Keluarga Besar - Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh...

60

Transcript of Keluarga Besar - Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh...

Keluarga Besar Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas PelantikanDrs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd

Sebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi AcehOleh Menteri Agama Republik Indonesia

Drs. H. Suryadharma Ali, M.SiHari Senin, 24 Oktober 2011 di Oproom Kantor Kementerian Agama RI Jakarta

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.Terima kasih kepada

Drs. H. A. Rahman TB, Ltyang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai

Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh 2007-2011

TtdDrs. H. Taufik Abdullah

Kabag Tata Usaha

Keluarga BesarKantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh

Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1432 H/2011 MMohon maaf lahir dan batin

dan

Selamat Datang Kembali di Tanah Air Jamaah Haji Debarkasi Banda AcehSemoga menjadi haji yang mabrur

Kepala

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd

Majalah Santunan Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh Pembina: Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh Penanggungjawab: Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh Dewan Pengarah: Drs. H. Taufiq Abdullah; Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd; H. Abrar Zym, S.Ag; Drs. H. Asy’ari Basyah; Drs. Saifuddin AR; H. Aska Yunan, S.Ag. Pemimpin Umum: Drs. H. Zuardi Zain Pemimpin Redaksi: Juniazi Wakil Pemimpin Redaksi: Muzakkir Sekretaris Redaksi : Khairuddin Aba Wakil Sekretaris Redaksi: Jabbar Sabil Redaktur: Mulyadi Nurdin; Ridwan Qari; Juhaimi; Taharuddin, Wiswadas; Azhar; Khairul Saleh; Abdullah AR; Muhammad Yakub Yahya; Suri Arniansyah; Alfirdaus Putra. Pemimpin Usaha: Imran Wakil Pemimpin Usaha: Zulfahmi Keuangan: Munawar; Elia Fajri Sirkulasi: Darwin; Jatu Rahmi Rahayu Iklan: Hartati; Yenni Yusnita Layout: Tim Santunan Staf Redaksi Fadhlan Mursal; Saiful Mahdi; Amwar Citra H Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh E-mail: [email protected] Hotline-SMS: 0852-7775-9339. Untuk distribusi, harap menghubungi No. HP. 085277529295 (Darwin). Iklan; HP. 08126935043 (Hartati).

Laporan Utama :

Dialektika Qurban Hal. 6

DAFTAR ISI

LifestyleMakanan Terbaik buat OtakHal. 45

Prof. DR. Syahrizal Abbas, MA, Dosen PPs IAIN Ar-Raniry

Loyalitas dan Syiar MeriahHal. 9

Konsultasi BP4: Nikah, Kenapa

Rahasia?Hal. 42

Tgk. H. Syukri Daud, BA, ,Sendiri Bagus, Patungan SilakanHal. 11

Drs. SalahuddinUmur dan Mudah RezekiHal. 49

Drs. Ridwan Qari, Kabid Urais Kankemenag Aceh

Kesadaran Kolektif, bukan Egosektoral

Hal. 8

Tafsir:

DukaAisyahHal. 29

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd

Melanjutkan Keberhasilan

Hal. 12

Tgk. H. Imam Syuja’Usai Dzulhijjah

Tetap MekarHal. 10

4Santunan NOVEMBER 2011

S a l a m R e d a k s i

Senin, tanggal 24 Oktober 2011 lalu, merupakan sejarah penting perjalanan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Hari itu, Menteri Agama Republik

Indonesia Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si melantik dan mengambil sumpah Bapak Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, sebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh menggantikan Bapak Drs. H. A. Rahman TB, Lt, yang sudah memimpin jajaran Kementerian Agama Provinsi Aceh sejak tahun 2007 lalu.

Lazimnya, dalam manajemen modern, pergantian atau mutasi pejabat di sebuah instansi atau lembaga adalah sesuatu yang wajar dan biasa sebagai bagian dari pembinaan dan karier seorang PNS. Walaupun kelihatannya sedikit mendadak dan tidak ada pemberitaan sebelumnya, namun ini harus dipahami sebagai sebuah sunnatullah dalam kehidupan manusia. Meminjam istilah Kakanwil, sebagai sebuah ”takdir” yang harus diemban dan dijalani.

Begitu pula; perdebatan, sikap mendukung, acuh dan cuek, pro dan kontra dalam sebuah mutasi dan pergantian pejabat, itu adalah hal wajar di alam demokrasi saat ini. Dan pun tidak jarang, sesudah pelantikan pun, sikap pro kontra ini bisa saja terjadi.

Nah, kondisi ini kelihatannya benar-benar diselami oleh Kakanwil yang baru Bapak Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd. Makanya, dalam amanat apel pagi Senin, 31 Oktober 2011, dihadapan pejabat dan karyawan serta karyawati Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Kakanwil berharap kondisi ini tidak perlu diperuncing. Menurutnya, pergantian kepemimpinan Kakanwil adalah sebuah takdir. ”Ini amanah dan tanggung jawab yang berat bagi saya,” ujarnya.

Untuk itu, Kakanwil meminta seluruh keluarga besar dan jajaran Kementerian Agama Provinsi Aceh untuk mendukung kepemimpinannya, memberikan saran dan pikiran yang konstruktif dalam membawa bahtera Kementerian Agama Provinsi Aceh ke arah yang lebih baik. Dan ia percaya, bahwa apa yang telah dilakukan oleh Kakanwil sebelumnya, Drs. H. A. Rahman TB, Lt, sudah baik dan akan dilanjutkan dibawah kepemimpinannya.

Hanya dengan menunjukkan kinerja yang baiklah, kita yakin dan percaya, dibawah kepemimpinan Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, Kementerian Agama Provinsi Aceh akan lebih bersinar lagi di masa-masa akan datang. Dan sudah pasti, dengan sendirinya menepis semua kegalauan itu.

Sebagai instansi vertikal di daerah, Kementerian Agama Provinsi Aceh, dengan 15 ribu lebih PNS dan 634 buah Satuan Kerja – diyakini memiliki potensi yang besar sekaligus menjadi tantangan pada sisi lain. Nah, untuk itu, rasanya

pekerjaan rumah Kakanwil baru tidaklah ringan. Terutama, bagaimana menginventarisir semua kendala dan masalah yang ada di lembaga ini, untuk kemudian segera dicarikan solusi dan pemecahannya. Dan pada saat yang sama, hal positif yang selama ini sudah dibangun dengan baik harus terus dipelihara dan dikembangkan, sehingga menjadi satu capaian yang lebih mengembirakan lagi di masa yang akan datang.

Hari ini dan ke depan, tugas dan tanggungjawab Kementerian Agama menjadi lebih berat, tidak hanya karena pengaruh perkembangan zaman dan tantangan dunia global. Namun, beberapa peristiwa yang terjadi di Aceh akhir-akhir ini, seperti kasus penodaan dan pelecehan agama, munculnya ajaran sempalan, pendangkalan aqidah, dekadensi moral, pemahaman agama yang mulai menipis, masih terjadinya khilafiah soal-soal furu’iyah dalam beribadah di tengah umat, menjaga perdamaian dan kerukunan intern dan antar umat beragama adalah pekerjaan rumah yang perlu mendapat perhatian serius jajaran Kementerian Agama.

Belum lagi PR internal yang menjadi tugas dan fungsi lembaga ini, misalnya, bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan, peningkatan kualitas kehidupan beragama, menjaga dan menata kerukunan umat beragama, meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji, dan penguatan tata kelola kepemerintahan, adalah pekerjaan yang tidak kalah ringan. Satu lagi, harapan jajaran Kementerian Agama Provinsi Aceh

sejak tahun 2007, untuk menghadirkan sebuah Balai Diklat Keagamaan di Aceh, perlu direspon positif oleh pimpinan baru. Sehingga pegawai Kementerian Agama Aceh, tidak perlu lagi jauh-jauh mengikuti diklat teknis ke Medan, Sumatera Utara. Nasib dan masa depan sekian ribu tenaga honorer jajaran Kementerian Agama Aceh yang telah dilakukan verifikasi. Ratusan madrasah yang antri untuk dinegerikan, perlu penjelasan dan adanya titik terang.

Kita meyakini, seluruh pegawai jajaran Kementerian Agama Provinsi Aceh menaruh harapan besar kepada Kakanwil baru, yang masih muda, dan energik ini -- untuk membawa perubahan-perubahan besar ke depan. Mari kita ucapkan selamat bertugas kepada Kakanwil baru Bapak Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, semoga Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, memberikan inayah dan ma’unah dalam setiap aktifitasnya.

Dalam kesempatan ini, seluruh manajemen Majalah Santunan mengucapkan selamat merayakan Idul Adha 1432 H/2011 M, mohon ma’af lahir dan batin. Semoga ketulusan pengabdian dan pengorbanan Nabi Ibrahim As, putranya Ismail As dan isterinya Siti Hajar, mengilhami spirit hidup kita sebagai manusia, khalifah di muka bumi. njuniazi

Selamat Datang Kakanwil Baru

5Santunan NOVEMBER 2011

Redaksi hanya memuat surat, email, atau sms yang menyertakan identitas yang jelas, dan disampaikan dalam bahasa yang sopan. Demikian untuk dimaklumi.

BIRO DAERAH MAJALAH SANTUNAN: Kota Banda Aceh Yusri, Said Mahfud, Aceh Barat Narjun Ikhsan, Merahwan, Simeulu Drs. H. Yusman, Iskandar, Aceh Barat Daya Zubaili, Fajrina, Nagan Raya Muhammad Juned, Taufiq, Aceh Tengah M. Ramli, SH, Hasanah, Gayo Lues Ibrahim, S.Ag, Munirullah, S.Sos.I, Pidie Drs. Ilyas Muhammad, Syuib, S.Ag, Kota Lhokseumawe T. Helmi, S.Sos, Umar Dani, Aceh Besar Nasrullah, Amirullah, Kota Sabang H. Khairuddin, S.Ag, Eriadi, ST, Aceh Jaya Taisir, S.TH, Rahmat, Aceh Selatan Drs. Bukhari Harun, Ainul Marziah, Aceh Tenggara Syaiful, S.HI, Razali, Aceh Timur Jakfar, S.Sos.I, Hermansyah, Aceh Tamiang Muhammad Sofyan, Jumini, Kota Langsa M. Dahlan Ary, Apmilina Sari, Aceh Utara Drs. Kasmidi, A. Hadi, Aceh Singkil Ghazali, S.Ag, Widiastuti, Bener Meriah Drs. H. Hamdani, Ambiya Yusri, Bireuen Ismuar, S.Ag, Mursyidah.

Beasiswa, Jangan Buru-buru

Assalamu’alaikum ww.Yth. Redaksi Majalah Santunan.

Saya merasa sangat kecewa sehubungan dengan adanya beasiswa bagi guru PNS dari Pusat, yang kabarnya tenggang waktunya sangat singkat. Sehingga saat kami ketahui, bahkan hari itu juga kami baru tahu, sudah tidak lagi sempat membuat pengusulan. Apalagi mengirim datanya langsung ke alamat… Padahal kami sangat membutuhkannya, mengingat kebutuhan hidup yang memang sudah menumpuk, ditambah dengan harus sambung kuliah.

Mohon kepada Pemerintah, di lain waktu dan lain kesempatan, jangan ‘mendadak’ dan buru-buru demikian. Kasihan kami yang jadi

korban. Kami sangat mengiba, agar uneg-uneg ini dimuat dan diindahkan. Ini mewakili banyak warga negara lain di ‘pedalaman’ yang kehilangan kesempatan mendapatkan beasiswa tersebut. Terima kasih dan salam.

Suwarti, MTsN Woyla Kab. Aceh Barat

Revisi ‘Aturan Main’ Penyuluh

Assalamu’alaikum ww.Pertama, saya ingin tanyakan

pada pihak terkait, kenapa Penyuluh Agama Islam tidak bekerja di Kantor KUA Kecamatan? Walaupun mereka bekerja, tapi bukan pegawai struktural, sebagaimana jabatan lainnya di kantor. Kabarnya mereka lebih banyak pem-

binaan pada masyarakat. Istilahnya fungsional yang luput dari apel dan ketatnya jam masuk dan jam pulang.

Kedua, untuk meningkatkan ke-disiplinan dan program kerja, ada baiknya ‘aturan main’ penyuluh disamakan saja dengan pegawai lainnya. Ini perlu, di samping untuk efektifnya kontroling dari atasan, juga mungkin untuk menghindari besar-nya kecemburuan pegawai lain. Jadi bukan hanya mengandalkan absensi dan laporan bulanan yang sering di-perbaguskannya itu. Melalui rubrik ini, kami mohon pada Kantor Kemenag Aceh dan Kemenag Pusat, agar pada tahun 2012 untuk dapat merevisi kembali ‘model’ kerja penyuluh itu. Terima kasih. Wassalam

Nurdinalamat ada pada redaksi

6 Santunan NOVEMBER 2011

LAPORAN UTAMA

Muslim yang ideal, harapan Allah dan manusia, ada kesepadanan antara kesalehan ritual dan

kesalehan sosial. Setiap langkah dalam Islam, biasanya ada dimensi spritual dan kemasyarakatan. Salah satu ukuran shalat yang bagus dan ‘sah’ misalnya, mampu membentengi diri orang shalat, dari maksiat atau mungkar, usai shalat. Selain shalat, ibadah lain, misalnya zakat, infak, sedekah, hibah, wakaf, ‘aqiqah, puasa, haji, dan qurban, di samping bersinggungan dengan keruhaniahan dan keikhlasan, juga sarat nilai kepekaaan dan kebersamaan.

Lebih jauh lagi, bahkan, ‘amalan akhi-rat’ itu, juga memuat aspek substansi dan syiar. Syiar (divisualisasikan oleh lambang dan simbol) itu jadi penting untuk mengimbangi esensi. Jadi, dalam ritme dan dinamika ibadah, ada wilayah ‘isi’, unsur ‘dalam’, elemen ‘badan’, atau porsi ‘tubuh’ (katakanlah itu porsinya tauhid). Juga ada elemen ‘kulit’, unsur ‘luar’, porsi ‘baju’, aspek ‘formalitas’, dan sisi ‘seremonial’ (sebut saja itu aspeknya fiqih).

Realitas, kadangkala ummat

ini hanya terpaku pada ‘kulit’ atau simbol. Lantas kita alpa pada nilai atau hikmah. Terkadang juga penganut ini terjebak pada pencapaian hakikat, lupa mengindahkan lahiriah. Singkatnya, kadang muslimin hanya ‘alim’ fiqih, tapi ‘awam’ tauhid, dan malangnya ‘ambruk’ benteng akhlak. Atau mantap iman dan bagus perangai, tapi gersang fiqih, atau sebaliknya.

Pemandangan yang sama, jebakan seremonial belaka, kerap kita praktekkan juga pada syiar qurban, setiap ‘musim qurban’, hari ‘ulang tahun’ penyembelihan. Tak jarang kita di sini hanya mengedepankan makan-makan dan seremonial semata. Sesekali atau seringkali kita lupa sejarah, makna, hikmah, kesan-kesan, dan pesan-pesan qurban. Saat penyembelihan, kita yang kantongi catatan nama pemilik binatang, pegang parang, dan simpulkan tali ke kaki hewan, lupa ‘sejarah tabah’ Ismail as, bahkan lebih jauh lagi: ragam tanaman dan aneka ternak, objek qurban Qabil-Habil, dengan kualitas dan kuantitasnya.

Konon lagi saat makan-makan, pupus

sudah, ‘tertelan’ sudah, segala makna yang ‘melangit’ atau ilahiah (transenden) itu, bersama kunyahan daging ke perut ini. Barangkali kita tidak ingat pun untuk selalu berlindung dari bisikan setan, sebagaimana sejarah heroik Ibrahim as. Atau tidak merasa, setan musuh yang nyata dan terang-terangan, siang dan malam bagi kita, sebagaimana dimusuhinya setan oleh keluarga Hajar as --‘hamba gurun’ yang tulus dan patuh itu. Ibrahim as yang meneladankan kita murah dan suka berbagi-bagi, bukan menambah (mengali) itu, sepertinya kita lupakan, begitu saat ‘milad qurban’ terlewati, kala darah kering, dan waktu kerupuk kulit lembu habis.

“Jika kita berlomba untuk memperbagus kenderaan di dunia, mari berlomba juga untuk mempermewah kenderaan di akhirat, dengan qurban,” banding Tgk. H. Bukhari, MA, khatib terkenal di Banda Aceh dan sekitarnya. Aneh memang, kita bahkan ambil kredit dan utang untuk kenderaan baru, di dunia fana, tapi kita lupa dengan mobilitas di akhirat nan abadi. “Kita harus punya mimpi dan mulai

Dirangkum oleh Muhammad Yakub Yahya

Dialektika Qurban

7Santunan NOVEMBER 2011

Laporan Utamamerencanakan untuk qurban. Dari niat ini, kita akan bergerak untuk menabung, menyisihkan uang,” ajak DR Tgk H Syamsul Rijal, M.Ag, Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry.

Tgk. H. Imam Syuja’, PW Muhammadiyah Aceh, memaknakan qurban itu sebentuk komitmen sosial kita, baik bulan haji maupun pasca-Dzulhijjah. “Sosialisme Islam yang diamanahkan lewat qurban, bukan hanya musim haji, bulan Dzulhijjah, melainkan seterusnya, hingga bulan haji tahun depan. Bulan ke 12 (Dzulhijjah) dalam tahun Hijriah itu, memupuk kembali solidaritas sosial kita, dan usai itu, sikap tolong menolong atau bantu membantu (ta’awun) itu tetap mekar, merekah,” sambung Imam Syuja’, mantan Anggota DPR RI, yang baru jadi abu chik itu.

“Bersegera membagikannya pada hari ‘ied, adalah lebih baik daripada menunda sampai besok, esok, atau esok lusanya lagi. Ini gunanya untuk melapangkan kebutuhan fakir miskin dan kerabat di hari raya,“ pesan Syaikh Abdul Aziz Binbaz, satu ulama besar kita. Tentu pemberian dan pengorbanan yang terus ‘mekar’ dalam sunnah, ketaatan, dan keikhlasan, bukan dalam lesung bid’ah, pamer atau riya. “Yang sampai pada Allah bukan daging dan darah (qurban), tapi takwa kita,” pesan QS. Al Hajj (99) ayat 37.

Konversi qurbanJika substansi atau inti qurban itu

ikhlas dan kepatuhan, andai nilai ke-pedulian sesama usai ‘musim qurban’ tetap luntur, maka salahkan jika di-konversikan (dialihkan) saja biaya hewan qurban dengan nilai uang kontan (cash), yang penting ikhlas. Inilah satu wacana yang berkembang dari sebagian tokoh. Setelah menyaksikan bertumpuknya daging pada sebagian kampung, se-mentara mimim di kampung yang lain, bagus juga jika dialihkan saja dalam bentuk kalengan (corned beef), lalu di-salurkan, mungkin berselang minggu pada kawasan bencana atau kelaparan. Qurban pun mengalami dialektika.

Misalnya sekarang, tak mungkin mengirim qurban kambing dan lembu, misalnya ke Somalia, korban banjir Thailand, atau gempa Turki. Maka seakan lazim saja, jika ditransfer saja harga kambing, untuk pengadaan makanan

pokok, ke Afrika itu. “Inilah kepatuhan dan ketaatan ummat, termasuk patuh pada perintah sembelihan harus berbentuk hewan, bukan yang lainnya. Inilah semacam syiar yang tak mesti digantikan dengan pengorbanan materi lainnya,” ujar Prof. DR. Syahrizal Abbas, MA, Dosen Pascasarjana IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Lebih lanjut Syahrizal, Guru Besar Hukum Islam pada Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry, kelahiran Aceh Barat, menganjurkan ummat untuk selalu me-renungi makna historis qurban, esensi, dan hukum yang berbeda-beda panda-ngan ulama itu. Sehingga jangan sampai kita yang PNS pun, sering berkilah atau mengelak qurban, karena sepanjang hayat tidak pernah ‘sanggup’, tapi hanya sanggup ‘memotong leher’ hewan mi-lik saudara yang lain, atau cuma pintar meracik dan menikmati kuah dan dagi-ng qurban, lalu hanya ahli menyimpan dalam kulkas yang mahal, di ruang ma-kan/dapur yang juga mahal itu.

Daging buat siapa?Bulan Haji sudah dimulai sejak Syawal

hingga Dzulhijjah (QS. Al-Baqarah: 197). Panitia sejak hari raya puasa itu, bahkan sejak Ramadhan, sudah mengumumkan bakal hewan qurban, lengkap dengan rincian biayanya. Acapkali kita yang melapor jelang Idul Adha --mungkin telat dapat biaya atau baru mudik, sudah tidak tertampung lagi oleh panitia untuk gabung, untuk ukuran satu lembu (tujuh orang). Mungkin hanya bisa untuk individu saja, kambing atau biri-biri, itupun cari dan beli sendiri, lalu bawa ke mushalla, serah terima pada panitia.

Kadangkala panitia juga menerima ‘titipan’ jatah daging jauh-jauh hari. Padahal lebaran pun masih jauh, takbiran pun belum. Jika ‘proposal permintaan’ daging itu dari yang berhak, itu tidak mengapa. Tapi jika ‘pesan’ itu dari orang berada (kaya dan sering makan enak), sungguh itu masalah serius. “Apalagi ada pemandangan kurang sedap, bawa becak pula ke ‘mesin pemotongan’ untuk menampung kulit, yang seringkali itu untuk dijual. Padahal tidak boleh ada yang dijual, semua harus dibagi,” kritik Tgk. Bukhari, Kasi Kemasjidan Bidang Penamas Kemenag Aceh, di sela-sela taushiah (ta’ziah) pada rumah salah seorang pegawai Kemenag Provinsi

Aceh, kawasan Indrapuri, Aceh Besar.Tidak jarang porsi untuk kerabat

dan tetangga yang berkurban, sampai separuh hewan qurban, bahkan lebih. Hewan qurban dia padahal hanya satu kambing. “Di sini memberi kesan, seakan-akan panitia hanya diangkat sebagai ‘tukang potong’ qurban. Jika begini, bagus sembelih saja dan bagi-bagi sendiri hewan ternak itu di halaman rumahnya,” sindir Tgk. H. M. Yahya, veteran dari Gampong Krueng, Grong-Grong, Kec. Meureudu, Kab. Pijay.

“Rumus pembagian daging qurban, menurut porsinya, sepertiga untuk pemilik, andai ia mau memakannya sebanyak itu; sepertiga untuk fakir miskin, dan sepertiga lagi buat karib kerabat. Ini penting diingat, sebab qurban ‘ulang tahun’ makan daging bagi fakir miskin tersebut, untuk menjalin silaturrahim dan mempererat ukhuwah. “Jadi bukan dibagi rata untuk semua warga, atau tumpukan dikalkulasikan buat sesama panitia,” sambung Tgk Syukri Daud, Ketua MPU Banda Aceh. Ruh sosial melalui qurban ini, sejalan dengan pesan Surat Al-Hajj ayat 36. “Makanlah, hadiahkanlah, dan sedekahkan,” isyarat satu hadits shahih (Muttafaq ‘alaih).

Apalagi belum apa-apa, sudah adah jatah-jatahan. Jadi, ajakan untuk mengkalengkan daging juga baik, asal kita memiliki fasilitas untuk itu. Tapi wacana meng-kurs-kan harga qurban untuk dibeli barang lain, untuk dikirim ke Afrika misalnya, itupun patut didiskusikan lagi, walaupun memang perintah qurban memuat makna kepatuhan pada anjuran (mesti hewan, bukan yang lain), dan ketulusan dalam ketaatan.

Akhirnya, daging qurban memang buat makan- makan dan disimpan. “Tapi jangan alpa, panitia gampong mesti sesegera mungkin melapor nama penyumbang dan penerima kepada unit paling bawah Kemenag, yakni KUA Kecamatan, untuk dilaporkan ke tingkat lebih atas. Sebab data apa pun, termasuk qurban dan laporan lain-lain, akan menentukan arah kebijakan pemerintah, dan potret sebuah masyarakat. Membangun tanpa data itu si-sia,” tutup KUA Kec. Mesjid Raya, (Krueng Raya) Aceh Besar, Tgk. M. Nasir, M.Ag, yang juga putra asli Matang Peusangan itu. n

8 Santunan NOVEMBER 2011

Laporan Utama

Mencermati tingginya semangat berkurban dari masyarakat, perlukah Kemenag mengelola qurban ini?

Kita pikir pengelolaan ini perlu. Sebab qurban selama ini hanya kita tunaikan mungkin di kantor, masjid, meunasah, atau lembaga lain, yang dagingnya hanya untuk orang kantor sendiri, kampung sendiri, tapi untuk orang kampung lain, selain kampung orang yang berkurban, seakan hubungan itu terputus. Di sini ada hal yang terpilah. Padahal meskipun dilakukan di kantor, di kampung kita di sini, ada hak untuk orang kampung asal orang yang berkurban. Jika qurban sudah banyak, saya rasa perlu dikelola.

Perintah, “Kuluu waddakhiruu watashad-daquu, itu ada tiga segmen pendistribusian qurban. Kita buat tiga prioritas, dan ini perlu koordinasi. Porsinya, ahli bait 1/3, kerabat 1/3 (jadi tetangga yang kaya pun boleh menikmati qurban), dan yang penting 1/3 untuk fakir dan miskin. Yusuf Al-Qardhawy pernah khutbahkan, kalau orang miskin banyak, jangan kasih 1/3, sebab porsi itu akan sedikit bagiannya. Jika mereka

sedikit jumlah, baru boleh kita berikan 1/3, sehingga mereka mendapat jatah yang besar.

Kemenag punya wewenang untuk ini?

Kemenag punya kewenangan, walau selama ini belum berjalan. Kita punya sejenis blanko F, yaltu format laporan-laporan yang di antara data qurban itu. Sekarang, dari input data, jika kita baca dari Provinsi Aceh, belum bisa diukur dan terukur datanya, walaupun bersyiar sekali di tengah masyarakat.

Selama ini qurban terkesan dikelola masing-masing, langkah apa yang perlu kita ambil?

Menyongsong tahun baru 2012/1433 H, kita sampaikan pada Kemenag kabupten/kota, untuk membangun kesadaran kolektif, bukan hanya sektoral, bukan egosektoral. Di Arab Saudi misalnya, qurban bukan hanya untuk orang miskin di Arab, tapi didistribusikan hingga melampua batas-batas negara. Kita juga berkoordinasi dengan MPU, Dinas Syariat, dan lainnya, dalam pengelolaan qurban itu, selain zakat dan

wakaf. Koordinasi dengan MPU mungkin ada hambatan, yang seharusnya mereka juga besuara yang sama untuk pengelolaan ini.

Kita dapat informasi, masyarakat keberatan jika qurban dikelola seperti itu, gejala apa ini?

Itulah sektoral, egosektoral orang kita. Orang Islam, padahal “kajasadil waahid”, kayak satu tubuh. Aspek ini seperti belum mendapat perhatian kuat dari umat. Dianggap qurban itu hak kampung kita, padahal mestinya, bagaimana itu menjadi kesadaran kolektif. Jangan bertumpuk di satu kampung, padahal kampung itu sejahtera dan kaya. Konsep bertetangga dalam ayat “waljaridzil junubi, wajaridzil qurba” itu perlu perhatian, itu kesatuan Islam, bukan hanya tetangga sekampung.

Perangkat KUA, Penyuluh PNS dan non PNS, mungkin bisa membantu sosialisasikan ini?

Ini salah satu tugas Binmas Islam. Dalam konteks wilayah, ada Penamas dan Urais. Imam juga bisa kita jadikan saluran pemahaman, bagaimana semangat qurban dikelola dengan bagus. Lewat majelis taklim, pesan itu juga bisa. Kurikulum untuk penyuluh juga sdudah ada ke arah itu. Tinggal bagaimana memberi stressing, bagian terpenting, yang selama ini masih terbatas.

Pesan Anda kepada jajaran Kemenag seluruh Aceh!

