KATA PENGANTAR - kawasan.bappenas.go.idkawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/Pemantau... · ......
Transcript of KATA PENGANTAR - kawasan.bappenas.go.idkawasan.bappenas.go.id/images/data/Produk/Pemantau... · ......
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
1
KATA PENGANTAR
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP 2015 dalam Bidang Daerah
Tertinggal dan Kawasan Perbatasan ini disusun dalam rangka memenuhi
pertanggungjawaban atas pelaksanaan Program/Kegiatan Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan, sesuai dengan Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala
Bappenas No. 04/M.PPN/2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kegiatan dan
Anggaran di Lingkungan Kantor Kementerian PPN/Bappenas.
Pelaksanaan Pemantauan Pelaksanaan RKP 2015 dalam Bidang Daerah
Tertinggal dan Kawasan Perbatasan ini dimaksudkan untuk menganalisis dan
memberikanpenilaian hasil-hasil yang telah dicapai dalam penerapan proses
perencanaan, koordinasi dan pelaksanaan program di lapangan khususnya
dibeberapa lokasi sebagai studi kasus. Kemudian akan dilihat permasalahan dan
kendala apa saja yang ditemui untuk selanjutnya dilakukan pemberiaan saran
sebagai perbaikan proses perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan pada
tahun berikutnya.
Laporan Pemantauan Pelaksanaan RKP 2015 dalam Bidang Daerah
Tertinggal dan Kawasan Perbatasan ini masih terdapat berbagai kekurangan, oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritiknya sebagai penyempurnaan
dalam pelaksanaan pemantauan perencanaan dan program/kegiatan
pembangunan daerah tertinggal dan perbatasan pada tahun yang akan datang.
Jakarta, Desember 2015
Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Bappenas
Ir. R. Aryawan Soetiarso Poetro, MSi
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
2
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
I.1. Latar Belakang .......................................................................................... 3
I.2. Tujuan dan Sasaran ................................................................................... 7
I.3 Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................................. 8
I.4 Metode Pelaksanaan .................................................................................. 8
I.5 Keluaran ................................................................................................... 8
BAB II ............................................................................................................... 10
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN KAWASAN
PERBATASAN .................................................................................................... 10
II.1 Sasaran Pembangunan Nasional Bidang Pembangunan Daerah Tertinggal dan
perbatasan dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 ........................... 11
II.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal dalam Rencana
Kerja Pemerintah tahun 2014 .................................................................... 12
BAB III ............................................................................................................. 15
HASIL KEGIATAN PEMANTAUAN ...................................................................... 15
III.1 Pemantauan Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan DAK Di Kabupaten
Lombok Tengah, NTB ............................................................................... 15
III.2 Pemantauan Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan DAK Di Surabaya,
Provinsi Jawa Timur ................................................................................. 19
III.3 Pemantauan Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan DAK Di Kabupaten
Manggarai Barat, NTT .............................................................................. 24
III.4 Pemantauan Pprogram Pembangunan Daerah Tertinggal dan DAK Di
Kabupaten Manggarai Barat, NTT .............................................................. 32
BAB IV .............................................................................................................. 38
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................... 38
IV. 1. Kesimpulan ............................................................................................. 38
IV. 2. Rekomendasi ........................................................................................... 39
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Daerah tertinggal merupakan suatu daerah dengan kabupaten yang
masyarakat dan wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain
dalam skala nasional. Ketertinggalan daerah tersebut dapat diukur berdasarkan
enam kriteria utama yaitu ekonomi, sumber daya manusia, infrastruktur, kapasitas
keuangan daerah, aksesibilitas dan karakteristik daerah. Oleh karena itu,
diperlukan upaya pembangunan daerah yang terencana dan sistematis agar
daerah tertinggal tersebut pada akhirnya setara dengan daerah lainnya di
Indonesia yang telah maju terlebih dahulu.
Isu Utama pembangunan wilayah nasional saat ini adalah masih besarnya
kesenjangan antawilayah, khususnya kesenjangan pembangunan antara Kawasan
Barat Indoneisa (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kondisi ini didukung
oleh fakta bahwa sebagian besar persebaran daerah tertinggal berada di KTI
khususnya di wilayah Pulau Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua.
Gambar 1.1 Peta Persebaran Daerah Tertinggal
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
4
Dari gambaran di atas dapat dilihat persebaran daerah tertinggal di
kawasan Indonesia Timur lebih banyak. Jumlah kabupaten tertinggal di Kawasan
Indoensia Timur mencapai 103 kabupaten atau 84,42 persen dari total 122
kabupaten daerah tertinggal, sedangkan sisanya sebanyak 19 kabupaten
tertinggal atau 15,57 persen berada di Kawasan Barat Indonesia. Provinsi dengan
jumlah kabupaten tertinggal terbanyak adalah di Provinsi papua dimana 26 dari 29
kabupaten atau 89,66 persen wilayahnya adalah daerah tertinggal.
Dalam RPJMN 2015-2019 ditetapkan 122 kabupaten sebagai daerah
tertinggal. Penetapan ini merupakan hasil perhitungan bahwa pada periode
RPJMN 2010-2014 ditangani sebanyak 183 kabupaten tertinggal, melalui upaya
percepatan dapat terentaskan sebanyak 70 kabupaten tertinggal, namun pada
tahun 2013 terdapat 9 Daerah Otonom Baru (DOB) pemekaran yang masuk dalam
daftar daerah tertinggal, sehingga secara keseluruhan menjadi 122 kabupaten
tertinggal. Pada akhir periode RPJMN 2015-2019 ditargetkan dapat terentaskan
sebanyak 80 kabupaten tertinggal.
Beberapa isu strategis pembangunan daerah tertinggal yang akan menjadi
fokus penanganan dalam lima tahun kedepan, diantaranya adalah :
a. Adanya regulasi yang tidak memihak/disharmonis terhadap percepatan
pembangunan daerah tertinggal;
b. Masih lemahnya koordinasi antarpelaku pembangunan untuk percepatan
pembangunan daerah tertinggal;
c. Belum optimalnya kebijakan yang afirmatif pada percepatan pembangunan
daerah tertinggal;
d. Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan tingkat kesejahteraan
masyarakat di daerah tertinggal;
e. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana publik dasar di daerah
tertinggal;
f. Rendahnya produktivitas masyarakat di daerah tertinggal;
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
5
g. Belum optimalnya pengelolaan potensi sumberdaya lokal dalam
pengembangan perekonomian di daerah tertinggal;
h. Kurangnya aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat-pusat pertumbuhan
wilayah;
i. Belum adanya insentif terhadap sektor swasta dan pelaku usaha untuk
berinvestasi di daerah tertinggal.
Untuk mengurangi adanya kesenjangan pembangunan antawilayah di
masing-masing wilayah pulau, sasaran pembangunan daerah tertinggal ditujukan
untuk mengentaskan daerah tertinggal minimal 80 kabupaten dengan target
outcome sebagai berikut : (1) meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah
tertinggal menjadi rata-rata sebesar 7,24 persen; (2) menurunnya persentase
penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi rata-rata 14,00 persen; dan (3)
meningkatkan Indeks Pembangunan Mansuia (IPM) di daerah tertinggal menjadi
rata-rata sebesar 69,59 persen.
Adanya disparitas kualitas sumberdaya manusia antarwilayah, perbedaan
kemampuan perekonomian antardaerah, serta belum meratanya ketersediaan
infrastruktur antarwilayah mendukung fakta kesenjangan antarwilayah. Dengan
memperhatikan isu strategis pembangunan daerah tertinggal dan sasaran
pembangunan daerah tertinggal, arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal
di fokuskan pada : (a) promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat
pembangunan, sehingga terbangun kemitraan dengan banyak pihak. Promosi
daerah tertinggal ini juga akan mendorong masyarakat semakin mengetahui
potensi daerah tersebut dan aktif dalam membantu pembangunan; (b) upaya
pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik; (c)
pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumberdaya
manusia yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antar daerah
tertinggal dan kawasan strategis.
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
6
Untuk mewujudkan arah kebijakan tersebut, maka diperlukan strategi dan
program pembangunan yang lebih difokuskan pada upaya percepatan
pembangunan di daerah tertinggal. Dalam rangka memfasilitasi dan mendukung
pelaksanaan Program P2DT khususnya dalam monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program-program pembangunan daerah tertinggal terhadap
pencapaian sasaran pembangunan dalam RPJMN 2015-2019.
