Kasus Gizi Buruk
-
Upload
celina-manna -
Category
Documents
-
view
76 -
download
3
description
Transcript of Kasus Gizi Buruk
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
1/40
1
Kasus Gizi Buruk, Infeksi, dan Imunusasi Dasar Tidak Lengkap
Celina Manna
NIM : 102011047
Kelompok F8
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta
Pendahuluan
Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia masih banyak terjadi, salah satunya adalah
gizi buruk dan cakupan imunisasi yang rendah. Gizi buruk sering dialami oleh anak bayi dan
balita. Selain itu cakupan imunisasi yang rendah pada anak bayi dan balita juga mempengaruhi
gizi buruk. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk, faktor paling utama adalah
faktor ekonomi suatu keluarga dan pengetahuan ibu. Sebagai negara berkembang, Indonesia
masih memiliki banyak penduduk yang miskin dan berpendidikan rendah.1
Banyak program yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalahgizi buruk dan cakupan imunisasi yang rendah di Indonesia. Salah satu program pemerintah yang
dijalani oleh pemerintah. Program-program yang dilaksanakan puskesmas untuk meningkatkan
gizi dan cakupan imunisasi masyarakat terdapat pada upaya wajib dari puskesmas meliputi KIA
dan upaya peningkatan gizi masyarakat. Program-program puskesmas yang lain juga mendukung
keberhasilan program imunisasi dan gizi.1
Epidemiologi
Masalah gizi adalah gangguan pada berbagai segi kesejahteraan perorangan yang
disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Balita
adalah salah satu golongan atau kelompok penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi,
masalah gizi masih didominasi oleh keadaan kurang gizi seperti anemia besi, gangguan akibat
kurang yodium, kurang vitamin A dan kurang energy protein (KEP).2,3
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
2/40
2
Gambaran keadaan gizi balita diawali dengan cukup banyaknya bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR). Setiap tahun, diperkirakan ada 350 000 bayi dengan berat lahir rendah di bawah
2500 gram, sebagai salah satu penyebab utama tingginya kurang gizi pada dan kematian balita.
Tahun 2003 prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 27,5%, kondisi ini jauh lebih baik
dibandingkan dengan tahun 1989 yaitu sebesar 37,5%, atau terjadi penurunan sebesar 10 %.3,2
Meskipun secara prevalensi kelihatan menurun namun jika memperhatikan terhadap
jumlah penduduk dan proporsi balita pada tahun yang sama terlihat beban masalah yang
dihadapi cukup besar. Jika dilihat berdasarkan sebaran di propinsi (Susenas 2003), prevalensi
yang terendah masalah gizi buruk dan gizi kurang adalah propinsi Bali (16,18%) dan yang
tertinggi di propinsi Gorontalo (46,11%). Terdapat 14 propinsi dengan prevalensi gizi kurang
dan gizi buruk masih di atas rata-rata nasional dan 15 propinsi di bawah rata-rata nasional.3,2
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), campak merupakan penyebab utama
kematian yang bisa dicegah dengan vaksin pada anak-anak. Namun berkat upaya global untuk
memvaksinasi anak-anak terhadap campak, WHO memperkirakan bahwa lebih dari 13 juta jiwa
telah diselamatkan. Rubella atau biasa disebut campak Jerman, ditandai dengan ruam merah
merah muda yang dimulai pada wajah, demam ringan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Jika seorang wanita menderita rubella selama kehamilan, dapat menyebabkan cacat keguguran
atau lahir di bayinya, termasuk tuli, masalah mata, kelainan jantung, dan keterbelakangan
mental. Waktu pemberian vaksin MMR lebih baik pada usia 15 bulan dan bisa dilakukankembali saat anak berusia 6 tahun.
3,2
Masalah gizi dihubungkan dengan: Faktor dan penyebab masalah gizi (agent), faktor
yang ada pada pejamu (host), faktor yang ada di lingkungan pejamu (environment)
Menguraikan penyebab dari masalah gizi dan menentukan hubungan sebab akibat:3,2
Masalah gizi : kekurangan gizi
Agent: asupan makanan dan penyakit yang dapat mempengaruhi status gizi serta faktor-
faktor yang berkaitan.
Host: karakteristik individu yang ada kaitannya dengan masalah gizi (umur, jenis kelamin,
suku bangsa, dll).
Environment: lingkungan (rumah, pekerjaan, pergaulan) berkaitan dengan masalah gizi.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
3/40
3
Kejadian Luar Biasa3,4
Adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidmiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu. Kriteria Kerja KLB:
1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikkan dua kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibanding dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
7. Proposional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih periode yang sama dalam kurun waktu/tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus: kolera, DBD/DSS:
a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)
b.
Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggusebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
c. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita: keracunan makanan,
keracunan pestisida.
Program Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu cara sarana pelayanan
kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Adapun yang dimaksudkan dengan
PUSKESMAS ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan
kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu.4
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
4/40
4
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah. Keadaan geografikdan keadaan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas
merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja
Puskesmas ditetapkan oleh bupati KDH, dengan saran teknis dari kepala kantor Departemen
Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000
penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas
perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas keliling.4
Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja
Puskesmas bisa meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah
penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai
pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi. Pelayanan
kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan :4
Kuratif (pengobatan)
Preventif (upaya pencegahan)
Promotif (peningkatan kesehatan)
Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan umur,
sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, pengelolaan program
kerja Puskesmas berpedoman pada empat asas pokok, yakni :4
1. Asas pertanggung jawaban wilayah
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas
pertanggung jawaban wilayah. Artinya, Puskesmas harus bertanggung jawab atas semua
masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya. Karena adanya asas yang seperti ini,
maka program kerja Puskesmas tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya
sekedar menanti kunjungan masyarakat ke Puskesmas, melainkan harus secara aktif
yakni memberikan pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan masyarakat. Lebih dari
pada itu, karena Puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
5/40
5
terjadi di wilayah kerjanya, maka banyak dilakukan berbagai program pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
masyarakat.
2. Asas peran serta masyarakat
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas peran
serta masyarakat. Artinya, berupaya melibatkan masyarakat dalam rangka
menyelenggarakan program kerja tersebut. Bentuk peran serta masyarakat dalam
pelayanan kesehatan banyak macamnya. Di Indonesia dikenal dengan nama Pos
Pelayanan Terpadu (POSYANDU).
3. Asas keterpaduan
Dalam menyelenggrakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas
keterpaduan. Artinya, berupaya memadukan kegiatan tersebut bukan saja dengan
program kesehatan lain (lintas program), tetapi juga dengan program dari sektor lain
(lintas sektoral). Dengan dilaksanakannya atas keterpaduan ini, berbagai manfaat akan
dapat diperoleh. Bagi Puskesmas dapat menghemat sumberdaya, sedangkan bagi
masyarakat, lebih mudah memperoleh pelayanan kesehatan. Keterpaduan lintas program
adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain:
1)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, Gizi,
Promosi Kesehatan, Pengobatan,
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan
Promosi Kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan
kesehatan jiwa
3) Puskesmas Keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi
kesehatan, kesehatan gigi
4)
Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosikesehatan
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya
Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor
terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha.
Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
6/40
6
1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
2) Upaya Promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian
3) Upaya Kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB
4) Upaya Perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB
5) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan
Upaya Kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
tenaga kerja, dunia usaha.
4. Asas rujukan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan asas
rujukan. Artinya, jika tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus
merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur
rujukannya adalah berbagai kantor kesehatan.4
Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan kedudukan
Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Ini
disebabkan karena peranan dan kedudukan Puskesmas di Indonesia adalah amat unik. Sebagai
sarana pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia, maka Puskesmas kecuali bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, juga bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pelayanan kedokteran. Adapun fungsi Puskesmas adalah sebagai berikut :4
1) Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2)
Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
wilayah kerjanya.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
7/40
7
Oleh sebab itu, puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan
kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
1. Wilayah puskesmas
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas
merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja
puskesmas ditetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari Kepala Kantor Departemen
Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata rata 30.000
penduduk setiap puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas
perlu ditunjang dengan unit pelayan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta
atau lebih, wilayah kerja puskesmas bilsa meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota
kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina
yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi
koordinasi.5
2. Pelayanan kesehatan menyeluruh2
Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas ialah pelayan kesehatan yang meliputipelayanan :
- Kuratif (pengobatan)
- Preventif (upaya pencegahan)
- Promotif (peningkatan kesehatan)
- Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan umur,
sejak pembuatan dalam kandungan sampai tutup usia.
