KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
Transcript of KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
i
KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA
(RSIJ) CEMPAKA PUTIH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Krisdayanti
NIM: 11160520000076
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M./1440 H
4
Pembimbing
KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA
(RISJ) CEMPAKA PUTIH
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana
sosial (S.Sos)
Oleh:
Krisdayanti
NIM: 11160520000076
Drs. Azwar Chatib, M.Si
NIP: 1955051 198503 1 006
JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H./2020 M.
i
ABSTRAK
Krisdayanti, NIM: 11160520000076
Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap
di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih. Di bawah
bimbingan Drs. Azwar Chatib, M.Si.
Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien diartikan
sebagai asas atau dasar yang menjadi acuan Pelayanan Bimbingan
Rohani Pasien di rumah sakit. Adapun Pelayanan Bimbingan Rohani
adalah salah satu unit rumah sakit yang bertugas memberikan
bimbingan dan pendampingan kepada pasien rawat inap agar pasien
sabar dan tawakal dalam menghadapi sakit juga sebagai jembatan untuk
memeroleh husnul khotimah. Di samping itu, rohani merupakan bagian
penting dalam diri manusia,sehingga Pelayanan Bimbingan Rohani
perlu diberikan kepada pasien sebagai bagian dari ikhtiar mencari
kesembuhan.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan
Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di
Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih. (2) menjelaskan
teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ
Cempaka Putih. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kualitatif dengan bentuk penelitian lapangan (field research)
dengan subjek penelitiannnya Pembimbing Rohani dan Staf Bimbingan
Rohani dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi
dan dokumentasi, untuk kemudian data yang diperoleh dianalisis
menggunakan teknik triangulasi.
Peneliti memeroleh hasil bahwa: (1) Kebijakan Pelayanan
Bimbingan Rohani bagi pasien di RSIJ Cempaka putih didasari atas
prinsip dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan kesepakatan bersama
bahwa bahwa kesehatan rohani menjadi bagian penting dalam proses
kesembuhan pasien. (2) Teknik Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi
pasien dijalankan sesuai dengan keputusan Direktur Utama RSIJ.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, puji syukur peneliti panjatkan
kepada Allah subhanahu wata’ala Rabb semesta alam yang dengan
cara-Nya telah memudahkan rangkaian proses pembuatan skripsi
dengan judul “Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih”
ini. Shalawat bertangkaikan salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada manusia yang paling mulia, nabi seluruh umat, Muhammad
sallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga, sahabat dan pengikut-
pengikutny.
Ucapan terimakasih yang tak terbilang peneliti sampaikan
kepada manusia yang tidak pernah luput dalam mendoakan, selalu
mendukung dalam segala keadaan, yakni Ibunda Halimah, semoga
segala manfaat yang didapat peneliti juga pembaca menjadi ladang
pahala yang mengantarkannya menuju surga yang abadi. Aamiin. Tidak
lupa juga kepada Ayahanda Saidi Sakam, semoga senantiasa Allah beri
taufik dan hidayah. Aamiin. Ucapan terimakasih lainnya, penulis
tujukan untuk kakak-kakak tercinta, Hari Mustika Wati, Agus Mulyono
dan Diah Novita Agustin yang telah menjadi kakak-kakak siaga, tidak
lupa adikku terkasih Nurul Fatimatul Zahra. Dan Allah-lah sebaik-baik
pemberi balasan.
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini, kepada:
iii
1. Suparto M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, DR. Siti Napsiah, MSW., selaku Wakil
Dekan I Bidang Akademik, serta Dr. Sihabudin Noor, MA
selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Drs.
Cecep Catrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
2. Ir. Noor Bekti Nugroho, S.E, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Artriani Puspita Arwan, M.Psi. selaku Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. Drs. Azwar Chatib, M.Si. selaku dosen Pembimbing yang telah
memberikan banyak arahan dan masukan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Semoga Allah balas segala baiknya.
Aamiin.
5. M. Jufri Halim, M.Si. selaku Dosen Penasihat Akademik
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam kelas B Angkatan 2016.
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama peneliti
menempuh pendidikan jenjang strata satu ini. Semoga Allah
berikan balasan terbaik. Aamiin.
7. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah memfasilitasi peneliti sehingga
mendapatkan referensi yang diperlukan.
8. Keluarga besar Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih,
terkhusus kepada seluruh Pembimbing rohani pasien dan staf
iv
yang telah menerima peneliti dengan baik. Semoga Allah beri
balasan terbaik. Aamiin.
9. Keluarga besar Pesantren Tahfidz Alif yang telah memberi
warna dan makna selama peneliti menempuh pendidikan di UIN
Jakarta, terkhusus Firda, Ka Ayu, Mbak Evi, Ka Zahro, Nisa dan
Amal. Semoga Allah mudahkan segala urusan kalian. Aamiin.
10. Siti Masripah teman setia yang telah membantu dengan senang
hati, mendengarkan dengan tulus ikhlas dan mendampingi
dengan penuh sabar. Semoga Allah menjaga dan membalas
segala kebaikannya. Aamiin.
11. Seluruh teman-teman Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
yang telah memberikan banyak kisah dan cerita selama peneliti
menempuh pendidikan di UIN ini. Semoga Allah menjaga
kalian. Aamiin.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... v
BAB I ....................................................... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ........................ Error! Bookmark not defined.
B. Identifikasi Masalah ..................... Error! Bookmark not defined.
C. Batasan Masalah .......................... Error! Bookmark not defined.
D. Rumusan Masalah ........................ Error! Bookmark not defined.
F. Tujuan Penelitian .......................... Error! Bookmark not defined.
F. Manfaat penelitian ........................ Error! Bookmark not defined.
G. Tinjauan Kajian Terdahulu........... Error! Bookmark not defined.
H. Metodologi Penelitian .................. Error! Bookmark not defined.
1. Metode Penelitian ............... Error! Bookmark not defined.
2. Subjek dan Objek Penelitian ............. Error! Bookmark not
defined.
3. Tempat dan Waktu Penelitian ............ Error! Bookmark not
defined.
4. Pengumpulan Data ............. Error! Bookmark not defined.
5. Sumber Data ....................... Error! Bookmark not defined.
6. Teknik Analisis Data .......... Error! Bookmark not defined.
vi
7. Keabsahan Data .................. Error! Bookmark not defined.
8. Teknik Penulisan Data ........ Error! Bookmark not defined.
I. Sistematika Penulisan .................... Error! Bookmark not defined.
BAB II ...................................................... Error! Bookmark not defined.
KAJIAN TEORI ..................................... Error! Bookmark not defined.
A. Landasan Teori ............................. Error! Bookmark not defined.
1. Rumah Sakit ....................... Error! Bookmark not defined.
2. Pasien Rawat Inap .............. Error! Bookmark not defined.
3. Bimbingan Rohani.............. Error! Bookmark not defined.
4. Pembimbing Rohani ........... Error! Bookmark not defined.
5. Dasar-dasar Pemenuhan Kebutuhan Rohani ............... Error!
Bookmark not defined.
6. Tujuan Bimbingan Rohani . Error! Bookmark not defined.
7. Sasaran Bimbingan Rohani Error! Bookmark not defined.
8. Fungsi Bimbingan Rohani .. Error! Bookmark not defined.
9. Metode Bimbingan Rohani Error! Bookmark not defined.
10. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani ... Error! Bookmark
not defined.
11. Aspek Kajian Bimbingan Rohani ...... Error! Bookmark not
defined.
B. Kerangka Berpikir ........................ Error! Bookmark not defined.
GAMBARAN UMUM ............................ Error! Bookmark not defined.
LATAR PENELITIAN ........................... Error! Bookmark not defined.
A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka
Putih .................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Visi Misi Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)
Cempaka Putih .................................. Error! Bookmark not defined.
C. Layanan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih
Error! Bookmark not defined.
D. Fasilitas di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih
vii
Error! Bookmark not defined.
E. Letak Rumah Sakit ...................... Error! Bookmark not defined.
F. Susunan Organisasi Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Error! Bookmark not defined.
G. Pelayanan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih .................................. Error! Bookmark not defined.
H. Struktur Organisasi Bimbingan Rohani ...... Error! Bookmark not
defined.
I. Jadwal Kegiatan Bimbingan Rohani ......... Error! Bookmark not
defined.
J. Petugas Bimbingan Rohani ........... Error! Bookmark not defined.
BAB IV..................................................... Error! Bookmark not defined.
DATA DAN TEMUAN LAPANGAN .... Error! Bookmark not defined.
A. Deskripsi Informan .................... Error! Bookmark not defined.
B. Kebijakan Umum Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien
Rawat Inap ........................................ Error! Bookmark not defined.
C. Rekrutmen Tenaga Pembimbing Rohani .. Error! Bookmark not
defined.
D. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap
di RSIJ Cempaka Putih ..................... Error! Bookmark not defined.
E. Temuan Lapangan ...................... Error! Bookmark not defined.
BAB V ...................................................... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
A. Analisis Hasil Wawancara ........... Error! Bookmark not defined.
1. Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien ............... Error!
Bookmark not defined.
2. Dasar Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien . Error! Bookmark
not defined.
3. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien
Rawat Inap .................................... Error! Bookmark not defined.
BAB VI ..................................................... Error! Bookmark not defined.
viii
KESIMPULAN DAN SARAN ............... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ................................ Error! Bookmark not defined.
B. Saran .......................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu kesehatan rohani atau spiritual menjadi topik utama
dalam beberapa tahun belakangan. Sebut saja WHO, Organisasi
Kesehatan Dunia ini memandang sehat adalah terpenuhinya
kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani dapat
terpenuhi dengan baik dengan memberikan asupan makanan
yang bergizi, tidur yang cukup dan olahraga yang teratur,
sedangkan kebutuhan rohani dapat terpenuhi dengan
mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Untuk
memenuhi kebutuhan jasmani kita tidak bisa mengisinya
dengan memperbanyak ibadah. Begitu pun sebaliknya,
kebutuhan rohani tidak dapat dicapai dengan hanya makan,
minum, tidur dan olahraga, karena keduanya merupakan dua
aspek yang berbeda namun saling berkaitan. Jika kondisi rohani
tidak baik, maka fisik pun menjadi tidak stabil. Adapun kondisi
rohani yang prima sedangkan kondisi fisik tidak baik, maka
ibadah pun akan terhambat, karenanya dua aspek ini saling
mempengaruhi dan penting untuk dijaga keseimbangannya.
Salah satu instansi yang memberikan Pelayanan dalam
bidang kesehatan adalah rumah sakit, karenanya penting untuk
diadakan suatu kebijakan yang mengatur tentang Pelayanan
Rohani terhadap pasien terkhusus pasien rawat inap dalam
sebuah rumah sakit. Karena pasien rawat inap lebih rentan
1
2
untuk terkena stres, depresi, mental yang tidak sehat serta
berbagai gangguan rohani lainnya.
Hasil pertemuan psikiater dan konselor sedunia di Wina
(Austria) menyatakan bahwa Bimbingan Rohani Pasien sebagai
sarana peningkatan religiositas pasien berdampak pada
peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien. Pun dengan
complementary medicine menyatakan bahwa bimbingan rohani
pasien memosisikan sebagai pelengkap pengobatan dan
Pelayanan konvensional di rumah sakit. Tidak hanya itu,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa
rumah sakit sebagai institusi kesehatan yang berorientasi pada
human service dan pemenuhan kebutuhan Bio-Psycho-Socio-
Spiritual pasien secara integral. 1
Bersamaan dengan itu, Dirjen Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI mengatakan dalam satu seminar di
Purwokerto (2004) bahwa paradigma baru kesehatan
menyatakan bahwa penyembuhan penyakit bukan hanya
bersifat klinis (fisik), tetapi juga dibutuhkan penyembuhan yang
bersifat mental-spiritual sebagai pendukung. Selain itu, ada
beberapa penelitian yang dilakukan secara langsung di rumah
sakit tentang kemanfaatan konseling Islam, di antaranya
penelitian Amin Supangat (2007) yang meneliti tentang
“Persepsi Pasien Terhadap Program Layanan Bimbingan Rohani
Islam di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto”. Dalam
penelitian tersebut diungkapkan bahwa 96% responden
1 Abdul Basit, Konseling Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 208.
3
membutuhkan Bimbingan Rohani Islam.2
Selain urgensi kesehatan rohani bagi pasien rawat inap,
hasil observasi peneliti di beberapa rumah sakit didapati bahwa
kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani di setiap rumah sakit
memiliki cara dan kebijakan yang berbeda-beda, sehingga
pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap pun
menjadi tidak sama.
Sejalan dengan beberapa alasan di atas, hal inilah yang
mendorong rumah sakit untuk memberikan Pelayanan
Bimbingan Rohani bagi pasien. Pemberian Bimbingan Rohani
juga tidak kalah pentingnya dengan Pelayanan medis bagi
pasien. Sebagaimana Islam memandang kesehatan tidak hanya
fisik namun juga rohani atau spiritual.
Menyadari pentingnya Kebijakan Pelayanan Bimbingan
Rohani bagi pasien, maka seharusnya rumah sakit khususnya
rumah sakit yang menyandang predikat Islam perlu memberikan
layanan Bimbingan Rohani sebagai bentuk implementasi dari
poin-poin penting di atas.
Adapun salah satu rumah sakit dengan predikat Islam
yang memberikan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien
adalah Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih.
Selain memprioritaskan Pelayanan medis, RSIJ Cempaka Putih
juga memberikan prioritas yang sama pada Pelayanan non
medisnya yakni berupa Bimbingan Rohani bagi Pasien.
Menurut salah seorang Pembimbing rohani RSIJ Cempaka
Putih, bahkan Pelayanan Bimbingan Rohani ini menjadi
2 Ibid., hlm. 208-209.
4
Pelayanan yang wajib diberikan bagi para pasien rawat inap.3
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa salah satu keunggulan
dari rumah sakit ini adalah Pelayanan Bimbingan Rohani itu
sendiri, menurutnya Bimbingan Rohani ini perlu diberikan
kepada pasien agar pasien tidak hanya siap dalam menerima
perawatan medis namun juga mampu menerima sakitnya
dengan hati yang lapang.
Selain Pelayanan Bimbingan Rohani, bangunan rumah
sakitnya pun terasa amat „religius‟ dengan warna hijau yang
mendominasi dan pada tiap-tiap sudut ruangan rumah sakit ini
diberi poster-poster yang bertuliskan ayat-ayat al-Qur‟an yang
memotivasi pasien agar tidak putus asa ditambah dengan poster
bertuliskan asmaul husna di sepanjang lorong rumah sakit yang
menambah kesan damai bagi siapa saja yang memandangnya.4
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mencoba
meneliti masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul
“Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka
Putih”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarakan latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan yang terdapat di
Rumah Sakit Islam Jakarta (SRIJ) Cempaka Putih di antaranya:
1. Jenis sakit dan perilaku pasien rawat inap dalam
3 Wawancara dengan Ridwan, Selaku Koordinator Pembinaan Karyawan dan
Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih,. pada tanggal 12 Maret 2020 14:13 WIB. 4 Observasi di RSIJ Cempaka Putih, pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 10:00
WIB.
5
menghadapi sakit yang berbeda-beda.
2. Respon pasien rawat inap dalam menerima Pelayanan
Bimbingan Rohani yang berbeda-beda.
3. Kebijakan Rumah Sakit dalam menerapkan Pelayanan
Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap yang berbeda-
beda.
4. Teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat
inap dilaksanakan sesuai dengan kebijakan rumah sakit
terkait.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas,
maka penelitian ini dibatasi hanya pada aspek Kebijkan Rumah
Sakit dalam memberikan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi
Pasien Rawat Inap saja dengan ruang lingkup analisis
Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat
Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)
Cempaka Putih?.
2. Bagaimana teknis pelaksanaan Pelayanan Bimbingan
Rohani bagi Pasien Rawat Inap di RSIJ Cempaka Putih?
F. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk:
6
1. Menganalisis Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)
Cempaka Putih.
2. Menjelaskan teknis pelaksanaan Pelayanan Bimbingan
Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ Cempaka Putih.
F. Manfaat penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
bagi akademisi, praktisi, dan kepada pembaca terkhusus bagi
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam dalam bidang Pelayanan
Bimbingan Rohani di rumah sakit.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif bagi Pembimbing Rohani dan rumah sakit
yang di dalamnya terdapat Pelayanan Bimbingan Rohani untuk
mengembangkan berbagai pola bimbingan bagi pasien yang
membutuhkan.
G. Tinjauan Kajian Terdahulu
1. Skripsi Indah Chabibah (2011), mahasiswi Universitas
Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Judul
“Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam
Membantu Proses Kesembuhan Pasien di Layanan
Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Ciputat.” Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui layanan-layanan BRP yang
7
diberikan kepada pasien LKC khususnya dalam membantu
proses kesembuhan pasien dengan menggunakan metode
kualitatif dan data-data diperoleh melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Adapun teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori M. Arifin dan memperoleh
hasil bahwa pasien-pasien yang mendapat Pelayanan
Bimbingan Rohani Pasien, pasien kembali menemukan
semangat hidupnya, dapat mengontrol emosinya dan
menerima keadaan dengan ikhlas.
2. Skripsi Chintya Puspita Sari (2012), mahasiswa Universitas
Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Judul
“Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dalam
Meningkatkan Etos Kerja Kepolisian di Polres Jakarta
Pusat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam di Polres Jakarta
Pusat serta untuk mengetahui pelaksanaan Bimbingan
Rohani Islam terhadap etos kerja kepolisian di Polres Jakara
Pusat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan
dokumentasi. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teori milik Arifin tentang pelaksanaan Bimbingan
Agama dengan hasil penelitian bahwa pemberian
Bimbingan Rohani Islam bagi kepolisian terbukti dapat
meningkatkan etos kerja kepolisian di Polres Jakarta Pusat.
3. Artikel Jurnal Ilmu Dakwah volume 36 nomor 1 tahun 2016
ini ditulis oleh Zallussy Debby Styana, Yuli Nurkhasanah
dan Erma Hidayanti dengn judul penelitian “Bimbingan
8
Rohani Islam dalam Menumbuhkan Respon Spiritual
Adaptif bagi Pasien Stroke di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih”. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan tujuan menjelaskan bagaimana
Pelayanan Bimbingan Rohani Islam dalam menumbuhkan
respon spiritual adaptif bagi pasien stroke di Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih. Upaya yang dilakukan
Pelayanan diantaranya dengan memberikan semangat
motivasi, sugesti dan bimbingan ibadah yang menghasilkan
respon spiritual yang adaptif dilihat dari tiga aspek yakni
aspek memiliki harapan yang realistis (meyakini bahwa
sakitnya akan sembuh), dapat mengambil hikmah (meyakini
bahwa sakitnya sebagai bentuk sayangnya Allah kepadanya)
dan memiliki ketabahan hati (kemampuan untuk sabar dan
menerima sakitnya).
4. Artikel Journal of Islamic Guidance and Counseling Volume
2 Nomor 2 Desember 2018 ditulis oleh Marisah dengan
judul penelitian “Urgensi Bimbingan Rohani Islam bagi
Pasien Rawat Inap” Penelitian yang dilakukan di RSUD
Raden Mattaher Jambi ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif analisis serta
menggunakan penelitian lapangan. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan peneliti menemukan hasil bahwa
pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dilakukan dalam
bentuk face to face, massal dan dengan tulisan berupa doa-
doa. Kemudian respon pasien terhadap Pelayanan
Bimbingan Rohani Islam mendapat respon positif yakni
9
pasien bisa menjalani penyembuhan dengan ajaran-ajaran
Islam, serta lebih sabar dan ikhlas menjalani masa
penyembuhan.
Perbedaan keempat karya ilmiah di atas dengan penelitian
ini adalah bahwa tidak ada satu pun yang membahas secara
spesifik mengenai Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani
bagi pasien rawat inap dengan objek penelitiannya
Pembimbing Rohani dan staf rumah sakit. Adapun
persamaannya terletak pada metode penelitian, yakni
metode kualitatif.
H. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan suatu penelitian.
Sebab, metode penelitian adalah cara-cara yang ditempuh
peneliti guna mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penelitiannya. Adapun bentuk penelitian ini adalah lapangan
(field research) yakni melakukan penelitian langsung
dengan datang ke Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)
Cempaka Putih.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Denzi dan Lincold yang dikutip dari Albi
Anggito dan Johan Setiawan, penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
10
jalan melibatkan berbagai metode yang ada.5 Sedangkan
menurut Erickson, penelitian kualitatif adalah penelitian
yang berusaha menemukan dan menggambarkan secara
naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan
yang dilakukan terhadap kehidupan mereka.6
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Menurut Amirin yang dikutip oleh Fitrah dan Luthfiyah
subjek penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang
mengenainya ingin diperoleh keterangan atau orang pada
latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.7
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Pembimbing
rohani selaku pelaksana Bimbingan Rohani dan para staf
RSIJ Cempaka Putih.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah keseluruhan gejala yang ada di
sekitar kehidupan manusia. Apabila dilihat dari sumbernya,
objek dalam penelitian kualitatif disebut situasi sosial yang
terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas
yang berinteraksi secara sinergis.8 Adapun objek dalam
penelitian ini adalah kebijakan Pelayanan Bimbingan
Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ Cempaka Putih.
5 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Sukabumi: CV Jejak, 2018), hlm. 7. 6 Ibid., hlm. 7.
7 Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian: Penelitian Kuantitatif,
Tindakan Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi: CV Jejak, ), hlm. 152. 8 Ibid., hlm. 156.
11
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)
Cempaka Putih Jalan Cempaka Putih Tengah I/1, Jakarta 10510
dengan rentang waktu penelitian mulai bulan Februari sampai
dengan Juli 2020.
4. Pengumpulan Data
Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah
dijelaskan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud
mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh
Lincold dan Guba yang dikutip oleh Lexy, antara lain:
mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain
kebulatan, memverifikasi, mengubah dan memperluas
informasi yang diperolah orang lain, baik manusia
maupun bukan manusia (triangulasi).9 Adapun
wawancara pada penelitian ini dilakukan antara peneliti
dengan Pembimbing rohani serta para staf RSIJ
9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017), hlm. 186.
12
Cempaka Putih.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung untuk
memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian
untuk menjawab pertanyaan penelitian.10
Observasi
dilakukan jika data yang diperoleh melalui wawancara
kurang merefleksikan informasi yang diinginkan.11
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.12
5. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
10
Iwan Hermawan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kualitatif,
Kuantitatif dan Mixed Method), (Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan, 2019), hlm.
148. 11
Prasetyo Irawan, dkk., Metode Penelitian, (Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka), hlm. 6.24. 12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2006), hlm. 240.
13
sumber darimana data ini diperoleh.13
Dalam penelitian ini
penulis menggunakan sumber data yaitu:
A. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber
data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.14
Sumber data pertama dalam penelitian ini adalah
Pembimbing Rohani dan Staf Bimbingan Rohani RSIJ
Cempaka Putih.
B. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.15
Sumber kedua dalam penelitian ini berupa dokumen-
dokumen, catatan-catatan serta buku-buku.
6. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Lexy,
analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.16
Sedangkan menurut Miles dan Huberman yang
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 129 14
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana,
2010), hlm. 122. 15
Ibid., hlm. 171. 16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017), hlm. 248.
14
dikuitp oleh Sugiyono menyatakan bahwa kegiatan analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
terus-menerus hingga datanya mencapai titik jenuh.17
Berikut diuraikan beberapa tahapan dalam menganalis data
model interaktif ini:18
a. Reduksi Data
Reduksi data berarti membuat rangkuman, memilih
tema, membuat kategori dan pola tertentu sehingga
memiliki makna. Reduksi data merupakan bentuk
analisis untuk mempertajam, memilih, memfokuskan,
membuang dan menyusun data ke arah pengambilan
kesimpulan.
Pada penelitian ini, setelah data tentang kebijakan
Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap
diperoleh, maka peneliti menyeleksi data-data tersebut
sesuai dengan kebutuhan peneliti yang dianggap relevan
dalam penelitian ini.
b. Display Data
Display data merupakan proses penyajian data setelah
dilakukan reduksi. Penyajian data dalam penelitian
kualitatif dilakukan dalam bentuk ikhtisar, bagan,
hubungan antar kategori, pola dan lain-lain sehingga
mudah dipahami pembaca.
Pada penelitian ini, setelah data mengenai kebijakan
17
Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan
Teori dan Praktik, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019), hlm. 123. 18
Ibid., hlm. 123-124.
15
Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap
terseleksi dengan baik, maka data tersebut disusun dan
disajikan dalam bentuk deskrptif atau narasi.
c. Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian berisikan jawaban terhadap
rumusan masalah yang diajukan. Selain itu, kesimpulan
juga harus menghasilkan temuan baru di bidang ilmu
yang sebelumnya belum ada. Temuan tersebut dapat
berupa deskriptif tentang suatu objek atau fenomena
yang sebelumnya masih samar, setelah diteliti menjadi
lebih jelas, dapat pula berupa hipotesis bahkan teori
baru.
7. Keabsahan Data
Menurut Moleong, ada beberapa kriteria dengan berbagai teknik
dalam pemeriksaan keabsahan data, diantaranya:19
a. Kredibilitas (derajat kepercayaan)
Istilah kredibilitas atau derajat kepercayaan digunakan
untuk menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan
benar-benar menggambarkan keadaan objek yang
sesungguhnya. Adapun teknik yang digunakan dalam
menentukan derajat kepercayaan dalam penelitian ini adalah
teknik triangulasi. Yakni dengan (1) membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan, (3) membandingkan apa yang dikatakan
19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017), hlm. 326.
16
orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara
pribadi, (4) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data dan
(5) pengecekan kredibilitas beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
Dan model triangulasi inilah yang dipakai peneliti dalam
penelitian ini.
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan
Hal ini dimaksudkan untuk menentukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari. Kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Maksudnya peneliti hanya memfokuskan dan mencari
jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
c. Kebergantungan
Kebergantungan ini menggunakan teknik audit
kebergantungan yang fungsinya adalah untuk memeriksa
kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik
terhadap proses maupun terhadap hasil keluaran.
