KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

30
Uji Fitokimia dan Antioksidan dari Ekstrak Kulit Batang Srikaya (Annona Squamosa L) dengan metode Maserasi, Fraksinasi dan Sokletasi Kelompok 8 Dea Justina (1111096000025) Lutfi Nugraha (1111096000029) Ardhanareswari Widaninggar (1111096000032) Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 M/ 1434 H

description

kulit batang srikaya

Transcript of KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

Page 1: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

Uji Fitokimia dan Antioksidan dari Ekstrak Kulit Batang Srikaya (Annona

Squamosa L) dengan metode Maserasi, Fraksinasi dan Sokletasi

Kelompok 8

Dea Justina (1111096000025)

Lutfi Nugraha (1111096000029)

Ardhanareswari Widaninggar (1111096000032)

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

2013 M/ 1434 H

Page 2: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

i

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….… 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….…1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………1

1.3 Hipotesis…………………………………………………………………………………...…2

1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………………..…2

1.5 Manfaat penelitian……………………………………………………………………………2

II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………..…………3

2.1. Srikaya…………………………………………………………………………………..……3

2.2. Ekstraksi………………………………………………………………………………………3

2.2.1. Maserasi……………………………………………………………………………3

2.2.2. Sokletasi……………………………………………………………………………4

2.3. Uji Fitokimia…………………………………………………………………………….……4

2.3.1. Polifenol……………………………………………………………………………4

2.3.2. Tanin………………………………………………………………………..………5

2.3.3. Steroid………………………………………………………………………………5

2.3.4. Kuinon………………………………………………………………………………5

2.4. Uji Antioksidan…………………………………………………………………………….…6

2.5. Fraksinasi…………………………………………………………………………………...…6

2.6. Spektrofotometer UV-VIS……………………………………………………………….……7

III. METODE PENELITIAN………………………………………………………………………..…8

3.1 Lokasi dan waktu penelitian…………………………………………………………...……8

3.2. Alat dan Bahan ………………………………………………………………………...……8

3.3. Cara Kerja……………………………………………………………………………………8

3.3.1 Ekstraksi Senyawa Bahan Alam………………………………………………..…8

3.3.2 Uji Fitokimia……………………………………………………………………..…8

3.3.2.1 Uji Tanin…………………………………………………………….……8

Page 3: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

ii

3.3.2.2 Uji Steroid ………………………………………………….……………9

3.3.2.3 Uji Kuinon………………………………………………….………….…9

3.3.3 Uji Antioksidan……………………………………………………….………….…9

3.3.4 Sokletasi………………………………………………………………………..……9

3.3.5 Fraksinasi……………………………………………………………………………9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………………...…………11

4.1 Preparasi Sampel ………………………………………………………………………..……11

4.2. Maserasi …………………………………………………………………………………..…11

4.3 Sokletasi………………………………………………………………………………………13

4.4 Uji Kandungan Fitokimia……………………………………………………………….……13

4.5 Fraksinasi…………………………………………………………………………….………17

4.6 Uji Antioksidan………………………………………………………………………………19

V. KESIMPULAN……………………………………………………………………………...……22

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………..…23

Page 4: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Data hasil uji Fitokimia…………………………………………………………………………15

2. Data hasil pengamatan dari Fraksinasi……………………………………………………….…17

3. Tabel hasil absorbansi dan % Inhinibisi sampel Maserasi……………………………..…….…19

4. Tabel hasil absorbansi dan % Inhinibisi

Page 5: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Sampel Kering Kulit Batang Srikaya………………………………………………………….…11

2. (a) Maserasi sampel, (b) Hasil penyarian pertama, (c) Hasil penyarian keempat……………..…12

3. Ekstrak pekat hasil maserasi…………………………………………………………………...…13

4. Sampel Sokletasi dibungkus Kertas Saring………………………………………………………13

5. (kiri) ekstrak hsil sokletasi (kanan) ekstrak hasil maserasi ………………………………………14

6. (a) Kontrol, (b) Sampel positif dari metode Sokletasi (Steroid, Kuinon dan Tanin), (c) Sampel

positif Tanin dari metode Maserasi……………………………………………………….………15

7. Reaksi antara Steroid dan Lieberman-Burchard……………………………………………….…16

8. Reaksi antara tanin dengan FeCl3……………………………………………………………...…17

9. Fraksinasi antara Metanol dan Etil asetat…………………………………………………...……19

10. Kurva hubungan antara Konsentrasi dengan %Inhibisi…………………………………….……20

11. Struktur dasar Polifenol………………………………………………………………………..…21

12. Reaksi antara gugus hidroksil dengan senyawa Radikal Bebas………………….………………21

13. Reaksi antara tanin dan DPPH……………………………………………………………………21

Page 6: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.4 Latar Belakang

Srikaya termasuk pohon buah-buahan kecil yang tumbuh di tanah berbatu, kering, dan

terkena cahaya matahari langsung. Nama latin dari srikaya yaitu Annona squamosa. Srikaya

memang masih serumpun dengan sirsak. Tumbuhan yang asalnya dari Hindia Barat ini akan

berbuah setelah berumur 3-5 tahun. Srikaya sering ditanam di pekarangan, dibudidayakan, atau

tumbuh liar, dan bisa ditemukan sampai ketinggian 800 m dpi.

Pohon Srikaya dikenal mempunyai banyak manfaat baik kulit batang, buahnya dan daunnya

maka dari itu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan senyawa kimia apa yang

terdapat pada kulit batang pohon srikaya dan apa kulit batang pohon srikaya dapat dijadikan

senyawa antioksidan. Pohon srikaya mengandung berbagai macam vitamin dan mineral yang

memberikan berbagai manfaat kesehatan. United States Department of Agriculture (USDA)

menyebutkan, srikaya mengandung vitamin C (mencegah asma), serat (mengontrol kadar gula

darah), vitamin B6 (menjaga kesehatan jantung), potasium (menurunkan tekanan darah), thiamin

(membantu memproduksi energi), riboflavin (memelihara cadangan vitamin B lain di dalam

tubuh yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fungsi-fungsi tubuh), magnesium

(menjaga kekuatan tulang), niacin (membantu menurunkan kadar kolesterol), tembaga

(memelihara kesehatan tiroid), folat (vitamin B9, yang membantu mencegah cacat tabung saraf

pada bayi), serta dapat mengobati berbagai macam penyakit lainnya seperti antiradang,

antidepresi, astringen, antiradang, peluruh cacing usus (antheimintik), serta mempercepat

pemasakan bisul dan abses.

