KAPITA SELEKTA

37
1

Transcript of KAPITA SELEKTA

Page 1: KAPITA SELEKTA

1

Page 2: KAPITA SELEKTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadiran Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah “PENGELOLAAN PENDIDIKAN DASAR PADA

ABAD MODERN”.

Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari

beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Suparno M.MPd, selaku dosen mata kuliah Kapita Selekta.

2. Rekan-Rekan penyusun yang telah memberikan bantuan, baik berupa ide,

waktu maupun tenaga demi terselesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini banyak kekurangan, baik

menyangkut isi maupun penulisan. Karena itu kritik dan saran yang membangun

sangat diharapakan oleh penulis untuk menyempurnakan makalah ini. Namun

dalam penulisan makalah ini memiliki tujuan agar makalah ini dapat bermanfaat

bagi pembaca, serta diridlai oleh Allah SWT amin.

Cirebon, Novermber 2012

Penulis

2

Page 3: KAPITA SELEKTA

DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR.......................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 2

B. Rumusan Masalah..................................................................... 2

C. Tujuan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3

A. Tantangan dan problema pendidikan pada abad modern.......... 3

B. Pembaharuan pendidikan pada abad modern............................ 5

C. Pengelolaan pendidikan sekolah dasar...................................... 9

D. Permasalahan guru pada abad modern...................................... 13

E. Kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan................ 15

BAB III PENUTUP................................................................................. 18

A. Kesimpulan............................................................................... 18

B. Saran......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. iii

3

Page 4: KAPITA SELEKTA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengalaman pembangunan di negara-negara yang sudah maju, khususnya

negara-negara di dunia barat, membuktikan betapa besar peran pendidikan

dalam proses pembangunan. Secara umum telah diakui bahwa pendidikian

merupakan penggerak utama (prima mover) bagi pembangunan. Secara fisik

pendidikan di dunia barat telah berhasil memenuhi kebutuhan tenaga kerja

dari segala strata dan segala bidang yang sangat dibutuhkan bagi

pembangunan. Dari aspek non-fisik, pendidikan telah berhasil menanamkan

semangat dan jiwa modern, yang diujudkan dalam bentuk kepercayaan yang

tinggi pada "akal" dan teknologi, memandang masa depan dengan penuh

semangat dan percaya diri, dan kepercayaan bahwa diri

mereka  mempunyai  kemampuan (self efficacy) untuk menciptakan masa

depan sebagaimana yang mereka dambakan.

Negara-negara sedang berkembang memandang pembangunan yang telah

terjadi di dunia barat seakan-akan merupakan cermin bagi diri mereka. Para

pemimpin dan ilmiawan di negara sedang berkembang menaruh perhatian

yang besar akan peran pendidikan dalam usaha mereka untuk mencapai

kehidupan yang lebih baik. Pendidikan modern yang telah berhasil

mengantarkan negara-negara maju (dvelopped countries) dari kemiskinan dan

keterbelakangan pada masa lampau sehingga mencapai tingkat seperti yang

bisa disaksikan dewasa ini, sudah barang tentu akan berhasil pula

mengantarkan negara-negara yang sedang berkembang mencapai tingkat

pembangunan sebagaimana yang telah dicapai negara-negara maju. Maka

pendidikan modern barat pun diimpor ke negara yang sedang berkembang.

Biaya dan tenaga diarahkan unuk mengembangkan pendidikan. Anggaran

belanja di sektor pendidikan terus meningkat. Usaha mendatangkan tenaga

ahli dari barat dan mengirim tenaga domestik ke Barat mendapatkan prioritas

4

Page 5: KAPITA SELEKTA

yang tinggi. Hasil angka buta huruf menurun dengan drastis, gross atau net

enrollment ratio naik, educationachievement dari penduduk semakin tinggi.

Persoalan-persoalan pendidikan dan pembangunan yang terjadi di negara

sedang berkembang, termasuk di Indonesia, secara mendasar berbeda dengan

problema yang ada di negara-negara Barat. Persoalan pendidikan di Indonesia

sangat erat kaitannya dengan falsafah dan budaya bangsa, apalagi di masa

modern ini. Winarno Surachmad (1986) memperingatkan "... bahwa ilmu

kependidikan yang tidak lahir dan tidak tumbuh dari bumi yang diabdinya

tidak akan pernah mampu melahirkan potensi untuk menangani masalah yang

tumbuh di bumi ini". (h.5).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah

sebagi berikut:

1. Bagaimana tantangan dan problema pendidikan pada abad modern?

2. Bagaimana pembaharuan pendidikan pada era modern?

3. Bagaimana pengelolaan sekolah dasar?

4. Apa saja permasalahan guru pada abad modern?

5. Bagaimana kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuanya adalah untuk:

1. Mengetahui tantangan dan problema pendidikan pada abad modern.

2. Mengetahui pembaharuan pendidikan pada abad modern.

3. Mengetahui apa saja yang harus di kelola pendidikan dasar pada abad

modern.

4. Mengetahui permasalahan guru pada abad modern?

5. Mengetahui kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan?

5

Page 6: KAPITA SELEKTA

BAB II

PEMBAHASAN

F. Tantangan dan problema pendidikan pada abad modern

Semenjak Orde Baru, khususnya mulai PELITA I, perkembangan sektor

pendidikan di Indonesia berkembang dengan pesat. Pemerintah memberikan

prioritas yang tinggi pada perkembangan sektor pendidikan didasarkan pada

asumsi bahwa dengan pendidikanlah pembangunan ekonomi Indonesia akan

berhasil dengan baik. Didukung dengan hasil minyak bumi, maka

perkembangan sarana fisik, khususnya gedung sekolah dasar dapat

dilaksanakan pada tingkatyang luar biasa. Puluhan ribu guru diangkat, ratusan

judul buku paket dicetak, training dan bentuk latihan peningkatan kualitas

guru diselenggarakan. Dan hasilnya secara statistik perkembangan pendidikan

di Indonesia sangat menggembirakan.

