KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN SUBSIDI PERUMAHAN …
Transcript of KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN SUBSIDI PERUMAHAN …
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN SUBSIDI
PERUMAHAN BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH
(Studi Perumahan Mendalo Hill Kecamatan Jambi Luar Kota)
S K R I P S I
OLEH :
Zua Ario Priliansyah
NIM : SIP 162524
PEMBIMBIMG:
Drs.H. Amhar Rasyid, Lsc,MA
Khairun Najib, S.Sos, M.I.P
JURUSAN ILMU PEMERINTAH FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2021
iv
v
MOTTO
حيم حمن الره الره بسم الله
ن جعل لكم م م بيوتا تستخفونها يوم وٱلله ن جلود ٱلنع بيوتكم سكنا وجعل لكم م
عا إ لى حين ثا ومت ظعنكم ويوم إقامتكم ومن أصوافها وأوبارها وأشعارها أث
Artinya : Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal
dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang
ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan
waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan
bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai
waktu (tertentu). [An-Nahl : 80]
vi
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana peran pemerintah dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan rumah bersubsidi yang tidak tepat sasaran.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif. Adapun jenis dan
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
skunder, sedangkan, instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
diantaranya terdiri dari redukasi data (data reduction), penyajian data (data
display), dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Pemerintah dalam ini telah
berupaya keras untuk mengatasi rumah bersubsidi yang tidak tepat sasaran. Rumah
bersubsidi merupakan program yang dikeluarkan pemerintah untuk membantu
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk mendapatkan rumah yang layak
huni dengan harga yang terjangkau. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman perumahan subsidi yang
terjual ke masyarakat kalangan menengah ke atas merupakan bentuk pelanggaran,
karena rumah bersubsidi dikhususkan untuk MBR. Permasalahan rumah bersubsidi
yang tidak tepat sasaran terus terjadi setiap tahunnya, selain subsidi yang tidak tepat
sasaran pemerintah juga dihadapi dengan permasalahan kesenjangan antara rumah
yang terbangun dengan rumah yang dibutuhkan oleh masyarakat (backlog).
Backlog terjadi karena kebutuhan akan rumah terus bertambah dari tahun ke tahun
mengingat pertumbuh masyarakat terus bertambah.
Kata kunci : Rumah bersubsidi, UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman, MBR.
vii
PERSEMBAHAN
حيم حمن الره الره بسم الله
Alhamdulillahirobbil’alamin…
Segala puji dan syukur ku persembahkan kepada Sang Pencipta Allah SWT
atas kehendakMu telah men jadikan aku sebagai manusia yang selalu berpikir,
berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani semua hal di kehidupan ini.
Semoga karyaku ini menjadi sebuah awal untuk menggapai mimpi
Dan cita-cita aamiin…
Ku persembahkan ini kepada:
Kedua orang tuaku, kepada ayah yang terkasih “Priyanto” dan ibunda ku
tercinta “Sulistiani” yang telah mengorbankan hidupnya, yang tiada henti
memberiku semangat, mendoakan, menyayangi dan mengasihiku selama ini.
Terimalah persembahan kecilku ini sebagai bukti awal dari keseriusanku untuk
membahagiakan dan membalas segala pengorbananmu. Terima kasih saya
ucapkan kepada adikku tersayang “Ikhsan Dava Primarendra” dan kepada
seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan moril maupun
material kepada saya terkhusus bude Musfiroh, mbak fira, mbak riyan dan
hafiz.
Tak lupa saya berterima kasih untuk guru-guru dan dosen-dosen yang telah ikhlas
mendidik dan membimbing saya selama ini, terutama kepada bapak
Drs.H.Amhar Rasyid.,L.Sc.MA selaku pembimbing I dan bapak Khairun
Najib, M.I.P selaku pembimbing II karena telah membimbing dan memberikan
arahan sehingga saya bisa berada pada titik ini.
Dan kepada sahabat-sahabat dan teman-teman yang selalu membantu dan
mensuport saya selama ini terutama kepada seluruh keluarga besar Ilmu
Pemerintah lokal H saya ucapkan terima kasih. Tak lupa teman-teman dan
sahabat posko 33 gelombang 3.
viii
Kata Pengantar
حيم حمن الره الره بسم الله
Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat dan hidayahnya yang mana dalam penyelesaian skripsi
ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam somoga tetap terlimpah kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya kejalan
yang benar dan dapat dirasakan manifestasinya dalam wujud imam, islam dan amal
nyata yang shalih.
Skripsi dengan judul “Kebijakan Pemerintah dalam Pemberian Subsidi
Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Studi Perumahan
Mendalo Hill Kecamatan Jambi Luar Kota)”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Serjana Strata Satu (S1) Program Studi Ilmu
Pemerintah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
Pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. H. Syua’idi Asy’ari, M. A, Ph. D selaku Rektor, Ibu Dr. Rofiqoh
Ferawati Wakil Rektor I, Bapak Dr. As’ad Isma Wakil Rektor II, dan Bapak
Dr. Bahrul Ulum Wakil Rektor III.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag, M.H selaku Dekan Fakultas Syariah, Bapak
Agus Salim, M.A, M.I.R, Ph. D Wakil Dekan I, Bapak Ruslan Abdul Ghani,
SH, M.Hum Wakil Dekan II, dan Bapak Ishaq, S.H., M.Hum Wakil Dekan
III.
3. Ibu Dr. Irmawati Sagala, S.IP, M.SI selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan dan Bapak Yudi Armansyah, M. Hum sebagai Sekretaris
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
ix
4. Bapak Drs.H.Amhar Rasyid.,L.Sc.MA selaku Dosen Pembimbing I dan
Bapak Khairun Najib, M.I.P selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak membantu peneliti dalam Penelitian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten dosen, dan seluruh karyawan/i Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan semangat juang dan
limpahan dukungan kasih sayang sehingga skripsi ini diselesaikan dengan
baik.
7. Kepada narasumber atau informan yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dalam
penyelesaian skripsi ini, dan
8. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran dalam meyusun skripsi ini.
Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
kita mohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penelitian
selanjutnya.
Jambi, 11 Desember 2020
Zua Ario Priliansyah
SIP. 162524
x
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL i
PERNYATAAN ORISINLITAS ii
NOTA DINAS iii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR iv
MOTTO v
ABSTRAK vi
PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR SINGKATAN xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Batasan Masalah 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 5
E. Karangka Teori 7
F. Tinjauan Pustaka 24
BAB II METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian 27
B. Pendekatan Penelitian 27
C. Jenis Dan Sumber Data 27
D. Alat Pengumpulan Data 29
E. Cara Analisis Data 30
F. Sistematika Penulisan 31
G. Jadwal Penelitian 33
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Perumahan Subsidi 34
B. MBR dan Perumahan Subsidi 38
C. Gambaran Umum Perumahan Mendalo Hill 39
xi
D. Keadaan Sosial Perumahan Mendalo Hill 40
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakangi Terjadinya Ketidak Efektivan
Dalam Pemberian Subsidi 43
B. Peran Pemerintah Dalam Mengatasi Pemberian Rumah
Subsidi Yang Tidak Tepat Sasaran 50
C. Kendala Yang Dihadapi Pemerintah Dalam Melakukan
Pembangunan Perumahan Subsidi 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 59
B. Saran 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR SINGKATAN
MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah
KPR : Kredit Pemilikan Rumah
BTN : Bank Tabungan Negara
PPDPP : Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan
FLPP : Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
SiPetruk : Sistem Informasi Pemantauan Struktur
SiKumbang : Sistem Informasi Kumpulan Pengembang
Sikasep : Sistem Informasi KPR Bersubsidi Perumahan
DPD : Dewan Pimpinan Daerah
MK : Manajemen Kontruksi
REI : Real Estate Indonesia
UU : Undang - Undang
UUD : Undang – Undang Dasar
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir, telah ditetapkanya Undang-
Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, pada
pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No 1 Tahun 2011 disebutkan, Perumahan dan
Kawasan Permukiman diselenggarakan untuk mendukung penataan dan
pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui
pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata
ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan terutama bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR).1
Rumah merupakan sebuah bangunan yang memiliki fungsi sebagai tempat
tinggal yang layak untuk ditempati, rumah juga merupakan sarana dalam
membina keluarga, dan dijadikan sebagai ceriminan harkat dan martabat bagi
pemiliknya, serta asset pribadi pemilik sahnya. Dalam batang tubuh Undang-
Undang Dasar 1945 lebih tepatnya dijelaskan pada pasal 28 H ayat (1),
menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan amanat yang tertera pada UUD
1945 tersebut menyatakan bahwa negara memiliki kewajiban dan tanggung
jawab yang besar dalam memenuhi hak-hak masyrakatnya, diantaranya ialah hak
1 Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
2
dalam kepemilikan rumah yang akan dijadikan tempat tinggal dan berlindung,
negara mengatur tentang segala kebijakan mengenai perumahan dan kawasan
permukiman. Akan tetapi tidak semua masyarakat memiliki kemampuan
membeli rumah untuk ditempati.
Rumah subsidi merupakan salah satu program Pemerintah dalam
membantu MBR agar memiliki rumah yang layak huni, tetapi dalam
penyalurannya banyak yang tidak sesuai dengan tujuan utama Pemerintah,
adapun kendala lain yang dihadapi oleh Pemerintah rendahnya jumlah serapan
perumahan bersubsidi apabila di bandingkan dengan semakin tingginya
kebutuhan terhadap rumah (backlog). Angka backlog yang terjadi terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya disemua daerah di Indonesia.
Menurut berita dari m.harnas.co, “Rumah subsidi diklaim semakin sulit
terjangkau oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Pengawasan
pemerintah sangat rendah terhadap serapan rumah subsidi sehingga memicu
angka backlog (kesenjamgan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah
rumah yang dibutuhkan rakyat) terus naik setiap tahun. Anggota Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sulastri mengatakan, masyarakat miskin
yang seharusnya disubsidi tidak sepenuhnya bisa mendapat rumah dari
Pemerintah. Masyarakat tidak pernah disurvei kemampuan bayar ( ability to pay)
terhadap pembayaran rumah. Akibat minim pengawasan, kata Sulastri, tidak
menutup kemungkinan potensi penjualan rumah subsidi terserap masyarakat
3
kalangan mampu. Mereka membeli rumah untuk investasi jangka panjang
karena kemampuan bayar kredit sepertiga dari penghasilan bersih”.2
Pada Permen PUPR Nomor 10 tahun 2019 tentang kriteria masyarakat
berpenghasilan rendah dan persyaratan kemudahan perolehan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah, telah menjelaskan bahwa yang berhak
menerima subsisi perumahan ialah mereka yang memenuhi kriteria sebagai
MBR. Adapun kriterian MBR yang dimaksud sebagai berikut:3
1. Tidak memiliki rumah yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang
bersangkutan dan diketahui oleh kepala desa.
