Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke...

34
BAB I PENDAHULUAN Kateterisasi saluran kemih adalah suatu tindakan memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih. 1 Kateter memungkinkan mengalirnya urine yang berkelanjutan pada pasien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau pasien yang mengalami obstruksi. Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji keluaran urine per jam pada pasien yang status hemodinamknya tidak stabil. Kateterisasi dipergunakan hanya ketika memang benar benar terdapat indikasi, karena dengan menginsersi kateter artinya kita memasukkan mikroorganisme ke dalam kandung kemih. 2 Pasien yang dikateterisasi dapat mengalami infeksi melalui berbagai cara. Mempertahankan sistem drainase urine tertutup merupakan tindakan yang penting untuk mengontrol infeksi sistem yang rusak dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme. 3 Orang dengan sistem imun yang rendah sangat berisiko tinggi terkena infeksi. Yohikawa (1993) telah mendemonstrasikan bahwa hampir 100% pasien yang terpasang kateter berada dalam status bakteriuria setelah 3-4 minggu. Mikroorganisme yang terdapat dalam kandung kemih bisa juga mengenai ginjal. 1 Sehingga karena faktor- faktor diatas sangat penting kita sebagai dokter untuk mengetahui bagaimana 1

Transcript of Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke...

Page 1: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

BAB I

PENDAHULUAN

Kateterisasi saluran kemih adalah suatu tindakan memasukkan kateter melalui

uretra ke dalam kandung kemih.1 Kateter memungkinkan mengalirnya urine yang

berkelanjutan pada pasien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau pasien

yang mengalami obstruksi. Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji keluaran

urine per jam pada pasien yang status hemodinamknya tidak stabil. Kateterisasi

dipergunakan hanya ketika memang benar benar terdapat indikasi, karena dengan

menginsersi kateter artinya kita memasukkan mikroorganisme ke dalam kandung

kemih.2

Pasien yang dikateterisasi dapat mengalami infeksi melalui berbagai cara.

Mempertahankan sistem drainase urine tertutup merupakan tindakan yang penting

untuk mengontrol infeksi sistem yang rusak dapat menyebabkan masuknya

mikroorganisme. 3Orang dengan sistem imun yang rendah sangat berisiko tinggi

terkena infeksi. Yohikawa (1993) telah mendemonstrasikan bahwa hampir 100%

pasien yang terpasang kateter berada dalam status bakteriuria setelah 3-4 minggu.

Mikroorganisme yang terdapat dalam kandung kemih bisa juga mengenai ginjal.1

Sehingga karena faktor- faktor diatas sangat penting kita sebagai dokter untuk

mengetahui bagaimana tekhnik menginsersi kateter yang benar, steril, dan kapan

kita harus melepas kateter.

1

Page 2: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra.

Kateter memungkinkan mengalirnya urine yang berkelanjutan pada pasien yang

tidak mampu mengontrol perkemihan atau pasien yang mengalami obstruksi.

Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji keluaran urine per jam pada pasien

yang status hemodinamknya tidak stabil. Karena kateterisasi kandung kemih

membawa risiko ISK dan trauma pada uretra, maka untuk mengumpulkan

spesimen maupun menangani inkontinensia, lebih dipilih tindakan yang lain.1

Terdapat dua tipe kateterisasi, kateterisasi indweling atau intermiten untuk

retensi yang merupakan dua bentuk insersi kateter. Pada teknik intermiten, kateter

lurus yang sekali pakai, dimasukkan cukup panjang untuk mengeluarkan urine

pada kandung kemih (5-10 menit). Pada saat kandung kemih kosong, kateter

dapat segera ditarik. Kateter intermiten dapat diulang jika diperlukan, tapi

pengunaan yang berulang meningkatkan risiko. Kateter menetap atau Foley tetap

di tempat dalam waktu yang lebih lama sampai pasien mampu berkemih dengan

tuntas dan spontan. Atau selama pengukuran akurat per jam dibutuhkan. Mungkin

juga perlu menganti kateter indweling secara periodik.2

Kateter lurus sekali pakai memiliki lumen tunggal dengan lubang kecil

yang berjarak sekitar 1,3 cm dari ujung kateter. Urine keluar dari ujung kateter,

melalui lumen, dan masuk ke dalam wadah. Kateter Foley menetap memiliki

balon kecil yang dapat digembungkan yang meligkari kateter tepat dibawah ujung

kateter. Apabila digembungkan, balon tertahan di pintu masuk kandung kemih

untuk menahan selang kateter tetap ditempatnya. Kateter menetap untuk retensi

juga memiliki dua atau tiga lumen di dalam bahan kateter. Satu lumen

mengeluarkan urine melalui kateter ke kandung pengumpul. Lumen kedua

membawa air steril ke dan dari dalam balon saat lumen digembungkan atau

dikempeskan. Lumen ketiga (pilihan) dapat digunakan untuk memasukkan cairan

atau obat-obatan ke dalam kandung kemih. Menentukan jumlah lumen adalah

2

Page 3: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

mudah yaitu dengan menghiting jumlah drainase dan tempat injeksi pada ujung

kateter. 1,3

Tipe kateter ketiga memiliki ujung yang melengkung. Sebuah kateter

Counde digunakan pada pasien pria, yang mungkin mengalami pembesaran

prostat, yang mengobstruksi sebagian uretra. Kateter Counde tidak terlalu

traumatik selama insersi karena kateter ini lebih kaku dan lebih mudah dikontrol

daripada kateter yang ujungnya lurus.