8. Teknik Penulisan Data
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
penulisan yang didasarkan pada Keputusan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahnun 2017 Tentang
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
I. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi menjadi enam bab, dengan
17
rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Pada bab ini peneliti memaparkan teori-teori
terkait penelitian di antaranya teori tentang
bimbingan rohani, mulai dari pengertian, tujuan,
manfaat dan lain sebagianya serta teori tentang
pasien rawat inap dan kebijakan rumah sakit.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Terdiri dari latar belakang berdirinya RSIJ
Cempaka Putih Perkembangan layananan
kesehatannya, visi misi dan tujuan RSJI,
kebijakan Pelayanan bimbingan rohani bagi
pasien rawat inap serta teknis pelaksanaan
bimbingan rohani bagi pasien rawat inap.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berisi uraian data dan temuan penelitian
BAB V PEMBAHASAN
18
Bab ini menjelaskan analisis teori dan kaitannya
dengan temuan penelitian.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi simpulan dan saran
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Rumah Sakit
A. Pengertian Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan Kewajiban Pasien Bab 1 Pasal 1 menyatakan
bahwa “Rumah Sakit” adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.20
Adapun menurut Setya
Enti Rikomah dalam bukunya yang berjudul Farmasi
Rumah Sakit, menyatakan bahwa rumah sakit merupakan
salah satu jaringan kesehatan yang penting, kegiatan utama
sebuah rumah sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan
yang maksimal kepada pasien. Rumah sakit merupakan
suatu organisasi yang kompleks yang menyelenggarakan
berbagai jenis playanan kesehatan melalui pendekatan
pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) yang dilakukan secara menyeluruh sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa
memandang agama, golongan dan kedudakan.21
20
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Kewajiban Rumah Sakit
dan Kewajiban Pasien, (Jakarta:Menteri Kesehatn Republik Indonesia, 2018), hlm. 3. 21
Setya Enti Rikomah, Farmasi Rumah Sakit, (Yogyakarta:CV Budi Utama,
20
B. Pengertian Kebijakan Rumah Sakit
Carl Friedrich dalam Indiahono menyatakan bahwa
kebijakan merupakan suatu arah tindakan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan
hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan
terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan
dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau
merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.
Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa di dalam kebijakan
terdapat suatu hal yang pokok yaitu adanya tujuan
(goal), sasaran (objective), dan kehendak (purpose). 22
Sementara itu Jones dalam Abidin
mendefinisikan kebijakan adalah perilaku yang tetap dan
berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di
dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan
masalah umum.23
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian aturan
yang dibuat oleh individu atau lembaga dengan sasaran
tertentu yakni pasien rawat inap dengan kriteria pasien
yang telah melakukan perawat minimal 5 (lima) hari
dan pasien yang meminta bimbingan kepada Petugas
2017), hlm. 1-2.
22 Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis,
(Yogyakarta: Gava Media, 2009), hlm. 18. 23
Zainal Abidin Said, Kebijakan Publik, (Jakarta: Yayasan Pancur Siwah,
2004), hlm. 25.
21
Bimbingan Rohani guna mencapai tujuan tertentu, yakni
membuat pasien dapat menerima sakitnya, bersikap
sabar, tabah dan tawakkal serta mengantarkan pasien
pada keadaan husnul khatimah jika Allah menakdirkan
pasien tersebut meninggal.
Adapun pemilihan pasien rawat inap sebagai
sasaran kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani adalah
karena pasien rawat inap sangat memungkinkan
terjadinya interaksi bimbingan yang terus-menerus,
tingginya kemungkinan stres, cemas, dan jenuh karena
penyakit yang diderita.
Sedangkan kebijakan rumah sakit adalah aturan-
aturan yang dibuat oleh rumah sakit baik tertulis
maupun tidak tertulis yang berkaitan dengan penyediaan
pelayanan kesehatan demi tercapainya tujuan rumah
sakit. Aturan tertulis terkait kebijakan Pelayanan
Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap di RSIJ ini
tertuang dalam Standar Posedur Operasional (SPO)
Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani, di antaranya:24
a. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien
lain.
b. Menolak Pelayanan Bimbingan Rohani yang tidak
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Sedangkan, aturan tidak tertulis biasanya dibuat oleh
24
Dokumen Terkendali SPO Pelayanan Bimbingan Rohani RSIJ Cempaka
Putih, 2015.
22
individu atas kesepakatan bersama yang dalam hal ini
adalah Pembimbing rohani sebagai Staf Pelaksana Kegiatan
Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien, di antaranya:
a. Mendoakan pasien dengan Bahasa Arab maupun Bahasa
Indonesia.
b. Menyampaikan materi bimbingan dengan contoh atau
kisah-kisah nyata tentang oarng yang terkena musibah.
c. Menyampaikan materi dengan serius tapi santai dan
tidak menggurui.
d. Menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan pasien.
e. Petugas Bimbingan Rohani Pria memakai Peci.
2. Pasien Rawat Inap
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tentang
kewajiban Rumah Sakit dan kewajiban pasien Bab 1 Pasal 1
ayat 2, pasien adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
Pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung
maupun tidak langsung di Rumah Sakit.25
Sedangkan rawat inap adalah salah satu bentuk dari
pelayanan kedokteran. Rawat inap adalah pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat nonspesialistik dan
dilaksanakan untuk keperluan observasi, perawatan,
diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya, di
25
Kementerian kesehatan, Hak Pasien Rawat Inap, diakses di
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/46%20PMK%20No.%2069%2
0ttg%20Kewajiban%20RS%20dan%20Kewajiban%20Pasien.pdf. Pada 23 februari
2020 pukul 20:19 WIB.
23
mana peserta dan/atau anggota keluarganya dirawat inap,
paling singkat 1 (satu) hari.26
Dari pemaparan di atas dapat diambil pengertian
bahwa pasien rawat inap adalah individu yang melakukan
konsultasi masalah kesehatan langsung di rumah sakit dan
memperoleh tindakan medis yang mengharuskan individu
tersebut dirawat paling singkat 1 hari. Adapun pasien rawat
inap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pasien
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Puith yang sedang
melakukan perawatan minimal 5 hari, dan pasien yang
dirawat kurang dari 5 hari tidak termasuk dalam penelitian
ini, karena potensi untuk diberikan bimbingan lebih dari
satu kali sangat kecil, serta pasien yang meminta bimbingan
kepada Petugas Bimbingan Rohani.
3. Bimbingan Rohani
A. Pengertian Bimbingan Rohani
Menurut KBBI yang dikutip oleh Samsul Arifin,
bimbingan secara etimologi adalah petunjuk
(penjelasan) cara mengerjakan sesuatu, artinya
menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain
ke arah tujuan yang bermanfaat.27
Sedangkan Winkel mengatakan bahwa
bimbingan adalah cara pemberian pertolongan atau
26
Taufan Bramantoro, Pengantar Klasifikasi dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan: Penjelasan Praktis dari Undang-Undang dan Peraturan Menteri
Kesehatan, (Surabaya: Airlangga University Press, 2017), hlm. 7. 27
Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),
hlm. 16.
24
bantuan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan
secara bijak dan dalam menyesuaikan diri terhadap
tuntutan-tuntutan hidup melalui pengembangan
kemampuan diri.28
Hal ini juga diungkapkan oleh Priyatno dan Anti,
mereka mendefinisikan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik
anak-anak, remaja maupun dewasa, agar yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan
saran yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan
norma-norma yang berlaku.29
Lebih lanjut Shertze dan Stone yang dikutip oleh
Luddin mengatakan bahwa bimbingan sebagai suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat paham akan dirinya dan dapat bertindak
secara wajar, sesuai dengan tuntutan kehidupan pada
umumnya, sehingga dia akan dapat menikmati
kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat
pada umumnya.30
28
Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta:
Gramedia Widiasarana, 1997), hlm. 17. 29
Priyatno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 99. 30
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik,
25
Selaras dengan itu, DR. Rachman Natawidjaya
berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga, dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.
Dengan demikian, ia dapat mengecap kebahagiaan hidup
dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi
kehidupan masyarakat umunya. Bimbingan membantu
individu mencapai perkembangan diri secara optimal
sebagai makhluk sosial.31
Dari beberapa pendapat di atas, Amin dalam
bukunya yang berjudul Bimbingan dan Konseling Islam
menyimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang
diberikan secara sistematis kepada seseorang atau
masyarakat agar mereka memperkembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya sendiri dalam upaya mengatasi
berbagai permasalahan, sehingga mereka dapat
menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung
jawab tanpa harus bergantung kepada orang lain, dan
bantuan itu dilakukan secara terus-menerus.32
Dari beberapa pengertian di atas dapat
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), hlm. 14-15.
31 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,
2010), hlm.6. 32
Ibid., hlm. 7.
26
dirumuskan bahwa bimbingan itu adalah:33
1. Suatu proses yang berkesinambungan sesuai dengan
dinamika yang terjadi dalam pelayanannya.
2. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan
yang bersifat menunjang bagi pengembangan pribadi
bagi individu yang dibimbing.
3. Bimbingan itu diberikan pada individu, baik
perorangan maupun kelompok, pemecahan masalah
dalam bimbingan dilakukan oleh kekuatan klien itu
sendiri.
4. Bimbingan diberikan oleh orang-orang ahli, yang
telah memperoleh pendidikan serta latihan yang
memadai dalam bidang bimbingan.
5. Bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma/nilai
yang berlaku dalam masyarakat.34
Apabila definisi tentang bimbingan tersebut
diperhatikan secara seksama, pengertian bimbingan
tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut:35
1. Bimbingan merupakan suatu proses. Kata proses
menunjuk pada aktivitas yang terus-menerus;
berencana, bertahap, dan teratur atau sistematis. Dari
kata itu juga terkandung pengertian bahwa aktivitas
bimbingan membutuhkan waktu yang cukup
33
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik,
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), 15-16.
35
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,
2010), hlm.9-10.
27
panjang, tidak dapat dilakukan secara sporadis, atau
sewaktu-waktu saja. Kegiatan bimbingan juga tidak
dapat dilakukan secara sembarangan, melainkan
membutuhkan teknik atau metode tertentu.
2. Bimbingan mengandung makna pelayanan atau
bantuan. Ini mengandung pengertian bahwa
bimbingan mengakui adanya potensi pada setiap
individu. Aktivitas individu harus dilakukan atas
dasar kesukarelaan pihak yang dibimbing.
3. Bantuan bimbingan diperuntukkan untuk semua
individu yang memerlukannya.
4. Layanan bimbingan ditujukan untuk perkembangan
optimal seseorang sebagai individu agar ia dapat
berkembang sebagai pribadi yang utuh, tangguh dan
kuat secara realitas.
5. Layanan bimbingan memperhatikan adanya
perbedaan individu. Aktivitas bimbingan
menggunakan teknik/metode pendekatan yang sesuai
dengan karakteristik atau ciri khas individu yang
dibimbing. di samping itu, layanan bimbingan juga
disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-
masing yang dibimbing. Dengan demikian, layanan
bimbingan lebih menekankan pada pendekatan yang
bersifat individual.
6. Kegiatan bimbingan mempunyai dua sasaran, yaitu
sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang.
Sasaran jangka pendek dimaksudkan agar selama
28
dan setelah memperoleh bimbingan, individu dapat
mencapai perkembangan secara optimal. Sedangkan
sasaran jangka panjang bimbingan adalah agar
individu yang telah mendapatkan layanan bimbingan
dapat memperoleh kebahagiaan hidup, terutama
berkaitan dengan kesejahteraan mental yang optimal.
Setelah membahas panjang lebar terkait
pengertian bimbingan, selanjutnya peneliti akan
memaparkan tentang rohani. Rohani atau ruh adalah
nama bagi nafsu yang dengannya mengalir
kehidupan, gerangan mencari upaya kebaikan, dan
upaya menghindari keburukan dari dalam diri
manusia.36
Ruh itulah yang disebut dalam firman
Allah subhanahu wata‟ala.
وح وح مه امش سبي ومب اوتيتم ويسئهىوك عه انش مه انعهم الا قهيلا قم انش
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang
ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhanku
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit.”(al-Israa‟: 85)
Serta pada ayat lain Allah subhanahu wata‟ala
berfirman:
وحي فقع يته ووفخت فيه مه س نه سبجذيه ىفئرا سىا
“maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan ruh (ciptaan)-Ku,
maka tunduklah kamu kepadanya dengan sujud.” (al-
36
Ali Abdul Halim Mahmud, at-Tarbiyyah ar-Ruuhiyyah, (Jakarta: Gema
Insani Press), hlm. 65.
29
Hijr: 29).
Makna rohani, sering kali dikaitkan dengan
spiritual/spiritualitas. Kedua kata ini memiliki makna
yang sama. Dalam Bahasa Arab dan Parsi, istilah
yang digunakan untuk spiritualitas adalah ruhaniyyah
(Arab), dan ma‟nawiyyah (Parsi). Istilah pertama
diambil dari kata ruh, sedangkan istilah kedua
diambil dari kata ma‟na, yang mengandung konotasi
kebatinan, “yang hakiki” lawan dari “kasat mata.”
Kedua istilah tersebut berkaitan dengan tataran
realitas lebih tinggi dari pada yang materiil dan
kejiwaan.37
Karena hal tersebut, maka pada penelitian
ini, peneliti menyamakan antara makna rohani dengan
spiritual.
Lebih lanjut, Imam al-Ghazali berpendapat
bahwa roh itu mempunyai dua pengertian, yaitu roh
jasmaniah dan roh rohaniah. Roh jamaniah yaitu zat
halus yang berpusat di ruangan hati dan menjalar ke
seluruh tubuh, karenanya manusia dapat bergerak
(hidup) dan dapat merasakan berbagai perasaan serta
dapat berpikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan
hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohaniah adalah
bagian dari yang ghaib. Dengan roh itu manusia dapat
mengenal dirinya sendiri dan mengenal Tuhannya,
37
Adiwarman Azwar Karim, Spritual Management, (Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2009), hlm. 19.
30
serta bertanggung jawab atas segala tingkah laku.38
Itulah pengertian bimbingan dan rohani scara
terpisah, selanjutnya peneliti akan memaparkan
tentang bimbingan rohani dalam satu kesatuan yang
utuh. Sebagaimana dikemukakan oleh Musnawar
yang dikutip oleh Arifin, Bimbingan Rohani Islam
(Islami) adalah “proses pemberian bantuan terhadap
individu agar mampu hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”.39
Menurut Isep, Bimbingan Rohani Islam
adalah proses pemberian bantuan, pemeliharaan,
pengembangan dan pengobatan rohani dari segala
macam gangguan dan penyakit yang mengotori
kesucian fitrah rohani manusia agar selamat
sejahtera dunai akhirat didasarkan kepada tuntunan
al-Qur‟an, al-Hadits dan hasil ijtihad melalui
metodologi penalaran dan pengembangan secara
istinbathyi (deduktif), istiqro‟iy (induktif/riset),
iqtibasiy (meminjam teori), dan „irfaniy
(laduni/hidhuri).40
Dalam pengertian lain, Bimbingan Rohani
38
Indah Chabibah, Skripsi Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalan
Membantu Proses Kesembuhan Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat,
(Jakarta: UIN Jakarta, 2011), hlm. 24. 39
Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),
hlm. 17. 40
Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah
Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 1.
31
Islam bagi pasien merupakan pelayanan yang
memberikan santunan rohani kepada pasien dan
keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar
tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan, dengan
memberikan tuntunan do‟a, cara bersuci, shalat dan
amalan ibadah lainnya yang dilakukan dalam
keadaan sakit.41
Dari beberapa pengertian di atas peneliti
mendefinisikan Bimbingan Rohani Pasien adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan
Pembimbing Rohani kepada pasien secara terus-
menerus atau berkelanjutan dalam rangka
memotivasi dan memberikan semangat agar pasien
dapat menerima sakitnya dengan ikhlas dan lapang
dada sesuai dengan tuntunan al-Qur‟an dan al-
Hadits. Karena bertujuan untuk memotivasi dan
memberi semangat sesuai dengan al-Qur‟an dan al-
Hadits maka peneliti menyamakan antara Bimbingan
Rohani Pasien dengan Dakwah Pasien yakni
memiliki kesamaan sumber rujukan dan tujuan.
4. Pembimbing Rohani
A. Pengertian Pembimbing Rohani
Pembimbing berasal dari kata bimbing yang
berarti menuntun, sedangkan pembimbing berarti orang
41
Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),
hlm. 18.
32
yang membimbing atau menuntun.42
Dalam penelitian ini, Pembimbing Rohani adalah
orang yang memiliki kemampuan untuk menuntun dan
menunjukkan kepada kebenaran dengan sasaran rohani
pasien rumah sakit.
B. Syarat Pembimbing Rohani
Adapun kualifikasi untuk menjadi Pembimbing
Rohani sebagai berikut:43
1. Personil yang telah memiliki pendidikan atau
sertifikat pelatihan yang sesuai dengan profesinya.
2. Personil yang memiliki kualifikasi keahlian di
bidang pemeliharaan, pengurusan dan penjagaan
aktivitas Rohani Islam di Rumah Sakit.
Lebih lanjut Abdul Basit dalam bukunya yang
berjudul Konseling Islam mengatakan bahwa ada
tiga prasyarat untuk menjadi Pembimbing Rohani
Islam yang profesional, yaitu:44
1. Memiliki Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud dalam persyaratan ini
bukan hanya menyangkut wawasan yang bersifat
generik, tetapi juga berkenaan dengan pengetahuan
yang sangat mendasar tentang perilaku manusia,
ilmu kesehatan, spiritualitas, kesehatan mental dan
etika sebagai Pembimbing Rohani.
42
KBBI Online Edisi V, diakses pada 8 Maret 2020. 43
Tuti Alawiyah, Jurnal Metode Pelayanan Bimbingan Rohani Islam Rumah
Sakit Bagi PPL Mahasiswa Jurusan BKI (Bimbingan Konseling Islam). hlm. 5. 44
Abdul Basit, Konseling Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 194-197.
33
2. Memiliki Keahlian Praktis
Selain pengetahuan dasar, keahlian praktis pun
menjadi prasyarat utama bagi Pembimbing Rohani
dalam hal fiqh maridh (fiqih sakit) dan praktik-
praktik keagamaan yang dibutuhkan oleh pasien
seperti cara shalat, bertayammum, berdoa, dan
parktik ibadah lainnya.
3. Berakhlak Mulia
Prasyarat yang mesti dimiliki oleh seorang
Pembimbing Rohani. Di samping itu, dengan
kemampuan intelektual, Pembimbing Rohani Islam
memiliki kreativitas dalam aktivitas bimbingannya
dan dalam mempersiapkan masa depan.
5. Dasar-dasar Pemenuhan Kebutuhan Rohani
A. Dasar Etis dan Yuridis
1. Kesepakatan hasil Lokakarya Nasional Keperawatan
tahun 1983, menyebutkan bahwa keperawatan
adalah bentuk Pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari Pelayanan
kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk Pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komperhensif, ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa
bantuan diberikan karena adanya kelemahan fisik
dan mental, keterbatasan pengetahuan serta
34
kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan hidup
sehari-hari secara mandiri.45
2. Kode Etik Keperawatan Internasional tahun 2000,
disebutkan bahwa perawat harus memberikan
lingkungan dimana hak-hak manusia, nilai-nilai,
adaptasi dan kepercayaan spiritual dari individu,
keluarga, dan masyarakat tetap dihormati.46
3. Kode Etik Keperawatan Indonesia tahun 2000,
disebutkan bahwa perawat dalam memberikan
perawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang dihormati nilai-nilai budaya, adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dan
individu, keluarga dan masyarakat.47
4. Badan Akreditasi Rumah Sakit dan Sarana
Kesehatan USA (JCAHO), telah menetapkan bahwa
setiap klien harus dilakukan pengkajian terhadap
keyakinan spiritual dan praktik-praktiknya serta
memberikan dukungan pemenuhan kebutuhan
spiritual.48
5. Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI
mengatakan dalam satu seminar di Purwokerto
(2004) bahwa paradigma baru kesehatan menyatakan
bahwa penyembuhan penyakit bukan hanya bersifat
45
Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah
Sakit, (Bandung: Fokusmedia), hlm. 18. 46
Ibid., hlm. 19. 47
Ibid., hlm. 19. 48
Ibid., hlm. 19.
35
klinis (fisik), tetapi juga dibutuhkan penyembuhan
yang bersifat mental-spiritual sebagai pendukung.49
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2018 tentang kewajiban Rumah
Sakit dan kewajiban pasien Pasal 17 ayat 2 tentang
hak pasien bahwa pasien berhak menolak Pelayanan
Bimbingan Rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianut.50
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan Bab 1 Pasal 1 bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.51
Dari ketujuh dasar Yuridis di atas, dapat disimpulkan
bahwa tidak ada peraturan khusus secara tertulis
yang mengatur tentang kebijakan pelaksanana
Pelayanan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit.
Artinya, kebijakan pelaksanaan Bimbingan Rohani
bagi pasien lebih berdasarkan pemahaman dan
kesepakatan bahwa pasien tidak hanya
49
Abdul Basit, Konseling Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 208-209. 50
, Peraturan Mneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018
tentang kewajiban Rumah Sakit dan kewajiban pasien diakses di
https://www.persi.or.id, pada 1 Juli 2020. Pukul 20:30. 51
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, diakses di file:///C:/Users/user/Downloads/UU_36_2009_Kesehatan.pdf,
pada 1 Juli 2020 pukul 21:00.
36
membutuhkan perawatan medis tetapi juga butuh
perawatan rohani.
B. Dasar Teologis
Dasar teologis adalah tinjauan agama dalam konteks
kajian ini adalah tinjauan dari dasar-dasar al-Qur‟an
dan as-Hadits terkait dengan: bagaimana pandangan
Islam tentang perawatan terhadap orang sakit?
Orang sakit dalam Islam memiliki dua hal pokok
yaitu hak dan kewajiban:52
1. Hak untuk diurus (mendapat perawatan), hak ini
secara substantif terkait dengan maqashid al
Syar‟iy, yaitu lima tujuan pokok agama yang
mewajibkan menjaga: (1) Nilai hidup, (2)
Agama, (3) Akal, (4) Keturunan, (5) Harta.
2. Wajib menjaga pelaksanaan ibadah selama sakit
sesuai dengan batas kemampuannya selama
masih memiliki unsur kesadaran.
Selain itu, kegiatan Bimbingan Rohani sama seperti
kegiatan dakwah pada umumnya, dengan dasar
bahwa setiap manusia memiliki kewajiban untuk
menyeru manusia pada jalan kebaikan.
Firman Allah subhanahu wata‟ala
م ببنتي إني سبيم سبك ببنحكمة وانمىعظة انحسىة وجبدنه ادع
52
Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah
Sakit, (Bandung: Fokusmedia), hlm. 20.
37
هي احسه إنا سباك هى اعهم بمه ضما عه سبيهه وهى اعهم
ببنمهتذيه
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Dialah Tuhanmu
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl (16):
125).
Firman Allah subhanahu wata‟ala
ة ياذعىن انى انخ ببنمعشوف ويىىهىن يش ويأمشون ونتكه مىكم اما
وانئك هم انمفهحىن عه انمىكش
“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang
ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar:‟merekalah
orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran: 104).
Firman Allah subhanahu wata‟ala
ا ل مه انقشان مبهى شفبء وسحمة نهمؤمىيه ول يزد انظابنميه الا خسبسا ووىز
“dan Kami turunkan dari al-Qur‟an itu sesuatu yang
dapat menjadi obat penawar dan rahmat karunia bagi
orang ynag beriman dan al-Qur‟an itu bagi orang-
orang yang zalim hanya menambah kerugian belaka.”
(QS al-Isra (17): 82).
38
Firman Allah subhanahu wata‟ala
ا.....يب ا يهب انازيه امىىا قىا اوفسكم واههيكم وبسا
“hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka….” (QS at-Tahrim (66): 6)
Di samping ayat-ayat di atas, terdapat pula beberapa
sabda nabi sallahu „alaihi wasallam yang menjelaskan
bahwa penasihatan atau bimbingan merupakan
kewajiban agama.53
Sabda Rasulullah sallahu „alaihi wasallam
يه انىاصيحة...... انذ
“agama adalah nasihat….” (HR. Muslim, no. 55)
6. Tujuan Bimbingan Rohani
Dalam merumuskan tujuan Bimbingan Rohani di rumah
sakit terdapat tiga aspek penting yang harus terbentuk
dalam diri pasien, yaitu: (1) pemahaman, (2) makna-
makna, (3) sistem kepercayaan. Pemahaman yang
dimaksud adalah pemahaman pasien terhadap masalah
sakit dan proses perawatan yang dijalani. Pemahaman
ini merupakan pintu bagi diri pasien untuk menemukan
berbagia makna dibalik sakitnya, tujuannnya adalah
bagaimana pasien memiliki pemahaman dan pemaknaan
yang benar tentang sakit yang dihadapi. Selanjutnya
pemahaman dan pemaknaan terhadap sakit membantu
53
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,
2010), hlm. 20.
39
pasien menemukan sistem kepercayaan dan keyakinan
(beliefs system) yang sangat membantu proses sembuh
pasien. Berdasarkan ketiga aspek tersebut maka, tujuan
utama Bimbingan Rohani Pasien adalah:54
1. Terjadinya serangkaian perubahan pemahaman pada
diri pasien terhadap sakit yang dideritanya.
2. Membantu pasien menemukan berbagai makna dari
sakit dan proses perawatan yang dijalani.
3. Membantu pasien menemukan sistem kepercayaan
dan keyakinan yang sangat membantu dalam proses
penyembuhan.
4. Salah satu sumber rujukan untuk menemukan sistem
kepercayaan dan keyakinan adalah sisi spiritualitas
dan keagamaan yang dianut pasien.
7. Sasaran Bimbingan Rohani
Menurut Isep, ada tiga sasaran Bimbingan Rohani, di
antaranya:55
1. Rohani manusia umumnya, karena substansi hidup
sesungguhnya adalah pemeliharaan fitrah rohani.
Sasarannya adalah rohani manusia yang sehat
dengan pemeliharaan dan pengembangan.
2. Rohani manusia yang mengalami gangguan oleh
penyakit rohani karena ketidakseimbangan atau
gangguan pada nafsani atau sistem kejiwaan
54
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,
2010), hlm. 21-22. 55
Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah
Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 2-3.
40
manusia.
