kel 2. injeksi anestesi

download kel 2. injeksi anestesi

of 27

Transcript of kel 2. injeksi anestesi

TUGAS KELOMPOK II SKILL LAB BEDAH MULUT

INJEKSI ANESTESI

OLEH :

VISITA PERSIA A. JULIANSYAH NUR ISYA SAGITA APRIL ANDRA LEKA RIZKI PERMATA SARI DANIA PEBRIANA ETRIA VIGRI UTAMI

04081004006 04081004007 04081004018 04081004023 04081004033 04081004047 04071004012

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit berlebih dan dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat komplikasi lebih lanjut. Dokter gigi harus berusaha untuk melakukan setiap pencabutan secara ideal dan untuk memperolehnya haruslah mampu menyesuaikan teknik pencabutan giginya agar bisa menangani kesulitan-kesulitan selama proses pencabutan. Salah satu hal yang harus dikuasai adalah cara pemberian anestesi. Disini dokter gigi dituntut untuk bisa melakukan anastesi dengan teknik yang tepat agar memiliki efek maksimal pada saat pencabutan dan tidak terjadi reaksi-reaksi yang merugikan. Makalah ini akan membahas bagaimana cara teknik pemberian anastesi yang ideal dilakukan oleh operator / dokter gigi secara lebih terperinci.

1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana cara melakukan injeksi anestesi ?

2. Apa saja teknik pemberian anestesi yang dapat digunakan? 3. Apa saja alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan anestesi? 4. Halhal yang perlu diperhatikan dalam melakukan anestesi dan bagaimana mencegah terjadinya infeksi ?

2

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana melakukan injeksi anestesi.

2. Untuk mengetahui apa saja hal-hal yang penting untuk dipahami mengenai proses injeksi anestesi. 1.4 Manfaat 1. manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan di bidang bedah mulut, khususnya dalam hal melakukan injeksi anestesi.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Injeksi Anestesi Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril1. Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh2. Dapat disimpulkan bahwa Injeksi Anestesi merupakan suatu tindakan menghilangkan rasa sakit pada setiap prosedur medis yang akan menimbulkan rasa sakit dengan cara memasukkan (menyuntikkan) zat-zat anestesi/ anestetikum ke dalam dalam jaringan tubuh dengan bantuan alat khusus yang steril.

2.2 Tujuan Injeksi Anestesi Pada umumnya injeksi anestesi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan (absorbasi) zat-zat anestesi yang telah disuntikkan untuk mendapatkan efek obat yang cepat1.

4

2.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada saat Injeksi Anestesi

Ada beberapa kasus dimana penggunaaan anestesi local tidak diperbolehkan, kasus-kasus ini perlu diketahui sehingga gejala-gejala yang tidak menyenangkan dan akibat yang tidak diinginkan bisa dihindari.

2.3.1 Kontraindikasi 3 a. Bila ada infeksi pada daerah injeksi atau pada titik di mana anestetikum akan dideponirkan b. Bila terdapat infeksi Vincent atau infeksi mulut yang luas c. Bila pasien masih terlalu kecil (anak-anak) sehingga sulit kooperatif 2.3.2 Tindakan Pencegahan 1. Pada penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus, penggunaaan anestetikum local yang mengandung anestetikum mengandung epinephrine harus dilakukan secara hati-hati atau sama sekali dihindari. Infiltrasi yang berlebihan pada jaringan penderita diabetes mellitus akan sangat membahayakan.3 Anestesi lokal harus diberikan dengan hati-hati, karena paling umum digunakan sebagai vasokonstriktor, konsentrasi

vasokonstriktor yang harus minimal. Adrenalin, yang merupakan salah satu yang merupakan penyebab glikogenolisis dan berinteraksi dengan insulin. Noradrenalin memiliki kurang efek glycogenolytic dibandingkan dengan adrenalin, sehingga lebih disukai pada penderita diabetes. Secara umum, jumlah vasokonstriktor dalam ampul sangat kecil (konsentrasi terbesar menjadi 1:50.000) dan sehingga risiko dianggap kecil.4 2. Larutan anestetikum yang mengandung konsentrasi epinephrine yang tinggi sebaiknya hanya digunakan pada kasus-kasus yang diindikasikan. 2.3.3 Faktor Risiko Medis5

