Kdk
-
Upload
vincentius-subiyanto -
Category
Documents
-
view
11 -
download
1
description
Transcript of Kdk
PRESENTASI PORTOFOLIO
KEJANG DEMAM KOMPLEKS
PRESENTER:
Adelia Melianti
RSUD AGOESDJAM
KETAPANG
2013
Topik : Kejang Demam Kompleks
Tanggal (kasus) : 8 Juli 2013
Tanggal presentasi : 12 Juli 2013
Presentan : dr. Adelia Melianti
Pembimbing : dr. Rusdy Effendy
Tempat presentasi : RSUD Agoesdjam
Obyek presentasi : Ilmu Penyakit Anak
Deskripsi : Anak usia 13 bulan, kejang berulang
Tujuan : mendiagnosis dan melakukan penanganan yang tepat pada pasien kejang
Bahan bahasan : kasus
Cara membahas : presentasi dan diskusi
DATA PASIEN
Nama : An. Andik
No Registrasi : 151746
Nama Klinik : RSUD Agoesdjam
Terdaftar sejak : Juli 2013
Data utama untuk bahan diskusi
Diagnosis/gambaran klinis : observasi kejang berulang e.c demam
Riwayat Pengobatan : sebelumnya pernah mendapat pengobatan dari dokter
spesialis anak
Riwayat penyakit : Pada usia 6 bulan, pasien pernah mengalami kejang serupa
Riwayat keluarga: tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keadaan
serupa
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : An. A
Umur : 13 bulan
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Alamat : Sukabaru
No rekam medis : 151746
Pembayaran : JAMKESDA KTP
Masuk Rumah Sakit : pukul 20.00, 8 Juli 2013 diantar oleh keluarga
ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien dilakukan pada tanggal 8 Juli 2013 pukul 20.00
WIB di ruang IGD dengan didukung catatan medis.
Keluhan utama : kejang
Keluhan tambahan : demam tinggi
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk RS:
1 hari SMRS, anak mengalami demam. Demam naik bertahap dan dirasakan lebih
tinggi saat malam hari, kemudian ibu memberikan paracetamol sirup. Demam
diakui turun namun malam harinya panas lagi. Selama demam, mengigau saat tidur
disangkal, menggigil disangkal, kejang disangkal. Bintik-bintik merah di badan di
sangkal, anak rewel dan menangis saat pipis disangkal, batuk pilek disangkal, mual
dan muntah disangkal.
Keesokan harinya, tiba-tiba pasien kejang saat demam tinggi (39°C) pukul 08:00
WIB. Pasien kelojotan seluruh badan sekitar 10 menit, mata melirik ke atas, mulut
tertutup rapat, tidak keluar busa. Pukul 13.00 WIB, pasien kembali kejang dan
berlangsung ± 15 menit. Saat kejang pasien tidak sadarkan diri, sesudah kejang
pasien sadar. Kejang sudah terjadi berulang 2x selama 24 jam dan berulang 3x
dalam 13 bulan terakhir. Riwayat keluarga tidak ada yang pernah mengalami
kejang. Riwayat terbentur di kepala disangkal. Riwayat tertusuk benda tajam dan
kotor disangkal. Riwayat luka kotor akibat terjatuh juga disangkal. Riwayat keluar
cairan dari telinga yang didahului panas juga disangkal. Setelah kejang berhenti,
anak menangis. dan akhirnya anak dibawa orang tua ke IGD RSUD Agoesdjam.
Setelah masuk RS:
Follow up Keterangan TTV
9 Juli 2013 Hari 1 dirawat di RS
Pagi hari : Demam (+),
kejang (-)
Siang hari : Kejang (-)
CM / TSR
HR : 100 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 37,6 °C
BAK normal. BAB (+) N : 1/ t cukup
10 Juli 2013 Hari ke-2
Demam (+)
Kejang (-)
BAK dan BAB (+)
CM / TSR
HR : 110 x/menit
RR : 30 x/menit
T : 37,3 °C
N : 1/t cukup
11 Juli 2013 Hari ke-3
Demam (-)
Kejang (-)
Nafsu makan membaik
Keluhan lain : (-)
CM / TSR
HR : 120 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 36,5 °C
N : 1/t cukup
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit Umur Penyakit Umur
Kejang Diakui usia 6 bulan Varicella Disangkal
ISPA Pernah Diare Pernah
Otitis Disangkal Typhoid Disangkal
TBC Disangkal Cacingan Disangkal
Ginjal Disangkal Alergi Disangkal
Campak Disangkal DBD Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan sama seperti pasien.
