Kelainan Pd Faring & Laring

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rongga mulut, faring dan esophagus berasal dari foregut embrionik. Foregut ini berkembang menjadi rongga hidung, gigi dan kelenjar liur,hipofisi anterior ,tiroid dan laring, trakea , bronkus dan alveoli paru. Mulut terbentuk dari stemodium primitive yang merupakan gabungan dari ektodermal dan endodermal , yang membelah. Bibir bagian atas dibentuk oleh bagian prosesus nasalis medial dan lateral dan prosessus maksilaris. Celah bibir biasanya tidak terletak digaris tengah tetapi dilateral dari prosesus nasalis medial yang membentuk premaksila. Bibir bagian bawah berkembang dari bagian prosesus mandibularis.otot bibir berasal dari daerah brankialkedua dan dipersarafin oleh saraf fasialis. 1 Kelainan Pada Faring & Laring

Transcript of Kelainan Pd Faring & Laring

Page 1: Kelainan Pd Faring & Laring

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Rongga mulut, faring dan esophagus berasal dari foregut embrionik. Foregut ini

berkembang menjadi rongga hidung, gigi dan kelenjar liur,hipofisi anterior ,tiroid

dan laring, trakea , bronkus dan alveoli paru.

Mulut terbentuk dari stemodium primitive yang merupakan gabungan dari

ektodermal dan endodermal , yang membelah. Bibir bagian atas dibentuk oleh bagian

prosesus nasalis medial dan lateral dan prosessus maksilaris. Celah bibir biasanya

tidak terletak digaris tengah tetapi dilateral dari prosesus nasalis medial yang

membentuk premaksila. Bibir bagian bawah berkembang dari bagian prosesus

mandibularis.otot bibir berasal dari daerah brankialkedua dan dipersarafin oleh saraf

fasialis.

1 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 2: Kelainan Pd Faring & Laring

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi Faring

Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang

besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Ke atas, faring berhubungan dengan

rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui

isthmus faucium, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus

pharyngeus, dan ke bawah berhubungan esofagus. Faring terdiri atas:

1. Nasofaring

Relatif kecil, mengandung serta berhubungan dengan erat dengan beberapa

struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring,

torus tubarius, kantong Rathke, choanae, foramen jugulare, dan muara tuba

Eustachius.

Batas antara cavum nasi dan nasopharynx adalah choana. Kelainan kongenital

koana salahsatunya adalah atresia choana.

Struktur Nasopharing

1. Ostium Faringeum tuba auditiva muara dari tuba auditiva

2. Torus tubarius, penonjolan di atas ostium faringeum tuba auditiva yang

disebabkan karena cartilago tuba auditiva

3. Torus levatorius, penonjolan di bawah ostium faringeum tuba auditiva yang

disebabkan karena musculus levator veli palatini.

2 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 3: Kelainan Pd Faring & Laring

4. Plica salpingopalatina, lipatan di depan torus tubarius

5. Plica salpingopharingea, lipatan di belakang torus tubarius, merupakan

penonjolan dari musculus salphingopharingeus yang berfungsi untuk

membuka ostium faringeum tuba auditiva terutama ketika menguap atau

menelan.

6. Recessus Pharingeus disebut juga fossa rossenmuller. Merupakan tempat

predileksi Nasopharingeal Carcinoma.

7. Tonsila pharingea, terletak di bagian superior nasopharynx. Disebut adenoid

jika ada pembesaran. Sedangkan jika ada inflammasi disebut adenoiditis.

8. Tonsila tuba, terdapat pada recessus pharingeus.

9. Isthmus pharingeus merupakan suatu penyempitan di antara nasopharing da

oropharing karena musculus sphincterpalatopharing

10. Musculus constrictor pharingeus dengan origo yang bernama raffae

pharingei

2. Orofaring

Struktur yang terdapat di sini adalah dinding posterior faring, tonsil palatina,

fossa tonsilaris, arcus faring, uvula, tonsil lingual, dan foramen caecum.

a. Dinding posterior faring, penting karena ikut terlibat pada radang akut atau

radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot di bagian

tersebut.

b. Fossa tonsilaris, berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat

nanah memecah ke luar bila terjadi abses.

c. Tonsil, adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh

jaringan ikat dan ditunjang kriptus di dalamnya. Ada 3 macam tonsil, yaitu

tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual, yang ketiganya

membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Epitel yang melapisi

tonsil adalah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus

biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa

makanan.

