KEBERFUNGSIAN SOSIAL PADA ORANG DENGAN...
Transcript of KEBERFUNGSIAN SOSIAL PADA ORANG DENGAN...
KEBERFUNGSIAN SOSIAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI YAYASAN KOMUNITAS AKSI KEMANUSIAAN INDONESIA (KAKI) KOTA DEPOK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Dini Lisnawati
1113054100047
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
ABSTRAK
Dini Lisnawati
Keberfungsian Sosial pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia (KAKI) Kota Depok, 2018
ODHA adalah singkatan dari Orang dengan HIV/AIDS, sebagaimana pengganti bahwa orang tersebut sudah secara positif terinfeksi HIV. Status ODHA menimbulkan dampak tersendiri bagi penderita dan masyarakat, yaitu dampak sosial, ekonomi dan psikologis. Teori yang digunakan yaitu teori keberfungsian sosial dengan 3 indikator kemampuan yaitu dalam memenuhi kebutuhan dasar, dalam melaksanakan peranan sosial, dan dalam menghadapi goncangan dan tekanan. Metodologi yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek yang diteliti adalah 4 informan yang merupakan orang dengan HIV/AIDS. Dari hasil penelitian bahwa keberfungsian sosial pada orang dengan HIV/AIDS di Yayasan KAKI dapat berjalan dengan baik yang dilihat dari 3 indikator, dalam memenuhi kebutuhan dasar terpenuhi karena mampu menjaga kondisi tubuh dengan pemenuhan nutrisi yang baik dan patuh minum obat ARV sebagaimana dukungan dan perhatian dari keluarga, teman, dan pendampin, kemudian dalam menjalankan peranan sosial terpenuhi karena mampu menjalankan peran yang dimainkannya, dan dalam menghadapi goncangan dan tekanan terpenuhi karena mampu menyelesaikan permaslahan yang dihadapinya.
Kata Kunci : Keberfungsian Sosial, ODHA, Yayasan KAKI
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji dan syukur
penulis haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat dan karunia-Nya dan selalu menuntun kearah yang lebih
baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
persyaratan mendapatkan gelar sarjana strata 1. Shalawat serta
salam Allah limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW
beserta para sahabatnya dan umatnya.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi inimasih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan yang
terjadi dari penulisan ini maupun materi dalam penulisan skripsi
oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki skripsi ini lebih baik, penulis akan menerima
dengan senang hati.
Dalam penyusunan lembar demi lembar skripsi ini,
penulis menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh oleh
penulis atas bantuan pihak-pihak lain yang tak ternilai dalam
membantu menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dari mulai proses penyusunan sampai dengan skripsi
ini selesai. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr, Arief Subhan, MA selaku Dewan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
ii
Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto, M.Ed, Ph. D selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Roudhonah, MA selaku
Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi,
M.Si selaku Wakil Dekan Kemahasiswaan.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial. Dan Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA
selaku Sekertaris Program Studi Kesejahteraan Sosia.
Kepada segenap Dosen-Dosen Program Studi Kesejahteraan
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membimbing,
mendidik, memberikan ilmu, dan pengalaman kepada
peneliti.
3. Bapak Muhammad Hudri, M.Ag selaku Dosen Pembimbing
Akademik Penulis.
4. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah sabar membimbing penulis dan selalu
memberikan solusi kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Untuk yang tersayang yaitu kedua orang tua penulis,
Ayahanda Endong Surya dan Ibunda Mimin Mintarsih.
Untuk Kakanda Ayu Anisa dan Kakanda Ipar Dotik Karisma
yang selalu memberikan penulis dari segi finansial hingga
selalu mendo’akan yang terbaik, dan memberi semangat
sehingga penulis termotivasi dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Tomy Soemantri dan Ibu Mulia Kustanti serta staff
Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia (KAKI)
yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian
iii
dan membantu penulis dalam mengumpulkan informasi yang
diperlukan oleh penulis dalam skripsi.
7. Untuk Anggota Dampingan di Yayasan Komunitas Aksi
Kemanusiaan Indonesia (KAKI) yang telah bersedia
berpartisipasi untuk membantu mengumpulkan informasi
yang diperlukan untuk penelitian.
8. Untuk sahabat sekaligus adik kesayangan penulis Sandan
Trias Mayangsari S.Pd yang telah, selalu mendoakan,
memberi semangat serta menjadi tempat keluh kesah penulis
sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk M. Alfa Hasyim selaku partner penulis yang selalu
setia mendengarkan keluh kesah penulis, pemberi semangat,
termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat seperjuangan Bidadari (Syifa, Fatma, Chacha, Aya,
Ayu, Putri, Praw, Risha, Oktaviani) yang telah memberi
semangat serta selalu menghibur penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Untuk Sarah dan Ayu yang selalu memberikan semangat dan
selalu menemani penulis dikala senang dan susah.
Jakarta, 12 Desember 2018
Dini Lisnawati
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Batasan Masalah ........................................................... 6
C. Rumusan Masalah ........................................................ 6
D. Tujuan Penelitian .......................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ........................................................ 7
F. Tinjauan Pustaka .......................................................... 7
G. Metode Penelitian ......................................................... 9
H. Sistematika Penulisan ................................................... 16
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................... 18
A. Keberfungsian Sosial .................................................... 18
1. Pengertian Keberfungsian Sosial .......................... 18
2. Konsep Keberfungsian Sosial ............................... 18
3. Indikator Keberfungsian Sosial ............................. 19
B. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) ............................... 30
1. Pengertian Orang dengan HIV/AIDS .................... 30
2. Permasalahan Orang dengan HIV/AIDS ............... 30
3. Antiretroviral (ARV) ............................................. 31
v
C. Oprasional Konsep Keberfungsian Sosial ODHA ........ 31
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ....................... 33
A. Latar Belakang Lembaga ............................................. 33
B. Struktur dan Organisasi ................................................ 34
C. Fungsi dan Tugas Pokok .............................................. 35
D. Program Pendampingan ............................................... 36
E. Sasaran Program Pendampingan .................................. 36
F. Kegiatan Program Pendampingan ................................ 37
G. Alur Dampingan ........................................................... 39
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITI ....................... 44
A. Kemampuan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar ........ 44
1. Kebutuhan Fisiologis .................................................... 44
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan ...................... 47
3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai .............................. 49
4. Kebutuhan Harga Diri .................................................. 52
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri .......................................... 54
B. Kemampuan dalam Melaksanakan Peranan Sosial ...... 55
1. Istilah Tentang Individu ............................................... 56
2. Istilah Tentang Perilaku ............................................... 57
3. Istilah Tentang Kedudukan Orang dan
Perilaku Kedudukan ..................................................... 61
4. Istilah Tentang Kaitan Orang dan Perilaku .................. 63
C. Kemampuan dalam Menghadapi Goncangan dan
Tekanan ........................................................................ 65
1. Indentifikasi Masalah ................................................... 65
vi
2. Penggambaran Masalah ................................................ 67
3. Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah ...................... 68
4. Implementasi Pemecahan Masalah .............................. 69
5. Evaluasi Hasil ............................................................... 71
BAB V PEMBAHASAN ........................................................ 73
A. Analisis Kemampuan dalam Memenuhi Kebutuhan
Dasar ............................................................................. 73
B. Analisis Kemampuan dalam Melaksanakan
Peranan Sosial .............................................................. 77
C. Analisis Kemampuan dalam Menghadapi Goncangan
dan Tekanan ................................................................. 80
BAB VI PENUTUP ................................................................ 84
A. Kesimpulan ................................................................... 84
B. Implikasi ....................................................................... 85
C. Saran ............................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 87
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 ........................................................................... 11
Tabel 3.1 ........................................................................... 42
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 ........................................................................ 19
Gambar 2.2 ........................................................................ 20
Gambar 2.3 ........................................................................ 32
Gambar 3.1 ........................................................................ 34
Gambar 3.2 ........................................................................ 39
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ODHA sebagaimana dalam (Nurbani 2012, 2)
merupakan singkatan dari Orang dengan HIV/AIDS, sebagai
pengganti bahwa orang tersebut sudah secara positif
didiagnosa terinfeksi HIV. Berdasarkan data yang dilansir
(Okezone 2018), data Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P) Kementerian kesehatan RI, hingga Maret
2017 tercatat jumlah penderita HIV sudah mencapai 242.699
jiwa dan penderita AIDS mencapai 87.453 jiwa, DKI Jakarta
masuk ke dalam provinsi dengan penderita HIV/AIDS
terbanyak dan pada usia produktif, yakni 20 – 29 tahun.
Data diatas menunjukkan terjadinya kecenderungan
penurunan penderita HIV/AIDS pada usia produktif yang
sebagaimana telah terdata pada tahun 2017. Bagaimana yang
tidak terdata? Tentunya hal tersebut masih menjadi misteri.
Namun, dalam memahami orang dengan HIV/AIDS bukan
hanya memahami tentang angka, tetapi memahami juga
tentang bagaimana mereka melanjutkan kehidupannya terkait
dengan bagaimana keberfungsiannya paska mereka
teridentifikasi sebagai penderita HIV/AIDS?
Dalam penelitian Pardita dan Sudibia (Pardita and
Sudibia 2016, 1), menyatakan penyakit HIV/AIDS
menimbulkan stigma tersendiri bagi penderita dan
masyarakat. Dampak sosial, ekonomi dan psikologis
dirasakan sangat mendalam seperti diungkapkan oleh
1
2
Kemensos (2011) bahwa, seseorang yang terjangkit
HIV/AIDS dapat berdampak sangat luas dalam hubungan
sosial dengan keluarga, dengan teman-teman, relasi dan
jaringan kerja akan berubah baik kuantitas maupun kualitas.
Perubahan hubungan sosial dapat berpengaruh positif atau
negatif pada setiap orang, reaksi masing-masing orang
berbeda, tergantung sampai sejauh mana hubungan orang
tersebut, terhadap yang bersangkutan. Mengenai dampak
yang dialami pada ODHA, hal tersebut membuat ODHA
kesulitan dalam mencari pekerjaan.
Seperti yang dilansir (Radio 2015), dimana ODHA
selama ini mendapat penolakan lamaran pekerjaan dan
bahkan sudah bekerjapun tetap dikeluarkan karena mengidap
HIV/AIDS, padahal sebagian besar ODHA di Kota Kupang
sekitar 60% merupakan masyarakat miskin, saat ini
diskriminasi sudah membuat komunitas ODHA sangat
terpojok.
Dengan peristiwa seperti itu, ODHA mengalami
kesulitan dalam mencari pekerjaan karena adanya
diskriminasi dari masyarakat maupun lapangan pekerjaan.
Sehingga ODHA mengalami gangguan pada perekonomian
dan tidak bisa mengontrol kesehatannya dengan baik.
Soetjiningsih (Fauziyah, Shaluhiyah, and Prabamurti
2018, 3), mengatakan bagi individu yang positif terinfeksi
HIV menjalani kehidupannya akan terasa sulit karena dari
segi fisik individu tersebut akan mengalami perubahan
berkaitan dengan perkembangan penyakitnya. Pandangan
3
dan sikap lingkungan terhadap orang yang terinfeksi HIV
yang umumnya belum bisa menerima, takut, mendapatkan
cap buruk, yang bisa berujung pada pengucilan serta
diskriminasi membuat penderita semakin stress.
Diskriminasi juga terjadi di pelayanan kesehatan
seperti artikel dalam (Muliarta 2011), diskriminasi juga
dilakukan oleh para tenaga kesehatan dimana hal tersebut
mempersulit ODHA mengakses kesehatan bahkan menolak
memberi pelayanan kesehatan ketika pasien tersebut
merupakan positif HIV/AIDS, 50% akses kesehatan dapat
berjalan apabila tenaga kesehatan benar-benar tahu tentang
HIV jika tidak maka pasien akan dioper kesana-kemari.
Pada dasarnya ODHA sangat membutuhkan tenaga
medis untuk mengontrol kesehatannya, namun dengan
peristiwa seperti pemaparan diatas ODHA tentunya tidak
bisa melakukan pemeriksaan secara rutin. Sehingga ODHA
tidak mendapat asupan obat ARV (Anti Retroviral).
Sebagaimana dalam penelitian (Mahardining 2010, 2),
menyatakan salah satu langkah penting untuk menanggulangi
HIV/AIDS yaitu dengan meningkatkan ODHA untuk patuh
minum obat Antiretroviral (ARV) dan telah membuktikan
bahwa ARV efektif menurunkan infeksi HIV dan
menemukan bahwa 80% pasien terinfeksi HIV yang minum
ARV dua kali sehari, kadar virus dalam darah tidak
terdeteksi setelah enam bulan pengobatan. Namun, dengan
adanya dikriminasi yang dialami oleh ODHA membuatnya
kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
4
Akibatnya ODHA mengalami penurunan pada kesehatannya,
sehingga tidak mampu menjalankan tugas serta peran dan
mengalami gangguan pada keberfungsian sosialnya.
Keberfungsian sosial menurut Achlis (Sefrina 2016,
145), merupakan kemampuan individu melaksanakan tugas
dan perannya dalam berinteraksi dengan situasi sosial
tertentu yang bertujuan mewujutkan nilai diri untuk
mencapai kebutuhan hidup. Keberfungsian sosial
didefinisikan juga sebagai kemampuan seseorang dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupan sesuai dengan status
sosial. Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara
ataupun bentuk usaha yang digunakan individu untuk
menjalankan peran sosial tertentu, yang harus dilaksanakan
sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat.
Perlu adanya dukungan sosial untuk ODHA terutama
dari keluarga dan teman-teman, agar ODHA tetap kuat dalam
menghadapi penyakit yang di deritanya, sehingga ODHA
tidak lagi mengalami tekanan dalam menjalani hidupnya.
Sebagaimana dalam penelitian (Nurbani 2012, 4), dimana
dukungan sosial adalah bentuk perilaku yang menumbuhkan
rasa nyaman dan membuat individu percaya bahwa individu
dihormati,dihargai, dicintai, dan orang lain bersedia
memberikan perhatian dan keamanan. Hal tersebut dapat
membantu ODHA untuk mengembalikan keberfungsian
sosial dalam menjalankan tugas serta perannya.
Salah satu lembaga proaktif yang terlibat dalam
kegiatan pemberian dukungan kepada ODHA adalah
5
Yayasan Komunikasi Aksi Kemanusian Indonesia (KAKI).
Lembaga ini dibentuk pada tahun 1999 yang fokus pada
permasalahan sosial HIV/AIDS khususnya di Depok.
Kelompok dampingan dari Yayasan ini terdiri dari tiga
profil, yaitu : transgender, gay, dan pengguna napza
(penasun). Yayasan KAKI memulai program
penjangkauannya diawal interfensi, namun kemudian seiring
waktu berkembang menjadi program pendampingan melalui
kegiatan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT).
Kegiatan ini berfungsi untuk mempermudah ODHA dalam
mengakses kesehatan dan membuat ODHA tetap aktif dan
produktif, berdasarkan hasil penjangakauan kegiatan VCT
bahwa ada kenaikan pada tahun 2013- 2015 yaitu sebanyak
322 orang kemudian mengalami penurunan pada tahun 2016
yaitu 167 orang, dan mengalami kenaikan pada tahun 2017
yaitu 258 orang dan mengalami penurunan lagi pada tahun
2018 menjadi 161 orang. Yayasan KAKI sudah
mendampingi sekitar 135 ODHA, dengan memberikan
dukungan sosial seperti pemberian kekuatan kepada para
anggota agar mereka dapat mandiri dan berfungsi kembali.
Tentunya proses yang dilakukan oleh Yayasan KAKI
bukan suatu hal yang mudah, karena begitu banyak tekanan
yang dialami oleh ODHA sebagaimana yang sudah
dipaparkan pada paragraf terdahulu. Bahwa ODHA sulit
untuk menjalankan keberfungsian sosial, maka dari itu
peneliti ingin melihat bagaimana “Keberfungsian Sosial
pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan
6
Komunitas Aksi Kemanusian Indonesia (KAKI) Kota
Depok” melalui pengkajian terhadap beberapa aspek yaitu
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, kemampuan
dalam melaksanakan peranan sosial, dan kemampuan dalam
menghadapi goncangan dan tekanan.
B. Batasan Masalah
Dengan pembahasan yang luas perlu adanya
pembatasan masalah sehingga tidak terjadi kesalah pahaman,
peneliti membatasi pembahasan hanya pada keberfungsian
sosial pada ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Yayasan
Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia kota Depok, dilihat
dari 3 aspek kemampuan yaitu memenuhi kebutuhan dasar,
melaksanakan peranan sosial, dan menghadapi goncangan
dan tekanan.
C. Rumusan Masalah
Dengan penjelasan yang sudah dipaparkan peneliti,
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana
keberfungsian sosial pada Orang dengan HIV/AIDS di
Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia kota
Depok?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menggambarkan
keberfungsian sosial pada Orang dengan HIV/AIDS di
Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia kota
Depok.
7
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Hasil dari penelitian diharapkan bisa memberikan
manfaat bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan keberfungsian sosial pada ODHA dan dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu khususnya
ilmu kesejahteraan sosial.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian juga diharapkan mampu
membantu memberikan pemikiran kepada Yayasan
Komunikasi Aksi Kemanusian Indonesia (KAKI) dan
Pemerintah Kota Depok dalam mengevaluasi program dan
mengembangkan program untuk keberfungsian sosial pada
orang dengan HIV/AIDS.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian terkait tentang orang dengan HIV/AIDS
sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti
penelitian (Pardita and Sudibia 2016, 3) “Analisis Dampak
Sosial, Ekonomi, dan Psikologis Penderita HIV/AIDS Di
Kota Denpasar”, yang memaparkan dampak yang terjadi
pada ODHA. Kemudian penelitian (Latifah and Mulyana
2017, 306–307) “Peran Pendamping Bagi Orang dengan
HIV/AIDS (ODHA)”, yang memaparkan permasalahan yang
dihadapi ODHA bukan hanya penurunan pada fisik tetapi
juga tetapi psikis dan sosialnya ikut terpengaruh dimana
ODHA menjadi sangat mudah sakit ditambah lagi dengan
stigma dari lingkungannya dan menghadapi tindakan seperti
8
pengasingan, penolakan dan diskriminasi, tentunya dengan
memiliki kondisi tidak berdaya baik dari segi fisik, psikis,
dan sosial akan berpengaruh terhadap kualitas hidupnya.
Seperti yang dipaparkan dalam penelitian (Nurbani
2012, 9) “Dukungan Sosial pada ODHA”, untuk
meningkatkan kualitas hidup ODHA tentunya diperlukan
dukungan sosial dari orang terdekat seperti keluarga dan
masyarakat, karena hal tersebut memberikan dampak positif
terhadap aspek kesehatan, psikologis, sosial, dan pekerjaan
juga berfungsi memberikan kenyamanan fisik dan psikologis
yang dapat membantu ODHA meningkatkan kesehatan
dalam mengurangi virus HIV. Namun untuk meningkatkan
kualitas hidup tidak hanya itu, patuh minum obat ARV juga
sangat berpengaruh pada kesehatan ODHA seperti penelitian
(Mahardining 2010, 2) “Hubungan antara Pengetahuan,
Motivasi, dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan terapi
ARV ODHA”, dalam pemaparannya bahwa dengan
meningkatkan ODHA untuk patuh minum obat Anti
Retroviral (ARV) yang efektif menurunkan infeksi HIV
dengan minum ARV dua kali sehari, kadar virus dalam darah
tidak terdeteksi setelah enam bulan pengobatan.
Dengan melihat dampak dan permasalahan yang
dihadapi ODHA tentunya tidaklah mudah menaikan kualitas
hidupnya, tetapi dengan keberadaaan dukungan sosial dan
kepatuhan minum obat ARV tentunya penting dipergunakan
dalam membangun keberfungsian sosial, karena dengan
9
dukungan dan rutin minum obat, ODHA dapat
meminimalisir dampak dan permaslahan yang dihadapi.
Melihat pada penelitian sebelumnya, tentunya
membahas keberfungsian sosial menjadi suatu hal yang
penting untuk diteliti, karena tidak ada yang tau pasti
bagaimana ODHA dapat menjalankan keberfungsian
sosialnya untuk itu peneliti akan mengkaji tentang
keberfungsian sosial pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
di Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia (KAKI)
Kota Depok.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Flick
dalam buku (Gunawan 2013, 81–82) yaitu keterkaitan
spesifik pada studi hubungan sosial yang berhubungan
dengan fakta dari pluralisasi dunia kehidupan. Sebagaimana
metode ini diterakpan agar dpat melihat dan memhami
subjek dan objek berdasarkan fakta yang tampil secara apa
adanya sehingga akan terungkap mengenai aktualisasi,
realitas sosial, dan persepsi sasaran penelitian. Penelitian
kualitatif dimaksudkan untuk memahami perilaku manusia,
dari kerangka acuan pelaku sendiri, yakni bagaimana pelaku
memandang menafsirkan kegiatan dari segi pendiriannya.
2. Jenis penelitian
Penelitian deskriptif menurut (J. Moleong 2009, 11)
yaitu berupa data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
10
gambar, dan bukan angka-angka. Tujuan dari penelitian
deskriptif menurut (Suryabrata 2011, 75–76) yaitu untuk
membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu.
Peneliti akan mendeskripsikan keberfungsian sosial
orang dengan HIV/AIDS berdasarkan tiga kemampuan yaitu
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, kemampuan
dalam melaksanakan peran sosial, dan kemampuan dalam
menghadapi goncangan dan tekanan.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Agustus
tahun 2018 di Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan
Indonesia (KAKI) yang beralamatkan di Jl. Curuk Agung,
Tanah Baru – Depok, Jawa Barat.
4. Teknik Pemilihan Informan
Peneliti menggunakan teknik penarikan informan
dengan teknik purposive sampling dan teknik snowball
sampling sebagaimana dijelas oleh (Martono 2010, 79),
bahwa teknik proposive sampling yang merupakan teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan dengan
teknik snowball sampling yang merupakan teknik penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel
pertama ini diminta untuk mencari sampel yang lain.
Peneliti mendapatkan informan dari pendamping
Yayasan KAKI, pendamping memberikan informasi terkait
siapa saja informan yang aktif dalam program
11
pendampingan. Informan dipilih dari tiga kelompok yaitu :
komunitas penasun (1 orang), komunitas gay (2 orang), dan
komunitas transgender/waria (1 orang), dipilihnya
berdasarkan kelompok untuk mengetahui bagaimana
keberfungsian sosial dari kelompok yang berbeda.
TABEL 1.1
No. Informan Informasi
yang dicari Metode
Juml
ah Keterangan
1. Direktur
Program
Keberfungsian
Sosial pada
ODHA di
Yayasan KAKI
Wawancara 1
Orang
Sebagai
penentu
kebijaksanaan
program di
Yayasan KAKI
2. Pendamping Wawancara 1
Orang
Sebagai
pelaksana
program di
Yayasan KAKI
3. Anggota
Dampingan
Wawancara
dan
Observasi
4
Orang
Sebagai
penerima
manfaat dari
program di
Yayasan KAKI
12
5. Sumber Data
Menurut Lofland Husaini dalam buku (J. Moleong
2009) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain, pencatatan sumber data utama
melalui wawancara atau pengamatan berperan serta
merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar dan bertanya. Sumber yang digunakan peneliti
sebagai berikut:
5.1. Sumber Data Primer
Sebagaimana dalam buku (J. Moleong 2009)
yaitu data yang diperoleh pada saat penelitian itu
berlangsung, baik melalui observasi, wawancara ataupun
dalam materi yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
5.2. Sumber Data Sekunder
Sebagaimana dalam buku (J. Moleong 2009) data
yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan untuk
mencari konsep dari teori-teori yang berhubungan
dengan penulisan skripsi ini seperti buku-buku, internet,
brosur, serta catatan yang berkaitan dengan penulisan
skripsi ini.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan untuk
dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian
ini. Teknik pengumpulan ini dilakukan dengan cara:
13
6.1. Observasi
Poerwandari dalam buku (Gunawan 2013, 143)
bahwa observasi merupakan metode yang paling dasar
dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu kita
selalu terlibat dalam proses mengamati yang mengarah
pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
Peneliti melakukan observasi pada orang dengan
HIV/AIDS di Yayasan KAKI, mengenai keberfungsian
sosial yang melihat pada kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dasar dari aspek kebutuhan fisiologis,
kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan
mencintai dan dicintai, dan kebutuhan harga diri.
Kemudian pada kemampuan dalam melaksanakan peran
sosial dari aspek tentang perilaku.
