kasus kematian dr Revdilla
-
Upload
revdillasari -
Category
Documents
-
view
65 -
download
10
description
Transcript of kasus kematian dr Revdilla
PORTOFOLIO
KASUS KEMATIAN
OLEH :
dr. REVDILLA SARI
DOKTER PENDAMPING INTERNSIP:
dr. Sidrati Amir
dr. Afdilla Hamni
RSUD KOTA SAWAHLUNTO
2015
Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta : dr. Revdilla Sari
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kota Sawahlunto
Topik : Laporan Kematian
Tanggal (kasus) : 27 Januari 2015
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Sidrati Amir
Tempat Presentasi : Aula RSUD Kota Sawahlunto
Obyektif presentasi :
√ Keilmuan √ Keterampilan Ο Penyegaran √ Tinjauan
Pustaka
O Diagnostik Ο Manajemen √ Masalah Ο Istimewa
Ο Neonatus Ο Bayi O Anak Ο Remaja √ Dewasa Ο Lansia
Ο Bumil
Deskripsi : Laki-laki 52 tahun, telah didiagnosis dengan penurunan kesadaran ec
susp. Perdarahan Intrakranial ec. susp. Stroke Hemoragik tiba – tiba mengalami
henti nafas dan henti jantung
Tujuan :
- Mampu memberikan pertolongan segera pada pasien henti nafas dan henti
jantung
- Mampu mengenali tanda – tanda kematian dan menentukan kapan seseorang
dinyatakan mati
Bahan Bahasan : √ Tinjauan Pustaka Ο Riset Ο Kasus Ο Audit
Cara Membahas :Ο Diskusi √ Presentasi dan Diskusi Ο Email Ο Pos
Data Pasien : Nama :Mardanus No. Registrasi : 992801
Nama Klinik : RSUD Kota Sawahlunto Telp : -
Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Seorang pasien laki-laki 52 tahun kiriman Puskesmas Tanjung Ampalu, masuk
ke IGD pada jam 18.20 WIB dengan:
Alloanamnesa :
Keluhan Utama : tidak sadarkan diri sejak ± 3 jam yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
- tidak sadarkan diri sejak ± 3 jam yang lalu. Awalnya pasien sedang
mencukur rambut dan mengeluhkan sakit kepala lalu tidak sadarkan diri
setelahnya
- muntah (-)
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien menderita hipertensi tapi tidak teratur minum obat
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
- Riwayat menderita hipertensi
- Riwayat menderita diabetes melitus tidak diketahui
- Riwayat sakit jantung tidak diketahui
4. Riwayat Keluarga :
Tidak diketahui
5. Riwayat Pekerjaan :
-
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : buruk
Kesadaran : koma GCS 3 E1M1V1
Tekanan Darah : 60/palpasi
Nadi : 120 x/menit, tidak kuat angkat, irama teratur
Nafas : 10 x/menit
Suhu : 41,5oC
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Reflek cahaya -/-.
