keistimewaan bulan muharram

15
Keistimewaan dan keutamaan bulan Muharram Sebentar lagi kita memasuki Tahun Baru Hijriyah 1431 H. Banyak sekali Keistimewaan dan Keutamaan Bulan Muharram yang terlah tersurat dalam Al-Quran maupun Hadist. Dalam memasuki dan menyambut bulan Muharram atau datangnya Tahun Hijriyah 1431 H sebagai seorang muslim kita wajib selalu meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Swt dengan sungguh – sungguh dan tulus iklas serta dapat selalu menjaga hubungan baik dengan sesame muslim. Karena bulan Muharram adalah salah satu dari 4 bulan yang diharamkan oleh Allah untuk melakukan pertikaian. Maka jadikanlah bulan ini sebagai bulan perdamaian dan menjadi pribadi yang munawaroh seperti hijrahnya Rasulullah dari Mekkah menuju kota Yatsrib yang akhirnya berubah menjadi kota Madinah Al-Munawaroh. Sebenarnya semua hari dan bulan itu memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah SWT. Kecuali hari dan bulan yang diistimewakan berdasar dalil yang otentik. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan lagit dan bumi, di antaranya empat bulan haram itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu, dan perangilah musyrikin semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa.” (QS. At-Taubah: 36). Di dalam Hadist yang shahih Rasulullah bersabda: "....Di dalam satu tahun ada dua belas bulan dan di antaranya terdapat empat bulan yang mulia, tiga di antaranya berturut-turut: Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram, dan Rajab yang berada di antara bulan Jumada dan Sya'ban." (HR. al-Bukhari, no. 2958 dari Abu Bakrah). Diantara keutamaan dan keistimewaan yang terkandung di bulan Muharram adalah dosa yang Dosa yang dilakukan pada bulan-bulan yang dimuliakan tersebut lebih dahsyat dari bulan-bulan selainnya. Dan begitu juga sebaliknya bahwa pahala amal shalih begitu besar dibandingkan bulan-bulan lainnya. Maka dari itu, kita disunnahkan memperbanyak puasa pada bulan Muharram, khususnya berpuasa pada tanggal 10 Muharram (puasa 'Asyura). Sesuai dengan sabda Rasulullah : "Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah al- Muharram." (HR. Muslim) dan di dalam hadits yang lain beliau

Transcript of keistimewaan bulan muharram

Page 1: keistimewaan bulan muharram

Keistimewaan dan keutamaan bulan Muharram

Sebentar lagi kita memasuki Tahun Baru Hijriyah 1431 H. Banyak sekali Keistimewaan dan Keutamaan Bulan Muharram yang terlah tersurat dalam Al-Quran maupun Hadist. Dalam memasuki dan menyambut bulan Muharram atau datangnya Tahun Hijriyah 1431 H sebagai seorang muslim kita wajib selalu meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Swt dengan sungguh – sungguh dan tulus iklas serta dapat selalu menjaga hubungan baik dengan sesame muslim. Karena bulan Muharram adalah salah satu dari 4 bulan yang diharamkan oleh Allah untuk melakukan pertikaian. Maka jadikanlah bulan ini sebagai bulan perdamaian dan menjadi pribadi yang munawaroh seperti hijrahnya Rasulullah dari Mekkah menuju kota Yatsrib yang akhirnya berubah menjadi kota Madinah Al-Munawaroh.

Sebenarnya semua hari dan bulan itu memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah SWT. Kecuali hari dan bulan yang diistimewakan berdasar dalil yang otentik. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan lagit dan bumi, di antaranya empat bulan haram itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu, dan perangilah musyrikin semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa.” (QS. At-Taubah: 36). Di dalam Hadist yang shahih Rasulullah bersabda: "....Di dalam satu tahun ada dua belas bulan dan di antaranya terdapat empat bulan yang mulia, tiga di antaranya berturut-turut: Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram, dan Rajab yang berada di antara bulan Jumada dan Sya'ban." (HR. al-Bukhari, no. 2958 dari Abu Bakrah).

Diantara keutamaan dan keistimewaan yang terkandung di bulan Muharram adalah dosa yang Dosa yang dilakukan pada bulan-bulan yang dimuliakan tersebut lebih dahsyat dari bulan-bulan selainnya. Dan begitu juga sebaliknya bahwa pahala amal shalih begitu besar dibandingkan bulan-bulan lainnya. Maka dari itu, kita disunnahkan memperbanyak puasa pada bulan Muharram, khususnya berpuasa pada tanggal 10 Muharram (puasa 'Asyura). Sesuai dengan sabda Rasulullah : "Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah al-Muharram." (HR. Muslim) dan di dalam hadits yang lain beliau juga bersabda, "Puasa 'Asyura menghapus kesalahan setahun yang telah lalu." (HR. Muslim).

