KATA PENGANTAR · Gambar 10 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi ... tanya jawab, curah...

124
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus i KATA PENGANTAR Modul Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada Peserta Pelatihan tentang bagaimana melakukan pengelolaan aset rumah khusus sebagai Barang Milik Negara/ Daerah (BMN/BMD), serta melakukan pemanfaatan rumah khusus sebagai fungsi hunian. Buku Modul ini disusun dalam 4 (empat) bab, meliputi Pendahuluan, Pengelolaan Aset Rumah Khusus, Pemanfaatan Rumah Khusus, dan Penutup. Modul ini disusun secara sistematis agar Peserta Pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Adapun fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif dari Peserta Pelatihan. Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan Modul Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khususini. Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi para Aparatur Sipil Negara di Pusat dan Daerah dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman, khususnya dalam penyelenggaraan rumah khusus. Bandung, September 2017 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Transcript of KATA PENGANTAR · Gambar 10 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi ... tanya jawab, curah...

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus i

KATA PENGANTAR

Modul Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus ini bertujuan untuk

memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada Peserta Pelatihan

tentang bagaimana melakukan pengelolaan aset rumah khusus sebagai Barang

Milik Negara/ Daerah (BMN/BMD), serta melakukan pemanfaatan rumah

khusus sebagai fungsi hunian.

Buku Modul ini disusun dalam 4 (empat) bab, meliputi Pendahuluan,

Pengelolaan Aset Rumah Khusus, Pemanfaatan Rumah Khusus, dan Penutup.

Modul ini disusun secara sistematis agar Peserta Pelatihan dapat mempelajari

materi dengan lebih mudah. Adapun fokus pembelajaran diarahkan pada peran

aktif dari Peserta Pelatihan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun

atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan Modul Pengelolaan

Aset dan Pemanfaatan Rumah Khususini. Penyempurnaan, maupun perubahan

modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat

akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus

terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan

kompetensi para Aparatur Sipil Negara di Pusat dan Daerah dalam bidang

perumahan dan kawasan permukiman, khususnya dalam penyelenggaraan

rumah khusus.

Bandung, September 2017

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Jalan, Perumahan, Permukiman, dan

Pengembangan Infrastruktur Wilayah

ii Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ I

DAFTAR ISI ........................................................................................................... II

DAFTAR TABEL .................................................................................................... IV

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ V

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ..................................................................... VI

A. Deskripsi .............................................................................................. vi

B. Persyaratan .......................................................................................... vi

C. Metode ............................................................................................... vii

D. Alat Bantu/Media ............................................................................... vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 2

B. Deskripsi Singkat .................................................................................. 3

C. Kompetensi Dasar ................................................................................ 4

D. Indikator Hasil Belajar .......................................................................... 4

E. Materi dan Sub Materi Pokok .............................................................. 4

F. Estimasi Waktu .................................................................................... 4

BAB 2 PENGELOLAAN ASET RUMAH KHUSUS 5

A. Indikator Keberhasilan ......................................................................... 6

B. Pengertian mengenai Barang Milik Negara/ Daerah (BMN/BMD) ....... 6

C. Penetapan Status Penggunaan Rumah Khusus .................................... 8

D. Fasilitasi Pemanfaatan Rumah Khusus ............................................... 29

E. Pengalihan Status Penggunaan Rumah Khusus ................................. 31

F. Hibah Rumah Khusus ......................................................................... 44

G. Latihan ............................................................................................... 56

H. Rangkuman ........................................................................................ 58

BAB 3 PEMANFAATAN RUMAH KHUSUS 63

A. Indikator Keberhasilan ....................................................................... 64

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus iii

B. Penghunian Rumah Khusus ................................................................ 64

C. Pemeliharaan dan Perawatan Rumah Khusus .................................... 70

D. Latihan ............................................................................................... 79

E. Rangkuman ........................................................................................ 80

BAB 4 PENUTUP 81

A. Simpulan ............................................................................................ 82

B. Tindak Lanjut ...................................................................................... 83

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 86

GLOSARIUM ....................................................................................................... 87

BAHAN TAYANG ................................................................................................. 90

iv Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Beberapa Pengertian terkait dengan Pengelolaan .................................. 8

Tabel 2 Daftar Kelengkapan Data Pendukung untuk Alih Status ........................ 37

Tabel 3 Daftar Data-data Pendukung Hibah Rumah Khusus .............................. 47

Tabel 4 Data Capaian Hibah/Alih Status Rumah Khusus .................................... 55

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lingkup Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah ........................... 7

Gambar 2 Pelaksanaan Kewenangan Menteri Keuangan ................................... 9

Gambar 3 Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN ............................... 10

Gambar 4 Pelaksanaan Kewenangan Menteri PUPR ........................................ 11

Gambar 5 Pendelegasian Kewenangan Menteri Keuangan .............................. 12

Gambar 6 Pengalihan Status Penggunaan BMN/BMD dari .............................. 13

Gambar 7 Pencabutan Status Penggunaan BMN/BMD dan ............................. 15

Gambar 8 Skema Kegiatan Penatausahaan ...................................................... 16

Gambar 9 Bagan Organisasi Secara Keseluruhan ............................................. 17

Gambar 10 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi ............................ 18

Gambar 11 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi Pembantu

Pengguna Barang Eselon-I (UAPPB-E1) ............................................ 18

Gambar 12 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi............................ 19

Gambar 13 Bentuk Pemanfaatan BMN/BMD ..................................................... 30

Gambar 14 Skema Proses Penetapan Status dan Alih Status Rumah Khusus ..... 35

Gambar 15 Alur Pengelolaan Rumah Khusus Berdasarkan Alih Status dari

Kementerian PUPR kepada Kementerian/Lembaga Lain ................. 43

Gambar 16 Pemindahtanganan Rumah Khusus (BMN) melalui Hibah ............... 44

Gambar 17 Skema Alur Prosedur Hibah Rumah Khusus..................................... 46

Gambar 18 Alur Pengelolaan Rumah Khusus Berdasarkan Hibah Dari Pemerintah

Daerah kepada Masyarakat ............................................................. 53

Gambar 19 Data Capaian Hibah/Alih Status Rumah Khusus Tahun 2006-2016 .. 55

Gambar 20 Contoh Rumah Khusus untuk hunian Masya-rakat Nelayan, yg

dilengkapi dengan prasarana jalan dan saluran ............................... 64

Gambar 21 Pemanfaatan Rumah Khusus dan PSU-nya ...................................... 65

Gambar 22 Proses Penghunian Sementara Rumah Khusus ................................ 66

Gambar 23 Lingkup Pemeliharaan Bangunan Rumah Khusus ............................ 71

Gambar 24 Lingkup Perawatan Bangunan Rumah Khusus ................................. 73

vi Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Deskripsi

Mata pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih

mendalam dan membekali Peserta dengan kompetensi tentang pengelolaan

aset rumah khusus dan pemanfaatan rumah khusus. Mata pelatihan ini

disajikan melalui metode ceramah dan diskusi interaktif. Adapun evaluasi

pembelajaran dilakukan melalui penilaian kemampuan Peserta Pelatihan dalam

memahami dan menyelesaikan latihan soal mengenai pengelolaan aset dan

pemanfaatan rumah khusus.

Kegitan belajar kedua yaitu menyajikan topik Pemanfaatan Rumah Khusus, yang

membahas mengenai substansi penghunian rumah khusus, serta menjelaskan

bagaimana melakukan pemeliharaan dan perawatan rumah khusus.

Seluruh Peserta Pelatihan dapat mempelajari keseluruhan Modul ini dengan

cara yang berurutan. Pemahaman setiap materi pada Modul ini sangat

diperlukan karena materi Modul ini menjadi dasar pemahaman untuk mengikuti

pembelajaran Modul Pelatihan yang lain (berikutnya) sehingga para Peserta

Pelatihan akan memperoleh pemahaman mengenai penyelenggaraan rumah

khusus ini secara utuh dan lengkap. Untuk lebih memahami dan mendalami

setiap materi pada Modul ini, maka setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan

latihan soal atau evaluasi, untuk mengukur tingkat penguasaan para Peserta

Pelatihan setelah mempelajari materi pada Modul Pelatihan ini.

B. Persyaratan

Dalam mempelajari Modul Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

ini, Peserta Pelatihan dilengkapi dengan berbagai peraturan perundang-

undangan dan pedoman yang terkait dengan materi pengelolaan aset rumah

khusus dan pemanfaatan rumah khusus. Di samping itu, disediakan juga bahan

ajar yang dilengkapi dengan gambar-gambar dan tabel-tabel, yang difungsikan

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus vii

untuk memudahkan para Peserta Pelatihan agar lebih memahami materi yang

terdapat dalam Modul ini.

C. Metode

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah

dengan metode ceramah interaktif, yaitu melalui kegiatan pemaparan yang

dilakukan oleh Pemberi Materi (Widyaiswara/ Narasumber). Dalam kegiatan

pembelajaran ini, Peserta Pelatihan diberikan kesempatan untuk melakukan

tanya jawab, curah pendapat, dan juga diskusi.

D. Alat Bantu/Media

Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, maka diperlukan Alat

Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu berupa:

1. LCD/ Proyektor/ Infocus;

2. Laptop;

3. Papan Tulis atau Whiteboard dengan spidol dan penghapusnya;

4. Flip chart;

5. Modul dan/atau Bahan Ajar;

6. Bahan tayang dan film singkat (animasi visual); serta

7. Laser pointer.

viii Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 1

BAB 1

PENDAHULUAN

2 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat miskin

(MBR), serta masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus adalah melalui

penyelenggaraan rumah khusus, disamping penyelenggaraan rumah susun

sederhana sewa, rumah swadaya dan fasilitasi pembangunan rumah umum

yang melibatkan Pengembang dan Perbankan untuk penyaluran bantuan

maupun KPR. Dalam hal ini, Pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam

penyediaan/ pembangunan rumah umum, rumah khusus, dan rumah negara

(amanat dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011).

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, dijelaskan bahwa definisi rumah khusus adalah rumah yang

diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus. Dalam hal ini, Pemerintah

mempunyai tanggung jawab untuk memberikan bantuan dalam penyediaan

rumah khusus bagi kelompok masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus dan

belum mampu menyediakan rumah layak huni secara mandiri.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tersebut, dapat dijelaskan

bahwa tahapan dalam penyediaan rumah khusus meliputi tahap perencanaan,

pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian rumah khusus. Setelah tahap

pembangunan rumah khusus selesai dilaksanakan, maka tahapan selanjutnya

yang sangat penting adalah tahap pemanfaatan rumah khusus, karena pada

tahap ini akan dilakukan proses pengelolaan (serah terima) aset rumah khusus

sebagai Barang Milik Negara (BMN), yang mencakup proses pengalihan status

penggunaan atau hibah rumah khusus, serta pemanfaatan rumah khusus

selanjutnya secara fisik yang berfungsi sebagai hunian (tempat tinggal).

Oleh karena itu, proses pengelolaan (serah terima) aset rumah khusus ini harus

dilakukan secara baik dan tepat waktu karena melibatkan berbagai pihak lain,

yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian/ Lembaga lainnya, Pemerintah

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 3

Daerah, Masyarakat, dan Mitra lainnya. Namun, yang terutama adalah

bagaimana menyiapkan kelengkapan dokumen persyaratan administratif yang

relatif banyak dalam jangka waktu yang relatif terbatas (maksimal satu tahun).

Pada proses ini umumnya sering kali menimbulkan permasalahan, terutama

penyiapan dokumen persyaratan administratif yang tidak lengkap, sehingga

dapat menghambat proses pengalihan status penggunaan rumah khusus

maupun hibah rumah khusus. Kondisi tersebut yang masih menjadi tantangan

bagi Direktorat Rumah Khusus hingga saat ini, agar dapat melakukan upaya-

upaya terobosan yang inovatif.

Modul Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus ini disusun sebagai

salah satu topik dalam Mata Pelatihan Penyelenggaraan Rumah Khusus dengan

tujuan untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh (komprehensif)

mengenai penyelenggaraan rumah khusus tersebut. Jadi, dengan melakukan

pembelajaran terhadap kegiatan Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah

Khusus tersebut, maka harapannya adalah sebagai berikut:

1. Aparatur Sipil Negara (Pemerintah) di Pusat maupun di Daerah, yang

melaksanakan program dan kegiatan pembangunan rumah khusus harus

dapat memahami dan menerapkan bagaimana melakukan pengelolaan aset

rumah khusus sebagai Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD), serta

melakukan pemanfaatan rumah khusus yang berfungsi sebagai hunian.

2. Kelembagaan/ Unit Kerja yang terlibat dalam penyelenggaraan Rumah

Khusus, baik di Pusat maupun Daerah, juga dapat mengikuti pembelajaran

terhadap kegiatan Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

tersebut untuk kepentingan lembaga/ unit kerja yang bersangkutan.

3. Pada akhirnya, kelompok masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus akan

lebih mudah untuk mendapatkan rumah yang layak huni dan terjangkau,

sehingga diharapkan dapat menjadi pendorong untuk pemenuhan Program

Sejuta Rumah, termasuk mengurangi jumlah rumah tidak layak huni, dan

backlog perumahan.

B. Deskripsi Singkat

Mata pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih

mendalam dan membekali Peserta dengan kompetensi tentang pengelolaan

aset rumah khusus dan pemanfaatan rumah khusus. Mata pelatihan ini

4 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

disajikan melalui metode ceramah dan diskusi interaktif. Adapun evaluasi

pembelajaran dilakukan melalui penilaian kemampuan Peserta Pelatihan dalam

memahami dan menyelesaikan latihan soal mengenai pengelolaan aset dan

pemanfaatan rumah khusus..

C. Kompetensi Dasar

Pada akhir pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan mampu menerapkan

pengelolaan aset dan pemanfaatan rumah khusus.

D. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran Mata Pelatihan ini, maka Peserta Pelatihan

diharapkan mampu:

1. Menjelaskan dan melaksanakan proses pengelolaan aset Rumah Khusus.

2. Menjelaskan dan melaksanakan pemanfaatan Rumah Khusus.

E. Materi dan Sub Materi Pokok

Materi pokok dan sub materi pokok dalam Mata Pelatihan Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus ini adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan Aset Rumah Khusus, meliputi:

a. Pengertian mengenai Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD).

b. Penetapan Status Penggunaan Rumah Khusus.

c. Fasilitasi Pemanfaatan Rumah Khusus.

d. Pengalihan Status Penggunaan Rumah Khusus.

e. Hibah Rumah Khusus.

2. Pemanfaatan Rumah Khusus, meliputi:

a. Penghunian Rumah Khusus.

b. Pemeliharaan dan Perawatan Rumah Khusus.

F. Estimasi Waktu

Untuk mempelajari Modul Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

pada Pelatihan Penyelenggaraan Rumah Khusus ini, akan dialokasikan waktu

sebanyak 4 (empat) Jam Pelajaran @ 45 Menit (selama 180 Menit).

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 5

BAB 2

PENGELOLAAN ASET RUMAH KHUSUS

6 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Pengelolaan Aset Rumah Khusus

A. Indikator Keberhasilan

Dengan mengikuti pembelajaran ini, Peserta Pelatihan diharapkan mampu

menjelaskan dan melaksanakan proses pengelolaan aset Rumah Khusus, yang

mencakup pengertian mengenai Barang Milik Negara/Daerah, penetapan status

penggunaan rumah khusus, fasilitasi pemanfaatan rumah khusus, pengalihan

status penggunaan rumah khusus, serta hibah rumah khusus.

B. Pengertian mengenai Barang Milik Negara/ Daerah (BMN/BMD)

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, dijelaskan bahwa Barang

Milik Negara/Daerah (BMN/BMD) meliputi:

1. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara/Daerah (APBN/ APBD).

2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi:

a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis.

b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak.

c. Barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

berkekuatan hukum tetap.

Barang tersebut bisa berupa lahan dan/atau bangunan (seperti rumah, kantor,

dan lain-lain), atau berupa selain lahan dan/atau bangunan (seperti mobil,

motor, dan lain-lain). Di Direktorat Rumah Khusus, Ditjen. Penyediaan

Perumahan, Kementerian PUPR, suatu bangunan Rumah Khusus diperoleh

(dibangun) dengan menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara(APBN), yang berarti merupakan Barang Milik Negara (BMN). Apabila

Barang Milik Negara tersebut kemudian dihibahkan kepada Pemerintah Daerah,

maka menjadi Barang Milik Daerah (BMD).

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 7

Rumah Khusus sebagai Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD) harus dikelola

berdasarkan pada asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi,

akuntabilitas, dan kepastian nilai. Adapun lingkup pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah, meliputi: 1) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran; 2)

Pengadaan; 3) Penggunaan; 4) Pemanfaatan; 5) Pengamanan dan

pemeliharaan; 6) Penilaian; 7) Pemindahtanganan; 8) Pemusnahan; 9)

Penghapusan; 10) Penatausahaan; serta 11) Pembinaan, pengawasan dan

pengendalian.

Gambar 1 Lingkup Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah (Sumber: Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014)

Beberapa pengertian yang terkait dengan pengelolaan aset Rumah Khusus

sebagai Barang Milik Negara/ Daerah (BMN/ BMD) dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

8 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Tabel 1 Beberapa Pengertian terkait dengan Pengelolaan Aset Rumah Khusus

NO. ISTILAH PENGERTIAN

1. Pengelola Barang (Menteri Keuangan)

Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan melakukan pengelolaan BMN/BMD

2. Pengguna Barang (Menteri/ Ka.Lembaga)

Pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN/ BMD

3. Kuasa Pengguna Barang (Ka. Satker atau Ka. Kantor)

Kepala Satuan Kerja atau Pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya

4. Penggunaan (PMK No. 246/2014 jo PMK No. 87/2016)

Kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola BMN/BMD sesuai dengan tugas dan fungsinya

5. Pemanfaatan (PMK No. 78/2014)

Pendayagunaan BMN/BMD yg tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi lembaga dan/atau optimalisasi BMN/BMD dengan tidak mengubah status kepemilikan

6. Pemindahtanganan (PMK No. 111/2016)

Pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/ Daerah (BMN/BMD)

7. Hibah (PMK No. 111/2016)

Pengalihan kepemilikan barang tanpa memperoleh penggantian

Sumber: PP No. 27/2014 tentang Pengelolaan BMN/BMD dan Dit. Rumah Khusus

Untuk dapat menggunakan Barang Milik Negara/ Daerah tersebut, maka perlu

ditetapkan terlebih dahulu status penggunaannya oleh:

1. Pengelola Barang (Menteri Keuangan), untuk Barang Milik Negara.

2. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

C. Penetapan Status Penggunaan Rumah Khusus

Rumah khusus yang dibangun oleh Pemerintah dengan dana APBN merupakan

Barang Milik Negara (BMN), sehingga penggunaannya harus mengacu pada

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara (BMN). Dalam Peraturan Menteri

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 9

ini akan diatur mengenai tata cara pelaksanaan penggunaan BMN yang berada

pada Pengelola Barang dan Pengguna Barang.

Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung-jawab

menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN, dalam

hal ini adalah Menteri Keuangan, yang memiliki kewenangan dan tanggung

jawab sebagai berikut:

1. Menetapkan status Penggunaan Barang Milik Negara (BMN).

2. Menetapkan status Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain.

3. Memberikan persetujuan Penggunaan sementara BMN.

4. Memberikan persetujuan alih status Penggunaan BMN.

5. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan Peng-

gunaan BMN.

Kewenangan Menteri Keuangan dalam menetapkan status Penggunaan BMN,

dapat meliputi BMN berupa tanah dan/atau bangunan, serta BMN selain tanah

dan/atau bangunan. Kewenangan dan tanggung jawab Menteri Keuangan

tersebut secara fungsional akan dilaksanakan oleh Direktur Jenderal. Namun

dalam pelaksanaannya, Direktur Jenderal tersebut dapat menunjuk seorang

Pejabat Struktural di lingkungan Direktorat Jenderal untuk melaksanakan

sebagian kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana dijelaskan di atas.

Gambar 2 Pelaksanaan Kewenangan Menteri Keuangan sebagai Pengelola Barang

(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.06/2014)

Penetapan status Penggunaan Barang Milik Negara (BMN) dilakukan dengan

tata cara sebagai berikut:

10 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

1. Pengguna Barang melaporkan Barang Milik Negara (BMN) yang diterimanya

kepada Pengelola Barang, disertai dengan usul Penggunaan.

2. Pengelola Barang meneliti laporan dari Pengguna Barang dan menetapkan

status penggunaannya.

Gambar 3 Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN

oleh Pengelola Barang (Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.06/2014)

Di samping itu, ada Pengguna Barang yaitu Pejabat pemegang kewenangan

penggunaan Barang Milik Negara (BMN), yang dalam hal ini Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) atau Menteri/Pimpinan Lembaga lainnya.

Dengan demikian, Menteri PUPR(Menteri/Pimpinan Lembaga lainnya) selaku

Pengguna Barang memiliki kewenangan dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Menetapkan status Penggunaan BMN yang berada dalam penguasaannya.

2. Mengajukan permohonan penetapan status Penggunaan BMN kepada

Pengelola Barang, termasuk penetapan status Penggunaan BMN untuk

dioperasikan oleh pihak lain.

3. Mengajukan permohonan persetujuan Penggunaan BMN kepada Pengelola

Barang.

4. Mengajukan permohonan persetujuan alih status Penggunaan BMN kepada

Pengelola Barang.

5. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas Penggunaan BMN yang

berada dalam penguasaannya.

Kewenangan dan tanggung jawab Menteri PUPR (Menteri/ Pimpinan Lembaga)

selaku Pengguna Barang secara fungsional dilaksanakan oleh Pejabat Eselon I

yang membidangi pengelolaan BMN pada Kementerian PUPR (Kementerian/

Lembaga yang bersangkutan). Di samping itu, Menteri PUPR (Menteri/Pimpinan

Lembaga) dapat juga menunjuk Pejabat di lingkungan Kantor Pusat dan/atau

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 11

Pejabat di lingkungan Instansi Vertikal untuk melaksanakan kewenangan dan

tanggung jawabnya selaku Pengguna Barang sebagaimana dijelaskan di atas.

Gambar 4 Pelaksanaan Kewenangan Menteri PUPR sebagai Pengguna Barang

(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.06/2014)

Penetapan status Penggunaan BMN tidak dilakukan terhadap:

1. Barang Milik Negara/Daerah, yang berupa: (i) barang persediaan; (ii)

konstruksi dalam pengerjaan; atau (iii) barang yang dari awal

pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan.

2. Barang Milik Negara yang berasal dari dana dekonsentrasi dan dana

penunjang tugas pembantuan, yang direncanakan untuk diserahkan.

3. Barang Milik Negara lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola

Barang.

4. Barang Milik Daerah lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur/

Bupati/Walikota.

Rumah Khusus sebagai Barang Milik Negara merupakan barang persediaan, dan

juga dari awal pengajuan usulan (pada tahap perencanaan) direncanakan untuk

dihibahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota sehingga tidak perlu

dilakukan penetapan status Penggunaan Rumah Khusus terlebih dahulu, tetapi

akan dilakukan pada saat yang bersamaan dengan proses serah terima asetnya.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 tentang Pen-

delegasian Kewenangan dan Tanggung Jawab Tertentu dari Pengelola Barang

kepada Pengguna Barang, dijelaskan bahwa Pengelola Barang Milik Negara

dapat mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab tertentu kepada

12 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang, terutama dalam penetapan status

Penggunaan atas Barang Milik Negara dan Hibah Barang Milik Negara (yang

nilainya kurang dari Rp. 10 Milyar). Dalam hal Rumah Khusus sebagai BMN,

penetapan status Penggunaannya dilakukan melalui pendelegasian kewenangan

dan tanggung jawab dari Menteri Keuangan (Pengelola Barang) kepada Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Pengguna Barang).

Selanjutnya, pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab tersebut harus

dilaksanakan oleh Menteri PUPR atau Menteri/ Pimpinan Lembaga selaku

Pengguna Barang. Namun dalam pelaksanaannya, kewenangan dan tanggung

jawab tersebut secara fungsional akan dilakukan oleh Sekretaris Jenderal, atau

Sekretaris Kementerian, atau Sekretaris Utama pada Kementerian/Lembaga,

termasuk Kantor Menteri Koordinator atau Kantor Menteri Negara.

Gambar 5 Pendelegasian Kewenangan Menteri Keuangan

(Pengelola Barang) kepada Menteri PUPR (Pengguna Barang) (Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 4/PMK.06/2015)

Barang Milik Negara yang telah ditetapkan status penggunaannya pada

Pengguna Barang dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya

dalam jangka waktu tertentu tanpa harus mengubah status Penggunaan Barang

Milik Negara tersebut, setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari

Pengelola Barang (Menteri Keuangan). Adapun Barang Milik Daerah yang telah

ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang dapat digunakan

sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka waktu tertentu tanpa

harus mengubah status Penggunaan Barang Milik Daerah tersebut setelah

terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Gubernur/ Bupati/Walikota.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 13

Barang Milik Negara dapat dialihkan status penggunaannya dari Pengguna

Barang kepada Pengguna Barang lainnya untuk penyelenggaraan tugas dan

fungsi berdasarkan persetujuan Pengelola Barang. Pengalihan status Peng-

gunaan Barang Milik Negara dapat pula dilakukan berdasarkan inisiatif dari

Pengelola Barang dengan terlebih dahulu memberitahukan maksudnya tersebut

kepada Pengguna Barang.

Gambar 6 Pengalihan Status Penggunaan BMN/BMD dari Pengguna Barang (Lama) kepada Pengguna Barang (Baru) (Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.06/2014)

Barang Milik Daerah juga dapat dialihkan status penggunaannya dari Pengguna

Barang kepada Pengguna Barang lainnya untuk penyelenggaraan tugas dan

fungsi berdasarkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, atau berdasarkan

inisiatif dari Gubernur/ Bupati/ Walikota, dengan terlebih dahulu memberi-

tahukan maksudnya tersebut kepada Pengguna Barang.

Penetapan status Penggunaan Barang Milik Negara/ Daerah berupa tanah

dan/atau bangunan dilakukan dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau

bangunan tersebut diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan

fungsi dari Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang yang

bersangkutan. Dalam hal ini, Pengguna Barang wajib menyerahkan Barang Milik

Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam

penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang, kepada:

1. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara.

2. Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang Milik Daerah, untuk

Barang Milik Daerah.

14 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Bagi Pengguna Barang yang tidak menyerahkan Barang Milik Negara berupa

tanah dan/atau bangunan yang telah ditetapkan sebagai Barang Milik Negara,

tetapi tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna

Barang akan dikenakan sanksi berupa:

1. Pembekuan dana pemeliharaan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau

bangunan tersebut.

2. Penundaan penyelesaian atas usulan Pemanfaatan, Pemindahtanganan,

atau Penghapusan Barang Milik Negara.

Begitu pula, bagi Pengguna Barang yang tidak menyerahkan Barang Milik

Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang kepada

Gubernur/Bupati/Walikota, maka akan dikenakan sanksi berupa pembekuan

dana pemeliharaan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan

tersebut. Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi kepada Pengguna

Barang yang tidak menyerahkan Barang Milik Negara (BMN) diatur secara

tersendiri melalui Peraturan Menteri Keuangan.

Selanjutnya, tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan atau tidak

dimanfaatkan akan dicabut penetapan status penggunaannya oleh:

1. Pengelola Barang (Menteri Keuangan), untuk Barang Milik Negara.

2. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Pengelola Barang kemudian menetapkan Barang Milik Negara yang harus

diserahkan oleh Pengguna Barang karena tidak digunakan untuk kepentingan

penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna

Barang dan tidak dimanfaatkan oleh Pihak Lain. Adapun Gubernur/Bupati/

Walikota menetapkan Barang Milik Daerah yang harus diserahkan oleh

Pengguna Barang karena tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan

tugas dan fungsi Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan tidak

dimanfaatkan oleh Pihak Lain.

Dalam menetapkan penyerahan BMN/BMD, Pengelola Barang Milik Negara

atau Gubernur/Bupati/Walikota perlu memperhatikan:

1. Standar kebutuhan tanah dan/atau bangunan untuk menyelenggarakan dan

menunjang tugas dan fungsi instansi bersangkutan.

2. Hasil audit atas penggunaan tanah dan/atau bangunan.

3. Laporan, data, dan informasi yang diperoleh dari sumber lain.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 15

Gambar 7 Pencabutan Status Penggunaan BMN/BMD dan Penetapan Penyerahan BMN/BMD

(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.06/2014)

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa rumah khusus sebagai Barang Milik Negara

merupakan barang persediaan, dan juga dari awal pengajuan usulan (pada

tahap perencanaan) direncanakan untuk dihibahkan kepada Pemerintah Daerah

Kabupaten/ Kota sehingga tidak perlu dilakukan penetapan status Penggunaan

Rumah Khusus terlebih dahulu, tetapi akan dilakukan pada saat yang

bersamaan dengan proses serah terima asetnya. Namun, dalam pengelolaan

rumah khusus sebagai Barang Milik Negara, tetap harus dilakukan penata-

usahaan, yang merupakan rangkaian kegiatan meliputi pembukuan, inven-

tarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan (Peraturan Pemerintah Nomor 27/2014 tentang

Pengelolaan BMN/BMD dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016

tentang Penatausahaan BMN).

Kegiatan Penatausahaan Rumah Khusus

Kegiatan penatausahaan Rumah Khusus ini mengacu pada Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara

(BMN), yang menjelaskan bahwa lingkup kegiatan penatausahaan Rumah Khusus ini

terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu:

1. Pembukuan, yang terdiri atas kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN

ke dalam Daftar Barang.

2. Inventarisasi, yang terdiri atas kegiatan pendataan, pencatatan, dan

pelaporan hasil pendataan BMN.

16 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

3. Pelaporan, yang terdiri atas kegiatan penyusunan dan penyampaian data

dan informasi BMN secara semesteran dan tahunan.

Adapun kegiatan penatausahaan Rumah Khusus ini secara keseluruhan dapat

digambarkan dalam bentuk skema, sebagaimana dapat dilihat pada gambar

skema berikut ini.

Gambar 8 Skema Kegiatan Penatausahaan

(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK.06/2016)

Penatausahaan Rumah Khusus yang berada di Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat dilaksanakan oleh:

1. UAKPB (Unit Akutansi Kuasa Pengguna Barang).

2. UAPPB-E1 (Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang-Eselon I).

3. UAPB (Unit Akutansi Pengguna Barang).

Struktur organisasi penatausahaan Rumah Khusus di Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat adalah sebagai berikut:

1. Unit Akutansi Pengguna Barang (UAPB)

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 17

UAPB adalah unit penatausahaan pada tingkat Kementerian Negara/

Lembaga yang secara fungsional dilakukan oleh Unit Eselon-I yang

membidangi kesekretariatan, Unit Eselon-II, Unit Eselon-III dan Unit Eselon-

IV yang membidangi BMN. Adapun Penanggung jawab UAPB adalah

Menteri Pekerjan Umum dan Perumahan Rakyat. UAPB ini membawahi

UAPPB-E1 dan UAKPB.

2. Unit Akutansi Pembantu Pengguna Barang–EselonI (UAPPB-E1)

UAPPB-E1 adalah unit penatausahaan pada tingkat Eselon-I, yang secara

fungsional dilakukan oleh Unit Eselon-II yang membidangi kesekretariatan,

Unit Eselon-III dan Unit Eselon-IV yang membidangi BMN. Adapun Penang-

gung jawab UAPPB-E1 adalah Pejabat Eselon-I, yaitu Direktur Jendral

Penyediaan Perumahan. UAPPB-E1 ini membawahi UAKPB.

3. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB)

UAKPB adalah unit penatausahaan pada tingkat Satuan Kerja (Kuasa

Pengguna Barang), yang secara fungsional dilakukan oleh Unit Eselon-III,

dan Eselon-IV yang membidangi kesekretariatan dan/atau BMN. Penang-

gung jawab UAKPB adalah Kepala Kantor/ Kepala Satuan Kerja, yaitu

Direktur Rumah Khusus.

Adapun bagan struktur organisasi penatausahaan adalah sebagai berikut:

Gambar 9 Bagan Organisasi Secara Keseluruhan (Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK.06/2016)

18 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Gambar 10 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi Pengguna Barang

(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK.06/2016)

Gambar 11 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon-I (UAPPB-E1)

(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK.06/2016)

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 19

Gambar 12 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi

Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPB)

(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK.06/2016)

Tugas Pelaksana Penatausahaan dijabarkan sebagai berikut:

1. Tingkat Unit Akutansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB)

UAKPB bertugas menyelenggarakan penatausahaan Rumah Khusus pada

Kuasa Pengguna Barang, meliputi:

a. Menyusun Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP).

b. Melakukan Pembukuan Rumah Khusus:

Membukukan dan mencatat semua Rumah Khusus ke dalam Kartu

Identitas Barang (KIB).

Membukuan dan mencatat mutasi Rumah Khusus ke dalam Buku

Barang dan/atau KIB.

Membukukan dan mencatat hasil inventarisasi ke dalam Buku

Barang dan/ atau KIB.

Menyusun Daftar Barang yang datanya berasal dari Buku Barang

dan KIB.

Mencatat perubahan kondisi barang ke dalam Buku Barang.

c. Melakukan inventarisasi Rumah Khusus yang berada dalam penguasa-

annya sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.

d. Melakukan rekonsiliasi data Rumah Khusus dengan Unit Akuntansi

Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).

e. Melakukan rekonsiliasi antara Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP)

pada UAKPB dan Daftar Barang Milik Negara – Kantor Daerah (DBMN-

KD) per Kementerian pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

Lelang (KPKNL) jika diperlukan oleh Pengelola Barang.

f. Melakukan Pelaporan Rumah Khusus, meliputi:

20 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Menyampaikan DBKP untuk pertama kali kepada UAPPB-E1 dan

KPKNL.

Menyampaikan mutasi Rumah Khusus pada DBKP secara periodik

kepada UAPPB-E1 dan KPKNL.

Menyusun dan menyampaikan Laporan Hasil Inventarisasi (LHI)

Rumah Khusus kepada UAPPB-E1 dan KPKNL.

Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna

(LBKP) semesteran dan tahunan secara periodik kepada UAPPB-E1

dan KPKNL.

Menyusun dan menyampaikan Laporan Kondisi Barang (LKB) secara

periodik kepada UAPPB-E1 dan tembusan ke KPKNL.

g. Melakukan pengamanan dokumen, meliputi:

Menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan rumah khusus berupa

tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya.

Menyimpan asli dan/atau fotokopi dokumen penatausahaan rumah

khusus.

2. Tingkat Unit Akutansi Pembantu Pengguna Barang Eselon-I (UAPPB-E1)

UAPPB-E1 bertugas menyelenggarakan penatausahaan Rumah Khusus pada

tingkat Eselon-I, meliputi:

a. Menyusun Daftar Barang Pengguna Eselon-I (DBP-E1).

b. Melakukan pembukuan rumah khusus, meliputi:

Mendaftar dan mencatat semua Rumah Khusus dan PSU ke dalam

Daftar Barang, yang berasal dari UAKPB yang berada di lingkungan

Unit Eselon-I yang bersangkutan.

Mendaftar dan mencatat mutasi Rumah Khusus ke dalam Daftar

Barang yang berasal dari UAKPB yang berada di lingkungan Unit

Eselon-I yang bersangkutan.

Mendaftar dan mencatat hasil inventarisasi Rumah Khusus dan PSU

ke dalam Daftar Barang, yang datanya berasal dari UAKPB yang

berada di lingkungan Unit Eselon-I yang bersangkutan.

c. Mengkoordinasikan pelaksanaan inventarisasi rumah khusus dan BMN

di lingkungan Unit Eselon-I yang bersangkutan.

d. Melakukan pelaporan rumah khusus, meliputi:

Menyampaikan DBP-E1 untuk pertama kali kepada UAPB.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 21

Menyampaikan mutasi rumah khusus dan PSU pada DBP-E1 secara

periodik kepada UAPB.

Menyusun dan menyampaikan LHI Rumah Khusus yang datanya

berasal dari UAKPB kepada UAPB dengan tembusan kepada Kantor

Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN).

Menyusun Laporan Barang Pengguna Eselon-I (LBP-E1) semesteran

dan tahunan secara periodik yang datanya berasal dari UAKPB

kepada UAPB dengan tembusan kepada Kantor Pusat DJKN.

Menyusun dan menyampaikan Laporan Kondisi Barang (LKB)

kepada UAPB secara periodik dengan tembusan kepada Kantor

Pusat DJKN.

e. Melakukan pemutakhiran data dalam rangka penyusunan LBP-E1

semesteran dan tahunan dengan UKPB di wilayah kerjanya, jika

diperlukan oleh UAPPB-E1.

f. Melakukan pembinaan penatausahaan rumah khusus kepada UAKPB di

wilayah kerjanya.

g. Melakukan pengamanan dokumen, meliputi:

Menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan rumah khusus berupa

tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya.

Menyimpan asli dan/atau fotokopi dokumen penatausahaan rumah

khusus.

3. Tingkat Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB)

UAPB bertugas menyelenggarakan penatausahaan rumah khusus pada

tingkat pusat, meliputi:

a. Menyusun Daftar Barang Pengguna (DBP).

b. Melakukan pembukuan, meliputi:

Mendaftarkan dan mencatat semua rumah khusus ke dalam Daftar

Barang yang datanya berasal dari UAPPB-E1.

Mendaftarkan dan mencatat mutasi rumah khusus ke dalam Daftar

Barang yang datanya berasal dari UAPPB-E1.

