KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD...

96
KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI AKADEMIK DAN SELF-EFFICACY SISWA SMA NEGERI 1 UNGARAN TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Oleh KUS HENDAR 0105516003 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD...

Page 1: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

i

KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK

SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY

UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI AKADEMIK DAN

SELF-EFFICACY SISWA

SMA NEGERI 1 UNGARAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Pendidikan

Oleh

KUS HENDAR

0105516003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

ii

Page 3: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

iii

Page 4: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“JATUH DAN TERPURUK ADALAH PILIHAN TETAPI PILIHAN YANG

TERBAIK ADALAH MENEMUKAN SOLUSI UNTUK SEGERA BANGKIT”

(Kus hendar)

Persembahan:

Untuk

➢ Almamater Prodi Bimbingan dan

Konseling Universitas Negeri Semarang

Page 5: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

v

Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok Solution Focused Brief

Therapy Untuk Meningkatkan Resiliensi Akademik dan Self-Efficacy

Siswa SMA Negeri 1 Ungaran”. Tesis. Program Studi Bimbingan dan

Konseling. Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang.Pembimbing I Dr.

Awalya, M.Pd, Kons., Pembimbing II Sunawan, Ph. D.

Kata Kunci : resiliensi akademik, self-efficacy, konseling kelompok solution-

focused brief therapy

Resiliensi merupakan bagian penting yang menentukan keberhasilan diri

individu karena resiliensi menunjukan seberapa tangguh individu untuk bangkit

dan mampu bertahan dalam situasi apapun. Resiliensi akademik berhubungan

dengan pola adaptif individu untuk segera bangkit dari keterpurukan ketika

mengalami kegagalan atau penurunan prestasi akademik. Perkembangan resiliensi

pada remaja dilakukan dengan meningkatkan self-efficacy remaja ditunjukan

dengan siswa yang memiliki keyakinan untuk melakukan tugas atau tindakan

yang diperlukan untuk meningkatkan prestasi akademik. Salah satu pendekatan

yang menekankan asumsi bahwa individu memiliki sumber daya dan kekuatan

diri ialah pendekatan Solution Focused Brief Therapy. Tujuan penelitian ini untuk

menguji keefektifan konseling kelompok SFBT dalam meningkatkan resiliensi

akademik dan self-efficacy pada siswa SMA Negeri 1 Ungaran.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen, desain pretest-

posttest control group dengan melibatkan subjek penelitian sebanyak 14 orang

yang dipilih secara purposive dari 138 siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ungaran.

Instrumen penelitian diadopsi dari sub skala resiliensi DMF (Design My Future)

dan self-efficacy MSLQ (Motivated strategies for Learning Questionair). Hasil

analisis dengan menggunakan Uji Manova dan Wilcoxon menunjukkan bahwa

konseling kelompok pendekatan solution focused brief therapy dalam

meningkatkan resiliensi akademik (F(3.10) = 36.40; P<0.01, ῃp2 = 0.916) dan

self-efficacy (F(3.10) = 40.62; P<0.01 ῃp2 = 0.924). Hasil uji wilcoxon pada

kelompok eksperimen resiliensi menunjukan adanya peningkatan resiliensi

akademik (Z=-2.388; p- 0.01 <0.05) dan self-efficacy (Z=-2.410: p 0.01 <0.05).

Hasil penelitian menunjukan bahwa konseling kelompok pendekatan

Solution Focused Brief Therapy efektif untuk meningkatkan resiliensi akademik

dan self-efficacy. Hal tersebut didasarkan atas pengaruh yang signifikan yang

ditunjukan pada pendekatan yang diberikan. Temuan penelitian ini juga

menunjukan bahwa kelompok eksperimen menggunakan pendekatan solution

focused brief therapy mengalami peningkatan pada resiliensi akademik dan self-

efficacy secara signifikan. Sedangkan pada kelompok kontrol peningkatan terjadi

pada resiliensi akademik tetapi tidak pada self-efficacy.

Berdasarkan temuan penelitian ini, disarankan bagi konselor agar

menggunakan konseling kelompok pendekatan solution focused brief therapy

untuk meningkatkan resiliensi akademik dan self efficacy. Sedangkan bagi

penelitian selanjutnya, direkomendasikan untuk melakukan pengukuran sampai

follow-up karena penggunaan intervensi ini hanya diukur melalui hasil pretest dan

posttest saja serta dapat menggunakan desain penelitian yang melihat efek mediasi

antara resiliensi dan self-efficacy.

Page 6: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

vi

Hendar, Kus. 2019. "The Effectiveness of Solution Focused Brief Therapy

Counseling Group To Increase Academic Resilience and Self-Efficacy

to the Students in SMA 1 Ungaran ". Thesis. Guidance and Counseling

Study Program. Graduate Program. Semarang State University. Advisor I

Dr. Awalya, M.Pd, Kons., Advisor II Sunawan, Ph. D.

Keywords: academic resilience, self-efficacy, solution-focused brief therapy

Counseling Group

Resilience is important part that determines the success of individual

because it showed how strong the individual was to rise up and able to survive in

any situation. Academic resilience related with individual adaptive patterns to rise

from the adversity immediately when faced the failured or decreasing the

academic achievement. The development of resilience in adolescents is done by

increasing adolescent self-efficacy that shown by the students who have the

confidence to carry out tasks or actions needed to improve their academic

achievement. One approach that emphasizes the assumption that individuals have

the resources and strength of themselves is the Solution Focused Brief Therapy

approach. The purpose of this study was to examine the effectiveness of SFBT

counseling groups in increasing academic resilience and self-efficacy to the

students in SMA 1Ungaran.

The research method used was an experimental design of the pretest-

posttest control group that involving 14 subjects who were chosen purposively

from 138 class XI students of SMA 1 Ungaran. The research instrument was

adopted from a sub-scale of the resilience of DMF (Design My Future) and

MSLQ self-efficacy (Motivated strategies for Learning Questions). The results

was obtained from the analysis that used Manova and Wilcoxon Tests. It showed

that the SFBT group counseling was increasing the academic resilience (F (3.10)

= 36.40; P <0.01, 2p2 = 0.916) and self-efficacy (F (3.10) = 40.62; P <0.01 2p2 =

0.924). The Wilcoxon test results in the resilience experimental group showed the

improvement in academic resilience (Z = -2,388; p-0.01 <0.05) and self-efficacy

(Z = -2,410: p 0.01 <0.05).

The results of the study showed that SFBT approach counseling group was

effective for increasing academic resilience and self-efficacy. This is based on the

significant influence that shown in the approach given. The findings of this study

also found that the experimental group which used SFBTapproach had a

significant improvenment in academic resilience and self-efficacy. Whereas in the

control group the increase occurred in academic resilience but not in self-efficacy.

Based on the findings of this study, it is advisable for counselors to use the

solution focused brief therapy counseling group approach to increase academic

resilience and self efficacy. As for further research, it is recommended to take

measurements until follow-up because the use of this intervention is only

measured through the results of the pretest and posttest and it can use research

designs that investigate the mediating effects of resilience and self-efficacy.

Page 7: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

vii

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan

rahmat-Nya. Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul “Keefektifan Konseling Kelompok Solution Focused Brief Thraphy

Untuk Meningkatkan Resiliesni Akademik dan Self-Efficacy Siswa di SMA

Negeri 1 Ungaran”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar

Magister Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Pascasarjana

Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-

tinggi nya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.

Ucapan terimakasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing:

Ibu Dr. Awalya, M.Pd, Kons, (Pembimbing I) dan Bapak Sunawan, Ph. D.

(Pembimbing II)

Ucapan terimakasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang

telah membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk menyelesaikan studi di

Universitas Negeri Semarang

2. Prof. Dr. Achmad Slamet, M.Si, Direktur Pascasarjana Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama

pendidikan, penelitian dan penyusunan tesis.

3. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons, Koordinator Program Studi

Bimbingan dan Konseling S2 dan S3 Pascasarjana Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan dan arahan selama proses

pendidikan, penelitian dan penelitian tesis ini.

4. Dr. Awalya, M.Pd., Kons, Sekertaris Program Studi Bimbingan dan Konseling

S2 dan S3 Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan

kesempatan dan arahan dalam penelitian tesis.

Page 8: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

viii

5. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang telah

banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh

pendidikan.

6. Orang tuaku tercinta, Bapak Yonson dan Ibu Rusdiana yang selalu

mendukung baik berupa do’a dan dukungan lainnya tanpa kurang sedikitpun.

7. Rekan-rekan sejawat PPs UNNES angkatan 2016 yang sudah banyak

membantu serta pihak-pihak lain yang telah membantu terselesainya

penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat

kekurangan, baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

bersifat membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil

penelitian ini bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu

pengetahuan.

Semarang, Januari 2019

Penulis

Page 9: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

ABSTRACT ........................................................................................................ vi

PRAKATA ......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 11

1.3 Cakupan Masalah ................................................................................... 11

1.4 Rumusan Masalah .................................................................................. 12

1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................... 12

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................. 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KAJIAN TEORITIS, KERANGKA

BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN .................................. 15

2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................ 15

2.2 Kajian Teori ........................................................................................... 22

2.2.1 Resiliensi ........................................................................................... 22

2.2.2 Resiliensi Akademik ......................................................................... 27

2.2.3 Self-Efficacy ...................................................................................... 31

2.2.4 Konseling Kelompok ........................................................................ 36

2.2.5 Konseling Kelompok Solution Focused Brief Therapy /SFBT) ....... 47

2.3 Kerangka Berfikir................................................................................... 67

2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 72

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 73

3.1 Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 73

3.2 Prosedur Penelitian................................................................................. 75

3.3 Subjek Penelitian .................................................................................... 77

Page 10: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

x

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................ 79

3.4.1 Variabel Penelitian ............................................................................ 79

3.4.2 Definisi Operasional.......................................................................... 80

3.5 Teknik, dan Instrumen dan Pengumpulan data ...................................... 80

3.5.1 Teknik pengumpulan data ................................................................. 80

3.5.2 Instrumen Pengumpulan data ............................................................ 81

3.6 Uji Instrumen Penelitian ........................................................................ 82

3.6.1 Validitas ........................................................................................... 82

3.6.2 Uji Reliabilitas ................................................................................. 84

3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 87

4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 87

4.1.1 Deskripsi Data ...................................................................................... 87

4.1.2 Data Skor Pretest Posttest Subjek Penelitian....................................... 89

4.1.3 Hasil Uji Asumsi .................................................................................. 92

4.1.3.1 Uji Normalitas ........................................................................... 92

4.1.3.2 Uji Homogenitas ....................................................................... 93

4.1.4. Uji Hipotesis ...................................................................................... 93

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 95

4.2.1 Kondisi Self-Efficacy dan Resiliensi Akademik .................................. 95

4.2.2 Keefektifan Layanan Konseling Kelompok Solution-Focused Brief

Therapy Untuk Meningkatkan Resiliensi Akademik Self-efficacy

siswa SMA Negeri 1 Ungaran.............................................................. 98

4.2.3 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 104

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 105

5.1 Simpulan ................................................................................................ 105

5.2 Saran ....................................................................................................... 106

Page 11: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Populasi Jumlah Siswa ........................................................................ 78

Tabel 3.2 Kategorisasi Data ................................................................................ 80

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Skala DMF ........................................................... 83

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Skala Self-efficacy ................................................ 84

Tabel 4.1 Hasil penyebaran skala resiliensi DMF .............................................. 88

Tabel 4.2 Hasil penyebaran skala Self-Efficacy .................................................. 88

Tabel 4.3 Tabulasi Silang hasil pretest posttest kelompok eksperimen ............. 90

Tabel 4.4 Tabulasi Silang hasil pretest posttest kelompok kontrol .................... 91

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 92

Tabel 4.6 Uji Manova dan Wilcoxon .................................................................. 94

Page 12: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................ 71

Gambar 3.1 Randomized Pretest-Posttest Control Group Design...................... 74

Gambar 3.2 Prosedur Eksperimen ...................................................................... 75

Page 13: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 SK Pembimbing ............................................................................... 107

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana UNNES .............................. 108

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Provinsi ................................................... 110

Lampiran 4 Surat Keterangan dari SMA N 1 Ungaran ....................................... 113

Lampiran 5 Permohonan Validator Ahli ............................................................. 114

Lampiran 6 Hasil Validator Ahli......................................................................... 116

Lampiran 7 Hasil Back Translation ................................................................... 120

Lampiran 8 Skala Resiliensi .............................................................................. 223

Lampiran 9 Skala Self-efficacy............................................................................ 225

Lampiran 10 Hasil Uji Validitas ......................................................................... 227

Lampiran 11 Hasil Uji Reabilitas ........................................................................ 232

Lampiran 12 Panduan Perlakuan ....................................................................... 234

Lampiran 13 RPL Konseling Kelompok SFBT .................................................. 246

Lampiran 14 Prosedur Eksperimen Konseling Kelompok SFBT ....................... 276

Lampiran 15 Tabulasi Hasil Sebaran ................................................................. 286

Lampiran 16 Tabulasi Hasil Pretest dan Posttest ............................................. 293

Lampiran 17 Hasil Uji Asumsi ........................................................................... 297

Lampiran 18 Hasil Uji Hipotesis ........................................................................ 299

Lampiran 19 Dokumentasi .................................................................................. 308

Page 14: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resiliensi merupakan bagian penting yang menentukan keberhasilan diri

individu karena resiliensi menunjukan seberapa tangguh individu untuk bangkit

dan mampu bertahan dalam situasi apapun. Bobey (dalam Pulungan, 2014)

menjelaskan bahwa resiliensi merupakan kapasitas yang dimiliki setiap orang

sejak lahir, berupa kemampuan untuk dapat bertahan dari penderitaan,

kekecewaan atau tantangan. Resiliensi menjadi kapasitas kekuatan yang dimiliki

oleh setiap orang untuk dapat segera bangkit dari keterpurukan ataupun

ketidakberdayaan. Individu dianggap sebagai seseorang yang memiliki resiliensi

jika mereka mampu untuk secara cepat kembali kepada kondisi sebelum trauma

dan terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif

(Reivich & Shatte, 2002). Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa

resiliensi merupakan kapasitas kemampuan seseorang untuk merespon hambatan

dan kesulitan dalam hidup serta seseorang yang mampu secara cepat bangkit dari

keterpurukan dan ketidakberdayaan.

Resiliensi dalam konteks akademik menurut Coronadao (2017) dipahami

sebagai suatu bentuk ketahanan yang dimiliki oleh setiap siswa ketika mengalami

kesulitan dalam aktivitas belajar termasuk penurunan prestasi akademik.

Resiliensi akademik juga mengarah pada pola adaptasi positif selama atau

sesudah individu menghadapi kesulitan atau kegagalan dalam akademik (Neal,

2017). Martin (2014) juga menjelaskan bahwa resiliensi akademik berhubun

Page 15: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

2

dengan pola adaptif individu untuk segera bangkit dari keterpurukan ketika

mengalami kegagalan atau penurunan prestasi akademik.

Untuk menjadi siswa yang resilien individu harus mampu bertahan dan

bangkit ditengah kondisi yang sulit dikarenakan adanya protective factors yaitu

minat, motivasi harapan siswa untuk tetap mempertahankan kinerja akademik

(Pulungan 2014). Hal tersebut diidentifikasikan bahwa untuk menjadi individu

yang resilien siswa harus mampu mengembangkan kekuatan personal dari dalam

diri untuk merespon lingkungan atau situasi yang sulit sekalipun karena siswa

yang resilien memiliki ketertarikan khusus, tujuan hidup, dan motivasi untuk

meraih yang terbaik dalam sekolah. Secara khusus bila dihadapkan dengan

kesulitan, siswa yang resilien mampu menurunkan tingkat kemarahan, depresi,

dan kecemasan, mengendalikan reaksi fisik mereka terhadap kejadian yang

mengganggu (Yamamoto, 2017).

Dengan memiliki tingkat resiliensi yang tinggi juga remaja mampu

memecahkan masalah konkrit dengan cara mereka sendiri walaupun berada

dalam kondisi tertekan atau tidak menyenangkan (Sagone, 2013). Bernard (2009)

menyebutkan bahwa karakter anak yang resilien memiliki kompetensi sosial dan

life skill untuk mampu memecahkan masalah, berpikir kritis dan mampu untuk

mengambil inisiatif terhadap masalah yang dihadapi. Dapat diketahui bahwa

siswa yang resilien diidentifikasikan siswa yang memiliki kemampuan untuk

beradaptasi dengan baik saat menghadapi masalah akademik, mengatasi berbagai

hambatan pembelajaran, kegagalan akademik serta mengembangkan potensi

secara maksimal.

Page 16: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

3

Namun dalam proses pendidikan ditemukan siswa yang memiliki tingkat

resiliensi yang rendah. Dibuktikan dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh

Graff (2013) menunjukan bahwa siswa yang termasuk dalam golongan minoritas

atau Latinos memiliki tingkat resiliensi yang rendah. Hal ini ditunjukan pada

prestasi akademik, yaitu hanya 14% siswa Latina di Amerika Serikat yang telah

menyelesaikan 4 tahun kuliah atau lebih banyak bila dibandingkan dengan siswa

berkulit putih (29,3%), Hitam atau Negro (20,6%), dan Asia (49,3%).

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Neal (2017) menunjukan bahwa

rendahnya resiliensi siswa di sekolah, diidentifikasikan pada remaja asuh

cenderung memiliki tingkat prestasi akademik yang rendah.

Lai dan Yue (2014) mengembangkan instrumen (BRS) Brief Resilience

Scale sebagai upaya untuk melihat tingkat strees siswa Cina yang berada di

Hongkong, hasil menunjukan bahwa remaja Cina di Hongkong memiliki tingkat

resiliensi yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Poerwanto (2017)

menunjukan bahwa siswa SMP Muhammadiyah 10 dan SMPN 45 di Surabaya

hasil penelitian menunjukan bahwa hanya sedikit siswa yang memiliki tingkat

resiliensi yang tinggi.

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap salah satu sekolah di Kota

Semarang, yaitu di SMA N 1 Ungaran terdapat kecendrungan siswa yang

memiliki resiliensi yang rendah, dari hasil skala resiliensi yang diberikan kepada

117 siswa, terdapat 36 siswa yang memiliki resiliensi yang tinggi, 43 sedang dan

38 orang rendah. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di

SMA N 1 Ungaran mengungkapkan bahwa kecenderungan anak yang memiliki

Page 17: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

4

resiliensi yang rendah dibuktikan dengan anak yang menunjukan perilaku-

perilaku yang kurang adaptif baik dalam pelajaran berlangsung sampai dengan

aktivitas setelah jam pelajaran berlangsung, hal ini terlihat pada siswa yang

memiliki motivasi belajar yang rendah, sedih memikirkan tugas yang banyak dan

cenderung pesimis dengan hasil tugas yang diberikan. Permasalahan resiliensi

akademik diidentifikasikan pada siswa yang memiliki ambisi yang tinggi untuk

menjadi yang terbaik dan juara kelas, mengapa demikian karena ketika

mengalami kegagalan atau penurunan prestasi akademik mereka rentan terpuruk

dan terlalu terlarut dalam kesedihan, maka tingkat resiliensi akademik yang

rendah harus dipahami secara seksama. Berdasarkan hasil temuan penelitian di

atas dapat diidentifikasikan bahwa rendahnya resiliensi masih menjadi masalah

umum yang terjadi pada siswa di sekolah.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Permata dan Listiyandani (2015)

menunjukan bahwa rendahnya resiliensi siswa di sekolah juga berpengaruh pada

tingkat stress yang berdampak buruk pada performa akademik dan kehidupan

pribadi siswa. Chung et.al (2017) juga menunjukan bahwa rendahnya resiliensi

berpengaruh pada kesejahteraan siswa dan kesuksesan akademis. Maka untuk

menjadi siswa yang resilien menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh siswa

dalam menghadapi tantangan, hambatan serta kesulitan dalam konteks akademik.