3.
Pelayanan kesehatan integrasi (terpadu)
Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu satu kecamatan terdiri dari
Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan,
Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya. Usaha usaha tersebut masing masing
bekerja sendiri sdan langsung melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Petugas Balai
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
8/40
8
Pengobatan tidak tahu menahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga petugas BKIA tidak
mengetahui apa yang dilakukan oleh Petugas Hygiene Sanitasi dan sebaliknya. Dengan adanya
sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), maka berbagai
kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.
Gambar 1. Alur Pelayanan Kesehatan5
Fungsi puskesmas5
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya
2.
Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
wilayah kerjanya
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara :5
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan
sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien
c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
9/40
9
d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat
e. Bekerjasama dengan sektor sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program
puskesmas
Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas5
1. Upaya Kesehatan Wajib
Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komite nasional, regional, dan global serta
yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatanm derajad kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselelnggarakan oleh tiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
Upaya Promosi kesehatan
Upaya Kesehatan Lingkungan
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
Kesehatan Ibu dan Anak,adalah salah satu upaya kesehatan wajib puskesmas yang
memberi pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui dan bayi serta
anak balita. Hal ini disebakan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator dalam
menetapkan derajat kesehatan suatu wilayah atau negara.
Sementara KB suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraankeluarga serta menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
UPGK adalah suatu paket kegiatan yang terpadu guna menanggulangi masalah gizi,
terutama Kurang Kalori Protein (KKP). Kegiatan-kegiatannya bertolak dari usaha-
usaha swadaya masyarakat dan sepenuhnya dilakukan oleh tenaga sukarela desa yang
telah mendapat latihan dan di bawah pengawasan puskesmas.
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Upaya Pengobatan
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
10/40
10
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang sesuai dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni :
Upaya Kesehatan Sekolah
Upaya Kesehatan Olah Raga
Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Upaya Kesehatan Kerja
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Upaya Kesehatan Jiwa
Upaya Kesehatan Mata
Upaya Kesehatan Lanjut Usia
Upaya pembinaan Pengobatan Tradisional.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama dinas
kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan
pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara
optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Apabila
puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan padahal telah
menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggungjawab danwajib menyelenggarakannya.
Semua kegiatan program pokok yang dilaksanakan di Puskesmas dikembangkan berdasarkan
program pokok pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) seperti yang dianjurkan
oleh badan kesehatan dunia (WHO). Yang dikenal denagn basic seven WHO. Basic seven
tersebut terdiri dari MCHC (Maternal and Child Health Care), MC (Medical Care), ES
(Environment Sanitation), HE (Health Education) untuk kelompok-kelompok masyarakat,
Simple Laboratory (Lab. Sederhana), CDC (Communicable Disease Control), dan simple
statistic (recording/reporting atau pencatatan dan pelaporan).
Konsep umum yang dapat digunakan untuk mengkaji program pokok Puskesmas meliputi tujuan
program/kegiatan, target, sasaran dan ruang lingkup kegiatan program Puskesmas, sumber daya
(staf, logistic, waktu, keuangan, metode dan sebagainya), dan pencatatan/pelaporan program.
Tujuan umum program pokok Puskesmas ditetapkan oleh Depkes. Tujuan umum setiap program
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
11/40
11
harus dijabarkan lagi oleh Puskesmas agar menjadi tujuan operasional masing-masing program
sesuai dengan perkembangan masalah kesehatan dan faktor-faktor risiko yang berkembang di
wilayah kerjanya.
Promosi Kesehatan6
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
mempunyai dua sisi, yaitu sisi ilmu dan sisi seni. Dalam hal organisasi kesehatan dunia WHO
telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan :
Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and
improve, their health. To reach a state of complete physical, mental dan social, well-being, an
individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to
change or cope with environment
Ruang lingkup promosi kesehatan menurut Prof. Dr.Soekidjo Notoadmodho, ruang
lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu :
Dimensi aspek pelayanan kesehatan
Dimensi tatanan (setting)/tempat pelaksanaan
Upaya Kesehatan Promotif
Adalah upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya dari,oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat secara optimal menolong dirinya
sendiri (mencegah timbulnya masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatannya, dan mampu berperilaku mengatasi apabila masalah kesehatan tersebut
sudah terlanjur datang), serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok yaitu : promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi hanya dua aspek
saja, yakni:
Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat.
Aspek preventif dan kuratif dengan sasaran kelompok orang yang mempunyai resiko
tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
12/40
12
Dilihat dari dimensi tingkat pelayanan kesehatan, dapat dilakukan berdasarkan lima
tingkat encegahan dari Leavel dan Clark, sebagai berikut :
1. Pencegahan Primerpada individu belum sakit
- promosi keseharan yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap masalah kesehatan.
- perlindungan khusus untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
2. Pencegahan Sekunderindividu mulai sakit
- diagnose dini dan pengobatan segera bertujuan mencegah penyebaran,
menyembuhkan dan mencegah komplikasi.
- pembatasan cacat, mencegah menjadi lebih buruk.
- Penerapan pencegahan sekunder pada program kesehatan masyarakat di
Puskesmas dapat dikaji melalui program gizi melalui penimbangan anak balita,
program kesehatan ibu dan anak melalui deteksi dini faktor risiko gangguan dan
kelinan kehamilan.
3. Pencegahan Tersier- individu sembuh
- rehabilitative, agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu
dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan social.
Upaya Kesehatan Preventif
Adalah suatu upaya untuk mengendalikan risiko kesehatan; mencegah komplikasi
penyakit; dan meningkatkan seoptimal mungkin mutu hidup .
Program pencegahan gizi buruk dilaksanakan beberapa langkah strategis yaitu melakukan
pemetaan keluarga mandiri sadar gizi bertujuan mengidentifikasi keluarga yang belum
melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar. Asuhan dan konseling gizi bagi keluarga yang
belum menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar, bertujuan untuk meningkatkan
kemandirian anggoata keluarga dalam pelayanan gizi. Kampenya keluarga mandiri sadar gizi.
Bertujuan meningkatkan kepedulian keluarga untuk selalu menerapkan perilaku gizi yang baikdan benar. Lima tingkatan (tahapan) pencegahan itu adalah:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), penyusunan Standar Kebutuhan Gizi yang di
Anjurkan, atau pedoman penerapan gizi seimbang yang dulu lebih dikenal dengan 4
sehat 5 sempurna merupakan bagian dari promosi kesehatan.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
13/40
13
2. Perlindungan Khusus (specific Protektion) , pemberian zat gizi tertentu misalnya saja
Pemberian vitamin A pada anak balita dua kali dalam setahun untuk melindungi anak
dari kebutahan, merupakan salah satu upaya dalam tahapan perlindungan khusus ini.
Tahap pertama dan Kedua tingkatan pencegahan ini berada pada periode prepatogenesis.
3. Diagnosa Dini dan Pengobatan yang tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment),
sekrening survei berat badan dibawah garis merah pada KMS balita untuk penentukan
anak balita yang benar-benar menderita gizi kurang dan anak balita yang benar-benar
tidak menderita gizi kurang adalah salah satu contoh dari tahapan ini.
4. Mengurangi Kelemahan (Disability Limitation). Pemberian diet sebagai bagian dari
proses penyembuhan penyakit merupakan bagian dari tahapan ini.
5. Rehabilitasi, Pemberian makanan yang disesuaikan dengan keadaan pasien merupakan
bagian dari tahapan ini.
