KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA … · tidak dapat diperkirakan sebelumnya, meliputi...
-
Upload
nguyenkhanh -
Category
Documents
-
view
247 -
download
1
Transcript of KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA … · tidak dapat diperkirakan sebelumnya, meliputi...
KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
DIUNDANGICAN DI JAKARTA PADA TANGGAL 3 JANUARI 2012
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
KETENTUAN UMUM..
Bagian Kesatu Pengertian dan Istilah Raglan Kedua Maksud dan Tujuan
ADMINISTRASI PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM
haraman
3
3 7
7 PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Bagian Kesatu Rencana Umum Pengadaan 7 Bagian Kedua Pemilihan Penyedia 8 Bagian Ketiga Organisasi Pengadaan 9 Bagian Keempat Dokumen Pengadaan 13 Bagian Kelima Pembiayaan Pelaksanaan Pengadaan Alat
Utama Sistem Persenjataan Tentara Nasional Indonesia 16
Bagian Keenan Jaminan Pengadaan 16 Bagian Ketujuh Penggunaan Alat Utama Sistem Persenjataan
Tentara Nasional Indonesia Produk Dalam Negeri 17
Bagian Kedelapan Pengkategorian Alat Utama Sistem Persenjataan Tentara Nasional Indonesia 19
BAB III PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA 19
Bagian Kesatu Tahap Pra Persiapan 19
Paragraf 1 Data Pendukung 19 Paragraf 2 Referensi Pengadaan 19 Paragraf 3 Proses Paralel Pinjaman 20
Bagian Kedua Tahap Persiapan 20
Paragraf 1 Penetapan Metode Pemilihan Penyedia 20 Paragraf 2 Penyusunan Dokumen Pengadaan dan
Harga Perkiraan Sendiri 21
Bagian Ketiga Tahapan Pemilihan Penyedia Nat Utama Sistem Persenjataan Tentara Nasional Indonesia 21
Paragraf 1 Mekanisme Pemilihan Penyedia 21 Paragraf 2 Penetapan dan pembedtahuan Pemenang 24 Paragraf 3 Pengunduran diri 24 Paragraf 4 Kerahasiaan 25
Bagian Keempat Tahap Penyusunan dan Aktrfasi Kontrak 25
Paragraf 1 Penyusunan Kontrak 25 Paragraf 2 Aktifasi Kontrak 26 Paragraf 3 Perubahan Kontrak 28 Paragraf 4 Keadaan Kahar 29 Paragraf 5 Pemutusan Kontrak 29 Paragraf 6 Penyelesaian Perselisihan 30
Bagian Kellma Tahap Pelaksanaan dan Penyerahan Hasil Pekerjaan 30
Paragraf 1 Pengawasan dan Pengendalian Kontrak 30 Paragraf 2 Serah Terima Pekerjaan 31 Paragraf 3 Layanan Puma Jual 31
BAB IV PERCEPATAN 31
BAB V PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN 33
Bagian Kesatu Pengendalian 33 Bagian Kedua Pengawasan 33
BAB VI BANKS! 34
BAB VII KETENTUAN PENUTUP 35
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Daftar Susunan Keanggotaan Tim Evaluasi Pengadaan, Panitia Pengadaan Dan Tim Perumus Kontrak
LAMPIRAN II Pengkategorian Alutsista TNI LAMPIRAN III Format Resume Kebutuhan LAMPIRAN IV Bagan Alur Pengadaan Alutsista TM
KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PERTAHANN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 34 TAHUN 2011
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pengadaan Alutsista di lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia secara efektif dan efisien dengan mengedepankan prinsip persaingan sehat, transparan dan adil bagi semua pihak, serta dapat diperLanggungjawabkan balk dari segi tisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia;
bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 38 ayat (4) huruf c dan Pasal 113 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
bahwa dalam rangka mendukung kesiapan operasional Tentara Nasional Indonesia dalam keadaan tertentu diperlukan percepatan pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan Tentara Nasional Indonesia;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana thmaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan lantana Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan Tentara Nasional Indonesia di lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia;
Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 lantana Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2008 tentang Peraturan Pemerintah tentang Tata Cam Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Manor 4885);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 23);
7. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
9. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 17 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 551);
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.04/2009 Tanggal 12 Juni 2009 Tentang Pembebasan Bea Masuk Atas !moor Persenjataan, Amunisi, Perlengkapan Militer dan Kepolisian, termasuk suku cadang, sate Barang dan Bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang yang dipergunakan bagi kepeduan Pertahanan dan Keamanan Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 135).
11. Arahan Presiden RI tanggal 11 Agustus 2011 untuk membentuk High Level Committee yang dipimpin oleh Wamenhan dengan anggota eselon I di jajaran TNI/Angkatan dan arahan Presiden tanggal 8 September 2011 yang secara khusus menugaskan Wamenhan untuk melaksanakan Pengendalian dan Pengawasan.
MEMUTUSKAN
PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA.
Menetapkan
3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu Pengertian dan lstilah
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Pertahanan ini yang dimaksud dengan:
Alat Utama Sistem Persenjataan Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat Alutsista TNI adalah materiil yang merupakan alat peralatan sistem senjata beserta perlengkapan dan sarana pendukungnya yang dipergunakan untuk pelaksanaan tugas pokok TNI dalam Operasi Militer Perang dan Operasi Militer Selain Perang.
Anggaran Devise adalah salah satu jenis anggaran yang digunakan untuk belanja luar negeri dengan menggunakan valuta asing (valas) yang berasal dari rupiah murni.
3. Commonality adalah kesamaan karakteristik sesuai dengan keperluan operasional maupun pemeliharaan yang melekat pada Alutsista TNI
Direktif PA adalah petunjuk tertulis dad PA tentang pelaksanaan pengadaan Alutsista TNI balk bersifat umum maupun khusus untuk kegiatan pengadaan Alutsista TNI tertentu, dalam rangka pelaksanaan Strategi Pertahanan.
Embargo adalah pelarangan secara parsial atau lengkap dari perdagangan dan perdagangan dengan sebuah negara tertentu, dalam rangka untuk mengisolasi.
Ex-officio adalah kedudukan tugas dan tanggung jawab yang melekat sebagai konsekuensi posisi struktural pejabat.
7. Industri Pertahanan Nasional adalah industri nasional baik Badan Usaha Milik Nasional Industri Pertahanan/Badan Usaha Milik Nasional Industri Strategs, atau Badan Usaha Milik Swasta yang produknya baik secara mandiri maupun konsorsium/Kena Sama Operasional atas penilaian pemenntah (lanai dimanfaatkan untuk kepentingan pertahanan.
Jaminan Penawaran adalah jaminan berupa Bank garansi yang dikeluarkan oleh Bank milik Pemerintah Indonesia dan wajib diserahkan oleh pihak Penyedia Alutsista kepada Panitia Pengadaan sebesar 1% (satu per seratus) sampai dengan 3% (tiga per seratus) dari nilai total HPS.
Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond) adalah jaminan berupa Bank garansi yang dikeluarkan oleh Bank milik Pemerintah Indonesia dan wajib diserahkan oleh pihak Penyedia Alutsista Militer kepada Pejabat Pembuat Komitmen sebesar 5% (lima per seratus) dari total harga kontrak jual bell.
10. Jaminan Uang Muka (Advance Payment Guarantee) adalah jaminan berupa Bank garansi yang dikeluarkan oleh Bank mikk Pemerintah Indonesia dan diserahkan oleh pihak Penyedia Alutsista kepada Pejabat Pembuat Komitmen sebesar uang muka sebagaimana tercantum dalam kontrak.
4
11 Jaminan Pemehharaan adalah jaminan berupa Bank garansi yang dikeluarkan oleh Bank milk Pemerintah Indonesia sebesar 50% (lima puluh per seratus) dan nilai Jaminan Pelaksanaan diserahkan oleh pihak Penyedia Alutsista kepada Pejabat Pembuat Komitmen alas jaminan kualitas hasil pekerjaan selama maw pemeliharaan sebagaimana ditetapkan dalam kontrak.
12. Kelaikan adalah kondisi Alutsista TNI yang diadakan telah memenuhi persyaratantketentuan atau sesuai yang hams ada dan dalam keadaan yang layak, pantas, baik dan berfungsi sesuai azasinya sada aman dioperasikan bagi personal maupun lingkungan.
13. Keadaan darurat adalah suatu pernyataan dari pemerintah yang bisa mengubah fungsi-fungsi pemerintahan, memperingatkan warganya untuk mengubah aktivitas, atau memerintahkan badan-badan negara untuk menggunakan rencana-rencana penanggulangan keadaan darurat.
14. Keadaan Kahar adalah keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, meliputi namun tidak terbalas pada bencana alam, bencana sosial, pembajakan, pemeg okan kebakaran gangguan industri lainnya sebagaimana d nyatakan melalui keputusan bersama Menteri Keuangan dan Menteri teknis terkait, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak tidak dapat dipenuhi.
15. Kemampuan Dasar yang selanjutnya disingkat KD adalah salah satu persyaralan kualifikasi yang dipersyaratkan unluk dipenuhi oleh talon penyedia barang/jasa.
16. Keadaan Tertentu adalah kegiatan penanganan darurat unluk pertahanan negara dan kegiatan menyangkut pertahanan negara yang ditetapkan oleh Menteri Pertahanan .
17. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia Barang/Jasa.
18. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut dengan KPA, adalah Pejabat yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran untuk menggunakan anggaran.
19. Kreditor Swasta Asing adalah lembaga keuangan acing, lembaga keuangan nasional, dan lembaga non keuangan asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Negara Republik Indonesia yang memberikan pinjaman kepada Pemerintah berdasarkan perjanjian pinjaman tanpa jaminan dari Lembaga Penjamin Kredit Ekspor.
20. Lembaga Penjarnin Kredit Ekspor adalah lembaga yang ditunjuk negara asing untuk memberikan jaminan, asuransi, pinjaman langsung subsidi bunga, dan banluan keuangan untuk meningkatkan ekspor negara yang bersangkutan atau bagian terbesar dari dana tersebut dipegunakan untuk membeli barang.jasa dad Negara bersangkutan yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Negara Republik Indonesia.
21. Letter or Credit ((/C) adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk pengadaan melalui fasilitas FLU atau Bank Pemerintah untuk pengadaan dengan anggaran devisa, sebagai sarana pembayaran dari PPK kepada penyedia Alutsista TNI.
5
22. Letter of Appointment adalah surat penunjukan yang dikeluarkan oleh pejabat Principal untuk menunjuk perwakilannya di Indonesia, yang wajib disahkan oleh Notaris Publik di negara ass! Penyedia Alutsista dan diketahui Atase Pertahanan RI atau pejabat Kedutaan RI yang ditunjuk di negara Principal atau
negara akreditasinya.
23. Loan proposal adalah surat penawaran untuk pendanaan suatu proyek yang menggunakan fasilitas Kredit Ekspor yang disampaikan oleh Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank yang berisi penawaran jumlah pinjaman, persyaratan pinjaman dan pendanaannya serta care dan waktu pembayarannya.
24. Organisasi Induk adalah organisasi pengadaan yang mempunyai kewenangan untuk menentukan kebijakan, pengawasan dan pengendalian serta melaksanakan proses pengadaan Alutsista TNI.
25. Pakta Integritas (Integrity Pact) adalah surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Tim Evaluasi Pengadaan (TEP), Tim Interdep, Panitia Pengadaan clan Penyedia Alutsista yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN), dalam pelaksanaan pengadaan Alutsista.
26. Pagu adalah angka yang tercantum dalam otorisasi anggaran dan merupakan bates tertinggi yang diperkenankan untuk digunakan dalam Pengadaan Barang/Jasa.
27. Panitia Pengadaan adalah unit organisasi pemedntah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TM.
28. Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Alutsista TNI yang prosesnya dimulai dengan perencanaan kebutuhan sampai diterimanya Alutsista TNI yang berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
29. Pengembangan Kekuatan Alutsista TNI adalah kegiatan pengadaan Alutsista TNI yang menghasilkan penambahan jumlah dan/atau jenis Alutsista TNI.
30. Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang dan/atau Jasa Milik Negara di lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia.
31. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut dengan PA adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran pertahanan dalam hal ini adalah Menteri Pertahanan.
32, Penyedia Alutsista TM adalah industri pertahanan dan industri Alutsista dalam negeri serta pabrikan di luar negeri yang terpercaya.
33. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Alutsista TNI dengan care menunjuk langsung kepada 1 (satu) Penyedia.
34. Pelelangan Khusus adalah pemilihan Penyedia Alutsista TNI yang dilakukan dengan membandingkan penawaran, sekurang-kurangnya 2 (dua) penawaran dari Penyedia Alutsista TNI yang diundang dan dilakukan evaluasi kualifikasi.
6
35. Pelimpahan wewenang (power of attorney) adalah suatu pendelegasian wewenang dari pejabat yang berhak mengeluarkannya (manajemen perusahaan di luar negeri) kepada seseorang untuk melaksanakan negosiasi dan/atau menandatangani dokumen kontrak untuk kepentingan pihak Penyedia Alutsista Militer. Surat pelimpahan wewenang atau power of attorney harus disahkan oleh notaris di negara asal barang atau negara Penyedia Alutsista
36. Pedanjian pinjaman (Loan/Credit Agreement) adalah suatu perjanjian pinjaman antara Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Kemkeu sebagai peminjam (Borrower) dengan pihak Bank (Lender) yang memberikan pinjaman untuk mendukung suatu Pengadaan Alutsista dari pinjaman luar negeri sebagaimana dialokasikan dalam Kredit Ekspor.