1.5 Rumusan Masalah

Apakah kulit batang pohon srikaya sebagai senyawa antioksidan ?

Adakah senyawa aktif yang terkandung didalam kulit batang pohon srikaya ?

Page 7: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

2

1.3 Hipotesis

Kulit batang pohon srikaya sebagai antioksidan

1.6 Tujuan Penelitian

Mengisolasi senyawa bahan alam dalam jaringan tumbuhan melalui metode ekstraksi

maserasi, dan sokletasi

Mengetahui senyawa apa yang terkandung didalam sampel kulit batang pohon srikaya

Mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak

1.7 Manfaat penelitian

Manfaat dilakukan penelitian ini yaitu dapat mengetahui kandungan senyawa-senyawa

kimia dalam kulit batang srikaya, serta dapat mengetahui tanaman srikaya sebagai tanaman

antioksidan.

Page 8: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Srikaya

Srikaya termasuk pohon buah-buahan kecil yang tumbuh di tanah berbatu, kering, dan terkena

cahaya matahari langsung. Buah tropis ini punya banyak nama, tergantung asalnya. Di Surabaya, buah ini

lebih populer dengan nama menuo. Orang Malaysia menyebutnya serikaya (yang artinya penuh rahmat).

Di Guatemala, namanya cherimoya. Selain itu juga sharifa (India), noi na (Thailand), mang cau te

(Kamboja), fan li chi (China), aajaa thee (Myanmar), sakya (Taiwan), sweetsop (Karibia), atau sugar

apple (Amerika). Nama latinnya sendiri Annona squamosa, namun sering dicampuradukkan dengan

Annona reticulata (custard apple, alias sirsak). Srikaya memang masih serumpun dengan sirsak.

Tumbuhan yang asalnya dari Hindia Barat ini akan berbuah setelah berumur 3-5 tahun. Akar dan kulit

kayunya mengandung flavonoida, borneol, kamphor, terpene, dan alkaloid anonain.

2.2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu komponen yang diingingkan dalam suatu campuran,

biasanya digunakan pelarut tetapi juga dapat dengan cara mekanis (pemerasan). Pemisahan terjadi atas

dasar kemampuan kelarutan yang berbeda dari komponen-komponen yang terdaoat di dalam campuran

(Bernasconi, et al, 1987). Menurut Lenny (2006), secara umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder

dari seluruh bagian tumbuhan, seperti bunga, buah, ddaun, kulit batang, dan akar dapat menggunakan

system maserasi dengan pelarut polar seperti methanol. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa

polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam pelarut non polar (Departemen Kesehatan RI,

1986).

2.2.1. Maserasi

Maserasi merupakan proses ekstraksi yang cukup terkenal, sebelum dikenalnya proses

menggunakan pelarut yang bersifat volatiil. Maserasi adalah proses perendaman sampel dengan

pelarut organic yang digunakan pada temperatur ruang (Guenther, 1987). Keuntungan cara

penyarian menggunakan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan

sederhana dan mudah diusahakan. Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan

Page 9: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

4

pengadukan. Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk

simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat konsentrasi yang

sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel (Departemen Kesehatan RI,

1986).

2.2.2. Sokletasi

Menurut Sudjadi (1986), sokletasi merupakan metode penarikan komponen kimia yang

dilakukan dengan cara serbuk sampel ditempatkan dalam selonsong berupa kertas saring

sedemikian rupa, cairan penyari atau pelarut dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap

dan dikondensasikan oleh kondensor menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke

dalam selonsong menyari zat aktif di dalam sampel dan jika pelarut telah mencapai permukaan

sifon, maka seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga

terjadi sirkulasi. Proses ini akan berlangsung terus-menerus secara otomatis sampai ektraksi

sempurna. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di kertas selonsong tidak berwarna, tidak

tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali.

2.3. Uji Fitokimia

Fitokimia berasal dari kata phytochemical, phyto adalah tumbuhan dan chemical adalah zat kimia.

Dengan demikian fitokimia merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat

memberikan rasa, aroma, atau warna pada tumbuhan itu. Senyawa fitokimia tidak termasuk ke dalam zat

gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, maupun air. Sampai sekarang

sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan

(Arnelia, 2004). Secara garis besar, fitokimia terdiri dari alkaloid, flavanoid, terpenoid, steroid, saponin,

kuinon, dan tannin. Menurut Moelyono (1996) analisis fitokimia merupakan bagian dari ilmu

farmakognosi yang mempelajari metode atau cara analisis kandungan kimia yang terdapat dalam

tumbuhan atau hewan secara keseluruhan atau bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi atau

pemisahannya.

2.3.1. Polifenol

Polifenol ditemukan secara alami pada tumbuhan. Jenis polifenol yang paling sering

ditemukan pada tanaman adalah flavonoid, asam fenolat, catechin, anthocyanin, isoflavon,

quercetin, dan resveratrol. Beberapa polifenol penting seperti flavon, flavonoid, resveratrol, dan

Page 10: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

5

isoflavon diketahui memiliki sifat antioksidan. Adanya antioksidan diyakini memiliki khasiat

meningkatkan kemampuan anti-inflamasi dan kekebalan tubuh.

2.3.2. Tanin

Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yng termasuk ke dalam golonganpolifenol.

Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu digunakan untuk

menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat mengikat protein. Selain itu juga tanin

dapat mengikat alkaloid dan glatin.Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol

yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks

dengan protein. Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas yaitu tannin

terkondensasi (condensed tannins) dan tannin terhidrolisiskan (hydrolysabletannins) (Hagerman

et al., 1992; Harbone, 1996).