Pupil midriasis 4mm/4mm
Leher : JVP 5 - 2 cm H2O
Paru :
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : sulit dinilai
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : bunyi jantung murni, regular, bising (-)
Abdomen :
Inspeksi : perut tidak tampak membuncit
Palpasi : supel, nyeri tekan sulit dinilai, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : BU (+) ↓
Ekstremitas : Akral dingin, sianosis, refilling kapiler kembali lambat,
edema (-)
Status Neurologikus:
GCS= 3 kesadaran koma
Tanda Rangsang Meningeal: (-)
Tanda-tanda peningkatan TIK: sakit kepala (+) muntah (-)
Motorik : lateralisasi (-)
7. Pemeriksaan Penunjang
EKG:
Laboratorium :
- Hb : 14,1 gr/dl
- Leukosit : 11.800/mm3
- Ht : 40%
- Trombosit : 142.000/mm3
- GDR : 166 gr/dl
8. Diagnosis
- Penurunan kesadaran ec susp. Stroke hemoragik
9. Diagnosis banding:
- Penurunan kesadaran ec. Syok Sepsis
10. Penatalaksanaan
- O2 NRM 10 liter/menit
- IVFD RL guyur 250 cc → TD : 70/40 mmHg → IVFD drip dobutamin 2
ampul dalam D5% 10 tts/i makro titrasi tiap ½ jam bila TD≤100 mmHg
dan pertahankan bila TD≥100mmHg
- Pasang Foley cateter
Pukul 18.30 WIB
- Pasien apneu
- Nafas spontan tidak ada
- Nadi karotis tidak teraba
- Heart rate tidak terdengar
- Dilakukan RJP 5 siklus
↓
- Pasien apneu
- Nafas spontan tidak ada
- Nadi karotis tidak teraba
- Heart rate tidak terdengar
- EKG : VT
- Dilakukan RJP 5 siklus dan diberikan epinefrin 1 ampul bolus cepat
diikuti flush dengan 10 cc NaCl 0,9%
↓
- Pasien apneu
- Nafas spontan tidak ada
- Nadi karotis tidak teraba
- Heart rate tidak terdengar
- EKG : PEA
- Dilakukan RJP 5 siklus
↓
- Pasien apneu
- Nafas spontan tidak ada
- Nadi karotis tidak teraba
- Heart rate tidak terdengar
- EKG : PEA
- Dilakukan RJP 5 siklus dan diberikan epinefrin 1 ampul bolus cepat
diikuti flush dengan 10 cc NaCl 0,9%
↓
- Pasien apneu
- Nafas spontan tidak ada
- Nadi karotis tidak teraba
- Heart rate tidak terdengar
- EKG : Asistol
Jam 18.50 WIB pasien dinyatakan meninggal dihadapan keluarga dan paramedis
Daftar Pustaka
a. Karo, Santoso dkk. 2008. Bantuan hidup jantung lanjut : panduan untuk
tenaga kesehatan. Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskuler Indonesia.
b. Alkatiri J, Bakri S. 2006. Resusitasi Kardio Pulmoner dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi II. Pusat Penerbitan Ilmu penyakit
dalam FKUI. Hal 176 – 180
c. S Sunatrio. 2006. Penentuan Mati. Diambil dari
http://penentuanmati.webs.com/definisimati.htm
d. Stoppler M. Cardiac arrest Symptoms and Causes. Diambil dari
http://www.medicinenet.com/cardiac_arrest_symptoms_and_causes/views
.htm
Hasil Pembelajaran
1. Mengetahui etiologi dan patogenesis yang mendasari terjadinya henti
jantung
2. Mampu memberikan pertolongan pada pasien dengan henti jantung dan
henti nafas dan mengetahui obat – obat yang diberikan
3. Mengetahui kapan resusitasi dihentikan
4. Mampu mengenali tanda – tanda kematian batang otak
5. Mampu menentukan kapan seseorang dikatakan meninggal
Subjektif :
Pasien yang tiba – tiba mengalami henti nafas dan henti jantung mendadak
karena menderita suatu kelainan perfusi oksigen ke jaringan akibat
gangguan peredaran darah otak yang mengakibatkan terjadinya syok dan
gagal napas yang dapat mencetuskan terjadinya kematian jantung
mendadak (sudden cardiac death)
Objektif :
Pada kasus ini, kematian ditetapkan berdasarkan :
- Gejala klinis : penurunan kesadaran, tidak adanya pernapasan spontan
- Pemeriksaan Fisik : tekanan darah tidak terukur, nadi carotis tidak teraba,
pupil dilatasi maksimal, refleks cahaya (-)
- Pemeriksaan penunjang : ditemukan gambaran asistol pada EKG
Assessment :
Pada pasien ini terjadi henti nafas yang tiba – tiba (apnu), tekanan darah
yang tidak terukur dan nadi karotis tidak teraba. Keadaan ini dikenal dengan nama
henti jantung atau cardiac arrest. Cardiac arrest adalah kehilangan fungsi jantung
secara tiba-tiba, saat jantung mendadak berhenti berdetak. Seseorang yang
mengalami henti jantung akan hilang kesadaran, henti nafas, dan denyut nadi serta
tekanan darah tidak ada. Jika usaha resusitasi tidak dimulai dengan segera,
cardiac arrest akan menjadi kematian dalam beberapa menit.
