KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral...

25
1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyusun Makalah dengan pembahasan Dari Behaviorisme ke Konstruktivisme: Konseling Pendekatan Kognitif-Behavioral sebagai pemenuhan tugas Psikologi Konseling. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam islamiyah. Saya menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnan, karena kesempurnaan hanya milik Allah swt dan saya memohon kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami tunggu demi kelengkapan tugas ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini khususnya bapak Andhy Budhy Rakhmat, M. Psi., Psikolog, dan untuk yang lainnya. Terimakasih. Makassar, 09 Oktober 2016 Oleh Kelompok 3

Transcript of KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral...

Page 1: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyusun Makalah dengan

pembahasan Dari Behaviorisme ke Konstruktivisme: Konseling Pendekatan

Kognitif-Behavioral sebagai pemenuhan tugas Psikologi Konseling. Sholawat

serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam islamiyah. Saya

menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnan,

karena kesempurnaan hanya milik Allah swt dan saya memohon kritik dan saran

yang bersifat membangun senantiasa kami tunggu demi kelengkapan tugas ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan makalah ini khususnya bapak Andhy Budhy Rakhmat, M.

Psi., Psikolog, dan untuk yang lainnya. Terimakasih.

Makassar, 09 Oktober 2016

Oleh Kelompok 3

Page 2: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I Pendahuluan .............................................................................................. 3

Latar Belakang .................................................................................................... 3

BAB II Pembahasan .............................................................................................. 4

1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral ......................................................... 4

2. Aplikasi Ide Behavioral dalam Praktik Klinis .............................................. 5

3. Metode Behavioral dalam Konseling ........................................................... 6

4. Elemen Kognitif ........................................................................................... 9

5. Proses Kognitif ............................................................................................ 9

6. Kandungan Kognitif .................................................................................. 12

7. Teknik Dan Metode Konseling Kognitif-Behavioral ................................ 15

8. Sebuah Penilaian Terhadap Pendekatan Kognitif-Behavioral ................... 16

9. Revolusi Konstruktivis ............................................................................... 17

10. Terapi berfokus solusi ................................................................................ 18

BAB III Penutup ................................................................................................. 22

Kesimpulan ..................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

Page 3: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

3

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dengan metode yang khas, tradisi kognitif-behavioral merepresentasikan

pendekatan konseling yang penting. Pendekatan ini bersumber dari psikologi

behavioral (perilaku) dan memiliki tiga karakteristik: pemecahan masalah

(problem solving), pendekatan perubahan terfokus (change focused approach)

untuk menghadapi klien; penghormatan terhadap nilai ilmiah; dan memiliki

perhatian yang lebih terhadap proses kognitif – alat untuk mengontrol dan

memonitor tingkah laku mereka. Perspektif konstruktivisme (constructivism)

memberikan perhatian khusus kepada bahasa yang digunakan oleh orang-orang

untuk menciptakan realitas di mana mereka hidup, dan terapis konstruktivisme

mencoba membantu klien untuk menjadi lebih sadar akan bahasa tersebut, dan

mengubahnya.

Page 4: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

4

BAB II

PEMBAHASAN

1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral

Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk

meneliti sumber historis dalam disiplin keilmuan psikologi akademis. Pendekatan

kognitif-behavioral merepresentasikan keterbukaan ilmiah ketimbang aliran besar

terapi lainnya. Pendekatan kognitif-behavioral bersumber dari psikologi

behavioral, yang diketahui secara luas, diciptakan oleh J. B. Watson, khususnya

melalui publikasi Psychology from the Standpoint of a Behaviourist pada 1919.

Metode riset terhadap topik-topik psikologi seperti memori, belajar, pemecahan

masalah, dan persepsi - digunakan oleh Wundt dan yang lain seperti Titchener dan

dikenal dengan sebutan teknik introspeksi (introspection)- . Teknik ini cenderung

menghasilkan data yang kontradiktif, karena objek yang berbeda dalam

laboratorium yang berbeda melaporkan peristiwa internal yang berlainan, bahkan

ketika melaksanakan tugas kejiwaan yang sama. Menurut Watson, kelemahan dari

teknik introspeksi sebagai metode ilmiah adalah ketertutupannya terhadap

penilaian kritis.

Manifesto behavioral Watson meyakinkan banyak koleganya, terutama di AS,

dan untuk tiga puluh tahun kemudian aliran utama psikologi akademis didominasi

oleh ide aliran behavioral. Tugas utama yang ditetapkan oelh para behavioris

seperti Guthrie, Spence, dan Skinner adalah menemukan “hukum belajar” (the law

of learning). Mereka mengambil posisi yang menyatakan bahwa semua

kepercayaan dan kebiasaan yang ditunjukkan oleh seseorang bersifat dipelajari,

dan karena itu tugas paling penting dari psikologi adalah menemukan cara orang

belajar. Lebih jauh, mereka juga berpendapat bahwa prinsip dari pembelajaran,

atau mengaku isi perilaku baru, adalah sama untuk setiap organisme. Karena itu,

jelas terdapat banyak keuntungan etik dan praktik dalam melakukan percobaan

dengan hewan.

Page 5: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

5

Asumsi yang menyatakan bahwa psikologi manusia dapat dijelaskan melalui

perilaku hewan merupakan salah satu pandangan yang dianggap rasional oleh

hanya sedikit orang saat ini. Dalam analisis terhadap akar behaviorisme, Bakan

dalam McLeod (2006) menunjukkan bahwa behavioris seperti Skinner tumbuh di

lingkungan yang penuh hewan dan mesin, dan karena itu tidak diragukan lagi

mengapa ia tertarik dengan ide melaksanakan eksperimen laboratorium terhadap

hewan kecil. Faktor lain dalam perkembangan behaviorisme adalah pertumbuhan

yang paralel dalam pengaruh psikoanalisis, yang oleh psikolog behaviorisme

dianggap sebagai sesuatu yang secara ilmiah berbahaya dan tidak terarah.