2.3.3. Steroid

Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi

penurunan dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting

dengan struktur dasar sterana jenuh (bahasa Inggris: saturated tetracyclic hydrocarbon : 1,2-

cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. Senyawa yang

termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan estrogen. Pada

umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17

atom karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan

jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh

ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin. Flavonoid adalah pigmen tumbuhan yang

paling penting untuk warna bunga yang memproduksi pigmentasi kuning atau merah/biru di

kelopak yang dirancang untuk menarik pollinator hewan.

2.3.4. Kuinon

Nama kuinon diturunkan dari anggota yang paling sederhana, p-benzoquinon,yang

ditemukan oleh Woskresnsky pada tahun 1838 sebagai hasil oksidasi asamquinat. Struktumya

terdapat dalam bagian pigmen, antibiotik, vitamin K, koenzim (ubiquinon dan

plastoquinon).Senyawa-senyawa kuinon merupakan zat warna yang terdapat dalam tumbuh-

tumbuhan yang berasal dari turunan senyawa aromatik. Menurut Hart (1983: 273) “Kuinon

merupakan golongan senyawa karbonil yang unik. Senyawa ini merupakan diketon terkonjugasi

siklik. Contoh paling sederhana ialah 1,4-benzokuinon. Semua kuinon berwarna dan banyak

Page 11: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

6

diantaranya berupa pigmen alami yang digunakan sebagai zat warna”.Warna pigmen kuinon alam

beragam, mulai dari kuning pucat sampai kehampir hitam, dan struktur yang telah dikenal

jumlahnya lebih dari 450. Walaupun mereka tersebar luas dan strukturnya sangat beragam,

sumbangannya terhadap warna tumbuhan tinggi nilai nisbi kecil. Jadi, pigmen ini sering terdapat

dalam kulit, galihatau akar, atau dalam jaringan lain (misalnya daun), tetapi pada jaringan

tersebut warnanya tertutupi pigmen lain.

2.4. Uji Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah terjadinya reaksi

oksidasi. Winarno (1992) menyatakan antioksidan adalah suatu zat yang dapat menghentikan reaksi

pembentukan radikal bebas. Mekanisme kerja antioksidan antara lain:

a. Pemberi atom hidrogen (antioksidan primer). Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen

secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara

turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.

b. Memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme di luar mekanisme pemutusan

rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil.

2.5. Fraksinasi

Fraksinasi merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk memisahkan golongan utama

kandungan yang satu dari kandungan golongan utama yang lainnya. Fraksinasi merupakan prosedur

pemisahan komponen-komponen berdasarkan perbedaan kepolaran tergantung dari jenis senyawa yang

terkandung dalam tumbuhan. Dalam metode fraksinasi pengetahuan mengenai sifat senyawa yang

terdapat dalam ekstrak akan sangat mempengaruhi proses fraksinasi. Oleh karena itu, jika digunakan air

sebagai pengekstraksi maka senyawa yang terekstraksi akan bersifat polar, termasuk senyawa yang

bermuatan listrik. Jika digunakan pelarut non polar misalnya heksan, maka senyawa yang terekstraksi

bersifat non polar dalam ekstrak (Harborne, 1987).

Page 12: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

7

2.6. Spektrofotometer UV-VIS

Sesuai dengan namanya spektrofotometer UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometer UV

dan Visible. Pada spektrofotometer UV-Vis menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda yakni

sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Spektrofotometer UV-Vis merupakan spektrofotometer

berkas ganda sedangkan pada spektrofotometer VIS ataupun UV termasuk spektrofotometer berkas

tunggal. Pada spektrofotometer berkas ganda blanko dan sampel dimasukan atau disinari secara

bersamaan, sedangkan spektrofotometer berkas tunggal blanko dimasukan atau disinari secara terpisah.

Zat yang dapat dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis yaitu zat dalam bentuk larutan dan zat yang

tampak berwarna maupun berwarna.

Page 13: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

8

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Laboraturium Terpadu Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta selama 2 bulan terhitung dari September hingga Oktober.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain erlenmeyer, cawan petri, batang

pengaduk, corong, corong pisah, gelas beker, labu ukur, gelas ukur, tabung reaksi, pipet mikro,

labu destilat, kertas saring, penangas dan spektroskopi UV-Vis.

Bahan yang digunakan antara lain sampel kulit batang pohon srikaya, metanol, etanol, n-

heksan, kloroform, etil asetat, larutan DPPH 0,002%, FeCl3 1%, HCl 2%, dan aquades.

3.3. Cara Kerja

3.3.1 Ekstraksi Senyawa Bahan Alam

Uji ini bertujuan untuk pemisahan suatu komponen yang diinginkan dalam suatu

campuran. Sampel tanaman kulit batang pohon srikaya dikeringkan. Sampel yang sudah

kering ditimbang sebanyak 50 gram. Kulit batang pohon sirsak dimasukkan kedalam

erlenmayer dan ditambahkan larutan metanol untuk dimaserasi selama 3X24 jam. Hasil

maserasi, sampel dilakukan 3 kali penyaringan menggunakan metanol.

3.3.2 Uji Fitokimia

3.3.2.1 Uji tanin

Uji ini bertujuan untuk mengetahui senyawa apa yang terkandung dalam

tanaman tersebut. Ekstrak tanaman sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung

reaksi. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1% kedalam tabung tersebut dan

dikocok.

Page 14: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

9

3.3.2.2 Uji Steroid

Ekstrak tanaman sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi.

Kemudian ditambahkan beberapa tetes reagen Liberman-Burchard kedalam

tabung.

3.3.2.3 Uji kuinon

Ekstrak tanaman sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi. Lalu

ditambahkan NaOH 2N kedalam tabung tersebut dan dikocok.