2. Belum pernah menerima subsidi pemerintah untuk kepemilikan rumah.
3. Memilik nomor wajib pajak (NPWP).
4. Memiliki penghasilan maksimal 4 juta/bulan untuk rumah tapak atau 7
juta/bulan untuk rumah susun.
Perumahan Mendalo Hill merupakan salah satu perumahan subsidi yang
terletak di Provinsi Jambi tepatnya di Mendalo Darat, Kabupaten Muara Jambi.
Mendalo Hill memiliki sebanyak 350 unit rumah.
2 M.harnas.co 3 Permen PUPR Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Kriteria Masyarakat Berpenghasilan
Rendah Dan Persyaratan Kemudahan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
4
Tabel 1. Perumahan Mendalo Hill4
No Permen PUPR No.10/PRT/M/2019 Kondisi Riil Perumahan Dan Nomor Perumahan
E 30
Lorong
Gazero
F 18
Lorong
Gazero
G 12
Lorong
Gaza
G 24
Lorong Liberti
Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak
1 Tidak memiliki rumah yang
dibuktikan dengan surat
pernyataan yang bersangkutan dan
diketahui oleh kepala desa
✓
✓
✓
✓
2 Belum pernah menerima subsidi
pemerintah untuk kepemilikan
rumah
✓
✓
✓
✓
3 Memilik nomor wajib pajak
(NPWP)
✓
✓
✓
✓
4 Penghasilan tidak lebihi dari yang
tetapkan yaitu penghasilan Rp. 4
juta perbulan
✓
✓
✓
✓
Dari tabel di atas membuktikan bahwa kebijakan Pemerintah terhadap
penyediaan rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah tidak berjalan
sesuai dengan aturan Permen PUPR No.10/PRT/M/2019. Dalam
penyelenggaraan perumahan rakyat, pemerintah memiliki tiga fumgsi penting,
yaitu sebagai regulator dan fasilitator, dan sebagai operator. Sebagai regulator,
pemerintah bertugas mengeluarkan berbagai peraturan yang terkait dengan
penyelenggaraan perumahan rakyat. Sebagai fasilitator, pemerintah bertugas
untuk menyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi
MBR. Sebagai operator, pemerintah menyelenggarakan fungsi operasionilisasi
dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan
pengembangan lingkungan hunian dan Kawasan permukiman dan
4 Observasi Denga Masyarakat Perumahan Mendalo Hill, Tanggal 17 Februari 2020, Jam
16 : 45 WIB
5
mengalokasikan dana/ biaya pembangunan untuk mendukung terwujudnya
perumahan bagi MBR (pasal 13 huruf e dan f UU PKP Tahun 2011).5
Dari ketiga fungsi tersebut terlihat bahwa fungsi pemerintah sebagai
operator koordinasi kurang berjalan efektif, sehingga banyak terjadi ketidak
tetap sasaran pada pemberian rumah subsidi. Jika fungsi tersebut dijalankan
dengan baik dan benar maka ketidak tepat sasaran pemberian subsidi bagi MBR
tidak akan terjadi.
Dari penjelasan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul: Kebijakan Pemerintah Dalam
Pemberian Subsidi Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(Studi Perumahan Mendalo Hill Kecamatan Jambi Luar Kota).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pokok permasalahan yang akan
di jawab dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
1. Apa yang melatar belakangi terjadinya ketidak efektivan dalam pemberian
subsidi perumahan di Mendalo Hill?
2. Bagaimana peran Pemerintah dalam mengatasi pemberian rumah subsidi
yang tidak tepat sasaran di Mendalo Hill?
3. Apa kendala yang dihadapi Pemerintah dalam melakukan pembangunan
perumahan subsidi?
5 Eddy Marek Leks, Analisis dan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Perumahan Rakyat, 2013. hal 8.
6
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas agar tidak
memperluas masalah yang dibahas dan menyebabkan pembahasan menjadi tidak
konsisten dengan rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya, maka
penulis memberikan batasan masalah ini mengenai: Kebijakan Pemerintah
Dalam Pemberian Subsidi Perumahan Di Mendalo Hill (Studi Mendalo Hill,
Kecamatan Jambi Luar Kota).
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan masalah yang penulis rumuskan diatas, maka yang menjadi
tujuan dari peneliatian ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui yang melatar belakangi ketidak efektivan dalam pemberian
subsidi perumahan di Mendalo.
2. Ingin mengetahui peran Pemerintah dalam mengatasi pemberian rumah
subsidi yang tidak tepat sasaran di Mendalo Hill.
3. Ingin mengetahui kendala yang dihadapi Pemerintah dalam melakukan
pembangunan perumahan subsidi.
Sedangkan manfaat dari penelitian adalah:
1. Bagi Penulis
(a). Dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran kepada masyarakat agar
mengetahui betapa pentingnya manfaat kebijakan pemerintah dalam
pemberian perumahan subsidi
(b). Sebagai sarana transportasi bagi penulis dalam meningkatkan penerapan
perumahan subsidi dari pemerintah kepada masyarakat.
7
2. Bagi Akademik
Untuk menambah referensi pustaka dan sebagi bahan bacaan yang
bermanfaat dan untuk menambah wawasan bagi rekan – rekan mahasiswa
Fakultas Syari’ah khususnya Jurusan Ilmu Pemerintahan Uin Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
3. Bagi instansi
Sebagai bahan masukan dan pertimmbangan kepada kantor perumahan
dalam hal adanya pemberian perumahan subsidi kepada masyarakat
berpenghasilan rendah.
E. Kerangka Teori
1. Teori Perumahan dan Kawasan Permukiman
Rumah atau perumahan merupakan kebutuhan pokok manusia selain
pangan dan sandang. Sehingga kebutuhan ini harus terpenuhi meskipun
dalam keadaan yang paling sederhana. Selain itu, perumahan dan
permukiman memiliki peranan penting untuk membentuk watak dan
kepribadian suatu bangsa, dan perlu dibina serta dikembangkan demi
kelangsungan, peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Beberapa pengertian rumah dalam UU No.11 Tahun 2011 yaitu:
a. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,
baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
layak huni.
8
b. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas
lebih dari satu perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utikitas
umum, serta mempunyai penujang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan.
c. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal
yang layaj huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
Berdasarkan Peraturan Mentari Perumahan Rakyat Nomor
10/PRT/M/2019, menyatakan pengertian yang sama tentang perumahan
“Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layaj huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya”.
Adapun aspek-aspek penting rumah antara lain:
a. Hakekat Rumah Bagi Manusia
Manusia sebagai makluk sosial yang tidak dapat hidup dengan
cara menutup diri dari lingkungannya. Mempunyai hubungan secara
horisontal terhadap lingkungan alam tempat hidup, serta satu kesatuan
struktural secara harmonis yang mempunyai hubungan vertikal kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu dari pengertian dasar tersebut
maka harus tampak serta terwujud dalam rumah, agar dapat memberi
arti dalam kehidupan manusia. Rumah di sini tidak dilihat sebagai
benda dan sarana hidup, tetapi sebagai satu proses bermukim yaitu
9
kehidupan manusia dalam menciptakan ruang hidup di lingkungan
masyarakat dan alam sekitarnya.
b. Peran Rumah dalam Pembangunan Bangsa
Sering kali tanpa rumah atau tempat bermukim yang tetap
keberadaan seseorang secara formal sulit diakui (memiliki KTP)
sehigga kesepakatan untuk masuk dunia formal dimana kebijaksanaan
pembangunan diarahkan
menjadi tertutup. Rumah atau tempat bermukim dengan demikian
merupakan pintu masuk ke dunia yang menjanjikan pemenuhan
kebutuhan dasar lainnya. Malah keadaan rumah secara umum sering
dianggap sebagai barometer taraf hidup suatu bangsa. Pembangunan
sektor rumah dan permukiman lebih diarahkan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat, menciptakan kerukunan
hidup keluarga dan kesetiakawanan sosial masyarakat dalam rangka
membentuk lingkungan serta persemaian nilai budaya dan pembinaan
watak anggota keluarga.
c. Rumah dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Rumah merupakan salah satu permasalahan yang terus
berkelanjutan, bahkan terus menerus meningkat permintaanya seiring
dengan pertumbuhan penduduk serta dinamikanya. Di dalam
pembangunan nasional, rumah merupakan salah satu unsur dasar
kesejahteraan rakyat di samping pangan dan sandang, serta merupakan
bagian dari pembangunan nasional yang dapat mendukung sektor-
10
sektor pembangunan lain, maka dari itu masalah rumah harus ditangani
secara mendasar untuk kepentingan jangka panjang demi kelangsungan
hidup. Selain itu rumah juga berfungsi sebagai pembentukan moral dan
pendidikan penghuni dan anggota keluarga lain.
2. Konsep Kebijakan
a. Pengertian Kebijakan
Carl J Federick mendefinisikan kebijakan sebagai rangkaian
tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan
(kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan
usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Pendapat tersebut menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku
yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari
definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa
yang sesungguhnya dikerjakan dari pada apa yang diusulakan dalam
beberapa kegiatan suatu masalah.6
Menurut Solichin Abdul Wahab istilah kebijakan masih terjadi silang
pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. untuk memahami
istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab memberikan beberapa pedoman
sebagai berikut7 :
1) Kebijakan harus dibedakan dari keputusan
6 Agustino,. 2008. Dasar- dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung. hal. 7. 7 Solichin Abdul Wahab, 2008. Analisis Kebijaksaan dari formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara. hal. 40.
11
2) Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari
administrasi
3) Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan
4) Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan
5) Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai
6) Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit
maupun implisit
7) Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang
waktu
8) Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi
dan yang bersifat intra organisasi
9) Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci
lembaga-lembaga pemerintah
10) Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.
Richard Rose menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami
sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta
konsekuensi-konsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada
sebagai keputusan yang berdiri sendiri8.
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan
yang sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu
8 Budi Winarno, 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus). Buku Seru:
Yogyakarta. hal. 18.
12
kelompok atau pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan
berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna
mencapai maksud dan tujuan tertentu. Jika kebijakan dapat dipandang
sebagai suatu sistem, maka kebijakan juga dapat dipandang sebagai proses.
b. Konsep Implementasi Kebijakan
pelaksanaan kebijkan ialah kegiatan lanjutan dari proses perumusan
dan penetapan kebijakan. Sehingga pelaksanaan kebijakan dapat dimaknai
sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan, baik oleh individu maupun
kelompok pemerintah yang diorientasikan pada pencapaian tujuan-tujuan
yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Suatu kebijakan negara dapat dikatakan evektif bila dilaksanakan
maka akan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat, dengan kata
lain, tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi
anggota masyarakat sesuai dengan keinginan negara.
c. Kebijakan Publik
Kebijakan publik atau dikenal juga dengan public policy merupakan
semua kebijakan yang berasal dari pemerintah, mulai dari kebijakan
ekonomi, kebijakan kesehatan, kebijakan pertahanan keamanan dan
beberapa kebijakan lainnya. Disamping itu dilihat dari hierarkinya
kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional maupun lokal seperti
undang- undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan
menteri, peraturan pemerintah daerah/provinsi, keputusan gubernur,
peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan bupati/walikota.