Namun, dibalik angka-angka di atas, dunia pendidikan di Indonesia masih

menghadapi problema yang berat, yang dapat dikategorikan menjadi:

1. internal in-efficiency, dalam sektor pendidikan berujud dalam bentuk

tingginya angka drop-outs dan angka repeaters (ulang kelas yang sama).

2. external in-efficiency berujud lulusan pendidikan tidak dapat diserap oleh

pasar tenaga kerja ataupun dapat dipakai tetapi antara pekerjaan yang

dilakukan berbeda dengan pendidikan yang diperoleh. External in-

efficiency pada sektor pendidikan tidaklah bisa dipisahkan dengan sektor

yang lain, khususnya sektor ekonomi dan politik. Sebagaimana telah

disinggung di atas modernisasi di bidang ekonomi jauh lebih cepat dari

pada modernisasi di bidang pendidikan. Perubahan-perubahan bidang

ekonomi dan teknologi sedemikian cepat, di lain pihak perubahan dunia

pendidikan berjalan lambat. Perubahan-perubahan pada sistem dan

kurikulum pendidikan tidak bisa dilakukan dengan cepat, karena adanya

suatu perubahan di sektor pendidikan akan membawa dampak yang sangat

luas dan besar pada kehidupan masyarakat secara keseluruhan.Pengalaman

pembangunan di negara-negara Barat, sistem dan kurikulum pendidikan

6

Page 7: KAPITA SELEKTA

dikembangkan dan didasarkan pada keadaan masyarakat saat itu dan

proyeksi keadaan masyarakat di masa mendatang. Namun pada era

teknologi dewasa ini sangat sulit atau dapat dikatakan hampir tidak

mungkin bisa meramalkan keadaan masa mendatang dengan tepat. Akibat

dari ketidakmampuan pendidikan memperhitungkan apa yang akan terjadi

di masa mendatang, pendidikan juga tidak mampu untuk menyediakan

tenaga kerja yang dibutuhkan oleh sektor ekonomi dan industri. 

3. Ketidakmerataan pendidikan berujud adanya perbedaan memperoleh

kesempatan pendidikan antara laki-laki dan wanita, antara penduduk kota

dan penduduk desa dan antara kaya dan miskin. Ketidakmerataan ini bisa

dilihat menurut sektor tempat tinggal, dan terutama menurut status sosial

ekonomi. Teori klasik menyatakan bahwa pendidikan akan menjembatani

jurang antara kelompok kaya dan kelompok miskin di masyarakat sudah

banyak mendapatkan kritikan dan tantangan. Teori-teori Dependency,

dengan bukti bukti empiris dari dunia ketiga, menunjukkan bahwa justru

pendidikan memperbesar jurang kaya dan miskin. Sebab pada diri

pendidikan itu sendiri terdapat stratifikasi sosial (lihat, Karabel dan

Halsey, 1977).

Kalau ketidakmerataan memperoleh pendidikan menurut sektor

desa/kota, sudah mulai dapat diperkecil dengan berbagai kebijakan

pendidikan yang telah dilaksanakan, tidak demikian dengan

ketidakmerataan pendidikan di antara penduduk miskin dan kaya.

Perbedaan pendidikan menurut status ekonomi antara kaya dan miskin

masih sulit untuk dipecahkan. Hal ini erat kaitannya dengan kualitas

sekolah. Kualitas sekolah dan juga jenis atau jurusan akan menentukan

status di masa depan. Sedangkan sebagian besar anak didik yang bisa

memperoleh sekolah "favorit" datang dari kalangan keluarga mampu,

sedang keluarga yang relatif miskin akan memperoleh sekolah yang juga

relatif rendah kualitasnya. Hal ini tidak mengherankan, karena anak didik

yang dapat memenuhi kualifikasi untuk masuk sekolah favorit sebagian

7

Page 8: KAPITA SELEKTA

besar adalah anak dari keluarga yang relatif mampu, yang memang secara

riil lebih pandai.

G. Pembaharuan pendidikan pada abad modern

Kesadaran bahwa pendidikan harus senantiasa tanggap terhadap kemajuan

telah mendorong para ahli dan pengambil keputusan di bidang pendidikan

untuk terus menerus mengadakan pembaharuan. Pembaharuan pendidikan

secara langsung dimaksudkan untuk memecahkan ketiga problema di atas:

internal in-efficiency, external in-efficiency, dan ketidakmerataan pendapatan.

Secara tidak langsung, perubahan-perubahan di sektor pendidikan: misalnya,

perubahan struktur pendidikan dan kurikulum, baik dalam arti content dan

instructional delivery system, merupakan upaya agar pendidikan menjadi

agent of development yang canggih.