3. Rohani manusia yang secara fisik sedang mengalami
gangguan karena penyakit terutama para pasien
rawat inap di berbagai rumah sakit atau tempat
perawatan dan pengobatan umumnya dengan cara
perawatan dan pengobatan. Inilah yang disebut
Bimbingan Rohani Pasien.
8. Fungsi Bimbingan Rohani
Bimbingan Rohani sebagaimana yang telah
dijelaskan tersebut, mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Preventif atau pencegahan, yakni mencegah
timbulnya masalah pada seseorang.
2. Fungsi Kuratif atau korektif, yakni memecahkan
atau menanggulangi masalah yang sedang dihadapi
seseorang.
3. Fungsi Preventif dan Development, yakni
memelihara agar keadaan yang tidak baik menjadi
baik kembali, dan mengembangkan keadaan yang
sudah baik menjadi lebih baik.56
9. Metode Bimbingan Rohani
Bimbingan Rohani memiliki metode dan tehnik.
Dimana metode diartikan sebagai cara untuk mendekati
masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan
sedangkan tehnik merupakan penerapan metode dalam
praktik. Metode dan tehnik Bimbingan Rohani menurut
56
Tohari Musnawar, Dasar-dasar dan Konseptual Bimbingan dan Konseling
Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hlm. 5.
41
Isep Zainal yang dikuti oleh Tuti Alawiyah secara garis
besar dapat disebutkan seperti di bawah ini:57
1. Metode Langsung
Metode langsung adalah metode di mana
Pembimbing melakukan komunikasi langsung
dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat
diperinci secara individu dan kelompok, yaitu:
a. Metode Individual
Dalam hal ini Pembimbing melakukan
komunikasi langsung secara individual dengan
pihak yang dibimbingnya. Ini dapat dilakukan
dengan percakapan pribadi yakni:
1) Pembimbing melakukan dialog langsung
tatap muka dengan pihak yang dibimbing.
2) Kunjungan ke ruang rawat inap (visit) yakni
pembimbing melakukan dialog dengan pihak
yang dibimbing dilaksanakan di ruang rawat
inap.
3) Kunjungan dan observasi kerja yakni
pembimbing melakukan percakapan individu
sekaligus mengamati kondisi pasien dan
lingkungannya.
b. Metode Kelompok
Dalam hal ini pembimbing melakukan
komunikasi langsung dengan cara berkelompok:
57
Tuti Alawiyah, Jurnal Metode Pelayanan Bimbingan Rohani Islam Rumah
Sakit Bagi PPL Mahasiswa Jurusan BKI (Bimbingan Konseling Islam). hlm. 6-7
42
1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing
melaksanakan bimbingan dengan cara
mengadakan diskusi dengan keluarga pasien
yang mempunyai masalah yang sama.
2) Group teaching, yakni pemberian bimbingan
dengan memberikan materi bimbingan
tertentu (ceramah) kepada keluarga pasien
yang telah disiapkan.
2. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung adalah metode bimbingan
yang dilakukan melalui media massa. Hal ini dapat
dilakukan secara individual atau kelompok:
a. Metode Individual
1) Melalui surat menyurat
2) Melalui telepon
3) Melalui audio visual
b. Metode Kelompok
1) Melalui papan bimbingan
2) Melalui surat kabar atau majalah
3) Melalui brosur
Dari metode dan tehnik Bimbingan Rohani di atas, dapat
memberikan gambaran metode mana yang tepat digunakan
oleh Petugas Bimbingan Rohani di rumah sakit.
10. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani
Menurut Husna dan Suwarsono yang dikutip
oleh Mimit, teknis adalah sesuatu yang berkaitan dengan
proses pelaksanaan suatu proyek secara teknis dan
43
dalam mengoperasikannya sesuai proyek tersebut
dilaksanakan.58
Adapun teknis pelaksanaan Bimbingan
Rohani adalah kajian keperawatan yang didasarkan
kepada metode ilmiah sebagaimana standar proses
keperawatan pada umumnya, perbedaannya pada unit
kajian yaitu hanya pada aspek rohani atau spiritual
pasien. Pengkajian ini terfokus pada kebutuhan spiritual
pasien yang berrsumber kepada agama dan
keyakinannya beserta praktik ritualnya. Fokus kajian
tersebut meliputi: (1) ibadah pokok, (2) ibadah
tambahan, (3) bimbingan konseling dan penasehatan, (4)
konseling pasien berkebutuhan khusus dan
pendampingan. Sehingga pada keseluruhan tahap atau
teknis bimbingan rohani yang akan dipaparkan berikut
merujuk kepada masalah-maslaah yang ada pada
keempat aspek kajian tersebut. Sebagai metode ilmiah
untuk menyelesaikan masalah-masalah pada pasien,
maka Bimbingan Rohani harus dilakukan secara
sistematis. Adapun teknis pelaksanaan Bimbingan
Rohani bagi pasien rawat inap, sebagai berikut:59
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan awal proses untuk
menggali dan mendapatkan data objektif dan data
subjektif kondisi rohani atau spiritual pasien. Yang
58
Mimit Primayastanto, Evapro (Evaluasi Proyek) Teori dan Aplikasi pada
Usaha Ikan Sidat (Anguilla sp), (Malang: UB Press: 2016), hlm. 46. 59
Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah
Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 47-50.
44
termasuk data objektif misalnya: (1) afek dan sikap
seperti kondisi depresi, marah, cemas, acuh,
kesepian, kosong dan lain-lain, (2) perilaku
keagamaan seperti kebiasaan: berdo‟a, membaca
kitab suci, ibadah, kecewa terhadap agama, Tuhan,
takut mati, dan berbagai perilaku ekspressi
kecemasan yang terkait dengan aspek kehidupan
keagamaan, (3) verbalisasi seperti segala ungkapan
pembicaraan yang keluar dari mulut pasien yang
menyangkut aspek agama dan spiritual seperti
bertanya tentang Tuhan, akhirat, dosa,
membicarakan soal ibadah, amal baik, amal buruk
dan lain-lain, (4) hubungan interpersonal, misalnya
bagaimana respon pasien terhadap perawat,
pengobatan, para pengunjung, pemuka agama dan
lain-lain, (5) lingkungan, yang termasuk aspek ini
misalnya pasien memiliki atau tidak membawa alat
ibadah, kitab suci dan lain-lain.
Data subjektif adalah data-data yang bersifat
abstrak seperti (1) konsep tentang Tuhan, (2) sumber
harapan dan kekuatan pasien, (3) praktik agama dan
ritual keagamaan, (4) hubungan antara keyakinan
spiritual dengan kesehatan, (5) pandangan pasien
mengenai makna sakit dan penyakit, (6) sikap dan
keyakinan pasien mengenai agama dan kehidupan
spiritual.
2. Diagnosis atau Identifikasi Masalah
45
Yaitu tahap lanjutan jika dari tahap pengkajian
terdapat masalah rohani yang memerlukan intervensi
Bimbingan Rohani. Yang harus diperhatikan
intervensi terhadap pasien ada dua sisi: pertama
intervensi terhadap fisik pasien hal ini dapat
dilakukan dengan berbagai pendekatan fisik terhadap
pasien. Kedua, intervensi terhadap psikis atau
kejiwaan pasien, hal ini dilakukan dengan berbagai
pendekatan psikologis termasuk pendekatan rohani
atau spiritual. Pendekatan rohani termasuk ke dalam
pendekatan psikologis karena sasarannya adalah
kejiwaan pasien.
3. Perencanaan
Yaitu tahapan menyusun rencana bagaimana
melakukan intervensi dengan tujuannya. Untuk
pasien dengan distress spiritual bagaimana intervensi
difokuskan pada upaya menciptakan lingkungan
yang mendukung praktik keagamaan yang biasanya
dilakukan pasien. Tujuannya ditetapkan secara
individual dengan mempertimbangkan riwayat
spiritual pasien.
4. Implementasi
Tahap ini adalah bagaimana tahap menerapkan
rencana intervensi dengan melakukan prinsi-prinsip
kegiatan Bimbingan Rohani sebagai berikut:
a. Periksa keyakinan spiritual pribadi Pembimbing
rohani.
46
b. Fokuskan perhatian pada persepsi pasien
terhadap kebutuhan spiritualnya.
c. Asumsikan pasien mempunyai kebutuhan
spiritual.
d. Memahami pesan non verbal kebutuhan spiritual
pasien.
e. Dan lain-lain.
5. Evaluasi
Adalah tahapan untuk mengukur apakah pasien
telah mencapai hasil yang ditetapkan pada fase
perencanaan, sumber evaluasi adalah data-data yang
telah terkumpul terkait dengan pencapaian tujuan
Bimbingan Rohani. Contoh tujuan Bimbingan
Rohani tercapai secara umum misalnya pasien:
a. Dapat beristirahat dengan tenang.
b. Menunjukkan sikap penerimaan.
c. Mengekspersikan damai dengan Tuhan.
d. Melakuakn aktifitas dan ritual keagamaan.
e. Terbuka terhadap Pembimbing rohani
f. Afek positif seperti tidak marah, ansietas
berkurang, bebas rasa bersalah.
g. Dan lain-lain.
11. Aspek Kajian Bimbingan Rohani
Terdapat empat aspek kajian dalam Bimbingan Rohani,
di antaranya:60
60
Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah
Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 50-55.
47
1. Aspek Ibadah Pokok
Secara bahasa ibadah dapat berarti mengabdi,
menyembah, tata, tunduk, merendah diri atau
mengahambakan diri. Secara istilah ibadah adalah
melaksanakan segala perintah dan ketentuan Allah
baik yang wajib maupun yang disunnahkan sesuai
dengan perintah al-Qur‟an dan al-Hadits.
Ibadah yang rutin memiliki manfaat positif bagi
fisik dan kejiwaan manusia sedangkan ibadah yang
tidak rutin atau rendah memiliki dampak negatif bagi
fisik dan kejiwaan di antaranya mudah stres dan
tidak memiliki ketahanan mental spiritual yang kuat.
Sebaliknya ibadah yang rutin dan kuat dapat
memberikan ketahanan terhadap jiwa manusia dan
dapat membantu proses penyembuhan.
Ada pun bimbingan ibadah pokok bagi pasien
yakni bimbingan shalat, yang dimulai dari
bimbingan thaharah yang meliputi (1) bimbingan
istinja, yakni menghilangkan najis bagi pasien. (2)
bimbingan berwudhu, (3) bimbingan tayamum bagi
pasien yang tidak dapat menggunakan air karena
berbagai alasan medis, (4) bimbingan pelaksanaan
shalat wajib.
2. Aspek Ibadah Tambahan
Ibadah tambahan adalah ibadah selain ibadah
pokok yang dapat dilaksanakan oleh pasien selama
ia berada di rumah sakit. Jenis ibadah tambahan
48
yang dapat dilakukan oleh pasien sesuai dengan
kemampuan pasien yaitu: (1) doa dan dzikir, (2)
tilawah atau membaca al-Qur‟an, (3) shalat sunnah,
(4) Shaum sunnah, (5) Bibliotherapy, yakni dengan
membacakan kisah-kisah atau cerita tertentu dengan
tujuan dapat menyembuhkan pasien.
3. Bimbingan Konseling, Konsultasi dan Penasehatan
Salah satu kebutuhan rohani atau spiritual pasien
di rumah sakit adalah pemberian nasihat.
Penasihatan ini sebenarnya bersifat umum dapat
dilakukan saat kunjungan Pembimbing rohani secara
rutin kepada pasien. Bentuknya dapat bersifat
obrolan non formal, sapaan, sharing, menampung
berbagai keluhan dan pertanyaan pasien mengenai
sakit yang terkait dengan persoalan keagamaan, atau
bahkan dapat dilakukan dalam bentuk formal seperti
ceramah baik dalam bentuk kelompok kecil maupun
secara individual. Secara umum terdapat beberapa
kebutuhan rohani yang dapat diberikan dalam
Pelayanan penasehatan seperti:
a. Kebutuhan untuk mendapat penjelasan mengenai
berbagai hal terkait dengan masalah agama
selama sakit.
b. Kebutuhan mendapat jawaban mengenai masalah
psikologi yang dihadapi.
c. Butuh mendapat kepastian dan pegangan selama
sakit.
49
d. Butuh menemukan solusi kesembuhan yang
tidak bertentangan dengan agama.
e. Butuh tempat „curhat‟ dan berbagi dari berbagai
beban psikologis yang dihadapi.
4. Konseling untuk Pasien Berkebutuhann Khusus dan
Pendampingan
Yang dimaksud pasien berkebutuhan khusus
adalah pasien yang tidak hanya membutuhkan
bimbingan pelaksanaan ibadah, tetapi pasien yang
memiliki masalah psikologis, keagamaan dan
kompleksitas berbagai persoalan sehingga
membutuhkan penanganan dan Pelayanan khusus
dan intensif. Beberapa persoalan pasien khusus
dalam ranah spiritual yaitu: phobia spiritual, hampa
spiritual, menolak hal-hal spiritual dan agama,
trauma spiritual dan agama, hopeless (hilang harapan
sembuh), konflik spiritual dan agama, berpindah
keyakinan dan agama.
B. Kerangka Berpikir
Berawal dari asumsi peneliti bahwa Pelayanan Bimbingan
Rohani bagi pasien rawat inap merupakan pelayanan penunjang
bagi pasien, karenanya pemberian bimbingan bagi pasien rawat
inap adalah kewajiban rumah sakit. Artinya, pasien tidak hanya
membutuhkan pelayanan medis namun juga pelayanan non medis
seperti Bimbingan Rohani. Lebih lanjut peneliti berasumsi bahwa
Pelayanan Bimbingan Rohani ini efektif dan tepat guna jika
50
pelaksanaanya sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan oleh
pemerintah sampai pada akhirnya pasien mampu menerima
sakitnya dengan sabar dan ikhlas.
Lebih lanjut peneliti melakukan observasi dan wawancara
kepada salah seorang Pembimbing Rohani Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih dan didapat fakta bahwa Pelayanan
Bimbingan Rohani bagi pasien sangat penting diberikan karena
pasien menjadi lebih siap dalam menjalani pengobatan medis juga
menumbuhkan semangat untuk sembuh. Namun demikian,
pemberian Bimbingan Rohani bagi pasien rawat ini ternyata tidak
ada aturan baku dari pemerintah. Sehingga kebijakan Pelayanan
Bimbingan Rohani diserahkan penuh kepada Rumah Sakit yang
bersangkutan dengan tetap memerhatikan dan mengikuti Standar
Operasional yang berlaku di Rumah Sakit tersebut.
Sehingga fokus pada penelitian ini adalah bagaimana kebijakan
Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ
Cempaka Putih dengan didukung teori bimbingan milik Samsul
Munir Amin, bahwa bimbingan adalah proses sistematis yang
berlangsung terus menerus. Pada metode bimbingan, peneliti
menggunakan teori milik Tuti Alawiyah, bahwa terdapat dua
metode yakni langsung dan tidak langsung. Kemudian, pada teori
materi bimbingan dan teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi
pasien, peneliti memakai teori Isep Zainal Arifin.
Diringkas dalam bentuk bagan sebagai berikut:
51
QS. Ali Imran : 104 dan UU RI No. 36
Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1
Pemahaman dan kesepakatan
bahwa pasien membutuhkan
Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani sebagai proses pemberian santunan rohani dalam rangka memotivasi dan memberikan semangat bagi
pasien agar menerima sakit dengan lapang sesuai dengan
tuntunan al-Quran dan al-Hadits
Pengadaan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat
inap dengan keadaan rohani yang secara fisik sedang
mengalami gangguan karena penyakit dengan masa perawatan
minimal 5 hari dan pasien meminta Pelayanan Bimbingan
Rohani.
Tahapan pelaksanaan
Bimbingan Rohani:
- Pengkajian
- Identifikasi masalah
- Perencanaan
- Implementasi
- Evaluasi
52
BAB III
GAMBARAN UMUM
LATAR PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)
Cempaka Putih61
Gagasan didirikannya Rumah Sakit Islam Jakarta
bermula dari kepedulian organisasi Muhammadiyah akan
kebutuhan Pelayanan Rumah Sakit yang bernafaskan Islam.
Hal demikian juga disampaikan oleh Dr. H. Kusnadi sebagai
salah satu tokoh Muhammadiyah yang tergugah dan mulai
memikirkan perlu adanya rumah sakit yang Pelayanannya
bersifat Islami.
Setelah melalui berbagai pertimbangan dan usul-usul
tentang pendirian rumah sakit serta ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, maka tanggal 18 April 1967
berdasarkan akte nomor 36 tahun 1967, berdirilah yayasan
Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) yang diketuai langsung
oleh Dr. Kusnadi.
Berselang empat tahun dari pendirian yayasan RSIJ,
pada tahun 1971, tepatnya pada tanggal 23 Juni 1971,
Rumah Sakit Islam Jakarta berdiri dengan kokoh yang
diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Tahun 1972 – 1982 dapat dikatakan sebagai masa
pengembangan rumah sakit, mulai dari semakin banyaknya
61
Rumah Sakit Islam Jakarta, Sejarah RSIJ, diakses di
http://www.rsi.co.id/tentang-kami/sejarah, pada 27 Februari 2020.
QS. Ali Imran : 104 dan UU RI No. 36
Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1
Pemahaman dan kesepakatan bahwa
pasien membutuhkan Bimbingan Rohani
Bimbingan Rohani sebagai proses pemberian santunan rohani dalam
rangka memotivasi dan memberikan semangat bagi pasien agar
menerima sakit dengan lapang sesuai dengan tuntunan al-Qur‟an dan
al-Hadits
Pengadaan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien
rawat inap dengan keadaan rohani yang secara fisik
sedang mengalami gangguan karena penyakit dengan
minimal 7 hari masa perawatan dan pasien meminta
bimbingan lanjutan
Teknis pelaksanaan Bimbingan
Rohani:
- Pengkajian
- Identifikasi masalah
- Perencanaan
- Implementasi
- Evaluasi
53
kamar inap pasien, dibangunnya gedung-gedung baru yang
menunjang Pelayanan medis sampai pada pembangunan
ruang perawatan untuk Intensif Care Unit (ICU) yang
berlantai empat dan mampu menampung 100 orang yang
juga dilengkapi dengan fasilitas gas medik sentral.
Dari tahun ke tahun Rumah Sakit Islam Jakarta terus
berkembnag seperti pada tahun 1986/1987 memiliki
kapasitas tenpat tidur sebanyak 250 tempat tidur untuk
perawatan kelas III, yang berarti 50% total kapasitas tempat
tidur di Rumah Sakit Islam Jakarta.
Tanggal 23 Juni 2001 rumah sakit ini mampu
menyediakan 466 tempat tidur dengan didukung 1.444
orang tenaga medis, perawat, dan non medis serta berbagai
peralatan canggih.
Dari tahun ke tahun Rumah Sakit Islam Jakarta semakin
menunjukkan perkembangan yang pesat, sebut saja pada
tahun 2012, rumah sakit ini telah meresmikan gedung baru
“Gedung Mina” dan diresmikan langsung oleh Ketua Umum
PP Muhammadiyah Prof. DR. Din Syamsudin, MA bersama
Wamenkes Prof. DR. Ali Ghufron, MSc., Ph.D dan
Gubernur DKI Jakarta Ir. Joko Widodo dengan berbagai
fasilitas yang memadai di setiap lantainya.
kemudian pada tahun 2013 peletakan batu pertama
pembangunan gedung Pendidikan dan Pelatihan RS Islam
Jakarta Cempaka Putih, kemudian pada tahun 2014 RS
Islam Jakarta Cempaka Putih menjadi Rumah Sakit Tipe B –
Pendidikan Utama dan puncaknya adalah pada 28 Juni 2019
54
RS Islam Jakarta Cempaka Putih Lulus Akreditasi Snars
Predikat Paripurna.
B. Visi Misi Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit Islam
Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih62
1. Visi
RSIJ Cempaka Putih menjadi rumah sakit kepercayaan
masyarakat yang berfungsi sebagai pusat pendidikan
kedokteran dan perkaderan Persyarikatan
Muhammadiyah di Bidang Kesehtan.
2. Misi
Pelayanan kesehatan yang islami, profesional dan
bermutu dengan tetap peduli pada kaum dhuafa.
Mampu memimpin pengembangan rumah sakit
lainnya.
Mampu menyelenggarakan pendidikan kedokteran
dan perkaderan bagi tenaga kesehatan lainnya.
3. Falsafah
Rumah Sakit Islam Jakarta adalah perwujudan dari iman
sebagai amal shaleh kepada Allah subhanahu wata‟ala
dan menjadikannya sebagai sarana ibadah.
4. Tujuan
Mewujudkan derajat kesejahteraan yang setinggi-
tingginya bagi semua lapisan masyarakat melalui
pendekatan pemeliharaan kesehatan (promitif),
pencegahan (kuratif), dan pemulihan kesehatan
62
Rumah Sakit Islam Jakarta, Visi Misi RSIJ, diakses di
https://www.rsi.co.id/tentang-kami/visi-misi, pada 27 Februari 2020.
55
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta
tuntutan ajaran Islam dengan tidak memandang
agama, golongan dan kedudukan.
Menyelenggarakan pendidikan kedokteran yang
bermutu dan sesuai ajaran Islam.
C. Layanan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka
Putih63
1. Layanan Rawat Inap
2. Layanan Rawat Jalan
3. Layanan 24 Jam
4. Layanan Khusus
5. Medical Check Up
D. Fasilitas di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka
Putih64
1. Penunjang Medis, di antaranya:
a. Cath lab
b. MSCT Scan 128 Slice elektroensefalografi (EEG)
c. Endocopy Urologi Set
d. Uroflowmetri
e. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotrpsy)
f. USG Color Dopler, Kolposkopi Endoscopi
Retrograde Cholangio Pancreatografi (ERCP),
g. dan lain sebagainya.
63
Rumah Sakit Islam Jakarta, Layanan RSIJ, diakses di
https://www.rsi.co.id/tentang-kami/visi-misi, pada 27 Februari 2020. 64
Rumah Sakit Islam Jakarta, Layanan RSIJ, diakses di
https://www.rsi.co.id/fasilitas/penunjang-m edis, pada 27 Februari 2020.
56
2. Fasilitas Umum, sepertit:
a. Bank dan ATM
b. Masjid
c. Mushalla
d. kantin, dan
e. Minishop
3. Fasilitas Lainnya, seperti:
a. home care – home service
b. layanan preventif
c. promotif dan rehabilitatif
d. layanan rohani dan
e. instalasi pengolahan air limbah.
E. Letak Rumah Sakit
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih terletak di Jl.
Cempaka Putih Tengah I Nomor 1 RT. 11 RW. 5 Cempaka
Putih Timur Kecamatan Cempaka Putih Kota Jakarta Pusat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10510.
F. Susunan Organisasi Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih
1. Direktur Utama
2. Direktur Pelayanan
3. Direktur Penunjang
4. Direktur Keuangan
5. Direktur Sumber Daya Insani dan Pelayanan
6. Komite Etik Rumah Sakit
7. Komite Medis
8. Komite Keperawatan
57
9. Komite Tenaga Kesehatan lain
10. Komite Mutu dan Manajemen Risiko
11. Komite Koordinasi Pendidikan (KOMKORDIK)
12. Kepala Unit Satuan Pemeriksa Internal
13. Manajer Rawat Jalan
14. Manajer Rawat Inap
15. Manajer Pelayanan Penunjang
16. Manajer Farmasi dan Strerilisasi
17. Manajer Penunjang
18. Manajer Rekam Medis
19. Manajer Keuangan
20. Manajer Sistem Informasi Rumah Sakit
21. Manajer Pemasaran
22. Manajer Sumber Daya Insani (SDI)
23. Manajer Bimbingan Rohani (Pelayanan)
24. Manajer Pelayanan Umum dan Legal (Yanum).
G. Pelayanan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih
Pelayanan Bimbingan Rohani di RSJI sudah ada 5-10
tahun setelah berdirinya rumah sakit ini dan terdiri atas 2
jenis bimbingan yaitu:65
1. Bimbingan Rohani Pasien, yang diperuntukkan bagi
pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih dengan minimal kunjungan 1 (satu) kali bagi
setiap pasien.
65
Wawancara dengan Ridwan, Selaku Koordinator Pembinaan Karyawan
dan Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih,. pada tanggal 12 Maret 2020 14:30 WIB.
58
2. Pembinaan pegawai/karyawan, yakni pemberian
bimbingan yang diperuntukkan bagi seluruh karyawan
RSIJ, yang rutin dilakukan setiap pekan.66
Pelayanan Bimbingan Rohani pasien rawat inap di
RSIJ ini di bawah manajer Pembinaan Rohani yang
membawahi kepala urusan Pembimbing Agama dan
Kepala Urusan Nafsul Muthmainnah dengan rincian
tugas masing-masing bagian sebagai berikut:67
A. Manajer Pembinaan Rohani (Pelayanan)
1. Manajer Pembinaan Rohani mempunyai tugas
membantu direktur Sumber Daya Insani yang
selanjutnya disebut SDI dan Pelayanan, dengan
fungsi utamanya mengelola dan mengembangkan
fungsi pembinaan al-Islam dan ke-
Muhammadiyahan dan perkaderan pegawai,
dakwah dan pengelolaan nafsul muthmainnah
yang mengacu pada kebijakan SDI, peraturan
yang ditetapkan oleh badan pelaksana harian
Rumah Sakit Islam Jakarta, dan ketentuan yang
berlaku serta sasaran startegis diertorat SDI dan
Pelayanan.
Perlu digaris bawahi bahwa maksud dari
pengembangan fungsi pembinaan al-Islam dan
66
Wawancara dengan Ridwan, S.Kom.I. Selaku Koordinator Pembinaan
Karyawan dan Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 12 Maret 2020
14:00 WIB. 67
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih, hlm. 54-58.
59
ke-Muhammadiyahan bagi pegawai adalah setiap
pegawai ketika berada di lingkungan RSIJ
Cempaka Putih, wajib mengikuti aturan
keagamaan yang berlaku di Muhammadiyah,
adapun ketika di luar Rumah Sakit, maka setiap
pegawai bebas untuk melakukan ritual
keagamaan yang diyakininya sekalipun bukan
Muhammadiyah. Artinya, bahwa setiap pegawai
dalam hal ini termasuk juga Pembimbing Rohani,
tidak mesti yang berlatarbelakang
Muhammadiyah, tapi ia paham bagaimana
Muhammadiyah dan mau mengikuti aturan ke-
Muhammadiyahan ketika berada di lingkungan
rumah sakit dan siap menyampaikan paham
Muhammadiyah pada pasien yang menjadi
bimbingannya.68
2. Manajer Pembinaan Rohani bertanggung jawab
kepada Direktur SDI.
