kayu putih

15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Minyak kayu Putih Secara Umum Tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra (L). L), merupakan salah satu tumbuhan penghasil minyak atsiri yang mana daun tumbuhan ini mengandung minyak atsiri sekitar 0,5 - 1,5% tergantung efektivitas penyulingan dan kadar minyak yang terkandung terhadap bahan yang disuling. (Lutony, 1994). Sistematika tumbuhan ini adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotiledonae Ordo : Myrtales Family : Myrtaceae Genus : Melaleuca Spesies : Melaleuca Leucadendra, (L.) L 2.1.2 Morfologi tumbuhan: Tumbuhan dari famili Myrtaceae merupakan salah satu sumber minyak atsiri yang memiliki nilai komersial yang cukup tinggi. Beberapa jenis dari famili ini yang terkenal sebagai penghasil minyak atsiri adalah tumbuhan dari marga Eucalyptus dan Melaleuca. Universitas Sumatera Utara

Transcript of kayu putih

Page 1: kayu putih

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.1 Minyak kayu Putih Secara Umum

Tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra (L). L), merupakan salah satu tumbuhan

penghasil minyak atsiri yang mana daun tumbuhan ini mengandung minyak atsiri sekitar 0,5 -

1,5% tergantung efektivitas penyulingan dan kadar minyak yang terkandung terhadap bahan

yang disuling. (Lutony, 1994).

Sistematika tumbuhan ini adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Dicotiledonae

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Melaleuca

Spesies : Melaleuca Leucadendra, (L.) L

2.1.2 Morfologi tumbuhan:

Tumbuhan dari famili Myrtaceae merupakan salah satu sumber minyak atsiri yang

memiliki nilai komersial yang cukup tinggi. Beberapa jenis dari famili ini yang terkenal sebagai

penghasil minyak atsiri adalah tumbuhan dari marga Eucalyptus dan Melaleuca.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: kayu putih

Tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra (L). L) merupakan tumbuhan perdu yang

mempunyai batang pohon kecil dengan banyak anak cabang yang menggantung ke bawah.

Daunnya berbentuk lancip dengan tulang daun yang sejajar. Bunga kayu putih berwarna merah,

sedangkan kulit batang kayunya berlapis-lapis dengan permukaan terkelupas. Keistimewaan

tanaman ini adalah mampu bertahan hidup di tempat yang kering, di tanah yang berair, atau di

daerah yang banyak memperoleh guncangan angin atau sentuhan air laut. Tanaman ini tumbuh liar

di daerah berhawa panas. Tanaman kayu putih tidak memerlukan syarat tumbuh yang spesifik.

Pohon kayu putih dapat mencapai ketinggian 45 kaki. Dari ketinggian antara 5 - 450 m di atas

permukaan laut, terbukti bahwa tanaman yang satu ini memiliki toleransi yang cukup baik untuk

berkembang. (Lutony, 1994).

Bagian yang paling berharga dari tanaman kayu putih untuk keperluan produksi minyak

atsiri adalah daunnya. Daun kayu putih yang akan disuling minyaknya mulai bisa dipangkas

atau dipungut setelah berumur lima tahun. Seterusnya dapat dilakukan setiap enam bulan sekali

sampai tanaman berusia 30 tahun. Di beberapa daerah yang subur, tanaman kayu putih telah bisa

dipungut daunnya pada usia dua tahun. Setiap pohon kayu putih yang telah berumur lima tahun atau

lebih dapat menghasilkan sekitar 50-100 kg daun berikut ranting.

2.1.3 Syarat tumbuh dan budidaya

Tanaman kayu putih tidak mempunyai syarat tumbuh yang spesifik. Dari ketinggian

antara 5 – 450 m diatas permukaan laut, terbukti bahwa tanaman yang satu ini memiliki toleransi

yang cukup baik untuk berkembang.

