KEBANGKITAN DUNIA BARU ISLAM.docx
-
Upload
muhammad-rizki-ardiansyah -
Category
Documents
-
view
63 -
download
19
Transcript of KEBANGKITAN DUNIA BARU ISLAM.docx
KEBANGKITAN DUNIA BARU ISLAM
1. KEMAJUAN DUNIA ISLAM
Sekitar abad VII sampai dengan abad X Masehi, Islam berkembang dengan pesatnya,
meliputi wilayah-wilayah yang sangat luas dengan penguasaan ilmu pengetahuan, peradaban
dan kebudayaan yang sangat maju dan tinggi, yang berdimensi rahmatan lil ‘alamin. Kejayaan
Islam ini merupakan hasil perjuangan yang tidak mengenal lelah, baik yang dirintis dan
dipelopori oleh saw beserta para sahabatnya, diteruskan pada zaman Khulafa’ur Rasyidin,
dinasti Umaiyah, dinasti Abasiyah, dinasti Umaiyah Andalusia maupun dinasti Fathimiyah.
a. Dinasti Umaiyah (661-750)
Kekhalifan Umaiyah dimulai dengan naiknya Muawuyah sebagai khalifah yang pertama
kali dari dinasti Umaiyah pada tahun 661 M. Pada periode ini wilyah kekuasaan Islm semakin
bertambah luas. Dari sejak Afrika utara, sebagian India, Afganistan, Turkistan, Balukistan,
Samarkan, dan sebagian besar kerajaan Rumawi Timur. Imperium Islam benar-benar
membentang teramat luasnya, yang batas-batasnya menjangkau sampai ke India di sebelah
timur, laut Atlantik sebelah barat,laut Kaspia di sebelah utara, dan wilayah Sudan di sebelah
selatan. Sukses yang diraih oleh Islam sangat menekankan etika hidup dalam segala hal,
termasuk ketika melakukan ekspansi kekuasaannya. Gustav Le Bon, seorang cendekiawan,
sejarawan dan filosof Perancis menyatakan bahwa “sejarah tidak pernah mengenal sang
penakluk yang lebih adil dan lebih santun, kecuali Islam’. (Yusuf Qardhawy, Membumikan
Syariat Islam: 119)
Dalam waktu yang tidak terlalu lama muncullah gejala terjadinya proses akulturisasi
sosio budaya yang sangat kaya raya, berupa terjadinya proses pencampuran antara budaya
Islam Arab dengan berbagai budaya daerah lainyang ia datangi. Dan berlangsung proses
asimilasi (pencampuran darah) lewat perkawinan antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa di
berbagai wilayah tersebut.
Pada periode Umaiyah pengembangan pemikiran ditandai dengan munculnya tokoh-
tokoh mujtahid besar dalam bidang fiqih, seperti imam Abu Hanifah an-Nu’man (80-150)
terkenal sebagai penumbuh madzha Hanafi, Imam Malik bin Anas (meninggal 179H), dikenal
sebagai penyusun Muwattha’ dan penumbuh madzhab Maliki, imam Muhammad Idris as-Syafii
(105-204H), penyusun kitab al-Um dan penumbuh madzhab Hambali.
Dalam rentang sejarah kekhalifahan Umaiyah yang panjang, tercatat sosok khlaifah yang
sangat terkenal dan sangat menonjol dalam hal kepribadian maupun kepemimpinanya yaitu
khalifah Umar bin Abdil Aziz (717-720) yang oleh para ulama dinobatkan sebagai salah seorang
khulafaurasidin yang kelima.
Dalam kepemimpinannya Ia melarang dikenakan hukuman mati terhadap nara pidana
sebelum ketetapan tersebut disetujui oleh khalifah.
b. Dinasti Abbasiyah (750-1258)
Periode dinasti Abbasiyah ditandai dengan dikalahkannya kekuasaan Umaiyah yang
berpusat di kota Damaskus/Siria oleh Abul’ Abbas as-Saffah, dari keturunan ‘Abbas bin ‘Abdul
Muthalib (salah seortang dari paman nabi Muhammad saw). Kekuasaan dinasti ‘Abbasiyah
berlangsung sekitar 509 tahun (lima abad) dengan Bagdad,Irak sebagai pusat kekhalifahannya.