Jenis anestesi yang digunakan,durasi dan kompleksitas prosedur, respon luka yang diharapkan, dan kesehatan umum pasien adalah semua faktor yang diperlukan untuk dipertimbangkan. masalah kompleks medis pasien saat ini menuntut pemahaman tentang, fisiologis psikologis, dan farmakologis efek obat-obatan dan pembedahan. Faktor risiko medis pasien masuk ke dalam berbagai kategori:3 1. penyakit kardiovaskular 2. penyakit paru 3. gangguan endokrin 4. penyakit ginjal 5. kondisi secara psikologis 6. Kondisi Immunocompromising Faktor-faktor risiko bedah yang perlu ditangani ini dipersulit oleh riwayat medis pasien. The American Society of Anesthesiologists mengklasifikasikan pasien yang beresiko untuk dilakukan operasi4 : ASA I : pasien sehat dengan bagian yang akan membutuhkan pembedahan terlokalisasi ASA 2 : Pasien dengan gangguan sistemik ringan namun terkontrol dengan baik. Contoh : hipertensi ringan, diabetes yang terkontrol, usia lanjut ASA 3 : Pasien dengan gangguan sistemik berat yang membatasi kehidupannya. Contoh : angina, kegagalan miokardium yang baru saja terjadi ASA 4 : Pasien dengan gangguan sistemik yang mengancam hidupnya. Contoh : penyakit jantung, paru, ginjal lanjut. ASA 5 : Pasien yang sekarat yang mungkin tidak akan bertahan dalam 24 jam dengan atau tanpa. Pembedahan. Kategori ini termasuk pasien yang awalnya sehat namun mengalami pendarahn hebat atau pasien usia lanjut dengan penyakit terminal

6

E

:Huruf ini diletakkan sebelum klasifikasi numeric pembedahan, berarti

operasi dalam keadaan darurat Ketika akan melakukan anestesi seorang ahli anestesi harus juga memperhatikan halhal berikut : 4 1. Catatan riwayat anestesi terdahulu. 2. Keadaan pembedahan saat ini dan tempat yang dibedah spesifik 3. Keadaan fisik penderita yang dinilai oleh tim bedah ataua tim lainnya 4. Riwayat kesehatan terdahulu 5. Riwayat keluarga atau sosial yang bermakna 6. Obat yang sedang diminum oleh penderita.

2.4 Pencegahan Infeksi Selama Anestesi Suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko penularan infeksi mikroorganisme dari lingkungan klien dan tenaga kesehatan.5 2.4.1 Tujuan :

1. Mengurangi terjadinya infeksi2. Memberikan perlindungan terhadap pasien dan tenaga kesehatan5

2.4.2 Cara Mencegah Infeksi Selama Injeksi Salah satu efek yang bisa ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah dapat menimbulkan infeksi. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi selama injeksi dilakukan yaitu:5 1. Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat. Jangan biarkan ampul dalam keadaan terbuka

7

2. Untuk mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang terkontaminasi (misalnya: sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum, tangan perawat, bagian atas wadah obat, permukaan meja) 3. Untuk mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh badan pengisap (plunger) atau bagian dalam karet (barrel). Jaga bagian ujung spuit tetap tertututp penutup atau jarum. 4. Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kotoran, drainase atau feses dengan sabun dan air lalu keringkan. Lakukan gerakan mengusap dan melingkar ketika membersihkan luka menggunakan swab antiseptik. Usap dari tengah dan bergerak keluar dalam jarak dua inci. 2.4.3 Tindakan pencegahan5 1. Mencuci tangan 2. Memakai sarung tangan 3. Memakai perlengkapan pelindung4. Memakai gwon

