Kelompok 5 Pelatihan dan Pengembangan.docx
-
Upload
rizki-riris-maharani -
Category
Documents
-
view
140 -
download
4
Transcript of Kelompok 5 Pelatihan dan Pengembangan.docx
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
BAB I
PENDAHULUAN
Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia kerja di
perusahaan, organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi pendidikan.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan pengembangan sangat
penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik
terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat ke depan. Tidak terlalu
jauh dalam instansi pendidikan, pelatihan dan pengembangan sering
dilakukan sebagai upaya meningkatkan kinerja para tenaga kerja pendidikan
yang dianggap belum mampu mengemban pekerjaannya karena faktor
perkembangan kebutuhan masyarakat dalam pendidikan. Secara deskripsi
tertentu potensi para pekerja pendidikan mungkin sudah memenuhi syarat
administarasi pada pekerjaannya, tetapi secara aktual para pekerja
pendidikan harus mengikuti atau mengimbangi perkembangan pendidikan
sesuai dengan tugas yang dijabat atau yang akan dijabatnya. Hal ini yang
mendorong pihak instansi pendidikan untuk memfasilitasi pelatihan dan
pengembangan karir para tenaga kerja pendidikan guna mendapatkan hasil
kinerja yang baik, efektif, dan efisien.
Salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia adalah training
and development artinya bahwa untuk mendapatkan tenaga kerja pendidikan
yang bersumber daya manusia yang baik dan tepat sangat perlu pelatihan
dan pengembangan. Hal ini sebagai upaya untuk mempersiapkan para
tenaga kerja pendidikan untuk menghadapi tugas pekerjaan jabatan yang
dianggap belum dikuasai. Management thought yang dikemukakan Taylor,
bahwa tenaga kerja membutuhkan latihan kerja yang tepat. Teori ini sangat
tepat untuk menghindari kemungkinan terburuk dalam kemampuan dan
tanggungjawab bekerja, sehingga dalam menyelesaikan tugas jabatan lebih
efektif dan efisien sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dalam
instansi pendidikan biasanya para tenaga kerja yang akan menduduki
jabatan baru yang tidak didukung dengan pendidikannya atau belum mampu
melaksanakan tugasnya, akan diberikan suatu perlakuan berupa pelatihan
1
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
dan pengembangan karir. Dengan melalui pelatihan dan pengembangan,
tenaga kerja akan mampu mengerjakan, meningkatkan, dan
mengembangkan pekerjaannya. Dalam kaitannya dengan tema ini, kami
sebagai penulis mencoba menyajikan poin-poin penting yang ada kaitannya
dengan pelatihan dan pengembangan. Poin-poin tersebut adalah sebagai
berikut: Pengertian, tujuan, manfaat, latar belakang terjadinya pelatihan,
jenis-jenis, landasan, tahapan-tahapan, teknik, dan kelemahan, serta
dilengkapi dengan kasus dan pembahasannya.
2
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pelatihan dan Pengembangan
Wexley dan Yukl (1976:282) mengemukakan: “training and
development are terms reffering to planned efforts designed facilitate the
acquisiton of relevan skills, knowledge, and attitudes by organizational
members”.
Selanjutnya Wexley dan Yukl menjelaskan pula: “development
focusses more on improving the decision making and human relation skills
of middle and upper level management, while training involves lower level
employees and the presentation of more factual and narrow subject matter”
Pendapat Wexley dan Yukl tersebut lebih memperjelas penggunaan
istilah pelatihan dan pengembangan. Mereka berpendapat bahwa pelatihan
dan pengembangan merupakan istilah-istilah yang berhubungan dengan
usaha-usaha berencana, yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan
skill, pengetahuan, dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.
Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam
pengambilan keputusan dan memperluas hubungan manusia (human
relation) bagi manajemen tingkat atas dan manajemen tingkat menengah
sedangkan pelatihan dimaksudkan untuk pegawai pada tingkat bawah
(pelaksana).
Pengertian pelatihan dan pengembangan pegawai, dikemukakan oleh
Adrew E. Sikula (1981:227) “training is short-terms educational procces
utilizing a systematic and organized procedure by which nonmanagerial
personnel learn technical knowlegde and skills for a definite purpose.
Development, in reference to staffing and personnel matters, is a long-terms
educational process utilizing a systematic and organized procedure by
which managerial personnel learn conceptual and theoritical knowledge for
general purpose”. Istilah pelatihan ditujukan pada pegawai pelaksana untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis, sedangkan
pengembangan ditujukan pada pegawai tingkat manajerial untuk
3
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
meningkatkan kemampuan konseptual, kemampuan dalam pengambilan
keputusan, dan memperluas human relation.
Mariot Tua Efendi H (2002) mendefinisikan latihan dan
pengembangan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai.
Selanjutnya Mariot Tua menambahkan pelatihan dan pengembangan
merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan. Tetapi, dilihat dari tujuannya, umumnya
kedua konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih ditekankan pada
peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik pada
saat ini, dan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan
untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan
melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah
perilaku kerja.
Simamora menyebutkan bahwa pelatihan (training) merupakan proses
pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau
sikap untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja (Simamora, 2006:273).
Menurut pasal I ayat 9 undang-undang No.13 Tahun 2003, pelatihan kerja
adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan,
serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan
etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan
jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan. Pengembangan (development)
diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang
berbeda atau yang lebih tinggi dalam perusahaan, organisasi, lembaga atau
instansi pendidikan.
Menurut Hani Handoko (2001:104) pengertian latihan dan
pengembangan itu berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan
kerja tertentu, terinci dan rutin. Latihan menyiapkan para karyawan (tenaga
kerja) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Sedangkan
pengembangan (development) mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam
4
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan,
sikap, dan sifat-sifat kepribadian.
Gomes (2003:197) mengemukakan pelatihan adalah setiap usaha
untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang
sedang menjadi tanggungjawabnya. Menurutnya istilah pelatihan sering
disamakan dengan istilah pengembangan, perbedaannya kalau pelatihan
langsung terkait dengan performansi kerja pada pekerjaan yang sekarang,
sedangkan pengembangan tidaklah harus, pengembangan mempunyai scope
yang lebih luas dibandingkan dengan pelatihan.
Pelatihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian
SDM organisasi yang berkaitan dengan jabatan atau fungsi yang menjadi
tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini (current job oriented).
Sasaran yang ingin dicapai dan suatu program pelatihan adalah peningkatan
kinerja individu dalam jabatan atau fungsi saat ini.
