Kelompok 11 Kelas c
-
Upload
lutfi-ramdhani -
Category
Documents
-
view
106 -
download
0
description
Transcript of Kelompok 11 Kelas c
PRAKTIKUM SUPPLY CHAIN AND LOGISTIC
Manufacturing Supply Chain
Disusun Oleh:
Agasi Rizal 11/319697/TK/38815
Adhi Rakhmat 11/319646/TK/38769
Lutfi Ramdani 11/319805/TK/38919
Novita Nur Syafitri 11/319723/TK/38840
Tamalia Umaroyani Pratiwi 11/313233/TK/37848
Yohannes Sihotang 11/3196818/TK/38800
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................i
DAFTAR TABEL..............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................2
1.2 Tujuan Riset..............................................................................................2
1.3 Manfaat ................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................4
2.1 Strategi Point of Sales...............................................................................4
2.2 Strategi Electronic Data Interchange.......................................................6
2.3 Strategi Vendor Manage Inventoryl..........................................................8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................10
3.1 Konsep Dasar..........................................................................................10
3.2 Kelebihan dan Kekurangan.....................................................................14
3.3 Requirement............................................................................................17
3.2 Studi Kasus.............................................................................................21
BAB IV PENUTUP...........................................................................................28
i
4.1 Kesimpulan.............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................30
DAFTAR GAMBAR
ii
Gambar 3.1 Mekanisme penggunaan PoS pada Indomaret………………………….21
Gambar 3.2 Mekanisme Penggunaan EDI pada kepabeanan di Tanjung Perak……..25
Gambar 3.3 Rantai Supply pada PT Sampharindo…………………………………..26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam dunia industri rantai pasok adalah salah satu faktor yang tidak
dapat dipisahkan. Rantai pasok terdiri dari beberapa bagian yang umumnya
terbagi atas 4 stage. Keempat stage tersebut adalah factory, distributor,
wholesaler, dan retailer. Hubungan antara tiap stage dalam rantai pasok
memiliki ketergantungan satu sama lainnya. Maka dari itu, jika ada salah satu
stage mengalami kendala akan berpengaruh terhadap stage yang lainnya.
Salah satu masalah yang biasa ditemui adalah ketidakpastian. Ketidakpastian
ini biasanya akan semakin bermasalah ke upstream karena ketidakpastian
tersebut akan terakumulasi dari stage yang berada di bawahnya. Jika
ketidakpastian ini tetap besar maka akan sangat berpengaruh terhadap
performansi dari rantai pasok tersebut.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
performa rantai pasok. Pada praktikum kali ini kita akan membahas 3 strategi
untuk meningkatkan performansi dari rantai pasok. Ketiga strategi tersebut
adalah Point of Sales (POS), Electronic Data Interchange (EDI), dan Vendor-
Managed Inventory (VMI).
Point of Sales (POS) adalah pembagian informasi menyeluruh antar
1
stage yang memberikan informasi mengenai actual sales dan actual
demand. Dalam strategi ini, data mengenai penjualan yang biasanya hanya
dimiliki oleh retailer dibagikan kepada seluruh bagian rantai pasok.
Electronic Data Interchange (EDI) adalah strategi pembagian informasi antar
stage yang menggunakan teknologi elektronik. Keuntungan menggunakan
EDI adalah dapat mengurangi lead time, kesalahan pengiriman informasi dan
paperless. Sedangkan Vendor-Managed Inventory (VMI) adalah strategi
dimana vendor atau supplier yang mengelola inventori dari produk tersebut
sebelum diberikan kepada retailer. Dalam strategi ini memiliki keuntungan
yaitu barang yang kurang karena stok telah habis dapat diketahui oleh vendor
sehingga dapat mengurangi kesalahan pemesanan yang dapat mengakibatkan
pemesanan berlebih.
Pada praktikum kali ini dapat dilihat perbedaan ketika perusahaan
menggunakan strategi, baik itu POS, EDI dan VMI dan ketika perusahaan
menggunakan strategi yang normal digunakan pada perusahaan umumnya.
1.2 Tujuan Riset
1. Memberikan pemahaman mengenai operasi supply chain kepada
praktikan.
2. Memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
rantai pasok kepada praktikan.
3. Menganalisis penggunaan strategi Point of Sales (POS), Electronic
Data Interchange (EDI), dan Vendor-Managed Inventory (VMI)
terhadap performansi rantai pasok.
1.3 Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan dari praktikum kali ini adalah
1. Mengetahui menggunakan strategi POS, EDI dan VMI
2
2. Memberikan informasi perbedaan ketika menggunakan strategi POS,
EDI dan VMI
3. Memberikan pemahaman menggunakan software Vensim PLE
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Strategi Point of Sales
Point of Sale (POS) adalah tempat di mana transaksi retail selesai. POS
merupakan titik di mana pelanggan melakukan pembayaran kepada pedagang
dalam bentuk pertukaran untuk barang atau jasa. Pada titik penjualan, retailer
akan menghitung jumlah utang oleh pelanggan dan memberikan pilihan bagi
pelanggan untuk melakukan pembayaran. POS akan menjadi sangat penting di
dunia bisnis karena berupa tempat menerima pembayaran dari pembeli kepada
penjual, dan pembayaran tersebut merupakan indicator bagi pebisnis untuk
mengukur tingkat pendapatan. Setiap sistem POS terdiri atas hardware dan
software dimana kedua komponen tersebut digunakan untuk setiap proses
transaksi serta disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Jaringan pada software
dan hardware pada sistem POS bersama-sama akan melacak penjualan dan
persediaan yang terjadi.
Software POS merupakan komponen utama dari sistem POS yang pada
akhirnya menentukan jalannya proses, seperti apa yang harus dilakukan dan
bagaimana harus melakukan. Menentukan software yang tepat akan sangat
bergantung pada fitur yang dibutuhkan dan jenis lingkungan tempat bekerja.
