Kasadhar, Edisi Tahun 2008

44
Kasadhar No. 7/Th. VII/Juli 2008 3 Pelindung Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta P. Wiryono Priyatamtama, S.J. Penanggung Jawab Wakil Rektor III P. Kuswandono Pemimpin Redaksi Ign. Adjie R. Primantoro Redaktur A. Rumadi M. Martono Tjita Singo Alamat Universitas Sanata Dharma Mrican, Tromol Pos Yogyakarta 55002 Telp. (0274) 513301 e-mail: alumni@staff.usd.ac.id Contact Person Alumni: Ibu Nova (HP: 081804116007) DAFTAR ISI Sekapur sirih ......................................................................................................................................... 4 Fokus: Panggilan Terdalam Alumni USD................................................................................... 5 Bekerjasama untuk Semakin Baik dan Semakin Berarti .............................. 7 Hiruk-Pikuk Sekitar Profesionalitas Guru di Indonesia.............................. 10 Berita Fakultas: Alumni Farmasi USD dan Softskill ............................................................................... 20 Aneka Info dari Fakultas Psikologi USD .................................................................... 23 Profil Karyawan .............................................................................................................................. 25 Sharing: Dunia Kerja Berpaling pada Karakter ............................................................................ 27 Alumni sebagai Agen PMB ...................................................................................................... 29 Sepenggal Kisah – Dunia Kuliah dan Dunia Kerjaku................................... 32 Berita Alumni: Ketika Berkumpul Menjadi Keinginan.......................................................................... 35 Opini: Membaca Manusia Membaca “Dunia”........................................................................ 36 Mengenal Karakteristik Remaja Usia Sekolah Menengah ......................... 39 Resensi Buku ....................................................................................................................................... 43 Redaksi menerima kiriman naskah (opini, buku, atau berita) dan foto-foto dari Alumni Sanata Dharma. Naskah diketik dalam kertas quarto spasi satu setengah maksimal 4 halaman. Naskah dapat dikirim via e-mail atau pos. Naskah dan foto yang tidak dimuat akan dikembalikan. Media Komunikasi Alumni Sanata Dharma No. 7 / Th. VII / Juli 2008 Media Komunikasi Alumni Sanata Dharma No. 7 / Th. VII / Juli 2008 Sharing : Hiruk-Pikuk Sekitar Profesionalitas Guru di Indonesia Sharing : Dunia Kerja Berpaling pada Karakter Fokus : Panggilan Terdalam Alumni USD Berita Alumni : Ketika Berkumpul Menjadi Keinginan Alumni Farmasi USD dan Softskill

Transcript of Kasadhar, Edisi Tahun 2008

Page 1: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 3

FOKUS

PelindungRektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

P. Wiryono Priyatamtama, S.J.

Penanggung JawabWakil Rektor IIIP. Kuswandono

Pemimpin RedaksiIgn. Adjie R. Primantoro

Redaktur A. Rumadi

M. MartonoTjita Singo

AlamatUniversitas Sanata Dharma

Mrican, Tromol Pos Yogyakarta 55002Telp. (0274) 513301

e-mail: [email protected] Person Alumni:

Ibu Nova (HP: 081804116007)

Daftar IsI

Sekapur sirih ......................................................................................................................................... 4

Fokus:

Panggilan Terdalam Alumni USD ................................................................................... 5

Bekerjasama untuk Semakin Baik dan Semakin Berarti .............................. 7

Hiruk-Pikuk Sekitar Profesionalitas Guru di Indonesia .............................. 10

Berita Fakultas:

Alumni Farmasi USD dan Softskill ............................................................................... 20

Aneka Info dari Fakultas Psikologi USD .................................................................... 23

Profil Karyawan .............................................................................................................................. 25

Sharing:

Dunia Kerja Berpaling pada Karakter ............................................................................ 27

Alumni sebagai Agen PMB ...................................................................................................... 29

Sepenggal Kisah – Dunia Kuliah dan Dunia Kerjaku ................................... 32

Berita Alumni:

Ketika Berkumpul Menjadi Keinginan .......................................................................... 35

Opini:

Membaca Manusia Membaca “Dunia” ........................................................................ 36

Mengenal Karakteristik Remaja Usia Sekolah Menengah ......................... 39

Resensi Buku ....................................................................................................................................... 43

Redaksi menerima kiriman naskah (opini, buku, atau berita) dan foto-foto dari Alumni Sanata Dharma. Naskah diketik dalam kertas

quarto spasi satu setengah maksimal 4 halaman. Naskah dapat dikirim

via e-mail atau pos. Naskah dan foto yang tidak dimuat akan dikembalikan.

Media Komunikasi Alumni Sanata Dharma

No. 7 / Th. VII / Juli 2008

Media Komunikasi Alumni Sanata Dharma

No. 7 / Th. VII / Juli 2008

Sharing :Hiruk-Pikuk Sekitar

Profesionalitas Guru di Indonesia

Sharing :Dunia Kerja Berpaling pada Karakter

Fokus :Panggilan Terdalam Alumni USD

Berita Alumni :Ketika Berkumpul Menjadi KeinginanAlumni Farmasi USD dan Softskill

Page 2: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

4 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

FOKUS

Sekapur Sirih

Perguruan tinggi yang baik akan melahir-kan alumnus yang baik. Ini analogi yang dapat kita pakai ketika kita memaknai Visi Ignasian. Semasa menuntut studi di USD, kita tentu akrab dengan Visi Ignasian ini. Visi Ignasian intinya mengajak orang masuk ke dalam realitas konkret yang dihidupinya dan memahami realitas yang ada dalam kerangka sebuah tujuan yang lebih baik.

Dalam tulisannya di Kasadhar edisi ini, Romo Greg. Heliarko SJ menekankan kem bali makna Visi Ignasian ini yakni kita bertindak tidak dimulai dengan ‘doing’, me-lainkan ‘seeing’ yang lebih baik, yang sekaligus menggerakkan orang lain menjadi lebih baik, dan dengan demikian juga akan membuat diri sendiri lebih baik.

Visi Ignasian dapat menjadi bekal bagi kita dalam memecahkan persoalan bang sa kita yang hingga kini keadaannya belum membaik. Sebagai alumni USD yang dianugerahi cara pandang Ignasian, kita di-harapkan senantiasa mencari potensi-potensi kreatif dalam diri siapapun yang dapat dikembangkan ke arah terlahirnya ‘men and women for others’, yang mampu melahirkan paradigma-paradigma baru yang memberi

kontribusi bagi kebaikan sesama dan du-nia, serta lebih mampu menemukan arti ke penuhan hidup oleh karena berorientasi kepada Kemuliaan Allah.

Sesuai dengan tema yang diangkat “Character Building”, Kasadhar memang banyak menyajikan tulisan-tulisan tentang “pembangunan watak” di edisi ini. Untuk itu jangan lewatkan Sharing-Sharing menarik yang ditulis oleh beberapa alumnus kita, salah satunya Saudara Didiek Dwinarmiyadi, yang membuka mata hati kita bahwa dunia kerja pun kini berpaling pada karakter.

Untuk masa sekarang ini, lulusan per-guruan tinggi yang pandai dengan IPK tinggi saja rasanya tidak cukup. Perusahaan-perusahaan telah mulai mengidentifikasi bahwa karyawan yang berhasil bukan yang pandai tetapi justru yang memiliki karak-ter. Maka lembaga pendidikan tinggi, terma-suk USD tentu saja, perlu mengupayakan agar lulusannya mampu terserap di dunia kerja. Jadi berikan perhatian khusus pada kompetensi perilaku mahasiswanya, selain tetap meningkatkan mutu pengajarannya.

Sampai bertemu kembali di Kasadhar edisi depan! Tuhan memberkati.

Page 3: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 5

FOKUS

Salam Sanata Dharma.

Saudara-Saudari Alumni USD di mana pun berada. Dengan penuh rasa sukacita Saya sampaikan doa dan harapan kami untuk segala tugas dan perjuangan yang sedang Anda geluti. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai Anda dan keluarga.

Dalam kesempatan ini, pertama-tama Saya ingin mengajak Anda sekalian untuk mengenang kembali masa-masa berahmat, ialah saat Anda mengarungi sepenggal perjalanan hidup Anda sebagai mahasiswa di USD. Tentu ada banyak kesamaan kegiatan bila dibandingkan dengan kegiatan di Perguruan Tinggi lain. Namun, tentu ada sesuatu yang mungkin terlalu spesifik untuk dapat disamakan. Sesuatu ini akan semakin terasa bila kita memiliki kesempatan untuk merenungkannya kembali.

USD didirikan dan dikelola bukan semata untuk menambah jumlah perguruan tinggi yang sudah ada. Sebaliknya, USD menggunakan tradisi perguruan tinggi yang sudah berabad-abad umurnya untuk mengusung sebuah misi yang melampaui misi sebuah perguruan tinggi semata. Maka pengalaman belajar di USD

Panggilan Terdalam Alumni UniversitasSanata DharmaOleh: Greg.Heliarko SJ (Dekan FST)

seharusnya tidak hanya membawa mahasiswa-mahasiswi memiliki password untuk dapat masuk dan berkiprah ke dalam profesi-profesi tertentu. Malahan lebih dalam lagi, pengalaman itu seharusnya memampukan alumni untuk membawa profesi yang dimasukinya ke dalam kesadaran yang lebih luas, seperti dijadikan lapangan pergulatan USD sendiri, ialah lapangan atau visi pergulatan Ignasian.

Visi Ignasian mengajak orang masuk ke dalam realitas konkret yang dihidupinya, bukan menolaknya. Melampaui apa yang dapat dilihat mata, didengar telinga, dan dirumuskan oleh pikiran. Visi Ignasian mengajak orang memahami realitas yang ada dalam kerangka sebuah tujuan yang lebih baik yang mungkin diupayakan. Inilah yang dimaksud dengan semangat magis itu. Tidak dimulai dengan ‘doing’, melainkan ‘seeing’ yang lebih baik, yang sekaligus menggerakkan. Apa yang menjadi ukuran lebih baik? Terutama adalah membuat orang lain menjadi lebih baik, dan dengan demikian juga akan membuat diri sendiri lebih baik. Bukan sebaliknya, dan juga bukan sekedar membuat sebuah lembaga menjadi lebih baik. Inilah yang dikenalkan sebagai menjadi ‘men and women for others’.

Page 4: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

6 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

FOKUS

idealisme ‘memanusiakan manusia’ masih akan terdengar apabila perangkat belum tersedia? Padahal kita butuh pemimpin-pemimpin yang akan mengarahkan seluruh gerak dinamika dan pembangunan ini ke arah kemanusiaan yang lebih adil dan lebih beradab.

Oleh karena dipersatukan Visi Ignasian, Alumni adalah bagian dari kekuatan USD untuk turut serta melahirkan para pemimpin yang mampu menangkap desain realitas se-hingga mampu bekerja sama dengan Sang Pen-cipta sendiri yang terus bekerja melakukan pembebasan dengan tanpa harus terjebak dalam dan frustrasi oleh fragmen-fragmen kehidupan; pemimpin yang menjadikan kemanusiaan se-bagai nilai tertinggi untuk diperjuangkan di tengah masyarakat yang majemuk; pemimpin yang tanpa henti memperjuangkan dan mem-pro mosikan nilai dan budaya kehidupan ber-hadapan dengan tawaran nilai dan budaya kematian yang mampu melakukan metamorfosa ke dalam segala segi kehidupan.

USD mengundang putra dan putrinya untuk kembali ke kesadaran paling dalamnya sebagai satu keluarga besar yang dianugerahi cara pan-dang Ignasian dalam men-ziarahi hidup ini, me-lalui ketekunan untuk terus mencari potensi-potensi kreatif dalam diri siapapun yang dapat dikembangkan ke arah terlahirnya ‘men and women for others’, yang mampu melahirkan paradigma-paradigma baru dimana setiap orang lebih mudah menjadi ‘magis’ dalam berkontribusi bagi kebaikan sesama dan dunia, serta lebih mampu menemukan arti kepenuhan hidup oleh karena berorientasi kepada Kemuliaan Allah yang lebih “AMDG”.

Marilah impian ini kita wujudkan lewat komunikasi yang makin intensif.

Semakin banyaknya orang yang lebih baik inilah sekaligus berarti semakin dimuliakannya Allah, Ad Maiorem Dei Gloriam (AMDG).

Ada begitu banyak orang baik di Indonesia, namun mengapa sebagai keseluruhan bangsa ini tidak beranjak menuju sebuah keadaan yang lebih baik? Ketika sistem yang otoriter di ganti dengan sistem yang lebih demokratis, keadaan tidak juga menjadi lebih baik. Bahkah ada dimensi-dimensi tertentu dari perilaku manusia yang justru semakin tidak baik. Apa-kah masih ada kambing hitam lain lagi yang bisa kita jadikan sasaran untuk memindahkan kejengkelan dan frustrasi ini? Pertanyaan ini tidak bisa dijawab oleh karena pertanyaan ini salah. Tidak perlu mencari kambing hitam oleh karena persoalannya bukan apakah kambingnya hitam atau putih, melainkan adakah dari sekian kambing ini yang bisa duduk berperan sebagai pemimpin? Jadi, lebih tepatnya, kita sedang meng alami krisis ke pemimpinan.

Marilah me nengok sebentar ke dalam. Apa-kah visi, misi dan budaya yang dihidupi USD mem berikan pe ran dalam me lahirk an para pe -mimpin baru? Berapa banyak alumni USD yang ber hasil menemukan perannya yang tepat sebagai pemimpin di tengah lingkungannya mau pun ling kungan yang lebih tinggi? Apakah alumni USD dibekali sekedar perangkat untuk dapat men jadi pekerja yang baik pada sebuah institusi? Ataukah alumni USD juga sudah dibekali dengan pengenalan diri dan visi sebagai perangkat dalam ikut serta mengarahkan masyarakat ke arah yang lebih sejahtera dan bermartabat?

Alumni USD adalah bagian dari USD itu sendiri yang oleh karena hakekat keberadaan nya, ikut bertanggung jawab terhadap per-tanyaan yang terakhir itu. Di manakah gema

Page 5: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 7

FOKUS

Menulis artikel untuk dimuat dalam majalah KASADHAR terasa menyapa langsung alumni yang berada di

berbagai wilayah di Tanah Air. Ada banyak informasi yang ingin kami sampaikan kepada alumni yang setia mengikuti perkembangan USD. Semoga informasi ini menjawab sebagian pertanyaan yang sering ditanyakan oleh alumni tentang situasi USD, khususnya FKIP, saat ini.