37. Pinjaman Dalam Negeri yang selanjutnya disingkat dengan PDN adalah setiap pinjaman oleh pemerintah yang diperoleh dad 'combed pinjaman dalam negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu sesuai dengan masa berlakunya.
38. Pinjaman Liar Negeri yang selanjutnya disingkat PLN adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah dad Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat deb suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk swat berharga yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
39. Short list adalah daftar penyedia Alutsista TNI yang merupakan hasil seleksi oleh panitia pengadaan terhadap calon-calon penyed a potensial yang diundang untuk menyampaikan penawaran pada pengadaan dengan metode Pelelangan Khusus.
40. Surat Permintaan Pembayaran selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Perintah Membayar.
41. Surat Kuasa Pembebanan yang selanjutnya disingkat SKP adalah surat yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Khusus Jakarta VI yang berisi pembebanan porsi foreign content pinjaman untuk persyaratan pembukaan UC di Bank Indonesia.
42. Surat Perintah Membayar selanjutnya disingkat SPM adalah surat yang diterbitkan oleh Kapusku Kemhan yang bensi nilai uang muka yang akan dibayarkan kepada pihak Penyedia Alutsista.
43. Surat Pernyataan Barang Impor model 1 (SP-1) adalah Surat Pernyataan Barang Impor yang formatnya ditentukan oleh Menteri Keuangan dalam rangka pembebasan bea masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) lainnya untuk barang-barang milk Kernhan/TNI.
44. Transfer of Technology (ToT) adalah proses mentransfer keterampilan, pengetahuan, teknologi, metode manufaktur, sampel manufaktur dan fasilitas antara Pembeli/Pengguna dan Penjual serta antar lembaga lain untuk memastikan bahwa perkembangan ilmiah dan teknologi dapat diakses dengan jangkauan yang lebih luas dari pengguna yang kemudian dapat lebih mengembangkan dan memanfaatkan teknologi menjadi produk bay, proses, aplikasi, bahan atau jasa.
7
45. Tim Evaluasi Spektek adalah tim yang dibentuk oleh KPA U.0 Pengguna untuk melaksanakan analisa dan evaluasi atas spesifikasi teknis yang perlu divalidasi, serta membuat Berita Acara Hasil Evaluasi Spesifikasi Teknis.
46. Tim Evaluasi Pengadaan adalah pelaksana akhir Bari proses pemilihan penyedia Alutsista TNI untuk mengevaluasi pelaksanaan tugas Panitia Pengadaan Alutsista TNI, mengkompetisikan penyedia dalam short list dari Panitia Pengadaan Alutsista TM dan merekomendasikan salon pemenang kepada PA.
47. Unit Organisasi yang selanjutnya disingkat U0 adalah salah satu tingkatan dalam organisasi pengelola program dan anggaran dalam lingkungan fungsi pertahanan yang membawahi beberapa Satuan Kerja dan/atau Komando Utama.
48. Uji Coba adalah model atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan atau tidak.
49. Uji Fungsi adalah pengujian yang dilakukan terhadap suety peralatan untuk menentukan layak tidaknya peralatan tersebut dioperasikan dalam batas-batas aman sesuai dengan buku petunjuknyalinstruction manual book
Bagian Kedua Maksud dan Tujuan
Pasal 2
Maksud diberlakukannya Peraturan Menteri ini sebagai pedoman pengadaan Alutsista TM.
(2) Dengari tujuan agar dalam pelaksanaan Pengadaan Alutsista TM di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI untuk:
dipedomani sehingga tepat prosedur dan tepat proses sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan khususnya yang berlaku di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI; dan
memberikan ketepatan dad aspek waktu, mute, teknis, guna, tempat, jumlah, harga, dan lain-lain.
BAB II
ADMINISTRASI PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Bagian Kesatu Rencana Umum Pengadaan
Pasal 3
Menteri Pertahanan menyusun Rencana Umum Pengadaan Alutsista TM.
Penyusunan Rencana Umum Pengadaan Alutsista TNI untuk Tahun Anggaran berikutnya, harus diselesaikan pada tahun anggaran yang berjalan.
(1)
(2)
8
(3)
Rencana Umum Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. daftar kebutuhan Alutsista TNI yang diperlukan;
b. rencana penganggaran untuk pengadaan Alutsista TNI yang diperlukan; dan
Kerangka Acuan Kerja yang berisikan :
1) uraian kebutuhan Alutsista TNI yang mengacu pada Dokumen Kebijakan;
2) waktu pelaksanaan pengadaan yang diperlukan;
3) Operational Requirement;
4) spesifikasi teknis; dan
5) total perkiraan biaya.
(4) Rencana Umum Pengadaan Alutsista TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mengacu kepada:
a. Kebijakan Umum Pertahanan Negara;
b. Rencana Strategis Pertahanan Negara;
Doktrin Pertahanan Negara dan Doktrin TNI;
d. Postur Pertahanan Negara dan Postur TNI;
(5) Perencanaan Kebutuhan Alutsista TNI dilaksanakan di Kementerian
Pertahanan dalam hal ini merupakan tugas dan fungsi Direktorat Jenderat Kekuatan Pertahanan.
Pasal 4
(1) Pengajuan kebutuhan Alutsista TNI wajib menggunakan produksi Dalam Nagar', dalam hal produk dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan Pengguna, dapat menggunakan produk luar negeri.
(2) Penggunaan produk luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melibatkan Indust Nasional serta diikuti program Sib teknologi, muatan lokal, offset, joint production atau joint investment.
Pasal 5
(1) Setiap materiil kontrak hasil Pengadaan Alutsista harus menggunakan kodifikasi materiil sistem Nomor Sediaan Nasional (NSN).
(2) Terhadap materiil kontrak yang mempunyai tingkat resiko keselamatan tinggi, teknolog tinggi, biaya tinggi atau pekerjaan kompleks harus dilaksanakan sertifikasi kelaikan.
Bagian Kedua
Pemilihan Penyedia
Pasal 6
Pemilihan Penyedia Pengadaan Alutsista TNI dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan dan Tim Evaluasi Pengadaan (TEP).
9
Bagian Ketiga
Organisasi Pengadaan
Pasal 7
(1) Organisasi Pengadaan Alutsista TNI terdiri dari :
a. Organisasi Induk;
b. Tim Evaluasi Spektek;
c. Panitia Pengadaan;
d. Tim Evaluasi Pengadaan; dan
e. Tim Perumus Kontrak.
(2) Organisasi Induk diawaki secara ex-officio, kecuali untuk PPK UO Mabes TNI dan Mabes Angkatan sesuai keputusan KPA masing-masing.
Pasal 8
Susunan, tugas pokok dan kewenangan Organisasi Induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a. adalah sebagai berikut
Susunan Organisasi Induk
1. Pengguna Anggaran Mented Pertahanan
2. Kuasa Pengguna Anggaran
a) UaKemhan Sekretaris Jenderal Kemhan
b) UO.Mabes TN,
Panglirna TNI
c) UO.Angkatan Kas Angkatan
3. Pengawas Fungsi Pertahanan
Igen Kemhan
4. Pengendali Fungsi Strategi
Dirjen Shahan Kemhan
Pertahanan
Pengendali Fungsi Anggaran Dirjen Renhan Kemhan
Pertahanan
6. Pengendali Fungsi Kekuatan Dirjen Kuathan Kemhan
Pertahanan
7. Pejabat Pembuat Komitmen
a) UO.Kernhan Kabaranahan Kemhan;
b) UOMabes TNI
Sesuai Keputusan KPA; dan
c) UO.Angkatan Sesuai Keputusan KPA.
b. -Rees pokok dan kewenangan Organisasi Induk
1. Menentukan kebijakan program Pengadaan dan Rencana Kebutuhan Alutsista TNI untuk kepenfingan Pertahanan Negara.
10
2. Melaksanakan Pengawasan dan monitoring pelaksanaan Pengadaan Alutsista TNI;
3. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan Pengadaan Alutsista TNI; dan
Melaksanakan proses pengadaan Alutsista TNI.
Pasal 9
(1) Tim Evaluasi Spektek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, dibentuk oleh KPA 11.0 Pengguna, untuk Pengadaan Alutsista TNI yang memerlukan validasi Spektek.
(2) Spektek yang memedukan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah spektek yang'.
a. pembuatannya diatas 1 (satu) tahun; atau
b. menurut pendapat keahlian Pembina teknis perlu divalidasi.
(3) Susunan Tim Evaluasi Spektek :
a. Ketua Aslog Mabes TNI/Askomlek Mabes TNI/Aslog Angkatan terkait:
Sekretaris : Pejabat Pelaksana Pengadaan Mabes TNI/
Angkatan terkait;
Anggota
1) Pejabat Pembina Teknis/Item/Matedil Mabes TNI/Angkatan terkait;
2) Pejabat Ditmat Ditjen Kuathan, Ditekind Ditjen Pothan, Puslaik, Pusada dan Puskod Baranahan Kemhan;
(4) Tugas pokok dan kewenangan Tim Evaluasi Spesifikasi Teknis :
a. melaksanakan evaluasi spesifikasi teknis dihadapkan pada perkembangan teknologi dan kesesuaian dengan Operational
Requirement; melaksanakan analisa terhadap kemungkinan penggunaan produk dalam negeri; dan
membuat Berita Acara Hasil Evaluasi Spesifikasi Teknis.
Pasal 10
(1) Susunan Panitia Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c, dapat dilihat pada Lampiran I Peraturan Menteri Pertahanan ini.
(2) Tugas pokok dan kewenangan Panitia meliputi:
menetapkan metode pemilihan Penyedia Alutsista TNI;
menetapkan Dokumen Pengadaan;
menetapkan besaran Jaminan Penawaran;
melaporkan kesiapan rencana pelaksanaan pemilihan penyedia kepada KPA;
e. mengundang penyedia Alutsista TM terpilih;
f. menilai kualifikasi Penyedia Alutsista TNI melalui prakualifikasi;
g. melakukan evaluasi dan klarifikasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk;
h. melakukan negosiasi pada Penunjukan Langsung;
i. menetapkan Penyedia Alutsista TNI untuk pengadaan dengan pagu paling tinggi Rp. 100.000.00000000 (seratus miliar rupiah) kecuali pengadaan untuk pengembangan kekuatan Alutsista TNI;
menyiapkan sidang TEP untuk pengadaan dengan pagu di alas Rp. 100.00e000.000,00 (seratus miliar rupiah) dan pengadaan untuk pengembangan kekuatan Alutsista TNI;
menjawab sanggahan (bila ada); dan
I. membuat laporan mengenai proses dan hasil Pengadaan kepada KPA.
Selain tugas pokok dan kewewenangan Panitia Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam hal diperlukan Panitia Pengadaan dapat mengusulkan kepada PPK:
a. perubahan HPS; dan/atau
b. perubahan spesifikasi teknis pekerjaan.
(4) Dalam hal Pengadaan Alutsista TNI bersifat khusus dan/atau memerlukan keahlian khusus, Panitia Pengadaan dapat menggunakan tenaga ahli yang berasal dad pegawai negeri atau swasta.
(5) Panitia Pengadaan dilarang merangkap sebagai:
PPK;
pengelola keuangan; dan
Inspektorat, terkecuali menjadi Pejabat Pengadaan/anggota Panitia Pengadaan untuk Pengadaan Alutsista TM yang dibutuhkan instansinya.
Pasal 11
(1) Tim Evaluasi Pengadaan (TEP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d, tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dad Peraturan Menteri Perlahanan ini.
(2) Tugas pokok dan kewenangan TEP:
a. mengeyaluasi pelaksanaan tugas Panitia Pengadaan Alutsista TNI melalui paparan deb Panitia Pengadaan melipufi
1) resume kebutuhan:
2) proses penentuan metode pemilihan penyedia;
3) HPS termasuk perhitungan dan referensi yang digunakan; dan
(3)
12
4) proses prakualifikasi, evaluasi penawaran, negosiasi (untuk Penunjukan Langsung) dan short list (untuk Pelelangan Khusus).
dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dinyatakan telah memenuhi syarat, selanjutnya mengkompefisikan lebih lanjut calon penyedia yang masuk dalam short list hasil Panitia Pengadaan pada pengadaan dengan metoda Pelelangan Khusus atau mengkonfirmasi kesiapan salon penyedia pada pengadaan dengan metoda Penunjukan Langsung;
kompetisi sebagaimana dimaksud huruf b di atas dilaksanakan dengan cara :
1) paparan deb calon penyedia yang masuk dalam short list;
2) memberikan kesempatan kepada calon penyedia yang masuk dalam short list untuk memperbaharui penawaran menjadi lebih kompetitif;
3) menugaskan Panitia Pengadaan untuk mengevaluasi penawaran yang telah diperbaharui; dan
4) memilih penawaran yang terbaik.
membuat rekomendasi pemenang kepada PA dengan lampiran notulen basil evaluasi oleh TEP;
Pasal 12
(1) Tim Perumus Kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf e dibentuk oleh PPK U.0 penerima otorisasi anggaran, dapat dilihat pada Lampiran I Peraturan Menteri Pertahanan ini.
(2) Tim Perumus Kontrak dapat mengundang pejabat terkait sesuai kepentingan materi dalam perumusan kontrak.
