k Web viewMedan merupakan kota yang diwarnai dengan budaya berbagai etnis yang menempatinya, tidak...
Transcript of k Web viewMedan merupakan kota yang diwarnai dengan budaya berbagai etnis yang menempatinya, tidak...
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya telah memberi kesehatan dan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan
makalah ini.
Penyusunan makalah ini diajukan oleh penulis dalam rangka memenuhi
persyaratan akademis pada mata kuliah Kapita Selekta, tahun ajaran 2012 untuk
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Sains dan
Teknologi T.D. Pardede, Medan. Adapun topik dari makalah ini adalah “Konservasi Kota” dengan judul “Sejarah Peradaban dan Perkembangan Suku Tamil India di
Kota Medan” dan studi kasus yaitu Kawasan Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, Kampung
Madras, Medan, Sumatera Utara.
Laporan ini tersusun dari kumpulan data – data yang penulis dapatkan dari
hasil studi literatur, studi banding, studi kasus dan observasi ke lapangan.
Penulis juga mendapatkan didikan dan bimbingan dalam menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Yuanita FD. Sidabutar, ST, MSi. sebagai dosen mata kuliah Kapita
Selekta.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
mendatang.
Pada akhirnya, penulis berharap agar laporan ini dapat berguna bagi
pembaca dan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu arsitektur
nantinya.
Medan, 16 Mei 2012
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar BelakangMedan merupakan kota yang diwarnai dengan budaya berbagai etnis
yang menempatinya, tidak hanya etnis asli Indonesia, tetapi juga berbagai etnis
pendatang seperti India, Tionghoa, dan Arab yang telah bermukim di
Indonesia. Kemajemukan budaya yang terlihat di kota Medan, ditandai dengan
adanya 13 etnis yang tinggal di kota Medan, yaitu : Melayu, Batak Toba, Batak
Karo, Batak Mandailing, Batak Simalungan, Batak Pak-Pak, Nias, Aceh, Jawa,
Minangkabau, Cina, Arab, dan India / Tamil.
Kedatangan orang-orang India / Tamil dalam jumlah besar dan hingga kini
sekarang menetap dan membentuk komunitas di Medan terjadi sejak
pertengahan abad ke-19, yaitu sejak dibukanya Industri perkebunan di Tanah
Deli. Mereka ingin mengadu nasib dengan menjadi kuli perkebunan. Menurut
catatan Lukman Sinar (2001) pada tahun 1874 dibuka 22 perkebunan dengan
memakai kuli bangsa Cina sebanyak 4,476 orang, kuli Tamil 459 orang dan
orang Jawa 316 orang.
Perkembangan jumlah kuli semakin meningkat pada tahun-tahun
berikutnya yang terbanyak adalah kuli Cina (53.806 orang pada tahun 1890
dan 58.516 orang pada tahun 1900) dan kuli Jawa (14.847 orang pada tahun
1890 dan 25.224 orang pada tahun 1900). Sementara kuli Tamil bertambah
menjadi 2.460 orang pada tahun 1890 dan 3.270 orang pada 1900, inilah
perjalanan awal masuknya suku bangsa Tamil di kota Medan. Pada masa
kolonial, orang-orang Tamil bermukim di sekitar lokasi-lokasi perkebunan yang
ada di kota Medan, tetapi setelah masa kemerdekaan mereka pada umumnya
berdiam di sekitar kota. Pemukiman mereka yang tertua di kota Medan terletak
di suatu tempat yang dikenal dengan nama Kampung Madras, tepatnya di
sekitar kawasan Jalan Kyai Haji Zainul Arifin (dulu bernama Jalan Calcutta).
Kawasan ini lebih dikenal dengan sebutan Kampung Keling (sekarang
Kampung Madras), lokasi perkampungan mereka terletak di pinggiran Sungai
Babura.
2
Komunitas India Tamil telah hadir dan menjadi bagian dalam
perkembangan kebudayaan di Nusantara sejak beberapa abad yang lalu.
Banyak keunikan budaya yang dapat dilihat dari komunitas ini, misalnya dari
bentuk pakaian, bahasa, makanan khas terlebih lagi adat-istiadatnya. Saat ini
dapat ditemui nuansa khas India di kota Medan, tepatnya di kawasan Jl. Zainul
Arifin banyak ditemukan toko-toko kepunyaan etnis India seperti Toko Bombay
yang menjual aneka sari India, Toko Kasturi yang menjual berbagai kebutuhan
makanan India, Restoran Cahaya Baru, De Deli Dar Bar, Restoran Bollywood,
toko-toko makanan kecil dan manisan khas India, laundry dan ada juga
penjahit orang India, serta yang paling mendominasi yaitu warung kecil penjual
martabak India.
Bentuk adat-istiadat komunitas India Tamil yang paling menarik dapat
dilihat dari acara pernikahannya. Dimana pesta pernikahan bagi masyarakat
India Tamil merupakan peristiwa yang sangat mulia dan penuh ritual sehingga
pesta pernikahan masyarakat India dirayakan selama beberapa hari dimana
menghadirkan kerabat, sahabat, kenalan atau relasi lainnya yang dapat
berjumlah sekitar 400 hingga 1000 orang. Dalam pesta pernikahan masyarakat
India Tamil pada umumnya dilakukan acara secara terstruktur, mulai dari pesta
pra pernikahan hingga pesta pernikahan.
