Kasus Gizi Buruk

download Kasus Gizi Buruk

of 40

description

26

Transcript of Kasus Gizi Buruk

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    1/40

    1

    Kasus Gizi Buruk, Infeksi, dan Imunusasi Dasar Tidak Lengkap

    Celina Manna

    NIM : 102011047

    Kelompok F8

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta

    [email protected]

    Pendahuluan

    Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia masih banyak terjadi, salah satunya adalah

    gizi buruk dan cakupan imunisasi yang rendah. Gizi buruk sering dialami oleh anak bayi dan

    balita. Selain itu cakupan imunisasi yang rendah pada anak bayi dan balita juga mempengaruhi

    gizi buruk. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk, faktor paling utama adalah

    faktor ekonomi suatu keluarga dan pengetahuan ibu. Sebagai negara berkembang, Indonesia

    masih memiliki banyak penduduk yang miskin dan berpendidikan rendah.1

    Banyak program yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalahgizi buruk dan cakupan imunisasi yang rendah di Indonesia. Salah satu program pemerintah yang

    dijalani oleh pemerintah. Program-program yang dilaksanakan puskesmas untuk meningkatkan

    gizi dan cakupan imunisasi masyarakat terdapat pada upaya wajib dari puskesmas meliputi KIA

    dan upaya peningkatan gizi masyarakat. Program-program puskesmas yang lain juga mendukung

    keberhasilan program imunisasi dan gizi.1

    Epidemiologi

    Masalah gizi adalah gangguan pada berbagai segi kesejahteraan perorangan yang

    disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Balita

    adalah salah satu golongan atau kelompok penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi,

    masalah gizi masih didominasi oleh keadaan kurang gizi seperti anemia besi, gangguan akibat

    kurang yodium, kurang vitamin A dan kurang energy protein (KEP).2,3

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    2/40

    2

    Gambaran keadaan gizi balita diawali dengan cukup banyaknya bayi dengan berat lahir

    rendah (BBLR). Setiap tahun, diperkirakan ada 350 000 bayi dengan berat lahir rendah di bawah

    2500 gram, sebagai salah satu penyebab utama tingginya kurang gizi pada dan kematian balita.

    Tahun 2003 prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 27,5%, kondisi ini jauh lebih baik

    dibandingkan dengan tahun 1989 yaitu sebesar 37,5%, atau terjadi penurunan sebesar 10 %.3,2

    Meskipun secara prevalensi kelihatan menurun namun jika memperhatikan terhadap

    jumlah penduduk dan proporsi balita pada tahun yang sama terlihat beban masalah yang

    dihadapi cukup besar. Jika dilihat berdasarkan sebaran di propinsi (Susenas 2003), prevalensi

    yang terendah masalah gizi buruk dan gizi kurang adalah propinsi Bali (16,18%) dan yang

    tertinggi di propinsi Gorontalo (46,11%). Terdapat 14 propinsi dengan prevalensi gizi kurang

    dan gizi buruk masih di atas rata-rata nasional dan 15 propinsi di bawah rata-rata nasional.3,2

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), campak merupakan penyebab utama

    kematian yang bisa dicegah dengan vaksin pada anak-anak. Namun berkat upaya global untuk

    memvaksinasi anak-anak terhadap campak, WHO memperkirakan bahwa lebih dari 13 juta jiwa

    telah diselamatkan. Rubella atau biasa disebut campak Jerman, ditandai dengan ruam merah

    merah muda yang dimulai pada wajah, demam ringan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

    Jika seorang wanita menderita rubella selama kehamilan, dapat menyebabkan cacat keguguran

    atau lahir di bayinya, termasuk tuli, masalah mata, kelainan jantung, dan keterbelakangan

    mental. Waktu pemberian vaksin MMR lebih baik pada usia 15 bulan dan bisa dilakukankembali saat anak berusia 6 tahun.

    3,2

    Masalah gizi dihubungkan dengan: Faktor dan penyebab masalah gizi (agent), faktor

    yang ada pada pejamu (host), faktor yang ada di lingkungan pejamu (environment)

    Menguraikan penyebab dari masalah gizi dan menentukan hubungan sebab akibat:3,2

    Masalah gizi : kekurangan gizi

    Agent: asupan makanan dan penyakit yang dapat mempengaruhi status gizi serta faktor-

    faktor yang berkaitan.

    Host: karakteristik individu yang ada kaitannya dengan masalah gizi (umur, jenis kelamin,

    suku bangsa, dll).

    Environment: lingkungan (rumah, pekerjaan, pergaulan) berkaitan dengan masalah gizi.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    3/40

    3

    Kejadian Luar Biasa3,4

    Adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara

    epidmiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu. Kriteria Kerja KLB:

    1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.

    2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-

    turut menurut jenis penyakitnya.

    3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode

    sebelumnya.

    4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikkan dua kali lipat atau lebih

    bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

    5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau

    lebih dibanding dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya.

    6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu

    menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.

    7. Proposional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan

    dua kali atau lebih periode yang sama dalam kurun waktu/tahun sebelumnya.

    8. Beberapa penyakit khusus: kolera, DBD/DSS:

    a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)

    b.

    Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggusebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

    c. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita: keracunan makanan,

    keracunan pestisida.

    Program Puskesmas

    Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu cara sarana pelayanan

    kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Adapun yang dimaksudkan dengan

    PUSKESMAS ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan

    kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat

    pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,

    terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu

    wilayah tertentu.4

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    4/40

    4

    Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor

    kepadatan penduduk, luas daerah. Keadaan geografikdan keadaan infrastruktur lainnya

    merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas

    merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja

    Puskesmas ditetapkan oleh bupati KDH, dengan saran teknis dari kepala kantor Departemen

    Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen

    Kesehatan Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000

    penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas

    perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas

    Pembantu dan Puskesmas keliling.4

    Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja

    Puskesmas bisa meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah

    penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai

    pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi. Pelayanan

    kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan :4

    Kuratif (pengobatan)

    Preventif (upaya pencegahan)

    Promotif (peningkatan kesehatan)

    Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

    yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan umur,

    sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.

    Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, pengelolaan program

    kerja Puskesmas berpedoman pada empat asas pokok, yakni :4

    1. Asas pertanggung jawaban wilayah

    Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas

    pertanggung jawaban wilayah. Artinya, Puskesmas harus bertanggung jawab atas semua

    masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya. Karena adanya asas yang seperti ini,

    maka program kerja Puskesmas tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya

    sekedar menanti kunjungan masyarakat ke Puskesmas, melainkan harus secara aktif

    yakni memberikan pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan masyarakat. Lebih dari

    pada itu, karena Puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    5/40

    5

    terjadi di wilayah kerjanya, maka banyak dilakukan berbagai program pemeliharaan

    kesehatan dan pencegahan penyakit yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

    masyarakat.

    2. Asas peran serta masyarakat

    Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas peran

    serta masyarakat. Artinya, berupaya melibatkan masyarakat dalam rangka

    menyelenggarakan program kerja tersebut. Bentuk peran serta masyarakat dalam

    pelayanan kesehatan banyak macamnya. Di Indonesia dikenal dengan nama Pos

    Pelayanan Terpadu (POSYANDU).

    3. Asas keterpaduan

    Dalam menyelenggrakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas

    keterpaduan. Artinya, berupaya memadukan kegiatan tersebut bukan saja dengan

    program kesehatan lain (lintas program), tetapi juga dengan program dari sektor lain

    (lintas sektoral). Dengan dilaksanakannya atas keterpaduan ini, berbagai manfaat akan

    dapat diperoleh. Bagi Puskesmas dapat menghemat sumberdaya, sedangkan bagi

    masyarakat, lebih mudah memperoleh pelayanan kesehatan. Keterpaduan lintas program

    adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi

    tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain:

    1)

    Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, Gizi,

    Promosi Kesehatan, Pengobatan,

    2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan

    Promosi Kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan

    kesehatan jiwa

    3) Puskesmas Keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi

    kesehatan, kesehatan gigi

    4)

    Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosikesehatan

    Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya

    Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor

    terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha.

    Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    6/40

    6

    1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

    lurah/kepala desa, pendidikan, agama

    2) Upaya Promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

    lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian

    3) Upaya Kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

    lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB

    4) Upaya Perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala

    desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB

    5) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan

    camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi

    kemasyarakatan

    Upaya Kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,

    tenaga kerja, dunia usaha.