(3) Menandatangani Pakta Integritas dalam rangka Pengadaan dengan fasilitas KE yang akan dilaksanakan, antara Tim perumus Kontrak dengan Penyedia Alutsista TNI;
(4) Tugas pokok dan kewenangan Tim Perumus Kontrak :
a. merumuskan kontrak Pengadaan antara Kemhan/TNI dengan Penyedia Alutsista TNI, sesuai dengan Berita Acara Hasil Evaluasi Penawaran dari Panitia Pengadaan dan kesepakatan lebih lanjut dengan penyedia Alutsista TNI; bersama Penyedia Alutsista TNI memaraf bap halaman draft akhir Kontrak; bersama Penyedia Alutsista TNI memaparkan basil rumusan kontrak kepada PPK dan pejabat terkait materi kontrak sebelum penandatanganan kontrak oleh PPK;
mendokumentasikan bahan paparan setelah di paraf oleh PPK, Tim Perumus dan penyedia Alutsista TNI;
13
Pasal 13
(1) Dalam rangka pelaksanaan kontrak mulai dari berlakunya kontrak sampai dengan penyerahan barang/jasa dad penyedia kepada PPK perlu dilaksanakan pengawasan dan pengendalian agar pelaksanaan kontrak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dihasilkannya barang/jasa sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam kontrak, dengan pembentukan Tim sesuai kebutuhan.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain :
a. Tim Pengawas Negosiasi Angkutan dan Asuransi;
b. Tim Technical Representatif/Satuan Tugas;
c. Tim Kelaikan;
d. Tim Preshipment Inspection;
e. Tim Uji Fungsi/Up Terima;
f. Commodore Inspection;
9- Tim Pemeriksa (Inname dan Anname); dan
h. Tim Penerima. Pembentukan, Susunan, Tugas Pokok dan Kewenangan dari Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan kebutuhan masing- masing kontrak.
Bagian Keempat Dokumen Pengadaan
Pasal 14
(1) Dokumen Pengadaan terdiri dari Dokumen Pemilihan dan Dokumen Kualifikasi.
(2) Dokumen Pemilihan disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Pertahanan tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Kementedan Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia.
(3) Dalam Dokumen Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditambahkan klausul bahwa proses pengadaan daniatau kontrak dapat dibatalkan apabila alokasi anggaran dibatalkan/berubah/fidak disetujui.
Pasal 15
(1)
Kelengkapan dokumen kualifikasi bagi penyedia dari dalam negeri yaitu:
Pakta Integritas;
akte pendirian perusahaan dan perubahannya;
surat izin usaha sesuai dengan bidangnya;
NPWP;
Surat Setoran Pajak (SSP) PPh:
Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP)
g. Surat Pajak Tahunan (SPT);
(3)
14
h. Surat Keterangan Domisili Perusahaarg
i. neraca perusahaan tahun terakhir;
j. data pengalaman perusahaan;
k. data peralatan dan perlengkapan perusahaan;
data tenaga ahli perusahaan
surat pernyataan tidak pailit;
perjanjian Kerja Sama Operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut, apabila peserta melaksanakan kemitraan; dan
o. sertifikat kemampuan dan persyaratan khusus sesuai kebutuhan kontrak.
(2) Dokumen tersebut pada ayat (1) harus diserahkan kepada panitia pengadaan salinannya (fotocopy) danger menunjukkan aslinya bagi talon penyedia yang dinyatakan lulus kualifikasi.
Pasal 16
(1) Kelengkapan dokumen kualifikasi bagi penyedia dad luar negeri terdiri atas:
a. Pakta Integritas.
b. Article of Association atau Article of Incorporation;
Business License; pernyataan tertulis bahwa perusahaan penyedia tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut atau dalam proses bangkrut atau tidak sedang dihentikan kegiatan usahanya;
data perusahaan terdid atas:
1) pengalaman perusahaan dalam minimal waktu 3 (tiga) tahun terakhir;
2) tenaga ahli;
3) peralatan dan perlengkapan; dan
4) fasilitas perusahaan.
Power of Attorney untuk pihak yang ditunjuk sebagai perwakilan untuk mengikuti Pelelangan Khusus pelaksanaan Pemilihan/Penunjukan langsung;
Letter of Distributor Appointment apabila ditunjuk sebagai distributor/perwakilan pabrikan (manufacturer);
surat pemyataan yang berisikan:
pemerintah Republik Indonesia babas menggunakan materifi kontrak yang dibef tanpa ada batasan/persyaratan tertentu
pemerintah negara Penyedia menjamin terbitnya export license:
dan
g •
15
pemerintah negara Penyedia menjamin tidak akan mengembargo materiil kontrak yang akan diadakan.
sertifikat kemampuan dan persyaratan khusus sesuai kebutuhan kontrak, dan
perjanjian kerjasama operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahan yang mewakili kemitraan tersebut.
(2) Dokumen tersebut pada ayat (1) harus diserahkan kepada panitia pengadaan salinannya (fotocopy) dengan menunjukkan aslinya bagi calon penyedia yang dinyatakan lulus kualifikasi.
Pasal 17
(1) Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf c, huruf e dan huruf f, wajib diendorse oleh Atase Pertahanan Republik Indonesia dan disahkan oleh Notaris Publik di negara Penyedia, setelah ditetapkan atau ditunjuk sebagai pemenang/penyedia.
(2) Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) bumf g wajib disahkan oleh pejabat terkait atau diendorse oleh Atase Pertahanan negara Penyedia di Indonesia, setelah ditetapkan atau ditunjuk sebagai pemenang/penyedia.
(3) Kegagalan dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) dapat berakibat dibatalkannya penetapan pemenang/penyedia dan beralih ke calon pemenang berikutnya.
Pasal 18
(1) Dalam hal penyedia luar negeri memerlukan perwakilan (representatil) berupa Baden Usaha yang berkedudukan di Indonesia, maka Badan Usaha tersebut harus memiliki
a. Pakta Integritas.
b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
c. akte pendirian perusahaan dan perubahannya;
d. Letter of Appoinment dengan minimal masa berlaku sampai pelaksanaan penyerahan rnateriil kontrak;
pernyataan/pengakuan tertulis bahwa perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas name perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana; surat keterangan bahwa salah satu dan/atau semua pengurus dan badan usahanya tidak masuk dalam Daftar Hitam; dan
9. surat keterangan domisili.
(2) Dokumen tersebut harus diserahkan salinannya (fotocopy) dengan menunjukkan aslinya bagi perwakilan penyedia yang penyedianya dinyatakan lulus.
(3) Dalam hal penyedia lulus kualifikasi, sementara penvakilan tidak dapat memenuhi kelengkapan dokumen tersebut pada ayat (1), maka panitia
I6
pengadaan segera menyampaikan kepada penyedia yang bersangkutan dan dapat menyarankan penggantian perwakilan apabila tetap dipedukan oleh penyedia.
Pasal 19
Pengadaan Alutsista TNI dengan pendanaan PLN dan PDN proses pengadaannya dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan.
Bagian Kerma Pembiayaan Pelaksanaan Pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan
Tentara Nasional Indonesia Pasal 20
(1) Kementerian Pertahanan dan TNI menyediakan biaya melalui APBN, yang digunakan untuk pelaksanaan pemilihan Penyedia Alutsista TNI yang meliputi:
a. honorarium personal organisasi Pengadaan Alutsista TNI termasuk tim teknis, tim pendukung dan staf proyek;
biaya penggandaan Dokumen Pengadaan Alutsista TNI; dan
biaya lainnya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Pengadaan Alutsista TNI.
(2) Kementerian Pertahanan dan TNI menyediakan biaya untuk pelaksanaan pemilihan Penyedia Alutsista TNI yang pengadaannya akan dilakukan pada tahun anggaran berikutnya.
Kementerian Pertahanan dan TNI dapat mengusulkan besaran Standar Biaya Khusus Kementerian Pertahanan/TNI terkait honorarium bagi personal organisasi pengadaan Alutsista TNI, yang diajukan pada saat pengajuan biaya Rencana Kerja Anggaran Kernenterian/Lembaga untuk anggaran tahun berikutnya.
Raglan Keenam Jaminan Pengadaan
Pasal 21
(1) Penyedia Alutsista TNI menyerahkan Jaminan kepada Panitia PengadaanlPPK untuk memenuhi kewajiban sebagaimana dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan/Kontrak Alutsista TNI, termasuk pada metade Penunjukan Langsung.
(2) Jaminan atas Pengadaan Alutsista TNI terdiri atas:
Jaminan Penawaran;
Jaminan Pelaksanaan;
0. Jaminan Uang Muka;
d. Jaminan Pemeliharaan: dan
e. Jaminan Sanggahan Banding.
(3) Jaminan atas Pengadaan Alutsista TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh Bank Pemerintah RI.
(3)
17
(4) Tata cam pemberian Jaminan yang tidak diatur pada Permenhan ini dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertahanan tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa a Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia.
Bagian Ketujuh
Penggunaan Alat Mama Sistem Persenjataan Tentara Nasional Indonesia
Produk Dalam Negeri
Pasal 22
(1) Dalam pelaksanaan Pengadaan Alutsista TNI, Kementerian Pertahanan dan TNI mempedomani hal-hal sebagai berikut :
dalam rangka pennberdayaan Industri Pertahanan Nasional Kementerian Pertahanan wajib menunjuk atau mengikut sertakan BUMNIS/BUMNIP/BUMS dalam proses pengadaan Alutsista TNI;
memaksimalkan Penggunaan Alutsista TNI produk dalam negeri, termasuk rancang bangun, perekayasaan nasional dan produk lisensi dalam Pengadaan Alutsista TM, tidak termasuk produk impor yang dijual di dalam negeri ;
Alutsista TNI yang belum dapat dibuat di dalam negeri, sedapat mungkin pengadaannya langsung dan pabrikan luar negeri yang terpercaya; dan
Pabrikan Penyedia Alutsista TNI di luar negeri sebagaimana dimaksud pada huruf c, sedapat mungkin bekerjasama dengan industri dalam negeri.
Kewajiban Kementerian Pertahanan dan TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada setiap tahapan Pengadaan Alutsista TNI, mulai dari perencanaan, persiapan sampai dengan pengakhiran Perjanjian/Kontrak.
Perjanjian/Kontrak diupayakan mencantumkan persyaratan penggunaan:
Standar Minter Indonesia atau standar lain yang berlaku dan/atau standar internasional yang setara dan ditetapkan oleh instansi terkait yang berwenang;
produksi dalam negeri sesuai dengan kemarnpuan industri nasional; dan
tenaga ahli dan/atau Penyedia Alutsista TNI dalam negeri.
(4) Pendayagunaan produksi dalam negeri pada proses Pengadaan Alutsista TNI dilakukan sebagai berikut :
a. ketentuan dan syarat penggunaan basil produksi dalam negeri dimuat dalam Dokumen Pengadaan dan dijelaskan kepada semua peserta;
b. dalam hal sebagian bahan untuk menghasilkan Alutsista TNI produksi dalam negeri berasal dad impor, dipilih Alutsista TM yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri paling besar; dan
dalam mempersiapkan Pengadaan Alutsista TNI, terhadap Alutsista impor diharuskan adanya allh teknologi dari negara produsen.
I8
Pasal 23
(1) Dalam pelaksanaan Pengadaan Alutsista TNI diupayakan agar Penyedia Alutsista TNI dalam negeri bedindak sebagai Penyedia Alutsista TNI utama, sedangkan Penyedia Alutsista TNI asing dapat berperan sebagai sub Penyedia Alutsista TNI sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pengadaan Alutsista TNI yang terdiri etas bagian atau komponen dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih harus diimpor, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
pemilahan atau pembagian komponen harus benar-benar mencerminkan bagian atau komponen yang telah dapat diproduksi di dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih harus d impor; dan
peserta Pengadaan diwajibkan membuat daftar Barang Alutsista TN! yang diimpor yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis, jumlah dan harga yang dilampirkan path Dokumen Penawaran.
Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi yang terdiri alas bagian atau komponen dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih harus diimpor, dilakukan dengan ketenluan sebagai berikut:
pemilahan atau pembagian komponen harus benar-benar mencerminkan bagian atau komponen yang telah dapat diproduksi di dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih harus d impor;
peker'aan pemasangan, pabrikasi, pengujian dan lainnya sedapat mungkin dilakukan di dalam negeri, dan
peserta pengadaan diwajibkan membual daftar barang Alutsista TNI yang diimpor yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis, jumlah dan harga yang dilampirkan pada Dokumen Penawaran.
(4) Pengadaan barang impor dimungkinkan dalam hal:
barang tersebut belum dapat diproduksi di dalam negeri;
spesifikasi teknis Barang yang diproduksi di dalam negeri belum memenuhi persyaratan, dan/atau
c. volume produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan.
Penyedia Alutsista TNI yang melaksanakan Pengadaan Alutsista TNI yang diimpor langsung, semaksimal mungkin menggunakan jasa asuransi, angkutan, ekspedisi, perbankan yang ada di dalam negeri.
Pasal 24
(1) Penggunaan produk dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a, dilakukan sesuai besaran komponen dalam negeri pada sedan Alutsista TNI yang ditunjukkan dengan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri.