5. Menerapkan tehnik aseptik 6. Memproses alat bekas pakai 7. Menangani peralatan tajam dengan aman 8. Penanganan sampah/limbah 1. Mencuci Tangan Ada 2 kategori organisme yang ada di tangan manusia, yaitu; 1. Organisme residen (flora normal) S. aureus, diphteroids (tidak hilang secara permanen) 2. Organisme transien

8

Karena kontak, contoh : E. Colli (mudah dihilangkan dengan cuci tangan efektif) Hal-hal yang digunakan saat mencuci tangan: 1. Dekontaminasi tangan rutin dengan sabun dan air mengalir2. Desinfeksi kulit (hibiscrub, handyclean)

Mencuci tangan harus dilakukan pada waktu: 1. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan 2. Setelah kontak dengan cairan tubuh 3. Setelah memegang alat yang terkontaminasi ( jarum, cucian ) 4. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien di ruang isolasi 5. Setelah menggunakan kamar mandi 6. Sebelum melayani makan dan minum 7. Pada saat akan tugas dan akhir tugas

Gambar1. cara mencuci tangan

2. Pemakaian sarung tangan Sarung tangan dapat mencegah penularan patogen melalui cara kontak langsung maupun tidak langsung. Berikut alasan untuk mengenakan sarung tangan:

9

1. Mengurangi kontak langsung tenaga kesehatan dengan organisme infeksius yang menginfeksi pasien 2. Mengurangi kemungkinan tenaga kesehatan akan memindahkan mereka sendiri ke pasien 3. Mengurangi kemungkinan pekerja kesehatan menjadi tempat kolonisasi sementara mikroorganisme yang dapat dipindahkan kepada pasien lain. Contoh-contoh sarung tangan yang sering digunakan untuk melindungi diri dari kuman patogen: 1. Sarung tangan steril 2. Sarung tangan DTT 3. Sarung tangan bersih4. Sarung tangan rumah tangga5,6

3. Memakai perlengkapan perlindungan Perlengkapan perlindungan yang sering dipakai adalah kaca mata dan masker. Dipakai pada prosedur invasive yang dapat menimbulkan adanya droplet dari darah atau cairan tubuh lainnya. Kaca mata dipakai untuk mencegah droplet mengiritasi mata. Masker digunakan untuk menghindari terhirupnya mikroorganisme dan mencegah penularan patogen.5 4. Pemakaian Gwon Alasan mengenakan gwon adalah mencegah agar pakain tidak kotor selama kontak dengan pasien. Gwon melindungi petugas kesehatan kontak dengan bahan dan darah atau cairan dari tubuh pasien yang terinfeksi.6 5. Menerapkan Teknik Aseptik Bertujuan untuk membasmi sejumlah mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan jaringan) dan obyek mati (alat-alat bedah dan barang-barang yang lain). 6. Memproses Alat Bekas Pakai

10

Alat dan instrument yang telah dipakai harus disterilkan kembali agar mikroorganisme patogen yang menempel pada alat dan instrument tidak menjadi penyebab penularan ke pasien lain pada saat alat dan instrument akan digunakan kembali.6 Ada tiga proses/langkah pokok yang dilakukan: 1. Melakukan dekontaminasi merupakan langkah untuk menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan atau benda-benda lain yang terkontaminasi. Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh lainnya. 2. Cuci dan bilas gunakan detergen atau sikat, pakai sarung tangan tebal. Kuman akan hilang 80 % dengan sabun/detergen dan hanya hilang 50 % tanpa sabun. 3. DTT dan sterilisasi setelah alat dicuci bersih dan dikeringkan lakukan DTT atau sterilisasi sebelum digunakan kembali. - DTT dilakukan dengan cara: merebus selama 20 menit dalam panci tertutup lalu merendam dengan bahan kimia selama 20 menit (larutan klorin 0,1 %) - Sterilisasi dilakukan dengan otoklaf (1200 C) selama 30 menit jika terbungkus dan cukup 20 menit jika tidak terbungkus. Sedangkan metode panas kering (1700 C) selama 60 menit.5,6 7. Menangani Peralatan Tajam Dengan Aman3 1. Hati-hati saat melakukan penjahitan agar tidak tertusuk jarum secara tidak sengaja 2. Jangan menutup kembali, memelengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum yang akan dibuang3. Buang benda-benda tajam dalam wadah anti bocor dan segel dengan perekat jika