2.2 Tujuan kateterisasi

Tindakan kateterisasi ini dimaksudkan untuk tujuan diagnosis maupun untuk

tujuan terapi

Tindakan diagnosis antara lain adalah:

1. Kateterisasi pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh urine guna

pemeriksaan kultur urine. Tindakan ini diharapkan dapat mengurangi

resiko terjadinya kontaminasi sample urine oleh bakteri komensal yang

terdapat di sekitar kulit vulva dan vagina

2. Mengukur residu (sisa) urine yang dikerjakan sesaat setelah pasien miksi.

3. Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi antara lain:

sistografi atau pemeriksaan adanya refluks vesiko-ureter melalui

pemeriksaan voiding cysto-urethrography (VUCG)

4. Pemeriksaan urodinamik untuk menentukan tekanan intra vesika

5. Untuk menilai produksi urine pada saat dan setelah oprasi besar

Tindakan kateterisasi untuk tujuan terapi antara lain adalah:

1. Mengeluarkan urine dari buli-buli pada keadaan obstruksi infravesikal

baik yang disebabkan oleh hiperplasia prostat maupun oleh benda asing

(bekuan darah) yang menyumbat uretra

2. Mengeluarkan urine pada disfungsi buli-buli

3. Diversi urine setelah tindakan oprasi sistem urinaria bagian bawah, yaitu

pada prostatektomi, vesikolitotomi

4. Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan stabilisasi

uretra.

3

Page 4: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

5. Pada tindakan kateterisasi bersih mandiri berkala (KBMB) atau clean

intermittent cateterization.

6. Memasukkan obat-obatan intravesika, antara lain sitostatika atau antiseptik

atau buli-buli

Kateter yang dipasang untuk tujuan diagnostik secepatnya dilepas setelah

tujuan selesai, tetapi yang ditunjukan untuk terapi, tetap dipertahankan hingga

tujuan itu terpenuhi.2

2.3 Indikasi Kateterisasi

Kateterisasi dapat diindikasikan untuk berbagai alasan. Apabila waktu

kateterisasi pendek upaya meminimalkan infeksi merupakan suatu prioritas,

maka metode kateterisasi intermiten adalah yang terbaik. Kateterisasi intermiten

juga dianjurkan untuk individu yang mengalami cedera medula spinalis yang tidak

dapat mengontrol kandung kemihnya secara rutin, pasien ini lebih sedikit

mengalami infeksi. Kateterisasi menetap digunakan jika diperlukan pengosongan

kandung kemih dalam jangka panjang.1,4

Indikasi kateterisasi:

o Kateterisasi intermiten

1. Meredakan rasa tidak nyaman akibat distensi kandung

kemih.

2. Ketentuan untuk menurunkan distensi.

3. Mengambil spesimen urine yang steril.

4. Mengkaji residu urine setelah pengosongan kandung kemih

5. Penatalaksanaan jangka panjang pasien, yang mengalami

cedera medula spinalis, degenerasi neuromuskular, atau

kandung kemih yang tidak kompeten.

o Kateterisasi menetap jangka pendek

1. Obstruksi pada aliran urine misalnya pembesaran prostat.

2. Perbaikan kandung kemih, uretra, dan struktur

disekelilingnya melalui pembedahan.

3. Mencegah obstruksi uretra akibat adanya bekuan darah.

4. Mengukur keluaran urine pada pasien yang menderita

penyakit kritis.

4

Page 5: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

5. Irigasi kandung kemih secara intermiten atau secara

berkelanjutan.

o Kateterisasi menetap jangka panjang

1. Retensi urine yang berat disertai episode ISK yang

berulang.

2. Ruam kulit, ulkus, atau luka iritasi akibat kontak dengan

urine.

3. Penderita penyakit terminal yang merasa nyeri ketika linen

tempat tidur diganti

2.4 Pedoman Memilih Kateter yang Sesuai

Ukuran kateter harus ditentukan oleh saluran uretra pasien. Apabila sistem prancis

digunakan, semakin besar ukuran kateter, semakin besar nomor selang, semakin

besar ukuran kateter. Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cherier’s (french).

Ukuran ini merupakan ukuran diameter luar kateter. 1Fr sama dengan 0,33

milimeter atau 1mm sama dengan 3 Fr. Pada umumnya anak-anak membutuhkan

selang prancis berukuran 8 sampai 10 Fr, wanita membutuhkan 14-16 Fr dan pria

biasanya membutuhkan ukuran 16-18Fr. Panjang periode kateterisasi harus

menentukan tipe materi yang dipilih. Bahan kateter dapat berasal dari logam

(stainless), karet (lateks), silikon (siliconized). Kateter silikon murni atau teflon

direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang (2-3 bulan) karena materi ini

lebih sedikit menyebabkan terbentuknya krusta pada meatus uretra. Kedua tipe

kateter ini pada awalnya cukup mahal tetapi bertahan dalam jangka waktu lebih

lama. Delaminasi (pengelupasan lapisan) dapat merukapan masalah dalam

penggunaan kateter tipe silikon ini. Kateter polivinilclorida (PVC) juga sangat

mahal. Kateter ini cocok untuk interval 4-6 minggu kateter ini lunak pada suhu

tubuh dan menyesuaikan diri pada uretra. Kateter lateks atau karet

direkomendasikan untuk pengunaan dalam jangka waktu sedang (sampai 3

minggu). Kateter yang terbuat dari karet bentuknya lurus dan tanpa percabangan,

contoh kateter jenis ini adalah kateter Robinson dan kateter Nelaton. Coude

catheter yaitu kateter dengan ujung lengkung dan ramping. Kateter ini dipakai

jika kateter berujung lurus mengalami hambatan yaitu pada saat kateter masuk ke

5

Page 6: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

uretra pars bulbosa yang berbentuk huruf “S”, adanya hiperplasia prostat yang

sangat besar, atau hambatan akibat sklerosis leher buli-buli. Dengan bentuk ujung