3.3.3 Uji Antioksidan

Ekstrak larutan sampel dipekatkan sebanyak 0,1 gram dan dilarutkan dalam

metanol kemudian dibuat larutan sampel berbagai konsentrasi antara lain 1; 2; 4; 6 dan 8

ppm dan dibuat lagi konsentrasi 0.1 ; 0,5, ; 1 ; 2 dan 4 ppm. Masing-masing larutan

sampel dipipet sebanyak 2 mL DPPH 0,002% dimasukkan kedalam tabung reaksi

berbagai konsentrasi. Lalu larutan sampel dikocok sampai homogen pada suhu 37oC

selama 30 menit, dan diukur dengan spektrofotometer Uv-Vis dengan panjang

gelombang larutan DPPH yaitu 528 nm untuk pengukuran 1; 2; 4; 6 dan 8 ppm dan 519

nm untuk pengukuran 0.1 ; 0,5, ; 1 ; 2 dan 4 ppm. Dilakukan dalam ruangan gelap dan

dilakukan duplo.

3.3.4 Sokletasi

Sampel tanaman yang sudah kering dan halus ditimbang sebanyak 18 gram

dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam selongsong alat soklet. Pelarut

etanol dimasukkan sebanyak 250 mL kedalam 500 mL distilation flask. Lalu sampel

diekstraksi selama beberapa jam hingga larutan bening. Cairan hasil ekstraksi dipekatkan

hingga diperoleh ektrak yang kental untuk kemudian dilakukan uji fitokimia.

3.3.5 Fraksinasi

Ditimbang sebanyak 1 gram sampel yang sudah dipekatkan, kemudian 50 ml

metanol dan 50 ml aquades dimasukkan kedalam gelas beker dan dicampurkan dengan

sampel yang sudah dipekatkan lalu diaduk dan disaring hingga homogen dan dimasukkan

Page 15: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

10

dalam corong pisah serta dilakukan pengocokan selama 15 menit hingga terbentuk 2 fase.

Selanjutnya dilakukan penyaringan, filtrat dan n-heksan dengan perbandingan 1 : 1

dimasukkan dalam corong pisah dan dilakukan pengocokan kembali selama 15 menit

hingga terbentuk 2 fase lalu dipisahkan. Larutan hasil metanol dan air ditambahkan

dengan larutan kloroform dan di kocok serta dipisahkan kembali lalu fase metanol dan

aquades ditambahkan dengan etil asetat kemudian dikocok hingga terpisah. Lalu hasil

dari fraksinasi dilakukan untuk uji antioksidan.

Page 16: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Preparasi Sampel

Sampel berupa kulit batang srikaya sebelum diolah lebih lanjut dikeringkan terlebih dahulu

dengan cara di jemur dengan tidak dibiarkan kontak langsung dengan matahari atau dikeringkan dengan

menggunakan oven dalam suhu < 60-70oC. Suhu yang diberikan pada tahap ini tak diberikan melebihi

70oC dengan tujuan untuk menghindari rusaknya metabolit sekunder yang terkandung didalam sel pada

sampel. Tujuan dari pengeringan sampel ini adalah untuk menghilangkan kadar air yang terkandung

didalam sampel, sehingga pertumbuhan jamur dan mikroorganisme dapat dicegah, menghentikan reaksi

enzimatis serta mencegah terjadinya perubahan kimiawi (Indah, 2008). Selanjutnya sampel ini dihaluskan

dengan menggunakan blender sebelum dapat digunakan sebagai sampel ekstraksi. Simplisia kering ini

diserbukan dengan tujuan agar luas permukaan kontak antara simplisia dengan pelarut semakin besar

sehingga proses ekstraksi yang berlangsung dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Gambar 1 Sampel Kering Kulit Batang Srikaya

4.2. Maserasi

Salah satu metode yang digunakan untuk ekstraksi senyawa dalam sampel batang kulit srikaya

adalah maserasi. Maserasi ini dilakukan dengan menggunakan pelarut berupa methanol selama 3x24 jam

pada penyarian pertama. Selanjutnya proses maserasi ini dilanjut dengan kembali merendam sampel

dalam methanol sebanyak 3 kali perendaman secara berulang-ulang dengan waktu 10 menit setiap kali

perendaman. Senyawa methanol dipilih sebagai pelarut didalam proses maserasi ini karena kepolaran dari

Page 17: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

12

methanol berada ditengah-tengah sehingga dapat menyari metabolit yang relative polar maupun nonpolar.

Selain itu methanol memiliki titik didih yang rendah sehingga dapat diuapkan dengan mudah ketika ingin

didapatkan ekstrak pekatnya. Proses maserasi yang dilakukan berulang-ulang ini dilakukan dengan tujuan

agar mendapat senyawa ekstrak secara maksimal dan menyeluruh, karena apabila hanya dilakukan satu

kali perendaman ditakutkan terjadi kejenuhan pada pelarut dalam melarutkan senyawa ekstrak, maka

senyawa yang belum dapat dilarutkan oleh pelarut methanol dalam penyarian pertama dapat terekstrak

didalam penyarian kedua. Didalam proses maserasi terjadi pemecahan dinding dan membrane sel akibat

perbedaan tekanan didalam dan diluar sel sehingga metabolit sekunder yang terkandung dalam sitoplasma

akan terlarut dalam pelarut organic (Darwis, 2000).

Hasil penyarian pertama diperoleh warna hijau gelap. Warna yang pekat ini tampak karena

senyawa ekstrak yang larut dalam methanol mencapai mada titik maksimum, atau mencapai titik jenuh.

Agar senyawa yang tersisa didalam sampel dapat larut, maka diberikan penyarian kedua dengan

mengunakan pelarut methanol yang baru. Pada penyarian kedua dapat dengan lebih mudah menarik

senyawa ekstrak karena pelarut methanol yang ditambahkan masih baru sehingga masih jauh dari titik

jenuh, jadi senyawa dapat larut dengan lebih mudah. Selanjutnya, penyarian ketiga dilakukan hingga

sampai pada penyarian yang keempat. Pada penyarian keempat ini diperoleh warna bening kehijauan.