Penyuluhan
1. Penyuluhan Gizi; Jenis kegiatan yang akan dilakukan meliputi Advokasi, Sosialiasi,
Capacity Buiding, Pemberdayaan Masyarakat dan keluarga, Penyiapan sarana dan prasarana,
Penyuluhan Gizi dan Pelayanan Gizi di Puskesmas maupun di Posyandu. Masing-masing
dapat dijelaskan sebagai berikut :6
-
ADVOKASI adalah proses mempengaruhi perilaku, opini dari pimpinan atau seseorangmelalui penyampaian informasi. Dalam Advokasi yang perlu diperhatikan adalah
penyajian besar dan luasnya masalah, siapa, dimana, konsekwensi, bagaimana
menanggulangi, sarana yang diperlukan dan biaya yang diperlukan.6
- SOSIALISASI yaitu memasyarakatkan suatu informasi atau kegiatan dengan Tujuan
guna memperoleh pemahaman yang baik sehingga dapat berperan aktif dalam menunjang
pelaksanaan kegiatan. Program yang telah ditetapkan perlu disosialisasikan kepada
stakeholder.6
-
CAPACITY BUILDING yaitu Untuk mempersiapkan pelaksanaan program perlu
peningkatan kemampuan petugas yang antara lain dapat dilakukan melalui mini
lokakarya puskesmas, pelatihan tehnis maupun manajerial sesuai kebutuhan. Misalnya
Pelatihan kader,Pelatihan permberdayaan keluarga sadar gizi dan lain-lain.6
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
14/40
14
- PEMBERDAYAAN MASYARAKAT dan PEMBERDAYAAN KELUARGA yaitu
kegiatan-kegiatan yang diarahkan pada pemecahan masalaH gizi berdasarkan potensi
yang dimiliki oleh masyarakat dan keluarga sendiri. Pemberdayaan masyarakat dapat
dilakukan melalui revitalisasi posyandu, sedangkan pemberdayaan keluarga dapat
dilakukan melalui revitalisasi UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) dan
Pemberdayaan institusi.6
- PENYIAPAN SARANA DAN PRASARANA misalnya KMS (kartu menujuh sehat),
Materi KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi), ATK (Alat Tulis Kertas) dan lain-lain.6
- PENYULUHAN GIZI, yaitu kegiatan yang ditujuhkan untuk memasyarakatkan
pengetahuan gizi secara luas. Guna menanamkan sikap dan perilaku yang mendukung
kebiasaan hidup sehat dengan makanan yang bermutu gizi seimbang baik masyarakat
pedesaan maupun perkotaan.6
2. Penyuluhan Rumah Sehat7
Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah
yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan
lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.
Kriteria rumah sehat:
1.
Kering; rumah dikondisikan dengan membangun sistem bangunan yang dikonstruksidengan lingkungan dalam ruangan yang terkontrol. Bisa dilakukan dengan menjaga agar
sistem saluran air, saluran pembuangan terjaga dengan baik.Begitu pun masalah
perembesan dan kebocoran rumah, hendaknya diatur agar tidak terjadi.
2. Bersih; Sistem bangunan yang dimiliki memungkinkan agar rumah bebas kotoran, debu,
asap serta kontaminan lainnya. Rumah yang berada di dekat jalan raya jelas berbeda
penangannya dengan rumah yang ada di kompleks persawahan.
3. Aman; Rumah hendaknya dibangun dengan bentuk, fungsi, dan peralatan yang aman
bagi penghuni. Konsep ergonomis di setiap piranti hendaknya juga dipikirkan dengan
matang. Sisi keamanan adalah faktor yang penting, demi menghindari terjadinya
kecelakaan di dalam maupun di sekitar rumah.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
15/40
15
4. Bebas kontaminasi; Gunakan cat rumah dan produk-produk bangunan yang aman dan
tidak mengganggu kesehatan. Jauhi penggunaan formaldehida untuk meminimalisir
kontaminasi anggota keluarga.
5. Memiliki Ventilasi; Ventilasi berfungsi untuk memperlancar pertukaran udara segar.
Standardnya harus ada di setiap ruangan.
6. Bebas dari hewan pengganggu; Penghuni hendaknya menjaga agar setiap sudut rumah
bebas dari hewan pengganggu seperti tikus, kecoa, cicak, dll. Hewan-hewan ini selalu
berusaha untuk mencari makanan dan sarang di dalam rumah sehingga anda harus benar-
benar ekstra bekerja keras untuk mengenyahkannya.
7. Terawat; Rumah yang sehat adalah rumah yang setiap elemennya terawat dan terpelihara
dengan baik. Para penghuni rumah hendaknya mengatur jadwal khusus untuk saling
berbagi tugas melakukantugas ini demi kepentingan bersama.
8. Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut: penyediaan air
bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan air limbah (air bekas), pembuangan
sampah, fasilitas dapur, ruang berkumpul keluarga, untuk rumah di pedesaan lebih cocok
adanya serambi (serambi muka atau belakang).
3. Penyuluhan Pemberantasan Penyakit Menular
Adalah menghilangkan atau merubah cara berpindahnya penyakit menular dan infeksi.
Cara-cara penularan penyakit: penularan langsung dari manusia ke manusia, penularan tidaklangsung, perantara benda/yang kotor (ada kumannya), perantara serangga atau gigitan
binatang.1
4. Penyuluhan mengenai hubungan gizi buruk dengan imunisasi8
Imunisasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak, tidak hanya memberikan
perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi
tingkat imunitas imun yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi. Anak yang tidak
mendapatkan imunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit infeksi,
sehingga anak akan jatuh sakit yang mungkin akan menyebabkan turunnya status gizi. Hal
ini karena penyakitinfeksi dan fungsi kekebalan saling berhubungan erat satu sama lain, dan
pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi pada anak.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
16/40
16
5. Keluarga Berencana
Di dalam memberikan pelayanan keluarga berencana di perlukan juga komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB,
meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya
proses penerimaan. Menurut media yang digunakan, kegiatan KIE dapat diperinci sebagai
berikut yaitu radio, televisi, mobil unit penerangan, penerbitan/ publikasi, pers/ surat kabar,
film, kegiatan promosi, dan Pameran.1
6. Antenatal Care9
Suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu
hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan
memuaskan (pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care).
Pelayanan antenatal;
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa
kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu
timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur
tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
Asuhan antenatal HARUS dimulai sedini mungkin.Perencanaan
Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :
- sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
- 2836 minggu : 2 minggu sekali
- di atas 36 minggu : 1 minggu sekali KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor
risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering
dan intensif.
Kunjungan pertama
Mayoritas wanita mendapatkan pemeriksaan pra-kehamilan mereka yang pertama dan
terlama pada usia kehamilan sekitar 8 hingga 12 minggu. Semakin awal melakukan
pemeriksaan, semakin baik. Ibu harus meluangkan banyak waktu untuk berkonsultasi
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
17/40
17
dengan dokter atau bidan, bahkan ibu mungkin akan ditawari untuk menjalani pemeriksaan
ultrasonografi (USG) oleh dokter.
Pemeriksaan
Selama kunjungan, periksalah:
Berat badan ibu. Mayoritas wanita bertambah berat badannya sebesar 10-12,5 kg
selama kehamilan, kebanyakan terjadi setelah minggu ke-20.
Tinggi badan ibu. Karena tinggi badan merupakan gambaran kasar mengenai ukuran
luas panggul.
Pemeriksaan fisik menyeluruh-jantung dan paru-paru untuk memastikan bahwa
secara umum ibu berada dalam keadaan sehat.
Air seni-mintalah ibu menyerahkan contoh air seninya setiap kali mengadakan
kunjungan.
Tekanan darah-ukurlah tekanan darah ibu setiap kali kunjungan. Waspadai timbulnya
hipertensi dalam kehamilan dan per-eklampsia.