yang lengkung dan ramping kateter ini dapat menerobos ke hambatan tadi, contoh

kateter ini adalah kateter Tieman. Kateter Foley adalah kateter yang dapat

ditinggalkan menetap untuk jangka waktu tertentu karena dekat ujungnya terdapat

balon yang dikembangkan dengan mengisinya dengan air sehingga mencegah

kateter terlepas keluar dari buli-buli. Menurut percabangannya kateter dibagi

menjadi 2, kateter cabang 2 (two way catheter) yang mempunyai 2 buah jalan,

untuk mengeluarkan urine dan memasukkan air untuk mengembungkan balon,

dan kateter cabang 3 ( thre way catheter) yang mempunyai satu percabangan lagi

yang berfungsi untuk mengalirkan air pembilas yang dimasukkan melalui selang

infus. Kateter ini biasanya dipakai setelah operasi prostat untuk mencegah

timbulnya bekuan darah. Menentukan ukuran balon yang sesuai juga merupakan

aspek yang penting dalam kateterisasi. Ukuran balon memepunyai rentang dari 3

mm (pediatrik) sampai volume pasca operasi yang besar (75mm) ukuran paling

umum adalah 5mm-30mm. Volume 5mm cocok untuk kateterisasi standar,

volume yang kecil ini memungkinkan keoptimalan drainase kandung kemih dan

tidak mengganggu drainase kandung kemih. Kateter ukuran 30 mm biasanya

disimpan untuk digunakan setelah prostatektomi sebagai sebuah alat bantu dalam

mencapai hemostatis jaringan pembuluh darah di prostat pasca oprasi, hanya air

yang steril yang dapat digunakan untuk menggembungkan balon. Salin normal

dapat mengkristal sehingga menyebabkan pengempesan balon tidak sempurna

pada waktu kateter akan diangkat. Air tambahan tidak boleh dimasukkan ke

dalam balon sebagai penolong untuk kateter yang bocor karena tindakan itu akan

mendistorsi ujung kateter dan menyebabkan iritasi kandung kemih serta tidak

tuntasnya pengosongan kandung kemih. Perubahan dalam ukuran kateter (atau

bahkan obat-obatan anti spasmodik) dapat diperlukan untuk mengontrol

kebocoran. 1,2,4,5

6

Page 7: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

gambar 1: A. Kateter Nelaton, B. Kateter Tiemann, C. Kateter Foley

2.5 Menginsersi Kateter

Sebelum menginsersi kateter harus menggunakan teknik aseptik secara ketat.

Peralatan harus dipersiapkan sebelum menginsersi. Langkah-langkah untuk

menginsersi kateter menetap dan kateter sekali pakai pada dasarnya sama.

Perbedaannya terletak pada prosedur yang dilakukan untuk mengembungkan

balon kateter menetap dan memfiksasi kateter. 1,3

Langkah –langkah menginsersi kateter:

Kaji status pasien:

o waktu terakhir kali pasien berkemih, dapat mengindikasikan

derajat kepenuhan kandung kemih.

o Tingkat kesadaran atau tahap perkembangan pasien: menunjukkan

kemampuan pasien untuk bekerjasama selama prosedur

o Keterbatasan mobilisasi dan fisik: mengetahui cara memposisikan

pasien

o Usia : menentukan ukuran kateter yang akan digunakan. Nomor 8

sampai 10 biasanya digunakan untuk anak-anak dan nomor 14

sampai 16 untuk wanita. Nomor 12 dapat dipertimbangkan untuk

wanita muda. Nomor 16 sampai 18 digunakan untuk pria.

o Kondisi patologis yang dapat merusak jalan masuk kateter

(misalnya pelebaran prostat)

o Alergi: menentukan alergi terhadap antiseptik, plester, atau karet

(lateks)

Menyiapkan peralatan:

o Sarung tangan steril

o Duk steril, satu duk berlubang

7

Page 8: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

o Lubrikan steril : Meminimalkan trauma uretra

o Larutan pembersih antiseptik

o Bola kapas atau kasa berbentuk bujur sangkar

o Forsep

o Spuit yang sudah diisi dengan air steril: Digunakan untuk

menggembungkan balon kateter menetap

o Kateter dengan ukuran dan tipe yang benar untuk prosedur

(intermiten atau menetap)

o Lampu senter atau lampu gooseneck: Membantu melihat meatus

urinarius pada pasien wanita

o Selimut mandi

o Alas penyerap yang kedap air

o Sarung tangan sekali pakai, baskom berisi air hangat, sabun, lap

badan, dan handuk: Pemeliharaan kebersihan perineum sebelum

memasang kateter akan mengurangi risiko ISK.