3 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 4: Kelainan Pd Faring & Laring

3. Laringofaring

Struktur yang terdapat di sini adalah vallecula epiglotica, epiglotis, serta fossa

piriformis. Fungsi faring yang terutama adalah untuk respirasi, pada waktu

menelan, resonansi suara, dan untuk artikulasi.

2.2. KELAINAN FARINGNASOFARING

KARSINOMA NASOFARING

Definisi

Karsinoma nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang

hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Definisi lain karsinoma nasofaring

adalah keganasan yang berasal dari epitel atau mukosa dan kripta yang  melapisi

permukaan nasofaring.

Etiologi

Kanker dimulai ketika ada satu atau lebih mutasi gen sehingga menyebabkan

sel normal mengalami pertumbuhan di luar kendali, menyerang jaringan di

sekitarnya, dan akhirnya menyebar (metastasis) ke jaringan/organ tubuh lainnya.

4 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 5: Kelainan Pd Faring & Laring

Pada kanker nasofaring, proses ini dimulai dalam sel-sel skuamosa yang melapisi

permukaan nasofaring.

Penyebab pasti terjadinya mutasi gen yang mengakibatkan kanker nasofaring

belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan

risiko terkena kanker nasofaring, antara lain: jenis kelamin, ras, usia, makanan yang

diasinkan, infeksi virus Epstein-Barr, riwayat keluarga, dan kebiasaan merokok

serta konsumsi alkohol.

Gejala

Pada tahap awal, kanker nasofaring tidak menimbulkan gejala apapun, namun

seiring perkembangan mungkin akan muncul gejala-gejala seperti:

- terdapat benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening

- terdapat darah pada air liur

- dari hidung keluar darah

- hidung tersumbat

- gangguan pendengaran

- sering terkena infeksi telinga

- sakit kepala

Diagnosis

Pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosis kanker nasofaring meliputi:

o Pemeriksaan fisik oleh dokter

o Magnetic resonance imaging (MRI) untuk membantu melihat penyebaran sel

kanker di sekitar kepala

o CT-scan untuk melihat sel kanker di kelenjar getah bening

o Sinar X untuk melihat sel kanker yang menyebar di paru-paru

5 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 6: Kelainan Pd Faring & Laring

Pengobatan

Pengobagan kanker nasofaring biasanya didasarkan pada beberapa faktor, seperti

stadium kanker, tujuan pengobatan, kondisi kesehatan secara keseluruhan, dan efek

samping obat. Pengobatan awal yang umumnya diberikan adalah terapi radiasi atau

kombinasi radiasi dan kemoterapi.

Terapi radiasi yang biasanya dilakukan selama 5-7 minggu ini dapat

merusak dengan cepat sel-sel kanker yang tumbuh. Terapi ini digunakan untuk

kanker pada tingkatan awal. Adapun efek samping yang terjadi dari terapi ini

adalah mulut terasa kering, kehilangan pendengaran, dan terapi ini memperbesar

risiko timbulnya kanker pada lidah dan kanker tulang.

Kemoterapi merupakan terapi yang menggunakan bantuan obat-obatan.

Terapi ini bekerja dengan mereduksi sel-sel kanker yang ada, namun adakalanya

sel-sel yang sehat (tidak terkena kanker) juga tereduksi. Efek samping dari terapi

ini adalah rambut rontok, mual, lemas. Efek yang timbul tergantung pada jenis obat

yang diberikan.

Pilihan pengobatan yang terakhir yaitu pembedahan yang bertujuan untuk

mengambil kelenjar getah bening pada leher yang telah terkena kanker.

Pencegahan

o Kurangi konsumsi makanan yang diawetkan dengan cara pengasinan,

pengasapan atau menggunakan zat pengawet nitrosamine.

o Berhenti merokok

o Kurangi konsumsi alcohol

o Mulailah pola hidup sehat dan berpikir positif, serta cukup istirahat

o Olahraga teratur

o Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala

Dampak yang ditimbulkan

Kanker nasofaring dapat menyebar ke organ tubuh lainnya, seperti kelenjar getah

bening di leher, tulang, sumsum tulang, paru-paru, dan hati. Selain itu, kanker

6 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 7: Kelainan Pd Faring & Laring

nasofaring juga dapat menyebabkan sindrom paraneoplastik di mana sistem

kekebalan tubuh bereaksi terhadap kanker dengan menyerang sel normal.