Pemungutan daun kayu putih sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Alasannya, pada waktu

pagi hari daun mampu menghasilkan rendeman minyak atsiri lebih tinggi dengan kualitas baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: kayu putih

Setelah pemungutan daun yang pertama, pohon kayu putih dipangkas agar bisa tumbuh tunas

baru dan yang akan menghasilkan daun yang lebih banyak. Selanjutnya setiap kali pemungutan

daun selalu diikuti dengan pemangkasan. (Lutony, 1994).

Cara yang ditempuh untuk memproduksi minyak kayu putih bisa langsung dengan

menyuling daunnya saja atau dengan cara menyuling daun kayu putih tersebut berikut ranting

daunnya sepanjang lebih kurang 20 cm dari pucuk daun. Apabila yang disuling itu berikut dengan

ranting daunnya sebaiknya menggunakan perbandingan antara berat ranting terhadap berat daun

sebesar 15%, karena ranting daun hanya mengandung 0,1% minyak (Ketaren, 1985).

2.2 Minyak kayu putih

Minyak kayu putih disuling dari daun dan ranting (terminal branhlet) beberapa spesies

melaleuca merupakan sejenis pohon yang tumbuh melimpah dikepulauan hindia timur

(Indonesia), semenanjung malaya, dan dibeberapa tempat lainnya. Pasaran utama bagi minyak

atsiri cajeput oil antara lain Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Perancis, dan Belanda. Pada

saat sekarang produksi minyak kayu putih indonesia mengalami penurunan, bahkan untuk

mencukupi kebutuhan didalam negeri pun terpaksa mengimpornya (Lutony, 1994)

Ditemukan juga satu varietas yang banyak tumbuh didaerah berpayau, dan menghasilkan

minyak dengan komposisi yang berbeda. Karena variatas ini tidak tau mengandung sineol dalam

jumlah kecil, maka minyaknya tidak memiliki arti komersial. Dalam dunia perdagangan, minyak

kayu putih memiliki bau kamfor mirip sineol dengan flavor yang agak menyengat (burning

flavor) dengan kesan dingin.

2.2.1 Mutu minyak kayu putih

Standart mutu minyak kayu putih menurut EAO adalah sebagai berikut:

- Warna : cairan berwarna kuning atau hijau

Universitas Sumatera Utara

Page 4: kayu putih

- Berat jenis pada 25oC : 0,908 – 0,925

- Putaran optik : o – (40)

- Indeks refraksi 200C : 1,4660 – 1,4720.

- Kandungan sineol : 50% - 65%

- Minyak pelikan : Negatif

- Minyak lemak :Negatif

- Kelarutan dalam alkohol 80% : Larut dalam 1 volume

Untuk mempertahankan mutunnya, sebaiknya minyak kayu putih dikemas dalam drum

berlapis timah putih atau drum besi galvanis.

2.2.2 Khasiat dan Kegunaan minyak kayu putih

Minyak kayu putih banyak digunakan dalam industri farmasi. Penduduk indonesia telah

mengenal minyak kayu putih sejak berabad – abad serta mempergunakannya sebagai obat untuk

menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Kegunaan tumbuhan kayu putih antara lain sebagai obat

sakit perut dan saluran pencernaan (internal), sebagai obat masuk angin untuk dewasa maupun

anak – anak , sebagai obat kulit (obat luar), berkhasiat sebagai obat oles bagi penderita sakit

kepala, kram pada kaki, reumatik dan sakit persendian.

Sebagai obat dalam (internal), minyak kayu putih digunakan hanya dalam dosis kecil

dan berkhasiat untuk mengobati rhinitis (radang selaput lendir hidung), dan berfungsi

sebagai anthelmintic terutama efektif mengobati demam. Minyak kayu putih juga berfungsi

sebagai ekspektoran dalam kasus laryngitis dan bronchitis, dan jika diteteskan ke dalam gigi

dapat mengurangi rasa sakit gigi. Minyak kayu putih juga sangat efektif digunakan sebagai

insektisida. Kutu pada anjing dan kucing akan mati jika diolesi minyak kayu putih. Juga

dapat digunakan sebagai pembasmi kutu busuk dan berbagai jenis serangga (Lutony, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: kayu putih

2.2.3 Kandungan Kimia

Umumnya minyak atsiri dari jenis atau varietas tumbuhan yang berbeda juga memiliki

komponen kimia yang berbeda.