o Selang drainase steril dan kantung penampung (dapat belum

ditempel dikateter), plester, peniti, pengaman pita elastis

o Wadah atau baskom steril: Wadah aliran urine jika kateter

intermiten digunakan

o Wadah spesimen steril: untuk menampung spesimen urine

Menjelaskan prosedur kepada pasien. Jelaskan sensasi tekanan yang

dirasakan selama kateter dimasukkan: Mengurangi ansietas dan

meningkatkan kerjasama

Mencari asisten jika diperlukan

Cuci tangan

Posisi menghadap pasien, berdiri di sebelah kiri jika kita menggunakan

tangan kanan, berdiri disebelah kanan jika menggunakan tangan kiri

Naikkan sisi pengaman tempat tidur pada sisi yang berlawanan dengan

tempat anda berdiri: Meningkatkan keamanan pasien

Tutup gorden atau bilik ruangan: Memberikan privasi dan meningkatkan

relaksasi

8

Page 9: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

Letakkan alas kedap air

Atur posisi pasien:

o Wanita: Bantu untuk mengambil posisi dorsal rekumben

(terlentang dengan lutut ditekuk). Minta pasien untuk merelaksasi

paha sehingga paha dapat dirotasi ke arah luar (tungkai dapat

ditopang dengan bantal) atau posisikan pasien dengan posisi

berbaring miring (Sims’) dengan menekuk lututnya, apabila pasien

tidak mampu mengambil posisi terlentang posisi tersebut

memungkinkan untuk melihat struktur perineum dengan baik.

Ubah posisi jika pasien tidak dapat mengabduksi tungkai pada

sendi pinggul (mis, sendi atritis.)

o Pria: Bantu untuk mengambil posisi paha untuk sedikit

diabduksi Posisi terlentang mencegah ketegangan otot abdomen

dan panggul

Selimuti pasien:

o Wanita: Selimuti pasien dengan selimut mandi. Tempatkan selimut

dalam bentuk limas diatas pasien. Satu sudut pada bagian leher,

satu sudut pada setiap lengan dan sudut terakhir diatas perineum.

Tinggikan gaun diatas panggul.

o Pria: Selimuti bagian atas dengan selimut mandi dan tutupi

ektremitas bagian bawah dengan seprei tempat tidur sehingga

hanya bagian genetalia yang terpajan.

Kenakan sarung tangan sekali pakai. Bersihkan daerah perineum dengan

air dan sabun sesuai kebutuhan Dengan tujuan mengurangi keberadaan

mikroorganisme

Lepas dan buang sarung tangan yang telah dipakai. Cuci tangan.

Posisikan lampu untuk menyinari daerah perineum

Buka peralatan kateterisasi dan kateter

Kenakan sarung tangan steril

Atur suplai diatas daerah yang steril. Buka bagian dalam kemasan steril

yang berisi kateter. Tuangkan larutan antiseptik steril kedalam wadah yang

9

Page 10: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

berisi bola kapas steril. Buka paket yang berisi lubrikan. Pindahkan wadah

spesimen (penutup harus dipasang longgar diatasnya) dan spuit yang

sudah terlebih dahulu diisi, dari kompartemen pengumpul pada troli ke

lapangan yang steril Semua ini harus dilakukan sebelum membersihkan

meatus uretra

Sebelum menginsersi kateter menetap, tes balon dengan menginjeksi

cairan dari spuit yang telah berisi cairan, ke dalam katup balon. balon

harus mengembung maksimal tanpa bocor. Tarik kembali cairan dan

tinggalkan spuit di pintu masuk kateter, jika memungkinkan.

Pasang duk steril:

o Wanita: Buat sisi bagian atas duk membentuk manset diatas kedua

tangan perawat. Tempatkan duk diatas tempat tidur diantara paha

pasien. Selipkan ujung yang dibentuk manset tepat dibawah

bokong, berhati-hatilah supaya sarung tangan tidak menyentuh

permukaan yang terkontaminasi. Angkat duk steril bolong dan

biarkan duk tetap tidak terlipat tanpa menyentuh objek nonsteril.

Tempatkan duk pada sehingga labia terlihat dan pastikan untuk

tidak menyentuh permukaan yang terkontaminasi.

o Pria: Tempatkan duk diatas paha tepat di bawah penis. Angkat duk

bolong. Buka lipatan duk dan pasang diatas penis dengan celah

yang bolong ditempatkan diatas penis.

Tempatkan peralatan steril dan isinya pada duk steril diantara para pasien

dan buka wadah spesimen urin (jika diperlukan), menjga permukaan

bagian dalam tetap steril.

Leskan lubrikan sepanjang sisi ujung kateter:

o Wanita : 2,5 sampai 5 cm

o Pria : 7,5 sampai 12,5 cm

Bersihkan meatus uretra

o Wanita:

1. Dengan tangan yang dominan, retraksi labia dengan hati-

hati sehingga keseluruhan meatus uretra terlihat.

10

Page 11: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

Pertahankan posissi tangan yang tidak dominan ini selama

pelaksanaan prosedur.

2. Dengan tangan yang dominan, ambil bola kapas dengan

forsep dan bersihkan daerah perineum, menghapusnya dari

arah depan kebelakang dari klitoris ke anus. Gunakan bola

kapas yang baru utuk setiap apusan: Pada sepanjang daerah

yang dekat dengan lipatan labia, sepanjang daerah yang

jauh dari liptan labia, dan secara langsung pada meatus

o Pria:

1. Apabila pasien tidak disirkmsisi, retraksi prepusium dengan

tangan yang tidak dominan. Pegang batang penis, tepat

dibawah glans. Retraksi meatus uretra dengan

menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Pertahankan tangan

yang tidak dominan pada posisi ini selama insersi kateter.

2. Dengan tangan yang dominan ambil bola kapas dengan

forsep dan bersihkan penis. Mulai dari meatus. Lanjutkan

sampai ke arah bawah batang penis dengan menggunakan

gerakan melingkar. Ulangi proses ini tiga kali, dengan

mengganti bola kapas setiap kali proses.

