KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK...
Transcript of KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK...
1
KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND HEALTH
ACTIVITY IN RAILWAY STATION
Diajukan dalam Rangka
Lomba Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Bidang IPA
Disusun Oleh:
GUSTITIA PUTRI PERDANA NIM I0306003
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
2
KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK
MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API
ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND HEALTH
ACTIVITY IN RAILWAY STATION
Diajukan dalam Rangka
Lomba Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Bidang IPA
Disusun Oleh:
GUSTITIA PUTRI PERDANA NIM I0306003
Menyetujui, Pembantu Dekan III
Fakultas Teknik
Ir. Agung Kumoro, MT NIP. 131 964 092
Surakarta, 12 Februari 2009 Dosen Pembimbing
Irwan Iftadi, ST. M.Eng
3
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis dengan judul:
Kampanye Kecelakaan Nol Untuk Meningkatkan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Di Stasiun Kereta Api.
Karya Tulis ini disusun sebagai salah satu syarat Lomba Mahasiswa Berprestasi
(MAWAPRES) yang diadakan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan dan kesulitan yang menyertai penulis selama penyusunan karya
tulis ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya hambatan tersebut
dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Irwan Iftadi, ST. M.Eng., selaku dosen pembimbing penyusunan karya
tulis ini.
2. Ir. Agung Kumoro, M.T., selaku Pembantu Dekan III FT UNS.
3. Ayah dan Bunda tercinta yang telah memberikan dukungan moral maupun
materiil demi terselesaikannya karya tulis ini.
4. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam pembuatan karya tulis ini,
maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik atau saran yang membangun
untuk perbaikan karya tulis selanjutnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat para
pembaca.
Surakarta, Februari 2009
Penulis
4
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
ABSTRAK............................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 5
1.4. Batasan Masalah........................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) .................................................... 6
2.2. Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ......................... 8
2.3. Kecelakaan kerja ........................................................................................ 9
BAB III METODE PENULISAN
3.1. Sumber Data............................................................................................. 11
3.2. Analisis Data ............................................................................................ 11
3.3. Prosedur Penulisan................................................................................... 12
3.4. Sistematika Penulisan .............................................................................. 13
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Analisis Masalah ......................................................................................14
4.2. Pembahasan Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja .................................... 14
4.3. Pembahasan Metode Kampanye Kecelakaan Nol.................................... 16
4.4. Pembahasan Penerapan Metode Kampanye Kecelakaan Nol.................. 20
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 21
5.2. Saran......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kereta Api ........................................................................................... 3
Gambar 3.1. Flow chart penulisan karya tulis ...................................................... 12
Gambar 4.1 Skema Manusia Melakukan Perbuatan Yang Tidak Aman ............. 15
Gambar 4.2 Bagian dari Kegiatan Kampanye Kecelakaan Nol............................ 17
Gambar 4.2 Cara Melakukan Metode ”Menunjuk dan Menyebut’....................... 21
Gambar 4.3 Cara Melakukan Metode ”Menunjuk dan Menyebut
secara Bersama-sama” ....................................................................... 22
6
KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API
Gustitia Putri Perdana Teknik Industri Fakultas Teknik-Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: [email protected]
ABSTRAK
Menghadapi era globalisasi, ketenaga-kerjaan semakin diharapkan konstribusinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan tercermin dengan meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat, nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja. Selain itu diperlukan upaya untuk menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengingat semakin meningkatnya jumlah kecelakaan dan gangguan kerja di berbagai area kerja, misalnya yang terjadi di stasiun kereta api. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengkaji mengenai metode untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kerata api dengan menggunakan Kampanye Kecelakaan Nol. Karya tulis ini merupakan sebuah kajian mengenai pelaksanaan Kampanye Kecelakaan Nol untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kerata api. Pengkajian dilakukan dari beberapa pustaka acuan. Hasil kajian tersebut diolah untuk kemudian diambil kesimpulan mengenai tingkat kepentingan, keunggulan metode dan potensi keberhasilan penerapan metode tersebut. Hasil dari pengkajian menunjukkan bahwa penerapan metode kampanye kecelakaan nol dapat meminimalisasi kecelakaan kerja akibat kesalahan manusia (human error) yang terjadi di stasiun kereta api. Sehingga dengan berkurangnya kesalahan manusia diharapkan dapat meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Kata kunci : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kampanye Kecelakaan Nol,
Stasiun kereta api, kecelakaan kerja
7
ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND
HEALTH ACTIVITY IN RAILWAY STATION
Gustitia Putri Perdana Industrial Engineering-Engineering Faculty
Sebelas Maret University-Surakarta Email: [email protected]
ABSTRACT
Faces globalization era, contribution of employees is expected in increasing quality of human resource which will be look at the height of professionalism, independence, job ethos and work productivity. To support that is required by healthy labour and work environment, safe, comfortable and guarantees improvement of work productivity. Besides that, its also required effort to apply Safety And Health Activity (K3) remembers that job accident and trouble in various job is growing of amounts, for example happened in railway station. Purpose of this writing is to study about method to increase Safety And Health Activity ( K3) in railway station by using Zero Accident Campaign. This writing is a study about execution of Zero Accident Campaign to increase Safety And Health Activity ( K3) in railway station. The study is carried out by studying several literature. The result of that study is analized and then conclusion about level of importance, excellence of method and potency success of applying of the method. Result from study indicates that applying of zero accident campaign method can minimalized accident of job caused by man mistake (human errors) happened in railway station. So with the lessen of human errors is expected able to increase Safety And Health Activity ( K3). Keyword : Safety And Health Activity ( K3), Zero Accident Campaign, Railway
station, job accident
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menghadapi era globalisasi, ketenaga-kerjaan semakin diharapkan
konstribusinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
akan tercermin dengan meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos
kerja dan produktivitas kerja. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga
kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat, nyaman dan menjamin
peningkatan produktivitas kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan
pengusaha, pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO,
setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah akibat
kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal.
Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan
akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang
harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO
memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan
dan penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun
atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).
Pada dasawarsa 1990-an, Indonesia, melewati suatu periode yang
ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat hingga tahun 1997,
walaupun periode sesudah itu didera oleh krisis keuangan. Selama tahap
pertumbuhan tersebut, ternyata jumlah kecelakaan kerja cenderung
mengalami kenaikan. Tetapi selama resesi, jumlah biaya yang dialokasikan
untuk keselamatan dan kesehatan kerja justru termasuk salah satu yang
mengalami pemangkasan. Sehubungan dengan hal ini, ILO berpendapat
bahwa apapun keadaan yang menimpa suatu negara, keselamatan dan
kesehatan pekerja adalah hak asasi manusia yang mendasar, yang
bagaimanapun juga tetap harus dilindungi, baik sewaktu negara tersebut
9
sedang mengalami pertumbuhan ekonomi maupun ketika sedang dilanda
resesi.
Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang
empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Kebanyakan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang pertanian, perikanan,
perkayuan, pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf yang tinggi dan
pelatihan yang kurang memadai mengenai metode-metode keselamatan kerja
mengakibatkan tingginya angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan
pemakaian zat-zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan penyakit
yang tak terungkap termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke.
Praktek-praktek ergonomis yang kurang memadai mengakibatkan
gangguan pada otot, yang mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas
pekerja. Selain itu, masalah-masalah sosial kejiwaan ditempat kerja seperti
stres ada hubungannya dengan masalah-masalah kesehatan yang serius,
termasuk penyakit-penyakit jantung, stroke, kanker yang ditimbulkan oleh
masalah hormon, dan sejumlah masalah kesehatan mental.
Pada tahun 2002, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob
Nuwa Wea menyebutkan bahwa kecelakaan kerja menyebabkan hilangnya
71 juta jam orang kerja, yang seharusnya dapat secara produktif digunakan
untuk bekerja apabila pekerja-pekerja yang bersangkutan tidak mengalami
kecelakaan dan kerugian laba sebesar 340 milyar rupiah.
Bulan Januari 2003 menyebutkan bahwa kecelakaan di tempat kerja
yang tercatat di Indonesia telah meningkat dari 98,902 kasus pada tahun
2000 menjadi 104,774 kasus pada tahun 2001. Dan 11 selama paruh pertama
tahun 2002 saja, telah tercatat 57,972 kecelakaan kerja.Meskipun tingginya
angka kecelakaan kerja ini cukup memprihatinkan, hal ini menyiratkan
adanya perbaikan yang nyata dalam pelaporan dan penyebaran informasi
tentang kecelakaan kerja kepada masyarakat.
Kereta api adalah salah satu jenis transportasi darat yang cukup di
minati masyarakat dengan jumlah penumpang sebanyak 186,469,269 pada
tahun 1999. (http://www.kereta-api.com).
10
Gambar 1.1 Kereta Api
Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan
pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jum'at tanggal 17 Juni 1864
oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr.L.A.J Baron Sloet van den
Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin
oleh Ir.J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan
lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada Hari
Sabtu, 10 Agustus 1867.