13
Kebijakan pablik hadir dengan tujuan mengatur kehidupan yang
diinginkan. Adapun cita-cita bangsa Indonesia adalah untuk mencapai
kehidupan masyarakat yang adil, Makmur dan sejahtera berdasarkan isi
dari pancasila dan UUD NRI 1945, yang termasuk kedalam kebijakan
pablik adalah seluruh prasarana (jalan, jembatan, dan sebagainya) dan
sarana (mobil, bahan bakar, dan sebagainya) untuk mencapai tempat
tujuan.
Ada dua karakteristik dari kebijakan public menurut Riant Nugroho,
yaitu9:
1) kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah untuk dipahami,
karena maknanya adalah hal-hal yang dikerjakan untuk mencapai
tujuan nasional;
2) kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah diukur, karena
ukurannya jelas yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita
cita sudah ditempuh.
James E. Anderson menyampaikan kategori kebijakan publik sebagai
berikut10:
1) Kebijakan substantif dan kebijakan prosedural
9 Riant Nugroho. 2011. Public Policy Dinamika Kebijakan-Analisis Kebijakan-
Manajemen Kebijakan. PT Elex Media Komputindo: Jakarta. hal. 383 10 Taufiqurakhman, 2014, Kebijakan Publik Pendelegasian Tanggungjawab Negara
Kepada Presiden Selaku Penyelenggara Pemerintahan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Moestopo Beragama Pers, hal. 5.
14
Kebijakan substantif adalah segala hal yang bersangkutan
terhadap apa yang dikerjakan oleh pemerintah. Sedangkan kebijakan
prosedural yaitu bagaimana kebijakan substantif dapat dialankan.
2) Kebijakan distributif dan kebijakan regulatori versus kebijakan
redistributif.
Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau
kemanfaatan pada masyarakat atau individu. Kebijakan regulatori
adalah kebijakan yang merupakan pembatasan terhadap perilaku
individu atau kelompok masyarakat. Sedangkan, kebijakan
redistributif yaitu kebijakan tentang pengaturan alokasi kekayaan,
pendapatan, pemilikan atau hak-hak diantara berbagai kelompok
dalam masyarakat.
3) Kebijakan materal dan kebijakan simbolik
Kebijakan materal merupakan kebijakan pemberi keuntungan
sumber daya komplet terhadap kelompok sasaran. Adapun,
kebijakan simbolis ialah yang memberikan manfaat simbolis kepada
kelompok tujuan.
4) Kebijakan barang umum (public goods) dan barang privat (privat
goods).
Beberapa karekteristik kebijakan publik yang dapat
diidentifikasikan adalah sebagai berikut:11
11 Bambang Pujiyono. 2010. Kebijakan layanan tariff perumahan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR). Hal.21
15
1) adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai, yaitu pemecahan masalah
publik.
2) adanya tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan
3) merupakan fungsi pemerintah sebagai layanan publik
4) adanya berbentuk ketetapan pemerintah yang bersifat negatif, yaitu
ketetapan yang tidak melakukan apa-apa.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan kebijakan
Menurut Suharno proses pembuatan kebijakan merupakan pekerjaan
yang rumit dan kompleks dan tidak semudah yang dibayangkan.
Walaupun demikian, para administrator sebuah organisasi institusi atau
lembaga dituntut memiliki tanggung jawab dan kemauan, serta
kemampuan atau keahlian, sehingga dapat membuat kebijakan dengan
resiko yang diharapkan (intended risks) maupun yang tidak diharapkan
(unintended risks). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan
kebijakan adalah12:
a. Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar
b. Adanya pengaruh kebiasaan lama
c. Adanya pengaruh sifat-sifat pribad
d. Adanya pengaruh dari kelompok luar
e. Adanya pengaruh keadaan masa lalu
12 Suharno. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. UNY Press. Hal. 52-53
16
3. Konsep Kebijakan
Pada dasarnya semua manusia berhak memiliki hidup yang lebih baik,
aman,nyaman dan tentram, memiliki tempat tinggal yang layak. Pemerintah
bertanggung jawab melindungi masyarakat Indonesia dengan segala cara,
seperti, penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar
masyarakat terbantu dan memiliki tempat tinggal yang bagus dan layak untuk
dihuni.
Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman disebutkan bahwa Perumahan dan kawasan permukiman
diselenggarakan dengan berasaskan:
a. kesejahteraan;
b. keadilan dan pemerataan
c. kenasionalan
d. keefisienan dan kemanfaatan;
e. keterjangkauan dan kemudahan;
f. kemandirian dan kebersamaan;
g. kemitraan
h. keserasian dan keseimbangan;
i. keterpaduan
j. kesehatan;
k. kelestarian dan keberlanjutan; dan
l. keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan.
Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan dengan
17
tujuan untuk:
a. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman;
b. mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran
penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian
dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan
keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;
c. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian
fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan
perdesaan
d. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman;
e. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan
f. menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutan.
3. Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
a. Konsep Rumah Bersubsidi
Pemerintah dalam melaksanakan pembinaan mempunyai tugas untuk
mengalokasikan dana dana atau biaya pembangunan untuk mendukung
terwujudnya perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
18
dan memfasilitasi penyedian perumahan dan permukiman bagi
masyarakat, terutama MBR.
Subsidi meruakan pembayaran yang dilakukan pemerintah kepada
perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai tujuan tertentu yang
membuat mereka dapat memproduksi dan mengkonsumsi suatu produk
dalam kuantitas yang lebih besar dengan harga yang lebih murah. Tujuan
dari subsidi adalah untuk mengurangi harga. Pemberian subsidi bagi
konsumen atau masyarakat pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi disuatu
negara.
Dalam hal ini subsidi atau bantuan pembiayaan perumahan termasuk
dalam bentuk subsidi barang yang diberikan kepada golongan yang
berpebdapatan rendah dalam hal memenuhi kebutuhan rumah, yaitu
berupa rumah dengan harga dibawah harga pasar.
b. Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Bagi Masyarakat dengan perekonomian tinggi memiliki sebuah
rumah layak dan nyaman ditempati bukanlah hal yang sulit untuk
didapatkan, akan tetapi tidak bagi kelomok-kelompok masyarakat lapisan
rendah atau MBR. Bagi MBR memiliki rumah adalah sebuah masalah
besar yang sulit diselesaikan mengingat pendapatan mereka yang rendah.
Menurut Lewis (Suparlan) MBR adalah kelompok masyarakat yang
mengalami tekanan ekonomi, sosial, budaya, dan politik yang cukup lama
sehingga menghasilkan suatu kebudayaan yang disebut budaya miskin.
19
MBR ini terperangkap dalam budaya miskinnya. Sehingga mereka tidak
dapat lagi melihat potensi-potensi yang dimiliki13.
Sedangkan menurut Asian Development Bank (ADB) MBR adalah
masyarakat yang tidak memiliki akses dalam proses menentukan
keputusan yang menyangkut kehidupan mereka. Secara sosial mereka
tersingkir dari institusi masyarakat. Secara ekonomi terlihat dari
rendahnya kualitas sumber daya manusia sehingga menyebabkan
rendahnya tingkat penghasilan mereka. Secara budaya dan tata nilai
mereka terperangkap dalam etos kerja yang rendah, pola pikir pendek.
Serta akses mereka terhadap fasilitas lingkungan yang sangat rendah.14
c. Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Bagi sebagian besar masyarakat, pemenuhan kebutuhan akan rumah
baru merupakan wacana yang jauh dari kenyataan hidup seharihari. Dari
tahun ke tahun masih terjadi kesenjangan antara kebutuhan dan
penyediaan rumah masih terdapat berbagai kendala yang dihadapi
khususnya oleh masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah,
disebabkan karena masih rendahnya daya beli dan/atau terbatasnya akses
mereka ke sistem pembiayaan perumahan.
Terbitnya UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman membawa harapan baru, termasuk bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR). Sekurangnya terdapat tiga butir penting
13 Lewis Oscar. 1984. Kebudayaan Kemiskinan dalam buku Kemiskinan Perkotaan,
Penerbit Sinar Harahap. hal. 16. 14 Ibid hal 37.
20
dari undang-undang ini. Pertama, ada pernyataan eksplisit akan hak setiap
warga negara akan perumahan (Pasal 19). Jelas pula terasa semangat atas
upaya pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat berpenghasilan rendah
bahkan terdapat pengaturan pasal yang mengatur tentang kewajiban
pemerintah provinsi untuk mencadangkan dan menyediakan tanah bagi
perumahan MBR (antara lain, Pasal 17 dan Pasal 126).
Tujuan pemberian subsidi perumahan pada dasarnya untuk
meringankan beban angsuran debitur, karena subsidi yang diberikan oleh
Pemerintah kepada masyarakat berpenghasilan menengah termasuk
masyarakat berpenghasilan rendah umumnya berupa subsidi selisih bunga,
artinya Pemerintah menanggung angsuran sebagian bunga KPR yang
ditetapkan oleh bank. Namun demikian tujuan tersebut tidak sesuai
sebagaimana yang diharapkan, selama ini debitur hanya mendapat bantuan
dalam beberapa tahun pertama atau tidak sepanjang tenor pinjaman. Oleh
karena itu, dalam upaya membantu lebih banyak lagi masyarakat
berpenghasilan menengah termasuk masyarakat berpenghasilan rendah
untuk memiliki rumah, Pemerintah merasa perlu melakukan intervensi
untuk menurunkan tingkat suku bunga KPRSH Bersubsidi dan mengingat
intervensi yang dilakukan selama ini kurang berjalan efektif maka
diperlukan cara lain untuk menurunkan tingkat suku bunga KPRSH
Bersubsidi.
Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR. Untuk
memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR, Pemerintah dan/atau pemerintah
21
daerah wajib memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah
melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap
dan berkelanjutan dengan cara berupa:15
1. subsidi perolehan rumah
2. stimulan rumah swadaya
3. insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan
4. perizinan
5. asuransi dan penjaminan
6. penyediaan tanah
7. sertifikasi tanah; dan/atau
8. prasarana, sarana, dan utilitas umum.
4. Subsisi KPR/BTN
Menurut Rudi Handoko dan Pandu Patriadi subsidi adalah pembayaran
yang dilakukan pemerintah kepada perusahaan atau rumah tangga untuk
mencapai tujuan tertentu yang membuat mereka dapat memproduksi atau
mengkonsumsi suatu produk dalam kuantitas yang lebih besar atau pada
harga yang lebih murah. Dengan harga yang lebih murah maka barang yang
dihasilkan akan semakin tinggi karena tingginya konsumsi masyarakat.16
Kemudian menurut Suparmoko, subsidi adalah salah satu bentuk
pengeluaran pemerintah yang juga diartikan sebagai pajak negatif yang akan
15 Pasal 54 Ayat 3 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman 16 Rudi Handoko dan Pandu Patriadi. 2005. Kajian Ekonomi dan Keuangan. hal 43.