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Kesan: neonatus aterm, sesuai masa kehamilan, vigorous baby.
Riwayat Pemeliharaan Prenatal
Ibu rutin memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan terdekat. Selama ibu
hamil, ibu mendapat suntikan TT 2 kali. Selama hamil, ibu tidak pernah menderita
penyakit. Riwayat perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma disangkal. Obat –
obatan yang diminum selama masa kehamilan adalah vitamin dan obat penambah
darah.
Kesan: riwayat pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Imunisasi
BCG : 1x (usia 1 bulan), scar (+)
Hep B : 4x (diberikan saat pasien usia 0, 2, 4, 6 bulan)
Polio : 4x (diberikan saat pasien usia 0, 2, 4, 6 bulan)
DPT : 3x (diberikan saat pasien usia 2, 4, 6 bulan)
Campak : 1x ( diberikan saat pasien usia 9 bulan)
Kesan: imunisasi dasar sampai saat ini telah diberikan sesuai KMS anak.
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 8 Juli 2013 pukul 20.00 WIB
Anak laki-laki usia 13 bulan, Berat Badan 8,5 kg
Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit sedang, kejang (-)
Tanda vital : TD: tidak dilakukan
HR: 110x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR: 32x/menit, reguler
Suhu: 39 o C (axilla)
Status Internus
- Kepala : mesocephal, UUB menonjol (-)
- Rambut : hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut.
- Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- , reflek cahaya +/+
(N), Pupil isokor +/+ .
- Hidung : bentuk hidung normal, kelainan kongenital (-), sekret -/-,
nafas cuping hidung (-)
- Telinga : bentuk telinga normal, kelainan kongenital (-), discharge -/-,
serumen -/-
- Mulut : bibir kering (-) , bibir sianosis (-) , trismus (-), tonsil T1/T1,
hiperemis (-)
- Leher : simetris, tidak ada pembesaran KGB, kaku kuduk (-)
- Thoraks :
Jantung
- Inspeksi : tidak terlihat pulsasi ictus cordis
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : batas jantung sulit dinilai
- Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru - paru
- Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris saat inspirasi dan
ekspirasi, retraksi (-)
- Palpasi : stem fremitus sulit dinilai
- Perkusi : sonor di kedua lapang paru
- Auskultasi : suara dasar vesikuler di seluruh lapang paru, rhonki -/-,
wheezing -/-
- Abdomen
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi : timpani di seluruh kuadran
- Palpasi : supel, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba
- Genitalia : laki- laki, fimosis (-)
- Anorektal : anus (+), hiperemis (-)
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Oedem -/- -/-
CRT <2’’ <2’’
- Pemeriksaan Neurologis
Refleks Fisiologis : (+)
Refleks Patologis : (-)
Rangsang Meningeal
o Kaku kuduk : (-)
o Brudzinsky I : (-)
o Brudzinsky II : (-)
o Kernig : (-)
Klonus
o Paha : (-)
o Kaki : (-)
Motorik
o Tonus : normotonus
o Kekuatan : tidak dilakukan karena pasien tidak kooperatif
o Gerakan : simetris
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin (9 Juli 2013)
o Hb : 10,1 g/dl
o Ht : 30,9 %
o Leukosit : 7.600/µl
o Trombosit : 240.000/ µl
Kesan : dalam batas normal
Widal : titer O 1/200, titer H 1/100
Malaria : (-)
Feses rutin (9 Juli 2013)
o Warna : kuning
o Konsistensi : lembek
o Leukosit : 1-3
o Eritrosit : 0-1
o Bakteri : +
Kimia Klinik
o GDS : 113 mg/dL
