KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN METODE …lib.unnes.ac.id/35963/1/1301415019_Optimized.pdf ·...
Transcript of KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN METODE …lib.unnes.ac.id/35963/1/1301415019_Optimized.pdf ·...
KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN
METODE PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KARAKTER KERJASAMA PADA SISWA
KELAS XI MIPA 6 SMA NEGERI 1 BOYOLALI
SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
Kemal Adi Pratama
1301415019
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
BEKERJASAMA , SAMA BEKERJA
(Kemal Adi Pratama)
Persembahan :
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Jurusan Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul
“KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN METODE
PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER
KERJASAMA PADA SISWA KELAS XI MIPA 6 SMA NEGERI 1
BOYOLALI ” dengan baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bimbingan
klasikal dengan metode problem based learning mampu meningkatkan karakter
kerjasama siswa di SMA Negeri 1 Boyolali. Penyusunan skripsi ini dapat berjalan
dengan baik tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak khususnya Kusnarto Kurniawan,M.Pd,Kons.,selaku dosen pembimbing
skripsi yang selalu meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta selalu memberikan
motivasi dalam menulis skripsi ini dari awal hingga akhir.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi S1 di
Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Achmad Rifai RC, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang.
3. Kusnarto Kurniawan, M.Pd., Kons Ketua Jurusan Bimbingan dan
Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang ,serta
sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan
memberikan dukungan kepada penulis.
4. Dr.Anwar Sutoyo M.Pd dosen wali yang selama ini telah membimbing dan
memberikan motivasi kepada penulis
5. Sunawan, S.Pd., M.Pd., Ph.D selaku penguji 1 yang sabar memberikan
kritik, saran, dan masukannya dalam penyusunan skripsi ini
6. Muslikah, M.Pd. selaku penguji 2 yang sabar memberikan kritik, saran, dan
masukannya dalam penyusunan skripsi ini
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling yang telah
memberikan banyak memberikan bekal ilmu selama proses perkuliahan.
8. Drs.Wakimun M.Pd kepala SMA Negeri 1 Boyolali yang telah memberikan
izin dan bantuan selama proses penelitian.
9. Maryono S.Pd guru pendamping penelitian di SMA Negeri 1 Boyolali yang
memberikan dukungan dan arahan selama penelitian.
vi
10. Bapak dan ibu guru BK SMA Negeri 1 Boyolali yang telah memberikan
kesempatan dan arahan selama penelitian
11. Drs.Agus Winarno M.Si dan Sri Widiyati S.H selaku orang tua penulis dan
Lantika Pindo Adi Bahy selaku saudara yang telah memberikan dukungan
,doa dan menjadi tempat dimana tidak ada lagi tempat untuk mencurahkan
segala keluh kesah.
12. Sahabat seperjuangan BK angkatan 2015 yang telah banyak membantu
selama perkuliahan dan pelaksanaan proses skripsi ini.
13. Alm.Fidya Ahlania yang selalu memberikan motivasi untuk terus berjuang
dan pantang menyerah.
14. Rekan-rekan JIP Sedulur Lumpur, Komunitas Boyolali Adventure”Cobra”
dan SKIn Salatiga yang selalu memberi dukungan
15. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca serta memberikan kontribusi
dalam perkembangan ilmu Bimbingan dan Konseling.
Semarang, 14 Februari 2020
Penulis
vii
ABSTRAK
Pratama,kemal. 2020 Keefektifan Bimbingan Klasikal dengan Metode Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Karakter Kerjasama pada Siswa Kelas XI Mipa 6 SMA
Negeri 1 Boyolali, Jurusan Bimbingan Konseling ,Fakultas Ilmu Pendidikan,Universitas
Negeri Semarang. Dosen Pembimbing : Kusnarto Kurniawan,M.Pd,Kons
Penelitian ini dilandasi akan pentingnya karakter kerjasama untuk dapat
dimiliki oleh setiap siswa dalam rangka menyongsong pembelajaran abad 21 dan
juga sebagai bekal tuntutan dimasa depan sebagai sebuah ketrampilan yang
bermanfaat bagi siswa. Penelitian ini membahas terkait dengan peningkatan
karakter kerjasama melalui pemberian bimbingan klasikal dengan metode problem
based learning.Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui gambaran tingkat
karakter kerjasama siswa sebelum diberikan bimbingan klasikal dengan metode
problem based learning ,(2) mengetahui gambaran tingkat karakter kerjasama siswa
sesudah diberikan bimbingan klasikal dengan metode problem based learning dan
(3) membuktikan keefektifan bimbingan klasikal dengan metode problem based
learning untuk meningkatkan karakter kerjasama siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis one group pre-
test and post-test. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala
psikologi yang berisikan items terkait dengan karakter kerjasama siswa yang
diberikan kepada sampel penelitian yaitu siswa kelas XI MIPA 6 SMA Negeri 1
Boyolali sebanyak 38 siswa.Penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa
(1) analisis statistic deskriptif untuk menggambarkan karakter kerjasama siswa
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, (2) pengujian hipotesis melalui analisis
uji t-test untuk membuktikan keefektifan bimbingan klasikal dengan problem based
learning untuk meningkatkan karakter kerjasama siswa.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis data yang dilakukan
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter kerjasama siswa sebelum dan
sesudah diberikan bimbingan klasikal dengan metode problem based learning serta
bimbingan klasikal dengan metode problem based learning efektif untuk
meningkatkan karakter kerjasama pada siswa. hasil uji perhitungan t-test diatas
diperoleh t hitung sebesar -14.067, dengan df=37 sehingga nilai t tabel menjadi
2.711. dalam pengambilan keputusan hipotesis berdasarkan nilai t hitung yaitu jika
t hitung > t tabel = Ho ditolak, jadi t hitung = 14.067 > t tabel = 2.711 maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal dengan
metode problem based learning merupakan salah satu metode layanan yang efektif
digunakan dalam rangka peningkatan karakter kerjasama pada siswa.
Sehubungan dengan hasil penelitian diatas diharapkan guru BK dapat
mengupayakan peningkatan karakter kerjasama dengan memebrikan layanan
klasikal,konseling kelompok ,konseling individu dan bimbingan kelompok dengan
mengapilkasikannya menggunakan berbagai metode untuk dapat meningkatkan
karakter tersebut
Kata kunci: bimbingan klasikal;problem based learning; karakter kerjasama
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ . i
PERNYATAAN .......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv
PRAKATA ................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
1. BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 12
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 13
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 13
2. BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 15
2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 15
2.2 Karakter Kerjasama................................................................................ 19
2.2.1 Karakter ............................................................................................... 19
2.2.2 Kerjasama ........................................................................................... 20
2.3 Bimbingan Klasikal dengan Problem Based Learning .......................... 28
2.3.1 Bimbingan Klasikal ............................................................................ 28
2.3.2 Problem Based Learning ................................................................... 30
2.3 Kerangka Berfikir .................................................................................. 35
2.4 Hipotesis ................................................................................................ 37
3. BAB 3 METODE PENELITIAN .......................................................... 38
3.1 Desain Penelitian ................................................................................... 38
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 40
ix
3.4 Populasi dan Subyek Penelitian ............................................................. 42
3.4 Instrument Pengumpulan Data ............................................................... 44
3.5 Teknik dan Pengumpulan Data .............................................................. 46
3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................. 47
4. BAB 4 PEMBAHASAN ......................................................................... 49
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 49
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 61
4.3 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 70
5. BAB 5 PENUTUP ................................................................................. 72
5.1 Simpulan ................................................................................................ 72
5.2 Saran ...................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 73
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Tabel Treatment ................................................................................... 39
3.2 Tabel Skala Likert ................................................................................. 43
3.3 Kisi-Kisi Instrument sebelum uji validitas........................................... 44
4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Pre-test ....................................................... 49
4.2 Hasil Skor Karakter Kerjasama Sebelum Layanan ................................ 49
4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Post-test ...................................................... 50
4.4 Hasil Skor Karakter Kerjasama Setelah Layanan .................................. 51
4.5 Perbandingan Skor Karakter Kerjasama Setiap Siwa ............................ 52
4.6 Perbandingan Skor Indikator Karakter Kerjasama ............................... 54
4.7 Distribusi Frekuensi Indikator 1 ........................................................... 55
4.8 Distribusi Frekuensi Indikator 2 ........................................................... 56
4.9 Distribusi Frekuensi Indikator 3 ............................................................ 57
4.10 Distribusi Frekuensi Indikator 4 ............................................................ 58
4.11 Distribusi Frekuensi Indkator 5 ........................................................... 59
4.12 Tabel Uji Normalitas Data ..................................................................... 60
4.13 Tabel Uji T-Test .................................................................................... 61
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.3 .Kerangka Berfikir.................................................................................. 36
3.1 Desain peneitian ................................................................................... 37
3.2 Hubungan Variabel .............................................................................. 40
3.3 Validitas Instrumen .............................................................................. 45
3.4 Reabilitas Instrumen............................................................................. 46
3.5 Uji Hipotesis ........................................................................................ 47
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.1 Pedoman wawancara ............................................................................ 79
1.2 Hasil Wawancara ................................................................................. 78
1.3 Instrument Studi Pendahuluan ............................................................. 80
1.4 Hasil Studi Pendahuluan ....................................................................... 82
3.1 Rencana Pelaksanaan Layanan ........................................................... 83
3.2 Kisi-kisi Skala Karakter Kerjasama Sebelum Try Out ..................... 123
3.3 Skala Karakter Kerjasama Sebelum Try Out ........................................ 125
3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen skala Karakter Kerjasama ..................... 129
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrument skala Karakter Kerjasama ................ 130
4.1 Kisi-Kisi Skala Karakter Kerjasama Setelah Try Out........................... 131
4.2 Skala Karakter Kerjasama Setelah Try Out .......................................... 133
4.3 Hasil Layanan......................................................................................... 137
4.4 Hasil Tabulasi Post-test .......................................................................... 155
4.5 Hasil Tabulasi Pre-Test .......................................................................... 157
4.6 Grafik Perbandingan Nilai Karakter Kerjasama .................................... 159
5. Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 160
6. Hasil Uji T-test ...................................................................................... 160
7. Surat Izin Penelitian.............................................................................. 161
8. Dokumentasi ......................................................................................... 164
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan karakter saat ini menjadi prioritas utama dalam kependidikan,
karena memiliki peran dan fungsi yang sangat besar. Hal ini ditunjukkan dalam
Hendarman ,dkk (2016) yang menyatakan bahwa penguatan karakter bangsa
menjadi salah satu butir Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo melalui
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Komitmen ini ditindaklanjuti dengan
arahan Presiden kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengutamakan
dan membudayakan pendidikan karakter di dalam dunia pendidikan.Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan mengimplementasikan penguatan karakter penerus
bangsa melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan
sejak tahun 2016. Hal ini menujukkkan bahwa pendidikan memang sangat
dibutuhkan dan menjadi sebuah keharusan.