Namun pembaharuan-pembaharuan yang telah dilaksanakan tidak jarang

mengandung kelemahan dan perlu untuk dikritik. Salah satu kritik pernah

dilontarkan oleh Winarno Surachmad (1986) yang menilai bahwa

pembaharuan pendidikan di Indonesia bersifat tambal sulam dan kurang

mendasar. Perubahan-perubahan kurikulum hanya menciptakan konfigurasi

baru dengan isi yang lama. Kritik Havelock dan Huberman (1977) dan World

Bank (1980) yang ditujukan pada pembaharuan pendidikan di negara-negara

berkembang, termasuk sangat tepat untuk ditujukan pada pembaharuan

pendidikan di Indonesia. Mereka menyatakan bahwa pembaharuan pendidikan

yang dilakukan tidak dapat dipraktekkan karena keterbatasan pengetahuan

pada tingkat pelaksana. Pembaharuan pendidikan yang dilaksanakan

cenderung bersifat "technocratic perspective", artinya pembaharuan

cenderung menekankan pada adopsi dari suatu perubahan daripada

implementasi pada level kelas (Verspoar&Reno, 1986). Di samping itu

pendidikan di negara sedang berkembang cenderung mengambil alih apa yang

telah berhasil dilaksanakan di dunia Barat. Sehingga inovasi yang

dilaksanakan bersifat "metropolitan sentris". Karena bersifat "metropolitan

sentris" , tidak jarang suatu pembaharuan pendidikan akan mengakibatkan

8

Page 9: KAPITA SELEKTA

perbedaan semakin tajam antara pendidikan di urban dan di rural. Hal ini bisa

dimaklumi, sebab guru-guru di kota lebih siap untuk menerima pembaharuan

yang dilaksanakan.

Lebih mendasar lagi, tidak jarang pembaharuan yang kita laksanakan

merupakan pengambilalihan dari Barat, tanpa mengadakan modifikasi yang

berarti dan mempertanyakan secara mendalam hakekat dan aspek-aspek yang

pokok yang ada pada ide yang akan diambil tersebut. Dengan

mempertanyakan hakekat ide yang akan dilaksanakan itu akan dapat

diperhitungkan kemungkinan implementasinya. Sebab pada hakekatnya

pembaharuan pendidikan harus berdasarkan pada What is, tidak pada What

ought to be; pembaharuan harus cocok dengan realitas ruang-ruang kelas.

Sebagai ilustrasi kritik ini dapat diambil sebagai contoh pembaharuan pada

metoda pengajaran. Dalam kurikulum 1984, hampir pada semua pokok

bahasan dicantumkan metoda cara belajar siswa aktif (CBSA) sebagai metoda

yang harus digunakan. Metoda ini telah berhasil menaikkan "gengsi"

pendidikan di Amerika pada tahun-tahun 1960-an. Metoda CBSA

mementingkan proses berpikir dan melatih inquiry skid. Kelebihan lain dari

metoda ini adalah meningkatkan critical thinking, merangsang intrinsic

motivation dan memberikan kemungkinan daya ingat yang lama pada diri

siswa (Bruner, 1961). Namun perlu diingat bahwa metoda ini memerlukan

persyaratan tertentu untuk bisa diimplementasikan. Misalnya, pelaksanaan

metoda CBSA memerlukan kondisi dan iklim kelas yang tidak terlalu formal

dan fleksibel. Guru harus mempunyai pengetahuan yang relatif luas. Pada diri

murid sudah terpatri kecintaan dan kesadaran pada hakekat ilmu, sikap ingin

tahu, menghargai pikiran-pikiran dan bukti-bukti kebenaran, objektif dan

bersifat toleransi.

Dalam setiap pembaharuan pendidikan, guru memegang peran yang

strategis, sebab merekalah yang merupakan pelaksana pembaharuan pada level

kelas. Namun, pengalaman di Indonesia menunjukkan guru lebih banyak

dilihat sebagai objek dalam pembaharuan pendidikan. Sehingga setiap

kebijaksanaan sebagai ujud pembaharuan pendidikan lebih banyak bersifat

9

Page 10: KAPITA SELEKTA

instruksi yang harus dipatuhi dan dilaksanakan dan tidak ada ruang bagi guru

untuk berimprovisiasi. Perencanaan dan kebijaksanaan nasional memang

perlu, namun perlu dicatat bahwa pelaksanaan pembaharuan pendidikan

sangat tergantung pada semangat, rasa keterlibatan, dan kesadaran para guru.

Guru akan memberikan respon yang positif pada setiap usaha pembaharuan

yang akan dapat meningkatkan kemampuan profesional mereka dan

memberikan ruang bagi mereka untuk berimprovisasi secara aktif dalam

proses pembaharuan tersebut. Oleh karena itu setiap upaya pembaharuan

pendidikan seharusnya menjadikan guru sebagai partisipan yang aktif, tidak

hanya sebagai penerima pembaharuan. Pembaharuan pendidikan yang

cenderung menjadikan guru sebagai objek dan sekedar penerima

pembaharuan, apalagi hanya lewat instruksi, cenderung untuk gagal. Dalam

kaitan ini perlu untuk didengar pendapat Fullan (1985) bahwa keberhasilan

pembaharuan pendidikan tergantung pada apa yang difikir dan dilakukan guru.

Di samping apa yang dikemukakan di atas, pembaharuan pendidikan di

negara-negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia, jarang

mengevaluasi dan mengembangkan aspek lain dari pendidikan formal di luar

kurikulum dan kemampuan guru. Di samping aspek kurikulum dan

kemampuan guru, sekolah mempunyai aspek lain, yaitu aspek sosiologis;

sekolah merupakan "a mini society".

Sebagai suatu masyarakat kecil, sekolah merupakan cermin dari

masyarakat dimana sekolah itu berada. Apa yang terdapat dan terjadi di

masyarakat, pada dasarnya terujud juga dalam sekolah. Di sekolah terdapat

aturan-aturan yang mengikat para anggotanya, baik anak didik maupun guru.

Ada norma-norma dalam pergaulan yang harus dipatuhi, terdapat interaksi

antara sesamanya baik secara individual maupun kelompok, terdapat konflik-

konflik interes baik nampak maupun tersembunyi. Sangsi-sangsi akan

dijatuhkan kepada siapa saja yang melanggar tatanan yang ada. Hak-hak dan

kewajiban guru dan murid diakui.