Syariat Islam itu membawa keadilan. Bagaimana jika orang miskin tetap begitu, lalu kita bilang bersyariat. Wawasan bersyariat harus luas, dan tidak kaku. Jangan kita bertanggung jawab hanya untuk sektor kita sendiri. Kita yang terbaik, yang banyak memberi manfaat. Juga bagaimana kampung, kecamatan, kabupaten bisa bermanfaat banyak bagi kampung, kecamatan, dan kabupaten lainnya. Walaupun jabatan kita bukan penyuluh, tapi tiap hari kita bisa menyuluh. Konon lagi ramai penyuluh non PNS kita, yang jika pesan humanisme ini bisa kita sampaikan, misi Islam akan jalan sempurna. nmulyadi nurdin/yyy

Drs. Ridwan Qari, Kabid Urais Kanwil Kemenag Provinsi Aceh

Kesadaran Kolektif, bukan Ego Sektoral

9Santunan NOVEMBER 2011

Laporan Utama

Prof. Dr. Syahrizal Abbas, MA, Dosen Pascasarjana IAIN Ar-Raniry

Loyalitas dan Syiar Meriah

Misi dan instruksi ibadah qurban memuat dua esensi: spiritual dan sosial yang tinggi. Aspek spiritual penyembelihan itu mencakup keikhlasan, kepatuhan, dan ketaatan. Sisi sosial ibadah qurban meliputi kepekaan dan kepedulian sosial dengan membagi-bagi daging hewan pada fakir dan miskin. Karena ada aspek kepatuhan atau loyalitas pada perintah Allah itulah, maka semangat menkonversikan (menukar) sembelihan qurban dengan materi lain, jadi kurang tepat.

Nabi Ibrahim as saja tidak mengganti ‘leher’ anaknya Ismail as dengan objek lain. Hanya malaikat, lewat titah Allah saja yang menggantikan ‘leher’ itu dengan hewan, dan qurban tetap sejenis hewan masa Rasulullah Saw, hingga hari kiamat. Nilai syiar inilah yang mesti juga dipertahankan seiring dengan substansi dari ibadah qurban (kepatuhan loyalitas pada perintah). Maka jika meriah pengumuman dan takbiran saat ritual penyembelihan, itu ada baik juga. Islam itu menyeimbangkan substansi

dan syiar. Kemampuan berqurban memang

diwajibkan atas siapa saja, selain fakir miskin. Sebab fakir miskin itu sasaran pembagian daging qurban. Tapi bukan fakir miskin dalam standar PNS kita yang terlanjur ambil kredit, lalu morat marit sepanjang bulan. Walaupun ada kredit, atau dililit hutang, tapi itu bukan bermakna miskin. Selama ada kelapangan sampai hari raya, silakan menyembelih qurban, walau kredit di sana-sini. nyakub

10 Santunan NOVEMBER 2011

Laporan Utama

Sering qurban yang diijabqabulkan masyarakat pada panitia atau orang tua kampung, lengkap dengan porsi dan nama orang yang bakal menerima. Anehnya, jatah untuk kerabat dan tetangga yang berkurban, sampai separuh hewan qurban, atau bahkan lebih. Padahal yang

dikurbankan hanya kambing. Di sini memberi kesan, seakan-akan panitia hanya tukang potong qurban mereka. Jika begini, bagus sembelih saja dan bagi-bagi sendiri hewan ternak itu di halaman rumahnya.

Mestinya padahal, hewan yang dihimpun panitia, dipotong sama-sama, baik kambing (biri-biri) maupun kerbau (lembu), lantas panitia yang mengatur pembagian, tentu menurut data calon penerima dari tiap-tiap gampong, jika penyembelihan itu di tingkat kemukiman. Kalau penyembelihan di tingkat gampong, justru lebih mudah lagi mengantar ke alamat, sebab lingkup distribusi lebih kecil. Jadi mestinya jangan sampai yang berkurban banyak mengatur pembagian, walaupun memang boleh sampai sepertiga, jatah untuk dibawa pulang. Tapi panitia juga jangan dijadikan cuma tukang potong kambing kita, di saat mereka juga mau berlebaran, sebagaimana pemiliki qurban.

Hikmah lainnya, jika qurban kita dipo-tong bersamaan dengan hewan orang lain, walaupun sama-sama kambing atau sama-sama lembu ialah, agar yang berkurban menjadi boleh memakan alakadar daging-nya (ini kasus qurban nazar yang haram pemilik memakannya). Sebab sudah ber-

campur baur dagingnya dengan daging qurban yang lain. Kemungkinan boleh ma-kan kembali daging qurban, ini menurut beberapa pendapat. Sebab siapa tahu qur-ban itu bukan lagi sunnat muakkad atau sunnat kifayah, tapi sudah wajib (nazar), yang menurut beberapa pendapat ulama, dengan lafal tertentu, seperti mengatakan “lembu ini akan saya kurbankan lebaran ini,” jadilah ia nazar, yang haram dimakan daingnya buat diri sendiri.

Maka ada pendapat, bagus jangan suka menanyai seseorang yang menuntun hewan, mau diapakan dia. Sebab dia biasa akan menjawab, buat qurban, dijual, atau lainnya. Juga bagi yang membawa hewan, jika memang mau dikurbankan, jangan suka berkomentar ini dan itu. Baik diam saja. Sebab salah-salah omong, qurban yang sunnat muakkad atau ‘wajib’, jadi qurban nazar, menurut sebagian kalangan ulama, dengan lafal seperti di atas. Tak boleh tanya dan jawab ini, tentu merujuk pada kisah Ibrahim yang merencanakan akan ‘koh takue’ Ismail, yang tak satu pun manusia tahu waktu itu, kecuali Siti Hajar, itupun bukan suaminya yang kasih tahu, tapi (mungkin) setan. Wallahu a'lam nyakub

Tgk. H. M. Yahya Lahen, Tuha Peuet Grong-Grong (Krueng), Kemukiman Beuracan, Meureudu, Pidie Jaya

Kadang Panitia Hanya Tukang Potong

Tgk. H. Imam Syuja’, Tokoh Muhammadiyah Aceh

Usai Dzulhijjah Tetap MekarDi antara hikmah ibadah qurban

ialah mengendalikan nafsu hewaniah kita. Muaranya akan menjelma menjadi insan yang takwa. Berlawanan dengan jiwa yang takwa, dalam diri kita juga subur dorongan mendurhakai (fujur). Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha, firman Allah SWt dalam Surat Asy-Syams ayat 8. Diilhamkan (dianugerahkan) kita jalan kedurhakaan dan ketakwaan. Qad aflaha manzakkaha (QS. Asy-Syams: 9), sungguh beruntung kita yang memilih jalan penyucian.

Qurban salah satu media penyucian

itu. Qurban akan meminimalisir perangai kebinatangan kita. Qurban selama Dzulhijjah, ajang merevitalisasi semangat memberi dan berbagi. Efek berbagi dan peduli tetap kelihatan seusai Hari Raya dan Tasyriq itu.

Sosialisme yang dipesankan lewat qurban bukan cuma musim haji, bulan Dzulhijjah, melainkan seterusnya. Bulan ke 12 dalam tahun Hijriah itu, memupuk kembali solidaritas sosial kita, dan usai itu sikap tolong menolong dan bantu membantu itu tetap mekar, merekah. nyakub

11Santunan NOVEMBER 2011

Laporan Utama

Usia shalat Idul Adha, 10 Dzulhijjah, qurban biasa segera diproses dan didistribusikan panitia. Paling telat penyembelihan hewan ditunaikan pada esoknya, hari pertama Tasyriq, 11 Dzulhijjah. Lantaran cepat disembelih, dicin-cang lalu ditumpuk, cepat pula dibagikan pada penerima. Kita tidak bisa tahu dengan jelas sekali, siapa saja yang dapat. Atau siapa warga yang berhak menerima, justru mereka belum (banyak) dapat. Sebab memang sasaran qurban itu, catatan khusus keluarga yang menyembelih atau panatia gampong. Kadangkala, jangankan data si penerima, hewan apa dan atas nama siapa saja, juga lambat kita terima. Walaupun kita sudah minta dan menelepon berkali-kali. Padahal kita sudah membagikan blangko laporan qurban jauh-jauh hari, pada awal Dzulhijjah. Jadi cepatnya pembagian tidak diiringi dengan cepatnya data qurban

M. Nasir, M.Ag, Kepala KUA Kec. Mesjid Raya Kab. Aceh Besar

Sembelih Cepat, Laporan Lambatdisampaikan pada KUA Kecamatan.

Keterlambatan itu, mungkin, karena usai pemotongan hewan itu, masyarakat bersama tokoh kampung disibukkan dengan agenda lebaran. Jadilah laporan qurban dilafalkan oleh imam atau geuchik berbarengan dengan pelaksanaan nikah di sebuah kampung. Akhirnya data yang disampaikan KUA ke Kantor Kemenag Kabupaten/Kota juga ada yang sudah berselang bulan Hari Raya Qurban.

Data itu penting untuk kita lapor dan direkap di tingkat kabupaten/kota. Selanjutnya akan dikirim ke provinsi, dan harus cepat. Namun sekali lagi, setiap data diminta oleh Kemenag kabupaten, kita di KUA Kecamatan sering terbentur pada data yang belum sepenuhnya masuk ke KUA. Ini salah satu ragam data tingkat desa yang sering tidak bisa diinput, sekaligus dan sempurna, oleh setiap KUA Kecamatan. Padahal kebijakan pemerintah akan tepat, jika selalu didasarkan pada data yang valid. Data seperti jumlah santri dayah, waqaf,

zakat mal, fitrah, atau qurban, di samping untuk syiar Islam, juga untuk pembangunan ummat. nyakub

Tgk. H. Syukri Daud, BA, Pengasuh Mata Kuliah Fiqh, Halaqah Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh

Sendiri Bagus, Patungan Silakan

Semangat anak sekolah yang patungan, kolektif, mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, untuk membeli hewan qurban, itu sangat mulia. Ajakan itu sangat bagus, di samping untuk mengajarkan kepedulian dan solidaritas sesama, juga mewariskan nilai-nilai

berkurban pada generasi Islam. Tapi jangan disalahpahami oleh walimurid, seakan ada paksaan dari sekolah untuk amal itu. Ibadah jangan ada kesan dipaksa dan memaksa. Ada riwayat, Ibnu Abbas ra. pada suatu musim qurban tidak menyembelih satu hewan, tapi membeli daging untuk selanjutnya dikurbankan. Atas dasar itu, maka diperkenankan kita berkurban ramai-ramai menurut kemampuan, meskipun belum sampai satu ekor hewan per pribadi.

Bagi yang mampu, dari isyarat hadits Nabi Saw, itu wajib. Apalagi ada perintah dalam Surat Al-Kautsar. Hukum qurban, menurut ulama lain bisa sunnat muakkad, juga bisa sunnat kifayah. Artinya jika satu orang dalam sebuah keluarga sudah menyebelih qurban, maka memadailah untuk anggota keluarga yang lain.

Nabi sendiri pernah mengurbankan

dua ekor kambing. Satu diisyaratkan untuk ummat ini, satu lagi untuk keluarga beliau. Keluarga Nabi yang dimaksud, saat itu ada 19 orang (11 istri dan sembilan anak). Namun di saat yang lain, Nabi berkurban hingga 100 ekor unta, saat Haji Wada’. Jadi bagus sendirian, mulia juga jika kolektif, qurban ‘berjamaah’.

Daging qurban dibagi menurut porsi: sepertiga untuk yang memiliki, jika ia mau memakannya sebanyak itu; sepertiga untuk fakir miskin, dan sepertiga lagi buat karib kerabat. Ini penting diingat, sebab qurban untuk menjalin silaturrahim dan mempererat ukhuwah. Jadi bukan dibagi rata untuk semua warga, atau tumpukan dikalkulasikan buat sesama panitia. Apalagi belum apa-apa, sudah adah jatah-jatahan, bukan demikian sunnah qurban. nyakub

12 Santunan NOVEMBER 2011

Laporan Khusus

Kepala Kantor Wilayah Kemen-terian Agama Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan,

M.Pd menegaskan bahwa dirinya akan melanjutkan keber-hasilan yang sudah dicapai oleh pim-pinan sebelum-nya. Menurutnya semua program yang sudah ber-jalan akan di-pertahankan selama ber-manfaat bagi masyarakat.

“Semua kita ingin kebaikan bagi masyarakat, selama program itu bermanfaat akan kita lanjutkan,” ujar Kakanwil kepada S a n t u n a n ,

Rabu (2/11/2011).Ketika ditanya langkah apa

saja yang akan dilakukan ke depan, Kakanwil menyebutkan bahwa ia akan membangun suasana kerja yang akrab dan penuh ke-keluargaan.

“Kita tidak ha-nya bicara disiplin, tetapi bagaimana membangun hu-

bungan kerja yang akrab anta-ra pimpinan dan bawahan, supaya semua merasa ba-

gai keluarga dan tidak ada jurang

pemisah,” tambahnya.Menurutnya, beban

kerja pegawai sangat be-rat sehingga tidak boleh

dibebani lagi d e n g a n

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, Kakanwil Kemenag Aceh

Melanjutkan Keberhasilantekanan yang berlebihan, tetapi harus dibangun komunikasi yang sejuk dan akrab.

“Saya inginkan supaya semua pegawai di Kanwil Kemenag Aceh dapat memanfaatkan mushalla yang ada untuk menjalin keakraban, di sana kita bisa santai dan berbaur usai shalat,” tambahnya.

Selanjutnya Kakanwil juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan bergaya ekslusif dan terlalu formal dalam memimpin, tapi lebih ditekankan pada keteladanan.

“Saya tidak akan mengubah gaya Saya, Saya ingin tetap akrab dengan semua pegawai. Kalau ingin pegawai disiplin saya akan datang ke kantor lebih awal dari mereka, sehingga terbangun keteladan yang baik,” jelasnya.

Dalam merancang program ia akan berusaha menjaring aspirasi dari bawah, termasuk dari staf, karena menurutnya, banyak staf yang memiliki usulan program yang bagus tapi belum tergali dengan maksimal.

“Semua kegiatan akan melibat-kan staf dalam implementasinya, untuk itu mereka harus dilibatkan sejak perencanaan supaya ada rasa memiliki nantinya,” tegasnya.

Selanjutnya ia menginginkan supaya semua pegawai jajaran Kementerian Agama di seluruh Aceh dapat bekerja secara profesional dan amanah.

“Dalam bekerja kita harus profesional, kalau perlu menikmati kerja tersebut sehingga tidak menjadi beban,” pungkasnya. n mulyadi nurdin

13Santunan NOVEMBER 2011

Laporan Khusus

Santunan - Jakarta. Bertempat di Oproom Kementerian Agama RI, Senin (24/10), Menteri Agama RI. Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si, melantik dan mengambil Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd sebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh.

Di samping Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, Menag RI juga melantik satu orang pejabat eselon satu di Kementerian Agama Pusat dan lima orang pejabat eselon dua sebagai Kakanwil pada sejumlah Provinsi.

Para pejabat yang dilantik Menag adalah Direktur Pengelolaan Dana Haji, Drs. H. Syariful Mahya Bandar, M.AP, menggantikan Drs. H. Ahmad Djunaidi MBA yang memasuki masa pensiun. Drs. Ismail Usman sebagai Kakanwil Sumatera Barat menggantikan Drs. H. Darwas. Drs. H. Abd. Rahim, M.Hum. yang sebelumnya Kakankemenag Kota Medan, dilantik sebagai Kakanwil Sumatera Utara. Drs. H. Handarlin H. Umar dilantik sebagai Kakanwil Kemenag Provinsi Kepulauan Riau menggantikan

Drs. H. Razali. Kakankemenag Sulawesi Selatan yang baru, Drs. H. M. Gazali Sayuti M.Hi menggantikan Drs. H. Hamka M.Ag. Juga Kakanwil Bangka Belitung Prof. DR. Hatamar, M.Ag menggantikan Drs. H. Herman Faizuddin MH.

Menag RI dalam sambutannya me-ngatakan kepada pejabat yang dilantik untuk menghargai hasil kerja pejabat terdahulu, melanjutkan apa yang sudah baik dan menyempurnakan apa yang dirasa kurang. ”Dalam organisasi yang beretika dan lingkungan kerja yang ber-basis pada sistem yang dinamis adalah merupakan kewajiban bagi setiap peja-bat baru untuk menghargai hasil kerja pejabat terdahulu dan kemudian melan-jutkan apa yang sudah baik, melakukan penyempurnaan dan peningkatan sei-ring dengan tantangan dan permasala-han aktual yang muncul,” ujar Menag.

Menag percaya, jika seluruh peja-bat di lingkungan Kementerian yang dipimpinnya memiliki integritas, loya-litas dan totalitas dalam bekerja maka peran yang dilakukan akan memiliki

nilai signifikan di mata masyarakat. Karena menurut Menag, peran yang dijalankan oleh jajaran Kementerian Agama bukanlah peran pinggiran, dan oleh karena itu kualitas pejabat dan staf Kementerian Agama tidak boleh sembarangan. ”Untuk itu promosi ja-batan harus benar-benar selektif dan objektif,” kata Menag.

Menag dalam kesempatan itu juga menanggapi keluhan berkait dengan belum singkronnya struktur organisasi Kementerian Agama Pusat dan Daerah yang selama ini menimbulkan persoalan teknis dalam pelaksanaan anggaran dan kegiatan di daerah. ”Saya harap Sekre-taris Jenderal untuk segera memfinalkan pembahasan struktur organisasi vertikal Kementerian Agama dengan Kemente-rian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sehingga bisa ditetapkan pada tahun 2012 menda-tang,” pinta Menag dihadapan Wakil Menag RI dan sejumlah pejabat di Ke-menterian Agama RI yang menghadiri acara pelantikan tersebut. njun

Menag RI Lantik Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd.

14 Santunan NOVEMBER 2011

Ruang Hazawa

Laporan Abdullah AR

Haji Oke, Hamil Tunda Dulu

Ada apa dengan fenomena orang hamil dilarang naik haji. Kementerian Agama sepertinya mengada-ada dalam hal ini. Bukankah naik haji merupakan amalan yang diwajibkan; sedangkan hamil juga anugerah Allah, Rabb semesta alam? Lalu kenapa ada jamaah haji yang hamil dibenarkan naik haji; sedangkan pada waktu bersamaan ada jamaah haji yang lain yang juga hamil, tapi panitia penyelenggara ibadah haji menolak memberangkatkannya, bahkan terkesan tidak toleransi.

Pernyataan dan pertanyaan se-rupa kerap terdengar di musim haji. Sedih bercampur haru memang. Da-pat dibayangkan seseorang yang sudah dalam kondisi siap berangkat menu-naikan ibadah haji, lalu harus mem-batalkan niatnya secara mengejutkan disebabkan kehamilannya. Dalam kon-disi semacam ini sangat dimungkinkan orang akan sangat mudah terprovokasi, gampang dihasut, marah, dan jengkel.

Tetapi benarkah Kemenag Agama su-dah setega, ‘sekejam’, dan tidak tol-eransi? Ataukah ada aturan tersendiri yang harus ditaati oleh Kemenag, se-hingga menjadi dasar pijakan untuk membolehkan dan melarang seseorang menunaikan ibadah haji?

Bila dicermati dengan sungguh-sungguh, UU Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, kewajiban pemerintah memberikan Pembinaan, Pelayanan, dan Perlindu-ngan dengan menyediakan fasilitas, kemudahan, keamanan, dan kenya-manan yang diperlukan oleh setiap warga negara yang menunaikan ibadah haji, hatta terhadap wanita hamil pun tetap diberikan kesempatan me-nunaikan rukun Islam kelima itu.

Terhadap wanita hamil, demi kese-lamatan, keamanan, dan kemaslahatan, pemerintah dengan sangat hati-hati telah menentukan kriteria bagi calon wanita sesuai dengan kemampuan ke-

hamilannya. Sebagaimana tertuang dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Nomor 458 tahun 2000, Nomor 1652.A/Menkes-Kesos/SKB/XI/2000 tentang Calon Haji Wanita Hamil Untuk Melaksanakan Ibadah Haji.

Intinya tidak ada larangan wanita hamil menunaikan ibadah haji, tapi terhadap wanita hamil dengan resiko tinggi yang apabila menunaikan ibadah haji dengan mobilitas yang tinggi dapat menimbulkan ancaman atau mudarat terhadap janin dan terancamnya nyawa ibu menurut analisa medis, tentu pemerintah, sesuai amanat UU berkewajiban mengaturnya dengan beberapa persyaratan khusus, seperti bahwa diizinkan bagi wanita hamil menunaikan ibadah haji apabila pada saat berangkat dari embarkasi usia kehamilannya mencapai sekurang-kurangnya 14 minggu dan sebanyak-banyaknya 26 minggu.

Dalam konteks, jumlah jamaah haji waiting list sudah demikian tinggi, bahkan mencapai di atas 10 tahun, dan kemuliaan seorang ibu yang sudah demikian rindu akan kehadiran buah hatinya, maka kesempatan me-nuaikan ibadah haji atau menunda keberangkatan akibat mengandung di luar ketentuan di atas tentu saja sama-sama merupakan anugerah dari Allah, Rabb semesta terhadap hamba yang dicintai-Nya. Oleh karena itu kearifan kita menerjemahkan dua anugerah Allah pada saat yang bersamaan juga merupakan bagian dari nikmat Allah yang perlu disyukuri. n

15Santunan NOVEMBER 2011

Ruang Pekapontren

Perjalanan monitoring ke Gayo Lues, meninggalkan kesan mendalam, baik perjalanannya maupun saat meninjau pesantren. Perjalanan melelahkan sembari menikmati indahnya alam dari Banda Aceh menuju Gayo Lues ditempuh selama 14 Jam. Berangkat jam 17.00 wib pada hari Ahad, tiba di Gayo Lues pada hari Senin pukul 07.00 wib. Setelah sarapan pagi, saya segera menuju penginapan di Hotel Sarah Juli.

Selasa, 18 Oktober 2011, saya ditemani Kasi Pekapontren-Penamas Gayo Lues, kami mengunjungi Pesantren Al-Hasyimiyah Al-Munawarah Kampung Lempuh Kecamatan Blangkejeren yang terletak kurang lebih 3 kilometer dari kota Blang Keujeren. Tiba di pesantren, terlihat sebuah bangunan dengan kontruksi papan sederhana dua lantai, serta satu unit bangunan permanen dan tempat wudhu’ yang amat sederhana, diperindah dengan suasana alam pengunungan yang asri. Kami disambut oleh seorang kakek yang sedang membersihkan tempat wudhu’, serta beberapa orang santri yang hanya menyaksikan kami di lantai dua bangunan berkontruksi kayu. Pak Ibrahim dan kakek terlibat perbincangan dengan bahasa Alas, saya pun tidak paham apa yang mereka perbincangkan.

Dipersilahkan masuk, kami segera menuju lantai dua bangunan yang berkontruksi kayu. Meski tempat sederhana, namun para santri tetap semangat, wajah cerah dan senyum merekah terlihat di raut wajah mereka, terutama saat Pak Ibrahim menyapa mereka dengan bahasa ibu, mereka hanya tersenyum, tak terlihat menderita meski mereka tinggal

di pesantren yang amat sederhana, senyum simpul selalu cerah di wajah mereka, meski diantara mereka ada yang tidak menamatkan SD.

Saya sangat tercengang melihat lokasi pesantren yang begitu luas, serta ditanami dengan tanaman palawija. Pikiran saya mulai menerawang, membayangkan potensi pertanian pesantren ini, tentu luar biasa jika dikembangkan, pesantren tentu akan menjadi mata ie perkembangan ekonomi. Pesantren akan mandiri dengan pengembangan potensinya itu, mungkin bantuan yang selama ini diharapkan tidak akan menjadi prioritas. Namun, saya pun balik bertanya dalam hati sendiri, bagaimana memberi modal untuk memulai pengembangan ini, apa harus mengandalkan dari pemerintah atau harus ada orang tua asuh yang memberikan bantuan untuk modal pengembangan.

Memang, tudingan miring dialamat-kan ke Pesantren di Aceh, pesantren

Laporan Zarkasyi

Dayah Jangan Andalkan Bantuan

hanya mengandalkan bantuan, katanya hidup dengan bantuan. Namun, tudingan itu tidak selamanya benar, buktinya masih ada pesantren yang mampu mengembangkan potensi yang akan menjadi aset pesantren, bahkan ada pesantren yang menolak bantuan dari pihak luar. Persoalan sekarang, bagaimana potensi wilayah mampu dikembangkan menjadi potensi pesantren, pesantren yang berada di wilayah pesisir hendaknya mampu menjadikan potensi daerahnya untuk pengembangan pesantren, begitu pula daerah subur di dataran tinggi mampu mengembangkan kesuburannya menjadi “alat penyubur” pesantren, pesantren diharapkan juga subur sebagaimana suburnya wilayah.

Akhirul kisah dan harap, bahwa pesantren tidak lagi menjadi institusi yang dituding mengandalkan bantuan, pemerintah tidak lagi membeli ikan, tetapi membeli pancing atau menyediakan tambak ikan. Semoga!n

16Santunan NOVEMBER 2011

R u a n g U r a i s

Laporan Alfirdaus Putra

Monitoring dan Evaluasi Administrasi KUA

Kepada para kepala KUA se Provinsi Aceh diajak untuk menyempurnakan administrasi KUA kecamatan dalam rangka modernitas pelayanan KUA, sebagai salah satu syarat good governence. Hal ini disampaikan T. Ahmad, S.Ag, Kasi Kepenghuluan Kanwil Kemenag Provinsi Aceh, salah seorang dari Tim Monitoring KUA Kecamatan pada Santunan, usai kegiatan monitoring di lingkungan Urais beberapa Kabupaten/Kota di pantai timur Aceh.

Tim Monitoring mulai melaksanakan tugasnya mulai hari Senin (9/10) di Kota Lhokseumawe. Dilanjutkan ke Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen, dan di Kabupaten Pidie 14 Oktober 2011. Bulan sebelumnya monitoring juga telah dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang dan sebagian Kabupaten di wilayah pantai barat. Monitoring yang dilakukan dengan cara mengambil sampel beberapa KUA di setiap Kabupaten/Kota yang dikunjungi ini bertujuan untuk perbaikan administrasi perkantoran dan peningkatan kinerja KUA Kecamatan. Selain dari pada itu juga untuk menyamakan tata cara pengisian dan penggunaan formulir nikah rujuk yang baru sesuai dengan petunjuk dari Direktur Urusan Agama Islam

Kementerian Agama RI.Monitoring kali ini dilaksanakan

sebagai tindak lanjut hasil audit Inpektorat Jenderal Kemenag RI,l 18-28 Maret 2011. Menurut catatan Irjen Kemenag, sebagian besar KUA di Provinsi Aceh perlu berbenah dalam masalah administrasi. Hal itu meliputi belum berjalannya KIS sehingga terkesan egosektoral, sistem pengendalian internal belum berjalan, dan pembinaan/pemeriksaan triwulan masih belum sepenuhnya berjalan, sehingga terdapat beberapa daerah yang keabsahan akta nikah sebagai akta masih diragukan, sebut tim audit Irjen Kemenag RI dalam laporan tertulisnya.

Bertolak dari hasil audit tersebut, Kabid Urusan Agama Islam mengambil kebijaksanaan untuk melakukan monitoring sebagai bentuk pembinaan bagi KUA. T. Ahmad menjelaskan, terdapat beberapa perbaikan mendasar yang harus diperhatikan oleh KUA dalam rangka peningkatan kualitas KUA ke depan, Standar Operasional Prosedur (SOP) KUA menjadi prioritas utama yang harus disediakan oleh KUA. Sehingga masyarakat memperoleh kepastian tentang pelayanan yang diperoleh di KUA serta waktu yang harus ditempuh untuk memperoleh pelayanan. DATA sebagai sumber DANA

belum sempurna dilengkapi oleh KUA sebagai ujung tombak Kementerian Agama di kecamatan. Sehingga data yang masuk ke Bidang Urais belum dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, terutama data produk halal dan bebrapa data lainnya. Catatan tim monitoring juga menyebutkan bahwa hampir 60% KUA masih belum sempurna mengisi buku stok serta administrasi nikah rujuk lainnya. Fonomena ini tidak hanya di KUA kecamatan, tetapi di beberapa seksi Urais Kabupaten/Kota. “KUA Kecamatan hendaknya mengikuti prosedur sebagaimana petunjuk dari Kementerian agama RI bukan turun temurun dari atasan dan pimpinan sebelumnya,” harap T. Ahmad, yang telah lama melintang di KUA dan di Seksi Urais Kabupaten Pidie sebelum menjadi Kasi Kepenghuluan Kanwil Kemenag Aceh.

