Kebijakan Perencanaan Pengembangan SAUM di Indonesia
description
Transcript of Kebijakan Perencanaan Pengembangan SAUM di Indonesia
Kebijakan Perencanaan Pengembangan SAUM di Indonesia
Direktorat TrasportasiKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Bappenas
Bappenas
Kerangka Paparan
2
2
Kondisi dan Permasalahan1Tantangan Pengembangan Transportasi
3 Strategi dan Kebijakan Pengembangan SAUM
4 Rekomendasi
Kondisi dan Permasalahan MACRO INFRASTRUCTURE INVESTMENT:
PERFORMANCE AND PERSPECTIVE
Kondisi Transportasi Perkotaan
Tingginya jumlah pengguna kendaraan pribadi mobil dan motor (pertumbuhan kendaraan roda dua sekitar 8-12 % per tahun selama lima tahun terakhir).
Rendahnya jumlah dan kualitas pelayanan angkutan umum baik berbasis jalan raya maupun jalan rel (kereta api).
Kemacetan yang semakin massif di wilayah perkotaan mendorong terjadi pemborosan BBM dan memperburuk kondisi lingkungan dan polusi udara sehingga menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat dan penghambat laju kegiatan perekonomian di kota-kota besar di Indonesia.
Permasalahan Transportasi Perkotaan
Kota Kapasitas
Infrastruktur Pendukung
Kemacetan Penurunan Peran Angkutan Umum
Polusi Akibat Kendaraan Bermotor
Peningkatan Angka Kecelakaan Lalu
Lintas
Perubahan Fungsi Lahan Akibat
Pengguna Transportasi
Pola pergerakan Masyarakat Meningkat
Kota Metropolitan - √ √ √ √ √ √
Kota Besar √ √ √ √ √ √ √
Kota Menengah √ - √ √ √ √ √
Kota Kecil √ - √ - √ - -
• Penurunan Peran Angkutan Umum dan Peningkatan Kecelakaan Lalu lintas menjadi masalah di seluruh Kota di Indonesia
• Kurangnya Kapasitas pendukung menjadi tantangan bagi Kota Besar, Menengah dan Kota Kecil
Slide - 5
Dalam dekade terakhir, Jabodetabek mengalami peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang pesat serta pergeseran penggunaan moda yang drastis dari angkutan umum ke kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor. Jumlah mobil dan sepeda motor teregistrasi meningkat masing-masing dua kali dan 4,6 kali lipat sepanjang 2000 to 2010. Sementara pengguna bus menurun dari 38% menjadi 13% dan pengguna sepeda motor meningkat dari 21% menjadi 49%. (Sumber: Studi JUTPI, 2011)
Permasalahan Motorisasi dan Meningkatnya Kepemilikan dan Penggunaan Kendaraan Pribadi
7
5
V/C Ratio Tahun 2002 V/C Ratio Tahun 2020: Business as Usual
<0.80.8-1.01.0-1.1>1.2
Volume/Capacity Ratio
Volume/Capacity Ratio
<0.8
0.8-1.0
1.0-1.1
>1.2
Catatan: Luas Kendaraan = R4
Sumber: Dinas Perhubungan Jakarta, 2003
Tahun 2014, total luas kendaraan R4 = total luas jalan
Isu Kemacetan Lalulintas Jakarta Yang Parah Yang Menghambat Kinerja Logistik Dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Studi Bank Dunia pada tahun 2010 memperlihatkan bahwa jika tidak ada tindakan signifikan yang dilakukan, maka hampir seluruh jaringan jalan yang ada di Jakarta dan Bodetabek akan mengalami kemacetan dengan rasio volume berbanding kapasitas jalan melebihi angka 1,2. Berdasarkan studi SITRAMP, tanpa adanya perbaikan signifikan maka kerugian ekonomi dari kemacetan di Jakarta pada tahun 2020 mencapai Rp. 65 Trilyun per tahun.
6Isu Kemacetan Lalulintas Jakarta Yang Parah Yang Menghambat Kinerja Logistik Dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Dengan terbangunnya keseluruhan sistem angkutan umum masal di Jabodetabek, maka akan meningkatkan pangsa pengguna angkutan umum di Jabodetabek sebesar 36% pada tahun 2030, dibandingkan kondisi saat ini yang hanya mencapai 27%.
