kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

26
LAPORAN KASUS OCULI SINISTRA KALAZION Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Disusun oleh: Laura Harinda 22010114210135 Pembimbing: dr. Marisa Uli Basa Penguji: dr. Riski Prihatningtyas, Sp.M 0

Transcript of kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

Page 1: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

LAPORAN KASUS

OCULI SINISTRA KALAZION

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Senior

Bagian Ilmu Kesehatan Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh:

Laura Harinda

22010114210135

Pembimbing:

dr. Marisa Uli Basa

Penguji:

dr. Riski Prihatningtyas, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2016

0

Page 2: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

HALAMAN PENGESAHAN

Melaporkan kasus Oculi Sinistra Kalazion.

Penguji kasus : dr. Riski Prihatningtyas, Sp.M

Pembimbing : dr. Marisa Uli Basa

Dibacakan oleh : Laura Harinda

Dibacakan tanggal : Kamis, 28 April 2016

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan

Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Semarang, 28 April 2016

Mengetahui,

Penguji Kasus Pembimbing

dr. Riski Prihatningtyas, Sp.M dr. Marisa Uli Basa

1

Page 3: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

I. PENDAHULUAN

Kelopak mata atau palpebra adalah bagian mata yang sangat

penting. Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam

pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna

untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air

mata melalui punctum lakrimalis.1

Kelainan dapat dijumpai pada kelopak mata bermacam-macam,

mulai dari yang proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti

ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari

kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam

penglihatan.1,2

Kalazion terjadi pada semua umur sebanyak 75% terjadi pada usia

30-50 tahun sedangkan 25% terjadi pada rentang usia yang lain , sedangkan

prevalensi untuk laki-laki dan wanita perbandingannya sama. Pengaruh

hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan

terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.3,4

Kalazion merupakan peradangan lipogranuloma pada kelenjar

Meibom atau kelenjar Zeis yang tersumbat.1 Penyebabnya tidak diketahui dan

mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada kelopak, dapat

mengenai satu atau beberapa kelenjar dan terjadi secara perlahan-lahan

sampai beberapa minggu.2,5 Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar

Meibom dan kelenjar Zeis. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut dan kelenjar

Meibom pada tarsus. kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea yang

menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput air mata dengan

infeksi ringan dan mengakibatkan peradangan kronis pada kelenjar

tersebut.1,2,3

Pada laporan kasus ini akan membahas tentang seorang wanita, usia

19 tahun dengan diagnosis OS kalazion.

2

Page 4: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

II. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Nn. R

Umur : 19 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Semarang

Pekerjaan : Mahasiswa

Nomor CM : C576409

III. ANAMNESIS

(autoanamnesis tanggal 20 April 2016 di Poliklinik Mata RSUP Dr. Kariadi)

Keluhan Utama : Benjolan pada kelopak mata kiri

Riwayat Penyakit Sekarang:

Sejak ± 2 bulan yang lalu pasien mengeluhkan timbulnya sebuah benjolan

sebesar biji kacang hijau pada kelopak mata kiri atas. Awalnya pasien hanya

merasa tidak nyaman, gatal, seperti ada yang mengganjal pada kelopak mata kiri

atas saat membuka dan menutup mata. Warna benjolan sama dengan kulit sekitar.

Keluhan gatal pada kelopak mata (-), nyeri saat disentuh (-), kemeng (-),

pandangan kabur (-), silau saat melihat cahaya (-), keluar cairan dari mata (-).

Karena dirasa mengganggu, pasien memeriksakan diri ke klinik umum dan

mendapat obat tetes mata cendoxytrol dan lyncomycin serta dianjurkan untuk

melakukan kompres hangat pada mata kiri namun tidak ada perbaikan.

± 1 hari yang lalu benjolan dirasa tidak ada perbaikan, ukuran benjolan

tidak membesar, warna tidak kemerahan. Keluhan gatal pada kelopak mata (-),

nyeri saat disentuh (-), kemeng (-), pandangan kabur (-), silau saat melihat cahaya

(-), keluar cairan dari mata (-). Karena dirasa mengganggu maka pasien

memeriksakan diri ke RSUP Dr. Kariadi untuk mendapat pengobatan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Dahulu

▪ Riwayat pemakaian kacamata sebelumnya disangkal

▪ Riwayat trauma pada mata sebelumnya disangkal

▪ Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal

▪ Riwayat alergi disangkal

3

Page 5: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

Riwayat Penyakit Keluarga

▪ Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.