sudah dua pertiga penuh wadah benda tajam tadi harus dibakar dalam insinerator. 4. Jika tidak dapat dibakar dalam insinerator maka jarum harus dibilas 3x dengan larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Tutup lagi ujung jarum dengan penutupnya menggunakan tehnik satu tangan (one hand tehnik) lalu ditanam dalam tanah.5. Tempat sampah hitam sampah tidak kontaminasi 11

6. Tempat sampah kuning sampah terkontaminasi

8. Penanganan Sampah/Limbah Adapun tujuan penanganan sampah/limbah adalah sebagai berikut: 1. Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan 2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan 3. Mencegah penularan infeksi terhadap para petugas kesehatan 4. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya 5. Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dengan aman Sampah medis terbagi 2 : 1. Tidak terkontaminasi

a. Tidak memberikan resiko infeksi b. Contoh : kertas, kardus, botol, wadah plastik yang digunakan didalam klinik c. Dapat dibuang ditempat sampah umum 2. Terkontaminasi Membawa mikroorganisme yang mempunyai potensi menularkan infeksi kepada orang yang kontak baik nakes maupun masyarakat Contoh : bekas pembalut luka, sampah dari kamar operasi (jaringan, darah, nanah,kasa, kapas,dll), dari laboratorium (darah, tinja, nanah, dahak, dll), alat-alat yang dapat melukai (jarum suntik, pisau)3. Sampah lain yang tidak mengandung bahan infeksius tetapi digolongkan

berbahaya karena mempunyai potensi berbahaya pada lingkungan : a. Bahan kimia atau farmasi (misal kaleng atau botol yang mengandung obat kadaluwarsa, vaksin, reagen desinfektan) b. Sampah sitotoksik (misal obat-obat untuk kemoterapi)12

c. Sampah yang mengandung logam berat (misal air raksa dari termometer yang pecah, bahan bekas gigi,dll)d. Wadah bekas berisi gas dan tidak dapat didaur ulang (misal kaleng penyembur)

yang dapat meledak bila dibakar.5,6 2.5 Macam-macam Cara Pemberian Injeksi Anestesi

2.5.1 Anestesi Infiltrasi A. Definisi Cara pemberian anastesi injeksi infiltrasi adalah suatu cara untuk mendeposit larutan langsung kedalam jaringan.7 B. Indikasi6 Ada beberapa indikasi yang ditujukan untuk pemakaian anestesi infiltrasi, antara lain: 1. Natal tooth/neonatal tooth Mobiliti Dapat mengiritasi : menyebabkan ulserasi pada lidah Mengganggu untuk menyusui

2. Gigi dengan karies luas, karies mencapai bifurkasi dan tidak dapat direstorasi

sebaiknya dilakukan pencabutan. Kemudian dibuatkan space maintainer. 3. Infeksi di periapikal atau di interradikular dan tidak dapat disembuhkan kecuali dengan pencabutan. 4. Gigi yang sudah waktunya tanggal dengan catatan bahwa penggantinya sudah mau erupsi. 5. Gigi sulung yang persistensi 6. Gigi sulung yang mengalami impacted, karena dapat menghalangi pertumbuhan gigi tetap. 7. Gigi yang mengalami ulkus dekubitus 8. Untuk perawatan ortodonsi 9. Supernumerary tooth.13