6.2. Wawancara
(Gunawan 2013, 162) berpendapat mengenai
wawancara yaitu suatu kegiatan Tanya Jawab dengan
tatap muka (face to face) antara pewawancara
(interviewer) dan yang diwawancara (interviewee)
tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara
bermaksud memperoleh persepsi, sikap, dan pola piker
dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah
yang diteliti.
Peneliti melakukan wawancara pada orang
dengan HIV/AIDS di Yayasan KAKI, mengenai
14
keberfungsian sosial yang melihat pada kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan dasar, kemampuan dalam
melaksanakan peran sosial, dan kemampuan dalam
menghadapi goncangan dan tekanan.
6.3. Studi Dokumentasi
(Gunawan 2013, 176) menyatakan studi
dokumentasi yaitu pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara, dimana penelitian akan lebih
dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen dan teknik
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari
sumber noninsani.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut (Sugiyono 2014, 244) yaitu
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Peneliti menggunakan model Miles and Huberman
dalam buku (Sugiyono 2014), yaitu :
7.1. Reduksi Data (data reduction)
Mereduksi data dalam buku (Sugiyono 2014)
berarti merangkum, memilih hal-hal yang penting, dicari
tema da polanya sehingga data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
15
7.2. Penyajian Data (data display)
Penyajian data dalam buku (Sugiyono 2014)
yaitu dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori dan sejenisnyasehingga dapat
mendisplaykan data, yang memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan aoa yang telah dipahami
tersebut.
7.3. Penarikan Kesimpulan (verification)
Penarikkan kesimpulan atau verifikasi menutur
Miles dan Huberman dalam buku (Sugiyono 2014),
kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya, akan tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.
8. Teknik Keabsahan Data
Teknik pengumpulan data triangulasi menurut
(Martono 2010, 83) dijelaskan bahwa teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, peneliti
mengunakan teriangulasi teknik menurut (Martono 2010),
yaitu menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-
16
beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui hubungan yang logis antara bagian
satu dengan bagian selanutnya serta mempermudah dalam
memahami skripsi ini, maka peneliti menguraikan
sistematika pembahasan.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti mengemukakan latar belakang
masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodelogi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini, peneliti akan membahas keberfungsian
sosial meliputi: kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
dasar, kemampuan dalam melaksanakan peranan sosial, dan
kemampuan dalam menghadapi goncangan dan tekanan.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Pada bab ini, peneliti memuat gambaran umum
Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia (KAKI)
meliputi kegiatan yang ada di Yayasan KAKI kota Depok,
Jawa Barat.
BAB IV DATA DAN TEMUAN
Pada bab ini, peneliti akan memuat data informan dari
Yayasan KAKI kota Depok berdasarkan teori yang
17
digunakan yaitu kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
dasar, kemampuan dalam melaksanakan peranan sosial, dan
kemampuan dalam menghadapi goncangan dan tekanan.
BAB V ANALISIS
Pada bab ini, peneliti melakukan analisis sesuai
dengan data dan temuan yang telah dikumpulkan oleh
peneliti di Yayasan KAKI kota Depok, Jawa Barat.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini, peneliti mengemukakan kesimpulan,
implikasi, dan saran mengenai keberfungsian sosial pada
ODHA di Yayasan KAKI kota Depok, Jawa Barat.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keberfungsian Sosial
1. Pengertian Keberfungsian Sosial
Siporin dalam buku (Fahrudin 2014, 62–63),
menyatakan bahwa keberfungsian sosial merupakan bentuk
perilaku untuk dapat melaksanakan tugas kehidupan dan
memenuhi kebutuhan mereka, sebagaimana seseornag dapat
dikatakan berfungsi apabila mampu menjalankan peranan
sosial dan melaksanakan tugas atau kegiatan yang dipandang
pokok dan diminta untuk melaksanakannya.
Menurut Barker, Dubois dan Miley dalam buku
(Suharto 2014, 146), mengungkapkan keberfungsian sosial
dapat dilihat dari kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
dasar baik diri maupun keluarga serta berkontribusi kepada
masyarakat.
Berdasarkan definisi diatas, peneliti akan
menggunakan teori keberfungsian sosial untuk mengetahui
kemampuan dalam menjalankan kehidupan khususnya pada
orang dengan HIV/AIDS (Odha).
2. Konsep Keberfungsian Sosial
(Suharto 2014, 28) mendefinisikan keberfungsian
sosial sebagai suatu kemampuan baik orang (individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat) maupun sistem sosial
(lembaga, dan jaringan sosial) dalam memenuhi kebutuhan
18
19
dasar, menjalankan peranan sosial, serta menghadapi
goncangan dan tekanan (shocks and stresses).
Gambar 2.1.
Gambar 2.1. : Konsep tentang Keberfungsian Sosial (Suharto 2014, 28).
3. Indikator Keberfungsian Sosial
Untuk melihat keberfungsian sosial, peneliti
menggunakan tiga aspek kemampuan yaitu: memenuhi
kebutuhan dasar, melaksanakan peran sosial, dan
menghadapi goncangan dan tekanan.
3.1 Kemampuan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar
Menurut Maslow dalam buku (Asmadi 2008, 2), ada
lima hierarki kebutuhan dasar manusia (five hierarchy of
Keberfungsian Sosial
Sistem Sosial Orang
Memiliki kemampuan atau kapasitas dalam
Memenuhi/merespon kebutuhan dasarnya (pendapatan, pendidikan, dan kesehatan)
Melaksanakan peran sosial sesuai dengan status dan tugas-tugasnya Menghadapi goncangan dan tekanan (misalnya, masalah
psikososial dan krisis ekonomi)
20
needs), yaitu kebutuhan fisiologis; kebutuhan keselamatan
dan keamanan; kebutuhan mencintai dan dicintai; kebutuhan
harga diri; serta kebutuhan aktualisasi diri.
Gambar 2.2.
Gambar 2.2.: Hierarki kebutuhan dasar menurut Maslow dalam
buku (Asmadi 2008, 3).
Menurut Maslow dalam buku (Asmadi 2008, 3),
seseorang dikatakan mampu memenuhi kebutuhan dasar
apabila mampu memenuhi dati tingkat awal yaitu kebutuhan
fisiologis sampai aktualisasi diri.
Peneiti menggunakan teori ini sebagaimana untuk
mengukur keberfungsian sosial pada ODHA.
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan fisiologis menurut maslow dalam buku
(Asmadi 2008, 3-4), merupakan kebutuhan yang sangat
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan Harga Diri
Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan
Kebutuhan Fisiologis
21
primer dan mutlak harus dipenuhi untuk memelihara
homeostatis biologis dan kelangsungan kehidupan bagi
tiap manusia, dimana kebutuhan ini meliputi oksigen,
cairan, nutrisi, emliminasi, istirahat, tidur, terbebas dari
rasa nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain
sebagainya.
b. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan (Self Security
Needs)
Kebutuhan keselamatan dan keamanan menurut
Maslow dalam buku (Asmadi 2008, 4), merupakan
perlindungan diri dari bahaya yang mengancam, ancaman
tersebut bisa berupa fisik seperti kimia dan bakteri juga
seperti penyakit, nyeri dan rasa cemas dan bisa berupa
lingkungan sosial seperti bekomunikasi, mengatasi
masalah, dan konsisten menjaga perilaku kepada orang
lain.
c. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai (Love and
Belongingnees Needs)
Kebutuhan mencinta dan dicintai menurut Maslow
dalam buku (Asmadi 2008, 4–5) merupakan suatu
dorongan untuk memaksimalkan memenuhi kebutuhan
dasar, kebutuhan ini meliputi dukungan, ketulusan , dan
perhatian tentunya sangat berpengaruh untuk memperkuat
seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar.
d. Kebutuhan Harga Diri (self Esteem Needs)
Kebutuhan harga diri menurut Maslow dalam buku
(Asmadi 2008, 6), mengatakan terpenuhinya kebutuhan
22
harga diri seseorang akan terlihat dari sikap penghargaan
diri sebagaimana merujuk pada penghormatan diri dan
penguatan diri, untuk memiliki harga diri yang positif
seseorang harus menghargai apapun yang telah dilakukan
dan yang akan dilakukan serta harus yakin bahwa apa
yang dilakukan benar.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs)
Kebutuhan aktualisasi diri menurut Maslow dalam
buku (Asmadi 2008, 7), merupakan kemampuan
seseorang untuk mengatur diri sehingga bebas dari
berbagai tekanan baik dari dalam maupun dari luar diri
seperti percaya diri, mampu menhadapi resiko dari
keputusan yang dibuat dan tentunya yakin pada keputusan
yang telah diambil.
3.2 Kemampuan dalam Melaksanakan Peran Sosial
Kemampuan dalam melaksanakan peranan sosial
menurut (Suharto 2014, 29) adalah suatu kapasitas untuk
dapat menjalankan tugas kehidupannya sesuai dengan status
sosialnya, seseorang dpat dikatakan berfungsi sosialnya
apabila mampu menjalankan peranannya sesuai dengan
status sosial, tugas, dan tuntutan norma lingkungan sosial.
Peranan sosial menurut (Abdulsyani 2012, 94)
merupakan suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu
dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan status
yang dimilikinya, sehingga muncul harapan yang kemudian
23
akan bersikap dan berusaha untuk mencapainya dengan cara
dan kemampuan yang dimiliki.
Biddle & Thomas dalam buku (Sarwono 2006)
membagi peristilahan menjadi 4 golongan dari teori perna
sebagai berikut:
a. Berbagai Istilah Tentang Individu
Biddle & Thomas dalam buku (Sarwono 2006) ada
dua golongan dlam interaksi sosial sebagai berikut :
1) Aktor, merupakan seseorang yang berperilaku menuruti
suatu peran tertentu
2) Target, merupakan seseorang yang mempunyai
hubungan dengan aktor dan perilakunya.
Cooley dan Mead dalam buku (Sarwono 2006)
mengatakan hubungan aktor-target akan membentuk
identitas aktor (person, self, ego) yang dipengaruhi oleh
penilaian atau sikap orang lain yang telah
digeneralisasikan aktor. Secord & Backam menambahkan
dalam buku (Sarwono 2006) bahwa aktor memiliki posisi
peran utama sedangkan target diposisi padanan dari posisi
pusat yang artinya target berperan sebagai pasangan aktor.
b. Berbagai Istilah Tentang Perilaku
Menurut Biddle & Thomas dalam buku (Sarwono
2006) istilah ini memiliki 5 kategori yaitu:
1) Expectation (Harapan)
Harapan peran dalam buku (Sarwono 2006)
sebagaimana orang lain berharap mengenai perilaku
seseorang dalam menjalankan peran yang sesuai dan
24
pantas ditunjukkan oleh seseornag yang mempunyai peran
tertentu
2) Norm (Norma)
Menurut Secord & Backman dalam buku
(Sarwono 2006) menyatakan ada beberapa jenis harapan
sebagai berikut:
a) Harapan seperti meramalkan sebagaimana menerka
suatu perilaku yang akan terjadi, biasanya hal ini
sebagaimana suges dari seseorang mengenai
perilaku yang dijalankan oleh seseorang,
b) Harapan normatif dimana perilaku ini sesuai dengan
peran yang dijalankan, seperti harapan yang tetap
ada walaupun tidak diucapkan karena memang
sudah membentuk identitas dan harapan yang
diucapkan untuk membentuk suatu indentitas
seperti yang diharapkan oleh orang lain.
3) Performance (Wujud Perilaku)
Wujud perlikau sebagaimana dalam buku
(Sarwono 2006) bahwa peran akan diwujudkan dalam
bentuk perilaku, wujud perilaku ini bukan sekedar
harapan lagi tetapi perilaku yang nyata dan berbeda-beda
saru satu aktor ke aktor lain.
4) Evaluation (Penilaian) dan Sanction (sanksi)
Biddle & Thomas dalam buku (Sarwono 2006)
penilaian dan sanksi akan didapat dari orang lain
maupun diri sendiri yang berarti bahwa penilaian dan
sanksi tersebut ditentukan oleh orang lain sehingga aktor
25
akan memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya,
peneilain dan sanksi yang didapat dari diri sendiri
berdasarkan pengetahuan mengenai harapan dan norma
masyarakat yang harus seusai.
c. Berbagai Istilah Tentang Kedudukan Orang dan
Perilaku Kedudukan
Secord & Backman dan Biddle & Thomas dalam
buku (Sarwono 2006) mendefinisikan bahwa kedudukan
dalam sekumpulan orang yang secara bersama-sama
diakui perbedaannya dari kelompok lain berdasarkan sifat
yang dimiliki, perilaku yang diperbuat, dan reaksi orang
lain terhadap mereka, hal ini bersifat jenis kelamin, suku
bangsa, dan usia yang kemudian diperinci lagi sehingga
memperolah keduduka yang lebih terbatas seperti olah
ragawan atau pemimpin juga seseorang yang memiliki
kedudukan tertentu akan digolongkan sesuai dengan
perilaku yang dimainkannya dlam berperan.
d. Berbagai Istilah tentang Kaitan Orang dan Perilaku
Biddle & Thomas dalam buku (Sarwono 2006)
menjelaskan bahwa keterkaitan dapat dibuktikan
sebagaimana orang dengan perilaku dan perilaku dengan
perilaku sebagai berikut :
1) Kriteria Kesamaan
Diferensiasi (differentiation) dalam buku (Sarwono
2006), yaitu perbedaan atau ketidaksamaan perilaku
berdasarkan norma dalam anggota kelompok sosial
tertentu,
26
Konsensus (Consensus) dlam buku (Sarwono 2006)
sebagaimana kesepakatan suatu hal tertentu yang
telah disepakati bersama berupa peskripsi, penilaian,
deskripsi, dan sanksi.
2) Derajat Saling Ketergantungan
Dijelaskan dalam buku (Sarwono 2006) derajat
saling ketergantungan akan mempengaruhi hubungan
orang-perilaku dimana adanya sifat yang memiliki
ketergantungan sangat kuat seperti ibu dan anak.
3) Gabungan antara Drajat Kesamaan dan Saling
Ketergantungan
Sebagaimana dalam buku (Sarwono 2006)
menjelaskan ada 3 faktor yaitu:
Konformitas (conformity), yaitu kesesuaian antara
perilaku seseorang dengan perilaku orang lain atau
perilaku seseorang dengan harapan ornag lain tentang
perilakunya
Penyesuaian (adjustment), yaitu didasari oleh
kesamaan antara perilaku dengan perilaku atau antara
perilaku dengan norma, maka penyesuaian didasari
oleh adanya perbedaan-perbedaan
Kecermatan (accuracy), yaitu deskripsi yang sesuai
dengan harapan-harapan tentang peran itu dan sesuai
dengan perilaku nyata yang ditunjukkan oleh orang
yang memegang peran tersebut.
27
3.3 Kemampuan dalam Menghadapi Goncangan dan
Tekanan
Kemampuan dalam menghadapi goncangan atau
tekanan sebagaimana kemampuan dalam memecahkan
masalah (problem solving). Pemecahan masalah (problem
solving) menurut Lubis dalam (Maulidya 2018), disamakan
dengan pengambilan keputusan, sementara pemecahan
masalah lebih spesifik kepada pemecahan masalah oleh
seorang konselor kepada kliennya dengan pendekatan
psikologi. Menurut Sanjaya dalam (Maulidya 2018),
pemecahan masalah (problem solving) juga diartikan
sebagai suatu proses mental dan intelektual dalam
menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan
informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan
yang tepat dan cermat.
Bransford dan Stein dalam (Patnani 2013), membagi
5 langkah dalam memecahkan masalah, sebagai berikut:
a. Indentifikasi Masalah
Sebagaimana yang dijelasakn (Patnani 2013) bahwa
indentifikasi merupakan langkah pertama dimana
seseronag diharuskan untuk memahami suatu masalah
yang sedang dialaminya, ada beberapa kondisi dimana
seseorang mengalami kesulitan dalam mengindentifikasi
masalah, seperti berikut:
28
1) Kurangnya pengalaman dalam mengindentifikasi
masalah, dimana hal ini akan melihat kemampuan
seseornag dalam menyelesaikan masalah,
2) Kurangnya pengetahuan terkait dengan masalah yang
dihadapi dan tentunya seseroang akan dapat
memhami dengan alternative solusi yang tepat dan
sesuai dengan masalah yang dihadapi,
3) Kecenderungan ingin cepat menemukan solusi,
terkadang seseorang tidak ingin membuang aktu dan
memahami masalah dengan lebih komprehensif.
b. Penggambaran Masalah
Penggambaran masalah sebagaimana dalam
(Patnani 2013) merupakan gambaran sederhana dari
masalah yang dihadapi biasanya dengan menggunakan
alat bantu seperti grafik, gambar, daftar dan sebagainya
yang berguna untuk membantu seseorang untuk
memberikan makna pada individu untuk memahami
masalah dengan benar.
c. Pemilihan strategi Pemecahan Masalah
Pemilihan strategi dalam (Patnani 2013) ketika
menghadapi suatu masalah, seseorang diharuskan
mempunyai rencana dalam memecahkan masalah tersebut
sebagaimana strategi yang sering digunakan dalam
memecahkan masalah sebagai berikut :
1) Trial and error, dengan mencoba dan melihat
hasilnya tidak berdasarkan pada prosedur atau aturan
29
tertentu, namun lebih pada melihat dan mengevaluasi
hasil dari apa yang telah dilakukan,
2) Membagi suatu masalah menjadi beberapa sub tujuan
dna memecahkannya satu demi satu sehingga
permasalahan yang harus diselesaikan menjadi lebih
kecil lingkupnya dan menjadi lebih sederhana,
3) Menggunakan analogi, yang berupaya untuk
memecahkan masalah yang kurang dipahami dengan
membandingkan masalah yang pernah dipecahkan.
d. Implementasi Pemecahan Masalah
Kunci keberhasilan dari implementasi strategi
adalah pemahaman yang benar tentang masalah tersebut,
jadi perlu dilihat kembali mengenai kesalahan tersebut
sudah dipahami dengan benar, jika ada kesalahan maka
seseornag tersebut perlu mulai lagi dari awal untuk
mengidentifikasi dan memahami masalah dengan benar
sesuai menggunakan strategi yang sudah dibuat untuk
memcahkan masalah.
e. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil dijelaskan dalam (Patnani 2013)
yang berarti evaluasi realitasmengenai strategi pemecahan
masalah yang sudah diterapkan benar-benar mampu
mengatasi masalah yang dihadapi dan perlunya seseorang
menilai strategi yang dibuat sudah sempurna atau perlu
diubah untuk tujuan yang diinginkan.
30
B. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
1. Pengertian Orang dengan HIV/AIDS
ODHA sebagaimana dalam penelitian (Latifah and
Mulyana 2017, 306) merupakan sebutan bagi orang yang
terinfeksi HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
yang menyerang sel darah putih sehingga merusak sistem
kekebalan tubuh yang tidak mampu bertahan dari gangguan
penyakit, karena sel darah putih sangat diperlukan ketika
tubuh diserang penyakit yang dapat menyebabkan AIDS
(Acquired Immune Defiency Syindrome) yang merupakan
efek dari perkembangan virus HIV, untuk menjadi AIDS
dibutuhkan waktu yang lama sekitar beberapa tahun yang
kemudian menjadi mematikan, setelah dipastikan AIDS
maka waktu hidup yang tersisa tinga beberapa tahun saja.
2. Permasalahan Orang dengan HIV/AIDS
Sebagaimana dalam penelitian (Latifah and Mulyana
2017, 307) ketika seseornag telah dinyatakan mengidap
HIV/AIDS maka bukan lagi fisik yang menurun tetapi juga
psikis dan sosialnya terpengaruh, secara fisik ODHA akan
menjadi sangat mudah terserang penyakit karena turunnya
kekebalan pada tubuh, nafsu makan berkurang yang
mengakibatkan turunnya berat badan yang bisa merubah
penampilan, kondisi fisik tersebut juga akan berpengaruh
terhadap produktifitas dalam keseharian ODHA, secara
psikis ODHA dapat melakukan stigma negatif kepada dirinya
sendiri karena HIV/AIDS memiliki citra yang menakutkan
masyarakat karena AIDS dianggap sebagai hukuman mati,
31
orang yang pertama kali terdiagnosis HIV dan AIDS akan
merasa depresi, takut, gundah dan putus asa, secara sosial
ODHA mendapatkan stigma negatif seperti pengasingan,
penolakan, diskriminasi, dan penghindaran yang
mengharuskan mereka melakukan uji coba HIV untuk
mendapat pekerjaan dan pendidikan, ODHA cenderung
memiliki kondisi yang tidak berdaya baik dari segi fisik,
psikis, dan sosial, hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap
kualitas hidupnya.
3. Antiretroviral (ARV)
Pengobatan antiretroviral (ARV) kombinasi (Karyadi
2017) merupakan terapi terbaik bagi pasien terinfeksi HIV,
tujuan utama pemberian ARV untuk menekan jumlah virus
sehingga akan meningkatkan imun pasien dan mengurangi
kematian akibat infeksi oportunistik, kepatuhan merupakan
faktor utama dalam mencapai keberhasilan pengobatan
dimana meminum obat sesuai dosis, tepat waktu, dan tidak
terputus, hal tersebut penting karena penekanan jumlah virus
yang lama dan stabil bertujuan agar system imun tubuh tetap
terjaga tinggi.
C. Oprasional Konsep Keberfungsian Sosial ODHA
Definisi oprasional dalam buku (Noor 2014, 97) yaitu
suatu bagian yang dapat mendefinisikan suatu konsep agar
dapat diukur dengan cara melihat pada indikator dari suatu
konsep tertentu.
32
Gambar 2.3
Oprasional Konsep Keberfungsian Sosial ODHA
Kemampuan dalam Memenuhi
Kebutuhan Dasar
Istilah Tentang Perilaku
Fisiologi
Keselamatan dan Keamanan
Harga Diri
Kemampuan dalam Melaksanakan
Peran Sosial
Istilah Tentang Kedudukan Orang dan
Perilaku Kedudukan
Identifikasi Masalah Istilah Tentang Individu
Mencintai dan Dicintai
Istilah Tentang Kaitan Orang dan Perilaku
Kemampuan dalam Menghadapi Goncangan
dan Tekanan
Implementasi Pemecahan Masalah
Penggambaran Masalah
Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Aktualisasi Diri Evaluasi Hasil
KEBERFUNGSIAN SOSIAL ORANG DENGAN HIV/AIDS
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Latar Belakang Lembaga
Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia
yang kemudian di singkat menjadi KAKI, dirintid pada tahun
1997 dan didedikasikan pada tahun 1999. Yang pada
awalnya merupakan kumpulan mahasiswa untuk peduli
sosial sebagaimana berkontribusi pada bencana di Indonesia,
seperti gempa dan tsunami di Aceh pada tahun 2004,
bencana gempa bumi di Sumatra Barat pada 2009, dan erupsi
pada gunung merapi di Jogjakarta pada 2010. Selama
berjalannya waktu, kemudian KAKI memulai kepedulian
pada kesehatan yang menjadi wabah dibeberapa daerah
maupun kota (“Yayasan KAKI” n.d.).
Terkait dengan isu HIV/AIDS sebagaimana
penjelasan direktur KAKI (TS, 2018), KAKI melaksanakan
penjangkauan pada komunitas beresiko dan pendampingan
terhadap orang dengan HIV/AIDS telah dilaksanakan pada
tahun 1999 dimulai dari intervensi pada anak jalanan.
Kemudian penjangkauan dan pendampingan wanita pekerja
seks dan pelanggannya dari tahun 2003 sampai 2008, dan
penjangkauan kepada kelompok yang beresiko terkena
HIV/AIDS dari tahun 2012 sampai saat ini.
Pada tanggal 24 Agustus 2015 dalam (“Yayasan
KAKI” n.d.) Komunitas Aki Kemanusiaan Indonesia
memperbaharui status Legalnya di hadapan Akta Notaris
HIZMELINA SH. dengan nomor 11, serta di sahkan oleh
33
34
kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia dengan
NOMOR AHU. 0021098.AH.01.07.TAHUN.2015:
No. Telepon : 021-77214484 / 081360242686
Website : kaki.or.id
Facebook : Yayasan KAKI
Email : [email protected]
B. Struktur Pengurusan dan Organisasi
Susunan dewan eksekutif Komunitas Aksi
Kemanusiaan Indonesia
Direktur Eksekutif : Erwan Cahyono
Direktur Program : R. Tomy Soemantri
Direktur Keuangan : Aditya Agus Hidaya
Direktur Advokasi dan Hukum : Aseandri Murad
Direktur Peng. SDM dan Kelembagaan : Inang Winarso
Struktur Dewan Eksekutif Yayasan Komunitas Aksi
Kemanusiaan Indonesia
Gambar 3.1.