Riwayat Sosial Ekonomi

▪ Pasien seorang Mahasiswa yang tinggal di kos bersama kedua temannya.

▪ Biaya pengobatan ditanggung pribadi

▪ Kesan: sosial ekonomi cukup

IV. PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN FISIK (20 April 2016)

Status Praesens

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital : tekanan darah : 120/80 mmHg

suhu badan : 36,5oC

nadi : 84/menit

respirasi : 20/menit

Pemeriksaan Fisik : kepala : mesosefal

thoraks : cor : tidak ada kelainan

paru : tidak ada kelainan

abdomen : tidak ada kelainan

ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Ophthalmologi (Tanggal 20 April 2016)

4

Benjolan di palpebra superior

Page 6: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

Visus dengan memakai kacamata lama – OD : 6/6 OS : 6/6

Oculus Dexter Oculus Sinistra

6/6 VISUS 6/6

6/6 E KOREKSI 6/6 E

Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan

Gerak bola mata ke segala arah

baikPARASE/PARALYSE

Gerak bola mata ke segala arah

baik

Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Benjolan (+), hiperemis(-),

batas tegas, tepi rata,

ukuran diameter ±0,5 cm,

perabaan keras, mobile (-),

nyeri tekan (-), Spasme (-)

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)

Hiperemis (-), sekret (-), edema

(-)

CONJUNGTIVA

PALPEBRALIS

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

Hiperemis (-), sekret (-), edema

(-)

CONJUNGTIVA

FORNICES

Hiperemis (-), sekret (-),

edema(-)

Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-)

Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan

Jernih CORNEA Jernih

Kedalaman cukup,

Tyndall Effect (-)

CAMERA OCULI

ANTERIOR

Kedalaman cukup,

Tyndall Effect (-)

Kripte (+) IRIS Kripte (+)

Bulat, central, regular,

diameter: 3 mm, RP (+) NPUPIL

Bulat, central, regular,

diameter: 3 mm, RP (+) N

Jernih LENSA Jernih

(+) cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) cemerlang

Papil N.II: bulat, batas tegas,

warna kuning kemerahan, CDR

FUNDUSKOPI Papil N.II: bulat, batas tegas,

warna kuning kemerahan,

5

Page 7: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

0,3

Retina: Tigroid (-)

Makula: R. fovea (+) cemerlang

CDR 0,3

Retina: Tigroid (-)

Makula: R. fovea (+)

cemerlang

T(digital) normal TENSIO OCULI T(digital) normal

Tidak dilakukanSISTEM CANALIS

LACRIMALISTidak dilakukan

Tidak dilakukan TEST FLUORESCEIN Tidak dilakukan

V. RESUME

Seorang wanita 19 tahun datang ke poliklinik mata RSUP dr Kariadi

Semarang dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kiri atas. Sejak ± 2 bulan

yang lalu pasien mengeluhkan timbulnya sebuah benjolan sebesar biji kacang

hijau pada kelopak mata kiri atas. Awalnya pasien hanya merasa tidak nyaman,

gatal, seperti ada yang mengganjal pada kelopak mata kiri atas saat membuka dan

menutup mata. Warna benjolan sama dengan kulit sekitar. Tidak ada keluhan

nyeri . Karena dirasa mengganggu, pasien memeriksakan diri ke klinik umum dan

mendapat obat tetes mata cendoxytrol dan lyncomycin serta dianjurkan untuk

melakukan kompres hangat pada mata kiri namun tidak ada perbaikan.

± 1 hari yang lalu benjolan dirasa tidak ada perbaikan, warna sama dengan

kulit sekitar, ukuran benjolan tidak membesar. Tidak ada keluhan nyeri. Karena

dirasa mengganggu maka pasien memeriksakan diri ke RSUP Dr. Kariadi untuk

mendapat pengobatan lebih lanjut.

