendidikan adalah proses mempengaruhi semua

personel yang mendukung pelaksanaan aktivitas belajar mengajar

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan disekolah. (Syafaruddin,

2002:56).

Dalam era persaingan global ini peranan pemimpin sangat

dominan untuk dapat menjembatani masalah-masalah yang dihadapi

oleh organisasi. Peranan pemimpin menurut hasil penelitian Henry

Mintzberg (1997;84) adalah sebagai berikut :

a. Peranan yang bersifat interpersonal. Dalam fungsi yang bersifat

interpersonal yang meliputi 3 macam peran yaitu: (1) figurehead

yakni sebagai pemimpin suatu organisasi kadang-kadang harus

tampil dalam berbagai upacara resmi dan undangan, misalnya

hadir dalam upacara anggota stafnya, menghadiri beberapa

upacara pelantikan dan sebagainya, (2) berperan sebagai leader

(penggerak) harus mampu memberikan bimbingan sehingga

8

Page 9: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

bawahan dapat dibina dan dikembangkan dalam pelaksanaan

tugas, (3) berperan sebagai liaison (penghubung) untuk

mengembanngkan hubungan kerjasama, bukan hanya dengan

bawahan melainkan dengan lingkungan kerja diluar satuannya

dalam satuannya untuk saling tukar menukar informasi.

b. Peranan yang bersifat informasional. Menerima dan

menyampaikan informasi adalah peranan penting bagi setiap

manejer, sebab dalam setiap pengambilan keputusan manajer

perlu informasi. Ada tiga macam peranan yang bersifat

informasional yaitu: (1) peranan sebagai pemonitor dalam arti

setiap manajer harus selalu mengikuti dan memperoleh segala

macam informasi seluruh proses kegiatan disatuan kerjanya, (2)

peranan sebagai disseminator, seorang manajer harus selalu

memberikan informasi kepada bawahannya tentang setiap hal

yang berkaitan dengan satuan kerjanya. Hal ini penting agar

para bawahan selalu dapat mengikuti setiap program dan

perubahan yang terjadi dilingkungan kerjanya, (3) peranan

sebagai juru bicara.

c. Peranan sebagai pengambil keputusan. Dalam pengambilan

keputusan setiap manajer dapat berperan sebagai (1)

entrepreneur, (2) mampu mengatasi segala macam kesulitan

(disturbances handler), (3) mampu mengatur segala macam

sumber yang ada, dan (4) mampu mewakili dalam setiap

hubungan kerja dengan satuan kerja lainnya.

Dalam pandangan Peters dan Austin yang dikutip oleh

Syaperuddin (2002:57) menyatakan bahwa kepemimpinan untuk

meraih mutu dalam sekolah sangat unggul yang perlu diperhatikan

oleh pemimpin pendidikan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Vision and symbolic. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan

nilai-nilai lembaga terhadap staf, pelajar-pelajar dan masyarakat

luas.

2. Management by walking about (MBWA), yaitu suatu cara bagi

pemimpin untuk memahami, berkomunikasi dan mendiskusikan

proses yang berkembang dalam lembaga denngan tidak hanya

duduk dibelakang meja kerjanya.

9

Page 10: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

3. For the kids, yaitu perhatian yang sungguh-sungguh kepada

semua anggota lembanganya, baik pelajar (primary customer)

maupun pelanggan lain.

4. Autonomy, experimentations, and support for failure, yaitu

memiliki otonomi, suka mencoba hal-hal baru, dan memberikan

dukungan bagi setiap inisiatif dan inofatif untuk memperbaiki

kegagalan.

5. Create a sense of family, yaitu cara untuk menumbuhkan rasa

kekeluargaan diantara sesame guru, pelajar, karyawan dan staf

kepemimpinan lainnya.

6. Sesnse of the whole, rhytme, passion, intensity and anthusias,

yautu menumbuhkan rasa kebersamaan, keinginan, semangat,

dan potensi diri setiap staf.

