Kasus PARU

download Kasus PARU

of 26

description

kasus paru, ilmu penyakit dalam

Transcript of Kasus PARU

BAB ILAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama: Ny, KUsia

: 66 TahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: Marongan, RT 5, RW 4, Sukamakmur, Kajoran, MagelangPekerjaan: PetaniStatus

: Sudah Menikah

Agama: Islam

Datang ke Rumah Sakit pada tanggal: 3 Mei 2014 Datang dari IGDAnamnesa tanggal 3 Mei 2014

A. SUBYEKTIF

Keluhan Utama

:

Batuk disertai darah

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan batuk disertai darah sejak kemarin. Darah yang keluar hanya sedikit. Sebelumnya pasien hanya mengeluhkan batuk biasa. Pasien menyatakan 4 bulan yang lalu pernah dirawat di RST karena batuk berdahak dengan dahak putih kekuningan, namun tidak pernah disertai dengan adanya darah. Pasien merupakan pasien penyakit paru di diagnosa TB Paru sejak 4 bulan. Pasien juga menyatakan bahwa sekarang pasien rutin minum obat selama 6 bulan dan baru dilakukan selama 4 bulan tanpa putus obat.

Pasien mengeluhkan adanya berkeringat. Berkeringat dirasakan pada malam hari saja. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Pasien menyangkal adanya mual dan muntah, menyangkal adanya demam. Pasien menyatakan adanya sesak, sesak jika pasien batuk saja dan menyangkal adanya sesak dalam keadaan aktifitas. Pasien juga menyangkal adanya nyeri dada seperti ditusuk ataupun ditindih serta tidak adanya nyeri yang menjalar ke tangan, punggung ataupun organ lainnya. Selain itu juga pasien menyangkal adanya rasa berdebar-debar di bagian dada.

Pasien menyatakan bahwa sejak 4 bulan yang lalu pasien merasakan adanya penurunan nafsu makan, serta sejak 4 bulan yang lalu terjadi penurunan berat badan. Berat badan menurun 5 kg tiap 1 bulan.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien merupakan pasien dengan TB paru dan telah terdiagnosa sejak 4 bulan yang lalu

Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluhan serupa pada keluarga disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat diabetes mellitus disangkal.

Riwayat Pengobatan

Sedang menjalankan terapi untuk penyakit TB Paru dan baru minum obat selama 4 bulan

Sudah minum obat batuk namun tidak kunjung sembuh

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merupakan pasien dengan BPJS

B. Obyektif

Keadaan Umum: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis (E4V5M6)Vital Sign

:

TD

: 140/80 mmHg Nadi

: 82x/menit Suhu

: 36,6 C RR

: 24x/menitKepala dan Leher:

Conjungtiva anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-) IVP dan KGB normalThoraks

:

Cor

Inspeksi: IC tidak terlihat

Palpasi: IC tidak kuat angkat

Perkusi: Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra

Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra

Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra

Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra Pulmo

Inspeksi: Simetris

Palpasi

: Vokal Fremitus kanan = kiri

Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi: Suara dasar Vesikuler +/+, Rhonki +/+, Wheezing +/+

Abdomen:

Inspeksi: Cembung

Auskultasi: BU (+) 4x/menit

Perkusi: Timpani

Palpasi: Soefl, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, CVA (-/-)

Extremitas

Edema -/-

Sianosis -/-

Akral hangat

Tidak kering

Capilla refil (dbn)

Motorik 5/5 5/5

Daftar Masalah

Subyektif

Batuk berdarah

Sesak jika batuk

Berkeringat pada malam hari

Nafsu makan menurun

Penurunan berat badan 5 kg dalam sebulan selama 4 bulan

Riwayat Tb Paru

Obyektif

Td : 140/80.HIPOTESAPasien diatas kemungkinan menderita hemoptisis ec Tb Paru, DD Bronkitis Kronik, Pneumonia, BronkiektaksisPENATALAKSANAAN

DIAGNOSA Pemeriksaan darah ( WBC, RBC, HGB, HCT, MCV, MCHC, PLT)

Diffcount

Kimia darah ( GDS, SGOT, SGPT)