Dalam hal pembinaan keluarga sakinah di kecamatan, tim monitoring berterima kasih pada seluruh KUA yang telah melakukan pembinaan yang berkelanjutan. Namun diharapkan legalitas pembinaan dalam bentuk SK sangat dibutuhkan dalam manajemen perkantoran yang baik. Dalam masalah administrasi keuangan, keterbukaan internal hendaknya menjadi perhatian Kepala KUA ditunjang pemakaian anggaran yang tepat guna serta pelaporan keuangan yang akuntabel, sehingga tidak menjadi temuan dalam berbagai pemeriksaan nantinya.

“Apresiasi yang tinggi diberikan kepada hampir seluruh KUA Kecamatan terhadap pelayanan masyarakat yang semakin menunjukkan grafik menanjak. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat sekitar terhadap pelayanaan KUA Kecamatan,” puji T. Ahmad. “Pelayanan prima ini hendaknya tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan, sebagai bentuk pengabdian bagi mayarakat, bangsa, dan agama tentunya.“ tutupnya kalem. n

17Santunan NOVEMBER 2011

Ruang Penamas

Kementerian Agama Republik Indonesia mengadakan Orientasi Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Agama se-Sumatera, Jawa, dan Bali, Di Yogyakarta pada tanggal 28 sampai 30 Oktober 2011. Dari

Laporan Azhar

Orientasi Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Agama se-Sumatera, Jawa, dan Bali

Aceh acara tersebut dihadiri oleh Kasi Penyuluhan, Azhar, S.Ag, Yasmaidar, Herlina Ningsih, keduanya staff pada Bidang Penamas Kanwil Kemenag Aceh.

Dalam kegiatan tersebut dibahas

tentang Kebijakan Direktur Penais tentang Tugas Pokok Tim Penilai Angka Kredit yang disampaikan oleh Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag RI, Kebijakan Teknis Kepala Kanwil Kemenag Provinsi DIY tentang Tim Penilai Angka Kredit Jafung Penyuluh Agama, yang disampaikan Kepala Kanwil Kemenag Prov. DIY, Teknik perhitungan angka kredit Penyuluh Agama, yang disampaikan oleh Cecep Hilman, MA, Mekanisme pengusulan dan penetapan angka kredit Penyuluh Agama, yang disampaikan oleh Kabid Penamas Kanwil Kemenag Prov. DIY, dan sistem pelaporan tugas Penyuluh Agama, oleh H. Lukman AS, SH, MM.

Di akhir kegiatan juga diadakan diskusi kelompok yang menghasilkan berbagai rekomendasi untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan ke depan. n

Pengurus TPQ Plus Baiturrahman Banda Aceh

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.PdSebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh

Oleh Menteri Agama Republik Indonesia Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si

Hari Senin, 24 Oktober 2011 di Oproom Kantor Kementerian Agama RI JakartaSemoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.

Terima kasih kepada Drs. H. A. Rahman TB, Lt

yang telah mengabdi sebagai Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh 2007-2011

Muhammad Yakub Yahya, M.AgDirektur

18

R u a n g K U B

Santunan NOVEMBER 2011

Kunjungan SilaturrahimPemuka Agama Kaltim di Aceh

Santunan-Banda Aceh. Pemerin-tah Aceh, Minggu pagi (30/10) me-nerima kunjungan silaturrahim rom-bongan pemuka dan tokoh agama Pro-vinsi Kalimantan Timur, bertempat di Gedung Serba Guna, Sekrteriat Daerah Aceh.

Sebelumnya, rombongan yang dipimpin Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kalimantan Timur, Drs. H. M. Kusasi, M.Pd, dijemput di Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh dan sejumlah pejabat dari Pemerintahan Aceh.

Dalam penjelasannya dihadapan Asisten II Pemerintah Aceh, Ir. Said Mustafa yang mewakili Gubernur Aceh, Muspida, Kakanwil Kemenag Aceh dan

sejumlah pimpinan SKPA Pemerintahan Aceh, ketua rombongan mengatakan bahwa silaturrahim ini dimaksudkan untuk menambah wawasan keagamaan dan menggali permasalahan serta kendala yang dihadapi daerah, untuk dijadikan acuan dalam memperkuat kerukunan umat beragama di Provinsi Kaltim yang heterogen dan kaya akan potensi sumber daya alam.

Sementara itu, Asisten II Pemerintah Aceh, Ir. Said Mustafa mengatakan bahwa antara Aceh dan Kaltim banyak kemiripan, baik itu adat istiadat, budaya, kultur masyarakat dan sama-sama daerah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti minyak, gas alam, batu bara, hutan dan hasil perkebunan dan pertanian lainnya.

Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, dalam kesempatan itu juga menjelaskan tentang kondisi kehidupan umat beragam di Provinsi yang melaksanakan syariat Islam. ”Di Aceh dengan UU Nomor 11 tahun 2006, diberikan kesempatan untuk melaksanakan syariat Islam, namun syariat Islam itu hanya diwajibkan kepada pemeluknya. Sementara umat non muslim tetap diberikan kesempatan untuk melaksanakan ajarannya sesuai dengan keyakinan yang dianut. Makanya, sepanjang sejarah Aceh, belum pernah terjadi konflik antar umat beragama. Alhamdulillah, suasana kerukunan hidup umat beragama di Aceh terjalin dengan baik dan harmonis,” ujar Kakanwil yang duduk di meja depan bersebelahan dengan Asisten II Pemerintah Aceh.

Rombongan dari Kaltim tersebut terdiri dari pemuka agama, tokoh agama yang mewakili semua agama di Kaltim, pejabat Pemda Kaltim, dari Kementerian Agama dan staf Kantor Gubernur Kaltim.

Selain bersilaturrahim, selama empat hari, rombongan ini berkesempatan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Banda Aceh, dan mengunjungi situs-situs gempa dan tsunami Aceh. Rombongan bertolak kembali ke Samarinda, Rabu (2/10) via Jakarta. njun

19Santunan NOVEMBER 2011

Peristiwa

Santunan - Banda Aceh. Ulama Kharismatik Aceh, Abu Tumin me-lakukan peusijuek Kepala kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd di Banda Aceh, Kamis (27/10). Ikut hadir dalam acara peusijuek tersebut sejumlah ulama dan tokoh masyarakat seperti, Tgk. H. Faisal Ali, Ketua PW NU Aceh, Waled Marhaban (Dayah Ashabul Yamin, Bakongan, Aceh Selatan), Ziauddin Ahmad, mantan Kepala Dinas Syariat Islam Aceh, Aiyub Ahmad mantan Kakankemenag Kota Banda Aceh, serta sejumlah perwakilan ulama lainnya.

Menurut Aiyub Ahmad, yang dihubungi Santunan melalui telepon seluler, acara tersebut dilakukan dalam rangka mengucapkan selamat kepada Kakanwil Aceh, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd yang baru dilantik oleh Menteri Agama Indonesia, Suryadharma Ali, pada

Ulama Peusijuek Kakanwil Kemenag Aceh

tanggal 24 Oktober lalu di Jakarta.Acara yang berlangsung di rumah

pribadi Kakanwil di Gampong Beurawe, Banda Aceh dan ikut disaksikan oleh

Santunan - Banda Aceh. Kepala Kanwil Kemenag Aceh, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd menyambut kedatangan Anggota Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Ghufran Zainal Abidin, MA dan anggota Komisi G, Moharriadi Syafari, ST, S.Ag. beserta rombongan yang melakukan kunjungan silaturrahmi ke kantor Kanwil Kemenag Aceh, Jumat (11/11/2011).

Dalam kunjungan yang ikut dihadiri mantan Wakil Ketua DPRK Aceh Besar, H. Saifunsyah, SE, M.Si, AK tersebut dibicarakan berbagai isu dalam rangka membangun Aceh ke depan, seperti syiar keagamaan, pendidikan, haji, serta anggaran untuk kegiatan keagamaan.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd mengatakan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) di jajaran Kemenag Aceh sangat besar, sehingga kalau

Anggota DPRA Kunjungi Kakanwil Kemenag Aceh

dimanfaatkan secara optimal akan sangat kuat pengaruhnya dalam masyarakat.

“Kita punya struktur hingga ke level Kecamatan, walau tidak digaji dengan dana APBD, semua bekerja untuk rakyat Aceh,” ujar Kakanwil.

Anggota Komisi A DPRA Ghufran Zainal Abidin, MA mengharapkan supaya Kemenag Aceh dapat membangun komunikasi dengan berbagai pihak termasuk DPRA, supaya dapat dicari solusi jika ada kendala di lapangan.

“Semua persoalan supaya dapat dikomunikasikan kepada semua pihak, tidak terkecuali DPRA, siapa tahu ada solusinya,” timpal Ghufran yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PKS Aceh.

“Kita sama-sama bekerja untuk rakyat Aceh, sudah sepatutnya kita bersinergi dengan bekerja sungguh-sungguh, hasilnya akan dapat kita lihat, mungkin tidak sekarang, tapi bisa saja lima tahun yang akan datang,” tambah Ghufran ZA yang diamini anggota komisi G DPRA dari PKS, Moharriadi Syafari.

Mengakhiri pertemuan tersebut Kakanwil Kemenag Aceh mengaku sangat bahagia dan mengharapkan silaturrahmi dapat terus terbangun. “Kunjungan ini sangat bermakna bagi Kami,” pungkasnya. nmulyadi nurdin

sejumlah pejabat Kankemenag dari Kabupaten/Kota tersebut berlangsung khidmat dan akrab, dan diakhiri dengan makan bersama. nmulyadi nurdin

20 Santunan NOVEMBER 2011

Peristiwa

Pembinaan Tata Persuratan dan Arsip DinamisSantunan-Banda Aceh. Menyadari

betapa pentingnya fungsi dan peran tata persuratan serta kearsipan dalam dunia perkantoran, Biro Umum Setjen Kementerian Agama RI bekerja sama dengan Subbag Umum Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi mengadakan acara Pembinaan Tata Persuratan dan Arsip Dinamis.

Acara yang berlangsung selama satu hari (Selasa, 27/9), bertempat di Aula Kanwil Kemenag Provinsi Aceh. Peserta diikuti oleh 30 orang peserta yang berasal dari jajaran Pegawai Kantor Wilayah Kemenag Aceh, Kantor Kemenag Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, yang juga terdiri Pegawai KUA

dan Guru.Acara tersebut dibuka secara

resmi oleh Kepala Kanwil Kemenag Aceh, Drs. H. A. Rahman TB, Lt. Dalam sambutannya beliau berharap agar peserta yang mengikuti acara ini mampu mengaplikasikannya juga dapat memberikan ilmunya kepada teman-teman kerja di kantornya.

Narasumber dalam acara yang diketuai oleh Kepala Sub Bagian Umum, Juhaimi, S.Ag itu, antara lain Dra. Hj. Chairul Hidayati, dengan materi “Tata Persuratan Dinas dan Penataan Kearsipan di Lingkungan Kemente-rian Agama” dan Nia Herniati, SE me-nyampaikan materi “Aplikasi Komputer untuk Penataan Surat Dinas dan Pe-nata Kearsipan di Biro Umum Setjen Kemenag RI”. Dalam paparannya, Dra.Hj Chairul Hidayati menyampaikan bahwa, “Tata penyusunan surat adalah hal yang sangat penting dilakukan ka-rena berkaitan dengan informasi yang disampaikan dan penemuan kembali surat itu.” namwar chb/yyy

Santunan-Banda Aceh. Mengakhi-ri ulang tahun Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) 2011, Pemerintah Aceh menganugerahkan penghargaan kepa-da 17 guru terbaik dari daerah terpen-cil. Dalam acara milad (hari jadi) yang dipusatkan di Banda Aceh (17/10), yang ditutup oleh Sekretaris Daerah Aceh, Drs. Teuku Setia Budi, mewakili Gubernur Aceh itu, juga diumumkan kabupaten/kota yang menjuarai ‘lom-ba’ dalam pengelolaan pendidikan ber-prestasi tingkat provinsi . Banda Aceh meraih juara umum, berhak menggon-dol piala bergilir, untuk berbagai kate-gori yang dinilai, yang sampai delapan

Penghargaan untuk Guru Terpencil

aspek itu.Selain kepada personil dan

kabupaten/kota yang berprestasi, juga dianugerahi ‘piala’ kepada guru prestasi di daerah terpencil. Ke 17 guru yang mendapat anugerah itu adalah Salihin (Aceh Tamiang), Hazmi (Abdya), Ruwaida, S.Pd (Bireuen), Sakinah (Pidie), Muhammad Adnan (Aceh Barat), Tri Raharjo (Aceh Timur), Ahmad Sayuti (Nagan Raya), Idram, A.Ma.Pd (Aceh Jaya), Saifuddin, S.Pd (Pidie Jaya), Sukardi, S.Pd (Aceh Utara), Wanhar (Aceh Tenggara), Selamat, A.Ma (Gayo Lues), Safril AA, A.Ma (Subulussalam), Dahlil, M.Pd

(Singkil), Mahmuddin (Aceh Tengah), Agus Mawardi, S.Pd (Aceh Besar), dan Abdurrahman (Bener Meriah).

Peringatan Hardikda biasa diperingati 2 September tiap tahun. Namun beriringan dengan Idul Fitri 1432 H, maka prosesi dan puncak milad baru diumumkan pertengahan Oktober lalu. Penghargaan juga diberikan kepada Dra. Elli Arianti, M.Pd (MAN Model Banda Aceh) atas prestasi dalam merebut juara I lomba kreatifitas ilmiah guru (LKIG) ke 19 bidang MIPATEK. Juga disandangkan kepada Erlina, S.Pd (SMAN Sabang) atas juara III tingkat nasional guru SMA Berpendidikan di daerah khusus.

Kabupaten/kota yang mendapat anugerah pendidikan ialah Banda Aceh dua macam juara I untuk bidang pemerataan akses dan perluasan pendidikan serta bidang peningkatan mutu dan relevansi pendidikan. Sabang meraih juara I bidang pendidikan agama/pendidikan islami. Aceh Jaya merebut juara I bidang partisipasi masyarakat. Aceh Tamiang dapat juara I bidang pendidikan khusus dan inklusi. Gayo Lues meraih juara I bidang peran dan dukungan pemda. Serta juara I bidang penguatan tatakelola, akuntabilitas, dan pencitraan untuk Aceh Tengah. nyakub, serambi

21Santunan NOVEMBER 2011

Peristiwa

Manajerial Pimpinan Pondok Pesantren

Diklat di Tempat Kerja (DDTK)

Santunan-Banda Aceh. Sebanyak 80 orang Pimpinan Pondok Pesantren Se-Provinsi Aceh berkumpul di Grand Aceh Hotel Banda Aceh untuk meng-ikuti Workshop Pembinaan Manajerial Pondok Pesantren. Acara ini dilaksana-kan pada 22-24 Oktober 2011. Pem-bukaan dilaksanakan dan dihadiri oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Pro-vinsi Aceh yang diwakili oleh Kepala Bidang Mapenda, Drs. H. Saifuddin.

Dalam Arahannya, Kakanwil me-nyampaikan harapan besar tentang perkembangan Pondok Pesantren di masa yang akan datang, terutama ten-tang pembinaan manajemen pengelo-laan Pondok Pesantren. Kegiatan ini menurut Kakanwil, bukan untuk men-gajari para pimpinan Pondok Pesantren tentang pengelolaan Pondok Pesantren, tetapi kegiatan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang pem-binaan manajerial menuju pengelolaan pesantren yang lebih profesional.

Workshop pembinaan manajerial pimpinan pondok pesantren berakhir pada hari senin (24/10). Para peserta mengharapkan hendaknya kegiatan ini dapat mendorong peningkatan kualitas manajemen pondok pesantren menuju

Santunan-Banda Aceh. Balai Diklat Keagamaan (BDK) Medan melaksanakan Diklat di Tempat Kerja ( DDTK) sejak 10-13 Oktober 2011, di Kemenag Banda Aceh. DDTK tersebut oleh penyuluh sebanyak 25 orang peserta yang tergabung antara penyuluh fungsional dan penyuluh honorer yang berasal dari setiap kecamatan dengan diwakili satu orang. Berikutnya guru sebanyak 25 peserta yang juga diwakili oleh perwakilan dari beberapa sekolah. “Sesi-sesi kegiatan berlangsung di dua tempat yang berbeda. Untuk guru diadakan di Aula Sekolah MIN Banda Aceh, untuk penyuluh diadakan di Aula Kankemenag Banda Aceh,” kata Ketua Panitia Pelaksana Dra.Yusra. Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan tersebut,

profesionalisme lembaga. “Kegiatan ini perlu adanya kesinambungan dan pemerataan bagi seluruh dayah di Aceh,” harap Tgk. Ali Akbar, Pimpinan Dayah Al-Anshar Calang Kabupaten Aceh Jaya. naba/yakub

untuk meningkatkan kinerja para guru serta penyuluh agama secara profesional, yang juga sebagai ujung tombak kementerian agama di tengah-tengah masyarakat.

Acara langsung dibuka oleh Kepala Balai Diklat Keagamaan Medan Drs. H. M. Thoha Daulay, MM. Pembukaan acara tersebut dilaksanakan di Aula Kankemenag kota Banda Aceh. Dalam sambutan dan arahannya yang sekaligus membuka secara resmi kegiatan Diklat, Kepala Balai Diklat menjelaskan, DDTK merupakan program nasional yang diprogramkan oleh Balai Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Setiap pegawai terutama pada jajaran Kemenag harus mengikuti Diklat minimal 3 atau 4 tahun

sekali, agar nantinya terbentuk pegawai yang profesional secara knowledge, attitude, serta skill sehingga PNS tersebut mampu meningkatkan kinerja dan mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Akhir arahan, Muhammad Thoha Daulay juga menyebutkan, dari sejumlah lebih kurang 240 juta penduduk Indonesia, hanya sekitar 240 orang yang sarjana, sehingga masih kurang memenuhi kualifikasi kecerdasan untuk sebuah bangsa yang besar. Dari jumlah tersebut juga masih dipertanyakan kecerdasan, knowledge, attitude, serta skill-nya, sehingga perlu di-dukung dengan mengikuti diklat-diklat pendukung lainnya. nzul/biro banda aceh/yyy

22 Santunan NOVEMBER 2011

Peristiwa

Santunan - Kota Jantho. Drs. H. Rusli, atau yang sering disapa dengan Geuchik Rusli terpilih sebagai ketua Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Aceh Besar menggantikan Khalid Wardana, lewat Rapat Kerja yang diadakan Kamis (27/10) di Lampreh Aceh Besar.

Rapat kerja dan Pemilihan ketua baru tersebut berlangsung di Koperasi Al-Ishlah, Jalan Banda Aceh-Medan, Desa Lampreh. Khalid Wardana sekarang sudah dipercayakan sebagai Kasi Penyelenggaraan Zakat dan Wakaf di Kankemenag Aceh Besar.

Dalam Raker yang dihadiri oleh seluruh Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) Aceh Besar tersebut,

Keuchik Rusli Pimpin Pokjaluh

MTsN Model Banda Aceh Sembelih 5 Ekor Sapi

aklamasi terpilih menjadi ketua, sedangkan posisi wakil ketua diisi oleh Rosmiana.

Dalam sambutan singkatnya, Geuchik Rusli bertekad untuk mem-perkuat koordinasi kerja antar pe-nyuluh, meningkatkan kegiatan pem-binaan keagamaan bagi masyarakat, serta akan mempererat solidaritas sosial antar sesama penyuluh.

“Di samping kegiatan pembinaan di tengah masyarakat, kegiatan sosial di kalangan penyuluh sendiri harus ditingkatkan, seperti silaturrahmi dan kunjungan ke rumah anggota yang sakit, demi kesuksesan dan kekompakan kerja di lapangan,” tegasnya. nmulyadi nurdin

Geuchik Rusli yang sebelumnya menjabat sebagai wakil ketua secara

Santunan-Banda Aceh. Sejumlah 5 ekor sapi dan 2 ekor kambing dipersembahkan oleh guru dan siswa MTsN Model Banda Aceh sebagai hewan qurban, Senin, 7/11/2011.

Kepala MTsN Model Banda Aceh, Drs. H. Muhammad, menyatakan bah-wa sebagian sapi itu merupakan qurban

dari para guru dan siswa, tujuh orang untuk satu sapi. Tapi sebagiannya masih belum memenuhi kriteria qurban, sebab bersumber dari iuran siswa. “Iuran ini kita buat untuk menanamkan semangat ber-qurban di kalangan siswa, nanti mekanismenya kita perbaiki sedikit-demi sedikit sehingga memenuhi

persyaratan qurban,” ungkapnya. Muhammad berharap agar di kala-

ngan siswa tumbuh kesadaran ber-qurban sehingga nantinya mereka menjadi orang-orang yang memiliki semangat keikhlasan tinggi. “Untuk tahun depan saja kita sudah punya stok tiga ekor sapi qurban,” pungkas Muhammad.

Menurut ketua pelaksana, Drs. Bukhari, qurban ini disalurkan untuk para siswa kurang mampu. “Kali ini ada sekitar dua ratusan siswa yang mendapat jatah daging qurban, semoga tahun depan dapat ditingkatkan lagi,” ungkapnya. njabbar sabil

23Santunan NOVEMBER 2011

Peristiwa

Santunan - Kota Jantho. Dalam upaya reorganisasi manajemen kepen-gurusan Musyawarah Guru Mata Pela-jaran Pendidikan Agama Islam (MGMP-PAI) Tingkat SMA dan SMK Kabupaten Aceh Besar, menggelar Musyawarah Besar (Muber) pergantian pengurus un-tuk periode 2011 – 2014. Mubes dilak-sanakan di Wisma Hijrah Lambaro, Rabu 19 Oktober 2011. Acara ini terlaksana berkat dukungan Guru-guru PAI SMA dan SMK Aceh Besar dan Kankemenag Aceh Besar melalui Kasi Mapenda Drs. Uzair dan dan unsur Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar.

Dalam sambutannya Kadis Pendidi-kan Aceh Besar yang diwakili oleh Kepala UPTD Pendidikan Wilayah III, Drs. Johan, MA mengharapkan kebe-radaan GPAI ini dapat menjadi teladan bagi guru-guru yang lain serta mampu memperbaiki akhlak remaja Aceh dewa-sa ini. Drs. A. Rahman Hanafiah mewaki-li Kabid Mapenda Kanwil Kemenag juga menyampaikan dukungan dan apresiasi positif terhadap keberadaan MGMP PAI Aceh Besar, agar kekompakan yang telah dibangun dapat berjalan sebagaimana diharapkan serta dapat melahirkan pro-

Pelantikan MGMP PAI SMA dan SMK

gram kerja yang menyentuh perbaikan akhlak siswa. Acara dibuka oleh Drs. Salahuddin selaku Kepala Kantor Ke-menterian Agama Aceh Besar.

Pengurus MGMP PAI SMA dan SMK Kab. Aceh Besar hasil pemilihan Mubes adalah: Bahrullah, MA (ketua), dan Ahlul Fikri, M.Pd (wakil); Muhammad Yani, M.Ag (sekretaris), Ito Nangar, MA (wakil sekretaris); Syarifah Musanna, S.Ag (bendahara), Drs. Munauwar

(wakil bendahara); dan dibantu juga oleh bidang-bidang dan seksi-seksi. Acara ini dilanjutkan dengan pelantikan pada sore hari. Dalam sambutan Drs. Fadhlan, selaku Kadis Pendidikan Aceh Besar menyampaikan agar kepengurusan dengan segera menyusun program kerjanya, berikutnya pengukuhan dan pelantikan oleh Drs. Marzuki Yahya selaku Asisten I Sekdakab Aceh Besar. nyakub

Santunan - Kota Jantho. Seksi Penamas Kantor Kemenag Aceh Besar mengadakan rapat koordinasi dengan Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) Aceh Besar bertempat di kantor Koperasi Al-Ishlah Lampreh, Aceh Besar, Kamis (27/10/2011).

Kepala Seksi Penamas Kankemenag Aceh Besar, Drs. Tarmizi Sulaiman berharap supaya Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) dapat menjalankan tugas dengan baik, dan jika ada masalah di lapangan supaya dapat disikapi dengan bijak.

Diakuinya selama ini penyuluh Agama sering mendapat masalah ke-

Rakor Penamas Aceh Besartika berhadapan dengan masyarakat, misalnya saat melakukan pendataan lembaga keagamaan, karena setelah data diambil biasanya bantuan datang dari instansi lain.

“Banyak kendala Penyuluh di lapangan, seperti bantuan yang disa-lurkan oleh instansi lainnya, padahal yang mendata lembaga keagamaan adalah penyuluh agama, sehingga ter-kesan penyuluh hanya ambil data saja tidak pernah menyalurkan bantuan,” keluhnya.

Menurut Kasi Penamas, tugas pe-nyuluh agama sangat berat karena ba-nyak tugas yang sebelumnya dibeban-

kan kepada KUA kini beralih kepada penyuluh. “Tugas penyuluh sangat luas, hampir mencakup semua kegia-tan sosial masyarakat, malah sebagian tugas KUA kini dibebankan kepada Penyuluh Agama,” tambahnya.

Untuk menunjang kinerja penyu-luh, Kasi Penamas akan mengusulkan fasilitas kerja bagi seluruh PAIF di Aceh Besar, seperti meja, kursi, komputer, printer, dan lemari yang ditempatkan di kantor KUA Kecamatan.

“Kalau bisa semua PAIF disediakan fasilitas kerja, sebelum diinstruksikan untuk berkantor di KUA Kecamatan,” imbuhnya. nmulyadi nurdin

24 Santunan NOVEMBER 2011

Peristiwa

Guru Favorit MAN Kuala Makmur

Santunan - Sinabang. Sebagai satu-satunya MAN di Kabupaten Simeulue, MAN Kuala Makmur terus saja berbenah dari hari ke hari. Sehingga akan tercipta sebuah lingkungan Madrasah dengan atmosfir belajar-mengajar nan nyaman.

Seorang guru yang sudah mampu mentransfer ilmu dengan baik dan selalu ditunggu kehadirannya oleh para siswa-siswi. Guru yang paling mampu

menghadirkan sikap profesional biasanya akan menjadi guru favorit di Madrasah tempat ia bekerja. Pada 15-17 September 2011, siswa-siswi Kelas XI MAN Kuala Makmurtelah melakukan sebuah survey terhadap seluruh siswa-siswi MAN yang dinegerikan pada tahun 2004 tersebut. Hasilnya ada tiga guru yang masuk nominasi Guru Favorit di MAN Kuala Makmur. Ialah Aja Zulbaedah, S.Pd.I, Yusmadi, S.Si,

dan Lelidar, S.Pd.I.“Sebenarnya, survey yang kami

lakukan merupakan tugas dari pelajaran matematika,” komentar Didi Karnila Khalid, siswi kelas XI. “Tidak hanya guru favorit, kami juga melakukan survey terkait dengan pelajaran favorit, olah raga favorit dan juga warna favorit siswa-siswi MAN Kuala Makmur, serta sebuah observasi untuk memantau jenis kendaraan yang melintas di depan MAN Kuala Makmur,” sambungnya.

Guru Pelajaran Matematika MAN Kuala Makmur, Yusmadi, S.Si, menjelaskan bahwa, “Tugas ini diberikan untuk memperkenalkan secara langsung kepada siswa-siswi kelas XI tentang cara memperoleh data (survey, review, dan observasi), menyajikan data, menganalisis data dan juga mengambil kesimpulan dari data yang sudah terkumpul.”

Aja Zulbaedah, lulusan IAIN SU dan membimbing Bahasa Arab. Yusmadi, lulusan FMIPA Unsyiah Jurusan Matematika, dan guru pembimbing untuk matematika. Lelidar lulusan Unmuha Aceh, Jurusan Pendidikan Agama Islam. nbiro simeulue/yyy

Santunan - Blangpidie. Bupati Aceh Barat Daya Akmal Ibrahim, SH, Senin (19/9) bersilaturrahmi ke Kantor Kementerian Agama setempat yang terletak di kompleks perkantoran Pemda Abdya.

Dalam kesempatan itu, Bupati Akmal sempat menanyakan langsung kepada Kakankemenang Abdya H. Syarbaini, SH, soal akses jalan ke Kankemenag yang selama ini menggunakan jalan melewati Kantor BPS.