Dalam upaya menjadi individu yang resilien maka siswa harus memahami

apa saja hal-hal terkait yang berhubungan dengan upaya meningkatkan resiliensi.

Peningkatan resiliensi ini sendiri dipengaruhi oleh faktor personal dan eksternal

yaitu dukungan sosial dan self-efficacy (Wang et.al, 2017). Selanjutnya, Sosa

Page 18: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

5

(2012) menyebutkan bahwa sumber personal yaitu self-efficacy juga

mempengaruhi meningkatkan resiliensi siswa. Smith (2008) menjelaskan bahwa

meningkatkan resiliensi dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor pelindung yaitu

faktor personal dan eksternal antara lain, dukungan sosial, optimisme dan active

coping. Sedangkan Gortberg (dalam Sisca, 2008) menyebutkan bahwa terdapat

tiga sumber resiliensi yaitu I am, I can dan I have yaitu siapakah saya, apa yang

dapat saya lakukan, dan apa yang saya miliki untuk dapat melakukan adaptasi

positif. Sumber kekuatan tersebut dari I am, I can dan I have merupakan

identifikasi dari sumber personal dari individu (Utami dan Helmi, 2017).

Sebagai suatu kapasitas yang selalu berkembang maka resiliensi maka

resiliensi yang rendah dapat ditingkatkan, karena resiliensi bukanlah suatu ciri

kepribadian yang secara khusus dimiliki seseorang tetapi suatu kapasitas yang

dapat ditingkatkan melalui aspek yang sangat penting yakni (protective factors)

faktor protektif (Reivich & Shatte, 2002). Oleh karena itu, penguatan faktor

protektif yang terkait dengan resiliensi akan memperkuat resiliensi itu sendiri.

Faktor protektif merupakan salah satu mekanisme yang dapat membantu

meningkatkan resiliensi (Carter et.al, 2017). Jackson dan Watkin (2004)

menjelaskan bahwa sel-fefficacy merupakan faktor personal yang ampuh dalam

meningkatkan resiliensi.

Self-efficacy diartikan sebagai kepercayaan diri bahwa individu mampu

untuk menyelesaikan masalah dan mampu untuk meraih keberhasilan. Bandura

(dalam Feist & Feist, 2011) menjelaskan bahwa self-efficacy merupakan hal

penting yang harus dimiliki setiap orang, karena efikasi diri akan menentukan

Page 19: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

6

bentuk tindakan yang akan dipilih, sebanyak apa usaha yang akan dilakukan

dalam suatu aktivitas, sekuat apa dan selama apa untuk bertahan dalam

menghadapi rintangan atau kegagalan serta bagaimana kesuksesan dan kegagalan

dalam suatu tugas mempengaruhi perilaku di masa depan. Tingginya self-efficacy

menyebabkan meningkatnya ketekunana dalam meingkatkan kinerja akademik,

begitupun sebaliknya self-efficacy yang rendah menyebabkan rendahnya kinerja

akademik dan kemampuan untuk mencapai tujuan masa depan (Bandura, 2012).

Narayanan (2016) juga menyatakan bahwa self-efficacy mengarahkan

individu untuk mencapai tujuan tertentu dengan meningkatkan kinerja individu

agar tetap bertahan dalam menghadapi kesulitan. Menurut Wang et.al (2017)

menjelaskan bahwa untuk menjadi individu yang resilien salah satu faktor

penting ialah dengan meningkatkan self-efficacy atau keyakinan diri akan

kemampuan yang dimiliki. Hinduja (2017) Strategi perkembangan diri positif

atau peningkatan resiliensi memiliki keterkaitan antara resiliensi dan self-

efficacy. Perkembangan resiliensi pada remaja dilakukan dengan meningkatkan

self-efficacy remaja ditunjukan dengan siswa yang memiliki keyakinan untuk

melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan prestasi

akademik. Upaya peningkatan efikasi diri juga terbukti efektif dalam

meningkatkan resiliensi siswa yang rendah, hal ini sebagai upaya pencegahan

dalam mengatasi permasalahan akademik (Yamamoto, 2017).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Beightol (2012) ini juga

membuktikan bahwa efikasi diri merupakan variabel utama untuk meningkatkan

resiliensi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan self-efficacy siswa

Page 20: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

7

juga secara efektif menunjukan peningkatan resiliensi atau siswa menjadi

resilience. Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Lai dan Yue (2014)

mengatakan bahwa analog ukuran self-efficacy menjadi bagian penting dalam

pengembangan skala, Skala ringkas Resiliensi (BRS) untuk melihat ketahanan

pada pelajar Cina, secara konseptual hal ini menunjukan bahwa untuk

meningkatkan resiliensi secara efektif dapat dilakukan melalui peningkatan self-

efficacy. Hal ini menunjukkan bahwa self-efficacy memberikan sumbangsih yang

cukup kuat terhadap resiliensi yang dimiliki seseorang. Dalam kondisi sulitpun

siswa yang resilien memiliki ketertarikan khusus, tujuan hidup, dan motivasi

untuk meraih yang terbaik dalam sekolah. Menjadi siswa yang resilien tentu

menjadi tugas yang penting bagi setiap siswa karena hal tersebut menjadi

pengalaman berharga dalam menghadapi permasalahan dalam konteks akademik.

Untuk membantu permasalahan bagaimana meningkatkan resiliensi

akademik yang rendah dan self-efficacy salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu

dengan menggunakan layanan konseling menggunakan pendekatan tertentu.

Pendekatan konseling yang digunakan ialah pendekatan Solution Focused Brief

Theraphy (SFBT). Pendekatan SFBT digunakan untuk mengetahui seberapa

efektif pendekatan tersebut mampu meningkatkan Resiliensi dan self-efficacy

pada permasalahan akademik siswa. Pemilihan pendekatan SFBT berpegang pada

keyakinan inti bahwa jika klien memfokuskan pada masalah, mereka menjadi

kehilangan semangat dan daya, sebaliknya klien diharapkan dapat menemukan

pengecualian atau solusi pada situasi problematis (Erford, 2016).

Page 21: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

8

Alasan pemilihan pendekatan ini ialah bagaimana klien dapat

mengkonstruksikan diri untuk memiliki kemampuan personal dari dalam diri

dengan memiliki keyakinan diri (self-efficacy) untuk dapat menghadapi situasi

yang tidak menguntungkan atau dalam arti dapat membantu individu agar

menjadi individu yang resilien. Capuzzi (2016) mengatakan bahwa solution

focused brief theraphy merupakan pendekatan yang berusaha memotivasi klien

baik secara internal dengan membangkitkan perasaan harapan dari dalam diri.

Walter dan Peller dalam (Corey, 2013) juga mengatakan bahwa konseling

singkat berfokus solusi merupakan sebuah model konseling yang menjelaskan

bagaimana individu dapat berubah dan mampu mencapai tujuannya dengan

memanfaatkan kekuatan dan sumber daya yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan

tujuan yang ingin dilakukan peneliti dengan melihat bahwa pendekatan ini

menjadi strategi yang tepat digunakan untuk meningkatkan tingkat resiliensi dan

self-efficacy siswa ketika mengalami ketidakberdayaan atau kegagalan pada

konteks akademik.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan efektifitas konseling singkat

berfokus solusi terhadap resiliensi dan self-efficacy. Pada penelitian sebelumnya

menemukan bahwa SFBT banyak digunakan pada kasus non akademik seperti

pada penelitian Nicholas (2013) tentang penggunaan strategi SFBT terhadap anak

yang gagap, hasil dari penelitian ini bahwa SFBT mampu meningkatkan

ketahanan (resiliensi) siswa yang gagap dengan menumbuhkan keyakinan diri

bahwa ia mampu untuk berbicara dengan baik dan lancar. Sejalan pada penelitian

diatas penelitian yang dilakukan oleh lloyd (2006) mengatakan bahwa strategi

Page 22: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

9

pendekatan SFBT cukup efektif digunakan untuk meningkatkan resiliensi dan

efikasi diri siswa yang mengalami gangguan belajar, upaya dilakukan dengan

memediasi dukungan orang tua pada anak yang mengalami gangguan belajar

(Intelectual disability).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Koob (2010) dengan menggunakan

dua pendekatan CBT dan SFBT, hasil menunjukan bahwa SFBT lebih efektif

digunakan pada permasalahan stabilitas penempatan anak asuh di Amerika

Serikat. Dari beberapa penelitian tersebut dapat dipahami bahwa strategi

pendekatan SFBT cukup efektif digunakan dalam upaya meningkatkan resiliensi

akademik dan self-efficacy pada kasus tertentu. Untuk itu berasal dari asumsi

bahwa pendekatan SFBT efektif pada kasus non akademik, maka peneliti ingin

mengujicobakan pendekatan SFBT terhadap resiliensi dan efikasi diri pada aspek

akademik.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan pada setting kelompok

menggunakan pendekatan SFBT. Pendekatan konseling kelompok memiliki

keunggulan dibandingkan konseling perorangan. Kelebihan menggunakan setting

kelompok bukan hanya dilihat pada aspek ekonomis dan efisiensi waktu

pemberian layanan, tetapi dengan layanan konseling kelompok terjadi interaksi

sosial yang khas dinamis dan intensif yang tidak mungkin terjadi pada konseling

perorangan (Prayitno, 2005).

Beberapa penelitian yang menggunakan Konseling kelompok

menggunakan pendekatan SFBT. Penelitian yang dilakukan Ates (2016)

menunjukan bahwa konseling kelompok berfokus solusi efektif pada siswa SMK

Page 23: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

10

berjuang dengan burnout sekolah. Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan

oleh Joker dan Ghaderi (2015) menunjukkan bahwa konseling kelompok singkat

berfokus solusi dapat meningkatkan persepsi diri siswa disekolah dan

komponennya seperti harga diri dan persepsi diri. Penelitian yang dilakukan oleh

Wiyono (2015) menjelaskan bahwa Pendekatan konseling kelompok singkat

berfokus solusi terbukti efektif untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

SMK. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelima konseli pada kelompok

eksperimen mengalami peningkatan motivasi berprestasi yang lebih tinggi

dibandingkan kelompok kontrol. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa dengan

mengunakan setting kelompok pendekatan SFBT terbukti efektif digunakan.

Dari beberapa hasil penelitian diatas SFBT disebutkan efektip dalam

mengatasi permasalahan resiliensi dan self-efficacy pada permasalahan anak yang

mengalami permasalah bicara, pada anak memiliki gangguan belajar, namun

dalam permasalahan resiliensi akademik dan menggunakan setting kelompok

belum dilakukan penelitian lanjutan. Menurut Kaharja (2016) konseling secara

konvensional biasa dilakukan selama ini ternyata kurang efektif karena

membutuhkan waktu yang relatif lama. Hal ini sesuai dengan konsep konseling

SFBT sebagai salah satu pendekatan konseling yang berfokus pada pendekatan

yang ringkas atau brief counseling.

Dari beberapa hasil penelitian diatas SFBT disebutkan efektip dalam

mengatasi permasalahan resiliensi dan self-efficacy, pada permasalahan anak

yang mengalami gangguan bicara (Nicholas, 2013) . Namun dalam permasalahan

resiliensi akademik dan menggunakan setting kelompok belum dilakukan

Page 24: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

11

penelitian lanjutan. Berdasarkan temuan dan keterbatasan penelitian diatas maka

penelitian ini difokuskan dalam konteks belajar dan hal ini menjadi implikasi

sebagai temuan baru dalam pelaksanaan konseling kelompok pendekatan solution

focused brief therapy terhadap resiliensi dan self-efficacy.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di identifikasi permasalahan

sebagai berikut :

1) Siswa pada umumnya mengalami masalah resiliensi dan sel-efficacy

2) Siswa yang permasalahan rendahnya resiliensi membuat mereka tidak

mampu untuk menghadapi permasalahan tersebut dan cenderung tidak bisa

melakukan apa-apa, hal tersebut berdampak pula pada rendahnya self-

efficacy yang berdampak pada penurunan situasi akademik dan prestasi

akademis siswa di sekolah.

3) Resiliensi dan self-efficacy berpengaruh dalam pembentukan konsep diri

pada siswa.

4) Intervensi konseling yang dilakukan oleh konselor belum optimal karena

masih menggunakan layanan konseling konvensional misalnya hanya

melakukan konseling diadakan hanya ketika salah satu dampak dari suatu

permasalahan barulah diberikan konseling

5) Layanan konseling kelompok yang dilakukan masih perlu dibenahi dari

segi kerangka kerja, pelaksanaan tahapan konseling, termasuk

pemanfaatan pendekatan konseling.

Page 25: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

12

1.3 Cakupan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dari latar belakang yang telah dipaparkan

di atas, maka cakupan masalahnya berfokus pada permasalahan dalam penelitian

ini yang dibatasi pada upaya penerapan konseling kelompok dengan pendekatan

Solution Focused Brief Theraphy untuk meningkatkan resiliensi akademik dan

sel-efficacy siswa di SMA N 1 Ungaran.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah Konseling kelompok dengan pendekatan Solution Focused Brief

Theraphy efektif untuk meningkatkan resiliensi akademik dan self-efficacy siswa

di SMA N 1 Ungaran. Agar lebih terfokus maka rumusan masalah yang sifatnya

umum akan dijabarkan secara spesifik sebagai berikut:

1) Bagaimana tingkat resiliensi akademik dan self-efficacy siswa di SMA N

1 Ungaran ?

2) Bagaimana keefektifan konseling kelompok pendekatan solution focused

brief therapy untuk meningkatkan resiliensi akademik siswa di SMA N 1

Ungaran ?

3) Bagaimana keefektifan konseling kelompok pendekatan solution focused

brief theraphy untuk meningkatkan self-efficacy siswa di SMA N 1

Ungaran ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, secara umum penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari konseling kelompok pendekatan

Page 26: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

13

Solution Focused Brief Therapy untuk meningkatkan resiliensi akademik dan

self-efficacy siswa di SMA N 1 Ungaran. Sedangkan tujuan secara khusus dari

penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang:

1) Untuk mengidentifikasi dan menganalisis kondisi resiliensi akademik dan

self-efficacy siswa di SMA N 1 Ungaran

2) Untuk menguji dan menganalisis keefektifan konseling kelompok dengan

pendekatan Solution Focused Brief Theraphy untuk meningkatkan resiliensi

akademik siswa di SMA N 1 Ungaran.

3) Untuk menguji dan menganalisis keefektifan konseling kelompok dengan

pendekatan Solution Focused Brief Theraphy untuk meningkatkan self-

efficacy siswa di SMA N 1 Ungaran.

1.6 Manfaat Penelitian

1.1 Manfaat Teoretis

Untuk memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya dalam dunia pendidikan bidang bimbingan dan konseling

tentang penggunaan konseling kelompok pendekatan Solution Focused Brief

Therapy untuk meningkatkan resiliensi akademik dan self-efficacy siswa

disekolah menengah atas. Wujud dari sumbangan tersebut yaitu ditemukanya

hasil-hasil penelitian baru tentang konseling kelompok guna meningkatkan

pelayanan konseling di sekolah.

Page 27: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

14

1.7 Manfaat Praktis

1) Manfaat Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Dalam hal ini guru bimbingan dan konseling mengetahui apa yang dialami

oleh siswa. Oleh sebab itu, dengan adanya penelitian ini, konselor dapat

mengaplikasikan layanan konseling kelompok pendekatan Solution Focused Brief

Therapy untuk meningkatkan resiliensi akademik dan self-efficacy.

2) Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

perluasan khasanah keilmuan tentang konsep dan praktik bimbingan dan

konseling khususnya mengenai konseling kelompok pendekatan Solution Focused

Brief Therapy untuk meningkatkan resiliensi akademik siswa dan self-efficacy.

Page 28: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, KERANGKA

BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Hasil penelitian yang relevan merupakan kajian penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya dan memiliki keterkaitan dengan penelitian yang sedang

dilakukan. Fokus kajian yang relevan dalam penelitian ini yaitu variabel,

pendekatan konseling Solution Focused Brief Therapy, Resiliensi dan Self-

efficacy. Adapun kajian hasil penelitian yang relevan dengan penilitian ini sebagai

berikut:

Haase et al (2016) penelitian ini menunjukan bagaimana tingkat resiliensi

berpengaruh pada tingkat strees. Hasil penelitian menunjukan bahwa seseorang

yang memiliki tingkat resiliensi yang rendah memiliki tingkat strees yang tinggi,

dicirikan dengan prilaku: mudah menyerah, tidak mampu secara cepat mengambil

keputusan, respon negatif dan berlebihan serta ketidakmampuan untuk

mengendalikan diri pada situasi yang dianggap tidak menyenangkan. Sebaliknya

seseorang yang memiliki resiliensi yang tinggi memiliki tingkat strees yang

rendah sehingga mampu merespon secara baik situasi yang dianggap tidak

menyenangkan. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa ketidakberdayaan

dan ketidakmampuan mengendalikan diri pada situasi yang tidak menyenangkan

yang dipengaruhi oleh tingkat stress seseorang terjadi pada orang yang memiliki

Page 29: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

16

tingkat resiliensi yang rendah. Untuk itu resiliensi menjadi masalah penting yang

harus segera ditindak lanjuti.

Sherty (2015) penelitian ini mengemukankan bahwa permasalahan

resiliensi yang rendah umumnya dialami oleh para mahasiswa. Hal tersebut

ditunjukan dengan beberapa kesulitan atau hambatan yang terjadi pada

mahasiswa, yakni: sulit mengikuti jadwal kuliah yang padat, mudah kecewa ketika

yang direncanakan berbeda dengan kenyataan, sulitnya menjalin komunikasi

dengan orang yang baru dikenal dan tidak mudah menyesuaikan diri terhadap

lingkungan kampus serta tempat tinggal. Pada penelitian diatas letak perbedaan

peneliti terletak pada subjek yang berbeda, variabel self-efficacy serta perlakuan

yang diberikan yaitu pendekatan Solution Focused Brief Therapy.

