KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI KONSEP...
-
Upload
truongkhuong -
Category
Documents
-
view
253 -
download
3
Transcript of KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI KONSEP...
KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI
KONSEP MATERI DAN PERUBAHAN DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA MATERI POKOK HUKUM-
HUKUM DASAR KIMIA
STUDI PADA SISWA KELAS X SEMESTER I SMK
ASKHABUL KAHFI SEMARANG
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Ilmu Pendidikan Kimia
Disusun Oleh :
MUHAMAD FAQIH WALID
( 043711176)
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ABSTRAK
Muhamad Faqih Walid (3104176/043711176) Kemampuan Siswa Dalam
Memahami Konsep Materi dan Perubahan Dalam Perubahan Dalam Pembelajaran
Kimia Materi Pokok Hukum-hukum dasar Kimia, Studi Kasus Pada Siswa Kelas
X Semester I SMK Askhabul Kahfi Semarang. Skripsi. Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo, 2011.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah seberapa jauh kemampuan siswa
kelas X SMK Askhabul Kahfi Semarang dalam memahami konsep materi dan
perubahan pada mata pelajaran kimia materi pokok hukum-hukum dasar kimia?
Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan
siswa kelas X SMK Askhabul Kahfi Semarang dalam memahami konsep materi
dan perubahan pada mata pelajaran kimia materi pokok hukum-hukum dasar
kinia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah; tes, observasi,
interview dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X SMK Askhabul Kahfi Semarang yang berjumlah 62 siswa. Subjek dalam
penelitian ini sebanyak 62 responden, yang terdiri dari 33 siswa laki-laki dan 29
siswi perempuan. Penelitian ini bersifat populasi karena jumlah responden kurang
dari 100 siswa. Data penelitian yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis
statistik dengan langkah; pertama, analisis pendahuluan, yaitu untuk mentabulasi
data yang diperoleh dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan
memaparkan tentang kemampuan siswa dalam memahami konsep materi dan
perubahan pada mata pelajaran kimia pokok bahasan hukum-hukum dasar kimia
yang diambil dari tes yang telah diberi skor. Kedua, analisis uji hipotesis, yaitu
menguji hipoetesis lebih lanjut melalui distribusi data dari analisis pendahuluan
yang kemudian distribusi data tersebut dianalisis dengan mengguanakan analisis
statistik N faktorial. Ketiga, analisis lanjut, yaitu analisis pengolahan lebih lanjut
dari hasil analisis uji hipotesis.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa; kemampuan siswa kelas X
SMK Askhabul Kahfi dalam memahami konsep materi dan perubahan pada mata
pelajaran kimia pokok bahasan hukum-hukum dasar kimia adalah baik (memiliki
kriteria tinggi) dengan nilai rata-rata 58.95 dari jumlah akumulasi nilai maksimal
80 dan total skor 3655 dari skor maksimum 4960 dengan prosentase 74%. Dengan
demikian, kemampuan siswa kelas X SMK Askhabul Kahfi dalam memahami
konsep materi dan perubahan pada mata pelajaran kimia pokok bahasan hukum-
hukum dasar kimia adalah cukup baik.
Dari hasil temuan tersebut maka hasil penelitian ini diharapkan menjadi
bahan informasi dan masukan bagi guru, tutor maupun civitas akademika untuk
selalu memberikan pembelajaran, bimbingan dan pendampingan secara maksimal
dan sungguh-sungguh kepada siswanya agar lebih mudah dalam memahami
pelajaran kimia.
MOTTO
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali
kamu termasuk orang-orang yang ragu (al-Baqarah(2) : 147)”1
1 Tim Penerjemah al-Qur‟an, al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara
Penafsiran/Penerjemehan, 1971), hlm. 23.
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan
untuk :
1) Bapak dan Ibu tersayang yang selalu berdo‟a dan memberikan semangat
baik moral, material maupun spiritual;
2) Keluargaku yang selalu mendukung dan membimbingku dalam
mengarungi kehidupan;
3) Adikku tersayang, Dwi Asih Sunarwati, yang selalu setia menemani dan
membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini;
4) Sahabat-sahabat LeKSIKA (Lembaga Kajian Sosial dan Pendidikan) :
Alan, Khadiq, Gus Pendi, Ma‟as, Bang Bidin, Achwan, MU_vid, Khafid
“Badri” Afrizal, Teguh “Bho2” Wibowo, Rouf, Juki, Jupri, Toni, Rina,
Ela, Nida, Faridut, Linda, Ani, Ratna, Ulfa, Azi‟ yang memberikan
inspirasi dalam mencapai masa depan;
5) Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon
Tarbiyah, Komisariat Walisongo Semarang;
6) Anak-anak TK‟04 FT IAIN WS, yang sudah berjuang dan memberikan
dukungan tanpa henti;
7) Serta almamaterku IAIN Walisongo Semarang.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengucapkan alhamdulillahi robbil „alamin, penulis panjatkan
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah pada
setiap ciptaanNya. Tak lupa shlawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi
Agung Muhammad SAW atas syafa‟at yang diberikan kepada seluruh umatnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :
“Kemampuan Siswa Dalam Memahami Konsep Materi dan Perubahan Dalam
Perubahan Dalam Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hukum-hukum dasar Kimia,
Studi Kasus Pada Siswa Kelas X Semester I SMK Askhabul Kahfi Semarang”
Dalam penulisan ini penulis tidak bisa terlepas dari bantuan pihak lain,
melihat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis.
Tidaklah berlebihan jika penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Suja‟i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang;
2. Drs. Wahyudi, M.Pd, dan Wenty Dwi Yuniarti, M.Si, selaku Ketua Jurusan
dan Sekretari Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang;
3. Atik Rahmawati, S.Pd, M.Si, dan Ratih Rizqi Nirwana, M.Pd., selaku Ketua
dan Sekretaris Program Studi Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang;
4. Ratih Rizqi Nirwana, M.Pd. dan. Drs. Abdul Wahid, M.Ag., selaku
pembimbing skripsi yang telah senantiasa mengarahkan dan membimbing
dalam penyusunan skripsi ini;
5. Para Dosen Tadris Kimia yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi;
6. Affendy Hermanu, S.Kom, M.M, selaku Kepala SMK Askhabul Kahfi
Semarang yang telah memberikan ijin untuk penelitian;
7. Teguh Wibowo, S.Pd.I, selaku guru kimia SMK Askhabul Kahfi Semarang
yang telah meluangkan waktu untuk membantu penelitian ini;
8. Siswa-siswi SMK Askhabul Kahfi Semarang, yang telah memberikan
inspirasi dalam penelitian ini;
9. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis merasa bahwa dalam penulisan ini masih kurang sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan semua pembaca umumnya.
Semarang, 27 Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ...................................................... 5
D. Rumusan Masalah .......................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................... 6
F. Manfaat Penelitian. ...................................................... 6
G. Penegasan Istilah. ............................................... 7
BAB II : Landasan Teori..................................................................... 8
A. Konsep-konsep Tentang Pemahaman
Materi Pembelajaran ...................................................... 8
1. Pengertian, Macam-macam dan
Tingkatan Pemahaman ............................................. 8
2. Pemahaman dalam konteks pendidikan ..................... 9
3. Pengertian, Macam-macam dan Faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan .......... 12
B. Materi dan Perubahan dalam Kimia................................ 13
1. Pengertian, Macam-macam dan Sifat-sifat Materi. .... 13
2. Macam-macam Perubahan Materi ............................ 13
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memecahkan
masalah. ................................................................... 16
C. Pelajaran Kimia Materi Pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia
di Sekolah SMK Askhabul Kahfi ................................... 19
1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavosier). ........... 20
2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust). ........... 20
3. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton). .... 21
4. Hukum Perbandingan Volum dan
Hipotesis Avogadro. ................................................. 22
D. Siswa dan Ruang Lingkupnya. ....................................... 24
1. Belajar. ..................................................................... 24
2. Proses belajar. .......................................................... 25
3. Hasil belajar. ............................................................ 27
BAB III : METODE PENELITIAN .................................................. 27
A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................ 31
B. Populasi ........................................................................ 31
C. Fokus Penelitian ............................................................. 31
D. Metode Pengumpulan Data ........................................... 32
1. Tes ........................................................................... 32
2. Dokumentasi. ........................................................... 33
E. Metode Analisis Data ..................................................... 32
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................. 35
A. Gambaran Umum Sekolah ............................................. 35
1. Profil Sekolah ........................................................... 35
2. Letak Geografis ........................................................ 36
3. Keadaan Siswa ......................................................... 36
4. Sarana dan Prasarana ................................................ 37
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...................................... 37
C. Pembahasan Hasil Tes Siswa.......................................... 38
D. Keterbatasan Penelitian. ................................................. 43
BAB V : PENUTUP .......................................................................... 47
A. Kesimpulan .................................................................... 47
B. Saran-Saran .................................................................... 47
C. Penutup .......................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 49
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan
tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, akan tetapi sudah
seharusnya pendidikan merupakan proses pembelajaran yang berorientasi
dan membicarakan masa depan. Pendidikan yang baik yaitu pendidikan
yang tidak hanya mempersiapkan siswa untuk suatu profesi atau jabatan,
akan tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti bahwa setiap peserta didik harus mampu menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi baik di dalam maupun diluar sekolah.
Pendidikan idealnya mampu membentuk watak pribadi dan sosial,
pengembangan potensi peserta didik, sehingga ketika peserta didik selesai
dari bangkau pendidikanya di harapkan siswa mamapu menjadi pribadi yang
dewasa dan mandiri, yang akan mampu menghapi berbagai persoalan dalam
kehidupan.2
Dalam Undang–Undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal ( 3 ) juga
disebutkan mengenai tujuan pendidikan nasional, yaitu :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”3
Kemampuan mengajar guru merupakan masalah yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar. Sehingga kemampuan mengajar guru yang
2 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 2 3 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bahan
Sosialisasi, Jakarta, 2003), hlm. 6
baik menunjukkan suatu keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Untuk
mencapai hal tersebut, diperlukan adanya suatu pengalaman mengajar dan
kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh pendidik atau pengajar. Guru
dalam hal ini merupakan salah satu faktor yang paling menentukan
berhasilnya proses belajar mengajar pendidikan yang mana sebagai pemikul
tanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan pengajaran suatu
pendidikan.
Makin besar usaha guru dalam menciptakan kondisi pengajaran,
maka tinggi pula hasil atau produk dari suatu pengajaran itu, sebab guru
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kualitas pengajaran
pendidikan. Dan yang paling dominan adalah kesiapan guru dalam
mempersiapkan pembelajaran untuk peserta didiknya, baik secara aspek
personal, aspek profesional dan aspek sosial.
Oleh karena itu dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut diatas, maka tugas guru sebagai profesi yang meliputi mendidik,
mengajar dan melatih.4 Dituntut supaya bekerja keras, cekatan, terampil,
ahli, disiplin tinggi dalam meningkatkan pelaksanaan kerjanya sebagai
profesi.
Ilmu kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang
merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,
farmasi dan lain-lain. Mempelajari ilmu kimia dapat pula memenuhi
keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu menanamkan metode ilmiah,
mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan ataupun
menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi dan memupuk ketekunan serta
ketelitian bekerja yang berkaitan dengan kehidupan nyata seperti dalam
bidang IPTEK, lingkungan teknologi dan sosial.
Selama ini, antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran kimia di
sekolah tidak seperti mengikuti pelajaran lainnya. Bagi siswa, konsep dan
4 Moh Uzer Utsman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
1990), hlm. 4
prinsip kimia menjadi sulit dipahami dan dicerna oleh kebanyakan mereka.
Hal ini berdampak pada rendahnya minat siswa untuk belajar kimia.
Masalah ini merupakan salah satu masalah klasik yang kerap dijumpai oleh
para guru kimia di sekolah, ditambah pula kebiasaan guru yang lebih sibuk
memfokuskan pada siswa dengan rumus-rumus yang tidak mudah dipahami.