Adapun amalan yang dianjurkan di Bulan Muharram adalah untuk tidak berbuat dzalim pada bulan Muharram, baik yang kecil maupun yang besar. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt.: ".maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu."(QS. at-Taubah: 36). Selain itu juga dianjurkan untuk berpuasa ‘Asyura (10 Muharram).

Keutamaan Bulan Muharram dan Hari Asyura

Muharram adalah bulan di mana umat Islam mengawali tahun kalender Hijriah berdasarkan peredaran bulan. Muharram menjadi salah satu dari empat bulan suci yang tersebut dalam Al-Quran. "Jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, tersebut dalam Kitab Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara kedua belas bulan itu ada empat bulan yang disucikan."

Page 2: keistimewaan bulan muharram

Keempat bulan itu adalah, Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Semua ahli tafsir Al-Quran sepakat dengan hal ini karena Rasululullah Saw dalam haji kesempatan haji terakhirnya mendeklarasikan, "Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat di antaranya adalah bulan suci. Tiga di antaranya berurutan yaitu Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan ke empat adalah bulan Rajab."

Selain keempat bulan khusus itu, bukan berarti bulan-bulan lainnya tidak memiliki keutamaan, karena masih ada bulan Ramadhan yang diakui sebagai bulan paling suci dalam satu satu tahun. Keempat bulan tersebut secara khusus disebut bulan-bulan yang disucikan karena ada alasan-alasan khusus pula, bahkan para penganut paganisme di Makkah mengakui keempat bulan tersebut disucikan.

Pada dasarnya setiap bulan adalah sama satu dengan yang lainnya dan tidak ada perbedaan dalam kesuciannya dibandingkan dengan bulan- bulan lain. Ketika Allah Swt memilih bulan khusus untuk menurunkan rahmatnya, maka Allah Swt lah yang memiliki kebesaran itu ataskehendakNya.

 

Keutamaan Bulan Muharram

Nabi Muhammad Saw bersabda, "Ibadah puasa yang paling baik setelah puasa Ramadan adalah berpuasa di bulan Muharram."

Meski puasa di bulan Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka yang berpuasa pada bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Khususnya pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari 'Asyura.

Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di Madinah biasa berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Menurut orang-orang Yahudi itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi Musa dan pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan melewati Laut Merah, sementara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam.

Mendengar hal ini, Nabi Muhammad Saw mengatakan, "Kami lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian" dan langsung menyarankan agar umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura. Bahkan dalam sejumlah tradisi umat Islam, pada awalnya berpuasa pada hari 'Asyura diwajibkan. Kemudian, puasa bulan Ramadhan-lah yang diwajibkan sementara puasa pada hari 'Asyura disunahkan.

Dikisahkan bahwa Aisyah mengatakan, "Ketika Rasullullah tiba di Madinah, ia berpuasa pada hari 'Asyura dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadhan menjadi puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan saja dan kewajiban puasa pada hari 'Asyura dihilangkan. Umat Islam boleh berpuasa pada hari itu jika

Page 3: keistimewaan bulan muharram

dia mau atau boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau." Namun, Rasulullah Saw biasa berpuasa pada hari 'Asyura bahkan setelah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan.

Abdullah Ibn Mas'ud mengatakan, "Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa pada hari 'Asyura dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa 'Asyura." (HR Bukhari dan Muslim). Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadist bahwa puasa di hari 'Asyura hukumnya sunnah.

Beberapa hadits menyarankan agar puasa hari 'Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari 'Asyura. Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad Saw, orang Yahudi hanya berpuasa pada hari 'Asyura saja dan Rasulullah ingin membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia menyarankan umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura ditambah puasa satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10 dan 11 Muharram).

Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu bolehdilakukan.

Legenda dan Mitos Hari 'Asyura

Meski demikian banyak legenda dari salah pengertian yang terjadi di kalangan umat Islam menyangkut hari 'Asyura, meskipun tidak ada sumber otentiknya dalam Islam. Beberapa hal yang masih menjadi keyakinan di kalangan umat Islam adalah legenda bahwa pada hari'Asyura Nabi Adam diciptakan, pada hari 'Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan, pada hari 'Asyura Allah Swt menerima tobat Nabi Ibrahim, pada hari 'Asyura Kiamat akan terjadi dan siapa yang mandi pada hari 'Asyura diyakini tidak akan mudah terkena penyakit. Semua legenda itu sama sekali tidak ada dasarnya dalam Islam. Begitu juga dengan keyakinan bahwa disunnahkan bagi mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari 'Asyura.

Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari 'Asyura dengan kematian cucu Nabi Muhmmad Saw, Husain saat berperang melawan tentara Suriah. Kematian Husain memang salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Namun kesucian hari 'Asyura tidak bisa dikaitkan dengan peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa kesucian hari 'Asyura sudah ditegakkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw jauh sebelum kelahiran Sayidina Husain. Sebaliknya, adalah kemuliaan bagi Husain yang kematiannya dalam pertempuran itu bersamaan dengan hari 'Asyura.

Anggapan-anggapan yang salah lainnya tentang bulan Muharram adalah kepercayaan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang tidak membawa keberuntungan, karena Husain terbunuh pada bulan itu. Akibat adanya anggapan yang salah ini, banyak umat Islam yang tidak melaksanakan pernikahan pada bulan Muharram dan melakukan upacara khusus sebagai tanda ikut berduka atas tewasnya Husain dalam peperangan di Karbala, apalagi disertai dengan ritual merobek-robek baju atau memukuli dada sendiri.

Page 4: keistimewaan bulan muharram

Nabi Muhammad sangat melarang umatnya melakukan upacara duka karena meninggalnya seseorang dengan cara seperti itu, karena tindakan itu adalah warisan orang-orang pada zaman jahiliyah.

Rasulullah bersabda, "Bukanlah termasuk umatku yang memukuli dadanya, merobek bajunya dan menangis seperti orang-orang pada zaman jahiliyah."

Bulan Pengampunan Dosa

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Kata Muharram artinya 'dilarang'. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan pertumpahan darah.

Seperti sudah disinggung di atas, bahwa bulan Muharram banyak memiliki keistimewaan. Khususnya pada tanggal 10 Muharram. Beberapa kemuliaan tanggal 10 Muharram antara lain Allah Swt akan mengampuni dosa-dosa setahun sebelumnya dan setahun ke depan. (Tarmizi)(ln/Islamicity)

Kata Muharram secara bahasa, berarti diharamkan. Abu ‘Amr ibn Al ‘Alaa berkata, “Dinamakan bulan Muharram karena peperangan(jihad) diharamkan pada bulan tersebut”(1); jika saja jihad yang disyariatkan lalu hukumnya menjadi terlarang pada bulan tersebut maka hal ini bermakna perbuatan-perbuatan yang secara asal telah dilarang oleh Allah Ta’ala memiliki penekanan pengharaman untuk lebih dihindari secara khusus pada bulan ini. Pada bulan ini Allah melarang umatnya untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang-Nya. Seperti misalnya berperang, seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang kuraisy sebelum datangnya agama Islam.

2.    Beberapa Keutamaan Bulan Muharram

a.     Bulan Muharram Merupakan Salah Satu Diantara Bulan-Bulan Haram

Allah Ta’ala berfirman:

ض� ر�� األ� و� و�ات� م� �الس ل�ق� خ� ي�و�م� الل�ه� ك�ت�اب� ف�ي ا ر- ه� ش� ر� ع�ش� اث�ن�ا الل�ه� ن�د� ع� ور� ه6 الش7 د�ة� ع� � إ�ن

ر�ك�ين� ال�م6ش� ات�ل6وا ق� و� ك6م� س� �ن�ف6 أ �ن ف�يه� ت�ظ�ل�م6وا ال� ف� يFم6 ال�ق� الدFين6 ذ�ل�ك� Jم ر6 ح6 Jب�ع�ة ر�أ� ا ن�ه� م�

ين� ت�ق� ال�م6 ع� م� الل�ه� �أ�ن اع�ل�م6وا و� ة- �ك�اف ات�ل6ون�ك6م� ي6ق� ا ك�م� ة- �ك�اف

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. at Taubah :36).

Pada ayat ini menerangkan kepada kita bahwa setelah penciptaan langit dan bumi Allah menciptakan bulan yang berjumlah 12 bulan yang mana bulan tersebut merupakan bulan

Page 5: keistimewaan bulan muharram

tahun Hijriah. Dalam bulan-bulan tersebut terdapat 4 bulan yang paling istimewa diantara bulan yang lainnya, salah satunya adalah bulan Muharram. Pada bulan Muharram Allah mengharamkan umat islam melakukan perbuatan yang dilarang, (membunuh, berperang). Tetapi disana juga menjelaskan bahwa orang muslim harus memerangi orang kafir yang selalu mengajak kepada kehancuran. Yang dilakukan orang kafir, adalah bukan karena ingin merampas harta seperti yang dilakukan sebelum datangnya islam, merebut kekuasaan, balas dendam seperti yang telah dialami ketika umat islam mengusir orang kafir untuk meninggalkan Makkah dan Madinah, tetapi mereka menginginkan agama Islam hancur.

