Kasus Transplantasi Organ Dan Pembahasannya

10
Kasus Transplantasi Organ dan Pembahasanya DIPOSKAN OLEH EKOBLOGSPOTDI 14.19 0 KOMENTAR Sumber Organ Transplantasi Sepasang Paru-Paru Yang Mencurigakan Pada tanggal 12 September 2007, surat kabar Yanzhao Metropolis Paper melaporkan berita tentang keberhasilan pertama kasus transplantasi sepasang paru-paru. Pada tanggal 11 September, Rumah Sakit Huaxi mengadakan sebuah konferensi pers dan mengumumkan tentang kesuksesan kasus transplantasi sepasang paru- paru pertama di Provinsi Sichuan. Laporan Metropolis Yanzhao mengatakan bahwa seorang wartawan Chengdu Daily mengetahui bahwa setelah enam jam operasi, personil medis pada Rumah Sakit Huaxi dengan sukses mengadakan transplantasi paru-paru untuk pasien Huang Yisheng, yang telah didiagnosa mengidap pulmonary fibrosis berat. Huang Yisheng, 38 tahun asal Kota Bazhong, pernah menjadi seorang pekerja tambang di Provinsi Shannxi sejak ia berusia 21 tahun. Pada bulan Desember 2006, ia tiba-tiba pingsan pada saat tengah bekerja di pertambangan tersebut. Hasil diagnosa rumah sakit setempat menyatakan sepertinya dia mengidap radang paru-paru dan dikatakan paru-parunya telah terkena pulmonary fibrosis. Sebagai buruh tambang, Huang Yisheng bertahan hidup dengan pendapatan yang minim, sehingga dia tidak mampu membiayai perawatan medis yang cukup untuk penyakit paru-paru atau untuk transplantasi paru-paru. Meskipun demikian, personil medis pada Rumah Sakit Huaxi memutuskan untuk melakukan transplantasi paru-paru untuknya. Setelah operasi, rumah sakit berkata bahwa suksesnya operasi "mengindikasikan penyakit paru-paru pasien dengan pulmonary fibrosis kemungkinan dapat disembuhkan." Kesehatan Huang Yisheng sampai sekarang belum diketahui. Satu hal penting yang sering terlewatkan dari kasus ini adalah bahwa rumah sakit tidak pernah menyebutkan sumber organ yang digunakan untuk operasi Huang Yisheng. Karena industri transplantasi organ di China tidak diawasi, dan dari bukti-bukti yang berlimpah tentang pengambilan organ dari para praktisi Falun Gong secara besar-besaran, ada kemungkinan bahwa organ yang digunakan berasal dari seorang pendonor non-sukarela yang mungkin masih hidup pada saat pembedahan.

description

Berisi tentang kasus tranplantasi organ dan pembahasannya secara hukum negara dan agamaBywww.catatandokter.com

Transcript of Kasus Transplantasi Organ Dan Pembahasannya

Page 1: Kasus Transplantasi Organ Dan Pembahasannya

Kasus Transplantasi Organ dan PembahasanyaDIPOSKAN OLEH EKOBLOGSPOTDI 14.19 0 KOMENTAR

Sumber Organ Transplantasi Sepasang Paru-Paru Yang Mencurigakan

Pada tanggal 12 September 2007, surat kabar Yanzhao Metropolis Paper melaporkan berita tentang

keberhasilan pertama kasus transplantasi sepasang paru-paru.

Pada tanggal 11 September, Rumah Sakit Huaxi mengadakan sebuah konferensi pers dan

mengumumkan tentang kesuksesan kasus transplantasi sepasang paru-paru pertama di Provinsi

Sichuan. Laporan Metropolis Yanzhao mengatakan bahwa seorang wartawan Chengdu Daily

mengetahui bahwa setelah enam jam operasi, personil medis pada Rumah Sakit Huaxi dengan

sukses mengadakan transplantasi paru-paru untuk pasien Huang Yisheng, yang telah didiagnosa

mengidap pulmonary fibrosis berat.

Huang Yisheng, 38 tahun asal Kota Bazhong, pernah menjadi seorang pekerja tambang di Provinsi

Shannxi sejak ia berusia 21 tahun. Pada bulan Desember 2006, ia tiba-tiba pingsan pada saat tengah

bekerja di pertambangan tersebut. Hasil diagnosa rumah sakit setempat menyatakan sepertinya dia

mengidap radang paru-paru dan dikatakan paru-parunya telah terkena pulmonary fibrosis.