Sains yang sebenarnya bisa dieksplorasi dari keseharian anak-anak malah
menjadi semakin berjarak dan tidak menarik. Oleh karena itu, siswa masih
enggan untuk senantiasa mempelajari sains secara konsisten, sehingga
penguasaan sains pada diri siswa di Indonesia masih kurang. Ini juga senada
dengan riset yang dilakukan oleh Programme of International Students
Assessment pada acara Science Competencies for Tommorow‟s World
bulan Desember 2007 yang menjelaskan kondisi siswa Indonesia pada usia
15 tahun (SMP) yang dibedakan menjadi 5 level.5 Siswa di Indonesia pada
level 1 (siswa yang mempunyai pengetahuan sains terbatas) terdapat 61,1%,
level 2 (siswa yang bisa melakukan penelitian sederhana) 27,5%, level 3
(siswa yang mampu mengidentifikasi masalah-masalah ilmiah) 9,5%, level
4 (siswa yang dapat memanfaatkan sains dalam kehidupan) 1,4%. Dalam hal
ini, siswa Indonesia belum ada sama sekali yang menembus level tertinggi,
dimana siswa mampu mengidentifikasi, menjelaskan, serta mengaplikasikan
pengetahuan dan sains dalam berbagai situasi kehidupan yang kompleks
secara konsisten.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam hal ini sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan. Kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.6
5 Ester Lince Napitupulu, Belajar Sains Jadi Asyik dan Menyenangkan, Kompas , edisi 23
Februari 2009. 6 Undang-undang Republik Indonesia No. 2. Th. 1989, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Penjelasannya, (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm. 4.
Pada saat ini, tidak sedikit siswa yang bingung akan diri mereka
sediri. Hal itu dikarenakan siswa berangkat ke sekolah hanya sekedar
berangkat, mengikuti pelajaran dan hura-hura, sehingga siswa tidak tahu
sebenarnya apa tujuan dari mereka bersekolah. Beragkat dari hal tersebut,
siswa dalam mempelajari ilmu kimia tidak hanya menerima fakta dan
konsep yang diberikan oleh guru, tapi alangkah lebih baiknya siswa juga
harus bisa menemukan fakta dan membuat konsep sendiri, sehingga siswa
tidak harus menunggu apa yang akan guru berikan, akan tetapi siswa sudah
tahu apa yang harus mereka lakukan. Dengan demikian, dalam diri siswa
akan timbul rasa percaya diri dan pada akhirnya mereka akan dapat
membuat keputusan dalam menentukan fakta dan membuat konsep yang
mereka inginkan, akan tetapi seorang pendidik juga tidak terus tinggal diam,
melainkan mengontrol apakah siswanya sudah benar atau belum.
Dimulai dari menentukan fakta dan membuat konsep dalam
pelajaran kimia, tidak dipungkiri bahwa siswa juga akan menerapkan hal
yang sama untuk mata pelajaran yang lainnya atau mungkin juga dalam
kehidupan mereka. Karena, dengan seperti itu mereka akan dapat
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Dengan demikian setiap siswa
harus mempunyai ketrampilan membuat keputusan untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang mereka hadapi. Dari sini seharusnya setiap lembaga
pendidikan harus mampu menjadikan para peserta didiknya mampu
membuat keputusan dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, baik
dalam bidang mata pelajaran, masalah-masalah sosial baik didalam sekolah
maupun diluar sekolah.
SMK Askhabul Kahfi sebagai salah satu lembaga pendidikan yang
ada di kota Semarang, merupakan suatu lembaga pendidikan kejuruan yang
menitikberatkan pada aspek-aspek ilmu kejuruan, bahasa, MIPA, sosial dan
agama. Sebagai salah satu lembaga pendidikan formal dibawah naungan
Kementrian Agama SMK Askhabul Kahafi berupaya menjadikan para
pesrta didiknya mampu membuat keputusan dan menyelesaikan masalah
yang mereka hadapi, sehingga para siswa tidak akan minder ataupun takut
kalau disandingkan dengan siswa yang berasal dari sekolah lain.
Berangkat dari latar belakang pemikiran di atas, maka penulis
bermaksud mengangkat permasalahan tersebut melalui penelitian yang
berjudul Memahami Konsep Materi dan Perubahan dalam Kimia Materi
Pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia. Studi Kasus Pada Siswa Kelas X
Semester I SMK Askhabul Kahfi Semarang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut;
1. Kemampuan membuat keputusan merupakan salah satu bakat alamiah
yang dimiliki siswa, namun bakat tersebut perlu mendapatkan pelatihan
dan bimbingan yang cukup untuk mengurai suatu permasalahan,
sehingga bisa mengambil solusi dari permasalahan dengan jalan
mengambil keputusan dan memecahkan masalah dengan runtut dan
sebagaimana mestinya.
2. Kemampuan siswa dalam membuat keputusan dipengaruhi 2 faktor
besar, yaitu faktor internal yaitu faktor yang ada pada diri siswa:
kecerdasan, kematangan berfikir, pengalaman, latihan, dan motifasi,
dan faktor external yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa antara
lain; bimbingan guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan
dan fasilitas pembelajaran, kesempatan, keadaan keluarga, dan motivasi
sosial sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih mendalam, tidak semua unsur yang ada
pada objek akan diteliti karena keterbatasan teori, waktu dan dana. Oleh
karenanya penulis membatasi untuk meneliti tentang apakah siswa sudah
paham tentang konsep materi dan perubahan dalam kimia materi pokok
hukum-hukum dasar kimia.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat
dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
Seberapa jauh pemahaman siswa kelas X SMK Askhabul Kahfi terhadap
konsep materi dan perubahan dalam kimia pokok bahasan hukum-hukum
dasar kimia.
E. Tujuan Penelitian
Berpijak dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa kelas X SMK Askhabul
Kahfi Semarang terhadap konsep materi dan perubahan dalam kimia pokok
bahasan hukum-hukum dasar kimia.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi siswa
Siswa mampu mengurai suatu permasalahan, sehingga bisa
mengambil solusi dari permasalahan dengan jalan mengambil
keputusan dan memecahkan masalah dengan runtut dan sebagaimana
mestinya, dan pada akhirnya siswa mampu membuat keputusan
terhadap masalah yang mereka hadapi dalam mata pelajaran kimia
pokok bahasan hukum-hukum dasar kimia.
2. Bagi guru
Memberikan wawasan kepada tenaga pendidik, bahwa
kemampuan siswa dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan
permasalahan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Oleh karenanya,
faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam mengambil keputusan
dan memecahkan masalah perlu diminimalkan, sehingga siswa dapat
mendapatkan solusi dengan cara mengambil keputusan dan
memecahkan masalah secara runtut dan sebagaimana mestinya.
3. Bagi Siswa
Memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa walaupun ilmu
kimia adalah salah satu ilmu eksak, akan tetapi tidak semua
permasalahan yang terdapat dalam ilmu kimia hanya dapat diselesaikan
dengan cara perhitungan, akan tetapi bisa juga diselesaikan dengan cara
penalaran.
4. Bagi masyarakat luas/ umum
Memberikan sumbangan pengetahuan bagi masyarakat umum,
bahwa motivasi sosial dan keluarga merupakan salah satu faktor yang
cukup berperan bagi siswa dalam mengambil keputusan dan
memecahkan masalh secara runtut dan sebagaimana mestinya.
G. Penegasan Istilah
1. Memahami/pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya
mengerti benar tentang sesuatu hal.
2. Konsep merupakan konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri-ciri
suatu objek atau kejadian. (misalnya konsep tentang manusia, segitiga,
merah, belajar, dsb).
3. Siswa adalah pelajar, anak yang belajar pada sekolah, akademi dan
sebagainya. 7
4. Pendidikan kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains
yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti
kedokteran, farmasi dan lain-lain
5. Hukum-hukum dasar kimia adalah hukum yang digunakan dalam
penelitian ilmu kimia.
7 WJS. Poerwadarminta Kamus Umum bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982), hlm. 954
BAB II
LANDASAN TEORI
PEMAHAMAN MATERI PEMBELAJARAN KIMIA
PADA MATERI POKOK HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA
A. Konsep-konsep Tentang Pemahaman Materi Pembelajaran
1. Pengertian, Macam-macam dan Tingkatan Pemahaman
a. Pengertian Pemahaman
Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah
understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi
yang dipelajari. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham
berarti mengerti dengan tepat.8 Sedangkan pemahaman siswa
adalah proses, perbuatan, cara memahami sesuatu.9 Dan belajar
adalah upaya memperoleh pemahaman, hakekat belajar itu sendiri
adalah usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian.
Berkaitan dengan hal ini, J. Murshell mengatakan: “Isi pelajaran
yang bermakna bagi anak dapat dicapai bila pengajaran
mengutamakan pemahaman, wawasan (insight) bukan hafalan dan
latihan.
Definisi di atas, tidak bersifat operasional, sebab tidak
memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika
ia memahami. Maka arti pemahaman yang bersifat operasional
adalah:
1) Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu hubungan.
Pemahaman disini mengandung arti dari definisi yang pertama,
yakni pemahaman diartikan mempunyai ide tentang persoalan.
8 Ardhana, W., Kaluge, L., & Purwanto. 2003. Pembelajaran Inovatif Untuk Pemahaman
Dalam Belajar Matematika Dan Sains Di SD, SLTP, Dan Di SMU. Laporan Penelitian; Penelitian
Hibah Pasca Angkatan I tahun I. Direktoral Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat. Ditjen
Dikti. Depdiknas. 9 Ibid, Ardhana, W., Kaluge, L., & Purwanto.
Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta mengenai persoalan itu
dikumpulkan.
2) Pemahaman diartikan sebagai suatu alat menggunakan fakta.
Pemahaman ini lebih dekat pada definisi yang kedua, yakni
pemahaman tumbuh dari pengalaman, disamping berbuat,
seseorang juga menyimpan hal-hal yang baik dari
perbuatannya itu. Melalui pengalaman terjadilah
pengembangan lingkungan seseorang hingga ia dapat berbuat
secara intelegen melalui peramalan kejadian. Dalam pengertian
disini, kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu
obyek, proses, ide, fakta jika ia dapat melihat bagaimana
menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan.
3) Pemahaman diartikan sebagai melihat penggunaan sesuatu
secara
produktif .
Dalam hal ini pemahaman diartikan bilamana seseorang
tersebut
dapat mengimplikasikan dengan suatu prinsip yang nanti akan
diingat dan dapat digunakannya pada situasi yang lain.10
b. Macam-macam Pemahaman
Pemahaman (understanding) pada pembelajaran
dapat dibedakan menjadi dua.
1) Pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional
(instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat
dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal
tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan
dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga
belum atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan
baru yang berkaitan.
10
Ibid, Ardhana, W., Kaluge, L., & Purwanto.
2) Pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional
(relational understanding). Pada tingkatan ini, menurut
Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang
suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal
itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada
situasi lain.11
Byers dan Herscovics menganalisis ide Skemp itu dan
mengembangkannya lebih jauh, yaitu; siswa terlebih dahulu berada
pada tingkatan pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman
intuitif (intuitive understanding) dan tingkatan pemahaman formal
(formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada tingkatan
pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada
tingkatan pemahaman intuitif. Mereka mendefinisikannya sebagai
berikut. “Intuitive understanding is the ability to solve a problem
without prior analysis of the problem.” Pada tahap tingkatan ini
siswa sering menebak jawaban berdasarkan pengalaman-
pengalaman keseharian dan tanpa melakukan analisis terlebih
dahulu. Akibatnya, meskipun siswa dapat menjawab suatu
pertanyaan dengan benar, tetapi dia tidak dapat menjelaskan
kenapa (why). Kedua, sebelum siswa sampai pada tingkatan
pemahaman relasional, biasanya mereka akan melewati tingkatan
pemahaman antara yang disebut dengan pemahaman formal.12
Selanjutnya, Buxton juga menanggapi pendapat Skemp
tersebut dan mengembangkan dua pemahaman dari Skemp menjadi
empat pemahaman.
1) Pemahaman pertama disebut pemahaman meniru (rote
learning). Pada tingkatan ini siswa dapat mengerjakan suatu
soal tetapi tidak tahu mengapa.