Salah seorang ahli tafsir dari kalangan tabi’in yang  bernama Qatadah bin Di’amah Sadusi rahimahulloh menyatakan, “Amal sholeh lebih besar pahalanya jika dikerjakan di bulan-bulan haram sebagaimana kezholiman di bulan-bulan haram lebih besar dosanya dibandingkan dengan kezholiman yang dikerjakan di bulan-bulan lain meskipun secara umum kezholiman adalah dosa yang besar”(2).

Disinilah yang menjadi pokok pada bulan Muharram, bahwa diharamkan umat-Nya melakukankan berperang atau membunuh pada bulan-bulan istimewa tersebut, karena apabila melanggarnya, maka dosanya akan dilipat gandakan dari bulan-bulan yang lain. Dengan adanya larang tersebut berarti Allah juga akan memberikan pahala bagi umat-Nya yang mengerjakan alaman seperti yang disunahkan.

Dalam hadis yang diriwayatkan dari sahabat Abu Bakrah radhiyallohu anhu, Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam menjelaskan keempat bulan haram yang dimaksud :

و�ات� م� �الس الل�ه6 ل�ق� خ� ي�و�م� ي�ئ�ت�ه� ك�ه� ت�د�ار� اس� د� ق� ان� م� �الز �ر�  إ�ن ع�ش� اث�ن�ا ن�ة6 �الس ض� ر�� و�األ�

ر� م6ض� ج�ب6 و�ر� م6 �ر ال�م6ح� و� ة� �ج ال�ح� ذ6و و� ع�د�ة� ال�ق� ذ6و Jال�ي�ات ت�و� م6 Jث ث�ال� Jم ر6 ح6 Jب�ع�ة ر�أ� ا ن�ه� م� ا ر- ه� ش�

اد�ى م� ج6 ب�ي�ن� ع�ب�ان�  ال�ذ�ي و�ش�

“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada Akhiroh dan Sya’ban.” [ HR. Bukhari (3197) dan Muslim(1679) ]

Para ulama bersepakat bahwa keempat bulan haram tersebut memiliki keutamaan dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain selain Ramadhan, namun demikian mereka berbeda pendapat, bulan apakah yang paling afdhal diantara keempat bulan haram yang ada ? Imam Hasan Al Bashri rahimahulloh dan beberapa ulama lainnya berkata, “Sesungguhnya Allah telah memulai  waktu yang setahun dengan bulan haram (Muharram) lalu menutupnya juga dengan bulan haram (Dzulhijjah) dan tidak ada bulan dalam setahun setelah bulan Ramadhan yang lebih agung di sisi Allah melebihi bulan Muharram” (3).

b.     Bulan Muharram disifatkan sebagai Bulan Allah

Kedua belas bulan yang ada adalah makhluk ciptaan Allah, akan tetapi bulan Muharram meraih keistimewaan khusus karena hanya bulan inilah yang disebut sebagai “syahrullah” (Bulan Allah). Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda :

ة� ال� �الص ل6 أ�ف�ض� و� م6 �ر ال�م6ح� الل�ه� ر6 ه� ش� ان� م�ض� ر� ب�ع�د� ي�ام� Fالص ل6 ة6  أ�ف�ض� ال� ص� ة� ر�يض� ال�ف� ب�ع�د�الل�ي�ل�

Page 6: keistimewaan bulan muharram

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam”.[ H.R. Muslim (11630) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallohu anhu]

Hadits ini mengindikasikan adanya keutamaan khusus yang dimiliki bulan Muharram karena disandarkan kepada lafzhul Jalalah (lafazh Allah). Para Ulama telah menerangkan bahwa ketika suatu makhluk  disandarkan pada lafzhul Jalalah maka itu mengindikasikasikan tasyrif (pemuliaan) terhadap makhluk tersebut, sebagaimana istilah baitullah (rumah Allah) bagi mesjid atau lebih khusus Ka’bah dan naqatullah (unta Allah) istilah bagi unta nabi Sholeh ‘alaihis salam dan lain sebagainya.