Diantara sekian khalifah dari Bani Abbasiyah tercatat nama-nama khalifah yang besar
sekali jasanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Mereka berusaha
menghidupkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan sekuat tenaga dengan cara menghimpun
para cendekiawan serta menngadakan berbagai pertemuan yang bersifat keilmuwan dan
kebudayaan dalam suatu forum yang dinamai “Darul Hikmah”
Diawali oleh khalifah yang kedua, yaitu Abu Jakfar al-Mansur (755-775), padatahun 762
mulai membangun kota Bagdad untuk dijadikan sebagai pusat kekuasaan kekhalifahan Bani
Abbasiyah. Al Mansur dikenal sebagai tokoh yang dengan kerasnya mendorong para
cendekiawan disamping untuk menusun buku-buku ilmiah, juga untuk menerjemahkan berbagai
buku-buku yunani kuno, terutama buku-buku filsafat yang hampir tidak lagi dikenal oleh
masyarakat. Bagi siapapun yang berhasil menyalin buku-buku tersebut, baik yang disalin
kedalam bahasa arab maupun bahasa parsi, tanpa membeda bedakan latar belakang agama dan
kepercayaan yang dianggapnya, kepada mereka diberikan (royalty) yang sangat menjanjikan,
yaitu berupa emas murni seberat timbangan buku hasil terjemahan mereka.
Dalam tempo kurang lebih lima puluh tahun sesudah membangun dynasty
Abbasiyah,sebagian besar sector ilmu pengetahuan telah dibukukan, baik yang berkenaan
dengan ilmu naqliyah, seperti ilmu-ilmu al-Qur’an, ilmu Hadits, ilmu Tauhid, Fiqih, maupun ilmu-
ilmu ‘aqliyah yang diambil dari peradaban kuna, seperti matematika, astronomi, kedokteran,
filsafat, fisika, kimia,dsb.
Perkembangan dinasti Abbasiyah mencapai titik puncaknya ketika kekuasaan dipegang
oleh Harun al-Rasyid (786-809), seorang khalifah yang kemanshuran dan kecemerlangannya
dapat disejajarkan dengan khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz dari dinasti Umaiyah. Pribadi Harun ar-
Rasyid yang sangat dermawan, bersahaja, arif bijaksana dan adil menyebabkan dirinya dicintai,
ditaati serta disegani oleh seluruh lapisan rakyatnya. Sifat kemuliaan Harun ar-Rasyid ini
diimbangi oleh permaisurinya -Ratu Zubaidah- yang telah mengeluarkan biaya yang cukup besar
untuk menggali mata air yang airnya disalurkan ke kota Mekah. Untuk mengabadikan namanya,
mata air yang sampai hari ini masih tetap berfungsi dinamakannya “mata air Zubaidah”.
Dalam suasana semaraknya perkembangan ilmu pengetahuan dunia Islam (alam Islamy)
lahirlah tokoh-tokoh cendekiawan muslim, antara lain seperti :
- Al-Farabi, dijuluki sebagai seorang filosof Islam yang terbesar diabad X. Para ahli
filsafat Islam memberikan gelar ‘Guru Kedua’ kepadanya karena jasa-jasanya dalam
lapangan logika. Dan kerena ilmu logikanya itu pula ia dianggap sebagai filosuf tulen,
par excellence, murni.(Oemar Amin Husein : 88)
- Ibnu sina, seorang filosof yang mendapat julukan “pangeran filsafat & doctor dan
dikenal sebagai ahli ilmu kedokteran dengan buku ensiklopedinya tentang ilmu
kedokteran ‘al-Qanun fit-Ti:b’ atau ‘The Canon’
- Ibnu Daud, Al-Khawarizma adalah perintis ilmu matematika.
- Jabir Abi Musa Ibnu Haiyan sebagai pengembang ilmu kimia.
- Ibnu Bikar dalam bidang ilmu hayat atau biologi.
- Rabi’ah Al-hadawiyyah, pelopor aliran mahabbah.
c. Dinasti Umaiyah di Spanyol (757-1495)
Dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat kini ditengah-tengah masyarakat
Spanyol setidaknya terdapat 2 ras, yaitu Arab dan Spanyol. Yang hidup bersama-sama dan hidup
berdampingan secara damai oleh karena itu setelah melewati adaptasi dalam waktu yang
relative singkat terjadilah gejala saling mendekati, saling membutuhkan dan saling tolong
menolong, yang akhirnya terjadilah proses asimilasi antara keduanya. Dan sebagai hasilnya
lahirlah suatu generasi campuran, generasi baru yang kemudian terkenal dengan sebutan
bangsa MOOR. Bangsa inilah yang kemudian menguasai daulah umayyah di Andalussia selama
tujuh setengah abad.