11
http://www.rusmanmalili.com/pembelajaran-inovatif-kimia-unsur.html 12
Ibid, http.
2) Pemahaman kedua disebut pemahaman observasi
(observational understanding). Pada tingkatan ini siswa
menjadi lebih mengerti setelah melihat adanya suatu pola
(pattern) atau kecenderungan.
3) Pemahaman ketiga yang disebutnya sebagai tingkatan
pemahaman pencerahan (insightful understanding).
4) Pemahaman keempat adalah tingkatan pemahaman
relasional, pada tingkatan pemahaman ini, siswa tidak hanya
tahu tentang penyelesaian suatu masalah, melainkan dia juga
dapat menerapkannya pada situasi lain, baik yang relevan
maupun yang lebih kompleks.13
c. Tingkat Pemahaman
Pemahaman adalah hasil belajar, misalnya anak didik
dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa
yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang
telah dicontohkan guru
atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.
Pemahaman
dapat dibedakan menjadi tiga kategori:
1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan mulai dari
terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya: dari
bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang
diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian
dari grafik dengan kejadian.
3) Tingkat ketiga (tingkat tertinggi) adalah pemahaman
ekstrapolasi
tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat
13
Ibid, http.
memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus atau
masalahnya.14
2. Pemahaman dalam Konteks Pendidikan
Pencapaian pemahaman siswa dapat dilihat pada waktu proses
belajar mengajar. Sebagaimana kegiatan-kegiatan yang lainnya,
kegiatan belajar mengajar berupaya untuk mengetahui tingkat
keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang
diterapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki saran berupa ranah-
ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi
tiga macam yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap
pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan
intelektual, menurut taksonomi (penggolongan) ranah kognitif ada
enam tingkat, yaitu:
1) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah dari ranah kognitif
berupa pengenalan dan pengingat kembali terhadap
pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam
bentuk seperti mempelajari.
2) Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya berupa
kemampuan
memantau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa
perlu
menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.
3) Penggunaan atau penerapan, merupakan kemampuan
menggunakan
generalisasi atau abstraksi yang sesuai dengan situasi yang
kongkret
dan situasi baru.
14
Akhmad Sudrajat, 2008, /artikel online/, Metode Pembelajaran,
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ diunduh tanggal 20 Juli 2011.
4) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke
dalam struktur yang baru.
5) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur
pokok kedalam struktur yang baru.
6) Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk
suatu maksud atau tujuan tertentu.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek
yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
interaksi.
c. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar,
keterampilan dan kemampuan perseprual, keharmonisan
(ketepatan), gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan
interpretatif.15
3. Pengertian, Macam-macam dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Belajar Konsep
a. Pengertian Konsep
Banyak pengertian tentang konsep yang berkembang di
kalangan ahli kognitif dan pendidikan, antara lain: konsep sebagai
sekumpulan atau seperangkat sifat yang dihubungkan oleh aturan-
aturan tertentu. Konsep merupakan bayangan mental, ide dan
proses. Pembentukan konsep merupakan ketajaman berpikir dalam
mengklasifikasikan objek atau ide.
Konsep merupakan konstruksi simbolik yang
menggambarkan ciri-ciri suatu objek atau kejadian. (misalnya
konsep tentang manusia, segitiga, merah, belajar, dsb). Dengan
kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau pengertian,
memungkinkan manusia untuk mengadakan klasifikasi atau
penggolongan benda-benda atau kejadian-kejadian. Konsep adalah
kategori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan
karakteristik berdasarkan properti umum. Konsep adalah elemen
15
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001)., hlm. 14.
dari kognisi yang membantu menyederhanakan dan meringkas
informasi.16
Konsep adalah konstruksi atau gambaran untuk susunan
simbolik yang mewakili suatu kejadian atau hal yang umum dan
sering terjadi. Kemampuan manusia dalam membentuk suatu
konsep memudahkan manusia dalam mengkategorisasikan
sesuatu.Konsep warna “merah” misalnya, kita dapat
mengklasifikasikan objek-objek yang berwarna merah atau tidak.
Contoh yang lain adalah “buah-buahan”, kita dapat
mengklarifikasikan mana yang merupakan buah dan mana yang
tidak.17
Begitu pentingnya pemahaman konsep bagi proses berpikir
kita, sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang manfaat
pemahaman tentang suatu konsep, yaitu :
1. Konsep membuat kita tidak perlu “mengulang-ulang pencarian
arti” setiap kali kita menemukan informasi baru.
2. Konsep membantu proses mengingat dan membuatnya menjadi
lebih efisien.
3. Konsep membantu kita menyederhanakan dan meringkas
informasi, komunikasi dan waktu yang digunakan untuk
memahami informasi tersebut.
4. Konsep-konsep merupakan dasar untuk proses mental yang
lebih tinggi.
5. Konsep sangat diperlukan untuk problem solving.
6. Konsep menentukan apa yang diketahui atau diyakini
seseorang.18
16
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137417-pengertian-pemahaman-
siswa/#ixzz1SeKTafb6 17
JJ. Hasibuan, DTP. Ed. dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.33 18
Ibid, hlm. 33
b. Macam-macam Konsep
Konsep dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan
keasliannya, yaitu :
1) Konsep Logis
Konsep logis atau disebut juga konsep buatan digunakan dalam
tugas belajar konsep dengan menghadirkan kepada subjek
berbagai macam pola stimulus yang tidak biasa dialami di
dalam lingkungan sehari-hari. Stimulus dikonstruksi secara
sistematis sehingga memiliki dimensi-dimensi tertentu yang
sangat jelas.Konsep yang dipelajari diseleksi secara
sembarangan sesuai dengan kemampuan peneliti.Stimulus
disusun dalam berbagai dimensi yang memiliki sifat-sifat yang
relevan dan tidak relevan terhadap konsep.Setiap dimensi
dapat memiliki dua nilai atau lebih.
Selain itu, peneliti lain juga mengemukakan tentang quasi
naturalistic concep (konsep semi alami), yaitu pembentukan
konsep dengan cara menghadirkan stimulus yang lebih
menyerupai dengan konsep alaminya.
2) Konsep Alami
Atribut-atribut yang membedakan diantara konsep-konsep
alami tidak dapat dibatasi secara tegas, tidak ada aturan-aturan
khusus yang digunakan untu mengkategorikan objek-objek
alami ke dalam konsep tertentu. Apabila kepada subjek
dihadirkan sejumlah stimulus yang tidak memungkinkan untuk
digunakan beberapa aturan yang jelas, maka subjek akan
cenderung mengabstraksikan satu bentuk prototipe bagi suatu
kategori.19
Selain konsep logis dan konsep alami dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
19 Ibid, hlm. 35
1) Konsep Konkret
Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-
objek di dalam lingkungan fisik. Konsep konkret mewakili
golongan benda tertentu (seperti meja, kursi, pohon, dsb) ;
golongan sifat tertentu (seperti warna, bentuk); relasi tempat
diantara benda-benda (di atas, di samping); golongan
perbuatan tertentu (duduk, menurunkan, mengangkat,
berjalan). Anak yang memiliki konsep tertentu mampu
menunjukkan suatu benda atau perbuatan yang mewakili
konsep itu dengan menunjuk pada realitas di dalam lingkungan
fisik.Konsep konkret diperoleh melalui pengamatan terhadap
lingkungan fisik.
2) Konsep yang Didefinisikan
Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili
realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas
fisik karena tidak bisa diamati langsung. (misalnya : A
merupakan saudara dari B). Konsep ini diajarkan melalui
penggunaan bahasa dan sekaligus dijelaskan apa yang
dimaksud dengan kata yang dimaksud atau dituangkan dalam
bentuk definisi (contohnya kata ”saudara”.)20
Konsep juga dapat digolongkan menjadi beberapa jenis,
antara lain :
1) Konsep sederhana, konsep yang dibatasi oleh ciri atau atribut
tunggal, misalnya kata ”merah”.
2) Konsep yang kompleks, konsep yang dibatasi oleh ciri-ciri
yang tidak tunggal atau banyak, misalnya konsep ”membaca”.
3) Konsep konjungtif, merupakan konsep yang dibatasi oleh
adanya kaitan dua atau lebih sifat atau ciri yang membentuk
konsep tersebut. Misalnya zebra merupakan binatang
menyusui seperti kuda, tetapi berwarna loreng.
20 Ibid, hlm 44
4) Konsep Disjungtif, merupakan konsep yang dibatasi dengan
tiap ciri atau sifat yang membawa objek dalam kelas konsep.
Misalnya konsep alat transportasi, bisa berupa kuda, truk,
becak, mobil, dsb.
5) Konsep relational, yaitu konsep yang mempunyai kaitan
dengan pengertian yang lain, misalnya A lebih berat dari B.21
Adapun tiga bentuk konsep yaitu :
1) Concrete concepts: objek atau benda yang dapat disentuh atau
nyata (mis: kursi, meja, dll).
2) Semi-concrete concepts: berkaitan dengan kegiatan, warna,
tempat, atau sesuatu yang dapat dilakukan tetapi tidak dapat
disentuh oleh tangan (melompat, belakang, dll).
3) Abstract concepts: termasuk di dalamnya adalah perasaan
(cinta, cemas, dll).22
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Konsep
Proses belajar konsep dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain adalah faktor pemberian contoh, atribut, umpan balik,
bahan atau materi, dan perbedaan individu.
1) Pemberian contoh-contoh
Belajar konsep akan lebih cepat apabila menggunakan contoh-
contoh positif daripada menggunakan contoh-contoh negatif,
karena manusia cenderung menyukai contoh-contoh positif dan
lebih informatif dalam memberikan pesan.
2) Atribut
Jumlah atribut yang relevan dan tidak relevan mempengaruhi
tingkat kemudahan mempelajari konsep. Makin banyak jumlah
atribut tambahan yang relevan, maka belajar konsep akan lebih
cepat dan mudah, atau sebaliknya.
21 Ibid, hlm 49 22 http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137417-pengertian-pemahaman-
siswa/#ixzz1SeKTafb6
3) Umpan balik
Umpan balik dapat menyediakan informasi terhadap kebenaran
atau kesalahan hipotesis yang digunakan individu.
4) Perbedaan Individu
Menurut Chauhan dan Noverich (dalam Suharnan, 2005),
dalam pembentukan konsep-konsep antar individu satu dengan
yang lain dapat berbeda, tergantung pada tingkat usia,
intelegensi, kemampuan berbahasa, pelatihan, atau pengalaman
masing-masing.
B. Materi dan Perubahan dalam Kimia
1. Pengertian, Macam-macam dan Sifat-sifat Materi
a. Pengertian Materi
Materi adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menepati
ruangan contoh : Besi, Kayu, dan lain-lain. Zat adalah sebutan
untuk sejumlah materi yang sifatnya spesifik (khusus). Bahan
adalah sebutan untuki sejumlah materi yang kurang spesifik
sifatnya. 23
b. Macam-macam Materi
Menurut wujudnya materi dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
padat, cair dan gas. Materi yang tergolong dalam wujud gas,
misalnya : udara, gas bumi, gas elpiji, uap air, gas kapur, kapur
barus. Materi dalam wujud cair misalnya : air, minyak goreng,
alkohol, bensin, solar, larutan gula, air laut. Materi dalam wujud
padat misalnya : baja, batu dan kapur.24
c. Sifat-sifat Materi
Sifat-sifat materi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu;
1) Sifat Fisika
Sifat materi yang ada hubungannya dengan sifat fisika yaitu :
a) Titik leleh dan titik didih.
23
http://silochem.wordpress.com/2010/09/04/materi-dan-perubahan/ 24 Ibid, http.
b) Berat jenis.
c) Indeks bias.
d) Perubahan wujud.
e) Bentuk Kristal.
f) Kalor Jenis.
