kegawatan

34
Triage Technorati Tags: gawat,darurat,triage,pemil ahan,korban,bencana Jika kita berkunjung ke UGD atau IRD suatu rumah sakit sering kita jumpai istilah tiage (baca : trias) yang berasal dari bahasa Perancis. Triage adalah pengelompokan korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan. Tujuan : Dapat menangani korban/pasien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada Macam-macam korban : Korban masal : lebih dari 1 orang harus ditolong lebih dari 1 penolong, bukan bencana Korban bencana : korban lebih besar dari korban masal Prinsip-prinsip triage :

Transcript of kegawatan

TriageTechnoratiTags:gawat,darurat,triage,pemilahan,korban,bencanaJika kita berkunjung ke UGD atau IRD suatu rumah sakit sering kita jumpai istilah tiage (baca: trias) yang berasal dari bahasa Perancis.Triageadalah pengelompokan korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan.Tujuan : Dapat menangani korban/pasien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan sumber daya yang adaMacam-macam korban : Korban masal : lebih dari 1 orang harus ditolong lebih dari 1 penolong, bukan bencana Korban bencana : korban lebih besar dari korban masalPrinsip-prinsip triage :TimeSavingisLife Saving(respon time diusahakan sependek mungkin), The Right Patient, to The Right Place at The Right Time serta melakukan yang terbaik untuk jumlah terbanyak dengan seleksi korban berdasarkan : Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit Dapat mati dalam hitungan jam Traumaringan Sudah meninggalDari yang hidup dibuat prioritasPrioritas : penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbulTingkat prioritas : Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk berat dan biru untuk sangat berat. Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas,tensionpneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25% Prioritas II (medium) warna kuning. Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola mata. Prioritas III(rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan Prioritas 0 warna Hitam. Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis.Penilaian dalam triage Primary survey (A,B,C) untuk menghasilkan prioritas I dan seterusnya Secondary survey (Head to Toe) untuk menghasilkan prioritas I, II, III,0 dan selanjutnya Monitoringkorban akan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan pada A, B, C, derajat kesadaran dan tanda vital lainnya. Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korbanPerencanaan triage Persiapan sebelum bencana Pengorganisasian personal (bentuk tim triage) Pengorganisasian ruang/tempat Pengorganisasian sarana/peralatan Pengorganisasian suplai pelatihan komunikasiPemimpin triageHanya melakukan : Primary survey Menentukan prioritas Menentukan pertolongan yang harus diberikanKeputusan triage harus dihargai. Diskusi setelah tindakan. Hindari untuk tidak memutuskan sesuatu. Pemimpin triage tidak harus dokter, perawat pun bisa atau orang yang terlatih tergantung sumber daya manusia di tempat kejadian.Tim triage Bertanggung jawab Mencegah kerusakan berlanjut atau semakin parah Pilah dan pilih korban Memberi perlindungan kepada korban.Dokumentasi/rekam medis triage Informasi dasar : nama, umur, jenis kelamin, cedera, penyebab cedera, pertolongan pertama yang telah diberikan Tanda-tanda vital : tensi, nadi, respirasi, kesadaran Diagnosis singkat tapi lengkap Kategori triage Urutan tindakan preoperatif secara lengkapPerhatian : Jika fasilitas kurang memadai maka lebih diutamakan yang potensial selamat. Contoh : jika korban label merah lebih potensial selamat maka label biru dapat berubah menjadi label hitam Dalam keadaan bencana, lebih baik memberi bantuan lebih daripada kurang Pikirkan kemungkinan yang paling buruk sehingga dapat mempersiapkan lebih baik.Gambar skema triage lapangan :

