Karakter Wirausaha - UNPrepository.unp.ac.id/27208/1/KarakterWirausaha-Full 1.pdfKewirausahaan...
Transcript of Karakter Wirausaha - UNPrepository.unp.ac.id/27208/1/KarakterWirausaha-Full 1.pdfKewirausahaan...
Karakter Wirausaha
ii
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA
Pasal 9
(1) Pencipta atau pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki Hak Ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; g. Pengumuman Ciptaan;
(2) Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
(3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan.
Pasal 113
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
iii
KARAKTER WIRAUSAHA
Dra. Asmar Yulastri, M.Pd., Ph.D
iv
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang keras memperbanyak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis
dari Penerbit. © 2019, Penerbit Alfabeta, Bandung
Kwr27 (x + 108 Hal) 16 x 24 cm
Judul Buku : Karakter Wirausaha
Penulis : Dra. Asmar Yulastri, M.Pd., Ph.D
Penerbit : ALFABETA, cv Jl. Gegerkalong Hilir No. 84 Bandung Telp. (022) 200 8822 Fax. (022) 2020 373 Website: www.cvalfabeta.com Email: [email protected] Mobile/Message: 081.1213.9484
Cetakan Tahun : 2019
ISBN : 978-602-289-597-8
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat serta hidayahnya
sehingga kami dapat selesai menyusun buku ini dengan judul
“Karakter Wirausaha”. Tujuan di buatnya Buku ini sebagai
sumber ilmu lain yang dapat masyarakat dapatkan dengan buku
ini. Di dalam buku ini dibagi tiga bagian yang berisi berkaitan
dengan karakter unggul wirausaha, pendidikan karakter
wirausaha, dan pengukuran karakter wirusaha
Pada dasarnya penyusunan buku ini juga sebagai
wacana bagi kami untuk tetap selalu belajar, dan sebagai bahan
literature bagi masyarakat terkait dengan karakter wirausaha.
Karakter wirausaha merupakan sifat atau karakter yang
dimiliki oleh seorang wirausaha. Hal ini perlu diketahui oleh
masyarakat apakah sifat atau karakter itu bisa diperoleh melalui
pendidikan dan pelatihan atau merupakan bawaan, dan
bagaimana cara mengetahuinya.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihat, yang telah membantu dalam
menyelesaikan buku ini. Kedepan, semoga buku ini bermanfaat
bagi masyarakat dan mampu menjadi acuan dalam
meningkatkan dan menumbuhkembangkan karakter wirausaha
masyarakat.
vi
Tidak ada gading yang tak retak, kami menerima semua
komentar, kritik, saran dan pesan-pesan yang dapat
membangun kami untuk lebih baik dalam mengeluarkan edisi
buku yang berikutnya.
Padang, Desember 2019
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Prakata ...................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................... vii
Daftar Tabel ............................................................................... ix
Daftar Gambar ............................................................................ x
BAB I KARAKTER UNGGUL WIRAUSAHA ................................ 1
A. Pengertian Karakter ............................................... 2
B. Konsep Wirausaha ................................................. 6
C. Karakter Unggul Wirausaha .................................... 12
D. Psikometri Tes Indeks Kewirausahaan Pelatihan Smart Intrepreneur Model (SEM) ........................... 19
E. Psikologi Seorang Wirausaha ................................. 26
BAB II PENDIDIKAN KARAKTER WIRAUSAHA......................... 28
A. Pendidikan Wirausaha ......................................... 28
B. Pendidikan Wirausaha di Indonesia ..................... 31
C. Model Pendidikan Kewirausahaan berbasis Karakter ............................................................... 36
D. Upaya Pembentukan Karakter Wirausaha di Lingkungan keluarga ........................................... 43
E. Upaya Pembentukan Karakter Wirausaha dilingkungan Pendidikan ..................................... 50
F. Upaya Pembentukan Karakter Wirausaha dilingkungan Masyarakat ..................................... 66
BAB III PENGUKURAN KARAKATER WIRAUSAHA .................. 71
A. Indikator Karakter Wirausaha .............................. 71
B. Pengembangan Instrumen Karakter Wirausaha ... 77
C. Pengukuran Karakter Wirausaha ......................... 87
C. Penelitian Karakter Wirausaha ............................ 94
viii
Daftar Referensi ......................................................................... 102
Penulis ....................................................................................... 108
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Prosedur Pelaksanaan Tes Psikometri Peserta Pelatihan .................................................................... 23
Tabel 2. Skor Penilaian Instrumen Karakter Wirausaha Teori Frederick dan Kuratko ................................................ 81
Tabel 3. Instrumen Karakter Wirausaha berdasarkan Teori Model Big-5 ................................................................ 86
Tabel 4. Prosedur Pelaksanaan Tes Psikometri Peserta Pelatihan .................................................................... 88
Tabel 5. Hasil Tes PIKEN (Pretest) .......................................... 88
Tabel 6. Deskripsi Hasil Tes PIKEN (Pretes) ........................... 90
Tabel 7. Hasil Tes PIKEN (Postest) ......................................... 91
Tabel 8. Deskripsi Hasil Tes PIKEN (Pretes) ........................... 92
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Histogram Rata-rata Hasil TEs PIKEN (Pretest) ..... 89
Gambar 2. Histogram Rata-rata Hasil PIKEN (Postest) ........... 92
Gambar 3. Perbedaan Pretes Postesy dan Selisih Hasil tes PIKEN ................................................................... 93
1
1 KARAKTER UNGGUL
WIRAUSAHA
Karakter, secara bahasa diartikan dengan tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang dimiliki seseorang
sehingga membedakannya dari orang lain. Berkarakter berarti
mempunyai suatu tabiat tertentu. Karna itu buku ini akan
membahas tabiat, perilaku atau sifat kejiwaan yang dimiliki
seorang wirausaha yang menjadi ciri seseorang dalam aktivitas
wirausaha yang dilakukannya. Karakter yang dimiliki seorang
wirausaha memainkan peran penting dalam kesuksesan yang akan
diraih. Karena seorang wirausaha adalah pimpinan, pembuat
keputusan, dan pengendali keadaan dalam usaha yang dilakukan,
maka sifat kepribadian mereka mempengaruhi arah
perkembangan masa depan usaha yang dimiliki.
2
A. Pengertian Karakter dan Komponen Karakter
Seperti yang telah dikemukakan bahwa karakter adalah
tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang dimiliki
seseorang sehingga membedakannya dari orang lain. Penting
untuk memahami apakah seseorang memiliki karakter wirausaha
atau tidak, karena peran penting yang dimainkan oleh seorang
wirausaha dalam membangun dan mempertahankan kegiatan
ekonomi pada lingkungan kecil ataupun skala besar.
Wirausaha memiliki peran utama sebagai penyelamat bisnis
negara. Tidak akan kuat gerak ekonomi suatu negara tanpa peran
wirausaha didalamnya. Gebrakan berdasarkan ide dan inovasi
yang dilakukan seorang wirausaha mampu mengubah keadaaan.
Maka peran ini harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
karakter utama yang dianggap sebagai generator penting
pembangunan ekonomi.
Berdasarkan pandangan pakar ilmu psikologi mengenai
makna karakter dinyatakan bahwa karakter merupakan nilai dasar
yang membangun kepribadian seseorang, terbentuk menjadi baik
karena pengaruh hereditas (keturunan) maupun pengaruh dari
lingkungannya yang akhirnya membedakan diri seseorang dengan
orang lain, kemudian pembentukan ini terwujud dalam sikap dan
perilaku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari (Samani &
Hariyanto, 2011). Sedangkan Wibowo (2012) menyatakan bahwa
karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri
khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Bermakna
3
bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda
atau individu.
Sebagai suatu ciri khas, karakter mengakar dalam
kepribadian suatu individu yang akhirnya menjadi mendorong
seseorang dalam bertindak, bersikap, berkata dan menimbulkan
respon akan sesuatu. Maksudin (2011) menyatakan bahwa
karakter adalah ciri khas setiap individu terkait dengan jati dirinya
(daya qalbu), yang merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah,
cara berpikir, cara berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah)
hidup seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga,
masyarakat, bangsa maupun negara.
Setelah menelaah beberapa pengertian karakter yang
dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah
suatu yang terdapat pada diri individu yang menjadi ciri dan
identitas dirinya yang membuat tanda dan keberbedaannya
dengan manusia lain, karakter terbentuk dari pembawaan lahir
dan pengaruh lingkungan. Karakter yang menjadi ciri khas didalam
diri seseorang ini berguna untuk menjalani tantangan hidup dan
pekerjaan untuk dapat berinteraksi dalam lingkungan.
Setiap pribadi manusia memiliki karakter yang berbeda,
karakter menjadi dimensi keunikan dan keberbedaan manusia
dengan manusia lainnya. Dimensi karakter sebagai suatu keunikan
didalam diri manusia ini memiliki komponen-komponen, menurut
Lickona (2012) terdapat tiga komponen karakter yang menjadikan
manusia menjadi baik, yaitu
a. Pengetahuan Moral yang terdiri dari aspek
4
1) kesadaran modal untuk melihat suatu dengan memikirkan
secara cermat untuk melakukan satu tindakan yang benar
2) pengetahuan nilai moral yang mengatur perilaku manusia
untuk menghargai kehidupan dan kemerdekaan, sikap-
sikap baik seperti kejujuran, keadilan, toleran,
tanggungjawab, disiplin, integritas, penghormatan dan
seluruh cara tentang menjadi pribadi yang baik.
3) Penentuan perspektif yang merupakan kemampuan
manusia untuk mengambil sudut padang orang lain dalam
bereaksi merasakan masalah yang sama.
4) Pemikiran Moral yang baik dalam melakukan suatu
tindakan
5) Pengambilan Keputusan reflektif
6) Pengetahuan mengetahui tentang diri sendiri, untuk
memiliki kekuatan dan kesadaran dalam mengkonpensasi
kelemahan diri sendiri.
b. Perasaan moral akan sifat emosional yang memiliki aspek
1) Hati nurani, dengan empat sisi yaitu sisi kognitif untuk
mengetahui apa yang benar, sisi emosional untuk merasa
berkewajiban melakukan apa yang benar, pemahaman
terhadap kewajiban moral, kemampuan untuk merasa
bersalah yang membangun.
2) Harga diri berdasarkan pada nilai-nilai tanggung jawab,
kejujuran, dan kebaikan serta berdasarkan pada keyakinan
kemampuan diri mereka sendiri demi kebaikan.
3) Empati merupakan identifikasi dengan atau pengalaman
yang seolah-olah terjadi dalam keadaan orang lain.
5
4) Mencintai hal yang baik dan perasaan senang melakukan hal
yang baik.
5) Kendali diri atas emosi yang berlebihan.
6) Kerendahan hati yang merupakan sisi afektif pengetahuan
pribadi.
c. Tindakan moral merupakan hasil atau outcome dari dua bagian
karakter lainnya. Tindakan moral merupakan implementasi
dari pengetahuan dan perasaan moral. Aspek dari tindakan
moral adalah
1) Kompetensi moral adalah kemampuan untuk mengubah
penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang
efektif.
2) Keinginan pada pilihan yang benar dalam situasi sulit.
3) Kebiasaan dalam situasi yang besar, dorongan melakukan
suatu tindakan yang benar dalam situasi yang besar karena
adanya kebiasaan berlaku moral yang benar. Hal ini
dipengaruhi oleh perilaku yang berulang yang menjadi
kebiasaan.
Komponen pembentukan karakter yang baik dalam diri
seseorang seperti yang telah dikemukakan di atas, menjadi dasar
ilmu dalam pembentukan karakter seorang wirausaha. Pada
stuktur yang dijelaskan dalam kajian teoritis tersebut dinyatakan
bahwa seseorang akan memiliki karakter baik dalam dirinya jika
tercukupi komponen pengetahuan moral akan kebenaran,
perasaaan moral dalam berlaku kebenaran yang akan
terimplementasi dalam tindakan moral yang benar. Dalam kaitan
6
karakter wirausaha, komponen pembentukan karakter moral
sebaiknya terlebih dahulu dikembangkan untuk menjadi landasan
berfikir mengenai pembentukan karakter wirausaha. Bahwa
seseorang akan mampu berlaku baik jika memiliki pengetahuan
akan moral dan karakter, perasaan moral dan sikap emosional
dalam berlaku benar dan kemampaun dalam tindakan moral yang
benar, termasuk dalam ilmu berwirausaha.
Pendekatan dalam ilmu kewirausahaan salah satunya
adalah pada pembentukan karakter wirausaha. Upaya ini penting
dilakukan sebelum pembejaran sampai pada proses dan aktivitas
berwirausaha. Ada baiknya landasan berfikir pendidikan
wirausaha terlebih dahulu menguatkan pada komponen karakter
wirausaha. Karakter wirausaha yang telah terbentuk akan
mempengaruhi proses dalam aktivitas wirausaha yang lebih
terarah.
B. Konsep Wirausaha
Kewirausahaan bermanifestasi dalam aktivitas ekonomi,
perilaku dan aktivitas wirausaha yang mencakup kegiatan formal
dan informal dapat menciptakan kesejahteraan bagi pewirausaha
sendiri dan bahkan pada orang-orang yang terlibat didalam
kegiatannya. Pada gilirannya, kewirausahaan dapat berkontribusi
pada pembangunan ekonomi melalui perusahaan-perusahaan
yang tumbuh dan berfungsi sebagai sumber pendapatan dan
mendatangkan lapangan pekerjaan bagi suatu populasi. Beragam
potensi manfaat dari kewirausahaan merangsang keputusan
individu untuk menjadi pribadi yang kuat dan tangguh dalam
7
berwirausaha. Untuk itu pendidikan dan pelatihan kewirausahaan
adalah program yang patut didukung oleh segala pihak agar dapat
memberikan outcomes aktivitas wirausaha diberbagai jenis dan
tingkat pendidikan dimasyarakat khususnya di perguruan tinggi.
Wirausaha merupakan subjek dalam melaksanakan
aktivitas atau proses dari kegiatan berwirausaha. Uraian definisi
dari istilah Kewirausahaan dapat dikenali melalui definisi-definisi
secara epistimologi. Dalam makna kata Wirausaha berasal dari dua
kata “wira” dan “swasta”. Kata wira memiliki kesamaan kata
dengan perwira, kesatria atau seseorang yang memiliki keberanian
besar. Sedang istilah swasta berdasarkan arti katanya merupakan
suatu bidang yang tidak dikuasai oleh pemerintah (non
goverment).
Dengan demikian makna kata dari keduanya adalah seorang
atau sekelompok orang yang memiliki keberanian besar dalam
kegiatan usaha yang bukan milik pemerintah. Makna
penggabungan kedua kata tersebut menyiratkana arti bahwa
wirausaha adalah personal yang menjalankan usaha bukan milik
pemerintah atau negara. Sedangkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Tim Penyusun Kamus, 2012), Wirausaha diidentikan
dengan wiraswasta, sehingga wirausahawan dapat disebut sebagai
orang yang pandai atau berbakat mengenalkan produk baru,
menentukan cara produksi baru, dan menyusun pedoman operasi
untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur
permodalan operasinya”.
Meredith, et.al. (2002) mengatakan wirausaha adalah
orang-orang yang mempunyai kemampuan, melihat dan menilai
8
kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang
dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya serta
mengambil tindakan yang tepat, guna memastikan kesuksesan.
Kasmir (2011), menyatakan bahwa “Secara sederhana arti
wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan”. Ganefri (2017) menyatakan bahwa wirausaha
(entrepreneur) adalah personal yang memiliki hubungan erat
dengan aktifitas kreatif, memiliki kemampuan memimpin orang-
orang untuk mencapai visi selain ia juga harus menaggung resiko.
Jika ditelusuri kembali istilah wirausaha ini terkait dengan
karakter unggul seorang satria. Wira adalah penggambaran
kepribadian tangguh dalam diri seseorang. Penulis berasumsi pula
bahwa wirausaha menggambarkan karakter seseorang, dengan
arti bahwa jika mendengar istilah wirausaha atau seseorang yang
dipanggil dengan sang wirausaha akan tergambar karakter unggul
didalam dirinya. Menyebut predikat wirausaha pada seseorang
maka berarti telah menyatakan suatu bentuk karakter unggul yang
dimilikinya.
Sedangkan bagaimana seorang wirausaha bekerja dapat
dipandang dari individunya yang memiliki kemampuan dalam
menciptakan bisnis baru, menanggung sebagian besar risiko dan
menikmati sebagian besar penghargaan. Pengusaha umumnya
dilihat sebagai inovator, sumber ide-ide baru, barang, jasa, dan
prosedur baru dalam menjalankan bisnis.
Sampai saat ini kesepakatan makna tentang istilah
wirausaha masih belum dapat dirumuskan. Banyak pakar
9
mengartikan siapa wirausaha dengan versi yang berbeda-beda.
Namun umumnya karakter muncul dalam pengistilahan yang
dimaknai. Wirausaha umumnya diartikan sebagai watak, sikap,
karakter atau ciri yang melekat dalam diri seseorang yang memiliki
keinginan yang keras dalam membangun usahanya.
Beberapa istilah kunci yang dapat dilekatkan dengan
wirausaha adalah:
1) Seseorang yang memiliki karakter unggul dalam
memberdayakan keunggulan yang ada dalam dirinya untuk
membentuk suatu usaha
2) Seseorang yang mengambil resiko melalui bisnis baru yang
dikembangkannya
3) Seseorang yang memiliki fungsi dalam menyebarluaskan
kesempatan kerja kepada masyarakat
4) Seseorang yang memiliki watak unggul untuk bertahan dalam
menghadapi segala resiko saat melaksanakan usahanya
5) Seseorang yang melaksanakan usaha dengan resiko yang tinggi
namun juga mendapatkan keuntungan yang tinggi dari resiko
usahanya.
6) Seseorang yang memiliki pemikiran dan gagasan baru dalam
proses usaha yang dilaksanakannya
7) Seseorang yang kaya dengan inoavasi dan mewujukan
kesuksesan usahanya melalui inovasi yang dilakukan.
Pandangan-pandangan tentang konsep wirausaha telah
dikemukakan oleh para ahli dan melalui pengistilahan. Wirausaha
tidak dapat dikunci pada satu pengertian saja, prinsipnya
10
pandangan-pandangan tentang makna wirausaha jika dijabarkan
harus memahami terlebih dahulu dari sisa mana definisi wirausaha
di kemukakan, apakah dari sisi karakternya, proses kegiatannya
atau dari fungsinya dalam kehidupan sosial. Namun penulis
berasumsi bahwa seorang wirausaha dipastikan memiliki
sebentuk karakter dalam kepribadian unggul dan tangguh
sehingga dia mampu mempertahankan kemelut dan kesulitan
bertahan dalam proses usaha yang dilakukannya dengan tanggung.
Wirausaha memiliki ketajaman dalam berfikir yang akhirnya
dituangkan dalam inovasi dan keunggulan, tidak hanya keunggulan
dari segi ide akan konten atau produk maupun jasa yang
dihasilkannya namun juga pada proses pembuatan, proses
memasarkan dan proses manajerial usaha yang dilakukannya.
Jika wirausaha adalah personal yang melaksanakan aktvitas
usaha, maka Kewirausahaan adalah sebentuk aktivitasnya dalam
arti umum. Kewirausahaan dikenal pada lingkungan akademik
sebagai suatu disiplin ilmu yang tertuang dalam satuan mata
kuliah. Hasil dari suatu kegiatan pembelajaran Kewirausahaan
sebagai suatu disiplin ilmu adalah pengetahuan, sikap dan perilaku
serta keterampilan dalam berwirausaha.