Walaupun kereta api dikatakan cukup diminati masyarakat, bukan
berarti alasan tersebut dikarenakan oleh rasa aman yang ditimbulkan. Bahkan
kereta api menjadi salah satu penyebab kecelakaan bahkan kematian bagi
masyarakat. Hal ini dilihat dari jumlah angka kecelakaan yang menimpa baik
karyawatan PT. Kereta Api maupun penumpangnya. Data kecelakaan yang
terjadi di pintu lintasan ini mempunyai frekuensi yang sangat tinggi. Dalam
lima tahun terakhir (2003-2007), terjadi 134 kasus tabrakan antara kereta api
dengan kendaraan bermotor lainnya, dan 31 kasus tabrakan kereta api dengan
kereta api. Kecelakaan akibat anjloknya kereta dari relnya mencapai 538
kasus pada periode yang sama, atau rata-rata hampir sembilan kasus setiap
bulan. Rawannya kecelakaan akibat human error dan ketidaklaikan sarana
dan prasarana telah memakan korban jiwa sebanyak 257 orang meninggal
dunia, 478 luka berat, dan 486 luka ringan selama lima tahun terakhir.
11
Sedangkan pada tahun 2008 jumlahnya mengalami penurunan menjadi 7
kasus, diantaranya terdiri atas 3 kasus tabrakan dan 4 kasus anjlok.
Untuk itu pemerintah telah mengaturnya dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor: Per05./MEN/1996 tentang berbagai aspek Hiperkes
dan Keselamatan Kerja yang perlu mendapatkan perhatian, perlindungan
tenaga kerja mendapatkan prioritas yang cukup tinggi dalam suatu industri,
khususnya industri yang rawan cedera, pencemaran dan penyakit akibat
kerja.
Selain menerbitkan peraturan dan undang-undang, sebaiknya
pemerintah mengajak masyarakat untuk menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja di area stasiun kereta api dengan berbagai metode yang
menarik, guna meminimalisasi kecelakan dan gangguan-gangguan kerja baik
bagi karyawan maupun pengguna stasiun lainnya.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa penting Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu
diterapkan di stasiun kereta api?
2. Apa saja jenis kecelakaan kerja yang perlu diwaspadai sehingga perlu
menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
3. Bagaimana cara menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
stasiun kereta api agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan?
1.3. Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat diadakannya karya tulis ini antara lain adalah;
1. Memberikan informasi mengenai pentingnya penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kereta api .
2. Memberikan informasi mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi di
stasiun kereta api.
3. Memberikan metode kampanye kecelakaan nol untuk meningkatkan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kereta api.
12
1.4. Batasan Masalah
Dalam mengangkat permasalahan pada karya tulis ini ini terdapat
batasan-batasan terhadap permasalahan yang diuraikan sebagai berikut:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diterapkan di stasiun kereta api.
2. Kecelakaan kerja terjadi di area stasiun kereta api.
3. Kecelakaan kerja terjadi pada pekerja di area stasiun kereta api.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. .( Suma’mur, 1988)
K3 mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja
(zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan
banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk
investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada
masa yang akan dating. ( http://www.sinarharapan.co.id)
Sedangkan definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut
falsafah keselamatan kerja dapat diterangnkan sebagai berikut:
” menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupu rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya ”
(Dalih, 1982)
Perumusan falsafah ini harus dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari
tiap usaha keselamatan kerja karena didalamnya telah tercakup pandangan
serta pemikiran filosofis, sosial-teknis dan sosial ekonomis. Oleh sebab itu
dibuat peraturan–peraturan mengenai berbagai jenis keselamatan kerja
sebagai berikut:
1. Keselamatan kerja dalam industri ( industrial safety)
2. Keselamatan kerja di pertambangan ( mining safety)
3. Keselamatan kerja dalam bangunan ( building and construction
safety)
4. Keselamatan kerja lalu lintas ( traffic safety)
5. Keselamatan kerja penerbangan (flight safety)
14
6. Keselamatan kerja kereta api ( railway safety)
7. Keselamatan kerja di rumah ( home safety)
8. Keselamatan kerja di kantor ( office safety)
Menurut Undang-Undang No.23/ 1992 tentang kesehatan memberikan
ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan
bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja
dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri
atau masyarakat, dan supaya mereka dapat mengoptimalkan produktivitas
kerja mereka sesuai dengan program perlindungan tenaga kerja (Departmen
Kesehatan 2002).
Higiene perusahaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat
dikatakan memiliki satu kesatuan pengertian, yang merupakan terjemahan
resmi dari ”Occupational Health” dimana diartikan sebagai lapangan
kesehatan yang mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh
terhadap tenaga kerja.Menyeluruh maksudnya usaha-usaha kuratif, preventif,
penyesuaian faktor menusiawi terhadap pekerjaanya. ( Suma’mur, 1988)
Tujuan utama dari dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan tersebut dapat
tercapai karena terdapat korelasi antara derajat kesehatan yang tinggi dengan
produktivitas kerja atau perusahaan berdasarkan kenyataan-kenyataan
sebagai berikut ( Suma’mur, 1988) :
1. Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya pekerjaan
harus dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan dan cara yang
dimaksud meliputi diantaranya tekanan panas, penerangan di
tempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan, penyerasian
manusia dan mesin, dan pengekonomisan usaha.
