KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN...
Transcript of KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN...
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEDOKTERAN Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Tel/Fax (0271) 664178
BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIK
TOPIK
ANTROPOMETRI DAN PENILAIAN STATUS GIZI
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
1
TIMPENYUSUN
Drs. Widardo, M.Sc
Dr. Budiyanti Wiboworini, dr., M.Kes, Sp.GK
Nanang Wiyono, dr., M.Kes
Kusmadewi Eka Damayanti, dr., M.Gizi
R.Aj. Sri Wulandari, dr., M.Sc
Heni Hastuti, dr
2
Abstrak
Buku manual Keterampilan Klinik topik Antropometri dan Penilaian Status Gizi
merupakan buku panduan dalam mempelajari dan melatih keterampilan klinik Antropometri
dan Penilaian Status Gizi bagi mahasiswa Program Studi Kedokteran semester 1. Dalam
Keterampilan Klinik Antropometri ini mahasiswa akan belajar dan berlatih tentang
keterampilan dalam melakukan pengukuran status gizi melalui antropometri. Antropometri
merupakan metode penilaian status gizi melalui pengukuran berbagai dimensi tubuh.
Sedangkan dalam topik Penilaian Status Gizi mahasiswa akan belajar dan berlatih tentang
keterampilan dalam melakukan interpretasi status gizi berdasarkan hasil pengukuran
antropometri. Keterampilan Klinik Antropometri dan Penilaian Status Gizi bertujuan agar
mahasiswa mampu memilih, melakukan penilaian status gizi melalui pengukuran berbagai
dimensi tubuh sesuai dengan tujuan pemeriksaan, serta mampu menginterpretasikan hasilnya
dengan benar, baik dalam setting klinik maupun komunitas.
Metode pembelajaran dalam Keterampilan Klinik Antropometri dan Penilaian Status
Gizi terdiri dari ceramah singkat atau diskusi terbimbing dengan instruktur yang dilanjutkan
dengan demonstrasi, role-playing, dan praktik terbimbing bersama instruktur. Ceramah
singkat dan diskusi dilakukan untuk menjelaskan dasar-dasar teori dalam antropometri,
sedangkan demonstrasi dan praktik terbimbing dilakukan untuk melatih mahasiswa melakukan
pemeriksaan antropometri secara langsung serta menginterpretasikan hasilnya.
Keberhasilan kegiatan belajar mahasiswa akan diukur melalui evaluasi keterampilan
dalam bentuk OSCE. Penilaian tersebut dilakukan dalam bentuk praktek berdasarkan skenario
yang terintegrasi dengan keterampilan klinik lainnya. Penalaran klinis mahasiswa juga
dievaluasi melalui kegiatan penilaian ini.
3
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan
bimbingan-Nya pada akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku Manual
Keterampilan Kliniktopik Antropometri dan Penilaian Status Gizi bagi mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Semester 1 ini. Buku Manual Keterampilan
Klinikini disusun sebagai salah satu penunjang pelaksanaan Problem Based Learning di FK
UNS.
Perubahan paradigma pendidikan kedokteran serta berkembangnya teknologi
kedokteran dan meningkatnya kebutuhan masyarakat menyebabkan perlunya dilakukan
perubahan dalam kurikulum pendidikan dokter khususnya kedokteran dasar di Indonesia.
Seorang dokter umum dituntut untuk tidak hanya menguasai teori kedokteran, tetapi juga
dituntut terampil dalam mempraktekkan teori yang diterimanya, termasuk dalam melakukan
Pemeriksaan Antropometri yang benar pada pasiennya.
Dengan disusunnya buku ini penulis berharap mahasiswa kedokteran lebih mudah
dalam mempelajari dan berlatih melakukanpemeriksaan antropometri yang benar serta
menginterpretasikan hasil pengukurannya, sehingga mampu melakukan diagnosis dan terapi
pada pasien dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan buku ini. Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangannya,
sehingga Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
dalam penyusunan buku ini.
Terima kasih dan selamat belajar.
Surakarta, Juli 2017
Tim penyusun
4
DAFTAR ISI
Halaman sampul …………………………………………………………… i
Tim Penyusun ………………………………………………………………. 1
Abstrak ……………………………………………………………………... 2
Kata Pengantar ……………………………………………………………… 3
Daftar Isi ……………………………………………………………………. 4
I. Antropometri
Pendahuluan …………………………………………………………… 5
Silabus ………………………………………………………………... 7
Teori dasar pengukuran antropometri………………………………… 9
Prosedur pelaksanaan keterampilan klinik: Antropometri
1. Pemeriksaan berat badan bayi dan anak berusia kurang dari 2 tahun 15
2. Pemeriksaan berat badan pada anak berusia lebih dari 2 tahun dan
orang dewasa ………………………………………………………..
16
3. Pemeriksaan panjang badan bayi dan anak berusia kurang dari 2
tahun ………………………………………………………………...
17
4. Pemeriksaan tinggi badan pada anak berusia lebih dari 2 tahun dan
orang dewasa ………………………………………………………..
20
5. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) ……………………………. 22
6. Pengukuran lingkar pinggang, lingkar perut, dan lingkar panggul 24
II. Penilaian Status Gizi
Pendahuluan …………………………………………………………… 24
Silabus …………………………………………………………………. 26
Interpretasi hasil pengukuran pada bayi dan balita ……………………. 28
Baku rujukan …………………………………………………………... 31
Implementasi pelaksanaan kegiatan …………………………………… 33
Contoh kasus ………………………………………………………… 33
Form antropometridan interpretasi ……………………………………….. 35
Lembar Evaluasi ……………………………………………………………. 37
Daftar Pustaka …………………………………………………………… 43
Growth chart ……………………………………………………………… 45
5
I. ANTROPOMETRI
PENDAHULUAN
Secara umum antropometri memiliki pengertian pengukuran tubuh manusia.
Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh untuk berbagai tingkat umur. Pada saat ini antropometri sering digunakan untuk
melakukan skrining kasus kurang gizi karena penggunaannya relatif mudah, murah dan
praktis. Sekalipun terkesan mudah, ada banyak hal yang harus diperhatikan agar mendapatkan
hasil pengukuran antropometri yang akurat.
Kegunaan dan ruang lingkup antropometri sesungguhnya memiliki cakupan yang luas.
Di bidang gizi, antropometri berguna untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini akan tercermin pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan persentase air dalam tubuh. Selain itu, antropometri
dapat dipergunakan dalam bidang antropologi ragawi sebagai sarana untuk mengidentifikasi
perbedaan antar ras dan tipe tubuh. Antropometri sekarang sangat diperlukan dalam bidang
ergonomi untuk mendapatkan perlatan yang nyaman digunakan sesuai postur tubuh. Di bidang
ortopedi digunakan untuk menentukan ukuran alat bantu yang sesuai dan di bidang kedokteran
olah raga terkait dengan fitness serta bidang forensik antropometri dapat dipergunakan dalam
menentukan identitas seseorang.
Mahasiswa diharuskan memiliki pengetahuan tentang osteologi dan titik-titik anatomis
pada tubuh manusia sebelum mempelajari keterampilan klinik topik antropometri.