Bagi rekan alumni yang sudah lama me-ninggalkan Sanata Dharma, terlebih dulu baik kiranya kami informasikan beberapa infor-masi statistik FKIP. Pada saat ini di FKIP ter-dapat 11 Program Studi yaitu: Program Studi Ilmu Pendidikan kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK, berlokasi di kampus V Kotabaru), Program Studi D2 PGSD dan Program Studi S1 PGSD (keduanya berada di kampus VI Pringwulung, kerjasama tempat dengan AKS Tarakanita), Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK), Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Studi Pendidikan Ekonomi (PE), Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK), Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Program Studi Pendidikan Bahasa

FKIP USD:

Bekerjasama untuk Semakin Baik & Semakin BerartiOleh: T. Sarkim (Dekan FKIP)

Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID), kelima program studi ini berlokasi di Kampus I Mrican, dan dua program studi yaitu Program Studi Pendidikan Fisika dan Program Studi Pendidikan Matematika yang keduanya berlokasi di kampus III Paingan.

Pada semester genap tahun akademik 2007-2008 jumlah mahasiswa berjumlah 3.656 orang, dan dosennya berjumlah 110 orang. Dalam tiga tahun terakhir jumlah maha-siswa yang diterima dengan jumlah maha-siswa yang lulus setiap tahun berimbang da-lam kisaran antara 700 - 750 mahasiswa per tahun. Perlu kiranya kami informasikan di sini bahwa pada saat ini USD sedang menanti ijin pembukaan Program Studi Pendidikan Biologi dari Dikti. Selain itu FKIP juga sedang melakukan studi kelayakan untuk membuka program S2 Pendidikan.

Kepercayaan Pemerintah

Berikutnya adalah informasi tentang keter-libatan dengan program pemerintah atau dapat juga dimaknai sebagai bentuk kepercayaan

Page 6: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

8 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

FOKUS

pemerintah kepada FKIP USD. Salah satu ama-nat dari Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah guru dan dosen diakui sebagai tenaga profesional, dan untuk diakui sebagai tenaga pro fesional maka guru dan dosen harus memiliki Sertifikat Pendidik. Proses pemberian sertifikat itu disebut Sertifikasi.

Setelah melalui berbagai diskusi, polemik dan perdebatan akhirnya pemerintah mene-tap kan bahwa sertifikasi dilakukan melalui dua jalur yaitu jalur Penilaian Portofolio dan Jalur Pendidikan. Sertifikasi melalui penilaian portofolio dilaksakanan dalam rayon-rayon. Setiap rayon terdiri dari beberapa perguruan tinggi/LPTK. USD terlibat dalam sertifikasi melalui penilaian portofolio dengan menjadi anggota Rayon 11. Rayon 11 adalah pelaksana sertifikasi melalui penilaian protofolio untuk wilayah DIY dan beberapa kabupaten di wilayah Jawa Tengah. Rayon 11 diketuai oleh Universitas Negeri Yogyakarta dan beranggotakan USD, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, dan Universitas Ahmad Dahlan. Selain menjadi pelaksana sertifikasi melalui penilaian portofolio, USD juga mendapat tugas dari pemerintah untuk menyelenggarakan program sertifikasi melalui jalur pendidikan selama satu tahun. Para peserta program sertifikasi jalur ini adalah guru-guru SD yang ditunjuk oleh pemerintah, berasal dari berbagai kabupaten di Jawa Timur, NTB dan dua kabupaten di Sulawesi.

FKIP USD bermitra menjalin kerjasama untuk meningkatkan kapasitasnya. Untuk mening-katkan kemampuannya dalam mempersiapkan calon gu ru menjadi guru yang kompeten dan memiliki ke pribadian yang dewasa, serta untuk meningkatkan kemampuannya memberikan kon tribusi nyata ke pada masyarakat Indonesia melalui pendidikan, FKIP USD aktif menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga swasta dan pemerintah dari dalam dan luar negeri. Kerjasama dengan instansi-instansi swasta itu dilakukan dalam bentuk penyediaan tenaga

guru melalui informasi langsung dari yayasan penyelenggaran pendidikan kepada para lulusan serta rekrutmen langsung di kampus USD.

Kerjasama dengan instansi swasta juga di-laku kan dalam program peningkatan kompetensi guru melalui berbagai pelatihan untuk kepala sekolah dan guru. Kerjasama dengan instansi pemerintah diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengadaan guru, peningkatan kualitas penye lenggaraan sekolah, dan peningkatan kompetensi guru. Kerjasama dengan pemerintah di antaranya dilakukan dengan Pemerintah Kabupaten Belu, NTT, Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Pemerintah Kabupaten Asmat yang keduanya berada di Papua.

Sementara itu, kerjasama dengan perguruan tinggi di luar negeri dilakukan dengan: (1) Hogeschool van Arnhem et Nijmegen (HAN) Belanda. Kerjasama yang dilakukan adalah per tukaran dosen, pertukaran mahasiswa dan mengadakan workshop atau seminar bersama. Pada semester ganjil tahun akademik 2008-2009 akan ada satu orang dosen dari HAN yang berada di USD dan secara periodik akan mengadakan pelatihan tentang pembelajaran sejarah di USD; (2) Kerjasama dengan Rotterdam University Belanda. Kerjasama yang dilakukan difokuskan pada implementasi dan pengembangan Pen-didikan Matematika Realistik di sekolah-sekolah di Indo nesia dan juga pengajaran bahasa Inggris untuk anak Sekolah Dasar; (3) Kerjasama dengan Loyola University Chicago yang berada di bawah payung kerjasama Komisi Pendidikan Yesuit. Kerjasama ini dilakukan dalam rangka mengembangkan pelatihan kepemimpinan bagi kepala sekolah dalam hal school leadership.

Melalui berbagai kerjasama itu, FKIP USD sedang berusaha mencapai cita-cita pengem-bangannya yang diarahkan agar dalam waktu lima tahun ke depan mampu mempersiapkan guru-guru yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan pen didikan di sekolah-se kolah seperti

Page 7: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 9

FOKUS

mampu me lakukan pembelajar an yang mendidik serta komunikatif sesuai de ngan karakter remaja, memiliki kompetensi akademik yang tinggi, memiliki keterampilan me manfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran, serta se bagian lulusan FKIP dari non-PBI me miliki kemam puan berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Selain menghasilkan lulusan yang mam-pu men jawab kebutuhan pendidikan di Indo-nesia, FKIP USD juga sedang berusaha untuk memberikan pelayanan nyata lebih luas untuk menjawab kebutuhan pening katan mutu pen-didikan di berbagai daerah di Tanah Air. Cita-cita itu semua akan diwujudkan melalui pe-ningkatan kemampuan dosen dan lembaga dalam melaksanakan pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Kerjasama dengan alumni

Keinginan agar FKIP dapat lebih menyapa alumninya dan menjalin kerjasama lebih nyata sudah sejak beberapa waktu yang lalu

dipikirkan dan secara bertahap dilaksanakan. Kami menyadari bahwa saat ini terdapat banyak kelompok alumni yang di dalam setiap kelompok itu terjadi interaksi yang cukup kuat, akan tetapi sejauh kami ketahui juga, antar ke-lompok itu belum ada interaksi yang kuat. Ka-mi juga me nyadari bah wa sampai saat ini ka mi belum me ne mukan for mat yang tepat bagai ma-na ker jasama yang saling men dukung di antara alum ni dan antara alum ni de ngan almamater itu dapat dilakukan. Sejauh komunikasi kami dengan kelompok-kelompok kecil yang sudah ada, kerinduan untuk membangun jaringan dan kerjasama ini begitu kuat. Saran atau usulan untuk mewujudkan hal ini sangat kami hargai, silahkan disampaikan melalui: [email protected].

Demikianlah informasi ringkas tentang FKIP saat ini dan rencana yang sudah diper-siapkan dan sedang diimplementasikan serta tantangan yang berada di depan. Semoga infor masi ini dapat memberi kontribusi dalam memperkuat komunikasi antara alumni dengan almamater. Terimakasih

Melakukan kesalahan dalam hidup bukan saja lebih terhormat,tetapi bermanfaat daripada tidak melakukan apa-apa sama sekali.

(George Bernard Shaw)

Page 8: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

10 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

FOKUS

Harapan di tengah kelesuan

Sertifikasi untuk para guru dalam jabat-an melalui uji portofolio telah dijalankan sejak tahun 2006. Tahun 2008 ini adalah tahun ke-tiga. Para guru sempat menyangsikan keserius -an pemerintah dalam mengimplementasikan pro gram ini karena uji portofolio untuk peserta sertifikasi tahun 2006 sempat tertunda hingga tahun 2007. Kelegaan di kalangan para guru muncul ketika beribu-ribu guru dinyatakan lu-lus sertifikasi dan mendapatkan predikat “guru profesional”.

Banyak guru mengadakan syukuran karena merasa yakin akan mendapat tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok setiap bulannya. Wajah mereka menjadi cerah karena harapan untuk dapat menikmati kesejahteraan yang se lama ini diimpikan akan segera menjadi ke-nyataan. Betapa tidak? Siapa yang masih sang-si bahwa harapan tersebut tidak akan ter-penuhi? Bukankah janji pemerintah tersebut telah dituangkan dalam Undang-undang? Dan

bukankah sertifikasi sudah dijalankan dan Surat Keterangan Lulus Sertifikasi sudah di tangan?

Betul, hampir semua guru yakin yang se-yakin-yakinnya bahwa janji pemerintah tidak akan diingkari. Keyakinan tersebut bertambah mantap ketika guru angkatan pertama yang lulus sertifikasi lewat uji portofolio men-dapatkan tunjangan profesi untuk 3 bulan (Oktober, November, dan Desember 2006) yang dibayarkan pada bulan Januari 2007. Namun, di tengah masih berbunga-rianya harapan tersebut, menyelinaplah kesangsian, kegundahan, dan kekecewaan di hati para guru yang telah lulus sertifikasi, karena tunjangan untuk bulan-bulan berikutnya tidak kunjung ditambahkan ke rekening bank mereka. Beberapa guru menjadi kembali lesu dan kehilangan semangat karena harapannya yang semula pasti kini menjadi tidak menentu lagi.

Kendatipun demikian para guru generasi berikut yang sudah berijasah S-1 tetap saja hiruk-pikuk menyiapkan kelengkapan berkas untuk portofolio yang akan mereka ajukan,

Hiruk-Pikuk Sekitar Profesionalitas Guru di IndonesiaY.B. Adimassana(Dosen FKIP-Universitas Sanata Dharma)

Page 9: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 11

FOKUS

sementara itu para guru yang belum S-1 sibuk mencari peluang untuk dapat mengikuti program pendidikan S-1 dan bisa lulus secepatnya.

Tidak sedikit guru yang menempuh jalan pintas dengan mengambil program S-1 kilat melalui perkuliahan di universitas ”Kutunggu” (Kuliah Sabtu dan Minggu). Begitulah hiruk-pikuk dan gegeran yang terjadi di kalangan para guru, tak terkecuali para alumni Sanata Dharma. Hampir setiap hari berkas legalisasi fotokopian Ijasah dan Akta IV yang harus ditandatangai oleh Dekan FKIP USD menumpuk setinggi Gunung Merapi. Apa gerangan yang menjadi pemicu gonjang-ganjing di kalangan para guru tersebut? Jawabnya tak lain adalah gagasan untuk meningkatkan profesionalitas para guru di negeri kita ini.

Logika yang diplintir

Awal dari kehebohan di kalangan guru adalah realita bahwa kualitas pendidikan kita rendah, bahkan lebih rendah dari kualitas pendidikan di negara-negara tetangga di Asia Tenggara, padahal sekitar 3-4 dasa warsa yang lalu SDM Indonesia banyak disewa menjadi tenaga pengajar di negara-negara tetangga. Ini bukti bahwa kualitas pendidikan kita di masa silam pernah di atas negara-negara lain dan kini justru merosot.

Pemerintah berpikir bahwa untuk me-ningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia perlu dilakukan pembenahan, yaitu melalui standarisasi di 8 aspek dalam penyelenggaraan pendidikan. Maka, muncullah Peraturan Peme-rintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang disosialisasikan lewat Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Tak lama kemudian muncullah UU No mor 14 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang menetapkan kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi bagi guru profesional sebagai jaminan kualitas guru serta sekaligus

menetapkan pemberian tunjangan profesi se-besar satu kali gaji pokok bagi para guru yang memenuhi standar kualitas tersebut.

Dari situlah UUGD kemudian dikenal sebagai ”UU kesejahteraan guru” karena menjanjikan tunjangan profesi bagi kesejahteraan guru. Oleh khalayak, logika berpikir tersebut kemudian ”diplintir” atau ”diputar-balik”, yang semula ”demi meningkatkan kualitas perlu standarisasi dan mereka yang memenuhi standar mutu akan diberi tunjangan profesi demi peningkatan kesejahteraan mereka” berubah menjadi ”demi meningkatkan profesionalitas para guru sesuai dengan standar perlu ada peningkatan kesejahteraan bagi mereka”. Dengan kata lain isu sertifikasi berubah menjadi isu peningkatan kesejahteraan bagi para guru. Logika yang mana yang mesti kita ikuti?

Pemerintah mencoba membantah ”logika kesejahteraan” karena tujuan pemerintah bukan untuk meningkatkan kesejahteraan melainkan menjamin profesionalitas, namun dalam so-siali sasi terkesan yang ditekankan adalah pe-ningkatan kesejahteraan. Dan tampaknya memang tak mungkin ada peningkatan kualitas tanpa ada peningkatan kesejahteraan. Maka, para guru pun lebih tergiur oleh iming-iming ”pe ningkatan kesejahteraan” tersebut daripada oleh urgensi untuk peningkatan kualitas/profesionalitas.

Oleh sebab itu dalam praktek penyusunan portofolio ada kesan para guru dengan mudah menghalalkan segala cara, yang penting bisa lulus dan mendapatkan tunjangan profesi yang dijanjikan. Setelah terbukti lulus, benarkah ada peningkatan profesionalitas? Dan benarkah ada peningkatan kesejahteraan?

Di sinilah tidak ada jawaban yang pasti, ka rena ada indikasi portofolio-portofolio pa-ra guru itu sekedar memenuhi persyaratan administratif, tidak mencerminkan adanya pe-ning katan profesionalitas. Begitu pula dalam hal kesejahteraan, ada isu yang mengatakan bahwa

Page 10: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

12 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

FOKUS

tunjangan tersebut akan dibayar dengan yen, maksudnya yen ana duwite (kalau ada uangnya) atau yen ora lali (kalau tidak lupa). Kalau tidak ada uang? Ya, tentu bisa saja hanya akan dibayar sebagian saja atau bahkan tidak akan dibayar sama sekali. Tampaknya tidak semua Pemda siap untuk itu.