Banyak software POS yang sangat fleksibel untuk mengakomidasi berbagai
usaha. Software yang ditawarkan terdiri dari versi dasar serta versi pro dan setiap
perusahaan memakai fitur yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Untuk
mengetahui jenis POS seperti apa yang sesuai untuk proses bisnis tertentu, ada
baiknya menentukan terlebih dahulu fitur-fitur yang penting dan cara berbisnis
seperti apa yang dilakukan. Semua software POS akan menangani transaksi dasar,
selain itu masih ada fitur tambahan lainnya yang tersedia, beberapa fitur yang
perlu dipertimbangkan adalah (1) Inventory Management, (2) Pelaporan, (3)
4
Purchasing, (4) Customer Management, (5) Standar Keamanan Transaksi dan (6)
Return Processing.
Penggunaan POS mempunyai keuntungan antara lain, (1) dapat
menganalisis data penjualan, mencari tahu seberapa baik semua item pada
penjualan, (2) dapat mengetahui hasil analisis penjualan untuk mempermudah
perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai item apa saja yang sedang
menjadi tren, (3) dapat meningkatkan akurasi harga dengan mengintegrasikan
bar-code scanner dan kemampuan otorisasi kartu kredit dengan sistem POS, (4)
mengurangi kesalahan akibat ketidaktelitian SDM, (5) mengurangi ruang gerak
SDM untuk melakukan kecurangan, (6) mempercepat pelayanan ke pelanggan,
(7) melakukan analisa untuk keperluan decision maker, (8) dapat mengetahui
inventori stok atau persediaan barang. Selain mempunyai kelebihan, sistem Point
of Sales juga mempunyai kekurangan antara lain, (1) mudah terkena virus, (2)
investasi awal mahal, (3) mengembangkannya dari awal mungkin perlu biaya
yang lebih mahal, kecuali program yang sudah jadi, (4) software yang sudah jadi
biasanya akan mengalami beberapa kendala karena ketidaksesuaian program
dengan strategi perusahaan.
5
2.2 Strategi Electronic Data Interchange
Kondisi lingkungan ekonomi yang semakin kompetitif, perusahaan
dituntut agar selalu mengikuti perkembangan teknologi informasi yang canggih,
hal ini dilakukan agar perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif atau
paling tidak dapat bertahan pada kondisi yang menguntungkan. Salah satu
teknologi yang dapat diterapkan guna memperoleh keunggulan tersebut adalah
Electronic Data Interchange (EDI). EDI adalah pertukaran informasi bisnis
secara elektronik dari komputer ke komputer, dalam format terstruktur, dan
dilakukan diantara partner bisnis (Ferguson et. al 1990). Ada dua tipe aplikasi
EDI yaitu tipe simple system dan integrated system, perbedaan kedua tipe tersebut
berkaitan dengan integrasi didalam penyusunan programnya. Sedangkan sarana
yang diperlukan EDI adalah perangkat keras (hardware), translation
software/transaction converter, mail box facilities dan pedoman prosedur untuk
implementasi.
Untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, suatu perusahaan dituntut
untuk senantiasa menciptakan sesuatu yang bisa meningkatkan kemampuan
didalam menghadapi persaingan. Salah satu strategi untuk memenangkan
persaingan tersebut adalah meningkatkan kemampuan didalam
memanfaatkanteknologi informasi diantaranya yaitu EDI. Stern dan Kaufman
(1985) dalam Slamet Riyadi (2010) memberikan keyakinan bahwa penggunaan
EDI akan memberikan kesempatan pada perusahaan untuk memperoleh
keunggulan kompetitif, hal ini bisa diwujudkan karena : (1) Penurunan order lead
time, hal ini akan menyebabkan pengurangan terhadap biaya persediaan, (2) Mutu
pelayanan kepada konsumen semakin tinggi, (3) Penurunan kemungkinan
terjadinya out-of-stock, (4) Perbaikan mutu komunikasi untuk menyelenggarakan
transaksi/janji, promosi, perubahan harga dan tersedianya informasi produk, (5)
Perbaikan ketepatan dalam pemesanan, pengiriman, dan penerimaan barang, dan
(6) Pengurangan biaya tenaga kerja (labour cost).
6
7
EDI sendiri masih mempunyai beberapa kendala didalam
implementasinya yaitu: (1) Tidak adanya standar global, sampai saat ini belum
ada standar tunggal yang berlaku secara umum. (2) Mahalnya biaya implementasi
EDI, hal ini terjadi karena mahalnya biaya hardware, software, fasilitas
telekomunikasi ditambah lagi dengan biaya tenaga yang trampil dari penggunaan
EDI ini. (3) Dual system atau implementasi yang setengah-setengah, hal ini terjadi
karena faktor sarana network yang relatif mahal dan sedikitnya pemakai EDI. (4)
Hambatan budaya, hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan bahasa,
nasionalisme dan budaya-budaya lainnya sehingga menghambat pelaksanaan EDI
didalam pengiriman data antar negara. Dan (5) Kesulitan mengenai faktor
manusia, ada dua kemungkinan sikap manusia didalam mengahadapi adanya
perubahan teknologi yaitu akan bersikap positif atau negatif.
Berdasarkan uraian diatas mengenai keunggulan-keunggulan maupun
kendala-kendala yang dimiliki EDI, alangkah baiknya didalam
mempertimbangkan implementasi EDI sebagai strategi guna memperoleh
keunggulan kompetitif tidak hanya mempertimbangkan investasi awalnya saja,
tetapi perlu juga mempertimbangkan biaya pemeliharaan dan operasinya, karena
hal ini tidak terlepas dengan pihak ketiga yang terlibat dalam transaksi EDI
tersebut. Di satu pihak EDI akan memberikan manfaat yang cukup banyak
diantaranya adalah penghematan biaya-biaya yaitu biaya pembelian, biaya
dokumentasi maupun biaya tenaga kerja atau pengehematan waktu, sedangkan
dilain pihak implementasi memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bertitik tolak
dari kondisi ini semua, apakah perusahaan perlu mengimplementasikan EDI atau
tidak, hal ini tergantung pada pada kondisi perusahaan didalam
mempertimbangkan antara biaya dan manfaat yang akan diperoleh dari
implementasi EDI tersebut.
