Kelarutan semu / total

19
PERCOBAAN II KELARUTAN SEMU/TOTAL (APPARENT SOLUBILITY) OLEH : NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : ALIMUDDIN PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO

Transcript of Kelarutan semu / total

Page 1: Kelarutan semu / total

PERCOBAAN II

KELARUTAN SEMU/TOTAL (APPARENT SOLUBILITY)

OLEH :

NAMA : ISMAYANI

NIM : F1F1 10 074

KELOMPOK : III

ASISTEN : ALIMUDDIN

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 2: Kelarutan semu / total

KELARUTAN SEMU/TOTAL(APPARENT SOLUBILTY)

A. Tujuan

Adapun tujuan dalam percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH

terhadap kelarutan bahan obat yang bersifat asam lemah.

B. Landasan Teori

Istilah kelarutan dalam pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan,

tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi. Pernyataan kelarutan

zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20o dan kecuali

dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian

volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut (Anonim, 1979).

Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai kosentrasi zat

terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif

didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk

disperse molekuler homogen (Martin dkk, 1990).

Suatu larutan yang tersusun dari hanya dua zat dikenal sebagai larutan

binair. Larutan binair merupakan larutan yang dimana zat yang satu dianggap

sebagai zat terlarut, dinamakan solute dan zat yang lain yang dianggap sebagai

pelarut, dinamakan solven (Moechtar, 1987).

Dalam besaran kuantitatif kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi zat

terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif

didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk

dispersi molekuler homogen. Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah

Page 3: Kelarutan semu / total

larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi

yang dibutuhkan untuk penjenuhan yang sempurna pada temperatur tertentu.

Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam keadaan

setimbang dengan fase padat. Sedangkan larutan lewat jenuh adalah suatu larutan

yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari yang

seharusnya pada temperatur tertentu terdapat juga zat terlarut yang tidak larut,

keadaan lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang

dibutuhkan untuk pembentukan kristal permulaan lebih mudah larut daripada

kristal besar, sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk dan tumbuh dengan

akibat kegagalan kristalisasi (Widyaningsih, 2009).

Obat merupakan salah satu kebutuhan yang digunakan dalam upaya

menunjang upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat.Banyak

bentuk sedian farmasi yang beredar di masyarakat diantaranya sediaan padat dan

cair, terdapat sediaan yang mengandung bahan aktif yang kelarutannya kecil

dalam air.Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam air agar manjur secara

terapi sehingga obat masuk ke sistem sirkulasi dan menghasilkan suatu efek

terapeutik.Senyawa-senyawa yang tidak larut seringkali menunjukkan absorbsi

yang tidak sempurna atau tidak menentu (Herlina, 2008).

Kelarutan merupakan parameter yang penting diketahui dalam penelitian

preformulasi suatu obat menjadi suatu sediaan farmasi. Sebelum obat dapat

terarbsorbsi menembus membran, obat harus melalui fase pelarutan di dalam

cairan tubuh. Kelarutan suatu obat seringkali dipengaruhi oleh keberadaan bahan

lain yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam formulasi (Nugroho, 2000).

Page 4: Kelarutan semu / total

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:

- Erlenmeyer 50 ml

- Gelas ukur 50 ml

- pipet tetes

- Filler

- Corong

- Gelas kimia

- Timbangan analitik

- Tabung reaksi

- Oven pengering

- Pipet Volum

- Spatula

2. Bahan

Adapun bahan - bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah

sebagai berikut.

- Asam Benzoat

- Dapar pospat pH 5,8, 6,0, 6,2, 6,4, 6,6, 6,8

- Kertas Saring

- Aquadest

Page 5: Kelarutan semu / total

Dapar Fospat

pH 5,8 pH 6,0 pH 6,2 pH 6,4 pH 6,6 pH 6,8

Sisa asam benzoat + kertas saring

D. Prosedur Kerja

Buffer Posfatd

- Dipipet 10 mL- Dimasukkan dalam erlenmeyer- Ditambahkan 0,2 gr asam benzoat- Dikocok selama 20 menit- Disaring menggunakan kertas saring

yang telah ditimbang-

- Dikeringkan dalam oven Filtrat- Ditimbang - Dihitung asam benzoat yang larut- Dihitung konsentrasi yang larut

pH 5.8 = 0.147 grpH 6.0 = 0.114 grpH 6.2 = 0.113 grpH 6.4 = 0.094 grpH 6.6 = 0.081 grpH 6.8 = 0.105 gr