Kampung Madras sebagai kampung orang India sejak masa perkebunan
Deli menjadi satu salah satu kampung kota di Medan dengan karakter kuat
yang mewakili komunitas Hindu India. Saat ini, Kampung Keling masih
menyisakan artefak-artefak yang ada sejak penguasaan perkebunan Deli oleh
Belanda antara lain pola ruang, bangunan rumah tinggal dan tempat ibadah.
Satu hal lagi yang saat ini masih tersisa, yaitu budaya masyarakat keling yang
dibawa dari India. Kampung Keling saat ini dalam skala urban sebagai
komunitas yang mampu menghadirkan “collective memory” bagi masyarakat
lokal maupun masyarakat luar Medan dan harus tetap dilestarikan tanpa
menghilangkan identitas-identitas yang telah melekat pada komunitas tersebut
sehingga mampu berintegrasi dengan kemajuan kota yang ada.
I.2. Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu:
3
1. Mengetahui sejarah dan asal usul datangnya suku Tamil India di kota
Medan.
2. Mengetahui perkembangan kawasan komunitas suku Tamil India
khususnya Kampung Madras di kota Medan.
3. Mengetahui peranan, pengaruh dan potensi arsitektur dalam kaitannya
terhadap budaya suku Tamil India di kota Medan.
4. Mengumpulkan kesesuaian data-data informasi penelitian yang dihimpun
dalam sebuah laporan penelitian.
I.3. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana asal usul kedatangan suku Tamil India di kota Medan?
2. Bagaimana peranan dan sistem kehidupan masyarakat Suku Tamil India di
Kota Medan?
3. Bagaimana pengaruh, situasi dan kondisi keberadaan bangunan
arsitektural Jalan Kyai Haji Zainul Arifin di Kampung Madras Kota Medan
sebagai Sejarah Peradaban dan Pengembangan Suku Tamil India di Kota
Medan?
4. Bagaimana kaitan potensi kawasan terhadap kota Medan dalam
konservasi perkotaan?
5. Bagaimana solusi pelestarian kawasan bersejarah dalam penanggulangan
nilai budaya Hindu di kota Medan?
I.4. Batasan MasalahAdapun batasan masalah dari penelitian ini, yaitu:
Studi kasus berupa kawasan Kyai Haji Zainul Arifin, Kampung Madras dibatasi
dengan radius 50 meter bertujuan untuk spesifikasi informasi lokasi khusus
suku Tamil India di Kampung Madras, Medan.
I.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yaitu:
4
1. Bagi akademis (dunia pendidikan)
a. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang kawasan Kampung
Madras sebagai pemukiman penduduk mayoritas keturunan India dalam
konservasi kota Medan.
b. Menjelaskan pentingnya nilai-nilai arsitektur dalam usaha konservasi
kota Medan.
2. Bagi pemerintah setempat
Menambah informasi khusus tentang kawasan Kampung Madras sehingga
pemerintah setempat mampu melaksanakan kajian usaha dalam langkah
konservasi perkotaan sebagai Sejarah Perkembangan dan Peradaban
suku Tamil India di Kota Medan.
I.6. Kerangka Berpikir
I.7. Sistematika Pembahasan
BAB I : Merupakan Pendahuluan berisi tentang latar belakang permasalahan
tentang Sejarah Peradaban dan Perkembangan Suku Tamil India di
Kota Medan.
BAB II : Merupakan Metodologi berisi menjelaskan tentang penggunaan
metode dalam penelitian, bertujuan untuk dengan memperoleh
5
LATAR BELAKANG
MAKSUD DAN TUJUAN
IDENTIFIKASI
BATASAN MASALAH
METODE PENELITIAN
DATA
ANALIS
KESIMPULAN DAN SARAN
FEEDBACK
Langkah selanjutnya
keseluruhan pemahaman tentang studi kasus yang diteliti sebagai
pendekatan secara menyeluruh.
BAB III : Merupakan Tinjauan Pustaka berisi tentang kajian literatur dalam
penelitian meliputi terminologi judul, kaitan teori judul dan studi
banding.
BAB IV : Merupakan Hasil dan Pembahasan berisi tentang kajian akhir analisa
studi kasus yaitu Kawasan Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, Kampung
Madras, Medan, Sumatera Utara, yang diperoleh melalui kumpulan
data fisik maupun non fisik sebagai objek penelitian, pengolahan hasil
uji responden, variabel-variabel dan kajian teori dengan penggunaan
metode penelitian.
BAB VI : Kesimpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan akhir penelitian
tentang Sejarah Peradaban dan Perkembangan Suku Tamil India di
Kota Medan, yang diikuti dengan saran.
6
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
II.1. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian
dilaksanakan (methods : tata cara). Dengan kata lain, metode penelitian adalah
cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan
dan memiliki langkah-langkah sistematis. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian yang bersifat deskriptif – kualitatif.