    4. Asas rujukan

    Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas

    rujukan. Artinya, jika tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus

    merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur

    rujukannya adalah berbagai kantor kesehatan.4

    Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan kedudukan

    Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Ini

    disebabkan karena peranan dan kedudukan Puskesmas di Indonesia adalah amat unik. Sebagai

    sarana pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia, maka Puskesmas kecuali bertanggung jawab

    dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, juga bertanggung jawab dalam

    menyelenggarakan pelayanan kedokteran. Adapun fungsi Puskesmas adalah sebagai berikut :4

    1) Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

    2)

    Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan

    kemampuan untuk hidup sehat.

    3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat

    wilayah kerjanya.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    7/40

    7

    Oleh sebab itu, puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan

    kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

    1. Wilayah puskesmas

    Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor

    kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya

    merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas

    merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja

    puskesmas ditetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari Kepala Kantor Departemen

    Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen

    Kesehatan Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata rata 30.000

    penduduk setiap puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas

    perlu ditunjang dengan unit pelayan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas

    Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta

    atau lebih, wilayah kerja puskesmas bilsa meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota

    kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina

    yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi

    koordinasi.5

    2. Pelayanan kesehatan menyeluruh2

    Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas ialah pelayan kesehatan yang meliputipelayanan :

    - Kuratif (pengobatan)

    - Preventif (upaya pencegahan)

    - Promotif (peningkatan kesehatan)

    - Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

    Yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan umur,

    sejak pembuatan dalam kandungan sampai tutup usia.

    3.

    Pelayanan kesehatan integrasi (terpadu)

    Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu satu kecamatan terdiri dari

    Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan,

    Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya. Usaha usaha tersebut masing masing

    bekerja sendiri sdan langsung melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Petugas Balai

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    8/40

    8

    Pengobatan tidak tahu menahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga petugas BKIA tidak

    mengetahui apa yang dilakukan oleh Petugas Hygiene Sanitasi dan sebaliknya. Dengan adanya

    sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), maka berbagai

    kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

    Gambar 1. Alur Pelayanan Kesehatan5

    Fungsi puskesmas5

    1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya

    2.

    Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan

    kemampuan untuk hidup sehat

    3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat

    wilayah kerjanya

    Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara :5

    a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka

    menolong dirinya sendiri

    b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan

    sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien

    c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun

    rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan

    ketergantungan

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    9/40

    9

    d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat

    e. Bekerjasama dengan sektor sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program

    puskesmas

    Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas5

    1. Upaya Kesehatan Wajib

    Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komite nasional, regional, dan global serta

    yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatanm derajad kesehatan masyarakat. Upaya

    kesehatan wajib ini harus diselelnggarakan oleh tiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

    Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :

    Upaya Promosi kesehatan

    Upaya Kesehatan Lingkungan

    Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

    Kesehatan Ibu dan Anak,adalah salah satu upaya kesehatan wajib puskesmas yang

    memberi pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui dan bayi serta

    anak balita. Hal ini disebakan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator dalam

    menetapkan derajat kesehatan suatu wilayah atau negara.

    Sementara KB suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak

    kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraankeluarga serta menurunkan angka kematian ibu dan anak.

    Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

    UPGK adalah suatu paket kegiatan yang terpadu guna menanggulangi masalah gizi,

    terutama Kurang Kalori Protein (KKP). Kegiatan-kegiatannya bertolak dari usaha-

    usaha swadaya masyarakat dan sepenuhnya dilakukan oleh tenaga sukarela desa yang

    telah mendapat latihan dan di bawah pengawasan puskesmas.

    Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

    Upaya Pengobatan

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    10/40

    10

    2. Upaya Kesehatan Pengembangan

    Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di

    masyarakat serta yang sesuai dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan

    dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni :

    Upaya Kesehatan Sekolah

    Upaya Kesehatan Olah Raga

    Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

    Upaya Kesehatan Kerja

    Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

    Upaya Kesehatan Jiwa

    Upaya Kesehatan Mata

    Upaya Kesehatan Lanjut Usia

    Upaya pembinaan Pengobatan Tradisional.

    Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama dinas

    kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan

    pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara

    optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Apabila

    puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan padahal telah

    menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggungjawab danwajib menyelenggarakannya.

    Semua kegiatan program pokok yang dilaksanakan di Puskesmas dikembangkan berdasarkan

    program pokok pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) seperti yang dianjurkan

    oleh badan kesehatan dunia (WHO). Yang dikenal denagn basic seven WHO. Basic seven

    tersebut terdiri dari MCHC (Maternal and Child Health Care), MC (Medical Care), ES

    (Environment Sanitation), HE (Health Education) untuk kelompok-kelompok masyarakat,

    Simple Laboratory (Lab. Sederhana), CDC (Communicable Disease Control), dan simple

    statistic (recording/reporting atau pencatatan dan pelaporan).

    Konsep umum yang dapat digunakan untuk mengkaji program pokok Puskesmas meliputi tujuan

    program/kegiatan, target, sasaran dan ruang lingkup kegiatan program Puskesmas, sumber daya

    (staf, logistic, waktu, keuangan, metode dan sebagainya), dan pencatatan/pelaporan program.

    Tujuan umum program pokok Puskesmas ditetapkan oleh Depkes. Tujuan umum setiap program

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    11/40

    11

    harus dijabarkan lagi oleh Puskesmas agar menjadi tujuan operasional masing-masing program

    sesuai dengan perkembangan masalah kesehatan dan faktor-faktor risiko yang berkembang di

    wilayah kerjanya.

    Promosi Kesehatan6

    Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang

    mempunyai dua sisi, yaitu sisi ilmu dan sisi seni. Dalam hal organisasi kesehatan dunia WHO

    telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan :

    Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and

    improve, their health. To reach a state of complete physical, mental dan social, well-being, an

    individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to

    change or cope with environment

    Ruang lingkup promosi kesehatan menurut Prof. Dr.Soekidjo Notoadmodho, ruang

    lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu :

    Dimensi aspek pelayanan kesehatan

    Dimensi tatanan (setting)/tempat pelaksanaan

    Upaya Kesehatan Promotif

    Adalah upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya dari,oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat secara optimal menolong dirinya

    sendiri (mencegah timbulnya masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan

    derajat kesehatannya, dan mampu berperilaku mengatasi apabila masalah kesehatan tersebut

    sudah terlanjur datang), serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai

    sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

    Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok yaitu : promotif,

    preventif, kuratif dan rehabilitative. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi hanya dua aspek

    saja, yakni:

    Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat.

    Aspek preventif dan kuratif dengan sasaran kelompok orang yang mempunyai resiko

    tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    12/40

    12

    Dilihat dari dimensi tingkat pelayanan kesehatan, dapat dilakukan berdasarkan lima

    tingkat encegahan dari Leavel dan Clark, sebagai berikut :

    1. Pencegahan Primerpada individu belum sakit

    - promosi keseharan yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh

    terhadap masalah kesehatan.

    - perlindungan khusus untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.

    2. Pencegahan Sekunderindividu mulai sakit

    - diagnose dini dan pengobatan segera bertujuan mencegah penyebaran,

    menyembuhkan dan mencegah komplikasi.

    - pembatasan cacat, mencegah menjadi lebih buruk.

    - Penerapan pencegahan sekunder pada program kesehatan masyarakat di

    Puskesmas dapat dikaji melalui program gizi melalui penimbangan anak balita,

    program kesehatan ibu dan anak melalui deteksi dini faktor risiko gangguan dan

    kelinan kehamilan.

    3. Pencegahan Tersier- individu sembuh

    - rehabilitative, agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu

    dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan social.

    Upaya Kesehatan Preventif

    Adalah suatu upaya untuk mengendalikan risiko kesehatan; mencegah komplikasi

    penyakit; dan meningkatkan seoptimal mungkin mutu hidup .

    Program pencegahan gizi buruk dilaksanakan beberapa langkah strategis yaitu melakukan

    pemetaan keluarga mandiri sadar gizi bertujuan mengidentifikasi keluarga yang belum

    melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar. Asuhan dan konseling gizi bagi keluarga yang

    belum menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar, bertujuan untuk meningkatkan

    kemandirian anggoata keluarga dalam pelayanan gizi. Kampenya keluarga mandiri sadar gizi.

    Bertujuan meningkatkan kepedulian keluarga untuk selalu menerapkan perilaku gizi yang baikdan benar. Lima tingkatan (tahapan) pencegahan itu adalah:

    1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), penyusunan Standar Kebutuhan Gizi yang di

    Anjurkan, atau pedoman penerapan gizi seimbang yang dulu lebih dikenal dengan 4

    sehat 5 sempurna merupakan bagian dari promosi kesehatan.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    13/40

    13

    2. Perlindungan Khusus (specific Protektion) , pemberian zat gizi tertentu misalnya saja

    Pemberian vitamin A pada anak balita dua kali dalam setahun untuk melindungi anak

    dari kebutahan, merupakan salah satu upaya dalam tahapan perlindungan khusus ini.