Gambar Skema triage rumah sakit

Terapi CairanTechnoratiTags:gawat,darurat,cairan,terapi cairan,infusPengertian: Tindakan yang dilakukan dengan pemberian cairan untuk mengatasi syok dan menggantikan volume cairan yang hilang akibat perdarahan atau dehidrasiTujuan: Untuk menggantikan volume cairan tubuh yang hilang sebelumnya, menggantikan cairan hilang yang sedang berlangsung dan mencukupi kebutuhan cairan sehariPenilaian klinis kebutuhan cairan: Nadi ada dan penuh berarti volume sirkulasi adekuat Ekstremitas (telapak tangan/kaki) kemerahan/pink danCapillaryRefillTime kembali cepat < 2 detik berati sirkulasi adekuat Edema perifer dan ronki paru mungkin terjadi hipervolumia Takikardi saat istirahat, tekanan darah menurun bisa jadi sirkulasi abnormal Turgor kulit menurun, mukosa mulut kering dan kulit tampak keriput : defisit cairan berat Produksi urin yang rendah bisa jadi karena hipovolumiaJalur masuk Cairan: Enteral : oral atau lewat pipa nasogastric Parenteral : lewat jalur pembuluh darah vena Intraoseous : pada pasien balitaJenis-jenis cairan: Enteral : oralit (oral rehidration solution), larutan gula garam, larutan air tajin dll. Parenteral : kristaloid, koloid dan transfusiCairan parenteralKristaloid: Kelompok cairan non ionik yang kebanyakan bersifat iso-osmolar Tidak mengandungpartikelonkotik sehingga tidak menetap di intravascular Cairan ini baik untuk tujuan mengganti kehilangan volume terutama kehilangan cairan interstisial. Harganya murah, tidak menyebabkan reaksi anafilaksis Pemberian berlebih akan menyebabkan edema paru dan edema perifer. Untuk resusitasi digunakanRinger Laktat(RL), Ringer Asetat (RA) dan NaCl 0,9%Koloid: Cairan yang mengandung partikel onkotik yang dapat menyebabkan tekanan onkotik Sebagian besar menetap di intravaskuler Koloid yang bersifatplasmaekspander akan menarik cairan ekstravaskuler ke intravaskuler Dapat menyebabkan reaksi anafilaksis Harganya mahal Pemberian berlebih dapat menyebabkan edema paru tetapi tidak akan menyebabkan edema perifer. Untuk resusitasi digunakan Dekstran, HES, gelatinTransfusi darah: Dipertimbangkan pemberiannya bila hemodinamika tidak stabil meskipun cairan sudah cukup banyak dan hemoglobin < 7 g/dl serta pasien masih berdarah kecuali pada penderita jantung, hemoglobin < 10 g/dl harus ditranfusi Penyediaannya membutuhkan golongan darah donor dan resipien sertacross checkdarah Agar aman diperlukan pemeriksaan darah yang lengkap seperti malaria, hepatitis, HIV dan lain-lain Dapat menyebabkan reaksi tranfusi Untuk resusitasi biasanya dalam bentukWhole Blood Concentrate(WBC). Merupakan pilihan terakhir oleh karena bersifat RED ( Rare Expensive Dangers). Rare = penyediaannya terbatas, Expensive = harganya mahal, Dangers = berbahaya karena bisa menyebabkan reaksi transfusi dan penyebaran penyakit.Pergantian cairansesuai perkiraan jumlah darah yang hilang (EstimateBlood Loss) : Kristaloid (Ra, NaCl 0,9 %, RA) : 2 4 kali EBL Koloid- Gelatin : 2 kali EBL- Dekstran, HES : 1 kali EBLAplikasi Resusitasi Jantung Paru (RJP) sesuai ACLS 2010TechnoratiTags:gawat,darurat,resusitasi,jantung,paru,rjp,aplikasi, ACLS 20101. Jika kita melihat pasien/korban yang tergeletak tampak tidak, pertama kali yang kita harus lakukan adalah memastikan bahwa lingkungan di sekitar korban yang tergeletak itu aman. Jika belum aman (misalnya korban tergeletak di tengah jalanrayaatau di dalam gedung terbakar), maka korban harus dievakuasi/dipindah terlebih dahulu ke tempat yang aman dan memungkinkan mendapatkan pertolongan.2. Nilai respon pasien apakah pasien benar-benar tidak sadar atau hanya tidur saja. Mengecek kesadarannya dengan cara memanggil-manggil nama pasien, menepuk atau menggoyang bahu pasien, misalnya Pak-pak bangun ! atau Bapak baik-baik saja? Jika masih belum sadar atau bangun juga bisa diberi rangsang nyeri seperti menekan pangkal kuku jari. Jika pasien sadar, tanyakan mengapa ia terbaring di tempat ini. Jika pasien sadar, terlihat kesakitan atau terluka segera cari bantuan dan kemudian kembali sesegera mungkin untuk menilai kondisi pasien. Pada AdvanceCardiac Life Support2010, langsung dicek juga pernapasan, apakah bernapas normal atau gasping saja atau sama sekali tidak bernapas.3. Jika tidak ada respon. Aktifkan sistem emergensi dengan cara meminta tolong dibawakan alat-alat emergensi atau dipanggilkan petugas terlatih atau ambulan jika berada diluarRS. Misalnya Tolong ada pasien tidak sadar di ruang A, tolong panggil petugas emergensi atau Tolong ambil alat-alat emergensi ada pasien tidak sadar di ruang A. Jika di lapangan : Tolong ada pasien tidak sadar di pantai tolong panggil ambulan atau 118 . Jika yang menemukan korban tidak sadar lebih dari satu orang, maka satu orang mengaktifkan sistem emergensi sedangkan lainnya menilai kondisi pasien. INGAT ! Dalam menolong pasien tidak sadar, kita tidak mungkin bekerja sendiri jadi harus meminta bantuan orang lain. Dalam meminta bantuan, penolong harus menginformasikan kepada petugas gawat darurat mengenai lokasi kejadian, penyebabnya, jumlah dan kondisi korban dan jenis pertolongan yang akan diberikan.4. Lakukan perabaan nadi segera dalam waktu 10 detik. bisa dilakukanmengecek nadi arteri karotis. Nadi carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari menempel pada daerah kira-kira 2 cm dari garis tengah leher atau jakun pada sisi yang paling dekat dengan pemeriksa. Waktu yang tersedia untuk mengukur nadi carotis sekitar 5 10 detik.Jika nadi tidak teraba segera lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dengan perbandingan kompresi dada (pijat jantung luar) 30 dan ventilasi (nafas buatan) 2 tiupan. Kecepatan kompresi dada sedikitnya 100 kali/menit. Kompresi dada merupakan tindakan yang berirama berupa penekanan telapak tangan pada tulangsternumsepertiga bagian bawah dengan tujuan memompa jantung dari luar sehingga aliran darah terbentuk dan dapat mengalirkan oksigen ke otak dan jaringan tubuh. Usahakan mengurangi penghentian kompresi dada selama RJP.5.. Gunakanmanuverchin liftuntuk membuka jalan nafas korban yang tidak mengalami cedera kepala dan leher. Jika diperkirakan adatraumaleher maka gunakan tehnikjaw thrust. Untuk lebih jelas lihat kembalipengelolaan jalan nafas.Periksa pernafasan dengan menggunakan tehnik LLF (Look, Listen, Feel) dengan tetap mempertahankan terbukanya jalan nafas selama 10 detik. Teknik LLF dapat dilihat dipengelolaan jalan nafas.6.Jika masih tidak ada pernafasan maka segera berinafas buatandua kali pernafasan dengan tetap menjamin terbukanya jalan nafas. Bisa dengan mulut ke mulut/hidung atau dengan menggunakan sungkup muka. Satu kali pernafasan selama satu detik sampai dada tampak mengembang. Jika dada tidak mengembang kemungkinan pemberian nafas buatan tidak adekuat atau jalan nafas tersumbat.7.Jika tersedia alat defibrilator dengan AED (Automatic Emergency Defibrilator), maka kita dapat menyiapkannya untuk pemeriksaan heart rate dan irama jantung dan jika ada indikasi melakukan defibrilasi.8. Jika nadi teraba, nafas buatan diteruskan dengan kecepatan 8-10 kali/menit atau satu kali pernafasan diberikan setiap 6-8 detik disertai pemberian oksigen dan pemasangan infus. Jika perlu pemasangan ETT dan ventilator. Pemantauan/monitoring terus dilakukan. Pemeriksaan denyut nadi dilakukan setiap 2 menit sampai pasien stabil. Pasien dirawat di ruangIntensif Care Unit (ICU). Penyebab henti nafas harus dicari dengan melakukan anamnesis pada keluarga penderita dan pemeriksaan fisik9. Pikirkan penyebabnya hipotensi/syok, edema paru, infark myokard dan aritmia. Aritmia bisa berupa aritmia yang sangat cepat seperti Supra Ventrikel Takikardi (SVT), atrial flutter, atrial fibrilasi, ventrikel takikardi. Aritmia sangat lambat bisa berupa AV blok derajat II dan derajat III. Koreksi penyebab atau konsul ke dokter ahli.