Sputum BTA S P S

Ro Thorax PATERAPI Supportif : RL 16 tpm

Causatif: Viciline, RHE Simptomatik:

Salbutamol 3 x 2 mg

Cefotaxim 2 x 1

OBH 3 x 1

MONITORING Ku dan VS Gejala klinis : Batuk darah, sesak EsoEDUKASI Istirahat yang cukup Minum obat teratur

Makan makanan yang bergizi

Selama perawatan, pasien memakai masker

Kalau batuk, tutup dengan tangan, saptu tangan, maskerFollow Up(Tgl 03 05 2014)

SOAP

Batuk berdahak diserta darah sejak kemarin Berkeringat malam hari Penurunan nafsu makan Sesak jika batuk Demam (-) Ku/kes : Cm, sakit sedang

Vs :

Td : 140/80

N : 82x/menit

S: 36,6

R: 22x/ menit

Mata : Ca-/- Si -/-

Jvp (dbn)

Kgb (dbn)

Pulmo:

I : Simetri

P: VF ka = ki

P: Sonor

A:Sdv+/+, rh +/+ wh +/+

Cor:

I: Ic tdk tampak

P: Ic tdk kuat angkat

P: Redup

A: s1>s2 reg. M(-) g(-)

Abd:

I: Datar

A: Bu (+) n

P: NT (-)Hepar tdk teraba, lien tdk teraba

P: Timpani

Ekst :

Edemea -/-

Cr< 2dtk

Hangat hemoptisis ec Tb Paru DD obs paru (Bronkitis kronik, Pneumonia, Bronkiektasis) HTDIAGNOSTIK

PDL

Diff count

Kimia Darah

Sputum BTA

Smear gram & kultur sputum

Ro/ Thorax PA

Th/

Supportif :

Asering 18 tpm

Causatif :

Cefo 2 x 1

Simptom :

Pamol 3 x 1Amlodipin 1 x 20

Kalnex

MONITORING

Ku & ttv

Gejala klinis

ESO

EDUKASI

Bed rest

Minum obat teratur

Selama perawatan pasien memakai masker

Kalau batuk tutup dengan tangan, sapu tangan atau masker

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah lengkap (03 05 2-14)

JENIS PEMERIKSAANHASILREFERENSI

WBC4,7 10/mm3.5 10.0

LYM32,5 %17.0 48,0

GRAN58,6 %43,0 76,0

MON8,9 %4,0 10,0

RBC4,73 3,8 5,80

HGB13,0 g/dL11.0 16.5

HCT38,6 %35.0 50.0

MCV82 m80.0 97.0

MCH27,5 Pg26.5 33.5

MCHC33.8 g/dL31.5 35.0

RDW_CV15.9 %10 15

PLT290 10/mm150 450

MPV7,1 m7.4 11.0

PCT.205 %.100 - .500

PDW13,6%10.0 18.0

2. Kimia Darah (03-05-2014)Jenis PemeriksaanHasilReferensi

Gula darah 120 mg/dl70-115

Urea22 mg/dl17 43

Creatinin1.0 mg/dl0.675 1.300

SGOT30 U/l 0.000 37.000

SGPT22U/l 0.0 41.00

(Tgl 04 05 2014)

SOAP

Batuk berdahak diserta sedikit darah Berkeringat malam hari Penurunan nafsu makan Sesak jika batuk Demam (-) Ku/kes : Cm, sakit sedang

Vs :

Td : 140/80

N : 82x/menit

S: 36,6

R: 22x/ menit

Mata : Ca-/- Si -/-

Jvp (dbn)

Kgb (dbn)

Pulmo:

I : Simetri

P: VF ka = ki

P: Sonor

A:Sdv+/+, rh +/+ wh +/+

Cor:

I: Ic tdk tampak

P: Ic tdk kuat angkat

P: Redup

A: s1>s2 reg. M(-) g(-)

Abd:

I: Datar

A: Bu (+) n

P: NT (-)Hepar tdk teraba, lien tdk teraba

P: Timpani

Ekst :