Metode penelitian deskriptif – kualitatif merupakan penelitian yang
merupakan situasi, peristiwa atau bidang tertentu secara aktual dan cermat.
Tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau
membuat prediksi, melainkan memaparkan situasi atau peristiwa tersebut.
Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta daerah tertentu. Jadi
penelitian deskriptif adalah suatu pengumpulan fakta-fakta dari suatu keadaan
yang bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang sesuatu
dengan jelas terhadap suatu keadaan.
Karakteristik dari penelitian kualitatif diantaranya yaitu:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen
kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau
outcome.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).
7
Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa metode penelitian
kualitatif dilakukan secara intensif. Penulis ikut berpartisipasi di lapangan,
mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif
terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan dan membuat
laporan penelitian secara mendetail.
Pengumpulan Data- Menurut Hasan, pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa,
hal-hal, keterangan-keterangan atau karakterisitik-karakteristik sebagian
atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung
penelitian.
- Menurut Lofland, menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.
Data Primer Menurut Hasan, data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan
penelitian atau yang bersangkutan memerlukannya.
Menurut Sugiyono, data primer adalah sumber langsung yang
memberikan data pada pengumpul data. Sedangkan menurut
Ruslan, data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari objek penelitian perorangan, kelompok dan organisasi. Salah
satu contohnya adalah wawancara (interview).
Jadi dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh
langsung melalui:
A. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden dan
jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Dalam
wawancara selalu ada dua pihak yang masing-masing mempunyai
kedudukan yang berlainan.
a. Interview sebagai pengejar informasi yang mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, meminta penjelasan dan menggali
8
keterangan-keterangan yang lebih mendalam terhadap
jawaban, interviewer menilai, menafsirkan dan mencatatnya.
b. Interview sebagai pemberi informasi.
B. Observasi
Menurut Hasan, observasi adalah pemilihan, pencatatan dan
pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang
berkenaan dengan organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan
empiris.
Menurut Nasution dan Sugiyono, observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.
Kelebihan dari teknik observasi yaitu:
a. Data yang diperoleh adalah data aktual. Dalam arti bahwa data
diperoleh melalui kejadian tingkah laku.
b. Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung. Tingkah
laku yang diharapkan muncul, mungkin akan muncul atau juga
tidak muncul. Karena tingkah laku dapat dilihat atau diamati
maka dapat dikatakan yang diukur memang sesuatu yang
dimaksud untuk diukur. Selain melalui wawancara, penulis
melakukan penelitian juga melalui observasi yaitu mengamati
secara langsung perkembangan penggunaan jejaring sosial
yang disalahgunakan untuk hal-hal negatif.
Data sekunderData sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang telah
jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di
berbagai organisasi atau perusahaan. Seperti dari buku, media cetak,
media elektronik sera media online dan sumber lainnya yang
berhubungan dengan penelitian.
9
Pengumpulan VariabelVariabel penelitian adalah setiap hal dalam suatu penelitian yang datanya
ingin diperoleh. Dinamakan variabel karena nilai dari data tersebut beragam.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
- Umur
- Pekerjaan
- Alamat
Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian
Tempat penelitian berhubung kepada lokasi studi kasus.
Waktu PenelitianWaktu penelitian berkisar pada jadwal penelitian lokasi studi kasus.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka metode penelitian yang digunakan oleh
penulis meliputi:
1. Metode dan Instrumen
a. Perencanaan ini menggunakan metode deskriptif dari sumber data
primer dan sekunder.
b. Dalam rangka pengumpulan data disertai keterangan yang objektif, asli
dan benar maka digunakan survey serta observasi lapangan serta
analisa data.
c. Jenis data yang diperoleh berdasarkan:
Studi literatur.
Studi kasus.
Studi kuisioner.
Survey lapangan dan observasi.
Hasil wawancara dan studi banding.
Bentuk serta jenis data gambar, baik sketsa maupun foto lokasi.
2. Analisa data
Jenis data yang terkumpul lengkap dengan penjelasan serta dimensi dan
fungsinya maka perlu dianalisa berdasarkan jenis sumbernya.
Analisa data mengenai kegiatan-kegiatan fungsi.
10
Anailsa data lokasi studi kasus dan lingkungan sekitar.
Analisa data mengenai pengaruhnya terhadap lingkungan.
Untuk metodologi penelitian dalam konservasi kota Medan.
Peneliti dapat melakukan analisis data ketika sedang melakukan
wawancara dan observasi di lapangan. Hal ini berarti bahwa analisis data
tidak hanya dilakukan pada saat setelah pulang dari lapangan saja akan
tetapi di lapangan peneliti sudah mulai mengklasifikasikan data yang
didapat. Setelah pulang dari lapangan, peneliti akan menganalisa data
yang sudah didapat dari lapangan dengan mengumpulkan data yang
sejenis kedalam kategori-kategori yang telah ditentukan
(mengklasifikasikan yang sejenis). Setelah itu, peneliti akan memeriksa
ulang data untuk kelengkapan data. Data yang diperoleh dari lapangan
kemudian dianalisis secara kualitatif. Data-data yang akan ditulis diperkuat
dengan data kepustakaan yang berupa teori-teori. Dalam menulis dan
menganalisis, peneliti juga menambahkan data-data berupa hasil observasi
yang peneliti dapat pada saat berada di lapangan sebagai penguat data
hasil wawancara yang telah diklasifikasikan tadi.