8
2.3 Strategi Vendor-Managed Inventory
Vendor-managed inventory (VMI) adalah sebuah strategi dalam rantai
pasok dimana pemasok bertanggung jawab mengelola persediaan dengan
menggunakan media komunikasi terkini seperti online messaging atau data
retrival system. Pengelolaan VMI yang baik dapat meningkatkan kinerja rantai
pasok karena mengurangi tingkat persediaan dan meningkatkan frekuensi
pengiriman barang (Mahamani dan Rao, 2010). Menurut Yao et al (2005),
keuntungan lain yang didapatkan dari penerapan VMI adalah pengurangan biaya
simpan baik pada pemasok maupun retailer, peningkatkan level pelayanan
konsumen seperti dengan pengurangan waktu siklus pengiriman barang dan
peningkatan frekuensi pengiriman barang.
Penerapan VMI membutuhkan keterbukaan informasi mengenai level
persediaan dan jumlah permintaan konsumen dari pihak retailer ke pemasok.
Dengan cara seperti ini pihak pemasok dapat melakukan perencanaan produksi,
penjadwalan pengiriman barang, pemenuhan persediaan retailer, perencanaan
pembelian, serta proses logistik lainnya dengan lebih baik. Studi yang dilakukan
Yao et al (2005) membahas dua fenomena yang terjadi dalam VMI, yaitu
keterbukaan informasi (information sharing) dan integrasi proses (process
integration). Kedua fenomena yang terjadi pada penerapan VMI ini memberikan
keuntungan pada pengelolaan sebuah rantai pasok.
Keterbukaan informasi yang dilakukan antar pihak dalam rantai pasok
ternyata dapat mengurangi bullwhip effect. Bullwhip effect terjadi karena
peningkatan variabilitas permintaan dalam rantai pasok dari hilir ke hulu.
Berkurangnya bullwhip effect menunjukkan kinerja yang baik dalam sebuah
sistem rantai pasok seperti penurunan level persediaan dan pengurangan waktu
siklus pengiriman barang. Nishiguchi (1994) dalam Yao et al (2005) pun
menyatakan bahwa alasan utama keunggulan para produsen dari Jepang adalah
9
adanya sinergi antar pihak dalam rantai pasok. Oleh sebab itu integrasi yang baik
antar pihak dalam rantai pasok ini sangatlah penting.
Penerapan strategi VMI pada rantai pasok melibatkan suatu kesepakatan
antar pihak terkait. GÜNEg (2010) membahas beberapa penelitian mengenai
kondisi-kondisi yang terjadi dalam kesepakatan penerapan strategi VMI.
Berdasarkan pembahasan tersebut diketahui beberapa parameter yang perlu
diperhatikan dalam suatu kesepakatan yang akan mempengaruhi kinerja
penerapan strategi VMI, yaitu harga beli barang dari pemasok, batas-batas
persediaan yang diiinginkan oleh retailer, jumlah barang yang dapat dipenuhi
oleh pemasok, variasi permintaan dan sistem pembayaran. Dalam penelitian yang
dilakukan GÜNEg (2010), terdapat juga parameter-parameter lain yang diuji yaitu
kapasitas produksi pemasok, harga jual barang oleh retailer, proporsi ongkos
pemesanan. Berbeda dengan sistem tradisional yang membebankan seluruh biaya
pemesanan pada retailer, pada VMI ini terdapat pembagian biaya pemesanan
antara pemasok dan retailer dengan proporsi tertentu.
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Konsep Dasar
A. Point of Sales (POS)
Point of Sales atau PoS merupakan sebuah sistem dalam software yang
dapat dapat digunakan untuk mempercepat proses transaksi. Setip perusahaan
dalam PoS dapat mengetahui permintaan yang dilakukan oleh konsumen.
Oleh karena itu, Point of Sales ini dapat mengatur inventory dengan benar.
PoS dapat menyimpan setiap data penjualan yang terjadi, sehingga inventory
selalu dapat diperbaharui. Kemudian, Point of Sales juga dapat memberikan
banyak informasi, sehingga perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih
baik mengenai permintaan dan pembelian material.
Ada banyak sistem software PoS popular yang dapat digunakan pada
add-on device di stasiun pengeluaran, seperti, termasuk electronic cash
drawers, bar-code scanners, credit card readers, and receipt or invoice
printers. Paket PoS sering muncul dengan modul akuntansi yang terintegrasi,
termasuk general ledger, akun penerimaan (piutang), akun pembayaran
(hutang), pembelian, dan sistem pengendalian persediaan. Pada dasarnya,
sistem PoS adalah sistem yang terintegrasi yang digunakan untuk melacak
arus kas bisnis perusahaan.
Dengan adanya sistem POS maka, dapat membantu perusahaan untuk
memiliki kontrol yang lebih baik pada bisnisnya yaitu melalui fitur pelaporan
sistem POS tersebut. Perusahaan dapat melihat data penjualan dalam berbagai
cara sehingga dapat menentukan produk apa yang paling laris pada waktu
tertentu. Selain itu, sistem POS juga digunakan untuk mencari tahu segala
sesuatu dari cara optimal untuk mengatur tingkat penjualan dan menampilkan
11
promosi apa yang bekerja paling baik dan kapan harus mengubah promosi
tersebut secara musiman.
Kemampuan pelaporan yang tersedia dalam program PoS meliputi
penjualan, biaya, dan keuntungan dengan masing-masing jenis persediaan
yang dilakukan oleh penjual dalam kategori hari, bulan dan tahun secara up-
to-date. Laporan khusus dapat mencakup penjualan untuk setiap jam per hari
untuk setiap periode waktu. Kemudian, perusahaan juga dapat membuat
berbagai format untuk faktur, laporan akuntansi dan label harga. Laporan-
laporan tambahan mencakup manajemen persediaan. Perusahaan juga dapat
memeriksa berbagai paket PoS untuk melihat paket pemesanan apa yang
datang paling dekat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
Sistem POS ini dapat diterapkan pada industri-industri tertentu tertentu
seperti bengkel mobil, kecantikan dan salon kuku, toko penyewaan video dll.
Selain itu, beberapa produsen sistem POS akan menyesuaikan software
mereka dengan kebutuhan suatu perusahaan.
B. Electronic Data Interchange
Electronic Data Interchange (EDI) adalah pergerakan data bisnis
secara elektronik antara atau dalam perusahaan (termasuk mereka agen atau
perantara) secara terstruktur dengan format data yang dapat diproses melalui
komputer. Data yang diijinkan untuk ditransfer dalam bisnis komputer
tersebut harus didukung oleh aplikasi dalam satu lokasi dan aplikasi bisnis
komputer di lokasi yang lain.