Pengetahuan tersebut berguna untuk mendasari pemilihan titik-titik anatomis sehingga
pemeriksaan antropometri dapat dilakukan dengan benar dan hasilnya benar-benar valid dan
reliabel.
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan
untuk melakukan pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ini erat relevansinya
dengan pertumbuhan anak dan akan menunjang kompetensi seorang dokter dalam menentukan
diagnosis kekurangan atau kelebihan zat gizi, memberikan dukungan nutrisi, dan
penatalaksanaan penyakit-penyakit/ gangguan metabolik.
6
Adapun tujuan khusus pembelajaran adalah agar mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan indikasi pemeriksaan antropometri
2. Menjelaskan alat-alat yang digunakan pada pemeriksaan antropometri
3. Menentukan titik-titik pengukuran antropometri
4. Melakukan pengukuran berbagai dimensi tubuh (tinggi badan, berat badan, lingkar
anggota tubuh) dan komposisi tubuh (BMI).
7
SILABUS Program Studi : Kedokteran
Kode Keterampilan Klinik : Topik :Antropometri
Bobot : 0.5 SKS
Semester :I (satu)
Standar Kompetensi :
Keterampilan Klinik Antropometri merupakan keterampilan dalam melakukan pengukuran status gizi melalui antropometri. Antropometri
merupakan metode penilaian status gizi melalui pengukuran berbagai dimensi tubuh. Keterampilan Klinik Antropometri bertujuan agar
mahasiswa mampu memilih dan melakukan penilaian status gizi melalui pengukuran berbagai dimensi tubuh sesuai dengan tujuan pemeriksaan,
baik dalam setting klinik maupun komunitas. Penilaian Status Gizi merupakan keterampilan dalam melakukan interpretasi status gizi
berdasarkan hasil pengukuran antropometri. Interpretasi status gizi dapat dilakukan melalui plotting pada growth chart atau melalui
perbandingan dengan baku rujukan yang berlaku. Keterampilan Klinik Penilaian Status Gizi bertujuan agar mahasiswa mampu
menginterpretasikan hasil pengukuran antropometri pada berbagai usia dan jenis kelamin sesuai dengan baku rujukan yang berlaku, baik dalam
setting klinik maupun komunitas
Prasyarat : -
Tujuan
Pembelajaran
Indikator Pengalaman Belajar Materi Pokok Alokasi waktu
(menit)
Sumber/
Bahan Ajar Penilaian
Menjelaskan indikasi
pemeriksaan
antropometri
Mahasiswa menjelaskan alasan
dan tujuan pemeriksaan
antropometri yang dilakukan
Ceramah singkat
Diskusi terbimbing
Berbagai macam
pemeriksaan
antropometri, indikasi,
dan tujuannya.
Kuliah
pengantar : 1
x 100 menit
Terbmbing: 2
x 100 menit
Mandiri : 1 x
100 menit
OSCE : 1 x
100 menit
Modul
Keterampilan
Klinik dan
referensi yang
tercantum di
dalam modul
OSCE
Menjelaskan alat-alat
yang digunakan pada
pemeriksaan
antropometri
Mahasiswa mampu memilih
dan menjelaskan alasan
pemilihan alat dalam
pemeriksaan antropometri
Ceramah singkat
Diskusi terbimbing
Berbagai alat yang
digunakan dalam
pemeriksaan
antropometri
Menentukan titik-titik
pengukuran
antropometri
Mahasiswa mampu
mengidentifikasi dan
menunjukkan titik-titik
antropometri sesuai dengan
pemeriksaan antropometri yang
dilakukan
Ceramah singkat
Demonstrasi
Praktik terbimbing dan
mandiri
Pengukuran
antropometri
Melakukan Mahasiswa mampu memilih
8
pengukuran berbagai
dimensi tubuh (tinggi
badan, berat badan,
lingkar anggota
tubuh) dan komposisi
tubuh (BMI)
dan melakukan pemeriksaan
antropometri yang sesuai
dengan indikasi dan tujuan
pemeriksaan
Menjelaskan jenis-
jenis dan fungsi
growth chart pada
masing-masing
kategori usia.
Mahasiswa menjelaskan
jenis-jenis dan fungsi growth
chart pada masing-masing
kategori usia
Ceramah singkat
Diskusi terbimbing
Berbagai macam
growth chart yang
digunakan
berdasarkan
pemeriksaan
antropometri yang
dilakukan dan tujuan
pemeriksaan
Modul
Keterampilan
Klinik dan
referensi yang
tercantum di
dalam modul
OSCE
Menggunakan
berbagai rumus dan
baku rujukan
Mahasiswa mampu
menjelaskan dan memilih
rumus dan baku rujukan
yang digunakan berdasarkan
pemeriksaan antropometri
yang dilakukan
Ceramah singkat
Diskusi terbimbing
Baku rujukan dan
rumus serta
interpretasinya
Menggunakan
growth chart
Mahasiswa mampu memilih,
mengisi, dan
menginterpretasikan hasil
plotting growth chart
berdasarkan hasil
pengukuran antropometri
Ceramah singkat
Demonstrasi
Praktik terbimbing dan
mandiri
Penggunaan growth
chart
Menginterpretasi
hasil pengukuran
antropometri dan
menentukan
status gizi
Mahasiswa mampu
menginterpretasi hasil
pengukuran antropometri
dan menentukan status
gizi
Praktik terbimbing dan
mandiri
Interpretasi hasil
pengukuran
antropometri
dengan growth
chart, rumus, dan
baku rujukan
9
MATERI PEMBELAJARAN
TEORI DASAR PENGUKURAN ANTROPOMETRI
3.1. Titik-titik Pengukuran Antropometri
Salah satu tahapan dalam antropometri adalah menentukan titik-titik pengukuran.
Titik-titik ini harus diketahui dengan benar terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran.
Secara umum, titik-titik antropometri diambil dari titik kerangka yang menonjol pada
permukaan badan. Titik pengukuran diidentifikasi dengan teknik palpasi menggunakan ibu jari
atau jari telunjuk atau kadang perlu dibantu dengan pena dermografik. Berikut ini adalah
beberapa dari titik-titik antropometri:
1. Vertex: titik tertinggi pada neurocranium dalam posisi dataran Frankfurt (Frankfurt plane).
Yang dimaksud dengan dataran Frankfurt adalah suatu posisi dimana garis yang
menghubungkan orbitale dengan tragion dalam keadaan horizontal atau tegak lurus dengan
axis panjang badan. Orbitale adalah bagian paling bawah dari cavum orbitae. Tragion
adalah titik yang terletak di atas tragus atau tepi atas meatus acusticus externus.
2. Acromiale: titik paling lateral pada ujung bahu (acromion). Titik ini terletak di sebelah
superior dan ujung external dari processus acromialis saat subjek berdiri tegak dengan
lengan rileks.
3. Radiale: titik paling atas (proksimal) pada pinggir luar caput radii; dicari pada sebelah
lateral articulatio cubiti. Titik ini dapat ditentukan dengan menggunakan ibu jari atau jari
telunjuk. Pemeriksa meraba ke bawah di bagian bawah lateral siku, lengan digerakkan
sedikit pronasi dan supinasi dengan memutar caput radii.
