karya ilmiah
-
Upload
anak-wayang -
Category
Documents
-
view
148 -
download
8
description
Transcript of karya ilmiah
BAB I
STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN
I. Strategi Pembelajaran
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip
pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya
masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan
ke dalam dua bagian pula, yaitu:
1. Exposition-discovery learning
2. Group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi
merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way
in achieving something” (Wina Senjaya, 2008).
A. Jenis Strategi Pembelajaran
Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan dengan
kemampuan pengawas dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan guru
untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah/satuan pendidikan.
Secara spesifik pengawas satuan pendidikan harus memiliki kemampuan untuk
membantu guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran, serta dapat memilih
strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan
dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan,
method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R.
David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan
pembelajaran. Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang
diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang
kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan
keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam
mencapai tujuannya itu, seorang pelatih akan tim basket akan menentukan strategi yang
dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang
guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan
suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Kemp (1995). Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan
secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang
instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis
strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: (a) strategi pengorganisasian
pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan
pembelajaran.
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi isi
pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat
urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan. Strategi
pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan
strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi
pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi
makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang
melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat
sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan. Pemilihan isi
berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan
konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu
pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan.
Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembauatn rangkuman
mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang
konsepnserta kaitan yang sudah diajarkan.
2. Strategi Penyampaian Pembelajaran.
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variable metode
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran
adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan
informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja.
3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang
berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel
metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan
selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting variabel
strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa,
dan motivasi.
B. Beberapa Istilah dalam Strategi Pembelajaran
Beberapa istilah yang hampir sama dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik
atau taktik dalam pembelajaran.
1. Metode
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi
menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode
adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian
suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
2. Pendekatan (Approach)
Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat
bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya,
mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat
pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa
(student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan
strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi
pembelajaran induktif.
3. Teknik
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar metode
ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan
proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah
pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan
berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.
4. Taktik
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode
tertentu. Taktik sifatnya lebih individual, walaupun dua orang samasama menggunakan
metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan
melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau
menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu strategi pembelajaran yang
diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan
bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran.
Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang
dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki
taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
C. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal: (1) menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar; (2) menentukan pilihan
berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur,
metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan
belajar mengajar. Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan
belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Menurut Newman dan Mogan strategi dasar setiap usaha meliputi empat
masalah masing-masing adalah sebagai berikut.
1. Pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang harus
dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi
masyarakat yang memerlukannya.
2. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai
sasaran.
3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai
akhir.
4. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan
untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.
Kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut bisa
diterjemahkan menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang diharapkan; (2) memilih sistem
pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat;
(3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam
menunaikan kegiatan mengajarnya; dan (4) menetapkan norma-norma dan batas
minimal
keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman
oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya
akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan system instruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat
penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar supaya sesuai dengan yang diharapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang diinginkan
sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus
dijadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan
secara jelas dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Perubahan
perilaku dan kepribadian yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu
kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misalnya dari tidak bisa membaca berubah
menjadi dapat membaca. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas,
berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti. Lebih jauh suatu
usaha atau kegiatan yang tidak punya arah atau tujuan pasti, dapat menyebabkan
terjadinya penyimpangan- penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat
dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang suatu persoalan,
konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalammemecahkan suatu kasus
akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan
pendekatan berbeda, akan menghasilkan kesimpulan- kesimpulan yang tidak sama.
Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil, dan sebagainya akan melahirkan
kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara
pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pengertian-pengertian, konsep,
dan teori ekonomi tentang baik, benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau
adil menurut pengertian konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang
dikatakan baik, benar atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena
pengertian, konsep, dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda
dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara
pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi
siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan
masalah, berbeda dengan cara atau supaya murid- murid terdorong dan mampu berfikir
bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu
dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan menggunakan teknik
penyajian yang sama.
Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru
mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana
keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui
keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar
mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi
dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk
kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai
murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya
mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan,
hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga, keterampilan dan sebagainya atau
dilihat dan berbagai aspek.
Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh antara
dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bisa dipisahkan.
E. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu
bertahap dan berjenjang, mulai dari yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan
pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional,
sampai pada tujuan yang bersifat universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik
TahapPrainstruksional
Tahap Penilaian danTindak Lanjut
TahapInstruksional
mengenai sasaran akhir kegiatan belajar mengajar akan mempengaruhi persepsi
mereka terhadap sasaran antara serta sasaran kegiatan. Sasaran itu harus
diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan.
Belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional mengacu kepada pengertian
sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Sebagai suatu sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain
tujuan pelajaran, bahan ajar, siswa yang menerima pelayanan belajar, guru, metode dan
pendekatan, situasi, dan evaluasi kemajuan belajar. Agar tujuan itu dapat tercapai,
semua komponen yang ada harus diorganisasikan dengan baik sehingga sesama
komponen itu terjadi kerjasama.
Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar,
pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk
itu wajar bila guru memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti: (1)
kecerdasan dan bakat khusus, (2) prestasi sejak permulaan sekolah, (3) perkembangan
jasmani dan kesehatan, (4) kecenderungan emosi dan karakternya, (5) sikap dan minat
belajar, (6) cita-cita, (7) kebiasaan belajar dan bekerja, (8) hobi dan penggunaan waktu
senggang, (9) hubungan sosial di sekolah dan di rumah, (10) latar belakang keluarga,
(11) lingkungan tempat tinggal, dan (12) sifat-sifat khusus dan kesulitan belajar anak
didik. Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi, selain itu
guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada
kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait.
E. Tahapan Instruksional
Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar yakni tahap permulaan
(prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian dan tindak
lanjut.
Tahapan Instruksional
1 2 3
Ketiga tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Jika satu
tahapan tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi
proses pengajaran.
1. Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai
proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau
oleh siswa pada tahapan ini:
a. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir.
Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan salah satu tolok ukur
kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan
kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dan lain-lain), tetapi bisa
juga terjadi karena pengajaran dan guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak
disukai oleh siswa, atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya
dianggap merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberi hukuman yang
menyebabkan frustasi, rendah diri dan lain-lain).
b. Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya.
Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di
rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari
itu.
c. Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang
bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui sampai di mana pemahaman materi yang telah diberikan.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran
yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
e. Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran sebelumnya)
secara singkat tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas
sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas
hari berikutnya nanti, dan sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar
siswa.
Tujuan tahapan ini adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan
yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan
pelajaran hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan kegiatan
pemanasan dalam olah raga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa.
2. Tahap Instruksional
Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan memberikan bahan
pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi
beberapa kegiatan sebagai berikut.
a. Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
b. Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku
sumber yang telah disiapkan sebelumnya.
c. Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu
dapat ditempuh dua cara yakni: (a) pembahasan dimulai dari gambaran umum
materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus, (b) dimulai dari
topik khusus menuju topik umum.
d. Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh
konkret. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk
mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas.
e. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap
pokok materi sangat diperlukan.
f. Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh
guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa.
Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin
diserahkan sepenuhnya kepada siswa.
3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap yang ketiga adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan
pembelajaran. Tujuan tahapan ini ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari
tahapan kedua (instruksional).
Ketiga tahap yang telah dibahas di atas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang
terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat
mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut
diterima oleh siswa secara utuh. Di sinilah letak keterampilan profesional dari seorang
guru dalam melaksanakan strategi mengajar.
Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam uraian di atas secara teoretis mudah
dikuasai, namun dalam praktiknya tidak semudah seperti digambarkan. Hanya dengan
latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.
F. Bagaimana memilih strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada metode
pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru
dalam mengajar. Dalam mengembangkan strategi pembelajaran paling tidak guru perlu
mempertimbangkan beberapa hal antara lain: bagaimana mengaktifkan siswa,
bagaimana siswa membangun peta konsep, bagaimana mengumpulkan informasi
dengan stimulus pertanyaan efektif, bagaimana menggali informasi dari media cetak,
bagaimana membandingkan dan mensintesiskan informasi, bagaimana mengamati
(mengawasi) kerja siswa secara aktif, bagaimana cara menganalisis dengan peta akibat
atau roda masa depan, serta bagaimana melakukan kerja praktik.
1. Bagaimana Mengaktifkan Siswa?
Jika siswa belum biasa bekerja efektif dalam kelompok, maka guru boleh menetapkan
tugas untuk masing-masing kelompok dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti;
• kelompok itu kecil (dua sampai tiga siswa) dan guru menetapkan anggota kelompok
• tugas itu dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat saja
• tugas itu sederhana
• perintah-perintah jelas dan diberikan selangkah demi selangkah
• guru perlu menyediakan sumber belajar
• guru menerangkan dengan jelas peran setiap siswa yang sedikit berbeda di
dalam kelompok
• penilaian bersifat informal dan guru perlu membahas dan mendiskusikan tugas
itu dengan siswa
Suatu bagian penting dari tugas ini adalah belajar bekerjasama. Untuk siswa-siswa yang
sudah lebih berpengalaman bekerja dengan cara ini, guru dapat menetapkan tugas dan
kelompok, sehingga: Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif
• kelompok dapat lebih besar dan kadang-kadang siswa boleh memilih siapa
anggota kelompoknya
• tugas dapat ditambahkan lebih banyak, tetapi dengan batas waktu yang jelas dan
ditetapkan oleh guru
• tugas dapat dibagi dalam bagian-bagian atau merupakan suatu pilihan dari
sejumlah pilihan yang ditetapkan guru
• beberapa perintah/instruksi pengerjaan tugas membolehkan siswa untuk
memberikan saran, misalnya dalam pendekatan, memilih metode eksperimen,
atau memutuskan bentuk produk pekerjaan yang akan mereka hasilkan
• beberapa sumber belajar dapat dipilih oleh siswa
• peran siswa dalam kelompok dapat beragam dan beberapa keputusan tentang
peran ini dapat dibuat oleh siswa-siswa
• penilaian dapat dibicarakan dengan siswa melalui diskusi informal dengan kriteria
terstruktur formal, serta penilaian individual atau kelompok dapat dilakukan
Dalam hal ini, keterampilan bekerjasama turut dikembangkan. Terdapat juga suatu fokus
penting tentang topik belajar khusus dan produk kerja kelompok yang akan
memperlihatkan bahwa pembelajaran sudah berlangsung. Dengan cara seperti ini, siswa
123456
123456
123456
123456
123456
123456
123456
123456
123456
123456
11111 22222 33333 44444 55555
akan mampu melakukan kegiatan secara mandiri yang dicirikan dengan beberapa hal
antara lain;
• mereka memutuskan jumlah dan anggota kelompok
• tugas dapat tersebar untuk masa yang panjang atau lama melalui siswa-siswa
berunding dengan guru membahas jumlah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas
• tugas mungkin rumit, para siswa perlu memilah-milah perincian setepatnya dari
beberapa bagian pekerjaan
• sumber belajar dapat meliputi beragam media dan bahan
• peran setiap siswa dalam kelompok ditetapkan secara musyawarah untuk
mufakat (konsensus).
Strategi ini merupakan temuan dari Jigsaw di mana kerja kelompok yang terstruktur
didasarkan pada kerjasama dan berbagai tanggung jawab. Strategi ini menjamin agar
setiap siswa memikul suatu tanggung jawab yang jelas dalam kelompoknya. Kelas diatur
ke dalam sejumlah kelompok ‘pangkalan’ dengan kira-kira enam anggota untuk masing
masing kelompok. Tugas dibagi dalam sejumlah kelompok yang telah ditetapkan. Di
dalam kelompok pangkalan yang terdiri dari enam siswa, terdapat enam pertanyaan
untuk dijawab, atau enam potongan informasi untuk ditemukan atau enam bagian suatu
model untuk dirancang atau diperiksa. Dalam setiap kelompok pangkalan, setiap siswa
meneliti satu dari isu atau pertanyaan yang berbeda-beda itu. Anda dapat menugaskan
tugas khusus untuk anggota-anggota kelompok pangkalan atau membiarkan kelompok
berunding di antara mereka mengenai siapa yang akan melakukan apa.
1.
2.
3.
Pada bagan pertama menunjukkan bahwa ada lima kelompok pangkalan dan setiap
kelompok masing-masing membawa hal yang harus diselesaikan, kemudian masing-
masing mengelompokkan diri sesuai dengan masalahnya (seperti gambar kedua)
masalah tersebut didiskusikan pada kelompok. Setelah mereka menemukan jawaban
kemudian mereka bergabung seperti pada kelompok pertama yaitu pada gambar ketiga.
Kemudian setiap kelompok masing-masing mengemukakan masalah dan hasil
penyelesaiannya. Dengan demikian setiap orang memperoleh informasi yang sama dari
berbagai masalah yang dipecahkan.
Ilustrasi ini menunjukkan bagaimana kelompok-kelompok diatur dengan
menggunakan strategi jigsaw. Siswa-siswa adalah anggota kelompok-kelompok
pangkalan dan lalu mereka meneliti aspek tertentu dari topik di dalam kelompok-
kelompok pakar. Pada waktu tugas penelitian sudah selesai, mereka kembali ke
kelompok pangkalan asal mereka.
Cara lain untuk mengetahui tahap awal pengetahuan siswa dari serangkaian kegiatan
bisa dilakukan curah pendapat (brain storming). Kegiatan ini perlu dikendalikan oleh
guru, tetapi guru tidak boleh membatasi atau mengarahkan alur gagasan-gagasan
siswa.
Dalam sidang curah pendapat (brain storming), guru meminta kepada siswa-
siswa untuk memberi kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang ditulis di papan tulis.
Guru menjamin bahwa semua siswa di dalam kelas menyumbang dan tidak
menunjukkan melalui perkataan atau perbuatan bahwa satu jawaban lebih berharga
atau tepat. Pada tahap-tahap permulaan, semua sumbangan diterima dan tidak ada
diskusi mengenai hal-hal itu. Begitu daftar sudah selesai, guru memperkenankan
diskusi, umpamanya “Manakah dari gagasan-gagasan ini yang kamu setujui atau tidak
setujui dan mengapa?’’‘Apakah beberapa gagasan ini perlu dikelompokkan bersama?’
Suatu sidang curah pendapat dapat digunakan untuk:
• mendorong guru menemukan sejauhmana pengetahuan siswa tentang sesuatu
topik sebelum kelas mulai mengerjakannya, sehingga guru dapat merencanakan
urutan pembelajaran selanjutnya. Untuk maksud ini guru akan bertanya, ‘Apa
yang kamu ketahui tentang . . .?’
• merencanakan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab sebagai suatu bagian
proyek kelompok dari kegiatan kerja kelompok ‘gergaji ukir’.
Dalam hal ini, guru akan bertanya kepada siswa-siswa, ‘Apa yang harus kita upayakan
mencarinya tentang . . .?’
2. Bagaimana Siswa Membangun Peta Konsep?
Pembuluh darah DARAH
Mengangkut
Jaringantubuh
JANTUNG
PARU-PARU
Memompa
MengangkutDarah ke sel
MengangkutDarah dari
Peta konsep dapat dikembangkan secara individual atau dalam kelompok kecil. Siswa-
siswa mengatur sejumlah konsep atau kata-kata kunci pada satu halaman kertas,
kemudian menghubungkannya dengan garis-garis dan sepanjang garis itu ditulis suatu
kata atau ungkapan yang menjelaskan kaitan antarkata-kata atau konsep-konsep.
Peta konsep dapat digunakan untuk:
• membantu guru mengetahui sejauhmana pengetahuan siswa-siswa tentang
suatu topik sebelum kelas mulai mengerjakannya, sehingga guru dapat
merencanakan urutan pembelajaran selanjutnya. Untuk maksud ini, guru dapat
memberi kepada siswa-siswa sejumlah kata kunci atau gagasan terkait dengan
topik yang akan dipelajari.
• menyediakan suatu titik tolak untuk diskusi antarsiswa guna memperjelas
pengertian mereka. Untuk maksud ini, siswa-siswa akan ditempatkan di dalam
kelompok-kelompok dua atau tiga orang untuk membangun peta melalui mufakat
(konsensus).
• memberi umpan balik tentang sejauhmana siswa-siswa sudah memahami topik
itu. Untuk maksud ini, peta konsep tentu diselesaikan sebagai kegiatan terakhir
dalam urutan pengajaran tentang suatu topik. Siswa-siswa dapat diberi semua
konsep kunci tentang suatu topik dan meminta mereka menghubungkannya
dalam suatu peta konsep. Sebagai kemungkinan lain, mereka dapat diberi satu
atau dua gagasan kunci dan meminta membangun suatu peta konsep dengan
menambahkan pada gagasan-gagasan ini dan mengembangkan suatu peta yang
menjelaskan semua hal yang sudah dipelajarinya.
• mengaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan dalam satu
kegiatan dengan apa yang mereka pelajari dalam kegiatan lain. Untuk maksud
ini, guru akan memberi siswa-siswa dua buah daftar kata kunci, satu daftar dari
setiap topik, dan meminta siswa-siswa menghubungkan kata-kata dari kedua
daftar dalam peta konsep mereka.
Gambar : peta konsep
Dalam kegiatan ini guru menantang siswa-siswa untuk mengerjakan konsep atau
gagasan yang diilustrasikan. Guru memilih gagasan yang ia ingin siswa-siswa
mengenalinya, mengerti, dan menggambarkan, umpamanya binatang menyusui.
Guru menantang siswa-siswa untuk mengolah gagasan itu dengan
menempatkan gambar-gambar, kata-kata, benda-benda, kalimat-kalimat atau diagram-
diagram yang disajikan dalam dua tumpukan yang berbeda. Satu tumpukan merupakan
contoh yang baik dari gagasan yang ia pikirkan dan tumpukan yang satu lagi berisi hal-
hal yang tidak sesuai dengan gagasannya.
Langkah pertama adalah menyajikan kepada siswa-siswa contoh yang baik dari
gagasan umpamanya gambar seekor gorila, binatang menyusui. Lalu guru memberitahu
kepada siswa-siswa bahwa ini adalah contoh yang baik. Inilah contoh pertama dalam
tumpukan contoh-contoh yang ‘baik’. Sekarang guru menunjukkan kepada siswa-siswa
contoh yang jelek dari gagasan itu seperti kata ‘siput’. Siput bukan binatang menyusui.
Kata ini ditempatkan dalam tumpukan’‘bukan contoh baik’. Guru lanjutkan lagi
menunjukkan contoh-contoh yang baik dan contoh-contoh yang tidak cocok dengan
gagasan itu, mengajak siswa-siswa untuk membantunya memutuskan ke dalam
tumpukan mana contoh itu akan ditempatkan.
Pada waktu hampir semua siswa mampu menempatkan contoh-contoh ke dalam
tumpukan yang benar, guru harus bertanya kepada dua atau tiga siswa yang tampaknya
Mengambil
memahami gagasan itu untuk menjelaskan bagaimana mereka memutuskan di mana
contoh ditempatkan. Sesudah penjelasan yang baik dan jelas diberikan, guru mungkin
masih menyajikan beberapa lagi contoh untuk memastikan bahwa semua siswa sudah
mengenali gagasan itu. Jika siswa-siswa tidak mampu mengenali gagasan itu, maka
guru harus memberikan jawabannya.
Sama halnya dalam Bahasa Indonesia, guru hendaklah mengembangkan konsep kata
benda. Gunakanlah gambar bunga sebagai contoh yang baik dan kata ‘berlari’ sebagai
contoh yang tidak sesuai dengan konsep. Dalam matematika, konsep segitiga dapat
dikembangkan dengan menunjukkan gambar-gambar atau benda-benda di dalam kelas
yang memang atau yang bukan segitiga.
