Kelompok 2
-
Upload
mitra-pinem -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
description
Transcript of Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar belakang
Manusia adalah makhluk sosial sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia
yang lainnya. Pada saat manusia ingin eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa
semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu
bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media.
Terkadang kita berada di tengah-tengah suatu lingkungan masyarakat yang
menggunakan suatu bahasa yang tidak kita pahami sama sekali, serta mendengar
percakapan antar penutur-penutur bahasa itu. Sehingga kita mendapat kesan bahwa apa
yang merangsang alat pendengar kita itu merupakan suatu arus bunyi yang di sana-sini
diselingi perhentian sebentar atau lama menurut kebutuhan dari penuturnya. Bila
percakapan itu terjadi antara dua orang atau lebih, akan tampak pada kita bahwa sesudah
seorang menyelesaikan arus bunyinya itu, maka yang lain akan mengadakan reaksi.
Reaksinya dapat berupa mengeluarkan lagi arus bunyi yang tak dapat kita pahami itu, atau
melakukan suatu tindakan tertentu.
Dengan demikian, bentuk dasar bahasa adalah ujaran. Ujaranlah yang membedakan
manusia dengan mahkluk hidup lain. Dengan ujuran inilah manusia mengungkapkan hal
yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang kasat mata, situasi dan kondisi yang
lampau, kini, maupun yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bahasa?
2. Apa pengertian kepribadian?
3. Bagaimana pengembangan kepribadian?
4. Bagaimana hubungan bahasa dengan perkembangan kepribadian?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian bahasa
2. Mengetahui pengertian kepribadian
3. Mengetahui pengembangan kepribadian
4. Mengetahui hubungan bahasa dengan perkembangan kepribadian
1
BAB II
BAHASA PENGEMBANG KEPRIBADIAN
2.1 Pengertian Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi,
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian bahasa ini meliputi dua bidang, yaitu
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi itu
sendiri. Bunyi merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita, sedangkan arti
atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya
reaksi terhadap yang kita dengar.
Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa
bila tidak terkandung makna di dalamnya. Memahami bahasa akan memungkinkan untuk
memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia. Bahasa merupakan media manusia
berpikir secara abstrak yang mentransformasikan objek-objek faktual menjadi simbol-
simbol yang abstrak. Dengan adanya transformasi ini, maka manusia dapat berpikir
mengenai sebuah objek meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu
dilakukan olehnya (Parlaungan, dkk. 2010 : 1).
Secara umum, bahasa itu berfungsi sebagai alat komunikasi antaranggota
masyarakat. Bila fungsi umum itu diperinci, maka dapat dikatakan bahwa bahasa
mempunyai fungsi untuk:
1. Tujuan praktis yaitu untuk mengadakan antarhubungan (interaksi) dalam pergaulan
sehari-hari,
2. Tujuan artistik yaitu kegiatan manusia mengolah dan mengungkapkan bahasa itu
dengan seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis,
3. Menjadi kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain dan,
4. Tujuan fisiologis yaitu mempelajari naskah-naskah tua untuk menyelidiki latar
belakang sejarah manusia, sejarah kebudayaan, dan adat-istiadat, serta perkembangan
bahasa itu sendiri (Parlaungan, dkk. 2010 : 2).
Ernst Cassier menyebut manusia sebagai Animal symbolicum yang artinya makhluk
yang menggunakan simbol. Secara generik ungkapan ini lebih luas daripada sekedar Homo
sapiens. Bagi Cassier, keunikan manusia sebenarnya bukanlah sekedar terletak pada
kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Seorang
2
filosof kenamaan, H.G. Gadamer, menyatakan bahwa status manusia tidak dapat
melakukan apa-apa tanpa menggunakan bahasa. Dalam satu pernyataannya yang terkenal,
secara jelas pula seoarang filosof bahasa, Ludwid Van Wittgenstein, mengatakan bahwa
batas dunia manusia adalah bahasa mereka.
Sebuah uraian yang cukup menarik mengenai keterkaitan antara bahaasa dan pikiran
dinyatakan oleh Whorf dan Saphir. Whorf dan Sapir melihat bahwa pikiran manusia
ditentukan oleh sistem klasifikasi dari bahasa tertentu yang digunakan manusia. Menurut
hipotesis ini, dunia mental orang Indonesia berbeda dengan dunia mental orang Inggris
karena mereka menggunakan bahasa yang berbeda. Hubungan antara bahasa dan pikiran
adalah sebuah tema yang sangat menantang dalam dunia kajian psikologi. Sejarah kajian
ini dapat dilihat dari psikolog kognitif, filosof dan ahli linguistik. Hipotesis Whorf dan
Safir menyajikan sesuatu yang sangat menantang untuk diteliti lebih lanjut. Berapa aspek
yang mempengaruhi pikiran perlu di identifikasi lebih lanjut, misalnya identifikasi aspek
bahasa yang mempengaruhi penalaran ruang bidang dan aspek yang mempengaruhi
penalaran terhadap pikiran lain (Rakhmat, J. 2000 : 9).