DIAGNOSA BANDING
- Observasi kejang
Cerebral
Akut sesaat
o Infeksi
Ekstracranial
Kejang demam kompleks
Kejang demam simpleks
Intracranial
Meningitis
Ensefalitis
Meningoensefalitis
o Gangguan elektrolit
o Gangguan metabolik
Kronik berulang
o Epilepsi
Non cerebral
Tetanus, Tetani
DIAGNOSA KERJA
Kejang Demam Kompleks
TERAPI
o O2 1-2 lpm K/P
o Infus Asering 34 tpm mikro
o Injeksi Cefotaxim 350 mg iv/ 12 jam
o Injeksi Ranitidin 8,5 mg iv/ 12 jam
o Injeksi Ondancentron 0,8 mg iv/ 8 jam
o Injeksi Diazepam 2,5 mg iv (bila kejang)
o PO/
o PCT syrup 4 x 3/4 cth jika suhu ≥ 38° C
o Fenobarbital 2 x 20 mg
USULAN
- Asam valproat ( 20 mg/kgBB/hari) 3 x 1cc
- Cek darah rutin ulang
- Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Ca
- Pemeriksaan GDS (atas indikasi)
- Pemeriksaan urin rutin (atas indikasi)
- Pemeriksaan EEG (atas indikasi)
Subjektif :
Keluhan kejang memberikan banyak diagnosa banding. Kejang tersebut harus dicari
penyebabnya. Apakah berasal dari cerebral atau non cerebral. Dan apakah akut sesaat
atau kronik berulang. Gambaran klinis pasien berdasarkan anamnesis yaitu kejang
berulang pada pagi hari dan siang hari. Lama kejang ± 10-15 menit. Pasien kelojotan
seluruh badan sekitar 10 menit, mata melirik ke atas, mulut tertutup rapat, tidak keluar
busa. Saat kejang pasien tidak sadarkan diri, sesudah kejang pasien sadar. Salah satu
penyebab tersering kejang adalah demam. Dari anamnesa, pasien menyangkal riwayat
terbentur di kepala, riwayat tertusuk benda tajam dan kotor, riwayat luka kotor akibat
terjatuh, riwayat keluar cairan dari telinga yang didahului panas yang memungkinkan
terjadinya infeksi yang menyebabkan terjadinya kejang.
Objektif :
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan, hanya peningkatan suhu
badan yaitu 39 o C (axilla). Pada pemeriksaan penunjang tidak ditemukan nilai
abnormal pada pemeriksaan darah rutin dan kimia darah. Pada pemeriksaan widal,
hasil yang didapat tidak bermakna. Pada pemeriksaan feses rutin ditemukan leukosit,
eritrosit, dan bakteri (+)
Assessment :
Pasien dengan keluhan kejang berulang dalam 24 jam, beserta adanya demam. Harus
dicari apa kemungkinan penyebabnya. Untuk memastikannya dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti kadar gula darah, kadar elektrolit, atau pemeriksaan
lain yg lebih spesifik untuk menyingkirkan diagnosa banding lainnya. Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang sudah dilakukan, ditentukan
diagnosa pasien adalah kejang demam kompleks.
Plan :
- O2 1-2 lpm per nasal kanul K/P untuk memberikan suplementasi oksigen ke otak.
- Infus Asering 34 tpm mikro : pemberian cairan dihitung sesuai kebutuhan cairan
pasien.
- Cefotaxim 350 mg / 12 jam iv : diberikan sebagai antibiotik profilaksis.
- Ranitidin 8,5 mg / 12 jam iv
- Ondancentron 0,8 mg/8 jam iv untuk menghentikan muntah
- Injeksi Diazepam 2,5 mg iv (bila kejang)
- PO/
o PCT syrup 4 x 3/4 cth jika suhu ≥ 38° C
o Fenobarbital 2 x 20 mg untuk maintenance kejang
- Usul untuk pemberian Asam valproat ( 20 mg/kgBB/hari) sebagai dosis rumatan
sampai 1 atau 2 tahun bebas kejang, lalu Cek darah rutin ulang, Pemeriksaan
elektrolit : Na, K, Ca, Pemeriksaan GDS (atas indikasi), Pemeriksaan urin rutin
(atas indikasi), pemeriksaan EEG (atas indikasi) untuk menyingkirkan penyebab
kejang.