Layaknya sebagai satu disiplin ilmu Kewirausahaan
memiliki teoeri-teori yang dikembangkan untuk dipelajari, dapat
berasal dari kajian penelitian ilmiah, pemikiran para pakar,
pengalaman berulang, konsep pemikiran berdasarkan sejarah dan
sebagainya. Ilmu Kewirausahaan hadir untuk memberikan bekal
pengetahuan kepada akademisi dan mahasiswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran Kewirausahaan. Kewirausahaan adalah hasil
11
dari suatu disiplin ilmu serta aproses penerapan kretivitas dan
inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang (Zimmerer,
2008).
Definisi kewirauahaan dikemukakan oleh Suryana (2010)
yang menyatakan bahwa Istilah Kewirausahaan pada hakekatnya
adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan
dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara
kreatif, Zimmerer (2008), kewirausahaan merupakan penerapan
kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan
upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari-hari.
Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian
dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara
kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.
Kewirausahaan pada saat ini telah menjadi primadona
dalam kehidupan manusia. Tidak tabu untuk berwirausaha pada
abad milenial telah ditunjukkan kalangan muda saat ini. Hal ini
mematahkan prinsip kegiatan wirausaha teori lama yang
menyatakan bahwa kewirausahaan tidak dapat dipelajari, namun
kemampuan wirausaha adalah suatu bentuk hereditas yang
diwariskan. Pandangan negatif ini lama bersemayam
dimasyarakat, akibatnya kewirausahaan tidak dipandang sebagai
suatu disiplin ilmu yang patut dipelajari, namun hanya dapat
diwarisi. Numun saat ini manusia tidak dapat dicegah untuk
mempelajari ilmu kewirausahaan, saat ini manusia memandang
bahwa berwirausaha adalah suatu kebutuhan. Pemenuhan
kebutuhan yang harus diselaraskan dengan pengetahuan dan ilmu
tentang aktivitas kewiraushaaan.
12
C. Karakter Unggul Wirausaha
Karakter adalah suatu faktor yang memainkan peran dalam
keberhasilan seseorang, karakter adalah penentu tindakan yang
adalah implementasi dari pengetahuan dan tanggapan sikap moral
pada suatu keadaan. Karakter menentukan bagaimana seseorang
bertindak untuk dirinya dan untuk orang lain. Karakter ditentukan
oleh faktor internal dan faktor eksternal yang membentuk
kebiasaan dari seseorang.
Nilai-nilai yang dipegang oleh individu atau komunitas
menjadi pembeda antara karakteristik individu atau masyarakat
(Komala, 2011). Kebiasaan yang menjadi bentukan dan hasil suatu
budaya pada suatu kelompok manusia memandu perilaku manusia
pada suatu pengetahuan dan sikap. Demikian pula nilai-nilai yang
terkandung dalam suatu masyarakat menjadi penentu asumsi
perilaku kelompok dan individu tersebut. Tak jarang karakter yang
terbentuk dari diri seseorang dipengaruhi oleh budaya dan suatu
etnis.
Demikian pula perilaku wirausaha, pembentukan perilaku
ditentukan pula oleh adanya nilai budaya dan pembiasaan didalam
diri seseorang berdasarkan kebiasaan dan budaya yang
berkembang dari etnisnya. Walau demikian di Indonesia terdapat
beberapa etnis yang diyakini memiliki karakter unggul para
wirausaha. Namun masing-masing karakter memunculkan ciri
yang berbeda. Hal ini menjadi dasar pembenaran teoritis bahwa
manusia ditentukan oleh lingkungan pembentuknya berdasarkan
teori empirisme.
13
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Hastuti, et.al (2015)
yang mengungkapkan bahwa terdapat beberapa karakter unggul
wirausaha etnis minang. Karakter yang menonjol tersebut adalah
adanya kepercayaan diri, kerja keras, perhitungan yang
cermat/ekonomis, kemerdekaan, keuletan, kontribusi untuk
keluarga, konsistensi, kecerdikan, keluwesan, dan berani
menghadap tantangan bisnis. Dalam penelitian ini Hastuti et.al
menyatakan bahwa karakteristik dipengaruhi oleh etnik dan
budaya darimana seorang berasal. Kesuksesan seorang wirausaha
minang dalam mengembangkan dan mempertahankan bisnis
restoran Padang yang dilakoni banyak dinominasi oleh
karakteristik asal daerah yang umumnya dimiliki masyarakat suku
Minangkabau dari Sumatera Barat.
Penelitian yang dilakukan oleh Sutanto dan Nurrachman
(2018) tentang perbedaan makna dari kewirausahaan pelaku
wirausaha etnis minang, jawa dan thionghoa mengemukakan
beberapa hasil bahwa terdapat pemaknaan berbeda akan
kewirausahaan berdasarkana alasan berwirausaha pada tiap etnis.
Pada wirausahawan Jawa terdapat tiga alasan menonjol yakni: “(1)
kesesuaian dengan kepribadian; (2) idealisme dan pemberdayaan
masyarakat; serta (3) penyaluran hobi. Pada wirausahawan
Minang alasan yang melatari mereka berwirausaha adalah keadaan
ekonomi serta mengikuti tren di lingkungan.”
Wirausaha etnis Tionghoa mengemukakan tiga alasan untuk
berwirausaha yakni: “(1) budaya berwirausaha di keluarga; (2)
pertimbangan finansial jangka panjang; “dan (3) kebebasan.
“Ketiga, studi dua juga menemukan bahwa nilai dan hal yang
14
diyakini penting bagi wirausahawan antar etnis pun berbeda.”
Pada wirausahawan Jawa yang penting adalah kebermanfaatan,
strategi dan manajemen, pantang menyerah, kejujuran, dan
‘nrimo’.
Sedangkan wirausahawan pada wirausaha etnis Minang,
mengemukakan alasan beriwausaha adalah relasi dengan orang
lain, kesalehan pada agama, kerja keras, serta kecintaan pada
kampung halaman. Pada wirausahawan Tionghoa, yang dianggap
penting adalah kebermanfaatan, pantang menyerah, kreativitas,
dan kesabaran. Kajian penelitian-penelitian tentang karakter
wirausaha yang dipengaruhi oleh etnisnya menguatkan bahwa
pembentukan karakter wirausaha dalam diri seseorang atau
sekelompok orang dipengaruhi oleh faktor budaya yang
membentuk karakter tersebut.
Aktivitas wirausaha yang penuh dengan ambiguitas, kejutan
dan pasang surut kemajuan usaha yang ditentukan oleh keadaan
dan keputusan-keputuan berdasarkan keadaan suatu negara dan
masyarakat. Hal ini menuntut seorang wirauaha harus berhasil
bertahan hidup dan memenuhi harapan dan tujuan pemilik.
Situasinya adalah dibutuhkan kepribadian tanggung dari
seorang wirausaha dalam setiap situasi yang terjadi didalam
aktivitas usahanya. Kepribadian wirausahawan memainkan peran
penting dalam pengelolaan usahanya. Karena wirausaha adalah
pemimpin, maka sifat kepribadian mereka mempengaruhi arah
perkembangan masa depan perusahaannya. Keputusan untuk
menjadi wirausaha datang seiring dengan adanya tuntutan akan
15
kemampuan membaca peluang dan masalah pada kehidupan dan
dunia sekitar.
Seseorang yang ingin menjadi wirausaha harus memenuhi
prasyarat tertentum terdapat kemampuan-kemampuan tertentu
untuk seseorang yang ingin mendapatkan kesuksesan dalam
berwirausaha. Dalam tiga kompetensi utama menjadi seorang
wirausaha dikemukakan bahwa pengetahuan, sikap dan
keterampilan berperilaku wirausaha adalah wajib dimiliki seorang
wirausaha. Pengtahuan siap dan keterampilan dapat diartikan
sebagai kompetensi dalam kinerja yang harus dimiliki wirausaha.
Karakter adalah ciri pribadi yang melekat pada seorang
wirausaha. Karakter membedakan seseorang wirausaha kelompok
non wirausaha. Banyak teori yang mengemukakan karakter unggul
seorang wirausaha yang mengantarkannya pada kesuksesan.
Beberapa teori dikemukakan sebagai berikut:
1. Veber et al., (2005) menyatakan ciri-ciri pribadi seorang yang
dapat sukses berwirausaha adalah mereka yang memiliki
atribut yang mencirikan kepribadian umum seperti dapat
dipercaya, kejujuran, keadilan, kepatuhan terhadap prinsip,
konsistensi, kesopanan, pertimbangan, ketepatan, dan juga
beberapa pribadi yang spesifik seperti memiliki ketegasan,
ketaatan, semangat inisiatif, orientasi tujuan, kegigihan,
kemandirian, tanggung jawab, ketekunan, dan keterampilan
sosial.
2. Frese dan Gielnik (2014), mengemukakan bahwa wirausaha
harus mampu memiliki fitur beberapa kepribadian pribadi
atau sekelompok orang yang yang menunjukkan kemampuan
16
untuk bertindak sebagai investor, penemu, akuntan, penyelidik
sengketa, pemimpin, teknologi, spesialis pemasaran dan
penjual top. Hal ini bermakna bahwa seorang wirausaha
sedapat mungkin memiliki kemampuan atau keterampilan
yang ditunjukkan oleh beberapa profesi sekaligus. Seorang
wirausaha harus cerdas dalam beberapa kemampuan yang
dapat meminimalisir kegagalan dalam usahanya.
3. Hines (2004) meyakini setidaknya ada 9 karakteristik lain
selain dari karakter jujur, cerdas, terampil dan berpendidikan
tinggi di bidang usaha pilihannya, yaitu energi yang tinggi, ego
untuk maju, keberanian mengambil keputusan, antusiasme,
keinginan untuk menghasilkan uang, kreativitas, sumber daya,
keuletan dan kualitas kepemimpinan.
4. Ugalde-Binda et al. (2014) menunjukkan bahwa faktor
keberhasilan paling sering yang disebutkan oleh responden
yang menjadi sampel penilaian penelitian karakater wirausaha
adalah komitmen terhadap kualitas dan kerja keras, diikuti
oleh kemampuan beradaptasi akan perubahan, pengalaman
bisnis dan motivasi, serta ketekunan.
5. Zhao dan Seibert (2006) menemukan bukti bahwa seorang
wirausaha berbeda dari manajer dalam empat hal mendasar
pada bidang kepribadian yaitu neurotisme, kesesuaian,
keterbukaan terhadap pengalaman dan kesadaran.
6. Bruttel dan Fischbacher (2013), orang-orang sebagai
pemimpin dicirikan oleh keterampilan kognitif di atas rata-
rata dan sebagian besar adalah laki-laki. Mereka memiliki
preferensi yang kuat untuk efisiensi, kemurahan hati, dan
17
melawan ketidaksetaraan, berusaha untuk memaksimalkan
pribadi mereka manfaat moneter atau untuk mendapatkan
citra publik yang positif. Mereka memiliki keyakinan yang
akurat tentang sejauh mana yang lain akan mengikuti teladan
mereka, memiliki lokus internal kontrol dan lebih sabar.
7. Kuratko (2003) mengatakan ada 17 karakteristik yang melekat
pada diri enterpreneur yaitu: komitmen, dorongan kuat untuk
berprestasi, berorientasi pada kesempatan dan tujuan, inisiatif
dan tanggung jawab, pengambilan keputusan, mencari umpan
balik, internal focus control, toleransi terhadap ambiguitas,
pengambilan resiko yang terkalkulasi, integritas dan
reliabilitas, toleransi terhadap kegagalan, energi tingkat tinggi,
kreatif dan inovatif, visi, independen, percaya diri dan optimis,
membangun tim.
8. Prawirokusumo (2010) menulis lima belas karakteristik
adalah: creative, open mind (terbuka), patience (sabar), corage
(keberanian), coopetate, understand of leverage (menghargai
bantuan), honesty & integrity (jujur, integritas tinggi),
personalvision (mempunyai visi), ability to organize resources
(dapat mengelola sumberdaya), intuition (intuisi), believe in
idieas-motivation (mempunyai ide dan motivasi), action
orientation (orientasi kerja), risk taking (berani mengambil
resiko), independence (mandiri), individualism (percaya diri).
Kewirausahaan sangat dipengaruhi oleh bakat seseorang yang
diperolehnya sejak lahir, bakat tersebut dapat dikembangkan
melalui berbagai macam pengalaman dalam bidang kegiatan
18
individu. Tetapi metode penerapannya dapat dipelajari dan
ditiru setiap orang walaupun hasilnya sulit dapat diramalkan.
9. Tambunan (2014) menyebutkan bahwa kewirausahaan harus
memiliki karakter berikut: kesediaan untuk melayani, reputasi
yang baik. berpikir positif, dedikasi, kemampuan beradaptasi,
sikap belajar dengan berpikiran terbuka, kemampuan
manajerial yang efektif, termasuk mentoring yang efektif,
coaching, konseling, memfasilitasi dan jaringan.
10. Christopher (2014) menyatakan hal yang harus diperhatikan
seorang wirausaha jika ingin sukses dalam persaingan adalah
Pertama, memiliki pengetahuan dalam nilai ekonomi, terutama
dibandingkan dengan sifat yang lebih bersifat informasi.
Kedua, pengetahuan ditandai dengan asimetri acrosseconomic
agen; pengetahuan yang sama dapat ditugaskan atau memiliki
nilai yang diharapkan dengan economic agents yang berbeda.
Ketiga, pengetahuan sering membutuhkan komunikasi tatap
muka, meningkatkan transactioncosts.
Banyak teori yang menyatakan tentang karakter unggul
wirausaha. Aktivitas kewirausahaan memiliki banyak aspek karena
seorang wirausaha dituntut untuk mampu menyelesaikan
persoalan pada suatu unit usaha dalam periode waktu yang lama.
Memiliki karakter unggul sebagai seorang wirausaha bukanlah
suatu hal yang mudah. Butuh proses pembentukan karakter yang
lama, intens dan dalam dukungan lingkungan yang membentuknya.
Untuk itu keberadaan lingkungan keluarga, bentukan karakter
melalui jalur pendidikan dan lingkungan masyarakat yang
mensupport pembentukan karakter adalah suatu rantai yang
19
menentukan kehebatan karakter seorang wirausaha unggul.
Dibutuhkan kerjasama lingkungan-lingkungan ini untuk
mewujudkan karakter unggul tersebut.
D. Psikometri Tes Indeks Kewirausahaan Pelatihan Smart Intrepreneur Model (SEM)
1) Pelatihan Kewirausahaan Smart Entrepreneur Model
Model pelatihan kewirausahaan Smart Entrepreneur
Model yang disingkat dengan SEM adalah satu model pelatihan
yang dikembangkan sejak tahun 2017 di Universitas Negeri
Padang. Pengembangan model ini dilakukan untuk didanai dari
Kementrian Riset Teknologi dan Perdidikan Tinggi melalui
dana hibah dengan skim Penelitian Produk Terapan yang
dilakukan secara berkelanjutan selama dua tahun. Namun
kemudian implementasi dari model pelatihan ini dilakukan
melalui hibah Pengabdian Kepada Masyarakat dengan skim
Pengembangan Program Kewirausahaan pada tahun 2019.
Layaknya sebuah penelitian dan pengembangan, model
pelatihan kewirausahaan SEM ini telah melalui prosedur riset
R&D yang menyesuaikan dengan kaidah ilmiah. Pelaksanaan
penelitian, pengembangan hingga implementasi produk telah
berulang kali dilakukan dengan sampel berbeda. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahw model SEM ini layak
menjadi suatu role model yang baik untuk satu tujuan yang
sama di kampus-kampus lainnya.
SEM telah melalui proses validasi oleh ahli melalui
Forum Group Discussion (FGD) oleh pakar untuk menjaring
20
nilai validitas dan ketepatan model untuk menjadi satu model
pelatihan yang baik dan benar-benar teruji pada tahun 2017.
Revisi dilaksanakan semenjak awal penemuan dan rancangan
model hingga pada penerapan tahun 2018 dan tahun 2019,
yang mengakibatkan model SEM awal mengalami perubahan
pada beberapa bagian terutama pada syntax model. Model SEM
ditargetkan dapat digunakan pada selutuh universitas secara
nasional maupun internasional dengan karakteristik yang sama
dengan populasi mahasiswa Universitas Negeri Padang.
Saat ini model SEM telah diterapkan melalui beberapa
riset lanjutan dan program Pengabidan Kepada Masyarakat di
daerah-daerah khususnya di Sumatera Barat. Dengan
menggunakan produk pendamping penerapan berupa modul
pelatihan dan buku panduan model SEM yang selalu
diperbaharui diharapkan model ini mampu menjadi model
yang bermanfaat dalam memudahkan mahasiswa wirausaha
mencapai mind set wirausaha, perubahan karakter wirausaha,
hingga mampu menjadi wirausaha mandiri yang bermanfaat
bagi hidupnya dan masyarakat.
Model SEM dilakukan untuk membentuk domain
kemampuan secara kognitif, afektif dan psikomotor pada
akivitas wirausaha berdasarkan pengukuran indeks
kewirausahaan yang dimiliki peserta pelatihan. Prosedur
pelatihan yang utama adalah melakukan tes indeks
kewirausahaan pada peserta, kemudian berdasarkan hasil
indeks diinformasikan kepada mentor bahwa peserta memiliki
indeks kewirausahaan yang memiliki beragam karakter
21
wirausaha. Mentor diminta untuk memberikan arahan untuk
melatih peserta berdasarkan karakter wirausaha yang
dimilikinya. Dengan mengacu kepada masing-masing karakter
peserta bimbingan dan arahan mentor dilakukan hingga
hampir 3 bulan. Sebelum melakukan pementoran peserta
diberikan pelatihan dasar wirausuha terutama fokus pada mind
set dan pembentukan karakter unggul wirausaha, pelatihan
manajemen wirausaha dan aktivitas pemasaran wirausaha
berbasisi teknologi.
Selama pelatihan berangsung pengontrolan proyek
dilakukan melalui catatan harian yang diberikan kepada
peserta dan mentor pelatihan. Kerjasama dan bimbingan juga
dilakukan melalui media elektronik dan tatapa muka berkala.
Upaya-upaya yang dilakukan tersebut mengarah pada tujuan
bahwa pembinaan jiwa wirausaha harus dilakukan dengan
kerjasama yang bersinergi antara seluruh pihak yang dapat
mendukung kesuksesan dalam melakukan akivitas wirausaha.
Sesuai dengan konsep teori bahwa Latihan adalah
proses belajar dalam organisasi yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan maupun mengubah
perilaku Richaid W. Beatty dan Scneinar (1994). Idwin B. Flippo
yang dikutip oleh Hasibuan (2006:36), pengertian latihan
adalah: Training is the act increasing the knowledge and skill of
an employee for doing a pertikular job. Latihan adalah
merupakan suatu usaha meningkatkan pengetahuan dan
keahlian seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan
tertentu. Demikian dalam melaksanakan kegiatan pelatihan
22
wirausaha dengan model SEM, bahwa melakukan pelatihan
adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai satu
kemampuan tertentu yaitu mampu menjadi wirausaha yang
mandiri meskipun dalam status mahasiswa.
Menurut Bernardin & Russell (dalam Gomes, 2000:197)
pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performan
pekerja pada pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung
jawab, atau satu pekerjaannya. Pelatihan lebih berkaitan
dengan peningkatan keterampilan seseorang, baik yang sudah
menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu maupun yang
baru akan melangkah ke dunia kerja, sehingga lebih
menekankan pada keteranpilan (skill). Pelatihan merupakan
cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja actual,
dengan menekankan pada pengembangan skill, knowledge dan
ability.
Berdasarkan kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pelatihan yang dilaksanakan pada dasarnya dimaksudkan
untuk membenahi kelemahan-kelamahan yang sering
menghambat dalam penyelesaian tugas. Upaya ini untuk
meningkatkan mutu, keahlian, dan keterampilan seseorang
yang mengikuti kegiaan pelatihan. Disamping itu juga akan
mengembangkan metode kerja dan memciptakan
pengembangan sumber daya manusia kearah yang lebih baik.