Sebagai buruh tambang, Huang Yisheng bertahan hidup dengan pendapatan yang minim, sehingga

dia tidak mampu membiayai perawatan medis yang cukup untuk penyakit paru-paru atau untuk

transplantasi paru-paru. Meskipun demikian, personil medis pada Rumah Sakit Huaxi memutuskan

untuk melakukan transplantasi paru-paru untuknya. Setelah operasi, rumah sakit berkata bahwa

suksesnya operasi "mengindikasikan penyakit paru-paru pasien dengan pulmonary fibrosis

kemungkinan dapat disembuhkan." Kesehatan Huang Yisheng sampai sekarang belum diketahui.

Satu hal penting yang sering terlewatkan dari kasus ini adalah bahwa rumah sakit tidak pernah

menyebutkan sumber organ yang digunakan untuk operasi Huang Yisheng. Karena industri

transplantasi organ di China tidak diawasi, dan dari bukti-bukti yang berlimpah tentang pengambilan

organ dari para praktisi Falun Gong secara besar-besaran, ada kemungkinan bahwa organ yang

digunakan berasal dari seorang pendonor non-sukarela yang mungkin masih hidup pada saat

pembedahan.

Page 2: Kasus Transplantasi Organ Dan Pembahasannya

Pembahasan Transplantasi Organ

Teknik transplantasi, dimungkinkan untuk memindahkan suatu organ atau jaringan tubuh manusia

yang masih berfungsi baik, baik dari orang yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, ke

tubuh manusia lain.

Dalam penyembuhan suatu penyakit, adakalanya transpalntasi tidak dapat dihindari dalam

menyelamatkan nyawa si penderita. Dengan keberhasilan teknik transplantasi dalam usaha

penyembuhan suatu penyakit dan dengan meningkatnya keterampilan dokter – dokter dalam

melakukan transplantasi, upaya transplantasi mulai diminati oleh para penderita dalam upaya

penyembuhan yang cepat dan tuntas.

Untuk mengembangkan transplantasi sebagai salah satu cara penembuhan suatu penyakit tidak

dapat bagitu saja diterima masyarakat luas. Pertimbangan etik, moral, agama, hokum, atau social

budaya ikut mempengaruhinya.

Pengertian Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke

tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.

Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:

1. Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang

itu sendiri.

2. Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh

orang lain.

3. Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies ke tubuh

spesies lainnya.

Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :

1. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah

meninggal.

2. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh

sendiri atau tubuh orang lain.

Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan transplantasi,

yaitu:

1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil

jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan jaringan /

organ.

Page 3: Kasus Transplantasi Organ Dan Pembahasannya

2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan / organ tubuh baru

sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan / organ tersebut, untuk berfungsi baik,

mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.

Sejarah dan Perkembangan Transplantasi

Tahun 600 SM di India, Susruta telah melakuakan transpalantasi kulit. Semantara jaman

Renaissance, seorang ahli bedah dari Itali bernama Gaspare Tagliacozzi juga telah melakukan hal

yang sama.

Diduga John Hunter ( 1728 – 1793 ) adalah pioneer bedah eksperimental, termasuk bedah

transplantasi. Dia mampu membuat criteria teknik bedah untuk menghasilkan suatu jaringan

trnsplantasi yang tumbuh di tempat baru. Akan tetapi sistim golongan darah dan sistim

histokompatibilitas yang erat hubungannya dengan reaksi terhadap transplantasi belum ditemukan.

Pada abad ke – 20, Wiener dan Landsteiner menyokong perkembangan transplantasi dengan

menemukan golongan darah system ABO dan system Rhesus. Saat ini perkembangan ilmu

kekebalan tubuh makin berperan dalam keberhasilan tindakan transplantasi.

Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat searah dengan perkembangan teknik

transplantasi. Ilmu transplantasi modern makin berkembeng dengan ditemukannya metode – metode

pencangkokan, seperti :

a. Pencangkokkan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner olah Dr. George E.

Green.

b. Pencangkokkan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernhard, walaupun

resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.

c. Pencakokkan sel – sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita Parkinson oleh Dr.