Definisi EDI ini mencakup transmisi langsung data antara perusahaan,
transmisi menggunakan perantara seperti jaringan komunikasi nilai tambah
atau bank, dan pertukaran file komputer, disk, atau perangkat penyimpanan
lainnya antara lokasi. Data dalam satu aplikasi bisnis komputer dapat dibaca
tanpa rekeying (intervensi manual) oleh aplikasi lain meskipun data yang
disimpan harus secara fisik diangkut ke tujuannya.
12
Sistem EDI ini merupakan sistem mentransfer data secara otomatis.
Misalnya, pembeli dapat mengirimkan jumlah pemesanan melalui EDI dan
memerintahkan kepada pemasok, kemudian pemasok mencetak pesanan
pembelian dan memasukkan data secara manual ke dalam sistem entry order
pembelian yang sering disebut "door-to-door".
EDI adalah salah satu himpunan bagian paling penting dari
perdagangan elektronik menggunakan komputer dan teknologi telekomunikasi
untuk memfasilitasi pertukaran informasi antara dua pihak dalam transaksi
komersial. Tujuan dari semua perdagangan elektronik adalah untuk
mengotomatisasi proses bisnis. Dengan adanya sistem EDI, beberapa
transaksi dapat benar-benar paperless dan memindahkan data dari satu
aplikasi ke aplikasi komputer komputer lain. Menurut definisi, EDI berada di
bawah jenis perdagangan elektronik. Transaksi perdagangan elektronik
lainnya juga paperless tetapi melibatkan intervensi manual. Contohnya adalah
transaksi Internet membutuhkan satu pihak untuk memasukkan data secara
manual. Surat elektronik adalah contoh lain dari paperless, tetapi petunjuk
perdagangan elektronik. Kadang-kadang perusahaan mengaku akan
melakukan EDI ketika mereka benar-benar melakukan transaksi manual ke
komputer seperti order entry elektronik.
C. Vendor Managed Inventory
VMI digambarkan sebagai rantai persediaan dan pasokan alat
manajemen di mana pemasok mengambil tanggung jawab untuk membuat
keputusan pada waktu dan jumlah pengisian persediaan. Menurut Waller
(1999), keuntungan utama dari VMI adalah mengurangi biaya dan
meningkatkan tingkat layanan pelanggan. VMI sangat mengurangi persediaan
yang dapat menyebabkan biaya dan membantu penyelesaian masalah saham.
Pada saat yang sama, ia menawarkan kemampuan untuk menyinkronkan
persediaan dan keputusan transportasi. Sedangkan, Fox (1996) mencatat
13
bahwa keuntungan VMI sudah termasuk layanan pelanggan yang meningkat,
mengurangi ketidakpastian permintaan, mengurangi persyaratan persediaan
dan mengurangi biaya.
Dengan mengurangi pengeluaran saham, pemasok tidak hanya
menyimpan stock, tetapi mereka juga menerima informasi lebih lanjut tentang
pola permintaan pelanggan. VMI juga membantu pemasok dalam perencanaan
yang lebih baik untuk mengatur persediaan mereka sendiri. Pada VMI
dikembangkan model analisis untuk menghitung tingkat persediaan dan tarif
pengiriman untuk meminimalkan biaya bagi pemasok kecil menggunakan
VMI oleh klien yang lebih besar. Salah satu temuan penting dari penelitian ini
adalah bahwa mengurangi variabilitas dalam jumlah dan waktu permintaan
meningkatkan manfaat menurunnya harga. Selain itu, Blatherwick (1998)
mencatat bahwa VMI adalah alat yang sangat baik untuk membantu kebijakan
anggota rantai pasokan downstream ketika kurang canggih dan tidak menentu,
atau ketika distributor itu menjual dalam jumlah besar ke pembeli dengan pola
pembelian tertentu.
Pada Vendor Managed Inventory ini, pemasok mengatur level
inventory secara optimum dan menentukan kebijakan untuk mengatur level
tersebut. Sedangkan retailer hanya sebagai akses real dari vendor. Pemasok
dapat mengatur inventorinya secara optimal berdasarkan pada production rate
dan jumlah produksi yang diinginkan serta berapa jumlah pengiriman yang
diinginkan. Dengan adanya VMI ini, barang di retailer tidak akan stock-out
ataupun overstock karena vendor mengetahui jumlah yang harus mereka
berikan pada retailer. Vendor juga akan mengatur inventorinya berdasarkan
informasi dan kontrak dengan retailer. Oleh karena itu, jumlah barang yang
akan dikirimkan bukan berdasarkan keinginan dari produsen atau retailer
tetapi sesuai dengan pengiriman berdasar keinginan konsumen.
14
3.2 Kelebihan dan Kekurangan
A. Point of Sales (POS)
Kelebihan
Dengan adanya sistem POS, maka perusahaan memiliki keuntungan
sebagai berikut:
1. Dapat menganalisis data penjualan, mengetahui bagaimana item tersebut
dapat terjual, dan menyesuaikan dengan tingkat pembelian yang ada.
2. Dapat mengetahui jumlah penjualan masa lalu untuk membantu
memutuskan jumlah pembelian material berdasarkan tren pembelian
tersebut.
3. Dapat meningkatkan akurasi harga dengan mengintegrasikan bar-code
scanner dan kemampuan otorisasi kartu kredit dengan sistem PoS.