Setiap individu pasti memiliki karakter, karakter merupakan watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian individu yang dipengaruhi dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak Hasan (2010).Sementara itu Ikhwanudin (2012)
menyatakan bahwa karakter adalah ciri atau watak yang membedakan dengan orang
lain. Pendapat lain menurut Scerenko(1997) karakter merupakan ciri atau atribut
yang membentuk dan menjadi pembeda dari ciri pribadi, etnis dan kompleksitas
mental dari seseorang,kelompok atau bangsa lebih lanjut dijelaskan bahwa karakter
2
deskripsi dari atribut, ciri-ciri atau kemampuan seseorang dalam Samani (2012:42).
Karakter mengacu kepada nilai Pancasila sebagai nilai dasar yang dimiliki oleh
individu bersumber dari olah hati, olahraga, olah rasa dan karsa dalam Samani
(2012:24). Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah, dalam hal
ini karakter dari seseorang dapat dilihat dari ketrampilan, pengetahuan dan sikap
yang dimilikinya Samrin (2016). Karakter adalah sebuah gambaran atau watak yang
dimiliki individu dan dapat mempengaruhi individu dalam bersikap, berpandangan
serta berfikir terkait dengan nilai yang diyakini yang membentuk idetitas diri atau
atribut diri yang tentunya membentuk sebuah ketrampilan sosial bagi individu.
Keterampilan merupakan salah satu unsur dalam karakter ,yang dapat
diartikan sebagai sebuah perilaku atau sikap yang spesifik yang dilakukan secara
benar sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi serta ketrampilan merupakan sesuatu
yang dapat dipelajari dalam Adistya (2013). Sedangkan keterampilan sosial
merupakan bentuk perilaku, perbuatan dan sikap yang ditampilkan oleh individu
ketika berinteraksi dengan oranglain disertai dengan ketepatan dan kecepatan
sehingga memberikan kenyamanan bagi orang yang berada di sekitarnya Chaplin
dalam Suhartini (2004:18). Pengetahuan juga merupakan salah satu unsur penting
dalam karakter yang dimiliki oleh individu. Pengetahuan adalah nilai keutamaan
tentang fungsi kognitif. Peterson & Seligman (2004, p. 29) mengemukakan terdapat
lima kekuatan yang meliputi pengetahuan kreatif, rasa ingin tahu, mencintai
pembelajaran, berfikir kritis dan terbuka serta perspektif.Salah satu nilai karakter
yang dapat ditanamkan adalah nilai kerjasama.. Kekuatan ini dapat diidentifikasi
dari minat mencari keterbaruan, mencari informasi, dan terbuka terhadap
3
pengalaman baru dalam pendidikan karakter Hidayat (2018). Unsur ketiga dalam
karakter seseorang adalah sikap dan perilaku. Sikap sesorang diwujudkan dalam
perilaku orang tersebut dan perilaku akan dilihat orang lain dan itu akan membuat
orang lain menilai bagaimanakah karakter orang tersebut. Bahkan dari sikap dan
perilaku tersebut orang lain cenderung menilai sebagai cerminan karakter seseorang
tersebut, walaupun hal yang dilihat orang lain tidak tentu benar Siswati (2018).
Diamana karakter disini adalah faktor yang menjadi penentu ketepatan sikap dari
individu.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter merupakan watak atau
ciri dari tiap individu yang mempengaruhi dalam bersikap yang bersumber dari
nilai-nilai.Dalam karakter yang dimiliki unsur pengetahuan sebagai bagaian dari
segi kognitif yang mencoba memahami informasi dan pengetahuan berupa nilai dan
normas yang nantinya diresapi dan diwujudkan dalam sikap yang menjadi hasil dari
pemahaman karakter yang dapat dilakukan secara terampil sebagai sebuah
ketrampilan dalam menentukan sikap yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi yang mencadi atribut atau ciri dari individu itu sendiri.
Program dalam pendidikan karakter mampu menerapkan kualitas
patriotisme, tanggung jawab, kewarganegaraan, dan kebaikan; hormat pada
otoritas, kebebasan,kehidupan dan properti pribadi; kejujuran,amal, kontrol diri,
toleransi ras, etnis, dan agama, dan kerja sama dalam Pala (2011). Bentuk dari
karakter yang positif menurut Barbara dalam Yulianti (2016) adalah (1) peduli, (2)
sadar akan komunikasi (3) Mau berkerjasama (4) adil (5) rela memaafkan (6) jujur
(7) menjaga hubungan (8) hormat sesama (9) tanggung jawab (10) mengutamakan
4
keselamatan. Selaras dengan hal tersebut dalam Hendarman,dkk (2016) Gerakan
PPK harus dapat mengembangkan kecakapan dan karakter yang dibutuhkan oleh
peserta didik untuk hidup pada Abad XXI menyebutkan bahwa dalam gotong-
royong yang mana sub dari point tersebut terdapat karakter kerjasama yang
mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu
menyelesaikan persoalan bersama, memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
bersahabat dengan orang laindan memberi bantuan pada mereka yang miskin,
tersingkir dan membutuhkan pertolongan. Jadi salah satu point yang ditekankan
adalah adanya karakter kerjasama.
Kerja sama adalah bekerja secara bersama-sama yang membentuk rasa
solidaritas dan persatuan untuk meringankan pekerjaan dan mewujudkan tujuan
bersama. Kerjasama merupkan bentuk proses sosial yang memiliki aktivitas
tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membatu
dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing dalam Putri (2017).
Kerjasama (Cooperation) adalah adanya keterlibatan secara pribadi diantara kedua
belah pihak dami tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapi secara optimal
(Sunarto, 2000) dalam Sari (2). Kerjasama dapat terjadi apabila ada interaksi yang
baik,dilakukan oleh seluruh komponen yang ada dalam tim.Individu yang terdapat
dalam tim saling berhubungan,saling berinteraksi,saling ketergantungan,bahkan
saling mempengaruhi satu dan lainya Novarinda,t dkk (2). Berdasarkan beberapa
pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa karakter kerjasama adalah sebuah ciri
yang menunjukkan adanya kemampuan dalam pross sosial yang dilakukan oleh
individu,adanya keterlibatan aktif dan kolaboratif antar individu dalam berinteraksi
5
untum mencapai tujuan yang dikehendaki bersama yang didalamnya mengandug
unsur saling tolong menolong dan menghargai peran dari setiap individu.
Kerjasama sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Dalam pendidikan
selain sebagai wujud karakter kerjasama antar siswa juga sangat diperlukan dalam
kegiatan pemebelajaran dan memepersiapakan siswa agar dapat aktif dan
berkolaboratif ke depanya. Hal ini ditunjukkan bahwa Karakter kerja sama penting
dimiliki oleh setiap siswa pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, karena karakter
tersebut mampu melatih siswa dalam memahami, merasakan, dan melaksanakan
aktivitas kerja sama guna mencapai tujuan bersama Rukiyati (2014). Selain itu
kemampuan kerja sama mampu meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan
berinteraksi, serta melatih siswa beradaptasi dengan lingkungan baru Yulianti
(2016). Pentingya kerja sama ternyata tidak hanya sebatas pada pendidikan dasar
saja akan tetapi telah menjadi sebuah pardigma dalam dunia pendidikan yang mana
kerja sama menjadi salah satu aspek penting didalamnya.
Hal ini dijelaskan dalam BNSP 2010 frame work mengenai pembelajaran
abad 21 point (b)Keampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and
Cllaboration skills) dalam Wijaya (2016).Selain pokok dari gerakan PPK harus
dapat mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik
untuk dapat bertahan hidup di Abad XXI (antara lain kecakapan berpikir kritis dan
kreatif, penguasaan berbahasa, kemampuan komunikasi,bekerja sama dan gotong
royong, kecakapan beradaptasi, semangat ingin tahu dan berimajinasi, dan literasi)
Hendarman (2016). Serta sentimen kerja kolektif menuntut karyawan terampil yang
kreatif, inovatif, kolaboratif dan pemain tim,bukan hanya sebagai anggota
6
kelompok saja D.Diane (2013) yang nantinya tentu akan menjadi sebuah kebutuhan
dari peserta didik dalam menyongsong dunia kerja. Dari pernyataan diatas kita
dapat mnarik kesimpulan bahwa saat ini pada era abad 21 pendidikan juga
membutuhkan suatu karakter yang sangat krusial yaitu nilai kerjasama,nilai kerja
sama yang ditanamkan sejak dini maka akan meningkatkan kepercayaan
diri,berinteraksi dan juga menjadi framework bagi pembelajaran di abad ke -21.