II.2. Pengumpulan DataPengumpulan data dilaksanakan melalui hasil observasi, wawancara dan
pembagian kuisioner.
1. ObservasiObservasi meliputi pengamatan langsung ke lokasi studi kasus yaitu
Kawasan Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, Kampung Madras, Medan,
Sumatera Utara. Hasil observasi berupa data-data bangunan dengan
kaitannya terhadap konservasi perkotaan, pengaruh prilaku komunitas
masyarakat sekitar, keadaan lokasi, kondisi bangunan yang berupa
dokumentasi keadaan setempat, sistem kehidupan, potensi kawasan dan
informasi lainnya.
2. WawancaraWawancara dilakukan kepada masyarakat sekitar kawasan Kampung
Madras Medan. Seperti wawancara juga dilakukan kepada seorang kepala
kepustakaan Kuil Shri Mariamman yang bernama Bapak Pinandita R.
11
Wilayutham. Kuil Shri Mariamman merupakan kuil Hindu tertua di Medan
sebagai ciri identifikasi landmark untuk Kampung Madras di kota Medan.
Wawancara dimulai dengan pengenalan diri yang kemudian berlanjut
kepada pencarian dan pertanyaan berupa informasi mengenai kapan,
mengapa dan bagaimana kuil ini dibangun serta lingkupan sejarah yang
berkaitan dengan studi kasus lokasi Kampung Madras identik terhadap
suku Tamil India. Pengumpulan data juga dilakukan kepada masyarakat
setempat untuk mengetahui informasi mengenai pola perilaku dan sistem
kehidupan suku Tamil, kaitan potensi kawasan terhadap kota Medan dalam
konservasi perkotaan dan solusi pelestarian kawasan bersejarah dalam
penanggulangan nilai budaya Hindu di kota Medan.
3. Pembagian KuisionerPembagian kuisioner ditujukan kepada penduduk masyarakat setempat
guna mengumpulkan kelengkapan data informasi yang berkaitan dengan
pemilihan judul yaitu ‘Sejarah Perkembangan dan Peradaban Suku Tamil
India di Kota Medan.’
II.3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian
Lokasi : Kampung Madras
Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, Medan, Sumatera Utara.
Kecamatan : Medan Petisah
Kelurahan : Petisah Tengah
Kota : Medan
Waktu PenelitianAdapun waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Maret
2012 hingga 25 Juli 2012.
12
Adapun metode penelitian yang dispesifikasi dalam studi kasus yaitu sebagai
berikut:
PETA LOKASI
Gambar 1. Peta Lokasi Kawasan Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, Kampung Madras, Medan, Sumatera Utara, dengan radius 50 meter.
Gambar 2. Peta Lokasi Kawasan Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, Kampung Madras, Medan, Sumatera Utara.
13
Gambar 3. Kawasan Kampung Madras, Medan, Sumatera Utara.
KONDISI EKSISTING
Luas Kampung Madras berkisar 10 hektar.
Kondisi eksisting pada Kawasan Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, Kampung
Madras, Medan, Sumatera Utara, dispesifikasi dengan radius 50 meter yang
dikellilingi oleh bangunan-bangunan berpengaruh dalam kawasan Kampung
Madras ini. Seperti:
1. Kuil Shri Marriaman
Kuil Shri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Kota Medan, Sumatera
Utara, Indonesia. Kuil ini dibangun pada tahun 1884 untuk memuja dewi
Kali. Kuil ini terletak di kawasan yang dikenal sebagai Kampung Madras.
14
Kuil ini dikelola oleh salah seorang keluarga pemilik perusahaan besar
Texmaco, Lila Marimutu. Pintu gerbangnya dihiasi sebuah ‘gopuram’, yaitu
menara bertingkat yang biasanya dapat ditemukan di pintu gerbang kuil-kuil
Hindu dari India Selatan atau semacam gapura.
2. Cambridge Condominium City Square & Swiss Bel Hotel
PROFIL BANGUNAN
Developer : PT. Global Medan Town Square
Luas Tanah : 1 hektar
Lokasi : Jalan Letjen S. Parman (Simpang Jalan Kyai Haji
Zainul Arifin), Medan, Sumatera Utara, Indonesia
Tinggi Bangunan : 108 meter
Kedalaman Basement : 24 lantai
Jumlah Tower : 4 tower (Mozart tower, Newton Tower, Picasso
Tower dan Grand Swiss Bel International Hotel)
Cambridge Condominium City Square & Swiss Bel Hotel berfungsi sebagai
five-star hotel, condominium dan shopping mall dan selesai dibangun pada
tahun 2008. Bangunan ini juga telah menjadi salah satu ikon High Rise
Building pertama di kota Medan yang berkembang dan ramai dikunjungi.