    Tahap pertama dan Kedua tingkatan pencegahan ini berada pada periode prepatogenesis.

    3. Diagnosa Dini dan Pengobatan yang tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment),

    sekrening survei berat badan dibawah garis merah pada KMS balita untuk penentukan

    anak balita yang benar-benar menderita gizi kurang dan anak balita yang benar-benar

    tidak menderita gizi kurang adalah salah satu contoh dari tahapan ini.

    4. Mengurangi Kelemahan (Disability Limitation). Pemberian diet sebagai bagian dari

    proses penyembuhan penyakit merupakan bagian dari tahapan ini.

    5. Rehabilitasi, Pemberian makanan yang disesuaikan dengan keadaan pasien merupakan

    bagian dari tahapan ini.

    Penyuluhan

    1. Penyuluhan Gizi; Jenis kegiatan yang akan dilakukan meliputi Advokasi, Sosialiasi,

    Capacity Buiding, Pemberdayaan Masyarakat dan keluarga, Penyiapan sarana dan prasarana,

    Penyuluhan Gizi dan Pelayanan Gizi di Puskesmas maupun di Posyandu. Masing-masing

    dapat dijelaskan sebagai berikut :6

    -

    ADVOKASI adalah proses mempengaruhi perilaku, opini dari pimpinan atau seseorangmelalui penyampaian informasi. Dalam Advokasi yang perlu diperhatikan adalah

    penyajian besar dan luasnya masalah, siapa, dimana, konsekwensi, bagaimana

    menanggulangi, sarana yang diperlukan dan biaya yang diperlukan.6

    - SOSIALISASI yaitu memasyarakatkan suatu informasi atau kegiatan dengan Tujuan

    guna memperoleh pemahaman yang baik sehingga dapat berperan aktif dalam menunjang

    pelaksanaan kegiatan. Program yang telah ditetapkan perlu disosialisasikan kepada

    stakeholder.6

    -

    CAPACITY BUILDING yaitu Untuk mempersiapkan pelaksanaan program perlu

    peningkatan kemampuan petugas yang antara lain dapat dilakukan melalui mini

    lokakarya puskesmas, pelatihan tehnis maupun manajerial sesuai kebutuhan. Misalnya

    Pelatihan kader,Pelatihan permberdayaan keluarga sadar gizi dan lain-lain.6

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    14/40

    14

    - PEMBERDAYAAN MASYARAKAT dan PEMBERDAYAAN KELUARGA yaitu

    kegiatan-kegiatan yang diarahkan pada pemecahan masalaH gizi berdasarkan potensi

    yang dimiliki oleh masyarakat dan keluarga sendiri. Pemberdayaan masyarakat dapat

    dilakukan melalui revitalisasi posyandu, sedangkan pemberdayaan keluarga dapat

    dilakukan melalui revitalisasi UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) dan

    Pemberdayaan institusi.6

    - PENYIAPAN SARANA DAN PRASARANA misalnya KMS (kartu menujuh sehat),

    Materi KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi), ATK (Alat Tulis Kertas) dan lain-lain.6

    - PENYULUHAN GIZI, yaitu kegiatan yang ditujuhkan untuk memasyarakatkan

    pengetahuan gizi secara luas. Guna menanamkan sikap dan perilaku yang mendukung

    kebiasaan hidup sehat dengan makanan yang bermutu gizi seimbang baik masyarakat

    pedesaan maupun perkotaan.6

    2. Penyuluhan Rumah Sehat7

    Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah

    yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana

    pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan

    lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.

    Kriteria rumah sehat:

    1.

    Kering; rumah dikondisikan dengan membangun sistem bangunan yang dikonstruksidengan lingkungan dalam ruangan yang terkontrol. Bisa dilakukan dengan menjaga agar

    sistem saluran air, saluran pembuangan terjaga dengan baik.Begitu pun masalah

    perembesan dan kebocoran rumah, hendaknya diatur agar tidak terjadi.

    2. Bersih; Sistem bangunan yang dimiliki memungkinkan agar rumah bebas kotoran, debu,

    asap serta kontaminan lainnya. Rumah yang berada di dekat jalan raya jelas berbeda

    penangannya dengan rumah yang ada di kompleks persawahan.

    3. Aman; Rumah hendaknya dibangun dengan bentuk, fungsi, dan peralatan yang aman

    bagi penghuni. Konsep ergonomis di setiap piranti hendaknya juga dipikirkan dengan

    matang. Sisi keamanan adalah faktor yang penting, demi menghindari terjadinya

    kecelakaan di dalam maupun di sekitar rumah.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    15/40

    15

    4. Bebas kontaminasi; Gunakan cat rumah dan produk-produk bangunan yang aman dan

    tidak mengganggu kesehatan. Jauhi penggunaan formaldehida untuk meminimalisir

    kontaminasi anggota keluarga.

    5. Memiliki Ventilasi; Ventilasi berfungsi untuk memperlancar pertukaran udara segar.

    Standardnya harus ada di setiap ruangan.

    6. Bebas dari hewan pengganggu; Penghuni hendaknya menjaga agar setiap sudut rumah

    bebas dari hewan pengganggu seperti tikus, kecoa, cicak, dll. Hewan-hewan ini selalu

    berusaha untuk mencari makanan dan sarang di dalam rumah sehingga anda harus benar-

    benar ekstra bekerja keras untuk mengenyahkannya.

    7. Terawat; Rumah yang sehat adalah rumah yang setiap elemennya terawat dan terpelihara

    dengan baik. Para penghuni rumah hendaknya mengatur jadwal khusus untuk saling

    berbagi tugas melakukantugas ini demi kepentingan bersama.

    8. Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut: penyediaan air

    bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan air limbah (air bekas), pembuangan

    sampah, fasilitas dapur, ruang berkumpul keluarga, untuk rumah di pedesaan lebih cocok

    adanya serambi (serambi muka atau belakang).

    3. Penyuluhan Pemberantasan Penyakit Menular

    Adalah menghilangkan atau merubah cara berpindahnya penyakit menular dan infeksi.

    Cara-cara penularan penyakit: penularan langsung dari manusia ke manusia, penularan tidaklangsung, perantara benda/yang kotor (ada kumannya), perantara serangga atau gigitan

    binatang.1

    4. Penyuluhan mengenai hubungan gizi buruk dengan imunisasi8

    Imunisasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

    terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi

    penyakit. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak, tidak hanya memberikan

    perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi

    tingkat imunitas imun yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi. Anak yang tidak

    mendapatkan imunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit infeksi,

    sehingga anak akan jatuh sakit yang mungkin akan menyebabkan turunnya status gizi. Hal

    ini karena penyakitinfeksi dan fungsi kekebalan saling berhubungan erat satu sama lain, dan

    pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi pada anak.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    16/40

    16

    5. Keluarga Berencana

    Di dalam memberikan pelayanan keluarga berencana di perlukan juga komunikasi,

    informasi dan edukasi (KIE) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

    praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB,

    meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya

    proses penerimaan. Menurut media yang digunakan, kegiatan KIE dapat diperinci sebagai

    berikut yaitu radio, televisi, mobil unit penerangan, penerbitan/ publikasi, pers/ surat kabar,

    film, kegiatan promosi, dan Pameran.1

    6. Antenatal Care9

    Suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu

    hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan

    memuaskan (pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care).

    Pelayanan antenatal;

    Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis

    kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa

    kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu

    timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur

    tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.

    Asuhan antenatal HARUS dimulai sedini mungkin.Perencanaan

    Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :

    - sampai 28 minggu : 4 minggu sekali

    - 2836 minggu : 2 minggu sekali

    - di atas 36 minggu : 1 minggu sekali KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor

    risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering

    dan intensif.

    Kunjungan pertama

    Mayoritas wanita mendapatkan pemeriksaan pra-kehamilan mereka yang pertama dan

    terlama pada usia kehamilan sekitar 8 hingga 12 minggu. Semakin awal melakukan

    pemeriksaan, semakin baik. Ibu harus meluangkan banyak waktu untuk berkonsultasi

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    17/40

    17

    dengan dokter atau bidan, bahkan ibu mungkin akan ditawari untuk menjalani pemeriksaan

    ultrasonografi (USG) oleh dokter.

    Pemeriksaan

    Selama kunjungan, periksalah:

    Berat badan ibu. Mayoritas wanita bertambah berat badannya sebesar 10-12,5 kg

    selama kehamilan, kebanyakan terjadi setelah minggu ke-20.

    Tinggi badan ibu. Karena tinggi badan merupakan gambaran kasar mengenai ukuran

    luas panggul.