H. Syarbaini kepada Bupati men-jelas-kan selama ini Kantor Kemenag Abdya yang berdampingan dengan Kan-

tor BPS Blang Pidie, belum punya akses jalan permanen. Sehingga, tambahnya, masyarakat yang ingin berurusan den-gan Kantor Kemenag Abdya, seperti pendaftaran haji dan sebagainya, sela-lalu melalui halaman Kantor BPS.

Kepada Kakankemenag, Bupati Akmal berjanji akan memasukkan rencana pembuatan akses jalan ke Kantor Kemenag Abdya dalam APBK-P tahun 2011 ini. Dalam kesempatan itu pula Bupati yang didampingi sejumlah pejabat terkait meninjau kantor Kemenag dan bersilaturrahmi dengan karyawan.njun

Bupati Abdya Akmal Ibrahim Silaturrahim ke Kankemenag

25Santunan NOVEMBER 2011

Peristiwa

Festival Pidato KeagamaanSantunan - Blangkejeren. Rabu

(12/10), Kasi Penamas dan Penyeleng-gara Zakat dan Wakaf bekerjasama untuk melakukan Festival Pidato Kea-gamaan Tingkat MTs di lingkungan Kantor Kemenag Kabupaten Gayo Lues. Pejabat yang melaksanakan tu-gas (Pymt) Kepala Kantor Kemenag Gayo Lues, Drs. Hasan Basri mengata-kan, saat pembukaan mengajak, mari kita selalu belajar menempa diri men-ingkatkan, kemampuan sebagai da’i dan da’iyah terbaik yang bukan hanya di tingkat lingkungan, tetapi ke tingkat yang lebih tinggi kabupaten, provinsi, nasional, internasional. Bagi pemenang nanti agar tetap bertahan dan bagi yang belum mendapatkan juara agar tidak kecil hati tetapi berusaha mengejar ketertinggalan, Bulatkan tekad kali ini saya belum menang di kali lain nanti saya harus tampil terbaik.

Tujuan kegiatan itu, untuk memo-tivasi sekaligus melatih para siswa dan siswi MTs tampil berpidato dan agar menjadi calon da’i/da’iyah, penyeru kepada kebaikan dan pencegah ke-mungkaran,” ujar Ibrahim, S.Ag, Kasi Penamas dan Pekaponteren

Peserta yang mengikuti festival ini sebanyak 17 orang. Terdiri dari siswa MTsN Blangkejeren empat orang, MTsS Miftahul Jannah empat orang, MTsS Ujung Baro lima orang, dan MTsS

Rambung empat orang. Ke 17 siswa ini dengan penuh semangat mengikuti acara tersebut, ditandai dengan rela datang jauh-jauh, dan semangat ketika tampil berapi-api dan berasap.

Judul pidato bebas, tetapi sesuai dengan thema. Dewan juri dipercaya-kan pada Mawardi Siregar S.Ag (Staf Kasi Penamas dan Pekaponteren) dan Mukhlis S.Ag (Penyuluh Agama Islam Fungsional). Dari sebanyak 17 (tujuh belas) siswa dan siswi yang tampil, dewan juri memperhatikan, menilai bidang adab, vokal, akselerasi judul, intonasi, serta gaya dan mimik. Akh-irnya juara I ialah Desy Radiyah (MTsN Blangkejeren), juara II Silawati (MTsS Miftahul Jannah Blang Jerango), juara III Sandri Mulia (MTsN Blangkejeren), dan peringkat IV Iwan Ariga Pratama (MTsN Blangkejeren).nibrahim/biro gayo lues/yyy

Santunan-Meulaboh. Rabu (5/10) menjadi hari yang istimewa bagi pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) di Aceh Barat. Mengingat selama ini pelaksanaan Suscatin hanya dilaksanakan oleh BP4 KUA Kecamatan, kini pelaksanaannya dilakukan kerjasama antara Kementerian Agama (KUA Kecamatan), BKKBN, dan lembaga BP4. Kegiatan Suscati merupakan kegiatan yang harus diikuti oleh setiap calon pengantin untuk pembekalan dalam membina bahtera rumah tangga.

Acara yang dibuka langsung oleh Bupati Aceh Barat, H. Ramli MS ini, dilaksanakan di Aula Panti Asuhan Mu-hammadiyah Meulaboh. Diikuti oleh 40 calon pengantin 11 Kecamatan dari 12 kecamatan yang ada di kabupaten

Bupati Launching Suscatin Aceh Barat

Aceh Barat, itu pun meriah. Pada acara pembukaan ini juga turut hadir Kepala BKKBN Provinsi Aceh, Ketua BP4 Provinsi Aceh, mewakili Mahkamah Syar’iyah Meulaboh, mewakili Dinas Syari’at Islam, Kadis Pemberdayaan Perempuan dan Ketua MPU Aceh Ba-rat.

Dalam sambutannya, Bupati Aceh Barat menyambut baik pelaksanaan Suscatin, mengingat selama ini banyak terjadi kasus perceraian yang

mungkin disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan pembekalan yang cukup bagi calon pengatin. Bahkan Bupati juga menyanggupi sertifikat kursus yang ditanggung Pemerintah Daerah.

Materi yang diberikan antara lain Kesehatan Reproduksi (Kespro) oleh Kepala BKKBN Provinsi Aceh, Psikologi Perkawinan oleh Ketua BP4 Provinsi Aceh, Fiqh Perkawinan dari yang mewikili Kepala Kemenag Provinsi Aceh, dan Undang-Undang perkawinan oleh pihak Mahkamah Syar’iyah Meulaboh. Pada acara pembukaan Suscatin ini juga diberikan satu buah buku “Panduan Perkawinan” dan sebuah “Kelambu Cinta” kepada calon pengantin oleh BKKBN Provinsi Aceh. nnar/biro aceh barat/lan

26 Santunan NOVEMBER 2011

Peristiwa

Mapenda Sosialisasikan BOS

Sensasi Baru Mutasi Kemenag BireuenSantunan - Bireuen. Kepala

Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bireuen atas nama kepala Kantor wilayah Kementerian Agama Propinsi Aceh bulan lalu (11/10) memutasikan Sembilan kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam wilayah kerjanya. Proses pelantikan kepala Madrasah Ibtidaiyah yang dimutasi tersebut dilaksanakan di Op. room kantor Kemenag itu juga.

Kesembilan kepala MI tersebut adalah Zaini, A. Ma dari kepala MIN Suka Makmur dilantik menjadi kepala MIS Abeuk Jaloh. Maryani, SPdI dari kepala MIS Abeuk Jaloh menjadi kepala MIN Suka Makmur. Hamdani, Sag dari kepala MIN Alue Kuta menjadi kepala MIN Bayu Gampong Raya. Saifunnur, SAg dari kepala MIN Lamkuta menjadi kepala MIN Alue Kuta. Nurjannah, SPdI kepala MIN Bayu Gampong Raya menjadi kepala MIN Lamkuta. Sardani, SAg guru MIN Bireuen menjadi kepala MIN Blang Rheuem. Dra. Zakiah kepala MIN Blang Rheuem menjadi kepala MIN Cot Meurak Bireuen. Novera Kusumawati Putri, S.Ag kepala MIN

Cot Meurak Bireuen menjadi kepala MIN Cot Trieng sedangkan kepala MIN Cot Trieng Safwati, SPd menjadi kepala MIN Uteuen Gathom.

Kepala Kantor Kemenag Bireuen, Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, MAg dalam amanatnya usai pengambilan sumpah kepala yang baru saja dimutasi berharap kepala Madrasah dapat bekerja dengan sungguh sungguh dan benar benar menerapkan kedisiplinan di tempat tugas baru. “ Bekerjalah dengan sungguh sungguh dan serius, tegakkan kedisiplinan untuk meningkatkan mutu pendidikan ” kata mantan Kabag Pekapontren pada Kanwil Kemenag Propinsi Aceh ini.

Proses pelantikan berlangsung lancar, semua kepala madrasah dari berbagai tingkatan turut hadir mereka menempati kursi yang disediakan panitia menyaksikan acara tersebut, tampak raut wajah cemas berharap namanya tidak disebutkan saat Munawir, SE Kasie kepegawaian membacakan satu persatu urutan nama yang terdapat dalam surat keputusan menteri agama, Beberapa kepala MI terlihat meneteskan air mata begitu mendengar namanya disebutkan.

Selain mutasi kepala MI pada saat yang sama kepala Kemenag juga melantik empat pegawai Urusan Tata Usaha (TU) mereka adalah, Anwar, SAg pegawai TU MTsN Model Gandapura dilantik menjadi kaur TU MTsN Model Gandapura. Hamdani kaur TU MTsN Model Gandapura menjadi kaur TU MTsN Kuta Blang Bireuen. Fauzan staf urusan TU MTsN Kuta Blang Bireuen menjadi kaur TU MTsN Jangka semen-tara Ramlah dari kaur TU MTsN Jangka dilantik menjadi kaur TU MTsN Krueng Panjoe. nnajib /biro bireuen/lan

KPPN Lhokseumawe, Drs. Zulhelmi A. Rahman, M. Ag Kepala Kankemenag Bireuen, serta Drs. M. Yunus, MPd Kasie Mapenda Kantor setempat.

Selain mendengar materi dari nara-sumber untuk kelancaran kegiatan tersebut, panitia juga menggunakan metode tanya jawab, sharing ide dan

Santunan-Bireuen. Untuk mem-persiapkan pelaksanaan program Ban-tuan Operasional Sekolah (BOS) 2011, seluruh Kepala MI, MTs, dan penang-gung jawab lembaga salafiah mengiku-ti kegiatan sosialisasi penyaluran dana BOS selama empat hari (28/09-01/10) di Kantor Kementrian Agama Kabupat-en Bireuen.

Dalam acara tersebut Panitia pelak-sana menghadirkan beberapa narasum-ber yang berkompeten dari berbagai instansi terkait penggunaan dana BOS. Di antaranya Drs. Saifuddin AR, Ka-bid Mapenda Kanwil Kemenag Aceh, Muhammad Kamil, SE utusan BPKP Provinsi, Mukhlisin, S.Sos dari Kantor

pengalaman dengan para kepala madra-sah. Hasanuddin, SE Panitia Pelaksana, kepada Santunan menuturkan kegia-tan sosialisasi yang dilselenggarakan pihaknya berjalan lancar hingga hari penutupan, “Peserta sangat antusias mengikuti acara sosialisasi tersebut, ” kata pria murah senyum ini.

Panitia berharap dengan dilaksana-kan sosialisasi tersebut dapat mem-peroleh laporan pelaksanaan Program BOS 2011 di semester pertama dari setiap madrasah dengan benar dan tepat waktu, serta dapat menyelesai-kan masalah terkait proses pencairan dana BOS semester pertama. nbiro bireuen/najib/lan

27Santunan NOVEMBER 2011

Peristiwa

Sosialisasi UU WakafSantunan - Lhokseumawe. Wakaf

salah satu potensi besar umat yang belum maksimal pemanfaatannya. Jika potensi ini mampu diberdayakan secara optimal, akan memberikan manfaat bagi pemberdayaan ekonomi umat. Demikian kalimat pembuka Kepala Kankemenag Kabupaten Aceh Utara, Drs. H. Zulkifli Idris, M. Pd, saat kegiatan Sosialisasi UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang diselenggarakan oleh Seksi Zakat dan Wakaf Kankemenag Aceh Utara (6/10/), di Aula MPU Kab. Aceh Utara.

Kakankemenag mengatakan, sebe-lum lahirnya UU tersebut, pengelolaan wakaf pada umumnya masih konsum-tif-tradisional hanya identik dengan pemanfaatan untuk kuburan, sekolah, dan panti asuhan. Belum mengarah pada langkah-langkah yang produktif seperti pembangunan toko maupun tempat usaha lainnya. Sehingga man-faatnya belum dapat dirasakan secara signifikan oleh masyarakat luas. Di sini lah dibutuhkan peran para pengelola wakaf sebagai pihak yang diberi ama-nah agar mampu mengembangkan wakaf secara lebih bermanfaat untuk kemaslahatan umat.

Kegiatan Sosialisasi yang diikuti

oleh para staf KUA kecamatan yang bertugas sebagai pengelola administrasi wakaf di kecamatan bertujuan untuk mensosialisasikan materi UU itu. “Hal ini mengingat masih banyaknya ditemukan permasalahan mengenai wakaf pada tataran pengelolaan wakaf yang masih konsumtif-tradisional serta belum didukung sepenuhnya dengan administrasi yang sempurna. Selain itu adanya regulasi yang berkaitan dengan wakaf seperti UU Nomor 41/2004, ternyata masih banyak masyarakat

luas yang belum mengetahuinya termasuk para pengelola wakaf. Sehingga kegiatan ini diharapkan bisa mereduksi permasalahan yang ditemui,” ungkapkan Drs. Jamaluddin, M.Pd. Kasi Zakat dan Wakaf pada Kankemenag Aceh Utara.

Kegiatan ini diisi empat nara sumber, Drs. H. Zulkifli Idris, M. Pd, Sabaruddin, S. Ag (Kasi Urais), Drs. Jamaluddin, M. Pd, dan Ibu Safrina, SE (Staf Penyelenggara Zakat dan Wakaf). ncut/biro aceh utara/yyy

MTsN Sampoyniet Adakan PelatihanSantunan-Lhokseumawe. MTsN

Sampoyniet Kecamatan Baktiya Barat Kabupaten Aceh Utara menggelar acara Pelatihan Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama 3 hari, sejak 22 sampai 24 September 2011.

Pelatihan tersebut bertujuan agar dewan guru yang mengajar di MTsN Sampoyniet dan sekitarnya mempunyai pengetahuan tentang penyusunan Silabus dan RPP serta dapat melakukan perubahan dalam proses pembelajaran. Guru dituntut mempunyai skemata awal untuk membuat dan menyusun

silabus sendiri. Selama ini banyak guru membuat silabus dan RPP hanya dalam konteks copy paste dari hasil pikiran orang lain saja, demikian laporan ketua panitia yang disampaikan oleh Nuraini, M. Pd pada pembukaan kegiatan.

Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Sampoyniet, M. Sufi, S. Pd. dalam sambutannya berharap setelah berakhirnya acara ini guru dapat membuat silabus dan RPP sesuai dengan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Kegiatan ini terlaksana berkat adanya kerjasama yang baik antara Kepala Madrasah, dewan guru di

lingkungan MTsN Sampoyniet dengan BDK Medan.

Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari dengan pematerinya Saifullah, MA dengan materinya “Media Pem-belajaran,” Istarani, M. Pd bersma materinya “RPP dan Silabus” serta Drs. Syarifuddin materinya “Metode Pembelajaran.” Semua pemateri dari Balai Diklat Keagamaan Medan. Semoga kegiatan ini akan terus digalakkan oleh madrasah-madrasah yang lain di ikuti semua madrasah yang ada di lingkungan Kementerian Agama Propinsi Aceh. nnur/lan

28 Santunan NOVEMBER 2011

Peristiwa

Santunan–Idi. Kegitan Sosialisasi dan Pelatihan EMIS RA/Madrasah di Kankemenag Aceh Timur, dipusatkan di MAS Al-Widyan Alue Lhok Kec. Peureulak Timur (13/9). Sosialisasi pengelolaan data EMIS itu diikuti oleh ratusan peserta, dari Kepala Madrasah, Operator, dan Pengawas Madrasah. Seluruh operator Emis pada Madrasah, RA, dan pengawas hadir pada sosialisasi tersebut. Kegiatan ini diadakan guna meningkatkan kinerja sistem informasi manajemen bidang pendidikan Islam, dan mensosialiisasikan sistem aplikasi pendataan berbasis web online. Peserta kegiatan ini 192 orang, meliputi pengelola data RA, MI, MTs, MA, dan pengawas serta kepala RA/Madrasah MI, MTs dan MA. Dengan tema, ”Melalui Sosialisasi EMIS RA/Madrasah dan Pengawas Kita Tingkatkan Sistem Manajemen Informasi Pendidikan yang Valid dan Akuntabel.”

Kepala Kantor Kemenag Aceh Timur yang diwakili oleh Pejebat yang melaksanakan tugas (Pymt.) Zaini R, S.Ag, mengharapkan sosialisasi tersebut dapat menjadi bahan masukan yang sangat berarti bagi RA, Madrasah, dan Pengawas dalam mewujudkan sistem informasi pendidikan yang lebih maju dan punya visi ke depan. Dalam arahannya, Zaini mengatakan, pegawai Kemenag Aceh Timur sudah

harus membuka diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga kita tidak hanya menjadi penonton. Ia melanjutkan, kemenag memiliki SDM yang baik, hanya saja kadang kemauan dari orang yang bersangkutan yang tidak ingin maju.

Kasi Mapenda, Fadli, S.Ag, menga-takan, “Proses pendataan sudah dimulai semenjak bulan Oktober-November mendatang. Untuk itu, ia mengharapkan proses pengumpulan data tersebut harus selesai tepat waktu. Menurutnya dengan pendataan EMIS ini, dapat lebih menghemat waktu dan biaya serta proses pengiriman data menjadi

Sosialisasi dan Pelatihan EMIS RA/Madrasah 2011

lebih cepat. Dengan pelatihan ini pula, pegawai dapat memiliki akses informasi yang baik.

Untuk itu, perlu menumbuhkan kemauan dan tekad dalam diri seseorang agar mau untuk terus berusaha demi kemajuan. Namun yang terpenting, kita mau untuk memberikan pelayanan dan usaha terbaik bagi masyarakat. Sekolah sebagai ladang pengabdian bagi orang-orang yang terlibat didalamnya. Ada yang beda dengan pendataan Emis pada tahun ini daripada sebelumnya, sebab pada kali ini pendataan EMIS dilakukan dengan menggunakan aplikasi web online. nmuslim/biro a timur/yyy

Majalah SantunanKantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh

Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1432 H/2011 M, Mohon maaf lahir dan batindan

Selamat Datang kembali di Tanah Air Jamaah Haji Debarkasi Banda AcehSemoga menjadi haji yang mabrur

Juniazi, S.Ag.Pemimpin Redaksi

29Santunan NOVEMBER 2011

Ta f s i r

Allah berfirman:

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan ber-tingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta’atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak memalingkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersih-nya. (Q.S. al-Ahzab [33]: 33)

Dalam ayat di atas, kata “ “ yang berbentuk jamak muannas merujuk kepada para isteri Nabi yang menghuni rumah sesuai dengan penempatan oleh Nabi, bukan kepemilikan rumah. Gaya bahasa seperti ini memang lazim digunakan Alquran, misalnya dalam ayat berikut:

Jangan engkau mengeluarkan mereka dari rumah mereka. (Q.S. al-Thalaq [65]: 1)

Secara kebahasaan, penyandaran kata “buyut” kepada “hunna” dalam ayat bukan berarti rumah itu milik si isteri, tapi karena melihat peran isteri sebagai pengelola rumah suaminya. Demikian pula para isteri Nabi saw., rumah yang mereka tempati

bukan milik mereka, tapi dibangun oleh Rasulullah beriringan dengan bangunan masjid. Di masa hidup Rasul, ketika masjid menjadi sempit akibat bertambahnya jamaah, para sahabat pun menggunakan rumah para isteri Rasul sebagai tempat salat Jumat. Itulah alasannya kenapa rumah para isteri Nabi saw. tidak diwariskan, ketika mereka wafat, rumah itu justru dijadikan masjid.

Selain digunakan untuk salat Jumat, rumah Nabi juga tidak sepi dari orang yang berkunjung, maka wajar jika para isteri Nabi saw. diperintah menjaga kehormatan diri mereka secara lebih ketat. Itulah kenapa ayat di atas menjelaskan alasan (kausasi/ta‘lîl), bahwa perintah menetap dalam rumah itu dapat mewujudkan pemeliharaan kehormatan ahli bait (diri mereka, keluarga Rasul yang lain), dan kehormatan Rasul sendiri. Dari itu kata “buyut” yang berbentuk jamak menunjukkan rumah-rumah yang ter-pisah. Faktanya memang Rasulullah me-nempatkan para isteri beliau masing-masing di rumah tersendiri. Tetapi semua tetap satu sebagai keluarga Nabi sehingga dalam ayat yang sama Alquran juga menggunakan kata “ahl al-bayt” dalam bentuk mufrad, yaitu nama jenis yang mencakup semua keluarga Nabi (istiqra’ afrad).

Pada dasarnya kata ahli bait secara bahasa berarti penghuni rumah, yaitu isteri, anak, menantu, dan cucu. Namun karena ayat 33 surat al-Ahzab sedang berbicara tentang perintah

khusus kepada para isteri Nabi, maka kata ahli bait di situ mengacu kepada para isteri Nabi saw. Jadi pokok pikiran yang hendak disampaikan ayat adalah perintah menetap dalam rumah, satu rangkaian dengan ayat sebelumnya (ayat 32) dan ayat sesudahnya (ayat 34). Sementara alasan untuk menyucikan ahli bait merupakan penjelasan tambahan yang secara redaksional tidak bisa dipisahkan menjadi pokok pikiran yang mandiri.

Adapun masuknya Fatimah, Ali, Hasan, dan Husain dalam konteks ayat di atas, terjadi karena perbuatan Nabi sebagaimana diriwayatkan Muslim dari Aisyah:

Aisyah ia berkata: Nabi saw. keluar pada suatu pagi dengan memakai kain bercorak berwarna hitam. Lalu datanglah Hasan bin Ali, maka beliau masukkannya ke dalam kain. Kemudian Husain datang, maka beliau masukkan ia bersamanya. Kemudian datang Fathimah, maka beliau masukkan ke dalamnya. Kemudian datang Ali, lalu beliau masukkan pula ke dalamnya. Lalu beliau membaca ayat 33 surat al-Ahzab: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak memalingkan dosa dari kamu,

Duka Aisyah(Penafsiran ayat 33 surat al-Ahzab)

Oleh Jabbar Sabil, MA

30 Santunan NOVEMBER 2011

Tafsirhai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (HR. Muslim).

Dengan keberadaan hadis Muslim ini, maka penafsiran yang baik ialah yang menggabungkan kedua dalil ini. Jadi yang dimaksud dengan ahli bait dalam ayat adalah para isteri Nabi, anak beliau (Fatimah), cucu beliau (Hasan dan Husain), dan Ali (menantu). Perlu digarisbawahi, bahwa Fatimah, Ali, Hasan, dan Husain adalah orang yang ikut terkena efek dari perintah dalam ayat, yaitu terjaga kehormatannya, jadi tidak ikut diembankan perintah menetap dalam rumah. Adapun para isteri Nabi, mereka diperintah menetap di rumah, dan merasakan sendiri hikmah terjaganya kehormatan sebagai akibat perintah tersebut.

Sebagian kalangan Syiah berpen-dirian bahwa para isteri Nabi tidak termasuk dalam cakupan kata ahli bait dalam ayat 33 surat al-Ahzab. Menurut al-Qurthubi, penafsiran seperti ini ber-sumber dari al-Kilabi (zaman tabiin), namun orang ini tidak diakui keabsa-han tafsirnya (tidak di-i‘tibar), sean-dainya di zaman salaf salih, sungguh ia ditolak. Al-Kilabi berhujah dengan zamir [ ] pada ungkapan “ ” dan “ ” bahwa zamir ini menunjukkan peralihan topik kepada orang yang ber-beda, bukan lagi para isteri Nabi. Jadi ayat ini ditafsir secara terpenggal dari keseluruhan ayat, dan terpisah dari ayat sebelum dan sesudahnya.

Para mufasir melihat pendapat al-Kilabi ini mengada-ada, sebab susunan redaksi ayat tidak memungkinkan untuk dipahami demikian. Nyatanya penggunaan zamir jamak muzakkar yang mencakup muannas cukup lazim digunakan Alquran, misalnya dua ayat tentang isteri Nabi Ibrahim as. dan isteri Nabi Musa as. berikut ini:

Rahmat Allah dan berkah-Nya atas kamu wahai ahli bayt (keluarga Ibrahim). (Q.S. Hud [11]: 73)

Ketika ia (Musa as.) melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: “Ting-gallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku

dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu.” (Q.S. Thaha [20]: 10)

Ayat ini menggunakan zamir jamak muzakkar [ ] untuk menyebut isteri-isteri Nabi Ibrahim as. dan isteri Nabi Musa as., jadi penggunaan zamir jamak muzakkar tidak bisa dijadikan alasan bagi penafsiran al-Kilabi. Dengan demi-kian, kata ahli bait dalam ayat adalah isteri Nabi.

Kepada para isteri Nabi inilah perintah khusus dalam ayat ditujukan, yaitu untuk tetap berada di rumah mereka demi menjaga kehormatan. Menurut Syaykh Thahir ibn ‘Asyur, berdasar perintah dalam ayat ini, maka menetap di rumah merupakan ibadah

bagi para isteri Nabi. Berpijak pada teks ayat ini, pendapat sebagian ulama bahwa perintah menetap dalam rumah tidak berlaku bagi para isteri kaum muslimin (selain isteri Nabi) tidak bisa dinyatakan keliru. Tapi larangan berhias dan berperilaku seperti jahiliyyah (tabarruj) tetap berlaku umum, termasuk untuk semua isteri kaum muslimin. Hal ini sebagaimana penegasan dalam ayat 60 surat al-Nur, di mana wanita beriman dilarang menampakkan perhiasan mereka.

Katakan kepada wanita yang beriman “Hendaklah mereka menahan panda-ngannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) Nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera sudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (ter-hadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu ber-untung. (Q.S. al-Nur [24]: 31)

Kata “tabarruj” dalam ayat 33 surat al-Ahzab berarti perbuatan wanita yang sengaja memperlihatkan ‘perhiasan’ kepada laki-laki, baik itu bagian tubuhnya yang indah, perhiasan indah yang dipakai ditubuhnya, atau pakaian indah yang dipakai. Penjelasan detil bagi larangan tabarruj ini dapat dilihat dalam ayat 31 surat al-Nur, “wa la yubdina zinatahunna…” Namun penggunaan kata “tabarruj jahiliyah” dalam ayat 33 surat al-Ahzab lebih mendalam lagi (balaghah), sebab me-ngandung unsur membangkitkan rasa muak terhadap tradisi jahiliyah.

Para ulama berbeda pendapat ten-tang kata “al-jahiliyyat al-ula” dalam ayat. Sebagian mengatakan masa kelahiran Nabi Ibrahim, sebab para wanita kala itu keluar rumah dengan memakai baju rumahan bertatahkan permata, tujuannya memperlihatkan kemolekan dirinya kepada kaum laki-laki. Ada pula ulama yang mengatakan itu di zaman antara Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim, sebab kala itu wanita turun ke jalan dengan memakai baju permata

Kata “tabarruj” berarti perbuatan

wanita yang sengaja

memperlihatkan ‘perhiasan’ kepada

laki-laki

31Santunan NOVEMBER 2011

Tafsiryang tidak berjahit pinggirnya, dan ada juga yang memakai baju tipis sehingga tidak menghalangi pandangan lelaki dari tubuhnya.

Sebagian ulama meyakini bahwa jahiliyah yang dimaksud adalah masa sebelum turunnya syariat Islam, sebab wanita kala itu tidak memakai hijab. Lalu Islam menetapkan ajaran yang memelihara kehormatan mereka, jadi kata “al-jahiliyyat al-ula” bukan berarti jahiliyah pertama sehingga ada jahiliyah berikutnya. Sebagian ulama yang lain menafsirkan kata “al-jahiliyyat al-ula” tanpa mengaitkan dengan zaman nabi tertentu, tapi dikatakan sebagai zaman kebodohan di mana wanita tidak menutup bagian tubuhnya yang tidak patut tampak. Ada pula ulama yang mengatakan bahwa “tabarruj” itu artinya kondisi di mana wanita bergaul bebas dengan lelaki, jadi tidak terbatas pada zaman dahulu atau masa yang akan datang.

Dari semua penafsiran kata “al-jahiliyyat al-ula” yang dikutip al-Qurthubi, penulis cenderung melihat kata ini sebagai kondisi jahiliyah yang ada dalam rentang waktu sebelum Islam datang, tanpa perlu dikhususkan kapan masanya secara konkret. Alasannya karena Alquran hendak memberi contoh, jadi contoh itu harus merupakan hal yang telah ada, yaitu kondisi yang lebih awal dari masa ayat ini berbicara. Contoh itu dapat memberi pemahaman yang begitu dekat dan nyata bagi audien yang dituju, hal ini dapat dilihat dari sikap para isteri Nabi setelah mendengar ayat ini.