2010
2020
2030
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
20%
24%
26%
53%
42%
38%
27%
34%
36%
Car Motorcycle Public Transport
Hasil kajian bahwa pada saat MRT Jakarta Jalur Utara-Selatan beroperasi pada tahun pertama (direncanakan tahun 2016) telah dapat mengangkut penumpang mencapai lebih dari 170 ribu penumpang per hari. Ketika keseluruhan jaringan MRT Jalur Utara-Selatan (Tahap I dan Tahap II) serta Jalur Timur-Barat telah terbangun (pada tahun ke-10 beroperasi), maka jumlah penumpang yang diangkut pada Rute Lebak Bulus – Bundaran HI (Rute Tahap I) ini akan meningkat secara signifikan, yaitu diproyeksikan sebesar lebih dari 650.000 penumpang per hari.
Dampak signifikan pada pengurangan kemacetan lalu-lintas di DKI Jakarta, pengurangan polusi udara dan kebisingan lalu-lintas, serta tidak kalah penting adalah mengurangi besar subsidi BBM karena berkurangnya porsi penggunaan kendaraan pribadi yang beralih kepada angkutan masal MRT. Saat ini subsidi BBM di Jabodetabek mencapai sekitar 40% dari keseluruhan subsidi BBM di Indonesia.
Target Komposisi Penggunaan Moda
Tantangan Pembangunan Transportasi
MACRO INFRASTRUCTURE INVESTMENT: PERFORMANCE AND PERSPECTIVE
Tantangan Transportasi Indonesia
Ekonomi Kependudukan Urbanisasi PrivatisasiDefisit Infrastruktur
• Diperlukan perubahan eksponensial• Pendekatan inkonvensional, out-of-the-box, dan profesional• Doing business as usual is simply obsolete. • Investasi pemerintah harus ditingkatkan dan investasi swasta harus difasilitasi sebaik-
baiknya sebagai mitra kerja pembangunan.
Kesenjangan WilayahEnergi &
LingkunganKoridor Ekonomi KEK
Pengangguran & Kemiskinan
Transportasi dan Ekonomi
Undang Undang Infrastruktur lama
masih mengamanatkan Monopoli Negara
Undang Undang Infrastruktur baru mengamanatkan
keterbukaan pasar, industri, dan jasa
infrastruktur
GDP nominal: $4,977B
GDP/capita: $17,240
Ten biggest of world economy
GDP : $1,406BGDP/capita:
$5,551Position is 14th. Biggest economy
in the world
GDP: $26,679BGDP/capita:
$78,478Six biggest
economy in the world
Pra Krisis: Rata-rata 7% p.a.
RPJM I 2004-2009
Diperlukan infrastruktur transportasi yang efisien, handal, dan berkualitas.
Peran Kawasan Perkotaan Sangat Penting Karena Mendominasi Perekonomian Nasional
Transportasi, Urbanisasi, dan Paradoks Jawa
Urbanisasi Tahun 2025 (%)
Urbanisasi di Jawa berjalan sangat masif dan persisten. Belum ada strategi jitu pemerintah untuk mengatasinya.
Jawa hanya seluas 6% dari luas Indonesia tetapi menanggung beban 55%
Ekonomi Jawa akan tetap menyumbang sekitar 55-65% dari ekonomi nasional.
Penduduk yang besar di Jawa akan membutuh-kan sistem dan jaringan transportasi yang jauh lebih canggih dari sistem yang ada saat ini.
Semua moda yang terkait dengan pergerakan ekonomi Jawa yang sangat besar kedepan perlu harus dibangun.
Penduduk Jawa Tahun 2025 (Juta)
Urbanisasi Jawa 2025 (%)
Mengenali Keterbatasan Sektor Transportasi
Semua fasilitas transportasi berada dalam tekanan besar yang muncul akibat kenaikan permintaan perjalanan yang sangat tinggi sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi, kependudukan, urbanisasi, kelangkaan energi, lingkungan, keterbatasan lahan, dan keterbatasan pembiayaan. Semua tekanan ini seakan-akan menafikan kemajuan yang sudah dicapai selama ini.
Terjadinya kesenjangan (gap) yang besar antar wilayah dalam sistem pasokan transportasi dan pelayanannya. Gap transportasi merupakan salah satu faktor utama terjadinya kesenjangan ekonomi antar wilayah.