    Pemeriksaan fisik menyeluruh-jantung dan paru-paru untuk memastikan bahwa

    secara umum ibu berada dalam keadaan sehat.

    Air seni-mintalah ibu menyerahkan contoh air seninya setiap kali mengadakan

    kunjungan.

    Tekanan darah-ukurlah tekanan darah ibu setiap kali kunjungan. Waspadai timbulnya

    hipertensi dalam kehamilan dan per-eklampsia.

    Kunjungan berikutnya

    Setelah kunjungan pra-kelahiran pertama ibu, pengecekan biasanya dilakukan setiap 4

    minggu selama 28 minggu, tiap 2 minggu selama 36 minggu, dan setiap minggu hingga sang

    bayi lahir. Air seni dan tekanan darah ibu, dan seringkali berat ibu, akan dicek. Perut ibu

    akan diraba untuk mencek posisi serta pertumbuhan bayi. Dan dokter atau bidan ibu akan

    mendengarkan detak jantung janin ibu.

    Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita10

    KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indicator perkembangan yang

    bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir

    sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai rapor kesehatan dan gizi (Catatan

    riwayat kesehatan dan gizi ) balita.

    Di Indonesia dan negara - negara lain, pemantauan berat badan balita dilakukan dengan

    timbangan bersahaja ( dacin ) yang dicatat dalam suatu sistem kartu yang disebut Kartu Menuju

    Sehat (KMS). Hambatan kemajuanpertumbuhan berat badan anak yang dipantau dapat segera

    terlihat pada grafik pertumbuhan hasil pengukuran periodik yang dicatat dan tertera pada KMS

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    18/40

    18

    tersebut. Naik turunnya jumlah anak balita yang menderita hambatan pertumbuhan di suatu

    daerah dapat segera terlihat dalam jangka waktu periodik ( bulan ) dan dapat segera diteliti lebih

    jauh apa sebabnya dan dibuat rancangan untuk diambil tindakan penanggulangannya secepat

    mungkin.

    Kondisi kesehatan masyarakat secara umum dapat dipantau melalui KMS, yang

    pertimbangannya dilakukan di Posyandu ( Pos Pelayanan terpadu ). Indikator BB / U dipakai di

    dalam Kartu Menuju Sehat ( KMS ) di Posyandu untuk memantau pertumbuhan anak secara

    perorangan. Pengertian tentang Penilaian status Gizi dan Pemantauan pertumbuhan sering

    dianggap sama sehingga mengakibatkan kerancuan. KMS tidak untuk memantau gizi, tetapi alat

    pendidikan kepada masyarakat terutama orang tua agar dapat memantau pertumbuhan anak,

    dengan pesan Anak sehat tambahumur tambah berat.

    Fungsi KMS :

    1. Sebagai media untuk mencatat / memantau riwayat kesehatan balitasecara lengkap.

    2. Sebagai media penyuluhan bagi orang tua balita tentang kesehatanbalita

    3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan bagi petugas untuk menentukan

    tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita.

    4. Sebagai kartu analisa tumbuh kembang balita

    Fungsi KMS ditetapkan hanya untuk memantau pertumbuhan bukan untuk penilaian

    status gizi. Artinya penting untuk memantau apakah berat badan anak naik atau turun, tidakuntuk menentukan apakah status gizinya kurang atau baik.

    Grafik pertumbuhan KMS dibuat berdasarkan baku WHO NCHS yang disesuaikan

    dengan situasi Indonesia. Gambar grafik pertumbuhan dibagi dalam 5 blok sesuai dengan

    golongan umur balita. Setiap blok dibentuk oleh garis tegak / skala berat dalam kg dan garis

    datar skala umur menurut bulan. Blok 1 untuk bayi berumur 0 12 bulan, blok 2 untuk anak

    golongan umur 13 24 bulan, blok 3 untuk anak golongan umur 25 36 bulan. Grafik

    pertumbuhan untuk bayi dan anak sampai dengan umur 36 bulan terdapat pada halaman dalam

    KMS. Sedangkan untuk anak umur 3760 bulan terdapat pada halaman berikutnya yang dibagi

    menjadi 2 blok yaitu blok ke 4 untuk anak umur 37 48 bulan dan blok ke 5 untuk anak

    golongan yang umur 4960 bulan.

    Dalam setiap blok, grafik pertumbuhan dibentuk dengan garis merah (agak melengkung)

    dan pita warna kuning, hijau dan hijau tua. Dasar pembuatannya sebagai berikut :

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    19/40

    19

    a. Garis merah (agar melengkung) dibentuk dengan menghubungkan angka angka yang

    dihitung dari 70 % median baku WHONCHS.

    b. Dua pita warna kuning di atas garis merah berturut- turut terbentuk masing - masing

    dengan batas atas 75 % dan 80 % median baku WHONCHS.

    c. Dua pita warna hijau muda di atas pita kuning dibentuk masing masing dengan batas

    atas 85 % dan 90 % median baku WHONCHS.

    d. Dua pita warna hijau tua di atasnya dibentuk msing - masing dengan batas atas 95 % dan

    100 % median baku WHONCHS.

    e. Dua pita warna hijau muda dan kuning masing masing pita bernilai 5% dari baku

    median adalah daerah di mana anakanak sudah mempunyai kelebihan berat.

    Cara membaca KMS:

    1.

    Garis yang menghubungkan titik satu ke yang lain apakah mengikuti satu warna atau

    pindah kewarna yang lebih tua.

    2. Bila garis yang menghubungkan titik-titik tersebut pindah kewarna yang lebih tua berarti

    berat badan anak naik.

    3. Bila garis yang dibuat menurun, tetap atau bertambah tetapi pindah ke pita warna yang

    muda berarti berat badan anak tidak naik.

    Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil

    10

    Kartu menuju sehat ibu hamil adalah sebagai alat penyuluhan ibu hami dan alat

    komunikasi antar pemberi pelayanan antenatal. KMS membantu dalam mendeteksi Pre-eklamsi,

    anemia dan resiko tinggi kehamilan lainnya.

    Kartu menuju sehat ibu hamil adalah suatu bentuk kartu yang disimpan oleh ibu sendiri

    yang memeberikan informasi mendalam yang mudah didapatkan tentang kesehatan seorang

    wanita sebelum kehamilan pertama, selam kehamilan, persalinan, masa nifas dan masa antara

    kehamilan berikutnya serta status keluarga berencana.

    KMS ibu hamil terdiri atas:

    Identitas ibu dan kotak untuk memberikan tanda dengan huruf R bagi ibu beresiko tinggi

    (dibagian kanan atas halaman muka).

    Pemantauan kehamilan:

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    20/40

    20

    1. Pertumbuhan janin dengan gravidograf.

    Gravidograf adalah: untuk memantau pertumbuhan janin melalui pengukuran tinggi

    fundus uteri menurut umur kehamilan. Grafik fundus uteri yang berada di kedua grafik

    menunjukkan pertumbuhan janin yang normal. Bila gravik fundus uteri berada dibawah

    garis gravik bawah, kemungkinan pertumbihan janin terganggu. Bila garis grafik fundus

    uteri berada diatas grafik sebelah atas, kemungkinan janin terjadi hydramnion atau

    kehamilan kembar.

    2. Pertumbuhan berat badan yang tidak cukup (misalnya kenaikan berta badan sampai

    kehamilan 28 minggu kurang dari 5 kg) maka ada kemungkinan pertumbuhan janin

    terganggu.

    3. Pemantauan janin dengan memeriksa denyut jantung janin (DJJ) dan letak janin. Bila DJJ

    lambat atau sangat cepat dan lemah, maka kemungkinan terjadi gawat janin.

    4. Pemantauan HB dilakukan terus menerus untuk ibu yang mempunyai HB kurang 11%.

    5. Penyulit kehamilan ditemukan pada setiap kunjungan ditulis untuk mendapatkan

    perhatian khusus dan tindakan yang memadai.

    6. Pemberian tablet Fe dan imunisasi TT dicatat, sehingga datpat dilihat apakah pemberian

    Fe cukup dan apakah pemberian TT sudah lengka.

    Kurva KMS ibu hamil

    Kurva dalam KMS ibu hamil digambarkan menurut tinggi badan (TB), berat bandan (BB) danusia kehamilan. (WHO,1996) penggunaan kurva pada KMS dilakukan dengan cara:

    1. Tebalkan garis kurva yang sesuai dengan tinggi badan ibu.

    2. Bubuhkanlah titik berat badan (BB) pada perpotongan garis berat badan dan umur

    kehamilan.

    3. Bila titik BB terletak diatas garis kurva tebal, maka ini berarti baik, bila titik BB terletak

    dibawah garis tebal, kurang baik. Dianjurkan ibu untuk lebih sering memeriksa

    kehamilannya.