Contohnya sikap Saudah, setelah wafat Rasul, ia bahkan tidak mau keluar untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Terserah apakah sikap Saudah ini dipandang berlebihan atau tidak, yang jelas para isteri Nabi berusaha menjaga sebaik mungkin perintah ini, bahkan termasuk untuk kegiatan luar yang pernah dilakukan bersama Nabi, seperti haji dan umrah. Padahal keluar untuk aktivitas ini bisa dinyatakan sanggup dipelihara agar tidak mengandung unsur tabarruj.

Di sisi lain, Rasulullah tidak ber-sikap kaku, beliau mengizinkan para isterinya keluar untuk keperluan mendesak, seperti sabda Rasulullah berikut ini:

Sesungguhnya Allah mengizinkan kamu keluar untuk keperluanmu.

Contoh keperluan itu seperti keluarnya Aisyah pada saat orang tuanya (Abu Bakar) sakit, yaitu sakit yang kemudian diketahui sebagai sakit menjelang wafat. Selain alasan di atas, selebihnya Aisyah berusaha menyiasati agar bisa memenuhi aktivitas sosialnya sambil tetap berada di rumah. Misalnya kala Sa’ad ibn Abi Waqqash meninggal, Aisyah meminta agar jenazah Sa’ad dibawa ke rumahnya (masjid) supaya ia bisa ikut melakukan shalat jenazah.

Aisyah juga pernah keluar untuk urusan politik, ia menuju Basrah untuk kemaslahatan umat saat terjadi

Perang Jamal. Hal ini menimbulkan kontroversi di kalangan sahabat sehingga sebagian sahabat menolak seperti ‘Ammar ibn Yasir dan ‘Ali ibn Abi Talib. Tapi sebagian yang lain justru mendukung dan berangkat bersama Aisyah, misalnya Thalhah dan Zubayr. Tentunya bisa dipahami, munculnya perbedaan karena akibat beda perspektif dalam ijtihad mereka terhadap ayat Alquran.

Aisyah melihat kehadirannya ke Basrah sebagai kebutuhan mendesak yang berarti memenuhi panggilan ayat berikut:

Jika dua kelompok umat Islam ber-perang, maka damaikanlah antara keduanya. (Q.S. al-Hujurat [49]: 9)

Perintah melakukan ishlah dalam ayat ini dipandang termasuk dalam

keizinan yang dinyatakan Rasul dalam hadis yang dikutip di atas. Alasannya, sebagai Umm al-Mukminin, wajar jika umat memiliki keterikatan dan kerinduan atas kehadiran beliau. Dari itu sahabat yang mendukung yakin bahwa kehadiran beliau akan membawa maslahat, sebab umat akan merasa malu dengan kehadiran beliau, dan sadar dari fitnah yang terjadi akibat ulah mereka.

Tentunya masing-masing sahabat punya alasan sendiri dalam ijtihad mereka. Dari itu sepatutnya kita ber-tahsin zann terhadap mereka, dan sikap Aisyah juga harus diapresiasi sebagai bentuk kepeduliannya atas masalah umat. Demikian pula sikap kita terhadap peristiwa perang Shiffin, mungkin saja keadaan bisa membaik, tapi provokasi dari penyebar fitnah telah duluan mengambil korban.

Menurut Ibn ‘Arabi, sebagian orang dari kalangan Syiah justru menjadikan peristiwa keluarnya Aisyah ke Basrah sebagai alasan untuk menghujat Aisyah, bahwa Aisyah telah melanggar perintah Allah dalam ayat 33 surat al-Ahzab di atas. Padahal para isteri Nabi saw. tidak pernah keluar dari rumah mereka kecuali pada hari Jumat saja. Itu pun hanya selama pelaksanaan salat Jumat karena rumah mereka dipakai untuk salat Jumat, dan mereka kembali lagi setelahnya. Mereka baru keluar lagi dari rumah Jumat berikut-nya, lalu bagaimana bisa orang seperti ini tega dihujat. Menurut penulis sikap menghujat seperti ini tidak pro-porsional, sebagai seorang muslim, se-patutnya lah kita ber-tahsin zann.

Aisyah sendiri meski sudah sangat hati-hati dalam mengambil putusan ijtihadnya, namun ia juga kerap kali menangis ketika membaca ayat ini. Menurut al-Qurthubi dan Ibn Asyur, menangisnya Aisyah bukan karena menyesali keputusan pergi ke Basrah, tapi lebih karena fitnah yang menimpa umat ini. Lebih jauh lagi, seandainya Aisyah menyaksikan fitnah yang me-nimpa kaum wanita di belahan dunia muslim sekarang, tentunya Aisyah lebih berduka lagi. Adakah fitnah yang lebih besar dari menjadi ‘jalang’-nya para wanita di tengah komunitas umat Islam? Wallahu a‘lam. nPenulis adalah kandidat doktor PPs IAIN Ar-Raniry

seandainya Aisyah menyaksikan fitnah

yang menimpa kaum wanita di belahan dunia

muslim sekarang, tentunya Aisyah

lebih berduka lagi.

32 Santunan NOVEMBER 2011

H a d i s

Dalam menjalani kehidupan seha-ri-hari, sering sekali seseorang ditimpa kesusahan, kemiskinan,

kebodohan, tidak mampu bersaing mencapai prestasi dan berbagai bentuk kesulitan lainnya. Di satu sisi dia harus berusaha untuk merubah nasib demi masa depan yang baik, segala daya dike-rahkan untuk meraih mimpi. Tapi, pada saat yang sama seorang muslim juga harus yakin bahwa kehidupan di dunia tidak lebih dari perjalanan yang telah diskenariokan Tuhan. Apa yang terjadi di dunia ini termasuk kesenangan dan kesulitan telah digaris Tuhan. Hanya saja karena kita tidak tahu apa yang te-lah ditentukan Allah, maka kewajiban kita lah berusaha dan berdoa.

Keyakinan bahwa semuanya telah ditentukan Tuhan tanpa dibarengi usaha, akan terjebak dalam paham Jabbariyah yang melihat manusia bagaikan kapas yang ditiup angin. Sebaliknya, me-nganggap diri sendiri yang mengatur tanpa menghadirkan kehendak Allah, seseorang akan jatuh dalam pemikiran Qadariyyah yang melihat segala bentuk perbuatan manusia adalah murni hasil karya manusia itu sendiri.

Sebagai muslim yang tidak hanya mengharap kebaikan dari Tuhan tanpa usaha, dan tidak pula menilai diri sebagai sumber keberhasilan, sejatinya kita yakin bahwa segala sesuatu memang telah ditentukan Tuhan, akan tetapi karena kita tidak tahu apa yang telah di tulis di lawhul Mahfuz, kita harus berusaha untuk mencapai kebahagian dan tentunya juga berdoa kepada Allah agar mengabulkan harapan kita.

Kebahagian dunia sebagai anugerah Allah harus benar-benar dimanfaatkan sesuai dengan aturan agama. Tetapi di balik itu semua, jauh di sana masih ada kebahagiaan hakiki, dalam kehidupan tanpa akhir. Kelezatan yang tidak pernah dibayangkan manusia di dunia ini, yaitu

kebahagiaan di hari akhir. Akhirat adalah sebuah keyakinan mendasar dalam Islam, dalam banyak ayat keimanan kepada Allah sering sekali dibarengi dengan keyakinan adanya hari akhir.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda:

“Tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan Allah pada hari akhirat nanti, tujuh golongan tersebut adalah imam yang adil, pemuda yang tumbuh dan selalu beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya terpaut dengan mesjid, dua orang yang saling mencintai dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak (berzina) oleh perempuan yang kaya dan cantik, akan tetapi dia berkata aku takut kepada Allah, seseorang yang selalu bersedekah dan menyembunyikannya, sehingga apa yang diberi oleh tangan kanan tidak pernah diketahui tangan kirinya, dan seseorang yang selalu mengingat Allah ketika waktu sunyi sampai meneteskan air matanya.”

Hadis ini--antara lain--terdapat dalam kitab Muwatta’ karya Imam Malik pada bab syi’ir, Sahih Bukhari dalam bab azan, Sunan Tirmizi dalam bab zuhud, dan Sunan Nasa’i dalam bahasan tentang qudhat.

Dari hadis di atas dapat dijelaskan tujuh poin yang harus dikerjakan se-orang muslim agar ia perlindungan Allah pada hari akhirat. Hari yang tidak ada seorang pun dapat menolongnya, hari di mana harta dan kelurga tidak berpengaruh apa-apa. Hari di mana

anggota tubuh manusia akan berbicara di depan Tuhan, menjadi saksi bagi segala perilaku di dunia.

1. KeadilanSecara bahasa, keadilan berarti me-

nempatkan sesuatu pada tempatnya. Istilah keadilan sering sekali ditujukan pada seseorang yang memiliki bawahan, di mana bawahan selalu mengharap adanya perlakukan yang adil antara anggota yang lain. Seorang pemimpin harus adil memperlakukan bawahan-nya, tidak diskriminatif, tidak memen-tingkan golongan sendiri.

Nabi Muhammad telah meneladan-kan keadilan pada masanya, bahkan terhadap kafir Quraisy ketika mere-ka memintanya menjadi penengah dalam kasus pengangkatan hajar aswad. Beliau telah memperlihatkan bentuk keadilan pada mereka.

2. IbadahAllah menegaskan dalam Alquran

bahwa tujuan utama diciptakan ma-nusia dan jin adalah untuk beribadah kepadanya. Yaitu dengan melaksanakan apa saja yang diperintah-Nya dan men-jauhi larangan-Nya.

Perlu ditegaskan di sini, bahwa apa saja yang dilakukan seseorang asal dapat memberi kemaslahatan kepada orang merupakan ibadah. Bahkan dari sebuah hadis Nabi dapat dipahami bahwa membuang secuil duri di jalanan agar orang lain tidak menginjaknya juga sebagai ibadah.

Dalam hal ini, perlu juga diingatkan bahwa kehidupan muslim dalam dunia ini harus seimbang antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan hamba, sebagian orang selalu baik dan taat kepada Allah swt. dalam hal seperti ibadah mahdhah, salat, puasa. Akan tetapi ia lupa bahwa kepekaan sosial, perhatian terhadap kaum miskin, saling

Mencari Perlindungan Hari AkhirOleh Salman Abdul Muthalib

33Santunan NOVEMBER 2011

Hadisberbagi antara sesama juga merupakan ibadah.

3. Dekat dengan MesjidKedekatan seseorang dengan rumah

ibadah dapat dijadikan sebagai ukuran betapa dia memang dekat dengan Tuhan. Kedekatan di sini tidak hanya terbatas dalam makna kedekatan fisik, betapa banyak orang yang tinggal berdekatan dengan masjid, akan tetapi mereka tidak pernah berada dalamnya untuk beribadah. Dekat dengan masjid disini adalah kedekatan jiwa seseorang dengan rumah ibadah, ia selalu menjadikan masjid tempat berdoa, beribadah bahkan menghabiskan waktu luangnya di masjid.

Sangat disayangkan banyak di antara kaum muslim yang jarang sekali ke masjid untuk beribadah, bahkan dalam satu tahun kunjungannya ke masjid dapat dihitung jari. Ketika masjid-masjid sekarang dapat dijumpai di mana-mana dan dibangun dengan megah, berbagai corak dan model dikembangkan, tetapi jamaah yang memenuhi saf-saf salat di masjid sangat sedikit. Ironisnya lagi mereka lebih banyak menghabiskan waktu di cafe-cafe, tempat itu dijadikan sebagai rumah kedua bagi mereka.

4. Cinta karena AllahHubungan seseorang dengan orang

lain sering sekali putus di tengah jalan dalam waktu yang dekat, pertemanan yang hanya berujung pada perkelahian dan kemurkaan. Hal ini karena persahabatan itu dipupuk bukan atas dasar Islam dan keikhlasan, melainkan kepentingan yang diperebutkan. Persahabatan yang tidak didasarkan pada keikhlasan tidak akan abadi, yang abadi hanyalah kepentingan, begitu kepentingan selesai, maka persahabatan juga akan berakhir.

Sebagai contoh, dapat kita lihat seorang gubernur atau bupati dan pasangannya, begitu berakhir masa jabatan, berakhir pula persahabatan, dan tidak jarang mereka saling bermusuhan untuk mencari jabatan masa mendatang. Persahabatan dan cinta antara mereka bukan berdasarkan keikhlasan, tetapi persahabatan atas dasar kepentingan.

Islam menganjurkan umatnya untuk saling kasih mengasihi, cinta mencintai sesama, hanya karena Allah. Saling cinta mencintai karena Allah, persahabatan

atas dasar Islam, pertemanan bukan karena kepentingan. Jika memang persahabatan itu dipupuk karena Allah, maka kapanpun tali silaturahmi itu tidak akan putus, sampai Allah memisahkan antara mereka dengan ajal.

5. Takut melakukan DosaTidak ada yang bebas dari dosa,

kecuali para Rasul yang ma’shum karena kehendak Allah. Semua manusia berdosa, tetapi sebaik-baik orang berdosa adalah orang yang mau bertaubat. Taubat bukan sekedar meninggalkannya sesaat, tetapi taubat yang diterima adalah orang yang menyesali perbuatan dosanya dan berazam dengan tekat yang kuat untuk tidak mengulanginya kembali.

Dalam hadis di atas, meskipun tidak dapat dipahami secara jelas, akan tetapi para ulama menjelaskan bahwa ajakan perempuan yang dimaksud adalah zina. Seorang lelaki yang imannya lemah, sungguh dia akan mengikuti ajakan murka tersebut, tetapi jika sesorang te-lah membekali dirinya dengan sesuatu yang dapat menjauhkan diri dari zina, maka pada saat itu dia akan takut terh-adap azab Allah di hari akhir nanti.

Zina merupakan salah satu dosa besar yang harus dijauhi oleh setiap muslim, bahkan Allah dalam Alquran melarang muslim berdekatan dengan perbuatan-perbuatan yang dapat menjurus pada zina. Begitu buruknya perbuatan ini, Allah menetapkan hukumannya 100 kali dera, bahkan bagi yang muhshan (sudah nikah) harus dirajam sampai mati.

Dalam keseharian kita harus selalu memupuk keimanan, agar dengannya rasa takut kita kepada Allah semakin bertambah, dan akhirnya berbagai bentuk godaan yang datang dapat diantisipasi dengan mudah.

6. SedekahKepedulian sosial termasuk bagian

dari ajaran Islam, banyak ayat Alquran dan hadis Nabi yang memotivasi umat untuk bersedekah, membatu orang yang membutuhkan, peduli pada orang yang tidak berkecukupan. Apa yang diberi tidak mengharap apapun kecuali balasan dari Tuhan. Di sini keikhlasan sangat diperlukan, sehingga jika seseorang memberikan sesuatu pada yang lain, bukan karena ada harapan di balik pemberian tersebut.

Begitu indahnya ajaran Islam tentang kepedulian sesama umat, untuk mendorong manusia berbuat baik dalam hal ini, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan al-Bukhari, Rasul bersabda:

“Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah, tangan yang di atas memberi dan tangan yang di bawah meminta.”

Di samping itu, Islam melarang kita menghardik orang yang meminta-minta, meskipun perbuatan meminta-minta tidak baik dilakukan, akan tetapi dalam kenyataannya fenomena tersebut menjadi sesuatu yang tidak dapat dipungkiri.

7. ZikirSebagai kekuatan rohani yang sangat

kokoh, Islam menganjurkan umatnya agar selalu berzikir kapan dan di mana pun. Dalam Alquran digambarkan bahwa orang-orang berakal adalah mereka yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.

Zikir secara umum dimaknai dengan mengingat Allah dan segala ciptaannya, secara lebih khusus, zikir juga dapat diartikan melaksanakan salat. Adapun makna zikir dalam hadis di atas adalah melaksanakan salat pada waktu malam, ketika orang-orang terlelap dalam tidurnya, seseorang bangun melawan kedinginan malam, menghilangkan rasa malas demi untuk bersujud kepada Allah yang telah menciptakannya, merenungi tentang kehidupan ini agar imannya selalu bertambah sebagai bekal menuju akhirat nanti.

Apa yang telah dipaparkan di atas, tujuh macam ajaran yang terkandung dalam hadis Rasul akan menghantarkan umat pada kemenangan di hari akhir, hari yang tidak ada manfaat lagi harta dan kekayaan, keluarga dan handai taulan, semuanya tidak akan dapat menolongnya kecuali amal ibadah yang telah ia siapkan. Semoga kita semua akan mendapat perlindungan dari Allah dalam menggapai kesuksesan pada hari akhir nanti. Wallahu A’lam bisshawab. n Penulis ialah Dosen Fak. Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

34 Santunan NOVEMBER 2011

Opini

Persoalan penilaian hasil bela-jar siswa adalah problem yang dihadapi semua guru di

lingkungan madrasah, baik Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, maupun Madrasah Aliyah (Santunan, edisi 10, Oktober 2011, halaman 29). Kesimpulan saya seperti yang diuraikan lewat opini dalam majalah ini bulan lalu, “Benarkah Nilai Rapor yang Anda Berikan Selama Ini,” diambil berdasarkan hasil monitoring saya baru-baru ini ke bebarapa madrasah di Aceh. Beberapa kepala madrasah, wakil kepala madrasah bidang kurikulum dan guru yang saya temui, belum mengerti benar tentang bagai-mana teknis penilaian hasil belajar dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Karenanya sebelum saya sajikan bagaimana cara melakukan penilaian hasil belajar peserta didik secara utuh, terlebih dahulu saya sampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian kelas. Di antaranya pengertian penilaian, peni-laian KTSP, fokus penilaian, manfaat dan fungsi penilaian kelas. Ini penting dipahami sebagai ulang kaji dalam me-lakukan penilaian berbasis kelas.

Makna Penilaian merupakan proses untuk

mendapatkan informasi tentang per-kembangan, prestasi dan kinerja pe-serta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh pendidik selama pembelajaran berlangsung, dapat dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang

sesuai dengan kompetensi atau hasil belajar yang akan dinilai. Dari proses ini akan diperoleh potret atau profil kemampuan peserta didik secara utuh dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dijabarkan dengan beragam indikator yang tercantum dalam silabus.

KTSPPenilaian dalam KTSP adalah

penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi. Pencapaian kompetensi peserta didik meliputi aspek kognitif (pengetahuan), psiko-motor (keterampilan), dan afektif (sikap). Penilaiannya dapat dilakukan pada awal, selama proses dan pada akhir setiap kali pembelajaran. Penilaian juga dilakukan pada akhir semuah pokok bahasan (postes), tengah semester (prasemester) atau akhir semester (sumatif).

Agar guru dapat melakukan peni-

laian pada awal, selama proses dan pada akhir setiap kali pembelajaran, guru harus menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang realistis. Arti-nya, penetapan indikator yang akan dicapai setiap pertemuan dari Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) disesuaikan dengan jum-lah jam yang tersedia. Sehingga se-mua indikator pembelajaran yang di-munculkan saat itu tuntas dibahas. Tidak ada indikator yang dilanjutkan pembahasannya pada pertemuan yang akan datang. Jika ada indikator yang ditunda pembahasannya, proses penilaian akan sulit dilakukan.

Inilah yang disebut dengan sistem pembelajaran tuntas. Maksudnya, semua indikator yang dimunculkan dari sebuah SKKD, tuntas dibahas, tuntas dipahami dan tuntas dilakukan penilaian hasil pembelajaran. Tidak ada indikator pembelajaran yang tertuang dalam RPP yang tersisa dan ditunda pembahasannya pada pertemuan mendatang.

Fokus Fokus penilaian KTSP adalah ke-

berhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pela-jaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Penilaian dalam KTSP mengguna-kan acuan kriteria, yaitu hasil yang dicapai peserta didik tidak diban-

Konsep Dasar Penilaian KelasOleh Mardin M. Nur

35Santunan NOVEMBER 2011

Opinidingkan dengan peserta didik lainnya. Melainkan dibandingkan dengan kri-teria atau standar yang ditetapkan. Apabila peserta didik telah mencapai standar sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan, ia dinyatakan lulus pada mata pelaja-ran tertentu. Apabila belum mencapai standar itu, peserta didik harus meng-ikuti program remedial atau perbaikan sehingga mencapai KKM yang dite-tapkan.

Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal dilaksanakan dalam suasana yang kondusif, sehingga me-mungkinkan peserta didik menun-jukkan secara maksimal apa yang dikuasai dan dimilikinya baik kognitif, psikomotor maupun afektif. Upaya untuk menghimpun secara totalitas kemampuan hasil belajar peserta didik dapat dilaksanakan melalui berbagai cara. Di antaranya melalui penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja atau karya peserta didik (portfolio) dan penilaian diri.

Manfaat Ada beberapa manfaat yang dapat

diperoleh dari penilaian kelas:1. Memberikan umpan balik bagi

peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi, sehingga peserta didik termotivasi untuk meningkatkan dan memperbaiki proses hasil belajar.

2. Memantau kemajuan dan mendiag-nosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dila-kukan pengayaan dan remedial.

3. Umpan balik bagi pendidik dalam memperbaiki pendekatan, meto-de, teknik, kegiatan dan sumber belajar yang digunakan.

4. Masukan bagi pendidik guna me-rancang kegiatan belajar yang kon-dusif dan menyenangkan.

5. Memberi informasi kepada orang tua peserta didik, komite madrasah dan stakeholders tentang efektivitas pendidikan sehingga partisipasi mereka dapat ditingkat-kan.

6. Memberikan umpan balik bagi pengambil kebijakan dalam mem-pertimbangkan konsep penilaian.

Fungsi Penilaian kelas berfungsi:

1. Menggambarkan penguasaan pe-serta didik terhadap suatu kom-petensi.

2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik baik secara akademik maupun non akademik.

3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik.

4. Sebagai alat diagnosis untuk mem-bantu pendidik menentukan apakah peserta didik perlu mengikuti re-medial atau pengayaan.

5. Menemukan kelemahan dan ke-kurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran be-rikutnya.

6. Sebagai alat kontrol bagi pendidik untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik. (bersambung)

Penulis adalah Kepala Madrasah Berprestasi Nasional tingkat MTs (2000) dan tingkat MA (2003), kini bekerja di Kemenag Aceh

Dewan Pengurus Wilayah Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPW BKPRMI) Provinsi Aceh

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.PdSebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh

Oleh Menteri Agama Republik Indonesia Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si

Hari Senin, 24 Oktober 2011 di Oproom Kantor Kementerian Agama RI JakartaSemoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.

Terima kasih kepada Drs. H. A. Rahman TB, Lt

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh 2007-2011

Drs. H. Nasruddin Ibrahim, M.Ag H. Akhyar, M.Ag Ketua Umum Sekretaris Umum

36 Santunan NOVEMBER 2011

Opini

Tarik ulur sertifikat nikah menja-di perhatian penulis, mengingat pengguna kebijakan (user) itu

adalah calon pengantin (catin). Dua sejoli itu yang akan melangsungkan pernikahan. Terus jadi cikal bakal ru-mah tangga sebagai kelompok terkecil dalam sebuah masyarakat. Baik dan buruknya sebuah tatanan masyarakat, dimulai dari baik jeleknya mereka.

Dalam kaitan adanya usaha meng-haruskan catin untuk memiliki ser-tifikat nikah di Aceh, seharusnya masyarakat tidak perlu takut. Bahkan sebaliknya, harus mendukung secara penuh karena dengan adanya sertifikat tersebut. Petugas di KUA menjadi yakin bahwa calon pengantin sudah memiliki ilmu dan pegangan dalam menjalankan bahtera rumah tangganya dan bersikap bijak ketika menghadapi problema ke-luarganya. Dengan demikian, mereka diharapkan tidak mudah emosional dalam menyelesaikan persoalan rumah tangga dengan mengedepankan kek-erasan dan bahkan bercerai.

RealitasSehubungan dengan persoalan

ini, penulis melihat adanya tiga gejala pergeseran kondisi masyarakat Aceh. Pertama, rasa takut tidak lulusnya calon pengantin dari kursus tersebut yang mengakibatkan tertundanya akad nikah sesuai dengan jadwal yang te-lah disepakati oleh kedua pihak calon mempelai, bahkan berdampak pada bergesernya acara prosesi pernika-han. Padahal pensyaratan lebih ber-tujuan agar calon pengantin dibekali ilmu dasar yang berhubungan dengan pernikahan. Jika ilmu tersebut tidak dimiliki bisa berakibat adanya tinda-kan yang dilakukan, tapi dilarang oleh agama dan negara, seperti larangan ber-

Sertifikat Nikah; Harapan dan KenyataanOleh Saifullah M. Yunus, Lc, MA

hubungan suami istri ketika istri dalam keadaan haidh, larangan berhubungan jika suami atau istri mengucapkan zhihar sampai pelakunya membayar kafarat, dan banyak hukum lain yang wajib diketahui oleh calon pengantin.

Jadi, jika tidak diketahui, bisa men-jerumuskan keduanya kepada per-buatan dosa. Mempelajari ilmu yang berhubungan dengan nikah baik ilmu agama, ilmu kesehatan reproduksi dan UU serta peraturan negara yang ber-hubungan dengan pernikahan menjadi sangat penting. Perasaan takut tidak lu-lus, tidak wajar terjadi pada orang yang mengaku dirinya seorang muslim apal-agi masyarakat Aceh yang identik den-gan Islam. Betapa malunya masyarakat Aceh yang dikenal sebagai masyarakat yang kuat agamanya, tapi ternyata ilmu agama dasar saja tidak dikuasainya. Se-dangkan materi bimibingan yang lain adalah peraturan perundang-undangan tentang perkawinan di antaranya pera-turan perundangan di bidang perkaw-inan dan keluarga, manajemen keluar-ga, kesehatan reproduksi serta psikolo-gi perkawinan dan keluarga (Perdirjen Bimas Islam No. DJ.II/491/2009 ten-tang Kursus Catin)

Ilmu agama dasar yang diuji pada saat calon pengantin mengikuti bimb-ingan, secara garis besar mencakup tiga hal, yaitu aqidah meliputi sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah dan bagi Rasul, Rukun Iman, dan Ru-kun Islam. Ibadah meliputi rukun dan syarat shalat, cara bersuci dari janabah (mandi junub), dan doa bersetubuh. Serta munakahat meliputi arti, tujuan dan hikmah pernikahan, hak suami dan kewajiban istri, hak istri dan ke-wajiban suami, arti dan akibat li’an, zhihar, ila’, rujuk, talak cerai, talak gugat dan akibat perceraian serta cara

menyelesaikan konflik rumah tangga, nusyuz, ‘iddah, hukum menyusui, dan hadhanah (pengasuhan anak).

Materi di atas sifatnya sangat men-dasar dan efektif untuk mencegah keretakan rumah tangga. Banyak sekali calon pengantin yang tidak mengeta-hui batas waktu rujuk bagi talak raj’i, mereka tidak mengetahui rujuk hanya dibolehkan dari talak raj’i dan mereka tidak mengetahui perbedaan talak raj’i dengan talak ba’in. Banyak juga yang menakut-nakuti istri dengan ancaman cerai. Ada pula yang tidak mengeta-hui batas maksimal haidh dan macam-macam darah serta cara menandai masa pergantian darah haidh ke masa suci, darah nifas dan batasannya, darah kotor (istihadhah) dan hukumnya.

Kedua, rasa takut dijadikannya sertifikat nikah sebagai pra syarat adalah bukti rendahnya pengetahuan masyarakat Aceh terutama tentang dasar-dasar agama. Jadi, harapan men-jadikan Aceh sebagai daerah sumber ilmu pengetahuan Agama dan daerah yang bersyariat Islam jauh panggang dari api. Krisis ilmu pengetahuan agama yang melanda masyarakat Aceh dewasa ini tidak saja dihadapi oleh remaja dan pemuda Aceh, tapi orang dewasa, bahkan para pejabat dan poli-tisi pun mengalami hal yang sama. Buktinya, pada pilkada Aceh tahun dan tahun ini, ada calon kepala daerah yang tidak lulus tes (tidak mau dites) baca al-Qur’an sehingga gagal mencalonkan diri. Juga caleg (calon anggota legis-latif). Rendahnya pemahaman agama tidak saja dialami oleh catin, bahkan orang tua calon mempelai wanita yang akan menjadi wali nikah pun ban-yak yang tidak memahami ilmu dasar agama. Hal ini sudah menyebar ke seluruh desa-desa yang ada di Aceh

37Santunan NOVEMBER 2011

Opinisaat ini dan menjadi penghalang besar bagi pembinaan masyarakat jika tidak adanya sebuah perangkat hukum yang sifatnya memaksa.