Di tengah ketidakpastian tersebut, ada satu hal yang dapat dicatat yaitu bahwa UUGD telah menetapkan perubahan secara esensial dalam pekerjaan sebagai guru, yakni bahwa sekarang guru merupakan profesi yang setara dengan profesi di bidang-bidang lain seperti profesi dokter, psikolog, konselor, advokat, dan lainnya dengan standar keprofesionalan yang lebih jelas. Profesi selalu berhubungan dengan orang-orang dari kalangan masyarakat luas yang dilayani, misalnya: guru dengan muridnya, dokter dengan pasiennya, advokat dengan kliennya, konselor dengan konselinya, psikolog dengan kliennya, pendeta/pastur dengan umat/jemaatnya, dsb.

Layanan seorang profesional tidak sekedar untuk mendapatkan uang (nafkah-pencaharian) melainkan terutama untuk pelayanan bagi masyarakat luas. Maka, dalam melaksanakan pelayanan, mereka terikat pada tanggung ja-wab moral yang oleh organisasi profesi yang ber sangkutan dirumuskan dalam format stan dar perilaku etis yang disebut kode etik. Arah-tujuannya pun adalah untuk membuat profesi betul-betul dijalankan demi menjunjung keluhuran martabat manusia.

“Guru Profesional”

Dengan ditetapkannya dalam UUGD bah-wa pekerjaan sebagai guru adalah suatu pro-fesi, maka pekerjaan sebagai guru harus me-menuhi standar-standar ke-profesional-an di bidang yang bersangkutan. Jadi, menjadi guru sebagai suatu profesi (profession) bukan lagi merupakan pekerjaan biasa yang sekedar

sebagai pencaharian (occupation). Secara lebih luas suatu profesi ditandai dengan ciri-ciri ke-profesional-an yang meliputi :

1. memenuhi standar keahlian/profesionalitas di bidang yang bersangkutan.

2. menekankan pelayanan/pengabdian kepa-da masyarakat luas, bukan semata-mata mencari pendapatan bagi diri sendiri. Da-lam hal ini setiap profesi selalu memiliki kelompok sasaran yang menjadi ”klien”nya, misalnya: guru-murid, dokter-pasien, kon-selor-konseli, pastor-umat, dsb.

3. pelaksanaan profesi tersebut dilandasi penghormatan terhadap nilai-nilai luhur kemanusiaan – maka ada Kode Etik yang menjadi standar perilaku etis dalam men-jalankan profesi tersebut.

4. mempunyai organisasi profesi yang meng-koordinasikan pelaksanaan profesi tersebut dan yang berwenang mengontrol proses sertifikasi atau pemerolehan “lisensi” (ser-tifikat) bagi mereka yang memasuki profesi tsb.

5. membutuhkan proses yang relatif lama untuk mencapai standar keahlian/profesi-onalitas melalui studi dan pelatihan.

Universitas Sanata Dharma, khususnya

FKIP sebagai fakultas penyiap calon-calon guru selalu mencoba mengikuti perkembangan dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan berusaha merespon secara positif terhadap setiap kebijakan yang dibuat, namun tetap juga kritis. USD sangat setuju dengan esensi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui PP No. 19 maupun UUGD, yaitu demi peningkatan mutu pendidikan kita perlu ada standarisasi. Bahkan seandainya tidak ada iming-iming tunjangan profesi pun, USD tetap akan berjalan di garis depan untuk peningkatan mutu pendidikan, khususnya untuk pendidikan calon guru.

Page 11: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 13

FOKUS

Pasal tentang pemberian tunjangan pro-fesi dalam UUGD tampaknya merupakan pasal kecelakaan, karena terlanjur ditulis, tan pa menengok kondisi keuangan negara. Padahal apa yang sudah tertulis mestinya tetap tertulis dan berlaku. Dalam urusan ini, tentu pemerintah harus bertanggungjawab atas apa yang telah ditulisnya, kecuali jika mau dijuluki sebagai pemerintah yang mencla-mencle (tidak konsisten) dan leda-lede (tidak jelas sikapnya).

Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi dalam Profesi Guru

Sejak UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disahkan memang perhatian pemerintah pada bidang pendidikan pada umumnya dan khususnya pada profesi guru semakin serius. Keseriusan tersebut tam pak dari usaha-usaha pemerintah untuk menata bidang pendidikan dan pendidikan guru melalui perundang-undangan, misalnya dengan disahkannya UUGD Tahun 2005. Tuju an pemerintah kiranya sudah jelas, yaitu ingin meningkatkan kualitas pendidikan se-cara nasional. Untuk itu langkah pertama yang diambil adalah meningkatkan kualitas sekaligus profesionalitas para guru di Indonesia, yaitu dengan meningkatkan kualifikasi dan kom-petensi guru melalui sertifikasi profesi guru.

Sehubungan dengan itu, maka dalam UUGD, Pasal 8, ditulis bahwa “guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Berikut ini akan kita lihat satu per satu.

1. Kualifikasi akademikMenurut UUGD tersebut, guru di Indonesia

harus memiliki kualifikasi pendidikan Sarjana. Kualifikasi akademik tersebut diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S-1) atau program diploma empat (Pasal 9). Dalam

Permen Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (untuk SD dan Sekolah Menengah) ditegaskan bahwa program sarjana atau diploma empat tersebut harus sesuai dengan bidangnya. Dalam praktiknya pemberlakuan pasal ini dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah memberi batas akhir tahun 2015 semua guru harus sudah berpendidikan S-1.

2. Kompetensi Pada UUGD pasal 10 ditulis bahwa kom-

petensi yang harus dimiliki oleh para guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi ke pri-badian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (ayat 1). Penjabaran lebih rinci dari empat (4) kompetensi yang harus dimiliki oleh guru terdapat pada Permen Nomor 16 Tahun 2007, yaitu :

Kompetensi pedagogik merupakan ke-mampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi-kompetensi inti sebagai berikut:a. Menguasai karakteristik peserta didik

dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual

1) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

2) Mengembangkan kurikulum yang ter-kait dengan bidang pengembangan yang diampu.

3) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik

4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pe nyelenggaraan kegiatan pengem-bangan

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasi-kan berbagai potensi yang dimiliki

Page 12: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

14 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

FOKUS

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik

8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

9) Memanfaatkan hasil penilaian dan eva-luasi untuk kepentingan pembe lajaran

10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

b. Kompetensi kepribadian merupakan profil kepribadian yang harus dimiliki oleh guru, yakni meliputi kompetensi-kompe-tensi inti sebagai berikut:

1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat

3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan ber-wibawa

4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri

5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

c. Kompetensi sosial merupakan kemam-puan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompe-tensi-kompetensi inti :

1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena per-timbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi

2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, dan masyarakat

3) Beradaptasi di tempat bertugas di selu-ruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

4) Berkomunikasi dengan komunitas pro-fesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

d. Kompetensi profesional merupakan ke-mam puan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ini meli-puti kompetensi-kompetensi inti se bagai berikut :

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu

3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

4) Mengembangkan keprofesionalan seca-ra berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Hal yang agak janggal di sini adalah peng-gunaan istilah ”kompetensi profesional” un tuk penguasaan bidang studi. Mengapa jang gal? Karena seolah-olah dengan menguasai kom pe-tensi tersebut seorang guru sudah dapat disebut ”profesional”, padahal itu hanya lah salah satu kompetensi dari empat kompetensi yang harus dikuasai yang secara keseluruhan menjadikan seorang guru betul-betul profesional. Selain itu banyak ahli ti dak sependapat jika kompetensi keguruan dikotak-kotak atau dipisah-pisahkan dalam 4 bidang secara tegas, karena memberi kesan tiap-tiap kompetensi dapat dikuasai secara terpisah dari kompetensi yang lain, sedangkan dalam kenyataannya keempat kompetensi ter-

Page 13: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 15

FOKUS

sebut - dan mungkin masih ada kompetensi-kompetensi lain – saling terkait erat dan tidak mudah dipisahkan satu sama lain.

3. Sertifikat pendidikMenurut UUGD pasal 11 (2), sertifikasi

pendidik dibedakan menjadi dua : sertifikasi guru dalam jabatan dan sertifikasi guru pra-jabatan. Untuk guru dalam jabatan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV, pemerolehan sertifikat pendidik dilakukan dengan meng-ikuti Program Sertifikasi Guru yang di-selenggarakan oleh pemerintah. Program ini dilaksanakan dalam dua jalur, yaitu: (1) jalur uji kompetensi melalui penilaian portofolio, dan (2) jalur pendidikan melalui kuliah di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Hal ini diatur dalam Permen Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Pada pasal 2 ayat (1) ditegaskan bahwa sertifikasi tersebut dilaksanakan melalui uji kompetensi dan pada pasal 2 ayat (2) dituliskan bahwa ”Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio”. Sedangkan sertifikasi lewat jalur pendidikan melalui kuliah diatur dalam Permen Nomor 18 pasal 3.

Untuk sertifikasi guru prajabatan (calon guru yang belum diangkat bekerja sebagai guru tetap) pemerolehan sertifikat guru dilaku-kan dengan mengambil Program Profesi sebagai kelanjutan dari pendidikan S-1 yang telah diselesaikannya. Program ini terbuka bagi lulusan S-1 kependidikan maupun non-kependidikan. Isi Program Profesi ini adalah penambahan/pemantaban penguasaan kompe-tensi pedagogik, sosial, dan profesional dengan mengikuti perkuliahan (yang jumlah sks-nya sekitar 36-40) pada LPTK yang ditunjuk oleh pemerintah (UUGD, pasal 11, ayat 2). Sam pai saat ini belum dibuat aturan tentang penye-lenggaraan program profesi bagi guru prajabat-an ini.

Untuk tahap pertama, mulai bulan September tahun 2007 program Sertifikasi Guru dalam jabatan telah dilaksanakan untuk sekitar 200.000 guru yang sudah S-1 dan yang memenuhi kriteria (usia, masa kerja, dan golongan) sebagaimana ditentukan oleh pemerintah. Sekitar 50 LPTK telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai penyelenggara ser-tifikasi guru dalam jabatan. USD termasuk salah satu dari mereka. Untuk sertifikasi melalui jalur penilaian portofolio USD menjadi mitra Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Rayon 11 bersama dengan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Di samping itu USD juga ditunjuk untuk menyelenggarakan program sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan untuk sejumlah 25 orang guru dari NTT dan Jawa Timur (pada tahun 2007/2008).

4. Sehat jasmani dan rohani

Persyaratan untuk kesehatan jasmani dan rohani dipenuhi dengan menunjukkan surat dokter (hasil pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh).

5. Memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

Guru yang profesional adalah guru yang juga mampu melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya demi terwujudnya tujuan pendidikan yang telah digariskan di negaranya. Ini ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan guru yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yakni tercapainya manusia Indonesia yang seutuhnya.

Yang bertugas mengembangkan ketentuan tentang standar kompetensi guru tersebut adalah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan,

Page 14: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

16 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

FOKUS

memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi stan-dar nasional pendidikan dalam rangka menjaga mutu pendidikan di Indonesia (PP No. 19, Tahun 2005). Selanjutnya BSNP dalam menjalankan tugasnya berpegang pada PP No. 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Lingkup kerjanya meliputi 8 bidang yang harus distandarisasikan, yaitu: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan (PP No. 19, Tahun 2005, Ps. 2, ay. 1).

Pada saat sekarang ini, 8 standar tersebut sudah mulai diatur oleh pemerintah dengan Permen, yaitu: Standar Isi (SI) diatur dalam Permen No. 22 Tahun 2006; Standar Kom-petensi Lulusan (SKL) diatur dalam Permen No. 23 Tahun 2006; Standar Proses diatur dalam Permen No...... (belum jelas);) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (SPTK) diatur dalam Permen No. 16 Tahun 2007 (tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru), Permen No. 12 Tahun 2007 (tentang Standar Pengawas Sekolah), Permen No. 13 Tahun 2007 (tentang Standar Kepala Sekolah), Standar Sarana dan Prasarana diatur dalam Permen No. 24 Tahun 2007, Standar Pengelolaan diatur dalam Permen No. 19 Tahun 2007, Standar Pembiayaan diatur dalam Permen No... (belum jelas), dan Standar Penilaian Pendidikan diatur dalam Permen No. 20 Tahun 2007.

Catatan kritis:a. Demi profesionalitas guru dibebani

dengan tumpukan tuntutan Usaha peningkatan kualitas pendidikan

di negeri kita ini sebetulnya telah dimulai sejak beberapa tahun sebelum proses ser-ti fikasi berjalan, yaitu ketika sekolah-sekolah dan guru-guru telah dihebohkan

oleh tuntutan mutlak untuk pengembangan KTSP sebagaimana telah diatur melalui Permen 22, 23, dan 24 tahun 2006. Ini berarti beban guru bertambah berat, tetapi “demi peningkatan kualitas pendidikan kita” para guru dan sekolah-sekolah tampaknya merespon secara positif. Sekarang ini hampir tidak ada sekolah yang belum mengembangkan KTSP.

Bagi guru, melaksanakan KTSP berarti harus membuat silabus dan RPP secara rutin, lengkap dengan LKS dan evaluasinya. Dengan demikian beban tugas guru menjadi menumpuk, sementara kesejahteraan yang dijanjikan belum juga menjadi kenyataan. Bahkan ada isu (semoga ini hanya kabar burung) bahwa tunjangan tidak akan di-berikan setahun 12 x gaji pokok, melainkan hanya sekitar 3 bulan saja. Oleh sebab itu, rekening bank seorang guru yang sudah lulus sertifikasi yang dibuka dengan dana awal 50 ribu, makin lama justru makin habis karena tiap bulan terkena potongan beaya administrasi. Bagaimana mungkin kualitas dan profesionalitas guru ada peningkatan jika beban tugas begitu berat sehingga guru tidak dapat berpikir jernih dan kreatif. Maka tidak mengherankan jika oleh sementara guru tuntutan-tuntutan administratif tsb dipenuhi dengan main ”sulap”, yaitu copy paste hasil karya orang lain.

b. Permen itu seberapa sih kekuatan hukumnya?

Permen adalah bahasa hukum yang baru bagi kita. Yang biasanya dibuat adalah SK Menteri dan SKB Menteri. Peraturan yang mengikat publik dalam struktur hukum yang ada selama ini adalah Peraturan Pemerintah (Pemerintah Pusat) dan Peraturan Daerah (Perda). Permen itu suatu hukum yang berlaku sementara, selagi PP belum ada. Setelah PP disahkan, maka Permen bisa

Page 15: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 17

FOKUS

tidak berlaku lagi. Dan lagi kekuatan Permen tampaknya sebatas menteri yang bersangkutan masih menjabat sebagai menteri. Jika ganti menteri, Permen pun bisa ganti.

c. Kesenjangan antara kemauan baik dan kondisi keuangan negara

Profesi guru di berbagai negara maju sungguh menjanjikan penghidupan yang layak (di atas tingkat hidup minimum). Di Amerika Serikat guru yang berpendidikan S-1 (Undergraduate) dan baru saja mulai bekerja bisa mendapat gaji sekitar US $ 30.000 per tahun atau US $ 2.500 per bulan (= Rp 20.000.000,- per bulan). Melalui UUGD tampaknya pemerintah RI berniat baik untuk meningkatkan kesejahteraan para guru dengan memberikan tunjangan profesi kepada para guru yang memenuhi kualifikasi. Ini diatur dalam pasal 15-19.

