KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA VARIETAS DAN ...repository.utu.ac.id/137/1/I-V.pdfunsur hara bagi tanaman...

38
KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS PUPUK KCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) SKRIPSI OLEH T. MUSTAFA YUSUF 07C10407167 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014

Transcript of KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA VARIETAS DAN ...repository.utu.ac.id/137/1/I-V.pdfunsur hara bagi tanaman...

  • KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA VARIETAS DAN DOSISPUPUK KCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

    TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)

    SKRIPSI

    OLEH

    T. MUSTAFA YUSUF07C10407167

    PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH, ACEH BARAT

    2014

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu sumber bahan

    pangan yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.

    Kacang tanah juga sangat penting untuk dikembangkan karena dari segi

    produktivitasnya, kacang tanah yang dibudidayakan di Indonesia masih rendah,

    yaitu hanya sekitar 1,0 ton/ha. Tingkat produktivitas hasil yang dicapai ini baru

    setengah dari potensi hasil apabila dibandingkan dengan USA, China, dan

    Argentina yang sudah mencapai lebih dari 2.0 ton/ha (Adisarwanto, 2000).

    Secara ekonomi kacang tanah merupakan tanaman kacang-kacangan yang

    menduduki urutan kedua setelah kedelai, sehingga berpotensi untuk

    dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar dalam

    negeri yang cukup besar. Biji kacang tanah dapat digunakan langsung untuk

    pangan dalam bentuk sayur, digoreng atau direbus, dan sebagai bahan baku

    industri seperti keju, sabun dan minyak, serta berangkasannya untuk pakan ternak

    dan pupuk (Marzuki, 2007).

    Upaya untuk peningkatan produksi dan produktivitas kacang tanah

    ditempuh salah satunya dengan penggunaan varietas-varietas unggul sehingga

    dapat meningkatkan produksi kacang tanah. Pengunaan varietas unggul sangat

    berperan dalam peningkatan produktivitas tanaman, karena varietas unggul

    merupakan salah satu paket teknologi budidaya yang secara nyata dapat

    meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Dari varietas - varietas unggul

    yang telah dilepaskan pemerintah, banyak di usahakan adalah varietas Gajah,

    Domba, Jerapah, Naga Umbang dan Bison (Purwono dan Purnawati, 2007).

  • 2

    Varietas unggul kacang tanah memiliki sifat keunggulan tertentu

    dibandingkan dengan varietas lokal. Adapun deskripsi varietas-varietas kacang

    tanah seperti varietas Gajah dengan umur tanaman 100-110 hari dan produktivitas

    nya 1.2-1.8 ton/ha, umur berbunga 30 hari setelah tanam (HST), tahan terhadap

    penyakit layu dan peka terhadap penyakit karat dan bercak daun. Varietas Jerapah

    dan Naga Umbang dengan umur panen 90-95 HST juga memiliki ketahanan

    terhadap penyakit layu dan peka terhadap penyakit karat dan bercak daun

    (Marzuki, 2007). Varietas Bison dan Domba dengan umur panen 90-95 HST,

    potensi hasil 3,6 ton/ha, Varietas agak tahan terhadap Aspergilus flafus, agak

    tahan karat, bercak daun, toleran kahat Fe dan adaptif di alfisol alkalis (Purwono

    dan Purnawati, 2007).

    Selain mengunakan varietas unggul juga perlu usaha untuk menambahkan

    unsur hara bagi tanaman yaitu dengan penambahan bahan anorganik. Bahan

    anorganik dapat menambahkan ketersediaan hara bagi tanaman dan proses

    penyerapannya lebih cepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutejo (2000) bahwa

    pemberian pupuk anorganik kedalam tanah dapat menambah ketersediaan hara

    yang cepat bagi tanaman.

    Pada dasarnya pupuk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pupuk

    organik dan pupuk anorganik atau pupuk buatan. Pupuk organik adalah bahan

    yang dihasilkan dari makhluk hidup dan diberikan kepada tanaman untuk dapat

    menyediakan unsur hara terhadap tanaman. Pupuk anorganik adalah bahan yang

    berisi unsur yang dibutuhkan tanaman dengan kadar hara tinggi. Beberapa contoh

    pupuk anorganik adalah urea, SP-18, KCl, dan NPK (Lingga dan Marsono, 2001).

    Kalium adalah unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman setelah

    Nitrogen dan Phospor. Fungsi Kalium sangat penting dalam proses fisiologis

  • 3

    tanaman, berperan sebagai katalilisator aktifitas enzim ensensial dalam reaksi-

    reaksi metabolisme dan enzim yang terlibat dalam sintesis pati dan protein,

    berperan mengatur tekanan turgor sel dalam proses membuka dan menutup

    stomata (Lakitan, 1993). Proses fisiologi tanaman berhubungan erat dengan

    ketersediaan air tanaman, yang berakibat pada tekanan turgor sel dan proses

    membuka stomata.

    Pengaruh dari setiap kekurangan atau kelebihan unsur hara tertentu sangat

    berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan berbagai bagian tanaman.

    Pada tahap akhir akan bermuara pada pertumbuhan vegetatif maupun bagian

    generatif.

    Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka perlu

    dilakukan penelitian, apakah karakter agronomi beberapa varietas dan dosis pupuk

    KCl akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah yang

    berbeda.

    1.2 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk KCl

    terhadap karakter agronomi beberapa varietas kacang tanah serta nyata tidaknya

    interaksi kedua faktor terserbut.

    1.3 Hipotesis

    1. Varietas berpengaruh terhadap beberapa karakter agronomi kacang tanah

    2. Dosis pupuk KCl berpengaruh terhadap karakter agronomi kacang tanah

    3. Terdapat interaksi antara varietas dan dosis pupuk KCl terhadap karakter

    agronomi kacang tanah.

  • 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah

    2.1.1 Sistematika

    Tanaman kacang tanah termasuk suku (famili) papilionaceae tumbuhan

    Diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 2000) :

    Divisi : Spermathophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Ordo : Leguminales

    Famili : Papilionaceae

    Genus : Arachis

    Spesies : Arachis hypegaea L.

    2.1.2 Morfologi

    a. Akar (Radix)

    Perakaran tanaman kacang tanah terdiri atas akar tunggang (radix

    primaria). Dan akar cabang (radix lateralis). Pertumbuhan akar menyebar

    kesemua arah sedalam lebih dari 30 cm dari permukaan tanah. Akar berfungsi

    sebagai organ penyerap unsur hara dan air untuk pertumbuhan tanaman, namun

    fungsi tersebut dapat terganggu bila tanah bereaksi masam (pH rendah), kadar

    airnya kurang, kandungan senyawa Al dan Mn tinggi, ataupun derajat keasaman

    (pH) tanah tinggi. Khusus pada varietas-varietas kacang tanah tipe menjalar pada

    masing-masing cabang yang buku-bukunya menyentuh tanah, akan tumbuh juga

    akar liar (adventitious root) dengan demikian daerah penyerapan zat hara akan

    luas lagi karena itu dengan sistem perakaran kacang tanah bisa bertahan hidup

    pada kondisi tanah yang kurus/tidak cukup unsur hara (AAK, 1989).