2.2 Pengertian Kepribadian dan Pengembangan Kepribadian
Personality Development Though Positive, Amit Abraham mendefenisikan
kepribadian adalah pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang tertanam dalam dan
relatif permanen dalam diri manusia. Kepribadian menyiratkan prediktabilitas tentang
bagaimana seseorang akan beraksi dalam keadaan yang berbeda-beda.
Pembangunan, Dilema, dan Tantangan, 2004, Moeljarto Tjokrominoto,
berpengertian bahwa pembangunan kepribadian mencakup berbagai kualitas, seperti
religiusitas, moralitas, penghayatan wawasan kebangsaan, kemandirian, kreativitas, dan
ketahanan mental. Secara lebih spesifik, pengembangan aspek-aspek kepribadian seperti
aktivitas kemandirian, ketahanan mental, etos kerja, disiplin, diletakkan dalam konteks
religiusitas, moralitas, dan penghayatan wawasan kebangsaan (Sanggup Barus, dkk. 2012.
Hal-1).
Menurut seorang tokoh yaitu G.W. Alpont, kepribadian adalah suatu organisasi
organis dalam individu yang sistem psikofisiknya menentukan karakteristik,tingkah laku
serta cara berfikir seseorang. Dengan kata lain kepribadian merupakan keadaan dalam diri
seseorang yang menentukan bagaimana penampilannya dalam menyesuaikan diri pada
lingkungannya. (Winarti, Euis. 2007 : 5).
3
Menurut Sujanto, Lubis dan Hadi, kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis
yang kompleks dari individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik.
Kepribadian dipandang sebagai seluruh pola emosi dan perilaku yang menetap dan bersifat
khas pada seseorang dalam caranya mengadakan hubungan, serta caranya berpikir tentang
lingkungan dan dirinya sendiri. Ciri-ciri kepribadian dapat bersifat khas pada individu jika
perilaku dan emosi telah menetap pada diri seseorang sejak menjelang dewasa.
Muluk mengatakan, kepribadian adalah suatu sistem psiko-fisik yang akan
menentukan cara individu menyesuaikan diri secara unik dengan lingkungannya. Di masa
pencarian identitas diri, remaja membutuhkan bimbingan dari orang-orang terdekat yang
ada di sekelilingnya. Dengan kata lain remaja memiliki sifat ketergantungan tehadap orang
lain untuk pengembangan kepribadian dirinya. Dalam hal ini, Kuntjoro menambahkan
bahwa sifat ketergantungan remaja ditandai dengan perilaku yang cenderung didasari oleh
ikut-ikutan perilaku teman-temannya atau yang lain.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka pentinglah bagi remaja untuk dapat
mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan
lingkungannya. Hal ini disebabkan pada masa remaja individu sudah memasuki dunia
pergaulan yang lebih luas, dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan
sangat menentukan. Keterampilan sosial yang dimaksud merupakan salah satu tugas
perkembangan yang harus dikuasai remaja dalam fase perkembangan masa remaja madya
dan remaja akhir untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupannya sehari-hari.
Keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin
hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan
pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai
norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Jika keterampilan sosial dapat dikuasai
oleh remaja pada fase tersebut, maka remaja tersebut mampu mengembangkan aspek
psikososialnya secara maksimal. Namun apabila seseorang mengalami kesulitan sehingga
terasa kaku menyesuaikan diri dengan lingkungannya maka hal ini akan dipandang sebagai
seseorang yang mengalami gangguan kepribadian (Priyonggo. 2002. Hal- 3).
Dibawah ini merupakan beberapa cara untuk mengembangkan kepribadian, yaitu.
1. Pengenalan Diri
Pengenalan diri dapat dilakukan dengan cara mengintrospeksi diri, dimana kita
mengenal diri secara keseluruhan sehingga kita dapat mengenal kelebihan dan kekurangan
kita. Kita sering mempunyai penilaian yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya.
4
Kita sering menyangka diri kita telah sempurna, ternyata masih banyak sekali kekurangan
yang ada pada diri kita atau sebaliknya.
Dengan pengenalan diri yang tepat kita dapat memperoleh konsep diri yang tepat.
Pengembangan kepribadian yang dilakukan sejalan dengan penyesuaian lingkungan sosial.
Dapat membangkitkan rasa puas dan membantu pengembangan diri. Berkomunikasi
dengan tepat harus pula diperhatikan. Kepuasan yang kita rasakan secara bertahap dapat
memupuk rasa percaya diri yang akan berkembang menjadi pribadi yang matang.
