Kelompok 2

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Manusia adalah makhluk sosial sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Pada saat manusia ingin eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media. Terkadang kita berada di tengah-tengah suatu lingkungan masyarakat yang menggunakan suatu bahasa yang tidak kita pahami sama sekali, serta mendengar percakapan antar penutur- penutur bahasa itu. Sehingga kita mendapat kesan bahwa apa yang merangsang alat pendengar kita itu merupakan suatu arus bunyi yang di sana-sini diselingi perhentian sebentar atau lama menurut kebutuhan dari penuturnya. Bila percakapan itu terjadi antara dua orang atau lebih, akan tampak pada kita bahwa sesudah seorang menyelesaikan arus bunyinya itu, maka yang lain akan mengadakan reaksi. Reaksinya dapat berupa mengeluarkan lagi arus bunyi yang tak dapat kita pahami itu, atau melakukan suatu tindakan tertentu. Dengan demikian, bentuk dasar bahasa adalah ujaran. Ujaranlah yang membedakan manusia dengan mahkluk hidup lain. Dengan ujuran inilah manusia mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang kasat mata, situasi dan kondisi yang lampau, kini, maupun yang akan datang. 1.2 Rumusan Masalah 1

description

Kelompok 2

Transcript of Kelompok 2

Page 1: Kelompok 2

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar belakang

Manusia adalah makhluk sosial sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia

yang lainnya. Pada saat manusia ingin eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa

semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu

bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media.

Terkadang kita berada di tengah-tengah suatu lingkungan masyarakat yang

menggunakan suatu bahasa yang tidak kita pahami sama sekali, serta mendengar

percakapan antar penutur-penutur bahasa itu. Sehingga kita mendapat kesan bahwa apa

yang merangsang alat pendengar kita itu merupakan suatu arus bunyi yang di sana-sini

diselingi perhentian sebentar atau lama menurut kebutuhan dari penuturnya. Bila

percakapan itu terjadi antara dua orang atau lebih, akan tampak pada kita bahwa sesudah

seorang menyelesaikan arus bunyinya itu, maka yang lain akan mengadakan reaksi.

Reaksinya dapat berupa mengeluarkan lagi arus bunyi yang tak dapat kita pahami itu, atau

melakukan suatu tindakan tertentu.

Dengan demikian, bentuk dasar bahasa adalah ujaran. Ujaranlah yang membedakan

manusia dengan mahkluk hidup lain. Dengan ujuran inilah manusia mengungkapkan hal

yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang kasat mata, situasi dan kondisi yang

lampau, kini, maupun yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian bahasa?

2. Apa pengertian kepribadian?

3. Bagaimana pengembangan kepribadian?

4. Bagaimana hubungan bahasa dengan perkembangan kepribadian?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian bahasa

2. Mengetahui pengertian kepribadian

3. Mengetahui pengembangan kepribadian

4. Mengetahui hubungan bahasa dengan perkembangan kepribadian

1

Page 2: Kelompok 2

BAB II

BAHASA PENGEMBANG KEPRIBADIAN

2.1 Pengertian Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi,

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian bahasa ini meliputi dua bidang, yaitu

bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi itu

sendiri. Bunyi merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita, sedangkan arti

atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya

reaksi terhadap yang kita dengar.

Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa

bila tidak terkandung makna di dalamnya. Memahami bahasa akan memungkinkan untuk

memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia. Bahasa merupakan media manusia

berpikir secara abstrak yang mentransformasikan objek-objek faktual menjadi simbol-

simbol yang abstrak. Dengan adanya transformasi ini, maka manusia dapat berpikir

mengenai sebuah objek meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu

dilakukan olehnya (Parlaungan, dkk. 2010 : 1).

Secara umum, bahasa itu berfungsi sebagai alat komunikasi antaranggota

masyarakat. Bila fungsi umum itu diperinci, maka dapat dikatakan bahwa bahasa

mempunyai fungsi untuk:

1. Tujuan praktis yaitu untuk mengadakan antarhubungan (interaksi) dalam pergaulan

sehari-hari,

2. Tujuan artistik yaitu kegiatan manusia mengolah dan mengungkapkan bahasa itu

dengan seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis,

3. Menjadi kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain dan,

4. Tujuan fisiologis yaitu mempelajari naskah-naskah tua untuk menyelidiki latar

belakang sejarah manusia, sejarah kebudayaan, dan adat-istiadat, serta perkembangan

bahasa itu sendiri (Parlaungan, dkk. 2010 : 2).

