KARSINOMA REKTI
-
Upload
amaliaturrahmah -
Category
Documents
-
view
213 -
download
2
Transcript of KARSINOMA REKTI
Karsinoma Rekti
Oleh:
Amaliaturrahmah
Pembimbing:
Dr. Syaiful Mukhtar, Sp.B-KBD
PENDAHULUAN
Karsinoma rekti tumor
ganas terbanyak di antara tumor ganas saluran
cerna
di dunia urutan ke-3
dalam frekuensinya
2006-2010, kanker kolo rectal di RS. AWS Samarinda 160 orang, jumlah pria 81: wanita 65 orang, >> Adeno Ca (130 orang), >> 31-40 tahun.
merupakan salah satu jenis
kanker yang tercatat sebagai
penyakit mematikan di
dunia
Diagnosis karsinoma rekti pada umumnya tidaklah sulit kenyataannya penderita sering terdiagnosis pada stadium lanjut pembedahan kuratif seringkali tidak dapat dilakukan
jika penderita telah terdeteksi secara dini menderita karsinoma rekti sebelum stadium lanjut kemungkinan untuk sembuh bisa mencapai 50%.
Upaya untuk menurunkan angka kematian akibat kanker rekti deteksi secara dini.
angka kemungkinan 5-year survival rates pada stadium dini 58,9 sampai 78,8% dan berkurang seiring dengan meningkatnya stadium hanya 7% saja pada stadium akhir
TUJUAN Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk
menambah pengetahuan mengenai karsinoma rekti sehingga dokter muda dapat mengenali penyakit ini dan menangani sesuai dengan kompetensinya
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi rektum
VASKULARISASI REKTUM
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Fungsi rektum antara lain: Menerima feces dari usus besar Menahan feces sampai pengeluaran terjadi
EPIDEMIOLOGI Di dunia kanker kolorektal peringkat ke-3 pada tingkat insiden
dan mortalitas. 2002 >1 juta insiden kanker kolorektal dengan tingkat
mortalitas lebih dari 50%. Karsinoma rekti tumor ganas terbanyak di antara tumor ganas
saluran cerna penyebab kematian ke-4 dari kematian karena kanker di seluruh
dunia ±135.000 kasus baru kanker kolorektal terjadi di AS/tahun, dan
menyebabkan angka kematian sekitar 55.000 insiden pria : wanita = 3 : 1 histopatologis dari kanker kolorektal sebesar 96% berupa
adenocarcinoma, 2% karsinoma lainnya (termasuk karsinoid tumor), 0,4% epidermoid carcinoma, dan 0,08% berupa sarcoma.
Sebagian besar terdapat di rektum (51,6%), diikuti oleh kolon sigmoid (18,8%), kolon descendens (8,6%), kolon transversum (8,06%), kolon ascendens (7,8%), dan multifokal (0,28%)
2006-2010: di RS. AWS Samarinda 160 orang, jenis kelamin pria 81 : wanita 65 orang, jenis terbanyak didapatkan hasil Adeno Ca 130 orang,
Mucinous Ca Signet ring cell Ca, Lymphoma,Carcinoid cell Ca, Sarcoma.
>>usia 31-40 tahun.14
FAKTOR RESIKO1. Faktor genetik seperti familial adenomatous
polyposis (FAP) dan hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC)
2. Inflamatory bowel disease seperti penyakit crohn dan kolitis ulseratif.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker kolorektal.