Edemea -/-

Cr< 2dtk

Hangat Hemoptisis ec Tb Paru obs paru (Bronkitis kronik, Pneumonia, Bronkiektasis) HTDIAGNOSTIK

Kimia Darah (GDS) Sputum BTA

Smear gram & kultur sputum

Ro/ Thorax PA

Th/

Supportif : Asering 18 tpm Causatif : Cefotaxim 2 x 1 Simptom :

Kalnex 3 x 1 ampPamol 3 x 1Amlodipin 1 x 20MONITORING

Ku & ttv

Gejala klinis

ESO

EDUKASI

Bed rest

Minum obat teratur

Selama perawatan pasien memakai masker

Kalau batuk tutup dengan tangan, sapu tangan atau masker

(Tgl 05 04- 2014)

SOAP

Batuk berdahak disertai sedikit darah Berkeringat malam hari mulai berkurang Penurunan nafsu makan Sesak mulai berkurang Demam (-) Ku/kes : Cm, sakit sedang

Vs :

Td : 130/80

N : 80x/menit

S: 35,6R: 18x/ menit

Mata : Ca-/- Si -/-

Jvp (dbn)

Kgb (dbn)

Pulmo:

I : Simetri

P: VF ka = ki

P: Sonor

A:Sdv+/+, rh +/+ wh +/+

Cor:

I: Ic tdk tampak

P: Ic tdk kuat angkat

P: Redup

A: s1>s2 reg. M(-) g(-)

Abd:

I: Datar

A: Bu (+) n

P: NT (-)Hepar tdk teraba, lien tdk teraba

P: Timpani

Ekst :

Edemea -/-

Cr< 2dtk

Hangat hemoptisis ec Tb Paru

DIAGNOSTIK Ro/ Thorax PA

Th/

Supportif : Asering 18 tpm

Causatif :

RHZE 1 x 1 mlmVicilin 2 x 1 gr IV Simptom :

Kalnex 3 x 1 amp

MONITORING

Ku & ttv

Gejala klinis

ESOEDUKASI

Bed rest

Minum obat teratur

Selama perawatan pasien memakai masker

Kalau batuk tutup dengan tangan, sapu tangan atau masker

(Tgl 06 05 2014)

SOAP

Batuk masih sedikit dengan dahak berwarna putih Berkeringat malam hari mulai (-) Nafsu makan mulai meningkat Sesak (-) Demam (-) Ku/kes : Cm, sakit sedang

Vs :

Td : 130/80

N : 80x/menit

S: 36,6

R: 20x/ menit

Mata : Ca-/- Si -/-

Jvp (dbn)

Kgb (dbn)

Pulmo:

I : Simetri

P: VF ka = ki

P: Sonor

A:Sdv+/+, rh -/- wh -/-

Cor:

I: Ic tdk tampak

P: Ic tdk kuat angkat

P: Redup

A: s1>s2 reg. M(-) g(-)

Abd:

I: Datar

A: Bu (+) n

P: NT (-)Hepar tdk teraba, lien tdk teraba

P: Timpani

Ekst :

Edemea -/-

Cr< 2dtk

Hangat hemoptisis ec Tb Paru, Th/

Supportif :

Asering 18 tpm

Causatif :

RHE 1 x 1 malamVicilin 2 x 1 gr iv

Simptom :

Kalnex 3 x 1 amp

MONITORING

Ku & ttv

Gejala klinis

ESO

EDUKASI

Bed rest

Minum obat teratur

Selama perawatan pasien memakai masker

Kalau batuk tutup dengan tangan, sapu tangan atau masker

(Tgl 07 05 2014)

SOAP

Batuk mulai berkurang, dengan sedikit dahak berwarna putih Nafsu makan mulai meningkat Sesak (-) Demam (-) Ku/kes : Cm, sakit sedang

Vs :

Td : 130/80

N : 84x/menit

S: 36,5

R: 18x/ menit

Mata : Ca-/- Si -/-

Jvp (dbn)

Kgb (dbn)

Pulmo:

I : Simetri

P: VF ka = ki

P: Sonor

A:Sdv+/+, rh -/- wh -/-

Cor:

I: Ic tdk tampak

P: Ic tdk kuat angkat

P: Redup

A: s1>s2 reg. M(-) g(-)

Abd:

I: Datar

A: Bu (+) n

P: NT (-)Hepar tdk teraba, lien tdk teraba

P: Timpani

Ekst :

Edemea -/-

Cr< 2dtk

Hangat hemoptisis ec Tb Paru, Th/

Supportif: Asering 18 tpm

Causatif :

Vicilin 2 x 1 gr IV

RHE 1 x 1 malam

Simptom

Dycinone 1 x 1Kalnex 3 x 1 amp

MONITORING

Ku & ttv

Gejala klinis

ESO

EDUKASI

Bed rest

Minum obat teratur

Selama perawatan pasien memakai masker

Kalau batuk tutup dengan tangan, sapu tangan atau masker

(Tgl 08 -0 5 -2014)

SOAP

Batuk mulai berkurang, dengan sedikit dahak berwarna putih Nafsu makan mulai meningkat Sesak (-) Demam (-) Ku/kes : Cm, sakit sedang

Vs :

Td : 130/80

N : 84x/menit

S: 36,5

R: 18x/ menit

Mata : Ca-/- Si -/-

Jvp (dbn)

Kgb (dbn)

Pulmo:

I : Simetri

P: VF ka = ki

P: Sonor

A:Sdv+/+, rh -/- wh -/-

Cor:

I: Ic tdk tampak

P: Ic tdk kuat angkat

P: Redup

A: s1>s2 reg. M(-) g(-)

Abd:

I: Datar

A: Bu (+) n

P: NT (-)Hepar tdk teraba, lien tdk teraba

P: Timpani

Ekst :

Edemea -/-

Cr< 2dtk

Hangat hemoptisis ec Tb Paru, Th/

Supportif : Asering 18 tpm

Causatif :

Vicilin 2 x 1 gr IV

RHE 1 x 1 malam

Simptom :

Kalnex 3 x 1 ampDycinone 3 x 1 tabMONITORING

Ku & ttv

Gejala klinis

ESO

EDUKASI

Bed rest

Minum obat teratur

Selama perawatan pasien memakai masker

Kalau batuk tutup dengan tangan, sapu tangan atau masker

DIAGNOSA

Hemoptosis ec TB Paru

TERAPI AKHIRTerapi

FDC 3 tab

Cefotaxim 2 x 1

OBH 3 x 1

Monitoring

Ku dan TTV

Gejala klinis ( Batuk darah, sesak

Eso

Edukasi

a. Pasien : Minum obat dengan teratur

Proteksi diri dengan menggunakan masker

Kalau batuk, tutup dengan tangan, saptu tangan, maskerb. Lingkungan :

Jangan menggunakan alat makan bersama penderita

Ventilasi memadai sehingga sirkulasi baik

Pastikan ventilasi bisa membuat sinar matahari masuk ke dalam rumahBAB II

TINJAUAN PUSTAKAPENDAHULUAN Batuk merupakan suatu ekspirasi yang eksplosive, merupakan mekanisme perlindungan normal untuk membersihkan tracheobronchial dari sekret dan benda asing. Batuk dapat terjadi dengan sengaja atau karena refleks. Batuk dimulai dengan inspirasi dalam diikuti dengan menutupnya glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan penutupan glotis yang menyebabkan tekanan intratoraks meningkat . Ketika glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran napas dan udara luar menghasilkan aliran udara yang cepat melewati trakea. Batuk membantu membuang mukus dan bahan-bahan asing. Saluran pernapasan dimulai dari rongga hidung sampai saluran saluran kecil alveoli paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya penyebab terjadinya perdarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut sobek dan darah mengalir keluar. Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya reflek batuk.

