Kelompok 4

download Kelompok 4

of 28

description

Kelompok 4

Transcript of Kelompok 4

28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan, sering ditemui kerancuan dalam struktur ejaan. Masing-masing orang mempunyai pemahaman sendiri sehingga kadang membingungkan mana yang sesungguhnya benar. Selain itu, perkembangan bahasa Indonesia telah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika masyarakat. Struktur ejaan sering dikacaukan oleh proses akulturasi bahasa lain baik bahasa daerah maupun bahasa asing.

Kehidupan kita tidak mungkin lepas dari keharusan penggunaan bahasa baku. Apalagi bila berkaitan dengan situasi formal tertentu, seperti misalnya dalam berpidato, penulisan karya ilmiah, seminar, dan lain-lain. Sehingga dibutuhkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan.Terlepas dari permasalahan tersebut, penyusunan makalah ini dilatarbelakangi oleh pentingnya ejaan itu sendiri dalam pemakaian bahasa. Jika berbicara tentang ejaan, tentu ruang lingkup kita adalah ragam bahasa tulis. Sesuatu yang dapat kita lakukan dalam penggunaan bahasa secara lisan tidak selalu dapat kita realisasikan dalam ragam bahasa tulis. Penghentian sementara misalnya, tidak dapat diwujudkan di dalam ragam tulis. Oleh karena itu, kita memerlukan ejaan, khususnya tanda koma, sebagai pelambangnya. Walaupun tidak semua penghentian sementara harus dilambangkan dengan tanda koma, paling tidak penggunaan tanda koma itu dapat membantu memperjelas komunikasi yang disampaikan secara tertulis. Demikian pula halnya dengan pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, serta tanda baca yang lain. 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:1. Apa pengertian ejaan Bahasa Indonesia?2. Bagaimana kaidan pemakaian huruf yang sesuai dengan aturan EyD?3. Bagaimana kaidah penulisan huruf yang sesuai dengan aturan EyD?4. Bagaimana kaidah penulisan kata yang sesuai dengan aturan EyD?1.3 Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:1. Menjelaskan arti ejaan bahasa Indonesia.2. Menjelaskan kaidan pemakaian huruf yang sesuai dengan aturan EyD?3. Menjelaskan kaidah penulisan huruf yang sesuai dengan aturan EyD?4. Menjelaskan kaidah penulisan kata yang sesuai dengan aturan EyD?1.4 Manfaat PenulisanManfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini, menambah pengetahuan tentang cara penggunaan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan aturan EyD terutama dalam hal penulisan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian dan Pembinaan Ejaan Bahasa Indonesia

Pada saat ini bahasa Indonesia menggunakan ejaan yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Setelah diresmikan dalam pidato kenegaraan Presiden Suharto pada tanggal 16 Agustus 1972. Penjelasan lebih lanjut mengenai aturan ejaan itu dimuat dalam (Pedoman Umum) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dan dilampirkan pada Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0196/U/1975, tanggal 27 Agustus 1975. Di dalam pedoman itu diatur hal-hal mengenai (1) Pemakaian huruf, (2) Penulisan huruf, (3) Penulisan kata, (4) Penulisan unsur serapan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan bahwa ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) berbentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum. Secara khusus ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf, maupun huruf yang telah disusun menjadi kata, kelompok kata, atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Dari keterangan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ejaan merupakan hal-hal mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim, angka, dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca. Selain itu, juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing. Ejaan juga merupakan keseluruhan aturan atau tata cara untuk menulis suatu bahasa, baik yang menyangkut lambang bunyi, penulisan kata, penulisan kalimat, maupun penggunaan tanda baca. Ejaan bahasa Indonesia yang kita pakai sekarang ini menganut sistem tulisan fonemis. Yang dimaksud dengan sistem tulisan fonemis adalah bentuk suatu ejaan yang menginginkan serta berusaha untuk melambangkan sebuah fonem itu hanya dengan satu huruf saja.EyD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf kapital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EyD diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Terutama penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EyD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar (Aficha, 2012: 28).Adapun yang mendasari lahirnya ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan ialah sebagai berikut:

a. Menyesuaikan ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa Indonesia.

b. Membina ketertiban dalam penulisan huruf dan tanda baca.

c. Memulai usaha pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh.

d. Mendorong pengembangan bahasa Indonesia.

Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan merupakan penyempurnaan dari semua hasil usaha dalam bidang ejaan yang telah mendahuluinya.2.2 Pemakaian Huruf

Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 huruf, huruf tersebut digolongkan ke dalam 2 bagian, yaitu:a. Huruf yang melambangkan fonem vokal.

b. Huruf yang melambangkan fonem konsonan.2.2.1 Huruf AbjadAbjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf. Abjad itu terdiri atas lima huruf vokal (v), yaitu a, i ,u, e, o, sisanya adalah konsonan (k) sebanyak 21 huruf.Tabel 1.1 Huruf Abjad dalam Bentuk Huruf Kapital dan Huruf KecilHurufLafalHurufLafalHurufLafal

Aa[a]Jj[je]Ss[es]

Bb[be]Kk[k]Tt [te]

Cc [ce]Ll [el]Uu [u]

Dd [de]Mm[em]Vv [fe]

Ee [e]Nn [en]Ww [we]

Ff [ef]Oo[o]Xx [eks]

Gg[ge]Pp[pe]Yy [ye[

Hh[ha]Qq[ki]Zz[zet]

Ii[i]Rr[er]

2.2.2 Huruf VokalHuruf Vokal atau huruf hidup adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak terkena hambatan atau halangan. Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.Tabel 1.2 Huruf Vokal dan Contoh Pemakaiannya dalam Kata

Huruf VokalContoh pemakaian dalam kata

Di awalDi tengahDi akhir

ae*

i

o

uapi

enak

itu

oleh

ulangpadi

petak

simpan

kota

bumilusasoremurniradioibu

Keterangan :

(*) untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen () dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.Contoh:

Anak-anak bermain di teras (tras).Kami menonton film seri (sri).Pertandingan itu berakhir seri.Di mana kcap itu dibuat?Coba kecap dulu makanan itu.Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.

2.2.3 Huruf KonsonanHuruf konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapatkan hambatan atau halangan. Jumlah huruf konsonan ada 21 buah, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.Tabel 1.3 Huruf Konsonan dan Contoh Pemakaiannya dalam KataHuruf konsonanContoh pemakaian dalam kata

Di awalDi tengahDi akhir

bc

d

f

g

h

j

k

l

m

n

p

q*

r

s

t

v

w

x*

y

zbahasa

cakap

dua

fakir

guna

hari

jalan

kami

lekas

maka

nama

pasang

Quran

raih

sampai

tali

varia

wanita

xenon

yakin

zenisebut

kaca

ada

kafan

tiga

saham

manja

paksa

alas

kami

anakapa

Furqan

bara

asli

mata

lava

hawa

-

payung

lazimadab-

abadmaafbaligtuahmikrajpolitikkesaldiamdaunsiap-

putarlemasrapat-

-

-

-

Juz

Keterangan:

(*) Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar-x).2.2.4 Huruf DiftongDiftong adalah huruf vokal rangkap yang terdapat dalam satu suku kata, atau disebut juga vokal rangkap. Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.Tabel 1.4 Huruf Diftong dan Pemakaiannya dalam KataHuruf DiftongContoh pemakaian dalam kata

Di awalDi tengahDi akhir

aiau

oiain

aula

-syaitan

saudara

boikotpandaiharimauamboi

2.2.5 Gabungan Huruf Konsonan (Kluster)Kluster adalah konsonan rangkap yang terdapat dalam satu suku kata. Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.Tabel 1.5 Gabungan Huruf Konsonan dan Pemakaiannya dalam Kata

Gabungan huruf konsonanContoh pemakaian dalam kata

Di awalDi tengahDi akhir

khng

ny

sykhusus

ngilu

nyata

syaratakhir

bangun

hanyut

isyarattarikhsenang-

Arasy

Catatan : Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.2.2.6 Persukuan (Pemenggalan Kata)Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:

a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Contoh: ma-af, la-in, ni-at. Huruf diftong ai, au, oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Contoh: au-la bukan a-u-la

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.