Kandungan kimia dari minyak kayu putih yang dihasilkan dari tumbuhan Melaleuca

leucadendra (L). L. dapat dilihat pada tabel berikut:

Nama Komponen Kimia Kadar %

- β – pinena 1,21

- sineol 60,03

- terpinolena 0,47

- 4, 11, 11, -tetrametil – 8 metilen 1,44

- β linalool 1,59

- α terpineol 14,96

- kariofilena 1,26

- α kariofilena 0,52

- isokariofilena 0,87

- dehidro – 1,1,4,7, - tetrametil elemol 5,32

2.3 Minyak Atsiri

Minyak atsiri sebagai bahan wewangian, penyedap masakan dan obat-obatan memiliki

akar sejarah yang dalam. Minyak atsiri, minyak mudah menguap atau minyak terbang

merupakan dari senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun

titik didih yang beragam yang diperoleh dari bagian tanama, akar, kulit, batang, daun, buah, biji

maupun dari bunga (Sastrohamidjojo, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: kayu putih

Dalam tanaman minyak atsiri mempunyai 3 fungsi yaitu membantu proses peyerbukan

dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh

serangga atau hewan lain dan sebagai cadangan makanan dalam tanaman. Minyak atsiri

merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam tanaman, yang terbentuk karena

reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak tersebut disintesa dalam

sel kelenjar pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin (Ketaren,

1985).

Dalam tumbuhan minyak atsiri terkandung dalam berbagai jaringan, seperti didalam

rambut kelenjar (pada suku Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (pada suku Zingiberaceae dan

Piperaceae), di dalam saluran minyak (pada suku Umbelliferae), di dalam rongga-rongga

skizogen dan lisigen (pada suku Myrtaceae, Pinaceae, Rutaceae), terkandung didalam semua

jaringan (pada suku Coniferae) (Gunawan & Mulyani, 2004).

2.3.1 Komposisi Kimia Minyak Atsiri

Pada umumnya perbedaan komponen minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis tanama

penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen, metode ekstraksi yang digunakan

dan cara penyimpanan minyak (Ketaren, 1985).

Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang

terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) serta beberapa persenyawaan

kimia yang mengandung unsur Nitrogen (N) dan Belerang (S). Pada umumnya sebagian besar

minyak atsiri terdiri dari campuran persenyawaan golongan hidrokarbon dan hidrokarbon

teroksigenasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: kayu putih

2.3.2 Sifat Fisika Minyak Atsiri

Minyak atsiri mempunyai konstituen kimia yang berbeda, tetapi dari segi fisiknya sama.

Minyak atsiri yang bari di ekstrak biasanya tidak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan.

Sifat-sifat fisik minyak atsiri yaitu, baunya yang karakteristik, bersifat optis aktif dan mempunyai

sudut putar yang spesifik.

Parameter yang dapat digunakan untuk tetapan fisik minyak atsiri antara lain :

a. Bobot Jenis

Bobot jenis adalah perbandingan berat dari suatu volume contoh pada suhu 250C dengan

berat air pada volume dan suhu yang sama. Cara ini dapat digunakan untuk semua minyak dan

lemak yang dicairkan. Alat yang digunakan untuk penentuan ini adalah piknometer. Pada

penetapan bobot jenis, temperatur dikontrol dengan hati-hati dalam kisaran temperatur yang

pendek (Ketaren, 1985).

b. Indeks Bias

Indeks bias dari suatu zat ialah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dan

kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Jika cahaya melewati media kurang pada ke media lebih

padat, maka sinar akan membelok atau membias dari garis normal. Penentuan indeks bias

menggunakan alat refraktometer. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi

ketidakmurnian (Guenther, 1987).

c. Putaran Optik

Setiap jenis minyak atsiri mempunyai kemampuan memutar bidang polarisasi cahaya ke

arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis minyak atsiri,

suhu dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan putaran optik menggunakan

alat polarimeter

Universitas Sumatera Utara

Page 8: kayu putih

(Ketaren, 1985).