Pada UUGD pasal 15 (1) ditulis bahwa ”Penghasilan di atas kebutuhan hidup mini mum sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) huruf a meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi”. Pada UUGD pasal 16 (1) dan (2) ditulis bahwa: (1) Pemerintah memberikan tunjangan profesi sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 15 ayat (1) kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat; (2) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan

oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.

Benarkah apa yang sudah tertuang dalam pasal-pasal tersebut akan dilaksanakan oleh pemerintah secara konsisten sementara ke uangan negara terpuruk? Niat baik pe-me rintah boleh diacungi jempol, tetapi apa lah itu artinya jika tidak dilaksanakan secara konsekuen? Bagaimana mungkin harap an akan adanya peningkatan kesejah-teraan guru terwujud, jika pemerintah akan membayarkan tunjangan profesi mereka dengan yen?

PenutupHarapan masyarakat pada umumnya dan

harapan guru pada khususnya akan masa depan yang lebih baik oleh adanya perubahan-perubahan kebijakan yang menjanjikan pe-ningkatan kualitas pendidikan maupun kesejah-teraan guru tampaknya terpaksa terganjal oleh ketidakpastian dalam pelaksanaan pasal-pasal UU yang telah ditetapkan. Jika sudah sampai taraf UU saja tidak menjamin kepastian dalam pelaksanaannya, mau kita cantelkan pada apa lagi harapan kita?

Apakah para guru di Indonesia memang harus menerima ”nasib” menjadi pahlawan ”tan pa tanda jasa” dan ”tanpa balas jasa” yang setimpal? Kiranya kendatipun demikian ke-adaannya, kita masih tetap boleh berharap bahwa kinerja para guru tidak akan luntur. Demi menggapai cita-cita mencerdaskan bang-sa kiranya masih banyak guru yang tetap sedia bekerja keras biarpun tidak mendapatkan ”ke-sejahteraan” yang sepadan.

Semoga para guru, khususnya alumni Sanata Dharma tidak menyikapi gonjang-ganjing profesi guru ini secara fatalistis sebagai ”nasib buruk” yang menimpa diri mereka, melainkan tetap memandang profesi guru sebagai ”pilihan” yang luhur, entah seperti apapun imbalan maupun beban-risikonya.

Page 16: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

18 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

FOKUS

Daftar Pustaka

UU RI Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

PP RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

UU RI Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Guru dan Dosen.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Permen No. 22 dan 23.

Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru).

Sanata Dharma Tempo Doeloe

Bahwa cikal-bakal Universitas Sanata Dharma dulu adalah IKIP Sanata Dharma, tentu kita telah mengetahuinya. Yang belum banyak kita tahu tentu, bagaimana bentuk bangunan kampusnya di masa lalu dan juga lingkungan sekitarnya. Seperti apakah penampilan para mahasiswanya, apa saja aktivitasnya? Semua dapat kita nikmati dalam sajian foto-foto Sanata Dharma yang berhasil didapat Kasadhar dari hasil dokumentasi USD berikut ini!

••••••••••••••••

Page 17: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 19

FOKUS

Page 18: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

BERITA FAKULTAS

20 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

Memasuki usia ke-13 Fakultas Farmasi USD, jumlah alumni keseluruhan dari Fakultas ini sudah mencapai angka 1192

orang untuk S1 dan 925 orang untuk profesi apoteker. Bersyukur sekali di tengah persaingan yang begitu ketat, lulusan Fakultas Farmasi USD sebagian besar (>90% lulusan berdasarkan data yang terkumpul) sudah bekerja atau berbisnis di bidang farmasi. Para alumni Fakultas tersebar dari Sabang sampai Merauke bahkan di luar ne geri dan berada terutama di apotek, rumah sakit, dan industri baik skala nasional maupun inter nasional. Sebagai informasi terdapat >60 institusi pendidikan farmasi di seluruh Indonesia dan menghasilkan lulusan Farmasi S1 ada 5000an orang dan lulusan apoteker 2500an per tahun.

Alumni adalah bagian yang sangat pen-ting dari Fakultas. Oleh sebab itu dalam 2 tahun terakhir ini, kami menyempatkan di ri mengunjungi alumni. Dekan beserta 5 dosen Fakultas (dibagi dalam 2 kelompok) meng-adakan studi tur ke Jakarta 17-18 Januari 2007. Pada acara itu kami mengunjungi De par-temen Farmasi UI, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dan PT Mandom. Kami juga sempat bertemu beberapa alumni yang bekerja di PT

Alumni Farmasi USDdan SoftskillOleh: Rita Suhadi (Dekan F. Farmasi)

Pharos, Soho, dan Ferron. Tanggal 17 malam secara khusus kami mengadakan Temu Alumni yang bekerja di Jabotabek dengan acara Soto Bersama. Meski diadakan Rabu (hari kerja), sekitar 30 alumni menyempatkan diri berkumpul. Pada akhir tahun 2007, beberapa dosen juga mengunjung alumni yang berada di Kota Khatulistiwa dan Pulau Dewata, dan diresmikanlah pula Palfasadha cabang Kalbar dan Bali. Luar biasa senangnya menyaksikan almuni/anak didik kami sudah berhasil.

Topik yang sering diangkat saat Temu Alumni adalah: ”cukupkah bekal softskill (dan ilmu) yang telah diberikan Fakultas kepada alumni dalam menghadapi dunia kerja?” Ba-nyak definisi softskill, salah satunya softskill adalah COLLEGE, yaitu communication skills; organizational skills; leadership; logic; effort; group skills, dan ethics (versi Putra dan Pratiwi, 2005). Jawabannya sangat beragam karena bersifat individual. Softskill itu seperti nasib hanya 10% adalah urusan genetik sedangkan 90%nya adalah dampak suatu proses, serta akhirnya softskill itu juga yang akan sangat menentukan nasib seseorang. Beberapa bagian softskill yang sering dikeluhkan alumni (kelompok tertentu saja) adalah rasa percaya diri, ketangguhan,

Page 19: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

BERITA FAKULTAS

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 21

kemandirian, dan bahasa Inggris yang belum maksimal. Untuk itu Fakultas berjuang untuk meningkatkan softskill setiap anggotanya, ter-utama mahasiswa yang sedang studi.

Seberapa Fakultas memberikan pembinaan untuk meningkatkan softskill mahasiswanya? Fakultas (dan Universitas) mempunyai beberapa agenda rutin/singkat untuk peningkatan softskill mahasiswa, hal ini penting tetapi belum cukup. Mahasiswa Farmasi yang sehari-hari menghabiskan waktu terbanyak dengan kuliah dan praktikum dengan segala laporan, tugas, dan tes, maka cara terbaik membangun softskill mahasiswa adalah mengintegrasikan penajaman softskill melalui kegiatan akademik di kelas dan praktikum. Mungkin tanpa disadari mahasiswa, aktivitas tugas perorangan/kelom pok, mencari jurnal, presentasi, laporan, tes, jadwal kuliah dan praktikum yang padat adalah cara yang sangat efektif untuk memupuk ke disiplinan, manajemen waktu, ketangguhan, kejujuran, kemadirian, percaya diri, dan kerja sama kelompok, bahkan kemampuan berbahasa Inggris (asal saja semua aktivitas itu dilakukan dengan sungguh-sungguh). Dikatakan efektif karena proses ini merupakan latihan softskill yang berulang-ulang dan dalam durasi yang panjang.

Mengingat integrasi peningkatan softskill melalui kegiatan rutin lebih efektif, banyak sekali mata kuliah di Fakultas yang sudah diubah dari model lecturing atau teacher centered learning ke model student centered learning (SCL). Beberapa contoh kuliah/praktikum model SCL di S1 adalah praktikum dengan menyelesaikan suatu proyek formulasi sediaan, proyek uji farma kologi produk/jamu/sediaan di pasaran ataupun hasil karya dari praktikum lain, peng-ujian sampel berdasarkan atas permintaan dari masyarakat/industri, pelayanan home care bagi pasien Poskes, pelayanan informasi obat di masyarakat, belajar kasus di rumah sakit dan yang akan datang adalah program KKN di puskesmas serta magang di apotek yang lebih sesuai dengan dunia kefarmasian. Pembelajaran

SCL ini diharap akan lebih mengasah softskill mahasiswa.

Selain kegiatan perkuliahan, peningkatan softskill juga dapat dicapai dengan mengadakan penelitian dan kegiatan pengabdian masyarakat bersama dosen dan mahasiswa. Dalam 1-2 tahun terakhir aktivitas ini makin sering diadakan baik dengan bantuan dana Hibah DIKTI, Kopertis V, maupun swasta (industri). Interaksi antara dosen dan mahasiswa di luar kegiatan Tridharma PT juga sangat bermanfaat dalam membangun softskill, oleh sebab itu Fakultas dalam banyak kesempatan juga mengikutsertakan mahasiswa, misalnya: evaluasi kinerja Fakultas, penyusunan kurikulum dan renstra, kepanitiaan, dan ke-akraban.

Kemampuan softskill akan makin ber kem-bang bila mereka juga aktif dalam kegiatan organisasi dan mengikuti kegiatan non-aka-demik baik di dalam maupun di luar kampus serta belajar dari pengalaman-pengalaman hi-dup maupun kesuksesan dari tokoh/senior/panutannya. Jadi Fakultas akan berterimakasih sekali bila ada alumni yang akan men-sharing pengalaman selama kuliah dan bekerja kepada adik-adik kelasnya baik secara terencana (kuliah tamu) maupun sambilan saat berwisata/pulang mudik Jogja.

Fakultas punya kerinduan mengumpulkan seluruh staf, mahasiswa, alumni (PALFASADHA), dan Paguyuban Orang Tua Mahasiswa Fakultas Farmasi (POFASDHA) bersama-sama berdialog, bersinergis dengan topik utama pembinaan softskill mahasiswa dan kewirausahaan. Alumni bersedia mendukungkah?

Usaha meningkatkan softskill adalah proses yang panjang bahkan suatu life-long learning process. Fakultas sadar (pasti SADHAR, bahasa klise) usaha ini masih jauh dari sempurna se-hingga perlu peningkatan. Untuk segenap alum-ni tercinta: Kuatkanlah hatimu, janganlah ken-dor semangatmu, karena ada upah bagi usaha dan karyamu.

Salam.

Page 20: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

BERITA FAKULTAS

22 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

Agenda Dies Fakultas ke-13

Tanggal Acara 7 Juni 2008 Berkunjung ke keluarga mantan anggota Farmasi USD dan ziarah ke makam beberapa dosen almarhum (Imono Argo Donatus, Joko Suharjono, Noordin) 14 Juni 2008 Misa Syukur Puncak Dies Fakultas Peresmian Lab Hayati Imono 21 Juni 2008 Keakraban Fakultas Farmasi USD (dosen, karyawan, mahasiswa) November 2008 Seminar Nasional dan Presentasi Hasil Penelitian

Rita Suhadi ([email protected])Email fakultas: [email protected]

Kekuatan bukan bersumber dari kemenangan. Perjuangan Andalah yang melahirkan kekuatan.

Ketika menghadapi kesulitan dan tidak menyerah, itulah kekuatan Anda.(Arnold Schwarzenegger)

Persahabatan itu seperti uang, gampang dicari ketimbang disimpan.

(Samuel Butler)

Page 21: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

BERITA FAKULTAS

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 23

Sejak berdiri 1996, Fakultas Psikologi USD sudah memiliki alumni sekitar 850 an yang tersebar di berbagai tempat dengan

aneka jenis pekerjaan. Apa kabar para alumni ? Fakultas, adik-adik angkatan menunggu kabar dari para alumni semua. Jika belum ada kabar hingga saat ini berarti sukses semua, semoga!

Fakultas Psikologi, dalam usia yang ke 12 mencoba berbenah untuk tetap memberikan pelayanan yang lebih baik. Ini berkaitan dengan semakin banyaknya prodi psikologi di Indonesia (ada kira-kira 90 an prodi psikologi). Persaingan semakin ketat!

Salah satu usaha untuk meyakini model pelayanan yang lebih baik, pada akhir Mei 2008 diadakan Lokakarya Kekhasan Fakultas Psikologi USD. Hasilnya adalah kesepakat-an bahwa kekhasan Fakultas Psikologi USD yaitu komunikasi dengan perspektif budaya. Oleh karena itu dalam perencanaan kuri ku-lum dan aktivitas lain diarahkan pada tujuan tersebut. Misalnya, ada mata kuliah berkaitan dengan komunikasi sekitar 12 sks, ada produk komunikasi, kajian/kritik komunikasi. Upaya

tersebut juga dilakukan melalui pengem bang-an laboratorium dan peningkatan produk pe-nelitian baik dosen dan mahasiswa. Hal ini akan dirancang supaya kekhasan ini dipersepsi sama baik dosen dan mahasiswa. Maka sangat diharap-kan masukan dari alumni, terutama berkaitan dengan rencana evaluasi kurikulum (yang akan berubah, hasil dari Kolokium Psikologi Indonesia 2008) sekaligus keterkaitan kurikulum S1 dan magister profesi, rencana pembukaan program magister profesi (sedang dalam proses).

Tentu aspek-aspek lain berkaitan dengan pengembangan pribadi tetap diperhatikan, misal nya masukan dari pertemuan alumni Fa-kultas Psikologi Desember 2007 tentang perlu-nya soft skill (awal April 2008, salah seorang alumni mengisi pelatihan persiapan masuk kerja) dan kemampuan berbahasa Inggris bagi para lulusan.

Beberapa informasi lain misalnya kerjasama yang sedang berlangsung antara Fakultas Psiko-logi USD dengan Holy Cross College, USA sejak tahun 2007 (Juli 2008, ada 3 dosen yang ikut workshop ke HCC), kerjasama dengan Kyoto

Aneka Info dari Fakultas Psikologi USD

Oleh: P. Eddy Suhartanto

Page 22: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

BERITA FAKULTAS

24 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

University (sedang dirintis/6-8 Juli 2008 ada pertemuan), studi dosen (tahun 2009 se- mua staf /23 dosen sudah minimal S2), bebe rapa mulai studi S3, kerjasama dengan KARINA dalam program DRR Gunung Merapi, diharapkan makin meningkatkan kualitas Fakul tas Psikologi. Makin disadari bahwa ber kembangnya Fakultas Psikologi dan juga sukses nya para alumni Psikologi tidak lepas dari peran serta/keterlibatan para alumni sekalian. Harapan kami adalah Ikatan Alumni Psikologi yang sudah terbentuk menjadi media

yang baik untuk komunikasi antar alumni dan fakultas, dan juga semakin banyak alumni yang aktif… semoga.