Mendaftar dan mencatat hasil inventarisasi rumah khusus ke dalam

DBP yang datanya berasal dari UAPPB-E1.

c. Mengkoordinasi pelaksanaan inventarisasi rumah khusus.

d. Melakukan rekonsiliasi DBP pada UAPB dengan DBMN per Kementerian

pada Kantor Pusat DJKN jika diperlukan.

22 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

e. Melakukan pelaporan rumah khusus, meliputi:

Menyampaikan DBP untuk pertama kali kepada Menteri Keuangan

c.q. Kantor Pusat DJKN.

Menyampaikan mutasi Rumah Khusus pada DBP secara periodik

kepada Menteri Keuangan c.q. Kantor Pusat DJKN.

Menyampaikan mutasi Rumah Khusus dan PSU pada DBP secara

periodik kepada Menteri Keuangan c.q. Kantor Pusat DJKN.

Menghimpun dan menyampaikan LHI Rumah Khusus dan PSU yang

datanya berasal dari UAPPB-E1 kepada Menteri Keuangan c.q.

Kantor Pusat DJKN.

Meyusun Laporan Barang Pengguna (LBP) semesteran dan tahunan

secara periodik, yang datanya berasal dari UAPPB-E1 dan menyam-

paikan kepada Menteri Keuangan c.q. Kantor Pusat DJKN.

Menyususn LKB yang datanya berasal dari UAPPB-E1 dan

menyampaikan secara periodik kepada Menteri Keuangan c.q.

Kantor Pusat DJKN.

f. Melakukan pemutakhiran data dalam rangka penyusunan LBP

semesteran dan tahunan dengan UAPPB-E1, jika diperlukan oleh UAPB.

g. Melakukan pemutakhiran dan/atau rekonsiliasi data dalam rangka

penyusunan LBMN semesteran dan tahunan dengan Kantor Pusat DJKN.

h. Melakukan pembinaan penatausahaan rumah khusus kepada UAPPB-E1

di wilayah kerjanya.

i. Melakukan pengamanan dokumen, meliputi:

Menyimpan fotokopi/salinan dokumen kepemilikan rumah khusus

berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam

penguasaannya.

Menyimpan asli dan/atau fotokopi dokumen penatausahaan rumah

khusus.

Tata Cara Penatausahaan

Tatacara penatausahaan rumah khusus dilakukan melalui tahapan kegiatan

sebagai berikut:

1. Pembukuan

Pembukuan dilakukan dengan maksud agar semua rumah khusus yang

berada dalam penguasaan Kementerian PUPR dapat tercatat dengan baik.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 23

Tugas dari Pelaksana Penatausahaan dalam hal pembukuan rumah khusus

di antaranya sebagai berikut :

a. Melakukan pendaftaran dan pencatatan rumah khusus ke dalam Daftar

Barang menurut penggolongan dan kodefikasi barang. Pendaftaran dan

pencatatan Rumah Khusus dan PSU ini berkaitan dengan kegiatan

pengelolaan, meliputi: Penggunaan; Pemanfaatan; Pemindahtanganan;

dan Penghapusan.

Pendaftaran rumah khusus ke dalam Daftar Barang pada Pengguna

Barang yang selanjutnya untuk disampaikan kepada Pengelola Barang.

Pencatatan rumah khusus ke dalam Buku Barang pada Kuasa Pengguna

Barang yang untuk selanjutnya disampaikan kepada Pengelola Barang.

b. Melaporkan rumah khusus yang didaftarkan dan dicatat dalam Daftar

Barang kepada Pelaksana Penatausahaan pada Pengelola Barang

apabila terdapat perubahan data terkait dengan pengelolaan sesuai

dengan jenjang kewenangan masing-masing. Pelaporan ini diseuaikan

dengan periode pelaporan.

c. Menyimpan dokumen kepemilikan rumah khusus selain tanah dan/atau

bangunan yang berada dalam penguasaannya.

d. Melakukan penggolongan dan kodefikasi untuk setiap satuan rumah

khusus.

Adapun Daftar Barang sebagaimana disebutkan di atas disajikan dalam

bentuk :

a. Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP),yaitu daftar barang yang status

penggunaannya berada pada Kuasa Pengguna Barang yang disusun oleh

UAKPB;

b. Daftar Barang Pengguna Eselon I (DBP-E1), yang berupa gabungan

daftar barang dari masing-masing UAKPB yang berada di wilayah

kerjanya yang disusun oleh UAPPB-E1;

c. Daftar Barang Pengguna (DBP),yang berupa gabungan daftar barang

dari masingmasing UAPPB-E1, UAKPB yang berada pada wilayah

kerjanya.

Buku Barang Rumah Khusus, terdiri atas:

a. Buku Barang Intrakompatabel.

b. Kartu Identitas Barang (KIB): KIB tanah dan KIB bangunan.

24 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Tatacara pembukuan rumah khusus adalah melalui prosedur seperti tertera

berikut ini:

a. Proses pertama kali:

1) Membukukan dan mencatat semua rumah khusus yang telah ada ke

dalam Buku Barang dan/atau Kartu Indentitas Barang.

2) Menyusun dan mendaftarkan semua rumah khusus ke dalam DBKP.

3) Meminta pengesahan DBKP pertama kali kepada penanggung jawab

UAKPB.

b. Proses rutin:

1) Membukukan dan mencatat data rumah khusus ke dalam Buku

Barang Intrakomptabel;

2) Membukukan dan mencatat semua barang dan perubahannya atas

perpindahan barang antar lokasi;

3) Membuat dan/atau memutakhirkan KIB;

4) Membukukan dan mencatat perubahan kondisi barang ke dalam

Buku Barang Intrakomptabel berdasarkan dokumen sumber;

5) Mengarsipkan dokumen penatausahaan dan dokumen kepemilikan

rumah khusus secara tertib.

c. Proses Bulanan:

Melakukan rekonsiliasi data transaksi rumah khusus dengan UAKPA

dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen.

d. Proses Semesteran :

1) Mencatat setiap perubahan data rumah khusus ke dalam DBKP

berdasarkan data dari Buku Barang dan KIB.

2) Meminta pengesahan DBKP kepada penanggung jawab UAKPB.

3) Melakukan rekonsiliasi atas DBKP dengan DBMN-KD pada KPKNL,

jika diperlukan.

e. Proses Akhir Periode Pembukuan:

1) Menginstruksikan kepada setiap Penanggungjawab untuk melaku-

kan pengecekan ulang kondisi rumah khusus.

2) Mencatat perubahan kondisi rumah khusus yang telah disahkan ke

dalam DBKP serta Buku Barang dan KIB.

3) Melakukan proses back up data dan tutup tahun.

f. Proses Lainnya

Membukukan dan mencatat hasil inventarisasi ke dalam Buku Barang

dan/atau Kartu Identitas Barang.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 25

Inventarisasi

Maksud dari kegiatan inventarisasi adalah untuk mengetahui jumlah dan nilai

serta kondisi rumah khusus yang sebenarnya. Adapun tujuan inventarisasi

adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya data semua rumah khusus secara baik, dalam upaya

mewujudkan tertib administrasi dan tertib fisik.

2. Mempermudah pelaksanaan pengelolaan rumah khusus.

Kementerian PUPR melakukan inventarisasi yang berada pada penguasa-

annya, yaitu dengan:

a. Melalui pelaksanaan opname fisik sekurang-kurangnya sekali dalam 1

(satu) tahun, untuk Rumah Khusus dalam konstruksi, dalam pengerjaan.

b. Melalui pelaksanaan sensus barang sekurang-kurangnya 5 ( lima ) tahun

untuk rumah khusus.

Tugas dari Pelaksana Penatausahaan Kementerian PUPR dalam hal inventarisasi

diantaranya sebagaimana penjelasan di bawah ini:

1. Menyampaikan rencana pelaksanaan Inventarisasi kepada Menteri

Keuangan.

2. Menyampaikan laporan hasil inventarisasi kepada Menteri Keuangan paling

lama 3 (tiga) bulan setelah selesainya inventarisasi.

3. Pendaftaran, pencatatan dan/atau pemutakhiran Daftar Barang

berdasarkan hasil inventarisasi.

4. Bertanggung jawab penuh atas kebenaran materiil dari laporan hasil

pelaksanaan inventarisasi.

Dalam kegiatan inventarisasi, Menteri Keuangan melakukan monitoring dan

evaluasi atas kesesuaian rencana pelaksanaan Inventarisasi, setelah diterimanya

laporan hasil Inventarisasi dari Menteri PUPR. Monitoring dan evaluasi dilaku-

kan oleh Menteri Keuangan secara berjenjang.

Apabila evaluasi hasil monitoring ditemukan ketidak sesuaian, Menteri

Keuangan menyampaikan kepada Menteri PUPR untuk ditindak-lanjuti sesuai

ketentuan. Pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan inventarisasi

harus menyertakan penjelasan atas setiap perbedaan antara data rumah khusus

dalam daftar barang dan hasil inventarisasi.

Tatacara inventarisasi rumah khusus adalah melalui prosedur yang tertera

sebagai berikut:

26 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

1. Tahap persiapan

a. Dalam pelaksanaan inventarisasi, dapat dibentuk Tim Inventarisasi yang

dikoordinir oleh Kanwil DJKN dan dapat dibantu oleh Unit Kerja lain

pada KPKN.

b. Menyusun rencana kerja pelaksanaan inventarisasi.

c. Mengumpulkan dokumen sumber.

d. Melakukan pemetaan pelaksanaan inventarisasi.

e. Menyiapkan kertas kerja inventarisasi beserta tata cara pengisiannya.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan melalui:

a. Tahap pendataan:

Menghitung jumlah barang.

Meneliti kondisi barang (baik, rusak ringan atau rusak berat).

Menempelkan label registrasi sementara pada rumah khusus yang

telah dihitung.

Mencatat hasil inventarisasi trsebut pada Kertas Kerja Inventarisasi.

b. Tahap identifikasi:

Pemberian nilai rumah khusus sesuai Standar Akuntansi

Pemerintahan.

Mengelompokkan rumah khusus dan memberikan kode barang

sesuai penggolongan dan kodefikasi barang.

Pemisahan barang-barang berdasarkan kategori kondisi.

Meneliti kelengkapan/ eksistensi barang dengan membandingkan

data hasil inventarisasi dan data awal/dokumen sumber.

c. Tahap pelaporan:

Menyusun daftar barang yang telah diinventarisasi berdasarkan

data kertas kerja dan hasil identifikasi, dengan kriteria: rumah baik

dan rusak ringan, rumah yang rusak berat, rumah yang tidak

diketemukan/hilang, serta rumah yang berlebih.

Membuat surat pernyataan kebenaran hasil inventarisasi.

Menyusun laporan hasil inventarisasi.

Meminta pengesahan atas Laporan Hasil Inventarisasi beserta

Daftar Barang Inventarisasi dan Surat Pernyataan kepada

Penanggung jawab KPKNL.

Menyampaikan laporan hasil inventarisasi kepada Kanwil DJKN.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 27

d. Tahap evaluasi/tindak lanjut:

Membukukan dan mendaftarkan hasil inventarisasi pada Buku

Barang dan DBMN-KD.

Pelaporan

Maksud pelaporan adalah agar semua data dan informasi mengenai rumah

khusus dapat disajikan dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan

dengan akurat guna mendukung pelaksanaan pengambilan keputusan dalam

rangka pengelolaan rumah khusus dan sebagai bahan penyusunan Neraca

Pemerintah Pusat. Jenis laporan dalam penatausahaan, dalam hal laporan

rumah khusus terdiri atas hal-hal berikut ini:

1. Laporan Barang Kuasa Pengguna.

2. Laporan Barang Pengguna Eselon-I.

3. Laporan Barang Pengguna.

Jenis pelaporan untuk Rumah Khusus dan PSU terdiri dari pelaporan:

1. Di tingkat UAKPB

UAKPB menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) yang terdiri atas:

a. LBKP semesteran, menyajikan posisi rumah khusus pada awal dan akhir

semester serta mutasi yang terjadi selama satu semester.

b. LBKP tahunan, menyajikan posisi rumah khusus pada awal dan akhir

tahun serta mutasi yang terjadi selama tahun tersebut.

UAKPB wajib menyampaikan LBKP kepada UAPPB-E1 dan KPKN.

2. Di tingkat UAPPB-E1

UAPPB-E1 menyusun Laporan Barang Pengguna Eselon-I (LBP-E1) yang

terdiri atas:

a. LBP-E1 semesteran, menyajikan posisi rumah khusus pada awal dan

akhir suatu semester serta mutasi yang tejadi selama semester

tersebut.

b. LBP-E1 tahunan menyajikan LBP-E1 kepada UAPB dan Kantor Pusat

DJKN.

3. Di tingkat UAPB

UAPB menyusun Laporan Barang Pengguna (LBP) yang terdiri atas:

a. LBP semesteran, menyajikan posisi rumah khusus pada awal dan akhir

suatu semester serta mutasi yang terjadi selama semester tersebut.

28 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

b. LBP tahunan, menyajikan posisi rumah khusus pada awal dan akhir

tahun serta mutasi yang terjadi selma tahun tersebut.

c. LBP tahunan audited, menyajikan posisi rumah khusus pada awal dan

akhir tahun serta mutasi yang terjadi selama tahun tersebut setelah

dilakukan audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

LBP wajib disampaikan kepada Kantor Pusat DJKN, disertai Surat

Pengantar yang ditandatangani oleh Pejabat yang berwewenang.

Tatacara pelaporan Rumah Khusus dan PSU adalah melalui prosedur di bawah

ini:

1. Proses Pertama Kali

Menyampaikan DBKP yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAKPB,

yang berisi semua rumah khusus yang telah ada sebelum diterbitkannya

Peraturan Menteri Keuangan ini beserta ADK-nya untuk pertama kali

kepada UAPB-E1, atau UAPB dan KPKNL.

2. Proses Semesteran

a. Menyusun laporan mutasi rumah khusus pada DBKP berdasarkan data

transaksi rumah khusus.

b. Meminta pengesahan laporan mutasi rumah khusus.

c. Menyampaikan laporan mutasi rumah khusus pada DBKP yang telah

disahkan oleh penanggung jawab UAKPB beserta ADK-nya kepada

UAPB-E1, atau UAPB dan KPKNL.

d. Menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) yang

datanya berasal dari Buku Barang, KIB, dan DBKP.

e. Meminta pengesahan LBKPS kepada Pejabat penanggung jawab UAKPB.

f. Menyampaikan LBKPS yang telah disahkan oleh penanggung jawab

UPKPB beserta Arsip Data Komputer (ADK)-nya secara periodik kepada

UAPB-E1, atau UAPB, dan KPKNL.

3. Proses Akhir Periode Pembukuan

a. Menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) yang

datanya berasal dari Buku Barang, KIB, dan Daftar Barang.

b. Meminta pengesahan LBKPT kepada Pejabat penanggung jawab UAKPB.

c. Menyampaikan LBKPT yang telah disahkan oleh penanggung jawab

UAKPB beserta ADK-nya secara periodik kepada UAPB-E1, atau UAPB

dan KPKNL.

d. Menyusun Laporan Kondisi Barang (LKB).

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 29

e. Meminta pengesahan LKB kepada Pejabat penanggung jawab UAKPB.

f. Menyampaikan LKB yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAKPB

secara tahunan kepada UAPB-E1, atau UAPB dengan tembusan kepada

KPKNL.

4. Proses Lainnya

a. Menyusun Laporan Hasil Inventarisasi (LHI) rumah khusus.

b. Meminta pengesahan LHI kepada Pejabat penanggung jawab UPKPB.

c. Menyampaikan LHI yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAKPB

kepada UAPB-E1, atau UAPB dan KPKNL.

D. Fasilitasi Pemanfaatan Rumah Khusus

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, serta Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peman-

faatan Barang Milik Negara, dijelaskan bahwa pemanfaatan Barang Milik Negara

(BMN) dapat dilaksanakan oleh:

1. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada dalam

penguasaannya.

2. Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk

Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang.

3. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik

Negara yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang.

4. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik

Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan

oleh Pengguna Barang, dan selain tanah dan/atau bangunan.

Pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN) tersebut dilaksanakan berdasarkan

pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan negara/daerah dan

kepentingan umum. Di samping itu, diatur juga mengenai bentuk pemanfaatan

atas Barang Milik Negara, yang mana seseorang atau kelompok masyarakat bisa

menghuni rumah yang dibangun oleh Pemerintah, yaitu dengan cara Sewa;

Pinjam Pakai; Kerja Sama Pemanfaatan; Bangun Guna Serah atau Bangun Serah

Guna; serta Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.

30 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Gambar 13 Bentuk Pemanfaatan BMN/BMD

(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan RI No. 78/PMK.06/2014)

1. Pemanfaatan BMN dengan cara Sewa, adalah pemanfaatan BMN oleh Pihak

lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.

2. Pemanfaatan BMN dengan cara Pinjam Pakai, adalah penyerahan peng-

gunaan BMN dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah dalam jangka

waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut

berakhir diserahkan kembali kepada Pengelola Barang/ Pengguna Barang.

3. Pemanfaatan BMN dengan cara Kerja Sama Pemanfaatan (KSP), adalah

pendayagunaan BMN oleh Pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam

rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber

pembiayaan lainnya.

4. Pemanfaatan BMN dengan cara Bangun Guna Serah (BGS), adalah

pemanfaatan BMN berupa tanah oleh Pihak lain dengan cara mendirikan

bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan

oleh Pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati,

untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau

sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.

5. Pemanfaatan BMN dengan cara Bangun Serah Guna (BSG), adalah

pemanfaatan BMN berupa tanah oleh Pihak lain dengan cara mendirikan

bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai

pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh Pihak lain tersebut

dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

6. Pemanfaatan BMN dengan cara Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur

(KSPI) adalah kerja sama antara Pemerintah dan Badan Usaha untuk

kegiatan penyediaan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 31

Bentuk-bentuk pemanfaatan Barang Milik Negara tersebut pada dasarnya tidak

dapat diberlakukan pada bangunan rumah khusus yang diselenggarakan oleh

Pemerintah pada saat ini. Namun dalam pengembangannya, ada beberapa

bentuk pemanfaatan BMN yang dapat dilaksanakan pada bangunan rumah

khusus, terutama pada pemanfaatan BMN dengan cara Pinjam Pakai, Bangun

Guna Serah (BGS), dan Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI).

E. Pengalihan Status Penggunaan Rumah Khusus

Bangunan rumah khusus sebagai Barang Milik Negara (BMN) dapat dialihkan

status penggunaannya dari Pengguna Barang kepada Pengguna Barang lainnya

untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi berdasarkan persetujuan Pengelola

Barang (mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.06/2014

tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara). Dalam

pelaksanaannya, apabila bangunan rumah khusus yang diusulkan oleh

Kementerian/ Lembaga lain, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan,

Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Pembangunan Desa

Tertinggal dan Transmigrasi, dan lain-lain, maka penyerahan bangunan rumah

khusus sebagai Barang Milik Negara dari Kementerian PUPR (sebagai penyedia/

pembangun rumah khusus) kepada Kementerian/Lembaga lain (sebagai

Pengusul dan Penerima Penyediaan Rumah Khusus) dilakukan melalui Alih

Status Rumah Khusus.

Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dan dilaksanakan adalah sebagai

berikut:

1. Pengalihan status Penggunaan BMN dilakukan antar Pengguna Barang

setelah terdapat permohonan dari Pengguna Barang lama dan disetujui

oleh Pengelola Barang.

2. Pengalihan status Penggunaan BMN dapat pula dilakukan berdasarkan

inisiatif dari Pengelola Barang dengan terlebih dahulu memberitahukan

maksudnya tersebut kepada Pengguna Barang.

3. Pengalihan status Penggunaan BMN dilakukan terhadap BMN yang masih

berada dalam penguasaan Pengguna Barang yang tidak digunakan lagi oleh

Pengguna Barang bersangkutan.

4. Pengalihan status Penggunaan BMN dilakukan tanpa kompensasi dan tidak

diikuti dengan pengadaan BMN pengganti.

32 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

5. BMN yang dialihkan status penggunaannya dilakukan penatausahaan dan

pemeliharaan oleh Pengguna Barang yang baru.

Rumah khusus yang merupakan alih status dari Kementerian PUPR kepada

Kementerian/Lembaga Pengusul (sebagai Penerima Penyediaan Rumah Khusus)

diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus yang dibangun di atas

tanah milik Kementerian/Lembaga Pengusul tersebut dengan sumber dana dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun, proses alih status

rumah khusus dari Kementerian PUPR kepada Kementerian/Lembaga Pengusul

tersebut harus dilakukan dalam rangka pengelolaan aset secara lengkap.

Pengelolaan rumah khusus yang dialih-statuskan ke Kementerian/Lembaga

Pengusul setelah FHO melalui proses sebagai berikut:

1. Penatausahaan Rumah Khusus dan PSU sebagai Barang Milik Negara

Kementerian PUPR.

2. Alih status Rumah Khusus dan PSU dari Kementerian PUPR menjadi milik

Kementerian /Lembaga Pengusul.

3. Penghapusan Rumah Khusus dan PSU di Kementerian PUPR.

4. Penatausahaan Rumah Khusus dan PSU di Kementerian/ Lembaga Pengusul.

5. Pemanfaatan.

6. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Rumah Khusus yang telah beralih status menjadi milik Kementerian/Lembaga

lain, untuk pengelolaan selanjutnya memakai aturan yang mengacu pada

ketentuan BMN. Pengelolaan Rumah Khusus dimulai setelah Kepala Satuan

Kerja di tingkat Pemerintah Pusat (Kementerian PUPR) melakukan serah terima

akhir Rumah Khusus atau pada tahap Final Hand Over (FHO). Penjelasan

mengenai kegiatan pengelolaan selanjutnya yang telah disebutkan di atas

dilakukan dengan cara di bawah ini.

Pelaksanaan Alih Status Rumah Khusus

Tahapan proses alih status Penggunaan Rumah Khusus yang bernilai kurang dari

Rp. 10 Milyar,- dari Kementerian PUPR (Direktorat Rumah Khusus, Ditjen.

Penyediaan Perumahan) kepada Kementerian/ Lembaga lain (Pengusul dan

Penerima Manfaat Rumah Khusus) secara garis besar adalah sebagai berikut:

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 33

1. Kementerian/Lembaga Pengusul mengajukan permohonan pengalihan

status rumah khusus kepada Kementerian PUPR, yang kemudian diteruskan

kepada Menteri Keuangan. Permohonan sekurang-kurangnya memuat:

a. Data rumah khusus yang akan dialihkan status penggunaannya, antara

lain jenis, nilai perolehan, lokasi, luas, dan tahun perolehan.

b. Calon Pengguna Barang baru, yaitu Kementerian/Lembaga Pengusul

Rumah Khusus.

c. Penjelasan serta pertimbangan pengalihan status Penggunaan Rumah

Khusus.

Permohonan pengalihan status Penggunaan Rumah Khusus tersebut harus

melampirkan:

a. Fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan Rumah Khusus.

b. Surat Pernyataan bermaterai cukup, yang ditandatangani oleh Calon

Pengguna Barang baru yang memuat kesediaan menerima pengalihan

status rumah khusus.

c. Fotokopi dokumen penganggaran, seperti Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA).

d. Fotokopi dokumen kepemilikan berupa sertifikat.

e. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

f. Fotokopi dokumen perolehan bangunan.

g. Fotokopi dokumen lainnya, seperti Berita Acara Serah Terima (BAST)

Pengadaan Rumah Khusus.

h. Fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST) Pengelolaan Sementara

Rumah Khusus, dalam hal rumah khusus secara fisik sudah tidak berada

dalam penguasaan Kementerian PUPR.

Dalam hal rumah khusus yang belum memiliki dokumen kepemilikan dan

belum memiliki IMB, maka dokumen kepemilikan dan dokumen penunjang

lainnya diganti dengan:

a. Fotokopi dokumen kepemilikan/penguasaan, seperti Akta Jual Beli

(AJB), Girik, Letter C, Berita Acara Serah Terima (BAST) terkait dengan

perolehan barang, dan ledger jalan.

b. Surat Pernyataan Tanggung Jawab bermaterai cukup yang ditanda-

tangani oleh Pejabat Struktural yang berwenang di lingkungan unit

organisasi Eselon-I pada Kementerian/Lembaga yang bersangkutan,

34 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

yang menyatakan bahwa tanah tersebut digunakan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga.

c. Surat Keterangan dari Lurah/Camat setempat yang memperkuat

pernyataan di atas, jika ada.

d. Surat Permohonan Pendaftaran Hak Atas Tanah dari Satuan Kerja pada

Kementerian/Lembaga kepada Kantor Pertanahan, jika ada.

e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab bermeterai cukup yang ditanda-

tangani oleh Pejabat Struktural yang berwenang pada Kementerian/

Lembaga yang bersangkutan, yang menyatakan bahwa bangunan

tersebut digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi dari

Kernenterian/ Lembaga.

f. Kementerian Pengusul yang telah menjadi Pengguna Rumah Khusus

wajib tetap menyelesaikan pengurusan dokumen kepemilikan dan

dokumen pendukung lainnya.

2. Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang melakukan penelitian terhadap

pengajuan pengalihan status penggunaan rumah khusus tentang keleng-

kapan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan.

3. Menteri Keuangan memberikan persetujuan pengalihan status Penggunaan

Rumah Khusus dalam bentuk Surat Persetujuan dengan mendasarkan pada

hasil penelitian. Apabila nilai Rumah Khusus lebih dari Rp. 10 Milyar,- maka

harus meminta Persetujuan dari Presiden.

Surat Persetujuan setidaknya memuat hal-hal berikut ini:

a. Data rumah khusus yang akan dialihkan status penggunaannya.

b. Pengguna Barang lama dan Pengguna Barang baru.

c. Kewajiban Pengguna Barang lama untuk melakukan serah terima

rumah khusus kepada Pengguna Barang baru yang dituangkan dalam

Berita Acara Serah Terima (BAST).

d. Kewajiban Pengguna Barang lama untuk melakukan penghapusan

rumah khusus dari Daftar Barang pada Pengguna Barang dengan

menerbitkan Keputusan Penghapusan.

4. Setelah Menteri Keuangan memberikan persetujuan alih status, kemudian

ditindaklanjuti dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Menteri PUPR melakukan serah terima rumah khusus kepada

Kementerian/Lembaga Pengusul, yang dituangkan dalam Berita Acara

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 35

Serah Terima (BAST), paling lama 1 (satu) bulan sejak persetujuan alih

status Penggunaan Rumah Khusus.

b. Menteri PUPR melakukan penghapusan atas rumah khusus yang

dialihkan status penggunaannya kepada Kementerian/Lembaga

Pengusul dari Daftar Barang pada Pengguna Barang dengan

menetapkan Keputusan Penghapusan Rumah Khusus dan PSU paling

lama 2 (dua) bulan sejak tanggal Berita Acara Serah Terima (BAST).

c. Berita Acara Serah Terima (BAST) dan Keputusan Penghapusan Rumah

Khusus dilaporkan kepada Menteri Keuangan dengan tembusan kepada

Kementerian/Lembaga Pengusul paling lama 1 (satu) bulan sejak

Keputusan Penghapusan ditetapkan.

d. Kementerian/Lembaga Pengusul melakukan pembukuan dalam aplikasi

Penatausahaan Rumah Khusus berdasarkan Surat Persetujuan

Pengalihan Status Penggunaan Rumah Khusus, Berita Acara Serah

Terima (BAST) dan Keputusan Penghapusan BMN.

e. Menteri Keuangan menerbitkan Keputusan Penetapan Status

Penggunaan Rumah Khusus kepada Kementerian/ Lembaga Pengusul.

Proses alih status Rumah Khusus dari Menteri PUPR kepada Menteri/ Kepala

Lembaga Pengusul dapat dilihat dan dicermati juga pada gambar berikut ini.

Gambar 14 Skema Proses Penetapan Status dan Alih Status Rumah Khusus

(Sumber: Direktorat Rumah Khusus, Tahun 2017)

36 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Dalam rangka proses Alih Status Rumah Khusus tersebut, Satker/PPK dan Pihak

terkait di Lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan menyiapkan

dokumen sebagai berikut:

1. Catatan Ringkas Barang (CRB) dari Satuan Kerja dengan outline sebagai

berikut:

a. Dasar pelaksanaan usulan.

b. Penerima aset dan peruntukan.

c. Nilai aset (Nomor Kontrak, Pelaksana, Nilai).

d. Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Aset.

2. Surat Pengesahan DIPA oleh Kepala Satuan Kerja.

3. Term of Referance (TOR) dibuat oleh Sub Direktorat Perencanaan,

Direktorat Rumah Khusus.

4. Dokumen Kontrak DED, jika tidak ada DED, dapat berupa Surat Pertanggung

jawaban Mutlak.

5. Dokumen Addendum Kontrak DED dari Sub Direktorat Perencanaan,

Direktorat Rumah Khusus (jika ada).

6. Dokumen Kontrak Fisik dan Addendum Kontrak oleh Satuan Kerja.

7. Dokumen Kontrak Manajemen Konstruksi (MK) dan Addendum Kontrak

oleh Satuan Kerja.

8. Dokumen Kontrak Manajemen Pusat (KMP) dan Addendum Kontrak oleh

Direktorat Rumah Khusus.

9. Berita Acara PHO.

10. Berita Acara FHO.

11. Data Pendukung Informasi oleh Petugas BMN Satuan Kerja yang

bersangkutan.

12. As Build Drawing oleh Penyedia Konstruksi.

13. Dokumentasi BMN oleh Penyedia Konstruksi.

14. SK Pengelola BMN oleh Kepala Satuan Kerja (UAKPB).

15. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau Surat Keterangan Dalam Proses

Pembuatan oleh Kepala Satuan Kerja.

16. Berita Acara Inventarisasi BMN yang akan dihibahkan oleh Kepala Satuan

Kerja.

Dokumen-dokumen persyaratan yang disiapkan oleh Kementerian/Lembaga

Pengusul atau Penerima Penyediaan Rumah Khusus dalam rangka proses Alih

Status Rumah Khusus tersebut, meliputi:

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 37

1. Fotokopi Sertifikat Tanah atau Surat Keterangan Dalam Proses atau Surat

Keterangan dari Lurah dan Camat bahwa Tanah Tempat Membangun dalam

Penguasaan Kementerian/ Lembaga, dan Tidak Dalam Sengketa.

2. Surat Keterangan dari Pemerintah Daerah bahwa lokasi pembangunan

sesuai dengan RTRW.

3. Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Alih Status Rumah Khusus, yang

ditandatangani oleh Menteri/ Kepala Lembaga, bermaterai secukupnya.

Keseluruhan daftar kelengkapan data-data pendukung untuk Alih Status Rumah

Khusus ini dapat dilihat dan dicermati pada tabel berikut ini.

Tabel 2 Daftar Kelengkapan Data Pendukung untuk Alih Status Penggunaan Rumah Khusus (BMN)

No. Uraian Kelengkapan Keterangan

1. Surat Pengantar Penyampaian Dokumen Usulan Internal (Satker/Struktural)

2. Catatan Ringkas Barang (CRB) Internal (Satker/Struktural)

3. Surat Pengesahan DIPA Internal (Satker/Struktural)

4. Term of Referance / TOR Pembangunan Internal (Satker/Struktural)

5. Dokumen Kontrak DED Internal (Satker/Struktural)

6. Dokumen Adendum Kegiatan DED Internal (Satker/Struktural)

7. Dokumen Kontrak Fisik Internal (Satker/Struktural)

8. Dokumen Adendum Kontrak Fisik Internal (Satker/Struktural)

9. Dokumen Kontrak Manajemen Konstruksi (MK) Internal (Satker/Struktural)

10. Dokumen Adendum Kontrak Manajemen Konstruksi (MK)

Internal (Satker/Struktural)

11. Dokumen Kontrak Manajemen Pusat (KMP) Internal (Satker/Struktural)

12. Dokumen Adendum Kontrak Manajemen Pusat (KMP)

Internal (Satker/Struktural)

13. Berita Acara Serah Terima PHO Internal (Satker/Struktural)

14. Berita Acara Serah Terima FHO Internal (Satker/Struktural)

15. Data dan Informasi Pendukung Usulan Internal (Satker/Struktural)

16. Kartu Identitas Barang (KIB) Internal (Satker/Struktural)

17. As Built Drawing Internal (Satker/Struktural)

18. Foto/ Dokumentasi BMN Internal (Satker/Struktural)

38 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

No. Uraian Kelengkapan Keterangan

19. SK Pengelola BMN Internal (Satker/Struktural)

20. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau Surat Keterangan Dalam Proses Pembuatan

Internal (Satker/Struktural)

21. Berita Acara Inventarisasi BMN yang akan Dihibahkan beserta Lampirannya

Internal (Satker/Struktural)

22. Laporan Hasil Audit (LHA) Aparat Pengawas Fungsional

Internal (Satker/Struktural)

23. Sertifikat Tanah / Surat Keterangan Kepemilikan Lainnya (Focopy/ Legalisir)

Eksternal (Pemda)

24. Surat Keterangan Lokasi Pembangunan sesuai dengan RTRW

Eksternal (Pemda)

25. Akta Pendirian Yayasan* Eksternal (Pemda)

26. Pernyataan Kesediaan Menerima Penyerahan BMN

Eksternal (Pemda)

Sumber: Direktorat Rumah Khusus, 2017

Penghapusan Rumah Khusus

Penghapusan Rumah Khusus merupakan tindakan menghapus Rumah Khusus

dari Daftar Barang dengan menerbitkan keputusan dari Pejabat yang

berwenang untuk membebaskan Menteri Keuangan, Menteri PUPR, dan/atau

Kepala Satker dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang

berada dalam penguasaannya. Penghapusan meliputi:

1. Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/ atau Daftar Barang Kuasa

Pengguna (Kementerian PUPR).

2. Penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara.

Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa

Pengguna, dilakukan apabila Rumah Khusus sudah tidak berada dalam

penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang, serta Rumah

Khusus dan PSU sudah beralih kepemilikannya menjadi milik Kementerian/

Lembaga Pengusul. Penghapusan tersebut dilakukan dengan menerbitkan

Keputusan Penghapusan dari Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan

dari Pengelola Barang.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 39

Tatacara Penghapusan Rumah Khusus dari Daftar Barang Kementerian PUPR

adalah sebagaimana penjelasan di bawah ini:

1. Kementerian/Lembaga Pengusul menerbitkan Keputusan Penghapusan

Rumah Khusus paling lama 2 (dua) bulan sejak Berita Acara Serah Terima.

2. Kementerian/Lembaga Pengusul melakukan penghapusan rumah khusus

dari Daftar Barang Kementerian PUPR berdasarkan Keputusan Penghapusan

tersebut.

3. Kementerian/Lembaga Pengusul membuat Laporan Penghapusan Rumah

Khusus dari Daftar Barang Kementerian PUPR kepada Menteri Keuangan

selambat-lambatnya 1 ( satu ) bulan setelah Keputusan Penghapusan BMN

ditanda-tangani dengan melampirkan Keputusan Penghapusan BMN dan

Berita Acara Serah Terima.

4. Berdasarkan Laporan Penghapusan Rumah Khusus ini, Menteri Keuangan

melakukan penghapusan rumah khusus dari Daftar Barang Milik

Kementerian PUPR.

5. Perubahan Daftar Barang Milik Kementerian PUPR akibat penghapusan,

harus dicantumkan dalam Laporan Barang Kementerian PUPR Semesteran

dan Tahunan.

Penatausahaan Menjadi Barang Milik Kementerian/Lembaga Pengusul

Penatausahaan rumah khusus menjadi Barang Milik Kementerian/ Lembaga

pengusul terdiri dari kegiatan pembukuan, inventarisasi dan pelaporan.

Tata cara pembukuan rumah khusus menjadi Barang Milik Kementerian/

Lembaga pengusul adalah melalui prosedur berikut ini:

1. Proses Pertama Kali

a. Membukukan dan mencatat semua rumah khusus yang telah ada ke

dalam Buku Barang dan/atau Kartu Indentitas Barang.

b. Menyusun dan mendaftarkan semua rumah khusus ke dalam DBKP.

c. Meminta pengesahan Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) pertama

kali kepada Penanggung jawab Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang

(UAKPB).

2. Proses Rutin

a. Membukukan dan mencatat data rumah khusus ke dalam Buku Barang

Intrakompatabel.

40 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

b. Membukukan dan mencatat semua barang dan perubahannya atas

perpindahan barang antar lokasi.

c. Membuat dan/atau memutakhirkan Kartu Identitas Barang (KIB).

d. Membukukan dan mencatat perubahan kondisi barang ke dalam Buku

Barang Intrakompatabel berdasarkan dokumen sumber.

e. Mengarsipkan dokumen penatausahaan dan dokumen kepemilikan

rumah khusus secara tertib.

3. Proses Bulanan

Melakukan rekonsiliasi data transaksi rumah khusus dengan Unit Akuntansi

Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA ) dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen.

4. Proses Semesteran

a. Mencatat setiap perubahan data rumah khusus ke dalam DBKP

berdasarkan data dari Buku Barang dan KIB.

b. Meminta pengesahan DBKP kepada Penanggung jawab UAKPB.

c. Melakukan rekonsiliasi atas DBKP dengan Daftar Barang Milik Negara-

Kantor Daerah (DBMN-KD) pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara

dan Lelang (KPKNL), jika diperlukan.

5. Proses Akhir Periode Pembukuan

a. Menginstruksikan kepada setiap Penanggungjawab untuk melakukan

pengecekan ulang kondisi rumah khusus.

b. Mencatat perubahan kondisi rumah khusus yang telah disahkan ke

dalam DBKP serta Buku Barang dan KIB.

c. Melakukan proses back up data dan tutup tahun.