Pengembangan cenderung lebih bersifat formal, menyangkut
antisipasi kemampuan dan keahlian individu yang harus dipersiapkan bagi
kepentingan jabatan yang akan datang. Sasaran dan program pengembangan
menyangkut aspek yang lebih luas yaitu peningkatan kemampuan individu
untuk mengantisipasi perubahan yang mungkin terjadi tanpa direncanakan
(unplaned change) atau perubahan yang direncanakan (planed change)
(Syafaruddin:2001:217).
Hal serupa dikemukakan oleh Hadari (2005:208), pelatihan adalah
program-program untuk memperbaiki kemampuan melaksanakan pekerjaan
secara individual, kelompok dan/atau berdasarkan jenjang jabatan dalam
organisasi atau perusahaan. Sedangkan pengembangan karir adalah usaha
yang diakukan secara formal dan berkelanjutan dengan difokuskan pada
peningkatan dan penambahan kemampuan seorang pekerja. Pengertian ini
menunjukkan bahwa fokus pengembangan karir adalah peningkatan
kemampuan mental tenaga kerja.
Istilah pelatihan dan pengembangan merujuk pada struktur total dan
program di dalam dan luar pekerjaan karyawan yang dimanfaatkan
perusahaan dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan,
5
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
utamanya untuk kinerja pekerjaan dan promosi karir. Biasanya pelatihan
merujuk pada pengembangan ketrampilan bekerja (vocational) yang dapat
digunakan dengan segera (Sjafri, 2003: 135).
Berdasarkan beberapa pengertian pelatihan dan pengembangan diatas
dapat disimpulkan perbedaan antara pelatihan dan pengembangan yaitu
(Syafaruddin, 2001: 217) :
1. Pelatihan
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan
saat ini. Sasaran: Peningkatan kinerja jangka pendek. Orientasi:
Kebutuhan jabatan sekarang. Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan
karir relatif rendah.
2. Pengembangan
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan
yang akan datang. Sasaran: Peningkatan kinerja jangka panjang.
Orientasi: Kebutuhan perubahan terencana atau tidak terencana. Efek
terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif tinggi.
B. Tujuan Pelatihan dan Pengembangan
Tujuan diselenggarakan pelatihan dan pengembangan kerja menurut
Simamora (2006:276) diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas dan kesejahteraan. Adapun tujuan-tujuannya sebagai berikut:
1. Memperbaiki Kinerja
Program pelatihan dan pengembangan dapat memperbaiki
kinerja karyawan-karyawan yang bekerja secara tidak memuaskan
karena kekurangan keterampilan. Kendatipun tidak dapat
memecahkan semua masalah kinerja yang efektif, pelatihan dan
pengembangan berfaedah dalam meminimalkan masalah tersebut.
2. Meningkatkan Keahlian Para Karyawan Sejalan dengan
Kemajuan Teknologi
Melalui pelatihan, pelatih memastikan bahwa karyawan dapat
mengaplikasikan teknologi baru secara efektif. Perubahan teknologi
6
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
berdampak pada pekerjaan yang senantiasa berubah sehingga keahlian
dan kemampuan karyawan haruslah ditingkatkan melalui pelatihan,
pada akhirnya kemajuan teknologi dapat diintegrasikan dalam
organisasi secara sukses.
3. Mengurangi Waktu Pembelajaran bagi Karyawan Baru agar
Kompeten dalam Pekerjaan
Seorang karyawan baru seringkali tidak menguasai keahlian dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi ”job competent” yaitu
mencapai output dan standar mutu yang diharapkan.
4. Membantu Memecahkan Masalah Operasional
Para manajer harus mencapai tujuan mereka dengan kelangkaan
dan kelimpahan suber daya: kelangkaan sumberdaya finansial dan
sumber daya teknologi manusia (human tecnological resourse), dan
kelimpahan masalah keuangan, manusia dan teknologis.
5. Mempersiapkan Karyawan untuk Promosi
Salah satu cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi
karyawan adalah melalui program pengembangan karir yang
sistematis. Pengembangan kemampuan promosional karyawan
konsisten dengan kebijakan sumberdaya manusia untuk promosi dari
dalam: pelatihan adalah unsur kunci dalam sistem pengembangan
karir. Secara berkesinambungan mengembangkan dan
mempromosikan sumber daya manusianya melalui pelatihan, manajer
dapat menikmati karyawan yang berbobot, termotivasi, dan
memuaskan.
6. Mengorientasikan Karyawan terhadap Organisasi
Berdasarkan alasan inilah, beberapa penyelenggara orientasi
melakukan upaya bersama dengan tujuan mengorientasikan para
karyawan baru terhadap organisasi dan bekerja secara benar.
7. Memenuhi Kebutuhan Pertumbuhan Pribadi
Misalnya sebagian besar manajer adalah berorientasi pencapaian
dan membutuhkan tantangan baru dipekerjaannya. Pelatihan dan
pengembangan dapat memainkan peran ganda dengan menyediakan
7
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
aktivitas-aktivitas yang menghasilkan efektifitas organisasional yang
lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua
karyawan.
Sikula (1976) menyatakan bahwa tujuan dari pelatihan dan
pengembangan secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Meningkatkan Produktivitas
Pelatihan dan pengembangan selain diberikan kepada tenaga
kerja baru juga diberikan kepada tenaga kerja yang sudah lama
bekerja di perusahaan. Pelatihan dapat meningkatkan taraf prestasi
tenaga kerja pada jabatannya sekarang. Prestasi kerja yang meningkat
mengakibatkan peningkatan dari produktivitas.
2. Meningkatkan Mutu
Pelatihan dan pengembangan yang tepat tidak saja
meningkatkan kuantitas dari keluaran tetapi juga meningkatkan mutu
dari keluaran. Tenaga kerja yang berpengetahuan dan berketerampilan
baik hanya akan membuat sedikit kesalahan dan cermat dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3. Meningkatkan Ketepatan dalam Perencanaan Sumber Daya
Manusia
Pelatihan dan pengembangan yang tepat dapat membantu
perusahaan untuk memenuhi keperluannya akan tenaga kerja dengan
pengetahuan dan keterampilan tertentu di masa yang akan datang. Jika
suatu saat diperlukan, maka lowongan yang ada dapat secara mudah
diisi oleh tenaga kerja dari dalam perusahaan sendiri.