10. Gigi penyebab abses dentoalveolar 11. Jika penderita atau ahli bedah atau ahli anestesi lebih menyukai anestesi lokal

serta dapat meyakinkan para pihak lainnya bahwa anestesi lokal saja sudah cukup 12. Anestesi lokal dengan memblok saraf atau anestesi infiltrasi sebaiknya diberikan lebih dahulu sebelum prosedur operatif dilakukan dimana rasa sakit akan muncul C. Kontra Indikasi8 Ada beberapa kasus dimanana penggunaan anestesi infiltrasi tidak di perbolehkan, kasus-kasus ini perlu diketahui sehingga gejala-gejala yang tidak menyenangkan dan akibat yan tidak diinginkan bisa dihindari. Kontra indikasi antara lain : 1. Anak yang sedang menderita infeksi akut di mulutnya. Misalnya akut infektions stomatitis, herpetik stomatitis. Infeksi ini disembuhkan dahulu baru dilakukan pencabutan. 2. Blood dyscrasia atau kelainan darah, kondisi ini mengakibatkan terjadinya perdarahan dan infeksi setelah pencabutan. 3. Pada penderita penyakit jantung. Misalnya : Congenital heart disease, rheumatic heart disease yang akut.kronis, penyakit ginjal/kidney disease.4. Pada penyakit sistemik yang akut, pada saat tersebut resistensi tubuh lebih rendah

dan dapat menyebabkan infeksi sekunder. 5. Adanya tumor yang ganas, karena dengan pencabutan tersebut dapat menyebabkan metastase. 6. Pada penderita Diabetes Mellitus (DM), tidaklah mutlak kontra indikasi. 7. Kurangnya kerjasama atau tidak adanya persetujuan dari pihak penderita. 2.5.2 Anestesi Blok A. Definisi Cara pemberian anestesi injeksi lokal adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkankesadaran.614

B. Indikasi 1. Penderita dalam keadaan sadar serta kooperatif. 2. Tekniknya relatif sederhana dan presentase kegagalan dalam penggunaanya relatif kecil. 3. Pada daerah yang diinjeksi tidak terdapat pembengkakan. 4. Peralatan yang digunakan, sedikit sekali dan sederhana serta obat yang digunakanrelatif murah. 5. Dapat digunakan sesuai dengan yang dikehendaki pada daerah anatomi tertentu. 6. Dapat diberikan pada penderita yang keadaan umumnya kurang baik, sebab adanya pemberian obat anastesi terjadi penyimpangan fisiologis dari keadaan normal penderita sedikit sekali.

C. Kontraindikasi 1. Operator merasa kesulitan bekerja sama dengan penderita, misalnya penderitamenolak di suntik karena takut 2. Terdapat suatu infeksi/ peradangan 3. Usia penderita terlalu tua atau dibawah umur 4. Alergi terhadap semua anastetikum 5. Anomali rahang 6. Letak jaringan anastesi terlalu dalam 2.6 Alat-alat yang Digunakan dalam Injeksi Anestesi2.6.1

Spuit (Syringe) A. Definisi Spuit adalah satu dari tiga komponen penting peralatan anestesi lokal (selain jarum suntik dan cartridge/ tabung silinder yang berisi bahan anestetikum). Ini adalah sebuah alat yang memindahkan bahan anestetikum dari cartridge ke tubuh pasien melalui jarum suntik.9 B. Macam-Macam Spuit

15

Terdapat tujuh macam spuit yang digunakan untuk anestesi local dalam dunia kedokteran gigi, yaitu sebagai berikut.9 1. Non-disposable Breech-loading, metallic, cartridge-type, aspirating. Breech-loading, plastic, cartridge-type, aspirating. Breech-loading, metallic, cartridge-type, self-aspirating. Pressure. Jet injector. 2. Disposible 3. Safety syringe C. Indikasi 1. Non-disposable Non-disposable spuit merupakan spuit yang dapat dipakai beberapa kali setelah disterilkan terlebih dahulu. Non-disposable spuit terdiri dari:9 a) Breech-loading, metallic, cartridge-type, aspirating