B. Kepala Urusan Pembinaan Agama
1. Kepala Urusan Pembinaan Agama mempunyai
tugas membantu Manajer Pelayanan, dengan
tugas utamanya mengelola kegiatan dakwah
yang meliputi Pembinaan Agama bagi pegawai
dan keluarganya, pemakmuran masjid, Pelayanan
Bimbingan Rohani Pasien, pelayanan konsultasi
68
Wawancara dengan Widodo, S.Ag. selaku Manajer Bimbingan Rohani
RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 10 Juli 2020 pukul 09:15 WIB.
60
keluarga sakinah dan dakwah bagi masyarakat
luas yang mengacu pada kebijakan SDI,
peraturan ketenagakerjaan dan ketentuan yang
berlaku serta program kerja bagian pelayanan.
2. Kepala Urusan Pembinaan Agama bertanggung
jawab kepada Manajer Bimningan Rohani.
Kepala Urusan Pembinaan Agama membawahi bidang
Koordinator Pembinaan Agama Pegawai dan Dakwah
Pasien. Adapun tugas Koordinator Pembinaan Agama dan
Dakwah Pasien sebagai berikut:69
1. Mengkoordinir Petugas Bimbingan Rohani baik yang
ditugasi dibagian dakwah pasien maupun pembinaan
pegawai.
2. Mengevaluasi kinerja Pembimbing Rohani dan
melaporkannya kepada Manajer Bimbingan Rohani pada
setiap periode.
3. Melengkapi dokumen terkait dengan administrasi
Manajemen Bimbingan Rohani Pasien dan Pembinaan
Agama Pegawai.
C. Kepala Urusan Nafsul Muthmainnah
1. Kepala urusan Nafsul Muthmainnah mempunyai
tugas membantu Manajer Bimbingan Rohani,
dengan tugas utamanya mengelola kegiatan
pengurusan jenazah untuk pasien, pegawai dan
pihak luar yang meliputi pelayanan pengurusan
69
Wawancara dengan Ridwan, Selaku Koordinator Pe mbinaan Karyawan
dan Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 27 Juni 2020 18:00 WIB.
61
dan pengantaran jenazah, pelatihan pengurusan
jenazah dan pengurusan keanggotaan yang
mengacu pada kebijakan SDI, peraturan
ketenagakerjaan dan ketentuan yang berlaku serta
program kerja bagian Binroh.
2. Kepala Urusan Nafsul Muthmainnah
bertanggung jawab kepada Manajer Binroh.
3. Kepala urusan Nafsul Muthmainnah membawahi
pelaksana : Pelayanan intern, Pelayanan
eksternal, administrasi dan keanggotaan Nafsul
Muthmainnah.
H. Struktur Organisasi Bimbingan Rohani
Bagan 1 : struktur organisasi Bimbingan Rohani
Kepala Seksi
Pembinaan Agama
Kepala Seksi
Nafsul Muthmainnah
Koordinator
Dakwah Pasien
Koordinator
Pembinaan Agama Admin Nafsul
Muthmainnah
Manajer Bimbingan
Rohani
Koordinator
Kamar Jenazah
62
I. Jadwal Kegiatan Bimbingan Rohani
Kegiatan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien diberikan
setiap hari oleh para Pembimbing Rohani Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih dari pagi sampai pagi lagi atau dengan kata
lain nonstop, 24 jam. Sehingga ada pembagian waktu kerjanya.
Tabel 1. Jadwal Harian Bimbingan Rohani
Shift Pagi
07.00 – 09.00 Menyiapkan data pasien yang akan dikunjungi
melalui sistem komputer yang tersedia
09.00 – 12.00 Melakukan kunjungan ke pasien rawat inap
12.00 – 13.00 Istirahat
13.00 – 14.00 Kunjungan lanjutan ke pasien rawat inap
Shift Sore
14.00 – 15.00 Menyiapkan data pasien yang akan dikunjungi
melalui sistem komputer yang tersedia
15.00 – 16.00 Shalat ashar
16.00 – 18.00 Kunjungan ke pasien rawat inap
18.00 – 19.00 Istirahat
19.00 – 21.00 Kunjungan lanjutan ke pasien rawat inap
Shift Malam
21.00 – 5.30 Mempersiapkan dan memonitor pasien yang akan
di kunjungi
5.30 – 07.00 Kunjungan ke pasien rawat inap
J. Petugas Bimbingan Rohani
Untuk menunjang keberhasilan program Bimbingan Rohani bagi
pasien rawat inap di RSIJ Cempaka Putih, maka rumah sakit
63
memfasilitasinya dengan menyediakan 4 pembimbing rohani, terdiri
dari 1 (satu) pembimbing perempuan dan 3 (tiga) pembimbing laki-
laki.
Tabel 2. Data Pembimbing Rohani Rumah Sakit Islam Jakarta
No. Nama Jabatan
1. Ridwan, S.Kom.I Koordinator pembinaan karyawan dan
dakwah pasien
2. Rahmatulloh, S.Ag Staf pelaksana dakwah pasien
3. Rohmat Amin, S.Pd.I Staf pelaksana dakwah pasien
4. Ida Farida, S.Ag Staf pelaksana dakwah pasien
64
BAB IV
DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Deskripsi Informan
1. Latar Belakang Pembimbing Rohani Pasien
Ada tiga Pembimbing Rohani yang peneliti jadikan
sebagai informan dalam penelitian ini. Pertama adalah
Ridwan S.Kom.I dia adalah satu dari empat Pembimbing
Rohani Pasien yang ada di Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih. Pria berusia 49 tahun ini sudah tujuh tahun
berprofesi sebagai Pembimbing Rohani, menurutnya
semakin lama menjadi Pembimbing Rohani, maka semakin
banyak pelajaran yang akan didapat. Pria yang khas dengan
peci hitamnya ini memutuskan untuk menjadi Pembimbing
Rohani karena beberapa alasan. Pertama, karena sesuai
dengan disiplin ilmu yang telah dipelajari sewaktu
menempuh pendidikan strata satu bidang Komunikasi
Islam. Kedua, karena tuntunan hati. Menurutnya, menjadi
Pembimbing Rohani adalah panggilan jiwa karena dakwah
adalah kewajiban setiap Muslim, maka sudah semestinya
dia membantu mereka yang kehilangan motivasi dalam
menjalani kehidupan karena sakit yang dideritanya.
Selain sebagai Pembimbing Rohani, dia juga menjabat
sebagai Koordinator Pembinaan Karyawan dan Dakwah
Pasien, hal inilah yang menjadikan dia terus berinovasi
dalam rangka mengembangkan mutu Pelayanan Bimbingan
Rohani di RSIJ Cempaka Putih.
65
Tujuh tahun bergelut dengan pasien dan segudang
masalah yang dihadapinya, tentu banyak suka maupun duka
yang dirasakan oleh pria yang murah senyum ini. Sukanya,
dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian dan peristiwa
yang ada yang terjadi dalam kehidupan manusia secara riil
selama menjadi Petugas Bimbingan Rohani, sehingga bisa
berguna bagi diri sendiri dan orang-orang sekitar.
Selanjutya, ketika memberikan motivasi dan ada perubahan
dalam diri pasien, entah ibadahnya atau sikapnya untuk
menjadi orang yang lebih baik. Dukanya, jika dinas malam
kemudian dipanggil, itu sedikit berat, tapi itu adalah tugas.
Duka lainnya adalah ketika ada pasien yang mengalami
kegelisahan yang mana sangat yang kemudia tidak bisa
dibantu oleh saya karena memang penyakitnya di luar
dugaan kami sebagai Pembimbing Rohani, contohnya
seperti gejala depresi yang menyulitkan kami untuk
memberikan motivasi.70
Pembimbing Kedua, adalah Rohmatulloh. Pria kelahiran
40 tahun silam ini sudah menjadi Pembimbing Rohani
sejak usianya 20 tahun, artinya setengah usianya dihabiskan
di rumah sakit, namun baru 5 tahun terakhir beliau menjadi
Pembimbing Rohani Pasien. Alasan kuat mengapa beliau
memilih untuk menjadi Pembimbing Rohani adalah karena
dukungan keluarga, bahkan sejak kecil sudah ditanami
70
Wawancara dengan Ridwan, Selaku Koordinator Pembinaan Karyawan
dan Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih,. pada tanggal 27 Juni 2020 pukul 10:00
WIB.
66
nilai-nilai agama sehingga apapun yang berbau agama
selalu menarik bagi bapak kelahiran 1 Januari 1980 ini, dan
perhatiannya lebih ia tekankan pada rohani manusia. Selain
itu, menjadi Pembimbing Rohani Pasien adalah hal yang
menarik, karena secara tidak langsung kita dituntut untuk
membuat pasien dapat menerima penyakit yang sedang
dialaminya, sehingga ia dapat termotivasi dan menganggap
sakitnya itu bukanlah sesuatu yang memberatkan, namun
ada hikmah besar dibaliknya.
Sebagai salah satu staf pelaksana dakwah pasien, beliau
setiap harinya mengunjungi pasien-pasien untuk
memberikan bimbingan, karenanya tidak sedikit suka dan
duka serta kejadian-kejadian yang tak terlupakan yang
dialami beliau selama mengampu tugas tersebut. Hal ini
yang semakin memperkuat keyakinan beliau, bahwa salah
satu faktor penting dalam proses kesembuhan seseorang
adalah faktor rohaninya, sehingga tidak heran jika motto
hidup beliau adalah “selalu belajar dan meng-update
rohani”.
Ketiga, adalah Rohmat Amin, S.Pd.I. Pria kelahiran
Jakarta, 8 Maret 1979 ini menjabat sebagai Staf Pelaksana
Dakwah Pasien di RSIJ Cempaka Putih. Pria berkacamata
ini, sejak kecil sudah ditanami nilai-nilai agama, hal ini
terlihat dari riwayat pendidikan yang beliau terangkan. Dari
mulai pendidikan sekolah dasar sampai jenjang strata satu
semuanya berbasis agama, bahkan jenjang Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas beliau
67
lalui di pondok pesantren.
Sebelum memutuskan untuk menjadi Pembimbing
Rohani Pasien, beliau berprofesi sebagai Guru Agama
Islam di beberapa sekolah di Jakarta, namun akhirnya
beliau berhenti, dan memilih untuk menjadi Pembimbing
Rohani Pasien. Setidaknya, ada tiga alasan mengapa beliau
memilih profesi yang terbilang jarang ini, diantaranya:
pertama, ingin mendapatkan kebaikan dari orang lain.
Kedua, menumbuhkan kesadaran bahwa sakit merupakan
bagian dari cerita kehidupan. Ketiga, mencoba mengenal
dan mengetahui strategi untuk mencapai husnul khatimah.
Delapan tahun menjadi Pembimbing Rohani Pasien,
membuat beliau memiliki banyak pengalaman suka
maupun duka, di antara kesenangan beliau menjadi
Pembimbing Rohani Pasien adalah bertemu dan
mendapatkan pengalaman dari orang lain, karena objeknya
hidup. Sedang duka yang beliau rasakan adalah karena
tugasnya mengunjungi pasien, maka berpeluang besar
untuk terpapar sakit yang diderita pasien tertentu. Namun
demikian beliau selalu bekerja dengan hati, dengan harapan
dapat meninggalkan makna bagi banyak orang, sesuai
dengan motto hidupnya “menjadi manusia yang bermakna
bagi diri sendiri dan orang lain”.
2. Latar Belakang Manajer Bimbingan Rohani
Informan keempat sekaligus terakhir dalam penelitian
ini adalah Widodo S.Ag. Bapak dengan 3 orang anak ini
sudah bekerja di rumah sakit dan menjadi bagian dari Staf
68
Bimbingan Rohani selama 24 tahun. Sebelum menjadi
manajer seperti sekarang ini, pria yang akrab dipanggil Pak
Wid ini aktif menjadi Pembimbing Rohani Pasien selama
enam bulan lamanya, setelah itu beliau lebih aktif ke
Bagian Pembinaan Pegawai.
Dua puluh empat tahun menghabiskan waktunya di
Rumah Sakit Islam Jakarta, membuatnya semakin kental
dengan paham Muhammadiyah, yang bahkan paham ini
sudah beliau tularkan kepada anggota keluarganya,
dibuktikan dengan anak-anaknya yang disekolahkan di
sekolah yang berbasis Muhammadiyah. Meski menurut pria
kelahiran Jakarta 1969 ini tidak ada kewajiban untuk
berpaham yang sama ketika di luar lingkungan rumah sakit,
namun alangkah indahnya jika kita istiqomah
berMuhammadiyah baik di dalam maupun di luar
lingkungan rumah sakit. Terlebih, bagi para Pembimbing
Rohani yang notabene adalah perpanjangan tangan dari
majlis tarjih dan majlis tabliqh Muhammadiyah. Karena itu
ketika telah dicelupkan dalam warna Muhammadiyah maka
berMuhammadiyahlah dengan sempurna.71
B. Kebijakan Umum Pelayanan Bimbingan Rohani bagi
Pasien Rawat Inap
1. Setiap pasien memiliki agama dan kepercayaan masing-
masing dan hal itu berperan dalam proses Pelayanan
Bimbingan Rohani Pasien. Artinya bahwa setiap akan
71
Wawancara dengan Widodo, S.Ag, selaku Manajer Bimbingan Rohani di
RSIJ Cempaka Putih, pada Jum‟at 10 Juli 2020, pukul 09:00 WIB.
69
dibimbing sesuai dengan agama yang dianut pasien, baik
Muslim maupun non Muslim.
2. Setiap pasien harus diidentifikasi mengenai agama dan
kepercayaannya oleh Petugas Bimbingan Rohani rumah
sakit. Sebelum melakukan bimbingan, Pembimbing Rohani
terlebih dahulu menanyakan agama pasien, dan setelah
mengetahui kepercayaan pasien, Pembimbing Rohani
melakukan bimbingan sesuai dengan agama pasien.
3. Pasien berhak untuk mendapatkan pelayanan kerohanian
sesuai agama dan kepercayaannya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di rumah sakit. Artinya, setiap pasien yang
dirawat di RSIJ Cempaka Putih berhak mendapat Bimbingan
Rohani, baik yang beragama Islam maupun bukan. Dengan
kata lain selama ia bagian dari manusia maka ia memiliki hak
yang sama.72
Apabila pasien beragama Islam maka Petugas
Bimbingan Rohani melakukan bimbingan sebagai berikut:73
a. Melakukan bimbingan agar pasien bisa menerima
sakitnya, bahwa sakit itu kemungkinannya ada dua, kalau
sehat maka bersyukur dan keimanan kita harus
bertambah dan apabila meninggal diharapkan husnul
khotimah.
b. Mengingatkan pasien untuk tidak meninggalkan ibadah
khususnya shalat.
c. Membimbing lebih banyak dzikir, istighfar dan doa.
72 Wawancara dengan Rohmat Amin, S.Pd.I. selaku Staf Pelaksana Dakwah
Pasien di RSIJ cempaka Putih pada tanggal 7 Juli 2020 pukul 13:12 WIB. 73
Standar Prosedur Operasional Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien RSIJ
Cempaka Putih, 2015.
70
d. Petugas memberikan pengertian kepada keluarga agar
senantiasa mengingatkan dan membimbing pasien
melakukan shalat.
Apabila pasien beragama non Islam, maka Petugas
Bimbingan Rohani Melakukan:74
a. Rumah sakit mempersilakan kepada keluarga untuk
melakukan bimbingan rohani sesuai dengan agama dan
kepercayaan pasien dengan tetap berkoordinasi dengan
Petugas Bimbingan Rohani RSIJ Cempaka Putih.
b. Apabila pasien tidak bisa/kesulitan mendapatkan Petugas
Bimbingan Rohani yang sesuai dengan agama dan
kepercayaannya, maka Petugas Bimbingan Rohani RSIJ
memberikan Daftar Petugas Pelayanan non muslim dan
Petugas Pelayanan akan menghubungi Pelayanan yang
diminta.
c. Pasien non muslim dapat melakukan Bimbingan Rohani
sesuai dengan agama dan kepercayaannya dengan
melakukan: Petugas Pelayanan non muslim harus
melapor ke Satpam / Pelayanan RSIJ dan
Satpam/Pelayanan memberikan tanda pengenal dan
Petugas Pelayanan mendampingi Petugas Pelayanan non
muslim untuk memberikan Pelayanan Bimbingan Rohani
4. Setiap Petugas Pelayanan Bimbingan Rohani harus berusaha
memahami Asuhan Pelayanan yang diberikan sesuai dengan
nila-nilai dan kepercayaan pasien. Bahwa setiap Petugas
74
Standar Prosedur Operasional Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien RSIJ
Cempaka Putih, 2015.
71
Bimbingan Rohani di RSIJ Cempaka putih haruslah mereka
yang berlatar belakang pendidikan Agama Islam serta
memahami konsep dan aturan keMuhammadiyahan,
sehingga dalam memberikan bimbingan kepada pasien,
Petugas Bimbingan Rohani mengikuti aturan rumah sakit
yang berpaham Muhammadiyah.
5. Pasien dapat beribadah atau melakukan aktivitas ritual
keagamaan dengan syarat ibadah tersebut tidak mengganggu
orang lain/ketertiban umum. Artinya, meskipun pasien non
muslim tidak diberikan bimbingan seperti pasien muslim,
namun mereka berhak melakukan peribadatan sesuai
kepercayaannya dengan catatan tidak mengganggu pasien
lain maupun ketertiban umum.
6. Pasien dalam keadaan kritis atau tahap terminal berhak
mendapat Pelayanan kerohanian sesuai agama dan
kepercayaannya. Artinya, bahwa Pembimbingan Rohani
wajib datang dan membimbing atau mentalqin pasien yang
dalam keadaan kritis tersebut, tidak hanya itu, Pembimbing
Rohani juga ditugasi untuk memberikan pengarahan kepada
keluarga pasien agar sabar dan tabah serta mengajari
keluarga pasien bagaimana mentalqin. Adapun jika yang
dalam kedaan kritis adalah pasien non muslim, maka Petugas
Bimbingan Rohani hanya memberikan pengarahan kepada
keluarga pasien saja, berupa motivasi kesabaran.
7. Rumah sakit membantu pasien dalam menyediakan
Pelayanan kerohanian atas permintaan pasien dan keluarga.
Artinya, pasien/dan atau keluarga pasien meminta kepada
72
pihak rumah sakit untuk diberikan Bimbingan Rohani, dan
Pembimbing Rohani mempunyai kewajiban untuk
mengunjungi pasien bersangkutan, karena hal itu
menyangkut hak pasien, yakni memperoleh Pelayanan
Bimbingan Rohani, terlebih atas dasar suka rela dari pasien
sendiri yang menandakan pasien amat membutuhkan
Pelayanan Rohani tersebut.
C. Rekrutmen Tenaga Pembimbing Rohani
1. Syarat Pembimbing Rohani Pasien75
a. Minimal pendidikan Aliyah (Keagamaan)
b. Menguasai Bahasa Arab
c. Lancar membaca al-Qur‟an,
d. mensosialisasikan manhaj yang dipahami oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah kepada pasien.
Para Pembimbing Rohani memang tidak diwajibkan
berpaham Muhammadiyah, namun pada saat menjadi
bagian dari Pembimbing Rohani di RSIJ, harus
berkomitmen mengikuti paham Muhammadiyah ketika
berada di lingkungan RSIJ, dan alangkah lebih baiknya,
di luar lingkungan rumah sakit pun berpaham yang
sama.
2. Proses Rekrutmen
Proses rekrutmen adalah langkah-langkah seorang calon
Pembimbing Rohani Pasien mengikuti rangkaian test yang
ada di RSIJ sebelum dinyatakan layak dan diterima
75
Wawancara dengan Widodo, S.Ag, selaku Manajer Bimbingan Rohani di
RSIJ Cempaka Putih, pada Jum‟at 10 Juli 2020, pukul 09:00 WIB.
73
sebagai Pembimbing Rohani. Berikut adalah prosesnya:76
a. Tes administrasi, artinya calon Pembimbing Rohani
melengkapi berkas-berkas seperti ijazah dan Curiculum
vitae.
b. Tes kesehatan dan psikologi, bahwa calon Pembimbing
Rohani dipastikan sehat secara fisik dan psikologis.
c. Tes tulis al-Islam dan Profesi, bahwa calon Pembimbing
Rohani diberi soal-soal yang berkaitan dengan
pengetahuan agama secara umum yang tentu sesuai
dengan pemahaman Muhammadiyah. Sedangkan, test
tulis profesi berupa pertanyaan-pertanyaan seputar
profesi atau formasi bidang pelamar, dalam hal ini
menjadi Pembimbing Rohani.
d. Wawancara agama, di sini calon Pembimbing Rohani
dites bacaan al-Qur‟annya, kaifiyat shalatnya,
kemudian dikenalkan sedikit pemilik daripada RS ini
yang terkadang mereka tidak tahu kalau pemiliknya
adalah Muhammadiyah. Dan disampaikan kalau
memang diterima maka, istiqomah untuk
bermuhammadiyah, mengikuti keputusan-keputusan
dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
e. Pengumuman, pemberitahuan diterima atau tidaknya
calon Pembimbing Rohani yang telah mengikuti
rangkaian tes di atas.
76
Wawancara dengan Widodo, S.Ag, selaku Manajer Bimbingan Rohani di
RSIJ Cempaka Putih, pada Jum‟at 10 Juli 2020, pukul 09:00 WIB.
74
D. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat
Inap di RSIJ Cempaka Putih
Teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani adalah kajian
keperawatan yang didasarkan kepada metode ilmiah
sebagaimana standar proses keperawatan pada umumnya.77
Karena teknis pelaksanaan mencakup metode atau cara serta
tahapan-tahapan dalam melakukan Bimbingan Rohani, maka
teknis ini menjadi penting bagi terlaksananya Pelayanan
Bimbingan Rohani secara maksimal. Berikut adalah teknis
pelaksanaan Bimbingan Rohani di RSIJ Cempaka Putih:78
1. Memeriksa daftar pasien rawat inap pada sistem
komputer RSIJ
2. Tandai pasien yang belum mendapat bimbingan
3. Catat pada Form Pelayanan Bimbingan Rohani untuk
pasien baru masuk (baru)
4. Lakukan bimbingan ke pasien
a. Bimbingan dilakukan dengan prosedur
1) Pasien yang diberikan bimbingan pada waktu
pagi (07:00 – 14:00) adalah pasien yang baru
masuk kemarin pukul 18:00 – 12.00 hari ini
2) Pasien yang diberikan bimbingan pada waktu
sore (14:00 – 21:00) adalah pasien yang baru
masuk pukul 12:00 – 18:00.
3) Pasien laki-laki dibimbing oleh pembimbing
77
Mimit Primayastanto, Evapro (Evaluasi Proyek) Teori dan Aplikasi pada
Usaha Ikan Sidat (Anguilla sp), (Malang: UB Press: 2016), hlm. 46. 78
Wawancara dengan Ridwan, Selaku Koordinator Pembinaan Karyawan
dan Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih,. pada tanggal 12 Maret 2020 15:00 WIB.
75
laki-laki dan pasien perempuan dibimbing
oleh pembimbing perempuan
4) Pasien anak-anak usia 10 tahun ke bawah baik
laki-laki maupun perempuan dibimbing oleh
pembimbing perempuan
5) Pasien ICU dan HCU dibimbing oleh
pembimbing laki-laki
b. Langkah-langkah visit tiap-tiap pasien
1) Ucapkan salam ketika masuk ruangan
2) Hampiri pasien yang ingin dibimbing
3) Tanyakan kondisi pasien
4) Perkenalkan diri, maksud dan tujuan
5) Mulai memulai percakapan ringan dan santai,
sampai menemukan masalah
6) Berikan materi bimbingan
7) Akhiri dengan doa
8) Lakukan hal yang sama pada pasien selanjutnya
c. Setelah melakukan Bimbingan Rohani kepada pasien
dan keluarga, maka Petugas Pelayanan Bimbingan
Rohani melakukan:
1) Meminta tanda tangan pasien atau keluarga
2) Form kunjungan ditandatangi Petugas Binroh
dan petugas ruangan serta di stempel oleh
petugas ruangan
3) Petugas kembali ke kantor dan meletakkan form
kunjungan pada tempat yang telah disediakan.
4) Kepala bagian Pembinaan Agama
76
menandatangani form kunjungan.
E. Temuan Lapangan
Data yang dipaparkan pada bagian ini berupa kegiatan-
kegiatan yang peneliti lakukan selama melakukan penelitian di
RSIJ Cempaka Putih yang diperoleh melalui wawancara
mendalam dengan pihak-pihak terkait, observasi lapangan
dengan cara simulasi kegiatan Pelayanan Bimbingan Rohani
Pasien dan pencarian dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan penelitian ini.
Sebelum sampai dan melakukan rangkaian kegiatan
penelitian, mulai dari wawancara, observasi sampai pencarian
dokumen-dokumen terkait, peneliti terlebih dahulu meminta
izin dengan memberikan surat izin pengambilan data awal dan
observasi ke bagian Badan Koordinasi Pendidikan
(Komkordik) yang memang bertugas melayani mahasiswa
yang melakukan penelitian.
Kamis, 12 Maret 2020 peneliti mulai melakukan
wawancara kepada pihak-pihak terkait yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian di antaranya Pembimbing rohani dan
manajer bimbingan rohani.
Wawancara pertama yakni kepada Pembiming Rohani,
ketika sampai di ruang Bimbingan Rohani, peneliti disambut
baik oleh seluruh Pembimbing Rohani, sehingga proses
wawancara pun berjalan dengan baik dan lancar. Wawancara
dengan salah seorang Pembimbing Rohani berlangsung kurang
lebih selama satu jam dengan 10 pertanyaan.
77
Setelah wawancara dengan informan utama, penelitian
sempat terhenti selama 2 (dua) bulan karena pandemi Covid-19.
Kemudian wawancara dilanjutkan pada Bulan Juni via daring
dan berlanjut di bulan Juli dengan kembali ke lapangan (RSIJ).