  • 5

    b. Batang (caulis)

    Batang tanaman kacang tanah berukuran pendek, berbuku-buku dengan

    tipe pertumbuhan tegak atau mendatar. Pada mulanya batang tumbuh tunggal,

    namun lambat laun cabang banyak seolah-olah merumpun. Panjang batang

    berkisar antara 30-40 cm lebih tergantung pada jenis atau varietas kacang tanah

    dan kesuburan tanah. Buku-buku (ruas-ruas) batang yang terletak di dalam tanah

    merupakan tempat melekat akar, bunga dan buah. Ruas-ruas batang yang berada

    diatas permukaan tanah merupakan tempat tumbuh tangkai daun

    (Rukmana, 2000).

    c. Daun (Folium)

    Tanaman kacang tanah mempunyai daun majemuk dan berpasangan

    bersirip genap. Setiap tangkai terdiri dari empat helai anak daun. Daun muda

    berwarna hijau kekuning-kuningan, setelah tua menjadi hijau tua. Daun-daun tua

    akan menguning dan gugur mulai dari bawah keatas bersamaan dengan stadium

    polong tua. Helaian daun bersifat nitritopic, yakni mampu menyerap cahaya

    matahari sebanyak-banyaknya. Permukaan daunnya memiliki bulu yang berfungsi

    sebagai penahan atau penyimpanan debu (Rukmana, 2000).

    d. Bunga (Flos)

    Bunga kacang tanah berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning, dan

    bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Setiap bunga mempunyai

    tangkai panjang yang berwarna putih akan tetapi tangkai yang berwarna putih itu

    bukan tangkai bunga yang sebenarnya, melainkan tabung kelopak. Bagian

    mahkota bunganya berwarna kuning dari semua bunga yang tumbuh, hanya 70

    persen – 75 persen yang membentuk bakal polong (Ginofora). Bunga mekar

    selama sekitar 24 jam kemudian layu dan gugur. Ujung tangkai bunga akan

  • 6

    berubah bentuk menjadi bakal polong, tumbuh membengkok ke bawah,

    memanjang, dan masuk kedalam tanah sedalam lebih kurang 30 cm (Rukmana,

    2000).

    e. Buah (Fructus)

    Buah kacang tanah terbentuk polong dan dibentuk di dalam tanah. Polong

    kacang tanah berkulit keras, dan berwarna putih kecoklat-coklatan. Tiap polong

    berisi satu sampai tiga biji atau lebih. Ukuran polong bervariasi, tergantung jenis

    atau varietasnya dan tingkat kesuburan tanah. Polong berukuran besar biasanya

    mencapai panjang 6 cm dengan diameter 1,5 cm (Rukmana, 2000).

    f. Biji (Semen)

    Biji kacang tanah berbentuk agak bulat dan lonjong, terbungkus kulit biji

    tipis berwarna putih, merah atau ungu. Perbedaan-perbedaan itu tergantung pada

    varietas-varietasnya. Misalnya: warna biji kacang tanah dari varietas gajah,

    banteng dan macan adalah merah kesumba atau agak putih, sedangkan biji kacang

    tanah dari varietas kidang berwarna merah tua. Pada umumnya biji kacang tanah

    kurang mangandung unsur-unsur vitamin, namun mengandung sekitar 27 persen

    protein dan 45 persen lemak.

    Menurut Rukmana (2000) ukuran biji kacang tanah bervariasi, mulai dari

    kecil sampai besar. Biji kecil beratnya antara 250g – 400g per 1000 butir,

    sedangkan biji besar lebih kurang 500 g per 1.000 butir.

    2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah

    2.2.1 Iklim

    Iklim yang di butuhkan tanaman kacang tanah adalah bersuhu tinggi

    (panas) antara 28°C - 32°C. Pada suhu tanah kurang dari 18°C kecepatan

  • 7

    berkecambah akan lambat. Suhu tanah yang maksimum untuk tanaman kacang

    tanah adalah 30°C - 34°C. Suhu udara sangat berpengaruh pada proses

    pembungaan (Adisarwanto, 2000).

    Curah hujan yang cocok untuk kacang tanah yaitu 800 – 1.300 mm per

    tahun. Keragaman dalam jumlah dan distribusi curah hujan sangat berpengaruh

    atau dapat menjadi kendala terhadap pertumbuhan dan pencapaian hasil kacang

    tanah. Curah hujan yang cukup dan tidak terlalu lembab/basah pada saat tanam

    sangat dibutuhkan agar tanaman dapat berkecambah dengan baik. Curah hujan

    yang banyak pada awal tumbuh akan menekan pertumbuhan dan dapat

    menurunkan hasil. Demikian pula curah hujan agak banyak pada periode

    pemasakan polong maka polong akan pecah dan biji akan berkecambah karena

    penundaan saat panen. Oleh karena itu, kelembaban tanah yang cukup pada

    periode awal tumbuh, saat berbunga, serta saat pembentukan dan pengisian

    polong sangat penting untuk memperoleh hasil polong yang tinggi (Adisarwanto,

    2000).

    2.2.2 Tanah

    Tanaman kacang tanah lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir,

    liat berpasir. Persyaratan sifat fisik dan kimia tanah berperan terhadap

    pertumbuhan dan hasil kacang tanah dipengaruhi oleh keasaman tanah (PH),

    kandungan bahan organik, struktur tanah dan kandungan unsur hara, merupakan

    faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Kacang

    tanah dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan syarat tanah dapat menyerap

    air dengan baik dan dapat pula mengalirkan kembali dengan lancar ( Anonymous,

    1989).

  • 8

    2.3 Varietas

    Secara botani varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies

    yang menunjukkan ciri yang berbeda yang jelas. Sedangkan secara agronomi

    varietas atau disebut juga kultivar adalah sekelompok tanaman yang memiliki satu

    atau lebih ciri yang dibedakan secara jelas, dan tetap mempertahankan ciri khas

    tersebut jika direproduksi baik secara seksual maupun secara aseksual. Varietas

    unggul merupakan faktor utama yang menentukan tingginya produksi yang

    diperoleh bila persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat diperoleh melalui

    pemuliaan tanaman. Suatu vaietas unggul tidak selamanya akan menunjukkan

    keunggulannya, tetapi semakin lama produksi akan semakin menurun tergantung

    pada komposisi genetiknya (Mangoendijojo, 2003).

    Perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman

    tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan

    yang berbeda dapat diekspresikan pada suatu sifat tanaman yang mencakup

    berbagai bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman

    pertumbuhan tanaman. Keanekaragaman penampilan tanaman akibat susunan

    selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis

    yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

    Selain varietas unggul atau hibrida dikenal pula varietas composit.

    Varietas sintetik adalah suatu varietas yang merupakan hasil persilangan

    campuran (intercross) beberapa breeding materials, baik merupakan galur-galur

    inbred, klon, maupun suatu varietas yang sudah diketahui potensi genetiknya

    (kemampuan untuk berkombinasi antara satu dengan yang lainnya). Sedangkan

    varietas komposit merupakan suatu varietas hasil seleksi pada generasi lanjut dari

  • 9

    populasi yang merupakan hasil persilangan campuran dari berbagai macam

    breeding materials (Mangoendidjojo, 2003).