Model Pelatihan Kewirausahaan ini dirancang
berdasarkan suatu proses penelitian dan pengembangan untuk
memenuhi kebutuhan dalam pelatihan Kewirausahaan yang
dilengkapi dengan tahapan-tahapan yang menjadi fase dalam
23
pelaksanaan pelatihan Kewirausahaan Model SEM, dan
memiliki perangkat pembelajaan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pelatihan bagi mahasiswa dan bagi intruktur.
2) Psikometri Tes Smart Entrepreneur Model
Model pelatihan kewirauahaan Smart Entrepreneur
Model (SEM) memiliki keistimewaan pada syntax model. Fase
awal dan akhir peserta pelatihan diwajibkan untuk melakukan
tes Phisikometri untuk mengetahui indeks minat dan karakter
wirausaha melalui website khusus tes psikometri
kewirausahaan dengan alamat link yang dapat diakses yaitu
https://olpei.cs8, web ini dikembangkan oleh Prof. Dr. Nor
Aisha Buang dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).
Tes ini dilakukan bertujuan untuk menuntun
pementoran sesuai dengan rekomendasi hasil tes yang
dilakukan. Pada tahap awal peserta melaksanakan pretest
psikometri untuk menilai tahap (indeks) kewirausahaan yang
dimiliki peserta pelatihan yang dilakukan pada fasae 2. Proses
pretest psikometri memiliki prosedur sebagai berikut;
Tabel 1. Prosedur Pelaksanaan Tes Psikometri Peserta Pelatihan
No. Kegiatan
1. Mengumpulkan peserta untuk pelatihan 2. Menginformasikan kepada peserta tentang tata cara
melaksanakan tes PIKEN 3. Melaksanakan tes 4. Mendeskripsikan hasil tes
24
Fase 8 memiliki aktivitas sama dengan fase kedua yakni
melakukan kembali tes psikometri. Pelaksanaan tes dilakukan
memiliki tahapan yang sama dengan fase 2. Posttest ini
bertujuan untuk mendapatkan data pembanding mengenai
indeks kewirausahaan peserta pelatihan setelah melakukan
pelatihan. Tingkat keberhasilan pelatihan akan ditunjukkan
dengan meningkatnya indeks kewirausahaan mahasiswa
dalam karakteristik wirausaha yang dimilikinya. Hasil tes ini
secara statistic dengan masing-masing dimensi (indicator)
pengukur akan di analisis melalui selisih skor yang dimuncul
dalam membandingkan skor pretest dan postest.
Rekomendasi hasil yang didapat untuk mengetahui
karakter wirausaha peserta pelatihan diuraikan dengan 9
karakter yang dirujuk dari hasil tes yang dilakukan. Salah satu
bentuk rekomendasi hasil tes PIKEN adalah:
25
26
Berdasarkan rekomendasi hasil tes psikometri yang
dilakukan peserta dapat memahami karakter awal dan
karakter akhir yang muncul dari dalam dirinya. Hasil tes yang
dijawab dengan sebenar-benarnya dan kejujuran merupakan
gambaran komponen karakter pada unsur pengetahuan, sikap
dan tanggapan serta implemtasi atribut wirausaha yang
dimiliki seseorang.
E. Psikologi Seorang Wirausaha
Psikologi adalah suatu disiplin ilmu, psikologi merupakan
suatu cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dan diteliti di
tingkat perguruan tinggi yang kemudian memiliki sub disiplin ilmu.
Pengertian dari psikologi dikemukakan oleh banyak pakar ilmu
psikologi, diantaranya William James (2007) menyatakan bahwa
psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk
fenomena dan kondisi-kondisinya. Dalam psikologi fenomena-
27
fenomena yang dapat dinilai adalah perasaan, keinginan, kognisi,
berpikir logis, pengambilan keputusan, secara garis besar.
Kemudian William menyatakan bahwa psikologi merupakan suatu
pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan
dengan lingkungannya.
Muhibin Syah (2010) menyatakan bahwa psikologi adalah
suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka
dan tertutup pada manusia, baik selaku individu ataupun
kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku
terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang
meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dna sebagainya,
sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan,
berperasaaan dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian psikologi tersebut maka kita
memahami bahwa psikologi adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan yang memiliki sub bidang pengetahuan (ilmu) yang
membahas tentang kehidupan mental manusia yang
mempengaruhi perilaku manusia. Karakter pada diri manusia
adalah salah satu kajian dalam ilmu psikologi. Oleh karena itu
mengkaji permasalahan karakter tidak dapat dilepaskan dari
disiplin ilmu psikologi karena karakter wirausaha mengkaji
tentang tingkah laku yang menjadi ciri pada diri seseorang.
28
2 PENDIDIKAN KARAKTER
WIRAUSAHA
A. Pendidikan Wirausaha
Teori tentang lingkungan pendidikan menyatakan bahwa
jika dikaitkan dengan pembentukan kemampuan seorang peserta
didik dalam berwirausaha dipengaruhi oleh tiga lingkungan
pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena
itu pembentukan karakter unggul wirausaha dapat diupayakan
salah satunya melalui proses pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana dan secara
sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemampuan bertahan
hidup dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan
arti bahwa seseorang melaksanakan pendidikan untuk
meningkatkan kemampuannya menjalani kehidupan dengan cara
yang lebih baik. Pendidikan adalah suatu proses yang
berkesinambungan untuk mengembangkan dan membentuk
29
karakter, kegiatan dalam proses pendidikan bertujuan untuk
menanamkan nilai-nilai pengembangan budi pekerti, nilai agama
dan kebaikan, keterampilan hidup, dan sebagainya.
Pendidikan yang dilaksanakan dalam proses sepanjang
hayat adalah upaya dalam membenahi dan membaikan kualitas
hidup seseorang dalam menghadapi tantangan hidup. Oleh
karenanya, penanaman nilai-nilai karakter merupakan upaya yang
tidak terpisahkan dari proses pendidikan.
Demikian pula dengan pendidikan wirausaha, sejak
dicanangkan menjadi pendidikan wajib pada jalur pendidikan
vokasi di seluruh jalur pendidikannya, pendidikan kewirausahaan
terus mengalami perkembangan. Kembali membahas tentang
kewirausahaan, bahwa kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan
sebentuk kemampuan dalam meningkatkan suatu potensi sumber
daya untuk memberikan nilai lebih pada suatu objek yang dapat
menghadirkan keuntungan. Pemberdayaan ini membutuhkan
suatu kemampuan yang dapat diperoleh melalui pendidikan.
Sikap dan mental sukses yang dimiliki seorang wirausaha
yang dapat memaknai suatu fenomena sebagai peluang, membaca
kesempatan bisnis yang mungkin tidak dapat dilihat oleh oranag
lain, adalah suatu karakter yang dapat diasah dan dipelajari.
Bagaimana seseorang dapat menjadi seorang wirausaha yang
memiliki nilai lebih, seorang inovator yang memiliki watak kuat,
memiliki kreativitas dalam memberdayakan potensi dan
lingkungannya melalui jalur pendidikan? Hal ini adalah pertanyaan
30
yang selalu menjadi fokus dan tujuanpengembangan bagi lembaga-
lembaga pendidikan di dunia.
Pendidikan kewirausahaan bertujuan membentuk manusia
atau insan berpendidikan yang memiliki karakter, pemahaman,
keterampilan sebagai wirausaha yang dapat
mengimplementasikan pengetahuan dalam mencapai
kesejahteraan hidupnya dan kehidupan orang lain. Kurikulum
pembelajaran kewirausahaan selalu berkembang untuk mencapai
tujuan ini, meskipun pada dasarnya pendidikan kewirausahaan
dapat dilaksanakan dengan mengimplementasikannya secara
terpadu melalui proses pendidikan di bangku sekolah, yang
dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan, namun sering kali dampak
proses pendidikan yang terpadu ini belum seutuhnya ternilai
dalam bentuk karakter wirausaha.
Rancangan pendidikan terpadu dalam Kurikulum
Pendidikan tahun 2017 pun demikian, keterpaduan pendidikan
karakter yang mengandung nilai-nilai kewirausahaan adalah
keunggulan dari kurikulum ini. Hanya butuh penegasan bahwa,
pembentukan karakter unggul yang diuntukkan dalam proses
pembelajaran tersebut adalah untuk membentuk karakter
wirausaha. Ada baiknya satuan pendidikan membenahi diri dalam
mencanangkan program pendidikan berbasis karakter wirausaha,
penegasan karakter unggul wirausaha adalah upaya untuk
mengenalkan “wirausaha” bagi peserta didik semenjak dini, agar
menjadi akrab dan menetap pada pemikiran anak-anak bangsa
semenjak mereka mengenyamg pendidikan dasar.
31
B. Pendidikan Wirausaha di Indonesia
Program-program pendidikan kewirausahaan berkembang
di Indonesia. Melalui hibah-hibah yang diberikan oleh negara, para
praktisi dan pakar pendidikan telah berupaya mengembangkan
program pendidikan kewirausahaan. Mulai dari pengembangan
model-model pembelajaran kewirausahaan, metode pembelajaran,
strategi pembelajaran, praktikum kewirausahaan, hingga pada
sumber-sumber pembelajaran yang diintegrasikan dalam
perkembangan model pembelajaran.
Hal ini disebabkan bahwa persoalan-persoalan dalam
pembelajaran dan pendidikan kewirausahaan masih banyak yang
belum terpecahkan. Persoalan utama yang sering menjadi bahasan
para peneliti bidang pendidikan kewirausahaan di Indonesia
adalah masalah mind set wirausaha. Adanya mind set pencari kerja,
bersekolah untuk menjadi pegawar negri sipil, bersekolah untuk
dapat bekerja dengan perhitungan penghasilan yang aman untuk
kehidupan sehari-hari. Targer tujuan hidup dalam mind set pencari
kerja ini adalah persoalan utama di Indonesia.
Meskipun diakui bahwa kemudian pada saat ini telah
banyak kaum muda yang berhasil membentuk mind set
berkembang dengan menempatkan bahwa wirausaha adalah
tujuan dalam pendidikannya, jumlah ini masih dalam persentase
yang kecil. Sebagian besar dari lulusan pendidikan tinggi di
Indonesia tetap saja adalah para pencari kerja.
Mindset personal dari pada anak bangsa ini sebernarnya
berkembang dari mindset bawaan keluarga dan masyarakat yang
32
turun temurun menanamkan bahwa tujuan pendidikan adalah
untuk mencari kerja, bukan untuk mencari ilmu berwirausaha.
Padahal jika lebih dimaknai dengan cermat bahwa sebenarnya
pendidikan saat ini telah berkembang untuk membentuk akrakter
hebat bagi seorang wirausaha. Wirausaha adalah karakter unggul
dengan kreativita, kemampuan berinovasi, mendapatkan peluang
dari kondisi yang penuh dengan ambiguitas, kemampuan
mendalami resiko yang berimbang. Oleh karena itu ini merupakan
karakter.
Maknanya adalah, bahwa pendidikan kewirausahaan meski
lebih ditekankan pada pembinaan karakter. Jika pembentukan
karakter berhasil, maka akan mudah menggerakan mereka sebagai
pelaku wirausaha. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan
bahwa penekanan pengembangan pendidikan kewirausahaaan di
Indonesia lebih ditekankan pada pembentukan karakter unggul
wirausaha. Dengan demikian, jika telah terbentuk mindset mau
berwirausaha maka proses mampu berwirausaha akan mudah
untuk dilakukan.
Ilmu kewirausahaan berkembang seiring dengan ilmu
ekonomi, karena keduanya memiliki keterkaitan yang kuat. Awal
dari munculnya pengetahuan ini adalah adanyanya keinginan
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Diabad ke 17
kewirausahaan muncul ilmu kewirausahaan yang pertama kali
dikenalkan oleh Richard Cantillon dan kemudian diseluruh dunia
menyesuaikan dengan filsafat ilmu dari masing-masing filsuf yang
mengemukakan. Dalam sejarhnya Cantilon adaah seorang ekonom
33
yang pertama mengembangkan wawasan tentang peran
kewirausahaan dalam ekonomi. Pemikiran Cantillon tentang
Kewirausahaan banyak memberikan pengaruh besar pada
ekonomi dunia kemudian, salah satu konsep pemikiran Cantillon
yang terkenal adalah ilmu ketidakpastian (ambiguitas) dalam
kewirausahaan yang melahirkan karakter keberanian mengambil
resiko yang berimbang bagi seorang wirausaha (locus of control).
Selanjutnya di abad ke 18 sekolah-sekolah di Amerika
Serikat telah memberikan pengetuan dalam kurikulum
pembelajaran Kewirausahaan. Kewirausahaan diajarkan hampir
disegala tingkatan pendidikan, hal ini memberikan pengaruh pada
perkembangan karakter wirausaha peserta didik yang terbentuk
semenjak dini, tidak salah jika kewirausahaan berkembang
dinegara-negara besar di benua Eropa.
Pendidikan Kewirausahaan di Indonesia mulai diajarkan
menyeluruh di Perguruan Tinggi dan beberapa tingkat pendidikan
menengah di akhir abad 19 atau sekitar tahun 1998, semenjak
terjadinya krisis moneter diseluruh dunia. Latar belakang
keterpurukan ekonomi dunia yang menyebabkan bangsa Indonesia
harus mempertahankan kekuatan ekonomi melalui kearifan lokal
membuat pemerintah mengambil kebijakan praktis melalui
pemberdayaan UKM dan wirausaha minor. Hal ini membuat ilmu
kewirausahaan dipandang menjadi suatu hal penting untuk
dipelajari. Sebagai langkah antisipasi masalah ekonomi ini,
pemerintah Indonesia melakukan perubahan melalui jalur
pendidikan.
34
Perkembangan pendidikan kewirausahaan di Indonesia
semakin menampakan aktivitas yang membanggakan diawal abad
21. Dukungan pemerintah pada program-program intra sekolah
kewirausahaan menjadi pemicu semangat berwirausaha
dikalangan mahasiswa. Di beberapa universitas kewirauahaan
telah menjadi mata kuliah wajib, dan didukung dengan pelatihan-
pelatihan, workshop maupun seminar-seminar kewirausahaan
yang melibatkan praktisi dan akademisi.
Yulastri, et.al (2018) Kursus kewirausahaan diadakan
dalam bentuk teoretis dan praktis sehingga bisa digunakan sebagai
modal masa depan siswa setelah lulus. Pembelajaran
kewirausahaan adalah proses meningkatkan semangat
kewirausahaan siswa dengan menggunakan berbagai metode yang
sesuai dengan kemampuan yang disediakan. Prawirokusumo
(2010) menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan sebagai
suatu disiplin ilmu yang harus diajarkan dengan indipenden,
menjadi satu mata pelajarana atau mata kuliah tunggal.
Terdapat alasan-alasan mengapa kewirausahaan menjadi
satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, yakni:
1) Kewirausahaan berisikan tentang pengetahuan yang utuh dan
nyata dan dapat dipelajari sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang dapat dipelajari. Kajian ilmu kewirausahaan memili
teoritis yang dikembangkan para pakar berdasarkan rumusan
penemuan. Selain itu kewirausahaan memiliki konsep dan
metode ilmiah yang lengkap untuk dipelajari dan
dikembangkan, sehingga kewirausahaan dapat mudah diukur
35
dengan mengetahui variabel dan indikator dari unsur-unsur
wirausaha.
2) Kewirausahaan memiliki dua konsep yaitu posisi permulaan
dan didikan manajemen umum yang memisahakan antara
manajemen dan kepemilikan usaha. Karna itu kewirausahaan
menjadi satu disiplin ilmu yang terpisah dari manajemen dan
ekonomi.
3) Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek
tersendiri, yaitu kemampuan menciptakan suatu ide usaha
yang baru dan berbeda. Memiliki karakter wirausaha dan
mampu mengembangkan karakter wirausaha didalam diri
sendiri.
4) Kewirausahaan merupakan suatu upaya dalam menciptakan
usaha dan memperoleh penghasilan. Ilmu kewirausuahaan
membentuk kemampuan mulai dari mengemukakan ide, proses
wirausaha, mengembangkan dan bertahan dalam menghadapi
tantangan wirausaha.
Selain dari kemampuan dalam pengelolalan usaha yang
dapat didalami dalam ilmu manajemen dan strategi usaha,
wirausaha dilengkapi dengan pengetahuan yang bersifat
psikologis dalam aktivitas wirausaha dalam ilmu perilaku. Oleh
karena itu disiplin ilmu kewirausahaan memiliki kompleksitas
yang meski difahami menyeluruh, mulai dari menciptakan ide
dan gagasan inovatif, proses wirausaha hingga perilaku
wirausahanya.
36
C. Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan berbasis Karakter
Secara hakekat, pendidikan dan pelatihan mempunyai
tujuan yang sama untuk pengembangan sumber daya manusia agar
dapat memperoleh tiga domain kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Namun selama melaksanakan pelatihan seseorang
akan diberikan pengetahuan tentang bagaimana cara-cara baik
dalam melakukan suatu pekerjaan, jadi latihan sebenarnya
diadakan untuk mengisi kesenjangan antara ilmu pengetahuan,
keahlian, sikap, dan pemikiran yang dimiliki seseorang sesuai
dengan tuntutan pekerjaan atau tugasnya. Jika cara-cara tebaik
dalam pekerjaan itu sudah benar-benar dapat dikuasai oleh
seseorang yang akan mengerjakannya maka kesenjangan yang
akan terjadi semakin kecil, dan pekerjaan pun menjadi lebih efektif
dibandingkan sebelum ia dididik dan dilatih.
Pendidikan lebih terkait dengan pencapaian tujuan-tujuan
instruksional yang ditetapkan dalam kurikulum yang holistik dan
lengkap pada jenjang program pendidikan tertentu. Sedangkan
pelatihan memiliki kecenderungan tujuan yang berhubungan
dengan kemampuan pada suatu profesi dan keahlian tertentu,
meskipun dalam praktiknya pendidikan terutama pendidikan
kejuruan juga mengenal dan menggunakan istilah latihan atau
pelatihan pada suatu kompetensi yang menjadi bagian
kemampuannya, karena pendidikan kejuruan dilaksanakan dengan
tujuan untuk mencapai satu kemampuan kerja khusus. Pelatihan
berhubungan dengan peran khusus satu individu di unit kerja
37
tertentu atau memiliki kompetensi khusus yang handal dan lebih
mendalam.
Pelatihan dilakukan berdasarkan pada kebutuhan akan
kemampuan maksimal pada suatu kegiatan kerja. Tujuan pelatihan
yang dilakukan dirumuskan dengan spesifik pada satu pekerjaan
maupun pada satu jabatan agar dapat melakukan pekerjaan
tersebut dengan standar yang ditentukan. Dengan demikian yang
membedakan pendidikan dengan pelatihan adalah bahwa
pendidikan lebih mengarahkan pengetahuan dan hal-hal yang
bersifat umum pada satu bidang atau kompetensi keilmuan
(knowledge problem), sedangkan pelatihan mengarah pada satu
keterampilan berperilaku secara khusus yang memiliki standar
kerja/kegiatan tertentu (skill problems).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang
dilakukan dengan sistematik oleh penyelenggara program
pendidikan, memiliki tingkatan yang berjenjang dengan kurikulum
capaian yang dirumuskan dengan standar terukur dilakukan untuk
mencapai tujuan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Sedangkan pelatihan adalah teknik-teknik dalam pembelajaran
yang memusatkan belajar pada keterampilan-keterampilan
khusus, sikap dan pengetahuan khusus untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dan tugas tertentu.