Page 6: Kelarutan semu / total

E. Hasil pengamatan

1) Tabel Hasil Pengamatan

No pHBerat Kertas Saring (gr) Asam Benzoat yang Tidak Larut (gr)

(Berat Kertas Saring Akhir – Awal)Awal Akhir

1 5,8 1,040 1,187 0.147

2 6,0 1,062 1,176 0.114

3 6,2 1,026 1,139 0.113

4 6,4 1,122 1,216 0.094

5 6,6 1,098 1,179 0,081

6 6,8 1,071 1,176 0.105

2) Analisis Data

a. Massa asam benzoat yang larut

Untuk pH 5.8

Massa asam benzoate = 0.2 g – 0.147 gr

= 0.053 gr

b. Menghitung konsentrasi kelarutan intrinsik (S0)

Untuk pH 5.8

S0 = massa

Mr as . benzoat x

1v

= 0.053 g

122 x

10.01 L

= 0.043 M

c. Untuk menghitung konsentrasi kelarutan semu (S)

Untuk pH 5.8

Page 7: Kelarutan semu / total

log [S−S 0 ][S 0]

= pH – pKa

[S−S0][ S0]

= Inv. log (pH - pKa)

[S-S0] = Inv. log (pH - pKa) x [S0]

[S] = Inv. log (5,8 – 4,19) x [S0] + [S0]

= 40,73 x 0.043 + 0.043

= 1,794 M

3) Tabel Berdasarkan Hasil Perhitungan Data Pengamatan

No. pH A B C D E F

1 5.8 1.017 g 0.2 g 1,187 g 0.147 g 0.043 M 1.794

2 6 1.027 g 0.2 g 1,176 g 0.114 g 0.070 M 4.589

3 6.2 0.953 g 0.2 g 1,139 g 0.113 g 0.071 M 7.335

4 6.4 1.011 g 0.2 g 1,216 g 0.094 g 0.086 M 14.033

5 6.6 1.107 g 0.2 g 1,179 g 0,081 g 0.097 M 25.028

6 6.8 1.098 g 0.2 g 1,176 g 0.105 g 0.077 M 31.445

Keterangan :

A = massa kertas saring

B = massa asam benzoate

C = massa kertas saring + massa asam benzoat (A + B)

D = massa asam benzoat yang tidak larut

E = kelarutan intrinsik ( S0)

F = kelarutan semu ( S )

Page 8: Kelarutan semu / total
Page 9: Kelarutan semu / total

F. Pembahasan

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu,

zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).Kelarutan

dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut

pada kesetimbangan.Larutan hasil disebut larutan jenuh.Zat-zat tertentu dapat

larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.

Kelarutan suatu senyawa tergantung pada sifat fisika kimia zat pelarut

dan zat terlarut, temperatur, pH larutan, tekanan untuk jumlah yang lebih kecil

tergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Bila suatu pelarut pada temperatur

tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya larutan

ini disebut larutan jenuh.

Adapun maksud dari melakukan percobaan ini yang berhubungan dengan

bidang farmasi yaitu untuk melihat bagaimana kelarutan semu pada bahaan-bahan

obat. Kelarutan merupakan parameter yang penting diketahui dalam penelitian

preformulasi suatu obat menjadi suatu sediaan farmasi.Sebelum obat dapat

terabsorbsi menembus membran, obat harus melalui fase pelarutan di dalam

cairan tubuh.Dimana kelarutan semu merupakan kelarutan suatu zat yang seolah-

olah larut semuanya namun masih ada sebagian zat tersebut yang belum larut.

Sehingga pada saat kita keringkan akan membentuk endapan.

Kelarutan suatu zat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor

yang dimaksud yaitu intensitas pengadukan, suhu, komposisi cairan pelarut,

ukuran partikel, pembentukan kompleks, dan tekanan pH (keasaman atau

kebasaan). Kebanyakan obat adalah elektrolit lemah. Obat-obat ini bereaksi

Page 10: Kelarutan semu / total

dengan kelompok asam dan basa kuat serta dalam jarak pH tertentu berada pada

bentuk ion yang biasanya larut dalam air, sehingga jelaslah bahwa kelarutan

elektrolit lemah sangat dipengaruhi oleh pH larutan.

Pada umumnya bahan-bahan yang digunakan dalam pengobatan bersifat

asam lemah yang kelarutannya dipengaruhi oleh pH. Ini dikarenakan kelarutan

asam organic yang bersifat lemah dalam air akan bartambah dengan naiknya pH

karena terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Dibandingkan dengan basa

organik lemah, pada umunya sukaar larut dalam air.