Walaupun di awal kemunculannya oada 1930-an dan 1940-an aliran

behaviorismke dipandang oleh mereka yang terlibat dalam konseling dan

psikoterapi merupakan visi dan citra manusia yang kering dan tidak sesuai, adalah

esensial untuk mengakui pengaruhnya yang dalam terhadap para psikologi di AS,

siapa pun yang memasuki dunia konseling dan psikoterapi dengan latar belakang

psikolog (seperti Carl Rogers) paling tidak membawa sisa-sisa pemikiran

behavioral dan sikap behavioris. Dan, dalam behaviorisme itu sendiri muncul

kesadaran bahwa model stimulus-respons saja tidak mencukupi, bahkan untuk

hanya sekedar melaporkan perilaku hewan di laboratorium. Ketertarikan baru

terhadap kognisi dalam aliran behaviorisme sesuai dengan karya Piaget yang

memolopori studi perkembangan pikiran pada anak-anak, dan juga dengan Barlett

di Cambridge, yang menguji cara orang-orang merekonstruksi peristiwa yang

mereka ingat dari memori jangka panjang (long term memory).

2. Aplikasi Ide Behavioral dalam Praktik Klinis

Sepanjang sejarah mereka, psikolog behavioral mencari cara untuk

mengaplikasikan ide mereka untuk menjelaskan masalah psikologis dan

emosional. Mungkin teoritikus pertama yang memerhatikan masalah emosional

dari sudut pandang behavioral adalah Pavlov, psikolog sekaligus fisiolog Rusia

yang bekerja pada akhir abad ke-19, yang mencatat bahwa ketika dia menetapkan

tugas perseptual yang sulit bagi anjing eksperimentalnya (misalnya, anjing

Page 6: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

6

tersebut akan diberikan ganjaran jika ia merespons lingkaran dan tidak merespons

stimulus yang berbentuk lonjong), binatang tersebut akan tertekan, melolong, dan

kemudian "menyerah".

Skinner dalam McLeod (2006) menemukan bahwa ketika para binatang

diberi hadiah atau hukuman secara acak, tanpa ada hubungan antara perilaku

aktual mereka dengan hasilnya, dalam arti makanan, mereka mulai mendapatkan

perilaku ritualistik atau obsesional. Seligman dalam McLeod (2006) telah

melakukan penelitian terhadap fenomena "belajar putus ada". Dalam penelitian

Seligman, si hewan tetap berada dalam kurungan dan tidak bisa lari atau dengan

memberikan kejutan berupa sengatan listrik. Seligman memangdang karyanya ini

memberikan beberapa petunjuk terhadap akar depresi. Bagi para penganut aliran

behavioral, penelitian-penelitian ini menyajikan bukti yang meyakinkan bahwa

masalah psikologis dan psikiatris dapat dijelaskan, dan akhirnya di tangani,

dengan menggunakan prinsip behavioral.

3. Metode Behavioral dalam Konseling

Modifikasi perilaku (behavior modofification) adalah sebuah teknik yang

berangkat dari konsepsi Skinnerian bahwa dalam setiap situasi atau dalam

merespons setiap stimulus, seseorang sudah memiliki perbendaharaan respons

yang mungkin sesuai dengan stimulus tersebut, dan mengeluarkan perilaku yang

dikuatkan atau diberi ganjaran. Prinsip ini dikenal dengan istilah operant

conditioning (pengkondisian operan). Skinner dalam McLeod (2006) berpendapat

bahwa respons yang akan dikeluarkan adalah yang paling sering dikuatkan di

masa lalu. Diaplikasikan kepada individu dengan perilaku bermasalah, ide ini

menyatakan bahwa adalah sesuatu yang berguna untuk memberikan hadiah atau

menguatkan perilaku yang diharapkan, dan mengacuhkan perilaku yang tidak

diharapkan. Jika sebuah perilaku tidak segera diberikan penguatan, maka akan

berlangsung proses penghapusan, dan secara perlahan akan menguras

perbendaharaan yang ada.

Page 7: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

7

Ayllon dan Azrin dalam McLeod (2006) mengaplikasikan teknik ini di

bangsal psikiatri di sebuah rumah sakit terhadap beberapa orang yang terganggu

jiwanya dengan menggunakan teknik yang dikenal dengan istilah token economy.

Efektivitas modifikasi perilaku dan program token economy, amat bergantung

kepada eksistensi lingkungan sosial terkontrol, yang menjadikan perilaku si objek

dapat dikuatkan secara konsisten ke arah yang diinginkan. Cara lain yang dapat

menjadikan modifikasi perilaku sebagai sebuah tindakan pelecehan dalam

praktiknya adlaah dengan terlalu memberikan penekanan kepada teknik yang

dikenal dengan "time out" (istirahat). Pada prinsipnya, cara ini menjadi sebuah

tragedi intervensi yang berharga yang dapat menolong sebagian orang untuk

mengubah perilaku yang dapat mengarahkan mereka ke dalam bahaya serius.

