kasus disentri
-
Upload
roni-ramal -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
Transcript of kasus disentri
BAB ILAPORAN KASUS PEDIATRI
DISENTRII. IDENTITAS PASIEN:
Nama Anak : ZA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 Thn
Nama Ibu : Ny. K
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Toman
II. RESUME ANAMNESIS (Alloanamnesis)
A. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama : Buang air besar berdarah
2. Riwayat penyakit sekarang : Anak masuk UGD dengan keluhan
tinja bercampur lendir dan darah sejak 1 hari dengan frekuensi 4 kali
sehari. Anak juga mengeluhkan sejak satu minggu yang lalu disertai
mual dan muntah dengan bentuk muntahan air. Tiga hari sebelum ke
RS Zainab Anak sudah di bawa berobat tapi tidak ada perubahan.
o Sejak kapan buang air besar berdarahnya? Berapa kali dalam
sehari? Apa warna buang air besarnya? Setiap kali buang air besar
kira – kira berapa banyak?
o Sejak kapan demam? Apakah ada mengukur suhu ketika demam?
Apakah demam sepanjang hari atau tidak?
o Sejak kapan mual muntah? Kapan saja mengalami mual dan
muntah? Apakah ada waktu – waktu khusus sehabis makan atau
lainnya? setiap kali muntah berapa gelas? Apa saja isi muntahnya?
o Kapan BAB terakhir kali? Apakah frekuensi BAB seperti biasa?
3. Riwayat penyakit dahulu : Anaknya tidak pernah penyakit seperti ini
sebelumnya, dan juga tidak ada riwayat alergi obat – obatan dan juga
makanan tertentu
1
4. Riwayat penyakit keluarga : keluarga tidak ada sakit
yang sama
5. Riwayat makanan : Tidak teratur
6. Pertumbuhan dan perkembangannya : DBN
7. Imunisasi : Lengkap
8. Lingkungan : Kurang bersih
9. Sosial ekonomi : Cukup
III. Pemeriksaan jasmani
A. Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
1. Vital Sign
1. Tekanan darah : -
2. Pernapasan : 30 x/mnt
3. Nadi : 128x/mnt
4. Suhu : 37,3oc
2. Status gizi : DBN
3. Kulit : DBN
B. Pemeriksaan khusus
1. Leher, dada, jantung : DBN
2. Abdomen
1. Inspeksi : DBN
2. Auskultasi : Peristaltik Usus ↑
3. Palpasi dan perkusi : DBN
3. Anogenital : -
4. Anggota Gerak
1. Kekuatan : DBN
2. Tanda meningeal : ?
3. Reflek fisiologis :
5. Kepala
1. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
2. Hidung : tidak ada secret
2
3. Mulut : Bibir tidak sianosis
4. Tenggorokan : Faring hiperemis
IV. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a) Darah
Nama Hasil Nilai normalHb 12,3 mg/% 13-18 (lk), 12-16 (pr)Leukosit 6,7 mm3 4000-11000 103/mm3
LED 35 mm/jam 0-10 mm/jam (lk), 0-20 mm/jam (pr)Trombosit 359 µL 150.000- 450.000 LHt 35,4% 39-54% (lk), 36-47% (pr)Eritrosit 5,03 juta 4,5- 6,5 juta (lk), 4,10- 5,10 juta (pr)
Lab Eos Bas Sbt Seg Lim moHasil 1 0 5 61 27 6
Nilai normal 0-3 0-1 2-6 50-70 20-40 2-8
b) Feses : feses rutin tunggu hasil
V. Diagnosis Kerja :
Disentri ( 4A)
ICPC II No D70 Gastrointestinal infection
ICD X No A03.0 Disentri basiler (shigelosis)
No A06.0 Disentri amuba akut
No A06.1 Disentri amuba kronis
VI. Diagnosis Banding : colitis ulseratif, Chron
VII. Penatalaksanaan : RL fisiologis, Ditetapkan berdasarkan
diagnosis
kerja dan keluhan penyerta
VIII. Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad sanam : Ad bonam
3
Quo ad funsionam : Ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron
(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan
gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume
sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lendir dan tenesmus.1
2. Etiologi Berdasarkan Klasifikasinya
Bakteri
o Shigella
Shigella dysenteriae
Shigella flexneri
Shigella boydii
Shigella sonnei
o Escherichia coli
ETEC
EIEC
EHEC
EAggEC
Amoeba