4. Stylion: titik paling distal pada ujung processus styloideus radii; dicari pada sendi
pergelangan tangan di atas ibu jari. Stylion terletak di dalam tabatiere anatomicum
(segitiga) yang dibentuk saat ibu jari extensi dan dibatasi oleh: di sebelah lateral tendo dari
m. abductor pollicis longus dan m. extentor pollicis brevis; di sebelah medial oleh m.
extensor pollicis longus. Untuk menentukan stylion letakkan kuku ibu jari atau telunjuk ke
dalam tabatiere anatomicum, subjek dalam posisi relaks sementara pemeriksa mencari titik
yang dimaksud.
10
Gambar 1. Titik-titik Pengukuran Antropometri
5. Dactylion: titik pada ujung distal jari ke-3.
6. Suprasternale: titik pada tepi atas sternum di pertengahan dari incissura jugularis
7. Mesosternale: titik pada garis tengah di os sternum setinggi costa IV. Pemeriksa
meletakkan jari telunjuk di clavicula sementara ibu jari diletakkan pada spasium
intercostale I. Kemudian telunjuk dan ibu jari berpindah ke spatium di bawahnya sampai di
spatium intercostale IV.
8. Symphysion: titik pada garis tengah di tepi atas symphisis ossis pubis.
9. Iliocristale: titik paling lateral dari crista iliaca.
10. Trochanterion: titik yang terletak pada ujung paling atas trochanter major femoris, tidak
paling lateral.
11. Tibiale mediale: titik paling superior tepi medial kepala tibia
12. Tibiale laterale: titik paling superior tepi lateral kepala tibia
13. Sphyrion: titik paling distal pada malleolus medialis.
14. Pternion: titik paling belakang pada tumit saat berdiri.
15. Acropodion: titik paling jauh (anterior) pada ibu jari kaki saat berdiri.
3.2. Macam-macam Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri pada dasarnya ada dua macam, yakni antropometri statis yang
dilakukan dalam keadaan diam, dan antropometri dinamis yang dilakukan dalam keadaan
bergerak. Untuk kepentingan klinis, yang digunakan adalah antropometri statis. Antropometri
dapat digunakan untuk mengukur dimensi:
a) Berat: pengukuran berat badan
b) Panjang: meliputi pengukuran tinggi/ panjang badan, panjang bagian badan
11
c) Lingkar: pengukuran lebar bagian badan, pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
pinggang, lingkar pinggul, lingkar lengan atas
d) Tebal bagian tubuh: pengukuran tebal lemak tubuh.
Data dari pengukuran-pengukuran tunggal tersebut selanjutnya dapat dipergunakan
untuk menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT), persentase lemak tubuh, pola distribusi lemak,
estimasi massa otot serta somatotyping.
Untuk kepentingan pembelajaran di Skills Lab di FK UNS, latihan pengukuran
dilakukan terbatas pada aspek berat badan (dewasa dan bayi/balita), panjang/ tinggi badan
(dewasa dan bayi/balita), lingkar lengan atas, lingkar pinggang dan lingkar panggul (dewasa).
3.3. Instrumen Antropometri
Instrumen yang digunakan dalam pengukuran antropometri ada berbagai macam yang
masing-masing memiliki kepekaan dan prosedur penggunaan yang berbeda. Timbangan digital
pada umumnya memiliki kepekaan lebih tinggi. Sesuai dengan tujuan pengukuran, maka
harus dipilih alat yang sesuai. Alat yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a) Pengukuran berat badan: timbangan injak, timbangan dacin, timbangan geser, bed scale
Gambar 2.Balance Beam Scale with Height Rod
G
ambar 4. UNISCALE
Gambar 3.Skinfold caliper
Baby-scale
Layar timbangan
Panel Cahaya
12
b) Pengukuran tinggi/ panjang dan berat badan: stadiometer, microtoise, antropometer, alat
ukur panjang badan bayi, kaliper geser
c) Pengukuran lingkaran tubuh: metline
d) Pengukuran tebal lemak: skinfold caliper
Dalam skills lab antropometri ini, alat yang dipergunakan meliputi timbangan badan
(timbangan injak untuk dewasa dan timbangan bayi), alat ukur panjang badan bayi, microtoise
untuk mengukur tinggi badan, pita pengukur/ metline untuk mengukur lingkar kepala, lingkar
lengan, lingkar pinggang dan pinggul. Mahasiswa yang berminat memperdalam antropometri
dapat belajar secara mandiri dari referensi yang dianjurkan atau berkonsultasi ke Bagian Gizi
atau Anatomi.
Dalam melakukan pemeriksaan antropometri, beberapa ketentuan umum di bawah ini perlu
dilakukan untuk menjamin hasil pengukuran yang valid dan reliabel. Ketentuan umum
tersebut antara lain:
Sebelum melakukan setiap pengukuran lakukan sambung rasa pada subjek yang akan
diukur dan jelaskan tujuan pengukuran.
Subjek yang ditimbang menggunakan pakaian khusus atau pakaian seminimal mungkin.
Untuk bayi diukur dalam keadaan telanjang. Lepaskan semua asesori kepala yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran.
Posisi pengukuran adalah posisi antropometri, yaitu subjek berdiri pada posisi berdiri
tegak lurus, kepala menghadap kedepan; tungkai, pantat, punggung dan kepala merupakan
satu garis; dengan kedua tangan relaks di samping badan.
Kenali titik antropometri yang akan diukur.
Pilih alat yang sesuai dengan tujuan pengukuran.
Gambar 5. Alat-alat untuk mengukur tinggi/ panjang badan
Microtoise -- Stadiometer
Antropometer
Alat ukur panjang badan bayi
Metline
13
Letakkan alat, khususnya timbangan pada bidang datar dan keras. Lakukan kalibrasi pada
alat setiap kali akan digunakan.
Ulangi setiap pengukuran sebanyak 3 kali.
Lakukan pembacaan hasil pada posisi yang benar (tegak lurus) untuk menghindari
kesalahan parallax.
Catat hasil pengukuran pada form antropometri yang tersedia setiap kali selesai melakukan
satu tahap pengukuran
14
00
PROSEDUR PELAKSANAAN KETERAMPILAN KLINIK
1. Pemeriksaan berat badan pada balita dan anak di bawah usia 2 tahun
A. Alat dan bahan
Baby scale
Form antropometri
Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran
B. Tahap Persiapan
Jelaskan pada ibu alasan untuk menimbang anak, sebagai contoh, untuk memantau
pertumbuhan anak, menilai proses penyembuhan, atau melihat reaksi anak terhadap
perubahan pengasuhan dan pemberian makanan.
Jika anak berumur kurang dari 2 tahun atau belum bisa berdiri, dapat
dilakukan penimbangan menggunakan baby scale.
Jika anak berumur 2 tahun atau lebih, anak dapat ditimbang dengan
menggunakan detecto.Anak dapat ditimbang sendiri jika anak tenang. Bila tidak,
anak dapat ditimbang bersama ibunya.
Gunakan pakaian seminimal mungkin. Jelaskan hal ini perlu dilakukan untuk
mendapatkan hasil timbangan yang akurat. Penggunaan popokbasah, atau sepatu
dan jeans, dapat menambah berat sebanyak 0,5 kg. Bayi harus ditimbang tanpa
pakaian.