Selain penelitian yang sempat terhenti, dampak lain dari
adanya Pandemi Covid-19 ini adalah observasi lapangan yang
semula akan dilakukan dengan mengamati langsung bagaimana
Pembimbing Rohani memberikan Pelayanan Bimbingan Rohani
kepada setiap pasien dengan mengunjungi kamar-kamar diubah
dengan melakukan simulasi Pelayanan Bimbingan Rohani yang
diberikan Pembimbing Rohani (Ridwan, S.Ag.) dengan pasien
Nisa Safitri. Simulasi dilakukan pukul 08: 40 WIB. Dalam
sebuah ruangan lengkap dengan tempat tidurnya.
Pembimbing Rohani memakai seragam dinas lengkap
dengan nametag dan pecinya sembari membawa formulir
bimbingan dan buku Tuntutan bagi Orang Sakit. Sebelum
memasuki ruangan, Pembimbing Rohani berdoa terlebih dahulu
untuk kesembuhan pasien “laa ba‟sa thohuurun in syaa Allah”,
setelah itu mengucapkan salam dengan lembut dan senyum tipis
nan ikhlas. Perlahan Pembimbing Rohani mendekat ke arah
pasien dan duduk di samping pasien. Petugas Bimbingan
Rohani mulai bertanya dengan santai namun penuh wibawa.
Pertanyaan yang diajukan seputar kehidupan sehari-hari seperti
nama, usia, status dan sesekali melontarkan candaan yang
membuat pasien tersenyum bahkan tertawa.
Setelah pasien sudah mulai menerima kehadiran
Pembimbing Rohani, selanjutnya Pembimbing Rohani
78
menanyakan perihal apa yang dirasakan selama sakit dan
keadaan rohani pasien seperti bagaimana shalat, dzikir dan
tilawahnya sembari mengidentifikasi materi apa yang
dibutuhkan pasien bersangkutan.
Selanjutnya Pembimbing Rohani mulai masuk pada materi
Bimbingan. Karena pasien bersangkutan mengalami kesulitan
melakukan shalat ketika sakit, sehingga pasien sering sekali
merasa tidak tenang dan menjadi tidak sabar. Maka, langkah
pertama yang dilakukan Pembimbing rohani adalah
menjelaskan bagaimana pentingnya shalat dan dzikir untuk
selanjutnya dipraktikkan tata cara tayamum dan shalat bagi
orang sakit. Setelah panjang lebar membahas shalat dan
praktiknya bagi orang sakit, Pembimbing Rohani mulai
menerangkan materi tentang sabar, tawakal dan husnudzon
kepada Allah dengan memberikan contoh-contoh berupa kisah
nyata yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menghindari kejenuhan pasien karena diberikan
ceramah, terkadang di sela-sela bimbingan, Petugas Bimbingan
Rohani menyelipkan nyanyian yang mengandung makna bahwa
dunia memang tempatnya ujian, seperti pada lagu Ahmad Albar
yang berjudul Panggung Sandiwara. Meski metode yang
dipakai ceramah dan pembawaannya cenderung kalem dan
tenang, tapi Pembimbing Rohani tetap bisa ekspresif dan
sesekali memainkan gerak tubuhnya baik tangan maupun
kepala, serta intonasi suaranya pun disesuaikan dengan apa
yang sedang dibahas. Jika yang dibahas adalah ayat-ayat
tentang kabar gembira maka intonasi dan mimiknya
79
menunjukkan raut tersenyum, adapun jika yang dibahas sesuatu
yang tidak menyenangkan, missal cerita tentang seseorang yang
kecelakaan, maka intonasinya turun dengan mimik yang
menggambarkan ketakutan.
Setelah 20 menit membahas tentang fiqih shalat, sabar,
tawakal dan husnudzon, Pembimbing Rohani mereview kembali
materi-materi yang telah dijelaskan secara singkat, dengan
maksud agar pasien lebih ingat apa yang telah panjang lebar
disampaikan tadi. Kemudian, tidak lupa diingatkan untuk selalu
shalat dan tilawash dan yang terakhir didoakan dimulai dengan
instighfar dan dilanjutkan dengan doa berbahasa Indonesia agar
pasien paham dengan apa yang ia aminkan. Sebelum
meninggalkan pasien, tidak lupa Pembimbing Rohani
memberikan Buku Tuntunan Rohani bagi Orang Sakit sembari
berpamitan dan memberi semangat lengkap dengan senyum
manisnya.
Dari observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi yang
telah peneliti lakukan, peneliti mendapati temuan-temuan
lapangan terkait dengan Kebijakan dan Teknis Pelaksanaan
Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih, sebagai berikut:
1. Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani dibuat berdasarkan
keputusan Direktur Utama RSIJ Cempaka Putih Nomor
099/Kep/XVI/8/15 Tentang Panduan Pelayanan Bimbingan
Rohani Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
2. Ada dua jenis bimbingan yang diberikan oleh Pembimbing
Rohani, yakni Bimbingan Rohani Pasien dan Pembinaan
80
Pegawai/karyawan.
3. Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien ada 3 jenis:
a. Pelayanan Bimbingan Rohani Rutin, adalah pelayanan
yang diperuntukkan untuk pasien baru maupun lama.
b. Pelayanan Bimbingan Rohani atas permintaan pasien
atau keluarga, artinya Pembimbing Rohani mengujungi
pasien berdasarkan permintaan.
c. Pelayanan Rohani Pasien Sakaratul Maut, dimaksudkan
agar pasien dapat ditalqin dan keluarga dapat menerima
dengan sabar keadaan pasien.
4. Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien dibagi menjadi 3
shift yakni pagi dan sore
4.1 shift pagi dimulai pukul 07:00 – 14:00
4.2 shift sore dimulai pukul 14:00 – 21:00
4.3 shift malam dimulai pukul 21:00 – 07:00
pada shift pagi, sekitar pukul 07:00 – 09:00 para
Pembimbing Rohani menyiapkan data pasien yang akan
dikunjungi melalui sistem komputer yang telah disediakan,
kemudian dilanjutkan dengan visit ke tiap-tiap kamar sampai
pukul 12:00. Para Pembimbing Rohani memulai bimbingan
dengan memperkenalkan nama dan tujuan terlebih dahulu,
kemudian dilanjut dengan sesi ngobrol santai, sambil menggali
masalah apa yang dihadapi pasien. Setelah itu diberikan materi
bimbingan dengan metode ceramah. Pemberian bimbingan ini
dilakukan dengan metode individu, artinya pasien didatangi
satu satu dengan durasi bimbingan selama 5-60 menit
tergantung masalah yang dihadapi pasien. Sebagai penunjang,
81
diakhir sesi bimbingan, pembimbing memberikan buku
Tuntunan Rohani bagi Orang Sakit yang di dalamnya berisikan
materi-materi seputar sakit dan cara menghadapinya. Setelah
selesai mengunjungi pasien, para Pembimbing Rohani istirahat
untuk makan siang dan shalat dzuhur selama satu jam dan
dilanjut bimbingan kembali pada pukul 13:00 - 14:00 dan
kemudian berganti shift.
Selanjutnya shift sore, pukul 14:00 – 15:00 Pembimbing
Rohani menyiapkan data pasien yang akan dikunjungi melalui
sistem komputer. Berselang satu jam, pembimbing mulai
melakukan bimbingan sampai pukul 18:00. Istirahat untuk
shalat maghrib pada pukul 18:00 – 19:00, dan kunjungan
dilanjutkan sampai pukul 21:00.
Shift terakhir atau shift malam dimulai pukul 21:00 –
07:00 dengan rincian; pukul 21:00 – 05:30 Pembimbing
Rohani mempersiapkan dan memonitor pasien yang akan
dikunjungi, baru pada pukul 05:30 pasien dikunjungi sampai
pukul 07:00.
82
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Hasil Wawancara
Pada bab ini, peneliti menguraikan hasil wawancara dengan
seluruh informan yang selanjutnya dikaitkan dengan latar
belakang dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.
Wawancara dilakukan dengan 4 informan dengan rincian
tiga Pembimbing Rohani Pasien dan 1 Manajer Bimbingan
Rohani. Berikut adalah hasil wawancara yang telah dianalisis
oleh peneliti terkait dengan Kebijakan Pelayanan Bimbingan
Rohani pasien di RSIJ Cempaka Putih:
1. Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien
Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien atau RSIJ Cempaka
Putih menyebutnya dengan Kegiatan Dakwah Pasien, yang
berarti menyampaikan kebaikan pada orang-orang yang
sedang sakit sesuai Syariat Islam dengan cara-cara yang
ma‟ruf yang sesuai dengan al-Qur‟an dan al-Hadits, dengan
harapan pasien tetap menjaga ibadah-ibadah wajibnya serta
mendapat penguatan dari sisi rohaninya sebagai bagian dari
ikhtiar untuk mendapatkan kesembuhan.
“Intinya, bagaimana kita mengingatkan kepada pasien
dikala sakit, bagaimana shalat tetap dijaga, membantu
pasien yang tidak mengerti thaharah dan shalat di dalam
sakit”79
Lebih lanjut Rohmat Amin, salah satu Staf
79
Wawancara dengan Widodo, S.Ag. Selaku Manajer Bimbingan Rohani di
RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 10 Juli 2020 pukul 09:30 WIB.
83
Pelaksana Dakwah Pasien menyatakan bahwa
“Pelayayan Bimbingan Pasien atau Bimbingan Rohani
adalah kegiatan yang terdiri dari sejumlah kalimat dan
perbuatan yang sifatnya khusus dan „unik‟ dengan tujuan
untuk mendapatkan penguatan dari sisi psikologis sebagai
bagian ihktiar untuk mendapatkan kesembuhan; Pelayanan
pasien adalah bentuk lain dari pengobatan”.80
Ridwan, Koordinator Dakwah Pasien lebih lanjut
menyatakan bahwa Bimbingan Rohani yang dimaksud RSIJ
Cempaka Putih adalah bukan bimbingan atau penyuluhan
full, tetapi lebih kepada sistem pendampingan saja atau
sistem pemberian dakwah.
“sebetulnya bimbingan di sini bukan bimbingan full,
artinya hanya sistem pendampingan. Adapun kalau ada
yang ingin konsultasi penuh sesuai dengan apa yang dia
hadapi itu perlu waktu yang panjang. Dan yang penting kita
lihat ibadahnya, apakah masih shalat atau tidak, apakah
dzikir atau tidak.”81
Dengan demikian sifat kontinuitas pada kata bimbingan
menjadi hilang. Namun demikian, rumah sakit
menyiasatinya dengan memaksimalkan pemberian materi
berupa buku dan penyampaian, dan jika ada pasien yang
ingin mendapat bimbingan lanjutan, pasien hanya perlu
mengisi formulir yang disediakan rumah sakit untuk
80
Wawancara dengan Rohmat Amin, S.Pd.I. Selaku Staf Pelaksana Dakwah
Pasien di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 7 Juli 2020 pukul 13:30 WIB. 81
Wawancara dengan Ridwan, S.Kom.I. Selaku Koordinator Dakwah Pasien
di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 27 Juli 2020 pukul 11:00 WIB.
84
kemudian ditindak lanjuti oleh Tim Bimbingan Rohani.
2. Dasar Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien
Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih
merupakan rumah sakit swasta yang tata kelolanya di bawah
Persyarikatan Muhammadiyah, di mana organisasi
keagamaan ini mempunya tujuan dakwah amar ma‟ruf nahi
munkar, maka segala amal usaha yang dimiliki
Muhammadiyah salah satunya rumah sakit, itu arahnya
kepada dakwah. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan
oleh Manajer Bimbingan Rohani bahwa “Karena rumah
sakit ini di bawah Perserikatan Muhammadiyah dan
Muhammadiyah itu dakwah amar ma‟ruf nahi munkar,
maka segala amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah
tidak saja rumah sakit, pendidikan dan lain sebagainya, itu
arahnya kepada dakwah.”82
Karenanya, pengadaan Pelayanan Bimbingan Rohani
adalah bentuk implementasi dari dakwah amar ma‟ruf nahi
munkar dalam bidang kesehatan dibuktikan dengan
didirikannya rumah sakit dengan basis Islam yang di
dalamnya terdapat satu unit yang tugasnya menyampaikan
yang ma‟ruf dan berani mencegah kemunkaran sesuai
dengan profesi masing-masing, yakni unit Pelayanan
Bimbingan Rohani yang tujuannya adalah mencegah dari
perbuatan menyimpang dalam proses ikhtiar mencari
pengobatan. Hal ini sejalan dengan apa yang diutarakan
82
Wawancara dengan Widodo, S.Ag. Selaku Manajer Bimbingan Rohani di
RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 10 Juli 2020 pukul 09:30 WIB.
85
Manajer Bimbingan Rohani bahwa “rumah sakit ini dilatari
oleh kegalauan, bagaimana ada toko Islam yang meninggal
di salah satu rumah sakit di Jakarta, kemudian ada yang
akan „menyelewengkan akidahnya‟ sehingga terpikirlah
dokter Kusnadi, bagaimana kita bisa punya Rumah Sakit
yang memang itu bercorakkan Islam sehingga tidak ada
penyelewengan akidah, ada misi dakwah, kemudian itulah
cikal bakal berdiri rumah sakit dan Pelayanan bimbingan
rohani pasien.”83
Di samping dalam rangka memurnikan ajaran Islam,
adanya kebijakan Pelayanan bimbingan rohani bagi pasien
rawat inap juga didasari atas kesepakatan bersama seluruh
pendiri rumah sakit bahwa kesehatan rohani adalah satu
bagian penting dalam proses percepatan kesembuhan pasien
di samping pengobatan medis, bahkan pengobatan medis
menjadi lebih mudah ketika rohani pasien dalam keadaan
stabil, dan itu bisa diperoleh dengan pemberian Bimbingan
Rohani bagi pasien.
Sejalan dengan pendapat peneliti di awal, bahwa
kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat
Inap belum ada aturan secara yuridis, sehingga tidak semua
rumah sakit mengadakan Pelayanan Bimbingan Rohani.
Karenanya, menjadi wajar jika kebijakan setiap rumah sakit
dalam pelaksanaan pemberian Layanan Bimbingan Rohani
bagi pasien itu berbeda-beda, karena sifatnya memang
83
Wawancara dengan Widodo, S.Ag. Selaku Manajer Bimbingan Rohani di
RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 10 Juli 2020 pukul 09:40 WIB.
86
kebijakan lokal rumah sakit.
3. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien
Rawat Inap
Bimbingan Rohani pasien dilakukan oleh Pembimbing
Rohani yang telah melewati kualifikasi sesuai dengan
standar rumah sakit, dan mereka bertindak sebagai
motivator, teman maupun ustadz bagi para pasien.
“Para Pembimbing Rohani, yang bertindak sebagai
motivator, kemudian kita tularkan kepada keluarga,
sehingga keluarganya mampu membimbing anggota
keluarganya yang sakit itu pada saat sakaratul maut. Kita
juga TOT kepada perawat, agar ketika kita tidak ada,
perawat bisa mentalqinkan pasien.”84
Adapun panduan pelaksanaan Pelayanan Bimbingan
Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ Cempaka Putih
dilaksanakan sesuai dengan keputusan Direktur Utama RSIJ
Cempak Putih dalam rangka meningkatkan mutu Pelayanan
rumah sakit sehingga perlu untuk membangun kepercayaan
pasien dan keluarga, dan upaya untuk meningkatkan mutu
Pelayanan adalah dengan disediakannya Pelayanan
Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap.
1. Sasaran Bimbingan Rohani
Secara umum, sasaran Bimbingan Rohani adalah
seluruh pasien baru yang sedang melakukan perawatan
84
Wawancara dengan Widodo, S.Ag. Selaku Manajer Bimbingan Rohani di
RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 10 Juli 2020 pukul 09:40 WIB.
87
selama minimal 1 x 12 jam, artinya selama mereka
bagian dari umat manusia, apapun agamanya tetap
mendapat Pelayanan yang sama, tentu disesuaikan
dengan agama masing-masing pasien, dengan catatan
pasien bersangkutan mau untuk diberikan Bimbingan
Rohani. Pelayanan Bimbingan Rohani diberikan
sebanyak satu kali pada setiap pasien, ada pun pasien
yang ingin dikunjungi lebih dari itu, maka bisa mengisi
form yang tersedia.
“Bimbingan diberikan lebih dari 1 kali ketika pasien
dan atau keluarga pasien meminta untuk Petugas Binroh
memberikan pencerahan. Kedua, ketika pasien
mengalami grafik turun dari sisi kesehatannya; apakah
itu sakaratul maut, kritis. Maka wajib kepada Petugas
Binroh untuk memberikan pelayanan lebih dari sekali.
Kemudian yang ketiga, ketika pasien meninggal, itu mau
tidak mau wajib diberikan Pelayanan lebih dari sekali.
Secara umum itu ada tiga sebenarnya, kalau yang
lainnya ketika kesurupan, ketika pasien membutuhkan
jawaban dari misalnya bagaimana cara berwudhu atau
thaharah dalam keadaan sakit, ketika pasien
membutuhkan konsultasi atau diskusi dari sisi
permasalahan pribadi, misalnya dia merasa punya
salah terhadap keluarganya, dan dia berpikir jangan-
jangan orang yang pernah didzolimi melakukan sesuatu
sehingga kemudian jatuh sakit berhari-hari seperti
sekarang. Biasanya itu juga dipertanyakan oleh
88
beberapa pasien.”85
Adapun jika pasien beragama non Islam, maka
pasien dapat memanggil Petugas Bimbingan Rohani dari
luar rumah sakit dengan tetap berkoordinasi dengan
Petugas Pelayanan RSIJ Cempaka Putih.
Menurut hemat peneliti, pemberian bimbingan yang
menyasar kepada seluruh pasien ini sudah tepat
dilakukan, berdasarkan teori yang dipakai dalam
penelitian ini bahwa rohani manusia umumnya adalah
sebagai substansi hidup dan pemeliharaan fitrah rohani
dalam rangka pemeliharaan dan pengembangan rohani
manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi
Bimbingan Rohani di RSIJ adalah fungsi preventif
(pencegahan). Ada pun pasien yang mendapat
bimbingan lanjutan atas dasar permintaan pasien
memiliki fungsi kuratif atau korektif, yakni
menanggulangi masalah yang sedang dihadapi pasien
baik stres, depresi dan lain sebagainya.
Selain dua fungsi yang didapatkan oleh pasien di
atas, rumah sakit juga dapat merasakan manfaat dengan
adanya pelayanan bimbingan ini, yakni fungsi promosi
atau development, karena pasar akan melihat poin yang
memiliki nilai jual yang tidak dapat dilihat dari rumah
sakit lain dan ini tentu menjadi nilai plus bagi RSIJ.
85
Wawancara dengan Rohmat Amin, S.Pd.I. Selaku Staf Pelaksana Dakwah
Pasien di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 7 Juli 2020 pukul 13:30 WIB.
89
“Adapun fungsi bagi pasiennya adalah sebagai
tahap pengenalan bagi pasien baru datang ke RS ini,
bahwa disini ada salah satu kegiatan layanan Binroh, di
level keduanya, mencoba memberikan ikhtiar yang lebih
dalam kaitan pasien bisa lebih kuat dari sisi rohani
untuk mencapai kesembuhannya.”86
“Bisa berupa fungsi promosi, karena orang-orang
pasti ingin meninggal husnul khotimah sehingga
disitulah ada pelayanan tuntunan untuk husnul
khatimah. Ketika pasien itu dalam keadaan sakaratul
maut, diharapkan petugas dapat membimbing pasien
tersebut. Dan kita memberikan arahan juga kepada
keluarga, karena kita tidak bisa menunggu pasien terus-
menerus, jadi bagaimana keluarag kita bimbing, kita
arahkan agar dapat mentalqinkan keluarganya.”87
2. Materi Bimbingan Rohani
Secara keseluruhan, materi yang disampaikan
Pembimbing rohani berdasarkan buku Tuntunan Rohani
bagi Orang Sakit yang disusun oleh Tim Pelayanan RSIJ
Cempaka Putih menurut pemahaman
keMuhammadiyahan tentang bagaimana kaifiyat-
kaifiyat orang sakit dan diberikan secara cuma-cuma
bagi seluruh pasien rawat inap, baik laki-laki maupun
perempuan. Ada pun materi yang diberikan terdiri dari
86
Wawancara dengan Rohmat Amin, S.Pd.I. Selaku Staf Pelaksana Dakwah
Pasien di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 7 Juli 2020 pukul 13:30 WIB. 87
Wawancara dengan Widodo, S.Ag. Selaku Manajer Bimbingan Rohani di
RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 10 Juli 2020 pukul 09:40 WIB.
90
empat poin besar; (1) sakit dan ikhtiar berobat, yang di
dalamnya memuat materi tentang hakikat sakit, anjuran
berobat dengan cara yang baik serta hikmah adanya
sakit. (2) tuntunan rohani bagi orang sakit, yakni lebih
banyak membahas tentang sabar, berbaik sangka kepada
Allah, ridho, raja‟ dan tawakal atau berserah diri. (3)
dzikir dan doa bagi orang sakit, pada materi ke-3 ini
lebih banyak praktiknya, seperti diajarakan macam-
macam bacaan dzikir serta keutamaannya serta diajarkan
berbagai macam doa-doa ketika sakit, di antaranya doa
mohon kesembuhan, doa minum obat, doa
menghilangkan rasa sakit, doa ketika akan dioperasi
sampai pada doa sehari-hari seperti doa makan, minum,
bangun tidur serta doa masuk dan keluar WC. (4)
Tuntunan Ibadah bagi Orang Sakit, ini lebih difokuskan
pada fiqih orang sakit seperti cara tayamum, cara-cara
shalat bagi orang sakit, hukum puasa bagi orang sakit
dan yang lainnya.
Dari sekian banyak materi yang ada dalam buku
panduan dan terbatasnya waktu dalam melakukan
bimbingan, maka materi-materi yang biasa muncul
adalah sabar, tawakal, doa, dan buku panduan itu sendiri
dengan tanpa melupakan tujuan utama dari bimbingan
itu sendiri, yakni menjaga ibadah dan dzikir pasien.
Artinya, karena keterbatasan waktu dan pembimbing
maka buku menjadi bagian dari materi yang diberikan
dalam rangka efisiensi dan efektifitas dalam
91
penyampaian materi itu sendiri.
“secara umum, dari sekian banyak poin layanan
yang harus diterima oleh pasien, itu hanya tiga yang
wajib disampaikan. Yang pertamaa adalah buku, jadi
buku menjadi bagian dari materi bimbingan, do‟a. Jadi
petugas Pelayanan pertama datang harus mendoakan,
kemudian buku wajib diberikan dan ketiga pesan sabar.
Motivasi singkat.”88
Pemberian materi ibadah pokok seperti shalat
menjadi sangat penting bagi pasien, dalam rangka
memberikan ketahanan mental spriritual yang dapat
membantu proses penyembuhan. Karenanya yang mesti
ditekankan dalam pemberian materi adalah aspek ibadah
pokoknya, yakni shalat karena ia adalah perisai terhadap
sikap-sikap buruk yang mungkin akan muncul dalam
diri pasien. Karena akan menjadi sia-sia bimbingan
sabar dan tawakal jika pasien tidak memiliki kedekatan
dengan yang Sang Maha Menyembuhkan.
Jika pasien sudah melakukan ibadah pokoknya dalam
hal ini shalat, maka pemberian materi lainnya seperti
sabar, tawakal, ikhlas, husnudzoh akan semakin mudah
dan meresap ke dalam hati pasien.
3. Metode dan Teknik Bimbingan Rohani
Kedua ilmu ini penting dipelajari dan dikuasai oleh
Pembimbing Rohani, karena ia adalah jembatan untuk
88
Wawancara dengan Rohmat Amin, S.Pd.I. Selaku Staf Pelaksana Dakwah
Pasien di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 7 Juli 2020 pukul 13:30 WIB.
92
mendekati dan menyelesaikan masalah pasien sehingga
diperoleh hasil yang memuaskan. Sebaik dan selengkap
apapun materi yang telah disusun oleh tim penyusun,
akan menjadi kurang maksimal jika Pembimbing Rohani
tidak bisa menyampaikan dengan baik dan tepat.
Metode yang dipakai Pembimbing Rohani dalam
membimbing pasien adalah metode langsung dan tidak
langsung. Metode langsung dilakukan dengan cara face
to face antara Pembimbing Rohani dan pasien dengan
teknik wawancara, ceramah dan praktik. Artinya
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
“Dengan cara langsung, face to face, karena pasti
ada pertanyaan-pertanyaan pribadi yang tentu kita
tidak bisa membimbingnya secara umum, sehingga
beban-beban psikologisnya tersampaikan. Ada juga
metodenya wawancara, lebih kekeluargaan, bagaimana
kita menjadi bagian dari pasien. Artinya kita bukan
orang asing. Kadang juga ceramah, kita kombinasikan
saja agar tidak kaku.” 89
Teknik wawancara ini dilakukan oleh semua
Pembimbing Rohani, karena sifat bimbingannya tidak
satu arah. Ada pun ceramah dilakukan ketika pasien
memang membutuhkan siraman rohani, dan praktik
dilakukan ketika pemberian materi ibadah berupa
thaharah dan shalat bagi orang sakit.
89
Wawancara dengan Rohmatulloh selaku Staf Pelaksana Dakwah Pasien di
RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 5 Juli 2020 pukul 09:00 WIB.
93
Metode tidak langsung dilakukan dengan
memberikan buku panduan orang sakit sebagai bentuk
kompensasi atas waktu dan Pembimbing yang terbatas
tersebut, juga sebagai cara agar Pelayanan Bimbingan
Rohani terlaksana dengan maksimal dalam rangka
efektifitas dan efisiensi waktu.
4. Faktor pendukung dan penghambat Pelayanan
Bimbingan Rohani
Ada banyak hal yang dapat mendukung proses
Pelayanan Bimbingan Rohani, baik dari sisi internal
maupun eksternal. Pertama, dari sisi internal.
Pelayanan Bimbingan Rohani di RSIJ ini difasilitasi
penuh oleh rumah sakit, baik dari sisi materil maupun
imateril dengan memberikan keleluasaan penuh terhadap
semua pekerjaan atau hal-hal yang berkaitan dengan
Pelayanan Bimbingan Rohani. Kedua, dari sisi eksternal.