Batuk darah adalah darah atau dahak bercampur darah yang dibatukkan yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (mulai glotis ke arah distal). Batuk darah adalah suatu keadaan menakutkan / mengerikan yang menyebabkan beban mental bagi penderita dan keluarga penderita sehingga menyebabakan takut untuk berobat ke dokter. Biasanya penderita menahan batuk karena takut kehilangan darah yang lebih banyak sehingga menyebabkan penyumbatan karena bekuan darah. Batuk darah pada dasarnya akan berhenti sendiri asal tidak ada robekan pembuluh darah, berhenti sedikit-sedikit pada pengobatan penyakit dasar. Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda suatu penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan. Batuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas bawah laring. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti. Batuk darah masif dapat diklasifikasikan berdasarkan volume darah yang dikeluarkan pada periode tertentu. Batuk darah masif memerlukan penanganan segera karena dapat mengganggu pertukaran gas di paru dan dapat mengganggu kestabilan hemodinamik penderita sehingga bila tidak ditangani dengan baik dapat mengancam jiwa.

DEFINISI

Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah, satau sputum yang berdarah. Sputum mungkin bercampur dengan darah. Mungkin juga seluruh cairan dikeluarkan paru paru berupa darah. Setiap proses yang mengakibatkan terganggunya kontinuitas aliran aliran pembuluh darah paru paru dapat mengakibatkan perdarahan. Batuk darah merupakan suatu gejala yang serius. Mungkin merupakan manifestasi yang paling dini dari tuberkulosis aktif. Sebab sebab lain dari hemoptosis adalah karsinoma bronkogenik, infarksi, dan abses paru

Hemoptisis harus dibedakan dengan hematemesis. Hematemesis disebabkan oleh lesi pada saluran ceran, sedangkan homoptisis disebabkan oleh lesi pada paru atau bronkus/ bronkioulus.

PEMBAHASAN : Pasien ini merupakan pasien dengan TB paru sejak 4 bulan yang lalu serta masih dalam pengobatan TB paru. Kemungkinan hemoptisis yang terjadi pasien ini merupakan manifestasi dari TB Paru yang masih aktif.

KLASIFIKASI

1. Berdasarkan volume darah yang dibatukkan :a)Bercak ( streaking). < 15 20 mL/ 24 jamDarah bercampur dengan sputum hal yang sering terjadi, paling umum pada bronchitis. b)Hemoptisis : 20 600 mL / 24 jamHal ini berarti perdarahan pada pembuluh darah yang lebih besar. Biasanya pada kanker paru, pneumonia, TB atau meboli paru. c)Hemoptisis massif : > 600 mL/ 24 jamBiasanya pada kanker paru, kavitas pada TB Paru, atau bronkiektasisd)PseudohemoptisisPseudohemoptisis adalah batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas laring) atau dari saluran cerna atas (gastrointestinal) atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious).PEMBAHASAN: Menurut klasifikasi volume yang dibatukkan pasien ini termasuk yang hemoptisis dan disebabkan karena TB selain itu darah yang di batukkan oleh pasien tidak sangat banyak. Hanya gumpalan dan tidak terjadi terus menerus dalam sehari.Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap:

Warna darah untuk membedakan dengan hematemesis

Lamanya perdarahan

Terjadi mengi ( wheezing) untuk menilai besarnya obstruktif

Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, respirasi, tingkat

kesadaran.

N0KeadaanBatuk darahMuntah Darah

1ProdormalDarah dibatukkan dengan rasa panas ditenggorokanDarah dimuntahkan dengan rasa mual

2OnsetDarah dibatukkan dapat disertai dengan muntahanDarah dimuntahkan dapat disertai dengan batuk

3TampilanDarah berbuihDarah tidak berbuih

4WarnaMerah segarMerah tua

5IsiLeukosit, mikroorganisme, hemosiderin, makrofagSisa makanan

6PhAlkalisAsam

7RPDPenyakit paruPeminum alkohol, ulcus peptikum, kelainan hepar

8AnemiaKadang tidak dijumpaiSering disertai anemis

9TinjaBlood test (-) / Benzidine test (-)Blood test (+) / benzidine test (+)

PEMBAHASAN: Pada pasien batuk darah berwarna merah segar dimana pada saat pasien batuk tidak ada sisa makanan yang keluar. Dilihat dari RPD, bahwa pasien mempunyai riwayat penyakit paru yaitu TB Paru. Dari pemeriksaan konjungtiva, tidak ditemukan adanya anemis serta dari pemeriksaan darah tidak terjadi penurunan. Sehingga gejala yang dialami pasien sesuai dengan gejala batuk darah2. Berdasarkan penyebabnya :a) Batuk darah idiopatik