Cara melakukan RJP:a.Penderita harus berbaring terlentang di atas alas yang keras. Posisi penolong berlutut di sisi korban sejajar dengan dada penderita.b.Penolong meletakkan bagian yang keras telapak tangan pertama penolong di atas tulang sternum di tengah dada di antara kedua puting susu penderita (2-3 jari di atas prosesus Xihoideus) dan letakkan telapak tangan kedua di atas telapak tangan pertama sehingga telapak tangan saling menumpuk. Kedua lutut penolong merapat, lutut menempel bahu korban, kedua lengan tegak lurus, pijatan dengan cara menjatuhkan berat badan penolong ke sternum.c. Tekan tulang sternum sedalam 4-5 cm (sekurangnya 2 inci) kemudian biarkan dada kembali normal (relaksasi). Waktu kompresi dan relaksasi dada diusahakan sama. Jika ada dua penolong, penolong pertama sedang melakukan kompresi maka penolong kedua sambil menunggu pemberian ventilasi sebaiknya meraba arteri karotis untuk mengetahui apakah kompresi yang dilakukan sudah efektif. Jika nadi teraba berarti kompresi efektif.d. Setelah 30 kali kompresi dihentikan diteruskan dengan pemberian ventilasi 2 kali (1 siklus = 30 kali kompres dan 2 kali ventilasi). Setiap 5 siklus dilakukan monitoring denyut nadi dan pergantian posisi penolong jika penolong lebih dari satu orang.e. Jika terpasang ETT maka tidak menggunakan siklus 30 : 2 lagi. Kompresi dilakukan dengan kecepatan sekurangnya 100 kali/menit tanpa berhenti dan ventilasi dilakukan 8-10 kali/menit. Setiap 2 menit dilakukan pergantian posisi untuk mencegah kelelahan.RJP pada anak1. Letakkan penderita pada posisi terlentang di atas alas yang keras2. Pijat jantung dengan menggunakan satu tangan dengan bertumpu pada telapak tangan di atas tulang dada, di tengah sternum.3. Penekanan tulang dada dilakukan sampai turun 3-4 cm (2 inches) dengan frekuensi sekurangnya 100 kali/menit.RJP pada bayi1. Letakkan penderita pada posisi terlentang di atas alas yang keras2.Untuk pijat jantung gunakan penekanan dua atau tiga jari. Bisa menggunakan ibu jari tangan kanan dan kiri menekan dada dengan kedua tangan melingkari punggung dan dada bayi. Bisa juga dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah dan atau jari manis langsung menekan dada. kedalaman pijatan (1,5 inches)3. Tekan tulang dada sampai turun kira-kira sepertiga diameter anterior-posterior rongga dada bayi dengan frekuensi minimal 100 kali/menit.RJP pada situasi khusus1. TenggelamTenggelam merupakan penyebab kematian yang dapat dicegah. Keberhasilan menolong korban tenggelam tergantung dari lama dan beratnya derajat hipoksia.