Sumber Gambar 3.1.: Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan
Indonesia
DEWAN PENGURUS
DIREKTUR KEUANGAN
DIREKTUR PROGRAM
DIREKTUR ADVOKASI DAN
HUKUM
DIREKTUR PENGEMBANGAN
SDM
DEWAN EKSEKUTIF
35
C. Fungsi dan Tugas Pokok
1) Fungsi
Adapun fungsi dari Yayasan Komunitas Aksi
Kemanusiaan Indonesia diantaranya:
a. Pendampingan psikososial pada kelompok yang
termajinalkan seperti : Transgender, LSL (Gay),
Pemakai Napza Suntik (Penasun), dan Anak Jalanan.
b. Pendampingan terhadap orang dengan HIV/AIDS
(ODHA).
c. Memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan jaminan
sosial.
Kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dari
program Yayasan Aksi Kemanusiaan Indonesia (KAKI)
diantaranya :
a) Kelompok yang termajinalkan seperti : Transgender,
LSL (Gay), Pemakai Napza Suntik (Pennasun).
b) Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
c) Ibu dan anak yang terdiagnosis HIV/AIDS.
d) Anak-anak jalanan.
2) Tugas Pokok :
a. Memeberikan informasi pencegahan penularan
HIV/AIDS/IMS.
b. Mengidentifikasi anggota masyarakat yang beresiko
terinfeksi HIV/AIDS/IMS untuk diajak tes HIV dan
berobat ke Puskesmas dan Rumah Sakit yang
bekerjasama dengan Yayasan Komunitas Aksi
Kemanusiaan Indonesia.
36
c. Melibatkan ODHA dan keluarga dalam kegiatan
masyarakat.
d. Memberikan pendampingan psikososial bagi kelompok-
kelompok yang termajinalkan, baik yang telah positif
maupun yang negative terinfeksi HIV/AIDS.
Memberdayakan dan memberikan pelatihan-prlatihan
bagi kelompok-kelompok yang termajinalkan seperti :
Transgender, LSL (Gay), dan Pemakai Napza Suntik
(Penasun).
D. Program Pendampingan
Program pendampingan merupakan suatu proses
fasilitasi dimana para pendamping berperan untuk
membantu, mengarahkan dan mencari jalan terhadap
berbagai permasalahan yang dialami oleh Odha. Seperti yang
dilakukan oleh pendamping di Yayasan KAKI dengan
membantu ODHA dalam pengaksesan Obat ARV dan
membantu dalam proses pemulihan, kemudian juga sebagai
penguat untuk Odha yang mengalami tekanan psikis, fisik
dan sosial yang dialaminya dengan memberikan dukungan
sosial agar mereka mampu menjalankan peranan dan
tugasnya (MK, 2018)
E. Sasaran Program Pendampingan
Sasaran program yang saat ini sedang berjalan adalah
kelompok-kelompok yang rentan terinfeksi Virus HIV/AIDS
diantaranya adalah:
1) Kelompok Trangender
2) Kelompok Pemakai Napza Suntik (Penasun)
37
3) Kelompok LSL (Lelaki Suka Lelaki)
4) Kelompok yang mengikuti kegiatan VCT
F. Kegiatan Program Pendampingan
1) Voluntary, Counseling, and Testing (VCT)
Merupakan salah satu kegiatan dalam program
pendampingan di Yayasan KAKI yang bekerjasama dengan
Dinas Kesehatan kota Depok untuk komunitas yang
bersangkutan. kegiatan VCT dilaksanakan di kantor Yayasan
KAKI dan Puskesmas (PanMas, Beji, Cimanggis,
Sukmajaya, Tapos, Cilodong, Cipayung, Sawangan, Bojong
Sari, Kedaung, Cinere, Limo, Rangkapan Jaya. Bakti Jaya,
Abadi Jaya, dan Tanah Baru), diawali dengan memberikan
penyuluhan tentang penularan dan pencegahan HIV/AIDS.
Selanjutnya dilakukan konseling dan tes untuk melihat
apakah mereka positif atau negativ terinfeksi HIV/AIDS
yang kemudian bersedia menjadi dampingan akan mengikuti
program pendampingan (TS, 2018).
2) Kelompok Dampingan Sebaya (KDS) Humakita
Kegiatan KDS Humakita sama dengan dukungan
kelompok (group support), kegiatan ini diisi dengan saling
berbagi pengalaman menjalani hidup dengan kondisi tubuh
yang terinveksi HIV/AIDS. Selain itu, mereka juga
memberikan dukungan dan motivasi untuk orang yang baru
terinfeksi HIV/AIDS karena mereka sedang dalam
keterpurukan. Kegiatan ini juga bertujuan agar ODHA tidak
lagi menutup diri dari lingkungan sekitarnya dan lebih aktif
dalam menjalani perannya di lingkungan. Tujuan dari
38
kegiatan ini agar mereka dapat menerima statusnya sebagai
orang dengan HIV/AIDS (ODHA) (TS, 2018), dan agar
mereka merasa tidak adanya diskriminasi bagi ODHA.
Kegiatan Humakita diadakan 2 Minggu sekali tergantung
dari kesepakatan ODHA, karena terbentur oleh jam kerja
ODHA dan bertempat rumah coordinator ODHA sesuai dari
permintaan ODHA (MT, 2018).
3) Dukungan Keluarga (family support)
Family Support juga merupakan kegiatan yang
terdapat dalam program pendampingan. Kegiatan ini
merupakan bentuk dukungan yang diberikan secara
emosional melalui kasih sayang yang diterima ODHA dari
orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan dalam
lingkungan sosial seperti keluarga yang membuat ODHA
merasa dicintai, dihargai, didukung dan diperhatikan dengan
baik. Dengan adanya dukungan keluarga ini diharapkan
ODHA dapat menjadi lebih percaya diri dalam menjalani
aktivitas sosialnya, meningkatkan motivasi sehingga mereka
menjadi lebih produktif. Karena dukungan dari keluargalah
yang mampu mengembalikan kekuatan pada ODHA. Bentuk
Family Support berupa konseling untuk memberikan edukasi
kepada keluarga klien jika itu diperlukan, kemudian
melakukan home visit apabila klien mangalami drop dan
butuh support dari pendamping (MK, 2018).
39
G. Alur Pendampingan
Step dari alur pendampingan di Yaysan Komunitas
Aksi Kemanusiaan Indonesia sebagai berikut:
Gambar 3.2.
Sumber Gambar 3.2. : Alur Pendampingan (TS, 2018)
Penjelasan Alur Pendampingan :
1) Petugas lapangan atau pendamping melakukan penjangkauan
terlebih dahulu terhadap kelompok beresiko seperti
transgender, gay, dan penasun. Memberikan informasi
tentang layanan yang ada di Yayasan KAKI, juga
memberikan informasi seputar HIV/AIDS.
Penjangkauan oleh Pendamping
Menjadi Dampingan dari
Yayasan KAKI
Mengikuti Test VCT yang diberikan oleh
KAKI melalui Yayasan KAKI
Mendapatkan Hasil Positif atau Negatif
Memberikan Pendampingan
Psikososial
Melakukan Konseling
Asesmen
Pendamping dan Pemberdayaan
Keterbukaan pada Keluarga
Dukungan dari Keluarga
Dinyatakan Sudah Berdaya
Terminasi
40
2) Kelompok sasaran mau bergabung dan menjadi dampingan
Yayasan KAKI.
3) Mengikuti test VCT (Voluntary, Counseling, and Testing)
yang bertujuan untuk mengetahui status positif atau negative.
4) Setelah mendapatkan hasil positif atau negative yang akan
menentukan pelayanan seperti apa yang akan diberikan, jika
hasilnya positif maka akan dirujuk ke dinkes untuk diberikan
pengobatan kepada yang bersangkutan.
5) Dalam tahapan ini orang yang memiliki hasil positif ataupun
negative maka akan diberikan pendampingan yang bertujuan
untuk mencegah terinfeksinya virus HIV/AIDS.
6) Dalam tahapan konseling, individu yang bersangkutan akan
diberikan pemahaman, informasi dan penguatan juga langkah
pelayanan apa yang tepat yang akan diberikan kepada
individu yang menunjukkan hasil positif atau negatif.
7) Dalam tahapan assessment melihat pelayanan apa yang tepat
diberikan untuk seseorang yang akan didampingi
dipersilahkan untuk bercerita secara rinci apa yang
dihadapinya dan kira-kira apa yang menyebabkan dia sampai
seperti itu. Berbekal informasi yang didapatkan, maka
dipetakan apa yang harus dilakukan.
8) Setelah menyetujui pelayanan yang akan diberikan maka
masuklah kedalam tahapan pendampingan, dalam tahapan ini
seseorang diberikan pendampingan untuk bisa bangkit dari
masalah-masalah yang mereka hadapi. Seseorang yang sudah
menyetujui untuk pendampingan juga harus mau ikut dan
aktif dalam kegiatan. Dari tahapan pendampingan ini lalu
41
berjalan menuju tahap pemberdayaan. Disini seseorang yang
sudah bersedia didampingi akan mendapatkan pelayanan
pemberdayaan untuk bekal agar dirinya mandiri baik secara
ekonomi maupun mental.
9) Dalam tahaan ini adanya keterbutuhan kepada keluarga,
beberapa dampingan sebelumnya tidak terbuka terkait
masalah yang ia hadapi, disini pendamping dan juga konselor
mendatangi rumah dampingan untuk dapat menjelaskan dan
menghubungkan ke sumber kekuatan yaitu keluarga.
10) Dalam tahapan ini, membentuk dukungan dari
keluarga,mdukungan dari keluarga ini sangatlah diperlukan
karena keluarga adalah sumber dorongan terbesar untuk
dapat membantu dampingan agar bisa bangkit dari masalah
yang dihadapi.
11) Jika dampingan sudah diberikan pendampingan dan
pemberdayaan, maka akan dilakukan terminasi atau
pemutusan kontrak. Hal ini dilihat dari mereka yang sudah
bisa mandiri secara ekonomi dan mental, dan juga mereka
yang sudah berubah menjadi lebih baik.
12) Mereka tidak lagi menjadi dampingan dari yayasan KAKI
akan tetapi jika mereka yang positif terkena HIV/AIDS tetap
dapat mengakses layanan kesehatan ataupun obat dari
yayasan KAKI. Tetapi sudah tidak diingatkan mereka harus
menyadari kebutuhannya sendiri.
42
Tabel 3.1.
Saranan Kerjasama Lembaga
NO. NAMA PROGRAM TAHUN
1.
Bermitra dengan Yayasan Spiritual dan GWL-INA
dalam program HIV AIDS dukungan dana Global
Fund, untuk Wilayah kerja Kota Depok
2015-2017
2. Bermitra dengan VISA Worldwide dalam program
Pemberdayaan anak jalanan 2015-2016
3.
Bermitra dengan PKBI Jawa-Barat dalam program HIV
AIDS dukungan dana Global Fund, untuk Wilayah
kerja kota Depok
2013-2015
4. Bermitra dengan IRD-USAID dalam Program
Pendidikan di Papua 2012-2013
5. Bermitra dengan Layak-PKBI-Global Fund dalam
program HIV/AIDS wilayah Kerja Jakarta Pusat 2011-2015
6.
Bermitra dengan Save the Children – Kraft Food
Foundation dalam program FRESH (Future Resilience
and Stronger Household)
2009-2012
7.
Bermitra dengan World Vision dalam program
Tanggap Bencana Gempa Bumi di Sumatera
Barat/Pengembangan modul dan Film Tutorial
Intervensi Psikososial Terstruktur.
2009-2010
8.
Bermitra dengan Save the Children dalam kegiatan
TOT untuk kader Posyandu di Wilayah Jawa Barat dan
Banten.
2008-2009
43
9. Bermitra dengan PSI-ADB, dalam pembuatan Film
Tutorial Prosedur melahirkan aman di Banda Aceh 2005-2006
10.
Dipercaya oleh Family Health Internasional FHI-
USAID dalam mengelola program Aksi Stop AIDS,
mendampingi buruh pelabuhan Tanjung Priok,
Pengojek, Pekerja Seks Perempuan, Supir/Karnet Truk,
anak buah kapal, dan Nelayan
2003-2008
11.
Pembuatan film documenter tentang kesehatan
reproduksi remaja Jalanan, Bersama Cangkir Kopi –
YLKI – Ford Foundation
2003-2004
12. Bermitra dengan Yayasan Mitra Mandiri – United Way
International – Amex dalam Positif Youth Program 2003-2004
13.
Mendapat kepercayaan dan dukungan dari Save the
Children – USAID dalam program USCES (Urban
Street Children Empowerment & Support Program)
2001-2005
14.
Dipercaya oleh Microsoft Indonesia – Bill Gates
Foundation dalam program INTERAKSI (Informasi
dan Teknilogi untuk Anak Indonesia)
2001-2005
15.
Dipercaya Yayasan Mitra Mandiri – United Way
Internasional daam program pemberdayaan Anak
Jalanan berbasiskan pengelolaan Rumah Singgah
1999-2000
16.
Dipercaya oleh PACT – Levi’s dalam program
pendampingan Anak Jalanan, bidang kerja desiminasi
HIV/AIDS dan kesehatan reprofuksi
1997-1999
Sumber : Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan membahas hasil temuan
penelitian mengenai keberfungsian sosial pada ODHA. Peneliti
menggunakan konsep keberfungsian Suharto yang melihat pada
tiga kemampuan, yaitu kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
dasar, kemampuan dalam melaksanakan peran sosial, dan
kemampuan dalam menghadapi goncangan dan tekanan.
A. Kemampuan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar
Peneliti melakukan wawancara dan observasi
mengenai kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan dasar
dengan 4 informan yang merupakan ODHA di Yayasan
KAKI, yaitu informan DK, informan YL, informan DN, dan
informan BY untuk melihat sampai ditingkat berapa ODHA
mampu memenuhi kebutuhan dasar. Berikut adalah
pemaparan dari temuan peneliti:
1. Kebutuhan Fisiologis
Temuan mengenai kebutuhan fisiologis, peneliti
melakukan wawancara dan observasi kepada 4 informan
yang memiliki perbedaan kategori, 2 informan yang hanya
terinfeksi HIV dan 2 informan lain yang juga terinfeksi HIV
namun memiliki penyakit lain. Pemenuhan dalam kebutuhan
fisiologis tentunya berbeda-beda, sebagaimana kutipan dari
2 informan yang terinfeksi HIV:
“Dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dari virus HIV, tentunya saya memperhatikan pola makan dan patuh minum obat ARV dengan teratur sebagaimana yang telah disarankan oleh pendamping dan rutin
44
45
melakukan konsultasi kerumah sakit ditemani oleh pendamping.” (Infroman DK, 2018)
“Pola makan sangat diperhatikan oleh mama saya dan itupun juga saya lakukan ketika berada di kampus maupun dikantor KAKI. Patuh minum obat ARV juga menjadi tameng utama ketika orang tersebut terdiagnosa terinfeksi HIV, pendamping serta teman KAKI juga saling mengingatkan untuk minum dengan teratur.” (Informan DN, 2018)
Dari hasil wawancara bahwa ke 2 informan mampu
memenuhi kebutuhan fisiologis, dimana mereka
memperhatikan pola makan untuk menjaga kesehatan agar
tidak terserang penyakit lain dan patuh minum obat ARV
untuk menjaga daya tahan tubuhnya yang terinfeksi HIV
serta melakukan konsultasi dengan dokter untuk melihat
perkembangan pada fisiknya.
Kemudian peneliti juga mewawancarai 2 informan
yang terinfeksi HIV dan memiliki penyakit lain, berikut
kutipan dari 2 orang informan yang memiliki penyakit lain
setelah terinfeksi HIV:
“Dengan kondisi fisik yang terinfeksi HIV dan memiliki Hepatitis C, menjaga pola makan saja tentunya tidak cukup dimana saya juga harus patuh minum obat ARV dan obat untuk Hepatitis C dari dokter. Dan pendamping juga menemani saya dalam menjaga kestabilan daya tahan tubuh dan melakukan konsultasi ke rumah sakit.” (Informan YL, 2018)
“Terinfeksi HIV dan memiliki penyakit diabetes, tentunya harus memperhatikan pola makan karena banyak pantangan untuk penderita diabetes. Patuh minum obat ARV untuk menjaga daya tahan tubuh dari virus HIV, saya juga fisik bagian luar dimana
46
saya juga harus menjaga luka agar tetap kering dan bersih.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara dengan 2 informan yang
memiliki penyakit lain selain HIV, tentunya sangat menjaga
kondisi tubuhnya dengan ekstra. Ke 2 informan tidak hanya
patuh minum obat ARV tetapi juga patuh dalam
mengkonsumsi obat dari penyakit lain yang dideritanya dan
tentunya sesuai dengan resep dokter.
Peneliti juga melakukan observasi mengenai kondisi
fisik dari ke 4 informan, pemaparannya sebagai berikut :
“Kondisi fisik ke 4 informan terlihat sehat, tidak ada tanda mereka memiliki penyakit serius seperti HIV. Kondisi fisik informan DK terlihat fit dengan tubuh yang gemuk menunjukkan bahwa informan DK menjaga kesehatan tubuhnya dengan baik. Kondisi fisik informan DN juga terlihat fit bahkan dengan jadwal yang padat tidak membuatnya terlihat lemah, hal tersebut juga menunjukkan bahwa informan DN mampu menjaga kondisi fisiknya dengan baik. Kondisi fisik informan YL juga terlihat fit walaupun memiliki Hepatitis C informan YL tampak terlihat sehat hal tersebut menunjukkan bahwa informan YL menjaga kondisi tubuhnya dengan baik. Kondisi informan BY juga terlihat fit walaupun memiliki luka pada bagian kakinya tetapi tidak menghambatnya untuk tetap aktif hal tersebut juga menunjukkan bahwa informan BY menjaga kondisi baik dari dalam maupun di luar tubuhnya (luka).” (Peneliti, 2018)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti
dapat menggambarkan bahwa ke 4 informan mampu
memenuhi kebutuhan fisiologisnya, dimana ke 4 informan
terlihat sehat dan mampu menangani masalah pada
kesehatanya sehingga dapat menjaga kondisi tubuhnya tetap
47
stabil dari virus HIV dan penyakit lain yang menyerang
tubuhnya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Temuan dalam memenuhi kebutuhan keamanan dan
keselamatan kepada penderita HIV dan juga yang memiliki
penyakit lain setelah terinfeksi HIV. Peneliti melakukan
wawancara untuk mengetahui langkah yang dilakukan
kepada 4 informan dalam memenuhi kebutuhan keamanan
dan keselamatan. Berikut penuturan dari 2 informan yang
terinfeksi HIV :
“Rasa aman dan keselamatan tentunya masih mengancam bagi saya, dimana ketika terserang penyakit lain semisal hanya flu dapat membuat kondisi badan menjadi buruk. Namun selama rutin dan patuh minum obat ARV yang dianjurkan oleh Yayasan KAKI, mampu menstabilkan kondisi kesehatan dimana saya merasa lebih aman dari ancaman virus HIV.” (Informan DK, 2018)
“Tentunya dengan kondisi fisik yang terinfeksi HIV pastinya tidak merasa aman dan keselamatan pun terancam, tetapi dengan akses kesehatan yang dibantu oleh Yayasan KAKI memudahkan saya untuk mendapat obat ARV serta mengingatkan secara rutn untuk meminumnya dan melakukan konsultasi ke dokter, sehingga saya tau perkembangan kesehatan dan tentunya merasa keselamatan saya lebih aman dari sebelumnya.” (Informan DN, 2018)
Hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada 2
informan yang terinfeksi HIV, dimana ke 2 informan ini
merasa terancam dan tidak aman dengan adanya virus HIV
ditubuhnya. Namun dengan adanya bantuan akses kesehatan
48
Yayasan KAKI, ke 2 informan dapat mengonsumsi ARV dan
melakukan pengontrolan ke rumah sakit dimana itu dapat
membantu ke 2 informan melewati masa ketegangan dari
terinfeksinya virus HIV serta dapat menjaga kestabilan
tubuhnya dari virus HIV.
Peneliti menemukan adanya perbedaan setelah
melakukan wawancara dengan 2 informan lain yang
memiliki penyakit lain setelah terinfeksi HIV, berikut
penuturan dari ke 2 informan:
“Dengan memiliki penyakit menular yaitu Hepatitis C, rasa aman tentunya terancam karena saya harus menjaga jarak dengan orang lain dan belum lagi ancaman keselamatan dari HIV, dengan bantuan KAKI dimana saya dapat mengontrol kesehatan di rumah sakit bersama pendamping dan itu dapat membantu saya untuk menjaga kestabilan tubuh dari virus HIV serta bisa fokus pada penyembuhan penyakit Hepatitis C.” (Informan YL, 2018)
“Tentunya dengan kondisi tubuh yang memiliki luka karena diabetes pastinya merasa tidak aman, karena saya harus menutupi luka dari udara kotor dan menghindari terkontak dengan orang lain. Rasa cemas yang saya rasakan tentunya ada, dimana saya banyak mengkonsumsi obat baik itu untuk diabetes maupun obat untuk HIV-nya.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara dengan 2 informan yang juga
memiliki penyakit lain setelah terinfeksi HIV, bahwa rasa
ancaman terhadap keselamatnya tentu lebih kuat dari pada
yng hanya terinfeksi HIV. Ke 2 informan tersebut harus
fokus pada penyembuhan penyakit lainnya sebelum fokus
49
pada pemulihan dari virus HIV. Pada tahap ini ke 4 informan
masih mengalami kecemasan dalam keselamatannya.
Namun dari hasil observasi yang dilakukan peneliti
kepada ke 4 informan tidak terlihat bahwa mereka merasa
terancam bahkan menunjukkan ekspresi yang tenang,
penuturan peneliti sebagai berikut:
“Dilihat dari ekspresi ke 4 informan bahwa mereka sudah melewati masa keterancamannya, dimana ke 4 informan dapat dengan tenang membahas mengenai penyakit yang dideritanya. Ke 4 informan pun terlihat sudah mnerima dirinya yang terinfeksi HIV dan terus berupaya menstabilkan kondisi tubuhnya dengan patuh minum obat ARV dan melakukan pengontrolan ke rumah sakit.” (Peneliti, 2018)
Sebagaimana dari hasil observasi peneliti bahwa ke 4
informan telah melewati masa keterancamannya dan
memfokuskan kepada tahap pemulihan dimaan ke 4
informan melakukan patuh minum obat ARV dan lebih
menjaga kestabilan kesehatannya sehingga tidak lagi
terserang penyakit lain yang menimpa tubuhnya. Walaupun
tahap ini tetap dirasa terancam namun, ke 4 informan mampu
melewatinya.
3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Temuan dalam memenuhi kebutuhan mencintai dan
dicintai, peneliti melakukan wawancara dengan ke 4
informan yang merupakan penderita HIV dan juga yang
memiliki penyakit lain setelah terinfeksi HIV. Berikut
penututran dari ke 4 informan menenai kebutuhan mencintai
dan dicintai :
50
“Dukungan dan perhatian dari pendamping dan teman-teman KAKI yang juga merupakan ODHA, mampu menguatkan saya untuk melawan virus HIV dan mampu membangkitkan kembali dari keterputrukan yang pernah saya alami di rumah sakit kurang lebih sebulan. Dukungan dari keluarga terutama walaupun sempat mengalami goncangan tetapi dukungan dan perhatian tetap ditunjukkan ketika saya sedang berada di rumah.” (Informan DK, 2018)
“Dukungan tentu yang pertama dari keluarga kecil saya, dimana istri dan ke 3 anak saya mampu memberikan semangat untuk melawan virus HIV dan melanjutkan kehidupan. Serta teman-teman dan pendamping di Yayasan KAKI juga menguatkan saya untuk tetap bertahan dan saling mengingatkan untuk patuh minum ARV serta mengontrol kesehatan ke ruamh sakit.” (Informan YL, 2018)
“Dukungan dari mama saya yang selalu memperhatikan pola makan serta kondisi fisik saya juga pendamping dan teman-teman KAKI yang selalu memberikan penguatan untuk tetap menjaga kestabilan kesehatan dengan patuh minum obat ARV dan rutin melakukan pengontrolan ke rumah sakit.” (Informan DN, 2018)
“Kebetulan saya tinggal di rumah orang tua tiri jadi untuk dukungan lebih nampak dari luar, seperti pendamping dan teman-teman KAKI yang memberikan dukungan dan perhatian sehingga saya dapat melawan penyakit yang saya miliki serta saling mengingatkan untuk patuh minum ARV secara rutin dan menjaga luka agar tidak kotor dan terkena debu.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti,
dimana ke 4 informan mendapatkan dukungan dari kalangan
keluarga, pendamping serta teman-teman KAKI serta
51
perhatian untuk patuh minum obat ARV dan rutin
mengontrol kesehatan ke rumah sakit. Dengan merasa
dicintai oleh lingkungan sekitarnya, ke 4 informan tentunya
lebih bisa mencintai dirinya dengan menjaga kestabilan
kesehatannya dan mencintai orang-orang yang ada
disekitarnya, terutama kepada teman-teman yang juga
merupakan ODHA.