Warna yang relatif bening ini menandakan bahwa sudah terekstrak sempurna seluruh senyawa yang

terkandung didalam sampel batang kulit srikaya.

(a) (b) (c)

Gambar 2. (a) Maserasi sampel, (b) Hasil penyarian pertama, (c) Hasil penyarian keempat

Selanjutnya jumlah dari seluruh larutan ekstrak disatukan dan diambil sedikit untuk dilakukan uji

fitokimia. Kemudian larutan ekstrak ini diuapkan agar diperoleh ekstrak pekat. Pemekatan ini dilakukan

agar pelarut methanol menguap hingga hanya menyisakan berupa senyawa ekstrak murni tanpa

kandungan metanol dari pelarut pada ekstrak pekat. Selanjutnya ekstrak pekat yang didapat ditimbang

agar diperoleh nilai rendemen dari hasil maserasi. Dari 50 gram sampel serbuk kulit batang srikaya,

Page 18: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

13

diperoleh ekstrak pekat sebanyak 4.79 gram, dan didapat rendemen dengan metode maserasi sebesar

9.58 %.

Gambar 3. Ekstrak pekat hasil maserasi

4.3 Sokletasi

Pada proses ekstraksi dengan menggunakan metode sokletasi ini digunakan pelarut berupa Etanol

70%. Sampel yang digunakan adalah berupa kulit batang srikaya yang telah dikeringkan dan dihaluskan

sebanyak 12 gram. Selanjutnya sampel ini dibungkus dengan menggunakan kertas saring sebelum

dimasukan kedalam alat soklet.

Gambar 4. Sampel Sokletasi dibungkus Kertas Saring

Proses sokletasi ini dilakukan hingga sampel terekstrak seluruhnya yaitu hingga warna larutan

ekstrak pada extraction chamber menjadi bening. Pada metode sokletasi ini diharapkan dapat diperoleh

Page 19: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

14

hasil ekstrak yang lebih tinggi karena pada metode ini diberikan sedikit pemanasan, yang mana

pemanasan dapat meningkatkan kelarutan senyawa ekstrak. Selain itu, karena pelarut yang dipakai berasal

dari hasil penguapan dan kondensasi berarti pelarut yang digunakan merupakan pelarut yang baru dan

tidak jenuh sehingga pelarut dapat menarik senyawa yang terkandung didalam sampel dengan lebih

maksimal. Dari hasil yang didapatkan pun hasil ekstrak dengan sokletasi tampak lebih pekat daripada

hasil ekstrak dengan metode maserasi (gambar 6) yang berarti senyawa yang didapat pada sokletasi lebih

banyak. Yang mana selanjutnya dilakukan uji fitokimia terhadap kedua larutan hasil ekstraksi ini.

Gambar 5. (kiri) ekstrak hsil sokletasi (kanan) ekstrak hasil maserasi

4.3 Uji Kandungan Fitokimia

Uji kandungan senyawa fitokimia didalam ekstrak kulit batang srikaya diidentifikasi dengan cara

kualitatif dengan cara penambahan reagen-reagen tertentu pada sampel. Dengan cara ini, senyawa

metabolit sekunder didalam sampel yang telah diekstrak akan berinteraksi dengan reagen yang akan

menunjukan perubahan pada larutan uji yang dapat diamati. Uji fitokimia dilakukan pada ekstrak sampel

hasil sokletasi dan maserasi dengan menguji kandungan Alkaloid, Flavonoid, Triterpenoid, Kuinon dan

Tanin. Pada percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 20: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

15

No. Pengujian Reagen

Ekstrak Sampel

Sokletasi Maserasi

1 Alkaloid

Dragendroff - -

Mayer - -

2 Flavonoid Mg(s) + HCl - -

3 Triterpenoid Lieberman-

Burchard

- -

4 Steroid + -

5 Kuinon NaOH ++ -

6 Tanin FeCl3 ++++ +

Tabel 1 Data hasil uji Fitokimia

(a) (b) (c)

Gambar 6. (a) Kontrol, (b) Sampel positif dari metode Sokletasi (Steroid, Kuinon dan Tanin), (c) Sampel positif Tanin dari metode Maserasi

Pada ekstrak sampel dengan metode Sokletasi tampak terkandung senyawa metabolit sekunder

berupa Steroid (sedikit), Kuinon dan Tanin. Sementara pada ekstrak sampel dengan metode maserasi

didapatkan hanya senyawa Tanin dalam jumlah yang sedikit. Hasil yang berbeda yang didapat dari kedua

metode ini dapat disebabkan oleh pelarut yang berbeda yang digunakan didalam mengekstrak sampel,

yang mana pada ekstrak sokletasi digunakan pelarut berupa etanol 70% dan pada metode maserasi

digunakan pelarut methanol. Jadi terjadi perbedaan kemampuan didalam mengekstrak senyawa dalam

sampel. Dapat terlihat bahwa pelarut berupa etanol dapat mengekstrak senyawa metabolit sekunder

Page 21: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

16

dengan lebih baik. Selain itu dimungkinkan factor lain seperti metode yang digunakan lebih baik, yaitu

dengan metode sokletasi. Pada metode sokletasi pelarut yang digunakan adalah pelarut yang telah

diuapkan lalu dikondensasikan, sehingga tidak tingkat kejenuhan pelarut sangat rendah, jadi pelarut ini

sangat baik digunakan untuk mengekstrak senyawa dalam sampel. Sementara didalam metode maserasi

dapat dimungkinkan terjadi kejenuhan larutan dalam mengekstrak senyawa, maka senyawa yang

dihasilkan relative lebih sedikit.