3. Sun Plaza
15
Sun Plaza telah menjadi ikon berkembangnya pusat hiburan kota Medan
pada tahun 2000. Sun Plaza terletak di lokasi strategis dimana berada di
kawasan elite kota Medan dengan fungsi bangunan sekitar adalah gedung
– gedung perkantoran High Rise Building dan terletak di pangkal Jalan Kyai
Haji Zainul Arifin.
4. Bel Mondoe Restaurant
Bel Mondoe Restaurant berlokasi di Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, tepat di
seberang Sun Plaza. Restoran ini menyediakan makanan bergaya barat
(Western) sebagai ciri khas hidangan penggugah selera masyarakat.
5. NAV Family Karaoke
6. Kuliner Pagaruyung
16
7. Medan Bakery
8. Mitra Dental Clinic
9. Batik Semar
17
10.Crispo Antiques
11.Dll.
Kawasan Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, Kampung Madras, Medan, Sumatera
Utara yang dikelilingi bangunan komersil maupun publik ini memberi pengaruh
kepada masyarakat kota Medan. Dimana terdapatnya beragam jenis fungsi
18
bangunan publik yang bergerak dalam bidang bisnis dan fungsi bangunan
komersil menyebabkan kawasan ini berkembang sebagai kawasan elite.
Dengan kondisi eksisting yang mendukung, masyarakat lebih mudah dalam
berolah mata pencaharian secara efektif khususnya masyarakat suku Tamil
India di kota Medan yang berinteraksi dengan mata pencaharian berbisnis dan
berekonomi kuliner dan usaha pertokoan lainnya. Hal ini justru
mengidentifikasikan kawasan Kampung Madras sebagai perkumpulan
komunitas suku Tamil India sebagai Sejarah Perkembangan dan Peradaban
Suku Tamil India di kota Medan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
19
III.1. Pengertian JudulI.1. Sejarah Peradaban dan Perkembangan Suku Tamil India di Kota
Medan• Sejarah
Menurut Jan Romein, kata “sejarah” memiliki arti yang sama
dengan kata “history” (Inggris), “geschichte” (Jerman) dan
“geschiedenis” (Belanda), yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa
yang terjadi pada masa lampau.
Sementara menurut sejarahwan, William H. Frederick, kata sejarah
berasal dari bahasa Arab, “syajaratun” yang berarti “pohon” atau
“keturunan” atau “asal-usul” yang kemudian berkembang dalam bahasa
Melayu “syajarah”. Dalam bahasa Indonesia menjadi “sejarah”.
Menurutnya, kata “syajarah” atau sejarah dimaksud sebagai gambaran
silsilah atau keturunan.
• Peradaban Peradaban memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan
masyarakat manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada
suatu masyarakat yang kompleks, dicirikan oleh praktik dalam pertanian,
hasil karya dan pemukiman. Berbanding dengan budaya lain, anggota-
anggota sebuah peradaban akan disusun dalam beragam pembagian
kerja yang rumit dalam struktur hirarki sosial.
Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih
luas dari istilah "budaya" yang populer dalam kalangan akademis.
Dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya,
yang dapat diartikan sebagai "seni, adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang
merupakan sebuah cara hidup masyarakat". Namun, dalam definisi yang
banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan
kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan
dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam
kegiatan ekonomi dan budaya.
• Perkembangan
20
Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang
terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan
terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
• SukuSuku memiliki struktur sosial yang jelas dan tertata baik sejak
dahulu kala, khususnya masyarakat Sumatera Utara, Sulawesi Utara,
Nusa Tenggara, Kepulauan Timor dan Tanah Papua.
Suku ialah unit sosial mandat tertinggi yang terdiri dari satu atau lebih
marga. Setiap marga terdiri dari minimal satu nama keluarga. Setiap
marga memiliki minimal satu keluarga. Dalam kasus unik, khususnya di
antara bangsa Papua, ada contoh di mana satu marga hanya terdiri dari
satu keluarga atau satu suku memiliki satu marga saja.
• IndiaIndia adalah sebuah negara di Asia yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak kedua di dunia dengan populasi lebih dari satu milyar jiwa dan
negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis. Jumlah
penduduk India tumbuh pesat sejak pertengahan 1980-an. Negara
dengan sistem demokrasi liberal terbesar di dunia ini juga telah muncul
sebagai kekuatan regional yang penting dan memiliki kekuatan militer
terbesar dan memiliki kemampuan senjata nuklir.
Ada beberapa kelompok suku India-Indonesia yang telah lama
menetap di Indonesia. Kelompok suku masyarakat Tamil dari India
Selatan banyak terdapat di daerah Sumatera Utara (Medan, Pematang
Siantar, dll). Banyak dari mereka yang didatangkan oleh pemerintah
kolonial Inggris untuk bekerja di perkebunan-perkebunan yang dibuka di
daerah tersebut. Marimutu Sinivasan adalah seorang pengusaha India-
Indonesia yang berasal dari suku Tamil, yang dilahirkan di Sumatera
Utara.