Peneliti juga melakukan observasi terkait dengan
dukungan dan perhatian yang diberikan oleh pendampng
serta teman-teman di kantor KAKI, berikut penuturan
peneliti:
“Ke-empat informan mendapatkan dukungan dan perhatian dari pendamping serta teman-teman di KAKI, dimana mereka saling mengingatkan untuk minum ARV dan mengontrol kesehatan secara rutin ke rumah sakit. Beberapa teman juga terlihat saling mendukung dimana mereka saling mengajak untuk makan bersama bahkan saling bertukar cerita dengan pengalaman masing-masing. Dilihat dari kedekatannya dengan teman-teman dan pendamping, hal tersebutlah yang membuat ke-empat informan masih bertahan melawan virus HIV di tubuhnya.” (Peneliti, 2018)
Dari hasil observasi peneliti, bahwa ke-empat
informan selama berada di Yayasan KAKI mendapatkan
dukungan serta perhatian dari pendamping dan teman-
temannya. Dengan dukungan dan perhatian yang diterima
oleh informan memberikan efek positif yang membuat ke-
empat informan dapat bertahan melawan virus HIV yang
dialaminya.
52
4. Kebutuhan Harga Diri
Temuan peneliti mengenai kebutuhan harga diri
dengan melakukan wawancara kepada ke 4 informan yang
merupakan ODHA, dimana dari ke 4 informan memiliki
kategori yang berbeda, 2 informan yang hanya terinfeksi
HIV dan 2 informan lain yang memiliki penyakit lain setelah
terinfeksi HIV, berikut penuturan dari ke 4 informan:
“Dengan menunjukkan nilai diri, semua kegiatan dimana pun itu saya ikuti. Sebagaimana itu menjadi bentuk bahwa saya juga mampu mengikuti keaktifan sebgaimana orang lain bisa lakukan. Keterlibatan saya terhadap kegiatan tersebut membuat saya lebih diandalkan dan dirangkul oleh orang di sekitar saya.” (Informan DK, 2018)
“Kegiatan yang bisa saya ikuti tetunya saya ikuti, sebagaimana untuk menunjukkan kemampuan kepada ornag sekitar bahwa saya mampu mengikuti keaktifan selama kegiatan berlangsung dan juga menumbuhkan nilai sosial kepada saya yang merupakan ODHA bahwa kami masih bisa diandalkan.” (Informan YL, 2018)
“Kegiatan di KAKI saya ikutin karena menjadi pembelajaran buat saya untuk bertemu dengan banyak orang dan ikut terlibat dalam aktivitas selama kegiatan berlangsung. Tetapi tidak semua kegiatan karena saya punya jam kuliah jadi cukup hanya kegiatan di KAKI saja.” (Informan DN, 2018)
“Saya termasuk aktif dalam kegiatan baik di rumah maupun di kantor, ketika ikut dalam kegiatan dimana saya harus aktif dan bisa diandalkan oleh orang sekitar dan banyak mempercayai saya untuk melakukan itu walaupun saya berstatus ODHA, tapi mereka tetep ngasih kesempatan untuk terlibat dalam
53
aktivitas sebagaimana anggota divisi pada suatu kegiatan.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, terlihat
bahwa ke 4 informan mampu menunjukkan kepada orang
disekitar bahwa dengan berstatus ODHA bukan berarti
mereka tidak bisa diandalkan dan tidak memiliki nilai.
Dengan aktif mengikuti kegiatan, ke 4 informan memberikan
nilai positif sebagaimana mereka juga bisa produktif tanpa
dihalangi oleh statusnya sebagai ODHA. Walaupun Informan
DN tidak begitu menonjolkan keaktifannya namun tetap
berusaha dapat diandalkan oleh orang disekitarnya.
Peneliti juga melakukan observasi dengan ke-empat
informan ketika berada di KAKI, berikut penuturan dari
peneliti:
“Ke 4 informan terlihat sangan aktif ketika menjalani kegiatan yang ada di KAKI, dimana mereka menjalankan tugas sesuai dengan divisi yang didapatnya. Dengan rasa bangga mereka pun menjalani divisinya dengan santai dan tetap saling megingatkan divisi lain, seperti mengkonfirmasi kembali tamu undangan yang akan mengisi acara serta dokumentasi yang sudah bersedia dengan kamera hp untuk merekam dan mengabadikan kegiatan tersebut.” (Peneliti, 2018)
Dari hasil observasi peneliti, bahwa ke-empat
informan menghargai divisi yang diterimananya dan
menjalankannya dengan baik. Hal tersebut menjadi nilai
personal bagi ke-empat informan dimana muncul rasa
saling menghargai satu sama lain.
54
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Peneliti melakukan wawancara dengan ke-empat
informan mengenai aktualisasi diri, hal tersebut untuk
melihat kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh ke-
empat informan serta penerimaan ke-empat informan di
lingkungan tersebut, berikut penuturan dari informan DK:
“Kemampuan yang saya miliki merias wajah, terkadang saya merias pemain sinetron atau temen-temen yang ada acara. Kemudian karena saya di kantor suka bantu input data, saya jadi paham Microsoft Word. Terkadang saya juga dipercaya untuk membuat proposal kegiatan baik acara di lingkungan rumah maupun di KAKI. Bahkan saya juga memberikan informasi seputar HIV kepada masyarakat dan masyarakat merespon dengan baik informasi tersebut.” (Informan DK, 2018)
Hal tersebut juga dialami oleh informan YL, dimana
informan YL juga memberikan informasi seputar HIV.
berikut penuturan dari informan YL:
“Saya menyukai musik, dimana saya suka bermain gitar karena alat musik itu yang mudah mengubah suasana hati. Dengan keseharian saya berkomunikasi dengan banyak orang, hal tersebut membangkitkan kepercayaan diri saya untuk berpendapat tanpa takut atau ragu. Jadi lebih bisa buka suara bahkan saya juga pernah memberikan sebuah informasi mengenai HIV kepada masyarakat.” (Informan YL, 2018)
Hal tersebut juga dialami oleh informan DN, berikut
penuturannya:
“Komunikasi yang baik mungkin itu yang menjadi kemampuan saya, karena belajar dari divisi humas di KAKI saya jadi terbiasa dengan bahasa-bahasa yang baku. Jadi ketika berinteraksi dengan masyarakat saya
55
bisa menyesuaikan bahasa. Terus juga suka bantuin pendamping untuk input data penjangkauan menggunakan Microsoft Excel sama Microsoft Word yang juga digunakan untuk tugas kuliah.” (Informan DN, 2018)
Hal serupa juga dialami oleh informan BY, berikut
penuturannya:
“Karena saya terbiasa dengan pekerjaan di KAKI sebagai broadcasting, dimana saya mengiklankan kegiatan yang ada di KAKI ke sosial media. Mengedit suatu foto dan video dokumentasi juga merupakan kemampuan yang saya miliki sehingga dalam suatu kegiatan saya bisa mengekspresikan kemampuan tersebut dengan kreatifitas saya.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara dengan ke-empat infroman,
bahwa ke-empat informan mampu mengatur diri dari tekanan
adanya stigma atau diskriminasi yang akan diterimanya.
Dengan kemampuan yang dimilikinya, mereka dapat
mengapresiasikan kemampuan yang dimilikinya kepada
masyarakat. Sehingga masyarakat tidak lagi menilai
seseorang karena masalalalunya atau karena status Odhanya.
B. Kemampuan dalam Melaksanakan Peran Sosial
Peneliti melakukan wawancara dan observasi
mengenai kemampuan dalam melaksanakan peran sosial
dengan empat orang yang merupakan Odha di Yayasan
KAKI, yaitu informan DK, informan YL, informan DN, dan
informan BY. Berikut adalah pemaparan dari temuan
peneliti:
56
1. Istilah Tentang Individu
Peneliti melakukan wawancara dengan ke-empat
informan mengenai peran sosial yang dimainkannya untuk
mengetahui profil ke-empat informan, berikut merupakan
penuturan dari informan DK mengenai profilnya:
“Sebenernya saya seorang duda, tapi karena saya tinggal dengan keluarga jadi saya seorang anak yang juga kakak dari adik-adik saya. Dalam berperan sebagai seorang anak maupun kakak, saya juga membantu orang tua untuk biaya pemasukan dengan bekerja sebagai MUA. Saya juga merupakan anak dari seorang RW dan merupakan angota dampingan yang terinfeksi HIV di Yayasan KAKI.” (Informan DK, 2018)
Berikut merupakan penuturan dari informan YL
mengenai profilnya:
“Saya kepala keluarga atau seorang suami yang membimbing isteri dan seorang ayah yang mendidik tiga anak putra putri yang masih sekolah. Saya juga masyarakat biasa yang mengikuti kegiatan rutin yang diadakan dilingkungan rumah dan merupakan anggota dampingan yang terinfeksi HIV dan Hepatitis C di Yayasan KAKI.” (Informan YL, 2018)
Berikut merupakan penuturan dari informan DN
mengenai profilnya:
“Saya berasal dari keluarga sederhana yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang tinggal bersama mamah saya. Sebagai seorang kakak tentunya saya membantu mamah saya dalam mendidik adik saya agar menjadi lebih baik dari saya. Saya seorang mahasiswa yang juga merupakan anggota dampingan yang terinfeksi HIV di Yayasan KAKI.”(Informan DN, 2018)
57
Berikut merupakan penuturan dari informan BY
mengenai profilnya:
“Saya merupakan anggota dampingan yang terinfeksi HIV di Yaysan KAKI dan memiliki penyakit lain yaitu diabetes. Saya merupakan seorang anak yang tinggal dengan orang tua tiri dan lebih sering berada diluar rumah. Saya merupakan masyarakat yang aktif di karangtaruna dan selalu ikut berpartisipasi di setiap kegiatan baik di lingkungan rumah maupun di Yayasan KAKI.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara peneliti, bahhwa ke-empat
informan memiliki peran masing-masing didalam keluarga
dan lingkungan yang ditempatinya. Ke-empat informan
memiliki peran yang sama yaitu sebagai anggota dampingan
di Yayasan KAKI dan merupakan masyarakat yang ikut
dalam kegiatan di lingkungannya.
2. Istilah Tentang Perilaku
Peneliti melakukan wawancara dengan ke-empat
informan mengenai perilaku untuk mengetahui sikap atau
tingkahlaku dari peran yang di mainkan ke-empat informan.
Berikut merupakan penuturan dari informan DK:
“Tentunya saya sebagai seorang anak berbakti dan membahagiakan orang tua dengan membantu menambah biaya pemasukan dan bekerja dengan giat. Kebetulan ayah saya seorang RW dan sangat dipandang baik oleh masayarakat di lingkungan rumah, tentunya hal tersebut membuat saya menunjukkan perilaku yang baik dengan ikut aktif di karangtaruna. Memiliki kepribadian yang lembut tentunya saya dipandang lain oleh masyarakat, namun hal tersebut saya tutup dengan bentuk keramahan dan
58
setidaknya saya tidak merubah penampilan saya.”(Informan DK, 2018)
Perilaku tersebut juga diobservasi oleh peneliti
selama berada di kantor KAKI, berikut observasi yang
dilakukan oleh peneliti:
“Informan DK memiliki kepribadian yang gemulai, dimana saat berbicara seputar pengalamannya kepada teman-temannya, pendamping, dan tamu menggunakan intonasi yang lembut., kemudian informan DK juga terlihat aktif membantu temannya dalam menyusun suatu kegiatan di Yayasan KAKI. Informan DK terlihat ikut membantu dalam proses dan mau bolak-balik membantu divisi lain dalam menjalankan tugas serta ikut memberikan saran dalam kegiatan tersebut.” (Peneliti, 2018)
Dari hasil wawancara dan obseervasi yang dilakukan
peneliti terhadap informan DK, bahwa informan DK
memiliki perilaku yang baik saat berperan sosial dengan
lingkungannya. Walaupun informan DK memiliki
kepribadian yang lembut, hal tersebut tidak dijadikan
penghalang dan informan DK tetap mau membantu teman
lainnya dalam menyusun kegiatan tersebut.
Hal tersebut juga dialami oleh informan YL, berikut
penuturan informan YL:
“Sebagai kepala keluarga tentunya saya punya kewajiban untuk memberi nafkah, membimbing isteri dan mendidik anak-anak saya, dengan tujuan untuk memiliki keluarga yang harmonis. Saat berperan di masyarakat tentunya saya menunjukkan perilaku yang baik dengan harapan mendapat perilaku yang baik juga dari masyarakat. Selama berada di KAKI saya menghargai pendapat teman-teman saat berdiskusi
59
dan bertukar argumen dengan sesekali diiringi dengan candaan agar suasana tidak terlalu tegang.” (Informan YL, 2018)
Perilaku tersebut juga diobservasi oleh peneliti saat
berada di kantor KAKI. Berikut penuturan dari peneliti:
“Informan YL memiliki perilaku yang tegas dalam memberikan pendapat ataupun tanggapan kepada teman-temannya, sehingga banyak yang enggan untuk berkomunikasi dengannya. Informan YL juga ikut membantu teman lainnya dalam menjalankan kegiatan, seperti ketika temannya menyampaikan materi tentang HIV dalam penyuluhan VCT, informan YL ikut menambahkan tanggapan agar peserta yang dating dapat mengerti maksudnya.” (Peneliti, 2018)
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
peneliti terhadap informan YL, bahwa informan YL memiliki
perilaku yang tegas baik di lingkungan rumah maupun
dilingkungan KAKI. Informan YL membimbing dan
mendidik keluarganya agar menjadi keluarga yang harmonis,
hal tersebut juga dilakukan ketika informan YL berada di
Yayasan KAKI dengan memberikan tanggapan saat
menjalankan suatu kegiatan di Yayasan KAKI.
Hal serupa dialami oleh informan DN, berikut
penuturan dari informan DN:
“Saat dirumah tentunya sebagai anak saya menuruti apa yang disuruh sama mamah saya dan langsung dikerjakan, terus juga mengawasi adik saya selama belajar dirumah dan sayapun juga suka mnghabiskan waktu dikamar ketika ada tugas kuliah maupun ada kerjaan dari Yayasan KAKI. Kerjaan dari KAKI biasanya meriksa data penjangkauan supaya di rumah
60
ada kerjaan dan melakukan aktivitas yang positif. Kalau di lingkungan rumah penting berperilaku ramah, salam dan senyum itu penting karena mereka pastinya punya penilaian tentang kita, berbeda dengan di KAKI yang sudah pasti isinya kenal sama saya apalagi rata-rata lebih tua jadi saya sangat menghargai masukan mereka jika memang berdampak baik untuk saya.” (Informan DN, 2018)
Perilaku tersebut juga diobservasi oleh peneliti ketika
berada di lingkungan KAKI. Berikut penuturan dari peneliti:
“Informan DN terlihat menuruti apa pendapat yang diberikan oleh teman-teman di KAKI, sebagai bentuk menghormati teman-temannya yang lebih tua. Informan DN juga berkepribadian yang lembut dan terbuka dengan temannya, sehingga banyak teman yang dekat dengannya. Informan DN juga terlihat aktif dan tidak keberatan jika temannya meminta bantuan bahkan untuk keluar membagikan undangan, juga ramah kepada tamu yang dating untuk bertemu staff.” (Peneliti, 2018)
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
peneliti,bahwa informan DN memiliki pribadi yang baik
dimana menuruti perkataan yang lebih tua dari dirinya, serta
tidak memiliki rasa pamri ketika membantu temannya.
Informan DN juga bersikap ramah ketika ada tamu yang
datang ke kantor KAKI dan membantu tamu ketika mencari
staff di kantor KAKI.
Hal serupa juga dialami oleh informan BY, berikut
penuturan dari informan BY:
“Karena saya tingal di rumah orang tua tiri jadi lebih sering berada diluar, tetapi selama di rumah komunikasi tetap berjalan layaknya anak dan orang tua. Selama menghabiskan waktu di luar rumah
61
pastinya berperilaku dengan baik sebagaimana lain juga berperilaku. Selama komunikasi saya berjalan baik, tentunya memberikan penilaian tentang diri saya bahwa saya udah mejani peran yang sesuai dengan lingkungan saya. Selama di KAKI juga berjalan dengan baik dimana saya sangat menjaga etika ketika sedang bersama teman-teman di KAKI.” (Informan BY, 2018)
Perilaku tersebut juga diobservasi oleh peneliti
selama berada di kantor KAKI. berikut penuturan peneliti:
“Informan BY terlihat ramah saat berada di KAKI dan selalu mengajukan buku tamu ketika ada yang berkunjung dengan tersenyum dan gigi dibehel yang membuat senyumannya menjadi lebar. Informan BY juga terlihat sopan ketika menjamu tamu dan menawarkan minum untuk tamu, kemudian selama mendokumentasi kegiatan, informan BY juga selalu permisi dan meminta izin kepada para tamu.”(Peneliti, 2018)
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
peneliti, bahwa informan BY berperilaku sopan dan ramah di
lingkungannya. Berperilaku baik yang ditunjukkan informan
BY tidak hanya kepada orang yang dikenalnya saja, tetapi
orang lain pun juga ditunjukkan perilaku yang baik. Dalam
mendokumentasikan kegiatan informan BY juga berperilaku
sopan sebagaimana informan BY selalu meminta izin kepada
tamu yang datang.
3. Istilah Tentang Kedudukan Orang dan Perilaku
Kedudukan
Peneliti melakukan wawancara dengan ke-empat
informan mengenai kedudukan dan perilaku kedudukan
untuk megetahui pekerjaan dan jabatan apasaja yang pernah
62
di perani oleh ke-empat informan. Berikut merupakan
penuturan dari informan DK:
”Saya memiliki pekerja sebagai perias wajah, dimana pekerjaan tersebut sangat tidak terlihat seperti pekerjaan laki-laki pada umumnya, namun saya tetap menjalani pekerjaan tersebut dengan baik tanpa memikirkan penilaian orang lain. Dalam sebuah jabatan saya pernah menduduki jabatan sebagai sekertaris karangtaruna dimana ini sangat melatih saya untuk bisa membuat proposal, saya dipercaya sebagai sekertaris karena kemampuan saya dalam membuat surat. Sebagai sekertaris tentunya tidak membuat saya terpaku hanya pada pekerjaan itu saja, tetapi juga ikut membantu yang lain untuk mencapai tujuan yang sama.” (Informan DK, 2018)
Adapun perbedaan yang dialami oleh informan YL,
berikut penuturan dari informan YL:
“Saya bekerja dengan teman saya disebuat toko hewan dan hanya membantu untuk memasarkannya saja, kemudian saya juga suka diundang untuk memberikan materi mengenai penularan HIV dengan jarum suntik. Jabatan yang pernah saya duduki sebagai ketua dalam suatu kegiatan bahkan saya juga pernah menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut, ketika terpilih menjadi ketua saya agak ragu untuk menjalankannya. Saya usahakan bersikap tegas dan tidak menggurui karena saya ditunjuk sebagai ketua untuk lebih bisa menghargai anggota yang lainnya.” (Informan YL, 2018)
Hal serupa juga dialami informan DN, berikut penuturan dari informan DN:
“Saya masih mahasiswa belum kerja karena ingin memfokuskan di perkuliahan dulu, tapi suka bantu temen kampus dagang online sih. Jabatan yang pernah saya duduki itu jadi HUMAS dimana ini sangat melatih saya untuk berkomunikasi dengan baik
63
dan sopan, terus juga mempercepat adaptasi untuk bertemu dengan orang lain. Kemudian menjaga komunikasi dengan anggota lain sehingga tidak terjadi kesalah pahaman atau miskomunikasi gitu.” (Informan DN, 2018)
Hal tersebut juga dialami informan BY, berikut
penuturan dari informan BY:
“Saya sebagai aktivis di Yayasan KAKI dimana bantu pendamping dan staff dalam pengelolaan data juga bekerja sebagai broadcast kegiatan KAKI di media sosial. Karena berkecimpung di sosial media, saya pun bersama teman saya ikut berdagang sepatu atau baju online. Jabatan yang pernah saya duduki itu sebagai bendahara, dimana jabatan ini sangat sensitive karena dia uang mainanya. Disini saya berusaha tegas agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, selalu menyalin anggaran dan transparan agar tetap diberi kepercayaan sama orang lain.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara peneliti bahwa ke-empat
informan memiliki pekerjaan dan kedudukannya sendiri
dalam menjalani peran sebagaimana peran yang atau
kedudukan yang dia dapat dalam sebuah organisasi. Dengan
kedudukan yang dimilikinya tentunya berpengaruh pada
perilakunya, sebagaimana rasa tanggung jawab dari
kedudukan yang diperankannya.
4. Istilah Tentang Kaitan Orang dan Perilaku
Peneliti melakukan wawancara dengan ke-empat
informan mengenai kaitan orang dan perilaku untuk
megetahui penyesuaian yang dilakukan informan dan
penerimaan yang didapat oleh ke-empat informan. Berikut
merupakan penuturan dari informan DK:
64
“Dalam melakukan penyesuaian yang terinfeksi HIV terhadap lingkungan, tentunya sulit namun saya menjaga perilaku dan lisan sehingga memberi nilai positi. Setelah melakukan penyesuaian dengan perilaku dan lisan, barulah saya tunjukkan kemampuan yang saya miliki agar penyesuain dapat berjalan dengan mudah. Dari penyesuain yang saya lakukan mendapat tanggapan baik dari masyarakat sehingga tidak terjadi stigma dan saya bisa berbaur dengan masyarakat.” (Informan DK, 2018)
Hal serupa juga dilakukan informan YL dalam
melakukan penyesuaian. Berikut penuturannya:
“Sulit tentunya melakukan penyesuaian saya dengan masyarakat, dimana saya masih merasakan adanya stigma. Lalu saya mencoba untuk tetap berbaur dan memantaskan posisi saya di lingkungan tersebut dengan mengikuti kegiatan yang diadakan. Dengan mengikuti kegiatan barulah saya gunakan kemampuan yang saya miliki sehingga memberikan nilai positif kepada masyarakat dan sejauh ini berjalan dengan baik. Saya pun dapat berbaur dengan masyarakat tanpa merasakan adanya stigma.” (Informan YL, 2018)
Hal tersebut juga dilakukan informan DN dalam
melakukan penyesuaian. Berikut penuturannya:
“Ketika melakukan penyesuaian diri ke masyarakat, saya membaca situasi terlebih dahulu. Kemudian mencoba memantaskan diri di lingkungan, tetap ikut berpartisipasi dalam kegiatan dilingkungan masyarakat dan tunjukkan bahwa walaupun saya terinfeksi HIV tapi saya bisa aktif dan produktif gitu. Proses memang gak ada yang cepet ya tapi sejauh ini saya dapat berbaur dan tidak merasakan distigma oleh masyarakat.” (Informan DN, 2018)
65
Hal serupa juga dilakukan informan BY dalam
melakukan penyesuaian. Berikut penuturannya:
“Penyesuaian diri yang saya lakukan biasanya dari gaya bahasa, memantaskan bahasa dengan yang lebih tua dengan yang seumuran bahkan sama yang dibawahpun juga harus menjaga bahasa atau ucapan. Agar anak muda tetap berbahasa dengan sopan, dan itu merupakan langkah awal yang lumayan cepet ya untuk penyesuaian dengan kondisi saya yang terinfeksi HIV. Dari bahasa kemudian menjalar ketingkahlaku dengan baik dan itu membuat saya mampu berbaur dan dirangkul oleh anak karangtaruna.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara peneliti, bahwa ke-empat
informan melakukan penyesuaian dengan cara yang hampir
sama. Ke-empat informan menyadari dirinya sebagai Odha
dan melakukan penyesuaian dengan perlahan. Berawal dari
bahasa kemudian perilaku dan diselingi dengan kemampuan
yang dimilikinya agar mendapat respon yang baik dari
masyarakat dilingkungnannya.