Atresia Koana Kongenital

Definisi

Atresia Koana adalah Suatu kelainan congenital yang berupa penutupan kavum nasi

posterior yang berhubungan dengan nasofaring oleh memmbran abnormal atau

tulang.

Gejala kelinis

Tidak ada atau tidak adekuatnya nafas dari hidung.

Terdapat sianosis.

Diagnosis

Diagnosis sebaiknya cepat dilakukan, usaha untuk melewatkan kateter kecil melalui

hidung apakah terjadi obstruksi.

Penatalaksanaan

Jika kondisi bayi masi stabil, tindakan bisa dilakukan dengan measukkan

saluran udara plastic kedalam mulut atau hidung bayi. Salanjutnya jika kedaan bayi

buruk tindakan oprasi dianjurkan, dibawah anestesi umum dan menggunakan

mikroskop oprasi, flap mukosa diangkat dan lempeng tulang dikuratase secara hati

– hati. Pipa plastic dimasukkan untuk waktu empat minggu untuk mempertahankan

lubang tetap terjag tidak mengalami penutupan kembali sampai daerah sekitar

sembuh.

OROFARING

FARINGITIS

Definisi

Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring) yang biasanya

disebabkan oleh infeksi akut.

7 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 8: Kelainan Pd Faring & Laring

Biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A. Namun bakteri lain

seperti n. gonorrhoeae, c.diphtheria, h. influenza juga dapat menyebabkan

faringitis. Apabila disebabkan oleh infeksi virus biasanya oleh rhinovirus,

adenovirus, parainfluenza virus dan coxsackie virus.

Gejala dan tanda

Yang sering muncul pada faringitis adalah:

Nyeri tenggorokan dan nyeri menelan

Tonsil (amandel) yang membesar

Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan

dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah

Demam

Pembesaran kelenjar getah bening di leher

Peningkatan jumlah sel darah putih.

Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi

lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.

Faringitis Virus Faringitis Bakteri

Biasanya tidak ditemukan nanah di

tenggorokan

Sering ditemukan nanah di tenggorokan

Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang

Jumlah sel darah putih normal atau agak

meningkat

Jumlah sel darah putih meningkat

ringan sampai sedang

Kelenjar getah bening normal atau Pembengkakan ringan sampai sedang

8 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 9: Kelainan Pd Faring & Laring

sedikit membesar pada kelenjar getah bening

Tes apus tenggorokan memberikan hasil

negative

Tes apus tenggorokan memberikan hasil

positif

untuk strep throat Pada biakan di

laboratorium tidak tumbuh bakteri

Bakteri tumbuh pada biakan di

laboratorium

Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

ujuan utama dari pemeriksaan faringitis yaitu untuk membedakan etiologi dari

penyakit ini. Langkah pemeriksaan utama yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang.

Demam akibat infeksi streptokokus biasanya lebih dari 38,30C. Faringitis

dengan penyebab bakteri dan virus biasanya bertahan dalam waktu 1 minggu,

namun faringitis dengan penyebab noninfeksi biasanya lebih lama. Penting untuk

menggali informasi mengenai riwayat penyakit pasien, seperti alergi, demam

reumatik, dan penyakit imunokompromis.

Pemeriksaan fisik yang terutama pada faringitis yaitu pemeriksaan tanda

vital dan pemeriksaan THT. Pada pemeriksaan tenggorokan, dapat ditemukan

adanya :

Eksudat dan kemerahan pada tonsil

Bercak kemerahan pada palatum molle, tampakan lidah seperti stroberi dengan

papila yang merah dan lidah yang keputihan

Limfadenopati servikal

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan terhadap apus tenggorokan

Skrining terhadap bakteri streptokokus

Leukositosis

Pengobatan

Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik)

seperti asetaminofen, obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat.

9 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 10: Kelainan Pd Faring & Laring

Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah

18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye.

Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Penting bagi

penderita untuk meminum

obat antibiotik sampai habis sesuai anjuran dokter, agar tidak terjadi resistensi pada

kuman penyebab faringitis.

Untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi (misalnya demam rematik), jika

penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penicillin. Jika penderita memiliki

alergi terhadap penicillin bisa diganti dengan erythromycin atau antibiotik lainnya

Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang

cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu,

dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol.

Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan

nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang mengandung

asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18

tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik karena berisiko terkena

sindrom Reye.

Pemberian suplemen  dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau

mencegahnya, yaitu :

Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan

mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat

Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi

demam

Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk

Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam

dosis tinggi perlu pengawasan dokter

Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng dapat

digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray dapat

digunakan untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun, penggunaannya perlu

dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis besar dan jangka waktu yang lama

dapat berbahaya.

10 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 11: Kelainan Pd Faring & Laring

TONSILITIS

Definisi

Tonsillitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin

waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut

yaitu : tonsil paringea (adenoid), taonsilpalatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil

pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring / gerlach’s tonsil).

Penyebab infeksi melalui udara (airborn droplets), tangan dan ciuman. Dapat

terjadi pada semua umur, terutama pada anak.

Tonsilitis akut sering dialami oleh anak dengan insidensi tertinggi pada usia 5-6

tahun, dan juga pada orang dewasa di atas usia 50 tahun. Seseorang terpredisposisi

menderita tonsillitis jika memiliki resistensi yang rendah, memiliki tonsil dengan

kondisi tidak menguntungkan akibat tonsilitis berulang sebelumnya, sebagai bagian

dari radang tenggorok (faringitis) secara umum, atau sekunder terhadap infeksi

virus (biasanya adenovirus yang menyebabkan tonsil menjadi mudah diinvasi

bakteri).

Manifestasi klinik yang mungkin timbul pada tonsilitis sangat bervariasi untuk

tiap penderita, diantaranya

o rasa mengganjal atau kering di tenggorokan,

o nyeri tenggorok (sore throat) rasa haus,

o malaise, demam, menggigil,

o nyeri menelan (odinofagia), gangguan menelan (disfagia),

o nyeri yang menyebar ke telinga, pembengkakan kelenjar getah bening regional,

o perubahan suara,

o nyeri kepala, ataupun nyeri pada bagian punggung dan lengan.

Diagnosis

Diagnosis dari tonsilitis akut atau berulang ditegakkan terutama berdasarkan

manifestasi klinis. Meskipun demikian prosedur kultur dan resistensi bakterial

sangat dianjurkan. Hal ini berkaitan dengan ditemukannya jenis bakteri

11 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 12: Kelainan Pd Faring & Laring

Streptokokus beta hemolitikus grup A pada 40% kasus, di mana tonsilitis yang

terjadi sekunder terhadap bakteri ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang

cukup berat. Jenis bakteri lain yang juga dapat ditemukan, antara lain: streptokokus

alfa dan gama, difteroid, stafilokokus aureus, dan haemofilus influenza. Di samping

itu bakteri anaerob juga telah ditemukan pada permukaan dan poros tonsil, terutama

grup bakteroides melaninogenikus.

Meskipun kebanyakan kasus tonsilitis dapat sembuh dengan penanganan

konvensional, seperti istirahat (bedrest), asupan makanan yang baik, penurun panas

(antipiretik), di mana tanpa pemberian antibiotik, tonsilitis biasanya berlangsung

selama kurang lebih 1 minggu. Adapun pemberian antibiotik dalam kasus seperti

ini, umumnya ditujukan untuk mengurangi episode penyakit dan lamanya gejala

yang diderita seperti nyeri tenggorok, demam, nyeri kepala, ataupun pembengkakan

kelenjar getah bening. Antibiotika sendiri menjadi indikasi jika pada pemeriksaan

kultur dan resistensi ditemukan bakteri Streptokokus beta hemolitikus grup A,

dengan tujuan mengeradikasi kuman dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat tonsillitis akut atau

berulang, di antaranya :

1. Abses peritonsilar (quinsy) : Biasanya timbul pada pasien dengan tonsillitis

berulang atau kronis yang tidak mendapat terapi yang adekuat.

2. Abses parafaringeal : Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir

dari tonsil atau abses peritonsilar melalui otot konstriktor superior, sehingga

formasi abses terbentuk di antara otot ini dan fascia servikalis profunda.

Komplikasi ini berbahaya karena terdapat pada area di mana pembuluh darah

besar berada dan menimbulkan komplikasi serius.