22
menambah pendapatan mereka yang menerima subsidi atau mengalami
peningkatan pendapatan riil apabila mereka mengkonsumsi atau membeli
barang barang yang disubsidi oleh pemerintah dengan harga jual yang rendah.
Pemberian subsidi bagi konsumen atau masyarakat pada dasarnya
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang akan berdampak
pada pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Pemberian subsidi bagi
masyarakat diberikan di berbagai sektor, tidak terkecuali sektor perumahan
dan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Subsidi ini
ditetapkan dalan sebuah kebijakan pemerintah yakni subsidi KPR/BTN. KPR
sendiri adalah singkatan dari Kredit Pemilikan Rumah. Ini adalah fasilitas
untuk membeli rumah dengan kredit pada bank.
Subsidi KPR merupakan suatu kredit yang diperuntukkan kepada
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi
kebutuhan perumahan. Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh pemerintah,
sehingga tidak setiap masyarakat yang mengajukan kredit dapat diberikan
fasilitas ini. Secara umum batasan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam
memberikan subsidi adalah penghasilan pemohon dan maksimum kredit yang
diberikan.
Adapun syarat-syarat dalam pengajuan KPR adalah:
a. Pemohon adalah WNI berusia minimal 21 tahun atau sudah
menikah.
b. Memiliki NPWP dan SPT pribadi sesuai UU yang berlaku.
c. Telah bekerja memiliki usaha minimal 1 tahun.
23
d. Memiliki penghasilan yang cukup untuk membayar angsuran
hingga lunas.
e. Pemohon dan pasangan belum memiliki rumah.
f. Pemohon belum pernah menerima subsidi dari pemerintah atau
kepemilikan rumah.
Sedangkan persyaratan dokumen KPR adalah:
a. Formulir untuk aplikasi pembayaran yang disertai dengan poto
diri dan pasangan.
b. Fotokopi KTP pemohon dan pasangan, copy surat nikah atau
surat cerai.
c. Slip gaji asli 3 bulan terakhir dan SK pegawai atau surat
keterangan bekerja.
d. Surat keterangan penghasilan atau surat keterangan usaha dari
pihak terkait.
e. Fotokopi rekening tabungan 3 bulan terakhir.
f. Surat pernyataan belum memiliki rumah dari pemohon dan
pasangan.
g. Surat pernyataan belum pernah menerima subsidi dari
pemerintah untuk kepemilikan rumah.17
17 Al Ma’is, Prosedur Pengajuan KPR Bersubsidi di PT. Bank Tabungan Negara TBK.
Syariah Kantor Cabang Syariah Semarang, D3 Perbankan Syariah, Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang 2019, hal. 32-33.
24
5. Efektivitas Pemberian Subsidi
Menurut Subagyo efektivitas adalah kesesuaian antara output dengan
tujuan yang ditetapkan. Menurut Richard Steer dalam Halim efektivitas harus
dinilai atas dasar tujuan yang bisa dilaksanakan, bukan atas dasar konsep
tujuan yang maksimum karena semakin jelas dasar tujuan yang telah
ditetapkan maka hasil yang efektif akan semakin mudah tercapai.
Efektivitas kebijkan subsidi KPR/BTN merupakan keefektivan
kebijakan pemerintah bagi masyarakat miskin melalui pemberian subsidi agar
dapat memenuhi kebutuhan dasar (primer) yakni permukiman guna
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dalam hal ini alat untuk mengukur
keefektivan kebijakan subsidi KPR/BTN:
a. Ketepatan sasaran, semakin tinggi persentase tepat pada warga miskin
dalam hal ini warga berpenghasilan rendah, belum memiliki rumah
serta belum pernah menerima subsidi perumahan sesuai kelompok
sasaran berarti semakin efektif kebijakan tersebut.
b. Ketepatan tujuan, semakin tinggi persentase tersedianya perumahan
atau permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan
kemudahan fasilitas subsidi KPR/BTN bagi kelompok sasaran.
F. Tinjaun Pustaka
Untuk mengetahui posisi penelitian ini dengan penelitian lainnya, maka
penulis melakukan kajian tinjauan kepustakaan dengan beberapa hasil penelitian
sebelumnya. Kajian kepustakaan ini dimaksud untuk mencari kebaharuan dalam
25
meneliti terkait Kebijakan Pemerintah dalam Pemberian Susbsidi Perumahan
Bagi Masyarakat Berpenghasilan Renda.
Skripsi Bambang Pujiyanto (Universitas Budi Luhur Jakarta 2010)
“Kebijakan Layanan Tarif Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR)” Menyimpulkan bahwa suatu kebijakan mengenai layanan tarif yang
dapat memberikan kemudahan akses sebagai masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) untuk mendapatkan perumahan. Layanan tarif yang dapat diberikan oleh
pemerintahan dalam hal ini pusat pembiayaan perumahan tidak secara langsung
kepada individu MBR, namun diupayan melalui institusi baik formal maupun
informal yang dapat meningkatakan kemampuan ekonomi MBR. Dengan
demikian, pemerintah dapat menjalin kerjasama denag mitra baik dipusat
maupun daerah dalam bentuk agreemen, contracting, dan lain-lain.
Skripsi Dora Kusumastuti (Universitas Slamet Riyadi Surakarta 2015)
“Kajian Terhadap Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberian Subsidi di Sektor
Perumahan” Menyimpulkan bahwa pemberian subsidi terhadap masyarakat
khususnya masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki rumah dan
kendala yang menghambat pembangunan perumahan subsidi adalah rendahnya
tingkat seeapan terhadap rumah bersubsidi.
Skripsi Sulaiman (Universitas Borneo Tarakan Kalimantan Timur 2017)
“Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Dalam
Penyediaan Tanah Bagi Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan
Kawasan Pemukiman”. Penelitaian menyimpulkan bahwa pemerintah dan/atau
26
pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) dengan menyediakan tanah dan memberikan
kemudahan dalam pembangunan dan perolehan rumah melalui program
perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan.
Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah Daerah atas ketersedian tanah
untuk pembangunan perumahan dan Kawasan pemukiman diatur didalam pasal
105 dan 106.
Dari tabel tinjauan kepustakaan di atas dapat dilihat bahwa posisi
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain. Sedangkan penelitian skripsi
ini memfokuskan pada kebijakan pemerintah dalam pemberian subsidi
perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
27
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi objek penelitian ini adalah perumahan subsidi
Mendalo Hill, Desa Mendalo Darat RT 32, Kec. Jambi Luar Kota, Kabupaten
Muara Jambi.
B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif
adalah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek (sebagai lawannya
dalag eksperimen), yaitu penelitian adalah sebagi instrument kunci, Teknik
pengumpulan data dilakukan triagulasi (gabungan).
C. Jenis Dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian yaitu data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Adapun jenis data primer utama yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Al-Qur’an, UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, dan Permen PUPR No 10/PRT/M/2019 tentang
Kriteria Masyarakat Berpenghasilan Rendah dan Persyaratan
Kemudahan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian di peroleh secara
langsung dari sumbernya ataupun didapat dari lokasi objek penelitian.
28
2. Data Sekunder
Data sekunder data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara
tidak langsung atau melalui sumber perantara. Data ini diperoleh dengan
cara mengutip dari sumber lain, sehingga tidak bersifat autentik, karena
sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya. bahan-bahan
data sekunder berupa buku-buku, majalah, jurnal, makalah dan
sebagainya.18
Contohnya saja berita dari m.harmas.co yang berjudul “ Rumah
Subsidi Dinilai tak Tepat Sasaran”. Dalam berita ini menjelaskan tentang
rumah subsidi yang tidak tepat sasaran, rumah subsidi diklaim semakin
sulit terjangkau oleh MBR. Pengawasan Pemerintah sangat rendah
terhadap serapan rumah subsidi sehingga memicu angka backlog
(kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang
dibutuhkan rakyat) terus naik setiap tahun. Anggota Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) Sulastri mengatakan, masyarakat miskin
yang seharusnya disubsidi tidak sepenuhnya mendapatkan rumah dari
Pemerintah. Masyarakat tidak pernah disurvei mengenai kemampuan
bayarnya.
Akibat minimnya pengawasan, tidak menutup kemungkinan
potensi penjualan rumah subsidi terserap mayarakat kalangan mampu.
Mereka membeli rumah untuk investasi jangka panjang karena
18 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), Jambi: Syariah Press, 2014), hal
34.
29
kemampuan bayar kredit sepertiga dari penghasilan bersih. Ketua Umum
Himpunan Rakyat (Himperra) Endang Kawidjaja mendesak Pemerintah
menaikan batas penghasilan pembeli rumah subsidi. Saat ini batas
penghasilan Rp. 4 juta per bulan sudah kurang relevan.
D. Alat Pengumpulan Data
Dalam pengambilan data bagi penelitian ini, penulis menggunakan metode
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi non
manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-
catatan, pengumuman, intruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau
surat-surat lainnya, catatan-catatan dan arsip yang berkaitan dengan
fokus penelitian. Data yang dikumpulkan mengenai teknik tersebut
berupa kata-kata, tindakan dan dokumen tertulis lainnya, dicatat dengan
menggunakan catatan-catatan. Dokumentasi penulis digunakan sebagai
instrumen utama untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan
kebijakan pemerintah.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif dengan
menggunakan instrument yaitu pedoman wawancara. Untuk memperoleh
30
data yang memadai sebagai cross ceks, seorang peneliti dapat
menggunkan tehnik wawancara yang sesuai dengan situasi dan kondisi
subjek yang dalam interaksi social yang di anggap memiliki
pengetahuan. Mendalami situasi dan mengetahui informasi untuk
mewakili informasi atau data yang dibutuhkan untuk menjawab fokus
penelitian.19
E. Cara Analisis Data
Secara teknis, analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini
berdasarkan analisis interaktif sebagaimana yang dikemukan oleh Miles
danHuberman. Analisis ini terdiri dari reduksi data, display data, verifikasi dan
penarikan kesimpulan, seperti yang akan dijelaskan di bawah ini:20
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian, pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Tujuannya
untuk memilih dan memilah data yang dianggap relevan dengan tema
skripsi yang disajikan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung adalah
display data, yang dimaknai oleh Miles dan Huberman sebagai
sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
penelitian kualitatif penyajian data bisa disajikan dalam uraian singkat
hubungan antar kategori dan sejenisnya.