Ambil kateter dengan tangan dominan yang telah mengenakan sarung

tangan sekitar 5 cm dari ujung kateter. Pegang ujung kateter dan lekuk

dengan longgar, ditelapak tangan yang tidak dominan. Letakkan ujung

distal kateter di wadah penampang urin (jika kateter belum dipasang ke

saluran atau kantung urin)

Insersi kateter:

o Wanita : pegang kateter ditangan yang dominan dan tangan yang

tidak dominan melanjutkan tindakan meretraksi labia.

1. Minta pasien mengambil nafas dalam, insersi kateter

melalui meatus secara perlahan (apabila tidak ada urine

yang muncul setelah selang diinsersi beberapa sentimeter,

kateter mungkin masuk ke dalam vagina. Apabila kateter

masuk ke dalam vagina, biarkan ditempat; kemudian ambil

11

Page 12: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

insersi kateter lain kemudian lepaskan kateter yang

pertama).

2. Masukkan kateter sekitar 5 cm sampai 7,5 cm pada orang

dewasa, 2,5cm pada anak, atau sampai urine keluar.

Apabila insersi kateter menetap, masukkan lagi 5 cm

setelah urine keluar. Apabila ada tahanan, jangan memaksa

kateter untuk masuk.

3. Lepaskan labia dan pegang kateter dengan aman

menggunakan tangan yang tidak dominan.

o Pria: tinggikan penis ke posisi perpendikular terhadap tubuh

pasien dan berikan sinar kearah atas penis yang telah ditarik:

1. Minta pasien untuk berusaha keras untuk mengedan

kebawah seperti pada saat berkemih, untuk relaksasi sfinter

eksterna, insersi kateter melalui meatus secara perlahan

2. Masukkan kateter 17,5 sampai 22,5 cm pada orang dewasa,

5-7,5 cm pada anak kecil, atau sampai urine keluar. Apabila

ada tahanan, tarik kateter dan jangan memaksanya masuk

ke uretra. Apabila menginsersi kateter menetap, masukkan

lagi sepanjang 5 cm setelah urine keluar

3. Lapaskan penis dan tahan kateter dengan kuat

menggunakan tangan yang tidak dominan.

Jika dengan kateter intermiten, Lepaskan kateter intermiten sekali pakai.

Tarik kateter dengan perlahan dengan lembut sampai terlepas.

Gembungkan balon kateter menetap:

o Saat memegang kateter di meatus urinarius dengan tangan yang

tidak dominan, pegang pangkal kateter, letakkan diantara dua jari.

o Dengan menggunakan tangan yang dominan, pasang spuit (jika

belum terpasang), ketempat injeksi pada pangkal kateter

o Injeksi sejumlah total larutan secara perlahan. Apabila pasien

mengeluh nyeri yang tiba- tiba, aspirasi larutan dan masukkan

kateter lebih jauh. Jangan menginjeksikan cairan melebihi ukuran

balon

12

Page 13: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

o Setelah mengembungkan balon sampai maksimal, lepaskan kateter

dari tangan yang tidak dominan dan tarik dengan perlahan untuk

merasakan adanya tahanan, kemudian masukkan kateter sedikit

lagi kedalam kandung kemih. Lepaskan spuite.

Sambungkan pangkal kateter ke selang penampung dan kantung drainase,

kecuali sudah disambungkan. Tempat kantung pada posisi tergantung.

Jangan letakkan kantung dikerangka pengaman tempat tidur, karena posisi

kantung drainase yang menggantung meninggkatkan aliran urine menjauhi

kandung kemih. Kantung yang ditempelkan pada pengaman tempat tidur,

ketinggiannya dapat berada diatas ketinggian kandung kemih, pada saat

pengaman tersebut dinaikkan.

Fiksasi kateter:

o Wanita: Gunakan tali elastis atau plester untuk memfiksasi kateter

ke bagian dalam paha. Biarkan sedikit longgar, sehingga gerakan

paha tidak menimbulkan tegangan pada kateter.

o Pria: Tempelkan kateter pada bagian atas paha atau abdomen

bagian bawah (penis diarahkan ke abdomen) dengan

mengguanakan plester. Penempelan kateter digunakan dengan

kendur, sehingga gerakan tidak akan menyebabkan ketegangan

pada kateter Sehingga mengurangi kemungkinan nekrosis

jaringan.

Pastikkan bahwa tidak ada hambatan atau lekukkan pada selang.

Tempatkan sisa lekukan selang diatas tempat tidur dan kaitkan pada

bagianbawah seprei tempat tidur dengan peniti dari set drainaseatau

dengan pita karet dan peniti pengaman.

Lapaskan peralatan sarung tangan dan buang peralatan, duk, serta urine

diwadah yang tepat.

Instruksikan posisi berbaring ditempat tidur pada pasien yang

menggunakan kateter: Berbaring miring menghadap ke sistem drainase

degan posisi kateter dan selang diletakkan pada paha bagian bawah atau

berbaring miring membelakangi sistem drainase dengan posisi kateter dan

selang terletak diantara tungkai.

13

Page 14: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

Peringatkan pasien untuk tidak menarik kateter.

Cuci tangan

Palpasi kandung kemih dan tanyakan kenyamanan pasien

Observasi karakter dan jumlah urine di dalam sistem drainase.

Gambar 2: Teknik kateterisasi pada pria

2.6 Kesulitan dalam memasukkan kateter

Pada Pria

Kesulitan memasukkan kateter pada priadapat disebabkan oleh karena tertahan di

uretra pars bulbosa yang bentuknya seperti huruf “S”, ketegangan dari sfingter

uretra eksterna karena pasien merasa kesakitan dan ketakutan, atau terdapat

sumbatan organik di uretra yang disebabkan oleh batu uretra, striktur uretra,

kontraktur leher buli-buli atau tumor uretra.