C. Kemampuan dalam Menghadapi Goncangan dan
Tekanan
Peneliti melakukan wawancara dan observasi
mengenai kemampuan dalam menghadapi goncangan dan
tekanan kepada 4 informan yang merupakan ODHA, berikut
penuturan ke 4 informan:
1. Indentifikasi Masalah
Peneliti melakukan wawancara dengan ke-empat
informan mengenai identifikasi masalah untuk megetahui
66
pemahaman ke-empat informan dalam mengadapi masalah.
Berikut merupakan penuturan dari informan DK:
“Sejauh ini permasalahan yang sering saya hadapi yaitu munculnya rasa kurang percaya diri dan merasa terpuruk sehingga enggan untuk melakukan sesuatu yang harusnya saya lakukan, dan itu terjadi karena saya merupakan Odha yang sering teringat dnegan stigma.” (Informan DK, 2018)
Hal tersebut juga dialami informan YL, berikut
penuturan dari informan YL:
“Masalah yang saya hadapi saat ini adalah kesehatan, dimana penyakit yang saya alami ini sangat menghambat aktivitas saya dan belum lagi munculnya rasa stigma yang saya terima walaupun memang sudah memudar tetapi masih terasa gitu.” (Informan YL, 2018)
Hal serupa juga dialami informan DN, berikut
penuturan dari informan DN:
“Pernah ya tentunya, siapa sih orang yang gak punya masalah gitu. Karen aaku terinfeksi HIV mungkin ya jadi aku masih ngerasain adanya stigma gitu jadi kurang percaya diri kalau sudah mulai merasakan itu.” (Informan DN, 2018)
Hal tersebut juga dialami informan BY, berikut
penuturan dari informan BY:
“Tentunya pernah ya menghadapi suatu masalah, terutama masalah kesehatan dan sedang mengalami masalah dalam berkomunikasi dengan keluarga tepatnya dengan orang tua tiri.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara peneliti dengan ke-empat
infroman, bahwa ke-empat infroman mampu memahami
masalah yang pernah dihadapinya. Dan sejauh ini
67
permasalahan yang dihadapai ke-empat informan yaitu
adanya stigma dari lingkungannya.
2. Penggambaran Masalah
Peneliti melakukan wawancara dengan ke-empat
informan mengenai penggambaran masalah untuk
mengetahui permasalahan yang dialami ke-empat infroman.
Berikut merupakan penuturan dari informan DK:
“Masalah stigma tentunya, terutama dengan kondisi kesehatan karena HIV ditambah kepribadian saya yang lembut. Itu membuat psikologis saya terganggu dan munculah rasa ingin menyendiri.” (Informan DK, 2018)
Hal yang berbeda dialami informan YL, berikut
penuturan dari informan YL:
“Masalah yang pernah saya hadapi tidak hanya stigma dari masyarakat tetapi saya juga sedang mengalami kerisis dalam perekonomian yang mengharuskan saya membagai pengeluaran dengan obat dan kebutuhan keluarga.” (Informan YL, 2018)
Hal serupa juga dialami informan DN diaman
mendapat stigma dari lingkungan, berikut penuturannya:
“Biasanya masalah yang saya hadapi seperti penyesuaian diri dengan lingkungan seperti merasa adanya stigma dari lingkungan kaya gitu jadi suka merasa tidak nyaman gitu.” (Informan DN, 2018)
Berbeda dengan yang dialami informan BY, berikut
penuturan dari informan BY:
“Masalah dalam kesehatan pernah dimana saya harus menjaga luka agar tidak kotor dan menutupnya agar orang lain tidak merasa takut berada didekat saya. Kemudian masalah dalam berkomunikasi dengan
68
keluarga, dimana saya tingga dengan orangtua tiri.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara peneliti dengan ke-empat
informan, bahwa ke-empat informan mampu
menggambarkan masalah yang dihadapinya dan
permasalahan yang telah digambarkan merupakan masalah
yang memang atau sedang diselesaikan terlebih oleh ke-
empat infroman.
3. Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Peneliti melakukan wawancara dengan ke-empat
informan mengenai pemilihan strategi pemecahan masalah
untuk mengetahui cara ke-empat infroman dalam
memecahkan masalah. Berikut merupakan penuturan dari
informan DK:
“Biasanya saya berdiskusi sama pasangan saya sih mengenai permasalahan yang sering saya hadapi, terus dengan dukungan yang dia kasih saja itu udah berharga banget buat saya. Terus juga suka curhat sama temen minta pendapat, gimana kuatin diri dan pastinya pendamping yang lebih sering saya ajak untuk memberikan soluski mengenai permasalahan tersebut.” (Informan DK, 2018)
Berikut penuturan informan YL dalam memilih
strategi pemecahan masalah:
“Dalam menghadapi masalah stigma tentunya saya harus menjaga lisan dan perilaku dimana orang lain mersa nyaman sama kita, dan untuk masalah ekonomi saya biasa berdiskusi dengan istri saya dimana kami mencatat pemasukan untuk mengetahui pembagian kebutuhan yang harus dilkeluarkan.”(Informan YL, 2018 )
69
Berikut penuturan informan DN dalam memilih
strategi pemecahan masalah:
“Biasanya saya suka minta pendapat sama temen, pendamping juga sama ibu saya apabila menghadapi masalah yang stigma itu. Dan saya biasanya tidak memperdulikan orang lain mau seperti apa ke saya, dengan menunjukkan peribadi yang baik serta berpartisipasi saya rasa sudah cukup untuk bisa masuk ke suatu lingkungan.” (Informan DN, 2018)
Berikut penuturan informan BY dalam memilih
strategi pemecahan masalah:
“Biasanya saya mencoba untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu walaupun emang tidak panjang pembicaraannya, kadang saya juga suka menunggu ditanya lalu kemudian saya respon dengan baik sampai muncul topik baru untuk dijadikan bahan obrolan.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara peneliti dengan ke-empat
informan, bahwa ke-empat informan mampu memilih
strategi dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Strategi yang digunakan ke-empat informan pun berbeda-
beda, ada yang membagi masalah kedalam satu tujuan dan
memecahkannya satu demi satu dan ada pula mencoba dan
langsung melihat hasil dari apa yang telah dilakukan.
4. Implementasi Pemecahan Masalah
Peneliti melakukan wawancara dengan ke-empat
informan mengenai implementasi pemecahan masalah untuk
mengetahui ke-empat informan telah menggunakan strategi
yang dibuatnya. Berikut merupakan penuturan dari informan
DK:
70
“Sudah, dengan banyaknya masukan yang diberikan oleh orang-orang terdekat saya, kemudian saya simpulkan. Bahwa saya harus yakin yang peduli dengan saya banyak dan menyikapi orang lain dengan baik. Intinya sih berprilaku baik aja gitu.” (Informan DK, 2018)
Berikut penuturan informan YL setelah menggunakan
strategi pemecahan masalah yang dibuatnya:
“Untuk yang stigma tentunya saya sudah mencoba dengan strategi yang tadi, dimana menjaga sikap dan perilaku agar orang lain merasa nyaman didekat saya. Untuk masalah ekonomi sedang saya jalankan yang saat ini mulai dipilah-pilah mengenai kebutuhan keluarga dan pribadi saya.” (Informan YL, 2018)
Berikut penuturan informan DN setelah
menggunakan strategi pemecahan masalah yang dibuatnya:
“Tentunya sudah saya coba semua pendapat yang diberikan oleh orang-orang terdekat saya dan sudah saya lakukan juga. Selama saya lakukan sih mulai bisa pelahan-lahan untuk masuk dalam suatu lingkungan dan mulai berkurang stigmanya setelah mereka mengenal saya.” (Informan DN, 2018)
Berikut penuturan informan BY setelah menggunakan
strategi pemecahan masalah yang dibuatnya:
“Tentunya sudah dan selalu saya lakukan untuk mempererat komunikasi dan hubungan sebagaimana keluarga, karena mau gimana pun beliau tetap orang tua saya yang harus saya hormati dan bahagiakan.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara peneliti dengan ke-empat
informan, bahwa strategi yang telah dibuatnya telah dicoba
dan digunakan dengan begitu ke-empat informan mampu
menyelesaikan permasalahan lain yang dimilkinya. Karena
71
ke-empat informan telah menemukan strategi yang mampu
mengurangi masalah yang dihadapinya.
5. Evaluasi Hasil
Peneliti melakukan wawancara dengan ke-empat
informan mengenai evaluasi hasil untuk mengetahui hasil
dari pemecahan masalah yang telah dilakukan. Berikut
merupakan penuturan dari informan DK:
“Alhamdulillah ya, seperti sekarang ini saya dapat berkomunikasi dengan baik. Saya mampu manguatkan diri ketika masalah itu terjadi lagi, karena saya ingat bahwa banyak orang yang mendukung saya untuk maju dan terus menjadi lebih baik.” (Informan DK, 2018)
Dari hasil wawancara peneliti dengan informan DK,
bahwa dukungan dari orang terdekat sangat penting untuk
penguatan diri pada orang yang terinfeksi HIV. hal tersebut
membuat informan DK mampu berkomunikasi
dilingkungannya dengan baik.
Berikut Penuturan dari informan YL mengenai hasil
dari pemecahan masalahnya:
“Hasil dari strategi saya dalam menghadapi stigma, Alhamdulillah berhasil seperti sekarang saya dapat membuka pikiran untuk masyarakat mengenai orang degan HIV/AIDS dan mendorongan Odha untuk bisa berubah dan menjadi lebih baik lagi. Kemudian dari masalah ekonomi sejauh ini bisa saya bagi kebutuhan untuk kesehatan saya dan kebutuhan keluarga saya.” (Informan YL, 2018)
Dari hasil wawancara peneliti dengan informan YL,
bahwa orang dengan HIV mampu mengapresiasikan
pendapatnya kepada orang lain dengan cara berperilaku yang
72
baik dan dalam menghadapi kerisis ekonomi perlunya
memperhitungkan pembagian kebutuhan agar tidak terjadi
kesalahan dalam perhitungan.
Berikut Penuturan dari informan DN mengenai hasil
dari pemecahan masalahnya:
“Strategi yang saya lakukan berhasil, dimana saya sudah mulai berbaur terutama juga bantuan dari KAKI dalam kegiatannya yang saya ikuti. Disitu saya sudah mulai bisa berteman dan mulai ada rangkulan dari lingkungan.”(Informan DN, 2018)
Dari hasil wawancara peneliti dangan informan DN,
bahwa kegiatan yang diadakan KAKI berdampak positif dan
membuat informan DN mampu berbaur serta membuat
informan DN dapat berteman dan mulai merasakan
rangkulan dilingkungannya.
Berikut Penuturan dari informan BY mengenai hasil
dari pemecahan masalahnya:
“Dengan strategi yang sudah saya terapkan dan lakukan, komunikasi saya mulai berjalan dengan baik, namun karena saya aktif di luar hal tersebut juga yang memungkinkan saya jarang berinteraksi dengan orangtua tiri saya untuk itu saya sempatkan luangkan wakti dirumah.” (Informan BY, 2018)
Dari hasil wawancara peneliti dengan informan BY,
bahwa informan BY sudah dapat berkomunikasi dengan
orangtua tirinya dan hal yang membuat informan BY
mengalami kesulitan berkomunikasi dikarenakan keaktifan
informan BY diluar rumah.
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif,
mengkaji keberfungsian sosial pada ODHA di Yayasan KAKI
untuk mengetahui kemampuan ODHA dalam menjalankan
kehidupan dengan kondisi fisik yang terinfeksi HIV serta
menerima stigma dan diskriminasi dari masyarakat.
Merujuk pada teori keberfungsian sosial Siporin (BAB II,
18) yaitu cara individu malaksanakan tugas dan memenuhi
kebutuhan mereka. Barker, Dubois dan Miley (BAB II, 18),
menjelaskan keterkaitannya keberfungsian sosial sebgaimana
kemampuan dalam memenui kebutuhan diri maupun keluarga
dan berkontribusi secara positif kepada masyarakat.
Dalam melakukan analisis terkait keberfungsian sosial
pada ODHA, peneliti menggunakan konsep Suharto (BAB II, 18-
19) yang mendefinisikan keberfungsian sosial pada 3 kemampuan
yaitu memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan peranan sosial
dan menghadapai goncangan dan tekanan.
A. Analisis Kemampuan dalam Memenuhi Kebutuhan
Dasar
1. Kebutuhan Fisiologis
Berdasarkan hasil temuan peneliti bahwa ke-empat
informan yang merupakan ODHA memiliki kondisi fisik
kesehatan yang baik karena ke-empat informan memberikan
nutrisi yang baik untuk tubuhnya serta pematuhan minum
obat ARV untuk menjaga daya tahan tubuh dari virus HIV
(BAB IV, 45-47).
73
74
Seperti yang diungkapkan Malow mengenai teori
kebutuhan fisiologis sebagaimana pemenuhi nutrisi untuk
kesehatan tubuh karena merupakan kebutuhan yang paling
dasar misalnya lagi oksigen, tidur dan terbebas dari rasa sakit
maupun nyeri. (BAB II, 21). Hal tersebut dapat menjelaskan
bahwa ke-empat informan mampu memenuhi kebutuban
dasar di tahap pertama.
2. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan
Berdasarkan hasil temuan peneliti ke-empat informan
tentunya memiliki rasa cemas karena terinfeksi HIV seperti
mengancaman dan menggangu hidupnya (BAB IV, 47-49).
Namun hal tersebut dapat ditangani oleh ke-empat infroman,
karena telah terpenuhinya kebutuhan fisiologis dan
melakukan patuh minum obat ARV yang merupakan
penanganan dalam melawan virus HIV.
Sebagai mana yang dijelas oleh Maslow, dimana
keselamatan dan keamanan juga merupakan bagian dari
fisiologis dimana bersifat perasaan seperti senang, cemas
maupun ancaman dari berbagai hal. Rasa tersebut dapat
muncul dikarenakan imajinasi yang berlebih dan penyakit.
(BAB II, 21).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa ke-empat
informan memenuhi kebutuhan keamanan dan keselamatan,
dikarenakan dapat mengatasi anacaman nyata dari virus HIV
dan telah memenuhi kebutuhan dasar tahap kedua.
75
3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Berdasarkan hasil temuan peneliti ke-empat informan
mendapatkan dukungan dan perhatian dari orang
disekitarnya, baik dari keluarga, sahabat, bahkan
pendamping di Yayasan KAKI. Dukungan dan perhatian
tersebut berdampak positif, dimana terdorongnya untuk
patuh minum obat dan lebih merasa percaya diri untuk
melanjutkan hidup (BAB IV, 50-51).
Sebagaimana yang diungkapkan Maslow dalam
teorinya, mengungkapkan bahwa kebutuhan mencintai sangat
besar pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang dan juga
dapat mendorong rasa emosional atau keinginan yang kuat
seperti ornag yang sedang sakit dan dia bertahan melawan
sakit dengan dukungan dari keluarganya (BAB II, 21).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa ke-empat
informan memenuhi kebutuhan mencintai dan dicintai
sebagaimana perhatian dan dukugan yang diterimnya agar
tetap bertahan melawan virus HIV dan telah memenuhi
kebutuhan dasar tahap ketiga.
4. Kebutuhan Harga Diri
Berdasarkan hasil temuan peneliti ke-empat informan
sangat aktif dan produktif dalam kegiatan sosial dan
seringkali terlibat dalam keanggotaan. Tentunya menjadi
nilai tersendiri untuk ke-empat informan dalam bentung
penghargaan diri terhadap dirinya dengan anggapan bahwa
mereka merasa dihargai dengan diikut sertakan sebagai
panitia (BAB IV, 53).
76
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Maslow dalam
teorinya, harga diri sebagaimana adanya bentuk penghargaan
dari sikap maupun lisan kepada orang lain. Sehinga memberi
nilai tersendiri kepda orang tersebut bahwa dirinya masih
dibutuhkan orang lain atau dirinya masih bisa diandalkan
orang lain maupun lingkungannya (BAB II, 22).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa ke-empat
informan memenuhi kebutuhan harga diri sebagaimana
adanya bentuk menghargai dan dihargai yang menimbulkan
rasa dibutuhkan dan berguna bagi orang lain walaupun
terinfeksi HIV, ke-empat informan mampu memenuhi
kebutuhan dasar tahap keempat.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti, bahwa ke-empat informan mampu mengatur diri
dari tekanan adanya stigma dengan mengapresiasikan
kemampuan yang dimilikinya kepada masyarakat. Sehingga
masyarakat tidak lagi menilai seseorang karena
masalalalunya atau karena status Odhanya (BAB IV, 55).
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Maslow dalam
teorinya, dimana seseornag tersebut sudah mampu mengatur
ataupun mengendalikan diri dari berbagai tekakan yang
menimpa seseorang. Membebaskan diri dari tekanan
merupakan suatu pencapaian kematangan pada diri (BABII,
22).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa ke-empat
informan memenuhi kebutuhan aktualisasi, dimana tidak lagi
77
merasa adanya tekanan dan sudah mampu mengapresiasikan
kemampuannya dan menunjukkan bahwa mereka telah
mencapai kematangan diri dan ke-empat informan mampu
memenuhi kebutuhan dasar tahap kelima.
B. Analisis Kemampuan dalam Melaksanakan Peran Sosial
1. Istilah Tentang Individu
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti, bahhwa ke-empat informan memegang peran
masing-masing didalam keluarga baik sebagai anak bahkan
kepala keluarga dan berperan sebagai masyarkat yang aktif
dilingkungan yang ditempatinya. Ke-empat informan
tentunya memiliki peran yang sama yaitu merupakan anggota
dampingan di Yayasan KAKI (BAB IV, 57).
Sebagaimana yang dijelaskan Cooley dan Mead
dalam teorinya, sebagaimana ornag yang mendapatkan peran
adalah aktor. Dalam menjalankan perannya, perilaku aktor
akan membentuk identitas diri yang akan di nilai oleh orang
lain (BAB II, 23).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa ke-empat
informan mampu melaksanakan peran sosial, dimana ke-
empat informan memegang peranan yang dapat membentuk
identintas diri. Baik sebagai masayarakat maupun sebagai
anggota dampingan.
2. Istilah Tentang Perilaku
Berdasarkan hasil temuan peneliti ke-empat informan
dapat memerankan atau berperilaku dengan baik saat berada
di lingkungan masyarakat. Dengan berperilaku yang baik,
78
ke-empat informan pun berharap mendapat perilaku yang
baik juga dari lingkungan sekitar (BABI IV, 58-61).
Sebagaimana yang dijelaskan Biddle & Thomas
dalam teorinya, harapan tentang peran adalah suatu harapan
dari perilaku yang pantas dengan status sosialnya. Peran
tentunya menunjukkan perilaku entah baik atau buruk
tergantung aktor yang menciptakannya (BAB II, 23-25).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa ke-empat
informan telah berperilaku sebagaimana peran yang
dijalankannya baik dengan harapan mendapat perilaku yang
baik dari orang lain, maupun berperilaku sebagaimana
pandangan orang lain. Maka dari itu ke-empat informan
mampu melaksanakan peran sosial dalam berperilaku
dilingkungannya.
3. Istilah Tentang Kedudukan Orang dan Perilaku
Kedudukan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti, bahwa ke-empat informan memiliki pekerjaan dan
kedudukannya sendiri dalam menjalani peran sebagaimana
peran atau kedudukan yang di dapat dalam suatu organisasi.
Dengan kedudukan yang dimilikinya tentunya berpengaruh
pada perilakunya, sebagaimana rasa tanggung jawab dari
kedudukan yang diperankannya (BAB IV, 61).
Sebagaimana yang dijelasakan Secord and Backman
dan Biddle and Thomas sebagaimana teorinya, dalam satu
kelompok tentunya memiliki kedudukan masing-masing
dengan sifat yang beragam. Dengan kedudukan dan sifat
79
yang beragam tersebut akan saling melengkapi satu sama lain
dan juga menimbulkan reaksi dari perilaku berdasarkan
sifatnya (BAB II, 25).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa ke-empat
informan dapat berperilaku sesuai dengan kedudukan yang
dimilikinya. Selama melakukan peranannya, ke-empat
informan menunjukkan perilaku yang positif sebagaimana
mereka diperlakukan dengan baik dan dipercayai dalam
memerankan peran tersebut.
4. Istilah Tentang Kaitan Orang dan Perilaku
Berdasarkan hasil temuan peneliti ke-empat informan
menyadari dirinya berstatus ODHA dan melakukan
penyesuaian dengan perlahan. Berawal dari bahasa kemudian
perilaku dan diselingi dengan kemampuan yang dimilikinya
agar mendapat respon yang baik dari masyarakat
dilingkungnannya (BAB IV, 65).
Seperi yang dijelaskan pada Biddle & Thomas
sebagaimana teorinya, kaitan orang dan perilaku tentunya
penting. Hal tersebut akan membentuk ciri khas pada
pemegang peran atau aktor, hal tersebut akan memperkuat
peran yang dimaikan aktor itu sendiri (BAB II, 25-26).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa ke-empat
informan mampu melakukan penyesuaian dari perbedaan
status terinfeksi HIV dan tidak terinfeksi HIV. selama
melakukan penyesuaian, ke-empat informan
mendeskripsikan peran yang cermat. Dimana ke-empat
informan telah mendeskripsikan tiap peran yang dimainkan
80
orang lain dan lebih mudah untuk disesuaiakn dengn peran
yang kita mainkan.
C. Analisis Kemampuan dalam Menghadapai Goncangan
dan Tekanan
1. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti, bahwa ke-empat infroman mampu memahami
masalah yang pernah dihadapinya. Dan sejauh ini
permasalahan yang dihadapai ke-empat informan yaitu
adanya stigma dari lingkungannya (BAB IV, 66-67).
Seperti yang dijelaskan Bransford dan Stein
indentifikasi merupakan suatu langkah awal dalam
memecahkan suatu masalah.dalam memahami suatu masalah
tentunya sulit karena memerlukan daya kreativitas maupun
daya ingat yang mampu menyatukan sebab-sebab dari
masalah tersebut, ketahanan dalam menghadapi masalah
tersbut dan kemauan untuk perlahan dalam menyelesaikan
permasalahan (BAB II, 27-28).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa ke-empat
informan mampu melewati langkah pertama dalam
pemecahan masalah, dimana ke-empat informan dapat
memahami permasalahan yang pernah menghampiri
hidupnya. Dengan begitu ke-empat informan pun mampu
dapat lebih mudah memecahkan masalah yang dihadapinya.
2. Penggambaran Masalah
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti, bahwa ke-empat informan mampu menggambarkan
81
masalah yang dihadapinya dan permasalahan yang telah
digambarkan merupakan masalah yang memang atau sedang
diselesaikan terlebih oleh ke-empat infroman (BAB IV, 68).
Seperti yang dijelaskan Bransford dan Stein dalam
teorinya, pengambaran dimana dapat membantu individu
menjabarkan permasalahan yang kemudian memberikan
makna sehingga individu mampu memahami suatu
permasalhan tersebut (BAB II, 28).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa ke-empat
informan sudah memiliki gambaran dari permasalahan yang
dihadapinya, dan membuatnya lebih mudah untuk
memahami masalah yang dihadapinya dengan benar dan
telah tersusun.
3. Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil temuan peneliti ke-empat informan
mampu memilih strategi ketika memecahkan masalah yang
dihadapinya. Strategi yang digunakan ke-empat informan
pun berbeda-beda, ada yang membagi masalah kedalam satu
tujuan dan memecahkannya satu demi satu dan ada pula
mencoba dan langsung melihat hasil dari apa yang telah
dilakukan (BAB IV, 69).
Seperti yang dijelaskan Bransford dan Stein dalam
teorinya, dimana ini merupakan rangkaian untuk
memecahkan suatu masalah. Strategi yang akan diambil
mempermudah individu untuk mengambil langkah dalam
memulai pemecahan suatu masalah, strategi juga dibuat agar
82
permasalahan tersebut akan mengkrucut dan lebih mudah
untuk diselesaikan (BAB II, 28-29).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa ke-empat
informan mampu memilih strategi dalam memecahkan
masalah, terlihat dari bahgaimana ke-empat informan
memiih dan dibenarkan dengat teori tersebut dan membuat
menjadi lebih sederhana dalam pemecahan masalah.
4. Implementasi Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti, bahwa strategi yang telah dibuatnya telah dicoba
dan digunakan dengan begitu, ke-empat informan mampu
menyelesaikan permasalahan lain yang dimilkinya. Karena
ke-empat informan telah menemukan strategi yang mampu
mengurangi masalah yang dihadapinya (BAB IV, 70-71).