Prinsip dari percobaan ini yaitu dengan menggunakan larutan dapar fosfat

berbagai pH dengan kekuatan ion tertentu dapat mengetahui pengaruh pH

terhadap bahan obat yang bersifat asam lemah. Itulah sebabnya, pada praktikum

kali ini, dilakukan uji kelarutan asam benzoat di dalam dapar fosfat dengan pH

yang telah ditentukan (5,8; 6,0; 6,2; 6,4; 6,6; dan 6,8) yang dimasukkan dalam 6

tabung berbeda. Kemudian akan dilihat berapa banyak asam benzoat yang dapat

larut pada pH-pH tersebut. Tetapi sebelumnya diberi perlakuan dengan

mengocoknya selama 20 menit agar memaksimalkan pencampurannya lalu

dilakukan penyaringan.

Dari hasil percobaan didapatkan hasil bahwa asam benzoat yang larut

dalam dapar posfat dengan pH 5,8 adalah 0.053 gr, dengan kelarutan intrinsiknya

(S0) adalah 0.043 M dan konsentrasi kelarutan semunya (S) adalah 1.794 M.

Untuk pH 6.0 asam benzoat yang larut adalah 0.086 gr, sehingga didapat

kelarutan intrinsiknya sebesar 0.070 M dan kelarutan semunya sebesar 4.589 M.

Pada pH 6.2 asam benzoat yang larut adalah 0.087 gr, maka didapat kelarutan

Page 11: Kelarutan semu / total

intrinsiknya sebesar 0.071 M dan kelarutan semunya sebesar 7.335 M. Untuk pH

6.4 asam benzoat yang larut adalah 0.106 gr, sehingga didapat kelarutan

intrinsiknya sebesar 0.086 M dan kelarutan semunya sebesar 14.033 M. Untuk pH

6.6 asam benzoat yang larut adalah 0.119 gr, sehingga didapat kelarutan

intrinsiknya sebesar 0.097 M dan kelarutan semunya sebesar 25.028 M.

Sedangkan pada pH 6.8 asam benzoat yang larut adalah 0.095 gr, sehingga

didapat kelarutan intrinsiknya sebesar 0.077 M dan kelarutan semunya sebesar

31.445 M.

Kelarutan suatu bahan berbanding lurus dengan pH-nya. Makin tinggi pH-

nya, maka akan semakin tinggi juga kelarutannya. Namu pada percobaan kali ini

didapatkan hasil yang berbeda dengan teori. Kali ini kelatutan yang paling tinggi

berada pada pH 6.6 yaitu 0.119 gr, kelarutan intrinsiknya sebesar 0.097 M dan

kelarutan semunya sebesar 25.028 M. Ketidaksesuaian terletak pada pH 6.8 yang

seharusnya paling tinggi kelarutannya dari pH paling kecil, namun menurun

setelah pH 6.6 yaitu dengan kelarutan 0.095 gr, kelarutan intrinsiknya sebesar

0.077 M dan kelarutan semunya sebesar 31.445 M. Sehingga didapatkan kurva

yang naik turun. Adanya perbedan hasil percobaan dengan teori biasanya karena

kesalahan pada perlakuan ataupun terletak pada praktikan yang kurang teliti.

Page 12: Kelarutan semu / total

G. Kesimpulan

Semakin besar pH larutan yang digunakan untuk melarutkan zat asam

lemah, maka akan semakin tinggi pula tingkat kelarutannya dan sebaliknya.

Namun pada percobaan kali ini didapatkan hasil yang berbeda dengan teori. Dari

pH 5.8 sampai 6.6 mengalami kenaikan namun pada 6.8 kelarutan yang

seharusnya meningkat, menjadi menurun. Hasil yang berbeda dengan teori,

biasanya karena kesalahan pada perlakuan ataupun terletak pada praktikan yang

kurang teliti.

Page 13: Kelarutan semu / total

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia” Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Herlina, Elin. 2008. Upaya Peningkatan Kelarutan Hidroklortiazida dengan Penambahan Surfaktan Tween 60. Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Martin, A., James S., Arthur C. 1990. Farmasi Fisik Edisi ketiga. UI-Press. Jakarta.

Moechtar. 1987. Farmasi Fisika; Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nugroho, A. K., Suwaldi M., Tedjo M. 2000. Pengaruh Propilen Glikol Terhadap Kelarutan Semu Teofilin dan Kofein. Majalah Farmasi 11 (3). Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Widyaningsih, Linda. 2009. Pengaruh Penambahan Kosolven Propilen Glikol Terhadap Kelarutan Asam Mefenamat. Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.