Cordova mulai dikenal oleh masyarakat eropa sebagai pusat kebudayaan dan pusat ilmu
pengetahuan yang ditandai dengan banyaknya perpustakaan yang sarat oleh berbagai macam
buku yang mencakup segala macam bidang, tidak hanya buku-buku keagamaan, akan tetapi juga
buku-buku umum dari berbagai bidang seperti filsafat, ilmu falaq, matematik, kedokteran,
kebudayaan, kesenian dan sebagainya.
Pada massa dinasti Umaiyah di Andalusia ini telah lahir sekian banyak intelektual muslim
yang sangat harum namanya, seperti Ibnu Bahjah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd (Averoes) dan
sebagainya. Ibnu Rusyd (1126-1198) adalah seorang cendekiawan yang dikenal oleh masyarakat
barat. Filosof ini dikenal sebagai dokter dengan buku karyanya yang cukup terkenal di dunia
barat “Colliget” atau “Kitabul-Kuliyat” ia juga seorang faqih atau ahli hokum dengan karyanya
yaitu “Bidayatul-Mujtahid”.
Cendekiawan muslim yang tidak boleh dilupakan juga namanya untuk dicermati adalah
Ibnu Khaldun yang lahir di Tunisia sekitar abad IX. Ia adalah seorang ahli dalam bidang ilmu
Sosial (Sosiologi). Bahkan ada yang menyebutnya sebagai bapak Sosiologi, dikarenakan hasil
penelitian dan penyajiannya cukup ilmiah untuk pertama kalinya dalam bidang ini. Hasil
karyanya yang paling terkenal dan sampai sekarang masih banyak dibaca sebagai referensi,
terutama kalau hendak mengetahui tentang masyarakat bangsa Arab ialah “Muqaddimah” atau
“Introduction of ibnu Khaldun”. Dalam buku ini ia banyak menyinggung soal system
pemerintahan yang sedang berlaku pada waktu itu, akan tetapi isinya sampai sekarang ini tetao
relevan untuk dijadikan bahan kajian ilmiah (Muchtar Kusumatmadja: 6). Demikian pula nama
Muhyiddin Ibnul-Arabi, filosuf dan sufi yang agung dari Sepanyol, Al-‘Iraqi dsb.
d. Dinasti Fatimiyah (919-1171)
Dinasti Fatimiyah didirikan oleh kaum syi’ah sekitar tahun 919 1171 M.khilafah watimiyah
didirikan didirikan di Afrika utra (Tunisia),kemudian meluas ketimur dan berhasil merebut Mesir
pada tahun 969 M dan terus ketimur hingga siria dikuasainya pada tahun 981M Khilafah inilah
yang membangun kota kairo ( Al Qhasiraah = perkasa) pada tahun 980 masehi dengan ditandai
suatu monumen yang teramat masyur didunia islam khususnya Universitas Al Azhar 981
M.Disamping mensirikan al azhar, dinasti ini juga mengembangkan ilmu pengetahuan lewat
menerbitkan bebrbagai macam buku ilmu pengetahuan.Di kairo yang menjadi ibu kota kerajaan
fatmiyah,terdapart sebuah perpustaaan yang berisi 1.600.000 buku, antara 650.000 di bidang
matematika,800.000 mengenai filsafat dan selebihnya menyangkut bidang lainnya (Muhtar
kusumaatmadja : loch.cit) . Pada tahun 1171 M dinasti fatimiyah runtuh akibat dikalahkan oleh
salahudin al ayubbi (saladin) seorang raja turki yang namanya sangat legendaris dalam perang
salib (the crusaders ) III.
Tegasnya sumbangan islam dalam bidang iptek ini dapat dibuktikan dengan tampilnya ilmuwan-
ilmuwan islam dalam khasanah dunia pada jamannya.Disamping memperoleh kekuasaan
politik,mereka memperoleh kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesenian. Tentara
mereka menang dalam pertempuran, perintahnya dipatuhi surat kreditnyya berharga,
arsitekturnya agung, sastranya menawan hati,keilmiahannnya tinggi,matematikannya kuat dan
teknologinya efektif ( von Grunebaum : XVIII).