Contoh: le-wat, me-rah, ba-yam, mu-ta-khir, de-la-pan.

c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Contoh: sam-bal, ber-sih, pas-ti, war-ga.

d. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan

1. di antara unsur-unsur itu atau

2. pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaedah a, b, c, d, di atas.

Contoh:mili-meter, mi-li-me-ter

intro-speksi, in-tro-spek-si, bio-grafi, bi-o-gra-fi

Keterangan: Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.

Di bawah ini dicantumkan pola persukuan kata dalam bahasa Indonesia seperti yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebagai berikut: Setiap suku kata dalam bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Vokal ini dapat didahului atau diikuti oleh konsonan.

A. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata.

1. V

: a-nak, i-bu, ba-u

2. VK

: ar-ti, ma-in, om-bak

3. KV

: ra-kit, ka-in

4. KVK

: pin-tu, kan-tor, lan-taiB. Di samping itu bahasa Indonesia mengenal pola suku kata berikut:

1. KKV

: pra-ja, sas-tra, in-fra

2. KKVK

: blok, trak-tor, prak-tis

3. VKK

: eks, ons

4. KVKK

: teks, kon-teks

5. KKVKK: kom-pleks

6. KKKV

: stra-te-gi, in-stru-men

7. KKKVK: struk-tur, in-struk-tur Keterangan : V= vokal, K= konsonan

C. Imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk dan partikel yang biasanya ditulis serangkaian dengan kata dasarnya dalam persukuan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan.

Contoh : ma-ka-nan, me-ne-mui, bel-ajar, per-gi-lah, dan wa-lau-pun.

Catatan : karena adanya kata korps yang belum termasuk ke dalam salah satu pola persukuan kata yang telah tercantum di atas, maka dalam hal ini perlu ditempatkan satu pola suku kata lagi, yaitu KVKKK-korps.

2.2.7 Nama Diri

Penulisan nama-nama sungai, gunung, jalan, kota, dan sebagainya disesuaikan dengan Ejaan yang Disempurnakan. Contoh:

Kali Brantas

Gunung SibayakJalan DiponegoroDanau Singkarak

Sungai CitarumJakartaNama orang, badan hukum, dan nama diri lain yang sudah lazim disesuaikan dengan ejaan yang disempurnakan kecuali bila ada pertibangan khusus.

Contoh:

Universitas Negeri Medan

Institut Teknologi Medan

S. Soebardi

Djoko Kentjono

(Moeliono, A. M. 1985:55)2.3 Penulisan Huruf

Terdapat beberapa aturan penulisan huruf yang harus diperhatikan saat digunakan, yaitu:2.3.1 Huruf Kapital / Huruf Besar1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.Contoh:Ayahku pergi ke kantor.

Dia selalu menunggu temannya yang terlambat.

Bagaimana kabarnya?2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.Contoh:Aji bertanya, Dari mana kamu?

Aku dari rumah temanku, jawab Tika.3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.Contoh:Allah, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang.Quran, Injil, Islam, Kristen.

Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat-Nya.

Dialah Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.Contoh: Panglima Sudirman, Sultan Hasanuddin, Nabi Muhammad, Imam Syafii.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Contoh: Ia baru saja diangkat menjadi panglima.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.Contoh: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Tengah, Wakil Presiden Budiono.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.

Contoh: Siapakah presiden yang baru dilantik kemarin?