Selanjutnya penelitian yang menunjukan bahwa permasalahan resiliensi

yang rendah yang dialami oleh siswa di sekolah menengah atas. Neal (2017) hasil

penelitian ini menunjukan bahwa siswa yang memiliki tingkat resiliensi yang

rendah di sekolah, berakibat pada rendahnya performa akademik sehingga

berpengaruh pada prestasi akademik. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada

metode penelitian yaitu menggunakan penelitian survey.

Poerwanto (2017) Hasil penelitian ini menunjukan persentasi tingkat

resiliensi akademik pada siswa di sekolah. Penelitian ini menunjukan bahwa

hanya 15,89% siswa yang memiliki relisiensi tinggi, sisanya dalam kategori

sedang 82,24% dan 1,87% dalam kategori yang rendah. Hasil penelitian

menunjukan bahwa hampir rata-rata siswa disekolah menengah atas tidak

menunjukan tingkat resiliensi yang tinggi. Berbeda dengan penelitian yang

Page 30: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

17

digunakan yaitu penelitain eksperimen, penelitian diatas merupakan penelitian

korelasi untuk mengetahui hubungan antara regulasi diri, religiusitas dengan

resiliensi akademik.

Selanjutnya penelitian Graff (2015) pada siswa minoritas latinos di

Amerika Serikat. Rendahnya resiliensi berakibat pada rendahnya prestasi

akademik siswa, yaitu hanya 14% siswa Latina di Amerika Serikat yang telah

menyelesaikan empat tahun kuliah atau lebih banyak bila dibandingkan dengan

siswa berkulit putih (29,3%), Hitam atau Negro (20,6%), dan Asia (49,3%).

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi antara tingkat tingkat kesuksesan

akademik dengan resiliensi akademik yang terdiri dari, dukungan keluarga dan

self-efficacy pada siswa minoritas. Perbedaan terletak pada jenis penelitian dan

treatmen.

Peningkatan resiliensi menjadi lebih efektif melalui peningkatan efikasi

diri. Martin (2014) penelitian ini menunjukan bagaimana resiliensi akademik

mempengaruhi motivasi belajar siswa, penelitian ini juga menjelaskan bagaimana

self-efficacy membantu meningkatkan ketahanan atau resiliensi siswa terhadap

tekanan akademik sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan siap menghadapi

kemunduran, hambatan dan tekanan akademik. Penelitian ini menunjukan

bagaimana self-efficacy berperan dalam peningkatan resiliensi akademik,

perbedaan terletak pada jenis penelitian peneliti yang menggunakan eksperimen

dan bentuk perlakuan.

Wang et,al (2017) penelitian ini menunjukan bahwa faktor personal dan

eksternal merupakan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan resiliensi

Page 31: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

18

siswa perawat pada tahun pertama. Faktor personal dan eksternal antara lain, self-

efficacy dan social support. Hasil penelitian ini juga menunjukan hubungan yang

signifikan antara self-efficacy dan resiliensi. Penelitian ini merupakan penelitian

survey, yang menjelaskan bagaimana hubungan antara self-efficacy, social

support dengan resiliensi karir mahasiswa perawat.

Sosa (2012) penelitian ini membahas hubungan keyakinan self-efficacy

guru dalam mempromosikan ketahanan siswa terhadap praktik mengajar dan

dukungan siswa minoritas Latino. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan

efikasi terkait ketahanan ada kaitannya untuk membangun hubungan penting

melalui hubungan dengan siswa, membangun pengalaman dan pengetahuan

mereka, dan memahami masalah yang mereka hadapi. Khususnya, penting untuk

memperkuat resiliensi akademik. Perbedaan peneliti terletak pada desain

penelitian, perlakuan yaitu ekperimen menggunakan pendekatan SFBT.

Goodman et al. (2015) penelitian ini menujukan bahwa sel-efficacy

mempengaruhi peningkatan resiliensi anak-anak yang beresiko memiliki

permasalahan internal seperti, kehilangan orang tua, permasalahan ekonomi dan

juga kesehatan, anak-anak di Kenya. Gejala internalisasi depresi, kegelisahan,

kesusahan, dan isolasi dapat diatasi dengan meyakinkan bahwa anak-anak tersebut

masih berpotensi untuk tetap maju dengan cara meningkatkan ketahan diri atau

resiliensi melalui keyakinan diri (self-efficacy). Letak perbedaan peneliti terletak

pada jenis penelitian yaitu penelitian survey a cross-sectional design.

Hinduja dan Patchin (2017) penelitian ini menjelaskan bahwa dengan

mengembangkan keyakinan diri yang positif (self-efficacy) berpengaruh

Page 32: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

19

signifikan dalam peningkatan resiliensi para siswa terhadap intimidasi yang

dialami. Peningkatan resiliensi berperan sebagai faktor pelindung (protective

factor) juga berpengaruh pada peningkatan kompetensi internal diri seperti

menumbuhkan keterampilan sosioemosional seperti kepedulian, dan memberi

mereka makna bahwa ketika menghadapi kesulitan mereka tetap memiliki

kesempatan untuk dapat mengatasinya. Penelitain ini melihat resiliensi pada kasus

bullying dan cyberbullying, perbedaan juga pada jenis penelitian menggunakan

desain mixed method.

Beightol (2012) ini juga membuktikan bahwa efikasi diri merupakan

variabel utama untuk meningkatkan resiliensi akademik siswa. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa peningkatan resiliensi secara efektif meningkat melalui

peningkatan variabel self-efficacy. Artinya Self-efficacy merupakan strategi

intervensi yang efektif digunakan untuk meningkatkan ketahanan siswa yang

mengalami intimidasi, ditunjukan pada peningkatan tujuan dan aspirasi

pendidikan yang berdampak pada peningkatan prestasi akademik. Pada penelitian

ini menggunakan desain penelitian mixed method untuk melihat peran resiliensi

bagi siswa minoritas Latinos.

Penelitian selanjutnya berhubungan dengan keefektifan konseling

kelompok yang dilakukan oleh Wiyono (2015). Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan motivasi berprestasi yang rendah pada siswa yang menggunakan

layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan SFBT. Hasil analisis

menunjukkan bahwa subjek penelitian pada kelompok eksperimen mengalami

peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Dapat disimpulkan

Page 33: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

20

disimpulkan bahwa pendekatan SFBT menggunakan dinamika kelompok cukup

efektif digunakan untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang rendah pada

siswa. Penelitian eksperimen ini melihat keefektipan konseling kelompok SFBT

terhadap motivasi berprestasi, berbeda dengan peneliti yang mengukur resiliensi

akademik dan self-efficacy.

Nicholas (2015), intervensi pendekatan Solution Focuse Brief Theraphy

bagi anak dengan gangguan bicara atau gagap. Hasil dari penelitian ini

mengidentifikasikan bahwa dengan mengembangkan resiliensi melalui keyakinan

diri (self-efficacy) membuat siswa tetap optimis dan tanpa perlu cemas atau takut

bahwa ia akan mengalami kegagalan. Peningkatan kompetensi internal diri

membuat keyakinan baru bahwa siswa yang gagap juga memiliki potensi yang

baik di bidang akademik. Terapis mengkomunikasikan bahwa harapan sebagai

komponen penting untuk mengkonstruksi perubahan dan pertumbuhan psikologis

yang berfokus pada solusi bukan masalah. Perbedaan penelitian ini dari subjek

penelitian yaitu pada klien yang memiliki permasalahan pada bicara atau gagap.

Penelitian yang dilakukan oleh Newsome (2004) pendekatan SFBT

menggunakan desain kelompok terhadap siswa yang berprestasi rendah serta

memiliki sopan santun yang rendah pula. Dengan menggunakan quasi eksperimen

pretest dan posttest design terhadap 26 siswa yang menjadi sampel penelitian. Hasil

dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada

hasil intervensi pada kelompok kontrol dan eksperimen, sehingga menjadikan

pendekatan SFBT menggunakan desain kelompok perlu dilakukan kajian ulang dan

lebih mendalam untuk membuktikan keefektifan pendekatan SFBT menggunakan

Page 34: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

21

desain kelompok. Perbedaan penelitian terletak pada variabel bebas yaitu resiliensi

akademik dan self-efficacy.

Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Simon et al (2005).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendekatan Solution Focused

Brief Therapy terhadap ketahanan keluarga (familiy resilience). Tujuan utama

pelaksanaan konseling SFBT untuk menemukan sumber unik dari setiap keluarga

agar terdorong untuk mampu menghadapi permasalahan serta tantangan di masa

depan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan SFBT cukup

efektif digunakan terhadap peningkatakan family resilience.

Berdasarkan temuan penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa

permasalahan resiliensi akademik dan self-efficacy masih menjadi masalah umum

yang terjadi pada siswa di sekolah dan khususnya hal tersebut harus menjadi

perhatian bagi guru bimbingan dan konseling karena pentingnya untuk memahami

bahwa setiap anak memiliki tingkat resiliensi akademik dan self-efficacy yang

berbeda. SMA Negeri 1 Ungaran sebagai salah satu sekolah unggulan yang ada di

kabupaten Semarang Jawa Tengah, permasalahan tersebut diidentifikasikan pada

siswa yang memiliki ambisi untuk menjadi juara kelas ataupun yang terbaik

sangat rentan terhadap penurunan tingkat resiliensi yang rendah yaitu ketika

mengalami kegagalan akademik ataupun penurunan prestasi dengan pendekatan

konseling kelompok SFBT diharapkan hal tersebut dapat dijadikan sebagai

strategi yang ampuh digunakan oleh guru bimbingan dan konseling dalam

meningkatkan resiliensi akademik dan self-efficacy.

Page 35: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

22

2.2 Kajian Teoretis

2.2.1 Resiliensi

2.2.1.1 Pengertian Resiliensi

Resiliensi merupakan kapasitas internal yang dimiliki oleh setiap individu

dalam merespon suatu keadaan yang tidak menyenangkan respon tersebut

ditunjukan dengan kemampuan untuk segera bangkit dari keterpurukan atau

ketidakberdayaan. Kata resiliensi sendiri berasal dari bahasa latin abad

pertengahan ’resilire’ yang berarti ’kembali’. Dalam bahasa inggris, kata

’resiliency’ atau ’resilient’ biasa digunakan untuk menyebutkan suatu kondisi

seseorang yang berhasil kembali dari kondisi terpuruk (Revich & Shatte, 2002).

Block (dalam Abidin, 2011) memformulasikan pertama kali istilah

resiliensi dengan nama ego-resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum

yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat

dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal. Secara spesifik, ego-

resilience merupakan satu sumber kepribadian yang berfungsi membentuk

konteks lingkungan jangka pendek maupun jangka panjang, di mana sumber daya

tersebut memungkinkan individu untuk memodifikasi tingkat karakter dan cara

mengekspresikan pengendalian ego yang biasa mereka lakukan.

Selanjutnya Siebert (dalam Ifdil, 2012) menjelaskan bahwa resiliensi

adalah suatu bentuk kemampuan untuk mengatasi dengan baik perubahan hidup

pada level yang tinggi, menjaga kesehatan di bawah kondisi penuh tekanan,

bangkit dari keterpurukan, mengatasi kemalangan, merubah cara hidup ketika cara

Page 36: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

23

yang lama dirasa tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada, dan menghadapi

permasalahan tanpa melakukan kekerasan.

Konsep resiliensi bukan hanya mengenai kemampuan bertahan yang

dialami individu tetapi bagaimana ia mampu segera bangkit dan pulih dari kondisi

yang tidak menyenangkan atau ketidakberdayaan. Hal tersebut diperkuat oleh

pendapat Widuri (2012) yang menyatakan bahwa resiliensi berarti

kemampuan untuk pulih kembali dari suatu keadaan, kembali ke bentuk semula

setelah dibengkokkan, ditekan, atau diregangkan. Bila digunakan sebagai istilah

psikologi, resi1iensi adalah kemampuan individu untuk cepat pulih dari

perubahan, sakit, kemalangan, atau kesulitan. Revith dan shatte (2002) juga

mengatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan seseorang bukan hanya

untuk dapat bertahan melainkan menjadikan individu tersebut dapat bangkit dan

menyesuaikan dengan kondisi yang sulit dan tidak menyenangkan. Pahlevi (2017)

menjelaskan bahwa resiliensi merupakan suatu kemampuan untuk dapat

mengatasi kesulitan-kesulitan (adversities) yang dialami

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa resiliensi

merupakan kapasitas kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat

bertahan, bangkit dan mampu menyesuaikan diri terhadap situasi yang tidak

menyenangkan ataupun merugikan. Individu yang dianggap memiliki resiliensi

atau individu yang resilien bukan hanya individu yang mampu bertahan dari

penderitaan, kekecewaan atau tantangan tetatpi individu yang dapat segera

bangkit dan pulih untuk belajar memaknai hambatan dan rintangan yang

dialaminya.

Page 37: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

24

2.2.1.2 Aspek yang mempengaruhi Resiliensi

Resiliensi lebih akurat jika dilihat sebagai bentuk proses bagaimana

meningkatkan kemampuan internal yang ditunjukan dengan prilaku, tetap optimis,

tidak mudah menyerah dan memaknai setiap kegagalan dengan positif. Menurut

Block dalam (Widuri, 2012) resiliensi dikonseptualisasikan sebagai salah satu tipe

kepribadian dengan ciri-ciri, kemampuan penyesuaian yang baik, percaya diri,

mandiri, pandai berbicara, penuh perhatian, suka membantu dan berpusat pada

tugas. Studi resiliensi (resilience) mencoba mencari penjelasan mengapa sebagian

individu menunjukkan kemampuan beradaptasi yang positif pada konteks keadaan

yang menekan dan terdapat individu yang tidak mampu menghadapinya sehingga

terjebak pada perilaku yang patologis dan salah satu asfek dalam resiliensi disebut

dengan aspek personal (Suryawan, 2012).

Aspek resiliensi secara umum dikelompokan menjadi dua menurut Smith

(2008) yakni terdiri dari aspek personal dan eksternal mulai dari optimisme

dukungan sosial dan active coping. Sedangkan Sosa (2012) menyebutkan bahwa

faktor personal yang paling kuat dalam meningkatkan resiliensi disebut dengan

self-efficacy atau efikasi diri.

Menjadi individu yang resilien harus memahami aspek-aspeknya untuk itu

secara spesifik Revich & shatte menyebutkan bahwa aspek resiliensi terdiri dari :

Page 38: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

25

(a) Regulasi emosi (emotional regulation) atau yang biasa disebut dengan

pengaturan emosi ini berarti kemampuan seseorang untuk tetap tenang dalam

kondisi yang penuh tekanan, (b) Pengendalian impuls {impulse control) adalah

kemampuan mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang

muncul dari dalam diri seseorang, (c) Analisis penyebab masalah (causal

analysis) Maksud dari analisis kausal adalah bahwa adanya kemampuan dalam

diri seseorang untuk dapat mengidentifikasi penyebab-penyebab dari

permasalahan yang mereka hadapi, (d) Efikasi diri (self efficacy) Efikasi diri

menggambarkan keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu menyelesaikan

masalah yang sedang dihadapinya.

Keyakinan individu akan kemampuan diri lebih penting daripada

tindakannya karena keyakinan inilah yang akan mendorong individu untuk

berusaha agar tujuannya tercapai. Seseorang yang yakin akan dirinya akan

berusaha lebih giat lagi dan menunjukan kegigihan dalam meraih apa yang

diinginkan. Individu yang memiliki efikasi yang tinggi akan mudah menghadapi

tantangan karena Individu tersebut tidak merasa ragu karena memiliki

kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya.

2.2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Resiliensi

Untuk memahami bagaimana seseorang menjadi resilien maka dipahami

terdapat faktor yang mempengaruhi. Resiliensi dipengaruhi oleh faktor internal

yang meliputi kemampuan kognitif, gender, dan keterikatan individu dengan

budaya, serta faktor eksternal dari keluarga dan komunitas. Menurut Widuri

(2012) Resiliensi berarti kemampuan untuk pulih kembali dari suatu keadaan,

Page 39: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

26

kembali ke bentuk semula setelah dibengkokkan, ditekan, atau diregangkan.

Asumsi dasar dari resiliensi adalah bahwa dalam menghadapi suatu kesulitan atau

tantangan, ada individu yang berhasil mengatasinya dengan baik (kembali) dan

ada juga yang tidak berhasil (Abidin, 2011).

Secara spesifik menurut Everall, dkk (2006) mengatakan terdapat 3 faktor

yang mempengaruhi resiliensi yang dirumsukan sebagai berikut: (a) Faktor

individual, Faktor individual meliputi kemampuan kognitif individu, konsep diri,

harga diri, dan kompetensi sosial. Resiliensi dihubungkan dengan kemampuan

seseorang untuk melepaskan pikiran trauma dengan menggunakan harapan yang

ditumbuhkan dalam diri individu (b) Faktor Keluarga, berupa dukungan yang

diberikan oleh keluarga (orangtua atau pasangan) untuk memberikan kekuatan

bagi individu yang mengalami peristiwa traumatik ataupun peristiwa yang buruk.

(c) Faktor komunitas disini berarti faktor yang berasal dari lingkungan sekitar.

Faktor ini meliputi kemiskinan, keterbatasan kesempatan kerja, serta dukungan

dari orang- orang sekitar. Jika lingkungan sekitamya dapat mendorong individu

untuk bangkit dari keterpurukan, maka individu tersebut dapat lebih mudah pulih

dari keadaannya.

Berbeda dari pendapat diatas menurut Prince-Embury (2013) hanya

terdapat dua faktor yang mempengaruhi resiliensi seseorang yaitu: (1)Faktor

resiko adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu ataupun dari lingkungan

yang meningkatkan munculnya dampak negatif. Faktor resiko menggambarkan

pengaruh-pengaruh yang dapat meningkatkan kemungkinan munculnya

penyimpangan sehingga keadaan menjadi lebih rumit, (2) Faktor protektif adalah

Page 40: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

27

karakteristik-karakteristik individual dan kondisi lingkungan yang membantu

individu untuk melawan atau menetralisasi resiko yang muncul pada individu

yang mengalami masalah. Faktor protektif berperan penting dalam resiliensi

karena melibatkan respon individu saat dihadapkan pada situasi yang beresiko

tinggi.

2.2.2 Resiliensi Akademik

2.2.2.1 Pengertian Resiliensi Akademik

Resiliensi akademik merupakan suatu bentuk ketahanan yang ditinjau dari

karakteristik akademik seseorang. Menurut Corsini (dalam Oloan, 2015) resiliensi

akademik ialah ketangguhan seseorang dalam menghadapi berbagai tugas

akademik dalam lingkungan pendidikan. Sari dan Indrawati (2016) menjelaskan

bahwa resiliensi akademik adalah kemampuan mahasiswa untuk bertahan pada

kondisi yang sulit, bangkit kembali dari keterpurukan, mengatasi kesulitan, dan

beradaptasi secara positif terhadap tekanan dan tuntutan akademik. Resiliensi di

bidang pendidikan menyajikan sebuah kerangka kerja untuk memahami mengapa

beberapa anak-anak yang beresiko dapat berhasil di sekolah, sedangkan yang

lainnya tidak Geste (dalam Styaningrum, 2014).

