karya ilmiah

149
BAB I STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN I. Strategi Pembelajaran Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: 1. Exposition-discovery learning 2. Group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya, 2008). A. Jenis Strategi Pembelajaran Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan dengan kemampuan pengawas dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah/satuan

description

metode pembelajaran

Transcript of karya ilmiah

Page 1: karya ilmiah

BAB I

STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN

I. Strategi Pembelajaran

Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran

adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip

pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi

pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya

masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu

pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan

ke dalam dua bagian pula, yaitu:

1. Exposition-discovery learning

2. Group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya

digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi

merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way

in achieving something” (Wina Senjaya, 2008).

A. Jenis Strategi Pembelajaran

Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus

dimiliki oleh para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan dengan

kemampuan pengawas dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan guru

untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah/satuan pendidikan.

Secara spesifik pengawas satuan pendidikan harus memiliki kemampuan untuk

membantu guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran, serta dapat memilih

strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.

Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan

dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan,

method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R.

David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi

tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk

penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam

pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan

Page 2: karya ilmiah

pembelajaran. Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang

diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu

peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang

kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai

tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan

keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam

mencapai tujuannya itu, seorang pelatih akan tim basket akan menentukan strategi yang

dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang

guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan

suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus

dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan

efisien. Kemp (1995). Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi

pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan

secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang

instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis

strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: (a) strategi pengorganisasian

pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan

pembelajaran.

1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran

Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi isi

pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat

urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan. Strategi

pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan

strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi

pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi

makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang

melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.

Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat

sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan. Pemilihan isi

berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan

konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu

pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan.

Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembauatn rangkuman

Page 3: karya ilmiah

mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang

konsepnserta kaitan yang sudah diajarkan.

2. Strategi Penyampaian Pembelajaran.

Strategi penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variable metode

untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran

adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan

informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja.

3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran

Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang

berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel

metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan

tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan

selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting variabel

strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa,

dan motivasi.

B. Beberapa Istilah dalam Strategi Pembelajaran

Beberapa istilah yang hampir sama dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik

atau taktik dalam pembelajaran.

1. Metode

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi

menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode

adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian

suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.

2. Pendekatan (Approach)

Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap

proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat

bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya,

mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat

pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa

(student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan

strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau

Page 4: karya ilmiah

pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada

siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi

pembelajaran induktif.

3. Teknik

Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka

mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar metode

ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan

proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah

pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan

berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.

4. Taktik

Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode

tertentu. Taktik sifatnya lebih individual, walaupun dua orang samasama menggunakan

metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan

melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau

menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu strategi pembelajaran yang

diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan

bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran.

Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang

dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki

taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.

C. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran

Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal: (1) menetapkan

spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar; (2) menentukan pilihan

berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur,

metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan

belajar mengajar. Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk

bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan

belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid

dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Menurut Newman dan Mogan strategi dasar setiap usaha meliputi empat

masalah masing-masing adalah sebagai berikut.

1. Pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang harus

dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi

masyarakat yang memerlukannya.

Page 5: karya ilmiah

2. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai

sasaran.

3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai

akhir.

4. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan

untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.

Kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut bisa

diterjemahkan menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi

perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang diharapkan; (2) memilih sistem

pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat;

(3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang

dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam

menunaikan kegiatan mengajarnya; dan (4) menetapkan norma-norma dan batas

minimal

keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman

oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya

akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan system instruksional yang

bersangkutan secara keseluruhan.

Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat

penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar supaya sesuai dengan yang diharapkan.

Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang diinginkan

sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus

dijadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan

secara jelas dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Perubahan

perilaku dan kepribadian yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu

kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misalnya dari tidak bisa membaca berubah

menjadi dapat membaca. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas,

berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti. Lebih jauh suatu

usaha atau kegiatan yang tidak punya arah atau tujuan pasti, dapat menyebabkan

terjadinya penyimpangan- penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.

Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat

dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang suatu persoalan,

konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalammemecahkan suatu kasus

akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan

pendekatan berbeda, akan menghasilkan kesimpulan- kesimpulan yang tidak sama.

Page 6: karya ilmiah

Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil, dan sebagainya akan melahirkan

kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara

pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pengertian-pengertian, konsep,

dan teori ekonomi tentang baik, benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau

adil menurut pengertian konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang

dikatakan baik, benar atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena

pengertian, konsep, dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda

dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara

pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.

Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar

yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi

siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan

masalah, berbeda dengan cara atau supaya murid- murid terdorong dan mampu berfikir

bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu

dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan

tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan menggunakan teknik

penyajian yang sama.

Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru

mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana

keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui

keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar

mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi

dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk

kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai

murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya

mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan,

hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga, keterampilan dan sebagainya atau

dilihat dan berbagai aspek.

Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh antara

dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bisa dipisahkan.

E. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar

Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu

bertahap dan berjenjang, mulai dari yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan

pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional,

sampai pada tujuan yang bersifat universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik

Page 7: karya ilmiah

TahapPrainstruksional

Tahap Penilaian danTindak Lanjut

TahapInstruksional

mengenai sasaran akhir kegiatan belajar mengajar akan mempengaruhi persepsi

mereka terhadap sasaran antara serta sasaran kegiatan. Sasaran itu harus

diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan.

Belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional mengacu kepada pengertian

sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai

tujuan. Sebagai suatu sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain

tujuan pelajaran, bahan ajar, siswa yang menerima pelayanan belajar, guru, metode dan

pendekatan, situasi, dan evaluasi kemajuan belajar. Agar tujuan itu dapat tercapai,

semua komponen yang ada harus diorganisasikan dengan baik sehingga sesama

komponen itu terjadi kerjasama.

Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar,

pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk

itu wajar bila guru memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti: (1)

kecerdasan dan bakat khusus, (2) prestasi sejak permulaan sekolah, (3) perkembangan

jasmani dan kesehatan, (4) kecenderungan emosi dan karakternya, (5) sikap dan minat

belajar, (6) cita-cita, (7) kebiasaan belajar dan bekerja, (8) hobi dan penggunaan waktu

senggang, (9) hubungan sosial di sekolah dan di rumah, (10) latar belakang keluarga,

(11) lingkungan tempat tinggal, dan (12) sifat-sifat khusus dan kesulitan belajar anak

didik. Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi, selain itu

guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada

kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait.

E. Tahapan Instruksional

Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar yakni tahap permulaan

(prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian dan tindak

lanjut.

Tahapan Instruksional

1 2 3

Ketiga tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Jika satu

tahapan tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi

proses pengajaran.

Page 8: karya ilmiah

1. Tahap Prainstruksional

Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai

proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau

oleh siswa pada tahapan ini:

a. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir.

Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan salah satu tolok ukur

kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan

kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dan lain-lain), tetapi bisa

juga terjadi karena pengajaran dan guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak

disukai oleh siswa, atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya

dianggap merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberi hukuman yang

menyebabkan frustasi, rendah diri dan lain-lain).

b. Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya.

Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di

rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari

itu.

c. Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang

bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui sampai di mana pemahaman materi yang telah diberikan.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran

yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.

e. Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran sebelumnya)

secara singkat tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas

sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas

hari berikutnya nanti, dan sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar

siswa.

Tujuan tahapan ini adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan

yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan

pelajaran hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan kegiatan

pemanasan dalam olah raga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa.

2. Tahap Instruksional

Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan memberikan bahan

pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi

beberapa kegiatan sebagai berikut.

a. Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.

Page 9: karya ilmiah

b. Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku

sumber yang telah disiapkan sebelumnya.

c. Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu

dapat ditempuh dua cara yakni: (a) pembahasan dimulai dari gambaran umum

materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus, (b) dimulai dari

topik khusus menuju topik umum.

d. Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh

konkret. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk

mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas.

e. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap

pokok materi sangat diperlukan.

f. Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh

guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa.

Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin

diserahkan sepenuhnya kepada siswa.

3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut

Tahap yang ketiga adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan

pembelajaran. Tujuan tahapan ini ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari

tahapan kedua (instruksional).

Ketiga tahap yang telah dibahas di atas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang

terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat

mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut

diterima oleh siswa secara utuh. Di sinilah letak keterampilan profesional dari seorang

guru dalam melaksanakan strategi mengajar.

Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam uraian di atas secara teoretis mudah

dikuasai, namun dalam praktiknya tidak semudah seperti digambarkan. Hanya dengan

latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.

F. Bagaimana memilih strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada metode

pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru

dalam mengajar. Dalam mengembangkan strategi pembelajaran paling tidak guru perlu

mempertimbangkan beberapa hal antara lain: bagaimana mengaktifkan siswa,

bagaimana siswa membangun peta konsep, bagaimana mengumpulkan informasi

dengan stimulus pertanyaan efektif, bagaimana menggali informasi dari media cetak,

Page 10: karya ilmiah

bagaimana membandingkan dan mensintesiskan informasi, bagaimana mengamati

(mengawasi) kerja siswa secara aktif, bagaimana cara menganalisis dengan peta akibat

atau roda masa depan, serta bagaimana melakukan kerja praktik.

1. Bagaimana Mengaktifkan Siswa?

Jika siswa belum biasa bekerja efektif dalam kelompok, maka guru boleh menetapkan

tugas untuk masing-masing kelompok dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti;

• kelompok itu kecil (dua sampai tiga siswa) dan guru menetapkan anggota kelompok

• tugas itu dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat saja

• tugas itu sederhana

• perintah-perintah jelas dan diberikan selangkah demi selangkah

• guru perlu menyediakan sumber belajar

• guru menerangkan dengan jelas peran setiap siswa yang sedikit berbeda di

dalam kelompok

• penilaian bersifat informal dan guru perlu membahas dan mendiskusikan tugas

itu dengan siswa

Suatu bagian penting dari tugas ini adalah belajar bekerjasama. Untuk siswa-siswa yang

sudah lebih berpengalaman bekerja dengan cara ini, guru dapat menetapkan tugas dan

kelompok, sehingga: Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif

• kelompok dapat lebih besar dan kadang-kadang siswa boleh memilih siapa

anggota kelompoknya

• tugas dapat ditambahkan lebih banyak, tetapi dengan batas waktu yang jelas dan

ditetapkan oleh guru

• tugas dapat dibagi dalam bagian-bagian atau merupakan suatu pilihan dari

sejumlah pilihan yang ditetapkan guru

• beberapa perintah/instruksi pengerjaan tugas membolehkan siswa untuk

memberikan saran, misalnya dalam pendekatan, memilih metode eksperimen,

atau memutuskan bentuk produk pekerjaan yang akan mereka hasilkan

• beberapa sumber belajar dapat dipilih oleh siswa

• peran siswa dalam kelompok dapat beragam dan beberapa keputusan tentang

peran ini dapat dibuat oleh siswa-siswa

• penilaian dapat dibicarakan dengan siswa melalui diskusi informal dengan kriteria

terstruktur formal, serta penilaian individual atau kelompok dapat dilakukan

Dalam hal ini, keterampilan bekerjasama turut dikembangkan. Terdapat juga suatu fokus

penting tentang topik belajar khusus dan produk kerja kelompok yang akan

memperlihatkan bahwa pembelajaran sudah berlangsung. Dengan cara seperti ini, siswa

Page 11: karya ilmiah

123456

123456

123456

123456

123456

123456

123456

123456

123456

123456

11111 22222 33333 44444 55555

akan mampu melakukan kegiatan secara mandiri yang dicirikan dengan beberapa hal

antara lain;

• mereka memutuskan jumlah dan anggota kelompok

• tugas dapat tersebar untuk masa yang panjang atau lama melalui siswa-siswa

berunding dengan guru membahas jumlah waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas

• tugas mungkin rumit, para siswa perlu memilah-milah perincian setepatnya dari

beberapa bagian pekerjaan

• sumber belajar dapat meliputi beragam media dan bahan

• peran setiap siswa dalam kelompok ditetapkan secara musyawarah untuk

mufakat (konsensus).

Strategi ini merupakan temuan dari Jigsaw di mana kerja kelompok yang terstruktur

didasarkan pada kerjasama dan berbagai tanggung jawab. Strategi ini menjamin agar

setiap siswa memikul suatu tanggung jawab yang jelas dalam kelompoknya. Kelas diatur

ke dalam sejumlah kelompok ‘pangkalan’ dengan kira-kira enam anggota untuk masing

masing kelompok. Tugas dibagi dalam sejumlah kelompok yang telah ditetapkan. Di

dalam kelompok pangkalan yang terdiri dari enam siswa, terdapat enam pertanyaan

untuk dijawab, atau enam potongan informasi untuk ditemukan atau enam bagian suatu

model untuk dirancang atau diperiksa. Dalam setiap kelompok pangkalan, setiap siswa

meneliti satu dari isu atau pertanyaan yang berbeda-beda itu. Anda dapat menugaskan

tugas khusus untuk anggota-anggota kelompok pangkalan atau membiarkan kelompok

berunding di antara mereka mengenai siapa yang akan melakukan apa.

1.

2.

3.

Page 12: karya ilmiah

Pada bagan pertama menunjukkan bahwa ada lima kelompok pangkalan dan setiap

kelompok masing-masing membawa hal yang harus diselesaikan, kemudian masing-

masing mengelompokkan diri sesuai dengan masalahnya (seperti gambar kedua)

masalah tersebut didiskusikan pada kelompok. Setelah mereka menemukan jawaban

kemudian mereka bergabung seperti pada kelompok pertama yaitu pada gambar ketiga.

Kemudian setiap kelompok masing-masing mengemukakan masalah dan hasil

penyelesaiannya. Dengan demikian setiap orang memperoleh informasi yang sama dari

berbagai masalah yang dipecahkan.

Ilustrasi ini menunjukkan bagaimana kelompok-kelompok diatur dengan

menggunakan strategi jigsaw. Siswa-siswa adalah anggota kelompok-kelompok

pangkalan dan lalu mereka meneliti aspek tertentu dari topik di dalam kelompok-

kelompok pakar. Pada waktu tugas penelitian sudah selesai, mereka kembali ke

kelompok pangkalan asal mereka.

Cara lain untuk mengetahui tahap awal pengetahuan siswa dari serangkaian kegiatan

bisa dilakukan curah pendapat (brain storming). Kegiatan ini perlu dikendalikan oleh

guru, tetapi guru tidak boleh membatasi atau mengarahkan alur gagasan-gagasan

siswa.

Dalam sidang curah pendapat (brain storming), guru meminta kepada siswa-

siswa untuk memberi kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang ditulis di papan tulis.

Guru menjamin bahwa semua siswa di dalam kelas menyumbang dan tidak

menunjukkan melalui perkataan atau perbuatan bahwa satu jawaban lebih berharga

atau tepat. Pada tahap-tahap permulaan, semua sumbangan diterima dan tidak ada

diskusi mengenai hal-hal itu. Begitu daftar sudah selesai, guru memperkenankan

diskusi, umpamanya “Manakah dari gagasan-gagasan ini yang kamu setujui atau tidak

setujui dan mengapa?’’‘Apakah beberapa gagasan ini perlu dikelompokkan bersama?’

Suatu sidang curah pendapat dapat digunakan untuk:

• mendorong guru menemukan sejauhmana pengetahuan siswa tentang sesuatu

topik sebelum kelas mulai mengerjakannya, sehingga guru dapat merencanakan

urutan pembelajaran selanjutnya. Untuk maksud ini guru akan bertanya, ‘Apa

yang kamu ketahui tentang . . .?’

• merencanakan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab sebagai suatu bagian

proyek kelompok dari kegiatan kerja kelompok ‘gergaji ukir’.

Dalam hal ini, guru akan bertanya kepada siswa-siswa, ‘Apa yang harus kita upayakan

mencarinya tentang . . .?’

2. Bagaimana Siswa Membangun Peta Konsep?

Page 13: karya ilmiah

Pembuluh darah DARAH

Mengangkut

Jaringantubuh

JANTUNG

PARU-PARU

Memompa

MengangkutDarah ke sel

MengangkutDarah dari

Peta konsep dapat dikembangkan secara individual atau dalam kelompok kecil. Siswa-

siswa mengatur sejumlah konsep atau kata-kata kunci pada satu halaman kertas,

kemudian menghubungkannya dengan garis-garis dan sepanjang garis itu ditulis suatu

kata atau ungkapan yang menjelaskan kaitan antarkata-kata atau konsep-konsep.

Peta konsep dapat digunakan untuk:

• membantu guru mengetahui sejauhmana pengetahuan siswa-siswa tentang

suatu topik sebelum kelas mulai mengerjakannya, sehingga guru dapat

merencanakan urutan pembelajaran selanjutnya. Untuk maksud ini, guru dapat

memberi kepada siswa-siswa sejumlah kata kunci atau gagasan terkait dengan

topik yang akan dipelajari.

• menyediakan suatu titik tolak untuk diskusi antarsiswa guna memperjelas

pengertian mereka. Untuk maksud ini, siswa-siswa akan ditempatkan di dalam

kelompok-kelompok dua atau tiga orang untuk membangun peta melalui mufakat

(konsensus).

• memberi umpan balik tentang sejauhmana siswa-siswa sudah memahami topik

itu. Untuk maksud ini, peta konsep tentu diselesaikan sebagai kegiatan terakhir

dalam urutan pengajaran tentang suatu topik. Siswa-siswa dapat diberi semua

konsep kunci tentang suatu topik dan meminta mereka menghubungkannya

dalam suatu peta konsep. Sebagai kemungkinan lain, mereka dapat diberi satu

atau dua gagasan kunci dan meminta membangun suatu peta konsep dengan

menambahkan pada gagasan-gagasan ini dan mengembangkan suatu peta yang

menjelaskan semua hal yang sudah dipelajarinya.

• mengaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan dalam satu

kegiatan dengan apa yang mereka pelajari dalam kegiatan lain. Untuk maksud

ini, guru akan memberi siswa-siswa dua buah daftar kata kunci, satu daftar dari

setiap topik, dan meminta siswa-siswa menghubungkan kata-kata dari kedua

daftar dalam peta konsep mereka.

Gambar : peta konsep

Page 14: karya ilmiah

Dalam kegiatan ini guru menantang siswa-siswa untuk mengerjakan konsep atau

gagasan yang diilustrasikan. Guru memilih gagasan yang ia ingin siswa-siswa

mengenalinya, mengerti, dan menggambarkan, umpamanya binatang menyusui.

Guru menantang siswa-siswa untuk mengolah gagasan itu dengan

menempatkan gambar-gambar, kata-kata, benda-benda, kalimat-kalimat atau diagram-

diagram yang disajikan dalam dua tumpukan yang berbeda. Satu tumpukan merupakan

contoh yang baik dari gagasan yang ia pikirkan dan tumpukan yang satu lagi berisi hal-

hal yang tidak sesuai dengan gagasannya.

Langkah pertama adalah menyajikan kepada siswa-siswa contoh yang baik dari

gagasan umpamanya gambar seekor gorila, binatang menyusui. Lalu guru memberitahu

kepada siswa-siswa bahwa ini adalah contoh yang baik. Inilah contoh pertama dalam

tumpukan contoh-contoh yang ‘baik’. Sekarang guru menunjukkan kepada siswa-siswa

contoh yang jelek dari gagasan itu seperti kata ‘siput’. Siput bukan binatang menyusui.

Kata ini ditempatkan dalam tumpukan’‘bukan contoh baik’. Guru lanjutkan lagi

menunjukkan contoh-contoh yang baik dan contoh-contoh yang tidak cocok dengan

gagasan itu, mengajak siswa-siswa untuk membantunya memutuskan ke dalam

tumpukan mana contoh itu akan ditempatkan.

Pada waktu hampir semua siswa mampu menempatkan contoh-contoh ke dalam

tumpukan yang benar, guru harus bertanya kepada dua atau tiga siswa yang tampaknya

Mengambil

Page 15: karya ilmiah

memahami gagasan itu untuk menjelaskan bagaimana mereka memutuskan di mana

contoh ditempatkan. Sesudah penjelasan yang baik dan jelas diberikan, guru mungkin

masih menyajikan beberapa lagi contoh untuk memastikan bahwa semua siswa sudah

mengenali gagasan itu. Jika siswa-siswa tidak mampu mengenali gagasan itu, maka

guru harus memberikan jawabannya.

Sama halnya dalam Bahasa Indonesia, guru hendaklah mengembangkan konsep kata

benda. Gunakanlah gambar bunga sebagai contoh yang baik dan kata ‘berlari’ sebagai

contoh yang tidak sesuai dengan konsep. Dalam matematika, konsep segitiga dapat

dikembangkan dengan menunjukkan gambar-gambar atau benda-benda di dalam kelas

yang memang atau yang bukan segitiga.

3. Bagaimana Menggali Informasi dari Media Cetak?

Jika siswa-siswa diminta untuk mengerti dan bukan sekedar mengingat informasi yang

ditemukannya di dalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya,

maka mereka haruslah aktif mengumpulkan informasi. Tidaklah selayaknya mengajukan

suatu pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang

dengan mudah ditemukan di dalam teks atau naskah. Hal demikian sering

mengkondisikan siswa hanya menyalin jawaban dari sumber itu. Misalkan ada suatu

pertanyaan ‘Apakah ciri-ciri binatang menyusui?’ tidak tepat jika hal-hal berikut dapat

ditemukan di dalam teks.

Semua binatang menyusui mempunyai sepasang anggota badan seperti tangan

atau kaki, kelenjar susu, mengasuh anaknya, dan mempunyai bulu sedikitnya pada satu

tahap dalam siklus hidupnya. Pertanyaan yang lebih tepat adalah ‘Cari uraian tentang

binatang menyusui di dalam teks dan gunakanlah itu untuk memutuskan binatang-

binatang berikut mana yang sesuai dimasukkan ke dalam kelompok itu. Lalu, untuk

siswa disediakan gambar-gambar dan uraianuraian, menggunakan beragam kosakata,

dari beberapa binatang yang menyusui dan beberapa yang tidak menyusui.

4. Bagaimana Membandingkan dan Mensintesiskan Informasi

Pemahaman informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber belajar dapat

ditingkatkan jika siswa-siswa bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok

diberi sumber belajar yang berbeda untuk digunakan dalam mencari jawaban atas

pertanyaan yang sama. Dengan demikian, siswa-siswa harus membandingkan dan

mendiskusikan jawaban-jawaban yang sudah mereka tuliskan, sehingga, sebagai

hasilnya, mereka akan mampu memberi satu jawaban yang memuaskan. Ini sering

merupakan strategi yang efektif untuk dipakai oleh kelompok-kelompok pakar ketika

pendekatan ‘gergaji ukir’ (jigsaw) terhadap proyek penelitian digunakan.

Page 16: karya ilmiah

5. Bagaimana Mengamati (Mengawasi) secara Aktif?

Sering para siswa tidak berpikir dan belajar aktif pada waktu menonton video. Beberapa

orang guru mengajukan sejumlah pertanyaan kepada mereka untuk dijawab pada waktu

mereka menonton video. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu disajikan dengan

jawaban-jawaban akan muncul di dalam video dan ungkapan-ungkapan kunci di dalam

pertanyaan-pertanyaan juga terjadi di dalam video, sehingga menunjuk pada jawaban.

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mudah dijawab dan jarang menuntut keterlibatan aktif.

Untuk menjamin agar para siswa berpikir aktif sewaktu menonton video, mintalah

mereka untuk:

• Menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang mereka pikirkan pada waktu menonton

video. Ini dapat digunakan sebagai dasar untuk dikusi kemudian atau penelitian

lanjutan tentang topik itu.

• Menuliskan contoh-contoh kategori tertentu dari peristiwa-peristiwa, benda-benda

atau hewan-hewan, dan sebagainya yang muncul dalam video itu. Ini dapat

didiskusikan kemudian dan dikelompokkan sebagai dasar untuk kegiatan meraih

konsep.

6. Bagaimana Cara Menganalisis dengan Peta Akibat atau Roda Masa Depan?

Strategi ini dapat digunakan sebelum atau sesudah siswa-siswa mempelajari sesuatu

topik. Hal itu dapat digunakan untuk menemukan seberapa tuntas siswa-siswa sudah

memikirkan sesuatu isu atau peristiwa, atau dapat digunakan untuk menemukan apakah

mereka sudah mampu menerapkan informasi yang sudah dipelajarinya dalam

menganalisis situasi baru. Siswa-siswa diminta untuk mempertimbangkan semua hasil

atau akibat yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan dan kemudian hasil-hasil

dan akibat-akibat sesudah itu. Mereka hendaklah didorong untuk berpikir tentang akibat-

akibat positif dan negatif dalam rentang konteks yang mungkin meliputi hal-hal yang

bersifat sosial, etik, moral, ekonomi, politik, pribadi, hokum atau politik.

Suatu tugas analisis yang tidak begitu rumit dapat melibatkan siswa-siswa untuk

memeriksa informasi yang mereka temukan tentang keputusan, sikap atau tindakan

yang kontroversial (menjadi sengketa). Siswa-siswa bekerja sebagai satu kelas

keseluruhan atau dalam kelompok-kelompok untuk menggolong-golongkan informasi

yang mereka kumpulkan atas menguntungkan atau merugikan bagi mereka sendiri,

keluarganya, desa atau masyarakat umumnya. Sesudah klasifikasi atas keuntungan dan

kerugian sudah dirampungkan, siswa-siswa dapat diminta untuk memutuskan, apakah

sesudah menyeimbangkan, mereka mendukung keputusan, sikap atau tindakan itu.

Page 17: karya ilmiah

Strategi-strategi ini meliputi permainan peran atau anjuran (advokasi) untuk

kepentingan kelompok masyarakat/komunitas tertentu dimaksudkan untuk membantu

siswa-siswa mengenali bahwa biasanya terdapat suatu rentang sudut pandang

mengenai sesuatu isu dan suatu rentang cara menafsirkan informasi tentang isu itu.

Pandangan-pandangan ini biasanya ditentukan oleh pengalaman, harapan dan cita-cita,

nilai, pendidikan, gaya hidup dan peran di dalam masyarakat dari orang yang

mengungkapkan pandangan itu.

Satu pendekatan adalah meminta setiap siswa mempertimbangkan suatu isu

atau masalah dari sudut pandang satu kelompok komunitas yang bersangkutan. Ini

dapat meliputi orang-orang bisnis, pekerja-pekerja, anak-anak, pelestari-pelestari alam,

anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau dewan setempat, para petani, penjaga

warung, ibu-ibu pekerja, wisatawan, akuntan, dokter, dan sebagainya. Sesudah memilih

isu atau masalah, kelas dapat menggunakan strategi mencari ilham (topan otak) untuk

mengenali kelompok-kelompok komunitas yang berkepentingan ini. Siswa-siswa

memainkan satu dari peran-peran yang diidentifikasi. Mereka boleh bekerja sendirian

atau dalam kelompok.

Guru dapat memberi informasi atau siswa-siswa sendiri dapat mencari informasi

tentang isu atau masalah itu atau mungkin sudah didiskusikan dalam pengertian umum

oleh seluruh kelas pada pelajaran-pelajaran yang lalu. Siswa-siswa memutuskan apa

pandangan mereka dalam peran yang dipilihnya. Mereka harus bertindak dan berbicara

dengan cara yang runtut atau konsisten dengan perannya selama konverensi meja

bundar berlangsung. Peran ini hendaklah jelas untuk seluruh kelas selama konverensi

meja bundar melalui etiket yang ditempatkan di hadapan setiap siswa atau kelompok

siswa.

Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan), memastikan bahwa

semua siswa diperkenankan mengemukakan pandangan sesuai peran yang

diterimanya, bahwa setiap diskusi berlangsung tertib dan mendorong peranserta yang

jika perlu dengan mengajukan pertanyaan.

Page 18: karya ilmiah

Pada akhir konverensi meja bundar, siswa-siswa hendaklah didorong untuk

memperhatikan semua sudut pandang dan tiba pada suatu keputusan pribadi tentang

isu itu.

7. Bagaimana Melakukan Kerja Praktik?

Kerja praktik selalu menjadi bagian penting dari pembelajaran sains. Namun, kerja

praktik tradisional jenis resep atau selangkah demi selangkah bukanlah strategi belajar

yang efektif. Siswa-siswa mungkin mengikuti perintah-perintah sejenis resep itu dan

memperoleh hasil-hasil yang diharapkan tanpa memahami konsep yang sedang

diselidiki

atau pengertian tentang pentingnya hasil-hasil yang diperoleh.

Terdapat beberapa cara yang menjamin bahwa siswa-siswa secara aktif terlibat dalam

kerja praktik mereka dan bahwa mereka belajar dari pengalaman itu.

• Satu strategi sederhana adalah memberi para siswa perintah-perintah dalam

suatu susunan acak. Mereka diberitahu apa yang mereka coba temukan dan

kemudian diminta untuk memisahkan perintah-perintah ke dalam susunan yang

dapat dikerjakan sebelum mereka memulai eksperimen.

• Sebelum memulai eksperimen, mereka hendaklah diminta untuk meramalkan

hasil-hasilnya. Pada waktu hasil-hasil sudah diperoleh, mereka diminta untuk

memutuskan apakah hasil-hasil sesuai atau tidak dengan ramalan-ramalan

mereka. Jika hasil-hasil sesuai dengan ramalan, maka mereka hendaklah

menjelaskan mengapa mereka mengharapkan hasil-hasil itu. Jika hasil-hasil

tidak sesuai dengan harapan, siswa hendaklah diminta untuk memikirkan-ulang

metode eksperimen untuk memutuskan apakah ramalan yang salah atau

terdapat kesalahan dalam cara pelaksanaan prosedur eksperimen.

• Mereka dapat diberi suatu kumpulan peralatan yang tepat dan suatu pertanyaan

untuk diselidiki. Kelas dapat mendiskusikan jenis data yang perlu dikumpulkan.

Kemudian, mereka merancang prosedur eksperimennya sendiri, mengumpulkan

data dan tiba pada suatu kesimpulan.

• Mereka dapat diberi pertanyaan penelitian eksperimen terbuka (tidak terbatas),

yakni diberi hanya rincian topik yang sedang dibicarakan dan mungkin beberapa

gagasan tentang beberapa aspek topik yang akan mereka selidiki. Dalam

kegiatan seperti itu, mereka akan mengembangkan suatu hipotesis, merancang

metode eksperimen, memilih peralatan yang tepat, mengumpulkan data,

mengatur data dan tiba pada suatu kesimpulan.

Suatu catatan tentang penggunaan buku pelajaran yang sekarang tersedia. Dalam

waktu singkat, buku-buku pelajaran baru, secara khusus ditulis untuk kurikulum berbasis

Page 19: karya ilmiah

kompetensi tidak akan tersedia di hampir semua sekolah. Guru harus bekerja dengan

buku-buku pelajaran yang sudah ada.

Dalam banyak hal, isi mata pelajaran tidaklah berubah secara berarti/signifikan,

sehingga informasi, contoh-contoh, penjelasan dan latihan- latihan dalam buku pelajaran

yang ada masih dapat digunakan. Namun, guru harus menggunakan buku-buku secara

berbeda dalam suatu cara yang meningkatkan pengertian dan bukan hanya sekedar

mengingat isi buku.

Misalkan ada suatu contoh, guru mungkin harus mengembangkan seperangkat

pertanyaan baru untuk diberikan kepada siswa-siswa pada waktu ia menginginkan

mereka menemukan informasi dalam buku pelajaran. Lihat Pertanyaan efektif

menggunakan sumberdaya cetakan pada halaman 20 untuk contoh-contoh yang

diperlukan.

Guru mungkin harus merencanakan tugas-tugas di mana siswa-siswa

menerapkan informasi dalam buku pelajaran untuk menjamin bahwa mereka sudah

mengerti apa yang dibacanya. Umpamanya:

• Suatu buku pelajaran mungkin menggambarkan peran-peran setiap orang

dengan tanggungjawab dalam administrasi kabupaten/kota. Daripada meminta

menyalin ini dan mempelajarinya, siswa-siswa dapat diminta untuk

menyepadankan/menyamakan peran-peran ini dengan hal-hal dalam suatu

daftar situasi atau peraturan yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari.

• Suatu teks mungkin memberi suatu gambaran tertulis tentang unsur-unsur

(partikel) dalam suatu atom atau hubungan antarbagianbagian pemanas air

matahari. Siswa-siswa dapat diminta untuk menggambar dan memberi etiket

diagram suatu atom atau suatu pemanas air matahari.

• Suatu teks mungkin berisi suatu diagram beretiket dari struktur dan lapisan-

lapisan bumi. Siswa-siswa dapat diminta untuk membayangkan melakukan

perjalanan dalam suatu sangkar terlindungi dari permukaan ke pusat bumi.

Mereka hendaklah menggambarkan dalam suatu cerita apa yang mereka lihat

dan mungkin rasakan pada perjalanan mereka.

Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk

bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa

duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari Siswa

Belajar Aktif. Pada kondisi ini, sebenarnya aktif mental lebih diinginkan daripada aktif

fisik. Siswa sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan

gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental

adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau

Page 20: karya ilmiah

takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab

rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya.

Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan hakikat pembelajaran ‘PAKEM,

yakni Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan’.

G. Strategi menuju pengajaran yang efektif

1. Menentukan tujuan mata ajaran yang jelas

a) Kemampuan apa dan kompetensi apa yang harus dimiliki siswa setelah

mengikuti mata ajaran.

b) Tujuan harus spesifik.

c) Tujuan merefleksikan perilaku tertentu.

d) Tujuan secara jelas menyebutkan kawasan dan tingkatan yang ingin dicapai :

kognitif, psikomotor, afektif.

2. Memilih buku-buku ajar ( Textbooks )

a) Sumber materi pengajaran silabus.

b) Pengajar dan siswa menggunaka acuan yang sama.

c) Buku ajar yang baik mengandung informasi budaya.

d) Buku ajar merefleksikan nilai-nilai dari disiplin ilmu yang bersangkutan.

e) Buku ajar membantu mengembangkan daya intelektual.

f) Buku ajar berisi materi yang terorganisasi dan tersusun secara runtut.

g) Buku ajar memungkinkan siswa mendalami sendiri ilmu yang bersangkutan.

3. Mengatasi acara hari pertama

a) Hari pertama perkuliahan sangat penting artinya.

b) Tujuan pengajaran mata ajaran dijelaskan.

c) Kontrak belajar-mengajar dibuat.

d) Memberi wawasan yang akan dicakup oleh mataajaran dan nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya.

e) Saling mengenal pengajar dan siswa.

f) Pengajar harus bisa menunjukkan citra yang baik.

g) Membangkitkan minat kuat pada mata ajaran.

h) Pengalaman hari pertama memungkinkan pengajar menyusun strategi

pengajaran untuk hari-hari berikutnya.

Page 21: karya ilmiah

4. Meningkatkan kecanggihan pembelajaran

a) Penguasaan materi oleh pengajar secara mencukupi

b) Persiapan secara sistematik.

c) Berikan garis besar materi pembelajaran

d) Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang lebih “hidup” dan

menggairahkan :

- Proses pembelajaran yang partisipatif.

- Tugas menulis dan menyajikan secara lisan.

- Pemecahan masalah : contoh, demonstrasi, latihan, kasus.

- Diskusi kelas / Diskusi kelompok.

- Keterampilan Analisis.

- Bagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, adakan diskusi / debat.

- Simulasi dan Permainan peran.

e) Aspek-aspek penyampaian :

- Kuasai dengan baik apa yang Anda sampaikan.

- Bicaralah secara pelan, nyaring dan jelas dengan nada dan intonasi yang

enak didengar.

- Tataplah para siswa, bukan papan tulis, lantai atau langit-langit. Anda akan

mendapatkan “arti” dari ekspresi wajah para mahasiswa sewaktu

mendengarkan kuliah.

- Ajukan pertanyaan-pertanyaan dan tunggulah jawaban dari siswa.

- Gerakkan mulut dan badan Anda, jangan seperti patung.

- Buatlah ringkasan dan kesimpulan pada akhir pembelajaran.

5. Tingkatkan Keterlibatan siswa

Melalui kegiatan-kegiatan berikut ini :

a. diskusi makalah

b. laporan lisan

c. studi kasus

d. simulasi

e. permainan peran

f. penelitian

g. penyajian multi-media

h. field trip

i. praktikum di lab.

Diskusi meningkatkan interaksi. Belajar bersama dalam kelompok. Berfikir kritis -

menanggapi Praktek lapangan

Page 22: karya ilmiah

6. Memperbanyak diskusi antar siswa

a). Pengajar memberi permasalahan.

b). Partisipasi siswa

c). Pengajar memberi “penguatan” (reinforcement)

d). Pengajar memberi koreksi dan umpan balik

7. Studi-studi kasus

a. Membahas kasus yang sama-sama diketahui.

b. Menulis kasus berdasar pengamatan.

Caranya :

1. Simulasi

2. Studi lapang

3. Metoda laboratorium.

8. Tugas menulis makalah dan penyajian lisan

a. Latihan menggunakan bahasa secara baik dan benar.

b. Latihan menulis dan berbicara format.

c. Latihan berfikir dan menulis secara runtut.

d. Memperdalam penguasaan pengetahuan.

e. Penyajian secara lisan dengan dibantu menggunakan:

- papan tulis

- multi-media

- video

- “flip chart”

9. Menguji dan menilai siswa

a. Test mingguan

Page 23: karya ilmiah

b. Test mendadak : sebelum, ditengah, diakhir pembelajaran.

c. Test tengah semester

d. Test akhir semester

e. Test sebelum pembelajaran(pre-test)

H. STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction)

Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada

gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk di

dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit,

praktek dan latihan, serta demonstrasi.

Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas informasi

atau mengembangkan keterampilan langkah demi langkah

2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction)

Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi siswa

dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan

data, atau pembentukan hipotesis.

Page 24: karya ilmiah

Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah

menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).

Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk

terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika

mereka melakukan inkuiri.

Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan

cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.

3. Strategi Pembelajaran Interaktif (interactive instruction)

Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling

berbagi di antara peserta didik.

Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi

akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap

gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta

mencoba mencari alternatif dalam berpikir.

Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokkan

dan metode-metode interaktif.

Di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau

pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama siswa secara berpasangan.

4. Strategi Belajar Melalui Pengalaman (experiential learning)

Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif,

berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas.

Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses

belajar, dan bukan hasil belajar.

Guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di

luar kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran

pendapat umum.

5. Strategi Belajar Mandiri (independent study)

Strategi belajar mandiri merujuk kepada penggunaan metode-metode

pembelajaran yang tujuannya adalah mempercepat pengembangan inisiatif

individu siswa, percaya diri, dan perbaikan diri. Fokus strategi belajar mandiri ini

Page 25: karya ilmiah

adalah merencanakan belajar mandiri siswa di bawah bimbingan atau supervisi

guru.

Belajar mandiri menuntut siswa untuk bertanggungjawab dalam merencanakan

dan menentukan kecepatan belajarnya.

Gambar : Diagram Keterampilan mengajar

II. METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan

praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode

pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh,

dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap

metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Page 26: karya ilmiah

Banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyajikan pelajaran

kepada siswa-siswa, seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi,

penampilan, metode studi mandiri, pembelajaran terprogram, latihan sesama temen,

simulasi karyawisata, induksi, deduksi, simulasi, studi kasus, pemecahan masalah,

insiden, seminar, bermain peran, proyek, praktikum dan lain-lain, masing metode ini

memiliki kelebihan dan kekurangan.

Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana memilih strategi pembelajaran.

Kadang-kadang dalam proses pembelajaran guru kaku dengan mempergunakan satu

atau dua metode, dan menterjemahkan metode itu secara sempit dan menerapkan

metode di kelas dengan metode yang pernah ia baca, metode pembelajaran merupakan

cara untuk menyampaikan, menyajikan, member latihan, dan memberi contoh pelajaran

kepada siswa, dengan demikian metode dapat di kembangkan dari pengalaman,

seseorang guru yang berpengalaman dia dapat menyuguhkan materi kepada siswa, dan

siswa mudah menyerapkan materi yang disampaikan oleh guru secara sempurna

dengan mempergunakan metode yang dikembangkan dengan dasar pengalamannya,

metode-metode dapat dipergunakan secara variatif, dalam arti kata kita tidak boleh

monoton dalam suatu metode .

Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode-metode

dari sekian banyak metode yang telah ditemui oleh para ahli sebelum ia menyampaikan

materi pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

A. Metode-metode pembelajaran

1. Metode Seminar

Metode seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh

beberapa orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas / mengupas

masalah-masalah atau hal-hal tertentu dalam rangka mencari jalan

memecahkannya atau mencari pedoman pelaksanaanya.

Kelebihan metode seminar

Peserta mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam

tentang masalah yang diseminarkan

Peserta mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan

tugasnya

Peserta dibina untuk bersikap dan berfikir secara ilmiah

Terpupuknya kerja sama antar peserta

Terhubungnya lembaga pendidikan dan masyarakat.

Page 27: karya ilmiah

Keleemahan Metode Seminar

Memerlukan waktu yang lama

Peserta menjadi kurang aktif

Membutuhkan penataan ruang tersendiri.

( Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo.1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV

Saudara.Halaman 76-79 )

Metode ini merupakan kegiatan belajar sekelompok siswa untuk

membahas topik atau masalah tertentu. Setiap anggota kelompok seminar

dituntut agar berperan aktif, dan kepada mereka dibebankan tanggung jawab

untuk mendapatkan solusi dari topik atau masalah yang diberikan. Guru

bertindak sebagai narasumber.

Seminar merupakan pembahasan yang bersifat ilmiah, topik pembicaraan

adalah hal-hal yang bertalian dengan masalah kehidupan sehari hari. Sebuah

seminar adalah sebuah kegiatan pembahasan yang mencari pedoman-pedoman

atau pemecahan-pemecahan masalah tertentu. Itulah sebabnya maka seminar

selalu diakhiri dengan kesimpulan dan kesepakatan semua peserta. Malahan

tidak jarang, seminar melahirkan rekomendasi dan resolusi.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

2. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran

dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas

tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Merka bekerja sama dalam

memecahkan masalah atau melaksanakan tugas.

Kelebihan metode kerja kelompok

Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka

Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan kemampuan para siswa

Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih

menggunakan ketrampilan bertanya dalam membahas suatu masalah

Mengembangkan bakat kepemimpinan para siswa serta mengerjakan

ketrampilan berdiskusi.

Kelemahan metode kerja kelompok

Kerja kelompok terkadang hanya melibatkan para siswa yang mampu

sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang

Page 28: karya ilmiah

Keberhasilan strategi ini tergantung kemampuan siswa memimpin

kelompok atau untuk bekerja sendiri-sendiri

Kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda

dan daya guna mengajar yang berbeda pula.

( Drs. Roestiyah NK. 1991.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rineka Cipta )

3. Metode Kerja Lapangan

Metode kerja lapangan merupakan metode mengajar dengan mengajak

siswa kedalam suatu tempat diluar sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar

observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif ke lapangan

kerja agar siswa dapat menghayati sendiri serta bekerja sendiri didalam

pekerjaan yang ada dalam masyarakat.

Kelebihan metode kerja lapangan

Siswa mendapat kesemmpatan untuk langsung aktif bekerja dilapangan

sehingga memperoleh pengalaman langsung dalam bekerja

Siswa menemukan pengertian pemahaman dari pekerjaan itu mengenai

kebaikan maupun kekurangannya.

Kelemahaan metode kerja lapangan

Waktu terbatas tidak memungkinkan memperoleh pengalaman yang

mendalam dan penguasaan pengetahuan yang terbatas

Untuk kerja lapangan perlu biaya yang banyak. Tempat praktek yang jauh

dari sekolah sehingga guru perlu meninjau dan mempersiapkan terlebih

dahulu

Tidak tersedianya trainer guru/pelatih yang ahli.

( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta )

4. Metode Sumbang Saran

Sumbang saran merupakan suatu cara mengajar dengan mengutarakan

suatu masalah ke kelas oleh guru kemudian siswa memjawab mengemukakan

pendapat /jawaban dan komentar seshingga masalah tersebut berkembang

menjadi masalah baru.

Kelebihan metode sumbang saran

Susana disiplin dan demokratis dapat tumbuh

Anak-anak aktif untuk menyatakan pendapatnya

Melatih siswa untuk berfikir dengan cepat dan tersusun logis

Page 29: karya ilmiah

Merangsang siswa untuk selalu berpendapat yang berhubungan dengan

masalah uang diberikan oleh guru

Terjadi persaingan yang sehat

Meningkatkan partisipasi siwa dalam menerima pelajaran

Siswa yang kurang aktif menapat bantuan dari temannya yang pandai

atau dari guru.

Kelemahan metode sumbang saran

Guru kurang memberi waktu kepada siswa untuk berfikir yang baik

Anak yang kurang selalu ketinggalan

Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai

Guru hanya menampang pendapat-pendapat tidak pernah merumuskan

kesimpulan.

( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rieka Cipta )

5. Metode Unit Teaching

Metode unit teaching merupakan metode mengajar yang memberikan

kesempatan pada siswa secara aktif dan guru dapat mengenal dan menguasai

belajar secara unit.

Kelebihan metode unit teaching

Siswa dapat menggunakan sumber-sumber materi pelajaran secara luas

Siswa dapat belajar keseluruhan sesuai bakat

Suasana kelas lebih demokratis.

Kelemahan metode unit teaching

Dalam melaksanakan unit perlu keahlian dan ketekunan

Perhatian guru harus lebih banyak dicurahkan pada bimbingan kerja

siswa

Perencanaan unit yang tidak mudah

Memerlukan ahli yang betul-betul menguasai masalah karena semua

masalah yang belum tentu dapat dijadikan unit.

( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rieka Cipta )

6. Metode Penemuan (Discovery)

Metode penemuan merukan proses mental dimana siswa mampu

mengasimilasikan suatu proses atau prinsip-prinsip.(Sund)

Kelebihan metode penemuan

Dapat membangkitkan kegairahan belajar pada diri siswa

Page 30: karya ilmiah

Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing

Teknik ini mampu membantu siswa mengembangkan, memperbanyak

kesiapan serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif atau

pengarahan siswa

Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sebagai sangat pribadi

atau individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa

siswa tersebut.

Kelemahan metode penemuan

Ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu meningkatkan

proses pengertian saja

Teknik ini tidak memberikan kesempatan berfikir secara kreatif

Para siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental

Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil

Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan

pengajaran tradisional akan kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.

( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rineka Cipta)

( Martinis Yamin. 2003. Metode pembelajaran yang berhasil. Jakarta : Sasama

Mitra Sukses)

7. Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dimana

seorang siswa diajak untuk beruji coba atau mengadakan pengamatan kemudian

hasil pengamatan itu disampaikan dikelas dan di evaluasi oleh guru.

Kelebihan metode eksperimen

Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala

masalah

Mereka lebih aktif berfikir dan membuktikan sendiri kebenaran suatu teori

Siswa dalam melaksanakan eksperimen selain memperoleh ilmu

pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis serta ketrampilan

menggunakan alat-alat percobaan.

Kelemahan metode eksperimen

Seorang guru harus benar-benar menguasai materi yang diamati dan

harus mampu memanage siswanya

Memerlukan waktu dan biaya yang sedikit lebih dibandingkan yang lain.

( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

Page 31: karya ilmiah

Bila pada metode Demonstrasi, yang terlibat lebih banyak adalah guru,

maka pada metode ini siswa akan lebih banyak aktif. Metode Eksperimen ialah

suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perseorangan atau

kelompok untuk berlatih melakukan suatu proses percobaan secara mandiri.

Melalui metode ini siswa sepenuhnya terlibat, antara lain dalam merencanakan

eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, menarik kesimpulan,

merumuskan konsep, prinsip, atau hukum.

Selanjutnya, siswa pun dapat melakukan pengujian kesimpulan atau

pembuktian/penelitian kembali terhadap konsep atau prinsip yang telah

ditemukannya itu melalui eksperimen verikatif. Metode ini sangat bermanfaat

untuk mengembangkan sikap ilmiah pada diri siswa.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

8. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran

Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan suatu metode

mengajar dimana siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan

gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.

Kelebihan metode sosiodrama dan bermain peran

Siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran

Karena mereka bermain peran sendiri, maka mudah memahami masalah-

masalah sosial tersebut

Bagi siswa dengan bermain peran sebagai orang lain, maka ia dapat

menempatkan diri seperti watak orang lain itu

Ia dapat merasakan perasaan orang lain sehingga menumbuhkan sikap

saling perhatian

Kelemahan metode sosiodrama dan bermain peran

Bila guru tidak menguasai tujuan instrusional penggunaan teknik ini untuk

sesuatu unit pelajaran, maka sosiodrama tidak akan berhasil

Dalam hubungan antar manusia selalu memperhatikan norma-norma

kaidah sosial, adat istiadar, kebiasaan, dan keyakinan seseorang jangan

sampai ditinggalkan sehingga tidak menyinggung perasaan seseorang

Bila guru tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini,

maka akan mangacaukan berlangsungnya sosiodrama.

( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta )

Page 32: karya ilmiah

Metode bermain peran ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran

melalui pengembangan imajinatif, daya ekspresi, dan penghayatan ini dilakukan

dengan memerankan seseorang dari sejarah, dunia pengetahuan, dan lain-lain,

atau peran lainnya dari dunia hewan dan tumbuhan. Kegiatan memerankan

seseorang atau sesuatu akan membuat siswa mudah memahami dan seringkali

menghayati hal-hal yang dipelajarinya.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

9. Metode Kasus

Metode kasus merupakan metode penyajian pelajaran dengan

memanfaatkan kasus yang ditemui anak sebagai bahan pelajaran kemudian

kasus tersebut dibahas bersama untuk mendapatkan penyelesaian atau jalan

keluar.

Kelebihan metode kasus

Siwa dapat mengetahui dengan pengamatan yang sempurna tentang

gambaran yang nyata yang betul-betul terjadi dalam hidupnya sehingga

mereka dapat mempelajari dengan penuh perhatian dan lebih terperinci

persoalannya

Dengan mengamati, memikirkan, dan bertindak dalam mengatasi situasi

tertentu mereka lebih meyakini apa yang diamati dan menemukan banyak

cara untuk pengamatan dan pencarian jalan keluar itu

Siswa mendapat pengetahuan dasar atau sebab-sebab yang melandasi

kasus tersebut

Membantu siswa dalam mengembangkan intelektual dan keterampilan

berkomunikasi secara lisan maupun tulisan.

Kelemahan metode kasus

Guru memerlukan banyak waktu untuk mempersiapkan bahan kasus

yang ditemui dan petunjuk cara pemecahannya yang diperlukan siswa

Banyak waktu yang digunakan untuk diskusi

Untuk kegiatan kelompok membutuhkan fasilitas fisik yang lebih banyak.

( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

10. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dimana seorang

instruktur atau tim guru menunjukkan dan memperlihatkan suatu proses.

Page 33: karya ilmiah

Kelebihan metode demonstrasi

Perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang diberikan

Kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat

diatasi melalui pengamatan dan contoh yang konkrit

Memberi motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar

Siswa dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung

Kelemahan metode demonstrasi

Bila alatnya terlalu kecil atau penempatannya kurang tepat menyebabkan

demonstrasi itu tidak dapat dilihat jelas oleh seluruh siswa

Bila waktu tidak tersedia cukup, maka demonstrasi akan berlangsung

terputus-putus atau berjalan tergesa-gesa.

(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dengan

mempertunjukkan cara kerja suatu benda. Benda itu dapat berupa benda

sebenarnya atau suatu model. Hal-hal lain yang dapat dipertunjukkan adalah

cara menggunakan alat atau serangkaian percobaan.

Yang terakhir ini dilakukan bila alat-alat yang digunakan itu jumlahnya

tidak memadai, percobaan itu mengandung hal-hal yang berbahaya, atau ada

alat-alat yang mudah pecah. Dalam metode ini, antara lain dapat dikembangkan

kemampuan siswa untuk mengamati, menggolongkan, menarik kesimpulan,

menerapkan konsep, prinsip atau prosedur dan mengkomunikasikannya kepada

siswa-siswa lain. Demonstrasi dapat dilakukan oleh guru atau siswa yang sudah

dilatih sebelumnya.

Metode ini biasanya disatukan dengan metode eksperimen.

Pelaksanaan :

Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal, magang, atau latihan

kerja

Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak, petunjuk sederhana

untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing, dan

prosedur melaksanakan suatu kegiatan

Manakala guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan

penyelesaian kegiatan yang panjang, baik yang menyangkut pelaksanaan

suatu prosedur maupun dasar teorinya

Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan

Page 34: karya ilmiah

Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/praktik yang kita

laksanakan

Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan

kegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca di dalam buku,

karena siswa memperoleh gambaran yang jelas dari hasil

pengamatannya

Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertannyaan pada siswa

dapat dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi atau eksperimen

Bila siswa turut aktif bereksperimen, maka ia akan memperoleh

pengalaman praktik untuk mengembangkan kecakapan dan memperoleh

pengakuan dan pengharapan dari lingkungan sosial.

Batasan Metode Demonstrasi

Akan menjadi tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat

diamati dengan seksama oleh siswa

Kurang efektif bila tidak diikuti dengan metode eksperimen

Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelompok

Terkadang saat suatu alat dibawa ke kelas untuk didemonstrasikan,

terjadi proses yang berlainan dengan proses di dalam situasi nyata

Bila setiap orang diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu yang

banyak, dan membosankan bagi peserta yang lain.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

11. Metode Inquiry

Metode inquiry adalah teknik pengajaran guru didepan kelas dimana guru

membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus

dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya

didalam kelompok kemudian dibuat laporan yang tersusun baik dan kemudian

didiskusikan secara luas atau melalui pleno sehingga diperoleh kesimpulan

terakhir.

Kelebihan metode inquiry

Mendorong siswa untuk berfikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat

obyektif, jujur, dan terbuka

Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang

Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa

Page 35: karya ilmiah

Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi belajar

yang baru

Mendorong siswa untuk berffikir intuitif dan merumuskan hipotesanya

sendiri

Kelemahan metode inquiry

Siswa perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk berfikir

memperoleh pengertian tentang konsep.

(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

12. Metode Microteaching

Metode microteaching merupakan suatu latihan mengajar permulaan bagi

guru atau calon guru dengan scope latihan dan audience yang lebih kecil dan

dapat dilaksanakan dilingkungan teman-teman setingkat sendiri atau sekelompok

siswa dibawah bimbingan dosen pembimbing atau guru pamong.

Kelebihan metode microteaching

Microteaching merupakan pengalaman laboratoris

Microteaching dapat membantu dan menunjang pelaksanaan praktek

keguruan

Microteaching dapat mengurangi kesulitan pengajaran di kelas

Microteaching memungkinkan ditingkatkannya pengawasan yang ketat

dan evaluasi yang mantap, teliti, dan obyektif

Dengan adanya feed back dalam microteaching yang berupa knowledge

of resulte dapat diberikan langsung secara mendalam

Diharapkan mahasiswa mempunyai bekal yang lebih kuat, luas, dan

mendalam

Kelemahan metode microteaching

Dapat menimbulkan efek departementalisasi atau ketrampilan mengajar

dan bila tidak diteruskan dengan praktek mengajar secara menyeluruh

Pengertian microteaching disalah tafsirkan dapat hanya menitik beratkan

pada ketrampilan guru sebagai pengantar saja, bukan guru dalam arti

luas

Microteaching yang ideal memerlukan biaya yang banyak, peralatan

mahal, dan tenaga ahli dalam bidang teknis maupun dalam bidang

pendidikan pengajaran pada umumnya dan metodologi pengajaran pada

khususnya

Page 36: karya ilmiah

Menuntut perencanaan, pengetahuan, dan pelaksanaan yang cermat,

mendetail, logis, dan sistematis.

(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strtegi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

13. Metode Simulasi

Metode simulasi merupakan cara mengajar dimana menggunakan

tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan

tujuan agar orang dapat menghindari lebih mendalam tentang bagaimana orang

itu merasa dan berbuat sesuatu dengan kata lain siswa memegang peranaan

sebagai orang lain.

Kelebihan metode simulasi

Dapat menyenangkan siswa

Menggalak guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa

Eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya

Mengurangi hal-hal yang verbalistik

Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.

Kelemahan metode simulasi

Efektifitas dalam memajukan belajar siswa belum dapat dilaporkan oleh

riset

Terlalu mahal biayanya

Banyak orang meragukan hasilnnya karena sering tidak diikutsertakan

elemen-elemen penting

Menghendaki pengelompokan yang fleksibel

Menghendaki banyak imajinasi dari guru dan siswa.

(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

14. Metode Problem Solving

Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir

dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan

oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk

mencoba mengeluarkan pendapatnya.

Kelebihan metode problem solving

Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan

pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan yang

nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri

Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain

Page 37: karya ilmiah

Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya

Kelemahan metode problem solving

Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang

penguasaan materi sering diabaikan

Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan

pendapat secara lisan

(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

15. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata merupakan metode mengajar yang dilaksanakan

dengan mengajak siswa kesuatu tempat atau obyek tertentu diluar sekolah untuk

mempelajari atau menyelidiki sesuatu.

Kelebihan metode karya wisata

Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh

para petugas obyek karya wisata itu serta mengalami dan menghayati

langsung

Siswa dapat melihat kegiatan para petugas secara individu atau

kelompok dan menghayatinya secara langsung

Siswa dapat bertanya jawab menemukan sumber informasi yang pertama

untuk memecahkan segala macam persoalan yang dihadapi

Siswa memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman

yang terintegrasi

Kelemahan metode karya wisata

Karena dilakukan diluar sekolah dan jarak yang cukup jauh maka

memerlukan transport yang mahal dan biaya yang mahal

Menggunakan waktu yang lebih panjang dari pada jam sekolah

Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu

bantuan dari sekolah

(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta ; Rineka Cipta)

16. Metode Latihan /Drill

Metode latihan merupakan metode mengajar dimana siswa

melaksanakan kegiatan latihan agar siswa memiliki ketegasan atau ketrampilan

yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.

Kelebihan metode pelatihan

Page 38: karya ilmiah

Ketegasan dan ketrampilan siswa meningkat atau lebih tinggi dari apa

yang telah dipelajari

Seorang siswa benar-benar memahami apa yang disampaikan

Kelemahan metode pelatihan

Dalam latihan sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak berubah

sehingga menghambat bakat dan inisiatif siswa

Sifat atau cara latihan kaku atau tidak fleksibel maka akan mengakibatkan

penguasaan ketrampilan melalui inisiatif individu tidak akan dicapai.

(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

17. Metode Dialog

Metode dialog merupakan salah satu teknik metode pengajaran untuk

memberi motivasi pada siswa agar aktif pemikirannya untuk bertanya selama

pendengaran guru yang menyungguhkan pertanyaan-pertanyaan itu dan siswa

menjawab.

Kelebihan metode dialog

Tanya jawab dapat membantu tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran

serta mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan

pengetahuan dan pengalaman, sehingga pengetahuannya menjadi

fungsional

Siswa akan terbuka jalan pikirannya sehingga mencapai perumusan yang

baik dan tepat.

Kelemahan metode dialog

Apabila motivasi kurang diberikan maka yang akan aktif hanya mereka

yang pandai menggutarakan pendapat secara lisan

Sering kali melupakan tujuan yang ingin dicapai karena waktu yang

disediakan habis untuk berdebat mempertahankan pendapat.

(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

18. Metode Mengajar Non Directive

Metode mengajar non direktive merupakan salah satu metode mengajar

dimana siswa melakukan observasi mereka sendiri mampu melakukan analisis

mereka sendiri dan mampu berfikir sendiri.

Kelebihan metode non direktive

Guru memberi permasalahan yang merangsang proses berfikir siswa

sehingga obyek belajar berkembang sesuai yang diharapkan

Page 39: karya ilmiah

Siswa menemukan sendiri pengetahuan yang digalinya aktif berfikir dan

menguasahi pengertian yang baik.

Kelemahan metode non direktive

Terjadi perbedaan pemahaman karena tingkat intelektual dan cara berfikir

siswa berbeda

Seorang guru setiap saat harus mengoreksi cara berfikir siswa agar tidak

keliru dalam memahami suatu hal.

(Nana Sujana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka

Cipta)

19. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan cara lisan menyajikan bahan untuk

mencapai tujuan pengajaran.

Kelebihan metode tanya jawab

Guru dapat mengetahui penguasaan pelajar terhadap bahan yang telah

disajikan

Dapat digunakan untuk menyelidiki pembicaraan-pembicaaraan untuk

menyemangatkan pelajar

Kelemahan metode tanya jawab

Guru hanya memberikan giliran pada pelajar tertentu saja

Hanya dikuasai oleh siswa yang pandai.

(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga :

CV.Saudara. Halaman 18-20)

Merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai

bentuk pertanyaan yang dijawab oleh siswa. Metode ini sering digunakan dalam

proses belajar mengajar bersama-sama dengan metode lain. Tanya jawab ini

dapat dilakukan pada awal, di tengah-tengah, atau pada akhir kegiatan belajar

mengajar. Tanya jawab ini sering dilakukan pada untuk mengetahui sejauh mana

bahan pelajaran yang sedang atau telah dibahas itu dipahami siswa. Dari hasil

tanya-jawab, guru dapat memperjelas atau meluruskan pemahaman siswa

mengenai suatu bahan pelajaran tertentu. Dalam metode ini, dapat

dikembangkan kemampuan seperti mengajukan dan merumuskan pertanyaan

serta mengkomunikasikan.

Metode ini sangat tepat bila pelaksanaannya bertujuan untuk :

Page 40: karya ilmiah

Meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu, agar siswa

memusatkan lagi perhatian pada jenis dan jumlah kemajuan yang telah

dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan pelajarannya

Menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa, atau

dengan perkataan lain untuk mengikut sertakan mereka

Mengarahkan pengamatan dan pemikiran mereka.

Metode ini tidak wajar digunakan untuk :

Menilai kemajuan peserta didik

Mencari jawaban dari siswa, tetapi membatasi jawaban yang dapat

diterima

Memberi giliran pada siswa tertentu.

Kebaikan metode tanya jawab adalah :

Tanya jawab dapat memperolah sambutan yang lebih aktif bila

dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat menolong

Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat

sehingga nampak mana yang belum jelas atau belum dimengerti

Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang dapat

dibawa ke arah suatu diskusi.

Kelemahannya adalah bahwa tanya jawab bisa menimbulkan

penyimpangan dari pokok persoalan. Lebih-lebih jika kelompok siswa yang

memberi jawaban atau mengajukan pertannyaan yang dapat menimbulkan

masalah baru dan menyimpang dari pokok persoalan.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

20. Metode Katekesmus

Metode katekesmus merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran

dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan.

Kelebihan metode katekesmus

Keseragamaan dan kemurnian pengetahuan akan terjamin

Memudahkan cara mengajar guru karena pelajaran telah tertulis dalam

buku

Kelemahan metode katekesmus

Page 41: karya ilmiah

Daya jiwa yang dikembangkan hanya ingatan atas jawaban tertentu saja

Kurang memberi rangsangan pada siswa karena bahan sudah tersedia

baik pada guru maupun siswa

Inisiatif para siswa terkekang

(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV.

Saudara. Halaman 20-23)

21. Metode Prileksi

Metode prileksi merupakan suatu cara menyajikan pelajaran dengan

menggunakan bahasa lisan, menyuruh para pelajar mendiskusikan,

menganalisa, membanding-bandingkan dan akhirnya menarik kesimpulan dari

apa yang disajikan untuk mencapai tujuan pengajaran.

Kelebihan metode prileksi

Pelajar dan guru sama-sama aktif

Menimbulkan kompetisi yang sehat antar siswa

Kelemahan metode prileksi

Banyak waktu yang digunakan

Kecekatan dan pengetahuan banyak dituntut dari guru dan siswa

(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV.

Saudara. Halaman 32-35)

22. Metode Proyek

Metode proyek adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran yaitu

pelajar dihadapkan kepada hal tertentu untuk mempelajari dalam rangka

mewujudkan tujuan belajar.

Kelebihan metode proyek

Pelajar menjadi aktif

Terbentuk pribadi yang bulat dan harmonis

Kekurangan metode proyek

Menghabiskan banyak waktu

Harus ada persiapan yang mantap

(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga :

CV.Saudara. Halaman 47-50)

Metode proyek merupakan suatu cara memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengamati, membaca, meneliti, menghubungkan dan

Page 42: karya ilmiah

mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan yang telah diperoleh dari

berbagai mata pelajaran. Metode proyek membahas suatu tema atau unit

pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk membuat lapran dari tugas yang

diberikan kepadanya dalam bentuk makalah. Melalui metode ini diharapkan

siswa dapat dilatih baik secara individual maupun kelompok untuk menelaah

suatu materi pelajaran dengan wawasan yang lebih luas memantapkan

pengetahuan yang telah diperoleh, meningkatkan penghargaan terhadap

lingkungan, memahami dan berupaya memecahkan masalah yang dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari, serta menyalurkan minat yang memungkinkan baik

dilihat dari segi waktu atau bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

23. Metode Penyajian Sistem Regu (Team Work)

Metode penyajian sistem regu merupakan metode penyajian dengan

seorang guru yang dibantu tenaga teknis atau team guru dalam menjelaskan

suatu persoalan atau obyek belajar. Sistem beregu ditangani lebih dari dua orang

guru.

Kelebihan metode penyajian sistem regu

Interaksi belajar mengajar akan lebih lancar

Siswa memperoleh pengetahuan yang luas dan mendalam karena

diberikan oleh beberapa guru

Guru lebih ringan tugas mengajarnya sehingga cukup waktu untuk

menyiapkan diri dalam membuat perencanaan

Kelemahan metode penyajian sistem regu

Bila seorang guru yang tidak mendapatkan giliran mengajar tidak

memanfaatkan waktu untuk belajar lebih lanjut atau membuat

perencanaan lebih matang

(Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)

24. Metode Mengajar Berprogama

Metode mengajar berprogama adalah cara menyajikan bahan pelajaran

dengan menggunakan alat tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran.

Kelebihan metode berprogama

Pelajar menjadi aktif karena ikut memperagakan alat tersebut

Pelajar akan cepat mengetahui hasil dan kelemahannya

Page 43: karya ilmiah

Kelemahan metode berprogama

Suka menyusun programa dari setiap mata pelajaran

Memproduksi alat-alat pengajar membutuhkan biaya dan tenaga yang

mahal dan banyak

Teaching machine itu tidak dapat merasakan apa yang dirasakan pelajar.

(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV.

Saudara. Halaman 84-86)

25. Metode Musyawarah

Metode musyawarah adalah cara menyajikan bahan pelajaran melalui

perundingan untuk mencapai musyawarah bersama.

Kelebihan metode musyawarah

Memperluas dan memperdalam pengetahuan pelajar tentang pokok yang

telah dimusyawarahkan

Memupuk dan membina kerjasama serta toleransi

Dapat terintegrasi mata pelajaran-mata pelajaran

Mudah dilaksanakan

Baik diigunakan untuk saling bertukar pikiran.

Kelemahan metode musyawarah

Memakan waktu yang banyak

Sukar dilaksanakan untuk pelajar yang masih duduk dikelas rendah

sekolah dasar, karena mereka belum mempunyai pengetahuan dan

pengalaman yang banyak

Hasil musyawarah belum tentu benar.

(Drs. Ing. S. Ulihbukit Karo-Karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV.

Saudara. Halaman 74-76)

26. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang paling tradisional dan

telah lama dilaksanakan oleh para guru. Dengan penyajian materi melalui

penuturan dan penerangan lisan guru kepada siswa. Metode ini digunakan bila

pelajaran tersebut banyak mengandung hal-hal yang memerlukan penjelasan

dari guru. Metode ini hendaknya digunakan bersama-sama metode lain, seperti

metode tanya-jawab. Pada metode ceramah ini, siswa dilatih untuk menjadi

pendengar yang balk. Agar siswa tetap berperan secara aktif dalam proses

belajar-mengajar yang menggunakan metode ceramah ini, maka siswa perlu

dilatih mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan, memahami suatu

Page 44: karya ilmiah

informasi, dan mencatatnya dengan baik. Siswa hendaknya diminta mengajukan

pertanyaan atau memberikan tanggapan terhadap informasi-informasi tertentu.

Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul

disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan

batas-batas penggunaanya.

Metode ceramah dapat dilakukan oleh guru :

Untuk memberikan pengarahan, petunjuk di awal pembelajaran

Waktu terbatas, sedangkan materi / informasi banyak yang akan

disampaikan

Lembaga pendidikan memiliki sedikit staf pengajar, sedangkan jumlah

siswa banyak.

Keterbatasan metode ceramah adalah sebagai berikut :

Keberhasilan siswa tidak terukur

Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur

Peran serta siswa dalam pembelajaran rendah

Materi kurang terfokus

Pembicaraan sering melantur.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

27. Metode Diskusi

Metode diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui

wahana tukar pendapat dan informasi berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah,

memperjelas sesuatu bahan serta pelajaran dan mencapai kesepakatan. Melalui

metode ini berbagai keterampilan seperti beratnya, berkomunikasi, menafsirkan,

dan menyimpulkan dapat dikembangkan.

Demikian pula keberanian mengemukakan pendapat, sikap-sikap kritis,

skeptis, toleran, kemampuan mengendalikan emosi, dan sebagainya dapat

dibina melalui penggunaan metode ini.

Metode ini dilaksanakan oleh pengajar bila :

Menyediakan bahan, topik, atau masalah yang akan didiskusikan

Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas, atau

memberikan studi khusus kepada siswa sebelum mengadakan diskusi.

Menugaskan siswa untuk menjelasakan, menganalisis, dan meringkas.

Page 45: karya ilmiah

Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah.

Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam berdiskusi.

Waspada terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan

dengan tidak menentu.

Melatih siswa dalam menghargai pendapat orang lain.

Metode ini tepat digunakan bila :

Siswa berada di tahap menengah atau tahap akhir proses belajar,

Pelajaran formal atau magang

Perluasan pengetahuan yang telah dikuasai siswa,

Belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil

keputusan.

Membiasakan siswa berhadapan dengan berbagai pendekatan,

interpretasi, dan kepribadian.

Menghadapi masalah secara berkelompok

Membiasakan siswa untuk beragumentasi dan berfikir rasional.

Keterbatasan :

Menyita waktu lama dan jumlah siswa harus sedikit.

Mempersyaratkan siswa memiliki latar belakang yang cukup tentang

topik atau masalah yang didiskusikan.

Tidak tepat bila digunakan pada tahap awal proses belajar bila siswa baru

diperkenalkan kepada bahan pelajaran baru.

Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah

metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah

(problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group

discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :

Mendorong siswa berpikir kritis.

Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan

masalah bersama.

Page 46: karya ilmiah

Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk

memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan

berbagai jalan

Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling

mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh

keputusan yang lebih baik.

Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain

sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap

toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :

Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.

Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri

Djamarah, 2000)

( http://re-searchengines.com/art05-65.html )

28. Metode Widyawisata

Metode Widyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran

dengan membawa siswa langsung kepada objek yang akan dipelajari yang

terdapat di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata. Metode widyawisata

antara lain diterpakan karena obyek yang akan dipelajari hanya terdapat di

tempat tertentu. Selain itu, pengalaman langsung dapat membuat siswa lebih

tertarik kepada pelajaran yang disajikan sehinggga lebih ingin mendalami hal

yang diminatinya dengan mencari informasi dari buku-buku sumber lainnya serla

menumbuhkan rasa cinta kepada Iingkungan alam dan lingkungan budaya.

Metode widyawisata berfungsi pula memberikan variasi belajar kepada

siswa. Agar widyawisata ini dapat mencapai hasil yang optimal, maka diperlukan

adanya perencanaan yang matang, pelaksanaan yang efektif dan efisien, serta

adanya kegiatan tindak lanjut seperti evaluasi, pelaporan, diskusi, deklamasi,

pameran sederhana, pemuatan karangan siswa pada koran sekolah, majalah

dinding atau media lainnya, dan sebagainya.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

Page 47: karya ilmiah

29. Metode Pameran ( penampilan )

Metode pameran digunakan untuk memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menyajikan dan menjelaskan apa yang dipelajarinya. Pameran yang

dimaksud dapat berupa pameran kelas atau pameran sekolah dengan

memamerkan grafik, model, alat, gambar ukiran, patung, tanaman, dan hasil

karya lainnya yang dibuat oleh siswanya.

Metode pameran dapat merupaan kegiatan puncak dari serangkaian

kegiatan lain yang menggunakan widyawisata atau metode proyek. Pameran

dapat digunakan sebagai sarana penilaian keberhasilan suatu kegiatan belajar.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

30. Metode Permainan

Metode permainan adalah suatu permainan adalah suatu cara penyajian

bahan pelajaran melalui berbagai bentuk permainan. Permainan dimaksud dapat

berupa teka-teki, papan bergambar (sejenis ular tangga), kotak rahasia, atau

kartu gambar yang dibuat oleh siswa atau oleh guru. Metode ini dapat digunakan

untuk memberikan pengalaman menarik bagi siswa dalam memahami suatu

konsep, menguatkan konsep yang telah dipahami, atau memecahkan masalah.

Metode ini bermanfaat karena dapat mengembangkan motivasi instrinsik,

memberikan kesempatan untuk berlatih mengambil keputusan, dan

mengembang pengendalian emosi bila menang atau kalah, serta lebih menarik

dan menyenangkan sehingga memudahkan siswa untuk memahami bahan

pelajaran yang disajikan. Dengan demikian, tujuan pembelajaran akan tercapai

secara tidak Iangsung. Metode ini sering digunakan dalam mata pelajaran

Matematika, IPA, PPKN, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan sebagainya.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

31. Metode Cerita

Metode cerita adalah suatu cara penanaman nilai-nilai kepada siswa

dengan mengungkapkan kepribadian tokoh-tokoh melalui penuturan hikayat,

legenda, dongeng, dan sejarah lokal. Metode ini dapat digunakan untuk

membantu penghayatan nilai dan moral serta pembentukan sikap. Hal ini terjadi

karena metode ini lebih mudah untuk membawa emosi siswa ke suasana cerita

sehingga siswa menjadi tertarik dan mungkin terharu sehingga akan

mempermudah pembentukan sikap. ( http://s1pgsd.blogspot.com )

Page 48: karya ilmiah

32. Metode Studi Mandiri

Metode ini berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh

siswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus.

Metode ini dilakukan dengan cara :

Memberikan daftar bacaan kepada siswa sesuai dengan kebutuhannya.

Menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir

kegiatan studi mandiri.

Mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa.

Metode ini sangat tepat dilakukan bila :

Pada tahap akhir proses belajar

Dapat digunakan pada semua mata pelajaran

Menunjang metode pembelajaran yang lain

Meningkatkan kemampuan kerja siswa

Mempersiapkan siswa untuk kenaikan tingkat atau jabatan

Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperdalam minatnya tanpa

dicampuri siswa lain

Metode ini hanya dapat digunakan saat siswa mampu menentukan

sendiri tujuannya dan dapat memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk

mencapai tujuan tersebut.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

33. Metode Pembelajaran Terprogam

Metode ini menggunakan bahan pengajaran yang disiapkan secara

khusus. Isi pengajaran di dalamnya harus dipecah menjadi langkah-langkah

kecil, diurut secara ceramat, diarahkan untuk mengurangi kesalahan, dan diikuti

dengan umpan balik segera. Siswa mendapat kebebasan untuk belajar menurut

kecepatan masing masing.

Yang perlu diperhatikan saat menggunakan metode ini :

Siswa harus benar-benar memiliki seluruh bahan, alat-alat dan

perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelajaran.

Siswa harus benar-benar tahu bahwa bahan itu bukan tes. Respon yang

dibuat siswa selama proses belajar dimaksudkan untuk membantu

belajar, bukan untuk dijadikan dasar penilaian.

Page 49: karya ilmiah

Tersedia sumber yang dapat membantu siswa bila ia mengalami kesulitan

Secara berkala, siswa harus dicek kemampuannya untuk membuatnya

benar-benar belajar.

Kapan menggunakan metode ini ?

Saat siswa kurang mendapatkan interaksi sosial

Pada semua tahap belajar, dari permulaan sampai dengan proses akhir

belajar

Merupakan pelajaran formal, belajar jarak jauh, dan magang

Mengatasi kesulitan perbedaan individual

Mempermudah siswa belajar dalam waktu yang diinginkan.

Kelemahan :

Kurang fleksibel karena bahan pelajaran yang telah dikumpulkan dengan

baik membuat setiap siswa melalui urutan kegiatan belajar yang sama

Biaya pengembangan yang tinggi

Siswa kurang mendapatkan interaksi sosial.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

34. Metode Latihan Bersama Teman

Metode ini memanfaatkan siswa yang telah lulus atau telah berhasil untuk

melatih temannya dan ia bertindak sebagai pelatih dan pembimbing (asisten

guru). Metode yang dipakai terserah kepada siswa pembimbing tersebut.

Yang perlu diperhatikan :

Bila hal ini merupakan pengalaman yang pertama bagi siswa

pembimbing, maka guru harus mengawasi dan mengarahkan siswa

pembimbing terlebih dahulu.

Setelah siswa pembimbing mengenal tugas tersebut, maka ia mulai dilatih

keterampilan dalam pelaksanaan tugasnya.

Setelah siswa yang dibimbingnya berhasil/lulus, maka ia menjadi

pembimbing bagi siswa yang lain.

Metode ini dapat dilaksanakan dalam situasi :

Semua tahap yang membutuhkan latihan satu persatu.

Latihan kerja, latihan formal dan magang

Kelemahan :

Terbatasnya siswa yang dapat dilatih sebagai pembimbing dalam satu

periode tertentu.

Page 50: karya ilmiah

Kegiatan latihan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk memelihara

kualitas. ( http://s1pgsd.blogspot.com )

35. Metode Studi Kasus

Merupakan suatu cara pemberian kesempatan kepada siswa untuk

melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung, masalah, kejadian, atau

situasi tertentu yang telah dipersiapkan guru. Kemudian siswa ditugasi untuk

mencari alternatif pemecahanan.

Dalam melaksanakan tugas ini siswa dapat memperoleh pengalaman

secara langsung dan nyata. Tugas dapat diberikan secara berkelompok atau

perorangan. Melalui metode ini siswa dapat mengembangkan berbagai

keterampilan dan pembiasaan untuk mandiri, jujur, mengembangkan pola fikir

kritis dan menemukan solusi baru dari suatu tugas yang harus dipecahkan.

Metode ini dapat diterapkan bila siswa telah memiliki pengetahuan awal

tentang masalah yang disampaikan. ( http://s1pgsd.blogspot.com )

36. Metode Insiden

Metode ini hampir sama dengan metode studi kasus, akan tetapi siswa

dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap tentang suatu kejadian atau

peristiwa. Mereka harus mencari data tambahan untuk menyelesaikan tugas

yang diberikan kepada merek tentang kejadian dan peristiwa tersebut. Data ini

sudah tersedia di sekolah dan ada pada guru, maka guru mempersiapkan data

itu untuk diberikan kepada siswa yang membutuhkannya.

Metode ini memiliki keunggulan dibanding studi metode kasis, siswa

belajar memahami suatu permasalahan, kemudian berusaha memecahkannya.

Dalam hal ini akan menumbuh kembangkan cara berfikir siswa sebagaimana

yang dikehendaki dalam studi mandiri, siswa berfikir kritis dan kreatif. (

http://s1pgsd.blogspot.com )

37. Metode Simposium

Metode ini adalah metode yang memaparkan suatu seri pembicara dalam

berbagai kelompok topik dalam bidang materi tertentu. Materi-materi tersebut

disampaikan oleh ahli dalam bidangnya, setelah itu peserta dapat menyampaikan

pertanyaan dan sebagainaya kepada pembicara.

Sebuah simposium hampir menyerupai panel, karena simposium harus

pula terdiri dari beberapa pembicara, sedikitnya dua orang. Tetapi simposium

Page 51: karya ilmiah

berbeda dengan panel di dalam cara pembahasan persoalan. Sifatnya lebih

formal. Seorang anggota simposium terlebih dahulu menyiapkan

pembicaraannya menurut satu titik pandangan tertentu. Terhadap sebuah

persoalan yang sama diadakan pembahasan dari berbagai sudut pandangan dan

disoroti dari titik tolak yang berbeda-beda.

Bentuk pola lain metode simposium dapat dikelompokkan pada sejumlah

aspek, dan setiap aspek disoroti tersendiri dan khusus, tidak perlu dari berbagai

sudut pandangan.

Bagian prasana menyiapkan tulisan yang dibagi-bagikan kepada peserta

dan diadakan sanggahan dari ahli tertentu yang disebut penyanggah utama.

Pendengar dapat memberi pandangan umum dan pertanyaan sesudah

penyanggah utama.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

38. Metode Tutorial

Metode ini merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah

dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. Siswa

dapat mengkonsultasikan tentang msalah-masalah dan kemajuan yang

ditemuinya secara periodik. Metode ini biasanya dilakukan pada SLTP terbuka,

paket B, C, dan belajar jarak jauh dengan tatap muka yang terjadwal. (

http://s1pgsd.blogspot.com )

39. Metode Deduktif

Metode ini merupakan penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran,

kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam

situasi tertentu.

Metode ini menjelaskan teoritis ke bentuk realitas atau menjelaskan hal-

hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Guru menjelasakan teori-teori

yang telah ditemui para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau

mengambil contoh-contoh. Seperti makhluk yang bernyawa akan mati. Manusia,

binatang, dan tumbuhan adalah makhluk bernyawa, maka ia akan mati.

Metode ini tepat dipergunakan bila :

Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari.

Page 52: karya ilmiah

Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang

membutuhkan proses berfikir kritis.

Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang

baik dan pembicaraan yang baik.

Waktu yang tersedia sedikit. ( http://s1pgsd.blogspot.com )

40. Metode Computer Assisted Learning ( CAL )

Metode ini digunakan untuk kegiatan belajar yang berstruktur, dimana

komputer diprogramkan untuk permasalahan-permasalahan (sistem Pakar).

Siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut atau mencari jawaban

dengan mempergunakan komputer dan seketika itu juga jawaban siswa diproses

secara elektronik. Dalam beberapa detik siswa sudah mendapat jawaban atau

umpan balik jawaban tersebut. CAL memberikan siswa untuk maju sesuai

dengan kecepatan masing-masing mereka. Metode ini dapat sampai pada yang

paling kompleks.

Kelemahan :

Pengembangan program membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang

lama.

Pengadaan dan pemeliharaan alat mahal.

( http://s1pgsd.blogspot.com )

41. Metode STAD (Student Achievement Divisions)

Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari

universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling

langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan

metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap

minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.

Langkahnya:

Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim,

masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tim-tim memiliki

anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun

kemampuan (tinggi, sedang, rendah).

Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian

saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau

diskusi antar sesama anggota tim.

Page 53: karya ilmiah

Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru

mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan

akademik yang telah dipelajari.

Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan

ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi

tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-

kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu

meraih suatu kriteria atau standar tertentu.

(Drs. Sugiyanto, M.Si. 2008. Model-model Pembelajaran InovatifI. Surakarta:

Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 UNS. Halaman 42-43)

42. Metode Jigsaw

Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari

Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan.

Langkahnya:

Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa

dengan karakteristik yang heterogen.

Bahan akademik yang disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan

setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari

bahan akademik tersebut.

Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab

untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya

berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut.

Kumpulan siswa semacam itu disebut ”kelompok pakar” (expert group).

Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke

kelompok semula untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang

telah dipelajari dalam kelompok pakar.

Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams, para siswa

dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

(Drs. Sugiyanto, M.Si. 2008. Model-model Pembelajaran InovatifI. Surakarta:

Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 UNS. Halaman 43-44)

43. Metode GI (Group Investigation)

Dasar-dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya

diperluas dan diperbaiki oleh Sharn dan kawan-kawan dari universitas Tel Aviv.

Metode GI sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling

sulit untuk dilaksanakan. Metode ini menuntut siswa untuk mempunyai

Page 54: karya ilmiah

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun ketrampilan proses

memiliki kelompok. Para guru yang menggunakan metode ini umumnya

membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 hingga 5

siswa dengan karakteristik yang heterogen. Para siswa memilih topik yang ingin

dipelajari mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah

dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan laporan di depan kelas secara

keseluruhan.

Langkah-langkah:

Seleksi topik

Merencanakan kerja sama

Implementasi

Analisis dan sintesis

Penyajian hasil akhir

Evaluasi selanjutnya

(Drs. Sugiyanto, M.Si. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:

Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 UNS. Halaman 44-46)

44. Metode Quantum

Tokoh utama dibalik pembelajaran quantum adalah Bobbi DePorter,

seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis propeti dan

keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang

pembelajaran. Sejak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan

gagasan pembelajaran quantum di SuperCamp yang terletak di Kirkwood

Meadows. Pada tahap awal pengembangannya, pembelajaran quantum

dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para

remaja di rumah, tidak dimaksudkan sebagai metode untuk mencapai

keberhasilan lebih tinggi di sekolah.

Pembelajaran quantum sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan

dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrogaman neurologi

yang jauh sebelumnya sudah ada.

(Drs. Sugiyanto, M.Si. 2008. Model-model Pembelajaran InovatifI. Surakarta:

Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 UNS. Halaman 65-67)

45. Metode perancangan ( projeck method )

Page 55: karya ilmiah

Yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu

proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.

Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :

Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas

dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang

dihadapi dalam kehidupan.

Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan

praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :

Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal

maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.

Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini

sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru

belum disiapkan untuk ini.

Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik,

cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.

Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok

unit yang dibahas.( http://re-searchengines.com/art05-65.html )

46. Metode resitasi ( Recitation method )

Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan

membuat resume dengan kalimat sendiri

Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :

Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat

diingat lebih lama.

Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian

mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri

Djamarah, 2000)

Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :

Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya

meniru hasil pekerjaan temannya tanpa mau bersusah payah

mengerjakan sendiri.

Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.

Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful

Bahri Djamarah, 2000)

Page 56: karya ilmiah

( http://re-searchengines.com/art05-65.html )

47. Metode Pemecahan Masalah

Metode ini dikenal sebagai Metode Brainstorming merupakan metode

yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas

pendapat yang disampaikan oleh siswa

Metode ini dapat dilaksankan pabila siswa telah berada pada tingkat yang lebih

tinggi dengan prestasi yang tinggi pula.

Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagi

berikut :

Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan

Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tersebut

Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut

Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut

Menarik kesimpulan artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan

terakhir tentang jawaban dari masalah tadi

Kelebihan Metode Pemecahan Masalah :

Dapat membuat pendidikan sekolah menjadi lebih relevan dengan

kehidupan khususnya dengan dunia kerja

Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat

membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara

terampil

Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif

dan menyeluruh.

Kekurangan Metode ini adalah :

Mementukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat

berpikir siswa , sekolah dan kelas serta pengetahuan dan pengalaman

yang telah dimiliki siswa

Sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering mengambil

waktu pelajaran lainnya

Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan

menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir

memecahkan masalah sendiri atau kelompok.

( Drs Sayiful Bahri Djamarah, Drs Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

Penerbit Rineka Cipta, Cetakan ke tiga , Agustus 2006 )

Page 57: karya ilmiah

48.Metode Bercerita

Ialah suatu cara mengajar dengan bercerita. Pada hakekatnya metode

bercerita sama dengan metode ceramah. Karena informasi disampaikan melalui

penuturan atau penjelasan lisan dari seseorang kepada orang lain

Kelebihan Metode Bercerita :

Guru mudah menguasai kelas

Guru dapat meningkatkan kosentrasi siswa dalam waktu yang relative

lama

Mudah menyiapkannya

Mudah melaksanakannya

Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah banyak

Kekurangan Metode Bercerita :

Siswa terkadang terbuai dengan jalannya cerita sehingga tidak dapat

meengambil intisarinya

Hanya Guru yang pandai bermain kata-kata atau kalimat

Menyebabkan siswa pasif karena guru aktif

Siswa lebih cenderung hafal isi ceita daripada sari cerita yang dituturkan

( Drs Sayiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didk – dalam interaks edukatif,

Penerbit Rineka Cipta, Cetakan Pertama , Februari 2000 )

49.Metode Penampilan

Metode Penampilan berbentuk pelasanaan paktek oleh siswa dibawah

bimbingan dari dekat oleh Pengajar.

Jika metode ini dipergunakan dalam pengajaran harus :

Memberikan penjelasan yang cukup kepada siswa selama berpraktek

Melakukan tindakan pengamanan sebelum kegiatan praktek dimulai

untuk keselamatan siswa yang menggunakan

Metode Penampilan digunakan :

Pelajaran telah mencapai tingkat lanjutan

Kegiatan pembelajaran bersifat normal, latihan kerja atau magang

Siswa mendapat kemungkinan untuk menerapkan apa yang dipelajari

kedalam situasi yang sesungguhnya

Kondisi praktek sama dengan kondisi kerja

Adanya bimbingan selama praktek

Kegiatan ini menjadi remedial bagi siswa

Keterbatasan penggunaan metode ini adalah :

Page 58: karya ilmiah

Membutuhkan waktu yang lama

Membutuhkan fasilitas dan alat khusus yang mungkin mahal, sulit

diperoleh dan dipelihara secara terus menerus

Membutuhkan pengajar yang lebih banyak

( Dra. Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mangajar, Penerbit Rineka Cipta, Cetakan

ke tujuh , Maret 2008 )

B. Tujuan Pembelajaran

Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam

memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan

pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta

kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan

menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan

(kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka

melakukan proses pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu

strategi yang harus digunakan guru. Misalnya, seorang guru Olahraga dan Kesehatan

menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat mendemontrasikan cara menendang

bola dengan baik dan benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu siswa-siswa

mencapai tujuan adalah metode ceramah, guru memberi instruksi, petunjuk, aba-aba

dan dilaksanakan di lapangan, kemudian metode demonstrasi, siswa-siswa

mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar, selanjutnya dapat

digunakan metode pembagian tugas, siswa-siswa kita tugasi, bagaimana menjadi

keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mereka, dan bagaimana mereka dapat

bekerjasama dan menendang bola.

Dalam contoh ini, terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan

psikomotorik. Demikian juga diaplikasikan kemampuan Afektif, tentang bagaimana

kemampuan mereka dalam bekerjasama dalam bermain bola dari metode pemberian

tugas yang diberikan guru kepada setiap individu. Dalam silabus telah dirumuskan

indikator hasil belajar atau hasil yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses

pembelajaran. Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil

belajar yaitu:

a. Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran relajar.

b. Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan

melalui peformnce siswa.

Page 59: karya ilmiah

c. Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performance nya

d. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.

Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan

tujuan pembelajaran mengandung unsur; Audience (peserta didik), Behavior (perilaku

yang harus dimiliki), Condition (kondisi dan situasi) dan Degree (kualitas dan kuantítas

hasil belajar).

C.KERANGKA KERJA PENGAJARAN

Model-model Pembelajaran

Page 60: karya ilmiah

1. Model menggambarkan tingkat terluas dari praktek pendidikan dan berisikan

orientasi filosofi pembelajaran.

2. Model digunakan untuk menyeleksi dan menyusun strategi pengajaran, metode,

keterampilan, dan aktivitas siswa untuk memberikan tekanan pada salah satu

bagian pembelajaran (topik konten).

3. Joyce dan Weil (1986) mengidentifikasi empat model yakni (a) model proses

informasi, (b) model personal, (c) model interaksi sosial, dan (d) model behavior.

Strategi Pembelajaran

1. Dalam setiap model terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan.

2. Menurut arti secara leksikal, strategi adalah rencana atau kebijakan yang

3. dirancang untuk mencapai suatu tujuan.

4. Dengan demikian strategi mengacu kepada pendekatan yang dapat dipakai oleh

guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

5. Strategi dikelompokkan menjadi strategi langsung (direct), strategi tidak langsung

(indirect), strategi interaktif (interactive), strategi melalui pengalaman

(experiential), dan strategi mandiri (independent).

D. KERANGKA KERJA PENGAJARAN

Metode-metode Pembelajaran

1. Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan

menkhususkan aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses

pembelajaran berlangsung.

2. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup

kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya

penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung

pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam

kegiatan pembelajaran.

Keterampilan-keterampilan pembelajaran

1. Keterampilan merupakan perilaku pembelajaran yang sangat spesifik.

2. Di dalamnya terdapat teknik-teknik pembelajaran seperti teknik bertanya, diskusi,

pembelajaran langsung, teknik menjelaskan dan mendemonstrasikan.

3. Dalam keterampilan-keterampilan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan

perencanaan yang dikembangkan guru, struktur dan fokus pembelajaran, serta

pengelolaan pembelajaran.

Page 61: karya ilmiah

E. PEMBELAJARAN YANG BAIK :

Pembelajaran direncanakan dengan baik

Guru mengidentifikasikan dengan tepat tujuan pembelajaran

Guru mengidentifikasikan apa yang telah diketahui siswa dan mengembangkan

pembelajaran berdasarkan informasi tsb

Urutan pembelajaran terdiri dari beberapa tahap dan kegiatan, dengan

bimbingan guru

Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang efektif

Pengorganisasian kelas dan pengelolaan sumber sumber sudah direncanakan

dengan baik

Guru memutuskan bagaimana menilai hasil belajar siswa

Proses maupun hasil belajar direncanakan

Pembelajaran menarik dan menantang

Guru tidak terlalu banyak bicara dan memberikan ceramah

Siswa tidak terlalu banyak mendengarkan dan menjawab pertanyaan bersama

sama (koor)

Kegiatan menarik, menantang dan meningkatkan motivasi belajar

Kegiatan meningkatkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah,

termasuk tugas tugas terbuka.

Peristiwa hangat dan pengalaman siswa secara langsung (sumber belajar tangan

pertama) meningkatkan minat dan tingkat motivasi

Pembelajaran mengaktifkan siswa

Belajar dengan mengerjakan - Siswa aktif, terlibat, berpartisipasi, bekerja.

Interaksi antar siswa tinggi - belajar kelompok, berpasangan, bekerjasama

Siswa menemukan, memecahkan masalah

Siswa pusat pembelajaran, bukan guru

Fokus pada proses pembelajaran

Bagaimana Rencana Pembelajarannya?

Page 62: karya ilmiah

Suatu rencana pembelajaran mencakup:

Fokus belajar mengajar (kompetensi)

Apa yang diperlukan untuk mengajar (bahan dan sumber)

Urutan pembelajaran

Proses dan produk pembelajaran: Apa yang akan dikerjakan siswa dan

bagaimana mengerja-kannya (proses), dan bagaimana siswa akan

mendemonstasikan hasil belajar mereka (produk)

BAB II

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

A. Pendahuluan

Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin

menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai substansi

bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan

keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar mengajar.

Sari dari keterampilan dasar mengajar ini diambil dari berbagai sumber dimana

bahan ini digunakan untuk para mahasiswa yang melakukan praktek mengajar di

sekolah sebelum dia bekerja sepenuhnya sebagai seorang guru. Pada kenyataannya

dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan

keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar ini.

Keterampilan dasar mengajar ini adalah merupakan panduan pengajaran mikro

dengan menggunakan perangkat Sydney Micro Skills (1973). Menurut turney (1973)

Page 63: karya ilmiah

terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam

keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

B. Keterampilan Dasar Mengajar

1. Keterampilan Bertanya

2. Keterampilan Memberi Penguatan

3. Keterampilan Mengadakan variasi

4. Keterampilan Menjelaskan

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil

7. Keterampilan Mengelola Kelas

8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

1. Keterampilan Bertanya

Dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru tidaklah

lepas dari guru memberikan pertanyaan dan murid memberikan jawaban yang diajukan.

Pada kenyataannya di lapangan banyak para guru yang tidak menguasai teknik-teknik

dalam memberikan pertanyaan kepada siswa sehingga banyak pertanyaan tersebut

hanya bersifat knowledge saja artinya kebanyakan hanya mengandalkan ingatan.

Pengertian dan Rasional keterampilan bertanya bertujuan untuk memperoleh informasi

untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir. Pertanyaan

yang diberikan bisa bersifat suruhan maupun kalimat yang menuntut respon siswa.

Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan tersebut adalah:

a. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.

b. Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.

c. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.

d. Mengembangkan cara belajar siswa aktif.

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.

f. Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.

g. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.

h. Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.

Komponen-komponennya yaitu:

Page 64: karya ilmiah

1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas

2) Pemberian Acuan

3) Pemusatan

4) Pemindahan Giliran

5) Penyebaran

6) Pemberian waktu berfikir

7) Pemberian Tuntunan

2. Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan adalah suatu respon terhadap suatu tingkah laku dan penampilan

siswa. Penguatan adalah suatu respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang dapat

menimbulkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

Komponen-komponen dalam keterampilan memberi penguatan adalah:

1) Penguatan Verbal; penguatan ini dapat dinyatakan dalam 2 bentuk yaitu kata atau

kalimat.

2) Penguatan Non Verbal; bisa berupa mimik atau gerakan badan, mendekati,

memberi sentuhan atau memberi kegiatan yang menyenangkan, berupa symbol

atau benda maupun penguatan tak penuh sepert “yah, jawabanmu sudah baik

tetapi masih perlu disempurnakan”

3. Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksud sebagai proses perubahan

dalam pengajaran yang dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu; variasi dalam gaya

mengajar, variasi dalam menggunakan alat dan media pembelajaran dan variasi dalam

pola interaksi dalam kelas.

Komponennya adalah:

a. Variasi dalam Gaya Mengajar:

1) Penggunaan variasi suara

2) Pemusatan perhatian

3) Kesenyapan

Page 65: karya ilmiah

4) Mengadakan kontak pandang

5) Gerakan badan dan mimik

6) Pergantian posisi guru dalam kelas

b. Penggunaan Media dan Bahan Pelajaran

1) Variasi alat/ bahan yang dapat dilihat

2) Variasi alat yang dapat didengar

3) Variasi alat yang dapat diraba dan dimanipulasi

c. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa

4. Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan

secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, antara sebab akibat,

yang diketahui dan yang belum diketahui.

Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan

a. Merencanakan:

1) Isi pesan (materi)

2) Penerima pesan (siswa)

b. Menyajikan suatu penjelasan

1) Kejelasan

2) Penggunaan contoh dan ilustrasi

3) Pemberian tekanan

4) Balikan

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang

dilakukan oleh guru untuk menciptakan situasi siap mental dan menimbulkan siswa agar

terpusat perhatian pada apa yang dipelajari.

Page 66: karya ilmiah

Yang dimaksud dengan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru

untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa atau

mengakhiri kegiatan inti pelajaran

Tujuan-tujuan membuka dan menutup pelajaran adalah untuk :

1. Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa

2. Membuat siswa memahami batas tugasnya

3. Membantu siswa memahami hubungan berbagai materi yang disajikan

4. Membantu mahasiswa mengetahui tingkat berhasilnya

Komponen keterampilan

Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai

berikut :

1. Membuka pelajaran, mencakup hal-hal berikut:

b. Membuka perhatian siswa dengan berbagai cara, seperti menciptakan satu

kejadian yang menarik

c. Menimbulkan motivasi dengan :

- Kehangatan dan keantusiasan

- Menimbulkan rasa ingin tahu

- Mengemukakan ide yang bertentangan

- Memperhatikan minat siswa

d. Memberi acuan dengan cara

- Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas

- Menyarankan langka-langka yang akan dilakukan

- Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas

- Mengajukan pertanyaan

e. Membuat kaitan dengan cara

- Mengajukan pertanyaan atau persepsi

- Mengkaji ulang pelajaran yang lalu

2. Menutup pelajaran, mencakup hal-hal berikut :

a. Meninjau kembali, dengan cara merangkum atau membuat ringkasan

b. Mengadakan evaluasi penguasaan siswa, dengan meminta mereka :

- Mendemonstrasikan keterampilan

- Menerpakan ide baru pada situasi lain

Page 67: karya ilmiah

- Mengekspresikan pendapat sendiri

- Memberikan soal-soal tertulis

c. Memberikan tindak lanjut yang dapat berupa pekerjaan rumah, merancang

sesuatu, atau berkunjung kesuatu tempat.

Keterampilan membuka pelajaran merupakan awal keberhasilan sesorang guru

karena kita membuka pelajaran sangat menentukan termotivasi tidaknya siswa dalam

mengikuti pembelajaran. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran menentukan

tingkat pemantapan pembelajaran yang dilakukan. Tidak semua keterampilan yang

disebutkan diatas harus ditampilkan pada setiap membuka dan menutup pelajaran. Guru

dapat memilih cara/keterampilan yang paling sesuai dengan tujuan, materi, siswa, serta

kondisi kelas.

6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok adalah merupakan salah satu strategi yang memungkinkan

siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui suatu proses

yang memberi kesempatan berfikir, berinteraksi sosial serta berlatih bersikap positif.

Komponen Keterampilan:

1) Memusatkan perhatian

2) Memperjelas masalah atau urutan pendapat

3) Menganalisa pandangan siswa

4) Meningkatkan urunan siswa

5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi

6) Menutup diskusi

7. Keterampilan Mengelola Kelas

Mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara

kondisi belajar yang optimal dan keterampilan untuk mengembalikan pada kondisi

belajar yang optimal.

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar

yang optimal Meliputi:

1) Menunjukkan sikap tanggap

Page 68: karya ilmiah

2) Membagi perhatian

3) Memusatkan perhatian kelompok

4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas

5) Menegur

6) Memberi penguatan

b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal

meliputi:

1. Modifikasi tingkah laku

2. Pengelolaan kelompok

3. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah

8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Terjadinya hubungan interpersonal yang sehat dan akrab dapat terjadi antara

guru-siswa, maupun antara siswa dan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun

perorangan.

Komponen Keterampilan:

1) Keterampilan untuk mengadakan pendekatan secara pribadi

2) Keterampilan Mengorganisasikan

3) Keterampilan Membimbing dan memudahkan belajar siswa

4) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar

C. Tujuh Hukum Mengajar

John  Milthon  Gregory  merupakan  penulis  buku  yang  terkenal  tentang Tujuh 

Hukum  Mengajar.  Inilah  beberapa  petunjuk  yang  perlu  dipersiapkan oleh seorang

guru yang baik.

1. Persiapkan   bahan   pelajaran   dengan   mempelajarinya   berulang-ulang.

Jangan mengandalkan bahwa kita sudah pernah mempelajarinya karena apa

yang kita ketahui dahulu pasti sebagian sudah terhapus dari ingatan kita.

2. Carilah   urutan   yang   logis   dari   tiap   bagian   dalam   pelajaran   yang

dipersiapkan tersebut. Setiap pelajaran selalu berangkat dari pengertian-

pengertian dasar yang sederhana baru ke tingkat pengertian yang tinggi. Pelajari

urut-urutan yang logis dari pelajaran yang dipersiapkan tersebut sampai 

Page 69: karya ilmiah

terwujud  suatu  pengertian  yang  dapat  saudara  uraikan  dengan kata-kata

sendiri.

3. Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan

prinsip-prinsip yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip

abstrak.

4. Carilah  hubungan  antara  apa  yang  diajarkan  dan  kehidupan  sehari-hari

siswa.  Hubungan-hubungan  inilah  yang  akan  menentukan  nilai  praktis

penerapan dari pelajaran itu.

5. Gunakan  sebanyak  mungkin  sumber  referensi  berupa  buku-buku  atau

bahan-bahan yang sesuai, tetapi pahami dahulu sebaik-baiknya sebelum

menyampaikan kepada siswa.

6. Harap  diingat  bahwa  lebih  baik  mengerti  sedikit,  tetapi  benar-benar mantap

daripada mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.

7. Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum

berdiri  di  depan  kelas.  Dengan  persiapan  matang,  kita  akan  semakin

menguasai pengetahuan dan gambaran apa yang diajarkan akan semakin jelas

BAB III

MEDIA PEMBELAJARAN

Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi semakin mendorong upaya-

upaya yang pembaharuan dalam pemanfaat hasi-hasil tehnologi dalam proses belajar.

Para pendidik dituntut agar mampu menggunakan media yang dapat disediakan oleh

sekolah dan tidak tertutup kemungkinan bahwa media tersebut sesuai dengan

perkembangan dan tuntutan zaman. Berbagai macam media pembelajaran merupakan

Page 70: karya ilmiah

salah satu factor penunjang yang penting dalam proses peningkatan kualitas belajar

mengajar. Untuk mencapai tingkat efisien dan efektivitas yang memadai, salah satu

usaha yang perlu dilakukan adalah mengurangi system penyampain bahan pelajaran

yang bersifat verbalistik dengan mengembangkan media sebagai alat bantu maupun

sumber belajar. Oleh sebab itu penting media perencanaan yang merupakan suatu

perencanaan didalam pemilihan media pembalajaran yang lebih baik dan dapat

digunakan untuk proses belajar mengajar yang diharapkan dapat mempertinggi hasil

belajar yang dicapai. Media perencanaan dibuat untuk membantu para pendidik

menyampaikan berbagai materi tersusun secara rapi yang dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan

belajar pada peserta didik. Berbagai macam media yang disajikan didalam proses

belajar mengajar yang dapat membantu perkembangan pendidikan yang lebih maju.

Untuk itu artikel ini mengupas tentang peranan media perencanaan dalam kegiatan

belajar mengajar dilingkungan pendidikan. Peranan Media Perencanaan dalam Kegiatan

Belajar Mengajar di Lingkungan Pendidikan.

 

1. Pengertian

Media merupakan alat, metode dan tehnik yang digunakan dalam rangka lebih

mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar pendidik dan peserta didik dalam proses

pendidikan dan pengajaran disekolah. Didalam proses belajar mengajar dilingkungan

pendidikan diperlukan adanya media perencanaan  (Media Planning) yang baik agar

para pendidik dapat memilih media yang dapat menggambarkan dengan lebih baik dari

pada dirinya sendiri, misalnya : diagram pada Flip chart, serta media yang dipilih dapat

menarik minat dan perhatian siswa.

2. Fungsi Media Pembelajaran.

Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas.

Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut

pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian

Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang

dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National Education Association)

memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar,

dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.

Raharjo (1991) menyimpulkan beberapa pandangan tentang media, yaitu Gagne yang

Page 71: karya ilmiah

menempatkan media sebagai komponen sumber, mendefinisikan media sebagai

“komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya

untuk belajar.” Briggs berpendapat bahwa media harus didukung sesuatu untuk

mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar, yang

mendefinisikan media sebagai wahana fisik yang mengandung materi instruksional.

Wilbur Schramm mencermati pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk

menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa

informasi/pesan instruksional. Yusuf hadi Miarso memandang media secara luas/makro

dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang

dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik

Harsoyo (2002) menyatakan bahwa banyak orang membedakan pengertian

media dan alat peraga. Namun tidak sedikit yang menggunakan kedua istilah itu secara

bergantian untuk menunjuk alat atau benda yang sama (interchangeable). Perbedaan

media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu

sumber belajar disebut alat peraga bila hanya berfungsi sebagai alat bantu

pembelajaran saja; dan sumber belajar disebut media bila merupakan bagian integral

dari seluruh proses atau kegiatan pembelajaran dan ada semacam pembagian

tanggungjawab antara guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi lain. Pembahasan

pada pelatihan ini istilah media dan alat peraga digunakan untuk menyebut sumber atau

hal atau benda yang sama dan tidak dibedakan secara substansial.

Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu

sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang

digunakan guru untuk:

memotivasi belajar peserta didik

memperjelas informasi/pesan pengajaran

memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting

memberi variasi pengajaran

memperjelas struktur pengajaran.

Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan

membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta

didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah

bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera

pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan

bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat

mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar.

Page 72: karya ilmiah

3. Kemampuan media sebagai alat bantu kegiatan pembelajaran

Rahardjo (1991) menguraikan dengan berangkat dari teori belajar diketahui

bahwa hakekat belajar adalah interaksi antara peserta didik yang belajar dengan

sumber-sumber belajar di sekitarnya yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku

belajar dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, tidak jelas menjadi jelas,

dsb. Sumber belajar tersebut dapat berupa pesan, bahan, alat, orang, teknik dan

lingkungan. Proses belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal.

Faktor internal seperti sikap, pandangan hidup, perasaan senang dan tidak senang,

kebiasaan dan pengalaman pada diri peserta didik. Bila peserta didik apatis, tidak

senang, atau menganggap buang waktu maka sulit untuk mengalami proses belajar.

Faktor eksternal merupakan rangsangan dari luar diri peserta didik melalui indera

yang dimilikinya, terutama pendengaran dan penglihatan. Media pembelajaran sebagai

faktor eksternal dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi belajar karena

mempunyai potensi atau kemampuan untuk merangsang terjadinya proses belajar.

Contohnya, (a) menghadirkan obyek langka: koleksi mata uang kuno, (b) konsep yang

abstrak menjadi konkrit: pasar, bursa, (c) mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah

dan jarak: siaran radio atau televisi pendidikan, (d) menyajikan ulangan informasi secara

benar dan taat asas tanpa pernah jemu: buku teks, modul, program video atau film

pendidikan,. (e) memberikan suasana belajar yang santai, menarik, dan mengurangi

formalitas.

Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingya visualisasi dan

verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman Edgar Dale”

dikemukakan bahwa ada suatu kontinuum dari konkrit ke abstrak antara pengalaman

langsung, visual dan verbal dalam menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin

konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar.

Namun, agar terjadi efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman belajar yang

diberikan semakin abstrak (“go as low on the scale as you need to ensure learning, but

go as high as you can for the most efficient learning”).

Raharjo (1991 menyatakan bahwa visualisasi mempermudah orang untuk

memahami suatu pengertian. Sebuah pemeo mengatakan bahwa sebuah gambar

“berbicara“ seribu kali dari yang dibicarakan melalui kata-kata (a picture is worth a

thousand words). Hal ini tidaklah berlebihan karena sebuah durian “monthong” atau

gambarnya akan lebih menjelaskan barangnya (atau pengertiannya) daripada definisi

atau penjelasan dengan seribu kata kepada orang yang belum pernah mengenalnya.

Salah satu dari sarana visual yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar

Page 73: karya ilmiah

tersebut adalah OHT atau “overhead transparency.“ Sarana visual seperti OHT ini bila

digarap dengan baik dan benar. Di samping dapat mempermudah pemahaman konsep

dan daya serap belajar siswa, juga membantu pengajar untuk menyajikan materi secara

terarah, bersistem dan menarik sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Inilah manfaat

yang harus dioptimalkan dalam pembuatan rancangan media seperti OHT ini.

4. Jenis-jenis media

Media cukup banyak macamnya, Raharjo (1991) menyatakan bahwa ada media

yang hanya dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkanya. Ada pula yang

penggunaannya tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing

(teacher independent). Media yang tidak harus tergantung pada hadirnya guru lazim

tersebut media instruksional dan bersifat “self Contained”, maknanya: informasi belajar,

contoh, tugas dan latihan serta umpanbalik yang diperlakukan telah diprogramkan

secara terintegrasi.

Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas

media dan sumber belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan

menjadi media audio, media visual, media audio-visual, dan media serbaneka.

1. Media Audio : radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon .

2. Media Visual :

a. Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi

dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film

rangkai (film stip) , transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan,

diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta, dan globe.

b. Media visual gerak : film bisu.

3. Media Audio-visual

a. Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara ,

buku dan suara.

b. Media audiovisual gerak : video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan

suara.

4. Media Serba aneka :

a. Papan dan display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding,

papan magnetic, white board, mesin pangganda.

b. Media tiga dimensi : realia, sampel, artifact, model, diorama, display.

c. Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi,

pawai/karnaval, pedalangan/panggung boneka, simulasi.

Page 74: karya ilmiah

d. Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.

e. Belajar terprogram

f. Komputer

Media yang tidak memerlukan keahlian khusus misalnya :

Papan tulis /whiteboard

Transparansi (OHT)

Bahan cetak ( buku, modul, handout )

Media yang memerlukan keahlian khusus :

Program audiovisual

Program slide, Microsoft Powerpoint

Program internet

Yang tergantung hadirnya guru misalnya :

Papan tulis / whiteboard

Tansparansi (OHT )

Sedangkan yang tidak bergantung kehadiran guru misalnya :

Umumnya media rekam

Bahan belajar mandiri (dapat dipelajari tanpa guru/ pengajar )

5. Pemilihan Media

Tiap jenis media mempunyai karakteristik atau sifat-sifat khas tersendiri. Artinya

mempunyai kelebihan dan kekurangan satu terhadap yang lain . Sifat-sifat yang

biasanya dipakai untuk menentukan kesesuaian penggunaan atau pemilihan media ialah

:

a. Jangkauan:

Beberapa media tertentu lebih sesuai untuk pengajaran individual misalnya buku teks,

modul, program rekaman interaktif (audio, video, dan program computer). Jenis yang

lain lebih sesuai untuk pengajaran kelompok di kelas, misalnya media proyeksi (OHT,

Slide, Film) dan juga program rekaman (audio dan video). Ada juga yang lebih sesuai

untuk pengajaran massal , misalnya program siaran (radio, televisi, dan konferensi jarak

jauh dengan audio).

b. Keluwesan :

Page 75: karya ilmiah

Dari segi keluwesan, media ada yang praktis mudah dibawa kemana-mana , digunakan

kapan saja, dan oleh siapa saja, misalnya media cetak seperti buku teks , modul , diktat ,

dll.

c. Ketergantungan Media :

Beberapa media tergantung pemakaianya pada sarana/fasilitas tertentu atau hadirnya

seorang penyaji/guru.

d. Kendali / control :

Kadang-kadang dirasa perlu agar control belajar ada pada peserta didik sendiri ( pelajar

individu), pada guru (pelajaran klasikal) , atau peralatan.

e. Atribut :

Penggunaan media juga dapat dirasakan pada kemampuanya memberikan rangsangan

suara, visual, warna maupun gerak.

f. Biaya :

Alasan lain untuk menggunakan jenis media tertentu ialah karena murah biaya

pengadaan atau pembuatanya . Media transparansi (OHT) adalah sarana visual berupa

huruf , lambang, gambar, grafis maupun gabungannya yang dibuat pada bahan tembus

pandang atau transparan untuk diproyeksikan pada sebuah layar atau dinding dengan

menggunakan alat yang disebut “overhead projector “ atau OHP. Sebagaimana halnya

dengan semua jenis media proyeksi , OHT mempunyai kemampuan untuk

membesarkan bayanganya di layar atau didinding sejauh kekuatan lensa dan sinar

proyeksinya dapat mendukung . Oleh sebab itu , OHT sangat sesuai untuk kegiatan

seminar, lokakarya, pengajaran maupun latihan yang melibatkan kelompok sasaran

yang cukup besarnya sampai efektif 60 orang. Selebihnya mungkin perlu ditunjang

dengan sarana “sound system“ yang memadai karena keterbatasan jangkauan suara

pengajar. Untuk dapat menggarap maupun memanfaatkan media ini sebaiknya kita

harus mengenal karakteristiksnya. Media OHT mempunyai kelebihan- kelebihan dan

kelemahan- kelemahan yang harus diperhitungkan dalam perencanaannya.

6. Dampak perubahan media komunikasi pada media pembelajaran.

Page 76: karya ilmiah

Nasution (1987) menguraikan bahwa perkembangan media komunikasi

mengalami kemajuan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Hal ini diawali dari penemuan

alat cetak oleh Guntenberg pada abad ke lima belas tentang buku yang ditulis yang

melahirkan buku-buku cetakan. Penemuan fotografi mempercepat cara illustrasi.

Lahirnya gambar hidup memungkinkan kita melihat dalam “slow motion“ apa yang

dahulu tak pernah dapat kita amati dengan teliti . Rekaman memungkinkan kita

mengulangi lagu-lagu yang dibawakan oleh orkes-orkes terkenal. Radio dan televisi

menambah dimensi baru kepada media komunikasi . Video recorder memungkinkan kita

merekam program TV yang dapat kita lihat kembali semua kita. Kemampuan membuat

kertas secara masinal membawa revolusi dalam media komunikasi dengan penerbitan

surat kabar dan majalah dalam jumlah jutaan rupiah tiap hari . Komputer membuka

kesempatan yang tak terbatas untuk menyimpan data dan digunakan setiap waktu

diperlukan. .

Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan dalam media komunikasi itu bagi

pendidikan. Buku sampai sekarang masih memegang peranan yang penting sekali dan

mungkin akan masih demikian halnya dalam waktu yang lama. Namun ada yang optimis

yang meramalkan bahwa dalam waktu dekat semua aspek kurikulum akan di-komputer-

kan .Memang kemampuan komputer sungguh luar biasa . Dalam sehelai nikel seluas 20

x 25 cm dapat disimpan isi perpustakaan yang terdiri atas 20.000 jilid . Namun ramalan

bahwa seluruh kurikulum akan di-komputer-kan dalam waktu dekat rasanya masih

terlampau optimis . Sewaktu gambar hidup ditemukan oleh Thomas Alva Edison pada

tahun 1913 telah diramalkan bahwa buku-buku segera akan digantikan oleh gambar

hidup dan seluruh pengajaran akan dilakukan tidak lagi melalui pendengaran akan tetapi

melalui penglihatan. Namun tak dapat disangkal faedah berbagai media komunikasi bagi

pendidikan.

Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang diketahui anak pada zaman

modern ini diperolehnya melalui radio, film, apalagi melalui televisi, jadi melalui media

massa. Cara-cara untuk menyampaikan sesuatu melalui TV misalnya yang disajikan

dengan bantuan para ahli media massa jauh lebih bermutu dari pelajaran yang diberikan

oleh guru dalam kelas .

Penggunaan alat media dalam pendidikan melalui dengan gerakan “audio-visual

aids“ pada tahun 1920-an di Amerika Serikat. Sebagai “aids“ alat-alat itu dipandang

sebagai pembantu guru dalam mengajar, sebagai ekstra atau tambahan yang dapat

digunakan oleh guru bila dikehendakinya. Namun pada tahun 1960-an timbul pikiran

baru tentang penggunaannya, yang dirintis oleh Skinner dengan penemuannya “

Page 77: karya ilmiah

programmed instruction“ atau pengajaran berprograma. Dengan alat ini anak dapat

belajar secara individual. Jadi alat ini bukan lagi sekedar alat bantuan tambahan akan

tetapi sesuatu yang digunakan oleh anak dalam proses belajarnya. Belajar beprograma

mempunyai pengaruh yang besar sekali pada perkembangan teknologi pebdidikan. Di

Ameriks Serikat teknologi pendidikan dipandang sebagai media yang lahir dari revolusi

media komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan di samping, guru,

buku, dan papan tulis. Di Inggris teknologi pendidikan dipandang sebagai

pengembangan, penerapan, dan sistem evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan untuk

memperbaiki proses belajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan yang sistematis

terhadap pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan tujuan, analisis dan

sintesis yang tajam tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan adalah

pendekatan “problem solving“ tentang pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa

sebenarnya mendidik dan mengajar itu.

Teknologi pendidikan bukanlah terutama mengenai alat audio-visual, komputer,

dan internet. Walaupun alat audio-visual telah jauh perkembangannya, dalam kenyataan

alat-alat ini masih terlampau sedikit dimanfaatkaan. Pengajaran masih banyak

dilakuakan secara lisan tanpa alat audio-visual, komputer, internet walaupun tersedia.

Dapat dirasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan resource-based

learning “atau belajar dengan menghadap anak-anak langsung dengan berbagai

sumber, seperti buku dalam perpustakaan, alat audio-visual, komputer, internet dan

sumber lainya. Kesulitan juga akan dihadapi dalam pengadminitrasiannya. Ciri-ciri

belajar berdasarkan sumber, diantaranya

1. Belajar berdasarkan sumber (BBS ) memanfaatkan sepenuhnya segala

sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio

visual dan memberikan kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar

dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia . Ini tidak berarti

bahwa pengajaran berbentuk ceramah ditiadakan. Ini berari bahwa dapat

digunakan segala macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan

tertentu.

2. BBS (belajar berdasarkan sumber) berusaha memberi pengertian kepada

murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang

dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari

masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisaisi, dan lain-

lain bahan cetakan, perpustakaan, alat, audio-visual ,dan sebagainya.

Mereka harus diajarkan teknik melakukan kerja-lapangan, menggunakan

Page 78: karya ilmiah

perpustakaan, buku referensi, komputer dan internet sehingga mereka lebih

percaya akan diri sendiri dalam belajar . Pada era sekarang ini muncul

kebutuhan software yang dapat mempermudah dan merperindah tampiran

presentasi dalam pengajaran. Kebutuhan ini dapat kita peroleh dari produk

program Microsoft Power Point yang merupakan salah satu dari paket

Microsoft office. Pogram ini menyediakan banyak fasilitas untuk membuat

suatu presentasi.

Page 79: karya ilmiah

BAB IV

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SEKOLAH DASAR

4.1. Materi KTSP PERMEN 22/23/24 tahun 2006 Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar(SD)/Madrasah Ibtidaiyah(MI)

A. Latar Belakang

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan

emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik

mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran

bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan

perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta

menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis.

Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan,

dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan

berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni

kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang

direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara,

membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk

menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh

karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan

berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.

Tingkat literasi mencakup performative, functional, informational, dan epistemic.

Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan

berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang

mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti

Page 80: karya ilmiah

membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang

mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada

tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa

sasaran (Wells,1987).

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan standar kompetensi bahasa

Inggris bagi SD/MI yang menyelenggarakan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai

muatan lokal. Kompetensi lulusan SD/MI tersebut selayaknya merupakan

kemampuan yang bermanfaat dalam rangka menyiapkan lulusan untuk belajar

bahasa Inggris di tingkat SMP/MTs. Kemampuan yang dimaksud adalah

kemampuan berinteraksi dalam bahasa Inggris untuk menunjang kegiatan kelas dan

sekolah.

Pendidikan bahasa Inggris di SD/MI dimaksudkan untuk mengembangkan

kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai tindakan atau language

accompanying action. Bahasa Inggris digunakan untuk interaksi dan bersifat “here

and now”. Topik pembicaraannya berkisar pada hal-hal yang ada dalam konteks

situasi. Untuk mencapai kompetensi ini, peserta didik perlu dipajankan dan

dibiasakan dengan berbagai ragam pasangan bersanding (adjacency pairs) yang

merupakan dasar menuju kemampuan berinteraksi yang lebih kompleks.

B. Tujuan

Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut.

1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas

untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks

sekolah

2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk

meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI mencakup kemampuan

berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang meliputi aspek-

aspek sebagai berikut.

1. Mendengarkan

2. Berbicara

Page 81: karya ilmiah

3. Membaca

4. Menulis.

ketrampilan menulis dan membaca diarahkan untuk menunjang pembelajaran

komunikasi lisan.

Page 82: karya ilmiah

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kelas IV, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

1. Memahami instruksi sangat

sederhana dengan tindakan

dalam konteks kelas

1.1 Merespon dengan melakukan tindakan sesuai

instruksi secara berterima dalam konteks kelas

1.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara

verbal dalam konteks kelas

Berbicara

2. Mengungkapkan instruksi dan

informasi sangat sederhana

dalam konteks kelas

2.1 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara

berterima yang melibatkan tindak tutur:

mengenalkan diri, memberi salam/sapaan, memberi

salam perpisahan, dan memberi aba-aba

2.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi

jasa/barang secara berterima yang melibatkan

tindak tutur: meminta bantuan, meminta barang,

dan memberi barang

2.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi

secara berterima yang melibatkan tindak tutur:

berterima kasih, meminta maaf, memberi maaf,

melarang, memuji, dan mengajak

2.4 Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang

melibatkan ungkapan: thank you, sorry, please, dan

excuse me

Membaca

3 Memahami tulisan bahasa

Inggris sangat sederhana

dalam konteks kelas

3.1 Membaca nyaring dengan melafalkan alfabet dan

ucapan yang tepat yang melibatkan kata, frasa, dan

kalimat sangat sederhana

3.2 Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat

Page 83: karya ilmiah

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

sederhana

Menulis

4 Mengeja dan menyalin tulisan

bahasa Inggris sangat

sederhana dalam konteks

kelas

4.1 Mengeja ujaran bahasa Inggris sangat sederhana

secara tepat dan berterima dengan tanda baca

yang benar yang melibatkan kata, frasa, dan

kalimat sangat sederhana

4.2 Menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana

secara tepat dan berterima seperti: ucapan selamat

dan pesan tertulis

Kelas IV, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

5. Memahami instruksi

sangat sederhana dengan

tindakan dalam konteks

kelas

5.1 Merespon dengan melakukan tindakan sesuai

dengan instruksi secara berterima dalam konteks

kelas dan dalam berbagai permainan

5.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal

Berbicara

6. Mengungkapkan instruksi

dan informasi sangat

sederhana dalam konteks

kelas

6.1 Menirukan ujaran dalam ungkapan sangat

sederhana secara berterima

6.2 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara

berterima yang melibatkan tindak tutur: memberi

contoh melakukan sesuatu dan memberi aba-aba

6.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi

jasa/barang secara berterima yang melibatkan

tindak tutur: meminta bantuan, meminta barang,

Page 84: karya ilmiah

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

memberi barang

6.4 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi

secara berterima yang melibatkan tindak tutur:

meminta ijin, memberi ijin, menyetujui, tidak

menyetujui, menyangkal, dan meminta kejelasan

6.5 Mengungkapkan kesantunan secara berterima

yang melibatkan ungkapan: thank you, sorry,

please, dan excuse me

Membaca

7. Memahami tulisan bahasa

Inggris sangat sederhana

dalam konteks kelas

7.1 Membaca nyaring dengan ucapan yang tepat dan

berterima yang melibatkan: kata, frasa, dan kalimat

sangat sederhana

7.2 Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat

sederhana

Menulis

8. Mengeja dan menyalin

tulisan bahasa Inggris

sangat sederhana dalam

konteks kelas

8.1 Mengeja ujaran bahasa Inggris sangat sederhana

secara tepat dan berterima dengan tanda baca

yang benar yang melibatkan: kata, frasa, dan

kalimat sangat sederhana

8.2 Menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana

secara tepat dan berterima seperti ucapan selamat

dan pesan tertulis

Kelas V, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

1. Memahami instruksi sangat

sederhana dengan tindakan

1.1 Merespon instruksi sangat sederhana dengan

tindakan secara berterima dalam konteks kelas dan

Page 85: karya ilmiah

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

dalam konteks sekolah sekolah

1.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal

Berbicara

2. Mengungkapkan instruksi dan

informasi sangat sederhana

dalam konteks sekolah

2.1 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara

berterima yang melibatkan tindak tutur: memberi

contoh melakukan sesuatu, memberi aba-aba, dan

memberi petunjuk

2.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi

jasa/barang secara berterima yang melibatkan

tindak tutur: meminta bantuan, memberi bantuan,

meminta barang, dan memberi barang

2.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi

secara berterima yang melibatkan tindak tutur:

mengenalkan diri, mengajak, meminta ijin, memberi

ijin, menyetujui, tidak menyetujui, dan melarang

2.4 Mengungkapkan kesantunan secara berterima

yang melibatkan ungkapan: Do you mind … dan

Shall we …

Membaca

3. Memahami tulisan bahasa

Inggris dan teks deskriptif

bergambar sangat sederhana

dalam konteks sekolah

3.1 Membaca nyaring dengan ucapan, tekanan, dan

intonasi secara tepat dan berterima yang

melibatkan: kata, frasa, dan kalimat sangat

sederhana

3.2 Memahami kalimat, pesan tertulis dan teks

deskriptif bergambar sangat sederhana secara

tepat dan berterima

Menulis

4. Mengeja dan menyalin kalimat

sangat sederhana dalam

konteks sekolah

4.1 Mengeja kalimat sangat sederhana secara tepat

dan berterima

Page 86: karya ilmiah

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4.2 Menyalin dan menulis kalimat sangat sederhana

secara tepat dan berterima seperti: ucapan

selamat, ucapan terima kasih, dan undangan

Kelas V, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

5. Memahami instruksi sangat

sederhana dengan tindakan

dalam konteks sekolah

5.1 Merespon instruksi sangat sederhana dengan

tindakan secara berterima dalam konteks sekolah

5.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal

Berbicara

6. Mengungkapkan instruksi dan

informasi sangat sederhana

dalam konteks sekolah

6.1 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara

berterima yang melibatkan tindak tutur: memberi

contoh melakukan sesuatu, memberi aba-aba, dan

memberi petunjuk

6.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi

jasa/barang secara berterima yang melibatkan

tindak tutur: meminta bantuan, memberi bantuan,

meminta barang, dan memberi barang

6.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi

secara berterima yang melibatkan tindak tutur:

memberi informasi, memberi pendapat, dan

meminta kejelasan

6.4 Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang

melibatkan ungkapan: do you mind ... dan Shall

we ...

Membaca

7.1 Membaca nyaring dengan ucapan, tekanan, dan

Page 87: karya ilmiah

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami tulisan bahasa

Inggris sangat sederhana

dalam konteks sekolah

intonasi secara tepat dan berterima yang

melibatkan: kata, frasa, kalimat sangat sederhana,

dan teks sangat sederhana

7.2 Memahami kalimat, pesan tertulis dan teks

deskriptif bergambar sangat sederhana secara

tepat dan berterima

Menulis

8. Mengeja dan menyalin kalimat

sangat sederhana dalam

konteks sekolah

8.1 Mengeja kalimat sangat sederhana secara tepat

dan berterima

8.2 Menyalin dan menulis kalimat sangat sederhana

secara tepat dan berterima dengan tanda baca

yang tepat seperti: ucapan selamat, ucapan terima

kasih, dan ucapan simpati

Kelas VI, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

1. Memahami instruksi dan

informasi sangat sederhana

baik secara tindakan

maupun bahasa dalam

konteks sekitar peserta didik

1.1 Merespon instruksi sangat sederhana dengan

tindakan secara berterima dalam kegiatan di dalam

dan luar kelas

1.2 Merespon instruksi sangat sederhana dengan

tindakan secara berterima dalam berbagai

permainan

1.3 Memahami cerita lisan secara berterima dengan

bantuan gambar

Page 88: karya ilmiah

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Berbicara

2. Mengungkapkan instruksi

dan informasi sangat

sederhana dalam konteks

sekitar peserta didik

2.1 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara

berterima yang melibatkan tindak tutur: memberi

contoh melakukan sesuatu, memberi aba-aba, dan

memberi petunjuk

2.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi

jasa/barang secara berterima yang melibatkan

tindak tutur: meminta bantuan, memberi bantuan,

meminta barang, dan memberi barang

2.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi

secara berterima yang melibatkan tindak tutur:

mengingatkan, menyatakan suka / tidak suka,

menanyakan jumlah, menanyakan keadaan,

memberi komentar, memberi pendapat, dan

mengusulkan

2.4 Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang

melibatkan ungkapan:Would you plese ... dan May I

...

Membaca

3. Memahami teks fungsional

pendek dan deskriptif

bergambar sangat

sederhana dalam konteks

sekitar peserta didik

3.1 Membaca nyaring teks fungsional pendek sangat

sederhana dengan ucapan dan intonasi yang tepat

dan berterima

3.2 Memahami teks deskriptif bergambar sangat

sederhana dalam konteks sekitar peserta didik

Menulis

4. Menulis teks fungsional

pendek sangat sederhana

dalam konteks sekitar

peserta didik

4.1 Menulis teks fungsional pendek sangat sederhana

secara berterima

4.2 Menulis kartu-kartu ucapan sangat sederhana

secara berterima

Page 89: karya ilmiah

Kelas VI, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

5. Memahami instruksi dan

informasi sangat sederhana

baik dengan tindakan

maupun bahasa dalam

konteks sekitar peserta didik

5.1 Merespon instruksi dan informasi sangat

sederhana baik dengan tindakan maupun bahasa

secara berterima di dalam dan luar kelas

5.2 Merespon instruksi dan informasi sangat sederhana

baik dengan tindakan maupun bahasa secara

berterima dalam berbagai permainan

5.3 Memahami cerita lisan sangat sederhana dengan

bantuan gambar

Berbicara

6. Mengungkapkan instruksi

dan informasi sangat

sederhana dalam konteks

sekitar peserta didik

6.1 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara

berterima yang melibatkan tindak tutu: memberi

contoh melakukan sesuatu, memberi aba-aba, dan

memberi petunjuk

6.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi

jasa/barang secara berterima yang melibatkan

tindak tutu: meminta bantuan, memberi bantuan,

meminta barang, dan memberi barang

6.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi

secara berterima yang melibatkan tindak tutur:

mengungkapkan perasaan, merespon ungkapan,

mengungkapkan keraguan, menanyakan, dan

meminta kejelasan

6.4 Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang

melibatkan ungkapa: Would you please ... dan May

I ...

Membaca

7. Memahami teks fungsional

pendek dan deskriptif

7.1 Membaca nyaring teks fungsional pendek sangat

sederhana dengan ucapan dan intonasi yang tepat

Page 90: karya ilmiah

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

bergambar sangat

sederhana dalam konteks

sekitar peserta didik

dan berterima

7.2 Memahami teks deskriptif bergambar sangat

sederhana dalam konteks sekitar peserta didik

7.3 Memahami teks naratif bergambar sangat

sederhana

Menulis

8. Menulis teks fungsional

pendek sangat sederhana

dalam konteks sekitar

peserta didik

8.1 Menulis teks fungsional pendek sangat sederhana

secara berterima dalam konteks sekitar peserta

didik

8.2 Menulis kartu-kartu ucapan sederhana secara

berterima

E. Arah Pengembangan

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk

mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian

perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

4.2. Pengembangan Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Untuk itu perlu kita pahami dulu unsur-unsur yang terdapat pada silabus (standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar ) Kompetensi dimaksudkan sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang harus dikuasai siswa dan direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak . Dengan demikian kemampuan yang diperoleh siswa akan diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Sedangkan kompetensi dasar merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan dimahirkan pada setiap tingkatan dari suatu mata pelajaran yang harus dikuasai siswa

Page 91: karya ilmiah

untuk mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Komponen lain yang perlu kita ketahui adalah indikator pencapaian hasil belajar yaitu kemampuan dasar yang spesifik untuk menilai ketuntasan belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

Selain komponen utama tersebut, guru masih leluasa menambahkan komponen-komponen lain karena pada prinsipnya semakin rinci suatu silabus akan semakin memudahkan guru dalam menterjemahkannya ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

Pada hakekatnya pengembangan silabus akan mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut:

Kompetensi apakah yang harus dimiliki oleh peserta didik? Bagaimana cara membantu peserta didik dalam mencapai kompetensi

tertentu? Bagaimana mengetahui bahwa peserta didik telah memili ki kompetensi

tertentu?

Oleh karena itu, pengembangannya diserahkan sepenuhnya kepada guru, yang dianggap benar-benar mengetahui dan memahami kondisi sekolah, peserta didik, dan kemampuan diri sendiri, yang pada akhirnya bisa diharapkan materi dan metode pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

Untuk menjaga keberagaman pengembangan silabus , guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus yaitu ilmiah, relevan, fleksibel, berkesinambungan, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, efektif dan efisien.

1. Ilmiah dimaksudkan keseluruhan materi dan kegiatan pembelajaran yang tercantum dalam silabus harus benar, logis dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

2. Relevan dimaksudkan adanya kesesuaian antara ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional dan spiritual peserta didik, ada kesesuaian dengan tuntutan masyarakat, ada kesinambungan dengan pendidikan di atasnya, dan kesesuaian antar komponen dalam silabus

3. Fleksibel dimaksudkan bahwa guru tidak terpancang dengan silabus yang dirancang namun bisa dimodifikasi dengan mengakomodasi ide baru

4. Berkesinambungan dimaksudkan bahwa silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik, harus berkesinambungan dengan jenjang pendidikan di atasnya, harus berkesinambungan dengan silabus lain yang sejenis

5. Konsisten dimaksudkan adanya hubungan yang konsisten (ajeg) antar komponen dalam silabus dalam membentuk dan mencapai kompetensi tertentu yang harus dimiliki peserta didik.

Page 92: karya ilmiah

6. Memadai dimaksudkan komponen-komponen dalam silabus dapat membantu peserta didik m,encapai kompetensi yang telah ditetapkan serta sarana dan prasarana yang tersedia dapat mendukung ketercapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan

7. Aktual dan Kontekstual dimaksudkan semua komponen utama yang dijabarkan dalam silabus dikembangkan dengan mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, serta memuat berbagai peristiwa yang sedang berlangsung dan terjadi di masyarakat.

8. Efektif dimaksudkan dalam mengembangkan silabus harus mempertimbangkan keterlaksanaannya dalam proses pembelajaran dan tingkat ketercapaian kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan dan perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi di kelas sehingga kendala yang mungklin terjadi selama proses pembelajaran dapat diantisipasi

9. Efisien dimaksudkan dalam pengembangan silabus dan menyusun perencanaan pembelajaran, setiap guru perlu mengupayakan penghematan dan memperkecil penggunaan dana, daya dan waktu tanpa mengurangi hasil dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Selanjutnya mari kita pelajari langkah-langkah Pengembangan Silabus berikut.

1. Mengisi kolom identitas

Contoh:

SILABUS

Nama Sekolah : SDN 1 Modern

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : IV/1

Alokasi Waktu : 4 X 35 menit

2. Mengkaji dan Menganalisis Standar Kompetensi Urutan tidak harus sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi,

melainkan berdasarkan hirarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan

Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran

Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran

Page 93: karya ilmiah

3. Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar Urutan tidak harus sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi,

melainkan berdasarkan hirarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan

Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran

Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran

4. Mengidentifikasi Materi Standar Menganalisis kesesuaian materi dengan tingkat perkembangan fisik,

intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik Mempertimbangkan prinsip kebermanfaatan bagi peserta didik Berpedoman pada struktur keilmuan Mempertimbangkan kedalaman dan keluasan cakupan materi Memprediksi keterkaitan antara kebutuhan peserta didik dan tuntutan

lingkungan dalam kehidupan nyata Menentukan jumlah waktu yang diperlukan untuk menuntaskan

penguasaan peserta didik terhadap materi tertentu

5. Mengembangkan Pengalaman Belajar (Standar Proses) Mempertimbangkan proses pembelajaran secara keseluruhan yang

melibatkan kegiatan mental dan fisik peserta didik yang secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang bervariasi.

Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang bervariasi yang perlu dikuasai oleh peserta didik.

6. Merumuskan Indikator Keberhasilan Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang

menunjukkan tanda-tanda, perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.

Urutan tidak harus sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi, melainkan berdasarkan hirarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan

Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran

Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran

Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Indikator dirumuskan dalam kata kerja operasional ( kata kerja operasional terlampir) yang dapat diukur dan dapat diobservasi, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun alat penilaian.

7. Menentukan Penilaian Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan disesuaikan dengan

pengalaman belajar, dengan menggunakan tes dan non tes secara tulis maupun lisan, misalnya pengamatan kinerja dan sikap, penilaian hasil karya, portofolio dan penilaian diri.

Page 94: karya ilmiah

Penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi dengan menggunakan acuan kriteria.

Penilaian dilakukan dengan sistem penilaian berkelanjutan dan hasilnya dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.

8. Menentukan alokasi waktuAlokasi yang dicantumkan di dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh rata-rata peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan, dengan memperhatikan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dan jumlah minggu efektif.

9. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar merupakan rujukan, objek atau bahan yang digunakan dan

dimanfaatkan selama proses pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta

lingkungan fisik, alam, sosial, ekonomi dan budaya. Sumber belajar ditentukan berdasarkan komponen utama silabus.

Contoh format silabus Nama Sekolah:

Mata Pelajaran:

Kelas/Semester:

Standar Kompetensi:

Kompetensi dasar

Materi pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

Berikut ini merupakan kata – kata kerja operasional Sesuai dengan Tingkat Berpikir

Mengingat informasi 1. Menjelaskan (describe) 2. Memanggil kembali (recall) 3. Menyelesaikan /

menyempurnakan (complete) 4. Mendaftarkan (list) 5. Mendefinisikan (define) 6. Menghitung (count) 7. Mengidentifikasi (identify)

8. Menceritakan (recite)

9. Menamakan (name)

Memproses (processing):

1. Mengsintesisikan (synthesize)

Page 95: karya ilmiah

2. Mengelompokkan (group) 3. Menjelaskan (explain) 4. Mengorganisasikan (organize) 5. Meneliti /melakukan

eksperimen (experiment) 6. Membuat analog (make

analogies) 7. Mengurutkan (sequence) 8.Mengkategorisasikan

(categorize) 9. Menganalisis (analyze) 10. Membandingkan (compare) 11. Mengklasifikasi (classify) 12. Menghubungkan (relate) 13. Membedakan (distinguish) 14. Menyatakan sebab-sebab

(state causality

Menerapkan dan Mengevaluasi

1. Menerapkan suatu prinsip (applying a principle)

2. Membuat model (model building)

3. Mengevaluasi (evaluating) 4. Merencanakan (planning) 5. Meramalkan kemungkinan

(extrapolating) 6. Meramalkan (predicting) 7. Mengambil kesimpulan

(inferring) 8. Meramalkan kejadian alam

(forecasting) 9. Menggeneralisasikan

(generalizing) 10. Mempertimbangkan

kemungkinan (speculating) 11. Membayangkan

/mengkhayalkan (Imagining) 12. Merancang (designing) 13. Menciptakan (creating) 14. Membuat dugaan

(hypothezing)

1. Perilaku yang Kreatif a. Mengubah (alter) b. Menanyakan (ask)

c. Mengubah (change) d. Merancang (design) e.

Menggeneralisasikan (generalize)

f. Memodifikasi (modify)

g. Menata kembali (paraphrase)

h. Meramalkan (predict)

i. Menanyakan (question)

j. Menyusun kembali (rearrange)

k. Mengkombinasikan kembali (recombine)

l. Mengkonstruk kembali (reconstruct)

m. Mengelompokkan kembali (regroup)

n. Menamakan kembali (rename)

o. Menyusun kembali (reorder)

p. Mengorganisasikan kembali (reorganize)

q. Mengungkapkan kembali (rephrase)

r. Menyatakan kembali (restate)

s. Menyusun kembali (restructure)

t. Menceritakan kembali (retell)

u. Menuliskan kembali (rewrite)

v. Menyederhanakan (simplify)

w. Mengsintesis (synthesize)

x. Mengsistematiskan (systematize)

2. Perilaku dalam menilai

Page 96: karya ilmiah

a. Menganalisis (analyze) b. Mengapresiasi (appraise) c. Menilai (assess) d. Mengkombinasikan (combine) e. Membandingkan (compare) f. Menyimpulkan (conclude) g. Mengkontraskan (contrast) h. Mengkritik (critize) i. Menarik kesimpulan (deduce) j.Membela/mempertahankan

(defend) k. Menunjukkan / menandakan

(designate) l. Menentukan (determine) m. Mencari dan menemukan

(discover) n. Mengevaluasi (evaluate) o. Merumuskan (formulate) p. Mengeneralisasikan

(generate) q. Menarik kesimpulan dari data

(induktif) (induce) r. Menafsirkan (infer) s. Merencanakan (plan) t. Menyusun (structure) u. Menggantikan (substitute) v. Menyarankan (suggest)

3. Perilaku-perilaku dalam membedakan

a. Memilih (choose) b. Mengumpulkan (collect) c. Mendefinisikan (define) d. Menjelaskan sesuatu

(describe) e. Mendeteksi (detect) f. Membedakan (differentiate) g. Membedakan (discriminate) h. Membedakan sesuatu

(distinguish) i. Mengidentifikasi (identify) j. Mengindikasi (indicate) k. Mengisolasi (isolate) l. Mendaftarkan (list) m. Memadukan (match) n. Meniadakan (omit) o. Mengurutkan (order)

p. Mengambil (pick) q. Menempatkan

(place) r. Menunjuk (point) s. Memilih (select) t. Memisahkan

(separate)

4. Perilaku-perilaku Sosial

a. Menerima (accept) b. Mengakui (admit) c. Menyetujui (agree) d. Membantu (aid) e. Membolehkan

(allow) f. Menjawab (answer) g. Memberikan

argumen (argue) h. Mengkomunikasikan

(communicate) i. Memberi pujian

(compliment) j. Menyumbang

(contribute) k. Bekerjasama

(cooperate) l. Berdansa (dance) m. Menolak

/menidaksetujui (disagree)

n. Mendiskusikan (discuss)

o. Memaafkan (excuse) p. Memaafkan (forgive) q. Menyambut/

menyalami (greet) r.Menolong/membantu

(help) s. Berinteraksi

(interact) t. Mengundang (invite) u. Menggabung (joint) v. Menertawakan

(laugh) w. Menemukan (meet)

Page 97: karya ilmiah

x. Berperanserta (participate) y. Mengizinkan (permit) z. Memuji-muji (praise) aa. Bereaksi (react) ab. Menjawab (reply) ac. Tersenyum (smile) ad. Berbicara (talk) ae. Berterimakasih (thank) af. Berkunjung (visit) ag. Bersukarela (volunteer)

5. Perilaku-perilaku dalam berbahasa

a. Menyingkat (abbreviate) b. Memberi tekanan (accent) c. Menyusun menurut abjad

(alphabetize) d. Mengartikulasikan (articulate) e. Memanggil (call) f. Menulis dengan huruf besar

(capitalize) g. Menyunting (edit) h. Menghubungkan dengan garis

penghubung (hyphenate) i. Memasukkan (beberapa

spasi) /melekukkan (indent) j. Membuat outline peta (outline) k. Mencetak (print) l. Melafalkan (pronounce) m. Memberi tanda baca

(punctuate) n. Membaca (read) o. Mendeklamasikan (recite) p. Mengatakan (say) q. Menandakan (sign) r. Berbicara (speak) s. Mengeja (spell) t. Menyatakan (state) u. Menyimpulkan (summarize) v. Membagi atas suku-suku kata

(syllabicate) w. Menceritakan (tell) x. Menerjemahkan (translate) y. Mengungkapkan dengan kata-

kata (verbalize) z. Membisikkan (whisper) aa. Menulis (write)

6. Perilaku-perilaku dalam bermusik

a. Meniup (blow) b. Menundukkan

kepala (bow) c. Bertepuk (clap) d. Menggubah

/menyusun (compose) e. Menyentuh (finger) f.

Memadankan/berpadanan (harmonize)

g. Menyanyi kecil/bersenandung (hum)

h. Membisu (mute) i. Memainkan (play) j. Memetik (misal gitar)

(pluck) k. Mempraktikkan

(practice) l. Menyanyi (sing) m. Memetik/mengetuk-

ngetuk (strum) n. Mengetuk (tap) o. Bersiul (whistle)

7. Perilaku-perilaku gerakan fisik

a. Melengkungkan (arch)

b. Memukul (bat) c. Menekuk/

membengkokkan (bend) d.Mengangkat/

membawa (carry) e. Menangkap (catch) f. Mengejar/memburu

(chase) g. Memanjat (climb) h. Menghadap (face) i. Mengapung (float) j. Merebut/menangkap

(grab)

Page 98: karya ilmiah

k. Menyambar/merebut (grasp) l. Memegang erat-erat (grip) m. Memukul/menabrak (hit) n. Melompat/meloncat (hop) o. Melompat (jump) p. Menendang (kick) q. Mengetuk (knock) r. Mengangkat/mencabut (lift) s. Berbaris (march) t. Melempar (pitch) u. Menarik (pull) v. Mendorong (push) w. Berlari (run) x. Mengocok (shake) y. Bermain ski (ski) z. Meloncat (skip) aa. Berjungkirbalik (somersault) ab. Berdiri (stand) ac. Melangkah (step) ad. Melonggarkan/merentangkan

(stretch) ae. Berenang (swim) af. Melempar (throw) ag. Melambungkan/melontarkan

(toss) ah. Berjalan (walk)

8. Perilaku-perilaku dalam seni a. Memasang (assemble) b. Mencampur (blend) c. Menyisir/menyikat (brush) d. Membangun (build) e. Mengukir (carve) f. Mewarnai (color) g. Mengkonstruk/

membangun(construct) h. Memotong (cut) i. Mengoles (dab) j. Menerangkan(dot) k. Menggambar (draw) l. Mengulang-ulang/melatih

(drill) m. Melipat (fold) n. Membentuk (form) o. Menggetarkan/memasang

(frame) p. Memalu (hammer)

q. Menangani (handle) r. Menggambarkan

(illustrate) s. Mencair (melt) t. Mencampur (mix) u. Memaku (nail) v. Mengecat (paint) w.Melekatkan/

menempelkan/ merekatkan (paste)

x. Menepuk (pat) y. Menggosok (polish) z. Menuangkan (pour) aa. Menekan (press) ab. Menggulung (roll) ac. Menggosok/

menyeka(rub) ad .Menggergaji (saw) ae. Memahat (sculpt) af.Menyampaikan/

melempar (send) ag. Mengocok

(shake) ah. Membuat sketsa

(sketch) ai. Menghaluskan

(smooth) aj.Mengecap/

menunjukkan (stamp) ak. Melengketkan (stick) al. Mengaduk (stir) am.Meniru/menjiplak

(trace) an.Menghias/

memangkas (trim) ao.Merengas/memvernis

(varnish) ap.Menyeka/

menghapuskan/ membersihkan (wipe)

aq. Membungkus (wrap)

9. Perilaku-perilaku dalam drama

Page 99: karya ilmiah

a.Berakting/berperilaku (act) b. Mendekap (clasp) c. Menyeberang (cross) d. Menyutradarai (direct) e. Memajangkan (display) f. Memancarkan (emit) g. Memasukkan (enter) h. Mengeluarkan (exit) i. Mengekspresikan (express) j. Meniru (imitate) k. Meninggalkan (leave) l. Menggerakkan (move) m. Berpantomim (pantomime) n. Melewati(pass) o. Memainkan/melakukan

(perform) p. Meneruskan (proceed) q. Menanggapi (respond) r. Memperlihatkan (show) s. Mendudukkan (sit) t. Memutar balik (turn)

10. Perilaku-perilaku untuk Matematika

a. Menambah (add) b. Membagi dua (bisect) c. Menghitung/mengkalkulasi

(calculate) d. Mencek/meneliti (check) e. Membatasi (circumscribe) f. Menghitung/mengkomputasi

(compute) g. Menghitung (count) h. Memperbanyak (cumulate) i. Mengambil dari (derive) j. Membagi (divide) k. Memperkirakan (estimate) l. Menyarikan/menyimpulkan

(extract) m. Memperhitungkan

(extrapolate) n. Membuat grafik (graph) o. Mengelompokkan (group) p.

Memadukan/mengintegrasikan (integrate)

q.

Menyisipkan/menambah (interpolate)

r. Mengukur (measure) s.Mengalikan/

memperbanyak (multiply)

t. Menomorkan (number)

u. Membuat peta (plot) v. Membuktikan

(prove) w. Mengurangi (reduce) x. Memecahkan (solve) y.Mengkuadratkan

(square) z. Mengurangi

(substract) aa. Menjumlahkan (sum) ab. Mentabulasi

(tabulate) ac. Mentally (tally) ad. Memverifikasi

(verify)

11. Perilaku-perilaku untuk Sains

a. Menjajarkan (align) b. Menerapkan (apply) c. Melampirkan

(attach) d. Menyeimbangkan

(balance) e. Mengkalibrasi

(calibrate) f. Melaksanakan

(conduct) g. Menghubungkan

(connect) h. Mengubah (convert) i. Menurunkan

(decrease) j. Mempertunjukkan

(demonstrate) k. Membedah (dissect)

Page 100: karya ilmiah

l. Memberi makan (feed) m. Menanam (grow) n. Menambahkan/meningkatkan

(increase) o. Memasukkan/menyisipkan

(insert) p. Menyimpan (keep) q. Memanjangkan (lenghthen) r. Membatasi (limit) s. Memanipulasi (manipulate) t. Mengoperasikan (operate) u. Menanamkan (plant) v. Menyiapkan (prepare) w. Menghilangkan (remove) x. Menempatkan (replace) y. Melaporkan (report) z. Mengatur ulang (reset) aa. Mengatur (set) ab. Menentukan/menetapkan

(specify) ac. Meluruskan (straighten) ad. Mengukur waktu (time) ae. Mentransfer (transfer) af. Membebani/memberati

(weight)

12. Perilaku-perilaku Penampilan Umum, Kesehatan, dan Keamanan

a. Mengancingi (button) b. Membersihkan (clean) c. Menjelaskan (clear) d. Menutup (close) e. Menyikat/menyisir(comb) f. Mencakup (cover) g. Mengenakan/menyarungi

(dress) h. Minum (drink) i. Makan (eat) j. Menghapus (eliminate) k. Mengosongkan (empty) l. Mengetatkan/melekatkan

(fasten) m.

Mengisi/memenuhi/melayani /membuat (fill)

n. Melintas/berjalan (go)

o. Mengikat tali/menyusuri (lace)

p.Menumpuk/menimbun (stack)

q. Berhenti (stop) r. Merasakan (taste) s. Mengikat/membebat

(tie) t. Tidak mengancingi

(unbutton) u.Membuka/

menanggalkan (uncover)

v. Menyatukan (unite) w. Membuka(unzip) x. Menunggu (wait) y. Mencuci (wash) z. Memakai (wear) aa. Menutup (zip)

Page 101: karya ilmiah

4.3. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Proses pembelajaran yang baik memerlukan rencana pembelajaran yang baik, agar

diperoleh hasil belajar yang baik. Oleh karena itu untuk keperluan pelaksanaan

pembelajaran, guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Landasan

RPP adalah PP No 19 tahun 2005 Pasal 20, yang berisi Perencanaan proses pembelajaran

meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang-

kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman

belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus, sekaligus merupakan gambaran

kompetensi siswa yang ingin dicapai baik selama dan setelah proses pembelajaran.

Komponen rencana pembelajaran meliputi: identitas mata pelajaran, kompetensi dasar dan

indikator, materi pokok, langkah kegiatan, alat dan media, dan penilaian. Pada sesi ini

peserta akan menyusun dan mengembangkan RPP sesuai dengan bidang studi yang

diajarkan. Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran di tingkat SD/MI, SMP/MTs

maupun SMA/MA meliputi:

1. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester,

dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).

2. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan (Ini tidak harus dimasukkan

dalam RPP karena pada dasarnya sudah ada di silabus)

3. Tujuan pembelajaran. Tujuan dapat diturunkan dari kompetensi dasar atau indikator.

4. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai

kompetensi dasar dan indikator. Pada bagian ini kompleksitas dan keluasan materi

yang diperoleh dari berbagai sumber belajar perlu dipertimbangkan disesuaikan dengan

perkembangan berpikir dan sosial siswa.

5. Langkah kegiatan. Ini merupakan rincian dari kegiatan pembelajaran atau pengalaman

belajar yang ada di silabus yang terdiri dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup.

Tahapan Kegiatan Pembelajaran

Pada Pembelajaran tematik di tingkat sekolah dasar alokasi waktu untuk setiap tahapan

adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3

jam pelajaran (3 x 35 menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit). Alokasi

waktu disesuaikan dengan bobot kompetensi dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Pada pembelajaran di tingkat sekolah menengah untuk alokasi waktu satu jam pelajaran (45

menit) kegiatan pendahuluan kurang lebih 5 menit, kegiatan inti 30 menit dan kegiatan

penutup 10’. Demikian pula jika pembelajaran yang beralokasi dua jam pelajaran (90’)

Page 102: karya ilmiah

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup disesuaikan dengan strategi

pembelajaran yang diterapkan. Misalnya pembelajaran yang menerapkan metode

eksperimen tentu pengaturan waktunya berbeda dengan pembelajaran yang menerapkan

metode widyawisata.

a. Kegiatan Pembukaan

Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk

mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan

baik.

Sifat dari kegiatan awal adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan

penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan atau tentang topik

yang akan dipelajari. Di Sekolah Dasar, Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan

adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi. Di Sekolah Menengah kegiatan

pembukaan ini dapat berupa penyampaian ilustrasi, tanya jawab untuk menggali

pengetahuan awal siswa atau berbagai permainan yang dapat memunculkan kesiapan

belajar (readyness). Kegiatan pembukaan ini sangat penting untuk memotivasi belajar siswa

dan mengetahui kemampuan awal siswa agar proses pembelajaran selanjutnya dapat

dilaksanakan secara lebih terfokus pada indikator yang ingin dicapai.

b. Kegiatan Inti

Pada RPP Di Sekolah dasar kegiatan inti pembelajaran difokuskan pada kegiatan-kegiatan

yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan

pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi

dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan. Pada RPP di

Sekolah Menengah, strategi pembelajaran yang dapat diterapkan bisa dengan cara

memadukan beragam metode mulai dari ceramah, diskusi, demonstrasi, eksperimen,

widyawisata, proyek, inkuiri-discoveri, yang pada prinsipnya dapat melatih kemampuan

berpikir, bersikap dan keterampilan ilmiah siswa. Berbagai strategi pembelajaran aktif dapat

pula dirujuk dari sesi sebelumnya tentang strategi pembelajaran aktif.

Dalam mendeskripsikan pengalaman belajar siswa, perlu diperhatikan keterkaitannya

dengan indikator yang sudah dirumuskan guru. Ketika menyusun RPP guru bisa bertanya

melalui kegiatan belajar seperti apa yang dapat dilakukan bersama siswa agar indikator

yang telah dirumuskan dapat tercapai? Pendekatan apa yang tepat diterapkan? Metode-

metode apa saja yang dapat diintegrasikan, disesuaikan dengan kemampuan siswa dan

sumber daya belajar di sekitar sekolahnya.

c. Kegiatan Penutup

Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan dan membuat tindak lanjut belajar.

Di Sekolah Dasar beberapa contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah

menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng,

membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, dan apresiasi musik. Di

Sekolah Menengah kegiatan penutup sangat penting untuk mengarahkan siswa melakukan

belajar di luar kelas dengan kegiatan-kegiatan yang kreatif, serta mencatat pelajaran yang

Page 103: karya ilmiah

dapat melatih memori siswa dalam memproses informasi seperti membuat rangkuman,

membuat peta konsep, peta pikiran.

6. dalam rangka mencapai tujuan. Di lingkungan sekitar terdapat beragam sumber belajar

yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran, baik yang berupa bahan cetakan,

bahan asli, audiovisual yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena

itu pada bagian ini hendaknya dituliskan sumber belajar yang bervariasi, bukan hanya

sebatas bahan cetakan seperti buku.

7. Penilaian. Menyebutkan prosedur dan instrumen penilaian untuk mengetahui kemajuan

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Instrumen penilaian hendaknya dapat

memadukan berbagai instrumen yang dapat mengukur pencapaian belajar dalam ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor. Bentuk-bentuk penilaian yang dapat diterapkan, dapat

dirujuk dari sesi sebelumnya tentang Penilaian Berbasis Kelas.

Berdasarkan komponen-komponen dalam RPP, dapat diketahui bahwa RPP merupakan

perencanaan menyeluruh yang perlu disusun dan dikembangkan oleh setiap guru

secara terus menerus agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat selalu

meningkat sesuai dengan perkembangan tuntutan pendidikan.

Daftar Pustaka

Abimanyu, S. 1984. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran. Jakarta : Tim

Pengembangan Program Pengalaman Lapangan P3G, DEPDIKBUD

Balsamo Kathy. (1994). Thematic Activities for Student Portfolios. Beavercreek : Pieces of

learning

Page 104: karya ilmiah

Bolla, J.I. 1982. Keterampilan-keterampilan kelas. Jakarta : pengembangan program

pengalaman lapangan P3G, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Bredekamp . (1987). Development Appropiate Practice. New York : National Association for the Education of Young Children (NAEYC)

Clearly Pauline, Luca, Di. (1986). Learning Through an Approaches and Guildelines

Integrated Curriculum. Victoria : Ministery of Education

Collins Gillian, Dixen Hazel. (1001). Integrated Learning : Planning Curriculum Unit.

Bookshelf Stage 3. Australia : Bookshelf Publishing

Cooper, JM.et al. 1977 Classroom Teaching skill. A Handbook Lexingtton : D.C. Health and

Company

Cowell, Richard N. Buku Pegangan Para Penulis Paket Belajar. Jakarta: Proyek

Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan, Depdikbud, 1988.

Dahar, R.W. (1989). Teori Teori Belajar. Jakarta: Airlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

Standar Nasional Pendidikan. Jakarta, 2005

Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Paket Pelatihan untuk Sekolah dan Masyarakat.

Jakarta, 2005

Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Paket Pelatihan Lanjutan untuk Sekolah dan Masyarakat.

Jakarta, 2005

http://www.texascollaborative.org./what is Contextual Teaching and Learning.html

Elliot, Andrew J. and Carol S. Dweck. Handbook of Competence and Motivation. New York:

The Gulford Press, 2005.

Forgaty, Robin. (1991). The Mindful School :How to Integrate The Curricula . Palatine,

Illinois :IRI/Skylight Publishing, Inc.

Page 105: karya ilmiah

Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito

Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ibrahim, Buddy. TQM (Total Quality Management): Panduan Untuk Menghadapi Persaingan

Global. Jakarta: Djambatan, 2000.

Jenkins, L. Improving Student Learning: Applying Deming Quality Principles in Education.

Milwakee,WI: ASQO Press. 1996.

Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn & Bacon

Popham, W.J. 2005. Classroom Assessment: What Teachers Need to Know. UCLA.

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mangajar, Penerbit Rineka Cipta, Cetakan ke tujuh , Maret

2008

Suciati dkk, Teori Belajar dan motivasi, 2001, Proyek pengembangan UT Ditjen, PT. Dep.

Pendidikan Nasional.

Syaiful Bahri Djamari, 2002.Strategi belajar mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Smith, P.L., & Ragan, T.J. (2005). Instructional Design. Oklahoma: John Willey Sons

Wilson Lorraine, Malmgren David, Ramage Shirl etc.. (1991). An Integrated Approach

Learning, Melbourne : Thomas Nelson Australia

Wardani, I Gak. 2001. Dasar-dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar. Jakarta :

Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

Sayiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didk – dalam interaks edukatif, Penerbit Rineka

Cipta, Cetakan Pertama , Februari 2000

Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi

Aksara.

Page 106: karya ilmiah

Lefrancois, Guy R. Theories of Human Learning. Kro: Kros Report, 1995.

Miarso,Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekkom & Kencana.

2005

Rychen, Dominique Simon. Key Competencies. New York: Mc Graw Hill, 2002.

Semiawan, Conny R. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1999.

Silberman, Mel. Active Learning: Strategies to Teach Any Subject. Boston: Allyn and Bacon,

1996.

Usman, Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990.

Vygotsky, L.S. Thought and Language. Cambridge, MA: Harvard University Press, 1962.

Achmad Sapari. Pendidikan dan Sensitivitas Guru yang Kreatif. Kompas, Senin, 8

Desember 2003

Irsyad Ridho (Editor). Pendidikan, Proyek Peradaban yang Terbengkalai.

Jakarta: Transbook, 2006

Gilley, Jerry W. dan Steven A. Eggland, 1989. Principles of Human Resourches

Development. New York: Addison Wesley Pub. Company. Inc.

Jalal, Fasli dan Dedi Supriyadi (ed). 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi

Daerah. Yogyakarta: Adicipta.

Soedijarto. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka,

1993

———–. Pendidikan Nasional sebagai Wahana Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan

Membangun Peradaban Negara Bangsa.

J.G.A. Wardani, 1985. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil, Jakarta P2LPTK

DITJEN DIKTI, DEPDIKBUD

Monoarfa, Sartin, 2007. Materi Perkuliahan Keterampilan Dasar Mengajar PPL I, Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo

Raflis Kosasi, 1985. Keterampilan Menjelaskan, Jakarta: P2LPTK DITJEN DIKTI,

DEPDIKBUD

Page 107: karya ilmiah

Soli Abimanyu, 1985. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran, Jakarta: P2LPTK

DITJEN DIKTI, DEPDIKBUD

Soli Abimanyu, 2002. Keterampilan Dasar Mengajar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Makasar

Tana’ Ranggina Sangongallo, 1997. Hands-Out Keterampilan Dasar Mengajar (KDM) Bahan

Pelatihan PPL Bagi Dosen D-II PGSD

Pelatihan TOT NASIONAL ALIS – ALFHE

(Pembelajan Aktif di Sekolah dan Perguruan Tinggi) DBE 2- USAID (USA)