o Entamoeba hystolitica
3. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala disentri secara umum antara lain:
1. Buang air besar dengan tinja berdarah
2. Diare encer dengan volume sedikit
3. Buang air besar dengan tinja bercampur lender
4. Tenesmus
4
Bakteri
o Shigella
Masa inkubasi sangat bervariasi antara beberapa jam sampai 8
hari. Mula – mula gejalanya seperti gejala infeksi umumnya yaitu
kelemahan umum yang diikuti oleh demam, kemudian diare yang
mengandung lendir dan darah, tenesmus. Bila penyakit menjadi berat
dapat disertai dengan tanda septisemia yaitu panas tinggi disertai
kesadaran yang menurun.Kadang – kadang dalam masa akut disertai
dengan gejala perangsangan meningeal seperti kaku kuduk. Bila
penyakit menjadi kronis, maka suhu akan menurun menjadi subfebris
dengan disertai tinja yang selalu bercampur lendir dan darah.2
o Escherichia coli
ETEC merupakan penyebab utama dehidrasi diare infantil di
negara yang sedang berkembang. Tanda – tanda dan gejala khas adalah
diare cair yang mendadak, nyeri abdomen, nausea, muntah, dan sedikit
atau tidak ada demam. Penyembuhan biasanya akan ternyadi dalam
beberapa hari. Infeksi ini mempunyai pengaruh status tidak baik untuk
nutrisi bayi . EIEC menyebabkan demam, toksisitas sistemik, nyeri
kejang abdomen, tenesmus, dan terburu – buru buang air besar dengan
diare cair atau darah adalah khas. EHEC dapat menyebabkan penyakit
diare tersendiri atau penyakit yang ditandai dengan nyeri abdomen
dengan diare yang pada mulanya cair tetapi dalam beberapa hari
menjadi berdarah yang nampak (colitis hemoragik). Walaupun
gambaran ini menyerupai gambaran shigellosis atau penyakit EIEC,
gambaran ini berbeda dalam hal demam yang merupakan manifestasi
yang tidak lazim. Resiko utama EHEC adalah bahwa sekitar 10%
infeksi bergejala dipersulit oleh perkembangan sindrom hemolitik
uremik. EAggEC menyebabkan kehilangan cairan yang cukup banyak
5
dengan dehidrasi, tetapi muntah dan tinja berdarah tampak relative
jarang.Organisme ini, seperti EPEC sering disertai diare yang lama.5
o Entamoeba hystolitica4
Gejala klinis yang sering ditemukan adalah nyeri perut dan diare
yang dapat berupa tinja cair, tinja berlendir atau tinja berdarah.
Frekuensi diare dapat mencapai 10 x / hari. Demam dapat ditemukan
pada 1/3 penderita. Pasien terkadang tidak nafsu makan sihingga berat
badannya dapat menurun . pada stadium akut ditinja dapat ditemukan
darah, dengan sedikit leukosit serta stadium trofozoid E. hystolitica.
4. Diagnosis
Diagnosis klinis dapat ditegakkan dengan menemukan tinja bercampur
darah. Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan; pemeriksaan tinja,
pemeriksaan darah rutin, endoskopi, uji serologi, USG. Diagnosis etiologi
biasanya sukar ditegakkan sulit jika hanya melihat gejala klinis semata
sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk mengetahui agen penyebab
seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama (minimal 2
hari) dan umumnya gejala membaik dengan terapi antibiotika empiris.
5. Diagnosis Banding
o Colitis ulseratif : terjadi akibat adanya inflamasi pada mukosa dan
submukosa rektum dan kolon yang disertai ulserasi. Karakteristik fesesnya
lunak, hingga cair dan mengandung darah. Diare ini dapat membangunkan
pasien di malam hari. Biasanya disertai nyeri yang bersifat kram pada
abdomen bagian bawah atau seluruh abdomen, anoreksia, kelemahan dan
demam.
o Penyakit chron : terjadi akibat adanya inflamasi kronis pada dinding usus
yang secara tipikal melibatkan ilius terminal dan / kolon proksimal.
Karakteristik fesesnya kecil – kecil, lunak hingga encer atau cair.