Penolong harus melakukan RJP terutama memberikan bantuan nafas, secepat mungkin setelah korban dikeluarkan dari air. Setelah melakukan RJP selama 5 siklus barulah seorang penolong mengaktifkan system emergensi. Manuver yang dilakukan untuk menghilangkan sumbatan jalan nafas tidak direkomendasikan karena bisa menyebabkan trauma, muntah dan aspirasi serta memperlambat RJP.2. HipotermiPada pasien tidak sadar oleh karena hipotermi, penolong harus menilai pernafasan untuk mengetahui ada tidaknya henti nafas dan menilai denyut nadi unuk menilai ada tidaknya henti jantung atau adanya bradikardi selama 30-45 detik karena frekuensi jantung dan pernafasan sangat lambat tergantung derajat hipotermi.Jika korban tidak bernafas, segera beri pernafasan buatan. Jika nadi tidak ada segera lakukan kompresi dada. Jangan menunggu suhu tubuh menjadi hangat. Untuk mencegah hilangnya panas tubuh korban, lepaskan pakaian basah, beri selimut hangat jika mungkin beri oksigen hangat.3. Sumbatan jalan nafas oleh benda asingLihat di pengeloaan jalan nafasPosisi sisi mantap (recovery position)Posisi ini digunakan untuk korban yang tidak sadar yang telah bernafas normal dan sirkulasi aman. Posisi ini dibuat untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka dan mengurangi risiko sumbatan jalan nafas dan aspirasi. Caranya korban diletakkan miring pada salah satu sisi tubuh dengan tangan yang dibawah berada di depan badan.