Peran Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional yang cukup
strategis salah satunya adalah pemantauan kegiatan pembangunan yang
direncanakan. Sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 25/2004, pemantauan
dimaksudkan untuk memonitor dan mengevaluasi terhadap kegiatan program
pembangunan yang sedang berjalan dalam rangka menilai hasil-hasil atas
pelaksanaannya. Disamping itu, UU Nomor 17 Tahun 2013 tetang Keuanga
Negara dan dalam rangka pelaksanaan RPP tentang Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) dan Anggaran Instansi Pemerintah (RK-AIP), Bappenas memandang perlu
untuk melaksanakan pemantauan program.kegiatan pembangunan.
Pelaksanaan pemantauan merupakan salah satu tahapan penting dalam
proses pelaksanaan pembangunan, untuk dapat mengahasilkan pembangunan
yang sesuai dengan tujuan dan sasaran, namun dalam prakteknya pemantauan
secara umu masih kurang menjadi perhatian dan justru terkadang tidak
dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut berakibat pada beberapa permasalahan
antara lain (1) Masih rendahnya kualitas hasil pelaksanaan program/kegiatan
pembangunan Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan; (2) kurangnya
efektifitas dalam pelaksanaan program/kegiatan pembangunan Daerah Tertinggal
dan Kawasan Perbatasan di Kementerian/Lembaga yang terkait; (3) masih
rendahnya kualitas kinerja pelaksanaan program/kegiatan Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Kawasan Perbaatasan; (4) rendahnya kualitas hasil pelaksanaan
program/kegiatan.
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
7
I.2. Tujuan dan Sasaran
Pemantauan perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan
pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan yang dilaksanakan oleh
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, BNPP dan
K/L lainnya yang terkait pembangunan bidang daerah tertinggal dan kawasan
perbatasan bertujuan untuk:
1. Mengindentifikasi terhadap program/kegiatan pembangunan daerah
tertinggal dan perbatasan yang sedang berjalan, bersama dengan
instansi terkait, termasuk kegiatan di daerah sebagai sampel;
2. Melakukan rapat-rapat koordinasi hasil pemantauan dan menilai
perkembangan hasil-hasil pelaksanaan pembangunan untuk membahas
berbagai isu dan permasalahan dalam pembangunan daerah tertinggal
dan kawasan perbatasan;
3. Melakukan kunjungan lapangan untuk melakukan penilaian terhadap
pelaksanaan program/kegiatan di daerah tertinggal dan kawasan
perbatasan, serta melihat apakah program/kegiatan yang telah
direncanakan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan mencapai
sasaran yang telah direncanakan;
4. Melakukan analisis untuk melakukan penilaian atas pelaksanaan
program pembangunan daerah tertinggal dan perbatasan;
5. Melakukan penyusunan laporan akhir berkaitan dengan hasil-hasil
pemantauan pelaksanaan program/kegiatan.
Secara umum, sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan pemantauan
pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan adalah meningkatkan
koordinasi perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan bidang pembangunan
daerah tertinggal dan perbatasan guna meningkatkan efisiensi, efektifitas
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
8
pelaksanaan rencana pembangunan sebagai bahan masukan untuk pembuatan
kebijakan.
I.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup pelaksanaan pemantauan program/kegiatan pembangunan
daerah tertinggal, meliputi: (1) identifikasi dan inventarisasi pada
program/kegiatan pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, (2)
analisis terhadap perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan pembangunan
daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; (3) penilaian kinerja atas perencanaan
dan pelaksanaan program/kegiatan pembangunan daerah tertinggal dan kawasan
perbatasan. Adapun instansi terkait dengan pelaksanaan pemantauan program-
program tersebut khususnya monitoring pelaksanaan program Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) dengan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L)
terkait pada tahun 2015.
I.4 Metode Pelaksanaan
Metodologi yang dikembangkan dalam pelaksanaan pemantauan ini adalah
melalui pengumpulan data dan informasi tentang pelaksanaan program
pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan dari K/L terkait, Rapat-
rapat koordinasi, konsinyering, peninjauan pelaksanaan program/kegiatan yang
sedang berjalan dan pengumpulan informasi kemajuan pelaksanaan
pembangunan, permasalahan, dan melakukan analisis tentang kinerja
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah tertinggal dan kawasan
perbatasan, memberikan rekomendasi tentang hasil dan tindak lanjut yang
diperlukan dalam usaha perbaikan dan pemecahan masalah.
I.5 Keluaran
Hasil keluaran yang diharapkan (output) kegiatan pemantauan
perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan pembangunan daerah tertinggal
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
9
dan kawasan perbatasan adalah teridentifikasinya fakta secara sistematis sebagai
bahan penyusunan laporan yang berguna bagi perbaikan strategi dan kebijakan
program/kegiatan pembangunan nasional dimasa yang akan datang. Secara
lengkap output yang diharapkan dari hasil pemantauan ini adalah:
1. Terimplementasikannya program/kegiatan dalam RKP kedalam Renja-KL dan
RKA-KL secara konsisten;
2. Terindetifikasinya permasalahan dan kendala yang dihadapi serta alternatif
sebagai upaya pemecahan;
3. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan program/kegiatan
baik secara kualitas maupun kuantitas;
4. Meningkatnya kinerja dan optimalisasi pelaksanaan program/kegiatan
pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan.
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
10
BAB II
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN KAWASAN
PERBATASAN
Perkembangan hasil pembangunan hingga saat ini masih menghadapi
persoalan adanya kesenjangan pembangunan antarwilayah. Persoalan
kesenjangan ini tidak dapat dibiarkan semakin melebar, karena tidak sejalan
dengan orientasi pembangunan Indonesia kedepan untuk mewujudkan
pembangunan yang adil dan merata. Persoalan kesenjangan ini didukung oleh
fakta masih tingginya disparitas kualitas sumber daya manusis antar wilayah,
perbedaan kemampuan perekonomian antardaerah, serta belum meratanya
ketersediaan infrastruktur wilayah. Kondisi rendahnya pencapaian pembangunan
tersebut diidentifikasi sebagai daerah tertinggal, dan diperhitungkan memiliki
indeks kemajuan pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia dibawah rata-
rata indeks nasional.
Sesuai dengan PP 78 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal. Daerah tertinggal merupakan suatu daerah dengan masyarakat
dan wilayahnya relative kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala
nasional. Ketertinggalan daerah tersebut dapat dilihat berdasarkan enam kriteria
utama yaitu ekonomi, sumber daya manusia, infrastruktur, kapasitas keuangan
daerah, aksesibilitas dan karakteristik daerah. Hal inilah yang mendasari
diperlukannya upaya pembangunan daerah tertinggal yang terencana dan
sistematis agar daerah tertinggal tersebut dapat terentaskan dari ketertinggalan
dan setara dengan daerah lain di Indonesia yang telah maju terlebih dahulu.
Dalam rangka mengarahkan perencanaan pembangunan daerah tertinggal,
RPJMN 2015-2019 terdapat 122 daerah tertinggal. Jumlah tersebut merupakan
hasil dari terentaskannya 70 daerah tertinggal dari 183 kabupaten tertinggal pada
periode RPJMN 2010-2014 dan adanya 9 Daerah Otonom Baru (DOB). Pada akhir
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
11
RPJMN 2015-2019 ditargetkan dapat terentaskan paling sedikit 80 kabupaten
daerah tertinggal.
Beberapa isu-isu strategis pembangunan daerah tertinggal yang akan
difokuskan penanganannya dalam lima tahun kedepan adalah sebagai berikut :
(1) adanya regulasi yang kurang memihak/disharmonis terhadapa percepatan
pembangunan daerah tertinggal; (2) masih lemahnya koordinasi antarpelaku
pembangunan untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal; (3) belum
optimalnya kebijakan afirmatif pada percepatan pembangunan daerah tertinggal;
(4) masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan tingkat kesejahteraan
masyarakat di daerah tertinggal; (5) terbatasnya ketersediaan sarana dan
prasarana publik dasar di daerah tertinggal; (6) rendahnya produktivitas
masyarakat di daerah tertinggal; (7) belum optimalnya pengelolaan sumber daya
lokal dalam pengembangan perekonomian di daerah tertinggal; (8) kurangnya
aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat-pusat pertumbuhan wilayah; (9)
belum adanya insentif terhadap sektor swasta dan pelaku usaha untuk
berinvestasi di daerah tertinggal.