Berikut adalah fitur yang menjadi kelebihan dalam sistem PoS:
a. Kemudahan penggunaan. Software PoS ini merupakan software yang
mudah digunakan dengan pendekatan graphical interface.
b. Masuknya informasi penjualan. Sistem PoS memungkinkan perusahan
untuk dapat memasukkan kode persediaan baik secara manual atau secara
otomatis melalui bar-code scanner. Setelah kode persediaan dimasukkan,
sistem dapat menunjukkan harga jual, menghitung harga beberapa jumlah
penjualan, dan menghitung total penjualan. Sistem PoS ini membuat
perusahaan mudah untuk memasukkan penjualan secara manual bila
diperlukan dengan membiarkan perusahaan mencari kode persediaan
berdasarkan pada jumlah barang dagangan parsial, deskripsi, dan kode
manufaktur atau vendor.
c. Harga. Sistem PoS umumnya menawarkan berbagai cara untuk melacak
harga, termasuk jumlah add-on, persentase biaya, persentase margin
kontribusi dan custom formula. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan
15
memberikan diskon volume, perusahaan dapat mengatur beberapa harga
untuk setiap item.
d. Memperbarui informasi produk. Setelah penjualan dimasukkan, sistem
PoS ini secara otomatis akan memperbarui persediaan dan catatan
piutang.
e. Pilihan pelacakan penjualan. Bisnis yang berbeda dibayar dengan cara
yang berbeda. Misalnya, sebuah toko sering menyimpan faktur sampai
pekerjaan selesai, sehingga mereka membutuhkan suatu sistem yang
memungkinkan mereka untuk menahan penjualan. Jika perusahaan
menjual barang mahal dan memungkinkan pembelian secara angsuran,
maka sistem dapat menyediakan kalkulator yang dapat menghitung
pinjaman dengan pembayaran bulanan. Kemudian, apabila perusahaan
menawarkan sewa, maka sistem inidapat menangani penyewaan serta
penjualan.
f. Keamanan. Dalam sebuah perdagangan, penting untuk menjaga kontrol
ketat pada penerimaan kas untuk mencegah pencurian. Sebagian besar
sistem PoS ini memberikan jejak audit sehingga perusahaan dapat
melacak masalah.
g. Pajak. Sebagian besar sistem PoS dapat mendukung berbagai tarif pajak
yang berguna jika sebuah perusahaan menjalankan bisnis dengan
pemesanan melalui email dan memerlukan berurusan dengan pajak
selama lebih dari satu negara.
Kekurangan POS:
Selain kelebihan yang telah disebutkan, Point of Sales juga memiliki
kekurangan yaitu:
a. Membutuhkan biaya untuk membuat software yang mengintegrasikan
seluruh perusahaan yang akan tergabung dalam Point of Sales tersebut.
16
b. Memerlukan waktu yang lama untuk membuat rantai pasok dan
penyebaran informasi dan data terutama apabila ada salah satu pihak atau
stage yang tidak mengirimkan data tepat waktu sesuai yang sudah
direncanakan.
c. Demand yang diketahui terkadang berdasarkan informasi salah satu pihak
dan kurang adanya inspeksi terhadap informasi tersebut sehingga setiap
perusahaan harus mempercayai data yang sudah diberikan oleh
perusahaan lainnya.
B. Electronic Data Interchange
Kelebihan EDI:
Dampak dari Electronic Data Interchange (EDI) yang dapat dirasakan
langsung adalah penghematan tenaga kerja di bidang data transkripsi, kontrol,
dan investigasi kesalahan dan koreksi, dan sedikit penundaan dalam
penanganan data. Hal itu karena dengan adanya EDI ini, data langsung dapat
disebarkan melalui teknologi tanpa harus melalui proses administratif yang
membutuhkan waktu lama.
Selain itu, menurut Emmelhainz (1989), manfaat yang dapat
dihasilkan dari penggunaan sistem – sistem EDI adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan operasi internal karena pengurangan waktu
2) Respon yang lebih baik kepada pelanggan
3) Meningkatkan hubungan mitra dagang
4) Meningkatkan kemampuan bersaing, baik domestik maupun
internasional.
Kemudian, sebuah perusahaan yang menerapkan EDI juga akan
memiliki pengalaman yang lebih besar karena adanya integrasi fungsi yang
melintasi batas-batas organisasi. Hal ini bukan terkait penggantian pesan
elektronik (e-mail) yang sebelumnya digunakan untuk komunikasi
17
komunikasi tetapi perubahan yang terkait dalam operasi dan fungsi dalam dan
antara organisasi yang dimungkinkan dapat dilakukan oleh jaringan EDI.
EDI dikembangkan untuk memecahkan masalah yang melekat dalam
proses transaksi berbasis kertas dan dalam bentuk lain dari komunikasi
elektronik. Dalam memecahkan masalah ini, EDI adalah alat yang
memungkinkan organisasi untuk merekayasa ulang arus informasi dan proses
bisnis. Dengan adanya sistem EDI, maka terdapat beberapa perbaikan yang
dapat dilakukan yaitu:
1. Tidak terjadi penundaan waktu.
2. Terdapat pengurangan biaya tenaga kerja.
3. Tidak rawan kesalahan karena penyebaran informasi dapat dilakukan
secara langsung tanpa melalui banyak pihak.
4. Memiliki ketidakpastian yang rendah karena perusahaan dapat saling
bertukar informasi.
5. Memiliki tingkat persediaan yang rendah.
6. Kemudahan dalam akses informasi.
Kekurangan EDI:
Dengan penerapan Electronic Data Interchange, maka terdapat
beberapa kekurangan di antaranya:
1. Memerlukan biaya yang tinggi untuk melakukan penyebaran data secara
elektronik seperti biaya pembelian komputer dan biaya pembuatan
jaringan
2. Adanya sistem yang kurang aman mengenai data yang disebarkan. Hal itu
karena penyebaran data dapat dilakukan kepada siapapun saja dan
kerahasiaan data sulit terjaga. Selain itu, EDI juga membutuhkan biaya
untuk membentuk domain guna terjaganya informasi.
C. Vendor Managed Inventory
18
Kelebihan VMI:
Dengan diterapkannya VMI, maka terdapat kelebihan yang dapat
dihasilkan yaitu sebagai berikut:
1) Memberikan informasi tingkat persediaan kepada pemasok dari retailer
untuk manajemen yang lebih baik
2) Mengatur tingkat persediaan pemasok
3) Mengurangi biaya inventory
4) Meningkatkan kerjasama antara pemasok dan retailer
5) Memenuhi kebutuhan konsumen dengan tingkat pelayanan yang lebih
tinggi
Di dalam sistem VMI, pemasok dapat dengan cepat memanfaatkan
fleksibilitas pada kuantitas pengiriman dan keuntungannya tidak terpengaruh
oleh variasi permintaan pelanggan dalam jangka panjang . VMI memberikan
manfaat yang lebih tinggi bagi pemasok di kasus variasi sedang atau tinggi.