4. Meningkatkan Semangat Kerja
Iklim dan suasana organisasi pada umumnya menjadi lebih baik
jika perusahaan mempunyai program pelatihan yang tepat. Suatu
rangkaian reaksi positif dapat dihasilkan dari program pelatihan
perusahaan yang direncanakan dengan baik.
5. Menarik dan Menahan Tenaga Kerja yang Baik
Para tenaga kerja, terutama para manajernya memandang
kemungkinan untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan sebagai
8
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
bagian dari imbalan jasa dari perusahaan. Banyak perusahaan yang
menawarkan program pelatihan dan pengembangan yang khusus
untuk menarik tenaga kerja yang berpotensi baik.
6. Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pelatihan yang tepat dapat membantu menghindari timbulnya
kecelakaan di perusahaan dan dapat menimbulkan lingkungan kerja
yang lebih aman dan sikap mental yang lebih stabil.
7. Menghindari Keusangan (Obsolescence)
Usaha pelatihan dan pengembangan diperlukan secara terus-
menerus supaya para tenaga kerja dapat mengikuti perkembangan
terakhir dalam bidang kerja mereka masing-masing. Hal tersebut
berlaku baik untuk tenaga kerja pekerja (nonmanajerial) maupun
untuk tenaga kerja manajerial.
8. Menunjang Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)
Pelatihan dan pengembangan tidak hanya menguntungkan
perusahaan, tetapi juga menguntungkan tenaga kerja sendiri.
C. Manfaat Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan mempunyai andil besar dalam menentukan efektifitas dan
efisiensi organisasi. Beberapa manfaat nyata yang didapat dari program
pelatihan dan pengembangan (Simamora, 2006:278) adalah:
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.
2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai
standar kinerja yang dapat diterima.
3. Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih
menguntungkan.
4. Memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya manusia.
5. Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.
6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi
mereka.
Manfaat di atas membantu baik individu maupun organisasi. Program
pelatihan yang efektif adalah bantuan yang berharga dalam perencanaan
9
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
karir dan sering dianggap sebagai penyembuh penyakit organisasional.
Apabila produktivitas tenaga kerja menurun, banyak manajer berfikir bahwa
solusinya adalah pelatihan. Program pelatihan tidak mengobati semua
masalah organisasional, meskipun tentu saja program itu berpotensi untuk
memperbaiki situasi tertentu sekiranya program dijalankan secara benar.
D. Latar Belakang Pelatihan dan Pengembangan
Terdapat beberapa fenomena organisasional yang dapat dikategorikan
sebagai latar belakang perlunya dilakukan pelatihan dan pengembangan.
Tidak tercapainya standar pencapaian kerja, karyawan tidak mampu
melaksanakan tugasnya, karyawan tidak produktif, tingkat penjualan
menurun, tingkat keuntungan menurun adalah beberapa contoh gelaja-gejala
yang umum terjadi dalam organisasi.
Gejala yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut menurut Blanchard and
Huszczo (1986) mencontohkan terdapat tujuh gejala utama dalam organisasi
yang membutuhkan penanganan yaitu :
1. Produktivitas rendah (low productivity);
2. Tingkat absensi tinggi (high absenteeism);
3. Tingginya pergantian karyawan (high turnover);
4. Semangat kerja rendah (low employee morale);
5. Keluhan tinggi (high grievances);
6. Mogok kerja (strike);
7. Keuntungan rendah (low profitability).
E. Jenis Pelatihan dan Pengembangan
Menurut Simamora (2006:278) terdapat lima jenis pelatihan yaitu :
1. Pelatihan Keahlian/Keterampilan
Pelatihan keahlian/keterampilan (skills training) merupakan
pelatihan yang sering dijumpai dalam organisasi, program
pelatihannya relatif sederhana, kebutuhan atau kekurangan
diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. Kriteria penilaian efekifitas
10
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam
tahap penilaian.
2. Pelatihan Ulang
Pelatihan ulang (retraining) merupakan bagian dari pelatihan
keahlian. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para
karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi
tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi
pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual
mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet
3. Pelatihan Lintas Fungsional
Pelatihan lintas fungsional (cross fungtional training)
melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam
bidang lainnya selain dari pekerjan yang ditugaskan.
4. Pelatihan Tim
Pelatihan tim merupakan pelatihan yang membutuhkan kerja
sama dan terdiri dari sekelompok individu untuk menyelesaikan
pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
5. Pelatihan Kreativitas
Pelatihan kreativitas (creativity training) berlandaskan pada
asumsi bahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja
diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin
yang berdasar pada penilaian rasional, biaya dan kelayakan.
Menurut Riggio (2009:153-157), terdapat enam jenis pelatihan, tetapi
beberapa jenis diantaranya sama dengan yang disampaikan oleh Simamora.
Berdasarkan alasan tersebut, kami hanya akan memasukkan tambahannya
saja, yaitu:
1. Orientasi dan Pelatihan Karyawan Baru
Program orientasi didesain guna memperkenalkan karyawan
pada organisasi dan hal terkait seperti tujuan, filosofi, kebijakan, serta
prosedur yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Dapat dikatakan
bahwa pelatihan ini seharusnya memiliki informasi yang cukup
11
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
sehingga karyawan baru mampu menjadi karyawan yang terbilang
produktif dengan cepat.
2. Pelatihan Persiapan dan Perencanaan Pengunduran Diri
Setiap organisasi pasti tidak menginginkan adanya karyawan
yang bersiap dan merencanakan pengunduran diri. Melalui hal
tersebut, beberapa organisasi mulai menggunakan program pelatihan
pra pengunduran diri yang mampu merefleksikan bagaimana
kesejahteraan para karyawan sebelum dan sesudah pengunduran diri.
3. Pelatihan untuk Karyawan yang Ditugaskan ke Luar Negeri
Banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengirim
seorang karyawan untuk bertugas di luar negeri. Oleh sebab itu,
organisasi membuat pelatihan guna melatih karyawan untuk terbiasa
dengan keadaan di luar negeri. Keterampilan yang dilatihkan adalah
kemampuan berbahasa asing dan pengetahuan mengenai budaya serta
aturan kerja yang dianut oleh negara yang dituju.
F. Landasan Pelatihan dan Pengembangan
Demi mensukseskan program pelatihan karyawan, maka hal-hal dasar
dari sebuah pelatihan haruslah dipenuhi. Adapun hal-hal tersebut dijabarkan
sebagai berikut:
1. Transfer of Training
Sebuah pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan karyawan
serta mampu menunjang jenjang karir karyawan tersebut. Perpindahan
ilmu sangat penting dalam suatu pelatihan sebab karyawan perlu
mempelajari keterampilan kerja yang lebih baik sehingga lebih
produktif.