2. Biaya dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta penyakit
umum yang meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang
memburukkan keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh
15
pekerjaan sangat mahal misalnya meliputi pengobatan, perawatan
di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin,
peralatan dan bahan akibat kecelakaan, terganggunya pekerjaan
dan cacat yang menetap.
Untuk mencapai tujuannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
juga harus mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan erat dengannya seperti
ergonomi, psikologi industri, toksiologi industri, dan lain sebagainya.
2.2. Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Dibuatkannya Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang
sangat penting dan harus. Karena hal ini akan menjamin dilaksanakannya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara baik dan benar. Kemudian
konsep ini berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi
tanggung jawab pengusaha, buruh/pekerja, dan masyarakat umum yang
berada di luar lingkungan kerja.
Dalam konteks bangsa Indonesia, kesadaran K3 sebenarnya sudah ada
sejak pemerintahan kolonial Belanda. Misalnya, pada 1908 parlemen
Belanda mendesak Pemerintah Belanda memberlakukan K3 di Hindia
Belanda yang ditandai dengan penerbitan Veiligheids Reglement, Staatsblad
No. 406 Tahun 1910.
Selanjutnya, pemerintah kolonial Belanda menerbitkan beberapa
produk hukum yang memberikan perlindungan bagi keselamatan dan
kesehatan kerja yang diatur secara terpisah berdasarkan masing-masing
sektor ekonomi.
Beberapa diantaranya yang menyangkut sektor perhubungan yang
mengatur lalu lintas perketaapian seperti tertuang dalam Algemene Regelen
Betreffende de Aanleg en de Exploitate van Spoor en Tramwegen Bestmend
voor Algemene Verkeer in Indonesia (Peraturan umum tentang pendirian dan
perusahaan Kereta Api dan Trem untuk lalu lintas umum Indonesia) dan
Staatblad 1926 No. 334, Schepelingen Ongevallen Regeling 1940 (Ordonansi
16
Kecelakaan Pelaut), Staatsblad 1930 No. 225, Veiligheids Reglement
(Peraturan Keamanan Kerja di Pabrik dan Tempat Kerja), dan sebagainya.
Namun sekarang Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang terutama di Indonesia adalah Undang-Undang No.1/1970 tentang
Keselamatan Kerja, sedangkan peraturan perundang-undangan ketenaga-
kerjaan adalah UU Nomor 12 Tahun 1948 tentang Kerja. Pengaturan hukum
K3 dalam konteks diatas adalah sesuai dengan sektor/bidang usaha.
Misalnya, UU No.13 Tahun 1992 tentang Perkerataapian, UU No.14 Tahun
1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), UU No.15 Tahun
1992 tentang Penerbangan beserta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya.
Setiap tempat kerja atau perusahaan harus melaksanakan program K3.
Tempat kerja dimaksud berdimensi sangat luas mencakup segala tempat
kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan tanah, dalam air, di udara
maupun di ruang angkasa.
(Konradus,2003: pada http://www.sinarharapan.co.id).
2.3. Kecelakaan kerja
Terjadinya Kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka-luka ataupun
cacat berdasarkan penelitian dan pengalaman merupakan akibat dari berbagai
faktor sebagai berikut (Bennet, 1985) :
1. Golongan fisik
a. Bunyi dan getaran yang bisa menyebabkan ketulian dan pekak baik
sementara maupu permanen.
b. Suhu ruang kerja. Suhu yang tinggi menyebabkan hiperprexia,
heat stroke, dan heat cramps ( keadaan panas badan yang tinggi
suhunya ). Sedangkan suhu yang rendah dapat menyebabkan
kekakuan dan peradangan.
c. Radiasi sinar rontgen atau sinar-sinar radioaktif menyebabkan
kelainan pada kulit, mata, dan bahkan susunan darah.
2. Golongan kimia
a. Debu dan serbuk menyebabkan terganggunya saluran pernafasan.
17
b. Kabut dari racun serangga yang menimbulkan keracunan.
c. Gas, sebagai contoh keracunan gas karbonmonoksida, sulfur, dan
sebagainya.
d. Uap, menyebabkan keracunan dan penyakit kulit.
e. Cairan beracun.
3. Golongan Biologis
a. Tumbuh-tumbuhan yang beracun atau menimbulkan alergi;
b. Penyekit yang disebabkan oleh hewan-hewan di tempat kerja,
misal penyakit antrax atau brucella di perusahaan penyamakan
kulit.
4. Golongan Fisiologis
a. Konstruksi mesin atau peralatan yang tidak sesuai dengan
mekanisme tubuh manusia.
b. Sikap kerja yang menyebabkan keletihan dan kelainan fisik.
c. Cara bekerja yang membosankan/ titik jenuh tinggi.