Modifikasi perilaku tidak dapat ditempatkan dengan mudah dalam hubungan

konseling yang biasanya bersifat kolaboratif, hubungan one-to-one, yang

membuat klien dapat membicarakan masalah mereka. Walaupun demikian,

prinsip modifikasi perilaku dapat diadaptasikan untuk digunakan dalam setting

konseling, dengan menjelaskan ide behavioral kepada klien dan bekerja sama

dengan klien untuk mengaplikasikan ide-ide ini untuk menimbulkan perubahan

dalam hidupnya. Pendekatan ini kerap disebut dengan istilah "behavioral self-

control", dan melibatkan analisis fungsional pola perilaku yang bertujuan tidak

lebih dari pada "mengetahui diri mereka sendiri" atau "mengetahui variabel

pengontrol mereka" (Thoresen dan Mahoney dalam McLeod, 2006).

Teknik lain yang direpresentasikan pada awal konseling dengan pendekatan

behavioral adlaah systematic desensitization (desensitisasi sistematik) yang

dipelopori oleh Wolpe. Pendekatan ini didasarkan kepada model pembelajaran

pengkondisian klasik Pavlov. Wolpe melihat adanya kemiripan antara

pengkondisian klasik dengan akuisi respons rasa takut atau cemas dalam diri

manusia. Mirip dengan hal tersebut, si korban juga mengalami respons refleks

otomatis terhadap stimulus atau situasi yang ada, dalam kasus ini respons refleks

rasa takut. Akhirnya, respons takut tersebut bisa menggeneralisir kepada stimulus

lain yang berhubungan dengan tabrakan tersebut, misalnya berpergian dengan

Page 8: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

8

mobil atau bahkan keluar dari pintu. Oleh karena itu, korban tabrakan yang

menjadi cemas atau fobia terhadap bepergian dapat dipahami sebagai seseorang

yang menderita respons emosional yang dikondisikan. Dan menurut Pavlov,

solusinya adalah dengan menghadapkan kembali orang tersebut kepada kondisi

perangsang dengan tidak menyertakan elemen rasa takut yang asli. SWwemua ini

dapat diraih melalui proses desentisasi sistematik. Pertama-tama si klien harus

belajar rileks. Konselor dapat melakukan latihan relaksasi selama sesi konseling

atau memberikan instruksi untuk melakukan relaksasi beserta kaset kepada klien

untuk berlatih di rumah. Setelah klien berhasil menguasai relaksasi, klien dan

konselor akan bekerja sama mengidentifikasikan hierarki stimulus atau situasi

penghilang rasa takut, mulai dari yang paling menakutkan (misalnya,

mengendarai mobil setelah kecelakaan terhadi) hingga yang paling kurang

menakutkan (seperti melihat mobil dalam majalah). Diakhir metode ini, respons

rileks seharusnya sudah timbul dari setiap stimulus yang ada dalam hierarki

tersebut.

Jelas baik teknik kontrol diri dan desensitisasi sistematik aliran behavioral

bersumber dari "aturan pembelajaran" pengkondisian klasik dan operan.

Walaupun demikian, dalam proses yang merefleksikan gerakan utama dalam

psikologi yang mengarah kepada pendekatan yang lebih kognitif, para kritikus

seperti Breger dan McGaugh dan Locke dalam McLeod (2006) mulai

mempertanyakan apakah proses terapeutik yang menyertai berbagai teknik ini

dapat benar-benar dipahami menggunakan ide para pengikut behavioral.

Pendekatan teori pembelajaran sosial Bandura dalam McLeod (2006) memberikan

kontribusi penting terhadap perkembangan ini. Ketertarikan dalam aspek kognitif

dalam terapi terjadi bersamaan dengan munculnya terapi kognitif, seperti rational

emotive therapy (terapi rasional emosional) (RET) (Ellis dalam McLeod, 2006)

dan terapi kognitig Beck dalam McLeod (2006).

Page 9: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

9

4. Elemen Kognitif

Perkembangan elemen kognitif dalam konseling kognitif-behavioral

dideskripsikan dengan baik dalam Ellis dalam McLeod (2006). Ellis dalam

McLeod (2006) menegaskan bahwa usaha paling awal untuk bekerja dengan

klien dalam mode kognitif terdapat dalam bidang terapi seks. Para perintis terapi

seks menemukan bahwa merupakan keharusan bagi mereka untuk

menginformasikan seksualitas dan ragam perilaku seksual kepada klien. Penemu

terapi rasional emosional, maupun Beck , penemu terapi kognitif, memulai karier

terapeutik mereka sebagai psikoanalisis. Keduanya kemudian merasa kurang puas

dengan metode psikoanalisis, dan mereka menjadi lebih sadar akan nilai penting

dari cara klien memikirkan diri mereka sendiri. Beck dalam McLeod (2006)

mendeskripsikan kognisi kritik-diri ini sebagai "pemikiran otomatis" (automatic

thoughts) dan mulai memandang mereka sebagai salah satu kunci menuju terapi

yang sukses. Kesulitan emosional dan perilaku yang dialami oleh seseorang dalam

hidup mereka tidak secara langsung diakhirkan oleh sebuah peristiwa, tetapi oleh

cara mereka menginterpretasikan dan memahami berbagai peristiwa tersebut.

Mengikuti rintisan Ellis dalam McLeod (2006) dan Beck (1976; Beck, et al.,

1979; Beck dan Weishaar, 1989), banyak praktisi klinis dan penulis dalam tradisi

kognitif-behavioral yang memberikan kontribusi terhadap elaborasi dan

konstruksi lebih lanjut pendekatan ini dalam konseling. Dalam ulasan singkat

terhadap perkembangan terpenting dalam ranah kognitif-behavioral ini,

merupakan keharusan untuk memecah bidang tersebut menjadi tiga daerah utama:

proses kognitif, keyakinan maladaptif, dan strategi untuk melakukan intervensi

kognitif.