2) Sifat Kimia
Sifat materi yang mempunyai kenderungan untuk mengadakan
reaksi kimia, diantaranya :
a) Keterbatasan
b) Daya Ionisasi
c) Kereaktifan
d) Kelarutan
e) Bias/ tidak bisa membusuk
f) Beracun.25
2. Macam-macam Perubahan Materi
Materi dapat mengalami perubahan jika dipengaruhi oleh energi kalor,
listrik atau kimia perubahan materi dibedakan dalam dua macam yaitu
perubahan fisika dan perubahan kimia
a. Perubahan fisika :
Suatu materi mengalami perubahan fisika, jika jenisnya tidak
berubah, meskipun sifat-sifat fisikanya mengalami perubahan.
Misalnya : Es jika dipanasi berubah air selanjutnya menjadi uap.
Dalam peristiwa ini terjadi perubahan wujud, yaitu pada menjadi
cair akhirnya menjadi, tetapi jenis zat tetap yaitu air.
b. Perubahan Kimia
Suatu materi mengalami perubahan kimia jika jenis zat berubah
Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia atau reaksi
Misalnya :
1) Batu kapur dipanasi menjadi kapur sohor dan karbon dioksida.
25 Ibid, http.
Batu kapur, kapur sohor dan karbon dioksida tiga zat yang
berbeda.
Pada peristiwa ini zat sebelum dan sesudah reaksi jenisnya
berbeda
2) Kertas dibakar, zat yang terjadi sesudah pembakaran, abu, asap
disertai energi kalor dan cahaya.
Zat sebelum dibakar adalah kertas, zat setelah dibakar adalah
abu dan asap yang berbeda jenisnya dengan zat sebelum
dibakar yaitu kertas.26
C. Pelajaran Kimia Materi Pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia di Sekolah
SMK Askhabul Kahfi Semarang.
Pendidikan idealnya adalah dengan menggunakan pembelajaran
kontekstual serta kompetensi. Maka, penawaran kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan pendidikan saat ini adalah Kurikulum 2006 sebagai
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
penyempurnaan dari KBK. Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sehingga diharapkan akan
menghasilkan manusia berwawasan keteladanan, berkomitmen, dan disiplin
tinggi yang merupakan sarana bagi guru untuk berinovasi dalam
pengembangan pengajaran mata pelajaran kimia. Adapun program
pengajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMK
Askhabul Kahfi Semarang tahun pelajaran 2010/2011 mata pelajaran kimia
materi pokok hukum-hukum dasar kimia dengan standar kompetensi:
mengidentifikasi struktur atom dan sifat-sifat periodik pada tabel periodik
unsur dan kompetensi dasar: menerapkan Hukum Gay Lussac dan Hukum
Avogadro.
Sedangkan materi pembelajaran kimia kelas X semester I materi
pokok hukum-hukum dasar kimia di SMK Askhabul Kahfi Semarang
meliputi:
26 Ibid, http.
1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavosier)
Antonie Laurent Lavosier (1743-1794) melakukan penelitian
terhadap proses pembakaran dari beberapa zat. Dalam percobaan
tersebut diamati proses rekasi antara logam raksa (merkuri) yaitu logam
cair yang berwarna putih perak dengan gas oksigen yang membentuk
senyawa merkuri oksida yang berwarna merah.27
Telah diketahui bahwa senyawa merkuri oksida (dikenal dengan
merkuri calx) yang berwarna merah dipanaskan, akan menghasilkan
logam merkuri. Sebaliknya, bila logam merkuri dipanaskan dengan gas
oksigen akan menghasilkan senyawa merkuri oksida. Dari percobaan
tersebut ternyata bila senyawa merkuri oksida dipanaskan akan
menghasilkan senyawa merkuri dan gas oksigen, dan massa gas oksigen
ini sama dengan yang dibutuhkan untuk mengubah logam merkuri
menjadi senyawa merkuri oksida kembali. Dari hasil percobaannya
tersebut, Lavosier menyatakan hukum kekekalan massa atau hukum
Lavosier yang menyatakan bahwa massa total zat-zat sebelum reaksi
akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi.
2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
Berdasarkan proses terbentuknya, senyawa adalah gabungan dua
unsur atau lebih unsur dengan perbandingan tertentu dan tetap.
Bergabungnya unsur-unsur pembentuk senyawa disertai hilangnya sifat
unsur-unsur pembentuk. Sifat senyawa yang dihasilkan berbeda dengan
sifat-sifat awal dari unsur-unsur pembentuknya.28
3. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)
Dari dua unsur dapat dibentuk beberapa perbandingan massa yang
berbeda-beda. Misalnya, unsur belerang dengan unsur oksigen dapat
27 Unggul Sudarmo, Kimia SMA I Untuk SMA Kelas X, (Bandung : Phibeta, 2006), hlm.
72 28 Unggul Sudarmo, Ibid. hlm. 74
massa zat-zat sebelum reaksi = massa zat-zat hasil reaksi
membentuk senyawa SO2 dan SO3. Dari unsur hidrogen dan oksigen
dapat dibentuk senyawa H2O dan H2O2.29
Dalton menyelidiki perbandingan unsur-unsur tersebut pada
setiap senyawa dan didapatkan suatu pola keteraturan. Pola tersebut
dinyatakan sebagai Hukum Perbandngan Berganda yang bunyinya:
Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, dan
jika massa salah satu unsur tersebut tetap (sama), maka
perbandingan massa unsur yang lain dalam senyawa-senyawa
tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana.30
Contoh:
Unsur nitrogen dan unsur oksigen dapat membentuk senyawa-senyawa
N2O, NO, N2O3, dan N2O4 dengan komposisi massa terlihat dalam tabel
berikut:
Tabel. 2.1. Komposisi massa unsur nitrogen dan unsur oksigen
Senyawa Massa nitrogen
(gram)
Massa oksigen
(gram)
Perbandingan
N2O 28 16 7 : 8
NO 14 16 7 : 8
N2O3 28 48 7 : 12
N2O4 28 64 7 : 16
Dari tabel 2.1 tersebut bila massa nitrogen dibuat tetap (sama) sebanyak
7 gram, maka perbandingan massa oksigen dalam N2O : NO : N2O3 :
N2O4 = 4 : 8 : 12 : 16 atau 1 : 2 : 3 : 4.
4. Hukum Perbandingan Volum dan Hipotesis Avogadro
a. Hukum Perbandingan Volum
Ilmuwan Perancis Joseph Louis Gay Lussac (1778-1850)
berhasil melakukan percobaan tentang volum gas yang terlibat
dalam berbagai reaksi. Setiap satu satuan volum gas hidrogen
29
Michael Purba, Kimia 2000: Untuk SMU Kelas 1, (Jakarta : Erlangga, 2000), hlm. 33. 30 Unggul Sudarmo, opcit. hlm. 77
bereaksi dengan satu satuan volum gas klorin akan menghasilkan
dua satuan volum gas hidrogen klorida. Setiap dua satua volum gas
hidrogen bereaksi dengan satu satuan volum gas oksigen akan
menghasilkan dua satuan volum uap air.31
Dari percobaan-percobaan yang dilakukannya, Gay Lussac
berkesimpulan bahwa:
Volum gas-gas yang bereaksi dan volum gas-gas hasil reaksi bila
diukur pada suhu dan tekanan yang sama berbanding sebagai
bilangan bulat dan sedrhana.
(Hukum Perbandingan Volum Gay-Lussac).
Hasil percobaan diatas menunjukkan bahwa:
volum gas hidrogen : klorin : hidrogen klorida = 1 : 1 : 2,
volum gas hidrogen : oksigen : uap air = 2 : 1 : 2
1 volum hidrogen + 1 volum klorin 2 volum hidrogen
klorida
Hukum perbandingan volum tersebut hanya berlaku untuk
reaksi-reaksi dalam wujud gas, dan pada kenyataannya untuk reaksi
yang bukan gas, massa zat dan volum zat cair tidak berlaku. Bila
dihubungkan dengan teori atom Dalton, terdapat ketidaksesuaian,
karena Dalton menganggap bahwa atom merupakan partikel
terkecil dari suatu zat. Bila dianggap bahwa gas-gas dalam keadaan
sebagai atom, sehingga didapat:
31 Unggul Sudarmo, Ibid. hlm. 78
1 satuan
volum gas
hidrogen
1 satuan
volum gas
klorin
2 satuan volum
gas hidrogen klorida
2 satuan
volum gas
hidrogen
1 satuan
volum gas
oksigen
2 satuan volum
uap air
1 atom hidrogen + 1 atom klorin 2 atom hidrogen klorida
Bila konsep ini diterapkan pada gas hidrogen dan oksigen,
maka didapat:
1 atom hidrogen + ½ atom oksigen 1 atom air
Konsep setengah atom bertentangan dengan teori atom
Dalton, sebab tidak ada atom yang hanya setengah. Untuk
menghindari hal tersebut Amaedo Avogadro mengusulkan
hipotesis yang dikenal sebagai Hipotesis Avogadro.
b. Hipotesis Avogadro
Amaedo Avogadro berpendapat bahwa satuan terkecil dari
suatu zat tidaklah harus atom, tetapi dapat merupakan gabungan
atom yang disebut molekul. Dengan konsep ini, maka teori atom
Dalton tetap benar dan fakta percobaan Gay-Lussac dapat
dijelaskan, sehingga pernyataan tentang reaksi antara hidrogen
dengan oksigen menjadi:
1 molekul hidrogen + ½ molekul oksigen 1
molekul air
(konsep ½ molekul ini dapat dibenarkan, karena bisa jadi ½
molekul oksigen itu hanya berisi 1 atom oksigen saja)
Berdasarkan hal tersebut, maka Avogadro membuat hipotesis yang
dikenal dengan Hipotesis Avogadro yang menyatakan bahwa:
Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang
volumnya sama akan mengandung jumlah mlekul yang
sama.32
Dengan kata lain, perbandingan volum gas-gas merupakan
perbandingan jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi. Menurut
hipotesis Avogadro, unsur yang berwujud gas umumnya
merupakan molekul dwi atom atau diatomik.
32 Unggul Sudarmo, Ibid. hlm. 79
D. Siswa dan Ruang Lingkupnya
Seperti telah dijelaskan diawal bab 2 bahwa pada poin pembahasan
ini, akan dibahas mengenai keadaan siswa dan ruang lingkupnya. Pada
konteks penelitian ini, yang dimaksud peneliti mengenai keadaan siswa
dan ruang lingkupnya adalah proses pembelajaran yang siswa terima yang
mempengaruhi siswa dalam memahami konsep materi dan perubahan
dalam kimia materi pokok hukum-hukum dasar kimia. Maka disini,
peneliti menganggap penting untuk menguraikan teori belajar dan ruang
lingkupnya. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar
yang dialami peserta didik, baik ketika ia berada di Sekolahan maupun
di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.33 Arno F. Witting
mengartikan belajar adalah “learning can be defined as any relatively
permanent change in an organism behavioral repertoire that occurs
as a result of experience.”34
Menurut Skinner, belajar merupakan suatu proses adaptasi atau
penyesuaian atau tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal
apabila ia diberi penguat.35 Persepsi yang lain diberikan oleh Devista
dan Thompson dalam bukunya Nana Syaodih Sukmadinata, yang
mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai hasil dari pengalaman.36 Sedangkan Slameto
33 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.
89. 34 Arno F. Witting, Psycology of Learning, (New York: Mc Graw Hill, 1981), hlm. 2. 35Muhibbin Syah,Opcit, hlm. 90. 36
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:
Rosdakarya, 2003), hlm. 156.
mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan, yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.37
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan dari hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
2. Proses Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh sesuatu yang baru yaitu ilmu dan kepandaian. Belajar
bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi, tetapi belajar
adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu, sesuai dengan
tujuan yang diharapakan38. Oleh karena itu dalam belajar harus
mendorong keaktifan peserta didik, keaktifan yang dimaksud bukan
hanya keaktifan fisik semata tetapi juga keaktifan psikis seperti
mental.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik harus menemukan
sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan
itu tidak sesuai lagi.39 Jadi dalam proses pembelajarannya peserta
didik tidak hanya menerima materi dari guru, akan tetapi peserta didik
dituntut aktif untuk membangun pemahaman konsep secara mandiri.