19 Iskandara, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet Ke-1 (Jakarta: Gaung Persada,2009).
hal 129 20Rahmat Sahit, Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif Model Mile dan Huberman,
https://www.scribd.com/document/211341201/Analisis-Data-Penelitian-Kualitatif-Model-Miles-
Dan-Huberman, diakses tanggal 9 Mei 2019 pukul 20.30 wib.
31
3. Penarikan Kesimpulan
Tahap akhir proses pengumpulan data adalah verifikasi dan
penarikan kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang
telah ditampilkan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara rutin, pemahaman dalam
penulisan skripsi ini akan di sistematiskan sebagai berikut21
Bab I. Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka
teori, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II. Metode Penelitian
Bab ini membahas mengenai lokasi penelitian, pendekatan
penelitian, jenis dan sumber data, pengumpulan serta analisis data.
Bab III. Gambaran Umum.
Membahas tentang gambaran umum objek penelitian dan lokasi
penelitian.
Bab IV. Pembahasan
Dalam bab ini membahas tentang “Kebijakan Pemerintah Dalam
Pemberian Subsidi Di Sektor Perumahan Untuk Masyarakat
21 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi, cet. Ke-2 (Jambi : Syariah Press,
2014), hal.54
32
Berpenghasilan Rendah Berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 Tahun
2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman”.
Bab V. Penutup
Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan hasil penelitian
serta saran-saran terkait dengan Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberian
Subsidi di Sektor Perumahan Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
33
G. Jadwal Penelitian
Untuk mempermudah langkah-langkah dalam penelitian ini maka penulis
menyusun jadwal sebagai berikut:
No
Kegiatan
Tahun 2020
Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
judul
2. Pembuatan
Proposal
3. Perbaikan
dan seminar
4. Surat izin
Riset
5. Pengumpula
n data
6. Pengolahan
Data
7. Pembuatan
laporan
8. Bimbingan
Dan
Perbaikan
9. Agenda dan
Ujian skripsi
10. Penjilidan
34
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Perumahan Subsidi
Pembangunan perumahan untuk rakyat di Indonesia memiliki sejarah yang
panjang, khususnya pembangunan perumahan murah yang ditujukan agar
masyarakat lebih mudah dalam memiliki rumah. Sebagaimana diamanatkan
Undang-Undang Dasar 1945, urusan penyediaan perumahan ditangani langsung
oleh pemerintah. Secara kelembagaan, urusan perumahan ditangani oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat khususnya di Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan.
Pada awalanya program perumahan murah di Indonesia dimulai dari
Kongres Perumahan Rakyat Sehat pada Agustus 1950 di Bandung. Salah satu
hasil kongres tersebut adalah mencanangkan Perumahan Nasional (Perumnas)
sebagai perintis rumah murah di Indonesia. Melalui SK Presiden Nomor 05
Tahun 1952, pada tanggal 25 April 1952, dibentuklah Djawatan Perumahan
Rakyat di bawah naungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Tugas pokok dari Djawatan Perumahan Rakyat antara lain membuat konsep
kebijakan perumahan dan mengatur penyelenggaraa pembiayaan pembangunan
perumahan. Sebelumnya, pada tanggal 20 Maret 1951 dibentuklah Badan
Pembantu Perumahan Rakyat yang berhasil menyusun Peraturan Pembiayaan
Pembangunan Perumahan Rakyat. Kemudian dibentuklah Yayasan Kas
35
Pembangunan (YKP). Hingga tahun 1961, yayasan ini mampu membangun
12.460 unit rumah.
Kebutuhan rumah yang semakin besar, kemudian disepakati adanya
pembentukan badan lain yang bertugas memberi pengarahan secara menyeluruh,
agar program perumahan segera tercapai. Pada tahun 1974 kemudian
dibentuklah Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional (BKPN). Badan ini
berfungsi merumuskan garis-garis kebijaksanaan dan petujuk pelaksanaan
bidang pengembangan dan pembinaan perumahan di samping koordinasi dan
pengawasan. Bank Tabungan Negara (BTN) kemudian ditunjuk sebagai Bank
Hipotik Perumahan. Dengan posisinya itu, BTN bisa memberikan KPR kepada
para peminat rumah dengan suku bunga yang disubsidi.
Perumnas sudah dicanangkan sejak masa kepemimpinan Presiden
Soekarno, namun pembangunan Perum Perumnas baru dimulai di era Presiden
Sohearto, yakni pada tahun kedua Pelita II. Sasarannya adalah masyarakat kota,
dengan presentasi 80 persen keluarga berpenghasilan rendah, 15 persen keluarga
menengah, dan 5 persen yang berpenghasilan tinggi. Untuk memenuhi
pemerataan pembangunan, Perumnas kemudian menetapkan kebijaksanaan
untuk membangun di 77 kota. Ke-77 kota tersebut terdiri dari 27 ibu kota
provinsi, 33 pusat pengembangan wilayah, dan 17 ibu kota kabupaten yang
bukan pusat pengembangan wilayah namun berpenduduk 10 ribu orang.
Pemerintah Orde Baru memiliki struktur manajemen yang kuat, sehingga
pembangunan perumahan selalu meningkat dari waktu ke waktu. Dimulai pada
tahun 1969 saat itu hanya 1.000 unit rumah dibangun oleh Perumnas, kemudian
36
meningkat menjadi 73.914 unit pada 1979 karena adanya partisipasi tambahan
dari Real Estate Indonesia (REI). Pembangunan kembali meningkat pada 1984
menjadi 233.770 unit, dan menjadi 300.280 unit pada 1994.
Sektor perumahan memiliki peran strategis bagi pemerintah jika ingin
mempertahankan kekuasaannya. Hal ini tidak terlepas dari kompleksnya
masalah penyediaan perumahan bagi masyarakat. Tak hanya menyediakan
rumah dengan harga yang lebih terjangkau, tetapi juga meningkatkan
pembangunan serta memperluas cakupan wilayahnya, agar kebutuhan
masyarakat dapat terpenuhi. Di samping itu, perumahan juga dianggap sebagai
salah satu sektor paling berpengaruh yang menjadi pendorong pembangunan
perekonomian negara. Tidak mengherankan, bila kemudian sektor perumahan
selalu mendapat perhatian dari masa ke masa.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Program Seribu
Tower Rumah Susun Sederhana. Rumah itu ditujukan bagi masyarakat
berpenghasilan maksimum Rp 5,5 juta per bulan. Namun, program tersebut
macet pada tahun 2013 atau setelah enam tahun digulirkan. Sebenarnya, sejak
2010, pengembang sudah menghentikan pembangunan proyek rumah susun
sederhana milik bersubsidi (rusunami) atau rumah sejahtera susun bersubsidi.
Kendala regulasi, minimnya insentif, membuat proyek rumah susun subsidi
tidak lagi menarik minat pengembang. Kemacetan program rumah susun (rusun)
terutama terjadi di DKI Jakarta, padahal kebutuhannya mencapai 60 persen dari
total kebutuhan rusun bagi masyarakat menengah bawah.
37
Meski disebut bersubsidi, namun patokan harga rusunami dinilai sulit
dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Patokan harga maksimum
rumah susun bersubsidi juga terus naik, dari semula Rp 144 juta per unit saat
program diluncurkan tahun 2007, kini sudah Rp 216 juta per unit. Pada tahun
2010, lahir program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Program FLPP ini diharapkan mampu meningkatkan daya beli masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) dan masyarakat berpenghasilan menengah bawah
(MBM) dalam menjangkau harga rumah.
Pemerintah melalui Kemenpera dan bekerja sama dengan Bank BTN akan
memberikan subsidi kepada masyarakat berdasarkan daya beli atau penghasilan
masyarakat bukannya pada harga jual rumah. Dalam kesepakatan bersama ini,
ruang lingkup bantuan FLPP dalam rangka pengadaan perumahan melalui
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Sejahtera, ini meliputi 4 hal antara lain KPR
Sejahtera Tapak, KPR Sejahtera Susun, KPR Sejahtera Syariah Tapak, dan KPR
Sejahtera Syariah Susun.
Berdasarkan kesepakatan dan perjanjian kerjasama ini, Kemenpera dan
Bank BTN sepakat untuk memfasilitasi MBM dan MBR dalam pemilikan rumah
melalui penerbitan KPR Sejahtera dengan tingkat suku bunga yang dibebankan
pada MBM dan MBR lebih kecil dari 10 persen (single digit).
Program Sejuta Rumah adalah program yang dicanangkan oleh Presiden
Jokowi. Groundbreaking dan peresmian Program Sejuta Rumah dipusatkan di
Ungaran, Jawa Tengah, dan secara serentak dilakukan di sembilan provinsi di
38
Indonesia. Kesembilan wilayah tersebut adalah Nias Utara, Jakarta, Bantaeng,
Ungaran, Tangerang, Cirebon, Malang, Kota Waringin Timur, dan Palembang.
Presiden Jokowi mengatakan, kebijakan pemerintah di bidang perumahan
melalui Program Sejuta Rumah setiap tahun diperuntukkan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah, seperti kelompok nelayan, pekerja, buruh, PNS, TNI,
dan Polri. Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR
Khalawi Abdul Hamid mengatakan lebih dari 3,5 juta rumah terbangun sejak
awal berjalannya program tersebut hingga tahun 2018.
“Total capaian Program Sejuta Rumah selama empat tahun sejak 2015
hingga 2018 sebanyak 3.542.318 unit rumah,” ujar Khalawi.
Pencapaian pembangunan rumah setiap tahun terus bertambah. Menurut
Khalawi, tercatat rumah yang dibangun pada 2015 sebanyak 699.770 unit,
kemudian 805.169 unit rumah pada 2016. Berikutnya, pada 2017 terdapat
904.758 unit rumah yang berhasil dibangun, dan dilanjutkan pencapaian
1.132.621 unit rumah pada 2018.
Di tahun 2020, ditargetkan bisa dibangun 1,25 juta unit rumah, setelah pada
tahun 2019 Data Kementerian PUPR menyebutkan, per 31 Desember 2019
mencapai 1.257.852 unit.22
B. MBR dan Perumahan Subdisi
MBR merupakan masyarakat yang keadaan perekonomiannya rendah,
sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri. Bagi MBR
22https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/03/190000865/sejarah-program
perumahan-rakyat-dari-zaman-sukarno-hingga-jokowi?page=all#page2
39
untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti rumah bukan hal yang mudah. Rumah
merupakan salah satu hal pokok yang sangat penting untuk kelangsungan hidup
dan tumbuh kembang seseorang, setiap orang akan lebih nyaman bila memiliki
rumah untuk berteduh dan beristirahat saat lelah bekerja seharian.
Masyarakat Berpenghasilan Rendah atau yang disingkat MBR adalah
masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu
mendapatkan dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah.23 Berdasarkan
pengertian MBR tersebut dapat disumpulkan bahwa daya beli MBR sangat
terbatas dan bahkan rendah sehingga sulit untuk MBR memiliki kebutuhan
dasarnya.