Ketegangan sfinter uretra eksterna dapat diatasi dengan cara:

1. Menekan tempat itu selama beberapa menit dengan ujung kateter sampai

terjasi relaksasi sfingter dan diharapkan kateter masuk dengan lancar ke

buli-buli14

Page 15: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

2. Pemberian anestesi topikal berupa campuran lidokain hidroklorida 2%

dengan jelly 10-20 ml yang dimasukkan per-uretram sebelum

dikateterisasi.

3. Pemberian sedatif parenteral sebelum kateterisasi

Pada Wanita

Tidak seperti pada pria,teknik pemasangan kateter pada wanita jarang menjumpai

kesulitan karena uretra wanita lebih pendek. Kesulitan yang sering dijumpai

adalah pada saat mencari muara uretra karena terdapat stenosis muara uretra atau

tertutupnya muara uretra oleh tumor uretra/ tumor vagina/ serviks. Untuk itu

mungkin perlu dilakukan dilatasi dengan busi a buble terlebih dahulu.2

2.7 Pencegahan Infeksi

Pasien yang dikateterisasi dapat mengalami infeksi melalui berbagai cara.

Mempertahankan sistem drainase urine tertutup merupakan tindakan yang penting

untuk mengontrol infeksi sistem yang rusak dapat menyebabkan masuknya

mikroorganisme. Daerah yang memilki resiko ini adalah daerah insersi kateter,

kantung drainase, sambungan selang, klep, dan sambungan antar selang dangan

kantung.

Selain itu kepatenan sistem untuk mencegah berkumpulnya urin di dalam

selang. Urine di dalam kantong drainase merupakan medium yang sangat baik

untuk pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri dapat berjalan menaiki selang

drainase untuk berkembang ditempat berkumpulnya urine. Apabila urin kembali

mengalir kembali ke dalam kandung kemih pasien kemungkinan akan terjadi

infeksi. Yohikawa (1993) telah mendemonstrasikan bahwa hampir 100% pasien

yang terpasang kateter berada dalam status bakteriuria setelah 3-4 minggu. Telah

tersedia anjuran tentang cara untuk mencegah infeksi pada pasien yang

dikateterisasi:

Pasien harus banyak minum untuk menghindari terjadinya enkrustasi pada

kateter dan tertimbunnya debris/ kotoran dalam buli-buli.

Selalu membersihkan nanah, darah dan getah/sekret kelenjar periuretra

yang menempel pada meatus uretra/ kateter dengan kapas basah.

Upayakan supaya klep pada sistem drainase tidak menyentuh permukaan

yang terkontaminasi

15

Page 16: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

Jangan membuka titik-titik penghubung pada sistem drainase untuk

mengambil urine.

Apabila sambungan selang drainase terputus jangan menyentuh bagian

ujung kateter atau selang, bersihkan dulu ujung kateter dengan larutan

antimikroba sebelum menyambung kembali

Pastikan bahwa setiap pasien memiliki wadah terpisah utuk mengukur

urine guna mencegah kontaminasi silang.

Cegah pengumpulan urine di dalam selang dan refluks urine ke dalam

kandung kemih.

o Hindari meninggikan kantung drainase melebihi ketiggian

kandung kemih pasien.

o Apabila perlu meninggikan kantung selama memindahkan pasien

ke tempat tidur atau ke sebuah kursi roda, mula mula klem selang

atau kosongkan isi selang kedalam kantong drainase.

o Hindari lekukan selang yang besar, terbentang diatas tempat tidur.

o Alirkan drainase urine dari selang ke kantung.

o Sebelum melakukan latihan atau ambulasi, keluarkan semua urine

dari selang ke dalam kantung drainase

Hindari menekuk atau mengklem selang dalam waktu yang lama

Kosongkan kantung drainase sekurang-kurangnya setiap 8 jam. Apabila

tercatat bahwa keluaran urine banyak, kosongkan kantung dengan lebih

sering.

Lepaskan kateter segera setelah kondisi medis memungkinkan.

Plester atau fiksasi kateter dengan benar untuk pasien.

Lakukan praktek higiene rutin berdasarkan kebijakan lembaga dan setelah

defekasi atau inkontinensia urine. 1,3,4,5

2.8 Irigasi dan Instilasi Kateter.

Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine menetap, kadang- kadang perlu

untuk mengirigasi atau membilas kateter. Darah, pus, atau sedimen dapat

terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih serta

menyebabkan urine tetap berada ditempatnya. Masuknya larutan steril, untuk

16

Page 17: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

membersihkan selang dari materi yang terakumulasi di dalamnya. Untuk pasien

yang mengalami infeksi kandung kemih, dilakukan irigasi kandung kemih yang

larutannya terdiri dari larutan antiseptik atau antibiotik untuk membersihkan

kandung kemih atau mengobati infeksi lokal. Kedua irigasi tersebut menerapkan

tehknik asepsis steril.

Sebelum melakukan irigasi, harus dievaluasi apakah ada penyumbatan.

Apabila jumlah urine di dalam kantong drainase lebih sedikit dari pada asupan

cairan pasien mungkin terjadi penyumbatan pada selang. Apabila urine tidak

keluar dengan bebas, lakukan pemijatan pada selang. Pemijatan dilakukan dengan

menekan kemudian melepaskan tekanan pada selang drainase dengan kuat secara

bergantian. Pemijatan dilakukan harus selalu dimulai dari arah pasien ke kantong

drainase, sehingga bekuan darah atau sedimen tidak akan didorong masuk kembali

ke kateter.