Kunjungan berikutnya
Setelah kunjungan pra-kelahiran pertama ibu, pengecekan biasanya dilakukan setiap 4
minggu selama 28 minggu, tiap 2 minggu selama 36 minggu, dan setiap minggu hingga sang
bayi lahir. Air seni dan tekanan darah ibu, dan seringkali berat ibu, akan dicek. Perut ibu
akan diraba untuk mencek posisi serta pertumbuhan bayi. Dan dokter atau bidan ibu akan
mendengarkan detak jantung janin ibu.
Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita10
KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indicator perkembangan yang
bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir
sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai rapor kesehatan dan gizi (Catatan
riwayat kesehatan dan gizi ) balita.
Di Indonesia dan negara - negara lain, pemantauan berat badan balita dilakukan dengan
timbangan bersahaja ( dacin ) yang dicatat dalam suatu sistem kartu yang disebut Kartu Menuju
Sehat (KMS). Hambatan kemajuanpertumbuhan berat badan anak yang dipantau dapat segera
terlihat pada grafik pertumbuhan hasil pengukuran periodik yang dicatat dan tertera pada KMS
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
18/40
18
tersebut. Naik turunnya jumlah anak balita yang menderita hambatan pertumbuhan di suatu
daerah dapat segera terlihat dalam jangka waktu periodik ( bulan ) dan dapat segera diteliti lebih
jauh apa sebabnya dan dibuat rancangan untuk diambil tindakan penanggulangannya secepat
mungkin.
Kondisi kesehatan masyarakat secara umum dapat dipantau melalui KMS, yang
pertimbangannya dilakukan di Posyandu ( Pos Pelayanan terpadu ). Indikator BB / U dipakai di
dalam Kartu Menuju Sehat ( KMS ) di Posyandu untuk memantau pertumbuhan anak secara
perorangan. Pengertian tentang Penilaian status Gizi dan Pemantauan pertumbuhan sering
dianggap sama sehingga mengakibatkan kerancuan. KMS tidak untuk memantau gizi, tetapi alat
pendidikan kepada masyarakat terutama orang tua agar dapat memantau pertumbuhan anak,
dengan pesan Anak sehat tambahumur tambah berat.
Fungsi KMS :
1. Sebagai media untuk mencatat / memantau riwayat kesehatan balitasecara lengkap.
2. Sebagai media penyuluhan bagi orang tua balita tentang kesehatanbalita
3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan bagi petugas untuk menentukan
tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita.
4. Sebagai kartu analisa tumbuh kembang balita
Fungsi KMS ditetapkan hanya untuk memantau pertumbuhan bukan untuk penilaian
status gizi. Artinya penting untuk memantau apakah berat badan anak naik atau turun, tidakuntuk menentukan apakah status gizinya kurang atau baik.
Grafik pertumbuhan KMS dibuat berdasarkan baku WHO NCHS yang disesuaikan
dengan situasi Indonesia. Gambar grafik pertumbuhan dibagi dalam 5 blok sesuai dengan
golongan umur balita. Setiap blok dibentuk oleh garis tegak / skala berat dalam kg dan garis
datar skala umur menurut bulan. Blok 1 untuk bayi berumur 0 12 bulan, blok 2 untuk anak
golongan umur 13 24 bulan, blok 3 untuk anak golongan umur 25 36 bulan. Grafik
pertumbuhan untuk bayi dan anak sampai dengan umur 36 bulan terdapat pada halaman dalam
KMS. Sedangkan untuk anak umur 3760 bulan terdapat pada halaman berikutnya yang dibagi
menjadi 2 blok yaitu blok ke 4 untuk anak umur 37 48 bulan dan blok ke 5 untuk anak
golongan yang umur 4960 bulan.
Dalam setiap blok, grafik pertumbuhan dibentuk dengan garis merah (agak melengkung)
dan pita warna kuning, hijau dan hijau tua. Dasar pembuatannya sebagai berikut :
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
19/40
19
a. Garis merah (agar melengkung) dibentuk dengan menghubungkan angka angka yang
dihitung dari 70 % median baku WHONCHS.
b. Dua pita warna kuning di atas garis merah berturut- turut terbentuk masing - masing
dengan batas atas 75 % dan 80 % median baku WHONCHS.
c. Dua pita warna hijau muda di atas pita kuning dibentuk masing masing dengan batas
atas 85 % dan 90 % median baku WHONCHS.
d. Dua pita warna hijau tua di atasnya dibentuk msing - masing dengan batas atas 95 % dan
100 % median baku WHONCHS.
e. Dua pita warna hijau muda dan kuning masing masing pita bernilai 5% dari baku
median adalah daerah di mana anakanak sudah mempunyai kelebihan berat.
Cara membaca KMS:
1.
Garis yang menghubungkan titik satu ke yang lain apakah mengikuti satu warna atau
pindah kewarna yang lebih tua.
2. Bila garis yang menghubungkan titik-titik tersebut pindah kewarna yang lebih tua berarti
berat badan anak naik.
3. Bila garis yang dibuat menurun, tetap atau bertambah tetapi pindah ke pita warna yang
muda berarti berat badan anak tidak naik.
Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil
10
Kartu menuju sehat ibu hamil adalah sebagai alat penyuluhan ibu hami dan alat
komunikasi antar pemberi pelayanan antenatal. KMS membantu dalam mendeteksi Pre-eklamsi,
anemia dan resiko tinggi kehamilan lainnya.
Kartu menuju sehat ibu hamil adalah suatu bentuk kartu yang disimpan oleh ibu sendiri
yang memeberikan informasi mendalam yang mudah didapatkan tentang kesehatan seorang
wanita sebelum kehamilan pertama, selam kehamilan, persalinan, masa nifas dan masa antara
kehamilan berikutnya serta status keluarga berencana.
KMS ibu hamil terdiri atas:
Identitas ibu dan kotak untuk memberikan tanda dengan huruf R bagi ibu beresiko tinggi
(dibagian kanan atas halaman muka).
Pemantauan kehamilan:
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
20/40
20
1. Pertumbuhan janin dengan gravidograf.
Gravidograf adalah: untuk memantau pertumbuhan janin melalui pengukuran tinggi
fundus uteri menurut umur kehamilan. Grafik fundus uteri yang berada di kedua grafik
menunjukkan pertumbuhan janin yang normal. Bila gravik fundus uteri berada dibawah
garis gravik bawah, kemungkinan pertumbihan janin terganggu. Bila garis grafik fundus
uteri berada diatas grafik sebelah atas, kemungkinan janin terjadi hydramnion atau
kehamilan kembar.
2. Pertumbuhan berat badan yang tidak cukup (misalnya kenaikan berta badan sampai
kehamilan 28 minggu kurang dari 5 kg) maka ada kemungkinan pertumbuhan janin
terganggu.
3. Pemantauan janin dengan memeriksa denyut jantung janin (DJJ) dan letak janin. Bila DJJ
lambat atau sangat cepat dan lemah, maka kemungkinan terjadi gawat janin.
4. Pemantauan HB dilakukan terus menerus untuk ibu yang mempunyai HB kurang 11%.
5. Penyulit kehamilan ditemukan pada setiap kunjungan ditulis untuk mendapatkan
perhatian khusus dan tindakan yang memadai.
6. Pemberian tablet Fe dan imunisasi TT dicatat, sehingga datpat dilihat apakah pemberian
Fe cukup dan apakah pemberian TT sudah lengka.
Kurva KMS ibu hamil
Kurva dalam KMS ibu hamil digambarkan menurut tinggi badan (TB), berat bandan (BB) danusia kehamilan. (WHO,1996) penggunaan kurva pada KMS dilakukan dengan cara:
1. Tebalkan garis kurva yang sesuai dengan tinggi badan ibu.
2. Bubuhkanlah titik berat badan (BB) pada perpotongan garis berat badan dan umur
kehamilan.
3. Bila titik BB terletak diatas garis kurva tebal, maka ini berarti baik, bila titik BB terletak
dibawah garis tebal, kurang baik. Dianjurkan ibu untuk lebih sering memeriksa
kehamilannya.
4.
Bubuhkan titik BB seperti AB.2 pada kunjungan berikutnya.
5. Hubungkanlah titik BB hasil penimbangan pada saat ini dengan titik BB sebelumnya.
Kehamilan ini dianggap baik bila terdapat kenaikan dan berada diatas kurva tebal.