Dalam proses "transfer of culture", termasuk di dalamnya proses

pembentukan kepribadian, sikap, rasa dan juga intelektualitas, aspek sekolah

10

Page 11: KAPITA SELEKTA

sebagai "a mini society" sangat penting artinya. Model sekolah

Muhammadiyah dengan memadukan antara Masjid dan gedung sekolah,

merupakan bentuk pengakuan pentingnya aspek sekolah sebagai masyarakat

kecil tersebut.

Dalam dunia pendidikan terdapat dua teori yang berkaitan dengan sekolah

sebagai masyarakat kecil ini. Pertama, sekolah tempat melatih dan

mempersiapkan anak didik untuk terjun pada kehidupan mereka di masa

mendatang. Kedua, sekolah merupakan kehidupan riil anak didik itu sendiri,

bukannya tempat mempersiapkan anak didik. "School is not preparation for

life, but life it self" (Dewey, 1944).

Implikasi praktis dari teori pertama, anak didik dalam proses pendidikan

diberlakukan sebagai objek pendidikan. Mereka merupakan objek yang tengah

digembleng dan dicetak agar mampu mengarungi kehidupan di kemudian hari.

Mereka bukanlah subjek di dunia sekolah yang ada ini. Sayangnya, kemajuan

yang pesat di bidang ilmu dan teknologi menyebabkan perubahan-perubahan

yang berlangsung di masyarakat sangat cepat dan sulit itu bisa diramalkan

dengan tepat (lihatToffler, 1974, 1981).

Teori kedua, menekankan hendaknya sekolah diselenggarakan sedemikian

rupa sehingga betul-betul merupakan kehidupan riil anak didik itu sendiri.

Implikasi dari teori ini adalah anak didik merupakan subjek dari proses

pendidikan. Kehidupan sosial anak didik dalam masyarakat kecil tersebut

merupakan dasar dan sumber dari transformasi kehidupan. Peran paling

penting dalam proses pendidikan bukanlah terletak pada mata pelajaran yang

diberikan, melainkan pada aktifitas dan interaksi sosial anak didik itu sendiri.

Sudah barang tentu pembaharuan pendidikan di negara kita di masa

mendatang harus pula memperhitungkan aspek sekolah sebagai "a mini

society" ini. Pembaharuan pendidikan tidak berarti harus mengambil salah

satu teori pendidikan secara murni. Yang penting adalah bagaimana

pembaharuan pendidikan bisa membuahkan kebijaksanaan yang mengarahkan

agar pendidik bisa memanfaatkan variasi interaksi dan pengalaman riil yang

11

Page 12: KAPITA SELEKTA

diperoleh anak didik di sekolah sebagai upaya untuk mencapai keberhasilan

pendidikan.

Ada tiga hal yang telah dikemukakan dalam pembahasan tentang

pembaharuan pendidikan: kurikulum, guru dan sekolah sebaga "a mini

society". Pengembangan sekolah di masa depan di mana perubahan-perubahan

yang terjadi di masyarakat sangat cepat dan unpredictabfe, ketiga hal tersebut

tidak bisa ditinggalkan.

H. Pengelolaan pendidikan sekolah dasar

Dalam proses pendidikan, sekolah dasar menempati posisi yang sangat

vital dan strategis. Kekeliruan dan ketidaktepatan dalam melaksanakan

pendidikan di tingkat dasar ini akan berakibat fatal untuk pendidikan tingkat

selanjutnya. Sebaliknya, keberhasilan pendidikan pada tingkat ini akan

membuahkan keberhasilan pendidikan tingkat lanjutan. Sayangnya, berbagai

pihak justru menempatkan pendidikan dasar lebih rendah daripada tingkat

pendidikan yang lain, terbukti antara lain, dengan adanya kualifikasi dan gaji

guru sekolah dasar yang berbeda dengan sekolah lanjutan.

Usaha-usaha meningkatkan kualitas sekolah dasar sudah sangat mendesak.

Tanpa ada peningkatan kualitas sekolah dasar yang mendasar, usaha-usaha

peningkatan kualitas sekolah lanjutan menengah pertama dan atas tidak akan

berhasil dengan maksimal. Di samping itu kondisi-kondisi yang ada

menunjukkan bahwa secara kuantitas penyediaan fasilitas sekolah dasar sudah

memadai. Pada tahun 1986, sudah lebih dari 94% anak umur sekolah dasar

(umur 7 - 12) telah tertampung di sekolah-sekolah. Malahan sebagai hasil dari

program pengendalian penduduk, pertambahan murid sekolah dasar kelas satu

sudah mulai menurun. Untuk tahun-tahun mendatang ini, gejala-gejala

menurunnya murid kelas satu akan semakin nampak jelas terasa. Oleh karena

itu, problema sekolah dasar akan bergeser dari bagaimana menyediakan

fasilitas bergerak kepada bagaimana mengorganisir sekolah dasar yang

semakin kecil tetapi bisa semakin berkualitas. Bagi sekolah negeri barangkali

12

Page 13: KAPITA SELEKTA

problema ini tidak begitu terasa, tetapi bagi swasta yang terjadi adalah

sebaliknya.

Dalam hubungan dengan usaha peningkatan kualitas sekolah dasar, Beeby

(1983) mengidentifikasi dua bentuk usaha peningkatan kualitas sekolah.

Bentuk pertama, peningkatan kualitas sistem dan manajemen sekolah. Hal ini

berhubungan dengan "the flow of students". Kedua, peningkatan kualitas

berkenaan dengan proses belajar-mengajar di ruang-ruang kelas.