5. Golongan Psikologis
a. Proses kerja yang rutin dan membosankan;
b. Hubungan kerja yang tidak harmonis antar karyawan tau terlalu
menekan atau sangat menuntut;
c. Suasana kerja yang kurang aman.
18
BAB III
METODE PENULISAN
3.1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penulisan makalah ini merupakan data
sekunder yang didapatkan dari internet dan studi pustaka. Prosedur penulis
dalam metode studi pustaka adalah:
1. Penulis menguraikan informasi mengenai Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) yang terjadi di area stasiun kereta api.
2. Penulis menguraikan pendapat beberapa ahli yang telah mempelajari
terlebih dahulu mengenai Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3).
3. Penulis mengolah hasil studi pustaka menjadi tulisan dalam karya tulis ini.
4. Penulis mengambil kesimpulan dari berbagai sumber pustaka.
3.2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan pendekatan teoritis dan tidak dilakukan
percobaan pembuktian.
3.3. Prosedur Penulisan
Prosedur penulisan dalam pembuatan karya tulis ini dapat dilihat dari
flow chart (diagram alir) berikut.
19
Gambar 3.1. Flow chart penulisan karya tulis
3.4. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Berisi perumusan masalah (latar belakang, makna penting serta menariknya
masalah untuk ditelaah), mengandung pertanyaan yang akan dijawab
melalui penulisan, tujuan, dan manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan.
20
Bab II Tinjauan Pustaka
Telaah pustaka berisikan uraian yang menunjukkan landasan teori dan
konsep-konsep yang relevan dengan masalah.
Bab III Metode Penulisan
Berisi uraian tentang metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis dan
prosedur penulisannya.
Bab IV Pembahasan
Mengandung analisis permasalahan berdasarkan telaah pustaka untuk
menghasilkan alternatif model pemecahan.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan yang konsisten sesuai dengan analisis dan sintesis
pada pembahasan permasalahan dan saran yang berupa prediksi transfer
gagasan dan adopsi teknologi.
21
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Analisis Masalah
Data kecelakaan ataupun kecelakaan kerja di area transportasi kereta
api tahun 2003-2007 yakni 134 kasus tabrakan antara kereta api dengan
kendaraan bermotor lainnya, dan 31 kasus tabrakan kereta api dengan kereta
api, kecelakaan akibat anjloknya kereta dari relnya mencapai 538 kasus pada
periode yang sama, atau rata-rata hampir sembilan kasus setiap bulan.
Rawannya kecelakaan akibat human error dan ketidaklaikan sarana dan
prasarana telah memakan korban jiwa sebanyak 257 orang meninggal dunia,
478 luka berat, dan 486 luka ringan selama lima tahun terakhir. Kemudian
pada tahun 2008 jumlahnya mengalami penurunan drastis menjadi 7 kasus,
diantaranya terdiri atas 3 kasus tabrakan dan 4 kasus anjlok.
4.2. Pembahasan Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Berdasarkan data yang telah dianalisis, penyebab terjadinya kecelakaan
dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor mekanis dan lingkungan yang meliputi
segala sesuatu selain manusia dan faktor manusia itu sendiri.
a. Faktor Mekanis
Faktor mekanis bisa berupa mesin-mesin yang sudah tidak layak. Dari
segi mesin, memang perkeretaapian di Indonesia sudah banyak yang tidak
layak jalan. Hal ini dikarenakan usia yang sudah bertahun-tahun.
Berdasarkan data Ditjen Perkeretaapian Departemen Perhubungan pada Mei
2008, dari 342 lokomotif yang dimiliki PT.Kereta Api, ternyata 109
lokomotif sudah berusia diatas 40 tahun. Itu umur yang sudah terlalu tua dan
berisiko tinggi terhadap keamanan dan keselamatan penumpang. Untuk
gerbong kereta, dari 1.275 gerbong, 412 di antaranya juga berusia diatas 40
tahun. Kereta-kereta api tak sehat tersebut jelas tidak bisa digunakan secara
terus menerus sebagai sarana transportasi oleh PT KA. Apabila dijalankan
22
maka melanggar Bab XVII Pasal 187 ayat (1),(2),(3) dalam UU
Perkeretaapian tentang ancaman pidana bagi penyelenggara sarana dan
prasarana perkeretaapian yang memaksakan pengoperasian kereta api umum
yang tidak memenuhi standar kelaikan operasi.
b. Faktor Manusia
Selain karena faktor mekanis kecelakaan kerja di stasiun kereta api
juga diakibatkan karena human error yang merupakan kelemahan sifat
manusia seperti salah mengoperasikan, salah memutuskan dan salah
mengerjakan sering menjadi penyebab kecelakaan dan kecelakaan kerja.