Seperti yang dijelaskan Bransford dan Stein dalam
teorinya, ini merupakan langkah percobaan terhadap trategi
yang telah dibuat. Dalam mencoba strategi tentunya individu
akan mendapat pengalaman baru dan menemukan solusi lain
ketika mencobanya, sebagaimana bentuk penilaian terhadap
strategi yang telah dibuat (BAB II, 29).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa ke-empat
informan telah melakukan tahap dimana mencoba strategi
yang telah dipilihnya untuk dijadikan alat pemecah masalah
yang dihadapinya sekaligus untuk mengidentifikasi dan
memahami masalah dengan benar.
83
5. Evaluasi Hasil
Berdasarkan hasil temuan peneliti strategi yang telah
dipilih ke-empat informan berjalan dengan baik, dimana
masalah yang dihadapinya dapat diatasi dengan baik sesuai
dnegan strategi yang telah direncanakan (BAB IV, 71-72)
Seperti yang dijelaskan Bransford dan Stein dalam
teorinya, evaluasi dimana individu tersebut sudah
mendapatkan apa yang telah dijalankannya seperti strategi
yang telah disusun dan dijalankan oleh individu tersebut
(BAB II, 29).
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa, ke-empat
informan mampu menghadapi goncangan dan teknan yang
dialaminya, dengan memecahkan masalahnya dengan terarah
seperti ang sudah dilakukan ke-empat informan. Dengan
berhasilnya ke-empat informan dalam menggunakan strategi
dan juga menjalankan startegi tersebut dapat dikatakan
bahwa informan mampu menghadapi goncangan dan tekanan
yang dialaminya selama ini.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil analisis peneliti mengenai Keberfungsian Sosial
pada Orang dengan HIV/AIDS di Yayasan KAKI kota
Depok melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi
membuktikan bahwa orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
mampu menjalankan keberfungsian sosialnya. Hal tersebut
diukur dengan menggunakan konsep keberfungsian sosial
Edi Suharto yang melihat pada tiga kemampuan, yaitu:
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar dilihat dari
kondisi kesehatan baik jasmani dan rohaninya, kemampuan
dalam melaksanakan peran sosial dilihat dari perilaku dalam
memerankan peran yang dimainkan, dan kemampuan dalam
menghadapi goncangan dan tekanan dilihat dari kemampuan
dalam mengatasi masalah yang sedang diatasi sampai dengan
selesai.
Setelah mengetahui hasil dari penelitian, bahwa ke-
empat informan mampu melakukan tiga kemampuan dari
konsep keberfungsian sosial. Hal tersebut juga dipicu dari
adanya dukungan keluarga, teman-teman, pendamping, dan
masyarakat sekitar juga adanya bentuk perhatian yang
diberikan oleh keluarga, teman-teman, pendamping dan
masyarakat sekitar. Tentunya patuh minum obat ARV dan
melakukan konsul ke doker juga menjadi alasan ke-empat
informan mampu bertahan melawan virus HIV.
84
85
B. Implikasi
Sebagai suatu bentuk penelitian tentunya diharapkan
dapat bermanfaat untuk banyak pihak. Sebagaimana
implikasi tersebut dutujukan untuk:
1. Memberikan manfaat untuk peksos dalam mengembangkan
teori mengenai keberfungsian sosial pada orang dengan
HIV/AIDS dapat menggunakan konsep Suharto yang melihat
pada tiga indikator yaitu kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dasar, kemampuan dalam melaksanakan peranan
sosial, dan kemampuan dalam menghadapi goncangan dan
tekanan.
2. Memberikan manfaat untuk Yayasan KAKI, sebagaimana
hasil penelitian ini memberikan persepsi bahwa untuk
membantu atau menangani orang dengan HIV/AIDS tidak
hanya fokus pada satu titik yaitu kesehatannya. Tetapi juga
dapat mengkaitkan dengan banyak pihak seperti beradaptasi
dengan lingkungan masyarakat.
C. Saran
Dari hasil penelitian ini, tentunya peneliti
menemukan adanya kekukurangan dan saran tersebut
ditujukan untuk:
1. Yayasan Komunikasi Aksi Kemanusian Indonesia (KAKI)
Memasukkan interfensi keluarga dalam program yang
ada di KAKI, karena keluarga sangat berperan dalam
mengembalikan keberfungsian sosial pada orang dengan
HIV/AIDS. dan perlu ditingkatkan dukungan dan perhatian
86
agar orang dengan HIV/AIDS mampu melakukan aktivitas
dan patuh minum obat ARV.
2. Orang dengan HIV/AIDS di Yayasan KAKI
Diharuskan untuk patuh minum obat ARV karena
sangat membantu dalam ketahanan tubuh untuk melawan
virus HIV dan memper mudah ODHA untuk beraktivitas
kembali.
3. Peneliti berikutnya
Peneliti selanjutnya dianjurkan untuk memperdalam
ilmu keberfungsian sosial terutama untuk orang dengan
HIV/AIDS, karena perlu dikembangkan kehidupan dari
orang dengan HIV/AIDS.
Daftar Pustaka
Abdulsyani. 2012. SOSIOLOGI Skematika, Teori, dan Terapan. Cetakan Keempat. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Penerbit Salemba.
Fahrudin, Adi. 2014. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Cetakan Kedua. Bandung: PT Refika Aditama.
Fauziyah, Fauziyah, Zahroh Shaluhiyah, and Priyadi Nugraha Prabamurti. 2018. “Respon Remaja Lelaki Suka Lelaki (LSL) Dengan Status HIV Positif Terhadap Pencegahan Penularan HIV Kepada Pasangan.” Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 13 (1): 17–31. https://doi.org/10.14710/jpki.13.1.17-31.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara.
J. Moleong, Lexy. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Cetakan Keduapuluhenam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Karyadi, Teguh H. 2017. “Keberhasilan Pengobatan Antiretroviral (ARV)” 4 (March): 1.
Latifah, Darastri, and Nandang Mulyana. 2017. “PERAN PENDAMPING BAGI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA).” Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2 (3). https://doi.org/10.24198/jppm.v2i3.13543.
Mahardining, Anggipita Budi. 2010. “Hubungan antara Pengetahuan, Motivasi, dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Terapi Arv Odha.” KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat 5 (2). https://www.neliti.com/publications/25351/hubungan-antara-pengetahuan-motivasi-dan-dukungan-keluarga-dengan-kepatuhan-tera.
Martono, Nanang. 2010. METODE PENELITIAN KUANTITATIF: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder (sampel halaman gratis). RajaGrafindo Persada.
Maulidya, Anita. 2018. “BERPIKIR DAN PROBLEM SOLVING.” Ihya’ Al ’Arabiyah 4 (1). http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ihya/article/view/1381.
87
88
Muliarta. 2011. “Penderita HIV/AIDS di Indonesia Masih Alami Diskriminasi Akses Kesehatan.” VOA Indonesia. September 12, 2011. https://www.voaindonesia.com/a/penderita-hivaids-di-indonesia-masih-alami-diskriminasi-akses-kesehatan-129700543/98126.html.
Noor, Juliansyah. 2014. Metodelogi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Cetakan keempat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nurbani, Farah. 2012. “Dukungan Sosial Pada ODHA,” May. http://repository.gunadarma.ac.id:8080/jspui/handle/123456789/1880.
Okezone. 2018. “330.152 Penduduk Indonesia Mengidap HIV AIDS, Mayoritas Masih Belia : Okezone Lifestyle.” https://lifestyle.okezone.com/. June 1, 2018. https://lifestyle.okezone.com/read/2018/05/31/481/1905072/330-152-penduduk-indonesia-mengidap-hiv-aids-mayoritas-masih-belia.
Pardita, Dewa Putu Yudi, and I. Ketut Sudibia. 2016. “ANALISIS DAMPAK SOSIAL, EKONOMI, DAN PSIKOLOGIS PENDERITA HIV AIDS DI KOTA DENPASAR.” Buletin Studi Ekonomi, February. https://ojs.unud.ac.id/index.php/bse/article/view/18814.
Patnani, Miwa. 2013. “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING PADA MAHASISWA.” Jurnal Psikogenesis 1 (June): 134–35.
Radio, Kantor Berita. 2015. “Sulit Cari Kerja, ODHA di Kupang Minta Bantuan Modal Usaha.” kbr.id. October 5, 2015. https://kbr.id/nusantara/10-2015/sulit_cari_kerja__odha_di_kupang_minta_bantuan_modal_usaha_/76410.html.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sefrina, Fauziah. 2016. “HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT JALAN.” Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan 4 (2): 140–60. https://doi.org/10.22219/jipt.v4i2.3609.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Cetakan Keduapuluh. Bandung: Alfabeta.
89
Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Cetakan Kelima. Bandung: PT Refika Aditama.
Suryabrata, Sumadi. 2011. Metode Penelitian. Cetakan keduapuluhdua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
“Yayasan KAKI.” n.d. Accessed January 27, 2019. http://kaki.or.id/.
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
Keberfungsian Sosial
1. Kemampuan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar 1.1. Kebutuhan Fisiologis
a. Apakah Bapak/Ibu memiliki riwayat penyakit? b. Bagaimana pemenuhan nutrisi Bapak/Ibu dengan riwayat
penyakit yang dimiliki? c. Apakah aktivitas Bapak/Ibu terganggu dengan riwayat
penyakit yang dimiliki? 1.2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
a. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika berada di Yayasan KAKI?
b. Apakah Bapak/Ibu pernah merasa terancam saat pertama kali bertemu dan berkenalan dengan orang?
1.3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai a. Apakah Bapak/Ibu memiliki teman, sahabat, atau pasangan? b. Bagaimana kedekatan Bapak/Ibu dengan teman, sahabat, atau
pasangan? 1.4. Kebutuhan Harga Diri
a. Seberapa sering Bapak/Ibu terlibat dalam kegiatan baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI?
b. Selain aktif di Yayasan KAKI, Bapak/Ibu aktif di organisasi apa saja?
1.5. Kebutuhan Aktualisasi Diri a. Apa saja ilmu pengetahuan yang Bapak/Ibu kuasai? b. Bagaimana komunikasi Bapak/Ibu baik di lingkungan
keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI? 2. Kemampuan dalam Melaksanakan Peranan Sosial
2.1. Berbagai Istilah Tentang Orang-orang a. Apa peran Bapak/Ibu di lingkungan keluarga, masyarakat,
dan Yayasan KAKI? 2.2. Berbagai Istilah Tentang Perilaku
a. Bagaimana Bapak/Ibu ketika berperan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI?
b. Apa pendapat Bapak/Ibu mengenai situasi dalam menjalankan peranan sosial?
2.3. Berbagai Istilah Tentang Kedudukan Orang dan Perilaku Kedudukannya a. Apa pekerjaan Bapak/Ibu? b. Apa Bapak/Ibu pernah terlibat sebagai anggota dalam
organisasi? c. Apa harapan Bapak/Ibu dalam menjalankan peranan sosial?
2.4. Berbagai Istilah Tentang Kaitan Orang dan Perilaku a. Bagaimana penyesuaian diri Bapak/Ibu ketika berada di
lingkungan masyarakat? b. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai penyesuaian yang
telah dilakukan? 3. Kemampuan dalam Menghadapi Goncangan dan Tekanan
3.1. Identifikasi Masalah a. Apakah Bapak/Ibu pernah dan sedang mengalami suatu
masalah? 3.2. Penggambaran Masalah
a. Masalah seperti apasaja yang pernah dialami oleh Bapak/Ibu? 3.3. Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
a. Strategi seperti apa yang dilakukan oleh Bapak/Ibu dalam mengahadapi suatu masalah?
3.4. Implementasi Pemecahan Masalah a. Apakah Bapak/Ibu sudah mencoba memecahan masalah
dengan strategi yang sudah dibuat? 3.5. Evaluasi Hasil
a. Bagaimana hasil dari penerapan strategi yang Bapak/Ibu pilih dalam memecahkan masalah?
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : DK
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 10 Oktober 1987
Usia : 31 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Aktivis dan Make Up Artis
Waktu dan Tempat : Kantor Yayasan KAKI, Depok pada 11 April 2018
Daftar Pertanyaan
No. Permasalahan Indikator Pertanyaan Jawaban 1. Keberfungsian
Sosial Orang dengan HIV/AIDS Kemampuan Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar
Kebutuhan Fisisologis
Apakah Bapak/Ibu memiliki riwayat penyakit?
Penyakit terbesar yang saya miliki untuk saat ini HIV
Bagaimana pemenuhan nutrisi Bapak/Ibu dengan riwayat penyakit yang dimiliki?
Pertama penting bagi saya untuk menjaga pola makan, kemudian mengontrol atau mengecek kesehatan ke dokter di RSU Depok bersama pendamping, dan mengkonsumsi vitamin ARV untuk menjaga daya tahan tubuh yang terinfeksi HIV agar
tidak mudah lelah untuk beraktivitas
Apakah aktivitas Bapak/Ibu terganggu dengan riwayat penyakit yang dimiliki?
Awalnya terganggu ya karena badan mudah lelah, tapi setelah rutin meminum vitamin ARV saya merasa lebih baik dan mampu untuk melakukan aktivitas maupun ikut kegiatan di KAKI dan di lingkungan rumah jadi untuk saat ini sudah tidak terganggu
Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika berada di Yayasan KAKI?
Senang karena teman-teman disini sangat merangkul dan banyak kegiatan yang bisa saya ikuti disini, kemudian pendamping disini juga membantu saya dalam akses kesehatan dan memberi dukungan agar saya peduli dengan kesehatan tubuh dan terus menjaga kondisi tubuh tetap sehat dengan mongkonsumsi vitamin ARV, juga menguatkan saya untuk tetap aktif dalam menjalani hidup
Apakah Bapak/Ibu
Awalnya pernah ya saya merasa
pernah merasa terancam saat pertama kali bertemu dan berkenalan dengan orang?
terancam karena adanya stigma apalagi orang yang baru saya temui mengetahui status saya sebagai Odha ditambah wawasan saya waktu itu juga belum luas, kemudian di KAKI memberikan ilmu mengenai penularan HIV kemudian kegiatannya juga terjun langsung kelapangan. Jadi saya sudah sering bertemu dengan orang baru dan sudah tidak merasa terancam lagi
Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Apakah Bapak/Ibu memiliki teman, sahabat, atau pasangan?
Ya saya memiliki teman/sahabat yang sudah seperti keluarga di KAKI yang peduli sama saya dan bener-bener kasih support buat saya pokoknya saling support. Saya pernah menikah dan memiliki pasangan namun sudah bercerai, untuk pasangan yang baru ada dan tentunya ngasih support tapi lebih sering berdiskusi minta pendapat gitu
Bagaimana kedekatan
Kedekatan saya dengan
Bapak/Ibu dengan teman, sahabat, atau pasangan?
teman/sahabat Alhamdulillah berjalan dengan baik dan sangat kuat karena kami saling support satu sama lain, seperti ketika saya berada di rumah sakit dan merekalah yang terus menguatkan saya untuk bertahan dan terus memberikan perhatian sehingga saya bisa seperti sekarang ini. Kemudian dengan pasangan juga sama berjalan dengan baik selalu memberikan solusi dan mensupport saya sedang ada masalah
Kebutuhan Harga Diri
Seberapa sering Bapak/Ibu terlibat dalam kegiatan baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI
Saya termasuk orang yang aktif ya, jadi semua kegiatan dimanapun itu saya ikutin juga untuk menghilangkan stigma bahwa Odha juga bisa aktif seperti orang pada umumnya. Untuk kegiatan di keluarga saya suka ikut acara kumpul-kumpul seperti arisan itu saya suka ikut karena saya deket sama keluarga. kemudian di
lingkungan masyarakat saya juga aktif kebetulan ayah saya RW jadi saya ikut bantu karang taruna kalau ada kegiatan seperti 17an, maulidan/pengajian dan di Yayasan KAKI saya lebih aktif lagi karena yang membuat saya berani untuk aktif berasal dari KAKI
Selain aktif di Yayasan KAKI, Bapak/Ibu aktif di organisasi apa saja?
Saya aktif di karangtaruna, Perwade (Persatuan Waria Depok), Humakita, Srikandi Voli, dan All Axist Badminton
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Apa saja ilmu pengetahuan yang Bapak/Ibu kuasai?
Saya lebih menguasi ilmu sosiologi, karena saya suka yang berbau kemasyarakatan kemudian juga ilmu politik, saya suka baca berita atau menonton berita ter-update
Apa saja keahlian yang Bapak/Ibu sukai dan kuasai?
Keahlian yang saya kuasai seperti pekerjaan saya yaitu make up artis (MUA)
Bagaimana komunikasi Bapak/Ibu di lingkungan keluarga,
Alhamdulillah komunikasi dengan keluarga baik-baik saja kemudian di masyarakat juga
masyarakat, dan Yayasan KAKI?
baik, karena saya dekat atau membaur dengan masyarakat. Di KAKI juga sangat baik dengan teman/sahabat juga dengan pendamping dan staff yang ada di KAKI
2. Keberfungsian Sosial Orang dengan HIV/AIDS Kemampuan dalam Menjalankan Peranan Sosial
Tentang Individu
Apa peran Bapak/Ibu di lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI
Peran saya di keluarga sebagai seorang anak pertama yang memiliki adik. Peran dalam lingkungan masyarakat sebagai anak RW saya mengikut sertakan diri saya dengan kegiatan gotong royong/kerja bakti karena saya juga merupakan masyarakat. Peran saya di KAKI sebagai anggota dampingan dan aktivis, dimana saya membantu untuk menguatkan dampingan lainnya
Tentang Perilaku
Bagaimana Bapak/Ibu ketika berperan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI?
Di lingkungan keluarga sebagai seorang anak saya harus berbakti dan membahagiakan kedua orangtua saya dengan membantu mencari nafkah atau pemasukan di rumah dan membantu membimbingadik-
adik saya. Di masyarakat saya merupakan anggota karangtaruna suka membantu angota lainnya dalam membuat/menyusun suatu kegiatan, bertukar pendapat dan lainnya. Di KAKI selain anggota dampingan saya juga bertugas membantu staff seperti menginput data, melakukan sharing dengan teman dampingan lain juga terkadang saya ikut menjadi penjangkauan dimana saya terjun kelapangan dan mendata komunitas waria
Apa pendapat Bapak/Ibu mengenai situasi dalam menjalankan peranan dilingkungan masyarakat?
Karena saya memiliki kepribadian yang lembut, terkadang saya seperti merasa diawasi atau diisengin dalam arti bercanda tapi saya tidak marah atau ambil hati karena ya saya memang seperti ini dan untuk menjauhi hal-hal yang tidak diinginkan cara berpenampilan saya tetap seperti laki-
laki, intinya mereka menerima dengan kepribadian saya dan status saya sebagai Odha
Tentang Kedudukan Orang dan Perilaku Kedudukannya
Apa pekerjaan Bapak/Ibu?
Pekerjaan saya Make Up Artis (MUA) dan pemegang kostum untuk pemain film, kemudian saya juga aktivis di KAKI jadi kalau ada aksi mengenai HIV/AIDS saya ikut serta
Apa Bapak/Ibu pernah terlibat sebagai anggota dalam organisasi?
Pernah, lebih sering di KAKI sih ya karena saya aktif di KAKI, kalau di KAKI saya pernah menjadi ketua, bendahara, dan humas dalam suatu kegiatan untuk penyuluhan HIV/AIDS, kemudian di masyarakat saya pernah menjadi sekertaris dalam suatu kegiatan karang taruna
Apa harapan Bapak/Ibu dalam menjalankan peran di masyarakat?
Harapan saya, masyarakat dapat menerima saya tanpa ada stigma sebagai masyarakat, dengan menunjukkan perilaku saya yang baik semoga masyarakat juga berbaik hati kepada
saya gitu Tentang Kaitan Orang dan Perilaku
Bagaimana penyesuaian diri Bapak/Ibu ketika berada di lingkungan masyarakat?
Yaitu dengan melihat atau menilai karakter seseorang itu seperti apa, terutama dalam menjaga sikap baik lisan maupun perbuatan. Kemudian dengan menunjukkan keahlian yang kita miliki sehingga masyarakat dapat menerima kita sebagai masyarakat yang aktif/produktif.
Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai penyesuaian yang telah dilakukan?
Sejauh ini berjalan dengan baik ya, dimana saya sudah bisa berbaur dengan masyarakat tanpa takut adanya stigma, ya mungkin masih ada yang stigma tetapi yang saya rasakan sejauh ini baik-baik saja
3. Keberfungsian Sosial Orang dengan HIV/AIDS Kemampuan dalam Menghadapi Goncangan dan Tekanan
Identifikasi Masalah
Apakah Bapak/Ibu pernah dan sedang mengalami suatu masalah?
Kalau mengalami suatu masalah pasti pernah, dan masalah yang sering saya hadapi itu munculnya rasa terpuruk atau kurang percaya diri karena terinfeksi oleh HIV dan hal tersebut membuat saya untuk mundur dan tidak berani melakukan sesuatu yang
harusnya saya lakukan
Penggambaran Masalah
Masalah seperti apasaja yang pernah dialami oleh Bapak/Ibu?
Masalah yang saya hadapi tidak jauh dari stigma masyarakat dikarenakan kepribadian saya yang lembut dan bersatus Odha, hal tersebut yang dapat mengganggu psikologis saya dan merasa ingin menyendiri
Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Strategi seperti apa saja yang dilakukan oleh Bapak/Ibu dalam menghadapi suatu masalah?
Biasanya saya berdiskusi sama pasangan saya sih mengenai permasalahan yang sering saya hadapi, terus dengan dukungan yang dia kasih saja itu udah berharga banget buat saya. Terus juga suka curhat sama temen minta pendapat, gimana kuatin diri dan pastinya pendamping yang lebih sering saya ajak untuk memberikan soluski mengenai permasalahan tersebut
Implementasi Pemecahan Masalah
Apakah Bapak/Ibu sudah mencoba memecahkan
Sudah, dengan banyaknya masukan yang diberikan oleh orang-orang terdekat
masalah dengan strategi yang sudah dibuat?
saya, kemudian saya simpulkan. Bahwa saya harus yakin yang peduli dengan saya banyak dan menyikapi orang lain dengan baik. Intinya sih berprilaku baik aja gitu
Evaluasi Hasil
Bagaimana hasil dari penerapan strategi yang Bapak/Ibu pilih dalam memecahkan masalah?
Alhamdulillah ya, seperti sekarang ini saya dapat berkomunikasi dengan baik. Saya mampu manguatkan diri ketika masalah itu terjadi lagi, karena saya ingat bahwa banyak orang yang mendukung saya untuk maju dan terus menjadi lebih baik
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : YL
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Jakarta 25 Mei 1982
Usia : 35 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Aktivis KAKI dan Pedagang hewan (Burung)
Waktu dan Tempat : Kantor Yayasan KAKI, Depok pada 11 April 2018
Daftar Pertanyaan
No. Permasalahan Indikator Pertanyaan Jawaban 1. Keberfungsian
Sosial Orang dengan HIV/AIDS Kemampuan Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar
Kebutuhan Fisisologis
Apakah Bapak/Ibu memiliki riwayat penyakit?
Saya memiliki riwayat penyakit menular Hepatitis C dan HIV
Bagaimana pemenuhan nutrisi Bapak/Ibu dengan riwayat penyakit yang dimiliki?
Tentunya dalam pemenuhan nutrisi yaitu dengan menjaga pola makan untuk daya tahan tubuh, kemudian saya mengkonsumsi vitamin untuk Hepatitis C karena ini merupakan penyakit yang harus dituntaskan terlebih dahulu setelah itu saya juga
mengkonsumsi vitamin ARV untuk HIV dan tidak lupa untuk selalu mengontrol kesehatan ke dokter di RSUD Depok
Apakah aktivitas Bapak/Ibu terganggu dengan riwayat penyakit yang dimiliki?
Terganggu tentunya, karena saya terbilang aktif di berbagai organisasi terutama bagian Jarum Suntik dimana saya turun kelapangan dan menginput data dari komunitas jarum suntik. Saya butuh energi yang banyak untuk bisa mengerjakan semuanya tetapi dengan kondisi fisik, jadi saya harus membagi waktu bekerja dan istirahat
Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika berada di Yayasan KAKI?
Nyaman karena disini saya bebas berpendapat, teman-teman di KAKI juga merangkul sekali kemudian saya mendapat bantuan dalam akses kesehatan dimana saya dengan mudah dapat mengontrol kesehatan saya. Kemudian kegiatannya juga menambah wawasan untuk saya
Apakah Bapak/Ibu pernah merasa terancam saat pertama kali bertemu dan berkenalan dengan orang?