Ernst Cassier menyebut manusia sebagai Animal symbolicum yang artinya makhluk

yang menggunakan simbol. Secara generik ungkapan ini lebih luas daripada sekedar Homo

sapiens. Bagi Cassier, keunikan manusia sebenarnya bukanlah sekedar terletak pada

kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Seorang

2

Page 3: Kelompok 2

filosof kenamaan, H.G. Gadamer, menyatakan bahwa status manusia tidak dapat

melakukan apa-apa tanpa menggunakan bahasa. Dalam satu pernyataannya yang terkenal,

secara jelas pula seoarang filosof bahasa, Ludwid Van Wittgenstein, mengatakan bahwa

batas dunia manusia adalah bahasa mereka.

Sebuah uraian yang cukup menarik mengenai keterkaitan antara bahaasa dan pikiran

dinyatakan oleh Whorf dan Saphir. Whorf dan Sapir melihat bahwa pikiran manusia

ditentukan oleh sistem klasifikasi dari bahasa tertentu yang digunakan manusia. Menurut

hipotesis ini, dunia mental orang Indonesia berbeda dengan dunia mental orang Inggris

karena mereka menggunakan bahasa yang berbeda. Hubungan antara bahasa dan pikiran

adalah sebuah tema yang sangat menantang dalam dunia kajian psikologi. Sejarah kajian

ini dapat dilihat dari psikolog kognitif, filosof dan ahli linguistik. Hipotesis Whorf dan

Safir menyajikan sesuatu yang sangat menantang untuk diteliti lebih lanjut. Berapa aspek

yang mempengaruhi pikiran perlu di identifikasi lebih lanjut, misalnya identifikasi aspek

bahasa yang mempengaruhi penalaran ruang bidang dan aspek yang mempengaruhi

penalaran terhadap pikiran lain (Rakhmat, J. 2000 : 9).

2.2 Pengertian Kepribadian dan Pengembangan Kepribadian

Personality Development Though Positive, Amit Abraham mendefenisikan

kepribadian adalah pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang tertanam dalam dan

relatif permanen dalam diri manusia. Kepribadian menyiratkan prediktabilitas tentang

bagaimana seseorang akan beraksi dalam keadaan yang berbeda-beda.

Pembangunan, Dilema, dan Tantangan, 2004, Moeljarto Tjokrominoto,

berpengertian bahwa pembangunan kepribadian mencakup berbagai kualitas, seperti

religiusitas, moralitas, penghayatan wawasan kebangsaan, kemandirian, kreativitas, dan

ketahanan mental. Secara lebih spesifik, pengembangan aspek-aspek kepribadian seperti

aktivitas kemandirian, ketahanan mental, etos kerja, disiplin, diletakkan dalam konteks

religiusitas, moralitas, dan penghayatan wawasan kebangsaan (Sanggup Barus, dkk. 2012.

Hal-1).

Menurut seorang tokoh yaitu G.W. Alpont, kepribadian adalah suatu organisasi

organis dalam individu yang sistem psikofisiknya menentukan karakteristik,tingkah laku

serta cara berfikir seseorang. Dengan kata lain kepribadian merupakan keadaan dalam diri

seseorang yang menentukan bagaimana penampilannya dalam menyesuaikan diri pada

lingkungannya. (Winarti, Euis. 2007 : 5).

3

Page 4: Kelompok 2

Menurut Sujanto, Lubis dan Hadi, kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis

yang kompleks dari individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik.

Kepribadian dipandang sebagai seluruh pola emosi dan perilaku yang menetap dan bersifat

khas pada seseorang dalam caranya mengadakan hubungan, serta caranya berpikir tentang

lingkungan dan dirinya sendiri. Ciri-ciri kepribadian dapat bersifat khas pada individu jika

perilaku dan emosi telah menetap pada diri seseorang sejak menjelang dewasa.