5. Proses Kognitif

Dalam pengarahan perhatiannnya kepada aspek kognitif cara klien menangani

masalah dalam hidup, konselur kognitif-behavioral menyadari adanya dua tipe

fenomena kognitif menarikyang berbeda satu dengan yang lain. Pertama, orang

berbeda dalamhal keyakinan mereka tentang dunia dalam kesadaran mereka.

Page 10: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

10

Konselor kognitif-behavioral telah menemukan strategi intervensi untuk

mengendalikanisu dalam semua domain tersebut.

Beck dalam McLeod (2006), dikenal dengan model distorsi kognitif. Dalam

kerja ini, pengalaman berupa ancaman akan berakibat pada hilangnya kemampuan

untuk memproses informasi secara efektif:

Individu akan mengalami tekanan psikologis ketika mereka menerima sebuah

situasi sebagai ancaman terhadap minat vital mereka. Pada saat seperti itu,

terdapat ketidak sempurnaan dalam memproseskognitif normal. Persepsi dan

interrprestasi terhadap suatu situasi menjadi sangat selektif, egosentris, dan

rigid. Orang tersebut memiliki penurunan kemampuan untuk “mematikan”,

berkonsentrasi terhadap, memanggil kembali, dan menjelaskan tentang

pemikiran menyimpang. Fungsi korektif-yang memungkinkan pengetesan

realitas dan penyaringan konsep tualisasi global-diperlemah. (beck dan

Weishaar dalam McLeod, 2006).

Beck dalam McLeod (2006) telah mengidentifikasi beberapa jenis distorsi

kognitif yang dapat didiskusikan dalam situasi konseling. Hal ini mencangkup

generalisasiberlebihanyang mencangkup tindakan menarik kesimpulan umum dari

bukti yang amat terbatas. Dichotomous thinking (pemikira optimis), yaitu yang

memiliki kecendrungan untuk melihat situasi dalam kerangka kutub yang

berlawanan. Jenis ketiga dari distorsi kognitif adalah kecendrungan untuk

membayangkan berbagai peristiwa yang ada pasti berkaitan dengan tindakan

(biasanya kepada ketidak mampuannya), walupun tidak ada koneksi logis yang

dapat dibuat antara peristiwa tersebut dengan tindakannya.

Dalam praktik, distorsi kognitif ini mirip dengan pemikiran absolutis dan

katastropisasi yang digambarkan oleh Ellis dalam McLeod (2006). Ide yang ada

dibalik konsep kognitif-behavioral ini sangat akrab dengan bidang psikologi

kognitif yang lebih luas. Konsep personalisasi mirip dengan konsepsi

egosentrisitas Piagetian yang merujuk kepada kecendrungan anak dibawah usia 10

tahun untuk melihat untuk melihat sesuatu yang terjadi dari sudut pandangnya

sendiri saja-mereka belum mampu untuk melihat sesutu dari sudut pandang orang

lain. Semua hal ini hingga tingkat tertentu menguatkan bahwa apa yang

ditemukan terapis kognitif-behavioral dan setting klinis seharusnya juga

Page 11: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

11

diobservasi oleh periset psikologis setting yang lain. Di sisi lain, dalam

mempelajari pemecahan masalah, para periset ini pun biasanya menggunakan

orang biasa yang tidak berada di bawah ancaman emosional atau menderita

masalah psikologis. Jika dirtorsi kognitif merupakan bagiandan paket dari cara

orang berharap dengan kehidupan sehari-harinya maka, akan menjadi sulit untuk

menganggap semua itu sebagai faktor yang menyebabkan masalah emosional dan

sebagai elemen yang harus dihilangkan dari wadah kognitif klien.

Model distorsi pemrosesan kognitif dalam banyak hal mirip dengan ide

pemikiran proses berfikir primer freudian. Freud menganggap manusia mampu

melakukan pemikiran yang rasional dan logis (proses pemikiran kedua), tapi pada

kurang matang, dalam arti pemikiran masih di dominasi oleh kebutuhan

emosional. Perbedaan krusial antara pemrosesan primer dan ditorsi kognitif

adalah emosi yang mengontrol pikiran pada pemrosesan utama, sedangkan dalam

model ditorsi kognitif, pikiran yang mengontrol emosi.

Dimensipenting ditorsi kognitif lainnya adalah daerah memory (ingatan).

Williams dalam McLeod (2006) telah melaksanakan sebuah penelitian yang

menunjukkan bahwa orang-orang yang cemas, yang sedang mengalami

pengalaman hidup yang sulit sering kali kesulitan dalam mengalami peristiwa

menyakitkan tersebut secara detail. Memori mereka telah mengalami generalisasi

secara berlebihan sehingga mereka mengingat “sesuatu terjadi”, tapi mereka tidak

mampu mengingat detail peristiwa tersebut. Williams dalam McLeod (2006)

berpendapat bahwa jenis dirtorsi memori seperti ini berkenan dengan hubungan

antara pristiwa yang ingin diingat dengan dan emosi negatif. Dan, karena sering

kali merupakan keharusan dalam konseling kognitif behavioral untuk membangun

analisis mikro mendetail berkenan dengan peristiwa tertentu, seseorang konselor

aliran kognitif-behavioral harus memperhatikan kesulitan yang dimiliki oleh

pasien dengan tugas mengingat seperti ini.

