KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

19
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL NAMA: PUTRI RARASWATI 260110140078 AYU APRILLIANI 260110140079 UMMI HABIBAH 260110140080 AYYU WIDYAZMARA 260110140081 ANGGIA DIANI 260110140082 SITI NURROHMAH 260110140083 AI SITI RIKA FAUZIAH 260110140084 NISA MAULANI 260110140085 TIFFANY SABILLA 260110140086 NURMALIA SARASWATI 260110140087 ADAM RENALDI 260110140090 FAMI FATWA 260110140095 RHEZA ANDIKA 260110140105 LABORATORIUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2015

description

Penentuan ALT

Transcript of KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

Page 1: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT

INFEKSI

PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL

NAMA:

PUTRI RARASWATI 260110140078

AYU APRILLIANI 260110140079

UMMI HABIBAH 260110140080

AYYU WIDYAZMARA 260110140081

ANGGIA DIANI 260110140082

SITI NURROHMAH 260110140083

AI SITI RIKA FAUZIAH 260110140084

NISA MAULANI 260110140085

TIFFANY SABILLA 260110140086

NURMALIA SARASWATI 260110140087

ADAM RENALDI 260110140090

FAMI FATWA 260110140095

RHEZA ANDIKA 260110140105

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

Page 2: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

I. TUJUAN

1. Untuk mengetahui cara dan prinsip uji angka lempeng total

2. Menghitung jumlah mikroba pada ekstrak tumbuhan dengan metode angka

lempeng total.

II. PRINSIP

Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada

pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji

Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob

mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat

diamati secara visual berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/gram atau

koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes, dan

cara sebar (BPOM, 2008).

Untuk melaporkan suatu analisis mikrobiologi digunakan suatu standar

yang disebut “Standard Plate Count” yang menjelaskan cara menghitung koloni

pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni

dalan suatu contoh.Cara menghitung koloni pada cawan adalah sebagai berikut :

1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni

antara 30 sampai 300.

2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan

koloni yang besar (Dwidjoseputro, 1978).

Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk

berbagai macam penelaahan mikrobiologis. Terdapat berbagai macam cara untuk

menghitung jumlah mikroorganisme, akan tetapi secara mendasar, ada dua cara

yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan

secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan

(preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung

(counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk

mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja

(viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada

cawan petri (total plate count / TPC), perhitungan melalui pengenceran,

Page 3: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan kalorimeter (cara

kekeruhan atau turbidimetri) (Cappuccino & Natalie, 1983).

III. TEORI DASAR

Cemaran adalah bahan yang tidak dikehendaki ada dalam makanan yang

mungkin berasal dari lingkungan atau sebagai akibat proses produksi makanan,

dapat berupa cemaran biologis, kimia dan benda asing yang dapat mengganggu,

merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (BPOM,2009).

Analisis mikrobiologi merupakan analisis yang sangat penting untuk

mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada pada suatu sampel tertentu

mengandung banyak mikroorganisme atau sebaliknya (Ferdiaz 1993).

Pengamatan bakteri dapat dilakukan secara individual maupun secara kelompok

dalam bentuk koloni. Bila bakteri yang ditumbuhkan di dalam medium yang tidak

cair, maka akan terjadi suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni

berbeda-beda untuk setiap spesies dan bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi

suatu spesies tertentu (Waluyo 2007).

Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada

pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji

Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob

mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat

diamati secara visual berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/gram atau

koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes, dan

cara sebar (BPOM, 2008).

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur

jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan. Cara tersebut dibedakan

atas beberapa kelompok yaitu, perhitungan jumlah sel, terdiri dari hitungan

mikroskopik, hitungan cawan, dan MPN (most probable number); perhitungan

massa sel secara langsung, terdiri dari volumetrik, gravimetrik, dan kekeruhan

(turbidimetri); perhitungan massa sel secara tidak langsung, terdiri dari analisis

komponen sel, analisis produk katabolisme, dan analisis konsumsi nutrien

(Ferdiaz 1993). Menurut Irianto (2007), ada beberapa cara penghitungan jumlah

Page 4: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

mikroba, yaitu cara penghitungan pada lempeng pembiakan, cara menghitung

langsung (metode kaca objek), metode ukur kekeruhan, metode turbidimetri,

nefelometri, serta dengan jumlah perkiraan terdekat (JPT). Cara penghitungan

pada lempeng pembiakan disebut juga metode penghitungan bakteri hidup atau

metode penghitungan koloni. Pada penghitungan koloni, dilakukan penyimpanan

pada suhu yang sesuai. Oleh karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh menjadi satu

koloni yang terhitung mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap

volume pengenceran yang digunakan.

Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba

yang masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan

berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata

tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua

cara, yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan atau sebar (surface

atau spread plate) (Fardiaz 1993). Metode yang kita gunakan dalam praktikum ini

adalah metode hitungan cawan.

Uji Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode kuantitatif yang

digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu sampel. Uji ALT

menggunakan media padat untuk memudahkan perhitungan koloni dengan hasil

akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung. Intepretasi

hasil berupa angka dalam koloni per ml atau koloni per g. PCA adalah media yang

umumnya digunakan sebagai tempat menumbuhkan mikroba dipermukaan

sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung dan diisolasi. Masa

inkubasi dilakukan selama 1 x 24 jam dengan membalik cawan petri yang berisi

biakan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari jatuhnya butir air hasil

pengembunan disebabkan suhu inkubator. Apabila sampai terdapat air yang jatuh

maka akan merusak pembacaan angka lempeng total dari sampel yang diuji.

Sebagai kontol negatif disertakan blanko, yaitu cawan petri yang mengandung

media dan larutan pengencer yang tidak mengandung sampel yang kemudian

diinkubasi bersama-sama pada suhu 37°C selama 24 jam. Untuk perhitungan

koloni, berdasarkan data perhitungan koloni dari sampel 1 sampai sampel 12 dari

masing-masing sampel hanya dihitung pengenceran dengan jumlah koloni antara

Page 5: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

30-300. Karena dilakukan dua kali (duplo) maka hasil harus di ambil rata-ratanya

terlebih dahulu dan kemudian dimasukkan dalam rumus dan dibandingkan dengan

standar uji cemaran mikroba (Karlah L. R. Mansauda, Fatimawali, & Kojong,

Novel, 2014).

Hasil dari metode hitungan cawan menggunakan suatu standar yang

disebut dengan Standart Plate Counts (SPC). Standar tersebut adalah cawan yang

dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30-300,

beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan koloni

yang besar yang jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni,

dan satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung

sebagai satu koloni (Waluyo 2007). Plate count agar (PCA) adalah mikrobiologi

medium pertumbuhan umum digunakan untuk menilai atau memonitor "total"

atau layak pertumbuhan bakteri dari sampel. PCA adalah bukan media selektif.

Komposisi agar-agar pelat menghitung dapat bervariasi, tetapi biasanya

mengandung (b/v) yaitu 0,5% pepton, 0,25% ekstrak ragi, 0,1% glukosa, 1,5%

agar-agar, dan pH disesuaikan (Harley, 2001).

Keuntungan dari metode pertumbuhan agar atau metode uji

AngkaLempeng Total adalah dapat mengetahui jumlah mikroba yang dominan.

Keuntungan lainnyadapat diketahui adanya mikroba jenis lain yang terdapat

dalam contoh. Adapun kelemahandari metode ini adalah :

1. Kemungkinan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba,

seperti padamikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel.

Kemungkinan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya.

2. Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena

penggunaan jenismedia agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama

masa inkubasi.

3. Kemungkinan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di

seluruh permukaanmedia agar sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini

akan mengakibatkan mikroba laintersebut tidak terhitung.

Page 6: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

4. Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi

mikrobanya antara 30 – 300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30

koloni akan menghasilkan penghitunganyang kurang teliti secara statistik,

namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan halyang sama karena

terjadi persaingan diantara koloni.

5. Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi

yang umumnyamembutuhkan waktu 24 jam atau lebih (Buckle, 1987).

IV. ALAT, BAHAN DAN GAMBAR ALAT

4.1.Alat

1. Cawan petri

2. Erlemenyer

3. Gelas Kimia

4. Inkubator

5. Kapas

6. Kasa

7. Pembakar spritus

8. Rak tabung rekasi

9. Tabung Reaksi

10. Volume pipet

4.2.Bahan

1. Aquadest

2. Ekstrak Daun Salam

3. Media TSA

4.3.Gambar Alat

Page 7: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

Cawan Petri Erlenmeyer Gelas Kimia

Inkubator Kasa Kapas

Pembakar Spritus Rak Tabung Tabung Reaksi

Volume pipet

V. PROSEDUR

Page 8: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

Ditimbang 1 gram ekstrak kental daun salam. Kemudian dilarutkan di

dalam etanol secukupnya. Kemudian di add dengan aquadest sampai 100 ml.