Sistem tertutup dipertahankan selama irigasi atau instilasi yang bersifat

intermiten. Saat irigasi dipergunakan spuit steril dengan kapasitas yang

menampung 30 sampai 50 mililiter dengan jarum berukuran 19-22 yang memiliki

panjang 1 inci, untuk memasukkan larutan yang diprogramkan kedalam kateter.

Tehknik ini efektif untuk mengirigasi kateter yang tersumbat sebagian atau untuk

instilasi kandung kemih.

Upaya irigasi intermiten tunggal lebih aman dan mengurangi kemungkinan

pemaparan infeksi ke dalam saluran kemih. Ada dua metode tambahan untuk

irigasi kateter. Salah satunya ialah sistem irigasi kandung kemih secara tertutup.

Sistem ini memungkinkan seringnya irigasi intermiten atau kontinu tanpa

gangguan pada sistem kateter steril. Sistem ini paling sering digunakan pada

pasien yang menjalani bedah genitourinaria dan yang kateternya berisiko

mengalami penyumbatan oleh fragmen lendir dan bekuan darah. Sistem lain

dilakukan dengan membuka sistem drainase tertutup untuk menginstilasi irigasi

kandung kemih. Tehknik ini menimbulkan resiko lebih besar untuk terjadinya

infeksi. Namun demikian, tehknik ini mungkin diperlukan saat kateter tersumbat

dan kateter tidak ingin diganti (misalnya setelah pembedahan prostat).1

2.9 Melepaskan Kateter Menetap

17

Page 18: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

Untuk mengangkat kateter diperlukan sebuah handuk sekali pakai yang bersih,

sebuah wadah sampah, dan sebuah spuit steril yang ukurannya sama dengan

volume larutan di dalam balon kateter yang digembungkan. Sarung tangan sekali

pakai juga direkomendasikan. Pada ujung setiap kateter tertera sebuah label yang

menerangkan volume larutan (5-30 ml) di dalam balon. Posisikan pasien pada

posisi yang sama dengan posisi selama kateterisasi. Beberapa institusi

merekomendasikan untuk mengumpulkan spesimen urine steril pada kesempatan

ini, atau mengirimkan ujung kateter untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas.

Stelah melepas plester, perawat menempatkan handuk diantara paha pasien wanita

atau diatas paha pasien pria. Insersi spuit ke dalam tempat injeksi. Kebanyakan

tempat injeksi merapat dengan sendirinya, dan hanya ujung spuite yang perlu

dimasukkan. Tarik secara perlahan, seluruh larutan untuk mengempiskan balon

secara total. Apabila sebagian larutan tertinggal, balon yang sudah dikempiskan

sebagian akan membuat saluran uretra mengalami trauma pada saat kateter

diangkat. Setelah mengempiskan balon, akan dijelaskan bahwa pasien mungkin

akan merasakan suatu sensasi terbakar saat kateter ditarik. Kemudian kateter

ditarik keluar secara lembut dan perlahan.

Normal bagi pasien untuk mengalami disuria kususnya apabila kateter

telah terpasang selama beberapa hari atau beberapa minggu. Kateter menyebabkan

inflamasi pada kanal uretra. Pasien mungkin juga mengeluarkan urine dengan

sering sampai kandung kemih memperoleh kembali tonusnya secara utuh.

Evaluasi fungsi berkemih pasien dengan mula mula memperhatikan

pengeluaran air kemih setelah kateter diangkat, dan mendokumentasi waktu serta

jumlah pengeluaran urine selama 24 jam berikutnya. Apabila jumlah urine yang

dikeluarkan kecil, dibutuhkan evaluasi distensi kandung kemih yang sering.

Apabila lebih dari 8 jam tidak terjadi pengeluaran kemih, mungkin kateter perlu

diinsersi kembali.1

2.10 Alternatif untuk kateterisasi uretra

Untuk menghindari resiko terkait insersi kateter melalui uretra, terdapat 2

alternatif pengeluaran urine. Kateterisasi suprapubik dilakukan dengan

pembedahan yakni menempatkan kateter kedalam kandung kemih, melalui

dinding abdomen diatas simfisis pubis. Ini dilakukan dengan prosedur dibawah

18

Page 19: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

pengaruh anestesia lokal atau general. Kateter difiksasi ditempatnya dengan

jahitan, rekat tubuh komersil yang telah disiapkan, atau keduanya. Urine mengalir

kedalam kantung drainase. Kateter suprapubis relatif sedikit menimbulkan nyeri

dan mengurangi insidensi infeksi yang umum terjadi pada pengguna kateter

retensi. Wanita yang menjalani histerektomi vagina juga dapat memperoleh

manfaat sementara dari insersi kateter suprapubis setelah menjalani pembedahan.

Kateter suprapubis dapat tersumbat oleh sedimen, bekuan darah atau

dinding abdomen itu sendiri. Harus di pantau asupan dan keluaran pasien,

mengobservasi adanya tanda infeksi ginjal (misalnya nyeri tekan pada pinggang,

menggigil, demam dan memantau tampilan urine). Penyebaran infeksi ke ginjal

dapat mengindikasikan dilakukannya pengangkatan kateter. Asupan cairan yang

adekuat akan membantu meminimalkan resiko penyumbatan oleh sedimen atau

infeksi akibat stagnansi urine. Kateter suprapubis harus tetap paten sepanjang

waktu, dan kulit di sekitar tempat insersi harus di berikan perawatan.