Pemahaman konsep secara mandiri yang diperoleh dari pengalaman
selama proses pembelajaran akan menjadi lebih terkesan atau lebih
37Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),
hlm. 2. 38Wina Sanjaya, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Prenata Media Group), hlm. 132. 39
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya:
Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 13.
bermakna dalam diri peserta didik. Dari uraian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses untuk menelaah,
memahami sesuatu untuk mendapatkan hal yang baru melalui
pengalaman.
Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat
sejauh mana keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses belajar
mengajar. Keaktifan pada penelitian ini adalah peran serta peserta
didik ketika mengikuti pembelajaran. Faktor-faktor yang dinilai dalam
penelitian ini adalah keterlibatan peserta didik dalam bertanya kepada
peserta didik lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya, berusaha mencari berbagai informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah, melaksanakan diskusi
kelompok, menjawab pertanyaan dan keterlibatan peserta didik dalam
menggunakan media pembelajaran.
Kadar keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat
juga dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
a. Keterlibatan peserta didik baik secara fisik, mental, emosional
maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi peserta
didik untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Peserta didik belajar secara langsung (experiential learning).
Dalam proses pembelajran secara langsung, konsep dan prinsip
diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba,
mengoperasikan, melakukan sendiri dan lain sebagainya.
Demikian juga pengalaman itu bisa dilakukan dalam bentuk
kerja sama dan interaksi dalam kelompok.
c. Adanya keinginan peserta didik untuk menciptakan iklim belajar
yang kondusif.
d. Keterlibatan peserta didik dalam melakukan prakasa seperti
menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan
masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses
pembelajaran berlangsung.
e. Terjadinya interaksi yang multi-arah, baik antara peserta didik
dengan peserta didik atau antara guru dengan peserta didik.40
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai setelah seseorang
melakukan proses untuk mendapatkan perubahan. Hasil belajar ini
dapat diketahui dari hasil kegiatan penilaian atau pengukuran yang
dilakukan oleh pendidik. Menurut Soetjipto, pendidik merupakan
personil sekolah yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik, karena pendidiklah yang memilki kesempatan bertatap
muka lebih banyak dengan peserta didik dibandingkan dengan
personil sekolah lainnya.41
Keberhasilan suatu pengajaran dapat dilihat dari segi hasil
belajar. Hasil belajar yang harus memenuhi aspek adalah tujuan dari
pendidikan, Benyamin Bloom berpendapat bahwa tujuan pendidikan
yang hendak dicapai digolongkan atau dibedakan (bukan dipisahkan)
menjadi tiga bidang, yakni bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang
psikomotor.42 Dalam perkembangannya, pendapat Benyamin Bloom
terkenal dengan nama ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang berhubungan dengan
penguasaan intelektual. Menurut Nana Sudjana, ranah ini
40 Wina Sanjaya, Opcit, hlm.142 41Soetjipto, dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Cet. 1.
hlm. 103 42
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), hlm. 46
mencakup hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi.43
b. Ranah afektif
Ranah afktif ini berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah ini
terdiri dari lima tingkatan, yakni penerimaan, respon atau jawaban
(reaksi), penilaian, organisasi, dan internalisasi.44
c. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik yaitu ranah yang tampak dalam bentuk
keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak individu
(sesorang).45
Prestasi belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor, namun
tidak semua faktor mempunyai pengaruh yang sama besar.Adapun
secara global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta
didik dapat dibedakan menjadi tiga macam.
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik
sendiri, meliputi:
1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh
yang lemah, apabila disertai pusing-pusing kepala misalnya
dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga
materi yang dipelajari pun kurang atau tidak berbekas.
2) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Banyak faktor yang termasuk faktor psikologis yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
pembelajaran peserta didik. Namun, diantara faktor-faktor
43Ibid. 50 44Ibid. 53 45Ibid. 54
rohaniah peserta didik pada umumnya dipandang lebih
esensial itu sebagai berikut:
a) Intelegensi peserta didik
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat.
b) Sikap peserta didik
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons
(response tendency) dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik secara
positif maupun negatif.
c) Bakat peserta didik
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang.
d) Minat peserta didik
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau besar terhadap sesuatu.
e) Motivasi peserta didik
Motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah.46
b. Faktor eksternal peserta didik, yaitu kondisi lingkungan di sekitar
peserta didik, terdiri atas dua macam yaitu:
1) Faktor lingkungan sosial, lingkungan sosial peserta didik
seperti para guru, staf administrasi, teman-teman sekelas,
masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan.
46Muhibbin Syah, M.Ed. PsikologiPendekatan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
Rosda Karya, 2000), hlm. 132-137.
2) Faktor lingkungan non sosial, faktor-faktor yang termasuk
lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan
waktu belajar yang digunakan peserta didik.47
c. Faktor pendekatan belajar, yaitu segala cara atau strategi yang
digunakan peserta didik dalam menunjang efektifitas dan efisiensi
proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian
rupa dalam memahami materi pembelajaran atau mencapai tujuan
belajar tertentu.48
Untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik, maka
pemilihan metode dan model pembelajaran serta media yang
digunakan dalam pembelajaran mempunyai peran strategis dalam
upaya mendongkrak keberhasilan proses belajar mengajar.
Penggunaan metode yang tepat turut menentukan efektifitas dan
efesiensi pembelajaran.49
47Ibid, hlm,137-138. 48Ibid, hlm. 139. 49 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), hlm. 107
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif
yang didukung data kuantitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
menjabarkan ataupun menerangkan semua data yang ada dalam bentuk
tulisan, sehingga menjadi tulisan yang sistematis.50 Sedangkan dinamakan
penelitian kuantitatif karena data yang diperoleh dari penelitian berupa
angka-angka yang kemudian dianalisis menggunakan statistik.51
B. Populasi
“Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian”.52
Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Askhabul Kahfi
kelas X yang berjumlah 62 siswa.
Menurut Arikunto, apabila dalam penelitian subyeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara
10-15 & atau 20-25% atau lebih.53
Sehubungan dengan pendapat tersebut, selanjutnya penelitian ini
disebut populasi.
C. Fokus Penelitian
Agar penelitian ini lebih mendalam, tidak semua unsur yang ada
pada objek akan diteliti karena keterbatasan teori, waktu dan dana. Oleh
karenanya penulis memfokuskan pada pemahaman siswa terhadap konsep
materi dan perubahan materi dalam kimia materi pokok hukum-hukum
dasar kimia. Karena, dengan hal itu siswa akan lebih mudah dalam
50 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), hlm. 157 51 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2010), hlm. 7. 52 Lexy J. Moleong, Op.Cit, hlm. 108 53
Suharsami Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:Rineka
Cipta), Cet. ke XI, hlm. 112
mempelajari ilmu kimia. Adapun objek yang diperhatikan dalam penelitian
ini adalah aktivitas siswa dalam mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, menggabungkan dan mengevaluasi materi yang telah
diberikan oleh guru.
D. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.54
Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa dapat
memahami konsep materi dan perubahan materi dalam kimia materi
pokok hukum-hukum dasar kimia.
2. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-
barang yang tertulis.55 Metode dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh data berupa catatan, rencana
pelaksanaan pempelajaran, data siswa, transkip, legger, agenda dan
sebagainya. Tehnik ini digunakan untuk memperoleh data tentang
kondisi Sekolah dan bagaimana proses pembelajaran pembelajaran
kimia di SMK Askhabul Kahfi Semarang.
E. Metode Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
54
Suharsimi Arikunto, Ibid, 1998, Cet. 11, hlm. 150. 55Ibid, hlm.158.
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
kategori dan uraian dasar.56
Metodologi analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah analisi nilai hasil tes dari pemberian studi kasus. Analisis ini
digunakan untuk mantabulasi data-data yang diperoleh dari hasil tes.
Untuk mengetahui hasil persentase tes siswa dalam memahami konsep
materi dan perubahan materi dalam kimia materi pokok hukum-hukum
dasar kimia, diukur melalui rumus sebagai berikut :
%100%
N
faktorial
57
Keterangan :
∑ faktorial = jumlah skor seluruh siswa
N = jumlah skor maksimal seluruh siswa
Untuk memperoleh data tentang siswa dapat memahami konsep
materi dan perubahan materi dalam kimia materi pokok hukum-hukum
dasar kimia, penulis memberikan tes yang berupa studi kasus kepada
responden dengan cara memberi pernyataan secara tertulis yang kemudian
diberi bobot nilai pada setiap alternatif jawaban kemudian mengubah data
kualitatif menjadi data kuantitatif, yaitu dengan kriteria sebagai berikut:
0 = tidak memberikan penyelesaian
1 – 2 = siswa dapat memahami tentang materi pembelajaran
3 – 4 = siswa dapat menerapkan materi pembelajaran terhadap
praktek
5 – 6 = siswa dapat menggabungkan reaksi kimia
7 – 8 = siswa dapat menganalisis materi pembelajaran
9 – 10 = siswa dapatmengevaluasi materi yang telah diberikan
56 Lexy J. Moleong, Log.Cit. hlm. 248
57 Maulida Hayati, 2007, /artikel online/, Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa
Kelas I SMP Negeri 1 Danau Panggang Melalui Kuis Numbered-Head-Together,
http://www.jurnalpendidikan.go.id/penelitian/kooperatif?=19./ diunduh tanggal: 1 Juli 2011.
Kriteria :
< 39% = sangat kurang
40%-55% = kurang
56%-65% = sedang
66%-79% = tinggi
80%-100% = sangat tinggi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Profil Sekolah
SMK Askhabul Kahfi Semarang berdiri pada tahun 2009 dan
membuka pendaftaran pertama pada tahun pelajaran 2009/2010.
Instansi pendidikan yang bernaung di bawah Yayasan Nurul Ittifaq
Semarang ini bertujuan untuk mencetak generasi yang berlandaskan
IPTEKS dan IMTAQ. Oleh karena itu, selain materi pelajaran umum
dan kejuruan, disana juga diajarkan mata pelajaran agama ala
pesantren seperti Fiqih, Al-Qur‟an, Tajwid, Sejarah Islam, dan
Tauhid. Untuk menunjang proses pembelajarannya di SMK Askhabul
Kahfi juga didirikan Pondok Modern Askhabul Kahfi untuk para
siswa-siswinya. Dalam Pondok Modern ini berbeda dengan Pondok
Salaf seperti biasanya. Selain diajarkan materi agaman, juga diberi
materi Bahasa Inggris setiap harinya. Karena dalam kesehariannya, di
dalam Pondok diwajibkan untuk berkomunikasi dengan menggunakan
Bahasa Inggris.
Untuk menunjang program pendidikan di SMK Askhabul
Kahfi dan sebagai lembaga formal dalam pendidikan, maka
dibentuklah struktur organisasi SMK Askhabul Kahfi sebagai berikut:
Kepala Sekolah : Affendy Hermanu, S.Kom, M.M
Waka. Bidang kurikulum : Raharjo Yulianto, S.S, M.Pd.
Waka. Bidang kesiswaan : Teguh Wibowo, S.Pd.I
Koordinator BP/BK : Sukowati, S.Pd
Koordinator STP2K : Akhmad Fauzi, S.Pd.I
Koordinator Ekstrakurukuler : Eki Apriawan, S.Pd
Kabag TU : Abdul Muntholib, S.HI
2. Letak Geografis
a. Lokasi
SMK Askhabul Kahfi Semarang berlokasi di Kel. Polaman
kec. Mijen. Lokal yang digunakan sebanyak 11 ruangan dengan
perincian sebagai berikut :
1) 6 ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar
2) 2 ruang kelas untuk laboratorium komputer dan bahasa
(praktek)
3) 1 ruang untuk Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan
Guru
4) 1 ruang untuk Tata Usaha
5) 1 ruang untuk aula
b. Fasilitas Sekolah
Adapun untuk terwujudnya situasi belajar mengajar yang
terkoordinir maka sekolah menyediakan sarana dan prasarana
untuk siswa sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar dengan
beberapa fasilitas sebagai berikut :
1) Laboratorium komputer dan bahasa
2) Alat-alat dan lapangan olah raga, bola volly, bola basket,
cakram, lembing, bola sepak, dan lain-lain
3) Bimbingan dan penyuluhan.