II.1 Sasaran Pembangunan Nasional Bidang Pembangunan Daerah Tertinggal dan perbatasan dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015
Memperhatikan permasalahan-permasalahan dan mendukung upaya
pencapaian sasaran pembangunan nasional maka, sasaran pembangunan daerah
tertingggal pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi
rata-rata 7,15 persen pada tahun 2015;
2. Berkurangnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi rata-
rata 15,86 persen pada tahun 2015;
3. Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia di daerah tertinggal yang
ditunjukkan oleh peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) menjadi
rata-rata 70,48 pada tahun 2015.
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
12
Sementara itu, sasaran pembangunan kawasan perbatasan negara pada
tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. Berkembangnya 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong
pengembangan kawasan di sekitarnya;
2. Terwujudnya 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di kawasan
perbatasan negara sebagai simpul utama tranportasi yang menghubungkan
wilayah sekitarnya dan negara tetangga;
3. Terwujudnya 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di kawasan
perbatasan negara sebagai pintu gerbang internasional. 4. Terwujudnya 10
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di kawasan perbatasan negara
sebagai pos pemeriksaan lintas batas negara tetangga.
II.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun 2014
Arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan pelayanan publik dasar dan mengoptimalkan pengembangan
perekonomian masyarakat. Arah kebijakan ini selanjutnya ditempuh dengan
strategi pembangunan yang disesuaikan dengan karakteristik ketertinggalan suatu
daerah, sebagai berikut:
1. Penguatan kapasitas kelembagaan percepatan pembangunan daerah
tertinggal, yaitu dengan melakukan sinergi dan sinkronisasi mulai perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan antar pelaku pembangunan, baik pemerintah,
pemerintah daerah, pemerintah desa, masyarakat, dan dunia usaha.
Harmonisasi dan sinkronisasi peraturan-perundangan dengan didukung tata
kelola pemerintahan yang baik sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan tidak
cenderung sektoral dalam pelaksanaan percepatan pembangunan daerah
tertinggal. Pemahaman terhadap kebutuhan daerah tertinggal dengan
mendorong upaya afirmatif dari seluruh pemangku kepentingan dan tetap
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
13
mempertimbangkan karakteristik daerah tertinggal, pulau-pulau kecil terluar
serta kerawanan dalam bencana alam dan bencana sosial;
2. Peningkatan ketersediaan pelayanan publik dasar dengan mengacu pada
Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan diprioritaskan pada bidang pendidikan,
kesehatan, transportasi, air minum, listrik, dan telekomunikasi;
3. Pengembangan usaha ekonomi masyarakat yang sesuai dengan karakteristik
wilayah, potensi lokal, dan keterkaitannya dengan pengembangan kawasan
strategis lainnya khususnya dalam hal penyediaan prasarana ekonomi, kualitas
SDM pelaku usaha, manajemen usaha, jejaring usaha, pemasaran hasil, akses
permodalan, kemitraan usaha, akses inovasi teknologi, dan kebijakan yang
afirmatif;
4. Peningkatan konektivitas daerah tertinggal dengan kawasan strategis,
diprioritaskan pada ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang pada
peningkatan kinerja pembangunan ekonomi daerah;
5. Percepatan pembangunan wilayah Papua dan Papua Barat diprioritaskan
terhadap: (i) pengembangan ekonomi masyarakat asli Papua; (ii) akselerasi
pelayanan pendidikan dan kesehatan yang menjangkau di kampung terisolir;
(iii) membuka akses infrastruktur di pegunungan tengah dan wilayah terisolir
Papua dan Papua Barat lainnya; (iv) pemihakan terhadap orang asli Papua;
dan (v) peningkatan kemampuan kelembagaan pemerintahan Provinsi dan
Kabupaten/Kota dari Papua dan Papua Barat.
Untuk mewujudkan sasaran pembangunan kawasan perbatasan negara,
maka arah kebijakannya adalah mempercepat pembangunan kawasan perbatasan
negara untuk meningkatkan peran sebagai halaman depan negara yang maju dan
berdaulat. Arah kebijakan ini selanjutnya ditempuh dengan strategi pembangunan
sebagai berikut:
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
14
1. Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara
berdasarkan karakteristik wilayah, potensi lokal, dan mempertimbangkan
prospek (peluang) pasar negara tetangga. Pengembangan pusat pertumbuhan
didukung dengan pembangunan infrastruktur penunjang, seperti transportasi,
energi, dan telekomunikasi. Hal ini disertai dengan penguatan kelembagaan
BNPP untuk menggerakan sektor terkait dalam pengembangan kawasan;
2. Membangun sumber daya manusia (SDM) yang handal serta pemanfaatan
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam memanfaatkan dan mengelola
potensi lokal, untuk mewujudkan kawasan perbatasan negara yang berdaya
saing;
3. Membangun konektivitas simpul transportasi utama Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN) dengan lokasi prioritas (Kecamatan disekitarnya), Pusat
Kegiatan Wilayah (Ibukota Kabupaten), dan Pusat Kegiatan Nasional (Ibukota
Provinsi) melalui jalan kabupaten, jalan provinsi, dan jalan strategis nasional.
Untuk kabupaten perbatasan laut (kepulauan), maka pelayanan transportasi
laut perlu peningkatan kualitas dan intensitas pelayanan. Konektivitas simpul
transportasi juga didorong untuk menghubungkan dengan negara tetangga;
4. Membuka akses transportasi darat, sungai, laut, dan udara di dalam maupun
menuju Lokasi Prioritas (Lokpri) dengan jalan/moda/dermaga non status dan
pelayanan keperintisan;
5. Melakukan transformasi kelembagaan lintas batas negara, yaitu Custom,
Immigration, Quarantine, Security (CIQS) menjadi satu sistem pengelolaan
yang terpadu;
6. Memperkuat pengelolaan batas wilayah negara dan sistem pertahanan dan
keamanan yang mendukung pengembangan PKSN.
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
15
BAB III
HASIL KEGIATAN PEMANTAUAN
Pada Bab ini akan dijelaskan hal-hal yang diperoleh dalam pelaksanaan
kegiatan pemantauan bidang pembangunan daerah tertinggal dan kawasan
perbatasan.
III.1 Pemantauan Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan DAK
Di Kabupaten Lombok Tengah, NTB
Kabupaten Lombok Tengah adalah salah satu kabupaten tertinggal di
Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan status daerah tertinggal yang belum
terentaskan pada akhir RPJMN 2010-2014. Secara umum kondisi infrastruktur
Lombok Tengah relatif baik. Hampir semua aspek berada diatas rata-rata daerah
tertinggal di Provinsi Nusa Tenggara barat. Sebagai contoh infrastruktur jalan,
terdapat 47,14 persen jalan tidak mantap, jauh di atas rata-rata daerah tertinggal
yakni sebesar 55,41 persen serta lebih tinggi dari rata-rata daerah tertinggal di
Provinsi Nusa Tenggara Barat yakni sebesar 66,50 persen. Untuk bidang
kelistrikan, tingkat elektrifikasi Kabupaten Lombok Tengah relatif baik yakni
mencapai 98,98 persen. Sedangkan untuk bidang sarana informasi komunikasi,
terdapat 7,19 persen desa tidak terjangkau sinyal seluler dan 6,47 persen desa
tidak terjangkau siaran TVRI. Secara umum kondisi infrastruktur jalan, listrik,
telekomunikasi dan informasi di Kabupaten Lombok Tengah relatif baik.
Dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Lombok Tengah, kami melakukan
FGD bersama Kepala Bidang Ekonomi beserta staf Bappeda terkait mendikusikan
beberapa program dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT)
yang lokasi kegiatannya berada di kabupaten Lombok Tengah.