2.3.3 Sifat Kimia Minyak Atsiri

Perubahan sifat kimia minyak atsiri merupakan ciri dari kerusakan minyak yang

mengakibatkan perubahan sifat kimia minyak adalah proses oksidasi, hidrolisis, polimerisasi

(resinifikasi).

a. Oksidasi

Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutaama terjadi pada ikatan ikatan rangkap dalam

terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga

membentuk senyawa aldehid, asam organik dan keton yang menyebabkan perubahan bau yang

tidak dikehendaki (Ketaren, 1985).

b. Hidrolisis

Proses hidrolisis terjadi dalam minyak atsiri yang mengandung ester. Proses hidrolisis

ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga terbentuk asam

bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan adanya air dan asam sebagai

katalisator (Ketaren, 1985).

c. Resinifikasi

Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan senyawa

polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (Ekstraksi) minyak yang

mempergunakan tekanan dan suhu tinggi serta selama penyimpanan (Ketaren, 1985).

2.3.4 Cara Isolasi Minyak Atsiri

Isolasi minyak atsiri dapat dilakukandengan beberapa cara yaitu : 1) penyulingan

(destilation), 2) pengepresan (Pressing), 3) ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent

extraction), 4) ekstraksi dengan lemak padat (Guenther, 1987).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: kayu putih

2.3.4.1. Metode Penyulingan

a. Penyulingan dengan air (water destilation)

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan

air mendidih. Minyak atsiri akan dibawa oleh uap air yang kemudian didinginkan dengan

mengalirkannya melalui pendingin. Hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni.

Perlakuan ini sesuai untuk minyak atsiri yang tidak rusak oleh pemanasan (Guenther, 1987).

b. Penyulingan dengan uap (steam destilation)

Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada metode ini

bahan tumbuhan dialiri uap panas dengna tekanan tinggi. Uap air selanjutnya dialirkan melalui

pendingin dan hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni. Cara ini baik digunakan

untuk bahan tumbuhan yang mempunyai titik didih yang tinggi (Guenther, 1987).

c. Penyulingan dengan air dan uap (water and steam destilation)

Bahan tumbuhan yang akan disuling dengan metode penyulingan air dan uap

ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang

di atas dasar alat penyulingan. Ketel diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di

bawah saringan, uap air akan baik bersama minyak atsiri kemudian dialirkan melalui pendingin.

Hasil sulingannya adalah minyak atsiri yang belum murni (Guenther, 1987).

2.3.4.2. Metode Pengepresan

Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan

berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi.

Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiriakan pecah dan

minyak atsiri akan mengalir kepermukaan bahan (Ketaren, 1985).

2.3.4.3. Ekstraksi dengan pelarut menguap

Universitas Sumatera Utara

Page 10: kayu putih

Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut

organik yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk

mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air (Armando, 2009).

2.3.4.4. Ekstraksi dengan lemak padat

Proses ini umunya digunakanuntuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk mendapatkan

mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu enfleurasi dan maserasi.

a. Enfleurasi

Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak digunakan pada suhu rendah (keadaan

dingin) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh panas. Metode ini

digunakan untuk mengekstraksi beberapa jenis minyak bunga yang masih melanjutkan kegiatan

fisiologisnya. Daun bunga terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi mintak

atsiri dan minyak yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat

(Armando, 2009).

b. Maserasi

Metode pembuatan minyak dengan lemak panas tidak jauh bebrbeda dengan metode

lemak dingin. Bahan dan peralaatan yang digunakan pun tidak jauh berbeda. Perbedaannya

hanya terletak pada bagian awal proses, yaitu menggunakan lemak panas (Armando, 2009).