Breech-loading memiliki arti bahwa cartridge dapat dimasukan ke dalam spuit. Metallic berarti spuit terbuat dari bahan logam. Beberapa logam yang sering dipakai adalah chrome-plated brass dan stainless steel. Cartridge-type artinya spuit berbentuk seperti cartridge, yaitu berbentuk tabung silinder. Aspirating berarti spuit memiliki suatu alat seperti tip atau harpoon yang melekat pada piston dan digunakan untuk penetrasi karet tebal atau silicone rubber pada ujung yang berlawanan dari cartridge (dari jarum). Secara ringkas, spuit ini dapat melakukan aspirasi sebelum bahan anestetikum dideposit. Keuntungan

Visible Cartridge: cartridge dapat terlihat di dalam spuit.16

Dapat melakukan aspirasi dengan satu tangan. Dapat distrerilkan dengan autoclave. Tahan terhadap karat. Tahan lama jika perawatan yang dilakukan tepat. Kerugian

Berat. Ukurannya besar (tidak sesuai dengan operator bertangan kecil). Dapat terjadi infeksi jika perawatan tidak tepat.

Gambar2. Breech-loading, metallic, cartridge-type, aspirating syringe

b)

Breech-loading, plastic, cartridge-type, aspirating Spuit ini hampir sama dengan breech-loading, metallic, cartridge-type, aspirating spuit, hanya saja spuit ini terbuat dari bahan plastik yang dapat disterilkan dengan autoclave atau menggunakan bahan kimia. Keuntungan Lebih ringan dibandingkan dengn spuit berbahan metal. Secara klinis terlihat lebih baik. Visible cartridge. Dapat melakukan aspirasi dengan satu tangan. Tahan terhadap karat. Tahan lama jika perawatan yang dilakukan tepat.17

Kerugian

Harga lebih terjangkau.

Ukurannya besar. Dapat terjadi infeksi jika perawatan tidak tepat. Dapat terjadi kerusakan pada bahan plastik jika berulang kali disterilkan dengan autoclave.

Gambar3. Breech-loading, plastic, cartridge-type, aspirating

c)

Breech-loading, metallic, cartridge-type, self-aspirating Spuit ini menggunakan elastisitas dari diafragma karet pada cartridge anestesi untuk memperoleh tekanan negative pada saat aspirasi. Keuntungan Cartridge visible.

Lebih mudah untuk melakukan aspirasi, terutama pada operator bertangan kecil. Dapat disterilkan dengan autoclave. Tahan terhadap karat. Tahan lama jika perawatan yang dilakukan tepat. Piston memiliki skala garis untuk menunjukan volume anestetikum. Kerugian Berat.

18

Jari harus berpindah dari thumb ring ke thumb disk untuk melakukan aspirasi. Dapat terjadi infeksi jika perawatan tidak tepat.

Gambar4. Breech-loading, metallic, cartridge-type, self-aspirating syringe

d)

Pressure Indikasi: injeksi periodontal ligament atau injeksi intraligament. Keuntungan Dapat menentukan jumlah dosis. Mengatasi resistensi jaringan.

Kerugian Mahal. Mudah terjadi injeksi yang terlalu cepat.

Gambar5. Pressure syringe

e)

Jet injector Indikasi: anestesi mukosa pada palatum dan injeksi supraperiosteal. Keuntungan Tidak membutuhkan jarum injeksi. Menghantarkan anestetikum dalam volume yang sangat kecil.

Kerugian19

Tidak adekuat untuk anestesi blok pulpa dan regional. Beberapa pasien merasa tidak nyaman dengan hentakan yang ditimbulkan. Harganya mahal. Dapat merusak jaringan periodontal.