Sedangkan menurut Martin dan Marsh (dalam Poerwanto 2017) bahwa

resiliensi akademik adalah kemampuan yang secara efektif untuk menghadapi

kemunduran/penurunan, stress dan distress dalam situasi akademik. Martin dan

Marsh (dalam Hartuti & Mangunsong, 2009), menjelaskan bahwa mahasiswa

yang resilien secara akademik adalah mahasiswa yang mampu secara efektif

menghadapi empat keadaan, yaitu kejatuhan (setback), tantangan (challenge),

Page 41: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

28

kesulitan (adversity), dan tekanan (pressure) dalam konteks akademik (Sari &

Indrawati, 2016).

Coronado (2016) menjelaskan bahwa academic resilience atau ketahanan

akademik sebagai kemampuan seseorang atau siswa untuk bangkit segera bangkit

kembali dan berhasil mengatasi faktor resiko kesulitan belajar. Menurut Bandura

(dalam Oloan, 2015) bahwa siswa yang resilien secara akademik, tak akan mudah

putus asa dalam menghadapi kesulitan akademik. Ia akan merasa optimis dan

berpikir positif, meskipun ia sedang berada dalam suatu kesulitan akademik, Ia

percaya bahwa ada jalan keluar atau solusi. Menurut Wagner (dalam Jowkar,

2011) bahwa resiliensi akademik sebagai kapasitas siswa untuk mencapai

keberhasilan akademis di sekolah sekalipun ketika menghadapi kesulitan pribadi

dan lingkungan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa resiliensi

akademik merupakan suatu bentuk kapasitas kemampuan yang dimiliki oleh siswa

untuk segera bangkit dan tidak terlarut dalam keterpurukan ketika mengalami

kesulitan, hambatan, tekanan dan tuntutan dalam bidang akademik, siswa yang

memiliki resiliensi yang tinggi atau siswa yang resilien ialah siswa yang mampu

untuk tetap optimis untuk mencapai keberhasilan akademik serta tidak mudah

putus asa ketika menghadapi kesulitan akademik.

2.2.2.2 Aspek-aspek dalam Resiliensi Akademik

Resiliensi dalam konteks akademik dilihat sebagai suatu aspek yang

dilihat dari sudut pandang sebagai ketahanan akademik. Menurut Block (dalam

Widuri, 2012) resiliensi dikonseptualisasikan sebagai salah satu aspek tipe

Page 42: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

29

kepribadian dengan ciri-ciri, kemampuan penyesuaian yang baik, percaya diri,

mandiri, pandai berbicara, penuh perhatian, suka membantu dan berpusat pada

tugas.

Resiliensi dalam pendidikan menurut Conor dan Davidson (2003)

menyebutkan bahwa terdapat lima aspek resiliensi pada siswa yang dirumuskan

sebagai berikut: (a) Kompetensi pribadi, kompetensi pribadi memperlihatkan

bahwa seseorang merasa sebagai orang yang mampu mencapi tujuan dalam situasi

kemunduran atau kegagalan. (b) Percaya pada diri sendiri yakni, memiliki

toleransi terhadap afek negatif, aspek ini berhubungan dengan ketenangan, cepat

melakukan coping terhadap stres, berpikir secara hati-hati dan tetap focus

sekalipun sedang dalam menghadapi masalah. (c) Menerima perubahan secara

positif yakni, dapat membuat hubungan yang aman (secure) dengan orang lain,

Aspek ini berhubungan dengan kemampuan beradaptasi atau kemampuan

beradapasi jika menghadapi perubahan (d) Kontrol diri, dalam mencapai tujuan

dan bagaimana meminta atau mendapatkan bantuan dari orang lain. (e) Pengaruh

spiritual yaitu yakin pada Tuhan atau kehendak takdir yang kuasa.

2.2.2.3 Faktor yang mempengaruhi Resiliensi Akademik

Seperti resiliensi pada umumnya dalam konteks akademik terdapat pula

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatkan resiliensi dalam konteks

akademik. Siswa yang resilien cenderung untuk melakukan segala hal dengan

baik di sekolah. Keberhasilan akademik tidak hanya menjadi hasil dari resiliensi,

tetapi juga mempengaruhi kesukesan hidup di masa depan siswa dapat menjadi

resilien jika memiliki tempramen positif termasuk di dalamnya tingkat aktivitas

Page 43: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

30

tinggi dan respon positif terhadap orang lain, motivasi berprestasi, memperoleh

dukungan yang tinggi dan hubungan sosial yang baik dari keluarga, guru dan

teman sebaya (Setyaningrum, 2014).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor untuk

meningkatkan resiliensi akademik. Martin dan Marsh (dalam Sari dan Indrawati,

2016), menjelaskan bahwa mahasiswa yang resilien secara akademik adalah

mahasiswa yang mampu secara efektif menghadapi empat keadaan, yaitu

kejatuhan (setback), tantangan (challenge), kesulitan (adversity), dan tekanan

(pressure). Sedangkan secara spesifiki Ibeaghad (2004) menyebutkan bahwa

terdapat bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi resiliensi bagi siswa yakni

faktor resiko dan faktor protektip yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor Resiko

Faktor resiko sebagai variabel yang berkemungkinan memberikan dampak

negatif dari kejadian yang dialami individu. Faktor resiko yang melibatkan

siswa dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu faktor genetik

seperti kemunduran mental, faktor prenatal seperti masalah kesehatan saat

berada dalam kandungan, faktor prenatal yang berkaitan dengan

penanganan kesehatan dan faktor yang berasal dari lingkungan seperti

kemiskinan, wilayah konflik, bencana alam, atau perceraian.

2. Faktor Protektif

Faktor protektif adalah hal-hal yang membuat individu bertahan dari

dampak yang diakibatkan oleh tekanan yang diterima, membantu

Page 44: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

31

mengatasi keadaan tidak menyenangkan tersebut dan mampu

menyesuaikan diri dalam keadaan mengancam tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa untuk menjadi seorang

yang resilien pada siswa dapat diidentifikasikan melalui dua faktor utama yakni

faktor resiko yang dilihat dari permasalahan apa yang menyebabkan seseorang

tersebut menjadi individu yang resilien mulai dari permasalahan personal sampai

eksternal, selanjutnya faktor protektif sebagai suatu kapasitas internal individu

untuk dapat mengatasi faktor resiko dan faktor protektiv inilah yang menjadi

wadah dalam melihat aspek apa saja yang terdapat dalam resiliensi akademik

siswa.

2.2.3 Self Efficacy

2.2.3.1 Pengertian Self Efficacy

Self-efficacy merupakan aspek penting yang harus dimiliki oleh setiap

individu karena membantu seseorang untuk yakin dan mampu dalam bertindak

dan bagaimana menghadapi tantangan dan hambatan yang akan dihadapi.

Menurut Bandura dalam Alwisol (2009) bahwa self-effication atau efikasi diri

merupakan keyakinan atau harapan diri yang dimiliki seseorang. Sedangkan

harapan hasilnya adalah ekspektasi hasil. Bandura juga mengatakan dalam.

Mughid (2009) bahwa self-efficacy sebagai judgement seseorang atas

kemampuannya untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan yang mengarah

pada pencapaian tujuan tertentu. Self-efficacy berakar pada aspek kognitif

seseorang. Efikasi diri juga menurut Bandura mengacu pada keyakinan (beliefs)

Page 45: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

32

tentang kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan

tindakan untuk pencapaian hasil.

Efikasi diri berperan sebagai bentuk penilaian untuk melakukan tindakan

yang tepat, baik atau buruk dan keyakinana terhadap respon yang diwaspadai.

Rosmayati (2017) menjelaskan bahwa self-efficacy sebagai keyakinan individu

terhadap kemampuannya untuk bertindak dalam pengambilan keputusan sehingga

tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Keyakinan individu akan menjadi

kemampuan yang lebih penting daripada tindakannya karena keyakinan inilah

yang akan mendorong individu untuk berusaha agar tujuannya tercapai. Seseorang

yang yakin akan dirinya akan berusaha lebih giat lagi dan menunjukan kegigihan

dalam meraih apa yang diinginkan. Maka penting sekali dipahami bagaimana

memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi.

Selain daripada itu dalam konteks akademik efikasi diri juga dapat

memprediksi emosi akademik seseorang yakni kesenangan, kemarahan, dan

kebosanan secara langsung, serta kecemasan secara tidak langsung (Sunawan

et.al,2017). Hal tersebut menjelaskan bahwa efikasi memiliki keterkaitan dalam

kapasitas internal seseorang. Mughid (2009) mengatakan self-efficacy yang tinggi

membantu seseorang untuk membuat perasaan tenang dalam mendekati tugas dan

kegiatan yang sulit. Sebaliknya, orang yang meragukan kemampuan dirinya,

mereka bisa percaya bahwa sesuatu itu lebih sulit daripada yang sesungguhnya.

Efikasi menjadi komponen penting yang harus dimiliki setiap orang karena

berpengaruh pada tindakan dan keputusan seseorang. siswa yang memiliki self-

efficacy yang tinggi memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk melakukan

Page 46: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

33

tugas apa pun. Selain itu, mereka juga punya stabilitas dan komitmen dalam

mencapai tujuan yang diinginkan dan sebaliknya (Muzamil, 2018). Bandura

(dalam Hapsari, 2016) menyatakan bahwa self-effcacy yang dimiliki seseorang

merupakan hal yang kuat dalam menentukan seseorang akan bertindak, berpikir,

dan bereaksi sewaktu menghadapi situasi-situasi yang tidak menyenangkan.

Mughid (2009) mengatakan bahwa perasaan efficacy yang kuat dapat

meningkatkan kecakapan seseorang dan kesejahteraan (well-being) dalam cara

yang tak terbayangkan. Individu yang confident, memandang tugas-tugas yang

sulit sebagai tantangan untuk dikuasai daripada sebagai ancaman untuk dihindari.

Self-efficacy adalah hal penting bagi setiap seseorang untuk menghadapi suatu

permasalahan yang harus dihadapi. Hal ini diperkuat dengan bukti bahwa self-

efficacy sangat mempengaruhi kehidupan kita (Ana, 2017).

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bagaimana peran efikasi diri yang

sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup welll being seseorang,

bagaimana menghadapi tindakan dan untuk tetap bertahan pada situasi yang tidak

menguntungkanpun, dengan memiliki karakteristik tingkat efikasi diri yang tinggi

maka membuat seseorang memiliki keyakinan yang tinggi untuk maju dalam

bertindak agar tercapai hasil yang diharapkan, khususnya bagi siswa pada aspek

akademiknya.

2.2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-efficacy

Siswa yang memiliki efikasi diri termasuk dalam individu yang mampu

berpikir positif bahwa dirinya memiliki keyakinan akan kompetensi,

meningkatkan motivasi dan meyakinkan diri mampu untuk mengatasi semua

Page 47: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

34

permasalahan akademik. Sebaliknya individu atau siswa yang memiliki efikasi

diri rendah dalam mengerjakan tugas misalnya akan cenderung menghadapi tugas

tertentu, karena alasan terlalu sulit dan lemahnya motivasi diri (Sadewi dan

Sugiharto, 2012). Self-efficacy menjadi sumber internal yang harus ditingkatkan

oleh siswa, maka dari itu perlu memahami faktor apa saja yang menyebabkan

peningkatan efikasi diri. Menurut Bandura ada empat sumber utama yang

mempengaruhi self-efficacy, yaitu penguasaan atau pengalaman yang menetap,

pengalaman yangn dirasakan sendiri, bujukan sosial, dan keadaan psikologis atau

emosi (Mughid, 2009).

Sedangkan menurut Sadewi dan Sugiharto (2012) terdapat empat sumber

efikasi diri yakni: (a) pengalaman keberhasilan, semakin besar seseorang

mengalami keberhasilan maka semakin tinggi self-efficacy nya (b) pengalaman

orang lain yang dihasilkan dari social model (c) persuasi sosial, misalnya

dukungan sosial (d) keaadaan fisiologis dan emosional yang mempengaruhi

efikasi diri. Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri dapat diperoleh,

diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat

sumber, secara spesifik Alwisol (2009) merumuskan empat faktor efikasi diri

yaitu:

1. Pengalaman Performansi (Performance Accomplishment)

Adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu.

Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang

paling kuat pengaruhnya. Semakin tinggi kepercayaan terhadap efikasi

personal seseorang meningkat, maka performanya akan semakin baik.

Page 48: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

35

2. Pengalaman Vikarius (Vicarious Experience)

Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain,

sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang

kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kapabilitas

seseorang tidak hanya dapat dipelajari melalui pengalaman-pengalaman

keberhasilan yang telah dicapai. Memperbandingkan pengalaman pribadi

dengan penglaaman orang lain yang memiliki kemiripan dapat membentuk

efikasi diri pada individu.

3. Persuasi Sosial (social persuation)

Efikasi juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui

persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang

tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Informasi

yang didapat dari luar dapat meningkatkan keyakinan akan kemampuan

diri seseorang. Seseorang yang diberi keyakinan dari luar akan

menunjukan usaha yang lebih besar dibandingkan yang tidak dan juga

dapat menghilangkan ketidak percayaan terhadap kemampuan diri dan

kerentanan diri ketika masalah muncul.

4. Pembangkitan Emosi (emotionall physiological states)

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi

efikasi di bidang kegiatan itu misalnya dalam proses belajar. Jika emosi

seseorang sedang labil maka efikasi yang dimiliki akan sulit untuk

Page 49: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

36

dinaikkan atau dikuatkan. Namun, jika emosi seseorang sedang semangat

maka efikasi yang muncul akan semakin meningkat. Seseorang yang diberi

keyakinan dari luar akan menunjukan usaha yang lebih besar dibanding

yang tidak dan juga dapat menghilangkan ketidak percayaan terhadap

kemampuan diri dan kerentanan diri ketika masalah muncul.

Perkembangan Efikasi dalam diri manusia berkembang sesuai dengan

masa perkembangan manusia. Sesuai dengan masa perkembangannya, manusia

diberikan beban tanggung jawab perkembangan yang bertahap, semakin tinggi

semakin sulit. Oleh karena itu, efikasi dalam diri seseorang pun tidak akan statis,

efikasi dapat berkurang maupun bertambah sesuai denganbagaimana individu

melakukan evaluasi terhadap setiap fase kehidupan yang telah dijalaninya.

2.2.4 Konseling Kelompok

2.2.4.1 Pengertian Konseling Kelompok

Konseling kelompok merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan

konseling. Istilah konseling kelompok mengacu kepada penyesuaian rutin atau

pengalaman perkembangan dalam lingkup kelompok, yang difokuskan untuk

mengatasi problem mereka lewat penyesuaian diri dan perkembangan kepribadian

sehari-hari (Gibson, 2011). Selanjutnya Gladding (2012) menyatakan bahwa

konseling kelompok merupakan suatu praktik profesional yang dikenal sebagai

kelompok pemecahan masalah antar pribadi yang berusaha menolong peserta

kelompok untuk memecahkan masalah kehidupan melalui dukungan antar pribadi

dan pemecahan masalah. Keunikan dari konseling kelompok terletak pada

Page 50: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

37

dinamika kelompok yang mempertemukan bukan hanya konselor tetapi para

anggota dari latar belakang yang berbeda.

Myrick (2011) menyatakan bahwa konseling kelompok merupakan

pengalaman pendidikan yang unik, dimana siswa dapat bekerja bersama untuk

mengungkapkan ide, perilaku, perasaan, dan sikap, pengembangan kepribadian

dan peningkatan kinerja di sekolah. Winkel dan Hastusi (2010) menjelaskan

bahwa dalam konseling kelompok terdapat wawancara konseling antara konselor

professional dengan beberapa orang secara bersamaan yang tergabung dalam satu

kelompok kecil. Peran konselor sebagai fasilitator yang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk membentuk suatu hubungan dalam kelompok yang dibentuk

seperti interaksi terbuka, para anggota saling mengungkapkan ide, gagasan,

perasaan dan saling berbagi informasi terkait isu dan topik yang dibahas dalam

dinamika kelompok.

Wibowo (2005) menjelaskan bahwa dalam konseling kelompok upaya

bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan

penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka

perkembangan dan pertumbuhannya. Setiap pelaksanaan layanan memberikan

pengalaman baru bagi anggota kelompok terkhusus pada langkah pengentasan

masalah yang terjadi pada masing anggota kelompok. Konseling kelompok juga

merupakan suatu proses interpersonal yang dinamis memusatkan pada kesadaran

berfikir dan tingkah laku, melibatkan fungsi terapeutik, berorientasi pada

kenyamanan, rasa saling percaya, pengertian, penerimaan dan bantuan (Wibowo

2005).

Page 51: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

38

Corey (2012) menjelaskan bahwa konseling kelompok menjadi, layanan

yang memfasilitasi kepada anggota kelompok untuk mengekspresikan perasaan

saling bertentangan, explore keraguan diri, berbagi keprihatinan dengan rekan-

rekan mereka. Dalam kelompok memungkinkan para anggota untuk secara

terbuka mempertanyakan nilai-nilai mereka dan memodifikasi perasaan mereka

yang perlu diubah, para anggota dapat saling mendengarkan saling berinteraksi,

komunikasi terbuka dengan rekan-rekan mereka dan dapat membantu satu sama

lain menuju pemahaman diri dan penerimaan diri.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konseling

kelompok merupakan layanan yang diberikan oleh konselor kepada konseli yang

terdiri dari beberapa orang dalam dinamika kelompok, konselor memfasilitasi

para anggota untuk saling terlibat melalui komunikasi yang terbuka pada masing-

masing anggota, konselor memfasilitasi para anggota untuk dapat mendiskusikan

dan mengentaskan isu atau suatu permasalahan yang terjadi dalam dinamika

kelompok.

2.2.4.2 Tujuan Konseling Kelompok

Setiap layanan yang dilaksanakan selalu memiliki tujuan yang akan

dicapai, begitu pula dengan konseling kelompok. Tujuan yang ingin dicapai dalam

konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan

masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, agar

terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan

anggota kelompok yang lain (Wibowo, 2005). Berikut adalah beberapa tujuan

bagi anggota dalam konseling kelompok menurut (Corey, 2013) yang dirumuskan

Page 52: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

39

sebagai berikut : Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan diri, Untuk

mengenali kesamaan kebutuhan dan masalah anggota dan untuk mengembangkan

rasa keterhubungan, membangun hubungan, menemukan sumber daya,

penerimaan diri, kepercayaan diri, kasih sayang serta dalam upaya menentukan

piliha.