2.4 Analisis Komponen Minyak Atsiri dengan GC-MS

Analisa komponen minyak atsiri merupakan masalah yang cukup rumit karena minyak

atsiri mengandung campuran senyawa dan sifatnya yang mudah menguap pada suhu kamar.

Setelah ditemukan Kromatografi Gas (GC), kendala dalam analisis komponen minyak atsiri

mulai dapat diatasi. Pada penggunaan GC, efek penguapan dapat dihindari bahkan dihilangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: kayu putih

sama sekali. Perkembangan teknologi instrumentasi yang pesat akhirnya dapat menghasilkan

suatu alat yang merupakan gabungan dua sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama

lain tetapi saling melengkapi, yaitu gabungan antara kromatografi gas dan spektrometer massa.

Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai campuran komponen dalam sampel

sedangkan spektrometer massa berfungsi untuk mendeteksi masing-masing komponen yang telah

dipisahkan pada kromatografi gas (Agusta, 2000).

2.4.1 Kromatografi Gas

Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran kimia dalam suatu

bahan. Komponen yang akan dipisahkan di bawa oleh suatu gas lembam (gas pembawa) melalui

kolom. Campuran cuplikan akan terbagi diantara gas pembawa dan fase diam. Fase diam akan

menahan komponen secara selektif berdasarkan koefisien distribusinya, sehingga terbentuk

sejumlah pita yang berlainan pada gas pembawa. Pita komponen ini meninggalkan kolom

bersama aliran gas pembawa dan dicatat sebagai fungsi waktu oleh detektor (Mc Nair and

Bonelli, 1988).

Waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan di kolom disebut dengan

waktu tambat (waktu retensi) yang diukur mulai saat penyuntikn sampai saat elusi terjadi

(Gritter, dkk., 1991).

Bagian utama dari kromatografi gas adalah gas pembawa, sistem injeksi, kolom, fase

diam, suhu dan detektor.

2.4.1.1. Gas Pembawa

Gas pembawa harus memenuhi persyaratan antara lain harus inert, murni, dan mudah

diperoleh. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang dipakai. Keuntunganya adalah

karena semua gas ini harus tidak reaktif, dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering yang

Universitas Sumatera Utara

Page 12: kayu putih

dapat dikemas dalam tangki bertekanan tinggi. Gas pembawa yang sering dipakai adalah helium

(He), Argon (Ar), Nitrogen (N), Hidrogen (H), karbon dioksida (Agusta, 2000).

2.4.1.2. Sistem Injeksi

Cuplikan dimasukkan kedalam ruang suntik melalui gerbang suntik, biasanya berupa

lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet. Ruang suntik harus dipanaskan

tersendiri, terpisah dari kolom, dan biasanya pada suhu 10-15oC lebih tinggi dari suhu

maksimum. Jadi cuplikan diuapkan segera setelah disuntikkan dan dibawa ke kolom (Gritter,

dkk.,1991).

2.4.1.3. Kolom

Kolom dapat dibuat dari tembaga, baja nir karat, aluminium, dan kaca yang berbentuk

lurus, lengkung, melingkar (Agusta, 2000).

2.4.1.4. Fase Diam

Fase diam dibedakan berdasarkan kepolaranya, yaitu non polar, semi polar, dan

polar.Berdasarkan sifat minyak atsiri yang non polar sampai sedikit polar, maka untuk keperluan

analisis sebaiknya digunakan kolom fase diam yang bersifat non polar, misalnya SE-52 dan SE-

54 (Agusta, 2000).

2.4.1.5. Suhu

Tekanan uap sangat tergantung pada suhu, maka suhu merupakan faktor utama dalam

kromatografi gas. Pada GC-MS terdapat tiga pengendali suhu yang berbeda yaitu: suhu injektor,

suhu kolom, dan suhu detektor.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: kayu putih

a. Suhu Injektor

Suhu pada injektor harus cukup panas untuk menguapkan cuplikan sedemikian cepat (Mc

Nair and Bonelli, 1988).

b. Suhu Kolom

Pemisahan dapat dilakukan pada suhu tetap (isotermal), atau pada suhu yang berubah

secara terkendali (suhu diprogram). Kromatografi gas suhu isotermal paling baik digunakan pada

analisis rutin atau jika kita mengetahui agak banyak mengenai yang akan dipisahkan. Pilihan

awal yang baik adalah suhu beberapa derajat dibawah titik didih komponen campuran utama.