Usaha peningkatan kualitas yang berhubungan "the flow of students" pada

dasarnya bertujuan untuk menghilangkan pemborosan sebagai akibat internal

in-efficiency in education. Kebijaksanaan apa yang dapat dikembangkan

sehingga tingkat anak didik mengulang kelas dan putus sekolah bisa ditekan,

bahkan kalau mungkin dihilangkan. Wajib Belajar Pendidikan Dasar, untuk

anak umur 7-15 tahun dan pembebasan uang SPP merupakan kebijaksanaan

yang penting dan tepat untuk mengurangi tingkat putus sekolah ini.

Untuk menghilangkan "repeaters" nampaknya lebih sulit. Apalagi

informasi berkenaan dengan sebab-sebab ulang kelas ini sangat sedikit. Salah

satu usaha untuk menghilangkan ulang kelas adalah dengan menetapkan

"automaticclass promotion system". Dengan sistem ini anak didik setiap tahun

secara otomatis akan naik kelas. Sehingga nanti umur anak didik akan

menunjukkan kelasnya. Sudah barang tentu kebijaksanaan ini harus diiringi

dengan kebijaksanaan "remedial programs". Anak didik yang tidak bisa

mengikuti pelajaran atau tertinggal harus mengikuti pelajaran tambahan.

Kebijaksanaan ini untuk negara kita tidaklah mustahil, mengingat jumlah

murid sekolah dasar semakin kecil sebaliknya jumlah guru berlebihan. Dengan

semakin kecilnya rasio murid-guru, maka guru akan bisa mengenal dengan

tepat perkembangan anak didik.

Dalam peningkatan mutu SD, masalah kurikulum, kualitas guru dan

lingkungan keluarga perlu mendapat perhatian. Pada level nasional,

pengembangan kurikulum merupakan proses politik, administrasi dan

birokrasi, serta sekaligus proses profesionalisme. Proses ini mengandung

negosiasi antara harapan-harapan dan sumber-sumber yang tersedia. Apabila

13

Page 14: KAPITA SELEKTA

dalam proses pengembangan kurikulum ini masalah-masalah yang riil ada di

kelas diperhitungkan maka kurikulum akan memberikan sumbangan yang

besar pada peningkatan kualitas sekolah. Dua hal yang perlu mendapatkan

perhatian adalah kebutuhan lingkungan dan kemampuan guru.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu yang lalu melontarkan

ide perlunya warna lokal pada kurikulum pendidikan kita. Ide tersebut

sangatlah tepat dan perlu untuk mendapatkan support dan partisipasi dari para

pendidik. Kebhinekaan masyarakat kita yang tercermin dalam banyak aspek

kehidupan: lingkungan fisik, sosial dan budaya, perlu untuk diperhitungkan

dalam pengembangan kurikulum. Realitas kebhinekaan ini, merupakan dasar

yang logis untuk mengembangkan kurikulum nasional yang berwarna lokal.

Kurikulum yang "murni bersifat nasional" sulit untuk bisa diterima.

Kurikulum yang demikian itu akan menghasilkan keterasingan pada sementara

anak didik, sebab apa yang dipelajari di sekolah tidak relevan dengan

lingkungan sekelilingnya.

Proses pengembangan kurikulum berwarna lokal dalam kurikulum

nasional hendaknya lebih banyak menarik partisipasi para pendidik. Kalau di

tingkat nasional pengembangan kurikulum lebih banyak dilakukan oleh para

"perencana dan administrator pendidikan", maka pengembangan kurikulum

lokal seyogyanya lebih banyak ditentukan oleh pendidik sendiri.Usaha-usaha

pengembangan kreatifitas anak didik dan kecintaannya pada tanah air dapat

dilaksanakan pula lewat proses interaksi yang terjadi di sekolah. Sebagaimana

yang telah disinggung di depan, sekolah adalah merupakan"a mini society".

Guru harus bisa memanipulasi aktifitas dan interaksi anak didik untuk

mengembangkan kreatifitas anak dan kecintaan pada tanah air. Misalnya,

bagaimana guru bisa memberikan kesempatan pada anak didik untuk

menentukan kegiatan olah raga yang akan dilaksanakan, apa yang harus

dilakukan pada anak yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah, membuat

peraturan-peraturan di kelas ataupun di luar kelas.

Hasil pendidikan di sekolah dasar dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.

Penelitian-penelitian yang dilakukan baik di negara Barat maupun di negara

14

Page 15: KAPITA SELEKTA

kita membuktikan statement di atas (lihat Sudarsono, 1984; Johnstone &

Jiyono, 1983; Simmons, 1980). Ada lima aspek dari lingkungan keluarga yang

berpengaruh terhadap hasil pendidikan sekoiah dasar. Pertama, pola perilaku

anak dan orang tua; kedua, bantuan dan petunjuk orang tua dalam belajar;

ketiga, diskusi antara orang tua dan anak; dan, keempat, penggunaan bahasa di

rumah, dan aspirasi pendidikan orang tua.

Kegiatan belajar anak pada hakekatnya tidak hanya berlangsung di sekolah

atau di ruang-ruang kelas. Di luar sekolah pun proses ini berlangsung. Orang

tua bisa menggunakan kesempatan kumpul sebagai media bagi anak untuk

belajar. Anak-anak yang datang dari keluarga di mana sering melakukan

diskusi antara anggota keluarga menunjukkan prestasi yang lebih baik

daripada anak yang di rumah tidak pernah berbincang-bincang dengan orang

tua atau saudaranya.