Jika terlalu dingin untuk menanggalkan pakaian anak, atau anak menolak untuk
ditanggalkan pakaiannya, catatbahwa anak ditimbang menggunakan pakaian.
Hindari anak menjadi tertekan, sehingga akan mudah juga mengukur panjang/tinggi
badan anak.
Catatan: Apabila anak menggunakan hiasan rambut yang akan mengganggu
pengukuran panjang/tinggi badan, lepaskan sebelum ditimbang. Hal ini penting
untuk anak yang akan diukur panjangnya, karena kecepatan memindah anak dari
menimbang ke mengukur panjang akan mengurangi kejengkelan pada anak.
Persiapan alat:
Letakkan timbangan di tempat yang rata dan datar
Pastikan jarum timbangan menunjukkan angka nol
Gambar 6. Timbangan baby scale menunjukan angka 0
15
C. Tahap Pelaksanaan
1. Timbang bayi telanjang, anak lebih besar dengan pakaian minimal
2. Baca dan catat berat badan anak sesuai dengan angka yang ditunjuk oleh jarum
timbangan
D. Interpretasi Hasil
Baca hasil ketika bayi atau balita dalam keadaan tenang. Membaca hasil ketika
bayi menangis atau bergerak-gerak akan mengakibatkan kesalahan pembacaan.
Upayakan untuk bekerja sama dengan orang tua atau pengasuh bayi untuk
mempertahankan bayi tetap tenang walaupun hanya sebentar.
2. Pemeriksaan berat badan pada anak berusia 2 tahun atau lebih
A. Alat dan bahan
Timbangan injak detecto atau timbangan injak pegas
Form antropometri
Alat tulis untuk mencatat hasil pemeriksaan
B. Tahap Persiapan
Minta ibu untuk membantu melepaskan sepatu dan pakaian luarnya.
Katakan pada anak untuk berdiri di atas timbangan dan diam tidak bergerak.
Berbicaralah dengan lembut pada anak dan bukan menakutinya.
Persiapan alat:
Letakkan timbangan di tempat yang datar
Pastikan posisi bandul pada angka NOL dan jarum dalam keadaan seimbang
Gambar 7. Detecto menunjukan angka 0
C. Tahap Pelaksanaan
Posisikan anak di atas timbangan
Geser bandul sesuai berat balita sampai posisi jarum seimbang. Baca dan catat
berat badan pada form antropometri
Jika anak bergerak-gerak terus di atas timbangan atau tidak bisa diam, maka perlu
ditimbang dengan ibunya. Berat badan anak didapat dengan mengurangi hasil
penimbangan dengan berat badan ibu.
D. Interpretasi Hasil
Bacalah hasil ketika bandul seimbang dan tenang. Posisikan pandangan sejajar dengan
penunjuk angka untuk meningkatkan akurasi pengukuran.
16
3. Pemeriksaan panjang badan pada balita di bawah usia 2 tahun
A. Alat dan bahan
Papan pengukur panjang badan
Form antropometri
Alat tulis untuk mencatat
B. Tahap Persiapan
Persiapan papan pengukur panjang badan:
1. Pilih meja atau tempat yang datar dan rata. Siapkan alat ukur panjang badan
2. Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan pengukur
3. Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya kepala dan
pastikan meteran menunjuk angka nol dengan mengatur skrup skala yang ada di
bagian kaki balita
4. Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar
5. Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya kepala dan
pastikan meteran menunjuk angka nol
6. Geser kembali papan penggeser pada tempatnya
Persiapkan untuk mengukurpanjang badan secepatnya setelah menimbang anak. Pastikan
sepatu anak, kaos kaki, dan hiasan rambut sudah dilepas. Jika bayi akan ditimbang
dengan telanjang, boleh menggunakan popok kering untuk menghindari basah ketika
pengukuran berlangsung. Jika ruang tempat pengukuran dalam keadaan dingin maka
selimuti anak agar tetap hangatsambil menunggu pengukuran.
Dalam pengukuran panjang atau tinggi anak, ibu harus membantu proses pengukuran
dengan tujuan untuk menenangkan serta menghibur anak. Jelaskan pada ibu alasan
pengukuran dan tahapan prosedur pengukuran. Jawab pertanyaan yang diajukan ibu.
Tunjukkan dan jelaskan kepada ibu bagaimana ibu bisa membantu. Jelaskan pula
pentingnya menjaga anak tetap tenang agar didapatkan hasil pengukuran yang tepat.
C. Tahap Pelaksanaan
Terlentangkan balita diatas papan pengukur dengan posisi kepala menempel pada
bagian papan yang datar dan tegak lurus (papan yang tidak dapat bergerak)
Pastikan bagian puncak kepala menempel pada bagian papan yang statis
Gambar 8. Papan Ukur Panjang Badan
17
Posisikan bagian belakang kepala, punggung, pantat dan tumit menempel secara tepat
pada papan pengukur
Geser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian kedua telapak kaki
menempel pada bagian papan yang dapat digeser (dengan cara menekan bagian lutut
dan mata kaki)
Baca dan catat panjang badan anak dari angka kecil ke angka besar
D. Interpretasi Hasil
Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak untuk
berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak berbaring (telentang), sedangkan
mengukur tinggi anak dilakukan pada posisi berdiri tegak.
Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan berbaring
telentang
Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran
dilakukan dengan berdiri
Secara umum, tinggi badan akan lebih pendek sekitar 0,7 cm dibandingkan dengan
panjang badan. Perbedaan ini telah dipertimbangkan dalam menyusun standar
pertumbuhan oleh WHO yang digunakan dalam membuat grafik di Buku GPA. Oleh
karena itu, penting untuk mengkoreksi hasil bila pengukuran tidak dilakukan dengan cara
yang sesuai untuk kelompok umur.
• Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri) maka
ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan.
Gambar 9. Posisi balita dan pengukur
Gambar 10. Posisi tangan pengukur (memegang
telinga) dan posisi kepala
Gambar 11. Posisi pengukur yang
benar (mata tegak lurus ke jendela
baca alat pengukur)
Gambar 12. Posisi kaki yang benar, telapak kaki
menempel tegak lurus pada papan penggeser
18
• Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan dan diukur panjangnya (berbaring)
maka dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan.
4. Pemeriksaan tinggi badan pada anak berusia di atas 2 tahun dan dewasa
A. Alat dan bahan
1. Microtoise
2. Form antropometri
3. Alat tulis untuk mencatat
B. Tahap Persiapan
1. Letakkan microtoise di lantai yang rata dan menempel pada dinding yang tegak lurus
2. Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca menunjukan
angka nol
3. Paku/tempelkan ujung pita meteran pada dinding
4. Tarik kepala microtoise keatas sampai ke paku
Gambar13 . Persiapan alat microtoise
C. Tahap Pelaksanaan
Pemeriksaan tinggi badan dengan microtoise
• Pastikan sepatu, kaos kaki dan hiasan rambut sudah dilepaskan.