Dinamika dalam konseling kelompok terjadi ketika para anggota

menemukan apa arti dari memberi dan menerima dukungan emosional dan

pemahaman dalam jenis yang berbeda dan lebih positif. Bagi siswa, konseling

kelompok dapat bermanfaat sekali karena melalui interaksi dengan anggota-

anggota kelompok mereka memenuhi beberapa kebutuhan psikologis, seperti

kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya dan diterima

oleh mereka; kebutuhan untuk bertukar pikiran dan berbagi perasaan; kebutuhan

menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan; dan kebutuhan untuk

menjadi lebih independen serta lebih mandiri (Berg dan Fall, 2006).

Berdasarkan penjelasan dapat disimpulkan bahwa tujuan konseling

kelompok ialah bagaimana membantu individu untuk dapat mengekspresikan diri,

saling mendengarkan, saling memahami, belajar menyesuaikan diri, memaknai

nilai-nilai kehidupan serta pemecahan masalah dalam dinamika kelompok.

2.2.4.3 Tahapan Konseling Kelompok

Konseling kelompok sebagai salah satu jenis layanan dalam bimbingan

dan konseling dalam pelaksanaannya tentu memiliki berbagai langkah atau

tahapan yang menjadi pedoman. Pengistilahan tahapan tidak dimaksudkan untuk

memberikan kesan bahwa dalam kegiatan konseling kelompok terdapat berbagai

Page 53: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

40

kegiatan yang berdiri sendiri, semua tahapan dalam kegiatan konseling kelompok

menjadi satu kesatuan, dimana antara kegiatan yang satu dengan yang lain

merupakan kegiatan yang utuh, yang dalam praktiknya tidak dibatasi oleh jeda

waktu, yang merupakan kegiatan yang saling terkait antara satu dengan yang

lainnya.

Menurut Gladding (Wibowo, 2005) mengelompokkan proses konseling

menjadi empat tahap yaitu: tahap pembentukan kelompok tahap peralihan dalam

kelompok, tahap bekerja dalam kelompok dan tahap terminasi kelompok. Sejalan

dengan pendapat diatas Wibowo (2005) juga merumuskan tahapan-tahapan

konseling kelompok yang meliputi empat tahap yang secara spesifik disebutkan

sebagai berikut:

1. Tahap Permulaan (Begining Stage)

Tahap ini dilakukan upaya untuk menumbuhkan minat bagi

terbentuknya kelompok yang meliputi pemberian penjelasan tentang adanya

layanan konseling kelompok bagi para siswa, penjelasan pengertian, tujuan dan

kegunaan konseling kelompok, ajakan untuk memasuki dan mengikuti

kegiatan, serta kemungkinan adanya kesempatan dan kemudahan bagi

penyelenggaraan konseling kelompok.

Pertemuan awal adalah penting bagi konselor untuk membentuk

kelompok dan menjelaskan tujuan konseling kelompok dengan istilah-istilah

yang mudah dipahami oleh siswa yang ada dalam kelompok. Kegiatan awal ini

akan membuahkan suasana yang memungkinkan siswa untuk memasuki

kegiatan kelompok. Tahap permulaan ini disebut pula tahap pembentukan

Page 54: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

41

(forming) karena seperti dijelaskan sebelumnya bahwa dalam tahap ini

dilakukan pembentukan kelompok. Gladding (2012) mengatakan bahwa pada

tahap pembentukan (forming), biasanya diletakkan pondasi untuk apa yang

dilakukan kemudian dan siapa yang dianggap di dalam atau di luar dari

pertimbangan kelompok.

Pembentukan kelompok secara konseptual dimulai dari ide konselor

dan berakhir setelah ide-ide baru yang lain diungkapkan, dan selanjutnya para

anggota mulai bekerja. Setelah pembentukan kelompok dilakukan, isu-isu yang

lebih produktif dapat dihadapkan secara individual maupun secara kolektif.

Kormanski & Mozenter dalam Mungin Eddy Wibowo (2005:86) menyatakan

bahwa kelompok dapat berkembang dari kesadaran, lalu berlanjut pada

pertentangan, kerjasama, produktivitas dan berakhir dengan pemisahan.

Dengan memahami tahapan sebuah kelompok, sangat mungkin bagi konselor

untuk mengetahui tujuan dan kemajuan kelompok.

2. Tahap Transisi (Transition Stage)

Tahap transisi merupakan masa setelah proses pembentukan dan

sebelum masa bekerja (kegiatan). Dalam suatu kelompok, tahap transisi

membutuhkan 5% sampai 20% dari keseluruhan waktu kelompok

(Gladding, dalam Mungin Eddy Wibowo, 2005:89). Tahap ini yang merupakan

proses dua bagian, yang ditandai dengan ekspresi sejumlah emosi dan interaksi

anggota.

Transisi mulai dengan masa badai, yang mana anggota mulai bersaing

dengan yang lain dalam kelompok untuk mendapatkan tempat, kekuasaan

Page 55: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

42

dalam kelompok. Masa badai adalah masa munculnya konflik atau kegelisahan

saat kelompok beralih dari ketegangan primer (kejanggalan dalam situasi yang

aneh) ke ketegangan sekunder (konflik antar kelompok). Selama masa ini,

kelompok berada diambang ketegangan dan mencapai keseimbangan antara

terlalu banyak dan terlalu sedikitnya ketegangan. Anggota kelompok dan

pemimpin kelompok mengupayakan penyelesaian masalah yang berkaitan

dengan struktur, arah, kontrol, dan hubungan antar pribadi (Hershenson &

Power; Maples dalam Mungin Eddy Wibowo, 2005:90).

Masa transisi dari masa dari tahap permulaan ke tahap berikutnya

menurut Yalom dalam Mungin Eddy Wibowo (2005:92) merupakan saat

"perebutan kekuatan" diantara anggota kelompok dengan pemimpin

kelompok. Perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan/kekuatan terjadi setelah

anggota kelompok mengorientasikan dirinya ke dalam formasi kelompok.

3. Tahap Kegiatan (Working Stage)

Pada tahap ini, hubungan antar anggota sudah mulai ada kemajuan.

Sudah terjalin rasa saling percaya antara sesama anggota kelompok, rasa

empati, saling mengikat dan berkembang lebih dekat secara emosional, dan

kelompok tersebut akan menjadi kompak (kohesif). Kedekatan emosional akan

terjadi jika anggota kelompok dapat mengenali satu sama lain dan telah

berhasil dalam pekerjaannya melalui perjuangan mereka bersama-sama.

Kelompok yang kohesif menunjukkan adanya penerimaan yang mendalam,

keakraban, pengertian, disamping itu juga mungkin berkembang eksperesi

bermusuhan dan konflik. Pada kelompok kohesif yang paling penting adalah

Page 56: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

43

adanya saling ketergantungan dari setiap terhadap kelompok akan meningkat

sehingga sering terjadi katarsis yang memudahkan konselor untuk memahami

anggota kelompok.

Penekanan utama pada tahap ini adalah produktivitas, baik hasilnya

dapat dilihat langsung maupun tidak langsung. Anggota kelompok

menfokuskan pada meningkatkan diri mereka sendiri dan/atau dalam mencapai

tujuan individu atau kelompok yang spesifik. Anggota kelompok harus lebih

produktif dalam menyelesaikan tugas pribadi atau masalah dengan melakukan

kerjasama yang dinamis dan kondusif. Melalui kerjasama, anggota kelompok

akan dapat juga menyadari nilai-nilai dari kelompok dalam kehidupan mereka

dan mengingat saat-saat penting dalam kelompok berkaitan dengan apa yang

dikatakan atau dilakukan mereka dan anggota kelompok, serta akan

menghasilkan pengalaman-pengalaman, keterampilan, sikap, dan pembentukan

kepribadian sesuai dengan apa yang diharapkan atau yang menjadi tujuan

masing-masing anggota kelompok.

4. Tahap Pengakhiran (Termination)

Pada tahap ini, Corey Wibowo (2005) mengemukakan bahwa sesudah

berakhirnya pertemuan kelompok, fungsi utama dari anggota kelompok adalah

merencanakan program dari apa yang pernah dia pelajari yang harus diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari, melakukan evaluasi kelompok, dan melakukan

tindak lanjut melalui pertemuan yang telah ditetapkan jika diperlukan. Secara

umum dapat dikatakan bahwa pengakhiran kegiatan konseling kelompok tepat

dilakukan pada saat-saat tujuan-tujuan individual anggota kelompok dan tujuan

Page 57: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

44

kelompok telah dicapai dan perilaku baru telah dipraktekkan dalam kehidupan

sehari-hari di luar kelompok. Namun bisa juga konseling kelompok itu diakhiri

dalam kondisi yang lain.

Tahapan-tahapan pelaksanaan yang dilakukan haruslah dilaksanakan

secara sistematis. Kemudian setelah semua tahapan pelaksanaan konseling

kelompok dilaksanakan secara keseluruhan, Tugas utama dari konselor, selaku

pemimpin kelompok, adalah memberikan penguatan-penguatan kembali atau

merefleksikan kembali hal-hal positif yang telah dipelajari oleh para anggota

kelompok dalam kegiatan kelompok.

Selanjutnya hal yang tidak kalah penting dilakukan adalah

membicarakan follow Up atau tindak lanjut yang akan dilakukan setelah ini.

Setelah semua tahap di atas telah terlaksana, kemudian diadakan evaluasi dan

follow up. Follow up dapat dilaksanakan secara kelompok maupun secara

individu. Pada kegiatan tindak lanjut ini para anggota kelompok dapat

membicarakan tentang upaya-upaya yang telah di tempuh. Mereka dapat

melaporkan tentang kesulitan-kesulitan yang mereka temui, berbagai kesukacitaan

dan keberhasilan dalam kelompok.

Para anggota kelompok menyampaikan pengalaman mereka dan hasilnya

selama mengikuti kegiatan konseling kelompok dalam kehidupan sehari-hari.

Pernimpin kelompok dapat mengadakan evaluasi dengan memberikan pertanyaan

atau wawancara dengan batas tertentu dan melihat kondisi anggota sudah dapat

menguasai topik yang dibicarakan atau belum. Hal tersebut dapat memberi

gambaran akan keberhasilan kegiatan kelompok.

Page 58: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

45

2.2.4.4 Kelebihan dan Keterbatasan Konseling Kelompok

Konseling kelompok sebagai salah satu layanan tentunya memiliki

kelebihan dan keterbatasan didalam penggunaanya. Kelebihan dan keterbatasan

dalam layanan merupakan dinamika yang terjadi dalam strategi layanan, seperti

dalam proses pelaksanaan, terlalu berfokus pada tahapan sampai dengan

permasalahan peran pemimpin kelompok.

Gibson (2011) mengungkapkan ada beberapa hal yang harus disadari

mengingat keterbatasan dari pelaksanaan konseling kelompok, diantaranya yaitu

sebagai berikut: (1) setiap orang tidak merasa aman dalam kelompok dan

akibatnya individu-individu tertentu tidak siap untuk berinvestasi secara

emosional dalam kelompok; (2) dalam menentukan kelompok harus

memperhatikan rentang usia, terutama untuk kelompok yang melibatkan anak-

anak dan remaja; (3) beberapa individu dapat menggunakan konseling kelompok

sebagai tempat untuk bersembunyi dan menolak hubungan emosional yang

menghasilkan keterbukaan; (4) konseling kelompok mungkin cocok untuk satu

orang, tetapi tidak untuk orang lain. Selanjutnya menurut W.S. Winkel (2012)

kelemahan konseling kelompok dirumuskan beberapa bagian yang harus dipahami

yaitu :

1. Suasana dalam kelompok boleh jadi dirasakan oleh satu–dua anggota

kelompok sebagai paksaan moral untuk membuka isi hatinya seperti

banyak teman yang lain

2. Persoalan pribadi, anggota kelompok mungkin kurang mendapat perhatian

dan tanggapan sebagaimana mestinya, karena perhatian kelompok terfokus

Page 59: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

46

pada suatu masalah umum atau karena perhatian kelompok terpusat pada

persoalan pribadi konseli yang lain,

3. Bagi konselor sendiri lebih sulit memberikan perhatian penuh pada

masing-masing konseli dalam kelompok,

4. Khusus di Indonesia konselor dapat menghadapi kendala budaya yang

mempersulit kedudukannya sebagai partisipan dalam diskusi kelompok,

5. Para anggota kelompok kesulitan untuk mengungkapkan perasaan dan

pikirannya secara terbuka (self-assertiveness) bila hadir seseorang yang

secara spontan dipandang sebagai pemegang otoritas (authority figure).

Selain mempunyai kelemahan, konseling kelompok juga mempunyai

beberapa kelebihan. W.S. Winkel (2012) menjelaskan terdapat dua kelebihan

konseling kelompok yaitu : (1) terpenuhinya kebutuhan untuk menyesuaikan diri

dengan teman-teman sebaya dan dapat diterima oleh mereka, kebutuhan untuk

bertukar pikiran dan berbagai perasaan, kebutuhan menemukan nilai-nilai

kehidupan sebagai pegangan; dan kebutuhan untuk menjadi lebih independen

serta lebih mandiri, (2) dalam suasana konseling kelompok a lebih mudah

membicarakan persoalan mendesak yang mereka hadapi daripada dalam konseling

individual. Adapun kelebihan konseling kelompok menurut Prayitno (2004)

terdiri dari tiga komponen yaitum meliputi

1. Menyangkut aspek ekonomi efisiensi yaitu dengan adanya kelompok akan

semakin banyak orang yang dibantu, relatif membutuhkan waktu yang

lebih cepat.

Page 60: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

47

2. Dalam konseling kelompok adanya interaksi dalam intensif dan dinamis,

diharapkan tujuan konseling dapat tercapai secara lebih mantap;

3. Dinamika yang terjadi dalam kelompok mencerminkan suasana kehidupan

nyata yang dapat dijumpai di masyarakat, hal ini karena tiap-tiap pribadi

yang terlibat dalam interaksi akan membawa kondisi pribadinya masing-

masing.

Konseling kelompok memiliki kelebihan karena diharapkan bisa

menyelesaikan permasalahan konseli secara bersamaan sehingga waktu yang

diperlukan tidak terlalu lama. Selain itu, dinamika yang terjadi didalam kelompok

juga memperkaya solusi yang bisa diberikan kepada konseli yang mengalami

permasalahan.

2.2.5 Konseling Kelompok SFBT

2.2.5.1 Pengertian Konseling Kelompok SFBT

Terapi singkat berfokus solusi (SFBT) awalnya dikembangkan oleh Steve

de Shazer dan Insoo Kim Berg di Brief Therapy Family Center di Milwaukee

pada awal 1980-an. Pendekatan ini menggeser fokus dari pemecahan masalah

untuk penekanan pada solusi. SFBT menekankan kekuatan dan resiliensi individu

dengan berfokus pada pengecualian untuk masalah mereka dan solusi mereka

dikonsep. Melalui serangkaian intervensi, terapis mendorong klien untuk

meningkatkan perilaku mereka yang telah bekerja untuk mereka di masa depan

(De Shazer & Dolan dalam Corey, 2013).

Menurut Corey (2013) terapi singkat berfokus solusi didasarkan pada

asumsi yang optimistik bahwa manusia itu sehat dan kompeten dan memiliki

Page 61: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

48

kemampuan untuk membangun solusi yang dapat meningkatkan hidupnya. Lepas

dari berbentuk seperti apapun klien yang terlibat dalam terapi adalah diarahkan

agar klien mampu untuk mandiri. SFBT percaya bahwa klien berkompeten dan

peran konselor ialah membantu klien agar menyadari bahwa ia mempunyai

kemampuan tersebut. Menurut Mulawarman (2017) dalam pendekatan ini ketika

seorang konselor mengajak seorang anak untuk berfokus pada solusi, kesempatan

untuk bekerja sama dengan fokus pada solusi daripada masalah menjadikan

hasilnya lebih positif dan meminimalisiir bentuk menghakimi dan mungkin tidak

merusak rasa rapuh klien untuk tetap mengembangkan diri.

Proses terapi menyediakan suatu keadaan yang menjadikan individu

memfokuskan diri pada pemulihan dan penciptaan solusi ketimbang

membicarakan problem mereka satu kunci untuk efektivitas SFBT adalah fokus,

sementara solusi dianggap sebagai tujuan dasar dari SFBT. Pichot & Dolan

(dalam Reiter dan Chenail, 2016) menjelaskan bahwa kunci untuk terapi yang

efektif terletak di fokus relasional. Artinya, fokus terapis harus pada fokus klien

(biasanya keluhan) yang kemudian memungkinkan klien untuk mengalihkan fokus

mereka ke fokus terapis pada pengecualian dan membangun solusi, atau

mengkonstrukkan problem ke arah solusi yang ada.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan solution focused

brief therapy adalah pendekatan yang berfokus pada solusi dan mencari yang

dapat bekerja atau kekuatan klien yang mengarahkan untuk mencari solusi. Dalam

konseling kelompok solution focused brief therapy difokokuskan untuk

Page 62: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

49

bagaimana meningkatkan resiliensi akademik dan self-efficacy siswa di sekolah

menegah atas.

2.2.5.2 Konsep dasar Konseling Kelompok SFBT

Solution Focused Brief Therapy berbeda dari terapi tradisional

karena mengabaikan masa lampau dan lebih setuju dengan masa sekarang dan

masa yang akan datang. Menurut Walter dan Peller konseling singkat berfokus

solusi merupakan sebuah model konseling yang menjelaskan bagaimana individu

dapat berubah dan mampu mencapai tujuannya dengan memanfaatkan kekuatan

dan sumber daya yang dimiliki (Corey, 2013).

Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution Focused Brief Counseling)

adalah bentuk konseling singkat yang dibangun di atas kekuatan konseli dengan

membantunya memunculkan dan mengkonstruksikan solusi pada masalah yang

dihadapinya. Konseling ini lebih menekankan pentingnya masa depan ketimbang

masa lalu atau masa kini. Dalam pendekatan berfokus solusi ini, konsoler dan

konseli mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengkonstruksi ketimbang

mengeksplorasi masalah. Konselor dan konseli mencoba mendefinisikan sejelas

mungkin hal yang ingin dilihat konseli di dalam kehidupannya (Palmer, 2011:

549) .

Konseling singkat berfokus solusi membangun rasa kerja sama antara

konselor dan konseli. Konseli dipandang kompeten dan berdaya. Konseling

singkat berfokus solusi hanya menaruh sedikit perhatian pada ‘akar atau

penyebab’ masalah yang dihadapi konseli. Peran itu bisa diibaratkan saat

mengendarai mobil kadang-kadang kita harus menengok ke spion mobil, namun

Page 63: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

50

disarankan untuk lebih banyak melihat ke depan. Konselor berfokus solusi hanya

melakukan konseling minimal dalam kehidupan konseli, tugasnya adalah

memunculkan pemicu perubahan yang akan dilanjutkan setelah konseling.

Konselor bernegosiasi dengan konseli untuk mengidentifikasi masalah prioritas

yang tujuannya bisa dicapai.

Terapi ini memberi penekanan yang besar pada kemungkinan sedikit atau

tidak adanya ketertarikan untuk memperoleh pemahaman terhadap masalah.