Prestasi anak yang datang dari keluarga di mana komunikasi sehari-

harinya menggunakan bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan di sekolah)

lebih tinggi daripada prestasi anak yang di rumah tidak menggunakan bahasa

Indonesia. Penggunaan bahasa Indoensia di rumah akan memperkaya

kemampuan bahasa anak. Secara langsung anak mengembangkan kemampuan

bahasa Indonesia di rumah.

Keluarga merupakan tempat di mana anak bisa mendapatkan motivasi

untuk belajar dan mengembangkan harapan-harapan pendidikan dan gaya

hidup di masa depan. Orang tua mempunyai peranan yang sangat besar dalam

mengembangkan motivasi dan aspirasi pendidikan anak. Orang tua

seyogyanya mempunyai informasi yang jelas tentang aktifitas anak di sekolah,

mata pelajaran apa yang membuat anak senang dan tidak senang, di mana

kelebihan dan kekurangan anak dalam belajar. Orang tua di samping

memberikan support seyogyanya juga memberikan standar yang harus dicapai

oleh anak. Anak-anak yang datang dari keluarga di mana orang tua

mengembangkan motivasi dan aspirasi belajar anak, memiliki prestasi yang

lebih tinggi dari pada anak yang datang dari keluarga di mana orang tua tidak

pemah mengembangkan motivasi dan aspirasi pendidikan anaknya.

15

Page 16: KAPITA SELEKTA

Melihat hasil-hasil penelitian di atas, maka usaha peningkatan kualitas

pendidikan di sekolah dasar, khususnya, bisa dipisahkan dari lingkungan

keluarga. Orang tua tidak bisa menyerahkan secara 100% agar anaknya

dididik di sekolah. Perlu ada kerjasama antara sekolah dan orang tua dalam

usaha meningkatkan kualitas sekolah. Orang tua perlu mendapatkan informasi

apa yang harus dilakukan di rumah untuk menunjang keberhasilan anak di

sekolah. Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan di Indoensia bisa

dijadikan bahan untuk diinformasikan kepada orang tua.

Sekolah-sekolah mempunyai lembaga Badan Pembantu Penyelenggaraan

Pendidikan (BP3). Sampai saat ini lembaga tersebut belum dimanfaatkan

secara maksimal, baru terbatas untuk menghubungkan dana pembangunan

gedung. Sesungguhnya BP3 ini bisa ditingkatkan peranannya, dari pengumpul

uang pembangunan gedung menjadi pemegang peran mempertemukan apa

yang terjadi di sekolah dan apa yang seyogyanya dilakukan oleh orang tua

kepada anaknya di rumah, dalam kaitannya dengan proses belajar anak di

sekolah.

Dengan kata, lain untuk peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar

perlu ada kerjasama yang erat antara orang tua dan guru, antara sekolah dan

rumah. Orang tua tahu apa yang terjadi di sekolah, sebaliknya guru bisa

memberikan pengarahan apa yang seyogyanya dilakukan oleh orang tua

terhadap anak dalam rangka menunjang keberhasilan anak di sekolah.

I. Permasalahan guru pada abad modern

Permasalahan pendidikan dapat didekati dengan pendekatan macrocosmics

dan microcosmics. Pendekatan macrocosmics berarti permasalahan guru dikaji

dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain di luar guru. Hasil pendekatan ini

adalah bahwa rendahnya kualitas guru dewasa ini di samping muncul dari

keadaan guru sendiri juga sangat terkait dengan faktor-faktor luar guru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas guru, antara lain:

1. Penguasaan guru atas bidang studi

2. Penguasaan guru atas metode pengajaran,

16

Page 17: KAPITA SELEKTA

3. Kualitas pendidikan guru,

4. Rekrutmen guru,

5. Kompensasi guru,

6. Status guru di masyarakat,

7. Manajemen sekolah,

8. Dukungan masyarakat, dan

9. Dukungan pemerintah.

Penguasaan guru atas bidang studi yang akan diajarkan kepada para siswa

merupakan sesuatu yang mutlak sifatnya. Sebab, dengan materi bidang studi

tidak saja guru akan mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada siswa,

tetapi lebih daripada itu, dengan materi bidang studi itu guru akan

menanamkan disiplin, mengembangkan critical thinking, mendorong

kemampuan untuk belajar lebih lanjut, dan yang tidak kalah pentingnya adalah

menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu pengetahuan itu sendiri

pada diri siswa.

Kualitas guru tidak bisa dilepaskan dari kompensasi yang mereka terima

dan status guru di masyarakat. Namun, kompensasi atau gaji guru tidak bisa

dilepaskan dari kondisi ekonomi suatu negara. Artinya, perbandingan gaji

guru antar negara akan tidak pas kalau tidak ditimbang dengan kemakmuran

bangsa tersebut. Gaji guru di Malaysia lebih besar dibandingkan dengan gaji

guru di Indonesia, secara absolut. Namun, perbandingan akan berbeda

manakala kedua gaji tersebut diperbandingkan dengan pendapatan perkapita

negara masing-masing. Oleh karena itu, bukan hanya gaji yang penting

melainkan bagaimana dukungan masyarakat dan pemerintah bagi

kesejahteraan dan status guru. Lagu “Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”

sangat mulia dan terhormat. Dalam setiap kesempatan wisuda sering lagu

tersebut diperdengarkan, dan hadirin terbuai dengan kesyahduan. Namun,

barangkali bagi guru sendiri akan lebih senang kalau lagu diubah menjadi

"Guru Pahlawan Penuh Tanda Jasa”. Barangkali, sudah masanya untuk

dipikirkan mobilisasi dana pendidikan atau dana kesejahteraan guru yang

berasal dari masyarakat. Kalau untuk keperluan lain dana mudah diperoleh

17

Page 18: KAPITA SELEKTA

misalnya untuk prestasi olah raga, mengapa tidak bagi prestasi guru? Di

sinilah letaknya, partisipasi orang tua dan dukungan masyarakat mutlak

diperlukan untuk meningkatkan kualitas guru.