Gambar6. Jet injector

2. Disposable Disposable spuit adalah spuit yang hanya dapat digunakan untuk satu kali pemakaian. Indikasi: anestesi intramuscular, anestesi intravena, dan anesteasi intraoral. Keuntungan Single use Tetap steril sampai pembungkus spuit dibuka Sangat ringan Kerugian Sulit untuk melakukan aspirasi karena harus menggunakan dua tangan. Terasa kaku pada pemakaian pertama

20

Gambar6. Disposable syringe

3. Safety Syringe Spuit ini dapat meminimalisasi resiko luka pada operator yang disebabkan oleh tertusuk jarum suntik yang telah terkontaminasi setelah injeksi dilakukan kepada pasien. Keuntungan Single use Tetap steril sampai pembungkus spuit dibuka Sangat ringan Kerugian Sangat mahal Terasa kaku pada pemakaian pertama

Gambar7. Safety syringe

2.6.2 Jarum Suntik A. Definisi21

Jarum suntik berfungsi menyalurkan anastetikum dari dental catridge ke jaringan sekitar yang berada diujung jarum suntik. Jarum suntik terdiri dari beberapa bagian (Gambar), yaitu10 : Bevel merupakan bagian ujung dari jarum suntik. Biasanya pabrik membagi ukurannya menjadi long, medium dan short. Shank atau shaft, terdiri dari diameter jarum suntik dan panjang shank yaitu dari ujung ke hub Hub, bagian plastik atau logam yang menghubungkan antara jarum suntik dengan syringe Syringe-penetrating end.

Gambar8. Komponen jarum suntik (Handbook of local anesthesia 4th Edition hal 86)

B. Macam-macam jarum suntik 1. Berdasarkan bahan Stainless steel Platinum atau campuran Iridium-Platinum Campuran Ruthenium-Platinum Akan tetapi, jarum suntik yang terbuat dari stainless steel lebih direkomendasikan dan sebaiknya penggunaan jarum suntik yang berulang harus dihindari. 2. Berdasarkan ukuran (diameter lubang jarum suntik)

22

Semakin kecil nomornya maka semakin besar diameter jarum suntik tersebut. Ukuran 30 memiliki diameter lubang jarum suntik lebih kecil dibandingkan ukuran 25. Ada asumsi bahwa dengan menggunakan jarum suntik berdiameter kecil akan mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh pasien10. Diameter jarum yang lebih besar (ukuran 25) memiliki perbedaan yang khas dibandingkan dengan jarum ukuran kecil, antara lain adalah penyimpangan atau pembelokkan yang terjadi saat melewati jaringan sangat kecil. Ini akan menghasilkan keakuratan sehingga diharapkan injeksipun sukses terutama untuk injeksi pada jaringan yang dalam misalnya alveolar inferior, Gow Gates mandibular, Akinosi mandibular dan blok nervus infraorbital. Selain itu, untuk daerah yang memiliki kemungkinan aspirasi positif juga disarankan untuk menggunakan jarum suntik berdiameter besar (misalnya ukuran 25).Inferior Ukuran 23 25 27 30 alveolar nerve block (%) 1,1 66,9 32,0 0,0

Maxillary Infiltration(%) 0,0 19,1 60,1 20,8

Tabel1. Ukuran jarum suntik yang digunakan dalam praktek (Source: Malamed SF. Result of a survey of 209 Dentist, Unpublished Data 1975)

3. Berdasarkan panjang (Length)

Jarum suntik dalam kedokteran gigi biasanya tersedia dalam dua ukuran yaitu long( kira-kira sepanjang 40 mm) dan short (kira-kira sepanjang 25 mm). Aldous melaporkan bahwa rentang jarum suntik sangatlah luas yaitu: 19,4. 19,9. 21,5. 25,5. 28,9. 30,8. 34,9. 35,0 dan 41,5. Akan tetapi, rata-rata short needle memiliki panjang sekitar 20 mm( dari hub ke tip) dan long needle memiliki panjang sekitar 32 mm10. Long needle biasanya digunakan untuk semua teknik injeksi yang menuntut ketebalan penetrasi dari jaringan lunak, misalnya: alveolar inferior, Gow Gates mandibular, Akinosi mandibular dan blok nervus infraorbital. Sedangkan short needle23

digunakan untuk injeksi yang tidak membutuhkan kedalaman penetrasi pada jaringan lunak tersebut.