Sementara ukuran birokrasi terus tumbuh, kualitas dan kapasitas kelembagaan dan birokrasi yang masih lemah telah berdampak kepada kapasitas pemerintah membuat kemajuan dalam projects delivery..
Sisi positifnya, kerangka hukum dan peraturan sudah diperbarui. Jiwa dari perubahan kerangka hukum dan peraturan ini sebenarnya bukan hanya menghilangkan monopoli negara, akan tetapi juga meningkatkan daya saing dan efisiensi BUMN, meningkatkan efisiensi sistem transportasi, meningkatkan kompetisi yang sehat untuk daya saing yang lebih tinggi, dan meningkatkan investasi oleh sektor swasta.
04/13/2023
RPJMN (URBAN
TRANSPORT)
URBAN TRANSPORT
DEVELOPMENT
MOBILITY
CONGESTION ALLEVIATION
Environment Impact Control
Improve Public Transport Acces with TOD, P&R, TIC
Improve Terminal System Management
Develop Urban Transportation infrastructure (road network & multimodal)
Improve Efficiency of Urban Freight Operational and Services
Improve Public Transport System
Improve Management "Push" and "Pull" as a TDM implementation
Reduce Traffic Congestion through traffic supply management
GHG Emission Reduction
Improving Air Quality
Noise Reduction
ObjectiveKey Challenge
Urban Road SafetyFacilities and Infrastructure
Human Factor
Tantangan Transportasi Perkotaan
Non TaxRevenu
e
Tax Revenu
e
APBN
Non Tax RevenueInclude Income from gov’t investsment,
natural resources SOEs, grants, and others
National Tax revenueRevenue based on taxes
colected by National Government
Pendidikan 20%
Sisa Alokasi
Subsidi BBM 20%
Sisa Alokasi
Utang Pinjaman 10-
15%
Sisa Alokasi
DAU 26,5%
Other sctors (20%)
Dana di alokasikan 20% untuk sektor
pendidikan. (gaji guru dan dosen,dana BOS)
Pemberian subsidi BBM sebesar 20%
Pembayaran utang pinjaman
negara 10%-15%
Pembayaran DAU
berdasarkan gaji pegawai daerah
26,5%
Terdiri dari dana untuk kementrian (sekitar 33 ), dan
DAK Akan diberikan ke 19 sektor K/L,
kemudian dialokasikan ke daerah (dengan kriteria Umum,
khusus, dan teknis )
Dapat dikatakan alokasi dana untuk sektor transportasi,
khususnya transportasi
perkotaan sangat kecil.
Strategi dan Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi Perkotaan
MACRO INFRASTRUCTURE INVESTMENT: PERFORMANCE AND PERSPECTIVE
Sasaran dan Indikator Substansi Inti Transportasi Perkotaan:Tersusunnya 100 % rencana dan program sistem transportasi dan evaluasi pelaksanaan program Jumlah rencana induk angkutan perkotaan Jumlah rencana induk sistem informasi lalulintas
perkotaan Laporan evaluasi Terselenggaranya ATCS Jumlah fasilitas keselamatan transportasi perkotaan
Transportasi ramah lingkungan Jumlah Penyelenggaraan Transportasi Ramah
Lingkungan
Terselenggaranya transportasi perkotaan Jumlah Pengembangan Bus Rapid Transit (BRT) Kota Percontohan Kawasan Percontohan
Berlangsungnya pembangunan angkutan kereta listrik di Jakarta (MRT dan Monorail)
Arahan RPJMN 2010-2014
Arahan RPJMN 2010-2014
Sasaran Umum Pembangunan Transportasi 2010-2014
Arahan RPJMN 2010-2014
Sasaran Umum Pembangunan Transportasi 2010-2014
Arahan RPJMN 2010-2014
Sasaran Umum Pembangunan Transportasi 2010-2014
Meningkatkan Peran Transportasi
Umum
Manajemen dan Rekayasa Lalu
Lintas
Mengurangi Pulosi dari Pengoperasian
Transportasi
Manajemen Permintaan
Transportasi (melalui Mengontrol Demand)
Mengembangkan Transportasi Non
Motorized
Pengembangan System Transit (TOD)
Pengembangan Jaringan Infrastruktur
Transportasi Massal
Pengembangan Aksesibilitas Pelayanan
dan Intermoda Transportasi
Meningkatkan Rasa Memiliki Terhadap
System Transportasi Massal
Meningkatkan Kapasitas Jalan
Membangun ATCS / ITS
Manajemen Lalu Lintas
Analisis Dampak Lalu Lintas
Gasifikasi
Promosi Penggunaan Energi Alternatif
Pemilihan Model Tekhnologi Green
Transport (enviromental frienly)
ERP
Kebijakan Perparkiran
Disinsentif untuk Pengguna Mobil Pribadi
Membangun Fasilitas Pejalan Kaki
Membangun Jalur Khusus Sepeda
Car free day
Program dan Aktivitas
Membangun dan mengoperasikan Bus Rapid Transport (BRT) System di 13 kota.