Pendapat dari Akindele (2012) menyatakan kesimpulan dari penelitian yang
dilakukanya adalah para siswa juga mengklaim bahwa kerjasama membuka jalan
komunikasi; membangun kepercayaan, mengembangkan kesadaran diri dan orang
lain. Di Selain itu, mereka mengatakan bahwa kerjasama mengembangkan
keterampilan interaksi positif, dan mendorong kualitas mendengarkan dan
penggunaan keterampilan komunikasi lainnya seperti keterampilan komunikasi
antar budaya. Para siswa menambahkan bahwa jika kerjasama sering dilakukan di
kelas, itu akan membantu mempersiapkan mereka untuk bagaimana berinteraksi
dengan orang-orang di dunia kerja Ini memupuk keterampilan resolusi konflik,
keterampilan kepemimpinan, komunikasi antarpribadi / antarbudaya, penelitian,
penulisan, dan keterampilan presentasi dll.
Akan tetapi terdapat hambatan dalam pengembangan karakter kerjasama.
Salah satunya tidak lepas dari dampak globalisasi yang mana diungkapkan bahwa
saat ini kita menyaksikan tercerabutnya akar spritualitas dari panggung kehidupan,
salah satunya disebabkan oleh pola hidup global yang serba dilayani perangkat
teknologi yang serba canggih namun penuh persaingan hidup yang ketat sehingga
muncullah pola hidup individualisme (kebebasan berbuat sesuai keinginan),
7
materialisme (lebih mementingkan materi), dan hedonisme (kesenangan atau
kenikmatan) dalam Iskandar (2012). Masalah lain yang dihadapi sekarang ini
adalah kerja sama siswa yang belum optimal. Permasalahannya adalah mereka
pergi ke sekolah, tetapi cara belajar hanya terbatas mendengarkan keterangan guru
dan kurang berupaya memahami isi bidang studi yang diajarkan oleh guru, dan pada
saat ujian mereka mengungkapkan kembali isi bidang studi yang telah mereka
hafalkan. Belajar yang seperti itu merupakan cara yang gagal mencapai tujuan
belajar dalam arti yang sesungguhnya .Pembelajaran yang hanya berorientasi pada
hasil belajar semata, tentu akan memberikan dampak kurang positif pada siswa
karena siswa akan cenderung individualistis, kurang bertoleransi, dan jauh dari
nilai-nilai kebersamaan Rosita,Ita (2019)
Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara guru bimbingan konseling
di sebuah sekolah, ditemukan bahwa ada beberapa masalah terkait dengan
kerjasama yang mulai luntur. Antara lain ditemukan bahwa ada siswa yang lebih
senang bekerja sendiri daripada berkelompok,kemudian terdapat siswa yang kurang
tanggung jawab dalam mengikuti kegiatan kerjasama dalam kelompok. Adanya
siswa yang tidak aktif dan juga terlalu mendominasi dalam diskusi sehingga teman
lain dalam kelompok menjadi malas, ditemukan pula siswa yang kurang bisa
bekerjasama, ditemui pula siswa yang kurang bisa dalam mengutarakan pendapat
dan cenderung pasif dalam kegiatan kelompok, cederung ada siswa yang dianggap
rajin yang selalu mengerjakan tugas dalam kelmpok.
Hal tersebut juga diungkap dalam angket yang dibagikan kepada siswa kelas
terkait dengan kerjasama pada siswa yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa
8
items yang menonjol antara lain adalah (1) sebanyak 63,3 % siswa menjawab
bahwa dalam kerja kelompok yang didalamnya melibatkan proses kerja sama
terdapat siswa yang menggantungkan diri pada siswa lainya, (2) Adanya teman
yang ingin mendominasi dalam kerja kelompok sebanyak 56.7%, (3) 48,3%
menyatakan bahwa terdapat teman yang sering melalaikan tanggung jawabnya
dalam bekerjasama, (4) sebanyak 41,63 % menyatakan bahwa terdapat teman yang
kurang percaya diri dalam berpendapat, (5) terdapat teman yang hanya mau
bekerjasama dengan teman yang pandai dan disukai 53.3 % . Hal diatas sejalan
dengan apa yang diungkapkan oleh guru di kelas utamnaya hal tersebut terjadi
selama proses pembelajaran.
Hal ini tentu tidak sesuai dengan pendapat Johnson dan Johnson (1991),
karakteristik kerjasama terlihat dari adanya lima komponen yang melekat pada
program kerjasama tersebut, yakni: (1) adanya saling ketergantungan yang positif
diantara individu-individu dalam kelompok tersebut untuk mencapai tujuan ,(2)
adanya interaksi tatap muka yang dapat meningkatkan sukses satu sama lain
diantara anggota kelompok, (3) adanya akuntabilitas dan tanggungjawab personal
individu, (4) Adanya keterampilan komunikasi interpersonal dan kelompok kecil,
(5) Adanya keterampilan bekerja dalam kelompok dalam Wulandari (2015). Hal
diatas tentunya harus segera diperbaiki dan dapat dilakukan upaya pencegahanya
melalui penanaman karakter dengan adanya penerapan pendidikan karakter maka
diharapakan siswa tetap dapat memiliki nilai karakter terutama karakter kerja sama
yang nantinya sagat diperlukan bagi siswa.
9
Salah satu bagian dari pendidikan adalah bimbingan dan konseling yang
juga memegang peranan dalam pendidikan karakter di Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dari simpulan penelitian yang menyatakan bahwa peran bimbingan
konseling tidak semata-mata menyelesaikan masalah pada siswa namun juga
berperan aktif untuk menanamkan karakter positif pada siswa dan juga sikap
prososial. Mariana,dewi (2016). Dari pengertian diatas kita bisa menarik
kesimpulan bahwa bimbinga konseling dapat menanamkan karakter termasuk
kerjasama didalamnya. Bimbingan konseling dapat dilakukan secara
klasikal,kelompok maupun individu. Dalam hal ini karena kebutuhan dari
penanaman mencakup siswa secara luas maka dapat dilakukan melui bimbingan
klasikal atau kelompok agar lebih efektif dan efisien. Bimbingan klasikal yaitu
layanan bimbingan yang sasaranya pada seluruh siswa dalam kelas atau gabungan
beberapa kelas dalam Supriyo (2010:5).
Salah satu layanan yang dapat diberikan dalam bimbingan klasikal dengan
layanan infromasi yang termasuk dalam layanan dasar dalam BK Komperhensif,
dimana layanan ini bertujuan memberikan informasi, pemahaman serta ketrampilan
bagi siswa. Fungsi dari bimbingan klasikal adalah fungsi pemahaman dan
pencegahan. Supriyo (2010:19-23). Yang tentu sangat ideal untuk menanamkan dan
mencegah hilangnya nilai dan karakter kerja sama bagi siswa. Salah satu metode
dalam pengajaran klasikal yaitu dengan menggunakan model pembelajaran PBL
atau problem based learning. Yaitu model pembelajaran yang berbasi dari
masalah.Problem based learning merupakan salah satu cara atau metode yang tepat
dalam mengajarkan pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan rekomendasi yang
10
menyatakan bahwa Pembelajaran dengan model Problem Based Learning juga
direkomendasikan dalam pendidikan karakter hal ini ditunjukkan dari Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran
adalah model Problem Based Learning yang dalam penerapannya berorientasi pada
pendidikan karakter Pramandaputri,n.e (2016).
Tujuan dari model problem based learning adalah mendorong kerjasama
dalam menyelesaikan tugas,mendorong pengamtan dan dialog dengan orang lain,
melibatkan mahasiswa /siswa dalam penyelidikan pilihan yang memungkinkan
mahasiswa/siswa mengintepretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata
dengan pemahamanya sendiri,berusaha membantu mahasiswa menjadi pembelajar
yang mandiri dan aktif dalam Supriyo (2010:58). Model ini tentu cocok
dikembangkan dan diterapkan untuk menumbuhkan karakter pada siswa.
Penggunaan metode Problem Based Learning dalam bimbingan klasikal
seperti pada penelitian dari Yusnia,I (2015) yang menyatakan bahwa guru bk telah
memberikan bimbingan klasikal dengan ceramah di kelas sebagai upaya
pencegahan, tetapi cara ini masih belum berhasil karena siswa kurang antusias dan
masih belum memahami bahaya rokok bagi kesehatan. Lalu sebagai gantinya
dengan diterapkan metode problem based learning dalam format kelompok yang
menunjukkan hasil yaitu meningkatkan sikap tidak merokok pada siswa.
Selanjutnya dalam Zuliadi (2017) yang bertujuan mengetahui efektifitas bimbingan
klasikal menggunakan problem based learning untuk meningkatkan perencanaan
karir siswa. Berdasarkan hasil penelitian pre-test dan post test pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen diketahui bahwa terdapat perbedaan peningkatan
11
akan tetapi kelompok kontrol lebih rendah karena tidak menggunakan metode
Problem Based Learning.
Penelitian terdahulu membuktikan bahwa problem based learning dapat
digunakan untuk menumbuhkan sikap dan karakter prososial antara lain. Terdapat
perbedaan sikap demokratis yang signifikan antara kelas yang menerapkan model
pembelajaran problem based learning dengan ceramah Nurcahyo (2013), hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian penggunaan model pembelajaran problem based
learning dapat meningkatkan pencapaian sikap sosial tanggung jawab, kejujuran
dan kepedulian pada pembelajaran tematik siswa kelas V SD Negeri 2 Ngaru-aru
Banyudono Boyolali tahun ajaran 2014/2015 dalam Hanifah (2015).
Selain itu penelitian dengan model Problem Based Learning dapat
meningkatan kemampuan siswa dalam mengembangkan kepedulian sosial dan
lingkungan hidup, yang dapat dilihat dari penerapan kehidupan sehari-hari dengan
kebiasaan menjaga lingkungan hidup dan memupuk kepedulian sosial.penelitian
lain juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan
kebiasaan belajar siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal dengan metode
problem based learning pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan yaitu
bimbingan klasikal dengan metode problem based learning dengan kelompok
kontrol yang tidak diberi perlakuan bimbingan klasikal dengan metode problem
based learning dalam Nova (2016).