Sistem VMI adalah sistem yang paling menguntungkan pada nilai permintaan
varian ketika kita mempertimbangkan keuntungan pengecer dan rantai
pasokan keseluruhan.
Kekurangan VMI:
Berikut adalah kekurangan yang dimiliki oleh Vendor Managed Inventory :
1) Bagi retailer, mereka tidak dapat melakukan upaya apapun apabila terdapat
keluhan dari konsumen atau adanya kekurangan inventory akibat kesalahan
kebijakan vendor, karena meskipun mereka saling membagi informasi
tetapi, tetap saja keputusan berada di tangan vendor.
2) Perlu adanya biaya tambahan untuk mengetahui informasi dan perhitungan
sistem yang optimal berdasarkan faktor-faktor penentu yang diperkirakan
oleh vendor.
19
3) Terdapat effort yang lebih bagi vendor karena tidak hanya memproduksi
tetapi juga harus memperkirakan dan mengawasi inventory pada retailer.
3.3 Requirement
POS
Menurut Mahadevan (2007) untuk membangun suatu sistem yang berbasis
point of sale,maka di butuhkan hal-hal seperti : 1) Organisasi harus meningkatkan
performa dalam perencanaan dan manajemen inventori, sehingga informasi yang
akan di sharing tidak berubah-berubah 2) Diantara masing-masing stage harus ada
saling percaya, tanpa ada ragu atau curiga untuk memberikan informasi, dengan
adanya saling percayaan antar stage maka informasi-informasi penting seperti
informasi mengenai trend pasar, kemampuan kompetitor dan infomasi penting lain
yang terkait dengan pasar
VMI
Menurut Wright (2002) untuk membangun sistem VMI yang sukses dibutuhkan hal-
hal yang sangat penting, yaitu:
1. Komunikasi yang baik antar stage
Semua stage harus sepakat untuk menentukan tujuan dari penerapan
VMI. Perencanaan penerapan VMI harus terpetakan, khususnya identifikasi
keuangan masing-masing stage dan pertanggungjawaban yang lain.
2. Antar stage harus berkomitmen untuk sharing infomasi yang akurat.
Misalnya saja pada supplier, supplier harus mengetahui informasi
penjualan di internal distributor dan juga informasi inventori. Tanpa data yang
akurat, kemampuan untuk memenuhi permintaan dengan cepat akan gagal
20
3. Antar stage harus memastikan transmisi yang handal, penerimaan serta
penggunaan informasi
Untuk memfasilitasi pada no.2 di atas masing-masing stage misalnya
saja distributor harus memastikan informasi dari customer yang dipercaya
dapat dikomunikasikan, diterima,terjaga dengan baik agar dapat memenuhi
desain yang diinginkan.
4. Menguji sistem dengan cukup sebelum benar-benar diimplementasikan
Dengan adanya pengujian terhadap sistem yang akan dipakai, maka
akan ditemukan bugs dan ketidak efisiensian dan dapat membantu untuk
menghindari masalah yang akan datang
5. Berpikir penerapan adalah sebuah proses, bukan proyek
Perubahan hanya akan terjadi apabila level permintaan bervariasi,
karena tidak ada sistem yang sempurna 100% selalu tetap.
6. Rencana untuk menggunakan uang dan waktu yang cukup untuk membuat
sistem bekerja
Banyak dari sistem VMI yang sukses membutuhkan waktu 2-2,5 tahun
untuk siap menjalankan operasi dan biaya jutaan dolar untuk IT dan pelatihan.
EDI
Untuk membangun EDI yang sukses dibutuhkan hal-hal yang sangat penting
(Ngai et al,2004), yaitu :
1. Mengerti dan bekerja dengan keragaman sosial dan budaya bisnis di seluruh
dunia
2. Meyakinkan bahwa ada infrastruktur fisikal internet yang tersedia untuk
digunakan
3. Mengerti keadaan infrastruktur fisikal antar stage
4. Mengubah manajemen proses dan sudut pandang internal
21
3.4 Studi Kasus
1. Point of Sales (PoS)
Pada contoh studi kasus pada Point of Sales, perusahaan yang kami
ambil adalah Indomaret. Latar belakang penggunaan PoS pada Indomaret
dikarenakan transaksi yang mencapai 45 juta struk per bulan. Sistem PoS
yang diimplementasikan terdapat pada kasir pada Indomaret yang mencakup
sistem penjualan, persediaan dan penerimaan barang. Teknologi PoS ini telah
dirancang untuk memenuhi perkembangan jumlah gerai yang meningkat di
masa mendatang.
Indomaret menggunakan teknologi scanner barcode dalam
implementasinya terhadap PoS. Setiap gerai memiliki sistem PoS yang
nantinya data tersebut akan disimpan dan dikirim ke server cabang yang
terdiri dari beberapa gerai dalam satu regional. Kemudian, setiap server
cabang tersebut nantinya akan dikirim ke depot Indomaret. Dari situlah
nantinya akan mempengaruhi penerimaan barang pada tiap gerai Indomaret.
Gambar 3.1 Mekanisme penggunaan PoS pada Indomaret
22
2. Electronic Data Interchange
Studi kasus yang dipilih adalah pengimplementasian EDI pada bidang
kepabeanan di Tanjung Perak, Surabaya. Terdapat 2 data utama yang
dipertukarkan. Pertama adalah data antara bea cukai terhadap eksportir dan
importir. Kedua, adalah data transaksi dengan bank.
Dokumen PIB dan respon dari Bea Cukai yang dipertukarkan melalui
jaringan EDI adalah dokumen dalam bentuk format United Nation Electronic
Data Interchange for Administration, Commerce, and Transport
(UN/EDIFACT) yaitu:
a. Customs Conveyance Report Message (CUSREP) merupakan
dokumen elektronik mengenai rencana kedatangan sarana pengangkut
yang diajukan oleh Perusahaan Pelayaran kepada Bea dan Cukai.
b. Customs Cargo Report Message (CUSCAR) adalah dokumen
elektronik mengenai kargo yang dimuat dalam sarana pengangkut
(manifest) yang dilaporkan oleh Perusahaan Pelayaran kepada Bea dan
Cukai.
c. Customs Declaration Message (CUSDEC) adalah dokumen elektronik
mengenai barang yang akan dilepas dari pengawasan pabean, seperti
PIB yang diajukan importer atau kuasanya kepada Bea dan Cukai.
d. Customs Response Message (CUSRES) adalah dokumen yang
merupakan tanggapan dari Bea dan Cukai atas diterimanya CUSREP,
CUSCAR, dan CUSDEC. Tanggapan ini dapat berupa pemberian
nomor registrasi, penetapan jalur pemeriksaan, atau persetujuan
pengeluaran barang.