Seorang pemimpin (leader) yang memiliki visi akan menentukan

masa depan lembaga pendidikan. Sebagaimana ditegaskan Snyder,

dkk (1984:18) bahwa “To a leader, vision is a reality that has not yet

come to be; it is not a dream. This vision reflects a depth and breath of

understanding that enables one to detect patterns or trends as they

unfold, and it guides a leadwr through the present and into the future.”

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa visi

memang belum menjadi kenyataan, tapi visi bukanlah mimpi. Visi

menyatakan kadalaman dan keluasan pengertian yang dapat

mendeteksi bentuk dan kecenderungan sebagai sesuatu yang

membentangkan dan membimbing pemimpin memasuki hari ini dan

masa depan.

Sebagai upaya dalam melakukan perubahan budaya, terutama

terhadap mutu produk dari sebuah organisasi atau bisnis, peranan

kepemimpinan sangat strategis. Ditegaskan oleh Kouzaer dan Posner

(1993:31) bahwa “Leader makes the difference”. Sebuah lembaga

pendidikan akan mengalami peribahan dalam menciptakan mutu

kelulusan dengan kepemimpinan pendidikan yang berhasil.

Untuk mewujudkan perbaikan mutu pendidikan berkelanjutan,

maka yang diperlukan adalah pemimpin yang tidak hanya berhasil

10

Page 11: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

(success), tetapi juga efektif (effectife). Pimpinan yang efektif dalam

organisasi pendidikan adalah mereka yang memberikan pengaruhnya

dan orang lain bergerak kearah tujuan secara sukarela dan senang

tanpa merasa terpaksa. Pengaruh ini berkelanjutan untuk mewujudkan

mutu pendidikan, sehingga kinerja sekolah dapat dirasakan para

pelanggan pendidikan dari lulusan yang bermutu.

Berkaitan dengan kepemimpinan ini, Blanchard (1988:130)

menegaskan “If managers are both successful and effective, their

influence tends to lead to longrun productivity and organization

development”. Pengembangan organisasi dan produktifitasnya dicapai

dari buah kepemimpinan yang efektif. Hal ini akan melahirkan mutu

secara berkelanjutan dalam lembaga pendidikan.

Michigan menggambarkan kepemimpinan yang efektif,

sebagaimana dikutip oleh Wahab (1987:67) menyatakan sebagai

berikut:

1. Para pemimpin efektif membina hubungan dengan bawahan

yang sifatnya membantu serta meningkatkan rasa harga diri

pengikutnya.

2. Para pemimpin efektif lebih menekankan pada supervise dan

pengambilan keputusan pada kelompok dan bukannya pada

pribadi-pribadi.

3. Para pemimpin yang efektif cenderung menetapkan tujuan-

tujuan yang dapat mencapai hasil yang besar.

Dalam pandangan Hoy dan Miskel (1983:78) menyatakan bahwa

pendekatan kontingensi melihat keefektifan pemimpin terletak pada

kesesuaian antara karakteristik kepribadian pemimpin dengan variable

situasional yang meliputi struktur tugas, posisi kekuasaan,

keterampilan dan sikap bawahan. Lebih lanjut Friedler (1973:73)

menegaskan bahwa menjadi seorang pemimpin tidak hanya

ditentukan oleh kepribadiannya. Seseorang menjadi pemimpin karena

keadaan yang bersangkutan berada pada tempat dan situasi yang

tepat atau karena berbagai faktor seperi umur, pendidikan,

pengalaman serta latar belakang keluarga dan kekayaan.