Dilakukan pengenceran bertingkat dengan menyiapkan 3 tabung reaksi. Dipipet 1

ml larutan ekstrak kental dan ditambakan 9 ml aquadest sampai deproleh tingkat

pengenceran 10ˉ¹. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10ˉ³ atau sesuai yang

diperlukan. Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml larutan ekstrak ke dalam cawan

petri dan dibuat duplo. Ke dalam setiap cawan petri dituang media 15-20 ml

media TSA. Digoyangkan cawan petri dan diputar sedemikian rupa agar ekstrak

tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas media dan media TSA dibuat uji

kontrol(blanko). Pada satu cawan diisi 1 ml pengencer dan media TSA dan pada

cawan lainnya hanya diisi media TSA. Setelah media TSA memadat , cawan

diinkubasi pada suhu 35-37ºC selama 24-48 jam dengan posisi dibalik. Jumlah

koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.

Prosedur perhitungan

1. Bila satu diantara petri dari pengenceran yang sama menunjukkan jumlah

25-250 (30-300 koloniuntuk sampel serbuk , dihitung rata-rata kedua

cawan dikalikan factor pengenceran.

2. Bila pada cawan petri pada kedua tingkat pengenceran yang berurutan

menunjukkan jumlah antara 30-300 koloni, maka dihitung jumlah koloni

dan dikalikan factor pengenceran kemudian diambil rata-rata. Jika

pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dari 2kali

jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat

pengenceran terendah (missal pada pengenceran 10-2 diperoleh 140 koloni

dan pada pengenceran 10-3 diperoleh 32 koloni, maka yang dipilih jumlah

koloni pada tingkat pengenceran 10-2 yaitu 140 koloni)

3. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah

antara 30-300 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat

pengenceran terendah dan dihitung sebagai angka lempeng total perkiraan.

4. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan

karena faktor inhibitor, maka angka lempeng total dilaporkan sebagai

kurang dari satu dikalikan factor pengenceran terendah

Page 9: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

5. Bila jumlah koloni percawan lebih dari 250, maka cawan dengan tingkat

pengenceran tertinggi dibagi dalam beberapa sector (2,4, dan 8) jumlah

koloni dikalikan dengan factor pengencerannya. Hasil dilaporkan sebagai

angka lempeng total perkiraan.

6. Bila jumlah koloni lebih besar dari 200 dari 1/8 bagian cawan, maka

jumlah koloni adalah 200x8xfaktor pengenceran. Angka lempeng total

perkiraan dihitung sebagai lebih besar dari jumlah koloni diperoleh.

(Srikandi Fardiaz, 1989).