2. Penerimaan Umpan Balik (Feed Back)
Umpan balik merupakan suatu proses seseorang memberitahukan suatu hal
berdasarkan pengamatan dan perasaanya tentang tingkah laku seseorang. Tujuan umpan
balik adalah membantu perkembangan pribadi demi kebaikannya, dan hal ini merupakan
unsur terpenting dalam unsur mendidik.
3. Perubahan sikap
Pengetahuan untuk mengenali diri sendiri yang diperoleh dari intropeksi diri, umpan
balik, pemeriksaan psikologis akan membawa konsekuensi pilihan. Upaya pengembangan
diri tidak selalu mulus walaupun memiliki motivasi yang kuat. Ada beberapa hal yang
dapat dijadikan pegangan sebagai upaya perubahan sikap, yaitu.
a. Memiliki motif yang kuat
b. Memikirkan untung rugi sebelum melakukan suatu tindakan
c. Antusias-positif thinking
d. Belajar menyakini diri sendiri
e. Mengurangi rasa khawatir, menyesal diri, meragukan diri, iri hati, dan tidak
berdaya yang berlebihan
f. Meningkatkan kemampuan untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan sendiri
g. Jangan biarkan perkecualian terjadi sebelum kebiasaan baru berakar pada
kehidupan
h. Berlatihlah pada setiap kesempatan
4. Konsep diri
Konsep diri merupakan bagaimana seseorang memandang diri sendiri dan situasi
sekelilingnya, pandangan tentang perasaan tentanng diri yang bersifat psikologi, sosial dan
fisis.
5. Upaya pengembangan diri (Winarti Euis. 2007 : 11).
5
2.3 Hubungan Bahasa dengan Perkembangan Kepribadian
Pikiran, bahasa, dan budaya memiliki keterkaitan yang sangat erat yang
mencerminkan satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara bahasa dan budaya terletak
pada asumsi bahwa setiap budaya telah memilih jalannya sendiri-sendiri dalam mentukan
apa yang harus dipisahkan dan apa harus diperhatikan untuk memberi nama pada realitas.
Di sisi yang lain, keterkaitan antara bahasa dan pikiran terletak pada asumsi bahwa bahasa
mempengaruhi cara pandang manusia terhadap dunia, serta mempengaruhi pikiran individu
pemakai bahasa tersebut (Rakhmat. 2000 : 13). Keterkaitan antara bahasa dan pikiran
dimungkinkan karena berpikir adalah upaya untuk mengasosiasikan kata atau konsep untuk
mendapatkan satu kesimpulan melalui media bahasa.
Beberapa uraian para ahli mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran yaitu.
1. Bahasa Mempengaruhi Pikiran
Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap realitas. Pikiran
dapat mengkondisikan manusia dengan kata yang digunakannya. Tokoh yang mendukung
hubungan ini adalah Benyamin Whorf dan gurunya, Edward Saphir. Whorf mengambil
contoh Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang
Jepang mempunyai banyak kosakata dalam menjelaskan sebuah realitas. Hal ini
membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas.
2. Pikiran mempengaruhi bahasa
Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif yang tidak asing bagi manusia
yaitu, Jean Piaget. Melalui observasi yang dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan
aspek kognitif anak, ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan
mempengaruhi bahasa yang digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi
bahasa yang digunakan.
3. Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin
Vigotsky, seorang ahli semantik berkebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai
pembaharu teori Piaget, yang mengatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi.
Penggabungan Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan
ahli psikologi kognitif.
Kata-kata adalah bentuk pemberian pakaian pada realita faktual yang terjadi secara
nyata. Pemberian ini dipengaruhi oleh faktor subjektivitas kebudayaan dan individu.
Subjektivitas ini terlihat ketika manusia dari latar belakang yang berbeda memotong realita
6
menurut kehendaknya sendiri. Manusia memotong dunia realitas dan mengklasifikasikan
ke dalam kategori yang sama sekali berbeda berdasarkan prinsip yang sama sekali berbeda
dalam tiap budaya (Rakhmat. 2000 : 24).
Di Indonesia hubungan bahasa dengan pengembangan kepribadian tertuang dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928 yang berisi tiga ikrar, yaitu :
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia,
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
(Sanggup Barus, dkk. 2012 : 1).
Pernyataan tekat kebangsaan, yaitu menjungjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia yang
mengandung makna.
1. Bersikap posotif terhadap bahasa Indonesia
2. Memiliki keinginan dan kegairahan menggunakan bahasa dengan baik dan benar
3. Memiliki dan berusaha meningkatkan mutu penggunaan dan penguasaan bahasa
Indonesia sehingga penggunaannya sesuai dengan kaidahnya, tetapi juga sesuai
dengan perkembangannya.