Disamping dokumen tersebut di atas, dalam kaitannya dengan EDI di
bidang kepabeanan terdapat juga beberapa dokumen standar yang akan
23
dipertukarkan yaitu dokumen yang berkaitan dengan pemenuhan
pembayaran bea masuk dan PDRI. Mengingat sistem pembayaran bea
masuk dapat dilakukan melalui Bank Devisa Persepsi, maka transaksi
elektronik ini melibatkan perbankan. EDI dalam sistem pembayaran ini
dikenal dengan Electronic Fund Transfer (EFT), yang meliputi:
a. Payment Order (PAYROD) adalah dokumen elektronik yang
berisi perintah dari pengguna jasa kepabeanan (importir) kepada
bank untuk membayar bea masuk dan PDRI ke Kas Negara
b. Debit Advice (DEBADV) merupakan dokumen elektronik yang
berisi informasi dari bank kepada importir yang menyatakan
bahwa rekening importer telah didebet sebesar sejumlah uang yang
tertera dalam payment order untuk pembayaran bea masuk dan
PDRI.
c. Credit Advice (CREADV) adalah dokumen elektronik yang berisi
informasi dari bank kepada Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara serta Bea dan Cukai yang menyatakan bahwa pada
rekening kas Negara telah dikreditkan sejumlah uang untuk
pembayaran bea masuk dan PDRI atas barang yang diimpor oleh
importir.
Terdapat lima komponen utama yang diperlukan untuk menjalankan
sistem pertukaran dokumen secara elektronik, yaitu:
1. Aplikasi In-House pengguna sistem EDI, yang terdiri dari:
a. Aplikasi In-House Bea dan Cukai, yaitu aplikasi sistem pelayanan
pabean yang dikenal dengan sebutan Customs Fast Release System
(CFRS) yang merupakan aplikasi utama yang akan mengolah data
yang terkait dengan kegiatan impor barang.
24
b. Aplikasi In-House pengguna jasa kepabeanan, yaitu aplikasi yang
dipergunakan oleh pengguna jasa kepabeanan untuk mempersiapkan
data yang diperlukan oleh bea dan cukai.
Disamping itu aplikasi ini juga berfungsi untuk merekam dan
mengolah data yang diterima dari Bea dan Cukai yang berkaitan dengan
proses importasi.
2. Aplikasi interface pengguna sistem EDI Kepabeanan, yang terdiri dari:
a. Translator, yang berfungsi untuk menterjemahkan informasi dari
apliksi in-house yang akan dikirimkan kepada mitra bisnis menjadi
data dokumen standar EDI, atau sebaliknya yaitu menterjemahkan
dokumen standar EDI yang diterima dari mitra bisnis menjadi
informasi yang dimengerti oleh aplikasi inhouse.
b. Pengendali Komunikasi Data, yang berfungsi untuk mengendalikan
pengiriman maupun penerimaan dokumen kepada atau dari mitra
bisnis.
c. Aplikasi Mapper, yang berfungsi untuk mendukung translator
membaca data dalam format in-house dan menterjemahkan menjadi
standar EDI, atau sebaliknya.
d. Aplikasi Integrasi Sistem, yang dipergunakan untuk memasukkan data
yang akan dikirim dari sistem in-house ke translator, atau sebaliknya.
3. Jaringan EDI (EDI Network), sebagai sarana pertukaran dokumen secara
elektronik antara mitra bisnis.
4. Sistem Komputer dan Komunikasi Data, merupakan proses pengolah data dan
perangkat yang membantu pengguna dalam melakukan pengiriman dan
penerimaan data (modem).
5. Fasilitas Telekomunikasi, merupakan sarana dasar yang menghubungkan para
mitra bisnis yang terlibat dalam pertukaran dokumen secara elektronik.
25
Data PIB yang diinput melalui PIB-EDI disimpan dalam suatu format
in-house database, kemudian data dibentuk ke dalam format EDI dengan
menggunakan translator EDI. Translator EDI yang digunakan untuk
pengoperasian PIB-EDI adalah Intercept-Plus (I-Plus). Intercept-Plus adalah
suatu perangkat lunak EDI yang memiliki fungsi sebagai:
1. Translator EDI Mengubah data dalam bentuk in-house format ke dalam
bentuk UN/EDIFACT.
2. Modul Komunikasi Melakukan koneksi dengan jaringan EDI untuk mengirim
atau menerima dokumen.
Gambar 3.2 Mekanisme Penggunaan EDI pada kepabeanan di Tanjung Perak
Ket: PIB = Pemberitahuan Impor Barang
26
KPBC = Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
SPJM = Surat Pemberitahuan Jalur Merah
SPPB = Surat Pemberitahuan Pengeluaran Barang
3. Vendor Managed Inventory
Perusahaan yang kita ambil sebagai contoh kasus dari Vendor
Managed Inventory adalah PT. Sampharindo adalah perusahaan yang
bergerak dalam bidang farmasi atau produksi obat. Dalam penelitian kali ini
produk yang dijadikan objek adalah obat-obat tablet dan kaplet yang dikirim
PT. Sampharindo ke tiga pusat distribusi untuk beberapa daerah di Indonesia.
Distributor tersebut antara lain PT Total Mandiri Farma untuk wilayah
Semarang dan sekitarnya, PT Intan Surya untuk daerah Denpasar Bali, dan
PT Rosa Nugraha untuk daerah Bandar Lampung. Gambar 1 di bawah ini
menjelaskan peran PT Sampharindo dengan distributor- distributor dalam
model VMI penelitian ini.