VI. DATA PENGAMATAN

No. Perlakuan Hasil

1. Penyiapan Sampel : Ekstrak daun salam sebanyak 1

gr diencerkan dengan etanol q.s dan di cukupkan volume

dengan aquadest hingga 100 mL

Ekstrak daun salam sebanyak 100 mL

2. Pembuatan pengenceran larutan

ekstrak: Larutan ekstrak dipipet

sebanyak 1 mL dan dimasukan ke dalam tabung reaksi + 9 mL aquadest

Didapatkan pengenceran larutan

ekstrak 10-1

Proses saat larutan ekstrak di pipet 1 mL

Page 10: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

Hasil larutan pengenceran pertama

3. Penyiapan pengenceran larutan ke 2 (10-2) : Dimasukan aquadest 9 mL ke

dalam tabung reaksi 2 dan ditambahkan 1 mL larutan

ekstrak yang diambil dari tabung reaksi pertama

Didapatkan pengenceran larutan ekstrak 10-2

4. Penyiapan pengenceran larutan ke 3 (10-3) : Dimasukan aquadest 9 mL ke

dalam tabung reaksi 3 dan ditambahkan 1 mL larutan

ekstrak yang diambil dari tabung reaksi kedua

Didapatkan pengenceran larutan esktrak 10-3

5. Cawan petri disiapkan untuk dimasukan 1 mL larutan ekstrak dari masing masing

hasil pengeneceran. Disiapkan untuk masing masing hasil

pengenceran 2 cawan petri karena dilakukan secara duplo

Cawan petri sebanyak 2 buah masing masing tiap hasil pengenceran (10-1,

10-2, 10-3) telah disiapkan

6. Hasil pengenceran larutan Sebanyak 1 mL larutan ekstrak telah

Page 11: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

ekstrak dari masing- masing tabung, dipindahkan ke cawan

petri sebanyak 1 mL untuk kemudian ditambahkan dengan

TSA sebanyak19 mL dengan suhu 45 ± 1 oC. Dilakukan secara duplo pada

masing masing hasil pengenceran 10-1, 10-2, 10-3

dimasukan ke dalam cawan petri yang kemudian akan siap ditambahkan

dengan TSA

19 mL TSA telah ditambahkan ke

dalam cawan petri yang sebelumnya telah berisi larutan hasil pengenceran

dari masing masing tabung reaksi

Dari tiap tiap hasil pengenceran

dilakukan duplo sehingga dihasilkan 6

cawan petri yang berisi 1 mL dan 19 mL TSA dari tiap larutan hasil

pengenceran.

7. Cawan Petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspensi tersebar merata

Media yang telah berisi larutan hasil pengenceran ekstrak (sampel) telah

memadat dan tersebar merata setelah

cawan petri digoyang-goyangkan.

Hasil tersebut dilakukan secara duplo pada masing masing hasil

pengenceran.

Page 12: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

8. Setelah media memadat, cawan

diinkubasi pada suhu 35-37 oC selama 18-24 jam dengan posisi dibalik

Cawan petri yang akan diinkubasi

diposisikan secara terbalik

Cawan petri siap diinkubasi di dalam

inkubator selama 18- 24 jam

9. Semua cawan yang telah

diinkubasi diambil dan

diletakan dengan posisi terbalik

Cawan diletakan dengan posisi terbalik

10. Cawan dibagi menjadi empat

bagian untuk mempermudah

perhitungan jumlah koloni

Cawan dibagi atas empat bagian,

11. Dihitung jumlah koloni pada 1 Koloni terhitung dari setiap cawan

Page 13: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

daerah yang telah digarisi, lalu

dikalikan empat. Dan

melakukannya terhadap semua

cawan

PERHITUNGAN

Percobaan

Jumlah Koloni

10 -

1

10 -

2

10 -

3

A 696 500 640

B 748 624 916

Rata-

rata

722 562 778

Angka Lempeng Total (ALT)

ALT = ( ) ( ) ( )

= ( ) ( ) ( )

=

=

= 280473,33 koloni / mL

VII. PEMBAHASAN

Daun salam adalah salah satu rempah pengharum makanan yang sering

terdapat di dapur penduduk Indonesia. Daun salam dengan mudah dapat

ditemukan di wilayah Indonesia. Daun salam juga merupakan bumbu dapur yang

sering di gunakan. Penelitian uji klinis mengenai ekstrak daun salam dalam

menurunkan kolesterol total dan LDL dapat menghindari terjadinya aterogenesis

Page 14: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

sehingga dapat di gunakan dalam pencegahan penuaan. Flavonoid yang

merupakan antioksidan juga yang terdapat dalam daun salam yang dapat

mencegah terjadinya peroksidasi lipid (Lajuck, 2012).

Penggunaan bahan alam dilakukan dengan mencoba tumbuhan yang ada di

sekitar kemudian dikembangkan dengan mencampur berbagai jenis tumbuhan

untuk memberi khasiat yang lebih baik. Pengetahuan tentang ramuan tersebut

pada awalnya dirahasiakan, digunakan oleh keluarga dan diwariskan hanya pada

keturunan (Bermawi, 2008).

Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia,

sehingga ketersediaan pangan perlu mendapat perhatian yang serius baik kuantitas

maupun kualitasnya. Perhatian pemerintah terhadap ketersediaan pangan

diimplementasikan melalui program ketahanan pangan, agar masyarakat

memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, aman, bergizi, sehat, dan halal

untuk dikonsumsi (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2004). Sifat kimia,

biologis, dan fisik bahan pangan sangat memungkinkan berbagai macam

mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik dan pada bahan pangan yang biasanya

bersifat sangat spesifik dan sangat tergantung jenis bahan serta kondisi tertentu

dari penyimpanannya. Adanya mikroorganisme yang tumbuh di suatu bahan

pangan sangat berpengaruh pada kualitas produknya (Pratiwi, 2002).

Metode penentuan angka lempeng total ini digunakan untuk menentukan

jumlah total mikroorganisma aerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan

termofilik).

a. Psikofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu

kurang dari 20°C,

b. Mesofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu 20

°C-40°C

c. Termofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu

lebih besar dari 40°C.