Pada pengujian kandungan Steroid dengan menggunakan reagen berupa Lieberman-Burchard

didapatkan hasil pada ekstrak kengan metode maserasi. Hasil yang didapat sangat sedikit yang ditunjukan

dengan warna larutan yang tampak sedikit lebih hijau dari pada sebelumnya. Warna hijau yang timbul

disebabkan oleh gugus hidroksil (-OH) dari steroid bereaksi dengan reagen yang menyebabkan

peningkatan konjugasi dari ikatan tak jenuh dari penyatuan ikatan rangkap yang berdekatan. Berikut ini

merupakan reaksi yang terjadi antara senyawa Steroid dan reagen Lieberman Burchard:

Gambar 7. Reaksi antara Steroid dan Lieberman-Burchard

Selanjutnya diuji kandungan kuinon didalam sampel dengan menggunakan reagen berupa NaOH

2N. Hasil positif tampak apabila terbentuk pewarnaan merah pada sampel. Pada percobaan yang telah

dilakukan, tampak sedikit perubahan yang terjadi pada sampel dengan metode sokletasi dengan

perubahan warna dari hijau ke coklat kemerahan. Maka karena itu tampak terdeteksi kuinon didalam

sampel kulit batang srikaya dalam intensitas sedang.

Kandungan Tanin yang diuji pada sampel memberikan hasil positif pada kedua sampel, sampel

dengan metode maserasi maupun sokletasi. Hasil pada sampel dengan metode sokletasi tampak

mengandung Tanin dalam jumlah yang tinggi karena warna yang ditimbulkan adalah warna hijau yang

sangat gelap, sementara pada sampel dengan metode maserasi hanya terjadi pengelapan sampel pada

tingkat yang sedikit yang berarti sampel yang diekstrak hanya sedikit mengandung Tanin. Pada uji ini

ditambahkan reagen berupa FeCl3. Pereaksi FeCl3 dipergunakan secara luas untuk mengidentifikasi

senyawa fenol termasuk tannin (Robinson, 1995). Pada penambahan larutan FeCl3 1% pada sampel akan

menyebabakan larutan ini bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tannin

hingga terbentuk senyawa Fe(OH)3 yang berwarna hitam. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Page 22: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

17

Gambar 8. Reaksi antara tanin dengan FeCl3

4.4 Fraksinasi

Didalam ekstraksi dengan menggunakan metode fraksinasi dilakukan suatu ekstraksi cair-cair

dengan menggunakan beberapa pelarut dengan nilai kepolaran yang berbeda-beda. Pelarut-pelarut yang

digunakan didalam proses fraksinasi ini adalah methanol, n-heksan, kloroform, dan etil asetat. Pelarut-

pelarut yang digunakan ini memiliki tingkat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga senyawa yang

terkandung didalam sampel kulit batang srikaya dapat terlarut didalam pelarut yang sesuai dengan

kepolarannya. Fraksinasi ini dilakukan dengan menggunakan corong pisah. Didalam ekstraksi cair-cair ini

zat terlarut dari ekstrak terdistribusi diantara dua cairan yang tidak bercampur (Sastrohamidjojo, 1985).

Pada tahap pertama, digunakan sampel pekat hasil maserasi sebanyak 1 gram. Lalu sampel ini

dilarutkan didalam 60 mL methanol, kemudian disaring hingga diperoleh larutan homogen. Selanjutnya

sampel ini dimasukkan kedalam corong pisah bersama dengan larutan n-heksan dengan perbandingan

(1:1), yaitu sebanyak 40 mL. Selama proses fraksinasi yang dilakukan dengan pelarut n-heksan,

kloroform, dan etil asetat, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Data hasil pengamatan dari Fraksinasi

Pelarut Warna larutan

ekstrak

Hasil endapan yang didapat

(gram)

Rendemen (%)

n-heksan Kuning Bening 0.0176 1.76

Kloroform Orange Bening 0.098 9.8

Etil Asetat Kuning Pucat Bening - -

Tabel 2. Data hasil pengamatan dari Fraksinasi

Page 23: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

18

Pada ekstraksi pertama, dilakukan pengkocokan corong pisah yang berisi ekstrak methanol dan

sampel yang telah homogen dan n-heksan. Terjadi pemisahan dalam tahap ini berupa larutan warna

kuning bening n-heksan yang terdapat di bagian atas, dan ekstrak methanol berwarna coklat keruh

dibagian bawah. N-heksan merupakan pelarut organic yang sangat non-polar (konstanta dielektrik: 2.0),

maka karena itu apabila didalam sampel terkandung senyawa non-polar maka senyawa tersebut akan

terdistribusi kedalam pelarut n-heksan, sementara untuk senyawa sampel yang bersifat polar akan tetap

berada di fraksi pelarut methanol. Untuk membuktikan keberadaan senyawa non-polar dari sampel yang

dapat terlarut didalam n-heksan maka kedua pelarut ini dipisahkan. Larutan dari fraksi n-heksan

selanjutnya diuapkan dan diperoleh hasil pekat sebanyak 0.0176 gram dengan rendemen 1.76%. Hasil

yang didapatkan ini sangat sedikit, hal ini berarti hanya terdapat sedikit senyawa yang bersifat non-polar

yang terkandung didalam sampel.

Selanjutnya, dilanjutkan kembali ekstraksi dari sampel dengan pelarut methanol yang sebelumnya

telah dipisahkan dari n-heksan. Methanol kembali dimasukan kedalam corong pisah dan ditambahkan

pelarut berupa kloroform. Kloroform merupakan pelarut non-polar yang lebih lemah daripada n-heksan

(cenderung lebih polar) dengan konstanta dielektrik sebesar 4.8. Dengan ini maka diharapkan senyawa

yang terkandung didalam sampel yang memiliki nilai kepolaran mendekati kloroform dapat terlarut

didalam pelarut ini. Dari hasil pengocokan maka didapatkan larutan dapat berpisah dengan fraksi

methanol berwarna kuning dan fraksi kloroform berwarna orange. Selanjutnya kloroform ini dipisahkan

dan selanjutnya diuapkan. Setelah penguapan sampel kloroform didapatkan hasil pekat sebanyak 0.098

gram, dengan nilai rendemen sebesar 9.8%. Nilai rendemen yang didapatkan ini terbilang cukup tinggi,

hal ini berarti senyawa yang terkandung didalam sampel sebagian besar memiliki nilai kepolaran yang

mendekati kloroform, karena didapatkan banyak senyawa yang dapat terlarut didalam pelarut kloroform.