Pendekatan utama untuk memahami proses kognitif dalam konseling dan

terapi kognitif-behavioral adalah operasi metakognisi. Hal ini merujuk kepada

Page 12: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

12

kemungkinan seseorang untuk merefleksikan proses kognitifnya sendiri, untuk

menyadari bagaimana mereka akan memikirkan sesuatu, atau mencoba

memecahkan masalah. Contoh sederhana untuk mengilustrasikan metakognisi

adalah dengan merefleksikan pengalaman melengkapi jigsaw puzzle. Anda akan

menemukan bahwa anda tak hanya menyusun jigsaw dengan otomatis (kecuali

yang sangat sederhana) tetapi anda akan meyadari serangkaian strategi untuk

memilih apa yang anda butuhkanseperti “temukan sudut”, “tentukantepi”, atau

“kumpulkan awan”. Kesadaran dan kemampuan untuk mengomunikasikan

strategi metakognitif menjadi sangat penting dalam mengajari anak-anak

bagaimana menyusunjigsaw ketimbang melakukannnya untuk mereka.

Metakognisi merupakan topik yang paling luas didalam riset psikologi

perkembangan beberapa tahun terakhir ini.

Ellis dalam McLeod (2006) telah menemukan teori fungsi kepribadian A-B-

C. Dalam kasus ini, A merujuk kepada peristiwa yang sedang aktif, yangbisa jadi

berupa aksi atau sikap individual, atau peristiwa fisik aktual. C adalah

konsekuaensi emosi atau perilaku emosional atau perilakudari suatu peristiwa

perasaan atau perilaku yang dilalmi orang darisebuah peristiwa. Antara A dan C

terdapat B, keyakinan seseorang tentang pristiwa. Nilai penting dari A-B-C dalam

hubungannya dengan meta kognisi adalah konselor RET akan mengajari klien

bagaimana mengunakannya sebagai cara untuk memonitor reaksi kognitif

terhadap pristiwa.

6. Kandungan Kognitif

Ellis, memberikan titik awal kepada konselor untuk mengeplorasi kandungan

kognitif klien:

- Saya harus terus berlaku dengan bak

- Saya adalah seseorang yang buruk atau tidak berharga ketika saya bertindak

bodoh. Saya harus mendapat persetujuan orang lain yang saya pandang

penting.

- Jika saya ditolak, maka saya adalah orang yang jelek dan tidak dapat dicintai.

Page 13: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

13

- Orang harus memperlakukan saya dengan adil dan memberikan apa yang

saya butuhkan

- Orang-orang yang bertindak amoral adalah mereka yang tidak pantas dan

busuk. Orang-orang harus hidup sesuai dengan keinginan saya, jika tidak

maka mereka adalah busuk.

- Hidup saya harus memiliki beberapa rintangan utama. Saya tidak akan bisa

menghadapi sesuatu yang sangat buruk atau orang yang sulit. Apabila hal

yang tidak sejalan dengan apa yang saya lakukan, maka hal tersebut adalah

sesuatu yang mengerikan.

- Saya tidak dapat menghadapinya ketika hidup benar-benar tidak adil

- Saya butuh disayangi oleh seseorang yang sangat berarti bagi saya

- Saya butuh segera mendapatkan gratifikasi dan selalu merasa malu ketika

tidak mendapatkannya.

Pertanyaan yang digunakan dalam RET merefleksikan berfungsinya sejumlah

proses kognitif terdirtosi. Terapis kognitif akan menolak pertanyataan seperti ini

dan mengajak klien untuk menyusun kembali pernyataan tersebut seperti “saya

menikmati perasaan cinta dan diterima oleh orang lain, dan jika hal ini tidak ada

pada diri saya, maka terkadang saya merasa tidak bahagia. Ditorsi kognitif lainnya

seperti dichotomous thinking (jika orang tidak menyukai saya, pasti mereka

membenci saya), arbitrary inference (kesimpulan yang berubah-ubah) (jika saya

gagal dalam ujian hari ini maka saya pasti seseorang yang bodoh), personalisasi

(tukang gas terlambat datang karena semua yang ada di kantor tersebut membenci

saya), merupakan bukti keyakinan irasional.

Dalam pendekatan RET yang berkenaan dengan kognisi, konselor mencari

contoh pertanyaan umum yang dipegang sangat teguh, yang merangkum asumsi

klien tentang dunia. Pendekatan lain, digunakan oleh Meichenbaum (1985) dan

para konselor kognitif-behavioral lainnya adalah membongkar pertanyaan yang

mengiringi prilaku aktual.

Page 14: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

14

Salah satu hambatan dalam daerah kogntif-behavioral adalah sulitnya

mendapat akses kepada keyakinan atau percayaan diri si klien. Berikut ini beberpa

teknik yang digunakan untuk melakukan peneilian kognisi (Hollon dan Kendall,

dalam McLeod, 2006) antara lain:

- Perekam pernyataan spontan yang tersembunyi

- Rekaman perkataan yang mengikuti intruksi tertentu(misalnya,”bayangkan

anda tengah mengikuti ujian”)

- Mengucapkan dengan keras apa yang dipikirkanketika melakukan tugas

- Kuesioner pikiran(thought listing)

- Rekaman pemikiran disfungsional (kertas kerja tempat klien merekam detail

pristiwa yang sedang terjadi, keyakinan dan konsekuensi prilaku)

Merupakan hal penting untuk menyadari bahwa kenyataan adanya

kemungkinan pengaruh dari proses pergantian keyakinan tersebut. misalnya,

terdapat bukti yang menyatakan bahwa orang yang tertekan akan

melaporkanpikiran yang lebih negatif tentang masalalu apa yang mereka pikiran

sekarang (Hollon dan Kendall dalam McLeod, 2006). Komunikasi verbal juga

tampak lebih produktif ketimbang menulis apa yang dipikirkan (Blackwell et al.

dalam McLeod, 2006).