Konseling kelompok menggunakan pendekatan SFBT menjadi pendekatan yang

efektip bukan hanya terhadap permasalahan belajar tetapi pada pemahaman karir

siswa seperti penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah (2018) terhadap siswa di

SMA N 4 Pamekasan terhadap pemilihan karir siswa menggunakan strategi

konseling kelompok SFBT. Hal ini menjadi keunggulan dari pendekatan ini,

dengan memahami pelaksanaan dan prinsip yang digunakan. Prinsip dasar dalam

konseling kelompok solution focused brief therapy menurut Corey (2013)

dirumsukan sebagai berikut:

1. Orientasi Positif

Terapi singkat yang berfokus solusi, didasarkan pada asumsi optimis

bahwa individu mempunyai sumberdaya, kompetensi serta memiliki

kemampuan untuk membangun solusi yang dapat mengubah arah kehidupan

mereka. Peran konselor adalah membantu klien mengenali sumber yang

sudah mereka miliki, seperti ketahanan, keberanian, dan kecerdikan.

2. Fokus Pada Solusi bukan Masalah

Page 64: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

51

Terapi singkat yang berfokus solusi berbeda dari terapi tradisional,

menghindari masa lalu dalam mendukung baik saat ini dan masa depan Masa

lalu adalah pertimbangan hanya untuk mengidentifikasi saat-saat ketika

masalah yang diajukan terjadi kurang sering. Filosofi berfokus solusi

bertumpu pada asumsi bahwa orang bisa menjadi terperosok di masa lalu

yang belum terselesaikan konflik dan berhenti ketika mereka fokus pada

masalah masa lalu atau sekarang bukan pada solusi masa depan. Klien

memilih tujuan mereka ingin capai, dan sedikit perhatian diberikan kepada

diagnosis, sejarah, analisis interaksi disfungsional, atau eksplorasi dari

masalah.

3. Mencari Apa yang Berfungsi atau kebemanfaatan

Konseling singkat berfokus solusi menekankan bagaimana menemukan

apa yang dapat dilakukan hal tersebut bekerja dan bermanfaat sebaliknya

meninggalkan sesuatu yang dianggap tidak bermanfaat sama sekali bagi

dirinya kemudian konselor membantu mereka untuk menerapkan

pengetahuan ini untuk menghilangkan masalah-masalah dalam waktu yang

tidak lama.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan konsep kunci SFBT terdapat

beberapa poin penting yaitu berorientasi positif yang didasarkan pada asumsi

optimis, berfokus pada mencari solusi bukan masalah dan mencari apa yang

berfungsi pada siswa yang nantinya akan sebagai kekuatan siswa yang

berpengaruh dalam mencari solusi.

2.2.5.3 Tujuan Konseling

Page 65: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

52

Solution Focused-Brief Counseling bertujuan mengidentifikasikan dan

memanfaatkan sepenuhnya kekuatan dan kompetensi yang dibawa konseli untuk

mengenali dan membangun pengecualian-pengecualian pada masalah, menolong

konseli berfokus pada hal-hal yang jelas dan spesifik yang mereka anggap sebagai

solusi masalah. Salah satu tujuan utama dalam SFBC adalah membantu konseli

mengidentifikasikan dan membangun pengecualian. Pengecualian merujuk ketika

konseli dapat secara efektif menyelesaikan masalah atau ketika masalah tidak

terjadi (Gutterman, 2013: 5).

Cunanan (2003: 8) berpendapat bahwa tujuan Konseling Singkat Berfokus

Solusi adalah untuk mengatasi masalah yang saat ini dihadapi konseli dengan

menekankan pada exception problem dan mengidentifikasi segala sumber daya

dan kekuatan konseli yang belum digunakan untuk mengatasi masalah yang

sedang dihadapi. Selain itu, Palmer (2011: 556) mengungkapkan bahwa tujuan

SFBT adalah tujuan yang dibawa konseli, asalkan tujuan tersebut lega dan etis.

Peran konselor adalah membantu klien menuju kearah yang diinginkan dengan

membantu ; (1) Mengidentifikasikan dan memanfaatkan sepenuhnya kekuatan dan

kompetensi yang dibawa konseli (2) Membantu konseli mengenali dan

membangun pengecualian-pengecualian pada masalah, yaitu saat-saat ketika

konseli telah melakukan (memikirkan, merasakan) sesuatu yang mengurangi atau

membatasi dampak masalah (3) Menolong konseli berfokus pada hal-hal yang

jelas dan spesifik yang mereka anggap sebagai solusi masalah

SFBT mencerminkan beberapa gagasan dasar tentang perubahan, tentang

interaksi, dan mencapai tujuan. Prochaska (Corey 2013: 403) menyatakan SFBT

Page 66: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

53

percaya bahwa individu memiliki kemampuan untuk menentukan tujuan pribadi

yang berarti dan memiliki sumber daya yang diperlukan untuk memecahkan

masalah mereka. Tujuan unik untuk setiap konseli dan dibangun oleh konseli

untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Dari kontak terlebih dulu dengan

konseli, konselor berusaha untuk menciptakan iklim yang akan memfasilitasi

perubahan dan mendorong konseli untuk berpikir dalam berbagai kemungkinan.

Pendekatan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC), melalui

pendekatan ini siswa akan berkolaborasi dengan konselor untuk berfokus

menemukan solusi sehingga bisa melakukan perubahan pada diri menjadi individu

yang memiliki konsep diri positif (Nugroho, 2018). Walter dan Peller (Corey,

2013) menekankan pentingnya membantu konseli dalam menciptakan tujuan yang

jelas, dalam menciptakan tujuan konseli membutuhkan bantuan agar dapat

mendefinisikan tujuan dengan baik. Beberapa hal penting dalam mendefinisikan

tujuan sebagai berikut; (a) dinyatakan secara positif dalam bahasa konseli, (b)

berorientasi proses, (c) berfokus pada disini dan sekarang, (d) dapat dicapai,

konkrit, dan spesifik, (e) dapat dikontrol oleh konseli.

Dalam konseling ini terdapat beberapa bentuk tujuan, yakni; mengubah

pandangan tentang situasi masalah dan mengarahkan kemampuan konseli

(O’Hanlon dan Weiner-Davis dalam Corey, 2013: 404). Tujuan utamanya adalah

membantu konseli dengan mengalihkan perhatian pembicaraan konseling dari

masalah kepada solusi. Segera individu akan berbicara dalam pegertian yang

mereka mampu lakukan secara kompeten sesuai dengan sumber daya yang

mereka miliki dan yang telah berhasil mereka lakukan.

Page 67: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

54

2.2.5.4 Prinsip Pendekatan Konseling SFBT

Ada sejumlah prinsip yang digunakan dalam memandu pendekatan SFBC

ini, prinsip-prinsip tersebut diterapkan pada bagaimana konselei sebaiknya

mendekati masalah, dan bagaimana konselor sebaiknya melakukan konseling.

Menurut Palmer (2011: 558- 559) adalah sebagai berikut :

1. Jika tidak rusak jangan diperbaiki

Koseling singkat berfokus solusi menekankan bahwa orang-oranglah yang

memiliki masalah, bukannya orang-orang adalah masalah. SFBC menghindari

pandangan bahwa konseli itu sakit atau rusak, dan justru mencari hal yang

sehat atau yang bias berfungsi didalam kehidupan mereka.

2. Perubahan kecil bisa mengakibatkan perubahan besar

Perubahan dianggap sebagai hal yang konstan dan tak bisa dielakkan.

Memantik daya perubahan malah bisa berbalik melebihi titik awalnya.

Mengalami perubahan malah bisa mengembalikan perasaannya memilih dan

mengendalikan pada diri konseli didalam kehidupannya dan mendorong

perubahan lebih jauh.

3. Jika bisa berfungsi terus lakukan

Klien didorong untuk terus melakukan hal yang telah bisa dilakukannya.

Perilaku konstruktif bisa bermula sebelum konseling. Konseli terus

melanjutkan pola perilaku baru sebelum ia merasa yakin bisa

mempertahankannya.

4. Jika tak berfungsi, jangan teruskan

Konseli SFBC didorong untuk melakukan sesuatu yang berbeda untuk

Page 68: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

55

menghancurkan lingkaran kegagalan. Itu mungkin berlawanan dengan aturan

yang biasa kita kenal, ‘jika awalnya anda tidak berhasil, coba, coba, coba

lagi.’

5. Lakukan konseling sesederhana mungkin

Jika keyakinan konselor menuntut ditemukannya penjelasan tersembunyi dan

factor-faktor bawah, keyakinan tersebut akan memperumit dan memperlama

terjalinnya relasi

Dalam konseling singkat berfokus solusi konseli diajak untuk

memfokuskan diri pada solusi tidak banyak dihabiskan untuk membicarakan

permasalahan dan penyebab permasalaha (Zalfa, 2014). Tetapi meskipun

demikian identifikasi identifikasi solusi permasalahan tersebut tetap menjadi

tujuan utama. Walter dan Peller (Corey, 2013: 401-402) berpikir mengenai

konseling berfokus solusi sebagai model yang menerangkan bagaimana orang

berubah dan bagaimana mereka dapat meraih tujuan mereka. Berikut ini beberapa

asumsi dasar SFBT:

1. Individu-individu yang datang konseling telah mempunyai kemampuan

berperilaku efektif, meskipun keefektifan tersebut mungkin untuk sementara

terhambat oleh pikiran negatif. Pikiran berfokus masalah mencegah orang dari

mengenali cara efektif mereka dalam menangani masalah.

2. Ada keuntungan untuk fokus positif pada solusi dan di masa depan. Jika

konseli dapat mereorientasi diri mereka dengan mengarahkan kekuatan

mereka menggunakan “solution –talk”, merupakan suatu kesempatan bagus

dalam konseling singkat.

Page 69: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

56

3. Proses konseling diorientasikan pada peningkatan kesadaran eksepsi (harapan-

harapan yang menyenangkan) terhadap pola masalah yang dialami dan

pemilihan proses perubahan.

4. Konseli sering mengatakan satu sisi dari diri mereka. SFBT mengajak konseli

untuk memerika sisi lain dari cerita hidupnya yang disampaikan.

5. Perubahan kecil membuka jalan bagi perubahan besar. Seringkali, perubahan

kecil adalah semua yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang

dibawa konseli ke konseling.

6. Konseli ingin berubah, memiliki kemampuan untuk berubah, dan melakukan

yang terbaik untuk membuat perubahan terjadi. Konseli harus mengambil

sikap kooperatif dengan konseli daripada merancang strategi sendiri untuk

mengendalikan hambatan. Ketika konselor mencari cara untuk kooperatif

dengan konseli, maka perlawanan/ resistensi tidak akan terjadi.

7. Konseli bisa percaya pada niat mereka untuk menyelesaikan masalah mereka.

Tidak ada solusi yang “benar” untuk masalah spesifik yang dapat

diaplikasikan pada semua orang. Setiap individu unik dan begitu juga pada

setiap penyelesaian masalahnya.

2.2.5.5 Asumsi dasar Pedoman Proses Konseling Kelompok SFBT

Solution Focused Brief Therapy didasarkan pada asumsi yang optimistik

bahwa manusia itu sehat dan kompeten serta memiliki kemampuan untuk

membangun solusi yang dapat meningkatkan hidupnya. Terlepas dari berbentuk

seperti apapun konseli yang terlibat dalam terapi ia dianggap mampu dan

berkompeten terhadap dirinya sendiri. Klien adalah kompeten dan peran konselor

Page 70: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

57

adalah membantu konseli agar menyadari bahwa ia mempunyai kemampuan itu.

Proses terapi menyediakan suatu keadaan yang menjadikan individu

memfokuskan diri pada pemulihan dan penciptaan solusi ketimbang

membicarakan problem mereka.

Walter dan Peller (Corey, 2012) menjelaskan bahwa terapi singkat

berfokus solusi sebagai model yang menjelaskan bagaimana orang dapat berubah

dan bagaimana mereka dapat mencapai tujuan mereka. Tahapan Solusi Focused

Brief Counselling (SFBC) yang diimplementasikan meliputi membangun

hubungan, mengidentifikasi keluhan yang dapat dipecahkan, menetapkan tujuan,

Merancang dan Implementasi Intervensi, dan penghentian, evaluasi, dan tindak

lanjut (Mulawarman, 2016). Berikut adalah beberapa asumsi dasar mereka

tentang pendekatan SFBT sebagai memodifikasi untuk konteks konseling

kelompok (Corey, 2013):

1. Ada keuntungan untuk fokus positif pada solusi dan pada masa depan. Jika

anggota kelompok dapat reorientasi diri ke arah kekuatan mereka

menggunakan berbicara dan fokus hanya pada solusi maka ada

kesempatan menuju keberhasilan serta manfaat perubahan yang

diinginkan

2. Individu yang datang ke konseling kelompok memiliki kemampuan

prilaku efektif, meskipun efektivitas ini dapat dihentikan sementara oleh

kognisi negatif dan bahasa yang negatif. Masalah-fokus pemikiran orang

dari mengenali cara efektif mereka telah berurusan dengan masalah.

Page 71: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

58

3. Ada pengecualian untuk setiap masalah, atau saat-saat ketika masalah

sangat minim atau bahkan tidak ada. Iklim pengecualian ini

memungkinkan untuk menciptakan solusi dengan peserta kelompok

mengembangkan perspektif baru atau solusi dari pada situasi mereka.

4. Peserta sering hadir hanya satu sisi dari diri mereka sendiri. Pemimpin

kelompok yang berfokus solusi mengundang anggota untuk memeriksa sisi

lain dari cerita yang mereka sajikan.

5. Tidak ada masalah konstan, dan perubahan tidak bisa dihindari. Perubahan

kecil membuka jalan bagi perubahan yang lebih besar. Setelah perubahan

telah dibuat, hal itu akan menyebabkan perubahan kecil lainnya. Setiap

masalah diselesaikan satu langkah pada satu waktu.

6. Anggota kelompok dapat dipercaya dalam niat mereka untuk menciptakan

solusi untuk masalah mereka. Tidak ada solusi universal spesifik masalah

yang dapat diterapkan untuk semua orang. Setiap individu adalah unik dan

begitu juga, adalah setiap solusi.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa asumsi dasar pedoman

praktek konseling kelompok solution focused brief therapy yaitu fokus positif

pada solusi dan masa depan, individu memiliki kemampuan, melihat sisi lain dari

anggota kelompok, tidak ada malasalah yang konstan dan anggota kelompok

dapat di percaya, dari asumsi SFBT tersebut sebagai acuan pelaksanaan konseling

kelompok SFBT terhadap siswa.

Page 72: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

59

2.2.5.6 Peran dan Fungsi Pemimpin Kelompok SFBT

Secara umum pemimpin dalam kelompok adalah bertanggungjawab dalam

menggerakkan aktivitas dan motivasi anggota kelompok untuk mencapai tujuan

bersama, begitupun dalam pendekatan SFBT. Pemimpin kelompok memiliki

pengaruh yang kuat dalam proses kelompok, tidak terkecuali dalam konseling

atauterapi kelompok. Setiap konseling atau terapi merupakan suatu proses yang

kompleks, termasuk konseling kelompok solution focused brief therapy. Berbeda

dengan orentasi pendetan lain, dalam pendekatan berfokus solusi, klien dibantu

untuk menemukan pengecualian saat tidak mengalami trauma dan diarahkan untuk

fokus pada masa depannya (Sugara, 2017).

Dalam pendekatan ini, terapis-sebagai-ahli digantikan oleh klien-sebagai-

ahli, terutama ketika datang untuk mencari apa yang dia inginkan. Hal ini

dilakukan oleh konselor dalam kelompok kelompok untuk terus memberikan

pertanyaan yang diajukan kepada anggota kelompok yang lain. Adapun peran dan

fungsi pemimpin konseling kelompok solution focused brief therapy, menurut

Corey (2013) yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Posisi Tidak Mengetahui

Konselor dalam konseling SFBT mengadopsi posisi "tidak tahu"

sebagai rute untuk menempatkan anggota kelompok dalam posisi menjadi

ahli tentang kehidupan mereka sendiri. Tugas kelompok pemimpin adalah

mengikuti jejak para anggota kelompok. Meskipun peserta kelompok

dipandang sebagai ahli pada kehidupan mereka sendiri, mereka sering

terjebak dalam pola yang tidak bekerja untuk mereka. Praktisi SFBT

Page 73: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

60

memilih sikap yang lebih kolaboratif atau konsultatif dan melihat

pekerjaan mereka sebagai menciptakan kesempatan bagi klien untuk

melihat diri mereka sebagai ahli dalam hidup mereka.

2. Menciptakan Kemitraan Terapeutik

Kualitas hubungan terapeutik berada di jantung dari efektifitas

SFBT. Berkaitan dengan kemitraan kolaboratif antara anggota kelompok

dan fasilitator kelompok. Banyak konselor kelompok memberikan

peningkatan perhatian untuk menciptakan hubungan kolaboratif dengan

anggota karena keyakinan mereka bahwa melakukan hal itu membuka

berbagai kemungkinan perubahan sekarang dan masa depan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi pemimpin

kelompok dalam konseling kelompok SFBT yaitu posisi tidak mengetahui dan

menciptakan hubungan terapeutik, yang pada pelakasanaannya pemimpin

kelompok mampu memfokuskan siswa untuk mengeksplor permalasahannya.

2.2.6 Prosedur Konseling Kelompok SFBT

Secara filosofis, pendekatan SFBT didasari oleh suatu pandangan bahwa

sejatinya kebenaran dan realitas bukanlah suatu yang bersifat absolut namun

realitas dan kebenaran itu dapat dikonstruksikan. Seperti pendekatan konseling

kelompok pada umumnya dalam proses konseling kelompok solution brief

focused therapy menekankan pada tahapan-tahapan perubahan yang dialami oleh

kelompok selama menjalani konseling. Tujuan perubahan bukan hanya pencapain

hasil dari pelaksanaan konseling tapi bagaimana proses konseling yang berhasil

Page 74: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

61

dimaknai oleh konseli. Berikut beberapa proses dalam konseling SFBT yang

dirumuskan oleh Corey (2013) sebagai berikut:

1. Langkah-langkah dalam proses perubahan

Model kelompok yang berfokus pada solusi memiliki makna filosofis

bahwa konselor menerima klien di mana mereka berada dan membantu mereka

dalam menciptakan solusi. Dalam proses perubahan terdapat hal yang harus

diperhatikan dalam proses konseling yaitu: (1) Mulai tetapkan tujuan,. (2)

Mencari pengecualian untuk masalah, (3) Para anggota kelompok terlibat

dalam mengidentifikasi pengecualian satu sama lain..(5) Mendorong motivasi

dan harapan (6) Membantu anggota kelompok dengan menugaskan pada akhir

setiap percakapan bangunan solusi, pemimpin menawarkan anggota umpan

balik ringkasan, memberikan dorongan, dan menyarankan apa yang mungkin

mereka amati dan inginkan.