Karena sampel pekat yang didapat cukup banyak maka dapat selanjutnya digunakan untuk uji antioksidan.

Fraksi methanol yang telah dipisahkan kembali dimasukan kedalam corong pisah dan

ditambahkan dengan pelarut berupa Etil Asetat. Pelarut etil asetat ini memiliki sifat non-polar yang

mendekati semi polar. Ketika dilakukan pengocokan, diperoleh fraksi larutan methanol dan etil asetat

dapat bercampur membentuk larutan homogen berwarna kuning pucat bening. Hal ini dimungkinkan

dapat terjadi karena kepolaran antara methanol dan etil asetat relative dekat, maka larutan ini dapat

bercampur dan sulit untuk dipisahkan.

Page 24: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

19

Gambar 9. Fraksinasi antara Metanol dan Etil asetat

4.4 Uji Antioksidan

Pada ekstrak sampel dari metode maserasi dan fraksinasi dilakukan uji antioksidan. Pada uji ini

digunakan larutan DPPH (1, 1-Difenil-2-Pikril Hidrazil). DPPH merupakan senyawa radikal bebas

berwarna ungu yang apabila direaksikan dengan senyawa peredam radikal bebasnya akan

mengurangi intensitas warna ungu dan apabila senyawa peredam radikal bebas yang bereaksi

dalam jumlah besar maka DPPH dapat berubah menjadi warna kuning (Christina, 2009). Sampel

yang digunakan adalah sampel yang telah dipekatkan, dan diencerkan kembali dengan pelarutnya

kedalam konsentrasi tertentu dalam satuan ppm. Pada pengujian ini digunakan konsentrasi

larutan yaitu 0.1; 0.5; 1; 2 dan 4 ppm. Hasil yang didapatkan dari hasil percobaan adalah sebagai

berikut:

Sampel Ulangan pertama

Ulangan kedua

Rata-rata %inhibisi

Absorban 0.47 0.235 0.3525

0.1 ppm 0.183 0.183 0.183 48.0%

0.5 ppm 0.182 0.158 0.17 51.8%

1 ppm 0.153 0.179 0.166 52.9%

2 ppm 0.138 0.156 0.147 58.3%

4 ppm 0.13 0.132 0.131 62.8% Tabel 3. Tabel hasil absorbansi dan % Inhinibisi sampel Maserasi

Keterangan: λ maks = 528 nm

Page 25: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

20

Sampel Ulangan pertama

Ulangan kedua

Rata-rata %inhibisi

Absorban 0.319 0.415 0.367

1 ppm 0.235 0.204 0.2195 40.2

2 ppm 0.192 0.188 0.19 48.2

4 ppm 0.183 0.181 0.182 50.4

6 ppm 0.142 0.146 0.144 60.8

8 ppm 0.129 0.136 0.1325 63.9 Tabel 4. Tabel hasil absorbansi dan % Inhinibisi sampel Fraksinasi

Keterangan: λ maks = 519 nm

Gambar 10. Kurva hubungan antara Konsentrasi dengan %Inhibisi

Dari nilai yang telah didapat, dapat dihitung nilai IC50 dari kedua sampel. Setelah dilakukan

perhitungan didapatkan Nilai IC50 dari hasil maserasi adalah sebesar 0.2 ppm dan nilai IC50 sampel hasil

Fraksinasi adalah 3.39 ppm. Hal ini menunjukan bahwa aktifitas dari senyawa yang didapat dari ekstraksi

dengan metode maserasi lebih baik dari pada sampel dengan metode fraksinasi karena memiliki nilai IC50

y = 3.628x + 49.24R² = 0.946

0

20

40

60

80

0 2 4 6

%in

hib

isi

konsentrasi (ppm)

Uji Antioksidan Hasil Maserasi dengan Metanol

Series1

Linear (Series1)

y = 3.281x + 38.87R² = 0.945

0

20

40

60

80

0 5 10

%in

hib

isi

konsentrasi (ppm)

Uji Antioksidan Hasil Fraksinasi dengan Kloroform

Series1

Linear (Series1)

Page 26: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

21

yang lebih rendah. Suatu zat dapat memiliki sifat antioksidan apabila memiliki nilai IC50 lebih rendah

daripada 200 ppm (Molyneux, 2004). Zat yang memiliki aktifitas antioksidan yangtinggi akan memiliki

nilai IC50 (Inhibition Concentration) atau EC50 (Efficient Concentration) yang rendah (Brand-Williams,

1995).

Senyawa yang berperan didalam aktifitas antioksidan dalam sampel kulit batang srikaya ini

adalah polifenol. Seperti yang telah teridentifikasi didalam uji fitokimia, sampel kulit batang srikaya ini

mengandung senyawa tannin yang termasuk kedalam senyawa polifenol. Struktur dasar polifenol adalah

sebagai berikut:

Gambar 11. Struktur dasar Polifenol

Senyawa polifenol ini dapat menstabilkan senyawa radikal bebas dengan cara melengkapi

kekurangan electron yang dimiliki radikal bebas. Didalam reaksi yang terjadi, apabila gugus hidroksil

bertemu dengan senyawa radikal maka gugus –OH akan terpecah dengan lepasnya ion H+, selanjutnya

atom hydrogen akan ditangkap oleh senyawa radikal bebas yang akan membuat senyawa itu stabil.