Muluk mengatakan, kepribadian adalah suatu sistem psiko-fisik yang akan

menentukan cara individu menyesuaikan diri secara unik dengan lingkungannya. Di masa

pencarian identitas diri, remaja membutuhkan bimbingan dari orang-orang terdekat yang

ada di sekelilingnya. Dengan kata lain remaja memiliki sifat ketergantungan tehadap orang

lain untuk pengembangan kepribadian dirinya. Dalam hal ini, Kuntjoro menambahkan

bahwa sifat ketergantungan remaja ditandai dengan perilaku yang cenderung didasari oleh

ikut-ikutan perilaku teman-temannya atau yang lain.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka pentinglah bagi remaja untuk dapat

mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan

lingkungannya. Hal ini disebabkan pada masa remaja individu sudah memasuki dunia

pergaulan yang lebih luas, dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan

sangat menentukan. Keterampilan sosial yang dimaksud merupakan salah satu tugas

perkembangan yang harus dikuasai remaja dalam fase perkembangan masa remaja madya

dan remaja akhir untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupannya sehari-hari.

Keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin

hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan

pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai

norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Jika keterampilan sosial dapat dikuasai

oleh remaja pada fase tersebut, maka remaja tersebut mampu mengembangkan aspek

psikososialnya secara maksimal. Namun apabila seseorang mengalami kesulitan sehingga

terasa kaku menyesuaikan diri dengan lingkungannya maka hal ini akan dipandang sebagai

seseorang yang mengalami gangguan kepribadian (Priyonggo. 2002. Hal- 3).

Dibawah ini merupakan beberapa cara untuk mengembangkan kepribadian, yaitu.

1. Pengenalan Diri

Pengenalan diri dapat dilakukan dengan cara mengintrospeksi diri, dimana kita

mengenal diri secara keseluruhan sehingga kita dapat mengenal kelebihan dan kekurangan

kita. Kita sering mempunyai penilaian yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya.

4

Page 5: Kelompok 2

Kita sering menyangka diri kita telah sempurna, ternyata masih banyak sekali kekurangan

yang ada pada diri kita atau sebaliknya.

Dengan pengenalan diri yang tepat kita dapat memperoleh konsep diri yang tepat.

Pengembangan kepribadian yang dilakukan sejalan dengan penyesuaian lingkungan sosial.

Dapat membangkitkan rasa puas dan membantu pengembangan diri. Berkomunikasi

dengan tepat harus pula diperhatikan. Kepuasan yang kita rasakan secara bertahap dapat

memupuk rasa percaya diri yang akan berkembang menjadi pribadi yang matang.

2. Penerimaan Umpan Balik (Feed Back)

Umpan balik merupakan suatu proses seseorang memberitahukan suatu hal

berdasarkan pengamatan dan perasaanya tentang tingkah laku seseorang. Tujuan umpan

balik adalah membantu perkembangan pribadi demi kebaikannya, dan hal ini merupakan

unsur terpenting dalam unsur mendidik.

3. Perubahan sikap

Pengetahuan untuk mengenali diri sendiri yang diperoleh dari intropeksi diri, umpan

balik, pemeriksaan psikologis akan membawa konsekuensi pilihan. Upaya pengembangan

diri tidak selalu mulus walaupun memiliki motivasi yang kuat. Ada beberapa hal yang

dapat dijadikan pegangan sebagai upaya perubahan sikap, yaitu.

a. Memiliki motif yang kuat

b. Memikirkan untung rugi sebelum melakukan suatu tindakan

c. Antusias-positif thinking

d. Belajar menyakini diri sendiri

e. Mengurangi rasa khawatir, menyesal diri, meragukan diri, iri hati, dan tidak

berdaya yang berlebihan

f. Meningkatkan kemampuan untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan sendiri

g. Jangan biarkan perkecualian terjadi sebelum kebiasaan baru berakar pada

kehidupan

h. Berlatihlah pada setiap kesempatan

4. Konsep diri

Konsep diri merupakan bagaimana seseorang memandang diri sendiri dan situasi

sekelilingnya, pandangan tentang perasaan tentanng diri yang bersifat psikologi, sosial dan

fisis.