Terdapat perbedaan sikap demokratis yang signifikan antara kelas yang
menerapkan model pembelajaran problem based learning dengan ceramah
Nurcahyo (2013), hal ini diperkuat dengan hasil penelitian penggunaan model
12
pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan pencapaian sikap sosial
tanggung jawab, kejujuran dan kepedulian pada pembelajaran tematik siswa kelas
V SD Negeri 2 Ngaru-aru Banyudono Boyolali tahun ajaran 2014/2015 dalam
Hanifah (2015).Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Izza (2016) menyatakan
bahwa hasil penelitian penerapan model pembelajaran problem based learning
dapat meningkatkan karakter siswa dan kemampuan memecahkan masalah pada
materi sistem pencernaan. Berdasarkan beberapa penelitian diatas dapat disimpulka
bahwa Problem based learning dapat diggunkan untuk menumbukan nilai karakter
terutama karakter terkait dengan dunia pendidikan yang nantinya dibutuhkan oleh
siswa .
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian berbasis eksperimen dengan judul “Layanan Bimbingan Klasikal dengan
Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Karakter Kerjasama pada
Siswa” yang nantinya diharapkan mampu meningkatkan nilai karakter positif pada
siswa terutama penanaman karakter kerja sama yang saat ini sangat dibutuhkan
dalam dunia pendidikan dan juga dunia karir yang akan dijalani oleh para siswa di
masa mendatang.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan diatas maka dalam
penelitian ini dirumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimanakah tingkat karakter kerjasama siswa sebelum diberikan bimbingan
klasikal dengan metode Problem Based Learning ?
13
2. Bagaimanakah tingkat karakter kerjasama siswa sesudah diberikan bimbingan
klasikal dengan metode Problem Based Learning ?
3. Apakah bimbingan klasikal dengan metode Problem Based Learning efektif
untuk meningkatan karakter kerja sama siswa?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka penelitian
ini memiliki tujuan yaitu :
1. Tujuan Umum
Meningkatkan karakter kerja sama siswa melalui pemberian bimbingan klasikal
dengan metode Problem Based Learning pada siswa di SMA Negeri 1 Boyolali
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat karkter kerjasama sebelum diberikan bimbingan klasikal
metode Problem Based Learning pada siswa di SMA Negeri 1 Boyolali
2. Mengetahui tingkat karkter kerjasama sesudah diberikan bimbingan klasikal
dengan metode Problem Based Learning pada siswa di SMA Negeri 1 Boyolali
3. Membuktikan keefektifan bimbingan klasikal dengan metode Problem Based
Learning pada siswa di SMA Negeri 1 Boyolali
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitan yang telah diungkapkan diatas maka,manfaat
penelitian sebagai berikut :
14
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi refrensi untuk pemberian
bimbingan klasikal metode Problem Based Learning pada siswa dalam rangka
meningkatkan karakter pada siswa terutama karakter kerjasama
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkandapat menjadi rujukan bagi kepala sekolah dapat
membuat kebijakan terkait pengembangan karakter kerjasama siswa di SMA
Negeri 1 Boyolali.
2.Bagi Guru BK / Konselor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi model layanan Bimbingan dan
Konseling di sekolah oleh guru BK/Konselor terkait bagaimana penerapan
bimbingan klasikal metode Problem Based Learning pada siswa dalam rangka
meningkatkan karakter pada siswa terutama karakter kerjasama.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai
layanan infromasi dengan metode Problem Based Learning pada siswa sebagai
upaya peningkatan pendidikan karakter.
15
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah bimbingan
klasikal yang dikombinasikan dengan metode problem based learning efektif untuk
meningkatkan karakter kerjasama yang dimiliki oleh siswa.Pendidikan pada era ini
tidak hanya terfokus pada apa yang disebut sebagai pendidikan akademik akan
tetapi juga mengacu kepada sisi lain yaitu pendidikan karakter.Oleh karena itu
penelitian ini merujuk kepada penelitian yang relevan dan lebih dahulu dilakukan
sebagai dasar dari penelitian ini.
Penelitian pertama yang berjudul “The Need For Character Education”
yang dilakukan Pala 2011, selain itu juga diungkapkan bahwasanya program dalam
pendidikan karakter harus menekankan kualitas patriotisme, tanggung jawab,
kewarganegaraan, dan kebaikan; menghormati otoritas, kehidupan, kebebasan, dan
properti pribadi; kejujuran; amal; kontrol diri; toleransi ras, etnis, dan agama; dan
kerja sama, dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya
pendidikan tidak hanya terfokus dalam segi akademik namun juga karakter sebagai
penunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Perbedaan yang ada dengan penelitian
yang dilakukan dimana pada penelitian ini karakter yang berusaha ditingkatkan
secara adalah karakter kerjasama dengan menggunakan problem based learning
dan dalam penelitian diatas lebih membahas mengenai faktor, manfaat, pentingnya
dan implementasi nilai karakter dalam pendidikan.
16
Penelitian ke dua yang dilakukan oleh Iskandar 2012 erkait dampak
globalisasi dengan judul “Individualisme, Materialisme dan Hedonisme” yang
mana diungkapkan bahwa saat ini kita menyaksikan tercerabutnya akar spritualitas
dari panggung kehidupan, salah satunya disebabkan oleh pola hidup global yang
serba dilayani perangkat teknologi yang serba canggih namun penuh persaingan
hidup yang ketat sehingga muncullah pola hidup individualisme (kebebasan berbuat
sesuai keinginan), materialisme (lebih mementingkan materi), dan hedonisme
(kesenangan atau kenikmatan). Yang mana sikap individulisme ini diartikan bahwa
sebagai manusia lebih cendurung untuk dapat bertindak sesuai kehendaknya dan
tidak membutuhkan orang lain, padahal kodrat manusia adalah sebagai mahluk
social yang membutuhkan satu dan lainya. Perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan bahwa dampak globalisasi yang salah satunya sikap individualisme
bertentangan dengan karakter kerjasama yang dalam penelitian ini akan
ditingkatkan.
Penenlitian ketiga oleh Akindele 2012 penelitian yang berjudul “Enhancing
Teamwork and Communication Skills Among First Year Students at the University
of Botswan” menyatkan kesimpulan dari penelitian tersebut adalah para siswa juga
mengklaim bahwa kerjasama membuka jalan komunikasi, membangun
kepercayaan, mengembangkan kesadaran diri dan orang lain. Upaya dalam
meningkatkan kerjasama atau kerja tim dalam penelitian tersebut dengan
menerapkan pembelajaran atau tugas dengan membagi siswa menjadi beberpa
kelompok. Perbedan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode yang
digunakan dalam upaya peningkatan kerjasama dimana pada penelitian yang akan
17
dilakukan menekankan pemberian bimbingan klasikal dengan metode problem
based learning.
Penelitian keempat yang dilakukan oleh D.Diane 2013 dengan judul
“Teams That Work : Preparing Student Teams For The Workplace” , sistem
pendidikan kita saat ini juga harus berkembang untuk memenuhi kebutuhan
pengusaha dan sentimen kerja kolektif menuntut pekerja terampil yang kreatif,
inovatif, kerjasama dan pemain tim,bukan hanya sebagai anggota kelompok saja.
Yang menjadi point penting dalam kesimpulan penelitian tersebut adalah
kemampuan kolabratif atau bekerjasama sangat diperlukan dalam dunia kerja saat
ini sebagai sebuah tuntutan, sehingga sesuai tujuan dari penelitian ini adalah
meningkatkan karakter kerjasama yang tidak hanya sebagai pertimbangan di dunia
pendidikan namun menyiapkan siswa kearah jenjang karir selanjutnya. Pada
penelitian ini hal tersebut sebagai penguat akan pentingnya peningkatan karakter
kerjasama. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian
sebelumnya membahas kerjasama sebagai sebuah skill atau kemampuan yang harus
dimiliki sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan karakter
kerjasama.
Penelitian kelima yang dilakukan Nurcahyo 2013 dengan judul “ Efektifitas
Penggunaan PBL Terhadap Peningkatan Sikap Demokratis dan Hasil Belajar PKN
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Wonosari” menunjukkan adanya perbedaan sikap
demokratis yang signifikan antara kelas yang menerapkan model pembelajaran
problem based learning dengan ceramah Nurcahyo (2013) . Perbedaan yang
diungkap dalam penelitian ini adalah karakter yang ditingkatkan dimanana pada
18
penelitian ini berupaya meningkatkan karakter kerjasama siswa serta diterapkan
dalam layanan bimbingan dan konseling, dan pada penelitian terdahulu berfokus
tehadap sikap demokratis siswa dan hasil belajar dalam mata pelajaran PKN.
Penelitian ke enam yang dilakukan Hanifah 2015, menyatakan bahwa
penggunaan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan
pencapaian sikap sosial tanggung jawab, kejujuran dan kepedulian pada
pembelajaran tematik siswa kelas V SD Negeri 2 Ngaru-aru Banyudono Boyolali
tahun ajaran 2014/ 2015 . Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
dimana penelitian ini memilih subyek penelitian siswa SMA serta pengembangan
karakter pada penelitian ini adalah karakter kerjasama.Dan pada penelitian
sebelumnya menunjuk siswa SD sebagai subyek penelitiannya.
Penelitian ke tujuh yang dilakukan oleh Izza (2016) “Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Karakter Siswa dan
Kemampuan Memecahkan Masalah pada Materi Sistem Pencernaan” menyatakan
bahwa hasil penelitian penerapan model pembelajaran problem based learning
dapat meningkatkan karakter siswa dan kemampuan memecahkan masalah pada
materi sistem pencernaan dalam pembelajaran biologi. Perbedaan yang mendasar
dengan penelitian diatas adalah, penelitian yang akan dilakukan menggunakan
bimbingan klasikal yang juga menerapkan model problem based learing dalam
rangka peningkatan karakter kerjasama pada siswa yang diterapkan dalam layanan
bimbingan dan konseling berupa penerapan bimbingan klasikal sedangkan
penelitian diatas dilakukan dala pembelajaran biologi dan terfokus pada
ketrampilan pemecahan masalah.