Mekanisme kerja dari reaksi penstabilan berlangsung sebagai berikut:

Gambar 12. Reaksi antara gugus hidroksil dengan senyawa Radikal Bebas

Reaksi yang tang terjadi antara DPPH dan senyawa tannin dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 13. Reaksi antara tanin dan DPPH

Page 27: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

22

BAB V

KESIMPULAN

Menurut uji kandungan fitokimianya, kulit batang srikaya mengandung senyawa Steroid, Kuinon

dan Tanin. Selain itu kulit batang srikaya juga mengandung senyawa antioksidan. Senyawa yang berperan

didalam aktifitas antioksidan dalam sampel kulit batang srikaya ini adalah polifenol. Suatu zat dapat

memiliki sifat antioksidan apabila memiliki nilai IC50 lebih rendah daripada 200 ppm. Nilai IC50 dari hasil

maserasi adalah sebesar 0.2 ppm dan nilai IC50 sampel hasil Fraksinasi adalah 3.39 ppm. Hal ini

menunjukan bahwa aktifitas dari senyawa yang didapat dari ekstraksi dengan metode maserasi lebih baik

dari pada sampel dengan metode fraksinasi.

Page 28: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

23

DAFTAR PUSTAKA

Al-Muttaqii, Muhammad. 2013. Uji Antioksidan Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Manggis Liar (Garcinia

cymosa). Fakultas Keguuan dan Ilmu Kependidikan Universitas Jambi.

DJAJANEGARA, IRA dan PRIO WAHYUDI. 2009. Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksisitas

Fraksi Kloroform dan Etanol Ekstrak Daun (Annona squamosa). P3 Teknologi Bioindustri BPPT,

Jakarta.

Diastuti, Hartiwi dan Suwandri. 2009. FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIKANKER

EKSTRAK KULIT BATANG Rhizopora mucronata SERTA UJI TOKSISITASNYA TERHADAP

LARVA UDANG (Artemia salina Leach). Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman,

Purwokerto.

Fidrianny, Irda ,dkk. 2003. Efek Antihipertensi dan Hipotensi beberapa Fraksi dari Ekstrak Etanol Umbi

Lapis Kucai (Allium schoenoprasum L., Lliliaceae). Departemen Farmasi, Institut Teknologi

Bandung

Hagerman, Ann E. 2011. The Tannin Handbook. http://www.users.muohio.edu/hagermae/. Diakses pada

tanggal 19 Oktober 2013 pada pukul 21:26 WIB.

Leopoldini, Monica dan Nino Russo. 2011. The molecular basis of working mechanism of natural

polyphenolic antioxidants. review. Elsevier journal of Food Chemistry.

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0308814610009982#gr6. Diakses pada tanggal 19

Oktober 2013 pada pukul 21:23 WIB.

Marlinda, Mira. 2012. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah

Alpukat (Persea americana Mill.). Unsrat, Manado

Miranti, Mira. 2004. Ekstraksi dan Praksinasi Komponen Antiagregasi Platelet dari Daun Kedondong

(Spondias acida Blume). Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Page 29: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

24

Pambayun, Rindit . dkk. 2007. Kandungan fenol dan sifat antibakteri dari berbagai jenis ekstrak produk

gambir (Uncaria gambir Roxb). Universitas Sriwijaya Palembang

Purwaningsih, Yuliana dan Taslim Ersam. 2007. Senyawa Santon Sebagai Antioksidan dari Kayu Batang

Garcinia tetranda Pierre. Jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Purwati dan Undri Rastuti. 2009. SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DAN UJI

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETILASETAT DAUN WEDUSAN (Eupatorium odoratum).

Fakultas Sains dan Teknik UNSOED

Rohman, Abdul dan Sugeng Riyanto. 2005. Daya antioksidan ekstrak etanol Daun Kemuning (Murraya

paniculata (L) Jack) secara in vitro. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tensiska. Dkk. 2007. PENGARUH JENIS PELARUT TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

EKSTRAK KASAR ISOFLAVON DARI AMPAS TAHU. Universitas Padjadjaran- Sumedang

Setyowati, Erna Prawita.dkk. 2007. Isolasi senyawa sitotoksik spons Kaliapsis. Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

Sihombing, Christina Noventy. Dkk. FORMULASI GEL ANTIOKSIDAN EKSTRAKBUAH BUNCIS

(Phaseolus vulgaris L.) DENGAN MENGGUNAKAN BASIS AQUPEC 505 HV. Universitas

Padjadjaran- Sumedang

SIMANJUNTAK, MEGAWATI R. 2008. SENDUDUK (Melastoma malabathricum.L) SERTA

PENGUJIAN EFEK SEDIAAN KRIM TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR. Skripsi.

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sulistyani, Nanik . 2009. Aktivitas antiviral ekstrak etanolik biji srikaya (Annona squamosa L.) terhadap

virus newcastle disease pada telur ayam berembrio. Universitas Ahmad Dahlan

Sunarni, Titik. 2007. Flavonoid antioksidan penangkap radikal dari daun kepel (Stelechocarpus burahol

(Bl.) Hook f. & Th.). Universitas Setia Budi, Surakarta

Page 30: KELOMPOK 8 Dea Lutfi Ardhana Laporan Prak KBA Kulit Batang Srikaya

25

Wahdaningsih, Sri. Dkk. 2013. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI

BATANG PAKIS (ALSOPHILA GLAUCA J.SM) DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1

PIKRILHIDRAZIL. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Wijayanti, Wahyu Agustina. Dkk. MINYAK ATSIRI DARI KULIT BATANG Cinnamomum burmannii

(KAYU MANIS) DARI FAMILI LAURACEAE SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI, ANTI BAKTERI,

DANANTIOKSIDAN. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

MARDISADORA, OLGA. IDENTIFIKASI DAN POTENSI ANTIOKSIDAN FLAVONOID KULIT KAYU

MAHONI ( Swietenia macrophylla King). Skripsi. INSTITUT PERTANIAN BOGOR, BOGOR

WINDARWATI, SRI. 2011. PEMANFAATAN FRAKSI AKTIF EKSTRAK TANAMAN JARAK PAGAR

(Jatropha curcas Linn.) SEBAGAI ZAT ANTIMIKROBA DAN ANTIOKSIDAN DALAM SEDIAAN

KOSMETIK. Tesis. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR, BOGOR

Zuhra, Cut Fatimah. Dkk. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN KATUK

(Sauropus androgunus (L) Merr.). Universitas Sumatera Utara, Medan.