(2) Ketentuan dan tafa cara penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri merujuk pada ketenluan yang ditetapkan oleh Menteri yang membidangi urusan perindustrian dengan tetap berpedoman pada tata nilai Pengadaan Alutsista TNI sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
(3)
(5)
(1)
19
Bagian Kedelapan
Pengkategorian Alat Utama Sistem Persenjataan Tentara Nasional Indonesia
Pasal 25
Pengkategorian Barang untuk pengadaan Alutsista TNI tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang fidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Pertahanan ini.
BAB III
PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Bagian Kesatu Tahap Pra Persapan
Paragraf 1 Data Pendukung
Pasal 26
Data pendukung disiapkan untuk pelaksanaan pemilihan penyedia Alutsista TNI yang terdiri dari :
a. Resume Kebutuhan sesuai Postur Pertahanan Negara den Dokumen Perencanaan;
b. Operational Requirement;
c. Spesifikasi Teknis;
d. Sarana Prasarana Pendukung; dan
e. Perkiraan Harga Alutsista TN!.
Data pendukung sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf a, huruf c, huruf d dan huruf e disiapkan oleh U.0 pengguna dengan mengacu pada Kerangka Acuan Kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (3) huruf c.
Data pendukung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b disiapkan oleh V.0 Mabes TNI dengan mengacu pada Kerangka Acuan Kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (3) huruf c.
Paragraf 2 Referensi Pengadaan
Pasal 27
Referensi Pengadaan disiapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran.
Referensi Pengadaan Alutsista TNT terdid dari :
a. Direktif PA;
b. Data Pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1).
20
Surat Penetapan Sumber Pembiayaan untuk pengadaan Alutsista TNI menggunakan fasilitas PLN dad Kreditor Swasta Asing dan Lembaga Penjamin Kredit Ekspor;
d. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Kegiatan Pinjaman Dalam Negeri untuk pengadaan Alutsista TNI menggunakan fasilitas PDN; dan
e. Dakar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
(3)
Penyiapan Referensi Pengadaan harus selesai paling lambat akhir bulan pertama tahun anggaran berjalan.
Paragraf 3 Proses Paralel Pinjaman
Pasal 28
Berdasarkan Referensi Pengadaan Alutsista TNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 untuk proses paralel pinjaman KPA U.O. Kemhan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk pengadaan sebagai berikut
PLN dengan metode Penunjukan Langsung;
PLN dengan sumber pinjaman dad Kreditor Swasta Asing (KSA), Bilateral dan Multilateral; dan
Pinjaman Dalam Nepali.
Bagian Kedua Tahap Persiapan
Paragraf 1 Penetapan Metode Pemilihan Penyedia
Pasal 29
(1) Panitia Pengadaan dalam menetapkan metode pemilihan penyedia mengacu pada Direktif PA dan Spesifikasi Teknis sesuai Referensi Pengadaan,
(2) Metode pemilihan penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Penunjukan Langsung; atau
b. Pelelangan Khusus;
(3) Penunjukan Langsung dilaksanakan dalam hal.
a. keberadaan penyedia tunggal;
b. keperluan commonality; atau
c. keadaan tertentu yang menyangkut pertahanan negara termasuk strategi pertahanan, kerahasiaan dan percepatan untuk penanganan darurat.
(4) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c. ditetapkan oleh PA dan menjadi bagian tertulis pada Direktif PA.
21
Dalam hal Direktif PA mengamanatkan digunakannya produk dad perusahaan tertentu maka metode pemilihan penyedia yang digunakan adalah Penunjukan Langsung.
Dalam hal Direktif PA mengamanatkan digunakannya produk Indust' Pertahanan Dalam Negeri tanpa menyebutkan produk/perusahaan tertentu pemilihan penyedia dilaksanakan sebagai berikut:
apabila penyedia tunggal dilaksanakan Penunjukan Langsung;
apabila penyedia tidak tunggal dilaksanakan Pelelangan Khusus dengan mengundang, mengevaluasi dan memilih Industri Dalam Negeri yang potensial;
Paragraf 2
Penyusunan Dokumen Pengadaan dan Harga Perkiraan Sendiri
Pasal 30
Dokumen Pengadaan Alutsista TNI terdiri dad Dokumen Kualifikasi dan Dokumen Pemilihan.
Penyusunan Dokumen Pengadaan Alutsista TNI dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Pertahanan tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia.
Penyiapan Dokumen Pengadaan Alutsista TNI harus selesai selambat-larnbatnya akhir bulan ketiga tahun anggaran berjalan.
Pasal 31
(1) Penetapan Harga Perkiraan Sendiri Pengadaan Alutsista TNI oleh PPK dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertahanan tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Di lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia
(2) Harga Perkiraan Sendiri Pengadaan Alutsista TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan sebagai dasar untuk menentukan besaran kerugian Negara.
Bagian Ketiga Tahapan Pemilihan Penyedia Alat Utama Sistem Persenjataan
Tentara Nasional Indonesia
Paragraf 1 Mekanisme Pemilihan Penyedia
Pasal 32
Pemilihan penyedia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) dilaksanakan dengan penilaian kualifikasi secara prakualifikasi, penyampaian penawaran 1 (satu) sampul yang berisi dokumen administrasi, teknis dan harga serta penilaian penawaran menggunakan sistem nilai
22
Pasal 33
Penunjukan Langsung dilakukan terhadap calon penyedia terpilih sesuai kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3).
Mekanisme penunjukan langsung yang dilaksanakan setelah Panitia Pengadaan melaporkan kesiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) hum( d. serta tidak ada keberatan dari KPA terhadap rencana tersebut, meliputi:
a. undangan kepada salon penyedia terpilih;
b. pengambilan Dokumen Kualifikasi dan Dokumen Pemilihan;
c. pemasukan Dokumen Kualifikasi;
evaluasi dan pembuktian kuafifikasi;
pemberitahuan hasil evaluasi kualifikasi,
pemberian penjelasan; pemasukan Dokumen Penawaran dalam 1 (satu) sampul yang berisi: dokumen teknis dan harga kepada Panitia Pengadaan
h. evaluasi penawaran serta klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga untuk mendapatkan harga yang wajar serta dapat dipertanggung- jawabkan; khusus untuk pengadaan Alutsista TNI melalui PLN dengan pendanaan dari Lembaga Penjamin Kredit Ekspor (LPKE), melibatkan perwakilan dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk menilar Loan
Proposal;
pembuatan Berita Acara Hasil Evaluasi Penawaran;
khusus untuk pengadaan Alutsista TNI dengan nilai pagu diatas 100 (seratus) miliar rupiah dan untuk pengembangan kekuatan Alutsista TNI sebelum penetapan dilaksanakan sidang TEP;
penetapan penyedia;
khusus untuk pengadaan Alutsista TNI melalui PLN dengan pendanaan dari Lembaga Penjamin Kredit Ekspor (LPKE), hasil penetapan penyedia disampaikan secara tertulis ke Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk proses paralel pinjaman.
pemberitahuan kepada penyedia; dan
PPK menerbitkan SPPBJ dan segera mempersiapkan proses Kontrak.
(3) apabila hasil evaluasi dinyatakan tidak memenuhi syarat, Panitia Pengadaan mengundang penyedia lain.
(4) Berita Acara Hasil Evaluasi Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf j, memuat :
a. nama dan alamat penyedia;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak;
unsur-unsur yang dievaluasi;
d. harga penawaran terkoreksi dan harga hasil negoisasi,
(1)
(2)
g.
23
e. keterangan lain yang dianggap perlu; dan
f. tanggal dibuatnya berita acara.
Pasal 34
Pelelangan Khusus dilakukan dengan membandingkan penawaran, paling sedikit 2 (dua) penawaran dad Penyedia Alutsista TNI yang diundang.
(2) Penyedia Alutsista TNI yang diundang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penyedia potensial yang diidentifikasi melalui
a. pengalaman pengadaan sejenis sebelumnya;
b. hasil laporan kunjungan pameran/promosi;
c. Hash! presentasi penyedia Alutsista TNI;
d. Study kepustakaan finternet, jurnal, media masa dan lain-lain); dan
e. Informasi lain yang relevan.
Mekanisme Pelelangan Khusus, yang dilaksanakan setelah Panitia Pengadaan melaporkan kesiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf d. soda tidak ada keberatan dari KPA terhadap rencana tersebut, meliputi
a. undangan kepada peserta terpilih;
b. pendaftaran dan pengambilan Dokumen Kualifikasi dan Dokumen Pemilihan;
c. pemasukan dokumen kualifikasi;
d, evaluasi dan pembuktian kualifikasi ;
e. pemberian penjelasan, khusus untuk pengadaan dengan nilai di atas 100 (seratus) miliar rupiah atau untuk pengembangan kekuatan Alutsista TNI ditekankan bahwa pemilihan oleh Panitia Pengadaan hanya sampai short list, selanjutnya dari short list tersebut akan kembali dikompetisikan oleh TEP;
pemasukan Dokumen Penawaran dalam 1 (satu) sampul yang berisi: dokumen teknis dan harga kepada Panitia Pengadaan;
pembukaan Dokumen Penawaran;
Beta Acara Hasil Pembukaan Dokumen Penawaran yang di tandatangani oleh panitia pengadaan dan perwakilan calon penyedia yang Nadir;
i. evaluasi dan klarifikasi penawaran teknis dan harga,
j. khusus untuk pengadaan Alutsista TNI melalui PLN dengan pendanaan dah Lembaga Penjamin Kredit Ekspor (LPKE), melibatkan perwakilan dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk menilai proposal pinjaman;
pembuatan Berita Acara Basil Evaluasi Penawaran, dengan muatan
1) nama dan alamat penyedia;
2) Komar Pokok Wajib Pajak;
3) unsur-unsur yang dievaluasi;
(1)
(3)
24
4) harga penawaran terkoreksi;
5) keterangan lain yang dianggap pedu;
6) tanggal dibuatnya berita acara; dan
7) khusus untuk pengadaan Alutsista TNI yang menambah kekuatan dan pengadaan dengan nilai pagu diatas 100 (seratus) miliar rupiah dibuat short list yang memuat paling banyak 3 (tiga) calon penyedia dengan nilai tertinggi.
khusus untuk pengadaan Alutsista TNI yang menambah kekuatan dan pengadaan dengan nilai pagu di atas 100 (seratus) miliar rupiah sebelum penetapan dilaksanakan sidang TEP dengan kembali mengkompetisikan calon penyedia yang tercantum dalam short list sebagaimana dimaksud pada huruf k;
penetapan pemenang;
khusus untuk pengadaan Alutsista TNI melalui PLN dengan pendanaan dari Lembaga Penjamin Kredit Ekspor (LPKE), basil penetapan penyedia disampaikan secara tertulis ke Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk proses paralel pinjaman.
pemberitahuan pemenang; dan
penunjukan Penyedia.
Paragraf 2 Penetapan dan pemberitahuan Pemenang
Pasal 35
(1) Pengadaan dengan pagu di alas Rp. 100,000,000.000 (seratus miliar rupiah) dan seluruh pengadaan untuk pengembangan kekuatan Alutsista TNI, penetapan pemenang ditetapkan deb Menteri Pertahanan selaku PA dengan melalui sidang Tim Evaluasi Pengadaan (TEP) .
Pengadaan dengan pagu paling tinggi Rp. 100,000,000,000 (seratus miliar rupiah) kecuali pengadaan untuk pengembangan kekuatan Alutsista TNI, penetapan pemenang ditetapkan oleh Panitia Pengadaan.
Penetapan pemenang harus selesai paling lambat
a. akhir bulan kelima tahun anggaran berjalan untuk pengadaan perbaikan/ pemellharaan/suku cadang dan penambahan bekal; dan
akhir bulan ketujuh tahun anggaran berjalan untuk pengembangan kekuatan Alutsista TNI.
Paragraf 3 Pengunduran diri
Pasal 36
(1) Dalam hal Penyedia Alutsista TNI yang telah menerima Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa mengundurkan did dan masa penawarannya masih
25
berlaku, Pengunduran did tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan yang dapat diterima secara obyektif oleh PPK.
(2) Pengunduran did sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan bahwa Jaminan Penawaran Penyedia Alutsista TN! yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada kas negara.
(3) Dalam hal Penyedia Alutsista TNI yang ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan mengundurkan din dengan alasan yang tidak dapat diterima, Penyedia Alutsista TNI dikenakan sanksi berupa larangan untuk mengikuti kegiatan Pengadaan Alutsista TNI dimstansi Kementerian Pertahanan dan TNI selama 2 (dua) tahun.
Paragraf 4 Kerahasman
Pasal 37
Dalam proses pengadaan Alutsista TNI yang mernedukan kerahasian sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (3) dilaksanakan sebagai berikut :
Kebutuhan kerahasiaan proses harus tercantum pada Direktif PA dengan menjelaskan alasan dan batasan sampai kapan kerahasiaan diperlukan;
Calon penyedia yang ditunjuk harus memenuhi syarat Security Clearance;
tahap pemilihan penyedia, Penyusunan dan aktitast kontrak serta tahap penyerahan dan penerimaan hasil pekerjaan dilaksanakan secara rahasia dan masing-masing tahap dibuat Berita Acara; dan
kebutuhan kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan keseluruhan tahap sebagaimana dimaksud pada huruf b. hams tetap memenuhi prinsip-prinsip efisien, efektif dan akuntabel.