3. Bagaimana Menggali Informasi dari Media Cetak?
Jika siswa-siswa diminta untuk mengerti dan bukan sekedar mengingat informasi yang
ditemukannya di dalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya,
maka mereka haruslah aktif mengumpulkan informasi. Tidaklah selayaknya mengajukan
suatu pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang
dengan mudah ditemukan di dalam teks atau naskah. Hal demikian sering
mengkondisikan siswa hanya menyalin jawaban dari sumber itu. Misalkan ada suatu
pertanyaan ‘Apakah ciri-ciri binatang menyusui?’ tidak tepat jika hal-hal berikut dapat
ditemukan di dalam teks.
Semua binatang menyusui mempunyai sepasang anggota badan seperti tangan
atau kaki, kelenjar susu, mengasuh anaknya, dan mempunyai bulu sedikitnya pada satu
tahap dalam siklus hidupnya. Pertanyaan yang lebih tepat adalah ‘Cari uraian tentang
binatang menyusui di dalam teks dan gunakanlah itu untuk memutuskan binatang-
binatang berikut mana yang sesuai dimasukkan ke dalam kelompok itu. Lalu, untuk
siswa disediakan gambar-gambar dan uraianuraian, menggunakan beragam kosakata,
dari beberapa binatang yang menyusui dan beberapa yang tidak menyusui.
4. Bagaimana Membandingkan dan Mensintesiskan Informasi
Pemahaman informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber belajar dapat
ditingkatkan jika siswa-siswa bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok
diberi sumber belajar yang berbeda untuk digunakan dalam mencari jawaban atas
pertanyaan yang sama. Dengan demikian, siswa-siswa harus membandingkan dan
mendiskusikan jawaban-jawaban yang sudah mereka tuliskan, sehingga, sebagai
hasilnya, mereka akan mampu memberi satu jawaban yang memuaskan. Ini sering
merupakan strategi yang efektif untuk dipakai oleh kelompok-kelompok pakar ketika
pendekatan ‘gergaji ukir’ (jigsaw) terhadap proyek penelitian digunakan.
5. Bagaimana Mengamati (Mengawasi) secara Aktif?
Sering para siswa tidak berpikir dan belajar aktif pada waktu menonton video. Beberapa
orang guru mengajukan sejumlah pertanyaan kepada mereka untuk dijawab pada waktu
mereka menonton video. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu disajikan dengan
jawaban-jawaban akan muncul di dalam video dan ungkapan-ungkapan kunci di dalam
pertanyaan-pertanyaan juga terjadi di dalam video, sehingga menunjuk pada jawaban.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mudah dijawab dan jarang menuntut keterlibatan aktif.
Untuk menjamin agar para siswa berpikir aktif sewaktu menonton video, mintalah
mereka untuk:
• Menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang mereka pikirkan pada waktu menonton
video. Ini dapat digunakan sebagai dasar untuk dikusi kemudian atau penelitian
lanjutan tentang topik itu.
• Menuliskan contoh-contoh kategori tertentu dari peristiwa-peristiwa, benda-benda
atau hewan-hewan, dan sebagainya yang muncul dalam video itu. Ini dapat
didiskusikan kemudian dan dikelompokkan sebagai dasar untuk kegiatan meraih
konsep.
6. Bagaimana Cara Menganalisis dengan Peta Akibat atau Roda Masa Depan?
Strategi ini dapat digunakan sebelum atau sesudah siswa-siswa mempelajari sesuatu
topik. Hal itu dapat digunakan untuk menemukan seberapa tuntas siswa-siswa sudah
memikirkan sesuatu isu atau peristiwa, atau dapat digunakan untuk menemukan apakah
mereka sudah mampu menerapkan informasi yang sudah dipelajarinya dalam
menganalisis situasi baru. Siswa-siswa diminta untuk mempertimbangkan semua hasil
atau akibat yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan dan kemudian hasil-hasil
dan akibat-akibat sesudah itu. Mereka hendaklah didorong untuk berpikir tentang akibat-
akibat positif dan negatif dalam rentang konteks yang mungkin meliputi hal-hal yang
bersifat sosial, etik, moral, ekonomi, politik, pribadi, hokum atau politik.
Suatu tugas analisis yang tidak begitu rumit dapat melibatkan siswa-siswa untuk
memeriksa informasi yang mereka temukan tentang keputusan, sikap atau tindakan
yang kontroversial (menjadi sengketa). Siswa-siswa bekerja sebagai satu kelas
keseluruhan atau dalam kelompok-kelompok untuk menggolong-golongkan informasi
yang mereka kumpulkan atas menguntungkan atau merugikan bagi mereka sendiri,
keluarganya, desa atau masyarakat umumnya. Sesudah klasifikasi atas keuntungan dan
kerugian sudah dirampungkan, siswa-siswa dapat diminta untuk memutuskan, apakah
sesudah menyeimbangkan, mereka mendukung keputusan, sikap atau tindakan itu.
Strategi-strategi ini meliputi permainan peran atau anjuran (advokasi) untuk
kepentingan kelompok masyarakat/komunitas tertentu dimaksudkan untuk membantu
siswa-siswa mengenali bahwa biasanya terdapat suatu rentang sudut pandang
mengenai sesuatu isu dan suatu rentang cara menafsirkan informasi tentang isu itu.
Pandangan-pandangan ini biasanya ditentukan oleh pengalaman, harapan dan cita-cita,
nilai, pendidikan, gaya hidup dan peran di dalam masyarakat dari orang yang
mengungkapkan pandangan itu.
Satu pendekatan adalah meminta setiap siswa mempertimbangkan suatu isu
atau masalah dari sudut pandang satu kelompok komunitas yang bersangkutan. Ini
dapat meliputi orang-orang bisnis, pekerja-pekerja, anak-anak, pelestari-pelestari alam,
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau dewan setempat, para petani, penjaga
warung, ibu-ibu pekerja, wisatawan, akuntan, dokter, dan sebagainya. Sesudah memilih
isu atau masalah, kelas dapat menggunakan strategi mencari ilham (topan otak) untuk
mengenali kelompok-kelompok komunitas yang berkepentingan ini. Siswa-siswa
memainkan satu dari peran-peran yang diidentifikasi. Mereka boleh bekerja sendirian
atau dalam kelompok.
Guru dapat memberi informasi atau siswa-siswa sendiri dapat mencari informasi
tentang isu atau masalah itu atau mungkin sudah didiskusikan dalam pengertian umum
oleh seluruh kelas pada pelajaran-pelajaran yang lalu. Siswa-siswa memutuskan apa
pandangan mereka dalam peran yang dipilihnya. Mereka harus bertindak dan berbicara
dengan cara yang runtut atau konsisten dengan perannya selama konverensi meja
bundar berlangsung. Peran ini hendaklah jelas untuk seluruh kelas selama konverensi
meja bundar melalui etiket yang ditempatkan di hadapan setiap siswa atau kelompok
siswa.
Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan), memastikan bahwa
semua siswa diperkenankan mengemukakan pandangan sesuai peran yang
diterimanya, bahwa setiap diskusi berlangsung tertib dan mendorong peranserta yang
jika perlu dengan mengajukan pertanyaan.
Pada akhir konverensi meja bundar, siswa-siswa hendaklah didorong untuk
memperhatikan semua sudut pandang dan tiba pada suatu keputusan pribadi tentang
isu itu.
7. Bagaimana Melakukan Kerja Praktik?
Kerja praktik selalu menjadi bagian penting dari pembelajaran sains. Namun, kerja
praktik tradisional jenis resep atau selangkah demi selangkah bukanlah strategi belajar
yang efektif. Siswa-siswa mungkin mengikuti perintah-perintah sejenis resep itu dan
memperoleh hasil-hasil yang diharapkan tanpa memahami konsep yang sedang
diselidiki
atau pengertian tentang pentingnya hasil-hasil yang diperoleh.
Terdapat beberapa cara yang menjamin bahwa siswa-siswa secara aktif terlibat dalam
kerja praktik mereka dan bahwa mereka belajar dari pengalaman itu.
• Satu strategi sederhana adalah memberi para siswa perintah-perintah dalam
suatu susunan acak. Mereka diberitahu apa yang mereka coba temukan dan
kemudian diminta untuk memisahkan perintah-perintah ke dalam susunan yang
dapat dikerjakan sebelum mereka memulai eksperimen.
• Sebelum memulai eksperimen, mereka hendaklah diminta untuk meramalkan
hasil-hasilnya. Pada waktu hasil-hasil sudah diperoleh, mereka diminta untuk
memutuskan apakah hasil-hasil sesuai atau tidak dengan ramalan-ramalan
mereka. Jika hasil-hasil sesuai dengan ramalan, maka mereka hendaklah
menjelaskan mengapa mereka mengharapkan hasil-hasil itu. Jika hasil-hasil
tidak sesuai dengan harapan, siswa hendaklah diminta untuk memikirkan-ulang
metode eksperimen untuk memutuskan apakah ramalan yang salah atau
terdapat kesalahan dalam cara pelaksanaan prosedur eksperimen.
• Mereka dapat diberi suatu kumpulan peralatan yang tepat dan suatu pertanyaan
untuk diselidiki. Kelas dapat mendiskusikan jenis data yang perlu dikumpulkan.
Kemudian, mereka merancang prosedur eksperimennya sendiri, mengumpulkan
data dan tiba pada suatu kesimpulan.
• Mereka dapat diberi pertanyaan penelitian eksperimen terbuka (tidak terbatas),
yakni diberi hanya rincian topik yang sedang dibicarakan dan mungkin beberapa
gagasan tentang beberapa aspek topik yang akan mereka selidiki. Dalam
kegiatan seperti itu, mereka akan mengembangkan suatu hipotesis, merancang
metode eksperimen, memilih peralatan yang tepat, mengumpulkan data,
mengatur data dan tiba pada suatu kesimpulan.
Suatu catatan tentang penggunaan buku pelajaran yang sekarang tersedia. Dalam
waktu singkat, buku-buku pelajaran baru, secara khusus ditulis untuk kurikulum berbasis
kompetensi tidak akan tersedia di hampir semua sekolah. Guru harus bekerja dengan
buku-buku pelajaran yang sudah ada.
Dalam banyak hal, isi mata pelajaran tidaklah berubah secara berarti/signifikan,
sehingga informasi, contoh-contoh, penjelasan dan latihan- latihan dalam buku pelajaran
yang ada masih dapat digunakan. Namun, guru harus menggunakan buku-buku secara
berbeda dalam suatu cara yang meningkatkan pengertian dan bukan hanya sekedar
mengingat isi buku.
Misalkan ada suatu contoh, guru mungkin harus mengembangkan seperangkat
pertanyaan baru untuk diberikan kepada siswa-siswa pada waktu ia menginginkan
mereka menemukan informasi dalam buku pelajaran. Lihat Pertanyaan efektif
menggunakan sumberdaya cetakan pada halaman 20 untuk contoh-contoh yang
diperlukan.
Guru mungkin harus merencanakan tugas-tugas di mana siswa-siswa
menerapkan informasi dalam buku pelajaran untuk menjamin bahwa mereka sudah
mengerti apa yang dibacanya. Umpamanya:
• Suatu buku pelajaran mungkin menggambarkan peran-peran setiap orang
dengan tanggungjawab dalam administrasi kabupaten/kota. Daripada meminta
menyalin ini dan mempelajarinya, siswa-siswa dapat diminta untuk
menyepadankan/menyamakan peran-peran ini dengan hal-hal dalam suatu
daftar situasi atau peraturan yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari.
• Suatu teks mungkin memberi suatu gambaran tertulis tentang unsur-unsur
(partikel) dalam suatu atom atau hubungan antarbagianbagian pemanas air
matahari. Siswa-siswa dapat diminta untuk menggambar dan memberi etiket
diagram suatu atom atau suatu pemanas air matahari.
• Suatu teks mungkin berisi suatu diagram beretiket dari struktur dan lapisan-
lapisan bumi. Siswa-siswa dapat diminta untuk membayangkan melakukan
perjalanan dalam suatu sangkar terlindungi dari permukaan ke pusat bumi.
Mereka hendaklah menggambarkan dalam suatu cerita apa yang mereka lihat
dan mungkin rasakan pada perjalanan mereka.
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk
bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa
duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari Siswa
Belajar Aktif. Pada kondisi ini, sebenarnya aktif mental lebih diinginkan daripada aktif
fisik. Siswa sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan
gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental
adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau
takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab
rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya.
Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan hakikat pembelajaran ‘PAKEM,
yakni Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan’.
G. Strategi menuju pengajaran yang efektif
1. Menentukan tujuan mata ajaran yang jelas
a) Kemampuan apa dan kompetensi apa yang harus dimiliki siswa setelah
mengikuti mata ajaran.
b) Tujuan harus spesifik.
c) Tujuan merefleksikan perilaku tertentu.
d) Tujuan secara jelas menyebutkan kawasan dan tingkatan yang ingin dicapai :
kognitif, psikomotor, afektif.
2. Memilih buku-buku ajar ( Textbooks )
a) Sumber materi pengajaran silabus.
b) Pengajar dan siswa menggunaka acuan yang sama.
c) Buku ajar yang baik mengandung informasi budaya.
d) Buku ajar merefleksikan nilai-nilai dari disiplin ilmu yang bersangkutan.
e) Buku ajar membantu mengembangkan daya intelektual.
f) Buku ajar berisi materi yang terorganisasi dan tersusun secara runtut.
g) Buku ajar memungkinkan siswa mendalami sendiri ilmu yang bersangkutan.
3. Mengatasi acara hari pertama
a) Hari pertama perkuliahan sangat penting artinya.
b) Tujuan pengajaran mata ajaran dijelaskan.
c) Kontrak belajar-mengajar dibuat.
d) Memberi wawasan yang akan dicakup oleh mataajaran dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya.
e) Saling mengenal pengajar dan siswa.
f) Pengajar harus bisa menunjukkan citra yang baik.
g) Membangkitkan minat kuat pada mata ajaran.
h) Pengalaman hari pertama memungkinkan pengajar menyusun strategi
pengajaran untuk hari-hari berikutnya.
4. Meningkatkan kecanggihan pembelajaran
a) Penguasaan materi oleh pengajar secara mencukupi
b) Persiapan secara sistematik.
c) Berikan garis besar materi pembelajaran
d) Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang lebih “hidup” dan
menggairahkan :
- Proses pembelajaran yang partisipatif.
- Tugas menulis dan menyajikan secara lisan.
- Pemecahan masalah : contoh, demonstrasi, latihan, kasus.
- Diskusi kelas / Diskusi kelompok.
- Keterampilan Analisis.
- Bagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, adakan diskusi / debat.
- Simulasi dan Permainan peran.
e) Aspek-aspek penyampaian :
- Kuasai dengan baik apa yang Anda sampaikan.
- Bicaralah secara pelan, nyaring dan jelas dengan nada dan intonasi yang
enak didengar.
- Tataplah para siswa, bukan papan tulis, lantai atau langit-langit. Anda akan
mendapatkan “arti” dari ekspresi wajah para mahasiswa sewaktu
mendengarkan kuliah.
- Ajukan pertanyaan-pertanyaan dan tunggulah jawaban dari siswa.
- Gerakkan mulut dan badan Anda, jangan seperti patung.
- Buatlah ringkasan dan kesimpulan pada akhir pembelajaran.
5. Tingkatkan Keterlibatan siswa
Melalui kegiatan-kegiatan berikut ini :
a. diskusi makalah
b. laporan lisan
c. studi kasus
d. simulasi
e. permainan peran
f. penelitian
g. penyajian multi-media
h. field trip
i. praktikum di lab.
Diskusi meningkatkan interaksi. Belajar bersama dalam kelompok. Berfikir kritis -
menanggapi Praktek lapangan
6. Memperbanyak diskusi antar siswa
a). Pengajar memberi permasalahan.
b). Partisipasi siswa
c). Pengajar memberi “penguatan” (reinforcement)
d). Pengajar memberi koreksi dan umpan balik
7. Studi-studi kasus
a. Membahas kasus yang sama-sama diketahui.
b. Menulis kasus berdasar pengamatan.
Caranya :
1. Simulasi
2. Studi lapang
3. Metoda laboratorium.
8. Tugas menulis makalah dan penyajian lisan
a. Latihan menggunakan bahasa secara baik dan benar.
b. Latihan menulis dan berbicara format.
c. Latihan berfikir dan menulis secara runtut.
d. Memperdalam penguasaan pengetahuan.
e. Penyajian secara lisan dengan dibantu menggunakan:
- papan tulis
- multi-media
- video
- “flip chart”
9. Menguji dan menilai siswa
a. Test mingguan
b. Test mendadak : sebelum, ditengah, diakhir pembelajaran.
c. Test tengah semester
d. Test akhir semester
e. Test sebelum pembelajaran(pre-test)
H. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction)
Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada
gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk di
dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit,
praktek dan latihan, serta demonstrasi.
Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas informasi
atau mengembangkan keterampilan langkah demi langkah
2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction)
Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi siswa
dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan
data, atau pembentukan hipotesis.
Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah
menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).
Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk
terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika
mereka melakukan inkuiri.
Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan
cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.
3. Strategi Pembelajaran Interaktif (interactive instruction)
Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling
berbagi di antara peserta didik.
Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi
akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap
gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta
mencoba mencari alternatif dalam berpikir.
Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokkan
dan metode-metode interaktif.
Di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau
pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama siswa secara berpasangan.
4. Strategi Belajar Melalui Pengalaman (experiential learning)
Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif,
berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas.
Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses
belajar, dan bukan hasil belajar.
Guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di
luar kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran
pendapat umum.
5. Strategi Belajar Mandiri (independent study)
Strategi belajar mandiri merujuk kepada penggunaan metode-metode
pembelajaran yang tujuannya adalah mempercepat pengembangan inisiatif
individu siswa, percaya diri, dan perbaikan diri. Fokus strategi belajar mandiri ini
adalah merencanakan belajar mandiri siswa di bawah bimbingan atau supervisi
guru.
Belajar mandiri menuntut siswa untuk bertanggungjawab dalam merencanakan
dan menentukan kecepatan belajarnya.
Gambar : Diagram Keterampilan mengajar
II. METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode
pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh,
dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap
metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyajikan pelajaran
kepada siswa-siswa, seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi,
penampilan, metode studi mandiri, pembelajaran terprogram, latihan sesama temen,
simulasi karyawisata, induksi, deduksi, simulasi, studi kasus, pemecahan masalah,
insiden, seminar, bermain peran, proyek, praktikum dan lain-lain, masing metode ini
memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana memilih strategi pembelajaran.
Kadang-kadang dalam proses pembelajaran guru kaku dengan mempergunakan satu
atau dua metode, dan menterjemahkan metode itu secara sempit dan menerapkan
metode di kelas dengan metode yang pernah ia baca, metode pembelajaran merupakan
cara untuk menyampaikan, menyajikan, member latihan, dan memberi contoh pelajaran
kepada siswa, dengan demikian metode dapat di kembangkan dari pengalaman,
seseorang guru yang berpengalaman dia dapat menyuguhkan materi kepada siswa, dan
siswa mudah menyerapkan materi yang disampaikan oleh guru secara sempurna
dengan mempergunakan metode yang dikembangkan dengan dasar pengalamannya,
metode-metode dapat dipergunakan secara variatif, dalam arti kata kita tidak boleh
monoton dalam suatu metode .
Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode-metode
dari sekian banyak metode yang telah ditemui oleh para ahli sebelum ia menyampaikan
materi pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
A. Metode-metode pembelajaran
1. Metode Seminar
Metode seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh
beberapa orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas / mengupas
masalah-masalah atau hal-hal tertentu dalam rangka mencari jalan
memecahkannya atau mencari pedoman pelaksanaanya.
Kelebihan metode seminar
Peserta mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam
tentang masalah yang diseminarkan
Peserta mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan
tugasnya
Peserta dibina untuk bersikap dan berfikir secara ilmiah
Terpupuknya kerja sama antar peserta
Terhubungnya lembaga pendidikan dan masyarakat.
Keleemahan Metode Seminar
Memerlukan waktu yang lama
Peserta menjadi kurang aktif
Membutuhkan penataan ruang tersendiri.
( Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo.1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV
Saudara.Halaman 76-79 )
Metode ini merupakan kegiatan belajar sekelompok siswa untuk
membahas topik atau masalah tertentu. Setiap anggota kelompok seminar
dituntut agar berperan aktif, dan kepada mereka dibebankan tanggung jawab
untuk mendapatkan solusi dari topik atau masalah yang diberikan. Guru
bertindak sebagai narasumber.
Seminar merupakan pembahasan yang bersifat ilmiah, topik pembicaraan
adalah hal-hal yang bertalian dengan masalah kehidupan sehari hari. Sebuah
seminar adalah sebuah kegiatan pembahasan yang mencari pedoman-pedoman
atau pemecahan-pemecahan masalah tertentu. Itulah sebabnya maka seminar
selalu diakhiri dengan kesimpulan dan kesepakatan semua peserta. Malahan
tidak jarang, seminar melahirkan rekomendasi dan resolusi.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
2. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran
dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas
tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Merka bekerja sama dalam
memecahkan masalah atau melaksanakan tugas.
Kelebihan metode kerja kelompok
Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka
Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan kemampuan para siswa
Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih
menggunakan ketrampilan bertanya dalam membahas suatu masalah
Mengembangkan bakat kepemimpinan para siswa serta mengerjakan
ketrampilan berdiskusi.
Kelemahan metode kerja kelompok
Kerja kelompok terkadang hanya melibatkan para siswa yang mampu
sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang
Keberhasilan strategi ini tergantung kemampuan siswa memimpin
kelompok atau untuk bekerja sendiri-sendiri
Kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda
dan daya guna mengajar yang berbeda pula.
( Drs. Roestiyah NK. 1991.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rineka Cipta )
3. Metode Kerja Lapangan
Metode kerja lapangan merupakan metode mengajar dengan mengajak
siswa kedalam suatu tempat diluar sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar
observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif ke lapangan
kerja agar siswa dapat menghayati sendiri serta bekerja sendiri didalam
pekerjaan yang ada dalam masyarakat.
Kelebihan metode kerja lapangan
Siswa mendapat kesemmpatan untuk langsung aktif bekerja dilapangan
sehingga memperoleh pengalaman langsung dalam bekerja
Siswa menemukan pengertian pemahaman dari pekerjaan itu mengenai
kebaikan maupun kekurangannya.
Kelemahaan metode kerja lapangan
Waktu terbatas tidak memungkinkan memperoleh pengalaman yang
mendalam dan penguasaan pengetahuan yang terbatas
Untuk kerja lapangan perlu biaya yang banyak. Tempat praktek yang jauh
dari sekolah sehingga guru perlu meninjau dan mempersiapkan terlebih
dahulu
Tidak tersedianya trainer guru/pelatih yang ahli.
( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta )
4. Metode Sumbang Saran
Sumbang saran merupakan suatu cara mengajar dengan mengutarakan
suatu masalah ke kelas oleh guru kemudian siswa memjawab mengemukakan
pendapat /jawaban dan komentar seshingga masalah tersebut berkembang
menjadi masalah baru.
Kelebihan metode sumbang saran
Susana disiplin dan demokratis dapat tumbuh
Anak-anak aktif untuk menyatakan pendapatnya
Melatih siswa untuk berfikir dengan cepat dan tersusun logis
Merangsang siswa untuk selalu berpendapat yang berhubungan dengan
masalah uang diberikan oleh guru
Terjadi persaingan yang sehat
Meningkatkan partisipasi siwa dalam menerima pelajaran
Siswa yang kurang aktif menapat bantuan dari temannya yang pandai
atau dari guru.
Kelemahan metode sumbang saran
Guru kurang memberi waktu kepada siswa untuk berfikir yang baik
Anak yang kurang selalu ketinggalan
Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai
Guru hanya menampang pendapat-pendapat tidak pernah merumuskan
kesimpulan.
( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rieka Cipta )
5. Metode Unit Teaching
Metode unit teaching merupakan metode mengajar yang memberikan
kesempatan pada siswa secara aktif dan guru dapat mengenal dan menguasai
belajar secara unit.
Kelebihan metode unit teaching
Siswa dapat menggunakan sumber-sumber materi pelajaran secara luas
Siswa dapat belajar keseluruhan sesuai bakat
Suasana kelas lebih demokratis.
Kelemahan metode unit teaching
Dalam melaksanakan unit perlu keahlian dan ketekunan
Perhatian guru harus lebih banyak dicurahkan pada bimbingan kerja
siswa
Perencanaan unit yang tidak mudah
Memerlukan ahli yang betul-betul menguasai masalah karena semua
masalah yang belum tentu dapat dijadikan unit.
( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rieka Cipta )
6. Metode Penemuan (Discovery)
Metode penemuan merukan proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan suatu proses atau prinsip-prinsip.(Sund)
Kelebihan metode penemuan
Dapat membangkitkan kegairahan belajar pada diri siswa
Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing
Teknik ini mampu membantu siswa mengembangkan, memperbanyak
kesiapan serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif atau
pengarahan siswa
Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sebagai sangat pribadi
atau individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa
siswa tersebut.
Kelemahan metode penemuan
Ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu meningkatkan
proses pengertian saja
Teknik ini tidak memberikan kesempatan berfikir secara kreatif
Para siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental
Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil
Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional akan kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.
( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rineka Cipta)
( Martinis Yamin. 2003. Metode pembelajaran yang berhasil. Jakarta : Sasama
Mitra Sukses)
7. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dimana
seorang siswa diajak untuk beruji coba atau mengadakan pengamatan kemudian
hasil pengamatan itu disampaikan dikelas dan di evaluasi oleh guru.
Kelebihan metode eksperimen
Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala
masalah
Mereka lebih aktif berfikir dan membuktikan sendiri kebenaran suatu teori
Siswa dalam melaksanakan eksperimen selain memperoleh ilmu
pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis serta ketrampilan
menggunakan alat-alat percobaan.
Kelemahan metode eksperimen
Seorang guru harus benar-benar menguasai materi yang diamati dan
harus mampu memanage siswanya
Memerlukan waktu dan biaya yang sedikit lebih dibandingkan yang lain.
( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)
Bila pada metode Demonstrasi, yang terlibat lebih banyak adalah guru,
maka pada metode ini siswa akan lebih banyak aktif. Metode Eksperimen ialah
suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perseorangan atau
kelompok untuk berlatih melakukan suatu proses percobaan secara mandiri.
Melalui metode ini siswa sepenuhnya terlibat, antara lain dalam merencanakan
eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, menarik kesimpulan,
merumuskan konsep, prinsip, atau hukum.
Selanjutnya, siswa pun dapat melakukan pengujian kesimpulan atau
pembuktian/penelitian kembali terhadap konsep atau prinsip yang telah
ditemukannya itu melalui eksperimen verikatif. Metode ini sangat bermanfaat
untuk mengembangkan sikap ilmiah pada diri siswa.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
8. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan suatu metode
mengajar dimana siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan
gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Kelebihan metode sosiodrama dan bermain peran
Siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran
Karena mereka bermain peran sendiri, maka mudah memahami masalah-
masalah sosial tersebut
Bagi siswa dengan bermain peran sebagai orang lain, maka ia dapat
menempatkan diri seperti watak orang lain itu
Ia dapat merasakan perasaan orang lain sehingga menumbuhkan sikap
saling perhatian
Kelemahan metode sosiodrama dan bermain peran
Bila guru tidak menguasai tujuan instrusional penggunaan teknik ini untuk
sesuatu unit pelajaran, maka sosiodrama tidak akan berhasil
Dalam hubungan antar manusia selalu memperhatikan norma-norma
kaidah sosial, adat istiadar, kebiasaan, dan keyakinan seseorang jangan
sampai ditinggalkan sehingga tidak menyinggung perasaan seseorang
Bila guru tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini,
maka akan mangacaukan berlangsungnya sosiodrama.
( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta )
Metode bermain peran ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinatif, daya ekspresi, dan penghayatan ini dilakukan
dengan memerankan seseorang dari sejarah, dunia pengetahuan, dan lain-lain,
atau peran lainnya dari dunia hewan dan tumbuhan. Kegiatan memerankan
seseorang atau sesuatu akan membuat siswa mudah memahami dan seringkali
menghayati hal-hal yang dipelajarinya.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
9. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode penyajian pelajaran dengan
memanfaatkan kasus yang ditemui anak sebagai bahan pelajaran kemudian
kasus tersebut dibahas bersama untuk mendapatkan penyelesaian atau jalan
keluar.
Kelebihan metode kasus
Siwa dapat mengetahui dengan pengamatan yang sempurna tentang
gambaran yang nyata yang betul-betul terjadi dalam hidupnya sehingga
mereka dapat mempelajari dengan penuh perhatian dan lebih terperinci
persoalannya
Dengan mengamati, memikirkan, dan bertindak dalam mengatasi situasi
tertentu mereka lebih meyakini apa yang diamati dan menemukan banyak
cara untuk pengamatan dan pencarian jalan keluar itu
Siswa mendapat pengetahuan dasar atau sebab-sebab yang melandasi
kasus tersebut
Membantu siswa dalam mengembangkan intelektual dan keterampilan
berkomunikasi secara lisan maupun tulisan.
Kelemahan metode kasus
Guru memerlukan banyak waktu untuk mempersiapkan bahan kasus
yang ditemui dan petunjuk cara pemecahannya yang diperlukan siswa
Banyak waktu yang digunakan untuk diskusi
Untuk kegiatan kelompok membutuhkan fasilitas fisik yang lebih banyak.
( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)
10. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dimana seorang
instruktur atau tim guru menunjukkan dan memperlihatkan suatu proses.
Kelebihan metode demonstrasi
Perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang diberikan
Kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat
diatasi melalui pengamatan dan contoh yang konkrit
Memberi motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar
Siswa dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung
Kelemahan metode demonstrasi
Bila alatnya terlalu kecil atau penempatannya kurang tepat menyebabkan
demonstrasi itu tidak dapat dilihat jelas oleh seluruh siswa
Bila waktu tidak tersedia cukup, maka demonstrasi akan berlangsung
terputus-putus atau berjalan tergesa-gesa.
(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dengan
mempertunjukkan cara kerja suatu benda. Benda itu dapat berupa benda
sebenarnya atau suatu model. Hal-hal lain yang dapat dipertunjukkan adalah
cara menggunakan alat atau serangkaian percobaan.
Yang terakhir ini dilakukan bila alat-alat yang digunakan itu jumlahnya
tidak memadai, percobaan itu mengandung hal-hal yang berbahaya, atau ada
alat-alat yang mudah pecah. Dalam metode ini, antara lain dapat dikembangkan
kemampuan siswa untuk mengamati, menggolongkan, menarik kesimpulan,
menerapkan konsep, prinsip atau prosedur dan mengkomunikasikannya kepada
siswa-siswa lain. Demonstrasi dapat dilakukan oleh guru atau siswa yang sudah
dilatih sebelumnya.
Metode ini biasanya disatukan dengan metode eksperimen.
Pelaksanaan :
Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal, magang, atau latihan
kerja
Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak, petunjuk sederhana
untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing, dan
prosedur melaksanakan suatu kegiatan
Manakala guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan
penyelesaian kegiatan yang panjang, baik yang menyangkut pelaksanaan
suatu prosedur maupun dasar teorinya
Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan
Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/praktik yang kita
laksanakan
Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan
kegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca di dalam buku,
karena siswa memperoleh gambaran yang jelas dari hasil
pengamatannya
Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertannyaan pada siswa
dapat dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi atau eksperimen
Bila siswa turut aktif bereksperimen, maka ia akan memperoleh
pengalaman praktik untuk mengembangkan kecakapan dan memperoleh
pengakuan dan pengharapan dari lingkungan sosial.
Batasan Metode Demonstrasi
Akan menjadi tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat
diamati dengan seksama oleh siswa
Kurang efektif bila tidak diikuti dengan metode eksperimen
Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelompok
Terkadang saat suatu alat dibawa ke kelas untuk didemonstrasikan,
terjadi proses yang berlainan dengan proses di dalam situasi nyata
Bila setiap orang diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu yang
banyak, dan membosankan bagi peserta yang lain.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
11. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah teknik pengajaran guru didepan kelas dimana guru
membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus
dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya
didalam kelompok kemudian dibuat laporan yang tersusun baik dan kemudian
didiskusikan secara luas atau melalui pleno sehingga diperoleh kesimpulan
terakhir.
Kelebihan metode inquiry
Mendorong siswa untuk berfikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat
obyektif, jujur, dan terbuka
Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang
Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi belajar
yang baru
Mendorong siswa untuk berffikir intuitif dan merumuskan hipotesanya
sendiri
Kelemahan metode inquiry
Siswa perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk berfikir
memperoleh pengertian tentang konsep.
(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)
12. Metode Microteaching
Metode microteaching merupakan suatu latihan mengajar permulaan bagi
guru atau calon guru dengan scope latihan dan audience yang lebih kecil dan
dapat dilaksanakan dilingkungan teman-teman setingkat sendiri atau sekelompok
siswa dibawah bimbingan dosen pembimbing atau guru pamong.
Kelebihan metode microteaching
Microteaching merupakan pengalaman laboratoris
Microteaching dapat membantu dan menunjang pelaksanaan praktek
keguruan
Microteaching dapat mengurangi kesulitan pengajaran di kelas
Microteaching memungkinkan ditingkatkannya pengawasan yang ketat
dan evaluasi yang mantap, teliti, dan obyektif
Dengan adanya feed back dalam microteaching yang berupa knowledge
of resulte dapat diberikan langsung secara mendalam
Diharapkan mahasiswa mempunyai bekal yang lebih kuat, luas, dan
mendalam
Kelemahan metode microteaching
Dapat menimbulkan efek departementalisasi atau ketrampilan mengajar
dan bila tidak diteruskan dengan praktek mengajar secara menyeluruh
Pengertian microteaching disalah tafsirkan dapat hanya menitik beratkan
pada ketrampilan guru sebagai pengantar saja, bukan guru dalam arti
luas
Microteaching yang ideal memerlukan biaya yang banyak, peralatan
mahal, dan tenaga ahli dalam bidang teknis maupun dalam bidang
pendidikan pengajaran pada umumnya dan metodologi pengajaran pada
khususnya
Menuntut perencanaan, pengetahuan, dan pelaksanaan yang cermat,
mendetail, logis, dan sistematis.
(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strtegi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)
13. Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan cara mengajar dimana menggunakan
tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan
tujuan agar orang dapat menghindari lebih mendalam tentang bagaimana orang
itu merasa dan berbuat sesuatu dengan kata lain siswa memegang peranaan
sebagai orang lain.
Kelebihan metode simulasi
Dapat menyenangkan siswa
Menggalak guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa
Eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya
Mengurangi hal-hal yang verbalistik
Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
Kelemahan metode simulasi
Efektifitas dalam memajukan belajar siswa belum dapat dilaporkan oleh
riset
Terlalu mahal biayanya
Banyak orang meragukan hasilnnya karena sering tidak diikutsertakan
elemen-elemen penting
Menghendaki pengelompokan yang fleksibel
Menghendaki banyak imajinasi dari guru dan siswa.
(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)
14. Metode Problem Solving
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir
dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan
oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk
mencoba mengeluarkan pendapatnya.
Kelebihan metode problem solving
Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan
pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan yang
nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri
Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain
Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
Kelemahan metode problem solving
Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang
penguasaan materi sering diabaikan
Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan
pendapat secara lisan
(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)
15. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata merupakan metode mengajar yang dilaksanakan
dengan mengajak siswa kesuatu tempat atau obyek tertentu diluar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu.
Kelebihan metode karya wisata
Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
para petugas obyek karya wisata itu serta mengalami dan menghayati
langsung
Siswa dapat melihat kegiatan para petugas secara individu atau
kelompok dan menghayatinya secara langsung
Siswa dapat bertanya jawab menemukan sumber informasi yang pertama
untuk memecahkan segala macam persoalan yang dihadapi
Siswa memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman
yang terintegrasi
Kelemahan metode karya wisata
Karena dilakukan diluar sekolah dan jarak yang cukup jauh maka
memerlukan transport yang mahal dan biaya yang mahal
Menggunakan waktu yang lebih panjang dari pada jam sekolah
Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu
bantuan dari sekolah
(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta ; Rineka Cipta)
16. Metode Latihan /Drill
Metode latihan merupakan metode mengajar dimana siswa
melaksanakan kegiatan latihan agar siswa memiliki ketegasan atau ketrampilan
yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.
Kelebihan metode pelatihan
Ketegasan dan ketrampilan siswa meningkat atau lebih tinggi dari apa
yang telah dipelajari
Seorang siswa benar-benar memahami apa yang disampaikan
Kelemahan metode pelatihan
Dalam latihan sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak berubah
sehingga menghambat bakat dan inisiatif siswa
Sifat atau cara latihan kaku atau tidak fleksibel maka akan mengakibatkan
penguasaan ketrampilan melalui inisiatif individu tidak akan dicapai.
(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)
17. Metode Dialog
Metode dialog merupakan salah satu teknik metode pengajaran untuk
memberi motivasi pada siswa agar aktif pemikirannya untuk bertanya selama
pendengaran guru yang menyungguhkan pertanyaan-pertanyaan itu dan siswa
menjawab.
Kelebihan metode dialog
Tanya jawab dapat membantu tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran
serta mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan
pengetahuan dan pengalaman, sehingga pengetahuannya menjadi
fungsional
Siswa akan terbuka jalan pikirannya sehingga mencapai perumusan yang
baik dan tepat.
Kelemahan metode dialog
Apabila motivasi kurang diberikan maka yang akan aktif hanya mereka
yang pandai menggutarakan pendapat secara lisan
Sering kali melupakan tujuan yang ingin dicapai karena waktu yang
disediakan habis untuk berdebat mempertahankan pendapat.
(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)
18. Metode Mengajar Non Directive
Metode mengajar non direktive merupakan salah satu metode mengajar
dimana siswa melakukan observasi mereka sendiri mampu melakukan analisis
mereka sendiri dan mampu berfikir sendiri.
Kelebihan metode non direktive
Guru memberi permasalahan yang merangsang proses berfikir siswa
sehingga obyek belajar berkembang sesuai yang diharapkan
Siswa menemukan sendiri pengetahuan yang digalinya aktif berfikir dan
menguasahi pengertian yang baik.
Kelemahan metode non direktive
Terjadi perbedaan pemahaman karena tingkat intelektual dan cara berfikir
siswa berbeda
Seorang guru setiap saat harus mengoreksi cara berfikir siswa agar tidak
keliru dalam memahami suatu hal.
(Nana Sujana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka
Cipta)
19. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan cara lisan menyajikan bahan untuk
mencapai tujuan pengajaran.
Kelebihan metode tanya jawab
Guru dapat mengetahui penguasaan pelajar terhadap bahan yang telah
disajikan
Dapat digunakan untuk menyelidiki pembicaraan-pembicaaraan untuk
menyemangatkan pelajar
Kelemahan metode tanya jawab
Guru hanya memberikan giliran pada pelajar tertentu saja
Hanya dikuasai oleh siswa yang pandai.
(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga :
CV.Saudara. Halaman 18-20)
Merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai
bentuk pertanyaan yang dijawab oleh siswa. Metode ini sering digunakan dalam
proses belajar mengajar bersama-sama dengan metode lain. Tanya jawab ini
dapat dilakukan pada awal, di tengah-tengah, atau pada akhir kegiatan belajar
mengajar. Tanya jawab ini sering dilakukan pada untuk mengetahui sejauh mana
bahan pelajaran yang sedang atau telah dibahas itu dipahami siswa. Dari hasil
tanya-jawab, guru dapat memperjelas atau meluruskan pemahaman siswa
mengenai suatu bahan pelajaran tertentu. Dalam metode ini, dapat
dikembangkan kemampuan seperti mengajukan dan merumuskan pertanyaan
serta mengkomunikasikan.