3. Abses retrofaringeal : Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea),

ganggaun menelan, dan benjolan pada dinding posterior tenggorok, dan bisa

12 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 13: Kelainan Pd Faring & Laring

menjadi sangat berbahaya bila abses menyebar ke bawah ke arah mediastinum

dan paru-paru.

4. Adenitis servikalis supuratif

5. Tonsilolith : Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium,

magnesium karbonat, fosfat, dan debris pada kripta tonsil membentuk benjolan

keras. Biasanya menyebabkan ketidaknyamanan, bau mulut, dan ulserasi

(ulkus bernanah).

6. Kista tonsil : Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna

putih atau kekuningan sebagai akibat terperangkapnya debris pada kripta tonsil

oleh jaringan fibrosa.

7. Komplikasi sistemik : Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat infeksi

Streptokokus beta hemolitikus grup A. Di antaranya: radang ginjal akut (acute

glomerulonephritis), demam rematik, dan bakterial endokarditis yang dapat

menimbulkan lesi pada katup jantung.

Penanganan tonsillitis bisa sangat bervariasi tergantung dari perjalanan

penyakitnya sendiri, mulai dari penanganan konvensional hingga tindakan

pembedahan seperti tonsilektomi dan adenoidektomi. Jika pun keputusan

pembedahan yang diambil, maka harus berdasarkan indikasi yang jelas dan

telah mempertimbangkan cost/benefit ratio dari tindakan tersebut, selain itu

telah diperhitungkan komplikasi yang mungkin terjadi. Beberapa indikasi

untuk tonsilektomi/adenoidektomi antara lain: tonsillitis rekuren atau kronis

dengan kriteria yang telah ditentukan, difteria yang tidak berespon terhadap

terapi medikamentosa, demam rematik, tonsillitis yang berkaitan dengan

infeksi telinga tengah atau sinusitis maksilaris, formasi abses, obstruksi jalan

napas, dugaan keganasan tonsil, dan lain sebagainya.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik,

menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada

faringitis dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:

Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal

Penicillin; diberikan secara oral

Eritromisin

13 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 14: Kelainan Pd Faring & Laring

Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G diindikasikan pada pasien

dengan risiko demam reumatik berulang

Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk

mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat

yang dapat digunakan yaitu :

Amantadine

Rimantadine

Oseltamivir

Zanamivir dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B

Asiklovir digunakan untuk penyebab HSV

2.3. KELAINAN LARING

Anatomi Laring

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini

akan ditampilkan laring secara anatomi. Bentuk laring menyerupai limas segitiga

terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar daripada

bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago

krikoid.

Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa

tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada struktur

laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os

hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalapsi

pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os

hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap/ alae kartilago

tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat

pada kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada

permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk

piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah

prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateral

14 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 15: Kelainan Pd Faring & Laring

Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda

vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian

pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis

suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah

tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan

yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang

kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago

kornikulata dan kuneiformis.

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik.

Otot ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik

suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang

berfungsi menarik laring ke atas. Otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid,

m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai

15 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 16: Kelainan Pd Faring & Laring

struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk

tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk tegangan korda vokalis,

otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan

menegangkan korda vokalis.

Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus

superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini

merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri

dari dua cabang yakni arteri laringeus superior dan arteri laringeus inferior yang

kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.

Fisiologi Laring

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi,

sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk

mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan

menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah

masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan

lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya

rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus

trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh.

Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur

sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme

16 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 17: Kelainan Pd Faring & Laring

yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta

mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk

kedalam laring.

Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,

mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi

dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.

KELAINAN LARING

Kelainan laring dapat berupa kelainan kongenital, peradangan, tumor lesi jinak serta

kelumpuhan pita suara.

1. Kelainan Kongenital

Kelainan ini dapat berupa laringomalasi, stenosis subglotik, selaput di laring, kista

kongenital, hemangioma dan fistel laringotrakea esofagus.

Pada bayi dengan kelainan kongenital laring dapat menyebabkan gejala sumbatan

jalan nafas, suara tangis melemah sampai tidak ada sama sekali, serta kadang-kadang

terdapat juga disfagia.