- Edukasi : Sedia obat penurun panas di rumah, termometer dan obat anti kejang
(diazepam) per rektal. Bila anak demam, segera beri obat penurun panas dan di
kompres dengan air hangat, di bagian lipat paha dan lipat ketiak. Bila anak kejang,
jangan panik, lalu longgarkan pakaian anak, beri diazepam melalui dubur anak
dengan posisi anak terlentang miring bila tidak berhenti segera dibawa ke rumah
sakit terdekat
- Setelah difollow up, tidak terdapat keluhan kejang disimpulkan anak mengalami
perbaikan.
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu
rektal diatas 38°C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam
merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak-anak, terutama
pada golongan umur 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang demam harus dibedakan dengan
epilepsi,yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. Bila anak berumur
kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam,
pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama demam.1,2,3
Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2 % - 4 % dari populasi anak 6 bulan - 5 tahun
Anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam
80 % merupakan kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus adalah
kejang demam kompleks
8 % berlangsung lama (lebih dari 15 menit), 16 % berulang dalam waktu 24
jam
Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada umur kurang dari
12 bulan, maka risiko kejang demam kedua 50 %, dan bila kejang demam
sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko kejang demam kedua
turun menjadi 30%.
Setelah kejang demam pertama, 2 – 4 % anak akan berkembang menjadi
epilepsi dan ini 4 kali risikonya dibandingkan populasi umum. 4
Klasifikasi
Umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang
demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan berlangsung umum,
dan kejang demam kompleks, yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal, atau
multiple (lebih dari 1 kali kejang dalam 24 jam). Kriteria penggolongan tersebut
dikemukan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil
dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang, tingginya demam, usia
penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekam otak dan lainnya1,2
I. Klasifikasi KD menurut Fukuyama
Fukuyama juga membagi KD menjadi 2 golongan, yaitu:
1. KD sederhana
2. KD kompleks 2
Ciri-ciri KD sederhana menurut Fukuyama:
1. Pada keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun
3. Serangan KD yang pertama terjadi antara usia 6 bulan - 6 tahun
4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit
5. Kejang tidak bersifat fokal
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologist atau
abnormalitas perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat 2
KD yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut diatas digolongkan sebagai KD
jenis kompleks
II. Klasifikasi KD menurut Livingston
Livingston membagi dalam:
1. KD sederhana
2. Epilepsy yang dicetuskan oleh demam 2
Ciri-ciri KD sederhana:
1. Kejang bersifat umum
2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
3. Usia waktu KD pertama muncul kurang dari 6 tahun
4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun
5. EEG normal 2
KD yang tidak sesuai dengan ciri tersebut diatas digolongkan sebagai epilepsy
yang dicetuskan oleh demam
III. Kejang demam terbagi menjadi Kejang Demam Sederhana (KDS) dan Kejang
Demam kompleks (KDK).
Kejang Demam Sederhana
KDS biasanya berlangsung singkat yaitu kurang daripada 15 menit.
Bangkitan kejangnya merupakan kejang tonik klonik umum . KDS tidak akan
berulang dalam 24 jam. KDS berlaku pada temperatur yang melebihi 39o C.