    2.4 Kalium Klorida

    Kalium merupakan hara ketiga setelah N dan P. Kalium tergolong unsur yang

    mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman maupun dalam xylem

    dan floem. Umumnya, bila penyerapan kalium tinggi menyebabkan penyerapan unsur

    Ca, Na, dan Mg turun (Mapegau, 2001). Kalium diabsorpsi tanaman dalam bentuk

    K+. Berbeda dengan N, S, P dan beberapa unsur lain. Kalium tidak dijumpai di dalam

    bagian tanaman seperti protoplasma, lemak dan selulosa. Kebutuhan tanaman akan

    kalium cukup tinggi dan akan menunjukkan gejala kekurangan apabila kebutuhannya

    tidak tercukupi (Ruhnayat, 1995).

    Di dalam tanah ada empat macam bentuk kalium yaitu kalium primer,

    kalium terfiksasi mineral sekunder tidak dapat diserap secara langsung oleh

    tanaman sehingga di lahan menjadi kaliun cadangan (potensial tersedia) yang

    suatu saat di ubah menjadi Kalium tersedia (90 – 98 % dari total). Kalium tukar

    (1 – 10 % dari total) dan kalium larut (1-2 % dari total ) dapat langsung diserap

    tanaman sehingga merupakan Kalium tersedia (segera tersedia). Kalium tersedia

    mudah tercuci bersama dengan air drainase (Soepardi, 1983 ; Al- Jabri, 2007).

    Kalium memiliki fungsi yang berkaitan dengan 1) membantu fotosintesis

    tanaman, 2) translokasi gula, 3) mengaktifkan kerja enzim dan 4) mengatur

    tekanan potensial air dalam sel penjaga berpengaruh terhadap membuka dan

    menutupnya stomata (Ashari, 1995) dan menurut sumber lain bahwa kalium dapat

    5) meningkatakan perakaran, 6) menghalangi efek rebah tanaman, 7) melawan

    efek buruk N, 8) memberikan efek keseimbangan antara N dan P dan 9) penting

  • 10

    untuk perkembangan klorofil (Buckman dan Brandy, 1982). Menurut Soepardi

    (1983) kalium dapat mengeraskan batang sehingga efektif dalam pencegahan

    terhadap hama dan penyakit. Selain itu kalium dapat mengoptimalkan

    keseimbagan ion di dalam tanaman serta berperan menyusun jerami tanaman

    (Hanafiah, 2005).

    Kekurangan kalium pada tanaman antara lain daun akan kering dan

    terbakar pada sisi-sisinya, permukaan daun memperlihatkan gejala klorosis tidak

    tidak merata sehingga dapat mengetahui fotosintesis yang berdampak pada

    produktifitas hasil. Kelebihan kalium pada tanaman akan menurunkan serapan

    magnesium sehingga akan tampak gejala kekurangan magnesium tanaman terlihat

    klorosis pada daerah antar pertulangan daun (Soepardi, 1983). Penyerapan kalium

    yang berlebihan juga dapat menimbulkan konsumsi mewah yang tidak memacu

    peningkatan produksi sehingga pemberian kalium menjadi tidak efektif (Gardner,

    el al., 1991).

  • 11

    III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

    3.1 Tempat dan Waktu

    Penelitian ini dilaksanakan di kebun Percobaan Fakultas Pertanian

    Universitas Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat mulai dari tanggal 5 Desember

    2012 sampai dengan 26 April 2013.

    3.2 Bahan dan Alat

    1. Bahan

    Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah berupa :

    a. Benih

    Benih kacang tanah yang digunakan adalah varietas Bison, Domba, Gajah,

    Jerapah, dan Naga Umbang.

    b. Kapur Dolomit

    Kapur Dolomit digunakan dengan dosis 2 ton ha-1. Adapun kadar CaO 30

    % dan MgO 19 %.

    c. Pupuk

    Pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36 dan KCl.

    2. Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,

    skrop, hand spayer, garu, meteran, timbangan analitik, papan nama, tali ajir dan

    alat-alat tulis.

    3.3 Rancangan Percobaan

    Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

    Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 5 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor

  • 12

    yang diteliti adalah faktor varietas (V) dan dosis pupuk KCl (K).

    Faktor varietas (V) yang terdiri atas 5 taraf yaitu :

    V1 : Bison

    V2 : Domba

    V3 : Gajah

    V4 : Jerapah

    V5 : Naga Umbang

    Faktor dosis pupuk KCl (K) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :

    K1 : 87 kg ha -1 (130,0 g plot -1)

    K2 : 112 kg ha -1 (168,0 g plot -1)

    K3 : 137 kg ha -1 (205,5 g plot -1)

    Dengan demikian terdapat 15 kombinasi perlakuan. Sedangkan susunan

    kombinasi perlakuan antara perbandingan varietas dan dosis pupuk KCl dapat

    dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Varietas dan Dosis KCl.

    No Kombinasi Perlakuan VarietasDosis pupuk KCl

    (kg ha-1)

    123

    V1K1V1K2V1K3

    BisonBisonBison

    87112137

    456

    V2K1V2K2V2K3

    DombaDombaDomba

    87112137

    789

    V3K1V3K2V3K3

    GajahGajahGajah

    87112137

    101112

    V4K1V4K2V4K3

    JerapahJerapahJerapah

    87112137

    131415

    V5K1V5K2V5K3

    Naga UmbangNaga UmbangNaga Umbang

    87112137

  • 13

    Model matematika yang digunakan adalah :

    Yijk = µ + βi+ Vj + Kk + (VK)jk + εijkDimana :

    Yijk = Hasil pengamatan untuk varietas (V) pada taraf ke-j dan Dosispupuk KCl (K) pada taraf ke-k pada ulangan ke-i.

    µ = Rata-rata umumβi = Pengaruh ulangan ke-i ( i = 1, 2 dan 3 )Vj = Pengaruh faktor varietas (V) taraf ke-j (j = 1, 2, 3, 4 dan 5).

    Kk = Pengaruh faktor dosis pupuk KCl (K) taraf ke-k (k = 1, 2 dan 3).(VK)jk = Pengaruh interaksi faktor varietas taraf ke-j dan faktor dosis pupuk

    KCl taraf ke-k

    εijk = Galat percobaan

    Bila hasil uji F menunjukan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan

    dengan uji lanjut BNJ pada lever 5% (BNJ 0.05).

    BNJ0,05 = q0.05 (p;dbg)

    Keterangan :

    BNJ0.05 = beda Nyata Jujur pada level 5%q0.05 (p;dbg) = Nilai baku q pada level 5%KT g = Kuadrat Tengah Galatr = Jumlah Ulangan

    3.4 Pelaksanaan Penelitian

    1. Pengolahan lahan

    Lahan yang diolah terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa rerumputan

    atau tanaman sebelumnya, kemudian diolah dengan mengunakan cangkul dan

    pembuatan bedengan dengan ukuran 5 m x 3 m, jarak antar blok 50 cm.

    2. Pengapuran

    Pengapuran dilakukan dengan cara menabur kapur dolomit diatas

    bedengan yang sudah disiapkan dengan dosis 2 ton ha-1 (3 kg/plot) yang diberikan

    satu minggu sebelum tanam.