2. Kesiapan Trainee (Karyawan yang Dilatih)
Penelitian dewasa ini mengemukakan bahwa kesiapan seorang
karyawan dalam mengikuti pelatihan, baik dari potensi maupun minat
untuk belajar, dapat mensukseskan pelaksanaan pelatihan tersebut.
12
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
3. Strukturisasi Program
Strukturisasi yang dimaksudkan meliputi waktu pelaksanaan,
seberapa lama masing-masing sesi pelatihan, intensitas pelatihan, serta
seberapa besar kemungkinan karyawan menerapkan materi pelatihan
dalam kehidupan sehari-hari.
G. Tahapan Proses Pelatihan dan Pengembangan
Sebelum pelatihan dapat diselenggarakan, kebutuhan akan hal itu
perlu dianalisis lebih dahulu. Hal demikian disebut sebagai langkah/tahapan
penilaian dari proses pelatihan. Analisis sebelum dilaksanakannya pelatihan
biasa disebut dengan TNA atau Training Need Analysis. Setelah
dilaksanakan TNA, tahapan lain menyusul di belakangnya. Berikut adalah
penjelasannya.
1. Tahapan Perencanaan Pelatihan
Analisis Kebutuhan Pelatihan (training need analysis)
pada tahap pertama organisasi memerlukan fase penilaian yang
ditandai dengan satu kegiatan utama yaitu analisis kebutuhan
pelatihan. Terdapat empat situasi di mana organisasi diharuskan
melakukan analisis tersebut (Riggio, 2009) yaitu :
a. Analisis Organisasional
Analisis kebutuhan ini meliputi tujuan jangka panjang dan jangka
pendek suatu organisasi, serta kondisi internal dan eksternal yang
mendukung pelaksanaan pelatihan pada organisasi tersebut.
b. Analisis Tugas
Inti dari analisis tugas adalah seperti apa pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, serta karakteristik yang diperlukan oleh
karyawan agar mampu bekerja secara produktif.
c. Analisis Individu
Kebutuhan yang ditinjau pada analisis individu adalah kapabilitas
karyawan serta seberapa besar komitmen yang akan diberikan
seorang karyawan yang mengikuti pelatihan tersebut.
13
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
d. Analisis Demografis
Analisis demografis mencakup pemetaan terhadap jenis kelamin,
rentang usia, atau bahkan ras. Analisis kebutuhan ini diharapkan
mampu memberikan wacana struktur pelatihan agar lebih efektif.
TNA merupakan sebuah analisis kebutuhan tempat kerja secara
spesifik dimaksud untuk menentukan apa sebetulnya kebutuhan
pelatihan yang menjadi prioritas. Informasi kebutuhan tersebut akan
dapat membantu organisasi dalam menggunakan sumber daya (dana,
waktu, dll) secara efektif sekaligus menghindari kegiatan pelatihan
yang tidak perlu.
TNA dapat pula dipahami sebagai sebuah investigasi sistematis dan
komprehensif tentang berbagai masalah dengan tujuan
mengidentifikasi secara tepat beberapa dimensi persoalan, sehingga
akhirnya organisasi dapat mengetahui apakah masalah tersebut
memang perlu dipecahkan melalui program pelatihan atau tidak.
Analisis kebutuhan pelatihan dilakukan melalui sebuah proses
tanya jawab (asking question getting answers). Pertanyaan diajukan
kepada setiap karyawan dan kemudian membuat verifikasi dan
dokumentasi tentang berbagai masalah dimana akhirnya kebutuhan
pelatihan dapat diketahui untuk memecahkan masalah tersebut.
Fungsi Training Need Analysis (TNA) yaitu :
a. mengumpulkan informasi tentang skill, knowledge, dan feeling
karyawan
b. mengumpulkan informasi tentang job content dan job context
c. medefinisikan kinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian
yang operasional
d. melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan
e. memberi data untuk keperluan perencanaan pelatihan
Hasil TNA adalah identifikasi performance gap. Kesenjangan
kinerja tersebut dapat diidentifikasi sebagai perbedaan antara kinerja
14
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
yang diharapkan dan kinerja aktual individu. Kesenjangan kinerja
dapat ditemukan dengan mengidentifikasi dan mendokumentasi
standar atau persyaratan kompetensi yang harus dipenuhi dalam
melaksanakan pekerjaan dan mencocokkan dengan kinerja aktual
individu tempat kerja.
Tahapan TNA mempunyai elemen penting yaitu :
a. identifikasi masalah
b. identifikasi kebutuhan
c. pengembangan standar kinerja
d. identifikasi peserta
e. pengembangan kriteria pelatihan
f. perkiraan biaya
g. keuntungan
2. Perencanaan dan Pembuatan Desain Pelatihan
Desain pelatihan adalah esensi dari pelatihan, karena pada tahap
ini bagaimana kita dapat menyakinkan bahwa pelatihan akan
dilaksanakan.
Keseluruhan tugas yang harus dilaksanakan pada tahap ini
adalah :
a. mengidentifikasi sasaran pembelajaran dari program pelatihan
b. menetapkan metode yang paling tepat
c. menetapkan penyelenggara dan dukungan lainnya
d. memilih dari beraneka ragam media
e. menetapkan isi
f. mengidentifikasi alat-alat evaluasi
g. menyusun urut-urut pelatihan
Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah membuat materi
pelatihan yang diperlukan dan dikembangkan seperti:
a. jadwal pelatihan secara menyeluruh (estimasi waktu)
b. rencana setiap sesi
15
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
c. materi-materi pembelajaran seperti buku tulis, buku bacaan,
hand out dll
d. alat-alat bantu pembelajaran
e. formulir evaluasi
3. Implementasi Pelatihan
Keberhasilan implementasi program pelatihan dan
pengembangan SDM tergantung pada pemilihan (selecting) program
untuk memperoleh the right people under the right conditions. TNA
dapat membantu mengidentifikasi the right people dan the right
program sedangkan beberapa pengembangan (training development)
dan concideration program dapat membantu dalam menciptakan the
right condition.