• Posisikan balita atau pasien berdiri tegak lurus dibawah microtoise membelakangi
dinding
Posisi microtoise di lantai
Posisi microtoise yang siap pakai
Posisi microtoise setelah ditarik
sampai menunjukkan angka nol
19
• Posisikan kepala balita atau pasien berada dibawah alat geser microtoise, pandangan
lurus ke depan
• Posisikan balita tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belikat, pantat dan tumit
menempel ke dinding. Karena posisi ini sulit dilakukan pada anak obesitas, maka tidak
perlu keempat titik tersebut menempel ke dinding, asalkan tulang belakang dan
pinggang dalam keseimbangan (tidak membungkuk ataupun tengadah)
• Posisikan kedua lutut dan tumit rapat
• Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala (vertex) balita atau pasien
• Baca angka pada jendela baca saat balita atau pasien menarik nafas (inspirasi) dan mata
pembaca harus sejajar dengan garis merah. Angka yang dibaca adalah yang berada
pada garis merah dari angka kecil ke arah angka besar
• Catat hasil pengukuran tinggi badan
• Lakukan pengukuran sebanyak tiga kali untuk meningkatkan akurasi pengukuran.
D. Interpretasi Hasil
Pembacaan angka dilakukan dengan menyejajarkan mata dengan garis merah pada
jendela pembaca. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pembacaan.
5. Pemeriksaan lingkar lengan atas (LILA)
A. Alat dan bahan
1. Metline atau pita pengukur LILA
2. Form antropometri
3. Alat tulis untuk mencatat
B. Tahap Persiapan
Pengukuran lingkar lengan atas dapat dilakukan baik pada lengan kanan atau kiri, sesuai
dengan lengan mana yang tidak aktif. Jika pasien kidal (left-handed)maka LILA diukur
pada lengan kanan; begitu pula sebaliknya, jika pasien tidak kidal (right-handed) maka
pengukuran dilakukan di lengan kiri. Lakukan pengukuran pada posisi antropometri, yaitu
subjek berdiri pada posisi tegak lurus, kepala menghadap kedepan.
Persiapkan pita pengukur, pastikan tidak kusut atau terlipat-lipat. Pastikan angka yang
menunjukkan hasil pengukuran masih jelas terbaca sehingga tidak mengacaukan
interpretasi. Persiapkan lengan pasien dengan cara membebaskan medan pengukuran dari
berbagai macam gangguan seperti lengan pakaian atau asesoris lainnya.
C. Tahap Pelaksanaan
Tentukan titik-titik antropometri yang digunakan dalam pengukuran LILA yaitu
acromion dan radiale.
Ukur jarak acromion-radiale tangan pada posisi lengan ditekuk 900 dan beri tanda
pada titik tengah acromion-radiale.
Luruskan lengan dan dalam posisi relaks lilitkan pita pengukur melewati titik tengah
lengan.
20
Tarikan pita pengukur harus cukup erat, tidak menekan dan posisi lurus segaris.
Baca hasil pada ketelitian 0,1 cm.
Gambar 14. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
D. Interpretasi Hasil
Bacalah hasil pengukuran dengan posisi mata sejajar dengan jendela pengukuran pada
pita pengukur. Bacalah hingga ketelitian 0,1 cm. Lakukan pengukuran sebanyak tiga
kali dan diambil reratanya.
6. Pemeriksaan lingkar pinggang, lingkar perut, dan lingkar panggul
A. Alat dan bahan
1. Metline atau pita pengukur LILA
2. Form antropometri
3. Alat tulis untuk mencatat
B. Tahap Persiapan
Persiapkan pita pengukur, pastikan tidak kusut atau terlipat-lipat. Pastikan angka yang
menunjukkan hasil pengukuran masih jelas terbaca sehingga tidak mengacaukan
interpretasi. Persiapkan pasien dengan cara membebaskan medan pengukuran dari
berbagai macam gangguan seperti pakaian atau asesoris lainnya. Pasien dapat memakai
pakaian seminimal mungkin dengan bahan yang tidak tebal sehingga tidak mempengaruhi
hasil pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul. Pengukuran lingkar pinggang dan
lingkar panggul dilakukan dalam posisi pasien berdiri serta dalam kondisi ekspirasi
maksimal (pengukuran lingkar pinggang).
C. Tahap Pelaksanaan
Siapkan pita pengukur yang keras tapi fleksibel.
Pengukuran dilakukan pada posisi antropometri.
21
Untuk mengukur lingkar pinggang, lilitkan pita pengukur pada bagian paling kecil
antara crista iliaca dan tulang rusuk
Untuk lingkar perut, pengukuran dilakukan pada bagian antara rusuk dan crista iliaca
melewati umbilicus. Kadang-kadang didapatkan hasil pengukuran yang sama antara
lingkar pinggang dan perut.
Untuk lingkar panggul, lilitkan pita pengukur pada bagian atas siphisis pubis dan
bagian maksimum pantat.
Baca hasil pada ketelitian 0.1 cm.
Gambar 15. Pengukuran lingkar pinggang (waist circumference) dan lingkar panggul (hips
circumference)
D. Interpretasi Hasil
Bacalah hasil pengukuran dengan posisi mata sejajar dengan jendela pengukuran pada
pita pengukur. Bacalah hingga ketelitian 0,1 cm. Lakukan pengukuran sebanyak tiga
kali dan diambil reratanya.
22
II. PENILAIAN STATUS GIZI
PENDAHULUAN
Secara umum penilaian status gizi merupakan upaya interpretasi atas hasil pengukuran
antropometri. Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh untuk berbagai tingkat umur. Interpretasi hasil pengukuran antropometri
dapat digunakan untuk melakukan skrining kasus kurang gizi atau skrining terhadap risiko
penyakit metabolik. Interpretasi yang benar dapat membantu tenaga kesehatan untuk
mengenali faktor-faktor risiko terhadap berbagai penyakit serta dapat membantu mengevaluasi
tumbuh kembang pada anak atau mengevaluasi keberhasilan intervensi gizi.
Kegunaan penilaian status gizi berdasarkan antropometri sesungguhnya sangat luas. Di
bidang gizi, status gizi mencerminkan tingkat keseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini akan tercermin pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, otot dan persentase air dalam tubuh, sehingga dapat diinterpretasikan
sebagai kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan. Selain itu, hasil penilaian status
gizi dapat pula dimanfaatkan untuk menilai risiko seseorang terhadap morbiditas penyakit
metabolik. Penilaian terhadap risiko morbiditas penyakit metabolik bermanfaat dalam upaya
pencegahan penyakit tidak menular. Hasil penilaian status gizi juga dapat digunakan untuk
evaluasi hasil intervensi gizi.
Mahasiswa diharuskan memiliki pengetahuan tentang baku rujukan yang berlaku saat
ini sehingga hasil pengukuran antropometri dapat diinterpretasikan dengan benar.
Keterampilan dalam memilih, mengisi, dan menggunakan grafik pertumbuhan (growth chart)
akan dipelajari pula dalam modul keterampilan ini, sehingga mahasiswa mampu menggunakan
growth chart sebagai alat bantu dalam interpretasi penilaian status gizi.