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.Contoh: Cici Amalia, Mitra Dhani Pinem, Agnes Monica, Lia Kurniati. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Contoh: 5 newton, 220 volt.7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.Contoh: suku Jawa, bangsa Indonesia, bahasa Indonesia.Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Contoh: Mengindonesiakan kata asing.

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Contoh: tahun Masehi, hari Jumat, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

Contoh: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.Contoh: Jawa Tengah, Selat Sunda, Jazirah Arab, Dataran Tinggi Dieng. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Contoh: Menyeberangi selat, pergi ke arah barat.

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.Contoh: Republik Rakyat China, Dewan Perwakilan Daerah, Departemen Kesehatan.Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Contoh:Menjadi sebuah republik, menurut undang-undang yang berlaku.11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.Contoh: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar.12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh: Saya sudah membaca majalah Bahasa dan Sastra. Ia menyelesaikan makalah Sejarah Islam Zaman Pertengahan.13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.Contoh:S.Pd. Sarjana Pendidikan

S.H. Sarjana Hukum

S.Ag. Sarjana Agama14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.Contoh:Kapan Ibu pergi ke pasar? tanya Meiko.

Para siswa mengunjungi Pak Hasan.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

Contoh: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.

Contoh:

Anda harus angkat kaki dari rumah ini. Rumah Anda telah kami sita. Apakah Anda sudah tahu?2.3.2 Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Contoh: Majalah Bahasa dan Kesusastraan.buku Negara-kertagama karangan Prapanca.surat kabar Suara Karya.

Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Contoh: Huruf pertama kata abad ialah a.Dia bukan menipu melainkan ditipu.3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.Contoh: Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. Contoh:

Negara itu telah mengalami empat kali kudeta. Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.

Catatan :

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.2.3.3 Huruf Tebal

1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.Contoh:

Judul

: HABIS GELAP TERBITLAH TERANG

Bab

: BAB I PENDAHULUAN

Bagian Bab: 1.1. Latar Belakang Masalah

1.2. Tujuan

Daftar, indeks, dan lampiran :

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMBANG

DAFTAR PUSTAKA

INDEKS

LAMPIRAN

2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.

Contoh:

Akhiran i tidak dipenggal pada ujung baris.

Saya tidak mengambil bukumu.

Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.

Seharusnya ditulis dengan huruf miring:

Akhiran i tidak dipenggal pada ujung baris.

Saya tidak mengambil bukumu.

Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.

3. Hurtuf tebal dalam cetakan harus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan polisemi.

Contoh:

kalah ( 1 tidak menang ...2 kehilangan atau merugi...;3 tidak lulus....; 4 tidak menyamai

mengalah ( mengaku kalah

mengalahkan ( 1 menjadi kalah....; 2 menaklukkan....; 3 menganggap kalah

terkalahkan ( dapat dikalahkan

Catatan: dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.(Barus, S. 2013:32)

2.4 Penulisan KataBagian ini membahas mengenai penulisan kata. Hal-hal yang akan dibicarakan adalah sebagai berikut:

2.4.1. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Contoh:

Buku itu sangat menarik.Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.2.4.2 Kata Turunan

1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkaian dengan bentuk dasarnya.

Contoh:

berjalan

dipermainkan

gemetarkemauan

lukisan

menengok

petani

b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.

Contoh:

mem-PHK-kandi-PTUN-kan di-upgrade

me-recall2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran dituliskan serangkaian dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Contoh:

bertepuk tangan

garis bawahiMenganak sungai

sebar luaskan3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai

Contoh:

dilipatgandakan

menggarisbawahimenyebarluaskan

penghancurleburan4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

Contoh:

adipati

dwiwarna

paripurna

aerodinamika

ekawarna

poligami

antarkota

ekstrakurikulerpramuniaga

Catatan:

1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.

Misalnya:non-Indonesia

pan-Afrikanisme

pro-Barat

2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai, kecuali jika diikuti oleh kata yang bukan kata dasar dan kata esa.