Sedangkan perumahan subsidi merupakan perumahan yang dibangun oleh
pemerintah untuk membantu MBR memiliki rumah untuk tempat tinggal dengan
ketentuan-ketentuan tertentu.
C. Gambaran Umum Perumahan Mendalo Hill
1. Kondisi Perumahan
Secara Administratif Perumahan Subsidi Mendalo Hill berada dalam
wilayah Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi. Dilihat secara umum
Perumahan Mendalo Hill merupakan daerah dataran rendah, adapun jalan
akses menuju perumahan baik dan layak.
2. Berdirinya Perumahan Mendalo Hill
Perumahan Mendalo Hill merupakan salah satu perumahan subsidi dari
program sejuta rumah Real Estat Indonesia yang berada di Provinsi Jambi.
23 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman
40
Perumahan ini dikembangkan oleh PT. Mekar Jaya Perkasa sebagai salah satu
bentuk dukungan terhadap program yang dicanangkan oleh Pemerintah untuk
membantu MBR memiliki rumah. Unit yang dikembangkan sebanyak 350
unit rumah, program ini diharapkan mampu meringankan beban MBR. Dari
350 unit rumah yang ditargetkan sampai saat ini baru terbangun 150 unit
perumahan. 150 unit rumah yang terbangun semuanya sudah terjual dan
dihuni sebanyak 143 KK, dimana 73 KK asli penduduk Muara Jambi dan 70
KK lainnya merupakan pendatang dari luar kota Jambi.
2. Lokasi Perumahan Mendalo Hill
Perumahan subsidi Mendalo Hill berada di RT. 32, Dusun Mendalo
Kecil, Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jaluko, Kabupaten Muaro Jambi,
Provinsi Jambi.
D. Keadaan Sosial
1. Sumber Daya Manusia
Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan subyek dan sekaligus
obyek pembangunan, mencangkup seluruh siklus kehidupan manusia, sejak
dalam kandungan hingga akhir hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas
manusia harus menjadi perhatian penting. Pada saat ini SDM di perumahan
Mendalo Hill cukup baik.
41
2. Kondisi Pemerintahan perumahan
a. Pembagian wilayah perumahan
Perumahan Mendalo Hill terbagi kedalam 8 Gang atau Lorong sebagai
berikut:
1. Lorong Gaza
2. Lorong Gazero
3. Lorong Liberty
4. Lorong Paris
5. Lorong Lefvia
6. Lorong Napoleon
7. Lorong Kingdo
8. Lorong Berlin
9. Lorong Amsterdam
3. Sutruktur Organisasi Perumahan
a. Susunan Struktur Organisasi Perangkat di Mendalo Hill
Setiap organisasi akan memiliki tujuan dan keinginan. Oleh
karenanya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka suatu
organisasi akan mengatur dan membentuk struktur kepengurusan. Dapat
dikatakan bahwa struktur organisasi adalah suatu bagian yang
menunjukkan suatu aktivitas dan batasan-batas saluran kekuasaan,
tanggung jawab dan wewenang masing-masing bagian yang ada dalam
organisasi.
42
Perumahan Mendalo Hill juga merupakan sebuah organisasi, untuk
menggurus dan mengatur setiap perkara yang ada di masyarakat
perumahan Mendalo Hill maka terbentuklah badan kepengurusan
perumahan. Adapun struktur kepengurusan pada perumahan Mendalo
Hill sebagai berikut:
Struktur Organisasi Kepengurusan Mendalo Hill
KETUA RT
NUGRAHA
BENDAHARA
EVANDI
SEKRETARIS
SUYANDRI
SEKSI AGAMA
FAHMI
SEKSI KEAMANAN
RUSLI
SEKSI PKK
DEVI
SEKSI PEMUDA
IRFAN
43
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Terjadinya Ketidak Efektivan dalam Pemberian Subsidi
Perumahan
Berdasarkan pembukaan Undang-Undang 1945 Pasal 28H ayat 1 yang
menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik. Kebutuhan
akan tempat tinggal yang layak merupakan permasalahan manusia yang ada di
seluruh dunia.
Pembangunan perumahan adalah upaya yang dilakukan untuk memenuhi
salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk dapat meningkatkan mutu
lingkungan kehidupan, memberi arah pada pertumbuhan wilayah, memperluas
lapangan kerja juga menggerakkan kegiatan ekonomi dalam peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat.24 Salah satu cita – cita perjuangan Indonesia
adalah terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945, yang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional yaitu
mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh rakyat Indonesia secara
lahir batin bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata.
Pemerintah dalam menjalankan amanat UUD 1945 telah melaksanakan
program – program pembangunan perumahan untuk membantu masyarakat
24 Arie. S. Hutagalung, Serba Aneka Tanah Dakan Kegiatan Ekonomi, Cet 1, Depok: Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002, hal 175.
44
memiliki rumah terkhusus masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan tentang bagaimana
penyaluran perumahan subsidi yang diantaranya adalah UU No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Permen PUPR Nomor
10/PRT/M/2019 tentang Kriteria Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
dan Persyaratan Kemudahan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah. UU dan Permen tersebut dikeluarkan agar penyaluran
perumahan subsidi berjalan efektiv sesuai tujuan pemerintah.
Perumahan Mendalo Hill yang berada di Provinsi Jambi tepatnya di Desa
Mendalo Darat RT 32, Kec. Jambi Luar Kota, Kabupaten Muara Jambi
merupakan salah satu perumahan subsidi dari program sejuta rumah yang
dicanangkan oleh Presiden Jokowi. Program sejuta rumah merupakan usaha dari
Pemerintah untuk membantu MBR mendapatkan rumah yang layak huni dan
juga untuk mengurangi angka backlog yang semakin tinggi. Pada perumahan
Mendalo Hill banyak sekali dimiliki oleh masyarakat kalangan mampu yang
tidak sesuai dengan kriteria kriteria MBR menurut Pemerintah. Dikatakan oleh
Sekteratis RT 32 Perumahan Mendalo Hill, Bapak “Suyandri” sebagai berikut:
“Dari 150 rumah yang terbangun, semuanya sudah terjual dan
berpemilik. Namun tidak semua rumah yang ditinggali dihuni oleh
pemilik sah rumah, ada beberapa rumah yang dijadikan investasi dan
dikontrakan kepada orang lain, salah satunya adalah rumah yang berada
45
disamping rumah saya sendiri, selain itu tidak semua rumah ditempati,
beberapa rumah yang telah dibeli tetapi tidak dihuni atau dikosongkan”25
Diperumahan Mendalo Hill terdapat sebanyak 17 unit rumah yang tidak
berpenghuni atau dikosongkan oleh pemiliknya, dan sebanyak 8 unit rumah
dihuni oleh bukan pemiliknya atau dikontrakan. Selain itu, masyarakat yang juga
mendapatkan bantuan subsidi dari pemerintah atas kepemilikan rumah tidak
memenuhi kriteria MBR yang harus memenuhi beberapa syarat seperti memiliki
NPWP, batas penghasilan yang tidak melebihi Rp. 4 juta perbulan, belum pernah
memiliki rumah.
Peneliti juga mengutip dari beritasatu.com Jambi yang memiliki
keterangan sebagai berikut:
“ Dijelaskan oleh pihak PT Bank Tabungan Negara (BTN) Bapak Abdul
Samazi, bahwa rumah subsidi tersebut tidak boleh diinvestasikan, dan ini
setiap tahun diaudit oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (Kempupera)”26
Jika dilihat dari Permen PUPR Nomor 10/ PRT /M /2019 Tentang Kriteria
Masyarakat Berpenghasilan Rendah dan Persyaratan Kemudahan Memperoleh
Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, apa yang terjadi di perumahan
Mendalo Hill merupakan penyalahgunaan perumahan subsidi sebagai kegiatan
investasi jangka panjang.
Mengutip dari ppdpp.id yang memiliki keterangan sebagai berikut:
25 Wawancara dengan Bapak Suyandri, Sekretaris RT 32 Perumahan Mendalo Hill,
Tanggal 7 Oktober 2020, 20:04 WIB. 26 beritasatu.com, Rumah Subsidi Tidak Boleh Untuk Investasi, Selasa 26 Juli 2016,
18:23 WIB.
46
“dijelaskan oleh Lana dalam Diskusi Bersama Media Di Kementerian
PUPR, Media Center Kemeterian PUPR, dalam peraturan telah mengatur
bahwa rumah KPR bersubsidi tidak boleh disewahkan atau dialihkan
kepemilikannya kecuali telah dihuni lebih dari 5 tahun bagi rumah tapak,
dan 20 tahun bagi rumah susun”27
Sementara itu, untuk rumah KPR Bersubsidi yang sengaja dikosongkan
termasuk juga salah satu ketidak efektivan dalam penggunaan rumah subsidi,
menurut Direktur PPDPP Budi Hartono pelanggaran KPR Bersubsidi salah
satunya adalah rumah tersebut dibiarkan kosong atau tidak ditempati.
“kami berupaya untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran tersebut
dengan bekerjasama dengan instansi lain. Salah satunya untuk
mendeteksi rumah yang tidak ditempati, kami bekerjasama dengan
PLN. Nantinya akan dilihat penggunaan listriknya, apabila
penggunaanya minimum atau sangat kecil, maka kemungkinan besar
rumah bersubsidi tersebut tidak ditempati”28
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut menjelaskan sangat banyaknya
rumah bersubsidi yang tidak tepat sasaran. Perumahan subsidi yang diatur oleh
pemerintah untuk MBR banyak disalahgunakan oleh berbagai pihak. Pada
program perumahan bersubsidi, komunikasi dan koodinasi telah berjalan dengan
baik antara stakeholder, ini dibuktikan dengan selama proses berjalan sesuai
dengan perencanaan masing-masing pemangku kepentingan. Komunikasi antara
27 ppdpp.id, 23 Mei 2017. 28 Budi Hartono, Direktur PPDPP, 23 Mei 2017.
47
Bank BTN selaku penyedia kredit kepemilikan rumah (KPR) dengan masyarakat
dapat dilihat dengan berbagai informasi berbentuk reklame, brosur maupun
informasi secara langsung melalui staff bank yang telah ditunjuk. Adapun
standar rumah bersubsidi yang dilakukan oleh pengembang telah sesuai dengan
aturan rumah bersubsidi type 36 dengan luas tanah 80 m2 dengan harga jual
sesuai standar pemerintah.
Developer atau pengembang merupakan pihak penyalur perumahan
bersubsidi kepada MBR, sebelum melakukan transaksi jual beli developer
berperan penting untuk mengetahui dan mengecek kebenaran bahwa yang
menerima rumah bersubsidi tersebut benar merupakan MBR berdasarkan
kriteria-kriteria MBR menurut UU dan Permen PUPR sehingga ketidak tepat
sasaran ini akan minim terjadi. Akan tetapi pada kenyataannya perumahan
subsidi masih banyak yang terjual kepada masyarakat kalangan mampu.