11

Page 12: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

Kajian tentang efektivitas kepemimpinan telah menarik

perhatian para pakar organisasi organisasi dan para pemimpin

khususnya. Para pakar ataupun peneliti mencoba melihat faktor-faktor

apa yang mempengaruhi efektifitas pemimpin dalam memimpin. Reitz

(1981:71) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas pemimpin meliputi : (1) kepribadian (personality),

pengalaman masa lalu, dan harapan (2) harapan dan pperilaku atasan,

(3) karakteristik, harapan dan perilaku bawahan, (4) kebutuhan tugas,

(5) iklim dan kebijaksaan organisasi, dan (6) harapan dan perilaku

rekan.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Pengharapan dan perilaku atasan (2)

Kepribadian, Pengalaman, Efektivitas Kebutuhan Tugas

Masa lalu, dan Harapan Kepemimpinan (4)

(1)

Iklim dan Kebijakan Organisasi Harapan dan Perilaku

Rekanan

(5) (6)

Karekteristik, Harapan, dan Perilaku bawahan

(3)

(Sumber: Reitz (1981), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Pemimpin, disarikan dari Nanang Fattah, 1996:99)

Penggambaran tentang kepemimpinan secara komprehensif

telah dilakukan oleh Stogdill (1974) dalam (Fattah, 1999) dan mitranya

dari Ohio State dengan mengajukan dua belas dimensi kepemimpinan.

Kesemuanya itu dikelompokkan pada komponen-komponen yang

bersifat umum disebut perilaku pada system (system iriented) dan

perilaku yang berorientasi pada orang (person oriented). Sedangkan

system kepemimpinan Likert dalam Stone (1996:72) menyusun mode

efektivitas kepemimpinan menjadi empat tingkat yaitu:

1. System orientatif eksploitif, cirinya dalam membuat semua

keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan dan

memerintahkan bawahan untuk melaksanakannya.

12

Page 13: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

2. System otoriytatif benevolent, cirinya masih member perintah-

perintah tetapi bawahan masih masih mempunyai kebebasan

tertentu untuk mengomentari perintah.

3. System konsultatif, cirinya menetapkan tujuan dan member

perintah umum setelah dibahas bersama bawahan.

4. System partisipatif, cirinya tujuan ditetapkan dan keputusan

dibuat oleh kelompok (system ideal)

Menurut Covey (1997:26) dalam bukunya “The Principle

Centered Leadership” seorang pemimpin yang efektif memiliki prinsip-

prinsip dalam membangun organisasinya. Prinsip adalah bagian dari

kondisi, kesadaran dan suara hati. Prinsip dapat menimbulkan

kepercayaan dan merupakan kompas yang menunjukan arah, panduan

yang tidak berubah.

Prinsip muncul dalam bentuk ide, nilai, norma dan ajaran yang

meninggikan, memuliakan, memberdayakan dan member inspirasi

kepada manusia. Prinsip juga merupakan pusat atau sumber utama

system penunjang hidup yang ditunjukan oleh empat dimensi dasar

yaitu rrasa aman, panduan, sikap bijak dan kekuatan.

Dalam hal ini Covey (1997:27-37) menguraikan prinsip-prinsip

seorang pemimpin yang efektif adalah sebagai berikut:

1. Selalu belajar terus-menerus. Seorang pemimpin selalu belajar

dengan membaca, menulis, maupun melihat dan mendengar.

Bahkan dari pengalaman yang baik maupun yang buruk dapat

digunakan sebagai sumber belajar. Dengan kata lain pemimpin

selalu mengikuuti pelatihan baru dan mengembangkan

keterampilan baru.

2. Berorientasi pada pelayanan. Seorang pemimpin tidak hanya

dilayani tetapi mampu melayani semua pihak. Karena prinsip

pemimpin yang berprinsip bukan pada karier tujuan akhitnya

tetapi pada pelayanan. Dalam melaksanakan pelayanan hatus

mengacu pada prinsip pelayanan prima.

3. Memancarkan energy yang positif. Setiap orang memiliki suatu

energy dan semangat. Penggunaan energy yang positif dilandasi

dengan hati dan semangat mendukung keberhasilan seseorang.