Bagian Keempat Tahap Penyusunan dan Aktifasi Kontrak
Paragraf 1 Penyusunan Kontrak
Pasal 38
(1) Penyusunan kontrak pengadaan Alutsista TN! pada dasarnya berpedoman pada Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Standard Bidding Document), namun dalam hal diperlukan pengaturan kontraktual yang belum terdapat dalam Standard Bidding Document dapat dibuat klausul khusus.
(2) Klausul khusus sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diantaranya tentang :
kodifikasi materill sistem NSNI;
kelaikan materiil;
angkutan dan asuransi. yang meliputi diantaranya persyaratan perusahaan jasa angkutan dan asuransi serta pembentukan Tim Pengawas Negosiasi Angkutan dan Asuransi;
26
d. Pembebasan bea masuk dan pajak-pajak lannya (penggunaan SP-1);
Mekanisme pemeriksaaan, Pengujian dan penerimaan materiil kontrak yang mengakomodasikan mekanisme sampai dengan tingkat Satuan Pemakai.
f. Pengepakan dan tanda-tanda;
g. kerahasiaan;
h. alih teknologi (transfer of technology);
i. sertifikat kemampuan dan kondisi khusus sesuai kebutuhan kontrak; dan
j. Jaminan Pemeiharaan.
(3)
Jika diperlukan dalam kontrak juga dapat dilampirkan beberapa dokumen terkait diantaranya :
a. Surat pelimpahan wewenang (Power of Attorney); dan
b. Pernyataan lantana export license, embargo dan penggunaan materill kontrak dad penyedia;
Pasal 39
(1) PPK melalui Tim Perumus Kontrak menyempurnakan rancangan Kontrak Pengadaan Alutsista TNI untuk ditandatangani.
(2) PPK dan Penyedia Alutsista TNI menandatangani Kontrak setelah:
a. memperoleh pendapat ahli hukum Kontrak untuk pengadaan Alutsista TNI yang kompleks dan/atau dengan pagu di atas 100 (seratus) miller rupiah; dan
b. Penyedia Alutsista TNI menyerahkan Jaminan Pelaksanaan.
(3) Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak Pengadaan Alutsista TNI atas nama Penyedia Alutsista TNI adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar Penyedia Alutsista TNI, yang telah didaflarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat menandatangani Kontrak Pengadaan Alutsista TNI, sepanjang mendapat kuasa/pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani Kontrak Pengadaan Alutsista TNI.
Paragraf 2 Aktifasi Kontrak
Pasal 40
(1) Sebelurn penandatanganan kontrak penyedia menyerahkan jaminan pelaksanaan dan jaminan uang muka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2).
27
(2) Khusus untuk pengadaan dengan menggunakan fasilitas PLN yang diperkirakan rnasa berlaku kontraknya memerlukan waktu yang lama terkait dengan penyelesaian perjanjian pinjaman dan pencairan dana bertanda bintang di DPR RI. jaminan pelaksanaan dapat diserahkan sebelum pembukaan L/C.
Kontrak dengan anggaran Rupiah Murni diefektifkan dengan penandatanganan oleh PPK dan Penyedia.
Kontrak dengan anggaran Devisa diefektifkan dengan penandatanganan oleh PPK dan Penyedia serta pembukaan L/C di Bank Pemerintah Republik Indonesia.
Kontrak dengan anggaran PDN diefektifkan dengan :
penandatanganan kontrak;
penandatanganan perjanjian pinjaman; dan
pencairan dana bertanda bintang di Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
(6) Kontrak dengan pendanaan PLN diefektifkan dengan
penandatanganan kontrak;
penandatanganan perjanjian pinjaman;
gin pencairan dana bertanda bintang di DPR RI; dan
Pembukaan L/C di Bank Indonesia.
(7)
Penandatanganan kontrak hams dilaksanakan selambat-lambatnya
a. akhir bulan keenam tahun anggaran berjalan untuk pengadaan perbakan/pemellharaan/suku cadang dan penambahan bekal; dan
b. akhir bulan kesembilan tahun anggaran berjalan untuk pengembangan kekuatan Alutsista TNI.
(8)
Pembukaan L/C di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Dirjen Renhan Kemhan mengajukan surat pencairan tanda bintang kepada Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk memproses penyelesaian pembayaran uang muka dan pembebanan pinjaman luar negeri, dengan persyaratan :
1) dokumen kontrak
2) dokumen loan/credit agreement; dan
3) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang diterbitkan oleh KPA U.0 Kemhan.
PPK U.0 Kemhan mengajukan permohonan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Dirjen Renhan Kemhan setelah menerima Jaminan Uang Muka dan Penyedia.
c. Dirjen Renhan Kemhan menerbitan Keputusan Otorisast Menteri (KOM), Surat Pennintaan Pembayaran (SPP) dan Surat Kuasa Pembebanan (SKP) kepada Kapusku Kemhan;
28
berdasarkan surat Dirjen Renhan Kemhan, Kapusku Kemhan menerbitkan surat Perintah Membayar (5PM) dan Surat Kuasa Pembebanan (SKP) kepada Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara (KPPN) Khusus Jakarta VI;
e. KPPN Khusus Jakarta VI menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan SKP kepada Bank Indonesia;
Kapusku Kemhan membuat surat permohonan aplikasi pembukaan UC kepada Bank Indonesia, setelah terbitnya SP2D dan SKP dari KPPN Khusus Jakarta VI, dengan melampirkan kelengkapan dokumen terkait;
perpanjangan UC dapat dilakukan apabila
1) PPK U.0 Kemhan menyetujui permohonan perpanjangan L/C berdasarkan pertimbangan yang layak dan wajar, meliputi
a) pekerjaan tambahan yang disepakati oleh kedua belah pihak;
b) perubahan desain yang disepakati oleh kedua belah pihak;
c) perpanjangan waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak; atau
d) keadaan kahar (force majeure).
2) Penyedia Alutsista TNI telah membayar denda terhadap ketedambatan pengiriman materiil kontrak karena kesalahan Penyedia Alutsista TNI; dan
3) perpanjangan waktu pelaksanaan telah dituangkan dalam amandemen kontrak.
h. permohonan perpanjangan UC diajukan oleh PPK U.0 Kemhan alas permintaan Penyedia Alutsista TNI kepada Dirjen Renhan Kemhan selanjutnya diteruskan kepada Kapusku Kemhan; dan
Kapusku Kemhan meneruskan permohonan perpanjangan L/C ke Bank Indonesia.
(9)
Kontrak harus sudah efektif paling lambat :
a. akhir bulan ketujuh tahun anggaran berjalan untuk pengadaan perbaikan/ pemeliharaan/suku cadang dan penambahan bekal; dan
b. akhir bulan kesepuluh tahun anggaran berjalan untuk pengembangan kekuatan Alutsista TNI.
Paragraf 3 Perubahan Kontrak
Pasal 41
(1) Dalam hal terjadi keadaan kahar atau adanya perkembangan teknologi dan perubahan administrasi, PPK bersama Penyedia Alutsista TNI dapat melakukan perubahan Kontrak yang meliputi:
a. menarnbas atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak;
menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
29
c. rnengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan; atau
mengubah jadwal pelaksanaan.
(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan:
a. tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dad harga yang tercantum dalam perjanjian/kontrak awal; dan
b. tersedianya anggaran.
(3) Harga Satuan Dalam Kontrak adalah pasti dan tetap, kenaikan/perubahan harga satuan tidak dibenarkan setelah Kontrak rnulai efektif.
(4) Penyedia Alutsista TNI dilarang rnengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak lain, kecuali sebagian pekerjaan utama kepada Penyedia Barang Spesialis.
Paragraf 4 Keadaan Kahar
Pasal 42
(1) Dalam hal terjadi Keadaan Kahar, Penyedia Alutsista TNI memberitahukan tentang terjadinya Keadaan Kahar kepada PPK secara tertulis dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hart kalender sejak terjadinya Keadaan Kahar, dengan menyertakan salinan pernyataan Keadaan Kahar yang dikeluarkan oleh pihak/instansi yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Tidak termasuk Keadaan Kahar, hal-hal merugikan yang thsebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para pihak.
(3) Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh terjadinya Keadaan Kahar tidak dikenakan sanksi.
(4) Setelah terjadinya Keadaan Kahar. para pihak dapat melakukan kesepakatan, yang dituangkan dalam perubahan Kontrak.
Paragraf 5 Pemutusan Kontrak
Pasal 43
(1)
PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak apabila:
a. denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan Penyedia Alutsista TNI sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak;
b. Penyedia Alutsista TNI !alai atau cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya clan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
30
Penyedia Alutsista TNI terbukti melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau
pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan kolusi, korupsi dan nepotisme dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Alutsista TNI dinyatakan benar oleh instansi yang benvenang.
(2) Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Alutsista TM:
Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Alutsista TNI atau Jaminan Uang Muka dicairkan;
Penyedia Alutsista TNI membayar denda; dan/atau
Penyedia Alutsista TNI dimasukkan dalam Dakar Hitam.
Paragraf 6 Penyelesaian Perselisihan
Pasal 44
(1) Dalam hal terjadi perselisihan antara para pihak dalam Penyediaan Alutsista TNI, Para pihak terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian perselisihan tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase, alternatif penyelesaan sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan peru ndang-undangan.
Bagian Kelima Tahap Pelaksanaan dan Penyerahan Hash! Pekerjaan
Paragraf 1 Pengawasan dan Pengendalian Kontrak
Pasal 45
(1) Dalam pelaksanaan kontrak pengadaan Alutsista TNI dibentuk tim
pengawasan dan pengendalian kontrak sebagaimana dimaksud pada Pasal 13.
(2) Tim pengawas dan pengendalian kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh PPK.
31
Paragraf 2 Serah Terima Pekerjaan
Pasal 46
(1) Setelah pekerjaan selesal 100% (seratus perseratus) atau sesuai dengan tahapan sebagaimana yang teduang dalam Kontrak, Penyedia Alutsista TNI mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan pekerjaan.
(2) PPK menyampaikan basil penerimaan materiil kontrak kepada pengguna untuk ditindaklanjuti dalam SIMAK BMN dengan menggunakan Berita Acara Sarah Terima Mated) Kontrak yang materinya harus sudah masuk dalam obyek pemedksaan dan pengujian materiil kontrak sebagaimana dimaksud pada Pasal 38 ayat (2) huruf e.
(3) Penyedia Alutsista TNI mengganfi Jaminan Pelaksanaan menjadi Jaminan Pemeliharaan setelah penerimaan akhir.
(4) Setelah masa pemeliharaan sebagaimana dimaksud path ayat (3) berakhir, PPK mengembalikan Jaminan Pemeliharaan/uang retensi kepada Penyedia Alutsista TNI.
(5) Masa garansi diberlakukan sesuai kesepakatan pars pihak dalam Kontrak.
Paragraf 3 Layanan Puma Jual
Pasal 47
Penyedia Alutsista TNI wajib menjamin ketersediaan puma jual terhadap materiil yang telah diadakan sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak.
BAB IV
PERCEPATAN
Pasal 48
(1) Dalam hal ada Direktif PA untuk percepatan, maka pengadaan Alutsista TN! dapat dilaksanakan melalui mekanisme percepatan.
(2) Percepatan sebagaimana dimaksud pada cyst (1) dapat dilaksanakan dengan pra syarat :
a. pengadaan Alutsista TNI yang menggunakan fasilitas PLN, kegiatan perencanaan kebutuhan telah masuk Blue Book/Green Book Baden Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas); atau
b. pengadaan Alutsista TNI yang menggunakan PON dan Devise kegiatan perencanaan kebutuhan telah masuk dalam Rencana Strategis atau Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga; dan
32
(3)
c. sebelum proses pemilihan penyedia dibuat kesepahaman tertulis dengan calon penyedia terhadap kemungkinan ketidaksesuaian Dokumen Anggaran dengan Dokumen Perencanaan, atas ketidaksesuaian tersebut tidak ada kewajiban apapun dari pihak Kemhan/TNI terhadap calon penyedia.
Mekanisme percepatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :
a. Tahap Pra-Persiapan
1) Setelah tersedianya data pendukung, dan tercantumnya kegiatan pada Renstra/IRKA-KL/B/ve Book/Green Book sada tersedianya personal paatia pengadaan, maka proses langsung menuju ke tahap persiapan ysitu pembentukan panifia pengadaan yang dilakukan secara paralel dengan proses :
a) penurunan DIPA untuk Rupiah Murni termasuk Devisa;
b) Penetapan Sumber Pembiayaan dad Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk PLN, dan
c) Dokumen Pelaksanaan Anggaran Kegiatan untuk PDN.
2) Proses sebagaimana dimaksud path angka 1) di atas dikoordinasikan dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia sampai kontrak efektif,
3) Referensi Pengadaan yang disiapkan oleh KPA untuk mekanisme percepatan terdiri dari :
a) Direktif PA;
b) Data Pendukung sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 ayat (1); dan
c) Blue Book/ Green Book/ Renstra! RKAKL.
Tahap Persiapan.
Pada tahap persiapan proses pelaksanaannya sama dengan Tata Cara Pengadaan Alutsista TNI di atas, namun tanpa menunggu terbitnya dokumen anggaran.
Tahap Pemilihan Penyedia.
Pada tahap Pemilihan Penyedia proses pelaksanaannya sama dengan Tata Cara Pengadaan Alutsista TNI di atas.
Tahap Penyusunan dan Aktifasi Kontrak.