Cacatan bagi petugas kesehatan.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
21/40
21
Catatan ini berfungsi sebagai alat komunikasi antar petugas kesehatan, yaitu dengan
menuliskan tanggal pelayanan, tempat pelayanan, keluhan ibu, nasehat/ tindakan yang diberikan
Bahan penyuluhan untuk ibu.
Penyuluhan meliputi persiapan persalinan, tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan
ibu dan bayi setelah persalinan, gejala anemia, pre-eklamsi dan eklamsi, pendarahan dari jalan
lahir, ketuban pecah dini dan infeksi merupakan tanda bahaya yang perlu diketahui ibu.
Manfaat KMS ibu hamil
1. KMS ibu hamil bermanfaat sebagai alat untuk memantau kesehatan ibu hamil, gizi,
pertumbuhan ibu hamil, berat badan, tekanan darah, denyut jantung janin, hemoglobin
(Hb). Pemberian tablet Fe, pemberian tetanus Toxoid (TT), letak janin sebagai cacatan
bagi petugas kesehatan dan juga bermanfaat sebagai alat penyuluhan kesehatan ibu.
Imunisasi8
Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif
merupakan prioritas. Penurunan insidens penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun
yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan
cakupan luas. Demikian juga di Indonesia, dinyatakan bebas penyakit cacar tahun 1972 dan
penurunan insidens beberapa penyakit menular secara mencolok terjadi sejak tahun 1985,
terutama untuk penyakit difteria, tetanus, pertusis, campak, dan polio. Untuk dapat melakukan
pelayanan imunisasi yang baik dan benar diperlukan pengetahuan dan keterampilan tentang
vaksin (vaksinologi), ilmu kekebalan (imunologi) dan cara atau prosedur pemberian vaksin.
Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak, tidak hanya memberikan
perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi
tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi. Dengan revitalisasi
posyandu dan program KB diharapkan situasi kesehatan masyarakat dan pertumbuhan penduduk
dapat dikendalikan kembali. Berkurangnya fungsi Posyandu, pemantauan anak kurang
mendapatkan perhatian yang tercermin dengan menurunnya kesehatan anak pada umumnya,
khususnya adanya gizi kurang dan infeksi yang beberapa tahun yang lalu sudah reda menyerang
anak-anak kembali seperti poliomiolitis, demam tifoid, difteri, campak, demam dengue, dan
lainnya.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
22/40
22
Imun pasif yang didapatkan secara alami adalah kekebalan yang didapatkan
transplasental, yaitu antibodi diberikan ibu kandungnya secara pasif melalui plasenta kepada
janin yang dikandungnya. Semua bayi yang dilahirkan telah memiliki sedikit atau banyak
antibodi dari ibu kandungnya. Sedangkan imun pasif buatan adalah pemberian antibodi yang
sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak. Seperti halnya pada bayu baru lahir dari
ibu yang mempunyai HbSAg positif memerlukan immunoglobulin yang spesifik hepatitis B yang
harus diberikan setelah lahir dengan segera. Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan
vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi
secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang
dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.
Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu
immunoglobulin yang non-spesifik atau gamaglobulin dan immunoglobulin yang spesifik yang
berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan
vaksinasi penyakit tertentu. Vaksinasi, merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja
memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari mikroorganisme pathogen. Antigen yang
diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu
mengaktivasi limfosit menghasilkan antibodi dan sel memori. Demikian pula, vaksinasi
mempunyai berbagai keuntungan :
Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidupnya
Vaksinasi adalah cost-effectivekarena murah dan efektif
Vaksinasi tidak berbahaya. Reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang
dari pada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami.
Jenis-jenis imunisasi yang wajib dilaksanakan, adalah sebagai berikut :
1. Hepatitis B Mencegah hepatitis B (kerusakan hati)
2. BCG Mencegah TB/Tuberkulosis (sakit paru-paru)
3.
Polio Mencegah polio (lumpuh pada tungkai-lengan)4. DPT Difteri, Batukrejan, Tetanus
5. Campak Mencegah campak
Jadwal Imunisasi :
0-7 hari HB 0
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
23/40
23
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 Bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 Bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 Bulan Campak
Berdasarkan dari pembahasan di atas, maka imunisasi termasuk hal yang sangat penting
bahkan wajib dilakukan pada seorang anak semenjak lahir sampai usia 11 bulan. Adapun
manfaat imunisasi yaitu untuk melindungi bayi dan balita dari beberapa penyakit infeksi yang
berbahaya. Seorang anak yang perlu mendapat imunisasi yaitu dimulai sejak usia 0 bulan sampai
dengan 11 bulan. Untuk mendapatkan imunisasi seorang ibu dapat membawa anaknya ke
Posyandu, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas, keliling, Rumah sakit/rumah bersalin,
dokter/bidan praktek swasta.
Cold Chain8
Cold chain adalah barang-barang yang memerlukan penanganan dengan suhu yang diatur
dibawah suhu ruangan (ambient). Cold chain adalah barang-barang yang memerlukan
penanganan extra khusus didalam proses logistiknya mulai dari penerimaan barang,
penyimpanan, penyiapan hingga pengirimannya. Barang-barang yang dikategorikan cold chain
diantaranya adalah Vaksin, obat-obtan hormonal dan untuk FMCG misalnya coklat. Karena
sifatnya yang sedemikian ketat didalam prosedur penangannya, maka cold chain dikatakan
sebagai puncak dari pada logistik. Untuk menangani barang-barang cold chain diperlukan
peralatan yang komplek dan bahkan terkadang memerlukan biaya yang sangat besar. Peralatan
yang diperlukan diantaranya:
1. Termometer alat pengukur suhu
2. Chiller alat pengatur suhu
3.
Dehumidifier alat pengatur kelembaban4. Data logger alat pencatat suhu
5. Ice pack alat pencipta suhu dingin dipengiriman
6. Cold box alat pengiriman
7. Sticker suhu
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
24/40
24
Aktifitas Cold Chain8
Didalam menangani barang-barang cold chain harus dilakukan 8 proses yang secara rutin harus
dilakukan:
1. Validation; alidasi adalah proses penentuan standard ice pack yang dipergunakan untuk
melakukan suatu pengiriman. Validasi ini diperngaruhi oleh jenis cold box dan juga jenis
ice pack yang dipergunakan. Hasil akhir yang akan diperoleh adalah berapa jumlah ice
pack yang diperlukan untuk pengiriman barang pada suhu dingin selama 2 jam, 4 jam
atau 24 jam.
2. Temperature mapping; pemetaan suhu dilakukan pada ruangan penyimpanan dengan
tujuan untuk mengetahui dititik mana terjadi suhu terpanas dan suhu terdingin. Titik-titik
terpanas dan terdingin tersebut akan dipergunakan sebagai tempat diletakannya sensor
data logger sehingga diperoleh batas atas dan batas bawah yang baik. Temperature
mapping dilakukan minimal 1x per tahun.
3. Thermometer Calibration; kalibrasi termometer dilakukan untuk memastikan bahwa
pengukuran suhu dengan menggunakan peralatan yang ada sama dengan standar
pengukuran suhu yang ditentukan. Kalibrasi dilakukan minimal 1x setahun oleh badan
yang berwenang (kalibrasi external) dan dapat pula dilakukan oleh perusahaan (kalibrasi
internal)
4.
Goods Receiving; penerimaan barang dingin tidak boleh dilakukan diareal terbuka diloading bay sebagaimana melakukan penerimaan barang non cold chain. Penerimaan
barang harus dilakukan diruangan dingin dan yang harus diperhatikan pada waktu
penerimaan adalah mengukur suhu penerimaan barang selain melakukan proses
penerimaan barang pada umumnya.
5. Storage; penyimpanan barang dingin dilakukan didalam ruangan suhu dengan rentang
suhu yang diijinkan. Biasanya suhu yang dimaksud adalah 2-8 C.