Kualitas guru yang ditunjukkan oleh kualitas kerja tidak dapat dilepaskan

dari manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan yang sentralistis, dengan

menempatkan pengambilan keputusan di tangan-tangan yang jauh dari guru

tidak menguntungkan bagi usaha meningkatkan kualitas kerja guru. Oleh

karena itu, pemberian otoriomi yang lebih besar kepada guru dalam

melaksanakan proses belajar mengajar akan memberikan rasa tanggung jawab

lebih besar kepada guru. Rasa tanggung jawab ini mutlak diperlukan dalam

meningkatkan kualitas guru.

Analisis dengan gabungan pendekatan macrocosmics dan microcosmics,

menunjukkan bahwa persoalan guru dapat dikategorikan ke dalam berbagai

kelompok. Mengikuti model analisis yang dikembangkan Boediono

mengelompokan sasaran wajib belajar menjadi 8 kelompok berdasarkan

kemampuan ekonomi dan aspirasi pendidikan orang tua, persoalan guru dapat

dikategorikan berdasarkan tiga variabel: ekonomi dengan predikat cukup dan

kurang, kemampuan dengan predikat mampu dan tidak mampu, dan variable

dedikasi dengan predikat penuh dedikasi dan kurang dedikasi

Sudah barang tentu, kebijakan dan program peningkatan kualitas guru

dalam melaksanakan proses belajar mengajar tidak mungkin secara spesifik

mendasarkan pada kategorisasi tersebut. Betapapun juga, gambaran kategori

tersebut perlu untuk direnungkan dalam membenahi dan menata guru dewasa

ini. Paling tidak, upaya peningkatan kualitas guru dengan penataran untuk

meningkatkan kemampuan tidak cukup. Sebab, masih ada faktor lain yang

perlu sentuhan, yakni semangat-dedikasi guru dan kesejahteraannya.

J. Kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan

Kebijakan dan program peningkatan kualitas guru dalam melaksanakan

proses belajar mengajar harus menyentuh tiga aspek sebagaimana

dikemukakan di atas: aspek kemampuan, aspek semangat dan dedikasi, dan

18

Page 19: KAPITA SELEKTA

aspek kesejahteraan. Kebijakan yang tidak lengkap, yang tidak mencakup

ketiga aspek tersebut cenderung akan mengalami kegagalan.

Kebijakan untuk meningkatkan kualitas guru harus banyak bertumpu pada

inisiatif dan kemauan yang datang dari pihak guru sendiri. Dengan kata lain

guru sebagai subjek bukannya objek. Untuk pengembangan kemampuan guru

untuk belajar (bukan mengajar) sangat penting. Kemampuan belajar mencakup

kemampuan untuk membaca dan mengkaji fenomena masyarakat secara

efisien, kemampuan untuk menentukan bahan yang relevan dan perlu untuk

dikaji, dan, kemampuan untuk mencari sumber pengetahuan. Dalam kaitan ini

suatu mekanisme atau prosedur untuk munculnya umpan balik bagi guru

sangat penting artinya. Salah satu yang mungkin dilaksanakan adalah

membekali guru dengan kemampuan untuk melakukan self reflection, lewat

action research.

Sekolah, termasuk guru harus menyusun program dan target kegiatan yang

jelas dan dikomunikasikan kepada orang tua siswa dan masyarakat. Hasil kerja

sekolah atas pencapaian target harus dapat dievaluasi dengan jelas oleh orang

tua dan masyarakat. Sekolah harus meletakkan orang tua dan masyarakat

sebagai konsumen. Kepuasan konsumen harus ditempatkan pada prioritas

paling tinggi. Untuk itu, sekolah di bawah pimpinan kepala sekolah harus

dapat bekerja secara mandiri. Sekolah harus dijiwai watak ekonomi, kerja

efektif dan efisien. Dalam kaitan inilah, school site based management

merupakan suatu tuntutan dasar dalam. Upaya peningkatan kualitas sekolah.

Dengan sistem manajemen ini otoritas sekolah semakin besar, termasuk

tanggung jawab memajukan sekolah. Semakin besar otoritas dan tanggung

jawab ini pada gilirannya akan meningkatkan kesadaran pada diri guru untuk

memberikan yang terbaik bagi siswanya.

Upaya peningkatan kualitas guru untuk meningkatkan kualitas lulusan

harus disertai dengan peningkatan kesejahteraan guru. Prinsip school site

based management menuntut partisipasi dari pihak orang tua siswa dan

masyarakat lebih besar. Partisipasi yang pertama berkaitan dengan upaya

mobilisasi dana pendidikan, dan partisipasi kedua adalah aktivitas mereka

19

Page 20: KAPITA SELEKTA

dalam ikut memikirkan kemajuan sekolah. Oleh karena itu, sistem kerjasama

orang tua dan sekolah perlu dikembang-suburkan.