Laringomalasi

Kelainan ini paling sering ditemukan. Pada stadium awal ditemukan epiglotis

lemah, sehingga pada waktu inspirasi epiglotis tertarik ke bawah dan menutup

rima glotis. Dengan demikian bila pasien bernafas, nafasnya berbunyi (stridor).

17 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 18: Kelainan Pd Faring & Laring

Stridor ini merupakan gejala awal, dapat menetap dan mungkin pula hilang

timbul ini disebabkan lemahnya rangka laring.

Tanda sumbatan jalan nafas dapat terlihat dengan adanya cekungan

(retraksi) di daerah suprasternal, epigastrium, interkostal, dan supraklavikular.

Bila sumbatan laring makin hebat, sebaiknya dilakukan intubasi endotrakea.

Jangan dilakukan trakeostomi sebab seringkali laringomalasi disertai

trakeomalasi. Orangtua pasien dinasihatkan supaya lekas datang ke dokter bila

terdapat peradangan di saluran nafas bagian atas seperti pilek dan lain-lain.

Patofisiologi

Laringomalasia dapat terjadi di epiglotis, kartilago aritenoid, maupun pada keduanya.

Jika mengenai epiglotis, biasanya terjadi elongasi dan bagian dindingnya terlipat.

Epiglotis yang bersilangan membentuk omega, dan lesi ini dikenal sebagai epiglotis

omega (omega-shaped epiglottis). Jika mengenai kartilago aritenoid, tampak terjadi

pembesaran. Pada kedua kasus, kartilago tampak terkulai dan pada pemeriksaan

endoskopi tampak terjadi prolaps di atas laring selama inspirasi. Obstruksi

inspiratoris ini menyebabkan stridor inspiratoris, yang terdengar sebagai suara

dengan nada yang tinggi.

Matriks tulang rawan terdiri atas dua fase, yaitu fase cair dan fase padat dari

jaringan fibrosa dan proteoglikan yang dibentuk dari rangkaian mukopolisakarida.

Penelitian terhadap perkembangan tulang rawan laring menunjukkan perubahan yang

konsisten pada isi proteoglikan dengan pematangan. Tulang rawan neonatus terdiri

dari kondroitin-4-sulfat dengan sedikit kondroitin-6-sulfat dan hampir tanpa keratin

sulfat. Tulang rawan orang dewasa sebagian besar terdiri dari keratin sulfat dan

kondroitin-6-sulfat. Dengan bertambahnya pematangan, matriks tulang rawan

bertambah, akan menjadi kurang air, lebih fibrosis dan kaku. Bentuk omega dari

epiglotis yang berlebihan, plika ariepiglotik yang besar, dan perlunakan jaringan

yang hebat mungkin ada dalam berbagai tahap pada masing-masing kasus.

Supraglotis yang terdiri dari epiglotis, plika ariepiglotis dan kartilago aritenoid

ditemukan mengalami prolaps ke dalam jalan napas selama inspirasi. Laringomalasia

umumnya dikategorikan ke dalam tiga tipe besar berdasarkan bagian anatomis

supraglotis yang mengalami prolaps walaupun kombinasi apapun dapat terjadi. Tipe

pertama melibatkan prolapsnya epiglotis di atas glotis. Yang kedua melipatnya tepi

18 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 19: Kelainan Pd Faring & Laring

lateral epiglotis di atas dirinya sendiri, dan yang ketiga prolapsnya mukosa aritenoid

yang berlebihan ke dalam jalan napas selama periode inspirasi.

Laringomalasia merupakan penyebab tersering dari stridor inspiratoris kronik

pada bayi. Bayi dengan laringomalasia memiliki insidens untuk terkena refluks

gastroesophageal, diperkirakan sebagai akibat dari tekanan intratorakal yang lebih

negatif yang dibutuhkan untuk mengatasi obstruksi inspiratoris. Dengan demikian,

anak-anak dengan masalah refluks seperti ini dapat memiliki perubahan patologis

yang sama dengan laringomalasia, terutama pada pembesaran dan pembengkakan

dari kartilago aritenoid.

Gambaran klinis

Tiga gejala yang terjadi pada berbagai tingkat dan kombinasi pada anak

dengan kelainan laring kongenital adalah obstruksi jalan napas, tangis abnormal

yang dapat berupa tangis tanpa suara (muffle) atau disertai stridor inspiratoris

serta kesulitan menelan yang merupakan akibat dari anomali laring yang dapat

menekan esofagus.