6. Pick and Pack; bagian tersulit didalam proses penanganan barang cold chain adalah pada
saat pengemasan (pack). Pada saat pengemasan biasanya akan terjadi penurunan suhu
ektrim dari ice pack yang dapat mencapai suhu dibawah 0 (minus) dan hal ini akan
menyebabkan kerusakan pada barang-barang yang akan dikirimkan. Perlu dilakukan
penyesuaian pada saat penyiapan ice pack dengan suhu ruang dingin selama 5-10 menit
sebelum barang cold chain dimasukan kedalam kemasan kirim.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
25/40
25
7. Delivery; pengiriman barang-barang cold chain harus dijaga waktu pengiriman agar suhu
yang telah disiapkan tetap pada batas yang diijinkan. Proses penting yang harus
dilakukan pada saat proses serah terima adalah memastikan bahwa suhu kemasan
(packing) masih berada dalam range yang diijinkan dengan cara meminta tanda tangan
dari konsumen yang menerimanya. Proses serah terima ini harus langsung dilakukan oleh
fihak konsumen yang berwenang, tidak boleh dititipkankepada security misalnya.
8. Temperature Control; pencatatan suhu penyimpanan dan pengiriman wajib dilakukan
dengan mempergunakan data logger yang dapat mencatat pergerakan suhu dan diback up
dengan melakukan pencatatan manual 2-3x per hari pada jam-jam tertentu.Pencatatan
suhu ini diperlukan untuk memastikan bahwa selama proses penyimpanan dan
pengiriman barang cold chain selalu berada didalam kondisi yang aman.
Efek Samping Imunisasi8
Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi. Tetapi, orangtua
masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yang mungkin menimpa Si
Kecil. Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna.Itulah sebabnya pemberian imunisasi,
baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi mereka untuk membangun pertahanan
tubuh.Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari berbagai penyakit yang membahayakan
jiwanya.Di lain pihak, pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping. Demam tinggi
pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was. Padahal, efek samping ini
sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh tengah
bekerja.Namun, kita pun tidak boleh menutup mata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini
bisa sangat berat, bahkan berujung kematian.Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI
disebut "Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi"(KIPI). Menurut Komite Nasional Pengkajian dan
Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi
dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasi yang aman
tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, ia harus diobservasi
terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak terjadi adanya KIPI (reaksi cepat).
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
26/40
26
Selain itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untuk menghindari adanya
kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan, maka gejala klinis yang
dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu..
Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya.Pada keadaan
tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca-vaksinasi rubella), bahkan
42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa diakibatkan reaksi simpang
(adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian lain yang bukan akibat efek langsung
vaksin, misalnya alergi. "Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang timbul akibat
kesalahan teknik pembuatan, pengadaan, distribusi serta penyimpanan vaksin.Kesalahan
prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul kebetulan,"
demikian Sri.
Penelitian Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS, melaporkan,
sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan."Kejadian yang memang akibat imunisasi
tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan atau pragmatic errors)," tukas
dokter yang berpraktek di RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.
Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi.Sebagian besar ternyata
tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa faktor KIPI
yang bisa terjadi pasca-imunisasi:
1.
Reaksi Suntikan; Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik,baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI.Reaksi suntikan
langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan.Sedangkan
reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope atau
pingsan.
2. Reaksi vaksin; Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya
sudah diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca-
imunisasi DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas.Meski demikian, bisa
juga reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang di dalam tubuh
(misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan, kesulitan
memusatkan perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resiko kematian.
3. Penyebab tidak diketahui; Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
27/40
27
kelompok "penyebab tidak diketahui" sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya,
dengan kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
'Imunisasi itu Aman' Ilmu Pengetahuan atau Fiksi?raguan tentang aman-tidaknya
imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada. Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian
buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan ribu lainnya yang tidak
dilaporkan.Pada anak-anak, imunisasi (dan antibiotik) bertanggung jawab untuk sebagian
besar reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya.Jadi realitanya, tidak ada obat yang
aman untuk setiap anak.Dan, beberapa obat lebih berbahaya daripada beberapa obat
lainnya.
Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang
membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat :
a.
BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan.
Setelah 23 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi
luka dengan garis tengah 10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka
parut yang kecil.
b. DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan
imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar
merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak
berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bilagejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak
memberikan perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang.
c. POLIO : Jarang timbuk efek samping.
d. CAMPAK : Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 410 hari sesudah
penyuntikan.
e. HEPATITIS : Belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Perlu diingat efek samping
imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi.
Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin (IP)8
Menghitung indeks pemakaian vaksin berdasarkan jumlah cakupan imunisasi yang
dicapai secara absolut dan berapa banyak vaksin yang digunakan.Dari pencatatan stok vaksin
setiap bulan diperoleh jumlah ampul/vial vaksin yang digunakan. Untuk mengetahui berapa rata-
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
28/40
28
rata jumlah dosis diberikan untuk setiap ampul/vial, yang disebut Indeks Pemakaian Vaksin (IP)
dapat dihitung :
Jumlah suntikan (cakupan) yang dicapai tahun lalu
IP Vaksin =
Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu
Menghitung Kebutuhan Vaksin8
1. Setelah menghitung jumlah sasaran imunisasi, menentukan target cakupan dan
menghitung besarnya indeks pemakaian vaksin, maka data-data tersebut digunakan unuk
menghitung kebutuhan vaksin.
2.
Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke kabupaten/kota.
Sebelum menghitung jumlah vaksin yang kita perlukan, terlebih dahulu dihitung jumlah
kontak tiap jenis Rumusnya :
Jumlah Kontak = Jumlah sasaran x Target cakupan
Kekebalan Kelompok8
Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadapserangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat
kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat
serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu. Wabah terjadi karena 2
keadaan :
1. Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit
infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau
kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.
2. Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan
mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap
penyakit tertentu dalam populasi tersebut.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
29/40
29
Cakupan Program Imunisasi8
Program Imunisasi berhasil menekan morbiditas dan mortalitas tujuh penyakit di
Indonesia, yaitu : Tuberkulosis, Polio, Difteri, Tetanus, Pertusis, Campak, dan Hepatitis B.
Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, kita telah
mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang merupakan suatu tahap dimana
cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Tetapi kita masih
memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014, yang berarti
cakupan imunisasi di seluruh desa dan kelurahan di Indonesia telah mencapai 80% atau lebih.
Indikator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN Tahun 2010-2014 dengan
target tahun 2010 mencapai UCI desa/kelurahan 80% dan 80% bayi usia 0-11 bulan
mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Tahun 2011 mencapai UCI 85%, dan 82% bayi
mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Tahun 2012 mencapai UCI 90% dan 85% bayi
mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Tahun 2013 mencapai UCI 95% dan 88% bayi
mendapatkan imunisasi dasar lengkap.Tahun 2014 mencapai UCI 100% dan 90% bayi
mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Target pada tahun 2014 seluruh desa/ kelurahan mencapai
100% UCI (Universal Child Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di desa/ kelurahan
tersebut memperoleh imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB,
Polio dan campak.
Data mutakhir dari Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi,
dan Kesehatan Matra,Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan
Indonesia, pada tanggal 27 mei 2011 menunjukkan angka cakupan imunisasi di tahun 2010
adalah campak 89,5%, DTP-3 90,4%, polio-4 87,4%, dan hepatitis B-3 mencapai 91%. Dari data
yang ada, terlihat angka cakupan imunisasi dasar di Indonesia sudah cukup tinggi, namun pada
beberapa daerah masih ditemukan angka cakupan di bawah standar nasional (Depkes RI, 2011).
Pengawas Wilayah Setempat (PWS)8
Batasan pengawasan banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang sering dipergunakan
ialah :
1. Pengawasan ialah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan
karyawan untuk mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam rencana.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
30/40
30
2. Pengawasan ialah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu program yang
kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sedemikian rupa sehingga tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai.
Dari batasan yang seperti ini segera terlihat bahwa untuk dapat melakukan pekerjaan
pengawasan dengan baik ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Ketiga hal yang dimaksud ialah :
1. Objek pengawasan; yang dimaksud objek pengawasan disini ialah hal-hal yang harus
diawasi dari pelaksanaan suatu rencana kerja.