Strategi mendasar untuk memfasilitasi perubahan dalam keyakinan-ketika

keyakinan tersebut terbuka-adalah memotivikasi klien untuk mencoba keyakinan

atau pernyataan diri alternatif dalam situasi tertentu, untuk menguak efek tindakan

tersebut sesuai dengan berbagai rangkaian asumsi terbimbing. Strategi ini

mendemonstrasikan aliran behavioral dan juga karakteristik kognitif konseling

kognitif-behavioral. Klien juga diberikan kesempatan untuk mempelajari tentang

konsekuensi perilaku kesadaran, dan untuk terus mengembangkan ketersediaan

cadangan perilaku dalam situasi bermasalah.

Dengan demikian jelas bahwa proses kognitif dan kandungan kognitif yang

maldaptis saling berkaitan. Mungkin akan lebih berguna jika memandang kedua

hal ini sebagai sebagai aspek fungsi kesatuan struktur kognitif (Meichenbaum

Page 15: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

15

dalam McLeod, 2006), skema atau model dari dunia. Tugas konselor kognitif-

behavioral adalah membantu klien untuk bertindak baik ilmuawan dalam

menemukan validitas peta atau model pribadinya, dan membuat pilihan berkenaan

dengan elemen mana yang bertahankan dan mana yang diubah.

7. Teknik Dan Metode Konseling Kognitif-Behavioral

Pendekatan kognitif –behavioral dilaksanakan dalam sebuah program yang

terstruktur langkah demi langkah (Kuehnel dan Liberman dalam McLeod, 2006).

Program seperti ini mencangkup:

1. Menciptaka hubungan yang sangat dekat dan aliansi kerja antara konselor dan

kliaen. Menjelaskan dasar pemikiran dari pengalaman yang diberikan

2. Menilai masalah. Mengidentifikasi, mengukur ferkuensi, itensitas dan

kelayakan masalah perilaku, dan kognisi.

3. Menetapkan target perubahan. Hal ini seharusnya dipilih oleh klien, dan harus

jelas, spesifik dan harus dipercaya.

4. Penerapan teknik kognitif dan behavioral(perilaku)

5. Memonitor perkembangan, dengan menggunakan penilaian berjalan terhadap

prilaku sasaran.

6. Mengakhiri dan merancang program lajutan untuk menguatkan generalisasi

dari apa yang didapat.

Konselor kognitif-behavioral biasanya akan menggunakan berbagai teknik

intervensi untuk mendapatkan kesepakatan prilaku sasaran dengan klien(haaga

dan davision dalam McLeod, 2006). Teknik yang biasa digunakan adalah:

1. Menantang pemikiran irasional

2. Membingkai kembali isu

3. Mengulangi kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam role paly

dengan konselor.

4. Mencoba menggunakan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam situasi

riil.

5. Mengukur perasaan

Page 16: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

16

6. Menghentikan pikiran

7. Desensitisasi sistematis

8. Pelatihan keterampilan sosial atau asertifikasi

9. Penugasan pekerjaan rumah

10. In vivo exposure

Serangkaian teknik dan ide lain yang digunakan secara luas oleh konselor

kognitif behavioral diasosiasikan dengan konsep relese prevention(pencegahan

kambuh). Pendekatan standar untuk relese prevention melibatkan pengaplikasian

teknik kognitif-behavioral. Marlatt dan Gordon dalam McLeod (2006)

menyatakan tiga jenis pengalaman yang dikaitkan dengan tingkat kambuh yang

tinggi: downer (merasa tertekan), rows (konflik interpersonal), dan join the

club(tertekan dari orang lain untuk melanjutkan kebiasaan mabuk, merokok, dan

seterusnya).

8. Sebuah Penilaian Terhadap Pendekatan Kognitif-Behavioral

Konsep dan metode behavioral telah membuat kontribusi besar dalam bidang

konseling. Walaupun demikian , ada dua bidang teoritis signifikan yang menjadi

pendekatan kognitif-behavioral terbuka untuk dikritik. Yang pertama berkenan

dengan konsep hubungan teraupetik. Terapis aliran kognitif-behavioral

menganggap terjalinya hubungan yang baik dengan merupakan keharusan (Burns

dan Aurbach dalam McLeod, 2006). Hubungan semacam ini lebih dinilai sebagai

hubungan eduksional ketimbang medis. Sayangnya, kesadaran praktis faktor

hubungan ini tidak melebar keranah teori dan pendidikan. Kemudian, biasanya

juga tidak terdapat persyaratan bagi konselor kognitif-behavioral untuk

melaksanakan terapis pribadi sebagai bagian dari pendidika mereka, dengan

tujuan memfasilitasi perkembangan kesadaran diri atau personal konselor akan

menjadilebih disesaliketika menyadari bahwa pendekatan kognitif-behavioral

mengizinkan para konselornya untuk menantang dan mengkonfrontir para klien

mereka.