Andreas Bjornklund.

Masalah Etik dan Moral dalam Transplantasi

Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah (a) donor hidup, (b) jenazah dan

donor mati, (c) keluarga dan ahli waris, (d) resepien, (e) dokter dan pelaksana lain, dan (f)

masyarakat. Hubungan pihak – pihak itu dengan masalah etik dan moral dalam transplantasi akan

dibicarakan dalam uraian dibawah ini.

a. Donor Hidup

Adalah orang yang memberikan jaringan / organnya kepada orang lain ( resepien ). Sebelum

memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko yang dihadapi,

baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk kehidupannya lebih lanjut sebagai

kekurangan jaringan / organ yang telah dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, sesorang

Page 4: Kasus Transplantasi Organ Dan Pembahasannya

tidak boleh mengalami tekanan psikologis. Hubungan psikis dan omosi harus sudah dipikirkan oleh

donor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.

b. Jenazah dan donor mati

Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh – sungguh

untuk memberikan jaringan / organ tubuhnya kepada yang memerlukan apabila ia telah meninggal

kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan apabila sebelum meninggal,

donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk

mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana transplantasi

telah melakukan upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk mengejar organ yang akan

ditransplantasikan

c. Keluarga donor dan ahli waris

Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling pengertian

dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan emosi di kemudian hari.

Dari keluarga resepien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan kepada donor dan keluarganya

dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk mencegah tinmulnya rasa tidak

puas kedua belah pihak.

d. Resipien

Adalah orang yang menerima jaringan / organ orang lain. Pada dasarnya, seorang penderita

mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang hidup atau meringankan

penderitaannya. Seorang resepien harus benar – benar mengerti semua hal yang dijelaskan oleh tim

pelaksana transplantasi. Melalui tindakan transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang

besar bagi kehidupan resepien. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas

dan ada kemungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi berarti

ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di masa yang akan datang.

e. Dokter dan tenaga pelaksana lain

Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat parsetujuan dari donor,

resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal – hal yang mungkin akan

terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan emosi di kemudian hari

dapat dihindarkan. Tnaggung jawab tim pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan

ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana

hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan – pertimbangan kepentingan pribadi.

f. Masyarakat

Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi. Kerjasama tim

pelaksana dengan cara cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama diperlukan unutk

mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha transplantasi. Dengan

Page 5: Kasus Transplantasi Organ Dan Pembahasannya

adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang segera diperlikan, atas tujuan luhur, akan

dapat diperoleh.

Transplantasi Ditinjau dari Aspek Hukum

Pengaturan mengenai transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia telah diatur

dalam hukum positif di Indonesia. Dalam peraturan tersebut diatur tentang siapa yang berwenang

melakukan tindakan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia, bagaimana prosedur

pelaksanaan tindakan medis transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia, juga tentang

sanksi pidana. Dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan bagi pelaku pelanggaran baik yang

tidak memiliki keahlian dan kewenangan, melakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh

manusia tanpa persetujuan donor atau ahli waris, memperjual belikan organ dan atau jaringan tubuh

manusia diancam pidana penjara paling lama 7 (tujuh ) tahun dan denda paling banyak

Rp.140.000.000,- (seratus empat puluh juta) sebagaimana diatur dalam Pasal 81 ayat (1)a, Pasal 81

ayat (2)a, Pasal 80 ayat (3), dan sanksi administratif terhadap pelaku pelanggaran yang melakukan

transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh manusia yang diatur dalam Pasal 20 ayat (2) PP No. 81

Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Minis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat

dan/atau Jaringan Tubuh Manusia.

Untuk menanggulangi perdagangan gelap organ dan/atau jaringan tubuh manusia diatur

dalam UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang

berisi ketentuan mengenai jenis perbuatan dan sanksi pidana bagi pelaku yang terdapat dalam Pasal

2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 11, Pasal 13, dan Pasal 17, dengan pidana penjara paling

singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.

120.000.000, (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000, (enam ratus juta

rupiah). Sedangkan sebagai bentuk perlindungan terhadap anak yang juga rentan terhadap tindakan

eksploitasi perdagangan gelap transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh telah diatur dalam Pasal

47 dan Pasal 85 UU NO. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, serta yang berisi ketentuan

mengenai jenis tindak pidana dan sanksi pidana yang dapat dikenakan terhadap pelakunya.