6. Proses Lainnya

Membukukan dan mencatat hasil inventarisasi ke dalam Buku Barang

dan/atau Kartu Identitas Barang.

Tatacara inventarisasi rumah khusus setelah rumah khusus menjadi milik

Kementerian/Lembaga Pengusul adalah melalui prosedur berikut ini:

1. Tahap Persiapan

a. Dalam pelaksanaan inventarisasi, dapat dibentuk Tim Inventarisasi yang

dikoordinir oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

(DJKN) dan dapat dibantu oleh Unit Kerja lain pada KPKNL.

b. Menyusun rencana kerja pelaksanaan inventarisasi.

c. Mengumpulkan dokumen sumber.

d. Melakukan pemetaan pelaksanaan inventarisasi.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 41

e. Menyiapkan Kertas Kerja Inventarisasi beserta tata cara pengisiannya.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap Pelaksanaan dilakukan melalui:

a. Tahap Pendataan

Menghitung jumlah barang.

Meneliti kondisi barang (baik, rusak ringan atau rusak berat).

Menempelkan label registrasi sementara pada rumah khusus yang

telah dihitung.

Mencatat hasil inventarisasi trsebut pada Kertas Kerja Inventarisasi.

b. Tahap Identifikasi

Pemberian nilai rumah khusus sesuai Standar Akuntansi

Pemerintahan.

Mengelompokkan rumah khusus dan memberikan kode barang

sesuai dengan penggolongan dan kodefikasi barang.

Pemisahan barang-barang berdasarkan kategori kondisi.

Meneliti kelengkapan/eksistensi barang dengan membandingkan

data hasil inventarisasi dan data awal/dokumen sumber.

c. Tahap Pelaporan

Menyusun daftar barang yang telah diinventarisasi berdasarkan

data kertas kerja dan hasil identifikasi, dengan kriteria rumah baik

dan rusak ringan, rumah yang rusak berat, rumah yang tidak

diketemukan/hilang, serta rumah yang berlebih.

Membuat Surat Pernyataan Kebenaran Hasil Inventarisasi.

Menyusun Laporan Hasil Inventarisasi.

Meminta pengesahan atas Laporan Hasil Inventarisasi beserta

Daftar Barang Inventarisasi dan Surat Pernyataan kepada

Penanggung jawab KPKNL.

Menyampaikan Laporan Hasil Inventarisasi kepada Kanwil. DJKN.

d. Tahap Evaluasi/ Tindak Lanjut

Membukukan dan mendaftarkan hasil inventarisasi pada Buku Barang

dan DBMN-KD.

Tata cara pelaporan rumah khusus adalah melalui prosedur berikut ini:

1. Proses Pertama Kali

Menyampaikan DBKP yang telah disahkan oleh Penanggung jawab UAKPB

yang berisi semua Rumah Khusus dan PSU yang telah ada sebelum diterbit-

42 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

kannya Peraturan Menteri Keuangan ini beserta Arsip Data Komputer

(ADK)-nya untuk pertama kali kepada UAPB-E1, atau UAPB dan KPKNL.

2. Proses Semesteran

a. Menyusun Laporan Mutasi Rumah Khusus dan PSU pada DBKP

berdasarkan data transaksi rumah khusus.

b. Meminta Pengesahan Laporan Mutasi Rumah Khusus.

c. Menyampaikan Laporan Mutasi Rumah Khusus pada DBKP yang telah

disahkan oleh Penanggung jawab UAKPB beserta ADK-nya kepada

UAPB-E1, atau UAPB, dan KPKNL.

d. Menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) yang

datanya berasal dari Buku Barang, KIB, dan DBKP.

e. Meminta pengesahan LBKPS kepada Pejabat Penanggung jawab UAKPB.

f. Menyampaikan LBKPS yang telah disahkan oleh Penanggung jawab

UAKPB beserta ADK-nya secara periodik kepada UAPB-E1, atau UAPB

dan KPKNL.

3. Proses Akhir Periode Pembukuan

a. Menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) yang

datanya berasal dari Buku Barang, KIB, dan Daftar Barang.

b. Meminta pengesahan LBKPT kepada Pejabat Penanggung jawab UAKPB.

c. Menyampaikan LBKPT yang telah disahkan oleh Penanggung jawab

UPKPB beserta ADK-nya secara periodik kepada UAPB-E1, atau UAPB

dan KPKNL.

d. Menyusun Laporan Kondisi Barang (LKB).

e. Meminta pengesahan LKB kepada Pejabat Penanggung jawab UAKPB.

f. Menyampaikan LKB yang telah disahkan oleh Penanggung jawab UAKPB

secara tahunan kepada UPPB-E1, atau UPPB dengan tembusan kepada

KPKNL.

4. Proses Lainnya

a. Menyusun Laporan Hasil Inventarisasi (LHI) Rumah Khusus.

b. Meminta pengesahan LHI kepada Pejabat Penanggung jawab UAKPB.

c. Menyampaikan LHI yang telah disahkan oleh Penanggung jawab UAKPB

kepada UAPB-E1, atau UAPPB dan KPKNL.

Sesuai dengan penjelasan Tatacara Pengelolaan di atas maka Alur Pengelolaan

Rumah Khusus yang merupakan Alih Status dari Kementerian PUPR ke

Kementerian/Lembaga Pengusul, dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 43

Gambar 15 Alur Pengelolaan Rumah Khusus Berdasarkan Alih Status dari

Kementerian PUPR kepada Kementerian/Lembaga Lain

(Sumber: Direktorat Rumah Khusus, Tahun 2017)

44 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

F. Hibah Rumah Khusus

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, serta Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindah-

tanganan Barang Milik Negara, dijelaskan bahwa rumah khusus sebagai Barang

Milik Negara (BMN) yang tidak diperlukan bagi penyelenggaraan tugas

pemerintahan negara/ daerah dapat dipindahtangankan.

Gambar 16 Pemindahtanganan Rumah Khusus (BMN) melalui Hibah (Sumber: Peraturan Menteri Keuangan RI No. 111/PMK.06/2016)

Adapun pemindah-tanganan rumah khusus tersebut, salah satunya dapat

dilakukan dengan cara Hibah Rumah Khusus (lihat Gambar-10). Sebagaimana

telah dijelaskan bahwa pengertian hibah merupakan pengalihan kepemilikan

barang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah atau kepada Pihak

lain tanpa memperoleh penggantian.

Dalam pelaksanaannya, penyediaan rumah khusus dari Pemerintah Pusat

kepada Pemerintah Daerah dapat bersifat hibah berdasarkan pada Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 52/PMK-010/2006. Adapun prinsip-prinsip yang

terkait dalam pemberian hibah ini adalah:

1. Hibah kepada Daerah bersifat bantuan untuk menunjang program

pembangunan sesuai dengan prioritas dan kebijakan Pemerintah, serta

merupakan urusan daerah.

2. Dalam hal Hibah kepada Daerah yang bersumber dari pendapatan dalam

negeri, kegiatannya merupakan kebijakan Pemerintah atau dapat diusulkan

oleh Kementerian/ Lembaga Negara.

3. Hibah kepada Daerah ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah ber-

koordinasi dengan Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga

terkait.

4. Pemberian Hibah kepada Daerah sejalan dengan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM).

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 45

5. Hibah diberikan kepada Daerah dalam kerangka hubungan keuangan antara

Pemerintah dan Daerah.

6. Hibah diberikan kepada Daerah dengan mempertimbangkan kinerja

pengelolaan Hibah sebelumnya, akumulasi Hibah yang pernah diterima

dan/atau kegiatan sejenis yang telah dilaksanakan oleh Daerah.

Hibah yang bersumber dari pendapatan dalam negeri, diberikan kepada Daerah

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi urusan Daerah, yaitu pening-

katan fungsi pemerintahan, layanan dasar umum, dan pemberdayaan

Aparatur Daerah.

2. Untuk kegiatan dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan

penyelenggaraan kegiatan Pemerintah yang berskala nasional/internasional

di Daerah.

3. Untuk melaksanakan kegiatan sebagai akibat kebijakan Pemerintah yang

mengakibatkan penambahan beban APBD.

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah yang telah dihibahkan

dari Kementerian Keuangan, yaitu Azas Fungsional, Azas Kepastian Nilai, Azas

Kepastian Hukum, Azas Akuntabilitas, Azas Transparansi, dan Azas Efisiensi.

Adapun pelaksanaan Hibah BMN (Rumah Khusus) berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Pemindah-tanganan Barang Milik Negara, secara garis besar dapat dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengguna Barang membentuk Tim Internal untuk melakukan persiapan

permohonan persetujuan Hibah dengan melakukan penelitian data

administratif dan fisik, yang dituangkan dalam Berita Acara Penelitian.

2. Tim Internal menyampaikan Berita Acara Penelitian kepada Pengguna

Barang (Menteri PUPR/ Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR).

3. Pengguna Barang (Menteri PUPR/ Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR)

mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada Pengelola Barang

(Menteri Keuangan), dilengkapi dengan Dokumen (Data-data) Pendukung.

4. Pengelola Barang (Menteri Keuangan) melakukan penelitian atas

permohonan tersebut, termasuk melakukan penelitian fisik, dan

mengajukan permohonan Persetujuan Hibah kepada Dewan Perwakilan

Rakyat (apabila diperlukan).

46 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

ALUR/PROSEDUR HIBAH RUMAH KHUSUS

Kementerian

PUPR

Pengelola Barang

c.q. DJKN

Persetujuan/ Penolakan Hibah

Dit. PKNSI

Pengajuan usul

Persetujuan/ Penolakan Presiden

1 3

4

2

5 6 RI

Presiden

Nilai >10 M

Penerima Hibah

BAST

Alur Persetujuan:

1. Permohonan Hibah disertai dengan

Dokumen Pendukung;

2. Penelitian kelengkapan dokumen dan

penelitian fisik;

3. Jika nilai BMN yg dihibahkan >10M è

terlebih dahulu memintakan izin

Presiden.

4. Persetujuan/Penolakan dari Presiden

5. M e n k e u m e n e r b i t k a n S u r a t

Persetujuan Hibah dan Penghapusan

BMN.

6. Berita Acara Serah Terima (BAST)

dengan Pemerintah Daerah

5. Apabila Rumah Khusus (BMN) memiliki nilai lebih dari Rp l0.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah), maka Pengelola Barang (Menteri Keuangan) terlebih

dahulu mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada Presiden.

6. Apabila permohonan Hibah tidak disetujui, maka Pengelola Barang (Menteri

Keuangan) memberitahukan kepada Pengguna Barang (Menteri PUPR),

disertai dengan alasannya.

7. Apabila permohonan Hibah disetujui, maka Pengelola Barang (Menteri

PUPR) menerbitkan Surat Persetujuan Pelaksanaan Hibah.

8. Berdasarkan persetujuan Hibah tersebut, maka Pengguna Barang (Menteri

PUPR) membuat naskah Hibah yang ditandatangani oleh Pengguna Barang

dan Penerima Hibah (Pemerintah Kabupaten/Kota); melakukan Serah

Terima BMN kepada Penerima Hibah, yang dituangkan dalam Berita Acara

Serah Terima; serta melakukan Penghapusan BMN yang telah dihibahkan

dari Daftar Barang Pengguna.

Alur/prosedur hibah Rumah Khusus dan dokumen persyaratan (data-data)

pendukungnya dapat dilihat juga pada gambar skema berikut ini.

Gambar 17 Skema Alur Prosedur Hibah Rumah Khusus (Sumber: Direktorat Rumah Khusus, 2017)

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 47

Adapun dokumen (data-data) pendukung yang harus disiapkan dapat dilihat

dan dicermati pada tabel berikut ini.

Tabel 3 Daftar Data-data Pendukung Hibah Rumah Khusus

No. Dokumen Pendukung Tanah dan/atau

Bangunan

1. Pertimbangan/ Alasan Hibah V

2. Calon Penerima Hibah V

3. Rincian BMN yang akan Dihibahkan V

4. Nilai BMN V

5. SK Pembentukan Tim Internal Pengguna Barang dan Laporan Hasil Penelitian Administrasi dan Fisik dari Tim Internal Pengguna Barang

V

6. Dokumen Penganggaran yang menunujukkan bahwa BMN tersebut untuk Dihibahkan

V

7. Akte Pendirian dan IMB V

8. Hasil Audit Aparat Pengawas Fungsional V

9. Status dan Bukti Kepemilikan BMN V

10. Kartu Identitas Barang (KIB) yang memuat informasi, antara lain Lokasi dan Gambar Situasi; Tahun Perolehan; dan Jenis/ Spesifikasi/ Luas BMN

V

11. Surat Pernyataan Tidak Berkeberatn Menerima Hibah dari Calon Penerima Hibah (Kesediaan Menerima Hibah)

V

Sumber: Direktorat Rumah Khusus, 2017

Untuk selanjutnya, ada proses hibah rumah khusus dari Pemerintah Daerah

kepada Masyarakat (Penerima Manfaat). Oleh karena itu, kegiatan pengelolaan

rumah khusus yang merupakan hibah dari Pemerintah Daerah kepada

Masyarakat (Penerima Manfaat) harus dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Penatausahaan rumah khusus menjadi Barang Milik Daerah setelah proses

hibah dari Kementerian/ Lembaga Pengusul.

2. Pemeliharaan rumah khusus sebelum proses hibah kepada Masyarakat.

48 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

3. Hibah rumah khusus dari Pemerintah Daerah kepada Masyarakat Penerima

Manfaat yang memenuhi syarat dapat menerima hibah.

4. Penghapusan rumah khusus dari kepemilikan atas nama Pemerintah

Daerah.

5. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Pemindahtanganan rumah khusus dapat diperuntukkan bagi kepentingan

umum, yaitu masyarakat yang tinggal di daerah yang terkena dampak

pembangunan nasional, masyarakat sosial dan masyarakat yang terkena

bencana alam. Hibah rumah khusus dilaksanakan dengan pertimbangan untuk

kepentingan sosial, kepentingan budaya, kepentingan keagamaan, kepentingan

kemanusiaan, kepentingan pendidikan yang bersifat non komersial, serta

penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.

Pihak-pihak yang dapat menerima hibah sesuai dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016, pasal 399 adalah sebagai berikut:

1. Lembaga sosial, lembaga budaya, lembaga keagamaan, lembaga

kemanusiaan, atau lembaga pendidikan yang bersifat non komersial

berdasarkan akta pendirian, anggaran dasar/rumah tangga, atau pernya-

taan tertulis dari Instansi teknis yang kompeten bahwa lembaga yang

bersangkutan adalah sebagai lembaga dimaksud.

2. Pemerintah Pusat.

3. Pemerintah Daerah lainnya.

4. Pemerintah Desa.

5. Perorangan atau masyarakat yang terkena bencana alam dengan kriteria

masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

6. Pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Namun demikian, kelompok masyarakat yang dapat menerima hibah rumah

khusus dari Pemerintah Daerah sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 20/PRT/M/2017 tentang

Penyediaan Rumah Khusus.

Dokumen Persyaratan Hibah Rumah Khusus kepada Masyarakat

Untuk dapat terlaksananya proses hibah rumah khusus, maka ada beberapa

dokumen yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 49

1. Dokumen Internal Pemerintah Daerah, meliputi:

a. Sertifikat tanah (bukti kepemilikan).

b. Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

c. Kartu Identitas Barang (KIB) atau Daftar Barang Lainnya (DBL).

d. Rincian Barang.

e. Hasil Audit Pengawas Fungsional dari Inspektorat Jenderal/BPKP.

f. SK Tim Internal dan Berita Acara Tim Internal.

2. Dokumen Eksternal (Penerima Manfaat) adalah Pernyataan Bersedia

Menerima Rumah Khusus dari Penerima Manfaat.

Berdasarkan tatacara pengelolaannya, maka pemindahtanganan dengan cara

hibah kepada masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan berikut ini.

Pengelolaan Rumah Khusus dari Hibah di Atas Tanah Milik Pemerintah Daerah

Tatacara pengelolaan sistem hibah dari Pemerintah Daerah kepada Masyarakat

dimana rumah khusus dibangun di atas tanah milik Pemerintah Daerah, yang

pengelolaannya dilakukan sebagai berikut:

1. Kegiatan penatausahaan rumah khusus di tingkat Pemerintah Daerah

dimulai dengan pembukuan rumah khusus, yang terdiri atas kegiatan-

kegiatan berikut ini:

a. Pemerintah Daerah harus melakukan pendaftaran dan pencatatan

Rumah Khusus yang status kepemilikannya berada pada Pemerintah

Daerah.

b. Memasukkan rumah khusus ke dalam Daftar Barang Pengguna/ Daftar

Barang Kuasa Pengguna menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

c. Menyimpan dokumen kepemilikan.

d. Pemerintah Daerah melakukan inventarisasi rumah khusus yang belum

disewakan/ dihibahkan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Laporan Inventarisasi disampaikan paling lambat selama 3 (tiga) bulan

setelah kegiatan inventarisasi.

e. Pemerintah Daerah menghimpun laporan mengenai Rumah Khusus

Semesteran dan Tahunan sebagai bahan penyusunan Laporan Barang

Pengguna Semesteran dan Tahunan.

f. Apabila rumah khusus telah dihibahkan kepada Masyarakat, dan telah

dihapuskan sebagai Barang Milik Daerah sebelum ketentuan periode di

50 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

atas, maka pelaporan yang dilakukan adalah pelaporan mengenai

Rumah Khusus yang telah dihibahkan.

2. Pemeliharaan dilakukan untuk memelihara rumah khusus selama proses

hibah masih berlangsung dan rumah khusus belum diserahterimakan

kepada Masyarakat Penerima Manfaat.

3. Langkah selanjutnya adalah pembentukan Tim Internal pada OPD untuk

melakukan penelitian dalam rangka pengajuan hibah. Penelitian tersebut

meliputi:

a. Penelitian data administratif dilakukan untuk meneliti:

Status dan bukti kepemilikan, gambar situasi termasuk lokasi tanah,

luas, kode barang, kode register, nama barang, nilai perolehan, dan

peruntukan tanah lokasi rumah khusus.

Tahun pembangunan, konstruksi, luas, kode barang, kode register,

nama barang, nilai perolehan, nilai buku, dan status kepemilikan

untuk data rumah khusus.

Data calon penerima hibah.

b. Penelitian fisik dilakukan dengan cara mencocokkan fisik rumah khusus

yang akan dihibahkan dengan data administratif.

4. Hasil penelitian dituangkan dalam Berita Acara Penelitian dan selanjutnya

disampaikan Tim kepada Kepala OPD. Berdasarkan Berita Acara Hasil

Penelitian, Kepala SKPD mengajukan permohonan hibah kepada Gubernur/

Bupati/ Walikota yang memuat:

a. Data calon penerima hibah.

b. Alasan untuk menghibahkan.

c. Data dan dokumen atas tanah dan/atau bangunan.

d. Peruntukan hibah.

e. Tahun perolehan.

f. Status dan bukti kepemilikan.

g. Nilai perolehan.

h. Jenis/ spesifikasi Barang Milik Daerah yang dimohonkan untuk

dihibahkan.

i. Lokasi.