Gambar 3.3 Rantai Supply pada PT Sampharindo
27
Vendor Managed Inventory (VMI) atau sering disebut sebagai Vendor
Managed Inventory Replenishment biasa diterapkan dalam bisnis retailer dan
distribution center. VMI merupakan kategori push distribution yaitu distribusi
di mana pesanan-pesanan diterima dari pelanggan tetapi dikendalikan dan
dievaluasi oleh pemasok. VMI merupakan suatu situasi di mana pengiriman
atau pengisian persediaan produk kepada sejumlah lokasi dikontrol oleh
pengambil keputusan pusat (vendor). Jadi di sini vendor akan memonitor
persediaan pelanggannya dan memutuskan kapan dan berapa banyak produk
sebaiknya dikirim dan rute mana yang digunakan. VMI ini akan memberikan
nilai lebih baik untuk vendor juga konsumennya.
Setelah ditetapkan bahwa ada permasalahan di bagian persediaan dan
akan dilakukan perbaikan sistem dengan menggunakan konsep VMI, maka
selanjutnya dilakukan pengumpulan data. Data-data yang dibutuhkan
meliputi:
1. Data historis pemesanan produk dari distributor
2. Data historis penjualan produk ke konsumen dari distributor
3. Biaya Pengiriman dari perusahaan ke distributor
4. Biaya Order kedua belah pihak
5. Biaya Penyimpanan kedua belah pihak
6. Kapasitas kendaraan dan jumlah sarana pengangkut
7. Kapasitas produksi pabrik
8. Lokasi para pelanggan (distributor center)
9. Kondisi stok gudang distributor.
Salah satu konsep dan Supply chain yang banyak dipakai adalah
Vendor Managed Inventory, sebenarnya VMI ini merupakan model inventori
di mana tanggung jawab inventori sepenuhnya dipegang oleh supplier, mulai
dari volume pengiriman, rentang pengiriman dan manajemen penyimpanan di
28
gudang. Supplier memonitor gudang persediaan dari buyer dan bertanggung
jawab untuk menetapkan kapan akan mengirim barang yang dibutuhkan oleh
buyer dan juga menetapkan berapa kuantitas/jumlah dari barang yang akan
dikirimkan berdasarkan data inisial mengenai kebutuhan produksi (dari buyer)
atau permintaan konsumen yang disediakan oleh buyer.
BAB IV
KESIMPULAN
Metode PoS, EDI dan VMI merupakan metode – metode yang semuanya
menyebabkan perubahan pada waktu tunggu. Setiap metode tersebut membuat waktu
tunggu menjadi lebih singkat. Masing – masing dari ketiga metode tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan masing – masing.
PoS digunakan untuk mempercepat proses transaksi, mengatur inventory
dengan benar, dan memberikan banyak informasi. Sehingga metode ini memiliki
kelebihan dapat menganalisis data penjualan, dapat mengetahui jumlah penjualan
masa lalu, dapat meningkatkan akurasi harga dan lain – lain. Penggunaan Pos sendiri
dicontohkan yaitu pada Indomaret. Indomaret menggunakan Pos untuk memenuhi
jumlah gerai yang meningkat di masa mendatang. Setiap gerai memiliki sistem PoS
sehingga data yang ada akan disimpan kemudian dikirim hingga samapai ke seluruh
gerai.
EDI digunakan untuk transfer data antara satu perusahaan ke perusahaan
lainnya. Pentransefaran data ini dilakukan secara otomatis,. Selain itu transaksi juga
dapat terjadi dengan paperless dan memindahkankan data dari satu aplikasi ke
29
aplikasi lain. Jadi intinya EDI digunakan untuk megotomatisasi proses bisnis.
Kelebihan secara langsung yang dapat dirasakan dari penggunaan EDI adalah
penghematan pekerja dan sedikit penundaan dalam penanganan data. Penggunaan
EDI sendiri dicontohkan pada kepabeanan dimana data bisnis yang dipertukarkan
yaitu data antara bea cukai terhadap eksportir dan importer, serta data transaksi
dengan bak.
VMI merupakan metode dimana pemasok bertanggung jawab atas waktu dan
jumlah pengisian persediaan. Keuntungan dari VMI adalah mengurangi biaya dan
meningkatkan tingkat layanan pelanggan. Penggunaan VMI dicontohkan yaitu pada
PT. Sampharindo yang bergerak dalam bidang farmasi atau produk obat. Di sini
vendor akan memonitor persediaan pelanggannya dan memutuskan kapan dan berapa
banyak produk sebaiknya dikirim dan rute mana yang digunakan. VMI ini akan
memberikan nilai lebih baik untuk vendor juga konsumennya.
30
Daftar Pustaka
http://www.entrepreneur.com/encyclopedia/point-of-sale-pos-system
http://www.referenceforbusiness.com/encyclopedia/Eco-Ent/Electronic-Data-
Interchange-EDI.html
PT. Indomarco Prismatama.2013. http://indomaret.co.id/profilperusahaan/sistem-
teknologi-indomaret/.Online, diakses tanggal 24 November 2013.
Wright,Kelly., 2002, Six Step to a succesful VMI System,http://scm.ncsu.edu/scm-
articles/article/six-steps-to-a-successful-vmi-system (Diakses Online Tanggal 23
November 2013]
Waller, M., Johnson, E., Davis, T., 1999. Vendor-managed inventory in the retail
supply chain. Journal of Business Logistics, 20 (1), pp.183-203.
Fox, M.L., 1996. Integrating vendor –managed inventory into supply chain decision-
making. Conference Paper, APICS 39th International Conference. New York.
Blatherwick, A., 1998. Vendor-managed inventory: fashion fad or important supply
chain strategy? Supply Chain Management, 3(1), pp.10-11.
31
Emmelhainz M.A. (1989) Electronic Data Interchange: A Total Management Guide,
Van Nostrand Reinhold, New York.
Mahadevan,B.,2007, Operations Management Theory and Practice, Dorling
Kindersley Pvt. Ltd, Delhi
Leng, Pwee. 2007. Evaluasi Pilot Project Electronic Data Interchange (EDI) di
Bidang Kepabeanan (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC)
Tanjung Perak, Surabaya). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol, 1 Maret
2007: 82-88.
Gronalt, M. dan Rauch, P. 2008.Vendor managed inventory in wood processing
industries – a case study. Silva Fennica 42 (1) : 101 – 114.
Hartini, S. dan Andrie, M.K. 2010. Penentuan Kebijakan Pemenuhan Pesanan dengan
Model Vendor Managed Inventory. Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Agustus
2010: 95–100.
32