Pada kromatografi gas suhu diprogram, suhu dinaikkan mulai dari suhu tertentu sampai suhu

tertentu yang lain dengan laju diketahui dan terkendali dalam waktu tertentu (Gritter, dkk.,1991).

c. Suhu Detektor

Detektor harus cukup panas sehingga cuplikan dan atau fase diam tidak mengembun (Mc

Nair and Bonelli, 1988).

2.4.1.6. Detektor

Menurut Mc Nair and Bonelli, (1988) ada dua detektor yang populer yaitu Detektor

Hantar Termal (DHT) dan Detektor Pengion Nyala (DPN).

2.4.2 Spektrometer Massa

Molekul senyawa organik pada spektrometer massa, ditembak dengan berkas elektron

dan menghasilkan ion bermuatan positip yang mempunyai energi yang tingggi karena lepasnya

elektron dari molekul yang dapat pecah menjadi ion yang lebih kecil. Spektrum massa

merupakan gambaran antara limpahan relatif lawan perbandingan massa/muatan

(Sastrohamidjojo, 2004).

2.4.2.1 Sistem Pemasukan Cuplikan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: kayu putih

Bagian ini terdiri dari suatu alat untuk memasukkan cuplikan, sebuah makromanometer

untuk mengetahui jumlah cuplikan yang dimasukkan, sebuah alat pembocor molekul untuk

mengatur cuplikan kedalam kamar pengion, dan sebuah sistem. Cuplikan berupa cairan

dimasukkan dengan menginjeksikanya melalui karet silikon kemudian dipanaskan untuk

menguapkan cuplikan kedalam sistem masukan. Cara pemasukan cuplikan langsung kekamar

pengionan dilakukan terhadap senyawa yang sukar menguap dan tidak stabil terhadap panas.

2.4.2.2 Ruang Pengion dan Percepatan

Arus uap dari pembocor molekul masuk ke dalam kamar pengion ditembak pada

kedudukan tegak lurus oleh seberkas elektron dipancarkan dari filament panas. Satu dari proses

yang disebabkan oleh tekanan tersebut adalah ionisasi molekul yang berupa uap dengan

kehilangan satu elektron dan terbentuk ion molekul bermuatan positif, karena molekul senyawa

organik mempunyai elektron berjumlah genap maka proses pelepasan satu elektron

menghasilkan ion radikal.

2.4.2.3 Tabung Analisis

Tabung yang digunakan adalah tabung yang dihampakan, berbentuk lengkung tempat

melayangnya berkas ion dari sumber ion ke pengumpul.

2.4.2.4 Pengumpul Ion dan Penguat

Pengumpul terdiri dari satu celah atau lebih serta silinder Faraday. Berkas ion membentur

tegak lurus pada plat pengumpul dan isyarat yang timbul diperkuat dengan pelipat ganda

elektron.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: kayu putih

2.4.2.5 Pencatat

Spektrum massa biasanya dibuat dari massa rendah ke massa tinggi. Pencatat yang

banyak digunakan mempunyai 3-6 galvanometer yang mencatat secara bersama-sama.

Galvanometer menyimpang jika ada ion yang menabrak lempeng pengumpul, berkas sinar

ultraviolet dapat menimbulkan berbagai puncak pada kertas pencatat yang peka terhadap sinar

ultraviolet. Cara penyajian yang lebih jelas dari puncak-puncak utama dapat diperoleh dengan

membuat harga m/z terhadap kelimpahan relatif (Silverstein, dkk.,1986).

Universitas Sumatera Utara