4. Evaluasi Pelatihan
Keberhasilan pelatihan dapat dipastikan melalui evaluasi. Secara
sistematik manajemen pelatihan meliputi tahap perencanaan yaitu
training need analysis, tahap implementasi dan tahap evaluasi. Tahap
terakhir merupakan titik kritis dalam setiap kegiatan karena acap kali
diabaikan sementara fungsinya sangat vital untuk memastikan bahwa
pelatihan yang telah dilakukan berhasil mencapai tujuan ataukah
justru sebaliknya.
a. Persepsi terhadap Evaluasi Pelatihan
Konsep pelatihan sudah sejak lama mengalami problem
perseptual. Sebagai kegiatan banyak organisasi mempersepsikan
evaluasi secara keliru di samping mengabaikan atau sama sekali
tidak melakukannya setelah pelatihan diadakan.
Menurut Smith (1997) evaluasi program pelatihan dan
pengembangan merupakan kegiatan yang penting dan sangat
berguna, namun demikian secara praktis sering dilupakan atau
tidak dilakukan sama sekali.
16
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
b. Makna Evaluasi Pelatihan
Newby (dalam Irianto Yusuf, 1996) menulis bahwa perhatian
utama evaluasi dipusatkan pada efektivitas pelatihan. Efektifitas
berkaitan dengan sampai sejauh manakah program pelatihan SDM
diputuskan sebagai tujuan yang harus dicapai, karena efektifitas
menjadi masalah serius dalam kegiatan evaluasi pelatihan.
c. Merancang Evaluasi Pelatihan
Hariandja (2007:190) menyebutkan beberapa cara di bawah ini
dalam mengevaluasi program pelatihan dan pengembangan.
Evaluasi pelatihan dilihat dari efek pelatihan dikaitkan dengan:
Reaksi Peserta terhadap Isi dan Proses Pelatihan (Evaluasi
Reaksi)
Reaksi peserta terhadap isi dan proses pelatihan dapat diukur
dengan cara menanyakan kepada peserta, apakah peserta menyukai
program pelatihan, program pelatihan dirasakan bermanfaat, mudah
dipahami dan lain-lain, yang dapat dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner.
Evaluasi ini paling mudah dan cepat untuk dilakukan, daripada
evaluasi ditingkat selanjutnya. Fokus dalam evaluasi reaksi ada
beberapa hal yaitu, materi, trainer, material, fasilitas, jadwal acara,
metode, dan saran dari trainee. Contoh dari evaluasi reaksi,
bagaimana Anda menilai jadwal acara training? (diberi skala 1-5,
baik hingga buruk).
Pengetahuan yang Diperoleh Melalui Pengalaman Latihan
(Evaluasi Pembelajaran)
Evaluasi ini akan mengukur sejauh mana peserta training
mengubah sikap, menambah pengetahuan, dan atau meningkatkan
keterampilan sebagai hasil keikutsertaan dalam training.
Pengetahuan yang diperoleh melalui pelatihan diketahui dengan
mengukur seberapa besar tambahan pengetahuan yang diperoleh
setelah pelatihan dilakukan. Ini dapat dilakukan dengan
17
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
mengadakan pre-test yakni tes sebelum pelatihan, dan post-test
yakni tes sesudah pelatihan.
Contoh dari evaluasi ini adalah: pengetahuan, sikap, atau
keterampilan apa yang sebelum training belum Anda miliki namun
sekarang telah Anda miliki?
Perubahan Perilaku (Evaluasi Perilaku)
Evaluasi ini mengukur perubahan perilaku yang muncul setelah
mengikuti training. Perubahan perilaku diketahui dengan mengukur
perubahan perilaku setelah pelatihan dilakukan. Ini memang tugas
yang sulit, tetapi dapat dilakukan dengan cara menanyakan
langsung kepada atasannya, rekan kerjanya, atau melakukan
pengamatan di lapanaggan.
Contoh dari evaluasi perilaku, apakah training membantu Anda
untuk dapat menunjukkan performansi yang lebih baik?
Perbaikan Pada Organisasi (Evaluasi Hasil)
Evaluasi terakhir dilakukan sekitar 6 bulan sampai 1 tahun sejak
training diberikan. Evaluasi ini mengukur dampak training terhadap
perilaku karyawan di tempat kerjanya, seperti meningkatkan
produktivitas, meningkatkan kualitas, berkurangnya turn over,
berkurangnya frekuensi kecelakaan kerja, dan masih banyak lagi.
Dampak hasil pelatihan atau perbaikan organisasi dapat dilihat
dari perputaran kerja yang menurun, kecelakaan kerja yang makin
rendah, menurunnya ketidakhadiran, dan penurunan biaya proses.
Untuk melakukan evaluasi diperlukan fokus terhadap hal yang
akan dievaluasi, metode mengevaluasi serta memastikan waktu
untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data bisa melalui
FGD, indepth interview, observasi dan data sekunder. Namun
sebelum mengevaluasi perlu diperhatikan beberapa hal seperti
pertimbangkan biaya evaluasi dan keuntungan yang mungkin
diperoleh.
18
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
Menurut Dessler (2004:217) program pelatihan terdiri dari lima
langkah, yaitu Pertama: Langkah analisis kebutuhan, yaitu mengetahui
keterampilan kerja spesifik yang dibutuhkan, menganalisa keterampilan dan
kebutuhan calon yang akan dilatih, dan mengembangkan pengetahuan
khusus yang terukur serta tujuan perestasi. Kedua: Merancang instruksi,
untuk memutuskan, menyusun, dan menghasilkan isi program pelatihan,
termasuk buku kerja, latihan dan aktivitas. Ketiga: langkah validasi, yaitu
program pelatihan dengan menyajikan kepada beberapa orang yang bisa
mewakili. Keempat: menerapkan program itu, yaitu melatih karyawan yang
ditargetkan. Kelima: Langkah evaluasi dan tindak lanjut, di mana
manejemen menilai keberhasilan atau kegagalan program ini.