Penyampaian Surat Permohonan disertai dengan Surat Pernyataan

Kesediaan Menerima Hibah.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 51

5. Kepala SKPD dan Sekretaris Daerah mengajukan permohonan persetujuan

hibah kepada Gubernur/Bupati/ Walikota, apabila diperlukan diajukan

kepada DPRD.

6. Apabila permohonan Hibah disetujui oleh Gubernur/Bupati/Walikota atau

disetujui DPRD, maka Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan Keputusan

Pelaksanaan Hibah, yang sekurang-kurangnya memuat:

a. Penerima hibah.

b. Objek hibah.

c. Nilai perolehan dan nilai buku terhadap barang yang dapat dilakukan

penyusutan, untuk tanah dan/atau bangunan.

d. Nilai perolehan dan nilai buku terhadap barang yang dapat dilakukan

penyusutan, untuk selain tanah dan/atau bangunan.

e. Peruntukan hibah.

7. Apabila permohonan Hibah tidak disetujui, Gubernur/Bupati/Walikota

melalui Sekretaris Daerah menerbitkan Surat Penolakan kepada Kepala OPD

yang mengajukan permohonan disertai dengan alasannya.

8. Berdasarkan Penetapan Pelaksanaan Hibah, Sekretaris Daerah dan pihak

Penerima Hibah menandatangani Naskah Hibah, yang memuat sekurang-

kurangnya:

a. Identitas para Pihak.

b. Jenis dan nilai barang yang dilakukan hibah.

c. Tujuan dan peruntukan hibah.

d. Hak dan kewajiban para pihak.

e. Klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban kepada Pihak

Penerima Hibah.

f. Penyelesaian perselisihan.

Naskah Hibah paling lambat ditanda-tangani 3 (tiga) bulan setelah

Keputusan Hibah dikeluarkan. Naskah Hibah merupakan dokumen penting

yang harus memuat segala hal yang berhubungan dengan proses pemindah-

tanganan. Naskah Hibah sebaiknya juga memuat sasaran yang diharapkan

dari pelaksanaan hibah sehingga menghasilkan efek jangka panjang yang

baik dan tepat sasaran. Untuk tercapainya tujuan dan sasaran penyediaan

rumah khusus, Penerima Manfaat tidak boleh memindah-tangankan rumah

khusus selama jangka waktu 5 tahun terhitung sejak ditanda tangani Berita

52 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Acara Serah Terima. Hal ini ditujukan agar tidak ada penyalahgunaan

pemanfaatan rumah khusus.

Dalam Naskah Hibah ini juga disebutkan, bahwa yang menanda-tangani

Naskah Hibah dan Berita Acara Serah Terima Rumah Khusus dari pihak

Penerima Hibah adalah merupakan perwakilan dari Kelompok Masyarakat

Penerima Manfaat Hibah Rumah Khusus. Yang kemudian, Perwakilan

Kelompok Masyarakat ini yang akan menyerahkan rumah khusus kepada

Masyarakat perorangan yang telah ditetapkan pada seleksi Calon Penerima

Manfaat.

9. Berdasarkan Naskah Hibah, maka Sekretaris Daerah melakukan serah

terima rumah khusus kepada Penerima Hibah yang dituangkan dalam

Berita Acara Serah Terima (BAST).

10. Dalam hal Serah Terima Rumah Khusus belum selesai, Penerima Penyediaan

Rumah Khusus mengajukan kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk

menerbitkan Izin Penghunian Sementara.

11. Berdasarkan Berita Acara Serah Terima (BAST), maka Sekretaris Daerah

mengajukan usulan Penghapusan Rumah Khusus dari Daftar Barang Milik

Daerah yang telah dihibahkan kepada Masyarakat Penerima Manfaat.

12. Pelaksanaan Penghapusan Rumah Khusus dari Daftar Barang Milik Daerah

yang telah dihibahkan kepada Masyarakat Penerima Manfaat.

13. Pelaksanaan Hibah Rumah Khusus dan PSU harus mengikuti ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Alur Pengelolaan Rumah Khusus yang merupakan Hibah dari Pemerintah

Daerah kepada Masyarakat Penerima Manfaat, dapat dilihat dan dicermati pada

gambar berikut.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 53

Gambar 18 Alur Pengelolaan Rumah Khusus Berdasarkan Hibah Dari

Pemerintah Daerah kepada Masyarakat (Sumber: Direktorat Rumah Khusus, 2017)

54 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Pengelolaan Rumah Khusus dari Hibah di Atas Tanah Kas Desa atau Tanah Masyarakat Desa

Tatacara pengelolaan sistem hibah dari Pemerintah Daerah kepada Masyarakat

dimana rumah khusus dibangun di atas tanah Kas Desa atau milik Masyarakat

Desa adalah kurang lebih sama dengan proses hibah rumah khusus yang

dibangun di atas tanah milik Pemerintah Daerah.

Perbedaannya terletak pada proses penguasaan tanah milik Kas Desa atau milik

Masyarakat Desa menjadi milik Pemerintah Daerah berdasarkan kesepakatan

antara Kepala Desa dan Pemerintah Daerah. Sebagaimana tercantum pada

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19/2016, pasal 399 ayat 2.b., yang

menyebutkan:

Barang milik Desa yang telah diambil dari Desa, oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota dikembalikan kepada Desa, kecuali yang sudah digunakan

untuk fasilitas umum.

Berdasarkan hal di atas, maka tanah milik Kas Desa atau milik Masyarakat Desa

dapat dibangun rumah khusus setelah tanah tersebut dikuasai oleh Pemerintah

Daerah.

Pengelolaan Rumah Khusus dari Hibah di Atas Tanah Milik Lembaga Berbadan Hukum

Tatacara pengelolaan sistem hibah dari Pemerintah Daerah kepada Masyarakat

dimana rumah khusus dibangun di atas tanah Lembaga Berbadan Hukum adalah

kurang lebih sama dengan proses hibah rumah khusus yang berdiri di atas tanah

milik Pemerintah Daerah. Perbedaannya terdapat pada proses perubahan

status kepemilikannya menjadi milik Pemerintah Daerah berdasarkan pada

kesepakatan antara Lembaga tersebut dan Pemerintah Daerah.

Data Capaian Hibah/Alih Status Rumah Khusus Tahun 2006-2016

Berdasarkan pada data-data mengenai pelaksanaan proses Hibah Rumah

Khusus/ Alih Status Penggunaan Rumah Khusus dari Tahun 2006 hingga Tahun

2016 dapat diinformasikan bahwa Bangunan Rumah Khusus yang berstatus

Sudah Hibah/ Alih Status (sudah dihibahkan/ pengalihan status) masih relatif

sedikit, yaitu sekitar 1,65 %.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 55

Gambar 19 Data Capaian Hibah/Alih Status Rumah Khusus Tahun 2006-2016

(Sumber: Direktorat Rumah Khusus, September 2017)

Tabel 4 Data Capaian Hibah/Alih Status Rumah Khusus Tahun 2006-2016

Sumber: Direktorat Rumah Khusus, Data September 2017.

56 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Dapat dicermati bahwa Rumah Khusus yang berstatus Dalam Proses

Pengurusan Hibah/Alih Status adalah sebanyak 16,24 %, sedangkan yang

berstatus Belum Proses Hibah/Alih Status (belum diproses) adalah yang paling

banyak, yaitu sekitar 82,11 %. Capaian proses Hibah/ Alih Status Penggunaan

Rumah Khusus tersebut, secara keseluruhan dapat dilihat dan dicermati juga

pada gambar dan tabel di atas.

Adapun permasalahan dan kendala yang sering dihadapi dalam proses Hibah

Rumah Khusus ini adalah ketidak-lengkapan dokumen (data-data) yang harus

dipenuhi sesuai dengan persyaratan administratifnya. Hal tersebut akan

mempengaruhi dan mengakibatkan penyelesaian proses hibah akan terhambat

sehingga dapat melebihi waktu yang telah ditentukan, yaitu maksimal 1 (satu)

tahun.

Adanya keterlambatan dalam penyelesaian proses Hibah Rumah Khusus ini,

sebenarnya dapat menimbulkan masalah baru, terutama kondisi bangunan

Rumah Khusus yang mulai rusak, sehingga harus dilakukan revitalisasi. Oleh

karena itu, dengan Pelatihan Penyelenggaraan Rumah Khusus ini diharapkan

dapat mendorong percepatan proses alih status maupun hibah rumah khusus

dari penyediaan rumah khusus yang telah dibangun.

G. Latihan

Setelah Anda mempelajari materi di atas, selanjutnya untuk memantapkan

pemahaman Anda tentang topik tersebut, silakan kerjakan beberapa soal

latihan berikut ini.

1. Mengapa Rumah Khusus ditetapkan sebagai Barang Milik Negara (BMN) ?

2. Sebutkan dua kriteria barang yang ditetapkan sebagai Barang Milik

Negara/Daerah ?

3. Dalam hal rumah khusus, siapa yang menjadi Pengelola Barang dan

Pengguna Barang ?

4. Mengapa rumah khusus sebagai Barang Milik Negara perlu ditetapkan

status penggunaannya ?

5. Sebutkan dan jelaskan jenis kegiatan penatausahaan rumah khusus sebagai

BMN ?

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 57

6. Mengapa tahap inventarisasi menjadi penting dan jelaskan apa saja yang

harus dilakukan ?

7. Ada berapa jenis laporan dalam penatausahaan rumah khusus dan jelaskan

secara singkat ?

8. Apa perbedaan yang prinsip antara pengalihan status penggunaan dengan

hibah pada penyediaan rumah khusus ?

9. Jelaskan proses pengelolaan rumah khusus yang dialihstatuskan kepada

Kementerian/Lembaga Pengusul setelah FHO ?

10. Sebutkan dokumen apa saja yang perlu dilampirkan pada saat Kementerian

PUPR mengajukan permohonan alih status kepada Menteri Keuangan ?

11. Ada berapa jenis penghapusan, jelaskan secara singkat ?

12. Jelaskan jenis kegiatan pengelolaan yang dilakukan pada saat hibah rumah

khusus dari Pemerintah Daerah kepada Masyarakat ?

13. Pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menghibahkan rumah khusus ?

14. Dokumen apa saja yang dibutuhkan agar rumah khusus dapat dihibahkan

kepada masyarakat ?

15. Mengapa proses alih status/ hibah rumah khusus seringkali tidak lancar

atau terhambat ?

DISKUSI KELOMPOK

Dari data-data dapat dicermati bahwa Rumah Khusus yang berstatus Dalam

Proses Pengurusan Hibah/ Alih Status sebanyak 16,24 %, sedangkan yang

berstatus Belum Proses Hibah/ Alih Status sebesar 82,11 %. Hal tersebut

menunjukkan adanya permasalahan dan kendala dalam proses penyelesaian

Alih Status Penggunaan Rumah Khusus dan Hibah Rumah Khusus ini, yang dapat

mengakibatkan proses penyelesaian menjadi relatif lama melebihi waktu yang

telah ditentukan, yaitu maksimal 1 (satu) tahun, dan bahkan tidak selesai.

Peserta Pelatihan dibagi dalam beberapa Kelompok (tiga atau empat Kelompok)

untuk mendiskusikan permasalahan dan kendala dalam proses penyelesaian

Alih Status Penggunaan Rumah Khusus dan Hibah Rumah Khusus tersebut.

Adapun materi yang didiskusikan adalah:

Identifikasi permasalahan dan kendala yang terjadi/ dihadapi dalam proses

penyelesaian Alih Status Penggunaan Rumah Khusus maupun Hibah Rumah

Khusus, yang rinci dan spesifik.

58 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Memberikan masukan berupa solusi-solusi yang inovatif dan bersifat

terobosan, agar dapat mendorong percepatan proses Alih Status maupun

Hibah dari penyediaan rumah khusus yang telah dibangun.

Pelaksanaan Diskusi disediakan waktu selama 15 Menit. Hasil Diskusi harus rinci

dan spesifik, yang akan ditulis, dan dipresentasikan. Setiap Kelompok dapat

melakukan presentasi selama 5 menit.

H. Rangkuman

Dalam penjelasan mengenai Pengelolaan Aset Rumah Khusus ini, beberapa hal

yang dapat dirangkum dapat dicermati pada uraian berikut ini.

1. Rumah khusus yang dibangun oleh Pemerintah dengan dana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan Barang Milik Negara

(BMN), sehingga dalam pengelolaan dan penggunaannya harus mengacu

pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, serta Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Penggunaan Barang Milik Negara.

2. Sebelum digunakan, Rumah Khusus sebagai BMN perlu terlebih dahulu

dilakukan Penetapan Status Penggunaannya oleh Menteri Keuangan

sebagai Pengelola Barang, yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab

untuk menetapkan status Penggunaan Rumah Khusus.

3. Rumah Khusus sebagai BMN juga perlu dilakukan penatausahaan. Ada 3

(tiga) kegiatan penatausahaan rumah khusus sebagai BMN, yaitu

pembukuan, inventarisasi dan pelaporan, yang dilaksanakan secara

berjenjang oleh UAKPB (Unit Akutansi Kuasa Pengguna Barang), UAPPB-E1

(Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon-I), dan UAPB (Unit

Akutansi Pengguna Barang). Di samping itu, ada 6 (enam) proses dalam tata

cara pembukuan, yaitu proses pertama kali, proses rutin, proses bulanan,

proses semesteran, proses akhir proses pembukuan dan proses lainnya,

sedangkan dalam kegiatan pelaksanaan inventarisasi terdapat 4 (empat)

tahap, yaitu tahap pendataan, tahap identifikasi, tahap pelaporan dan tahap

evaluasi. Adapun pada tahap pelaporan terdapat 3 (tiga) jenjang pelaporan,

yaitu pada tingkat UAKPB, tingkat UAPPB-E1 dan pada tingkat UAPB.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 59

4. Pemanfaatan Rumah Khusus sebagai Barang Milik Negara (BMN) mengacu

pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78 Tahun 2014 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara. Pemanfaatan Barang Milik

Negara tersebut dilaksanakan berdasarkan pertimbangan teknis dengan

memperhatikan kepentingan negara/daerah dan kepentingan umum. Di

samping itu, diatur juga mengenai bentuk pemanfaatan atas Barang Milik

Negara, yang mana seseorang atau kelompok masyarakat bisa menghuni

rumah yang dibangun oleh Pemerintah, yaitu dengan cara Sewa; Pinjam

Pakai; Kerja Sama Pemanfaatan (KSP); Bangun Guna Serah atau Bangun

Serah Guna; serta Kerja Sama Penyediaan Infarstruktur (KSPI). Namun,

bentuk pemanfataan BMN tersebut belum dapat diberlakukan pada rumah

khusus yang diselenggarakan oleh Pemerintah pada saat ini.

5. Bangunan rumah khusus yang diusulkan oleh suatu Kementerian/ Lembaga,

seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kesehatan,

Kementerian Sosial, Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal dan

Transmigrasi, dan lain-lain, maka penyerahan bangunan rumah khusus

sebagai BMN dari Kementerian PUPR (sebagai yang menyediakan rumah

khusus) kepada Kementerian/ Lembaga lainnya (sebagai pengusul dan

penerima manfaat) dilakukan melalui Alih Status Penggunaan Rumah

Khusus. Dalam melakukan proses pengalihan status penggunaan rumah

khusus (sebagai Barang Milik Negara) tersebut harus dilengkapi dengan

data-data pendukung.

6. Proses alih status rumah khusus dari Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat kepada Kementerian/ Lembaga atau Pemerintah Daerah

merupakan hal yang penting agar dapat dimanfaatkan oleh Masyarakat

yang membutuhkan, serta diperlukan juga untuk:

Tertib pengelolaan rumah khusus sebagai aset negara.

Mencegah agar rumah tidak rusak oleh alam maupun penjarahan oleh

masyarakat, akibat tidak dihuni.

Mengalihkan beban pemeliharaan dan perawatan bangunan dari

Kementerian PUPR kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah

Daerah.

Jadi, Rumah Khusus sebagai BMN perlu dilakukan penatausahaan secara

lengkap, melalui tata cara pembukuan, tata cara inventarisasi, dan tata cara

pelaporan. Untuk itu pengamanan dokumen administrasi dan dokumen

60 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

teknis rumah khusus menjadi penting sebagai salah satu bahan untuk

keperluan Serah Terima Pengelolaan Rumah Khusus kepada Kementerian/

Lembaga dan Pemerintah Daerah, untuk selanjutnya dimanfaatkan oleh

masyarakat. Setelah itu, rumah khusus diserahkan kepada masyarakat

untuk dimanfaatkan/ dihuni. Masyarakatpun harus dibekali dengan

pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola rumah khusus, termasuk

memelihara dan merawat bangunan rumah khusus.

7. Rumah Khusus sebagai Barang Milik Negara (BMN) dapat juga dipindah-

tangankan. Adapun pemindah-tanganan rumah khusus tersebut, salah

satunya dapat dilakukan dengan cara hibah, dengan mengacu pada

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pemindah-tanganan Barang Milik Negara. Dalam melakukan

proses hibah rumah khusus tersebut, harus dilengkapi juga dengan data-

data pendukung.

Rumah Khusus yang dihibahkan kepada Pemerintah Daerah untuk kemu-

dian dihibahkan kembali kepada Masyarakat oleh Pemerintah Daerah, harus

dilakukan dengan persyaratan dan prosedur yang benar, mengingat status

tanah dimana rumah khusus dibangun dapat saja berupa tanah Pemerintah

Daerah, tanah Lembaga Sosial atau tanah Masyarakat. Hibah Rumah Khusus

kepada Pemerintah Daerah atau Masyarakat sebaiknya dilakukan bertahap,

dimana Pemerintah Daerah merupakan pihak pertama yang menerima

hibah.

Apabila rumah khusus yang akan dihibahkan kepada Masyarakat berada di

atas tanah Pemerintah Daerah, maka status tanah sebaiknya adalah HPL

Pemerintah Daerah, dan kepada masyarakat dapat diberikan sertifikat Hak

Guna Bangunan (HGB) dengan perjanjian bahwa Pemerintah Daerah selaku

Pemegang HPL. Ada baiknya Masyarakat Pemegang HGB memberikan

kompensasi kepada Pemerintah Daerah, berapapun nilainya, untuk

mengingatkan Masyarakat bahwa tanah rumah khusus tersebut bukan

berada di tanah mereka. Adapun dokumen administrasi hibah sebaiknya

disimpan dengan baik dan tertib oleh Pemerintah Daerah, agar tidak

membawa masalah di kemudian hari (misalnya terjadi pergantian

kepemimpinan), baik di Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Hibah rumah khusus kepada Masyarakat seringkali ditanggapi kurang benar

oleh Masyarakat, sebagaimana gambaran berikut ini:

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 61

Sebagian Pemerintah Daerah maupun Masyarakat tidak segera meman-

faatkan rumah khusus, sehingga terjadi kerusakan.