Dalam melakukan tindakan medis transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh manusia seorang

dokter harus melakukannya berdasarkan standart profesi serta berpegang teguh pads Kode Etik

Kedokteran Indonesia (KODEKI).

Pada saat ini peraturan perundang – undangan yang ada adalah Peraturan Pemerintah No. 18 tahun

1981, tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan

Tubuh Manusia. Pokok – poko peraturan tersebut, adalah

Pasal 10

Page 6: Kasus Transplantasi Organ Dan Pembahasannya

Transplantasi alat unutk jaringna tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan –

ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu harus dengan persetujuan

tertulis penderita dan / keluarganya yang trdekat setelah penderita meninggal dunia.

Pasal 14

Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari

korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan pernyataan tertulis keluarga terdekat.

Pasal 15

Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh calon

donor hidup, calon donor yang bersngkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang merawatnya,

termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat – akibat dan kemungkinan – kemungkinan

yang dapat terjadi. Dokter yang merawatnya harus yakin benar bahwa calon donor yang

bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.

Pasal 16

Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu kompensasi material

apapun sebagai imbalan transaplantasi.

Pasal 17

Dilarang memperjual – belikan alat atau jaringan tubuh manusia.

Pasal 18

Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ked an dari

luar negri

Tranplantasi Organ Menurut Hukum Islam

Transplantasi adalah pemindahan organ tubuh dari orang sehat atau mayat yang organ tubuhnya

mempunyai daya hidup dan sehat kepada tubuh orang lain yang memiliki organ tubuh yang tidak

berfungsi lagi sehingga resipien (penerima organ tubuh) dapat bertahan hidup secara sehat.

Islam memerintahkan agar setiap penyakit diobati. Membiarkan penyakit bersarang dalam tubuh

dapat berakibat fatal, yaitu kematian. Membiarkan diri terjerumus pada kematian adalah perbuatan

terlarang,

�و�ا ل ـ� ت قـ� ـ ت ه�م� وال ف�س ـ� ن �ن� ا ان الله إ �م� ك �ك �م�ا ب ح�ي )29:  النسآء ( ر

"... dan janganlah kamu membunuh dirimu ! Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu." (QS.

An-Nisa 4: 29)

Page 7: Kasus Transplantasi Organ Dan Pembahasannya

Maksudnya, apabila sakit, berobatlah secara optimal sesuai dengan kemampuan karena setiap

penyakit sudah ditentukan obatnya. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa seorang Arab Badui

mendatangi Rasulullah saw. seraya bertanya, Apakah kita harus berobat? Rasulullah menjawab, “Ya

hamba Allah, berobatlah kamu, sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan juga

(menentukan) obatnya, kecuali untuk satu penyakit.” Para shahabat bertanya, “Penyakit apa itu ya

Rasulullah?” Beliau menjawab, “Penyakit tua.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Nah, transplantasi termasuk salah satu jenis pengobatan. Dalam kaidah metode pengambilan hukum

disebutkan Al-Ashlu fil mu’amalati al-ibaahah illa ma dalla daliilun ‘ala nahyi. (Pada prinsipnya, urusan

muamalah (duniawi) itu diperbolehkan kecuali kalau ada dalil yang melarangnya). Maksudnya, urusan

duniawi silakan dilakukan selama tidak ada dalil baik Al Quran ataupun hadits yang melarangnya.

Transplantasi bisa dikategorikan urusan muamal (duniawi). Kalau kita amati, tidak ada dalil baik dari

Al Qur’an ataupun hadits yang melarangnya. Jadi trasplantasi itu urusan duniawi yang diperbolehkan.

Persoalannnya, bagaimana hukum mendonorkan organ tubuh untuk ditransplantasi? Islam

memerintahkan untuk saling menolong dalam kebaikan dan mengharamkannya dalam dosa dan

pelanggaran.

او عـ و�ا ت ـ� �ر' على ن �ب �ق�وى ال �و�ا والت عاون ت � على وال �م �ث �إل �ع�د�وان� ا )2:  المـائـدة ( وال

"Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong

dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al-Maidah 5 :2)

Menolong orang lain adalah perbuatan mulia. Namun tetap harus memperhatikan kondisi pribadi.