Bayi dengan laringomalasia biasanya tidak memiliki kelainan pernapasan

pada saat baru dilahirkan. Stridor inspiratoris biasanya baru tampak beberapa hari

atau minggu dan awalnya ringan, tapi semakin lama menjadi lebih jelas dan

mencapai puncaknya pada usia 6 – 9 bulan. Perbaikan spontan kemudian terjadi

dan gejala-gejala biasanya hilang sepenuhnya pada usia 18 bulan atau dua tahun,

walaupun dilaporkan adanya kasus yang persisten di atas lima tahun. Stridor tidak

terus-menerus ada; namun lebih bersifat intermiten dan memiliki intensitas yang

bervariasi.

la menjadi lebih berat pada saat tidur dan beberapa variasi posisi dapat

terjadi; stridor lebih keras pada saat pasien dalam posisi supinasi dan berkurang

pada saat dalam posisi pronasi. Baik proses menelan maupun aktivitas fisik dapat

memperkeras stridor.

Diagnosis

Dari anamnesis dapat kita temukan,

Riwayat stridor inspiratoris diketahui mulai 2 bulan awal kehidupan.

19 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 20: Kelainan Pd Faring & Laring

Stridor berupa tipe inspiratoris dan terdengar seperti kongesti nasal, yang biasanya

membingungkan. Tetapi stridornya persisten dan tidak terdapat sekret nasal.

Stridor bertambah jika bayi dalam posisi terlentang, ketika menangis, ketika terjadi

infeksi saluran nafas bagian atas, dan pada beberapa kasus, selama dan setelah

makan.

Tangisan bayi biasanya normal

Biasanya tidak terdapat intoleransi ketika diberi makanan, namun bayi kadang

tersedak atau batuk ketika diberi makan jika ada refluks pada bayi.

Pada pemeriksaan fisis ditemukan

Dapat terlihat takipneu

Tanda-tanda vital normal

Biasanya terdengar aliran udara nasal, suara ini meningkat jika posisi bayi terlentang

Stridor murni berupa inspiratoris. Suara terdengar lebih jelas di sekitar angulus

sternalis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laring dengan menggunakan

endoskopi dan laringoskopi.

Stenosis Subglotik

Pada daerah subglotik, 2-3 cm dari pita suara sering terdapat penyempitan (stenosis).

Kelainan yang dapat menyebabkan stenosis subglotis ialah:

1. penebalan jaringan sub mukosa dengan hiperplasia kelenjar mukus dan

fibrosis

2. kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumen yang lebih kecil

3. bentuk tulang rawan krikoid normal dengan ukuran lebih kecil

4. pergeseran cincin trakea pertama ke arah atas belakang ke dalam lumen

krikoid.

5. Gejala stenosis subglotik ialah stridor, dispnea, retraksi di suprasternal,

epigastrium, interkostal serta subklavikula. Pada stadium yang lebih berat

akan ditemukan sianosis dan apnea, sebagai akibat sumbatan jalan nafas

sehingga mungkin juga terjadi gagal pernafasan (respiratory distress).

20 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 21: Kelainan Pd Faring & Laring

Normal Congenital elliptical subglottic

stenosis

Terapi stenosis subglotis tergantung pada kelainan yang menyebabkannya.

Pada umumnya terapi stenosis subglotis yang disebabkan oleh kelainan

submukosa ialah dilatasi atau dengan laser CO2. Stenosis subglotik yang

disebabkan oleh kelainan bentuk tulang rawan krikoid dilakukan terapi

pembedahan dengan melakukan rekonstruksi.

Hemangioma

Hemangioma biasanya timbul di daerah subglotik. Seringpula disertai

dengan hemangioma di tempat lain, seperti di leher. Gejalanya ialah terdapat

hemoptisis, dan bila tumor itu besar, terdapat juga gejala sumbatan laring.

Terapinya ialah dengan bedah laser, kortikosteroid atau dengan obat-obat

skleroting.

2. Peradangan Laring

Dapat berupa laringitis akut atau laringitis kronis

Laringitis Akut

Radang akut laring, pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis. Pada

anak laringitis akut ini dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas sedangkan pada

orang dewasa tidak secepat pada anak. Terdapat gejala radang umum sepert demam,

malaise, serta gejala lokal (suara parau hingga tidak ada suara, neri menelan, sulit

berbicara). Selain itu terdapat batuk kering dan semakin lama disertai dengan dahak

kental.