Dalam diskusi tersebut kami juga menyampaikan beberapa list kegiatan
KPDT yang dilaksanakan di Kabupaten Lombok Tengah mulai dari tahun anggaran
2011 – 2013 untuk di kami evaluasi perkembangan pemanfaatan dan
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
16
kebermanfaatan bagi masyarakat sasaran program. Daftar kegiatan tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut :
Table 3.1 Kegiatan KPDT di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara
Barat Tahun Anggaran 2011
No. Jenis Bantuan Nilai Bantuan
(Rp) Deputi
1 Bantuan Pengadaan Prasarana dan
Sarana Air bersih 1,000,000,000
Deputi Bidang peningkatan
Infrastruktur
2 Bantuan Sosial Lainnya 100,000,000 Deputi Bidang Pembinaaan
Lembaga dan Sosial Budaya
3 Bantuan Sosial Kerjasama Lembaga
Sosial dan Budaya 100,000,000
Deputi Bidang Pembinaaan
Lembaga dan Sosial Budaya
4 Pengembangan Pengelolaan
Komoditas Unggulan 3,000,000,000
Deputi Bidang Pengembangan Daerah
Khusus
5 Pengembangan Kasawan Perdesaan
DT 1,800,000,000
Deputi Bidang
Pengembangan Daerah Khusus
Total Bantuan 6,000,000,000
DAK-SPDT -
Table 3.2 Kegiatan KPDT di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara
Barat tahun Anggara 2012
No. Jenis Bantuan
Nilai
Bantuan
(Rp)
Deputi
1
Pengembangan Kebijakan, Koordinasi dan
Fasilitasi Kesehatan Dasar dan lanjutan di
Daerah Tertinggal
590,000,000
Deputi Bidang
Pengembangan
Sumberdaya
2 Bantuan Peningkatana Infrastruktur Sosial 1,000,000,000 Deputi Bidang Peningkatan
Infrastruktur
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
17
No. Jenis Bantuan
Nilai
Bantuan
(Rp)
Deputi
3 Pengembangan Kebijakan Pengelolaan
komoditas Unggulan 1,000,000,000
Deputi Bidang Pembinaan
Ekonomi dan Dunia Usaha
4 Bantuan Kemandirian Kelembagaan KPPD
di 100 Kab DT 75,000,000
Deputi Bidang Pembinaan
Lembaga Sosial dan
Budaya
5 Bantuan Sosial Penguatan Kelembagaan
Sosial dan Budaya (Keg.Tupoksi) 50,000,000
Deputi Bidang Pembinaan
Lembaga Sosial dan
Budaya
6
Pengembangan Kebijakan, Koordinasi dan
Fasilitasi Pengembangan Kawasan
Perdesaan di Daerah Tertinggal
1,000,000,000
Deputi Bidang
Pengembangan Daerah
Khusus
7
Pengembangan Kebijakan, Koordinasi,
dan Fasilitasi Pembangunan Wilayah
Strategis
200,000,000
Deputi Bidang
Pengembangan Daerah
Khusus
Total Bantuan 3,915,000,000
DAK-SPDT 1,231,710,000
Table 3.3 Kegiatan KPDT di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara
Barat Tahun Anggara 2013
No. Jenis Bantuan Nilai Bantuan
(Rp) Deputi
1 Bantuan Alat Peraga Penunjang
Pendidikan Keaksaraan 600,000,000
Deputi Bidang
Pengembangan
Sumberdaya
2 Bantuan Stimulan Peningkatan Kapasitas
Lembaga Poskesdes (Alat Kesehatan) 1,290,000,000
Deputi Bidang
Pengembangan
Sumberdaya
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
18
No. Jenis Bantuan Nilai Bantuan
(Rp) Deputi
3 Bantuan Peningkatan Infrastruktur
Ekonomi Handtraktor 259,400,000
Deputi Bidang Peningkatan
Infrastruktur
4
Bantuan Infrastruktur Informasi
dan Telekomunikasi Warung
Informasi Masyarakat
560,000,000 Deputi Bidang Peningkatan
Infrastruktur
5 Bantuan Peningkatan Infra. Kesehatan
Air Bersih 300,000,000
Deputi Bidang Peningkatan
Infrastruktur
6 Bantuan Peningkatan Infra. Sarana
Kesehatan Mobil Ambulans 300,000,000
Deputi Bidang Peningkatan
Infrastruktur
7 Bantuan Peningkatan Infra. Sarana Alat
Kesehatan 5,000,000,000
Deputi Bidang Peningkatan
Infrastruktur
8
Bantuan Peningkatan Infra.
Pendidikan
Pembangunan/Rehabilitasi Ruang
Kelas Baru
480,000,000 Deputi Bidang Peningkatan
Infrastruktur
9 Bantuan Peningkatan Infra. Sarana
Komputer Pendidikan 600,000,000
Deputi Bidang Peningkatan
Infrastruktur
10 Bantuan Peningkatan Infrastruktur
Energi Biogas 1,200,000,000
Deputi Bidang Peningkatan
Infrastruktur
11
Bantuan Sarana Informasi dan
Edukasi Kewirausahaan
Masyarakat Pedesaan DT Berbasis
TIK
280,000,000 Deputi Bidang Pembinaan
Ekonomi dan Dunia Usaha
12 Bantuan Pengembangan Permodalan
KUB/PUSEKDES 380,000,000
Deputi Bidang Pembinaan
Ekonomi dan Dunia Usaha
13 Bantuan Bansos Hand Tractor 600,000,000 Deputi Bidang Pembinaan
Ekonomi dan Dunia Usaha
14 Bantuan Motor Roda Tiga 450,000,000 Deputi Bidang Pembinaan
Ekonomi dan Dunia Usaha
15 Bantuan Mesin Pompa Air 1,500,000,000 Deputi Bidang Pembinaan
Ekonomi dan Dunia Usaha
16 Bantuan Kemandirian Kelembagaan di
100 Kab DT 166,560,000
Deputi Bidang Pembinaaan
Lembaga Sosial dan Budaya
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
19
No. Jenis Bantuan Nilai Bantuan
(Rp) Deputi
17 Bantuan Sosial Penguatan Kelembagaan
Sosial Masyarakat 100,000,000
Deputi Bidang Pembinaaan
Lembaga Sosial dan Budaya
18
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Infrastruktur Dasar Pendukung
Ekonomi
700,000,000
Deputi Bidang
Pengembangan Daerah
Khusus
Total Bantuan 14,765,960,000
DAK-SPDT 2,244,040,000
Bappeda Kabupaten Lombok Tengah telah melakukan koordinasi terhadap
SKPD terkait yang bertanggung jawab terhadap bidang yang menjadi sasaran
bantuan sosial dari KPDT agar program bantuan dari Pemerintah Pusat yang
diterima dapat terus dikoordinasikan dan diinformasikan kepada Bappeda agar
dapat teridentifikasi dan dapat terpantau perkembangannya oleh Bappeda
setempat.
III.2 Pemantauan Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan DAK
Di Surabaya, Provinsi Jawa Timur
Kegiatan Forum Group Discussion (FGD) dalam rangka pemantauan dan
evaluasi program pembangunan daerah tertinggal dan DAK ini dilaksanakan pada
tanggal 24 Agustus 2015 bertempat di Ruang Rapat Utama Lantai 3, Kantor
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Kagiatan FGD ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mencoba mengevaluasi kesesuaian antara intervensi yang selama ini
telah dilakukan dengan masalah ketertinggalan yang ada dimasing-masing daerah
tertinggal khususnya di Provinsi Jawa Timur. Dalam kegiatan ini, turut hadir
perwakilan dari Bappeda Kabupaten Daerah tertinggal di Provinsi Jawa Timur
(Kabupaten Bangkalan, Sampang, Bondowoso dan Situbondo), perwakilan dari
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
20
perwakilan Bappeda Provinsi Jawa Timur dalam hal ini diwakili Kepala Bagian
Kesra. Dalam FGD tersebut dibahas beberapa hal sebagai berikut :
1. Klarifikasi terhadap Masalah utama ketertinggalan pada daerah tertinggal di
Jawa Timur;
2. Prioritas intervensi yang dibutuhkan untuk pembangunan daerah tertinggal di
Jawa Timur;
3. Kesesuaian intervensi program pembangunan daerah tertinggal dengan
masalah ketertinggalan;
4. Koordinasi perencanaan pembangunan daerah tertinggal terkait dengan peran
aktif Pemerintah Provinsi dan Kabupaten dalam perencanaan jenis kegiatan
dan lokasi penerima bantuan;
5. Efektifitas pelaksanaan program pembangunan daerah tertinggal terutama
berkaitan dengan waktu pelaksanaan, koordinasi dengan Pemda, pelibatan
sumberdaya lokal, dan integrasi dengan kegiatan K/L dan Pemda Lain.
Dalam FGD antara Bappenas, Kemendes, PDT dan Transmigrasi dan
Bappeda Kabupaten daerah tertinggal di Provinsi Jawa Timur, Direktur KKDT
Bappenas selaku narasumber menyampaikan tentang telaah indikator
ketertinggalan yang selama ini dijadikan acuan dalam menentukan ketertinggalan
di daerah. Penyebab ketertinggal antara wilayah yang berbeda-beda membuat
telaah terhadap indikator ketertinggalan diperlukan untuk mengetahui penyebab
utama ketertinggalan di suatu daerah, sehingga dapat dijadikan sebagai alat
untuk menentukan strategi mengentaskan daerah tertinggal.