Ketiga, rendahnya kesadaran masya-rakat Aceh terutama di desa-desa untuk mempelajari agama bila tanpa pembebanan yang bersifat memaksa. Jangankan urusan agama, untuk men-gurus KTP, KK (Kartu Keluarga), dan Akte Kelahiran saja, masih harus di-paksa. Saat ini, banyaknya orang tua yang sibuk mengurus Akte Kelahiran anaknya disebabkan adanya peraturan sekolah yang mengharuskan siswa baru melampirkan Akte Kelahiran.

HarapanPertama, persyaratan sertifikat

nikah mestinya menjadi salah satu metode untuk memperbaiki kualitas pengetahuan calon pengantin sehing-ga perlu didukung oleh semua lapisan masyarakat terutama para pengambil kebijakan. Kedua, persyaratan terse-but bukanlah momok yang menakut-kan karena materi yang diuji sangat mendasar dan seharusnya tidak ada yang tidak lulus jika bimbingan diikuti dengan serius.

Ketiga, dengan adanya persyaratan tersebut, akan menimbulkan sikap sungguh-sungguh bagi calon pengan-

tin. Keempat, perlu adanya pembe-banan yang bersifat mengikat dan me-maksa agar persyaratan tersebut tidak diremehkan.

Dan ke kelima; perlunya penyusu-nan buku yang memuat dan merang-kum materi-materi dasar tersebut untuk diberikan kepada calon pengan-tin yang akan mengikuti bimbingan di KUA. Selamat menempuh hidup baru, moga Allah memberkati Anda berdua, barakallahu lakuma wabarik ‘alaikuma.nPenulis adalah Staf KUA Kecamatan Lapang Kemenag Kabupaten Aceh Utara

Kepala-Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dalam Provinsi Aceh

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.PdSebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh

Oleh Menteri Agama Republik Indonesia Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si

Hari Senin, 24 Oktober 2011 di Oproom Kantor Kementerian Agama RI JakartaSemoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.

Terima kasih kepada Drs. H. A. Rahman TB, Lt

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh 2007-2011

Drs. H. RamlanKepala Kankemenag Banda Aceh

Drs. SalahuddinKepala Kankemenag Aceh Besar

Drs. M. Djakfar M. NurKepala Kankemenag Pidie

Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, M.AgKepala Kankemenag Bireuen

Drs. H. HamdanKepala Kankemenag Aceh Tengah

Drs. Salman Arifin, M.AgKepala Kankemenag Kota Sabang

Drs. H. Amiruddin Husein. MAKepala Kankemenag Aceh Jaya

Drs. H. M. Arif Idris, MAKepala Kankemenag Aceh Barat

Drs. H. Julaidi KasemKepala Kankemenag Nagan Raya

Drs. Hj. MiratiKepala Kankemenag Simeulue

H. Syarbaini, SHKepala Kankemenag Aceh Barat Daya

Drs. H. HermanKepala Kankemenag Aceh Singkil

Drs. H. Asy’ariKepala Kankemenag Aceh Selatan

Drs. Hasan BasriPlt. Kepala Kankemenag Gayo Lues

Drs. JauharuddinKepala Kankemenag Aceh Tenggara

H. T. Helmi, Sm. Hk., S.Ag.Kepala Kankemenag Aceh Tamiang

Drs. H. Faisal HasanKepala Kankemenag Aceh Timur

H. Zulkifli IdrisKepala Kankemenag Aceh Utara

Drs. Amrun SalehKepala Kankemenag Bener Meriah

Drs. Ilyas MuhammadPlt. Kepala Kankemenag Pidie Jaya

Drs. H. M. Daud Hasbi, M.AgKepala Kankemenag Kota Lhokseumawe

Drs. H. M. Yunus Ibrahim, M.PdKepala Kankemenag Kota Langsa

Rislizar Nas, S.AgKasubbag TU Kankemenag Kota Subulussalam

38 Santunan NOVEMBER 2011

Opini

“Saya ini anggota Dewan, masa fasilitasnya begini, kami mau pindah ke maktab

lain yang lebih bagus,” suara di ujung telepon itu mengagetkan salah seorang pegawai Kementerian Agama. Dari Makkah, suara itu berasal, dengan nada membentak-bentak pula, dilakukan oleh seorang jamaah haji yang mengaku sebagai pejabat.

Di lain waktu petugas dikagetkan oleh berita di media massa yang memberitakan ada jamaah haji yang diterlantarkan di Embarkasi Sultan Iskandar Muda Banda Aceh, sumber berita berasal dari seorang jamaah yang merupakan pengusaha terkenal di Banda Aceh. Terlepas benar tidaknya laporan “gelap” tersebut, namun cukup mengganggu konsentrasi petugas yang sedang bekerja.

Komplain jamaah haji tiap tahun jadi makanan petugas dan Kementerian agama secara keseluruhan, kalau dite-lusuri lebih jauh, umumnya komplain berlebihan yang bahkan ada yang me-ngarah kepada demonstrasi tersebut, diprovokasi oleh jamaah yang berlatar belakang; Pejabat, Pengusaha, dan Ja-maah yang sudah haji berkali-kali.

Pejabat karena tabiatnya yang ingin dilayani, hingga ke tanah suci pun masih membawa jabatannya yang sementara itu. Pengusaha alias orang kaya yang dengan duitnya merasa mampu membeli berbagai fasilitas, selalu mau dilayani sesuai kehendak hatinya. Sedangkan jamaah yang sudah haji berkali-kali dapat membandingkan pelayanan yang diterimanya dari tahun ke tahun. Kalau ada yang kurang, segera melayangkan protes. “Tahun ini kok pelayanannya tidak sebagus tahun kemarin?” begitulah kira-kira nadanya, walau tidak persis.

Salah KaprahAda yang aneh bin ajaib dengan

mereka yang suka dilayani tersebut,

sudah tau haji itu perjuangan, pengorbanan, masih saja mau berlagak macam orang berwisata dengan fasilitas serba wah. Katakanlah mau bayar berapa pun asal dilayani sepuas hati, Pemerintah sebenarnya sudah menyediakan fasilitas untuk itu melalui “haji Plus”, haji dengan standar hotel bintang lima. Haji Plus yang dikelola oleh biro perjalanan swasta tersebut memang bebas menggunakan fasilitas yang diinginkan seperti hotel dan jadwal yang bisa diatur suka-suka orang yang punya duit, tentu saja dengan biaya yang lebih tinggi.

Biar lebih mudah dipahami, kita contohkan saja “Haji reguler” itu sebagai kereta api kelas ekonomi, yang penumpangnya berdesakan, atau semacam bus Damri atau Robur yang tiap hari bolak-balik ke kampus Darussalam, sedangkan “haji plus” itu umpama bus AC Non-Stop seat 2-1 yang memberikan pelayanan prima kepada penumpangnya, kalau pelayanannya kurang memuaskan boleh telpon kantor, dan sopir pun akan dipecat. Tapi kalau naik Robur, jangan coba-coba telpon kantor ketika anda tidak mendapatkan tempat duduk.

Tamsilan di atas belum dipahami secara utuh oleh orang yang hobbynya protes ketika orang lain sedang khusyuk ibadah, masa ngakunya pejabat tapi naik haji masih menggunakan fasilitas rakyat jelata, atau tidak malu mengaku pengusaha sedangkan naik haji masih menggunakan fasilitas orang miskin?.

Seharusnya orang yang mengaku-ngaku dirinya pejabat harus malu

Mau Fasilitas Lebih, Haji Plus AjaOleh Mulyadi Nurdin, Lc

menggunakan kuota rakyat banyak, karena pelayanan disana hanya standar ekonomi, seharusnya mereka segera pesan nomor porsi haji orang kaya (haji plus) supaya bisa berangkat bareng artis ibukota dengan fasilitas hotel Hilton bintang lima disertai oleh guide yang mahir dan fasih berbahasa Arab.

Bagi rakyat jelata, naik haji adalah ibadah, tidak ada waktu untuk protes sana protes sini. Bagi mereka hadir di tanah suci merupakan kemuliaan yang tidak mau dikotori oleh pikiran-pikiran picik dan selalu mencari kesalahan orang lain.

Dalam manasik pun sering disampaikan supaya di tanah suci tidak boleh bertengkar, berkata tidak senonoh, apalagi bermusuhan. Rakyat kecil seringkali taat pada pesan tersebut. Lain halnya bagi sebagian elit yang bisanya hanya menggunakan fasilitas rakyat karena pelit mengeluarkan duit lebih.

Selama haji memang dibenarkan untuk wisata, di sela-sela ibadah diperkenakan mengunjungi tempat-tempat bersejarah, plus belanja aneka oleh-oleh dan souvenir dari tanah suci, walaupun dalam hadiah dari Arab tersebut kadang-kadang tertulis “made in Indonesia”.

Namun perlu diingat, gaya wisata orang miskin dengan orang kaya tidaklah sama, bagi orang kaya pasti menginginkan lebih, sedangkan orang miskin cenderung lebih qana’ah. Selama masih mencampurkan diri dengan orang miskin, fasilitas yang didapatkan sampai kiamat pun tidak akan memuaskan. Kalau memang anda banyak duit, ingin haji tiap tahun, dan ingin fasilitas memuaskan, jangan salahkan si Ana dan si Anu, jangan pelit, daftarkan aja diri anda dan keluarga ke haji plus. Mahal? Tentu saja, kan Anda banyak duit? nPenulis adalah Penyuluh Agama Islam Fungsional Kemenag Kab. Aceh Besar.

39Santunan NOVEMBER 2011

Kolom Budaya

Tradisi AnakumTinggal Kenangan

Oleh Nab Bahany As

Ketika harus membuat tulisan ini, lama saya berdiskusi, berdialog dengan sekian banyak masalah

yang bermunculan. Di tengah orang sibuk berseteru soal boleh tidaknya calon perseorangan dalam Pilkada di Aceh, atau di tengah carut marutnya kondisi sosial perpolitikan, justru kali ini saya tidak ingin terjebak dalam situasi politik itu. Biarlah masalah itu urusan para elite untuk bertarung siapa yang bakal menguasai Aceh lima tahun ke depan.

Setelah hampir satu jam saya berdiskusi, berdiolog dengan batin dalam larut malam terhadap sekian banyak masalah yang makin bermunculan, akhirnya saya ingat pada sebuah tradisi yang hilang, yang belum lama ini dicanangkan kembali oleh Kementerian Agama Suryadhama Ali di Banda Aceh. Yaitu mengihidupkan kembali tradisi mengaji selepas megrib, lewat Gerakan Masyarakat Megrib Mengaji (GM3) di Provinsi Aceh.

Tradisi itu memang telah terbukti menjadi kunci dari segala pembentukan watak anak manusia dalam menguasai dasar ilmu agama yang tidak boleh dinafikan. Dulu, sebelum kemajuan sepesat ini, anak-anak begitu lugu dan jujur. Mereka jujur terhadap dirinya, lingkungannya, dan orang lain. Kejujuran itu terbentuk dari dasar paling sederhana, sesuai peralatan hidup yang belum canggih ketika itu.

Tiap kita melewati lorong-lorong desa sehabis megrib dulu, yang terdengar adalah suara “anakum” saling bertautan dari rumah ke rumah. Anak-anak begitu yakin mengaji di rumah Tgk. Luwi (seorang Tgk. Gampong) yang mengajar ngaji anak-anak tanpa pamrih. Seusai ngaji, mereka diajarkan berbagai hafalan doa dan praktek akidah sebagai

dasar pembentukan pribadi, sekaligus bekal jadi pegangan hidup mereka ketika dewasa kelak.

Sejak kecil, anak-anak dulu sudah ditanamkan berbagai pemahaman agama. Malam hari mereka ngaji di rumah-rumah teungku gampong. Siangnya sekolah di Madrasah dengan mata pelajaran yang sangat relevan dari apa yang didapatkan di tempat pengajian di rumah-rumah teungku gampongnya masing-masing.

Dulu, begitu anak-anak masuk Madrasah, yang pertama sekali diajarkan adalah: “Innama Buistu Liutambima Makarimal Akhlak” (Hanyasanya, aku ini diutuskan untuk menyempurnakan budi pekerti dan akhlak manusia yang mulia). Hadis ini begitu terhafal di kalangan anak-anak dulu. Hampir tak ada anak-anak yang sekolah di Madrasah dulu yang tidak mengetahui maksud Hadis ini. Itu tercermin dari pergaulan keseharian mereka, bahwa Hadis tersebut telah menjadi dasar pembentukan budi pekerti mereka dalam hidup sehari-hari.

Kini segalanya telah burubah. Desa yang dulu riyuh dengan “nyanyian anakum” sehabis megrib di gampong-gampong telah berganti sinetron “Cinta Fitri”. Anak-anak yang dulu hafal segala rukun ibadah, kini berganti hafalan nyanyian “keong racun”. Rumah Tgk. Luwi yang dulunya semarak dengan “aleh ba ta sa” dan hafalan “soal, jika kita ditanyai orang, berapa perkara rukun Salat itu” sebagai salah satu dari isi kitab masa-ilal musftadi (sebuah kitab dasar) yang mengajarkan anak-anak untuk memahami segala rukun ibadah yang wajib diketahui untuk dilaksanakan oleh setiap anak muslim. Suasana itu kini hanya tinggal kenangan. Karena anak-anak kini lebih suka berkumpul

di depan TV menunggu tayangan siaran idolanya masing-masing.

Bila anak-anak dulu lebih hafal nama malaikat 10 dengan tugasnya masing-masing yang dinazamkan dalam bentuk syair-syair Aceh, dan nama Nabi 25 yang wajib diketahui oleh anak-anak sejak usia dini, sekarang anak-anak lebih ingat dengan nama-nama artis ibukota. Anak-naka yang dulu demikian lancar menghafal sifat 20 sebagai sifat Tuhan yang wajib diketahui oleh setiap anak muslim, kini mereka lebih pintar menghafal jadwal susunan acara TV yang selalu menjadi pantauannya.

Betapa telah sunyi suara “anakum” di rumah kita di gampong-gampong yang dulunya pernah marak di bawah sinar panyet ceulot dengan tradisi pengajian anak-anak yang begitu tulus bejajar ilmu agama. Sekarang, setelah sinar listrik menerangi lorong-lorong desa, pancaran ilmu agama pun menjadi redup terkalahkan oleh silaunya lampu merkury yang menerangi jurong-jurong gampong sebagai program listrik masuk desa.

Dulu, ketika usia saya masih tujuh tahun pada tahun 1971, pada saat hampir semua tatanan hidup masih serba tradisional, kehidupan desa begitu indah dengan warna-warni religius. Begitu azan magrib berkumandang, anak laki-laki telah siap dengan peci dan kain sarung menuju ruman teungku masing-masing atau ke Menasah untuk belajar ngaji. Begitu pula anak

40 Santunan NOVEMBER 2011

Kolom Budayaperempuan, menjelang magrib mereka telah siap dengan selendang panjang dan pinggangan sarung menuju rumah teungku ngajinya masing-masing. Biasanya, bagi anak perempun sehabis ngaji langsung nginap di rumah teungku. Mereka pulang esok pagi setelah Salat subuh untuk membantu rutinits keluarga sebelum berangkat sekolah.

Batapa kita merindukan tradisi belajar ngaji seperti itu dapat tumbuh kembali di gampong-gampong di Aceh. Anak-anak yang belajar ngaji di rumah-rumah teungku di gampong dulu, mereka biasanya diajarkan milai dari Quran ubeut (jusamma) sampai bisa membaca Quran rayek (Quran 30 jus), kemudian dilanjutkan dengan belajar kitab fihq dasar masa-ilal musftadi sebagai awal dari pemahaman hukum agama yang harus diketahui oleh setiap anak Islam.

Dari situlah sebenarnya dasar pembentukan pribadi setiap anak muslim yang akan menentukan sikap dan tingkah laku, serta budi pekerti yang akan akan menjadi cerminan moral ketika ia dewasa kelak. Adakah pemahaman dasar keagamaan ini masih tertanam dalam diri anak-anak kita sekarang? Kita boleh saja merindukan tradisi belajar ngaji anak-anak untuk kembali seperti dulu di Aceh. Dan Kementerian Agama juga boleh saja mengharapkan Gerakan Masyarakat Magrib Mengaji di Aceh menjadi pailot projek bagi semua Provinsi lainnya di

Indonesia.Tapi yang harus disadari,

mengembalikan masyarakat dalam tradisi pola hidup 40 tahun yang lalu bukan pekerjaan gampang. Tak usah jauh, untuk mengembalikan tradisi peran Geuchik dan fungsi Mukim saja di Aceh saat ini demikian susah, setelah tradisi itu dirusak oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang penyeragaman Pemerintahan Desa semasa Orde Baru. Sampai hari ini kita masih belum berhasil untuk mengembalikan fungsi Geuchik dan peran Imum Mukim seperti sediakala di Aceh. Meskipun Qanun tentang pengakatan dan pemberhentian Geuchik dan Mukim telah disahkan, namun Qanun tersebut masih sangat lemah dalam mengembalikan tradisi kepemimpinan Geuchik dan Mukim di Aceh.

Pak Suryadharma Ali boleh mengharapkan Aceh bisa menjadi pailaot projek Gerakan Masyarakat Mengrib Mengaji untuk daerah lain di Indonesia. Tapi tidak dengan serta-merta pencanangan GM3 ini, besok lusa dapat langsung diterapkan di Aceh. Sebab, yang harus disadari, dalam perjalanan waktu selama 40 sebelumnya hingga hari ini, tatanan pola hidup masyarakat di Aceh sudah demikian jauh berubah. Di tahun 1970-an tradisi megrib mengaji adalah keharusan bagi anak-anak sebagaimana yang telah kita gambarkan di atas.

Namun dalam pola hidup hari ini,

dengan Swalayan dan café-café yang terus bermunculan hingga ke desa-desa, telah membuat anak-anak dan remaja kita kini lebih suka menghabiskan waktu megrib di tempat-tempat itu, daripada mereka menghabiskan waktunya di rumah-rumah teungku di gampong untuk belajar ngaji. Dalam pola hidup seperti itu bagaimana kita harus mengembalikan tradisi megrib mengaji di Aceh. Dan kita tak bisa bayangkan, bila saat ini pola hidup anak-anak kita sudah demikian merisaukan, bagaimana untuk 10 atau 20 tahun ke depan.

Generasi seusia saya seusia saya saat ini mungkin termasuk generasi terakhir yang masih beruntung, karena masa kanak-kanaknya dulu masih sempat saya habiskan dalam tradisi “anakum” yang masih berlaku di tahun-tahun 1970-an. Sehingga sedikit banyak—mengskipun tidak pernah nyantri (meudagang) di dayah—dasar-dasar agama yang pernah diajarkan Tgk. Luwi dan Tgk. Sami’un dulu telah menjadi bekal pegangan dalam mengendalikan kemajuan hidup sekarang ini.

Sekiranya masa kecil saya dibesarkan di era akhir 1980-an, mungkin saya tak akan pernah tahu berapa jumlah rukun iman, dan tak pernah akan bisa menghafal sifat Tuhan yang wajib diketahui, serta mingkin saya tak akan pernah bisa hafal siapa nama-nama Nabi 25 dan nama-mana Malaikat 10 yang mesti diketahui sebagai seorang anak muslim. Sebab, bagi anak-anak yang lahir dalam era 1980-an, tradisi pendidikan keagamaan di Aceh telah mengalami perubahan yang sangat mendasar.

Sekolah-sekolah agama (Madrasah) yang sebelumnya mengajarkan 70 persen materi pelajaran agama, memasuki tahun 1980-an kurikulum Madrasah dirubah menjadi 70 persen pelajaran umum dan 30 pelajaran agama. Sehingga, mata pelajaran agama di sekolah Madrasah, seperti tafsir-hadis, aqidah-akhlak, imsyak dan imlak, tauhid dan nahu’ saraf, dengan sendirinya dihilangkan sebagai mata perajaran agama di sekolah-sekolah Madrasah. Mungkin disitulah awal dari akibat terjadinya kemerosotan pendidikan agama bagi anak didik kita dewasa ini. nPenulis, budayawan, tinggal di Banda Aceh.

Majalah SantunanKantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas PelantikanDrs. H. Ibnu Sa’dan, M.PdSebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi AcehOleh Menteri Agama Republik Indonesia

Drs. H. Suryadharma Ali, M.SiSenin, 24 Oktober 2011 di Oproom Kantor Kementerian Agama RI Jakarta

Semoga selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah SWTTerima kasih kepada

Drs. H. A. Rahman TB, Ltyang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh 2007-2011

Juniazi, S.AgPemimpin Redaksi

41Santunan NOVEMBER 2011

S a i n s

Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan pengamatan dan penelitian dalam bidang biologi, karena dapat digunakan untuk mempelajari struktur benda-benda

yang kecil. Tanpa bantuan mikroskop, maka untuk mengamati bagian-bagian sel dan jaringan dengan jelas dan rinci tidak dapat dilakukan. Mikroskop dapat membuat objek pengamatan yang kecil terlihat besar.

Untuk mengantisipasi kondisi keterbatasan mikroskop yang tersedia di sekolah, pada bulan Juli 2011, saya memperkenalkan mikroskop sederhana dari botol plastik kepada siswa MAN Model Banda Aceh. Untuk mengetahui keberhasilan pembuatan dan penggunaan mikroskop sebagai alat pembelajaran pada pengamatan sel bawang merah, saya melakukan penelitian pada siswa kelas X6 tahun pelajaran 2011/2012.

Hasil penelitian menunjukkan 86,1% siswa berhasil membuat mikroskop sederhana dengan terampil dan rapi. Siswa berhasil menggunakannya dengan terampil dan hasil pengamatannya jelas. Berikut teknik pembuatan mikroskop sederhana dari botol plastik

Langkah 1:• Pilihbotolplastikminumandenganmotifaluranmelingkar• Guntingbotolpadabagianpinggiraluranyangcembungdansisakan

tiga aluran.Langkah 2:

• TandaigarisbelahansimetrispadakeduasisibotolplastikLangkah 3:

• Guntingpadabagianantarakeduagaris.• Guntingpadabagianpinggiralurancembungsampaibatasantara

garis sisi lainnya.• Sisakansatubagianalurcembungyangditengah. Langkah 4:• Potongbagianalurtigatepatpadagarisbelahansimetrisyangtelah

ditandai.Langkah 5:

• Lipatbagianalursatukebagianalurtigasampaikebagianbawahnyadan lipat lagi.

• Potong bagian ujung alur satu sepanjang 2 cm untuk lensa

penutup.• Bentuklensaokulerpadaalursatubagianyangcembungdengan

panjang 2 cm dan berjarak 1,5 cm dari batas lipatan antara alur tiga.

• Bentuk bulatan kecil dan tidak dihitamkan sebagai lensa okuler,sedangkan yang lainnya dihitamkan dengan spidol permanen warna hitam secara merata.Langkah 6:

• Mikroskopsederhanadaribotolpalstikminumantelahselesaidansiap untuk digunakan.Cara Menggunakan Mikroskop Sederhana dari Botol Plastik

Minuman padaPembelajaran Pengamatan Sel Bawang MerahLangkah 1:

• Balikkanbagianalurtigapadaposisicekungdanteteskanairpadabagian alur tengah.

• Letakkanprefaratyangakandiamati(kulitaribawangmerahyangsangat tipis), kemudian tutup dengan potongan plastik yang telah dipotong untuk lensa penutup.

• Prefaratharustepatdibawahlensaokuler. Langkah 2:• Balikkanalurtigapadaposisicembung.• Lipatalursatukeatasalurtiga.• Tetesiairdenganmenggunakanlidiataucongkelgigidiatasbulatan

yang tidak diwarnai fungsi sebagai lensa okuler.• Arahkanketempatcahayadanamatiprefaratmelaluibulatanlensa

okuler.• Sambil diamati gerakkan alur satu perlahan-lahan untuk

mendapatkan hasil pengamatan (seperti fungsi skrup kasar pada mikroskop sebenarnya).

• Untukmelihatbayanganbenda lebih luas,gerakkanalursatukesamping kiri atau kanan. n

Penulis adalah Guru Biologi MAN Model Banda Aceh, Pemenang I Lomba Karya Ilmiah Guru ( LKIG) Bidang Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi yang diselenggarakan oleh LIPI th. 2011

Mikroskop dari Botol Oleh Dra. Elli Arianti, M.Pd

Konsultasi BP4Diasuh oleh Drs. H. Abdul Gani Isa, SH., M.Ag. (Ketua BP4 Provinsi Aceh)

42 Santunan NOVEMBER 2011

Assalamu’alaikum wr. wb. Pengasuh yang terhormat. Saya menikah enam tahun lalu di

sebuah tempat di Aceh. Tidak seperti pasangan lain yang menikah secara terbuka dan disaksikan orang banyak, pernikahan kami agaknya sangat raha-sia. Bahkan sengaja dirahasiakan, de-ngan alasan agar orang lain tidak tahu, sekali pun dihadapan orang tua dan saksi. Sebab saya istri keduanya, istri pertamanya sudah diceraikan. Namun sekarang terbukti bahwa suami saya masih terikat nikah dengan istri pertamanya. Meski demikian saya tidak mempersoalkan, yang saya butuhkan sekarang adalah buku nikah, sebagai bukti bahwa saya adalah istrinya, apalagi sampai saat Ini kami sudah dikaruniai oleh Allah, dua putra putri.

Pertanyaan saya, pertama, bagai-mana hubungan saya selanjutnya dengan suami, karena sampai saat ini saya tidak memiliki buku nikah. Kedua, bagaimana dengan nafkah anak, termasuk biaya pendidikan. Jawaban bapak pengasuh sangat saya harapkan, setidaknya mem-berikan petunjuk kepada saya agar suami saya tetap bertanggungjawab memberikan kewajiban berupa nafkah dan biaya lainnya, karena akhir-akhir ini sudah jarang pulang, bahkan nafkah pun hampir terlupakan WassalamHamba Allah di Lhokseumawe

Wa’alaikumussalam wr. wb. Anda di samping termasuk salah

seorang yang beruntung, dan juga ber-nasib kurang baik. Dikatakan beruntung karena Anda sudah punya suami dan anak. Dikatakan bernasib kurang baik karena anda termasuk salah seorang korban karena tidak memiliki legalitas berupa Kutipan Buku Akta Nikah. Pengasuh juga masih bersyukur bahwa pernikahan anda dengan suami anda enam tahun lalu di hadapan orang tua Anda dan juga dihadiri saksi. Bila pernikahan yang Anda lakukan benar

seperti yang Anda utarakan, Anda masih masuk dalam kelompok diridhai Allah. Jika tidak, Anda dan suami Anda termasuk orang-orang yang dimurkai Allah. Artinya bila dalam akad nikah dulu tidak ada wali, tidak ada saksi, Anda dikatakan telah melakukan mesum alias berzina, dan anak pun akan disebut anak zina, na’uzublllah min dzalik.

Mengapa pernikahan Anda diraha-siakan? Sudah diketahui secara umum bahwa pernikahan dirahasiakan biasa-nya karena pertama, pernikahan itu tanpa ada wali, maka disembunyikan, agar tidak ada hambatan dalam pelaksa-naannya. Harus pula diakui pernikahan tanpa wali tidak sah, sesuai sabda Rasulullah Saw, “la nikaha lIIa bi waliyyin,” Tidak sah suatu pernikahan tanpa wali, (HR.Bukhari MusIIm, lebih lanjut periksa Asy-Syawkani, Naylul Awthar, juz VI: 230, hadits ke 2.648). Dalam hadits dari ‘Aisyah ra disebutkan, “Wanita mana saja yang menikah tanpa seizin walinya, maka nikahnya batal, nikahnya batal, nikahnya batal,” (HR. Bukhari Muslim. Asyawkani, Naylul Awthar, juz VI: 230).

Kedua, pernikahan yang sah secara agama/syariat namun tidak di hadapan PPN (Pegawai Pencatat Nikah) dan tidak dicatat. Tidak dicatat karena beberapa sebab antara lain karena, takut diketa-hui orang atau disebabkan yang ber-sangkutan istri kedua dari suaminya PNS atau wanita itu sendiri sebagai istri sebagai PNS, sehingga orang tak tahu bahwa ia sudah melanggar aturan Negara. Menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan, bahwa perkawinan dianggap sah bila perkawinannya dicatat.