Untuk mencapai kepemimpinan yang baik diperlukan energy

13

Page 14: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

yang positif. Seorang pemimpin harus mampu dan sanggup

bekerja dalam jangka panjang dan dalam waktu dan kondisi

yang tidak menentu sekalipun. Oleh karena itu seorang

pemimpin harus memiliki energy yang positif.

4. Mempercayai orang lain. Seorang pemimpin harus mampu

memberikan kepercayaan kepada orang lain termasuk kepada

bawahannya. Sehingga bawahan termotivasi untuk bekerja lebih

baik. Namun dalam mempercayai orang lain perlu disertai unsure

kewaspadaan.

5. Hidup seimbang. Seorang pemimpin harus mampu membuat

keseimbangan antara tugas dan berorientasi pada kemanusiaan

serta keseimbangan diri antara pekerjaan dan kemampuan untuk

berolahraga, istirahat dan refresing. Keseimbangan juga

berartikeseimbangan hidup di dunia maupun kehidupan akhirat.

6. Melihat hidup sebagai petualangan. Kata petualangan sering

menjadi konotasi negative. Petualangan dalam pengertian ini

adalah mampu menikmati hidup dengan segala konsekuensinya.

Karena hidup adalah suatu petualangan, maka pemimpin yang

memiliki jiwa petualangan akan memiliki rasa aman yang datang

dari dalam dirinya sendiri. Rasa aman terletak pada inisiatif,

keterampilan, kreativitas, kemauan, keberanian, dinamika dan

kecerdasan.

7. Sinergistik. Orang-orang berprinsip selalu sinergik dan

merupakan katalis perubahan. Dia selalu memperbaiki

kelemahan-kelemahan dirinya dengan kekuatan orang lain.

Sinergi adalah bekerja sama (working together) yang saling

menguntungkan kedua belah pihak, atau menurut The New

Broiler Webster International Directonary yang disebut dengan

sinergi adalah setiap usaha kerja sama dari berbagai instansi

yang berlainan yang membawa hasil lebih efektif daripada

bekerja sendiri-sendiri. Seorang pemimpin harus mampu

melaksanakan sinergi dengan siapa saja, baik dengan atasan,

teman sejawat maupun bawahannya.

8. Selalu berlatih untuk memperbaharui diri agar mampu mencapai

prestasi yang tinggi. Oleh karena itu orientasinya bukan hanya

produk saja tetapi juga berorientasi pada proses. Proses ini

meliputi unsur-unsur yang berkaitan dengan

14

Page 15: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

a. pemahaman terhadap materi,

b. perluas cakrawala materi,

c. mengajarkan materi pada orang lain,

d. menerapkan prinsip-prinsip,

e. pemantauan hasil.

Untuk mencapai kepemimpinan yang berprinsip ternyata tidak

mudah karena terdapat beberapa hambatan-hambatan yang berupa

kebiasaan buruk diantaranya, yaitu:

(1) selera dan nafsu,

(2) kesombongan dan kepura-puraan,

(3) aspirasi dan ambisi.

Manajemen pendidikan agar berhasil mencapai tujuan yang

efektif dan efisien apabila peran kepemimpinan pendidikan ini memiliki

dan menerapkan berbagai prinsip dan nilai-nilai luhur kepemimpinan

yang mewarnai kepribadiannya.

BAB III

KESIMPULAN

Manajemen pendidikan sebagai ilmu, seni maupun proses

memiliki pengaruh yang penting dalam membangun sistem pendidikan

nasional. Fungsi dan prinsip manajemen pendidikan apabila

diaplikasikan dalam sistem pendidikan nasional akan mencapai tujuan

pendidikan secara efektif dan efesien (produktif).