Pada kesempatan FGD tersebut juga ditegaskan terkait dengan ruang
lingkup tugas Direktorat jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, terutama
berkaitan dengan Tupoksi Perumusan Kebijakan dan Pelaksanaan Kebijakan
terutama pada kegiatan fasilitasi yang dimiliki Kemendes,PDT dan Trans yang
dapat diarahkan sebagai instrumen dalam koordinasi untuk mengembangkan
daerah tertinggal secara terintegrasi dengan stakeholder. Sehingga
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
21
Kemendes,PDT dan Trans harus lebih memperkuat kerangka kelembagaan
koordinasi penanganan daerah tertinggal.
Gambar 3.1 FGD Dalam Rangka Pemantauan dan evaluasi program
pembangunan daerah tertinggal dan DAK di Daerah tertinggal
Provinsi Jawa Timur.
Gambar 3.2 FGD Bersama Bappeda Kabupaten Daerah Tertinggal di
Provinsi Jawa Timur dan Perwakilan dari Kemendes,PDT dan
Transmigrasi
Setelah sesi pemaparan materi tentang kondisi dan Isu-isu pembangunan daerah
tertinggal di Provinsi Jawa Timur, dilanjutkan sesi FGD yang dilaksanakan dengan
penyampaian beberapa pandangan dan masukan dari Bappeda Kabupaten Daerah
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
22
tertinggal. Dari diskusi antara Bappenad, Kemendes,PDT dan Trans dan Bappeda
Kabupaten serta Provinsi tersebut didapatkan tindak lanjut sebagai berikut :
1. Berkaitan dengan aspek masalah utama ketertinggalan daerah tertinggal di
Provinsi Jawa Timur hal ini akan dibahas lebih lanjut pada kesempatan lain,
mengingat data 6 indikator ketertinggalan yang dihitung oleh Kemendes,PDT
dan Trans Cq.Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal belum disosialisasikan
dan akan segera dishare kepada Bappenas sebagai bahan informasi
ketertinggalan terkini;
2. Pada aspek prioritas intervensi kegiatan yang diperlukan sesuai dengan
masalah ketertinggalan daerah disepakati bahwa kegiatan pembangunan
daerah tertinggal tidak hanya menjadi tugas dari Kemendes,PDT dan Trans
tetapi juga seluruh K/L di Pusat dan Daerah, oleh karena itu :
a. Kemendes, PDT dan Trans diharapkan dapat segera mensosialisasikan
STRANAS (gambaran umum dan strategi kegiatan pembangunan daerah
tertinggal) kepada Pemerintah Daerah;
b. Pemerintah Daerah diharapkan dapat menyusun STRADA pada tahun
2015;
c. Pemerintah daerah diharapkan dapat memetakan wilayah yang
memerlukan bantuan berdasarkan indeks ketertinggalan yang paling
dominan agar sinkron dengan proposal usulan kegiatan hingga tingkat
kecamatan/desa;
d. Dalam rangka peningkatan kondisi SDM, prioritas penanganan Angka
Melek Huruf (AMH) dilakukan pada kelompok usia tertentu. Fokus pada
lembaga pendidikan kejuruan (SMK & Politeknik) agar masyarakat
memiliki kemampuan untuk langsung bekerja;
e. Dalam rangka peningkatan perekonomian wilayah diharapkan dapat
fokus pada aspek pengolahan dan pemasaran agar tidak terjebak pada
tingkat subsisten. Diperlukan pembangunan pasar di tingkat wilayah
agar peningkatan nilai tambah dapat dinikmati oleh aktor lokal;
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
23
f. Kemendes PDT & Transmigrasi diharapkan dapat mengarahkan
intervensi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam
pengelolaan keuangan daerah agar dapat mengoptimalkan peneriman
PAD dan meningkatkan efektifitas pengelolaan APBD sehingga dapat
mengakselerasi pembangunan daerah tertinggal;
Gambar 3.3 Laporan Kemajuan Penggunaan Dana
Alokasi Khusus (DAK) TA.2012 Kabupaten Bondowoso
3. Koordinasi perencanaan PDT : Pelibatan aktif Pemerintah Provinsi & Kab
dalam perencanaan jenis kegiatan dan lokasi penerima bantuan. Terkait
hal tersebut diperlukan :
a. Diperlukan peningkatan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah
dalam perencanaan dan pelaksanana kegiatan PDT;
b. Perencanaan kegiatan pusat diharapkan dilakukan pada saat
penyusunan APDB (T-1) agar in line dengan proses perencanaan dan
penganggaran di daerah sehingga Pemda dapat mempersiapkan dana
operasional kegiatan;
c. Kemendes, PDT dan Transmigrasi dan Pemda diharapkan dapat
merencanakan kegiatan pembangunan daerah tertinggal sesuai dengan
pembagian kewenangan;
d. Pemda diharapkan dapat mempersiapkan data dukung pelaksanaan
kegiatan mengacu pada kesepakatan yang telah dibahas sebelumnya;
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
24
III.3 Pemantauan Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan DAK
Di Kabupaten Manggarai Barat, NTT
Kabupaten Manggarai Barat merupakan suatu kabupaten di provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten Mangarai Barat merupakan hasil
pemekaran dari Kabupaten Manggarai berdasarkan Undang Undang No. 8 Tahun
2003. Wilayahnya meliputi daratan Pulau Flores bagian Barat dan beberapa pulau
kecil di sekitarnya, diantaranya adalah Pulau Komodo, Pulau Rincah, Pulau Seraya
Besar, Pulau Seraya Kecil, Pulau Bidadari dan Pulau Longgos. Luas wilayah
Kabupaten Manggarai Barat adalah 9.450 km² yang terdiri dari wilayah daratan
seluas 2.947,50 km² dan wilayah lautan 7.052,97 km².
Dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Manggarai Barat, kami melakukan
FGD bersama Kepala Bidang Ekonomi beserta staf Bappeda terkait mendikusikan
beberapa program dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT)
yang lokasi kegiatannya berada di kabupaten Manggarai Barat.
Dalam diskusi tersebut kami juga menyampaikan beberapa list kegiatan
KPDT yang dilaksanakan di Kabupaten Manggarai Barat mulai dari tahun anggaran
2011 – 2013 untuk di kami evaluasi perkembangan pemanfaatan dan
kebermanfaatan bagi masyarakat sasaran program. Daftar kegiatan tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4 Matriks Kegiatan KPDT di Kabupaten Manggarai Barat,
Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran 2011
TA. 2011
No. Provinsi Kabupaten Jenis Bantuan Nilai Bantuan (Rp) Deputi
1 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan
dan Kesehatan
Masyarakat
172.160.000
Deputi Bidang
Pengembangan
Sumberdaya
2 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Sarana dan
Prasarana Air Bersih 1.000.000.000
Deputi Bidang
peningkatan
Infrastruktur
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
25
TA. 2011
No. Provinsi Kabupaten Jenis Bantuan Nilai Bantuan (Rp) Deputi
3 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Sosial
Kelembagaan Birokrasi 100.000.000
Deputi Bidang
Pembinaaan Lembaga
dan Sosial Budaya
Total Bantuan 1.272.160.000
DAK-SPDT
Tabel 3.5 Matriks Kegiatan KPDT di Kabupaten Manggarai Barat,
Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran 2012
TA. 2012
No. Provinsi Kabupaten Jenis Bantuan Nilai Bantuan
(Rp) Deputi
1 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Peningkatan
Infrastruktur Sosial Bidang
Infrastruktur Pendidikan Daerah
Tertinggal
600.000.000
Deputi Bidang
peningkatan
Infrastruktur
2 NTT Manggarai
Barat
Bantuan alat Pengelolaan
Produksi pertanian/perkebunan 250.000.000
Deputi Bidang
Pembinaaan
Ekonomi dan Dunia
Usaha
3 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Sosial Penguatan
Kelembagaan Sosial Masyarakat 50.000.000
Deputi Bidang
Pembinaaan
Lembaga dan Sosial
Budaya
Total Bantuan 900.000.000
DAK-SPDT 1.638.460.000
Tabel 3.6 Matriks Kegiatan KPDT di Kabupaten Manggarai Barat,
Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran 2013
TA. 2013
No. Provinsi Kabupaten Jenis Bantuan Nilai Bantuan (Rp) Deputi
1 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Alat Peraga Penunjang Pendidikan
Keaksaraan
600.000.000
Deputi Bidang Pengembangan
Sumberdaya
2 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Stimulan Peningkatan Kapasitas Lembaga Poskesdes
(Alat Kesehatan)
1.290.000.000
Deputi Bidang Pengembangan
Sumberdaya
3 NTT Manggarai
Barat Bantuan Pelatihan
Pengolahan Potensi
300.000.000 Deputi Bidang
Pengembangan
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
26
TA. 2013
No. Provinsi Kabupaten Jenis Bantuan Nilai Bantuan (Rp) Deputi
Lokal dan Alat Penunjang Pelatihan
Sumberdaya
4 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Stimulan Puskesmas Keliling
Perairan
1.741.310.000
Deputi Bidang Pengembangan
Sumberdaya
5 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Peningkatan Infrastruktur Ekonomi
Handtraktor
267.140.000
Deputi Bidang Peningkatan Infrastruktur
6 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Sarana Informasi dan Edukasi
Kewirausahaan Masyarakat Pedesaan
DT Berbasis TIK
280.000.000
Deputi Bidang Pembinaan
Ekonomi dan Dunia Usaha
7 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Kelembagaan Ekonomi di Kabupaten
DT
260.000.000
Deputi Bidang Pembinaan
Ekonomi dan Dunia Usaha
8 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Pengembangan
Permodalan KUB/PUSEKDES
380.000.000
Deputi Bidang Pembinaan
Ekonomi dan Dunia Usaha
9 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Sosial Penguatan
Kelembagaan Sosial Masyarakat
100.000.000
Deputi Bidang Pembinaan
Lembaga Sosial dan Budaya
10 NTT Manggarai
Barat
Bantuan Sosial Penguatan
Kelembagaan Lokal
50.000.000
Deputi Bidang Pembinaan
Lembaga Sosial dan Budaya
11 NTT Manggarai
Barat
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Ekonomi dan Sosial
500.000.000
Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus
12 NTT Manggarai
Barat Bantuan Kapal Feeder
1.500.000.000
Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus
Total Bantuan 7.268.450.000
DAK-SPDT 2.379.490.000
Bappeda Kabupaten Manggarai Barat telah melakukan koordinasi terhadap
SKPD terkait yang bertanggung jawab terhadap bidang yang menjadi sasaran
bantuan sosial dari KPDT agar program bantuan dari Pemerintah Pusat yang
diterima dapat terus dikoordinasikan dan diinformasikan kepada Bappeda agar
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
27
dapat teridentifikasi dan dapat terpantau perkembangannya oleh Bappeda
setempat.