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya.
Namun, umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat
dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah
mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan
mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak.
Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban penurunan
kesadaran dan berhenti bernapas normal. Keadaan henti jantung dan paru dapat
terjadi baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Beberapa penyebab henti
jantung nafas adalah :
Hipoksia, asidosis : karena gagal jantung, kegagalan paru yang berat,
tenggelam, aspirasi, penyumbatan trakea, pneumotoraks, kelebihan dosis
obat, kelainan susunan saraf pusat.
Infark miokard akut : karena fibrilasi ventrikel, cardiac standstill, aritmia
lain, syok, dan edema paru.
Emboli paru : karena penyumbatan aliran darah paru.
Aneurisma disekans : karena kehilangan darah intravaskuar
Gagal ginjal : karena hiperkalemia.
Pada pasien ini dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
telah didiagnosis penurunan kesadaran ec. Susp. Stroke Hemoragik. Syok yang
terjadi akan mengakibatkan gangguan perfusi oksigen ke jaringan sehingga akan
menimbulkan hipoksia. Hipoksia yang terjadi dapat menyebabkan bradikardi,
vasodilatasi, dan hipotensi serta menimbulkan iskemia miokard, infark, aritmia
dan gagal jantung sehingga terjadi henti jantung. Sedangkan hypoxia cerebral
menyebabkan pasien penurunan kesadaran dan berhenti bernapas normal.
Terjadinya henti jantung dan henti nafas pada pasien ini menandakan
bahwa sudah terjadinya proses kematian yang disebut dengan mati klinis.
Kematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi arteri karotis dan arteri femoralis,
terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah atau pernapasan dan terjadinya
penurunan/kehilangan kesadaran. Kematian biologis dimana kerusakan otak tidak
dapat diperbaiki lagi terjadi hanya kurang lebih 4 menit setelah kematian
klinis.oleh karena itu berhasilnya tindakan resusitasi kardiopulmoner tergantung
dari cepatnya tindakan dan tepatnya teknik pelaksanaannya, walaupun dalam
beberapa hal tergantung pula pada faktor penyebabnya.
Henti jantung biasanya terjadi beberapa menit setelah henti nafas.
Umumnya walaupun kegagalan pernafasan telah terjadi, denyut jantung dan
pembuluh darah masih dapat berlangsung terus sampai kira-kira 30 menit. Pada
henti jantung dilatasi pupil kadang tidak jelas. Dilatasi pupil mulai terjadi 45 detik
setelah aliran darah ke otak berhenti dan dilatasi maksimal terjadi dalam waktu 1
menit 45 detik. Bila telah terjadi dilatasi pupil maksimal, hal ini menandakan
sudah 50% kerusakan otak ireversibel.
Pada resusitasi darurat, di mana kita tidak mungkin menentukan mati
batang otak, seseorang dapat dinyatakan mati bila 1) terdapat tanda-tanda mati
jantung atau 2) terdapat tanda-tanda klinis mati otak yaitu bilamana setelah
dimulai resusitasi, pasien tetap tidak sadar, tidak timbul pula nafas spontan dan
refleks muntah (gag reflex) serta pupil tetap dilatasi selama 15-30 menit atau
lebih, kecuali kalau pasien hipotermik, di bawah pengaruh barbiturat atau
anestesia umum.
ALUR PENYEBAB KEMATIAN
Iskemia dan cedera akut SSP (↓O2, glukosa)
Kematian neuron
↓ATP
↑ Glutamat
Apoptosis
Radikal bebas
Asidosis
↑ Asam Laktat
Kematian sel glia
↑Ca2+
Radikal bebas dan perubahan
struktur
Gangguan hemostasis ion sel
Nekrosis
Neurotransmitter
Fungsi serebral terganggu
↑NO
Hipoperfusi Sistemik ↓↓
Multi organ damage
KEMATIAN