Berdasarkan pernyataan tekad kebahasaan di atas, jelas bahwa bahasa Indonesia
memiliki fungsi yang luar biasa dalam mengembangkan kepribadian bangsa. Fungsi ini
menegaskan bahwa setiap warga negara Indonesia senantiasa berkepribadian, berperilaku,
dan berbudi khas Indonesia. Pengalaman berbahasa yang amat berharga dalam
pengembangan kepribadian dikukuhkan dalam Undang-undang Dasar 1945, yaitu bahasa
negara adalah bahasa Indonesia. Sejak tahun 2002 bahasa Indonesia ditetapkan sebagai
mata kuliah bagi setiap mahasiswa di perguruan tinggi dalam kelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian. Selain itu, bahasa Indonesia dijadikan sarana komunikasi
ilmiah bagi mahasiswa.
Berdasarkan pengajaran bahasa Indonesia sebagai pembangunan kepribadian,
mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kecerdasan, karakter, dan kepribadian.
Mahasiswa yang berkompetensi berbahasa Indonesia secara aktif dan pasif akan mampu
mengekpresikan pemahaman dan kemampuan dirinya secara runtut, logis, dan lugas. Hal
ini menandakan kemampuan mengorganisasi karakter dirinya terkait potensi daya pikir,
emosi dan harapannya. Kemudian diekspresikan dalam berbagai bentuk karya ilmiah,
seperti artikel ilmiah, proposal, penulisan skripsi, dan laporan ilmiah.
7
Selain itu, mahasiswa yang berkompetensi berbahasa Indonesia baku dengan baik
dan benar akan mampu memahami konsep-konsep pemikiran dan pendapat orang lain.
Kompetensi ini akan dapat mengembangkan karakter dan kepribadian melalui berpikir
sinergis, yaitu kemampuan menghasilkan konsep baru. Mahasiswa demikian akan menjadi
lebih cerdas dan kreatif dalam memanfaatkan situasi, stimulus dan pengalaman baru yang
diperolehnya. Fungsi bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian di
arahkan kepada kompetensi berbahasa baku dengan baik dan benar secara lisan tulis.
Fungsi ini mencakup sebagai aspek, yaitu.
1. Mengembangkan tentang kemampuan/kompetensi berkomunikasi ilmiah
2. Mengembangkan kemampuan akademis
3. Mengembangkan berbagai sikap, seperti sikap ilmiah, sikap paradigmatis dalam
mengembangkan pola-pola berpikir sikap terpelajar
4. Mengembangkan kecerdasan berbahasa
5. Mengembangkan kepribadian terutama dalam menciptakan kreativitas baru yang
terkait dengan pengalaman, pengetahuan, dan situasi baru yanag dihadapi serta
kemampuan mengekpresikannya
6. Mengembangkan kompetensi berkomuikasi antar-pribadi sehingga memantapkan
perkembangan kepribadian dan mengembangkan kemampuan sebagai lambang
bangsa dan negara (Sanggup Barus, dkk. 2012 : 2).
8
BAB III
PENUTUP
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di dalamnya,
yaitu segala sesuatu yang mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Bahasa
merupakan media manusia berpikir secara abstrak yang mentransformasikan objek-objek
faktual menjadi simbol-simbol yang abstrak. Dengan adanya transformasi ini, maka
manusia dapat berpikir mengenai sebuah objek meskipun objek itu tidak terinderakan saat
proses berpikir itu dilakukan olehnya. Pembangunan kepribadian mencakup berbagai
kualitas, seperti religiusitas, moralitas, penghayatan wawasan kebangsaan, kemandirian,
kreativitas, dan ketahanan mental. Cara mengembangkan kepribadian yaitu, pengenalan
diri, penerimaan umpan balik (feed back), perubahan sikap, konsep diri dan upaya
pengembangan diri. Keterkaitan antara bahasa dan pikiran dimungkinkan karena berpikir
adalah upaya untuk mengasosiasikan kata atau konsep untuk mendapatkan satu kesimpulan
melalui media bahasa.
9
DAFTAR PUSTAKA
Parlaungan Ritonga, dkk. 2010. Bahasa Indonesia Praktis. Medan: Bartong Jaya
Priyonggo. 2002. Jadikan Keluarga Sebagai Tempat Diskusi. www.suaramerdeka.com. 21
September 2002
Rakhmat, J. 2000. Catatan Kang Jalal. Bandung: Rosda Karya
Sanggup Barus, dkk. 2012. Bahasa Indonesia Pengembang Kepribadian. Medan:
Universitas Negeri Medan
Winarti, Eusti. 2007. Pengembangan Kepribadian. Yogyakarta: Graha Ilmu
10