Al Hafizh Abul Fadhl Al ‘Iraqy rahimahulloh menjelaskan, “Apa hikmah dari penamaan Muharram sebagai syahrulloh (bulan Allah) sementara seluruh bulan milik Allah ? Mungkin dijawab bahwa hal itu dikarenakan bulan Muharram termasuk diantara bulan-bulan haram yang Allah diharamkan padanya berperang, disamping itu bulan Muharram adalah bulan perdana dalam setahun maka disandarkan padanya lafzhul Jalalah (lafazh Allah) sebagai bentuk pengkhususan baginya dan tidak ada bulan lain yang Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam sandarkan kepadanya lafzhul Jalalah melainkan bulan Muharram” (4)

As Suyuthi mengatakan: Dinamakan syahrullah – sementara bulan yang lain tak mendapat gelar ini – karena nama bulan ini “Al Muharram” nama nama islami. Berbeda dgn bulan-bulan lainnya. Nama-nama bulan lainnya sudah ada di zaman jahiliyah. Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut bulan Muharram ini dgn nama : Shafar Awwal. Kemudian ketika islam datanng, Allah ganti nama bulan ini dgn Al Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah). (5)

Bulan ini juga sering dinamakan: Syahrullah Al Asham (Bulan Allah yang Sunyi). Dinamakan demikian, karena sangat terhormatnya bulan ini (6). karena itu, tak boleh ada sedikitpun riak & konflik di bulan ini.

3.    Amalan Yang Dianjurkan di Bulan Muharram

Sebagaimana telah disebutkan di atas dari perkataan Qatadah rahimahulloh bahwa amalan sholeh dilipatgandakan pahalanya di bulan-bulan haram, dengan demikian secara umum segala jenis kebaikan dianjurkan untuk diperbanyak dan ditingkatkan kualitasnya di bulan Muharram. Adapun ibadah yang dianjurkan secara khusus pada bulan ini adalah memperbanyak puasa sunnah sebagaimana yang  telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, beliau berkata Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda,

ة� ال� �الص ل6 أ�ف�ض� و� م6 �ر ال�م6ح� الل�ه� ر6 ه� ش� ان� م�ض� ر� ب�ع�د� ي�ام� Fالص ل6 ة6  أ�ف�ض� ال� ص� ة� ر�يض� ال�ف� ب�ع�د�الل�ي�ل�

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram dan shalat yang paling utama setelah puasa wajib adalah sholat lail”    [ HR. Muslim(11630) ]

Mulla Al Qari’ menyebutkan bahwa hadits di atas sebagai dalil anjuran berpuasa di seluruh hari bulan Muharram. Namun ada satu masalah yang kadang ditanyakan berkaitan dengan hadits ini yaitu, ‘Bagaimana memadukan antara hadits ini dengan hadits yang menyebutkan

Page 7: keistimewaan bulan muharram

bahwa Nabi shallallohu alaihi wasallam memperbanyak puasa di bulan Sya’ban yang menjadi bulannya Allah, bukan di bulan Muharram? Imam Nawawi rahimahullah telah menjawab pertanyaan ini, beliau mengatakan boleh  jadi Rasulullah shallallohu alaihi wasallam belum mengetahui keutamaan puasa Muharram kecuali di akhir hayat beliau atau mungkin ada saja beberapa udzur yang menghalangi beliau untuk memperbanyak berpuasa di bulan Muharram seperti beliau mengadakan safar atau sakit (7).

Kemudian anjuran berpuasa di bulan Muharram ini lebih dikhususkan dan ditekankan hukumnya pada hari yang dikenal dengan istilah Yaumul ‘Asyuro, yaitu pada tanggal sepuluh bulan Muharram (‘asyuro). ‘Asyuro berasal dari kata ‘Asyarah yang berarti sepuluh. Pada hari ‘Asyuro ini, Rasulullah shallahu alaihi wasallam mengajarkan kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah Ta’ala yaitu ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro.

 4.    Hadits-Hadits Disyariatkannya Puasa ‘Asyuro

Adapun hadis-hadis yang menjadi dasar ibadah puasa tersebut banyak, kami akan sebutkan diantaranya  dengan pengklasifikasian sebagai berikut:

Kaum Yahudi juga berpuasa di hari Asyuro bahkan menjadikannya sebagai Ied (hari raya)

د�ين�ة� ال�م� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه6 ل�ى ص� الن�ب�ي7 د�م� ق� ال� ق� ا م� ع�ن�ه6 الل�ه6 ي� ض� ر� eاس�ع�ب اب�ن� ع�ن� Jال�ح ص� Jي�و�م ذ�ا ه� ال6وا ق� ذ�ا ه� ا م� ال� ق� ف� اء� ور� ع�اش6 ي�و�م� وم6 ت�ص6 ود� ال�ي�ه6 أ�ى ر� ن�ج�ى  ف� Jي�و�م ذ�ا ه�

ه6 ام� ف�ص� ن�ك6م� م� ى ب�م6وس� ق7 أ�ح� أ�ن�ا ف� ال� ق� ى م6وس� ه6 ام� ف�ص� ع�د6وFه�م� م�ن� ائ�يل� ر� إ�س� ب�ن�ي الل�ه6ه� ي�ام� ب�ص� ر� م�

أ� و�

Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma berkata : Ketika Rasulullah shallallohu alaihi wasallam. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘ Asyura, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?. Mereka menjawab, “Ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah shallallohu alaihi wasallam pun bersabda, “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian“. Maka beliau berpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa di tahun yang akan datang. [H.R. Bukhari (1865) dan Muslim(1910) ]

Hadis lain menjelaskan:

ذ6ه6 ت�ت�خ� و� ود6 ال�ي�ه6 ه6 ت6ع�ظFم6 ا م- ي�و� اء� ور� ع�اش6 ي�و�م6 ك�ان� ال� ق� ع�ن�ه6 الل�ه6 ض�ي� ر� ى م6وس� ب�يأ� ع�ن�

�ن�ت6م� أ وه6 وم6 ص6 ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه6 ل�ى ص� الل�ه� ول6 س6 ر� ال� ق� ف� يد-ا ع�

Dari Abu Musa radhiyallohu anhu berkata, “Hari ‘Asyuro adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan mereka menjadikannya sebagai hari raya, maka Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda (kepada ummatnya), “Berpuasalah kalian (pada hari itu)” [HR. Bukhari (1866) dan Muslim(1912), lafal hadits ini menurut periwayatan imam Muslim)

Kaum Quraiys di zaman Jahiliyah juga berpuasa Asyuro dan puasa ini diwajibkan atas kaum muslimin sebelum kewajiban puasa Ramadhan

ل�ي�ة� اه� ال�ج� ف�ي Jي�ش ر� ق6 ه6 وم6 ت�ص6 اء� ور� ع�اش6 ي�و�م6 ك�ان� ال�ت� ق� ا ع�ن�ه� الل�ه6 ي� ض� ر� ة� ع�ائ�ش� ع�ن�ر� م�

أ� و� ه6 ام� ص� د�ين�ة� ال�م� د�م� ق� ا �ل�م ف� ه6 وم6 ي�ص6 ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه6 ل�ى ص� الل�ه� ول6 س6 ر� و�ك�ان�

Page 8: keistimewaan bulan muharram

ه� ي�ام� . ب�ص� ك�ه6 ت�ر� اء� ش� و�م�ن� ه6 ام� ص� اء� ش� م�ن� ف� اء� ور� ع�اش6 ي�و�م� ك� ت�ر� ان6 م�ض� ر� ر�ض� ف6 ا �ل�م ف�. عليه متفق

Dari Aisyah radhiyallohu anha berkata, Kaum Qurays pada masa Jahiliyyah juga berpuasa di hari ‘Asyuro dan Rasulullah shallallohu alaihi wasallam juga berpuasa pada hari itu, ketika beliau telah tiba di Medinah maka beliau tetap mengerjakannya dan memerintahkan ummatnya untuk berpuasa. Setelah puasa Ramadhan telah diwajibkan beliau pun meninggalkan (kewajiban) puasa ‘Asyuro, seraya bersabda, “Barangsiapa yang ingin berpuasa maka silakan tetap berpuasa dan barangsiapa yang tidak ingin berpuasa maka tidak mengapa” [ HR. Bukhari (1863) dan Muslim(1897) ]

ل�ي�ة� اه� ال�ج� أ�ه�ل� �أ�ن ا م� ع�ن�ه6 الل�ه6 ي� ض� ر� ر� ع6م� ب�ن الل�ه� ع�ب�د م�  عن ي�و� وم6ون� ي�ص6 ك�ان6وااء� ور� أ�ن�  ع�اش6 ب�ل� ق� ل�م6ون� ال�م6س� و� ه6 ام� ص� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه6 ل�ى ص� الل�ه� ول� س6 ر� �أ�ن و�

ان6 م�ض� ر� ت6ر�ض� اف� ا �ل�م ف� ان6 م�ض� ر� ض� ت�ر� إ�ن�  ي6ف� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه6 ل�ى ص� الل�ه� ول6 س6 ر� ال� ق�( مسلم ( رواه ك�ه6 ت�ر� اء� ش� و�م�ن� ه6 ام� ص� اء� ش� م�ن� ف� الل�ه� �ي�ام� أ م�ن� Jي�و�م اء� ور� ع�اش6

Dari Abdullah bin Umar radhiyallohu anhuma bahwa kaum Jahiliyah dulu berpuasa Asyuro dan Rasulullah shallallohu alaihi wasallam serta kaum muslimin juga berpuasa sebelum diwajibkan puasa Ramadhan, Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya hari ‘Asyuro termasuk hari-hari Allah, barangsiapa ingin maka berpuasalah dan siapa yang ingin meninggalkan maka boleh” [ HR. Muslim(1901) ]