Terancam iya pernah, dimana saya merasa semua orang memperhatikan saya padahal nyatanya enggak. Tetapi selama di KAKI saya suka berkomunikasi dengan masyarakat jadi sudah tidak merasa adanya ancaman dan lebih terbuka dengan orang yang baru sehingga mereka merasa nyaman
Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Apakah Bapak/Ibu memiliki teman, sahabat, atau pasangan?
Saya lebih merasa keluarga ya dari pada teman, karena mereka ada untuk saya dan saya ada untuk mereka. pasangan tentunya ada, saya memiliki seorang istri yang menerima saya sebagai Odha dan selalu mensupport saya
Bagaimana kedekatan Bapak/Ibu dengan teman, sahabat, atau pasangan?
Sangat dekat, bahkan disaat tidak bertemu saya suka menanyakan kabar melalui handphone lewat pesan online. Saya dengan pasangan/istri sangat dekat dimana kami suka bersosialisasi dan bertukar pendapat untuk
menentukan solusi dari permasalahan yang dihadapi
Kebutuhan Harga Diri
Seberapa sering Bapak/Ibu terlibat dalam kegiatan baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI
Untuk terlibat dalam kegiatan, saya lebih sering di KAKI karena pada awalnya KAKI yang membuat saya jadi berani untuk aktif, kemudian di KAKI juga berbaur dengan masyarakat jadi suka terlibat juga dengan masyarakat
Selain aktif di Yayasan KAKI, Bapak/Ibu aktif di organisasi apa saja?
Jaringan Aksi Perubahan Indonesia (JAPI)
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Apa saja ilmu pengetahuan yang Bapak/Ibu kuasai?
Saya lebih ke seputar kesehatan ya, karena lingkungan saya dibidang itu. Seperti HIV/AIDS, Hepatitis dan Narkoba. Terutama dalam pemakaian jarum suntuk
Apa saja keahlian yang Bapak/Ibu sukai dan kuasai?
Saya suka musik terutama dalam bernyanyi dan teater, tetapi saya tidak dapat memainkan alat musik dan tidak mengikuti teater
Bagaimana komunikasi Bapak/Ibu baik di lingkungan keluarga,
Komunikasi dengan lingkungan keluarga berjalan dengan baik karena saya suka berkunjung ke
masyarakat, dan Yayasan KAKI?
rumah sodara maupun sodara yang berkunjung ke saya, kemudian dengan istri dan anak-anak saya juga baik karena kami suka menghabiskan liburan bersama walaupun dirumah. Untuk di masyarakat baik tetapi saya tidak terlalu aktif karena faktor waktu, namun saya tetap mengikuti kegiatan dan menjaga komunikasi dengan baik. Di KAKI komunikasi saya sangat baik karena saya lebih sering berada di KAKI, walaupun berstatus Odha tapi saya tetap harus produktif.
2. Keberfungsian Sosial Orang dengan HIV/AIDS Kemampuan dalam Menjalankan Peranan Sosial
Tentang Individu
Apa peran Bapak/Ibu di lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI
Saya kepala keluarga atau seorang ayah yang memiliki satu istri dan tiga orang anak putra putri. Saya merupakan masayarakat biasa yang ikut berpartisipasi ketika ada kegiatan di lingkungan rumah/masyarakat. Di KAKI saya merupakan anggota dampingan dan
aktivis dimana saya juga bekerja untuk lembaga yaitu dengan membantu pendamping dalam mengelola data atau menyusun rangkaian kegiatan di KAKI
Tentang Perilaku
Bagaimana Bapak/Ibu ketika berperan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI?
Menjadi kepala keluarga dimana saya harus memberi nafkah kepada istri saya dan menyekolahkan anak-anak saya juga membantu kawan saya untuk mendagangkan jualannya. Ketika menjadi seorang ayah dimana saya membimbing istri kemudian mengawasi dan mendidik ke tiga anak saya untuk menjadi anak yang baik dan berguna. Di lingkungan masyarakat saya menyertakan diri ketika ada kegiatan seperti gotong royong/kerja bakti. Di KAKI saya mengadakan sharring dengan temen-teman yang merupakan dampingan baru untuk saling menguatkan dan
membuat mereka nyaman di KAKI sehingga mereka mau memperhatikan kesehatan tubuhnya
Apa pendapat Bapak/Ibu mengenai situasi dalam menjalankan peran di masyarakat?
Dalam menjalankan peran di masyarakat pada awalnya saya merasa ragu untuk berbaur karena melihat stigma yang sangat kuat di masyarakat mengenai status Odha, ada beberapa yang terlihat tidak nyaman tetapi sejauh ini sudah mulai berbaur karena di KAKI, saya sering bertemu dengan masyarakat jadi saya sudah biasa untuk beradaptsi dengan masyarakat
Tentang Kedudukan Orang dan Perilaku Kedudukannya
Apa pekerjaan Bapak/Ibu?
Pekerjaan saya sebagai aktivis di KAKI yaitu dengan membantu pendamping dan lembaga dalam pengelolaan data kemudian saya juga suka diundang untuk memberikan materi mengenai penularan HIV dengan jarum suntik dan saya juga bekerja dengan teman saya sebagai pedagang burung namun hanya
pemasarannya saja Apa Bapak/Ibu pernah terlibat sebagai anggota dalam organisasi?
Ya saya suka terlibat sebagai angota, biasanya saya sebagai pemateri dalam penyuluhan HIV/AIDS terutama di bagian Jarum Suntik, kemudian juga pernah sebagai ketua dalam kegiatan VCT di KAKI
Apa harapan Bapak/Ibu dalam menjalankan peranan sosial?
Harapan saya dalam menjalankan peranan di masyarakat tentunya agar masyarakat dapat menerima saya yang berstatus Odha dan bisa mensupport Odha lainnya untuk tetap produktif
Tentang Kaitan Orang dan Perilaku
Bagaimana penyesuaian diri Bapak/Ibu ketika berada di lingkungan masyarakat?
Nah ini saya merasa kesulitan pada awalnya karena stigma yang kuat. Saya melakukannya dengan berbaur dan memantaskan posisi saya di lingkungan tersebut, kemudian menggunakan keahlian yang kita miliki untuk bisa bergabung dengan lingkungan tersebut. Biasanya saya juga menuruti peraturan dengan mengikuti kegiatan masyarakat
Bagaimana Sejauh ini berhasil,
menurut Bapak/Ibu mengenai penyesuaian yang telah dilakukan?
dimana saya mendapat perlakuan baik dari masyarakat dan tidak lagi melihat adanya stigma di lingkungan masyarakat
3. Keberfungsian Sosial Orang dengan HIV/AIDS Kemampuan dalam Menghadapi Goncangan dan Tekanan
Identifikasi Masalah
Apakah Bapak/Ibu pernah dan sedang mengalami suatu masalah?
Pernah terutama masalah kesehatan yang sudah jelas sekali kalau itu dan saat ini juga sedang menghadapi suatu masalah yang lumayan serius ya terinfeksi HIV dan Hepatitis C. Dimana ini menghambat aktivitas saya, menghambat komunikasi saya juga karena masih ada stigma yang saya rasakan gitu
Penggambaran Masalah
Masalah seperti apasaja yang pernah dialami oleh Bapak/Ibu?
Masalah yang pernah saya hadapi tidak hanya stigma dari masyarakat tetapi saya juga sedang mengalami kerisis dalam perekonomian yang mengharuskan saya membagai pengeluaran dengan obat dan kebutuhan keluarga
Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Strategi seperti apa yang dilakukan oleh Bapak/Ibu dalam mengahadapi
Dalam menghadapi masalah stigma tentunya saya harus menjaga lisan dan perilaku dimana
suatu masalah? orang lain mersa nyaman sama kita, dan untuk masalah ekonomi saya biasa berdiskusi dengan istri saya dimana kami mencatat pemasukan untuk mengetahui pembagian kebutuhan yang harus dikeluarkan
Implementasi Pemecahan Masalah
Apakah Bapak/Ibu sudah mencoba memecahan masalah dengan strategi yang sudah dibuat?
Untuk yang stigma tentunya saya sudah mencoba dengan strategi yang tadi, dimana menjaga sikap dan perilaku agar orang lain merasa nyaman didekat saya. Untuk masalah ekonomi sedang saya jalankan yang saat ini mulai dipilah-pilah mengenai kebutuhan keluarga dan pribadi saya
Evaluasi Hasil
Bagaimana hasil dari penerapan strategi yang Bapak/Ibu pilih dalam memecahkan masalah?
Hasil dari strategi saya dalam menghadapi stigma, Alhamdulillah berhasil seperti sekarang saya dapat membuka pikiran untuk masyarakat mengenai orang degan HIV/AIDS bahwa mereka (Odha) bukan kelompok yang harus di stigmakan,
tetapi mereka butuh dorongan untuk bisa berubah dan menjadi lebih baik lagi. Kemudian dari masalah ekonomi sejauh ini bisa saya bagi kebutuhan untuk kesehatan saya dan kebutuhan keluarga saya
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : DN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Bogor, 03 Februari 1994
Usia : 24 Tahun
Agama : Khatolik
Pekerjaan : Mahasiswa dan Petugas Lapangan
Waktu dan Tempat : Kantor Yayasan KAKI, Depok 11 April 2018
Daftar Pertanyaan
No. Permasalahan Indikator Pertanyaan Jawaban 1. Keberfungsian
Sosial Orang dengan HIV/AIDS Kemampuan Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar
Kebutuhan Fisisologis
Apakah Bapak/Ibu memiliki riwayat penyakit?
Riwayat penyakit berat yang saya miliki HIV
Bagaimana pemenuhan nutrisi Bapak/Ibu dengan riwayat penyakit yang dimiliki?
Mamah saya memberikan nutrisi yang baik untuk saya dan adik saya, sehingga pola makan kami diperhatikan dengan teratur. Untuk HIV saya mengkonsumsi vitamin ARV karena saya kuliah jadi harus menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah lelah
serta konsul ke dokter di RSU Depok dan ditemani sama pendamping di KAKI
Apakah aktivitas Bapak/Ibu terganggu dengan riwayat penyakit yang dimiliki?
Enggak sih, saya tetap bisa beraktivitas dengan baik dan tetep bisa ngerjain tugas kuliah dan kegiatan di KAKI
Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika berada di Yayasan KAKI?
Seneng, temennya banyak walaupun rata-rata diatas saya semua umurnya, tapi jadi lebih enak karena saya dapet banyak pengalaman dari cerita mereka juga support dari mereka dan lebih menjaga kesehatan karena diingetin minum vitamin sama pendamping dan temen-temen KAKI agar tetap aktif dan produktif
Apakah Bapak/Ibu pernah merasa terancam saat pertama kali bertemu dan berkenalan dengan orang?
Pernah, terutama di lingkungan saya kuliah, dimana rasanya gak nyaman tetapi karena kondisi badan saya sehat, jadi mereka gak terlalu menstigma saya dan tetap berkomunikasi dengan baik
Kebutuhan Mencintai
Apakah Bapak/Ibu
Iya, saya punya banyak sahabat dan
dan Dicintai memiliki teman, sahabat, atau pasangan?
pasangan juga ada
Bagaimana kedekatan Bapak/Ibu dengan teman, sahabat, atau pasangan?
Deket banget, saya sama sahabat saya udah seperti sodara, bisa jadi adik, bisa jadi kaka, bisa juga jadi orang tua. Mereka support saya untuk tetap mempertahankan kondisi tubuh agar tidak turun kemudian support juga dari mamah yang selalu ingetin saya untuk jaga kesehatan. Kalau untuk pasangan suka ngasih solusi terus juga suka menemani saya untuk cek up ke RSU Depok
Kebutuhan Harga Diri
Seberapa sering Bapak/Ibu terlibat dalam kegiatan baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI
Kegiatan sama keluarga biasanya dirumah aja sih atau kalau ada acara perayaan aja paling. Kalau masyarakat terutama di rumah, saya jarang ikut karena saya kuliah terus pulang kuliah saya ke KAKI. Kalau di KAKI saya aktif pokoknya semua kegiatan saya ikutin terutama yang bertemu dengan masyarakat seperti penyuluhan
HIV/AIDS, peningkatan kapasistas, dan edutainment seperti belajar sambil bermain
Selain aktif di Yayasan KAKI, Bapak/Ibu aktif di organisasi apa saja?
Hanya di KAKI aja, soalnya saya punya tugas kuliah nanti malah gak kepegang tugasnya, jadi hanyak aktif di KAKI
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Apa saja ilmu pengetahuan yang Bapak/Ibu kuasai?
Karena saya ada di KAKI jadi pengetahuan yang saya kuasain itu tentang kesehatan terutama penularan HIV kemudian saya juga menguasai sosiologi tentang kemasyarakatan itu aja
Apa saja keahlian yang Bapak/Ibu sukai dan kuasai?
Keahlian saya, membuat surat atau jadi sekertaris. Yang saya sukai menyaksikan teater, seru banget mereka didandanin dan pake kostum gitu
Bagaimana komunikasi Bapak/Ibu baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI?
Komunikasi saya dengan mamah saya baik dengan adik saya juga baik, kami suka beribadah bersama. Dengan masyarakat dilingkungan rumah juga baik walaupun saya kurang berbaur
karena aktif di KAKI, dan di KAKI sendiri sangat baik, bahkan saya lebih sering ada di KAKI. Selain banyak temen disini saya juga banyak kegiatan jadi saya sering berinteraksi dengan temen-temen
2. Keberfungsian Sosial Orang dengan HIV/AIDS Kemampuan dalam Menjalankan Peranan Sosial
Tentang Individu
Apa peran Bapak/Ibu di lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI
Peran saya dirumah sebagai anak dan kakak. Kalau di masyarakat ya saya sebagai warga dan mahasiswa. Kalau di KAKI selain dampingan saya juga bertugas di lapangan bantuin pendamping di komunitas LSL
Tentang Perilaku
Bagaimana Bapak/Ibu ketika berperan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI?
Sebagai seorang anak pasrtinya berbakti sama orang tua, meminta pendapat atau solusi untuk memecahkan permasalahan, kemudian mengawasi adik yang masih sekolah terus mengerjakan tugas kuliah. Di masyarakat paling kalau ada kegiatan dateng partisipasi aja biar berbaur. Kalau di KAKI ya ikut kegiatan sharring dengan dampingan lain, bertukar
pendapat dengan dampingan lain, kemudian bantu-bantu petugas lapangan juga
Apa pendapat Bapak/Ibu mengenai situasi dalam menjalankan peran dimasyarakat?
Saya masih ngerasa ada stigma tapi karena saya cuek jadinya terserah orang mau bilang apa, tapi kalau ada orang baru ke kantor KAKI ya pandangannya beda tetapi pas sudah kenal baru berbaur dan bisa mengenal saya gitu
Tentang Kedudukan Orang dan Perilaku Kedudukannya
Apa pekerjaan Bapak/Ibu?
Saya mahasiswa tapi suka bantu temen dagang Online gitu, itung-itung cari pengalaman dalam berusaha dan sebagai petugas lapangan di KAKI
Apa Bapak/Ibu pernah terlibat sebagai anggota dalam organisasi?
Di KAKI saya sering jadi anggota dalam kegiatan ya biasanya saya jadi humas, saya menghubungi dokter untuk kegiatan VCT di kantor KAKI
Apa harapan Bapak/Ibu dalam menjalankan peran di masyarakat?
Melihat dari kegiatan KAKI, harapan saya mereka tidak memandang status Odha dan bisa menerima Odha di lingkungan karena saya sendiripun
ingin berbaur dan ikut aktif dalam kegiatan masyarakat
Tentang Kaitan Orang dan Perilaku
Bagaimana penyesuaian diri Bapak/Ibu ketika berada di lingkungan masyarakat?
Untuk penyesuaian diri saya membaca situasinya terlebih dahulu apalagi kalau saya orang baru, itu pasti canggung banget. Jadi lebih ke memantaskan diri aja di lingkungan tetep bantu walaupun saya juga gak terlalu paham, setidaknya saya berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat
Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai penyesuaian yang telah dilakukan?
Sejauh ini berhasil, saya dapat berbaur dengan masyarakat walaupun gak cepet prosesnya yang penting saya tidak merasakan adanya stigma ataupun batasan dengan masyarakat
3. Keberfungsian Sosial Orang dengan HIV/AIDS Kemampuan dalam Menghadapi Goncangan dan Tekanan
Identifikasi Masalah
Apakah Bapak/Ibu pernah dan sedang mengalami suatu masalah?
Kalau pernah iya, pasti semua orang pernah mengalami masalah. tapi yang suka saya hadapi masalah stigma dari lingkungan
Penggambaran Masalah
Masalah seperti apasaja yang pernah dialami oleh Bapak/Ibu?
Biasanya masalah yang saya hadapi seperti penyesuaian diri dengan lingkungan seperti merasa adanya
stigma dari lingkungan kaya gitu jadi suka merasa tidak nyaman gitu
Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Strategi seperti apa yang dilakukan oleh Bapak/Ibu dalam mengahadapi suatu masalah?
Biasanya saya suka minta pendapat sama temen, pendamping juga sama ibu saya apabila menghadapi masalah yang stigma itu. Dan saya biasanya tidak memperdulikan orang lain mau seperti apa ke saya, dengan menunjukkan peribadi yang baik serta berpartisipasi saya rasa sudah cukup untuk bisa masuk ke suatu lingkungan
Implementasi Pemecahan Masalah
Apakah Bapak/Ibu sudah mencoba memecahan masalah dengan strategi yang sudah dibuat?
Tentunya sudah saya coba semua pendapat yang diberikan oleh orang-orang terdekat saya dan sudah saya lakukan juga. Selama saya lakukan sih mulai bisa pelahan-lahan untuk masuk dalam suatu lingkungan dan mulai berkurang stigmanya setelah mereka mengenal saya
Evaluasi Hasil
Bagaimana hasil dari penerapan strategi yang
Strategi yang saya lakukan berhasil, dimana saya sudah
Bapak/Ibu pilih dalam memecahkan masalah?
mulai berbaur terutama juga bantuan dari KAKI dalam kegiatannya yang saya ikuti. Disitu saya sudah merasa terbuka dengan orang lain beberapa sih yang menurut saya orangnya mudah berteman dan mulai ada rangkulan dari lingkungan
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : BY
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Bekasi, 08 Agustus 1990
Usia : 28 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Aktivis dan Pedagang Online
Waktu dan Tempat : Kantor Yayasan KAKI, Depok pada 12 April 2018
Daftar Pertanyaan
No. Permasalahan Indikator Pertanyaan Jawaban 1. Keberfungsian
Sosial Orang dengan HIV/AIDS Kemampuan Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar
Kebutuhan Fisisologis
Apakah Bapak/Ibu memiliki riwayat penyakit?
Saya positif HIV dan memiliki penyakit lain yaitu diabetes
Bagaimana pemenuhan nutrisi Bapak/Ibu dengan riwayat penyakit yang dimiliki?
Dalam pemenuhan nutrisi, menjaga pola makan itu penting banget apa lagi saya ada diabetes dimana saya harus mengurangi makanan manis kemudian minum obat untuk diabetes dan kontrol juga ke dokter di RSU Depok setelah itu saya juga
mengkonsumsi vitamin ARV untuk menjaga daya tahan tubuh yang terinfeksi HIV
Apakah aktivitas Bapak/Ibu terganggu dengan riwayat penyakit yang dimiliki?
Sempet terganggu, karena saya kan aktif yak dimana-mana, jadi kondisi tubuh bener-bener gak boleh capek karena klo udah capek apa lagi menurunnya daya tahan tubuh bisa-bisa sakit. Orang yang terkena HIV sakitnya mudah banget, jadi harus minum vitamin ARV agar tubuh tidak mudah capek dan sakit
Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika berada di Yayasan KAKI?
Saya seneng banget di KAKI karena pengutan yang diberikan oleh pendamping dan kawan-kawan KAKI mengenai kesehatan sangat kuat, dan disini saya juga produktif jadi sering menggerakan tubuh, ditambah dukungan dari temen-temen dan pendamping yang terus membuat saya jadi kuat untuk beraktivitas
Apakah Bapak/Ibu pernah merasa
Perasaan aja sih suka terancam tapi sejauh ini saya tidak pernah
terancam saat pertama kali bertemu dan berkenalan dengan orang?
merasakan yang bener-bener terancam, paling kalau saya ada luka baru saya merasa tidak nyaman dan pastinya orang lain juga merasa tidak nyaman
Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Apakah Bapak/Ibu memiliki teman, sahabat, atau pasangan?
Saya memiliki satu orang sahabat dan temen-temen di KAKI yang peduli dengan saya
Bagaimana kedekatan Bapak/Ibu dengan teman, sahabat, atau pasangan?
Sama sahabat saya ini deket banget, dia bahkan ngasih dukungan ke saya supaya saya tetap menjaga kesehatan dikala aktivitas yang saya kerjakan di KAKI maupun di lingkungan rumah. Temen KAKI juga support saya dan lebih ke memberikan saran agar saya tidak salah dalam menjaga kesehatan karena mereka lebih paham dari pada saya
Kebutuhan Harga Diri
Seberapa sering Bapak/Ibu terlibat dalam kegiatan baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI
Sering banget, karena saya orangnya jarang dirumah dan lebih aktif di luar jadi saya selalu terlibat, seperti acara tujuhbelasan atau acara RT lainnya karena saya anggota
karang taruna. Kalau di KAKI saya lebih aktif lagi, ikut kegiatan dan biasanya suka ada pertemuan perkomunitas di KAKI untuk sharring apa saja yang sudah mereka kerjakn dan lakukan selama berada di luar Yayasan KAKI
Selain aktif di Yayasan KAKI, Bapak/Ibu aktif di organisasi apa saja?
Karang taruna, KDS (Kelompok Dampingan Sebaya) di Bogor dan dimana KDS ini diisi oleh Odha, jadi sharing sesama Odha yang mungkin punya link pekerjaan bisa saling bantu gitu
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Apa saja ilmu pengetahuan yang Bapak/Ibu kuasai?
Ilmu yang saya kuasai seputar kesehatan sama komunikasi, karena saya di bagian media sosial jadi saya harus pakai ilmu komunikasi agar tidak asal-asalan
Apa saja keahlian yang Bapak/Ibu sukai dan kuasai?
Saya suka melukis, terutama melukis wajah atau make up. Karena itu saya juga menyukai teater
Bagaimana komunikasi Bapak/Ibu baik di lingkungan keluarga,
Di keluarga baik-baik saja tapi saya jarang membuka pembicaraan karena saya tinggal di
masyarakat, dan Yayasan KAKI?
rumah orangtua tiri jadi suka canggung. Di lingkungan masyarakat sangat baik, Alhamdulillah saya dapat membaur dan masyarakat menerima saya. Di KAKI juga baik karena dukungan sosial yang saya dapat dari KAKI dan pendamping disana sangat mengerti apa yang kita butuhkan jadi saya usahakan komunikasi selalu baik
2. Keberfungsian Sosial Orang dengan HIV/AIDS Kemampuan dalam Menjalankan Peranan Sosial
Tentang Individu
Apa peran Bapak/Ibu di lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI
Saya seorang anak laki-laki yang tinggal bersama orangtua tiri, dimana seorang anak pastinya ingin membanggakan orangtua, menuruti perkataan dan keinginannya jika saya mampu. Dimasyarakat saya anggota karangtaruna dan di KAKI saya anggota dampingan yang pada saat ini juga membantu pendamping bertugas sekalian mencari pengalaman
Tentang Perilaku
Bagaimana Bapak/Ibu ketika berperan dalam
Berkomunikasi di rumah pasti ya walaupun canggung
lingkungan keluarga, masyarakat, dan Yayasan KAKI?
tapi tetap menjaga komunikasi dengan baik, ketika di masyarakat saya ikut serta dalam kegiatan seperti membantu menyusun acara, bertanggung jawab dengan tugas yang telah dipercayakan ke saya sebagai anak muda disana. Di KAKI saya mengikuti semua kegiatan karena peran saya di KAKI ya untuk membantu dampingan lain agar mereka tidak mengurungkan dirinya dengan status Odha, mereka harus produktif seperti saya kira-kira gitu
Apa pendapat Bapak/Ibu mengenai situasi dalam menjalankan peran di masyarakat?
Sejauh ini sih pendapat saya mengenai situasi aman-aman saja tidak ada stigma, tapi pernah sih ada dan biasanya kalau ada yang stigma saya tetap menunjukkan rasa nyaman agar mereka melihatnya sama dengan saya
Tentang Kedudukan Orang dan Perilaku
Apa pekerjaan Bapak/Ibu?
Pekerjaan saya Hotline service semacam kerja di balik media sosial
Kedudukannya
seperti broadcasting di KAKI, jadi setiap ada kegiatan di KAKI saya selalu post di media sosial dan saya juga suka bisnis online seperti di instagram lumayan buat tambahan pemasukan
Apa Bapak/Ibu pernah terlibat sebagai anggota dalam organisasi?