Sifat perbuatan manusia yang keliru (salah sangka) dan kurang hati-hati
disebut “sifat manusia”, sedangkan error yang disebabkan oleh sifat manusia
disebut “human error”.Misalnya pegawai tidak mahir dalam mengoperasikan
mesin lokomotif, tidak bisa menggunakan rem bahaya, salah dalam memberi
peringatan kedatangan kereta, dan lain-lain.
Berikut adalah gambaran secara umum terjadi nya kesalahan kerja
yang dilakukan manusia/ tenaga kerja :
Gambar 4.1 Skema Manusia Melakukan Perbuatan Yang Tidak Aman
23
Untuk memperbaiki kelaikan dan kenyamanan layanan kereta api
pemerintah sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan peremajaan atau mengganti baru lokomotif atau
komponen-komponen utama pada kereta api dengan merealisasikan
kerja sama dengan General Electric (GE) tentang skema soft loan.
2. Hanya mengoperasikan kereta yang laik jalan sesuai dengan standar
kelaikan operasional. Pihak penyelenggara tidak perlu memaksakan
diri mengoperasikan kereta api tidak laik jalan hanya untuk memenuhi
jadwal perjalanan KA.
3. Menjatuhkan sanksi tegas terhadap oknum yang mengganggu
kelancaran operasional, sesuai UU Perkeretaapian Bab XV Pasal 189-
184 tentang larangan, antara lain menindak tegas oknum yang
menghilangkan, merusak, atau melakukan perbuatan yang
menyebabkan rusak atau tidak berfungsinya sarana dan prasarana
kereta api. Di samping itu, menindak tegas orang yang berada di atap
kereta, lokomotif, kabin masinis, di gerbong kereta yang tidak
diperuntukkan bagi penumpang. Menindak calo karcis, dan tak kalah
pentingnya, seharusnya menindak tegas kondektur yang selalu
menerima pungutan liar dari penumpang tak berkarcis.
4. Adanya perbaikan kualitas SDM sesuai dengan kecakapan yang
dibutuhkan pada seluruh sektor personal terkait dengan operasional
kereta api. Perbaikan ini meliputi SDM yang ada di pintu lintasan,
pemeriksa rel, masinis, teknisi, kondektur, sampai pada kepala stasiun.
Perbaikan SDM ini diharapkan dapat meminimalkan risiko kecelakaan
yang diakibatkan oleh human error.
4.3. Pembahasan Metode Kampanye Kecelakaan Nol
Kampanye Kecelakaan Nol merupakan salah satu metode untuk
mengurangi potensi kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kesalahan
manusia (human error). Sehingga dengan menerapkan metode ini diharapkan
24
dapat memperbaiki atau bahkan meningkatkan keselamatan dan kesehatan
kerja di stasiun kereta api di Indonesia.
Metode ini secara konkret dikembangkan di tempat kerja dengan
menerapkan prinsip menghargai manusia, yaitu latihan antisipasi keselamatan
serta menunjuk dan menyebutkan. Aktivitas menghadapi bahaya merupakan
kegiatan yang dilakukan dengan bergabung dan dijadikan satu dalam aktivitas
disebut aktivitas prediksi bahaya.
Gambar 4.2 Bagian dari Kegiatan Kampanye Kecelakaan Nol
Munculnya metode ini diawali di negara Jepang melalui asosiasinya
yang bernama Keselamatan dan Kesehatan Industri Jepang (Japan Industrial
Safety & Health Association (JISHA) didirikan dengan tujuan mendukung
aktivitas pencegahan kecelakaan kerja pemilik industri berdasarkan UU
25
Organisasi Keselamatan dan Kesehatan pada tahun 1964 yang merupakan
masa pertumbuhan ekonomi tinggi. Dalam kampanye kecelakaan nol, semua
orang berpartisipasi untuk melaksanakan berbagai usaha yang berhubungan
dengan pencegahan kecelakaan kerja sejak dini.
Dasar dan inti dari kampanye ini adalah antisipasi keselamatan dan
kesehatan dengan keikut-sertaan semua orang agar tidak ada seorang pun
mengalami cedera di tempat kerja. Kampanye kecelakaan nol bukan hanya
sebatas prinsip “menghargai manusia”. Melainkan, kampanye ini merupakan
“metode” untuk mewujudkan prinsip tersebut dan mengembangkannya secara
nyata serta “penerapan” untuk melaksanakan metode itu di lapangan.
Kampanye kecelakaan nol adalah kampanye yang mendukung trinitas dari
prinsip, metode dan praktek. Bila salah satunya ditiadakan, kampanye
kecelakaan nol ini tidak dapat dilakukan.