Pelatihan pada umumnya dilakukan mengacu pada satu
kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan tertentu,
profesi tertentu dan atau pada satu kemampuan tertentu. Pelatihan
38
dilakukan dengan jangka waktu yang relatif singkat sekedar
membekali seseorang pekerjaan tertentu bahkan dapat hanya pada
satu sub kompetensi tertentu. Dengan demikian maka dapat
diartikan bahwa pelatihan merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan dengan maksud mengembangkan satu sikap, tingkah
laku, keterampilan dan pengetahuan personal pada satu
kompetensi.
Pelatihan pada umumnya dilakukan mengacu pada satu
kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan tertentu,
profesi tertentu dan atau pada satu kemampuan tertentu. Pelatihan
dilakukan dengan jangka waktu yang relatif singkat sekedar
membekali seseorang pekerjaan tertentu bahkan dapat hanya pada
satu sub kompetensi tertentu. Dengan demikian maka dapat
diartikan bahwa pelatihan merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan dengan maksud mengembangkan satu sikap, tingkah
laku, keterampilan dan pengetahuan personal pada satu
kompetensi.
Melalui kedua jalur ini (pendidikan dan pelatihan)
pembinaaan karakter dapat dilakukan. Upaya-upaya ini dilakukan
terutama adalah untuk menciptakan karakter unggul wirausaha di
Indonesia. Lemahnya pembentukan karakter ini akan sangat
berdampak pada persoalan pengangguruan di Indonesia. Yulasti
et.al, (2017) menyatakan bahwa salah satu tujuan dalam
melaksanakan pendidikan kewirausahaan adalah untuk
menyediakan pengetahuan dan menumbuhkembangkan semangat
39
kewirausahaan, analisis kebutuhan, perencanaan bisnis, studi
kelayakan, manajemen produksi dan kemampuan lainnya yang
diharapkan menjadikan lulusan memiliki semangat kewirausahaan
untuk mengurangi masalah pengangguran berpendidikan di
Indonesia.
Pengangguran terdidik ini terjadi tentunya disebabkan
berbagai faktor seperti kurangnya lapangan pekerjaan,
pertumbuhan perguruan tinggi dan program studi begitu pesat,
serta minimnya kompetensi para lulusan atau tidak sesuainya
kompetensi dengan kebutuhan pengguna tenaga kerja, dan
kemampuan untuk bertahan di masyarakat dengan kompetensi
kewirausahaan yang dimiliki masih kurang. Pengembangan
pendidikan vokasi yang dibekali dengan kompetensi
kewirausahaan sangat menjadi ujung tombak dalam mengatasi
pengangguran terdidik baik dari lulusan non vokasi maupun dari
lulusan vokasi. Proses pendidikan vokasi di perguruan tinggi tak
sekadar pencetak tenaga kerja dan berorientasi pasar namun
diharapkan lulusan vokasi dari perguruan tinggi mampu
mengembangkan kompetensi individu pada bidangnya berbasis
kewirausahaan, yang diharapkan lulusan perguruan tinggi vokasi
lulusannya dapat menghasilkan banyak technopreneurship muda.”
Ganefri et.al (2017).
Persoalan penggguran yang tidak kunjung usai di Indonesia
ini meski disikapi dengan kebijakan dalam jalur pendidikan,
didukung bagusnya sistem pendidikan melalui temuan-temuan
40
dibidang pendidikan itu sendiri. Upaya pemerintah mengentaskan
masalah pendidikan ini sudah cukup banyak, melalui berbagai
kebijakan disejumlah departemen dan kementrian dicanangkan
untuk memerangi soal pengangguran yang secara pasti bermuara
pada persoalan kemiskinan. Salah satunya melalui pendidikan.
Departemen pendidikan nasional melalui Direktorat Pendidikan
formal dan informal (PNFI) gencar melakukan program yang
terkait langsung dengan pemberdayaan masyarakat Indonesia
dengan program pendidikan kesetaraan dasar dan lanjutan yang
terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup.
Beberapa program yang dicanangkan dalam bentuk
pendidikan informal adalah Program Kewirasahaan Mandiri untuk
kesejahteraan fungsional, Program kesejahteraan desa dan
kewirauhsaan Perkotaan untuk kerjar paker B dan C, dan program
lainnya yang langsung menyentuh masyarakat. Hal ini bertujuan
agar warga belajar disamping mendapatkan ijazah sebagai hasil
proses belajarnya setara dengan pendidikan formal, pebelajar juga
mendapatkan keterampilan yang dapat dijadikan sandaran dan
bekal hidup dimasyarakat. Namun sayangnya program-programa
inipun mengalami kemandekan.
Para peneliti terkait permasalahan ini mengemukakan
temuan bahwa program pendidikan masyarakat yang berbasis
kewirausahaan ini masih dilakukan dengan berorientasi pada
penguatan materi kognitif dan pengetahuan, sementara nilai-nilai
karakter kewirausahaan kurang mendapatkan perhatian.
41
Kurangnya pendidikan karakter, penguatan unsur spiritualitas
sebagai penunjang pembentukan karakter masih minim dilakukan,
“praktek pendidikan hanya memandang manusia sebagai
instrumen disik untuk mempertahakan ideologi yang saat ini
dianut oleh dunia kapitalisme (Prasetyo, 2009). Hal ini merupakan
persoalan pendidikan informal secara keseluruhan, bahwa essensi
pendidikan yang diselenggarakan tidak hanya untuk
mempersiapkan peserta didik untuk mampu bekerja namun juga
mampu menjalaini hidupnya secara nyata dengan nilai-nilai
kebenaran yang bertujuan pembentukan karakter.
Pendidikan karakter dalam pendidikan formal dan informal
yang disebutkan di atas, meski dibenahi dengan berprinsip kepada
dua kelompok nilai-nilai yakni nilai nurani (value of being) dan
nilai memberi (value of giving). Teori ini dikembangkan Kneller
(1971) bahwa nilai-nilai nurani ada didalam diri manusia yang
berkembangkan menjadi dan cara manusia memperlakukan orang
lain, termasuk kedalamnya karakter kejujuran, keberanian, cinta
damai, keandalan diri, kemurnian sikap, kedisiplinan dan
sesesuaian. Sedangkan nilai memberi merupakan nilai harus
dipraktekan dan seseorang akan menerima sebanyak dia
melakukannya, perilaku yang menunjukan nilai memberi adalah
setia, dapat dipercaya, hormat, cinta kasih, kepekaan, egois, baik
hati, ramah, adil, murah hati dan sebagainya.
Patut difahami bahwa, jika amati lebih lanjut bahwa
sebenarnya upaya pendidikan sebagian besar menempatkan
42
tujuan pendidikan nasional negara kita ini menempatkan karakter
dan nilai-nilai sebagai tujuan utama pendidikan. Nilai-nilai yang
terkandung dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
adalah:
1. Bahwa pendidikan merupakan upaya dalam membentuk
pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki kepercayaan diri, disiplin dan
tanggungjawab.
2. Pendidikan dilaksanakan untuk membentuk tenaga
pembagunan yang ahli dan terampil serta dapat
meningkatkan produktivitas, kualitas dan efisiensi kerja.
3. Pendidikan dilaksanakan untuk melestarikan nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan negara.
4. Pendidikan adalah upaya yang dilakukan untuk
mengembangkan nilai-nilai baru yang dipandang serasi oleh
masyarakat dalam menghadapi tantangan ilmu, teknologi
dan dunia modern
Dengan demikian dapat dimaknai bahwa pendidikan
memiliki misi dan tujuan yang berkaitan dengan masalah
kepribadian dan karakter manusia yang melaksanakannya.
Sehingga melalui pendidikan manusia bergerak untuk
meningkatkan, mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilai
dalam kehidupannya. Hal ini tentu saja menjadi jembatan untuk
memudahkan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan yang sarat
dengan pendidikan karakter dan pembinaan kepribadian unggul.
43
Walau dikaitkan dengan pendidikan secara umum dan khusus
maka dapat diambil benang merah bahwa pendidikan karakter
adalah tujuan utama dalam melakukan pendidikan khususnya
pendidikan karakter. Hanya saja pada penerapan pendidikan
kewirausahaan lebih mengacu kepada sifat umum pendidikan
kewirausahaan dalam kaitan masalah ekonomi dan pengembangan
potensi diri dan lingkungan untuk berusaha.
D. Upaya Pembentukan Karakter Wirausaha di Lingkungan keluarga
Karakter wirausaha tentu saja tidak terbentuk begitu saja,
namun melalui proses pendidikan atau pengaruh dari lingkungan
yang mengantarkan seorang wirausaha memiliki karakter khusus
yang menunjang kesuksesannya dalam berwirausaha. Interaksi
dengan lingkungan adalah faktor yang berperan penting dalam
pembentukan karakter. Meski pada dasarnya karakter terkait
dengan watak, perilaku, tabiat seseorang, namun lingkungan
adalah pendorong atau pembentuk dari karakter seseorang,
termasuk pembentuk karakter wirausaha. Karakter wirausaha
yang baik akan membentuk ke arah positif dalam perkembangan
usaha.
Salah satu lingkungan yang berperan dalam membentuk
karakter wirausaha pada seseorang adalah peran lingkungan
keluarga. Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama bagi
seorang anak. Dengan arti bahwa pembentukan karakter awal
seseorang sebelum dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan dan
44
lingkungan masyarakat adalah ditentukan oleh bagaimana
seseorang dibentuk pada keluarganya.
Keluarga inti terdiri dari orangtua dan anak. Namun tidak
berarti bahwa seorang anak yang dibesarkan oleh keluarga yang
memiliki oranatua (ayah dan ibu) tidak memiliki keluarga. Peran
pengganti dari orang yang dianggap kepala keluarga atau dituakan
dalam satu lingkungan keluarga adalah orangtua yang dinamakan
wali seorang anak. Contohnya anak yang dibesarkan dan dididik
oleh satu lingkungan panti asuhan, maka bukan berarti mereka
tidak memiliki keluarga dan orangtua yang mendidik, namun peran
orangtua secara kodrat dimainkan oleh personal selain dari
orangtua kandung.
Fungsi orangtua adalah untuk memberikan masukan atau
petimbangan yang baik berupa pandangan dan cara berfikir yang
didasari oleh pengalaman dan pengetahuan mereka. Kemudian
rasa hormat anak terhadap orangtua akan mendorong seorang
anak untuk mematuhi orangtua. Hal ini adalah proses alamiah yang
menjadi dasar pembentukan karakter seorang anak.
Seorang anak akan dapat mudah dibentuk oleh orangtua
melalui proses meniru. Tidak jarang ditemui bahwa mereka yang
memiliki orangtua dengan aktivitas sebagai seorang wirausaha
kemudian memiliki anak-anak yang berkembang menjadi seorang
wirausaha. Pola asuh anak menentukan keberhasilan pendidikan
karakter anak dalam berwirausaha. Pola interaksi dengan anak
dalam keseharian adalah pondasi dalam membuat anak mengenal
45
perilaku berwirausaha. Penanaman nilai-nilai berwirausaha dari
orangtua dapat diwujudkan dengan melatih kemandirian anak
dalam memenuhi kebutuhannya dengan usaha. Pola asuh yang
tidak membiasakan anak menerima segala kebutuhan mutlak dari
pemberian orangtua adalah salah satu upaya yang tepat untuk
pembentukan karakter wirausaha.
Orangtua memiliki pola asuh yang berbeda-beda.
Pembentukan karakter anak untuk dapat menjadi seseorang yang
berwatak kreatif ditentukan oleh bagaimana orangtua
mengarahkan pola asuh yang tepat pada anak. Pribadi kreatif yang
ada didalam diri seseorang sangat menentukan bagaimana mereka
dapat memecahkan masalah, mencari peluang usaha dan mencari
solusi dari setiap hambatan dari usaha. Pribadi tangguh dari
seseorang yang berwirausaha dibentuk oleh lingkungannya
terutama pola asuh orangtua semenjak dini.
Pembentukan karakteristik berwirausaha yang diantaranya
ditentukan oleh faktor lingkungan dari Wirausaha yakni
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, Hikmatul (2004)
menyatakan mengenai psikologi wirausaha yang menyatakan
bahwa dalam pembentukan karakteristik wirausaha terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi yakni:
1) Lingkungan keluarga dan masa kecil. Beberapa penelitian yang
berusaha mengungkap mengenai pengaruh lingkungan
keluarga terhadap pembentukan semangat berwirausaha.
Selanjutnya pengaruh pekerjaan orang tua terhadap
46
pertumbuhan semangat kewirausahaan ternyata memiliki
pengaruh yang signifikan.
2) Pendidikan. Faktor pendidikan juga tak kalah memainkan
penting dalam penumbuhan semangat kewirausahaan.
Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang untuk
melanjutkan usahanya namun juga membantu dalam
mengatasi masalah dalam menjalankan usahanya.
3) Nilai-nilai Personal. Nilai personal akan membedakan seorang
wirausaha dengan pengusaha lain terutama dalam menjalin
hubungan dengan pelanggan, suplier, dan pihak-pihak lain,
serta cara dalam mengatur organisasinya.
4) Pengalaman Kerja. Pengalaman kerja tidak sekedar menjadi
salah satu hal yang menyebabkan seseorang untuk menjadi
seorang entrepreneur. Pengalaman ketidakpuasan dalam
bekerja juga turut menjadi salah satu pendorong dalam
mengembangkan usaha baru.
Keberadaan faktor-faktor tersebut mempengaruhi
pembentukan karakteristik wirausaha seseorang. Memilih untuk
menjadi seorang wirausaha memang belum banyak tumbuh
menjadi pilihan dikalangan masyarakat Indonesia, terutama pada
generasi muda. Untuk itu membangun karakteristik
kewirausahaan harus terus menerus dilakukan oleh siapapun yang
peduli terhadap masa depan dirinya, keluarga dan masyarakat.
47
Upaya orangtua dalam mendidik anak menjadi seorang
wirausaha dapat dilakukan dalam beberapa hal. Berikut yang dapat
dilakukan orangtua untuk membentuk karakter wirausaha;
1. Mengenalkan anak-anak tentang berwirausaha sedini
mungkin. Upaya ini dapat dilakukan dengan beberapa perilaku
seperti, mencontohkan aktivitas wirausaha yang ditemukan
didalam kehidupan sehari-hari, bahwa dapat dikenalkan
dengan beberapa aktivitas wirausaha yang ditemuinya. Hal
terpenting adalah menyatakan pada anak bahwa kegiatan
seorang wirausaha adalah aktivitas yang baik dan dapat
membuat seseorang bertahan hidup dan menjadi jalan sukses
seseorang. Anak-anak akan mengenal bahwa berwirausaha
bukan hal yang tabu, sudah biasa dan lumbah dilakukan.
2. Membiasakan dalam keseharian anak untuk mengenal peluang
bisnis. Sehingga mereka dapat memiliki sense of business,
penalaran akan peluang dapat dibiasakan melalui aktivitas
keseharian anak. Pendampingan orangtua dalam peran
pengasuhan adalah penting dilakukan. Pembiasaan ini dapat
memberikan peluang seorang anak menjadi sensitif dan kreatif
dalam mensiasati peluang bisnis.
3. Mengajarkan tentang berjualan dan transaksi. Berjualan dan
transaksi bisnis dapat diajarkan kepada anak. Ilmu negosiasi
diajarkan untuk membentuk karakter mampu
mempertahankan hak dan melaksanakan kewajiban dari
konsekwensi negosiasi yang dilakukan. Seorang anak akan
48
terbiasa bertanggungjawab dengan keputusan yang diambil
berdasarkan negosiasi yang telah diputuskan.
4. Menyatakan anak-anak layak dan mampu menjadi wirausaha.
Penanaman rasa percayadiri kepada anak, keberhasilan yang
diberikan reward meskipun dalam bentuk pujian, menyatakan
bahwa anak layak menjadi sukses dengan berwirausaha adalah
upaya yang tidak kalah penting. Kepercayaan diri anak akan
terbangkitkan dengan menyatakan mereka layak dan mampu.
5. Membiasakan anak-anak mengelola keuangan. Bahkan pada
bagaimana anak dapat menghargai lembar uang dalam harga
terkecil atau recehan. Melatih anak-anak untuk mampu
mengelola keuangan memberikan kemampuan ketelitian akan
manajemen keuangan. Tidak sedikit wirausaha yang sukses
dalam proses penciptaan peluang usaha, namun gagal dalam
mempertahankan usaha karena manajemen keuangan yang
buruk.
6. Memupuk kepercayaaan diri anak dengan mengiklankan dan
mempromosikan kehebatannya kepada orang lain. Anak butuh
dihargai dengan memberiikan proklamir kepada oranglain
bahwa mereka mampu hebat pada suatu bidang. Hal ini akan
mendorong kepercayaan diri anak.
7. Menumbuhkan kemampuan berkreasi dan menemukan hal-hal
unik. Keterampilan berfikir kreatif dapat diajarkan orangtua
melalui hal-hal praktis dalam aktivitas keseharian. Mendorong
anak melalukan hal yang tidak biasa dengan pengawasan pada
keselamatan anak.
49
8. Mengajarkan berkolaborasi dengan kemampuan orang lain,
menghargai kemampuan orang lain dengan prinsip bahwa
setiap manusia memiliki kehebatan sendiri, setiap manusia
berguna dan harus dihargai.
9. Mengenal arti kegagalan dan kesabaran. Untuk memahamkan
anak bahwa kegagalan adalah hal biasa. Prinsip kegagalan akan
memantulkan kesuksesan, tetap support setiap kegagalan yang
mungkin dapat dirasakan dan dilalui oleh anak. Tidak
merendahkan proses kegagalan.
10. Menanamkan karakter-karakter unggul dengan penokohan,
mencontohkan kebaikan dari orangtua sendiri maupun dari
orang lain. Umat agama islam dapat mencontohkan
keberhasilan Nabi Muhammad S.A.W dalam berwirausaha.
Manusia-manusia hebat dan terhormat sebagian besar adalah
pebisnis atau wirausaha.
11. Melakukan usaha religius dengan mendoakan kebaikan untuk
anak semenjak dini,
Demikian upaya yang dapat dilakukan orangtua dalam
membentuk karakter anak berwirausaha. Namun setiap keluarga
terkadang memiliki cara tersendiri dalam membentuk karakter
wirasuaha didalam diri anak. Saat ini telah banyak berkembang
ilmu pendidikan karakter wirausaha melalui parenting.
Mengadopsi beberapa upaya tersebut juga merupakan jalan agar
terbentuk karakter wirausaha dalam diri anak.
50
E. Upaya Pembentukan Karakter Wirausaha dilingkungan Pendidikan
Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada
paradigma pertumbuhan yang wajar dan perubahan ke arah
globalisasi yang menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan
persaingan, maka dewasa ini terjadi perubahan paradigma
pendidikan. Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai
suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen yang berisikan
teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap mengenai kegiatan
berwirausaha. Perkembangan pelatihan kewirausahaan seiring
dengan adanya persepsi bahwa kemampuan dalam berwirausaha
dapat dipelajari dan ditingkatkan. Upaya dalam meningkatkan
karakter unggul dari seorang wirausaha dilakukan melalui
pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Banyak program pelatihan
kewirausahaan yang lebih menekankan pada aktivitas
kewirausahaan, sedangkan penanaman karakter wirausaha hanya
dilakukan sepindas saja untuk memberikan motivasi memula
kegiatan wirausaha.
Semenjak tahun 2017 lalu telah dikembangkan model
pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa Universitas Negeri
Padang khususnya para mahasiswa pemenang hibah Program
Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang diberikan oleh Kementrian
Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Model
pelatihan tersebut bernama Smart Entrepreneur Model disingkat
dengan SEM. Model SEM memiliki langkah-langkah yang telah
51
melalui revisi berulang kali berdasarkan pada pendekatan yang
dilakukan saat proses penerapan model.