Mengadakan sarana kereta api dan menambah daya listrik untuk angkutan umum massal di Jabodetabek.
Pembangunan MRT Jakarta.
22
Kegiatan Pemerintah yang telah dan sedang dilaksanakan: Membangun Intelligent Traffic System dan Area Traffic Control System
di Sragen (Jateng), Balikpapan, Manado, Pekanbaru, Bukittinggi dan Batam, Surakarta (Jateng) dan Bogor(Jabar).
Pelaksanaan Gasifikasi melalui pembagian konvertir kit di Jakarta, Bogor, Surabaya dan Palembang.
Pembangunan jalur sepeda di kota Balikpapan danSragen (2009 dan
2010) serta pedestrian di Kota Bukit Tinggi.
DASAR HUKUM ANGKUTAN MASSAL
Berdasarkan UU No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 158 disebutkan:
(1) Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis jalan untuk memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum di kawasan perkotaan.
(2) Angkutan massal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukung dengan :a. mobil bus yang berkapasitas angkut massal;
b. lajur khusus;
c. trayek angkutan lain yang tidak berimpitan dengan trayek angkutan massal; dan
d. angkutan pengumpan
Berdasarkan Perpres No 61/2011 tentang Rencana Aksi nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, pada bidang energi dan transportasi disebutkan akan mengadakan Rencana aksi reformasi Sistem Transit – Bus Rapid Transit (BRT) / semi BRT sebanyak 43 bus per tahun di 12 kota pada periode 2010-2020
Ketersediaan angkutan umum massal berbasis
Jalan di kawasan perkotaan
mobil bus yang berkapasitas
angkut massallajur khusus
trayek angkutan umum lain yang tidak berimpitan dengan trayek
angkutan massal
angkutan pengumpan
Pemerintah
Pasal 158 (1) UU 22/2009
Pasal 159 UU 22/2009
Ketentuan lebih lanjut mengenai angkutan massal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 diatur dengan peraturan Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan
Perkembangan Sistem Transit
Indonesia baru memiliki 1 BRT (Transjakarta) dan beberapa sistem transit
Sistem transit yang ada belum mampu diandalkan masyarakat
Kota metro banyak yang belum memilki angkutan umum terpadu
Kasus MRT Jakarta sturktur tarif tidak cukup dalam memenuhi skema pemulihan finansial
Sistem Transit yang tidak menggunakan gross cost contract banyak yang colaps
13.04.2023
KOTA NAMA TAHUN1 Jakarta* Busway Trans Jakarta 2004
2 Batam Trans Batam 2005
3 Bogor Trans Pakuan 2008
4 Yogyakarta Trans Jogja 2008
5 Semarang Trans Semarang 2009
6 Pekanbaru Trans Metro Pekanbaru 2009
7 Bandung Trans Metro Bandung 2009
8 Manado Trans Kawanua 2009
9 Gorontalo Trans Hulontalangi 2010
10 Palembang Trans Musi 2010
11 Solo Batik Solo Trans 2010
12 Sarbagita Trans Sarbagita 2011
13 Ambon Trans Amboina 2011
14 Tangerang Trans Jabodetabek Tangerang
2012
Sistem Transit di kota-kota pada tahun 2012
Jakarta: BRT -perkembangan lanjut dari Sistem Transit
Kota yang Sudah Memiliki BRT
KOTA NAMA TAHUN12
Jakarta*Batam
Busway Trans JakartaTrans Batam
20042005
3 Bogor Trans Pakuan 20084 Yogyakarta Trans Jogja 20085 Semarang Trans Semarang 20096 Pekanbaru Trans Metro Pekanbaru 2009
7 Bandung Trans Metro Bandung 2009
8 Manado Trans Kawanua 20099 Gorontalo Trans Hulontalangi 2010
10 Palembang Trans Musi 201011 Solo Batik Solo Trans 201012 Sarbagita Trans Sarbagita 201113 Ambon Trans Amboina 201114 Tangerang Trans Jabodetabek Tangerang 2012
Lampung: iBRT dikembangkan atas inisiatif operator angkutan bus , sejak tahun 2010Padang dan Makassar serta Surabaya diharapkan segera menyusul secepatnya.