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan
untuk melakukan interperpretasi hasil pengukuran antropometri. Keterampilan dalam
interpretasi hasil pengukuran antropometri akan menunjang kompetensi seorang dokter dalam
menentukan diagnosis kekurangan atau kelebihan zat gizi, memberikan dukungan nutrisi, dan
penatalaksanaan penyakit-penyakit/ gangguan metabolik.
Adapun tujuan khusus pembelajaran adalah agar mahasiswa mampu :
5. Menjelaskan jenis-jenis dan fungsi growth chart pada masing-masing kategori usia.
6. Mampu menggunakan berbagai rumus dan baku rujukan.
7. Mampu menggunakan growth chart
8. Mampu menginterpretasi hasil pengukuran antropometri dan menentukan status gizi
23
Mencantumkan Angka Hasil Pengukuran (plotting) untuk Beberapa Indikator
Pertumbuhan
Grafik pertumbuhan dibedakan antara anak laki-laki dan perempuan. Pilih empat grafik untuk
digunakan pada setiap pengukuran sesuai umur anak. Hasil pengukuran akan diplot pada garis
grafik untuk setiap indikator pertumbuhan.
Dalam memplot angka hasil pengukuran, perlu dipahami beberapa istilah yang berhubungan
dengan grafik yaitu:
Sumbu x – garis horisontal pada grafik. Pada grafik pertumbuhan anak, sumbu x
menunjukkan umur atau panjang/tinggi badan anak. Plot titik pada garis vertikal sesuai
dengan umur penuh (dalam bulan, tahun dan bulan) atau panjang/tinggi badan yang
dibulatkan ke nilai yang terdekat.
Sumbu y – garis baku vertikal yang terletak di sebelah kiri grafik. Di dalam buku catatan
grafik pertumbuhan, sumbu y menunjukkan panjang/tinggi badan, berat badan, atau
Indeks Massa Tubuh (IMT).
Letak titik – angka hasil pengukuran yang diplot pada sebuah grafik yang terletak pada
perpotongan antara sumbu x (misalnya: umur) dengan garis terhadap sumbu y (misalnya:
berat badan).
Interpretasi Hasil PlottingBerdasarkan Indikator Pertumbuhan
Garis lengkung pada grafik pertumbuhan akan membantu menginterpretasikan titik yang diplot
untuk menggambarkan status pertumbuhan anak. Garis 0 pada setiap grafik menunjukkan
median. Garis lengkung yang lain adalah garis z-score yang menunjukkan jarak dari median.
Garis median dan garis z-scoreuntuk setiap grafik pertumbuhan diperoleh dari hasil pengukuran
anak-anak sampel WHO MGRS (Multicenter Growth Refferrence Study)
Garis z-score pada grafik pertumbuhan ditandai dengan positif (1, 2, 3) atau negatif (-1,-2, -3).
Secara umum, angka-angka yang diplot jauh darimedian baik ke arah positif atau negatif
(misalnya: dekat dengan 3 atau -3 garis z-score) menunjukkan adanya masalah pertumbuhan,
walaupun faktor-faktor lain harus dipertimbangkan, seperti kecenderungan pertumbuhan, kondisi
kesehatan anak dan tinggi badan orangtua.
Identifikasi Masalah Pertumbuhan Berdasarkan Hasil Plotting
Di setiap sisi grafik pertumbuhan terdapat penjelasan mengenai gangguan pertumbuhan.
Perhatikan cara membacanya sebagai berikut:
Titik antara garis z-score-2 dan -3 disebut “di bawah -2”.
Titik antara garis z-score2 dan 3 disebut “di atas 2”.
Terminologi berdasarkan z-score adalah sebagai berikut:
PB/U-TB/U : Sangat pendek,pendek BB/U : Berat badan sangat kurang, berat badan kurang BB/PB-BB/TB : Sangat kurus,kurus, risiko gemuk, gemuk, sangat gemuk
IMT/U :Sangat kurus,kurus,risiko gemuk, gemuk, sangat gemuk
24
Tabel berikut memberikan satu ringkasan definisi masalah pertumbuhan berdasarkan z-score.
Perhatikan bahwa suatu indikator dimasukkan dalam definisi tertentu dengan cara diplotkan di
atas atau di bawah garis z-score tertentu. Jika hasil plot tepat pada garis z-score, maka
dianggap masuk katagori yang lebih ringan. Sebagai contoh, BB/U tepat pada garis -3,
dianggap berat badankurang dan bukan berat badan sangat kurang.
Masalah Pertumbuhan
Nilai titik yang diplot pada grafik pertumbuhan dengan menggunakan tabel di bawah ini untuk
menentukan apakah ada masalah pertumbuhan. Hasil pengukuran pada kotak yang diblok
termasuk dalam kategori normal
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Gunakan rumus berikut untuk menghitung Indeks Massa Tubuh.
Berat badan (kg)
IMT = ----------------------------------------------
Tinggi Badan (m) x Tinggi badan (m)
Tabel Indikator Pertumbuhan Menurut Z-Score
Z-score
Indikator Pertumbuhan
PB/U atau
TB/U BB/U
BB/PB atau
BB/TB IMT/U
Di atas 3 Lihat Catatan 1
Lihat Catatan
2
Sangat gemuk
(Obese)
Sangat gemuk
(Obese)
Di atas 2 Gemuk
(Overweight)
Gemuk
(Overweight)
Di atas 1
Risiko
Gemuk
(Lihat Catatan3)
Risiko
Gemuk
(Lihat Catatan3)
0(Angka
Median)
Di bawah -1
Di bawah -2 Pendek(Stunted)
(Lihat Catatan 4)
BB Kurang
(Underweight)
Kurus
(Wasted)
Kurus
(Wasted)
Di bawah -3
Sangat Pendek
(Severe Stunted)
(Lihat Catatan 4)
BB Sangat
Kurang
(Severe
Underweight)
Sangat Kurus
(Severe Wasted)
Sangat Kurus
(Severe Wasted)
Sumber: Kementrian Kesehatan, 2011
Catatan:
25
1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah
kecuali anak yang sangat tinggi mungkin mengalami gangguan endokrin seperti adanya
tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuklah anak tersebut jika diduga
mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang tinggi sekali menurut umurnya,
sedangkan tinggi orang tua normal).
2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada katagori ini, kemungkinan mempunyai masalah
pertumbuhan, tetapi akan lebih baik bila anak ini dinilai berdasarkan indikator BB/PB atau
BB/TB atau IMT/U.
3. Hasil ploting di atas 1 menunjukkan kemungkinan risiko kegemukan. Bila kecenderungannya
menuju garis z-score 2 berarti risiko lebih pasti.
4. Anak yang pendek atau sangat pendek, kemungkinan akan menjadi gemuk bila mendapatkan
intervensi gizi yang salah.
BAKU RUJUKAN
Tujuan utama melakukan pengukuran antropometri adalah agar dapat menentukan status
gizi dari orang yang diukur. Untuk itu diperlukan baku rujukan sebagai pembanding. Terdapat
banyak macam baku rujukan yang diterbitkan oleh WHO, Kementerian Kesehatan atau lembaga
lain. Penting diperhatikan bahwa ras mempengaruhi hasil pengukuran, sehingga harus dipilih
rujukan yang paling sesuai. Berikut ini contoh baku rujukan untuk menentukan status gizi
berdasar IMT dari Kementerian Kesehatan, WHO, Asia Pasifik. Baku rujukan yang lain dapat
dibaca pada buku referensi.