Pengelolaan Sirkulasi (Circulation Management)TechnoratiTags:gawat,darurat,sirkulasi,circulation,syokPengertian: Tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi tubuh yang tadinya terhenti atau tergangguTujuan: agar sirkulasi darah kembali berfungsi normalDiagnosis:Gangguan sirkulasi yang mengancam jiwa terutama jika terjadi henti jantung dan syok Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya denyut nadi karotis dalam waktu 5 10 detik. Henti jantung dapat disebabkan kelainan jantung (primer) dan kelainan di luar jantung (sekunder) yang harus segera dikoreksi Diagnosis syok secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/nadi karotis, pasien tampak pucat, ekstermitas teraba dingin,berkeringat dingin dan memanjangnya waktu pengisian kapiler (capilary refill time> 2 detik)Gambar 1.Cara meraba nadi carotis :

Nadi carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari menempel pada daerah kira-kira 2 cm dari garis tengah leher atau jakun pada sisi yang paling dekat dengan pemeriksa. Waktu yang tersedia untuk mengukur nadi carotis sekitar 5 10 detik.Tanda-tanda sirkulasi normal: Perfusi perifer : teraba hangat, kering Warna akral : pink/merah muda Capillary refill time: < 2 detik Denyut nadi < 100 Tekanan darah sistole >90-100 Produksi urine 1 ml/kgBB/jamTanda klinis syok: Kulit telapak tangan dingin, pucat, basah Capillary refill time> 2 detik Nafas cepat Nadi cepat > 100 Tekanan darah sistole < 90-100 Kesadaran : gelisah s/d koma Pulse pressuremenyempit JVP rendah Produksi urin < 0,5 ml/kgBB/jamBandingkan dengan tangan pemeriksa !Gambar 2.Perbandingan telapak tangan pasien syok dengan pemeriksa

Perkiraan besarnya tekanan darah sistolik jika nadi teraba di :- radialis : > 80 mmHg- femoralis : > 70 mmHg- Carotis : > 60 mmHgJenis-jenis syok:1.Syok hipovolemikPenyebab: muntah/diare yang sering; dehidrasi karena berbagai sebab sepertiheat stroke, terkena radiasi; luka bakar grade II-III yang luas; trauma dengan perdarahan; perdarahan masif oleh sebab lain seperti perdarahanante natal, perdarahan post partum, abortus, epistaksis, melena/hematemesis.Diagnosis: perubahan pada perfusi ekstremitas (dingin, basah, pucat), takikardi, pada keadaan lanjut : takipneu, penurunan tekanan darah, penurunan produksi urin, pucat, lemah dan apatisTindakan: pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan diberikan infus cairan kristaloid (Ringer Laktat/Ringer Asetat/NaCl 0,9 %) dengan jumlah cairan melebihi dari cairan yang hilang.Catatan: untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV selain diberikan infus kritaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dihentikan.2.Syok kardiogenikPenyebab: dapat terjadi pada keadaan-keadaan antara lain kontusio jantung, tamponade jantung,tensionpneumotoraksDiagnosis: hipotensi disertai gangguan irama jantung (bisa berupa bradiaritmia seperti blok AV atau takiaritmia seperti SVT, VT), mungkin terdapat peninggian JVP, dapat disebabkan oleh tamponade jantung (bunyi jantung menjauh atau redup dan tension pneumotoraks (hipersonor dan pergeseran trakea)Tindakan: pemasangan jalur intravena dengan cairan kristaloid (batasi jumlah cairan), pada aritmia berikan obat-obatan inotropik, perikardiosintesis untuk tamponade jantung denganmonitoringEKG, pemasangan jarum torakosintesis pada ICS II untuk tension pneumotoraks4. Syok septikPenyebab: proses infeksi berlanjutDiagnosis: fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi; fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.Tindakan:ditujukan agar tekanan sistolik > 90-100 mmHg (MeanArterialPressure 60 mmHg). Tindakan awal : IVFD cairan kristaloid, beri antibiotika, singkirkan sumber infeksi Tindakan lanjut : penggunaan cairan koloid dikombinasi dengan vasopresor seperti dopamine5. Syok anafilaksisPenyebab : reaksi anafilaksis beratDiagnosis : tanda-tanda syok dengan riwayat adanya alergi (makanan, sengatan binatang dan lain-lain) atau setelah pemberian obat.Tindakan : resusitasi cairan dan pemberian epinefrin subcutanCatatan: tidak semua kasus hipotensi adalah tanda-tanda syok, tapi denyut nadi abnormal, irama jantung abnormal dan bradikardia biasanya merupakan tanda hipotensiSyok HipovolemikSyok hipovolemik karena dehidrasiKlasifikasiPenemuan KlinisPengelolaan