4) Perpustakaan Maya
5) P3K
3. Keadaan Siswa
Pada tahun pertama memperoleh siswa sebanyak 90 siswa,
namun dengan perkembangannya tinggal 77 siswa. Kemudian di
tahun 2010 mendapatkan siswa sebanyak 62 siswa. Masing-masing
ada yang memang benar-benar ingin masuk sekolah SMK Askhabul
Kahfi Semarang, ada juga yang pindahan dari sekolah-sekolah lain
yang ingin memperdalam ilmu di bidang agama. Untuk lebih jelasnya
keadaan siswa tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Keadaan siswa SMK Askhabul Kahfi Semarang
tahun ajaran 2010/2011
4. Sarana dan Prasarana
SMK Askhabul Kahfi Semarang memiliki 11 lokal yang
masing-masing dipakai sebagai tempat proses belajar mengajar
dengan dilengkapi meja kursi, papan tulis dan lain-lain. Dengan
ruangan yang tersedia diharapkan dapat menampung semua siswa
yang hendak belajar di sekolah tersebut.
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X SMK Askhabul
Kahfi Semarang dalam memahami konsep materi dan perubahan materi
pada pembelajaran kimia, maka siswa diberi tes. Hasil analisis tes siswa
dapat dilihat pada Tabel: 4.1
Tabel 4.1. Hasil Analisis Data Nilai Siswa SMK Askhabul Kahfi
Semarang pada Materi Pembelajaran Hukum-hukum dasar
Kimia
NO
. Nama Siswa
Skor Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Abdul Latif 8 8 9 7 8 9 7 9 65
2 Abdul Munif 7 8 7 6 7 6 8 7 56
3 Achmad Nawawi 8 9 8 7 8 6 6 9 61
4 Afi Damarwati 7 8 9 8 6 7 6 8 61
5 Agus Fatkulloh 9 6 8 9 7 9 8 9 63
6 Ahmad Aditio S. 7 7 8 9 8 9 8 8 62
7 Ali Maskhur 6 8 8 8 9 9 6 7 61
8 Arif Machsun 7 7 6 8 9 8 7 8 60
9 Asiatul Mar'ah 6 8 7 8 6 7 9 8 59
10 Chairul Maslachah 8 7 8 7 7 9 7 6 58
11 Dewi Fatmawati 9 8 8 8 9 7 6 7 62
12 Dewi Latifatus S. 7 8 8 8 9 7 6 6 59
No. Kelas Jenis kelamin
Jumlah Siswa Putra Putri
1. I 33 29 62
2. II 38 39 77
Jumlah 71 68 139
13 Dewi Nur Alfiah 7 8 7 8 7 8 7 9 61
14 Dwi Yuliani 8 8 7 7 9 9 7 7 62
15 Eka Mirantiyani 8 9 7 6 7 8 8 9 62
16 Farida Tunnimatul 8 8 8 6 6 8 7 7 58
17 Ike Nurul Hidayah 8 7 8 7 7 9 8 6 60
18 Imam Ilzamul W. 6 8 9 8 9 8 7 8 63
19 Khafid Saifudin 8 8 8 6 7 7 6 7 57
20 Khasanatun M. 8 7 7 9 6 8 7 7 59
21 Lukati 6 8 8 8 9 8 7 8 62
22 Muchamad Dalhar 7 8 7 7 7 9 8 8 61
23 Muhamad Rikza S. 8 8 7 8 7 6 8 7 59
24 M. Muhariyah 9 8 8 8 9 7 7 9 65
25 M. Sholikun 8 6 7 7 8 6 6 8 56
26 Riski Triyadi 8 7 9 7 8 8 7 7 61
27 Shofi Imroatul Kh. 8 8 9 8 8 6 7 6 60
28 Siti Choiriyah 8 7 8 8 6 7 8 7 59
29 Uun Bramastiwi 7 8 8 7 6 7 7 8 58
30 Warsini 7 6 6 7 7 6 8 7 54
31 Yusuf Jaelani 6 7 9 8 7 9 8 8 62
32 Zudi Kurniawan 7 8 8 6 7 9 7 8 60
33 Abdur Rosid 7 7 9 7 8 7 8 7 60
34 Ainur Rohmah 7 8 7 9 7 8 6 7 59
35 Anisa Kurniawati 8 7 6 9 8 7 7 9 61
36 Anisa Pujiati 6 7 8 7 8 9 8 7 60
37 Azizun anwar 6 8 8 7 6 8 8 6 57
38 Diah Ayu Safitri 9 8 8 7 7 8 9 7 63
39 Eka Wijayanti 8 9 7 7 8 7 8 6 60
40 Fachrun Nisak 7 7 8 9 8 6 7 6 58
41 Heru Suwanto 7 6 7 7 6 8 8 9 58
42 Indar Yulius Tanto 8 7 9 8 8 7 7 8 62
43 Isti Rokhanah 9 8 7 8 8 7 8 6 61
44 Khabib Khoirul U. 8 7 8 8 7 6 8 9 61
45 M. Kuncarno 7 6 7 9 8 7 8 8 60
46 M. Nur Hidayat 7 8 7 6 7 7 8 9 59
47 Muh. Agus Fauzan 6 8 8 7 8 9 6 7 59
48 M. Nanang Sofiudin 7 8 6 8 9 7 7 9 61
49 Muhimatul Nisak 7 7 8 9 7 7 6 8 59
50 Naela Faridatul N. 6 8 7 7 8 7 8 9 60
51 Nana Ningrum 9 7 8 7 9 8 7 8 63
52 N. M. Rifki Kautsar 7 8 9 6 8 8 8 7 61
53 Norochmad 8 8 7 8 9 7 6 9 62
54 Nur Achmad Soni 9 8 7 7 6 7 8 8 60
55 Rizal Afandi 7 7 8 6 7 9 7 8 59
56 Safrudin Siswo Tri 7 8 7 7 6 8 8 9 60
57 Shofi Istijabah 7 8 8 7 8 8 7 8 61
58 Siti Fadhilah 7 7 8 8 7 7 8 9 61
59 Siti Mubarokah 8 7 8 8 7 9 8 9 64
60 Samsul Anwar 9 8 8 8 8 7 8 7 63
61 Winda Fadlilah 8 7 8 8 9 8 9 7 64
62 Zuliani 8 9 7 8 9 7 8 7 63
Total Skor 3655
Skor Maksimum 4960
Persentase 74%
Ket. Jumlah siswa adalah 62 siswa
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa hasil tes yang telah diberikan
kepada siswa mempunyai kriteria tinggi. Hal ini terlihat dari 62 siswa
dapat menyelesaikan tes yang telah diberikan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka
penulis memberikan rekomendasi untuk sekolah, guru mata pelajaran
kimia dan siswa SMK Askhabul Kahfi Semarang sebagai berikut:
a. Kurikulum SMK Askhabul Kahfi Semarang seharusnya tidak
terpaku pada materi pembelajaran yang hanya ada kaitannya
dengan kejuruan yang ada dalam sekolah, akan tetapi tidak
dipungkiri bahwa materi yang lainnya juga tidak kalah penting
dengan materi yang hanya ada kaitannya dengan kejuruan.
b. Karena keterbatasan sarana dan prasarana sekolah, guru kimia
SMK Askhabul Kahfi Semarang harus lebih kreatif dan inovatif
dalam menyampaikan pembelajaran. Salah satu bentuknya adalah
penerapan metode yang sesuai untuk masing-masing materi kimia
yang akan disampaikan, sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang disampaikan oleh guru.
c. Siswa hendaknya belajar lebih maju, lebih disiplin didalam belajar
baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan.
d. Perlu adanya laboratorium kimia di SMK Askhabul Kahfi. Hal ini
juga demi kelancaaran proses pembelajaran. Karena, mata
pelajaran kimia adalah mata pelajaran yang banyak menggunakan
metode praktikum dan praktikum tersebut tidak bisa dilakukan
disembarang tempat.
2. Pembahasan Hasil Tes
Berdasarkan kajian awal bahwa pembelajaran masih
berlangsung satu arah, siswa kurang aktif, masih sedikit siswa yang
bertanya meskipun guru telah memberikan kesempatan untuk
bertanya, kadang siswa lebih suka bermain sendiri, mengganggu
teman lain saat pembelajaran berlangsung, sehingga siswa tidak dapat
menyampaikan gagasan maupun keganjalan yang ada pada diri
mereka. Hal ini dikhawatirkan siswa lebih cenderung untuk menerima
apa adanya sesuai dengan yang disampaikan guru. Hal tersebut terjadi
karena siswa kurang tertarik dengan penyampaian materi yang kurang
bervariasi dan sarana prasarana pembelajaran yang kurang
dimanfaatkan secara optimal ataupun sarana dan prasarana yang ada di
Sekolah tersebut masih kurang, sehingga hasil belajar belum tercapai
secara maksimal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini siswa diberi
pendekatan dengan cara tes untuk meningkatkan motivasi siswa, siswa
lebih tertarik akan mata pelajaran kimia, siswa mempunyai pemikiran
yang berbeda bahwa ilmu kimia tidak hanya bisa diselesaikan dengan
perhitungan saja akan tetapi bisa juga diselesaikan dengan cara
penalaran, serta siswa memperoleh pengalaman belajar yang berarti.
Akan tetapi, faktor yang sangat berpengaruh pada keberhasilan
pembelajaran adalah guru. Karena, guru dapat mengelola komponen-
komponen pembelajaran yang lain, sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Selain itu hanya guru yang bersangkutan yang
paling tahu tingkat pencapaian belajar siswa yang diajarnya.58
Pemberian tes dalam penelitian ini diterapkan pada materi
pembelajaran hukum-hukum dasar kimia, dimana siswa diharapkan
58
Masnur Muslich, KTSP; Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), hlm. 91.
bisa mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
menggabungkan dan mengevaluasi perubahan yang terjadi, baik
perubahan fisika maupun kimia, serta mempu mengetahui ciri-ciri
yang terjadi pada reaksi kimia. Kegiatan yang dilakukan siswa dalam
pembelajaran ini antara lain siswa melakukan pengamatan,
penyelidikan, tanya jawab, diskusi, dan melaporkan hasil kegiatan.
Melalui kegiatan tersebut, siswa diarahkan untuk berpikir cepat dan
mudah menerima apa yang disampaikan oleh guru.59
Dengan
demikian, diharapkan siswa dapat mengetahui dan memahami konsep
atau prinsip melalui pengalaman/percobaan sendiri, sehingga
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa bukan hasil
mengingat seperangkat fakta melainkan hasil percobaan/percobaan
mereka sendiri. Siswa mendapatkan kebenaran suatu konsep melalui
pengalaman yang konkrit sesuai objek yang telah dilihatnya.
Pengalaman tersebut memberikan wawasan, pemahaman, dan teknik-
teknik yang sulit untuk dipaparkan melalui pembelajaran ceramah
(ekspositori) saja. Sedangkan melalui kegiatan diskusi, siswa dapat
membahas dan membuktikan hasil apa yang telah didapatkannya.
Dalam hal ini, guru dalam pembelajaran berfungsi sebagai fasilitator
(pemberi kemudahan dalam belajar), sehingga guru harus dapat
mengubah pola tindakan peran siswa dalam pembelajaran dari
konsumen gagasan (seperti menyalin, mendengar, menghafal) menjadi
peran produsen gagasan (seperti bertanya, menjawab, meneliti,
mengemukakan pendapat).60 Selain itu guru juga menjadi motivator
yang memotivasi siswa agar terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian, siswa mempunyai kesempatan untuk
mengalami, melakukan, mengamati, membuktikan, menganalisa, dan
menarik kesimpulan dari hasil kegiatan, bukan hanya dijejali dengan
59 Fandy Tjiptono, Prinsip-prisip Total Quality Service (Yogyakarta: CV Andi Offset,
2005), hlm: 146 60
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 36.
pengetahuan. Siswa juga ditugaskan untuk menemukan konsep dan
prinsip dari konsep yang dipelajari.61
Proses pembelajaran dengan pemberian tes juga berpengaruh
positif terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan evaluasi dengan cara
pemberian tes, diperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 74%. Hal
ini terlihat bahwa dari keseluruhan siswa rata-rata dapat mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, menggabungkan dan
mengevaluasi materi yang telah diberikan oleh guru.
D. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa penelitian ini pasti terjada banyak
kendala dan hambatan. Hal tersebut bukan karena kesengajaan, akan tetapi
terjadi karena adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian. Adapun
beberapa keterbatasan yang dialami dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Keterbatasan lokasi
Penelitian ini dilakukan di SMK Askhabul Kahfi, yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Askhabul Kahfi.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini hanya berlaku bagi siswa SMK
Askhabul Kahfi saja dan tidak berlaku bagi siswa dari sekolah
lainnya.
2. Keterbatasan biaya
Meskipun tidak satu-satunya faktor dalam yang menjadi hambatan
dalam penelitian ini, akan tetapi pada dasarnya merupakan satu hal
yang memegang peranan penting dalam mensukseskan penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa dengan minimnya dana penelitian, akan
mengakibatkan terhambatnya proses penelitian.
61 Ibid., hlm. 37.
3. Keterbatasan waktu
Disamping faktor lokasi dan biaya, waktu juga memegang peranan
sangat penting dan penelitian ini hanya memakan waktu beberapa
bulan. Namun demikian, peneliti didalam melakukan penelitian ini
berusaha membagi waktu, hal ini karena waktu penelitian berbarengan
dengan sedang diadakannya mid semester.
4. Keterbatasan responden
Penelitian ini mengambil dan melibatkan responden siswa SMK
Askhabul Kahfi, Oleh karena itu, hasil penelitian ini hanya berlaku
bagi siswa SMK Askhabul Kahfi saja dan tidak berlaku bagi siswa
dari sekolah lainnya.
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap kemampuan siswa
memahami konsep materi dan perubahan materi dalam kimia materi pokok
hukum-hukum dasar kimia di kelas X SMK Askhabul Kahfi Semarang dapat
disimpulkan bahwa:
Siswa dapat menyelesaikan tes yang telah diberikan. Hal ini terbukti
dengan diperoleh nilai 74%. Hal ini terlihat bahwa dari keseluruhan
siswa rata-rata dapat memahami konsep materi dan perubahan materi
dalam kimia materi pokok hukum-hukum dasar kimia. Akan tetapi, ada
juga beberapa siswa yang belum bisa memahami konsep materi dan
perubahan materi dalam kimia materi pokok hukum-hukum dasar kimia.
Hal itu terbukti dengan masih ada beberapa siswa yang memperoleh
nilai kurang dalam mengerjakan tes yang diberikan.
B. Saran
Setelah mengadakan penelitian tentang kemampuan siswa memahami
konsep materi dan perubahan materi dalam kimia materi pokok hukum-
hukum dasar kimia di kelas X SMK Askhabul Kahfi Semarang, maka penulis
ingin menyumbangkan buah pikiran atau saran-saran yang sekiranya
bermanfaat. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa dalam memahami konsep
materi dan perubahan materi dalam kimia materi pokok hukum-hukum
dasar kimia tidak terlepas dari aspek sosial sekolah. Baik berupa
motivasi yang datangnya dari teman, guru, ataupun dari kepala sekolah.
Disamping faktor itu faktor yang cukup penting untuk memahami
konsep materi dan perubahan materi dalam kimia materi pokok hukum-
hukum dasar kimia bagi siswa adalah terpenuhinya alat-alat peraga dan
fasilitas lain yang memadai.
2. Bagi guru
Sebagai seorang guru, hendaknya lebih akif dalam mendampingi dan
memberikan bimbingan kepada siswa baik di dalam kelas maupun di
luar kelas. Guru juga harus lebih banyak memmberikan latihan kepada
siswa. Karena, dengan latihan tersebut siswa akan lebih memahami
konsep materi dan perubahan materi dalam kimia ataupun dalam materi
yang lain.
3. Bagi siswa
Mengingat mata pelajaran kimia adalah bagian dari mata pelajaran
eksak, maka sebaiknya siswa harus lebih banyak melakukan latihan.
Siswa juga harus memberikan motivasi atau dukungan kepada siswa
lain ketika temannya mendapat kesulitan dalam pembelajaran.
C. Penutup
Dengan mengucapkan rasa syukur Alhamdulallahirobbil‟alamin,
penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar tanpa
banyak hambatan.
Penulis menyadari benar dalam tulisan ini masih banyak terdapat
kekurangan maupun kesalahan, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik yang konstruktif dari semua pihak terutama pembaca demi
kesempurnaan dan kelengkapan penulisan skipsi selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis memohon petunjuk dan
bimbingan dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan ini dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, W., Kaluge, L., & Purwanto. 2003. Pembelajaran Inovatif Untuk
Pemahaman Dalam Belajar Matematika Dan Sains Di SD,
SLTP, Dan Di SMU. Laporan Penelitian; Penelitian Hibah
Pasca Angkatan I tahun I. Direktoral Penelitian dan Pengabdian
Pada Masyarakat. Ditjen Dikti. Depdiknas.
Arikunto, Suharsami, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta:Rineka Cipta, Cet. ke XI.
Hasibuan, JJ., dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Hayati, Maulida, 2007, /artikel online/, Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas I
SMP Negeri 1 Danau Panggang Melalui Kuis Numbered-Head-Together,
http://www.jurnalpendidikan.go.id/penelitian/kooperatif?=19./ diunduh tanggal: 1 Juli 2011.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
Muslich, Masnur, KTSP; Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual,
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Rosdakarya, 2004.
__________ Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Narbuko, Cholid, dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara,
2003.
Napitupulu, Ester Lince, Belajar Sains Jadi Asyik dan Menyenangkan, Kompas ,
edisi 23 Februari 2009.
Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1982.
Purba, Michael, Kimia 2000: Untuk SMU Kelas 1, Jakarta : Erlangga, 2000.
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001
Sahertian, Piet A., Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2000.
Sanjaya, Wina, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Prenata Media Group.
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Soetjipto, dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Cet.
1.
Sudarmo, Unggul, Kimia SMA I Untuk SMA Kelas X, Bandung : Phibeta, 2006.
Sudrajat, Akhmad, 2008, /artikel online/, Metode Pembelajaran,
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ diunduh tanggal 20 Juli
2011.Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bahan Sosialisasi, Jakarta, 2003.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: CV.
Alfabeta, 2010.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
Rosdakarya, 2003.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendekatan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Rosda Karya, 2000.
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007.
Tjiptono, Fandy, Prinsip-prisip Total Quality Service, Yogyakarta: CV Andi
Offset, 2005.
Utsman, Moh Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1990.
Undang-undang Republik Indonesia No. 2. Th. 1989, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Penjelasannya, Semarang: Aneka Ilmu, 1992.
Witting, Arno F., Psycology of Learning, New York: Mc Graw Hill, 1981.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137417-pengertian-pemahaman-
siswa/#ixzz1SeKTafb6
http://silochem.wordpress.com/2010/09/04/materi-dan-perubahan/
http://www.rusmanmalili.com/pembelajaran-inovatif-kimia-unsur.html
YAYASAN NURUL ITTIFAQ SEMARANG
SK. MENHUM & HAM : AHU-3651.AH.01.02 TAHUN 2008
SMK ASKHABUL KAHFI
KELOMPOK : TEKNOLOGI REKAYASA DAN INFORMASI
KOMUNIKASI Polaman Kecamatan Mijen-Kota Semarang 50217 024 70053885
e-mail: [email protected] website: smkaska.nurul-ittifaq.com
NSS : 722036301003
SURAT KETERANGAN
No: 078 / SMK-ASKA/XI/2010
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Affendy Hermanu, S.Kom, M.M
Jabatan : Kepala Sekolah
Dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa berikut di bawah ini:
Nama : Muhamad Faqih Walid
NIM : 043711176
Fakultas : Tarbiyah Jurusan Tadris Kimia
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo
Semarang
telah melaksanakan penelitian dari tanggal 8 – 20 Nopember 2010 di SMK
Askhabul Kahfi Semarang, untuk penulisan skripsi dengan judul:
“Studi Kasus; Kemampuan Membuat Keputusan pada Siswa Kelas X Semester I
SMK Askhabul Kahfi Semarang dalam Pembelajaran Kimia Materi Pokok
Hukum-hukum Dasar Kimia”
Demikian surat keterangan ini kami buat untuk kepentingan yang bersangkutan
dan harap menjadikan maklum.
Semarang, 30 Nopember 2010
Kepala Sekolah,
Affendy Hermanu,
S.Kom, M.M
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/ Semester : X /I
Pertemuan Ke : 18- 20
Alokasi Waktu : 6 X 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami konsep penulisan lambang unsur, senyawa dan
bentuk molekul, persamaan reaksi dan hukum-hukum
dasar kimia
Kompetensi Dasar : - Memahami hukum-hukum dasar kimia
Indikator : - Siswa dapat mengetahui hukum-hukum dasar kimia
- Siswa dapat memahami penerapan hukum-hukum
dasar kimia dalam kajian kimia
- Siswa dapat menggunakan konsep hukum-hukum
dasar kimia dalam menyelesaikan masalah pada ilmu
kimia
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
- Siswa mampu mengetahui hukum-hukum dasar kimia
- Siswa mampu memahami penerapan hukum-hukum dasar kimia dalam
kajian kimia
- Siswa mampu menggunakan konsep hukum-hukum dasar kimia dalam
menyelesaikan masalah pada ilmu kimia
II. URAIAN MATERI POKOK
Pertemuan 18
Hukum-hukum Dasar Kimia
1. Hukum Kekekalan Massa
Hukum ini dikemukakan oleh Lavoisier pada tahun 1779. Berdasarkan
eksperimen Lavoisier merumuskan Hukum Kekekalan Massa yang
berbunyi sebagai berikut:
”Di dalam suatu reaksi kimia, massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi
besarnya sama”
Reaksi:
Logam Merkuri + Gas Oksigen → Merkuri Oksida
530 gram 42,5 gram 572,5 gram
2. Hukum Perbandingan Tetap
Hukum ini dikemukakan oleh Proust pada tahun 1799. Hukum
Perbandingan Tetap berbunyi sebagai berikut:
”Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tetap”
Proust melakukan eksperimen dengan mereaksikan unsur hidrogen dan
unsur oksigen. Proust menemukan bahwa unsur hidrogen dan oksigen
selalu bereaksi membentuk senyawa air dengan perbandingan yang tetap,
yaitu 1 : 8.
3. Hukum Perbandingan Berganda
Hukum ini dikemukakan oleh Dalton. Dalton mengamati adanya
keteraturan yang terkait dengan perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa. Hukum Perbandingan Berganda berbunyi sebagai beirkut:
”Jika dua jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu senyawa dan
massa salah satu unsur dalam senyawa tersebut sama, sedangkan massa
unsur lainnya berbeda, maka perbandingan massa unsur lainnya dalam
senyawa tersebut merupakan bilangan bulat.”
Pertemuan 19
4. Hukum Perbandingan Volume
Hukum ini dikemukakan oleh Gay Lussac. Dari beberapa penelitian, Gay
Lussac berpendapat bahwa volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-
gas hasil reaksi, bila diukur pada keadaan suhu dan tekanan yang sama
akan berbanding sebagai bilangan yang bulat dan sederhana.
Sehingga Hukum Gay Lussac ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
”Pada P dan T yang sama perbandingan volume gas-gas sesuai dengan
perbandingan koefisien reaksi masing-masing”
5. Hukum Avogadro
Tahun 1811, Amadeo Avogadro mengemukakan bahwa partikel unsur
tidak harus berupa atom yang terdiri sendiri dapat juga berupa gabungan
dari beberapa atom yang disebut molekul unsur. Avogadro dapat
menjelaskan Hukum Pernbandingan Volume dengan mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
”Pada P dan T yang sama, semua gas-gas bervoluem sama mengandung
jumlah molekul yang sama pula.”