Klasifikasi status gizi berdasar IMT menurut Kementerian Kesehatan
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17.00
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17.0 –18.4
Normal 18.5 – 25.0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25.1 – 27.0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27.0
Sumber : Depkes, 1996.
Klasifikasi status gizi menurut IMT dan resiko komorbiditas menurut WHO
dan Asia Pasifik
WHO (1998) Asia-Pacific (2000)
IMT
(kg/m2)
Risk of
comorbidities
IMT
(kg/m2)
Risk of
Comorbidities
Underweight
Normal
Overweight
Preobese
Obese I
Obese II
Obese III
<18.5
18.5–24.9
>25.0
25.0–29.9
30.0–34.9
35.0–39.9
>40.0
Low*
Average
Increased
Moderate
Severe
Very severe
Underweight
Normal
Overweight
At risk
Obese I
Obese II
<18.5
18.5–22.9
>23.0
23.0–24.9
25.0–29.9
>30.0
Increased
Moderate
Severe
*but risk of other clinical problems
26
Rasio Pinggang Panggul (Pola distribusi lemak)
Pola distribusi lemak dihitung dengan membagi lingkar pinggang dibagi lingkar panggul
(dalam satuan cm).
Hasil > 0.9 menunjukkan distribusi tipe apel/ android. Sedangkan hasil < 0.9
menunjukkan tipe pear/ gynecoid.
27
PROSEDUR PELAKSANAAN KETERAMPILAN KLINIK
1. IMPLEMENTASI PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Sebelum mengikuti kegiatan ini, pelajari dasar-dasar antropometri dari Modul Keterampilan
Klinik topik Antropometri dan buku referensi yang dianjurkan. Apabila mahasiswa belum
mempelajari Keterampilan Klinik topik Antropometri maka dapat memanfaatkan contoh-
contoh kasus untuk melatih keterampilan interpretasi penilaian status gizi.
b. Pelajarilah keterampilan Antropometri dan interpretasi penilaian status gizi secara
terintegrasi. Gunakan pertanyaan pelacak berikut ini sebagai bantuan :
Apa yang dimaksud dengan antropometri?
Apa kegunaan antropometri?
Dimensi tubuh apa saja yang dapat diukur dengan antropometri?
Sebutkan tempat-tempat pengukuran antropometri.
Bagaimana cara melakukan pengukuran berat dan tinggi/ panjang badan?
Bagaimana cara menghitung IMT?
Bagaimana cara menggunakan hasil pengukuran antropometri untuk menentukan
status gizi/ bentuk tubuh seseorang ?
c. Pelajari latihan kasus yang ada dan gunakan rumus-rumus yang telah dipelajari untuk
menyelesaikannya.
d. Untuk dapat terampil melakukan interpretasi, cobalah berlatih sendiri tanpa instruktur,
berpasangan dengan teman. Manfaatkan contoh-contoh kasus yang disediakan.
e. Pada akhir kegiatan akan diberikan evaluasi. Mahasiswa disyaratkan mengikuti 100%
kegiatan untuk dapat mengikuti evaluasi.
2. LATIHAN KASUS
1. Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang kepada Saudara untuk penilaian status gizi.
Pasien tampak gemuk dan mengeluh tidak kuat berjalan jauh.
Lakukan penilaian indeks massa tubuh pada pasien tersebut dan interpretasikan hasilnya
berdasarkan penggolongannya!
Berikan saran untuk pasien tersebut terkait hasil penilaian status gizinya!
Berat badan: 78 kg Tinggi badan: 163 cm
2. Seorang perempuan berusia 23 tahun datang ke Puskesmas untuk ANC pada kehamilan
kedua. Pasien tidak ada keluhan, umur kehamilan 12 minggu dengan riwayat pernah
melahirkan secara spontan 6 bulan yang lalu. Lakukan pengukuran LILA dan indeks
massa tubuh pada pasien tersebut! Berikan saran berdasarkan hasil penilaian status gizi
yang Saudara lakukan!
LILA: 22cm, Berat badan: 37 kg, Tinggi badan: 153 cm
28
3. Seorang perempuan berusia 42 tahun datang kepada Saudara untuk mengetahui status
gizinya. Ia disarankan oleh tetangganya untuk memeriksakan status gizi karena ia tampak
kegemukan. Lakukan pemeriksaan rasio lingkar pinggang-lingkar panggul kepada pasien
tersebut lalu interprerasikan hasilnya! Berikan saran kepada pasien berdasarkan hasil
penilaian status gizi yang Saudara lakukan!
Lingkar pinggang: 108 cm, Lingkar panggul: 105 cm
FORM PENGUKURAN ANTROPOMETRI DAN INTERPRETASI
A. IDENTITAS
No Variabel
1 Nama
2 Tanggal lahir
3 Jenis kelamin
4 Suku bangsa/ Ras
5 Tempat dan waktu pengukuran
6 Observer
7 Asisten
B. HASIL PENGUKURAN
29
No Variabel Pengukuran
Rata-rata I II III
Pengukuran pada bayi dan balita (Umur: ……... bulan)
1 Berat badan
2 Panjang atau tinggi badan
Pengukuran pada Orang Dewasa
1 Berat badan
2 Tinggi badan
3 IMT
4 Lingkar lengan
5 Lingkar pinggang
6 Lingkar panggul
7 Rasio pinggang panggul
A. ANALISIS DATA
No Variabel
Rata-rata
pengukuran/
Z-score
Baku
rujukan Interpretasi data
Pengukuran pada bayi dan balita
1 Berat badan
2 Panjang atau tinggi badan
(PB atau TB)
3 Berat badan/ Umur
4 TB atau PB/ Umur
5 Berat badan/ Tinggi badan
6 IMT/ Umur
Pengukuran pada Orang Dewasa
1 Berat badan
2 Tinggi badan
3 IMT
4 Lingkar lengan
5 Lingkar pinggang
6 Lingkar panggul
7 Rasio pinggang panggul
30
LEMBAR EVALUASI
(rubrik/checklist)
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILAN PENGUKURAN BERAT BADAN
No ASPEK PENILAIAN CEK
1 Melakukan sambung rasa
2 Menyebutkan tujuan pengukuran
3 Mempersiapkan instrumen dengan benar (meletakkan di
tempat datar dan mudah dibaca hasilnya serta melakukan
kalibrasi)
4 Mempersiapkan probandus dengan benar (pakaian minimal/
khusus, melepas alas kaki, mengeluarkan isi kantong, posisi
berdiri atau telentang sesuai tujuan)
5 Membaca skala pada posisi yang benar
6 Mengulangi pengukuran sebanyak 3x dan menghitung rata-
rata pengukuran
7 Mencatat hasil pengukuran
JUMLAH SKOR
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILAN PENGUKURAN TINGGI BADAN
(Usia ≥ 2 tahun)
No Variabel CEK
1 Melakukan sambung rasa
2 Menyebutkan tujuan pengukuran
3 Mempersiapkan instrumen dengan benar (meletakkan
alat ukur pada posisi yang benar; melakukan kalibrasi)
4 Mempersiapkan probandus dengan benar (melepas alas
kaki, posisi antropometri, melepaskan asesoris kepala)
5 Menunjukkan posisi vertex dan frankfurt plane (posisi
kepala menghadap ke depan) dengan benar
6 Melakukan pengukuran tinggi badan dengan benar
(inspirasi/ ditekan perutnya; minimal 3 titik bagian
belakang tubuh menempel dinding)
7 Membaca skala pada posisi yang benar