Adanya sikap positif baik pasien maupun keluarga
pasien terhadap Pelayanan Bimbingan Rohani.
Seperti halnya faktor pendukung, faktor penghambat
pun dapat bersumber dari sisi internal dan eksternal.
Pertama, dari sisi internal. Keterbatasan jumlah Petugas
Bimbingan Rohani Pasien, sehingga dalam
Pelayanannya kadang-kadang tidak maksimal
dikarenakan jumlah pasien yang tidak berbanding lurus
dengan jumlah Petugas Bimbingan Rohani. Kedua,
faktor eksternal. Yakni pasien dan atau keluarga tidak
menyambut baik Pelayanan Bimbingan Rohani,
94
sehingga yang terjadi pembimbing hanya masuk dan
berdoa sebentar.
“Faktor penghambatnya, (1) untuk sampai kepada
maksimal pelayanan adalah kadang dalam hari tertentu
jumlah pasien lebih banyak daripada jumlah petugas,
(2) tidak semua keluarga pasien atau pasien menerima
atau berkenan untuk diberikan pelayanan secara
keruhanian, (3) jenis penyakit, yang kadang-kadang
menular yang kemudian itu menjadi pembatas
fleksibilitas dari pelayanan yang kita berikan, artinya
berjarak. Misalnya pasien membutuhkan praktik dari
berwudhu, sementara pasien tersebut berpenyakit
menular, otomatis ada jarak yang memisahkan dan itu
yang menghambat maksimla atau tidaknya pasien
memahami materi yang diberikan. Kalau faktor
pendukungnya secara umum tentu (1) keluarga memang
membutuhkan dan ghirah untuk mendapatkan
pencerahan dari sisi agama khususnya penguatan
rohani terhadap penyakit yang didera, (2) adanya buku
sebagai solusi keterbatasan waktu yang ada dengan
banyaknya materi yang harus disampaikan kepada
pasien.”90
5. Tahapan Bimbingan Rohani
a. Observasi, sebelum melakukan bimbingan,
Pembimbing Rohani mengamati terlebih dahulu
90
Wawancara dengan Rohmat Amin, S.Pd.I. Selaku Staf Pelaksana Dakwah
Pasien di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 7 Juli 2020 pukul 13:30 WIB.
95
bagaimana keadaan pasien terutama ibadahnya.
b. Identifikasi masalah, setelah mengamati
Pembimbing Rohani akan mulai mengetahui di
mana masalah pasien.
c. Visit ke tiap-tiap pasien, setelah masalah
ditemukan, maka Pembimbing Rohani mulai
mengunjungi pasien untuk memberikan materi
seputar masalah yang dihadapi pasien.
d. Evaluasi, langkah ini dilakukan satu bulan sekali
berkaitan dengan berapa jumlah total pasien
yang dikunjungi baik oleh Pembimbing laki-laki
maupun wanita, dengan tujuan agar masing-
masing poin di atas dapat ditingkatkan
kedepannya.
“Pertama kita lakukan observasi, sebelum
melakukan bimbingan, Pembimbing Rohani
mengamati terlebih dahulu bagaimana keadaan
pasien terutama ibadahnya. Setelah itu kita lihat apa
masalahnya, setelah itu kunjungan, visit ke tiap-tiap
pasien, setelah masalah ditemukan, maka
Pembimbing Rohani mulai mengunjungi pasien
untuk memberikan materi seputar masalah yang
dihadapi pasien. Dan yang terakhir evaluasi,
langkah ini dilakukan satu bulan sekali berkaitan
dengan berapa jumlah total pasien yang dikunjungi
baik oleh Pembimbing laki-laki maupun wanita,
dengan tujuan agar masing-masing poin di atas
96
dapat ditingkatkan ke depannya.”91
Dalam buku Bimbingan dan Perawatan Rohani
Islam di Rumah karya Isep Zaenal Arifin yang peneliti
gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini,
menyebutkan bahwa tahapan Bimbingan Rohani terdiri
atas lima tahap. Artinya ada satu tahap yang tidak ada
dalam pelaksanaan Bimbingan Rohani Pasien di RSIJ
ini, yakni tahap perencanaan, menurut hemat peneliti,
tahap ini sebenarnya ada, dan dibuat ketika awal
pembentukan Unit Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien,
seperti pembuatan Standar Prosedur Operasional (SPO),
yang di dalamnya memuat Tata Laksana Pelayanan
Bimbingan Rohani bagi pasien.
Yang menarik adalah pada bagian evaluasi yang
dilakukan sebulan sekali dan objek yang dievaluasi
hanya jumlah keseluruhan pasien saja. Selain terlalu
lama, kebanyakan pasien yang dirawat tidak sampai satu
bulan sehingga pasti akan banyak sekali jumlahnya.
Alangkah lebih baik jika evaluasi dilakukan 1 minggu
sekali dengan objeknya yakni perkembangan pasien
selama mendapat bimbingan, sehingga pembimbing dan
staf mengetahui apa saja yang kurang dalam seminggu
terakhir ketika melakukan bimbingan.
91
Wawancara dengan Ridwan, S.Kom.I. Selaku Koordinator Dakwah Pasien
di RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 27 Juli 2020 pukul 11:00 WIB.
97
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat inap
bukanlah suatu kewajiban rumah sakit terhadap pasien.
Ada pun dasar Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani
bagi Pasien adalah dalam rangka mengimplementasikan
tujuan dakwah Organisasi Muhammadiyah, yakni amar
ma'ruf nahi munkar dan kesepakatan bahwa kesehatan
rohani menjadi bagian penting dalam proses kesembuhan
pasien.
2. Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di
RSIJ Cempaka Putih disebut sebagai Dakwah Pasien
adalah pemberian layanan rohani dengan minimal 1 kali
dikunjungi selama melakukan perawatan di RSIJ.
3. Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di
RSIJ Cempaka Putih ini diperuntukkan bagi seluruh pasien
rawat inap baru yang telah minimal melakukan perawatan
selama 1 x 12 jam, juga diperuntukkan bagi pasien lama
jika diminta oleh pasien dan atau keluarga pasien.
4. Tujuan diadakannya Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien
adalah agar pasien dapat sabar dan menerima sakitnya
serta mengantarkan pasien agar husnul khatimah.
5. Fungsi Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien adalah
fungsi preventif dan kuratif, sedangkan bagi rumah sakit
sendiri, sebagai fungsi development.
98
6. Metode Bimbingan Rohani Pasien dilakukan dengan dua
cara, yakni metode langsung berupa praktik, yang
dilakukan ketika pemberian materi ibadah (shalat dan
tayamum) disamping itu ada materi-materi sabar, tawakal,
ikhlas, husdzon disampaikan dengan metode ceramah.
adapun metode tidak langsung melalui media buku yang
diberikan kepada setiap pasien yang dikunjungi.
7. Tahapan Bimbingan Rohani Pasien dimulai dengan
observasi pasien yang akan dikunjungi, identifikasi
masalah pasien, kemudian visit ke setiap pasien dan
terakhir melakukan evaluasi.
8. Faktor pendukung terlaksananya Bimbingan Rohani Pasien
diantaranya pertama, karena rumah sakit mendukung
penuh kegiatan bimbingan ini. kedua, respon positif dari
pasien dan atau keluarga pasien. ada pun faktor
penghambat keberhasilan Pelayanan Bimbingan Rohani
disebabkan karena pertama, faktor internal. tidak
sebandingnya jumlah pasien dengan Tenaga Bimbingan
Rohani. kedua, faktor eksternal. pasien dan atau keluarga
pasien tidak merespon dengan baik.
B. Saran
1. Bagi Manajer, perlu dilakukan perekrutan kembali
Pembimbing Rohani Pasien, agar pelaksanaan Pelayanan
Bimbingan Rohani menjadi maksimal dan pemberian
bimbingan tidak hanya sekali, namun berkelanjutan selama
pasien mendapatkan perawatan tanpa perlu mengisi
99
formulir bimbingan lanjutan yang telah disediakan.
2. Bagi Manajer Bimbingan Rohani, perlu adanya pelatihan
terkait Tata Laksana Bimbingan Rohani Pasien yang
sifatnya internal dan eksternal guna menyelaraskan metode
dan teknik penyampaian juga sebagai bentuk kaderisasi
Pembimbing Rohani Pasien.
3. Bagi Petugas Bimbingan Rohani Pasien, evaluasi kegiatan
bimbingan alangkah lebih baiknya dilakukan setiap satu
pekan dengan objek pembahasannya perkembangan pasien
yang mendapatkan Bimbingan Rohani, agar kualitas dalam
Pelayanannya semakin baik dalam waktu yang relatif
cepat.
100
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling
Islam. Jakarta: Amzah.
Anggito, Albi dan Johan Setiawan. 2018. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak.
Arifin, Isep Zaenal. 2017. Bimbingan dan Perawatan
Rohani Islam di Rumah Sakit. Bandung:
Fokusmedia.
Arifin, Samsul. 2018. Pendidikan Agama Islam.
Yogyakarta: Deepublish.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Basit, Abdul. 2017. Konseling Islam. Jakarta: Kencana.
Bramantoro, Taufan. 2017. Pengantar Klasifikasi dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan: Penjelasan
Praktis dari Undang-Undang dan Peraturan
Menteri Kesehatan. Surabaya: Airlangga
University Press.
Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: Kencana.
Fitrah, Muhammad dan Luthfiyah. 2017. Metodologi
Penelitian: Penelitian Kuantitatif Tindakan Kelas
& Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.
Helaluddin & Hengki Wijaya. 2019. Analisis Data
101
Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori dan Praktik.
Jakarta: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.
Hermawan, Iwan. 2019. Metodologi Penelitian
Pendidikan (Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed
Method). Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan.
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis
Dynamic Policy Analysis,. Yogyakarta: Gava
Media.
Irawan, Prasetyo, dkk., 2011. Metode Penelitian. Jakarta:
Penerbit Universitas Terbuka.
Karim, Adiwarman Azwar. 2009. Spritual Management.
Bandung: PT Mizan Pustaka.
Luddin, Abu Bakar M. 2010. Dasar-dasar Konseling
Tinjauan Teori dan Prakti. Bandung: Citapustaka
Media Perintis.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 2000. at-Tarbiyyah ar-
Ruuhiyyah. Jakarta: Gema Insani Press.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien.
Jakarta:Menteri Kesehatn Republik Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Musnawar, Tohari. 1992. Dasar-dasar dan Konseptual
Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII
Press.
Primayastanto, Mimit. 2016. Evapro (Evaluasi Proyek)
102
Teori dan Aplikasi pada Usaha Ikan Sidat
(Anguilla sp). Malang: UB Press.
Priyatno dan Erman Anti. 1999. Dasar-dasar Bimbingan
dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Rikomah, Setya Enti. 2017. Farmasi Rumah Sakit.
Yogyakarta: CV Budi Utama.
Said, Zainal Abidin. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta:
Yayasan Pancur Siwah.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tim Pelayanan RSIJ Cempaka Putih. 2017. Tuntunan
Rohani bagi Orang Sakit. Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih: Jakarta.
Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
WEBSITE
Kementerian kesehatan, Hak Pasien Rawat Inap, diakses
di
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/perat
uran/46%20PMK%20No.%2069%20ttg%20Kew
ajiban%20RS%20dan%20Kewajiban%20Pasien.
pdf. Pada 23 februari 2020.
Peraturan Mneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 tentang kewajiban Rumah Sakit
dan kewajiban pasien diakses di
https://www.persi.or.id. pada 1 Juli 2020.
103
Rumah Sakit Islam Jakarta, Layanan RSIJ, diakses di
https://www.rsi.co.id/fasilitas/penunjang-medis.
pada 27 Februari 2020.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan, diakses di
file:///C:/Users/user/Downloads/UU_36_2009_K
esehatan.pdf. pada 1 Juli 2020.
JURNAL
Alawiyah, Tuti, 2016. Jurnal Metode Pelayanan
Bimbingan Rohani Islam Rumah Sakit Bagi PPL
Mahasiswa Jurusan BKI (Bimbingan Konseling
Islam).
SKRIPSI
Chabibah, Indah. 2011. Skripsi Bentuk Layanan
Bimbingan Rohani Pasien dalan Membantu
Proses Kesembuhan Pasien di Layanan
Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat. Jakarta: UIN
Jakarta.
Lampiran 1
Transkrip Hasil Wawancara
Informan 1
Nama : Ridwan, S.Kom.I
Usia : 49 Tahun
Jabatan : Koordinator Dakwah Pasien dan
Pegawai
Lama bekerja : 7 Tahun
Tempat dan Tanggal wawancara : RSIJ Cempaka Putih, 27 Juni 2020
Pukul : 10.00 – 12.00 WIB.
Peneliti Untuk menjadi Pembimbing Rohani di sini, secara
manajemen, apa saja syarat-syaratnya?
Informan Diharapkan orang yang konsen dalam bidang
kerohanian atau keagamaan, orang yang mau belajar
tentang kerohanian Islam, namun lebih bagus lagi
ditunjang dengan kemampuan akademik
Peneliti Apa yang menjadi dasar adanya Pelayanan Bimbingan
Rohani?
Informan Pertama, sebab berdirinya Muhammadiyah itu oleh
karena pada waktu itu KH. Ahmad Dahlan melihat
Umat Islam cenderung mundur karena kemurnian
agama Islam Tercederai, dari situlah semua amal usaha
Muhammadiyah khususnya dalam bidang kesehatan,
ada satu unit yang tugasnya menyampaikan sesuatu
yang ma‟ruf dan berani mencegah kemunkaran sesuai
dengan profesi masing-masing. Kedua, menurut UU
yang berlaku bahwa pasien memiliki hak untuk
dikunjungi oleh seorang rohaniawan. Ketiga, setiap
manusia yang terkena musibah, ada yang kemudian
tidak siap menerima atas musibahnya, karena sifat
dasar manusia selalu mengeluh, takut dan lemah. Di
situlah kita hadir untuk memberikan support dari sisi
rohani tentang bagaimana seorang muslim menghadapi
setiap ujian dan cobaan yang menghampiri.
Peneliti Kemudian, apa tujuan dilaksanakannya Bimbingan
Rohani ini?
Informan Satu, mengeluarkan kesulitan dari sisi pasien untuk
menghadapi musibah ujian itu, akhirnya dia menerima
dengan ridho dan ikhlas. Sedangkan dari sisi
manajemen, ya semoga dakwah kita tersampaikan,
yakni ingin memurnikan ajaran-ajaran Islam.
Peneliti Jadi, seberapa penting rumah sakit ini memandang
kesehatan rohani pasien?
Informan Secara khusus, Rumah Sakit Islam yang di bawah
naungan Muhammadiyah itu sangat penting, karena
sesuai dengan arahan dari Persyarikatan
Muhammadiyah, bahwa memang tujuannya adalah
seperti yang telah saya sampaikan tadi. Sebagai Umat
Islam dan Muslim, tentu ketika dapat musibah itu
sangat penting adanya orang-orang atau seseorang yang
dapat mendampingi ketika dia menerima musibah itu
sampai kemudian, jika Allah menakdirkan sakaratul
maut, kita bisa membimbingnya bahkan sampai nanti
kematiannya kita bisa melaksanakan sebagaiman kaifiat
kaifiat yang Rasulullah ajarkan itu. Ya memandikan,
mengkafani sampai menguburkan.
Peneliti Tadi disebutkan bahwa tujuannya adalah agar pasien
ikhlas dan ridha sampai pada akhirnya pasien mau
menerima sakitnya, jadi indikator bahwa tujuan yang
tadi disebutkan telah tercapai apa pak? Bisa dilihatnya
bagaimana?
Informan Kita mengunjungi pasien ada tiga kriteria. Orang sakit
biasa(flu pilek), atau didiagnosa tifus dalam perawatan.
Kemudian ada sakit yang sifatnya kronis atau menaun
atau kemudian yang sifatnya sekarat (pasien terminal).
Nah, indikatornya, kalau yang sakit biasa, dia
mengikhlaskan, kalau dalam sikap tidak menunjukkan
gerakan-gerakan yang sifatnya tidak brutal atau muka
masam, apapun yang ada disajikan dihadapannya, dia
menerima. Kita senyum dia akan senyum, kita ajak
ngobrol banyak dia mengikuti. Seperti itu juga yang
sudah sakit menaun, dia langsung bisa mengungkapkan
semua pengalaman hidupnya, disitulah kemudian dia
ada penyesalan dan kita berbincang terus, hari
berikutnya menunjukkan muka yang cerah untuk
menghadapi masa depan, selalu senyum, ngobrol
banyak dengan kita dan menerima kita dengan baik.
Biasanya setiap kita datang mereka senang dan kalau
tidak datang dicarai cari, menanti kedatangan kita. Dan
pasien terminal lebih kepada keluarganya, unutk pasien
ini didoakan, bagaimana kita antarkan keluarga ini
menjadi menerima atas musibah itu, karena mungkin
keluarganya akan meninggalkannya. Kita menyadarkan
mereka-mereka. Kemudian jika dokter memutuskan
bahwa pasien tidak bisa diselamatkan, maka kita
mentalqinkannya, dikumpulkan semua keluarganya
untuk minta maaf satu persatu, keluarganya
membacakan Surat Yasin. Dengan tujuan agar kelak
pasien ini husnul khotimah.
Peneliti Rohani pasien seperti apa yang disasar dalam
bimbingan rohani ini?
Informan Yang mendapat bimbingan di sini adalah semua pasien
baru. Jadi begini, sebetulnya bimbingan di sini bukan
bimbingan full, artinya hanya sistem pendampingan.
Adapun kalau ada yang ingin konsultasi penuh sesuai
dengan apa yang dia hadapi itu perlu waktu yang
panjang. Dan yang penting kita lihat ibadahnya, apakah
masih shalat atau tidak, apakah dzikir atau tidak.
Peneliti Jadi, semua pasien mendapat bimbingan sekalipun
pasien tersebut ustadz misalnya?
Informan Iya betul, makanya ketika kita kunjungan, kita tidak
langsung memberikan ceramah, namun kita ajak
ngobrol terlebih dahulu, jika responnya baik maka
bimbingan akan dilanjutkan, namun jika pasien
memberi respon negatif, ya kami tidak memaksa.
Makanya pertama kita datang, kemudian tanyakan
nama pasien. Kita lihat dulu respon dia ke kita.
Peneliti Lalu, apa saja fungsi adanya pelayanan bimbingan
rohani pasien?
Informan Fungsi bimbingan rohani bagi pasien adalah sebagai
fungsi kuratif, yakni menangani masalah yang sedang
dihadapi oleh pasien, memang idealnya harus ada
fungsi pencegahan.
Peneliti Materi apa saja yang diberikan ke pasien?
Informan Ini materinya ada di sini (ditunjukkan buku pedoman
sakit untuk pasien), ada kesabaran, cara shalat tayamum
dan lain sebagainya. Dan doa-doa. Dan ini
(menunjukkan buku tuntunan Ibu hamil, melahirkan)
sehingga materinya sebagian dari sini dan sebagian
laginnya dari buku ini. Dan semua pasien baru dapat
buku itu gratis dari kita. Jadi kita menyampaikan sesuai
dengan standar bakunya, tapi kan kita punya wawasan
yang lebih luas, artinya bagaimana kita bisa menggugah
dia ini yang tadinya ga shalat jadi mau shalat.
Peneliti Kemudian, metode apa yang dipakai dalam
menyampaikan materi ini?
Informan Umumnya ceramah, kemudian jika ada yang belum
bisa shalat, tayamum, maka kita berikan contoh. Kita
pandu dan praktikkan. Jadi kita langsung ke pasien face
to face.
Peneliti Lalu bagaimana teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani
Pasien di sini?
Informan pertama, kita memeriksa daftar pasien rawat inap pada
sistem komputer RSIJ, Tandai pasien yang belum
mendapat bimbingan, Catat pada Form Pelayanan
Bimbingan Rohani untuk pasien baru masuk, Lakukan
bimbingan ke pasien. Adapun prosedur bimbingan ke
pasiennya adalah Pasien yang diberikan bimbingan
pada waktu pagi (07:00 – 14:00) adalah pasien yang
baru masuk kemarin pukul 18:00 – 12.00 hari ini,
Pasien yang diberikan bimbingan pada waktu sore
(14:00 – 21:00) adalah pasien yang baru masuk pukul
12:00 – 18:00, Pasien laki-laki dibimbing oleh
pembimbing laki-laki dan pasien perempuan dibimbing
oleh pembimbing perempuan, Pasien anak-anak usia 10
tahun ke bawah baik laki-laki maupun perempuan
dibimbing oleh pembimbing perempuan, Pasien ICU
dan HCU dibimbing oleh pembimbing laki-laki. Dan
untuk langkah-langkah visit ke pasiennya itu kita
masuk ruangan, ucapkan salam ketika masuk ruangan,
hampiri pasien yang ingin dibimbing, tanyakan kondisi
pasien bersangkutan, perkenalkan diri, maksud dan
tujuan, mulai ngobrol santai, sampai menemukan
masalah, berikan materi bimbingan, akhiri dengan doa.
Peneliti Kalau untuk tahapan sampai pada evaluasi hasil
bimbingannya seperti apa pak?
Informan Pertama kita lakukan observasi, sebelum melakukan
bimbingan, Pembimbing Rohani mengamati terlebih
dahulu bagaimana keadaan pasien terutama ibadahnya.
Setelah itu kita lihat apa masalahnya, setelah itu
kunjungan, visit ke tiap-tiap pasien, setelah masalah
ditemukan, maka Pembimbing Rohani mulai
mengunjungi pasien untuk memberikan materi seputar
masalah yang dihadapi pasien. Dan yang terakhir
evaluasi, langkah ini dilakukan satu bulan sekali
berkaitan dengan berapa jumlah total pasien yang
dikunjungi baik oleh pembimbing laki-laki maupun
wanita, dengan tujuan agar masing-masing poin di atas
dapat ditingkatkan kedepannya.
Peneliti Baik. Kemudian untuk syarat jadi Pembimbing Rohani
di sini apa saja pak?
Informan Pertama, harus sarjana agama, karena bukan ke pasien
saja tapi melibatkan teman-teman karyawan yang harus
kita bina juga. Kedua, orang yang mau belajar terutama
tentang rohani Islam.
Peneliti Pada bagian tugas Manajer Bimbingan Rohani, tertulis
bahwa tuganya adalah mengelola dan mengebangkan
fungsi al-Islam dan keMuhammadiyahan bagi
perkaderan pegawai, apakah salah satu syarat
pembimbing rohani adalah yang berlatar
Muhammadiyah juga?
Informan tidak juga, banyak yang masuk sini yang bukan
Muhammadiyah. Yang penting ketika dia masuk dia tau
Muhammadiyah itu seperti apa, isinya apa.
Komitmenya memang setelah masuk, mau ga ikut
dengan manhaj ini. Memang sih nanti ada kartu
anggota, jadi setelah masuk otomatis Muhammadiyah.
Adapun di rumah nanti yanti jadi NU, ya kita kan
gatau.
Peneliti Berarti, untuk pemberian materi bimbingan sesuai
dengan pemahaman Muhammadiyah? Ada pun jika
pasien bermanhaj lain, itu bagaimana pak? Apakah
mengikuti manhaj pasien atau bagaimana?
Informan Iya betul, sesuai dengan keputusan Majlis Tarjih, semua
kaifiyat ibadahnya mengikuti Muhammadiyah. Jafi
semua pasien kita beri bimbingan berdasarkan
pemahaman kita, adapun pasien itu berbeda, ya kita
tidak menyalahkan, dipersilakan. Artinya kita
memberitahukan bhwa ini manhaj kita, baca al-Fatihah
sir dan seperti itu kita ga maksa.
Peneliti Dari semua pembimbing rohani pasien, yang paling
sebentar atau baru adalah bapak karena baru 7 tahun di
dakwah pasien yang lainnya sudah 8 tahun bahkan ada
yang 20 tahun, berarti selama 7 tahun ini tidak ada
perekrutan tenaga Binroh pasien?
Informan Iya tidak ada, karena kami posisinya swasta penuh.
Dilihat dan kebutuhan dan sisi keuangan, pada akhirnya
diputuskan bahwa yang pensiun itu tidak diganti.
Peneliti Bapak mengatakan bahwa pasien memperoleh
bimbingan sebanyak 1 kali, itu yang wajib. Sedangkan
bimbingan sendiri berarti berkelanjutan. Lalu,
bagaimana syarat seorang pasien dapat bimbingan lebih
dari 1 kali?
Informan Jadi, sebetulnya istilah ini muncul dari dulu
„Bimbingan Rohani‟ mungkin perlu diubah nantinya,
karena dalam praktiknya kita tidak bisa kunjungan dua
tiga kali karena pasiennya sangat banyak dan tenaga
Binrohnya terbatas, ditambah akhir-akhir ini ada
sasaran mutu yang harus kita penuhi hanya satu kali
kunjungan, itu yang wajib. Adapun untuk kunjungan
selanjutnya, ini tergantung kita, artinya tergantung kita
bisa ga ke sana, karena memang pasien kita dulu-dulu
seblum Covid itu sangat banyak, apalagi perempuan.
Jadi, tidak bisa kemudain istilah bimbingan rohani
hakiki benar kita lakukan. Sebetulnya Dakwah Pasien,
artinya kita hanya memberitahukan bahwa iniloh shalat
ketika sakit, ini loh thahara ketika sakit, bahwa kita
berdakwah saja sebetulnya. Kalau membimbing kan
kesannya menuntun terus menerus. Jadi sebetulnya
kata-kata itu kurang pas, namun kata-kata itu dipakai
oleh manajemen. Artinya, Bimbingan Rohani tapi
posisinya sebagai dakwah pasien, mendakwahkan saja,
kalau pasien mau mendengar kita Alhamdulillah, kalau
tidak, ya kita ga maksa. Lain dengan konsultasi, kalau
konsultan menuntut keahlian tersendiri dan akhirnya
kita akan dievaluasi dan hasilnya harus ada kemajuan.
Tapi kan kita buka. Kita hanya dakwah dan
membimbing saja, itu pun yang mau saja. Kalau yang
masuk rumah sakit ga mau dijenguk oleh petugas
Bimbingan Rohani, itu boleh, karena itu mengacu pada
UU Hak Asasi Manusia. Jadi, menurut saya istilah itu
tepatnya dakwah pasien. Karena kita sifatnya
menyampaikan bukan membimbing terus menerus.