Ciri utama dari model ini adalah adanya penilaian karakter
wirausaha diawal dan diakhir pelatihan menggunakan satu
instrumen khusus dalam suatu website. Pelatihan dilakukan
dengan menggunakan metode mentoring saat proses kegiatan
wirausaha berlangsung. Kegiatan pelatihan dilakukan dalam waktu
yang relativ lama (4 sampai 5 bulan), aktivitas wirausaha yang
dilakukan peserta pelatihan diawasi dan dibina untuk
menghasilkan usaha yang layak dikatakan sebagai wirausaha
mandiri dengan ciri memiliki manajemen usaha, manajemen
penjualan dan laporan keuangan yang bersih, usaha mampu
bertahan dan memiliki intensitas pertubuhan dan perkembangan
kearah yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi telah
difasilitasi oleh Dikti sejak tahun 1997 dengan adanya program
pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi yang
menawarkan berbagai kegiatan yaitu Kuliah Kewirausahaan
(KWU), Magang Kewirausahaan (MKU), Kuliah Kerja Usaha (KKU),
Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK), dan Inkubator
Wirausaha Baru (INWUB). Dalam perkembangannya Dikti
menawarkan program yang dikemas sebagai program kreativitas
mahasiswa (PKM) yang memfasilitasi mahasiswa untuk berkreasi
dalam berbagai bidang meliputi bidang penelitian, pengabdian
52
kepada masyarakat, penerapan teknologi, artikel ilmiah, gagasan
tertulis, karsa cipta, dan kewirausahaan.
Mahasiswa dilatih melalui beberapa tahap mulai dari tahap
pemicu, tahap pemberian pengetahuan tentang kewirausahaan
sampai tahap keterampilan berperilaku entrepreneurially di dalam
suatu organisasi. Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan tinggi
untuk mengembangkan kemampuan dan karakter, serta
peradaban bermartabat untuk mendidik kehidupan bangsa. Fungsi
lainnya adalah mengembangkan akademisi yang inovatif,
responsif, terampil, kompetitif, dan kooperatif melalui
implementasi dari tiga tanggung jawab, implementasi dari fungsi
ini salah dapat dilakukan melalui program kewirausahaan,
(Yulastri, et.al, 2017). Mahasiswa disiapkan untuk dapat bekerja di
suatu organisasi menjadi karyawan yang berperilaku wirausaha.
Selain mempersiapkan mahasiswa sebagai corporate entrepreneur
atau intrapreneur, perguruan tinggi juga menyiapkan mahasiswa
sebagai entrepreneur (Siswo, 2012).
Perguruan tinggi berperan penting untuk membangun
karakter wirausaha, pola pikir wirausaha, dan perilaku wirausaha
yang selalu kreatif dan inovatif yang nantinya diharapkan mampu
memanfaatkan peluang dan berani mengambil risiko sehingga
menciptakan nilai tambah atau nilai-nilai baik (values).
Menghadapi tantangan masa depan yang sangat kompetitif, maka
Perguruan tinggi disini merupakan sebagai wadah untuk
penumbuhan jiwa wirausaha bagi mahasiswa melalui
53
pembelajaran dan kegiatan-kegiatan wirausaha yang
diselenggarakan oleh pihak Perguruan tinggi.
Pendidik yang memegang peranan penting dalam proses
pembelajaran perlu melaksanakan pengembangan pembelajaran
melalui pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Pengembangan dalam melaksanakan pendidikan
dan pelatihan Kewirausahaan dibanyak negara seluruh dunia patut
menjadi acuan bagi pendidikan Kewirausahaan di Indonessia, hal
ini dilakukan sebagai tolok ukur dalam melakukan pembelajaran
berkualitas bagi peserta didik dibidang Kewirausahaan. Premand
(2015) menyatakan bahwa Pendidikan kewirausahaan memiliki
potensi untuk memungkinkan peserta didik mendapatkan
keterampilan dan menciptakan lapangan kerja sendiri, Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan
secara signifikan meningkatkan tingkat wirausaha di kalangan
lulusan universitas sekitar satu tahun setelah lulus.
Hakekatnya pelatihan dan pendidikan mempunyai tujuan
yang sama, dengan tujuan pengembangan sumber daya manusia
untuk dapat memperoleh tiga hal, seperti jika seseorang dilatih,
maka selama pendidikan, orang tersebut diberitahu atau diberikan
pengetahuan mengenal bagaimana cara-cara baik dalam
melakukan suatu pekerjaan, jadi latihan sebenarnya diadakan
untuk mengisi kesenjangan antara ilmu pengetahuan, keahlian,
sikap, dan pemikiran yang dimiliki seseorang sesuai dengan
tuntutan pekerjaan atau tugasnya. Jika cara-cara tebaik dalam
54
pekerjaan itu sudah benar-benar dapat dikuasai oleh seseorang
yang akan mengerjakannya maka kesenjangan yang akan terjadi
semakin kecil, dan pekerjaan pun menjadi lebih efektif
dibandingkan sebelum ia dididik dan dilatih.
Berdasarkan rekomendasi resmi, pendidik didorong untuk
mengadopsi inovatif pedagogis untuk kursus kewirausahaan demi
mencapai dampak positif pada peserta didik. Oleh karena itu Mc.
Celland. D, (1987) menyatakan bahwa membina kewirausahaan
sebagai pola pikir dapat dianggap sebagai kompetensi pendidikan,
berdasarkan pengalaman belajar secara instruksional demikian
pula dalam sebuah pelatihan. Jiménez (2015) menyatakan bahwa
Kewirausahaan telah menjadi indikasi pertumbuhan ekonomi pada
suatu Negara, dampak positif pada pendidikan formal
Kewirausahaan adalah adanya kemampuan yang didapat melalui
pendidikan yang diperlukan untuk mendeteksi dan mengevaluasi
peluang bisnis dengan lebih baik, meningkatkan kepercayaan diri
menanggung risiko yang dirasakan, serta menumbuhkan
kepedulian dan peluang kerja. Coduras dkk. (2010) menggaris
bawahi bahwa individu cenderung untuk memperoleh
pengetahuan yang dapat memberikan manfaat pada kemampuan
keterampilan melalui pendidikan (terutama formal).
Berdasarkan kajian mengenai Pendidikan dan Pelatihan di
Perguruan Tinggi tersebut bertujuan untuk pembinaan sikap
berwirausaha bagi peserta didik meski dilakukan dengan upaya-
upaya pendekatan melalui proses pendidikan dan pelatihan yang
55
tepat dan sesuai dengan tujuan Pendidikan Kewirausahaan.
Mempetimbangkan relevansi proses pendidikan dengan
keterampilan yang dibutuhkan secara faktual melalui pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik terkait
dengan tujuan Pendidikan Kewirausahaan patut dilakukan.
Kewirausahaan memiliki efek positif untuk suatu Negara
terutama pada aspek petumbuhan dan perkembangan
perekonomian. Dinyatakan bahwa Kewirausahaan berkontribusi
untuk menciptakan peluang bisnis baru, menciptakan kesempatan
kerja serta inovasi dan kesejahteraan ekonomi meningkat.
Kegiatan kewirausahaan dianggap sebagai suatu elemen penting
dari strategi pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju dan
berkembang.
Globalisasi dan perbaikan dalam teknologi komunikasi dan
informasi membawa perubahan struktural yang membutuhkan
redistribusi sumber daya terutama sumber daya manusia (SDM),
oleh karena itu perlu pembaharuan kualitas SDM yang terlibat
dalam kegiatan perekonomian khususnya Wirausaha, mengingat
bahwa seperti yang dijelaskan di atas, kegiatan kewirausahaan
adalah faktor penting untuk perkembangan perekonomian suatu
Negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan.
Tingkat kewirausahaan pada suatu Negara sangat
bervariasi. Dinyatakan bahwa Indonesia masih memiliki kalkulasi
jumlah Wirausaha yang masih jauh di atas rata-rata yang
56
distandarkan yakni 2% dari jumlah warga Negara. Sesuai dengan
kajian di atas hal ini tentu menjadi factor penentu keberhasilan
perekonomian Indonesia. Rendahnya jumlah Wirausaha yang
berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi negara meski
ditingkatkan dengan berbagai upaya. Upaya yang kiranya stategis
dalam meningkatkan jumlah wirausaha adalah melalui jalur
pendidikan di Perguruan Tinggi.
Perguruan Tinggi menjadi pilihan untuk menerapkan
program-program kewirausahaan. Pemerintah sejak tahun 2009,
melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dengan meluncurkan Program
Mahasiswa Wirausaha (PMW) untuk dilaksanakan dan
dikembangkan oleh perguruan tinggi. PMW dilaksanakan di
seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan di beberapa Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) hasil diseleksi Koordinator Perguruan Tinggi
Swasta (Kopertis) dengan alokasi dana yang berbeda-beda (Ditjen
Dikti, 2015).
PMW bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan dan sikap atau jiwa wirausaha (entrepreneurship)
berbasis Ipteks kepada para mahasiswa agar dapat mengubah pola
pikir (mindset) dari pencari kerja (job seeker) menjadi pencipta
lapangan pekerjaan (job creator) serta menjadi calon/pengusaha
yang tangguh dan sukses menghadapi persaingan global.
Sejogyanya Program ini juga bertujuan mendorong kelembagaan
atau unit kewirausahaan di perguruan tinggi agar dapat
57
mendukung pengembangan program-program kewirausahaan.
Sebagai hasil akhir, diharapkan terjadinya penurunan angka
pengangguran lulusan pendidikan tinggi.
Namun bertentangan dengan apa yang diharapkan oleh
pemerintah melalui program PMW, angka sarjana pengangguran di
Indonesia masih tinggi dan tidak berkurang secara signifikan dari
tahun 2009 semenjak dicanangkannya program PMW oleh Dirjen
Dikti. Data menunjukkan bahwa Jumlah Pengangguran Terbuka
yang merupakan lulusan Perguruan Tinggi dari jenjang Sarjana dan
Diploma di Indonesia menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS)
pada Agustus 2015 berkisar 600.000 orang dan lulusan Perguruan
Tinggi dan pengangguran terbuka lulusan perguruan tinggi masih
relatif banyak dari jumlah angkatan kerja lain di Indonesia. Hal ini
mengindikasi bahwa penyerapan tenaga kerja lulusan perguruan
tinggi cenderung lambat. Fenomena pengangguran berpendidikan
tinggi ini merupakan persoalan klasik yang menjadi wacana di
Negara Indonesia. Peluncuran berbagai program untuk
mengantisipasi masalah pengangguran sudah dilakukan
diperguruan-perguruan tinggi namun persoalannya setiap tahun
angka penyerapan tenaga kerja lulusan Perguruan tinggi masih
rendah.
Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan salah satu
Perguruan Tinggi Negeri yang menyelenggarakan PMW.
Penyelenggaraan PMW di UNP merupakan salah satu wujud tugas
dan tanggugjawab UNP dalam mensejahterakan Negara Indonesia
58
melalui wacana Kampus berintegrasi Wirausaha (Entrepreneurs
Campus). Oleh karena itu program-program pemerintah dalam
kegiatan wirausaha dilaksanakan oleh UNP dengan mengacu
standar kegiatan yang telah ditetapkan. Namun kenyataan
keberhasilan program PMW di UNP masih belum dapat dikatakan
sukses. Kenyataan dapat dilihat dari data yang dikemukakan oleh
Ketua Tim PMW UNP, bahwa semenjak tahun 2009 hingga tahun
2014 diketahui bahwa dari 378 proposal usaha yang diajukan
hanya 81 (21.42%) proposal yang didanai, angka ini menunjukkan
bahwa kualitas proposal yang diajukan masih belum memenuhi
kriteria penilaian yang ditetapkan hingga tidak disetujui untuk
pendanaan. Kemudian dari 81 proposal usaha yang didanai hanya
25 (30,86%) yang berjalan dan 56 (69,14%) usaha tidak berjalan
dengan berbagai persoalan terutama terkait dengan tidak kuatnya
manajemen usaha yang dilakukan mahasiswa. Persoalan ini
membuktikan bahwa meskipun pemerintah telah menyediakan
anggaran yang besar untuk melaksanakan program ini tetapi pada
kenyataannya pelaksanaan program masih belum dapat dikatakan
berhasil.
Sedangkan diketahui bahwa keinginan para mahasiswa
maupun lulusan Perguruan Tinggi untuk berwirausaha cukup baik,
terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang mengajukan proposal
pada Program Mahasiswa Wirausaha. UNP mencatat jumlah
mahasiswa yang mengajukan proposal usaha adalah 1.597 orang
dan 456 orang yang mengajukan Business Plan semenjak 2009 –
2014. Hal ini harus didukung dengan pengetahuan, sikap dan
59
kemampuan dalam melakukan kegiatan wirausaha tersebut.
Program Kewirasuhaan merupakan awal yang baik dalam
mengaplikasikan teori yang telah dipelajari dibangku kuliah
kewirausahaan itu sendiri mempersiapkan mahasiswa untuk
bertanggungjawab, aktif, berani mengambil resiko, megelola hasil
dan belajar dari hasil, alasan mendasar dari Kewirausahaan adalah
kemandirian.
Shindina (2015) mengemukan bahwa perkembangan
aktivitas Kewirausahaan ditentukan oleh dua faktor utama yakni
pendanaan dan dukungan oleh pemerintah dan mentoring
teknologi pelatihan dan program pendidikan yang dilakukan
terhadap penerima pendanaan, kedua faktor ini meski
dilaksanakan untuk mendukung kesuksesan suatu program
Kewirausahaan. Dalam rangka proses pengembangan pembinaan
sikap mental kewirausahaan bagi mahasiswa, perlu dikembangkan
suatu model pelatihan yang potensial, strategi dan tepat. Di
samping itu diperlukan juga model evaluasi untuk program
pelatihan kewirausahaan tersebut untuk mengukur efektivitas dan
kinerja dari pelaksanaan program pelatihan kewirausahaan.
Kurangnya pengetahuan tentang konsep berwirausaha, sikap dan
karakter Wirausaha, kemampuan manajemen yang rendah,
penguasaan teknologi informasi yang tidak memadai harus di atasi
dengan suatu Model Pelatihan.
Model pelatihan yang dipandang sesuai diterapkan di
Perguruan Tinggi untuk membantu mahasiswa agar aktif dalam
60
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
berwirausaha adalah dengan pendekatan Metode Mentoring.
Pelatihan bertujuan untuk membekali, meningkatkan, dan
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan (Simamora, 2006:
276). (Robbins dan Coulter, 2010: 277). Mentoring dan coaching
dari peserta pelatihan yang tidak berpengalaman dengan yang
berpengalaman memberikan informasi, dukungan, dan dorongan;
disebut juga apprenticesship. Namun meski demikian di seluruh
dunia telah dikembangkan model-model pelatihan yang
dikembangkan para pakar pendidikan dengan kelebihan dan
keuggulan sendiri. Untuk mengembangkan suatu model pelatihan
meski disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada pada
masing-masing kampus. Kemampuan SDM,dukungan pemangku
kebijakan, sarana prasarana dan faktor pendukung lainnya
menjadi penentuk keberhasilan suatu universitas dalam
melakukan pengembangan model pelatihan dan menerapkan
model pelatihan yang telah dikembangkan.
Menurut Sudrajat (2011) terdapat beberapa upaya
internalisasi pendidikan kewirausahaan dalam proses pendidikan
yang dilakukan di Indonesia, sebagai berikut:
1. Integrasi Pendidikan Kewirausahaan pada Mata Pelajaran
Pendidikan kewirausahaan yang terintegrasi di dalam
proses pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai
kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya
61
diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai,
terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai
kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari
melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam
maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada
dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan
peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan,
juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik
mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai
kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini
dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai
kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata
pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa
dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode
pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.”
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata
pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata
pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang
agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi
untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara
menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan
dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan
menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-
nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Sedangkan cara
menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai
62
kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang
sudah ada dengan menambahkan pana materi, langkah-langkah
pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai
kewirausahaan.”
2. Keterpaduan Kegiatan Extrakurikuler dengan Pendidikan Kewirausahaan
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan
di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan
yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau
tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan
di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah
berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta
tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang
berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi
ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan
yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan
kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik
mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan
atau kelompok.”
3. Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di
luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum
sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan
63
upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha
dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan
kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir,
serta kegiatan ekstra kurikuler. Pengembangan diri yang
dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan kompetensi
dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan
diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi
dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan
kondisi sekolah/madrasah.”
4. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik
Pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada
pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter
wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang
lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill
dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur
kurikulum SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa
Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan
pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran
tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung
(eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai
taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan
menginternalisasi nilai-nilai tersebut.”Salah satu bentuk model
64
pembelajarana kewirausahaan yang menggunakan praktik
sebagai cara belajar adalah model pembelajaran berbasis
produksi. Yulastri, at.al (2018) menyatakan bahwa model
pembelajaran berbasis produksi dilaksanakan untuk memandu
mahasiswa menghasilkan suatu rencana bisnis, selama proses
pembelajaran siswa dipandu untuk mengasilkan satu rencana
bisnis yang baik sesuai dengan standar, pembelajaran yang
dilakukan berbentuk praktik.
5. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran
yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya
terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar
dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-
kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis
buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti.
Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan
ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas
maupun evaluasi.”
6. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kultur Sekolah
Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan
sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya,
guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai
administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok
masyarakat sekolah. Pengembangan nilai-nilai dalam
65
pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup
kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru,
konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan
peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti
kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya
berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah
melakukan aktivitas berwirausaha di lingkungan sekolah).”
7. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta
didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap
perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata
pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya
lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan
mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada
akhirnya mampu membekali peserta didik dengan
keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan
sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Integrasi
pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama
dengan integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di
dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada
semua mata pelajaran.”
Selain itu dukungan lingkungan pendidikan dalam
mengupayakan pembentukan karakter wirausaha adalah dengan
66
penyediaan materi ajar dan media-media pembelajaran. Yulastri
et.al (2018) suatu penelitian penulis lakukan dengan
mengembangkan suatu modul kewiraysaan berbasis produk
sebagai media pembelajaran memiliki efektivitas yang dapat
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berwirausaha,
modul dikembangkan menyesuaikan kurikulum, tujuan
pembelajaran, memiliki kesesuaian isi, kejelasan instruksi,
persiapan bahan belajar, memiliki kesesuaia gambar materi dan
praaktik, dan memenuhi syarat-syarat pengembangan modul
pembelajaran yang baik.
F. Upaya Pembentukan Karakter Wirausaha dilingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat memegang perangan yang tidak
kalah penting dengan lingkungan keluarga dan sekolah. Manusia
hidup dan berkembang dimasyarakat, masyarakat memiliki ruang
terbuka untuk dapat menikmati pendidikan. Proses pendidikan
terjadi dalam lingkungan masyarakat dan penikmat atau pengguna
dari hasil pendidikan adalah masyarakat. Oleh karena itu
masyarakat dan pendidikan tidak dapat dipisahkan. Pendidikan
yang dilaksanakan untuk masyarakat dapat dilakukan melalui jalur
pendidikan informal. Pendidikan ini dapat menyesuaikan
kebutuhan masyarakat dalam pendidikan.
Pendidikan berbasis masyarakat adalah suatu proses yang
dirancang untuk memperkaya kehidupan individu dan kelompok
dengan mengikutsertakan orang-orang didalam wilayah geografi
67
dan dapat berbagi mengenai kepentingan umum. Menurut
Sihombing U (2001) tentang konsep pendidikan berbasis
masyarakat merupakan implementasi prinsip pendidikan dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Dilakukannya
pendidikan berbasis masyarakat adalah bagaimana pendidikan
dilakukan dan dikelola oleh masyarakat dengan memanfaatkan
fasilitas yang ada dimasyakat, menekankan pada kepentingan dan
partisipasi masyarakat agar mampu mandiri, terampil, memiliki
daya saing.