5. Upaya pengembangan diri (Winarti Euis. 2007 : 11).

5

Page 6: Kelompok 2

2.3 Hubungan Bahasa dengan Perkembangan Kepribadian

Pikiran, bahasa, dan budaya memiliki keterkaitan yang sangat erat yang

mencerminkan satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara bahasa dan budaya terletak

pada asumsi bahwa setiap budaya telah memilih jalannya sendiri-sendiri dalam mentukan

apa yang harus dipisahkan dan apa harus diperhatikan untuk memberi nama pada realitas.

Di sisi yang lain, keterkaitan antara bahasa dan pikiran terletak pada asumsi bahwa bahasa

mempengaruhi cara pandang manusia terhadap dunia, serta mempengaruhi pikiran individu

pemakai bahasa tersebut (Rakhmat. 2000 : 13). Keterkaitan antara bahasa dan pikiran

dimungkinkan karena berpikir adalah upaya untuk mengasosiasikan kata atau konsep untuk

mendapatkan satu kesimpulan melalui media bahasa.

Beberapa uraian para ahli mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran yaitu.

1. Bahasa Mempengaruhi Pikiran

Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap realitas. Pikiran

dapat mengkondisikan manusia dengan kata yang digunakannya. Tokoh yang mendukung

hubungan ini adalah Benyamin Whorf dan gurunya, Edward Saphir. Whorf mengambil

contoh Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang

Jepang mempunyai banyak kosakata dalam menjelaskan sebuah realitas. Hal ini

membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas.

2. Pikiran mempengaruhi bahasa

Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif yang tidak asing bagi manusia

yaitu, Jean Piaget. Melalui observasi yang dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan

aspek kognitif anak, ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan

mempengaruhi bahasa yang digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi

bahasa yang digunakan.

3. Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi

Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin

Vigotsky, seorang ahli semantik berkebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai

pembaharu teori Piaget, yang mengatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi.

Penggabungan Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan

ahli psikologi kognitif.

Kata-kata adalah bentuk pemberian pakaian pada realita faktual yang terjadi secara

nyata. Pemberian ini dipengaruhi oleh faktor subjektivitas kebudayaan dan individu.

Subjektivitas ini terlihat ketika manusia dari latar belakang yang berbeda memotong realita

6

Page 7: Kelompok 2

menurut kehendaknya sendiri. Manusia memotong dunia realitas dan mengklasifikasikan

ke dalam kategori yang sama sekali berbeda berdasarkan prinsip yang sama sekali berbeda

dalam tiap budaya (Rakhmat. 2000 : 24).

Di Indonesia hubungan bahasa dengan pengembangan kepribadian tertuang dalam Sumpah

Pemuda 28 Oktober 1928 yang berisi tiga ikrar, yaitu :

1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air

Indonesia,

2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,

3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

(Sanggup Barus, dkk. 2012 : 1).

Pernyataan tekat kebangsaan, yaitu menjungjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia yang

mengandung makna.

1. Bersikap posotif terhadap bahasa Indonesia

2. Memiliki keinginan dan kegairahan menggunakan bahasa dengan baik dan benar

3. Memiliki dan berusaha meningkatkan mutu penggunaan dan penguasaan bahasa

Indonesia sehingga penggunaannya sesuai dengan kaidahnya, tetapi juga sesuai

dengan perkembangannya.

Berdasarkan pernyataan tekad kebahasaan di atas, jelas bahwa bahasa Indonesia

memiliki fungsi yang luar biasa dalam mengembangkan kepribadian bangsa. Fungsi ini

menegaskan bahwa setiap warga negara Indonesia senantiasa berkepribadian, berperilaku,

dan berbudi khas Indonesia. Pengalaman berbahasa yang amat berharga dalam

pengembangan kepribadian dikukuhkan dalam Undang-undang Dasar 1945, yaitu bahasa

negara adalah bahasa Indonesia. Sejak tahun 2002 bahasa Indonesia ditetapkan sebagai

mata kuliah bagi setiap mahasiswa di perguruan tinggi dalam kelompok mata kuliah

pengembangan kepribadian. Selain itu, bahasa Indonesia dijadikan sarana komunikasi

ilmiah bagi mahasiswa.