  • 14

    3. Pemupukan

    Pemupukan yang diberikan yaitu pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Pupuk Urea

    diberikan dengan dosis 75 kg ha-1 (112.5 g/plot), SP-36 112 kg ha-1 (168.00

    g/plot) dan KCl dengan tiga perlakuan dosis diberikan dengan dosis 87 kg ha-1

    (130.50 g/plot), 112 kg ha-1 (168.00 g/plot) dan 137 kg ha-1 (205.50 g/plot) pupuk

    tersebut masing-masing diberikan 3 hari sebelum tanam.

    4. Penanaman

    Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dan ditanam

    satu bibit perlubang tanam dengan jarak tanam 35 cm x 15 cm. Tanaman yang

    akan diambil sampel 5 tanaman dalam satu plot percobaan.

    5. Pemeliharaan

    Pemeliharaan tanaman kacang tanah yaitu : penyulaman, penyiangan

    gulma dan pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan pada umur 1

    minggu setelah tanam (MST), dengan bibit yang sama, apabila tanaman ada yang

    mati. Penyiangan gulma dilakukan terhadap rumput-rumput liar yang tumbuh

    disekitar tanaman kacang tanah, Penyiangan gulma dilakukan dengan cara

    mencabut rumput-rumputan menggunakan tangan atau cangkul kecil.

    Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kacang tanah dilakukan bila

    terdapat gejala serangan.

    6. Pemanenan

    Panen kacang tanah dengan ciri-ciri : daun sudah banyak menguning dan

    sebagian telah berguguran, batang sudah mengeras, polong sudah berisi penuh dan

    keras, polong berwarna cokelat kehitam-hitaman dan mudah dikupas.

  • 15

    3.5 Pengamatan

    1. Tinggi Tanaman (cm)

    Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah

    sampai ke titik tumbuh tertinggi dengan menggunakan meteran dalam satuan

    centimeter yang di ukur pada saat tanaman berumur 15, 30, dan 45 HST.

    2. Jumlah Cabang

    Perhitungan jumlah cabang dilakukan dengan cara menghitung seluruh

    cabang per rumpun dari setiap tanaman sampel pada umur 15, 30, dan 45 HST.

    3. Persentase Polong Berisi (%)

    Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh

    polong bernas pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus :

    Persentase polong berisi = x 100%4. Persentase Polong Hampa (%)

    Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh

    polong hampa pada setiap perlakuan, dengan mengunakan rumus :

    Persentase polong hampa = x 100%5. Berat 100 Biji Kering (g)

    Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik yang

    dilakukan setelah polong dikeringkan selama 4 hari dan biji dipipil lalu diambil

    secara acak dari setiap unit percobaan sebanyak 100 biji.

    6. Persentase Ginofor Gagal

    Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh

    ginofor yang tidak menghasilkan biji dengan menggunakan rumus :

  • 16

    Persentase ginofor gagal = x 100%7. Berat Polong Per Plot netto (g)

    Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan analitik yang dilakukan.

    terhadap berat polong per plot netto dari setiap unit percobaan.

    8. Produksi Per Hektar (ton )

    Produksi per hektar dilakukan dengan mengkonversikan berat polong per

    plot.

  • 17

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Pengaruh Varietas

    Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai

    dengan 24) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap

    tinggi tanaman umur 15 HST, jumlah cabang umur 30 dan 45 HST dan berat

    kering 100 biji. Berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang umur 15 HST namun

    berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 30 dan 45 HST, persentase

    polong berisi, persentase polong hampa, persentase ginofor gagal, berat polong

    per plot dan produksi per hektar.

    4.1.1 Tinggi Tanaman

    Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa

    varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST, namun

    berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 45 HST. Rata-rata

    tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai varietas umur15, 30 dan 45 HST,

    dapat disajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Varietas Umur15, 30 dan 45 HST

    Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

    Simbol Varietas 15 HST 30 HST 45 HST

    V1 Bison 4,43 a 14,78 28,98

    V2 Domba 4,37 a 14,64 31,66

    V3 Gajah 4,56 ab 16,19 30,99

    V4 Jerapah 5,21 b 16,98 33,39

    V5 Naga Umbang 4,79 ab 15,43 28,27BNJ 0,05 0,70 - -

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidaknyata taraf 5% (uji BNJ)

  • 18

    Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi pada umur 15 HST

    ditunjukkan pada variertas Jerapah (V4) yang berbeda nyata dengan varietas Bison

    (V1), Domba (V2). Namun berbeda tidak nyata dengan varietas Gajah (V3) dan

    Naga Umbang (V5). Sedangkan umur 30 dan 45 HST ditunjukkan tanaman

    tertinggi pada varietas Jerapah (V4) meskipun secara stastistik menunjukkan

    perbedaan yang tidak nyata dengan pelakuan lainnya.

    Hubungan antara tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai varietas

    umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada berbagai Varietas Umur 15, 30dan 45 HST.

    Gambar 1 menunjukkan bahwa meningkat tinggi tanaman kacang tanah

    pada varietas Jerapah (V4), diduga karena pada varietas Jerapah mempunyai

    tingkat pertumbuhan yang baik dan sesuai pada kondisi lingkungan serta daya

    adaptasinya lebih baik pada tanah gambut. Sehingga mempunyai tinggi tanaman

    lebih tinggi dengan varietas lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Adisarwanto

    (2000) menyatakan bahwa varietas kacang tanah yang adaptasi terhadap serangan

    penyakit, mampu berproduksi lebih tinggi. Harjadi (1996) menambahkan bahwa

    setiap varietas selalu terdapat perbedaan karakter genotip pada kondisi lingkungan

    tempat tumbuhnya.

    4.43 4.37 4.56 5.21 4.79

    14.78 14.64 16.19 16.98 15.43

    28.9831.66 30.99

    33.3928.27

    05

    10152025303540

    Bison Domba Gajah Jerapah N. Umbang

    Tin

    ggiT

    anam

    a(c

    m)

    Varietas

    15 HST30 HST45 HST

  • 19

    4.1.2 Jumlah Cabang

    Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 8,10 dan 12) menunjukkan

    bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST, namun

    berpengaruh sangat nyata terhadap umur 30 dan 45 HST. Rata-rata jumlah cabang

    kacang tanah pada berbagai varietas umur 15, 30 dan 45 HST setelah di uji

    dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada BerbagaiVarietas Umur 15, 30 dan 45 HST.

    Perlakuan Jumlah Cabang (buah)

    Simbol Varietas 15 HST 30 HST 45 HST

    V1 Bison 3,46 ab 10,79 bc 11,71 bc

    V2 Domba 2,83 a 9,78 a 10,21 a

    V3 Gajah 3,43 ab 10,54 b 11,41 b

    V4 Jerapah 3,60 b 11,37 c 12,59 c

    V5 Naga Umbang 3,24 ab 10,68 bc 12,27 c

    BNJ0,05 0,64 0,74 0,81

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidaknyata taraf 5% (uji BNJ).

    Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak terlihat pada umur

    15 HST ditunjukkan pada varietas Jerapah (V4) yang berbeda nyata dengan

    varietas Domba (V2), namun berbeda tidak nyata denganBison (V1), Gajah (V3)

    dan Naga Umbang (V5). Pada umur 30 HST jumlah cabang terbanyak ditunjukkan

    pada varietas Jerapah (V4) yang berbeda sangat nyata dengan varietas Domba (V2)

    dan Gajah (V3), namun tidak berbeda nyata dengan varietas Naga Umbang (V5)

    dan Bison (V1). Adapun pada umur 45 HST juga ditunjukkan pada varietas

    Jerapah (V4) yang berbeda sangat nyata dengan varietas Domba (V2) dan Gajah

    (V3), namun berbeda tidak nyata dengan varietas Bison (V1) dan Naga Umbang

    (V5).

  • 20

    Hubungan antara jumlah cabang tanaman kacang tanah pada berbagai

    varietas umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Varietas umur15, 30 dan 45 HST.

    Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak pada umur 15,

    30 dan 45 HST pada varietas Jerapah (V4) dan menurun pada varietas Domba

    (V2). Dari berbagai varietas yang dicobakan, jumlah cabang tanaman kacang

    tanah umur 15, 30 dan 45 HST terbanyak dijumpai pada varietas Jerapah (V4)

    diduga karena pada varietas Jerapah memiliki pertumbuhan lebih baik yang

    berbeda dengan varietas lainnya dan berdasarkan umurnya perbedaan respon

    genotipe pada kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Hal ini sesuai dengan

    pendapat Harjadi (1996) menyatakan bahwa pada setiap varietas tanaman selalu

    terdapat perbedaan respon genotipe pada kondisi lingkungan tempat tumbuh

    meskipun pada kondisi yang sama.

    4.1.3 Persentase Polong Berisi dan Hampa

    Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 14 dan 16) menunjukkan bahwa

    varietas berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong berisi dan persentase

    polong hampa. Rata-rata persentase polong berisi dan hampa pada berbagai

    varietas dapat disajikan pada Tabel 4.

    3.46 2.83 3.43 3,60 3.24

    10.799.78 10.54

    11.37 10.6811.71

    10.21 11.4112.59 12.27

    02468

    101214161820

    Bison Domba Gajah Jerapah N. Umbang

    Jum

    lah

    Cab

    ang

    (bua

    h)

    Varietas

    15 HST30 HST45 HST

  • 21

    Tabel 4. Rata-rata Persentase Polong Berisi dan Hampa Tanaman Kacang Tanahpada Berbagai Varietas

    Perlakuan Persentase Polong

    Simbol Varietas Berisi Hampa

    V1 Bison(63,48)79,92

    (26,50)20,08

    V2 Domba(61,20)76,55

    (28,78)23,45

    V3 Gajah(62,44)78,31

    (27,53)21,69

    V4 Jerapah(65,19)82,19

    (24,78)17,81

    V5 Naga Umbang(55,33)67,20

    (34,65)32,80

    Keterangan : ( ) Rata-rata transformasi Arsin √ ×

    Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase polong berisi tertinggi cenderung

    ditujukkan pada varietas Jerapah (V4) namun berbeda tidak nyata dengan varietas

    Bison(V1), Domba(V2) Gajah (V3) dan Naga umbang (V5). Sedangkan persentase

    polong hampa tertinggi cenderung ditunjukkan pada varietas NagaUmbang (V5)

    yang berbeda tidak nyata dengan varietas Bison (V1), Domba (V2), Gajah (V3)

    dan Jerapah (V4). Dengan meningkatnya persentase polong berisi dan rendahnya

    polong hampa pada varietas jerapah (V4). Hal ini diduga karena varietas Jerapah

    mempunyai daya adaptasi yang lebih cepat dan lebih baik terhadap tanah gambut

    serta terhadap kondisi lingkungan yang berbeda, namun perbedaan sifat genetik

    dari varietas yang digunakan. Menurut Adisarwanto (2001) yang menyatakan

    bahwa produksi yang tinggi akan dicapai apabila varietas tanaman yang ditanam

    memiliki potensi hasil yang tinggi dan didukung teknik budidaya yang benar dan

    lingkungan tumbuh yang baik.

    4.1.4 Bobot 100 Biji Kering

    Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa

    varietas berpengaruh sangat nyata terhadap bobot 100 biji kering tanaman kacang

    tanah.

  • 22

    Rata-rata bobot 100 biji kering kacang tanah pada berbagai varietas setelah

    diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 5.

    Tabel 5. Rata-rata Bobot 100 biji Kering Tanaman Kacang Tanah pada BerbagaiVarietas.

    PerlakuanBobot 100 Biji Kering (g)

    Simbol Varietas

    V1 Bison 40,69 b

    V2 Domba 31,22 a

    V3 Gajah 53,96 c

    V4 Jerapah 44,25 b

    V5 Naga Umbang 43,49 b

    BNJ 0,05 6,67

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidaknyata pada taraf 5% (uji BNJ ).

    Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering tertinggi dijumpai pada

    varietas Gajah(V3) yang berbeda sangat nyata dengan varietas Domba (V2),

    Bison(V1) Jerapah (V4) dan Naga Umbang (V5).

    Hubungan antara bobot 100 biji kering terbanyak pada berbagai varietas

    dapat lihat pada Gambar 3.

    Gambar 3. Bobot Kering Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas.

    40.69

    31.22

    53.96

    44.25 43.49

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Bison Domba Gajah Jerapah Naga Umbang

    Bob

    ot 1

    00 B

    iji k

    erin

    g (g

    )

    Varietas

  • 23

    Gambar 3 menunjukkan bahwa bobot 100 biji tertinggi pada varietas

    Gajah (V3) dan terendah pada varietas Domba (V2). Meningkatnya bobot 100 biji

    kering kacang tanah pada varietas Gajah (V3) diduga karena pada varietas gajah

    mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan tempat tumbuhnya dan

    memiliki potensi produksi yangt lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat

    Simatupang (1997) yang menjelaskan bahwa perbedaan pertumbuhan dan

    produksi suatu varietas dipengaruhi oleh kemampuan suatu varietas beradaptasi

    terhadap lingkungan tempat tumbuhnya. Meskipun secara genetis ada varietas

    yang memiliki potensi produksi yang lebih baik, tetapi karena dipengaruhi oleh

    faktor lingkungan tempat tumbuhnya sangat dapat menurunkan produksi.

    4.1.5. Persentase Ginofor Gagal

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa varietas

    berpengaruh tidak nyata terhadap persentase ginofor gagal.

    Rata-rata persentase ginofor gagal tanaman kacang tanah dapat disajikan

    pada tabel 6.

    Tabel 6. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah pada berbagaiVarietas

    PerlakuanPersentase Ginofor Gagal

    Simbol Varietas

    V1 Bison(56,78)69,58

    V2 Domba(69,95)87,67

    V3 Gajah(54,27)65,59

    V4 Jerapah(59,50)74,15

    V5 Naga Umbang(57,83)71,46

    Keterangan : ( ) Rata-rata transformasi Arsin √ ×

  • 24

    Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase ginofor gagal tertinggi dijumpai

    pada varietas Domba (V2) yang berbeda tidak nyata dengan varietas Bison (V1),

    Gajah (V3), Naga Umbang (V5) dan varietas Jerapah (V4). Persentase ginofor

    gagal meningkat pada varietas Domba (V2) dan menurun pada varietas Gajah

    (V3). Dari berbagai varietas yang digunakan, meningkatnya persentase genofor

    gagal tertinggi dijumpai pada varietas Domba (V2). Hal ini diduga karena ginofor

    yang terbentuk tidak masuk kedalam tanah dan gagal terbentuknya polong dan

    juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Deptan (2006) menyatakan bahwa bagian

    ginofor yang terbentuk dibagian cabang atas dan tidak masuk kedalam tanah akan

    gagal membentuk polong. Sumarno (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

    kacang tanah dilahan kering sangat baik apabila ada hujan dalam seminggu sekali

    diselingi hari yang cerah. Kekeringan yang berkepanjangan dapat menghambat

    pertumbuhan vegetatif, pembungaan dan pengisian polong tanaman kacang tanah

    yang akan mempengaruhi hasil produksi.