Hasil elektroensefalogram (EEG) adalah normal dan tidak ada kelainan
neurologis sebelum dan selepas kejang.4
Kejang Demam Kompleks
KDK biasanya berlangsung melebihi 15 menit. Kriteria KDK yang
utama adalah kejang umum biasanya diikuti dengan kejang parsial. Kejang
akan berulang dalam 24 jam tetapi diantara 2 bangkitan kejang anak biasanya
sadar. Frekuensi serangan > 4 kali dalam satu tahun. Hasil
elektroensefalogram (EEG) mungkin abnormal dan terdapat kelainan
neurologis. KDK juga berlaku walaupun suhu bayi kurang dari 390 C.4
Etiologi
Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. Ada
beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam,yaitu:
1. Demamnya sendiri
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap otak
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan atau yang tidak
diketahui atau ensefalopati toksik
6. Gabungan semua faktor diatas 2,3,5
Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi kejang
demam. Anak yang mengalami kejang setelah imunisasi selalu terjadi waktu anak
sedang demam. Kejang setelah imunisasi terutama didapatkan setelah imunisasi
pertusis (DPT) dan morbili (campak).1
Penyebab demam pada 297 penderita KD 1,2
Penyebab demam Jumlah penderita
Tonsilitis dan/atau faringitis
Otitis media akut (radang liang telinga
tengah)
Enteritis/gastroenteritis (radang saluran
cerna)
Enteritis/gastroenteritis disertai dehidrasi
Bronkitis (radang saiuran nafas)
Bronkopeneumonia (radang paru dan
saluran nafas)
Morbili (campak)
Varisela (cacar air)
Dengue (demam berdarah)
Tidak diketahui
100
91
22
44
17
38
12
1
1
66
Faktor Resiko
Faktor resiko pertama yang penting pada kejang demam adalah demam. Selain
itu juga terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam pengawasan
khusus, dan kadar natrium rendah.1
Pada penderita kejang demam risiko saudara kandung berikutnya untuk
mendapat kejang demam ialah 10%. Namun bila satu dari orang-tuanya dan satu
saudara pernah pula mengalami KD, kemungkinan ini meningkat menjadi 50% .1,2,3
Manifestasi Klinis
Terjadinya kejang pada kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang
cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39°C atau lebih (rektal).
Umumnya kejang berlangsung singkat, berupa serangan tonik klonik. Bentuk kejang
yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau
kelemahan,gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan
atau kekakuan fokal.2,3,5,6
Sering kali kejang berhenti sendiri setelah mendapat pertolongan pertama.
Setelah kejang berhenti anak tampak capek, mengantuk, tertidur pulas, dan tidak
memberikan reaksi apapun untuk sejenak atau disebut periode mengantuk singkat
pasca kejang, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar
kembali tanpa defisit neurologis. 2
Kejang demam yang berlangsung lebih lama dari 15 menit sering bersifat
fokal atau unilateral dan kadang-kadang diikuti oleh parese Tod (lumpuh sementara
pasca serangan kejang) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang
unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. 2
Diagnostik
Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan kriteria Livingston yang
telah dimodifikasi, yang merupakan pedoman yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf
Anak IKA FKUI-RSCM Jakarta, yaitu:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 6 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu
normal tidak menunjukkan kelainan
7. Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4 kali
Pemeriksaan cairan serebrospinal dapat dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama dan
dengan usia kurang dari 1 tahun. Pemeriksaan laboratorium lain perlu dilakukan untuk
mencari penyebab timbulnya demam.2
Penatalaksanaan
Ada 3 hal yang perlu dikerjakan pada penatalaksanaan kejang demam yaitu: 2,3,5,6,7,8,9
1. Pengobatan fase akut
2. Mencari dan mengobati penyebab
3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam
Pengobatan fase akut
Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan dan diusahakan jalan nafas harus bebas agar oksigenisasi terjamin.
Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan, dan
fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air hangat dan
pemberian antipiretik.
Kejang demam terjadi akibat adanya demam, maka tujuan utama pengobatan
adalah mencegah terjadinya peningkatan demam oleh karena itu pemberian obat –
obatan antipiretik sangat diperlukan. Obat – obat yang dapat digunakan sebagai
antipiretik adalah asetaminofen 10 - 15 mg/kgBB/hari setiap 4 – 6 jam atau ibuprofen
5 – 10 mg/kgBB/hari setiap 4 – 6 jam.
Diazepam adalah obat yang paling cepat menghentikan kejang. Efek
terapeutik diazepam sangat cepat, yaitu antara 30 detik sampai 5 menit dan efek
toksik yang serius hampir tidak dijumpai apabila diberikan secara perlahan.
Diazepam dapat diberikan secara intravena dan intrarektal. Dosis diazepam intravena
0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg.
Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar
dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut.