19
2.2 Karakter Kerjasama
Merupakan salah satu karakter yang diharapkan muncul pada diri siswa
berupa ketrampilan kolaborasi, yang nantinya sesuai bahasan dalam latara belakang
dan penelitian terdahulu sangat bermanfaat dan sangat dituntut di era abad ke 21.
2.2.1 Karakter
Secara garis besar karakter merupakan cerminan dari kepribadian
seseorang. Dimana hal tersebut bisa bersifat positif ataupun negatif. Saat ini
pendidikan yang dicanangkan tidak jauh dari yang disebut sebgai pendidikan
karakter.
2.2.1.1. Pengertian
Hasan (2010) mengemukakan bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak,
atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak. Pendapat lain menurut Scerenko (1997)
medifinisikan karakter sebagai atribut atau ciri yang membentuk dan membedakan
ciri pribadi, ciri etnis dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau
bangsa,lebih lanjut juga dijelaskan bahwa karakter bisa didefinisikan sebagai suatu
deskripsi dari atribut, ciri-ciri atau kemampuan seseorang Samani (2012:42).
Karakter sendiri bisa disebut sebagai ciri yang menjadi ikon atau khas dari tiap
individu yang nantinya digunakan dalam kehidupan sehari-hari semisal dalam
bertindak, berpandangan dan sebagai bentuk kemampuan yang dimiliki oleh
individu.
20
2.2.1.2. Bentuk Karakter Positif
Karakter yang baik meliputi tiga komponen utama, yaitu: moral knowing,
moral feeling, moral action. Moral knowing meliputi: sadar moral, mengenal nilai-
nilai moral, perspektif, penalaran moral, pembuatan keputusan dan pengetahuan
tentang diri. Moral feeling meliputi: kesadaran hati nurani, harga diri, empati,
mencintai kebaikan, kontrol diri dan rendah hati. Moral action meliputi kompetensi,
kehendak baik dan kebiasaan dalam Rukiyati (2014). Karakter dasar menurut
Agustian (2012) merumuskan beberapa karakter dasar yang sama yakni jujur,
tanggung jawab, adil, peduli, dan kerja sama.Selain itu, Barbara dalam Yulianti
(2016) juga mengungkapkan sepuluh karakter yang ada dalam diri individu, yaitu:
(1) peduli, (2) sadar akan berkomunikasi, (3) mau melakukan kerja sama, (4) adil,
(5) rela memaafkan, (6) jujur, (7) menjaga hubungan, (8) hormat terhadap sesama,
(9) bertanggungjawab, dan (10) mengutamakan keselamatan.
Disini kerjasama merupakan salah satu nilai karakter dasar yang tentunya
setiap individu harus memiliki karakter tersebut karena karakter tanggung jawab
dan kerjasama dianggap lebih penting dibandingkan karakter lainya dalam
Yulinti,dkk (2016) . Karakter diatas merupakan karakter yang bisa dimiliki oleh
setiap siswa yang dapat menunjang kehidupanya.
2.2.2 Kerjasama
Dalam dunia pendidikan setiap siswa diharapkan dapat memiliki karakter
yang posistif yang dapat menunjang kehidupan dimasa mendatang sebagai penerus
bangsa. Salah satu karakter yang diharapkan muncul dan dimiliki oleh siswa adalah
21
karakter kerjasama yang menjadi tuntutan di era saat ini. Kerjasama dapat diartikan
saling bantu dan bekerja secara bersama untuk mencapai sebuah tujuan bersama.
2.2.2.1. Pengertian Kerjasama
Kerjasama merupakan salah satu karakter positif yang diharapkan dapat
tumbuh pada siswa . Kerjasama banyak dianggap sebagai kerja secara bersama-
sama atau kerja tim yang pada ahkirnya untuk menuju sebuah tujuan yang telah
disepakati bersama. Kerjasama (Cooperation) adalah adanya keterlibatan secara
pribadi diantara kedua belah pihak dami tercapainya penyelesaian masalah yang
dihadapi secara optimal (Sunarto, 2000) dalam Sari (2). Kerjasama sendiri
merupakan salah satu kecakapan hidup dalam pendidikan karakter yaitu
kerjasama/corporation yang memiliki makna bekerjasama menuju tujuan bersama
Samani (2012:104). Kerjasama dapat terjadi apabla ada interaksi yang
baik,dilakukan oleh seluruh komponen yang ada dalam tim.Individu yang terdapat
dalam tim saling berhubungan,saling berinteraksi,saling ketergantungan,bahkan
saling mempengaruhi satu dan lainya Novarinda,tegar dkk (2). Kerjasama selain
dapat diartikan sebagi kerja bersama juga mengandung makna bahwa perlu adanya
kekompakan dan komunikasi serta hubungan yang baik didalamnya untuk
mewujudkan tujuan bersama dan adanya saling ketergantungan satu sama lain.
Kerjasama yang dilakukan secara bersama-sama disebut sebagai gotong-
royong Gurniwan (2015). Kerjasama merupkan bentuk proses sosial yang memiliki
aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling
membatu an saling memahami terhadap aktivitas masing-masing dalam Putri
(2017).
22
2.2.2.2. Tujuan Kerjasama
Kerjasama sebagai kerja secara tim selain membuat lebih cepat dan efisien
juga memiliki tujuan lainya yang mendalam.Kerjasama memiliki tujuan
diantaranya yaitu:
a memberikan pendapat tentang permasalahan dengan petanyaan, wawasan
dan pemecahan dalam kelompok
b bertukar pikiran antara teman yang satu dengan teman yang lain sehingga
teman yang tadinya tidak tahu akan menjadi tahu
c meringankan pekerjaan yang di dapat dengan membagi tugas pada
kelompok
d cepat terselesaikan pekerjaan karena dilakukan dengan bersama-sama
e menyatukan ide, gagasan ataupun pendapat kelompok dalam keputusan
bersama
Tujuan dari kerjasama menurut rumusan diatas dapat menjadikan sebuah
pekerjaan akan menjadi lebih mudah karena dipecahkan bersama dalam sebuah
kelompok serta adanya pertukaran pendapat dan penyatuan ide gagasan didlamnya
yang membuat tingkat efisiensi dan eketifitas lebih tinggi dibandingkan dengan
kerja secara individual. kerja tim/kerja sama adalah strategi yang memiliki potensi
untuk meningkatkan kinerja individu dan pengorganisasian Ingram (2000) dalam
Manzoor dkk (2011)
2.2.2.3.Pentingnya Kerjasama
Salah satu karakter yang amat ditekankan dapat dimiliki oleh siswa adalah
karakter kerjasama. Rukiyati, dkk (2014) menekankan bahwa karakter kerja sama
dapat menumbuhkan tingkat percaya diri, dengan harapan siswa mudah beradaptasi
dengan lingkungan baru. Selain itu, melalui kerja sama siswa juga dilatih untuk
mampu memahami, merasakan, dan melaksanakan segala aktivitas dalam kerja
23
sama untuk mencapai tujuan bersama. Pendapat lain kemampuan kerja sama
menurut Lie (2008) bermanfaat untuk kehidupan siswa dimasa yang akan datang
karena dapat membentuk pribadi yang unggul, khususnya dalam dunia kerja dan
kehidupan bermasyarakat. Pentingya kerja sama ternyata tidak hanya sebatas pada
pendidikan dasar saja akan tetapi telah menjadi sebuah pardigma dalam dunia
pendidikan yang mana kerja sama menjadi salah satu aspek penting didalamnya.
Hal ini dijelaskan bahwa paradigma pendidikan abad 21 menekankan pada
kemampuan peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber merumuskan
permasalahan berfikir analitis dan kerja sama serta kolaborasi dalam menyelesaikan
masalah (Litbang Kemdikbud,2013) dan juga dijelaskan dalam (BNSP,2010) frame
work mengenai pembelajaran abad 21 point (b)Keampuan berkomunikasi dan
bekerjasama (Communication and Cllaboration skills) dalam Wijaya (2016). Selain
penting dalam dunia pendidikan dari awal proses pendidikan ditanamkan yaitu saat
sekolah dasar ternyata kerja sama juga menjadi salah satu karakter yang harus
dimiliki dalam menjawab tantangan di era abad ke 21,termasuk dalam studi lanjutan
seperti perguruan tinggi dan juga dalam dunia kerja saat ini juga memberikan
tuntutan akan hal tersebut.
2.2.2.4. Karakteristik Kerjasama
Menurut Johnson dan Johnson (1991), karakteristik suatu kelompok
kerjasama terlihat dari adanya lima komponen yang melekat pada program
kerjasama tersebut, yakni:
a Adanya saling ketergantungan yang positif diantara individu-individu
dalamkelompok tersebut untuk mencapai tujuan. Anggota kelompok paham
24
bahwa dalam kelompok saling bergantung satu sama lain.Dalam kerja
kelompok memang ditujukan untuk mencapai sebuah tujuan bersama yang
saling menguntungkan.
b Adanya interaksi tatap muka yang dapat meningkatkan sukses satu sama lain
diantara anggota kelompok. Interaksi yang terjadi diharpakan menuntut
keterlibatan secara langsung antar angota didialm kelompok dan membentuk
suasana yang interaktif dalam mencapai tujuan bersama.
c Adanya akuntabilitas dan tanggungjawab personal individu . Salah satu hal
yang harus ada dalam kerjasama adalah sikap tanggung jawab dimana disini
anggota memiliki tugas pribadi dalam kelompok yang harus dikerjakan
sebagai peran dalam bekerjasama,selain itu memiliki kemauan dan
kesungguhan dalam bekerjasama sebagai kewajiban bersama.
d Adanya keterampilan komunikasi interpersonal dan kelompok kecil .
Dalam kerjasama setiap anggota harus memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi agar kerjasama dapat berjalan lancar. Komunikasi ditujukan
untuk mengungkapkan maksud dan tujuan dalam bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama
e Adanya keterampilan bekerja dalam kelompok, ketrampilan kerjasama juga
harus ditunjang kemmapuan bekerja secara kelompok dimana dalam
kerjasama melibatkan berbagi individu bersatu untuk mencapai tujuan yang
dimaksudkan,hal tersebut tidak dapat terlaksana jika setia individu tidak
memiliki ketrampilan tersebut dan cenderung lebih individualis.