H. Teknik dalam Pelatihan dan Pengembangan
Program-program pelatihan dan pengembangan dirancang untuk
meningkatkan perestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta
memperbaiki kepuasan kerja. Ada dua kategori pokok program pelatihan
dan pengembangan manajemen (Decenzo & Robbins,1999:230) yaitu :
1. Metode praktis (on the job training)
2. Teknik-teknik presentasi informasi dan metode-metode simulasi
(off the job training)
Teknik-teknik on the job merupakan metode latihan yang paling
banyak digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan
supervise langsung seorang pelatih yang berpengalaman (biasanya
karyawan lain). Berbagai macam teknik ini yang bisa digunakan dalam
praktek adalah sebagai berikut:
1. Rotasi jabatan
2. Latihan instruksi pekerjaan
3. Magang (apprenticeships)
4. Coaching
5. Penugasan sementara
Teknik-teknik off the job, dengan pendekatan ini karyawan peserta
latihan menerima representasi tiruan (articial) suatu aspek organisasi dan
19
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
diminta untuk menanggapinya seperti dalam keadaan sebenarnya. Tujuan
utama teknik presentrasi (penyajian) informasi adalah untuk mengajarkan
berbagai sikap, konsep atau keterampilan kepada para peserta. Metode yang
bisa digunakan adalah:
1. Metode studi kasus
2. Kuliah
3. Studi sendiri
4. Program komputer
5. Komperensi
6. Presentasi
Implementasi program pelatihan dan pengembangan berfungsi sebagai
proses transformasi. Para tenaga kerja (karyawan) yang tidak terlatih diubah
menjadi karyawan-karyawan yang berkemampuan dan berkulitas dalam
bekerja, sehingga dapat diberikan tanggungjawab lebih besar.
Dessler (1997:248) memasukkan teknik on-the-job dan off-the-job
berdasarkan jenis kegiatannya dalam kegiatan pelatihan dan pengembangan
karyawan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Teknik Pelatihan Karyawan
a. On-the-job Training
On-the-job training atau disingkat OJT (training dalam
pekerjaan) berarti meminta seseorang untuk mempelajari pekerjaan
itu dengan langsung mengerjakannya. Setiap karyawan, dari
petugas persuratan hingga direktur perusahaan, melakukan OJT
saat mereka bergabung dalam perusahaan. OJT adalah satu-satunya
pelatihan yang tersedia dalam banyak perusahaan. Training ini
memiliki beberapa cara untuk menyampaikan materi, yaitu :
Metode bimbingan
Pegawai atau karyawan dilatih dalam pelaksanaan pekerjaan
oleh pegawai yang lebih berpengalaman atau supervisornya.
Pergiliran pekerjaan
Pegawai berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dalam
jangka waktu yang direncanakan.
20
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
Metode OJT ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,
yaitu :
Kelebihan Kekurangan
a. Metode ini relatif tidak mahal,
dilakukan secara informal, dan
mudah dijadwalkan.
a. Pelatih atau trainer mungkin tidak
termotivasi untuk melatih atau
memikul tanggung jawab untuk
pelatihan sehingga pelatihan dapat
menjadi serampangan.
b. Pelatihan dilaksanakan di dalam
lingkungan kerja yang
sesungguhnya, di bawah kondisi
normal dan tidak membutuhkan
fasilitas pelatihan khusus.
b. Pelatih mungkin melaksanakan
pekerjaan dengan baik, namun
kurang memiliki kemampuan
melatih orang lain agar dapat
melaksanakan pekerjaan dengan
baik.
c. Merupakan metode yang
memberikan pembelajaran,
karena orang yang dilatih belajar
sambil melakukannya dan
mendapatkan timbal balik yang
cepat atas prestasi mereka.
d. Pelatih mungkin tidak memiliki
waktu untuk melatih dan
menghapuskan elemen yang
penting dari proses pelatihan.
d. Karyawan mendapatkan instruksi-
instruksi dari karyawan senior
atau atasan yang berpengalaman
yang telah melaksanakan tugas
dengan baik.
e. Karyawan yang tidak terlatih
mungkin memiliki dampak negatif
pada pekerjaan dan kinerja
organisasional
f. membantu memotivasi kinerja
yang kuat.
b. Off-the-job Training
Pelatihan dengan metode off the job training memiliki beberapa
teknik yang dapat dilakukan yaitu :
21
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
Belajar Secara Informal
Belajar secara informal sering kali dilakukan dengan metode
diskusi, entah antar karyawan maupun ketika harus bertemu
kolega. Metode ini diharapkan membuat peserta pelatihan lebih
memahami materi yang telah diberikan.
Metode diskusi yang digunakan akan membuat peserta
memiliki pandangan lain atau informasi lain tentang suatu
masalah sehingga lebih bisa memikirkan apa yang seharusnya ia
perbuat, tidak hanya mampu menyelesaikan masalah dari satu
sisi saja.
Job Instruction Training
Banyak pekerjaan yang terdiri dari sebuah rangkaian langkah
logis yang diajarkan secara bertahap. Proses bertahap ini disebut
job instruction training (JIT). Untuk memulainya, buatlah
urutan langkah yang dibutuhkan dalam pekerjaan, masing-
masing urutan dalam rangkaian yang tepat. Setiap langkah
daftarkan “hal penting” yang sesuai (bila ada). Langkah-langkah
tersebut memperlihatkan apa yang harus dilakukan, dan hal
penting memperlihatkan bagaimana dan mengapa hal itu harus
dilakukan.
Contohnya pelatihan pengoperasian mesin pemotong kertas
yang besar. Pada pelatihan tersebut akan dijelaskan langkah-
langkahnya beserta dengan keterangan yang sekiranya perlu
diketahui pengguna.
Pengajaran
Pemberian informasi kepada trainee bisa dengan alat peraga
seperti film, video, slide atau dengan alat simulasi lainnya.
Teknik ini akan lebih mudah membuat trainee paham tentang
materi yang disampaikan dari pada hanya sekedar ceramah dan
tanpa perlu memposisikan trainee pada pekerjaan sesngguhnya.
Namun akan lebih mahal karena harus menyiapkan alat yang
bisa saja tidak dimiliki oleh perusahaan atau trainer. Contohnya
22
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
calon pilot yang belajar dengan simulator penerbangan. Dengan
cara seperti ini, resiko akan lebih kecil dan biaya yang
dikeluarkan juga lebih murah daripada harus menerbangkan
pesawat.
Metode pengajaran bisa dengan menggunakan role play.
Contohnya, seperti bagian penjualan yang harus mempelajari
tampilan khusus dari sebuah produk baru. Mereka akan lebih
mudah memahami karena setelah menonton film teknik
penjualan yang baik dan benar mereka juga langsung
mempraktekan dan dinilai sebelum akhirnya bisa untuk terjun ke
lapangan.