Pertemuan 20
Hukum-hukum Dasar Kimia
1. Hukum Kekekalan Massa
2. Hukum Perbandingan Tetap
3. Hukum Perbandingan Berganda
4. Hukum Perbandingan Volume
5. Hukum Avogadro
III. METODE PEMBELAJARAN
- Diskusi informasi
- Tanya Jawab
- Penugasan
IV. LANGKAH PE MBELAJARAN
Pertemuan 18
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
- Guru memotivasi siswa agar tetap rajin belajar
- Guru mengabsen siswa
- Guru mengajak siswa untuk me-review materi-materi pertemuan
sebelumnya
- Guru menjelaskan materi dan sasaran materi pembelajaran yang akan
dipelajari
- Guru mengajak siswa untuk mengeksplorasi hal-hal dalam kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan kimia
B. Kegiatan Inti
- Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang objek-objek kajian
yang dipelajari dalam ilmu kimia dan manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari
- Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
- Guru menyampaikan hubungan antara Hukum-hukum dasar kimia dengan
kehidupan sekitar beserta teori-teori Hukum Kekekalan Massa, Hukum
Perbandingan Tetap, dan Hukum Perbandingan Berganda
- Siswa mendiskusikan objek-objek kajian dalam Kimia dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari dengan dihubungkan pada teori-teori yang
sudah dijelaskan oleh guru
C. Kegiatan Akhir (Penutup)
- Guru mengajak siswa menyimpulkan deskripsi yang telah disampaikan
siswa
- Guru menyampaikan meteri pembelajaran yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya
- Guru menutup pertemuan dengan membaca do‟a
Pertemuan 19
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
- Guru memotivasi siswa agar tetap rajin belajar
- Guru mengabsen siswa
- Guru mengajak siswa untuk me-review materi-materi tentang Hukum
Kekekalan Massa, Hukum Perbandingan Tetap, dan Hukum Perbandingan
Berganda
- Guru menjelaskan materi dan sasaran materi pembelajaran yang akan
dipelajari
B. Kegiatan Inti
- Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang suatu keadaan di
dalam ruangan atau tempat tertentu
- Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
- Guru menyampaikan hubungan antara Hukum-hukum dasar kimia dengan
kehidupan sekitar beserta teori-teori Hukum Perbandingan Volume
- Siswa mendiskusikan objek-objek kajian dalam Kimia dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari dengan dihubungkan pada teori-teori yang
sudah dijelaskan oleh guru
C. Kegiatan Akhir (Penutup)
- Guru mengajak siswa menyimpulkan deskripsi yang telah disampaikan
siswa
- Guru menyampaikan meteri pembelajaran yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya
- Guru menutup pertemuan dengan membaca do‟a
Pertemuan 20
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
- Guru memotivasi siswa agar tetap rajin belajar
- Guru mengabsen siswa
- Guru mengajak siswa untuk me-review materi-materi tentang Hukum-
hukum dasar kimia
- Guru menjelaskan materi dan sasaran materi pembelajaran yang akan
dipelajari
B. Kegiatan Inti
- Guru memberikan beberapa studi kasus kepada siswa yang erat
hubungannya dengan kehidupan siswa
- Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
- Guru mengintruksikan kepada siswa untuk memberikan penyelesaian
masalah dari studi kasus yang diberikan berdasarkan hukum-hukum dasar
kimia
- Siswa mendiskusikan dengan mencari penyelesaian masalah dari studi
kasus yang sudah diberikan oleh guru
- Guru membimbing proses pembelajaran
C. Kegiatan Akhir (Penutup)
- Guru mengajak siswa menyimpulkan penyelesaian masalah atas studi
kasus yang sudah dibuat siswa
- Guru menyampaikan meteri pembelajaran yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya
- Guru menutup pertemuan dengan membaca do‟a
V. ALAT & BAHAN
- Buku paket Kimia (Erlangga) dan modul Kimia MGMP Kota Semarang
- LKS
- Soal studi kasus
VI. PENILAIAN
A. Teknik : Tugas individu
B. Bentuk Instrumen : Tes tertulis
C. Instrumen :
Pertemuan 18
1) Sebanyak 36 gram serbuk belerang direaksikan dengan gas oksigen
menghasilkan gas sulfur dioksida sebanyak 64 gram. Berapa massa gas
oksigen yang bereaksi?
2) Data percobaan pembentukan air murni dari gas hidrogen dan gas
oksigen mempunyai perbandingan 1 : 8. Lengkapilah tabel berikut ini:
No Massa H Massa O Massa H2O Massa Sisa
H O
1.
2.
3.
4 gram
5 gram
6 gram
............
32 gram
50 gram
18 gram
.........
54 gram
2
1
-
-
-
.......
Pertemuan 19
1) Dua liter gas propana (C3H8) bereaksi dengan gas oksigen
menghasilkan karbon dioksida dan uap air. Tentukan:
a. Volume gas O2 yang dibutuhkan
b. Volume gas CO2 yang dihasilkan
2) 0,1 mol gas N2 mengandung partikel sebanyak 6,02 × 1023
molekul.
Berapa jumlah partikel 0,2 mol gas O2 jika diukur pada P dan T yang
sama?
Pertemuan 20
Soal Studi Kasus
D. Pedoman Penilaian :
Pertemuan 18
1) Massa Oksigen = massa sulfur dioksida – massa belerang
= 64 – 36 = 28 gram (40)
2) 1. 16 gram (20)
2. 36 gram (20)
3. 2 gram (20)
Total nilai : 100
Pertemuan 19
1) C3H8 + 5 O2 → 3 CO2 + 4 H2O (20)
2 L
a. V O2 = 10 L (20)
b. V CO2 = 6 L (20)
2) ∑ partikel O2 = mol O2 × ∑ partikel N2 / mol N2
= 0,2 mol × 6,02 × 1023
/ 0,1 mol
= 12,04 × 1023
molekul (40)
Total nilai : 100
Pertemuan 20
Total nilai : 100
Semarang, 10 Juni 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kimia
(Affendy Hermanu, S.Kom) (Teguh Wibowo, S.Pd.I)
Tes Untuk Siswa:
Hukum-hukum Dasar Kimia
Petunjuk:
1. Isi data diri anda
2. Berilah penyelesaian terhadap studi kasus berikut sesuai dengan proses
penyelesaian terbaik.
Selamat Mengerjakan
Nama : …………………………………...
Kelas/ No. Absen : …………………………………...
1. Nama senyawa kimia dengan rumus kimia sebagai berikut adalah……
a. CH3COOH d. CaCO3
b. Na2S e. Mg3N2
c. KNO2
Penyelesaian:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2. Setarakan persamaan reaksi berikut:
a. Fe2O3(s) + CO(g) Fe(s) + CO2(g)
b. KI(s) + H2SO4(l) K2SO4(aq) + SO2(g) + H2O(l) + I2(g)
Penyelesaian:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
3. Tuliskan persamaan reaksi berikut:
a. Natrium karbonat padat + larutan asam sulfat, dihasilkan larutan
natrium sulfat + gas karbondioksida + air
b. Serbuk aluminium oksida + asam klorida, dihasilkan larutan
aluminium klorida + air
c. Larutan tembaga (II) sulfat + larutan kalium hidroksida, dihasilkan
endapan tembaga (II) hidroksida + larutan kalium sulfat
Penyelesaian:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
4. Perbandingan massa unsur oksigen dan hidrogen dalam senyawa air adalah
8 : 1. Jika 100 gram unsur oksigen dan 3 gram unsur hidrogen bergabung
dengan membentuk senyawa (air), maka massa air yang dihasilkan
adalah............
Penyelesaian:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
5. Dalam senyawa AB perbandingan massa A : B = 2 : 1. Jika terdapat 120
gram senyawa AB, berapakah massa masing-masing unsur dalam senyawa
tersebut?
Penyelesaian:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
6. Pada suhu dan tekanan tertentu, setiap 1 liter gas nitrogen akan tepat habis
bereaksi dengan 3 liter gas hidrogen membentuk 2 liter gas amonia.
Tentukan rumus molekul amonia.
Penyelesaian:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
7. Gas metana dibakar sempurna dengan oksigen, reaksi yang terjadi adalah:
CH4(g) + O2(g) CO2(g) + H2O(g)
Bila metana yang dibakar 3 liter, berapa liter gas oksigen yang diperlukan
dan berapa liter gas CO2 dan H2O yang dihasilkan? (semua volum diukur
pada suhu dan tekanan yang sama)
Penyelesaian:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
8. Logam magnesium seberat 4 gram dibakar dengan gas oksigen akan
menghasilkan senyawa magnesium oksida. Jika masa gas oksigen yang
digunakan 6 gram, maka massa senyawa magnesium oksida yang
dihasilkan adalah……..
Penyelesaian:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Jawaban Soal Studi Kasus Siswa
Hukum-hukum dasar kimia
1. a. asam asetat
b. natrium sulfide
c. kalium nitrit
d. kalsium karbonat
e. magnesium nitrat
2. a. Fe2O3(s) + 3CO(g) 2Fe(s) + 3CO2(g)
b. 2KI(s) + 2H2SO4(l) K2SO4(aq) + SO2(g) + 2H2O(l) + I2(g)
3. a. Na2CO3(s) + H2SO4(aq) Na2SO4(aq) + CO2(g) + 2H2O(l)
b. Al2O3(s) + 6HCl(aq) 2AlCl3(aq) + 3H2O(l)
c. CuSO4(aq) + 2KOH(aq) Cu(OH)2(s) + K2SO4(aq)
4. Diketahui : mO = 100 gram perbandingan O : H = 8 : 1
mH = 3 gram
Ditanya : massa H2O ?
Jawab : mO : mH = 8 : 1
Massa Oksigen = 31
8
= 24 gram
Jadi, massa air yang terjadi = massa O + massa H = 24 + 3 = 27
5. Diketahui : mAB = 120 gram perbandingan senyawa A : B = 2 : 1
Ditanya : mA dan mB ?
Jawab = mBmA
mAB
= 12
120
= 40 gram
Jadi, mA dan mB = 80 gram dan 40 gram.
6. Karena gas hidrogen dan nitrogen dianggap sebagai molekul diatomik,
maka persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
N2(g) + 3H2(g) 2NxHy
Berdasarkan konsep bahwa pada reaksi setara jumlah atom-atom sebelum
dan sesudah reaksi harus sama, maka
jumlah atom N sebelum reaksi = jumlah atom N sesudah reaksi
2 = 2x
x = 1
jumlah atom H sebelum reaksi = jumlah atom H sesudah reaksi
2 × 3 = 2y
y = 3
Jadi, rumus molekul amonia adalah : NH3.
7. Diketahui : VCH4 = 3 liter
Ditanya : V O2 yang diperlukan?
V CO2 dan V H2O yang dihasilkan?
Jawab : CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(g)
perbandingan volum : CH4 : O2 : CO2 : H2O = 1 : 2 : 1 : 2
bila volum CH4 = 3 liter
Volum O2 = liter31
2
= 6 liter
Volum CO2 = liter31
1
= 3 liter
Volum H2O = liter31
2
= 6 liter
8. Diketahui: mMg = 4 gram
mO = 6 gram
ditanya : mMgO setelah reaksi?
Jawab :
massa zat-zat sebelum reaksi = massa zat-zat hasil reaksi
m magnesium oksida = m magnesium + m oksigen
= 4 gram + 6 gram
= 10 gram
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : MUHAMAD FAQIH WALID
Tempat dan Tanggal Lahir : CILACAP, 08 AGUSTUS 1986
Alamat : Jl. Karyamenawi, no. 64 Karangjengkol,
Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah
Pendidikan :
1. MI Ya Bakii Karangjengkol, Lulus tahun 1999.
2. MTs. Negeri Planjan, Kesugihan, Lulus Tahun
2001.
3. Madrasah Aliyah Negeri 2 Purwokerto, Lulus
Tahun 2004
4. Perguruan Tinggi IAIN Walisongo Semarang,
Fakultas Tarbiyah 2011.
Demikian daftar riwayat pendidikan penulis.
Semarang, 3 Januari 2012
Muhamad Faqih Walid
NIM : 0 4 3 7 1 1 1 7 6