Berdasarkan pengajaran bahasa Indonesia sebagai pembangunan kepribadian,

mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kecerdasan, karakter, dan kepribadian.

Mahasiswa yang berkompetensi berbahasa Indonesia secara aktif dan pasif akan mampu

mengekpresikan pemahaman dan kemampuan dirinya secara runtut, logis, dan lugas. Hal

ini menandakan kemampuan mengorganisasi karakter dirinya terkait potensi daya pikir,

emosi dan harapannya. Kemudian diekspresikan dalam berbagai bentuk karya ilmiah,

seperti artikel ilmiah, proposal, penulisan skripsi, dan laporan ilmiah.

7

Page 8: Kelompok 2

Selain itu, mahasiswa yang berkompetensi berbahasa Indonesia baku dengan baik

dan benar akan mampu memahami konsep-konsep pemikiran dan pendapat orang lain.

Kompetensi ini akan dapat mengembangkan karakter dan kepribadian melalui berpikir

sinergis, yaitu kemampuan menghasilkan konsep baru. Mahasiswa demikian akan menjadi

lebih cerdas dan kreatif dalam memanfaatkan situasi, stimulus dan pengalaman baru yang

diperolehnya. Fungsi bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian di

arahkan kepada kompetensi berbahasa baku dengan baik dan benar secara lisan tulis.

Fungsi ini mencakup sebagai aspek, yaitu.

1. Mengembangkan tentang kemampuan/kompetensi berkomunikasi ilmiah

2. Mengembangkan kemampuan akademis

3. Mengembangkan berbagai sikap, seperti sikap ilmiah, sikap paradigmatis dalam

mengembangkan pola-pola berpikir sikap terpelajar

4. Mengembangkan kecerdasan berbahasa

5. Mengembangkan kepribadian terutama dalam menciptakan kreativitas baru yang

terkait dengan pengalaman, pengetahuan, dan situasi baru yanag dihadapi serta

kemampuan mengekpresikannya

6. Mengembangkan kompetensi berkomuikasi antar-pribadi sehingga memantapkan

perkembangan kepribadian dan mengembangkan kemampuan sebagai lambang

bangsa dan negara (Sanggup Barus, dkk. 2012 : 2).

8

Page 9: Kelompok 2

BAB III

PENUTUP

Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di dalamnya,

yaitu segala sesuatu yang mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Bahasa

merupakan media manusia berpikir secara abstrak yang mentransformasikan objek-objek

faktual menjadi simbol-simbol yang abstrak. Dengan adanya transformasi ini, maka

manusia dapat berpikir mengenai sebuah objek meskipun objek itu tidak terinderakan saat

proses berpikir itu dilakukan olehnya. Pembangunan kepribadian mencakup berbagai

kualitas, seperti religiusitas, moralitas, penghayatan wawasan kebangsaan, kemandirian,

kreativitas, dan ketahanan mental. Cara mengembangkan kepribadian yaitu, pengenalan

diri, penerimaan umpan balik (feed back), perubahan sikap, konsep diri dan upaya

pengembangan diri. Keterkaitan antara bahasa dan pikiran dimungkinkan karena berpikir

adalah upaya untuk mengasosiasikan kata atau konsep untuk mendapatkan satu kesimpulan

melalui media bahasa.

9

Page 10: Kelompok 2

DAFTAR PUSTAKA

Parlaungan Ritonga, dkk. 2010. Bahasa Indonesia Praktis. Medan: Bartong Jaya

Priyonggo. 2002. Jadikan Keluarga Sebagai Tempat Diskusi. www.suaramerdeka.com. 21

September 2002

Rakhmat, J. 2000. Catatan Kang Jalal. Bandung: Rosda Karya

Sanggup Barus, dkk. 2012. Bahasa Indonesia Pengembang Kepribadian. Medan:

Universitas Negeri Medan

Winarti, Eusti. 2007. Pengembangan Kepribadian. Yogyakarta: Graha Ilmu

10