Masukan, kritik.atau komentar dapat di-sampaikan melalui milis yang sudah lama terjalin : [email protected] atau ke [email protected] atau [email protected], dimana informasi perkembangan psikologi, lowongan, perbincangan dapat ditemukan, harapannya makin banyak alumni yang terlibat.. Kami tunggu. Salam.

Orang disebut beruntung atau tidak berutung tergantung pada perbandingan antara

apa yang mereka peroleh dan apa yang mereka harapkan.(Samuel Butler)

Jangan terlalu banyak berpikir. Bertindaklah. Hidup ini eksperimen.

Makin sering bereksperimen makin baik.(RWE, 1803-1883, penulis esai/penyair)

Page 23: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

PROFIL KARYAWAN

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 25

Yanuarius Pargiyono, begitu nama lengkapnya. Karyawan yang terbilang “sangat senior” ini penampilannya tentu

sudah tak asing lagi bagi para alumnus Sanata Dharma, baik semasa masih berstatus IKIP hingga Universitas seperti sekarang. Pak Pargi, begitu beliau biasa disapa, dalam keseharian - nya di USD bisa kita temui di gedung Perpusta-kaan USD Mrican. Beristerikan Coleta Sumaryuti, Pak Pargi yang kelahiran Gunungkidul 12 April 1956, dikaruniai dua putra: Fabianus Yan Purnomo dan Y.B. Dwi Ariyono Wibowo, yang semuanya sudah rampung studi di perguruan tinggi.

Berikut ini petikan perbincangan KASADHAR dengan Pak Pargi di sela-sela kesibukannya bekerja melayani mahasiswa di perpustakaan.

Sejak kapan mulai bekerja di USD?Tanggal 1 Agustus 1983.

Awal mula bekerja di USD ? Sebelum bekerja di USD, saya dulu bekerja

di Pasturan Sanata Dharma bulan Maret 1974, pada saat itu Rektornya Romo Drost.

Suka duka bekerja di USD ? Tidak semua orang mempunyai kesempatan

bekerja di USD, kesejahteraan semakin baik dan bisa punya tempat/rumah sendiri biarpun melalui ngutang, dan dapat pen-siun, dukanya setelah purnakarya tidak ada restitusi.

Pengalaman yang paling berkesan ? Pada saat saya akan diangkat menjadi

pegawai tetap, saya dipanggil oleh Romo Rektor, saat itu Romo Danu. Romo bertanya pada saya, Mas Pargi apakah sungguh sudah senang bekerja di IKIP Sanata Dharma ? Jawaban saya, “sudah Romo” dan Romo Rektor berpesan,”kalau begitu bekerjalah

Pak Pargi :

“Pesan-pesandari Romo Danubanyak manfaatnya bagi saya sampai sekarang…”

Page 24: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

PROFIL KARYAWAN

26 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

seperti saat di Pasturan yang ngemong semuanya”. Ternyata pesan-pesan dari Romo Danu banyak manfaatnya bagi saya sampai sekarang.

Pekerjaan-pekerjaan di USD yang pernah ditangani apa saja Pak ? Pertama di bagian layanan Parkir, ngosek

WC atau rumah tangga, lalu ditugaskan di perpustakaan: bagian layanan sirkulasi, fotokopi dan loker.

Apa hikmah yang didapatkan dari berkarya di USD? Bisa mengembangkan diri dan dapat men-

jalankan pekerjaan yang dipercayakan dari pimpinan serta dapat bekerjasama dengan rekan kerja.

Pesan dan harapan bagi USD? Yang sudah baik mohon dipertahankan,

yang belum baik mohon diperbaiki.

Berceritalah, maka saya akan melupakannya; perlihatkanlah, maka saya akan mengingatnya; libatkanlah, maka saya akan memahaminya.

(Peribahasa Cina)

Persaingan bukan tujuan melainkan hasil samping dari pekerjaan produktif. Orang yang kreatif termotivasi oleh kehendak untuk berprestasi,

bukan oleh nafsu untuk mengalahkan orang lain.(Ayn Rand)

Page 25: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

SHARING

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 27

Rosabeth Moss Kanter (1997), seorang profesor dari Harvard, mengatakan bah wa agar dapat berkompetisi se ca-

ra efektif, perusahaan harus menarik (me-re krut), mempertahankan, memotivasi dan men dayagunakan orang-orang paling potensial yang bisa diperoleh. Persoalannya adalah sulit mem peroleh orang-orang yang potensial. Ke-sulit annya bukan untuk mendapatkan ca lon pekerja tetapi mendapatkan mereka yang me-menuhi syarat/kriteria perusahaan. Se cara umum persyaratan jabatan meliputi peng e tahu-an (knowledge), ketrampilan (skill) dan sikap (Attitude).

Walaupun pengetahuan dan ketrampilan memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan seseorang di pekerjaannya, namun belakangan diketahui keduanya bukan penentu keberhasilan. Sikap (attitude) dalam bekerja ternyata dianggap lebih menentukan. Penelitian dari David C.Mcleland (1973) menemukan bahwa kepandaian (intelligence) memang mem-pengaruhi kinerja, tetapi karakteristik pribadi lebih bisa membedakan antara yang berhasil dan yang tidak berhasil.

Kondisi pasar tenaga kerja

Para Manajer SDM mengeluh tidak men-dapat calon tenaga kerja yang dibutuhkannya. Sebagai contoh sebuah perusahaan media di Jakarta perlu menyeleksi sekitar 100 lamaran untuk bisa memperoleh satu orang calon warta-wan. Setelah mendapatkan kandidat potensial tidak berarti mereka siap kerja, perusahaan masih harus keluar biaya untuk mengadakan pelatihan sampai mereka mampu bekerja.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Antara lain karena adanya kesenjangan pada dunia pen-didikan dengan dunia kerja. Memang dunia pendidikan tidak mutlak harus menyesuaikan tujuannya untuk memenuhi pasar tenaga ker-ja karena memang juga ada tujuan-tujuan lain. Namun harapan bahwa dunia kerja dapat mem-peroleh tenaga kerjanya dari lulusan perguruan tinggi adalah juga harapan yang wajar.

Sebenarnya kesenjangan yang terjadi bukan semata karena kemampuan pengetahuan dan ketrampilan yang kurang memadai. Banyak tenaga kerja memiliki IPK di atas 3 (skala 4). Namun persoalannya mereka kurang me nam-

Dunia Kerja

Berpaling

pada KarakterOleh: A. Didiek Dwinarmiyadi

Page 26: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

SHARING

28 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

pakkan sikap (attitude) sebagai seorang sarjana yang memiliki kemampuan memadai.. Hal ini tampak dari jawaban-jawaban yang diberikan pada saat wawancara. Walaupun IPK tinggi, mereka tampak tidak menguasai bidang studinya sendiri (kadang dengan alasan lupa karena sudah lama). Mereka kadang kurang percaya diri, dorongan untuk berprestasi diragukan ka-rena tidak memahami keinginannya sendiri. Kemampuan berpikir analitis dan konseptual lemah. Ini tercermin dari tutur katanya waktu men jawab yang tidak runtut dan cenderung ti-dak fokus pada pertanyaannya.

Demikian pula kalau kita telusur kompetensi perilaku lainnya. Rata-rata mereka memiliki kelemahan yang sama. Apakah memang tidak ada harapan? Tentu saja harapan itu ada, tetapi para Manajer SDM harus bersusah payah untuk mengadakan seleksi dengan ratio 1 : 100 atau mungkin lebih.

Kontribusi Perguruan Tinggi

Banyak usaha telah dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi untuk meningkatkan mutu lulusannya agar terserap di pasaran tenaga kerja. Mulai dari peningkatan kualitas para staf pengajar/dosen sampai memperbaiki sistem pendidikan dengan program Link and Match telah dilakukan. Kalau sampai sekarang hasilnya belum memuaskan mungkin perlu dicari faktor-faktor lain yang mempengaruhi.

Faktor lain tersebut mungkin bisa disimak dari pendapat Rektor Universitas Sanata Dharma Paul Suparno di Buku Pendidikan Ma-nusia Indonesia. “Banyak dosen di FKIP atau universitas pendidikan yang bermutu dalam bidang keahlian mereka. Namun yang sering dikeluhkan para mahasiswa adalah sikap me-reka kepada mahasiswa yang masih sering tidak demokratis, kurang terbuka, dan kurang berdialog dengan mahasiswa”. Apakah sikap dosen ini ikut menyumbang pada mutu lulusan

yang lemah dalam kompetensi perilaku? Dugaan ke arah itu rasanya bisa dipahami namun untuk kebenarannya tentu saja perlu penelitian ter-sendiri.

Memang untuk masa sekarang ini, lulusan perguruan tinggi yang pandai dengan IPK tinggi saja rasanya tidak mencukupi. Perusahaan-perusahaan telah mulai mengidentifikasi bahwa karyawan yang berhasil bukan yang pandai tetapi justru yang memiliki karakter. Karakter atau watak yang kemudian didekati dengan istilah kompetensi perilaku (soft competencies) menjadi pertimbangan utama dalam menerima karyawan atau tenaga kerja. Untuk itu rasa-nya lembaga pendidikan tinggi juga perlu mem pertimbangkan dengan serius bila ingin lulusannya diserap dunia kerja. Sikap atau perilaku dosen yang otoriter, gila hormat, dan mengajar hal yang itu-itu saja perlu diperbaiki. Dosen perlu memberikan contoh sebagai pribadi yang memiliki integritas, membangun hubungan interpersonal yang baik, memiliki daya analisa dan konseptual tinggi, bisa mengembangkan dirinya sendiri maupun orang lain (mahasiswa). Perguruan tinggi perlu lebih memberi perhatian pada kompetensi perilaku mahasiswanya, selain tetap meningkatkan mutu pengajarannya.

Sebenarnya Universitas Sanata dharma (d/a IKIP Sanata Dharma) telah memiliki kualitas dosen yang bukan hanya pandai dan ber mutu tetapi juga bisa memberikan contoh keteladanan dalam hal-hal yang disebut di atas. Itulah sebabnya para lulusan yang menjadi guru tersebar di hampir sekolah-sekolah yang bermutu dan favoritdi negeri ini. Demikian pula lulusan yang bergerak di bidang lain memiliki karakter pribadi yang menonjol dan bisa diandalkan.

*) A. Didiek Dwinarmiyadi (alumni PBI, 1977)

Praktisi SDM, tinggal di Jakarta

Page 27: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

SHARING

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 29

Masih segar dalam ingatan saya ketika ber pamitan untuk kembali ke kampung halaman, sekitar bulan Juli 2007 di

ruang kerja Humas Universitas Sanata Dharma dalam suasana yang segar penuh keakraban – dengan sedikit nyek-nyekan tentu saja – Pak Tatang, almarhumah Bu Yanti (Selamat jalan Budhe…), Mbak Atiek, Mas Tjahjo, sempat bertanya “Bener nih sudah ikhlas ninggalin Humas? Nanti nggak ada jago promosi lagi lho…” Pertanyaan sederhana namun sangat berarti bagi saya, karena sungguh tidak menyangka berbekal hasil seleksi yang dilakukan bulan April 2004 oleh Pak Tatang dan Pak Ari Subagyo di ruang kerja Humas – saat itu masih di Kampus I – mengantarkan saya untuk betah mengabdi di Humas hingga Juli 2007.

Meskipun di benak saya sempat terpikir, wah nanti di kampung halaman di Balikpapan saya gak ada kesempatan untuk berpromosi lagi, namun tentu saja “di mana ada kemauan di situ ada jalan”. Dengan tekad tetap semangat untuk membantu almamater tercinta, saya tetap berusaha untuk mensosialisasikan USD di manapun berada.

Gayung pun bersambut, berbekal pengalam-an terdahulu yang pernah berkali-kali mewakili USD untuk promosi di daerah Balikpapan,

Samarinda, Bontang bahkan sempat mengikuti Expo Pendidikan “Ayo Belajar di Jogja” yang diselenggarakan oleh Diknas Pemprov DIY di kota minyak ini, saya masih mengantongi se-jumlah nomor telepon contact person Kepala Sekolah SMA-SMA yang menjadi target pro-mosi, suatu keharusan yang diberlakukan Pak Tatang (Kahumas) jika promosi ke daerah harus dan wajib meminta nomor telepon contact person di sekolah, sehingga proses promosi bisa ber kesinambungan.

Mulai meniti karir pada Divisi Corporate Customer Care Centre (C4) Telkom Divre VI yang berkedudukan di Balikpapan tidak menyurutkan semangat saya untuk mempromosikan USD. Memanfaatkan hari libur, anggap saja sekalian refreshing, saya menyambangi beberapa SMA di Balikpapan untuk survei sekaligus meminta ijin mengadakan presentasi di SMA-SMA ter-sebut. Ternyata pertemuan informal tersebut ditanggapi positif oleh mereka, saya pun kembali menghubungi Pak Tatang tentang rencana ini sembari meminta surat pengantar dari beliau untuk menggolkan acara presentasi tersebut.

Dari hasil lobi tersebut, tanggal 25-30 Nopember 2007 Tim Promosi Universitas Sanata Dharma yang saat itu diawaki oleh Pak Tatang dan Donny (mahasiswa Farmasi), diberikan

Alumni sebagai Agen PMBOleh: Rijal Fadilah, S.Si. *)

Page 28: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

SHARING

30 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

kesempatan untuk presentasi di seluruh kelas di SMAN 1, SMAN 4, SMAN 5, SMA Patra Dharma, SMA Kartika, SMA Katolik Yos Sudarso di Kota Balikpapan. Saya pun berhasil menghubungi rekan alumni Cicilia Eka (alumni psikologi) di Samarinda untuk melobi SMAN 1, SMA dan SMK Katolik Wr. Supratman. Tidak hanya sampai di situ, sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui, karena merasa senasib seperjuangan dengan tim promosi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, saya ajak mereka untuk presentasi bersama di sekolah-sekolah tersebut. Jadilah 2 sekawan, USD dan UAJY presentasi bersama di Balikpapan dan Samarinda.

Apakah hanya sekedar melobi untuk pre-sentasi? Tentu saja tidak, USD dan UAJY punya 2 jalur PMB yang sama yakni jalur prestasi dan jalur kerjasama. Saya pun menyediakan diri untuk melayani siswa-siswi SMA yang telah mengikuti presentasi tadi jika berminat bisa mendaftar langsung melalui saya, dengan menyediakan jalur telepon khusus 0542-5655999 untuk contact centre 24 jam PMB USD dan UAJY. Mengapa demikian?