Dehidrasi ringan :Kehilangan cairan tubuh sekitar 5 % BBSelaput lendir kering, nadi normal atau sedikit meningkatPergantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL)

Dehidrasi sedang :Kehilangan cairan tubuh sekitar 8 % BBSelaput lendir sangat kering, lesu, nadi cepat, tekanan darah turun, oligouriaPergantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL)

Dehidrasi berat :Kehilangan cairan tubuh > 10 %Selaput lendir pecah-pecah, pasien dapat tidak sadar, tekanan darah menurun, anuriaPergantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL)

Syok hipovolemik karena perdarahan:MenurutAdvanced Trauma Life SupportKlasifikasiPenemuan KlinisPengelolaan

Kelas I : kehilangan volume darah < 15 % EBVHanya takikardi minimal, nadi < 100 kali/menitTidak perlu penggantian volume cairan secara IVFD

Kelas II : kehilangan volume darah 15 30 % EBVTakikardi (>120 kali/menit), takipnea (30-40 kali/menit), penurunan pulse pressure, penurunan produksi urin (20-30 cc/jam)Pergantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) sejumlah 3 kali volume darah yang hilang

Kelas III : kehilangan volume darah 30 - 40 % EBVTakikardi (>120 kali/menit), takipnea (30-40 kali/menit), perubahan status mental (confused), penurunan produksi urin (5-15 cc/jam)Pergantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) dan darah

Kelas IV : kehilangan volume darah > 40 % EBVTakikardi (>140 kali/menit), takipnea (35 kali/menit), perubahan status mental (confused dan lethargic),Bila kehilangan volume darah > 50 % : pasien tidak sadar, tekanan sistolik sama dengan diastolik, produksi urin minimal atau tidak keluarPergantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) dan darah

Keterangan : EBV (estimate Blood Volume) = 70 cc / kg BBTatalaksana mengatasi perdarahan:Airway(+ lindungi tulang servikal)Breathing(+ oksigen jika ada)Circulation+ kendalikan perdarahan1. Posisi syok2. Cari dan hentikan perdarahan3. Ganti volume kehilangan darahPosisi syokAngkat kedua tungkai dengan menggunakan papan setinggi 45o. 300 500 cc darah dari kaki pindah ke sirkulasi sentral.Gambar 3. Posisi syok

2.Menghentikan perdarahan (prioritas utama) Tekan sumber perdarahan Tekankan jari pada arteri proksimal dari luka Bebat tekan pada seluruh ekstremitas yang luka Pasang tampon sub fasia (gauza pack) Hindaritourniquet (torniquet= usaha terakhir)Perdarahan permukaan tubuh ekstremitas lakukan penekanan, gunakan sarung tangan atau plastik sebagai pelindung !Gambar 5. Perdarahan dan cara menekan perdarahan

Perdarahan 20 cc/menit = 1200 cc / jam !3. Pemasangan infus dan pergantian volume darah dengan cairan/darah.4. Cari sumber perdarahan yang tersembunyi Rongga perut (hati, limpa, arteri), rongga pleura, panggul atau pelvis, tulang paha (femur), kulit kepala (anak)5. Lokasi dan Estimasi perdarahan Fraktur femur tertutup : 1,5-2 liter Fraktur tibia tertutup : 0,5 liter Fraktur pelvis : 3 liter Hemothorak : 2 liter Fraktur iga (tiap satu) : 150 cc Luka sekepal tangan : 500 cc Bekuan darah sekepal : 500 ccCatatan:1. Menilai respon pada penggantian volume adalah penting, bila respon mnmal kemungkinan adanya sumber perdarahan aktif yang harus dihentikan, segera lakukan pemeriksaan golongan darah dan cross matched, konsultasi dengan ahli bedah, hentikan perdarahan luar yang tampak (misalnya pada ekstremitas)2. Penggantian darah dapat digunakan darah lengkap (WBC) atau komponen darah merah (PRC). Usahakan jangan memberikan tranfusi yang dingin karena dapat menyebabkan hipotermi.