Adapun nanti ada bimbingan terus menerus, ya boleh
tapi mungkin tidak bisa maksimal.
Peneliti Boleh? Berarti ada yang lebih dari satu kali dapat
bimbingan pak?
Informan Ada, kalau ada pasien yang minta untuk didatangi
Pembimbing Rohani, kita sediakan form yang isinya
permintaan pasien, permintaan Cyto. Ada empat item
yang kita datangi, (1) apabila pasien itu meninggal, (2)
apabila pasien sakaratul maut, (3) apabila pasien itu
gelisah. Artinya, kita wajib datang kalau pasien yang
meminta.
Peneliti Salah satu tugas dari Kepala Urusan Pembinaan Agama
adalah pembinaan agama pegawai dan keluarganya,
pemakmuran masjid, pelayanan Binroh pasien dll.
Apakah Binroh pasien bagian dari DKM masjid? Atau
bahkan Pembimbing Rohani itu adalah DKM
Masjidnya?
Informan Dipisah, jadi DKM masjid dibawah ranting Pelayanan
Bimbingan Rohani. Adapun kepengurusannya dengan
Binroh, artinya pengawasannya oleh Binroh, dan
pelaksananya kita ambil dari karyawan-karyawan yang
lain. Dan takmir masjidnya dari ranting
Muhammadiyah. Jadi yang jadi DKM masjid bisa saja
dari luar Binroh.
Peneliti Apa saja faktor pendukung dan penghambat Pelayanan
Bimbingan Rohani Pasien ini?
Informan Faktor pendukungnya, kita difasilitasi penuh oleh
rumah sakit, baik materil maupun moral yakni
memberikan keleluasan penuh terhadap semua
pekerjaan Pembimbing Rohani, adapun faktor
penghambatnya adalah keterbatasan Binroh, sehingga
bekerja kurang maksimal, karena jumlah pasien dan
petugas tidak berbanding lurus.
Peneliti Untuk menjadi Pembimbing Rohani di sini, secara
manajemen, apa saja syarat-syaratnya?
Informan Diharapkan orang yang konsen dalam bidang
kerohanian atau keagamaan, orang yang mau belajar
tentang kerohanian Islam, namun lebih bagus lagi
ditunjang dengan kemampuan akademik
Peneliti Apa yang menjadi dasar adanya Pelayanan Bimbingan
Rohani?
Informan Pertama, sebab berdirinya Muhammadiyah itu oleh
karena pada waktu itu KH. Ahmad Dahlan melihat
Umat Islam cenderung mundur karena kemurnian
agama Islam Tercederai, dari situlah semua amal usaha
Muhammadiyah khususnya dalam bidang kesehatan,
ada satu unit yang tugasnya menyampaikan sesuatu
yang ma‟ruf dan berani mencegah kemunkaran sesuai
dengan profesi masing-masing. Kedua, menurut UU
yang berlaku bahwa pasien memiliki hak untuk
dikunjungi oleh seorang rohaniawan. Ketiga, setiap
manusia yang terkena musibah, ada yang kemudian
tidak siap menerima atas musibahnya, karena sifat
dasar manusia selalu mengeluh, takut dan lemah. Di
situlah kita hadir untuk memberikan support dari sisi
rohani tentang bagaimana seorang muslim menghadapi
setiap ujian dan cobaan yang menghampiri.
Peneliti Kemudian, apa tujuan dilaksanakannya Bimbingan
Rohani ini?
Informan Satu, mengeluarkan kesulitan dari sisi pasien untuk
menghadapi musibah ujian itu, akhirnya dia menerima
dengan ridho dan ikhlas. Sedangkan dari sisi
manajemen, ya semoga dakwah kita tersampaikan,
yakni ingin memurnikan ajaran-ajaran Islam.
Peneliti Jadi, seberapa penting rumah sakit ini memandang
kesehatan rohani pasien?
Informan Secara khusus, Rumah Sakit Islam yang di bawah
naungan Muhammadiyah itu sangat penting, karena
sesuai dengan arahan dari Persyarikatan
Muhammadiyah, bahwa memang tujuannya adalah
seperti yang telah saya sampaikan tadi. Sebagai Umat
Islam dan Muslim, tentu ketika dapat musibah itu
sangat penting adanya orang-orang atau seseorang yang
dapat mendampingi ketika dia menerima musibah itu
sampai kemudian, jika Allah menakdirkan sakaratul
maut, kita bisa membimbingnya bahkan sampai nanti
kematiannya kita bisa melaksanakan sebagaiman kaifiat
kaifiat yang Rasulullah ajarkan itu. Ya memandikan,
mengkafani sampai menguburkan.
Peneliti Disebutkan bahwa tujuannya adalah agar pasien ikhlas
dan ridha sampai pada akhirnya pasien mau menerima
sakitnya, jadi indikator bahwa tujuan yang tadi
disebutkan telah tercapai apa pak? Bisa dilihatnya
bagaimana?
Informan Kita mengunjungi pasien ada tiga kriteria. Orang sakit
biasa(flu pilek), atau didiagnosa tifus dalam perawatan.
Kemudian ada sakit yang sifatnya kronis atau menaun
atau kemudian yang sifatnya sekarat (pasien terminal).
Nah, indikatornya, kalau yang sakit biasa, dia
mengikhlaskan, kalau dalam sikap tidak menunjukkan
gerakan-gerakan yang sifatnya tidak brutal atau muka
masam, apapun yang ada disajikan dihadapannya, dia
menerima. Kita senyum dia akan senyum, kita ajak
ngobrol banyak dia mengikuti. Seperti itu juga yang
sudah sakit menaun, dia langsung bisa mengungkapkan
semua pengalaman hidupnya, disitulah kemudian dia
ada penyesalan dan kita berbincang terus, hari
berikutnya menunjukkan muka yang cerah untuk
menghadapi masa depan, selalu senyum, ngobrol
banyak dengan kita dan menerima kita dengan baik.
Biasanya setiap kita datang mereka senang dan kalau
tidak datang dicarai cari, menanti kedatangan kita. Dan
pasien terminal lebih kepada keluarganya, unutk pasien
ini didoakan, bagaimana kita antarkan keluarga ini
menjadi menerima atas musibah itu, karena mungkin
keluarganya akan meninggalkannya. Kita menyadarkan
mereka-mereka. Kemudian jika dokter memutuskan
bahwa pasien tidak bisa diselamatkan, maka kita
mentalqinkannya, dikumpulkan semua keluarganya
untuk minta maaf satu persatu, keluarganya
membacakan Surat Yasin. Dengan tujuan agar kelak
pasien ini husnul khotimah.
Peneliti Rohani pasien seperti apa yang disasar dalam
Bimbingan Rohani ini?
Informan Yang mendapat bimbingan di sini adalah semua pasien
baru. Jadi begini, sebetulnya bimbingan di sini bukan
bimbingan full, artinya hanya sistem pendampingan.
Adapun kalau ada yang ingin konsultasi penuh sesuai
dengan apa yang dia hadapi itu perlu waktu yang
panjang. Dan yang penting kita lihat ibadahnya, apakah
masih shalat atau tidak, apakah dzikir atau tidak.
Peneliti Jadi, semua pasien mendapat bimbingan sekalipun
pasien tersebut ustadz misalnya?
Informan Iya betul, makanya ketika kita kunjungan, kita tidak
langsung memberikan ceramah, namun kita ajak
ngobrol terlebih dahulu, jika responnya baik maka
bimbingan akan dilanjutkan, namun jika pasien
memberi respon negatif, ya kami tidak memaksa.
Makanya pertama kita datang, kemudian tanyakan
nama pasien. Kita lihat dulu respon dia ke kita.
Peneliti Lalu, apa saja fungsi adanya Pelayanan Bimbingan
Rohani pasien?
Informan Fungsi Bimbingan Rohani bagi pasien adalah sebagai
fungsi kuratif, yakni menangani masalah yang sedang
dihadapi oleh pasien, memang idealnya harus ada
fungsi pencegahan.
Peneliti Materi apa saja yang diberikan ke pasien?
Informan Ini materinya ada di sini (ditunjukkan buku pedoman
sakit untuk pasien), ada kesabaran, cara shalat tayamum
dan lain sebagainya. Dan doa-doa. Dan ini
(menunjukkan buku tuntunan Ibu hamil, melahirkan)
sehingga materinya sebagian dari sini dan sebagian
laginnya dari buku ini. Dan semua pasien baru dapat
buku itu gratis dari kita. Jadi kita menyampaikan sesuai
dengan standar bakunya, tapi kan kita punya wawasan
yang lebih luas, artinya bagaimana kita bisa menggugah
dia ini yang tadinya ga shalat jadi mau shalat.
Peneliti Kemudian, metode apa yang dipakai dalam
menyampaikan materi ini?
Informan Umumnya ceramah, kemudian jika ada yang belum
bisa shalat, tayamum, maka kita berikan contoh. Kita
pandu dan praktikkan. Jadi kita langsung ke pasien face
to face.
Peneliti Lalu bagaimana teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani
Pasien di sini?
Informan pertama, kita memeriksa daftar pasien rawat inap pada
sistem komputer RSIJ, Tandai pasien yang belum
mendapat bimbingan, Catat pada form Pelayanan
Bimbingan Rohani untuk pasien baru masuk, Lakukan
bimbingan ke pasien. Adapun prosedur bimbingan ke
pasiennya adalah Pasien yang diberikan bimbingan
pada waktu pagi (07:00 – 14:00) adalah pasien yang
baru masuk kemarin pukul 18:00 – 12.00 hari ini,
Pasien yang diberikan bimbingan pada waktu sore
(14:00 – 21:00) adalah pasien yang baru masuk pukul
12:00 – 18:00, Pasien laki-laki dibimbing oleh
Pembimbing laki-laki dan pasien perempuan dibimbing
oleh Pembimbing perempuan, Pasien anak-anak usia 10
tahun ke bawah baik laki-laki maupun perempuan
dibimbing oleh Pembimbing perempuan, Pasien ICU
dan HCU dibimbing oleh Pembimbing laki-laki. Dan
untuk langkah-langkah visit ke pasiennya itu kita
masuk ruangan, ucapkan salam ketika masuk ruangan,
hampiri pasien yang ingin dibimbing, tanyakan kondisi
pasien bersangkutan, perkenalkan diri, maksud dan
tujuan, mulai ngobrol santai, sampai menemukan
masalah, berikan materi bimbingan, akhiri dengan doa.
Peneliti Kalau untuk tahapan sampai pada evaluasi hasil
bimbingannya seperti apa pak?
Informan Pertama kita lakukan observasi, sebelum melakukan
bimbingan, Pembimbing Rohani mengamati terlebih
dahulu bagaimana keadaan pasien terutama ibadahnya.
Setelah itu kita lihat apa masalahnya, setelah itu
kunjungan, visit ke tiap-tiap pasien, setelah masalah
ditemukan, maka Pembimbing Rohani mulai
mengunjungi pasien untuk memberikan materi seputar
masalah yang dihadapi pasien. Dan yang terakhir
evaluasi, langkah ini dilakukan satu bulan sekali
berkaitan dengan berapa jumlah total pasien yang
dikunjungi baik oleh Pembimbing laki-laki maupun
wanita, dengan tujuan agar masing-masing poin di atas
dapat ditingkatkan kedepannya.
Peneliti Baik. Kemudian untuk syarat jadi Pembimbing Rohani
di sini apa saja pak?
Informan Pertama, harus sarjana agama, karena bukan ke pasien
saja tapi melibatkan teman-teman karyawan yang harus
kita bina juga. Kedua, orang yang mau belajar terutama
tentang rohani Islam.
Peneliti Pada bagian tugas Manajer Bimbingan Rohani, di sana
tertulis bahwa tuganya adalah mengelola dan
mengebangkan fungsi al-Islam dan
keMuhammadiyahan bagi perkaderan pegawai, apakah
salah satu syarat Pembimbing Rohani adalah yang
berlatar Muhammadiyah juga?
Informan Tidak juga, banyak yang masuk sini yang bukan
Muhammadiyah. Yang penting ketika dia masuk dia tau
Muhammadiyah itu seperti apa, isinya apa.
Komitmenya memang setelah masuk, mau ga ikut
dengan manhaj ini. Memang sih nanti ada kartu
anggota, jadi setelah masuk otomatis Muhammadiyah.
Adapun di rumah nanti yanti jadi NU, ya kita kan tidak
tahu.
Peneliti Berarti, untuk pemberian materi bimbingan sesuai
dengan pemahaman Muhammadiyah? Ada pun jika
pasien bermanhaj lain, itu bagaimana pak? Apakah
mengikuti manhaj pasien atau bagaimana?
Informan Iya betul, sesuai dengan Keputusan Majlis Rarjih,
semua kaifiyat ibadahnya mengikuti Muhammadiyah.
Jadi, semua pasien kita beri bimbingan berdasarkan
pemahaman kita, adapun pasien itu berbeda, ya kita
tidak menyalahkan, dipersilakan. Artinya kita
memberitahukan bahwa ini manhaj kita, baca al-Fatihah
sir dan seperti itu kita tidak memaksa.
Peneliti Dari semua Pembimbing Rohani Pasien, yang paling
sebentar atau baru adalah bapak karena baru 7 tahun di
dakwah pasien yang lainnya sudah 8 tahun bahkan ada
yang 20 tahun, berarti selama 7 tahun ini tidak ada
perekrutan tenaga Pelayanan Pasien?
Informan Iya tidak ada, karena kami posisinya swasta penuh.
Dilihat dan kebutuhan dan sisi keuangan, pada akhirnya
diputuskan bahwa yang pensiun itu tidak diganti.
Peneliti Bapak mengatakan bahwa pasien memperoleh
bimbingan sebanyak 1 kali, itu yang wajib. Sedangkan
bimbingan sendiri berarti berkelanjutan. Lalu,
bagaimana syarat seorang pasien dapat bimbingan lebih
dari 1 kali?
Informan Jadi, sebetulnya istilah ini muncul dari dulu
„Bimbingan Rohani‟ mungkin perlu diubah nantinya,
karena dalam praktiknya kita tidak bisa kunjungan dua
tiga kali karena pasiennya sangat banyak dan tenaga
Pelayanannya terbatas, ditambah akhir-akhir ini ada
sasaran mutu yang harus kita penuhi hanya satu kali
kunjungan, itu yang wajib. Adapun untuk kunjungan
selanjutnya, ini tergantung kita, artinya tergantung kita
bisa ga ke sana, karena memang pasien kita dulu-dulu
sebelum Covid itu sangat banyak, apalagi perempuan.
Jadi, tidak bisa kemudain istilah Bimbingan Rohani
hakiki benar kita lakukan. Sebetulnya Dakwah Pasien,
artinya kita hanya memberitahukan bahwa iniloh shalat
ketika sakit, ini loh thahara ketika sakit, bahwa kita
berdakwah saja sebetulnya. Kalau membimbing
terkesan menuntun terus menerus. Jadi sebetulnya kata-
kata itu kurang pas, namun kata-kata itu dipakai oleh
manajemen. Artinya, bimbingan rohani tapi posisinya
sebagai dakwah pasien, mendakwahkan saja, kalau
pasien mau mendengar kita Alhamdulillah, kalau tidak,
kita tidak memaksa. Lain dengan konsultasi, kalau
konsultan menuntut keahlian tersendiri dan akhirnya
kita akan dievaluasi dan hasilnya harus ada kemajuan.
1
Tapi kan kita buka. Kita hanya dakwah dan
membimbing saja, itu pun yang mau saja. Kalau yang
masuk rumah sakit ga mau dijenguk oleh Petugas
Bimbingan Rohani, itu boleh, karena itu mengacu pada
UU Hak Asasi Manusia. Jadi, menurut saya istilah itu
tepatnya dakwah pasien. Karena kita sifatnya
menyampaikan bukan membimbing terus menerus.
Adapun nanti ada bimbingan terus menerus, ya boleh
tapi mungkin tidak bisa maksimal.
Peneliti Boleh? Berarti ada yang lebih dari satu kali dapat
bimbingan pak?
Informan Ada, kalau ada pasien yang minta untuk didatangi
Pembimbing Rohani, kita sediakan form yang isinya
permintaan pasien, permintaan Cyto. Ada empat item
yang kita datangi, (1) apabila pasien itu meninggal, (2)
apabila pasien sakaratul maut, (3) apabila pasien itu
gelisah. Artinya, kita wajib datang kalau pasien yang
meminta.
Peneliti Salah satu tugas dari Kepala Urusan Pembinaan Agama
adalah Pembinaan Agama Pegawai dan keluarganya,
pemakmuran masjid, Pelayanan Pelayanan Pasien dll.
Apakah Pelayanan pasien bagian dari DKM masjid?
Atau bahkan Pembimbing Rohani itu adalah DKM
Masjidnya?
Informan Dipisah, jadi DKM masjid dibawah ranting Pelayanan
Bimbingan Rohani. Adapun kepengurusannya dengan
Pelayanan, artinya pengawasannya oleh Pelayanan, dan
pelaksananya kita ambil dari karyawan-karyawan yang
lain. Dan takmir masjidnya dari ranting
Muhammadiyah. Jadi yang jadi DKM masjid bisa saja
dari luar Pelayanan.
Peneliti Apa saja faktor pendukung dan penghambat Pelayanan
Bimbingan Rohani Pasien ini?
Informan Faktor pendukungnya, kita difasilitasi penuh oleh
rumah sakit, baik materil maupun moral yakni
memberikan keleluasan penuh terhadap semua
pekerjaan Pembimbing Rohani, adapun faktor
penghambatnya adalah keterbatasan Pelayanan,
sehingga bekerja kurang maksimal, karena jumlah
pasien dan petugas tidak berbanding lurus.
Menyetujui
Informan peneliti
(Ridwan, S.Kom.I) (Krisdayanti)
Informan 2
Nama : Rohmatulloh
Usia : 41 Tahun
Jabatan : Staf Pelaksana Dakwah Pasien
Lama bekerja : 5 Tahun
Tempat dan tanggal wawancara : RSIJ Cempaka Putih, 5 Juli 2020
Pukul : 09.00 – 10.30 WIB.
Peneliti Apa itu Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien itu
pak?
Informan Di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih ada satu
unit khusus yang fokus pada pembinaan, dan nama
unitnya adalah Unit Bimbingan Rohani. Kalau kita tarik
ke atas, ada direktur namanya Bindatra (Pembinaan
Dakwah dan Citra), turun ke Binroh, di antaranya
Sumber Daya Insani, Bimbingan Rohani, pelayanan
umum dan yang lainnya. Dibawah Bindatra itu. Terus
nanti ada pencitraan termasuk RSIJ TV, radio rumah
sakit itu nyambungnya ke sana. Untuk Binroh, itu
secara umum dibagi menjadi lima sub (1) pembinaan
pegawai, dan itu stafnya khusus. (2) dakwah pasien, nah
ini lebi fokus karena memang ke pasien tujuan
utamanya. (3) konsultasi keluarga sakinah, ini untuk
umum sebagaimana pasien, biasanya bimbingan pra
nikah dan kita kerjasama dengan MCU dll.(4)
Pelayanan jenazah/ Nafsul Muthmainnah internal, (5)
Nafsul Muthmainnah eksternal.
Peneliti Menurut bapak, pentingkah rumah sakit mengadakan
Pelayanan Bimbingan Rohani?
Informan Menurut saya, sangat penting sekali. Karena ketika
orang yang dapat musibah sakit secara psikologi itu
dalam keadaan tidak stabil, oleh karenanya butuh
bimbingan rohani yang memberikan motivasi dari sisi
rohaninya. Jadi kita menyatukan antara pengobatan
medis dan pengobatan rohani, nanti penyembuhan
secara medisnya akan lebih ringan karena dari sisi
rohani sudah diberikan masukan-masukan. Dan kita
bukan saja untuk pasien yang sakit yang lebih penting
kita memberikan bimbingan sakaratul maut, mengapa?
Berapa banyak rumah sakit yang tidak ada bimbingan
rohani dan ada pasien dalam keadaan sakaratul maut itu
dibiarkan saja atau tidak diberikan Bimbingan Rohani
bahkan keluarga bingung mau ngapain, dan kalimat
talqin pun tidak mengerti, yang ada ratapan, menangis
dan lain sebagainya. Jadi, adanya Bimbingan Rohani di
sini berusaha untuk kita arahkan supaya, kalau pasien
itu Allah takdirkan meninggal maka ia meninggal dalam
keadaan husnul khatimah. Kita berharap seperti itu.
Peneliti Itu kan dari sudut pandang bapak dan agama, tapi kalau
misalkan dari pemerintah sendiri, adakah anjuran bahwa
rumah sakit harus mengadakan Pelayanan Bimbingan
Rohani di samping pelayanan medis?
Informan Kalau secara tertulis itu saya belum menemukan, namun
beberapa rumah sakit besar, pernah mengadakan studi
banding ke RS kita untuk mengadakan Binrohnya, jadi
saya kira ini sangat penting sekali untuk membantu
percepatan pemulihan pasien dan sekarang di beberapa
rumah sakit sudah mulai diberlakukan Bimbingan
Rohani
Peneliti Lalu, apa fungsi manajeman dan bagi pasien sendiri
dengan adanya Binroh ini?
Informan Ini salah satu pelayanan unggulan dari rumah sakit kita,
artinya rumah sakit ini mempunyai pelayanna lebih
unuk pasien. Kan tidak semua RS ada Bimbingan
Rohani Pasien, sehingga ini menjadi nilai plus bagi kita,
ditambah kita berlabel Islam, jadi selaras dengan kita.
Dan secara tidak langsung sebagai fungsi promosi
karena ini menjadi icon rumah sakit Islam tentu ada
bimbingan rohani, dan itu di RS kita ini benar-benar
dikedepankan, jadi secara otomatis menjadi promosi
tersendiri sebagai layanan unggulan, otomatis. Padahal
ini, berdirinya rumah sakit Islam ini disemangati oleh
nilai dakwah, jadi Binroh ini benar-benar dibutuhkan di
rumah sakit ini. Dan fungsi untuk pasiennya sendiri
sangat penting sekali, karena ternyata tidak saja sakit
fisik, namun juga sakit rohani. Dan pasien sangat
mendapatkan manfaat sekali dengan adanya pelayanna
ini. Karena pasien dikuatkan ruhiyahnya. Dan ketika
motivasi terbangun, maka proses pengobatan itu lebih
cepat dalam penyembuhan pasien. Sehingga fungsinya
sebagai pencegahan dan pengobatan bagi pasien.
Karena kita tidak bisa menghilangkan rohani, sebab ia
bersanding dengan jasmani.
Peneliti Sasaran Bimbingan Rohani di sini adalah pasien yang
seperti apa?
Informan Secara umum semua pasien, di kita berlaku Sarmut,
1x12 jam pasien baru wajib dikunjungi oleh Binroh,jadi
semua pasien perawatan. Setelah itu baru ada
spesifikasinya setelah bimbingan berlanjutnya, biasanya
ada pasien-pasien khusus untuk mendapatkan support
lebih intens lagi, misalnya pasien yang sudah mulai
lemah. Sampai pada di ruang ICU lebih cenderung doa,
dan kita ajak keluarganya untuk doa bersama agar bisa
lebih tenang. Tapi, nanti ada bimbingan pasien sakaratul
maut, kita menginginkan pasien yang meninggal di RS
ini meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Jadi
semua pasien baru dikunjungi minimal satu kali dan
berhak mendapat buku bimbingan.
Peneliti Jika pasien ingin mendapat kunjungan lebih dari satu
kali, bagaimana prosesnya?
Informan Biasanya konsultasi kepada perawat dan perawatlah
yang komunikasi dengan Binroh, dan kita liat
perkembangan pasien, jika dirasa memang butuh
support maka perawat yang menghubungi kita mau
seperti apanya tetapi rata-rata sekali bimbingan saja,
paling tidak pernah bertemu dengan Petugas Binroh.
Peneliti Materi yang diberikan apa saja?
Informan Secara umum, sesuai yang ada di buku. Artinya
bimbingan sabar, tawakal, pokoknya semua yang
berhubungan dengan motivasi kepada pasien. Kalau kita
sering sampaikan bahwasannya dengan dirawatnya
pasien merupakan cara Allah untuk menggugurkan
dosa, cara Allah untuk mengangkat derajat. Tanpa
pemberian Binroh, orang akan berpikir negatif dengan
ujian seperti ini, ketika datang petugas Binroh ternyata
sisi yang dianggap negatif itu positif. Bagaimana kita
bisa merubah mindset seperti itu? itulah tugas Binroh,
mengubah mainset dari pasien itu bahwa sakit bukan
sesuatu yang negatif. Dan materi yang diberikan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien, jadi kita lihat
keadaan dan respon pasien. Artinya, dalam buku biru itu
acuan saja.
Peneliti Durasi waktu mengunjungi pasien berapa lama?
Informan Kalau itu tergantung respon pasien, jika menunjukkan
sikap positif maka akan lama, jika tidak, ya hanya
sekedarnya. Tapi secara umum cukup responsif. Dan
rata-rata durasinya 7-1 jam. Dan memang begitulah
bimbingan rohani itu, karena intinya kita ingin
memberikan kenyamanan secara rohani, jadi ga
mungkin ketika pasien sedang konsultasi terus masih
banyak pertanyaan kita putus, artinya kita tuntaskan,
dan untuk masalah waktu, kita subsidi silang saja.
Peneliti Dalam sehari bapak mengunjungi berapa pasien?
Informan Jumlah pasien kan setiap harinya naik turun, bisa
seratus pasien dalam sehari, nah berarti dibagi tiga shift
berarti sekitar tiga puluh lebih, itu bisa kita lakukan.
Dan itupun jamnya berbeda-beda. Artinya pasien bisa
dikunjungi ke hari berikutnya.
Peneliti Metode penyampaian materi kepada pasiennya seperti
apa pak?
Informan Dengan cara langsung, face to face, karena pasti ada
pertanyaan-pertanyaan pribadi yang tentu kita tidak bisa
membimbingnya secara umum, sehingga beban-beban
psikologisnya tersampaikan. Ada juga metodenya
wawancara, lebih kekeluargaan, bagaimana kita menjadi
bagian dari pasien. Artinya kita bukan orang asing.
Kadang juga ceramah, kita kombinasikan saja agar tidak
kaku.