Setidaknya bagi siswa-siswi yang berminat tidak perlu bersusah payah menghubungi ke Yogyakarta untuk mendapatkan informasi sekaligus mendaftar, waktu penyelenggaraan tes pun bisa dikompromikan dan fleksibel, de-ngan tujuan tidak mengganggu proses belajar mengajar di SMA siswa-siswi tersebut. Bahkan guru BK yang bertugas sebagai contact person di sekolah sangat terbantu dengan adanya perwakilan USD di Balikpapan, untuk menjawab kebutuhan informasi dari anak didiknya. Maklum, guru BK tidak hanya melayani USD saja, tapi perguruan tinggi lain seperti Universitas Tarumanegara, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Yogya-karta, Universitas Bina Nusantara, Universitas Islam Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, dan banyak universitas-universitas lain mengangkat

guru BK sebagai informan mereka untuk penerimaan mahasiswa baru. Tak ayal contact centre USD: 0542-5655999 sering dihubungi oleh guru-guru BK jika sewaktu-waktu meminta penyelenggaraan tes jalur kerjasama atau me-minta saya untuk mengambil formulir jalur prestasi di sekolah mereka.

Perangkat-perangkat pameran, mulai dari brosur, booklet, pamflet, spanduk, banner, for-mulir pendaftaran, hingga perangkat tes jalur kerjasama sudah ke sekian kalinya dikirimkan Mas Tjahjo, untuk menunjang kesuksesan promosi di Balikpapan. Awalnya hanya untuk lobi presentasi, berbuntut panjang hingga mengikuti pameran di SMAN 1 Samarinda, SMAN 5 Balikpapan, kemudian berkali-kali meng adakan tes jalur kerjasama di SMA-SMA tersebut. Bagaimana dengan biaya penye leng-garaan dan operasional? Tentu tidak menjadi kendala, karena Mbak Atiek bersedia ngantri di Bank untuk mengirimkan dana tersebut langsung ke rekening saya. Begitu pula tentang LPJ nya, sehari setelah pelaksanaan selesai saya selalu mengirimkan kembali LPJ beserta berkas-berkas yang perlu dikembalikan ke Kampus USD termasuk mentransfer uang pen-daftaran ke rekening USD, melalui Humas.

Menjadi agen PMB

Apa yang saya ceritakan di atas, sebenar-nya lebih kepada mengajak rekan-rekan alumni Universitas Sanata Dharma bersama-sama ber-gandeng tangan untuk turut mengem bang-kan kampus kita melalui jalur PMB. Mung kin saat ini kita belum bisa menyumbang se jum-lah dana untuk membangun auditorium me-gah di kampus, belum bisa menyisihkan se-bagi an penghasilan yang didapat untuk ikut berpartisipasi dalam Sanata Dharma Student Fund. Tapi kita punya kemampuan untuk ber-komunikasi dengan lingkungan kita sekarang untuk sekedar melakukan pendekatan personal

Page 29: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

SHARING

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 31

informal dengan dunia pendidikan di sekitar, mengenalkan kampus USD dan tidak menutup kemungkinan bisa melakukan promosi di seko-lah-sekolah tersebut, atau dengan kata lain alum-ni sebagai agen PMB di daerah. Tentunya dengan pemberdayaan alumni di daerah sebagai agen PMB, jalur penerimaan khususnya jalur prestasi dan jalur kerjasama bisa ditangani oleh alumni di daerah tersebut, yang tentu saja dari segi efisiensi biaya promosi bisa sedikit terbantu karena untuk melakukan tes jalur kerjasama di daerah tidak perlu mendatangkan tim dari Yogyakarta.

Patut diakui dan dibanggakan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, memiliki jaringan alumni yang kuat tersebar di seluruh pelosok negeri, bisa dibuktikan dengan banyaknya tenaga pengajar di sekolah-sekolah yang merupakan alumni dari USD. Ini adalah salah satu kekuatan kita. Namun menurut saya ada tantangan besar, yakni bagaimana kita membuktikan bahwa Universitas Sanata Dharma tidak identik dengan guru dan tenaga pengajar alumni FKIP saja. Tapi kita juga punya Farmasi, Psikologi, Sains dan Teknologi, Sastra, Ekonomi, serta Teologi. Yang tentu saja siap bersaing dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi lain.

Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, infor-masi terbaru untuk Penerimaan Maha siswa Baru tahun 2008 ini untuk di jalur prestasi terdata 2190 pendaftar, dengan jumlah yang diterima sebanyak 1798 sebagai calon mahasiswa. Untuk jalur kerjasama terdata 500 pendaftar, dengan jumlah yang diterima 317 sebagai calon mahasiswa. Saya berkeyakinan jika pemberdayaan alumni di daerah sebagai agen PMB dapat dilakukan secara optimal dan dengan pendampingan yang berkesinambungan dari Kampus, optimis angka di atas bisa terlampaui. Demikian pula kepada rekan-rekan alumni, banyak jalan untuk kembali mengabdikan diri kita ke Universitas Sanata Dharma yang kita cintai ini, sehingga kita tidak menjadi kacang yang lupa akan kulitnya. Salam hangat dari seberang….

*) alumni Program Studi Ilmu Komputer FMIPA USD Yogya, kini bekerja sebagai

Engineering On Site C4 Telkom dan Dosen Sekolah Tinggi Manajemen Informatika

Komputer (STMIK) STIKOM Balikpapan.

Nasib kita ditentukan oleh tindakan kita. Kita harus menemukan keunggulan diri,

bukan dengan duduk manis dan menunggu keunggulan itu datang sendiri.(Aung San Sun Kyi)

Page 30: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

SHARING

32 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

KULIAH di Perguruan Tinggi hingga kini masih dianggap menjadi jaminan bekal masa depan. Hampir setiap tahun ajaran

baru puluhan ribu calon mahasiswa berebut masuk ke Perguruan Tinggi baik swasta maupun negeri. Sayapun termasuk satu di antara sekian calon mahasiswa tersebut yang ikut berjuang masuk ke Perguruan Tinggi yang saya idamkan dan saya percaya bisa mengantarkan saya menjemput masa depan.

Mengapa saya berpikir dengan kuliah masih bisa dijadikan jaminan bekal masa depan? Pertama, gelar dan IPK selama ini menjadi per-syaratan dasar yang dijadikan kualifikasi awal dalam menyaring kandidat. Meskipun pada proses recruitment lebih ditekankan pada skill tetapi dengan memiliki persyaratan dasar ter-sebut kita sudah mendapatkan sebuah kunci yaitu kesempatan dan tinggal bagaimana ki-ta menggunakannya. Kedua, bangku kuliah

menyediakan materi dan ketrampilan dasar yang menjadi bekal akademik untuk diaplikasikan di dunia kerja. Ketiga, Perguruan Tinggi memberi-kan kesempatan bagi mahasiswa untuk me-ngem bangkan potensi diri di berbagai bidang seperti bidang kerohanian, kesenian, olah raga, dan sebagainya. Dengan fasilitas tersebut maka mahasiswa dapat mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya.

Maka selama kuliah di Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta saya berusaha untuk memberdayakan diri saya seoptimal mungkin yaitu dengan mencapai nilai IPK semaksimal mungkin, mengembangkan materi dan ketrampilan dasar seluas-luasnya, dan ikut kegiatan Paduan Suara Mahasiswa (PSM) “Cantus Firmus” untuk mewadahi hobi menyanyi saya.

Meskipun demikian saya juga tidak bisa memungkiri bahwa kuliah dan lulus dengan

Sepenggal Kisah Dunia Kuliah dan Dunia KerjakuOleh: Robertus Lilik Haryanto *)

Page 31: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

SHARING

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 33

nilai terpuji belum tentu mengantarkan ke masa depan yang baik. Akan tetapi kita bisa merancang masa depan sambil kuliah. Memang awalnya saya masih menganggap enteng kuliah, saya berorientasi pada bagaimana bisa mendapatkan nilai yang semaksimal mungkin dengan pengorbanan yang seminimal mungkin. Dan akhirnya, semester satu ditutup dengan Indeks Prestasi (IP) hanya dengan 2,7 saja.

Tetapi ketika semester demi semester ber-lalu, ada dorongan dari diri saya untuk bisa maju, berhubung saya memiliki ketertarikan akan dunia pemrograman yang banyak di-hindari oleh mahasiswa pada umumnya karena “njlimet”. Ketertarikan ini semakin meningkat disaat saya bisa mendapatkan nilai sempurna pada ujian mata kuliah pemrograman 1 de-ngan dosen pengajar Pak Puspaningtyas. Sejak saat itulah saya mulai menemukan semangat untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Saya berpikir bagaimana cara tepat untuk menyalurkan dan mengasahnya, maka ketika ada kesempatan untuk kerja part time di PT Inter Lintas Media (Rumahweb) sebagai programmer langsung saya terima. Sebenarnya banyak lapangan kerja part time di lingkungan kampus seperti jaga warnet, jaga rental CD, jaga taman bacaan sampai menjadi tukang foto kopi. Tetapi saya fokus pada tujuan awal saya bahwa saya kerja part time bukan untuk uang tetapi untuk bekal menuju masa depan. Memang waktu terkuras untuk bekerja tetapi saya tetap berusaha membagi waktu untuk belajar karena keduanya penting dan tidak bisa dikalahkan. Akhirnya dengan semangat dan perjuangan saya lulus tepat waktu dengan nilai yang cukup memuaskan.

KERJA di perusahaan besar dengan Job Description yang sesuai minat serta salary tinggi memang tidak mudah tetapi patut diper-juangkan. Sayapun harus melewati proses pan-jang untuk mencapainya. Seusai Yudisium saya mengundurkan diri dari kerja part time

kemudian ke Jakarta untuk bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang GPS (Global Positioning System). Menunjukkan etos kerja yang tinggi menjadi prioritas utama saya saat itu karena ini kali pertama saya benar-benar terjun di dunia kerja. Tetapi kebijakan dan peraturan perusahaan saat itu membuat saya merasa tidak leluasa dan tidak bisa berkembang, maka saya memutuskan untuk mengundurkan diri. Mengingat pada saat itu memasuki bulan Oktober, dimana pada bulan November saya harus mengikuti wisuda, saya mencoba untuk mencari kerja di Yogyakarta dan diterima di Ebolink, dengan Bu Shienny sebagai salah satu pimpinan di sana.

Belum genap satu bulan bekerja di Ebolink saya mendapat kesempatan untuk tes di PT Jatis Solutions Ecom, yang merupakan anak perusahaan PT Jati Piranti Solusindo (Jatis Solutions) yang memiliki klien perusahaan tele-komunikasi ternama, seperti Indosat dan XL. Melihat ini adalah kesempatan emas untuk maju maka saya berusaha untuk lulus. Akhirnya hari itu juga seorang leader memberi tahu bahwa saya lulus tes dan merekomendasikan saya dengan alasan beliau senang melihat cara saya memecahkan masalah meskipun hasil tes belum tentu tepat.

Di Jatis Solutions Ecom, saya banyak ber-kenalan dengan teman-teman satu bidang (Java). Bahkan saya sempat minder karena hampir 90% rekan kerja merupakan alumnus Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang merupakan universitas ternama di Indonesia. Tapi keadaan tersebut mendorong saya untuk menunjukkan bahwa alumnus USD (Universitas Saking Deso) bisa bersaing dengan mereka baik dari segi intelektual maupun mental.

Dunia kerja IT memang menuntut kita untuk terus belajar apalagi bila kita bekerja di perusahaan IT Consultant. Tetapi dengan fondasi kuat yang kita bangun saat kuliah,

Page 32: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

SHARING

34 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

kita akan lebih mudah menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.

Meskipun perjuangan saya sudah cukup mem buahkan hasil tetapi saya masih ingin terus belajar dan berkembang yaitu dengan mem berdayakan ilmu saya dengan menulis ar tikel (majalah InfoLinux, IlmuKomputer.com, Benpinter.net), aktif di Mailing List pe-mro graman, membuat website forum dis-kusi pemograman dan basis data (www.secangkirkopipanas.org), dan mengajar di Binus Center Kelapa Gading Jakarta. Memang waktu senggang saya berku rang tetapi perjuangan tersebut berbuah manis. Saya mendapat banyak relasi yang kemudian mengantar saya diundang menjadi pembicara seminar di salah universitas swasta di Yogyakarta, selain itu muncul banyak proyek di luar kantor yang saya terima, dan banyak mahasiswa yang minta bimbingan skripsi pada saya, walaupun saya bukanlah se-orang dosen.

Memang hal tersebut menggulirkan banyak nomimal pada saya, tetapi cita-cita saya lebih besar dari itu yaitu saya ingin bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Pada akhirnya, saya bangga bisa menjadi alumnus Universitas Sanata Dharma, khususnya Program Studi Teknik Informatika. Walaupun dibilang Kampus Mewah (Mepet Sawah), tapi saya bisa memberikan kontribusi di dunia tek-nologi informasi di Indonesia. Dari segi kuri -kulum saya lihat sangat up to date dan me nun-jang mahasiswa untuk terjun ke dunia kerja. Tetapi dari segi staf pengajar (dosen) me mang ada beberapa dosen yang kurang kom peten dengan materi dari kurikulum yang telah di-tentu kan. Hal ini mungkin bisa menjadi ba-han pertimbangan pihak prodi Teknik Infor-ma tika agar mengupayakan kurikulum dapat di hantarkan pada mahasiswa dengan baik. Terus kan perjuanganmu, Almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma.

*) Alumni Teknik Informatika USD

Perubahan terjadi bukan lantaran ada yang memiliki keinginan besar sedangkan yang lain tidak,

melainkan ada yang siap dan ada yang tidak siap untuk berubah.(James Gordon, M.D.)

Page 33: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

BERITA ALUMNI

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 35

Seorang teman memberi kaos oblong (t-shirt) dengan desain di dada bertuliskan “TRUST ME” dan di punggung bertuliskan

‘KALAU NIAT PASTI BISA!!!” Sebuah t-shirt dengan desain sederhana namun menciptakan motivasi luar biasa. Selama ini, jika hendak melakukan sesuatu, misalnya kumpul-kumpul (gathering) dengan teman-teman masa kuliah, pernyataan terdepan yang kita sampaikan adalah “Wah, saya tidak bisa. Saya harus begini… begitu….. dll.”