2. Metoda pengawasan;yang dimaksud dengan metoda pengawasan disini ialah teknik ata
cara melakukan pengawasan terhadap objek pengawasan yang telah ditetapkan.
3. Proses pengawasan; yang dimaksud dengan proses disini ialah langkah-langkah yang
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pengwasan tersebut dapat dilakukan. Jika
pengawasan dapat dilakukan dengan cermat, akan diperoleh beberapa manfaat. Manfaat
yang dimaksud antara lain :13
a. Pengawasan harus bersifat khas; syarat pertama yang harus dipenuhi pada pengawasan
ialah pengawasan teersebut harus bersifat khas (specific), artinya jelas sasaran dan tujuan
yang ingin dicapai serta ditujukan hanya untuk hal-hal yang bersifat pokok saja. Syarat
yang seperti ini dikenal dengan prinsip strategic point control. Hal yang bersifat pokok
tersebut banyak macamnya, termasuk misalnya hanya mengawasi penyimpangan-
penyimpangan saja (exception).b. Pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan ; syarat kedua yang harus
dipenuhi ialah pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi
secara tepat, cepat dan benar. Dengan demikian dalam pengawasan harus ada umpan
balik (feed back) yang dapat dimanfaatkan dengan segera.
c. Pengawasan harus fleksibel dan berorientasi pada masa depan; syarat ketiga yang harus
dipenuhi pada pengawasan ialah pengawasan tersebut harus fleksibel serta berorientasi
pada kepentingan masa depan. Yang dimaksud dengan fleksibel disini ialah harus
tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi. Pengawasan yang terlalu kaku tidak
akan memberikan hasil yang optimal.
d. Pengawasan harus mencerminkan keadaan organisasi; syarat keempat yang harus
dipenuhi ialah pengawasan tersebut harus mencerminkan keadaan organisasi
(organizational suitability).
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
31/40
31
Posyandu11
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. UKBM adalah wahana pemberdayaan
masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan
bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga
terkait lainnya.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang besifat non instruktif, guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah
yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, yang sekurang-kurangnya mencakup 5
(lima) kegiatan, yakni KIA, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare.
Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah
pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua,
seorang sekretaris dan seorang bendahara. Kriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai
berikut :
1. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.
2. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat.
3. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
Kader Posyandu dipilih oleh pengurus Posyandu dari anggota masyarakat yang bersedia,
mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu. Kader Posyandu
menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela. Kriteria kader Posyandu antara lain
sebagai berikut :1. Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat.
2. Dapat membaca dan menulis huruf latin.
3. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat.
4. Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
32/40
32
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegaiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan.
Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut :1
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup :
1. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh
kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran
tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila teersedia ruang
pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan.
Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan
kelompok ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai
dengan kesepakatan. Kegiatan kelompok ibu hamil antara lain sebagai berikut:
a) Penyuluhan : tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,
persiapan menyusui, KB, dan gizi.
b) Perawatan payudara dan pemberian ASI.
c) Peragaan pola makan ibu hamil.
d) Peragaan perawatan bayi baru lahir.
e)
Senam ibu hamil.
b. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup :
1) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan
jalan lahir (vagina).
2) Pemberian vitamin A dan tablet besi.
3) Perawatan payudara.
4)
Senam ibu nifas.
5) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan
pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi
fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera
dirijuk ke Puskesmas.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
33/40
33
c. Bayi dan Anak Balita
Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara meyenangkan dan
memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai, pada
waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendomg
melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orangtua di bawah
bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai
dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu
untuk balita mencakup :
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan
4)
Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan,
segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian
kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan
suntikan KB, dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang
dilakukan pemasangan IUD.3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas.
Jenis imunisasi yang diberika disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan balita
maupun terhadap ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu
hamil dan Wanita Usia Subur (WUS). Jenis pelayanan yang diberikan meliputi
penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi,
pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil
dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul Yodium untuk yang
bertempat tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan tidak
ada kenaikan berat badan, segera dirujuk ke Puskesmas.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
34/40
34
Pemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan bulanan
posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN tersebut. Indikator yang dipakai adalah
N/D (jumlah anak yang berat badannya naik dibandingkan dengan jumlah anak yang
ditimbang dalam %). Peramalan dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan
D/S setiap bulan pada wilayah masing-masing wilayah kecamatan. Pematauan status gizi
dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan format laporan yang telah ada.
SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri mempunyai
singkatan yaitu sebagai berikut:
S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu
K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS
D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini
N= jumlah balita yang naik berat badannya
Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat kiinerja output disini meliputi
cakupan hasil program gizi di Posyandu yang dapat dilihat dalam bentuk persentase
cakupan yang berhasil dicapai oleh suatu Posyandu, yaitu cakupan kegiatan penimbangan
(K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan
(N/S).
Balita yang datang dan ditimbang (D/S)Definisi Operasional; Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita
yang datang dan ditimbang berat badannya (D) di posyandu maupun di luar
posyandu satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Balita yang naik berat badannya (N/D)
Definisi Operasional ; Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang
ditimbang (D) di posyandu maupun di luar posyandu yang berat badannya naik
dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
35/40
35
penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat
atau pemberian oralit yang disediakan.
Sistem pelaksanaan pada posyandu yang dipakai sekarang adalah system 5 meja:
a. Meja 1: Pendaftaran
Pendaftaran Balita; Balita didaftar dalam pencatatan balita. Bila anak sudah punya KMS,
berarti bulan lalu anak sudah ditimbang, KMS-nya diminta. Namanya dicatat pada secarik
kertas, diselipkan di KMS. Kemudian ibu balita diminta membawa anaknya menuju ke tempat
penimbangan. Bila anak belum mempunyai KMS, berarti ia baru bulan ini ikut penimbangan.
Ambil KMS baru, isi kolomnya secara lengkap, nama anak dicatat pada secarik kertas.
Secarik kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke
tempat penimbangan.
Pendaftaran Ibu Hamil; Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil. Jika tidak
membawa balita, diminta langsung menuju ke meja 4, untuk mendapatkan pelayanan gizi oleh
kader, serta pelayanan oleh petugas kesehatan di meja 5. Ibu yang belum menjadi peserta KB
dicatat namanya pada secarik kertas, selanjutnya kertas diserahkan kepada petugas.
b. Meja 2: Penimbangan
1. Dacin sudah siap, kemudian anak ditimbang.
2.
Hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas, selipkan kertas ini kedalamKMS.
3. Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilahkan menuju ke meja 3 untuk dicatat.
c. Meja 3: Pencatatan
1. Buka KMS balita yang bersangkutan.
2. Pindahkan hasil penimbangan dari secarik kertas ke KMS-nya.
3. Bila tidak ada kartu kelahiran tetapi ibu ingat, catatlah bulan lahir anak sesuai dengan
ingatan ibu.
4.
Bila ibu tidak ingat semua dan hanya tahun umur anaknya sekarang, perkirakan bulan
lahir anak dan catat.
5. Cantumkan bulan lahir anak pada kolom KMS.
6. Kemudian isilah kolom bulan secara berurutan.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
36/40
36
7. Setelah anak ditimbang, tulislah titik berat badannya pada titik temu garis tegak (sesuai
dengan bulan penimbangan) dengan garis datar (sesuai hasil penimbangan dalam
kilogram).
8. Pada penimbangan selanjutnya di bulan yang kedua, tulis kembali titik berat badannya
sesuai dengan hasil penimbangan bulan itu, kemudian hubungkan titik bulan sebelumnya
dengan titik bulan ini dengan garis.
9. Apabila pada penimbangan di bulan ketiga tidak hadir, kemudian baru hadir pada
penimbangan di bulan keempat, titik berat badan di bulan keempat tidak dihubungkan
dengan titik berat badan di bulan kedua.
10.Selain titik berat badan dan garis hubung, catat juga semua kejadian yang diderita anak.