Selain alasan tadi, bisa juga karena faktor lainnya, untuk menjaga hal-hal yang seharusnya tidak terjadi, seperti karena berbeda status sosialnya, yang diperkirakan mendapat celaan dari warga masyarakat bila pernikahannya diketahui orang banyak. Namun bila kita jujur dan mengikuti Rasul saw., seyogianya pernikahan itu harus di-

Nikah, Kenapa Rahasia?umumkan sehingga khalayak ramai tahu, dan Insya Allah terhindar dari fitnah. Rasulullah saw. bersabda yang artinya,” Adakan walimah walau seekor kambing,” (HR.Bukhari dan MusIIm).

Pernikahan yang tak Dicatat Pernikahan tidak dicatat dan tidak

memiliki Kutipan Akta Nikah akan sangat merugikan istri dan anak-anak-nya. Bila terjadi konflik dalam keluarga, maka istri mengalami kesulitan baik menyampaikannya ke KUA Kecamatan, atau juga melanjutkan kasusnya ke Mahkamah Syar’iyah. Hal ini seperti Anda sudah alami, apalagi Anda su-dah mengetahui bahwa suami Anda memiliki istri saat menikah dengan Anda. Karena itu wajar bila selama ini suami anda jarang pulang bahkan tidak pulang sama sekali, persoalannya adalah ke mana Anda harus mengadu terutama menyangkut nafkah atau hal-hal lain berkaitan dengan masalah keluarga. Juga seorang istri akan kesulitan mendapatkan warisan bila suaminya meninggal dunia, disebabkan tidak bisa memperlihatkan surat nikah.

Demikian pula imbasnya kepada anak, terutama biaya pendidikan dan nafkah lainnya, karena tidak ada bukti bahwa anak itu orang tuanya si fu-lan misalnya. Seorang suami bisa saja mengelak/menghindar dari kewajiban-nya nafkah dan tanggung jawab lainnya. Inilah kesulitan, salah satunya ketidak pastian hukum, seperti sudah pengasuh jelaskan sebelumnya, bila pernikahan seseorang tidak dicatat sesuai ketentu-an perundang-undangan yang berlaku.

Akhirnya pengasuh menyampaikan kepada Anda, agar senantiasa mendekat-kan diri kepada Allah swt., dengan melaksanakan semua perintah, dan meninggalkan seluruh larangan-Nya, diiringi dengan doa, agar suami Anda selalu diberi petunjuk oleh Allah serta memiliki tanggung jawab kepada anda sebagai istrinya, demikian pula tang-gungjawabnya terhadap anak-anaknya. Wassalamu’alaikum. n

43Santunan NOVEMBER 2011

Konsultasi Hukum IslamDiasuh oleh Drs. H. Ridwan Qari, M.Ag.

Qurban Kolektif, dan buat AlmarhumAssalamu’alaikum ww.Bapak pengasuh yang terhormat.

Di sekolah atau tempat tertentu, saya lihat ada masyarakat yang melaksanakan qurban secara kolektif. Uang dikumpul sedemikian rupa menurut kesanggupan dan keikhlasan, hingga mencapai harga seekor kambing, sapi dan sejenisnya. Apakah hal seperti ini dapat disebut sebagai qurban? Demikian dan atas jawaban Bapak saya ucapkan terima kasih.

Erni, di Banda Aceh

Jawaban:Wa’alaikumussalam wr. wb. Qurban sudah ada ketentuan me-

ngenai jumlah orang yang berqurban untuk setiap seekor kambing/kibas, lembu, dan unta. Untuk seekor kam-bing, misalnya, hanya untuk qurban satu orang atau untuk satu keluarga meskipun jumlahnya banyak. Hadis taqririyyah Nabi saw.:

“Pada masa Rasulullah saw. ada sese-orang (suami) menyembelih seekor kambing sebagai qurban bagi dirinya dan keluarganya.”

Jadi kalaupun ada qurban kolektif masyarakat atau madrasah, maka yang paling mungkin direkomendasikan untuk yang namanya qurban adalah kolektif untuk satu keluarga. Tidak untuk selebihnya.

Untuk kepentingan pendidikan ma-syarakat sejak dini, terhadap anak seko-lah misalnya, agar memiliki kepedulian terhadap lingkungannya, terutama sekali untuk warga miskin, sangat perlu dilatih

pembangunan jiwa sosial peserta didik tetapi bukan dengan sebutan qurban dalam arti ritual ibadah yang sudah ter-tentu. Dapat saja mengambil tema-tema semacam “gerakan peduli para fuqara” misalnya yang juga merupakan ibadah yang sangat-sangat penting dan relevan dengan momen ibadah qurban dengan harapan bahwa pada saat mereka dewa-sa nanti dan sudah memiliki penghasilan akan tumbuh dan berkembang sifat-sifat kedermawanan dan peduli lingkungan dalam kontek ritual ibadah seperti qur-ban, dan ibadah lainnya. Sebenarnya, memang, sifat kikir lah yang harus dibasmi dari kalangan umat Islam de-ngan menumbuhkan sifat peduli seba-gai tanda syukur bahwa semua rezki itu datangnya dari Allah swt.

Masih terkait dengan jumlah pengur-ban, ada riwayat lain dari Rasulullah saw. yang menerangkan bahwa, untuk seekor sapi memungkinkan untuk tujuh orang dan untuk seekor unta dimungkinkan untuk sepuluh orang. Dimungkinkan artinya adalah mungkin juga untuk satu orang dan ahli baitnya sesuai dengan kemampuan orang yang berqurban.

Dari Ibnu Abbas ra, beliau bersabda:“Dahulu kami pernah bersafar bersama Rasulullah saw., lalu tiba lah hari raya

Idul Adha, maka kami pun berserikat 10 orang untuk qurban seekor unta. Sedangkan untuk seekor sapi, kami ber-serikat sebanyak tujuh orang.”

Asy-Syaukani mengatakan, “Dari ber-bagai perselisihan ulama, yang benar qurban kambing boleh diniatkan untuk satu keluarga walau pun dalam keluarga tersebut ada 100 jiwa atau lebih,” konon lagi kalau untuk seekor sapi dan unta.

Sekali lagi, bahwa bersyarikat (kolek-tif) dalam hal qurban dalam makna yang sebenarnya sangat terikat dengan batasan-batasan yang telah ada dari baginda Rasulullah saw. Namun dalam maknanya yang lebih luas, yaitu berupa kepedulian terhadap orang susah, tetap dapat dilakukan dan juga merupakan ibadah dalam bentuknya yang lain. Dan hal ini sangat penting bagi kemungkinan menumbuhkan semangat ber-qurban dalam arti yang sebenarnya pada saat telah memiliki kemampuan secara mate-rial dan immaterial untuk kepentingan taqarrub kepada Allah swt. melalui iba-dah qurban. Semoga! Wallahu A’lam.n

Assalamu’alaikum ww.Bapak pengasuh yang terhormat. Di tengah masyarakat terdapat pelak-

sanaan qurban untuk orang yang sudah meninggal dunia. Sebenarnya bagaimana hukumnya hal yang sedemikian dan dan sebenarnya semangat apa yang di-harapkan dari kegiatan berqurban ini. Terima kasih atas jawaban Bapak.

Akmal, di Bener Meriah

Jawaban:Wa’alaikumussalam wr. wb.Untuk menjawab pertanyaan ini ter-

lebih dahulu disampaikan makna hadits berikut:Aku menyaksikan bersama Nabi saw. salat

44 Santunan NOVEMBER 2011

KHIIdul Adha di mushalla (tanah lapang). Ketika selesai khutbah, beliau turun dari mimbar. Lalu dibawakan seekor kambing dan Rasulullah menyembelihnya dengan tangannya langsung dan berkata, “Bis-millah wa Allahu Akbar, hadza ‘anny wa amman lam yudhahi min ummaty” (Bismillahi Allahu Akbar, ini dariku dan dari umatku yang belum menyembelih).“Sesungguhnya Rasulullah saw. meminta seekor domba bertanduk, lalu dibawakan untuk disembelih sebagai qurban. Lalu beliau berkata kepadanya (‘Aisyah), “Wa-hai, ‘Aisyah, bawakan pisau,” kemudian beliau berkata: “Tajamkanlah (asahlah) dengan batu.” Lalu ia melakukannya. Kemudian Nabi saw. mengabil pisau tersebut dan lalu menidurkannya dan menyembelihnya dengan mengatakan: “Bismillah, wahai Allah! Terimalah dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari umat Muhammad,” kemudian menyembelihnya”

Hadis di atas dapat disebutkan meliputi yang masih hidup atau telah meninggal (almarhum) dari umatnya

karena tidak ada rincian, apakah orang yang “tidak menyembelih qurban atau umat Muhammad” itu yang sudah meninggal dunia atau yang masih hidup. Dapat saja mencakup kedua-duanya. Namun karena tidak ada tradisi secara gamblang bahwa Nabi dan para sahabat pernah menyembelih qurban untuk orang yang sudah meninggal, maka yang paling mudah dipahami bahwa menyembelih qurban itu hanya untuk kepentingan orang yang hidup secara terencana untuk membangun hubungan sosial kepada lingkungan dengan penuh keajegan. Orang yang sudah meninggal tidak terbebani lagi untuk membangun keajegan hubungan sosial yang sama kepada orang yang hidup kecuali dari sumber “sunnah-hasanah” (lembaga atau pranata potensial) yang telah dibangun-nya terdahulu pada masa hayat.

Nabi saw. tidak pernah mengkhu-sus-kan menyembelih untuk seorang yang telah meninggal. Beliau tidak menyem-belih kurban untuk Hamzah, pamannya, padahal Hamzah merupakan kerabatnya

yang paling dekat dan dicintainya. Nabi tidak pula menyembelih kurban untuk anak-anaknya yang meninggal dimasa hidup beliau, yaitu tiga wanita yang te-lah bersuami dan tiga putra yang masih kecil. Nabi saw juga tidak menyembelih kurban untuk istrinya, Khadijah, padahal ia merupakan istri tercintanya. Demiki-an juga, tidak ada berita jika para sahabat menyembelih qurban bagi salah seorang yang telah meninggal dari keluarga yang dicintainya.

Ulama memang ada yang membo-lehkannya. Hanbaliyah (yang mengikuti madzhab Imam Ahmad) menegaskan bahwa pahalanya sampai ke mayit dan bermanfaat baginya dengan mengana-logikannya kepada sedekah. Ibnu Taimiyyah berkata, “Diperbolehkan me-nyembelih qurban bagi orang yang sudah meninggal sebagaimana diperolehkan-nya haji dan sedekah untuk orang yang sudah meninggal. Menyembelihnya di-lakukan di rumah, dan tidak disembelih qurban dan yang lainnya di kuburan.” Wallahu A’lam. n

Pengurus Daerah Ikatan Dai Indonesia (IKADI)Kota Banda Aceh

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.PdSebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh

Oleh Menteri Agama Republik Indonesia Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si

Hari Senin, 24 Oktober 2011 di Oproom Kantor Kementerian Agama RI JakartaSemoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.

dan terima kasih kepada Drs. H. A. Rahman TB, Lt

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh 2007-2011

Mulyadi Nurdin, Lc.Ketua

45Santunan NOVEMBER 2011

L i f e S t y l e

Otak merupakan salah satu dari organ tubuh yang sangat vital bagi manusia dalam proses menjalani segala aktivitas kehidupan. Oleh karena itu dibu-

tuhkan perhatian dari si pemiliknya untuk membantu melancarkan kerja otak. Berikut ada tujuh makanan terbaik yang dapat dikonsumsi untuk kebutuhan otak:

Sayuran hijauKubis, bayam dan kangkung adalah sayuran hijau yang

sangat baik bagi pertumbuhan otak anak dan orang dewasa. Sayuran ini mengandung vitamin B6, B12 dan asam folat. Fungsinya untuk mampu meningkatkan daya ingat dan memproses informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Vitamin ini dibutuhkan otak untuk mencegah penyakit lupa dan alzhelmer. Sayuran ini mudah ditemui disekitar kita. sayuran hijau juga kaya zat besi yang penting bagi tubuh.

IkanMemakan ikan sangat

baik bagi otak karena me-ngandung banyak omega 3. Mengonsumsi ikan secara teratur ternyata dapat mengu-rangi resiko terkena penyakit alzhelmer. Konsumsi omega 3 juga membuat suplai oksigen melimpah ke otak. Otak dapat menerima informasi baru, sekaligus memproses ingatan lama. Beberapa jenis ikan laut dengan kandungan omega 3 yang banyak dijual di pasaran Indonesia adalah ikan Tuna, Tongkol, Tenggiri, Layang, Ikan Gembung dan Ikan Lemuru, Ikan Salmon dan Ikan haring juga sangat baik, namun ikan-ikan tersebut sangat jarang dijual di Indonesia.

CoklatCoklat merupakan makanan yang banyak digemari oleh

semua kalangan usia. Ternyata Coklat baik dikonsumsi un-tuk minuman dan makanan, tidak hanya lezat tetapi juga mengandung banyak nutrisi bagi otak. Antioksidan utama dalam Coklat adalah flafonols. Zat ini berperan penting un-tuk meningkatkan aliran darah ke otak. Para ilmuwan telah membuktikan bahwa kandungan anti oksidan dalam coklat jauh lebih kuat dibanding yang lainnya.

TelurBertambah usia membuat otak manusia cenderung

mengecil. Hal ini disebut juga brain atrophy (kerusakan sel-

sel otak). Konsumsi telur secara teratur dapat mengurangi proses alami ini karena telur mengandung vitamin B12 dan Lesitin. Vitamin B12 membantu melawan efek pengecilan otak yang sering dialami para penderita Alzheimer.

Kuning telur yang mengandung kolesterol ternyata berguna memiliki kolin yang berperan membangun sel otak dan meningkatkan kemampuan mengingat. Telur tidak baik dikonsumsi berlebihan, cukup mengonsumsi telur satu butir sehari.

Kacang-kacangan dan biji-bijianKacang kacangan dan biji bijian seperti kacang tanah,

kacang mete, kacang kenari, dan biji bunga matahari, kaya akan omega3 dan 6, asamfolat, vitamin E dan Vitamin B6, yang membantu otak berfikir lebih cepat dan jernih. Omega3 dan 6 juga bisa menjadi anti depresan alami agar

kita mampu berfikir lebih positif.

Beberapa jenis kacang dan biji-bijian juga banyak mengandung Vitamin B1, dan magnesium yang bagus untuk daya ingat dan fungsi kognitif otak.

Teh (khususnya teh hijau)Teh hijau atau teh hitam

yang sangat baik untuk otak karena mengandung Catechin, yaitu oksidan yang berfungsi sebagai penangkal radikal bebas yang dapat merusak sel tubuh, kelelahan dan otak malas berfikir

mungkin terjadi karena kita kekurangan asupan Catechin untuk otak. Catechin membuat otak tetap tajam, segar dan berfungsi maksimal.

Zat ini juga mampu membuat tubuh dan fikiran terasa rileks dan mengurangi kelelahan mental. Khasiat teh hijau lebih baik dibandingkan teh hitam. Tetapi keduanya tetap sama baik bila dikonsumsi.

Buah BeriBuah beri mengandung banyak oksidan yang membantu

menjaga kesehatan otak. Keluarga buah beri seperti blueberi sangat baik untuk meningkatkan kemampuan motorik dan belajar. Kandungan oksidan yang ada pada buah beri membantu meningkatkan kemampuan ingatan. Mengonsumsi buah beri secara rutin tiap hari dapat mengatasi atau mengurangi efek penurunan fungsi otak. Demikian, Semoga bermanfaat bagi kita semua. nSuri, dari berbagai sumber

Makanan Terbaik buat Otak

Pengurus Besar Persatuan Dayah InshafuddinProvinsi Aceh

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.PdSebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh

Oleh Menteri Agama Republik Indonesia Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si

Hari Senin, 24 Oktober 2011 di Oproom Kantor Kementerian Agama RI JakartaSemoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.

Terima kasih kepada Drs. H. A. Rahman TB, Lt

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh 2007-2011

Drs. H. M. Daud Hasbi, M. Ag. Dr. Tgk. H. Syamsul Rijal, M. AgKetua Umum Sekretaris Umum

Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)Provinsi Aceh

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.PdSebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh

Oleh Menteri Agama Republik Indonesia Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si

Hari Senin, 24 Oktober 2011 di Oproom Kantor Kementerian Agama RI JakartaSemoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.

Terima kasih kepada Drs. H. A. Rahman TB, Lt

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh 2007-2011

DR. H. Syamsul Rijal, M.AgKetua

47Santunan NOVEMBER 2011

Diasuh oleh Muzakkir, S.Ag

Bahasa Arab

48 Santunan NOVEMBER 2011

Bahasa Inggris

HajjWritten by Mulyadi Idris, S.Ag, M.Hum

The city of Mecca in Saudi Arabia has always been the spiritual center of the Islamic faith: the world’s 1.3 billion Muslims genuflect in its direction during

prayers. But in the final months of the year, Islam’s holiest city becomes even more vital, as an estimated 2.5 million pilgrims make their once-in-a-lifetime journey to the site.

This pilgrimage, known as the Hajj, is one of the Five Pillars of Islam (the others are the profession of Allah as the only God and Mohammed as his prophet; fasting during Ramadan; charitable giving and ritual prayer) by which every practicing Muslim must abide. This year, the Hajj from Aceh starts on October 1, 2011; through Sultan Iskandar Muda International Airport. it takes place annually between the 8th and 12th days of Dhu-al-Hijjah, the final month of the lunar Islamic calendar, a time when God’s spirit is believed to be closest to earth.

The Hajj ritual was considered ancient even in the time of Muhammad in the 7th century and it was part of ancient pre-Muslim paganism. Pilgrims would join processions of tens of thousands of people, who would simultaneously converge on Mecca for the week of the Hajj, and perform a series of rituals, centered around the Kaaba. Each person would walk counter-clockwise seven times about the Kaaba, kiss the Black Stone, run back and forth from the Zamzam Well near the Kabah back and forth between the hills of Al-

Safa and Al-Marwah, then go to the plains of Mount Arafat to stand in vigil, then proceed to Muzdalifah to gather pebbles, which they would throw at a rock in Mina to perform the ritual of the Stoning of the Devil. The pilgrims would then shave their heads, perform an animal sacrifice, and celebrate the three day global festival of Eid ul-Adha.

The Hajj is an obligation that must be undertaken by every able-bodied Muslim who can afford to do so, at least once in their lifetime. It demonstrates the solidarity of the Muslim people, and their submission to God. We pray to Allah that all of us can go to Mecca to do pilgrim as soon as possible, Amen Ya Rabbal ‘alamin.

Glossary:- genuflect (v) : bertekuk lutut (memuja) - estimated (v) : diperkirakan - pilgrims (n) : haji - holiest (adj) : yang paling suci - abide (v) : dipakai - ancient (adj): kuno - converge (v) : berkumpul- vigil (n) : berjaga-jaga- gather (v) : berkumpul- shave (v) : bercukur- sacrifice (n) : korban

49Santunan NOVEMBER 2011

Umur dan Mudah RezekiDrs. Salahuddin, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Besar

50 Santunan NOVEMBER 2011

Tokoh

Apa yang membedakan kepe-mimpinan seseorang, misalnya Kepala Kantor Kementerian Agama, di Kabupaten Aceh Besar, dengan wilayah lain di Aceh?

Aceh Besar, satu-satunya kabupaten di Provinsi Aceh yang belum dime-karkan. Kepada kita, memang dikabar-kan, masih ada beberapa pihak yang mungkin sedang ‘berjuang’ untuk proses pemekaran. Untuk Kementerian Agama (Kemenag), Aceh Besar juga tergolong tingkat dua yang memiliki satuan kerja (satker) terbanyak. Ini membutuhkan energi besar juga untuk mengelola, mengatur atau memenejnya. Sehingga membutuhkan kepiawaian manajerial tersendiri, seiring dengan luas wilayah, seiring dengan satker yang banyak itu, agar bisa berjalan sesuai dengan ketentuan yang kita impikan dan harapkan. (Jumlah CPN dan CPNS pada 2011 saja sampai 1.422 orang).

Jadi, pola kepemimpinan Anda?Saya boleh disebut orang baru di

Kankemenag Kabupaten Aceh Besar. Walaupun saya putra asli Aceh Besar (Sibreh), tapi lumayan lama juga merantau ke Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Dibanding-kan dengan Lhokseumawe, yang saya pernah dipercayakan menjadi Kepala Kandepag, Aceh Besar itu lebih beragam permasalahannya. Untuk menjalankan program, pengalaman yang baik dari tempat sebelumnya, kita bawa ke Aceh

Besar. Langkah pertama saya di Aceh

Besar, bekerja sama dengan semua pihak di wilayah itu, baik bersama keluarga besar di lingkungan Kemenag, maupun dengan pihak terkait lainnya. Untuk menciptakan keharmonisan, kita bangun kebersamaan. Memang untuk sinergitas, mesti bekerjasama dengan komponen terkait, baik internal maupun eksternal. Dalam kekompakan, kita bisa saling memberikan masukan dan jalan keluar atas persoalan bersama di sana.

Kedua, kita rancang dan lanjutkan program yang berhubungan manajemen perkantoran, keuangan dan sebagainya. Ini bukan berarti manajemen yang dulu belum baik. Sebelumnya sudah baik, dan kini terus kita kembangkan. Di mana ada kekurangan, kita coba atur dengan teman-teman, untuk perbaikan.

Ketiga, karena Aceh Besar memiliki satket yang banyak, saya lakukan pem-binaan, sosialisasi, silaturrahmi dengan satker-satker itu. Saya juga melakukan pertemuan dengan Kantor Urusan Agama (KUA) yang bukan (belum) sat-ker, juga dengan madrasah, baik negeri maupun swasta. Kita sampaikan perso-alan bersama, bagaimana meningkatkan mutu pelayanan masyarakat, anak didik, dan pengembangan madrasah. Kita juga bekerjasama dengan stakeholder yang berhubungan dengan itu.

Hasil sementara dari kebersama-

an dan kemitraan selama ini?Sebenarnya saya stok lama, tapi pen-

datang baru di Kantor Kemenag Aceh Besar. Sebagai orang baru, saya minta pada kawan-kawan yang di bawah, kita selesaikan masalah sesuai dengan kese-pakatan bersama. Setelah sesama kita yang di dalam itu sudah duluan kom-pak, dalam bingkai persaudaraan, ke-bersamaan, dan silaturrahmi, baru kita jalin relasi dengan elemen yang di luar. Baik di jajaran KUA, penyuluh, guru, maupun unsur lainnya, kita terus jalin silaturrahmi yang tulus. Sebab silatur-rahmi itu membawa rezeki, dan panjang umur. Ini yang pertama, silaturrahmi wajib kita bina, dan terjaga.

Yang kedua, dengan pihak terkait lainnya, di luar jajaran Kemenag, teru-tama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Besar, kita bekoordinasi terus, dan bermitra bersama. Pemkab dan ja-jarannya, itu mitra kerja kita, sebab kita bekerja dan mengabdi di wilayah Pemda (Pemkab) Aceh Besar. Alhamdulillah, Kemenag Aceh Besar mendapat satu unit mobil dinas baru, yang sebelumnya belum pernah ada. (Mobil yang dipakai Kepala Kandepag lama, yang pernah kena tsunami itu, mungkin pemberian pihak Kanwil Depag). Alhamdulillah, kerjasama dan harmonisasi dengan pemda, jalinan baik dengan teman-te-man, koordinasi dengan DPRK, Sekda, para asisten, para kepala dinas dan ba-dan tetap mesra. Membangun Aceh Be-sar itu tidak bisa sendirian, jadi hubu-ngan erat dan baik dengan eksekutif dan legislatif itu harus lebih maksimal.

Problematika yang menonjol?Luas wilayah, bahkan sangat luas

untuk standar sebuah kabupaten. Jadi masalah pun relatif lebih banyak. Terutama persoalan pada efektifitas dan efesiensinya evaluasi dan monitoring. Sampai kini, belum semua satker bisa saya jangkau; hingga sekarang, belum semua KUA sempat saya kunjungi dan masuk. Target kami, semua satker harus saya kunjungi. (Kabupaten Aceh Besar meliputi kepulauan dan pegunungan, dan di pulau dan lembah itu banyak satker serta KUA).

Jadi, sementara ini sisi mana yang lebih difokuskan pembinaan?

Karena luas dan banyak satker, kepada teman kita di bawah, kita fokus sekali pada peningkatan manajemen, juga yang menyangkut sumber daya

51Santunan NOVEMBER 2011

Tokoh

BiodataNama : Drs. SalahudddinTempat dan Tanggal Lahir : Aceh Besar, 27 September 1962Alamat : Sibreh Kec. Suka Makmur Kab. Aceh BesarIstri : Dra. Aziah HanimAnak : Rikza1. Zahid Ashi2. Zahrah Fida3. Hafidh AsyiPendidika :1. MIN Jeureula (tamat 1974)2. MTsN Jeureula (tamat 1977)3. MAN Banda Aceh (tamat 1981)4. Jurusan TPA Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry (1981-1987)5. Program Pascasarjana FKIP Unsyiah (tamat September 2011)Pekerjaan :1. Guru IPA pada MTsN Kota Lhokseumawe (1992-2000)2. Kepala MTsN Lhoksukon Kab. Aceh Utara (2001-2003)3. Kasi Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren (Pekapontren) Kantor

Depag Kab. Aceh Utara (2003)4. Kasi Madrasah dan Pendidikan Agama pada Sekolah Umum (Mapenda)

Kantor Depag Kota Lhokseumawe (2004-2008)5. Kepala Kantor Depag Kota Lhokseumawe (2008-2010) 6. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Aceh Besar (16 April 2010 -

sekarang)

manusia (SDM) di Aceh Besar. Di samping pembinaan dan pendampingan bagi kepegawaian dan guru, juga madrasah dengan administrasinya. Tentu juga kita perhatikan pendidikan agama di pesantren, dan pendidikan ‘sekolah’ di dayah. (Jumlah dayah yang ikut paket Wajardikdas -- wajib belajar pendidikan dasar-- sementara ini ada tiga pondok/dayah, dengan santri kelas wustha 189, bersama guru 18 orang). Pelatihan dan pembinan bagi guru misalnya, pelan-pelan terus kita tingkatkan. Tiap tahun kita kirim ke Balai Pendidikan dan Latihan (Diklat) misalnya, juga ke Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Medan. Sehingga akan mem-peroleh kompetensi, berdasarkan bi-dang studi mereka.

Lantas, yang ‘unik’ di lingkungan Kemenag Aceh Besar?

Sebagaimana di bawah Pemkab Aceh Besar ada forum geuchik se Aceh Besar, keunggulan pada Kemenag juga ada Forum Kepala KUA Kecamatan. (Ketua forum gecuhik itu, kini juga masih dipimpin oleh Khairul Huda SHI, Geuchik Gampong Blang Krueng Kecamatan Darussalam, yang juga salah seorang Penghulu pada KUA Kecamatan Darussalam, yang sebelumnya sebagai Penghulu di Lembah Seulawah). Sila-turrahmi para Kepala KUA kuat, dan rutinitas pertemuan mereka terus ber-jalan pada tiap awal bulan. Sepertinya di Aceh, forum kepala KUA dengan rapat rutin, awal bulan, yang digilir di setiap KUA, bermula dari Aceh Besar, baru kita dengar ada di kabupaten lain.

Rasa sosial dan kekompakan, teru-tama jajaran KUA sangat terasa. Dalam rapat bulanan, mereka saling tukar informasi dan solusi. Sama dengan di wilayah lain, yang ada forum untuk para penghulu di bawah Pokjaluh, forum un-tuk penyuluh di bawah Pokjaluh, atau forum para kepala madrasah di bawah K3M, ini akan membantu peningkatan SDM. Lewat forum itu misalnya, teman yang di bawah sangat responsif terhadap penyelesaian masalah di Aceh Besar.

Bagaimana dengan koperasi, yang kabarnya tergolong ‘sehat’?