Dalam Wulandari (2015).
25
Menurut Sharma(2012). Karakteristik dari kerja sama/tim yang baik adalah
sebagai berikut . Tujuan yang jelas ,bahwa semua anggota grup berkomitmen, Buka
komunikasi yang jujur,Pengambilan keputusan kooperatif ,Suasana kepercayaan
,Rasa memiliki Keterampilan mendengarkan yang baik, Partisipasi oleh semua
anggota.
Pendapat lain yang disampaikan oleh ( Maxwell.j.c, 2012: 1 – 156 )
menyatakan bahwasanya untuk dapat menjadi penggerak dalam tim yang
didalamnya melakukan kegiatan kerjasama maka haruslah memiliki 17 karateristik
sebagai berikut : Mampu menyesuaikan diri, mampu berkolaborasi, berkomitmen,
komunikatif, kompeten, dapat diandalkan, disiplin, memberikan nilai tambah,
antusias, bertindak dengan tujuan, digerakkan dengan tujuan, siap tempur, supel,
meningkatkan kemampuan diri, tidak mementingkan diri sendiri, mengutamakan
solusi dan gigih. Kemampuan dan karakteristik diatas dapat diterapkandan dimiliki
oleh setiap anggota dalam bekerjasama sehingga terjadinya dinamika dan
keuntungan yang positif dalam kerjasama sehingga lebih efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan bersama dalam kerjsama.
Dari karekteristik diatas kita mengetahui bahwa kerjasama memiliki
karakteristik yang ideal agar dapat berjalan secara optimal dan memenuhi target
yang sudah ditetapkan. Dengan memenuhi karakteristik yang ditetapkan maka
diharapkan dapat sebagai pedoman dalam bekerjasama dengan memenuhi unsur
yang ada didalamnya. Kolaborasi atau kerjasama didefinisikan sebagai tindakan
atau bekerja dengan orang lain untuk saling menguntungkan Bruce & Ricketts,
(2008). Jadi kolaborasi adalah hal utama dalam kerjasama diamana akan
26
memeberikan keuntungan semua pihak. Karakter kerja sama dalam kurikulum 2013
tidak berdiri sendiri. Karakter tersebut tercakup dalam empat karakter dari tujuh
karakter yang dicantumkan pada pedoman penilaian kurikulum 2013, yakni
karakter percaya diri, santun, peduli, dan jujur. Karakter diatas diuraikan menjadi
okok dan sub pokok karakter yang mewakilinya.
a Percaya diri
Merupakan sikap percaya dan yakin akan hal yang dimiliki dalam dirinya
baik kekurangan maupun kelebihanya sehingga dapat menjadikan motivasi
diri. Hal tersebut jua diungkapkan oleh Hakim (2005) bahwa siswa yang
mempunyai rasa percaya diri tinggi dapat memahami kelebihan dan
kelemahan yang dimiliki. Kelemahan- kelemahan yang ada pada dirinya
merupakan hal yang wajar dan sebagai motivasi untuk mengembangkan
kelebihan yang dimilikinya bukan dijadikan penghambat atau penghalang
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam Aristiani,r
(2016).contoh sikap yang ditunjukkan dalam implementasi rasa percaya diri
antara lain adalah (a) berani presentasi di depan kelas ,(b) berani
berpendapat, bertanya / menjawab pertanyaan (c) berpendapat / melakukan
kegiatan tanpa ragu .
b Santun dalam menerima bantuan orang lain
Santun atau sopan santun secara garis besar adalah istilah yang
menggambarkan bahwa sebagi manusia kita harus memiliki rasa hormat dan
menghargai terhadap sesama sebagai sesama mahluk sosial. Sopan santun
merupakan istilah dalam Bahasa Jawa yang mengartikan sebgai perilaku
27
seseorag yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, meghargai dan
berahlak mulia. Dapat diartikan sebagi norma tidak tertulis yang mengatur
bagaiana seharusnya kita bersikap atau berprilaku dalam Suryani (2017).
Contoh perilaku yang menunjukkan sikap santun antara lain: mengucapkan
terima kasih setelah menerima bantuan orang lain, menggunakan bahasa
santun saat menyampaikan pendapat, dan menggunakan bahasa santun saat
mengkritik teman
c Peduli
Kepedulian adalah rasa kepekaan terhadap sesama yang dapat diwujudkan
dalam bentuk tindakan ataupun perkataan. Kepedulian juga menunjang
terjadinya kerjasama yang baik dalam sebuah tim. Apabila tidak ada
kepedulian maka bisa dibanyangkan sikap individualis akan muncul dan
kerjasama berjalan dengan tidak smestinya,contoh sikap peduli antara lain
menunjukkan rasa terima kasih dan menolong orang lain yang
membutuhkan serta memiliki kepekaan terhadap sekitar.Sehingga
kepedulian juga dianggap sebagi modal utama dalam kerjasama.
d Jujur
Secara arti jujur adalah suatu hal tanpa direkayasa atau dibuat-buat.Jujur
sendiri sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk
mengungkapkan (dalam bentuk perasaan,kata-kata dan/atau perbuatan)
bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan berbohong atau menipu
orang lain untuk keuntunga diri sendiri dalam Kesuma,dkk(2011:16). Jadi
jujur secara singkat adalah tidak bohong.bentuk kejujuran antara lain : tidak
28
melakukan plagiat dalam mengerjakan setiap tugas, melaporkan data /
informasi apa adanya, mengakui kesalahan / kekurangan yang dimiliki
Yulianti (2016).
2.3 Bimbingan Klasikal dengan Metode Problem Based Learning
Salah satu layanan yang dapat dimanfaatkan dalam pemberian layanan
bimbingan dan konseling adalah bimbingan klasikal yang berusaha memberikan
informasi dan pengetahuan baru bagi siswa. Beberapa pendekatan yang dapat
diterapkan salah satunya adalah dengan PBL atau Problem Based Learning yaitu
pembelajaran bersumber dari masalah.
2.3.1 Bimbingan Klasikal
Salah satu jenis layanan yang terdapat dalam bimbingan konseling adalah
bimbingan klasikal. Bimbingan klasikal secara garis besar adalah layanan yang
bertujuan memberikan infromasi yang memiliki manfaat bagi siswa atau konseli.
Layanan ini memiliki fungsi untuk memahamkan dan melakukan upaya preventif.
2.3.1.1.Pengertian Bimbingan Klasikal
Pengertian bimbingan klasikal adalah sebagai salah satu komponen dalam
progam bimbingan dan konseling yang membekali peserta didik dengan
penegtahuan tentang data dan fakta dibidang perkembangan sosial dan pribadi,agar
peserta didik dengan belajar lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan
merencanakan kehidupanya sendiri. Supriyo (2010:19). Layanan infromasi sangat
diperlukan bagi siswa dans sangat erat kaitanya dengan pendidikan karakter karena
memiliki fungsi pemahaman dan pencegahan,yaitu memahamkan terkait dengan
arakter positif untuk mencegah munculnya sikap negatif pada siswa.
29
2.3.1.2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan klasikal
Setiap layanan diberikan tentu memiliki tujuan bagi sasaran layanan.
Layanan infromasi disini memiliki tujuan antara lain untuk memberikan infromasi
terkait dengan pengetahuan serta memahaminya. Pemahaman tersebut akan
digunakan sebagai acuan oleh siswa untuk lebih berkembang lagi. Tujuan layan
informasi untuk membekali individu dengan berbagai penegtahuan dan pemahaman
tentang berbagai hal yang berguna untuk mengeal diri,merencanakan dan
mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar,anggota keluarga dan masyarakat
dalam Sukardi,dewa k (2003:32). Sedangkan fungsi dari bimbingan klasikal adalah
untuk penegmbangan dan pencegahan. Fungsi dari bimbingan klasikal sendiri
adalah fungsi pemahaman dan pencegahan. Supriyo (2010:23) Fungsi dari
bimbingan klasikal sendiri adalah untuk pemahaman yang mana pada fungsi ini
individu diberikan pemahaman agar dapat mendapat pengetahuan baru dan
mengembangkan sikap yang sesuai dengan topik yang dibahas. Dalam topik ini
maka siswa diharapkan mampu memahami dan menumbuhkan karakter kerjasama
dalam diri sebagai suatu karakter untuk menghadapi era abad 21. Disisi lain layanan
ini juga berfungsi untuk mencegah agar inidvidu terhindar dari dampak negatif
terkait layanan yang diberikan. Dan juga dengan pencegahan ini dapat dimunculkan
pula sikap dan nilai baru dalam diri siswa terutama untuk menghindari munculnya
sikap individualisme pada diri siswa yang sangat bertentangan dengan nilai
kerjasama.
30
2.3.2 Problem Based Learning
Problem based learning (PBL) pertama kali digunakan pada tahun 1960
oleh McMaster University di Kanada dalam instruksi mahasiswa kedokteran dalam
Adiga (2015). Apabila diartikan Problem Based Learning adalah pembelajaran
yang didasarkan pada masalah sebagai sumber belajarnya. Masalah yang ada
berusaha dipecahkan dan didiskusikan oleh siswa dalam pembelajaran yang
nantinya berusaha untuk menemukan pemecahanya yang telah disepakati bersama
sebagai solusi dari masalah tersebut.dalam metode ini siswa dituntut untuk dapat
bekerjasama sebagai aspek penting dalam pemecahan masalah tersebut.