    4.

    Bubuhkan titik BB seperti AB.2 pada kunjungan berikutnya.

    5. Hubungkanlah titik BB hasil penimbangan pada saat ini dengan titik BB sebelumnya.

    Kehamilan ini dianggap baik bila terdapat kenaikan dan berada diatas kurva tebal.

    Cacatan bagi petugas kesehatan.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    21/40

    21

    Catatan ini berfungsi sebagai alat komunikasi antar petugas kesehatan, yaitu dengan

    menuliskan tanggal pelayanan, tempat pelayanan, keluhan ibu, nasehat/ tindakan yang diberikan

    Bahan penyuluhan untuk ibu.

    Penyuluhan meliputi persiapan persalinan, tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan

    ibu dan bayi setelah persalinan, gejala anemia, pre-eklamsi dan eklamsi, pendarahan dari jalan

    lahir, ketuban pecah dini dan infeksi merupakan tanda bahaya yang perlu diketahui ibu.

    Manfaat KMS ibu hamil

    1. KMS ibu hamil bermanfaat sebagai alat untuk memantau kesehatan ibu hamil, gizi,

    pertumbuhan ibu hamil, berat badan, tekanan darah, denyut jantung janin, hemoglobin

    (Hb). Pemberian tablet Fe, pemberian tetanus Toxoid (TT), letak janin sebagai cacatan

    bagi petugas kesehatan dan juga bermanfaat sebagai alat penyuluhan kesehatan ibu.

    Imunisasi8

    Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya

    menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif

    merupakan prioritas. Penurunan insidens penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun

    yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan

    cakupan luas. Demikian juga di Indonesia, dinyatakan bebas penyakit cacar tahun 1972 dan

    penurunan insidens beberapa penyakit menular secara mencolok terjadi sejak tahun 1985,

    terutama untuk penyakit difteria, tetanus, pertusis, campak, dan polio. Untuk dapat melakukan

    pelayanan imunisasi yang baik dan benar diperlukan pengetahuan dan keterampilan tentang

    vaksin (vaksinologi), ilmu kekebalan (imunologi) dan cara atau prosedur pemberian vaksin.

    Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak, tidak hanya memberikan

    perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi

    tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi. Dengan revitalisasi

    posyandu dan program KB diharapkan situasi kesehatan masyarakat dan pertumbuhan penduduk

    dapat dikendalikan kembali. Berkurangnya fungsi Posyandu, pemantauan anak kurang

    mendapatkan perhatian yang tercermin dengan menurunnya kesehatan anak pada umumnya,

    khususnya adanya gizi kurang dan infeksi yang beberapa tahun yang lalu sudah reda menyerang

    anak-anak kembali seperti poliomiolitis, demam tifoid, difteri, campak, demam dengue, dan

    lainnya.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    22/40

    22

    Imun pasif yang didapatkan secara alami adalah kekebalan yang didapatkan

    transplasental, yaitu antibodi diberikan ibu kandungnya secara pasif melalui plasenta kepada

    janin yang dikandungnya. Semua bayi yang dilahirkan telah memiliki sedikit atau banyak

    antibodi dari ibu kandungnya. Sedangkan imun pasif buatan adalah pemberian antibodi yang

    sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak. Seperti halnya pada bayu baru lahir dari

    ibu yang mempunyai HbSAg positif memerlukan immunoglobulin yang spesifik hepatitis B yang

    harus diberikan setelah lahir dengan segera. Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan

    vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi

    secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang

    dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.

    Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu

    immunoglobulin yang non-spesifik atau gamaglobulin dan immunoglobulin yang spesifik yang

    berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan

    vaksinasi penyakit tertentu. Vaksinasi, merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja

    memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari mikroorganisme pathogen. Antigen yang

    diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu

    mengaktivasi limfosit menghasilkan antibodi dan sel memori. Demikian pula, vaksinasi

    mempunyai berbagai keuntungan :

    Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidupnya

    Vaksinasi adalah cost-effectivekarena murah dan efektif

    Vaksinasi tidak berbahaya. Reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang

    dari pada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami.

    Jenis-jenis imunisasi yang wajib dilaksanakan, adalah sebagai berikut :

    1. Hepatitis B Mencegah hepatitis B (kerusakan hati)

    2. BCG Mencegah TB/Tuberkulosis (sakit paru-paru)

    3.

    Polio Mencegah polio (lumpuh pada tungkai-lengan)4. DPT Difteri, Batukrejan, Tetanus

    5. Campak Mencegah campak

    Jadwal Imunisasi :

    0-7 hari HB 0

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    23/40

    23

    1 Bulan BCG, Polio 1

    2 Bulan DPT/HB 1, Polio 2

    3 Bulan DPT/HB 2, Polio 3

    4 Bulan DPT/HB 3, Polio 4

    9 Bulan Campak

    Berdasarkan dari pembahasan di atas, maka imunisasi termasuk hal yang sangat penting

    bahkan wajib dilakukan pada seorang anak semenjak lahir sampai usia 11 bulan. Adapun

    manfaat imunisasi yaitu untuk melindungi bayi dan balita dari beberapa penyakit infeksi yang

    berbahaya. Seorang anak yang perlu mendapat imunisasi yaitu dimulai sejak usia 0 bulan sampai

    dengan 11 bulan. Untuk mendapatkan imunisasi seorang ibu dapat membawa anaknya ke

    Posyandu, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas, keliling, Rumah sakit/rumah bersalin,

    dokter/bidan praktek swasta.

    Cold Chain8

    Cold chain adalah barang-barang yang memerlukan penanganan dengan suhu yang diatur

    dibawah suhu ruangan (ambient). Cold chain adalah barang-barang yang memerlukan

    penanganan extra khusus didalam proses logistiknya mulai dari penerimaan barang,

    penyimpanan, penyiapan hingga pengirimannya. Barang-barang yang dikategorikan cold chain

    diantaranya adalah Vaksin, obat-obtan hormonal dan untuk FMCG misalnya coklat. Karena

    sifatnya yang sedemikian ketat didalam prosedur penangannya, maka cold chain dikatakan

    sebagai puncak dari pada logistik. Untuk menangani barang-barang cold chain diperlukan

    peralatan yang komplek dan bahkan terkadang memerlukan biaya yang sangat besar. Peralatan

    yang diperlukan diantaranya:

    1. Termometer alat pengukur suhu

    2. Chiller alat pengatur suhu

    3.

    Dehumidifier alat pengatur kelembaban4. Data logger alat pencatat suhu

    5. Ice pack alat pencipta suhu dingin dipengiriman

    6. Cold box alat pengiriman

    7. Sticker suhu

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    24/40

    24

    Aktifitas Cold Chain8

    Didalam menangani barang-barang cold chain harus dilakukan 8 proses yang secara rutin harus

    dilakukan:

    1. Validation; alidasi adalah proses penentuan standard ice pack yang dipergunakan untuk

    melakukan suatu pengiriman. Validasi ini diperngaruhi oleh jenis cold box dan juga jenis

    ice pack yang dipergunakan. Hasil akhir yang akan diperoleh adalah berapa jumlah ice

    pack yang diperlukan untuk pengiriman barang pada suhu dingin selama 2 jam, 4 jam

    atau 24 jam.

    2. Temperature mapping; pemetaan suhu dilakukan pada ruangan penyimpanan dengan

    tujuan untuk mengetahui dititik mana terjadi suhu terpanas dan suhu terdingin. Titik-titik

    terpanas dan terdingin tersebut akan dipergunakan sebagai tempat diletakannya sensor

    data logger sehingga diperoleh batas atas dan batas bawah yang baik. Temperature

    mapping dilakukan minimal 1x per tahun.

    3. Thermometer Calibration; kalibrasi termometer dilakukan untuk memastikan bahwa

    pengukuran suhu dengan menggunakan peralatan yang ada sama dengan standar

    pengukuran suhu yang ditentukan. Kalibrasi dilakukan minimal 1x setahun oleh badan

    yang berwenang (kalibrasi external) dan dapat pula dilakukan oleh perusahaan (kalibrasi

    internal)

    4.

    Goods Receiving; penerimaan barang dingin tidak boleh dilakukan diareal terbuka diloading bay sebagaimana melakukan penerimaan barang non cold chain. Penerimaan

    barang harus dilakukan diruangan dingin dan yang harus diperhatikan pada waktu

    penerimaan adalah mengukur suhu penerimaan barang selain melakukan proses

    penerimaan barang pada umumnya.

    5. Storage; penyimpanan barang dingin dilakukan didalam ruangan suhu dengan rentang

    suhu yang diijinkan. Biasanya suhu yang dimaksud adalah 2-8 C.