Usulan Kebijakan Pengembangan SAUM Ke depan
MACRO INFRASTRUCTURE INVESTMENT: PERFORMANCE AND PERSPECTIVE
Perubahan Paradigma Transportasi Perkotaan
Kerangka Kebijakan Transportasi Perkotaan RPJM Ke Depan
KPI Kerangka Kelembagaan
Perencanaan/Investasi
Pengoperasian
Peraturan Pricing/Taxation
Pengembangan Transportasi Perkotaan
`
Mobilitas
Kemacetan
Pengendalian dampak Lingkingan
Transportasi Mendukung Investasi Sektor Ekonomi Dan Sektor Swasta
Membangun transportasi di wilayah-wilayah Indonesia dimana investasi baik oleh pemerintah, khususnya investasi swasta di lakukan di setiap sektor ekonomi dan sektor produktif lainnya.
Untuk wilayah yang terbukti mempunyai pertumbuhan ekonomi tinggi diatas pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional yang 6,3%, atau wilayah yang sebenarnya mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi tinggi asalkan difasilitasi dengan transportasi yang baik, maka pertumbuhan transportasi seharusnya berada diatas angka pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.
Perlu ada konsensus untuk menetapkan berapa rasio nilai aset jalan terhadap PDRB provinsi. Kecenderungan di Indonesia adalah wilayah yang PDRB nya tinggi mempunyai rasio nilai aset terhadap PDRB yang rendah sementara wilayah yang PDRB nya rendah justru mempunyai rasio yang tinggi.
Nilai Aset Infrastruktur Jalan Terhadap PDRB Provinsi (2008)
Meningkatkan peran Sistem Angkutan Umum di perkotaan dalam mendukung mobilitas perekonomian kota (Urban Economic Mobility).
Implementasi Electronic Road Pricing, Road Preservation Funds, Fuel surcharges, dll. untuk ikut mengatasi kemacetan masif di perkotaan.
Meninjau Kembali Kerangka Hukum Dan Peraturan
Mengenali hambatan dan kendala legal dalam pembangunan sistem infrastruktur dan jasa pelayanan transportasi. Hambatan dan kendala legal kemungkinan ada baik di UU, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, atau di Peraturan Menteri.
Kerangka Hukum dan Peraturan diharapkan dapat membuka iklim investasi swasta yang lebih luas untuk mengoperasikan sistem dan pelayanan transportasi (oleh operator non-BUMN.
Memperluas skema investasi di sektor transportasi perkotaan Design-Build-Operate, Lease-Operate, Annuity-based Design-Finance-Build-Operate, Performance Based Contracts, dll.
Untuk kota-kota besar dan metropolitan seperti Jabodetabek, perlu dibentuk Badan Otoritas Transportasi yang berfungsi sebagai integrator dari perencanaan, pengoperasian, investasi, dan pembiayaan dari sistem transportasi perkotaan, khususnya untuk sistem yang besar seperti MRT, Monorel, dan BRT.
Strategi penanganan koordinasi “ spillover effect” (dampak kemacetan akibat perkembangan antar wilayah yang berbatasan)
Transportasi Multimoda
Peraturan Menteri Perhubungan No. 15/2010 tentang transportasi multimoda/intermoda mengacu kepada 25 pelabuhan utama, 7 pelabuhan khusus untuk batubara dan CPO, 9 kota-kota besar, dan 183 wilayah belakang (hinterland) yang terkait dengan logistik. Peraturan Menteri Perhubungan No. 8/2012 mengatur sisi bisnis dari transportasi multimoda sebagai penjelasan operasional dari Peraturan Pemerintah No. 8/2011 tentang Transportasi Multimoda. Mungkin perlu dikaji kembali efektivitas dan daya tarik peraturan tersebut melihat kenyataan bahwa tidak banyak investor swasta yang tertarik masuk ke bisnis multimoda.