Pada tahap penyusunan dan Akfifasi Kontrak proses pelaksanaannya sama dengan Tata Cara Pengadaan Alutsista TNI di atas, dengan pengefektifan kontrak dilaksanakan setelah terbitnya otorisasi anggaran.
Tahap Pelaksanaan dan Penyerahan Hasil Pekerjaan.
Pada tahap Pelaksanaan dan Penyerahan Hasil Pekerjaan proses pelaksanaannya sama dengan Tata Cara Pengadaan Alutsista TN! di atas.
33
(4) Batasan waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 30, Pasal 35 dan Pasal 40 terhitung mulai bedaku sejak terpenuhinya pra syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(5) Pada proses percepatan tetap diwajibkan adanya jaminan-jaminan sesuai Permenhan ini, jaminan pelaksanaan diberikan sebelum tandatangan kontrak kecuali pengadaan Alutsista TNI yang menggunakan PLN yang diberikan sebelum pembukaan L/C.
BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu Pengendalian
Pasal 49
(1) Pelaksana pengadaan Alutsista TNI dilarang melakukan pungutan dalam bentuk apapun.
(2) PPK wajib melaporkan secara berkala realisasi Pengadaan Alutsista TNI kepada PA/KPA.
(3) Dalam hal batasan waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) tidak dapat terpenuhi, maka KPA segera melaporkan kepada PA permasalahan penyebabnya dan memberikan saran solusinya.
(4) Dalam hal batasan waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) atau Pasal 35 ayat (3) tidak dapat terpenuhi, make Panitia Pengadaan segera melaporkan kepada KPA permasalahan penyebabnya dan memberikan saran solusinya.
(5) Dalam hal batasan waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (6) atau Pasal 40 ayat (8) tidak dapat terpenuhi, make PPK U.0 Kemhan segera melaporkan kepada PA, PPK LLO Mabes TNI/Angkatan segera melaporkan kepada KPA U.0 Mabes TNI/Angkatan permasalahan penyebabnya dan memberikan saran solusinya.
Laporan sabagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan ayat (5) ditembuskan kepada Wamenhan dan Irjen U O terkait.
Wamenhan melaksanakan pengendalian dan pengawasan pengadaan Alutsista TNI pada skema pembiayaan dan skema pengadaan.
(8) Pedoman kerja untuk pengendalian dan pengawasan pengadaan Alutsista TNI sebagaimana yang dimaksud pada ayat (7) akan diatur tersendiri.
Bagian Kedua Pengawasan
Pasal 50
Inspektorat wajib melakukan pengawasan terhadap PPK dan Panitia Pengadaan di lingkungan Kementerian Pertahanan/TNI dan melakukan audit termasuk :
(6)
(7)
34
pm-audit hasil evaluasi penawaran dengan obyek audit terutama penilaian kualifikasi, evaluasi penawaran, negosiasi dan kesiapan melaksanakan sidang TEP; dan
pm-audit sebelum penandatanganan kontrak dengan obyek audit terutama kewajaran harga, kesesuaan spesifikasi teknis dan kelengkapan/akurasi klausul kontrak.
BAB VI
BANKS!
Pasal 51
(1) Perbuatan atau tindakan Penyedia Alutsista TNI yang dapat dikenakan sanksi adalah:
berusaha mempengamhi Panitia Pengadaan/pihak lain yang berwenang dalam bentuk dan card apapun, baik langsung maupun tidak langsung guna memenuhi keingmannya yang bertentangan dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan/Kontrak, dan/atau sesuai dengan ketentuan peraturan perunda ng-undangan;
b. melakukan persekongkolan dengan Penyedia Alutsista TNI lain untuk mengatur Harga Penawaran diluar prosedur pelaksanaan Pengadaan Alutsista TNI, sehingga mengurangiknenghambat/ memperkecil dan/atau meniadakan persaingan yang sehat dan/atau merugikan prang lain;
c. rnernbuat dan/atau menvampaikan dokumen dan/atau keterangan lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan Pengadaan Alutsista TNI yang ditentukan dalam Dokumen Pengadaan;
d. mengundurkan did dari pelaksanaan Kontrak dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapat diterima oleh Panitia Pengadaan:
e. tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Kontrak secara bertanggung jawab;
berdasarkan hasil pemeriksaan, apabila pelaksanaan Pasal 22 dan Pasal 23 ditemukan adanya ketidaksesuaian dalam penggunaan Barang/Jasa produksi dalam negeri; dan/atau
berdasarkan hasil pemeriksaan, apabila pelaksanaan Pasal 41 ayat (4) ditemukan adanya pengalihan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak lain.
(2) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1
(3)
a. sanksi administratif;
b. sanksi pencantuman dalam Dakar Hitani
c. gugatan secara perdata; dan/atau
d. pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang.
Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dilakukan aleh PPK/Panba Pengadaan sesuai dengan ketentuan.
), dikenakan sanksi berupa:
Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan oleh PA/KPA setelah mendapat masukan dad PPK/Panitia pengadaan sesuai dengan ketentuan. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf g, dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Apabila ditemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang disampaikan Penyedia, dikenakan sanksi pembatalan sebagai calon pemenang dan dimasukkan dalam Daftar Hitam. Apabila terjadi pelanggaran dan/atau kecurangan dalam proses Pengadaan Alutsista TNI, maka Panitia Pengadaan:
dikenakan sanksi administrasi;
dituntut ganti mgi; dan/atau
dilaporkan secara pidana.
Pasal 52
(1) Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud Slam Pasal 51 ayat (1) huruf f, selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf a dan huruf b, dikenakan sanksi finansial.
(2) Selain perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1), Penyedia Alutsista TNI yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam angka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dapat dikenakan denda ketedambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari harga Kontrak atau bagian Kontrak untuk setiap hari ketedambatan dan tidak melampaLe besarnya Jaminan Pelaksanaan.
Pasal 53
(1) Kementerian Pertahanan dapat membuat Daftar Hitam sebagaimana dimaksud Slam Pasal 51 ayat (2) huruf b, yang memuat identitas Penyedia Alutsista TNI yang dikenakan sanksi oleh Kementerian Pertahanan.
(2) Daftar Hitam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat daftar Penyedia Alutsista TNI yang dilarang mengikuti Pengadaan Alusista TNI pada
Kementerian Pertahanan/TNI.
(3) Kementerian Pertahanan menyerahkan Daftar Hitam kepada LKPP untuk dimasukkan dalam Daftar Hitam Nasional.
(4) Daftar Hitam Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dimutakhirkan setiap saat dan dimuat dalam Portal Pengadaan Nasional.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
(1) Daftar susunan keanggotaan Tim Evaluasi Pengadaan, Panitia Pengadaan dan Tim Perumus Kontrak serta Pengkategorian Alutsista TNI, Format Resume Kebutuhan dan Bagan Alur Pengadaan Alutsista TNI tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan Sri Peraturan Menteri Pertahanan ini.
36
(2) Path saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku Peraturan Menteri Pertahanan RI Nomor PER/07/MNII/2006 tanggal 6 Juli 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Alutsista dengan Dukungan Fasilitas KE di lingkungan Departemen Pertahanan dan TNI, dicabut dan dinystakan tidak berlaku.
Pasal 55
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2011
MENTERI PERTANANAN REPUBLIK INDONESIA,
Cap/Tertanda
PURNOMO YUSGIANTORO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 3 Januari 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
Cap/Tertanda
AMIR SYAMSUDDIN
Autentikasi Kepala B Tata Usaha
Se S em
Ir uhastihar Laksamana Pertains TNI
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR
Ket
eran
gan
o e -13 13
KJ 2 g 0
•••• co c - •0 . se a E ■ mi a
to 2@ < no -- 10 a ---.
a /- -0 C - M M a' 2 ' 71 "?.. n _ a a ..... Z lo 4.7 2 9 "•-• z d .0 -0 a d 1,- •- E u,_ .c -vs, 1- 2 > .0 - e r a .0 c 1- a
M.. a 0. c c ca a C .0 -0 .0 0 (3 a .0 0 of 0 0.1 co Ca 07 - et el el 10 ro ft7 .0 a co m 0 a
12 4.01 a M .= 03 0 a .0 30 0 O. 0 .S3 a O. co 0,2 g ‘4 r4 ni OS' sj 2 Li, dr. u5 51. r.: 2 ¢ 06 06 2 2
...■
c co , _v. oo
= al
CO ea
m
o 2 'el 8 0. -,
r... : I
9 9 a l ILI
9 LO
9 111
a aj n. 64 e
jlj
8 1 ,,,I Lott
, a., a.1 or tit 2 .
co • . co 0, • • LU CU
la CO r-• V' M I /
121 a a I [
a ai
01 121
ill 01 la a
Tim
Per
umus
Kon
tral
Ma
bes T
NI
Har &
Bek
0 -P-
a a• N cA
1 cc o LI
W Le LT la 10
9 9 LIJ 1.1.1
2 h8 N &
H ' u; k"f/ fee 4/ "? UJ n■ UJ
co 1--. : ol / w W . a ICI 41
Kem
han
Har
&B
ek
go8o 2
"° Q
co v. a or t.:J t..., U.S
cr LU
9 Lu
7 &LI
n a U.S a
n. UJ
. 8 0
a •-s
,D I
CO 1 nt
L., Lu u., .31 ra
LJ sit •••1 n..) m? dr la al
1' LU
a CO 00
no or m a a a
on Al a a
en en m en a a.., 111 ILI
Pan
itia
Pen
gada
an
II 2 go 8
a a r"
i
e a e. a, al is i
1
0' L.L.
V i a,
0 ar al 6:1
m .... oo a to
A g ra. 0 a.1
1/1 IN Cn 9 9 r? al a
m a
en on u. a
e M O a 1.-. cln
i i u. -to u'a
MI I be In LIL i
en di
•
on cn di W
en ui
11 2 v c. 110 0 O. !-1
r- al 1 a.. 9 a., •
1 I' 9 u, „ j u j 9 WI
9 a
abes
Tr
Har
&
Bek
2 g. 8 -I.
1... oi a a en m en , ti. ,:c o:, o., ,j; ,
rn I,
Q « N a I' LL / ---, en, ---1 9.: 01 Al ._1 u. «; w L., u. L.' LU
...y a co n
PS c e:, 2 - _ ... oc co -T or -.1. « or
a. i-i :Li 1 _:, ..:., or a.,
9 al 1 I w ,..,
e a ed ._ .0 re E r 0
2 A ea cc o
n. r■ to ea a -t
m lull i UJ
ni al
'7 'V W la
112 al
II UJ
11;> en ILI al
X
Y 27 en "--. tO OC
ce.: 4. en u. .., atULL/a
ep n? en 111 UJ lal
IP LIJ
ft? LL1
r? LU
ni UJ
!P H
ar
&B
ek
PC,
1
00t
vl
"1 r": 'a ea W
CS al
Lei ula re Lu n? ue re LU r? cv' 111 al
ill Lu
sc a
" " co .4 a
•-• m a a
.71 LIJ
L1 79 a IL
71 .li al la
1.0 u1,
4-1 1.41
11 W
tat 01 tl.• L'.1
re w
Olt
Jen
Kua
than
IDitj
en P
otha
n
Mie
n R
enha
n [
Sara
nah
an
Sren
um
IsoPs
ISrena
la
LR
0. a 0
M riatk
al
Ket
ua
Wak
il Ket
ua a
- .7- 10 «
to Mab
es T
NI
Angkr
ZE---
1*
a e4 COas fa
:•.• II a E -0 a 0 CU z c li CO La • 07 a.
Al 111 5 to o ... -o
r.; to c _,‘ 41 to c o in I c 2 15 17 e Is 2 o. c o 2 .E le
e -0 a* y
to .o m m 3 C
ae m 0 10 E ado A a SC m •-• a 2
c -0 -id 0 4.1 co a :a La ei. op "0 G o co
ro co ... dgE co 1= LC r RI ,
42 -0 C E 01 t 07 0@0 = a .- CL C 01 a C C (V
Lif de ro
0- B 10 12. a g
-M, 02 .d C
,' a as E 2
„, s, a. .•4 E -Po c ...• a UJ bo ...... bo
„mei . -9, ;l .1 i - o5 i c!
a, in .o n 0. -0 a c -0 .0 Cr E to
0. 0 a jua P...b3 ..,;) :0. An: CU C a
a.. act II a -Co -V .0 €1 -
a& ei -
431 2 7,7 --y. 1 s ITL1 05 sc -5 4.-• c 12:, c .0 03
: ; i ;: cb_ ! wE :.
e a .r. s to' eo 2 0
sE 4` 2 •- A' •-• a RI - M -LC OD -0 0 a 10 :- ..! : :
E - - -2 ).• SC 6- ,c, .s, ,_, = a tn C C.
ny..cur ;raw; .§:i 5 :Cat e; 075: - calm I cl v=:` iv ' (5 C ...