Ketidakbisaan itulah yang diabaikan oleh para alumnus Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) baru-baru ini ketika mereka berniat bertemu untuk melepaskan rasa kangen bertemu teman-teman lama dan baru (adik dan kakak kelas) yang selama ini berinteraksi lewat kecanggihan teknologi bernama mailing-list yang bernama mailing-list Revex2 dengan alamat http://groups.yahoo.com/group/revex2/

Sabtu yang cerah tanggal 7 Juni 2008 lalu mereka sepakat bertemu di Taman Pesona Amsterdam, Cibubur, Jakarta. Adalah keinginan dan niat yang besarlah yang bisa menyatukan para alumnus PBI ini. Di sana, mereka men-dendangkan lagu-lagu lama yang berjaya pada masa mereka kuliah, menari, berbagi, bagi-bagi door prize (sumbangan alumni juga), dan tentu saja memuaskan lapar dan dahaga serta ngobrol tentang kabar keluarga, menanyakan

kabar almamater sambil mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk membantu para mahasiswa lewat paguyubannya dengan program BOLSIUS STUDENT FUND, sebuah program beasiswa untuk mahasiswa yang kurang beruntung secara finansial namun berjaya di bidang akademik.

Tak ada lagi jarak usia yang membedakan mereka. Gathering berlangsung meriah dan semua pulang membawa buah tangan dan kenangan persahabatan yang indah.

Belajar dari sana, KEINGINAN dan KE-MAUAN menjadi faktor penting demi sebuah nostalgia. Alasan BISA atau TIDAK BISA haruslah dibuang demi mewujudkan “kegilaan” masa lalu. Segala suka-duka bersama kala mahasiswa ditambah romansa serta interaksi dengan sesama dosen dan karyawan bisa men-jadi momentum berkesan dalam menapaki usia ketika sudah tak lagi bersama seperti masa kuliah. Rasanya, bertemu sahabat lama (dan baru) – saat beranjak senja – menjadi kenikmatan tiada tara ketika kita ingin mengulang masa lalu di kampus tercinta, Sanata Dharma.

Jadi, mengapa kita tak menumbuhkan NIAT, KEINGINAN dan KEMAUAN bertemu sahabat lama sehingga reuni besar bisa terwujud dan bersama kita mengenang kegilaan masa lalu sambil memikirkan kemajuan Sanata Dharma???

(Singo, PBI angkatan 1985)

Ketika Berkumpul Menjadi Keinginan

Page 34: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

OPINI

36 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

Suatu malam, dalam sebuah percakapan, seorang teman pernah mengutarakan hasil perenungannya tentang “membaca

manusia” kepada saya. Dengan suara serak dan mata yang agak sayu, teman tadi berucap, “cobalah untuk memahami seorang manusia secara menyeluruh, dan kau akan memahami dunia!”.

Percakapan tersebut merupakan salah satu percakapan yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Bersama dengan teman tadi, saya pun mencoba untuk mendiskusikan lebih lanjut perihal “memahami manusia” dan “memahami dunia”. Apa sebenarnya yang ada di dalam “manusia” sehingga bahkan dunia pun dapat terbaca dari sana? Apa pula yang ada di dalam “dunia” yang mampu merasuk ke alam pikir – dan -tindak manusia? Bagaimana pula kedua hal tersebut dapat saling mempengaruhi?

Dan kami pun sepakat untuk tidak membahas masalah “akhirat” dalam pembicaraan tersebut.

***Dalam keadaannya yang serba pasca (pasca-

struktural, pascamodern, pascakolonial, dan “pascasila”), dunia mutakhir telah menjadi arena

persinggungan hal-hal yang seringkali saling “menipu”. Kerap kali kita merasa kesulitan untuk membaca motif orang melakukan se suatu. Semakin banyak orang yang pintar menyamar-kan motif aslinya demi tujuan tertentu. Buku yang dibaca, program televisi yang ditonton, gaya bahasa yang digunakan, bahkan sampai jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, mungkin dulu dapat dengan gamblang kita gunakan sebagai alat membaca karakter manusia – dan dari sudut pandang itulah terbaca motif-motif pribadi atau kolektif yang muncul.

Namun, sudut pandang itu menjadi salah kaprah jika digunakan untuk mencari kebenaran atas sebuah “fakta” (baca: pembacaan karakter manusia). Sebuah perspektif atau lebih hanya dapat dipakai untuk merumuskan sebuah penafsiran saja. Ya, hanya berhenti pada sebuah penafsiran. Mengapa? Karena adalah terlalu berani dan ceroboh namanya kalau mengklaim kebenaran sebuah fakta dengan mengandalkan bermacam-macam sudut pandang sekalipun. Apalagi, jika “hal” yang dibaca adalah manusia, sebuah subjek pembahasan yang teramat jauh dari atribut pasti dan, seperti kata Pramoedya, ”tak pernah habis dikupas sampai kemput.”

Membaca ManusiaMembaca “Dunia”

Oleh: Wahyu Adi Putra Ginting *)

Page 35: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

OPINI

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 37

Membaca manusia sama dengan mem baca secara kualitatif dan transformatif. Orang-orang menyebutnya “Hermeneutika”. Membaca manusia dari satu bingkai kejadian saja adalah tidak adil. Membaca manusia hendaknya dilaku-kan dengan sabar, menelusuri benang merah dari bingkai-bingkai kejadian yang pernah terjadi, atau dilakukan, dan menarik bingkai tersebut ke sebuah ruang kosmik yang lebih besar – sebuah sistem kehidupan yang menentukan irama terpahatnya bingkai rupa karakter manusia se-karang -- untuk membaca materi-materi yang mempengaruhi apa yang dilakukan.

Dulu kaum Traditional Theories Barat, melalui konsep “absolute idea”, bisa berkata, “manusia membentuk bahasa.” Bolehlah diterima akal kalau kita melihat bagaimana cara kitab suci menggambarkan Adam menamai tanaman dan binatang. Akan berbeda jika kita melihat keadaan sekarang: orang telah berkesimpulan bahwa “bahasalah yang membentuk manusia”, seperti konsep yang diutarakan oleh para tokoh pascastrukturalis (Lacan salah satunya), karena kita berangkat memahami gejala dari sebuah titik waktu relevan dan mutakhir, bukan dari titik alpha kehidupan yang entah itu.

Dulu kita bisa berkata, “manusia (individu) membentuk masyarakatnya.” Bisa juga diterima akal. Namun, kita juga seharusnya sadar bahwa “masyarakat (juga) membentuk manusia.” Hollywood telah dipandang sebagai sebuah cultur(e)al center, tempat hegemoni konsep “budaya” berkedudukan dan dipasarkan. MTv telah menjadi titik tolak penampilan anak-nongkrong saat ini, dan membentuk generasinya sendiri. Bahkan berbagai hand-and-body lotion, pemutih kulit itu, telah berhasil mengubah konsep kulit wanita Jawa yang tadinya kuning-langsat menjadi putih-langsat (saya pun tak sanggup membayangkan seperti apa putih-langsat itu). Mengapa berhasil? Karena banyak yang percaya! Mengapa banyak yang percaya? Karena manusia secara bertubi-tubi dicekoki dengan konsep tersebut.

Dalam hal ini, kita bisa mengerti bahwa perspektif yang digunakan manusia dalam me-mandang sesuatu dikonstruksi oleh penge-tahuan-pengetahuan yang didapat manusia ter-sebut dari sebuah unit global bernama “dunia”. Zaman sekarang adalah zaman tanda – zaman semiotika. Seiring dengan itu, pencarian akan pengetahuan disertai oleh perkembangan media sebagai wadah “menimba ilmu”. Dalam media (sumur ilmu) inilah bertaburan tanda-tanda dengan usungan motifnya masing-masing. Dan pembaca (penimba ilmu) harus pintar-pintar mengenali motif-motif tersebut. Kehadiran media, sekarang ini, menjadi satu hal yang indah sekaligus rancu.

Kembali saya teringat tentang “motif”. Semua media adalah alat propaganda motif-motif. Saya ambil media massa sebagai satu contoh. Chomsky, dalam bukunya Media Control: The Spectacular Achievements of Propaganda (1997), dengan jelas menggambarkan bagaimana Pemerintah Amerika Serikat, pada masa PD I, melalui otak intelektual membuat mual John Dewey, mengubah massa anti perang menjadi massa haus-perang hanya dengan menunggangi media massa sebagai alat penyampaian pro-pa ganda. “Fakta-fakta” tentang “kekejaman” pe rang dimunculkan untuk memperkuat pro-paganda itu, untuk membuatnya seakan-akan logis dan empiris, meyakinkan massa bahwa keikutsertaan AS dalam PD I adalah sebuah tanggungjawab “kemanusiaan” untuk me-nge nyahkan si Jahat. Para intelektual dipakai jasanya untuk mengerahkan kemampuan rasio-nalisasi mereka agar menjadikan kampanye tersebut sahih di mata publik. “Fakta” dan “inte-lektualitas-kemanusiaan” tersebut di lempar -kan ke masyarakat melalui media mas sa. Dan publik gagal membaca motif dasar pro paganda tersebut, yaitu agar AS bisa terjun ke kancah PD I dengan misi perluasan kekuasaan ekonomi, karena dibungkus dengan moral-he roisme yang mempesona dan disuntikkan secara terus menerus secara ambisius.

Page 36: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

OPINI

38 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

Lalu, bagaimana menarik titik belajar yang bisa didapat dari gejala di atas? Apakah manusia benar-benar sudah kehilangan kuasanya untuk menentukan pahatan karakter individualnya? Apakah manusia sudah kehilangan nilai tawar di hadapan sebuah supra-struktur yang begi-tu meng hegemoni pembentukan individu- in di vidu? Tentu jawabannya adalah sebuah “Tidak!”

Bagaimanapun juga, kemenangan harus berada di pihak ras manusia. Untuk dapat menjadi kritis dalam membangun karakter pribadi, manusia harus memiliki kemampuan membaca dan menalar yang kuat. “Dunia”, yang merasuki insan ”manusia” dengan beribu-ragam sudut pandang, gejala, doktrin, ideal-isme, “fakta”, dan tafsir-fakta, tentunya akan menjadi peluru-tanpa-sasaran jika tidak me-miliki ”manusia” sebagai tempat rasukannya. Di sinilah letak posisi tawar manusia terhadap supra-struktur bernama “dunia”.

Tak bisa diingkari “manusia” dan “dunia” saling merasuki. Bahkan dalam dunia eksakta sekalipun, dalam kasus ilmu Fisika Modern, konsep rasuk-merasuki ini juga terjadi. Fritjof Capra, dalam bukunya The Uncommon Wisdom, mengutip bahwa fisikawan modern mengalami sebuah peristiwa metafisika ketika ia mendapatkan dirinya merasuk sekaligus di-rasuki oleh objek (subjek?) penelitiannya itu. Maka dari itu, “manusia” memiliki porsi tawar yang sama-sama kuat dengan “dunia” karena keduanya saling menentukan makna dari keduanya.

Kemampuan analisis yang kritis akan dapat membuat manusia mengenali motif dari sebuah ilmu, atau pemikiran, yang hadir dalam “dunia”.

Memang benar bahwa karakter manusia itu dikonstruksi oleh gejala-gejala yang terbang simpang-siur dalam ruang kosmik tempat manusia itu tinggal, sama seperti perkataan teman saya, yang menjadi pembuka tulisan ini. Namun, pengertian “memahami secara menyeluruh” tidak diterapkan untuk membaca orang lain semata. Alangkah baiknya jika konsep membaca kritis itu diterapkan pada diri si pembaca itu sendiri, yang merupakan bagian dari bentuk “menyeluruh” tadi. Akhirnya, seseorang, ketika telah berhasil membaca motif-motif dalam dirinya, akan menjadi karakter manusia yang kritis secara lengkap. Dan membaca diri sendiri bukanlah hal mudah. Pada hemat saya, jawaban untuk semuanya menuju pada satu titik pemikiran yang ternyata sangat manusiawi: keterbukaan dan kejujuran. Orang harus terbuka pada interpretasi. Kemudian, orang harus jujur dalam mengkritisi dirinya sendiri. Orang harus punya sikap dalam menolak atau menerima sebuah pemikiran tertentu, begitu juga dalam menghargai perbedaan pola-pikir dan idealisme. “Dunia” akan menjadi pembentuk mutlak karakter ketika “manusia” enggan membaca tanda-tanda, dan tentunya bukan keengganan macam itu yang kita harapkan.

Lalu, marilah kita sama-sama membayang-kan seluruh Indonesia berhasil dengan kritis membaca dirinya dan motif-motif yang melatar-belakangi setiap tindak-tanduknya itu.

Klaten, 1 Juni 2008Terima kasih buat kawan Wahmuji atas

masukan kritisnya

*) Alumni Sastra Inggris USD

Page 37: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

OPINI

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 39

Pengantar

Bagi sebagian besar orang yang sudah ber-anjak dewasa, bahkan melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang berkesan dalam hidup mereka. Sebaik atau seburuk apa pun saat itu, kenangan saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah dilupakan.

Dalam masa remaja inilah terkadang mereka mengalami benturan dengan orang tua mereka. Sebagian orang tua ada yang menganggap anak remajanya masih perlu dilindungi dengan ketat. Karena menurut pandangan orang tua, remaja masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya bagi para remaja, tuntutan internal mereka membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh orang tua.

Sebetulnya apa yang terjadi sehingga remaja merasa memiliki dunia tersendiri? Mengapa remaja sering merasa tidak dimengerti dan tidak diterima oleh lingkungan sekitarnya? Dan mengapa remaja seolah-olah memiliki masalah unik dan tidak mudah dipahami?

Remaja dan Masanya

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya sering tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja. Hal ini karena usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15 –18), kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas. Namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap meng-hadapi dunia orang dewasa.

Definisi yang dirumuskan oleh WHO me-ngenai remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan saat:

(a) individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda sek-sual sekundernya sampai ia mencapai ke-matangan seksualnya.

(b) individu mengalami perkembangan psiko-logi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menuju dewasa.

Mengenal Karakteristik Remaja Usia Sekolah Menengah Oleh: Thomas Buntoro S.Pd

Page 38: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

OPINI

40 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

(c) terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Definisi lain mengenai remaja dapat ditinjau menurut hukum. Dalam hubungan dengan hu kum, tampaknya hanya undang-undang perkawinan saja yang mengenal konsep remaja walaupun tidak secara terbuka. Usia minimal untuk suatu perkawinan menurut undang-undang adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (diatur dalam pasal 17 undang-undang no.1/1974 tentang perkawinan).

Mengenai rentangan usia dalam masa remaja ada beberapa pendapat walaupun tidak terjadi pertentangan. Menurut Hurlock rentangan usia remaja awal 13 atau 14 – 17 tahun dan remaja akhir 17 – 21 tahun.

WHO menetapkan batas usia 19 – 20 tahun sebagai batasan usia remaja. WHO membagi kurun usia remaja dalam dua (2) bagian yaitu remaja awal 10 –14 tahun dan remaja akhir 15 – 20 tahun.