2. Menciptakan Tujuan Anggota

SFBT memiliki beberapa gagasan dasar tentang perubahan, interaksi,

dan bagaimana mencapai tujuan. Konselor sebagai fasilitator percaya bahwa

setiap orang memiliki kemampuan untuk mendefinisikan makna tujuan pribadi

dan menyakini bahwa mereka berada dalam posisi terbaik untuk memilih

tujuan yang ingin mereka capai dalam kelompok karena mereka mengenal

dirinya lebih baik daripada orang lain. Dengan demikian dapat diketahui bahwa

penting bagi anggota untuk dapat mencapai apa yang mereka inginkan dan

kekhawatiran yang terjadi dipahami sebagai suatu keaadan yang dapat diatasi.

Menurut de Shazer (Seligman, 2006: 417) SFBT bisanya berlangsung

Page 75: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

62

dalam tujuh tahap:

a. Mengidentifikasi keluhan (Identifying a Solvable Complain)

Mengidentifikasi keluhan yang bisa dipecahkan merupakan langkah awal

yang penting dalam konseling. Tidak hanya memfasilitasi pengembangan tujuan

dan intervensi, tetapi mempromosikan perubahan. Konseli dan konselor

berkolaborasi untuk membuat gambar dari keluhan yang menempatkan solusi

mereka ditangan konseli. Pertanyaan frase konselor sehingga mereka

berkomunikasi secara optimis dan harapan untuk perubahan. Kesulitan manusia

dipandang sebagai normal dan dapat diubah.

Konselor menggunakan empati, ringkasan, mengartikan, pertanyaan

terbuka, dan keterampilan mendengarkan aktif untuk memahami situasi konseli

dengan jelas dan spesifik.

b. Menetapkan Tujuan (Establishing Goals)

Menetapkan tujuan melanjutkan proses konseling. Konselor berkolaborasi

dengan konseli untuk menentukan tujuan yang spesifik, dapat diamati, diukur, dan

konkret. Tujuan biasanya mengambil salah satu dari tiga bentuk: mengubah dari

situasi problematis; mengubah tampilan situasi atau kerangka acuan, dan

mengakses sumber daya, solusi, dan kekuatan (O’Hanlon (ST Weiner-Davis, 1989

dalam Seligman 2006). Pertanyaan mengandaikan sukses: “Apa yang akan

menjadi tanda pertama dari perubahan”, Bagaimana Anda akan tahu kapan terapi

ini berguna bagi Anda”, Bagaimana saya bisa tahu?” Diskusi rinci perubahan

positif didorong untuk memperoleh pandangan yang jelas dari apa yang terlihat

seperti solusi ke konseli. Salah satu cara yang paling berguna untuk solusi yang

Page 76: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

63

berfokus pada klinisi untuk menetapkan tujuan terapi adalah dengan

menggunakan pertanyaan keajaiban (miracle question).

c. Merancang Intervensi (Designing An Intervention)

Ketika merancang intervensi, konselor menggambar pada pemahaman

mereka tentang konseli dan penggunaan kreativitas strategi terapi untuk

mendorong perubahan, tidak peduli seberapa kecil. Pertanyaan khas selama tahap

ini termasuk “Perubahan apa yang telah terjadi?”, “Apa yang berhasil di masa lalu

ketika Anda berurusan dengan situasi yang sama?”, “Bagaimana Anda membuat

hal itu terjadi?”, dan “Apa yang akan Anda lakukan untuk memiliki itu terjadi

lagi? “.

d. Pemberian Tugas (Strategic Task)

Tugas strategis kemudian mempromosikan perubahan. Biasanya ini ditulis

sehingga konseli dapat memahami dan menyetujuinya. Tugas secara hati-hati

direncanakan untuk memaksimalkan kerjasama konseli dan sukses. Orang dipuji

atas upaya keberhasilan dan kekuatan mereka untuk menggambar di dalam

menyelesaikan tugas.

e. Perilaku Baru Positif (Positive New Behavior and Changesare Identifying and

Emphazed)

Perilaku baru yang positif dan perubahan diidentifikasi serta ditekankan

ketika konseli kembali setelah diberi tugas. Pertanyaan fokus pada perubahan,

kemajuan, dan kemungkinan dan mungkin termasuk “Bagaimana Anda membuat

hal itu terjadi?”, “Siapa yang melihat perubahan?”, dan “Bagaimana sesuatu yang

berbeda ketika Anda melakukan itu?” Masalahnya dipandang sebagai “itu” atau

Page 77: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

64

“itu” dan sebagai eksternal untuk konseli; ini membantu orang melihat

keprihatinan mereka sebagai setuju untuk berubah, bukan sebagai bagian integral

dari diri mereka sendiri.

f. Stabilisasi (Stabilization)

Stabilisasi penting dalam membantu orang mengkonsolidasikan

keuntungan dan secara bertahap beralih perspektif ke arah yang lebih efektif dan

penuh harapan. Selama tahap ini, konselor mungkin benar-benar menahan

kemajuan dan kemunduran konseli. Ini memberikan orang waktu untuk

menyesuaikan diri dengan perubahan mereka, mempromosikan keberhasilan lebih

lanjut, dan mencegah berkecil hati jika perubahan tidak terjadi secepat yang

mereka inginkan.

g. Pengakhiran (Termination)

Pengakhiran konseling terjadi, sering diprakarsai oleh konseli yang kini

telah mencapai tujuan mereka. Karena SFBT berfokus pada penyajian keluhan

bukan resolusi masalah masa kecil atau perubahan kepribadian yang signifikan, ia

mengakui bahwa orang dapat kembali untuk terapi tambahan, dan konseli

diingatkan pilihan itu. Pada saat yang sama, SFBT tidak hanya berusaha untuk

membantu orang menyelesaikan masalah segera. Melalui proses mengembangkan

rasa percaya diri, merasa mendengar dan memuji bukan menyalahkan, dan

menemukan kekuatan dan sumber daya, orang yang diterapi melalui SFBT dapat

menjadi lebih mandiri dan mampu mengatasi kesulitan di masa depan mereka

sendiri.

Page 78: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

65

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan proses konseling kelompok

solution brief focused therapy mengarahkan pada perubahan-perubahan klien

dalam kelompok serta memfokuskan pada tujuan anggota kelompok dan proses

konseling kelompok solution brief focused therapy menjadi pedoman untuk

pemimpim kelompok dalam melaksanakan konseling kelompok solution brief

focused therapy.

2.2.7 Teknik yang digunakan dalam Konseling Kelompok SFBT

SFBT mencerminkan beberapa gagasan dasar tentang perubahan, tentang

interaksi, dan mencapai tujuan. Terapis berfokus solusi percaya bahwa individu

memiliki kemampuan untuk menentukan tujuan pribadi yang berarti dan memiliki

sumber daya yang diperlukan untuk memecahkan masalah mereka. Beberapa

teknik kunci bagi praktisi kelompok solution focused brief therapy yang termasuk

mencari perbedaan dalam proses inetraksi atau exception, pertanyaan

pengecualian, pertanyaan scaling dan pertanyaan keajaiban.

Murphy (Corey, 2012) mengingatkan kita bahwa teknik yang berfokus

solusi ini harus digunakan fleksibel dan disesuaikan dengan keadaan yang unik

dari para anggota. Proses konseling kelompok terbaik dipandu oleh tujuan,

persepsi, sumber daya, dan umpan balik anggota. Teknik tidak boleh diberikan

lebih menonjol daripada anggota dalam kelompok. Berikut beberapa teknik dalam

konseling kelompok SFBT menurut Corey (2012) :

1. Pertanyaan

Pertanyaan menjadi alat komunikasi utama dan intervensi utama.

pemimpin kelompok yang berfokus pada solusi menggunakan pertanyaan

Page 79: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

66

sebagai cara untuk lebih memahami pengalaman anggota kelompok bukan

hanya untuk mengumpulkan informasi. Pemimpin kelompok tidak

menimbulkan pertanyaan yang mereka pikir mereka tahu jawabannya.

Pertanyaan diminta dari posisi hormat, rasa ingin tahu yang asli, ketertarikan

untuk tulus, dan keterbukaan.

2. Pertanyaan Pengecualian

SFBT didasarkan pada gagasan bahwa ada saat-saat dalam kehidupan

individu ketika masalah terjadi mereka mengidentifikasi bahwa hal tersebut

sebenranya bukanlah permasalahan hal ini disebut dengan pengecualian.

Teknik pengecualian ialah teknik yang diasumsikan bahwa semua masalah

memiliki pengecualian yang dapat digunakan untuk memfasilitasi solusi.

3. Pertanyaan Keajaiban

Pertanyaan keajaiban merupakan cara untuk menemukan tujuan klien

yang menyampaikan menghormati situasi klien dan membantu individu dalam

identitas orang yang lebih kecil, tujuan lebih mudah. Pertanyaan keajaiban

memfasilitasi klien untuk mempertimbangkan apa yang betul-betul mereka

inginkan, bukan sekedar apa yang tidak mereka inginkan, sehingga berubah

dari persfektif terfokus-masalah ke persfektif yang menghasilkan solusi.

4. Pertanyaan Scaling

Scalling (penskalaan) adalah teknik yang membantu konselor maupun

klien untuk membuat masalah kompleks tampak lebih konkret Murphy (Erford,

2016).Terapis berfokus solusi menggunakan skala pertanyaan ketika perubahan

manusia tidak mudah diamati, seperti perasaan, suasana hati, atau komunikasi.

Page 80: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

67

Penskalaan digunakan untuk mengidentifikasikan sasaran atau mebantu klien

untuk menuju kesasaran yang telah ditetapkan.

5. Formula Pertama Sesi Tugas

Rumus sesi pertama tugas adalah bentuk pekerjaan rumah dari pemimpin

kelompok dengan memberikan anggota penjelasan apa yang mereka capai

dalam sesi monseling antara sesi pertama dan sesi kedua (Corey, 2012). Pada

sesi kedua, para anggota dapat bertanya apa yang mereka amati dan apa yang

mereka ingin capai atau terjadi di masa depan. Mereka juga dapat menanggapi

pengamatan masing-masing sebagai anggota kelompok.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan proses konseling kelompok

solution brief focused therapy ini menggunakan beberapa teknik yaitu:

pertanyaan, pertanyaan keajaiban, pertanyaan pengecualian, pertanyaan scalling

dan format sesi tugas. Teknik-teknik tersebut yang digunakan pemimpin

kelompok dalam konseling kelompok solution brief focused therapy untuk

meningkatkan resiliensi akademik dan self-efficacy siswa sekolah menegah atas.

2.3 . Kerangka Berpikir

Resiliensi merupakan kapasitas kemampuan yang dimiliki oleh setiap

orang untuk dapat bertahan dan segera bangkit dari ketidakberdayaan maupun

keterpurukan. Maka dari itu resiliensi menjadi sumber kekuatan internal yang

dimiliki setiap orang untuk dapat bertahan dalam keadaan tertekan atau bahkan

kesengsaraan (adversity). Resiliensi bukanlah suatu trait, akan tetapi bersifat

kontinum, sehingga tiap individu dapat meningkatkan resiliensinya karena

kemampuan seseorang untuk menyembuhkan diri, beradaptasi, atau bangkit

Page 81: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

68

kembali ke kondisi normal (resilien) bervariasi sepanjang hidup mereka (Reivich

& Shatte, 2002). Dalam konteks akademik resiliensi disebut dengan resiliensi

akademik.

Resiliensi akademik ialah ketangguhan seseorang dalam menghadapi

berbagai tugas akademik dalam lingkungan pendidikan. Seorang siswa yang

resilien secara akademik, tak akan mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan

akademik. Ia akan merasa optimis dan berpikir positif, meskipun ia sedang berada

dalam suatu kesulitan akademik. Ia percaya bahwa ada jalan keluar atau solusi.

Siswa yang resilien juga merasa tertantang untuk memecahkan berbagai kesulitan

akademik karena berbagai kesulitan tersebut mendorong seseorang untuk

mengerahkan segenap potensi dan kompetensi akademiknya (Oloan, 2015).

Self-efficacy merupakan kekuatan internal yang dimiliki seseorang berupa

keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki. Menurut Bandura (dalam Hapsari,

2016) menyatakan bahwa self-effcacy yang dimiliki seseorang merupakan hal

yang menentukan seseorang akan bertindak, berpikir, dan bereaksi sewaktu

menghadapi situasi-situasi yang tidak menyenangkan. Efikasi diri juga menurut

Bandura mengacu pada keyakinan (beliefs) tentang kemampuan seseorang untuk

mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan untuk pencapaian hasil (Mughid,

2009).

Peran efikasi diri yang sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup

welll being seseorang, bagaimana menghadapi tindakan dan untuk tetap bertahan

pada situasi yang tidak menguntungkan dengan memiliki karakteristik tingkat

efikasi diri yang tinggi maka membuat seseorang memiliki keyakinan yang tinggi

Page 82: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

69

untuk maju dalam bertindak agar tercapai hasil yang diharapkan, khususnya bagi

siswa pada aspek akademiknya.

Untuk itu dalam penelitian ini akan di uji cobakan satu pendekatan

konseling yaitu pendekatan Solution Focused Brief Therapy (SFBT). Pendekatan

ini didasarkan pada asumsi yang optimistik bahwa manusia itu sehat dan

kompeten serta memiliki kemampuan untuk membangun solusi yang dapat

meningkatkan hidupnya. SFBT percaya bahwa klien adalah kompeten dan peran

konselor adalah membantu klien agar menyadari bahwa ia mempunyai

kemampuan itu. Proses terapi menyediakan suatu keadaan yang menjadikan

individu memfokuskan diri pada pemulihan dan penciptaan solusi ketimbang

membicarakan problem mereka.

Menurut Lines (dalam Taathadi, 2014) Brief Counseling pada dasarnya

bukanlah model pendekatan yang spesifik pada teori dan praktik, melainkan

bagaimana menggambarkan terapi atau konseling pada waktu yang terbatas

sebagai kekuatan layanan, memahami konteks di mana masalah terjadi, fokus

pada masa sekarang dan masa depan. Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan

prinsip dalam pendekatan SFBT maka peneliti menggunakan pendekatan

konseling pada setting kelompok. Konseling kelompok digunakan peneliti dalam

rangka meningkatkan ketahanan (resiliensi) agar siswa menjadi pribadi yang kuat

dan mampu mengatasi serta dapat segera bangkit untuk dapat melewati semua

permasalahan akademik, kesulitan akademik, penurunan prestasi dll.

Peningkatan resiliensi akademik dan self-efficacy akan menjadi efektif

menggunakan pendekatan SFBT hal ini didasarkan bahwa setiap siswa memiliki

Page 83: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

70

keyakinan terhadap kemampuan serta potensi yang dimiliki. Dengan memiliki

keyakinan (self-efficacy) akan kemampuan yang dimiliki maka diharapkan siswa

dapat memiliki ketahanan yang kuat terhadap permasalahan akademik atau agar

menjadi siswa yang resilien sebagai individu yang optimis dalam menghadapi

permasalahan dan selalu menemukan solusi atas permasalahan tersebut.

Page 84: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

71

Dalam penelitian ini alur penelitian yang akan dilaksanakan sebagai

berikut:

Gambar 2.2

Alur penelitian Keefektifan Layanan Konseling Kelompok SFBT untuk

meningkatkan resiliensi akademik dan self-efficacy

Landasan Teori

Berdasarkan temuan

peneliti dari jurnal-jurnal

serta penelitian terdahulu

Studi Pendahuluan

Terdapat kecenderungan siswa

yang memiliki resiliensi dan

efikasi diri yang rendah di

SMA N 1 Ungaran

Treatment dengan menggunakan

pendekatan konseling kelompok SFBT

untuk meningkatkan resiliensi akademik

dan self-efficacy

Harapannya

Kecendurngan Resiliensi akademik

Meningkat

Identifikasi Masalah

1. Rendahnya resiliensi akademik masih menjadi

masalah umum yang terjadi di sekolah

2. Rendahny motivasi,sikap optimis dalam belajar

dikarenakan rendahnya resiliensi dan efikasi diri

3. Hal tersebut berdampak pada prestasi dan kinerja

akademik.

Page 85: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

72

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan permasalahan

penelitian dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan

(Sugiyono, 2013). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Konseling kelompok Pendekatan Solution Focused Brief Therapy efektif

untuk meningkatkan resiliensi akademik siswa di SMA N 1 Ungaran.

2. Konseling kelompok Pendekatan Solution Focused Brief Therapy efektif

untuk meningkatkan self efficacy siswa di SMA N 1 Ungaran.

Page 86: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

105

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa SMA Negeri 1

Ungaran menguji keefektifan konseling kelompok SFBT untuk meningkatkan

resiliensi akademik dan self-efficacy siswa, maka didapatkan kesimpulan

penelitian sebagai berikut:

1. Konseling kelompok pendekatan Solution Focused Brief Therapy terbukti

efektif dalam meningkatkan resiliensi akademik siswa SMA N 1 Ungaran.

2. Konseling kelompok pendekatan Solution Focused Brief Therapy terbukti

efektif dalam meningkatkan self-efficacy siswa SMA N 1 Ungaran.

3. Konseling kelompok pendekatan Solution Focused Brief Therapy terbukti

efektif dalam meningkatkan resiliensi akademik dan self-efficacy siswa SMA

N 1 Ungaran.

Page 87: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

106

5.2 Saran

Beberapa hal yang menjadi saran berdasarkan hasil dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagi konselor profesional dapat menggunakan pendekatan SFBT sebagai

strategi yang efektif dalam upaya meningkatkan resiliensi dan self-efficacy

siswa.

2. Hasil dari intervensi ini dapat dijadikan batu pijakan oleh peneliti selanjutnya

untuk menyempurnakan keterbatasan penelitian seperti penggunaan subjek

penelitian yang lebih besar serta dengan desain penelitian yang melihat efek

mediasi antara resiliensi dan self-efficacy. Sehingga direkomendasikan kepada

para peneliti selanjutnya untuk merancang penelitian yang lebih baik dari yang

telah peneliti lakukan.

Page 88: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

107

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2014). Pengaruh Pelatihan Resiliensi terhadap Perilaku Asertif pada

Remaja. Pamator Journal, 2(3), 78–90.

Retrieved from http://infestasi.trunojoyo.ac.id/pamator/article/view/2451

Alwisol, (2009), Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press

Aranda, K & Hart, A. (2015). Resilient Moves: Tinkering with Practice Theory to

Generate New Ways of Thinking about Uing Resilience. Health (London,

England : 1997), 19(4), 355371. https://doi.org/10.1177/1363459314554318

Ana, A., Wibowo, M. E., & Wagimin, W. (2017). Bimbingan Kelompok dengan

Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Self-Efficacy dan Harapan Hasil

(Outcome Expectations) Karir Siswa. Jurnal Bimbingan Konseling, 6(1),

49-53.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk/article/view/17434

Ates, B. (2016) Effect of Solution Focused Group Counseling for High School

Students In Order to Struggle with School Burnout. Journal of Education

and Training Studies. 4(4), 27-34. 10.11114/jets.v4i4.1254

http://www.redfame.com/journal/index.php/jets/article/view/1254

Azwar, Saifuddin. (2016) Reliabilitas dan Validitas edisi 4. Yogyakarta. Pustaka

Pelajar

Bandura, A (2011) Self-Efiicacy: The Exercise of Control. New York: W.H

Freeman and Company.