Berikut adalah beberapa pedoman yang dapat digunakan
untuk memberikan pengajaran, antara lain :
1. Berikan kepada para pendengar tanda untuk membantu
mereka megikuti ide yang ingin disampaikan
2. Jangan salah dalam memulai
3. Buatlah kesimpulan sesingkat mungkin
4. Perhatikan baik-baik trainee
5. Jaga kontak mata dengan orang-orang yang dilatih
6. Pastikan bahwa semua orang di ruangan itu dapat mendengar
suara anda
7. Kendalikanlah tangan anda
8. Berbicaralah dengan menggunakan catatan bukan dengan
naskah
9. Bagilah pembicaraan yang panjang menjadi rangkaian
pembicaraan 5 menit
10.Praktik langsung
2. Teknik Pengembangan Karyawan
a. On-the-job Training
23
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
Rotasi Jabatan
Rotasi jabatan merupakan teknik pengembangan karyawan
yang melibatkan pemindahan karyawan dari satu divisi ke divisi
lainnya untuk memperluas pengalaman di samping
mengidentifikasikan titik-titik kekuatan dan kelemahan mereka.
Selain memperluas pengalaman, rotasi jabatan juga membantu
peserta pengembangan untuk menemukan pekerjaan yang paling
mereka sukai.
Rotasi jabatan juga memiliki beberapa keuntungan lain.
Rotasi jabatan membantu menghindari kemandegan melalui
pengenalan yang ajeg dari sudut pandang baru dari masing-
masing divisi. Untuk mencapai keberhasilan dalam
pengembangan karyawan, hal-hal seperti minat, kecerdasan dan
pilihan karir karyawan sebaiknya dipertimbangkan, bersama
dengan kebutuhan perusahaan.
Pendekatan Pengganti
Peserta pengembangan bekerja secara langsung dengan orang
yang akan digantikan dan orang yang akan diganti ini
bertanggung jawab untuk melatih karyawan tersebut. Biasanya
pengganti membebaskan eksekutif dari tanggung jawab tersebut,
dengan demikian memberikan peserta kesempatan untuk
mempelajari pekerjaan itu.
Hal tersebut membantu memastikan bahwa perusahaan akan
melatih peserta untuk mengambil posisi kunci bila posisi
tersebut kosong. Selain itu juga membantu menjamin
pengembangan jangka panjang dari karyawan berpotensi yang
disiapkan oleh perusahaan.
Dewan Yunior
Dewan yunior bertujuan memberikan pengalaman peserta
yang penuh harapan dalam menganalisis keseluruhan masalah
perusahaan. Gagasan tentang dewan yunior adalah memberikan
kepada peserta pengalaman membuat kebijakan dan analisis
24
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
tingkat puncak dengan meminta sepuluh sampai dua belas
peserta pada sebuah dewan direktur yunior.
Anggota dewan tersebut berasal dari berbagai divisi. Mereka
mengajukan rekomendasi menyangkut isu level puncak, seperti
struktur organisai, kompensasi eksekutif, dan konflik
interdepartemental kepada dewan direktur resmi. Teknik ini
memberikan peserta pelatihan di tempat kerja dan pengalaman
menghadapi masalah-masalah di seluruh perusahaan.
Belajar Bertindak
Belajar bertindak merupakan teknik pengembangan yang
dilakukan untuk memungkinkan peserta untuk bekerja purna
waktu pada proyek-proyek, menganalisis dan memecahkan
masalah dalam divisi lain. Peserta bertemu secara berkala
dengan empat atau lima orang kelompok proyek, di mana
temuan dan kemajuan mereka dibahas dan didebatkan. Belajar
bertindak didasarkan pada metode-metode pengembangan lain.
Akan tetapi pada belajar bertindak beberapa peserta bekerja
bersama sebagai sebuah kelompok proyek untuk
membandingkan catatan-catatan dan membahas proyek.
b. Off-the-job Training
Metode Studi Kasus
Metode ini merupakan metode pengembangan yang
menyajikan peserta gambaran tertulis dari masalah
organisasonal untuk di diagnosis dan dipecahkan kemudian
dibahas dengan karyawan lain. Pendekatan metode kasus
diarahkan dengan memberikan peserta pengembangan
pengalaman realistik dalam mengidentifikasi dan menganalisis
masalah yang komplek dalam sebuah lingkungan di mana
kemajuan dapat dipandu oleh seorang pemimpin diskusi terlatih.
25
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
Seminar di Luar
Banyak organisasi menawarkan seminar dan konferensi
khusus yang bertujuan memberikan pelatihan guna membangun
perusahaan untuk karyawan.
Permainan Peran
Merupakan teknik pengembangan dimana peserta memainkan
peran dalam suatu situasi manajemen yang realistik. Bermain
peran merupakan cara yang menyenangkan untuk
mengembangkan banyak ketrampilan baru. Beberapa peserta
pengembangan mungkin merasa bahwa bermain peran itu
kekanak-kanakan, sementara yang lain mungkin memiliki
pengalaman yang jelek dengan teknik tersebut sehingga enggan
berpartisipasi.
Pemodelan perilaku
Teknik ini merupakan teknik pengembangan di mana peserta
pengembangan pertama-tama disajikan pertunjukan tentang
teknik manajemen dalam sebuah film, lalu diminta memainkan
peran dalam situasi simulasi dan diberikan umpan balik.
Pengembangan Organisasional
Pengembangan organisasional adalah sebuah metode yang
bertujuan mengubah sikap, nilai, keyakinan dari karyawan
sehingga karyawan itu sendiri dapat mengidentifikasi dan
mengimplementasikan perubahan teknis seperti reorganisasi,
fasilitas yang dirancang ulang, dan hal semacam itu yang
dibutuhkan, biasanya dengan bantuan dari sebuah agen
perubahan dari luar atau konsultan.
I. Kelemahan Pelatihan dan Pengembangan
Beberapa kelemahan pelatih dapat menyebabkan gagalnya sebuah
program pelatihan. Suatu pemahaman terhadap masalah potensial ini harus
dijelaskan selama pelatihan (Simamora, 2006:282). Kelemahan-kelemahan
tersebut meliputi:
26
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
1. Pelatihan dan pengembangan dianggap sebagai obat untuk semua
penyakit organisasional.
2. Partisipan tidak cukup termotivasi untuk memusatkan perhatian dan
komitmen mereka.
3. Sebuah teknik dianggap dapat diterapkan disemua kelompok, dalam
semua situasi, dengan keberhasilan yang sama.
4. Kinerja partisipan tidak dievaluasi begitu kayawan telah kembali
kepekerjaannya.
5. Informasi biaya dan manfaat untuk mengevaluasi program pelatihan
tidak dikumpulkan.
6. Ketidakadaan atau kurangnya dukungan manajemen.
7. Peran utama penyelia/atasan tidak diakui.
8. Pelatihan tidak akan pernah cukup kuat untuk menghasilkan perbaikan
kinerja yang dapat diverifikasi.
