kasus disentri

15
BAB I LAPORAN KASUS PEDIATRI DISENTRI I. IDENTITAS PASIEN: Nama Anak : ZA Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 2 Thn Nama Ibu : Ny. K Pekerjaan : IRT Alamat : Jln. Toman II. RESUME ANAMNESIS (Alloanamnesis) A. Riwayat Penyakit 1. Keluhan Utama : Buang air besar berdarah 2. Riwayat penyakit sekarang : Anak masuk UGD dengan keluhan tinja bercampur lendir dan darah sejak 1 hari dengan frekuensi 4 kali sehari. Anak juga mengeluhkan sejak satu minggu yang lalu disertai mual dan muntah dengan bentuk muntahan air. Tiga hari sebelum ke RS Zainab Anak sudah di bawa berobat tapi tidak ada perubahan. o Sejak kapan buang air besar berdarahnya? Berapa kali dalam sehari? Apa warna buang air besarnya? Setiap kali buang air besar kira – kira berapa banyak? 1

Transcript of kasus disentri

Page 1: kasus disentri

BAB ILAPORAN KASUS PEDIATRI

DISENTRII. IDENTITAS PASIEN:

Nama Anak : ZA

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 2 Thn

Nama Ibu : Ny. K

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jln. Toman

II. RESUME ANAMNESIS (Alloanamnesis)

A. Riwayat Penyakit

1. Keluhan Utama : Buang air besar berdarah

2. Riwayat penyakit sekarang : Anak masuk UGD dengan keluhan

tinja bercampur lendir dan darah sejak 1 hari dengan frekuensi 4 kali

sehari. Anak juga mengeluhkan sejak satu minggu yang lalu disertai

mual dan muntah dengan bentuk muntahan air. Tiga hari sebelum ke

RS Zainab Anak sudah di bawa berobat tapi tidak ada perubahan.

o Sejak kapan buang air besar berdarahnya? Berapa kali dalam

sehari? Apa warna buang air besarnya? Setiap kali buang air besar

kira – kira berapa banyak?

o Sejak kapan demam? Apakah ada mengukur suhu ketika demam?

Apakah demam sepanjang hari atau tidak?

o Sejak kapan mual muntah? Kapan saja mengalami mual dan

muntah? Apakah ada waktu – waktu khusus sehabis makan atau

lainnya? setiap kali muntah berapa gelas? Apa saja isi muntahnya?

o Kapan BAB terakhir kali? Apakah frekuensi BAB seperti biasa?

3. Riwayat penyakit dahulu : Anaknya tidak pernah penyakit seperti ini

sebelumnya, dan juga tidak ada riwayat alergi obat – obatan dan juga

makanan tertentu

1

Page 2: kasus disentri

4. Riwayat penyakit keluarga : keluarga tidak ada sakit

yang sama

5. Riwayat makanan : Tidak teratur

6. Pertumbuhan dan perkembangannya : DBN

7. Imunisasi : Lengkap

8. Lingkungan : Kurang bersih

9. Sosial ekonomi : Cukup

III. Pemeriksaan jasmani

A. Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

1. Vital Sign

1. Tekanan darah : -

2. Pernapasan : 30 x/mnt

3. Nadi : 128x/mnt

4. Suhu : 37,3oc

2. Status gizi : DBN

3. Kulit : DBN

B. Pemeriksaan khusus

1. Leher, dada, jantung : DBN

2. Abdomen

1. Inspeksi : DBN

2. Auskultasi : Peristaltik Usus ↑

3. Palpasi dan perkusi : DBN

3. Anogenital : -

4. Anggota Gerak

1. Kekuatan : DBN

2. Tanda meningeal : ?

3. Reflek fisiologis :

5. Kepala

1. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

2. Hidung : tidak ada secret

2

Page 3: kasus disentri

3. Mulut : Bibir tidak sianosis

4. Tenggorokan : Faring hiperemis

IV. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a) Darah

Nama Hasil Nilai normalHb 12,3 mg/% 13-18 (lk), 12-16 (pr)Leukosit 6,7 mm3 4000-11000 103/mm3

LED 35 mm/jam 0-10 mm/jam (lk), 0-20 mm/jam (pr)Trombosit 359 µL 150.000- 450.000 LHt 35,4% 39-54% (lk), 36-47% (pr)Eritrosit 5,03 juta 4,5- 6,5 juta (lk), 4,10- 5,10 juta (pr)

Lab Eos Bas Sbt Seg Lim moHasil 1 0 5 61 27 6

Nilai normal 0-3 0-1 2-6 50-70 20-40 2-8

b) Feses : feses rutin tunggu hasil

V. Diagnosis Kerja :

Disentri ( 4A)

ICPC II No D70 Gastrointestinal infection

ICD X No A03.0 Disentri basiler (shigelosis)