Terkait dengan pembinaan karakter kewirausahaan pada
lingkungan masysarakat, proses pendidikan berbasis masyarakat
dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal terkait
pembelajaran kepada masyarakat yang dilakukan melalui
pelatihan kewirausahaan, yakni:
1. Membelajarkan masyarakat tentang wirausaha melalui proses
belajar yang spontan dan alamiah
2. Membelajarkan masyarakat tentang wirausaha dengan prinsip
belajar dengan melakukan, memberikan pengalaman-
pengalaman (experience based learning)
3. Fokus pada kompetensi yang akan dicapai sesuai dengan
persoalan yang muncul dimasyarakat
4. Melakukan aktivitas mental dan fisik yang dilakukan dengan
interaksi aktif pada lingkungan masyarakat.
5. Melaksanakan kegiatan pelatihan kewirausahaan bagi
masyarakat dengan menekankan pada produksi pada suatu
produk secara praktik.
68
6. Melakukan kegiatan pelatihan kewirausahaan dengan cara
yang menyenangkan dan bermanfaat memberikan kemampuan
dan peningkatan penghasilan bagi masyarakat.
Dalam membelajarkan masyarakat dapat aktiv dan
produktif berwirausaha maka pengelola pendidikan dimasyarakat
meski menyesuaikan dengan kecenderungan kebutuhan
masyarakat. Karena dalam satu lingkungan masyarakat terdapat
multipersonal yang memiliki kebutuhan berbeda-beda, maka
proses pendidikan kewirausahaan dimasyarakat meski dilakukan
dengan pendekatan umum ke khusus. Namun orientasi aktivitas
pendidikan yang dilakukan meski selalu memperhatikan
pengembangan kemampuan kerja (skill) dan meningkatkan
pemberdayaan masyarakat secara keseluruhan.
Tujuan dilaksanakan pendidikan kewirausahaan
dilingkungan masyarakat diarahkan untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang ada dimasyaraakt khususnya terkait
dengan pemberdayaan ekonomi daan peningkatan kualitas sumber
daya didalam masyarakat. Pendidikan kewirausahaan bagi
masyarakat meski dilakukan berkesinambungan untuk mencapai
tujuan pendidikan dalam pembentukan karakter unggul wirausaha
hingga pada pencapaian kemampuan beriwirausaha. Melalui
pendidikan kewirausahaan pada masyarakat akan terbentuk
masyarakat yang berdaya saing, memberikan peluang untuk
mengembangkan kemampuan. Pendidikan dan pelatihan bagi
69
masyarakat pada akhinya akan membentuk suatu kebiasaan dan
kemampuan umum bagi masyarakat sekitar.
Masyarakat diharapkan dapat membiasakan diri dalam
melaksanakan kegiatan wirausaha dengan cara yang benar, dan
dapat memberikan pengaruh pada lingkungan masyarakat luas
yang belum tersentuh oleh pendidikan kewirausahaan bagi
masyarakat. Pada akhirnya akan terwujud perubahan didalam
masyarakat, sehingga masyarakat mampu mengakomodasi
kebutuhannya melalui peningkatan sumber daya yang mereka
miliki.
Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan adalah pembinaan UMKM di daerah Koto Talago
kecamatan Guguak Kota Payakumbuh. Pemberdayaan masyarakat
diberikan pada UMKM makanan di wilayah VII Koto Talago yang
telah mulai memanfaatkan media digital untuk memasarkan
produk mereka melalui situs-situs atau website. Namun
kemampuan dalam meningkatkan penggunaan media online ini
masih rendah, tidak terjadi peningkatan yang signifikan dengan
dilakukannya pemasaran online yang selama ini. Oleh karena itu
dilakukan satu pendekatan pendidikan dengan memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang penggunaan website
khusus untuk pemasarana online produk makanan UMKM
didaerah ini. Pengetahuan adalah hal utama dalam melakukan
proses pemasarana digital. Dengan meningkatkan kemampuan
personal, maka UMKM akan dapat menjalankan tranformasi digital
70
sesuai perkembangan revolusi industri 4.0. Masyarakat pengelola
UMKM dapat membuka pasar baru yang lebih luas, lebih mudah
menjangkau konsumen. Pemberdayaan masyarakat ini adalah
upaya untuk meningkatkan kemampuan wirausaha yang dilakukan
sehingga pemberdayaan masyarakat menyesuikan kebutuhan
wirausaha di abad 21 dapat terwujud, (Puspita, Yulastri, Yuliana,
2019).
71
3 PENGUKURAN KARAKTER
WIRAUSAHA
A. Karakter Wirausaha pada Model Pelatihan Kewirausahaan Smart Entrepreneur Model (SEM)
Saat melakukan penelitian tentang pengukuran karakter
wirausaha, seorang peneliti harus merumuskan indikator.
Indikator merupakan sesuatu yang dapat memberikan petunjuk
atau keterangan (KKBI.online, 2019). Jika diartikan secara umum
indikator merupakan ciri atau tanda yang merujuk pada suatu
bentuk atau kondisi tertentu. Indikator memberikan perunjuk,
indikasi keadaan sebagai suatu bentuk dugaan. Indikator
biasannya dikembangkan dari kajian teoritis yang dirumuskan
dalam bentuk instrumen penilaian.
Perumusan indikator karakter wirausaha pula demikian.
Untuk mengetahui rumusan indikator karakter wirausaha
72
berangkat dari kajian teoritis yang hadir dari penelitian, pemikiran
dan pengalaman terdahulu mengenai kewirausahaan. Pendapat
para ahli sering menjadi pengembangan sub-sub indikator
karakter wirausaha. Dalam kajian ini dibahas tentang 9 karakter
utama yang dikembangkan dalam Psikometri Tes yang dilakukan
pada pelatihan kewirausaahaan Smart Entrepreneur Model (SEM).
Model pelatihan kewirausahaan Smart Entrepreneur Model
yang disingkat dengan SEM adalah satu model pelatihan yang
dikembangkan sejak tahun 2017 di Universitas Negeri Padang.
Pengembangan model ini dilakukan untuk didanai dari Kementrian
Riset Teknologi dan Perdidikan Tinggi melalui dana hibah dengan
skim Penelitian Produk Terapan yang dilakukan secara
berkelanjutan selama dua tahun. Namun kemudian implementasi
dari model pelatihan ini dilakukan melalui hibah Pengabdian
Kepada Masyarakat dengan skim Pengembangan Program
Kewirausahaan.
Layaknya sebuah penelitian dan pengembangan, model
pelatihan kewirausahaan SEM ini telah melalui prosedur riset R&D
yang menyesuaikan dengan kaidah ilmiah. Pelaksanaan penelitian,
pengembangan hingga implementasi produk telah berulang kali
dilakukan dengan sampel berbeda. Hal ini bertujuan untuk
memastikan bahw model SEM ini layak menjadi suatu role model
yang baik untuk satu tujuan yang sama di kampus-kampus lainnya.
SEM telah melalui proses validasi oleh ahli melalui Forum
Group Discussion (FGD) oleh pakar untuk menjaring nilai validitas
73
dan ketepatan model untuk menjadi satu model pelatihan yang
baik dan benar-benar teruji. Revisi dilaksanakan semenjak awal
penemuan dan rancangan model hingga pada penerapan tahun
2018 dan tahun 2019, yang mengakibatkan model SEM awal
mengalami perubahan pada beberapa bagian terutama pada syntax
model. Model SEM ditargetkan dapat digunakan pada selutuh
universitas secara nasional maupun internasional dengan
karakteristik yang sama dengan populasi mahasiswa Universitas
Negeri Padang.
Saat ini model SEM telah diterapkan melalui beberapa riset
lanjutan dan program Pengabidan Kepada Masyarakat di daerah-
daerah khususnya di Sumatera Barat. Dengan menggunakan
produk pendamping penerapan berupa modul pelatihan dan buku
panduan model SEM yang selalu diperbaharui diharapkan model
ini mampu menjadi model yang bermanfaat dalam memudahkan
mahasiswa wirausaha mencapai mind set wirausaha, perubahan
karakter wirausaha, hingga mampu menjadi wirausaha mandiri
yang bermanfaat bagi hidupnya dan masyarakat.
Model SEM dilakukan untuk membentuk domain
kemampuan secara kognitif, afektif dan psikomotor pada akivitas
wirausaha berdasarkan pengukuran indeks kewirausahaan yang
dimiliki peserta pelatihan. Prosedur pelatihan yang utama adalah
melakukan tes indeks kewirausahaan pada peserta, kemudian
berdasarkan hasil indeks diinformasikan kepada mentor bahwa
peserta memiliki indeks kewirausahaan yang memiliki beragam
74
karakter wirausaha. Mentor diminta untuk memberikan arahan
untuk melatih peserta berdasarkan karakter wirausaha yang
dimilikinya. Dengan mengacu kepada masing-masing karakter
peserta bimbingan dan arahan mentor dilakukan hingga hampir 3
bulan. Sebelum melakukan pementoran peserta diberikan
pelatihan dasar wirausuha terutama fokus pada mind set dan
pembentukan karakter unggul wirausaha, pelatihan manajemen
wirausaha dan aktivitas pemasaran wirausaha berbasisi teknologi.
Selama pelatihan berangsung pengontrolan proyek
dilakukan melalui catatan harian yang diberikan kepada peserta
dan mentor pelatihan. Kerjasama dan bimbingan juga dilakukan
melalui media elektronik dan tatapa muka berkala. Upaya-upaya
yang dilakukan tersebut mengarah pada tujuan bahwa pembinaan
jiwa wirausaha harus dilakukan dengan kerjasama yang bersinergi
antara seluruh pihak yang dapat mendukung kesuksesan dalam
melakukan akivitas wirausaha.
Sesuai dengan konsep teori bahwa Latihan adalah proses
belajar dalam organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan maupun mengubah. Idwin B. Flippo
yang dikutip oleh Hasibuan (2006:36), pengertian latihan adalah:
Training is the act increasing the knowledge and skill of an employee
for doing a pertikular job. Latihan adalah merupakan suatu usaha
meningkatkan pengetahuan dan keahlian seseorang untuk
mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Demikian dalam
melaksanakan kegiatan pelatihan wirausaha dengan model SEM,
75
bahwa melakukan pelatihan adalah suatu upaya yang dilakukan
untuk mencapai satu kemampuan tertentu yaitu mampu menjadi
wirausaha yang mandiri meskipun dalam status mahasiswa.
Terkait dengan model pelatihan yang dikemukakan di atas,
metode pelatihan yang diterapkan dalam pelatihana SEM adalah
dengan menggunakan metode Mentoring (Coaching). Crawford
(2010) Mentoring merupakan Hubungan interpersonal dalam
bentuk kepedulian dan dukungan antara seseorang yang
berpengalaman dan berpengetahuan luas dengan seseorang yang
kurang berpengalaman maupun yang pengetahuannya lebih
sedikit.
Tujuan dari mentoring adalah untuk membentuk
kompetensi profesional di bawah kondisi yang realistis, saat
berlatih kinerja operasi tertentu, pemodelan koresponden
aktivitas kewirausahaan. Mentor menetapkan apausaha apa yang
akan mampu lakukan mahasiswa, Mentor menjelaskan tugas, dan
kemudian peserta pelatihan mengemukakan bagaimana mereka
mampu melaksankan tugas yang diberikan. Mentor menunjukkan
bagaimana melakukan tugas dan memberikan komentar setiap
langkah yang diambil peserrta pelatihan. Setelah peserta
menyelesaikan tugas, mentor memberikan umpan balik dan
mencapai kesepakatan dengan peserta.
Model Pelatihan Kewirausahaan ini dirancang berdasarkan
suatu proses penelitian dan pengembangan untuk memenuhi
kebutuhan dalam pelatihan Kewirausahaan yang dilengkapi
76
dengan tahapan-tahapan yang menjadi fase dalam pelaksanaan
pelatihan Kewirausahaan Model SEM, dan memiliki perangkat
pembelajaan sebagai pedoman dalam melaksanakan pelatihan bagi
mahasiswa dan bagi instruktur.
Keistimewaaan dari Model SEM yang telah dikembangkan
ini adalah memiliki fase awal dengan melakukan tes Phisikometri
untuk mengetahui indeks minat dan karakter wirausaha
mahasiswa yang menuntun pementoran sesuai dengan
rekomendasi hasil tes yang dilakukan, adanya perangkat serta
buku panduan penyelenggaraan pelatihan dengan materi-materi
yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta pelatihan. Model SEM
telah melaluI proses Validasi oleh para pakar untuk mewujudkan
kesempurnaan produk. Pada Tahap 1 di tahun pertama penelitian
ini buku Model telah dikembangkan beserta dengan
kelengkapannya untuk dapat dimanfaatkan dan diterapkan pada
tahap 2 ditahun kedua penelitian.
Melakukan penilaian karakter wirausaha yang berhasil
ditingkatkan sebagai dampak dari penerapan model pelatihan
kewirausahaan SEM dilakukan untuk mengetahui keefektvitan
model SEM ini. Tes psikometri yang dilakukan mengacu kepada 9
karakter wirausaha yang dimiliki peserta pelatihan diawal
pelatihan (pretest) dan diakhir pelatihan (postest). Skor ini
dibandingkan dan menjadi bahan evaluasi pada tahan berikutnya.
Indikator-indikator sikap yang dikembangkan dituangkan dalam
instrumen penilaian. Penilaian karakter dengan psikometri tes
77
indek kewirausahaan ini berangkat dari kajian ilmiah dalam riset-
riset populer tentang karakter wirausaha.
B. Pengembangan Instrumen Karakter Wirausaha
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk menilai
karakater wirausaha dalam diri seseorang. Banyak instrumen yang
dapat digunakan dalam menilai karakter wirausaha. Akurasi hasil
pengukuran ditentukan oleh seberapa dalam item-item (butir)
pernyataan dapat mengetahui dengan valid karakter wirausaha
yang muncul didalam diri seseorang.
Konsep karakter wirausaha yang dikembangkan menjadi
instrumen penelitian dapat berasal dari hasil-hasil studi terdahulu
dan dari artikel-artikel penelitian serta kajian teoetis yang
membahas tentang ciri sikap dan perilaku wirausaha. Riset yang
dilakukan Husna et.al (2018) menyatakan bahwa “Dalam literatur
psikologi kewirausahaan saat ini, penulis belum menemukan
adanya instrumen yang mengukur motivasi berprestasi,
keinovatifan, pengambilan risiko, dan otonomi dalam konteks
kewirausahaan. Seluruh instrumen kewirausahaan yang sudah ada
dikembangkan dalam bahasa Inggris sehingga perlu adaptasi untuk
digunakan di Indonesia. Sebagian dikembangkan sebagai konstruk
psikologis umum pada konteks non-kewirausahaan, seperti
kepegawaian di tempat kerja.”
Saat ini, patut menjadi perhatian para peneliti dan pengamat
bidang kewirausahaan untuk mengembangkan alat ukur
78
(instrumen) karakter wirausaha yang dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat (indeks) karakter wirausaha didalam diri
seseorang. Instrumen diharapkan dapat digunakan pada populasi
berusia produktif yang mengikuti pendidikan kewirausahaan
ditingkat SMK dan Perguruan Tinggi. Hal ini untuk terkait dengan
bahwa angkatan muda yang kini berjumlah lebih dari 60 juta jiwa
lebih atau sekitar 40% dari total angkatan kerja Indonesia sangat
disarankan untuk berwirausaha berdasarkan analisis Badan
Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Berikut ini beberapa bentuk instrumen pengukur karakter
wirausaha yang dikembangkan berdasarkan kajian teoritis dan
jurnal-jurnal dengan indikator-indikator yang disesuaikan dengan
kebutuhan peneliti.
Instrumen Pengukur Karakter Wirausaha (Kuratko dan Frederick, 2009)
Salah satu karakteristik paling penting dari seorang wirausahawan yang
sukses adalah keinginan untuk menjadi orang yang berprestasi. 10
pertanyaan berikut dirancang untuk membantu mengidentifikasi dorongan
berprestasi Anda. Pilih huruf yang paling cocok dengan jawaban Anda dan
tuliskan.
1. Seorang instruktur di salah satu kelas Anda telah meminta Anda untuk
memilih tiga opsi penilaian. Pilihan mana yang akan Anda pilih?
a. Mempelajari materi pelajaran, mengikuti ujian dan menerima nilai
yang saya peroleh
b. Gulung dadu dan dapatkan nilai A jika saya menggulirkan angka
ganjil dan D jika saya menggulirkan angka genap
79
c. Tunjukkan untuk semua kuliah di kelas, putar singkat makalah
panjang dan dapatkan nilai C.
2. Bagaimana Anda menggambarkan diri Anda sebagai pengambil
risiko?
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
3. Anda baru saja diminta oleh bos Anda untuk mengerjakan proyek baru
di samping banyak tugas yang sudah Anda lakukan. Apa yang akan
Anda sampaikan kepada bos Anda?
a. Karena saya sudah turun salju, saya tidak bisa menangani lagi.
b. Tentu, saya senang bisa membantu; berikan padaku.
c. Biarkan saya melihat kembali beban kerja saya saat ini dan
kembali kepada Anda besok tentang apakah saya dapat
melakukan pekerjaan lagi.
4. Orang seperti apa yang paling Anda inginkan?
a. Steve Jobs, pendiri Apple Computers
b. Donald Trump dari acara TV 'Apprentice'
c. Rupert Murdoch, CEO News Corporation.
5. Game mana yang paling Anda sukai untuk dimainkan?
a. Monopoli
b. Bingo
c. Roulette.
6. Anda telah memutuskan untuk menjadi lebih aktif secara fisik. Salah
satu pendekatan ini memiliki daya tarik terbesar untuk Anda?
a. Bergabung dengan tim olahraga lingkungan
80
b. Berolahraga sendiri
c. Bergabung dengan klub kesehatan setempat.
7. Dengan kelompok mana yang paling Anda sukai bermain poker?
a. Teman
b. Pemain dengan modal besar
c. Orang-orang yang dapat menantang saya
8. Yang mana dari orang-orang ini yang paling Anda sukai?
a. Seorang detektif yang memecahkan kejahatan
b. Seorang politisi memberikan pernyataan kemenangan
c. Seorang jutawan berlayar di kapal pesiar mereka.
9. Salah satu dari kegiatan ini yang ingin Anda lakukan pada malam hari?
a. Kunjungi seorang teman
b. Kerjakan hobi
c. Menonton televisi.
10. Pekerjaan mana yang memiliki daya tarik karier terbesar untuk Anda?
a. Seorang penjual komputer
b. Akuntan perusahaan
c. Pengacara pidana
SKOR
Transfer setiap jawaban Anda ke kunci penilaian berikut dengan
melingkari nomor yang sesuai. Misalnya, jika jawaban Anda untuk
pertanyaan 1 adalah c, Anda akan melingkari angka 2 di baris 1.
Total ketiganya kolom untuk sampai pada skor akhir Anda
81
Tabel 2. Skor Penilaian Instrumen Karakter Wirausaha Teori Frederick dan Kuratko
No. a b c
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10 2 6 7 10 2 4 10 4 10
0 10 2 10 0 10 2 7 10 5
2 2 10 5 0 6 10 4 4 10
Total
Grand Total
Tambahkan skor TOTAL untuk mendapatkan nilai Grand Total,
cocokan penilaian yang diperoleh dengan skala berikut:
PENCAPAIAN TINGGI: 76–100
PENCAPAIAN MODERAT: 50–75
PENCAPAIAN RENDAH: KURANG DARI 50
Penafsiran pertanyaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Orang yang berprestasi mengambil tanggung jawab pribadi
atas tindakan mereka. Mereka tidak suka mengandalkan
keberuntungan. Opsi ketiga (c) mengasumsikan waktu
kelas yang dihemat dengan tidak harus belajar untuk ujian
akan terbiasa belajar untuk kelas lain; kalau tidak,
jawabannya adalah nol.