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang bermutu, maka

peran kepemimpinan pendidikan yang efektif dengan berbagai sifat

dan karakteristiknya sangat dibutuhkan dalam manajemen pendidikan

di Indonesia. Kepemimpinan pendidikan memiliki peranan yang sangat

esensial dalam membangun, memberdayakan dan meningkatkan mutu

pendidikan. Oleh karena itu, dibutuhkan pemimpin-pemimpin

pendidikan sebagaimana yang telah dikonsepsikan di atas, benar-

benar menjadi suatu kenyataan dalam level makro, meso maupun

mikro. Kepemimpinan yang professional didukung oleh manajemen

15

Page 16: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

pendidikan yang bermutu akan melahirkan institusi pendidikan yang

bermutu pula.

16

Page 17: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Albert, Lepawsky. (1960). Administration, the Art and Science of

Organization and Management, New York: Alfred A Knopf.

Covey, S. R. (1997). The 7 Habits of Highly Effective People,

(terjemah): Jakarta: Gramedia.

Dasuki, Dudung A, dkk. (1994). Wawasan Dasar Pendidikan dan

Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan, dalam Pengelolaan

Pendidikan, Bandung: Jurusan Adpen.

Dauglass, Hart R. (1963). Modern Administration of Secondary, Boston:

Ginn & Company.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen Dikdasmen. (1999).

Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta: Depdikbud.

Etmizoni, Amitai. (1982). Organisasi-organisasi Modern, Jakarta: UI dan

Pustaka Brajaguna.

Fattah, Nanang. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi

Pemberdayaan Sekolah dalam Rangka Peningkatan Mutu dan

Kemandirian Sekolah, Bandung: Andira.

Friedler, F.E and Chemer, M.M. (1973). Leadership and Effective

Management, Gleinview: Scoot, Fooreman and Company.

Gaffar, Mohammad Fakry. (2004). Membangun Pendidikan Nasional

Untuk Meningkatkan Kualitas Dan Martabat Bangsa Indonesia,

Bandung: UPI Press.

Hack, Walter G, et.al. (1968). Educational Administration, Selected

Reading, Boston: Allyn & Bacon, Inc.

Koonntz Harol, Cyril O’Donnel, Heinz Weihrich. (1986). Manajemen,

Jakarta: Penerbit: Erlangga.

Lipham, James M. and James Hoek Jr. (1974). The Principalship,

Foundation and Funcion, New York: Harper and Row, Publisher.

Sallis, Edward. (1993). Total Quality Management in Education,

London: Cogan Page Lmt.

Sarason, S. B. (1982). The Culture of School and the Problem of

Change, Boston: Allyn and Bacon.

Satori, Djam’an dan Saefuddin, Udin S. (1994). “Masalah Kontemporer

Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional Indonesia,” Bandung:

Jurusan Apden.

17

Page 18: Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Pendidikan

Sheila, M.B. (1994). Mengubah Keadaan: 12 Sifat Kepemimpinan

Efektif, Jakarta: Binapura Aksara.

Shihab, Quraisy. (1996). Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan.

Sutisna, Oteng. (1996). Administrasi Pendidikan: Dasar dan Teori untuk

Praktik Profesional, Bandung: Angkasa.

Siagian, Sondang P. (1983). Filsafat Administrasi, Jakarta: Gunung

Agung.

Stafaruddin. (2002). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan,

Jakarta: Grasindo.

Terry, George. (1960). Principles of Management, Home-wood Illions:

Richard D. Irwin.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan, bagian II: Ilmu Pendidikan Praktis, Jakarta: Imtima.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Wahab, A. A. (1987). Implementasi Konsep Pendekatan Tujuan dan

Cara Belajar Siswa Aktif oleh Guru SMAN Kabupaten Bandung

(Suatu Studi Administrasi Inovasi Pendidikan), (Disertasi) PPS IKIP

Bandung.

Wahdjosumidjo. (1993). Motivasi dan Kepemimpinan, Jakarta: Bumi

Aksara.

Wayne K, Hoy and Miskel, Cecil G. (1978). Educational Administration,

Teory, Research, and Practice, New York: Random House.

Yulk, G. (1994). Leadership in Organization, New Jersey: Practice Hall

International. Inc.

Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta;

Bigraf Publishing.

18