Pemeriksaan Fisik

Status praesens : dalam batas normal

Status oftalmologi :

Oculus Dexter Oculus Sinister

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Benjolan (+), hiperemis(-), batas tegas, tepi rata,

ukuran diameter ±0,5 cm, perabaan keras, mobile (-), nyeri tekan (-), Spasme (-)

6

Page 8: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis Diferensial

Oculi Sinistra : 1. Kalazion

2. Hordeolum internum

3. Hordeolum eksternum

Diagnosis Kerja

Oculi Sinistra Kalazion

VII. PENATALAKSANAAN

- Pembedahan: Insisi dan kuretase

- Farmakologi:

o Doksisiklin 2 x 100 mg

o Gentamisin eye ointment per 6 jam pada mata kiri

VIII. PROGNOSIS

OD OS

Quo ad visam Ad bonam Ad bonam

Quo ad sanam Ad bonam Ad bonam

Quo ad vitam Ad bonam Ad bonam

Quo ad cosmeticam Ad bonam Ad bonam

IX. EDUKASI

1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa keluhan yaitu berupa

benjolan pada kelopak mata kiri merupakan pembesaran kelenjar yang ada

pada kelopak mata.

2. Menjelaskan bahwa penyakit ini dapat sembuh dengan terapi farmakologi

non farmakologi, maupun pembedahan.

3. Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa setelah dilakukan

pengobatan medikamentosa selama >2 minggu ternyata tidak berespon

dengan baik, maka disarankan untuk terapi dengan prosedur pembedahan

7

Page 9: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

(insisi dan kutetase) untuk mengeluarkan isi benjolan yang ada pada

kelopak mata di dokter spesialis mata.

4. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa setelah dilakukan

prosedur pembedahan, akan diberikan obat antibiotik yang diminum 2 kali

sehari dan obat salep yang dioleskan pada mata kiri 4 kali sehari.

5. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk tetap menjaga kebersihan

mata dan kontrol kembali ke poli RSDK.

X. DISKUSI

A. Anatomi Palpebra2,3

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam

terdapat lapisan kulit, lapisan otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar,

jaringan fibrosa (tarsus), dan lapisan membran mukosa (konjungtiva

palpebrae).

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,

longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

Muskulus orbikularis okuli berfungsi untuk munutup palpebra. Serat ototnya

mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati

tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang

terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian di atas

septum orbitae adalah bagian praseptal. Orbikularis okuli dipersarafi oleh

nervus facialis. Jaringan areolar terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli,

berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. Tarsus yang

merupakan struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan

fibrosa padat, disebut tarsus superior dan inferior. Pada tarsus terdapat

jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di

kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). Konjungtiva palpebra

merupakan bagian paling posterior palpebra, adalah selapis membran mukosa

yang melekat erat pada tarsus.

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi

tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula

8

Page 10: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang

bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah

modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu

mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini

terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi

(glandula Meibom atau tarsal). Punktum lakrimalis terletak pada ujung

medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan

air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,

bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks

orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan

bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari

muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama

adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk

membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas

bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor

palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior

dipasok oleh nervus okulomotoris.

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.

Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus

V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.

9

Page 11: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

B. Kalazion

Definisi

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kronik yang steril dan

idiopatik pada kelenjar meibom, sebagai akibatnya terjadilah suatu

peradangan lipogranuloma kronik kelenjar meibom. Umumnya ditandai

dengan pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembang

dalam beberapa minggu. 2

Epidemiologi

Kalazion merupakan penyakit yang terjadi pada semua umur.

Kalazion 75% terjadi pada usia 30-50 tahun sedangkan 25% terjadi pada

rentang usia yang lain , sedangkan prevalensi untuk laki-laki dan wanita

perbandingannya sama. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sebaseous

dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa

pubertas dan selama kehamilan.3,4

Etiologi

Kalazion dapat timbul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium

kelenjar atau karena sekunder dari hordeolum internum. Kalazion

dikaitkan dengan seborrhea, blefaritis kronik, dan akne rosasea. Blefaritis

adalah peradangan palpebra dengan gejala utama tepi kelopak meradang

yang disebabkan oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau menahun

Kebersihan yang buruk pada palpebra juga berhubungan dengan terjadinya

kalazion.2,4,6

10

Page 12: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

Patofisiologi

Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,

kemungkinan karena enzim dari bakteri yang membentuk jaringan

granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang

membedakan antara kalazion dan hordeolum interna atau eksternal

(terutama proses piogenik yang menyebabkan pustul), walaupun

hordeolum dapat menyebabkan kalazion atau sebaliknya. 2,3

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul tunggal yang agak

keras berlokasi jauh di dalam palpebra, berbeda dari hordeolum yang

terdapat lebih superfisial. Pada pembalikan kelopak mata mungkin dapat

ditemukan pembesaran kelenjar Meibom dan penebalan kronis pada

kelenjar yang berkaitan.2,3

Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah

kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior.