2. Pencapai tinggi adalah pengambil risiko sedang dalam
situasi penting.
82
3. Orang yang berprestasi ingin mempelajari situasi sebelum
berkomitmen untuk mengambil tindakan.
4. Jobs adalah individu yang berprestasi tetapi lebih tertarik
pada desain dan teknik daripada di pencapaian tujuan.
Trump adalah tenaga penjualan / eksekutif yang sangat
berprestasi. Murdoch lebih didorong oleh kebutuhan akan
kekuatan daripada kebutuhan untuk mencapainya.
5. Monopoli memungkinkan orang yang berprestasi untuk
menggunakan keterampilan mereka. Bingo dan roulette
tergantung pada keberuntungan.
6. Orang yang berprestasi tinggi akan berhasil sendiri. Pilihan
terbaik kedua adalah bergabung dengan klub kesehatan,
yang memungkinkan kebebasan individu yang lebih sedikit
tetapi memberikan kesempatan untuk mendapatkan
umpan balik dan bimbingan dari individu yang mengerti
cara berolahraga secara efektif.
7. Orang yang berprestasi tinggi suka tantangan tetapi bukan
risiko tinggi. Jika Anda adalah pemain poker yang sangat
baik dan Anda pilih (b), Anda kemudian dapat
meningkatkan skor Anda pada pertanyaan ini dari 2
menjadi 10.
8. Karena orang-orang yang berprestasi ingin mencapai
tujuan, sang detektif akan memiliki daya tarik terbesar
untuk mereka. Politisi lebih tertarik pada kekuasaan dan
jutawan itu hanya menikmati hidup.
83
9. Orang yang berprestasi ingin melakukan hal-hal yang
membangun yang membantu mereka meningkatkan diri
mereka sendiri, jadi teruslah bekerja hobi akan menjadi
pilihan pertama mereka.
10. Tenaga penjual komputer dan pengacara kriminal memiliki
kebutuhan yang jauh lebih tinggi untuk dicapai daripada
apakah akuntan perusahaan.
Instrumen Pengukur Karakter teori Perkala Kerr, William R Kerr dan Tina Xu (2007) dalam Personality Traits of Entrepreneurs
Kerr at.al (2007) mengemukakan review tentang karakter
wirausaha dalam teori Model BIG-5. Model Big-5 adalah
pendekatan multidimensi menuju mendefinisikan kepribadian,
melalui mengukur keterbukaan, kesadaran, extraversion,
keramahan, dan neuroticism. Model ini telah dikembangkan
sejak tahun 1980 untuk menilai ciri-ciri. Model Big-5 telah
ditemukan untuk memengaruhi pilihan karier dan kinerja.
Perumusan pribadi model Big-5 ini untuk mengetahui cara
seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan lingkungan dan
individu lainnya. Tes kepribadian yang biasa digunakan untuk
penempatan kerja dan rekruitmen ini dapat digunakan untuk
mengukur tingkat karakter seseorang dalam personalitinya
menjadi seorang wirausaha.
Lima "sifat makro" dari Model Big-5 mencakup karakater:
84
1. Keterbukaan terhadap pengalaman (Openness to
experience): menggambarkan keluasan, kedalaman,
orisinalitas, dan kompleksitas kehidupan mental dan
eksperimental individu. Ketertarikan pada hal-hal baru.
Pribadi dengan keterbukaan terhadap pengalaman
memiliki cenderung lebih kreatif, Imajinatif, Intelektual,
penasaran dan berpikiran luas.
2. Kepekaan hati nurani (Conscientiousness):
menggambarkan kontrol impuls sosial yang
memfasilitasi tugas dan perilaku yang berorientasi pada
tujuan.Pribadi dengan kepekaan hati nurani memiliki
kecenderung lebih berhati-hati dalam melakukan suatu
tindakan ataupun penuh pertimbangan dalam
mengambil sebuah keputusan, mereka juga memiliki
disiplin diri yang tinggi dan dapat dipercaya.
Karakteristik Positif pada dimensi adalah dapat
diandalkan, bertanggung jawab, tekun dan berorientasi
pada pencapain.
3. Kesenangan mencari stimulus dari lingkungan
(Extraversion): menyiratkan pendekatan energik
terhadap dunia sosial dan material dan termasuk sifat-
sifat seperti sosialisasi, aktivitas, ketegasan, dan positif
emosionalitas. Pribadi extraversion cenderung memiliki
banyak teman, suka bergaul, menyukai kegiatan sosial,
mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, dan
memiliki perasaan senang dengan situasi ramah tamah.
85
4. Keramahan dan mudah bersepakat (Agreeableness):
kontras dengan orientasi prososial dan komunal
terhadap orang lain dengan antagonisme dan termasuk
sifat-sifat seperti altruisme, pikiran yang lembut,
kepercayaan, dan kesopanan. Kepribadian yang ingin
menghindari konflik, kerjasama, penuh kepercayaan,
bersikap baik pada personal lainnya, hangat, dan suka
membantu.
5. Kemampuan menahan tekanan (Neurotisisme): kontras
stabilitas emosional dan bahkan mampu beradaptasi
dengan pengendalian pada emosi negatif, seperti
perasaan cemas, gugup, sedih, dan tegang. Neuroticism
adalah dimensi kepribadian yang menilai kemampuan
seseorang dalam menahan tekanan atau stress.
Karakteristik Positif dari Neuroticism disebut dengan
Emotional Stability (Stabilitas Emosional), Individu
dengan Emosional yang stabil cenderang Tenang saat
menghadapi masalah, percaya diri, memiliki pendirian
yang teguh. Dimensi Kepribadian Neuroticism atau
Neurotisme yang pada dasarnya merupakan sisi negatif
ini sering disebut juga dengan dimensi Emotional
Stability (Stabilitas Emosional) sebagai sisi positifnya,
ada juga yang menyebut Dimensi ini sebagai Natural
Reactions (Reaksi Alami).
86
Pengembangan teori Model Big-5 menjadi instrumen penilaian
karakter wirausaha dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 3. Instrumen Karakter Wirausaha berdasarkan Teori Model Big-5
No. Pernyataan Sikap Alternatif Jawaban
Kuat (3)
Sedang (2)
Lemah (1)
Openness to experience
1 Senang mencoba hal-hal baru
2 Berkreasi dengan mencoba
3 Kreativitas yang tiada batas
4 Inovasi dan penciptaan sesuatu
5 Imajinasi pada hal yang unik
Conscientiousness
1 Kehati-hatian dalam melakukan suatu tindakan
2 Melakukan suatu hal fokus pada tujuan
3 Dapat dipercaya
4 mudah beradaptasi dengan lingkungan baru
5 Suka beramahtaman
Extraversion
1 Energik terhadap dunia sosial
2 Memiliki banyak teman
3 Suka bergaul
4 Menyukai kegiatan sosial,
5 Mudah beradaptasi dengan lingkungan baru
Agreeableness
1 Pikiran yang lembut
2 Kepercayaan
3 Kesopanan.
4 Menghindari konflik
5 Bersikap baik pada personal lainnya
Neurotisisme
1 Mampu beradaptasi
2 Pengendalian pada emosi negatif
3 Tenang saat menghadapi masalah
4 Percaya diri
5 Pendirian yang teguh
Total
87
Analisis:
Lakukan penjumlahan skor yang anda peroleh. Lakukan penghitungan persentase dengan rumus Persentase (%) = Skor/75 x 100
Interpretasi % dalam karakter Wirausaha:
100% - 90% = Sangat Kuat
89% - 80% = Kuat,
79% - 65% = Cukup/Sedang
64% - 55% = Lemah
54% - 0% = Sangat Lemah
Berdasarkan hasil analisis terhadap Karakter wirausaha yang
anda miliki lakukanlah pendekatan terhadap diri sendiri untuk
meningkatkan tingkat/level karakter wirausaha didalam diri
anda. Karakter wirausaha dapat berubah sesuai dengan upaya
pribadi yang ada lakukan dalam mengasah karakter wirausaha.
C. Pengukuran Karakter Wirausaha
Kajian tentang pengukuran karakter wirusaha ini dilakukan
berdasarkan penelitian menerapkan model pelatihan
kewirausahaan Smart Entrepreneur Model (SEM). Penelitian
dilakukan pada peserta pelatihan dari populasi terpilih sebagai
sampel yng merupakan peserta Program Mahasiswa Wirausaha
Universitas Negeri Padang pada tahun 2019.
Sesuai dengan syntax (fasae-fase penerapan) model
pelatihan yang telah dikembangkan, terdapat kegiatan pengukuran
indeks kewirausahaan peserta yang dilakukan dua kali dalam
88
tahapan pretest dan postest. Pada fase ketiga peserta
melaksanakan Tes psikometri untuk menilai tahap (indeks)
kewirausahaan yang dimiliki peserta sebelum melakukan
pelatihan. Proses tes psikometri dilakukan dengan prosedur:
Tabel 4. Prosedur Pelaksanaan Tes Psikometri Peserta Pelatihan
No. Kegiatan 1. Mengumpulkan peserta untuk pelatihan 2. Menginformasikan kepada peserta tentang tata cara
melaksanakan tes PIKEN 3. Melaksanakan tes 4. Mendeskripsikan hasil tes
Tes piken yang telah dilakukan kemudian ditabulasikan
dengan hasil sebegai berikut:
Tabel 5. Hasil Tes PIKEN (Pretest)
NO. RINGKASAN SKOR INDEKS PENGUSAHA TOTAL RATA
Resp. K1 (%)
K2 (%)
K3 (%)
K4 (%)
K5 (%)
K6 (%)
K7 (%)
K8 (%)
K9 (%)
∑ %
1 80 86 70 73 85 69 74 76 95 708 79
2 69 80 70 68 88 49 71 71 73 639 71
3 75 86 70 63 78 63 69 71 76 651 72
4 72 69 70 55 83 63 66 69 71 618 69
5 71 83 68 53 78 54 69 71 68 615 68
6 69 83 57 60 63 71 68 84 69 624 69
7 75 77 63 70 75 67 80 72 66 645 72
8 68 71 55 63 75 54 71 72 70 599 67
9 69 89 65 57 68 60 57 61 70 596 66
10 74 74 63 60 80 69 63 72 80 635 71
11 70 71 65 55 80 69 63 72 80 625 69
12 69 74 57 63 70 51 74 68 78 604 67
13 75 80 75 80 65 63 78 66 77 659 73
89
NO. RINGKASAN SKOR INDEKS PENGUSAHA TOTAL RATA
Resp. K1 (%)
K2 (%)
K3 (%)
K4 (%)
K5 (%)
K6 (%)
K7 (%)
K8 (%)
K9 (%)
∑ %
14 72 77 57 53 78 66 77 75 74 629 70
15 70 80 60 55 73 60 69 72 60 599 67
16 78 89 70 57 83 71 74 67 99 688 76
17 54 66 65 53 63 49 69 80 81 580 64
18 76 69 55 53 76 60 60 61 69 579 64
19 51 76 56 60 75 60 74 65 60 577 64
20 76 54 65 89 78 67 59 65 76 629 70 TOTAL
1413
1534
1276
1240
1514
1235
1385
1410
1492
12499
1388,8
% 71 77 64 62 76 62 69 71 75 625 69
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan grafik rata-
rata skor PIKEN sesuai sebagai berikut:
Gambar 1: Histogram Rata-rata Hasil TEs PIKEN (Pretest)
Berdasarkan hasil analisis data rata-rata tes PIKEN (Pretest)
yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa 9 karakter wirausaha
7177
64 62
76
6269 71
75
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Rata-rata hasil tes PIKEN (Pretest)
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9
90
yang dimiliki peserta saat sebelum dilakukan pelatihan (pretest)
menunjukkan hasil sesuai dengan Tabel 8 berikut ini:
Tabel 6. Deskripsi Hasil Tes PIKEN (Pretes)
Kode (K) Karakter Wirausaha Rata-rata Interpretasi
K1 Sikap wirausaha 71% Sedang K2 Locus internal kontrol 77% Sedang K3 Daya motivasi 64% Rendah K4 Yakin diri 62% Rendah K5 Kebutuhan
berprestasi 76% Sedang
K6 Mengambil resiko 62% Rendah K7 Nilai moral wirausaha 69% Sedang K8 Pemikiran wirausaha 71% Sedang K9 Tingkah laku
wirausaha 75% Sedang
Rata-rata Skor 69% Sedang
Berdasarkan hasil tes PIKEN (pretest) dapat disimpulkan
bahwa karakter wirausaha yang ditunjukkan oleh peserta masih
berada pada rentang skor 65% – 79% dengan kategori Sedang.
Fase 8 memiliki aktivitas sama dengan fase kedua yakni melakukan
kembali tes psikometri. Pelaksanaan tes dilakukan memiliki
tahapan yang sama dengan fase 2. Posttest ini bertujuan untuk
mendapatkan data pembanding mengenai indeks kewirausahaan
peserta pelatihan setelah melakukan pelatihan. Tingkat
keberhasilan pelatihan akan ditunjukkan dengan meningkatnya
indeks kewirausahaan mahasiswa dalam karakteristik wirausaha
yang dimilikinya. Hasil tes ini secara statistic dengan masing-
masing dimensi (indikator) pengukur akan di analisis melalui
91
selisih skor yang dimuncul dalam membandingkan skor pretest
dan porstest.
Deskripsi hasil tes PIKEN yang telah dilaksanakan pada
tahapan postest dapat dilaporkan sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Tes PIKEN (Postest)
NO. RINGKASAN SKOR INDEKS PENGUSAHA TOTAL RATA
RESP K1
(%) K2
(%) K3
(%) K4
(%) K5
(%) K6
(%) K7
(%) K8
(%) K9
(%) ∑ %
1 98 85 88 87 90 70 80 83 95 776 86
2 97 86 87 80 88 70 80 98 95 781 87
3 88 86 87 88 68 88 88 90 88 771 86
4 88 78 90 88 78 98 80 90 90 780 87
5 98 83 96 77 78 66 69 66 98 731 81
6 90 83 81 78 88 99 80 87 98 784 87
7 98 80 96 80 87 82 80 76 87 766 85
8 95 77 99 90 75 87 66 65 80 734 82
9 80 89 98 83 75 88 75 79 90 757 84
10 88 80 98 76 80 90 81 84 87 764 85
11 80 89 95 78 84 78 98 79 85 766 85
12 96 87 96 75 78 90 79 87 98 786 87
13 80 80 96 89 87 85 77 89 85 768 85
14 96 86 90 80 76 78 87 79 90 762 85
15 87 88 89 82 86 80 87 88 87 774 86
16 99 88 90 86 82 80 81 87 95 788 88
17 80 87 89 88 90 93 90 87 90 794 88
18 95 88 90 80 90 98 99 92 90 822 91
19 90 78 98 90 80 78 80 89 88 771 86
20 90 89 88 90 87 80 85 82 89 780 87
Total 1813 1687 1841 1665 1647 1678 1642 1677 1805 15455 1717,2
Rata-rata
91 84 92 83 82 84 82 84 90 773 86
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan grafik rata-
rata skor Postest PIKEN sebagai berikut:
92
Gambar 2. Histogram Rata-rata Hasil PIKEN (Postest)
Berdasarkan hasil analisis data rata-rata tes PIKEN (Posttest)
yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa 9 karakter wirausaha
yang dimiliki peserta saat sebelum dilakukan pelatihan (pretest)
menunjukkan hasil sesuai dengan Tabel 8 berikut ini:
Tabel 8. Deskripsi Hasil Tes PIKEN (Pretes)
Kode (K) Karakter Wirausaha Rata-rata Interpretasi
K1 Sikap wirausaha 91% Sangat Tinggi K2 Locus internal kontrol 84% Tinggi K3 Daya motivasi 92% Sangat Tinggi K4 Yakin diri 83% Tinggi K5 Kebutuhan berprestasi 82% Tinggi K6 Mengambil resiko 84% Tinggi K7 Nilai moral wirausaha 82% Tinggi K8 Pemikiran wirausaha 84% Tinggi K9 Tingkah laku wirausaha 90% Sangat Tinggi
Rata-rata Skor 86% Tinggi
91
84
92
8382
84
82
84
90
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
Hasil Postest PIKEN
93
Berdasarkan hasil tes PIKEN (pretest) dapat disimpulkan
bahwa karakter wirausaha yang ditunjukkan oleh peserta telah
menunjukkan rata-rata hasil karakter yang tinggi sebagai seorang
wirausaha karena berada pada rentang skor 89% – 80%.
Untuk menunjukkan selisih kenaikan hasil pretest daan
postest dapat dilihat pada histogram berikut ini:
Gambar 3. Perbedaan Pretes Postesy dan Selisih Hasil tes PIKEN
Berdasarkan histogram yang dikemukakan di atas maka
dapat dijelaskan bahwa peningkatan hasil yang paling tinggi adalah
pada karakter daya motivasi sebesar 28%, karakter mengambil
resiko sebesar 22%, karakter yakin diri 21%, karakter sikap
wirausaha sebesar 20%, karakter tingkah laku wirausaha
meningkat dengan selisih skor 15%, karakter nilai moral
wirausaha dan pemikiran wirausaha dengan selisih 13%, karakter
20
8
2821
7
2213 13 15 16
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Perbedaan Pretest Postest dan Selisih hasil tes PIKEN
Pretest Posstest Selisih
94
kebutuhan berprestasi 7% dan nilai moral wirausaha hanya naik
sebesar 8%. Sedangkan rata-rata skor memiliki selisih sebesar
16%. Hasil penelitian ini bermakna bahwa secara rata-rata terjadi
kenaikan nilai karakter wirausaha pada seluruh indikator
penilaian yang dilakukan. Dengan demikian dinyatakan bahwa
penerapan model pelatihan kewirausahaan Smart Entrepreneur
Model berhasil meningkatkan kualitas karakter wirausaha peserta.
D. Penelitian Karakter Wirausaha
Bagian ini akan dikemukakan beberapa penelitian yang
dilakukan untuk mengukur karakter wirausaha.
1. Entrepreneurial characteristics amongst university students. Some insights for entrepreneurship education and training in Turkey. Yonca Gu¨rol dan Nuray Atsan (2017).
Sebuah penelitian yang dilakukan di Turki dengan tujuan untuk
mengeksplorasi profil mahasiswa yang berwirausaha,
membuat evaluasi untuk orientasi kewirausahaan dengan
membandingkan mereka dengan mahasiswa yang cenderung
tidak berwirausaha. Hasil penelitian ini merekomendasikan
bahwa terdapat enam sifat, yaitu kebutuhan akan prestasi,
lokus kontrol, kecenderungan mengambil risiko, toleransi
untuk ambiguitas, inovasi dan kepercayaan diri, digunakan
sebagai indikator menentukan profil kewirausahaan
mahasiswa.
95
Penelitian ini menggunakan model sifat kewirausahaan untuk
menguji enam sifat yang terkait dengan kewirausahaan, yaitu
kebutuhan akan prestasi, locus of control, pengambilan risiko
kecenderungan, toleransi terhadap ambiguitas, inovasi dan
kepercayaan diri. Tes yang dilakukan untuk memverifikasi
hipotesis menghasilkan data yang menunjukkan bahwa
mahasiswa dengan kecenderungan kewirausahaan lebih
inovatif, memiliki lebih banyak insentif untuk sukses, lebih
banyak kontrol dari dalam dan lebih banyak kecenderungan
untuk mengambil risiko, dibandingkan dengan mereka yang
tidak memiliki kecenderungan untuk berwirausaha. Sebagai
kesimpulan, bahwa program pendidikan tinggi di Turki dapat
fokus pada pengembangan karakteristik wirausaha. Kerja tim
dan permainan bisnis, misalnya, bisa menjadi alat untuk
mengembangkan keterampilan wirausaha. Namun, juga
diperhatikan bahwa tidak banyak perbedaan antara kedua
kelompok sampel berkenaan dengan sifat kepercayaan diri.