I. Hasil Pemantauan dan Evaluasi Di Kabupaten Manggarai Barat
Jenis Bantuan : Bansos Sarana Prasarana Air Bersih
INPUT :
Alokasi Dana Bantuan Sosial Sarana dan Prasarana Air Bersih tahun 2011
sebesar Rp. 1 Milyar, ditetapkan melalui Keputusan Menteri PDT No. 103
Tentang Penetapan Lokasi dan Alokasi Dana TP KPDT TA 2011.
Bantuan tersebut berupa sarana dan prasarana air bersih tenaga surya
Bantuan sarana air bersih ini merupakan proses pengandaan yang dilakukan
dipusat dengan daerah harus menyiapkan syarat-syarat seperti lahan untuk
dijadikan lokasi sumur bor dengan pompa tenaga surya ini.
Gambar 3.4 Sarana dan Prasarana Air Bersih Tenaga Surya
PROSES :
Dalam prosesnya pemerintah daerah kabupaten manggarai Barat
menentukan lokasi ditempatkannya bantuan social ini, yaitu di kelurahan
Wae Kelambu, dengan alasan bahwa di kelurahan Wae Kelambu ini
mempunyai potensi air dan listrik, serta memiliki lahan pemerintah yang akan
digunakan untuk berdirinya sumur dan panel surya sebagai pembangkitnya
sesuai dengan Juklak dan juknis yang diberikan. Penetapan lokasi ini sesuai
dengan SK Bupati Manggarai Barat No. 121/KEP/HK/2011
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
28
Untuk proses pengelolaan dan perawatan, bupati manggarai barat
membentuk Tim Pengendali sesuai SK No. 208/KEP/HK/2011
Gambar 3.5 Lokasi Instalasi ompa Air Tenaga Surya
OUTPUT :
Terbangunnya sarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
tersedianya Suplai air bersih untuk masyarakat di sekitar lokasi
Terbangunnya 4 menara air, dengan 1 unit dilengkapi dengan hidran air
untuk air minum masyarakat sekitar lokasi.
Masyarakat penerima manfaat dari kegiatan ini adalah 80 KK, Selain untuk
konsumsi masyarakat, juga akan dibangun kolam pembibitan ikan air tawar
untuk memenuhi biaya perawatan dari alat tersebut.
Gambar 3.6 Sarana dan Prasarana Air Bersih
OUTCOME :
Manfaat yang diharapkan dalam
Menara Penampungan air
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
29
Kegiatan ini adalah terpenuhinya kebutuhan air bersih bagi masyarakat
Meningkatnya kesehatan lingkungan dan masyarakat terutama masalah air
bersih dan sanitasi.
Jenis Bantuan : Bantuan Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan
Kesehatan masyarakat
INPUT :
Alokasi Bansos Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat
Tahun 2011 untuk Kabupaten Manggarai Barat adalah sebesar 172 juta,
untuk pembangunan sarana 30 MCK
Sampai dengan akhir Desember 2011 dana yang cair hanya sebesar 51,47
juta dan sudah dmanfaatkan untuk pembangunan 10 MCK.
PROSES :
Penetapan SKPD/ Satker di daerah ditentukan berdasarkan arahan Bupati.
Pada tahun 2011, Satker pengelola Bansos Pelayanan Kesehatan dan
Lingkungan di Kabupaten Manggarai Barat adalah Dinas Kesehatan.
Sosialisasi kegiatan dilakukan pada bulan juni 2011 oleh tim dari Asdep
Sumberdaya Kesehatan, Deputi I KPDT.
Sisa dana yang seharusnya dapat
digunakan untuk pembangunan 20 MCK
(120.000.000) tidak dapat dicairkan
dikarenakan kesalahan yang dilakukan
oleh PPK pusat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai
Barat sudah memenuhi syarat
administrasi sesuai tenggat waktu
berdasar bukti ekspedisi yang disampaikan, komunikasi yang dilakukan oleh
Gambar 3.7 MCK dipinggir pantai
Labuan Bajo
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
30
Dinas Kesehatan Manggarai Barat dengan KPDT masih belum jelas, informasi
terakhir dana tersebut akan dicover dalam DIPA tahun 2012.
Akses dari sosialisasi dan pembangunan 10 MCK menyebabkan adanya
konflik horizontal dan vertikal, dimana masyarakat yang belum dapat
membangun menganggap dana sudah cair dan tidak disalurkan,
kecemburuan sosial antar masyarakat menjadikan hubungan yang kurang
harmonis dan sampai saat ini masih ada masyarakat yang datang ke kantor
Dinas Kesehatan mempertanyakan kelanjutan program tersebut.
OUTPUT :
Terbangunnya sarana kesehatan lingkungan dan masyarakat berupa 10
jamban/MCK
OUTCOME :
Meningkatnya kualitas sanitasi lingkungan.
Meningkatnya kesadaran perilaku masyarakat terhadap kesehatan keluarga
dan lingkungan.
Jenis Bantuan : Bantuan Sosial Kemandirian Kelembagaan KPPD (Kader
Penggerak Pembangunan Desa)
INPUT :
Alokasi Bansos kemandirian kelembagaan Kader Penggerak Pembangunan
Desa (KPPD) tahun 2012 untuk Kabupaten Manggarai Barat adalah sebesar
75 juta/5 kelompok.
Kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2011 juga menerima Bansos
tersebut dengan nomenklatur P2SEDT dengan besaran 100 juta/10 desa,
dimana 1 desa terdiri 1 kelompok, sehingga masing-masing kelompok
mendapatkan 10 juta.
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
31
Bentuk kegiatan dari bansos tersebut adalah rapat koordinasi didesa,
pelatihan-pelatihan sehingga diharapkan masyarakat berperan aktif dalam
pembangunan desa. Sebagai penasehat dari kegiatan tersebut adalah kepala
desa.
Saat ini juknis tahun 2012 belum disosialisasikan.
Namun menurut info tahun 2012 turun menjadi 75 juta/5 kelompok.
Bappeda berkeinginan bahwa jumlah kelompok yg mendapatkan tetap 10
klpk sesuai tahun 2011 namun dengan resiko alokasi perkelompok hanya
7,5juta, hal tersebut bertujuan agar kegiatan tahun sebelumnya dapat
berkesinambungan.