    4.1.6 Berat Polong Per Plot

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 22) menunjukkan bahwa varietas

    berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong per plot. Rata-rata berat polong

    per plot kacang tanah pada berbagai varietas dapat disajikan pada tabel 7.

    Tabel 7. Rata-rata Berat Polong Per Plot Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas.

    Perlakuan Berat PolongPer Plot(kg)Simbol Varietas

    V1 Bison 5,06

    V2 Domba 3,12

    V3 Gajah 5,13

    V4 Jerapah 3,96

    V5 Naga Umbang 4,35

  • 25

    Tabel 7 meunjukkan bahwa berat polong per plot meningkat pada varietas

    Gajah (V3) yang berbeda tidak nyata dengan varietas Domba (V2) Naga Umbang

    (V5), Bison (V1) dan Jerapah (V4).

    Dari berbagai varietas yang digunakan, meningkatnya berat polong kering

    per plot terbaik dijumpai pada varietas Gajah (V3). Diduga karena varietas Gajah

    mempunyai daya adaptasi yang lebih cepat terhadap kondisi lingkungan yang

    berbeda. Hal ini sesusai dengan pendapat Adisarwanto (2001) yang menyatakan

    bahwa produksi yang tinggi akan dicapai apabila varietas tanaman yang ditanam

    memiliki potensi hasil yang tinggi dan didukung teknik budidaya yang benar dan

    lingkungan tumbuh yang baik.

    4.1.7. Produksi Per Hektar

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 24) menunjukkan bahwa varietas

    berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata produksi per

    hektar kacang tanah pada berbagai varietas disajikan pada Tabel 8

    Tabel 8. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas

    PerlakuanProduksi Per Hektar (Ton)

    Simbol VarietasV1 Bison 4,83V2 Domba 2,98V3 Gajah 4,89V4 Jerapah 3,77V5 Naga Umbang 4,15

    Tabel 8 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertinggi dijumpai pada

    varietas Gajah (V3) yang berbeda tidak nyata dengan varietas Bison (V1), Domba

    (V2), Jerapah (V4) dan Naga Umbang (V5).

    Dari setiap varietas tanaman selalu terdapat perbedaan respon genotipe

    pada kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Hal ini memberikan pengaruh pada

    penampilan fenotipe dari setiap varietas terhadap lingkungan tumbuhnya sehingga

  • 26

    kondisi ini juga dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhanya dan produksinya.

    Sehingga dapat menurunkan produksi dari suatu tanaman. Selain itu tinggi

    rendahnya pertumbuhan serta hasil tanaman kacang tanah dipengaruhi oleh dua

    faktor yaitu faktor internal dan faktorekternal. Faktor internal merupakan faktor

    yang dipengaruhi oleh sifat genetik atau sifat turunan seperti umur tanaman,

    morfologi tanaman, daya hasil, kapasitas menyimpan cadangan makanan,

    ketahanan terhadap penyakit dan lain-lain. Faktor ekternal merupakan faktor

    lingkungan, seperti iklim, tanah dan biotik (Gardner et al., 1991).

    4.2 Pengaruh Dosis Pupuk KCl

    Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai

    dengan24)menunjukkan bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh nyata terhadapberat

    polong per plot dan produksi per hektar. Namunberpengaruh tidak nyata terhadap

    tinggi tanaman 15, 30 dan 45 HST,jumlah cabang 15, 30 dan 45, bobot100 biji

    kering, persentase polong berisi, persentase polong hampa dan persentase ginofor

    gagal.

    4.2.1 Tinggi Tanaman

    Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa

    dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanman umur 15 ,30

    dan 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai dosis pupuk

    KCl umur 15, 30 dan 45 HST pada berbagai dosis pupuk KCl disajikan pada

    Tabel 9.

  • 27

    Tabel 9. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis PupukKCl Umur 15, 30 dan 45 HST.

    Dosis Pupuk KCl Tinggi Tanaman (cm)Simbol kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST

    K1 87 4,65 15,38 30,62K2 112 4,70 15,19 29,57K3 137 4,67 16,25 31,79

    Tabel 9 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 15HST cenderung

    ditunjukkan pada dosis pupuk KCl 112 kg ha-1(K2), namuntanaman tertinggi pada

    umur 30, 45 HST cenderung ditunjukkan pada dosis pupuk KCl 137 kg ha-1(K3),

    meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan dosis

    pupuk KCl lainnya. Hal ini diduga bahwa pupuk KCl yang dibutuhkan oleh

    tanaman kacang tanah dalam jumlah yang optimal sehingga dapat dimafaatkan

    oleh tanaman secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Dwidjiseputro

    (1986) menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh dengan subur apabila unsur hara

    yang dibutuhkan tanaman berada dalam jumlah yang cukup serta berada dalam

    bentuk yang siap diabsorbsi.

    4.2.2 Jumlah Cabang

    Hasiluji F pada analisis ragam (Lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan

    bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang umur

    15,30 dan 45 HST. Rata-rata jumlah cabang kacang tanah pada berbagai dosis

    pupuk KCl umur 15, 30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 10.

    Tabel 10. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah pada berbagai DosisPupuk KCl Umur 15, 30 dan 45 HST.

    Dosis KCl Jumlah Cabang (buah)Simbol kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST

    K1 87 3,19 10,75 11,85K2 112 3,33 10,46 11,49K3 137 3,41 10,69 11,58

  • 28

    Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak umur 15 HST

    ditunjukkan pada dosis KCl 137 kg ha-1(K3), namun jumlah cabang terbanyak

    umur 30, 45 HST ditunjukkan pada dosis KCl 87 kg ha-1(K1) meskipun secara

    statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya. Hal

    ini karena pada awal pertumbuhan tanaman kacang tanah, Kalium sangat berperan

    dalam jaringan yang aktif melakukan pembelahan pada bagian jaringan tanaman.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Agustina (2004) yang menyatakan bahwa KCl

    berfungsi memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain,

    terutama organ penyimpan karbohidrat.

    4.2.3 Persentase Polong Berisi dan Hampa

    Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 14 dan 16) menunjukkan bahwa

    dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong berisi, dan

    persentase polong hampa. Rata-rata persentase polong berisi dan hampa pada

    berbagai dosis pupuk KCl disajikan pada Tabel 11.

    Tabel 11. Rata-rata Persentase Polong Berisi dan Hampa Tanaman Kacang Tanahpada Berbagai Dosis Pupuk KCl.