Pemahaman yang masih sangat kurang terhadap program rumah
bersubsidi yang bertujuan untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) pada akhirnya menjadi sasaran mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya oleh berbagai pihak. Kurangnya penonjolan atau penjelasan terhadap
rumah khusus MBR membuat pihak-pihak kalangan mampu mendapatkan
kesempatan untuk membeli rumah dengan harga yang relatif murah.
48
Gambar 1.1
Penampakan rumah subsidi yang tidak di tempati
Gambar 1.2
Rumah subsidi yang diinvestasikan atau dikontrakkan
49
Gambar 1.3
Rumah susbsidi yang telah direnovasi
50
B. Peran Pemerintah Dalam Mengatasi Pemberian Rumah Subsidi Yang
Tidak Tepat Sasaran
Tantangan pemerintah yang perlu mendapatkan perhatian dengan adanya
permasalahan-permasalahan rumah bersubsidi yang tidak tepat sasaran.
Terhadap kondisi ini telah dilakukan bebagai upaya agar rumah subsidi jatuh
kepada tangan yang tepat, upaya yang dilakukan salah satunya ialah
pengembangan Big Data Hunian. Big Data diaplikasikan melalui Sistem
Informasi KPR Subsidi Perumahan (Sikasep) dan Sistem Informasi Kumpulan
Pengembangan (SiKumbang). Bebagai upaya dilakukan oleh pemerintah agar
rumah subsidi yang di bangun dapat membantu Masyarakat Berpenghasilan
Rendah memiliki tempat tinggal.
Perumahan subsidi yang tidak tepat sasaran marak terjadi disetiap daerah di
seluruh Indonesia. Pemerintah selalu berupaya menuntaskan permasalahan-
permasalahan tersebut, rumah subsidi yang tidak tetap sasaran telah melanggar
peraturan perundang-undangan dan merugikan bagi pihak MBR. Masyarakat
kalangan mampu membeli rumah subsidi semata mata bukan untuk ditinggali
akan tetapi untuk dijadikan investasi yang menguntung bagi diri sendiri.
Pihak PT Bank Tabungan Negara (BTN) menyebutkan, kredit rumah
subsidi tidak boleh di investasikan karena peruntukannya khusus bagi
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).29 Upaya yang dilakukan oleh BTN
sendiri adalah dengan melakukan pengauditan setiap tahunnya agar rumah-
rumah subsidi tepat sasaran. Sedangkan PUPR, BPKP dan PPDPP Jambi
29 Beritasatu.com, Selasa 26 Juli 2016, 18:23 WIB
51
memiliki tugas khusus melakukan pengawasan terhadap rumah subsidi secara
ketat.
Kegiatan pemberian rumah bersubsidi dikembangkan setiap tahunnya guna
membantu masyarakat berekonomi rendah untuk memiliki tempat tinggal.
Kebutuhan akan rumah sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia,
manusia membutuhkan rumah sebagai tempat untuk berlindung dari berbagai
ancaman, akan tetapi sebagian orang sangat sulit untuk memiliki tempat tinggal.
Oleh karenanya pemerintah daerah dan pemerintah pusat sangat berperan aktif
dalam mengatasi rumah subsidi yang tidak tepat sasaran agar dapat meringankan
beban MBR.
Mengutip dari cnbcindonesia.com, Direktur Jenderal Pembiayaan
Infrastruktur PU dan Perumahan Kemen PUPR Eko Djoeli Heripurwanto.
“Realisasi pemberian subsidi yang tidak tepat sasaran, pemanfaatan rumah
tidak sesuai dengan ketentuan, serta pemantauan evaluasi belum optimal.
Untuk yang tidak tepat sasaran dan pemanfaatan rumah, kami lakukan
pemantauan sejak awal. Kita screening calon debitur agar ketat untuk
urusan ini supaya dia tepat sasaran” 30
Berbagai upaya ketat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut, selain melakukan pemantauan juga
dilakukan kerja sama pihak PLN untuk memantau arus listrik yang digunakan
oleh pemilik rumah subsidi, menghitung, menarik dan menyetorkan realisasi
atas Belanja SSB/SSM yang tidak tepat sasaran dan/atau tidak tepat jumlah.
30 cnbcindonesia.com, Ferry Sandi, CNBC Indonesia, 23 Juli 2020, 18:50 WIB.
52
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Yaser Al Efra, Sekretaris Dinas
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kota Jambi.
“dalam penyaluran rumah bersubsidi mereka sangat memperketat aturan
agar rumah tersebut tepat sasaran. Poin-poin penting dalam memperoleh
rumah bersubsidi harus memiliki:
1. Pengahasilan maksimal 4 Juta/bulan untuk rumah tapak dan 7 juta/bulan
untuk rumah susun.
2. Yang bersangkutan belum pernah memiliki rumah dan belum pernah
mendapatkan subsidi kepemilikan rumah dari pemerintah.
3. Telah bekerja diperusahaan formal minimal satu tahun.
4. Memiliki NPWP, SPT, dan PPh.
5. Tidak mengalih tangankan rumah dalam waktu 5 tahun”31
Kegiatan pengembangan Big Data Hunian juga terus dilakukan
pemerintah dengan mengeluarkan aplikasi teknologi berbasis online seperti
aplikasi Sikasep dan SiKumbang. Sikasep bertujuan untuk mempermudah MBR
mendaftar hingga akhirnya setelah melalui berbagai proses verifikasi bisa
mendapatkan pembiayaan FLPP sekaligus melihat pilihan rumahnya.
Sedangkan aplikasi SiKumbang disediakan untuk kalangan pengembang untuk
menampilkan listing produk perumahan yang dipasarkannya. SiKumbang
menyajikan data hunian kepada masyarakat berupa peta hunian yang tersedian,
sedang dibangun dan sudah terjual yang disajukan dalam berbagai warna.
31 Wawancara dengan Bapak Yaser Al Efra, Sekretaris Dinas Perumahan Rakyat
danKawasan Permukiman Kota Jambi, Senin 26 Oktober 2020, 13:00 WIB.
53
Bukan hanya Sikasep dan SiKumbang, PPDPP juga meluncurkan aplikasi
Sistem Informasi Pemantauan Struktur (SiPetruk). Selain FLPP harus tepat
sasaran, rumah yang dibangun harus mendapat pengesahan dari Manajemen
Kontruksi (MK) yang melakukan pemantauan dan pengawasan.
Secara sistematik, rangkaian yang dikembangakan oleh PPDPP memiliki
empat pintu dalam pelaksanaannya. Pintu pertama, diakses langsung oleh MBR
melalui aplikasi Sikasep. Pintu kedua, pengembang yang menginput data hunian
melalui aplikasi SiKumbang. Disini pengembang bisa memasukkan berbagai
identitas warna, seperti warna kuning untuk stok rumah subsidi, warna merah
untuk rumah subsidi yang terjual, hitam untuk rumah komersial, putih masih
berupa kavling dan warna biru untuk yang telah di-booking. Pintu ketiga,
diperuntukkan bagi perbankan yang melakukan verifikasi dengan sistem host to
host dan pintu keempat untuk PPDPP yang memperoses pengajuan data MBR,
menyalurkan dana FLPP kepada bank penyalur, dan monitor pelaksanaannya.32
Dalam hal ini pemerintah telah berperan aktif untuk mengatasi segala
permasalahan yang terjadi pada rumah subsidi yang tidak tepat sasaran. Peran
pemerintah dalam mengatasi ketidak efektivan pada rumah subsidi dapat dilihat
dengan upaya – upaya yang dilalukannya untuk mencegah terjadinya ketidak
tepat sasaran sehingga tujuan membantu MBR dapat terealisasikan dengan baik.
32 housingestate.id selasa 13 Oktober 2020
54
C. Kendala Yang Dihadapi Pemerintah dalam Melakukan Pembangunan
Perumahan Subsidi
Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mendorong
kelangsungan hidupnya, rumah adalah tempat untuk membangun keharmonisan
dalam keluarga dan berperan penting dalam membentuk karekter awal setiap
orang. Kebutuhan akan rumah terus bertambah dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan penduduk dan rumah tangga menyebabkan kebutuhan akan
perumahan baru semakin meningkat. Sementara itu, dari sisi penyedian, jumlah
rumah yang terbangun belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan itu
sendiri.
Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang mengalami kesenjangan
antara rumah yang terbangun dan rumah yang dibutuhkan masyarakat (backlog),
kebutuhan rumah di Provinsi Jambi mencapai 12.000 unit pertahun. Angka
backlog nasional sebesar 11 juta unit rumah, sedangkan yang terjadi di Provinsi
Jambi sendiri sebesar 45 ribu, dari angka 45 ribu backlog tersebut, DPD REI
Jambi baru bisa memenuhi 40-50 persen.
Seperti yang diungkapkan oleh ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) REI
Provinsi Jambi, Ramond Fauzan.
“Asumsi pertumbuhan penduduk 1,5 persen, maka kebutuhan akan
rumah baru yang harus dibangun mencapai 12.000 unit per tahun.”33
Disisi angka backlog yang semakin meningkat, tingginya angka
ketersedian rumah tidak layak huni merupakan masalah lain dari pembangunan
33 beritasatu.com
55
perumahan nasional. Permasalahan pembangunan perumahan di Provinsi Jambi
tidak jauh dengan permasalahan nasional, yaitu tingginya angka Rumah Tidak
Layak Huni (RTLH) dan kekurangan jumlah rumah.
Pemerintah memiliki peran penting dalam mengatasi kenaikan angka
backlog setiap tahunya. Dibutuhkan berbagai cara dan terobosan untuk
mengurangi masalah defisit perumahan. Pemerintah berupaya mewujudkan
percepatan penyedian hunian layak bagi masyarakat dan mengurangi angka
backlog perumahan melalui Program Satu Juta Rumah. Pelaksanaan Program
Satu Juta Rumah terdiri atas pembangunan rumah susun sewa (rusunawa),
rumah khusus, dan rumah swadaya dengan dana yang bersumber dari APBN dan
APBD. Sedangkan, rumah umum oleh pengembang yang disubsidi lewat APBN
melalui skema KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)dan
subsidi selisih bunga, dan bantuan uang muka, serta rumah yang dibangun
pengembang tanpa subsidi.
Program Satu Juta Rumah dijalankan oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dengan kontribusi 20% dari target khusus untuk masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR). Kemudian pembangunan perumahan oleh
pengembang swasta melalui sekema subsidi untuk MBR sebanyak 30% dan
skema non-subsidi atau non-MBR sebanyak 50%. Capaian pembangunan rumah
dalam program ini didominasi oleh pembangunan rumah untuk MBR. Asumsi
setiap tahun tersedia 1 juta unit rumah, maka dibutuhkan waktu setidaknya 11
tahun untuk mengatasi backlog kepemilikan rumah yang mencapai 11,4 juta
56
unit. Namun permasalahan, jumlah backlog setiap tahun akan terus meningkat
seiring bertambahnya jumlah keluarga baru yang belum memiliki rumah.