Suku Tamil adalah sebuah kelompok etnis yang berasal dari Asia
Selatan. Komunitas Tamil paling tua berasal dari India bagian selatan
dan Sri Lanka bagian timur laut. Di Indonesia, komunitas Tamil dalam
jumlah signifikan dapat ditemukan di Sumatera Utara.
• TamilTamil merupakan suku India.
21
• KotaKota merupakan kawasan pemukiman yang seraa fisik ditunjukkan
oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan
memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya
secara mandiri.
• MedanMedan dalam bahasa Melayu berarti tempat berkumpul, karena
pada zaman dahulu, Medan merupakan tempat berkumpulnya orang
dari Hamparan Perak, Sukapiring dan lainnya untuk berdagang,
bertaruh, dll. Kota Medan adalah ibukota propinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi
pada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa pertama yang
mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang
bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang
pemimpin bernama Tuanku Pulau Brayan sudah sejak beberapa tahun
bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut
lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi
memperoleh status sebagai kota.
I.2. Kampung Madras• Kampung
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Kampung / Desa, disebut bahwa Kampung / Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Desa bukanlah bawahan Kecamatan, karena kecamatan
merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa
bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan
Kelurahan, desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun
dalam perkembangannya, sebuah desa dapat dirubah statusnya
menjadi kelurahan.
22
Menurut Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menyebutkan pengertian
Kampung atau disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistim Pemerintahan Nasional dan
berada di daerah Kabupaten / Kota.
• Madras
Madras merupakan gubahan nama lokasi permukiman yang
penduduk mayoritasnya suku Tamil atau keturunan India dengan awal
nama “Kampung Keling” didasarkan oleh keputusan pemerintah kota
Medan secara resmi.
III.2. Studi KasusStudi kasus yang diambil yaitu Kawasan Jalan Kyai Haji Zainul Arifin,
Kampung Madras, Medan, Sumatera Utara.
Kampung Madras merupakan Pemukiman yang penduduk mayoritasnya
keturunan suku Tamil India. Komunitas Suku Tamil India telah hadir dan
menjadi bagian signifikan dalam perkembangan kebudayaan di Nusantara
sejak beberapa abad yang lalu, terutama sebagian masyarakat di Pulau
Sumatera. Kampung Madras juga dikategorikan sebagai kota bersejarah dan
bukti peradaban suku Tamil India yang merupakan jantung kebudayaan India
di kota Medan.
Kampung Madras merupakan gubahan nama lokasi permukiman yang
penduduk mayoritasnya suku Tamil atau keturunan India dengan awal nama
“Kampung Keling” didasarkan oleh keputusan pemerintah kota Medan secara
resmi. Meskipun pemerintah kota Medan telah resmi mengubah nama
kampung ini menjadi Kampung Madras, masyarakat India setempat tetap
mengenal areal seluas 10 hektar ini sebagai Kampung Keling, karena kata
“keling” berkonotasi dengan kulit gelap.
III.2.1. Sejarah kedatangan suku Tamil India di kota Medan
Bangsa India, khususnya suku Tamil, datang ke Sumatera Utara
pada akhir abad ke-19 semasa masa penjajahan Belanda. Mereka
23
mengadu nasib dengan menjadi kuli perkebunan. Dalam catatan
Badan Warisan Sumatera (BWS), rombongan pertama orang Tamil
yang datang ke Medan sebanyak 25 orang pada tahun 1873.
Mereka dipekerjakan oleh Nienhuys, seorang pengusaha Belanda
perkebunan tembakau yang dikenal sebagai tembakau Deli. Tembakau
yang mengakibatkan tanah Deli menjadi termasyur di dunia
internasional. Hingga pada akhirnya dikenal sebagi “Tanah Sejuta
Dollar”. Setelah itu, semakin banyak para buruh dan tenaga kerja yang
didatangkan dari India untuk bekerja di Tanah Deli sebagai buruh
perkebunan, supir, penjaga malam, sais kereta lembu, membangun
jalan dan waduk.
Kontrak kerja pekerja didatangkan melalui Penang, Singapura
dan juga melalui bangsa India lain. Seperti dari Punjab, India Utara
yang pada umumnya menganut agama Sikh, Bombay, dan bangsa
Chettyar yang pintar berbisnis. Mereka tidak bekerja sebagai kuli di
perkebunan, melainkan membuka usaha sendiri dan bekerja di sektor
lain.
Saat Belanda membuka cabang De Jawasche Bank di Medan,
sejumlah Sikh dipekerjakan sebagai penjaga pada tahun 1879. Melihat
situasi dan kesempatan ekonomi di kota Medan, beberapa Sikh
membuka usaha peternakan lembu untuk meningkatkan permintaan
pasokan susu dari Belanda. Banyak yang berhasil dengan mata
pencaharian ini, hingga sekarang masyarakat keturunan India terkenal
sebagai produsen susu sapi murni. Pada akhir tahun 1930, penganut
Sikh di Medan mencapai 5 ribu orang.