Kampanye kecelakaan nol terdiri dari 3 prinsip yaitu “nol”, “antisipasi”
dan “partisipasi”. Hal ini disebut 3 prinsip citra dasar.
a. Prinsip nol
Yang dimaksud dengan “nol” adalah prinsip untuk melenyapkan semua
kecelakaan sampai nol, termasuk kecelakaan kerja, penyakit yang terdapat
dari pekerjaan dan kecelakaan lalu lintas, dengan menemukan, memahami dan
memecahkan bahaya (masalah) yang tersembunyi di dalam kehidupan sehari-
hari setiap orang atau tersembunyi di tempat kerja dan pekerjaan.
b. Prinsip antisipasi
Yang dimaksud dengan “antisipasi” adalah mencegah munculnya
kecelakaan sebelum beraktivitas, dengan menemukan, memahami dan
memecahkan bahaya (masalah) yang tersembunyi di dalam kehidupan sehari-
harinya serta tentu saja bahaya yang tersembunyi di tempat kerja dan
pekerjaan, dan untuk menciptakan tempat kerja yang lebih ceria, jumlah
kecelakaan dan penyakit nol.
26
c. Prinsip partisipasi
Yang dimaksud dengan “partisipasi” adalah mempraktekkan aktivitas
memecahkan masalah dengan semangat dari inisiatif sendiri diposisi dan
tempat kerja masing-masing dengan keterpaduan dan kerjasama pimpinan,
manajer, staf, dan pegawai, untuk menemukan, memahami dan memecahkan
bahaya (masalah) yang tersembunyi di tempat kerja dan pekerjaan.
Ada 3 pilar utama yang penting untuk melaksanakan kampanye
kecelakaan nol yaitu “sikap manajemen pimpinan”, “penyempurnaan
pembentukan line kerja”, dan “pengaktivan kegiatan dari inisiatif sendiri di
tempat kerja”. Ketiga pilar utama ini saling berhubungan dan mendukung
untuk mengembangkan kampanye kecelakaan nol.
a. Sikap manajemen pimpinan
Patroli keselamatan bermula dari sikap manajemen dari pimpinan yang
ketat menjaga supaya kecelakaan dan penyakit nol. Kampanye dimulai dari
keputusan pimpinan untuk menghargai manusia, yaitu “setiap orang yang
bekerja adalah orang penting” dan “tidak membiarkan satu orang pun
cedera”.
b. Penempurnaan pembentukan di line kerja
Untuk menjalankan patroli keselamatan, manajer/pengawas (line) harus
mempraktekkan sendiri dan memberi teladan patroli keselamatan waktu
bekerja. Hal ini disebut patroli keselamatan dibentukkan sebagai line.
c. Pengaktifan kegiatan dari inisiatif sendiri di tempat kerja
Human error menyertai di sebagian besar kecelakaan kerja. Harus
disadari bahwa keberadaan diri tidak dapat digantikan, lalu keselamatan dan
kesehatan harus ditekankan sebagai masalah interpersonal dengan rekan
sekerja. Bila semua orang tidak menerapkan “ayo lakukan”, “ayo begini”
27
“saya tidak akan cedera”, “saya tidak membiarkan rekan mengalami cedera”,
maka keselamatan tempat kerja juga tidak dapat dijaga.
4.4. Pembahasan Penerapan Metode Kampanye Kecelakaan Nol
Untuk memulai melaksanakan Kampanye Kecelakaan Nol di stasiun
kereta api, pertama harus berkumpul semua karyawan mulai dari pimpinan
stasiun sampai dengan teknisi. Karena dalam aktivitas menghadapi bahaya
merupakan kegiatan yang dilakukan dengan bergabung dan dijadikan satu
dalam aktivitas disebut aktivitas prediksi bahaya.
a. Latihan prediksi bahaya
Aktivitas antisipasi keselamatan sebelumnya dengan diskusi, berpikir
dan memahami dalam tim di tempat kerja dengan tanya jawab sendiri
mengenai “penyebab bahaya” yang tersembunyi di dalam tempat kerja dan
kondisi kerja (aktivitas dan kondisi tidak aman yang berkemungkinan
menyebabkan cedera dan kecelakaan kerja) serta “gejala” (jenis kecelakaan)
yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Aktivitas ini dapat dilakukan
dengan menggunakan lembaran ilustrasi tempat kerja dan kondisi kerja atau
langsung di tempat kerja dan dengan benda langsung, sambil membiarkan
tetap kerja atau memperlihatkan cara kerja. Kemudian menentukan poin-poin
bahaya dan tujuan aktivitas serta memastikannya dengan menunjuk dan
menyebutkannya.
b. Menunjuk dan menyebut
“Menunjuk dan menyebut” adalah metode untuk memastikan agar
pekerjaan dilakukan secara aman dan tidak keliru, dengan cara menunjuk ke
objek dengan lengan lurus dan menyebutkannya dengan suara yang jelas,
misalkan [nama objek] bagus!!