Metode ini sangat tepat bila pelaksanaannya bertujuan untuk :
Meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu, agar siswa
memusatkan lagi perhatian pada jenis dan jumlah kemajuan yang telah
dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan pelajarannya
Menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa, atau
dengan perkataan lain untuk mengikut sertakan mereka
Mengarahkan pengamatan dan pemikiran mereka.
Metode ini tidak wajar digunakan untuk :
Menilai kemajuan peserta didik
Mencari jawaban dari siswa, tetapi membatasi jawaban yang dapat
diterima
Memberi giliran pada siswa tertentu.
Kebaikan metode tanya jawab adalah :
Tanya jawab dapat memperolah sambutan yang lebih aktif bila
dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat menolong
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat
sehingga nampak mana yang belum jelas atau belum dimengerti
Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang dapat
dibawa ke arah suatu diskusi.
Kelemahannya adalah bahwa tanya jawab bisa menimbulkan
penyimpangan dari pokok persoalan. Lebih-lebih jika kelompok siswa yang
memberi jawaban atau mengajukan pertannyaan yang dapat menimbulkan
masalah baru dan menyimpang dari pokok persoalan.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
20. Metode Katekesmus
Metode katekesmus merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan.
Kelebihan metode katekesmus
Keseragamaan dan kemurnian pengetahuan akan terjamin
Memudahkan cara mengajar guru karena pelajaran telah tertulis dalam
buku
Kelemahan metode katekesmus
Daya jiwa yang dikembangkan hanya ingatan atas jawaban tertentu saja
Kurang memberi rangsangan pada siswa karena bahan sudah tersedia
baik pada guru maupun siswa
Inisiatif para siswa terkekang
(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV.
Saudara. Halaman 20-23)
21. Metode Prileksi
Metode prileksi merupakan suatu cara menyajikan pelajaran dengan
menggunakan bahasa lisan, menyuruh para pelajar mendiskusikan,
menganalisa, membanding-bandingkan dan akhirnya menarik kesimpulan dari
apa yang disajikan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Kelebihan metode prileksi
Pelajar dan guru sama-sama aktif
Menimbulkan kompetisi yang sehat antar siswa
Kelemahan metode prileksi
Banyak waktu yang digunakan
Kecekatan dan pengetahuan banyak dituntut dari guru dan siswa
(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV.
Saudara. Halaman 32-35)
22. Metode Proyek
Metode proyek adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran yaitu
pelajar dihadapkan kepada hal tertentu untuk mempelajari dalam rangka
mewujudkan tujuan belajar.
Kelebihan metode proyek
Pelajar menjadi aktif
Terbentuk pribadi yang bulat dan harmonis
Kekurangan metode proyek
Menghabiskan banyak waktu
Harus ada persiapan yang mantap
(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga :
CV.Saudara. Halaman 47-50)
Metode proyek merupakan suatu cara memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengamati, membaca, meneliti, menghubungkan dan
mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan yang telah diperoleh dari
berbagai mata pelajaran. Metode proyek membahas suatu tema atau unit
pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk membuat lapran dari tugas yang
diberikan kepadanya dalam bentuk makalah. Melalui metode ini diharapkan
siswa dapat dilatih baik secara individual maupun kelompok untuk menelaah
suatu materi pelajaran dengan wawasan yang lebih luas memantapkan
pengetahuan yang telah diperoleh, meningkatkan penghargaan terhadap
lingkungan, memahami dan berupaya memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari, serta menyalurkan minat yang memungkinkan baik
dilihat dari segi waktu atau bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
23. Metode Penyajian Sistem Regu (Team Work)
Metode penyajian sistem regu merupakan metode penyajian dengan
seorang guru yang dibantu tenaga teknis atau team guru dalam menjelaskan
suatu persoalan atau obyek belajar. Sistem beregu ditangani lebih dari dua orang
guru.
Kelebihan metode penyajian sistem regu
Interaksi belajar mengajar akan lebih lancar
Siswa memperoleh pengetahuan yang luas dan mendalam karena
diberikan oleh beberapa guru
Guru lebih ringan tugas mengajarnya sehingga cukup waktu untuk
menyiapkan diri dalam membuat perencanaan
Kelemahan metode penyajian sistem regu
Bila seorang guru yang tidak mendapatkan giliran mengajar tidak
memanfaatkan waktu untuk belajar lebih lanjut atau membuat
perencanaan lebih matang
(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)
24. Metode Mengajar Berprogama
Metode mengajar berprogama adalah cara menyajikan bahan pelajaran
dengan menggunakan alat tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran.
Kelebihan metode berprogama
Pelajar menjadi aktif karena ikut memperagakan alat tersebut
Pelajar akan cepat mengetahui hasil dan kelemahannya
Kelemahan metode berprogama
Suka menyusun programa dari setiap mata pelajaran
Memproduksi alat-alat pengajar membutuhkan biaya dan tenaga yang
mahal dan banyak
Teaching machine itu tidak dapat merasakan apa yang dirasakan pelajar.
(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV.
Saudara. Halaman 84-86)
25. Metode Musyawarah
Metode musyawarah adalah cara menyajikan bahan pelajaran melalui
perundingan untuk mencapai musyawarah bersama.
Kelebihan metode musyawarah
Memperluas dan memperdalam pengetahuan pelajar tentang pokok yang
telah dimusyawarahkan
Memupuk dan membina kerjasama serta toleransi
Dapat terintegrasi mata pelajaran-mata pelajaran
Mudah dilaksanakan
Baik diigunakan untuk saling bertukar pikiran.
Kelemahan metode musyawarah
Memakan waktu yang banyak
Sukar dilaksanakan untuk pelajar yang masih duduk dikelas rendah
sekolah dasar, karena mereka belum mempunyai pengetahuan dan
pengalaman yang banyak
Hasil musyawarah belum tentu benar.
(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV.
Saudara. Halaman 74-76)
26. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang paling tradisional dan
telah lama dilaksanakan oleh para guru. Dengan penyajian materi melalui
penuturan dan penerangan lisan guru kepada siswa. Metode ini digunakan bila
pelajaran tersebut banyak mengandung hal-hal yang memerlukan penjelasan
dari guru. Metode ini hendaknya digunakan bersama-sama metode lain, seperti
metode tanya-jawab. Pada metode ceramah ini, siswa dilatih untuk menjadi
pendengar yang balk. Agar siswa tetap berperan secara aktif dalam proses
belajar-mengajar yang menggunakan metode ceramah ini, maka siswa perlu
dilatih mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan, memahami suatu
informasi, dan mencatatnya dengan baik. Siswa hendaknya diminta mengajukan
pertanyaan atau memberikan tanggapan terhadap informasi-informasi tertentu.
Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul
disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan
batas-batas penggunaanya.
Metode ceramah dapat dilakukan oleh guru :
Untuk memberikan pengarahan, petunjuk di awal pembelajaran
Waktu terbatas, sedangkan materi / informasi banyak yang akan
disampaikan
Lembaga pendidikan memiliki sedikit staf pengajar, sedangkan jumlah
siswa banyak.
Keterbatasan metode ceramah adalah sebagai berikut :
Keberhasilan siswa tidak terukur
Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur
Peran serta siswa dalam pembelajaran rendah
Materi kurang terfokus
Pembicaraan sering melantur.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
27. Metode Diskusi
Metode diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui
wahana tukar pendapat dan informasi berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah,
memperjelas sesuatu bahan serta pelajaran dan mencapai kesepakatan. Melalui
metode ini berbagai keterampilan seperti beratnya, berkomunikasi, menafsirkan,
dan menyimpulkan dapat dikembangkan.
Demikian pula keberanian mengemukakan pendapat, sikap-sikap kritis,
skeptis, toleran, kemampuan mengendalikan emosi, dan sebagainya dapat
dibina melalui penggunaan metode ini.
Metode ini dilaksanakan oleh pengajar bila :
Menyediakan bahan, topik, atau masalah yang akan didiskusikan
Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas, atau
memberikan studi khusus kepada siswa sebelum mengadakan diskusi.
Menugaskan siswa untuk menjelasakan, menganalisis, dan meringkas.
Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah.
Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam berdiskusi.
Waspada terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan
dengan tidak menentu.
Melatih siswa dalam menghargai pendapat orang lain.
Metode ini tepat digunakan bila :
Siswa berada di tahap menengah atau tahap akhir proses belajar,
Pelajaran formal atau magang
Perluasan pengetahuan yang telah dikuasai siswa,
Belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil
keputusan.
Membiasakan siswa berhadapan dengan berbagai pendekatan,
interpretasi, dan kepribadian.
Menghadapi masalah secara berkelompok
Membiasakan siswa untuk beragumentasi dan berfikir rasional.
Keterbatasan :
Menyita waktu lama dan jumlah siswa harus sedikit.
Mempersyaratkan siswa memiliki latar belakang yang cukup tentang
topik atau masalah yang didiskusikan.
Tidak tepat bila digunakan pada tahap awal proses belajar bila siswa baru
diperkenalkan kepada bahan pelajaran baru.
Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah
metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah
(problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group
discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
Mendorong siswa berpikir kritis.
Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan
masalah bersama.
Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai jalan
Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang lebih baik.
Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap
toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000)
( http://re-searchengines.com/art05-65.html )
28. Metode Widyawisata
Metode Widyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran
dengan membawa siswa langsung kepada objek yang akan dipelajari yang
terdapat di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata. Metode widyawisata
antara lain diterpakan karena obyek yang akan dipelajari hanya terdapat di
tempat tertentu. Selain itu, pengalaman langsung dapat membuat siswa lebih
tertarik kepada pelajaran yang disajikan sehinggga lebih ingin mendalami hal
yang diminatinya dengan mencari informasi dari buku-buku sumber lainnya serla
menumbuhkan rasa cinta kepada Iingkungan alam dan lingkungan budaya.
Metode widyawisata berfungsi pula memberikan variasi belajar kepada
siswa. Agar widyawisata ini dapat mencapai hasil yang optimal, maka diperlukan
adanya perencanaan yang matang, pelaksanaan yang efektif dan efisien, serta
adanya kegiatan tindak lanjut seperti evaluasi, pelaporan, diskusi, deklamasi,
pameran sederhana, pemuatan karangan siswa pada koran sekolah, majalah
dinding atau media lainnya, dan sebagainya.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
29. Metode Pameran ( penampilan )
Metode pameran digunakan untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyajikan dan menjelaskan apa yang dipelajarinya. Pameran yang
dimaksud dapat berupa pameran kelas atau pameran sekolah dengan
memamerkan grafik, model, alat, gambar ukiran, patung, tanaman, dan hasil
karya lainnya yang dibuat oleh siswanya.
Metode pameran dapat merupaan kegiatan puncak dari serangkaian
kegiatan lain yang menggunakan widyawisata atau metode proyek. Pameran
dapat digunakan sebagai sarana penilaian keberhasilan suatu kegiatan belajar.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
30. Metode Permainan
Metode permainan adalah suatu permainan adalah suatu cara penyajian
bahan pelajaran melalui berbagai bentuk permainan. Permainan dimaksud dapat
berupa teka-teki, papan bergambar (sejenis ular tangga), kotak rahasia, atau
kartu gambar yang dibuat oleh siswa atau oleh guru. Metode ini dapat digunakan
untuk memberikan pengalaman menarik bagi siswa dalam memahami suatu
konsep, menguatkan konsep yang telah dipahami, atau memecahkan masalah.
Metode ini bermanfaat karena dapat mengembangkan motivasi instrinsik,
memberikan kesempatan untuk berlatih mengambil keputusan, dan
mengembang pengendalian emosi bila menang atau kalah, serta lebih menarik
dan menyenangkan sehingga memudahkan siswa untuk memahami bahan
pelajaran yang disajikan. Dengan demikian, tujuan pembelajaran akan tercapai
secara tidak Iangsung. Metode ini sering digunakan dalam mata pelajaran
Matematika, IPA, PPKN, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan sebagainya.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
31. Metode Cerita
Metode cerita adalah suatu cara penanaman nilai-nilai kepada siswa
dengan mengungkapkan kepribadian tokoh-tokoh melalui penuturan hikayat,
legenda, dongeng, dan sejarah lokal. Metode ini dapat digunakan untuk
membantu penghayatan nilai dan moral serta pembentukan sikap. Hal ini terjadi
karena metode ini lebih mudah untuk membawa emosi siswa ke suasana cerita
sehingga siswa menjadi tertarik dan mungkin terharu sehingga akan
mempermudah pembentukan sikap. ( http://s1pgsd.blogspot.com )
32. Metode Studi Mandiri
Metode ini berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh
siswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus.
Metode ini dilakukan dengan cara :
Memberikan daftar bacaan kepada siswa sesuai dengan kebutuhannya.
Menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir
kegiatan studi mandiri.
Mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa.
Metode ini sangat tepat dilakukan bila :
Pada tahap akhir proses belajar
Dapat digunakan pada semua mata pelajaran
Menunjang metode pembelajaran yang lain
Meningkatkan kemampuan kerja siswa
Mempersiapkan siswa untuk kenaikan tingkat atau jabatan
Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperdalam minatnya tanpa
dicampuri siswa lain
Metode ini hanya dapat digunakan saat siswa mampu menentukan
sendiri tujuannya dan dapat memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
33. Metode Pembelajaran Terprogam
Metode ini menggunakan bahan pengajaran yang disiapkan secara
khusus. Isi pengajaran di dalamnya harus dipecah menjadi langkah-langkah
kecil, diurut secara ceramat, diarahkan untuk mengurangi kesalahan, dan diikuti
dengan umpan balik segera. Siswa mendapat kebebasan untuk belajar menurut
kecepatan masing masing.
Yang perlu diperhatikan saat menggunakan metode ini :
Siswa harus benar-benar memiliki seluruh bahan, alat-alat dan
perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelajaran.
Siswa harus benar-benar tahu bahwa bahan itu bukan tes. Respon yang
dibuat siswa selama proses belajar dimaksudkan untuk membantu
belajar, bukan untuk dijadikan dasar penilaian.
Tersedia sumber yang dapat membantu siswa bila ia mengalami kesulitan
Secara berkala, siswa harus dicek kemampuannya untuk membuatnya
benar-benar belajar.
Kapan menggunakan metode ini ?
Saat siswa kurang mendapatkan interaksi sosial
Pada semua tahap belajar, dari permulaan sampai dengan proses akhir
belajar
Merupakan pelajaran formal, belajar jarak jauh, dan magang
Mengatasi kesulitan perbedaan individual
Mempermudah siswa belajar dalam waktu yang diinginkan.
Kelemahan :
Kurang fleksibel karena bahan pelajaran yang telah dikumpulkan dengan
baik membuat setiap siswa melalui urutan kegiatan belajar yang sama
Biaya pengembangan yang tinggi
Siswa kurang mendapatkan interaksi sosial.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
34. Metode Latihan Bersama Teman
Metode ini memanfaatkan siswa yang telah lulus atau telah berhasil untuk
melatih temannya dan ia bertindak sebagai pelatih dan pembimbing (asisten
guru). Metode yang dipakai terserah kepada siswa pembimbing tersebut.
Yang perlu diperhatikan :
Bila hal ini merupakan pengalaman yang pertama bagi siswa
pembimbing, maka guru harus mengawasi dan mengarahkan siswa
pembimbing terlebih dahulu.
Setelah siswa pembimbing mengenal tugas tersebut, maka ia mulai dilatih
keterampilan dalam pelaksanaan tugasnya.
Setelah siswa yang dibimbingnya berhasil/lulus, maka ia menjadi
pembimbing bagi siswa yang lain.
Metode ini dapat dilaksanakan dalam situasi :
Semua tahap yang membutuhkan latihan satu persatu.
Latihan kerja, latihan formal dan magang
Kelemahan :
Terbatasnya siswa yang dapat dilatih sebagai pembimbing dalam satu
periode tertentu.
Kegiatan latihan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk memelihara
kualitas. ( http://s1pgsd.blogspot.com )
35. Metode Studi Kasus
Merupakan suatu cara pemberian kesempatan kepada siswa untuk
melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung, masalah, kejadian, atau
situasi tertentu yang telah dipersiapkan guru. Kemudian siswa ditugasi untuk
mencari alternatif pemecahanan.
Dalam melaksanakan tugas ini siswa dapat memperoleh pengalaman
secara langsung dan nyata. Tugas dapat diberikan secara berkelompok atau
perorangan. Melalui metode ini siswa dapat mengembangkan berbagai
keterampilan dan pembiasaan untuk mandiri, jujur, mengembangkan pola fikir
kritis dan menemukan solusi baru dari suatu tugas yang harus dipecahkan.
Metode ini dapat diterapkan bila siswa telah memiliki pengetahuan awal
tentang masalah yang disampaikan. ( http://s1pgsd.blogspot.com )
36. Metode Insiden
Metode ini hampir sama dengan metode studi kasus, akan tetapi siswa
dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap tentang suatu kejadian atau
peristiwa. Mereka harus mencari data tambahan untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan kepada merek tentang kejadian dan peristiwa tersebut. Data ini
sudah tersedia di sekolah dan ada pada guru, maka guru mempersiapkan data
itu untuk diberikan kepada siswa yang membutuhkannya.
Metode ini memiliki keunggulan dibanding studi metode kasis, siswa
belajar memahami suatu permasalahan, kemudian berusaha memecahkannya.
Dalam hal ini akan menumbuh kembangkan cara berfikir siswa sebagaimana
yang dikehendaki dalam studi mandiri, siswa berfikir kritis dan kreatif. (
http://s1pgsd.blogspot.com )
37. Metode Simposium
Metode ini adalah metode yang memaparkan suatu seri pembicara dalam
berbagai kelompok topik dalam bidang materi tertentu. Materi-materi tersebut
disampaikan oleh ahli dalam bidangnya, setelah itu peserta dapat menyampaikan
pertanyaan dan sebagainaya kepada pembicara.
Sebuah simposium hampir menyerupai panel, karena simposium harus
pula terdiri dari beberapa pembicara, sedikitnya dua orang. Tetapi simposium
berbeda dengan panel di dalam cara pembahasan persoalan. Sifatnya lebih
formal. Seorang anggota simposium terlebih dahulu menyiapkan
pembicaraannya menurut satu titik pandangan tertentu. Terhadap sebuah
persoalan yang sama diadakan pembahasan dari berbagai sudut pandangan dan
disoroti dari titik tolak yang berbeda-beda.
Bentuk pola lain metode simposium dapat dikelompokkan pada sejumlah
aspek, dan setiap aspek disoroti tersendiri dan khusus, tidak perlu dari berbagai
sudut pandangan.
Bagian prasana menyiapkan tulisan yang dibagi-bagikan kepada peserta
dan diadakan sanggahan dari ahli tertentu yang disebut penyanggah utama.
Pendengar dapat memberi pandangan umum dan pertanyaan sesudah
penyanggah utama.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
38. Metode Tutorial
Metode ini merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah
dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. Siswa
dapat mengkonsultasikan tentang msalah-masalah dan kemajuan yang
ditemuinya secara periodik. Metode ini biasanya dilakukan pada SLTP terbuka,
paket B, C, dan belajar jarak jauh dengan tatap muka yang terjadwal. (
http://s1pgsd.blogspot.com )
39. Metode Deduktif
Metode ini merupakan penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran,
kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam
situasi tertentu.
Metode ini menjelaskan teoritis ke bentuk realitas atau menjelaskan hal-
hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Guru menjelasakan teori-teori
yang telah ditemui para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau
mengambil contoh-contoh. Seperti makhluk yang bernyawa akan mati. Manusia,
binatang, dan tumbuhan adalah makhluk bernyawa, maka ia akan mati.
Metode ini tepat dipergunakan bila :
Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari.
Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang
membutuhkan proses berfikir kritis.
Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang
baik dan pembicaraan yang baik.
Waktu yang tersedia sedikit. ( http://s1pgsd.blogspot.com )
40. Metode Computer Assisted Learning ( CAL )
Metode ini digunakan untuk kegiatan belajar yang berstruktur, dimana
komputer diprogramkan untuk permasalahan-permasalahan (sistem Pakar).
Siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut atau mencari jawaban
dengan mempergunakan komputer dan seketika itu juga jawaban siswa diproses
secara elektronik. Dalam beberapa detik siswa sudah mendapat jawaban atau
umpan balik jawaban tersebut. CAL memberikan siswa untuk maju sesuai
dengan kecepatan masing-masing mereka. Metode ini dapat sampai pada yang
paling kompleks.
Kelemahan :
Pengembangan program membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang
lama.
Pengadaan dan pemeliharaan alat mahal.
( http://s1pgsd.blogspot.com )
41. Metode STAD (Student Achievement Divisions)
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari
universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling
langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan
metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Langkahnya:
Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim,
masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tim-tim memiliki
anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun
kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian
saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota tim.
Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru
mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan
akademik yang telah dipelajari.
Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan
ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi
tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-
kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu
meraih suatu kriteria atau standar tertentu.
(Drs. Sugiyanto, M.Si. 2008. Model-model Pembelajaran InovatifI. Surakarta:
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 UNS. Halaman 42-43)
42. Metode Jigsaw
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari
Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan.
Langkahnya:
Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa
dengan karakteristik yang heterogen.
Bahan akademik yang disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan
setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari
bahan akademik tersebut.
Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab
untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya
berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut.
Kumpulan siswa semacam itu disebut ”kelompok pakar” (expert group).
Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke
kelompok semula untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang
telah dipelajari dalam kelompok pakar.
Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams, para siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
(Drs. Sugiyanto, M.Si. 2008. Model-model Pembelajaran InovatifI. Surakarta:
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 UNS. Halaman 43-44)
43. Metode GI (Group Investigation)
Dasar-dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya
diperluas dan diperbaiki oleh Sharn dan kawan-kawan dari universitas Tel Aviv.
Metode GI sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling
sulit untuk dilaksanakan. Metode ini menuntut siswa untuk mempunyai
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun ketrampilan proses
memiliki kelompok. Para guru yang menggunakan metode ini umumnya
membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 hingga 5
siswa dengan karakteristik yang heterogen. Para siswa memilih topik yang ingin
dipelajari mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah
dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan laporan di depan kelas secara
keseluruhan.
Langkah-langkah:
Seleksi topik
Merencanakan kerja sama
Implementasi
Analisis dan sintesis
Penyajian hasil akhir
Evaluasi selanjutnya
(Drs. Sugiyanto, M.Si. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 UNS. Halaman 44-46)
44. Metode Quantum
Tokoh utama dibalik pembelajaran quantum adalah Bobbi DePorter,
seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis propeti dan
keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang
pembelajaran. Sejak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan
gagasan pembelajaran quantum di SuperCamp yang terletak di Kirkwood
Meadows. Pada tahap awal pengembangannya, pembelajaran quantum
dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para
remaja di rumah, tidak dimaksudkan sebagai metode untuk mencapai
keberhasilan lebih tinggi di sekolah.
Pembelajaran quantum sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan
dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrogaman neurologi
yang jauh sebelumnya sudah ada.
(Drs. Sugiyanto, M.Si. 2008. Model-model Pembelajaran InovatifI. Surakarta:
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 UNS. Halaman 65-67)
45. Metode perancangan ( projeck method )
Yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu
proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :
Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas
dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan.
Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan
praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :
Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal
maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini
sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru
belum disiapkan untuk ini.
Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik,
cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok
unit yang dibahas.( http://re-searchengines.com/art05-65.html )
46. Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan
membuat resume dengan kalimat sendiri
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat
diingat lebih lama.
Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian
mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya
meniru hasil pekerjaan temannya tanpa mau bersusah payah
mengerjakan sendiri.
Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000)
( http://re-searchengines.com/art05-65.html )
47. Metode Pemecahan Masalah
Metode ini dikenal sebagai Metode Brainstorming merupakan metode
yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas
pendapat yang disampaikan oleh siswa
Metode ini dapat dilaksankan pabila siswa telah berada pada tingkat yang lebih
tinggi dengan prestasi yang tinggi pula.
Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagi
berikut :
Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan
Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut
Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut
Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut
Menarik kesimpulan artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi
Kelebihan Metode Pemecahan Masalah :
Dapat membuat pendidikan sekolah menjadi lebih relevan dengan
kehidupan khususnya dengan dunia kerja
Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat
membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil
Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif
dan menyeluruh.
Kekurangan Metode ini adalah :
Mementukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa , sekolah dan kelas serta pengetahuan dan pengalaman
yang telah dimiliki siswa
Sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering mengambil
waktu pelajaran lainnya
Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir
memecahkan masalah sendiri atau kelompok.
( Drs Sayiful Bahri Djamarah, Drs Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
Penerbit Rineka Cipta, Cetakan ke tiga , Agustus 2006 )
48.Metode Bercerita
Ialah suatu cara mengajar dengan bercerita. Pada hakekatnya metode
bercerita sama dengan metode ceramah. Karena informasi disampaikan melalui
penuturan atau penjelasan lisan dari seseorang kepada orang lain
Kelebihan Metode Bercerita :
Guru mudah menguasai kelas
Guru dapat meningkatkan kosentrasi siswa dalam waktu yang relative
lama
Mudah menyiapkannya
Mudah melaksanakannya
Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah banyak
Kekurangan Metode Bercerita :
Siswa terkadang terbuai dengan jalannya cerita sehingga tidak dapat
meengambil intisarinya
Hanya Guru yang pandai bermain kata-kata atau kalimat
Menyebabkan siswa pasif karena guru aktif
Siswa lebih cenderung hafal isi ceita daripada sari cerita yang dituturkan
( Drs Sayiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didk – dalam interaks edukatif,
Penerbit Rineka Cipta, Cetakan Pertama , Februari 2000 )
49.Metode Penampilan
Metode Penampilan berbentuk pelasanaan paktek oleh siswa dibawah
bimbingan dari dekat oleh Pengajar.
Jika metode ini dipergunakan dalam pengajaran harus :
Memberikan penjelasan yang cukup kepada siswa selama berpraktek
Melakukan tindakan pengamanan sebelum kegiatan praktek dimulai
untuk keselamatan siswa yang menggunakan
Metode Penampilan digunakan :
Pelajaran telah mencapai tingkat lanjutan
Kegiatan pembelajaran bersifat normal, latihan kerja atau magang
Siswa mendapat kemungkinan untuk menerapkan apa yang dipelajari
kedalam situasi yang sesungguhnya
Kondisi praktek sama dengan kondisi kerja
Adanya bimbingan selama praktek
Kegiatan ini menjadi remedial bagi siswa
Keterbatasan penggunaan metode ini adalah :
Membutuhkan waktu yang lama
Membutuhkan fasilitas dan alat khusus yang mungkin mahal, sulit
diperoleh dan dipelihara secara terus menerus
Membutuhkan pengajar yang lebih banyak
( Dra. Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mangajar, Penerbit Rineka Cipta, Cetakan
ke tujuh , Maret 2008 )
B. Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam
memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan
pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta
kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan
menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan
(kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka
melakukan proses pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu
strategi yang harus digunakan guru. Misalnya, seorang guru Olahraga dan Kesehatan
menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat mendemontrasikan cara menendang
bola dengan baik dan benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu siswa-siswa
mencapai tujuan adalah metode ceramah, guru memberi instruksi, petunjuk, aba-aba
dan dilaksanakan di lapangan, kemudian metode demonstrasi, siswa-siswa
mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar, selanjutnya dapat
digunakan metode pembagian tugas, siswa-siswa kita tugasi, bagaimana menjadi
keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mereka, dan bagaimana mereka dapat
bekerjasama dan menendang bola.
Dalam contoh ini, terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan
psikomotorik. Demikian juga diaplikasikan kemampuan Afektif, tentang bagaimana
kemampuan mereka dalam bekerjasama dalam bermain bola dari metode pemberian
tugas yang diberikan guru kepada setiap individu. Dalam silabus telah dirumuskan
indikator hasil belajar atau hasil yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran. Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil
belajar yaitu:
a. Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran relajar.
b. Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan
melalui peformnce siswa.
c. Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performance nya
d. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.
Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan
tujuan pembelajaran mengandung unsur; Audience (peserta didik), Behavior (perilaku
yang harus dimiliki), Condition (kondisi dan situasi) dan Degree (kualitas dan kuantítas
hasil belajar).
C.KERANGKA KERJA PENGAJARAN
Model-model Pembelajaran
1. Model menggambarkan tingkat terluas dari praktek pendidikan dan berisikan
orientasi filosofi pembelajaran.
2. Model digunakan untuk menyeleksi dan menyusun strategi pengajaran, metode,
keterampilan, dan aktivitas siswa untuk memberikan tekanan pada salah satu
bagian pembelajaran (topik konten).
3. Joyce dan Weil (1986) mengidentifikasi empat model yakni (a) model proses
informasi, (b) model personal, (c) model interaksi sosial, dan (d) model behavior.
Strategi Pembelajaran
1. Dalam setiap model terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan.
2. Menurut arti secara leksikal, strategi adalah rencana atau kebijakan yang
3. dirancang untuk mencapai suatu tujuan.
4. Dengan demikian strategi mengacu kepada pendekatan yang dapat dipakai oleh
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Strategi dikelompokkan menjadi strategi langsung (direct), strategi tidak langsung
(indirect), strategi interaktif (interactive), strategi melalui pengalaman
(experiential), dan strategi mandiri (independent).
D. KERANGKA KERJA PENGAJARAN
Metode-metode Pembelajaran
1. Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan
menkhususkan aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses
pembelajaran berlangsung.
2. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup
kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya
penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung
pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran.
Keterampilan-keterampilan pembelajaran
1. Keterampilan merupakan perilaku pembelajaran yang sangat spesifik.
2. Di dalamnya terdapat teknik-teknik pembelajaran seperti teknik bertanya, diskusi,
pembelajaran langsung, teknik menjelaskan dan mendemonstrasikan.
3. Dalam keterampilan-keterampilan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan
perencanaan yang dikembangkan guru, struktur dan fokus pembelajaran, serta
pengelolaan pembelajaran.
E. PEMBELAJARAN YANG BAIK :
Pembelajaran direncanakan dengan baik
Guru mengidentifikasikan dengan tepat tujuan pembelajaran
Guru mengidentifikasikan apa yang telah diketahui siswa dan mengembangkan
pembelajaran berdasarkan informasi tsb
Urutan pembelajaran terdiri dari beberapa tahap dan kegiatan, dengan
bimbingan guru
Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang efektif
Pengorganisasian kelas dan pengelolaan sumber sumber sudah direncanakan
dengan baik
Guru memutuskan bagaimana menilai hasil belajar siswa
Proses maupun hasil belajar direncanakan
Pembelajaran menarik dan menantang
Guru tidak terlalu banyak bicara dan memberikan ceramah
Siswa tidak terlalu banyak mendengarkan dan menjawab pertanyaan bersama
sama (koor)
Kegiatan menarik, menantang dan meningkatkan motivasi belajar
Kegiatan meningkatkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah,
termasuk tugas tugas terbuka.
Peristiwa hangat dan pengalaman siswa secara langsung (sumber belajar tangan
pertama) meningkatkan minat dan tingkat motivasi
Pembelajaran mengaktifkan siswa
Belajar dengan mengerjakan - Siswa aktif, terlibat, berpartisipasi, bekerja.
Interaksi antar siswa tinggi - belajar kelompok, berpasangan, bekerjasama
Siswa menemukan, memecahkan masalah
Siswa pusat pembelajaran, bukan guru
Fokus pada proses pembelajaran
Bagaimana Rencana Pembelajarannya?
Suatu rencana pembelajaran mencakup:
Fokus belajar mengajar (kompetensi)
Apa yang diperlukan untuk mengajar (bahan dan sumber)
Urutan pembelajaran
Proses dan produk pembelajaran: Apa yang akan dikerjakan siswa dan
bagaimana mengerja-kannya (proses), dan bagaimana siswa akan
mendemonstasikan hasil belajar mereka (produk)
BAB II
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
A. Pendahuluan
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin
menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai substansi
bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan
keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar mengajar.
Sari dari keterampilan dasar mengajar ini diambil dari berbagai sumber dimana
bahan ini digunakan untuk para mahasiswa yang melakukan praktek mengajar di
sekolah sebelum dia bekerja sepenuhnya sebagai seorang guru. Pada kenyataannya
dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan
keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar ini.
Keterampilan dasar mengajar ini adalah merupakan panduan pengajaran mikro
dengan menggunakan perangkat Sydney Micro Skills (1973). Menurut turney (1973)
terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam
keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
B. Keterampilan Dasar Mengajar
1. Keterampilan Bertanya
2. Keterampilan Memberi Penguatan
3. Keterampilan Mengadakan variasi
4. Keterampilan Menjelaskan
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
7. Keterampilan Mengelola Kelas
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
1. Keterampilan Bertanya
Dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru tidaklah
lepas dari guru memberikan pertanyaan dan murid memberikan jawaban yang diajukan.
Pada kenyataannya di lapangan banyak para guru yang tidak menguasai teknik-teknik
dalam memberikan pertanyaan kepada siswa sehingga banyak pertanyaan tersebut
hanya bersifat knowledge saja artinya kebanyakan hanya mengandalkan ingatan.
Pengertian dan Rasional keterampilan bertanya bertujuan untuk memperoleh informasi
untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir. Pertanyaan
yang diberikan bisa bersifat suruhan maupun kalimat yang menuntut respon siswa.
Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan tersebut adalah:
a. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
b. Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
c. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
d. Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
f. Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
g. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
h. Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.
Komponen-komponennya yaitu:
1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas
2) Pemberian Acuan
3) Pemusatan
4) Pemindahan Giliran
5) Penyebaran
6) Pemberian waktu berfikir
7) Pemberian Tuntunan
2. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adalah suatu respon terhadap suatu tingkah laku dan penampilan
siswa. Penguatan adalah suatu respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang dapat
menimbulkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Komponen-komponen dalam keterampilan memberi penguatan adalah:
1) Penguatan Verbal; penguatan ini dapat dinyatakan dalam 2 bentuk yaitu kata atau
kalimat.
2) Penguatan Non Verbal; bisa berupa mimik atau gerakan badan, mendekati,
memberi sentuhan atau memberi kegiatan yang menyenangkan, berupa symbol
atau benda maupun penguatan tak penuh sepert “yah, jawabanmu sudah baik
tetapi masih perlu disempurnakan”
3. Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksud sebagai proses perubahan
dalam pengajaran yang dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu; variasi dalam gaya
mengajar, variasi dalam menggunakan alat dan media pembelajaran dan variasi dalam
pola interaksi dalam kelas.
Komponennya adalah:
a. Variasi dalam Gaya Mengajar:
1) Penggunaan variasi suara
2) Pemusatan perhatian
3) Kesenyapan
4) Mengadakan kontak pandang
5) Gerakan badan dan mimik
6) Pergantian posisi guru dalam kelas
b. Penggunaan Media dan Bahan Pelajaran
1) Variasi alat/ bahan yang dapat dilihat
2) Variasi alat yang dapat didengar
3) Variasi alat yang dapat diraba dan dimanipulasi
c. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
4. Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan
secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, antara sebab akibat,
yang diketahui dan yang belum diketahui.
Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan
a. Merencanakan:
1) Isi pesan (materi)
2) Penerima pesan (siswa)
b. Menyajikan suatu penjelasan
1) Kejelasan
2) Penggunaan contoh dan ilustrasi
3) Pemberian tekanan
4) Balikan
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan situasi siap mental dan menimbulkan siswa agar
terpusat perhatian pada apa yang dipelajari.
Yang dimaksud dengan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa atau
mengakhiri kegiatan inti pelajaran
Tujuan-tujuan membuka dan menutup pelajaran adalah untuk :
1. Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa
2. Membuat siswa memahami batas tugasnya
3. Membantu siswa memahami hubungan berbagai materi yang disajikan
4. Membantu mahasiswa mengetahui tingkat berhasilnya
Komponen keterampilan
Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai
berikut :
1. Membuka pelajaran, mencakup hal-hal berikut:
b. Membuka perhatian siswa dengan berbagai cara, seperti menciptakan satu
kejadian yang menarik
c. Menimbulkan motivasi dengan :
- Kehangatan dan keantusiasan
- Menimbulkan rasa ingin tahu
- Mengemukakan ide yang bertentangan
- Memperhatikan minat siswa
d. Memberi acuan dengan cara
- Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
- Menyarankan langka-langka yang akan dilakukan
- Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
- Mengajukan pertanyaan
e. Membuat kaitan dengan cara
- Mengajukan pertanyaan atau persepsi
- Mengkaji ulang pelajaran yang lalu
2. Menutup pelajaran, mencakup hal-hal berikut :
a. Meninjau kembali, dengan cara merangkum atau membuat ringkasan
b. Mengadakan evaluasi penguasaan siswa, dengan meminta mereka :
- Mendemonstrasikan keterampilan
- Menerpakan ide baru pada situasi lain
- Mengekspresikan pendapat sendiri
- Memberikan soal-soal tertulis
c. Memberikan tindak lanjut yang dapat berupa pekerjaan rumah, merancang
sesuatu, atau berkunjung kesuatu tempat.
Keterampilan membuka pelajaran merupakan awal keberhasilan sesorang guru
karena kita membuka pelajaran sangat menentukan termotivasi tidaknya siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran menentukan
tingkat pemantapan pembelajaran yang dilakukan. Tidak semua keterampilan yang
disebutkan diatas harus ditampilkan pada setiap membuka dan menutup pelajaran. Guru
dapat memilih cara/keterampilan yang paling sesuai dengan tujuan, materi, siswa, serta
kondisi kelas.
6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah merupakan salah satu strategi yang memungkinkan
siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui suatu proses
yang memberi kesempatan berfikir, berinteraksi sosial serta berlatih bersikap positif.
Komponen Keterampilan:
1) Memusatkan perhatian
2) Memperjelas masalah atau urutan pendapat
3) Menganalisa pandangan siswa
4) Meningkatkan urunan siswa
5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6) Menutup diskusi
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan keterampilan untuk mengembalikan pada kondisi
belajar yang optimal.
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal Meliputi:
1) Menunjukkan sikap tanggap
2) Membagi perhatian
3) Memusatkan perhatian kelompok
4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
5) Menegur
6) Memberi penguatan
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal
meliputi:
1. Modifikasi tingkah laku
2. Pengelolaan kelompok
3. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Terjadinya hubungan interpersonal yang sehat dan akrab dapat terjadi antara
guru-siswa, maupun antara siswa dan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun
perorangan.
Komponen Keterampilan:
1) Keterampilan untuk mengadakan pendekatan secara pribadi
2) Keterampilan Mengorganisasikan
3) Keterampilan Membimbing dan memudahkan belajar siswa
4) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
C. Tujuh Hukum Mengajar
John Milthon Gregory merupakan penulis buku yang terkenal tentang Tujuh
Hukum Mengajar. Inilah beberapa petunjuk yang perlu dipersiapkan oleh seorang
guru yang baik.
1. Persiapkan bahan pelajaran dengan mempelajarinya berulang-ulang.
Jangan mengandalkan bahwa kita sudah pernah mempelajarinya karena apa
yang kita ketahui dahulu pasti sebagian sudah terhapus dari ingatan kita.
2. Carilah urutan yang logis dari tiap bagian dalam pelajaran yang
dipersiapkan tersebut. Setiap pelajaran selalu berangkat dari pengertian-
pengertian dasar yang sederhana baru ke tingkat pengertian yang tinggi. Pelajari
urut-urutan yang logis dari pelajaran yang dipersiapkan tersebut sampai
terwujud suatu pengertian yang dapat saudara uraikan dengan kata-kata
sendiri.
3. Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan
prinsip-prinsip yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip
abstrak.
4. Carilah hubungan antara apa yang diajarkan dan kehidupan sehari-hari
siswa. Hubungan-hubungan inilah yang akan menentukan nilai praktis
penerapan dari pelajaran itu.
5. Gunakan sebanyak mungkin sumber referensi berupa buku-buku atau
bahan-bahan yang sesuai, tetapi pahami dahulu sebaik-baiknya sebelum
menyampaikan kepada siswa.
6. Harap diingat bahwa lebih baik mengerti sedikit, tetapi benar-benar mantap
daripada mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.
7. Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum
berdiri di depan kelas. Dengan persiapan matang, kita akan semakin
menguasai pengetahuan dan gambaran apa yang diajarkan akan semakin jelas
BAB III
MEDIA PEMBELAJARAN
Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi semakin mendorong upaya-
upaya yang pembaharuan dalam pemanfaat hasi-hasil tehnologi dalam proses belajar.
Para pendidik dituntut agar mampu menggunakan media yang dapat disediakan oleh
sekolah dan tidak tertutup kemungkinan bahwa media tersebut sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman. Berbagai macam media pembelajaran merupakan
salah satu factor penunjang yang penting dalam proses peningkatan kualitas belajar
mengajar. Untuk mencapai tingkat efisien dan efektivitas yang memadai, salah satu
usaha yang perlu dilakukan adalah mengurangi system penyampain bahan pelajaran
yang bersifat verbalistik dengan mengembangkan media sebagai alat bantu maupun
sumber belajar. Oleh sebab itu penting media perencanaan yang merupakan suatu
perencanaan didalam pemilihan media pembalajaran yang lebih baik dan dapat
digunakan untuk proses belajar mengajar yang diharapkan dapat mempertinggi hasil
belajar yang dicapai. Media perencanaan dibuat untuk membantu para pendidik
menyampaikan berbagai materi tersusun secara rapi yang dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar pada peserta didik. Berbagai macam media yang disajikan didalam proses
belajar mengajar yang dapat membantu perkembangan pendidikan yang lebih maju.
Untuk itu artikel ini mengupas tentang peranan media perencanaan dalam kegiatan
belajar mengajar dilingkungan pendidikan. Peranan Media Perencanaan dalam Kegiatan
Belajar Mengajar di Lingkungan Pendidikan.
1. Pengertian
Media merupakan alat, metode dan tehnik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar pendidik dan peserta didik dalam proses
pendidikan dan pengajaran disekolah. Didalam proses belajar mengajar dilingkungan
pendidikan diperlukan adanya media perencanaan (Media Planning) yang baik agar
para pendidik dapat memilih media yang dapat menggambarkan dengan lebih baik dari
pada dirinya sendiri, misalnya : diagram pada Flip chart, serta media yang dipilih dapat
menarik minat dan perhatian siswa.
2. Fungsi Media Pembelajaran.
Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas.
Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut
pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian
Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang
dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National Education Association)
memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar,
dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
Raharjo (1991) menyimpulkan beberapa pandangan tentang media, yaitu Gagne yang
menempatkan media sebagai komponen sumber, mendefinisikan media sebagai
“komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya
untuk belajar.” Briggs berpendapat bahwa media harus didukung sesuatu untuk
mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar, yang
mendefinisikan media sebagai wahana fisik yang mengandung materi instruksional.
Wilbur Schramm mencermati pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk
menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa
informasi/pesan instruksional. Yusuf hadi Miarso memandang media secara luas/makro
dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang
dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik
Harsoyo (2002) menyatakan bahwa banyak orang membedakan pengertian
media dan alat peraga. Namun tidak sedikit yang menggunakan kedua istilah itu secara
bergantian untuk menunjuk alat atau benda yang sama (interchangeable). Perbedaan
media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu
sumber belajar disebut alat peraga bila hanya berfungsi sebagai alat bantu
pembelajaran saja; dan sumber belajar disebut media bila merupakan bagian integral
dari seluruh proses atau kegiatan pembelajaran dan ada semacam pembagian
tanggungjawab antara guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi lain. Pembahasan
pada pelatihan ini istilah media dan alat peraga digunakan untuk menyebut sumber atau
hal atau benda yang sama dan tidak dibedakan secara substansial.
Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu
sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang
digunakan guru untuk:
memotivasi belajar peserta didik
memperjelas informasi/pesan pengajaran
memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting
memberi variasi pengajaran
memperjelas struktur pengajaran.
Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan
membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta
didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah
bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera
pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan
bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat
mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar.
3. Kemampuan media sebagai alat bantu kegiatan pembelajaran
Rahardjo (1991) menguraikan dengan berangkat dari teori belajar diketahui
bahwa hakekat belajar adalah interaksi antara peserta didik yang belajar dengan
sumber-sumber belajar di sekitarnya yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku
belajar dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, tidak jelas menjadi jelas,
dsb. Sumber belajar tersebut dapat berupa pesan, bahan, alat, orang, teknik dan
lingkungan. Proses belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal.
Faktor internal seperti sikap, pandangan hidup, perasaan senang dan tidak senang,
kebiasaan dan pengalaman pada diri peserta didik. Bila peserta didik apatis, tidak
senang, atau menganggap buang waktu maka sulit untuk mengalami proses belajar.
Faktor eksternal merupakan rangsangan dari luar diri peserta didik melalui indera
yang dimilikinya, terutama pendengaran dan penglihatan. Media pembelajaran sebagai
faktor eksternal dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi belajar karena
mempunyai potensi atau kemampuan untuk merangsang terjadinya proses belajar.
Contohnya, (a) menghadirkan obyek langka: koleksi mata uang kuno, (b) konsep yang
abstrak menjadi konkrit: pasar, bursa, (c) mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah
dan jarak: siaran radio atau televisi pendidikan, (d) menyajikan ulangan informasi secara
benar dan taat asas tanpa pernah jemu: buku teks, modul, program video atau film
pendidikan,. (e) memberikan suasana belajar yang santai, menarik, dan mengurangi
formalitas.
Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingya visualisasi dan
verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman Edgar Dale”
dikemukakan bahwa ada suatu kontinuum dari konkrit ke abstrak antara pengalaman
langsung, visual dan verbal dalam menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin
konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar.
Namun, agar terjadi efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman belajar yang
diberikan semakin abstrak (“go as low on the scale as you need to ensure learning, but
go as high as you can for the most efficient learning”).
Raharjo (1991 menyatakan bahwa visualisasi mempermudah orang untuk
memahami suatu pengertian. Sebuah pemeo mengatakan bahwa sebuah gambar
“berbicara“ seribu kali dari yang dibicarakan melalui kata-kata (a picture is worth a
thousand words). Hal ini tidaklah berlebihan karena sebuah durian “monthong” atau
gambarnya akan lebih menjelaskan barangnya (atau pengertiannya) daripada definisi
atau penjelasan dengan seribu kata kepada orang yang belum pernah mengenalnya.
Salah satu dari sarana visual yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar
tersebut adalah OHT atau “overhead transparency.“ Sarana visual seperti OHT ini bila
digarap dengan baik dan benar. Di samping dapat mempermudah pemahaman konsep
dan daya serap belajar siswa, juga membantu pengajar untuk menyajikan materi secara
terarah, bersistem dan menarik sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Inilah manfaat
yang harus dioptimalkan dalam pembuatan rancangan media seperti OHT ini.
4. Jenis-jenis media
Media cukup banyak macamnya, Raharjo (1991) menyatakan bahwa ada media
yang hanya dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkanya. Ada pula yang
penggunaannya tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing
(teacher independent). Media yang tidak harus tergantung pada hadirnya guru lazim
tersebut media instruksional dan bersifat “self Contained”, maknanya: informasi belajar,
contoh, tugas dan latihan serta umpanbalik yang diperlakukan telah diprogramkan
secara terintegrasi.
Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas
media dan sumber belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan
menjadi media audio, media visual, media audio-visual, dan media serbaneka.
1. Media Audio : radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon .
2. Media Visual :
a. Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi
dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film
rangkai (film stip) , transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan,
diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta, dan globe.
b. Media visual gerak : film bisu.
3. Media Audio-visual
a. Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara ,
buku dan suara.
b. Media audiovisual gerak : video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan
suara.
4. Media Serba aneka :
a. Papan dan display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding,
papan magnetic, white board, mesin pangganda.
b. Media tiga dimensi : realia, sampel, artifact, model, diorama, display.
c. Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi,
pawai/karnaval, pedalangan/panggung boneka, simulasi.
d. Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.
e. Belajar terprogram
f. Komputer
Media yang tidak memerlukan keahlian khusus misalnya :
Papan tulis /whiteboard
Transparansi (OHT)
Bahan cetak ( buku, modul, handout )
Media yang memerlukan keahlian khusus :
Program audiovisual
Program slide, Microsoft Powerpoint
Program internet
Yang tergantung hadirnya guru misalnya :
Papan tulis / whiteboard
Tansparansi (OHT )
Sedangkan yang tidak bergantung kehadiran guru misalnya :
Umumnya media rekam
Bahan belajar mandiri (dapat dipelajari tanpa guru/ pengajar )
5. Pemilihan Media
Tiap jenis media mempunyai karakteristik atau sifat-sifat khas tersendiri. Artinya
mempunyai kelebihan dan kekurangan satu terhadap yang lain . Sifat-sifat yang
biasanya dipakai untuk menentukan kesesuaian penggunaan atau pemilihan media ialah
:
a. Jangkauan:
Beberapa media tertentu lebih sesuai untuk pengajaran individual misalnya buku teks,
modul, program rekaman interaktif (audio, video, dan program computer). Jenis yang
lain lebih sesuai untuk pengajaran kelompok di kelas, misalnya media proyeksi (OHT,
Slide, Film) dan juga program rekaman (audio dan video). Ada juga yang lebih sesuai
untuk pengajaran massal , misalnya program siaran (radio, televisi, dan konferensi jarak
jauh dengan audio).
b. Keluwesan :
Dari segi keluwesan, media ada yang praktis mudah dibawa kemana-mana , digunakan
kapan saja, dan oleh siapa saja, misalnya media cetak seperti buku teks , modul , diktat ,
dll.
c. Ketergantungan Media :
Beberapa media tergantung pemakaianya pada sarana/fasilitas tertentu atau hadirnya
seorang penyaji/guru.
d. Kendali / control :
Kadang-kadang dirasa perlu agar control belajar ada pada peserta didik sendiri ( pelajar
individu), pada guru (pelajaran klasikal) , atau peralatan.
e. Atribut :
Penggunaan media juga dapat dirasakan pada kemampuanya memberikan rangsangan
suara, visual, warna maupun gerak.
f. Biaya :
Alasan lain untuk menggunakan jenis media tertentu ialah karena murah biaya
pengadaan atau pembuatanya . Media transparansi (OHT) adalah sarana visual berupa
huruf , lambang, gambar, grafis maupun gabungannya yang dibuat pada bahan tembus
pandang atau transparan untuk diproyeksikan pada sebuah layar atau dinding dengan
menggunakan alat yang disebut “overhead projector “ atau OHP. Sebagaimana halnya
dengan semua jenis media proyeksi , OHT mempunyai kemampuan untuk
membesarkan bayanganya di layar atau didinding sejauh kekuatan lensa dan sinar
proyeksinya dapat mendukung . Oleh sebab itu , OHT sangat sesuai untuk kegiatan
seminar, lokakarya, pengajaran maupun latihan yang melibatkan kelompok sasaran
yang cukup besarnya sampai efektif 60 orang. Selebihnya mungkin perlu ditunjang
dengan sarana “sound system“ yang memadai karena keterbatasan jangkauan suara
pengajar. Untuk dapat menggarap maupun memanfaatkan media ini sebaiknya kita
harus mengenal karakteristiksnya. Media OHT mempunyai kelebihan- kelebihan dan
kelemahan- kelemahan yang harus diperhitungkan dalam perencanaannya.
6. Dampak perubahan media komunikasi pada media pembelajaran.
Nasution (1987) menguraikan bahwa perkembangan media komunikasi
mengalami kemajuan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Hal ini diawali dari penemuan
alat cetak oleh Guntenberg pada abad ke lima belas tentang buku yang ditulis yang
melahirkan buku-buku cetakan. Penemuan fotografi mempercepat cara illustrasi.
Lahirnya gambar hidup memungkinkan kita melihat dalam “slow motion“ apa yang
dahulu tak pernah dapat kita amati dengan teliti . Rekaman memungkinkan kita
mengulangi lagu-lagu yang dibawakan oleh orkes-orkes terkenal. Radio dan televisi
menambah dimensi baru kepada media komunikasi . Video recorder memungkinkan kita
merekam program TV yang dapat kita lihat kembali semua kita. Kemampuan membuat
kertas secara masinal membawa revolusi dalam media komunikasi dengan penerbitan
surat kabar dan majalah dalam jumlah jutaan rupiah tiap hari . Komputer membuka
kesempatan yang tak terbatas untuk menyimpan data dan digunakan setiap waktu
diperlukan. .
Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan dalam media komunikasi itu bagi
pendidikan. Buku sampai sekarang masih memegang peranan yang penting sekali dan
mungkin akan masih demikian halnya dalam waktu yang lama. Namun ada yang optimis
yang meramalkan bahwa dalam waktu dekat semua aspek kurikulum akan di-komputer-
kan .Memang kemampuan komputer sungguh luar biasa . Dalam sehelai nikel seluas 20
x 25 cm dapat disimpan isi perpustakaan yang terdiri atas 20.000 jilid . Namun ramalan
bahwa seluruh kurikulum akan di-komputer-kan dalam waktu dekat rasanya masih
terlampau optimis . Sewaktu gambar hidup ditemukan oleh Thomas Alva Edison pada
tahun 1913 telah diramalkan bahwa buku-buku segera akan digantikan oleh gambar
hidup dan seluruh pengajaran akan dilakukan tidak lagi melalui pendengaran akan tetapi
melalui penglihatan. Namun tak dapat disangkal faedah berbagai media komunikasi bagi
pendidikan.
Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang diketahui anak pada zaman
modern ini diperolehnya melalui radio, film, apalagi melalui televisi, jadi melalui media
massa. Cara-cara untuk menyampaikan sesuatu melalui TV misalnya yang disajikan
dengan bantuan para ahli media massa jauh lebih bermutu dari pelajaran yang diberikan
oleh guru dalam kelas .
Penggunaan alat media dalam pendidikan melalui dengan gerakan “audio-visual
aids“ pada tahun 1920-an di Amerika Serikat. Sebagai “aids“ alat-alat itu dipandang
sebagai pembantu guru dalam mengajar, sebagai ekstra atau tambahan yang dapat
digunakan oleh guru bila dikehendakinya. Namun pada tahun 1960-an timbul pikiran
baru tentang penggunaannya, yang dirintis oleh Skinner dengan penemuannya “
programmed instruction“ atau pengajaran berprograma. Dengan alat ini anak dapat
belajar secara individual. Jadi alat ini bukan lagi sekedar alat bantuan tambahan akan
tetapi sesuatu yang digunakan oleh anak dalam proses belajarnya. Belajar beprograma
mempunyai pengaruh yang besar sekali pada perkembangan teknologi pebdidikan. Di
Ameriks Serikat teknologi pendidikan dipandang sebagai media yang lahir dari revolusi
media komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan di samping, guru,
buku, dan papan tulis. Di Inggris teknologi pendidikan dipandang sebagai
pengembangan, penerapan, dan sistem evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan untuk
memperbaiki proses belajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan yang sistematis
terhadap pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan tujuan, analisis dan
sintesis yang tajam tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan adalah
pendekatan “problem solving“ tentang pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa
sebenarnya mendidik dan mengajar itu.
Teknologi pendidikan bukanlah terutama mengenai alat audio-visual, komputer,
dan internet. Walaupun alat audio-visual telah jauh perkembangannya, dalam kenyataan
alat-alat ini masih terlampau sedikit dimanfaatkaan. Pengajaran masih banyak
dilakuakan secara lisan tanpa alat audio-visual, komputer, internet walaupun tersedia.
Dapat dirasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan resource-based
learning “atau belajar dengan menghadap anak-anak langsung dengan berbagai
sumber, seperti buku dalam perpustakaan, alat audio-visual, komputer, internet dan
sumber lainya. Kesulitan juga akan dihadapi dalam pengadminitrasiannya. Ciri-ciri
belajar berdasarkan sumber, diantaranya
1. Belajar berdasarkan sumber (BBS ) memanfaatkan sepenuhnya segala
sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio
visual dan memberikan kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar
dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia . Ini tidak berarti
bahwa pengajaran berbentuk ceramah ditiadakan. Ini berari bahwa dapat
digunakan segala macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan
tertentu.
2. BBS (belajar berdasarkan sumber) berusaha memberi pengertian kepada
murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang
dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari
masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisaisi, dan lain-
lain bahan cetakan, perpustakaan, alat, audio-visual ,dan sebagainya.
Mereka harus diajarkan teknik melakukan kerja-lapangan, menggunakan
perpustakaan, buku referensi, komputer dan internet sehingga mereka lebih
percaya akan diri sendiri dalam belajar . Pada era sekarang ini muncul
kebutuhan software yang dapat mempermudah dan merperindah tampiran
presentasi dalam pengajaran. Kebutuhan ini dapat kita peroleh dari produk
program Microsoft Power Point yang merupakan salah satu dari paket
Microsoft office. Pogram ini menyediakan banyak fasilitas untuk membuat
suatu presentasi.
BAB IV
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SEKOLAH DASAR
4.1. Materi KTSP PERMEN 22/23/24 tahun 2006 Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar(SD)/Madrasah Ibtidaiyah(MI)
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik
mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran
bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan
perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta
menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis.
Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan,
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan
berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni
kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang
direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk
menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh
karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan
berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.
Tingkat literasi mencakup performative, functional, informational, dan epistemic.
Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan
berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang
mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti
membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang
mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada
tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa
sasaran (Wells,1987).
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan standar kompetensi bahasa
Inggris bagi SD/MI yang menyelenggarakan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai
muatan lokal. Kompetensi lulusan SD/MI tersebut selayaknya merupakan
kemampuan yang bermanfaat dalam rangka menyiapkan lulusan untuk belajar
bahasa Inggris di tingkat SMP/MTs. Kemampuan yang dimaksud adalah
kemampuan berinteraksi dalam bahasa Inggris untuk menunjang kegiatan kelas dan
sekolah.
Pendidikan bahasa Inggris di SD/MI dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai tindakan atau language
accompanying action. Bahasa Inggris digunakan untuk interaksi dan bersifat “here
and now”. Topik pembicaraannya berkisar pada hal-hal yang ada dalam konteks
situasi. Untuk mencapai kompetensi ini, peserta didik perlu dipajankan dan
dibiasakan dengan berbagai ragam pasangan bersanding (adjacency pairs) yang
merupakan dasar menuju kemampuan berinteraksi yang lebih kompleks.
B. Tujuan
Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas
untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks
sekolah
2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk
meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI mencakup kemampuan
berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang meliputi aspek-
aspek sebagai berikut.
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis.
ketrampilan menulis dan membaca diarahkan untuk menunjang pembelajaran
komunikasi lisan.
D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas IV, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
1. Memahami instruksi sangat
sederhana dengan tindakan
dalam konteks kelas
1.1 Merespon dengan melakukan tindakan sesuai
instruksi secara berterima dalam konteks kelas
1.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara
verbal dalam konteks kelas
Berbicara
2. Mengungkapkan instruksi dan
informasi sangat sederhana
dalam konteks kelas
2.1 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara
berterima yang melibatkan tindak tutur:
mengenalkan diri, memberi salam/sapaan, memberi
salam perpisahan, dan memberi aba-aba
2.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi
jasa/barang secara berterima yang melibatkan
tindak tutur: meminta bantuan, meminta barang,
dan memberi barang
2.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi
secara berterima yang melibatkan tindak tutur:
berterima kasih, meminta maaf, memberi maaf,
melarang, memuji, dan mengajak
2.4 Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang
melibatkan ungkapan: thank you, sorry, please, dan
excuse me
Membaca
3 Memahami tulisan bahasa
Inggris sangat sederhana
dalam konteks kelas
3.1 Membaca nyaring dengan melafalkan alfabet dan
ucapan yang tepat yang melibatkan kata, frasa, dan
kalimat sangat sederhana
3.2 Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
sederhana
Menulis
4 Mengeja dan menyalin tulisan
bahasa Inggris sangat
sederhana dalam konteks
kelas
4.1 Mengeja ujaran bahasa Inggris sangat sederhana
secara tepat dan berterima dengan tanda baca
yang benar yang melibatkan kata, frasa, dan
kalimat sangat sederhana
4.2 Menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana
secara tepat dan berterima seperti: ucapan selamat
dan pesan tertulis
Kelas IV, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
5. Memahami instruksi
sangat sederhana dengan
tindakan dalam konteks
kelas
5.1 Merespon dengan melakukan tindakan sesuai
dengan instruksi secara berterima dalam konteks
kelas dan dalam berbagai permainan
5.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal
Berbicara
6. Mengungkapkan instruksi
dan informasi sangat
sederhana dalam konteks
kelas
6.1 Menirukan ujaran dalam ungkapan sangat
sederhana secara berterima
6.2 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara
berterima yang melibatkan tindak tutur: memberi
contoh melakukan sesuatu dan memberi aba-aba
6.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi
jasa/barang secara berterima yang melibatkan
tindak tutur: meminta bantuan, meminta barang,
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
memberi barang
6.4 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi
secara berterima yang melibatkan tindak tutur:
meminta ijin, memberi ijin, menyetujui, tidak
menyetujui, menyangkal, dan meminta kejelasan
6.5 Mengungkapkan kesantunan secara berterima
yang melibatkan ungkapan: thank you, sorry,
please, dan excuse me
Membaca
7. Memahami tulisan bahasa
Inggris sangat sederhana
dalam konteks kelas
7.1 Membaca nyaring dengan ucapan yang tepat dan
berterima yang melibatkan: kata, frasa, dan kalimat
sangat sederhana
7.2 Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat
sederhana
Menulis
8. Mengeja dan menyalin
tulisan bahasa Inggris
sangat sederhana dalam
konteks kelas
8.1 Mengeja ujaran bahasa Inggris sangat sederhana
secara tepat dan berterima dengan tanda baca
yang benar yang melibatkan: kata, frasa, dan
kalimat sangat sederhana
8.2 Menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana
secara tepat dan berterima seperti ucapan selamat
dan pesan tertulis
Kelas V, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
1. Memahami instruksi sangat
sederhana dengan tindakan
1.1 Merespon instruksi sangat sederhana dengan
tindakan secara berterima dalam konteks kelas dan
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
dalam konteks sekolah sekolah
1.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal
Berbicara
2. Mengungkapkan instruksi dan
informasi sangat sederhana
dalam konteks sekolah
2.1 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara
berterima yang melibatkan tindak tutur: memberi
contoh melakukan sesuatu, memberi aba-aba, dan
memberi petunjuk
2.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi
jasa/barang secara berterima yang melibatkan
tindak tutur: meminta bantuan, memberi bantuan,
meminta barang, dan memberi barang
2.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi
secara berterima yang melibatkan tindak tutur:
mengenalkan diri, mengajak, meminta ijin, memberi
ijin, menyetujui, tidak menyetujui, dan melarang
2.4 Mengungkapkan kesantunan secara berterima
yang melibatkan ungkapan: Do you mind … dan
Shall we …
Membaca
3. Memahami tulisan bahasa
Inggris dan teks deskriptif
bergambar sangat sederhana
dalam konteks sekolah
3.1 Membaca nyaring dengan ucapan, tekanan, dan
intonasi secara tepat dan berterima yang
melibatkan: kata, frasa, dan kalimat sangat
sederhana
3.2 Memahami kalimat, pesan tertulis dan teks
deskriptif bergambar sangat sederhana secara
tepat dan berterima
Menulis
4. Mengeja dan menyalin kalimat
sangat sederhana dalam
konteks sekolah
4.1 Mengeja kalimat sangat sederhana secara tepat
dan berterima
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
4.2 Menyalin dan menulis kalimat sangat sederhana
secara tepat dan berterima seperti: ucapan
selamat, ucapan terima kasih, dan undangan
Kelas V, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
5. Memahami instruksi sangat
sederhana dengan tindakan
dalam konteks sekolah
5.1 Merespon instruksi sangat sederhana dengan
tindakan secara berterima dalam konteks sekolah
5.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal
Berbicara
6. Mengungkapkan instruksi dan
informasi sangat sederhana
dalam konteks sekolah
6.1 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara
berterima yang melibatkan tindak tutur: memberi
contoh melakukan sesuatu, memberi aba-aba, dan
memberi petunjuk
6.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi
jasa/barang secara berterima yang melibatkan
tindak tutur: meminta bantuan, memberi bantuan,
meminta barang, dan memberi barang
6.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi
secara berterima yang melibatkan tindak tutur:
memberi informasi, memberi pendapat, dan
meminta kejelasan
6.4 Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang
melibatkan ungkapan: do you mind ... dan Shall
we ...
Membaca
7.1 Membaca nyaring dengan ucapan, tekanan, dan
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7. Memahami tulisan bahasa
Inggris sangat sederhana
dalam konteks sekolah
intonasi secara tepat dan berterima yang
melibatkan: kata, frasa, kalimat sangat sederhana,
dan teks sangat sederhana
7.2 Memahami kalimat, pesan tertulis dan teks
deskriptif bergambar sangat sederhana secara
tepat dan berterima
Menulis
8. Mengeja dan menyalin kalimat
sangat sederhana dalam
konteks sekolah
8.1 Mengeja kalimat sangat sederhana secara tepat
dan berterima
8.2 Menyalin dan menulis kalimat sangat sederhana
secara tepat dan berterima dengan tanda baca
yang tepat seperti: ucapan selamat, ucapan terima
kasih, dan ucapan simpati
Kelas VI, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
1. Memahami instruksi dan
informasi sangat sederhana
baik secara tindakan
maupun bahasa dalam
konteks sekitar peserta didik
1.1 Merespon instruksi sangat sederhana dengan
tindakan secara berterima dalam kegiatan di dalam
dan luar kelas
1.2 Merespon instruksi sangat sederhana dengan
tindakan secara berterima dalam berbagai
permainan
1.3 Memahami cerita lisan secara berterima dengan
bantuan gambar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Berbicara
2. Mengungkapkan instruksi
dan informasi sangat
sederhana dalam konteks
sekitar peserta didik
2.1 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara
berterima yang melibatkan tindak tutur: memberi
contoh melakukan sesuatu, memberi aba-aba, dan
memberi petunjuk
2.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi
jasa/barang secara berterima yang melibatkan
tindak tutur: meminta bantuan, memberi bantuan,
meminta barang, dan memberi barang
2.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi
secara berterima yang melibatkan tindak tutur:
mengingatkan, menyatakan suka / tidak suka,
menanyakan jumlah, menanyakan keadaan,
memberi komentar, memberi pendapat, dan
mengusulkan
2.4 Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang
melibatkan ungkapan:Would you plese ... dan May I
...
Membaca
3. Memahami teks fungsional
pendek dan deskriptif
bergambar sangat
sederhana dalam konteks
sekitar peserta didik
3.1 Membaca nyaring teks fungsional pendek sangat
sederhana dengan ucapan dan intonasi yang tepat
dan berterima
3.2 Memahami teks deskriptif bergambar sangat
sederhana dalam konteks sekitar peserta didik
Menulis
4. Menulis teks fungsional
pendek sangat sederhana
dalam konteks sekitar
peserta didik
4.1 Menulis teks fungsional pendek sangat sederhana
secara berterima
4.2 Menulis kartu-kartu ucapan sangat sederhana
secara berterima
Kelas VI, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
5. Memahami instruksi dan
informasi sangat sederhana
baik dengan tindakan
maupun bahasa dalam
konteks sekitar peserta didik
5.1 Merespon instruksi dan informasi sangat
sederhana baik dengan tindakan maupun bahasa
secara berterima di dalam dan luar kelas
5.2 Merespon instruksi dan informasi sangat sederhana
baik dengan tindakan maupun bahasa secara
berterima dalam berbagai permainan
5.3 Memahami cerita lisan sangat sederhana dengan
bantuan gambar
Berbicara
6. Mengungkapkan instruksi
dan informasi sangat
sederhana dalam konteks
sekitar peserta didik
6.1 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara
berterima yang melibatkan tindak tutu: memberi
contoh melakukan sesuatu, memberi aba-aba, dan
memberi petunjuk
6.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi
jasa/barang secara berterima yang melibatkan
tindak tutu: meminta bantuan, memberi bantuan,
meminta barang, dan memberi barang
6.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi
secara berterima yang melibatkan tindak tutur:
mengungkapkan perasaan, merespon ungkapan,
mengungkapkan keraguan, menanyakan, dan
meminta kejelasan
6.4 Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang
melibatkan ungkapa: Would you please ... dan May
I ...
Membaca
7. Memahami teks fungsional
pendek dan deskriptif
7.1 Membaca nyaring teks fungsional pendek sangat
sederhana dengan ucapan dan intonasi yang tepat
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
bergambar sangat
sederhana dalam konteks
sekitar peserta didik
dan berterima
7.2 Memahami teks deskriptif bergambar sangat
sederhana dalam konteks sekitar peserta didik
7.3 Memahami teks naratif bergambar sangat
sederhana
Menulis
8. Menulis teks fungsional
pendek sangat sederhana
dalam konteks sekitar
peserta didik
8.1 Menulis teks fungsional pendek sangat sederhana
secara berterima dalam konteks sekitar peserta
didik
8.2 Menulis kartu-kartu ucapan sederhana secara
berterima
E. Arah Pengembangan
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk
mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian
perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.
4.2. Pengembangan Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Untuk itu perlu kita pahami dulu unsur-unsur yang terdapat pada silabus (standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar ) Kompetensi dimaksudkan sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang harus dikuasai siswa dan direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak . Dengan demikian kemampuan yang diperoleh siswa akan diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Sedangkan kompetensi dasar merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan dimahirkan pada setiap tingkatan dari suatu mata pelajaran yang harus dikuasai siswa
untuk mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Komponen lain yang perlu kita ketahui adalah indikator pencapaian hasil belajar yaitu kemampuan dasar yang spesifik untuk menilai ketuntasan belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
Selain komponen utama tersebut, guru masih leluasa menambahkan komponen-komponen lain karena pada prinsipnya semakin rinci suatu silabus akan semakin memudahkan guru dalam menterjemahkannya ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
Pada hakekatnya pengembangan silabus akan mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
Kompetensi apakah yang harus dimiliki oleh peserta didik? Bagaimana cara membantu peserta didik dalam mencapai kompetensi
tertentu? Bagaimana mengetahui bahwa peserta didik telah memili ki kompetensi
tertentu?
Oleh karena itu, pengembangannya diserahkan sepenuhnya kepada guru, yang dianggap benar-benar mengetahui dan memahami kondisi sekolah, peserta didik, dan kemampuan diri sendiri, yang pada akhirnya bisa diharapkan materi dan metode pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.
Untuk menjaga keberagaman pengembangan silabus , guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus yaitu ilmiah, relevan, fleksibel, berkesinambungan, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, efektif dan efisien.
1. Ilmiah dimaksudkan keseluruhan materi dan kegiatan pembelajaran yang tercantum dalam silabus harus benar, logis dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan dimaksudkan adanya kesesuaian antara ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional dan spiritual peserta didik, ada kesesuaian dengan tuntutan masyarakat, ada kesinambungan dengan pendidikan di atasnya, dan kesesuaian antar komponen dalam silabus
3. Fleksibel dimaksudkan bahwa guru tidak terpancang dengan silabus yang dirancang namun bisa dimodifikasi dengan mengakomodasi ide baru
4. Berkesinambungan dimaksudkan bahwa silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik, harus berkesinambungan dengan jenjang pendidikan di atasnya, harus berkesinambungan dengan silabus lain yang sejenis
5. Konsisten dimaksudkan adanya hubungan yang konsisten (ajeg) antar komponen dalam silabus dalam membentuk dan mencapai kompetensi tertentu yang harus dimiliki peserta didik.
6. Memadai dimaksudkan komponen-komponen dalam silabus dapat membantu peserta didik m,encapai kompetensi yang telah ditetapkan serta sarana dan prasarana yang tersedia dapat mendukung ketercapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan
7. Aktual dan Kontekstual dimaksudkan semua komponen utama yang dijabarkan dalam silabus dikembangkan dengan mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, serta memuat berbagai peristiwa yang sedang berlangsung dan terjadi di masyarakat.
8. Efektif dimaksudkan dalam mengembangkan silabus harus mempertimbangkan keterlaksanaannya dalam proses pembelajaran dan tingkat ketercapaian kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan dan perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi di kelas sehingga kendala yang mungklin terjadi selama proses pembelajaran dapat diantisipasi
9. Efisien dimaksudkan dalam pengembangan silabus dan menyusun perencanaan pembelajaran, setiap guru perlu mengupayakan penghematan dan memperkecil penggunaan dana, daya dan waktu tanpa mengurangi hasil dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Selanjutnya mari kita pelajari langkah-langkah Pengembangan Silabus berikut.
1. Mengisi kolom identitas
Contoh:
SILABUS
Nama Sekolah : SDN 1 Modern
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IV/1
Alokasi Waktu : 4 X 35 menit
2. Mengkaji dan Menganalisis Standar Kompetensi Urutan tidak harus sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi,
melainkan berdasarkan hirarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan
Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran
Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran
3. Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar Urutan tidak harus sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi,
melainkan berdasarkan hirarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan
Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran
Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran
4. Mengidentifikasi Materi Standar Menganalisis kesesuaian materi dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik Mempertimbangkan prinsip kebermanfaatan bagi peserta didik Berpedoman pada struktur keilmuan Mempertimbangkan kedalaman dan keluasan cakupan materi Memprediksi keterkaitan antara kebutuhan peserta didik dan tuntutan
lingkungan dalam kehidupan nyata Menentukan jumlah waktu yang diperlukan untuk menuntaskan
penguasaan peserta didik terhadap materi tertentu
5. Mengembangkan Pengalaman Belajar (Standar Proses) Mempertimbangkan proses pembelajaran secara keseluruhan yang
melibatkan kegiatan mental dan fisik peserta didik yang secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang bervariasi.
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang bervariasi yang perlu dikuasai oleh peserta didik.
6. Merumuskan Indikator Keberhasilan Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang
menunjukkan tanda-tanda, perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.
Urutan tidak harus sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi, melainkan berdasarkan hirarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan
Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran
Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Indikator dirumuskan dalam kata kerja operasional ( kata kerja operasional terlampir) yang dapat diukur dan dapat diobservasi, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun alat penilaian.
7. Menentukan Penilaian Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan disesuaikan dengan
pengalaman belajar, dengan menggunakan tes dan non tes secara tulis maupun lisan, misalnya pengamatan kinerja dan sikap, penilaian hasil karya, portofolio dan penilaian diri.
Penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi dengan menggunakan acuan kriteria.
Penilaian dilakukan dengan sistem penilaian berkelanjutan dan hasilnya dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
8. Menentukan alokasi waktuAlokasi yang dicantumkan di dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh rata-rata peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan, dengan memperhatikan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dan jumlah minggu efektif.
9. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar merupakan rujukan, objek atau bahan yang digunakan dan
dimanfaatkan selama proses pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, ekonomi dan budaya. Sumber belajar ditentukan berdasarkan komponen utama silabus.
Contoh format silabus Nama Sekolah:
Mata Pelajaran:
Kelas/Semester:
Standar Kompetensi:
Kompetensi dasar
Materi pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Berikut ini merupakan kata – kata kerja operasional Sesuai dengan Tingkat Berpikir
Mengingat informasi 1. Menjelaskan (describe) 2. Memanggil kembali (recall) 3. Menyelesaikan /
menyempurnakan (complete) 4. Mendaftarkan (list) 5. Mendefinisikan (define) 6. Menghitung (count) 7. Mengidentifikasi (identify)
8. Menceritakan (recite)
9. Menamakan (name)
Memproses (processing):
1. Mengsintesisikan (synthesize)
2. Mengelompokkan (group) 3. Menjelaskan (explain) 4. Mengorganisasikan (organize) 5. Meneliti /melakukan
eksperimen (experiment) 6. Membuat analog (make
analogies) 7. Mengurutkan (sequence) 8.Mengkategorisasikan
(categorize) 9. Menganalisis (analyze) 10. Membandingkan (compare) 11. Mengklasifikasi (classify) 12. Menghubungkan (relate) 13. Membedakan (distinguish) 14. Menyatakan sebab-sebab
(state causality
Menerapkan dan Mengevaluasi
1. Menerapkan suatu prinsip (applying a principle)
2. Membuat model (model building)
3. Mengevaluasi (evaluating) 4. Merencanakan (planning) 5. Meramalkan kemungkinan
(extrapolating) 6. Meramalkan (predicting) 7. Mengambil kesimpulan
(inferring) 8. Meramalkan kejadian alam
(forecasting) 9. Menggeneralisasikan
(generalizing) 10. Mempertimbangkan
kemungkinan (speculating) 11. Membayangkan
/mengkhayalkan (Imagining) 12. Merancang (designing) 13. Menciptakan (creating) 14. Membuat dugaan
(hypothezing)
1. Perilaku yang Kreatif a. Mengubah (alter) b. Menanyakan (ask)
c. Mengubah (change) d. Merancang (design) e.
Menggeneralisasikan (generalize)
f. Memodifikasi (modify)
g. Menata kembali (paraphrase)
h. Meramalkan (predict)
i. Menanyakan (question)
j. Menyusun kembali (rearrange)
k. Mengkombinasikan kembali (recombine)
l. Mengkonstruk kembali (reconstruct)
m. Mengelompokkan kembali (regroup)
n. Menamakan kembali (rename)
o. Menyusun kembali (reorder)
p. Mengorganisasikan kembali (reorganize)
q. Mengungkapkan kembali (rephrase)
r. Menyatakan kembali (restate)
s. Menyusun kembali (restructure)
t. Menceritakan kembali (retell)
u. Menuliskan kembali (rewrite)
v. Menyederhanakan (simplify)
w. Mengsintesis (synthesize)
x. Mengsistematiskan (systematize)
2. Perilaku dalam menilai
a. Menganalisis (analyze) b. Mengapresiasi (appraise) c. Menilai (assess) d. Mengkombinasikan (combine) e. Membandingkan (compare) f. Menyimpulkan (conclude) g. Mengkontraskan (contrast) h. Mengkritik (critize) i. Menarik kesimpulan (deduce) j.Membela/mempertahankan
(defend) k. Menunjukkan / menandakan
(designate) l. Menentukan (determine) m. Mencari dan menemukan
(discover) n. Mengevaluasi (evaluate) o. Merumuskan (formulate) p. Mengeneralisasikan
(generate) q. Menarik kesimpulan dari data
(induktif) (induce) r. Menafsirkan (infer) s. Merencanakan (plan) t. Menyusun (structure) u. Menggantikan (substitute) v. Menyarankan (suggest)
3. Perilaku-perilaku dalam membedakan
a. Memilih (choose) b. Mengumpulkan (collect) c. Mendefinisikan (define) d. Menjelaskan sesuatu
(describe) e. Mendeteksi (detect) f. Membedakan (differentiate) g. Membedakan (discriminate) h. Membedakan sesuatu
(distinguish) i. Mengidentifikasi (identify) j. Mengindikasi (indicate) k. Mengisolasi (isolate) l. Mendaftarkan (list) m. Memadukan (match) n. Meniadakan (omit) o. Mengurutkan (order)
p. Mengambil (pick) q. Menempatkan
(place) r. Menunjuk (point) s. Memilih (select) t. Memisahkan
(separate)
4. Perilaku-perilaku Sosial
a. Menerima (accept) b. Mengakui (admit) c. Menyetujui (agree) d. Membantu (aid) e. Membolehkan
(allow) f. Menjawab (answer) g. Memberikan
argumen (argue) h. Mengkomunikasikan
(communicate) i. Memberi pujian
(compliment) j. Menyumbang
(contribute) k. Bekerjasama
(cooperate) l. Berdansa (dance) m. Menolak
/menidaksetujui (disagree)
n. Mendiskusikan (discuss)
o. Memaafkan (excuse) p. Memaafkan (forgive) q. Menyambut/
menyalami (greet) r.Menolong/membantu
(help) s. Berinteraksi
(interact) t. Mengundang (invite) u. Menggabung (joint) v. Menertawakan
(laugh) w. Menemukan (meet)
x. Berperanserta (participate) y. Mengizinkan (permit) z. Memuji-muji (praise) aa. Bereaksi (react) ab. Menjawab (reply) ac. Tersenyum (smile) ad. Berbicara (talk) ae. Berterimakasih (thank) af. Berkunjung (visit) ag. Bersukarela (volunteer)
5. Perilaku-perilaku dalam berbahasa
a. Menyingkat (abbreviate) b. Memberi tekanan (accent) c. Menyusun menurut abjad
(alphabetize) d. Mengartikulasikan (articulate) e. Memanggil (call) f. Menulis dengan huruf besar
(capitalize) g. Menyunting (edit) h. Menghubungkan dengan garis
penghubung (hyphenate) i. Memasukkan (beberapa
spasi) /melekukkan (indent) j. Membuat outline peta (outline) k. Mencetak (print) l. Melafalkan (pronounce) m. Memberi tanda baca
(punctuate) n. Membaca (read) o. Mendeklamasikan (recite) p. Mengatakan (say) q. Menandakan (sign) r. Berbicara (speak) s. Mengeja (spell) t. Menyatakan (state) u. Menyimpulkan (summarize) v. Membagi atas suku-suku kata
(syllabicate) w. Menceritakan (tell) x. Menerjemahkan (translate) y. Mengungkapkan dengan kata-
kata (verbalize) z. Membisikkan (whisper) aa. Menulis (write)
6. Perilaku-perilaku dalam bermusik
a. Meniup (blow) b. Menundukkan
kepala (bow) c. Bertepuk (clap) d. Menggubah
/menyusun (compose) e. Menyentuh (finger) f.
Memadankan/berpadanan (harmonize)
g. Menyanyi kecil/bersenandung (hum)
h. Membisu (mute) i. Memainkan (play) j. Memetik (misal gitar)
(pluck) k. Mempraktikkan
(practice) l. Menyanyi (sing) m. Memetik/mengetuk-
ngetuk (strum) n. Mengetuk (tap) o. Bersiul (whistle)
7. Perilaku-perilaku gerakan fisik
a. Melengkungkan (arch)
b. Memukul (bat) c. Menekuk/
membengkokkan (bend) d.Mengangkat/
membawa (carry) e. Menangkap (catch) f. Mengejar/memburu
(chase) g. Memanjat (climb) h. Menghadap (face) i. Mengapung (float) j. Merebut/menangkap
(grab)
k. Menyambar/merebut (grasp) l. Memegang erat-erat (grip) m. Memukul/menabrak (hit) n. Melompat/meloncat (hop) o. Melompat (jump) p. Menendang (kick) q. Mengetuk (knock) r. Mengangkat/mencabut (lift) s. Berbaris (march) t. Melempar (pitch) u. Menarik (pull) v. Mendorong (push) w. Berlari (run) x. Mengocok (shake) y. Bermain ski (ski) z. Meloncat (skip) aa. Berjungkirbalik (somersault) ab. Berdiri (stand) ac. Melangkah (step) ad. Melonggarkan/merentangkan
(stretch) ae. Berenang (swim) af. Melempar (throw) ag. Melambungkan/melontarkan
(toss) ah. Berjalan (walk)
8. Perilaku-perilaku dalam seni a. Memasang (assemble) b. Mencampur (blend) c. Menyisir/menyikat (brush) d. Membangun (build) e. Mengukir (carve) f. Mewarnai (color) g. Mengkonstruk/
membangun(construct) h. Memotong (cut) i. Mengoles (dab) j. Menerangkan(dot) k. Menggambar (draw) l. Mengulang-ulang/melatih
(drill) m. Melipat (fold) n. Membentuk (form) o. Menggetarkan/memasang
(frame) p. Memalu (hammer)
q. Menangani (handle) r. Menggambarkan
(illustrate) s. Mencair (melt) t. Mencampur (mix) u. Memaku (nail) v. Mengecat (paint) w.Melekatkan/
menempelkan/ merekatkan (paste)
x. Menepuk (pat) y. Menggosok (polish) z. Menuangkan (pour) aa. Menekan (press) ab. Menggulung (roll) ac. Menggosok/
menyeka(rub) ad .Menggergaji (saw) ae. Memahat (sculpt) af.Menyampaikan/
melempar (send) ag. Mengocok
(shake) ah. Membuat sketsa
(sketch) ai. Menghaluskan
(smooth) aj.Mengecap/
menunjukkan (stamp) ak. Melengketkan (stick) al. Mengaduk (stir) am.Meniru/menjiplak
(trace) an.Menghias/
memangkas (trim) ao.Merengas/memvernis
(varnish) ap.Menyeka/
menghapuskan/ membersihkan (wipe)
aq. Membungkus (wrap)
9. Perilaku-perilaku dalam drama
a.Berakting/berperilaku (act) b. Mendekap (clasp) c. Menyeberang (cross) d. Menyutradarai (direct) e. Memajangkan (display) f. Memancarkan (emit) g. Memasukkan (enter) h. Mengeluarkan (exit) i. Mengekspresikan (express) j. Meniru (imitate) k. Meninggalkan (leave) l. Menggerakkan (move) m. Berpantomim (pantomime) n. Melewati(pass) o. Memainkan/melakukan
(perform) p. Meneruskan (proceed) q. Menanggapi (respond) r. Memperlihatkan (show) s. Mendudukkan (sit) t. Memutar balik (turn)
10. Perilaku-perilaku untuk Matematika
a. Menambah (add) b. Membagi dua (bisect) c. Menghitung/mengkalkulasi
(calculate) d. Mencek/meneliti (check) e. Membatasi (circumscribe) f. Menghitung/mengkomputasi
(compute) g. Menghitung (count) h. Memperbanyak (cumulate) i. Mengambil dari (derive) j. Membagi (divide) k. Memperkirakan (estimate) l. Menyarikan/menyimpulkan
(extract) m. Memperhitungkan
(extrapolate) n. Membuat grafik (graph) o. Mengelompokkan (group) p.
Memadukan/mengintegrasikan (integrate)
q.
Menyisipkan/menambah (interpolate)
r. Mengukur (measure) s.Mengalikan/
memperbanyak (multiply)
t. Menomorkan (number)
u. Membuat peta (plot) v. Membuktikan
(prove) w. Mengurangi (reduce) x. Memecahkan (solve) y.Mengkuadratkan
(square) z. Mengurangi
(substract) aa. Menjumlahkan (sum) ab. Mentabulasi
(tabulate) ac. Mentally (tally) ad. Memverifikasi
(verify)
11. Perilaku-perilaku untuk Sains
a. Menjajarkan (align) b. Menerapkan (apply) c. Melampirkan
(attach) d. Menyeimbangkan
(balance) e. Mengkalibrasi
(calibrate) f. Melaksanakan
(conduct) g. Menghubungkan
(connect) h. Mengubah (convert) i. Menurunkan
(decrease) j. Mempertunjukkan
(demonstrate) k. Membedah (dissect)
l. Memberi makan (feed) m. Menanam (grow) n. Menambahkan/meningkatkan
(increase) o. Memasukkan/menyisipkan
(insert) p. Menyimpan (keep) q. Memanjangkan (lenghthen) r. Membatasi (limit) s. Memanipulasi (manipulate) t. Mengoperasikan (operate) u. Menanamkan (plant) v. Menyiapkan (prepare) w. Menghilangkan (remove) x. Menempatkan (replace) y. Melaporkan (report) z. Mengatur ulang (reset) aa. Mengatur (set) ab. Menentukan/menetapkan
(specify) ac. Meluruskan (straighten) ad. Mengukur waktu (time) ae. Mentransfer (transfer) af. Membebani/memberati
(weight)
12. Perilaku-perilaku Penampilan Umum, Kesehatan, dan Keamanan
a. Mengancingi (button) b. Membersihkan (clean) c. Menjelaskan (clear) d. Menutup (close) e. Menyikat/menyisir(comb) f. Mencakup (cover) g. Mengenakan/menyarungi
(dress) h. Minum (drink) i. Makan (eat) j. Menghapus (eliminate) k. Mengosongkan (empty) l. Mengetatkan/melekatkan
(fasten) m.
Mengisi/memenuhi/melayani /membuat (fill)
n. Melintas/berjalan (go)
o. Mengikat tali/menyusuri (lace)
p.Menumpuk/menimbun (stack)
q. Berhenti (stop) r. Merasakan (taste) s. Mengikat/membebat
(tie) t. Tidak mengancingi
(unbutton) u.Membuka/
menanggalkan (uncover)
v. Menyatukan (unite) w. Membuka(unzip) x. Menunggu (wait) y. Mencuci (wash) z. Memakai (wear) aa. Menutup (zip)
4.3. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Proses pembelajaran yang baik memerlukan rencana pembelajaran yang baik, agar
diperoleh hasil belajar yang baik. Oleh karena itu untuk keperluan pelaksanaan
pembelajaran, guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Landasan
RPP adalah PP No 19 tahun 2005 Pasal 20, yang berisi Perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman
belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus, sekaligus merupakan gambaran
kompetensi siswa yang ingin dicapai baik selama dan setelah proses pembelajaran.
Komponen rencana pembelajaran meliputi: identitas mata pelajaran, kompetensi dasar dan
indikator, materi pokok, langkah kegiatan, alat dan media, dan penilaian. Pada sesi ini
peserta akan menyusun dan mengembangkan RPP sesuai dengan bidang studi yang
diajarkan. Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran di tingkat SD/MI, SMP/MTs
maupun SMA/MA meliputi:
1. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester,
dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
2. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan (Ini tidak harus dimasukkan
dalam RPP karena pada dasarnya sudah ada di silabus)
3. Tujuan pembelajaran. Tujuan dapat diturunkan dari kompetensi dasar atau indikator.
4. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai
kompetensi dasar dan indikator. Pada bagian ini kompleksitas dan keluasan materi
yang diperoleh dari berbagai sumber belajar perlu dipertimbangkan disesuaikan dengan
perkembangan berpikir dan sosial siswa.
5. Langkah kegiatan. Ini merupakan rincian dari kegiatan pembelajaran atau pengalaman
belajar yang ada di silabus yang terdiri dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
Tahapan Kegiatan Pembelajaran
Pada Pembelajaran tematik di tingkat sekolah dasar alokasi waktu untuk setiap tahapan
adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3
jam pelajaran (3 x 35 menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit). Alokasi
waktu disesuaikan dengan bobot kompetensi dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Pada pembelajaran di tingkat sekolah menengah untuk alokasi waktu satu jam pelajaran (45
menit) kegiatan pendahuluan kurang lebih 5 menit, kegiatan inti 30 menit dan kegiatan
penutup 10’. Demikian pula jika pembelajaran yang beralokasi dua jam pelajaran (90’)
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup disesuaikan dengan strategi
pembelajaran yang diterapkan. Misalnya pembelajaran yang menerapkan metode
eksperimen tentu pengaturan waktunya berbeda dengan pembelajaran yang menerapkan
metode widyawisata.
a. Kegiatan Pembukaan
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk
mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan
baik.
Sifat dari kegiatan awal adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan
penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan atau tentang topik
yang akan dipelajari. Di Sekolah Dasar, Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan
adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi. Di Sekolah Menengah kegiatan
pembukaan ini dapat berupa penyampaian ilustrasi, tanya jawab untuk menggali
pengetahuan awal siswa atau berbagai permainan yang dapat memunculkan kesiapan
belajar (readyness). Kegiatan pembukaan ini sangat penting untuk memotivasi belajar siswa
dan mengetahui kemampuan awal siswa agar proses pembelajaran selanjutnya dapat
dilaksanakan secara lebih terfokus pada indikator yang ingin dicapai.
b. Kegiatan Inti
Pada RPP Di Sekolah dasar kegiatan inti pembelajaran difokuskan pada kegiatan-kegiatan
yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi
dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan. Pada RPP di
Sekolah Menengah, strategi pembelajaran yang dapat diterapkan bisa dengan cara
memadukan beragam metode mulai dari ceramah, diskusi, demonstrasi, eksperimen,
widyawisata, proyek, inkuiri-discoveri, yang pada prinsipnya dapat melatih kemampuan
berpikir, bersikap dan keterampilan ilmiah siswa. Berbagai strategi pembelajaran aktif dapat
pula dirujuk dari sesi sebelumnya tentang strategi pembelajaran aktif.
Dalam mendeskripsikan pengalaman belajar siswa, perlu diperhatikan keterkaitannya
dengan indikator yang sudah dirumuskan guru. Ketika menyusun RPP guru bisa bertanya
melalui kegiatan belajar seperti apa yang dapat dilakukan bersama siswa agar indikator
yang telah dirumuskan dapat tercapai? Pendekatan apa yang tepat diterapkan? Metode-
metode apa saja yang dapat diintegrasikan, disesuaikan dengan kemampuan siswa dan
sumber daya belajar di sekitar sekolahnya.
c. Kegiatan Penutup
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan dan membuat tindak lanjut belajar.
Di Sekolah Dasar beberapa contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah
menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng,
membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, dan apresiasi musik. Di
Sekolah Menengah kegiatan penutup sangat penting untuk mengarahkan siswa melakukan
belajar di luar kelas dengan kegiatan-kegiatan yang kreatif, serta mencatat pelajaran yang
dapat melatih memori siswa dalam memproses informasi seperti membuat rangkuman,
membuat peta konsep, peta pikiran.
6. dalam rangka mencapai tujuan. Di lingkungan sekitar terdapat beragam sumber belajar
yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran, baik yang berupa bahan cetakan,
bahan asli, audiovisual yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena
itu pada bagian ini hendaknya dituliskan sumber belajar yang bervariasi, bukan hanya
sebatas bahan cetakan seperti buku.
7. Penilaian. Menyebutkan prosedur dan instrumen penilaian untuk mengetahui kemajuan
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Instrumen penilaian hendaknya dapat
memadukan berbagai instrumen yang dapat mengukur pencapaian belajar dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Bentuk-bentuk penilaian yang dapat diterapkan, dapat
dirujuk dari sesi sebelumnya tentang Penilaian Berbasis Kelas.
Berdasarkan komponen-komponen dalam RPP, dapat diketahui bahwa RPP merupakan
perencanaan menyeluruh yang perlu disusun dan dikembangkan oleh setiap guru
secara terus menerus agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat selalu
meningkat sesuai dengan perkembangan tuntutan pendidikan.
Daftar Pustaka
Abimanyu, S. 1984. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran. Jakarta : Tim
Pengembangan Program Pengalaman Lapangan P3G, DEPDIKBUD
Balsamo Kathy. (1994). Thematic Activities for Student Portfolios. Beavercreek : Pieces of
learning
Bolla, J.I. 1982. Keterampilan-keterampilan kelas. Jakarta : pengembangan program
pengalaman lapangan P3G, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bredekamp . (1987). Development Appropiate Practice. New York : National Association for the Education of Young Children (NAEYC)
Clearly Pauline, Luca, Di. (1986). Learning Through an Approaches and Guildelines
Integrated Curriculum. Victoria : Ministery of Education
Collins Gillian, Dixen Hazel. (1001). Integrated Learning : Planning Curriculum Unit.
Bookshelf Stage 3. Australia : Bookshelf Publishing
Cooper, JM.et al. 1977 Classroom Teaching skill. A Handbook Lexingtton : D.C. Health and
Company
Cowell, Richard N. Buku Pegangan Para Penulis Paket Belajar. Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan, Depdikbud, 1988.
Dahar, R.W. (1989). Teori Teori Belajar. Jakarta: Airlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan. Jakarta, 2005
Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Paket Pelatihan untuk Sekolah dan Masyarakat.
Jakarta, 2005
Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Paket Pelatihan Lanjutan untuk Sekolah dan Masyarakat.
Jakarta, 2005
http://www.texascollaborative.org./what is Contextual Teaching and Learning.html
Elliot, Andrew J. and Carol S. Dweck. Handbook of Competence and Motivation. New York:
The Gulford Press, 2005.
Forgaty, Robin. (1991). The Mindful School :How to Integrate The Curricula . Palatine,
Illinois :IRI/Skylight Publishing, Inc.
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrahim, Buddy. TQM (Total Quality Management): Panduan Untuk Menghadapi Persaingan
Global. Jakarta: Djambatan, 2000.
Jenkins, L. Improving Student Learning: Applying Deming Quality Principles in Education.
Milwakee,WI: ASQO Press. 1996.
Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London
Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn & Bacon
Popham, W.J. 2005. Classroom Assessment: What Teachers Need to Know. UCLA.
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mangajar, Penerbit Rineka Cipta, Cetakan ke tujuh , Maret
2008
Suciati dkk, Teori Belajar dan motivasi, 2001, Proyek pengembangan UT Ditjen, PT. Dep.
Pendidikan Nasional.
Syaiful Bahri Djamari, 2002.Strategi belajar mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Smith, P.L., & Ragan, T.J. (2005). Instructional Design. Oklahoma: John Willey Sons
Wilson Lorraine, Malmgren David, Ramage Shirl etc.. (1991). An Integrated Approach
Learning, Melbourne : Thomas Nelson Australia
Wardani, I Gak. 2001. Dasar-dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
Sayiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didk – dalam interaks edukatif, Penerbit Rineka
Cipta, Cetakan Pertama , Februari 2000
Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Lefrancois, Guy R. Theories of Human Learning. Kro: Kros Report, 1995.
Miarso,Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekkom & Kencana.
2005
Rychen, Dominique Simon. Key Competencies. New York: Mc Graw Hill, 2002.
Semiawan, Conny R. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1999.
Silberman, Mel. Active Learning: Strategies to Teach Any Subject. Boston: Allyn and Bacon,
1996.
Usman, Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990.
Vygotsky, L.S. Thought and Language. Cambridge, MA: Harvard University Press, 1962.
Achmad Sapari. Pendidikan dan Sensitivitas Guru yang Kreatif. Kompas, Senin, 8
Desember 2003
Irsyad Ridho (Editor). Pendidikan, Proyek Peradaban yang Terbengkalai.
Jakarta: Transbook, 2006
Gilley, Jerry W. dan Steven A. Eggland, 1989. Principles of Human Resourches
Development. New York: Addison Wesley Pub. Company. Inc.
Jalal, Fasli dan Dedi Supriyadi (ed). 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi
Daerah. Yogyakarta: Adicipta.
Soedijarto. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka,
1993
———–. Pendidikan Nasional sebagai Wahana Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan
Membangun Peradaban Negara Bangsa.
J.G.A. Wardani, 1985. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil, Jakarta P2LPTK
DITJEN DIKTI, DEPDIKBUD
Monoarfa, Sartin, 2007. Materi Perkuliahan Keterampilan Dasar Mengajar PPL I, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo
Raflis Kosasi, 1985. Keterampilan Menjelaskan, Jakarta: P2LPTK DITJEN DIKTI,
DEPDIKBUD
Soli Abimanyu, 1985. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran, Jakarta: P2LPTK
DITJEN DIKTI, DEPDIKBUD
Soli Abimanyu, 2002. Keterampilan Dasar Mengajar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Makasar
Tana’ Ranggina Sangongallo, 1997. Hands-Out Keterampilan Dasar Mengajar (KDM) Bahan
Pelatihan PPL Bagi Dosen D-II PGSD
Pelatihan TOT NASIONAL ALIS – ALFHE
(Pembelajan Aktif di Sekolah dan Perguruan Tinggi) DBE 2- USAID (USA)