Angka lempeng total aerob adalah jumlah mikroorganisma hidup yang

membutuhkan oksigen yang terdapat dalam suatu produk yang diuji. Pertumbuhan

mikroorganisme aerob dananaerob (psikrofilik, mesofilik dan termofilik) setelah

Page 15: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

contoh diinkubasikan dalam media agar pada suhu 35°C ± 1°C selama 24 jam 48

jam ± 1 jam mikroorganisme ditumbuhkan pada suatu media agar, maka

mikroorganisma tersebut akan tumbuh dan berkembang biak dengan membentuk

koloni yang dapat langsung dihitung.

Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu

teknik cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Pada

prinsipnya dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang diperiksa kemudian

dilakukan penanaman pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang

tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang

sesuai. Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara

30-300. Angka lempeng total dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil

perhitungan dikalikan faktor pengenceran.

Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ekstrak daun

salam. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Ekstrak adalah sediaan kental

yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau

simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir

semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan. Ekstrak daun salam

yang digunakan sebagai sampel diperoleh dengan cara ekstraksi. Ekstraksi

merupakan proses penyarian senyawa kimia yang terdapat didalam bahan alam

atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang tepat.

Metode ekstraksi yang digunakan dalam pembuatan ekstrak daun salam adalah

dengan menggunakan metode maserasi.

Maserasi merupakan proses ekstraksi cara dingin dimana penyarian zat

aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar dan terlindung dari

cahaya. Mekanisme dari proses maserasi sendiri adalah mula-mula cairan penyari

akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel kemudian isi sel akan larut karena

adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.

Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan

penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang

sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam

Page 16: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan

penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

Pada praktikum kali ini pertama-tama ditimbang terlebih dahulu ekstrak

kental Syzygium polyanthum sebanyak 1 gram dengan menggunakan neraca

analitik. Penimbangan ini dilakukan untuk pembuatan larutan ekstrak dengan

konsentrasi tertentu 1%. Kemudian hasil penimbangan tersebut dilarutkan dengan

etanol agar ekstrak dapat larut. Volume etanol yang ditambahkan kedalam ekstrak

dihentikan sampai ekstrak larut dalam etanol tersebut. Selanjutnya ditambahkan

dengan aquades dalam labu ukur 100 ml sampai tanda batas. Lalu didapatkan

ekstrak dengan konsentrasi 1%. Perhitungan konsentrasi ini dilakukan agar

memudahkan dalam perhitungan koloni untuk angka lempeng total dari ekstrak

yang dibuat.

Kemudian dilakukan pengenceran bertingkat hingga tiga kali pengenceran.

Pengenceran ini dilakukan agar terlihat perbedaan jumlah koloni antara

konsentrasi yang lebih tinggi dengan konsentrasi yang lebih rendah. Dari hasil

pengenceran tersebut sebanyak 1 ml dari masing-masing konsentrasi dimasukkan

ke dalam 6 cawan. Satu konsentrasi dari hasil pengenceran dituangkan untuk 2

cawan yang berbeda. Ini dilakukan agar keakuratan perhitungan koloni dapat

terjaga. Selanjutnya ke dalam masing-masing cawan ditambahkan 19 ml Trypthon

Soy Agar dan diputarkan agar tersebar merata. Setelah itu, lalu dibiarkan memadat

untuk diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18 jam. Inkubasi dilakukan agar

bakteri yang ada dalam ekstrak masih tetap utuh dan tidak mengalami perubahan

disesuaikan dengan lingkungan bakteri untuk hidup.

Ekstrak yang dihasilkan diuji melalui berbagai pengujian guna mengukur

kualitasnya terhadap standar mutu ekstrak yang telah ditetapkan. Ekstrak dalam

proses produksinya akan dkemas menjadi obat tradisional. Obat tradisional adalah

bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan bahan

mineral, sediaan sarian (galenik), atau cam[uran dari bahan tersebut yang secara

turun temurun telah digunakan untuk pengobatanm dan dapat diterapkan sesuai

dengan norma yang berlaku di masyarakar. Salah satu parameter standar itu

adalah batas cemaran mikroba. Pengujian kandungan mikroba dalam ekstrak

Page 17: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

seperti yang telah dpaparkan sebelumnya diujji melalui metode Angka Lempeng

Total (ALT). Hasil ALT (Angka Lempeng Total) menunjukan pertumbuhan

koloni rata-rata dari setiap cawan uji terdapat sekitar 7,78 x 105 koloni per/mL.