Mengingat masa remaja sangat dipengaruhi oleh perbedaan perseorangan, penentuan usia saja belum cukup untuk mengetahui apakah suatu tahap perkembangan baru, telah atau belum dimulai. Diketahui bahwa remaja berada pada batas peralihan kehidupan dari anak-anak menjadi dewasa. Dari fisiknya sudah tampak dewasa, tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa, ia akan mengalami kegagalan dalam menunjukkan kedewasaannya.

Ciri – Ciri Remaja

Secara umum pada remaja sering terlihat adanya ciri-ciri sebagai berikut:

(a) kegelisahan yang menguasai dirinya.(b) pertentangan yang terjadi dalam diri mereka

juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

(c) keinginan untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya.

(d) keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas seperti melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan kepemudaan seperti pra-muka, karang taruna.

(e) suka mengkhayal atau berfantasi.(f) suka akan aktivitas kelompok.

Tugas Perkembangan Remaja

Sebagai seorang remaja kiranya perlu untuk mengenal atau menyadari tugas-tugas perkembangannya sebagai remaja. Menurut definisinya, tugas perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosio-psikologis manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang jauh lebih luas dan kompleks. Proses tersebut merupakan tugas-tugas perkembangan fisik dan psikis yang harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu.

Havighurst menjelaskan bahwa tugas per -kembangan individu (baca: remaja) perlu dikait-kan dengan fungsi belajar. Alasannya adalah pada hakikatnya perkembangan ke hidupan ma nusia dipandang sebagai upaya mempelajari nilai dan norma kehidupan sosial budaya agar mampu melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan nyata di masyarakatnya.

Oleh karena itu, jenis tugas perkembang-an remaja itu mencakup segala persiapan diri untuk memasuki jenjang waktu yang intinya bertolak dari tugas perkembangan fisik dan tugas perkembangan sosio-psikologis. Havighurst mengemukakan sepuluh (10) jenis tugas perkembangan remaja yaitu:

(1) mencapai hubungan pertemanan dengan lawan jenisnya secara lebih matang.

(2) mencapai peran seks yang diterima secara sosial.

(3) menerima keadaan fisiknya dan meng guna-kannya secara efektif.

(4) mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa.

Page 39: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

OPINI

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 41

(5) mencapai kebebasan ekonomi.(6) memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan.(7) menyiapkan perkawinan dan kehidupan

ber keluarga.(8) mengembangkan ketrampilan dan konsep

intelektual yang perlu bagi warga negara yang berkompeten.

(9) menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara moral dan sosial.

(10)memahami suatu perangkat tata nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku.

Tugas-tugas perkembangan tersebut pada dasarnya tidak dapat dipisahkan karena remaja adalah pribadi yang utuh secara individual dan sosial.

Dimensi Perubahan pada Remaja

Bila kita mencermati secara jelas, memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan. Namun sering perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Satu sisi yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi ke-hidupan dalam diri mereka.

Untuk memahami remaja, perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut:

Dimensi BiologisPada saat seorang anak memasuki pubertas

ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk bereproduksi.

Dimensi KognitifPerkembangan kognitif remaja dalam pan-

dangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan

kognitif) merupakan suatu periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal. Pada periode ini idealnya remaja su-dah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para re-maja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.

Dimensi MoralKemampuan berpikir dalam dimensi

moral pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan atau ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan ‘kenyataan’ yang baru.

Perubahan inilah yang sering mendasari sikap ‘pemberontakan’ remaja terhadap peratur-an atau otoritas yang sebelumnya diterima bulat-bulat. Misalnya jika sejak kecil seorang anak diterapkan sebuah nilai moral bahwa korupsi itu tidak baik, pada masa remaja dia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur.

Maka dari itu untuk membantu remaja dalam menyadari kembali soal penanaman moral dan etika, perlu melibatkan peranan orangtua atau pendidik dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh mereka.

Dimensi PsikologisMasa remaja merupakan masa yang penuh

gejolak. Pada masa ini, mood (baca: suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood yang drastis ini biasanya bisa dikarenakan oleh beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meskipun mood remaja mudah berubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

Page 40: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

OPINI

42 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

Dalam hal kesadaran diri, remaja meng alami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self–awareness). Maka tidak salah bila dalam masa seperti ini remaja kerap mempertanyakan “Siapakah Aku?” (Who Am I?). pertanyaan seperti sah dan wajar karena pada masa ini kesadaran diri remaja mulai berkembang dan mengalami banyak perubahan.

Penutup

Menyadari bahwa usia remaja merupakan masa di mana remaja mencari “jati dirinya”, maka sudah sepatutnyalah kepada mereka di-beri kesempatan untuk mengeksporasi di-ri secara utuh dan benar. Namun tak bisa

di pungkiri dalam pencarian “jati dirinya”, me-reka masih memerlukan pendampingan dan perhatian dari semua pihak terutama orang tua di rumah dan pendidik (baca: guru) di sekolah. Dengan demikian akan terciptalah suasana yang mendukung baik siswa sebagai remaja dan guru/orang tua sebagai orang dewasa. Adanya komunikasi, perhatian dan dukungan dari semua pihak akan membantu siswa pada masa remajanya untuk mengenali diri mereka secara utuh dan seimbang.

*) Thomas Buntoro, S.PdAlumni FKIP-BK USD

Konselor SMA Regina Pacis (Ursulin) Surakarta

Jika dalam melakukan segala sesuatu Anda sungguh-sungguh memegang prinsip “dengan sepenuh hati”,

niscaya Anda dapat mengerjakan hal-hal yang luar biasa.(Norman Vincent Peale)

Lakukanlah apa yang takut Anda lakukan, maka rasa takut itu akan hilang.

(Ralp Waldo Emersor)

Page 41: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

RESENSI BUKU

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 43

Pada 16 Nopember 2000 dilakukan peng-galian kuburan massal dihutan Situkup, Dempes, Kaliworo, Wonosobo. Ketika

tulang-tulang korban pembantaian 1965 ini hendak dimakamkan kembali di daerah Temanggung sebagai tanah kelahiran para korban, warga setempat menolak mereka.

Sungguh tragis dan memilukan. Dalam se-jarah buatan penguasa, mereka hampir tak pernah disebut-sebut. Kebanyakan sejarahwan pun kurang menaruh perhatian pada kisah mereka. Dalam kebanyakan tuturan sejarah, pembantaian itu meletus tiba-tiba dan kemudian selesai, bagaikan badai tropis yang mendadak datang dan berlalu tanpa bekas.

MenyelusuriLorong Gelap Sejarah Bangsa

Kita tidak boleh lupa. Ada setengah juta manusia, saudara kita sebangsa, yang dilenyap-kan pada periode 1965-1968 dari muka bumi Indonesia. Ini pembantaian terbesar pada Abad 20. Dari sini kita dapat bertanya: Siapakah mereka? Siapa yang membantai? Bagaimana mereka dibantai? Mengapa mereka dibantai? Pertanyaan-pertanyaan itu menyeret kita ke lorong gelap sejarah bangsa ini, sejarah yang bahkan terlalu pekat dan berbahaya untuk dimasuki para sejarahwan profesional.

Membaca buku ini, kita dibantu memasuki lorong gelap tersebut.

Sekurang-kurangnya kita mampu menemu-kan peta atau sketsa pembantaianpasca G30S.

Judul Buku : Menyeberangi Sungai Air Mata, Kisah Tragis Tapol ’65 dan Upaya rekonsiliasiPengarang : A. SumarwanPenerbit : Kanisius, YogjakartaTahun Terbit : 2007Tebal : 408 halaman

Page 42: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

RESENSI BUKU

44 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

Dengan begitu kita tidak mengulangi kembali tindakan yang sungguh melawan kemanusiaan dan siksa yang tiada tara.

Kisah para mantan tapol ’65 sebagaimana tersaji secara apik dalam buku ini, memberi gambaran hidup mengenai sejarah yang sebe-narnya terjadi. Sejarah yang mengisahkan bagaimana satu setengah juta laki-laki dan perempuan ditangkap, diperiksa, disiksa, dipenjara, diasingkan dan kembali ke masyarakat sambil menanggung stigma. Mereka adalah beberapa korban yang selamat dan sedang berjuang merebut kembali kisah hidup yang sempat dirampas, dibungkam dan dicabik-cabik oleh penguasa masa itu.

Siapa yang berkisah dalam buku ini? Sebut saja namanya: Sumarmiyati, Tin Wartinah, Surati yang salah ciduk, Cokrowiyono si kepala dusun, Ibnu

Ruslan ilmuwan yang tergilas dan semua orang yang hidupnya pernah dalam satu titik aliran sungai air mata sejarah. Mereka semua mengalami kekejaman dan penyiksaan oleh ketidakadilan rezim dengan tuduhan politis yang tak manusiawi. Mereka tidak bisa melawan dan harus berhadapan dengan peristiwa yang sedikit pun tidak mereka kehendaki dan bayangkan akan pernah terjadi padanya.

Para mantan tapol ’65, yang memberi kesaksian dalam buku ini adalah orang-orang yang memiliki semangat dan kepribadian kuat. Mereka berani dan tangguh mengalami penderitaan selama menjalani masa tahanan. Banyak yang meninggal selama masa tahanan, selain tentu yang secara sengaja dimusnahkan.

Romo Sindhunata, ketika masih menjadi wartawan muda pernah mengunjungi para tapol di Pulau Buru, menangkap semangat itu dan menuliskan dengan amat indah, yang dikutif kembali dalam buku ini: “Jatuh delapan kali, bangun sembilan kali!” Tuhan, bahwa aku jatuh, itu adalah biasa. Tetapi bahwa aku bisa bangun dari kejatuhanku, itu yang luar biasa. Dan

itu hanya terjadi karena rahmat-Mu. Seperti manusia lain, para tapol mudah jatuh, apalagi kondisi tahanan yang jauh dari manusiawi. Tetapi mereka bisa bangun kembali. Ia tak pernah menyerah karena kelemahannya. Ia lebih yakin akan harapannya, yang digantungkan pada Tuhan. Ketahanan hidup para mantan tapol menjadi cermin bagi harapan yang tak pernah menyerah kalah. (hal 197).

Buku ini adalah buah perjumpaan yang dimungkinkan oleh sebuah mata kuliah. Perjumpaan A. Sumarwan, penulis buku ini dengan para mantan tapol ’65 dan mata kuliah Teologi Rekonsiliasi Sosial. Dibantu oleh enam rekannya, sebagai anggota kelompok dalam studi proyek tersebut, menghasilkan kisah-kisah penderitaan para korban mantan tapol ’65 yang terlalu miris untuk dilupakan. Perjuangan mereka untuk bertahan hidup terlalu berharga untuk tidak dikisahkan. Harapan mereka akan rekonsiliasi bangsa terlalu mulia untuk tidak didukung dan diwartakan.

Semangat itulah yang membuat penulis mengolah kembali perjumpaan itu, menuliskan dan merefleksikan serta melengkapi dengan begitu banyak buku dan dokumen mengenai tragika tersebut.

Kisah para korban dan refleksi yang begitu mendalam, menjadi undangan untuk memasuki ladang luas persoalan bangsa yang perlu terus diolah, dipikirkan dan diekspresikan. Harapannya karya ini juga menjadi bagian dari upaya spiritual untuk mewujudkan rekonsiliasi bangsa. Walaupun secara faktual usaha itu sudah kandas dengan dibatalkannya Undang-Undang

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (UU KKR) oleh Makamah Konstitusi pada 7 Desember 2006.

Kita semua prihatin atas pelanggaran HAM yang terjadi selama ini. Nampaknya upaya yang berkaitan dengan rekonsiliasi, kebenaran di Republik ini bagaikan mimpi di siang bolong. Rekonsiliasi merupakan gagasan yang terpuji

Page 43: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

RESENSI BUKU

Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008 45

dan suci, namun hanya mimpi. Sebagai bangsa yang besar dan bermartabat mestinya mau mengakui kesalahan masa lalu yang dilakukan oleh rezim yang berkuasa dan memberi kom-pensasi yang sungguh manusiawi sepadan de-ngan penderitaan para korban yang sungguh me lawan kemanusiaan dan Pencipta Kehidup-an ini. Indonesia harus bangun dari amnesia sejarah.

Pakar sejarah dari Universitas Sanata Dharma Dr. Baskara T. Wardaya, meng umpa-makan masyarakat yang menderita am nesia sejarah itu seperti orang yang sedang bepergian tetapi tidak tahu dari mana ia berangkat, bahkan lupa mau ke mana atau untuk apa. Akibat nya orang itu mengalami disorientasi alias bingung. Kalau yang bingung hanya satu dua orang mungkin tidak apa-apa. Namun bagaimana kalau yang bingung itu dua ratus juta orang? Pasti akan banyak yang bertubrukan. Baginya konflik-konflik sosial yang merebak beberapa tahun terakhir ini salah satu pe-nyebabnya adalah amnesia sejarah tersebut. Karena itu menurutnya, kita harus bersama-

sama melawan lupa terhadap kebenaran sejarah. Caranya? Sebanyak mungkin belajar sejarah yang benar.

Di tengah pesimisme upaya rekonsiliasi, buku ini sekurang-kurangnya dapat menyegar-kan ingatan kita kembali akan peristiwa yang terjadi di masa silam. Semoga jeritan para korban yang memilukan di barak-barak tahanan, dan ratusan ribu tulang-belulang yang berserakan di seluruh bumi negeri ini, mengetuk nurani kita semua sebagai bangsa untuk peduli pada saudara kita yang teraniaya di masa silam.

Di samping upaya melawan lupa kebenar an sejarah, buku ini juga mengajarkan kita se mua untuk belajar beriman kepada Sang Penye leng-gara Hidup ini. Dari kisah para mantan tapol’65 kita dapat belajar berpasrah dan ren dah hati di hadapan Allah. Belajar berharap dan percaya pada-Nya, mesti harus berhadapan dengan pen-deritaan dan kejahatan.

*) D. Pujiyono Guru SMA Kolese De Britto,

Alumni STFK “Pradnyawidya”.

Kemiskinan “yang sebenarnya” tidak datang dari Tuhan. Manusialah yang “memintanya”.

(Peribahasa Persia)

Orang yang berhasil memindahkan gunung memulainya dengan mengambil lebih dulu batu-batu kecil.

(Anonim)

Page 44: Kasadhar, Edisi Tahun 2008

46 Kasadhar • No. 7/Th. VII/Juli 2008

FOKUSAktivitas USD dalam Gambar

Begitu banyak aktivitas terjadi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam rentang waktu hingga Agustus 2008 ini. Kasadhar mencoba merangkum aktivitas tersebut dalam foto-foto di bawah ini.