Yang termasuk keunggulan kita juga, Koperasi al-Ishlah itu. Koperasi itu milik karyawan di lingkungan Kemenag Aceh Besar. (Ada juga pegawai dari luar Kemenag Aceh Besar, atau sudah dimutasi dari Kemenag Aceh Besar ke

wilayah lain, masih sebagai anggota). Hingga 2011 sudah ada hampir 1.000 anggota koperasi kita, yang beralamat di Jalan Pocut Baren Banda Aceh itu. Saat Rapat Anggota Tahunan (RAT) lalu, kita ajak, mari kita bina dan jaga dengan baik. Sebab ini aset Aceh Besar. Pada pengurus kita rangkul dan sampaikan, mari kita hidupkan koperasi, bukan mencari hidup pada koperasi.

Kami sampaikan, jika bisa simpanan wajib dan pokok kita tingkatkan, sebab koperasi dari dan untuk kita. Jadi anggota tak menyalahkan pengurus; pengurus tidak menyalahkan anggota, yang bisa membuat kita bisa bubar. Lewat RAT kemarin, ada cita-cita pendahulu yang sudah terwujud, yakni jika selama ini kita hanya ada unit simpan pinjam, tapi pada 2011 mulai kita kembangkan warung serba ada (waserda). Sudah kita buka waserda dua pintu, dua lantai, di kawasan Lambaro. Itu pembelian dua unit toko baru, pada 2010. Akhir tahun ini kita beli tiga bakal unit toko, yang ada di sampingnya itu.

Jika bisa kita kelola, maka akan ada lima unit usaha di Aceh Besar. Kita ajak teman-teman, mari kita terus majukan badan usaha bersama ini, sehingga jadi pilot projek. Ini akan terlaksana jika

pengurus dan anggota saling percaya, sebagaimana kebersamaan saat ini. Se-tiap anggota bahkan bisa meminjamkan uang hingga puluhan juta, kapan perlu ada uang, insya Allah. Jadi, aset seperti Al-Ishlah, yang bisa kita tinggalkan buat anak cucu, kita wariskan.

Pesan Anda untuk rekan-rekan di lingkungan Kemenag?

Saat tukar menukar informasi, juga melalui media ini, saya sampaikan kembali, bahwa seperti sebagian besar saudara-saudari, saya juga orang Aceh Besar, dan biasa kita tidak lama-lama pada sebuah jabatan. Pengalaman kita, biasa dua atau tiga tahun akan berakhir atau dimutasi. Walaupun tidak lama menjabat dan mengabdi, mari kita bekerja dengan baik untuk Aceh Besar, dan Aceh. Jabatan kita sementara, maka kepada Kepala KUA, kepada para kepala madrasah, Kepala MI, MTs, MA, serta para kasi, kita ingatkan, jabatan kita tidak terus menerus, mari kita hasilkan apa yang bisa kita hasilkan semaksimal mungkin untuk Aceh Besar. Saya mengajak, mari saling kerja sama, sama-sama kerja, tak saling salah menyalahkan. Dengan amal dan doa, Insya Allah, Aceh Besar kian besar.n muhammad yakub yahya

52 Santunan NOVEMBER 2011

T T S

Pertanyaan TTS Edisi November 2011Mendatar4. Tidak sakit6. keadaan terhenti (tidak bergerak, tidak aktif, tidak jalan9. renungan12. saudara senenek; anak dr dua bersaudara;14. bersifat membujuk secara halus (supaya menjadi yakin)15. ilmu ttg zat dan energi (spt panas, cahaya, dan bunyi17. Toleransi (Arabic)18. penyatuan segala sesuatu ke suatu tempat (daerah dsb)

yg dianggap sbg pusat19. perpindahan dari satu jabatan ke jabatan yang lainMenurun1. Air khas di musim haji2. ......Bin Jabal :salah seorang sahhabat Nabi3. Kepemimpinan(English)5. bagian terkecil senyawa yg terbentuk dr kumpulan atom

yg terikat secara kimia7. kemampuan yg mempunyai kemungkinan untuk

dikembangkan8. ego10. Salah seorang putra nabi Muhammad SAW11. Salah satu bulan haji13. kemampuan, daya16. Nenek nabi Muhammad dari nasab Ayahnya

TTS 018 Santunan Edisi November 2011

Jawaban TTS 016 Santunan Edisi Juli 2011

53Santunan NOVEMBER 2011

Komputer

Sejak tahun 2010 yang lalu, Kementerian Agama melalui Kesekreatan Jendral-nya telah melakukan beberapa gebrakan dalam rangka meningkatkan performance

kelembagaan dan sumberdaya manusianya. Salah satu gebrakan tersebut adalah dengan membentuk Pusat Informasi dan Kehumasan (PINMAS) Kementerian Agama yang menjadi leading sector bagi pembenahan kulitas SDM dan pemanfaatan teknologi di bidang informasi.

Beberapa perubahan yang telah dilakukan adalah pemanfaatan jaringan internet sebagai media promosi, sosialisasi, dan pertukaran informasi kepada masyarakat luas dan lingkungan Internal Kementerian Agama sendiri.

Sejak akhir 2010, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh juga sudah mulai mengadopsi pemamfaatan website dengan domain www.aceh.kemenag.go.id. Melalui website ini, pengambil kebijakan di lingkungan Kanwil Kemenag Aceh dapat mensosialisasikan program kerjanya secara cepat dan dengan target yang lebih luas, serta biaya yang lebih murah. Misalnya saja pengumuman pelelangan atau juga surat-surat edaran penting yang perlu diketahui oleh seluruh satker (satuan kerja) dan masyarakat luas seperti pengumuman hari raya, jadwal haji dan lain-lain.

Mulai pertengahan tahun 2011, Kementerian Agama Pusat juga mulai menggalakkan pemanfaatn jaringan email bagi seluruh satuan kerja sebagai sarana komunikasi dan pertukaran informasi. Awalnya, email resmi pada ini diperkenalkan pada para pejabat dan staf di lingkungan

Pemanfaatan Email Resmi dan E-Dokumendi Lingkungan Kemenag

Oleh Khairuddin

Kesekretariatan Kementerian Agama Pusat dan Kantor Wilayah di setiap provinsi.

Untuk satker-satker lainnya seperti Kantor Kementerian Agama Kabupaten / Kota dan juga madrasah-madrasah negeri yang ada, sudah dibuatkan akun emailnya masing-masing. Untuk Satker dalam Provinsi Aceh bisa dilihat segmen Informasi Penting di Website Resmi Kantor

Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Informasi lebih lanjut bisa menghubungi email : [email protected].

Pada oktober 2011 yang lalu, Bidang Data pada PINMAS Kementerian Agama Pusat juga mensosialisasikan pemanfaatan fasilitas E-Dokomen yang bisa diakses di http://e-dokumen.kemenag.go.id. Fasilitas e-dokumen ini dimaksudkan sebagai database data elektronik yang bisa diakses secara online. Diharapkan, melalui fasilitas ini bisa mengatasi persoalan penyimpanan data konvensiuonal yang rentan rusak, hilang atau sulit untuk ditemukan kembali.

Ada tiga klasifikasi data dalam fasilitas e-dokumen ini, data umum yang bisa dibaca dan didownload oleh seluruh pengguna internet, data khusus yang hanya bisa diakses oleh user yang teregistrasi pada system (hanya PNS Kemenag) dan data pribadi yang hanya bisa diakses oleh pemilik data sendiri.

Untuk bisa menikmati fasilitas ini, anda perlu melakukan registrasi dengan menggunakan NIP baru sebanyak 18 digit. Selamat mencoba, dan sukseskan program pemberdayaan SDM dan pemamfaatan fasilitas teknologi informasi di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Aceh.n

54 Santunan NOVEMBER 2011

EnsiklopediBahasa di Aceh

Bahasa di Aceh November 2011

NO BAHASA INDONESIA

BAHASA ACEH

BAHASA GAYO

BAHASA ANEUK JAMEE

BAHASA ALAS

BAHASA SIGULAI

LAMAMEK SIMEULUE

BAHASA DEVAYAN SIMEULUE

BAHASA SINGKIL

BAHASA PAK-PAK BOANG SINGKIL

BAHASA TAMIANG

HULU

BAHASA KLUET

BAHASA HALOBAN

1 Dorong Tulak Tulak Tulak Dokhong Sorong Tulak/duhon Tulag Tulak Tulak Tulak Tulak

2 Seret Bahue Sare Helo Sakhan Elak Ullul Takhik Sakhan Taghek Tegu Jajar/helak

3 Geser Iseuk Esot Geser Gesekh Surut Asak/fotan Okhos Gesekh Kisogh Kisor Kisar

4 Jepit Ceupet Sepit Kapik Kacip Ingkip Kepek Kapik Kapit Kapik Kacip Kapik

5 Buka Buka Uke Bukak Buke Bukak Bu’ai Wuka Buka Buko Buko Wue

6 Tutup Toep Tutup/kiyup Saok Tutup Lengkep Longkop/

laofan Sahap Tutup Tutup Tutup Len

7 Lubang Ruhung Luwang Lubang Kubang Kubang Kubang Mlecak Khawang Kubang Lohop Lengkep

8 Jera/Kapok Jra Jere Jaro Ngampun/nokhbst Ukhaikla Jaro Jekha Bekhoh Jegho Jero Jaro

9 Robek ‘Priek Rebek Cabiak Muak Abitak Masikha/masaek Mekhiwak Khibaq Kuyak Muak Matikha

10 Retak Crah Cerah Ratak Khetak Beratak Maratak Khetak Khetaq Ghetak Cerah Rtak

11 Congkel Cungke Contek/congkel Cungkie Cungkil Tukhek Songet/

tuhek Cukil Cukil Cungkel Cuke Sungket

12 Angkat Beu-et/Grak Tatang Angkek Angkat Ambong Bengkek/

sabong Kekekuen Kekeken Angkek Tatang Hangkek

13 Sesak Seusak Sesak Sasak Sesak Sasak Sasak Sesak Sesak Nungap Picik Sasak

14 Batuk Batok Atuk Batuak Batuk Metohok Tohok Watuk Batuq Batuk Batuk Tohok

15 Pedih Peudeh Bise Padiah Meco-okh/mesu-i Ofekhi Ma’ke Ncor Ncokh Pdeh Ncor Ake

16 Luka Luka Luke Luko Luke Baelen Baelen Ugah Ugah Luko Ugah Maelen

17 Darah Darah Rayoh Darah Dakhoh Do Dalah Rakhoh Dakhoh Daghah Daroh Rala

18 Pingsan Pansan Pitemen/pensan Pansan Pangsan Tayak

nuhu Pancan Pingsan Pangsan Pongsan Pingsan Pangsan

19 Sekarat Nadak Tenggersah Sekarat Nganggu-i Sekarat Bekarat Skakhat Lako Mate Skaghek Pedalanan Maluha

20 Jengkel Palak Geli (ate) Jengkel Munyang Jajok Palak/Jajok Kapil ate Menggelate Palak Jengket Galigman

Database ensiklopedia Bahasa di Aceh ini dibuat berdasarkan kontribusi dari para pembaca Majalah Santunan di berbagai wilayah di Provinsi Aceh. Penulisan kata-kata sesuai dengan sumbangan kontributor. Untuk partisipasi kirimkan sms ke 085277759339 dengan menyertakan padanan kata dalam bahasa daerah yang anda kuasai.Kontributor Edisi Juli: Bahasa Gayo-Erqi Albandary, Bahasa Aneuk Jamee-Andri Rahman, Bahasa Alas-Hasanuddin, Bahasa Sigulai Lamamek-Aji Asmanuddin, Bahasa Devayan-Mirati Adim, Bahasa Singkil-Hendra Sudirman, Bahasa Pak-pak Boang-Sulaeman Ar, Bahasa Tamiang hulu-Lukmanul Hakin, bahasa Kluet-H.Bahrum Basyah, bahasa Haloban-ikhsanPadanan kata untuk edisi berikutnya: telat, cepat, awal, tunggu, dalam, luar, sebentar, Lambat, tengah (tempat), Waktu, kemarin, sore, besok, tadi, kemarin lusa, lewat, belum, nanti (waktu), besok lusa, tinggal.

55Santunan NOVEMBER 2011

Sastra

Semilir angin enggan hampiri pagi. Kicau burung pun alpa tunaikan makna diri. Berhenti bernyanyi

untuk menyambut mentari. Kabut berpaling selimuti pembuka hari. Terlihat kumparan asap mengangkasa, menanda api yang menyala. Seorang nenek tua membakar serakan dedaunan di halaman rumahnya. Tubuh kurusnya terbungkus baju tebal dengan kain sarung kuno sebagai bawahannya. Rumahnya kian lapuk dilahap masa. Pepohonan memenuhi sisi rumah: langsat, manggis, durian, dan rambutan, tumbuh tak terawat di depan dan belakang rumahnya. Bagai sebuah jaring ekosistem, komplit dengan hewan kecil berjingkrak ria di sekitarnya.

Nek Ti beranjak meninggalkan sapu di pangkal pohon langsat. Hanya sebagian kecil saja yang sanggup dibersihkan dari luasnya hamparan halaman rumah itu. Kakinya tertatih melangkah menuju sebuah bangku panjang yang diletakkan di teras rumah. Matanya menyebar, mencoba nikmati pemandangan di ‘taman’. Terlalu sedikit yang mampu ditangkap oleh matanya, karena sebagian kenikmatan penglihatan telah Allah ambil kembali. Dua tungkai lengan yang hanya terbalut kulit mencoba menopang kepalanya. Mata rabunnya menerawang ke masa silam. Perjalanan panjang telah menyuguhkan asam garam kehidupan untuk direngkuhnya. Sudah 68 tahun wara-wiri bersama kerasnya hidup, memberikan kekuatan dalam menikmati kepedihan.

Sayup dari jauh terdengar orang berbincang tentang nama-nama calon pimpinan wilayah. Terasa ada beberapa nama yang tak asing di kupingnya. Tokoh yang dulu begitu diagungkan sebagai pejuang dalam komplotannya.

“Mungkinkah dia calon pemimpin negeri ini?” pikiran itu sempat

hinggap di kepalanya. Namun dia tidak mungkin untuk mengorek lebih jauh, karena keberadaannya selama ini bagaikan terasing di kampungnya sendiri.

“Mak, sarapan dulu. Bu lam kanot, kuah dalam belanga,” suara lugas Mainar membuyarkan lamunannya. Putri semata wayangnya berlalu dengan memikul tumpukan baju dalam ember menuju kali tempat biasanya dia menyuci.

Nek Ti bangkit dari bangku menuju dapur. Tangannya meraba-meraba pada rak piring, sebuah piring plastik yang telah usang berhasil diraihnya.

Perlahan menuju tempat nasi dan menyodoknya dengan pelan.

Dulu tangan itu begitu kuat untuk seorang wanita. Dengan ringan tangan itu mengangkat senjata dan bahkan mampu membunuh beberapa tentara. Hal itu terjadi ketika dia bersama kelompoknya dalam sebuah gerakan yang bersiteru dengan negaranya. Ia menggenggam senjata dengan gagah berani. Berjejer di barisan paling depan pasukan inong belee. Semangatnya menggebu menggantikan suaminya yang telah meninggal dalam konflik yang sama. Keperkasaan terlihat nyata, semangat Cut Nyak Dhien menyala

Rintihan Nek TiBy Aris Munandar

dalam dirinya. Pantang menyerah, untuk memperjuangkan hak-hak bangsanya.

Masa 16 tahun lebih telah berlalu, semua telah menjadi kenangan yang menoreh prasasti di kalbu. Semangat menggebu pun kini telah menjadi abu, kini Nek Ti hanyalah nenek tua yang tak berdaya diterkam masa. Air matanya menitik. Ingatannya tak sanggup lagi membaca semua memori yang terekam. Penggalan hidup itu penuh dalam cabaran. Perjalan waktu telah menjemput suami dan dua jagoannya. Januar, putra sulungnya meninggal tak wajar. Pagi ia dijemput orang tak dikenal dan malamnya dikembalikan dalam keadaan tak bernyawa. Putra kedua Nek Ti bernama M. Nur. Ketika gejolak melanda negeri ini dia melarikan diri ke negeri jiran. Di sana dia bekerja sebagai buruh kasar. Tragis menimpa hidupnya. Terjatuh dari bangunan tempat dia bekerja sehingga jasadnya dibawa pulang tanpa nyawa.

Takdir Allah hanya menyisakan seorang putri ‘tuk menemaninya. Hanya menemaninya dalam diam, tampa ada tawa dan canda dari raut yang nampak lebih tua dari usianya. Meski usianya tidak muda lagi, Mainar tak pernah memberi Nek Ti kesempatan tuk memomong cucu. Setelah kesuciannya direnggut oleh orang-orang bertopeng, Mainan memutuskan untuk tetap hidup sendiri. Hatinya tertutup oleh rasa dendam untuk yang bernama laki-laki. Luka itu telah menimbulkan benci yang begitu dalam yang kini hanya dipendam jauh di lubuk hatinya. Ia tak pernah mau menikah.

Terasa berat beban yang dipikul Nek Ti, andai saja bisa, ingin rasanya memutar balik fakta. Kalaupun harus ada yang meninggal mungkin dia akan memilih nyawanya pengganti anak-

56 Santunan NOVEMBER 2011

Sastraanaknya.

Air mata Nek Ti terus mengalir. Ia masih saja memegang piring plastik. Makanan itu seolah racun baginya. Tidak terasa lagi nikmatnya. Satu persatu kajadian memutar di otaknya, perjuangan panjang untuk mempersembahkan yang terbaik dalam perjuangannya terasa tak bermakna. Tanpa pernah mengerti apa yang telah terjadi, kini Nek Ti hanya wanita tua yang terasing dari kehidupan lainnya. Tidak ada lagi yang menamakan diri pejuang untuk melirik dan menghargai perjuangannya. Bukannya tanda jasa, malah pandangan sinis dan sindiran yang sering dirasa dari tetangga-tetangganya. Begitu menyayat, walau diketahui banyak pejuang yang sama dengannya kini menempati posisi yang cukup bagus di negeri ini. Tapi tidak dengan dirinya.

Isak Nek Ti semakin pilu, tangannya bergetar hebat. “Salahkan dengan perjuangannya selama ini? Begitu banyak memakan korban baik harta maupun nyawa para tetangga di desanya, juga termasuk suami dan putra putri tersayangnya. Sia-siakah semua itu? Bukankah perjuangan itu suci, untuk mengembalikan daerah tercinta ini menjadi daerah yang makmur dan sejahtera.” Nek Ti hanya coba berpikir dengan pikiran dangkalnya, tak pernah mengerti tentang semua yang ada di baliknya.

Desakan itu semakin memenuhi otak Nek Ti. Beban itu tarasa mengalir ke seluruh tubuh rentahnya. Begitu berat, hingga kedua kakinya tak mampu lagi menopang. Getaran jiwanya begitu kentara terlihat pada tangannya. Segenap tenaga dikerahkan untuk menahan semua beban, namun

sia-sia. Akhirnya tubuh renta itupun roboh bersama dengan piring yang dipegangnya.

“Ya Allah…” Hanya itu yang sanggup keluar dari mulut Nek Ti. Sisa-sisa tenaga yang dia miliki coba dikerahkan untuk meraba-raba tongkatnya. Namun semua terasa hampa. Mata rabunnya semakin buram. Semua berubah menjadi gelap. Tiada lagi cahaya yang masuk ke retinanya. Kini ia terbaring lemah ditempatnya terjatuh. Hanya suara pekik tertahan yang mampu keluar dari mulutnya. Hanya berharap Mainar putrinya segera pulang untuk memapahnya. Ya, hanya Allah dan Mainarlah yang menjadi harapan dan kekuatan baginya. nPenulis Kelas XI IPA 1 dan Anggota Bengkel Tulis MAS Jeumala Amal Lueng Putu, Kab. Pidie Jaya.

Kemelut Zaman Penyakit moral mendera jiwa di planet iniKendali diri tergilas di tengah perjalananLambaian tangan-tangan angkara mengibasMenampar kepolosan anak manusia

Langkah-langkah kerdil tertatihMenapaki zaman yang penuh kebiadabanKegelapan melanda nuraniKilauan dosa membakar siapa saja

Bumi telah dikotori polusi etikaGersang, panas, dan mengganasMencakar jiwa-jiwa putihMencabik tangan-tangan penolong

Generasi kehilangan arah dan kemudiTangan-tangan hitam merampas budiMulut-mulut penuh dengan kemunafikanMata-mata dendam bersinar menakutkan

Mengerikan….Memalukan….Memilukan.....

Karya: Rachmah S.Pd.IGuru Min Tanoh AnoeKec. Jangka Kab.Bireuen

Petunjuk Itu, Al-HudaMencari titik tempuh dalam kebimbanganDerapan kaki terus melaju ke depanKuacak semua yang menghadangTak terkecuali setiap helaian Tapi apa?Tidak ada yang mampu kuselipkan dalam pikiran Titik temu masih dalam kehampaanEntah menyelinap ke mana

Lirikan mataku melesat ke sudut yang belum kutelusuriKini, perlahan kugerakkan tubuh ke titik fokusMemikul beban yang tertanam di benakkuMenuju sudut itu, tempat al-huda tersimpanKusandarkan jiwa berlahan ke dinding suciKucoba selami makna dalam suhuf-suhuf itu Kulihat kata per kata, lalu kumulai melanjutkannyaAkhirnya kusadariDialah yang menjadi titik temuDari semua pencarianku* Al-Huda = Petunjuk (nama lain Alqur’an)

Karya: MasrurahKelas XII IPA 3 MAS Jeumala Amal Lueng Putu Pidie Jaya, dan Anggota Bengkel Tulis Jeumala

Oh MuridkuKubangga menjadi seorang guru...Hari-hariku ditemani buku-buku,siswa-siswa yang lucuPribadimu yang sulit dirayu ‘tuk maju....Membuatku geram,pilu menggerutu tiap waktuKu diacuh bahkan dianggap lugu menghadapi tingkah yang banyak lagu tak menentuCuek…Ribut...Riuh...Lelet...Gak serius itu sikapmu...Wahai siswa-siswaku...Ku adalah gurumu jadikan aku ratu di kelas mu...Biarku betah melayanimu dengan sedikit ilmu yang kumiliki...

Karya: HidayatiGuru Bahasa Indonesia MTsS Pandrah

Ensiklopedi

57Santunan NOVEMBER 2011

Sejarah RingkasMasjid Baitul A’la Lil Mujahidin

Masjid Baitul A’la Lil Mujahidin atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Abu Beureu’eh terletak di Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie. Didirikan pada tahun 1950 atas prakarsa Teungku H. Muhammad Daud Beureueh (Abu Beureueh). Masjid berukuran 1.350 m2 ini dibangun di atas tanah seluas 10.200 m2. Pembangunan masjid ini pernah tertunda karena terjadinya perang di Aceh, dan kemudian mulai dibangun kembali pada tahun 1963.

Abu Beuereu’eh seorang ulama pemimpin umat yang disegani, dan dihormati semua kalangan. Beliau membangun masjid ini dengan bantuan masyarakat. Tahap pembangunan pondasi, penimbunan, pengadaan kerikil, batu, air, dan lain lain dikerjakan oleh masyarakat Kecamatan Mutiara tanpa pamrih. Untuk biaya membeli material, dikumpulkan ‘beras segenggam’ dari masyarakat, baik yang tinggal di Aceh, maupun yang tinggal di luar Aceh.

Rubrik ini diangkat berdasarkan buku Masjid Bersejarah di Nanggroe Aceh, jilid II, diterbitkan oleh Bidang Penamas Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh, 2010.

MASJID BAITUL A’LA LIL MUJAHIDIN, PIDIE

Ketokohan Abu Beureu’eh mengundang simpati banyak orang terhadap masjid ini. Oleh karena itu tidak heran jika mereka yang melintas, baik dari arah timur maupun barat, berupaya menjadwalkan Salat Jumat di masjid Abu Beureueh ini, khususnya semasa Abu Beureu’eh masih hidup.

Teungku H. Muhammad Daud Beureueh lahir di Gampong Beureu’eh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie, pada tanggal 15 September 1899. Ayahnya bernama Teungku Ahmad, Keusyik Gampong Beureueh, dan ibunya bernama Aminah. Kakek beliau masih keturunan Raja Pattani Darussalam (Thailand Selatan), bernama Haji Muhammad Adami.

Abu Beureu’eh menimba ilmu di dayah tradisional di kampungnya. Selain itu, beliau juga sempat sekolah di Governement Inlandsche School, Seulimum. Bakat yang paling menonjol pada diri beliau adalah bakat orasi sehingga terkenal sebagai pendakwah ulung. Setiap kali beliau berceramah di mana pun daerah Aceh, kehadiran beliau selalu disambut meriah oleh

masyarakat. Pemikiran Abu Beureu’eh sangat

moderat, itulah kenapa kemudian beliau berjuang melakukan pembaharuan pendidikan di Aceh. Beliau mengelola madrasah dengan sistem pendidikan modern, dan berperan dalam pendirian organisasi kependidikan seperti Jam‘iyah Diniyah, Jami‘yah Hasbiyah, Jam‘iyah Madaniyah, Jam‘iyah Najdiyah, Jam‘iyah Khairiyah, dan sebagainya. Organisasi ini kemudian berafiliasi menjadi PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh). Dalam kongres pertama di Matang Glumpang Dua pada tahun 1939, Abu Beureu’eh terpilih sebagai ketua umum PUSA.

PUSA berpusat di Sigli dengan Teungku Muhammad Daud Beureu’eh sebagai pimpinan, dan sekretarisnya Teungku Muhammad Amin. Pemuda PUSA berpusat di kota Idi, ketua umumnya Teungku Amir Husin al-Mujahid, dan sekretaris Teungku Abubakar Adamy. Adapun Kasysyafatul Islam dipimpin Abdulgani Usman (Ayah Gani) sebagai Ketua Kuartir Besar, dan bermarkas di Bireun.

Tahun 1953, Teungku Muhammad Daud Beureu’eh memproklamirkan negara Islam di Aceh. Namun gerakan ini berakhir dengan ikrar Lamteh, dan Abu Beureu’eh pun kembali kepangkuan Negara Republik Indonesia.

Teungku Muhammad Daud Beure’eh berpulang ke rahmatullah pada Bulan Juni 1987. Beliau dimakamkan di kampung halamannya secara sederhana, sesuai permintaan beliau sendiri. Makam beliau berada di belakang Masjid Baitul A‘la Lil Mujahidin, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie.

Galeri

58 Santunan NOVEMBER 2011

Bupati Abdya, H. Akmal Ibrahim mengunjungi Kantor Kemenag Abdya yang baru, 19 September 2011

Panitia Qurban Kanwil Kemenag Aceh sedang mencincang daging qurban yang hendak dibagikan kepada mustahiq, 7 November 2011

Tim Inspektorat Jendral Kemenag sedang memberikan penjelasan terhadap hasil pemeriksaan di lingkungan Kanwil Kemenag Aceh, didampingi oleh Kabid Mapenda

selaku Plt. Kakanwil, dan Kabid Hazawa, 25 Oktober 2011

Kakanwil Kemenag Aceh menyerahkan Izin Pemakaian Kendaraan Dinas Roda 4 Baru kepada Kabid Penamas, H. Aska Yunan, S.Ag, 11 November 2011

Penyerahan Cinderamata oleh Kakanwil Kemenag Prov. Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M. Pd kepada Kakanwil Kemenag Prov. Kaltim Drs. H. M. Kusasi 31 Oktober 2011

Wagub Muhamamd Nazar dan Kanwil Kemenag Aceh mewawancarai salah seorang Jamaah Risti Kloter 14 BTJ di Asrama Haji Banda Aceh, 15 Oktober 2011

Mohon Diri dan Terima Kasih

Assalamu’alaikum Wr. Wb.Saya Drs. H. A. Rahman TB, Lt. secara pribadi dan keluarga menyampaikan permohonan maaf, dan ungkapan terima

kasih kepada Bapak / Ibu / Saudara/ Saudari Keluarga Besar Jajaran Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Mitra Kerja, dan Relasi atas kerjasama dan hubungan baik selama saya bertugas sebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011.

Semoga jalinan kerja dan hubungan silaturrahim yang baik ini menjadi amal ibadah kita di sisi Allah swt., Tuhan Yang Maha Kuasa, Amin ya Rabbal ‘Alamin.

WassalamDrs. H. A. Rahman TB, Lt.,dan Keluarga