Peningkatan pelayanan multimoda (keterpaduan, kualitas serta kemudahan) : Membangun fasilitas peralihan moda yang aman dan nyaman (sistem stasiun; stasiun plaza pada terminal dan stasiun kereta api; perbaikan jalan akses ke terminal / stasiun; pelayanan tiket terpadu)
Perlu ditinjau kembali regulasi tentang KPS untuk memicu investasi swasta dalam transportasi multimoda, khususnya dalam kaitannya dengan Special Transport. Selain itu perlu dibentuk badan atau regulator yang netral dan independent untuk regulasi, investigasi, keselamatan, dan keamanan angkutan multimoda.
Optimalisasi Angkutan Umum
Meningkatkan peran Sistem Angkutan Umum di perkotaan dalam mendukung mobilitas perekonomian kota (Urban Economic Mobility).
Upaya Pengalihan penggunaan Kendaraan Umum Massal yang efisien : Peningkatan kualitas dan kapasitas pelayanan dan alternatif moda angkutan umum
Peningkatan pelayanan angkutan umum Bus Peningkatan angkutan kereta api kota (peningkatan frekuensi ;
sarana dan manajemen operasi) Penyesuaian tarif angkutan umum terjangkau dan tepat sasaran Sistem insentif pada perubahan kebiasaan untuk menggunakan
angkutan umum
34
Transportasi Yang Lebih Kompetitif
Indonesia perlu menciptakan kesetaraan antara BUMN dan operator swasta dalam mekanisme pasar, industri, dan jasa transportasi nasional, termasuk dalam hal kontrak, perhitungan depresisi, subsidi, serta skema KPS lainnya untuk membangun iklim investasi yang sehat dan dalam penetapan tarif yang bersaing secara sehat.
Kompetisi yang sehat memerlukan keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas publik yang tinggi dari setiap pelaku bisnis dan industri transportasi, termasuk BUMN.
04/13/2023
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Transportasi di Kawasan Perkotaan
Pengintegrasian Komponen Sistem Transportasi
Kerangka Berfikir Grand Design
Reformasi Angkutan Perkotaan
KEBIJAKAN REFORMASI ANGKUTAN UMUM
PENINGKATAN LAYANAN ANGKUTAN UMUM
ANGKUTAN MASSAL PERKOTAAN YANGBERKELANJUTAN (SUSTAINABLE)
KEBIJAKAN REFORMASI ANGKUTAN UMUM DIARAHKAN UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN ANGKUTAN MASSAL PERKOTAAN
Mekanisme Pendanaan Tansportasi Kota Yang Memadai
Menciptakan inovasi modus pembiayaan yang baru antara lain melalui Implementasi Electronic Road Pricing, Road Preservation Funds, Fuel surcharges, dll. untuk ikut mengatasi kemacetan masif di perkotaan.
Strategi prioritas investasi yang lebih efisien dan efektif dalam jangka pendek, menengah dan panjang
Strategi “pricing congestion” maupun “ infrastructure pricing” yang tepat sasaran, efisien dan layak dilaksanakan dan efektif
38
Source: Botma & Papendrecht, TU Delft 1991 and own figures19 0002 000
Mixed Traffic
80 000
Heavy Rail (e.g. Hong Kong)
13.04.2023
100 000
Suburban Rail(e.g. Mumbai)
Why public transport priority? Corridor Capacity
14 000
Cyclists
18 000
BRT single lane
Pedestrians
9 000
Regular Bus
43 000
BRT double lane
Light Rail
20 000
(people per hour on 3.5 m wide lane in the city - pphpd)
Target Modal Split Perkotaan
Pembiayaan Transportasi
Pembiayaan Infrastruktur
Investasi Pemerintah
Ekonomi Layak Finansial Tidak
Layak
APBN/APBD
DAU, DAK, Dana Daerah
Pinjaman Luar Negeri, Kredit
Ekspor
Kemitraan Pemerintah
Swasta (PPP)
Ekonomi Layak Finansial Kurang
Layak
Investasi Pem. & Swasta
Government Support
Equity & Debt Financing
Investasi Swasta (PFI)
Ekonomi dan Finansial Layak
Equity & Debt Financing
Unsolicited, Special Purpose
Hak Kompensasi
Pembangunan proyek-proyek PPP hampir selalu berkaitan dengan pembiayaan proyek modern (Modern Project Financing). Proyek berskala besar membutuhkan Equity Financing dan Debt Financing yang canggih dan membutuhkan aliansi pendanaan global (konsorsium perbankan, investment fund, bond, dan rekayasa finansial lainnya).