Perdarahan lebih sedikit dari kolitis ulseratif. Diare dapat membangunkan
6
pasien pada malam hari. Chron ditandai dengan adanya kram di daerah
periumbilikal atau koadran abdomen kanan bawah (enteritis) atau nyeri
yang difus (kolitis) disertai anoreksia, demam yang tidak terlalu tinggi ,
penurunan berat badan dan abses maupun fistula parianal atau perirektal.
6. Patofisiologi3
1. Disentri bakteri
Menelan makanan dan air yang tercemar
Setelah tertelan Bakteri enteroinvasif
Masuk melalui lambung dan usus halus
Penetrasi di sel epitel mukosa ileum distal dan kolon
Kolonisasi dan multiplikasi
Menimbulkan kerusakan pada dinding usus
Nekrosis dan ulserasi
Diare sekretorik eksudatif
BAB berlendir dan berdarah
7
2. Disentri amoeba4
Kista E. histolytica di tinja
termakan manusia
kista pecah di usus besar
bentuk histolitika (trofozoit)
invasi ke sel epitel mukosa usus besar
produksi enzim proteolitik
nekrosis jaringan mukosa usus
invasi ke jaringan submukosa
bersarang di submukosa dan membuat kerusakan yang lebih luas
ulkus dan abses amoeba
ulkus melebar dan saling berhubungan membentuk sinus-sinus di bawah mukosa
dengan peristaltik usus
tropozoid keluar bersama tinja
tinja bercampur lendir dan darah
8
7. Penatalaksanaan
Pencegahan non farmakologi
o Kebersihan perorangan, dan kebersihan lingkungan. Kebersihan
perorangan antara lain mencuci tangan dengan bersih sesudah buang air
besar dan sebelum makan. Kebersihan lingkungan meliputi: masak air
minum sampai mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran sampai
bersih atau memasaknya sebelum di makan, buang air besar di jamban,
tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik
makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat
dan lipas, membuang sampah di tempat sampah yang tertutup untuk
menghindari lalat.
Farmakologi
o Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
o Diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi
o Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk
menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang
diduga mengalami defisiensi
o Dapat digunakan antispasmodik untuk meringankan kolik
Bakteri3
o Pilihan utama untuk Shigelosis (WHO):
Kotrimoksazol (trimetoprim 10 mg/kgBB/hari dan sulfametoksazol
10 mg/kgBB/hari) IV/ PO tiap 12 jam DM: 320 mg/hari
o Alternatif yang dapat diberikan:
Ampisilin 75 mg/kgbb/hari IV / PO tiap 12 jam DM: 2g/hari
Cefixime 8 mg/kgbb/hari PO dibagi dalam 2 dosis DM: 400mg/hari
9
Ceftriaxone 50 mg/kgbb/hari dosis tunggal IV atau IM DM: 1
-5g/hari
Asam nalidiksat 55 mg/kgbb/hari PO tiap 6 jam DM: 4g/hari
Amoeba:4
o Pilihan utama Amebiasis invasif
Golongan nitroimidazol yaitu metronidazol 750 mg tiga kali sehari
7- 10 hari
o Amebiasis hati
Emetin hidroklorida D: 65 mg sehari, A: ↓ 8 thn10 mg sehari selama
4 – 6 hari
Klorokuin 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari
selama 2 -3 minggu
o Membunuh stadium trofozoid dan kista di lumen usus
Golongan aminoglikosida yaitu paromomisin 25 -35 mg/kgbb/hari
terbagi 8 jam selama 7 hari
Diloksanid furoat(furamid,entamizol) pilihan untuk di lumen usus
500 mg tiga kali sehari selama 10 hari
Iodoguinolon (iodoksin): 650 mg sehari tiga kali sehari selama 20
hari
8. Komplikasi
Komplikasi utama adalah komplikasi akibat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit.5
9. Prognosis
Biasanya dubia ad bonam, namun tergantung dari kondisi pasien saat
datang, ada atau tidak adanya komplikasi dan ketepatan pemilihan terapi
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Sya’roni A., Hoesadha Y., 2006. Disentri Basiler. Buku Ajar Penyakit Dalam.
FKUI: Jakarta
2. Hasan., Resepno.,1997. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI : Jakarta. P. 557
3. Wahab. samik., 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph, Ed. 20, Vol. 1. EGC:
Jakarta. P 670
4. Susanto., Inge., 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. FKUI : Jakarta.P
110 -116
5. Nelson., Waldo., 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Ed. 15, Vol. 2. EGC: Jakarta. P
972 - 978
11