2.3.2.1. Pengertian Problem Based Learning
Model pembelajaran PBL adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada masalah. Nurhadi mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah
suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi mahasiswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi perkuliahan dalam Arianti(2017). Pembelajaran ini menurut
Tan (2003) menjelaskan bahwa Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi
dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berfikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,sehingga
siswa dapat memeberdayaka, megasah, menguji dan mengembangkan kemampuan
berfikirnya secara berkesinambungan dalam Rusman (2012) . Problem Based
Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan masalah
kontekstual sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang pemecahan masalah
31
(Arends, 2008) dalam Mariani (2014). Berdasrkan beberapa pendapat diatas dapat
kita tarik simpulan bahwa PBM/PBL atau yang popular dengan istilah Problem
Based Learning merupakan salah satu inovasi pembelajaran dengan menekankan
aspek masalah sebagai suber belajar siswa yang nantinya dilakukan dalam kegiatan
kelompok yang menuntut adanya ketrampilan kerjasama dalam kelompok.
2.3.2.2. Karakteristik Problem Based Learning
Problem Based Learning memiliki karakteristik (1) belajar dimulai dengan
suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan
dengan dunia nyata siswa, (3) mengkoordinasikan pelajaran diseputar masalah, (4)
memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan
menjalankan secara langsung proses belajarnya sendiri, (5) menggunakan
kelompok kecil, dan (6) menuntut siswa untuk mendemonstrasikan materi pelajaran
yang telah dipelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja Ngalimun dalam
Pramandaputri(2016). Ada beberapa pokok hal yang harus muncul dalam
implementasi Problem Based Learning antara lain
1. Keterlibatan (engagement) memepersiapkan siswa untuk berepran sebagai
pemecah masalah dengan bekerja sama,
2. Inquiry dan investigasi Mengeksplorasi dan mendistribsi informasi
3. Performansi Menyajikan temuan
4. Tanya Jawab (debriefing) Menguji kekuatan dari solusi
5. Refelksi terhadap pemecahan masalah
Dalam Rusman (2012)
32
Berdasarkan hal diatas tentu kita melihat bahwa PBL semata-mata tidak
hanya sebagai pembelajaran berbasis masalah tetapi juga mengandung unsur
kerjasama, tanggung jawab, performansi dan ketrmapilan komunikasi serta
kerjasama yang dituntut agar siswa sama-sama terlibat aktif untuk memecahkan
masalah yang diberikan.
2.3.2.3.Tahapan Problem Based Learning
Dalam melakukan pembalajaran model PBL (Problem Based Learning)
langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian lesson study ini adalah : 1.
memberikan permasalahan kepada peserta didik dimana permasalahan tersebut
berhubungan dengan kehidupan sehari hari 2. guru mengorganisasikan peserta
didik dalam beberapa kelompok, pada dasarnya layanan dengan metode problem
based learning kelompok merupakan modal dalam upaya pemecahan masalah agar
dapat terjadi interaksi antar individu yang tentunya untuk mendapat upaya
pemecahan masalah , 3. guru membantu peserta didik mengorganisasikan tugas
belajar sesuai dengan masalah 4. peserta didik mengumpulkan pengetahuan dan
melakukan percobaan sesuai dengan pemecahan masalah yang diberikan,dalam
proses ini siswa diharapkan mampu bekerjasama dengan siswa lainya dalam upaya
pemecahan masalah 5. peserta didik mengembangkan dan menyajikan hasil karya
yang berupa suatu program Rusman dalam Wulandari.(2015). Pendapat lain
menjelasakan bahwa tahapan Problem Based Learning secara sederhana adalah
orientasi kepada masalah,mengorganisasi pembelajar untuk belajar, membimbing
penyelidikan (individu/kelompok), mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
33
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dalam Supriyo
(2010:58).
2.3.2.4. Tujuan Problem Based Learning
Tujuan dari layanan dengan menggunakan Problem Based Learning antara
lain adalah untuk meningkatkan kerjasama antar siswa dalam kelompok serta
memahamkan materi dengan acara siswa paham bagaimana memecahkan suatu
masalah. Tujuan PBM aatau pembelajaran berbasis masalah adalah (1) penguasaan
isi pengetahuan yang bersifat multidisipliner (2) Penguasaan ketrampilan proses
dan disiplin heuristic,(3) belajar ketrampialn pemecahan masalah (4) belajar
ketrampilan kolaboratif dan (5) belajar ketrampilan kehidupan yang lebih luas
dalam Rusman (2012).
Pendapat lain menjelasakan bahwa tujuan dari Problem Based Learning
atau pembelajaran berbasis masalah adalah mendorong kerjasama dalam
menyelesaiakn tugas,mendorong pengamatan dan dialog dengan orang
lain,melibatkan mahasiswa/siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang
memungkinkan mahasiswa/siswa menginterpretasikan dan menejelaskan fenomena
dunia nyata dengan pemahamanya ,berusaha membantu mahasiswa/siswa menjadi
pembelajar yang mandiri dan otonom. Dalam Supriyo (2010:58).Dari kedua
pendapat tersebut sebenarnya terdapat point penting yaitu adanya upaya dalam
meningkatkan kerjasama yang mana kerjasama sebagai roh atau inti dari konsep
pembelajaran ini ,selain itu uapaya pemecahan masalah yang dirumusaka akan
memberikan ketrampilan baru bagi individu untuk dapat mengembangkan dirinya
atau memahami bagaimana suatu masalah dapat dipecahkan secara real.
34
2.3.2.5.Kelebihan Problem Based Learning
Kelebihan dari model pembelajaran berbasis masalah adalah membuat
pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan di luar sekolah, melatih
keterampilan siswa untuk memecahkan masalah secara kritis dan ilmiah serta
melatih siswa berpikir kritis, analitis, kreatif dan menyeluruh karena dalam
prosespembelajarannya siswa dilatih untuk menyoroti permasalahan dari berbagai
aspek dalam Nurcahyo,p.s (2013:7). Masalah yang relevan setidaknya akan
memberikan gambaran nyata terkait dengan kehidupan sehari-hari jadi siswa secara
langsung juga dapat belajar dari hal tersebut. Peran guru juga tidak terlalu dominan
dalam hal ini akan tetapi lebih menuntut pada keaktifan siswa dalam berdiskui dan
bekerjasama sehingga dapat menjadikan suasana belajar yang tidak monoton dan
mengundang semangat bagi siswa.
Selain itu terdapat manfaat lain dari penerapan metode belajar ini yaitu (1)
peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan
yang diperlukan, (2) peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan menumbuhkan inisiatif, (3) peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara–
cara menemukan, bertanya, mengungkapkan, dan menjelaskan dalam Nova,L
(2016).Kemampuan memecahkan masalah disini perlu diasah karena selain dapat
mengembangkan kemampuan apa yang telah dimiliki namun juga bertujuan untuk
dapat dikembangkan sehigga dapat bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya
utamnya bagi siswa itu sendiri. Ketrampilan berfikir kritis juga dipupuk dan
dikembangkan beriringan dengan kemampuan dalam berdiskusi dan bekerjasama
35
antar individu yang mana telah diungkapkan bahwa kerjasama memang menjadi
sebuah karakter yang dituntu untuk dapat dimiliki di era abad 21 ini. Sehingga Dari
dasar diatas dapat disimpulkan bahwa metode tersebut memang direkomendasikan
dalam pendidikan karakter termasuk dalam penanaman karakter kerjasama pada
siswa. metode problem based learning yang mengacu pada kelebihan dari layanan
dengan metode ini yang dianggap mampu memberikan wadah bagi para siswa baik
teori maupun praktik langsung didalam proses layanannya sehingga lebih mengena
untuk menumbuhkan karakter siswa.
2.4 Kerangka Berfikir
Meningkatnya sikap individualism sebagai dampak dari adanya globalisasi
tentu juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan.Yang mana hal tersebut
bertentangan dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan karakter yang salah
satu pointnya terkait dengan kerjasama. Kerjasama sendiri saat ini tidak hanya
dituntut disekolah tetapi juga sudah menjadi tuntutan dalam dunia kerja oleh sebab
itu siswa perlu disiapkan dalam mengembangkan karakter tersebut. Oleh karena itu
apabila krakter kerjasama yang ada pada siswa tidak ditingkatkan akan
dikhawatirkan tergerus oleh sikap individualism sebagai dampak dari globalisasi
,yang mana pada sisi lain kesuksesan pendidikan juga tidak hanya bertumpu pada
nilai akademik tetapi juga karakter yang juga menentukan kesuksesan akademik
tersebut. Tuntutan dunia kerja menjadikan karakter kerjasama juga diharapkan
dimiliki daam era kompetisi ini sehingga mampu memenuhi tuntutan dunia kerja
dan memberikan efektivitas dan efisiensi.
36
Pendidikan karakter mencakup seluruh aspek dalam pendidikan termasuk
dalam bimbingan dan konseling sebagai bagian dari pendidikan upaya
meningkatkan karakter kerjasama disini diharapkan tidak hanya dapat dilakukan
melalu layanan bimbingan dan konseling tetapi juga menerapkan metode yang
membuat layanan semakin mudah dmengerti dan bermanfaat bagi siswa. Yang
mana fungsi dari bimbingan klasikal sendiri lebih bersifat preventif dan
pengembangan sehingga dipandang tepat dalam memberikan layanan terkait
dengan meingkatkan karakter kerjasama pada siswa.
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Karakter Kerjasama Bimbingan klasikal Dengan
Metode Problem Based
Learning
1.Munculnya Sikap yang
bertentangan dengan
karakter kerjasama
2.Tuntutan Dunia
Pendidikan Dan Dunia
Kerja
1..Pengembangan
Bimbingan klasikal
2.Upaya Menanamkan
Pendidikan KARAKTER
3.REKOMEN
Karakter kerjasama mengalami
peningkatan setelah pemberian
bimbingan klasikal metode
Problem Based Learning
37
2.5 Hipotesis”
Menurut Sugiyono (2016:96) hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam kalimat pertanyaan sedangkan hipotesis adalah pernyataan yang
dijadikan sebagai jawaban sementara pertanyaan tersebut.. Berdasarkan perumusan
masalah, kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan dalam penelitian
ini, maka dapat disusun hipotesis yaitu karakter kerjasama mengalami peningkatan
setelah pemberian bimbingan klasikal metode Problem Based Learning.