8 Mengulangi pengukuran sebanyak 3x dan menghitung
rata-rata pengukuran
9 Mencatat hasil pengukuran
JUMLAH SKOR
31
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILAN PENGUKURAN PANJANG BADAN BAYI
No Aspek Penilaian CEK
1 Melakukan sambung rasa
2 Menyebutkan tujuan pengukuran
3 Mempersiapkan instrumen dengan benar (meletakkan pada
alas yang datar dan keras; melakukan kalibrasi)
4 Mengarahkan asisten untuk membantu pengukuran dengan
benar
5 Mempersiapkan bayi dengan benar (pakaian minimal/
telanjang, melepas alas kaki dan asesoris kepala)
6 Meletakkan bayi pada posisi yang benar (di tengah alas,
telentang, lurus, asisten bertugas memfiksasi kepala)
7 Melakukan pengukuran panjang badan dengan benar (lutut
ditekan agar lurus; telapak kaki ditegakkan lurus 90o)
8 Membaca skala pada posisi yang benar
9 Mengulangi pengukuran sebanyak 3x dan menghitung rata-
rata pengukuran
10 Mencatat hasil pengukuran
JUMLAH SKOR
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILAN PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS
No Aspek Penilaian CEK
1 Melakukan sambung rasa
2 Menyebutkan tujuan pengukuran
3 Mempersiapkan instrumen dengan benar
4 Mempersiapkan probandus dengan benar (menanyakan
lengan yang tidak aktif, posisi antropometri; lengan baju
disingsingkan atau baju dilepas)
5 Menunjukkan letak acromion dan radiale dengan benar
6 Melakukan pengukuran panjang acromion-radiale dengan
benar dan menandai titik tengah acromion-radiale
7 Melakukan pengukuran lingkar lengan atas dengan benar
(tarikan pita ketat, tapi tidak menekan, lurus segaris)
8 Membaca skala pada posisi yang benar
9 Mengulangi pengukuran sebanyak 3x dan menghitung
rata-rata pengukuran
10 Mencatat hasil pengukuran
JUMLAH SKOR
32
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILANPENGUKURAN LINGKAR PINGGANG
No Aspek Penilaian CEK
1 Melakukan sambung rasa
2 Menyebutkan tujuan pengukuran
3 Mempersiapkan instrumen dengan benar
4 Mempersiapkan probandus dengan benar
(meminta probandus membuka pakaian, posisi
antropometri)
5 Menunjukkan letak bagian paling sempit antara
crista iliaca dan tulang rusuk dengan benar
6 Melakukan pengukuran lingkar pinggang dengan
benar (menggunakan pita dimulai dari angka nol;
tarikan pita ketat, tidak menekan kulit, lurus
segaris)
7 Membaca skala pada posisi yang benar
8 Mengulangi pengukuran sebanyak 3x dan
menghitung rata-rata pengukuran
9 Mencatat hasil pengukuran
JUMLAH SKOR
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILANPENGUKURAN LINGKAR PANGGUL
No Aspek Penilaian CEK
1 Melakukan sambung rasa
2 Menyebutkan tujuan pengukuran
3 Mempersiapkan instrumen dengan benar
4 Mempersiapkan probandus dengan benar
(pakaian minimal/ khusus, posisi antropometri)
5 Menunjukkan letak bagian atas simphisis pubis
dan bagian maksimum pantat dengan benar
6 Melakukan pengukuran lingkar panggul dengan
benar (menggunakan pita dimulai dari angka nol;
tarikan pita ketat, tidak menekan kulit, lurus
segaris)
7 Membaca skala pada posisi yang benar
8 Mengulangi pengukuran sebanyak 3x dan
menghitung rata-rata hasil pengukuran
9 Mencatat hasil pengukuran
JUMLAH SKOR
33
DAFTAR PUSTAKA
de Onis M, Garza C, Onyango AW, Martorell R, editors. WHO Child Growth
Standards.Acta Paediatrica Suppl. 2006;450:1–101.
de Onis M, Garza C, Victora CG, Bhan MK, Norum KR, editors. WHO Multicentre Growth
Reference Study (MGRS): Rationale, Planning and Implementation.Food Nutr Bull
2004;25(Suppl 1):S1–89.
Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa. DepKes
RI. Jakarta
Depkes RI, Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita, Jakarta, Depkes, 2005.
Kementrian Kesehatan RI dan WHO. Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak, Jakarta,
Direktorat Bina Gizi Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian Kesehatan
RI, 2011.
Ertem IO. Guide for Developmental Monitoring and Support. In: Textbook of Developmental
Pediatrics, Ertem IO (Ed). Ankara University School of Medicine, Department of
Pediatrics, Developmental-Behavioral Pediatrics Unit, 2005.
Gibson, Rosalind S. 2005.Principles of Nutritional Assessment 2nd Ed. Oxford UP. USA
Griffiths M, Dickin K, Favin M. Promoting the Growth of Children: What Works, Toolkit #4.
The World Bank's Nutrition Toolkit. Washington DC, The World Bank, 1996.
Lee, Robert D and Nieman, David C. 2003.Nutritional Assessment 3rd Ed. McGraw Hill.
Norton, Kevin, Tim Olds. 1996, Anthropometrica, University of New South Wales Press
Pan American Health Organization/WHO.Guiding Principles for Complementary Feeding of
TheBreastfed Child.Washington DC, Pan American Health Organization/World Health
Organization, 2003.
Printed references are listed below. Most references published by the World Health
Organization are also available on the internet at www.who.int. Information about the
WHO child growth standards is available at http://www.who.int/childgrowth/.
WHO. Immunization in Practice, Module 2: The Vaccines. Geneva, World Health
Organization, 2004 (WHO/IVB/04.06).
WHO. Management of Severe Malnutrition: a Manual for Physicians and Other Senior
Health Workers. Geneva, World Health Organization, 1999 (WHO/NHD/02.4).
WHO.Guiding Principles for Feeding non-Breastfed Children 6–24 Months of Age.Geneva,
World Health Organization, Department of Child and Adolescent Health and
Development, 2005.
WHO/UNICEF.IMCI Care for Development: Counsel The Mother. Geneva, World Health
Organization and UNICEF, 2002.
WHO/UNICEF.IMCI in-Service Training.Geneva, World Health Organization and UNICEF,
1997 (WHO/CHD/97.3.A-K).
WHO/UNICEF.Infant and Young Child Feeding Counselling: An Integrated Course. Geneva,
World Health Organization, Department of Nutrition for Health and Development, 2006.
WHO/UNICEF/USAID.HIV and Infant Feeding Counselling Tools: Reference Guide.Geneva,
World Health Organization, Department of Child and Adolescent Health and Development,
2005. http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9241593016.pdf