Misalnya:

Allah Yang Mahakuasa.2.4.3 Bentuk Ulang

1. Bentuk ulang ditulis menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.

Contoh:

Anak-anak

mata-mata

Berjalan-jalan

menulis-nulis

Biri-biri

mondar-mandir

Buku-buku

ramah-tamah

Hati-hati

sayur-mayur

Kuda-kuda

serba-serbi

Kupu-kupu

terus-menerus

Catatan :

(1) Bentuk ulang dari gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertamanya saja.

Contoh:

Surat kabar ( surat-surat kabar

Kapal barang ( kapal-kapal barang

Rak buku ( rak-rak buku

(2) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda.

Contoh:

Orang besar ( orang-orang besar

orang besar-besar

Gedung tinggi ( gedung-gedung tinggi

gedung tinggi-tinggi

2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.

Contoh:

kekanak-kanakan

perundang-undangan

melambai-lambai

dibesar-besarkan

memata-matai

Catatan :

Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.

Contoh:

Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.

Kami mengundang orang2 yang berminat saja.

Mereka me-lihat2 pameran.

Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan Jakarta.

2.4.4 Gabungan Kata

1. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.

Contoh:

Duta besar

model linear

kambing hitam

Orang tua

simpang empatpersegi panjang

Jalan raya

tata bahasa

uji coba

2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengantara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

Contoh:

Ibu-bapak kami

Buku-sejarah baru

Anak-istri Ali

3. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.

Contoh:

Acapkali

Kacamata

Perilaku

Adakalanya

Dukacita

Padahal

AlhamdulillahManasuka

Saptamarga

Bagaimana

Matahari

Sediakala

Bilamana

Kasatmata

Wiraswasta2.4.5 Suku Kata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:a. Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal ituContoh: Bu-ah

Ma-in

Ni-at

Sa-atb. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggalContoh:

Pan-dai

Au-la

Sau-da-raAm-boic. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) diatara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan ituContoh:

Ba-pak

La-wan

Ke-nyang

d. Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan antara huruf konsonan itu. Contoh: Ap-ril, Man-di, Cap-lok, dan Som-bong.e. Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.Contoh: Ul-tra, In-fra, dan Ben-trok

Catatan :

a. Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.Contoh: bang-krut, bang-sa, sang-gup, makh-luk, dan kong-res

b. Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di awal atau akhir barisContoh:

Itu ( i-tu

Setia ( se-ti-a2. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.Contoh:

Ber-jalan

Per-buat

Pergi-lah

Catatan :

a. Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.

Contoh:

me-nya-pu

pe-nga-rang

pe-no-long

pe-nye-but

b. Akhiran i tidak dipisahkan pada pergantian baris.

c. Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.

Contoh:

Ge-lem-bung

Si-nam-bung

Ge-ri-gi

Te-lun-juk

Ge-mu-ruh

d. Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.

Contoh:

Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan.Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau ambil makan itu.3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.Contoh:

bio-grafi: bi-o-gra-fi

foto-grafi: fo-to-gra-fi

bio-data: bi-o-da-ta

foto-kopi: fo-to-ko-pi4. Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan yang dipisahkan.2.4.6 Kata Depan di, ke, dan dariKata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali dalam gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.Contoh:

Tinggallah bersama saya di sini.

Di mana orang tuamu?

Saya sudah makan di rumah teman.

Ibuku sedang ke luar kota.

Ia pantas tampil ke depan.

Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.

Bram berasal dari keluarga terpelajar.

Catatan :

Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.

Contoh:

Kami percaya sepenuhnya kepadanya

Dia lebih tua daripada saya2.4.7 Kata Ganti ku, kau, mu, dan nyaKata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Contoh:

aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambilengkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambilCatatan:

Jika bukan singkatan maka tidak dapat digabungkan.Contoh:

Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?

Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.

Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.