Tentunya iya, saya suka jadi bendahara di karangtaruna terus jadi sekretaris di KAKI dan itu berputar terus jadi semua dapat bagian atau giliran untuk menambah wawasan dan pengalaman. Di karangtaruna juga saya sering menjadi penyusun acara dan tanggung jawabnya juga luamayan besar.
Apa harapan Bapak/Ibu dalam menjalankan peran di masyarakat?
Harapan saya masyarakat melihat bahwa Odha juga mampu dalam menjalankan peranannya dan tetap bisa produktif sehingga stigma untuk Odha memudar karena penularannya pun hanya dengan berhubungan saja terutama darah ya
Tentang Kaitan Orang
Bagaimana penyesuaian diri
Saya selalu menyesuaikan diri
dan Perilaku Bapak/Ibu ketika berada di lingkungan masyarakat?
dengan cara ketika berkumpul dengan yang lebih tua saya harus jaga sikap dan omongan, ketika berkumpul dengan yang lebih muda saya harus memberika contoh yang baik agar mereka bisa sopan dengan yang lebih tua
Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai penyesuaian yang telah dilakukan?
Sejauh ini berhasil, dimana saya diterima di masyarakat dan dirangkul oleh masyarakat untuk tetap aktif seperti di karang taruna
3. Keberfungsian Sosial Orang dengan HIV/AIDS Kemampuan dalam Menghadapi Goncangan dan Tekanan
Identifikasi Masalah
Apakah Bapak/Ibu pernah dan sedang mengalami suatu masalah?
Ya tentu pernah masalah kesehatan dan saya sedang mengalam suatu maslah dalam berkomunikasi dengan keluarga
Penggambaran Masalah
Masalah seperti apasaja yang pernah dialami oleh Bapak/Ibu?
Masalah dalam kesehatan pernah dimana saya harus menjaga luka agar tidak kotor dan menutupnya agar orang lain tidak merasa takut berada didekat saya. Kemudian masalah dalam berkomunikasi dengan keluarga, dimana saya tingga
dengan orangtua tiri Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Strategi seperti apa yang dilakukan oleh Bapak/Ibu dalam mengahadapi suatu masalah?
Biasanya saya mencoba untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu walaupun emang tidak panjang pembicaraannya, kadang saya juga suka menunggu ditanya lalu kemudian saya respon dengan baik sampai muncul topik baru untuk dijadikan bahan obrolan
Implementasi Pemecahan Masalah
Apakah Bapak/Ibu sudah mencoba memecahan masalah dengan strategi yang sudah dibuat?
Tentunya sudah dan selalu saya lakukan untuk mempererat komunikasi dan hubungan sebagaimana keluarga, karena mau gimana pun beliau tetap orang tua saya yang harus saya hormati dan bahagiakan
Evaluasi Hasil
Bagaimana hasil dari penerapan strategi yang Bapak/Ibu pilih dalam memecahkan masalah?
Dengan strategi yang sudah saya terapkan dan lakukan, komunikasi saya berjalan dengan baik, tetapi karena saya aktif di luar jadi itu juga yang memungkinkan saya jarang berinteraksi dengan orangtua tiri saya untuk itu saya luangkan waktu dirumah
Lemabar Persetujuan Wawancara
Identitas Informan
Nama : DK
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 10 Oktober 1987
Usia : 31 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Aktivis dan Make Up Artis
Waktu dan Tempat : Kantor Yayasan KAKI, Depok pada 11
April 2018
Dengan ini menyetujui hasil dari transkip wawancara.
Depok, 15 April 218
Informan DK
Lembar Persetujuan Wawancara
Identitas Informan
Nama : YL
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Jakarta 25 Mei 1982
Usia : 35 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Aktivis KAKI dan Pedagang hewan
Waktu dan Tempat : Kantor Yayasan KAKI, Depok pada 11
April 2018
Dengan ini menyetujui hasil dari transkip wawancara.
Depok, 15 April 2018
Informan YL
Lembar Persetujuan Wawancara
Identitas Informan
Nama : DN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Bogor, 03 Februari 1994
Usia : 24 Tahun
Agama : Khatolik
Pekerjaan : Mahasiswa dan Petugas Lapangan
Waktu dan Tempat : Kantor Yayasan KAKI, Depok pada 11
April 2018
Dengan ini menyetujui hasil dari transkip wawancara.
Depok, 15 April 2018
Informan DN
Lembar Persetujuan Wawancara
Identitas Informan
Nama : BY
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Bekasi, 08 Agustus 1990
Usia : 28 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Aktivis dan Pedagang Online
Waktu dan Tempat : Kantor Yayasan KAKI, Depok pada 12
April 2018
Dengan ini menyetujui hasil dari transkip wawancara.
Depok, 15 April 2018
Informan BY
PEDOMAN OBSERVASI
Keberfungsian Sosial
1. Kemampuan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar
1.1. Kebutuhan Fisiologis
a. Bagaimana kondisi fisik Bapak/Ibu yang memiliki
riwayat penyakit?
b. Seperti apa pemenuhan nutrisi Bapak/Ibu?
1.2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
a. Bagaimana Bapak/Ibu saat berada di Yayasan
KAKI?
b. Apakah Bapak/Ibu merasa terancam saat bertemu
dengan orang lain?
1.3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
a. Seperti apa bentuk dukungan dan perhatian dari
teman-teman Yayasan KAKI?
1.4. Kebutuhan Harga Diri
a. Bagaimana keaktifan Bapak/Ibu dalam kegiatan di
Yayasan KAKI?
2. Kemampuan dalam Melaksanakan Peranan Sosial
2.1. Berbagai Istilah Tentang Perilaku
a. Bagaimana Bapak/Ibu saat menjalani peran sosial
yang dimainkannya saat berada di Yayasan
KAKI?
TRANSKIP OBSERVASI
Identitas Informan
Nama : DK
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 10 Oktober 1987
Usia : 31 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Aktivis dan Make Up Artis
Waktu dan Tempat : Kantor Yayasan KAKI, Depok pada 11
April 2018
Hasil Observasi
1. Kemampuan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar
1.1. Kebutuhan Fisiologis
Informan DK memiliki kulit yang putih dengan
bentuk tubuh yang gemuk dan tinggi badan yang standar,
rambut informan DK pendek berwarna hitam dan memiliki
berewok diwajahnya. Informan DK menggunakan kacamata
hitam dan gelang ditangan kirinya. Dengan memiliki tubuh
yang gemuk, informan DK terlihat memiliki fisik yang sehat
dimana informan DK mampu beraktivitas dan berpindah
ruangan mengelola data dengan temannya yang berbeda
ruangan. Pada jam makan siang, informan DK mengajak
teman-temannya untuk membeli makan siang diseberang
Yayasan KAKI yaitu Rumah Makan Padang. Informan DK
biasa membeli nasi, sayur, dan lauk pauk yang lengkap juga
dengan air mineral berukuran sedang.
1.2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Informan DK sangat aktif di KAKI, dimana informan
DK sesekali berpindah ruangan untuk bertemu temannya dan
saling berdiskusi mengenai pekerjaannya. Ketika berada di
KAKI, informan DK sama sekali tidak menunjukkan
ekspresi terancam berada dilingkungan tersebut. Dengan
akses kesehatan yang dipermudah oleh Yayasan KAKI,
membuat informan DK juga tidak menunjukkan ekspresi
terancam karena penyakit yang dimilikinya. Saat bertemu
dengan orang lain, informan menunjukkan sikap ramah dan
murah senyum kepada tamu yang dating dan sesekali
mengajak berbicara tamu tersebut.
1.3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Informan DK memiliki hubungan yang sangat dekat
dan baik dengan teman-temannya dan pendamping di
Yayasan KAKI, hubungan yang dekat tersebut terlihat dari
bagaimana teman-temannya saling memberi dukungan
dengan sharing mengenai pengalaman yang pernah
dialaminya. Bentuk perhatian yang diberikan teman-teman
dan pendamping di Yayasan KAKI, mengawasi pola makan
serta sesekali menanyakan hasil konsultasi dengan dokter
dan ketersediaan obat ARV.
1.4. Kebutuhan Harga Diri
Informan DK dikenal teman-teman di Yayasan KAKI
sebagai anggota dampingan yang aktif, baik dalam bekerja
maupun dalam mengikuti kegiatan KAKI. Informan DK
terlihat memiliki pengalaman di berbagai jabatan, karena
banyak teman-teman dari divisi lain yang bertanya keapa
informan DK dan informan DK pun menolong teman-teman
divisi lain saat mengalami kesulitan. Informan DK juga
sering diandalkan sebagai notulen dan biasa menduduki
divisi sekertaris dengan membawa buku saat kegiatan
berlangsung.
2. Kemampuan dalam Melaksanakan Peranan Sosial
2.1. Berbagai Istilah Tentang Perilaku
Informan DK memiliki kepribadian yang gemulai,
dimana saat berbicara seputar pengalamannya kepada teman-
temannya, pendamping, dan tamu menggunakan intonasi
yang lembut. Informan DK juga memiliki perilaku yang baik,
dimana informan DK mau membantu teman-teman serta
pendamping dalam mengelola data penjangkauan dan ikut
pendamping terjun kelapangan untuk menjadi perwakilan
dari staff di Yayasan KAKI. Informan DK juga terlihat
sangat akrab dengan teman-teman di Yayasan KAKI, dimana
seperti menggambarkan bahwa informan DK memang
memiliki perilaku yang baik.
TRANSKIP OBSERVASI
Identitas Informan
Nama : YL
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Jakarta 25 Mei 1982
Usia : 35 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Aktivis KAKI dan Pedagang hewan
(Burung)
Waktu dan Tempat : Kantor Yayasan KAKI, Depok pada 11
April 2018
Hasil Obserasi
1. Kemampuan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar
1.1. Kebutuhan Fisiologis
Informan YL memiliki waran kulit sawo matang
dengan bentuk tubuh yang bidang dan tinggi, rambut
infroman YL cepak namun dikuncir belakngnya dengan
warna rambut sedikit pirang. Informan YL menggunakan
gelang di tangan kanannya. Dengan kondisi fisik yang
terlihat sehat walaupun juga memiliki hepatitis C, informan
YL dengan gagah mengikuti kegiatan yang ada di Yayasan
KAKI tnapa terlihat lelah maupun letih. Informan YL selalu
terlihat semangat. Dalam memenuhi nutrisinya, informan YL
membeli makan di Rumah Makan Padang diseberang
Yayasan KAKI yaitu nasi bungkus lengkap dengan lauk pauk
dan air mineral berukuran sedang.
1.2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Informan YL merupakan anggota dampingan yang
aktif dalam mengikuti kegiatan di Yayasan KAKI, dimana
informan YL di kelilingi oleh teman-teman yang tidak
memandang status dari informan YL yaitu Hepatitis C dan
HIV. Informan YL tidak menunjukkan ekspresi dimana
merasa ternacam berada di Yayasan KAKI maupun terancam
karena kondisi tubuh yang memiliki penyakit. Hal serupa
juga dikarenakan akses kesehatan yang dipermudah sehingga
tidak ada rasa khawatir yang dirasakan informan YL. Saat
informan YL bertemu dengan orang lain, informan YL biasa
menegur sapa tamu yang datang dan mempersilahkan duduk,
begitu juga pada staff di KAKI juga disapa baik oleh
informan YL.
1.3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Informan YL memiliki hubungan yang baik dengan
teman-teman di Yayasan KAKI, terlihat dimana informan
YL juga ikut membantu teman lain ketika kesulitan dalam
mengelola data penjangkauan. Dengan hubungan yang baik,
informan YL juga mendapat dukungan yang baik dari teman-
teman dan juga pendamping. Informan mendapat perhatian
dari teman-teman ketika mulai mengalami penurunan pada
daya tahan tubuhnya. Dengan dukungan dan perhatian yang
diberikan teman-teman serta pendamping yang mampu
membuat informan YL bangkit dari menurunnya daya tahan.
1.4. Kebutuhan Harga Diri
Informan YL sangat aktif mengikuti kegiatan di
Yayasan KAKI, dimana informan YL pernah menjadi
pengisi materi ketika diadakan kegitanan VCT yang diisi
dengan penyuluhan seputar penularan HIV. Informan YL
juga diandalkan untuk mengisi kegiatan di komunitas napza
jarum suntik sebagai pemateri, karena informan YL
merupakan napza jarum suntik. Informan YL juga selalu
mengahargai divisi lain dengan terus memberikan dukungan
demi kelancaran acara kegiatan Yayasan KAKI.
2. Kemampuan dalam Melaksanakan Peranan Sosial
2.1. Berbagai Istilah Tentang Perilaku
Informan YL memiliki perilaku yang tegas dalam
memberikan pendapat maupun tangapan, sehingga sedikit
yang dapat membantah informan YL. Dengan kesehariannya
yang berinteraksi dengan banyak orang, membuat informan
YL dapat dengan mudah dan cepat untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Dalam kegiatan sharing, informan YL selalu
memberikan masukan kepada teman-teman Odha lain agar
tetap tegar menghadapi cobaan yang selalu datang dan
membantu menambahkan pengertian mengenai HIV ketika
ada divisi lain yang kesulitan untuk menjelaskannya.
TRANSKIP OBSERVASI
Identitas Informan
Nama : DN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Bogor, 03 Februari 1994
Usia : 24 Tahun
Agama : Khatolik
Pekerjaan : Mahasiswa dan Petugas Lapangan
Waktu dan Tempat : Kantor Yayasan KAKI, Depok 11 April
2018
Hasil Obserasi
1. Kemampuan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar
1.1. Kebutuhan Fisiologis
Informan DN memiliki warna kulit sawo matang
dengan tubuh yang sedikit gemuk, rambutnya pendek
berwarna hitam. Informan DN menggunakan behel/kawat
gigi dan gelang di tangan kirinya. Informan DN memiliki
kondisi fisik yang sehat dimana informan DN suka
mendapatkan tugas ke lapangan dan juga tugas dari
kampusnya. Dengan kondisi fisik yang terinfeksi HIV,
informan DN meuangkan jam makan siang dengan membeli
makan di Rumah Makan Padang diseberang Yayasan KAKI
dengan membeli nasi beserta lauk pauknya dan air mineral
berukuran sedang.
1.2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Informan DN selama berada di Yayasan KAKI
terbilang aktif dan selalu mengikuti setiap kegiatan di KAKI.
Informan DN juga mampu berinteraksi dengan baik kepada
teman-teman serta tamu yang datang ke kantor KAKI,
dimana informan DN juga tidak menunjukkan ekspresi wajah
yang merasa dirinya terancam dengan adanya orang lain.
Informan DN juga tidak terlihat tertekan dengan adanya virus
HIV didalam tubuhnya, hal tersebut dikarenakan informan
DN mendapatkan bantuan akses kesehatan dari Yayasan
KAKI.
1.3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Informan DN memiliki hubungan yang baik dengan
teman-temannya, dimana saat di kantor KAKI informan DN
saling bercandan dengan teman-temannya. Dukungan dari
teman-teman dan pendamping terlihat ketika informan DN
menceritakan permasalahan yang dihadapinya kepada teman-
teman dan pendampingnya. Perhatian juga diberikan kepada
informan DN sepereti mengingatkan untuk konsultasi ke
rumah sakit dan patuh minum obat ARV.
1.4. Kebutuhan Harga Diri
Informan DN sering kali terlibat menjadi anggota
dalam suatu kegiatan di Yayasan KAKI, informan DN biasa
menjadi divisi humas karena suka keluar kantor dengan
temannya. Informan DN juga menyimpan beberapa kontak
tamu yang biasa diundang saat acara, terlihat dari beberapa
teman yang meminta padanya. Informan DN tentunya juga
membantu teman lain dalam menjalankan kegiatan di
yayasan KAKI.
2. Kemampuan dalam Melaksanakan Peranan Sosial
2.1. Berbagai Istilah Tentang Perilaku
Informan DN terlihat selalu menghargai pendapat
yang diberikan oleh teman-temannya,karena DN merupakan
anggota termuda di Yayasan KAKI. Informan DN juga
memiliki kepribadian yang lembut dan terbuka dengan
teman-teman saat membahas tentang dirinya. Informan DN
juga tidak memilih dalam menolong temannya yang
membutuhkan bantuannya.
TRANSKIP OBSERVASI
Identitas Informan
Nama : BY
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Bekasi, 08 Agustus 1990
Usia : 28 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Aktivis dan Pedagang Online
Waktu dan Tempat : Kantor Yayasan KAKI, Depok pada 12
April 2018
Hasil Obserasi
1. Kemampuan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar
1.1. Kebutuhan Fisiologis
Informan BY memiliki warna kulit sawo matang
dengan tubuh yang kurus dengan tinggi badan yang standar,
rambutnya pendekberwarna hitam dan memiliki poni.
Informan BY mengunakan behel/kawat gigi dan mengunakan
gelang di tangan kirinya. Informan BY terlihat memiliki luka
di bagian kaki dan selalu ditutupi dengan kain kassa. Pada
saat jam istirahat informan BY mengajak teman-teman
membeli makan siang di Rumah Makan Padang berupa nasi
lengkap dengan lauk pauk dan air mineral berukuran sedang.
1.2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Informan BY memiliki hubungan yang dekat dan baik
dengan teman-teman dan pendamping di Yayasan KAKI,
saat bekerja informan BY selalu berinteraksi dengan teman-
temannya. Informan BY memiliki karakter yang periang,
dimana informan BY mudah tertawa bersama teman-
temannya. Informan BY sangat menjaga luka yang ada di
kakinya yang suka ditutup dengan kain kassa agar tidak
terkena debu dan tidak dilihat orang lain. Informan BY tidak
terlihat merasa terancam karena mendapat akses kesehatan
dari Yayasan KAKI.
1.3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Informan BY mendapat dukungan dan perhatian dari
teman-teman dan pendamping di Yayasan KAKI, hal
tersebut terlihat ketika informan BY sedang berkumpul dan
membicarakan tentang dirinya yang kemudian diberi
masukan/saran dari teman-temannya agar informan BY tetap
bertahan melawan HIV. perhatian yang diberikan teman-
teman dan pendamping yaitu mengingatkan informan BY
untuk minum obat ARV dan selalu melakukan pengechekan
ke dokter untuk mengetahui kesehatan tubuh terutama dari
penyakit diabetesnya.
1.4. Kebutuhan Harga Diri
Informan BY sangat aktif dan selalu mengikuti
kegiatan yang ada di Yayasan KAKI dimana informan BY
selalu diberi kepercayaan sebagai dokumentasi kegiatan yang
kemudian dibagikan di sosial media. Informan BY
menjalankan tugasnya dengan baik sebagaimana dapat
diandalkan oleh teman-temannya. Informan BY juga
ditugaskan memberikan buku tamu kepada tamu yang datang
ke kantor KAKI.
2. Kemampuan dalam Melaksanakan Peranan Sosial
2.1. Berbagai Istilah Tentang Perilaku
Informan BY terlihat ramah saat berada di kantor
KAKI dan selalu mengajukan buku tamu ketika ada yang
berkunjung dengan tersenyum dan gigi dibehel yang
membuat senyumannya menjadi lebar. Informan BY juga
terlihat sopan ketika menjamu tamu dan menawarkan minum
untuk tamu, kemudian selama mendokumentasi kegiatan,
informan BY juga selalu permisi dan meminta izin kepada
tamu untuk mendokumntasi dalam pengambilan gambar/foto.
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax. : (021) 7432728 / 74703580
Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : [email protected]
FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA KE-112
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
1. Nama : Dini Lisnawati 2. Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Desember 1995 3. NIM : 1113054100047 4. Fakultas : Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi 5. Jurusan : Kesejahteraan Sosial 6. Program : S1 7. Judul Skripsi : Keberfungsian Sosial pada Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) di Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia (KAKI) Kota Depok
8. Tanggal Lulus : 07 Februari 2019 9. Indeks Prestasi : 10. Untuk mendapat penghargaan bidang non akademik (***)
a. Prestasi Olahraga / Seni Tingkat Nasional b. Prestasi Olahraga / Seni Tingkat Internasional c. Berpartisipasi aktif sebagai peserta / pembicara pada acara tingkat Nasional d. Berpartisipasi aktif sebagai peserta / pembicara pada acara tingkat Internasional e. Berpartisipasi dalam Karya Inovatif Nasional / Intenasional f. Berpartisipasi aktif pada Aksi Sosial dan Kemanusiaan g. Hafal Al-Qur’an 30 Juz
11. Alamat : Jl. Masjid, Gg. Cendana, Rt. 05/Rw. 02, No. 82, Kel. Cibubur, Kec. Ciracas, Jakarta Timur - 13720
12. Nama Ayah : E. Surya 13. Pendidikan Ayah : SMA 14. Pekerjaan Ayah : Wiraswasta 15. Nama Ibu : Mintarsih 16. Pendidikan Ibu : SMP 17. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Jakarta, Maret 2019
Dini Lisnawati
Catatan:
(***) Lampirkan Sertifikat Pendukung
Pas Foto 3x4
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax. : (021) 7432728 / 74703580
Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : [email protected]
IDENTITAS ALUMNI
Wisuda Ke : 112 / Tahun Akademik : 2018/2019
Yang bertanda tangan di bawah ini,
1. Nama : Dini Lisnawati 2. NIM : 1113054100047 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Tempat/ Tanggal Lahir : Muara Pinang, 5 Februari 1995 5. Alamat : Jl. Masjid, Gg. Cendana, Rt. 05/Rw. 02, No. 82, Kel.
Cibubur, Kec. Ciracas, Jakarta Timur 6. Kode Pos : 13720 7. Telepon : - HP : 085719551221 8. Jurusan/Program Studi : Kesejahteraan Sosial 9. Judul Skripsi : Keberfungsian Sosial pada Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) di Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia (KAKI) Kota Depok
10. Pembimbing : Ellies Sukmawati, M.Si 11. Penguji 1 : Ahmad Zaky, M.Si 12. Penguji 2 : Drs. Helmi Rustandi, M.Si 13. Tanggal Lulus Ujian : 07 Februari 2019 14. IP/Yudisium :
Mengetahui, Jakarta, Maret 2019
Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Tanda Tangan Ybs.
Lisma Dyawati Fuaida, M.Si Dini Lisnawati
Pas Foto 4x6
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax. : (021) 7432728 / 74703580
Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : [email protected]
LEMBAR BUKTI PENYERAHAN SKRIPSI
Nama Penyusun / Mahasiswa : DINI LISNAWATI
Nomor Induk Mahasiswa : 1113054100047
Jurusan / Konsentrasi : Kesejahteraan Sosial
Judul Skripsi : Keberfungsian Sosial pada Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) di Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan
Indonesia (KAKI) Kota Depok
NO. NAMA JABATAN TANDA TANGAN 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ellies Sukmawati, M.Si Ahmad Zaky, M.Si Drs. Helmi Rustandi, M.Si Mulia Kustanti ...................................... ......................................
Pembimbing Penguji I Penguji II Lembaga/Tempat Penelitian Perpustakaan Utama Perpustakaan Fakultas
1.
2. 3.
4. 5.
6.
*) 2 Dalam Bentuk CD Untuk Perpustakaan Dakwah dan Pusat
**) 2 Buah Dalam Bentuk Hard Cover Untuk Perpustakaan Dakwah dan Pusat
Jakarta, 2019
an. Dekan,
Kepala Bagian Tata Usaha
Dra. Azizah, MM
NIP. 19670107 199703 2 001
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax. : (021) 7432728 / 74703580
Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : [email protected]
LEMBAR PENEMPELAN FOTO IJAZAH
Nama : Dini Lisnawati
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Desember 1995
NIM : 1113054100047
Alamat : Jl. Masjid, Gg. Cendana, Rt. 05/Rw. 02, No. 82, Kel. Cibubur,
Kec. Ciracas, Jakarta Timur
Telepon : 085719551221
Fakultas : Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi
Jurusan/Prodi : Kesejahteraan Sosial
Judul Skripsi : Keberfungsian Sosial pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di
Yayasan Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia (KAKI) Kota
Depok
Gunakan Lem ditengah Foto Sedikit
Catatan Penting Untuk Ukuran Foto
- Foto terbaru dan jangan foto yang dicetak digital (dicetak di atas kertas Dove) - Tidak memakai jas almamater
- Perempuan berjilbab rapi dan laki-laki berjas warna gelap, berdasi dan tidak memakai kacamata - Foto tidak kelihatan gigi, tidak berpose/bergaya, latar belakang foto polos warna merah
3x4 3x4 3x4
4x6 4x6