Saat ini, keturunan India di Medan bukanlah mereka yang datang
langsung dari India. Mereka adalah generasi ketiga atau keempat dari
pendatang awal yang kebanyakan menolak disebut sebagai bangsa
India karena memang sudah lahir di Indonesia dan menjadi warga
negara Indonesia.
24
Orang India di Sumatera Utara diperkirakan sudah bermukim
sejak sebelum Masehi, yaitu agama Hindu dan Buddha. Mereka selalu
berkunjung pada masa arus angin dari India ke Barus pada tiap bulan
November dan Desember. Sekitar abad ke-4 atau ke-5 Masehi,
gelombang dari India Selatan membawa agama Buddha ke Sumatera
dan memperkenalkan aksara Nagari yang menjadi cikal bakal
penulisan aksara Melayu Kuno, Batak, dan lain-lain. Besar
kemungkinan, masyarakat India Tamil telah ikut dalam mobilitas
tersebut. Kedatangan masyarakat India Tamil ke Sumatera Utara dapat
dibuktikan jejaknya secara pasti sejak zaman Hindia Belanda melalui
usaha dagang VOC (Verenigde Oost Indische Companie) pada 20
Maret 1602 hingga 31 Desember 1799. Pada saat itulah, mereka
menginjakkan kaki di ''negeri seberang'' ini. Keahlian membuat jalan
dan bekerja di perkebunan tembakau menjadi alasan pemerintah
Belanda pada masa penjajahan mendatangkan pekerja dari India.
Pekerja ditempatkan di perkebunan Belanda di Sumatera Utara pada
tahun 1830. Namun, pada masa perjuangan kemerdekaan RI, orang-
orang India Tamil turut berpartisipasi bersama kaum pribumi untuk
merebut kebebasan. Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus
1945, banyak orang Tamil yang ingin kembali ke India. Sekitar tahun
1948, pemerintah India mendatangkan dua kapal, yaitu kapal
Sidambaran dan Chandra Bus untuk mengangkut kepulangan mereka.
Namun, ternyata banyak diantaranya yang turun di Malaysia dan
Singapura saat perjalanan pulang, karena tertarik dengan dua negara
yang pernah menjadi bagian wilayah Indonesia di zaman Kerajaan
Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada itu. Akhirnya, banyak orang Tamil
yang menetap dan bercocok tanam hingga membuat komunitas sendiri
sampai sekarang. Keturunan Tamil sampai saat ini masih tetap
bertahan di Medan. Kulit hitam, hidung mancung dan kumis lebat
menjadi ciri khas kebanyakan keturunan India Tamil.
Umumnya di Indonesia (kata Indonesia berasal dari bahasa Latin
Indus "India" dan bahasa Yunani nêsos "pulau" yang secara harafiah
berarti 'Kepulauan India'), masyarakat Tamil di berbagai kota telah
25
hidup dan bertempat tinggal, begitu pula di Medan, Sumatera Utara.
Kedatangan masyarakat Tamil sejak masa penjajahan kolonial Belanda
telah melahirkan suatu multikulturalisme masyarakat Sumatera Utara,
khususnya kota Medan. Medan mempunyai kekayaan etnis yang
menjadi kekayaan budaya masyarakat Medan. Adanya etnis melayu,
batak, tionghoa hingga etnis Tamil membuat Medan sebagai kota
dengan budaya majemuk. Dengan kemajemukannya, Medan menjadi
kota yang maju dan metropolitan jika dengan sinergis dipelihara
sebagai suatu kekayaan regionalisme dalam kaitannya dengan
Konservasi Perkotaan, yang mungkin tidak dimiliki oleh kota lain di
Indonesia.
Komunitas India Tamil telah hadir dan menjadi bagian yang
signifikan dalam perkembangan kebudayaan di Nusantara sejak
beberapa abad yang lalu, terutama sebagian masyarakat Pulau
Sumatera. Dengan perpindahan manusia yang masif tersebut,
terjadilah proses difusi kebudayaan, akulturasi dan assimilasi. Kisah
kehadiran satu kaum di tengah-tengah kaum lain sebagai akibat dari
gerak migrasi penduduk sudah lama menjadi perhatian dan bahan
kajian kalangan ilmuwan sosial. Di Medan, mereka hidup dalam
keseharian dan melebur dengan masyarakat setempat. Terdapat
sebuah tempat dimana mereka beraktifitas, hidup dan berkembang
seiring dengan perkembangan kota Medan.
III.2.2. Kampung Madras
Dinamakan Keling karena di daerah ini dikenal sebagai komunitas
orang Tamil yang berkulit hitam. Di daerah ini, sejarah ajaran Hindu
berkembang dan diawali dengan berdirinya Kuil Sri Mariamman.
Bersebelahan dengan kuil, berdiri kantor Parisada Hindu Dharma
Indonesia (PHDI) Sumut. Selain Kuil Shri Mariamman, masih banyak
tempat ibadah umat Hindu di Sumut. Adanya kampung ini menjadi
bukti bahwa masyarakat suku Tamil telah lama bermukim di kota
Medan.