Manifestasi klinis2

Tanda dan gejala kalazion

1) Edema

2) Tidak ada nyeri tekan

3) Tidak hiperemis.

4) Pseudoptosis.

5) Kelenjar preaurikel tidak membesar.

6) Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata

akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata

tersebut.

7) Keluarnya cairan putih (mirip pasta gigi) bila dilakukan

penekanan pada kelopak mata.

8) Biasanya dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan

obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak).

11

Page 13: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

Pemerikaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium jarang di minta, namun pemeriksaan

patologik menunjukkan proliferasi endotel asinus dan respon radang

granulomatosa yang mencakup sel-sel kelenjar mirip Langerhans. Biopsi

di indikasikan untuk kalazion yang kambuh, karena tampilan karsinoma

kelenjar meibom dapat mirip kalazion.4

Diagnosis

Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pada anamnesis didapatkan adanya pembengkakan pada palpebra,

biasanya tidak disertai tanda radang yang lain seperti kemerahan dan nyeri

tekan. Hasil pemeriksaan fisik palpebra didapatkan edema palpebra, tidak

hiperemis dan adanya pseudoptosis.

Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker

kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan

biopsi.2,3

Diagnosis banding

1. Hordeolum

Hordeolum memiliki tampilan klinis yang paling menyerupai

kalazion. Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di

tepi kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh

bakteri. Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis,

yaitu: hordeolum interna di mana terjadi peradangan pada kelenjar

Meibomyang menyebabkan benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput

kelopak mata bagian dalam). Hordeolum eksterna terjadi peradangan

pada kelenjar Zies dan kelenjar Moll yang menyebabkan benjolan

nampak dari luar pada kulit kelopak mata (palpebra). 3,7,8

Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yaitu tampak

adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna

kemerahan dan terasa nyeri. Benjolan pada hordeolum eksternum

nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra).

12

Page 14: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

Sedangkan pada hordeolum internum ini benjolan mengarah ke

konjungtiva.3,7,8

Hal yang membedakan antara kalazion dan hordeolum adalah pada

kalazion tidak terdapat dtanda-tanda radang akut. Kebanyakan kaazion

mengarah ke permukaan konjungtiva, yang mungkin sedikit memerah

atau meninggi. Kalazion dapat timbul sebagai akibat hordeolum yang

berulang.3,7

2. Blefaritis

Blefaritis adalah radang kronik yang sering terjadi pada palpebra

akibat infeksi Streptococcus alfa atau beta, Pneumococcus, dan

Pseudomonas Gejala utamanya adalah adanya iritasi, rasa terbakar, dan

gatal pada tepi palpebra.

3. Tumor palpebra

Tumor merupakan suatu pertumbuhan sel yang abnormal pada

kelopak mata. Adapun gejala yang membedakan antara tumor palpebra

dengan hordeolum adalah tidak adanya tanda-tanda peradangan seperti

hiperemi dan nyeri. Tumor palpebra harus ditegakkan diagnosisnya

dengan pemeriksaan biopsi.

Penatalaksanaan2,3,9,10

Pada fase inflamasi akut, terapi pada kalazion meliputi kompres

hangat selama 10-15 menit, minimal 4 kali per hari untuk membantu

drainase dan menjaga higienitas kelopak mata. Selain itu dapat

ditambahkan antibiotik topikal seperti eritromisin, gentamicin, neomycin,

polymixin B, chloramphenicol. Penggunaan antibiotik diteruskan hingga

13

Page 15: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

7-10 hari atau obat anti-inflamasi dapat digunakan, namun hanya berefek

minimal pada penyembuhan kalazion.

Pada infeksi sekunder akut, dapat diobati dengan antibiotik

Doksisiklin atau tetrasiklin sistemik untuk mengurangi inflamasi

glandula meibom.

Pada kalazion kronik, prosedur pembedahan mungkin diperlukan

untuk membuat drainase pada kalazion.