4. Riwayat menderita polip, kanker ovarium, endometriosis, dan kanker payudara.
5. Umur di atas 40 tahun.
6. Diet tinggi lemak rendah serat
7. Gaya Hidup
PATOFISIOLOGI KANKER REKTUM
Pada mukosa rektum yang normal, sel-sel
epitelnya akan mengalami regenerasi
setiap 6 hari
Pada keadaan patologis terjadi perubahan genetik yang mengganggu proses differensiasi dan maturasi dari sel-sel replikasi tak
terkontrol
Peningkatan jumlah sel akibat replikasi tak terkontrol
mengaktivasi K- ras onkogen dan mutasi gen p53 mencegah terjadinya
apoptosis dan memperpanjang hidup sel
SKRINING PASIEN:
DIAGNOSA KLINIS
ANAMNESA Diare palsu atau “spurious diarrhoea” BAB berlendir Feses pipih seperti kotoran kambing Penurunan berat badan Perdarahan bercampur tinja
PEMERIKSAAN FISIKuntuk mencari kemungkinan metastase seperti pembesaran KGB atau hepatomegalirectal touche
Rektum Perdarahan rektum
Darah di feses
Perubahan pola defekasi
Pasca defekasi masih ada perasaan tidak puas atau
penuh
Penemuan tumor pada colok dubur
Penemuan tumor pada rektosigmoidoskopi
DIAGNOSTIC
Biopsi Pemeriksaan Tumor marker : CEA (Carcinoma
Embryonic Antigen), CA 242, CA 19-9
Fecal occult blood test (FOBT) Foto rontgen dengan barium enema Rectosigmoidoscopy Colonoscopy Virtual colonoscopy (CT colonography) Imaging Tehnik(MRI,CT scan, Endoskopi
UltraSound )
BARIUM ENEMA
SIGMOIDOSCOPY
COLONOSCOPY
VIRTUAL COLONOSCOPY (CT COLONOGRAPHY)
CT SCAN
Cara pemeriksaan Persentase
Colok dubur
Rektosigmoidoskopi
Foto kolon dengan barium
kontras
Kolonoskopi
40%
75%
90%
100% (hampir)
STADIUMStadium DUKES1. Dukes A, tumor di mukosa usus2. Dukes B1,tumor sampai muskulus propia,3. Dukes B2,tumor menembus muskulus propia4. Dukes C, kelenjar regional5. Dukes D, tumor sudah mengenai organ lain. Berdasarkan sistem TNM
TNM Stadium
Modified Dukes
Stadium
Deskripsi
T1 N0 M0 A Tumor terbatas pada submucosa T2 N0 M0 B1 Tumor terbatas pada muscularis
propria T3 N0 M0 B2 Penyebaran transmural T2 N1 M0 C1 T2, pembesaran kelenjar mesenteric
T3 N1 M0 C2 T3, pembesaran kelenjar mesenteric
T4 C2 Penyebaran ke organ yang berdekatan
Any T, M1 D Metastasis jauh
Penatalaksanaan
1. PembedahanOperasi merupakan pilihan utama
2. Radiasi3. Kemoterapi
PEMBEDAHAN Eksisi lokal
Eksisi lokal jika kanker ditemukan pada stadium paling dini
Low anterior resection (LAR) u/ lesi yang terletak di tengah atau 1/3 atas rektum. Untuk masa tumor > 5 cm dari anokutan dipertimbangkan LAR sehingga tidak perlu kolostomi (5 s/d 15 cm dari garis dentate)
reseksi abdominoperineal Quenu-MilesTumor 1/3 distal, yang berjarak <5cm dari anal verge
Low anterior resection
Gambar 14. A, Low anterior resection; B,C, coloanal anastomosis; D, j pouch construction creating a reservoir.
Abdominoperineal resection (Miles procedure)
Gambar 15. Abdominoperineal resection with colostomy
Radiasi neoadjuvant stage 2 dan 3, kombinasi dengan kemoterapi menurunkan angka kekambuhan sampai 49% dan menurunkan angka kematian sampai 24%
Kemoterapi neoadjuvant stage 2 dan 3 5FU, Leucovorin, Levamisole menurunkan angka kekambuhan 15% dan angka kematian 10%
PROGNOSIS
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah sebagai berikut :
Stadium I - 72% Stadium II - 54% Stadium III - 39% Stadium IV - 7%
CONTOH KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Kamis, 21 Oktober 2011 di ruang perawatan Flamboyan RSUD AW.Sjahranie Samarinda
Identitas Pasien Nama : Tn. S Umur : 59 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Tepian Langsat Kecamatan
Bengalon Pekerjaan : Wakar perkebunan kelapa sawit Suku : Jawa Status : Menikah Agama : Islam
KELUHAN UTAMA
Buang air besar berdarah
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Mual +, muntah (-), << BB 48-42,
demam (-)
± 3 bulan yllnyeri di anusnya jika habis mengejan kuat
ketika BAB, darah yang keluar menyembur jika
pasien buang angin atau mengejan dengan kuat.
mengkonsumsi obat ambeien, perbaikan(-)
BAB berdarah ± 10 bulan, ampas kotoran, berwarna
merah dan berlendir. Darah ± 1 sendok makan , nyeri (+), mules ingin buang air besar dengan frekuensi 3-4
kali sehari, kotoran kambing. Pasien mengaku sering
merasa tidak puas setelah BAB dulcolax/3 hari
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Menurut pengakuan pasien, sejak ± 2 tahun yang lalu pasien sudah mengalami kesulitan buang air besar. BAB terasa keras, sehingga pasien harus mengejan agar kotoran bisa keluar. Pasien juga melihat adanya guratan tipis berwarna merah pada kotoran yang keluar, namun tidak dihiraukan oleh pasien karena tidak ada keluhan nyeri pada perut maupun anus.
Riwayat penyakit keluarga:Pasien mengakui di keluarganya ada juga yang memiliki kebiasaan sulit buang air besar, namun untuk riwayat kanker di keluarga pasien mengaku tidak mengetahuinya.
Riwayat kebiasaan Pasien tinggal di hutan dan bekerja sebagai
wakar di perkebunan sawit, sehingga jarang makan sayur dan seringkali hanya makan telur dan mie instan.
Pasien mengaku tidak pernah merokok ataupun mengkonsumsi minuman keras.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum Keadaan sakit : sakit ringan Kesadaran : compos mentis,
E4V5M6 Status habitus : atletikus Vital sign Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 78 x/menit Pernafasan : 20 x/menit Suhu aksiler : 36,7oC
Mulut: bibir sianosis (-) lidah kotor (-) karies pada gigi (-) pembesaran tosil
(-) hiperemis faring (-)
Leher: Peningkatan JVP (-) Pembesaran KGB (-) Deviasi trakea (-)
Kepala/leherMata: • Konjunctiva anemis (-/-)• Sklera ikterik (-/-)• Katarak (-/-)• Pterigium (-/-)• Pupil isokor 4 mm/4 mm
Hidung:• bentuk simetris• pernafasan cuping hidung
(-/-)
Thorax paru: I : bentuk dan pergerakan dinding dada simetris Pa : gerak nafas simetris, fremitus raba D=S Pe : sonor pada seluruh lapangan paru, batas paru hepar pada
ICS 6, peranjakan hepar pada ICS 7 A : vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki ,
wheezing
Thorax jantung: I : Ictus cordis tampak pada ICS V, 2 cm dari MCL sinistra Pa : Ictus cordis teraba pada ICS V, 2 cm dari MCL sinistra Pe : batas jantung kanan pada ICS III PSL dekstra Batas
jantung kiri pada ICS V MCL sinistra A : S1 & S2 normal, tunggal, murmur dan gallop (-)
Abdomen: I : flat, simetris, peristaltik tak tampak Pa : soefl, nyeri tekan ulu hati (-), nyeri ketuk
hepar (-), nyeri tekan pada abdomen kiri bawah, hepar, lien, dan ginjal tak teraba
Pe : timpani, ruang trobe kosong, shifting dullness (-)
A : bising usus normal
Ektrimitas superior: akral hangat, edema (-/-) Ekstrimitas inferior: akral hangat, edema (-/-)
Pemeriksaan penunjang Rectal touche: Spinchter ani menjepit kuat, mukosa licin, teraba massa lunak
dan hilang pada penekanan di arah jam 6 dan 9, hanskun: darah (+), lendir (+), feses (-)
Colonoscopy: Colon descendens, transversum, dan ascendens normal. Pada
kedalaman 10 cm terlihat massa berbenjol. Massa ada yang keras, ada yang rapuh dan mudah berdarah.
Hasil biopsy Adenokarsinoma colon berdifferensiasi baik.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Leukosit : 5100
Hb : 9.5 gr/dl
HCT : 36,5 %
Trombosit : 223000
GDS : 151
SGOT : 31
SGPT : 33
Bil total : 0,5
Bil direk : 0,2
Bil indirek : 0,3
Protein total : 6,3Albumin : 3,1Globumin : 3,2Kolesterol : 181Asam urat : 4,6Ureum : 20,0Kreatinin : 0,8CRP : < 6 mg/LCEA : 1,23 ng/ml
22 Agustus 2011 S : Nyeri perut bawah
O : TD=120/80, N=80x/menit,
RR=18x/menit, T=36,8oC
A : Hematoschezia + suspek
colitis
Infus RL 20 tpm
Cek CEA dan CRP
RT, jika hemoroid konsul
bedah, jika bukan hemoroid
colonoscopy hari sabtu
Spinchter ani menjepit kuat,
mukosa licin, teraba massa
lunak dan hilang pada
penekanan di arah jam 6 dan
9, hanskun: darah (+), lendir
(+), feses (-)
Konsul bedah, jawaban:
RT : massa kenyal
Perianal : fistel (+) arah jam 11
Dx : suspek hemoroid interna + fistel
perianal
Usul : colonoscopy + biopsy
23 Agustus 2011 S : Nyeri perut bawah (+), nyeri
pada anus habis BAB (+), BAB
campur darah berwarna merah
hati (+)
O : TD=120/80, N=78x/menit,
RR=20x/menit, T=36,7oC
A : Hematoschezia + suspek
colitis + suspek hemoroid
Infus RL 20 tpm
Kalnex 500 mg/8 jam
Pro colonoscopy
24 Agustus 2011 S : Nyeri perut bawah dan anus saat BAB
(+), perut terasa cepat penuh jika makan
O : TD=110/70, N=68x/menit,
RR=20x/menit, T=36,8oC
A : Hematoschezia + suspek colitis +
suspek hemoroid
Infus RL 20 tpm
Kalnex 500 mg/8 jam
Pro colonoscopy
Diet bubur kecap mulai besok
25 Agustus 2011 S : Nyeri perut bawah dan anus saat BAB
(+), BAB kotoran bercampur darah (+)
O : TD=110/70, N=80x/menit,
RR=20x/menit, T=36,8oC
A : Hematoschezia + suspek colitis +
suspek hemoroid
Infus RL 20 tpm
Kalnex 500 mg/8 jam
Pro colonoscopy
Diet bubur kecap
26 Agustus 2011 S : Nyeri perut bawah dan anus saat BAB
(+), BAB kotoran bercampur darah sudah
berkurang
O : TD=110/70, N=80x/menit,
RR=20x/menit, T=36,8oC
A : Hematoschezia + suspek colitis +
suspek hemoroid
Infus RL 20 tpm
Kalnex 500 mg/8 jam
Pro colonoscopy
Diet bubur kecap
27 Agustus
2011
S : BAB berdarah (-), badan lemas
(+), pusing (+)
O : TD=110/80, N=78x/menit,
RR=20x/menit, T=36,5oC
A : Hematoschezia + suspek
colitis + suspek hemoroid
Infus RL 20 tpm
Kalnex 500 mg/8 jam
Diet bubur kecap
Fleet enema + fleet phosposoda
Besok colonoscopy
28 Agustus
2011
S : BAB berdarah (-), badan lemas
(+), pusing (+)
O : TD=110/70, N=80x/menit,
RR=20x/menit, T=36,8oC
A : Ca Rekti
Infus RL 20 tpm
Kalnex 500 mg/8 jam
Tunggu hasil biopsi
29 Agustus
2011
S : BAB ada sedikit darah keluar
campur lendir, badan lemas (+),
pusing (-)
O : TD=110/70, N=82x/menit,
RR=22x/menit, T=36,8oC
A : Ca Rekti
Infus RL 20 tpm
Kalnex 500 mg/8 jam
Tunggu hasil biopsi
PEMBAHASANKasus Teori
Pasien berusia 59 tahun. Karsinoma rekti banyak terjadi pada usia > 50
tahun yaitu sebanyak 90%, sedangkan yang
berumur < 40 tahun hanya 5%.
Pasien mengaku, seringkali mules
ingin buang air besar dengan
frekuensi 3-4 kali sehari, namun
ampas kotoran tetap tidak mau keluar,
hanya sedikit darah saja yang keluar
dan nyeri pada perut bagian bawah
selalu muncul. Pasien mengaku sering
merasa tidak puas setelah buang air
besar.
Pada karsinoma rekti seringkali ditemukan
“diare palsu” yaitu keluhan BAB yang frekuen
namun hanya sedikit yang keluar disertai dengan
darah lendir serta adanya rasa tidak puas setelah
BAB.
Kalaupun ada kotoran yang keluar
hanya sedikit sekali, seperti kotoran
kambing.
Tinja seperti kotoran kambing biasanya
ditemukan pada pasien dengan karsinoma rekti
stadium lanjut dan berbentuk anuler.
Pasien mengaku mengalami penurunan
berat badan dalam beberapa bulan
terakhir, dari 48 kg menjadi 42 kg.
Pada dasarnya, penderita keganasan akan
mengalami penurunan berat badan, terutama
pada stadium lanjut.
Pasien tinggal di hutan dan bekerja
sebagai wakar di perkebunan sawit,
sehingga jarang makan sayur dan
seringkali hanya makan telur dan mie
instan.
Salah satu faktor resiko terjadinya karsinoma
rekti adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan
tinggi lemak dan rendah serat.
Pasien bekerja sebagai wakar (petugas
keamanan pada malam hari).
Penelitian terbaru menemukan bahwa bekerja
pada giliran atau shift malam minimal 3 hari
dalam sebulan selama 15 tahun dapat
meningkatkan resiko terjadinya kanker
kolorektal.
Kasus Teori
Tidak ditemukan kelainan pada anggota tubuh
lain kecuali pada pemeriksaan rectal touche
didapatkan sebagian berupa massa lunak yang
hilang pada penekanan.
Karsinoma rekti seringkali bersifat
asimptomatis dimana rasa nyeri dan gejala
lainnya dirasakan pasien ketika kanker sudah
dalam stadium lanjut.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan rectal
touche pada awalnya dan kemudian dilakukan
colonoscopy.
Pemeriksaan paling mudah untuk mendeteksi
karsinoma rekti adalah rectal touche atau
colok dubur, namun ketepatan diagnosisnya
hanya 40% sehingga untuk memastikan
adanya karsinoma rekti perlu dilakukan
tindakan colonoscopy yang memiliki tingkat
keakuratan diagnostik sebesar hampir 100%.
Pada pasien ini didapatkan hasil CEA 1,23
(tidak meningkat)
Pada pasien-pasien dengan keganasan di
daerah gastrointestinal akan mengalami
peningkatan kadar CEA.
STAGING
Pada pasien ini tidak dapat dilakukan staging karena pemeriksaan yang kurang lengkap
Seharusnya dapat diketahui mengenai sudah sampai mana keganasan menembus dinding kolon, sehingga dapat ditentukan stagingnya dan dapat disesuaikan dengan penentuan penatalaksanaannya serta perkiraan untuk prognosisnya.
Kasus Teori
Pilihan utama terapi pada pasien ini
adalah pembedahan, namun tidak
dilakukan karena pasien menolak.
Pembedahan ada terapi pilihan
utama pada kanker kolorektal.
BAB IVPENUTUP
5.1 Kesimpulan Kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga jenis
kanker yang paling sering terjadi di dunia. Di seluruh dunia 9,5% pria penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3% dari total jumlah penderita kanker.
Karsinoma rektal umumnya didahului oleh kondisi pramaligna seperti adenomatous, villous polyp, familial adenomatous polyposis dan kolitis ulseratif
Gambaran histopatologis yang paling sering dijumpai adalah tipe adenocarcinoma (90-95%), adenocarcinoma mucinous (17%), signet ring cell carcinoma (2-4%), dan sarcoma (0,1-3%).
Skrening awal untuk mengarahkan diagnosa Karsinoma kolorektal penting dilakukan untuk meningkatkan survivalnya. Skrening awal yang dapat dilakukan yaitu: pemeriksaan darah samar di feses, sigmodoskopi, kombinasi darah samar feses dan sigmoidoskopi, kolonoskopi, dobel kontras barium enema.
Operasi merupakan terapi utama untuk kuratif, namun bila sudah dijumpai penyebaran tumor maka pengobatan hanya bersifat operasi paliatif untuk mencegah obstruksi, perforasi dan perdarahan.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH
PERTANYAAN Bowo : mengapa pada pria angka insidensi lebih banyak dibanding wanita ? Tidak ada alasan yang bisa menyebutkan bahwa mengapa ca colo recti
terbanyak pada laki-laki, hanya saja alasan yang mungkin menguatkannya adalah dimana beberapa faktor resik seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, serta bekerja dengan shift di malam hari, lebih banyak ditemukan pada laki-laki
Fransiska : 1. Apa hubungan fx resiko polip, ca ovarium, endometriosis thdp ca recti? mutasi pada gen regulasi pertumbuhan sel yaitu proto-onkogen, gen
penekan tumor (Tumor Suppresor Gene = TSG), dan gen gatekeeper, merupakan sebuah proses yang menjadikannya malignansi hiperplasia sel mukosa, adenoma formation, perkembangan dari displasia menuju transformasi maligna dan invasif kanker
6% dari adenomatous polip berupa high grade displasia dan 5% didalamnya berupa invasif karsinoma pada saat terdiagnosa. Potensi malignansi dari adenoma berkorelasi dengan besarnya polip, tingkat displasia, dan umur. Polip yang diameternya lebih besar dari 1 cm, berdisplasia berat dan secara histologi tergolong sebagai villous adenoma dihubungkan dengan risiko tinggi untuk menjadi kanker kolorektal, sedangkan
Untuk kejadian ca varium dan endometriosis dikaitkan adanya metastase ke colon 2. Bagaimana mengetahui limfonodi yang terlibat dalam metastase ca
recti?
3. Pada pasien, mgp tdk dpt ditentukan staging nya, pemeriksaan apa yg kurang lengkap?
CT scan Pemeriksaan CT scan dapat digunakan selain untuk mengetahui
adanya metastase ke organ-organ lain dapat juga untuk mengetahui apakah tumor sudah mengecil setelah pemberian kemoterapi dan untuk mendeteksi rekurensi.
Endoskopi ultrasonografi Pemeriksaan endoskopi ultrasonografi dilakukan untuk mendeteksi
ukuran tumor, letak tumor apakah masih sebatas jaringan mukosa atau sudah penetrasi ke submukosa dan jaringan lainnya.
Foto rontgen thorax Foto rontgen thorax dilakukan untuk mendeteksi apakah
keganasan sudah menyebar ke paru-paru atau mediastinum dan rongga thorax lainnya.
USG abdomen USG abdomen dilakukan untuk mendeteksi apakah keganasan
sudah bermetastase ke liver dan organ intraabdomen lainnya
Adel : Apa indikasi terapi radiasi yang internal dan eksternal, dan berapa lama diberikan radiasi ?
Radiasi awal ckp meluas duke C atau D, diberikan dulu radiasi lalu dilakukan operasi kemudian di lakukan radiasi lagi sandwich prosedure
Bs terjadi colitis radiasi Aryo : klo kita selaku dr umum, apa yg bs dilakukan
pd kasus2 dgn ca recti?
Ca recti kompetensi 3A mampu menegakkan diagnosa kemudian merujuk
Fidya : klo sdh dilakukan operasi (colon sigmoid yg disambung ke anus) kpn pasien boleh makan ?
Puasa klo berhari2 mematikan vili2 usus
Ketika BU (+) dpt diberi minum, LAR bisa dilindungi dgn anal tube, jangan pakai serat (inumon memperbaiki imunitas usus, dipeptiven (isi as.amino, dll) mmpercpt penyembuhan pd pasien. Berikan rendah sisa jd BAB hari ke 4/5. Psg anal tube biasanya 1 mgg saat BAB peregangan udh kembali
Anis : faktor resiko gaya hidup, maksudnya spt apa? Pembagian screening berdsrkn apa?
Junk food karsinogenik (cr pembuatan)
krn angka ca recti meningkat pd usia 30 thn jadi screening dpt dimulai dini (usia 30 thn)
Bowo : kpn dilakukan rectosigmoidokopi, colonoscopy utk screening?