Sebagian Pemerintah Daerah maupun Masyarakat masih bergantung

pada Kementerian PUPR untuk pemeliharaan dan perawatannya.

Sebagian Pemerintah Daerah dan Masyarakat berharap bantuan rumah

khusus lebih besar untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan Masya-

rakat atau PNS, sementara itu ketersediaan anggaran dari Kementerian

PUPR relatif terbatas.

8. Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam proses pengalihan status

penggunaan/ hibah ini adalah ketidak-lengkapan dokumen pendukung yang

menjadi persyaratan administratifnya. Hal tersebut akan mengakibatkan

penyelesaian proses alih status/ hibah rumah khusus akan menjadi

terhambat sehingga dapat melebihi waktu yang telah ditentukan, yaitu

maksimal 1 (satu) tahun.

Permasalahannya adalah dalam kurun waktu 1 (satu) tahun tersebut,

bangunan Rumah Khusus (BMN) sudah terjadi kerusakan sehingga harus

dilakukan perbaikan (revitalisasi). Oleh karena itu, Pelatihan Penyeleng-

garaan Rumah Khusus ini diharapkan dapat mendorong terjadinya

percepatan dalam proses alih status penggunaan rumah khusus, maupun

hibah rumah khusus yang telah dibangun.

62 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 63

BAB 3

PEMANFAATAN RUMAH KHUSUS

64 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Pemanfaatan Rumah Khusus

A. Indikator Keberhasilan

Dengan mengikuti pembelajaran ini, Peserta Pelatihan diharapkan mampu

menjelaskan dan melaksanakan mengenai pemanfaatan rumah khusus sebagai

fungsi hunian, yang mencakup penghunian rumah khusus, serta pemeliharaan

dan perawatan rumah khusus.

B. Penghunian Rumah Khusus

Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan

dan Kawasan Permukiman, dijelaskan bahwa pemanfaatan perumahan dan

kawasan permukiman adalah suatu proses untuk memanfaatkan perumahan

dan kawasan permukiman sesuai dengan rencana yang ditetapkan, termasuk

kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala.

Pemanfaatan perumahan di lingkungan hunian meliputi pemanfaatan rumah,

beserta pemanfaatan prasarana dan sarananya. Apabila dilihat dari fungsinya,

maka pemanfaatan Rumah Khusus (perumahan) yang utama adalah digunakan

untuk hunian (tempat tinggal). Namun demikian, pemanfaatan Rumah Khusus

dapat digunakan juga sebagai kegiatan usaha secara terbatas tanpa

membahayakan dan tidak mengganggu fungsi huniannya.

Gambar 20 Contoh Rumah Khusus untuk hunian Masya-rakat Nelayan, yg dilengkapi dengan prasarana jalan dan saluran (Sumber: Direktorat Rumah

Khusus, 2017)

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 65

Oleh karena itu, pemanfaatan Rumah Khusus selain digunakan untuk fungsi

hunian, harus dapat memastikan terpeliharanya perumahan dan lingkungan

huniannya. Hal ini menunjukkan bahwa di samping memperhatikan

pemanfaatan rumah khusus, maka yang perlu diperhatikan juga adalah

pemanfaatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) yang dibangun untuk

mendukung kawasan Rumah Khusus, seperti jalan, saluran/ drainase, jaringan

air bersih, dan jaringan listrik. Pemanfaatan PSU tersebut didasarkan pada jenis

PSU Rumah Khusus yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan, serta diharapkan tidak mengubah fungsi dan status kepemilikannya.

Gambar 21 Pemanfaatan Rumah Khusus dan PSU-nya

(Sumber: Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 2016)

Adapun yang terkait dengan penghunian Rumah Khusus, maka acuannya adalah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan

dan Kawasan Permukiman, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan

Permukiman, yang menjelaskan bahwa setiap orang berhak untuk bertempat

tinggal atau menghuni rumah. Hak untuk menghuni rumah atau penghunian

tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui hak milik, cara

sewa menyewa, atau cara bukan sewa menyewa.

Agar proses penghunian rumah khusus ini dapat terlaksana dengan baik dan

lancar maka setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota sebagai Penerima Program

Penyediaan Rumah Khusus diharapkan dapat mengacu pada Surat Edaran

Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan yang memberikan pedoman untuk

melakukan Penghunian Sementara Rumah Khusus. Pelaksanaan penghunian

sementara tersebut merupakan suatu kegiatan untuk pemindahan hunian atau

tempat tinggal untuk Masyarakat Kelompok Sasaran Usulan dari Penerima

66 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Program Penyediaan Rumah Khusus pada rumah khusus yang telah selesai

dibangun.

Arahan lebih lanjut mengenai proses Penghunian Sementara Rumah Khusus ini

akan meliputi penetapan penghunian sementara rumah khusus, proses

penghunian, serta hak, kewajiban, dan larangan Penghuni.

Gambar 22 Proses Penghunian Sementara Rumah Khusus (Sumber: Direktorat Rumah Khusus, Tahun 2017)

Adapun penjelasan selengkapnya yang lebih rinci dapat dilihat dan dicermati

pada uraian berikut ini.

1. Penetapan Penghunian Sementara

Proses penetapan penghunian sementara rumah khusus, adalah sebagai

berikut:

a. Setelah pembangunan Rumah Khusus selesai dilaksanakan, maka akan

dilakukan Serah Terima Pertama Pekerjaan, yang dilengkapi dengan

pembuatan Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan (PHO).

b. Kepala Satuan Kerja menyampaikan Laporan Penyelesaian Pemba-

ngunan Rumah Khusus beserta dokumen kelengkapannya kepada

Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan, yang paling sedikit memuat

jumlah rumah beserta kelengkapan PSU-nya, penerima penyediaan

rumah khusus, alamat lokasi pembangunan rumah khusus, dasar

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 67

kontrak pembangunan rumah khusus, identitas penyedia jasa kons-

truksi, dan tahun anggaran.

c. Berdasarkan Laporan Penyelesaian Pembangunan Rumah Khusus

tersebut maka dilakukan Penetapan Penghunian Sementara Rumah

Khusus oleh Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan.

2. Proses Penghunian

Setelah dilakukan Penetapan Penghunian Sementara Rumah Khusus oleh

Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan maka Penerima Program

Penyediaan Rumah Khusus menindaklanjuti dengan proses penghunian,

meliputi:

a. Seleksi Calon Penghuni

Seleksi Calon Penghuni (Penerima Manfaat) Rumah Khusus dilakukan

oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Apabila UPT belum dibentuk maka dilakukan oleh Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) dan/atau Unit yang diberi mandat oleh

Gubemur/Walikota/Bupati untuk menangani pengelolaan dan

pemanfaatan Rumah Khusus.

2) Cara melakukan seleksi Penghuni menggunakan aturan yang

ditetapkan oleh masing-masing Pemerintah Daerah Kabupaten/

Kota Penerima Program Penyediaan Rumah Khusus.

3) Seleksi Calon Penghuni dilakukan berdasarkan prioritas kebutuhan

bagi Penerima Manfaat yang akan menghuni atau bertempat tinggal

pada Rumah Khusus yang telah selesai pembangunannya.

b. Penetapan Calon Penghuni

Penetapan Calon Penghuni (Penerima Manfaat) Rumah Khusus

dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:

1) Penentuan urutan prioritas kebutuhan bagi Penerima Manfaat yang

memenuhi syarat sebagai Calon Penghuni.

2) Penetapan Penerima Manfaat yang memenuhi syarat untuk

menghuni Rumah Khusus, sebanyak jumlah unit hunian Rumah

Khusus yang tersedia dan siap dihuni.

3) Penentuan nomor unit Rumah Khusus, berdasarkan pertimbangan

sosial, dan lain-lain, yang dibuat dalam Daftar Penetapan Penghuni.

68 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Selanjutnya, UPT wajib mengiventarisasi Penghuni, unit yang

ditempati, pekerjaan Penghuni dan jumlah Penghuni dalam Daftar

Penghuni.

c. Sosialisasi Penghunian

Sosialisasi tata cara penghunian sementara rumah khusus dilakukan

kepada para Penghuni agar dapat beradaptasi dalam sikap dan perilaku

menghuni Rumah Khusus sesuai dengan aturan penghunian. Para

Penghuni terpilih akan diberi informasi dan pengetahuan tentang

penghunian dan pengelolaan Rumah Khusus, terutama mengenai hak,

kewajiban, dan larangan bagi Penghuni.

3. Hak, Kewajiban, dan Larangan Penghuni

Dalam penghunian Rumah Khusus ini akan disepakati juga mengenai hak-

hak Penghuni, kewajiban Penghuni, dan larangan bagi Penghuni. Penjelasan

selengkapnya dapat dilihat dan dicermati pada uraian berikut ini.

a. Hak-hak Penghuni

Penghuni Rumah Khusus mempunyai hak-hak sebagai berikut:

1) Menghuni dan memanfaatkan rumah khusus, serta prasarana,

sarana, dan utilitas umum (PSU) yang ada sesuai peruntukan dan

fungsinya.

2) Mendapatkan kenyamanan dan ketenteraman dalam menghuni

rumah khusus.

3) Memanfaatkan rumah khusus untuk kegiatan usaha secara terbatas

tanpa membahayakan atau mengganggu fungsi huniannya.

b. Kewajiban Penghuni

Penghuni Rumah Khusus mempunyai kewajiban sebagai berikut:

1) Menghuni rumah khusus setelah ditetapkan sebagai Penerima

Manfaat Rumah Khusus.

2) Mengikuti sosialisasi dan bimbingan teknis dari Penerima Bantuan

Penyediaan Rumah Khusus tentang tata cara penghunian rumah

khusus sebagai Penghuni.

3) Melakukan pemeliharaan rumah khusus, serta prasarana, sarana,

dan utilitas umum yang ada sehingga terpelihara dengan baik.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 69

4) Memperbaiki kerusakan-kerusakan yang wajar, baik perorangan

maupun kelompok tanpa mengubah desain dan bentuk bangunan.

5) Membuang sampah setiap hari pada tempat yang telah disediakan

secara baik dan rapi.

6) Menyampaikan kepada Pejabat Pembuat Komimen (PPK) dalam hal

terjadi kerusakan di masa pemeliharaan atau sebelum dilakukan

Serah Terima Akhir.

7) Menyampaikan laporan kepada Penerima Bantuan Penyediaan

Rumah Khusus apabila terdapat kerusakan pada rumah khusus yang

membutuhkan perawatan akibat terjadinya kesalahan konstruksi

atau keadaan kahar (forse majeure).

8) Dalam hal habisnya jangka waktu hunian atau memutuskan

kesepakatan dalam menghuni rumah khusus maka Penghuni wajib

mengembalikan rumah khusus dalam keadaan baik, paling lambat 1

(satu) bulan setelah berakhirnya penghunian.

c. Larangan bagi Penghuni

Penghuni Rumah Khusus mempunyai larangan sebagai berikut:

1) Menyerahkan atau memindahtangankan sebagian atau seluruhnya

bangunan rumah khusus serta prasarana, sarana, dan utilitas umum

kepada Pihak lain.

2) Mengubah sebagian atau seluruh bentuk bangunan rumah khusus

serta prasarana, sarana, dan utilitas umum.

3) Memanfaatkan rumah khusus tidak sesuai dengan peruntukan dan

fungsinya.

4) Menyewakan atau mengalihfungsikan bangunan rumah khusus

serta prasarana, sarana, dan utilitas umum kepada Pihak lain

dengan alasan apapun.

5) Memusnahkan/ menghilangkan bentuk rumah khusus serta

prasarana, sarana, dan utilitas umum.

6) Merusak seluruh atau sebagian komponen rumah khusus.

7) Membuat keributan yang dapat mengganggu keamanan dan

kenyamanan lingkungan.

8) Menjual/memakai/memproduksi narkoba dan minuman keras,

berjudi, serta berbuat maksiat.

70 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

C. Pemeliharaan dan Perawatan Rumah Khusus

Pada dasarnya, dalam pemanfaatan bangunan rumah khusus akan sangat

diperlukan kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah khusus,

yang secara teknis dapat mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan

Bangunan Gedung.

Dari pengertiannya dapat dijelaskan bahwa kegiatan pemeliharaan bangunan

rumah khusus adalah kegiatan untuk menjaga keandalan bangunan rumah

beserta kelengkapannya agar bangunan rumah khusus tersebut selalu layak

fungsi. Adapun kegiatan perawatan bangunan rumah khusus adalah kegiatan

untuk memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan rumah, komponen,

bahan bangunan, dan/atau kelengkapannya agar bangunan rumah khusus

tersebut tetap layak fungsi.

Dalam penyelenggaraan rumah khusus, kelembagaan yang bertanggung jawab

dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan rumah khusus, adalah sebagai

berikut:

Apabila terjadi kerusakan pada masa pemeliharaan atau sebelum

dilakukan Serah Terima Akhir bangunan rumah khusus, maka tugas

pemeliharaan dan perawatan rumah khusus tersebut masih menjadi

kewajiban dan tanggung jawab Pejabat Pembuat Komitmen (Direktorat

Rumah Khusus) dan Penyedia Jasa Konstruksi.

Apabila terjadi kerusakan setelah dilakukan Serah Terima Akhir atau Serah

Terima Aset bangunan rumah khusus, maka tugas pemeliharaan dan

perawatan rumah khusus menjadi kewajiban dan tanggung jawab Penerima

Bantuan Penyediaan Rumah Khusus (Kementerian/ Lembaga atau

Pemerintah Daerah).

Lingkup Pemeliharaan Bangunan Rumah Khusus

Pekerjaan permeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan,

pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan

bangunan rumah khusus, dan kegiatan sejenis lainnya berdasarkan pedoman

pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung. Lingkup pemeliharaan

bangunan rumah khusus meliputi aspek arsitektural, struktural, mekanikal,

elektrikal, tata ruang luar, dan tata graha.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 71

Gambar 23 Lingkup Pemeliharaan Bangunan Rumah Khusus

(Sumber: Peraturan Menteri PU No. 24/PRT/M/2008)

1. Arsitektural

Pemeliharaan pada aspek Arsitektural, meliputi:

a. Memelihara secara baik dan teratur jalan keluar sebagai sarana

penyelamat (egress) bagi pemilik dan pengguna bangunan.

b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur tampak luar bangunan

sehingga tetap rapih dan bersih.

c. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur dalam ruang, serta

perlengkapannya.

d. Menyediakan sistem dan sarana pemeliharaan yang memadai dan

berfungsi secara baik, berupa perlengkapan/peralatan tetap dan/atau

alat bantu kerja (tools).

e. Melakukan cara pemeliharaan ornamen arsitektural dan dekorasi yang

benar oleh Petugas yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di

bidangnya.

2. Struktural

Pemeliharaan pada aspek Struktural, meliputi:

a. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur struktur bangunan

gedung dari pengaruh korosi, cuaca, kelembaban, dan pembebanan di

luar batas kemampuan struktur, serta pencemaran lainnya.

b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pelindung struktur.

c. Melakukan pemeriksaan berkala sebagai bagian dari perawatan

preventif (preventive maintenance).

72 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

d. Mencegah dilakukan perubahan dan/atau penambahan fungsi kegiatan

yang menyebabkan meningkatnya beban yang berkerja pada bangunan

gedung, di luar batas beban yang direncanakan.

e. Melakukan cara pemeliharaan dan perbaikan struktur yang benar oleh

Petugas yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.

f. Memelihara bangunan agar difungsikan sesuai dengan penggunaan

yang direncanakan.

3. Mekanikal (Tata Udara, Sanitasi, Plambing dan Transportasi)

Pemeliharaan pada aspek Mekanikal, meliputi:

a. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem tata udara,

agar mutu udara dalam ruangan tetap memenuhi persyaratan teknis

dan kesehatan yang disyaratkan meliputi pemeliharaan peralatan

utama dan saluran udara.

b. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem distribusi air

yang meliputi penyediaan air bersih, sistem instalasi air kotor, sistem

hidran, sprinkler dan septik tank, serta unit pengolah limbah.

c. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem transportasi

dalam bangunan, baik berupa tangga, dan lain-lain.

4. Elektrikal (Catu Daya, Tata Cahaya, Telepon, Komunikasi dan Alarm)

Pemeliharaan pada aspek Elektrikal, meliputi:

a. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan

pembangkit daya listrik cadangan.

b. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan

penangkal petir.

c. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara sistem instalasi

listrik, baik untuk pasokan daya listrik maupun untuk penerangan

ruangan.

d. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan instalasi tata

suara dan komunikasi (telepon), serta data.

e. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan sistem tanda

bahaya dan alarm.

5. Tata Ruang Luar

Pemeliharaan pada aspek Tata Ruang Luar, meliputi:

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 73

a. Memelihara secara baik dan teratur kondisi dan permukaan tanah

dan/atau halaman luar bangunan rumah.

b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pertamanan di luar

dan di dalam bangunan rumah, seperti vegetasi (landscape), bidang

perkerasan (hardscape), perlengkapan ruang luar (landscape furniture),

saluran pembuangan, pagar dan pintu gerbang, lampu penerangan luar,

serta pos/gardu jaga.

c. Menjaga kebersihan di luar bangunan rumah, pekarangan dan

lingkungannya.

d. Melakukan cara pemeliharaan taman yang benar oleh Petugas yang

mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.

6. Tata Graha (Housekeeping)

Pemeliharaan pada aspek Tata Graha meliputi seluruh kegiatan house-

keeping yang membahas hal-hal terkait dengan sistem pemeliharaan dan

perawatan bangunan rumah, antara lain mengenai cleaning service,

landscape, pest control, general cleaning mulai dari persiapan pekerjaan,

proses operasional sampai kepada hasil kerja akhir.

Lingkup Perawatan Bangunan Rumah Khusus

Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian

bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana

berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan

mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi. Lingkup perawatan

bangunan rumah khusus meliputi rehabilitasi, renovasi, restorasi, dan tingkat

kerusakan.

Gambar 24 Lingkup Perawatan Bangunan Rumah Khusus

(Sumber: Peraturan Menteri PU No. 24/PRT/M/2008)

74 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

1. Rehabilitasi

Pekerjaan rehabilitas adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak

sebagian dengan maksud menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang

tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan tetap dipertahankan

seperti semula, sedangkan utilitas dapat berubah.

2. Renovasi

Pekerjaan renovasi adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak berat

sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat

tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya.

3. Restorasi

Pekerjaan restorasi adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak berat

sebagian dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat

tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya

sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah.