    Dosis Pupuk KCl Persentase Polong (%)Simbol kg ha-1 Berisi Hampa

    K1 87( 64,25)80,71

    ( 25,73)19,29

    K2 112(60,32)75,05

    ( 29,65)24,95

    K3 137(60,01)74,74

    (29,96 )25,26

    Tabel 11 menunjukkan bahwa persentase polong berisi tertinggi cenderung

    ditunjukkan pada dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1) yang berbeda tidak nyata

    dengan dosis pupuk KCl 112 kg ha-1(K2) dan dosis pupuk KCl 137 kg ha-1(K3).

    Persentase polong hampa tertinggi cenderung ditunjukkan pada dosis pupuk KCl

    137 kg ha-1(K3) yang berbeda tidak nyata dengan dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1)

  • 29

    dan dosis pupuk KCl 112 kg ha-1(K2). Persentase polong berisi tanaman kacang

    tanah pada dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1) yang berbanding terbalik dengan

    persentase polong hampa pada dosis pupuk KCl 112 kg ha-1(K2). Hal ini sesuai

    dengan pendapat Yudiwanti dan Ghani (2002) bahwa, perbedaan jumlah polong

    ini dipengaruhi oleh jumlah cabang produktif dan persentase bunga yang

    membentuk polong. Selain itu, dilanjutkan kembali oleh Yudiwanti dan Ghani

    (2002) bahwa pembentukan polong dipengaruhi juga oleh ketersediaan hara

    dalam tanah, terutama kandungan unsur P, K dan Ca. Ronoprawiro (1996)

    menambahkan bahwa kacang tanah memerlukan pasokan kalium yang cukup,

    apabila tidak tercukupi maka biji tidak jadi dihasilkan (polong kosong ).

    4.2.4 Bobot 100 Biji Kering

    Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis

    pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji kering.Rata-rata

    bobot 100 biji kering kacang tanah pada berbagai dosis pupuk KCl disajikan pada

    Tabel 12.

    Tabel 12. Rata-rata Bobot 100 biji Kering Tanaman Kacang Tanah pada Berbagaidosis pupuk KCl

    Dosis Pupuk KClBobot 100 Biji Kering (g)

    Simbol kg ha-1

    K1 87 43,27K2 112 42,24K3 137 42,66

    Tabel 12 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering tertinggi dijumpai

    pada dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1) yang berbeda tidak nyata dengan dosis

    pupuk KCl 137 kg ha-1(K3) dan dosis pupuk KCl 112 kg ha-1(K2). Meningkatnya

    bobot 100 biji kering kacang tanah pada dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1). Hal ini

    sejalan dengan pendapat Lingga dan Marsono (2001) yang menyatakan bahwa

  • 30

    unsur K berperan penting dalam pembentukan karbohidrat dan aktivitas enzim.

    Sementara Kasniari dan Supadma (2007) menambahkan bahwa unsur K berperan

    penting dalam meningkatkan ukuran dan berat biji.

    4.2.5 Persentase Ginofor Gagal

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa dosis

    pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap persentase ginofor gagal. Rata-rata

    persentase ginofor gagal kacang tanah pada berbagai varietas disajikan pada Tabel

    13.

    Tabel 13. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada BerbagaiDosis Pupuk KCl.

    Dosis Pupuk KClPersentase Ginofor Gagal (%)

    Simbol kg ha-1

    K1 87(59,05)72,94

    K2 112(58,86)72,35

    K3 137(61,09)75,77

    Keterangan : ( ) Rata-rata transformasi Arsin √ ×

    Tabel 13 menunjukkan bahwa persentase ginofor gagal tertinggi dijumpai

    pada dosis pupuk KCl 137 kg ha-1(K3) dan terendah pada dosis pupuk KCl 112 kg

    ha-1(K2). Meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata

    dengan varietas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah ginofor yang mampu

    dihasilkan pada dosis tersebut sangat tinggi sehingga potensi peningkatan hasil

    masih mungkin untuk di tingkatkan. Menurut Andoko (2002), hal ini ada

    keterkaitannya dengan kebutuhan akan unsur hara makro dan mikro dalam jumlah

    optimal yang akan mendorong hasil tanaman yang lebih baik.

  • 31

    4.2.6 Berat Polong Per Plot

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 22) menunjukkan bahwa dosis

    pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per plot. Rata-

    rata berat polong per plot kacang tanah pada berbagai dosis pupuk KCl setelah di

    uji dengan BNJ 0.05 disajikan pada Tabel 14.

    Tabel 14. Rata-rata Berat Polong Per Plot Netto Kacang Tanah Pada BerbagaiDosis Pupuk KCl.

    Dosis Pupuk KCl Berat PolongPer Plot (kg)Simbol kg ha-1

    K1 87 5,11bK2 112 3,41 aK3 137 4,44 ab

    BNJ 0,05 1,25

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidaknyata pada taraf 5% (uji BNJ )

    Tabel 14 menunjukkan bahwa berat polong kering plot tertinggi dijumpai

    pada dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1) yang berbeda nyata dengan dosis pupuk KCl

    112 kg ha-1 (K2) dan dosis pupuk KCl 137 kg ha-1 (K3). Berat polong per plot

    kacang tanah terbanyak pada berbagai dosis pupuk KCl dapat dilihat pada gambar

    4.

    Gambar 4. Berat Polong Per Plot Kacang Tanah pada berbagai Dosis Pupuk KCl.

    5,11

    3,41

    4,44

    0.0

    1.0

    2.0

    3.0

    4.0

    5.0

    6.0

    87 112 137

    Ber

    at P

    olon

    g pe

    r P

    lot

    nett

    o (k

    g)

    Dosis Pupuk KCl (kg ha-1)

  • 32

    Gambar 4 meunjukkan bahwa berat polong per plot meningkat pada dosis

    pupuk KCl 87 kg ha-1 (K1), menurun pada dosis pupuk KCl 112 kg ha-1 (K2) dan

    dosis pupuk KCl 137 kg ha-1(K3). Hal ini diduga karena pada dosis tersebut

    tanaman mencukupi unsur hara yang dibutuhkan sehingga dapat merangsang

    pertumbuhan yang baik serta hasil yang diperoleh juga tinggi. Seperti pendapat

    Leiwakabessy (1977) yang menyatakan bahwa produksi suatu tanaman

    dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Wibawa (1998) menambahkan bahwa

    pertumbuhan tanaman yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang

    dibutuhkan untuk pertumbuhan dan hasil tanaman berada dalam bentuk tersedia,

    seimbang dan dalam dosis yang optimum.

    4.2.7 Produksi Per Hektar

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 24) menunjukkan bahwa dosis

    pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata produksi

    per hektar kacang tanah pada berbagai dosis KCl setelah diuji BNJ 0,05 disajikan

    pada Tabel 15.

    Tabel 15. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai DosisPupuk KCl

    Dosis Pupuk KClProduksi Per Hektar (Ton)

    Simbol kg ha-1

    K1 87 4,88 bK2 112 3,26 aK3 137 4,24 ab

    BNJ 0,05 1,19

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidaknyata pada taraf 5% (uji BNJ )

    Tabel 15 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertinggi dijumpai pada

    dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1) yang berbeda nyata dengan dosis pupuk KCl 112

    kg ha-1 (K2), namun berbeda tidak nyata dosis pupuk KCl 137 kg ha-1 (K3).