.. lc
W '0 a 1, e3
0 =II' ' a M
= . = 2 Co to U J 15 • 09 C 0C C fc C IA
C V/ ... 3 a- a- C C 07 m a, al - m m .0 o .c ›.. TO 2 % am . .. n . I 6 6 re
ma -xem 2 .,9 t' ted0 ILO .0 .0 - en e = 0 c c r 1.1 =CV f:
A 111 0 a I= •ct ¢ a a m V ri Ni rn 4 Vi .4 r: CO oi
2 c 0 2 *2 Al ‹
212 w mw rep-LL1
<Z
CL E a m
ww 15 w z mw 0 0 Z 1- 2 a m n a m I-z n 5= x 0. am w m 22 E 2 1= 0 a 0- w 2 ac . 1 0a a=
2 E 1- al LU LU a .. = w, ce 0- a 2 s.
z82 0 m - 0. 0 1 Z 2
EN E za1,7c,
z r zz c w < coo w mi- -1ME 'V
-5g III a22 C e (6) cr C
*ce2§ L
d m -1-0<OC m
g2 1- 0 w m .,... z z c 4 ILI LA LU LU L11 U1 w -1 O. Z H CL I- 1- M
A E C m a a: a to C to
0 co
0.
To
to
E
C
ro 0
on C co
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
PENGKATEGORIAN ALUTSISTA TNI
ALAT UTAMA
Kendaran Khusus
a. Tank;
b. Panser;
c. Kendaraan angkut tank;
d. Kendaraan penarik meriam;
e. Kendaraan patroli khusus;
Truk/bagian dari truk tempur, angkut pasukan, angkut logistik dan angkut hewan;
g. Kendaraan penarik radar kendaraan komando;
h. Kendaraan taktis (Rantis);
I. Kendaraan Patrol; Beroda Dua dengan Kapasitas Silinder di Atas 350 Co;
j. Kendaraan penarik peluru kendali;
k. Perlengkapan dan suku cadang kendaraan di alas.
2. Senjata
a. Senjata Infanteri ringan (perorangan);
b. Senjata Infanteri berat (kelompok);
c. Senjata Adileri;
d. Senjata Kavaleri;
e. Senjata peluru kendali;
f. Sistem senjata udara;
g. Sistem senjata kapal;
Amuntsi
a. Infanteri, Arteleri, Kavaleri;
b. Ranjau, Born, Roket, Peluru Kendali berikut peluncurnya;
c. Kahan peledak amunisi, peralatan arsenal;
2
d. Torpedo, amunisi sista udara, amunisi senjata khusus, amunisi kaliber kecil.
Pesawat Terbang
a. Fixed Wings. Rotary Wings;
b. Pesawat tanpa awak.
Alat Beret
a. Fuel Tank Truck. Dump Truck, Trailer, Shop maintenance Truck;
Dozer, Crane, Motor Grader, Wheel Loader, Wheel Roller;
Rock Crusher, Mixer;
Pontoon Bridge, Bailley Bridge;
e. Exavator. Bachoe Loader, Front Loader, Finisher, Wen;
f. Forklift, Farm Tracktor,
g. Perkakas/unit penjemih air.
Penjinak Bahan Peledak
a. Metal Detector;
b. Demolition Set;
c. Kendaraan Penjinak Ranjau.
Perlengkapan Tempur Perorangan
a. Perlengkapan selam, perlengkapan terjun, perlengkapan
penerbang;
Perlengkapan pengendalian huru-hara, perlengkapan pasukan khusus, perlengkapan intelijen;
c. Perlengkapan keamanan kerja, perlengkapan pendakian gunung;
Perlengkapan perang nubika;
e. Peralatan perang elektronika;
f. Kompas, teropong, kendall tembak;
9. Alat optik khusus;
h. Alat perlengkapan khusus;
i. Jaket/rompi anti peluru, Helm anti peluru, Crash Helmet;
j. Ransum tempur.
B. Radar
a. Radar darat, radar laut dan radar Lidera,
b. Radar perlengkapan bermesin.
3
Kapal
a. Kapal atas air;
b. Kapal bawah air.
B. ALAT PENDUKUNG
1. Peralatan Fasilitas pangkalan (Staffs dan Mobile)
a. Peralatan dock kapal, peralatan Returning Unit, Flow meter, peralatan tambat;
b. Kendaraan dan peralatan pemadam kebakaran;
a Floating Crane, peralatan bengkel;
d. Kapal tunda, kapal keruk, tongkang;
e. Mesin pembangkit )(anal, peralatan angkat dan angkut;
Ground support Equipment, Runway Sweeper;
g. Peralatan meteorologi dan lalu lintas udara, Flood light
h. Arresting barrier, Pump;
i. Peralatan SAR.
2. Komunikasi dan Navigasi
a. Jamming, Directing Finder, Transceiver, Repeater;
b. Faximile, Telex, Telegraph, Cryptograph;
a Peralatan Navigasi, peralatan Global Position System (GPS) Darat, GPS Laut dan GPS Udara;
Alat komunikasi khusus;
e. Nat bantu navigasi;
f. Mat komunikasi satuan tempur;
g. Elektronika khusus;
h. Alat deteksi bawah air;
i. Pesawat Pemancar Radio. Pemancar Penerima Radio, Peralatan Komsat (Komunikasi Satelit), Radio Microwave Link;
Kamera Surveillance, pedengkapan elektronik RDF (Stationer, Transportable, Portable);
k. Nat deteksi dan surveillance lainnya;
I. Central Batterey, Local Batterey (Telephone System);
m. Generating Set, Alat Ukur, Directing Finder,
n. ProcessodBilik Hitting Tekan (Peralatan Radar), Multiplexer,
Scrambler;
Echo Sounder;
4
Speed Log. Epirp, FSK (Frequency Shift Eyed; p.
q. Gyrocompass:
r. Fang Antena.
Peralatan Survey dan Pemetaan
Peralatan Hidrografi, Topografi;
Peralatan Survei dan Pemotretan Udara;
Peralatan kartografi, peralatan gratika.
Peralatan Kesehatan
a. Peralatan kedokteran;
b. Peralatan produksi farmasi;
Peralatan Laboratorium
a. Lab Senjata dan Amunisi;
b. Lab Elektronika, Lab Kimia, Lab Mesin;
c. Lab Kesehatan, Lab Kdminal den Identifikasi;
d. Lab Komponen Pesawat Terbang, Lab Radar, Lab Pemotretan, Lab Avionic;
e. Lab Presisi, Lab Kapal, Lab Nubika.
Peralatan Pendidikan
a. Alat instruksi Simulator pesawat, simulator kapal, simulator tempur;
b. Alat lnstruksi Alut;
c. Alat Demonstrasi.
7. Peralatan Publikasi
a. Technical Order, Manuals, Services Bulletin:
b. Buku Besar Pembedaan;
c. Peta Navigasi.
8. Kendaraan Bermotor
a. Kendaraan Unit Kesehatan;
b. Kendaraan administrasi;
c. Kendaraan Angkut Truck;
d. Kendaraan ambulance.
9. Kendaraan Atas Air
Sekoci Pendarat;
Sekoci Karen
5
Landing Craft Vehicle Personal (LCVP), Landing Craft Machine;
Hidrefoll.
e. Kapal Rurnah Sakit
10. Hewan Khusus
a. Anjing;
Kuda ;
Burung Mernati.
C. BAHAN PENDUKUNG
1. Minyak Pelumas;
Minyak pelumas dan grease non Pertamina untuk alat utama dan alat pendukung
Zat Kimia
a. Cat, Cairan Pelapis, Pembersih Dan Pelindung Untuk Alat Utama dan Alat Pendukung;
b. Cairan dan Gas untuk keperluan Sistem Pendingin;
c. Zat Kimia untuk Keperluan Persenjataan, Amunisi dan Laboratorium;
d. Zat Kimia (Adictive) untuk Pencampur Bahan Bakar dan Pelumas.
SUKU CADANG
1. Suku Cadang Alat Utama
a. Suku Cadang Kendaraan Tempur;
b. Suku Gadang Senjata dan Amunisi;
c. Suku Cadang Pesawat Terbang dan Kapal;
d. Suku Cadang Alat Berat;
e. Suku Cadang Penjinak Bahan Peledak;
f. Suku Cadang Pedengkapan Tempur Perorangan;
g. Suku Cadang Radar;
h. Suku Cadang Rudal;
2. Suku Cadang alat Pendukung
Suku Cadang Peralatan dan Fasilitas Pangkalan (Stabs dan Mobile);
b. Suku Cadang Komunikasi dan Navigasi;
MENTE ERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
r--.
PURN YUSGIANTORO
6
c. Suku Cadang Peralatan Survey dan Pemetaan;
d. Suku Cadang Peralatan Kesehatan;
e. Suku Cadang Peralatan Laboratorium;
f. Suku Cadang Peralatan Pendidikan dan Peralatan Publikasi;
g. Suku Cadang Kendaraan Atas Air dan Kendaraan Bermotor;
h. Suku Cadang Alat Musik dan Suku Cadang Perlengkapan Hewan Khusus.
E JASA PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN ALUTSISTA TNI.
PURN VUSGIANTORO
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
FORMAT RESUME KEBUTUHAN
Pengadaan : (name dan burnish Alutsista yang akan diadakan)
1. Dad analisa lingkungan strategis diidentitikasi adanya ancaman berupa (halaman Postur Pertahanan Negara);
2. Untuk menghadapi ancaman tersebut dipedukan diantaranya kemampuan (Stamen Postur Pertahanan Negara);
3. Kemampuan tersebut membutuhkan kekuatan diantaranya berupa (alutsista yang akan diadakan), sebagaimana tercantum dalam lampiran Postur Pertahanan Negara halaman
4. Alutsista tersebut, direncanakan akan digelar di ....., pada (waktu) sebagaimana tercantum pada Postur Pertahanan Negara (halaman ....);
5. Kebutuhan saran dan prasarana pendukung untuk alutsista tersebut adalah (bile diperlukan), sebagaimana tercantum dalam lampiran Postur Pertahanan Negara halaman „„„ burr
6. Kebutuhan Postur Pertahanan Negara tersebut di atas tertuang dalam dokumen perencanaan sebagai bedkut :
Renstra Hanneg TA. — yang menyebutkan (halaman....)
Renbut Tahunan Hanneg TA yang menyebutkan ..„(halaman
c. Renja Hanneg TA....., yang menyebutkan (halaman ....)
d. RKA Hanneg TA....., yang menyebutkan (halaman ....)
7.
Penyedia potensial Alutsista tersebut di dalam/luar negeri adalah (name pabrikan dan negaranya).
Catatan bila te,dapat perbedaan antara kebijakan (Postur Pertahanan Negara), perencanaan dan atau pelaksanaan pengadaan, agar diberikan catatan penjelasan dan ridampirkan data pendukung yang sepadan.
MENTE: ERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
PURN 0 VUSGIANTORO
LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
BAGAN ALUR PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Bagan Alur Tahapan Pengadaan Alutsista TNI dapat dilihat pada Sub Lampiran A dari Lampiran IV.
Bagan Alur Tahapan Pengadaan Alutsista TNI dengan dana PLN, dapat dilihat pada Sub Lampiran B dari Lampiran IV.
Bagan Pair Tahapan Pengadaan Alutsista TNI dengan dana PDN, dapat dilihat pada Sub Lampiran C dari Lampiran IV.
Bagan Alur Tahapan Pengadaan Alutsista TNI dengan dana Devisa, dapat dilihat pada Sub Lampiran D dari Lampiran IV.
Bagan Alur Tahapan Pengadaan Alutsista TNI dengan dana Rupiah Murni, dapat dilihat pada Sub Lampiran E dad Lampiran IV.
Bagan Alur Percepatan Pengadaan Alutsista TNI dapat dilihat pada Sub Lampiran F dari Lampiran IV.
Sagan Alur Percepatan Pengadaan Alutsista TNI dengan dana PLN, dapat dilihat pada Sub Lampiran G dari Lampiran IV.
8. Bagan Alur Percepatan Pengadaan Alutsista TNI dengan dana PDN, dapat dilihat pada Sub Lampiran H dad Lampiran IV.
Bagan Alur Percepatan Pengadaan Alutsista TM dengan dana Devisa, dapat dilihat pada Sub Lampiran I dad Lampiran IV.
10. Bagan Alur Percepatan Pengadaan Alutsista TNI dengan dana Rupiah Murni, dapat dilihat pada Sub Lampiran J dari Lampiran IV.
MENTE RTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTE ERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
PURN 0 YUSGIANTORO
4—
Pukan Metoda Plihan P'dia
• PIN 811/ /Auk V KSA/Jultsure I
Ref. P'ada
Bin ke 1 0
DI PA C
Racist's/ RKAKL
..1:“....--- .
[
Dok I ksgar
GiatPDN
Int° KerneUrS,, 04.1#1,400.4
1 4 ' r
(.100 M >180 616.8K
4—
Tapnangf Tapdia Panada
Spit Panada
L--01 Trakefektlf BK : bin k 10 Har:bln ke 7
Dok.