Peneliti Bagaimana pendapat bapak terkait kebijakan Pelayanan
Binroh pasien ini?
Informan Saya apresiasi, karena manajemen sangat support
kepada kita, dan secara pribadi memang kewajiban kita
„watawa shoubil haq watawa shoubish shobr‟.
Alhamdulillah RSIJ ini justru memberikan fasilitas
kepada kita dengan cukup baik sekali.
Menyetujui
Informan Peneliti
(Rohmatulloh) (Krisdayanti)
Informan 3
Nama : Rohmat Amin, S.Pd.I
Usia : 41 Tahun
Jabatan : Staf Pelaksana Dakwah Pasien
Lama bekerja : 8 Tahun
Tempat dan tanggal wawancara :RSIJ Cempaka Putih, 7 Juli 2020
Pukul : 13.00 – 14.30 WIB.
Peneliti apa yang dimaksud dengan Pelayanan Bimbingan
Rohani pasien di rumah sakit ini?
Informan Pelayanan Bimbingan Pasien atau Bimbingan Rohani
adalah kegiatan yang terdiri dari sejumlah kalimat dan
perbuatan yang sifatnya khusus dan „unik‟ dengan
tujuan untuk mendapatkan penguatan dari sisi
psikologis sebagai bagian ihktiar untuk mendapatkan
kesembuhan; Pelayanan pasien adalah bentuk lain dari
pengobatan. Dari dulu hingga hari ini, tidak sedikit
orang yang hanya meyakini kesembuhan itu bersumber
dari obat yang diberikan dokter, semetara hampir 90%
kita dapati di RS ini, obat pasien itu bukan semata
hanya dari obat yang diberikan secara medis, tapi juga
ketenangan perasaan dan pikiran. Bukti konkritnya
adalah, banyak orang yang minum obat bertahun-tahun,
berhari-hari tapi hati kosong bahkan senantiasa kacau
dalam berpikir ternyata lambat dalam memperoleh
kesembuhan.
Peneliti Lalu sebesar apa urgensinya sampai bapak bisa
sampaikan seperti itu?
Informan Agak sulit menjawab urgensinya jika dilihat dari sisi
kacamata dunia, karena memang faktanya didapati dari
sejumlah pasien yang hanya mengandalkan obat
sebagai sarana kesembuhannya, dan pasien yang
memahami dan meyakini bahwa ketengan perasaan,
pikiran itu bagian lain dari ikhtiar kesembuhan itu
ternyata lebih banyak yang mendapatkan kesembuhan
lebih cepat.
Peneliti Apa dasar yuridis atau teologi dari adanya Pelayanan
Binroh pasien di RS ini?
Informan Awalnya mencoba mengaplikasikan, mengamalkan
nilai Qur‟an surat al-Ashr ayat 3 „aamanuu wa
„amilushs shoolihaat‟ bahwa ternyata dalam hidup ini
ada manusia yang dia membutuhkan Pelayanan
kesembuhan oleh karena sakit yang dialami tetapi tidak
berbanding lurus dengan kemampuan ekonomi, maka
kenyataan itulah yang mendorong RS ini untuk
mengakomodir ketidakmampuan orang-orang tersebut
agar mendapatkan Pelayanan medis yang sama.
Kemudian yang kedua, betapa bahwa al-Qur‟an bicara
penyakit itu datangnya dari Allah dan juga bersama
dengan kesembuhannya. Maka, ketika kesembuhan itu
dari Allah dalam tanda kutip menjadi satu perkara yang
naïf ketika kita hanya menyandarkan atau meyakini
kesembuhan itu dari dokter atau dari obat yang
diberikan olehnya. Jembatan atau kendaraan
menyampaikan teori bahwa kesembuhan dari Allah , itu
Pelayanan rohani, lewat kata-kata. Dan untuk landasan
yuridis, yang saya ketahui; mohon maaf lahir batin jika
memang salah, tidak ada landasan yang sifatnya
struktural dari pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan
kepada stakeholder-nya bahwa harus ada Bimbingan
Rohani yang anda kelola. Bukti nyatanya, yang pertama
memang tidak ditemukan peraturan pemerintahnya.
Yang kedua, juga ternyata memang tidak semua rumah
sakit di Indonesia berbungkus keagamaan Islam
ditemukan Pelayanan di dalamnya. Intinya banyak yang
rumah sakit basis kepemilikannya adalah umat Islam,
tapi ternyata tidak didapati Layanan Bimbingan Rohani
di dalamnya. Berarti itu bukti bahwa ternyata memang
menjadi suatu kebijakan atau strategi yang sifatnya
lokal. Sehingga, kebijakan lokal ini menjadi bukti atau
benang merah antara rumah sakit sebagai amal usaha di
tingkatan kelolaan harian dengan organisasi
Muhammadiyah sebagai payung organisasi dari Rumah
Sakit Islam itu. Jadi, oleh karena organisasi
Muhammadiyah itu menganggap penting Bimbingan
Rohani terhadap pasien, dimana dipahami bahwa sakit
itu menjadi salah satu jembatan menuju kematian untuk
diadakannya Layanan Bimbingan Rohani di semua
rumah sakit yang berada di bawah organisasi
Muhammadiyah
Peneliti Jadi, tujuan diadakannya Pelayanan Bimbingan Rohani
Pasien ini adalah?
Informan Dari sisi dunia; bagian dari Pelayanan medis/strategi
marketing. Dari sisi agama; sebanyak mungkin kita
hantarkan orang yang sakit, jika memang itu menjadi
jembatan kematian, pasien mendapatkan nilai husnul
khotimah
Peneliti Bapak tadi sebutkan bahwa tujuan Pelayanan sendiri
sebagai tujuan marketing, maka bisa dikatakan bahwa
fungsi Pelayanan Binroh ini adalah fungsi
development?
Informan bisa juga dikatakan seperti itu karena memang kami
RSI tidak dapat menafikkan bahwa pasar itu akan
melihat poin yang bisa dijual yang tidak didapati dari
rumah sakit lain. Adapun fungsi bagi pasiennya adalah
sebagai tahap pengenalan bagi pasien baru datang ke
RS ini, bahwa disini ada salah satu kegiatan layanan
Binroh, di level keduanya, mencoba memberikan
ikhtiar yang lebih dalam kaitan pasien bisa lebih kuat
dari sisi rohani untuk mencapai kesembuhannya.
Peneliti Bimbingan ini diberikan kepada pasien minimal 1x,
jika pasien ingin mendapatkan bimbingan lagi maka
syaratnya?
Informan Bimbingan diberikan lebih dari 1 kali ketika pasien dan
atau keluarga pasien meminta untuk petugas Pelayanan
memberikan pencerahan. Kedua, ketika pasien
mengalami grafik turun dari sisi kesehatannya; apakah
itu sakaratul maut, kritis. Maka wajib kepada Pelayanan
untuk memberikan Pelayanan lebih dari sekali.
Kemudian yang ketiga, ketika pasien meninggal, itu
mau tidak mau wajib diberikan Pelayanan lebih dari
sekali. Secara umum itu ada tiga sebenarnya, kalau
yang lainnya ketika kesurupan, ketika pasien
membutuhkan jawaban dari misalnya bagaimana cara
berwudhu atau thaharah dalam keadaan sakit, ketika
pasien membutuhkan konsultasi atau diskusi dari sisi
permasalahan pribadi, misalnya dia merasa punya salah
terhadap keluarganya, dan dia berpikir jangan-jangan
orang yang pernah didzolimi melakukan sesuatu
sehingga kemudian jatuh sakit berhari-hari seperti
sekarang. Biasanya itu juga dipertanyakan oleh
beberapa pasien.
Peneliti Apakah dengan tugas-tugas yang disebutkan di atas dan
dengan jumlah Pembimbing Rohani yang hanya 4 itu
bisa maksimal?
Informan Secara umum dapat kami katakan dengan tidak
berbanding lurusnya antara jumlah pasien dengan tugas
kewajiban yang harus diberikan, ya tentu sulit untuk
mengatakan Pelayanan yang diberikan mencapai
maksimal dan memuaskan khususnya bagi pasien dan
atau keluarga pasien, sehingga strategi yang
dikedepankan atau menjadi jalan keluar dan solusi dari
tidak berbandingnya seperti saya sebut di atas adalah
dengan memberikan buku sebagai bagian dari cara
mendapatkan nilai efektivitas atau nilai efisiensi dari
sedikitnya waktu yang dimiliki oleh karena jumlah
petugasnya sedikit dengan jumlah pasien yang banyak.
Peneliti Kita tahu bahwa RSIJ ini background-nya
Muhammadiyah, bagaimana jika pasien yang berbeda
pemahaman agama Islamnya dengan RS ini itu
bagaimana?
Informan Di sinilah dinutuhkan kepiawaian dari petugas
Pelayanan untuk mengetahui lebih dulu dari sisi basic
organisasi atau warna akidah apakah dia
Muhammadiyah atau bukan itu harus diketahui lebih
dulu oleh petugas Pelayanan. Kedua, ketika sudah
didapati bahwa memang ada perbedaan warna akidah,
lalu kemudian strategi apa yang harus dimilki oleh
petugas Pelayanan untuk menyampaikan pesan agama
kepada orang yang nyata-nyata basic-nya itu bukan
organisasi Muhammadiyah?, bagi mereka yang ketika
didatangi iu menolak untuk diberikan bimbingan
dengan cara ajaran Muhammadiyah tentu petugas
Pelayanan bijak untuk tidak melanjutkan atau
meneruskan Pelayanan dari sisi teorotis
keMuhammadiyahan kepada orang yang nyata-nyata
menolak atau tidak menerima ajaran Muhammadiyah.
Peneliti Tapi pada praktiknya ada ga yang seperti itu?
Informan Ada, mereka yang memang dari akidahnya tidak
meyakini bahkan menganggap atau menilai tidak afdhol
apa yang diajarkan petugas Pelayanan dengan
keMuhammadiyahannya dengan basic keyakinan yang
mereka miliki oleh karena berbedanya keyakinan
praktik ibadah yang biasa dilakukan kesehariannya.
Bentuknya, pertama, mereka tidak merespon dengan
respon yang positif, dari sisi wajahnya buang muka,
atau ada juga yang mengungkapkan dengan ekspresi
verbal, menolak „maaf kami tidak membutuhkan
bimbingan dari anda‟.
Peneliti Jadi tidak ada kriteria khusus agar pasien mendapat
bimbingan?
Informan Iya tidak ada spesifikasi khusus, bahwa yang berhak
untuk mendapat kunjugan dari petugas Binroh adalah
pasien yang melakukan rawat inap. Selama mereka
menjadi baian dari umat manusia walaupun berbeda
agama, itu mendapatkan layanan yang sama, tapi kata
kuncinya disaat mereka menerima layanan kita kepada
mereka.
Peneliti Berarti, ketika warna akidah pasien berbeda dengan
rumah sakit, apakah Pelayanan mengikuti warna
akidahnya ketika membimbing?
Informan Bagi sebagian teman-teman kita, ada. Dilihat dari
beberapa faktor entah dari psikologis kekeluargaan,
entah itu psikologis kebutuhan, mungkin mengikuti apa
yang menjadi kemauan atau permintaan keluarga
pasien. Misal, di Muhammadiyah itu kan tidak biasa
menyebut kata-kata sayyidina ketika berdoa atau ketika
bershalawat, tapi ketika pasien kita membutuhkan atau
yakinnnya sayyidana itu diungkapkan, maka di
belakang layar, dimungkinkan ada yang melafalkan
kata sayyidina itu demi untuk memberikan kepuasan
secara rohani sehingga kemudian muncul satu
keyakinan atau fadhoil yang bisa didapat, dirasakan
oleh pasien. Tapi batasnnya ya mungkin standar umum,
yang penting ketika kita sama-sama mempertuhankan
Allah dan bernabikan Nabi Muhammad , mungkin sifat
perbedaan khilafiyah yang sifatnya furuiyah, mungkin
agak fleksibel untuk dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan.
Peneliti Jika rumah sakit menerima pasien dari segala latar
organisasi agama, bagaimana dengan para Binrohnya
sendiri?
Informan Kenyataannya, untuk saya pribadi, itu saya tidak
mengetahui , tidak meyakini dan saya juga tidak
menyadari bahwa dari kecil hingga tahun 2012 ketika
saya mendaftar dan keterima di sini saya itu
Muhammadiyahkah atau bukan, namun kalau dilihat
dari sisi ritual ibadah kesehrian itu memang menajdi
bagian dari apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah.
Kecuali satu, saya pribadi biasa baca „wajjahtu‟ ketika
iftitah, sementara Muhammadiyah tidak mengakui atau
tidak menganggap sempurna bacaan itu. Intinya, bahwa
pegawai Pelayanan itu tidak semuanya berbasic
Muhammadiyah. Namun ketika di sini harus
menjalankan apa yang sudah jadi keputusan rumah
sakit. Mau tidak mau, kita mengikuti. Dari sisi hukum
adat, kita meneysuaikan dengan kebiasaan yang berlaku
di rumah yang dikunjunginya atau didatanginya,
kendati pun disebut secara implisit sifatnya agak
munafik, tapi itu memang kenyataandna nampak.
Peneliti Selanjutnya, materi apa saja yang diberikan Petugas
Binroh kepada pasien?
Informan Secara teori atau bahasan itu memang ada di buku,
Cuma kalau dilihat dari sisi poin-poin yang biasa
disampaikan itu ada materi Bimbingan Rohani itu ada
ibadah (tata cara shalat dan thaharah), sabar, tawakal,
husnudzon, sakaratul maut, husnul khotimah. Jadi kalau
di buku tuntunan rohani itu lebih kepada dalil-dalil
penguatan saja.
Peneliti Apakah semua materi ini diberikan kepada pasien?
Informan Idealnya memang diberikan semua, Cuma kembali
kepada kenyataan di awal tadi, oleh karena tidak
berbanding lurusnya antara jumlah pasien dengan
petugas Pelayanan, maka kemudian secara umum, dari
sekian banyak poin layanan yang harus diterima oleh
pasien, itu hanya tiga yang wajib disampaikan. Yang
pertamaa adalah buku, jadi buku menjadi bagian dari
materi bimbingan, do‟a. Jadi petugas Pelayanan
pertama datang harus mendoakan, kemudian buku
wajib diberikan dan ketiga pesan sabar. Motivasi
singkat. Karen akalau untuk bimbingan thaharah
dengan tayamum itu kan sifatnya tidak semua pasien
membutuhkannya, karena ada sebagian pasien yang
sudah bisa dan mengerti.
Peneliti Setiap pasien diberikan waktu berapa lama untuk
menerima bimbingan?
Informan Durasi yang diterima oleh pasien amat sangta
tergantung atau dipengaruhi dengan jumlah pasien yang
hadir dengan durasi tugas petugas Binroh. Pada
prinsipnya fleksibel. Kalau memang pasiennya sedikit,
maka petugas pasien akan memberikan layanan
sepenuhnya, sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
pasien. Misalnya, ketika memang didapati pasien mau
bertanya, maka mau tidak mau, ketika jumlah pasien
sedikit maka berapapun pertanyaan yang muncul dari
pasien itu wajib dijawab, sehingga ada yang setengah
jam, ada yang satu jam. Tapi ada juga pasien yang
memang menujukkan bahasa tubuh yang memang tidak
berkenan untuk lama-lama dikunjungi, maka kadang-
kadang 3-5 menit saja. Jadi sifatnya, petugas melihat
kebutuhan dari pasien itu. Singkat kata, pasien yang
menentukan berapa lama layanan bimbingan itu harus
diberikan.
Peneliti Metode penyampainnya seperti apa?
Informan Metode disesuaikan dengan pasien, kalau kita bicara
dengan judul besar mengajar atau menyampaikan ilmu,
itukan disesuaikan dengan sifat materi yang diberikan.
Jadi kalau materi thaharah dan bimbingan shalat dalam
keadaan sakit, ya tentu metodenya praktik. Kemudian
kalau materinya tentang sabar, husnudzon tentu itu
sifatnya teori, startegi penyampaiannya dengan teori.
Berarti secara umum teori dan praktik.
Peneliti Faktor penghambat dan pendukung Pelayanan Binroh
Pasien ini apa saja pak?
Informan Faktor penghambatnya, (1) untuk sampai kepada
maksimal Pelayanan adalah kadang dalam hari tertentu
jumlah pasien lebih banyak daripada jumlah petugas,
(2) tidak semua keluarga pasien atau pasien menerima
atau berkenan untuk diberikan Pelayanan secara
keruhanian, (3) jenis penyakit, yang kadang-kadang
menular yang kemudian itu menjadi pembatas
fleksibilitas dari Pelayanan yang kita berikan, artinya
berjarak. Misalnya pasien membutuhkan praktik dari
berwudhu, sementara pasien tersebut berpenyakit
menular, otomatis ada jarak yang memisahkan dan itu
yang menghambat maksimla atau tidaknya pasien
memahami materi yang diberikan.
Kalau faktor pendukungnya secara umum tentu (1)
keluarga memang membutuhkan dan ghirah untuk
mendapatkan pencerahan dari sisi agama khususnya
penguatan rohani terhadap penyakit yang didera, (2)
adanya buku sebagai solusi keterbatasan waktu yang
ada dengan banyaknya materi yang harus disampaikan
kepada pasien.
Peneliti Adakah aturan baku tentang teknis visit ke pasiennya?
Informan Kalau itu tidak ada, kita fleksibel saja, mengalir saja.
Jadi setiap petugas bisa berbeda dalam pelaksanaan
bimbingannya, bahkan doa yang disampaikannya pun
bisa berbeda. Tetapi daripada tidak ada doa yang
dijadikan standar, maka ada satu doa yang wajib untuk
dibaca oleh petugas rohani untuk pasien. Secara umum,
prinsipnya memang bebas doa apapun, atau doanya
berbahasa Indonesia.
Peneliti Bagaimana pendapat bapak terhadap kebijakan
Pelayanan Binroh Pasien ini?
Informan Sarannya, dari sisi internal, lebih khususnya dakwah
pasiennya, yang kedua dari sisi pasiennya.
Kalau dari sisi internalnya, alangkah gembiranya ketika
Menyetujui
Informan Peneliti
(Rohmat Amin, S.Pd.I) (Krisdayanti)
memang layanan bimbingan yang diberikan kepada
pasien itu ada standar baku dan itu terdokumentasi
dalam panduan, termasuk tata urutan umum, perkataan
apa yang harus diucapkan, perbuatan apa yang harus
dilakuakn ketika petugas dakwah pasien itu masuk dna
atau melewati pintu rawat inap yang hendak
dikunjungi. Sehingga bagi mereka yang baru, atau
belum berpengalaman itu tidak ngeblank. Sementara
dari sisi pasiennya bagaimana mereka bisa lebih
menerima, tapi berharap dengan segala keterbatasan
Petugas Bimbingan Rohani, baik keluarga maupun
pasien mampu untuk menunjukkan sikap yang lebih
ramah, senyumnya tidak sulit untuk dilakukan. Karena
biar bagaimana pun sesempurna apapun persiapan yang
dilakukan oleh petugas pasien, itu akan tidak punya
pengaruh yang maksimal ketika dia dihadapkan pada
situasi yang memang tidak dibayangkan ketika masuk
dan bertemu dengan pasien dan keluarga pasien.
Informan 4
Nama : Widodo, S.Ag
Usia : 51 Tahun
Jabatan : Manajer Bimbingan Rohani
Lama bekerja : 24 Tahun
Tempat dan tanggal wawancara : RSIJ Cempaka Putih, 10 Juli 2020
Pukul : 09.00 – 10.00 WIB.
Peneliti Apa yang dimaksud dengan Pelayanan Bimbingan
Rohani bagi pasien itu pak?
Informan Intinya, bagaimana kita mengingatkna kepada pasien
dikala sakit, bagaimana shalat tetap dijaga, membantu
pasien yang tidak mengerti thaharah dan shalat di
dalam sakit.
Peneliti Bagaimana urgensi Bimbingan Rohani bagi pasien?
Informan Kita menjaga bagaimana pasien agar tidak berobat
pada hal-hal yang menyimpang, kadang-kadang orang
ada kejenuhan dan mengarah pada pengobatan-
pengobatan alternatif dalam tanda kutip menyimpang.
Kalau pengobatan alternatif tidak menyimpang itu
tidak masalah. Tapi kadang-kadang ada alternatif yang
menyimpang.
Peneliti Kemudian, dasar diadakannya Pelayanan Bimbingan
Rohani di rumah sakit ini?
Informan Karena rumah sakit ini di bawah Perserikatan
Muhammadiyah dan Muhammadiyah itu dakwah amar
ma‟ruf nahi munkar, maka segala amal usaha yang
dimiliki Muhammadiyah tidak saja rumah sakit,
pendidikan dan lain sebagainya, itu arahnya kepada
dakwah. Ada pun dasar secara nasional, dulu kita
sudah tetapkan dalam SK Menteri, namun belum
terwujud. Kita berharap ada, tidak saja di RS
Muhammadiyah, tetapi di rumah sakit - rumah sakit
milik pemerintah juga ada Binroh yang memang
masuk dalam struktur. Dan di Muhammadiyah itu,
seluruhnya rumah sakit ada Pelayanan Bimbingan
Rohani dan masuk dalam struktur. Sedangkan di RS
milik pemerintah ada tenaga-tenaga bantu yang tidak
masuk dalam struktur. Itu yang kita harapkan. Waktu
itu, sekitar tahun 1999 pernah ada seminar andaikan
pelayanan Binroh ini di SKP kan, agar di setiap rumah
sakit ada Binrohis-Binrohis. Kalau di dalam
Muhammadiyah sendiri Binroh memang masuk dalam
sktruktur karena memang esensi dari Muhammadiyah
itu sendiri, yakni dakwah. Jadi, dakwah yang efektif
tidak perlu mengumpulkan orang, orang datang kita
kunjungi dan didakwahi.
Peneliti Fungsi adanya Pelayanan Bimbingan Rohani di sini
apa pak?
Informan Bisa berupa fungsi promosi, karena orang-orang pasti
ingin meninggal husnul khotimah sehingga disitulah
ada pelayanan tuntunan untuk husnul khatimah. Ketika
pasien itu dalam keadaan sakaratul maut, diharapkan
petugas dapat membimbing pasien tersebut. Dan kita
memberikan arahan juga kepada keluarga, karena kita
tidak bisa menunggu pasien terus-menerus, jadi
bagaimana keluarag kita bimbing, kita arahkan agar
dapat mentalqinkan keluarganya.
Peneliti Lalu, siapa yang bertugas membimbing pasien?
Informan Para Pembimbing Rohani, yang bertindak sebagai
motivator, kemudian kita tularkan kepada keluarga,
sehingga keluarganya mampu membimbing anggota
keluarganya yang sakit itu pada saat sakaratul maut.
Kita juga TOT kepada perawat, agar ketika kita tidak
ada, perawat bisa mentalqinkan pasien.
Peneliti Kemudian, adakah kriteria menjadi Pembimbing
Rohani Pasien di sini?
Informan Kriterianya itu minimal Aliyah, awalnya. Kemudian
bisa Bahasa Arab, baca Qur‟an, kemudian nanti
mensosialisasikan manhaj yang dipahami oleh
pimpinan pusat Muhammadiyah. Jadi kita punya
Tarjih, dan tarjih inilah yang kita sosialisasikan kepada
petugas. Bahwa Ini paham agama yang dipakai
Muhammadiyah yang harus dapat disosialisasikan
kepada pasien. Sehingga kita harapkan tidak terjadi
silang pendapat, kita mengharapkan Petugas
Bimbingan Rohani ini adalah perpanjangan tangan
Majlis Tarjih dan Majlis Tabligh untuk dapat
mensosialisasikan Islam itu kepada orang yang sakit.
Peneliti Jadi, Pembimbing Rohani harus Muhammadiyah?
Informan Tidak juga, hanya saja kami mengharapkan harus
istiqomah, jika di sini Muhammadiyah, maka di luar
pun begitu „shibghotallah‟ celupan Allah. Kita sudah
dicelupkan disini, diwarnakan dengan paham
Muhammadiyah, maka alangkah lebih baiknya di
keluarga juga dipahamkan yang sama pada istri dan
anak.
Peneliti Bagaimana sistem perekrutan untuk Pembimbing
Rohani?
Informan Sama seperti yang lainnya, melalui tes administrasi,
test kesehatan dan psikologi, tes tulis al-Islam dan
Profesi, kemudian ada wawancara agama, kita akan
melihat kemampuan bacaan al-Qur‟an , kaifiyat
shalatnya, kemudian kita kenalkan sedikit pemilik RS
ini yang terkadang para pelamar tidak tahu kalau
pemiliknya adalah Muhammadiyah. Dan kita
sampaikan kalau memang diterima harus istiqomah
untuk berMuhammadiyah, mengikuti keputusan-
keputusan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Peneliti Siapa yang membuat kebijakan Binroh ini pak?
Menyetujui
(Widodo, S.Ag)
Informan Dibuat secara aliansi dengan rumah sakit lain yang
dibawah naungan Muhammadiyah.
Peneliti Sejak kapan Pelayanan Binroh ini ada pak?
Informan Lima atau sepuluh tahun setelah RS ini berdiri, setelah
semuanya dirasa ajeg, maka mulai didirikanlah
pelayanan Binroh ini, karena memang berdirinya
rumah sakit ini dilatari oleh kegalauan, bagaimana ada
toko Islam yang meninggal di salah satu rumah sakit di
Jakarta, kemudian ada yang akan „menyelewengkan
akidahnya‟ sehingga terpikirlah dokter Kusnadi,
bagaimana kita bisa punya Rumah Sakit yang memang
itu bercorakkan Islam sehingga tidak ada
penyelewengan akidah, ada misi dakwah, kemudian
itulah cikal bakal berdiri rumah sakit dan pelayanan
bimbingan rohani pasien. Dan strukturnya mulai ada
5-10 tahun setelah rumah sakit ini berdiri. Karena ini
Muhammadiyah, jadi diserahkan ke Muhammadiyah,
maka seluruhnya itu berdasarkan manhaj yang
ditetapkan oleh Muhammadiyah sebagai gerakan
dakwah di masyarakat.
151
152
153
154
155
156
157
158
164
Gambar 11. Simulasi Pelayanan Bimbingan Rohani kepada pasien
rawat inap