  • 33

    Produksi per hektar kacang tanah terbanyak pada berbagai dosis pupuk KCl dapat

    dilihat pada gambar 5.

    Gambar 5 Produksi per hektar kacang tanah pada berbagai dosis pupuk KCl.

    Gambar 5 meunjukkan bahwa produksi per hektar meningkat pada dosis

    pupuk KCl 87 kg ha-1 (K1), menurun pada dosis pupuk KCl 112 kg ha-1 (K2) dan

    dosis pupuk KCl 137 kg ha-1(K3). Pemberian pupuk KCl yang tepat dapat

    merangsang perkembangan tanaman sehingga produksi tanaman yang diperoleh

    juga tinggi dan meningkatkat kualitas biji yang dihasilkan. Sejalan dengan hal

    tersebut Leiwakabessy (1977) menyatakan bahwa produksi suatu tanaman sangat

    dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Hardjowigeno (1983) menambahkan

    bahwa agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi maksimum perlu adanya

    keseimbangan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman.

    4.3 Interaksi

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap) menunjukkan

    bahwa terdapat interaksi yang tidak nyata antara varietas dan dosis pupuk KCl

    terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang

    diamati. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan karakter agronomi beberapa

    varietas tanaman kacang tergantung pada dosis pupuk KCl begitupun sebaliknya.

    4.88

    3.264.24

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    87 112 137

    Pro

    duks

    i Per

    Hek

    tar

    (Ton

    )

    Dosis Pupuk KCl (kg ha-1)

  • 34

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST ,

    jumlah cabang umur 30, 45 HST dan bobot 100 biji kering. Berpengaruh

    nyata terhadap jumlah cabang umur 15 HST namun berpengaruh terhadap

    tinggi tanaman umur 30, 45 HST, persentase polong bernas, persentase

    polong hampa, persentase ginofor gagal, berat polong kering per plot dan

    produksi perhektar. Pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah

    terbaik dijumpai varietas Gajah.

    2. Dosis pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap berat polong kering per plot

    dan produksi perhektar. Berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

    15, 30, 45 HST, jumlah cabang 15, 30, 45 HST, bobot 100 biji kering,

    persentase polong bernas, persentase polong hampa dan persentase ginofor

    gagal. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah terbaik dijumpai pada

    dosis pupuk KCl 87 kg.

    3. Terdapat Interaksi yang tidak nyata antara varietas dan dosis pupuk KCl

    terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang

    diamati.

    5.2 Saran

    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaaan varietas-

    varietas unggul dan pengunaan pupuk KCl pada tanaman kacang tanah untuk

    memperoleh pertumbuhan dan hasil yang baik pada lahan gambut.

  • 35

    DAFTAR PUSTAKA

    AAK. 1989. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogjakarta.

    Anonymous, 1989. Laporan Dinas Pertnian Tanaman Pangan. Daerah IstimewaAceh, Banda Aceh. 20 Hal

    Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawahdan Lahan Kering. Penebar Swadaya, Malang.

    _____ T. 2001. Meningkatnya Hasil Panen Kacang Tanah di Lahan Sawah danLahan Kering. Penerbar Swadaya, Jakarta.

    Andoko, A. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Agustina, L., 2004. Dasar Nutrisi Tanaman, Jakarta : Rineka Cipta, Jakrta.

    Buckman, H. O and N. C. Brandy. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara,Jakarta. 721 hal.

    Dwidjoseputro, D. 1986. PengantarFisiologiTumbuhan.Gramedia, Jakarta.

    Gadner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell, 1991. FisiologiTanamanBudidaya. Terjemahan oleh : Herawati Susilo. University ofIndonesia Press, Jakarta.

    ______Pearce, and R. L. Mitchell, 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya H. Susilo(Penerjemah). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal.Terjemahan dari : Psyiology of Crop Plants.

    Hanafiah, 2005, K A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Raja Grafindo, Jakarta.355hal.

    Hardjowigeno. M. 1983, Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.

    Harjadi, M. 1996. Pengatar Agronomi. Gramedia, Jakarta.

    Kasniari, D. N. & Nyoman Supadma, A. A., 2007. Pengaruh Pemberian BeberapaDosis Pupuk (K) dan Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanamankacang (ArachishypogaeaL.) dan Kadar K Inceptisol Selemadeg Tabanan.Jurnal Agritrop. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Bali. 26 (4),2007 : 168-176.

    Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

  • 36

    Leiwakabessy, F.M. 1977. Ilmu Kesuburan Tanah. Lembaga Penelitian Tanah,Intitut Pertanian Bogor

    Lingga dan Marsono, 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,Jakarta

    ______P. Dan Marsono, 2008. PetunjukPenggunaan Pupuk. Edisi Revisi PenebarSwadaya, Jakarta. Hal : 89.

    Mangoendidjojo, 2003. Mafaat Varietas Unggul Tanaman Kacang Tanah,Jakarta.

    Mapegau. 2001. Pengaruh Pupuk Kalium dan Kadar Air Tanah Tersedia TerhadapSerapan Hara. Jumal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 3(2):107-110

    Marzuki, R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.

    Purwono dan Purnawati, H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.Penebar Swadaya, Jakarta.

    Rosmarkum, A., dan N. M Yuwono. 2002. Balai Kesuburan Tanah.Kanius,Yokyakarta.

    Ruhnayat, A. 1995. Peranan Unsur Hara Kalium dalammeningkatkanPertumbuhan, Hasil, dan Daya TahanTanaman Rempah dan Obat. JurnalLitbangPertanian 14(1): 10-5.

    Ronoprawiro, S. 1996. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta:Rineka Cipta

    Rukmana, R. 2000. Kacang Tanah. Kanisius, Yokjakarta. 77 hal

    Salisbury F.B. Rossa Cw. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 3, PerkembanganTumbuhan dan Fisiologi Lingkungan, Edisi Keempat, Terjemahan Diah R.Lukman dan Surmaryono ITB, Bandung. 343 hal.

    Simatupang, S. 1997. Sifat dan ciri-ciri tanah. Institusi Pertanian Bogor, Bogor. 86hal.

    Sitompul, S. M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. GadjahMada University Press, Yogyakarta. 417 hal

    Singh, M. And R.S. G. Rao. 2009. Influence of sources and dosages of N and K onherbage, oil yield, and nutrient uptake of patcholi (Pogostemon CablinBlanco Benth) in semiarid tropics. J. Indust. Crops and Prod. INDCRO.5161 : 1-6.

    Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB, 591 hal

    Sumarno, 2003. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sinar Baru Algesindo, Bogor.

  • 37

    Sutejo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

    Wibawa, A. 1998. Intensifikasi Pertanaman Melalui Pemupukan. Warta PusatPenelitian Kopi dan Kakau. 14 (3) : 245-26.

    Yudiwanti, dan M.A. Ghani. 2002. Keragaan Daya Hasil Galur-GalurKacangTanah Hasil Persilangan Varietas Gajah dengan Galur GPNC-WS4. MakalahSeminar NasionalAgronomi. Perhimpunan AgronomiIndonesia (PERAGI). Bogor.

    1234567