Kejadian itu dicatat dalam garis tegak sesuai bulan yang bersangkutan. Misalnya keadaan
kesehatannya, mengenai makanannya, keadaan keluarganya, dan lain-lain.
d. Meja 4: Penyuluhan
Mintalah KMS anak, perhatikan umur dan hasil penimbangan pada bulan ini.
Penyuluhan untuk Semua Balita
1. Ibu balita diberi penyuluhan sesuai dengan kondisi anak. Pentingnya menimbang balita
setiap bulan. Balita yang berat badannya 2 kali berturut-turut tidak naik atau balita yang
berat badannya berada di bawah garis merah harus dirujuk ke tenaga kesehatan.
2.
Pentingnya ASI eksklusif sampai anak umur 6 bulan.3. Pentingnya pemberian Makanan Pendamping ASI bagi anak berumur di atas 6 bulan.
4. Pentingnya ibu memberikan ASI sampai anak berumur 2 tahun.
5. Pentingnya imunisasi lengkap untuk pencegahan penyakit pada balita (lihat pada kolom
imunisasi pada KMS-nya).
6. Pentingnya pemberian vitamin A untuk pencegahan kebutaan dan daya tahan tubuh anak.
7. Pentingnya latihan/ stimulasi perkembangan anak balita di rumah.
8. Bahaya diare bagi balita. ASI terus diberikan seperti biasa, walaupun anak sedang diare.
9.
Bahaya infeksi saluran pernapasan akut. Balita dengan batuk pilek dengan nafas sesak
atau sukar bernafas harus dirujuk ke tenaga kesehatan.
10.Demam pada balita sering merupakan tanda-tanda malaria, campak, atau demam
berdarah, dapat membahayakan kesehatan, segera rujuk kepada petugas kesehatan.
11.Pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
37/40
37
Penyuluhan untuk Semua Ibu Hamil
1. Perlu istirahat cukup.
2. Perlu Imunisasi Tetanus Toxoid (TT).
3. Tiap hari makan hidangan bergizi.
4. Pentingnya KB.
5. Pengenalan tanda bahaya kehamilan:
Penyuluhan untuk Semua Ibu Menyusui
1. ASI yang segera diberikan dalam 30 menit.
2. Bayi 0-6 bulan cukup diberi ASI saja (ASI eksklusif).
3. ASI diberikan setiap bayi menangis, baik siang ataupun malam semakin sering semakin
baik.
4.
ASI diberikan sampai anak umur 2 tahun.
5. Minum paling sedikit 8 gelas setiap hari.
6. Anjurkan ibu makan hidangan bergizi 1 piring lebih banyak dari biasanya.
7. ASI keluarnya sedikit, ibu dianjurkan memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
8. Ibu menyusui di daerah gondok diberi 1 kapsul yodium sekali saja.
9. Beri 2 kapsul vitamin A sekali saja.
e. Meja 5: Pelayanan Kesehatan
1.
Imunisasi2. Pemberian vitamin A dosis tinggi.
3. Pembagian pil KB atau kondom.
4. Pengobatan ringan.
5. Konsultasi KB.
Surveillance
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian
serta diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan. Informasi ini dimanfaatkan oleh para
pemangku kepentingan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program
jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang serta untuk perumusan kebijakan.
1. Pengumpulan data
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
38/40
38
a. Kegiatan rutin yaitu penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus gizi
buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul vitamin A balita,
dan pemberian ASI Eksklusif.
b. Kegiatan survey khusus yang dilakukan berdasarkan kebutuhan seperti konsumsi
garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan PMT, pemantauan status gizi anak
dan ibu hamil serta wanita usia subur risiko KEK, atau studi yang berkaitan dengan
masalah gizi lainnya.
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, bila ada Puskesmas yang tidak melapor atau
melapor tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan atau tidak akurat maka petugas
DINKES Kabupaten/Kota perlu melakukan pembinaan secara aktif untuk melengkapi data
dengan melalui telepon, SMS, atau kunjungan langsung ke Puskesmas.
Pengolahan Data dan Penyajian Informasi
Pengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun analitik, disajukan dalam
bentuk narasi, tabel, grafik, peta, dan sebagainya.
Diseminasi Informasi
Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi surveilans gizi
kepada pemangku kepentingan. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentuk
pemberian umpan balik, sosialisasi, atau advokasi.
Umpan balik merupakan respon tertulis mengenai informasi surveilans gizi yangdikirimkan kepada pemangku kepentingan pada berbagai kesempatan baik pertemuan lintas
program maupun lintas sektoral.
Sosialisai merupakan penyajian hasil surveilans gizi dalam forum koordinasi atau forum
lainnya sedangkan advokasi merupakan penyajian hasil surveilans gizi dengan harapan
memperoleh dukungan dari pemangku kepentingan.
Indikator keberhasilan kegiatan surveilans gizi adalah:
Indikator Input
- Adanya tenaga manajemen data gizi yang meliputi pengumpul data dari laporan rutin
atau survey khusus, pengolah dan analisis data serta penyaji informasi
- Tersedianya instrument pengumpulan dan pengolahan data
- Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan data
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
39/40
39
- Tersedianya biaya operasional surveilans gizi
Indikator Proses
- Adanya proses pengumpulan data
- Adanya proses editing dan pengolahan data
- Adnya proses pembuatan laporan dan umpan balik hasil surveilans gizi
- Adanya proses sosialisasi atau advokasi hasil surveilans gizi
Indikator Output
- Tersedianya informasi gizi buruk yang mendapat perawatan
- Tersedianya informasi balita yang ditimbang berat badannya (D/S)
- Tersedianya informasi bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif
- Tersedianya informasi rumah tangga yang menonsumsi garam beriodium
-
Tersedianya informasi balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A
- Tersedianya informasi ibu hamil mendapat 90 tablet Fe.
- Tersedianya informasi kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi
- Tersedianya informasi penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana
- Tersedianya informasi data terkait lainnya (sesuai kondisi dan situasi daerah).
-
5/19/2018 Kasus Gizi Buruk
40/40
40
Daftar Pustaka
1. Santoso S, Ranti AL. Kesehatan dan gizi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta; 2002. h. 72-81.
2. Budiarto. Pengantar epidemiologi. Jakarta: EGC; 2002.h. 20-5.
3.
Nasry N, Nur MPH. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta; 2008.h. 125-30.
4. Prinsip pelayanan dan prosedur pelayanan puskesmas. Diunduh dari:
http://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200510130913MANLAK%20GAKIN%2020
05.pdf,27 Juni 2014.
5. Tim Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas. Pedoman kerja puskesmas. Jilid I. Jakarta:
Departeman Kesehatan RI; 2001. h.1-51.
6. Gizi dan promosi kesehatan. Diunduh dari
http://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/pengelolaan-program-gizi-di-puskesmas.pdf,
27 Juni 2014.
7. Kriteria Rumah Sehat. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23722/4/Chapter%20II.pdf,27 Juni 2013.
8. Imunisasi dasar lengkap untuk anak. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32886/5/Chapter%20I.pdf,27 Juni2013
9. Craig H, Phelps K. Pregnancy & antenatal care. Australia: Elseiver Australia;2011.h. 32-5.
10. Kartu Menuju Sehat. Diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-
gdl-wiwinkurni-5255-3-bab2.pdf,27 Juni 2014
http://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200510130913MANLAK%20GAKIN%202005.pdfhttp://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200510130913MANLAK%20GAKIN%202005.pdfhttp://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/pengelolaan-program-gizi-di-puskesmas.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23722/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32886/5/Chapter%20I.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wiwinkurni-5255-3-bab2.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wiwinkurni-5255-3-bab2.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wiwinkurni-5255-3-bab2.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wiwinkurni-5255-3-bab2.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32886/5/Chapter%20I.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23722/4/Chapter%20II.pdfhttp://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/pengelolaan-program-gizi-di-puskesmas.pdfhttp://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200510130913MANLAK%20GAKIN%202005.pdfhttp://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200510130913MANLAK%20GAKIN%202005.pdf