Lebih jauh, tidak ada perbedaan berarti ditemukan di antara
mahasiswa yang cenderung kewirausahaan dan sisanya dalam
hal toleransi untuk ambiguitas. Temuan ini, pada kenyataannya,
dapat dianggap sebagai konsekuensi dari kecenderungan kuat
untuk menghindari ambiguitas, yang umum di kalangan
masyarakat Turki. Temuan ini juga dapat dianggap sebagai
hasil dari proses transisi ekonomi di Turki, yang dapat
menimbulkan dampak negatif mahasiswa dalam hal status
pekerjaan masa depan mereka. Karakteristik wirasuaha juga
96
dapat ditingkatkan dalam pendidikan tinggi untuk
meningkatkan masa depan negara kelayakan ekonomi.
2. The Minang Entrepreneur Characteristic. Primajati Candra Hastutia, Armanu Thoyibb, Eka Afnan Troenac, Margono Setiawand.
Budaya Minang berbeda dari budaya lain, budaya ini memiliki
unsur migrasi yang menjadi ciri khasnya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan analisis kualitatif untuk
mengungkap peran tokoh wirausaha Minang dalam mengelola
bisnis mereka di bidang Restoran Padang. Hasil penelitian
menyatakan bahwa budaya Minang dengan banyak ucapan
bijak mampu memberikan warna dalam karakteristik
wirausaha Minang. Berdasarkan penelitian, diidentifikasi
bahwa wirausaha Minang memiliki karakteristik kepercayaan
diri, pekerja keras, perhitungan cermat/ekonomis,
kemandirian, ketekunan, kontribusi kepada keluarga,
konsistensi, kecerdikan, fleksibilitas, keberanian untuk
menghadapi tantangan dari bisnis. Karakteristik ini
berkontribusi pada keberhasilan kewirausahaan etnis Minang
di lokasi migrasi yang ditargetkan. Karakter pribadi individu
yang berada dalam kondisi budaya tertentu akan mendapat
pengaruh dari lingkungan budaya yang berbeda derajat,
tergantung pada seberapa besar kegiatan individu di
lingkungan budaya. Karena itu, pengusaha dengan latar
belakang etnis tertentu akan menghadirkan fitur dan nilai khas
etnis mereka sendiri. Karakter etnis dan karakter karakteristik
97
individu menyebabkan perbedaan karakter dengan pengusaha
lain. Secara umum, masyarakat Minang dicirikan sebagai
masyarakat yang menjunjung tinggi Islam baik sebagai agama
maupun sebagai pedoman hidup, memiliki kekerabatan
matrilineal, biasanya tersebar di luar wilayah kesukuan, tidak
takut/gentar dalam menghadapi tantangan, kesulitan dan rasa
sakit, berani mengungkapkan kebenaran kepada orang lain,
hidup dengan penuh energi, tanpa setengah-setengah, hidup
dalam kehidupan yang menantang, merasa senang dan aktif,
punya rencana dan perkiraan yang jelas dan tepat. ("Barek
Hiduik, baukue jo bajangko"), ambil ketidakberpihakan dan
perlakukan orang lain tentang kelompok mana yang
diperlakukan. Perwujudan karakteristik pengusaha dapat
dilihat melalui perspektif, pengambilan keputusan dan bisnis
implementasi.
3. Entrepreneurial competences: Assessment and predictive value for entrepreneurship. Eva Kyndt, Herman Baert (2015).
Pertama penelitian ini bertujuan untk menilai kualitas
psikometrik kuesioner yang dianggap penting untuk
wirausaha. Studi kedua dilakukan untuk meneliti nilai prediktif
kompetensi seorang wirausaha. Hasil menunjukkan kualitas
psikometri dan pengukuran invarian di seluruh kelompok
instrumen. Instrumen berisi dua belas kompetensi yang
dibahas di atas dan dianggap relevan bagi pengusaha di
berbagai sektor. Kuesioner ini dikembangkan antara 2005 dan
98
2007 bekerja sama dengan pengusaha dan organisasi (Unizo,
VDAB, &Syntra). Item dari kuesioner dirumuskan sebagai
indikator perilaku dan calon pengusaha. Analisis dimulai
dengan mengevaluasi kualitas instrumen. Konvergen yang
validitas kuesioner dinilai dengan menggunakan analisis faktor
konfirmatori. Dua himpunan bagian acak dari data yang
dikumpulkan menggunakan fungsi bagian dalam R. A pertama
acak bagian digunaka. Selanjutnya, ANOVA berbeda dengan
Tukey posthoc tes dieksekusi untuk menilai perbedaan dan
ukuran efeknya untuk setiap kompetensi secara terpisah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kualitas psikometri tes dan
pengukuran invarian valid di seluruh kelompok instrumen.
Peringkat Kompetensi calon wirausaha secara konsisten dan
signifikan lebih rendah daripada wirausaha yang
berpengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ketekunan dan wawasan pasar berkontribusi positif untuk
tetap aktif sebagai wirausahaa. Penelitian menunjukkan bahwa,
meskipun terbatas, kompetensi yang dimiliki wirausaha saat
sekarang memprediksi kewirausahaan yang akan dilakoninya
dimasa depan. Namun, sebagian besar peserta menyelesaikan
kuesioner sebelum mereka aktif sebagai wirausaha (calon
wirausaha). Meskipun indikator perilaku digunakan, peserta
menyelesaikan kuesioner dengan pembiasaan dan perilaku
yang saat ini atau sebelumnya mereka kerja dalam pikiran.
Penelitian longitudinal diperlukan untuk melihat apakah
perilaku mereka berubah dan kompetensi mereka berkembang
99
dari waktu ke waktu setelah memulai bisnis mereka. Selain itu,
bisa memeriksa apakah pengembangan kompetensi lebih
penting daripada starting tingkat kompetensi untuk seorang
wirausaha.
4. Developing Entrepreneurs: Entrepreneurial Characteristics Of University Students. Oğuzhan İrengün (2019).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keyakinan dan
karakteristik mana yang mempengaruhi niat kewirausahaan
mahasiswa semua bidang pendidikan Turki. Peneliti
menganalisis karakteristik kewirausahaan dan informasi
demografis 450 mahasiswa universitas di Turki dan
mengelompokkan sampel ke dalam kelompok yang berbeda.
Analisis faktor dilakukan pada 27 atribut berbeda dari
karakteristik wirausaha mahasiswa yang menjadi sampel.
Enam faktor telah muncul dari analisis ini, yang menjelaskan
sebanyak 55% dari karakteristik wirausaha. Efek demografis
menjadi atribut pada faktor-faktor ini. Hasil dari faktor
menentukan tiga cluster dan diberi nama "Belajar",
"Menunggu" dan "Siap untuk Pergi” masing-masing
mengungkapkan karakteristik kewirausahaan mahasiswa.
Kewirausahaan, motif wirausaha, faktor pendorong dan
wirausaha perilaku kewirausahaan menjadi topik utama dalam
dunia akademis, pemerintah, bisnis dan LSM karena itu sangat
penting untuk kekayaan dan kemakmuran suatu negara dan
dunia pada umumnya. Pengelompokan responden memiliki
100
uraian perilaku bahwa responden klaster “Belajar” memiliki
perilaku yang dapat memberikan informasi penting tentang
proyeksi masa depan dan kebijakan pemerintah. Peningkatan
teknologi yang begitu cepat, peluang bisnis online, dunia yang
terglobalisasi membuat wirausaha muda dan orang
berpendidikan lebih penting dari sebelumnya. Analisis regresi
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
partisipasi pelatihan seperti pemasaran, pengantar bisnis atau
kewirausahaan dan kepemilikan orang tua dari suatu
perusahaan pada pengetahuan kewirausahaan mahasiswa.
Sebagian besar orang yang ingin terlibat dalam kegiatan
kewirausahaan berhenti karena mereka tidak memiliki cukup
informasi dan dukungan di lapangan. Jadi, lembaga pendidikan
tinggi harus memiliki lebih banyak kursus tentang
kewirausahaan atau koneksi yang diterapkan organisasi seperti
UMKM. Kelompok wirausaha yang berkluster "Menunggu"
menunjukkan skor relatif rendah pada setiap aspek
karakteristik wirausaha. Yang menarik adalah bahwa
responden dari cluster 2 memiliki lebih banyak informasi
daripada yang ada di klaster 1 tentang pengetahuan
kewirausahaan, tetapi mereka memiliki skor lebih rendah pada
kebutuhan untuk mencapai, keinginan kepemilikan dan daya
saing. Teori kewirausahaan menunjukkan bahwa
kewirausahaan bukan hanya tentang keuntungan moneter.
Daya saing dan keinginan kepemilikan terkait juga dengan
faktor-faktor seperti kepemilikan orang tua dari suatu
101
perusahaan, tingkat, dan bidang pendidikan dan jenis lembaga
pendidikan. Turki faktor-faktor ini sangat dipengaruhi oleh
keluarga, efek keluarga dan budaya sangat penting dan
bermakna dalam kewirausahaan. Kluster ketiga diberi label
"Siap untuk Pergi" karena responden kluster ini memiliki skor
tinggi pada setiap aspek karakteristik wirausaha. Kluster ketiga
menyimpang dari dua cluster lainnya kebanyakan pada
pengetahuan kewirausahaan, yang bisa dilihat sebagai aspek
kewirausahaan yang paling berharga yang bisa dilihat sebagai
pengetahuan kewirausahaan. Dapat dikatakan bahwa
wirausahawan adalah, kebanyakan orang; yang suka bekerja
dalam keadaan kompetitif, terbuka untuk pengalaman baru,
memiliki keinginan untuk mencapai tujuan mereka, ingin
memiliki dan mengelola organisasi mereka dan hasil terpenting
dari penelitian ini adalah pendidikan kewirausahaan dari
sekolah atau keluarga mempengaruhi perilaku kewirausahaan.
102
DAFTAR REFERENSI
Bruttel, L., & Fischbacher, V. 2013. Taking the initiative. What
characterizes leaders? European Economic Review, 64, 147-
168. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.euroecorev.2013.08.
008.
Christopher S. Hayter. 2015. Constraining entrepreneurial development: A knowledge-based viewof social networks among academic entrepreneurs. Research Policy 45 (2016) 475–490
Coduras, A., Levie, J., Kelley, D.J., Saemundsson, J.R., Schott, T. 2010. Global Entrepreneurship Monitor Special Report: A GlobalPerspective on Entrepreneurship Education and Training. Global Entrepreneurship Research Association, Wellesley, MA.
Ditjen Dikti. 2015. Pedoman Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Tahun 2015. Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi
Eva Kyndt, Herman Baert. 2015. Entrepreneurial competences: Assessment and predictive value for entrepreneurship. Journal of Vocational Behavior. Volume 8791(15) 76-84.
Flippo, Edwin. 1995. Manajemen Personalia, Edisi Keenam. Jakarta.
Erlangga.
Frederick. H., Kuratko. D. 2009. Entrepreneurship, Tehoery, Process, Practice. Australia: Cengage Learning Australia.
Frese, M., & Gielnik, M. M. 2014. The Psychology of
Entrepreneurship. Annual Review of Organizational
Psychology and Organizational Behavior, 1, 413-438. doi:
103
http://dx.doi.org/10.1146/annurev-orgpsych-031413-
091326.
Ganefri. 2017. Perspektif Pedagogi Entrepreneurship di Pendidikan Tinggi. Depok: Kencana Prenada Media Group.
Ganefri, Hidayat, H., Yulastri, A., Edya., F. 2017. Designing Learning
Stages of Production Based Entrepreneurship Learning in
the Technology and Vocational Education. Seminar Nasional
Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4)
Institut Teknologi Padang (ITP), Padang.
George R. Terry. 2003. Prinsip- prinsip Manajemen. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Andi Offset.
Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen Jilid 1 Edisi 7. Jakarta: Erlangga
Hasibuan, Malayu S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi. Aksara.
Hastuti P.C, Thoyib, A. Troena, E.A., Setiawan, M. 2015. The Minang Entrepreneur Characteristic. Procedia - Social and Behavioral Sciences 211 (2015) 819 – 826
Hikmatul, Bariroh. 2014. Psikologi Kewirausahaan. Diakses melalui http://hikmahpsikologku.blogspot.co.id/2014/01/psikologi-kewirausahaan. Pada tanggal 10 Maret 2017
Hines, J. L. (2004). Characteristics of an entrepreneur. Surgical
Neurology, 61(4), 407-408. doi: http://dx.doi.org/10.1016/
j.surneu.2003.05.004.
Husna, A.F., Zahra, A.A., Haq, A. 2018. Skala Karakter Wirausaha
(SK-Wira): Konstruksi Dan Validasi Awal. Jurnal Psikologi
Vol. 17 (2), Oktober 2018, 143-160.
104
James, William. 2007. The Principles of Psychology. Vol.1. New
York: Inc
Jimenez, A, Carmen P, María J, Bernalb J. 2015. The impact of educational levels on formal and informal entrepreneurship. Business Research Quarterly Vol. 34 (12) 9 – 21
Kerr. S.P., Kerr, W.R., Xu. T., 2017. Personality Traits of
Entrepreneurs:
A Review of Recent Literature. Working Paper. Harvard
Business School
Kneller, G.F. 1971. Instruduction ti The Philosophy of Education,
Second ed. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Komala, P. 2011. Pengaruh nilai budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kuratko, D.F. 2003. Entrepreneurship Education: Emerging Trends and Challenges for the 21st Century, Coleman Foundation White paper Series, http://usasbe.org/pdf/CWP-2003- kuratko.pdf.
Lickona, T. 2012. Mendidik Untuk Membentuk Karakter:
BagaimanaSekolah dapat Memberikan Pendidikan Sikap
Hormat dan Bertanggung Jawab. 2012. Penerjemah: Juma
Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara.
Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Mc Clelland, D. 1987. Pengantar Kewirausahaan. Jakarta: Intermedia
105
Meredith, Geoffrey G., Nelson, Robert E., & Neck, Phllip A. 2002. Kewirausahaan. Teori dan Praktek (The Practice of Entrepreneurship). Jakarta: Penerbit PPM.
Muhibbin Syah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan
baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Oğuzhan İRENGÜN. 2019. Developing Entrepreneurs: Entrepreneurial Characteristics Of University Students. Beykoz Akademi Dergisi, 2019; 7(2), 202-221
Prasetyo, Iis. 2009. Membangun Karakter Wirausaha melalui
Pendidikan Berbasis Nilai dan Program Pendidikan Non
Formal. Jurnal PNFI, Volume 1 (1), Agustus 2009, 1 – 12.
Prawirokusumo, Soeharto. 2010. Kewirausahaan dan Manajemen
Usaha Kecil,. Yogyakarta, BPFE.
Puspita, H.P., Yulastri. A., Yuliana. 2019. Development of E-
Commerce Website at MSME Food VII Koto Talago Village,
Lima Puluh kota District. International Research Journal of
Advanced Engineering and Science. Volume 4 (4), Hal: 206-
210.
Robbins, Stephen P dan Coulter Mery.(2010). Manajemen (Edisi
Kesepuluh). Jakarta. Erlangga.
Samani, M., dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Simamora, Henry. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
2, STIE YKPN. Yogyakarta
Sudrajat. 2011. Konsep Kewirausahaan dan Pendidikan
Kewirausahaan. https://akhmadsudrajat.wordpress.com/
2011/06/29/konsep-kewirausahaan-dan-pendidikan-
kewirausahaan/
106
Suryana. 2010. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat, dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Sutanto, O., dan Nurrachman, N. 2018. Makna Kewirausahaan Pada
Etnis Jawa, Minang, Dan Tionghoa: Sebuah Studi
Representasi Sosial. Jurnal Psikologi Ulayat (2018), 5(1), 86-
108
Tambunan, D. 2014. The Multiple Roles of Entrepreneurial Project in International Business Management. International Conference on Entreprenuership Education. Universitas Ciputra 28-29 Agustus 2014, Surabaya
Ugalde-Binda, N., Balbastre-Benavent, F., Canet-Giner, M. T., &
Escribá-Carda, N. (2014). The role of intellectual capital and
entrepreneurial characteristics as innovation drivers.
Innovar, 24(53), 41-60. doi: http://dx.doi.org/10.15446/
innovar.v24n53.43793
Veber, J., Srpová, J. a kolektiv. 2005. Podnikání malé a střední firmy.
Praha: Grada. ISBN 80-247-1069-2
Wibowo, A. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun KarakterBangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yulastri, A., Hidayat, H., Ganefri, Islami, S., Edya., F. 2017.
Developing an Entrepreneurship Module by Using Product-
Based Learning Approach in Vocational Education.
INTERNATIONAL JOURNAL OF ENVIRONMENTAL &
SCIENCE EDUCATION 2017, VOL. 12, (5), Hal: 1097-1109.
Yulastri, A., Islami, S., Ganefri. 2018. The Validity of
Entrepreneurship Module-Based Products in Vocational
Education. International Conference Asosiasi Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan Indonesia (APTEKINDO) 2018
107
Zhao, H., & Seibert, S. E. (2006). The Big Five Personality
Dimensions and Entrepreneurial Status: A Meta-Analytical
Review. Journal of Applied Psychology, 91(2), 259-271. doi:
http://dx.doi.org/10.1037/0021-9010.91.2.259.
Zimmerer, T. W., Scarborough, N.M., & Wilson, D. 2008. Essentials of entrepreneurship and small business management (4th ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.
108
BIODATA PENULIS
Dra. Asmar Yulastri, Ph.D adalah seorang pengajar di
Fakultas Pariwisata dan Perhotelan Universitas
Negeri Padang dan Kepala Pusat Pelaksana Teknis
Pengembangan Karir dan Kewirausahaan Universitas
Negeri Padang. Pendidikan formal sarjana
diselesaikan di IKIP Padang, Pendidikan S2 di IKIP
Yogyakarta dan S3 di Universiti Kebangsaan Malaysia. Pendidikan S1, S2
maupun S3 yang diambil pada jalur pendidikan Vokasional.
Salah satu mata kuliah yang diampu semenjak menjadi dosen,
adalah Kewirausahaan baik pada mahsiswa S1, S2, maupun S3. Selama
menjadi dosen sudah banyak penelitian dibidang Vokasional dan
Kewirausahaan yang dilakukan, diantaranya adalah: Pengaruh
Kecenderungan Personaliti Kerjaya Tahap Pengetahuan Keusahawanan
dan Aspirasi Kerjaya Terhadap Minat Kerjaya Keusahawanan Pelajar
Sekolah Menengah Vokasional Sumatera Barat (2015), tesis Doktor
Falsafah dari Universiti Kebangsaan Malaysia, Pengembangan “Smart
Entrepreneur Model” (SEM) Untuk Meningkatkan Jumlah Mahsiswa
Wirausaha dan Lulusan di Universitas Negeri Padang (2 tahun, 2017 sd
2018). Hilirisasi hasil penelitian ini sudah dilakukan dalam bentuk
Pengabdian Kepada Masyarakat (2019 dan 2020). Pengembangan Model
Pelatihan Entrepreneurship dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Produksi Pendidikan Vokasi Pada Pendidikan Tinggi (2 tahun 2019 sd
2020).
Selain itu sering juga diundang sebagai nara sumber
Kewirausahaan baik dalam kegiatan Kemahasiswaan maupun dosen
Kewirausahaan di UNP ataupun Perguruan Tinggi di luar UNP.