Realisasi pembangunan perumahan yang dibawah target tidak lepas dari
sejumlah tantangan yang dihadapi. Seperti, untuk menambah pasakokan rumah
layak huni terutama yang terjangkau oleh MBR, tantangannya adalah tingkat
keterjangkauan (affordability) MBR masih rendah baik membeli rumah dari
pengembang, membangun secara swadaya maupun meningkatkan kualitas
rumah yang tidak layak huni. Kemudian, ketersedian dana (availability) di mana
pola atau skema pembiayaan perumahan bagi MBR terbatas. Dengan asumsi
harga rumah Rp 200 juta per unit, misalnya maka untuk memenuhi permintaan
1,46 juta rumah per tahun diperlukan pembiayaan perumahan sebesar Rp 292
triliun, yang merupakan jumlah anggaran yang tidak sedikit.
Dari sisi aksesibilitas, tantangannya adalah akses MBR ke sumber
pembiayaan perumahan (lembaga keuangan) untuk mendapat kredit
kepemilikan rumah(KPR) masih terbatas. Persoalan keterbatasan lahan murah
untuk MBR juga menjadi tantangan berat bagi pemerintah. Sangat sulit
mendapatkan lahan murah diperkotaan untuk perumahan, hal ini membuat
pengembang enggan untuk membangun hunian murah dikarenakan ketersedian
tanah untuk pengembangan hunian MBR di sejumlah wilayah strategis semakin
langkah.
Perizinan termasuk tantangan besar bagi pemerintah untuk membangun
perumahan bersubsidi. Berbagai laporan diterima oleh Kejaksaan Agung dari
pengembang tentang permasalahan perizinan pembangunan rumah subsidi,
57
seperti telah mengajukan izin pembangunan rumah subsidi beberapa tahun tetapi
izin tidak dikeluarkan. Padahal hal tersebut tidak seharusnya terjadi mengingat
program pembangunan rumah subsidi bagi MBR sudah diatur dalam banyak
peraturan.
Peraturan yang mengatur tentang perumahan subsidi yang dikeluarkan
pemerintah antaranya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman, Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 tentang
Pembangunan Perumahan MBR, Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Pemberian Pengurangan atau Pembebasan BPHTB dan Retribusi IMB untuk
rumah MBR, dan termasuk Surat Edaran Kejagung RI tentang Pengamanan
Pembangunan Rumah MBR.
Direktur pengamanan pembangunan strategi, Indianto mengatakan:
“aturan sudah banyak sekali supaya diberi kemudahan perizinan untuk
pembangunan rumah MBR. Tetapi justru di daerah tidak dijalankan.
Makanya nanti setelah ada laporan dimana saja terjadi hambatan dari REI,
Kejagung akan turun kelapangan untuk melakukan pengecekan,
penangkalan bahkan mungkin sanksi penindakan”34
Permasalahan perizinan masih menjadi hambatan utama yang terjadi hampir
di semua daerah. Lama waktu pengurusan perizinan dari awal hingga selesai
rata-rata mencapai waktu dua tahun. Selama ini hampir 90% pembangunan
rumah MBR menghadapi kendala. PP 64 Tahun 2016 yang menegaskan
pemberian kemudahan perizinan untuk rumah MBR sudah empat tahun berjalan,
34 finance.detik.com
58
namun hampir tidak ada daerah yang menerapkannya. Kesulitan dalam
mendapatkan izin untuk pembangunan perumahan pada setiap daerah
menghambat pemerintah untuk menjalankan programnya. Pada dasarnya
pemerintah membangun perumahan subsidi adalah untuk meringankan beban
MBR, dan untuk mengurangi permasalahan – permasalahan yang berkaitan
dengan tempat tinggal.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa permasalahan yang dikemukakan diatas, maka pada bab akhir
ini dapat penulis Tarik kesimpulan antara lain:
1. Berdasarkan Permen PUPR Nomor 10 Tahun 2019 tentang Kriteria
Masyarakat Berpenghasilan Rendah dan Persyaratan Kemudahan
Memperoleh Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, yang
berhak menerima KPR ialah masyarakat yang memenuhi kriteria-
kriteria yang telah ditetepkan, adapun kriteria tersebut ialah: a.memiliki
penghasilan maksimal 4 juta/bulan atau 7 juta/bulan untuk rumah susun,
b. belum pernah memiliki rumah dan bantuan subsidi rumah dari
pemerintah, c. memiliki NPWP, d. tidak mengalih tangankan rumah
dalam waktu 5 tahun. Akan tetapi pada kenyataan yang terjadi
dilapangan rumah subsidi yang terjual banyak yang tidak ditempati,
tetapi dijadikan ladang investasi, dan sebagian hanya di kosongkan, di
perumahan Mendalo Hill terdapat sebanyak 17 rumah yang telah
berpemilik akan tetapi hanya dibiarkan kosong.
2. Peran pemerintah dalam mengatasi pemberian rumah subsidi yang tidak
tepat sasara.
Sejauh ini pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah
pusat terus berperan aktif dalam mengatasi permasalahan rumah subsidi
60
yang tidak tepat sasaran. Adapun yang dilakukan pemerintah dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut diantaranya:
a. Memperketat aturan-aturan dalam penjualan rumah bersubsidi
agar terjual kepada MBR
b. Menguluarkan aplikasi-aplikasi online seperti Sikasep untuk
mempermudah MBR dalam mencari info tentang perumahan
subsiisdi, SiKumbang untuk pihak pengembang, dan SiPetruk.
Persyaratan-persyaratan dalam penjualan rumah bersubsidi terus
diperketat oleh pemerintah, hal ini dilakukan oleh pemerintah agar
rumah bersubsidi yang dibangun dapat membantu meringankan
beban MBR. Pemerintah berupaya menuntaskan pemasalahan yang
sudah melanggar Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Peruamahan dan Kawasan Permukiman dan Permen PUPR Nomor
10 tahun 2019 tentang Kriteria Masyarakat Berpenghasilan Rendah
dan Persyaratan Kemudahan Memperoleh Rumah Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah.
3. Kendala Yang Dihadapi Pemerintah dalam Melakukan Pembangunan
Perumahan Subsidi.
Berbagai kendala dihadapi oleh pemerintah dalam
pembangunan rumah subsidi, mulai dari keterbatasan daya beli MBR
hingga kesulitan mendapatkan perizinan untuk membangun rumah
subsidi. Perizinan merupakan kesalahan untama yang dihadapi oleh
pemerintah dalam melakukan pembangunan. Berbagai peraturan telah
61
dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalah tersebut,
akan tetapi hingga saat ini belum menuai hasil yang baik.
Sejak diberlakukannya PP 64 Tahun 2016 yang menegaskan
pemberian kemudahan perizinan untuk rumah MBR hingga sudah
empat tahun berjalan, namun hampir tidak ada daerah yang
menerapkannya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran – saran dan rekomendasi dari
hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi pihak pemerintah
Diharapakan bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah agar lebih
memperketat aturan dan menindak dengan tegas terhadap yang
menyalahgunakan perumahan subsidi guna memberikan efek jera kepada
pihak yang menyalahkan aturan agar permasalahan rumah subsidi yang
tidak tepat sasaran bisa sedikit demi sedikit dapat terkurangi.
2. Bagi pihak penyalur (developer)
Diharapkan kepada pihak penyalur agar lebih berhati-hati dan lebih evektif
dalam melakukan penjualan perumahan subsidi agar program pemerintah
tersebut tersalurkan dengan tepat dan dapat membantu masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR).
62
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti-peneliti lain yang
memiliki judul penelitian yang sejenis, dan dapat menggunakan lebih
banyak sumber dan lebih menarik dari pada penelitian ini.
Daftar Pustaka
A. Sumber Literatur
Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia (Sygma,
PPPA DQ)
Agustino,. 2008. Dasar- dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung
Al Ma’is, Prosedur Pengajuan KPR Bersubsidi di PT. Bank Tabungan Negara
TBK. Syariah Kantor Cabang Syariah Semarang, D3 Perbankan Syariah,
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang 2019.
Budi Winarno, 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus). Buku
Seru: Yogyakarta.
Eddy Marek Leks, Analisis dan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan
Tentang Perumahan Rakyat, 2013.
Iskandara, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet Ke-1 (Jakarta: Gaung
Persada,2009).
Permen PUPR Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Kriteria Masyarakat Berpenghasilan
Rendah Dan Persyaratan Kemudahan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Riant Nugroho. 2011. Public Policy Dinamika Kebijakan-Analisis Kebijakan-
Manajemen Kebijakan. PT Elex Media Komputindo: Jakarta.
Rudi Handoko dan Pandu Patriadi. 2005. Kajian Ekonomi dan Keuangan.
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), Jambi: Syariah Press,
2014).
Solichin Abdul Wahab, 2008. Analisis Kebijaksaan dari formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara.
Suharno. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. UNY Press.
B. Sumber Lain
beritasatu.com
Beritasatu.com, Selasa 26 Juli 2016, 18:23 WIB
Budi Hartono, Direktur PPDPP, 23 Mei 2017.
finance.detik.com
housingestate.id selasa 13 Oktober 2020
https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/03/190000865/sejarah-program
perumahan-rakyat-dari-zaman-sukarno-hingga-jokowi?page=all#page2
https://www.scribd.com/document/211341201/Analisis-Data-Penelitian-
Kualitatif-Model-Miles-Dan-Huberman, diakses tanggal 9 Mei 2019 pukul
20.30 wib.
Observasi Denga Masyarakat Perumahan Mendalo Hill, Tanggal 17 Februari 2020,
Jam 16 : 45 WIB
ppdpp.id, 23 Mei 2017.
Rahmat Sahit, Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif Model Mile dan
Huberman.
Taufiqurakhman, 2014, Kebijakan Publik Pendelegasian Tanggungjawab Negara
Kepada Presiden Selaku Penyelenggara Pemerintahan. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Moestopo Beragama Pers.
Wawancara dengan Bapak Yaser Al Efra, Sekretaris Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Kota Jambi, Senin 26 Oktober 2020, 13:00 WIB.
Dokumentasi
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 1.3
CIRRICULUM VITAE
Nama : Zua Ario Priliansyah
Nim : SIP 162524
TTL : Tungkal Ulu, 23 Januari 1998
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : PT. Agrowiyana, RT 015, Desa Talang Makmur
Pekerjaan : Mahasiswa
Jurusan : Ilmu Pemerintah
No HP : 081368634793
Riwayat Pendidikan
1. SD YPPAB, Kecamatan Tebing Tinggi, Tungkal Ulu
2. SMPN 4 Tungkal Ulu
3. SMKN 2 Tungkal Ulu
4. S.1 UIN STS Jambi