26
Sekitar dua tahun yang lalu tepatnya tanggal 17 Juli 2008,
Pemerintah Kota Medan serta DPD Kota Medan telah men-sah-kan
kawasan perkampungan India di kota Medan yang dahulu disebut
sebagai Kampung Keling menjadi Kampung Madras. Bahkan beberapa
trayek angkutan kota yang bertuliskan Kampung Keling telah diubah
namanya menjadi Kampung Madras. Sejak pengesahan nama
tersebut, martabat dan nama masyarakat Tamil sendiri terangkat dan
dikenal oleh masyarakat.
Jumlah penduduk suku Tamil di kota Medan cukup banyak.
Namun, setiap tahunnya berkurang karena adanya migrasi ke tempat
lain dan angka kematian yang meningkat. Migrasi ini terutama
disebabkan oleh faktor ekonomi. Masyarakat etnis Tamil kebanyakan
berpenghasilan rendah karena mata pencaharian mereka adalah
berdagang, yang telah menjadi kebiasaan mereka. Berdagang adalah
salah satu mata pencaharian yang diajarkan pendahulu mereka. Tak
heran, hanya sedikit saja dari mereka yang bermata pencaharian lain.
Ini yang menyebabkan mereka menjadi masyarakat ekonomi
menengah kebawah. Tak jarang juga, mereka bekerja sebagai
pembantu rumah tangga. Akibatnya, terjadilah migrasi ke daerah lain
yang mungkin dapat merubah nasib dan peruntungan mereka, seiring
berkembangnya kota Medan sebagai kota metropolitan.
Kuil menjadi salah satu unsur visual eksistensi suku Tamil yang
sangat penting. Selain itu terdapat juga mesjid yang bercorak suku
Tamil, sekolah Khalsa yang merupakan sekolah suku Tamil pertama di
Medan yang juga merupakan sekolah pertama di kota Medan yang
mengajarkan Bahasa Inggris dalam kurikulumnya. Ada juga tempat-
tempat berjualan seperti toko makanan dan toko olahraga yang
bercorak Tamil. Hal ini menunjukkan bahwa kampung ini pernah
menjadi suatu tempat dimana masyarakat etnis Tamil tumbuh
berkembang dan membentuk suatu daerah teritorial mereka di kota
Medan. Pertumbuhan penduduk tionghoa semakin mendominasi,
pembangunan bangunan-bangunan komersil dan modern disekitar
27
kampung Keling dipelopori oleh pertumbuhan kota yang sangat cepat,
memacu hilangnya identitas mereka.
Kebudayaan Tamil di kota Medan menjadi salah satu nilai budaya
bangsa. Indonesia sebagai bangsa Bhineka Tunggal Ika adalah wadah
keberadaan budaya Tamil. Bahwa budaya Tamil telah ada dan
berkembang di kota Medan. Pengaruh kebudayaan Tamil dalam
kehidupan bangsa Indonesia sudah menjadi pengetahuan dan proses
penyerapan unsur-unsur budaya India. Temuan-temuan arkeologis di
Sumatera maupun di Jawa mulai dari abad ke-7 M hingga abad ke-14
memperlihatkan kesinambungan kehadiran peradaban India di
Kepulauan Nusantara. Kehadiran orang-orang India sudah terekam
dalam sebuah prasasti bertarikh 1010 Saka atau 1088 M tentang
perkumpulan pedagang Tamil di Barus ditemukan pada tahun 1873 di
situs Lobu Tua (Barus) yaitu sebuah kota purba di pinggir pantai
Samudera Hindia. Segala bukti peninggalan dan warisan buday India
seharusnya dilestarikan untuk memunculkan sebuah eksistensi kuat
dan berdampak pada pengetahuan masyarakat akan budaya Tamil.
Perspektif sejarah peradaban dan perpindahan manusia dalam
berbagai kurun waktu, lebih tepat dikategorikan sebagai pendatang
awal dan pendatang kemudian. Sejarah peradaban manusia selalu
dipenuhi oleh peristiwa perpindahan masif dari satu tempat ke tempat
lain, baik yang berlangsung secara alamiah maupun terpaksa. Dengan
perpindahan manusia yang masif terjadilah proses difusi kebudayaan,
akulturasi dan assimilasi.
Pusat budaya suku Tamil di kota Medan seharusnya diperlukan
sebagai bukti peninggalan, warisan, nilai-nilai budaya, adat istiadat,
dan filosofi dalam upaya konsevasi perkotaan sehingga eksistensi yang
ditimbulkan dapat tercapai. Dengan perbedaan penguatan paham
multikulturalisme, dimana prinsip kesetaraan, penghargaan, pengakuan
dan penghormatan atas hak-hak kultural semua kelompok etnik dan
budaya harus diutamakan maka pilihan untuk menguatkan kembali
identitas suku Tamil juga bukanlah sesuatu yang tabu. Dengan prinsip
28
multikulturalisme, kita memandang keanekaragaman suku dan
kebudayaan sungguh-sungguh sebagai sebuah mozaik indah yang
membangun Indonesia dengan hakikat Bhinneka Tunggal Ika.
29