SKEMA ALTERNATIF PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MELALUI KPS
Kelayakan Proyek Skema
Operasi dan Pemeliharaan
Konstruksi
Layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara finansial Pemerintah
Swasta/BUMN/BUMD3 Hybrid Financing
Layak secara ekonomi dan finansial marjinal Pemerintah Swasta/BUMN/BUMD
Swasta/BUMN/BUMD2
KPS dgn Dukungan Pemerintah )²
Layak secara ekonomi dan finansial )¹ Swasta/BUMN/BUMD
Swasta/BUMN/BUMD1 KPS Reguler
)¹ Idealnya skema 1 diserahkan penuh kepada pihak swasta, sedangkan BUMN/BUMD mengerjakan skema 2 dan 3
)² Kontribusi Pemerintah = Dukungan Pemerintah , bisa dilakukan melalui: (a)Pendanaan pembebasan lahan; (b)Pembiayaan sebagian konstruksi; (c) Pemberian Viability Gap Fund (VGF)
Slide - 42
Inisatif Bappenas
Mengalokasikan Dana Subsidi BBM Urban Transport Menganggarkan Pot Dana Khusus Dana
Keselamatan Jalan Memberikan Dukungan bagi masuknya kerjasama
Swasta DN/LN Mendukung masuknya dana kerja sama teknis dari
Hibah/ Loan LN Menyusun inisatif dana berbasis Climate Change Meningkatkan peran pendanaan bagi angkutan perintis Mendukung pengembangan untuk pengurangan beban
moda angkutan jalan, spt Bus Air (Water Transport), KA Komuter
Penutup Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran
ditambah dengan rencana pengembangan koridor-koridor ekonomi, maka urbanisasi dan mega-urbanisasi akan semakin intensif. Kawasan Perkotaan Metropolitan tersebut akan dihadapkan pada permasalahan infrastruktur dan pelayanan transportasi perkotaan seperti kemacetan lalu-lintas, motorisasi, peningkatan penggunaan moda kendaraan pribadi, pencemaran lingkungan, dan keselamatan transportasi.
Di sisi lain, urbanisasi dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional jika dikelola dengan baik. Tantangan utama adalah meningkatkan daya saing infrastruktur dan pelayanan transportasi perkotaan untuk mendukung kelancaran arus logistik dan kegiatan sosio-ekonomi masyarakat.
Untuk menangani isu-isu transportasi perkotaan, maka perencanaan dan implementasi (termasuk pendanaan) dalam pengembangan sarana dan prasarana transportasi harus dilakukan secara sinergi antara Pusat-Daerah dan antar daerah di dalam Kawasan Perkotaan Metropolitan
Rekomendasi (1)
Menyusun Naskah Akademik bagi adanya kerangka legal dari faktor-faktor lintas sektoral dan keterpautan antara transportasi khususnya perkotaan dengan perekonomian.
Meningkatkan peran Sistem Angkutan Umum Masal di perkotaan dalam mendukung mobilitas perekonomian kota (Urban Economic Mobility).
Menciptakan inovasi modus pembiayaan yang baru untuk ikut mengatasi kemacetan masif di perkotaan dan sinergitas dan keterpaduan program dan pendanaan pembangunan antar sektor dan antara pemerintah pusat dan daerah.
Dibentuknya Badan Otoritas Transportasi yang berfungsi sebagai integrator dari perencanaan, pengoperasian, investasi, dan pembiayaan dari sistem transportasi perkotaan, seperti MRT, Monorel, dan BRT.
Menciptakan Kompetisi yang sehat agar terciptanya keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas publik yang tinggi dari setiap pelaku bisnis dan industri transportasi, termasuk BUMN.
Terima Kasih