Batuk darah idiopatik adalah batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya dengan insiden 0,5 sampai 58%, dimana perbandingan antara pria dan wanita adala 2 : 1. Biasanya terjadi pada usia 30 50 tahun. Kebanyakan 40 60 tahun dan berhenti secara spontan dengan supportif terapi.Teori perdarahan ini sebagai berikut:

Adanya ulserasi mukosa yang tidak dicapai oleh bronkoskopi

Infark paru yang minimal Hipertensi pulmonal

b) Batuk darah sekunder

Adalah batuk yang diketahui penyebabnya

a. Tumor

Karsinoma

Adenoma

b. Infeksi

Bronkiektasis: Campur purulen

Abses paru

: Campur purulen

Tuberkulosis paru: Batuk sedikit sedikit, masif perdarahannya, bergumpal

Pneumonia

: Warna merah bata, encer, berbuih

Bronkitis

: Sedikit sedikit campur darah dan lendir

c. Infark paru

d. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis

e. Perdarah paru

SLE

Idiopatic pulmonary haemosiderosis

f. Cidera pada dada/ trauma

Kontusio pulmonalis

Transbronkial biopsi

Transtorakal biopsi memakai jarum

g. Kelainan pembuluh darah

Malformasi arteriovena

h. Bleeding diathesis

Penyebab hemoptoe terbanyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu : infeksi, tumor, dan kelainan kardiovaskular. Infeksi merupakan penyebab yang sering didapatkan antara lain : tuberkulosis, bronkiektasis, dan abses paru. Pada dewasa muda, TB paru, stenosis mitral, dan bronkiektasis merupakan penyebab tersering. Pada usia diatas 40 tahun karsinoma bronkus merupakan penyebab yang sering didapatkan, diikuti tuberkulosis dan bronkiektasis

PEMBAHASAN: Dari etiologi yang terjadi, pasien ini mengalami batuk darah sekunder yang disebabkan oleh penyakit infeksi yaitu TB Paru. Karena dilihat dari riwayat penyakit dahulu pasien yaitu terdiagnosa TB paru dan masih dalam pengobatan. Tb paru yang sering mengalami manifestasi batuk darah serta dilihat dari usianya 66 tahun dimana batuk darah karena infeksi TB Paru adalah yang terbanyak.PATOFISIOLOGISetiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe.Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :

1. Radang mukosaPada trakeobronkitis akut atau kronik, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan batuk darah2. Infark paruBiasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur

3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler

Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan tekanan darah intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut atau mitral stenosis

4. Kelainan membran alveolokapiler

Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Good pastures sindrom

5. Perdarahan kavita tuberkulosa

Pecahnya pembuluh darah dinding kavita tuberkulosis yang dikenal dengan aneurismus rassmusen ; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif6. Invasif tumor ganas

7. Cidera dada / trauma

Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadnya batuk darah

PEMBAHASAN: Pada pasien ini patofisiologi yang terjadi adalah akibat perdarahan kavita tuberkulosis. Dimana terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif

DIAGNOSA

a. ANAMNESA

Untuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengkap sebaiknya diusahakan untuk mendapatkan data :

Jumlah dan warna

Lamanya perdarahan

Batuknya produktif atau tidak

Sakit dada substernal atau pleuritik

Hubungan perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisi badan dan batuk

Wheezing

Riwayat penyakit paru dan jantung terdahulu

Peradarahan ditempat lain serempak dengan batuk darah

Perokok berat dan telah berlangsung lama

Sakit pada tungkai arau adanya pembengkakan serta sakit dada Hematuria yang disertai dengan batuk darah.

b. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik dicari gejala/ tanda lain diluar paru yang dapat mendasari terjadinya batuk darah. Antara lain : bising sistolik dan opening snap, pembesaran kelenjar limfe, ulserasi septum nasalis, teleangiektasis

c. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto thorak dalam AP dan lateral hendaklah dibuat pada setiap penderita hemoptisis masif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan tempat perdarahan

d. PEMERIKSAAN BRONKOSKOPI

Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian sumber perdarahan dapat diketahui.

Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :

Bila radiologi tidak ditemukan kelainan

Batuk darah yang berulang ulang

Batuk darah masif : sebagai tindakan teraupetik

Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan diagnosis, lokasi perdarahan, maupun persiapan operasi. Namun waktu yang tepat untuk melakukannya merupakan pendapat yang masih kontroversi, mengingat bahwa selama masa perdaraha, bronkoskopi akan menimbulkan batuk yang lebih impulsif, sehingga dapat memperhebat perdarahan disamping memperburuk fungsi pernapasan. Lavase dengan bronkoskop fiberoptik dapat menilai bronkoskopi merupakan hal yang mutlak untuk menentukan lokasi perdarahan.

Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskopi serat optik jauh lebih unggul, sedangkan bronkoskopi metal sangat bermanfaat dalam membersihkan jalan nafas dari bekuan darah serta mengambil benda asing, disamping itu dapat melakukan penamponan dengan balon khusus ditempat terjadinya perdarahan

PENATALAKSANAAN

Tujuan pokok terapi adalah : Mencegah asfiksia

Menghentikan perdarahan

Mengobati penyebab utama

Langkah langkah

:

1. Pemantauan fungsi vital

a. Pemantauan vs, anemia dan kolaps kardiovaskular

b. Pemberian 02 dan pemberian darah dipertimbangkan sejak awal

c. Pasien dibimbing untuk batuk yang benar

2. Mencegah obstruksi saluan nafas

a. Kepala pasien diarahkan ke bawah untuk cegah aspirasi

b. Kadang memerlukan intubasi atau bahkan bronkoskopi

3. Menghentikan perdarahan

a. Pemasangan kateter balon oklusi forgaty untuk tamponade perdarahan

b. Teknik lain adalah dengan pembedahan

4. Mengobati penyakit yang mendasarinya.

Pada penderita tuberkulosis, disamping pengobatan tersebut diatas selalu diberikan secara bersama tuberkulostatika. Kalau perlu diberikan juga antibiotika yang sesuai.

Dasar-dasar pengobatan yang diberikan sebagai berikut :a. Mencegah penyumbatan saluran nafas Bagi penderita yang mempunyai refleks batuk yang baik, dapat diletakkan dalam posisi duduk, atau setengah duduk dan disuruh membatukkan darah yang terasa menyumbat saluran pernapasan. Dapat dibantu dengan pengisapan darah dari jalan na fas dengan alat pengisap. Jangan sekali-kali disuruh menahan batuk. Bagi penderita yang tidak mempunyai refleks yang baik diletakkan dalam posisi tidur miring kesebelah dari mana diduga asal perdarahan, dan sedikit trendelenburg untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat. Kalau masih dapat penderita disuruh batuk bila terasa ada darah di saluran nafas yang menyumbat, sambil dilakukan pengisapan darah dengan alat pengisap. Kalau perlu dapat dipasang tube endotrakeal. Batuk-batuk yang terlalu banyak dapat mengakibatkan perdarahan sukar berhenti. Untuk mengurangi batuk dapat diberikan Codein 10 - 20 mg. Penderita batuk darah masif biasanya gelisah dan ketakutan, sehingga kadang-kadang berusaha menahan batuk. Untuk menenangkan penderita dapat diberikan sedatif ringan (Valium) supaya penderita lebih kooperatif.b. Memperbaiki keadaan umum penderita Bila perlu dapat dilakukan : Pemberian oksigen Pemberian cairan untuk hidrasi Tranfusi darah Memperbaiki keseimbangan asam dan basac.Menghentikan perdarahanPada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan rata-rata dalam 7 hari. Pemberian kantongan es diatas dada, hemostatiks, vasopresim (Pitrissin)., ascorbic acid ikatakan khasiatnya belum jelas. Apabila ada kelainan didalam factor-faktor pembekuan darah, lebih baik memberikan faktor tersebut dengan infus.KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi :

1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran nafas2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadi hemoptosis dapat menimbulkan renjatan hipovolemi