4. Tingkat Kerusakan

Beberapa hal yang harus diperhatikan, meliputi:

a. Perbaikan dan/atau penggantian dalam kegiatan perawatan bangunan

rumah dengan tingkat kerusakan sedang dan berat dilakukan setelah

dokumen rencana teknis perawatan bangunan rumah disetujui oleh

Pemerintah Daerah.

b. Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau

komponen bangunan akibat penyusutan/ berakhirnya umur bangunan,

atau akibat ulah manusia atau perilaku alam, seperti beban fungsi yang

berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis.

c. Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat

kerusakan, yaitu:

1) Kerusakan Ringan

a) Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen

non-struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup

lantai, dan dinding pengisi.

b) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum

adalah sebesar 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 75

bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi

yang sama.

2) Kerusakan Sedang

a) Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen

non-struktural, dan/atau komponen struktural, seperti struktur

atap, lantai, dan lain-lain.

b) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya

maksimum adalah sebesar 45% dari harga satuan tertinggi

pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk

tipe/klas dan lokasi yang sama.

3) Kerusakan Berat

a) Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar

komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural

yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan

baik sebagaimana mestinya.

b) Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan

tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku,

untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

4) Perawatan Khusus

Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau dalam

usaha meningkatkan wujud bangunan, seperti kegiatan renovasi

atau restorasi (misalnya yng berkaitan dengan perawatan bangunan

gedung bersejarah), besarnya biaya perawatan dihitung sesuai

dengan kebutuhan nyata dan dikonsultasikan terlebih dahulu

kepada Instansi Teknis setempat.

d. Penentuan tingkat kerusakan dan perawatan khusus dilakukan setelah

berkonsultasi dengan Instansi Teknis setempat.

e. Persetujuan rencana teknis perawatan bangunan gedung tertentu dan

yang memiliki kompleksitas teknis tinggi dilakukan setelah mendapat

pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung.

f. Pekerjaan perawatan ditentukan berdasarkan bagian mana yang

mengalami perubahan atau perbaikan.

76 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Panduan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Rumah

Beberapa hal yang diperlukan terkait dengan kegiatan pemeliharaan dan

perawatan bangunan rumah khusus, adalah sebagai berikut:

1. Tenaga Kerja/ Tenaga Sukarela, meliputi:

a. Penghuni bangunan rumah.

b. Tenaga gotong royong/ swadaya masyarakat.

c. Pekerja harian lepas/ musiman.

2. Alat dan Bahan, meliputi:

a. Alat, yaitu lap untuk pembersih, sapu lantai dan sapu lidi, peralatan

kayu, ember, peralatan tembok/ batu, kuas cat, amplas, dan lain-lain.

b. Bahan, yaitu batu bata, pasir, semen, air, cat, genteng, paku, pelitur,

seng, dan lain-lain.

3. Biaya, meliputi:

a. Bersumber dari anggaran Pengelola.

b. Bantuan hasil swadaya Masyarakat.

c. Bantuan kas Desa/ Kelurahan.

d. Bantuan dari Pemerintah Kota/ Kabupaten.

Apabila tidak dilakukan pemeliharaan, maka akibatnya adalah sebagai berikut:

1. Kondisi bangunan akan merosot/ cepat rusak.

2. Fungsi dari bangunan serta kegiatan sehari-hari akan terganggu.

3. Berbahaya untuk keamanan Penghuni.

4. Diperlukan biaya rehabilitasi yang lebih mahal.

5. Sarana Kamar Mandi/ WC akan menjadi tidak sehat dan menimbulkan

penyakit.

Pekerjaan pemeliharaan dan perawatan pada umumnya dilaksanakan terhadap

bagian-bagian bangunan rumah, meliputi atap, kusen dan pintu, dinding, kaca,

lantai, kamar mandi/ wc, listrik dan air bersih, furniture, saluran pembuangan/

drainase/ air kotor, peralatan yang menyangkut pekerjaan besi, halaman dan

taman, serta pagar. Penjelasan selengkapnya dapat dicermati pada uraian

berikut ini.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 77

Pekerjaan Atap

1. Genteng/ penutup atap lainnya harus berkualitas baik, tidak mudah

retak/ pecah sehingga menyebabkan kebocoran.

2. Apabila mengalami kebocoran, harus segera diganti agar tidak merusak

yang lainnya, seperti plafond dan dinding.

Pekerjaan Kusen dan Pintu

1. Kayu kusen dan pintu harus dimeni dulu sebelum dicat, agar lebih

tahan terhadap rayap.

2. Kusen, pintu, dan jendela harus sering dibersihkan.

3. Kusen, pintu dan jendela selalu dalam kering.

4. Cat atau pelitur yang terkelupas harus segera diperbaiki agar kusen,

daun pintu dan jendela terpelihara dengan baik.

Pekerjaan Dinding

1. Dinding harus selalu bersih dari kotoran dan harus selalu kering.

2. Dinding yang terkelupas harus segera diperbaiki dan segera dicat kembali.

Pekerjaan Kaca dan Lantai

1. Kaca harus dibersihkan setiap hari dari segala kotoran.

2. Kaca yang retak/ pecah, harus segera diganti agar tidak membahayakan.

3. Lantai harus dalam keadaan bersih dan kering.

4. Lantai yang pecah/ lepas segera diganti agar tidak merusak yang lain.

Pekerjaan Kamar Mandi/ WC

1. Dibersihkan setiap hari.

2. Jangan membuang air sabun dan kotoran yang bisa menyumbat ke dalam

Kloset.

3. Kotoran yang ada di lantai (seperti tanah, daun, dll.) jangan dibuang ke

dalam saluran buangan karena akan menyumbat saluran tersebut.

4. Ubin yang pecah segera diganti untuk menghindari kerusakan yang lebih

parah.

Pekerjaan Listrik dan Air Bersih

1. Sambungan-sambungan listrik harus benar-benar tertutup rapat untuk

menghindari hubungan pendek apabila terkena air bocoran dan tidak

membahayakan.

78 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

2. Instalasi listrik harus diperiksa setiap 5 tahun sekali.

3. Kabel sekring tidak boleh terlalu besar, sebaiknya dipergunakan yang sesuai

dengan daya listrik.

4. Apabila tidak digunakan sebaiknya dimatikan, selain untuk menghemat

biaya operasional juga memperpanjang umur daripada instalasi tersebut.

5. Sumber air bersih sebaiknya diletakkan minimal dengan jarak 20 meter dari

septictank/ resapan.

6. Saluran air bersih harus mempergunakan pipa PVC yang baik mutunya dan

tahan lama.

7. Untuk saluran yang bocor segera diperbaiki/ diganti.

Pekerjaan Furniture

1. Furniture (meja, kursi, lemari, dan sebagainya) harus dibersihkan setiap

hari, untuk menjaga supaya kotoran-kotoran tersebut tidak merusak

furniture tersebut.

2. Apabila ada yang rusak segera diperbaiki. Kalau lepas dipaku kembali. Kalau

kerusakannya parah segera diganti.

3. Apabila cat pelitur sudah mengelupas, segera dicat/ pelitur kembali untuk

mencegah rayap dan sebagainya yang akan merusak furniture tersebut.

Pekerjaan Saluran Pembuangan/ Drainase

1. Dalam pembuatan saluran pembuangan harus benar-benar diperhatikan

kemiringannya karena sangat berpengaruh kepada kelancaran aliran airnya.

2. Saluran pembuangan harus sering dibersihkan agar tidak ada penyumbatan.

3. Bagian yang retak/ pecah harus segera diperbaiki agar kotoran atau sampah

tidak tersangkut di bagian tersebut.

Peralatan yang Menyangkut Pekerjaan Besi

1. Dilakukan pengecekan berkala setiap bulan untuk memastikan bahwa

peralatan tersebut masih layak dipergunakan.

2. Cat yang terkelupas segera diperbaiki agar tidak berkarat.

3. Bagian besi yang patah diperbaiki dan dilakukan pengecatan kembali.

4. Semua peralatan tersebut selalu dibersihkan untuk menghindari karat.

Pekerjaan Halaman dan Taman

1. Dilakukan pembersihan setiap hari agar tidak ada sampah yang membusuk,

yang dapat menimbulkan bau tidak enak atau binatang yang bersarang.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 79

2. Dilakukan pemotongan rutin terhadap rumput dan tanaman untuk

menghidari binatang-binatang yang akan bersarang dan bersembunyi.

3. Dilakukan penyiraman yang teratur agar tanaman-tanaman tersebut

tumbuh dengan baik dan subur.

4. Sediakan tempat sampah agar tampak bersih dan memudahkan di dalam

pembuangannya.

5. Rumput/ tanaman yang mati segera dipotong agar tidak mempengaruhi

yang lain.

Pekerjaan Pagar

1. Pada umumnya pemeliharaan pagar sama dengan pemeliharaan dinding.

2. Karena letaknya di luar, harus sering dibersihkan.

3. Rumput-rumput yang tumbuh dan menempel di pagar harus secepatnya

dibersihkan.

D. Latihan

Setelah Anda mempelajari materi di atas, selanjutnya untuk memantapkan

pemahaman Anda tentang topik tersebut, silakan kerjakan beberapa soal

latihan berikut ini.

1. Apakah rumah khusus dapat dimanfaatkan untuk selain hunian ? Sebutkan

alasannya ?

2. Bagaimana proses penghunian rumah khusus dapat dilakukan ?

3. Sebutkan masing-masing 3 (tiga) hal yang merupakan Hak Penghuni,

Kewajiban Penghuni, dan Larangan bagi Penghuni Rumah Khusus ?

4. Diskusikan mengapa kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan

rumah khusus sangat penting untuk dilakukan ?

5. Aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam lingkup pemeliharaan, maupun

lingkup perawatan bangunan rumah khusus ?

6. Sebutkan 2 (dua) contoh bagian dari bangunan rumah yang memerlukan

perbaikan dan perawatan, jelaskan apa yang harus dilakukan ?

80 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

E. Rangkuman

Dalam penjelasan mengenai Pemanfaatan Rumah Khusus ini, beberapa hal yang

dapat dirangkum dapat dicermati pada uraian berikut ini.

1. Pemanfaatan perumahan dan kawasan permukiman adalah suatu proses

untuk memanfaatkan perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan

rencana yang ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan

pemeriksaan secara berkala. Adapun pemanfaatan Rumah Khusus pada

umumnya digunakan sebagai fungsi hunian.

2. Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan

Perumahan dan Kawasan Permukiman, dijelaskan bahwa setiap orang

berhak untuk bertempat tinggal atau menghuni rumah. Hak untuk

menghuni rumah atau penghunian tersebut dapat dilakukan dengan

berbagai cara (hak milik; sewa menyewa; atau bukan sewa menyewa).

3. Ketentuan mengenai proses penghunian untuk Rumah Khusus akan

meliputi penetapan penghunian sementara, proses penghunian, serta hak,

kewajiban, dan larangan Penghuni.

4. Dalam proses pemanfaatan Rumah Khusus, sangat diperlukan kegiatan

pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah khusus yang secara teknis

mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/Prt/M/2008

tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.

Dijelaskan juga mengenai lingkup kegiatan pemeliharaan dan perawatan

bangunan rumah khusus.

5. Pekerjaan pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah pada umumnya

dilaksanakan terhadap bagian-bagian bangunan rumah, meliputi atap,

kusen dan pintu, dinding, kaca, lantai, kamar mandi/ wc, listrik dan air

bersih, furniture, saluran pembuangan/ drainase/ air kotor, peralatan yang

menyangkut pekerjaan besi, halaman dan taman, serta pagar.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 81

BAB 4

PENUTUP

82 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

Penutup

A. Simpulan Rumah khusus yang dibangun oleh Pemerintah dengan dana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan Barang Milik Negara (BMN),

sehingga dalam pengelolaan dan penggunaannya harus mengacu pada

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, serta Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang

Milik Negara. Sebelum digunakan, BMN perlu terlebih dahulu dilakukan

Penetapan Status Penggunaannya oleh Menteri Keuangan sebagai Pengelola

Barang, yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk menetapkan

status Penggunaan BMN. Namun, Rumah Khusus sebagai Barang Milik Negara

merupakan barang persediaan, dan juga dari awal pengajuan usulan (pada

tahap perencanaan) direncanakan untuk dihibahkan kepada Pemerintah Daerah

Kabupaten/ Kota sehingga tidak perlu dilakukan penetapan status Penggunaan

Rumah Khusus terlebih dahulu, tetapi akan dilakukan pada saat yang

bersamaan dengan proses serah terima asetnya.

Bangunan rumah khusus yang diusulkan oleh suatu Kementerian/ Lembaga,

seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kesehatan,

Kementerian Sosial, Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal dan

Transmigrasi, dan lain-lain, maka penyerahan bangunan rumah khusus sebagai

BMN dari Kementerian PUPR (sebagai yang menyediakan rumah khusus)

kepada Kementerian/ Lembaga lainnya (sebagai pengusul dan penerima

manfaat) dilakukan melalui Alihan Status Penggunaan Rumah Khusus. Dalam

melakukan proses alih status penggunaan rumah khusus (sebagai Barang Milik

Negara) tersebut harus dilengkapi dengan data-data pendukung.

Rumah Khusus sebagai Barang Milik Negara (BMN) dapat juga dipindah-

tangankan. Adapun pemindah-tanganan rumah khusus tersebut, salah satunya

dapat dilakukan dengan cara hibah, dengan mengacu pada Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindah-

tanganan Barang Milik Negara. Dalam melakukan proses hibah rumah khusus

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 83

tersebut, harus dilengkapi juga dengan data-data pendukung. Permasalahan

dan kendala yang dihadapi dalam proses pengalihan status penggunaan/ hibah

rumah khusus ini adalah ketidak-lengkapan dokumen pendukung yang menjadi

persyaratan administratifnya sehingga penyelesaian proses pengalihan status

penggunaan/hibah rumah khusus tersebut akan menjadi terhambat melebihi

waktu yang telah ditentukan (1 tahun).

Secara fungsional, pemanfaatan Rumah Khusus pada umumnya digunakan

untuk hunian (tempat tinggal). Begitu pula dengan prasarana, sarana, dan

utilitas umum (PSU) yang dibangun untuk mendukung kawasan rumah khusus,

harus dimanfaatkan sesuai dengan fungsi dan status kepemilikannya.

Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan

dan Kawasan Permukiman, dijelaskan bahwa setiap orang berhak untuk

bertempat tinggal atau menghuni rumah. Hak untuk menghuni rumah atau

penghunian tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara (hak milik, sewa

menyewa, atau bukan sewa menyewa).

Ketentuan mengenai proses penghunian untuk Rumah Khusus akan meliputi

penetapan penghunian sementara, proses penghunian, serta hak, kewajiban,

dan larangan Penghuni. Kegiatan penghunian Rumah Khusus juga mencakup

kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah yang secara teknis

mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/Prt/M/2008

tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.

Pekerjaan pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah pada umumnya

dilaksanakan terhadap bagian-bagian bangunan rumah, meliputi atap, kusen

dan pintu, dinding, kaca, lantai, kamar mandi/ wc, listrik dan air bersih,

furniture, saluran pembuangan/drainase/air kotor, peralatan yang menyangkut

pekerjaan besi, halaman dan taman, serta pagar.

B. Tindak Lanjut

Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, diharapkan ada beberapa upaya yang

dapat dilakukan, antara lain:

84 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

1. Perlunya disusun suatu pedoman atau petunjuk pelaksanaan mengenai

pengelolaan aset rumah khusus, serta pemanfaatan rumah khusus pada

tahap penghunian, terutama pemeliharaan dan perawatan rumah khusus.

2. Perlunya dilakukan forum diskusi yang membahas mengenai percepatan

proses alih status penggunaan rumah khusus, maupun hibah rumah khusus.

3. Perlunya dibuat langkah-langkah terobosan untuk mempercepat penyiapan

dokumen (data-data) pendukung yang menjadi persyaratan dalam proses

alih status penggunaan rumah khusus, maupun hibah rumah khusus.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 85

DAFTAR SINGKATAN

AJB : Akte Jual Beli

BAST : Berita Acara Serah Terima

BMD : Barang Milik Daerah

BMN : Barang Milik Negara

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

DBKP : Daftar Barang Kuasa Pengguna

DED : Detail Engineering Drawing

DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DJKN : Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

FHO : Final Hand Over

IMB : Izin Mendirikan Bangunan

LBKP : Laporan Barang Kuasa Pengguna

LKB : Laporan Kondisi Barang

KIB : Kartu Identitas Barang

KPKNL : Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

PHO : Provisional Hand Over

PSU : Prasarana, Sarana, dan Utilitas

PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Rusus : Rumah Khsuus

Satker : Satuan Kerja

UAKPA : Unit Akutansi Kuasa Pengguna Anggaran

UAKPB : Unit Akutansi Kuasa Pengguna Barang

UAPB : Unit Akutansi Pengguna Barang

UAPPB-E1 : Unit Akutansi Pembantu Pengguna Barang – E1

86 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman;

Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah;

Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan

Perumahan dan Kawasan Permukiman;

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 24/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung;

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara;

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 181/PMK.06/2014 tentang

Penatausahaan Barang Milik Negara;

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara;

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 04/PMK.06/2015 tentang Pendelegasian

Kewenangan dan Tanggung Jawab dari Pengelola Barang kepada

Pengguna Barang;

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara

Pemindahtanganan Barang Milik Negara;

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI Nomor 20/

PRT/M/2017 tentang Penyediaan Rumah Khusus;

Surat Edaran Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI Nomor.....tentang

Penghunian Sementara Rumah Khusus.

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 87

GLOSARIUM

Kawasan Permukiman Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Lingkungan Hunian Bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman.

Permukiman Bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai pra-sarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Perumahan Kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

Rumah Bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

Rumah Swadaya Rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat.

Rumah Umum Rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Rumah Khusus Rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi

kebutuhan khusus.

Rumah Negara Rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.

Prasarana Kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang

88 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus

memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan

bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan

nyaman.

Sarana Fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi

untuk mendukung penyelenggaraan dan

pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan

ekonomi.

Utilitas Umum Kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan

hunian.

Barang Milik Negara

atau BMN

Semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Barang Milik Daerah atau BMD

Semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Pengelola Barang Pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman, serta melakukan pengelolaan BMN/ BMD.

Pengguna Barang Pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN/ BMD.

Kuasa Pengguna Barang Kepala Satuan Kerja atau Pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya.

Penggunaan Kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola BMN/ BMD sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pemanfaatan Pendayagunaan BMN/BMD yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi lembaga dan/atau optimalisasi BMN/BMD dengan tidak mengubah status kepemilikan.

Pemindahtanganan Pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/ Daerah (BMN/BMD).

Hibah Pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, antar Pemerintah Daerah, atau dari Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah kepada Pihak Lain, tanpa memperoleh

Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 89

penggantian.

Penatausahaan Rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/ Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Penghapusan Tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari Pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasa-annya.

Pemeliharaan Bangunan Gedung

Kegiatan menjaga keandalan bangunan beserta kelengkapannya agar bangunan tersebut selalu layak fungsi.

Perawatan Bangunan Gedung

Kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau kelengkapannya agar bangunan tersebut tetap layak fungsi.

BAHAN TAYANG