Sampai saat ini dana bantuan untuk tahun anggaran 2012 belum cair.
PROSES :
Informasi dari Bappeda Kabupaten Manggarai Barat Bansos tersebut tidak
diadministrasikan ke Bappeda namun langsung dari Pusat (KPDT) kepada
kelompok masyarakat/KPPD (kader penggerak pembangunan desa) melalui
Badan Pemberdayaan Masyarakat di desa.
Mekanisme penyaluran dana dari Pusat melalui rekening BRI ke masing-
masing KPPD
Untuk Bansos Penguatan Kelembagaan KPPD tahun 2012 penyaluran dana
sama seperti tahun sebelumnya yaitu langsung dari Pusat ke KPPD.
Peran Bappeda Kabupaten adalah membantu proses legalitas SK lokasi dan
kelompok dari Bupati.
Kelemahan Bansos Penguatan Kelembagaan ini adalah pencairan dana yang
selalu cair diakhir tahun, sekitar Bulan Oktober/November sedangkan juknis
juga terbit menjelang akhir triwulan 3 setiap tahunnya, Bappeda tidak
diinformasikan mengenai pelaksanaan kegiatan Bansos tersebut, sehingga
tidak mengetahui secara detail bagaimana proses kegiatan berlangsung di
masyarakat. Bappeda mendapat informasi secara lisan dari konsultan
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
32
fasilitator Bansos tersebut ketika kegiatan sudah selesai dan tidak disertai
dengan dokumen atau laporan kegiatan.
OUTPUT :
Terlaksananya pelatihan penguatan kapasitas kelembagaan kader penggerak
pembangunan desa.
OUTCOME :
Meningkatnya peran serta aktif masyarakat terhadap proses-proses
perencanaan pembangunan terutama di tingkat desa.
III.4 Pemantauan Pprogram Pembangunan Daerah Tertinggal dan DAK
Di Kabupaten Manggarai Barat, NTT
Pembangunan Wilayah Papua dilaksanakan menggunakan pendekatan baru
yaitu pembangunan berbasis wilayah adat, untuk menjawab kegagalan
pendekatan-pendekatan yang digunakan sebelumnya. Pembangunan berbasis
wilayah adat berupaya untuk menghadirkan pembangunan sesuai dengan
karakteristik, potensi, kebutuhan, dan kondisi masyarakat Papua yang sangat
spesifik. Pembangunan berbasis wilayah adat dilakukan melalui pemetaan
kebutuhan/permasalahan, potensi, dan tantangan pada setiap kesatuan wilayah
adat (kedekatan kondisi sosial, geografis, adat, dan budaya). Sehingga terjadi
pengklasifikasian subyek pembangunan, untuk memudahkan dalam melakukan
intervensi kebijakan. Pendekatan pembangunan ini dilakukan mulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dengan melibatkan unsur-unsur adat
yang ada di wilayah Papua (hukum adat, masyarakat adat, tokoh adat).
Dalam pembagian wilayah berbasis kawasan adat, Kabupaten Merauke
termasuk ke dalam wilayah adat Anim-Ha, dengan beberapa kabupaten lain di
sekitarnya yaitu Asmat, Mappi, dan Boven Digoel. Potensi utama kabupaten
Merauke yaitu pada sektor pertanian, perikanan, dan perkebunan (kelapa sawit),
serta beberapa komoditas lain yang potensial untuk dikembangkan, yaitu: tebu,
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
33
karet, kedelai, dan ubi jalar (cassava). Terdapat obyek wisata yang belum dikelola
secara optimal yaitu Taman Nasional Wasur dan Distrik Sota yang merupakan
perbatasan darat RI dengan PNG. Pada pengembangan sektor perikanan laut,
terdapat hambatan regulasi, sehingga menyebabkan pabrik pengolahan ikan
ekspor tidak dapat beroperasi lagi. Sedangkan pada sektor pertanian, sangat
membutuhkan dukungan infrastruktur irigasi, karena sumber air saat ini masih
menggunakan sistem tadah hujan. Terdapat sumber air yang cukup besar yaitu
dari Sungai Maro, namun belum dilakukan pengembangan untuk menjadi sumber
pengairan bagi pertanian di Merauke, misalnya melalui pembuatan long storage.
Pada sektor perkebunan, terdapat dua pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu PT.
Korindo dan PT. Bio, sedangkan untuk perkebunan karet merupakan perkebunan
rakyat, sehingga dikelola secara mandiri oleh masyarakat, sistem penjualannya
belum terorganisir dengan baik, sehingga harga jual karet masih rendah. Untuk
komoditas ubi jalar, saat ini Pemerintah Daerah sedang menjalin kerjasama
dengan pengusaha pengolahan ubi di Kota Malang, untuk pengembangan ubi
menjadi tepung. Sehingga diharapkan ada proses produksi yang dapat
meningkatkan nilai tambah komoditas ubi dan membuka lapangan kerja bagi
masyarakat asli Papua. Untuk mendukung hilirisasi komoditas unggulan tersebut,
pemerintah daerah telah menginisiasi pembangunan Technopark, dengan
dilakukan pembebasan lahan seluas 4 ha untuk Technopark berbasis kemaritiman
dengan bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Dalam RPJMN 2015-2019, khususnya pada Arah Pengembangan Wilayah
Papua, pengembangan MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate)
dialokasikan seluas 1,2 juta Ha yang terdiri dari 10 Klaster Sentra Produksi
Pertanian (KSPP). Empat Klaster Sentra Produksi Pertanian yang dikembangkan
yaitu: Greater Merauke, Kali Kumb, Yeinan, dan Bian di Kabupaten Merauke.
Untuk jangka menengah (kurun waktu 2015 – 2019) diarahkan pada
terbangunnya kawasan sentra produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura,
peternakan dan perkebunan, serta perikanan darat di Klaster Okaba, Ilwayab,
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
34
Tubang, dan Tabonji. Sedangkan untuk jangka panjang (kurun waktu 2020 –
2030) diarahkan pada terbangunnya kawasan sentra produksi pertanian tanaman
pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan. Dalam perlaksanaanya,
megaproyek ini yang seringkali mendapat penolakan dari masyarakat adat
setempat dan kritik oleh sejumlah gerakan sosial di Papua, gerakan kedaulatan
pangan se-Indonesia sampai Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia, akan
diteruskan tanpa ada sebut syarat atau ketentuan baru yang membahas persoalan
yang sudah muncul selama ini. Pengembangan MIFEE dianggap merugikan
masyarakat asli setempat. Namun, berdasarkan keterangan dari Bappeda
Merauke, proyek MIFEE tetap dilanjutkan hingga saat ini, bahkan akan ada
kebijakan baru untuk menetapkan Merauke sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK). Pembangunan infrastruktur di Kabupaten Merauke didukung Pemerintah
Pusat melalui alokasi DAK Reguler, DAK Afirmasi, dan DAK Tambahan Pendukung
Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2), dengan rincian sebagai berikut.