Beightol. (2012). Adventure Education and Resilience Enhancement. Journal of

Experiential Education, 35(2), 307–325.

https://doi.org/10.1177/105382591203500203

Berg, R.C., Landreth, G.L. & Fall, K.A. (2006) Group Counseling Concepts and

Procedures. NY: Taylor & Francis Group.

Bernard, B., & Slade, S. (2009). Listening to Students: Moving

from Resilience Research to Youth Development Practice and

school connectedness. In M. Furlong, R. Gilman, & S. Heubner

(Eds.), Handbook of positive psychology in schools (pp. 353-370).

New York, NY: Routledge.

Carter, A., Breen, L., Yaruss, J. S., & Beilby, J. (2017). Self-efficacy and Quality

of Life in Adults who Stutter. Journal of Fluency Disorders 54(June),14-23.

Page 89: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

108

https://doi.org/10.1016/j.jfludis.2017.09.004

Capuzzi, D., & Stauffer, M. D. (2016). Counseling and Psychotherapy: Theories

and Interventions. John Wiley & Sons.

Chung, E., Turnbull, D., & Chur-hansen, A. (2017). Differences in Resilience

between University Students.

https://doi.org/10.1177/1469787417693493

Connor, K. M., & Davidson, J. R. T. (2003). Development of A New Resilience

scale: The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC). Depression and

Anxiety, 18(2), 76–82.

https://doi.org/10.1002/da.10113

Corey, G. (2012). Theory and Practice of Group Counseling. Belmont, CA:

Brooks/Cole.

Coronado-Hijón, A. (2017). Academic Resilience: A Transcultural Perspective.

Procedia - Social and Behavioral Sciences, 237(June 2016), 594–598.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2017.02.013

Creswell, J. (2015). Riset Pendidikan Perencanaan, dan Evaluasi Riset Kualtatif

dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cunanan, E.D. (2003). What Works When Learning Solution Focused Brief

Therapy: A Qualitative Analysis Of Trainees Experiences. Thesis Master of

Science, Virginia Polytechnic Institute and State University.

http://scholar.lib.vt.edu/.

Erford, B.T. (2016) 40 Teknik yang Harus Diketahui Setiap Konselor.

Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Everall, R.D., et all. (2006) Creating a Future: A Study Of Resilience in Suicidal

Female Adolascent. Journal of Counseling and Developmental. Vol 84,

461-470

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/j.1556-

6678.2006.tb00430.x

Feist & Feist (2011) Teori Kepribadian. Thoriest of Personality, Jakarta: Salemba

Humanika

Fitriyah, F., Wibowo, M. E., & Japar, M. (2018). The Effectiveness of Counseling

Group Solution Focused Career to Increase Career Maturity Students of

SMA Negeri 4 Pamekasan. Jurnal Bimbingan Konseling, 7(1), 81-87.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk/article/view/22655

Page 90: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

109

Gibson L. Roberth (2011) Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gladding, S.T. (2012) Konseling Profesi yang Menyeluruh (Winarno & Lilian

Yuwono, Trans). Jakarta Barat: Indeks.

Goodman, M (2016). Factors Associated with General Self-efficacy and

Resilience Among Youth Heads of Households in Kenya. Journal of Health

Psychology, 21(10), 2229–2246.

https://doi.org/10.1177/1359105315573443

Graff, C. S., (2013). Latina Resilience in Higher Education: Contributing Factors

Including Seasonal Farmworker Experiences. Journal of Hispanic Higher

Education, 12(4), 334–344.

https://doi.org/10.1177/1538192713494212

Guterman, Jeffrey. T. (2013).Master The Art of Solution Focused Counseling.

Second Edition.United Stated of America: Wiley American Counseling

Association.

Haase, L., Stewart. (2016). When the Brain Does Not Adequately Feel the Body:

Links between Low Resilience and Interoception. Biological Psychology,

113, 37–45.

https://doi.org/10.1016/j.biopsycho.2015.11.004

Hapsari, E. W. (2016). Self Efficacy Pengerjaan Skripsi Prokrastinasi Akademik

pada Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya. EXPERIENTIA: Jurnal Psikologi Indonesia, 4(2), 75-84.

http://journal.wima.ac.id/index.php/EXPERIENTIA/article/view/898

Hartuti, H., & Mangunsong, F. M. (2009). Pengaruh Faktor-faktor Protektif

Internal dan Eksternal pada Resiliensi Akademis Siswa Penerima Bantuan

Khusus Murid Miskin (BKMM) di SMA Negeri di Depok. Jurnal Psikologi

Indonesia, 6(2).

http://id.portalgaruda.org/

Henderson, N., & Milstein, M. M. (2003). Resiliency In Schools: Making it

Happen for Students and Educators. Thousand Oaks, Corwin Press, CA

Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2017). Cultivating Youth Resilience to Prevent

Bullying and Cyberbullying Victimization. Child Abuse and Neglect,

73(August), 51–62.

https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2017.09.010

Ibeagha and Adejuwon. P. B. S. A. (2004). Resiliency of Inner-city Yoruba

University Undergraduates In South Western Nigeria. TT - . Studies of

Tribes and Tribals, 2(2), 125–129.

Page 91: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

110

Retrieved from http://www.krepublishers.com/KRE-New-J/index.html.

Ifdil dan Taufik . (2012). Urgensi Peningkatan Dan Pengembangan Resiliensi

Siswa Di Sumatera Barat. Pedagogi I Jurnal Ilmiah Ilmu Pendiidikan,

XII(Urgensi Peningkatan dan Pengembangan Resiliensi Siswa di Sumatera

Barat), 115–121.

http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/255

Jackson, R., & Watkin, C. (2004). The Resilience Inventory : Seven Essential

Skills for Overcoming Life’s Obstacles. Selection & Development Review,

20(6), 13–17.

https://www.manageris.com/article-the-resilience-inventory-seven-essential-

skills-for-overcoming-23516.html

Joker, H. & Ghaderi, Z. (2015) Efeectiveess of a Solution Based Counseling on

Students Self Perception. Academic Journals. 10(15), 2141-2145.· 1990-

3839. 10.5897/ERR2015.2332.

http://www.academicjournals.org/journal/ERR/article-full-text-

pdf/29B642154596.

Jowkar, B., Kohoulat, N., & Zakeri, H. (2011). Family Communication Patterns

and Academic Resilience. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 29,

87–90.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.11.210

Kaharja. (2016). Pengaruh Konseling Islam Solution Focused Brief Therapy

Terhadap Self Esteem Siswa MTSn Bantul Tahun 2015/2016. Jurnal

Pendidikan Islam. Vol.XIII, No.1 Juni.

http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/index.php/jpai/article/view/1409

Kumi-Yeboah, A. (2016). Educational Resilience and Academic Achievement of

Immigrant Students From Ghana in an Urban School Environment. Urban

Education, 1–30. https://doi.org/10.1177/0042085916660347

Koob, J. J., & Love, S. M. (2010). The Implementation Of Solution-Focused

Therapy to Increase Foster Care Placement Stability. Children and Youth

Services Review, 32(10), 1346–1350.

https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2010.06.001

Lloyd, H., & Dallos, R. (2006). Solution-Focused Brief Therapy With Families

Who Have a Child With Intellectual Disabilities: A Description of the

Content of Initial Sessions and the Processes. Clinical Child Psychology and

Psychiatry, 11(3), 367–386.

https://doi.org/10.1177/1359104506064982

Lai, J. C. L., & Yue, X. (2014). Using the Brief Resilience Scale to Assess

Page 92: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

111

Chinese People’s Ability to Bounce Back From Stress. SAGE Open, 4(4).

https://doi.org/10.1177/2158244014554386

Lisbeth (2010). The Effect of A Solution-Focused Approach to Improve Self-

efficacy In Socially Withdrawn School Children: A Non-Randomized

Controlled Trial. International Journal of Nursing Studies, 47(11), 1389–

1396.

https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2010.05.001

Martin, A. (2002). Motivation and Academic Resilience: Developing A Model

For Student Enhancement. Australian Journal of Education. Sage Open

Vol. 46 No (I), 34–49.

https://doi.org/10.1177/000494410204600104

Magio, I. D (2016) Development and Validation of an Instrument to Assess

Future Orientation and Resilience in Adolescence. Journal of Adolescence.

51, 114-122

https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2016.06.005

Mulawarman, M., Munawaroh, E., & Nugraheni, E. P. (2016). Effectiveness of

Solution Focus Brief Counseling Approach (SFBC) In Developing Student

Career Adaptability. COUNS-EDU: The International Journal of

Counseling and Education, 1(1), 9-14.

DOI: 10.23916/10-15.0016.11-i33b

Mulawarman, U. (2014). Brief Counselling In Schools: A Solution-Focused Brief

Counselling (SFBC) Approach For School Counsellor in Indonesia. Journal

of Education and Practice, 5(21), 68-72.

https://iiste.org/Journals/index.php/JEP/article/view/14517

Mughid, A. (2009). Self-efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan

Implikasinya Terhadap Pendidikan). Tadris: Jurnal Pendidikan Islam, 4(1).

DOI: http://dx.doi.org/10.19105/jpi.v4i1.247

Muzamil, A., Wibowo, M. E., & Purwanto, E. (2019). The Effectivenes of Group

Guidance with Problem Solving Technique to Improve Self-Efficacy and

Task Value. Jurnal Bimbingan Konseling, 8(1), 6-10.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk/article/view/26615

Myrick, R.D. (2011) Developmental Guidance and Counseling : A Practical

Approach Fifth Edition. Minneapolis: Educational Media Corporation.

Narayanan, S. S., & Alexius Weng Onn, C. (2016). The Influence of Perceived

Social Support and Self-Efficacy on Resilience Among First Year

Malaysian Students. Kajian Malaysia, 34(2), 1–23.

https://doi.org/10.21315/km2016.34.2.1

Page 93: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

112

Newsome, W. S. (2004). Solution-Focused Brief Therapy Groupwork with At-

Risk Junior High School Students: Enhancing the Bottom Line. Research on

Social Work Practice, 14(5), 336–343.

https://doi.org/10.1177/1049731503262134

Neal, D. (2017). Academic Resilience and Caring Adults: The Experiences of

Former Foster Youth. Children and Youth Services Review, 79, 242–248.

https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2017.06.005

Nicholas, A. (2015). Solution Focused Brief Therapy with Children Who Stutter.

Procedia - Social and Behavioral Sciences, 193, 209–216.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.03.261

Nugroho, A. H., Puspita, D. A., & Mulawarman, M. (2018). Penerapan Solution-

Focused Brief Counseling (SFBC) untuk Meningkatkan Konsep Diri

Akademik Siswa. Bikotetik (Bimbingan dan Konseling: Teori dan

Praktik), 2(1), 93-99.

http://dx.doi.org/10.26740/bikotetik.v2n1.p93-99

Oloan, R., & Dariyo, A. (2015). Pengaruh Iklim Kelas Terhadap Resiliensi

Akademik , Mastery Goal Orientation dan Prestasi Belajar, 978–979.

http://mpsi.umm.ac.id/files/file/262-268%20Raja%20Oloan.pdf.

Palmer, S. (2011). Konseling dan Psikoterapi, terj. Haris H. Setadjid, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Pahlevi, R., Sugiharto, D. Y. P., & Jafar, M. (2017). Prediksi Self-Esteem, Social

Support dan Religiusitas terhadap Resiliensi. Jurnal Bimbingan

Konseling, 6(1), 90-93.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk/article/view/17445

Permata D.C &.Listiyandini R. A (2015). Peranan Pola Asuh Orangtua dalam

Memprediksi Resiliensi Mahasiswa Tahun Pertama Yang Merantau Di

Jakarta. Universitas Gunadarma: Depok , Proseding Pesat

Vol. (6) 10.2017

http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/pesat/article/view/1332.

Pintrich, P. R. (1991). A Manual For the Use of the Motivated Strategies for

Learning Questionnaire (MSLQ).

Purwanto, Edi (2016) Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Poerwanto, A. (2017) Analisis Prediktor Resiliensi Akademik Siswa Sekolah

Menegah Atas di Kota Surabaya. Jurnal Psikosains.

12(1), 45–57.

Page 94: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

113

http://journal.umg.ac.id/index.php/psikosains/article/download/140/118

Prayitno (2005) Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Prince-Embury, S & Saklofske, D.H. (2013) Resilience in Children Adolancents

and Adults. Translating Reseach Into Practice: New York: Springer.

Pulungan, Ahmad, J.S (2012) Gambaran Resiliensi Siswa Putus Sekolah di

Pesisir. Fakultas Psikologi: USU. Predicara: Jurnal Ilmiah Kajian Prilaku.

1(2) 2012

https://jurnal.usu.ac.id/index.php/predicara/article/view/532

Reiter, M.D. & Chenail, R.J. 2016. Defining the Focus in Solution Focused Brief

Therapy. International Journal of Solution-Focused Practices. 1(4), 1-9.. 10.14335/ijsfp.v4i1.27.

https://www.solutionfocused.org.au/

Reivich, K & Shatte, A. (2002) The Resiliece Factor. New York: Broadway

Book.

Riza, M., & Herdiana, I. (2013). Resiliensi pada Narapidana Laki-laki di Lapas

Klas 1 Medaeng. Jurnal Psikologi Kepribadian Dan Sosial, 2(1), 1–6.

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jpksfbd660cc7a2full.pdf.

Rosmayati, R., Sunawan, S., & Saraswati, S. (2017). Self-Efficacy dan

Konformitas dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Indonesian Journal

of Guidance and Counseling: Theory and Application, 6(4).

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk/article/view/18105

Samsudi (2009). Desain Penelitian Pendidikan. Semarang: UNNES Press

Sari, PKP dan Indrawati (2016). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman

Sebaya dengan Resiliensi Akademik Pada Mahasiswa Tingkat Akhir

Jurusan X Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, 5(April), 177–182

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/14979

Sagone, E., & Caroli, M. E. De. (2013). Relationships Between Resilience, Self-

Efficacy, and Thinking Styles in Italian Middle Adolescents. Procedia -

Social and Behavioral Sciences, 92(Lumen), 838–845.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.08.763

Sadewi, A. I., Sugiharto, D. Y. P., & Nusantoro, E. (2012). Meningkatkan Self

Efficacy Pelajaran Matematika Melalui Layanan Penguasaan Konten Teknik

Modeling Simbolik. Indonesian Journal of Guidance and Counseling:

Theory and Application, 1(2).

Page 95: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

114

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk/article/view/1606

Selvia, Putri (2016) Keefektifan Teknik Cognitive Restructuring dan Tought

Stopping dalam Konseling Kelompok Untuk Mengurangi Prilakuk Bullying

pada siswa SMA. Tesis . Semarang: Program Pascasarjana

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk/article/view/17430

Seligman, L. (2006) Theories of Counseling and Psychotherapy. Columbus, Ohio:

Pearson Merril Prentice Hall.

Sherty Amelia (2014). Gambaran Resiliensi Pada Mahasiswa Tahun Pertama

Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Volume 1 No. 2, oktober 2014.

JOM Journal, 10(2), 31–40.

https://www.neliti.com/publications/189043/

Sisca.H & Moningka C (2008) Resiliensi Perempuan Dewasa Muda Yang Pernah

Mengalami Kekerasan Seksual di Masa Kanak-kanak. Jurnal Psikologi. Vol

2(1) 61-69.

http://www.ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/245

Simon, J. B., Murphy, J. J., & Smith, S. M. (2005). Understanding and Fostering

Family Resilience. The Family Journal, 13(4), 427–436.

https://doi.org/10.1177/1066480705278724

Smith, B. W,. Dalen, J., Wiggins, K (2008). The Brief Resilience Scale :

Assessing the Ability to Bounce Back, 194–200.

https://doi.org/10.1080/10705500802222972

Sugara, G. S. (2017). Integrasi Terapi Sandtray Dengan Pendekatan Konseling

Berfokus Solusi Pada Anak Yang Mengalami Trauma. Jurnal Fokus

Konseling, 3(1), 32-46.

https://doi.org/10.26638/jfk.287.2099

Suryaman, M. A. (2013). Pengaruh Religiusitas terhadap Resiliensi pada Pasien

Rehabilitasi Narkoba Yayasan Rumah Damai Semarang.. Developmental

and Clinical Psychology, 2(1).

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI/article/view/13319

Sugiyono (2013) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sosa, T., & Gomez, K. (2012). Connecting Teacher Efficacy Beliefs in Promoting

Resilience to Support of Latino Students, 2048(Mc 057).

https://doi.org/10.1177/0042085912446033

Styaningrum, I. R. (2014). Pengaruh School Engagement, Locus Of Control, dan

Page 96: KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY …lib.unnes.ac.id/40634/1/UPLOAD KUSHENDAR.pdf · 2020. 10. 27. · v Hendar, Kus. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok

115

Social Support Terhadap Resiliensi Akademik Remaja. TAZKIYA Journal of

Psychology, 1, 19.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya

Taathadi,S (2014). Application of Solution-Focused Brief Therapy (SFBT) to

Enhance High School Students Self-Esteem: An Embedded Experimental

Design. International Journal of Psychological Studies, 6(3), 96–105.

https://doi.org/10.5539/ijps.v6n3p96

Yamamoto, T., Matsumoto, Y., & Bernard, M. E. (2017). Effects of the

Cognitive-Behavioral You Can Do It! Education Program on the Resilience

of Japanese Elementary School Students: A Preliminary Investigation.

International Journal of Educational Research, 86(March), 50–58.

https://doi.org/10.1016/j.ijer.2017.08.006

Utami, C. T., Helmi, A. F., (2017). Self-Efficacy dan Resiliensi : Sebuah tinjauan

Meta-Analisis, Psikologi, F., & Gadjah, U. Buletin Psikologi 25(1), 54–65.

https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.18419

Wang, L, Tao, H. (2017). Influence of Social Support and Self-Efficacy on

Resilience of Early Career Registered Nurses. Western Journal of Nursing

Research

https://doi.org/10.1177/0193945916685712

Widuri, E. L. (2012). Regulasi Emosi dan Resiliensi Pada Mahasiswa Tahun

Pertama. Humanitas, IX(2), 147–156.

https://doi.org/10.22146/JPSI.6967

Wibowo, M.E. (2005) Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UNNES

Press.

Winkel & Sri H. (2012) Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.

Yogyakarta: Media Abadi.

Wiyono, B. D. (2015). Keefektifan Solution-Focused Brief Group Counseling

Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa Sekolah, 1(1), 36–46

https://doi.org/10.21067/jki.v1i1.854

Zalfa, K. (2014). Penerapan Konseling Singkat Berfokus Solusi(Solution-Focused

Brief Counseling) Untuk Mengembangkan Resiliensi Santri (Doctoral

dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).