9. Sedikit atau tidak ada persiapan untuk tindak lanjut
27
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Kasus
Tidak jarang diketemukan perusahaan mengutus beberapa
karyawannya dari berbagai divisi mendapat kesempatan tugas belajar
(melanjutkan studi), mengikuti seminar, pelatihan, ataupun workshop
dengan harapan mereka dapat mengembangkan kompetensinya,
meningkatkan kinerja ataupun sekedar menambah pengetahuan terbaru
tentang perkembangan bisnis yang digeluti. Akan tetapi hasil yang ada
terkadang tidak sesuai dengan harapan. Mungkinkah hal itu terjadi akibat
kesalahan karyawannya yang tidak bersungguh-sungguh mengikuti
pendidikan/pelatihan itu? Atau kesalahan perusahaan dalam memilih
pembelajaran yang sesuai bagi mereka?
Sumber:http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/19/pilihmana
%E2%80%A6-pendidikan-atau-pelatihan/
B. Pembahasan
Untuk menciptakan produktivitas yang optimal dengan memanfaatkan
semua sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien adalah tantangan
yang dihadapi oleh suatu organisasi. Salah satu dari beberapa sumber daya
yang harus diperhatikan dalam mencapai produktivitas yang optimal adalah
sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan manusia merupakan unsur
terpenting dalam setiap organisasi. Keberhasilan organisasi mencapai tujuan
dan berbagai sasarannya serta menghadapi berbagai tantangan sangat
ditentukan oleh kemampuan mengelola karyawan dengan baik dan tepat.
Agar dapat mengelola karyawan dengan baik dan tepat, dibutuhkan
suatu sistem yang mengorganisir antara kebutuhan organisasi dengan
kondisi nyata yang ada (baik itu sumber daya manusia, sumber daya alam,
teknologi, bahan, dsb). Sistem yang dimaksud adalah pelatihan. Pelatihan
merupakan salah satu pengembangan dari sistem pendidikan dimana
28
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
penerapannya lebih terkonsentrasi di lembaga/perusahaan/organisasi
masyarakat.
Pelatihan telah lama muncul manakala pembelajaran tingkat struktural
sudah semakin dibutuhkan. Terutama setelah semakin banyak timbul
masalah instruksional dalam organisasi.
Sesuai dengan definisi umum dari pelatihan itu sendiri yaitu suatu
sistem pengembangan knowledge/pengetahuan, skill/keterampilan, dan
attitude/sikap yang sesuai & diharapkan dari setiap individu sesuai dengan
spesifikasi tugas atau pekerjaan yang telah ditentukan. Karena itu setiap
masalah yang timbul karena tiga hal tersebut layak untuk diselesaikan
dengan pelatihan (problem solved by instructional solution). Pelatihan
tersebut berfungsi sebagai pembelajaran terhadap kinerja karyawan,
misalnya terdapat paradigma baru yang berkembang dalam perusahaan
seperti adanya mesin baru, kebijakan baru, dan prosedur baru dalam
perusahaan. Namun apabila masalah yang dideteksi muncul bukan karena
tiga hal tersebut, maka penyelesaian masalah tidak harus dengan pelatihan
(problem solved by non-instructional solution), bisa jadi masalah tersebut
diselesaikan dengan memperbaiki prosedural atau manajerial perusahaan,
masalah yang biasanya timbul berupa kurangnya reward & punishment,
pengaturan gaji dan insentif, motivasi, job desk yang kurang jelas dari setiap
bidang atau individu.
Penyelenggaraan suatu pelatihan ternyata tidak semudah yang
dibayangkan. Banyak prosedur yang harus dijalankan agar menghasilkan
lulusan pelatihan sesuai dengan yang diinginkan. Banyak masalah yang
sering timbul dari pelatihan, diantaranya: kurang fokusnya pelatihan, kurang
sistematis dalam penyelengaraan, dan kurang didukung dari pihak
manajemen.
Fokus pelatihan yang kurang sering terjadi karena tidak adanya
kesamaan tujuan dalam penyelenggaraan pelatihan, para penyelenggara
pelatihan kurang tahu kepentingan perusahaan. Karena itu, analisis
kebutuhan/need assesment merupakan point pertama dan utama dalam
pelatihan. Kesalahan dalam menentukan kebutuhan akan berakibat pada
29
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
tahapan berikutnya yaitu desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi
pelatihan. Sehingga pelatihan bukannya menyelesaikan masalah malah
menambah masalah baru (buang-buang waktu, tenaga, dan biaya). Oleh
karena itu, apabila terdapat pertanyaan apakah pelatihan harus “terjual
habis” atau laku bak kacang goreng? maka jawabannya adalah tidak sama
sekali. Karena yang paling penting dari pelatihan adalah perbaikan kinerja
atau performance. Pelatihan bukan “budaya” atau kebiasaan yang harus
dilaksanakan secara rutin tanpa didasari kepentingan kemajuan performance
perusahaan.
30
Kelompok 5Pelatihan dan pengembangan
BAB IV
PENUTUP
Pelatihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian
SDM organisasi yang berkaitan dengan jabatan atau fungsi yang menjadi
tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini (current job oriented).
Sasaran yang ingin dicapai dari suatu program pelatihan adalah peningkatan
kinerja individu dalam jabatan atau funsi saat ini. Sedangkan pengembangan
lebih cenderung bersifat formal, menyangkut antisipasi kemampuan dan
keahlian inividu yang harus dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang
akan datang.
Pelatihan dan pengembangan merupakan salah satu solusi terhadap
sejumlah problem penurunan kualitas kinerja organisasi atau lembaga dan
instansi yang disebabkan oleh penurunan kemampuan dan keusangan
keahlian yang dimiliki oleh karyawan atau tenaga kerja.
Pelatihan dan pengembangan bukanlah solusi utama yang dapat
menyelesaikan semua persoalan organisasi, lembaga atau sebuah instansi.
Tetapi mengarah pada peningkatan kinerja para karyawan atau tenaga kerja
yang baik dan benar. Tujuan pelatihan dan pengembangan adalah untuk
merubah sikap, perilaku, pengalaman dan performansi kinerja.
Pada pelatihan dan pengembangan terdapat tiga tahapan penting yang
harus dilakukan oleh sebuah organisasi atau instansi. Pertama tahapan
penilaian. Kedua tahapan pelatihan dan pengembangan. Ketiga tahapan
evaluasi.
31