Alternatif kedua untuk kateterisasi ialah penggunaan kateter kondom.

Kateter kondom cocok di gunakan untuk pria yang mengalami inkontinensia atau

dalam setatus koma, yang masih memiliki kemampuan mengosongkan kandung

kemih sampai tuntas dan spontan. Kondom merupakan penyelubungan karet

yang lunak, lentur, yang membungkus penis. Kondom dapat di gunakan pada

malam hari saja atau sepanjang hari, tergantung pada kebutuhan pasien. Ada tiga

metode umum untuk memfiksasi kateter kondom. Satu metode menggunakan

plester atau karet elastis yang melingkari bagian atas kondom untuk memfiksasi

tetap di tempat. Kondom lain menggunakan perekat langsung di bagian dalam

kondom. Metode ketiga menggunakn cincin yang dapat di gembungkan di dalam

kondom untuk memfiksasi pemasangan kondom. Apapun tipe atau ukuran

kondom yang di gunakan harus di pastikan suplai darah ke penis tidak terganggu.

Ujung kondom terpasang dengan tepat ke dalam selang drainase plastik.

Sebuah kantung drainase dapat di gantungkan pada sisi tempat tidur atau dapat di

ikatkan di tungkai pasien. Kateter kondom itu sendiri memiliki resiko infeksi

yang kecil. Infeksi pada penggunaan kateter kondom biasanya merupakan akibat

dari terbentuknya sekresi di sekitar uretra, trauma pada meatus uretra, atau

terbentuknya tekanan di dalam aliran keluar selang.

19

Page 20: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

Kateter kondom harus di ganti setiap hari untuk memeriksa adanya

iritasi kulit. Setiap kali mengganti kateter, meatus uretra dan penis harus di

bersihkan secara menyeluruh. Adanya pelintiran kondom pada tempat

terpasangnya selang drainase mengiritasi kulit dan menyumbat aliran keluar

urine. Selang drainase harus sering di periksa untuk memastiakan kepatenannya.1,2

2.11 Perawatan Restorasi

Pasien dapat memiliki kembali fungsi perkemihan normalnya melalui aktifitas

khusus, seperti melatih kembali kantung kemih (bladder retraining ) atau melatih

kebiasaan berkemih. Apabila kedua aktifitas di atas tidak mungkin dilakukan

maka kateterisasi mandiri dapat di gunakan untuk mengontrol pengeluaran urine

pasien.

Bladder retraining

Tujuan Bladder retraining (melatih kembali kantung kemih) ialah untuk

mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi

pengeluaran air kemih. Program tersebut meliputi penyuluhan, upaya berkemih

yang terjadwal, dan memberikan umpan balik positif. Fungsi kandung kemih

untuk sementra mungkin terganggu setelah satu periode kateterisasi.

Kateterisasi Mandiri

Beberapa pasien yang mengalami gangguan kronis seperti seperti cedera medula

spinalis belajar untuk melakukan kateterisasi secara mandiri. Pasien harus mampu

secara fisik untuk memanipulasi pelaratan dan posisi supaya kateterisasi berhasil.

Pasien harus di ajarkan tentang struktur saluran urinarius, teknik bersih

berhadapan dengan teknik steril, pentingnya asupan cairan yang adekuat, dan

frekuensi melakukan kateterisasi mandiri, biasanya kateter mandiri di lakukan

setiap 6 sampai 8 jam.1

BAB III

KESIMPULAN

Kateter memungkinkan mengalirnya urine yang berkelanjutan pada pasien yang

tidak mampu mengontrol perkemihan atau pasien yang mengalami obstruksi. 20

Page 21: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji keluaran urine perjam pada pasien yang

status hemodinamiknya tidak stabil1. Kateterisasi dapat diindikasikan untuk

berbagai alasan. Apabila waktu kateterisasi pendek upaya meminimalkan infeksi

merupakan suatu prioritas, maka metode kateterisasi intermiten adalah yang

terbaik.2 Ukuran kateter harus ditentukan oleh saluran uretra pasien. Apabila

sistem prancis digunakan, semakin besar ukuran kateter, semakin besar nomor

selang.1 Sebelum menginsersi kateter harus menggunakan teknik aseptik secara

ketat. Peralatan harus dipersiapkan sebelum menginsersi. Langkah-langkah untuk

menginsersi kateter menetap dan kateter sekali pakai pada dasarnya sama.

Perbedaannya terletak pada prosedur yang dilakukan untuk mengembungkan

balon kateter menetap dan memfiksasi kateter. Pasien yang dikateterisasi dapat

mengalami infeksi melalui berbagai cara. Mempertahankan sistem drainase urine

tertutup merupakan tindakan yang penting untuk mengontrol infeksi sistem yang

rusak dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme.1,2

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Potter P., et al. Fundamental of Nursing 4rh ed: Concepts, Process, and

Practice, Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2008.

2. Purnomo B. Dasar-dasar Urologi.jakarta. Sagung Seto. 2012

21

Page 22: Kateterisasi Kandung Kemh Dilakukan Dengan Memasukkan Selang Plastik Atau Karet Melalui Uretra Ke Dalam Kandung Kemih

3. Perry A., et al. Keterampilan dan prosedur dasar. Jakarta. Penerbit buku

kedokteran EGC. 2007

4. Kozier B., et al. Fundamental of Nursing 7rh ed: Concepts, Process, and

Practice. New Jersey. Pearson. 2010

5. Wiliams L., et al. Nursing Prosedures Fourth Edition. Philadelphia.A

Walters Kluwer Company. 2009.

22