Bolehkah kuambil jeruk ini satu?

Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.

2.4.8 Kata ganti si dan sang.

Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contoh:

Harimau itu marah sekali kepada sang kancil.

Buku ini dikirim kembali kepada si pengirim.2.4.9 Partikel

Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut:

2.4.9.1 Partikel lah, -kah, dan tah

Partikel lah, -kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh:

Bacalah buku itu!

Perhatikanlah nasihat orang tua.

Apakah yang kau pikirkan sekarang ini?2.4.9.2 Partikel punPartikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Contoh:

Apa pun alasannya, kau tetap salah.

Apa pun makanannya, minumnya tetap air.2.4.9.3 Partikel perPartikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.

Contoh:

Mereka masuk satu per satu.

Harganya Rp 2.000,00 per helai.

Gaji naik per 1 April.(Cisca, 2011:21)2.4.10 Singkatan dan Akronim

Terdapat perbedaan antara singkatan dengan akronim.1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.Contoh:

A.H. Nasution

H. Hamid

M.Hum. Magister HumanioraM.Si. Magister Sains

Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.

Contoh:

jml. jumlah

kpd. kepadatgl. tanggal

hlm. halaman Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.

Contoh:

dll. dan lain-lain

dsb. dan sebagainya

dst. dan seterusnyasda. sama dengan atas Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraaan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Contoh:

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

PBBPerserikatan Bangsa-Bangsa Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Contoh:

Cu

cm

kglRpTNT Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.Contoh:

a.n. atas nama

d.a. dengan alamat

u.b. untuk beliau

u.p. untuk perhatian2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa titik.Contoh:

LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

LAN Lembaga Administrasi NegaraKPU Komisi Pemberantasan Korupsi Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.Contoh:

Bulog

Badan Urusan Logistik

BappenasBadan Perencanaan Pembangunan Nasional

Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.Contoh:

Pemilu

pemilihan umum

Iptek

ilmu pengetahuan dan teknologi

Catatan:

Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:1. Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata)

2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.

(Moeliono, A. M. 1997:391)

2.4.11 Angka dan Lambang

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab: 0, 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L, C, D, M1) Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.

Contoh:

Jalan Seksama No. 181 B

Jalan Gurila No. 14

2) Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.

Contoh:

0,5 sentimeter

tahun 1992

5 kilogram

10 persen

2.000 rupiah

27 orang3) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

Contoh:

Bab X, Pasal 5, halaman 252

Surah Yasin: 9

Markus 2: 34) Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran an.

Contoh:

Lima lembar uang 1.000-an

Tahun 1950-an5) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

6) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.

7) Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.

Contoh:

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.8) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.

Contoh:

Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.9) Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Contoh:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah).(Moeliono, A. M. 1997:393)

BAB III

PENUTUP

Sebagai warga Indonesia sudah seharusnya kita mengetahui seluk-beluk bahasa yang kita gunakan terutama bahasa Indonesia. Kehidupan kita tidak mungkin lepas dari keharusan penggunaan bahasa yang baku. Apalagi bila berkaitan dengan situasi formal tertentu, seperti dalam pidato, penulisan karya ilmiah, seminar, dan lain-lain. Sehingga dibutuhkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan aturan ejaan yang telah disempurnakan. Jika berbicara tentang ejaan, tentu ruang lingkup kita adalah ragam bahasa tulis. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa masih banyak kesalahan saat kita menulis bahasa Indonesia, baik itu huruf kapital, huruf kecil, pemenggalan kata, penulisan huruf dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKAAficha. 2012. Pedoman Pintar EYD Lengkap. Yogyakarta: Pustaka Widyatama

Barus, S. 2013. Bahasa Indonesia Pengembang Kepribadian. Medan: Universitas Negeri Medan

Cisca. 2011. Buku Pintar EYD, Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Cabe Rawit

Moeliono, A. M. 1985. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta: DjambatanMoeliono, A. M. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka4

8