No A06.0 Disentri amuba akut

No A06.1 Disentri amuba kronis

VI. Diagnosis Banding : colitis ulseratif, Chron

VII. Penatalaksanaan : RL fisiologis, Ditetapkan berdasarkan

diagnosis

kerja dan keluhan penyerta

VIII. Prognosis

Quo ad vitam : Ad bonam

Quo ad sanam : Ad bonam

3

Page 4: kasus disentri

Quo ad funsionam : Ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron

(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan

gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume

sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lendir dan tenesmus.1

2. Etiologi Berdasarkan Klasifikasinya

Bakteri

o Shigella

Shigella dysenteriae

Shigella flexneri

Shigella boydii

Shigella sonnei

o Escherichia coli

ETEC

EIEC

EHEC

EAggEC

Amoeba

o Entamoeba hystolitica

3. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala disentri secara umum antara lain:

1. Buang air besar dengan tinja berdarah

2. Diare encer dengan volume sedikit

3. Buang air besar dengan tinja bercampur lender

4. Tenesmus

4

Page 5: kasus disentri

Bakteri

o Shigella

Masa inkubasi sangat bervariasi antara beberapa jam sampai 8

hari. Mula – mula gejalanya seperti gejala infeksi umumnya yaitu

kelemahan umum yang diikuti oleh demam, kemudian diare yang

mengandung lendir dan darah, tenesmus. Bila penyakit menjadi berat

dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai

kesadaran yang menurun.Kadang – kadang dalam masa akut disertai

dengan gejala perangsangan meningeal seperti kaku kuduk. Bila

penyakit menjadi kronis, maka suhu akan menurun menjadi subfebris

dengan disertai tinja yang selalu bercampur lendir dan darah.2

o Escherichia coli

ETEC merupakan penyebab utama dehidrasi diare infantil di

negara yang sedang berkembang. Tanda – tanda dan gejala khas adalah

diare cair yang mendadak, nyeri abdomen, nausea, muntah, dan sedikit

atau tidak ada demam. Penyembuhan biasanya akan ternyadi dalam

beberapa hari. Infeksi ini mempunyai pengaruh status tidak baik untuk

nutrisi bayi . EIEC menyebabkan demam, toksisitas sistemik, nyeri

kejang abdomen, tenesmus, dan terburu – buru buang air besar dengan

diare cair atau darah adalah khas. EHEC dapat menyebabkan penyakit

diare tersendiri atau penyakit yang ditandai dengan nyeri abdomen

dengan diare yang pada mulanya cair tetapi dalam beberapa hari

menjadi berdarah yang nampak (colitis hemoragik). Walaupun

gambaran ini menyerupai gambaran shigellosis atau penyakit EIEC,

gambaran ini berbeda dalam hal demam yang merupakan manifestasi

yang tidak lazim. Resiko utama EHEC adalah bahwa sekitar 10%

infeksi bergejala dipersulit oleh perkembangan sindrom hemolitik

uremik. EAggEC menyebabkan kehilangan cairan yang cukup banyak

5

Page 6: kasus disentri

dengan dehidrasi, tetapi muntah dan tinja berdarah tampak relative

jarang.Organisme ini, seperti EPEC sering disertai diare yang lama.5

o Entamoeba hystolitica4

Gejala klinis yang sering ditemukan adalah nyeri perut dan diare

yang dapat berupa tinja cair, tinja berlendir atau tinja berdarah.

Frekuensi diare dapat mencapai 10 x / hari. Demam dapat ditemukan

pada 1/3 penderita. Pasien terkadang tidak nafsu makan sihingga berat

badannya dapat menurun . pada stadium akut ditinja dapat ditemukan

darah, dengan sedikit leukosit serta stadium trofozoid E. hystolitica.

4. Diagnosis

Diagnosis klinis dapat ditegakkan dengan menemukan tinja bercampur

darah. Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan; pemeriksaan tinja,

pemeriksaan darah rutin, endoskopi, uji serologi, USG. Diagnosis etiologi

biasanya sukar ditegakkan sulit jika hanya melihat gejala klinis semata

sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk mengetahui agen penyebab

seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama (minimal 2

hari) dan umumnya gejala membaik dengan terapi antibiotika empiris.

5. Diagnosis Banding

o Colitis ulseratif : terjadi akibat adanya inflamasi pada mukosa dan

submukosa rektum dan kolon yang disertai ulserasi. Karakteristik fesesnya

lunak, hingga cair dan mengandung darah. Diare ini dapat membangunkan

pasien di malam hari. Biasanya disertai nyeri yang bersifat kram pada

abdomen bagian bawah atau seluruh abdomen, anoreksia, kelemahan dan

demam.

o Penyakit chron : terjadi akibat adanya inflamasi kronis pada dinding usus

yang secara tipikal melibatkan ilius terminal dan / kolon proksimal.