21 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 22: Kelainan Pd Faring & Laring

Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di

atas dan bawah pita suara. Biasanya terdapat juga tanda radang akut di hidung atau

sinus paranasal.

Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari. Menghirup udara menghindari

iritasi pada faring dan laring dengan tidak merokok, makan makanan pedas atau

minum es. Antibiotika diberikan apabila peradangan berasal dari paru. Bila terdapat

sumbatan laring dilakukan pemasangan pipa endotrakea atau trakeostomi.

Laringitis Kronis

Sering merupakan radang kronis laring yang disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi

septum yang berat, dan polip hidung. Mungkin juga disebabkan oleh penyalahgunaan

suara seperti berteriak-teriak atau bicara keras.

Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal. Gejalanya

adalah suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorokan sehingga pasien

mendehem tanpa mengeluarkan sekret karena mukosa yang menebal.

Terapi terpenting adalah mengobati peradangan di hidung, faring serta bronkus

yang mungkin menjadi penyebab laringitis kronis itu. Pasien diminta untuk tidak

banyak berbicara.

3. Lesi Jinak Laring

Nodul Pita Suara

Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan suara dalam waktu lama

seperti seorang guru dan penyanyi. Terdapat suara parau, kadang-kadang disertai

dengan batuk. Pada pemeriksaan terdapat nodul pita suara sebesar kacang hijau atau

lebih kecil berwarna keputihan. Predileksi nodul terletak di sepertiga anterior pita

suara dan sepertiga medial.

Nodul tersebut terjadi akibat trauma pada mukosa pita suara karena pemakaian

suara berlebihan dan dipaksakan. Untuk penanggulangan awal adalah istirahat bicara

dan terapi suara. Tindakan bedah mikro laring dilakukan apabila ada kecurigaan

keganasan atau lesi fibrotik. Gambaran patologi anatominya adalah epitel gepeng

berlapis yang mengalami proliferasi dan di jaringan sekitarnya mengalami kongesti.

Polip Pita Suara

22 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 23: Kelainan Pd Faring & Laring

Polip pita suara biasanya bertangkai. Lesi bisa terletak di sepertiga anterior, sepertiga

tengah bahkan seluruh pia suara. Lesi biasanya unilateral dapat terjadi pada segala

usia, namun umumnya pada dewasa. Gejalanya sama seperti nodul yaitu suara parau.

Terdapat 2 jemis polip yaitu mukoid dan angiomatosa. Polip terjadi akibat proses

peradangan menahun dari lapisan subepitel. Faktor merokok dan suara berlebihan

juga turut berperan.

23 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 24: Kelainan Pd Faring & Laring

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang terdiri dari tiga bagian : 1.Nasofaring

membuka kearah depan kehidung melalui koana. 2.Orofaring keareah depan

berhubungan dengan rongga mulut. 3. Hipofaring terbuka kearah depan masuk ke

introitus laring. Terdapat beberapa kelainan pada faring (karsinoma nasofaring,atresia

koana congenital,faringitis tonsillitis).

Laring adalah oragan jalan nafas terbawah dari jalan bagian atas, yang memiliki tiga

fungsi utama proteksi jalan napas, respirasi dan fonasi. Terdapat beberapa masalah

atau kelainan pada laring ( kelinan congenital, peradangan laring, lesi jinak laring).

24 Kelainan Pada Faring & Laring

Page 25: Kelainan Pd Faring & Laring

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams, Boies, Highler. 1994. Buku Ajar Penyakit THT : Edisi 6. Jakarta. EGC

2. Utama, hendra. 2007. Teling Hidung Tenggorok Kepala & Leher : Edisi 6. Jakarta.

FKUI

3. Lucente E, Frank. Har Gady-El. 2011. Ilmu THT Esensial : Edisi 5. Jakarta. EGC

4. Anynomus : http://thtkl.wordpress.com/2009/05/07/kanker-nasofaring-kanker-no-

1-di-bidang-tht/. Akses : 17 oktober 2012. 19.20 WITA

5. Anonymus : http://prodia.co.id/penyakit-dan-diagnosa/kanker-nasofaring. Akses :

17 oktober 2012. 20.00 WITA

25 Kelainan Pada Faring & Laring