Drainase dilakukan melalui tindakan insisi vertikal ke dalam kelenjar

tarsal dari permukaan konjungtiva diikuti kuretase materi gelatinosa dan

epitel kelenjar. Terlebih dahulu mata ditetesi dengan anastesi topikal

pentokain. Obat anestesia infiltratif disuntikan dibawah kulit didepan

kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion kemudian klem dibalik

sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak

lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih.

Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata. Bila terjadi kalazion yang

berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik

untuk menghindarkan kesalahan diagnosis dengan kemungkinan adanya

suatu keganasan.5,8

Komplikasi 2,9

14

Page 16: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

Drainase marginal kalazion dapat menyebabkan terbentuknya

tonjolan, trikiasis, dan hilangnya bulu mata. Pada penderita kalazion

dapat terjadi astigmatisma jika massa palpebra mencapai bagian kornea.

Kalazion yang didrainase secara tidak sempurna dapat mengakibatkan

timbulnya massa besar terdiri dari jaringan granuloma yang jatuh ke

konjungtiva atau kulit.

Prognosis2,9,10

Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang

baik. Seringkali timbul lesi baru dan rekuren, ini terjadi pada lokasi yang

sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh

perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi

peradangan akut intermiten.

XI. ANALISIS KASUS

Pada laporan kasus ini, pasien didiagnosa OS Kalazion berdasarkan data

dasar yang didapatkan melalui anamnesis :

Sudah sejak 2 bulan yang lalu pasien mengeluhkan timbulnya benjolan di

kelopak mata kiri sebesar biji kacang hijau warna sama dengan kulit

sekitar. Tidak ada keluhan nyeri.

Pasien sudah memeriksakan diri ke klinik umum dan mendapat obat tetes

mata cendoxytrol dan lyncomycin serta dianjurkan untuk melakukan

kompres hangat pada mata kiri namun tidak ada perbaikan.

Pada Pemeriksaan opthalmologis didapatkan :

Sebuah benjolan berukuran diameter ±0,5 cm, hiperemis (-), batas tegas,

tepi rata, perabaan keras, nyeri tekan (-)

Penatalaksanaan pada pasien ini

Pembedahan

o karena dengan pengobatan medikamentosa selama >2 minggu tidak

berespon dengan baik, maka diperlukan prosedur pembedahan

untuk membuat drainase pada kalazion. Drainase dilakukan melalui

15

Page 17: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

tindakan insisi vertikal ke dalam kelenjar tarsal dari permukaan

konjungtiva diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjar.

Setelah pembedahan, pasien diberi antibiotik oral dan topikal untuk

mencegah timbulnya infeksi

o Doksisiklin 2 x 100 mg selama 2 minggu

o Gentamisin eye ointment per 6 jam pada mata kiri

Prognosis pada pasien ini adalah baik, namun harus selalu menjaga

kebersihan dan kesehatan mata. Pasien juga dianjurkan untuk tidak menggosok-

gosok atau terlalu banyak menyentuh daerah mata yang sakit untuk mempercepat

penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Pasien juga

dianjurkan untuk kontrol 7 hari lagi ke poliklinik mata untuk memantau

perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.

16

Page 18: kasbes mata- kalazion (lauraharinda).doc

DAFTAR PUSTAKA

1. America Academic of Ophtalmology. External Disease and Cornea.

Singapura.2008-2009. Hal 87-8

2. Ilyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta.2009. Hal 28-9; 94-5.

3. Vaughan D, Taylor A, Paul R. Oftalmologi Umum. Ed17. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC, 2008.

4. Wessels IF. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. Last Updated : 23

September 2002. Diakses 21 April 2016.

5. Wijaya Nana: Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke 5. Abadi Tegal. Jakarta. 1993.

Hal 20-1.

6. Lang G. 2000. Ophthalmology – A Short Textbook. Thieme. Stuttgart · New

York.

7. Besette MJ. Hordeolum and Stye in Emergency Medicine. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/798940-overview. Last updated: Nov

11, 2015.

8. Schlote T RJ, Grueb M, Mielke J. Pocket Atlas of Ophtalmology. New York,

2006.

9. Ehlers P Justis dan Shah P Chirag: The Wills Eye Manual Office and

Emergency Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease.Wolter

Kluwer.Philadelphia.2005.

10. American Academy of Ophtalmology. Orbit, Eyelids, and Lacrimal System

Secrion 7. 2014-2015.Hal 152-4.

17