TABEL 3.6 Alokasi DAK Tahun Anggaran 2015 Kabupten
Merauke, Papua
BIDANG DAK SUB BIDANG ALOKASI
(RP. JUTA)
PENDIDIKAN PENDIDIKAN SD/SDLB 11.778,4
PENDIDIKAN SMP/SMPLB 9.533,5
PENDIDIKAN SMA 6.668,7
PENDIDIKAN SMK 8.246,8
KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR 11.210,6
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN 6.200,0
PELAYANAN KEFARMASIAN 3.516,8
INFRASTRUKTUR IRIGASI 10.135,5
AIR MINUM DAN SANITASI INFRASTRUKTUR AIR MINUM 4.254,6
INFRASTRUKTUR SANITASI 4.090,9
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
35
BIDANG DAK SUB BIDANG ALOKASI
(RP. JUTA)
PRASARANA PEMERINTAH
DAERAH
PRASARANA PEMERINTAHAN
DAERAH 9.266,7
SARPRAS PEMADAM KEBAKARAN
SARPRAS SATPOL PP 4.018,5
KELAUTAN DAN PERIKANAN 10.380,5
PERTANIAN 9.412,7
LINGKUNGAN HIDUP 3.987,5
KELUARGA BERENCANA 2.268,9
KEHUTANAN 2.739,3
PERDAGANGAN PASAR
GUDANG
METROLOGI
ENERGI PERDESAAN 5.065,8
PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN
TRANSPORTASI INFRASTRUKTUR JALAN 51.041,5
TRANSPORTASI PERDESAAN
KESELAMATAN TRANSPORTASI
DARAT 904,1
TOTAL DAK REGULER 74.721,4
INFRASTRUKTUR IRIGASI 8.709,7
INFRASTRUKTUR AIR MINUM
DAN SANITASI INFRASTRUKTUR AIR MINUM 2.302,1
INFRASTRUKTUR SANITASI 1.824,1
INFRASTRUKTUR
TRANSPORTASI INFRASTRUKTUR JALAN 10.496,7
TRANSPORTASI PERDESAAN 9.901,8
Dating 3.960,7
Perbatasan 5.941,1
TOTAL AFIRMASI 33.234,4
TOTAL ALOKASI DAK
2015 MERAUKE 207.955,9
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
36
BIDANG DAK SUB BIDANG ALOKASI
(RP. JUTA)
DANA ALOKASI KHUSUS TAMBAHAN PENDUKUNG PROGRAM PRIORITAS KABINET
KERJA (P3K2)
PERDAGANGAN SUBBIDANG PASAR 2.530,9
INFRASTRUKTUR
TRANSPORTASI
SUBBIDANG INFRASTRUKTUR
JALAN 89.500,0
TOTAL ALOKASI DAK
P3K2 92.030,9
Perkembangan pelaksanaan DAK tahun 2015 khususnya Dana Alokasi Khusus
Tambahan Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) telah dilakukan
penyesuaian melalui APBD-P 2015. Sedangkan untuk DAK Transportasi Perdesaan
pada tahun ini fokus digunakan untuk pembangunan jalan, khususnya di Distrik
Wasur sudah pada tahap penimbunan (karena sebagian besar wilayahnya
merupakan rawa), serta Distrik Bukul Lima dan Bukul Enam yang masih pada
tahap penandatanganan kontrak.
Secara umum, untuk mempercepat pembangunan di Kabupaten Merauke,
diperlukan beberapa dukungan sebagai berikut.
1. Aspek Infrastruktur, yaitu:
Pengembangan Bandara Internasional Mopah
Pengembangan Pelabuhan Merauke
Pembangunan jaringan irigasi rawa di Merauke (long storage, bendungan,
embung)
Pengembangan air bersih yang bersumber dari Sungai Maro
2. Aspek Regulasi, yaitu:
Regulasi pengelolaan lintas batas
Regulasi Perdagangan lintas batas, Perjanjian kerjasama antara RI-Papua
New guinea dalam pengembangan kawasan perbatasan negara
Regulasi untuk mengatur pemanfaatan tanah ulayat
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
37
Regulasi penetapan Kawasan MIFEE sebagai KEK
3. Aspek Kelembagaan, yaitu:
Penciptaan iklim investasi yang kondusif di kawasan perbatasan
Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan kawasan perbatasan
Kelembagaan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk
mengelola pos-pos lintas batas negara
Pengkhususan pemberian kewenangan bagi pemerintahan kecamatan di
wilayah perbatasan (Lokpri) dalam bentuk desentralisasi asimetrik dengan
penetapan daerah khusus untuk akselerasi pembangunan dan efektivitas
peningkatan kualitas pelayanan publik
Penyiapan kemampuan pengelolaan investasi pada usulan KEK di provinsi
Papua dan Papua Barat
Melakukan deliniasi hak ulayat pada kawasan kawasan strategis yang
dikembangkan sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
38
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
IV. 1. Kesimpulan
Pembangunan daerah tertinggal masih terkendala oleh keterbatasan
infrastruktur, aksesibilitas dan kapasitas sumber daya manusia. Hal tersebur
menjadi faktor dominan penyebab ketertinggalan di daerah tertinggal. Kondisi
tersebut dapat di klasifikasikan berdasarkan wilayah pulau sebagai berikut :
Wilayah Sumatera, dengan aspek ketertinggalan paling dominan dan
merata di seluruh kabupaten daerah tertinggal adalah Ekonomi, SDM,
Kemampuan Keuangan Daerah dan Inftrastruktur;
Wilayah Jawa-Bali, dengan aspek ketertinggalan paling dominan dan
merata di seluruh kabupaten tertinggal adalah SDM, Kemampuan keuangan
daerah dan sebagian pada aspek infrastrktur dan aksesibilitas;
Wilayah Kalimantan, dengan aspek ketertinggalan paling dominan dan
merata di seluruh kabupaten adalah Infrastruktur, aksesibilitas,
karakteristik daerah dan SDM;
Wilayah Nusa Tenggara, dengan aspek ketertinggalan paling dominan dan
merata di seluruh kabupaten adalah Kemampuan keuangan daerah, SDM,
Ekonomi dan Karakteristik daerah;
Wilayah Sulawesi, dengan aspek ketertinggalan paling dominan dan merata
di seluruh kabupaten adalah Kemampuan keuangan daerah, SDM, Ekonomi
dan Karakteristik daerah;
Wilayah Maluku, dengan aspek ketertinggalan paling dominan dan merata
di seluruh kabupaten adalah Kemampuan keuangan daerah, Karakteristik
daerah, Ekonomi, dan Aksesibilitas;
Wilayah Papua, dengan aspek ketertinggalan paling dominan dan merata di
seluruh kabupaten adalah Ekonomi, Aksesibilitas, SDM, Infrastruktur dan
Kemampuan keuangan Daerah.
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
39
Permasalahan yang dihadapai dalam pengembangan kawasan perbatasan
adalah sebagai berikut :
1. Keterisolasian kawasan perbatasan negara Lokasi kawasan perbatasan
negara yang berbasis kecamatan menjadi suatu kendala tersendiri dalam
peningkatan akses infrastruktur dan pelayanan sosial dasar di kawasan
perbatasan. Minimnya akses ke kawasan perbatasan juga disebabkan
minimnya anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
pembangunan kecamatan perbatasan yang lokasinya terpencil dan terluar.
Selama ini, akses infrastruktur minim sekali yang dibangun di kecamatan-
kecamatan perbatasan. Keterbatasan akses infrastruktur perbatasan
terutama yaitu transportasi, energi (listrik dan BBM), komunikasi dan
informasi, serta minimnya pelayanan sosial dasar khususnya pendidikan
dan kesehatan;
2. Belum ada sistem untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi di
kawasan perbatasan baik industri maupun perdagangan berbasis potensi
sumber daya kawasan perbatasan, serta menjamin pemberdayaan
masyarakat perbatasan;
3. Terdapat overlapping claim areas segmen-segmen batas wilayah negara
Indonesia dengan negara tetangga;
4. Masih lemahnya pengamanan batas wilayah laut, darat, dan udara di
kawasan perbatasan negara;
5. Integrasi pengelolaan dan pembangunan kawasan perbatasan negara
dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan.
IV. 2. Rekomendasi
Dalam rangka percepatan pembangunann daerah tertinggal, upaya yang
diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Pada asek Pengembangan ekonomi lokal, melalui pengembangan hillirisasi
potensi komoditas unggulan di daerah yang pemasarannya diarahkan pada
pusat-pusat pertumbuhan terdekat;
Laporan Akhir Pemantauan Pelaksanaan RKP Tahun 2015 Bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Negara
40
b. Pada aspek Peningkatan aksesibilitas, melalui percepatan pembangunan sarana
dan prasarana transportasi untuk meningkatkan konektivitas dan membuka
keterisolasian di daerah tertinggal;
c. Pada Aspek Pemenuhan pelayanan dasar publik, dengan percepatan
penyediaan infrastruktur publik dasar di daerah tertinggal;
d. Pada Aspek Peningkatan SDM dan IPTEK, dengan meningkatkan kualitas
tenaga pengajar, tenaga kesehatan, pendistribusian tenaga penyuluh pertanian
dan perkebunan, serta pengembangan program balai latihan kerja dan praktek
magang kerja dengan bekerja sama dengan stakeholder terkait;
e. Pada Aspek Penguatan kelembagaan pemerintah daerah, melalui koordinasi
antara pemerintah dengan pemerintah daerah dan SKPD dalam
penyelenggaraan program pembangunan daerah tertinggal.
Berdasarkan sasaran pembangunan kawasan perbatasan negara yang telah
disusun, maka pengembangan kawasan perbatasan diarahkan untuk
mempercepat pembangunan kawasan perbatasan di berbagai bidang sebagai
beranda depan negara dan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan
perdagangan dengan negara tetangga secara terintegrasi dan berwawasan
lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan semakin kuatnya
pertahanan keamanan nasional.