Artinya, tidak dibenarkan menolong orang lain yang berakibat membinasakan diri sendiri,

sebagaimana firman-Nya,

ق�و�ا وال ـ� ل ـ� �م� ت �ك �د�ي ي �أ �لى ب ة� إ �ك �ه�ل )195:  البقرة ( الت

“…dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah 2:

195)

Jadi, jika menurut perhitungan medis menyumbangkan organ tubuh itu tidak membahayakan

pendonor atau penyumbang, hukumnya boleh, bahkan dikategorikan ibadah kalau dilakukan secara

ikhlas. Namun, bila mencelakakannya, hukumnya haram. Lalu, bagaimana dengan pemanfaatan

organ tubuh manusia yang sudah meninggal? Ada dua pendapat tentang masalah ini.

Page 8: Kasus Transplantasi Organ Dan Pembahasannya

Pendapat pertama mengatakan, haram memanfaatkan organ tubuh manusia yang sudah meninggal,

karena sosok mayat manusia harus dihormati sebagaimana ia dihormati semasa hidupnya.

Landasannya, sabda Rasulullah saw., “Memotong tulang mayat sama dengan memotong tulang

manusia ketika masih hidup.” (HR. Abu Daud)

Pendapat kedua menyatakan, memanfaatkan organ tubuh manusia sebagai pengobatan dibolehkan

dalam keadaan darurat. Alasannya, hadits riwayat Abu Daud yang melarang memotong tulang mayat

tersebut berlaku jika dilakukan semena-mena tanpa manfaat. Apabila dilakukan untuk pengobatan,

pemanfaatan organ mayat tidak dilarang karena hadits yang memerintahkan seseorang untuk

mengobati penyakitnya lebih banyak dan lebih meyakinkan daripada hadits Abu Daud tersebut.

Akan tetapi pemanfaatannya harus mendapat izin dari orang tersebut (sebelum ia wafat) atau dari ahli

warisnya (setelah ia wafat). Tanpa mengurangi rasa hormat kepada pendapat pertama, menurut

hemat saya, pendapat kedua lebih logis untuk diterima. Karena itu wajar kalau sebagian besar ulama

madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, Hanbali, dan ulama Zaidiyyah membolehkannya. Kesimpulannya,

transplantasi merupakan cara pengobatan yang diperbolehkan Islam.

Menjadi pendonor hukumnya mubah (boleh) bahkan bernilai ibadah kalau dilakukan dengan ikhlas

asal tidak membinasakan pendonor dan menjadi haram bila membinasakannya. Orang meninggal

boleh dimanfaatkan organnya untuk pengobatan dengan catatan sebelum wafat orang tersebut

mengizinkannya. Wallahu A’lam.

Transplantasi Organ di Tinjau dari Kode Eitk Kedokteran

Transplantasi organ berkaitan dengan kode etik kedokteran pasal 2 yang berbunyi “ Seorang dokter

harus selalu senantiasa melakukan profesinya sesuai dengan standart profesi yang tertingi”  yang di

maksud dengan ukuran tertinggi dalam melakukan profesi kedokteran adalah yang sesuai dengan

ilmu kedokteran mutakhir, sarana yang tersedia, kemampuan pasien, etika umum, etika kedokteran,

hukum dan agama.

Ilmu kedokteran yang menyangkut segala ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah di ajarkan

dan dimiliki harus di pelihara dan di pupuk, Sesuai dengan  kemampuan dan fitrah dokter tersebut.

Etika umum dan etika kedokteran harus diamalkan dalam melaksanakan proefesi dengan tulus ikhlas,

jujur dan rasa cinta terhadap sesama manusia, serta penampilan tingkah laku, tutur kata dan

berbagai sifat lain yang terpuji, seimbang dengan martabat jabatan dokter.

Dalam pasal itu di sebutkan bahawa seorang dokter profesi kedokteran adalah yang sesuai

dengan ilmu kedokteran mutakhir, sarana yang tersedia, kemampuan pasien, etika umum, etika

Page 9: Kasus Transplantasi Organ Dan Pembahasannya

kedokteran, hukum dan agama. Bahaw dokter dalam melaksanakan tugasnya termasuk transplantasi

harus berdasarkan  etika, hukum dan agama.