Gambar 9. Ujung jarum tidak mengalami defleksi karena terletak ditengah shaft, dengan demikian dapat meminimalisir defleksi saat penetrasi jarum kedalam jaringan lunak.

(sumber: Handbook of local anesthesia 4th Edition hal 86)

Gambar 10. Jarum suntik konvensional. Ujung jarum suntik memiliki angulasi s ehingga menghasilkan defleksi saat injeksi dilakukan.(sumber: Handbook of local anesthesia 4th Edition hal 86)

24

Gambar 11. Jarum suntik yang umum digunukan dalam kedokteran gigi

C.

Perawatan Terhadap Jarum Suntik11 1. Jarum suntik harus tidak digunakan untuk lebih dari satu pasien 2. Jrum suntik harus ditukar setelah 3 atau 4 kali penetrasi pada jaringan lunak pada pasien yang sama. Setelah penetrasi jarum suntik 3 atau 4 kali akan memnyebabkan jarum suntik stainless steel menjadi tumpul. Penetrasi jaringanpun akan menjadi lebih traumatik sehingga akan terasa nyeri dan sakit. 3. Jika jarum suntik belum digunakan seharusnya dilindungi dengan sarung untuk mencegah tertusuk jarum dan terjadi kontaminasi pada jarum tersebut BAB III KESIMPULAN

Injeksi Anestesi merupakan suatu tindakan menghilangkan rasa sakit pada setiap prosedur medis yang akan menimbulkan rasa sakit dengan cara memasukkan (menyuntikkan) zat-zat anestesi/ anestetikum ke dalam dalam jaringan tubuh dengan bantuan alat khusus yang steril. Dalam melakukan anestesi banyak hal-hal yang harus diperhatikan agar tidak terjadi komplikasi medis seperti faktor resiko penyakit sistemik pasien dan keadaan lokal pada daerah yang dituju. Teknik yang dapat digunakan untuk injeksi anastesi antara lain infiltrasi dan teknik blok. Operator sebaiknnya mempertimbangkan dengan teliti bagaimana kondisi pasien sehingga dapat melakukan injeksi anestesi yang tepat dan sesuai dengan indikasi.

25

DAFTAR PUSTAKA

1.

Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran UI: 20002. Sukandar, Enday, dkk. Bunga Rampai Ilmu Kedokteran. Bandung. Offset Alumni:

1982.3. Idayanti. Hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap penerapan standar

operasional prosedur teknik menyuntik dalam upaya pencegahan infeksi di RSUD Arifin Achmad, Pekan Baru. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2008 4. Lilian Yuwono, editor. 1993. Petunjuk Praktis Anestesi Lokal. Jakarta : EGC , halaman 39 5. 6. 7. Fragiskos D. Fragiskos. 2007. Oral surgery. Hiedelberg : Springer, halaman 9 Ole T. Jensen. 1999.The Sinus Bone Graft. Quintenssence Publishing, halaman 8 Thomas B. Bolton dan Colin E. Blogg. 1994. Anestesiologi. Jakarta : EGC, halaman 71-74

26

8. Latifah, U. Pencegahan Infeksi. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional

Veteran. 2008 9. http://dentistrymolar.wordpress.com/2011/03/24/anastesi-infiltrasi/

10. Aswad, hafizul. Anestesi Lokal. Padang : universitas baiturahmah. 2011. Hlm.4. 11. Malamed, Stanley F. Handbook of Local Anesthesia. 4th ed. Mosby. 1997: 76-82.

27