Perhatian Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam dan para sahabat ridwanullohi alaihim ajmain yang begitu besar terhadap puasa ‘Asyuro

ى �ر ي�ت�ح� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه6 ل�ى ص� �الن�ب�ي أ�ي�ت6 ر� ا م� ال� ق� ا م� ع�ن�ه6 الل�ه6 ي� ض� ر� eاس�ع�ب اب�ن� ع�ن�ر� ه� ش� ي�ع�ن�ي ر� ه� �الش ذ�ا و�ه� اء� ور� ع�اش6 ي�و�م� ال�ي�و�م� ذ�ا ه� �إ�ال غ�ي�ر�ه� ع�ل�ى ل�ه6 �ف�ض eي�و�م ي�ام� ص�

ان� م�ض� ر�

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallohu alaihi wasallam, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan bulan ini yaitu Ramadhan.” [ H.R. Bukhari (1867) dan Muslim(1914) ]

غ�د�اة� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه6 ل�ى ص� الل�ه� ول6 س6 ر� ل� س� ر�أ� ال�ت� ق� اء� ر� ع�ف� ب�ن� ذ� Fع�و م6 ب�ن�ت� ب�يFع� الر7 ع�ن�

ه6 م� و� ص� �ل�ي6ت�م ف� ا ائ�م- ص� ب�ح� ص�أ� ك�ان� م�ن� د�ين�ة� ال�م� و�ل� ح� ال�ت�ي ار� �ن�ص� األ� ى ر� ق6 إ�ل�ى اء� ور� ع�اش6

ب�ي�ان�ن�ا ص� وFم6 و�ن6ص� ه6 وم6 ن�ص6 ذ�ل�ك� ب�ع�د� ك6ن�ا ف� ه� ي�و�م� ي�ة� ب�ق� �ل�ي6ت�م ف� ا ط�ر- م6ف� ب�ح� ص�أ� ك�ان� و�م�ن�

إ�ذ�ا ف� ن� ال�ع�ه� م�ن� الل7ع�ب�ة� م� ل�ه6 ع�ل6 ن�ج� ف� د� ج� ال�م�س� إ�ل�ى ن�ذ�ه�ب6 و� الل�ه6 اء� ش� إ�ن� م� ن�ه6 م� غ�ار� Fالص �ف�ط�ار� اإل� ن�د� ع� �ي�اه6 إ ا أ�ع�ط�ي�ن�اه� الط�ع�ام� ع�ل�ى د6ه6م� أ�ح� ب�ك�ى

Dari Rubai’ bintu Mu’awwidz bin ‘Afra’ radhiyallohu ‘anha berkata, Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam di pagi hari Asyuro mengutus ke perkampungan kaum Anshar yang berada di sekitar Medinah (pesan), “Barangsiapa yang tidak berpuasa hari itu hendaknya menyempurnakan sisa waktu di hari itu dengan berpuasa dan barangsiapa yang berpuasa maka hendaknya melanjutkan puasanya”. Rubai’ berkata, “Maka sejak itu kami berpuasa pada hari ‘Asyuro dan menyuruh anak-anak kami berpuasa dan kami buatkan untuk mereka permainan yang terbuat dari kapas lalu jika salah seorang dari mereka menangis  karena ingin makan maka kami berikan kepadanya permainan tersebut hingga masuk waktu berbuka puasa” [ HR. Bukhari (1960) dan Muslim (1136), redaksi hadits ini menurut periwayatan Imam Muslim ]

Page 9: keistimewaan bulan muharram

 5.    Keutamaan Puasa Asyuro

ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه6 ل�ى ص� �الن�ب�ي �أ�ن عنه الله رضي ت�اد�ة� ق� ب�يأ� م�  ع�ن� ي�و� ي�ام6 ص� ال� ق�

ب�ل�ه6 ق� ال�ت�ي ن�ة� �الس ر� Fي6ك�ف أ�ن� الل�ه� ع�ل�ى ب6 ت�س� أ�ح� إ�نFي اء� ور� ع�اش6

Dari Abu Qatadah radhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Puasa hari ‘Asyuro aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa tahun lalu” [ HR. Tirmidzi (753), Ibnu Majah (1738) dan Ahmad(22024). Hadits semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shohih beliau (1162) ]

 a.     Bagi yang ingin berpuasa ‘Asyuro hendaknya berpuasa juga sehari sebelumnya

Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma berkata : Ketika Rasulullah shallallohu alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) menyampaikan, “Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani”. Maka Rasulullah shallallohu alaihi wasallam pun bersabda:

ب�ل6 ق� ال�م6 ال�ع�ام6 ي�أ�ت� ل�م� ف� ال� ق� ع� الت�اس� ال�ي�و�م� ن�ا م� ص6 الل�ه6 اء� ش� إ�ن� ب�ل6 ق� ال�م6 ال�ع�ام6 ك�ان� إ�ذ�ا ف�ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه6 ل�ى ص� الل�ه� ول6 س6 ر� ت6و6فFي� ت�ى ح�

“Jika tahun depan insya Allah (kita bertemu kembali dengan bulan Muharram), kita akan berpuasa juga pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“

Akan tetapi belum tiba Muharram tahun depan hingga Rasulullah shallallohu alaihi wasallam wafat di tahun tersebut [ HR. Muslim (1134) ]

ود� ال�ي�ه6 وا ال�ف6 و�خ� ر� ال�ع�اش� و� ع� الت�اس� وم6وا ص6 ال� ق� �ن�ه6 أ eاس�ع�ب اب�ن� ع�ن�

Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma beliau berkata, “Berpuasalah pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram, berbedalah dengan orang Yahudi” [Diriwayatkan dengan sanad yang shohih oleh Baihaqi di As Sunan Al Kubro (8665) dan Ath Thobari di Tahdzib Al Aatsaar(1110)]

b.     Hukum Berpuasa Sehari Sesudah ‘Asyuro (tanggal 11 Muharram)

Imam Ibnu Qoyyim dalam kitab Zaadul Ma’aad setelah merinci dan menjelaskan riwayat-riwayat seputar puasa ‘Asyuro, beliau menyimpulkan : Ada tiga tingkatan berpuasa ‘Asyuro: Urutan pertama; dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11). Urutan kedua; puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak hadits . Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja (8). Kesimpulan Ibnul Qayyim di atas didasari dengan sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma, Rasulullah shallallohu alaihi wasallam. bersabda :

ا ي�و�م- ب�ع�د�ه6 و�أ� ا م- ي�و� ب�ل�ه6 ق� وم6وا ص6 ود� ال�ي�ه6 يه� ف� وا ال�ف6 و�خ� اء� ور� ع�اش6 ي�و�م� وم6وا ص6

“Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.“ [HR. Imam Ahmad(2047), Ibnu Khuzaimah(2095) dan Baihaqi (8667)]

Page 10: keistimewaan bulan muharram

Namun hadits ini sanadnya lemah, Asy Syaikh Al Albani rahimahulloh menyatakan, “Hadits ini sanadnya lemah karena salah seorang perowinya yang bernama Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila  jelek hafalannya, selain itu riwayatnya menyelisihi riwayat ‘Atho bin Abi Rabah dan selainnya yang juga meriwayatkan dengan sanad yang shohih bahwa ini adalah perkataan  Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma sebagaimana yang disebutkan oleh Thahawi dan Baihaqi (9).

Dalam pandangan yang lain, hadist yang lemah boleh dilaksanakan, hal ini dikarenakan untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan umat-Nya. Bereda dengan hadist yang menjelaskan tentang syari’at. Maka hadist yang lemah tidak diperbolehkan untuk dijadikan sebagai landasan atau dasar.

Namun demikian puasa sebanyak tiga hari (9,10,dan 11 Muharram) dikuatkan oleh para ulama dengan dua alasan:

1)        Sebagai kehati-hatian, yaitu kemungkinan penetapan awal bulannya tidak tepat, maka puasa tanggal sebelasnya akan dapat memastikan bahwa seseorang mendapatkan puasa Tasu’a (tanggal 9) dan Asyuro (tanggal 10).

2)        Dimasukkan dalam puasa tiga hari pertengahan bulan (Ayyamul bidh).

Adapun puasa tanggal 9 dan 10, pensyariatannya dinyatakan dalam hadis  yang shahih, dimana Rasulullah  shallallohu alaihi wasallam pada akhir hidup beliau sudah merencanakan untuk puasa pada tanggal 9, hanya saja beliau wafat sebelum melaksanakannya. Beliau juga telah memerintahkan para shahabat untuk berpuasa pada tanggal 9 dan tanggal 10 agar berbeda dengan ibadah orang-orang Yahudi.

Sedangkan puasa pada tanggal sepuluh saja; sebagian ulama memakruhkannya, meskipun sebagian ulama yang lain memandang tidak mengapa jika hanya berpuasa ‘Asyuro (tanggal 10) saja, wallohu a’lam. Secara umum, hadits-hadis yang terkait dengan puasa Muharram menunjukkan anjuran Rasulullah shallallohu alaihi wasallam untuk melakukan puasa, sekalipun hukumnya tidak wajib tetapi sunnah muakkadah (sangat dianjurkan), dan tentunya kita sepatutnya berusaha untuk menghidupkan sunnah yang telah banyak dilalaikan oleh kaum muslimin.