Page 17: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

17

Isu kedua yang mempresentasikan dilema teoritis bagi konselor aliran

kognitif behavioral berkenaan dengan cara kognisi (kesadaran) itu dipahami dan

dikonseptualisasikan. Perinsip dasar dalam pendekatan ini adalah perubahan

dalam berpikir dapat menghasilkan perubahan dalam prilaku. Akan tetapi, bukti

riset yang mendukung pernyataan ini bukan bebas dari masalah. Alloy dan

Abramson dalam McLeod (2006) menemukan bahwa mereka ini menampilkan

pemikiran yang lebih pesimistik dan negatif, tapi pada kenyataan kurang

terdirtorsi ketimbang pemrosesan kognitif orang normal. Dalam percobaan

mereka, orang yang menderita depresi akan mengingat informsi yang akan

berkenaan dengan dirinya, yang baik maupun yang buruk, sedangkan mereka

yang tidak menderita depresi hanya mengingat informasi positif saja. Kedua isu

karakter hubungan konselor-klien dalam terapi kognitif-behavioral dan pernyataan

tentang validitas asumsi teoritis yang digunakan dalam pendekatan ini dapat

dipahami sebagai sesuatu yang berasal dari satu sumber.

9. Revolusi Konstruktivis

Mcleod (2006) menyatakan bahwa konstruktivisme dapat dikarakteristikan

berdasarkan tiga asumsi mendasar, yaitu sebagai berikut:

1. Seseorang dianggap sebagai active knower, yang secara sengaja melibatkan

diri dalam memahami dunia.

2. Bahasa berfungsi sebagai wadah utama tempat seseorang mengontruksi

pemahamannya tentang dunia.

3. Adanya dimensi perkembangan dalam kapasitas manusia untuk

mengkontruksi dunia mereka.

Ketiga asumsi dasar ini menandai kontras penting antara kognitif lama,

pendekatan kognitif behavioral, dan alternative konstruktivis, walaupun dapat

dilihat adanya kesamaan dalam jumlah yang signifikan.

Perintis utama terapi konstruktivisme adalah personal construct psychology

(psikologi gagasan diri) yang ditemukan oleh Kelly (1955) dan kemudian

Page 18: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

18

dikembangkan oleh Bannister, Fransella, Mair, dan para kolega mereka, dan

sebagaian besar dilakukan di Inggris (Mcleod, 2006). Teori ini menyatakan

bahwa orang memahami, atau menginterpretasikan (construe), dunia melalui

sistem gagasan diri. Konstruktivisme sosial yang memiliki tingkat individualitas

yang berkurang dibandingkan dengan konstruktivisme, memberikan perhatian

lebih terhadap budaya, sejarah, dan sistem sosial, di dalam tempat dimana orang

tersebut dapat eksis. Disisi lain, terapi kognitif rasionalis yang dipresentasikan

oleh Beck dan Ellis lebih individualis dan psikiologis mengenai konstruktivisme,

dan karena itu pendekatan tersebut lebih berkonsentrasi terhadap proses kognitif

internal daripada penggunaan bahasa antarpersonal (Mcleod, 2006).

10. Terapi berfokus solusi

Terapi singkat berfokus solusi biasanya diasosiasikan sebagai hasil kerja

Steve de Shazer. De Shazer memiliki latar belakang pekerja sosial dan musik, dan

dalam pendidikannya sebagai seorang psikoterapis sangat dipengaruhi oleh teori

dan riset yang dilakukan Mental Research Institute (MRI) di Palo Alto, California.

Mcleod (2006) menyatakan bahwa terapi pendekatan berfokus solusi didasarkan

kepada serangkaian strategi yang didesain untuk memungkinkan para klien

mengartikulasikan dan bertindak berdasarkan cakupan solusi paling luas terhadap

masalah mereka, strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Fokus pada perubahan (focusing on change).

Ide perubahan adalah sesuatu yang terjadi sepanjang waktu, merupakan

konsep penting dalam terapi berfokus solusi. Karena itu, terapis yang

menggunakan pendekatan berfokus solusi berasumsi bahwa perubahan

tersebut tidak hanya bersifat mungkin, tapi tidak dapat dihindari. Dalam

praktiknya, biasanya para terapis akan menanyakan kepada klien baru dalam

hubungannya tentang perhatian terhadap sesi pertama mereka (biasanya

disebut sebagai perubahan pra-sesi/pre-session change).

2. Percakapan bebas masalah (problem-free talk).

Page 19: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

19

Pada awal sesi ini, konselor mungkin dapat mengajak klien untuk

membicarakan aktivitas keseharian mereka, sebagai cara mendapatkan

pengahargaan terhadap kompetensi dan kualitas positif klien.

3. Menemukan pengecualian (expection finding).

Hal yang mendasar dalam pendekatan berfokus solusi adalah keyakinan

bahwa terlepas dari seberapa parah atau menyebarnya masalah seseorang,

pasti ada saat di mana masalah tersebut tidak muncul, dan saat itu juga

merupakan masa paling kuat dalam hidup mereka.

4. Penggunaan slogan mini (use of pithy slogan).

Ada sejumlah slogan yang membantu mengomunikasikan prinsip dasar

pendekatan pemecahan masalah kepada klien (dan juga terapis yang sedang

dalam pendidikan). Di antara pesan berfokus solusi adalah “Kalau tidak

pecah, jangan perbaiki”, “Jika tidak bekerja, jangan lakukan lagi”, “Jika hal

tersebut bekerja, terus lakukan”, “Terapi membutuhkan waktu yang panjang”,

“Kesempatan kecil dapat mengarahkan kepada kesempatan yang lebih besar”.

5. Pertanyaan ajaib (miracle question).

Biasanya di sesi pertama, konselor berfokus solusi akan meminta klien untuk

membayangkan masa depan di mana masalah yang mereka hadapi saat ini

telah terpecahkan. Pertanyaan katalik yang diberikan ke klien memungkinkan

klien untuk mempertimbangkan masalahnya secara keseluruhan, untuk

melangkah ke masa depan dengan status bebas masalah dan mengeplorasinya

bersama terapis dengan cara mengetahui masalah tersebut memang sudah

hilang, yaitu dengan perubahan tersebut dapat dimunculkan serta tampak dan

dilihat oleh orang lain.