Pemberian diazepam secara intravena pada anak yang kejang seringkali
menyulitkan, cara pemberian yang mudah, sederhana dan efektif melalui rektum telah
dibuktikan keampuhannya. Dosis diazepam intrarektal yg dapat digunakan adalah 5
mg (BB<10 kg) atau 10 mg (BB>10 kg). Bila kejang tidak berhenti dapat diulang
selang 5 menit kemudian, bila tidak berhenti juga berikan fenitoin dengan dosis awal
10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBB/menit. Setelah
pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan NaCl fisiologis karena
fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital yang
langsung diberikan setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan – 1 tahun
50 mg dan 1 tahun keatas 75 mg secara intramuscular. Lalu 4 jam kemudian
diberikan fenobarbital dosis rumatan. Untuk 2 hari pertama diberikan dosis 8-10
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5
mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara
suntikan dan setelah membaik peroral. Harus diperhatikan bahwa dosis total tidak
boleh melebihi 200 mg/hari karena efek sampingnya adalah hipotensi, penurunan
kesadaran, dan depresi pernafasan.
Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus
yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau bila
kejang demam berlangsung lama.2
Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam
Pengobatan ini dibagi atas 2 bagian, yaitu:2
1. Profilaksis intermiten
Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari,
penderita yang menderita kejang demam sederhana diberikan diazepam
secara oral untuk profilaksis intermiten dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat juga diberikan
secara intrarectal tiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB<10 kg) dan 10 mg
(BB>10kg) setiap pasien menunjukan suhu lebih dari 38,5°C.
2. Profilaksis jangka panjang
Profilaksis jangka panjang berguna untuk menjamin terdapatnya dosis
terapeutik yang stabil dan cukup didalam darah penderita untuk
mencegah terulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan
kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsi dikemudian
hari. Profilaksis terus-menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5
mg/ kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah
asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis
terus menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan
bertahap selama 1-2 bulan.
Profilaksis terus-menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1atau 2)
yaitu:
1. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau
perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal, retardasi mental).
2. Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologis
sementara atau menetap.
3. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.
4. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi
kejang multipel dalam satu episode demam. 2
Bila hanya memenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka
panjang, maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan
diazepam oral alau rektal tiap 8 jam di samping antipiretik.
Algoritma Penghentian Kejang Demam
Kejang demam dapat berulang di kemudian hari atau dapat berkembang menjadi epilepsi di
kemudian hari. Faktor resiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah:
a. Riwayat kejang demam dalam keluarga.
b. Usia di bawah 18 bulan.
c. Suhu tubuh saat kejang.
d. Lamanya demam saat awitan kejang.
e. Riwayat epilepsi dalam keluarga.
Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah:
a. Adanya gangguan neurodevelopmental.
b. Kejang demam kompleks.
c. Riwayat epilepsi dalam keluarga.
d. Lamanya demam saat awitan kejang.
e. Lebih dari satu kali kejang demam kompleks
DAFTAR PUSTAKA
1. Tumbelaka,Alan R.,Trihono, Partini P.,Kurniati,Nia.,Putro Widodo,Dwi.
Penanganan Demam Pada Anak Secara Profesional: Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLVII.Cetakan pertama,FKUI-
RSCM.Jakara,2005
2. Lumbantobing,S.M:Kejang Demam.Balai Penerbit FKUI,Jakarta,2007
3. Asril Aminulah, Prof Bambang Madiyono. Hot Topik In Pediateric II : Kejang
Pada Anak. Cetakan ke2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2002.
4. Hassan R and Alatas H, 2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak, Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985 ; 847
5. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak : Kejang Demam. 18 edition. EGC, Jakarta 2007.
6. Fleisher, Gary R, M.D., Stephen Ludwig, M.G. Text Book Of Pediatric
Emergency Medicine : Seizures. Williams & Wilkins Baltimore. London
7. Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setyowulan. Kapita
Selekta Kedokteran : kejang Demam. Edisi ke3 Jilid 2. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2000.
8. Acute Management of Infants and Children with Seizures. December 2004
http://www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pdf
9. Prodigy Guidance - Febrile convulsion. April 2005.
http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Febrile%20convulsion
10. Kejang Demam,Guideline http://www.sehatgroup.web.id/artikel/1089.asp?
FNM=10899.
11. NHS, 2010. Complications of febrile convulsions. Available from
:http://www.nhs.uk/Conditions/Febrile
convulsions/Pages/Complications.aspx[Accessed on 14 June 2011]