Sebagaimana dikutip dari Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan

Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu

Obat Tradisional menetapkan cemaran mikroba dalam obat tradisional untun

pemakaian dalam dibagi ke dalam beberapa kelompok. Obat tradisional (obat

dalam) obat dalam dalam bentuk rajangan yang diseduh dengan air panas sebelum

digunakan memiliki nilai Angka Lempeng Total (ALT) ≤106 koloni/mL artinya

sampel yang di dalamnya terdapat 106 koloni mikroba per mililiter dianggap

masih aman (tidak berbahaya). Sediaan obat dalam berupa rajangan yang direbus

sebelum digunakan memiliki nilai Angka Lempeng Total senilai ≤107 koloni

per/mL. Sediaan obat dalam beupa serbuk simplisia yang direbus dengan air panas

sebelum digunakan memiliki nilai Angka Lempeng Total ≤106 koloni per/mL.

Sedangkan sediaan lain termasuk di dalamnya cairan obat dalam (suspensi)

mempunyai batas jumlah mikroba yang tumbuh pada sampel adalah ≤104 koloni

per mililiter. Dari ketentuan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

ekstrak yang dihasilkan belum memenuhi standar mutu ekstrak yang telah

ditetapkan. Hal ini karena sediaan atau ekstrak jika dibiarkan memiliki cemaran

mikroba melebihi batas yang diizinkan maka hal tersebut dapat berdampak buruk

bagi kesehatan. Cemaran tersebut berasal dari berbagai sumber. Selain merupakan

mikroba bawaan dari simplisia tanaman tersebut. Mikroba yang tumbuh dapat

berasal dari tiap langkah pengolahan yang tidak bersih sehingga ekstrak

terkontminasi oleh kotoran di lingkungan sekitarnya.

VIII. SIMPULAN

Untuk menguji jumlah cemaran mikroba dalam sampel berupa ekstrak

daun salam (Syzygium polianthum) digunakan metode angka lempeng

total dengan teknik tuang pada media pertumbuhan Plate Count Agar

(PCA) secara duplo pada tiga variasi konsentrasi suspensi bakteri yaitu

10-1, 10-2, dan 10-3.

Page 18: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

Diperoleh hasil cemaran bakteri pada sampel daun salam sebesar

280473,33 koloni / mL yang melebihi batas cemaran bakteri standar

atau dapat dikatakan tidak sesuai standar, yaitu rentang koloni yang

diperbolehkan adalah 30-300 CFU/mL.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Bermawi. 2008. Jamu Brand Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Buckle, K. A., dkk. 1987. Ilmu Pangan.Jakarta: UI Press.

BPOM. 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Pusat Pengujian

Obat dan Makanan Badan Pengawasan Obat Dan Makanan

Republik Indonesia.

BPOM RI. 2009. Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan

Kimia dalam Makanan. Jakarta : BPOM RI.

Capuccino, J.G & Natalie, N. 1983. Microbiology a Laboratory Mannual.

USA: The Benjamin/Cummings Publish. Hal 458.

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2004. Laporan Tahunan.Bandung:

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan;

Jakarta.

Fardiaz S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Harley, J.P. & Prescott, L.M. 2001. Laboratory Exercise in Microbiology,

5th ed. New York : McGraw Hill.

Irianto K. 2007. Mikrobiologi. Bandung: Yrama Widya.

Karlah L. R. Mansauda, Fatimawali, & Kojong, Novel. (2014). Jurnal

Analisis Cemaran Bakteri Coliform Pada Saus Tomat Jajanan

Bakso Tusuk Yang Beredar Di Manado. Pharmacon. Vol. 3. No.40.

Lajuck, Pranasista.2012.Ekstrak Daun Salam (Eugenia Poliantha) Lebih

Efektif Menurunkan Kadar Kolesterol Total dan LDL Dibandingkan

Statin pada Penderita Disiplidemia. Denpasar: Universitas Udayana

Pratiwi, Rika.2002.Deteksi Ergosterol sebagai Indikator Kontaminasi

Cendawan pada Tepung Terigu.Jurnal Teknologi dan Industri

Pangan. 13 (3), 254.

Page 19: KEL 1 (NPM 78-87, 90 95, 105)_B1_PENENTUAN ALT

Srikandi, F. 1989. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.