    6. Pick and Pack; bagian tersulit didalam proses penanganan barang cold chain adalah pada

    saat pengemasan (pack). Pada saat pengemasan biasanya akan terjadi penurunan suhu

    ektrim dari ice pack yang dapat mencapai suhu dibawah 0 (minus) dan hal ini akan

    menyebabkan kerusakan pada barang-barang yang akan dikirimkan. Perlu dilakukan

    penyesuaian pada saat penyiapan ice pack dengan suhu ruang dingin selama 5-10 menit

    sebelum barang cold chain dimasukan kedalam kemasan kirim.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    25/40

    25

    7. Delivery; pengiriman barang-barang cold chain harus dijaga waktu pengiriman agar suhu

    yang telah disiapkan tetap pada batas yang diijinkan. Proses penting yang harus

    dilakukan pada saat proses serah terima adalah memastikan bahwa suhu kemasan

    (packing) masih berada dalam range yang diijinkan dengan cara meminta tanda tangan

    dari konsumen yang menerimanya. Proses serah terima ini harus langsung dilakukan oleh

    fihak konsumen yang berwenang, tidak boleh dititipkankepada security misalnya.

    8. Temperature Control; pencatatan suhu penyimpanan dan pengiriman wajib dilakukan

    dengan mempergunakan data logger yang dapat mencatat pergerakan suhu dan diback up

    dengan melakukan pencatatan manual 2-3x per hari pada jam-jam tertentu.Pencatatan

    suhu ini diperlukan untuk memastikan bahwa selama proses penyimpanan dan

    pengiriman barang cold chain selalu berada didalam kondisi yang aman.

    Efek Samping Imunisasi8

    Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi. Tetapi, orangtua

    masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yang mungkin menimpa Si

    Kecil. Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna.Itulah sebabnya pemberian imunisasi,

    baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi mereka untuk membangun pertahanan

    tubuh.Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari berbagai penyakit yang membahayakan

    jiwanya.Di lain pihak, pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping. Demam tinggi

    pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was. Padahal, efek samping ini

    sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh tengah

    bekerja.Namun, kita pun tidak boleh menutup mata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini

    bisa sangat berat, bahkan berujung kematian.Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI

    disebut "Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi"(KIPI). Menurut Komite Nasional Pengkajian dan

    Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi

    dalam masa satu bulan setelah imunisasi.

    Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasi yang aman

    tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, ia harus diobservasi

    terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak terjadi adanya KIPI (reaksi cepat).

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    26/40

    26

    Selain itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untuk menghindari adanya

    kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan, maka gejala klinis yang

    dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu..

    Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya.Pada keadaan

    tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca-vaksinasi rubella), bahkan

    42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa diakibatkan reaksi simpang

    (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian lain yang bukan akibat efek langsung

    vaksin, misalnya alergi. "Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang timbul akibat

    kesalahan teknik pembuatan, pengadaan, distribusi serta penyimpanan vaksin.Kesalahan

    prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul kebetulan,"

    demikian Sri.

    Penelitian Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS, melaporkan,

    sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan."Kejadian yang memang akibat imunisasi

    tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan atau pragmatic errors)," tukas

    dokter yang berpraktek di RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.

    Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi.Sebagian besar ternyata

    tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa faktor KIPI

    yang bisa terjadi pasca-imunisasi:

    1.

    Reaksi Suntikan; Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik,baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI.Reaksi suntikan

    langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan.Sedangkan

    reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope atau

    pingsan.

    2. Reaksi vaksin; Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya

    sudah diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca-

    imunisasi DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas.Meski demikian, bisa

    juga reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang di dalam tubuh

    (misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan, kesulitan

    memusatkan perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resiko kematian.

    3. Penyebab tidak diketahui; Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat

    dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    27/40

    27

    kelompok "penyebab tidak diketahui" sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya,

    dengan kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.

    'Imunisasi itu Aman' Ilmu Pengetahuan atau Fiksi?raguan tentang aman-tidaknya

    imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada. Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian

    buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan ribu lainnya yang tidak

    dilaporkan.Pada anak-anak, imunisasi (dan antibiotik) bertanggung jawab untuk sebagian

    besar reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya.Jadi realitanya, tidak ada obat yang

    aman untuk setiap anak.Dan, beberapa obat lebih berbahaya daripada beberapa obat

    lainnya.

    Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang

    membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat :

    a.

    BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan.

    Setelah 23 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi

    luka dengan garis tengah 10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka

    parut yang kecil.

    b. DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan

    imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar

    merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak

    berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bilagejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak

    memberikan perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang.

    c. POLIO : Jarang timbuk efek samping.

    d. CAMPAK : Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 410 hari sesudah

    penyuntikan.

    e. HEPATITIS : Belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Perlu diingat efek samping

    imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi.

    Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin (IP)8

    Menghitung indeks pemakaian vaksin berdasarkan jumlah cakupan imunisasi yang

    dicapai secara absolut dan berapa banyak vaksin yang digunakan.Dari pencatatan stok vaksin

    setiap bulan diperoleh jumlah ampul/vial vaksin yang digunakan. Untuk mengetahui berapa rata-

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    28/40

    28

    rata jumlah dosis diberikan untuk setiap ampul/vial, yang disebut Indeks Pemakaian Vaksin (IP)

    dapat dihitung :

    Jumlah suntikan (cakupan) yang dicapai tahun lalu

    IP Vaksin =

    Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu

    Menghitung Kebutuhan Vaksin8

    1. Setelah menghitung jumlah sasaran imunisasi, menentukan target cakupan dan

    menghitung besarnya indeks pemakaian vaksin, maka data-data tersebut digunakan unuk

    menghitung kebutuhan vaksin.

    2.

    Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke kabupaten/kota.

    Sebelum menghitung jumlah vaksin yang kita perlukan, terlebih dahulu dihitung jumlah

    kontak tiap jenis Rumusnya :

    Jumlah Kontak = Jumlah sasaran x Target cakupan

    Kekebalan Kelompok8

    Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadapserangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat

    kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.

    Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat

    serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu. Wabah terjadi karena 2

    keadaan :

    1. Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit

    infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau

    kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.

    2. Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan

    mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap

    penyakit tertentu dalam populasi tersebut.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    29/40

    29

    Cakupan Program Imunisasi8

    Program Imunisasi berhasil menekan morbiditas dan mortalitas tujuh penyakit di

    Indonesia, yaitu : Tuberkulosis, Polio, Difteri, Tetanus, Pertusis, Campak, dan Hepatitis B.

    Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, kita telah

    mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang merupakan suatu tahap dimana

    cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Tetapi kita masih

    memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014, yang berarti

    cakupan imunisasi di seluruh desa dan kelurahan di Indonesia telah mencapai 80% atau lebih.

    Indikator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN Tahun 2010-2014 dengan

    target tahun 2010 mencapai UCI desa/kelurahan 80% dan 80% bayi usia 0-11 bulan

    mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Tahun 2011 mencapai UCI 85%, dan 82% bayi

    mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Tahun 2012 mencapai UCI 90% dan 85% bayi

    mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Tahun 2013 mencapai UCI 95% dan 88% bayi

    mendapatkan imunisasi dasar lengkap.Tahun 2014 mencapai UCI 100% dan 90% bayi

    mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Target pada tahun 2014 seluruh desa/ kelurahan mencapai

    100% UCI (Universal Child Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di desa/ kelurahan

    tersebut memperoleh imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB,

    Polio dan campak.

    Data mutakhir dari Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi,

    dan Kesehatan Matra,Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan

    Indonesia, pada tanggal 27 mei 2011 menunjukkan angka cakupan imunisasi di tahun 2010

    adalah campak 89,5%, DTP-3 90,4%, polio-4 87,4%, dan hepatitis B-3 mencapai 91%. Dari data

    yang ada, terlihat angka cakupan imunisasi dasar di Indonesia sudah cukup tinggi, namun pada

    beberapa daerah masih ditemukan angka cakupan di bawah standar nasional (Depkes RI, 2011).

    Pengawas Wilayah Setempat (PWS)8

    Batasan pengawasan banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang sering dipergunakan

    ialah :

    1. Pengawasan ialah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan

    karyawan untuk mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam rencana.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    30/40

    30

    2. Pengawasan ialah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu program yang

    kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sedemikian rupa sehingga tujuan yang

    telah ditetapkan dapat tercapai.

    Dari batasan yang seperti ini segera terlihat bahwa untuk dapat melakukan pekerjaan

    pengawasan dengan baik ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Ketiga hal yang dimaksud ialah :

    1. Objek pengawasan; yang dimaksud objek pengawasan disini ialah hal-hal yang harus

    diawasi dari pelaksanaan suatu rencana kerja.