6. Penskalaan (scaling).

Pertanyaan penskalaan didesain untuk menfasilitasi diskusi tentang

perubahan dan pengukurannya, dan digunakan untuk mempertimbangkan

sejumlah besar isu dalam kehidupan klien.

7. Tugas rumah (mengeksplorasi sumber daya).

Tugas rumah didesain untuk memungkinkan orang tersebut tetap focus pada

solusi. Contoh dari tugas rumah yang mungkin digunkan setelah sesi terapi

Page 20: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

20

pertama adalah “Sampai ketemu pada waktu yang akan datang, saya ingin

Anda mengobservasi apa yang terjadi pada kehidupan/keluarga/pekerjaan

Anda yang Anda harapkan untuk melihatnya terus demikian, kemudian

kembali dan ceritakan kepada saya semua itu”. Yang penting pada

pendekatan terapi berfokus solusi adalah fokus kepada solusi dan kekuatan

yang telah dimiliki oleh individu tersebut, atau yang mungkin mereka capai,

dalam hubungannya dengan kehidupan yang mereka inginkan.

Terapi dari sudut pandang postmodern (oleh de Shazer) mempunyai ide

bahwa adanya struktur psikologis internal yang menentukan perilaku

merupakan cara modern yang esensial untuk memahami dunia. Berbeda

dengan aliran pendekatan konseling (psikodinamis, kognitif-behavioral, dan

person-centred), terapi berfokus solusi tidak pernah menghasilkan teori

formal, dan tidak mengembangkan dasar dalam sistem riset universitas.

Merupakan hal yang penting untuk menyatakan perbedaan antara terapi

berfokus solusi dengan apa yang dideskripsikan de Shazer sebagai terapi

ringkas (brief therapy), dan pembatasan jumlah sesi yang tersedia untuk

klien, disertai dengan banyaknya skema konseling di tempat kerja. Tujuan

terapi berfokus solusi adalah menghargai kemampuan klien dalam

menghadapi masalah dengan menanyakan kepada mereka untuk menyatakan

apa yang harus terjadi pada diri mereka untuk mengetahui kesiapan mereka

untuk mengakhiri terapi. Para terapis pendekatan berfokus solusi berpendapat

bahwa karakteristik keyakinan mereka terhadap kemampuan orang

menghadapi masalah itulah yang membuat mereka dapat menerima satu sesi

saja mungkin cukup.

Mungkin karena status “orang luar” dan terapi berfokus solusi, terkadang

terdapat kesan bahwa para penulis dan praktisi yang bergerak dalam

pendekatan ini tidak berniat untuk menerima persamaan dari apa yang mereka

dan terapis (dari pendekatan yang berbeda) kerjakan, atau menyimpang dari

“aturan” utama terapi berfokus solusi seperti menanyakan pertanyaan ajaib di

sesi awal. Nylund dan Corsiglia (1994) menunjukkan bahwa terapi berfokus

solusi dapat berisiko menjadi pemaksaan solusi daripada berfokus solusi, dan

Page 21: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

21

menyatakan pula bahwa beberapa klien mungkin saja menemukan siksaan

optimisme masa depan yang tidak berakhir.

Page 22: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

22

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah mempelajari makalah ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa

Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti

sumber historis dalam disiplin keilmuan psikologi akademis. Pendekatan kognitif-

behavioral merepresentasikan keterbukaan ilmiah ketimbang aliran besar terapi

lainnya.

Karakteristik konseling di Indonesia menginginkan proses konseling yang

cepat dan memiliki hasil yang baik. Konseli enggan untuk melakukan konseling

yang membutuhkan waktu cukup lama. Selain itu, ada baiknya konseling bukan

bersifat menceramahi atau hanya ngobrol antara konselor dan konseli. Oleh sebab

itu, konseling harus berorentasi pada efektivitas waktu dan tidak hanya bersifat

wacana saja.

Cognitive-Behavior Therapy (CBT) menawarkan alternatif konseling yang

bukan berbentuk ceramah, tapi melatih konseli untuk melakukan perubahan-

perubahan tingkah laku untuk membuktikan pikiran yang menyimpang. CBT

menekankan pada restrukturisasi kognitif yang menyimpang, kemudian

perubahan-perubahan kognitif tersebut diperkuat dengan pelatihan tingkah laku.

Perubahan antara kognitif yang diperkuat perubahan tingkah laku membuat

permasalahan yang dihadapi oleh konseli terselesaikan dengan segera sehingga

konseli dapat berfikir, merasa, dan bertindak dengan tepat. Setiap sesi konseling

CBT, konseli diajarkan untuk terus melakukanself-help atau self-therapy.

Langkah self-help tersebut tentu memperkuat konseli untuk terus memperbaiki

dirinya.

Page 23: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

23

DAFTAR PUSTAKA

McLeod, J. 2006. Pengantar Konseling Teori & Studi Kasus. Jakarta: Kencana.

Page 24: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

24

Kelas A

MAKALAH

(Pendekatan Konseling Kognitif Behavioral)

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Konseling)

Dosen Pengampu : Andi Budhy Rakhmat, M.Psi., Psikolog

Kelompok III

1. Dian Pratiwi Palilati

2. Nurul Fany

3. Resti Fany Dwi Putri

4. Andi Widya

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2016

Page 25: KATA PENGANTAR - · PDF fileBAB II PEMBAHASAN 1. Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral Karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meneliti sumber historis

25