Usaha yang tiada pernah mengenal akhir bagi suatu negara adalah usaha

untuk meningkatkan kemakmuran bangsanya. Hal itu dikarenakan

padahakekatnya apa yang dinamakan kemakmuran tidak ada batasnya. Negara

yang sudah sedemikian maju pun, seperti Jepang, Jerman dan Amerika

Serikat, misalnya, masih juga berjuang keras untuk mencapai tingkat

kemakmuran yang lebih tinggi. Khususnya negara-negara sedang

berkembang, nampaknya harus berusaha lebih keras dalam upaya

meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Suatu keuntungan bagi negara-

negara sedang berkembang termasuk Indonesia, adalah bisa mengambil

pelajaran dari apa yang dialami oleh negara-negara yang sudah terdahulu

mengalami kemajuan. Dalam kaitan ini, dalam upaya meningkatkan

kemakmuran bangsanya, kiranya negara-negara sedang berkembang patut

menyimak peringatan Task Force on Teaching as a Profession on the

Carnegie Forum on Education and the Economy bahwa "Dalam usaha

kemajuan, suatu bangsa harus.sepenuhnya menyadari dua kebenaran yang

fundamental yaitu keberhasilan usaha mencapai kemajuan tergantung pada

keberhasitan menciptakan kualitas pendidikan yang lebih baik daripada

sebelumnya, dan kunci keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan

tergantung pada keberhasilan mempersiapkan dan menciptakan guru-guru

yang profesional yang memiliki kekuatan dan tanggung jawab yang baru

untuk merencanakan sekolah masa depan.

20

Page 21: KAPITA SELEKTA

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Semenjak Orde Baru, khususnya mulai PELITA I, perkembangan sektor

pendidikan di Indonesia berkembang dengan pesat. Pemerintah memberikan

prioritas yang tinggi pada perkembangan sektor pendidikan didasarkan pada

asumsi bahwa dengan pendidikanlah pembangunan ekonomi Indonesia akan

berhasil dengan baik.

Kesadaran bahwa pendidikan harus senantiasa tanggap terhadap kemajuan

telah mendorong para ahli dan pengambil keputusan di bidang pendidikan

untuk terus menerus mengadakan pembaharuan. Pembaharuan pendidikan

secara langsung dimaksudkan untuk memecahkan ketiga problema di atas

yakni: internal in-efficiency, external in-efficiency, dan ketidakmerataan

pendapatan.

Permasalahan pendidikan dapat didekati dengan pendekatan macrocosmics

dan microcosmics. Pendekatan macrocosmics berarti permasalahan guru dikaji

dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain di luar guru. Hasil pendekatan ini

adalah bahwa rendahnya kualitas guru dewasa ini di samping muncul dari

keadaan guru sendiri juga sangat terkait dengan faktor-faktor luar guru.

Dalam proses pendidikan, sekolah dasar menempati posisi yang sangat

vital dan strategis. Kekeliruan dan ketidaktepatan dalam melaksanakan

pendidikan di tingkat dasar ini akan berakibat fatal untuk pendidikan tingkat

selanjutnya. Sebaliknya, keberhasilan pendidikan pada tingkat ini akan

membuahkan keberhasilan pendidikan tingkat lanjutan. Sayangnya, berbagai

pihak justru menempatkan pendidikan dasar lebih rendah daripada tingkat

pendidikan yang lain, terbukti antara lain, dengan adanya kualifikasi dan gaji

guru sekolah dasar yang berbeda dengan sekolah lanjutan.

Permasalahan pendidikan dapat didekati dengan pendekatan macrocosmics

dan microcosmics. Pendekatan macrocosmics berarti permasalahan guru dikaji

21

Page 22: KAPITA SELEKTA

dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain di luar guru. Hasil pendekatan ini

adalah bahwa rendahnya kualitas guru dewasa ini di samping muncul dari

keadaan guru sendiri juga sangat terkait dengan faktor-faktor luar guru.

Kebijakan dan program peningkatan kualitas guru dalam melaksanakan

proses belajar mengajar harus menyentuh tiga aspek sebagaimana

dikemukakan di atas: aspek kemampuan, aspek semangat dan dedikasi, dan

aspek kesejahteraan. Kebijakan yang tidak lengkap, yang tidak mencakup

ketiga aspek tersebut cenderung akan mengalami kegagalan.

B. Saran

Anggaran pendidikan yang diamanatkan Undang-Undang sekurang-

kurangnya 20% dari APBN dan APBD hendaknya segera direalisasikan

mengingat tugas pendidikan yang sangat berat dan komplek. Tugas ini antara

lain pertama, menyangkut upaya memperluas pemerataan partisipasi

masyaarakat dalam pendidikan, karena sampai saat in “masih ada sekitar 1

juta anak usia SD belum mempunyai sekolah maupun guru tetap, dan 2,7 juta

anak usia SMP yang sama sekali tidak mempunyai sekolah ataupun guru.

Kedua, untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang meliputi penataan

manajemen, sarana pra-sarana pendidikan, pelatihan guru, kesejahteraan guru,

buku, media pendidikan, dan sumber belajar lainnya yang terkait dengan

teknologi informasi dan pendidikan.

22

Page 23: KAPITA SELEKTA

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Yadi, 2001, makalah: Manajemen Modul Latihan? PT. Cendekia

Informatika, Jakarta

Ardian Syam, Konsep Manajemen, Author, Http://www.pembelejar.com.

Her Suharyanto, Bergabung dengan organisasi profesi, Cetakan Tahun 2002.

http://www.sarjanaku.com/2011/01/makalah-manajemen.html

http://renggani.blogspot.com/2008/03/makalah-perencanaan-pendidikan.html

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2077094-pengertian-dan-

sejarah-perencanaan-pendidikan/

http://desiwidiasari.wordpress.com/2011/05/05/teori-perencanaan-pendidikan/

http://attawijasa20.wordpress.com/2011/05/06/jenis-jenis-perencanaan-

pendidikan/

http://simpangmahar.blogspot.com/2010/05/konsep-perencanaan-pendidikan.html

Diposkan oleh Tugas Kampus di 01:22

http://tkampus.blogspot.com/2012/01/perencanaan-pendidikan.html

http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/manajemen.html

23