71
BAB 5
PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan tentang simpulan dan saran yang diperoleh dari
hasil penelitian keefektifan bimbingan klasikal dengan metode problem based
learning untuk meningkatkan karakter kerjasama siswa kelas XI MIPA 6 SMA
negeri 1 Boyolali.
5.1 Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang keefketifan
bimbingan klasikal dengan metode problem based learning untuk meningkatkan
karakter kerjasama siswa, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakter kerjasama siswa kelas XI MIPA 6 SMA Negeri 1 Boyolali masih
rendah sebelum diberikan bimbingan klasikal dengan metode problem based
learning
2. Karakter kerjasama siswa kelas XI MIPA 6 SMA Negeri 1 Boyolali meningkat
menjadi tinggi setelah diberikan bimbingan klasikal dengan metode problem
based learning
3. Bimbingan klasikal dengan metode problem based learning terbukti efektif
untuk meningkatkan karakter kerjasama siswa kelas XI MIPA 6 SMA Negeri
1 Boyolali
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 1
Boyolali dapat diberikan saran sebagai berikut:
77
1. Bagi kepala sekolah dapat membuat kebijakan terkait pengembangan karakter
kerjasama siswa yang bermanfaat bagi perkembangan siswa di SMA Negeri 1
Boyolali.
2. Bagi guru BK SMA Negeri 1 Boyolali dapat memberikan bimbingan klasikal
dengan metode problem based learning kepada siswa sebagai alternatif sebagai
upaya peningkatkan karakter kerjasama siswa.
3. Bagi penelitian selanjutnya terkait dengan permasalahan yang serupa
maka,terdapat beberapa keterbatasan yang telah diuraikan sebelumnya.Peneliti
selanjutnya dapat mengembangkan dan memperluas variabel penelitian dan
juga dapat melakukan penelitian yang memiliki lingkup lebih luas.
78
DAFTAR PUSTAKA
Adiga,U . (2015). Review Article Problem Based Learning. International Journal
of Current Research Vol. 7, Issue, 06, pp.17181-17187, June, 201
Adistya.R. (2013). Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Kerjasama Anak dalam
Bermain Angin Puyuh.Unnes:SKRIPSI
Agustian,Dyah s.y .(2012). Penurunan Rasa Cinta Budaya Dan Nasionalisme
Generasi Muda Akibat Globalisasi. Jurnal Sosial Humaniora, Vol 4 No. 2,
November 2011 Hlm178.
Akindele. (2012). Enhancing Teamwork and Communication Skills Among First
Year Students at the University of Botswana. TESOL Journal, Vol. 6(1),
June 2012
Arianti. (2017). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Sikap Positif
Mahasiswa Akuntansi Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah . hlm.298.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 2 (4), 2017
Arikunto,Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Metode Praktik.Jakarta:
Rineka cipta
Aristiani,r . (2016). Meningkatkan Percaya Diri Siswa Melalui Bimbingan klasikal
Berbantuan Audiovisual. Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 2 No. 2
Bruce (2008). Where’s all the teamwork gone? A qualitative analysis of
cooperation between members of two interdisciplinary teams. Journal of
Leadership Education, 7(1), 65-75.
D.Diane. (2013). Teams That Work: Preparing Student Teams For The Workplace.
American Journal Of Business Education – March/April 2013 Volume 6,
Number 2
Hanifah.dkk. (2015). Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Sikap Sosial Pada Siswa Sekolah Dasar .Hlm.1. Volume 1,
Nomor 4, Jurnal Pendidikan Indonesia 335 -342
Hasan.dkk. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Kemendiknas Republik Indonesia
Hendarman,dkk. (2016). Kajian dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter.
Jakarta: Kemendikbud
Hidayat,W. (2018). Nilai Keutamaan Pengetahuan dan Kebijaksanaan Dalam
Konteks Pendidikan Karakter Bangsa. Volume 22, No 1, June 2018
79
Ikhwanuddin. (2012). Implementasi Pendidikan Karakter Kerja Keras dan Kerja
Sama dalam Perkuliahan. Jurnal Pendidikan Karakter.hlm 154. Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012
Iskandar. (2012). Dakwah Dan Individualisme, Materialisme Dan Hedonisme.
Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 13, No. 1, Juni 2012 : 17 – 30. Hlm.18
Izza,N. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Karakter Siswa Dan Kemampuan Memecahkan Masalah
Pada Materi Sistem Pencernaan.UNNES:SKRIPSI
Maunah,B. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan
Kepribadian Holistik Siswa hlm.92
Mariana,Dewi. (2016). Membentuk Karakter Cerdas Melalui Bimbingan Dan
Konseling Perkembangan Untuk Menghadapi MEA.Hlm.18. Jurnal
Bimbingan Konseling Indonesia Volume 1 Nomor 1 Maret 2016
Manzoor dkk .(2011). Effect Of Team Work On Emmpoyed Performance.
Internasional Juornal of learning and development .2011 vol 1 no.1
Mariani,S. (2014). Effectiveness of Learning by PBL Assisted Mathematics Pop Up
Book Againts The Spatial Ability in Grade VIII on Geometry Subject Matter.
Vol. 2 No. 8 August 2014
Maxwell.J.C. (2012). The 17 essential Qualities Of A Team Player.Surabaya:MIC
Novarinda,dkk. Hubungan antara regulasi emosi dan komunikasi Interpersonal
dengan kemampuan bekerjasama dalam tim basket SMA di Surakarta yang
Mengikuti kompetisi honda DBL (development basketball league).Hlm 2
Nurcahyo,P S. (2013). Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Terhadap Peningkatan Sikap Demokratis Dan Hasil
Belajar Pkn Siswa Kelas Viii Smp Negeri 3 Wonosari.Hlm 1
Nurhaidah. (2015). Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Bangsa Indonesia. Jurnal
pesona dasar Vol 3 No.3 April 2015 1-4.Hlm 4
Nova,l.Firman,Sukmawati,i. (2016). Efektivitas Bimbingan klasikal dengan Metode
Problem Based Learning untuk Meningatkan Kebiasaan Belajar H1-10
Siswa.Februari 2016
Gurniwan K. (2015). Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Sosiologi.hlm.60.
TINGKAP Vol. XI No. 1 Th. 2015
80
Putri. (2017). Peningkatan Karakter Kerjasama Berbasis Layanan Bimbingan
Klasikal dengan Metode Metode Proyek.21
Pramandaputri. (2016). Penerapan Model Problem Based Learning Berorientasi
Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Hasil belajar Ipa.Hlm 3 Vol: 4
No: 1 Tahun: 2016
Pala,A. (2011). The Need For Character Education. International Journal Of
Social Sciences And Humanity Studies Vol 3, No 2, 2011
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran mengembangkan profesionalisme
guru edisi kedua.Jakarta:PT Rajagrafindo Persada
Renlund,J.An Introduction to Teamwork.International Organization Development
Change
Rosita.Ita, (2019). Meningkatkan Kerja Sama Siswa Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share. 3 (1): 1-10 2019
Sari,Bunga F . Bentuk Kerjasama (Cooperation) Pada Interaksi Sosial Waria.h.2
Sari. (2015). M.odel Penanaman Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai
Kehidupan Sosial Pada Mata Pelajaran Ips Di Sekolah Agama .Hlm.3.
Journal of Educational Social Studies Vol.4 No.1 2015
Supriyo. (2010). Teknik Bimbingan Klasikal.Semarang:Swadaya Publishing
Siswati. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Membentuk Sikap dan
Perilaku Sosial Peserta Didik Melalui Pembelajaran Sejarah di SMA PGRI
1 Pati Tahun Pelajaran 2017/2018. 6 (1), 2018: p.1-13
Samani dan Hariyanto. (2012). Pendidikan Karakter.Bandung:RosdakaryaOffset
Samrin. (2016). Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai). Vol. 9 No. 1,
Januari-Juni 2016
Sharma,r dkk (2012). Effective And Efficient Team Work: Makes Things Happen
More Than Anything Else In Organizations. Vol.1 Issue 8, August 2012,
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Metode Kuantitatif,Kualitatif dan
R&D.Bandung :ALFABETA
Sukardi,D.K. (2003). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung:
ALFABETA.Hlm 32
81
Sunawan,dkk. (2018). Pedoman Penulisan Skrispsi.Semarang:Fakultas Ilmu
Pendidikan UNNES
Suryani,l. (2017). Upaya Meningkatkan Sopan Santun Berbicara dengan Teman
Sebaya Melalui Bimbingan Kelompok.e-Jurnal Pendidikan.com Vol.1No.1
Maret 2017
Wijaya.(2016). Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengem
bangan Sumber Daya Manusia di Era Global.hlm. 263-278.Vol 1.tahun
2016 ISSN 2528-259 X.
Wulandari,Bekti dkk. (2015). Peningkatan Kemampuan Kerjasama dalam Tim
Melalui Pembelajaran Berbasis Lesson Study.hlm12. Jurnal Electronics,
Informatics,and Vocational Education(ELINVO),Vol.1/No.1/11/2015
Winarno,Budi. Globalisasi dan Masa Depan Demokrasi.Hlm 124
Yulianti dkk. (2016). Pendidikan Karakter Kerja Sama Dalam Pembelajaran
Siswa Sekolah Dasar Pada Kurikulum 2013.Hlm 51. Vol. 1 No. 1 April
2016
Y,Rukiyati. (2014). Penanaman Nilai Karakter Tanggung Jawab Dan Kerja Sama
Terintegrasi Dalam Perkuliahan Ilmu Pendidikan.hlm 215. Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 2, Juni 2014
Yusnia. (2015). Meningkatkan Sikap Tidak Merokok Melalui Layanan Bimbingan
Kelompok Dengan Model PBL.Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan
Konseling.Vol 1 No.2,Mei 2015
Zulaidi,R dkk. (2017). Efektivitas Bimbingan klasikal dalam Meningkatkan
Perencanaan Karier Siswa .ICES ,p 125-128