Bin k 3
Laporan Kesiapan Panada
Direktif PA
Und. Pra-kuaiiiikasi
Pra-kolifikas1
Urd. P'awaran
E a. P'aaran
PIN !IKE
Pertimb. Kemkeu
JUKSUNG LE•AAG KHU5U5
Short List
Sidang TEP
Tapnang. Tapdia PA
:LEONG KHUSUS
P'saian sanggah
JUKSUNG
BK : bI ke 7 Har: bl ke 5
PIN L KE
Into Kemkeu proses paralel pinjaman
I
Sprin Tim Sun Trak
•mompieks
I Sun Trak '-11
Pdpt Ahli Hukum
Non PIN
Jam. Maks & UM
BK : In k 9 Har: In k 6
Ttd Trak
PDH/PI.NI RM
Final' Pinj'
PDI PlN
Cbt ' Cbt Kemkeu DPR
Jam. Maks & UM
Devisa
HPS
P'tap Sumber P'bi yaan
Dal Trak K'prehensip
Penye-rahan dr P'dia ke
PPK
Penye-rahan dr PPK ke P'guna
SUB LAMPIRAN A DARI LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Tahapan Pengadaan Alutsista TNI
1. Pra - Persiapan 2. Persiapan 3. Pemilihan Penyedia 4. Sun & Aktifasi Trak 5.1.aks & Serah
Penye-rahan dr PPK ke P'guna
1. Pra - Persiapan 2. Persiapan 3. Pemilihan Penyedia 4. Sun & Aktifasi Trak
5.taks & Serah
Produksi
Tim NI
Ti Dal Trak
K'prehensip
U Penye-
rahan dr P'dia ke
PPK
Jaminan P'haraan & Layanan
Puma Jual
MENTE ERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
E a. P allaran
Pertimb. Kemkeu
Ttukan htetoda P Man P dia
d7Dok.a P P'adaa
Laporan Kesiapan Panada
Trak efektif BK :bln ke 10
Har:bln ke 7 •
Pra•kualifikasi
1.PKE
UKSUNG
DMINSIMP. Pre. mit
-JS.
>IGO Ma <7.100M
Sidang TEP
Twang/ Tapdia PA.
I apnangi Tapdia Panada
13K: bl ke Mau blr ke 5
LELANGKHADS ,UKSUNG
P'saian
sanggah
I Info Kemkeu proses paralel pinjaman
SprinTim SunTrak
Sun Trak
PdptAhli Hukum
Pee- audit
BK :blnke9 liar tin ke 6
•
Ttd Trak
Final'Pinf
H Cbt DPR
Lind. Pra-kualifikasi
Mufti; K5Afluksurz
Ref. P'adaan
P'tap Somber P'biayaan
PURN 0 YUSGIANTORO
SUB LAMPIRAN B DARI LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Tahapan Pengadaan Alutsista TNI dg Dana PLN
BK bl ke 7 Har: bin ke 5
Tapnangi Tapdia PA
LELAKIGIUSUS JUKSUNG
SUB LAMPIRAN C DARI LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA
Tahapan Pengadaan Alutsista TNI dg Dana PDN
1. Pra - Persiapan 2. Persiapan 3. Pemilihan Penyedia 4. Sun & Aktifasi Trak 5.Laks & Serah
Und. Pra•kualiikasi
Pra4ualdikasi
Meld PA
Speklek
rtukan Metoda Plihan P'dia
LELA?* HMS
Shari List
VY SONG
Line. P atvaran
E a. Pavaran
> 100 M & 81( <= 100 M
Tapnangl Tapdia Panada
P'saian sanggan
InfoKemkeu (noses I paralelpinjaman
MENTE• •ERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
PURN • 0 YUSGIANTORO
Ttd Trak
1 [Finals
Cbt* Kemkeu
Sprin Tim Sun Trak
--P-cTompleks
'mot Sun Trak
PdptAhli Hukum
Jam. Maks & UM
IX :Wilk 9 Han bin ke 6
Penye• rahan dr P'diake
PPK
Jaminan P'haraan& Layanan
Puma Jual
Penye• rahan dr PPK ke P'guna Laporan
Kesiapan Panada
Dok. P'adaa
Data Dutrg_
Pers Sprin Panada
Direkhf PA
Spektek
T'tukan Metoda Plihan P'dia
HPS
Bln k 3
Laporan ► Kesiapan
Panada
Produksi Sprin Tim Sun Trak
•Kompleks
•>100
Sprin Tim Dal
Ira
Dal Trak K'prehensip
Jaminan P'haraan & Layanan
Puma Jual
Penye-rahan dr PPK ke Ptguna
8K :b!nk 9
Har bir k 6
Ttd Trak Pen)*
rahandr Pdiake
PPK
flak efektif BK :64 ke 10
Har: bin ke
Pra-kuakfikasi
Und. P awaran
E a. I Fai aran
MK SUNG 1808iG KHUSUit
Shod List
MENTE• • ERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
\P-1•-r•-• PURN • 0 YUSGIANTORO
SUB LAMPIRAN D DART LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Tahapan Pengadaan Alutsista TNI dg Dana Devisa
1. Pra - Persiapan 2. Persiapan 3. Pemilihan Penyedia 4. Sun & Aktifasi Trak 5.Laks & Serah
Und. Pra•kualitikasi
> 100 M& BK <=100
Sidang Tapnangl TEP Tapdia 11—
Panda Tapnang;
Tapdia PA BK : bin ke 7 Harbin ke 5
JU KSUNG LELAND KtiUSITS
I:Psaian sanggah
Ref. P'adaan
61n ke
;DIPA
Eva. Pawaran
JUK SUNG Jam. Maks & UM
■
Und. Pra•kualifikasi r
• ompleks
•>100M
Pdpt Ahli Hukum
6K:bink 9 Har b'i 6
>100 PA & BK cr100M
Tapnang/ Tapdia Panada
BK : bin ke? Ha r: bin ke S
J.ELANGXHOSus, JUKSUNG
P'saian sanggah
B4C : bln ke 10 Trak efeMif Har:bin ke 7
Direktif PA
T'tukan Metoda Plihan P'dia
Laporan Kesiapan Panada
Pra-kuaifikasi
Und. P awa ran
Produksi
Sprin Tim Dal
Tra
Dal Trak K'prehensip
Penye-rahan dr Pdiake
PPK
Jaminan P'haraan & Layanan
Purna Jual
Penye-a han dr PPK ke P'guna
•
SUB LAMPIRAN E DARI LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Tahapan Pengadaan Alutsista TM dg Dana RM
1. Pra - Persiapan 2. Persiapan 3. Pemilihan Penyedia 4. Sun & Aktifasi Trak 5.Laks & Serah
MENTE ERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
PURN• 0 YUSGIANTORO
T tukan Metoda P lihan P'dia
I LONG KE1105
SDOTE List
>100/11&8
or 103 Is!
Tapnargl Tapdia
Panada Tapnangt
Tapdia PA BK:binke7
blo ke 5
4
Sidang TEP
ME SWIG
Pnyataan dahuhri dokgar
PLNLPKE
Pertimb. Kemkeu
Tim T
DalSprin
Tra
Dal Trak K'prehensip
Penye-rahan dr P'dia ke
PPK
Jaminan I rharaan & Layanan
Purna Jual
SUB LAMPIRAN F DARI LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Percepatan Pengadaan Alutsista TNI
1. Pra - Persiapan 2. Persiapan 3. Pemilihan Penyedia 4. Sun & Aktifasi Trak 5.laks & Serah
SorThlairn rorlig Sun Trak
• Ka mpIeks ->100
Pdpt Ahli Hukum
0 NonPLN
1 [ Jam. Maks & UM
1 amipevis4 _
1to— Trak
1 PDN/PLNI
6:11/..PLN . Final' Piny
PDMICI +_. 3___
— Cbt * Cbt* Kemkeu DPR
ALEANGKHUSUS JUKSUNG
-PIN BB/ Mufti/ K5O0skrung
r11 FT; Is sorin ro.l Pra-kualitikasil--,
1
Dok. P'adaa
Panada
Et a. P'awaran
Jam. Maks & UM
Sun Trak
PLN
Devisa
BK : Ink 9 War Ink 6
RM
Per k'spatan pertama
0-
P'saian sanggah
PP/ IP <E
InfoKemkou proses pa ralelpinja man
.61—° Trakefeklif lex blnk 10
Penye-rahan dr PPK ke P'guna Laporan
Kesiapan Panada
•
MENTE- sERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA.
PURN• 0 YUSGIANTORO
ERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
\P"-N-1•,, PURN • 0 YUSGIANTORO
MENTE
Pertimb. Kemkeu
LPKE
Und. Pawaran
ILA WIG lclAtio NUM*
shurt L st
> ICOii&BK
Sang TEP
Tapnang, Taga PA
— Final'12L1
Cbt' DPR
; Jam. Plaks & UM
BK • WI ke 10 Trakefeldif Harbin ke
C 100
Tapnangt Tapdia Panada
Info Kemkeu proses paralel pinja man
P'saian sanggah
LELAND KHUSUSS JUKSUNG
Per P5patan pettama
Spun Tim Sun Trak
•Kccipleks
•>10DM
Pdpt Ahli Hukum
BK : bln ke 9 Han bln ke 6
Sun Trak
BK : bin ke 7 Har: bin ke S
Data Dukun
• IV Mul un
_ Dire' gl
— Spektek
T'tukan Mgitoda Plihan Nis
HPS
Bin k
—• Und. Pra-kualdikasi
Pra-kualifikasi P'nyataan dahului do gar
41 Kesiapan Laporan
Panada
Spin TimDal
Trat-
Dal Trak K'prehensip
Jaminan P'haraan & Layanan
Perna Jual
Penye-rahan dr PPK ke P'guna
SUB LAMPIRAN G DARI LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Percepatan Pengadaan Alutsista TNI dg Dana PLN
1. Pra - Persiapan 2. Persiapan 3. Pemilihan Penyedia 4. Sun & Aktifasi Trak 5.I.aks & Serah
BK ke 7 Har Ind ke
Tapnang, Tapdia PA I
LELANG KHUSUS
MENTE ERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
PURN • 0 YUSGIANTORO
_etBK :bin kel0 Han bin ke 7 v
Sun Trak
Sprin Tim Sun Trak
Rompfeks 9100M
JUkSUNG
Pdpt Ahli Hukum
Jarll. Maks & UM 1—
BK : din ke 9 t Hat: bln ke 6
Ttd Trak
(-1}, 4.! Pinar Pinf
F- Cbt'
Kern keu
Trak efektif
Sprin - Tim Dal
Traltr
I Dal Trak Kprehensip
Jaminan Ptharaan & Layanan
Puma Jual
Penye-rahan dr PPK ke P'guna
Span
Panada
Und. Pra-kualifikasik_ —10
— Direktif PA
Spektek
Pra-kualrftkasi
Und. Frawaran
Eva. Pia; aran
Pdyataan dahului
do ga _
DIPA
t■•••I
Doklaksgar
Giat PDN
Tiukan • Metoda
Milan P'dia
HPS
—r- Dok.
P:!}10 11_
Pike 3
;LIKSUNG laRiG KHUSUSt
Shod List
>100 M&BK
Sidang TEP
c; 0 M
Tapnangl Tapdia Panada
P'saian sanggah
Laporan + Kesiapan
Panada
Per Aro
4 Into Kemkeu proses
paralel pinjaman
SUB LAMPIRAN H DARI LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Percepatan Pengadaan Alutsista TNI dg Dana PDN
1. Pra - Persiapan 2. Persiapan 3. Pemilihan Penyedia 4. Sun & Aktifasi Trak 5.1.aks & Serah
4- Tapnang/
Tapdia Panada
Dok. P'adaa
SUB LAMPIRAN I DARI LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Percepatan Pengadaan Alutsista TNI dg Dana Devisa
1. Pra - Persiapan 2. Persiapan 3. Pemilihan Penyedia 4. Sun & Aktifasi Trak 5.Laks & Serah
Eva. Pm aran
:1101.116
“(111;...
Short List
Ilukan Metoda Khan P'dia
>100 M & BK cz 100 M
Fnyataan dahului &hat
Pra-kualifikasi
Und. man
Bin ke 1
4
Tapnangf crap& PA
CELHNGKHUSUSZ :U SUNG
P'saian sanggah
IX: bin ke 7 Har:bl ke 5
Laporan Kesiapan Panada
PURN • 0 YUSGIANTORO
MENTE ERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
Und. Pra-kuali9ka
Sprin Tim Dal
Tra
Penye- rahan dr P'dia ke
PPK
Jaminan P'haraan & Layanan
Puma Jual
Penye• rahan dr PPK ke P'guna
-4.
BK : bin ke 10 Harbin ke 7 V
d. Sprin Tim Sun Trak
f-Compreks •>100M
Sun Trak
Pdpt Ahli Hukum
Jam. Maks & UM
BK:fdnk 9 Har bin ke 6
Trd Trak —
Dal Trak K'prehensip
Trak efektif
ILE1.3KINUSUS
P'saian sanggah
T'tukan hAetoda Nihon P'dia
HPS
Und. Pra-kualifikasi
Pra-kuahfikas, Vnyaban dahului clokgar
Und. P awaran
E a. Pinaran
JUKSUIIG LANG I
HUM it
Short List
<=100M
Tapnang/ Tapdia
Panada
84( : bln ke 7 Har: bin keS
›ioard&&
Rang TEP
lapnan9 Tapdia PA
Data Dukur
Sprin Tim Sun Trak
•Kompleks
Sun Trak •>100M
Sprin Tim Dal
Trak.
Dal Trak K'prehensip
Jaminan P'haraan & Layanan
PurnaJual
Penye-' rahan dr
PPK ke P'guna
Jam.Plaks& UM
1 BK : bin k 9 Har bln k 6
PdptAhli Hukum
Ttd Trak
8K : bln k 10 Trakefektif Har. ben Ice?
Laporan Kesiapan Panada
PURN • 0 YUSGIANTORO
MENTE ERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
SUB LAMPIRAN J DARI LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA
Percepatan Pengadaan Alutsista TNI dg Dana RM
1. Pra - Persiapan 2. Persiapan 3. Pemilihan Penyedia 4. Sun & Aktifasi Trak 5.laks & Serah