    2. Metoda pengawasan;yang dimaksud dengan metoda pengawasan disini ialah teknik ata

    cara melakukan pengawasan terhadap objek pengawasan yang telah ditetapkan.

    3. Proses pengawasan; yang dimaksud dengan proses disini ialah langkah-langkah yang

    harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pengwasan tersebut dapat dilakukan. Jika

    pengawasan dapat dilakukan dengan cermat, akan diperoleh beberapa manfaat. Manfaat

    yang dimaksud antara lain :13

    a. Pengawasan harus bersifat khas; syarat pertama yang harus dipenuhi pada pengawasan

    ialah pengawasan teersebut harus bersifat khas (specific), artinya jelas sasaran dan tujuan

    yang ingin dicapai serta ditujukan hanya untuk hal-hal yang bersifat pokok saja. Syarat

    yang seperti ini dikenal dengan prinsip strategic point control. Hal yang bersifat pokok

    tersebut banyak macamnya, termasuk misalnya hanya mengawasi penyimpangan-

    penyimpangan saja (exception).b. Pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan ; syarat kedua yang harus

    dipenuhi ialah pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi

    secara tepat, cepat dan benar. Dengan demikian dalam pengawasan harus ada umpan

    balik (feed back) yang dapat dimanfaatkan dengan segera.

    c. Pengawasan harus fleksibel dan berorientasi pada masa depan; syarat ketiga yang harus

    dipenuhi pada pengawasan ialah pengawasan tersebut harus fleksibel serta berorientasi

    pada kepentingan masa depan. Yang dimaksud dengan fleksibel disini ialah harus

    tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi. Pengawasan yang terlalu kaku tidak

    akan memberikan hasil yang optimal.

    d. Pengawasan harus mencerminkan keadaan organisasi; syarat keempat yang harus

    dipenuhi ialah pengawasan tersebut harus mencerminkan keadaan organisasi

    (organizational suitability).

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    31/40

    31

    Posyandu11

    Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

    (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

    penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan

    kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk

    mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. UKBM adalah wahana pemberdayaan

    masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan

    bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga

    terkait lainnya.

    Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang besifat non instruktif, guna

    meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah

    yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan

    memanfaatkan potensi setempat. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang

    mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, yang sekurang-kurangnya mencakup 5

    (lima) kegiatan, yakni KIA, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare.

    Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah

    pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua,

    seorang sekretaris dan seorang bendahara. Kriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai

    berikut :

    1. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.

    2. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat.

    3. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

    Kader Posyandu dipilih oleh pengurus Posyandu dari anggota masyarakat yang bersedia,

    mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu. Kader Posyandu

    menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela. Kriteria kader Posyandu antara lain

    sebagai berikut :1. Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat.

    2. Dapat membaca dan menulis huruf latin.

    3. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat.

    4. Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    32/40

    32

    Kegiatan Posyandu terdiri dari kegaiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan.

    Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut :1

    1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

    a. Ibu Hamil

    Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup :

    1. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh

    kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran

    tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila teersedia ruang

    pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan.

    Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

    2. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan

    kelompok ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai

    dengan kesepakatan. Kegiatan kelompok ibu hamil antara lain sebagai berikut:

    a) Penyuluhan : tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,

    persiapan menyusui, KB, dan gizi.

    b) Perawatan payudara dan pemberian ASI.

    c) Peragaan pola makan ibu hamil.

    d) Peragaan perawatan bayi baru lahir.

    e)

    Senam ibu hamil.

    b. Ibu Nifas dan Menyusui

    Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup :

    1) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan

    jalan lahir (vagina).

    2) Pemberian vitamin A dan tablet besi.

    3) Perawatan payudara.

    4)

    Senam ibu nifas.

    5) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan

    pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi

    fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera

    dirijuk ke Puskesmas.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    33/40

    33

    c. Bayi dan Anak Balita

    Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara meyenangkan dan

    memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai, pada

    waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendomg

    melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orangtua di bawah

    bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai

    dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu

    untuk balita mencakup :

    1) Penimbangan berat badan

    2) Penentuan status pertumbuhan

    3) Penyuluhan

    4)

    Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,

    imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan,

    segera dirujuk ke Puskesmas.

    2. Keluarga Berencana (KB)

    Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian

    kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan

    suntikan KB, dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang

    dilakukan pemasangan IUD.3. Imunisasi

    Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas.

    Jenis imunisasi yang diberika disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan balita

    maupun terhadap ibu hamil.

    4. Gizi

    Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu

    hamil dan Wanita Usia Subur (WUS). Jenis pelayanan yang diberikan meliputi

    penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi,

    pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil

    dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul Yodium untuk yang

    bertempat tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan tidak

    ada kenaikan berat badan, segera dirujuk ke Puskesmas.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    34/40

    34

    Pemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan bulanan

    posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN tersebut. Indikator yang dipakai adalah

    N/D (jumlah anak yang berat badannya naik dibandingkan dengan jumlah anak yang

    ditimbang dalam %). Peramalan dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan

    D/S setiap bulan pada wilayah masing-masing wilayah kecamatan. Pematauan status gizi

    dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan format laporan yang telah ada.

    SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri mempunyai

    singkatan yaitu sebagai berikut:

    S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu

    K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS

    D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini

    N= jumlah balita yang naik berat badannya

    Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat kiinerja output disini meliputi

    cakupan hasil program gizi di Posyandu yang dapat dilihat dalam bentuk persentase

    cakupan yang berhasil dicapai oleh suatu Posyandu, yaitu cakupan kegiatan penimbangan

    (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat partisipasi

    masyarakat dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan

    (N/S).

    Balita yang datang dan ditimbang (D/S)Definisi Operasional; Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita

    yang datang dan ditimbang berat badannya (D) di posyandu maupun di luar

    posyandu satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

    Balita yang naik berat badannya (N/D)

    Definisi Operasional ; Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang

    ditimbang (D) di posyandu maupun di luar posyandu yang berat badannya naik

    dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS di satu wilayah kerja pada kurun

    waktu tertentu.

    5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

    Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup

    Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    35/40

    35

    penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat

    atau pemberian oralit yang disediakan.

    Sistem pelaksanaan pada posyandu yang dipakai sekarang adalah system 5 meja:

    a. Meja 1: Pendaftaran

    Pendaftaran Balita; Balita didaftar dalam pencatatan balita. Bila anak sudah punya KMS,

    berarti bulan lalu anak sudah ditimbang, KMS-nya diminta. Namanya dicatat pada secarik

    kertas, diselipkan di KMS. Kemudian ibu balita diminta membawa anaknya menuju ke tempat

    penimbangan. Bila anak belum mempunyai KMS, berarti ia baru bulan ini ikut penimbangan.

    Ambil KMS baru, isi kolomnya secara lengkap, nama anak dicatat pada secarik kertas.

    Secarik kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke

    tempat penimbangan.

    Pendaftaran Ibu Hamil; Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil. Jika tidak

    membawa balita, diminta langsung menuju ke meja 4, untuk mendapatkan pelayanan gizi oleh

    kader, serta pelayanan oleh petugas kesehatan di meja 5. Ibu yang belum menjadi peserta KB

    dicatat namanya pada secarik kertas, selanjutnya kertas diserahkan kepada petugas.

    b. Meja 2: Penimbangan

    1. Dacin sudah siap, kemudian anak ditimbang.

    2.

    Hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas, selipkan kertas ini kedalamKMS.

    3. Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilahkan menuju ke meja 3 untuk dicatat.

    c. Meja 3: Pencatatan

    1. Buka KMS balita yang bersangkutan.

    2. Pindahkan hasil penimbangan dari secarik kertas ke KMS-nya.

    3. Bila tidak ada kartu kelahiran tetapi ibu ingat, catatlah bulan lahir anak sesuai dengan

    ingatan ibu.

    4.

    Bila ibu tidak ingat semua dan hanya tahun umur anaknya sekarang, perkirakan bulan

    lahir anak dan catat.

    5. Cantumkan bulan lahir anak pada kolom KMS.

    6. Kemudian isilah kolom bulan secara berurutan.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    36/40

    36

    7. Setelah anak ditimbang, tulislah titik berat badannya pada titik temu garis tegak (sesuai

    dengan bulan penimbangan) dengan garis datar (sesuai hasil penimbangan dalam

    kilogram).

    8. Pada penimbangan selanjutnya di bulan yang kedua, tulis kembali titik berat badannya

    sesuai dengan hasil penimbangan bulan itu, kemudian hubungkan titik bulan sebelumnya

    dengan titik bulan ini dengan garis.

    9. Apabila pada penimbangan di bulan ketiga tidak hadir, kemudian baru hadir pada

    penimbangan di bulan keempat, titik berat badan di bulan keempat tidak dihubungkan

    dengan titik berat badan di bulan kedua.

    10.Selain titik berat badan dan garis hubung, catat juga semua kejadian yang diderita anak.

    Kejadian itu dicatat dalam garis tegak sesuai bulan yang bersangkutan. Misalnya keadaan

    kesehatannya, mengenai makanannya, keadaan keluarganya, dan lain-lain.

    d. Meja 4: Penyuluhan

    Mintalah KMS anak, perhatikan umur dan hasil penimbangan pada bulan ini.

    Penyuluhan untuk Semua Balita

    1. Ibu balita diberi penyuluhan sesuai dengan kondisi anak. Pentingnya menimbang balita

    setiap bulan. Balita yang berat badannya 2 kali berturut-turut tidak naik atau balita yang

    berat badannya berada di bawah garis merah harus dirujuk ke tenaga kesehatan.

    2.

    Pentingnya ASI eksklusif sampai anak umur 6 bulan.3. Pentingnya pemberian Makanan Pendamping ASI bagi anak berumur di atas 6 bulan.

    4. Pentingnya ibu memberikan ASI sampai anak berumur 2 tahun.

    5. Pentingnya imunisasi lengkap untuk pencegahan penyakit pada balita (lihat pada kolom

    imunisasi pada KMS-nya).

    6. Pentingnya pemberian vitamin A untuk pencegahan kebutaan dan daya tahan tubuh anak.

    7. Pentingnya latihan/ stimulasi perkembangan anak balita di rumah.

    8. Bahaya diare bagi balita. ASI terus diberikan seperti biasa, walaupun anak sedang diare.

    9.

    Bahaya infeksi saluran pernapasan akut. Balita dengan batuk pilek dengan nafas sesak

    atau sukar bernafas harus dirujuk ke tenaga kesehatan.

    10.Demam pada balita sering merupakan tanda-tanda malaria, campak, atau demam

    berdarah, dapat membahayakan kesehatan, segera rujuk kepada petugas kesehatan.

    11.Pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    37/40

    37

    Penyuluhan untuk Semua Ibu Hamil

    1. Perlu istirahat cukup.

    2. Perlu Imunisasi Tetanus Toxoid (TT).

    3. Tiap hari makan hidangan bergizi.

    4. Pentingnya KB.

    5. Pengenalan tanda bahaya kehamilan:

    Penyuluhan untuk Semua Ibu Menyusui

    1. ASI yang segera diberikan dalam 30 menit.

    2. Bayi 0-6 bulan cukup diberi ASI saja (ASI eksklusif).

    3. ASI diberikan setiap bayi menangis, baik siang ataupun malam semakin sering semakin

    baik.

    4.

    ASI diberikan sampai anak umur 2 tahun.

    5. Minum paling sedikit 8 gelas setiap hari.

    6. Anjurkan ibu makan hidangan bergizi 1 piring lebih banyak dari biasanya.

    7. ASI keluarnya sedikit, ibu dianjurkan memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

    8. Ibu menyusui di daerah gondok diberi 1 kapsul yodium sekali saja.

    9. Beri 2 kapsul vitamin A sekali saja.

    e. Meja 5: Pelayanan Kesehatan

    1.

    Imunisasi2. Pemberian vitamin A dosis tinggi.

    3. Pembagian pil KB atau kondom.

    4. Pengobatan ringan.

    5. Konsultasi KB.

    Surveillance

    Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian

    serta diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan. Informasi ini dimanfaatkan oleh para

    pemangku kepentingan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program

    jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang serta untuk perumusan kebijakan.

    1. Pengumpulan data

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    38/40

    38

    a. Kegiatan rutin yaitu penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus gizi

    buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul vitamin A balita,

    dan pemberian ASI Eksklusif.

    b. Kegiatan survey khusus yang dilakukan berdasarkan kebutuhan seperti konsumsi

    garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan PMT, pemantauan status gizi anak

    dan ibu hamil serta wanita usia subur risiko KEK, atau studi yang berkaitan dengan

    masalah gizi lainnya.

    Dalam pelaksanaan pengumpulan data, bila ada Puskesmas yang tidak melapor atau

    melapor tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan atau tidak akurat maka petugas

    DINKES Kabupaten/Kota perlu melakukan pembinaan secara aktif untuk melengkapi data

    dengan melalui telepon, SMS, atau kunjungan langsung ke Puskesmas.

    Pengolahan Data dan Penyajian Informasi

    Pengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun analitik, disajukan dalam

    bentuk narasi, tabel, grafik, peta, dan sebagainya.

    Diseminasi Informasi

    Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi surveilans gizi

    kepada pemangku kepentingan. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentuk

    pemberian umpan balik, sosialisasi, atau advokasi.

    Umpan balik merupakan respon tertulis mengenai informasi surveilans gizi yangdikirimkan kepada pemangku kepentingan pada berbagai kesempatan baik pertemuan lintas

    program maupun lintas sektoral.

    Sosialisai merupakan penyajian hasil surveilans gizi dalam forum koordinasi atau forum

    lainnya sedangkan advokasi merupakan penyajian hasil surveilans gizi dengan harapan

    memperoleh dukungan dari pemangku kepentingan.

    Indikator keberhasilan kegiatan surveilans gizi adalah:

    Indikator Input

    - Adanya tenaga manajemen data gizi yang meliputi pengumpul data dari laporan rutin

    atau survey khusus, pengolah dan analisis data serta penyaji informasi

    - Tersedianya instrument pengumpulan dan pengolahan data

    - Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan data

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    39/40

    39

    - Tersedianya biaya operasional surveilans gizi

    Indikator Proses

    - Adanya proses pengumpulan data

    - Adanya proses editing dan pengolahan data

    - Adnya proses pembuatan laporan dan umpan balik hasil surveilans gizi

    - Adanya proses sosialisasi atau advokasi hasil surveilans gizi

    Indikator Output

    - Tersedianya informasi gizi buruk yang mendapat perawatan

    - Tersedianya informasi balita yang ditimbang berat badannya (D/S)

    - Tersedianya informasi bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif

    - Tersedianya informasi rumah tangga yang menonsumsi garam beriodium

    -

    Tersedianya informasi balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A

    - Tersedianya informasi ibu hamil mendapat 90 tablet Fe.

    - Tersedianya informasi kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi

    - Tersedianya informasi penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana

    - Tersedianya informasi data terkait lainnya (sesuai kondisi dan situasi daerah).

  • 5/19/2018 Kasus Gizi Buruk

    40/40

    40

    Daftar Pustaka

    1. Santoso S, Ranti AL. Kesehatan dan gizi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta; 2002. h. 72-81.

    2. Budiarto. Pengantar epidemiologi. Jakarta: EGC; 2002.h. 20-5.

    3.

    Nasry N, Nur MPH. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta; 2008.h. 125-30.

    4. Prinsip pelayanan dan prosedur pelayanan puskesmas. Diunduh dari:

    http://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200510130913MANLAK%20GAKIN%2020

    05.pdf,27 Juni 2014.

    5. Tim Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas. Pedoman kerja puskesmas. Jilid I. Jakarta:

    Departeman Kesehatan RI; 2001. h.1-51.

    6. Gizi dan promosi kesehatan. Diunduh dari

    http://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/pengelolaan-program-gizi-di-puskesmas.pdf,

    27 Juni 2014.

    7. Kriteria Rumah Sehat. Diunduh dari

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23722/4/Chapter%20II.pdf,27 Juni 2013.

    8. Imunisasi dasar lengkap untuk anak. Diunduh dari

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32886/5/Chapter%20I.pdf,27 Juni2013

    9. Craig H, Phelps K. Pregnancy & antenatal care. Australia: Elseiver Australia;2011.h. 32-5.

    10. Kartu Menuju Sehat. Diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-

    gdl-wiwinkurni-5255-3-bab2.pdf,27 Juni 2014

    http://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200510130913MANLAK%20GAKIN%202005.pdfhttp://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200510130913MANLAK%20GAKIN%202005.pdfhttp://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/pengelolaan-program-gizi-di-puskesmas.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23722/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32886/5/Chapter%20I.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wiwinkurni-5255-3-bab2.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wiwinkurni-5255-3-bab2.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wiwinkurni-5255-3-bab2.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wiwinkurni-5255-3-bab2.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32886/5/Chapter%20I.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23722/4/Chapter%20II.pdfhttp://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/pengelolaan-program-gizi-di-puskesmas.pdfhttp://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200510130913MANLAK%20GAKIN%202005.pdfhttp://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200510130913MANLAK%20GAKIN%202005.pdf