Karakteristik fesesnya kecil – kecil, lunak hingga encer atau cair.

Perdarahan lebih sedikit dari kolitis ulseratif. Diare dapat membangunkan

6

Page 7: kasus disentri

pasien pada malam hari. Chron ditandai dengan adanya kram di daerah

periumbilikal atau koadran abdomen kanan bawah (enteritis) atau nyeri

yang difus (kolitis) disertai anoreksia, demam yang tidak terlalu tinggi ,

penurunan berat badan dan abses maupun fistula parianal atau perirektal.

6. Patofisiologi3

1. Disentri bakteri

Menelan makanan dan air yang tercemar

Setelah tertelan Bakteri enteroinvasif

Masuk melalui lambung dan usus halus

Penetrasi di sel epitel mukosa ileum distal dan kolon

Kolonisasi dan multiplikasi

Menimbulkan kerusakan pada dinding usus

Nekrosis dan ulserasi

Diare sekretorik eksudatif

BAB berlendir dan berdarah

7

Page 8: kasus disentri

2. Disentri amoeba4

Kista E. histolytica di tinja

termakan manusia

kista pecah di usus besar

bentuk histolitika (trofozoit)

invasi ke sel epitel mukosa usus besar

produksi enzim proteolitik

nekrosis jaringan mukosa usus

invasi ke jaringan submukosa

bersarang di submukosa dan membuat kerusakan yang lebih luas

ulkus dan abses amoeba

ulkus melebar dan saling berhubungan membentuk sinus-sinus di bawah mukosa

dengan peristaltik usus

tropozoid keluar bersama tinja

tinja bercampur lendir dan darah

8

Page 9: kasus disentri

7. Penatalaksanaan

Pencegahan non farmakologi

o Kebersihan perorangan, dan kebersihan lingkungan. Kebersihan

perorangan antara lain mencuci tangan dengan bersih sesudah buang air

besar dan sebelum makan. Kebersihan lingkungan meliputi: masak air

minum sampai mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran sampai

bersih atau memasaknya sebelum di makan, buang air besar di jamban,

tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik

makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat

dan lipas, membuang sampah di tempat sampah yang tertutup untuk

menghindari lalat.

Farmakologi

o Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit

o Diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi

o Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk

menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang

diduga mengalami defisiensi

o Dapat digunakan antispasmodik untuk meringankan kolik

Bakteri3

o Pilihan utama untuk Shigelosis (WHO):

Kotrimoksazol (trimetoprim 10 mg/kgBB/hari dan sulfametoksazol

10 mg/kgBB/hari) IV/ PO tiap 12 jam DM: 320 mg/hari

o Alternatif yang dapat diberikan:

Ampisilin 75 mg/kgbb/hari IV / PO tiap 12 jam DM: 2g/hari

Cefixime 8 mg/kgbb/hari PO dibagi dalam 2 dosis DM: 400mg/hari

9

Page 10: kasus disentri

Ceftriaxone 50 mg/kgbb/hari dosis tunggal IV atau IM DM: 1

-5g/hari

Asam nalidiksat 55 mg/kgbb/hari PO tiap 6 jam DM: 4g/hari

Amoeba:4

o Pilihan utama Amebiasis invasif

Golongan nitroimidazol yaitu metronidazol 750 mg tiga kali sehari

7- 10 hari

o Amebiasis hati

Emetin hidroklorida D: 65 mg sehari, A: ↓ 8 thn10 mg sehari selama

4 – 6 hari

Klorokuin 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari

selama 2 -3 minggu

o Membunuh stadium trofozoid dan kista di lumen usus

Golongan aminoglikosida yaitu paromomisin 25 -35 mg/kgbb/hari

terbagi 8 jam selama 7 hari

Diloksanid furoat(furamid,entamizol) pilihan untuk di lumen usus

500 mg tiga kali sehari selama 10 hari

Iodoguinolon (iodoksin): 650 mg sehari tiga kali sehari selama 20

hari

8. Komplikasi

Komplikasi utama adalah komplikasi akibat dehidrasi dan kehilangan

elektrolit.5

9. Prognosis

Biasanya dubia ad bonam, namun tergantung dari kondisi pasien saat

datang, ada atau tidak adanya komplikasi dan ketepatan pemilihan terapi

10

Page 11: kasus disentri

DAFTAR PUSTAKA

1. Sya’roni A., Hoesadha Y., 2006. Disentri Basiler. Buku Ajar Penyakit Dalam.

FKUI: Jakarta

2. Hasan., Resepno.,1997. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI : Jakarta. P. 557

3. Wahab. samik., 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph, Ed. 20, Vol. 1. EGC:

Jakarta. P 670

4. Susanto., Inge., 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. FKUI : Jakarta.P

110 -116

5. Nelson., Waldo., 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Ed. 15, Vol. 2. EGC: Jakarta. P

972 - 978

11