Menunjuk dan menyebut merupakan cara untuk meningkatkan
kepastian dan keselamatan kerja dengan mengubah tingkat kesadaran menjadi
normal dan jelas sehingga setelah aktivitas ini dikembangkan di semua tempat
28
kerja akan menjadi kebiasaan setiap karyawan orang untuk menjaga
keselamatan, yang dilatarbelakangi prinsip penghargaan manusia.
Berdasarkan hasil eksperimen penilaian efeknya menunjuk dan
menyebut yang diselenggarakan oleh Institut Umum Kereta Api pada 1994,
rasio munculnya kesalahan kerja menurun sampai kurang dari sekitar 1/6 “bila
melakukan menunjuk dan menyebut” dibanding “bila tidak melakukan apa-
apa”.
Gambar 4.2 Cara Melakukan Metode ”Menunjuk dan Menyebut’
29
c. Menunjuk Dan Menyebutkan Bersama-Sama
Selain cara ”menunjuk dan menyebutkan” secara perorangan, ada
pelaksanaan yang dilakukan oleh beberapa orang disebut ”menunjuk dan
menyebutkan bersama-sama”. Tujuannya yaitu menyatukan semangat untuk
meningkatkan rasa keterpaduan dan kebersamaan sebagai tim, dengan
menunjuk objek dan menyebut bersama-sama. Ada juga tipe touch and
control yaitu tipe menyentuh waktu menunjuk.
Gambar 4.3 Cara Melakukan Metode ”Menunjuk dan Menyebut secara
Bersama-sama”
30
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian analisis dan pembahasan dari masalah yang telah
disebutkan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting diterapkan di setiap
area kerja tak terkecuali di stasiun kereta api. Dimana stasiun kereta api
merupakan area kerja yang memiliki resiko kecelakaan dan gangguan
kerja yang tinggi.
2. Keselamatan dan kesehatan kerja telah diatur oleh pemerintah melalui
Undang-Undang No.1 / 1970 tentang Keselamatan Kerja, hal ini berarti
pemerintah telah memperhatikan akan keselamatan dan kesehatan kerja
bagi tiap pegawai.
3. Dalam beberapa tahun terakhir tingkat kecelakaan kerja di stasiun kereta
api mengalami peningkatan, dan setelah dianalisis hal tersebut
dikarenakan kesalahan mekanis dan kesalahan manusia/ pekerjanya.
4. Kesalahan mekanis terjadi karena kerusakan mesin kereta api dan usia
kereta yang sudah tua sehingga tidak laik jalan.
5. Kecelakaan kerja yang terjadi karena kesalahan manusia (human error)
misalnya operator tidak mahir dalam menjalankan mesin, kurang
memperhatikan tanda-tanda bahaya di tempat kerja, ceroboh dalam
menjalankan tugas, dan lain-lain.
6. Kampanye Kecelaakaan Nol dilakukan untuk mengurangi kesalahan
manusia di tempat kerja. Dasar dan inti dari kampanye ini adalah
antisipasi keselamatan dan kesehatan dengan keikut-sertaan semua
orang agar tidak ada seorang pun mengalami cedera di tempat kerja.
7. Berdasarkan hasil eksperimen pelaksanaan Kampanye Kecelakaan Nol
menghasilkan rasio munculnya kesalahan kerja menurun sampai kurang
dari sekitar 1/6 “bila melakukan menunjuk dan menyebut” dibanding
“bila tidak melakukan apa-apa”.
31
5.2. Saran
Upaya pelaksanaan Kampanye Kecelakaan Nol seharusnya mendapat
dukungan dari pemerintah melalui Departemen Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (DLLAJ) dibidang Perkereta-apian. Kegiatan ini bisa dilakukan secara
berkala disetiap stasiun kereta api di Indonesia dengan memberikan pelatihan
kepada para karyawannya. Hal ini karena pengupayaan tersebut sangat
penting untuk mengurangi human error sehingga nantinya dapat
meningkatkan kinerja dan produktivitas pegawai di Stasiun Kereta api.
32
DAFTAR PUSTAKA
ASEAN OSHNET Occupational Safety and Health Network (Jejaring Kerja di
bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara Negara-Negara ASEAN),
2003; http://www.asean-osh.net/indonesia/osh%20statistic.htm.
Bennet, dkk.1985. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PT.Pustaka Binaman Pressindo
Dalih. 1982. Keselamatan Kerja Dalam Tatalaksana Bengkel 1. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Konradus, Dangur. 2003. Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja. pada
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0708/02/opi01.html)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) 21 Agustus 2008 diambil di website
http://gedbinlink.wordpress.com/tag/k3/
Suma’mur. 1988. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV.Haji
Masagung
http://www.kereta-api.com