3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasiPenyulit hemoptisis yang biasanya terjadi :

1. Bahaya utama batuk darah adalah penyumbatan trakea dan saluran nafas, sehingga timbul sufokasi yang sering fatal. Penderita tidak tampak anemis tetapi sianosis. Hal ini sering terjadi pada batuk darah masif

2. Pneumonia aspirasi merupakan salah satu penyulit yang terjadi karena darah terhisap ke bagian paru yang sehat

3. Karena saluran nafas tersumbat, maka paru bagian distal akan kolaps dan terjadi ateletaksis

4. Bila perdarahan banyak, terjadi hipovolemi. Anemia timbul bila perdarahan terjadi dalam waktu lama

PROGNOSA

Pada hemoptosis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita mengalami hemoptosis yang rekuren. Sedangkan pada hemoptosis sekunder ada beberapa faktor yang menentuka prognosis

1. Tingkat hemoptosis : hemoptosis yang terjadi pertama kali mempunyai prognosis yang lebih baik

2. Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptosis

3. Cepatnya dilakukan tindakan misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan untuk menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan penderita

a. Hemoptosis < 200ml/.24 jam prognosis baik

b. Hemoptosis masif > 600ml/24 jam prognosis jelek 85% meninggal

1. Dengan bilateral far advance dan faal paru kurang baik

2. Adanya kelainan jantung

BAB III

KESIMPULAN1. Hemoptoe merupakan salah satu gejala pada penyakit paru saluran pernapasan dan atau kardiovaskuler yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi.2. Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal dari nasofaring atau gastrointestinal

3. Pada umumnya hemoptosis ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang masif.4. Tujuan pokok terapi hemoptisis ialah mencegah asfiksia, menghentikan perdarahan dan mengobati penyebab utama dari perdarah itu sendiri.5. Untuk mengurangi asfiksia pasien diharuskan tidur tanpa menggunakan bantal6. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti.7. Untuk pasien hemamptoe, yang terpenting adalah menghentikan perdarahan. Menghentikan perdarahan dengan pemasangan kateter balon oklusi forgaty untuk tamponade perdarahan, bisa juga menggunakan teknik pembedahan8. Pada prinsipnya penanganan hemoptoe ditujukan untuk memperbaiki kondisi kardiopulmoner dan mencegah semua keadaan yang dapat menyebabkan kematian. Penanganan tersebut dilakukan secara konservatif maupun dengan operasi, tergantung indikasi serta berat ringannya hemoptisis yang terjadi.9. Prognosis dari hemoptoe ditentukan oleh tingkatan hemoptoe, macam penyakit dasar dan cepatnya tindakan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wihastuti R, Maria, Situmeang T, Yunus F. 1999. Profil penderita batuk darah yang berobat ke bagian paru RSUP Persahabatan Jakarta. Journal Respir Indo 19 : 54-92. Nugroho, A. 2002. Hemoptisis masif. . Kesehatan Milik Semua : Pusat Informasi Penyakit dan Kesehatan . Penyakit Paru dan Saluran Pernafasan. www.infopenyakit.com3. Alsagaff, Hood. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. pp. 301-54. Arief,Nirwan. 2009. Kegawatdaruratan paru. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI. http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/27bdd48b1f564a5010f814f09f2373c0d805736c.pdf. Diakses pada tanggal 10 Januari 2011.5. Eddy, JB. Clinical assessment and management of massive hemoptysis. Crit Care Med 2000; 28(5):1642-76. Pitoyo CW. Hemoptisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2006. hal.220-17. Osaki S, Nakanishi Y, Wataya H, Takayama K, Inoue K, Takaki Y, etal. 2000. Prognosis of bronchial artery embolization in the management of hemoptysis. Respiration 67:412-68. Amirullah, R. 2004. Gambaran dan Penatalaksanaan Batuk Darah di Biro Pulmonologi RSMTH. Cermin Dunia Kedokteran No.33 : 30-329. PAPDI. 2006. Hemoptisis. Dalam: Rani Aziz, Sugondo Sidartawan, Nasir Anna U.Z., Wijaya Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif. Panduan pelayanan medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI