KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PENERIMA …
Transcript of KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PENERIMA …
KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PENERIMA ZAKAT(MUSTAHIK)
DAN POTENSI ZAKAT DALAM MENGENTASKAN
KEMISKINAN DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)
Pada Program Studi Hukum Ekonimi Syari’ah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH :
RAHMAWATI
105251103916
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/2020 M
ii
KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PENERIMA ZAKAT(MUSTAHIK)
DAN POTENSI ZAKAT DALAM MENGENTASKAN
KEMISKINAN DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)
Pada Program Studi Hukum Ekonimi Syari’ah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
RAHMAWATI
NIM : 1052511039 16
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H / 2020 M
iii
iv
v
vi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rahmawati
NIM : 105251103916
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Agama Islam
Kelas : B
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi ini.
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka
bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 11 Agustus 1442 H
30 Agustus 2020 M
Yang Membuat Pernyataan
Rahmawati
NIM 105251103916
vii
ABSTRAK
RAHMAWATI. 105 2511039 16. Judul Skripsi: Karakteristik Rumah
Tangga Penerima zakat (Mustahik) dan Potensi Zakat Dalam Mengenttaskan
Kemiskinan Di Kota Makassar. Dibimbing oleh Hurriah Ali Hasan,
S.,ME.,Ph.D dan Hasanuddin, SE,Sy.,ME .
Jenis penelirian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang di lakukan di
BAZNAS Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karaktaristik
rumah tangga penerima zakat dan untuk mengetahui potensi zakat dalam
mengentaskan kemiskinan di Kota Makassar. Dalam penelitian ini terdiri dari tiga
variable, diantaranya di karakteristik rumah tangga, potensi zakat dan Pengentasan
kemiskinan.
Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 87 orang. Pengumpulan data di
lakukan dengan cara penyebaran kuesioner atau angket. Selanjutnya data yang
diperoleh tersebut kemudian diolah melalui metode SPSS (Statitical Product and
Service Solution).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karakteristik rumah tangga pada
penerima zakat didasarkan pada keadaan rumah tangga itu sendiri dilihat dari
keadaan ekonomi, tingkat pendidikan tingkat kesehatan, serta banyaknya
tanggungan setiap kepala keluarga. Masyarakat yang berhak menerima bantuan
dana zakat itu sendiri antara lain muallaf, fakir miskin, budak (tetapi tidak ada
perbudakan), orang yang dililit hutang karna berjuang dijalan allah SWT. Dalam
usaha mengentasan kemiskinan melalui zakat, BAZNAS Kota Makassar secara
umum memiliki dua bentuk program yaitu bantuan dana konsumtif dan bantuan
dana produktif.
Kata kunci : Rumah tangga, Zakat, Kemiskinan
viii
ABSTRACK
RAHMAWATI. 105 2511039 16. Characteristics of Household Recipient
of Zakat (Mustahik) and Potential of Zakat in Alleviating Poverty in Makassar
City. Supervised by Hurriah Ali Hasan, S., ME., Ph.D and Hasanuddin, SE,
Sy., M.E.
This type of research is a quantitative research, which was conducted at
BAZNAS Makassar City. This study aims to determine the characteristics of
households receiving zakat and to determine the potential of zakat in alleviating
poverty in Makassar City. This study consists of three variables, including
household characteristics, zakat potential and poverty alleviation.
The total sample in this study amounted to 87 people. Data collection is
done by distributing questionnaires or questionnaires. Furthermore, the data
obtained is then processed through the SPSS (Statistical Product and Service
Solution) method.
The results of this study indicate that the household characteristics of zakat
recipients are based on the condition of the household itself seen from the
economic situation, the level of education, health level, and the number of
dependents of each head of the family. People who are entitled to receive zakat
funds themselves include converts, the poor, slaves (but there is no slavery),
people who are in debt because they are fighting in the way of Allah SWT. In an
effort to alleviate poverty through zakat, BAZNAS Makassar City generally has
two forms of programs, namely consumptive fund assistance and productive fund
assistance.
Keywords: Household, Zakat, Poverty
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Rabb
semesta alam yang tidak pernah berhenti memberikan berjuta nikmatNya. Maha
suci Allah yang telah memudahkan segala urusan. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga,sahabat dan pengikutnya yang
setia sampai akhir zaman.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan
tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah,
akhirnya sampai dititik akhir penyelesaian skripsi. Namun, semua tak lepas dari
uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan
moril dan materil,
Ucapan terima kasih yang tak terhingga, peneliti haturkan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Husen A dan Ibu Mina yang tiada henti-
hentinya mendoakan, memberi dorongan moril maupun materi selama
menempuh pendidikan. Semua itu tak lepas dari kasih sayang, jerih payah,
cucuran keringat, dan doa-doa yang tiada putus-putusnya buat peneliti.
2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam.
4. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP, selaku Ketua Prodi Hukum
Ekonomi Syariah dan Sekretaris Prodi, dan para dosen Prodi Hukum
x
Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
5. Kepada Ibu Hurriah Ali Hasan, ST.,ME.,Ph.D dan Hasanuddin, SE.Sy.,ME
Selaku pembimbing penulis dalam menyelesakan skripsi ini
6. Sahabat dan teman penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Walaupun demikian, dalam skripsi ini penulis menyadari masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sarn kritik demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian
selanjutnya.
Makassar, 11 Muharram 1442 H
30 Agustus 2020 M
Penulis
RAHMAWATI
Nim : 105251103916
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMIBIMBING ............................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Rumah Tangga............................................................. 6
B. Kemiskinan .................................................................................... 7
1. Pengertian Kemiskinan ............................................................. 7
2. Kemiskinan di Perkotaan .......................................................... 9
3. Ukuran Kemiskinan .................................................................. 11
4. Kemiskinan Dalam Prespektif Islam ........................................ 12
C. Zakat .............................................................................................. 16
1. Pengertian Zakat ....................................................................... 17
2. Golongan Penerima Zakat ....................................................... 17
3. Hikmah dan Peran Zakat ........................................................... 18
4. Zakat Sebagai Pengentasan Kemiskinan .................................. 20
5. Organisasi Pengelola Zakat ...................................................... 22
D. KerangkaKonseptual ..................................................................... 23
xii
E. Hipotesis ....................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 25
B. Lokasi dan Objek Penelitian ......................................................... 25
C. Variable Penelitian ........................................................................ 26
D. Defenisi Operasional Variabel....................................................... 26
E. Populasi dan Sampel ..................................................................... 27
F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 28
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 28
H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 34
1. Sejarah BAZNAS Kota Makassar .......................................... 34
2. Visi dan Misi BAZNAS Kota Makassar ................................ 35
3. Struktur Organisasi BAZNAS Kota Makassar ...................... 36
4. Bidang Program BAZNAS Kota Makassar ........................... 38
B. Deskripsi Responden .................................................................... 39
C. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. 39
D. Hasil Uji Kualitas Data .................................................................. 54
1. Hasil Uji Validitas .................................................................... 54
2. Hasil Uji Reabilitas ................................................................... 55
3. Hasil Uji Asumsi klasik ............................................................ 56
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 60
B. Saran ........................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 62
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Konseptual .................................................................... 23
Gambar 2 Struktur Organisasi ........................................................................ 36
Gambar 3 Uji Normalitas P-Plot .................................................................... 56
Gambar 4 Uji Heteroskedasitas ...................................................................... 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : skala likert .................................................................................... 30
Tabel 4.1 : responden berdasarkan jenis kelamin .......................................... 39
Tabel 4.2 : responden berdasarkan jenis pekerjaan ........................................ 39
Tabel 4.3 : jawaban mustahik ........................................................................ 41
Tabel 4.4 : jawaban mustahik......................................................................... 41
Tabel 4.5 : jawaban mustahik......................................................................... 42
Tabel 4.6: jawaban mustahik.......................................................................... 43
Tabel 4.7: jawaban mustahik.......................................................................... 43
Tabel 4.8 : jawaban responden berdasarkan variabel rumah tangga .............. 44
Tabel 4.9 : jawaban mustahik......................................................................... 46
Tabel 4.10: jawaban mustahik........................................................................ 46
Tabel 4.11 : jawaban mustahik....................................................................... 47
Tabel 4.12: jawaban mustahik........................................................................ 48
Tabel 4.13 : jawaban mustahik....................................................................... 48
Tabel 4.14 : jawaban responden berdasarkan variabel potensi zakat............. 49
Tabel 4.15 : jawaban mustahik....................................................................... 50
Tabel 4.16 : jawaban mustahik....................................................................... 51
Tabel 4.17 : jawaban mustahik....................................................................... 51
Tabel 4.18 : jawaban mustahik....................................................................... 52
Tabel 4.19 : jawaban mustahik....................................................................... 53
Tabel 4.20 : jawaban berdasarkan variabel pengentasan kemiskinan ........... 53
Tabel 4.21 :hasil uji validitas ......................................................................... 54
Tabel 4.2 :hasil uji reabilitas .......................................................................... 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara
berkembang dan telah menjadi isu yang cukup menyita perhatian pemerintah
dan masyarakat dunia. Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan
dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu,
keluarga, maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya
permasalahan sosial yang lain. Kemiskinan dipandang sebagai kondisi
seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan yang tidak
terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan
mengembangkan hidup yang bermatabat1.
Sebagaimana kota metropolitan pada umumnya, Kota Makassar juga
dihadapkan dengan persoalan yang banyak dan beraneka ragam bentuk. Di
antaranya persoalan yang mendapat perhatian adalah persoalan kemiskinan.
Kemiskinan sendiri telah menjadi akrab dengan kota-kota besar termaksud
Kota Makassar yang tentunya harus segera diselesaikan. Berdasarkan data
Badan Pusat Statustik (BPS) Kota Makassar jumlah dan presentase penduduk
miskin di Kota Makassar pada tahun 2019 mencapai 767,80 ribu jiwa. Angka
tersebut menurun sebesar 3,1% jika di bandingkan pada tahun sebelumnya
yang mencapai 792,63 ribu jiwa. Presentase penduduk miskin juga turun dari
9,0% kondisi Maret 2018 menjadi 8,69% pada Maret 2019 presentase
1 Muhammad dan Ridwan Mas’ud, zakat dan kemiskinan: Instrumen pemberdayaan
ekonomi umat, (Yogyakarta: UII Press, 2005), h.71
2
penduduk miskin mengalami penurunan baik daerah perkotaan maupun daerah
pedesaan selama periode September 2018-September 2019.2
Mengingat pentingnya masalah kemiskinan dalam kehidupan manusia,
islam memiliki perbedaan yang sangat jelas dibandingkan dengan sistem
lainnya. Dalam islam, kemiskinan merupakan problem, cobaan, bahkan bisa
menjadi bencana membahayakan, yang membawa dampak buruk bagi
individu dan masyarakat. Selain itu, kemiskinan dapat merusak pemikiran
manusia serta mengancam kebutuhan keluarga dan stabilitas masyarakat.3
Mengatasi kemiskinan pada hakikatnya adalah upaya memberdayakan
orang miskin untuk dapat mandiri, baik dalam pengertian ekonomi, karakter,
etos, budaya, politik, dan lain-lain. Karena kemiskinan merupakan problem
multi dimensional maka penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan
strategi yang hanya fokus pada sisi ekonominya saja4
Dalam Islam terdapat beberapa instrumen yang efektif untuk
mengentaskan kemiskinan. Salah satunya adalah instrumen zakat. Zakat
merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan
kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat dan menjadi sumber dana yang
dapat dimanfaatkan bagi kesejahteeraan masyarakat dari kemiskinan. Untuk
mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan
2 Angka Kemiskinan Kota Makassar https://m.bisnis.com/sulawesi/read diakses pada tanggal
6 September 2020 pukul 23:06 3 wahbah al-ZuhaῙlῙ, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Terj. Agus Efendi dan
Baharuddin Fananny, (Bandung : PT. Reamaja Rosda Karya, 2000), h.3 4 Heru Nugroho, Kemiskinan Ketimpangan dan Pemberdayaan: dalam kumpulan
Makalah Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, (yogyakarta: Aditya Media,
1955), h.31
3
sosial, perlu adanya pengelolaan zakat secara profesional dan bertanggung
jawab yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah.5
Badan Amil Zakat Nasional merupakan lembaga pengelola zakat yang
secara resmi dibentuk oleh pemerintah untuk mengelola dan zakat masyarakat
mulai tingkat nasional, provinsi, sampai tingkat kabupaten/kota. Salah satu
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di tingkat kabupaten/kota ialah
BAZNAS Kota Makassar. BAZNAS Kota Makassar merupakan lembaga
resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah di Kota Makassar yang
pengurusnya (unsur pimpinan) diangkat Walikota Makassar berdasarkan
keputusan wali Kota Makassar nomor : 1762/451.12/XII/2015 yang memliki
tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan Zakat, Infaq, dan Sedekah
(ZIS) pada tingkat Kota Makassar.6
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang
berwenang melakukan pengelolaan Zakat, Infak, Sedekah dan dana Sosial
Keagamaan lainnya Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar.
BAZNAS Kota Makassar sebagai lembaga Pemerintahan non struktural yang
bersifat mandiri, merencanakan dan mengumpulkan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat, infaq, sedekah dan dana sosial lainnya untuk
peningkatan kesejahteraan umat dan penanggulangan umat.
5 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak : Salah satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia (Ed. 1. Cet. 2; Jakarta: Kencana, 2008), h. 127-128. 6 Profil BAZNAS Makassar, http://www.baznasmakassar.com/di akses 20 November
2019 pukul 22:14
4
Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan ibadah zakat, baik pada
tataran konsep maupun praktik, adalah konsep mustahik zakat. Para ulama
ekonomi dan sosial menjelaskan bahwa persoalan terpenting dalam zakat
bukan sekedar menarik dan mengumpulkan zakat, tetapi kemana zakat ini
didistribusikan setelah terkumpul. Ini sebabnya mengapa al-Quran
memberikan perhatian yang sangat besar terhadap masalah ini dan tidak
membiarkan masalah ini secara global. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian “Karakteristik Rumah Tangga Penerima Zakat
(Mustahik) dan Potensi Zakat Dalam mengentaskan Kemiskinan Di kota
Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah penelitian yang dirumuskan adalah
sebabagi berikut:
1. Bagaimana karakteristik rumah tangga penerima zakat di Makassar?
2. Bagaimana potensi zakat dalam mengentaskan kemiskinan di Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah di paparkan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik rumah tangga penerima zakat di Makassar.
2. Untuk mengetahui potensi zakat dalam mengentaskan kemiskinan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat (kegunaan) yang diperoleh dari penelitian ini antara
lain sebagai berikut:
5
1. Penelitian ini bagi dunia akademik diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmiah sekaligus dapat melengkapi atau memperbaharui
temuan-temuan sebelumnya tentang penentuan karakteristik rumah tangga
(mustahik) penerima zakat dan potensi zakat dalam mengentaskan
kemiskinan.
2. Penelitian dalam kaitannya dengan kepentingan praktis selain untuk
dijadikan acuan bagi penulis, penelitian ini juga diharapkan dapat berguna
bagi masyarakat, khusunya perbaikan manajemen di BAZNAS kota
Makassar.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Rumah Tangga
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik biasanya tinggal serta makan dari satu dapur. Makan
dari dari satu dapur berarti pembiayaan keperluan apabila pengurusan
kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama. Rumah tangga adalah dasar
bagi unit analisis dalam banyak model sosial, mikroekonomi, dan pemerintah ,
dan menjadi bagian penting dalam ekonomi.
Dalam arti luas, rumah tangga tidak hanya terbatas pada keluarga, bisa
berupa rumah tangga perusahaan, rumah tangga Negara, dan lain sebagainya.
Istilah rumah tangga dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang berkenaan
dengan urusan kehidupan di rumah.7
Anggota rumah tangga adalah semua orang yang bertempat tinggal
disuatu rumah pada waktu pencacahan maupun yang sementara tidak ada.
Anggota rumah tangga telah bepargian 6 bulan atau lebih dan anggota rumah
tangga yang kurang dari 6 bulan tetap dengan tujuan pindah dan tamu yang
tinggal di rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi akan bertempat tinggal 6
bulan dianggap sebagai anggota rumah tangga.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) rumah tangga dibedakan menjadi
dua, yaitu:
7 Pengertian rumah tangga https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_tangga diakses
pada tanggal 12 Desember 2019 pukul 19:51
7
1. Rumah tangga biasa (Ordinary Household) adalah seorang atau
kelompok yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau
sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.
2. Rumah tangga khusus (Special Household) adalah orang yang tinggal
di asrama, panti asuhan, lembaga permasyarakatan, atau rumah
tahanan yang pengurusan sehari-harinya dikelola oleh suatu yayasan
atau lembaga serta sekelompok orang yang mondok dengan makan
(indekos) dan berjumlah 10 orang atau lebih.
B. Kemiskinan
1. Pengartian Kemiskinan
Kemiskinan adalah taraf hidup yang rendah atau suatu kondisi
ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata-rata
masyarakatnya di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini di tandai
dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan
pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya
kemammpuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar
kesehatan masyarakat dan standar pendidikan.8
Definisi tentang kemiskinan menurut nabi Subhi Ath-Thawil adalah
tiadanya kemampuan untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan pokok.
Kebutuhan-kebutuhan ini dianggap pokok karena ia menyediakan batas
8 Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, ( Jakarta : Prenamedia
Group, 2011), h. 788
6
8
kecukupan minimum untuk hidup manusia yang layak dengan tingkatan
kemuliaan yang dilimpahkan Allah atas dirinya.9
Defenisi kemiskinan dapat ditinjau dari tinjauan ekonomi, sosial, dan
politik. Secara ekonomi kemiskinan adalah kekurangan sumber daya uang
dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan. Secara sosial
kemiskinan diartikan kekurangan jaringan sosial dan struktur untuk
mendapatkan kesempatan-kesempatan meningkatkan produktivitas.
Sedangkan secara politik kemiskinan diartikan kekurangan akses terhadap
kekuasaan.10
Dari beberapa definisi di atas, kemiskinan adalah suatu kondisi
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar atau standar
hidup (sandang, papan dan pangan) karena pendapatan yang rendah.
Adapun bentuk dan jenis kemiskinan itu sendiri antara lain:
a. Pertama, kemiskinan Kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi
sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat
yang umumnya yang berasal dari adaya atau adat istiadat yang relatif
tidak mau untuk memperbaiki baik taraf hidup dengan tata cara
modern. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros
atau tidak hemat, kurang kreatif, dan relarif pula bergantung pada
pihak lain.
9 Aath-Thawi, Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-Negara Muslim, Terj.
Muhammad bagi, (Cet 1: Bandung : Mizan, 1985), h. 36
10 Tadjuddin Noer Efendi, Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan
Kemiskinan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1993), h. 201-204
9
b. Kedua, Kemiskinan Natural adalah dari awalnya memang miskin.
Kelompok masyarakat ini menjadi miskin karena tidak memiliki
sumber daya manusia maupun pembangunan. Kemiskinan natural ini
merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah
seperti karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam.
Kemiskinan ini merupakan daerah yang kritis sumber daya alamnya
ataupun daerah yang terisolasi.
c. Ketiga, Kemiskinan Struktural adalah bentuk kemiskinan yang
disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada
umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya maupun sosial
politik yang kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan.
Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur
diskriminatif.11
2. Kemiskinan di Perkotaan
Kesejahteraan yang adil dan makmur adalah cita-cita semua bangsa,
namun masih sedikit yang mampu mewujudkannya. Oleh karena itu
pemberantasan kemiskinan masih merupakan salah satu agenda yang perlu
segera dituntaskan. Kesempatan kerja dengan tingkat penghasilan yang
layak masih jauh di bawah jumlah angkatan kerja yang membutuhkannya,
sehingga kelompok pengangguran dan setengah pengangguran makin
meningkat di perkotaan. Kondisi seperti ini pada gilirannya juga akan
menimbulkan kemiskinan.
11
Elly M. Setiadi, dan Usman Kolip, Pengantar sosiologi, h,796
10
Pembangunan secara tidak terduga memisahkan masyarakat
menjadi dua kelompok berbeda tajam dari satu dengan yang lain. Ada satu
kelompok yang stabil, kuat ekonominya, terjamin masa depannya. Ada
satu kelompok yang tidak stabil, mudah bergeser dari sektor yang lain,
cepat berpindah pekerjaan. Kelompok inilah yang disebut masa apung.12
Mereka adalah kelompok yang paling besar. Kehidupan ekonominya
hanya berlangsung dari tangan ke mulut, semua habis untuk makan dan
tidak terlibat dalam ekonomi pasar.
Daerah perkotaan sudah lama dipandang dengan daerah pedesaan
yang di anggap terbelakang dan belum maju. Orang kota “modern” dan
kaum tani “tradisional”, yang buta berita dan melek berita, karena
pemilikan media sumberdaya insani dan sumber daya benda, teknologi
rendah versus teknologi tinggi, ekonomi subsistensi yang tidak produktif
versus produksi padat modal untuk pasar, adalah serangkaian perbedaan
yang diakui ada antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan.13
Pesatnya
pertumbuhan kota umumnya disebabkan kota migrasi, dan hal ini
melahirkan suatu masyarakat kota yang kompleks menurut ukuran
kesukaan, pekerjaan serta kelompok-kelompok sosial.
Menurut Bagong Suyanto14
, ada tiga faktor penyebab terjadinya
kemiskinan di pedesaan dan di perkotaan, yaitu:
12
Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
1995), h.52 13
Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, (ed. 1, cet.2 1993 ), h.76 14
Faisal Basri, Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 98
11
a. Sempitnya penguasaan dan pemilikan lahan atau akses produksi, di
tambah lagi kurangnya ketersediaan modal yang cukup untuk usaha.
b. Karena nilai tukar hasil produksi yang semakin jauh teringgal dengan
hasil produksi lain, termaksud kebutuhan sehari-hari.
c. Karena tekanan perangkat kemiskinan dan ketidaktahuan masyarakat,
dengann artian mereka terlalu relatif terisolasi atau tidak memiliki akses
yang cukup untuk memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan, di
samping itu masyarakat secara fisik lemah karena kurang gizi, mudah
terserang penyakit dan tidak berdaya atau rentan.
3. Ukuran Kemiskinan
Usaha pengentasan kemiskinan harus mancapai kepada langkah-
langkah yang nyata, para perencana dan pengelola pembangunan perlu
kesepakatan tentang ukuran-ukuran yang disepakati untuk menentukan
sasaran yang dianggap sebagai penduduk miskin. Pengertian dan ukuran
tersebut harus di terima dan dipakai oleh semua pihak. Adapun ukuran
kemiskinan menurut BPS:
a. Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau bersama-sama dengan
tetangga. Sumber penerangan rumah tidak menggunakan listrik.
b. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang. Jenis
lantai terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. Jenis dinding dari
rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa plaster
c. Sumber air dari sumur/mata air yang tidak terlindungi/sungai air
hujan.
12
d. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari kayu bakar/arang/minyak
tanah.
e. Hanya mengkomsusi daging susu ayam satu kali seminggu. Hanya
membeli 1 stel pakaian baru dalam setahun. Hanya makan sebanyak
dua kali dalam sehari.
f. Tidak sanggup membayar pengobatan di puskesmas/poliklinik.
g. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas
lahan 0,5 ha, buruh, tani, nelayan, buruh perkebunan atau pekerjaan.15
4. Kemiskinan Dalam Perspektif Islam
Kemiskinan, dalam Islam .menjadi perhatian serius. Islam menilai
bahwa kemiskinan satu hal yang sangat berbahaya terhadap akidah, etika,
dan moral, pikiran manusia, rumah tangga ketentraman masyarakat.16
Kemiskinan dalam prespektif Islam ditimbulkan oleh sebab struktural dan
kultural. Salah satu faktor struktural adalah Pertama, kemiskinan timbul
karena kejahatan manusia terhadap alam (Al-Qur’an 30:40), Kedua,
kemiskinan timbul karena ketidak pedulian dan kebatathilan kelompok
kaya (Al-Quran 3:180), sehingga si miskin tidak mampu keluar dari
lingkungan kemiskinaan. Ketiga, kemiskinan timbul karena sebagian
manusia bersikap eksploitatif, dan menindas manusia lain dengan
memakan harta orang lain dengan bathil (Al-Qur’an 9:34), Keempat,
kemiskinan timbul karena konsentrasi kekuatan politik, birokrasi dan
15
Ukuran Kemiskinan menurut standar bps https://www.bps.go.id/subject/ di
akses pada tanggal 22 Desember 2019 pukul 20:39 16
Yusuf Qardawy, Konsepsi Islam Dalam Mengentaskan Kemiskinan, Surabaya :
PT Bina Ilmu, 1996, h. 13-22
13
ekonomi di satu tangan (Al-Quran 28: 1-88). Kelima, kemiskinan karena
faktor eksternal seperti bencana dan perang
Sedangkan dampak buruk yang disebabkan oleh kemiskinan dapat
dilihat dalam ayat surah (Al-Isra: 31):
إملق وحه وسشقهم وإبكم إن قتههم ول تقتهىا أولدكم خشة
اكبن خطئب كبس
Terjemah :
“janganlah kamu sekalian membunuh anak-anak kamu, karena takut
miskin. kamilah yang akan memberikan rezeki kepada mereka dan
kepada kamu sekalian. Sesungguhnya membunh mereka adalah suatu
dosa besar.” (Q.S. Al-Isra: 31).17
Sementara dalam hadis menyebutkan :
مبنك به أوس عه :قبل عىه الل زض
صهى الل زسىل قبل ه الل كفس كىن أن انفقس كبد : وسهم عه
Terjemah:
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “hampir saja kemiskinan itu
menjadi kekafiran” (H.R. Imam al-Baihaqi).18
Hadis di atas memiliki tiga makna yaitu pertama, orang-orang miskin
harus selalu hati-hati atau waspada terhadap kemiskinanannya. Hal ini
disebabkan keadaannya yang serba kekurangan dapat menggodanya untuk
melakukan kemaksiatan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
17
Departemen Agama RI “Al-Quran dan Terjemahnya”. 2008. QS Al-Isra’ [17]:
31. h. 286 18
Ahmad ibn Husain al-Baihaqi, Al-sunan al-Kubra(Beirut: Dar al-Fiqr, 1352), h.
372
14
Kedua, sebagai peringatan kepada orang kaya bahwa kemiskinan yang
dialami saudara-saudaranya yang miskin dapat mendorongnya kepada
kekufuran, baik kufur dalam arti murtad atau ingkar akan adanya Tuhan
maupun kufur dalam arti ingkar terhadap perintah Allah SWT. Ketiga,
sebenarnya keiskinan itu ada dua macam yakni kemiskinan material dan
kemiskinan spiritual. Yang dimaksud kemiskinan material adalah keadaan
kurang atau miskin dari harta benda duniawi. Sedangkan yang dimaksud
kemiskinan spiritual adalah kemiskinana kaitannya dengan kurangnya
iman atau jiwa. 19
Fakir miskin sering tidak memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan
keluarga, Menurut Imam al-Syatibi, kebutuhan manusia dalam Islam
terdiri dari tiga jenjang, yaitu:
a. Dharuriat : yang mencangkup lima hal: yaitu agama (dien), jiwa
(nafs), intelektual (aql), keluarga dan keturunan (nasl), dan material
(maal/wealth)
b. Hajiyat : Jenjang ini merupakan pelengkap yang mengokohkan,
menguatkan dan melindungi kebutuhan atau jenjang dharuriat.
c. Tahsiniyat : merupakan kebutuhan penambah bentuk kesenangan dan
keindahan dharuriat dan hajiyat.
Mustahik yang fakir dan miskin terkadang belum mampu untuk
memenuhi kebutuhan Dharuriatnya. Kebutuhan Dharuriyat sangat
penting untuk keberlangsungan kehidupan mustahik dan keluarganya,
19
Kemiskinan Dekat Kepada Kekufuran, http://Islam.nu.or.id/ di akses 05
Desember 2019 pukul 20:57
15
sehingga program pengentasan kemiskinan harus fokus pada kebutuhan
Dharuriatnya terlebih dahulu.
Islam berusaha keras untuk memerangi kemiskinan muslim terhindar
dari kerusakan moral, etika dan akidah, yang disebabkan oleh kemiskinan.
Karena itu Islam mengharuskan agar setiap individu mencapai taraf hidup
layak dalam masyarakat. Untuk menuju taraf hidup yang layak dan
terhormat, maka Islam mempunyai solusinya.20
a. Bekerja
b. Mencukupi anggota keluarga yang lemah, seorang muslim wajib
menanggunganggota keluarga yang tidak dapat bekerja, seperti orang
tua, janda, orang cacat dan sakit, serta keluarga yang mengalami
musibah.
c. Zakat
d. Dana bantuan bendaharaan Islam dari berbagai sumber, yang dimaksud
dana disini adalah kekayaan merupakan hak milik Negara atau umum.
Hal ini tidak boleh dikuasai oleh individu atau golongan tertentu.
Kekayaan hak umum harus ditangani oleh pemerintah, agar seluruh
rakyat dapat menikmatinya
e. Keharusan memenuhi hak-hak selain zakat. Hak-hak lselain zakat
antara lain: hak bertetangga, hewan Qurban, kafarah, dinar, kafarah,
fidyah untuk orang lanjut usia, dan al-hadyu (kurban karena
pelanggaran dalam ibadah haji)
20
Yusuf Qardawy, Konsepsi Islam Dalam Mengentaskan Kemiskinan, Surabaya
: PT Bina Ilmu, 1996, h. 51
16
f. Sedekah sukarela.
C. ZAKAT
1. Pengertian Zakat
Zakat berasal dari kata zaka bermakna al-Numuw (menumbuhkan), al-
Ziyadah (menambah), al-Barakah (memberkatkan), dan al-Tathhir
(menyucikan).21
Secara istilah, meskipun para ulama mengemukakannya
dengan redaksi antatra satu dengan yang lainnya, akan tetapi pada
prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya,
untuk diserahkan kepada pemiliknya.
Secara istilah zakat adalah sejumlah harta tertentu yang harus
diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai syarat. Sedangkan
menurut hukum islam (Syara’),22
zakat adalah nama bagi suatu
pengambilan tertentu dan untuk di berikan kepada golongan sesuai
dengan firman Allah :
هب وانمؤنفة قهىبهم إ دقبت نهفقساء وانمسبكه وانعبمهه عه ومب انص
بم وابه انس قبة وانغبزمه وف سبم الل وف انس
عهم حكم والل فسضة مه الل
Artinya:
“Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, orang miskin,
amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (membebaskan)
hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang untuk jalan
21
Mahmud Syaltout, Min Taujihat al-Islam, Dar al-Qalam, Cairo, 1996. h.106.
Lihat Al-Mu’jam al-Wasit, Juz 1, Cet. II, Darul Ma’arif, Mesir, 1972, h.396 22
Inayah, Gazi, Teori Komprehensip Tentang zakat dan Pajak. (Jakarta: Tiara
Wacana 2003)
17
Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban
dari allah. Allah maha mengetahui, Maha bijaksana”. (Q.S. At-taubah :
60)23
Ayat ini menyatakan bahhwa zakat tidak boleh diberikan kepada
orang-orang selain mereka, dan tidak boleh pula mencegah zakat dari
sebagian golongan di antara mereka bilamana golongan tersebut memang
ada. Selanjutnya Imamlah yang membagi-bagikannya kepada golongan-
golongan tersebut secara merata akan tetapi imam berhak mengutamakan
individu tertentu dari suatu golongan atas yang lainnya. Hanya saja tidak
diwajibkan kepada pemilik harat yang dizakati, bila mana ia membaginya
sendiri, meratakan pembagiannya kepada setiap golongan, karena hal ini
amat sulit untuk dilaksanakan. Akan tetapi cukup baginya memberikannya
kepada tiga orang dari setiap golongan. Tidak cukup baginya bilamana
ternyata zakatnya hanya diberikan kepada kurang dari tiga orang. Sunnah
telah memberikan penjelasannya, bahwa syarat bagi orang yang menerima
zakat itu, antara lain muslim, hendaknya ia bukan keturunan dari Bani
Hasyim dan tidak pula dari Bani Muthalib.24
2. Golongan Penerima Zakat
1. Fakir adalah golongan yang memiliki harta namun kebutuhan hidupnya
lebih banyak dibandingkan harta yang mereka miliki, atau rang-orang
yang sehat dan jujur, tetapi tidak memiliki pekerjaan, sehingga tidak
memiliki penghasilan.
23
Departemen Agama RI “Al-Quran dan Terjemahnya”. 2008. QS At-Taubah
[9]: 103. h. 203 24
Tafsir ayat https://tafsirq.com/9-at-taubah/ayat-60 (diakses pada tanggal 15
Desember 2019, pukul 22:46)
18
2. Miskin adalah golongan orang yang memiliki pekerjaan (memiliki
harta) untuk mencukupi kebutuhan hidupnya namun tidak memenuhi
standar.
3. Amil orang yang diangkat oleh imam atau pemimpin untuk menggarap
tugas-tugas pemungutan, pengumpulan, pemeliharaan, pencatatan, dan
pembagian zakat. Amil hendaknya memiliki syarat diantaranya, muslim
yang taat, muallaf, jujur (amanah), dan memahami hukum zakat.
4. Muallaf ialah orang yang dijinakkan hatinya untuk kepentingan islam
dan kaum muslimin.
5. Riqob adalah membebaskan atau memerdekakan hamba sahaya dari
perhambaannya sehingga ia lepas dari ikatan dengan tuannya.
6. Gharimin adalah orang yang tenggelam dalam utang dan tidak mampu
membayarnya.
7. Fii sabilillah adalah kemaslahatan umum kaum muslimin yang dekat
dengan zakat itu berdiri islam dan daulahnya dan bukan untuk
kepentingan pribadi. Fii sabilillah ini diperuntukan bagi aktivitas
dakwah, dengan berbagai macam penunjangannya.
8. Ibnu sabil adalah orang yang kehabisan ongkos diperjalanan dan tidak
bisa mempergunakan hartanya.25
3. Hikmah dan Peran Zakat
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah
dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan
25 Bariadi, Lili. et. al. 2003. Zakat dan Wirausaha. Centre of Intrepreneurship
Development. Hikmah Utama. Jakarta.
19
orang yag berzakat (muzakki), penerimanya (mustahik), harta yang
dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat keseluruhan.26
Tujuan zakat yaitu tujuan untuk kehidupan individu dan tujuan untuk
kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan pertama meliputi pensucian jiwa
dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka berinfak atau memberi,
mengembangkan akhlak yang baik, mengobati hati dari cinta yang
berlebihan, mengembagkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa
simpati dan cinta sesama manusia. Dengan ungkapan lain esensi dari
semua tujuan ini adalah pendidikan yang bertujuan untuk memperkaya
jiwa manusia dengan nila-nilai spiritual yang dapat meninggikan harkat
dan martabat manusia melebihi martabat benda dan menghilangkan sifat
materialisme dari dalam diri manusia. Tujuan kedua memiliki dampak
pada kehidupan kemasyarakatan secara luas. Dari segi kehidupan
masyarakat, zakat merupakan suatu bagian dari sistem jaminan sosial
dalam masyarakat.27
Tujuan lain dari hikmah lain zakat dikemukakan oleh hafiduddin,
yaitu :
a. Merupakan perwujudan ketundukan, ketaatan dan rasa syukur atas
karunia tuhan.
b. Zakat merupakan hak mustahik (orang yang menerima zakat) yang
berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka kearah
26
Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1998), h.82 27
Qardhawi, Yusuf, Fiqih Zakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991), h. 564
20
kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, agar dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan layak dan dapat beribadah kepada-Nya.
c. Merupakan pilar amal bersama antara orang-orang kaya yang
bekucupan hidupnya dengan para orang yang membutuhkan.
d. Sebagai sumber dana pembangunan sarana maupun prasarana yang
harus dimiliki oleh umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan,
kesehatan, sosial, maupun ekonomi sekaligus sarana pengembangan
kualitas sumber daya manusia.
e. Merupakan salah satu instrument/saran bagi pembangunan
kesejahteraan umat, pertumbuhan dan pemerataan pendapatan.
f. Mendorong umat untuk bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta
yang untuk dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya serta
dapat berzakat/infak.28
4. Zakat Sebagai Pengentasan Kemiskinan
Islam meletakkan kewajiban pada setiap orang yang memiliki harta
yang memelibihi kebutuhan hidup yang layak supaya menunaikan zakat.
Di samping itu seorang muslim dianjurkan menginfakkan sebagian
hartanya untuk membantu karib, kerabat, anak yatim dan orang miskin
disekitarnya. Lebih dari itru seorang muslim semestinya merasa terpanggil
untuk memikirkan kemaslahatan agama dan umat islam pada umumnya.
Karena zakat merupakan upaya untuk mengatasi kemiskinan maka
dana zakat tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang
28
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema
Insani , 2002), h. 9-14
21
sifatnya komsumtif, karena para fakir dan miskin nantinya hanya
menggantungkan harapannya kepada zakat. Dan zakat itu bisa untuk biaya
pendidikan orang-orang miskin dan modal usaha.
Bekerja merupakan keharusan mutlak yang harus dilakukan oleh
seorang muslim, guna memperoleh rezaki yang telah disediakan oleh
Allah. Seorang muslim diperintahkan berjalan ke penjuru dunia untuk
meraih rezeki syang halal. Sebagaimana firman Allah:
هى انري جعم نكم الزض ذنىل فبمشىا ف مىبكبهب وكهىا مه
ه انىشىز زشقه وإن
Artinya :
“Dialah yang menjadiakan bumi itu mudah bagi kamu. Maka
berjalan lah disegala penjurunya dan makanlah sebagian dari
rezeki-Nya. Dan hanya kepa-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk: 15).29
Bekerja adalah senjata utama untuk memerangi kemiskinan, modal
pokok mencapai kekayaan dan faktor dominan dalam menciptakan
kemakmuran dunia. Ini berarti seorang muslim harus memiliki ilmu dan
keterampilan agar dapat bekerja dan membuka lapangan kerja serta
menumbuhkan semangat untuk bekerja/jiwa entrepreneur.
Andaikan seluruh umat islam (muzaki) membayar zakat maka akan
didapatkan sejumlah perkalian jumlah penduduk beragama islam (muzaki)
x 2,5 kg beras atau hasil pertanian lainnya. Kemudian andaikan seluruh
karyawan dan pegawai beragama islam (muzaki) berzakat, maka juga akan
29
Departemen Agama RI “Al-Quran dan terjemahnya”. 2008. QS Al-Mulk [67]:
15 h. 564
22
didapatkan 2,5 persen dari penghasilannya dan kemudian dikalikan dengan
jumlahnya, maka akan didapatkan angka yang cukup memadai.30
5. Organisasi Pengelola Zakat
a. Badan Amil Zakat (BAZ)
BAZ adalah badan organisasi yang di bentuk oleh pemeritah terdiri
dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan,
mendistribusikan, mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan
agama. Badan Amil Zakat meliputi BAZ Nasional, BAZ Provinsi,
BAZ Kabupaten/Kota, BAZ Kecamatan.
Badan Amil Zakat terdiri atas ulama, kaum cendekia, tokoh
masyarakat, tenaga professional dan wakil pemerintah. Mereka harus
memenuhi persyaratan-persyaratan anatara lain : memiliki sifat
amanah, adil, berdedikasi, professional dan berintegritas tinggi. Masa
tugas pelaksanaanya selama tiga tahun.
b. Lembaga Amil zakat
1) Pengertian dan Kedudukan Lembaga Amil Zakat, lembaga amail
zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya
dibentuk atas prakarsa masyrakat dan oleh masyarakat yang
bergerak di bidang dakwah, pendidikan sosial, dan kemaslahatan
umat Islam. Lembaga Amil Zakat dikikihkan, dibina dan
dilindungi pemmerintah. Dalam melaksanalan tugasnya LAZ
30
Siti Aminah Chaniago, op cit., h 53
23
memberikan laporan kepada pemerintah sesuai dengan
tingkatannya (pasal 31 KMA).
2) Pengukuhan Lembaga Amil zakat, dilakukan oleh pemerintah atas
usul LAZ yang telah memenuhi persyaratan. Pengukuhan
dilaksanakan setelah terlebih dahulu dilakukan penelitian
persyaratan. Pengukuhan dapat dibatalkan apabila LAZ tersebut
tidak lagi memenuhi persyaratan.
3) Syarat-syarat Lembaga Amil Zakat, yang diusulkan kepada
pemerintah untuk mendapatkan pengukuhan. Harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut (pasal 22 KMA): Berbadan hukum;
memiliki data muzaki dan mustahik; memiliki program kerja;
Memiliki pembukuan; Melampirkan surat pernyataan bersedia
diaudit.
D. Kerangka Konseptual
H1
H2
H3
Gambar 2.1 Konseptual
Karakteristik
Rumah Tangga
(X1)
Potensi zakat
(X1)
Pengentasan
Kemiskinan (Y)
24
Keterangan:
Pada gambar 2.1 peneliti akan menguji pengaruh X1 (Rumah Tangga)
terhadap Y (kemiskinan) serta X1 (Rumah tangga) dan X2 (zakat) secara
bersama berpengaruh terhadap Y (Kemiskinan).
E. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas penelitian
yang memerlikan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut, maka
hipotesis penelitiannya adalah :
1. Dugaan Rumah Tangga berpengaruh terhadap kemiskinan
2. Diduga zakat berpengaruh terhadap kemiskinan
3. Diduga Rumah Tangga dan zakat berpengaruh terhadap kemiskinan.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, karena data diperoleh
dari hasil pengamatan langsung pada lapangan penelitian. Dalam
penelititian ini peneliti meggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu
penelitian menjelaskan pengaruh utama antara variabel-variabel yang
digunakan.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang informasi atau datanya
dianalisis menggunakan teknik statistik. Dengan demikian, hipotesis pada
penelitian kuantitatif diuji dengan prosedur pengujian statistik.31
Tujuan
penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-
model matematis, teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan
fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam
penelitian kuantitatif karena hal ini, memberikan hubungan yang
fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dan
hubungan-hubungan kuantitatif.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Waktu penelitian diperkirakan selama 2 (dua) bulan. Adapun lokasi
penelitian ini bertempat di Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar di
Kecamatan Rappocini Kota Makassar.
31
Ronny kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis Edisi
Revisi 2. Jakarta: Penerbit PPM, 2007.h 89
25
26
C. Variable Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi penyebab perubahan pada variabel lain. Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel bebas yaitu Karakteristik Rumah Tangga(X1) dan
Potensi Zakat(X2). variabel ini dikatakan variabel bebas dikarenakan
keberadaan variabel ini tidak tergantung pada adanya variabel lain atau
bebas dari ada atau tidaknya variabel lain
2. Variabel Terikat (Dependent variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang keberadaanya dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah Pengentasan Kemiskinan(Y). Dinamakan variabel
terikat karena kondisi untuk variasinya terikat atau dipengaruhi oleh
variasi variabel lain, yaitu di pengaruhi oleh variabel bebas.
D. Defenisi Operasional
Berikut ini adalah pengertian tentang defenisi operasional variabel:
1. Karakteristik Rumah Tangga adalah keadaan sebenarnya dari rumah
tangga yang terdiri dari satu keluarga atau sekelompok orang dimana
merupakan dasar bagi unit dalam banyak model sosial, mikroekonomi,
dan pemerintah, dan menjadi bagian penting dalam ekonomi.
2. Potensi zakat, zakat tak sekedar dimaknai sebagai sebuah ibadah yang
diwajibkan kepada setiap umat Islam bagi yang sudah memenuhi
syarat, akan tetapi lebih dari pada itu, yakni sebagai sebuah system
27
pendistribusian harta benda di kalangan umat islam, dari si kaya
kepada si miskin. Sehingga zakat mampu menghilangkan kesenjangan
sosio-ekonomi masyarakat.
3. Pengentasan kemiskinan adalah seperangkat tindakan, baik ekonomi
maupun kemanusiaan, yang dimaksudkan untuk mengangkat orang
keluar dari kemiskinan secara permanen.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suhasimi Arikunto populasi adalah “keseluruhan objek yang
diteliti”.32
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mustahik yang
tersebar diseluruh wilayah kelurahan Rapocini sesuai dengan data yang
diberikan oleh Bznas Kota Makassar.
2. Sampel
Adapun sampel yang merupakan bagian dari suatu populasi.33
Maka
dari itu sampel dari penelitian ini adalah seluruh warga atau masyarakat
yang aktif dalam menerima zakat dikelurahan Rapocini. Pada saat
penelitian berlangsung menggunakan Rumus sloving, sebagai berikut:
Rumus Sloving : n = N
(1+ N)
32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010)
h.102 33
Umar, Husain, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesi. (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2001), h. 136
28
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat error (5%)
Diketahui : n = 111
1+(0.05)2(111)
= 111
1,2775
= 87 Responden
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrument
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket atau
kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Tujuan dari angkat ini adalah
untuk memperoleh informasi yang relevan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting
demi keberhasilan penelitian. Metode pengumpulan data merupakan teknik
atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Teknik yang
dipergunakan dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas
metode:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat
di lapangan atau lokasi penelitian yang sedang dilakukan. Observasi
dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data-data kongkret di tempat
29
penelitian. Observasi digunakan dalam melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
2. Kuesioner (angket)
Kuesioner atau angket adalah tekhnik pengumpulan data dengan
memberikan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab oleh
para responden. Dalam hal ini, jumlah maupun kualifikasi para responden
ditentukan berdasarkan dengan metode pengambilan sampel.
Cara pengumpulan data ini dipilih dengan harapan bahwa peneliti,
melalui jawaban responden dapat memperoleh informasi yang relevan
dengan permasalahan yang dikaji dengan mempunyai derajat yang tinggi.
Jumlah pertanyaan yang ada diambil dari masing-masing item yang
diperoleh dari masing-masing indikator variabel, baik indikator independen
maupun variabel dependen.
Angket diberikan langsung kepada responden dengan tujuan agar
lebih efektif dan efesien menjangkau jumlah sampel dan mudah
memberikan penjelasan berkenaan dengan pengisian angket tersebut.
Instrument yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini
menggunkan skala Likert dengan skor 1-5, jawaban responden berupa
pilihan 5 (lima) alternatif yaitu
30
No Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S N TS STS
1
2
3
4
5
Tabel 3.1 Skala Likert
Dimana :
SS = Sangat setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
3. Wawancara
Merupakan tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap
muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun penaleliti
terhapadap narasumber atau sumber data. Dalam wawancara peneliti akan
mencatat opini dan hal lain yang berkaitan dengan penelitian. Dengan
demikian ada banyak informasi yang akan didapat dari hasil wawancara
tersebut.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan tekhnik pengumpulan data melalui metode
dokumentasi, peneneliti menyediakan benda-benda tertulis seperti nuku-
buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya.34
Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dan
penerangan pengetahuan dan bukti.
31
H. Teknik Analisa Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkatan keandalan alat
ukur yang digunakan. Menurut pengujian validitas dilakukan untuk
mengetahui validitas dari setiap pertanyaan atau pernyataan dalam
kuesioner yaitu dengan menguji korelasi antara skor item dengan skor
total. Jika koefesien korelasi tiap faktor tersebut lebih dari 0,1 maka
menunjukan pertanyaan atau pernyataan tersebut valid, dengan
menggunakan softwere SPSS 22,0.35
Sedangkan uji reliabilitas merupakan kemampuan suatu instrument
untuk diuji kembali dengan memberikan hasil yang relatif konstan. Suatu
instrument dikatakan reliable jika memberikan hasil yang relatif sama jika
di uji secara berulang-ulang. Reliable jika nilai jika nilai Cronbach’s
Alpha dari 0,22.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
normalitas. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan
estimator linier tidak bisa dengan varian yang minimum (best linier
unbiased estimator = BLUE), yang berarti model regresi tidak
mengandung masalah atau dengan kata lain apakah model regresi benar-
benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representative. Pada uji
asumsi klasik peneliti menggunakan:
35
Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta. 2007), h. 52
32
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah populasi data
mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan
pada nilai residualnya. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk menguji apakah
distribusi data dapat dikatakan normal atau tidak salah satunya
menggunakan uji statistik non-parametik Kolmogrov-Smirrnov (KS).36
Dengan melihat angka probabilitas dengan ketentuan, probabilitas <
0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak, sedangkan probabilitas > 0,05
maka Ha ditolak dan H0 diterima.
3. Uji Frekuensi
Uji frekuensi adalah penyusunan data kedalam kelas-kelas tertentu
dimana setiap individu/item hanya termaksud kedalam salah satu kelas
tertentu saja. Dalam suatu penelitian juga biasanya akan dilakukan
pengumpulan data. Salah satu cara untuk mengatur atau menyusun adalah
dengan mengelompokkan data-data. Berdasarkan ciri-ciri penting dari
sejumlah data kedalam beberapa kelas dan kemudian dihitung banyaknya
data yang masuk ke dalam setiap kelas. Uji frekuensi terdiri dari dua yaitu:
a. Uji Frekuensi Relatif
Variasi penting dari uji frekuensi dasar adalah dengan
menggunakan nilai frekuensi relatifnya, yang disusun dengan membagi
frekuensi setiap kelas dengan total dari semua frekuensi (banyaknya
36
Syofian Siregar, Statistik Parametrik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012). h. 153.
33
data). Sebuah uji frekuansi relative mencangkup batas-batas kelas yang
sama seperti TDF, tetapi frekuensi yang digunakan bukan frekuensi
actual melainkan frekuensi relative kadang-kadang dinyatakan sebagai
persen.
Frekuensi relatif =
×100%
b. Uji frekuensi kumulatif
Variasi lain dari uji frekuensi standar ialah frekuensi kumulatif.
Frekuensi kumulatif untuk sebuah kelas ialah nilai frekuensi untuk
kelas tersebut ditambah dengan jumlah frekuensi semua kelas yang
sebelumnya.37
37
www.smartstat.info/statistika/diakses pada 6 Desember pukul 11.15
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Terbentuknya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota
Makassar
Masyarakat Kota Makassar yang mayoritas beragama Islam
memiliki potensi zakat yang sangat besar. Namun potensi ini belum
dimanfaatkan karena dikelola secara individual. Melihat kondisi tersebut
maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Dana Zakat. Secara operasional dikeluarkan
Keputusan Menteri Agama Repoblik Indonesia Nomor 37 Tahun 2003
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Dana Zakat.
BAZNAS Kota Makassar adalah organisasi pengelolaan zakat yang
dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur Makassar dan pemerintah
dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan
zakat sesuai dengan ketentuan agama. Sejak berdirinya hingga sekarang
BAZNAS Kota Makassar sudah tiga kali mengalami perubahan nama.
Pertama pada tahun 1990 yaitu awal berdirinya bernama Badan Amil
Zakat, Infak, Sedekah (BAZIS) Kota Makassar. Setelah terbitnya Undang-
Undang Nomor 38 tahun 1999 berubah nama menjadi Badan Amil Zakat
Kota Makassar melalui surat keputusan pemeritah Kota Makassar Nomor
75/Kep/451.12/2002 dan dikukuhkan pada tahun 2002. Selanjutnya yang
35
ketiga yaitu setelah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011, Badan Amil Zakat (BAZ), berubah nama menjadi Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar terletak di
Jalan Teduh Bersinar Nomor 5 Makassar Kompleks Catatan Sipil dan
Kependudukan. Terdiri atas satu bangunan yang didalamnya terdapat
beberapa ruangan terpisah untuk pengelolaan zakat. Kegiatan utamanya
adalah menghimpun dana-dana zakat, infak, sedekah dan dana keagamaan
lainnya dari kaum muslimin baik perorangan, instansi dan perusahaan
kemudian menyalurkan kepada yang berhak menerimanya.
2. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar sejak
berdirinya memiliki visi dan misi sebagai berikut :
Visi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar, yaitu
menjadi Badan Amil Zakat Nasional yang Amanah, Transparan, dan
Profesional.
Sedangkan Misi dari Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar antara
lain :
a. Meningkatkan kesejahteraan muzakki berzakat, berinfak dan
bersedekah
b. Mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, infak dan sedekah untuk
meningkatkan martabat dan kesejahteraan mustahik
36
c. Terciptanya manajemen BAZNAS yang profesional dengan didukung
oleh sistem informasi teknologi.38
3. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota
Makassar
Adapun susunan struktur organisasi Badan Amil Zakat Nasional
Kota Makassar Periode 2015-2020 yang sesuai dengan surat keputusan
Walikota Makassar Nomor 1762/451.12/KP/XII/2015 tanggal 14
Desember 2015.
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Kota Makassar
38
Sejarah BAZNAS Makassar,http://www.baznasmakassar.com/di akses 29 iuli 2020
pukul 11.33
Kabid
Pengumpulan
You Yatsir
Tonung
Kabid
Pendayagunaan &
pendistribusian
H. abdul Azis Bennu,
S.Ag
Kabag Perencaan,
Keuangan &
Pelaporan
Ismail Hajiali, SE.,
M.Si
Kabag
administrasi,
SDM & Umum
H. Katjong
Tahir S.H
Staf Staf Staf
Staf
Staf
37
Adapun tugas dan pengurus Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar
antara lain :
a. Tugas Dewan Pengawas
1) Mengawasi pekerjaan kerja yang telah disahkan.
2) Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan
yang telah ditetapkan Dewan Pertimbangan.
3) Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan
Pelaksana yang mencangkup pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan.
4) Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah.
b. Tugas Badan Pelaksana
1) Membuat rencana kerja.
2) Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai dengan
rencana kerja yang disahkan.
3) Menyusun laporan
4) Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada pemerintah.
5) Bertindak dan bertangggung jawab atas amanah BAZNAS Kota
Makassar kedalam maupun keluar.
c. Tugas Devisi Pengumpulan dan Pengembangan
1) Menyusun rencana pengumpulan dan pendayagunaan zakat.
2) Mengatur dan melaksanakan program pengumpulan dana
BAZNAS Kota Makassar.
38
3) Melaksanakan segala usaha penelitian dan pengembangan sumber
dana BAZNAS Kota Makassar obyek pendayagunaan,
pengembangan organisasi, administrasi dan tata usaha.
4) Mempersiapkan peraturan-peraturan, formulir, sistem kerja dan
penyuluhan.
5) Menyerahkan hasil pengumpulan dana ke rekening Bank BAZNAS
Kota Makassar dan membukukan kepada bendahara.
6) Bidang pengumpulan mempertanggung jawabkan hasil kerjanya
kepada pengurus harian.
7) Bidang pengumpulan mempertanggung jawabkan hasil kerjanya
kepada ketua pengurus harian.
d. Tugas Devisi Pendistribusian dan Pendayagunaan
1) Melaksanakan program pendistribusian dan pendayagunaan dana
BAZNAS Kota Makassar.
2) Melakasanakan bimbingan dan pengerahan proyek-proyek
pendayagunaan baik yang diselenggarakan oleh BAZNAS Kota
Makassar, Desa, Kecamatan maupun Organisasi Islam.
3) Menetapkan proyek pendayagunaan oleh Organisasi Islam.
4) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua
pengurus harian.
4. Bidang Program Badan Amil zakat Nasional Kota Makassar
a. Bidang Makassar Taqwa atau Taqwa.
b. Bidang Makassar Makmur atau Sosial Ekonomi dan Kemanusian
39
c. Bidang Makassar Sehat atau Sosial Kesehatan
d. Bidang Makassar Peduli atau Sosial Kemanusiaan
e. Bidang Makassar Cerdas atau Sosial Pendidikan
B. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 87 orang mustahik yang
tersebar di Kota Makassar sesuai dengan data dari Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS ) Kota Makassar.
a. Responden Berdasarkan Jenis kelamin
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 38
2. Perempuan 49
Total 87
Dari tabel di atas menunjukan bahwa jumlah mustahik denngan jenis
kelamin perempuan lebih banyak di bandingkan mustahik yang berjenis
kelamin laki-laki. Untuk perempuan sebanyak 49 orang dan untuk laki-laki
sebanyak 38 orang.
b. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel 4.4
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan
No. Jenis pekerjaan Jumlah
1. Tidak bekerja 16
40
2. Ibu rumah tangga 13
3. Pedagang asongan 17
4. Buruh/pekerja 27
5. Bentor 14
Jumlah 87
Dari segi ekonomi terlihat mustahik yang tidak bekerja sebanyak 66
orang. Ibu rumah tangga sebanyak 13 orang. Selanjutnya pedagang
asongan sebanyak 17 orang. Buruh/pekerja sebanyak 27 orang. Dan bentor
sebanyak 14 orang. Kondisi ini menunjukan profesi buruh/pekerja
merupakan profesi yang paling banyak menyerap tenaga kerja yang
berasal dari kalangan menengah ke bawah.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Karakteristik rumah tangga penerima zakat dan potensi zakat dalam
mengentaskan kemiskinan akan dilihat dari masing-masing variable. Berikut
ini adalah hasil tanggapan responden berdasarkan kuesioner yang disebar.
1. Variable rumah tangga (mustahik)
Karakteristik Rumah Tangga adalah keadaan sebenarnya dari rumah
tangga yang terdiri dari satu keluarga atau sekelompok orang dimana
merupakan dasar bagi unit dalam banyak model sosial, mikroekonomi, dan
pemerintah, dan menjadi bagian penting dalam ekonomi.
Untuk lebih jelas mengenai data dalam Rumah Tangga maka akan
dijelaskan satu persatu sebagai berikut :
41
a. Banyaknya masyarakat Kota Makassar yang tidak memiliki mata
pencaharian tidak menentu.
Tabel 4.3
Jawaban Mustahik
Altenatif jawaban Jumlah Persentase (%)
Sangat setuju 26 29,9%
Setuju 58 66,7%
Netral 3 3,4%
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100%
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 26 orang atau 59,1%
mustahik menjawab sanagat setuju, 58 orang atau 66,7% menjawab setuju
dan 3 atau 3,4 % menjawab netral.
b. Jumlah tanggungan tidak sesuai dengan pendapatan
Table 4.4 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 67 77,0%
Setuju 16 18,4%
Netral 3 3,4%
Tidak setuju 1 1,1%
42
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 67 orang atau 77,0 %
mustahik menjawab sangat setuju, 16 orang atau 18,4 % menjawab setuju
dan 3 orang atau 3,4 % menjawab netral dan 1 atau 1,1% menjawab tidak
setuju.
c. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabakan masyarakat sulit
mendapat pekerjaan
Tabel 4.5 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 16 18,4%
Setuju 21 24.1%
Netral 49 56,3%
Tidak setuju 1 1,1%
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari table diatas dapat diketahui bahwa 16 orang atau 18,4 % menjawab
mustahik sangat setuju, 21 orang atau 24,1% menjawab setuju, 49 orang
atau 56,3% menjawab netral dan 1 atau 1,1% menjawab tidak setuju.
43
d. Setiap kepala keluarga memiliki pendapatan yang berbeda-beda
Tabel 4.6 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 66 75,9%
Setuju 20 23,0%
Netral 1 1,1%
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 66 orang atau 75,9% mustahik
menjawab sangat setuju, 20 orang atau 23,0 % menjawab setuju dan 1
orang atau 1,1 % menjawab netral.
e. Tidak sesuainya kompetensi dan kemampuan masyarakat dalam
bidang pekerjaan yang dilakukan
Table 4.7 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 64 73,6%
Setuju 22 25,3%
Netral 1 1,1%
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
44
Jumlah 44 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 64 orang atau 73,6 % mustahik
menjawab sangat setuju, 22 orang atau 25,3 % menjawab setuju dan 1
orang atau 1,1% menjawab netral.
Tabel dari kuesioner yang ada dari pernyataan-pernyataan di atas tersebut :
Tabel 4.8
Jawaban mustahik berdasarkan Variabel rumah Tangga
Alternatif
jawaban
Pernyataan
Jumlah Presentase
(100%) 1 2 3 4 5
Sangat setuju 26 67 16 66 64 239 54,0%
Setuju 58 16 21 20 22 137 31,5%
Netral 3 3 49 1 1 57 13,1%
Tidak setuju 0 1 1 0 0 2 1,4%
Sangat tidak
setuju 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 87 87 87 87 87 435 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Pada variabel karakteristik rumah tangga alternatif jawaban setuju
merupakan jawaban yang paling banyak diberikan oleh mustahik yaitu 239
atau 54,0%, 137 atau 31,5% mustahik menjawab sangat setuju, 57 atau
13,1% menjawab netral dan 2 atau 1,4% menjawab tidak setuju. Hal ini
menggambarkan bahwa karakteristik rumah tangga didasarkan pada
45
keadaan rumah tangga itu sendiri dilihat dari keadaan ekonomi, tingkat
pendidikan tingkat kesehatan, serta banyaknya tanggungan setiap kepala
keluarga.
Rumah tangga merupakan struktur kehidupan terkecil dalam susunan
kehidupan masyarakat. Masih sangat banyak masyarakat yang terbilang
miskin dan penentuan kriteria ini dapat membantu pihak baznas dalam
memilih dan memilah bantuan seperti apa yang hendak diberikan kepada
setiap elemen masyarakat sesuai dengan kondisi sosial ekonomi mereka.
Ada beberapa kriteria yang telah ditetapkan bagi masyarakat yang berhak
menerima bantuan dana zakat itu sendiri antara lain muallaf, fakir miskin,
budak (tetapi tidak ada perbudakan), orang yang dililit hutang karna
berjuang dijalan allah SWT.
2. Variable Potensi Zakat
Zakat tak sekedar dimaknai sebagai sebuah ibadah yang diwajibkan
kepada setiap umat Islam bagi yang sudah memenuhi syarat, akan tetapi
lebih dari pada itu, yakni sebagai sebuah system pendistribusian harta benda
di kalangan umat islam, dari si kaya kepada si miskin. Sehingga zakat
mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. Untuk
lebih jelas mengenai data dalam Potensi zakat maka akan dijelaskan satu
persatu sebagai brikut :
46
a. Program zakat produktif sangat berguna dan tepat guna
meningkatkan taraf ekonomi mustahik
Table 4.9 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 59 67,8%
Setuju 18 20,7%
Netral 9 10,3%
Tidak setuju 1 1,1%
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 59 orang atau 67,8%
menjawab sanagat setuju, 18 orang atau 20,7% menjawab setuju, 9 orang
atau 10,3% menjawab netral dan 1 orang atau 1,1% menjawab tidak
setuju.
b. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat dilakukan berdasarkan
prioritas kebutuhan mustahik dan dimanfaatkan untuk usaha
produktif
Table 4.10
Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 22 25,3%
Setuju 64 73,6%
Netral 1 1,1%
47
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 22 orang atau 25,3% mustahik
menjawab sangat setuju, 64 orang atau 73,6% menjawab setuju, dan 1
orang atau 1,1% menjawab netral.
c. Dengan adanya bantuan dana zakat masyrakat kurang mampu dapat
memanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan
Table 4.11 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 18 20,7%
Setuju 66 75,9%
Netral 3 3.4%
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari table diatas dapat diketahui bahwa 18 orang atau 20,7% mustahik
menjawab sangat setuju, 66 orang atau 75,9% menjawab setuju dan 3
orang atau 3,4% menjawab netral.
48
d. Zakat merupakan salah satu potensi terbaik dalam upaya
pengentasan dari kemiskinan
Table 4.12 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 13 14,9%
Setuju 68 78,2%
Netral 6 6,9%
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 13 orang atau 14,9% menjawab
sangat setuju, 68 orang atau 56,8 % menjawab setuju dan 6 orang atau
6,9% menjawab netral.
e. Meningkatnya pendapatan perkapita suatu daerah akan
meningkatkan potensi zakat
Table 4.13 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 51 58,6%
Setuju 18 20,7%
Netral 18 20,7%
Tidak setuju 0 0
49
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 9 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 51 orang atau 58,6% mustahik
menjawab sangat setuju, 18 orang atau 20,7% menjawab setuju dan 18
orang atau 20,7 % menjawab netral.
Tabel 4.14
Jawaban mustahik berdasarkan Variabel potensi zakat
Alternative
jawaban
Pernyataan
Jumlah Presentase
(100%) 1 2 3 4 5
Sangat setuju 59 22 18 13 51 163 37,5%
Setuju 18 64 66 68 18 234 53,8%
Netral 9 1 3 6 18 37 8,5%
Tidak setuju 1 0 0 0 0 1 0,2%
Sangat tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 87 87 87 87 87 435 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 9 agustus 2020
Pada variabel potensi zakat alternatif jawaban setuju merupakan jawaban
yang paling banyak diberikan oleh mustahik yaitu 234 atau 53,8%, 163 atau
37,5% mustahik menjawab sangat setuju, 37 atau 8,5 % menjawab netral
dan 1 atau 0,2% menjawab tidak setuju. Hal ini menggambarkan bahwa
potensi zakat yang ada di Kota Makassar jika dilihat dari kuesioner
mustahik sudah bagus namun jika dilihat dari hasil kuesioner penulis dapat
50
di lihat ada beberapa mustahik yang tidak tidak setuju terhadap potensi
zakat.
Zakat di Kota Makassar sangat besar, diperkirakan mencapai puluhan
milyar pertahun, namun yang terserap masih sedikit dibandingkan potensi
yang ada. Hal ini dapat dilihat pada penerimaan dana zakat melalui
BAZNAS Kota Makassar pada tahun 2019 sebesar 20 Milyar, sedangkan
yang tersalurkan 18 Milyar. Dana-dana itu tergabung dengan dana-dana
yang lainnya seperti dana zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan
lainnya.
3. Variabel Pengentasan Kemiskinan
Pengentasan kemiskinan adalah seperangkat tindakan, baik ekonomi
maupun kemanusiaan, yang dimaksudkan untuk mengangkat orang keluar
dari kemiskinan secara permanen.
a. Dalam membantu masyarakat untuk mengurangi kemiskinan
BAZNAS memberikan bantuan berupa modal usaha kecil
Table 4.15 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 33 37,9%
Setuju 52 59,8%
Netral 2 2,3%
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
51
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 33 orang atau 37,9% mustahik
menjawab sangat setuju, 52 orang atau 59,8% menjawab setuju dan 2 atau
2,3% menjawab netral.
b. Adanya bantuan pendidikan gratis melalui beasiswa dari baznas akan
membantu mustahik memiliki pendidikan yang layak.
Tabel 4.16 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 81 93,1%
Setuju 6 6,9%
Netral 0 0
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 81 orang atau 93,1% mustahik
menjawab sangat setuju, 6 orang atau 6,9 % menjawab setuju.
c. Menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga
kerja sehingga mengurangi pengangguran
Tabel 4.17 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
52
Sangat setuju 22 25,3%
Setuju 64 73,6%
Netral 1 1,1%
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 22 orang atau 25,3% mustahik
menjawab sangat setuju, 64 orang atau 73,6 % menjawab setuju dan 1
atau 1,1% menjawab netral.
d. Memberikan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat yang kurang
mampu
Tabel 4.18 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 69 79,3%
Setuju 18 20,7%
Netral 0 0
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100%
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
53
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 69 orang atau 79,3% mustahik
menjawab sangat setuju, 18 orang atau 20,7% menjawab setuju.
e. Selain peran agama peran pemerintah dan masyaraka saagat
diperlukan dalam mengentaskan kemiskinan
Tabel 4.19 Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 18 20,7%
Setuju 69 79,3%
Netral 0 0
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 18 orang atau 20,7% mustahik
menjawab sangat setuju, 69 orang atau 79,3% menjawab setuju.
Tabel 4.20
Jawaban mustahik berdasarkan Variabel pengentasan kemiskinan
Alternatif
jawaban
Pernyataan
Jumlah Presentase
(100%) 1 2 3 4 5
Sangat setuju 33 81 22 69 18 223 51,3%
Setuju 52 6 64 18 69 209 48,0%
Netral 2 0 1 0 0 3 0,7%
54
Tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0
Sangat tidak
setuju 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 87 87 87 87 87 435 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Pada variabel pengentasan kemiskinan alternatif jawaban sangat setuju
merupakan jawaban yang paling banyak diberikan oleh mustahik yaitu 223
atau 51,3%, 209 atau 48,0% mustahik menjawab setuju, 3 atau 0,7%
menjawab netral.
Hal ini menggambarkan bahwa variable pengentasan kemiskinan di
Kota Makassar dilihat dari kuesioner mustahik sudah bagus. Dalam usaha
mengentasan kemiskinan melalui zakat, BAZNAS (Badan Amil Zakat
Nasional) Kota Makassar secara umum memiliki dua bentuk program yaitu
bantuan dana konsumtif dan bantuan dana produktif. Adapun bantuan dana
komsumtif yaitu bantuan yang langsung dibagikan kepada mustahik.
Adapun bantuan dana zakat produktif adalah bantuan kepada mustahik
dalam bentuk usaha bergulir. Dua jenis usaha ini telah berjalan meskipun
belum terlalu maksimal disebabkan banyaknya kendala yang di hadapi.
D. Hasil Uji Kualitas Data
1. Uji validitas
Adapun hasil uji validitas di tunjukan pada tabel 4.19 sebagai berikut :
Tabel 4.21
Hasil Uji Validitas
55
Variabel Item R hitung R tabel Keterangan
Karakteristik
Rumah Tangga
P1 0,506 0,208 Valid
P2 0,599 0,208 Valid
P3 0,528 0,208 Valid
P4 0,371 0,208 Valid
P5 0,450 0,208 Valid
Potensi
Zakat
P6 0,614 0,208 Valid
P7 0,336 0,208 Valid
P8 0,320 0,208 Valid
P9 0,273 0,208 Valid
P10 0,744 0,208 Valid
Pengentasan
Kemiskinan
P11 0,586 0,208 Valid
P12 0,469 0,208 Valid
P13 0,738 0,208 Valid
P14 0,464 0,208 Valid
P15 0,667 0,208 Valid
Berdasarkan output di atas diketahui untuk r hitung P1 adalah sebesar
0,506, P2 sebesar 0,528, P3 sebesar 0,528, P4 sebesar 0,371, P5 sebesar 0,450, P6
sebesar 0,614, P7 sebesar 0,336, P8 sebesar 0,320, P9 sebesar 0,273, P10 sebesar
0,774, P11 sebesar 0,586, P12 sebesar 0,469, P13 sebesar 0,738, P14 sebesar
0,464 dan P15 sebesar 0,667. Hasil tersebut menunjukan bahwa pertayaan no 1
sampai denga 15 valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel yaitu
0,208 Dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang berjumlah 15 signifikan.
56
2. Uji Reliabilitas
Hasil uji reabilitas ditunjukan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.21
Hasil Uji Reabilitas
No item Cronbach’s Alpha Keterangan
XI 0,204 Reliabel
X2 0,118 Reliabel
Y 0,057 Reliabel
Dari tabel di atas untuk reabilitas dapat dilihat bahwa nilai
cronbach’s alpha’s masing-masing item X1 di atas 0,204, untuk X2 dapat
dilihat bahwa nilai cronbach’s alfa masing-masing item 0,118 dan Y dapat
dilihat bahwa nilai cronbach”s alfa 0,057 atau secara keseluruhan
instrument di nyatakan reliable karena nilai alfa yang sudah mendekati
indeks 1 (satu) semakin mendekati indeks 1, maka tingkat reliable semakin
baik. Jadi sebagai kesimpulan maka 15 item pertanyaan yang digunakan
telah memenuhi syarat uji validitas dan reabilitas.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang
telah di standarisasi pada model regresi normal atau tidak. Data
berdistribusi normal jika data akan mengikuti arah garis diagonal dan
menyebar fisekitar garis diagonal. Nilai residual dikatakanberdistribusi
57
normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati
nilai rata-rata. Berikut adalah hasul uji normalitas dengan
mengunggunakan pengelolaan SPSS.
Gambar 4.2
Berdasarkan Gambar di atas, terlihat bahwa penyebaran data
menyebar disekitar garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi
normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas bertujuan apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau
tidak heteroskedasitas. Dasar analisisnya jika terdapat pola tertentu,seperti
titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit) maka mengenditifikasikan telah terjadi
58
heteroskedasitas. Sedangkan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
titiknya menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbuh Y, maka
tidak terjadi heteroskedasitas.
Untuk melihat hasil heteroskedasitas penelitian ini, berikut peneliti
sajikan dalam ganbar 3 :
Gambar 4.3
Pada gambar di atas, garis scatterplot menunjukan bahwa data tersebut
di atas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat pola
yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedasitas pada model regresi, sehingga model regresi layak
digunakan untuk memprediksi pengentasan kemiskinan berdasarkan
variable yang mempengaruhinya, yaitu karakteristik rumah tangga dan
potensi zakat.
Pada hasil uji kualitas data di atas dapat dilihat bahwa semua instrument
pada penelitian ini dapat dijadikan alat penelitian yang layak. Hal ini
didasarkan pada keterangan yang menyatakan VALID dan RELIABEL
59
pada setiap item pertanyaan yang telah diuji pada software SPSS. Pada uji
asumsi klasik, uji normalitas dilakukan dengan melihat grafik normal
probability plot berdasarkan hasil uji di atas, data dalam penelitian ini
dapat di katak an terdistribusi secara normal.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil akhir dan pembahsan dalam penilitian ini dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik rumah tangga pada penerima zakat didasarkan pada keadaan
rumah tangga itu sendiri dilihat dari keadaan ekonomi, tingkat pendidikan
tingkat kesehatan, serta banyaknya tanggungan setiap kepala keluarga.
Masyarakat yang berhak menerima bantuan dana zakat itu sendiri antara lain
muallaf, fakir miskin, budak (tetapi tidak ada perbudakan), orang yang dililit
hutang karna berjuang dijalan allah SWT.
2. Dalam usaha mengentasan kemiskinan melalui zakat, BAZNAS (Badan
Amil Zakat Nasional) Kota Makassar secara umum memiliki dua bentuk
program yaitu bantuan dana konsumtif dan bantuan dana produktif. Adapun
bantuan dana komsumtif yaitu bantuan yang langsung dibagikan kepada
maustahik, dan adapun bantuan dana zakat produktif adalah bantuan kepada
mustahik dalam bentuk usaha bergulir. Dua jenis usaha ini telah berjalan
meskipun belum terlalu maksimal disebabkan banyaknya kendala yang di
hadapi.
61
B. SARAN
1. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau sesuai perencanaan yang
telah di rencanakan jadi penyusun manajemen selanjutnyabisa lebih diteliti
dan dan harus melihat faktor-faktor penghambat sebelumnya.
2. Hasil penelitian ini memberikan implikasi pada BAZNAS (Badan Amil
Zakat Nasional) Kota Makassar. Mengoptimalkan pengelolaan dan
memaksimalkan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat
terus di tingkatkan, maka dapat dijadikan zakat benar-benar berpotensi
dalam mengentaskan kemiskinan.
62
DAFTAR PUSTAKA
Aath-Thawi. (1985). Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-Negara
Muslim, Terj.Muhammad Bagi. Bandung: Cet 1. Mizan
Basri, Faisal. (2002). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Didin, Hafiduddin. d. (2002). Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema
Insani.
Efendi, T. N. (1993). Sumber Daya Manusia, peluang Kerja dan Kemiskinan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fananny, A. E. (2005). wahbah al-ZuhaῙlῙ Zakat Kajian Berbagai Mazhab.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Gazi, I. (2003). Teori Komprehensip Tentang Zakat dan Pajak. Jakarta: Tiara
Wacana.
Hasan, M. A. (2008). Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema
Sosial di Indonesia. Jakarta: Ed. 1. Cet 2; Kencana
Kemiskinan Dekat Dengan Kekufuran. Diakses pada Desember 5, 2019, dari
http://Islam.nu.or.id/
Kontur, R. (2007). Metode Penelitian Untuk Penukisan Skripsi dan Tesis.
Jakarta: PPM.
Mas'ud, M. d. (2005). Zakat dan Kemiskinan: Instrumen pemberdayaan ekonomi
umat. Yogyakarta: UII Press.
Nu'aim, H. R. (n.d.). dalam Hilyatul Auliyah (3/53 dan 109).
Nugroho, H. (1995). Kemiskinan Ketimpangan dan Perberdayaan: dalam
Kumpulan Makalah Kemiskinan dan Kesenjanagan di Indoneisa.
Yogyakarta: Aditya Media.
Profil BAZNAS Makassar. Diakses pada November 12, 2019, dari
http//www.baznasmakassar.com
Qadir, A. (1998). Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Qardawy, Yusuf. (1996). Konsepsi Islam Dalam Mengentaskan Kemiskinan.
Surabaya: PT Bina Ilmu.
Sejarah BAZNAS Kota Makassar. Diakses pada Juli 29, 2020 dari
http//www.baznasmakassar.com
Siregar, S. (2012). Statistik Parametrik. Jakarat: Bumi Aksara.
63
Sugiono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Suparlan, P. (1995). Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: YayasanObor Indonesia.
Syaltout, M. (1996). Min Taujihat al_Islam,. Cairo: Dar al-Qalam.
Tafsir ayat. Diakses pada 15 desember 2019, dari https://tafsiq.com/9-at-
taubah/ayat-60
Umar, H. (2001). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.